Atlas Benih (jilid 1)

92

Transcript of Atlas Benih (jilid 1)

Page 1: Atlas Benih (jilid 1)
Page 2: Atlas Benih (jilid 1)

ATLAS BENIH

TANAMAN HUTAN INDONESIA

Oleh :

Nurhasybi

Hero Dien Pancang Kartiko

M. Zanzibar

Dede Jajat Sudrajat

Agus Astho Pramono

Buharman

Sudrajat

Suhariyanto

Publikasi khusus diterbitkan oleh

JI. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001

Telp./Fax : (0251) 8327768

E-mail : [email protected]

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor

Cetakan pertama : Vol. 2 No. 3 September 2000

Cetakan kedua : Vol. 3 No. 8 Desember 2003

Cetakan ketiga : Vol. 4 No. 3 Desember 2010

ISBN : 979-96134-1-8

Page 3: Atlas Benih (jilid 1)

BADAN PENELITIAN DANPENGEMBANGAN KEHUTANAN

BOGOR - INDONESIA

BALAI PENELITIANTEKNOLOGI PERBENIHANBOGOR

PUBLIKASI KHUSUSVol. 4 No. 3 Desember 2010 (cetakan ketiga)

ATLAS BENIH

TANAMAN HUTAN

INDONESIA

NURHASYBI

HERO DIEN P.K.

M. ZANZIBAR

DEDE J. SUDRAJAT

AGUS A. PRAMONO

BUHARMAN

SUDRAJAT

SUHARIYANTO

Jilid I

PENYUNTING :

Page 4: Atlas Benih (jilid 1)

KATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA

Informasi teknologi perbenihan tanaman hutan dalam bentuk praktis, cukuplengkap dan bersifat informatif untuk mudah diaplikasikan di lapangan sangatdiperlukan untuk meningkatkan keberhasilan program pembangunan hutantanaman di Indonesia. Sangat disadari bahwa sampai saat ini informasi yangbersifat aplikatif tentang perbenihan tanaman hutan masih sangat terbatas,walaupun jumlah informasi hasil penelitian dan pengembangan cukup banyakdan bervariasi serta tersebar dalam berbagai bentuk publikasi.

Dalam rangka sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan yang lebihefisien, praktis dan efektif, maka Balai Penelitian dan Pengembangan TeknologiPerbenihan Bogor telah berhasil menyusun Buku Atlas Benih Tanaman HutanIndonesia Jilid I ini. Atlas ini direncanakan terdiri dari beberapa jilid dengan isiyang cukup luas dalam bentuk risalah dan teknologi perbenihan dan diharapkandapat bermanfaat, baik bagi pemerintah, ilmuwan/pemerhati maupun swasta/stakeholder. Untuk memperjelas uraian disertakan juga gambar berwarna.

Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I ini, memuat informasitentang 23 jenis benih tanaman hutan yang terdiri dari jenis-jenis tanaman cepattumbuh yang sedang populer dalam pengembangan hutan tanaman dan jenis-jenis relatif lambat tumbuh, tetapi memiliki potensi kegunaan kayu yang besardan menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat. Adapun jenis-jenis tanamantersebut adalah Ampupu, Benuang Bini, Bitti, Damar, Gmelina, Jabon, Jelutung,Leda Mahoni, Mangium, Meranti tembaga, Merbau, Mimba, Mindi, Pulai, Ramin,Rasamala, Sengon Buto, Sonobritz, Tusam dan Ulin.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperandalam penyusunan Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I ini. Secara khususucapan terima kasih disampaikan kepada para Peneliti Balai Penelitian danPengembangan Teknologi Perbenihan Bogor dan Tim Penyunting. Berkatkontribusi Saudara, maka Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I inidapat disusun.

SemogaAllah SWT memberkati kita semua.

Bogor, September 2000

KEPALA BALAI,

IR. H. BUHARMAN

NIP. 080028086

iii

Page 5: Atlas Benih (jilid 1)

KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA

Buku Atlas Benih Tanaman Hutan merupakan publikasi khusus yang

diterbitkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan, berisi

informasi teknologi perbenihan tanaman hutan dalam bentuk yang praktis tetapi

cukup lengkap dan mudah untuk diaplikasikan di lapangan.

Buku ini sampai dengan tahun 2003 telah terbit dalam empat jilid dan

cukup memperoleh respon positif dari para pengguna benih. Hal ini terbukti dengan

banyaknya permintaan buku tersebut baik dari instansi pemerintah, swasta maupun

masyarakat.

Oleh karena keterbatasan jumlah cetakan setiap jilid dan untuk dapat

memenuhi kebutuhan para pengguna benih tanaman hutan, maka secara bertahap

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan melakukan pencetakan

ulang Buku Atlas Benih Tanaman Hutan. Dimulai pada tahun 2003, yaitu dengan

mencetak ulang BukuAtlas Benih Tanaman Hutan Jilid I.

Di dalam cetakan kedua ini telah dimasukkan beberapa penyempurnaan,

antara lain adanya restrukturisasi Departemen Kehutanan dan Perkebunan

menjadi Departemen Kehutanan, perbaikan redaksional sebagaimana tercantum

pada Ralat cetakan pertama serta lainnya.

Semoga buku ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2003

KEPALA BALAI,

IR. DARMAWAN BUDIANTHO, MP.

NIP. 080052517

v

Page 6: Atlas Benih (jilid 1)

KATA PENGANTAR CETAKAN KETIGA

Dalam rangka diseminasi hasil penelitian yang lebih efisien, praktis dan

efektif, maka Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor menerbitkan Publikasi

Khusus yaitu BukuAtlas Benih Tanaman Hutan Jilid .

Buku Atlas ini berisi informasi tentang 23 jenis benih tanaman hutan yang

terdiri dari jenis-jenis tanaman cepat tumbuh yang sedang populer dalam

pengembangan hutan tanaman dan jenis-jenis relatif lambat tumbuh tetapi

memiliki potensi kegunaan kayu yang besar dan menjanjikan bagi kesejahteraan

mayarakat.

Karena itu buku ini memperoleh respon positif dari para pengguna benih,

terbukti dari banyaknya permintaan buku dari instansi pemerintah, swasta

maupun masyarakat umum, maka Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor

secara bertahap melakukan Pencetakan ulang Buku Atlas Benih Tanaman Hutan

Jilid .

Di dalam cetakan ketiga, Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Jilid ini

telah disertai beberapa penyempurnaan, antara lain adanya restrukturisasi

Departemen Kehutanan menjadi Kementerian Kehutanan, perbaikan redaksional

sebagaimana tercantum pada ralat cetakan sebelumnya serta penyempurnaan

lainnya.

I

I

I

Semoga buku ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2010

KEPALA BALAI,

IR. TRIWILAIDA, M.Sc.

NIP. 19580419 198603 2 001

vii

Page 7: Atlas Benih (jilid 1)

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANGKEHUTANAN

Benih adalah sumber kehidupan karena benih merupakan cikal bakal proseskehidupan selanjutnya dari setiap mahluk di alam fana ini. Benih yang baik akanmenghasilkan keturunan yang baik pula, walau kadang-kadang tidak seluruh sifat-sifat induk/asalnya dimiliki namun dari aspek genotipe, benih tersebut dapatdipertanggungjawabkan secara benar dan pasti.

Penyediaan benih tanaman hutan yang bermutu tinggi, tersedia dalam jumlahyang cukup dan berkesinambungan merupakan salah satu faktor utama dalammemunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman di Indonesia.

Pembangunan hutan yang beragam fungsi memerlukan benih yang komersialataupun non komersial sesuai dengan fungsi hutan yang dibangun. Oleh sebab itudiperlukan persepsi yang sama dari yang bergerak dibidang perbenihantanaman hutan, baik pemerintah maupun swasta/stakeholder. Penciptaan persepsitersebut memerlukan pembinaan komunikasi intensif diantara semua pihak yangterkait sehingga setiap informasi yang ada dapat diketahui.

Penyusunan Buku Atlas Benih Tanaman Hutan jilid I oleh Balai Penelitiandan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor kami nilai sangat berguna bagisemua pihak yang bergerak dibidang perbenihan tanaman hutan, baik bagipemerintah, ilmuwan, pemerhati, maupun swasta/stakeholder, terutaman bagi parapelaksana pembangunan hutan tanaman di lapangan.Apabila dicermati informasiyang disajikan dalam buku Atlas Benih Tanaman Hutan jilid I ini cukup luas, mulaidari nama (perdagangan, botanis, famili) sampai kepada teknologi perbenihanyang meliputi berbagai aspek.

Sehubungan dengan penerbitan Atlas Benih Tanaman Hutan jilid I oleh BalaiPenelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor ini kami sambutdengan gembira dan penghargaan serta ucapan terima kasih atas segalaupayanya semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda atassegala upayanya.

Harapan kami, semoga buku ini bermanfaat untuk kemajuan pembangunanhutan tanamarn di Indonesia.

Bogor, September 2000

Kepala Badan,

Dr. Ir. Untung Iskandar

NIP. 130.371.336

ix

Page 8: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 1

II. PENJELASAN ISI RISALAH

TEKNOLOGI PERBENIHAN JENIS TANAMAN HUTAN

KATA PENGANTAR iiiKATA SAMBUTAN KA. BADAN LITBANG KEHUTANAN ixDAFTAR ISI xi

1

III. GLOSARI 81

1. Ampupu ST Blake) 5

2. Benuang Bini 9

3. cofassus Reinw.) 12

4. Damar Salisb) 14

5. Gmelina arborea) 17

6. Jabon cadamba (Roxb) Miq.) 21

7. Jati Linn.f.) 24

8. Jelutung 27

9. Mahoni King.) 32

10. Leda 35

11. Mangium Willd.) 39

12. Meranti Tembaga MIQ) 42

13. Merbau spp 45

14. Mimba Juss) 48

15. Mindi Linn.) 51

16. Pulai scholaris (L) R Br.) 54

17. Ramin (Miq.) Kurz) 58

18. Rasamala 62

19. Sengon Nielsen) 64

20. Sengon Buto Griseb) 66

21. Sonobritz Kurtz) 70

22. Tusam Jungh. et de Vriese) 74

23. Ulin T. et B.) 77

(Eucalyptus urophylla

(Octomeles sumatrana)

Bitti (Vitex

(Agathis loranthifolia

(Gmelina

(Anthocephalus

(Tectona grandis

(Dyera spp.)

(Swietenia macrophylla

(Eucalyptus deglupta Blume)

(Acacia mangium

(Shorea leprosula

(Intsia )

(Azadirachta indica A.

(Melia azedarach

(Alstonia

(Gonystylus bancanus

(Altingia excelsa)

(Paraserianthes falcataria (L.)

(Enterolobium cyclocarpum

(Dalbergia latifolia

(Pinus merkusii

(Eusideroxylon zwageri

xi

Page 9: Atlas Benih (jilid 1)

I. PENDAHULUAN

II. PENJELASAN ISI RISALAH

Pembangunan Kehutanan yang diwujudkan secara nyata di lapangandalam bentuk pembangunan hutan tanaman telah memasuki millenium baru.Berbagai faktor yang sangat menentukan keberhasilan tugas mulia ini telahdiantisipasi sejak awal dengan didukung oleh kegiatan penelitian danpengembangan ketika kendala-kendala yang berbeda muncul di lapangan.Departemen Kehutanan dan Perkebunan sebagai pemegang kebijaksanaandan manajemen skala Nasional telah bekerjasama dengan para pelaksanalapangan seperti BUMN dan BUMS, yang didukung oleh institusi penyeleng-gara negara yang bergerak dibidang penelitian dan pengembangan, per-guruan tinggi, dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasakonsultasi.

Permasalahan yang senantiasa mengedepan dalam pembangunanhutan tanaman adalah mencoba mencari format peran penelitian danpengembangan, yang dipercaya sebagai motor penggerak, baik di dalamperencanaan awal, ketika kegiatan pembangunan hutan tanaman sedangberlangsung, dan hasil akhir yang akan dicapai. Berbagai pertanyaan selalumengarah pada bagaimana kita dapat memberdayakan peran litbangtersebut. Dalam pengertian yang lebih sederhana, bagaimana kita dapatmemberdayakan informasi hasil litbang tersebut yang dapat dengan mudahdicerna, dimengerti dan diterima sebagai sesuatu yang penting dan benaroleh masyarakat pengguna, yang terutama diwakili oleh para pembangunhutan tanaman.

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor (BPTP Bogor) sebagai salahsatu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badang Litbang Kehutanan danPerkebunan mencoba terus mencari format yang sederhana dalam membuatpaket informasi hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan teknologipenanganan benih tanaman hutan. Salah satu bentuk dari paket tersebut adalahAtlas Benih Tanaman Hutan, yang didasarkan pada referensi dari BPTP Bogordan dari hasil penelitian institusi lainnya. Paket informasi seperti ini diharapkanmampu menjalin komunikasi yang efisien dan efektif dengan para pengguna,sehingga diperoleh umpan balik untuk saran perbaikan dan kritikmembangun, secara terus menerus.

Nama perdagangan merupakan nama kayu yang sudah lazim dikenaldalam perdagangan. Penggunaan nama perdagangan seringkali merupakannama sekelompok jenis tanaman yang memiliki ciri sifat dan kegunaan kayuyang hampir sama. Sebagai contoh "meranti merah" merupakan namaperdagangan dari genus dan "keruing" untuk kelompok jenis dalamgenus

Nama Perdagangan

ShoreaDipterocarpus.

1

Page 10: Atlas Benih (jilid 1)

Nama ilmiah/Botanis

Sebaran tumbuh

Musim buah

Pengumpulan benih

Ekstraksi benih

Nama ilmiah/botanis terdiri dari satu jenis botanis yang dituliskan nama

botanisnya dan authornya. Nama sinonim yang merupakan nama lain dari suatu

jenis tanaman jika ditemukan akan dicantumkan dalam isi risalah ini.

Sebaran tumbuh meliputi sebaran tumbuh alaminya dan daerah dimana

terdapat sumber benihnya. Penulisan sebaran tumbuh dilakukan dalam satuan

propinsi, kecuali jika diketahui secara pasti lokasi keberadaannya.

Jenis pohon hutan umumnya musim buahnya bervariasi. Terdapat dua

kelompok besar, yaitu yang berbuah pada musim kemarau (Juni-Agustus) seperti

Sengon ( Acacia sp, Mahoni dan jenis yang berbuah

pada musim hujan (November-Februari) seperti jenis-jenis

sp. Diantara kedua kelompok ini terdapat kelompok

kecil dengan musim buah terjadi pada musim kemarau dan musim hujan.

Pengumpulan benih mencantumkan bagaimana cara pemanenan buah

dilakukan dan kemasakan buah yang dicirikan oleh warna kulit buah. Sebagai

keterangan tambahan dicantumkan bentuk dan ukuran buah, serta jumlah benih

rata-rata dalam setiap buah.

Ekstraksi benih didefinisikan sebagai kegiatan mengeluarkan dan

membersihkan benih dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan

daging buah. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang

dilakukan terhadap buah berbentuk polong ( spp.,

dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering

sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang

memiliki daging buah yang basah seperti

dan Pada jenis-jenis dan jenis lain yang

memiliki buah bersayap, ekstraksi dilakukan hanya dengan cara membuang sebagian

besar dari sayapnya.

P. falcataria). (S. macrophylla)

Dipterocarpaceae,

Azadirachta indica, Agathis

Acacia Paraserianthes

falcataria) (Swietenia

macrophylla),

Gmelina arborea, Melia azedarach

Azadirachta indica. Dipterocarpaceae

2

Page 11: Atlas Benih (jilid 1)

3

Penyimpanan benih

Perkecambahan benih

Pencegahan hama dan penyakit

Parsemaian

Kemampuan benih untuk disimpan bervariasi. Ada 2 golongan besar sifat

benih dalam penyimpanan : (1). Benih ortodok, yang dapat disimpan lama pada

kadar air rendah (4 - 8 %) dalam kondisi temperatur rendah (4 -18 C dan RH 40 -

50 %), dan (2). Benih rekalsitran yang tidak dapat disimpan lama (1- 4 minggu)

pada kadar air tinggi (20 - 50%) dan kondisi temperatur dan kelembaban yang

sedang (18-20 °C, RH 50- 60%).

Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan

menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan

metoda uji = UDK (Uji Di atas Kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji

Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca

umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media

lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. Media uji sebelum diproses

akan mengalami perlakuan sterilisasi, seperti pemanasan dalam oven temperatur

103 ± 2 C untuk media kertas, atau dilakukan penggorengan untuk media pasir,

tanah, serbuk gergaji an media lainnya.

Perlakuan pencegahan terhadap hama penyakit benih dapat dilakukan

sebelum benih disimpan, selama penyimpanan, uji perkecambahan dan persemaian.

Pencegahan hama dan penyakit dimaksudkan agar kecambah yang tumbuh serta

bibitnya di persemaian dapat berkembang sempurna, sehingga penanaman dapat

berjalan dengan baik.

Kondisi kecambah ketika siap untuk dibesarkan dalam persemaian

merupakan awal dari kegiatan persemaian. Persiapan bibit sebelum ditanam

meliputi kondisi persemaian seperti naungan, media bibit, pemupukan dan

pemeliharaan lainnya. Pemupukan bibit di persemaian yang intensif dan baik, akan

berpengaruh terhadap kesiapan dalam penanaman di lapangan.

O

O

d

Page 12: Atlas Benih (jilid 1)

4

Page 13: Atlas Benih (jilid 1)

1. AMPUPU S.T. Blake)(Eucalyptus urophylla

Oleh :

Yulianti B. dan Kurniawati P.P.

Nama perdagangan : Ampupu

Nama botanis : Blake

Sinonim : BI.

Famili : Myrtaceae

Sebaran tumbuh : Tumbuh alami di bagian timur Indonesia yaitu diNusa Tenggara Timur, tepatnya di Gunung MutisSoe. Selain itu dapat ditemui pula di Pulau TimorTimur 1). Jenis ini tumbuh tersebar pada ketinggian200 - 1500 m dpl dengan curah hujan 1300 – 2400mm/tahun. Tumbuh baik pada tanah berdrainasebaik dan bersifat toleran terhadap tanah padat danasam. Jenis ini tahan terhadap api 5).

Musim buah : Proses pembuahan dicirikan dengan mulai keluarnyabunga yang berbentuk karangan bunga (inflorence),berwarna putih. Musim bunga berlangsung antaraBulan Januari hingga Maret, sedangkan buah masakdan siap dipanen pada bulan Juni hingga Septem-

ber. Pembuahan terjadi setiap tahun secara periodik .

Pengumpulan benih : Buah berbentuk kapsul, jika sudah masak kapsulakan merekah. Benih dikatakan telah masakfisiologis jika buah sudah mulai mengeras, berwarna

Eucalyptus urophylla S.T.

