KANKER PARU
-
Upload
okmaronab-febriza -
Category
Documents
-
view
302 -
download
7
Transcript of KANKER PARU
BAB 1
PENDAHULUAN
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor
di paru). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat
menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi
onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.
Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau
kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak
terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses
multistep carcinogenesis. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen
yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras
sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan
kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru.1
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar 20%
dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari
semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-
rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki
tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal
karena kanker. Di Eropa insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000
perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan
72 pada perempuan. Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan
dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh
dunia.1,2
Di Indonesia data epidemiologi belum ada. Di Rumah Sakit Persahabatan jumlah
kasus tumor ganas intratoraks cukup sering ditemukan. Kekerapan kanker paru di rumah sakit
itu merupakan 0.06% dari jumlah seluruh penderita rawat jalan dan 1.6% dari seluruh
penderita rawat inap.1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kanker Paru
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya
silia.2
2.2. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Paru
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain. Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab
terjadinya kanker paru : 2
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya
telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.2,3
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat
kanker paru meningkat dua kali. Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap
tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif. 2,3
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan
berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat
dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah
cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.2,3
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar
daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes
maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.2,3
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.2,3
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi
pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk
juga gen-gen K-ras dan myc). 2,3
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi timbulnya tumor, patologi karsinoma paru secara garis besar dapat
dibagi menjadi:
1. Tipe sentral: tumor yang timbul di bronkus proksimal dari ostium bronkus segmental.
2. Tipe perifer: tumor yang timbul di bronkus distal dari ostium bronkus segmental,
yaitu dari bronkus subsegmental hingga alveolus.
Berdasarkan gambaran histologi, WHO membagi karsinoma paru menjadi:
1. Karsinoma sel skuamosa
2. Adenokarsinoma
3. Karsinoma sel besar
4. Karsinoma sel adenoskuamosa
5. Karsinoma sel kecil
6. Karsinoma paru tipe lainnya terdapat adenokarsinoma bronchial, karsinoid,
karsinosarkoma, dll.
Berdasarkan karakteristik biologis karsinoma paru dan metode terapinya, karsinom aparu
dibagi menjadi 2 golongan besar:
1. Karsinoma paru sel kecil (SCLC= small cell lung carcinoma), kekhasan klinisnya
adalah derajat keganasan tinggi, mudah bermetastasis, memerlukan terapi gabungan
dangan kemoterapi sebagai terapi utama.
2. Karsinoma paru bukan sel kecil (NSCLC= non small cell lung carcinoma),
menempati 75-80% dari seluruh karsinoma paru. Terapi karsinoma paru jenis ini
umumnya operasi sebagai terapi utama dalam terapi gabungan.
2.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis karsinoma paru bervariasi menurut lokasi, ukuran, tipe patologik,
apakah menginfiltrasi atau mendesak organ sekitar serta ada atau tidaknya metastasis.
Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah4:
2.4.1. Gejala lokal dan sistemik akibat tumor
(1) Batuk: gejala paling sering karsinoma paru, umumnya batuk kering iritatif, tanpa
sputum atau sedikit sputum mukoid putih. Batuk sering kali dikarenakan tumor
mengenai berbagai percabangan bronkus.
(2) Hemoptisis: gejala paling khas karsinoma paru, umumnya sputum berserat darah atau
bernoda darah. Hemoptisis disebabkan kanker menginvasi kapiler mukosa bronkhial,
sering bercampur dengan sel ganas yang terlepas, angka positif pemeriksaan sitologi
sputum tinggi.
(3) Dada penuh, sakit: stadium dini hanya tampil sebagai dada terasa penuh ringan, ketika
kanker mengenai pleura parietal atau langsung menhinvasi dinding torak, dapat
timbul nyeri menetap pada di lokasi tersebut.
(4) Dispnea: tumor menyumbat bronkus menimbulkan pneumonia obstruktif atau
atelektasis merupakan salah satu sebab terjadinya nafas pendek karsinoma paru.
