Kapasitas Produksi Gondorukem di PGT Sukun

35
ACARA XI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DAN NON KAYU A. TUJUAN 1. Menerapkan teori yang diperoleh. 2. Mengenal praktek-praktek pengolahan hasi hutan secara nyata. 3. Menambah informasi dan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku kuliah mengenai industri pengolahan kayu. B. WAKTU DAN LOKASI Tempat : Pab rik Gondorukem dan MKP KPH Madiun, BKPH Sukun, KRPH Tambaksari Petak 3E, Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Punung, Desa Sidoharjo – Dusun Sukun. Industri/pabrik pengolahan kayu Cepu (KBMIK Cepu). Hari, Tanggal : Pabrik Gondorukem dan MKP Sukun Ponorogo : 13 Agustus 2008. Industri Penggergajian Kayu KBMIK Cepu : 14 Agustus 2008. Waktu : Jam 06.30 WIB sampai selesai. C. ALAT DAN BAHAN - Alat Tulis D. CARA KERJA

description

gondorukem merupakan hasil residu dari pengolahan getah kayu pinus. pengamatan proses pengolahan getah dilakukan di perum perhutani sukun dalam kegiatan praktek umum pengolahan hutan lestari.

Transcript of Kapasitas Produksi Gondorukem di PGT Sukun

ACARA XI

INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DAN NON KAYU

A. TUJUAN

1. Menerapkan teori yang diperoleh.

2. Mengenal praktek-praktek pengolahan hasi hutan secara nyata.

3. Menambah informasi dan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku kuliah

mengenai industri pengolahan kayu.

B. WAKTU DAN LOKASI

Tempat : Pab rik Gondorukem dan MKP KPH Madiun, BKPH Sukun, KRPH

Tambaksari Petak 3E, Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Punung,

Desa Sidoharjo – Dusun Sukun.

Industri/pabrik pengolahan kayu Cepu (KBMIK Cepu).

Hari, Tanggal : Pabrik Gondorukem dan MKP Sukun Ponorogo : 13 Agustus 2008.

Industri Penggergajian Kayu KBMIK Cepu : 14 Agustus 2008.

Waktu : Jam 06.30 WIB sampai selesai.

C. ALAT DAN BAHAN

- Alat Tulis

D. CARA KERJA

Informasi dan data-data dikumpulkan, meliputi data mengenai :

a. Nama, alamat dan status kepemilikan serta sejarah berdirinya pabrik.

b. Lay out atau tata letak pabrik.

c. Struktur organisasi tenaga kerja di pabrik.

d. Jenis, jumlah dan kualita bahan baku.

e. Jenis, jumlah dan kualita produk yang dihasilkan.

f. Langkah-langkah dalam proses produksi di pabrik.

g. Cara dan tujuan pemasaran produk.

h. Tata cara penanganan limbah pabrik.

i. Dampak positif dan negatif pabrik keberadaan pabrik bagi masyarakat di

sekitarnya.

j. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pabrik.

E. HASIL PENGAMATAN

Ringkasan hasil / data lapangan

C.1 INDUSTI PENGOLAHAN HASIL HUTAN NON KAYU

I. PABRIK PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN

1. Nama, alamat dan status kepemilikan serta sejarah

berdirinya pabrik

a. Nama pabrik PGT Sukun

KBMINK Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Pengelolaan gondorukem.

b. Alamat KPH Madiun, BKPH

Sukun, KRPH Tambaksari Petak 3E, Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Punung, Desa

Sidoharjo – Dusun Sukun.

c. Status kepemilikan dimiliki

Perum Perhutani

d. Sejarah berdirinya pabrik :

Pada tahun 1948 : pabrik lama di Ngebel, Kare, Singgahan. Cara sederhana,

pemasakan dengan menggunakan wajan tembaga berkapasitas 10 Kg getah pinus.

Pada tahun 1950 berkembang menggunakan ketel berkapasitas 500 Kg dengan

saringan berukuran mesh 25, 40, 80 dan 100 mesh dan dengan sistem pemasakan

langsung (Kohulasi).

Tahun 1970 pabrik ini bekerjasama dengan LPHH dibidang pengolahan.

Tahun 1973 – 1974 disyahkan project statement pabrik gondorukem di Sukun

Ponorogo / KPH Lawu Ds, pabrik ini pengolahannya diganti menjadi sistem destilasi

sesuai dengan SK 11 Oktober 1973 No. 350/Perum Perhutani/X/1973 dan surat.