Eucalyptus decaisneana

1)

5

Page 14: Atlas Benih (jilid 1)

coklat tua dan tutup buah mulai terbuka sebagian,

tetapi benih belum keluar dari buah. Hal ini sangat

penting untuk diperhatikan karena sifat benihnya yang

halus. Pengumpulan benih harus diunduh dengan

cara memanjat pohon induknya, benih yang sudah

masak fisiologis dipetik dan dikumpulkan dalam suatu

kantong, kemudian diberi label yang bertuliskan lokasi

dan tanggal pengunduhan. Rata-rata produksi buah

setiap pohon adalah 7,92 - 11,2 kg, jika sudah dalam

bentuk benih 214,7 - 358,2 gram setiap pohon. Jumlah

benih per kilogram berkisar antara 285.000 - 458.000 .

Ekstraksi benih : Untuk mengeluarkan benih dari buahnya, perlu

dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari

selama 4 hari, rata-rata 7 jam setiap hari. Buah yang

akan diekstraksi ditempatkan dalam kotak-kotak

penjemuran, bagian dasar dari kotak ini terbuat dari

kawat kasa dan di bawah kotak ditempatkan

selembar kain atau plastik untuk menampung benih.

Untuk memisahkan benih dari kotoran dan memilah

benih yang baik perlu dilakukan pengayakan dengan

menggunakan ayakan yang berukuran 710 mm dan

terjaring ayakan 600 mm. Karena campuran antara

benih dan kotorannya cukup berimbang maka

kemurnian benih rata-rata 50 % .

Penyimpanan benih : Tipe benih adalah ortodoks, sehingga mampu

disimpan hingga 3,5 tahun dengan kadar air awal

±10%, dalam ruang AC (suhu 18 - 20 C, kelembaban

50-60 %) disimpan dalam wadah kedap udara (pastik

atau kaleng tertutup rapat), daya kecambah setelah

penyimpanan90%

Perkecambahan benih : Benih disemaikan pada bak kecambah, media

semainya adalah campuran tanah top soil dan pasir

dengan perbandingan 1 : 1. Campuran media ini

disaring dahulu kemudian disterilkan. Benih ditabur

di atas media semai, kemudian ditutup plastik

selama ± 7 hari namun tetap dilakukan penyiraman

setiap pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan

menggunakan semprotan yang halus. Perkecam-

bahan berlangsung antara hari ke 10 hingga 14.

Kecambah normal adalah setelah keluar 2 daun

1)

7)

O

2).

6

Page 15: Atlas Benih (jilid 1)

pertama serta terlihat sehat dan kokoh. Dari 1 gram

benih yang disemaikan akan dihasilkan 750 – 1000.

kecambah. Kecambah dibiarkan tumbuh dalam bak

kecambah selama ± 1 bulan hingga siap disapih

pada kantong plastik .

Pencegahan hama : Untuk menghindari turunnya mutu benih akibat

serangan hama dan penyakit, sebaiknya benih

sebelum disemai atau disimpan dicampur terlebih

dahulu dengan tetracyclin 5 % atau benomil 5 %.

Umumnya cendawan yang menyerang benih adalah

sp., sp. dan

Persemaian : Setelah semai berumur I bulan disapih ke dalam

kantong plastik hitam ukuran 10 x 15 cm, yang telah

dilubangi dasarnya, kemudian diisi dengan media

campuran tanah top soil dan pupuk kandang

(perbandingan 1: 1) yang telah dicampur dengan

furadan. Sapihan diletakkan di bedeng persemaian

ukuran 1 x 5 m, yang dinaungi shading net dengan

pencahayaan 50 %. Bibit disiram setiap hari pagi dan

sore hari terutama jika tidak turun hujan. Bersihkan

dari gulma pengganggu, jika terlihat serangan hama

(ulat atau insek lainnya) dapat disemprot dengan

fungisida. Bibit siap tanam di lapangan setelah

berumur 3 bulan di persemaian atau tinggi bibit telah

mencapai 20 - 30 cm.

7)

6)Fusarium Aspergulus Gliocladium .

dan penyakit

7

Page 16: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR PUSTAKA

1) Boland, D.J. ; M.I.H. Brooker and J.W.T. Turnbull. 1980. Seed.

Division of Forest Research CSIRO, Canbera.

2) Danu, 1998. Penyimpanan BenihAmpupu Blake) selama 3,5

tahun. Buletin Teknologi Perbenihan Vol 5. No. 1. 1998. BTP Bogor.

3) Kusmintardjo. 1987. Pengaruh Saat Perekahan Buah Dalam Proses Ekstraksi

Dengan Pengeringan Sinar Matahari Terhadap Produksi Dan Mutu Benih

Blake Laporan Uji Coba No. 21.BTP Bogor.

4) Sagala. 1988. Penentuan Ukuran Ayakan Untuk Pembersihan Benih

S.T. Blake. LUC No. 30. BTP Bogor.

5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

6) Yulianti, 1996. Identifikasi Penyakit Benih Ampupu Blake)

dan Cara Penanggulangannya. LUC No. 179. BTP. Bogor.

7) ; Naning Y; Dida Sy. 1998. Standarisasi Pengujian dan Mutu Benih

Blake. LUC No. 262 Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Eucalyptus

(E. urophylla S.T.

E. urophylla S.T.

E.urophylla

(E. urophylla S.T.

E. urophylla S.T.

8

Page 17: Atlas Benih (jilid 1)

2. BENUANG BINI ( MIQ)Octomeles sumatrana

Oleh :

Agus Astho Pramono

Nama Perdagangan : Benuang bini

Nama botanis :

Famili : Datiscaceae

Sebaran tumbuh : Sebaran tumbuh di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,

Maluku dan Irian. Tegakan alam dapat diijumpai

antar lain di tepian Sungai Rokan (Riau), Berau

(Kalimantan Timur), Pulau Halmahera, dan Pulau

Seram 1);4); 5).

Musim buah : Desember-Januari, Mei - Juni 2).

Pengumpulan benih : Buah siap dipanen setelah masak fisiologis yang

ditandai dengan warna buah hijau tua sampai

kehitam-hitaman. Buah akan didapatkan dalam

jumlah yang banyak dan berkualitas baik jika dipetik

ketika masih diatas pohon. Secara alami buah yang

telah masak terbuka ketika masih di atas pohon dan

benih yang berukuran kecil akan jatuh berter-

bangan. Benih juga dapat diambil dari buah utuh

yang jatuh di lantai hutan. Buah berupa untaian.

Buah berukuran kecil yaitu 6 - 9 mm x 11 - 14 mm.

Octomeles sumatrana

9

Page 18: Atlas Benih (jilid 1)

Dari satu untai buah benuang (± 100 butir buah) akan

menghasilkan benih sebanyak ± 1,4 gr. Setiap

gramnya berisi benih sekitar 970.000 - 110.000 butir.

Ekstraksi Benih : Buah dijemur selama 3 hari. Setelah dijemur kulit

benih bagian luar akan menggulung dan kulit bagian

dalam pecah sehingga benihnya akan keluar dengan

sendirinya. Untuk memisahkan benih dengan

serasah dilakukan penyaringan dengan ayakan

tepung. Kemudian untuk seleksi dan sortasi, benih

ini disaring lagi dengan ayakan yang berukuran 210

mikron (0,0210 mm atau 6,5 mesh) .

Penyimpanan Benih : Benih benuang termasuk semi rekalsitran, benih

dapat disimpan dengan menggunakan wadah plastik

pada ruang dingin (DCS atau ruang AC). Dalam waktu

16 minggu viabilitas benihnya masih dapat

dipertahankan lebih dari 80 % . Seteteh 1 tahun

viabilitasnya sekitar :15%.

Perkecambahan : Media yang dapat digunakan adalah campuran pasir

tanah (1 : 1). Penaburan yang menghasilkan

perkecambahan baik dapat menggunakan media

serbuk sabut kelapa, namun pada umur 3 minggu

harus dipindahkan ke media yang mengandung cukup

unsur hara. Benih yang telah dicampur dengan pasir

halus ditaburkan di atas media perkecambahan.

Kemudian bak perkecambahan ini ditutup dengan

plastik transparan yang dilapisi shading net, benih

yang masih bagus akan berkecambah setelah 1

minggu sejak penaburan. Setelah kecambah

berumur 1 minggu plastik penutup dibuka.

Vegetatif : Benuang bini dapat dibiakkan secara vegetatif dengan

stek pucuk. Untuk media pengakarannya dapat

digunakan pasir atau campuran pasir dan serbuk sabut

kelapa. Stek akan berakar dalam jangka waktu

1 bulan.

Pencegahan hama : Pada waktu penyimpanan untuk mencegah

perkembangan jamur, sebelum benih disimpan atau

dikecambahkan benih dicampur dengan fungisida

dalam bentuk tepung.

5)

3)

dan penyakit

10

Page 19: Atlas Benih (jilid 1)

Persemaian : Kecambah setelah berumur 3 minggu di bak tabur

sebaiknya segera dipindahkan ke bedeng semai atau

media lain yang kaya unsur hara. Pemindahan ini

berguna untuk mempercepat pertumbuhan semai,

menjarangi dan menyeleksi semai. Bibit siap disapih

ke polibag atau potrays setelah berukuran 5-10 cm.

Media semai menggunakan campuran

d

diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Pada awal

penyapihan bibit perlu diberi naungan selama 1

minggu, selanjutnya bibit memerlukan cahaya penuh.

Penyemaian benuang bini dapat ditambah dengan

endomikoriza (misalnya biofer 2000 N) .

1) Anwar, A. 1997. Percobaan Teknik Perbenihan dan Penyemaian Jenis Benuang

Bini Majalah Kehutanan Indonesia. Edisi

No.5 Th. 1996/1997. P. 6-11.

2) Martawijaya, A. Kartasujana, Kadir K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas, kayu

Indonesia jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan Bogor.

3) Pramono, A. A. 1997. Penanganan Benih Jenis

(Benuang taki) Laporan Uji Coba. Departemen Kehutanan. Badan Litbang

Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.

4) Pramono, A. A; Djam'an, F.D. Kartiana, E.R. 1989. Pengkajian Teknologi

Peningkatan Mutu Benih Benuang Laporan Uji

Coba. Departemen Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Balai Teknologi

Perbenihan.

Rentan, Bagaimana Menanganinya ?. Tekno Benih. Vol (II No. 1. BTP

Bogor.

tanah+pasir+kompos (7 : 2 : 1) an setiap m media

5) Pramono, A.A. 1998. Benih Benuang Yang Kecil dan

3

1)

DAFTAR PUSTAKA

(Octomeles sumatrana).

Octomeles sumatrana

(Octomeles sumatrana).

(Octomeles sumatrana)

11

Page 20: Atlas Benih (jilid 1)

3. Bitti ( Reinw)Vitex cofassus

Oleh :

Rina Kurniaty

Nama Perdagangan : Bitti

Nama botanis : Reinw.

Famili : Verbenaceae

Sebaran tumbuh : Jenis ini banyak tumbuh di Sulawesi dan pulau-

pulau bagian selatan sampai ke timur Kepulauan

Maluku. Di Sulawesi Selatan tersebar di Kabu-

paten Enrekan, Luwu, Jeneponto, Bantaeng, Mamuju,

Sidrap, Bone, Bulukumba dan Selayar 3); 4).

Musim buah : Oktober - Nopember 4).

Pengumpulan benih : Buah masak dicirikan dengan kulitnya berwarna

hitam. Buah dapat dipungut di lantai hutan atau

dipanjat. Untuk buah yang dipungut di lantai hutan

harus diteliti kesegarannya sehingga buah ter-

sebut memiliki biji yang masih baik. Jumlah benih

per kg ± 10.500 butir 1); 2).

Ekstraksi benih : Buah diperam selama satu malam kemudian di-

gosok dengan tangan sampai daging buah lepas.

Benih yang telah dilepas dari daging buah dicuci

sampai bersih kemudian diangin-anginkan 1).

Vitex cofassus

12

Page 21: Atlas Benih (jilid 1)

Penyimpanan benih : Benih yang disimpan di ruang terbuka dan

ditempatkan di ruang kamar (t = ± 37°C) masih dapat

berkecambah setelah disimpan 3 minggu .

Perkecambahan : Media campuran tanah + pasir (1 : 2) yang telah

disterilkan (digoreng atau dioven 90 C selama 24 jam).

Persen kecambah awal antara 0- 20% tetapi dengan

perlakuan pendahuluan berupa perendaman dalam

air panas (70 °C), persen kecambah meningkat

menjadi 70 %. Benih mulai berkecambah antara 10 -

40 hari .

Vegetatif : Bahan vegetatif berupa pangkal batang – dari

tanaman berumur satu tahun dengan menggunakan

Rootone F (150 mg/liter air) .

Persemaian : Media semai menggunakan tanah + pupuk NPK (15:

15 : 15) dengan dosis 0,5 gram/kantong. Ukuran

polybag 12 x16 cm. Bibit siap ditanam setelah umur

4 bulan .

1) Kurniaty, R. 2000. Penyimpanan Benih Bitti Reinw). Laporan

Proyek Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.

2) Lemmens, RHMJ, 1. Soerianegara and Wong. 1995. Plant Resources of

South East Asia 5 (2) Timber Trees Minor Commercial Timber.

3) Sallata, M.K. 1990. Beberapa Jenis Pohon Potensial di Sulawesi yang Belum

Dibudidayakan. Rimba Sulawesi. Balai Penelitiaan Kehutanan Ujung

Pandang.

4) Saran, D., Mody Lempang. Misto dan Suhartati. 1997. Pedoman Teknis

Budidaya Gofasa Reinw). Informasi Teknis No. 5. Balai

Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.

1)

2)

4)

)

°

4

DAFTAR PUSTAKA

(Vitex cofassus

(Vitex cofassus

13

Page 22: Atlas Benih (jilid 1)

4. DAMAR ( Salisb)Agathis loranthifolia

Oleh :

Nurhasybi

Nama Perdagangan : Damar

Nama botanis : Salisb.

Sinonim : L. C. Richard

Famili : Araucariaceae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alami di Indonesia berada di Sulawesi,

Irian Jaya dan Kalimantan 2). Sumber benih di

Sukabumi (Jawa Barat), Baturaden (Jawa Tengah),

Banyuwangi Barat dan Probolinggo (Jawa Timur).

Jenis ini tumbuh pada ketinggian 100 – 1600 m dpl

dengan curah hujan 2400 – 4800 mm/tahun.

Tumbuh pada tanah berdrainase baik dan toleran

terhadap tanah padat dan asam 5).

Musim buah : Berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan

Agustus dan Oktober.

Pengumpulan Benih : Masak fisiologis benih dicirikan dengan warna kulit

kerucut hijau tua dan/atau pada bagian ujung

kerucut berwarna kecoklatan, dengan sisik ber-

warna coklat. Bentuk buah hampir bulat dengan

Agathis loranthifolia

Agathis dammara

14

Page 23: Atlas Benih (jilid 1)

diameter 20 - 26 cm. Dalam satu cone/buah berisi

9 - 96 benih. Jumlah benih per kg kurang lebih

4.950 butir .

Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan cara memasuk-

kan kerucut masak dalam karung plastik. Dibiarkan

dalam jangka waktu 1 - 2 hari hingga semua

kerucut pecah. Untuk memisahkan benih dengan

bagian lain, dilakukan pemisahan dengan cara

ditampi, atau dengan tumbler yang memiliki ukuran

saringan yang sesuai untuk ukuran benih

Penyimpanan benih : Benih disimpan pada kadar air 30 % (kadar air

setelah benih segar dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan pada suhu kamar selama 24 jam)

dicampur dengan fungisida berupa mancozeb +

karbendazirn (Delsene MX-200) dengan dosis 4,01 -

4,05 g/kg benih, dalam wadah simpan kantong

plastik. Dengan cara ini benih mampu disimpan

selama 9 bulan dengan daya berkecambah di atas

70 % di ruang kamar (temp. 28-33 C, RH 60-70 %)

atauAC (temp. 18- 20 C, RH 50 -60%) .

Perkecambahan : Media tanah, ditanam dengan posisi benih berdiri,

2/3 bagian benih masuk ke dalam media

Pencegahan hama : Waktu disimpan utuk mencegah serangan jamur,

sebelumnya benih dicampur dengan fungisida

dalam bentuk tepung. Misal : mancozeb + karben-

dazirn (Delsene MX-200) dengan dosis 4,01- 4,05 g/

kg benih .

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir

+ kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m median diberi

pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x

15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan

90% cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 1

tahun.

3)

O

1)

1)

Agathis

loranthifolia.

O

4).

dan penyakit

15

Page 24: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR PUSTAKA

1) Kumia, W. 1995. Pengaruh Periode Konservasi, Suhu dan Fungisidi

terhadap Viabilitas Benih Damar Salisb) Skripsi

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor (tidak

diterbitkan).

2) Martawijaya, A. Kartasujana, Kadir K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas Kayu

Indonesia jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan Bogor.

3) Nurhasybi dan Komar, T.E. 1996. Pengamatan Biologi reproduksi Damar

Salisb). Laporan Uji Coba No. 184. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

4) Nurhasybi. 1997. Pengamatan Biologi reproduksi Damar

Salisb). Laporan Uji Coba No. 184. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

(Agathis loranthifolia

(Agathis loranthifolia

(Agathis

loranthifolia

16

Page 25: Atlas Benih (jilid 1)

5. GMELINA ( Linn.)Gmelina arborea

Oleh :

Danu

Nama Perdagangan : Gmelina

Nama botanis :

Famili : Verbenaceae

Sebaran Tumbuh : Merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di

Burma, India 12); 13). Hutan tanaman di Indonesia

antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa

Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Tumbuh

secara alami pada ketinggian 0 – 800 m dpl dengan

curah hujan 1200 – 3000 mm/tahun. Jenis ini

tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan

berdrainase baik. Toleran terhadap tanah ber-

lapisan dangkal, berpasir, tanah padat, tanah asam

asalkan tidak pada tanah berdrainase jelek 15).

Musim buah : Musim buahApril - Juli.

Pengumpulan Benih : Ciri buah masak yaitu kulit buahnya berwarna hijau

kekuningan. Ukuran buah 2 - 3 cm. Benih merupa-

Gmelina arborea

17

Page 26: Atlas Benih (jilid 1)

kan buah batu yang memiliki 2 - 3 butir biji.

Jumlah benih per 1 kg adalah 1000 - 1200 butir

buah batu atau 2000 - 3600 butir biji/kg .

Cara pengumpulan buah terbaik dengan cara memungut

dari lantai hutan, diusahakan jangan memungut buah

yang telah membusuk (buah berwarna coklat).

Ekstraksi benih : Ekstraksi dengan cara manual, yaitu dengan diinjak-

injak atau dengan seperti cara

mengupas kopi .

Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8 %). Pengeringan

dengan cara dijemur selama 2 hari. Dikemas dalam wadah

kedap (plastik). Ruang simpan yang digunakan adalah

ruang ber AC (suhu :18 - 20 C). Dengan cara ini viabilitas

dapat dipertahankan selama 12 bulan dengan daya

berkecambah 60 -70% .

Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1 : 1). Penaburan

dilakukan dengan cara menanam benih ke media sedalam

2/3 panjang benih, bagian benih yang berlobang diletakan

pada bagian atas. Uji viabilitas benih secara cepat dapat

digunakan TZ (Konsentrasi tetrazolium klorida 0,5 %,

perendaman 31jam). Ciri benih viabel yaitu semua bagian

benih berwarna merah/merah muda atau maksimal 10 %

dari cotyledon berwama putih . X-radiography

(tegangan listrik (KVp) : 20 kilovolt, kuat arus (mA) : 13

Amper, 33 detik, FFD

langsung di atas film, bahan pengontras

BaCl2 10% lama perendaman 30 menit. Ciri benih

viabel adalah: menempati seluruh lokus

hingga sekurang-kurangnya 90% berkembang sempurna,

tidak mengalami kerusakan fisik atau tidak ditemukan

tanda-tanda adanya mikroorganisma lain sekitar

embrio, embrio tidak terimpregnasi bahan; pengontras

minimal 75 % dari .

Vegetatif : Bahan stek berupa batang atau pucuk yang ber-

umur 4 bulan. Hormon tumbuh yang digunakan

IBA 100 ppm (powder). Media berupa tanah +

1 arang sekam padi (1 : 1). Ditumbuhkan pada

ruangan bersuhu ± 27 C, Rh ± 90 % .

(drupe)

food processor (blender)

eT(ekposure time) : (focus film

distance):

endosperm

endosperm

8); 10); 11); 16)

8)

O

4);14)

1 )

17)

O 2);5);6)

18

Page 27: Atlas Benih (jilid 1)

19

Pencegahan Hama : Untuk mencegah perkembangan jamur, waktu dan

penyakit disimpan benih dicampur dengan

fungisida dalam bentuk tepung, misai: 2,5% benomil.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +

pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media

diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag

10,2 x 15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan

naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah

berumur 3 bulan .

1) Danu. 1993. Uji Cepat Viabilitas Benih Gmelina Linn.) dengan

Tetrazolium. Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.140/34.1/

03/93. Bogor.

2) Danu dan J. Tampubolon. 1993. Pengaruh Jumlah Mata Stek dan

Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Batang

Linn. Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.- 142/34.1/03/

93. Bogor.

3) Danu. 1996. Sekilas Informasi Budidaya Tanaman Gmelina

Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

4) Erizal. 1990. Penentuan Kondisi Ruang Simpan Benin Linn.

Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.96/43.1/03/90. Bogor.

5) Iriantono, D. 1991. Pemilihan Tempat Tumbuh, Zat Pengatur Tumbuh dan

Sumber Bahan Stek Gmelina Linn). Laporan Uji Coba

Balai Teknologi Perbenihan No. 120/34.1/05/91. Bogor.

6) Iriantono, D. dan W indayani. 1993. Pembiakan Vegetatif

Linn dengan Menggunakan Rootone-F. Laporan Uji Coba Balai Teknologi

Perbenihan No. 146/34.1/03/93. Bogor.

7) Iriantono, D.; Yulianti, B. dan Nurhasybi. 1997. Berat 100 Butir, kadar Air, dan

Kriteria Kecambah Normal benih mahoni King.)

dan Tusam Jungh. et de Vriese). Standar Pengujian

Mutu Benin. Laporan Uji Coba Balai Teknologi No: 248/DR/09/97. Bogor.

8) Komar.T.E. 1990. Penentuan Kriteria Masak Fisiologis Benin Gmelina

Linn.). Laporan Uji Coba No. 85. BTP, Bogor.

9) Lauridsen, E.B. 1986. Seed Leaflet No. 6. Danida Forest Seed

Centre, Humlebaek-Denmark.

1)

DAFTAR PUSTAKA

(Gmelina arborea

Gmelina arborea

(Gmelina arborea)

Gmelina arborea

(Gmelina arborea

Stek Gmelina arborea

(Swietenia macrophylla

(Pinus merkusii

(Gmelina

arborea

Gmelina arborea,

dan Penyakit

Page 28: Atlas Benih (jilid 1)

10) Mindawati, N dan N.Rohayat 1994. Pengaruh Warna Buah

terhadap Perkecambahm dan Pertumbuhan Bibitnya. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Hutan dan KonservasiAlam. Bogor.

11) Pukittayacamee, P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of Forest

Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.

Saraburi. Thailand.

12) Sprinz, P.T. 1977. Report arborea (tm) Growth Plots at Kenangan,

Yield Forescasting Plantation Growth and Yield Report, Departement of

Forest Regeneration and Research PT. ITCI, Jakarta.

13) Suhendi, H. dan A. Djapilus. 1979. Hasil Pendahuluan Mengenai

Perkecambahan dan Pertumbuhan Danish F 407 di

Persemaian. Lembaga Penelitian Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor.

14) Suyanto, H. dan Darman E. Purba. 1991. Penentuan Kadar Air Awal, Kondisi

Ruang Simpan dan Periode Simpan Benih arborea Linn. Laporan

Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan, No. 108/34.1/03/91. Bogor.

15) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. Rio Piedras.

16) Wasumanich, P. 1984. Collection and Handling of arborea Linn.

Stone in Thailand, Embryo Vol. 1, No. 1 1984, Asean - Canada Forest

Tree Seed Centre.

17) Zanzibar, M. dan Ira Rina W. Putri. 1999. Uji Cepat Viabilitas Benih

Linn. Berdasarkan Kontras Radiografi. Buletin Teknologi

Perbenihan (6): 10. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Gmelina arborea

Gmelina

Gmelina arborea L.

Gmelina

Gmelina

Gmelina

arborea

20

Page 29: Atlas Benih (jilid 1)

6. JABON ( Miq.)Anthocephalus cadamba

Oleh :Nurhasybi dan Adang Muharam

Nama perdagangan : Jabon, Hanja, Kelampayan

Nama botanis : (Roxb) Miq.

Sinonim : (Lamk) Rich.

Famili : Rubiaceae

Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan

Maret April.

Anthocephalus cadamba

Anthocephalus chinensis

Sebaran tumbuh : Sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Timur,

seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,

Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya 2). Tumbuh

pada ketinggian 0 – 1000 m dpl dengan curah

hujan kurang dari 1920 mm/tahun. Tumbuh pada

tanah ringan, berdrainase baik. Toleran terhadap

tanah asam dan berdrainase jelek tetapi bukan

pada tanah tererosi 4).

Musim buah :

Pengumpulan buah : Buah dikumpulkan dengan cara memanjat dan

memetiknya dari pohon. Buah masak dicirikan

oleh warnanya yang berubah dari hijau menjadi

21

Page 30: Atlas Benih (jilid 1)

coklat muda dan daging buahnya telah lunak.

Pohon mulai berbuah pada umur 5 tahun dan

perkiraan produksi buah rata-rata per pohon berjumlah

45 buah.

Ekstraksi benih : Ektraksi benih dilakukan dengan metoda basah. Buah

yang sudah masak dimasukkan kedalam karung dan

diperam selama 1 minggu. Pemberian air terhadap

benih yang diperam dilakukan setiap hari sehingga

terjadi fermentasi/pembusukan. Setelah diperam,

buah diremas-remas/dicabik hingga menjadi lapis-

lapis kecil lalu dimasukkan kedalam bak berisi air.

Benih yang masih bercampur lendir yang terdapat di

dalam bak disaring sebanyak 3 kali lalu diremas-

remas. Air yang terdapat dalam gumpalan benih

bercampur lendir selama 2 jam, kemudian dimasukkan

ke dalam kain blacu dan diperas. Sebelum disaring,

dilakukan penjemuran disertai dengan terus menggaru

untuk melepaskan lendirnya. Apabila sudah kering

lendir akan menjadi debu. Benih dan kotorannya

kemudian disaring dengan cara lolos saringan 420

mikron (35 mesh) tertahan pada ukuran saringan

250 mikron (60 mesh) untuk mendapatkan benih yang

memiliki sifat fisik dan fisiologik yang baik .

Penyimpanan benih : Benih Jabon masih memiliki jumlah kecambah

sebesar 314 per 0,1 gram, setelah disimpan selama

18 bulan dalam wadah kantong plastik direfrigerator .

Perkecambahan : Media perkecambahan adalah campuran pasir dan

tanah halus (1 : 1), disterilisasi dengan cara digoreng

selama 2 jam. Sebelum benih ditabur, media disiram

sampai jenuh. Bak tabur ditutup dengan plastik

transparan. Setelah penyiraman pertama, penyiraman

selanjutnya dilakukan pada hari ke-7 minggu ke-

10. Setelah periode tersebut, plastik dibuka dan

dilanjutkan dengan penyiraman setiap hari sekali

dengan sprayer yang halus selama kurang lebih 1

bulan.

Pencegahan Hama : Pencegahan terhadap benih apabila terserang

Penyakit (jamur) adalah dengan memberikan

fungisida seperti Dithane M-45 (2 gram/liter air).

1)

3)

dan Penyakit

22

Page 31: Atlas Benih (jilid 1)

23

Persemaian : Media semai yang dipergunakan : Ukuran polybag

10 x 15 cm. Media bibit adalah campuran pasir +

tanah + kompos daun (7:2:1). Pemupukan dilakukan

setelah bibit berumur 2-minggu dengan pupuk NPK

cair (5 gram/I liter air). Pemupukan dilakukan setiap

2 minggu sekali sampai bibit siap tanam pada umur

2 bulan. Dalam persemaian diperlukan shaddingnet

dengan naungan 40 %.

1) Ismed. 2000. Pengaruh Jenis Wadah Simpan dan Ruang Simpan terhadap

Viabilitas Benih Jabon (Roxb) Miq.) dalam

Penyimpanan. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Nasional. Jakarta,

(tidak diterbitkan).

2) Martawijaya, A. Kartasujana, I, Mandang, Y.I., Prawira S.A., dan Kadir, K.1989.

Atlas Kayu Indonesia (Jilid II). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan. Bogor.

3) Nurhasybi. 1997. Teknik Penyimpanan Benih Jabon

LUC No. 227. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

4) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

DAFTAR PUSTAKA

(Anthocephalus cadamba

(Anthocephalus cadamba).

Page 32: Atlas Benih (jilid 1)

24

7. JATI ( Linn.f.)Tectona grandis

Oleh :

Nurhasybi

Nama perdagangan : Jati

Nama botanis : Tectona grandis Linn.f.

Famili : Verbenaceae

Sebaran tumbuh : Sebaran alami di India, Myanmar dan Thailand.

Penyebaran tanaman di Indonesia ditemukan di

seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Teng-

gara, Sumbawa, Maluku dan Lampung 2).

Tumbuh pada ketinggian 0 – 900 m dpl dengan

curah hujan 1500 – 3000 m dpl. Tumbuh pada

tanah berlapisan dalam, subur, berdrainase baik,

netral. Toleran terhadap tanah padat. Jenis ini

tahan terhadap api (moderat) dan angin 5).

Musim buah : Umumnya musim buah masak terjadi pada

bulan Juli – Agutus 4).

Pengumpulan buah : Buah dikumpulkan di bawah tegakan. Benih yang

masak dicirikan oleh kulitnya yang berwarna

coklat. Kadar air benih Jati berkisar antara 10 –

13%, dengan berat per satuan benih 0,55 – 0,92

Page 33: Atlas Benih (jilid 1)

gram, dan diameter benih 1,38 -1,56 cm 4). Penanaman

di Jawa oleh Perum Perhutani pada umumnya

menggunakan "benih" berukuran diameter 14 mm. Benih

yang dipergunakan yang dipergunakan sebagai bahan

penanaman sebenarnya adalah pengertian buah untuk

jenis Jati. Pohon Jati diperkirakan mulai berbuah pada

umur 7 tahun. Potensi produksi buah per pohon di Jawa

bervariasi antara 0,5 -3 kilogram. Jumlah benih per kg

± 1500 butir .

Ekstraksi benih : Buah dijemur kurang lebih 2 hari (kadar air 10-12 %)

sampai sungkup buah terlihat kering. Buah yang telah

kering dimasukkan kedalam karung kemudian

karungnya diinjak-injak sampai sungkup buah terlepas.

Pemisahan kotoran dengan benih dilakukan dengan

menampi atau dengan blower (alat pembersih benih) .

Penyimpanan : Benih Jati disimpan pada ruang simpan pada temperatur

dibawah 20°C dan kelembaban relatif di bawah 60 %.

Perkecambahan : Perkecambahan benih Jati umumnya menghasilkan

daya berkecambah yang bervariasi dan cukup rendah

(30-70%) . Perlakuan pendahuluan sebelum benih

ditabur adalah dengan cara merendam benih dalam

air yang selalu diganti selama 3 hari. Media

perkecambahan yang dipergunakan adalah pasir yang

telah diayak dan dijemur/dipanaskan. Penaburan

dilakukan dengan bekas tangkai menghadap kebawah

sedalam kurang lebih 2 cm. Penyiraman dilakukan

hanya apabila kondisi media kekurangan air (2-3 hari

sekali) . Cara mengecambahkan Jati di rumah kaca

dilakukan dengan menabur benihnya pada bak

kecambah dengan media campuran pasir dan tanah (1

: 1), dan ditutup dengan plastik transparan serta

disiram 9 hari sekali .

Pencegahan hama : Pencegahan terhadap benih apabila terserang

Penyakit (jamur) adalah dengan memberikan

fungisida seperti Dithane M-45 (2 gram/liter air).

Persemaian : Media semai yang dipergunakan adalah campur-

an pasir + tanah + kompos daun (7:2:1).

Ukuran polybag 10 x 15 cm. Pemupukan

4)

1)

1);3)

1)

3)

dan penyakit

25

Page 34: Atlas Benih (jilid 1)

dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan

pupuk NPK cair (5 gram/I liter air). Pemupukan

dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit siap

tanam pada umur 3 bulan. Dalam persemaian

diperlukan shadding net dengan naungan 40 %.

1) Laboratorium Teknologi Benih, Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan, Cepu.

1999. Manajemen Benih Jati. Duta Rimba No. 228/XXIV-Juni 1999. Perum

Perhutani. Jakarta.

2) Martawijaya, A. Kartasujana, I, Mandang, Y .I., Prawira S.A., dan Kadir, K.

1989. Atlas Kayu Indonesia (Jilid 1). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan. Bogor.

3) Nurhasybi. 1996. Media, Penaburan dan Penyiraman dalam Perkecambahan

Benih Jati Buletin Teknologi Perbenihan, Vol. 3

No. 3. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

4) Nurhasybi, Pramono, A.A,. Mulyadi, Y., Mulyanto, Y., dan A. Muharam.1999.

Peta Pewilayahan Sumber Benih Jati Linn.F.). Laporan

Uji Coba No. 278. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

DAFTAR PUSTAKA

( L.F.).

(

Tectona grandis

Tectona grandis

26

Page 35: Atlas Benih (jilid 1)

8. JELUTUNG (Dyera spp.)

Oleh :

Hero Dien Pancang Kartiko dan Danu

Nama perdagangan : Jelutung

Nama botanis :

Famili : Apocynaceae

Sebaran tumbuh : Jenis tanaman ini pada awalnya banyak terdapat

di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kaliman-

tan Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,

Bengkulu, Jambi dan Aceh, tetapi pada saat ini

keadaan populasinya semakin menurun sebagai

akibat dari tingginya tingkat penebangan dan

penyadapan getah, serta rendahnya kegiatan

penanaman . Jelutung (nama daerah di

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Timur) dikenal pula sebagai pantung

di Kalimantan Tengah), dan labuwai atau

elabuai (di Sumatera) . Tumbuh baik di

dataran rendah 0-100 m dpl .

Dyera spp.

10);13)

4 )

10)

Musim buah : Maret -April,Agustus

27

Page 36: Atlas Benih (jilid 1)

Pengumpulanbenih : Untuk memperoleh tanaman yang baik, biji

sebaiknya dikumpulkan dari tanaman induk yang

berpenampilan baik pula, misalnya ditinjau dari

segi pertumbuhan dan bentuk batang .

Biji jelutung tersimpan dalam polong berukuran panjang

30 - 40 cm, diameter seki tar 1,8 cm.

Dalam setiap polong terdapat 12 - 24 biji. Biji rata-rata

memiliki panjang 5,1 cm, lebar 1,2 cm, dan tebal

0,14 mm. Setiap 1 kg terdapat sekitar 20 000 butir

biji .

Pengumpulan biji dilakukan dengan pemanjatan

yang dibantu dengan pasak-pasak yang ditancap-

kan secara kuat pada batang pohon induk. Pen-

ting dicatat bahwa bila polong dibiarkan di pohon

induk sampai lewat masak, polong akan pecah

dan bijinya beterbangan (karena biji bersayap).

Dengan demikian pengumpulan biji tanpa pe-

manjatan, yaitu hanya dengan mengumpulkan

biji di lantai hutan sangat sulit dilaksanakan .

Polong-polong yang telah masak ditandai oleh

biji dan sayap yang terdapat pada polong telah

berwarna coklat .

Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan metoda basah.

Buah yang telah diunduh, kemudian dijemur

selama sepekan. Setelah kering, polong pecah dan

mengeluarkan biji yang berada di dalamnya.

Biji kemudian dibersihkan sayapnya .

Penyimpanan benih : Benih jelutung disimpan dalam wadah kedap

udara, seperti kantong plastik dalam ruang

bersuhu 18 - 20°C dan kelembaban 60 - 70 %

(ruang ber-AC). Dengan cara penyimpanan

seperti ini, daya berkecambah benih diharapkan

dapat dipertahankan pada nilai 60 % selama 3

bulan .

Perkecambahan benih : Media kecambah yang digunakan dapat disesuai-

kan dengan bahan yang mudah tersedia di

lapangan. Pada daerah rawa gambut, untuk

media tabur dapat digunakan campuran gambut

dan pasir (1 : 1), sedangkan pada tanah darat

5);6);12)

9)

2)

2)

2)

2)

28

Page 37: Atlas Benih (jilid 1)

dapat digunakan campuran tanah dan pasir (1 : 1). Media

tabur ditempatkan di bawah naungan. Untuk keperluan

penaburan, biji direndam dalam air selama 24 jam

kemudian ditiriskan. Biji selanjutnya ditempatkan

secara merata di atas media tabur, kemudian ditutup

dengan lapisan tipis campuran gambut tanah dan pasir.

Setelah 7 - 10 hari, biji mulai berkecambah, dan

penyapihan dilakukan setelah kecambah memiliki

sepasang daun .

Pencegahan hama : Tindakan penting yang perlu dilakukan pada bulan-bulan

pertama setelah penanaman adalah pengendalian

gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan

pembersihan sepanjang jalurtanaman (setiap tiga bulan)

dan di sekeliling tanaman (setiap bulan) .

