KANKER PARU
-
Upload
annie-bukang -
Category
Documents
-
view
50 -
download
5
Transcript of KANKER PARU
KANKER PARU
Septriani Bukangna
Nim 102009086
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN
Kanker paru merupakan penyakit ganas yang makin meningkat di dunia dan
biasanya timbul pada usia enam puluhan.banyak pula factor penyebab dari kanker
paru diantarannya gaya hidup masyrakat yakni merokok yang paling sering kita
lihat,lainnya adalah polusi udara yang juga merupakan factor penyebab.faktor resiko
tinggi ialah wanita atau pria yang merokok lebih dari 20 tahun dan berumur di atas 50
tahun. Karsinoma paru adalah penyakit letal. Jika sudah ada gejala atau tanda dari
penyakit 75% sudah tidak dapat sembuh lagi.Dari penderita yang sudah di diagnosis ,
ketahanan hidup satu tahun mencapai 20% dan ketahana hidup lima tahun hanya 10%.
Sekarang kanker paru merupakan kejadian epidemik pada beberapa bagian
dunia. Tumor paru merupakan kanker tersering di Amerika Serikat dan juga tersering
menyebabkan kematian dari kanker, sekitar 37.000 kematian setiap tahun. Angka
kejadian kanker paru meningkat pada wanita di Amerika Serikat, sedangkan angka
kejadiannya menurun pada laki-laki,Jumlah kasus kanker paru pada wanita adalah
40% dari semua kasus kanker paru yang ada.
Berdasarkan fakta di atas maka dapat di katakan kanker paru sangat berbahaya
dan sebenarnya dapat kita cegah dengan mengubah pola hidup kita.Oleh sebab itu
maka dalam makalah ini akan di bahas secara keseluruhan mengenai penyakit kanker
paru dan bagaimana prinsip pengelolahn serta tindakan preventif terhadap penyakit
ini.
B. Anamnesis
Anamnesa merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien /
keluarganya / orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan
memperhatikan petunjuk- petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit
pasien. Pendekatan pada pasien dengan memberikan pertnayaan mengenai keluhan
utama, riwayat penyakit yang pernah diderita, kemudian review kebiasaan pribadi seperti
merokok dan lingkungan tempat tinggal/kerja.Perlu ditanyakan pula apakaah anggota
keluarga atau teman kerja ada yang merokok (untuk menentukan apakah perokok
pasif).Perntanyaan dilanjutkan dengan apakah pernah punya riwayat penyakit dahulu
(baik penyakit gangguan pernafassan ex.TBC maupun yang no infeksi) atau penyakit
lain yang melibatkan system pernapasan.
Untuk keluhan utama pasien dapat di tinjau dari gambaran klinik penyakit
kanker paru dimana tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan
subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan
penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis.
Keluhan utama dapat berupa : 1
• Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
• Batuk darah
• Sesak napas
• Suara serak
• Sakit dada
• Sulit / sakit menelan
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
• Berat badan berkurang
• Nafsu makan hilang
• Demam hilang timbul
• Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",
trombosis vena perifer dan neuropatia.
Perlu ditanya juga riwayat penyakit terdahulu :
Adakah riwayat merokok ?
Adakah pajanan asbestos ?
Pernah menjalani radio / kemoterapi ?
Riwayat / pajanan di tempat kerja ?
C. Pemeriksaan
- Pemeriksaan Fisik Paru:
Secara umum pemeriksaan umum yang generalisata tetap dilakukan seperti
pengukuran nadi, suhu, frekuensi nafas dan pemeriksaan toraks secara umum seperti
inspeksi, palpasi , perkusi dan auskultasi.2
Nama Pemeriksaan Bagian Depan Bagian Belakang
Inspeksi Perhatikan bentuk/ pergerakan
dada pasien, normal harus dalam
keadaan simetris. Lihatlah
apakah ada kelainan kulit dada
(pembengkakan, tumor, dll),
terjadi retraksi selama inspirasi,
dan kelainan lainnya.
Pasien duduk tegak
membelakangi, dan dari tengah
belakang pasien perhatikanlah
bentuk dada dan pergerakannya
saat bernafas. Perhatikan pula
adanya deformitas, retraksi
abnormal dari sela iga saat
bernafas.
Palpasi Identifikasi ada /tidaknya nyeri
dan pemeriksaan fremitus (taktil
fremitus).
Letakkan telapak tangan anda
pada bagian punggung pasien lalu
pasien menarik napas dalam-
dalam, perhatikanlah menjauhnya
ibu jari anda, ada,tidaknya simetri
tulang dada sewaktu ekspansi.
