bahan Kanker Paru

22
A. Definisi Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. B. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker paru Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. Faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru : 1. Merokok Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. 2. Perokok pasif Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali. 3. Polusi udara

description

jkh

Transcript of bahan Kanker Paru

Page 1: bahan Kanker Paru

A. Definisi Kanker ParuKanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.

B. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker paruSeperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru

belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. Faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru :

1. Merokok Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling

penting, yaitu 85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.

2. Perokok pasif Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok

pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali.

3. Polusi udara Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi

pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.

4. Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,

nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali

Page 2: bahan Kanker Paru

lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.

5. Diet Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap

betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.

6. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih

besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2).

7. Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga

dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan.

C. Klasifikasi Kanker ParuKanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer,

SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.

1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) Epidermoid merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering

ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.

2. Adenokarsinoma Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan

Page 3: bahan Kanker Paru

limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

3. Karsinoma bronkoalveolus Karsinoma bronkoalveolus sebagai subtipe adenokarsinoma dalam

klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

4. Karsinoma sel kecil Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral

dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

5. Karsinoma sel besarSel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan

sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

D. Stadium KankerPembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut

International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :

STADIUM TNMKarsinoma tersembunyi Tx, N0, M0Stadium 0 Tis, N0, M0Stadium IA T1, N0, M0Stadium IB T2, N0, M0Stadium IIA T1, N1, M0Stadium IIB T2, N1, M0

Page 4: bahan Kanker Paru

T3, N0, M0Stadium IIIA T3, N1, M0

T1-3, N2, M0Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berapa pun, M0Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1Stadium IIIA T3, N1, M0Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berapa pun, M0Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

Keterangan : Status Tumor Primer (T) T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer. Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak

terlihat pada radiogram atau bronkoskopi. Tis : Karsinoma in situ. T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal. T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang

pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina.

T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra.

T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N) N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional. N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina. N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral;

kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis Jauh (M)

Page 5: bahan Kanker Paru

M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh. M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak (Huq, 2010).

E. Ptosisiologi dan WOC

F. Manifestsi Klinis

Rokok Fibrosis ParuPekerjaan/ Polusi

Kanker Paru

Nyeri Akut

Reaksi radang pada bronkus

Ulserasi Bronkus

Infektif bersihan jalan nafas

Metaplasi sel skuamosa pada

bronkus

Empisema

Obstruksi Bronkus

Penumpukan sekret

Kelemahan/ letih

O2 ke jaringan menurun

Gangguan pertukaran gasbatuk

Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh

Intake Menurun

anoreksia Intoleransi aktifitas

Page 6: bahan Kanker Paru

1. Gejala Awal Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

bronkus 2. Gejala Umum

a) Batuk Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk

kering tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder . Dahak berdarah berubah warna dan makin banyak

b) Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang

mengalami ulserasi c) Anoreksiad) lelah , e) berkurangnya berat badan. f) Sakit kepala , nyeri dada , bahu dan bagian punggungg) Nafas sesak ( pendek )

G. Pemeriksaan Diagnostik1. Radiologi

a) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya

kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b) Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2. Laboratorium.

a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA, Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit, Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi. a) Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan

pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b) Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

Page 7: bahan Kanker Paru

c) Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

d) Mediastinosopi. Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e) Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura. b) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

H. PenatalaksanaanPenatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah:

1. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,

untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

a) Toraktomi eksplorasi, Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.

b) Pneumonektomi pengangkatan paru, Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru), Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.

d) Resesi segmental, Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

e) Resesi baji, Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –paru berbentuk baji (potongan es),

f) Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.

2. RadiasiPada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan

bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

3. Kemoterapi.

Page 8: bahan Kanker Paru

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

I. Pengkajian Asuhan Keperawatan Kanker Paru1. Aktivitas/istirahat: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan

rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut. 2. Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung: gesekan perikordial

(menunjukkan efusi ), takikardia, disritmia. 3. Integritas Ego: Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat,

gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang 4. Eliminasi: Diare yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal),

peningkatan frekuensi/jumlah urine. 5. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan

masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .

6. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan. Nyeri abdomen hilang/timbul.

7. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area yang mengalami lesi) Hemoptisis.

8. Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat. 9. Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten. 10. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker

paru, TBC. Kegagalan untuk membaik

J. Diagnosa Keperawatan Kanker Paru1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, berhubungan dengan peningkatan

jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.

2. Nyeri berhubungan denganagen injuri biologi3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2 akibat

perubahan sruktur alveoli. 4. Intolerasnsi aktivitas berhubungan dengan ketidakefektipan sirkulasi oksigen

Page 9: bahan Kanker Paru

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang

Page 10: bahan Kanker Paru

K. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC Rasional

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit, nyeri yang dirasakan pasien berkurang, dengan kriteria hasil:

1. Pain level,2. Pain control,3. Comfort levelsKriteria Hasil :1. Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang

Pain Management1. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3.  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

4. Kurangi faktor presipitasi nyeri5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

6.  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Analgesic Administration

1. Menilai nyeri klien secara menyeluruh untuk menetukan terapi yang tepat bagi penanganan nyeri

2. Reaksi nonverbal menunjukkan respon pasien terhadap tingkat nyeri yang dialami

3. Menjaga lingkungan yang nyaman agar pasien dapat beristirahat dengan tenang

4. Mencegah peningkatan nyeri yang dialami klien

5. Menentukan nyeri klien dengan penanganan farmakologi atau non farmakologi

6. Tipe dan sumber nyeri membantu menetapkan intervensi yang tepat

7. Teknik non farmakologi dapat membantu menurunkan nyeri tanpa efek samping seperti pada teknik farmakologi

8. Analgetik membantu mengurangi nyeri

Page 11: bahan Kanker Paru

normal 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

2. Cek riwayat alergi3. Tentukan pilihan analgesik tergantung

tipe dan beratnya nyeri4.  Pilih rute pemberian secara IV, IM

untuk pengobatan nyeri secara teratur

5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

6. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

1. Agar terapi yang diberikan tepat sesuai nyeri yang dialami pasien

2. Mencegah reaksi alergi terhadap obat-obatan

3. Memberikan terapi yang tepat sesuai kondisi pasien

4. Rute pemberian menentukan cepat atau lambat reaksi obat dalam memberikan efek dalam tubuh

5. Memonitor tanda-tanda vital terhadap pemberian analgetik

6. Menentukan seberapa efektif analgetik yang diberikan dalam membantu menurunkan nyeri yang dialami pasien

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien menunjukkan peningkatan toleransi, dibuktikan dengan kriteria hasil:1. Berpartisipasi aktif pada

aktivitas yag diinginkan2. Memenuhi kebutuhan

perawatan diri sendiri3. Menurunnya kelemahan

dan kelelahan

1. Periksa tanda vital sebelum dan setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator dan obat-obat diuretik

2. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat adanya takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.

3. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas

1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.

2. Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan

3. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung  daripada kelebihan

Page 12: bahan Kanker Paru

4. Tanda vital DBN selama aktivitas 4. Implementasi program rehabilitasi

jantung

aktivitas4. Peningkatan bertahap pada aktivitas

menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit pasien menunjukkan pertukaran gas yang efektif, dibuktikan dengan kriteria hasil:

1.Respiratory status: ventilation

2.Vital sign statusKriteria Hasil:1. Suara nafas bersih, tidak

ada sianosis, dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Airway Management1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan

dan ekspansi dada.2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah

posisi (posisi semi fowler)

3. Kolaborasi dengan memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi

4. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

5. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak

6. Ajarkan dan anjurkan melakukan batuk efektif, nafas dalam

7. Observasi status pernafasan, hasil dari GDA, nadi dan  nadi oksimetri

8. Kolaborasi: Berikan obat yang telah diresepkan

1. Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas

2. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan

3. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan/mencegah iskemia

4. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas

5. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

6. Dengan batuk efektif dapat membantu membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen masuk ke system pernafasan.

7. Dengan mengobservasi status pernafasan, hasil dari GDA, nadi dan  nadi oksimetri dapat dipantau perkembangan kegawatan pernafasan

8. obat-obatan seperti ekspektoran diberikan untuk melegakan jalan nafas dari tumpukan secret yang

Page 13: bahan Kanker Paru

3. Gasdarah arteri normal4. TTV dalam batas normal

menghalangi jalan nafas..