Gangguan penting yang mungkin terjadi setelah

penanaman adalah terjadinya serangan bercak daun

yang dapat mengganggu pertumbuhan. Penyemprotan

dengan pestisida kimia disarankan untuk tidak

dilakukan terutama di lahan rawa gambut, karena

larutan pestisida yang larut di rawa dapat mengalir ke

sungai-sungai, sehingga dapat membahayakan

manusia, ikan, dan kehidupan lain. Pengendalian gulma

yang intensif diharapkan dapat membantu pencegahan

terhadap gejala bercak daun di atas, sehingga tanaman

dapat tumbuh sehat .

Persemaian : Pada daerah rawa, media sapih yang disarankan adalah

campuran gambut dan serbuk arang (10: 1 berdasarkan

berat). Media sapih ini terbukti lebih sesuai dibandingkan

dengan lima macam media lain, yaitu gambut, gambut

+ kapur, gambut + arang + kapur, gambut + arang +

kapur + NPK-organik, dan gambut + arang + kapur +

urea + KCI . Lamanya masa pembesaran bibit di

persemaian disesuaikan dengan ukuran tanaman yang

dibutuhkan pada lokasi penanaman. Pada tanah darat,

masa pembesaran bibit 6 - 8 bulan, sedangkan

pada tanah rawa berkisar 8-18 bulan tergantung

kedalaman air rawa. Semakin dalam rawa di lokasi

penanaman semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk

pembesaran bibit.

2);3)

7)

7)

8)

dan penyakit

29

Page 38: Atlas Benih (jilid 1)

Pembiakan Vegetatif : Penting dicatat bahwa bila pengumpulan biji sukar

dilakukan, misalnya karena tidak adanya tenaga

pemanjat yang terampil, bibit dapat diperoleh dengan

cara mengumpulkan cabutan anakan alam yang

tersebar di sekitar pohon induk. Cabutan anakan alam

yang telah terkumpul ditempatkan pada media sapih

seperti tersebut di atas. Untuk menambah pilihan

dalam penyediaan bahan tanaman, bibit dapat diperoleh

melalui pembuatan stek batang (diameter 0,5 - 1,5 cm;

panjang 30 - 40 cm) dari terubusan alam. Stek dengan

perlakuan Rootone F ditanam pada campuran gambut

dan tanah lapisan atas (1 : 1), diberi sungkup plastik,

dan ditempatkan di bawah tegakan. Dengan cara ini

dapat diperoleh stek berakar sebesar 29 % setelah tiga

bulan .

1) Aminudin, I. 1995. Studi pembiakan vegetatif stek batang jelutung

Hook. F) dengan penambahan zat pengatur tumbuh rooton-F

pada media kombinasi gambut dan top soil di HTI-Trans PT Rimba Rokan

Hulu Riau. Skripsi S1, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2) Danu dan Nurhasybi. 1998. Dari benih ke penanaman jelutung untuk hutan

tanaman rawa gambut. (1):15-19.

3) Danu. 1998. Penanganan benih jelutung MIQ).

(2):81-86.

4) Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid III. Koperasi Karyawan

Departemen Kehutanan, Jakarta.

5) Iriantono, D. 1995. Genetic variance of height growth and cone production in

progeny of black spruce (Mill) BSP) in Maine. MS Thesis.

University of Maine, Orono, The U.S.A.

6) Kapisa, N. dan Pasaribu, R.A. 1998. Teknik budidaya jelutung spp).

(Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar) 1:1-28.

7) Kartiko, H.D.P. 1999. Laporan perjalanan dinas monitoring dan evaluasi penelitian

dan pengembangan jenis ramin dan jelutung. Balai Teknologi Perbenihan,

Bogor.

1)

DAFTAR PUSTAKA

(Dyera

costulata

Konifera

Tekno Benih III

Bulletin

Teknologi Perbenihan

(Dyera

(Picea mariana

(Dyera

polyphylla

5

30

Page 39: Atlas Benih (jilid 1)

8) . 1999. Menyediakan benih untuk memperbaiki mutu hutan

tanaman. 11:32.

9) . 1999. Media tumbuh pembibitan jelutung ( sp)

(Balai Teknologi Reboisasi, Banjarbaru;

dalam proses penerbitan).

10) Prosea. 1994. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Ed.

Sutarno, H., Rifai, M., Nasution, R.E. Sen Pengembangan Prosea 5 (1)1.

Prosea Indonesia-Yayasan Prosea.

11) PTXyIo Indah Pratama. 1992. Pengalaman pembangunan hutan tanaman industri

jenis jelutung ( ) di Jambi. Prosiding Seminar dan Temu

Lapang Pembangunan HTI wilayah Sumatera, Balai Teknologi Reboisasi,

Palembang 29 -31 Oktober 1992.

12) Roulund, H. dan Olesen, K. 1992. Mass propagation of improved material.

Lecture Note D-7. Danida Forest Seed Centre, Humlebaek, Denmark.

13) Whitmore, T.C. 1972. Tree flora of Malaya. Volume Two. Longman, London.

Surili

et al. Dyera

Bulletin Teknologi Reboisasi

Dyera costulata

.

31

Page 40: Atlas Benih (jilid 1)

9. MAHONI King.)(Swietenia macrophylla

Oleh :

Nurhasybi

Nama Perdagangan : MahoniNama botanis : King.Famili : Meliaceae

Sebaran Tumbuh : Daerah sebarannya di seluruh Pulau Jawa.

Sumber benih di KPH Kebonharjo (Jawa Tengah),

KPH Jember dan KPH Kediri (Jawa Timur), KPH

Banten, Cianjur, Sumedang, Ciamis dan Tasik-

malaya (Jawa Barat) 5). Pada ketinggian 50-1400

m dpl dengan curah hujan 1920-4800 mm/tahun.

Tumbuh pada tanah berdrainase baik. Toleran

terhadap tanah liat dan basa 6).

Musim buah : Musim buah umumya pada bulan Juni - Juli

walaupun ada tegakan yang masih berbuah pada

bulanAgustus.

Pengumpulan Benih : Benih diunduh pada saat buah benar-benar

masak, yang dicirikan dengan warna buah coklat

tua keabu-abuan disertai dengan adanya bintik-

bintik putih pada hampir separuh bagian kulit

Swietenia macrophylla

32

Page 41: Atlas Benih (jilid 1)

buah dan buahnya mudah dipecah, benih yang

terdapat didalamnya sudah berwama coklat tua.

Ukuran buah 9,5 cm-15,5 cm, jumlah benih perbuah

berkisar 29 hingga 58. Dalam satu kg berisi 2.300 -

2.400 benih kering tanpa sayap, sedangkan yang

bersayap dalam 1 kg berisi 2000 butir .

Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan memecah buah

kemudian benih dikeluarkan. Benih dibersihkan

dengan memotong sayap benih pada bagian atas

(diusahakan tidak sampai merusak struktur bagian

dalam benih).

Penyimpanan benih : Benih mahoni termasuk jenis semi ortodok, tahan

terhadap kadar air rendah. Sebelum penyimpanan

kadar air benih diturunkan sampai 3 - 5 % dengan

cara benih dijemur selama 1 - 2 hari. Kemudian

diangin-anginkan selama 1 hari. Tidak disarankan

pengeringan dengan menggunakan oven. Dikemas

dengan cara: benih dimasukkan ke dalam wadah

kantong plastik tebal 0,4 milimeter, dipadatkan dan

diikat, kemudian dimasukkan ke dalam wadah

kaleng. Benih dapat disimpan dalam ruang ber AC,

, dan Dengan cara ini

benih dapat dipertahankan daya berkecambahnya

(sekitar 80%) sampai 1 tahun .

Perkecambahan : Benih ditaburkan dengan cara berbaring rata

dengan media atau ditanam berdiri 1-2 cm

dalam media. Media yang dapat digunakan

adalah pasir, tanah atau campurannya (1 : 1, 1: 2).

Kelompok benih yang baik mutunya dapat mencapai

daya berkecambah 90 - 100%. Uji viabilitas benih

secara cepat dapat menggunakan sinar-x dan

Tetrazolium (TZ). Benih viabel menurut kriteria uji

sinar-x, dicirikan dengan endosperm menempati

seluruh rongga benih, maksimal 25 % dari endosperm

teresapi oleh (BaCI) sedangkan embrio

tidak teresapi . Dengan uji TZ (0,5 % selama 2 jam),

benih viabel dicirikan apabila titik tumbuh berwarna

merah atau merah muda, kotiledon minimum 30 %

merah dan 70 % merah muda .

7)

1)

3)

2)

cold dry cold storage

contrast agent

storage .

33

Page 42: Atlas Benih (jilid 1)

34

Pencegahan hama : Cendawan yang berasosiasi dengan benih penyakit

Mahoni adalah sp, sp,

sp dan sp. Pengendalian penyakit

dilakukan dengan cara pemberian benomil 50 %,

25 gram dan berat total benih .

Persemaian : Karena kadar air benih yang sesuai untuk

penyimpanan sangat rendah (3 - 5 %), agar benih

cepat berkecambah, maka setelah disimpan benih

diusahakan disemaikan di bawah naungan berat.

Media semai menggunakan campuran tanah+ pasir+

kompos (7: 2: 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk

TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10 x 15 cm.

Bibit siap tanam setelah berumur 3 bulan.

1) Erizal. 1990. Penentuan Kadar Air Awal dan Kondisi Ruang Simpan Benih

i King). LUC No.82. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor. (tidak diterbitkan).

2) . 1991. Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium untuk Jenis

Mahoni King). LUC No. 93. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor. (tidak diterbitkan).

3) Kusuma, I.D. dan Iriantono, D. 1991. Uji Cepat Viabilitas Mahoni

King) dengan Kontras Radiografi. LUC No. 83. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor. (tidak diterbitkan).

4) Mulyanto, H. 1988. Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Benih Mahoni

King) terhadap Daya Berkecambah dan

Perkembangan Cendawan Terbawa Benih. Skripsi Sarjana Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor.

5) Nurhasybi dan Pramono, A.A. 1998. Peta Pewilayahan Sumber Benih Mahoni

King) dan Sengon

Fosberg) di Jawa. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Perbenihan Kehutanan. Buletin Teknologi Perbenihan Vo. 5

No. 2 Hal. 25 - 41. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

6) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

7) Zanzibar, M dan Triswanto, A. 1988. Potensi Produksi dan Mutu Benih Mahoni

King). LUC No. 38. Balai Teknologi Perbenihan.

Bogor. (tidak diterbitkan).

Aspergillus

Curvularia

(Swietenia macrophylfa

(Swietenia macrophylia

(Swietenia

macrophylia

(Swietenia macrophylia

(Swietenia macrophylia (Paraserianthes falcataria

(Swietenia macrophylla

Botryodiplodia

Fusarin

4)

DAFTAR PUSTAKA

Mahon

dan penyakit

Page 43: Atlas Benih (jilid 1)

10. LEDA (Eucalyptus deglupta Blume)

Oleh :

Dede J. Sudrajat dan M. Zanzibar

Nama perdagangan : Leda .

Nama botanis : Blume

Sinonim : F. Muell.

Famili : Myrtaceae

Sebaran Gambut : merupakan tanaman asli Indonesia

yang secara alami tersebar di Sulawesi, Maluku

dan Irian Jaya. Tumbuh pada ketinggian 0-1800

m dpl dengan curah hujan 2400-6000 mm/

tahun. Tumbuh pada tanah berlapisan dalam,

drainase baik. Toleran terhadap tanah asam dan

drainase buruk 5).

Musim buah : Musim buah bervar ians i waktunya. Pada

umumnya kerucut siap diunduh pada bulan

Juni - Juli, namun di beberapa daerah, musim

buah jatuh pada bulan Januar i dan Mei

(Kenangan, Kaltim) dan April (Komara dan

Borisallo, Sulsel) 9).

Eucalyptus deglupta

Eucalyptus naudiniana

E. deglupta

35

Page 44: Atlas Benih (jilid 1)

36

Pengumpulan buah : Pengunduhan dilakukan terhadap kerucut yang

berwarna hijau kecoklatan . Pengunduhan harus

dilakukan tepat waktu, karena apabila kerucut telah

berwarna coklat tua, selain telah melampaui waktu

masak fisiologis, kondisi kerucut sudah merekah dan

tidak berisi benih lagi.

Ekstraksi benih : Ekstraksi dilakukan dengan metoda basah.

Ekstraksi dengan cara penjemuran (sinar matahari)

sampai kerucut merekah (± 3 hari) atau dapat

dilakukan dengan = 400 selama 24

jam). Pada saat kerucut merekah benih akan keluar

dengan sendirinya. Benih berukuran sangat kecil

berbentuk serbuk dan pembersihannya dapat

dilakukan dengan cara penyaringan. Benih dianggap

bersih bila lolos dari ayakan 600 mikrometer dan

tertahan ayakan berukuran 300 mikrometer .

Kemurnian benih juga dipengaruhi oleh kadar air,

makin rendah kadar air benih makin tinggi tingkat

kemurnian benih . Rata-rata jumlah benih setiap 0,1

gram pada kadar air ± 8% adalah 1.257 butir .

Perkecambahan : Media yang dapat digunakan untuk perkecambahan

adalah campuran tanah dan pasir (1:1).

Benih dapat langsung ditaburkan tanpa melalui

perlakuan pendahuluan. Proses perkecambahannya

membutuhkan kelembaban dan suhu yang cukup

tinggi (± 350 C). Untuk mempertahankan suhu

perkecambahan agar tetap tinggi maka bak

kecambah ditutup dengan plastik transparan. Metode

dan media uji yang tepat bagi perkecambahan benih

di laboratorium adalah metode Uji Antar

6)

7)

4)

3)

O

fruit drier (t

E. deglupta

E. deglupta

O

O

2)

C

Penyimpanan benih : Benih termasuk jenis benih semi ortodoks

yang akan tahan disimpan pada kadar air dan suhu

rendah. Benih yang akan disimpan diturunkan dulu

kadar airnya (pengeringan dengan seed drier pada

suhu 40°C selama 4 jam). Benih dapat

disimpan pada kadar air 6-10%. Pada ruang dingin

(suhu 50 °C) viabilitas benih dapat dipertahankan

sampai 18 bulan, sedangkan pada deep freezer (suhu

- 150 C) viabilitas benih dapat dipertahankan sampai

85 bulan .

E. deglupta

E. deglupta

Page 45: Atlas Benih (jilid 1)

Kertas (UAK) dengan media kertas merang atau

kertas tower 8). Contoh benih untuk pengujian di

Laboratorium adalah 0,1 gram dengan kriteria

kecambah normal apabila kotiledon telah terbuka

sempurna selama 2 minggu .

sampai merata .

setelah berumur 3 bulan .

Pembiakan vegetatif dapat dilakukan

dengan cara stek dengan menggunakan media pasir

atau serabut kelapa. Pemberian IBA 200 - 400 ppm

dapat mempercepat pembentukan akar. Stek pucuk

memberikan hasil yang terbaik dibandingkan stek

dari bagian tanaman lainnya .

3)

10)

10)

1)

Pecegahan hama : Cendawan yang dapat menginfeksi benih

diantaranya adalah

dan

dan merupakan cendawan

yang berpotensi sebagai cendawan penyimpanan.

Serangan cendawan secara efektif dapat ditekan

dengan menggunakan perlakuan pembekuan (t =

-150 C)+ Benomil 5% + Streptomycin 5%. Cara

penambahan bahan kimia tersebut dilakukan dengan

menghamparkan benih di atas kantong plastik, lalu

bahan kimia ditambahkan secara bertahap hingga

mencapai takaran yang telah ditentukan dan diaduk

Persemaian dan : Penyapihan dilakukan setelah semai berumur 3 - 4

minggu. Media yang digunakan untuk semai .

adalah campuran tanah + pasir + kompos

(7: 2: 1). Polybag yang digunakan berukuran 10,2 x

15,2 cm. Bibit memerlukan naungan dengan

intensitas cahaya 50 % dan siap ditanam di lapangan

E.deglupta

Penici l l ium, Pestalot ia,

Aspergillus, Cladosporium Batriyadiplodia.

Penicillium Aspergillus

E

deglupta

E. deglupta

dan penyakit

Pembiakan Vegetatif

37

Page 46: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR PUSTAKA

1) Danu. 1994. Pemilihan Media dan Ruang Tumbuh untuk Pertumbuhan Stek

Blume. LUC No. 159. Balai Teknologi Perbenihan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

2) Doran, J. C., J. W. Turnbull and E. M. Kariuki. 1987. Effects of Storage

Conditiones on Germination of Five Tropical Tree Species. Proceeding

of The International Symposium on Forest Seed Problem in Africa. Harare.

Zimbabwe.

3) Iriantono. D. 1997. Standarisasi Pengujian dan Mutu Benih Leda

LUC No. 270. Balai Teknologi Perbenihan. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

4) Komar, E. T., 1994. Penentuan Kadar Air Benih Leda

Blume). LUC No. 153. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan. Bogor. 5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest

Production for Tropical America. Agriculture Handbook 710. USDA

Forest Service. RioPiedras.

6) Yafid, B. 1993. Karakteristik Masak Fisiologis Buah Leda

Blume). LUC No. 137. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

7) Zanzibar, M. 1990. Penentuan Ukuran Ayakan untuk Pembersihan Benih

Leda Blume). LUC No. 78. Balai Teknologi

Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

8) . 1992. Pemilihan Metode dan Media Uji Perkecambahan Benih

Leda Blume). Buletin Perbenihan Kehutanan. Vol.

1 No. 1. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan. Bogor.

9) . 1994. Identifikasi Sumber Benih Jenis Leda

Blume) di Sulawesi Selatan. LUC No. 150. Balai Teknologi Perbenihan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor

10) dan Hessy Hindarsih. 1996. Identifikasi dan Metode Pengendalian

Penyakit pada Benih Blume. Buletin Teknologi

Perbenihan. Vol. 3 No. 2. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Eucalyptus deglupta

(Eucalyptus deglupta).

(Eucalyptus deglupta

(Eucalyptus deglupta

(Eucalyptus deglupta

(Eucalyptus deglupta

(Eucalyptus deglupta

Eucalyptus deglupta

38

Page 47: Atlas Benih (jilid 1)

11. MANGIUM Willd.)(Acacia mangium

Oleh :

Nurhasybi

Nama Perdagangan : MangiumNama botanis : Willd.Famili : Leguminosae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di Irian Jaya dan Kepulauan

Maluku 1). Sumber benih terdapat di Subanjeriji

(Sumatera Selatan), Bogor, Banten dan Purwakarta

(Jawa Barat). Tumbuh pada ketinggian 500 – 1200 m

dpl dengan curah hujan di atas 1920 mm/tahun.

Tumbuh pada tanah subur berpasir. Toleran ter-

hadap tanah asam, miskin hara dan drainase jelek 4).