Direksi Perum Perhutani tanggal 21 September 1974 No. 3384/IVc/10/Dir (Anonim,

2007).

Tahun 1976 : pabrik baru di sukun. Sistem pemasakan destilasi, kapasitas 880 ton

getah / tahun.

Tahun 1977 : penambahan tangki dekanteur.

Tahun 1986 : penyempurnaan tangki pemasak, kapasitas 2300 ton getah/tahun

Tahun 1987 : penyempurnaan mesin

Tahun 1988 : peningkatan kapasitas tangki pemasak menjadi 9000 ton getah/tahun.

Tahun 1990 : penambahan tangki penuang, kapasitas 13.600 ton getah/tahun.

Tahun 1991 : penyempurnaan (filter press, T. penampung, T. seltter, T. Melter),

kapasitas 18.000 ton getah/ tahun.

Tahun 1992 : kapasitas meningkat menjadi 21.000 ton getah/tahun.

Tahun 2006 : menjadi salah satu unit KBMINK Perum Perhutani Unit II Jatim.

2. Lay out dan tata letak pabrik

3. Struktur dan Organisasi pabrik

GENERAL MANAJER

Aktivasi tenaga kerja terdiri 3 shift masing-masing terdiri dari 14 personil dengan jam kerja

sesuai ketentuan Depnaker yaitu 8 jam (07.00-15.00 WIB).

4. Jenis, jumlah dan kualitas bahan baku

- Jenis bahan baku utama, berasal dari getah Pinus Merkusii. Dari KPH Lawu DS,

KPH Sumo dengan tambahan berupa asam oksalat

- Jumlah Dalam 1 hari produksi butuh 58 liter BBM untuk memproduksi 30 ton

getah.

- Kualitas bahan baku: (SNI 01.5009.4-2001)

e. Mutu A :

- Berwarna putih bening

- Tidak ada tanah/lumpur dan kotoran lain

- Kandungan kotoran < 25%

- Kandungan air <3%

f. Mutu B

- Berwarna keruh samapai coklat

- Ada tanah/lumpur dan kotoran lain

- Kandungan kotoran 2-5%

- Kandungan air ≤ 3%

g. Tidak diterima /aval

- Kandungan air >5%

- Kandungan kotoran >5%

Manager Pemasara

n

Manager H.H Industri lain

Manager Persutraan alam

Manager PGT

60 karyawan

MKP

12 karyawan

Damar

Kopal

Lak

2. Jenis, jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan

- Jenis produk yaitu gondorukem dan minyak terpentin

- Jumlah yang dihasilkan 60 ton/hari, Rendemen gondorukem 68,9 % dan rendemen

terpentin 13 %.

- Kualitas produk yang dihasilkan

Di Indonesia, Perum Perhutani menggunakan tingkat kualitas internasional, yaitu :

1. Kualitas X : warna ≤ no. 6, titik lunak ≥ 78°C, kadar kotoran ≤ 0,05%

2. Kualitas WW : warna no. 7, titik lunak ≥ 78°C, kadar kotoran ≤ 0,05%

3. Kualitas WG : warna no. 8, titik lunak ≥ 76°C, kadar kotoran ≤ 0,05%

4. Kualitas N/L : warna ≥ no. 9, titik lunak ≥ 74°C, kadar kotoran ≤ 0,05%

Warna sesuai dengan standar GARDNER atau tes dengan Lovibond.

Kelas mutu minyak terpentin:

Mutu A B

Sisa penguapan (%) ≤2 >2

Kd. Sulingan (%) ≥90 <90

Bil. Asam ≤2 >2

Warna Jernih Tidak jernih

Kd. α pinene (%) ≥80 <80

Putaran optik ≥32 <32

6. Alur pengolahan di pabrik

Bak getah (menampung getah yang dating sebelum diproses) – Talang getah (menampung

getah sementara) – Tangki blow case (sebagai pemanas dan pemindah getah ke tangki melter)

– Tangki melter (untuk melarutkan getah dengan terpentin dan memisahkan kotoran kasar) –

Gab filter 200 micron (untuk menyaring larutan getah) – Tangki settler / mixer (sebagai

penampung/ pencucian dan pengendapan getah) – GAF Filter 75 micron (untuk menyaring

kotoran getah) – Tangki washer ( menampung larutan getah sebanyak 3 tangki melter) –

