KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat...

114
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

TRIWULAN II-2008

KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 – 4230223 Fax : 022 – 4214326

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Bandung Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Bandung Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya. Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut : 1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di

wilayah kerjanya; 2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan

kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya; 3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya; 4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang

didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat; 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-

fungsi utama.

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenan dan karunia-Nya,

buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2008” ini akhirnya selesai disusun.

Hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Jawa Barat pada triwulan tersebut memberi

gambaran bahwa kondisi ekonomi regional di Jawa Barat menunjukkan perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya, sementara inflasi meningkat.

Setelah tumbuh cukup tinggi pada triwulan I-2008, (7,13% (yoy)), perekonomian Jawa Barat

selama triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh melambat menjadi sebesar 5,07% (yoy). Perlambatan ini

terutama disebabkan oleh penurunan nilai tambah di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan,

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumya. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat yang melambat disebabkan melemahnya permintaan konsumsi rumah tangga dan menurunnya

kegiatan ekspor. Adapun laju pertumbuhan investasi di Jawa Barat masih tetap terjaga pada level yang

cukup tinggi, sejalan dengan membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

Seperti triwulan sebelumnya, perkembangan inflasi di Jawa Barat pada triwulan II-2008 masih

mendapatkan tekanan yang cukup besar terutama sebagai dampak kenaikan harga berbagai

komoditas pangan dan energi di pasar internasional. Kenaikan harga minyak bumi dari kisaran

USD80/barrel pada tahun 2007 menjadi di atas USD130/barrel pada pertengahan tahun 2008, telah

mendorong pemerintah pada tanggal 24 Mei 2008 untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, yang

meliputi premium, minyak tanah, dan solar, rata-rata sebesar 28,75%. Hal ini mengakibatkan inflasi

administered prices melonjak signifikan. Di samping itu, harga bahan makanan yang harganya

berfluktuasi (volatile food) juga masih mengalami peningkatan signifikan. Perkembangan tersebut

menyebabkan peningkatan laju inflasi di Jawa Barat. Tingkat inflasi gabungan tujuh kota di Jawa Barat

(meliputi Kota Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Bekasi, Bogor, Sukabumi, dan Banjar) selama triwulan

II-2008 tercatat sebesar 4,41% (qtq) atau 11,83% (yoy), lebih tinggi daripada inflasi pada triwulan

sebelumnya.

Di sisi pembiayaan, perekonomian Jawa Barat didukung pula oleh peningkatan fungsi

intermediasi perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang lebih pesat baik secara triwulanan

(qtq) maupun tahunan (yoy), untuk beberapa indikator seperti aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit

selama periode triwulan II-2008. Sebagian besar aset perbankan (94%) di Jawa Barat merupakan aset

bank umum konvensional. Sementara itu, sisanya sebesar 6% berasal dari aset bank umum syariah

dan BPR/S dengan porsi masing-masing 3%. Total aset bank umum konvensional pada triwulan II-

2008 naik 4,58% (qtq) mencapai posisi Rp139,72 triliun, atau secara tahunan total aset tumbuh

sebesar 13,92% (yoy). Posisi kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional meningkat 9,78%

(qtq) atau 24,88% (yoy) menjadi Rp77,92 triliun. Di sisi lain, DPK yang dihimpun bank umum

konvensional menurun 4,15% (qtq) atau 10,64% (yoy) menjadi Rp105,98 triliun. Kenaikan

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

ii

pertumbuhan kredit yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK mengakibatkan LDR bank umum di

Jawa Barat naik dari 69,75% menjadi 73,52% pada triwulan I-2008.

Perekonomian Jawa Barat juga tidak terlepas dari dukungan pembiayaan yang berasal dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun demikian, sampai dengan triwulan II-2008,

peranannya masih relatif kecil. Sampai dengan triwulan I-2008, realisasi belanja langsung diperkirakan

masih sangat rendah. Sampai dengan triwulan I-2008, realisasi belanja daerah baru 6,39% (Rp386,37

miliar) dari total belanja daerah selama tahun 2008 yang sebesar Rp6,05 triliun. Sementara itu,

realisasi belanja daerah hingga triwulan II-2008 diperkirakan baru sekitar 20%-30%, seperti realisasi

belanja pada periode yang sama tahun 2007.

Sejalan dengan membaiknya kinerja perekonomian Jawa Barat, kondisi ketenagakerjaan dan

kesejahteraan di Jawa Barat menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Menurut BPS, tingkat

pengangguran terbuka di Jawa Barat mengalami penurunan, yakni dari 14,51% pada Februari 2007

menjadi 12,28% pada Februari 2008. Sementara itu, angka kemiskinan di Provinsi Jawa Barat

menunjukkan penurunan, yaitu dari 5,46 juta jiwa (13,55%) pada posisi Maret 2007, menjadi 5,32

juta jiwa (13,01%) pada bulan Maret 2008.

Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain

berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor

Bank Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa

Barat, dinas-dinas terkait, Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik, Badan

Promosi dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Barat. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam

kesempatan ini, perkenankan kiranya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku

ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat

baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.

Bandung, 1 Agustus 2008

TTD

Yang Ahmad Rizal Pemimpin

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

iii

DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................................... i Daftar Isi .............................................................................................................................. iii Daftar Tabel ......................................................................................................................... v Daftar Grafik........................................................................................................................ vii Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat ..................................................................................... xi RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................... 1 BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ............................................................................. 7

1. Sisi Permintaan..................................................................................................................... 10 1.1. Konsumsi.................................................................................................................... 10 1.2. Investasi...................................................................................................................... 13 1.3. Ekspor-Impor.............................................................................................................. 15

2. Sisi Penawaran............ ......................................................................................................... 16 2.1. Sektor Pertanian ........................................................................................................... 16 2.2. Sektor Industri Pengolahan ........................................................................................... 19 2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran...................................................................... 21 2.4. Sektor Keuangan .......................................................................................................... 22 2.5. Sektor Bangunan .......................................................................................................... 23 2.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.......................................................................... 24 2.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih................................................................................... 25 2.8. Sektor Jasa-jasa............................................................................................................. 26

Boks 1. Efektivitas Penyaluran BLT di Kota Bandung ............................................................... 27 Boks 2. Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Perilaku Konsumsi Rumah Tangga di Kota

Bandung..................................................................................................................... 28

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH.......................................................................... 29 1. Inflasi Triwulanan ................................................................................................................ 31

1.1. Disagregasi Inflasi ....................................................................................................... 32 a. Inflasi Inti............................................................................................................. 32 b. Inflasi Volatile Food ............................................................................................. 35 c. Inflasi Administered Prices ................................................................................... 35

1.2. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ................................................................ 36 a. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ......................................... 37 b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau................................ 38 c. Kelompok Bahan Makanan ................................................................................. 38 d. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar .................................... 39 e. Kelompok Kesehatan .......................................................................................... 40 f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .................................................... 41 g. Kelompok Sandang ............................................................................................ 41

1.3. Inflasi Menurut Kota................................................................................................... 42 2. Inflasi Tahunan .................................................................................................................... 43

2.1. Disagregasi Inflasi ....................................................................................................... 43 a. Inflasi Inti............................................................................................................. 44 b. Inflasi Volatile Food ............................................................................................. 45 c. Inflasi Administered Prices .................................................................................. 46

2.2. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ................................................................ 46 a. Kelompok Bahan Makanan ................................................................................. 47 b. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar .................................... 48 c. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ......................................... 49 d. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau................................ 50 e. Kelompok Sandang............................................................................................. 51 f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga................................................... 51 g. Kelompok Kesehatan ......................................................................................... 52

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

iv

2.3. Inflasi Menurut Kota................................................................................................... 53 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ................................................................. 55

1. Bank Umum Konvensional .................................................................................................. 57 1.1. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional...................................... 58 1.2. Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional .............................................................. 60

1.2.1. Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Bank Pelapor ............................. 60 1.2.2. Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Lokasi Proyek ............................. 62 1.2.3. Persetujuan Kredit Baru oleh Bank Umum Konvensional .................................... 63 1.2.4. NPL/Risiko Kredit ................................................................................................ 64 1.2.5. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) ............................... 65

2. Kinerja Bank Umum Konvensional yang Berkantor Pusat di Bandung ................................. 67 3. Bank Umum Syariah ............................................................................................................ 69 4. Bank Perkreditan Rakyat ..................................................................................................... 69

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH .................................................................. 71 Perkembangan Realisasi APBD Jawa Barat................................................................. 73

1. Realisasi Pendapatan Daerah............................................................................................... 73 2. Realisasi Belanja Daerah ....................................................................................................... 76

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................ 79 1. Pengedaran Uang Kartal.................................................................................................... 80

1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow).................................................... 80 1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar........................................................................... 82 1.3. Penukaran Uang Pecahan Kecil ................................................................................. 82 1.4. Uang Palsu ................................................................................................................ 83

2. Sistem Pembayaran Non Tunai .......................................................................................... 83 2.1. Kliring Lokal .............................................................................................................. 83 2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) ........................................................................... 84

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH ......... 85

1. Ketenagakerjaan................................................................................................................ 87 2. Kesejahteraan.................................................................................................................... 89

Kemiskinan........................................................................................................................ 89 Kesejahteraan Petani ......................................................................................................... 90 Boks 3. Agenda Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan III-2008 Bidang Sosial Budaya... 92

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH......................................................................................... 95

1. Prospek Ekonomi Makro.................................................................................................... 96 2. Prakiraan Inflasi ................................................................................................................. 97

LAMPIRAN............................................................................................................................................... 99 DAFTAR ISTILAH ...................................................................................................................................... 105

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (%)................... 9 Tabel 1.2. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi

Jawa Barat (%) .................................................................................................................. 9 Tabel 1.3. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%) ....................................... 16 Tabel 1.4. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat

(%) .................................................................................................................................... 16 Tabel 1.5. Produksi dan Luas Panen Padi di Jawa Barat ...................................................................... 17 Tabel 1.6. Produksi Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat............................................................... 17 Tabel 1.7. Luas Panen Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat........................................................... 17 Tabel 1.8. Perkembangan Komoditas Jagung di Jawa Barat ............................................................... 18 Tabel 1.9. Perkembangan Komoditas Kedelai di Jawa Barat............................................................... 18 Tabel 1.10. Indikator Perhotelan di Jawa Barat..................................................................................... 20 Tabel 1.11. Nilai Tambah Bank Umum di Jawa Barat (Rp Juta) ............................................................. 21 Tabel 1.12. Perkembangan Properti Komersial ................................................................................... 22 Tabel 1.13. Jumlah Kendaraan (Golongan IIA/III) yang Masuk dan Keluar dari Gerbang Tol ................. 23 Tabel 1.14. Jumlah Penumpang Kereta Api DAOP Jawa Barat (Bandung dan Cirebon)(Juta Rupiah) .... 23 Tabel 1.15. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara ............. 24 Tabel 1.16. Jumlah Angkutan Barang (Kargo) Domestik di Bandara Husein Sastranegara .................... 24 Tabel 1.17. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (tidak termasuk Banten)(Juta Kwh)................................... 25 Tabel 2.1. Komoditas dengan Inflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa Barat Triwulan I-2008 .................. 29 Tabel 2.2. Komoditas dengan Andil Inflasi Triwulanan Terbesar di Jawa Barat Triwulan I-2008.......... 29 Tabel 2.3. Komoditas Inti dengan Inflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa Barat Triwulan I-2008 ............ 31 Tabel 2.4. Komoditas Inti dengan Andil Inflasi Triwulanan Terbesar di Jawa Barat Triwulan I-2008.... 31 Tabel 2.5. Komoditas Volatile Food dengan Inflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa Barat Triwulan I-

2008.................................................................................................................................. 33 Tabel 2.6. Komoditas Volatile Food dengan Andil Inflasi Triwulanan Terbesar di Jawa Barat Triwulan

I-2008 ............................................................................................................................... 33 Tabel 2.7. Komoditas Administered Prices dengan Inflasi dan Deflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa

Barat Triwulan I-2008 ........................................................................................................ 34 Tabel 2.8. Komoditas Administered Prices dengan Andil Inflasi dan Deflasi Triwulanan Terbesar di

Jawa Barat Triwulan I-2008................................................................................................ 34 Tabel 2.9. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)......................... 34 Tabel 2.10. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kota (% ) .......................................................... 41 Tabel 2.11. Komoditas dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Maret 2008............................ 42 Tabel 2.12. Komoditas dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar di Jawa Barat Maret 2008 ................... 42 Tabel 2.13. Komoditas Inti dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Maret 2008...................... 44 Tabel 2.14. Komoditas Inti dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar di Jawa Barat Maret 2008 ............. 44 Tabel 2.15. Komoditas Volatile Food dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Maret 2008 ...... 44 Tabel 2.16. Komoditas Volatile Food dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar di Jawa Barat Maret

2008....................................................................................................................... ......... 44 Tabel 2.17. Komoditas Administered Prices dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Maret

2008......................... ........................................................................................................ 45 Tabel 2.18. Komoditas Administered Prices dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar di Jawa Barat

Maret 2008 ....................................................................................................................... 45 Tabel 2.19. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ................................ 46 Tabel 2.20. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota (% ) .............................................................. 52 Tabel 3.1. Empat Kabupaten/Kota dengan Rasio NPL Tertinggi......................... ................................ 62 Tabel 3.2. Empat Kabupaten/Kota dengan Rasio NPL Terendah......................................................... 63 Tabel 4.1. APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 dan 2008 (Rp Miliar) ....................................... 81 Tabel 4.2. Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 dan 2008 (Rp Miliar)........................ 82

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

vi

Tabel 4.3. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2008.............. 82 Tabel 4.4. Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 dan 2008................................................ 83 Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui Bank Indonesia Bandung 91 Tabel 5.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil melalui PPUPK Triwulan I-2008 ................ 93 Tabel 5.3. Perkembangan Penyelesaian Transaksi Pembayaran Non-Tunai Melalui Kliring Lokal KBI

dan RTGS di Jawa Barat (Rata-Rata Per-Bulan)................................................................... 93 Tabel 5.4. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat (Rp Triliun) ........ 94 Tabel 5.5. Perkembangan Transaksi RTGS Rata-rata Per Bulan di Jawa Barat ..................................... 95 Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani di Jawa Barat ......................................................................................... 102 Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 ............................................. 103 Tabel 6.3. Indikator Makro Ekonomi Regional Jawa Barat.................................................................. 104 Tabel 6.4. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 ..... 107 Tabel 6.5. Jumlah Tenaga Kerja Per Sektor Ekonomi di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 .................... 108

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat........................................................ 8 Grafik 1.2. Situasi Bisnis...................................................................................................................... 8 Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen ............................................................................................. 10 Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini ................................................................................ 10 Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi............................................................................................. 11 Grafik 1.6. Pendaftaran Mobil Baru di Jawa Barat (Tidak Termasuk Bekasi) ......................................... 11 Grafik 1.7. Perkembangan Nilai Penjualan Pedagang Besar dan Eceran............................................... 11 Grafik 1.8. Konsumsi BBM (Premium).................................................................................................. 12 Grafik 1.9. Penjualan Makanan dan Tembakau ................................................................................... 12 Grafik 1.10. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga ............................................................................ 12 Grafik 1.11. Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya ........................................................................... 12 Grafik 1.12. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat ................................... 13 Grafik 1.13. Penyaluran Kredit Baru untuk Penggunaan Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat ...... 13 Grafik 1.14. Penjualan Semen di Jawa Barat.......................................................................................... 13 Grafik 1.15. Penjualan Perlengkapan Konstruksi ................................................................................... 13 Grafik 1.16. Impor Barang Modal.......................................................................................................... 14 Grafik 1.17. Impor Barang Modal Utama .............................................................................................. 14 Grafik 1.18. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat ..................................... 14 Grafik 1.19. Penyaluran Kredit Baru Jenis Penggunaan Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat.......... 14 Grafik 1.20. Nilai dan Volume Ekspor Jawa Barat .................................................................................. 15 Grafik 1.21. Nilai dan Volume Impor Jawa Barat ................................................................................... 15 Grafik 1.22. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Pertanian ............................. 18 Grafik 1.23. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan Bermotor.................................................................. 19 Grafik 1.24. Nilai dan Volume Ekspor Produk TPT ................................................................................. 19 Grafik 1.25. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Industri Pengolahan ............. 20 Grafik 1.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran........................... ................................................................................................. 21 Grafik 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Bangunan dan Konstruksi .... 22 Grafik 1.28. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi ........................................................................................................................ 24 Grafik 1.29. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ... 25 Grafik 1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-jasa............................... 26 Grafik 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional........................................................................ 28 Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional ........................................................................... 28 Grafik 2.3. Inflasi Bulanan Jawa Barat dan Nasional ............................................................................ 29 Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Inti, Administered Prices, dan Volatile Food

di Jawa Barat Triwulan I-2008............................................................................................ 30 Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Inti, Administered Prices, dan Volatile Food di Jawa Barat..... 30 Grafik 2.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ..................................................................................... 31 Grafik 2.7. Ekspektasi Dunia Usaha terhadap Harga Barang dan Jasa.................................................. 31 Grafik 2.8. Ekspektasi Pedagang Eceran terhadap Harga Barang dan Jasa .......................................... 32 Grafik 2.9. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang dan Jasa..................................................... 32 Grafik 2.10. Inflasi dan Andil Inflasi Jawa Barat Triwulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Triwulan I-2008................................................................................................................ 35 Grafik 2.11. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat.............................................. 35 Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Beberapa Komoditas Bahan Makanan di Jawa Barat ....................... 35 Grafik 2.13. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional, IHK Minyak Goreng dan Margarine di

Jawa Barat ......................................................................................................................... 36 Grafik 2.14. Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional, IHK Tahu dan Tempe di Jawa Barat . 36 Grafik 2.15. Perkembangan Harga Gandum di Pasar Internasional, IHK Tepung Terigu dan Mie Instan

di Jawa Barat ..................................................................................................................... 36 Grafik 2.16. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional dan IHK Emas Perhiasan di Jawa Barat . 36

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

viii

Grafik 2.17. Inflasi beras di Jawa Barat.................................................................................................. 36 Grafik 2.18. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok di

Jawa Barat Triwulan I-2008 ............................................................................................... 37 Grafik 2.19. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Jawa

Barat.................................................................................................................................. 37 Grafik 2.20. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau menurut

Subkelompok di Jawa Barat Triwulan I-2008 ..................................................................... 37 Grafik 2.21. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Jawa Barat 38 Grafik 2.22. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Menurut

Subkelompok di Jawa Barat Triwulan I-2008 ..................................................................... 38 Grafik 2.23. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Jawa Barat....................................................... 39 Grafik 2.24. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan Menurut Subkelompok di Jawa

Barat Triwulan I-2008 ........................................................................................................ 39 Grafik 2.25. Inflasi Triwulanan Kelompok sandang di Jawa Barat......................................................... 39 Grafik 2.26. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang Menurut Subkelompok di Jawa

Barat Triwulan I-2008 ........................................................................................................ 39 Grafik 2.27. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Jawa Barat................. 40 Grafik 2.28. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Menurut Subkelompok

di Jawa Barat Triwulan I-2008 ........................................................................................... 40 Grafik 2.29. Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Jawa Barat ..... 40 Grafik 2.30. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Menurut Subkelompok di Jawa Barat Triwulan I-2008 ...................................................... 40 Grafik 2.31. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan di jawa Barat Menurut Kota Triwulan I-2008............... 41 Grafik 2.32. Inflasi dan Andil inflasi Tahunan Kelompok Inti, Administered Prices, dan Volatile Food di

Jawa Barat Maret 2008 ..................................................................................................... 43 Grafik 2.33. Inflasi Tahunan Kelompok Inti, Administered Prices, dan Volatile Food di Jawa Barat ........ 43 Grafik 2.34. Prakiraan Pelaku Usaha terhadap Tingkat Inflasi ................................................................ 43 Grafik 2.35. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa Maret 2008 ............... 46 Grafik 2.36. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat ................................................. 47 Grafik 2.37. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok di Jawa Barat Maret

2008.................................................................................................................................. 47 Grafik 2.38. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar di Jawa Barat ... 48 Grafik 2.39. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar Menurut

Subkelompok di Jawa Barat Maret 2008 ........................................................................... 48 Grafik 2.40. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Jawa Barat 49 Grafik 2.41. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Menurut