Pemeriksaan fremitus pada
punggung.
Perkusi (mengetuk) Normalnya akan terdengar suara
sonor diseluruh lapangan paru,
kecuali pada bagian kiri akan
terdengar suara pekak pada sela
iga 2-5 tepi kiri sternum (daerah
Ketuk mulai dari atas ke bawah
(secara simetris kanan kiri) dan
menghindari perkusi di atas
scapula. Kemudian lakukan pada
difragma (batas paru-hati, paru-
jantung). lambung, paru-jantung) dan
terdengar perubahan suara sonor
menjadi redup.
Auskultasi
(melihat aliran darah pada
cabang trakheo-bronkial)
Dengan stetoskop, mendengar
suara hasil pernapasan,
mendengar setiap suara
tambahan yang terjadi, jika ada
kelainan akan terdengar suara
bicara/ bisikan pasien yang
ditransmisikan pada dinding
dada.
Letakkan stetoskop seperti pada
letak perkusi. Dengarkan suara
normal yang sama dengan
dinding dada depan.
- Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak
dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium
penyakit berdasarkan system TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral,
bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT
dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.
Foto rotgen dada PA dan lateral merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Sekitar 61% tumor paru terdeteksi dalam pemeriksaanm
rutin dengan foto rontgen dada biasa.Pada kanker paru, pemeriksaan foto rotgen pada tumor
yang benign adalah lesi bulat konsentris , solid , dan ada nya kalsifikasi yang tegas.
sedangkan pemeriksaan CT scan pada torak lebih akurat dan lebih sensitive daripada
pemeriksaan foto dada biasa , karena bisa deteksi kelainan atau nodul dengan diameter 3 mm,
walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar 25-60%.CT bisa sebagai skrining kedua
setelah foto dada biasa.Sedangkan untuk MRI tidak rutin di kerjakan oleh karna hanya
terbatas untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi kedalam vertebra , medulla spinal,
mediatinum, dan biaya nya cukup mahal.
Yang akurat adalah Positron Emission Tomography (PET) yang dapat membedakan
tumor jinak dan ganas berdasarkan perbedaan biokimiawi dalam metabolism zat-zat seperti
glukosa, oksigen, protein , asam nukleat. Tumor yang kurang dari 1 cm agak sulit di deteksi
oleh PET karna kurang diresolusi oleh PET scanner. Sensitivitas dan spesivitas PET adalah
83-93% sensitive dan 60-90% spesifik.3
Laboratorium (sitologi)
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah.
Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan
tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan
inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan
yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi
Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera
tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal
alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam formalin 4%.
Pemeriksaan sitologi sputum rutin di kerjakan terutama bila pasien ada keluahan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu positif karena ia tergantung dari :
Letak tumor terhadap bronkus
Jenis tumor
Teknik mengeluarkan sputum
Jumlah sputum (3-5 hari berturut-turut)
Waktu pemeriksaan
Pada kanker paru uan letaknya central, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan
hasil positif sampai 70% pada ca sel squamosa. Pemeriksaan sputum di anjurkan rutin dan
skrining untuk diagnosis dini dari kanker paru. Pemeriksaan untuk diagnostic kanker paru
dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servical.supraclavikula, dan
bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopy.
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan standar emas dari diagnosis kanker
paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui
Bronkoskopy
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya
sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran
napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau
stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan
tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.
Ada berbagai jenis bronkoskopy salah satu diantaranya ultrasound bronkoscopy untuk
mendeteksi tumor perifer , tumor endikardial , kelenjar getah bening mediastinum dan lesi di
daerah hilus. Hasil positif pada bronkoscopy dapat mencapai 95% untuk tumor central dan
70-80 % untuk tumor perifer.
Torakoskopi
Biopsy tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik ,dimana dengan cara
video assited thoracoscopy memiliki sensitivitas dan spesivitas hingga 100%
Serologi/ tumor marker
Beberapa tes yang dipakai adalah CEA(carcinoma Embryogenik Antigen) , NSE
(Neuron specific enolase), cyra 21-1 ( cytokeratin fragments 19). Bila pemeriksaan di gabung
maka sensitivitas bisa mencapai 78% dan saat ini uji serologi tumor marker sering di pakai
untuk evaluasi hasil pengobatan kanker paru. 3
< 2,5 : Curiga Ca Paru : Pro evaluasi setelah 6 bulan.
CEA 2,5 – 6,5 : Pasti Ca, namun diteliti ulang.