GAB Filter 50 micron (untuk menyaring kotoran halus) – tangki penampung getah bersih

(untuk menampung getah bersih hasil dari pencucian dan penyaringan) – GAB Filter 1

micron (menyaring getah dari tangki penampung ke tangki pemasak) – Tangki pemasak

(untuk memproses larutan getah menjadi gondorukem dan terpentin) – Tangki condensor

(untuk mengembunkan uap air dan terpentin) – Tangki separator (memisahkan antara

terpentin dan air hasil pengembunan) – Tangki terpentin produk (untuk menampung terpentin

hasil pemisahan) – Tangki dehydrator (untuk mengurangi kandungan air pada terpentin) –

tangki terpentin export 9 untuk menampung minyak terpentin sebelum dipasarkan) – Bak

limbah (untuk menampung air limbah).

Dalam 1 hari produksi butuh 58 liter BBM untuk memproduksi 30 ton getah .

1. Proses penerimaan bahan baku

Adanya sortasi bahan baku, ada juga tanggungan ganti rugi(TGR), hitungan kalkulasi dari

gondorukem dan terpentin jika nilai < 83 maka dikenai TGR

2. SOP untuk aturan kerja

Ruang pengenceran (blow case melter) + asam oksalat 2-3 kali cuci seresah dikeluarkan

ke UPL ( unit pengelolaan limbah) penambahan terpentin untuk mengencerkan kristal

3. Pencucian dilakukan pada tangki

washer

Flowmeter untuk mengukur keluarnya air.

4. Tangki pemasak (Gondorukem)

berupa endapan

Dari Pengembunan kondensor diperoleh terpentin

Gondorukem ±69% dan terpentin ±13,96 %

5. Tangki penuang dari sini masuk

penimbangan

Berat tiap drum 245 kg berat bersih 240kg 1 kali masak 4 hari dihitung 1 produksi dengan

toleransi berat ±1,2 kg. Rekanan (pihak ke 3) untuk pembuatan kaleng 1 drum .

Affal gondorukem yang jelek didaur ulang kembali.

Pengujian mutu dilakukan di laboratorium dengan adanya sample tiap pemasakan

7. Cara dan tujuan pemasaran produk

- ekspor ke negara – negara industry (90%)

untuk Asia : Korea, Jepang, Taiwan, India

untuk Amerika : AS

untuk Eropa : Jerman Barat, Belgia, Italia, Belanda, Perancis

- mencukupi kebutuhan dalam negeri

8. Tata cara penanganan limbah pabrik

Melalui system IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Limbah cair hasil proses produksi gondorukem dan terpentin sebelum dibuang ke sungai

diolah dulu dengan system IPAL.

9. Dampak positif dan negatif pabrik bagi masyarakat di sekitarnya

-

10. Permasalahan yang dihadapi pabrik

Pasokan getah yang terus menurun mengakibatkan tidak terpenuhinya target produksi.

II. PABRIK PENGOLAHAN MINYAK KAYU PUTIH

1. Nama, alamat dan status kepemilikan serta sejarah berdirinya pabrik.

a. Nama pabrik MKP Sukun

KBMNIK non kayu Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Pengelolaan minyak kayu

putih.

b. Alamat KPH Madiun, BKPH

Sukun, KRPH Tambaksari Petak 3E, Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Punung, Desa

Sidoharjo – Dusun Sukun.

c. Status kepemilikan dimiliki

Perum Perhutani

d. Sejarah berdirinya pabrik :

Tahun 1924 : terjadi penjarahan hutan di Ponorogo, sehingga kemudian dilakukan

penelitian oleh tim yang khusus datang dari Bogor untuk meneliti spesies minyak

kayu putih yang cocok di Ponorogo.

Tahun 1937 : percobaan penyulingan dengan sistem kukus.

Tahun 1939 : dibangun pabrik sederhana

Tahun 1947 : penyempurnaan alat menggunakan ketel uap bekas lokomotif

Tahun 1948 : pabrik rusak akibat clash fisik ke II.

Tahun 1950 : pabrik dibangun kembali dengan peralatan sederhana (drum-

drum) besi dengan alat pendingin, kapasitas1.250 kg).

Tahun 1951 : dioperasikan kembali

Tahun 1956 : pengembangan imstalasi pabrik berupa penambahan tangki plat

baja, boler, dan kondensor dari kuningan.