Subkelompok di Jawa Barat Maret 2008 ........................................................................... 49 Grafik 2.42. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Jawa Barat ............................................................. 49 Grafik 2.43. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang Menurut Subkelompok di Jawa Barat Maret 2008 .... 49 Grafik 2.44. Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Jawa Barat .................... 50 Grafik 2.45. Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Menurut Subkelompok di

Jawa Barat Maret 2008 ..................................................................................................... 50 Grafik 2.46. Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Jawa Barat .......................................................... 51 Grafik 2.47. Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan Menurut Subkelompok di Jawa Barat Maret 2008.. 51 Grafik 2.48. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Jawa Barat.......... 51 Grafik 2.49. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Menurut

Subkelompok di Jawa Barat Maret 2008 ........................................................................... 51 Grafik 2.50. Inflasi dan Andil Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota Maret 2008........................ 52 Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum Konvensional....................................... 56 Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Konvensional ................................................... 56 Grafik 3.3. Perkembangan Penghimpunan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis

Simpanan .......................................................................................................................... 57 Grafik 3.4. Pangsa Penghimpunan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kelompok Bank

Triwulan I-2008 ................................................................................................................. 57 Grafik 3.5. Pangsa DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Golongan Pemilik Triwulan I-2008... 58 Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Golongan Pemilik ................ 58

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

ix

Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Bank Umum di Jawa Barat ............................................................. 59 Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ...................................... 59 Grafik 3.9. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis Penggunaan

Triwulan I-2008 ......................................................................................... 59 Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis Penggunaan. ............ 59 Grafik 3.11. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Terbesar Berdasarkan Sektor

Ekonomi Triwulan I-2008................................................................................................... 60 Grafik 3.12. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Terbesar Berdasarkan

Sektor Ekonomi ................................................................................................................. 60 Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Bank Pelapor dan Lokasi Proyek ...................................................... 61 Grafik 3.14. Pangsa Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Jenis Penggunaan Triwulan I-2008 .................... 61 Grafik 3.15. Sektor Ekonomi Dominan Penyerap Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek .............................. 61 Grafik 3.16. Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Kabupaten/Kota Triwulan

I-2008................................... ............................................................................................ 61 Grafik 3.17. Perkembangan Persetujuan Kredit Baru oleh Bank Umum Konvensional ........................... 62 Grafik 3.18. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Kelompok Bank ............ 63 Grafik 3.19. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Jenis

Penggunaan..................................................................................................................... 64 Grafik 3.20. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Plafon .......................... 64 Grafik 3.21. Distribusi Kredit MKM Bank Umum Konvensional Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan

I-2008 ............................................................................................................................... 64 Grafik 3.22. Distribusi Kredit MKM Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan

I-2008 ............................................................................................................................... 64 Grafik 3.23. Perkembangan Gross NPL Kredit MKM dan Gross NPL Total Kredit Bank Umum

Konvensional...................................................... .............................................................. 64 Grafik 3.24. Perkembangan Kredit MKM Berdasarkan Lokasi Proyek di Jawa Barat ................. ............ 65 Grafik 3.25. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional yang Berkantor Pusat di Bandung........ 66 Grafik 3.26. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah ...................................................................... 67 Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat.......................................... 91 Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Bank Indonesia Bandung.................................................................. 92 Grafik 6.1. Jumlah Penduduk yang Bekerja dan Menganggur di Jawa Barat ....................................... 99 Grafik 6.2. Jumlah Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Lapangan Pekerjaan ............................. 99 Grafik 6.3. Komposisi Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Lapangan Pekerjaan ........................ 99 Grafik 6.4. Jumlah Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan................................... 100 Grafik 6.5. Komposisi Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan .............................. 100 Grafik 6.6. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita

Sebulan di Jawa Barat (Rp)................................................................................................. 105 Grafik 6.7. Proporsi Inflasi di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa .................................... 105 Grafik 7.1. Ekspektasi Situasi Bisnis ..................................................................................................... 110 Grafik 7.2. Realisasi Kegiatan Dunia Usaha.......................................................................................... 110 Grafik 7.3. Ekspektasi Pelaku Usaha terhadap Perkembangan Harga Barang dan Jasa ........................ 111 Grafik 7.4. Ekspektasi Pedagang Eceran terhadap Harga..................................................................... 112 Grafik 7.5. Ekspektasi Konsumen terhadap Perkembangan Harga Barang dan Jasa ............................ 112

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA BARAT I. MAKRO

2007 2008 INDIKATOR

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II*)

PDRB - harga konstan (Rp Miliar)* 68,159.54 69,633.52 70,680 70,236 71,615

- Pertanian 9,553.28 9,181.74 9,090 10,400 10,417

- Pertambangan & Penggalian 1,652.36 1,651.36 1,510 1,450 1,450

- Industri Pengolahan 29,592.55 30,289.27 30,890 30,711 30,865

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,478.04 1,521.32 1,570 1,563 1,526

- Bangunan 2,184.42 2,249.30 2,130 2,185 2,485

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,876.64 14,807.26 15,710 14,170 14,411

- Pengangkutan dan Komunikasi 3,015.66 3,048.01 3,040 3,037 3,261

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 2,121.46 2,174.84 2,050 2,032 2,412

- Jasa 4,685.14 4,710.44 4,690 4,688 4,788

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6.19 6.42 7.27 7.13 5.07

Ekspor-Impor** 2,181.47 1,618.57 1,768.92 1,687.56 1,489.81

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4,397.07 3,130.51 3,077.29 4,729.71 3,349.32

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 2,301.76 1,333.44 1,568.05 2,013.26 1,275.36

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 2,215.60 1,511.94 1,308.37 3,042.15 1,859.51

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 693.45 466.09 377.79 891.07 523.51

Indeks Harga Konsumen: 149.97 153.48 155.69 160.63 167.71

- Kota Bandung 151.38 155.13 157.96 162.40 171.84

- Kota Bekasi 147.48 151.39 152.62 157.67 163.95

- Kota Bogor 152.48 154.98 156.38 162.46 167.13

- Kota Sukabumi 144.37 147.09 151.81 155.98 161.74

- Kota Cirebon 143.07 146.25 149.62 154.52 161.94

- Kota Tasikmalaya 158.92 161.54 165.09 169.34 177.24

- Kota Banjar 153.11 157.19 160.26 167.78 176.20

Laju Inflasi Tahunan (yoy %): 4.82 6.08 5.10 6.88 11.83

- Kota Bandung 4.06 5.30 5.25 7.00 13.52

- Kota Bekasi 4.49 6.47 4.65 6.62 11.17

- Kota Bogor 5.84 6.19 4.50 6.58 9.61

- Kota Sukabumi 4.05 4.16 4.34 7.09 12.03

- Kota Cirebon 8.44 10.16 7.87 8.17 13.19

- Kota Tasikmalaya 9.75 9.13 7.72 6.52 11.53

- Kota Banjar 7.72 9.66 8.23 9.77 15.08

Keterangan: * Proyeksi KBI Bandung ** Data Ekspor-Impor Triwulan II-2008 adalah data bulan April s.d. Mei 2008

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

xii

II. PERBANKAN

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I Tw.II

Bank Umum

Total Aset (Rp Triliun) 118.82 122.65 124.99 136.39 133.59 139.72

DPK (Rp Triliun) 92.24 95.8 95.91 105.57 101.76 105.98

- Tabungan (Rp Triliun) 30.1 31.81 33.56 37.78 36.58 39.44

- Giro (Rp Triliun) 18.19 20.15 21.32 22.03 22.25 23.01

- Deposito (Rp Triliun) 43.94 43.84 41.03 45.77 42.93 43.53

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek *) 102.05 109.46 115.50 122.52 127.22 135.29

- Investasi 16.03 17.06 18.54 19.19 19.39 20.50

- Modal Kerja 46.52 50.19 52.08 56.22 58.13 62.04

- Konsumsi 39.50 42.20 44.88 47.11 49.70 52.75

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 58.67 62.39 66.03 69.74 70.98 77.92

- Modal Kerja 24.47 26.15 27.73 29.98 30.36 34.31

- Investasi 5.63 6.12 6.75 7.3 7.39 8.08

- Konsumsi 28.56 30.12 31.55 32.46 33.22 35.53

- LDR 63.6 65.13 68.85 66.06 69.75 73.52

Rasio NPL Gross (%) 4.31 4.13 3.81 3.44 3.78 3.63

Rasio NPL Net (%) 2.36 2.08 1.82 1.66 2.06 1.72

Kredit MKM (triliun Rp) 47.43 50.18 52.84 54.76 55.82 60.77

Kredit Mikro (< Rp50 juta) (triliun Rp) 22.82 23.21 23.97 24.16 24.18 25.26

- Kredit Modal Kerja 2.68 2.88 2.99 2.99 3.27 3.76

- Kredit Investasi 0.52 0.47 0.62 0.59 0.41 0.48

- Kredit Konsumsi 19.63 19.86 20.36 20.58 20.50 21.02

Kredit Kecil (Rp50 juta s.d. Rp 500 juta) (triliun Rp) 12.57 14.05 15.13 15.56 16.38 18.61

- Kredit Modal Kerja 4.56 4.81 5.15 5.17 5.31 5.87

- Kredit Investasi 0.77 0.81 0.85 0.87 0.82 0.88

- Kredit Konsumsi 7.24 8.43 9.13 9.52 10.25 11.85

Kredit Menengah (Rp500 juta s.d.Rp5 miliar) (triliun Rp) 12.04 12.92 13.74 15.04 15.26 16.90

- Kredit Modal Kerja 8.64 9.29 9.79 10.78 10.84 12.07

- Kredit Investasi 1.84 1.95 2.06 2.16 2.22 2.46

- Kredit Konsumsi 1.57 1.68 1.88 2.1 2.20 2.38

Total Kredit MKM (triliun Rp) 47.43 50.18 52.84 54.76 55.82 60.77

Rasio NPL MKM gross (%) 3.94 3.91 3.65 3.41 3.71 3.55

Bank Umum Syariah *)

Total Aset (Rp Triliun) 3.32 3.41 3.55 4.07 4.05 4.40

DPK (Rp Triliun) 2.46 2.5 2.59 3.14 3.19 3.56

- Giro (Rp Triliun) 0.21 0.19 0.26 0.28 0.26 0.25

- Deposito (Rp Triliun) 1.16 1.22 1.08 1.35 1.47 1.63

- Tabungan (Rp Triliun) 1.09 1.09 1.25 1.52 1.46 1.68

Pembiayaan (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 2.39 2.56 2.76 2.84 2.95 2.81

- Modal Kerja 1.2 1.38 1.56 1.65 1.67 1.68

- Investasi 0.62 0.58 0.64 0.63 0.57 3.74

- Konsumsi 0.56 0.6 0.56 0.56 0.75 0.76

- FDR 96.97 102.21 106.77 90.34 92.34 78.98

BPR *)

Total Aset (Rp Triliun) 3.91 4.27 4.34 3.95 4.13 4.39

DPK (Rp Triliun) 2.42 2.54 2.69 2.86 3.07 3.25

- Tabungan (Rp Triliun) 0.52 0.53 0.6 0.66 0.53 0.78

- Deposito (Rp Triliun) 1.92 1.99 2.09 2.20 2.17 2.47

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 2.41 2.62 2.72 2.86 3.00 3.23

- Modal Kerja 1.43 1.51 1.56 1.62 1.43 1.74

- Investasi 0.13 0.15 0.15 0.15 0.12 0.13

- Konsumsi 0.84 0.96 1.01 1.10 1.06 1.36

Kredit MKM (triliun Rp) 2.41 2.62 2.72 2.86 3.00 3.23

*) Posisi bulan Mei 2008

Indikator2007 2008

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

xiii

III. SISTEM PEMBAYARAN

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

Transaksi Tunai

Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) 4.7 3.18 4.51 4.74 3.66 1.90

Inflow (Rp Triliun) 4.28 1.92 2.68 5.85 1.43 2.72

Outflow (Rp Triliun) 3.22 0.6 0.76 3.75 3.66 1.54

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 162.39 104.03 91.67 114.93 146.69 127.22

Transaksi Non Tunai

BI-RTGS

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 125.21 139.02 157.03 164.27 155.09 143.79

Volume Transaksi BI-RTGS 142,067 155,675 175,105 215,231 198,876 188,469

Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 1.99 2.24 2.45 2.74 2.63 2.44

Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 2,255 2,511 2,736 3,587 3,371 3,194

Kliring

Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 20.34 20.77 22.35 22.41 22.92 24.81

Volume Perputaran Kliring 1,100,628 1,092,647 1,159,654 1,096,667 1,167,549 1,127,945

Rata-rata Harian Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 0.32 0.32 0.35 0.38 0.39 0.39

Rata-rata Harian Volume Perputaran Kliring 17,197 17,073 18,120 18,588 19,789 17,904

Indikator2007 2008

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat triwulan II-

2008 diperkirakan melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan I-2008 dan triwulan II-2007. Setelah perekonomian Jawa Barat tumbuh cukup tinggi pada triwulan I-2008, yaitu tumbuh 7,13% (yoy), perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh melambat menjadi sebesar 5,07% (yoy). Hal ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat.

Dari sisi permintaan, melemahnya

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dipicu antara

lain oleh melemahnya daya beli masyarakat.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang melambat disebabkan melemahnya permintaan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kegiatan ekspor. Permintaan konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan dipicu karena melemahnya daya beli masyarakat, menurunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat, kecenderungan penghasilan masyarakat yang menurun, melambatnya indikator konsumsi baik durable maupun nondurable goods, dan adanya perlambatan pada laju pertumbuhan kredit perbankan untuk jenis penggunaan konsumsi. Sedangkan laju pertumbuhan investasi di Jawa Barat masih tetap terjaga pada level yang cukup tinggi, dikarenakan membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Dari sisi Ekspor, Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia mengakibatkan permintaan ekspor produk asal Jawa Barat khususnya permintaan dari negara-negara tujuan utama ekspor Jawa Barat mengalami penurunan. Sedangkan dari sisi impor untuk wilayah Jawa barat diperkirakan tumbuh 0,88% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu karena meningkatnya permintaan dalam negeri, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan investasi dan konsumsi.

Dari sisi penawaran, melambatnya

pertumbuhan ekonomi terutama terjadi pada

sektor pertanian, seiring dengan berakhirnya panen

raya.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang melambat dialami pula pada sisi penawaran, terutama terjadi pada sektor pertanian. Seiring dengan berakhirnya panen raya di Jawa Barat, kinerja sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan mengalami perlambatan yang cukup signifikan pada triwulan II-2008. Sementara itu, melemahnya permintaan pasar domestik dan luar negeri, berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mengalami perlambatan yang cukup signifikan akibat dari melambatnya permintaan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat. Namun demikian, beberapa sektor ekonomi non dominan di Jawa Barat tumbuh cukup tinggi, yaitu sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

PERKEMBANGAN INFLASI

Tekanan terhadap inflasi di Jawa Barat meningkat

pada triwulan II- 2008.

Kenaikan harga BBM bersubsidi (premium, solar, dan minyak tanah) pada akhir bulan Mei lalu telah memberikan dampak signifikan terhadap inflasi selama triwulan II-2008. Inflasi IHK pada Juni 2008 secara triwulanan tercatat sebesar 4,41% (qtq). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Barat pada triwulan I-2008 (3,17%) dan triwulan yang sama tahun 2007 (-0,21%). Secara tahunan inflasi di Jawa Barat mencapai 11,83% (yoy), jauh diatas kisaran sasaran inflasi IHK nasional tahun 2008 yang ditetapkan pemerintah sebesar 5%±1%. Angka inflasi tahunan tersebut lebih tinggi daripada inflasi tahunan pada Maret 2008 yang sebesar 6,88% dan inflasi pada Juni 2007 yang sebesar 4,82%.

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

Kenaikan laju inflasi terutama terjadi pada

komoditas administered price.

Kenaikan harga terutama terjadi pada komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah (administered price) yang mencatat inflasi tertinggi yaitu sebesar 10,43% (qtq) atau 14,13% (yoy) dari 1,61% (qtq) atau 3,93% (yoy) pada triwulan I-2008.

Sumber utama tekanan inflasi berasal dari faktor

eksternal.

Peningkatan inflasi selama setahun terakhir masih didominasi oleh kenaikan bahan bakar, bahan makanan, emas perhiasan dan makanan jadi. Kenaikan bahan bakar minyak pada akhir Mei 2008 telah menyumbangkan inflasi yang cukup besar dan mendorong kenaikan barang dan jasa lainnya, khususnya tarif angkutan. Selain itu kenaikan harga berbagai komoditas strategis internasional (tekanan imported inflation) pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga produk akhir yang berbahan baku impor dan kenaikan harga emas perhiasan.

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Perkembangan perbankan di Jawa Barat relatif

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perkembangan perbankan di Jawa Barat pada triwulan II-2008 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya maupun pada periode yang sama pada tahun 2007. Kondisi ini terlihat dari membaiknya indikator utama perbankan seperti total aset, dana pihak ketiga (DPK), kredit/pembiayaan yang disalurkan, maupun jumlah kredit bermasalah. Di lain pihak pertumbuhan kredit tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan DPK, sehingga menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami penigkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Aset, DPK, dan kredit bank umum meningkat, kredit bermasalah (NPL) baik NPL Gross maupun

NPL Nett menurun.

Perkembangan bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan II-2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2008, maupun triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Secara triwulanan, aset, DPK dan kredit naik masing-masing sebesar 4.,58%, 4,15% dan 9,78% dan secara tahunan meningkat pula masing-masing sebesar 13,92%, 10,64% dan 24,88%. Perkembangan DPK yang cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya didorong oleh pertumbuhan jenis simpanan tabungan, terutama peningkatan tabungan dari kelompok bank umum pemerintah. Di sisi lain, penyaluran kredit perbankan masih melaju kencang. Hal ini terlihat dari tingginya pertumbuhan kredit yang disalurkan pada posisi triwulan II-2008 yang antara lain disebabkan oleh tingginya permintaan pembiayaan dari dunia usaha. Tingginya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mengakibatkan meningkatnya LDR perbankan di Jawa Barat. Sementara itu, risiko kredit semakin menurun, hal ini tercermin dari menurunnya jumlah kredit bermasalah (NPL) baik NPL gross maupun NPL Net.

Kinerja bank umum syariah di Jawa Barat tetap

meningkat.

Perkembangan bank umum syariah di Jawa Barat pada triwulan II-2008 (posisi Mei 2008) menunjukkan perkembangan yang posistif baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Pada triwulan II-2008 total aset naik 7,27% (qtq) dan 28,92% (yoy) menjadi Rp4,40 triliun. DPK tumbuh sebesar 10,69% (qtq) atau 42,28% (yoy) menjadi Rp3,56 triliun.Di sisi lain, pembiayaan yang disalurkan mengalami sedikit penurunan sebesar 1,11% (qtq), namun secara tahunan masih meningkat 9,94% (yoy) menjadi Rp2,81 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan (PYD) yang diberikan mengakibatkan FDR bank umum syariah pada triwulan II-2008 sedikit menurun dari 88,40% pada triwulan sebelumnya menjadi 78,98%.

Perkembangan tujuh bank umum yang berkantor

pusat di Bandung terus menunjukkan peningkatan.

Perkembangan tujuh bank umum konvensional yang berkantor pusat di Bandung terus menunjukkan peningkatan. Beberapa indikator seperti total aset, DPK dan kredit yang disalurkan terus mengalami peningkatan. Aset tujuh bank umum berkantor pusat di Bandung tumbuh 4,79% (qtq) atau 16,25% (yoy) mencapai Rp43,49 triliun. DPK dan kredit tumbuh masing-masing 4,89 dan 5,51% (qtq) atau 17,58% dan 16,31 (yoy).

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

Demikian pula, beberapa indikator kinerja bank lainnya seperti BOPO, NII dan ROA untuk bank-bank masih menunjukkan perkembangan yang baik dan risiko kredit masih tetap rendah dan terkendali.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem

pembayaran relatif bervariasi dibandingkan

triwulan sebelumnya

Perkembangan sistem pembayaran di Jawa Barat pada triwulan II-2008 relatif bervariasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah aliran uang masuk (inflow) di KBI Bandung, KBI Tasikmalaya dan KBI Cirebon mengalami penurunan, sedangkan aliran uang keluar (outflow) mengalami peningkatan. Sementara itu, untuk transaksi kliring, secara nominal mengalami penignkatan namun jumlah transaksinya menurun. Di sisi lain transaksi pembayaran melalui RTGS, baik transaksi maupun volumenya mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Peran keuangan daerah terhadap perkembangan

perekonomian Jawa Barat sampai denga

pertengahan tahun masih relatif rendah.