Derajat dispnea bervariasi menurut lingkup obstruksi. Penyebaran karsinoma paru ke
pleura menimbulkan efusi pleura maligna juga menyebabkan dispnea. Selain itu,
kanker alveolar difuse menyebabkan kelainan interstisium paru, dapat timbul dispnea
karena insufisiensi pertukaran gas, yang parah dapat menyebabkan dispnea refrakter.
(5) Demam: pneumonia obstruktif merupakan sebab utama demam pada karsinoma paru.
Kekhasan demam ini adalah berkepanjangan intermitten, kadang memburuk dan
kadang membaik, sulit diterapi. Selain itu, demam juga dapat disebabkan oleh toksin
kanker atau metastasis sumsum tulang.
(6) Gejala sistemik non spesifik: anoreksia, penurunan berat badan, kakeksia pada
stadium lanjut.
Dari uraian di atas tampak bahwa simtomatologi karsinoma paru tidak khas, dan
banyak penyakit sistem pernapasan memiliki gejala klinis serupa. Maka berdasarkan
simtomatologi menegakkan diagnosis karsinoma paru kuncinya terletak pada kewaspadaan
terhadap karsinoma paru. Segala gejala saluran pernapasan yang tidak sembuh setelah diobati
selama 2 minggu lebih harus diwaspadai kemungkinan keberadaan karsinoma paru4.
2.4.2. Gejala invasi keluar dan metastasis karsinoma paru
(1) Sindroma obstruksi vena kava superior: ini akibat dari karsinoma paru langsung
menginvasi atau metastasis kelenjar limfe mediastinum superior kanan mendesak
vena cava superior, manifestasinya berupa edema di bagiam kepala, leher bahkan
kedua ekstremitas atas, hiperdilatasi vena dan kapiler darah daerah leher dan dada
atas, dll.
(2) Sindroma Horner: disebabkan karsinoma paru atau metastasis kelenjar limfe
mengenai saraf simpatis paravertebra servikal VII hingga torakal I, tampak sebagai
bola mata ipsilateral cekung ke dalam, ptosis palpebra superior, celah mata
menyempit, pupil mengecil, sisi lesi tidak berkeringat, dll.
(3) Sindroma Pancoast: di atas dasar sindroma Horner, tumor lebih lanjut mendestruksi
iga I, II dan saraf pleksus brakialis, timbul nyeri ekstremitas atas.
Gejala lain invasi dan metastasis yang sering ditemukan adalah: mengenai nervus
rekuran laringeus timbul suara serak, sebagian pasien datang dengan keluhan awal ini;
metastasis otak timbul sefalgia, muntah, hemiplagia; metastasis tulang timbul nyeri menetap
daerah tersebut, dll.4
2.4.3. Gejala penyerta karsinoma paru
Zat bioaktif abnormal yang dihasilkan karsinoma paru menimbulkan gejala sistemik
pada pasien, disebut sebagai gejala penyerta karsinoma paru, lebih sering timbul pada
karsinoma paru kecil. Gejala yang sering adalah:
(1) Osteoartropati hipertrofik pulmonal berupa nyeri pada persendian besar, jari tangan
dan kaki mirip gada.
(2) Sindroma karsinoid (Sindroma Cassidy) berupa sakit perut, diare, muka merah dan
bronkospasme.
(3) Ginekomastia berupa perkembangan kelenjar mammae unilateral atau bilateral.