Tahun 1975 : modifikasi tangki daun dengan melapisi bagian dalam

menggunakan plat alumunium.

Tahun 1985-1987 : modifikasi instalasi pabrik secara menyeluruh (peralatan

diganti dengan stainless steel)

Tahun 1988 : modifikasi terhadap control (hoiserain), semula menggunakan

tenaga manusia diganti menjadi tenaga mekanik)

Tahun 2006 : berstatus sebagai salah satu unit KBMNIK Perum Perhutani

Unit II Jatim.

2. Lay Out atau tata letak pabrik

3. Struktur organisasi tenaga kerja di pabrik

Penguji Tk. IIHadi suroso

QC

KatibarSarmanto M. Darto

ASS MAN. PGTHadi Sumargono

Kaur produksi dan teknikDjarkasi

Kaur persediaanSumarno

Staf Pelaksana

MargitoDiantomisiranSupriyono

Kaur TUDjarkasi

Ka Shift I Ka Shift II Ka Shift IIHaryadi Suroso Mulvani

Ka Shift I Ka Shift II Ka Shift IIHaryadi Suroso Mulvani

Staf Pelaksana

Hari SYuni PSy. RiniAnita S

Satpam

SuwitoJumiranSubali

4. Jenis, jumlah dan kualitas bahan baku

a. Jenis bahan baku : ada 3 jenis DKP

Pulau Buru cirinya kuncup putih, rendemen tinggi, sineol rendah.

Pulau Timor cirinya kuncup merah, rendemen rendah, sineol tinggi.

Ponorogo, merupakan persilangan Pulau Buru dan Pualu Timor dengan

cirri kuncup kuning, rendemen sedang, sineol sedang.

b. Jumlah : 40 ton perhari

c. Kualita bahan baku : kualita utama (kualita sineol ≥ 55 %)

5. Jenis, jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan

a. Jenis produk yaitu minyak kayu putih.

b. Jumlah produk yang dihasilkan :

Target produksi 6000 L / tahun.

Hasil yang di peroleh 5600 L.

c. Kualita produk yang dihasilkan : kualita utama (kualitas seniol ≥

55 %)

Asal bahan baku :

1. KPH Sukun, Ponorogo

2. KPH Depok

3. KPH Sidoarjo

4. KPH Nglayang

5. KPH Tambak sari

6. KPH Lawu DS

6. Langkah proses produksi

Daun kayu putih direbus dengan ketel pemanas suhu diatur dengan steam

header produk yang dihasilkan didinginkan dengan kondensor lalu

dipisahkan antara MKP dan air dengan separator siap dikemas dalam jrigen

SKEMA ALUR PROSES PRODUKSI MKP

Dalam proses produksi ranting yang ditolelir untuk ikut dikukus ialah ranting

yang tebalnya masksimal 0,5 cm. Daun dipangkas / dipungut sewaktu tanaman

tepat berusia 9 bulan karena memiliki kandungan seniol yang pas. Pada saat

musim hujan rendemen jadi rendah ( 0,54%) dan saat musim kemarau rendemen

tinggi (0,85%).

Boiler Tangki Daun Kondensor

Daun Briket

Bak Air Kondensor

CallingTower

Tangki Minyak Dehidrator Separator

Kemasan

Uap Uap

M + A

Air panasAir dingin

Air dingin

Cairan M + AMinyak + Air

MKP

MKP

MKP

Air distilasi

Jerigen

7. Cara dan tujuan pemasaran produk

- Pabrik ini tidak didizinkan menjual produk, tetapi produk yang dihasilkan

langsung dikirim ke KPH unit II Jawa Timur.

- Pemasaran dilakukan oleh pihak Perhutani unit II Jawa Timur di Surabaya

8. Tata cara penanganan limbah pabrik

- Limbah digunakan sebagai bahan bakar untuk proses produksi pabrik,

untuk memanasi ketel uap.

- Limbah juga dijual seharga Rp 160 perikat dan banyak dibeli oleh

masyarakat sekitar ataupun pengusaha kecil disekitarnya.

9. Dampak positif dan negatif keberadaan pabrik bagi masyarakat di

sekitarnya

Dampak positif adanya pabrik yaitu dapat menyerap tenaga kerja bagi

masyarakat dan limbah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar

10. Permasalahan – permasalahan yang dihadapi

Permasalahan sampai saat ini tenaga kerja tercatat sebagai tenaga kerja resmi

hanya berjumlah 12 orang dan pabrik tidak diizinkan menjual produk yang

dihasilkan.