CEA > 6,5 : Pasti Ca, Pembedahan masih bermanfaat( belum
metastase)
CEA > 15 : Pasti Ca , Pembedahan tidak bermanfaat ( sudah
metastase).3
D. Differential Diagnosis
a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia. Lingkungan hidup yang padat dan pemukiman di wilayah
perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan
sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya akibat infeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis biasanya secara inhalasi,sehingga TB paru merupakan
manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Terdapat dua macam
tuberkulosis,yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulsis pasca primer. Tuberkulosis
pasca primer merupakan kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis
dewasa(tuberkulosis post primer=TB pasca primer=TB sekunder). Mayoritas reinfeksi
mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti
malnutrisi alkohol,penyakit maligna,diabetes,AIDS,gagal ginjal. Tuberkulosis pasca
primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru(bagian apikal-
posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru
dan tidak ke nodus hiler paru.5
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.6
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
Keluhan terbanyak pada pasien TB misalnya seperti demam biasanya subfebril
menyerupai demam influenza. Tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC.
Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Batuk darah juga sering ditemukan. Batik terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Lalu
sesak nafas,nyeri dada,dan malaise pun sering ditemukan. Tempat kelainan lesi TB
paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks(puncak paru). Bila dicurigai infiltrat
yang agak luas,maka didapatka perkusi yang redup dan auskultasi suara napas
bronkial. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman
BTA,diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.
b. Bronchiectasis
Bronkiektasis merupakan dilatasi bronkus yang biasanya disertai bronchitis
kronik,.Kira- kira 50% terjaid bilateral dan kebanyakan mengenai lobus inferior.
Sering mulai dari bronchitis dan pneumonia dan penyakit anak seperti batuk
rejan.Bronkiektasis juga sering terlihat sebagai akibat atau yang menyertai penyakit
TBC paru, stenosis dari bronkus,distal dari tumor ,atau infeksi bronkus yang akut dan
kronik.Gambaran klinik dari pasien dengan bronkiektasis biasanya batuk produktif ,
kadang batuk darah dan biasanya sesak napas selama bertahun- tahun.Terutama pada
orang tua dapat terjadi hemoptisis dan sering di jumpai jari gada (clubbing
fingers) .Diagnosis dapat dipastikan dengan bronkografi. Pada rotgen foto
bronkogram tampak pelebaran bronkus berbentuk silinder atau kantung dengan
penimbunan secret.Secarsa mikroskopis terlihat ialah pelebaran cabang pembuluh
darah arteri bronkialis sebagai akibat radang
Tanda dan Gejala
1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah
tiduran dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada
gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 - 300 cc,
disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri
pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering
mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.6
E. Working Diagnosis
Kanker Paru
Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum,
metastasis tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus
keganasan rongga toraks terbanyak adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru
merupakan penyebab kematian yang paling utama di antara kematian akibat penyakit
keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak meskipun angka kejadian
pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan dengan gaya hidup (merokok).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di
paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat penyebaran
(metastasis) dari tumor primer organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer
yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan
kanker paru primer yang bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland
tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma.
Faktor Risiko untuk Kanker Paru
Faktor risiko utama untuk kanker paru kira-kira 90% kasus adalah pengguna
tembakau. Kanker paru sering dihubungkan dengan bronchitis kronis, akibat factor
risiko yang bertumpah tindih serta kenyataan bahwa mucus yang berlebihan ikut
berperan menyebabkan perubahan sel epitel. Polusi udara dan pajanan terhadap zat
kimia dan debu, termasuk asbestos, juga memicu terjadinya penyakit.3,7,8
Meskipun telah diketahui lebih dari 50 karsinogen di dalam asap tembakau,
tetapi bagaiman asap rokok secara pasti menyebabkan kanker masih belum jelas.
Diperkirakan karsinogen atau metabolit lain dalam asap rokok dapat mempengaruhi
fungsi gen-gen kunci yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel epitel.
Mutasi tertentu pada gen suppressor kanker tertentu telah memperlihatkan terjadi
dengan pajanan asap rokok yang lama. Apabila gen supresor tumor tidak berfungsi
dengan baik, pembelahan sel yang tidak terkendali dapat terjadi dan tumbuh kanker.8
Sel-sel epitel mengalami perubahan secara progresif seiring dengan
terbentuknya kanker paru, pertama kali memperlihatkan tanda metaplasia yang samar,
kemudia diplasia, dan akhirnya neoplasia. Keadaan yang mendahului neoplasia dapat
dilihat secara histology pada individu yang mengidap bronchitis kronik dan emfisema.