Gejala penyerta karsinoma paru lainnya adalah: hiperkalsemia akibat zat mirip
parathormon ektopik; neuropati dan miopati, dermatomiositis karsinomatosa; sindroma
eosinofilia; sindroma Cushing dan hipersekresi ADH, dll.4
2.5. Penderajatan
Penderajatan Internasional Kanker Paru Berdasarkan Sistem TNM1
Stage TNM
Occult carcinoma
0
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IV
Tx, N0, M0
Tis, N0, M0
T1, N0, M0
T2, N0, M0
T1, N1, M0
T2, N1, M0
T3, N0, M0
T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N1, M0
T3, N2, M0
Sembarang T, N3, M0
T4, sembarang N, M0
Sembarang T, sembarang
N, M1
2.6. Diagnosis
2.6.1. Anamnesa
Keluhan utama :
1. Batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih atau purulent)
2. Batuk darah
3. sesak nafas
4. suara serak
5. sakit dada
6. Sulit menelan
7. Benjolan pangkal leher
8. Sembab muka dan leher
Keluhan tambahan :
1. Berat badan berkurang
2. Nafsu makan berkurang
3. Demam hilang timbul
4. Sindrom paraneoplastik, seperti hipertrofik pulmonary ostearteopati, thrombosis vena perifer dan neuropatia
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Tumor dengan ukuran besar terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat dari kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor diluar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intra orbital dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang.1
2.6.3. Gambaran Radiologis
1) Foto Toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral kelainan dapat dilihat bila massa tumor
berukuran lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang
iregular, disertai indentasi pleura, tumor satelit. Pada foto toraks juga dapat ditemukan
invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikad dan metastasis intrapulmoner.
Keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks.
2) CT-Scan toraks
Teknik pencitraan ini dapat menetukan kelainana di paru secara lebih baik daripada
foto toraks. CT-Scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm
secara lebih tepat. Demikian juga tanda- tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadapa bronkus, tumor
intrabronkial, atelektasis,efusi pleura yang tidak masih dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi, keterlibatan KGB
yang sangat berperan untuk menentukan stage juga dapat dideteksi lebih baik karena
pembesaran KGB (N1- N3). Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinana
metastasis intrapulmoner. Pemeriksaan CT-Scan toraks sebaiknya diminta hingga
suprarenal untuk dapat mendeteksi ada/tidak ada pembesaran KGB adrenal.
3) USG abdomen
Untuk melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam
rongga perut.
4) Positron Emission Tomography (PET)
PET berperan untuk mengevaluasi tumor primer dengan menduga keganasan dengan
melihat peningkatan metabolisme pada sel ganas.6
Pemeriksaan khusus:
1) Bronkoskopi
Pemeriksaan dengan tujuan diagnostik sekaligus untuk mengambil jaringan atau
bahan pemeriksaan Patologi Anatomi.
2) Biopsi aspirasi jarum
3) Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
4) Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
5) Transthorasi Needle Aspiration (TTNA)
6) Biopsi Transtorakal
7) Aspirasi jarum halus (AJH)
8) Biopsi KGB
9) Toraskopi medik
10) Sitologi sputum6
2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi).
Pengobatan yang diberikan yang diberikan berdasarkan sejumlah faktor seperti kondisi tubuh
dan stadiumnya. Dalam pemilihan perawatan, dokter akan mempertimbangkan kondisi
kesehatan secara keseluruhan, jenis dan stadium kanker. Berikut adalah pengobatan yang bisa
diberikan untuk pasien kanker paru berdasarkan stadiumnya(PDPI):
Stadium I : operasi, kadang kemoterapi
Stadium II: operasi, kemoterapi, radiasi atau kombinasi antara kemoterapi dan radiasi
Stadium III: kombinasi antara kemoterapi dan radiasi, clinical trial ( percobaan klinis),
perawatan paliatif
Stadium IV: kemoterapi, terapi obat yang ditargetkan (targeted drug therapy), perawatan
paliatif6,7
Gambar 1: Pengobatan berdasarkan stadium (Spira A, 2004)
2.7.1 Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk kanker paru jenis karsinoma sel
kecil (KPBKSK) stadium I dan II. Pada penderita yang tidak boleh dioperasi, maka
radioterapi dan/ atau kemoterapi dapat diberikan.
Pembedahan juga merupakan bagian dari combined modality therapy misalnya
didahului kemoterapi neoadjuvant untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah seperti kanker paru dengan sindrom vena kava
superior berat.