Aktivasi tenaga kerja

Sistem aktivasi dengan shift. Satu shift terdiri dari 1 tenaga kerja separator, 2

tenaga kerja boiler, dan 2 tenaga borongan. Asuransi tenaga kerja dalam

bentuk jamsostek.

Fenomena yang menarik

Limbah padat yang berupa DKP dibuat briket untuk dijadikan bahan bakar

boiler atau dijual ke pabrik gamping. Tiap ikat briket beratnya berkisar antara

2-2,5 Kg daun. Briket DKP ini harus benar-benar kering kering karena dapat

mempengaruhi tekanan pada boiler. Kebutuhan bahan bakar briket untuk

boiler 250 ikat / jam.

Pengujian MKP

Pengujian kualitas MKP ini dilakukan 1 minggu sekali atau 15 hari sekali.

Alat pengujian : labu kasia, pipet, pengaduk, gelas, aquades, resorsinol

Langkah pengujian : 5 mL MKP yang akan diuji dimasukkan dalam labu kasia

dengan menggunakan pipet, kemudian ditambahkan aquades dan resorsinol,

diaduk dan dibaca skala yang tertera pada labu.

Penentuan standar MKP berdasarakan SNI

Kriteria Standar

BJ 0,915 – 0,923

Indeks bias 1,466 – 1,472

Putaran optik (-4o) – 0o

Kelarutan dalam 80 % alcohol 1 : 1 Jernih dan harus tetap jernih

Kadar sineol 50-65%

Minyak pelikan Negatif

Minyak lemak Negatif

C.2 INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU

I. Industri Skala Besar

A. Nama Perusahaan : Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Cepu.

Lokasi : Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten

Bojonegoro.

Sejarah :

1975 : Perusahaan didirikan dengan produk veneer sayat.

1976 : Diresmikan menjadi KIPKJ Cepu.

1978 : Dibangun 1 unit PGM, 1 unit Moulding&Parket, unit KILN

Dry.

1987 : Dibangun 1 unit PGM.

1999 : Pemisahan unit moulding :

- Unit Pabrik GF (Garden Furniture) 1

- Unit Pabrik GF (Garden Furniture) 2

- Unit Pabrik GF (Garden Furniture) 3

- Unit FJL ( Finger Join Laminate)

2006 : Penggabungan KIPKJ

Randublatung (KBMIK) → Februari 2006

Manajemen :

Struktur Organisasi

1. General Manager (GM) → 1 orang.

2. Manajer → 3 orang.

3. Asistan Manager → 4 orang.

4. Kuar/Mantri → 24 orang.

5. Staff → 50 orang.

B. Bahan baku :

Jenis bahan baku : utama → Kayu jati

Menerima pesanan kayu rimba (mahoni, pinus,

sengon).

Asal & jumlah : KPH Cepu

KPH Kebonharjo

KPH Blora

KPH Mantingan

KPH Kendal

KPH Randublatung

C. Ukuran dan Kualita Bahan Baku Industri :

U kuran yang terdapat di KBM ini hanya sortimen A2 dan A3.

Kayu yang digunakan pada industri tersebut di atas berkualitas

hara, lokal dan vinir.

D. Produksi

Proses produksi dibagi menjadi :

1. Penumpukan log di TPK :

- Log diberi cairan dibontos untuk mengurangi penguapan.

- Log berasal dari beberapa KPH suplier yakni Cepu,

Kebonharjo, Blora, Mantingan, Kendal. Log yang berasal dari

Cepu,Randublatung sebanyak 13600 m³. Log-log yang berada

di TPK ini termasuk Sortimen A3 dan A2.

- Fungsi TPK : sebagai tempat input, kayu yang datang, kayu

yang sudah dipilih oleh petugas industri yang dikoordinasi oleh

asper penguji.

2. PGM (Pengergajian Mesin)

Proses penggergajian untuk menyuplai Pabrik Garden Furniture.

Prosedurnya berupa : Penerimaan SPK dari GM → Membuat rencana

kerja sesuai order. Kemudian meminta log dari TPK sesuai dengan

permintaan. Kemudian log dikirim ke PGM dan diletakkan pada mesin

LBS. Kegiatan penggergajian dilakukan pembagian perkelompok.