Sel-sel epitel bronkus yang tampaknya mengalami kerusakan parah akibat toksin
adalah sel terletak di bifukarsio bronkus. Kemudian terjadi akumulasi mucus dan
toksin dibagian ini, sehingga cedera palin parah terjadi pada tempat ini. Akibatnya
adalah sel-sel epitel menebal, sel penghasil mucus mengalami hipertrofi, dan terjadi
metaplasia dan diplasia. Strukur dan fungsi alveolus juga dapat berubah.
Gambaran Klinis
Sebagian besar penderita kanker paru ditemukan dalam stadium lanjut. oleh
karena itu mengarahkan upaya untuk menegakan diagnosis yang tepat pada tahap
lebih dinidengan sendirinya mejadi kunci untuk keberhasilan dalam pengobatan.2
Gejala-gejala dapat bersifat :3
Lokal (tumor tumbuh setempat) :
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas
- Atelektasis
Invasi local :
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke pericardium, terjadi temponade atau aritmia
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom horner
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
Gejala penyakit metastase :
- Pada tulang, hati, otak, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula
Sindrom paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru dengan gejala :
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi :leukositosis, anemia, hioerkoagulasi
- Hipertrofi osteoatropati
- Neuroloik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
- Renal : syndrom of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
Asimtomatik dengan kelainan radiologis
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK yang terdeteksi secara
radiologis
- Kelaian berupa nodul soliter
Manifestasi klinik :
Batuk : gejala paling sering karsinoma paru, umumnya batuk kering iritatif, tanpa
sputum atau sedikit sputum mukoid putih. Batuk sering kali dikarenakan tumor
mengenai berbagai percabangan bronkus.
Hemoptisis : gejala paling khas karsinoma paru, umumnya sputum berserat darah
atau bernoda darah. Hemoptisis disebabkan kanker menginvasi kapiler mukosa
bronchial, sering bercampur dengan sel ganas yang terlepas, angka positif
pemeriksaan sitologi sputum tinggi.
Dada penuh, sakit : stadium dini hanya tampil sebagai dada terasa penuh ringan.
Ketika kanker mengenai pleura parietal atau langsung menginvasi dinding torax,
dapat timbul nyeri menetap di lokasi tersebut.
Dispnea : tumor menyumbat bronkus menimbulkan pneumonia obstruktif atau
atelektasis merupakan salah satu sebab terjadinya napas pendek pasien karsinoma
paru. Derajat dispnea bervariasi menurut lingkup obstruksi. Penyebaran karsinoma
paru ke pleura menimbulkan efusi pleural maligna juga peyebab dispnea.
Demam : pneumonia obstruktif merupakan sebab utama demam pada karsinoma
paru. Kekhasan demam adalah berkepanjangan intermiten. Selain itu demam dapat
disebabkan oleh toksin kanker atau metastasis sumsum tulang.
Gejala sistemik non spesifik : anoreksia, penurunan berat badan, kakeksia (kurus
kering) pasa stadium lanjut.
F. Etiologi
Merokok adalah faktor penyebab penyakit paling utama karsinoma paru.
Tahun 1996 hasil survey epidemiologi perilaku merokok nasional RRC menunjukan
pada tahun 1996 pria yang merokok 66,9%, wanita 4,2%, total angka merokok
terdapat 37,6%, diantara yang tidak merokok 53,48% menjadi perokok pasif. Perokok
pasif adalah orang yang tidak merokok yang setidaknya 1 hari dalam seminggu
menghirup asap yang dihembuskan perokok selama lebih dari 15 menit/hari. Hasil
survei prospektif di kalangan dokter di inggris tahun 1960an telah membuktikan
hubungan antara tembakau dan karsinoma paru. Terdapat literatur menyebutkan
indeks merokok (jumlah batang yang dihisap per hari x jumlah tahun merokok) lebih
besar dari 400 merupakan kelompok resiko tinggi karsinoma paru. Berhenti merokok
dan ridak merokok merupakan upaya preventif karsinoma paru yang terbaik.
Kontak industri. yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti :
- Asbestos, sering menyebabkan mesotelioma
- Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
- Radon, arsen, kromium, nikel, polikistik hidrokarbon, vinil klorida
Merupakan faktor resiko penyebab karsinoma paru. Sebuah tambang timah tua
di propinsi Yunnan RRC merupakan daerah insiden tinggi karsinoma paru, angka
kematian mencapai 151/100.000 jiwa.
Polusi udara. Termasuk polusi udara di luar maupun di dalam ruangan, gas
buangan kendaraan bermotor mengandung zat karsinogen, terutama karsinogen
benzopiren paling menonjol. Belakangan ini diperhatikan dari bahan dekorasi ruang
seperti formaldehid dan gas radon juga mungkin menjadi faktor resiko timbulnya
karsinoma paru.