Prinsip pada pembedahan, dokter bedah akan menghilangkan kanker paru dan
menyisakan jaringan yang sehat, serta dokter bedah juga bisa menghapus kelenjar getah
bening untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda kanker.
Jika sebagian paru-paru diangkat, jaringan paru-paru yang tersisa akan memperluas dari
waktu ke waktu sehingga membuatnya lebih mudah bernapas. Dokter biasanya menyarankan
ahli terapi pernapasan untuk membantu pemulihan.6,7
2.7.2 Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif,
radioterapi menjadi sebahagian dari kemoradioterapi neoadjuvant untuk KPKBSK stadium
IIIA. Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan
keluhan penderita, seperti sindrom vena kava superior (SVKS), nyeri tulang akibat invasi
tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak.
Penetapan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor yaitu:
Stadium penyakit
Status penampilan
Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui:
Jenis pembedahan
Penilaian batas sayatan
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah:
Hb > 10g%
Trombosit > 100.000/dl
Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberkan pada unfavourable group yaitu:
Tampilan < 70
Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan
Fungsi paru buruk
Untuk mengurangi efek samping pada raditerapi konkuren dianjurkan menggunakan obat
antikanker golongan paklitaksel, dosetaksel, gemsitabin atau dengan dosis kecil yang cukup
untuk menimbulkan efek radisensitaizernya saja.6,7
2.7.3 Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan jenis histologist tumor dan tampilan(performance status) harus lebih dari 60
menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO.
Kemoterapi menggunakan obat-obatan yang bisa membunuh sel kanker; 1 atau lebih
obat kemoterapi diberikan melalui pembuluh darah di lengan (intravena). Biasanya diberikan
dalam serangkaian perawatan selama beberapa minggu atau bulan. Kemoterapi ini bisa
digunakan sebagai pengobatan lini pertama kanker paru atau pengobatan tambahan setelah
operasi.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:
Platinum based theraphy (sisplantin atau karboplatin)
Respons obyektif satu obat antikanker ≥ 15%
Toksisitas obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 3 siklus pada penilaian terjadi
progresif tumor.
Regimen untuk KPKBSK adalah:
CAP II (sisplatin, adriamisin, siklofosfamid)
PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Gemfitinib oral (terapi adjuvant)
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:
1. Tampilan ≥ 70-80. Bila tampilan <70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker
dengan regimen tertentu dan/ atau jadual tertentu
2. Hb ≥ 10g%, pada penderita anemia ringan tanpa pendarahan akut, meskipun hb < 10g
% tidak perlu transfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab
anemia.
3. Granulosit ≥ 1500/mm³
4. Trombosit ≥ 100.000/mm³
5. Fungsi hati baik
6. Fungsi ginjal baik ( creatinin clearance > 70ml/menit)6,7
Dosis obat antikanker dapat dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik masing-masing.
Gambar 2: pengobatan kemoterapi; jenis obat & efek sampingnya8
2.7.4. Evaluasi hasil pengobatan
Respon subjektif yaitu penurunan keluhan klinis
Respons semisubjektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya BB
Respon obyektif
Efek samping obat
Respon obyektif dibagi kepada 4 golongan yaitu:
Respons komplit (complete response, CR): bila pada eveluasi tumor hilang 100% dan
keadaan ini menetap > 4 minggu.
Respons sebagian (partial response, PR): bila pengurangan ukuran tumor > 50% tetapi
< 100%
Menetap (stable disease, SD): bila ukuran tumor tidak berubah atau mengecil >25%
tetapi < 50%
Tumor progresif ( progressive disease, PD): bila terjadi pertambahan ukuran tumor >
25% atau muncul tumor/lesi baru di paru atau di tempat lain.6,7
2.7.5. Targeted drug therapy
Targeted drug therapy adalah pengobatan yang bekerja dengan menargetkan kelainan
tertentu dalam sel kanker. Pilihan terapi ini meliputi bevacizumab, erlotinib atau crizotinib.