Peranan keuangan daerah terhadap perkembangan perekonomian Jawa Barat sampai dengan pertengahan tahun masih relatif rendah. Hal ini tercermin dari masih rendahnya realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang sampai triwulan I-2008 baru mencapai Rp386,37 miliar dari total Rp6,05 miliar atau mencapai 6,39%. Rendahnya realisasi belanja daerah pada semester I-2008 antara lain disebabkan oleh terlambatnya penetapan perda mengenai APBD Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2008.

Realisasi pendapatan daerah pada tw II-2008

diperkirakan mencapai 50% dari target

pendapatan tahun 2008.

Pencapaian realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sampai dengan pertengahan tahun 2008 diperkirakan jauh lebih tinggi. Sampai dengan akhir triwulan I-2008, realisasi pendapatan daerah telah mencapai angka Rp1,58 triliun, atau 27,79% dari target pendapatan pada tahun 2008 yang sebesar Rp5,70 triliun. Diperkirakan realisasi pendapatan daerah pada triwulan II-2008 dapat mencapai angka di atas 50%, atau sekitar Rp2,85%.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat menunjukkan

perkembangan yang membaik.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode awal tahun 2008 memberikan dampak yang positif terhadap kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Jawa Barat. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja dan penurunan tingkat kemiskinan. Kondisi ini menyebabkan tingkat pengangguran di Jawa Barat mengalami penurunan. Pada Februari 2008 jumlah penduduk bekerja mencapai 16,16 juta jiwa, meningkat jika dibandingkan dengan posisi Februari 2007 yang sebesar 14,99 juta jiwa. Selain itu tingkat pengangguran di Jawa Barat yang pada Februari 2007 mencapai 14,51% dari total angkatan kerja turun menjadi sekitar 12,28% pada Februari 2008.

Meskipun tingkat kemiskinan menunjukkan

perkembangan yang positif, namun demikian NTP di Jawa Barat tidak

kunjung membaik bahkan mengalam penurunan.

Di sisi kesejahteraan, tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2008 sebelum kenaikan harga BBM relatif membaik. Berdasarkan data BPS, Statistik kemiskinan di Provinsi Jawa Barat menunjukkan penurunan, yaitu dari 5,46 juta jiwa (13,55%) pada posisi Maret 2007, menjadi 5,32 juta jiwa (13,01%) pada bulan Maret 2008 atau turun 0,14 juta jiwa. Namun demikian, indikator kesejahteraan petani di Jawa Barat tidak menunjukkan perbaikan, bahkan cenderung menurun. Hal ini

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

tercermin dari menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) yaitu dari 124,24 pada bulan Maret 2007 menjadi 111,47 pada bulan Maret 2008. Hal ini disebabkan turunnya harga komoditas pertanian terutama sub kelompok padi. Sedangkan di sisi lain harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan mengalami peningkatan.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Jawa Barat triwulan III-2008

diperkirakan masih akan tumbuh meskipun

melambat, yaitu pada kisaran 4,40%-4,80%

(yoy)

Perekonomian Jawa Barat Triwulan III-2008 berpotensi masih akan tumbuh melambat, yaitu tumbuh pada kisaran 4,40%-4,80% (yoy), sebagai dampak dari berlanjutnya peningkatan tekanan inflasi di Jawa Barat.

Di sisi permintaan, melemahnya daya beli masyarakat akan berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal ini mendorong konsumen untuk menunda pembelian barang-barang konsumsi, terutama untuk konsumsi durable goods. Adapun laju pertumbuhan konsumsi makanan berpotensi mengalami peningkatan seiring dengan adanya perayaan keagamaan (bulan Ramadhan) pada bulan September 2008. Sementara itu, ekspor diperkirakan masih akan melambat seiring dengan melambatnya laju pertumbuhan negara-negara mitra dagang Jawa Barat. Di sisi lain, peluang pendorong pertumbuhan bersumber dari investasi sejalan dengan masih prospektifnya sektor properti di Jawa Barat.

Di sisi penawaran, kekeringan yang semakin meluas di Jawa Barat akan berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan di sektor pertanian. Sementara itu, melemahnya permintaan pasar domestik dan luar negeri, akan semakin mendorong perlambatan laju pertumbuhan industri TPT serta industri alat angkutan dan mesin. Di sisi lain, sektor PHR terutama subsektor perdagangan, berpotensi mengalami peningkatan yang didorong oleh meningkatnya perdagangan antar provinsi dan perayaan keagamaan (bulan Ramadhan) pada bulan September 2008.

Inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan lebih

tinggi daripada target inflasi nasional.

Inflasi IHK di Jawa Barat pada triwulan III-2008 diperkirakan masih akan mengalami tekanan, sehingga inflasi pada triwulan tersebut secara tahunan masih tetap lebih tinggi dibandingkan target inflasi nasional 2008 yang sebesar 5%±1% (yoy).

Faktor musiman seperti paceklik dan tahun ajaran

baru menjadi sumber utama inflasi.

Tekanan utama inflasi pada triwulan mendatang berasal dari faktor musiman, yakni bulan Ramadhan yang jatuh lebih awal dibandingkan tahun 2007. Momen ini akan mempengaruhi ekspektasi para pelaku usaha untuk menaikan harga produk. Disamping itu kenaikan harga jual komoditas beras pada musim paceklik dan dimulainya tahun ajaran baru berpotensi meningkatkan angka inflasi.

Sehubungan faktor musiman, diperlukan

langkah antisipatif baik dari Pemerintah, pelaku

usaha dan masyarakat.

Faktor musiman sehubungan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, memerlukan langkah-langkah antisipatif yang sistematis baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, serta dukungan dari pelaku usaha dan masyarakat dalam pengendalian inflasi.

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

8

Tingginya harga energi dan komoditas pangan di pasar internasional serta kenaikan harga

BBM bulan Mei 2008 berdampak pada peningkatan tekanan inflasi domestik pada triwulan

II-2008. Inflasi Nasional hingga bulan Juni 20081 telah mencapai 11,03% (yoy), atau sebesar 7,37%

(ytd). Meningkatnya tekanan inflasi tersebut menyebabkan perlambatan laju permintaan domestik,

khususnya permintaan konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi

dunia berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan ekspor. Memperhatikan perkembangan ini,

laju pertumbuhan ekonomi Nasional triwulan II-2008 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat

5,72 6,19 6,427,21 7,13

5,07

0

2

4

6

8

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*)

2007 2008

(%)

*) Proyeksi KBI Bandung

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 1.2. Situasi Bisnis

0

10

20

30

Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II

2006 2007 2008

(%)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Bandung

Sejalan dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II-

2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan I-2008 dan triwulan II-2007 (lihat

Grafik 1.1.). Setelah perekonomian Jawa Barat tumbuh cukup tinggi pada triwulan I-2008, yaitu

tumbuh 7,13% (yoy)2, perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh

melambat menjadi sebesar 5,07% (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan proyeksi

sebelumnya3, terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai

dampak dari tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat.

Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang semakin melambat tercermin antara lain dari

menurunnya ekspektasi pelaku dunia usaha dan konsumen terhadap kondisi perekonomian

Jawa Barat. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, situasi bisnis pada

triwulan II-2008 relatif menurun dibandingkan dengan triwulan I-2008 dan triwulan II-2007 (lihat

Grafik 1.2.). Sementara itu, hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukkan bahwa tingkat

keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2008 mengalami

penurunan dibandingkan periode sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu (lihat Grafik 1.3.).

Selain itu, hasil SK juga mencerminkan penurunan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi

perekonomian selama periode enam bulan mendatang (lihat Grafik 1.5.).

1 IHK tahun dasar 2007. 2 Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2008 semula diperkirakan tumbuh 6,62% (yoy). 3 Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 semula diprediksikan berada pada kisaran 6,70% (yoy) - 7,10% (yoy).

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

9

Di sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh melemahnya

permintaan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kegiatan ekspor (lihat Tabel 1.1.-1.2.).

Permintaan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan sejalan dengan melemahnya daya beli

masyarakat sebagai dampak dari tingginya laju inflasi di Jawa Barat. Penurunan daya beli masyarakat

tercermin antara lain dari nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) riil yang semakin menurun. Selain itu,

daya beli masyarakat yang tercermin dari nilai tukar petani (NTP) di Jawa Barat, relatif lebih rendah

terutama jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau Jawa. Sementara itu, kegiatan ekspor

mengalami penurunan sejalan dengan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan

utama ekspor Jawa Barat, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Di sisi lain, laju pertumbuhan investasi

triwulan II-2008 juga mengalami perlambatan (apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya),

meskipun masih tetap terjaga pada level yang cukup tinggi. Hal ini tercermin antara lain dari masih

tingginya pertumbuhan indikator-indikator investasi seperti realisasi PMA/PMDN, penjualan semen,

dan impor barang modal.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Permintaan (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II**)

Konsumsi Rumah Tangga 4.56 5.21 8.13 5.16 6.33 6.20 7.95 5.29 Konsumsi Pemerintah 15.90 (12.46) 5.85 (3.15) 25.92 5.47 (2.94) 4.63 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.47 5.96 4.86 9.98 8.06 8.13 10.43 8.56 Perubahan Inventori (6.19) 3.72 (20.61) 6.50 (13.56) (7.01) 2.52 8.10 Ekspor Barang dan Jasa (5.02) 8.22 3.02 2.71 (10.51) 0.52 (14.15) (2.90) Dikurangi Impor (10.76) (6.00) 3.35 9.28 (6.00) (0.12) (5.52) 0.88

PDRB 6.01 5.72 6.19 6.41 7.27 6.40 7.13 5.07 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

**) Proyeksi KBI Bandung.

JENIS PENGGUNAAN 20062007

2007*)2008

Tabel 1.2. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II**)

Konsumsi Rumah Tangga 3,00 3,41 5,19 3,34 4,16 4,03 5,18 3,44 Konsumsi Pemerintah 0,97 (0,78) 0,38 (0,21) 1,84 0,37 (0,15) 0,30 Pembentukan Modal Tetap Bruto 0,78 1,02 0,83 1,71 1,40 1,40 1,79 1,44 Perubahan Inventori (0,21) 0,10 (0,72) 0,18 (0,40) (0,21) 0,07 0,21 Ekspor Barang dan Jasa (3,04) 4,39 1,64 1,42 (6,03) 0,28 (7,74) (1,53) Dikurangi Impor (5,79) (2,80) 1,48 3,89 (2,90) (0,06) (2,29) 0,38

PDRB 6,01 5,72 6,19 6,41 7,27 6,40 7,13 5,07 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

*) Angka sementara.

**) Proyeksi KBI Bandung.

2008JENIS PENGGUNAAN 2006

20072007*)

Di sisi penawaran, laju pertumbuhan tiga sektor utama di Jawa Barat mengalami

perlambatan, terutama terjadi pada sektor pertanian (lihat Tabel 1.3.-1.4.). Seiring dengan

berakhirnya panen raya padi di Jawa Barat, kinerja sektor pertanian khususnya subsektor tanaman

pangan mengalami perlambatan yang cukup signifikan pada triwulan II-2008. Sementara itu,

melemahnya permintaan di pasar domestik dan luar negeri, berdampak pada perlambatan laju

pertumbuhan sektor industri pengolahan. Selain itu, melambatnya permintaan konsumsi rumah

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

10

tangga sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat, menyebabkan pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Di sisi lain,

beberapa sektor ekonomi non dominan di Jawa Barat masih tumbuh cukup tinggi, seperti sektor

bangunan dan konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV) Tw.I Tw.II**)

Pertanian -0,66 -16,01 -0,45 2,40 35,44 3,12 34,83 9,04Pertambangan & Penggalian -2,46 -2,34 -6,21 -5,54 -14.64 -7,29 -14,38 -12,25Industri Pengolahan 8,51 7,08 4,79 3,64 4,19 4,89 5,48 4,30Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,87 7,15 4,87 2,66 6,69 5,30 4,74 3,27Bangunan/Konstruksi 4,26 8,57 10,08 10,53 0,19 7,29 2,12 13,75Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,09 17,13 15,81 18,06 9,05 14,75 3,59 3,85Pengangkutan dan Komunikasi 7,89 14,93 12,06 8,59 -0.78 8,41 0,53 8,13Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,04 15,56 12,87 10,10 1,24 9,62 -1,79 13,71Jasa-Jasa 7,96 4,31 0,89 1,20 0,38 1,64 1,07 2,20

PDRB 6,01 5,72 6,19 6,42 7,27 6,40 7,13 5,07Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

*) Angka sementara.

**) Proyeksi KBI Bandung.

20082007*)2007

SEKTOR EKONOMI 2006

Tabel 1.4. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II**)

Pertanian -0,09 -1,88 -0,06 0,32 3,61 0,42 4,10 1,27Pertambangan & Penggalian -0,07 -0,06 -0,15 -0,13 -0,39 -0,20 -0,37 -0,30Industri Pengolahan 3,65 2,66 2,08 1,58 1,89 2,17 2,43 1,87Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,04 0,16 0,11 0,06 0,15 0,12 0,11 0,07Bangunan/Konstruksi 0,13 0,28 0,32 0,34 0,01 0,23 0,07 0,44Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,39 3,08 2,90 3,51 1,98 2,90 0,75 0,78Pengangkutan dan Komunikasi 0,34 0,69 0,53 0,35 -0,04 0,37 0,02 0,36Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,03 0,49 0,40 0,32 0,04 0,29 -0,06 0,43Jasa-Jasa 0,57 0,30 0,06 0,08 0,03 0,12 0,08 0,15

PDRB 6,01 5,72 6,19 6,42 7,27 6,40 7,13 5,07Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

*) Angka sementara.

**) Proyeksi KBI Bandung.

20082007*)SEKTOR EKONOMI 2006

2007

1. SISI PERMINTAAN

1.1. Konsumsi

Melemahnya daya beli masyarakat sebagai dampak dari meningkatnya tekanan inflasi di

Jawa Barat, menyebabkan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami

perlambatan, yaitu tumbuh 5,29% (yoy) (lihat Tabel 1.1.). Perlambatan konsumsi rumah tangga

tercermin antara lain dari menurunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa

Barat, terutama paska kenaikan harga BBM bulan Mei 2008. Indeks keyakinan konsumen pada akhir

triwulan II-2008 (Juni 2008) mencapai titik yang terendah selama dua tahun terakhir (lihat Grafik 1.3.).

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

11

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen

0

50

100

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

06 07 08

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat ini

0

50

100

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

06 07 08

Penghasilan saat ini Pembelian durable goods

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Hasil SK Bank Indonesia mengindikasikan bahwa penghasilan masyarakat selama triwulan II-

2008 cenderung mengalami penurunan (lihat Grafik 1.4.). Sejalan dengan perkembangan itu,

keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama juga mengalami penurunan

(lihat Grafik 1.4.). Selain itu, hasil SK juga mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung lebih pesimis

terhadap perolehan penghasilan dan kondisi perekonomian pada semester II-2008.

Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi

0

50

100

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

06 07 08

Ekspektasi penghasilan Ekspektasi kondisi perekonomian

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Grafik 1.6. Pendaftaran Mobil Baru di Jawa Barat (tidak termasuk Bekasi)

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

06 07 08

(Unit)

-100

-60

-20

20

60

100

(%)

Pendaftaran mobil baru Pertumbuhan (y-o-y)

Berbagai indikator konsumsi, baik durable maupun non durable goods, mencerminkan

perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi barang tahan lama (durable

goods) yang antara lain tercermin dari indikator penjualan mobil, masih tumbuh cukup tinggi namun

dengan laju pertumbuhan yang semakin melambat (lihat Grafik 1.6.). Berdasarkan informasi dari

beberapa pelaku usaha otomotif (dealer) di Jawa Barat, dampak kenaikan harga BBM bulan Mei 2008

terhadap penjualan mobil di Jawa Barat hanya bersifat sementara, mengingat konsumen kendaraan

bermotor (mobil) adalah golongan masyarakat pendapatan menengah keatas, yang relatif tidak

terpengaruh oleh kenaikan harga BBM.

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

12

Grafik 1.8. Konsumsi BB M (Premium)

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Konsumsi BBM (Premium)

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Grafik 1.9. Penjualan Makanan dan Tembakau

0

5

10

15

20

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Penjualan Makanan dan Tembakau

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Sementara itu, konsumsi non durable goods (makanan dan non makanan) juga menunjukkan

laju pertumbuhan yang semakin melambat. Meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat

berdampak cukup signifikan terhadap laju pertumbuhan konsumsi non makanan. Indikator konsumsi

non makanan yang tercermin dari konsumsi BBM, penjualan perlengkapan rumah tangga, serta

penjualan pakaian dan perlengkapannya, tumbuh dengan kisaran angka kurang dari 20% (lihat Grafik

1.8.&1.10.-1.11.). Sementara itu, meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat relatif tidak berdampak

signifikan terhadap laju pertumbuhan konsumsi makanan. Indikator konsumsi makanan yang

tercermin dari penjualan makanan dan tembakau masih tumbuh tinggi (30% (yoy)), dan hanya sedikit

melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 31% (yoy) (lihat Grafik 1.9.).

Grafik 1.10. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga

-

1

2

3

4

5

3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Grafik 1.11. Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya

-

5

10

15

20

25

30

3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat, laju pertumbuhan kredit perbankan

untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan II-2008 (17,95% (yoy)) sedikit melambat

dibandingkan periode yang sama tahun lalu (18,43% (yoy)) (lihat Grafik 1.2.). Sementara itu,

penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi selama triwulan II-2008 masih cukup tinggi,

yaitu mencapai Rp6,45 triliun (lihat Grafik 1.13.). Tingginya permintaan kredit baru untuk jenis

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

13

penggunaan konsumsi, ditengah melambatnya daya beli masyarakat, mencerminkan bahwa

masyarakat memerlukan tambahan pembiayaan untuk mengantisipasi berlanjutnya penurunan daya

beli di masa yang akan datang.

Grafik 1.12. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsioleh Bank Umum di Jawa Barat

-

5

10

1520

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Triliun)

Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (Bank Indonesia Bandung).

Grafik 1.13. Penyaluran Kredit Baru untuk Penggunaan Konsumsi oleh Bank Umum di

Jawa Barat

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Triliun)

Penyaluran Kredit Baru Konsumsi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (Bank Indonesia Bandung).

Untuk meminimalisir dampak kenaikan harga BBM terhadap penurunan daya beli

masyarakat, pemerintah pusat memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada rumah

tangga sasaran (RTS). Khusus di Provinsi Jawa Barat, jumlah keluarga penerima BLT di Jawa Barat

mencapai 2.897.807 RTS atau 15,24% dari total RTS penerima BLT secara nasional, yang mencapai

19.018.058 RTS. Dengan nilai BLT Rp300.000,00 per RTS, maka nilai BLT yang disalurkan di Jabar

sebesar Rp869.342.100.000,00 (Rp869 miliar). Berdasarkan data PT Pos Indonesia4, realisasi BLT di

Jabar hingga 24 Juni 2008 baru mencapai 4,57% atau 132.201 RTS dari alokasi 2.897.807 RT, dengan

nilai uang sebesar Rp39.690.300.000,00. Dari 25 kabupaten/kota, baru 3 kota yang menerima dana

BLT, yakni Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor. Untuk mengetahui dampak kenaikan harga

BBM terhadap perilaku konsumsi rumah tangga dan efektivitas penyaluran BLT, Bank Indonesia

Bandung telah mengadakan survei terhadap 124 responden rumah tangga dan 200 responden

penerima BLT. Adapun hasil survei tersebut dapat dilihat pada boks 1.

1.2. Investasi

Berbeda dengan pola perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga, laju

pertumbuhan investasi di Jawa Barat masih tetap terjaga pada level yang cukup tinggi.