Onkogen dan supresor onkogen. Mutasi gen p53 dianggap berkaitan dengan
timbulnya karsinoma paru. Pandangan mutakhir adalah karsinoma skuamosa paru
karena merokok berkaitan dengan gen ras, sedangkan adenokarsinoma paru pada non
perokok berkaitan dengan gen egfr.9
G. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya kanker dari asap rokok
Asap rokok mengandung sekitar 60 macam karsinogen ( benzene, nitrosamine,
dan oksidan ) yang dapat menyebabkan mutasi DNA
Dikemukakan bahwa kanker paru terjadi pada perokok yang tidak memiliki
kemampuan metabolis yaitu kemampuan men-detoksifikasi karsinogen secara adekuat
Kanker paru terjadi dari banyak pajanan karsinogen dan bukan dari satu
kejadian pencetus ; diperkirakan perlu 10-20 mutasi genetika untuk menciptakan
kanker. Beberapa mutasi :
- Penghilangan lengan pendek kromosom #3
- Aktivasi onkogen ( jun, fos, ras, dan myc )
- Inaktivasi gen suppressor tumor ( p53, RB, DKN2 )
Dalam bronkus yang terpajan karsinogen, sel displatik menjadi karsinoma in situ dan
kemudian jadi karsinoma bronkogenik
Sel kanker memproduksi factor pertumbuhan autokrin ( factor pertumbuhan epitel,
pertumbuhan jaringan, peptide pelepas gastrin, factor pertumbuhan menyerupai
insulin ) yang mendorong pertumbuhan tumor.10
Serangan berulang Faktor Pertumbuhan autokrin
↓ ↓
Asap rokok → Oksidan, NNK, Karsinogen lain → Mutasi DNA → Kanker
↓ ← detoks Metabolik ← gen suppressor tumor p53
↓ ↓
Ekskresi Apoptosis
Kanker paru biasanya primer biasanya diklasifikasikan menurut jenis
histologinya biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya,semuanya memiliki
riwayat alami dan respons terhadap pengobatan yang berbeda-beda. Walaupu terdapat
lebih dari satu lusin jenis kanker paru primer,namun kanker bronkogenik(termasuk
keempat tipe sel yang pertama) merupakan 95% dari seluruh kanker paru.
Karsinoma bronkogenik biasanya dibagi menjadi kanker paru sel kecil(SCLC)
dan kanker paru sel tidak kecil(NSCLC) untuk menentukan terapi. Termasuk di dalam
golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid,adenokarsinoma,tipe-tipe sel
besar atau campuran dari ketiganya. Pada umumnya,SCLC terutama ditangani dengan
kemoterapi,dengan atau tanpda radiasi,sedangkan NSCLC,jika pada saat diagnosis
terlokalisasi,diatasi dengan reseksi bedah. Perkiraan frekuensi dari berbagai tipe
histologi adalah sebagai berikut: epidermoid(30%),adenokarsinoma(33%),karsinoma
sel besar(10%),dan karsinoma sel kecil(18%). Sembilan puluh persen dari seluruh tipe
karsonoma bronkogenik adalah perokok,dan 10% sisanya yang bukan perokok
menderita kanker paru yang biasanya berupa adenokarsinoma.4
Karsinoma sel skwamosa(epidermoid)
Merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering
ditemukan,berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia atau displasia akibat merokok jangka panjang,secara khas mendahului
timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral disekitar
hilus,dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa sentimeter dan cendrung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening
hilus,dnding dada dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk
dan hemoptisis akibat ulserasi atau iritasi,pneumonia,dan pembentukan abses akibat
obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cendrung agak lamban dalam
bermetastase,maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.4
Adenokarsinoma
Sesuai dengan namanya memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul dibagian
perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh
darah dan limfe pada stadium dini,dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala.4
Karsinoma sel bronkial alveolar
Merupakan subtipe adenokarsinoma yang jarang ditemukan dan yang berasal
dari epitel alveolus atau bronkiolus terminalis. Awitan pada umumnya tidak
nyata,disertai tanda-tanda yang menyerupai pneumonia. Pada beberapa kasus,secara
makroskopis neoplasma ini mirip konsolidasi uniform pneumonia lobaris. Secara
mikroskopis,tampak kelompok-kelompok alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih
penghasil mukus,dan terdapat banyak sputum mukoid. Prognosisnya buruk kecuali
kalau dilakukan pembuangan lobus yang terserang pada saat penyakit masih dini.