Untuk uji klinis biasanya terlibat dalam penelitian untuk pengobatan kanker dengan inovasi
terbaru. Obat – obat golongan ini diindikasikan pemberiannya sebagai adjuvant yaitu
diberikan setelah pemberian terapi definitive (kemoterapi atau radioterapi) selesai
diberikan.6,7
2.7.6. Pengobatan paliatif
Pada perawatan paliatif atau perawatan pendukung biasanya dokter mengobati gejala
yang muncul agar pasien merasa lebih nyaman serta mengurangi efek samping dari
pengobatan untuk kanker yang diterimanya. Pengobatan meliputi radioterapi, kemoterapi,
medikamentosa, fisioterapi dam psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah,
pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan.6,7
2.7.7. Follow up
Evaluasi pada pasien yang telah mendapat terapi optimal dilakukan setiap 3 bulan
sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA/ lateral dan
CT-scan toraks sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.6,7
2.8. Komplikasi
1. Pneumoni pada sisi yang kena
2. Abses distal paru dari karsinoma
3. Efusi pleura
4. Pneumotoraks
5. Emboli paru
6. Gagal napas
Invasi ke mediastinum dapat bermanifestasi :
1. Paralise N. recurrent laringeal kiri
2. Kelumpuhan N. frenikus
3. Obstruksi vena cava superior
4. Disfagi (sulit menelan)
2.9. Prognosis
Angka hidup setelah 5 tahun 0-15%. Bergantung pada :
1. Stadium
2. Tipe tumor
3. Umur
4. Jenis terapi
Tumor soliter dengan diferensiasi baik, dapat hidup 35-70% dalam waktu 5 tahun
Tipe B prognosis lebih bagus
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas pribadi
Nama : Ramadhan
Umur : 50 th
Jenis Kel : laki-laki
Status Perkawinan : menikah
Pekerjaan : Buruh
Suku : Melayu
Agama : Islam
Alamat :
Tanggal masuk : 16 april 2012
2. Anamnese penyakit
Keluhan utama : Sesak nafas
Keluhan tambahan : Batuk, Nyeri dada, Batuk darah
Telaah :
- Sesak nafas sejak kurang lebih 3 bulan ini dan memberat dalam 1 minggu ini. Sesak
tak berhubungan dengan cuaca tapi berhubungan dengan aktivitas ringan. Riwayat
sesak nafas (-).
- Nafas berbunyi dijumpai dalam 4 bulan dan bersifat hilang timbul dan timbul saat
batuk keras, batuk dialami os kurang lebih 3 bulan yang lalu dan memberat sejak
1 minggu yang lalu. Batuk berdarah, berwarna kuning dengan volume 1 sdk the,
batuk bias dijumpai 6x sehari dan bersifat kental.
- Nyeri dada dialami os sejalan dengan timbulnuya sesak nafas dan memberat dalam 2
bulan ini. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada dada kanan dan tidak
menjalar. Riwayat nyeri dada (-).
- Riwayat demam kurang lebih 4 bulan ini, tidak terlalu tinggi dan turun dengan obat
penurun panas.
- Riwayat keringat malam kurang lebih 3 bulan yang lalu hingga baju os basah.
- Nafsu makan berkurang sejak 3 bulan yang lalu turun 1w3,5 kg
- Riwayat merokok sejak umur 18 tahun sebanyak 20 batang perhari. Jenis isapan
sedang dan berhenti dalam 5 bulan ini. Riwayat keluarga menderita DM(-), HT(-),
Tumor(-)
RPT : tidak jelas
RPO : Oat sejak 4 bulan yang lalu dan di dapat dari puskesmas
3. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
Status presen
Keadaan umum Keadaan Penyakit
Sensorium : CM Dspnoe : +
TD : 140/90 Anemia : -
Nadi : 110 x/i Oedema :+ leher,eks sup.