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake makanan kurang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.

NOCa. Nutritional status: nutrientKriteria hasil:a. Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi.b. Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi.c. Tidak terjadi penurunan

berat badan yang berarti (Nurarif dkk, 2013).

Nutrition Managementa. Monitor tanda - tanda malnutrisi.

b. Jelaskan pentingnya mematuhi diet dan program latihan yang dianjurkan.

c. Pada pasien dengan nafsu makan menurun, tawarkan makan yang biasa dimakan.

d. Siapkan pasien untuk makan

e. Jika klien anoreksi dan muntah karena efek samping obat-obatan, berikan cairan setiap hari dengan sedikit gula misal permen.

f. Bandingkan makanan sehari-hari dengan piramida makanan,jangan menghilangkan kelompok makanan yang sesuai standar.

g. Observasi kemampuan makan pasien. Jika pasien ingin makan, setidaknya sediakan waktu 35 menit.

h. Monitor intake makanan, catat persentase makanan yang dimakan

a. Tanda malnutrisi seperti kulit kering, kulit dan konjungtiva pucat (Akcley, 2011).

b. Terapi diet dan latihan penting untuk pengobatan diabetes (Mufti, 2009).

c. Semua orang menyukai makan yang biasa mereka makan, khususnya ketika mereka sakit (O’Regan, 2009).

d. Lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan intake nutrisi (Ackley, 2011).

e. Tindakan ini dapat membantu menstimulus saliva (Dimaria-Ghalili & Amella, 2005)

f. Menghilangkan kelompok makanan akan menyebabkan peningkatan risiko defisiensi

g. Penelitian menunjukkan setidaknya memerlukan 35 menit untuk pasien makan sendiri (Simmons, Osterweil, & Schnelle, 2001).

h. Catatan makanan harian membantu pasien dan perawat untuk menentukan makanan yang biasa dimakan, pola makan, dan adanya

Page 14: bahan Kanker Paru

(25%, 50%). Buat catatan makanan harian selama 3 hari untuk mengetahui intake actual, konsultasi dengan ahli gizi untuk kebutuhan gizi pasien.

defisiensi dalam diet (Shay, Shobert, & Seibert, 2009).

Bersihan jalan nafas tidak efektif, berhubungan dengan peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit pasien menunjukkan keefektipan jalan nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:

1. Respiratory status: ventilation

2. Vital sign statusKriteria Hasil:1. Suara nafas bersih, tidak

ada sianosis, dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Gasdarah arteri normal4. TTV dalam batas normal

Airway Management1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan

dan ekspansi dada.2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah

posisi (posisi semi fowler)

3. Kolaborasi dengan memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi

4. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

5. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak

6. Ajarkan dan anjurkan melakukan batuk efektif, nafas dalam

7. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

8. Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak mampu :

1. Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas

2. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan

3. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan/mencegah iskemia

4. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas

5. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

6. Dengan batuk efektif dapat membantu membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen masuk ke system pernafasan.

7. pengetahuan keluarga tentang peralatan yang digunakan sangat diharapkan karena keluarga kooperatif dalam membantu program terapi.

8. Memantau tingkat kepatenan jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien

Page 15: bahan Kanker Paru

a. Ajarkan metode batuk terkontrol

b. Gunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret)

c. Lakukan fisioterapi dada9. Kolaborasi: Berikan bronkodilator :

mukolitik, ekspektorans

10. Kolaborasi: Berikan antibiotik

11. Kolaborasi: Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.

merawat diri / membersihkan/ membebaskan jalan nafas

9. bronkodilator dimaksudkan untuk Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan.

10. Pemberian antibiotik dimaksudkan untuk mengurangi infeksi yang terjadi sehingga menurunkan produksi sekret.

11. Diperlukan jika tumpukan secret tidak dapat lagi dikeluarkan dengan batuk.

Page 16: bahan Kanker Paru

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyona AW, dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakrata: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006

Brunner and Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC. 1997Blackwell W. Nursing Diagnosis Definition and Classification 2009-2011. USA:

NANDA International. 2009.Moorhead S, et all. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby Elsevier.

2004.Bulechek GM, Howard KB, and Joanne MC. Nursing Interventions Classification

p(NIC). USA : Mosby Elsevier. 2004.