Adenokarsinoma adalah satu-satunya tipe histologi kanker paru yang tidak
mempunyai kaitan jelas dengan merokok.4
Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cendrung timbul pada
jaringan paru perifer,tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-
tempat yang jauh.4
Karsinoma sel kecil
Seperti tipe sel skuamosa,biasanya terletak ditengah disekitar percabganan
utama bronki. Tidak seperti kanker paru yang lain,jenis tumor ini timbul dari sel-sel
Kulchitsky,komponen normal bronkus. Secara mirkoskopik,tumor ini terbentuk dari
sel-sel kecil(sekitar dua kali ukuran limfosit) dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Sel-sel ini sering menyerupai biji oat,sehingga diberi nama
karsinoma sel oat. Karsinoma sel kecil memiliki waktu pembelahan yang tercepat dan
prognosis yang terburuk dibandingkan dengan semua karsinoma bronkogenik.
Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus,demikian pula dengan
penyebaran hematogen ke organ-organ distal,sering dijumpai. Sekitar 70% dari semua
pasien memiliki bukti-bukti penyakit yang ekstensif(metastasis ke distal) pada saat
diagnosis,dan angka kelangsungan hidup 5 tahun lebih kecil dari 5%.4
H. Epidemiologi
Kanker paru merupakan penyebab kematian terutama pada laki-laki dan juga
perempuan. Faktor resiko terpenting untuk kanker paru adalah merokok dan semakin
banyak rokok yang di hisap maka resiko semakin besar. faktor resiko lainnya adalah
inhalasi karsinogen dari tempat kerja, maka orang yang bekerja pada pusat industry
dan pertambagan mempunyai resiko yang lebih tinggi. Pada penduduk yang tinggal
di kota diet yang kurang mengandung vit A , infeksi saluran pernapasan kronik dan
keturunan juga mempunyai resiko kanker paru. Insiden tertinggi pada usia antara 55-
65 tahun.penelitian prospektif yang melibatkan 200.000 laki-laki berusia 50-69 yang
di teliti selama 44 bulan menyatakna bahwa angka kematian akibat kanker paru per
100.000 orang adalah 3,4 diantara laki-laki yang tidak merokok, 59,3 mereka yang
merokok 10-20 batang/hari dan 217,3 orang mereka yang meroko 40 batang/hari.4
I. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Kebanyakan obat sitostatik mempunyai aktivitas cukup baik pada NSCLC
dengan tingkat respon antara 15-33%, walaupun demikian pengunaan obat tunggal
tidak mencapai remisi komplit. Kombinasi beberapa sitostatik telah banyak diteliti
untuk meningkatkan tingkat respon yang akan berdampak pada harapan hidup. Mula-
mula-mula resimen CAMP yang terdiri dari siklofosfamid, doksorubison, metotreksat
dan prokarbamin, tingkat respon regimen ini 26%. Obat-obat baru saat ini telah
banyak dicobakan sebagai obat tunggal seperti paclitaxel, docetaxel, vinorelbine,
gemcitabine, dan irenotecan dengan hasil yang menjanjikan.
Non medikamentosa
Non Small Cell Lung Cance (NSCLC)
Terapi bedah adalah pilihan utama pada stadium I dan II pada pasien dengan
sisa cadangan parenkim parunya yang adekuat. Reseksi paru biasanya ditoleransi baik
bila prediktif “post reseksi FEV” yang didapat dari pemeriksaan spirometri
preoperatif dan kuantitatif ventilasi perfusi scanning melebihi 1000 ml. Pada stadium
IIIA masih ada kontroversial mengenai keberhasilan operasi bila kelenjar
mediastinum ipsilateral atau dinding toraks terdapat metastasis. Pada pasien IIIb dan
IV tidak dioperasi Combinasi modality therapy yaitu gabungan rediasi, khemoterapi
dengan operasi dilaporkan memperpanjang survival dari studi-studi yang masih
berlangsung.
Radioterapi. Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan
sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvan/paliatif pada tumor
dengan komplikasi seperti mengurangi efek obstruksi atau penekanan terhadap
pembuluh darah/bronkus. Efek samping yang sering adalah disfagia karena esofagitis
post radiasi, sedangkan pneumonitis post radiasi jarang terjadi. Radiasi dengan dosis
paruh yang bertujuan kuratif secara teoritis bermanfaat pada kasus yang inoperabel
tapi belum disokong data percobaan klinis yang sahih. Pasien dengan metastasis
sebatas N1-2 atau saat operasi terlihat tumor sudah merambat sebatas sayatan operasi
maka radiasi post operasi dianjurkan untuk diberikan. Radiasi preoperasi untuk
mengecilkan ukuran tumor agar misalnya pada reseksi lebih komplit pada pancoast
tumor atau stadium IIIb dilaporkan bermanfaat dari beberapa sentra kanker. Radiasi
paliatif. Pada kasus sindrom vena cava superior atau kasus dengan komplikasi dalam
rongga dada akibat kanker seperti hemoptisis, batuk, refraksi, etelektasis, mengurangi
nyeri akibat metastasis kranium dan tulang, juga amat berguna.