Pernafasan : 22 x/I Sianosis : -
Pernafasan : 36 Ikterus : -
TB : 162 cm RBW : 49/(162-100)x100%
BB : 49 kg : 79%
BMI : 18,7 kg/m2 Kesan : normoweight
KU / KP / KG : sedang/sedang/baik
4. Status Lokalisata
Kepala : Deformitas tidak dijumpai
Mata : Anemia (-), ikterus (-), miosis (-), ptosis (-),
enoftalmos (-)
Leher : pembesaran KGB trigonum posterior(+), TVJ R+2 cmH2O
Dada :
Toraks Anterior
- Inspeksi : Asimetris, ketinggalan bernafas dada kanan
- Palpasi : Stem fremitus kanan < kiri, kesan kanan melemah
- Perkusi : Sonor pada lapangan
atas s/d bawah paru kiri posterior dan anterior.
Sonor memendek pada lapangan paru atas sampai tengah
posterior.
- Auskultasi: Suara pernapasan bronchial pada di lapangan paru kiri atas
sampai lapangan paru bawah. Suara pernafasan bronchial
sampai menghilang pada lapangan paru kanan.
Suara tambahan ronki kasar pada seluruh lapangan paru kiri.
Abdomen : Soepel, BU (+) N, H/L/R : tak teraba.
Ekstremitas :
Superior : Oedema (+/+), Clubbing Finger (-/-),
Inferior : Oedema (-/-), Clubbing Finger (-/-)
5. Laboratorium Di RSUP HAM:
Darah Lengkap
- WBC : 12,20 x 103/mm³
- RBC : 4,79 x 106/mm³
- HGB : 11,30 g%
- HCT : 32,30 %
- PLT : 286 x 10³/mm³
- Neutrofil : 9,94%
- Limfosit : 3,33%
- Monosit : 17,5%
- Eosinofil : 1,80%
- Basofil : 0,300%
Elektrolit
- Na : 127 mEq/L
- K : 4,1 mEq/L
- CL : 101 mEq/L
Faal Hati
- SGOT : 54 U/L
- SGPT : 35 U/L
Faal Ginjal
- Ureum : 42,4 mg/dL
- Kreatinin : 0,59 mg/dL
Metabolisme Karbohidrat
- Glukosa darah sewaktu : 128 mg/dL
Analis is Gas Darah
- pH : 7,459
- PCO2 : 35,9 mmHg
- PO2 : 61,2 mmHg
- HCO3 : 24,8 mmol/L
- Total CO2 : 25,9 mmol/L
- BE : 1
- Sat O2 : 97,5%
Kesan: Alkalosis respiratorik
6. Foto Toraks
Foto Toraks PA 16 April 2012
Interpretasi:
KV kurang
Trakea medial
Konsolidasi homogen di lapangan atas dan tengah paru kanan.
Konsolidasi non homogen di lapangan bawah paru kanan.
Foto Toraks Lateral 16 April 2012
Interpretasi:
Konsolidasi homogen di lapangan atas paru kanan.
Konsolidasi non homogen di lapangan bawah paru kanan.