Musim buah : Musim buah umumnya pada bulan Juli - Agustus.

Pengumpulan Benih : Buah (polong) yang masak berwarna coklat. Jumlah

benih per 1 kg adalah 98.000 butir 3).

Ekstraksi Benih : Ekstraksi dengan cara polong dijemur selama 1 hari,

kemudian dimasukkan ke dalam karung dan dipukul-

pukul dengan memakai kayu hingga polongnya

hancur. Benih dipisahkan dari kotorannya dengan

Acacia mangium

39

Page 48: Atlas Benih (jilid 1)

ditampi. Funikelnya dihilangkan dengan cara

menjemur benih selama 1- 2 hari, kemudian funikelnya

dihilangkan secara manual. Seleksi/sortasi benih

dapat dilakukan dengan menggunakan

Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8 %). Pengeringan

benih dengan cara dijemur selama 2 hari. Dikemas

dalam wadah kedap (plastik dimasukkan dalam

kaleng). Ruang simpan yang digunakan adalah ruang

kamar, ber AC atau DCS. Dengan cara ini viabilitas

benih dapat dipertahankan selama kurang lebih 3

tahun.

Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1 : 1). Perlakuan

pendahuluan dengan cara direndam dengan air

mendidih kemudian dibiarkan dingin selama 24 jam.

Pencangkokan cabang primer dapat dipergunakan

untuk membangun kebun benih klonal, tetapi tidak

sebagai teknik perbanyakan tanaman secara

vegetatif. Cabang primer yang dipilih berukuran

diameter 2 - 3 cm dan terletak kira-kira 1/3 kanopi

(tajuk). Pencangkokan dilakukan pada cabang yang

terletak 20 -30 cm dari pangkal cabang dan dikupas

sepanjang 10 cm. Bagian cabang yang dikupas

ditutup dengan sabut kelapa steril yang sudah diberi

air hingga lembab, setelah itu dibungkus plastik

bening dan kedua bagian ujung plastik diikat dengan

tali rafia .

Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur, waktu

disimpan benih dicampur dengan fungisida dalam

bentuk tepung. Misal: benomil.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +

kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi

pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x

15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan 50%

cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 3 bulan.

seed

table.

gravity

1)

dan penyakit

40

Page 49: Atlas Benih (jilid 1)

41

DAFTAR PUSTAKA

1) Bramasto, Y. 1998. Pembuatan Cangkok dalam Rangka Penyiapan Kebun

Benih Klon Willd. Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 5

No. 2. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

2) Martawijaya, A. Kartasujana, I, Mandang, Y.I., Prawira S.A., dan Kadir, K.

1989. Atlas Kayu Indonesia (Jilid 1). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan. Bogor.

3) Pukittayacamee, P., Saelim, S. dan J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of

Forest Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Project.

Muaklek, Saraburi, Thailand.

4) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

Acacia mangium

Page 50: Atlas Benih (jilid 1)

12. MERANTI TEMBAGA MIQ)(Shorea leprosula

Oleh :

Dida Syamsuwida

Nama perdagangan : Meranti merah

Nama ilmiah : MIQ.

Famili : Dipterocarpaceae 3).

Pembungaan terjadi pada bulan Juli - September,

buah masak pada bulan Desember - Maret. Jumlah

bunga per pohon 63.000 4.000.000 bunga. Jumlah

buah per pohon antara 30.000 249.000 buah, yang

berhasil masak antara 5.000 11.400 buah 2).

Pengumpulan benih : Buah masak ditandai dengan warna sayap dan

kecoklatan, biasanya 3 - 4 minggu sebelum buah

jatuh. Buah diunduh dengan cara dipanjat kemudian

dahan digoyang sehingga buah jatuh dengan

sendirinya dan di bawah pohon diberi hamparan

plastik untuk menampung buah/benih. Jumlah benih

Shorea leprosula

Sebaran tumbuh : Daerah penyebaran di Sumatera dan Kalimantan,

tumbuh dalam hutan primer dengan ketinggian

antara 5 – 800 m dpl. Sumber benih di Jawa ter-

dapat di Kebun Percobaan Haurbentes dan Carita,

Jawa Barat.

Musim buah :

calyx

42

Page 51: Atlas Benih (jilid 1)

berkisar antara 1900-2268 benih per kg .

Ekstraksi benih : Termasuk ekstraksi basah dimana buah hasil

pengumpulan langsung diekstraksi dengan cara

memotong sayap tanpa dilakukan pengeringan.

Ekstraksi dilaksanakan di tempat teduh. Seleksi benih

dilakukan dengan cara memilih langsung benih yang

kelihatan sehat, tidak ada tanda serangan ulat seta

berukuran relatif sama.

Penyimpanan benih : Benih S. termasuk kelompok rekalsitran,

dimana kadar air benih segar > 40 % mempunyai daya

kecambah 100 %. Benih yang akan disimpan

dimasukkan ke dalam wadah simpan berupa kantong

blacu tertutup yang diberi media sebuk arang sedikit

lembab dan diletakan pada ruangan ber-AC dengan suhu

18-21 C. Kondisi ini dapat mempertahankan viabilitas

benih hingga 4 minggu dengan daya berkecambah rata-

rata 45 % dan kadar air 29-35 .

Perkecambahan : Media tabur berupa campuran pasir dan tanah (1 : 1)

dimasukkan ke dalam bak kecambah ukuran 40 x 30

cm yang dapat menampung 100 benih. Benih

dibenamkan dalam media sedalam 3/4 bagian tubuh

benih dengan posisi bagian bekas tangkai buah

menghadap ke atas. Bak kecambah sebaiknya

diletakkan di bawah naungan. Kecambah siap sapih

setelah berumur 28 - 30 hari.

Pembibitan : Bibit hasil sapihan dan benih dapat dipindahkan ke

lapangan setelah mencapai tinggi 20 - 25 cm yang

memerlukan waktu 3- 4 bulan. Pengadaan bibit dapat

mempergunakan anakan dari permudaan alam dengan

cara putaran atau cabutan. Waktu yang diperlukan

untuk sistem cabutan sampai bibit siap tanam 4 - 5

minggu setelah pencabutan. Ukuran tinggi anakan

dibawah 20 cm atau berdaun 2 - 5 helai. Penyapihan

dilakukan di persemaian minimal 30 hari di bawah

naungan plastik. Persentase hidup tanaman di

pesemaian dapat mencapai 98% . Pembiakan dengan

cara stek pucuk dapat dilakukan dengan menggunakan

media campuran perlite: gambut:vermiculite (1:1:1) di

bawah kondisi kelembaban > 95 % dan temperatur <

30 c .

Hama benih : Nanophyesshoreae .

2)

O

5)

1)

O 4)

1)

leprosula

%

Alcidodes dipterocarpi,

43

Page 52: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR PUSTAKA

1) Alrasyid, H. 1992. Evaluasi hasil-hasil penelitian jenis kayu tropis

khususnya jenis Dipterocarpaceae. Pros. Seminar nasional Status

Silvikultur di Indonesia Saat Ini. Dep. Kehutanan-APHI

Fak. Kehutanan UGM, Yogyakarta.

2) Anonymous, 1991. Vademikum Dipterocarpaceae. Badan Litbang

Kehutanan. Dep. Kehutanan. Jakarta.

3) Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid Ill. Badan Litbang

Kehutanan. Jakarta, 1430 p.

4) Subiakto, A; A. Herriansyah dan C. Sakai. 1999. Production of planting stocks

of meranti by cutting technique and their performance in the field trial.

Meeting of the CGIF Working Group on Sustainable Forest Management.

Yogyakarta.

5) Tompsett, P.B. 1987. A review of the literature on storage of Dipterocarps

seeds. Proc. Int. Symp. On Forest Seed Problems in Africa. Harare,

Zimbabwe.

44

Page 53: Atlas Benih (jilid 1)

13. MERBAU ( spp.)Intsia

Oleh :

Naning Yuniarti

Nama perdagangan : Merbau, Bajan

Nama botanis : spp

Famili : Caesalpiniaceae

Tempat tumbuh dan : Penyebaran jenis ini di Indonesia adalah di Jawa,

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Timor dan Irian

Barat. Tempat tumbuh di hutan primer lahan

kering, pada tempat yang tidak atau sewaktu-

waktu digenangi air, di atas tanah pasir atau

berbatu-batu, pada lapangan yang rata atau

miring, hidup tersebar pada ketinggian 0 - 50 m

di atas permukaan laut.

Musim bunga dan : Bunga merbau berupa bunga majemuk dalam

buah bentuk malai, tangkai utama 5 - 18 cm, dan

panjang tajuk bunga 1,5 - 2,5 cm. Buah merbau

berbentuk polong, bulat atau berbentuk agak

panjang lebih kurang 8,5 - 23 cm, lebar buah 4 - 8 cm,

satu buah berisi 1 - 8 benih. Benih merbau

berbentuk bulat pipih dan berwarna coklat tua

kemerah-merahan.

Intsia

sebaran

buah

45

Page 54: Atlas Benih (jilid 1)

46

Bunga mekar pada bulan Nopember sampai Januari

dan buah tua pada bulan Mei sampai Agustus. Benih

siap dipanen setelah masak fisiologis yang ditandai

dengan warna buah coklat tua sampai kehitam-

hitaman, kulit buahnya sudah keras dan benih sudah

berwarna coklat tua kemerahan.

Kisaran potensi produksi buah per pohon adalah

antara 72 - 81 buah dan potensi produksi benih per

pohon adalah antara 358 - 407 butir benih. Nilai ini

diambil berdasarkan hasil pengunduhan pada bulan

Agustus 1997 di kebun percobaan Litbang Carita,

Jawa Barat . Berat 1000 butir benih adalah 2.825

gram dan jumlah benih per kg adalah 354 butir.

Ekstraksi benih : Buah dijemur di bawah sinar matahari selama 1 - 2

hari sampai buah merekah. Cara mengeluarkan benih

dari buah adalah dengan mengupas buah secara

manual.

Perkecambahan benih : Benih merbau mempunyai kulit yang keras,

sehingga untuk mempercepat proses perkecambahan

diperlukan perlakuan pendahuluan sebagai berikut .

Pengikiran tidak boleh merusak embrio benih, atau

menggunakan asam sulfat pekat selama 1 jam.

Setelah dikikir, benih kemudian direndam dalam air

dingin selama 30 menit. Media yang dapat digunakan

untuk perkecambahan adalah campuran tanah dan

pasir dengan perbandingan 1: 1. Media ini disterilkan

terlebih dahulu dengan cara penggorengan selama

2 jam.

Peyimpanan benih : Benih merbau termasuk benih ortodoks. Cara

menyimpan benih yang baik adalah disimpan dengan

menggunakan wadah kantong plastik yang diletakkan

di ruangAC.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah dan

pasir dengan perbandingan 1 : 1. Untuk merangsang

6)

2);6)

Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama

penyimpanan, sebelumnya benih dicampur, dengan

fungisida dalam bentuk tepung. Misalnya Dithane M-

45 dan Benlate.

dan penyakit

Page 55: Atlas Benih (jilid 1)

47

pertumbuhan semai sebaiknya diberi super-fosfat

(Dalam bentuk kapur . Ukuran polybag adalah 15 x

20 cm. Bibit siap ditanam setelah berumur 3 bulan.

1) Mukhtar, A.S, Masano dan Nina Mindawati. 1993. Pembinaan dan

Pelestarian Pohon Merbau ( spp). Di Indonesia. Prosiding Seminar

Sehari Optimalisasi Pemanfaatan Kayu Merbau di Indonesia. Jakarta.

2) Masano. 1993. Beberapa Informasi Sivikultur Merbau ( spp). Sebagai Usaha

dalam Pembinaan dan Pelestarian. Prosiding Seminar Sehari

Optimalisasi Pemanfaatan Kayu Merbau di Indonesia. Jakarta.

3) Sasaki, S dan F.S.P. Ng. 1981. Physiological andles on generation and seedling

ducloment in (Mandau). The Malaysian Forester 44

(1) : 43-59

4) Yuniarti. 1996. Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau

Laporan Uji Coba No. 192. Balai Teknologi Perbenihan

Bogor.

5) . 1996. Pemilihan Wadah dan Ruang Simpan Pada Penyimpanan

Benih Merbau Laporan Uji Coba No. 193. Balai Teknologi

Perbenihan Bogor.

6) . 1997. Penaksiran Potensi Produksi Buah/Benih Merbau

Per Pohon dan Mutu Benih pada Satu Musim Berbuah. Laporan Uji

Coba No. 252. Balai Teknologi Perbenihan Bogor.

3)

DAFTAR PUSTAKA

Intsia

Intsia

Intsia palembanica

(Intsia

bijuga).

(Intsia bijuga).

(Intsia

bijuga)

Page 56: Atlas Benih (jilid 1)

14. MIMBA A. Juss)(Azadirachta indica

Oleh :

Agus Astho Pramono

Nama Perdagangan : MimbaNama botanis : A. JussSinonim : BraudFamili : Meliaceae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di Jawa Timur, Bali dan Nusa

Tenggara Barat. Populasi pohon Mimba yang cukup

besar ditemui di Situbondo dan Madura, Madiun,

Tuban (Jawa Timur), Lombok (Nusa Tenggara

Barat), hanya sedikit ditemui di Subang (Jawa Barat)

4);5). Tumbuh pada ketinggian 0 - 500 m dpl dengan

curah hujan 300 - 1200 mm/tahun. Jenis ini tumbuh

pada tanah lapisan dalam, drainase baik. Toleran

terhadap tanah lapisan dangkal, tidak subur atau

tanah padat dan suhu dingin. Tumbuh pada tanah

dengan pH berkisar 5 - 8,5 7).

Musim buah : Musim buah pada bulan Desember - Pebruari.

Pengumpulan Benih : Buah masak dicirikan oleh warna kulit buah hijau

kekuningan sampai kuning. Pengumpulan dilakukan

Azadirachta indicaMelia azadirachta L., Melia indica

48

Page 57: Atlas Benih (jilid 1)

dengan memetik buah yang telah masak atau

mengumpulkan benih jatuhan di lantai hutan. Buah

rata-rata berukuran 1,5 - 2 cm. Jumlah benih per kg

kurang lebih 1250 biji.

Ekstraksi benih : Ekstraksi buah dapat dilakukan dengan cara digosok-

gosok dengan tangan menggunakan pasir,) Ekstraksi

dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengupas

kopi .

Penyimpanan benih : Benih dikeringanginkan selama 2 hari pada suhu

kamar atau tempat teduh . Benih kemudian

disimpan dengan menggunakan kemasan kantong

kain katun dan blacu di ruang simpan AC. Pada

kondisi ini, benih mampu disimpan selama 12 minggu.

Perkecambahan : Benih ditabur dengan cara ditanam sedalam 0,5 cm

pada media tanah, calon akar menghadap ke bawah,

kemudian ditutup dengan satu lapis media. Waktu

yang diperlukan benih untuk berkecambah 5- 7 hari.

Vegetatif : Stek dapat dilakukan dengan stek akar dan stek

pucuk. Sebelum diakarkan bahan stek pucuk

dicelupkan dalam hormon IBA dengan konsentrasi

100 ppm selama 5 menit. Media yang baik adalah

serbuk sabut kelapa, atau dapat menggunakan pasir

sungai yang telah disterilkan. Setelah 2 bulan akan

terbentuk akar dan siap ditanam setelah 4 bulan hari

sejak distek . Cangkok mimba dapat dilakukan

dengan media serbuk sabut kelapa . Penggunaan

hormon IBA (800 ppm) efektif untuk meningkatkan

perakaran cangkok .

Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama

penyimpanan, sebelumnya benih dicampur dengan

fungisida dalam bentuk tepung. Misal: bahan aktifnya

saja, benomil.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +

kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk

TSP 1 sendok makan. Polybag berukuran 10,2

x 15,2 cm. Dalam masa penyemaian diperlukan

naungan 50 % cahaya. Pembukaan naungan

dilakukan setelah bibit cukup kuat dan segar. Bibit

siap tanam setelah berumur 6 bulan.

3)

3);5)

3)

1)

2)

dan penyakit

49

Page 58: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR PUSTAKA

1) Djam'an, F.D.; Pramono,A.A.; Danu; Kurniawati, Kartiko, H.D.P.; Lanjar. 1999.

Teknik Perbanyakan Secara Vegetatif Beberapa Jenis Pohon untuk

Pembangunan Hutan Rakyat. Laporan Uji Coba No. 293. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

2) Gupta, V.K.; Solanki, K.R.; Kumar, R.V. dan Datta, A. 1998. Propagating

neem by air layering in Forest, Farm, And Community

Tree Research Report. Vol. 3, 1998. Winrock Internal's Forest, Farm,

And Community Tree Network in collaboration with Council of Agriculture,

Taiwan. Taiwan Forest Research Institute.

3) Kijkar, S. 1992. Handbook: Planting stock production of spp at the

ASEAN-Canada Forest Tree Seed Centre ASEAN-Canada Forest

Tree Seed Centre Poject, Muak Lek, Saraburi Thailand.

4) Nurhasybi & Pramono, A.A. 1995. Eksploresi Benih Jenis matoa

Mimba dan Mindi Laporan

Uji Coba No. 168. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor

5) Nurhasybi, Tresna,N.M.B. 1999. Daya simpan benih mimba

pada beberapa tingkat pengeringan

Buletin Teknologi

Perbenihan Vol. 6. No. 1. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Indonesia.;

6) Pramono, A.A. Danu, Dharmawati F.D.; Muharam.A.; Suprayogi, Gatot LP.

2000. Teknik Pembangunan kebun Pangkas untuk 3 jenis: Penanaman

Kebun Pangkas (Mimba),

dan (Jabon) di Nagrak dan Parung panjang.

Laporan Uji Coba No. 168. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

7) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America,

Agriculture Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

(Azadirachta indica)

Azadirachta

(Pometia

pinnata), (Azadirachta indica) (Melia azedarach).

(Azadirachta

indica) (Sorability of neem

(Azadirachta indica) seeds on some drying level.

Azadirachta indica Azadirachta excelsa

Anthocephalus cadamba

50

Page 59: Atlas Benih (jilid 1)

15. MINDI Linn.)(Melia azedarach

Oleh :

Danu

Nama Perdagangan : Mindi

Nama botanis : Linn.

Famili : Meliaceae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di P. Jawa, Bali, Nusa Tenggara

Timur dan Nusa Tenggara Barat 5). Dewasa ini

populasi pohon mindi banyak ditemui di dataran

tinggi di Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung

(Jawa Barat), dan di Bondowoso (Jawa Timur).

Tumbuh pada ketinggian 700 - 1400 m dpl dengan

curah hujan di bawah 900 mm/tahun. Tumbuh pada

tanah berdrainase baik, subur berpasir. Tahan

terhadap suhu dingin 9).

Pengumpulan Benih : Musim buah bulan Desember - Januari, walaupun

kadang-kadang ada yang berbuah pada bulan Juni.