Kemoterapi. sel kanker memiliki sifat perputaran daur sel lebih tinggi
dibandingkan sel normal. Dengan demikian tinggi mitosis dan proliferasi tinggi.
Sitostatika kebanyakan efektif terhadap sel bermitosis. Ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi kegagalan pencapaian target pengobatan antara lain resistensi terhadap
sitostatika, penurunan dosis dan penurunan intensitas. Pengunaan resimen kemoterapi
dosis tinggi harus didampingi dengan resceusel induk darah yang berasal dari sumsum
tulang atau darah tepi yang akan menggantikan sel induk darah akibat mieloablatif.
Penilaian respon obat dibagi menjadi 5, yaitu :
- Remisi komplit, tidak tampak seluruh tumor terukur atau lesi terdeteksi
selama lebih dari 4 minggu
- Remisi parsial, tumoir mengecil lebih dari 50% tumor terukur atau lebih
dari 50% jumlah lesi terdeteksi menghilang.
- Stable disease pengecilan 50% atau kurang dari 25% membesar
- Prograsif tampak beberapa lesi baru atau lebih besar 25% membesar
- Lokoprograsif, tumor membesar di dalam radius tumor (lokal)
Penggunaan kemoterapi pada pasien non small cell lung cance (NSCLC) dlam
dua dekade terakhir ini sudah diteliti. Untuk pengobatan kuratif kemoterapi
dikombinasikan dengan pengobatan kanker lainnya. Kemoterapi digunakan sebagai
terapi baku untuk pasien mulai dari stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif.
Kemoterapi dapat diberikan mulai dari stadium II. Cara pemberian diberikan setelah
terapi lokal. Terapi defitif dengan pembendahan, radioterapi, atau keduanya diberikan
diantara siklus pemberian kemoterapi.3
Small Cell Lung Cance (SMLC)
SMLC dibagi dua, yaitu limited-stage disease yang diobati dengan tujuan
kuratif (kombinasi kemoterapi dan radiasi) dan angka keberhasilan terapi sebesar 20%
serta extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi
komplit inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar 20-30%.
Angka median-survival time untuk limited-stage disease adalah 18 bulan dan untuk
extensive-stage disease adalah 9 bulan.3
J. Komplikasi
Komplikasi dari tumor paru adalah gejala invasi keluar dan metastasis pada organ
lain.9
Sindroma obstruksi vena cava superior
Sindroma obstruksi vena cava superior ini akibat dari karsinoma paru langsung
menginvasi atau metastasis kelenjar limfe mediastinum superior kanan mendesak
vena kava superior,manifestasinya berupa udem dibagian kepala,leher bahkan
kedua ekstremitas atas,hiperdilatasi vena dan kapiler darah daerah leher dan dada
atas,dll. Terdapat 5-10% pasien karsinoma paru datang dengan gejala pertama
demikian.
Sindroma Horner
Disebabkan karsinoma paru atau metastasis kelenjar limfe mengenai saraf
simpatis paravertebra servikal VII hingga torakal I,tampak sebagai bola mata
ipsilateral cekung ke dalam,ptosis palpebra superior, cela mata menyempit,pupil
mengecil, sisi lesi tak berkeringat.
Sindroma pancoast
Di atas dasar sindroma horner, tumor lebih lanjut mendestruksi iga I, II dan saraf
plexus brakialis, timbul nyeri extremitas atas.
Osteoartropati hipertrofik pulmonal
Umumnya pada pasien adenokarsinoma 12% disusul oleh kanker skuamosa paru.
Gejala klinis utama berupa persendian besar nyeri,jari tangan dan kaki mirip
gada,sinar X menunjukkan perosteum tulang panjang hiperplasia atau periostitis
dapat menjadi rujukan diagnosis. Artropati pulmonal dapat timbl pada stadium
awal karsinoma paru atau sebelum gejala lokal tumor muncul, bahkan dapat
menjadi keluhan tunggal utama karsinoma paru.
Sindroma karsinoid
Gejala klinis utama sebagai sakit perut,diare,muka merah,bronkospasme. Etiologi
timbulnya sindrom karsinoid adalah karena sel argentafin dalam jaringa kanker
menghasilkan senyawa amina bioaktif. Perlu dikemukakan,sidnroma karsinoid
sering ditemukan pada kanker sel kecil,sedangkan karsinoid bronkial umumnya
tidak menimbulkan sidnroma karsinoid.