Investasi pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 8,56% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan I-

2008, namun masih lebih baik dibandingkan triwulan II-2007 (lihat Tabel 1.1.). Beberapa faktor

pendorong pertumbuhan investasi di Jawa Barat antara lain adalah membaiknya rating Indonesia

sebagai negara tujuan investasi. Sejak tahun 2007, Indonesia kembali masuk ke dalam ”Index’s top 25

most attractive FDI destinations”5. Selain itu, lancarnya pelaksanaan pemilihan Gubernur Jawa Barat

4 Sumber: http://www.kompensasi.info/ 5 Hasil survei ATKearney 2007.

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

14

pada bulan April 2008, dan didukung dengan semakin efektifnya implementasi Penyelenggaraan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) di Jawa Barat, memberikan sinyal positif bagi investor.

Grafik 1.14. Penjualan Semen di Jawa Barat

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Ribu Ton)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

(%)

Penjualan Semen Pertumbuhan (y-o-y)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia.

Grafik 1.15. Penjualan Perlengkapan Konstruksi

Penjualan Perlengkapan Konstruksi

-

250

500

750

1.000

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2006 2007 08

(Rp Juta)

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Sejalan dengan perkembangan di atas, khususnya membaiknya rating Indonesia sebagai

negara tujuan investasi, realisasi PMA di Jawa Barat mengalami peningkatan. Di sisi lain,

realisasi PMDN justru cenderung mengalami penurunan. Secara keseluruhan, nilai realisasi PMA dan

PMDN di Jawa Barat mencapai Rp15,14 triliun, atau tumbuh signifikan sebesar 266% (yoy)6.

Indikator investasi lainnya (terutama penjualan semen) juga masih menunjukkan

pertumbuhan yang cukup tinggi. Penjualan semen di Jawa Barat selama triwulan II-2008 mencapai

1,42 juta ton, atau tumbuh 30,62% (yoy) (lihat Grafik 1.14.), sedangkan penjualan konstruksi

mencapai Rp1,31 miliar (lihat Grafik 1.15.). Faktor pendorong peningkatan penjualan semen antara

lain adalah meningkatnya pertumbuhan properti komersial, khususnya untuk jenis properti

perkantoran sewa dan apartemen jual (lihat Tabel 1.12.).

Grafik 1.16. Impor Barang Modal

Impor Barang Modal

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

Sumber: SEKDA KBI Bandung

Grafik 1.17. Impor Barang Modal Utama

-

10

20

30

40

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

Mesin Industri & Perlengkapannya Mesin Industri Tertentu

Sumber: SEKDA KBI Bandung

6 Sumber: BPPMD Jawa Barat

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

15

Sementara itu, Investasi non bangunan yang tercermin nilai impor barang modal dan impor

mesin industri tertentu mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Nilai impor barang modal

selama bulan April s.d. Mei 2008 tumbuh sebesar 11,75% (yoy), dengan nilai mencapai USD641,63

juta (lihat Grafik 1.16.). Sementara itu, nilai impor mesin industri tertentu yang merupakan kontributor

utama impor barang modal, tumbuh 11,14% (yoy), dengan nilai mencapai USD49,86 juta (lihat Grafik

1.17.).

Grafik 1.18. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat

-

2

4

6

8

10

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Triliun)

Posisi Penyaluran Kredit Investasi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (Bank Indonesia Bandung).

Grafik 1.19. Penyaluran Kredit Baru Jenis Penggunaan Investasi oleh Bank Umum di

Jawa Barat

-0,100,200,300,400,500,600,700,80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Triliun)

Penyaluran Kredit Baru Investasi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (Bank Indonesia Bandung).

Penyaluran kredit perbankan untuk jenis penggunaan investasi tumbuh signifikan seiring

dengan cukup tingginya kegiatan investasi di Jawa Barat. Total penyaluran kredit baru untuk

jenis penggunaan investasi mencapai Rp1,90 triliun, atau tumbuh 39,70% (yoy) (Grafik 1.19.).

Sementara itu, posisi kredit investasi pada akhir triwulan II-2008 mencapai Rp8,07 triliun, atau tumbuh

31,89% (yoy) (Grafik 1.18.).

1.3. Ekspor-Impor

Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia yang disebabkan oleh gejolak perekonomian

global, berdampak pada penurunan permintaan ekspor produk asal Jawa Barat, khususnya

permintaan dari negara-negara tujuan utama ekspor Jawa Barat, seperti Amerika Serikat dan

Jepang. Ekspor Jawa Barat triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh -2,09% (yoy), menurun

dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2007 yang sebesar 3,02% (yoy) (lihat Tabel 1.1.). Penurunan

kinerja ekspor Jawa Barat tercermin dari penurunan volume ekspor, yang pada periode April s.d. Mei

2008 tumbuh -18,64% (yoy). Dilihat dari jenis komoditasnya, penurunan volume ekspor terbesar

terutama terjadi pada produk TPT.

Tingginya harga produk perdagangan di pasar internasional terutama produk TPT dan

kendaraan bermotor, mendorong peningkatan nilai ekspor Jawa Barat. Nilai ekspor Jawa Barat

triwulan II-2008 (April-Mei 2008) mencapai USD3,34 miliar, atau tumbuh 12,81% (yoy). Kontribusi

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

16

ekspor terbesar disumbangkan oleh produk TPT, dengan nilai mencapai USD851 juta atau tumbuh

10,22% (yoy). Sementara itu, ekspor kendaraan bermotor Jawa Barat mencapai USD158 juta, atau

tumbuh 31,78% (yoy).

Grafik 1.20. Nilai dan Volume Ekspor Jawa Barat

-

500

1.000

1.500

2.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

-

250

500

750

1.000

Ton

Nilai Ekspor Volume Ekpor

Sumber: SEKDA KBI Bandung.

Grafik 1.21. Nilai dan Volume Impor Jawa Barat

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

-50100150200250300350400450

(Ribu Ton)

Nilai Impor Volume Impor

Sumber: SEKDA KBI Bandung.

Sementara itu, impor Jawa Barat diperkirakan tumbuh 0,88% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu (lihat Tabel 1.1.). Impor Jawa Barat

tumbuh sejalan dengan meningkatnya permintaan dalam negeri, khususnya untuk pemenuhan

kebutuhan investasi dan konsumsi. Nilai impor Jawa Barat triwulan II-2008 (April-Mei 2008) mencapai

USD1,85 miliar, atau tumbuh signifikan sebesar 22,83% (yoy) (lihat Grafik 1.21.). Impor Jawa Barat

didominasi oleh impor barang modal dengan nilai mencapai USD641 juta, atau tumbuh 11,75% (yoy).

2. SISI PENAWARAN

Di sisi penawaran, laju pertumbuhan tiga sektor utama di Jawa Barat mengalami

perlambatan, terutama terjadi pada sektor pertanian (lihat Tabel 1.3.-1.4.). Seiring dengan

berakhirnya panen raya padi di Jawa Barat, kinerja sektor pertanian khususnya subsektor tanaman

pangan mengalami perlambatan yang cukup signifikan pada triwulan II-2008. Sementara itu,

melemahnya permintaan di pasar domestik dan luar negeri, berdampak pada perlambatan laju

pertumbuhan sektor industri pengolahan. Selain itu, melambatnya permintaan konsumsi rumah

tangga sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat, menyebabkan pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Di sisi lain,

beberapa sektor ekonomi non dominan di Jawa Barat tumbuh cukup tinggi, yaitu sektor bangunan

dan konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

2.1. Sektor Pertanian

Seiring dengan berakhirnya panen raya padi di Jawa Barat, kinerja sektor pertanian triwulan

II-2008 mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 9,04% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

17

2008 (34,83% (yoy)), namun masih lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2007 (-0,45%

(yoy)). Pertumbuhan sektor pertanian terutama didorong oleh meningkatnya produksi subsektor

tanaman pangan, khususnya padi. Panen raya padi yang terjadi pada akhir triwulan I-2008, masih

berlanjut hingga awal triwulan II-2008 (April 2008), antara lain terjadi di Kabupaten Indramayu.

Tabel 1.5. Luas Panen Padi di Jawa Barat

2007 2008*)

Januari-April**) 640,201 843,747 31.79

Mei-Agustus 764,427 654,621 (14.36)

September-Desember 424,457 357,216 (15.84)

Januari-Desember 1,829,085 1,855,564 1.45

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.*) Angka ramalan II. **) Angka realisasi.

Periode TanamLuas Panen

Pertumbuhan (%)

Setelah panen raya berakhir, sektor pertanian tanaman pangan (padi) mulai memasuki

musim tanam padi gadu. Perkembangan iklim yang kurang mendukung (kekeringan) yang terjadi

pada akhir triwulan II-2008 berpotensi menyebabkan perlambatan luas panen padi di Jawa Barat.

Menurut informasi dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, hingga akhir Juni 2008, lahan padi yang

mengalami kekeringan mencapai 76.548 hektar, dan sekitar 9.000 hektar diantaranya mengalami

puso. Sejalan dengan perkembangan ini, luas panen padi pada periode bulan Mei-Agustus 2008

diperkirakan tumbuh -14,36% (yoy) (lihat Tabel 1.5.).

Tabel 1.6. Produksi Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat

Gabah Beras Gabah Beras Gabah BerasPadi Sawah 9,562,990 6,043,810 9,725,804 6,146,708 1.70 1.70 Padi Ladang 351,029 221,850 351,821 222,351 0.23 0.23

Total 9,914,019 6,265,660 10,077,625 6,369,059 1.65 1.65 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.*) Angka ramalan II.

Produksi2007 2008*) Pertumbuhan (%)

Meskipun lahan padi yang mengalami kekeringan di Jawa Barat semakin meluas, Dinas

Pertanian Provinsi Jawa Barat masih tetap optimis target produksi padi di Jawa Barat tahun

2008 (lihat Tabel 1.6.-1.7.). Beberapa upaya yang dilakukan untuk meminimalisir dampak kekeringan

tersebut diantaranya adalah memberikan bantuan pompa air kepada daerah-daerah yang masih

memiliki sumber air yang cukup. Selain itu, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat juga menghimbau

kepada pelaku usaha di sektor pertanian tanaman pangan untuk (sementara) beralih menanam

palawija dan kedelai, selama memasuki musim kemarau.

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

18

Tabel 1.7. Luas Panen Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat

Padi Sawah 1,715,466 1,742,927 1.60 Padi Ladang 113,619 112,657 (0.85)

Total 1,829,085 1,855,584 1.45 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.*) Angka ramalan II.

Luas Panen 2007 2008*) Pertumbuhan (%)

Sementara itu, perkembangan tanaman jagung dan kedelai selama tahun 2008 diperkirakan

mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi tanaman jagung

pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 616 ribu ton, atau tumbuh 6,80% (yoy). Peningkatan

produksi ini didorong oleh adanya peningkatan luas panen sebesar 3,28% (yoy), yaitu mencapai 117

ribu Ha. Di sisi lain, produksi tanaman kedelai pada tahun 2008 diperkirakan meningkat signifikan,

yaitu tumbuh 120,77% (yoy), dengan total produksi mencapai 38,49 ribu ton. Peningkatan produksi

ini didorong oleh peningkatan luas panen yang tumbuh 115,49% (yoy), dengan luas mencapai 26,78

ribu Ha.

Tabel 1.8. Perkembangan Komoditas Jagung di Jawa Barat

Produksi (Ton) 577,513 616,786 6.80 Luas Panen (Ha) 113,373 117,097 3.28Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.*) Angka ramalan II.

Komoditas Jagung 2007 2008*) Pertumbuhan (%)

Tabel 1.9. Perkembangan Komoditas Kedelai di Jawa Barat

Produksi (Ton) 17,438 38,498 120.77Luas Panen (Ha) 12,429 26,783 115.49Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.*) Angka ramalan II.

Komoditas Kedelai 2007 2008*) Pertumbuhan (%)

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor pertanian tumbuh 44,03%

(yoy) (lihat Grafik 1.22). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp1,53 triliun, lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,06 triliun. Penyaluran kredit sektor pertanian

masih didominasi oleh penyaluran kredit ke subsektor tanaman perkebunan.

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

19

Grafik 1.22. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Pertanian

-

0,40

0,80

1,20

1,60

2,00

1 3 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

(Rp Triliun)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum KBI Bandung

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Melemahnya permintaan di pasar domestik dan luar negeri menjadi salah satu faktor

penyebab perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan

triwulan II-2008 tumbuh 4,30% (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu (lihat

Tabel 1.3.). Sementara itu, harga BBM industri dan bahan baku yang kembali mengalami kenaikan

pada triwulan II-2008, cukup berdampak pada penurunan kinerja sektor industri pengolahan,

khususnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT), serta industri kecil dan menengah (IKM).

Berdasarkan informasi dari Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia, industri serat sintetis (staple

fibre) diperkirakan mengalami tekanan yang cukup berat sejalan dengan adanya lonjakan harga bahan

baku serat purified therepthalic acid (PTA) dan monoethylene glycol (MEG). Harga MEG diperkirakan

mencapai USD1.550/ton, naik sekitar 20% dari harga sebelumnya sebesar USD1.300/ton, sedangkan

harga PTA mencapai USD1.110/ton, atau naik sekitar 40%.

Di sisi lain, pemadaman listrik yang terjadi selama triwulan II-2008, juga menjadi salah satu

faktor penyebab perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan, khususnya

subsektor TPT. Menyikapi defisit pasokan listrik di Jawa Bali yang mencapai 800-900 MW, PT. PLN

Distribusi Jawa Barat dan Banten dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat telah

melakukan kesepakatan bersama untuk melakukan pemadaman listrik secara bergiliran terhadap 248

perusahaan tekstil di Jawa Barat. Isi kesepakatan tersebut antara lain adalah setiap perusahaan

diberikan pilihan untuk mengurangi kapasitas penggunaan listrik dengan kisaran pengurangan energi

sebesar 50%-100%. Pengurangan kapasitas energi 50% dilaksanakan setiap lima hari sekali, yaitu

antara pukul 07.00 s.d. 15.00 WIB, dan pukul 14.00 s.d. 21.00 WIB. Sementara itu, pengurangan

kapasitas energi sebesar 100% akan dilakukan setiap sepuluh hari sekali (pada jam yang sama).

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

20

Grafik 1.23. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan Bermotor

0

30

60

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

06 07 08

Juta $

0

5

10

15Ton

Nilai Ekspor Kendaraan Bermotor Volume Ekspor Kendaraan Bermotor

Sumber: SEKDA KBI Bandung.

Grafik 1.24. Nilai dan Volume Ekspor Produk TPT

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

06 07 08

Juta $

0

20

40

60

80

100Ton

Nilai Ekspor TPT Volume Ekspor TPT

Sumber: SEKDA KBI Bandung.

Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tercermin dari melambatnya

pertumbuhan nilai ekspor kendaraan bermotor dan ekspor produk TPT. Nilai ekspor kendaraan

bermotor triwulan II-2008 (April-Mei 2008) tumbuh 31,78% (yoy), melambat dibandingkan periode

sebelumnya (lihat Grafik 1.23.). Sementara itu, nilai ekspor TPT triwulan II-2008 (April-Mei 2008)

tumbuh 10,22% (yoy), sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya (lihat Grafik 1.24.).

Grafik 1.25. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat

ke Sektor Industri Pengolahan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 3 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

(Rp Triliun)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum KBI Bandung

Meskipun pertumbuhan sektor industri pengolahan cenderung melambat, penyaluran kredit

perbankan ke sektor industri pengolahan masih tetap tumbuh tinggi, yaitu mencapai 25,40%

(yoy) (lihat Grafik 1.25.). Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai Rp15,15 triliun, lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp12,08 triliun. Penyaluran kredit ke sektor

industri pengolahan didominasi oleh kredit subsektor tekstil, sandang, dan kulit.

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

21

2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Seiring dengan melambatnya permintaan konsumsi rumah tangga, laju pertumbuhan sektor

PHR tumbuh 3,85% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2007

yang tumbuh 15,81% (yoy). mencapai signifikan (lihat Tabel 1.3.). Perlambatan pertumbuhan

sektor PHR tercermin antara lain dari penurunan laju pertumbuhan penjualan pedagang besar dan

eceran. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia menunjukkan bahwa nilai penjualan

pedagang besar dan eceran triwulan II-2008 tumbuh 14,73% (yoy), melambat dibandingkan periode

yang sama tahun lalu yang tumbuh 50,35% (yoy) (lihat Grafik 1.26.).

Grafik 1.26. Perkembangan Nilai Penjualan Pedagang Besar dan Eceran

0

25

50

75

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Penjualan Pedagang Besar dan Eceran Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Tabel 1.10. Indikator Perhotelan di Jawa Barat

Jan Feb Mar Okt Nov Des Jan Feb MarHotel Bintang (%) 32,57 31,65 49,97 40,88 48,36 53,29 46,60 40,84 39,49Hotel Non Bintang (%) 23,96 21,72 23,64 22,96 23,03 25,88 29,31 23,48 20,84Hotel Bintang dan Non Bintang (%) 27,66 26,03 35,37 31,18 33,38 37,28 37,41 34,75 35,87Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

TW ITingkat Hunian Kamar Tw I2007 2008

Tw IV

Sementara itu, kinerja subsektor hotel diperkirakan mengalami sedikit perbaikan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Indikator subsektor hotel hingga akhir

triwulan I-2008, menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan I-2007. Rata-rata tingkat hunian

kamar (hotel bintang dan non bintang) selama bulan Januari-Maret 2008 mencapai 36,01%, lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 29,69%.

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

22

Grafik 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

-

4

8

12

16

20

1 3 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

(Rp Triliun)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum KBI Bandung

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh

34,30% (yoy). Nilai kredit ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran mencapai Rp16,97 triliun, lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp12,64 triliun (Grafik 1.27.). Kredit

di sektor perdagangan, hotel, dan restoran didominasi oleh kredit ke subsektor perdagangan eceran.

2.4. Sektor Keuangan

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa dunia usaha diperkirakan tumbuh 3,62% (yoy),

terutama didorong oleh membaiknya kinerja subsektor keuangan (lihat Tabel 1.3.). Kinerja

subsektor keuangan selama triwulan I-2008, yang tercermin dari nilai tambah bank umum di Jawa

Barat, mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu (lihat Tabel 1.11.). Nilai

tambah bank umum di Jawa Barat pada akhir triwulan I-2008 mencapai Rp1,45 miliar, atau tumbuh

36,95% (yoy). Hal ini sejalan dengan meningkatnya perolehan pendapatan bunga bank umum di Jawa

Barat.

Meskipun tekanan inflasi di Jawa Barat mengalami peningkatan, stabilitas sistem keuangan

di Jawa Barat hingga triwulan II-2008 masih tetap terjaga. Hal ini mendorong sektor keuangan,

persewaan, dan jasa dunia usaha tumbuh 13,75%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya (lihat Tabel 1.3.). Indikator kinerja perbankan masih menunjukkan perkembangan

yang cukup baik. Meskipun tekanan inflasi mengalami peningkatan, NPL bank umum di Jawa Barat

masih terjaga pada level yang cukup rendah. Di sisi lain, nilai tambah bank umum di Jawa Barat masih

tumbuh cukup tinggi, yaitu mencapai 28,68% (yoy) (lihat Tabel 1.11.).

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

23

Tabel 1.11. Nilai Tambah Bank Umum di Jawa Barat (Rp Juta)

Bank Umum Pemerintah 1,431,773 1,878,031 31.17Bank Swasta Nasional 913,822 1,157,560 26.67Bank Asing dan Campuran 69,682 72,412 3.92

Total 2,415,277 3,108,003 28.68Sumber: LBU KBI Bandung.

Nilai Tambah Tw.II-07 Tw.II-08 Pertumbuhan (%)

2.5. Sektor Bangunan

Meningkatnya pertumbuhan invetasi di Jawa Barat, mendorong sektor bangunan dan

konstruksi pada triwulan II-2008 tumbuh 13,75% (yoy), lebih baik dibandingkan

pertumbuhan triwulan II-2007 yang tumbuh 10,08% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan sektor

bangunan dan konstruksi tercermin dari hasil Survei Properti Komersial Bank Indonesia (SPKOM). Hasil

SPKOM mengindikasikan bahwa perkembangan properti komersial pada triwulan II-2008 mengalami,

terutama untuk jenis properti perkantoran sewa dan apartemen jual (lihat Tabel 1.12).