Buah masak dicirikan dengan kulit buah berwarna

kuning. Hindari penggunaan buah jatuhan. Buah

mindi merupakan buah batu yang terdiri dari

2 - 3 butir benih. Buah berukuran 1 - 1,5 cm. Jumlah

buah kering 1286 butir/kg atau ± 56894 butir biji/kg

4); 8).

Melia azedarach

(drupe)

51

Page 60: Atlas Benih (jilid 1)

Ekstraksi benih : Ekstraksi buah dapat menggunakan

(alat pengupas kopi). Ekstraksi dilakukan sebersih

mungkin, jangan ada sisa kulit dan daging buah yang

menempel. Atau buah digosok-gosok dengan tangan

menggunakan pasir. Usahakan ekstraksi buah

dilakukan segera setelah pemanenan.

Penyimpanan benih : Kadar air benih diturunkan dengan cara diangin-

anginkan di ruang AC (suhu: 18 - 20°C) dalam wadah

datar dan terbuka selama 3 hari (kadar air benih

menjadi 15 %). Bila kadar air benih diturunkan lagi

menjadi kurang dari 10 %, benih mindi akan mati.

Dari hasil penelitian di BTP dengan menggunakan

wadah simpan plastik dalam kaleng di dalam ruangan

ber-AC, viabititasnya dapat dipertahankan sampai 6

bulan (terhitung sejak pemanenan). Benih ini memiliki

sifat semirekalsitran, sehingga diduga dengan

penggunaan wadah yang agak porus (kain blacu) akan

memperpanjang periode simpan benih .

Perkecambahan : Untuk meningkatkan persentase daya berkecambah,

benih ini perlu proses pemasakan lanjutan

selama 4 bulan. Benih ini memiliki sifat

dormansi fisik (kulit benih) yang tinggi, sehingga untuk

memecahkan dormansinya, benih direndam dalam

asam encer (konsentrasi 12 N) selama 10

menit, kemudian rendam dalam GA-3 200 ppm selama

12 jam, dikecambahkan pada media campuran pasir

tanah (1 : 1) yang ditempatkan pada lingkungan

bersuhu tinggi (35°C selama 8 jam per hari). Dengan

metoda ini daya berkecambah dapat mencapai 70% .

Pemecahan dormansi dapat pula dilakukan cara benih

diretakan kulitnya kemudian dikecambahkan pada

media campuran pasir tanah (1: 1) dalam bak

tertutup plastik. Cara ini dapat menghasilkan daya

berkecambah 89 % dengan kecepatan tumbuh 55 %

selama satu minggu .

Vegetatif : Dapat d i lakukan dengan cara dicangkok.

Perbanyakan secara stek masih sulit dilakukan .

Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama

penyimpanan, benih dicampur dengan fungisida

dalam bentuk tepung. Misal : Dithane M-45, Benlate.

food processor

after

ripening

sulfat

(

)

1)

3)

7)

2)

dan penyakit

52

Page 61: Atlas Benih (jilid 1)

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir

+ kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi

pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 15 x

20 cm. Bibit siap tanam setelah berumur 4 bulan.

1) Danu dan Kurniawati. 1996. Pengaruh Kadar Air Awal Benih Terhadap Daya

Simpan Benih Mindi L. Balai Teknologi Perbenihan

Bogor.

2) Dharmawati dan Danu. 1997. Teknik Pembiakan Vegetatif jenis Mindi

L.). Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No:218/

34.1/02/97. Bogor.

3) Iriana, N. 1996. Studi Perkecambahan benih Mindi L.) dalam

Hubungannya dengan Sifat Dormansi. Skripsi Jurusan Budidaya

Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

4) Kijkar, S. 1992. Planting Stock Production of spp at The

ASEAN - Canada Forest Tree Seed Centre. ASEAN - Canada Forest

Tree Seed Centre. Muakiek, Saraburi. Thailand.

5) Martawijaya, A., Kartasujana, Kadir, K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas Kayu

Indonesia Jilid I - II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan

Bogor.

6) Nurhasybi dan Danu. 1997. Mengenal Budidaya Mindi

Tekno Benih (2) :1 Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

7) Pramono, A.A. dan Danu. 1998. Teknik Pematahan Dormansi Benih Mindi

Linn.). Buletin Teknologi Perbenihan (5):3 Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

8) Pukittayacamee,P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of

Forest Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.

Saraburi. Thailand.

9) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

DAFTAR PUSTAKA

(

(

(

( L.)

(

Me ia

Melia

Melia

Me ia

Melia

l azedarach ).

azedarach

azedarach

Azadirachta .

l azedarach

azedarach

53

Page 62: Atlas Benih (jilid 1)

16. PULAI R Br)(Alstonia scholaris (L)

Oleh :

Muhammad Zanzibar

Nama Perdagangan : Pulai

Nama botanis : (L) R Br.

Famili : Apocynaceae

Sebaran Tumbuh : Hutan rawa sekunder, sampai ketinggian ± 1000 m di

atas permukaan laut 5). Daerah penyebaran meliputi

seluruh Indonesia 2).

Musim Buah : Musim buah berbeda menurut tempat. Di Teluk Pulai

dan Musi Rawas - Sumatera Selatan, buah masak

pada bulan Oktober - Januari 6), sedangkan di Jawa

Barat pada bulan Juli hingga September.

Pengumpulan : Buah berbentuk polong dengan panjang 30 – 50 cm

4). Sebelum pengunduhan, lantai hutan sekeliling

pohon yang akan diunduh dibersihkan terlebih dahulu

atau dilapisi dengan plastik agar buah-buah tersebut

mudah dikumpulkan. Pengunduhan dilakukan pada

polong-polong yang berwarna hijau tua hingga

kekuningan, dengan cara memetik langsung dari

pohon.

Alstonia scholaris

buah

54

Page 63: Atlas Benih (jilid 1)

Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan pada metoda basah.

Polong - polong diletakkan di dalam peti kayu yang

di atasnya ditutupi kawat kasa, diangin-anginkan pada

suhu kamar (t = ± 27 C, RH = 70 - 90 %, selama 3 -

7 hari). Setiap hari polong-polong diaduk agar

mendapatkan panas secara merata; polong akan

pecah sendiri dan benih akan keluar. Benih pulai

bersayap tipis, dengan jumlah 544.400 butir benih

bersayap/kg, atau setara dengan 701.600 butir benih

tanpa sayap/kg. Pemisahan antara sayap dan benih

dapat menggunakan .

Penyimpanan benih : Benih pulai berwatak semi ortodok, yaitu benih

memiliki potensial kandungan lipid yang tinggi, kulit

benih yang relatif tipis sehingga cepat hilang

viabilitasnya bila disimpan pada suhu kamar,

sedangkan pada temperatur rendah relatif lebih

tahan . Kadar air aman untuk penyimpanan berkisar

antara 7,5 - 9.0 %, diperoleh dengan cara diangin

anginkan selama 2 - 3 hari pada ruang kamar (t = ±

25°C, RH 70 - 90%) kemudian benih dikemas dalam

kantong plastik kedap (ukuran 4 - mil atau lebih, 1

mil = 1/1000 inch), kemudian disimpan dalam ruang

dingin (DCS dan refrigator/almari es). Selama 6 bulan

masih memiliki daya berkecambah 82,00 % .

Perkecambahan dan : Metode uji perkecambahan di laboratorium

menggunakan Uji Di atas Kertas (UDK), pada media

kertas merang atau towel. Di rumah kaca,

menggunakan pasir halus atau campurannya dengan

tanah (1 : 1) .

Dalam proses perkecambahannya dibutuhkan

temperatur yang relatif tinggi (rata-rata 35°C). Oleh

karena itu pengujian dapat dilaksanakan di rumah

kaca atau germinator yang dilengkapi dengan pengatur

temperatur.

Penyemaian dilakukan setelah kecambah berumur

14 - 21 hari. Semai harus bebas dari matahari terik

dan terpaan hujan dengan menggunakan shadding

net berukuran 50 - 75 %.

O

7)

1)

-

7)

6)

food processor

Persemaian

55

Page 64: Atlas Benih (jilid 1)

Pembiakan vegetatif : Tanaman pulai mudah dibiakkan secara vegetatif, yaitu

melalui stek batang. Tanpa pemberian hormon

tumbuhpun stek dapat menumbuhkan tunas dan akar

secara cepat dan normal .

Media yang baik untuk pertumbuhan stek adalah sabut

kelapa namun dapat pula menggunakan media tanah

yang memiliki daya serap air yang tinggi . Tempat

pertumbuhan dapat menggunakan sungkup plastik

atau misting chamber, bahkan pada musim penghujan

stek dapat ditanam langsung di lapangan

Pertumbuhan pulai diawali dengan tumbuhnya

percabangan atau tunas secara dominan dan serentak,

tetapi setelah umur tertentu akan muncul tunas baru

yang dominan sebagai bakal batang utama. Tunas

yang tumbuh sebelumnya akan menua, dan kemudian

menggugurkan diri

1) Bonner, F.T, J.A. Vozzo, W.W. Elam, S.B. Land, Jr. 1994. Tree Seed

Technology Training Course. Instructors. Manual. United States Departmen

of Agriculture. Forest Service. Southern Forest experiment Station,

New Orleans, Louisiana.

2) Martawijaya, A., Iding K, Kosasih K dan Soewanda A.P. 1981. Atlas Kayu

Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Direktorat

Jenderal Kehutanan.

3) Pebrijanti, D.E, Syafii Manan dan M. Zanzibar. 1999. Pengaruh Dosis Rootone

F, Jenis Media dan Posisi Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek

Batang Pulai Gading R.Br). Skripsi. Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor.

4) Tantra, IGM. 1981. Flora Pohon Indonesia Balai Penelitian Hutan Bogor.

5) Whitemore, T. C. 1972. Tree Flora of Malaya A Manual For Forester. Forest

Research Institute-Longman Malaysia. Kepong.

6) Zanzibar. M. 1996. Penentuan Tingkat Masak Fisiologis, Media dan Metode

Uji Perkecambahan Benih Pulai Balai Teknologi Perbenihan

- Badan Litbang Kehutanan. Laporan Uji Coba. Bogor.

8)

3)

.

.

8)

8)

DAFTAR PUSTAKA

(

).

Alstonia shoolaris

Alstonia( sp

56

Page 65: Atlas Benih (jilid 1)

7) _________. 1997. Penentuan Pengkondisian benih Pulai sp Untuk

Penyimpanan. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan.

Laporan Uji Coba. Bogor.

8) _________, dan Danu. 1999. Pengadaan Bibit Pulai Melalui Stek. Majalah

Duta Rimba, Edisi Juli 1999. Perum Perhutani. Jakarta.

(Alstonia )

57

Page 66: Atlas Benih (jilid 1)

17. Ramin (Miq.) Kurz.)(Gonystylus bancanus

Oleh :

Hero Dien Pancang Kartiko

Nama Perdagangan :

Nama botanis : (Miq.) Kurz .

Famili : Thymelaeaceae

Sebaran Tumbuh : Jenis tanaman ini pada awalnya banyak terdapat pada

daerah rawa gambut di Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Riau, dan Sumatera Selatan sampai keting-

gian 100 m diatas permukaan laut. Selain itu, terdapat

pula di Sarawak, Brunei Darussalam, Sabah, Pilipina,

dan Myanmar 1);2);4). Akan tetapi pada saat ini

keadaan populasinya semakin menurun dan meng-

arah kepada kelangkaan, sebagai akibat dari tingginya

laju penebangan dan rendahnya kegiatan penanaman

3);4).

Musim Buah : April – Mei (Kalimantan Tengah). Buah berbentuk

bulat-oval, dengan ukuran sekitar 4 x 3,5 cm, memiliki

tiga rongga berisi benih. Pada saat masak, kelopak

buah pecah, dan dari kejauhan buah nampak ber-

warna kemerah-merahan, yang merupakan warna

kulit buah bagian dalam 1).

Ramin

Gonystylus bancanus

58

Page 67: Atlas Benih (jilid 1)

Pengumpulan : Untuk memperoleh tanaman yang baik, benih agar

dikumpulkandari tanaman indukyangberpenampilanbaik

pula, misalnya ditinjau dari pertumbuhan tinggi, diameter,

kelurusan batang, dan kesehatan .

Untukmemudahkanpengumpulan,sesaatmenjelangbuah

masak, lantai hutan di sekitar pohon induk agar dibersihkan

dari semak-semak. Pengumpulan benih dilakukan dengan

mengambil benih masak yang telah jatuh di lantai hutan.

Benihyangtelah terkumpulditempatkandalamwadahyang

memiliki pori-pori udara, seperti kantong terigu atau

kantong kain lainnya.

Ekstraksi benih : Pembersihan benih dilakukan dengan mencuci dan

membersihkan sisa-sisa daging buah yang terdapat pada

kulit benih.

Penyimpanan : Benihraminmerupakanbenih-basah-cepat-rusakatausering

disebut pula sebagai benih rekalsitran, sehingga tidak tahan

terhadap pengeringan dan cepat menurun daya

berkecambahnya bila disimpan dalam keadaan kering. Bila

disimpan dalam keadaan lembab, benih terdorong untuk

berkecambah selama dalam ruang simpan . Oleh karena

itu, setelah proses pembersihan selesai, benih sesegera

mungkin disemaikan.

Bila penanaman secara langsung tidak memungkinkan,

benih agar disimpan sementara dalam kantong plastik

berisi serbuk gergaji lembab pada ruang AC (18 -

20°C). Dengan cara ini, kehidupan benih masih dapat

dipertahankan dengan baik, dengan daya

berkecambah 80 - 90 %, selama 1 - 2 pekan .

Perkecambahan : Untuk keperluan penaburan, digunakan media pasir atau

pasir kuarsa yang ditempatkan dalam kotak berdinding

tembok atau kotak plastik. Kotak tersebut ditutup plastik

transparan pada bagian atasnya. Perkecambahan benih

dimulai antara hari ke 2 dan ke 5, dan berakhir antara

hari ke 20 dan ke 30 .

Penyapihan dilakukan setelah 1 - 1,5 bulan setelah

penaburan,denganmemindahkankecambahsecarahati-

hati ke media sapih yang ditempatkan dalam polibag.

Media sapih yang digunakan adalah gambut yang telah

diayak.Setelahdisapih,bibitditempatkandibawahnaungan

yang dapat menyaring 90 % sinar matahari. Bibit dipelihara

di persemaian selama 6 – 8 bulan, kemudian siap

ditanam di lapangan.

8);5)

s)

8)

1)

benih

dan Persemaian

benih

59

Page 68: Atlas Benih (jilid 1)

Pembiakanvegetatif : Walaupun perkiraan musim berbuah telah

disampaikan pada sub bab "musim berbuah" di

atas, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, di

hutan alam, jenis ramin dikenal memiliki musim

berbuah yang tidak menentu. Akibatnya, pengadaan

bibit asal biji sering sukar untuk dilaksanakan. Oleh

karena itu, diperlukan upaya pengadaan bibit secara

pembiakan vegetatif dengan cara stek pucuk.

Pembuatan bibit dengan stek dapat dilakukan dengan

mengambil stek pucuk sepanjang 15 cm diambil dari

tanaman atau kebun pangkas yang berumur muda

(maksimal berumur 8 - 9 tahun). Selanjutnya, jumlah

dan luas daunnya dikurangi dan diberi zat tumbuh

(0.067 % 1-naftalenasetamida, 0,013 % 2-metil-

1naftalenasetamida, 0,057 % indole-3-butirat) dan

fungisida (4 % tiram) pada bagian dasarnya. Setelah

itu, stek ditanam pada media pasir halus dalam ruang

pembentukan akar yang terbuat dari tembok dan

bertutup plastik transparan pada bagian atasnya, serta

diberi naungan yang dapat menyaring sekitar 95 %

sinar matahari langsung. Penyiraman dilakukan

dengan pancaran air yang halus sebanyak 3 - 4 kali

sehari. Dengan cara demikian, dapat diperoleh stek

berakar sebesar 45 - 50 % setelah 9 bulan .

Hama dan Penyakit : Gangguan hama dan penyakit yang perlu diwaspadai

adalah tikus yang memakan benih (pada proses

perkecambahan) dan gejala bercak daun pada bibit

(selama penyapihan). Untuk mencegah terjadinya hal

di atas, yang perlu dilakukan pertama-tama adalah

dengan membersihkan gulma, serasah, tumpukan

kayu, atau sampah lain dari lingkungan persemaian.

Selain itu, dalam masa perkecambahan, benih agar

ditempatkan pada ruang yang terlindung, seperti

ruang bertembok batu atau kotak plastik yang

bertutup plastik transparan. Untuk mencegah serangan

bercak daun, bibit agar diberi naungan yang cukup

(85 - 90 %), dan hindari penggunaan bahan naungan

yang mudah membusuk pada musim penghujan.

7)

60

Page 69: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR PUSTAKA

1) Alrasjid, H. dan I. Soerianegara. 1976. Pedoman sementara penanaman kayu

ramin Kurz). Laporan No. 231. Lembaga Penelitian

Hutan, Bogor.

2) Argent, tanpa tahun. Manual of the larger and more important non

dipterocarp trees of Central Kalimantan Indonesia. Volume 2. Forest

Research Institute, Samarinda.

3) Barly. 1998. Peningkatan mutu kayu bahan mebel dan barang kerajinan.

221 (XXIV) November 1998:39 - 48.

4) DITSI. 1983. Petunjuk teknis penanaman ramin. Direktorat Reboasasi dan

Rehabilitasi, Jakarta.

5) Kartiko, H.D.P. 1999. Peran sumber benih terhadap keberhasilan tanaman.

234 (XXIV) Desember 1999:9 -10.

6) Kartiko, H.D.P. 1998. Teknik penyimpanan benih-cepat-rusak dari tanaman

langka: ramin Kurtz).

5(1):1-8.

7) Kartiko, H.D.P. . 2000. Membuat bibit ramin melalui stek. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor. (dalam proses penerbitan).

8) Roulund, H. dan K. Olesen. 1992. Mass propagation of improved material.

Lecture Note D-7. Danida Forest Seed Centre, Humlebaek, Denmark.

(Gonystylus bancanus

G.

(Gonystylus bancanus Buletin Teknologi Perbenihan

et al

Duta

Rimba

et al

.

.

Duta Rimba

et al

61

Page 70: Atlas Benih (jilid 1)

18. RASAMALA ( )Altingia excelsa

Oleh :

Agus Astho Pramono

Nama Perdagangan : Rasamala

Nama botanis :

Famili : Hamamelidaceae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alami terutama di hutan-hutan gunung

Priangan dan pegunungan Bukit Barisan Sumatera,

pada ketinggian 600 - 1000 m dpl. Sumber benih

terdapat di Sukabumi dan Cianjur (Jawa Barat). Hutan

rasamala dapat dijumpai di Bedugul, Bali 3).