Ginekomastia
Gejala klinis utama sebagai perkembangan kelenjar mamae unilateral atau
bilateral. Sebab terjadiya munbkin karsinoma paru menghasilkan gonadotropin
ektopik,sering ditemukan pada karsinoma paru sel kecil.
K. Pencegahan
Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda.
Berhenti merokok dapat mengurangi resiko terkena kanker paru. Penelitian dari
kelompok perokok yang berusaha berhenti merokok hanya 30% yang berhasil.
Akhir-akhir ini pencegahan dengan chemoprevention banyak dilakukan,yakni
dengan memakai derivat asam retinoid , carotenoid, vitamin C, selenium, dan lain-
lain. Jika seseorang berisiko terkena kanker paru maka penggunaan beta karoten,
retinol, isotretinoin ataupun N-acetyl-cystein dapat meningkatkan resiko kanker paru
pada perokok. Untuk itu, penggunaan kemopreventif ini masih memerlukan penelitian
lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasikan. Hingga saat ini belum ada
konsensus yang diteruma oleh semua pihak.
L. Prognosis
Prognosis keseluruhan bagi pasien karsinoma bronkogenik adalah buruk
( kelangsungan hidup 5 tahun 14% ) dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa
tahun terakhir meskipun telah diperkenalkan berbagai agen-agen kemoterapi yang
baru. Dengan demikian, penekanan harus diberikana pada pencegahan. Tenaga-tenaga
kesehatan harus menganjrukan masyarakat untuk tidak merokok atau hidup dalam
lingkungan yang tercemar polusi industri. Tindakan-tindakan protektif dilakukan bagi
mereka yang bekerja degan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik
lainnya.4
KESIMPULAN
Faktor risiko terpenting kanker paru adalah merokok, dan semakin banyak
rokok yang diisap, maka risiko semakin besar. Factor risiko lainnya adalah inhalasi
karsinogen pada tempat kerja, penduduk yang tinggal di kota, diet yang kurang
mengandung vitamin A, infeksi saluran pernapasan kronik, dan keturunan.
Penemuan dini pada kanker paru bertujuan menemukan kanker paru dini.
Dalam arti yang sempit, kanker paru yang dini ialah kanker yang masih terbatas pada
epitel bronkus, atau karsinoma in situ. Kanker seperti ini umumnya tidak memberikan
gejala, tidak dapat ditemukan dengan pemeriksaan fisik. Karena ukuran tumor
umumnya belum mencapai 1 cm, kelainan tidak dapat dilihat dengan foto toraks
biasa. Bahkan sulit dikenali dengan pemeriksaan radiologis. Karena itu amat sulit
ditemukan kasus kanker paru dini. Penemuan kanker paru dini seperti dimaksud
dimungkinkan melalui pemeriksaan sputum.
Tedapat empat tipe histologist kanker paru yang utama : karsinoma sel
skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar dan karsinoma sel kecil. Sekitar 70%
kanker timbul pada bronkus utama, sedangkan 30% timbul pada saluran napas perifer
atau alveoli. Riwayat alami kanker paru tidak memungkinkan dilakukan skrining, dan
biasanya lesi telah tumbuh selama beberapa tahun sebelum timbulnya manifestasi
klinis. Penetuan stadium dan tipe hoistologis menentukan prognosis dan pengobatan
kanker paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rani, A .Aziz. Panduan Pelayanan Medic. Karsinoma Paru; Jakarta:
Departemen Ilmu penyakit dalam FKUI. 2006; h 112-114.
2. Bickley, Lynn S. BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik. Jakarta: EGC;
2009. hal 107-124.
3. Amin zulkifli. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed V. Jakarta : FKUI;
2009. hal 2254-2262
4. Price Anderson Sylvia, Wilson M Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinik
Proses Penyakit Edisi 6 Vol.2. Jakarta: ECG; 2006. Hal 843- 849
5. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FK
UI ; 2006. h. 1005-1010
6. Masjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI; 2008
7. Yunus faisal, rasmin menaldi, hudoyo achmad, mulawarman achmad,
boedi swidarmoko. Pulmonologi Klinik. Jakarta : FKUI ; 2002.
8. Corwin Elizabeth. Patofisiologi. Ed III. Jakarta : EGC ; 2009
9. Desen Wan.Buku Ajar Onkologi Klinik. Edisi 2. Jakarta: FKUI;2008. hal
337-350.
10. Brashers, Valentina. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan &
Manajemen. Jakarta : EGC ; 2008. h. 113-112.