Tabel 1.12. Perkembangan Properti Komersial

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIPerkantoran Sewa (m2) 17.271 18.216 18.216 18.230 18.680 26.563 45,83

Pusat Perbelanjaan Sewa dan Jual (m2) 104.836 101.926 103.617 104.693 106.260 104.040 2,07Apartemen Jual (unit) 393 393 393 403 408 558 41,98Hotel Bintang 3,4, dan 5 (jumlah kamar) 1.251 1.364 1.266 1.261 1.274 1.420 4,11Sumber: Survei Properti Komersial Kota Bandung.

Jenis PropertiPertumbuhan (%) Tw II-08 - Tw II-07

2007 2008

Grafik 1.28. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Bangunan dan Konstruksi

-

1

2

1 3 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

(Rp Triliun)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum KBI Bandung

Sejalan dengan perkembangan di atas, pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Jawa

Barat ke sektor bangunan dan konstruksi tumbuh 22,13% (yoy)). Penyaluran kredit sektor ini

mencapai Rp1,56 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1,94

triliun (lihat Grafik 1.28). Sebagian besar kredit disalurkan ke subsektor konstruksi lainnya, dan

subsektor perumahan sederhana.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

24

2.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 8,13%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2007 yang sebesar 12,06% (yoy) (lihat Tabel

1.3.). Pertumbuhan sektor ini terutama ditopang oleh pertumbuhan sektor komunikasi, yang

diperkirakan tumbuh 27,65% (yoy). Sementara itu, beberapa indikator sektor pengangkutan masih

menunjukkan perkembangan yang cukup baik (lihat Tabel 1.13.-1.15.). Khusus untuk angkutan kereta

api, jumlah penumpang kereta api selama triwulan II-2008 mengalami peningkatan seiring dengan

penurunan tarif yang dilakukan oleh PT. KAI. Sementara itu, sejalan dengan dibukanya rute baru,

penumpang pesawat udara dengan tujuan internasional mengalami peningkatan yang signifikan.

Tabel 1.13. Jumlah Kendaraan (Golongan II) yang Masuk dan Keluar dari Beberapa Gerbang Tol

Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk KeluarPadalarang 161.925 117.815 229.631 205.344 41,81 74,29 Padalarang Barat 83.973 129.771 149.773 207.832 78,36 60,15 Cileunyi 128.194 122.014 229.631 235.735 79,13 93,20 Pasir Koja 106.378 93.692 151.819 106.095 42,72 13,24 Sumber: PT. Jasa Marga Kantor Cabang Purbaleunyi.

Gerbang TolTw. II-2007 Tw. II-2008 Pertumbuhan (%)

Tabel 1.14. Jumlah Penumpang Kereta Api DAOP Jawa Barat (Bandung dan Cirebon)

(Juta Penumpang)

Eksekutif 0,22 0,30 35,32 Bisnis 0,17 0,26 53,22 Ekonomi 0,33 0,59 82,21 Lokal Bisnis 0,30 0,27 (9,30) Lokal Ekonomi 1,52 1,88 23,42

Total 2,54 3,30 30,13Sumber: PT. Kereta Api DAOP Jawa Barat.

Pertumbuhan (%)Kelas Tw. II-2007 Tw. II-2008

Tabel 1.15. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara

Keberangkatan (orang) 26.497 24.935 (5,90) Kedatangan (orang) 24.384 23.745 (2,62)

Keberangkatan (orang) 11.100 20.944 88,68 Kedatangan (orang) 11.587 22.290 92,37 Sumber: PT. Persero Angkasa Pura II.

Internasional Tw. II-2007 Tw. II-2008 Pertumbuhan (%)

Domestik Tw. II-2007 Tw. II-2008 Pertumbuhan (%)

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh

22,77% (yoy) (Grafik 1.29.). Nilai kredit sektor ini mencapai Rp806,33 miliar, lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp955 miliar. Penyaluran kredit terbesar terutama

terjadi di subsektor angkutan umum.

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

25

Grafik 1.29. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

-

250

500

750

1.000

1 3 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

(Rp Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum KBI Bandung

2.7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 3,27%

(yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu (lihat Tabel 1.3.).

Pertumbuhan kinerja sektor ini ditopang terutama oleh pertumbuhan subsektor listrik. Indikator

subsektor yang tercermin dari pemakaian listrik (rumah tangga dan industri) di Jawa Barat, masih

menunjukkan peningkatan (lihat Tabel 1.17.).

Tabel 1.17. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (tidak termasuk Banten)

(Juta Kwh)

Rumah Tangga 2.301 2.418 5,08 Industri 3.616 3.805 5,23

Total 5.917 6.223 5,17 Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Pertumbuhan (%)Pengguna Tw. II-2007 Tw. II-2008

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh

signifikan, yaitu sebesar 407% (yoy) (lihat Grafik 1.30.). Nilai kredit sektor ini mencapai Rp181

miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp35,59 miliar. Penyaluran

kredit ke sektor LGA masih didominasi oleh penyaluran kredit ke subsektor listrik.

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

26

Grafik 1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

-

50

100

150

200

250

1 3 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

(Rp Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum KBI Bandung

2.8. Sektor Jasa-Jasa

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 2,20% (yoy) (lihat Tabel

1.3.). Setelah mengalami perlambatan di awal tahun 2008, perkembangan sektor jasa-jasa pada

triwulan II-2008 mulai menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya jasa-jasa perorangan

di Jawa Barat. Sementara itu, jasa-jasa pemerintahan diperkirakan cenderung menurun sejalan dengan

melambatnya realisasi belanja pemerintah selama triwulan II-2008.

Grafik 1.31. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-Jasa

-

500

1.000

1 3 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008

(Rp Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum KBI Bandung

Penyaluran kredit ke sektor jasa-jasa tumbuh 19,05%, lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun lalu (lihat Grafik 1.31.). Nilai kredit sektor ini mencapai Rp1.152 miliar, lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp968 miliar. Dilihat dari penyaluran kredit

per subsektor, pertumbuhan kredit sektor ini masih didominasi oleh penyaluran kredit ke subsektor

kesehatan.

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

27

Boks 1

Efektivitas Penyaluran BLT di Kota Bandung

Untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas BLT 2008, KBI Bandung melakukan survei cepat di Kota

Bandung kepada 200 penerima BLT 2008 dan 4 kantor pos penyalur BLT. Parameter efektivitas BLT

diklasifikasikan ke dalam 5 kelompok, yakni Tepat Sasaran, Tepat Penggunaan, Manfaat, Kelayakan,

dan Prosedur Pendistribusian BLT. Berdasarkan hasil survei dan kriteria yang digunakan untuk

mengukur efektivitas BLT, diperoleh hasil bahwa tingkat efektivitas distribusi BLT 2008 di Kota

Bandung sudah cukup baik (dengan nilai 82,83%) seperti tercantum pada tabel sbb.:

Klasifikasi Efektivitas

Parameter Bobot Bench-mark

Realisasi (jumlah

responden)

Tempat tinggal: sewa 0.95 190 102

Bekerja 0.95 190 107

Usia >55 0.95 190 168

Anggota RTS > 4 0.95 190 130

Pendidikan< SD 0.85 170 135

Pendapatan< Rp480 ribu 0.95 190 132

Menerima kartu miskin 0.95 190 149

Tepat Sasaran

Punya pekerjaan utama 0.8 160 141

Menerima BLT 1 200 132 Pengguna BLT: anggota keluarga RTS 0.8 160 184

BLT untuk pangan 0.5 100 190

BLT untuk pendidikan 0.2 40 84

BLT untuk kesehatan 0.15 30 72

Tepat Penggunaan

BLT untuk usaha 0.15 30 26

Bermanfaat 0.95 190 186 Manfaat Kompensasi kenaikan

harga BBM 0.95 190 1 Kelayakan Penerima Penerima BLT: miskin 0.95 190 185

Prosedur Penyaluran tertib 0.95 190 187

Total Skor 2.790 2.311

Efektivitas 82,83%

Beberapa hal yang perlu dicatat dari hasil survei tersebut adalah:

− Responden penerima BLT 2008 adalah penerima BLT 2005. Tampaknya tidak ada pengkinian data RTS pasca penyaluran BLT 2005.

− Ada sebagian (33,5%) responden RTS yang tidak menerima BLT secara utuh (kurang dari Rp300 ribu).

− Lebih dari 40% responden penerima BLT berpendapat bahwa nilai BLT yang dianggap memadai adalah sebesar Rp500 ribu.

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

28

Boks 2.

Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Perilaku Konsumsi Rumah Tangga

di Kota Bandung

Hasil survei cepat KBI Bandung terhadap 124 rumah tangga di Kota Bandung menunjukkan bahwa

satu bulan pasca kenaikan harga BBM 24 Mei 2008, belum terlihat adanya pengaruh signifikan

terhadap pengeluaran rumah tangga responden. Pola konsumsi hanya mengalami sedikit pergeseran,

bahkan dapat dikatakan relatif tetap.

Pada umumnya responden menyatakan adanya peningkatan pengeluaran pasca kenaikan harga BBM.

Peningkatan porsi pengeluaran terjadi pada kelompok makanan, yakni dari 41,43% menjadi 41,70%.

Namun demikian, pengeluaran untuk kelompok non makanan masih relatif lebih besar (di atas 50%).

Pada kelompok non makanan peningkatan porsi pengeluaran terjadi pada komponen transportasi.

Beberapa hipotesa penyebab tidak signifikannya dampak kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran

masyarakat:

Waktu satu bulan pasca kenaikan harga BBM, relatif pendek untuk melihat dampak kenaikan

harga BBM tersebut terhadap perubahan perilaku konsumsi rumah tangga. Selama periode itu,

rumah tangga diperkirakan masih memiliki stok barang bulan sebelumnya, sehingga belum

banyak pengeluaran untuk membeli barang yang baru.

Dampak kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 28,7% memang tidak begitu besar terhadap

pengeluaran rumah tangga. Rumah tangga diperkirakan telah melakukan penyesuaian sejak awal

tahun 2008, seiring kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok, khususnya bahan makanan

(beras, tempe, tahu, terigu, mie instan, dll) dan bahan bakar (minyak tanah dan elpiji).

Pengaruh kenaikan harga BBM yang cukup signifikan menyebabkan pengeluaran rumah tangga

untuk keperluan transportasi meningkat. Oleh karena itu rumah tangga telah berupaya

menghemat pemakaian bahan bakar. Di samping itu, rumah tangga telah berupaya melakukan

penyesuaian terutama dengan melakukan penghematan untuk biaya listrik, air, dan telepon.

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

30

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Tahun Dasar 2002 Jawa Barat (gabungan tujuh kota1)

pada triwulan II-2008 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya baik secara triwulanan

maupun tahunan (Grafik 2.1 dan 2.2). Secara triwulanan, inflasi Jawa Barat tercatat sebesar 4,41%

(qtq) (Grafik 2.1). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Barat pada triwulan I-2008

(3,17%) dan triwulan II-2007 (-0,21%). Secara tahunan, inflasi Jawa Barat mencapai 11,83% (yoy)

pada Juni 2008, atau jauh di atas kisaran sasaran inflasi IHK nasional tahun 2008 yang ditetapkan

Pemerintah sebesar 5%±1% (Grafik 2.2). Angka inflasi tahunan tersebut lebih tinggi daripada inflasi

tahunan pada Maret 2008 yang sebesar 6,88% dan inflasi pada Juni 2007 yang sebesar 4,82%.

Grafik 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional

-1

1

3

5% (qtq)

Jabar 0,64 1,13 2,38 1,46 -0,21 2,34 1,44 3,17 4,41

Nasional 0,87 1,16 2,44 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41

Tw.II Tw.III Tw.IVTw.I Tw.II Tw.III Tw.IVTw.I Tw.II

2006 2007 2008

Sumber: BPS Provinsi Jabar, TD 2002.

Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional

0

5

10

15

20% (yoy)

Jabar 15,87 15,04 6,13 5,72 4,82 6,08 5,10 6,88 11,83

Nasional 15,53 14,55 6,60 6,52 5,77 6,95 6,59 8,17

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

Sumber: BPS Provinsi Jabar, TD 2002.

Faktor determinan inflasi selama bulan April sampai dengan Juni 2008 adalah administered

price. Kenaikan harga minyak bumi di pasar dunia, dari kisaran USD80/barrel pada tahun 2007

menjadi di atas USD130/barrel pada pertengahan tahun 2008, telah menyebabkan peningkatan beban

APBN untuk subsidi BBM. Situasi tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan pengurangan

subsidi BBM, atau dengan kata lain menetapkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Berdasarkan

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 tahun 2008 tertanggal 23 Mei 2008,

pada tanggal 24 Mei 2008 pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi (premium,

solar, dan minyak tanah) rata-rata 28,75%. Kenaikan BBM tersebut telah menyumbang inflasi cukup

besar selama triwulan II-2008 dan mendorong kenaikan barang dan jasa lainnya, khususnya tarif

angkutan.

Di samping kenaikan harga bahan bakar pada akhir triwulan II-2008, peningkatan laju inflasi

selama setahun terakhir di Jawa Barat juga didominasi oleh faktor eksternal. Kenaikan harga

komoditas di pasar internasional, seperti CPO, gandum, emas, dan kedelai, yang telah berlangsung

sejak pertengahan tahun 2007 hingga tahun 2008, telah mendorong kenaikan berbagai produk

bahan makanan dan emas perhiasan di dalam negeri, termasuk di Jawa Barat.

5 Gabungan tujuh kota: Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Bekasi, Bogor, Sukabumi, dan Banjar.

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

31

1. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, laju inflasi di Jawa Barat selama triwulan II-2008 mencapai 4,41% (qtq),

merupakan inflasi triwulanan tertinggi sejak tahun 2006. Faktor utama inflasi selama triwulan II-

2008 adalah kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Mei 2008. Hal ini diindikasikan oleh tingginya

inflasi pada bulan Juni 2008 yang mencapai 2,26% (mtm). Di samping itu, kenaikan harga berbagai

bahan makanan, minyak tanah dan elpiji untuk rumah tangga sejak beberapa bulan sebelumnya, juga

turut mendorong inflasi Jawa Barat.

Grafik 2.3. Inflasi Bulanan Jawa Barat dan Nasional

-0,8

-0,4

0,0

0,4

0,8

1,2

1,6

2,0

2,4

2,8

3,2

3,6% (mtm)

Jabar 0,5 0,3 0,5 -0,3-0,6 0,8 0,5 0,9 0,8 0,7 0,1 0,5 1,3 1,0 0,6 0,5 1,5 2,2

Nasional 1,0 0,6 0,2 -0,1 0,1 0,2 0,7 0,7 0,8 0,7 0,1 1,1 1,7 0,6 0,9 0,5 1,4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: data inflasi nasional bulan Juni 2008 tidak ditampilkan karena perbedaan tahun dasar. Pada grafik di atas, inflasi Jawa Barat berdasarkan Tahun Dasar 2002, sedangkan inflasi nasional sejak Juni 2008 berdasarkan Tahun Dasar 2007.

. Grafik 2.4. Perkembangan Harga Barang dan Jasa Menurut Pengusaha

-1

0

1

2

3

4

5

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (inflasi)

0

10

20

30

40SBT (SKDU)

SBT hasil SKDU inflasi gab 7 kota (qtq)

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan komoditas, sepuluh komoditas dengan inflasi tertinggi dan penyumbang inflasi

terbesar selama triwulan II-2008 didominasi BBM, elpiji, bahan makanan dan makanan jadi

(Tabel 2.1 dan 2.2). Sepuluh komoditas penyumbang terbesar inflasi memberikan andil sebesar

3,07% terhadap inflasi Jawa Barat, sehingga membentuk 70% inflasi Jawa Barat pada triwulan II-

2008, yang sebesar 4,41% (qtq).

Tabel 2.1. Komoditas dengan Inflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa Barat

Triwulan II-2008

No. Komoditas Inflasi (%, qtq)

1 Gas Elpiji 46,11 2 Bensin 33,43

3 Jengkol 33,20

4 Kelompok Bermain 32,95 5 Petai 28,84

6 Solar 27,91

7 Tomat Sayur 27,49

8 Bahan Pelumas/Oli 24,08

9 Roti Manis 23,82

10 Fitnes Center 23,56

Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.2. Komoditas dengan Andil Inflasi Triwulanan Terbesar

di Jawa Barat Triwulan II-2008

No. Komoditas Andil Inflasi

(%, qtq) 1 Bensin 0,90 2 Angkutan Dalam Kota 0,80 3 Gas Elpiji 0,36 4 Beras 0,27 5 Nasi 0,26 6 Roti Manis 0,11 7 Rokok Kretek Filter 0,11 8 Mie Kering Instan 0,10 9 Daging Ayam Ras 0,10

10 Air Kemasan 0,07

Total 3,07

Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

32

1.1. DISAGREGASI INFLASI

Inflasi di Jawa Barat pada triwulan II-2008 didominasi oleh inflasi administered prices (Grafik

2.5). Dibandingkan dengan triwulan I-2008, inflasi administered prices mengalami peningkatan

signifikan, sementara inflasi inti dan inflasi volatile food mengalami perlambatan (Grafik 2.6).

Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Inti, Administered Prices, dan Volatile Food di Jawa Barat

Triwulan II-2008

1,34

2,45

3,06

2,37

0,69

4,41

10,43

4,41

0 2 4 6 8 10 12

TOTAL

Inti

Administeredprices

Volatile food

Jeni

s in

flas

i

%(qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Inti, Administered Prices, dan

Volatile Food di Jawa Barat

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12% (qtq)

Inti 1,42 0,43 1,46 1,69 2,49 2,45

Adm. Prices 0,09 0,56 1,85 -0,14 1,61 10,43

Volatile food 3,09 -2,72 5,22 2,54 6,56 3,06

Total 1,46 -0,21 2,34 1,44 3,17 4,41

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.I

2007 2008

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

a. Inflasi Inti

Inflasi inti2 pada triwulan II-2008 mencapai 2,45%, hampir sama dengan kondisi pada

triwulan I-2008 yang sebesar 2,49% (qtq) (Grafik 2.6). Andil inflasi inti terhadap inflasi Jawa

Barat adalah sebesar 1,34%, atau membentuk 30% inflasi di Jawa Barat pada triwulan II-2008

(Grafik 2.5). Komoditas inti dengan inflasi tertinggi adalah biaya pendidikan di kelompok bermain

(inflasi 32,95%), sedangkan penyumbang terbesar inflasi adalah nasi dan lauk pauk (andil 0,26%)

(Tabel 2.3 dan 2.4). Stabilnya laju inflasi inti triwulan ini terutama didukung oleh relatif minimnya

tekanan eksternal, jika dibandingkan dengan triwulan I-2008.

6 Inflasi inti adalah inflasi IHK yang telah mengeluarkan komoditas administered (harganya ditetapkan oleh pemerintah) dan volatile foods (komoditas bahan makanan yang pergerakan harganya sangat berfluktuasi) (lihat buku PEKDA Provinsi Jabar Tw III-2005).

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

Tabel 2.3. Komoditas Inti dengan Inflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa Barat

Triwulan II-2008

No. Komoditas Inflasi (%, qtq)

1 Kelompok Bermain 32,95 2 Bahan Pelumas/Oli 24,08 3 Roti Manis 23,82 4 Fitnes Center 23,56 5 Margarine 23,43 6 Tongkol Pindang 22,77 7 Ganti Oli 17,39 8 Besi Beton 17,29 9 Tarip Sewa motor 16,34

10 Bandeng Pindang 16,07 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.4. Komoditas Inti dengan Andil Inflasi Triwulanan Terbesar di Jawa Barat

Triwulan II-2008

No. Komoditas Andil Inflasi

(%, qtq)

1 Nasi & lauk pauk 0,26 2 Roti Manis 0,11 3 Air Kemasan 0,07 4 Ayam Goreng 0,05 5 Sate 0,05 6 Besi Beton 0,05 7 Batu Bata/Batu Tela 0,05 8 Bahan Pelumas/Oli 0,05 9 Semen 0,04

10 Keramik 0,03

Total 0,76 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Perkembangan nilai tukar Rupiah yang cukup stabil juga turut menjaga stabilnya inflasi

inti, namun sumber tekanan inflasi dari sisi ekspektasi tampaknya cukup besar. Nilai tukar

Rupiah secara rata-rata bulanan pada triwulan II-2008 relatif stabil, meskipun sedikit melemah

dibandingkan dengan triwulan I-2008 (Grafik 2.7). Di sisi ekspektasi, para pelaku ekonomi

(khususnya pengusaha, pedagang eceran, dan konsumen) pada triwulan I-2008 atau sebelum

adanya berita tentang rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, tampaknya masih

belum memperkirakan akan adanya kenaikan harga barang dan jasa. Namun demikian, setelah

pada awal Mei 2008 pemerintah menginformasikan rencana kenaikan harga BBM dalam waktu

dekat, ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang dan jasa semakin meningkat.