Dalam kegiatan penggergajian harus habis tidak boleh ada sisa.

Proses Produksi :

- mesin LBS dengan log menjadi jeblosan sesuai order.

Pemolaan pada kayu dengan output rendemen tertinggi.

- Masuk ke mesin BRS sekunder untuk membuat kelebaran

sesuai order, lalu dipola lagi.

- Mesin potong (cros cut) untuk memotong hasil produksi dari

BRS ke arah panjang sesuai order.

- Ditempatkan di desk output, kemudian diuji mutunya U-P-D-T

(standart mutu) menurut SNI.

Sebelum masuk ke bagian pengeringan terlebih dahulu masuk ke

pabrik pengasahan SBS. SBS melayani alat-alat produksi sebagai

departemen service yang ada di KMMI Cepu. SBS ini merupakan

bagian pengasaha gergaji dan alat produksi lainnya. Gergaji yang

diasah/service pada bagian ini adalah :

a. LBC (Log Bain Saw) gergaji utama yang berfungsi membelah

log dengan ukuran 920cm dan 820cm.

b. BRS (Bain Re Saw) membelah ulang dengan panjang 780cm.

c. Sekunder Saw panjang 6,8cm.

d. SBM (Small Bain Saw) untuk membelah lengkungan dan

membuat cekungan.

e. Baja Intan/TCT (Tunksen Carbide Tipped) atau HM dengan

kekuatan belah gujamuntuk finishing.

f. Mesin buat mengasah : Pressing Mening Sekunder.

Mengasah samping, setelah diasah depan agar tidak kasar,

ketentuan tebal 1,2cm jarak giwaran. Tujuannya untuk

penghematan material. Jarak antar gigi ¼ inc dengan jarak

giwaran 2,4 – 2,5 cm.

3. Pengeringan Kayu

Dilakukan agar kadar air kayu mencapai 12 %,sehingga kayu tidak

berubah bentuk (dimensi). Prosesnya adalah : bahan baku industri

terutama PGM dan TPK diterima bagian penerimaan pengeringan

disertai surat pengantar sementara (kitir) untuk dicocokkan dengan

kayunya. Kemudian dilakukan stacking (ditata), lalu dimasukkan

dalam ruang pengering (cumber). Pengeringan dilakukan dengan suhu

40˚, tiap 2 hari sekali dinaikkan 5˚ C sampai kadar air mencapai 8% -

12%. Jenis pengeringan 2 pintu memiliki 8 kipas yang memiliki

kecepatan pengeringan sama, bermerek Hidelbrand. Pengeringan 1

pintu dengan 3 kipas dengan merk basuki. Proses pengeringan

berlansung 7-10 hari, namun mengalami permasalahan berupa

melengkungnya kayu. Daya tampung tempat pengeringan adalah 30-35

m³ dengan sumber panas dari 2 ketel sirkulasi panas, bahan baku kayu

limbah gergajian.

4. Garden Furniture

Merupakan proses sebelum finishing terdiri dari beberapa bagian

diantaranya :

- Sanding master : membersihkan ampelas

- Spindel : untuk melengkungkan kayu.

- Planer : menghaluskan kayu tepi.

- Planer 2 : menghaluskan kayu pinggir.

As Planer → Cross Cut (potong sesuai dengan panjang yang

diinginkan ) → Mesin Spindel (membuat lengkung).

Terdapat pabrik Finger Join Laminated, memanfaatkan limbah kayu

yang berupa potongan kecil-kecil. Potongan kayu tersebut disambung

dengan teknik jari diberi perekat (PVAC + tiner). Untuk

mengepres/menggabungkan kayu tersebut digunakan mesin composer.

FJL dapat menghasilkan papan laminasi dengan ukuran tertentu

dengan harga Rp 7 juta/m³.

5. Ware House (tempat pengemasan)

Merupakan tempat pengemasan untuk produk yang telah dikerjakan,

seperti meja extent jenis normasogi, kusen, daun pintu, kursi, lemari.

Produk tersebut dapat di ekspor ke Itali dan beberapa negara Eropa.

Prosesnya menunggu buyer/pesanan. Barang-barang yang tidak laku

diberi diskon sebelum dilelang. Barang tersebut dilelang melalui

pameran.

6. Pabrik Vinir

Pada bagian ini terdapat mesin slash yang berfungsi memotong kecil

log sesuai dengan ukuran tebal dan panjang (0,25 – 0,655 mm untuk

tebal). Terdapat mesin pengering dengan pengaturan suhu 47˚ C .