Musim buah : Musim buah pada bulanAgustus-Oktober 1).

Pengumpulan Benih : Buah Rasamala termasuk buah kotak, yang ber-

bentuk bulat diselubungi sisik hijau. Buah tersebut

berwarna coklat kekuning-kuningan dengan panjang

buah 1,2 - 2,5 cm dan lebar 1,2 - 2,2 cm. Buah yang

masak fisiologis dicirikan oleh warna sisik buah hijau

kecoklatan sampai coklat 4). Apabila buah kelewat

masak (kehitam-hitaman) kemungkinan besar tidak

mengandung biji lagi. Dalam satu buah terdapat

sekitar 35 benih Benih rasamala berukuran kecil yaitu

Altingia excelsa

62

Page 71: Atlas Benih (jilid 1)

kurang lebih 177.000 butir per kg atau 75000 butir/

liter .

Ekstraksi benih : Benih diekstraksi dengan cara mengeringkan buah

pada suhu 38-42 C selama 20 jam dalam seed drier

atau dijemur dengan sinar matahari selama 2 hari.

Benih dapat diseleksi dengan menggunakan mesin

seed untuk memperoleh ukuran benih

yang seragam.

Perkecambahan : Media tabur berupa pasir campur tanah (1 : 1). Benih

mulai berkecambah pada hari ke 10 . Kecambah

siap sapih setelah berumur 10 - 11 hari, atau setelah

semai kuat.

Pencegahan Hama : Waktu disimpan utuk mencegah perkembangan

jamur, sebelumnya benih dicampur dengan fungisida

dalam bentuk tepung.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah+pasir+

kompos (7: 2: 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk

TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x 15,2 cm.

Dalam penyemaian diperlukan naungan 50 %

cahaya. Semnai siap ditanam di lapang setelah

berumur 10 bulan , atau telah mencapai tinggi 50

cm .

1) Adiwijaya, S. 1976. Petunjuk Praktis Pembuatan Persemaian Rasamala

Berita Wanajaya. Majalah Kehutanan Jawa Barat. Tahun ke VI Januari

1976.

2) Muliawati, E.S.; Iriantono, D. 1991. Pemilihan Kadar Air Awal, Ruang Simpan

dan Wadah Simpan untuk Penyimpanan Benih Rasamala

Noronhae). Laporan Uji Coba No. 95. Departemen Kehutanan. Badan

Litbang Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.

3) Prosea 1994. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Ed.

Sutarno, H., Rifai, M., Nasution, R.E. Seri Pengembangan PROSEA 5(1)1.

Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. p 61.

4) Purwanti, E. (1991). Penentuan Karakteristik Masak Fisiologis Benih

Rasamala Noronhae) Berdasarkan Warna Buah Jurusan

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

1);3)

O

1);3)

1)

3)

gravity

(Altingia excelsa

table

excelsa

DAFTAR PUSTAKA

(altingia

dan Penyakit

63

Page 72: Atlas Benih (jilid 1)

19. SENGON ( (L.) Nielsen)Paraserianthes falcataria

Oleh :

Nurhasybi

Nama Perdagangan : Sengon, Jeunjing

Nama botanis : (L.) Nielsen

Sinonim : (L.) BackFamili : Leguminosae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di Irian Jaya dan Kepulauan

Maluku. Sumber benih terdapat di Kediri (Jawa

Timur). Tumbuh pada ketinggian 0 -1200 m dpl

dengan curah hujan 2400 - 4800 mm/tahun. Jenis

ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase

baik. Toleran terhadap tanah asam, padat dan

terpaan angin 3).

Paraserianthes falcataria

Albizia falcata

Pengumpulan Benih : Musim buah umumnya pada bulan Juli - Agustus.

Buah/polong masak berwarna coklat. Jumlah benih

per 1 kg adalah 25.000 - 28.000 butir 1).

Ekstraksi Benih : Ekstraksi dengan cara polong dijemur selama 1

hari, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan

dipukul-pukul dengan memakai kayu hingga

polongnya hancur. Benih dipisahkan dari kotoran-

64

Page 73: Atlas Benih (jilid 1)

nya dengan ditampi. Seleksi/sortasi benih dapat

dilakukan dengan menggunakan seed gravity table .

Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8%). Pengeringan

benih dengan cara dijemur selama 1 hari. Dikemas

dalam wadah kedap (plastik dimasukkan dalam

kaleng). Ruang simpan yang digunakan adalah ruang

kamar, ber AC atau DCS. Dengan cara ini viabilitas

dapat dipertahankan selama kurang lebih 12 bulan .

Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1:1). Perlakuan

pendahuluan dengan cara direndam dengan air

mendidih dibiarkan dingin sampai dengan 24 jam. Uji

viabilitas benih secara cepat dapat digunakan TZ

(Konsentrasi tetrazolium klorida 0,5 %, perendaman

2 jam). Ciri benih viabel yaitu titik tumbuh berwarna

merah, dan maksimal 50 % dari cotyledon berwarna

putih .

Vegetatif : Dapat menggunakan cara pencangkokan. Benih yang

baru diekstraksi terinfeksi oleh cendawan terbawa

benih umurnya bersifat fotogenik dalam jangka

panjang. Cendawan tersebut adalah

dan Oleh

karena itu sebelum disimpan terlebih dahulu diberikan

benomil 5 % dari berat benih, diaduk hingga rata .

Pencegahan Hama : Waktu disimpan utuk mencegah perkembangan jamur,

sebelumnya benih dicampur dengan fungisida dalam

bentuk tepung. Misal: Dithane M45, Benlate.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +

pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media

diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag

10,2 x 15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan

naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah

berumur 3 bulan.

5)

4)

2)

5)

Cladosporium

sp. Plasma sp, curvularia sp Fusarium sp.

dan Penyakit

65

Page 74: Atlas Benih (jilid 1)

DAFTAR PUSTAKA

1) BPTH Bandung. 2000. Rekapitulasi Hasil Pengujian Benih. Bandung.

(tidak diterbitkan).

2) Nurhasybi dan Kartiana, E.R. 1990. Uji Cepat Viabilitas Benih Akor

Cunn) dan Jeunjing

Fosberg) dengan Tetrazolium. LUC No. 77. Balai Teknologi Perbenihan.

Bogor.

3) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. Rio Piedras

4) Wibowo, C. 1990. Penentuan Lama Pengeringan Awal dan Kondisi Simpan

untuk Penyimpanan Benih Jeunjing Fosberg).

LUC No. 71. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

5) Zanzibar, M., M. Widodo, dan S. Wiyono. 1996. Identifikasi dan Metode

Penanggulangan Infeksi Mikroba pada Benih Sengon

Fosberg). Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

(Acacia auriculiformis A. (Paraserianthes falcataria

falcataria(Paraserianthes

(Paraserianthes

falcataria

66

Page 75: Atlas Benih (jilid 1)

67

20. SENGON BUTO Griseb.)(Enterolobium cyclocarpum

Oleh :

Dharmawati F.Djam'an

Nama perdagangan : Sengon butoNama ilmiah : Griseb.Famili : Leguminosae

Sebaran tumbuh : Sebaran alami dari daerah tropis Amerika,

terutama di bagian utara, tengah dan selatan

Mexico. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0 –

1000 m dpI dengan curah hujan 600 – 4800

mm/tahun. Tumbuh pada tanah berlapisan

dalam, drainase baik. Toleran terhadap tanah

berpasir dan asin tapi bukan pada tanah

berlapisan dangkal. Tahan terhadap suhu dingin

dan terpaan angin 4). Di Indonesia mulai di

tanam pada tahun 1974 di kebun percobaan

Pusat Penelitian Hutan di Sumber Wringin dan

RPH Sumber Wringin, Situbondo Jawa Timur

dan berfungsi sebagai sumber benih.

Musim Buah : Agustus – September 3)

Enterolobium cyclocarpum

Page 76: Atlas Benih (jilid 1)

Pengumpulan benih : Buah sengon buto termasuk buah polong,

dengan kulit keras. Bentuk polong melingkar

dengan garis tengah 7 dan 5 cm sehingga

pangkal buah dan ujungnya menempel. Benih

masak ditandai dengan warna buah coklat tua dan

berisi ± 13 benih. Benih sengon buto berukuran

panjang 1,1 - 2 cm dan garis tengah 0,8- 1,3 cm dan

agak gemuk, berwarna coklat tua dengan garis coklat

muda ditengahnya. Dalam 1 kg terdapat 900 - 1000

benih .

Ekstraksi benih : Benih diekstraksi dengan cara menjemur buah

di bawah sinar matahari (ekstraksi kering). Untuk

memisahkan benih dan bagian lain, dilakukan

penampian .

Penyimpanan benih : Benih sengon buto dapat disimpan dengan mutu benih

yang tetap baik dalam wadah kaleng yang tertutup

rapat selama 2,5 tahun pada suhu .

Perkecambahan : Media tabur berupa campuran tanah dan pasir

(1 : 1). Pada benih sengon buto ini perlu

dilakukan perlakuan pendahuluan dengan cara

mengikir kulit benih dekat titik tumbuh dan direndam

air dingin selama 24 jam, atau dengan cara merendam

benih dalam larutan H SO pekat selama 35 menit

dan dicuci dengan air mengalir. Kecambah siap sapih

setelah berumur 14 hari . Berdasarkan Uji TZ (Tetrazo-

lium) kriteria benih hidup adalah apalagi minimum

kotiledon berwarna merah normal (minimum 30 % dari

luas kotiledon). Plasma dan ujung radikel

berwarna merah dengan merah muda, sedangkan

bagian stele memiliki bagian berwarna putih.

Sedangkan benih mati ditandai dengan warna embrio

(plumula, radikel/stele) didominasi warna putih,

bercak-bercakmerah agakmerah gelap (kebiru-biruan)

tumbuh

3)

3)

5)

3)

2 4

(radicle sip)

vegetatif : Dapat diperbanyak secara vegetatif dengan cara

stek dengan menggunakan media tanah campur

serbuk gergaji (1 : 2), tanpa penambahan zat pengatur

.2)

68

Page 77: Atlas Benih (jilid 1)

Pencegahan hama : Serangan rayap pada pohon tua, dan serangan dan

penyakit pada kulit batang tetapi belum terjadi

serangan massal .

Persemaian : Media semai menggunakan tanah + TSP + pupuk

kandang ( 8 : 1,5 gram : 1). Ukuran kantong plastik

yang baik untuk pembuatan bibit adalah 16 x 10 cm .

Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur

3 bular).

1) Alrasjid, H dan R.I Ardikusumah. 1974. Beberapa Catatan Tentang

Griseb. Departemen Pertanian, Direktorat

Jenderal Kehutanan. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor.

2) Danu, Dharmawati F.D. dan Dody H.A. 1996. Pengaruh Bahan Stek, Media

dan Zat Pengatur Tumbuh IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Sengon Buto

Griseb. LUC No. 173, Balai Teknologi

Perbenihan, Bogor.

3) Djam'an, D.F. 1996. Pengaruh Tingkat Kematangan Polong dan Skarifikasi

Benih Sengon Buto Griseb.) Terhadap

Perkecambahannya. Bull. Teknologi Perbenihan 3(3), Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

4) Nurhasybi. 1995. Mengenal Budidaya Tanaman Sengon Buto

Griseb.). Leaflet Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras

6) Zanzibar, M, Secunda S.S, Cahyo W. 1998. Uji cepat viabilitas benih Sengon

buto ( ) berdasarkan uji cepat tetrazolium.

Buletin Teknologi Perbenihan 5 (3). Balai Teknologi Perbenihan Bogor.

5)

5)

3);5)

DAFTAR PUSTAKA

Enterolobium cyclocarpum

Entecolobium cyclocarpum

(Enterolobium cyclocarpum

(Enterolobium

cyclocarpum

Enterolobium cyclocarpum

dan Penyakit

69

Page 78: Atlas Benih (jilid 1)

70

21. SONOBRITZ (Dalbergia latifolia Kurtz)

Oleh :

Agus Astho Pramono

Nama Perdagangan : Sonobritz

Nama botanis : Kutrz

Famili : Papilionaceae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alami di P. Jawa. Tumbuh di dataran rendah

sampai sekitar 1500 m dpl dengan curah hujan 700 –

5000 mm/tahun. Toleran terhadap naungan tetapi

sensitif terhadap kekeringan dan api. Suhu maksi-

mum yang dibutuhkan 370 - 570 C, suhu minimum

150 C. Kelembaban relatif 40 - 100 % 9). Hutan

tanaman antara lain terdapat di Wonogiri (Jawa

Tengah) 11).

Musim buah : Musim buah pada bulan Mei -Agustus

Pengumpulan Benih : Buah berupa polong. Polong yang sudah masak

berwarna coklat 6). Polong berukuran 4 – 9 cm X 1,5

- 2 cm, yang berisi 1-4 butir benih 10). Benih

berwarna coklat dengan panjang 6 - 8 mm, lebar 5 - 6

mm. Kadar air benih segar 11 – 14 %. Jumlah benih

per kg adalah ± 21.000 butir 2).

Dalbergia latifolia

O

O

Page 79: Atlas Benih (jilid 1)

8) Khan, A. 1991. Uji cepat Viabilitas Benin dengan Tetrazolium untuk jenis

Sonobritz ( Roxb). Laporan Uji Coba No. 84. Balai

Teknologi Perbenihan. Bogor.

9) Prasard, AG dan Sukandi, T 1994. the high-valued Indian

rosewood. Dalam NFTA Aquick guide to useful nitrogen fixing trees from

around the world. N FTA94-04April 1994.

10) Prosea. 19. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Seri

Pengembangan PROSEA 5(1)1. Prosea Indonesia - Yayasan Prosea.

p 73-75.

11) Triswanto, A. 1992. Potensi Produksi dan Mutu Benih Sonobritz (

Roxb) di Blok Gunung Kidul, RPH Cubluk, BKPH Wonogiri, KP.H

Surakarta. Laporan Uji Coba No. 117. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Dalbergia latifolia

Dalbergia latifolia:

Dalbergia

latifolia

73

Page 80: Atlas Benih (jilid 1)

buah 1 - 2 tahun yang lalu kulit benihnya telah bersih

dari daging buah dan umumnya masih baik

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.

Pada umur 20 tahun, pohon Ulin mulai berbuah,

dengan pertumbuhan digambarkan oleh diameter

kurang lebih 20 cm dan tinggi total 15 m . Setiap

pohon perpanen/musim buah rata-rata dapat

memproduksi 100 - 500 buah. Ukuran benih Ulin

bervariasi dengan panjang 5-15 cm dan diameter 3-

5,9 cm dan berat per butir 45 - 360 gram .

Ekstraksi benih : Buah diperam selama 2 - 3 bulan sampai daging buah

membusuk, kemudian dilakukan pembersihan daging

buah dengan tangan .

Penyimpanan benih : Benih Ulin cepat mengalami penurunan viabilitas

(rekalsitrant). Bila kadar air benih dibawah 40 %

kehilangan viabilitas akan cepat berlangsung.

Penyimpanan seharusnya dalam kondisi kulit benih

utuh pada wadah kedap temperatur 17 - 18 C atau

10 - 15 C . Untuk mengurangi penurunan kadar air

yang drastis yang dapat merusak kemampuan

berkecambah, bahan pencampur seperti serbuk

gergaji dan bahan lainnya dapat dicoba.

Perkecambahan : Perlakuan pendahuluan untuk mempercepat

perkecambahan dilakukan dengan cara memasukkan

benih kedalam karung plastik yang tidak kedap dan

diletakkan dalam ruang AC (temperatur 20 - 22° C, RH

60 %) selama 1 - 2 minggu, kemudian kulit benih

d i kupas dengan tangan . Ben ih sebe lum

dikecambahkan dibagi menjadi dua bagian dan ditabur

dengan posisi berbaring pada media pasir yang

ditutup plastik putih. Penyiraman dilakukan sekali

dalam sehari, disaat pagi hari, kemudian ditutup

kembali dengan plastik tersebut. Ukuran benih tidak

berpengaruh terhadap besarnya daya berkecambah.

Daya berkecambah setelah 3 bulan adalah sebesar

72 % .

Pencegahan Hama : Selama penyimpanan benih Ulin diupayakan kondisi

penyimpanan yang meliputi ruang simpan dan

wadah simpan yang mencegah terhadap retak dan

1)3)

3)

1)

O

O 2)

4)

dan Penyakit

78

Page 81: Atlas Benih (jilid 1)

71

Ekstraksi benih : Cara terbaik untuk mengektraksi benih adalah dengan

merontokkan polong yang sudah kering dan diikuti

menggosok polong di atas kawat kasa. Pemilihan benih

dengan akan menghasilkan benih

yang kualitasnya seragam.

Penyimpanan benih : Pengeringan untuk penyimpanan dilakukan dengan

menggunakan suhu 40 C selama 6 jam (KA 9,57 %)

atau dengan penjemuran selama 6 hari (KA7,42 %).

Benih disimpan dalam wadah kaleng. Penyimpanan

dengan menggunakan wadah simpan kedap

ditempatkan di kamar ber-AC. Sampai 4 bulan

viabilitas benihnya dapat dipertahankan dengan rata-

rata DB 80 % .

Perkecambahan : Perlakuan pendahuluan dengan perendaman dalam

air dingin selam 24 jam. Media perkecambahan

berupa pasir campur tanah (1 : 1) . Benih mulai

berkecambah setelah 7-21 hari . Uji cepat viabilitas

dengan sinar-X menyatakan benih yang viabel adalah

benih yang memiliki embryo yang memenuhi rongga

benih, tidak mengalami kerusakan mekanik, bebas

dari serangan hama dan penyakit, serta menunjukkan

kepadatan yang seragam. Bahan pengontras yang

digunakan Nat 20 % . Uji cepat juga dapat dilakukan

dengan menggunakan larutan tetrazolium. Benih yang

viabel adalah benih yang bagian radikel dan kotiledon

masing-masing terwarnai merah sekurang-kurangnya

20%

Vegetatif : Sonobritz dapat dibiakkan vegetatif melalui stek

batang dan stek akar. Pengakaran dilakukan pada

media pasir. Bak pengakaran dinaungi dengan jaring

plastik ukuran 14 mesh . Bahan stek batang berasal

dari terubusan, sedangkan bahan stek akar harus

diambil dari pohon yang berumur di bawah 5 tahun.

Tunas akar dipilih yang berukuran diameter 1 - 2,5

cm, dipotong sepanjang 20 cm . Dalam waktu

dua bulan semai stek sudah dapat tumbuh seragam.

Di India pembiakan sudah dapat dilakukan dengan

teknik kultur jaringan, dengan menggunakan media

Murashige dan Skoog (MS) yang diberi tambahan zat

pengatur tumbuh NAAdan BAP .

seed gravity table

O

3)

7)

9

4)

8

s)

9);10)

10)

)

)

Page 82: Atlas Benih (jilid 1)

Pencegahan Hama : Waktu disimpan untuk mencegah perkembangan

jamur, benih dicampur terlebih dahulu dengan

fungisida dalam bentuk tepung.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +

kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi

pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x

15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan 50%

cahaya. Semai dapat ditanam di lapang pada umur

6 - 12bulan .