Perkembangan ekspektasi tersebut diindikasikan oleh hasil beberapa survei yang dilakukan oleh

KBI Bandung, yaitu Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Penjualan Eceran (SPE), dan Survei

Konsumen (SK).

Grafik 2.7. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar

8.800

9.000

9.200

9.400

9.600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

Rp/USD

kurs tengah bulanan rata-rata triwulanan Sumber: Bank Indonesia.

. Grafik 2.8. Perkembangan Ekspektasi Pengusaha terhadap Harga Barang dan Jasa

-1

0

1

2

3

4

5

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

2007 2008

% (inflasi)

0

10

20

30

40

50SBT

SBT hasil SKDU Inflasi gab. 7 kota (qtq)

Sumber: Bank Indonesial; BPS Prov. Jabar

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

Hasil SKDU menunjukkan bahwa ekspektasi para pengusaha responden SKDU terhadap

kenaikan harga jual/tarif barang/jasa semakin meningkat pada triwulan II-2008. Hal ini

tercermin dari peningkatan SBT (saldo bersih tertimbang3) hasil survei pada triwulan II-2008

dibandingkan dengan hasil survei pada triwulan I-2008. (Grafik 2.8). Kenaikan harga jual/tarif

menurut para pengusaha terutama terjadi pada sektor industri pengolahan (tekstil, logam, alat

angkutan dan mesin); sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Sumber utama pendorong kenaikan harga tersebut adalah kenaikan biaya bahan

baku/material dan biaya operasional.

Grafik 2.9. Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

% (inflasi)

70

80

90

100

110

120

130

140

150SB

SPE* SPE** SPE*** Inflasi Gab.7 Kota (mtm)

Sumber: SPE-KBI Bandung; BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: SPE*=Ekspektasi pedagang terhadap harga pada bulan tsb hasil SPE pada 3 bulan sebelumnya; SPE**= Ekspektasi pedagang terhadap harga pada bulan tsb hasil SPE 6 bulan sebelumnya; SPE***= Ekspektasi pedagang terhadap harga pada tahun berjalan pada SPE bulan ybs.

Grafik 2.10. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

% (inflasi)

100110120130140150160170180190200SB

SK* SK** Inflasi Gab.7 Kota (mtm)

Sumber: Survei Konsumen-KBI Bandung. Keterangan: SK*= Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, hasil SK 3 bulan sebelumnya; SK**= Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, hasil SK 6 bulan sebelumnya.

Ekspektasi pedagang eceran responden SPE terhadap harga barang dan jasa

menunjukkan arah yang sama dengan perkembangan inflasi bulanan pada triwulan II-

2008. Mereka telah memperkirakan sebelumnya bahwa akan terjadi kenaikan harga eceran pada

triwulan II-2008, dengan keyakinan yang semakin menguat. Hal ini diindikasikan oleh nilai indeks

SB yang lebih besar dari 100, dengan kecenderungan meningkat (Grafik 2.9).

Hasil Survei Konsumen mengindikasikan ekspektasi konsumen terhadap harga barang

dan jasa yang searah dengan pergerakan inflasi bulanan sepanjang triwulan II-2008

(Grafik 2.10). Jumlah konsumen yang memperkirakan akan terjadi kenaikan harga barang dan

jasa semakin meningkat di akhir triwulan II-2008. Menurut responden, kelompok barang dan jasa

yang diperkirakan berpeluang paling besar mengalami kenaikan harga adalah kelompok bahan

3 Saldo bersih tertimbang (SBT) adalah hasil perkalian saldo bersih (SB) sektor yang bersangkutan dengan bobot sektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Saldo bersih (net balance) adalah selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”. SBT positif menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang menyatakan bahwa harga jual meningkat dibandingkan yang menyatakan turun. Bobot masing - masing sektor/subsektor berdasarkan pada distribusi PDB tahun 2000.

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; serta kelompok perumahan,

listrik, air, gas, dan bahan bakar.

b. Inflasi Volatile Food

Inflasi volatile food secara triwulanan mengalami penurunan dari 6,56% pada triwulan I-

2008 menjadi 3,06% pada triwulan II-2008 (Grafik 2.5). Sumbangan inflasi volatile food

mencapai 0,69%, atau membentuk 16% inflasi Jawa Barat (Grafik 2.6). Berdasarkan komoditas,

berbagai jenis sayuran mengalami persentase kenaikan harga yang tertinggi (Tabel 2.5).

Tabel 2.5. Komoditas Volatile Food dengan Inflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa Barat

Triwulan II-2008

No. Komoditas Inflasi (%, qtq)

1 Jengkol 33,20 2 Petai 28,84 3 Tomat Sayur 27,49 4 Tomat Buah 22,52 5 Mie Kering Instan 16,80 6 Kelapa 15,44 7 Gabus 14,18 8 Pepaya 11,40 9 Mujair 9,93

10 Telur Itik 9,24 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.6. Komoditas Volatile Food dengan Andil Inflasi Triwulanan Terbesar

di Jawa Barat Triwulan II-2008

No. Komoditas Andil Inflasi

(%, qtq)

1 Beras 0,27 2 Mie Kering Instan 0,10 3 Daging Ayam Ras 0,10 4 Ikan Mas 0,05 5 Jeruk 0,05 6 Tomat Sayur 0,05 7 Kelapa 0,04 8 Pisang 0,03 9 Pepaya 0,03

10 Susu Bubuk 0,02

Total 0,75 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Meskipun persentase kenaikan harga beras yang sebesar 4,61%, relatif kecil

dibandingkan komoditas volatile food lainnya, komoditas ini merupakan penyumbang

terbesar inflasi pada kelompok ini, yakni dengan sumbangan inflasi sebesar 0,27% (Tabel

2.6). Pada triwulan sebelumnya, harga beras mengalami penurunan sebesar 0,80% karena

melimpahnya pasokan pasca panen raya pada triwulan tersebut. Seperti triwulan sebelumnya, mie

instan juga masih masuk dalam sepuluh komoditas penyumbang inflasi volatile food.

c. Inflasi Administered Prices

Kenaikan harga BBM akhir Mei 2008 dan elpiji sejak awal Mei 2008 telah menyebabkan

lonjakan inflasi administered prices dari 1,61% pada triwulan I-2008 menjadi 10,43%

(Grafik 2.5). Kelompok ini menyumbang inflasi sebesar 2,37% atau membentuk 54% dari total

inflasi Jawa Barat (Grafik 2.6).

Komoditas administered dengan inflasi tertinggi adalah gas elpiji, bensin, dan solar

(Tabel 2.7). Selain itu, minyak tanah juga mengalami kenaikan. Pada tanggal 24 Mei 2008

pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi rata-rata 28,75%, yaitu premium naik

dari Rp4.500 menjadi Rp6.000 per liter, solar dari Rp4.300 menjadi Rp5.500 per liter, dan minyak

tanah dari Rp2.000 menjadi Rp2.500 per liter. Dampak langsung kenaikan bensin dan solar adalah

kenaikan tarif angkutan dalam kota dan antarkota. Selain BBM,elpiji, dan tarif angkutan, harga

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

rokok dan tarif air PAM juga termasuk ke dalam sepuluh penyumbang terbesar inflasi volatile food

(Tabel 2.8).

Tabel 2.7. Komoditas Administered Prices dengan Inflasi dan Deflasi Triwulanan

Tertinggi di Jawa Barat Triwulan II-2008

No. Komoditas Inflasi (%, qtq)

1 Gas Elpiji 46,11 2 Bensin 33,43 3 Solar 27,91 4 Angkutan Dalam Kota 12,96 5 Angkutan Antar Kota 9,74 6 Rokok Kretek Filter 4,75 7 Biaya Kirim Surat 4,52 8 Rokok Putih 3,76 9 Rokok Kretek 2,53

10 Minyak Tanah 2,18 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.8. Komoditas Administered Prices dengan Andil Inflasi dan Deflasi Triwulanan

Terbesar di Jawa Barat Triwulan II-2008

No. Komoditas Andil Inflasi (%, qtq)

1 Bensin 0,90 2 Angkutan Dalam Kota 0,80 3 Gas Elpiji 0,36 4 Rokok Kretek Filter 0,11 5 Minyak Tanah 0,06 6 Angkutan Antar Kota 0,05 7 Rokok Kretek 0,05 8 Solar 0,03 9 Rokok Putih 0,01

10 Tarip Air Minum PAM 0,01

Total 2,37 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

1.2. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Tabel 2.9. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

2007 2008 No. Kelompok 2006

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II 1 Bahan makanan 7,66 7,66 4,74 2,65 6,30 3,21 2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,88 0,88 0,85 0,62 2,80 4,69 3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,33 0,33 2,19 0,45 2,27 3,15 4 Sandang 1,84 1,84 1,07 8,14 3,35 0,22 5 Kesehatan 2,80 2,80 0,64 1,20 6,18 1,81 6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 2,14 2,14 6,20 0,67 0,82 0,89 7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,07 0,07 0,06 0,32 0,18 11,93

Umum 2,38 -0,21 2,34 1,44 3,17 4,41

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Pada triwulan II-2008 inflasi terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa. Dari tujuh

kelompok barang dan jasa, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, peningkatan laju inflasi terjadi

pada empat kelompok (kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; serta

kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan). Inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan mengalami lonjakan paling signifikan, sekaligus merupakan kelompok dengan inflasi

tertinggi. Sebaliknya, inflasi terendah terjadi pada kelompok sandang (Tabel 2.9).

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

Selain mengalami inflasi tertinggi, kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

juga merupakan kelompok barang dan jasa

penyumbang terbesar inflasi (Grafik 2.11).

Kelompok ini menyumbang 1,74% terhadap

inflasi Jawa Barat, yang berarti membentuk 39%

inflasi Jawa Barat. Tiga kelompok lainnya yang

menyumbang inflasi di atas 0,5% adalah

kelompok makanan jadi, kelompok bahan

makanan, dan kelompok perumahan. Inflasi di

Jawa Barat menurut kelompok barang dan jasa,

secara berurutan mulai dari kelompok yang

memberikan andil inflasi terbesar, ada pada

uraian di bawah ini:

Grafik 2.11. Inflasi dan Andil Inflasi Jawa Barat Triwulanan Menurut

Kelompok Barang dan Jasa Triwulan II-2008

0,95

0,75

0,01

0,07

0,06

1,74

3,21

4,69

3,15

0,22

1,81

0,89

11,93

0,83

4,414,41

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12

TOTAL

Bahanmakanan

Makananjadi,dsb

Perumahan,dsb

Sandang

Kesehatan

Pendidikan,dsb

Transpor,dsb

Kel

omp

ok

%(qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: nama kelompok disingkat.

a. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mencapai 11,93%, meningkat

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,18% (Grafik 2.12).

Kelompok tersebut menyumbang inflasi sebesar 1,74% terhadap inflasi Jawa Barat, dengan kata

lain membentuk 40% inflasi Jawa Barat selama triwulan II-2008 (Grafik 2.13).

Grafik 2.12. Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan di Jawa Barat

11,93

0,18

0,320,060,53

0,190,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.13. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008

1,74

0,00

0,00

11,93

0,52

0,00

1,86

-0,12-5,53

16,44

-6 -3 0 3 6 9 12 15 18

KEL.TRANSPOR,DSB

Transpor

Komunikasi &Pengiriman

Sarana &PenunjangTranspor

Jasa Keuangan

Subk

elom

pok

% (qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Dari empat subkelompok, inflasi subkelompok transpor, yang tercatat 16,44%,

memberikan sumbangan inflasi terbesar, yaitu 1,86% (Grafik 2.13). Penyumbang inflasi

terbesar adalah premium, solar, angkutan dalam kota, dan angkutan antar kota. Seperti telah

disebutkan pada uraian-uraian sebelumnya, penyebab utama inflasi subkelompok ini adalah

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Mei 2008. Adapun inflasi subkelompok lainnya tidak

signifikan, bahkan ada yang mengalami deflasi.

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II-2008

mencapai 4,69%, meningkat daripada triwulan sebelumnya yang 2,80% (Grafik 2.14).

Kelompok ini memberikan andil inflasi kedua terbesar, yakni sebesar 0,95% terhadap inflasi Jawa

Barat, atau membentuk 22% inflasi Jawa Barat (Grafik 2.15).

Grafik 2.14. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau di Jawa Barat

4,69

2,80

0,620,850,70

2,23

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah

Grafik 2.15. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008

0,95

0,68

0,11

0,16

4,69

5,05

4,28

3,74

0 1 2 3 4 5 6

KEL.MAKANANJADI,DSB

Makanan jadi

Min. tdkberalkohol

Tembakau &min. beralkohol

Subk

elom

pok

%(qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Seperti triwulan sebelumnya, dari tiga subkelompok, subkelompok makanan jadi

mendominasi inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (Grafik

2.15). Inflasi subkelompok makanan jadi yang sebesar 5,05%, menyumbang inflasi sebesar

0,68%, terutama karena kenaikan harga nasi rames, roti manis, ayam goreng, sate, bubur,

makanan gorengan, dan gado-gado. Peningkatan harga bahan baku adalah penyebab utama

kenaikan harga berbagai makanan jadi tersebut.

c. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada

triwulan II-2008 mencapai 3,21%,

melambat dibandingkan inflasi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar

6,30% (Grafik 2.16). Kelompok ini

menyumbang inflasi 0,83% atau membentuk

50% dari inflasi Jawa Barat yang sebesar

4,41% (Grafik 2.17).

Grafik 2.16. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat

2,65

4,74

3,21

6,30

-2,41

3,00

-4

-2

0

2

4

6

8

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

Grafik 2.17. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat

Menurut Subkelompok Triwulan II-2008

0,06

0,08

0,02

0,00

0,02

0,14

0,00

0,017

3,21

5,55

4,58

10,42

1,00

5,72

-0,19

0,00

0,83

0,37

0,14

0,20

0,92

3,37

6,06

-0,11

-4 -2 0 2 4 6 8 10 12

KEL.BAHAN MAKANAN

Padi-padian

Daging & hasilnya

Ikan segar

Ikan diawetkan

Telur,susu & hasilnya

Sayuran

Kacang-kacangan

Buah-buahan

Bumbu-bumbuan

Lemak & minyak

Lainnya

Subk

elo

mp

ok

%(qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.18. Inflasi Beras dan Mie Instan di Jawa Barat

-10

-5

0

5

10

15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008

% (mtm)

Beras

Mie instan

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan subkelompok, subkelompok padi-padian adalah penyumbang terbesar

inflasi kelompok bahan makanan (Grafik 2.17). Pada subkelompok ini, sumbangan inflasi

beras dan mie kering instan adalah yang terbesar. Setelah masa panen raya padi sejak

pertengahan triwulan I-2008 hingga awal triwulan II-2008, harga beras mulai mengalami kenaikan

pada bulan Mei dan Juni 2008 (Grafik 2.18). Salah satu pendorong kenaikan harga beras adalah

kebijakan pemerintah pada tanggal 22 April 2008 yang menetapkan kenaikan Harga Pembelian

Pemerintah (HHP) untuk komoditas beras. Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No.1/2008

tentang Kebijakan Perberasan, harga gabah kering panen di tingkat petani yang sebelumnya

ditetapkan Rp2.000 per kilogram (Inpres No3/2007) naik menjadi Rp2.200 per kilogram. Harga

gabah kering giling di gudang Bulog naik dari Rp2.600 per kilogram menjadi Rp2.840 per

kilogram, sedangkan harga beras di gudang Bulog juga naik dari Rp4.000 per kilogram menjadi

Rp4.300 per kilogram.

d. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya, yakni dari 2,27% menjadi 3,15% pada triwulan II-2008 (Grafik

2.19). Kelompok ini menyumbang 0,75% terhadap inflasi Jawa Barat (Grafik 2.20). Subkelompok

penyumbang inflasi terbesar pada kelompok ini adalah subkelompok bahan bakar, penerangan,

dan air (Grafik 2.20). Pada subkelompok tersebut sumbangan inflasi terbesar berasal dari kenaikan

harga elpiji dan minyak tanah, yang masing-masing naik 46,11% dan menyumbang inflasi 2,18%.

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Grafik 2.19. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan

Bakar di Jawa Barat

0,40

3,15

2,27

0,45

2,19

0,28

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.20. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan

Bakar di Jawa Barat Menurut SubkelompokTriwulan II-2008

0,75

0,24

0,44

0,01

0,06

3,15

1,79

0,92

2,89

6,14

0 1 2 3 4 5 6 7

KEL.PERUMAHAN,DSB

Biaya tempat tinggal

Bhn bkr, penerangan& air

Perlengkapan RT

Penyelenggaraan RT

Sub

kelo

mp

ok

%(qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

e. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu dari 6,18% menjadi 1,81% (Grafik 2.21). Relatif rendahnya inflaai

kelompok ini menyebabkan sumbangannya terhadap inflasi Jawa Barat hanya sebesar 0,07%

(Grafik 2.22). Subkelompok penyumbang terbesar inflasi pada kelompok kesehatan adalah

subkelompok perawatan jasmani dan kosmetik, meskipun hanya sebesar 0,054% (Grafik 2.22).

Pada subkelompok tersebut, kenaikan terjadi pada berbagai alat kosmetika dan alat kebersihan

tubuh, seperti parfum dan sabun mandi.

Grafik 2.21. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan

di Jawa Barat

1,81

6,18

1,200,641,13

1,65

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.22. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Jawa

Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008

0,07

0,003

0,009

0,001

0,054

1,81

0,21

1,72

0,21

3,40

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

KEL.KESEHATAN

Jasa kesehatan

Obat-obatan

Jasa prwtnjasmani

Prwtn jasmani &kosmetik

subk

elom

pok

%(qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

41

f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II-2008 tidak jauh

berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2008 inflasinya sebesar

0,82%kemudian menjadi 0,89% pada triwulan II-2008 (Grafik 2.23). Kelompok ini hanya

menyumbang 0,06% terhadap inflasi Jawa Barat (Grafik 2.24). Dari lima subkelompok, inflasi

tertinggi terjadi pada subkelompok perlengkapan pendidikan (Grafik 2.24). Berbagai peralatan

sekolah mulai mengalami kenaikan pada pergantian tahun ajaran baru.

Grafik 2.23. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga di Jawa Barat

0,890,820,67

6,20

0,130,24

0

1

2

3

4

5

6

7

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.24. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga di Jawa

Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008

0,06

0,02

0,00

0,02

0,01

0,00

0,89

0,89

2,94

1,58

1,87

0,42

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

KEL.PENDIDIKAN,DSB

Jasa pendidikan

Kursus/Pelatihan

PerlengkapanPendidikan

Rekreasi

Olahraga

Sub

kelo

mp

ok

% (qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

g. Kelompok Sandang

Kelompok sandang terus mengalami perlambatan sejak triwulan I-2008. Dari 8,14% pada

triwulan IV-2007, menjadi 3,35% pada triwulan I-2008, dan 0,22% pada triwulan II-2008

(Grafik 2.25). Kelompok ini memberikan andil inflasi hanya 0,012% terhadap inflasi Jawa Barat

(Grafik 2.26). Perlambatan inflasi pada triwulan II-2008 disebabkan oleh penurunan harga emas

perhiasan, yang pada beberapa triwulan sebelumnya justru terus meningkat. Emas perhiasan

termasuk ke dalam subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya (Grafik 2.26).

Grafik 2.25. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Jawa Barat

0,22

3,35

8,14

1,070,72

1,42

0123456789

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.26. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Jawa

Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008

0,012

0,006

0,012

0,005

-0,012

0,22

0,50

0,82

0,66

-0,63

-1,0 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0

KEL.SANDANG

Sandang laki-laki

Sandang wanita

Sandang anak-anak

Barang pribadi & sandanglainnya

Subk

elom

pok

% (qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

42

1.3. INFLASI MENURUT KOTA

Inflasi di enam dari tujuh kota mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya,

dengan rata-rata di atas 3%. Hanya di Kota Bogor terjadi perlambatan inflasi, dari 3,89% menjadi

2,87%. Kota dengan inflasi tertinggi adalah Kota Bandung (5,81%), sedangkan terendah di Kota

Bogor (Tabel 2.10).