Mesin pemotong samping dan pemotong panjang serta mesin

pengepresan merupakan mesin-mesin baru yang didatangkan pada

tahun ini. Pada bagian ini dilakukan penyeleksian dan pengemasan

menjadi block weer,log weer, dan placer.

E. Produk yang dihasilkan

Produk yang dihasilkan ada bermacam-macam, antara lain veneer, Finger

Joint Laminated (FJL), flooring, furniture seperti kursi, meja, pintu, almari

dan sebagainya. Tujuan produk yang dihasilkan adalah untuk outdoor dan

indoor.

F. Cara Pemasaran Produk

Cara pemasaran dengan ekspor ke luar negeri, misalkan Jepang, dan

pemasaran lokal, selain itu terdapat juga show room untuk memamerkan

produk-produk yang dihasilkan.

G. Kapasitas Produksi dan Kualitas Produk yang dihasilkan

Kapasitas produksi 23400 m3/tahun dengan rendemen 33%. Kualitas

produk yang dihasilkan digolongkan menjadi grade A, B dan C.

Grade A merupakan kualitas terbaik (utama), produk yang dihasilkan

bebas cacat, baiasanya untuk tujuan ekspor.

Grade B merupakan produk yang memiliki sedikit cacat, biasanya untuk

pasaran lokal.

Grade C, produk yang memiliki cacat lebih banyak dari grade B, untuk

pasar lokal.

H. Limbah

Limbah yang dihasilkan berupa sawdust, sebetan dan limbah cair bekas

perendaman log sebagai bahan veneer.

Limbah sawdust dan sebetan dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler,

dijual kepada masyarakat dan setiap hari sabtu masyarakat dibebaskan

untuk mengambil limbah padat tersebut. Limbah cair belum ditangani

secara khusus, hanya dibuang saja.

I. Keselamatan Kesehatan Kerja

Belum diterapkan secara maksimal karena pekerja masih banyak yang

belum menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, seperti helm,

earphone, masker dan sebagainya. Telah ditempel berbagai peraturan

untuk mengingatkan untuk menjaga kesehatan keselamatan kerja.

Pihak KBMIK telah memberi berbagai fasilitas untuk menjaga kesehatan

keselamatan kerja.

J. Dampak Bagi Masyarakat Sekitar

Masyarakat menerima dampak positif berupa kesempatan memanfaatkan

limbah padat dari pabrik. Dampak lain yang perlu dianalisis adalah

pengaruh limbah cair yang berupa air bekas perebusan log untuk veneer,

apakah memberi dampak tertentu bagi lingkungan.

K. Mesin

Mesin di TPK BBI : Forklift

Mesin di unit penggergajian : Gergaji Utama, Log carriage, Resaw, planer

Mesin di unit reparasi gigi gergaji : peregang roll stretching, pengasah

depan sharpening, universal grinder tipe S-30 dan sebagainya.

Mesin di unit pengeringan : chamber dan ketel.

Mesin di unit moulding : edger, trimer, sending.

Mesin di unit pemveneeran : mesin slising, pemotong panjang, pemotong

pinggir.

L. Sistem Aktivasi Tenaga Kerja

Usia tenaga kerja rata-rata 40 tahun sehingga potensinya sudah kurang

optimal. Budaya indisipliner masih tinggi, dibuktikan dengan tidak

patuhnya pekerja dengan kesehatan keselamatan kerja.

II. Industri Skala Kecil

A. Nama Industri

UD Karunia Jati

Pendiri : Bapak tasrap dan Ibu Eny Sri Imawati

Merupakan pengrajin bubut, meubel, ukir-ukiran, souvenir kayu dan

sebagainya.

Alamat : Jalan rajawali no 774 Rt 21 RW 04 bandar Batokan, Kasiman

Bojonegoro.

B. Bahan baku : kayu jati.

C. Mesin : Mesin yang digunakan berupa mesin dinamo, tetapi lebih banyak

secara manual.

D. Tenaga kerja : berjumlah 10 orang

E. Pemasaran

Dengan membuka showroom, dan pemasaran di Jakarta.

F. Kendala

Packing yang tidak sempurna sehingga serng timbul komplain dari klien

karena adanya barang reject.

Belum ada hak paten sehingga design produk dapat di contoh oleh industri

lain.