1) Dirjen RRL. 1987. Daya simpan benih Sonobritz Roxb)

dengan Berbagai Tingkat Vigor Awal dan Kondisi Penyimpanan. Laporan

Uji Coba No. 14. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

2) Direktorat Reboisasi dan Rehabititasi (DITSI). 1980. Pedoman Pembuatan

Tanaman. Jakarta: DITSI, Ditjen Kehutanan. Pp 75-84. 3) Erizal dan

Kartiko, H.D.P. 1991. Penentuan Kondisi Ruang Simpan Benih Sonobritz

Roxb). Laporan Uji Coba No. 88. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

4) Hardedi, D. 1988. Uji cepat Viabilitas Benih Sonobritz

Roxb) dengan Menggunakan Sinar X. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA.

Universitas Pakuan. Bogor. Tidak diterbitkan.

5) Iriantono, D. 1991. Pemilihan Bahan Stek Batang dan Zat Pengatur Tumbuh

Terubusan Sonokeling Sonobritz Roxb). Laporan Uji

Coba No. 103. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

6) Kartiko, H.D.P. dan Sagala, J. 1987. Pengaruh Tingkat Kemasakan dan

Pengeringan polong terhadap Mutu Benih Sonobritz

Roxb). Laporan Uji Coba No. 19. Balai Teknologi Perbenihan.

Bogor.

7) Khan, A. 1991. Pemilihan Metoda dan Media Perkecambahan Benih Sonobritz

Roxb) di Lapangan. Laporan Uji Coba No. 81.

Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

2);9)

DAFTAR PUSTAKA

(Dalbergia latifolia

(Dalbergia latifolia

(Dalbergia latifolia

(Dalbergia latifolia

(Dalbergia latifolia

(Dalbergia latifolia

dan Penyakit

72

Page 83: Atlas Benih (jilid 1)

8) Khan, A. 1991. Uji cepat Viabilitas Benin dengan Tetrazolium untuk jenis

Sonobritz ( Roxb). Laporan Uji Coba No. 84. Balai

Teknologi Perbenihan. Bogor.

9) Prasard, AG dan Sukandi, T. 1994. : the high-valued Indian

rosewood. Dalam NFTA Aquick guide to useful nitrogen fixing trees from

around the world. N FTA94-04April 1994.

10) Prosea. 19. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Seri

Pengembangan PROSEA 5(1)1. Prosea Indonesia - Yayasan Prosea.

p 73-75.

11) Triswanto, A. 1992. Potensi Produksi dan Mutu Benih Sonobritz (

Roxb) di Blok Gunung Kidul, RPH Cubluk, BKPH Wonogiri, KP.H

Surakarta. Laporan Uji Coba No. 117. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Dalbergia latifolia

Dalbergia latifolia

Dalbergia

latifolia

73

Page 84: Atlas Benih (jilid 1)

22. TUSAM (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese)

Oleh :

Danu

Nama Perdagangan : TusamNama botanis : Jungh. et de VrieseFamili : Pinaceae

Sebaran Tumbuh : Sebaran alami di Aceh, Sumatera Utara dan

Jambi. Hutan tanaman tersebar di P. Jawa,

Sumatera dan Sulawesi. Sumber benih berada di

Sumedang dan Banjaran (Jawa Barat), Baturaden

dan Paninggaran (Jawa Tengah) dan Sempolan (Jawa

Timur) 5). Tumbuh pada ketinggian 800 –

1600 m dpl dengan curah hujan 2400 – 3600

mm/tahun. Tumbuh pada tanah berdrainase

baik. Toleran terhadap tanah pasir dan asam 8).

Pengumpulan Benih : Masak fisiologis benih ditandai dengan kulit

kerucut yang berwarna hijau tua, dengan sisik

berwarna coklat 3). Untuk mengetahui warna

sisik yang tepat, ujung kerucut diiris. Pengirisan

dilakukan pada saat pemanenan. Ukuran buah

diameter 2,0 - 2,8 cm panjang 5 - 9 cm, Jumlah

benih per kerucut sekitar 23 butir. Berat per 1000

Pinus merkusii

74

Page 85: Atlas Benih (jilid 1)

butir benih (Kadar air 9,7 %) adalah 20,3 gram. Jumlah

benih sebanyak 47694 butir/kg .

Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dapat dilakukan dengan cara dijemur

di bawah sinar matahari selama 7 hari (kadar air benih

5 %). Seleksi atau sortasi dapat dilakukan secara

manual atau menggunakan mesin

Penyimpanan benih : Pengemasan benih (kadar air: 5 - 8%) menggunakan

wadah plastik dalam kaleng (kedap) dengan ruang

simpan DCS (suhu: 4 - 80 C, RH = 40 - 60 %),

viabilitasnya dapat dipertahankan sampai periode

simpan 2 tahun . Bila menggunakan ruang AC (suhu :

18 - 20°C) atau ruang suhu kamar (suhu: ± 27 C),

viabilitasnya hanya dapat dipertahankan masing-

masing sampai 4,5 bulan dan 2,5 bulan .

Perkecambahan : Media yang digunakan campuran pasir tanah 1:1.

Perlakuan pendahuluan dengan cara direndam dalam

(H 0 1 %) selama 24 jam, dengan

cara ini daya berkecambah sampai 85 % , dapat juga

menggunakan perlakuan osmotik larutan

pada tekanan -bar selama 10 hari . Uji viabilitas

secara cepat dapat menggunakan uji TZ

0,5 %, selama 1 jam). Benih yang viabel

dicirikan semua bagian benih berwarna merah atau

merah muda. Sedangkan dengan uji sinar-x (tegangan

(KVp): 14 kilovolt, kuat arus (mA): 5,5 A, lama

penyinaran (eT): 12 detik, jarak fokus ke obyek (FFD):

25 cm, penempatan film (OFD) langsung di atas film

sinar-x, bahan pengontras 10 % lama

perendaman 30 menit), benih viabel apabila memiliki

struktur yang lengkap dan kulit

benih), benih tidak menyerap bahan pengontras dan

kerusakan fisik maksimal 25 % dari rongga benih

Pencegahan Hama : Waktu disimpan untuk mencegah perkembangan

jamur, sebelumnya benih dicampur dengan fungisida

dalam bentuk tepung. Misal: benomil 2,5 % .

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +

pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media

7)

O

2)

1)

9)

6)

4)

10)

seed gravity table.

hidrogen peroksida

PEG 600

clorida

BaCl

(endosperm, embryo

O

2 2

2

(Tetrazolium

dan Penyakit

75

Page 86: Atlas Benih (jilid 1)

diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Media tanah yang

digunakan sebaiknya mengandung mikoriza

yang sesuai. Ukuran polybag 10,2 x 15,2 cm.

Dalam penyemaian diperlukan naungan 50 % cahaya.

1) Danu. 1994. Pengaruh Wadah Simpan Terhadap Viabilitas Benih Tusam

Jungh. et de Vriese). Laporan Uji Coba Balai Teknologi

Perbenihan No: 151/34.1/02/95. Bogor.

2) Ditjen RRL. 1988. Petunjuk Teknik : Penanganan dan Pengujian Mutu Benih

Jakarta.

3) Erizal. 1988. Tingkat Kemasakan dan Pengeringan Kerucut

et de Vriese Dengan Alat Pengering (Seed Drier). Laporan Uji

Coba No. 37. BTP, Bogor.

4) Nurhasybi dan D. Rinawan. 1995. Kriteria Uji Cepat Viabilitas Benih Tusam

Jungh. et de Vriese) denga Sinar-X. Laporan Uji Coba

Balai Teknologi Perbenihan No:1 69/34.1/03/95. Bogor.

5) Nurhasybi, Iriantono, D., Marom, O., dan Mulyanto, Y. 1997. Peta

Pewilayahan Sumber Benih di Jawa. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

6) Pukittayacamee, P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of Forest

Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.

Saraburi. Thailand.

7) Setyawan, H. 1993. Perlakuan Osmotik Sebagai Cara Untuk Meningkatkan

Sifat Perkecambahan dan Vigor Benih et de Vriese.

Skripsi Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.

8) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture

Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.

9) Yuniarti, N. 1996. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dengan Perendaman Air

Dingin, 6A3 dan H O terhadap Viabilitas Benih Tusam

Jungh et de Vriese). Buletin Teknologi Perbenihan. Vol. 3 (2) : 64- 67.

Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

10) Zanzibar, M dan D.J. Sudrajat 2000. Pengaruh Kadar Air Awal Terhadap

Perkecambahan dan Cara Pengendalian Penyakit Pada Benih Tusam

Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 7 No. 1 Balai

Teknologi Perbenihan. Bogor.

DAFTAR PUSTAKA

(Pinus

Pinus

Jungh

(Pinus

Pinus

(Pinus

merkusii

merkusii

merkusii

merkusii

Pinus merkusii

merkusii

(P. merkusii).

Pinus .

merkusii

Jungh.

2 2

76

Page 87: Atlas Benih (jilid 1)

77

23. U LI N ( T. et B.)Eusideroxylon zwageri

Oleh :

Nurhasybi

Nama perdagangan : Ulin, BulianNama botanis : et B.Famili : Lauraceae

Sebaran tumbuh : Sebaran alami di seluruh Kalimantan, Sumatera

Selatan dan Jambi. Sumber benih terdapat di

Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Jambi.

Musim buah : Pohon Ulin berbuah setiap tahun 1). Musim

kemarau yang panjang dapat mengakibatkan

kegagalan perkembangan buah muda menjadi

tua, dimana buah muda jatuh sebelum tua.

Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan

Oktober – Januari 3).

Pengumpulan buah : Buah dikumpulkan di bawah tegakan. Benih

masak dicirikan oleh kulitnya yang berwarna

coklat. Buah yang jatuh mengalami proses

pengelupasan kulit benihnya sangat lama (kurang

lebih setahun). Benih yang berasal dari musim

Eusideroxylon zwageri T.

Page 88: Atlas Benih (jilid 1)

buah 1 - 2 tahun yang lalu kulit benihnya telah bersih

dari daging buah dan umumnya masih baik

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.

Pada umur 20 tahun, pohon Ulin mulai berbuah,

dengan pertumbuhan digambarkan oleh diameter

kurang lebih 20 cm dan tinggi total 15 m . Setiap

pohon perpanen/musim buah rata-rata dapat

memproduksi 100 - 500 buah. Ukuran benih Ulin

bervariasi dengan panjang 5-15 cm dan diameter 3-

5,9 cm dan berat per butir 45 - 360 gram .

Ekstraksi benih : Buah diperam selama 2 - 3 bulan sampai daging buah

membusuk, kemudian dilakukan pembersihan daging

buah dengan tangan .

Penyimpanan benih : Benih Ulin cepat mengalami penurunan viabilitas

(rekalsitrant). Bila kadar air benih dibawah 40 %

kehilangan viabilitas akan cepat berlangsung.

Penyimpanan seharusnya dalam kondisi kulit benih

utuh pada wadah kedap temperatur 17 - 18 atau

10 - 15 C Untuk mengurangi penurunan kadar air

yang drastis yang dapat merusak kemampuan

berkecambah, bahan pencampur seperti serbuk

gergaji dan bahanlainnya dapat dicoba.

Perkecambahan : Perlakuan pendahuluan untuk mempercepat

perkecambahan dilakukan dengan cara memasukkan

benih kedalam karung plastik yang tidak kedap dan

diletakkan dalam ruang AC (temperatur 20 - 22° C, RH

60 %) selama 1 - 2 minggu, kemudian kulit benih

d i kupas dengan tangan . Ben ih sebe lum

dikecambahkan dibagi menjadi dua bagian dan ditabur

dengan posisi berbaring pada media pasir yang

ditutup plastik putih. Penyiraman dilakukan sekali

dalam sehari, disaat pagi hari, kemudian ditutup

kembali dengan plastik tersebut. Ukuran benih tidak

berpengaruh terhadap besarnya daya berkecambah.

Daya berkecambah setelah 3 bulan adalah sebesar

72 % .

Pencegahan Hama : Selama penyimpanan benih Ulin diupayakan kondisi

penyimpanan yang meliputi ruang simpan dan

wadah simpan yang mencegah terhadap retak dan

1):3)

3)

1)

O 2).

4)

OC

dan Penyakit

78

Page 89: Atlas Benih (jilid 1)

mudah terkelupasnya kulit benih. Terlepasnya kulit

benih selain cepat menurunkan viabilitas benih, juga

akan memudahkan serangan jamur terhadap isi benih

yang memiliki kadar air tinggi. Pemberian fungisida

disarankan dengan dosis rendah yang tidak akan

berpengaruh terhadap viabilitas benih.

Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +

kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi

pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 15

x 25 cm. Dalam pemindahan kecambah ke polybag,

kotiledon yang masih menempel pada akar tidak boleh

lepas, karena pertumbuhan bibit masih memerlukan

cadangan makanan yang berasal dari kotiledon.

Dalam persemaian diperlukan shaddingnet dengan

naungan 90 %. Bibit siap tanam setelah berumur 1

tahun.

1) Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi. 1983. PetunjukTeknis Penanaman Ulin

Jakarta.

2) Kartiko, H.D.P, Danu, Muharam, A. dan Sanusi, H.M. 1998. Teknik

Penyimpanan Benih Ulin Pola Perubahan Kadar

Air Benih dan Pengenalan Sumber Benih. Laporan Uji Coba No. 269.

Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

3) Nurhasybi dan Danu. 1998. Gambaran Potensi Sumber Benih Ulin

B.). Makalah Penunjang disampaikan pada

Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan

Kehutanan tanggal 9 Maret 1998. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

4) Nurhasybi. 1997. Penanganan Benih Ulin : Perlakuan Pendahuluan dan

Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih Ulin

Laporan Uji Coba No. 262. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

3

DAFTAR PUSTAKA

(Eusideroxylon zwageri).

(Eusideroxylon zwageri) :

(Eusideroxylon

(Eusideroxylon zwageri).

zwageri T. et

79

Page 90: Atlas Benih (jilid 1)

III. GLOSARI

Benih : Biji tumbuhan yang digunakan manusia untuk tujuan

penanaman dan budidaya.

Bibit : Tanaman muda hasil perkembangan dari benih, stek,

cangkok atau kultur jaringan yang ditujukan untuk

pertanaman.

Cotyledon : Bagian dari benih yang merupakan jaringan penyeimbang

cadangan makanan. Ada 2 keping pada tanaman dikotil

dan 1 keping pada tanaman monokotil.

DCS : Mesin penyimpan yang memiliki

kondisi ruang dingin dan kering.

Dormansi : Proses beristirahatnya suatu tanaman, bagian tanaman,

atau jaringan walaupun berada dalam kondisi

pertumbuhan yang optimum untuk menunjukkan

pertumbuhan sewajarnya.

Endomikoriza : Jaringan yang terbentuk karena asosiasi yang saling

menguntungkan antara cendawan dan akar tanaman

hutan, yang membantu penyerapan unsur hara.

Eksotik (Tanaman : Jenis tanaman asing, atau tanaman yang ditanam/

dikembangkan di daerah/negara yang bukan di daerah

sebaran alaminya.

Fungisida : Senyawa yang memiliki kemampuan membunuh/

menghambat pertumbuhan jamur.

Fisik (Sifat/mutu : Sifat/mutu yang menunjukkan penampilan fisik yaitu:

kemurnian, kadar air, warna, dan keseragaman.

Fisiologi (Sifat/ : Sifat/mutu yang menunjukkan kondisi viabilitas, vigor,

daya simpan dan kesehatan benih.

Funikel : Jaringan berbentuk tali spiral berwarna kuning menempel

pada pangkal benih, merupakan jaringan penghubung

antara benih dengan polong/buah.

Gulma : Tumbuhan selain tanaman pokok yang bersifat

mengganggu.

Kecambah normal : Kecambah yang tumbuh normal sesuai ketentuan baku

dalam pengujian viabilitas benih, untuk menstimulasi

pertumbuhan normal tanaman di lapangan.

Dry Cold Storage.

fisik benih)

81

eksotik)

mutu fisiologik benih)

Page 91: Atlas Benih (jilid 1)

Kemurnian benih : Tingkat kebersihan benih dari materi-materi non benih/

sarasah. Biasanya dinyatakan dalam %.

Kecambah : Benih yang baru tumbuh menjadi tanaman baru.

Kerucut (Buah : Buah majemuk yang berbentuk kerucut/conus. Misalnya

buah Pinus.

Masak fisiologis : Stadia buah disaat benih memiliki vigor maksimum dan

kadar air minimum.

Ortodok : Watak atau sifat dapat disimpan lama (tidak cepat

menurun viabilitasnya) pada kondisi air benih yang rendah

(4 - 8%) dalam penyimpanan.

Potrays : Jenis kantung semai terbuat dari plastik tebal yang dapat

dipergunakan ulang.

Polibag : Jenis kantung semai yang terbuat dari plastik tipis.

Biasanya digunakan untuk sekali pakai.

Rekalsitran : Watak/sifat benih cepat menurun viabilitasnya dan

memerlukan kadar air tinggi (20-50%) dalam

penyimpanan atau sama dengan kadar air benih segar.

RH : Kelembaban Nisbi.

Refrigerator : Kulkas atau Mesin penyimpanan yang memiliki ruang

bersuhu dingin, yang memiliki suhu antara 7 - 15 C.

Sapih : Kegiatan pemindahan kecambah/bibit dari bak penaburan

ke kantung semai.

Shading net : Penaung yang terbuat dari plastik berbentuk jalan,

dengan berbagai macam intensitas penaungan.

Seleksi dan sortasi : Pemilihan, pemilahan dan pembersihan benih yang

berkualitas baik dari benih buruk, cacat, mati, atau

kotoran.

Sterilisasi : Kegiatan pembebasan/pembersihan media atau

peralatan dari organisme yang tidak diinginkan, seperti

bakteri, virus, jamur atau benih tumbuhan pengganggu.

Tabur (Penaburan) : Kegiatan menanam atau menebarkan benih agar

berkecambah.

Tumbler : Mesin/alat perontok benih, yang berbentuk tabung

berdinding kawat kasa, digerakkan dengan cara diputar.

Relative Humidity.

O

kerucut)

Penyapihan

82

Page 92: Atlas Benih (jilid 1)

TZ : Tetrazolium. Garam 2, 3, 5 triphenyl chlorida atau

bromida yang digunakan untuk membedakan benih yang

hidup dengan yang mati berdasarkan warna benih yang

terbentuk setelah benih direndam. Uji TZ digunakan untuk

mengetahui viabilitas benih secara cepat.

Viabilitas benih : Daya hidup benih.

83