Tabel 2.10. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kota (%)

2007 2008 No. Kota Bobot 2006

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II 1 Bandung 39,82 1,87 -0,26 2,48 1,82 2,81 5,81 2 Bekasi 29,23 2,57 -0,27 2,65 0,81 3,31 3,98 3 Bogor 15,33 2,54 0,03 1,64 0,90 3,89 2,87 4 Sukabumi 5,40 3,04 -0,88 1,88 3,21 2,75 3,69 5 Cirebon 4,60 4,23 0,15 2,22 2,06 3,52 4,80 6 Tasikmalaya 3,71 3,53 -0,04 1,65 2,20 2,57 4,67 7 Banjar 1,92 3,31 0,17 2,66 1,95 4,69 5,02 Gabungan 100 2,40 -0,21 2,34 1,44 3,17 4,41

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan sumbangannya (andil4) terhadap

inflasi Jawa Barat, sepert triwulan-triwulan

sebelumnya, tiga kota penyumbang terbesar

inflasi di Jawa Barat pada triwulan II-2008

adalah Bandung (dengan andil inflasi 2,31%),

Bekasi (1,16%), dan Bogor (0,44%) (Grafik

2.27). Ketiga kota tersebut menyumbang inflasi

sebesar 1,14% terhadap inflasi di Jawa Barat atau

membentuk 89% total inflasi triwulanan Jawa

Barat pada triwulan II-2008.

Grafik 2.27. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan di Jawa Barat

Menurut Kota Triwulan II-2008

0,44

0,22

2,87

4,80

5,02

0,17

0,10

0,20

1,16

2,31

4,41

4,67

3,69

3,98

5,81

4,41

0 1 2 3 4 5 6

Gab

Bd

Bks

Bgr

Skb

Cn

Tsm

Bjr

Kot

a

%(qtq)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

10 Andil inflasi=bobot x laju inflasi

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

43

2. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, inflasi Jawa Barat pada Juni 2008 mengalami peningkatan signifikan

dibandingkan Maret 2007, yaitu dari 6,88% (yoy) menjadi 11,83% (Grafik 2.2). Inflasi Jawa

Barat selama setahun terakhir didominasi oleh kenaikan harga bahan bakar, bahan makanan, emas

perhiasan, dan makanan jadi. Barang-barang tersebut termasuk ke dalam sepuluh komoditas dengan

inflasi tertinggi sekaligus penyumbang terbesar inflasi secara tahunan (yoy) pada Juni 2008 (Tabel 2.11

dan Tabel 2.12). Kesepuluh komoditas penyumbang terbesar inflasi tersebut menyumbang 5,38%

(yoy) terhadap inflasi Jawa Barat, atau membentuk 45% inflasi Jawa Barat.

Tabel 2.11. Komoditas dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Inflasi (%,yoy)

1 Cabe Rawit 110,25 2 Bawang Merah 85,54

3 Tepung Terigu 76,57

4 Besi Beton 62,05 5 Petai 61,89

6 Tahu Mentah 61,17

7 Margarine 59,15

8 Ketumbar 56,37

9 Gas Elpiji 49,26

10 Mentega (Butter) 47,89

Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.12. Komoditas dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar

di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Andil Inflasi

(%, yoy) 1 Bensin 1,01 2 Angkutan Dalam Kota 0,86 3 Minyak Goreng 0,55 4 Emas Perhiasan 0,53 5 Beras 0,48 6 Minyak Tanah 0,43 7 Tahu Mentah 0,41 8 Gas Elpiji 0,40 9 Daging Ayam Ras 0,40

10 Nasi & lauk pauk 0,32

Total 5,38 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Faktor eksternal cukup besar pengaruhnya terhadap inflasi domestik selama setahun

terakhir, tidak terkecuali di Jawa Barat. Kenaikan harga komoditas di pasar internasional, terutama

minyak bumi, CPO, emas, kedelai, jagung, gandum, memberikan pengaruh signifikan terhadap

kenaikan harga BBM, berbagai bahan makanan dan emas perhiasan. Ketergantungan Indonesia

terhadap bahan baku impor merupakan salah satu faktor utama tingginya pengaruh kenaikan harga

komoditas di pasar internasional terhadap harga produk nasional.

2.1. DISAGREGASI INFLASI

Dibandingkan inflasi volatile food dan inflasi administered prices, inflasi inti masih

mendominasi inflasi di Jawa Barat sepanjang dua belas bulan terakhir. Hal ini terlihat dari

besarnya sumbangan inflasi inti yang mencapai 4,63% (Grafik 2.28). Namun demikian, berdasarkan

laju inflasi, inflasi volatile food masih yang tertinggi, yakni mencapai 18,49%. Apabila dibandingkan

dengan kondisi pada Maret 2008, peningkatan signifikan terjadi pada inflasi administered prices, dari

3,93% menjadi 14,13% (Grafik 2.29).

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

44

Grafik 2.28. Inflasi dan Andil Inflasi Tahunan Kelompok Inti, Administered Prices, dan

Volatile Food di Jawa Barat Juni 2008

11,83

4,63

3,33

3,87

11,83

8,34

14,13

18,49

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

TOTAL

Inti

Administeredprices

Volatile food

Jen

is in

flasi

% (yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.29. Inflasi Tahunan Kelompok Inti, Administered Prices, dan Volatile Food

di Jawa Barat

0

5

10

15

20

% (yoy)

Inti 4,44 4,15 4,52 5,08 6,20 8,34

Adm. Prices 1,77 1,34 2,85 2,37 3,93 14,13

Volatile food 16,70 11,02 14,35 8,21 11,85 18,49

Total 6,13 4,82 6,08 5,10 6,88 11,83

2006 Jun Sep Des Mar Jun

2007 2008

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

a. Inflasi Inti

Inflasi inti meningkat, dari 6,20% (yoy) pada Maret 2008 menjadi 8,34% (yoy) pada Juni

2008. Inflasi inti menyumbang 4,63% terhadap inflasi Jawa Barat atau membentuk 39% inflasi di

Jawa Barat. Peningkatan inflasi inti disebabkan tekanan imported inflation, akibat kenaikan harga

berbagai komoditas strategis internasional, yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga

produk akhir yang berbahan baku impor.

Perkembangan inflasi inti juga

dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi. Hasil

SKDU pada triwulan II-2008 menunjukkan

bahwa pengusaha memprakirakan inflasi

sepanjang 2008 yang cenderung lebih tinggi

dibandingkan pada triwulan sebelumya

(Grafik 2.30). Peningkatan ekspektasi inflasi

ini diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan

harga komoditas di pasar internasional sejak

akhir tahun 2007 serta kenaikan harga BBM

bersubsidi pada akhir Mei 2008.

Berdasarkan komoditas, komoditas inti dengan inflasi tertinggi didominasi beberapa

jenis bahan makanan, makanan jadi, tarif fitness center, dan biaya sekolah pada

kelompok bermain (Tabel 2.13). Adapun komoditas penyumbang terbesar inflasi inti didominasi

beberapa jenis makanan jadi, barang/jasa pada kelompok perumahan, serta kelompok pendidikan

(Tabel 2.14).

Grafik 2.30. Prakiraan Pelaku Usaha terhadap Tingkat Inflasi Tahunan

4

5

6

7

8

9

10

11

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

2007 2008

% (yoy)

Inflasi gab. 7 kota (yoy) Perkiraan inflasi (SKDU) Sumber: SKDU-KBI Bandung;BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

45

Tabel 2.13. Komoditas Inti dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Inflasi (%, yoy)

1 Tepung Terigu 76,57 2 Besi Beton 62,05 3 Margarine 59,15 4 Ketumbar 56,37 5 Mentega (Butter) 47,89 6 Roti Manis 46,37 7 Emas Perhiasan 46,04 8 Tongkol Pindang 38,06 9 Fitnes Center 33,44

10 Kelompok Bermain 32,95 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.14. Komoditas Inti dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar

di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Andil Inflasi

(%, yoy)

1 Nasi & lauk pauk 0,32 2 Roti Manis 0,19 3 Kue Kering Berminyak 0,18 4 Mie 0,15 5 Besi Beton 0,15 6 Tukang Bukan Mandor 0,14 7 SLTP 0,14 8 SLTA 0,14 9 Tarif Rumah Sakit 0,13

10 Sekolah Dasar 0,11

Total 1,64 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

b. Inflasi Volatile Food

Inflasi volatile food secara tahunan lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya, yakni dari

11,85% (yoy) pada Maret 2008 menjadi 18,49% pada Juni 2008. Inflasi volatile food

menyumbang 3,87% (yoy) terhadap inflasi Jawa Barat, atau membentuk 33% inflasi Jawa Barat

selama periode Juli 2007 sampai dengan Juni 2008.

Tabel 2.15. Komoditas Volatile Food dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Inflasi (%, yoy)

1 Cabe Rawit 110,25 2 Bawang Merah 85,54 3 Petai 61,89 4 Tahu Mentah 61,17 5 Tempe 46,96 6 Mie Kering Instan 41,41 7 Kelapa 40,43 8 Terong Panjang 38,16 9 Kemiri 35,41

10 Minyak Goreng 34,92 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.16. Komoditas Volatile Food dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar

di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Andil Inflasi (%, yoy)

1 Minyak Goreng 0,55 2 Beras 0,48 3 Tahu Mentah 0,41 4 Daging Ayam Ras 0,40 5 Telur Ayam Ras 0,28 6 Mie Kering Instan 0,22 7 Bawang Merah 0,21 8 Tempe 0,20 9 Ikan Mas 0,13

10 Pisang 0,12

Total 2,99 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Sama dengan triwulan sebelumnya, komoditas volatile food dengan inflasi tertinggi

adalah cabe rawit (Tabel 2.15). Bahkan kenaikan harga cabe rawit lebih besar, yakni dari

61,07% (yoy) menjadi 110,25%. Penyebab kenaikan harga cabe rawit adalah pasokan yang tidak

stabil. Sementara itu, berdasarkan sumbangannya terhadap inflasi, sejak akhir 2007, minyak

goreng masih merupakan penyumbang terbesar inflasi volatile food (Tabel 2.16). Kenaikan harga

minyak goreng yang sebesar 34,92% (yoy) memberi andil inflasi sebesar 0,55% (yoy). Harga

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

46

minyak goreng di berbagai daerah di Jawa Barat naik dari kisaran Rp5.000-6.000/kg apda

pertengahan tahun 2007 menjadi sekitar Rp11.000-12.000/kg pada tahun 2008.

c. Inflasi Administered Prices

Inflasi administered prices meningkat signifikan dari 3,93% (yoy) pada Maret 2008

menjadi 14,13% pada Juni 2008. Peningkatan ini disebabkan terutama oleh kenaikan harga

BBM bersubsidi dan elpiji pada triwulan II-2008. Kenaikan tersebut juga menyebabkan

peningkatan sumbangan inflasi kelompok administered prices terhadap inflasi Jawa Barat, yaitu

dari 0,92% (yoy) menjadi 3,33%, atau 28% dari total inflasi tahunan Jawa Barat pada Juni 2008.

Menurut komoditas, kenaikan tertinggi pada kelompok administered terjadi pada elpiji,

dengan kenaikan sebesar 49,26% (Tabel 2.17). Di samping elpiji, kenaikan harga bensin

(premium dan pertamax), solar, tarif jalan tol, tarif air PAM, minyak tanah, angkutan dalam kota,

dan rokok termasuk ke dalam sepuluh komoditas administered dengan kenaikan harga tertinggi

selama setahun terakhir. Sepuluh komoditas dengan inflasi tertinggi tersebut, kecuali tarif jalan

tol, merupakan sepuluh komoditas administered penyumbang terbesar inflasi (Tabel 2.18).

Tabel 2.17. Komoditas Administered Prices dengan Inflasi Tahunan Tertinggi

di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Inflasi

(%, yoy)

1 Gas Elpiji 49,26 2 Bensin 35,24 3 Solar 27,91 4 Tarip Jalan Tol 23,58 5 Tarip Air Minum PAM 22,35 6 Minyak Tanah 16,90 7 Angkutan Dalam Kota 12,96 8 Rokok Kretek Filter 9,65 9 Rokok Putih 9,05

10 Rokok Kretek 8,83 Sumber: BPS Provinsi Jabar.

Tabel 2.18. Komoditas Administered Prices dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar

di Jawa Barat Juni 2008

No. Komoditas Andil Inflasi

(%, yoy)

1 Bensin 1,01 2 Angkutan Dalam Kota 0,86 3 Minyak Tanah 0,43 4 Gas Elpiji 0,40 5 Rokok Kretek Filter 0,22 6 Rokok Kretek 0,16 7 Tarip Air Minum PAM 0,14 8 Angkutan Antar Kota 0,04 9 Solar 0,03

10 Rokok Putih 0,03 Total 3,32

Sumber: BPS Provinsi Jabar.

2.2. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Inflasi setiap kelompok barang dan jasa selama periode Juli 2007 hingga Juni 2008, cukup

tinggi, yakni masing-masing di atas 8% (yoy). Dari tujuh kelompok, empat di antaranya

mengalami inflasi di atas dua digit, yaitu kelompok bahan makanan (17,96%), kelompok sandang

(13,21%), kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (12,57%), serta kelompok kesehatan

(10,10%) (Tabel 2.19). Dibandingkan laju inflasi tahunan pada periode Maret 2008, peningkatan

signifikan terjadi pada inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

47

Tabel 2.19. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

2007 2008 No. Kelompok

Mar Jun Sep Des Mar Jun 1 Bahan makanan 13,72 10,42 13,34 8,07 11,53 17,96 2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4,96 4,98 4,73 4,46 5,05 9,21 3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,29 1,32 3,22 3,35 5,27 8,28 4 Sandang 7,85 3,57 5,13 11,63 13,76 13,21 5 Kesehatan 6,00 6,60 6,35 4,70 9,37 10,10 6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 8,32 8,36 8,88 7,31 7,94 8,75 7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,51 0,75 0,86 1,10 1,10 12,57

Umum 5,72 4,82 6,08 5,10 6,88 11,83

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan sumbangannya terhadap inflasi

Jawa Barat, kelompok bahan makanan

masih menjadi penyumbang terbesar inflasi

di Jawa Barat. Kelompok ini menyumbang

4,34% (yoy) atau membentuk 37% inflasi Jawa

Barat pada Juni 2008 (Grafik 2.31). Selain

kelompok bahan makanan, terdapat tiga

kelompok barang dan jasa dengan inflasi di atas

1%, bahkan mendekati 2%, yaitu kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

(2,01%), kelompok transpor, komunikasi, dan

jasa keuangan (1,95%), serta kelompok

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau

(1,92%). Keempat kelompok penyumbang

terbesar inflasi membentuk 86% inflasi tahunan

di Jawa Barat.

Grafik 2.31. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Juni 2008

11,83

4,34

1,92

2,01

0,68

0,36

0,57

1,95

11,83

17,96

9,21

8,28

13,21

10,10

8,75

12,57

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

TOTAL

Bahanmakanan

Makananjadi,dsb

Perumahan,dsb

Sandang

Kesehatan

Pendidikan,dsb

Transpor,dsb

Kelo

mp

ok

%(yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah Keterangan: nama kelompok disingkat.

Pembahasan lebih lanjut tentang inflasi per kelompok barang dan jasa diuraikan di bawah ini, secara

berurutan dari kelompok penyumbang terbesar inflasi.

a. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan meningkat dari 11,53% (yoy) menjadi 17,96% pada

Juni 2008 (Grafik 2.32). Kelompok ini merupakan penyumbang terbesar inflasi di Jawa Barat,

yaitu menyumbang sebesar 4,34%, yang berarti membentuk 37% dari angka inflasi Jawa Barat

yang sebesar 11,83% (yoy).

Di antara sebelas subkelompok pada kelompok bahan makanan, penyumbang inflasi

terbesar adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya, dengan

sumbangan inflasi sebesar 0,80% (yoy) (Grafik 2.33). Komoditas pada subkelompok ini yang

menyumbang terbesar inflasi adalah beras dan mie instan. Kenaikan harga beras sebesar 6, 01%

(yoy) disebabkan oleh beberapa masalah sehubungan distribusi. Meskipun produksi Jawa Barat

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

48

setiap tahun di atas volume kebutuhan beras penduduknya, sebagian kebutuhan penduduk

dipenuhi dari beras asal provinsi lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena sebagian

produksi lokal Jawa Barat dikirim ke DKI Jakarta dan daerah lain untuk memenuhi permintaan di

kota-kota lain (hasil penelitian KBI Bandung pada tahun 2007). Di samping itu, kenaikan harga

beras pada tahun 2008 juga didorong oleh adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan HPP

beras dan gabah. Sementara itu, kenaikan harga mie instan disebabkan oleh kenaikan harga

berbagai bahan bakunya, terutama gandum dan minyak sayur.

Grafik 2.32. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat

11,53

8,07

13,34

17,96

10,42

13,7215,62

16,33

15,36

6

8

10

12

14

16

18

20

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.33. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat

Menurut Subkelompok Juni 2008

4,34

0,80

0,18

0,14

0,45

0,17

0,67

0,31

0,38

0,66

0,02

17,96

15,50

8,41

45,36

13,08

21,18

0,57

11,91

14,70

18,13

24,22

5,30

36,08

0 10 20 30 40 50

KEL.BAHAN MAKANAN

Padi-padian

Daging &hasilnya

Ikan segar

Ikan diawetkan

Telur,susu & hasilnya

Sayuran

Kacang-kacangan

Buah-buahan

Bumbu-bumbuan

Lemak & minyak

Lainnya

Subk

elom

pok

%(yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

b. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 8,28%

(yoy) pada Juni 2008, atau lebih tinggi daripada inflasinya pada Maret 2008 yang sebesar

5,27% (Grafik 2.34). Kelompok ini adalah penyumbang inflasi kedua terbesar setelah kelompok

bahan makanan. Dengan sumbangan inflasi sebesar 2,01% (yoy), kelompok ini membentuk 17%

dari total inflasi tahunan Jawa Barat (Grafik 2.35).

Subkelompok penyumbang terbesar inflasi pada kelompok perumahan adalah

subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air (Grafik 2.35). Dengan laju inflasi 13,95%,

subkelompok ini menyumbang inflasi 0,99%. Penyebab utama inflasi pada subkelompok ini

adalah kenaikan harga minyak tanah, gas elpiji, serta tarif air PAM. Kenaikan harga minyak tanah

dan elpiji, masing-masing sebesar 16,90% dan 49,26%, memberikan sumbangan inflasi terbesar

dibandingkan sumbangan inflasi dari komoditas lainnya adalam kelompok perumahan, yakni

sebesar 0,43% dan 0,40%.

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

49

Grafik 2.34. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas,

dan Bahan Bakar di Jawa Barat

8,28

5,27

3,353,22

11,76

1,321,29

1,96

11,45

0

3

6

9

12

15

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.35. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan di Jawa Barat Bakar Menurut Subkelompok

Juni 2008

2,01

0,85

0,99

0,03

0,14

8,28

6,15

13,95

2,01

6,80

0 3 6 9 12 15

KEL.PERUMAHAN,DSB

Biaya tempat tinggal

Bhn bkr, penerangan& air

Perlengkapan RT

Penyelenggaraan RT

Sub

kelo

mp

ok

%(yoy)

Inflasi

Andi

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Seperti telah diuraikan pada buku KER edisi triwulan I-2008, kenaikan harga kedua jenis

bahan bakar tersebut antara lain adalah masalah kelangkaan. Pada minyak tanah,

kelangkaan disebabkan oleh pembatasan pasokan oleh Pertamina di daerah konversi, yang

nyatanya tidak diikuti oleh penurunan permintaan. Khusus pada akhir triwulan II-2008, kenaikan

harga minyak tanah juga didorong oleh kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi

tersebut. Adapun kelangkaan gas elpiji kemasan 12 kg (untuk rumah tangga) disebabkan oleh

disparitas harga antara elpiji kemasan 12 kg dengan elpiji kemasan 50 kg (untuk pengguna

komersial/non rumah tangga).

c. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi tahunan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan meningkat signifika,n

dari 1,10% (yoy) pada Maret 2008 menjadi 12,57% pada Juni 2008 (Grafik 2.36). Dengan

laju inflasi tersebut, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 1,95% (yoy) terhadap

inflasi Jawa Barat , atau membentuk 17% inflasi tahunan Jawa Barat paa Juni 2008 (Grafik 2.37).