7. Diagnosis Banding
1. Efusi pleura dextra mix atelectasis ec tumor paru + SVKS
2. Efusi pleura dextra mix atelectasis ec tumor mediastinum + SVKS
8. Penatalaksanaan
- Bed rest
- 02 2-4 L/i
- IVFD NaCl 20 gtt/i
- Inj Ceftazidime 1 gr/8 jam
- Inj Dexamethasone 1 amp/8 jam
- Aminofilin drips 1 amp/8 jam
- Nebule Ventoline/Flexotide/8 jam
- Salbutamol 3x4 mg
- GG 3x1 mg
- Inj Ketorolac 1 amp/12 jam
- Inj Ranitidine 1 amp/12 jam
- KSR 2x1
Rencana Penjajakan
- Radioterapi cito
- Tumor marker
- Sitologi sputum
- Sitologi cairan pleura
- USG toraks
- CT scan
- Bronkosopi
- FNAB
DISKUSI
Melalui anamnesis diketahui bahwa pasien menderita sesaknafa dalam 1 minggu ini
tidak berhubungan dengan cuaca tapi berhubungan dengan aktivitas ringan. Nafas berbunyi
dijumpai dalam 4 bulan dan bersifat hilang timbul. Batuk dialami seja 3 bula yang lalu dan
memberat dalam 1 minggu yang lalu. Batuk berdarah berwarna kuning kental dengan volume
1 sendok teh bias sampai 6x sehari. Riwayat demam ± 4 bulan ini tidak terlalu tinggi. Nafsu
makan dan berat badan turun dalam 3 bulan yang lalu. Riwayat merokok sejak umur 18
tahun, sebabyak 20 btg/hari jenis hisapan sedang dan berhenti dalam 5 bulan yang lalu.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapati dinding dada asimetris dengan ketinggalan
bernafas dada kanan, venektasi(+), Vena kolateral (+). Pada palpasi ditemukan kanan < kiri,
kesan melemah pada paru kanan. Perkusi dijumpai Beda pada anterior lapangan paru kanan
atas sampai bawah sedangkan pada bagian posterior sonor memendek pada lapangan paru kiri
atas dan tengah.
Pada pemeriksaan foto toraks ditemukan konsolidasi homogen pada lapangan paru
atas dan tengah. Pada lapangan paru kanan bagian bawah ditemukan konsolidasi lapangan
paru kanan bawah.
Berdasarkan data-data tersebut pasien didiagnosis mengarah pada tumor paru+SVKS.
Dugaan tumor paru didasarkan adanya faktor resiko merokok, usia diatas 40 tahun.
Kemudain pada foto toraks ditemukan konsolidasi homogen pada lapangan paru tengah dan
bawah, ditambah gejala batuk darah, berkurangnya nafsu makan, turunnya berat badan dan
pada pemeriksaan fisik ditemukan ketinggalan bernafas dada kanan juga ditemukan tanda-
tanda SVKS seperti vena kolateral dan venektasi kemudian pada auskultasi ditemukan
adanya suara nafas bronkial dan ronki. Untuk mengetahui terhadap adanya masa (tumor)
maka akan dilakukan pemeriksaan CT Scan toraks, dan bila diketahui terdapat masa, akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan bronkoskopi untuk menentukan apakah masa tersebut di
sentral atau perifer serta pengambilan spesimen (BAL/brushing) dari lesi yang dicurigai dan
pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi adanya keganasan.
Pasien diberikan oksigen, cairan intravena, NSAID, salbutamol, antibiotik,
kortikosteroid yang bersifat mengurangi gejala(simtomatis). Tatalaksana utama pada kanker
paru dapat dilakukan kemoterapi, radioterapi, dan/atau bedah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru : Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : PDPI.
2. Alberg AJ, Ford JG, Samet JM; American College of Chest Physicians.
Epidemiology and Risk Factors of Lung Cancer. ACCP Evidence-based Clinical
Practice Guidelines (2nd Edition). Chest, 2007;132:29S-55S.
3. Stoppler, M.C,2010. Lung Cancer. Available from : http://www.emedicinehealth/
[Accesed 25 March 2012].
4. Desen W. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 337-350.
5. Jusuf A., Harryanto, A., Syahfuddin, E., et al. Kanker Paru Jenis Karsinoma bukan
Sel Kecil. In: Pedoman Nasional untuk Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia
2005. Indonesia: PDPI. Hal. 5 – 9.
6. Kanker Paru. Pedoman Nasional Untuk Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia
2005. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia & Perhimpunan Onkologi Indonesia.
7. Pengobatan yang bisa diberikan untuk Pasien Kanker Paru. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia(PDPI). http://www.klikpdpi.com/modules.php?
name=News&file=article&sid=5189 [Accessed on 27 April 2012]
8. Spira A, Ettinger D.S,. Multidisplinary Management of Lung Cancer. N Engl J Med
2004;350: 379-92