Grafik 2.36. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan di Jawa Barat

12,57

1,101,100,860,750,510,59

27,7529,26

0

5

10

15

20

25

30

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.37. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008

1,95

2,04

0,03

0,01

12,57

3,94

2,75

-0,13

-5,52

16,95

-6 -3 0 3 6 9 12 15 18

KEL.TRANSPOR,DSB

Transpor

Komunikasi &Pengiriman

Sarana &PenunjangTranspor

Jasa Keuangan

Subk

elom

pok

% (yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

50

Subkelompok transpor adalah subkelompok dengan laju inflasi tertinggi, yakni sebesar

16,95% sekaligus memberikan sumbangan inflasi terbesar, yaitu 2,04% (yoy) (Grafik

2.37). Beberapa harga komoditas dengan persentase kenaikan terbesar pada subkelompok

transpor adalah bensin (premium dan pertamax), tarif angkutan dalam kota dan antarkota, serta

oli. Kenaikan harga bensin dan tarif angkutan disebakan oleh kebijakan pemerintah pada akhir

Mei 2008 untuk mengurangi subsidi pada harga BBM bersubsidi.

d. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Maret 2008

mencapai 9,21%, lebih tinggi dibandingkan inflasinya pada Maret 2008, yang sebesar

5,05% (yoy) (Grafik 2.38). Angka tersebut merupakan inflasi tahunan tertinggi sejak November

2006. Kelompok ini menyumbang 1,92% (yoy) terhadap inflasi Jawa Barat atau membentuk 16%

inflasi Jawa Barat (Grafik 2.39).

Grafik 2.38. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau di Jawa Barat

4,66

5,05

9,21

4,464,734,984,96

16,6316,05

4

8

12

16

20

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah

Grafik 2.39. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008

1,92

1,34

0,17

0,41

9,21

9,71

6,50

9,26

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KEL.MAKANANJADI,DSB

Makanan jadi

Min. tdkberalkohol

Tembakau &min.

beralkohol

Sub

kelo

mp

ok

%(yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Di antara tiga subkelompok, subkelompok makanan jadi masih merupakan penyumbang

terbesar inflasi pada kelompk makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, sama

dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.39). Dengan sumbangan inflasinya yang sebesar

1,92%, subkelompok tersebut membentuk 70% inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau. Pada umumnya kenaikan harga berbagai makan jadi disebabkan oleh kenaikan

harga bahan bakunya serta bahan bakar, seperti tepung terigu, sayuran, daging, gula pasir,

minyak goreng, minyak tanah dan elpiji. Beberapa makanan jadi yang mengalami kenaikan harga

adalah roti mainis, kue kering berminyak (gorengan), mie siap makan (mie bakso), ayam goreng,

dan sate.

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

51

e. Kelompok Sandang

Kelompok sandang adalah satu-satunya kelompok yang mengalami perlambatan inflasi

tahunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 13,76% pada Maret 2008 menjadi

13,21% pada Juni 2008 (Grafik 2.40). Namun demikian, sejak November 2007 inflasi kelompok

sandang selalu tercatat dua digit dan menunjukkan tren meningkat. Meskipun laju inflasinya

cukup besar, sumbangan kelompok ini relatif kecil, yakni sebesar 0,68% (yoy), atau hanya

membentuk 6% inflasi tahunan Jawa Barat pada Juni 2008.

Grafik 2.40. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Jawa Barat

13,21

13,76

11,63

5,133,57

7,858,80

9,21

12,33

0

2

4

6

8

10

12

14

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.41. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Jawa Barat

Menurut Subkelompok Juni 2008

0,68

0,04

0,06

0,03

0,55

13,21

3,24

3,76

3,12

38,37

0 5 10 15 20 25 30 35 40

KEL.SANDANG

Sandang laki-laki

Sandangwanita

Sandang anak-anak

Barang pribadi& sandang

lainnya

Subk

elom

pok

% (yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Dari empat subkelompok, sumbangan terbesar inflasi kelompok sandang sejak tahun

2004 masih berasal dari subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya (Grafik 2.41).

Oleh karena itu, perlambatan kelompok sandang tidak terlepas dari perlambatan inflasi

subkelompok tersebut. Inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya tercatat sebesar

38,37% pada Juni 2008, lebih rendah daripada Maret 2008 yang sebesar 42,34%. Komoditas

yang memiliki peranan besar dalam pembentukan inflasi subkelompok barang pribadi dan

sandang lainnya adalah emas perhiasan, yang selama setahun terakhir mengalami kenaikan

46,04% (yoy), lebih rendah daripada kenaikan yang tecatat pada Maret 2008 yang sebesar

51,77%. Hal ini disebabkan oleh stabilnya harga emas dunia pada triwulan II-2008.

f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tercatat 8,75% (yoy), meningkat

dibandingkan tiga bulan sebelumnya yang sebesar 7,94% (Grafik 2.42). Seperti periode

sebelumnya, pendorong utama inflasi kelompok pendidikan adalah peningkatan biaya jasa

pendidikan pada setiap tahun ajaran baru (Grafik 2.43). Inflasi subkelompok jasa pendidikan

mencapai 10,97% dan menyumbang 0,48% terhadap total inflasi kelompok pendidikan.

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

52

Grafik 2.42. Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

di Jawa Barat

8,75

7,94

7,31

8,888,36

8,328,23

7,44

6,97

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.43. Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga di Jawa

Barat Menurut Subkelompok Juni 2008

0,57

0,48

0,01

0,03

0,04

0,01

8,75

2,15

4,21

4,53

3,45

10,97

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

KEL.PENDIDIKAN,DSB

Jasa pendidikan

Kursus/Pelatihan

PerlengkapanPendidikan

Rekreasi

Olahraga

Subk

elom

pok

% (yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

g. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan secara tahunan kembali mengalami kenaikan, dari 9,37%

(yoy) pada Maret 2008 menjadi 10,10% pada Juni 2008 (Grafik 2.44). Penyumbang terbesar

inflasi kelompok kesehatan selama setahun terakhir adalah subkelompok jasa kesehatan (Grafik

2.45). Inflasi subkelompok ini mencapai 17,74% (yoy), dan menyumbang 0,20% terhadap inflasi

kelompok kesehatan. Faktor pembentuk inflasi subkelompok jasa kesehatan adalah kenaikan

biaya perawatan di rumah sakit dan tarif dokter (baik dokter umum, dokter gigi, maupun dokter

spesialis).

Grafik 2.44. Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan

di Jawa Barat

4,70

10,109,37

6,356,60

6,00

4,80

4,61

7,17

2

4

6

8

10

12

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2006 2007 2008

% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 2.45. Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Jawa Barat Menurut Subkelompok

Juni 2008

0,36

0,20

0,04

0,01

0,12

10,10

17,74

7,19

2,49

7,33

0 4 8 12 16 20

KEL.KESEHATAN

Jasa kesehatan

Obat-obatan

Jasa prwtnjasmani

Prwtn jasmani &kosmetik

sub

kelo

mp

ok

% (yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

53

2.3. INFLASI MENURUT KOTA

Tabel 2.20. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota (% ) 2007 2008

No. Kota Bobot Mar Jun Sep Des Mar Jun

1 Bandung 39,82 4,91 4,06 5,30 5,25 7,00 13,52 2 Bekasi 29,23 5,47 4,49 6,47 4,65 6,62 11,17 3 Bogor 15,33 6,77 5,84 6,19 4,50 6,58 9,61 4 Sukabumi 5,4 5,31 4,05 4,16 4,34 7,09 12,03 5 Cirebon 4,6 8,15 8,44 10,16 7,87 8,17 13,19 6 Tasikmalaya 3,71 10,88 9,75 9,13 7,72 6,52 11,53 7 Banjar 1,92 8,45 7,72 9,66 8,23 9,77 15,08 Gabungan 100 5,72 4,82 6,08 5,10 6,88 11,83

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan kota, inflasi tahunan di ketujuh kota secara umum mengalami kenaikan

dibandingkan Maret 2008 (Tabel 2.20). Inflasi tertinggi tercatat di Kota Banjar sebesar 15,08%

(yoy), sedangkan yang terendah terjadi di Kota Bogor, sebesar 9,61%. Inflasi di kedua kota tersebut

terutama disumbang oleh inflasi kelompok bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman,

rokok, dan tembakau.

Inflasi di Jawa Barat didominasi oleh

sumbangan inflasi di tiga kota, yaitu

Bandung (dengan andil inflasi 5,38%),

Bekasi (3,26%), dan Bogor (1,47%) (Grafik

2.46). Ketiga kota tersebut menyumbang inflasi

sebesar 4,14% terhadap inflasi di Jawa Barat

atau membentuk 85% total inflasi Jawa Barat

pada Juni 2008. Sama seperti inflasi gabungan

tujuh kota, inflasi di Kota Bandung terutama

didominasi oleh kelompok bahan makanan serta

kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan.

Grafik 2.46. Inflasi dan Andil Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota

Juni 2008

1,47

0,61

9,61

13,19

15,08

11,83

5,38

3,26

0,65

0,29

0,43

11,83

13,52

11,17

12,03

11,53

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Gab.

Bd

Bks

Bgr

Skbm

Cn

Tsm

Bjr

Kot

a

%(yoy)

Inflasi

Andil

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

56

Perkembangan perbankan di Jawa Barat pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan baik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dengan triwulan yang sama tahun

2007, dengan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan

beberapa indikator seperti aset, DPK dan kredit, yang lebih pesat baik secara triwulanan (qtq) maupun

tahunan (yoy).

Sebagian besar aset perbankan (94%) di Jawa Barat merupakan aset bank umum

konvensional. Sementara itu, sisanya sebesar 6% berasal dari aset bank umum syariah dan BPR/S

dengan porsi masing-masing 3%. Perkembangan bank umum konvensional, bank umum syariah dan

BPR/S di Jawa Barat pada triwulan II-2008 meningkat baik secara triwulanan maupun tahunan.

Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum konvensional di Jawa Barat pada

triwulan ini kembali mengalami pertumbuhan positif setelah pada triwulan sebelumnya

mengalami penurunan. Pertumbuhan positif terjadi pada semua jenis simpanan, terutama

tabungan. Peningkatan DPK tersebut, khususnya pertumbuhan produk tabungan, diperkirakan terkait

dengan kegiatan promosi oleh perbankan dalam rangka meningkatkan penghimpunan DPK.

Demikian pula halnya dengan penyaluran kredit juga mengalami peningkatan yang relatif

tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Outstanding kredit tumbuh lebih tinggi

jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh pembiayaan

perbankan untuk kegiatan usaha produktif, sebagaimana tercermin pada tingginya pertumbuhan

kredit modal kerja dan kredit investasi baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy)

Meningkatnya kegiatan penghimpunan dana (DPK) dan penyaluran kredit yang relatif tinggi

pada triwulan ini, mendorong LDR bank umum di Jawa Barat naik dari 69,75% pada triwulan

I-2008 menjadi 73,52% pada triwulan II-2008. Penyaluran kredit yang relatif tinggi selanjutnya

berpengaruh pada penurunan rasio NPL (gross) dari 3,78% pada triwulan I-2008 menjadi 3,63% pada

triwulan II-2008.

Perkembangan bank umum syariah di Jawa Barat masih tetap tumbuh meski belum

sebagaimana yang diharapkan. Secara triwulanan maupun beberapa indikator utama tetap

mengalami kenaikan. Program akselerasi perbankan syariah masih belum mampu meningkatkan

perkembangan perbankan syariah secara signifikan.

Perkembangan bank perkreditan rakyat/syariah (BPR/S) di Jawa Barat tetap mengalami

peningkatan, baik secara tahunan maupun triwulanan. Hal ini dicerminkan oleh meningkatnya

total aset, DPK maupun penyaluran kredit/pembiayaan. Kegiatan intermediasi yang tercermin dari rasio

LDR masih cukup baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di lain pihak, risiko

kredit/pembiayaan BPR/S di Jawa Barat masih cukup tinggi.

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

57

1. BANK UMUM KONVENSIONAL

Perkembangan bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan laporan menunjukkan

peningkatan yang berarti, baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh membaiknya perkembangan semua

indikator, yaitu meningkatnya total aset, DPK, kredit, dan rasio LDR, serta menurunnya rasio NPL.

Peningkatan aset bank umum konvensional terutama disebabkan meningkatnya dana pihak

ketiga (DPK). Total aset bank umum konvensional pada triwulan II-2008 naik 4,58% (qtq) mencapai

posisi Rp139,72 triliun, atau secara tahunan total aset tumbuh sebesar 13,92% (yoy). Pertumbuhan

aset yang tinggi pada triwulan laporan tersebut sangat berbeda dengan kondisi pada triwulan I-2008

yang sempat mengalami penurunan sebesar 2,05% (qtq) dan tumbuh lebih lambat sebesar 12,44%

(yoy). Adapun perkembangan DPK selama periode triwulan II-2008 mengalami peningkatan sebesar

4,15% (qtq) atau secara tahunan tumbuh sebesar 10,64% (yoy). Peningkatan tersebut lebih tinggi bila

dibandingkan dengan triwulan I-2008, dimana DPK sempat mengalami penurunan sebesar 3,61%

(qtq) atau secara tahunan tumbuh sedikit lebih lambat sebesar 10,32% (yoy).

Demikian pula halnya dengan outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum

konvensional di Jawa Barat juga mengalami peningkatan yang relatif tinggi. Pada periode

triwulan II-2008, outstanding kredit mencapai posisi Rp77,92 triliun atau tumbuh 9,78% (qtq), jauh

lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang hanya mencapai

1,77% (qtq), sedangkan secara tahunan tumbuh 24,88% (yoy), masih sedikit lebih tinggi bila

dibandingkan dengan pertumbuhanan triwulan I-2008 sebesar 20,99% (yoy). Sementara itu,

outstanding kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai posisi Rp139,13 triliun, tumbuh 6,37% (qtq)

atau 23,97% (yoy). Meningkatnya kegiatan produktif di sektor riil pada triwulan laporan diperkirakan

telah menyebabkan peningkatan kebutuhan akan pembiayaan perbankan, sebagaimana tercermin dari

pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi yang tinggi, yakni masing-masing mencapai

31,19% dan 31,98% (yoy).

Outstanding kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) yang disalurkan oleh perbankan di

Jawa Barat tumbuh 8,86% (qtq) atau 21,09% (yoy) menjadi Rp60,77 triliun. Sementara itu,

outstanding kredit MKM yang disalurkan bank umum konvensional berdasarkan lokasi proyek (posisi

bulan Mei 2008) tumbuh sebesar 6,17% (qtq) atau 26,24% (yoy) mencapai posisi Rp85,78 triliun.

Peningkatan DPK dan outstanding kredit yang relatif tinggi, dengan pertumbuhan kredit

yang lebih pesat dibandingkan pertumbuhan DPK, mengakibatkan loan to deposit ratio

(LDR) pada triwulan II-2008 meningkat dari 69,76% menjadi 73,52% (Grafik 3.2). Tingginya

angka penyaluran kredit, termasuk didalamnya pemberian kredit baru selama triwulan laporan sebesar

Rp18,39 triliun, telah mengakibatkan terjadinya penurunan persentase kredit bermasalah,

sebagaimana terlihat dari angka rasio NPL (Gross) yang turun dari 3,78% menjadi 3,63%, meskipun

secara nominal kredit bermasalah naik sedikit dari Rp2,68 triliun menjadi Rp2,83 triliun.

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

58

Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum Konvensional

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Konvensional

118,82 122,65 124,99136,39 133,59

139,72

92,24 95,80 95,91105,57 101,76 105,98

58,67 62,39 66,03 69,74 70,9877,92

-

20

40

60

80

100

120

140

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008

Trili

un R

p

Total Aset Total DPK Kredit yang diberikan

63,6068,85 66,06

69,7573,52

65,13

3,923,44

3,63

2,362,08

1,82 1,662,06

1,72

4,31 4,133,78

-

10

20

30

40

50

60

70

80

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008

-

0,5

1,0

1,5

2,0

2,53,0

3,5

4,0

4,5

5,0

LDR (%) NPL Kredit(%) Gross NPL Kredit(%) Net

Sumber : LBU KBI Bandung

1.1. PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA BANK UMUM KONVENSIONAL

Pada triwulan II-2008, bank umum

konvensional di Jawa Barat berhasil

menghimpun dana masyarakat hingga

mencapai posisi sebesar Rp105,98 triliun,

atau meningkat 4,15% dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, atau secara tahunan

tumbuh sebesar 10,64% (yoy). Baik secara

triwulanan maupun tahunan, jenis simpanan

tabungan menunjukkan pertumbuhan yang

paling signifikan dibandingkan giro dan deposito.

Grafik 3.3. Perkembangan Penghimpunan DPK Bank Umum Konvensional

Berdasarkan Jenis Simpanan

18,1920,15 21,32 22,03 22,25 23,01

30,10 31,81 33,5637,78 36,58

39,44

43,94 43,8441,03

45,7742,93 43,53

-5

101520253035404550

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008

Triliu

n Rp

Giro Tabungan Deposito

Sumber: LBU KBI Bandung

Jenis simpanan giro, tabungan dan deposito secara triwulanan meningkat, masing-masing sebesar

3,43% menjadi Rp23,01 triliun, 7,82% menjadi Rp39,44 triliun, dan 1,40% menjadi Rp43,53 triliun.

Secara tahunan, jenis simpanan giro dan tabungan tetap tumbuh masing-masing 14,19% dan

24,00%, sedangkan jenis simpanan deposito mengalami sedikit penurunan sebesar 0,70% (Grafik

3.3).

Selama satu tahun terakhir, dari sisi pangsanya, sebagian besar DPK pada bank umum

konvensional masih didominasi oleh deposito. Namun demikian, porsi deposito dalam DPK sedikit

menurun, yakni dari 42,19% pada triwulan I-2008 menjadi 41,07% pada triwulan II-2008. Porsi

simpanan giro juga menurun, dari 21,86% menjadi 21,71%. Khusus simpanan tabungan meningkat

dari 35,95% menjadi 37,4%. Penurunan porsi deposito, yang disertai dengan peningkatan porsi

tabungan ditengarai sebagai antisipasi para deposan untuk memenuhi kebutuhan dana jangka

pendek.

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

59

Berdasarkan kelompok bank, 96% DPK

dihimpun oleh kelompok bank

pemerintah dan bank swasta. Adapun

pangsa DPK kelompok bank asing dan

campuran hanya 4% dari total DPK (Grafik

3.4). Selama triwulan II-2008, DPK bank

pemerintah meningkat sebesar Rp1,80 triliun

atau 3,63%, kelompok bank swasta

meningkat Rp2,16 triliun atau 4,47%,

sedangkan kelompok bank swasta asing hanya

meningkat Rp0,27 triliun atau 6,86%.

Grafik 3.4. Pangsa Penghimpunan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kelompok

Bank Triwulan II-2008

4%

48%48%

Bank Pemerintah Bank Swasta NasionalBank Swasta Asing

Sumber: LBU KBI Bandung

Sementara itu, dilihat berdasarkan golongan pemilik, nasabah perorangan masih

mendominasi DPK yang dihimpun oleh bank umum konvensional di Jawa Barat, meskipun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan Rp3,48 triliun menjadi

Rp72,82 triliun. Terdapat 6 (enam) golongan nasabah yang mengalami peningkatan, dan terdapat

5 (lima) dibandingkan golongan nasabah yang mengalami penurunan dengan triwulan sebelumnya.

Penurunan terbesar terjadi pada golongan Pemerintah Daerah yang turun Rp200,16 miliar sehingga

porsinya menjadi 7,18%. (Grafik 3.5).

Grafik 3.5. Pangsa DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Golongan

Pemilik Triwulan II-2008

Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Golongan Pemilik

69%

10%

8%

7% 2% 4%

Perorangan Perusahaan Swasta

Badan Usaha Milik Negara Pemerintah Daerah Yayasan dan Badan Sosial Lainnya

-

10

20

30

40

50

60

70

80

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007

Trili

un R

p

Perorangan Perusahaan Swasta BUMN

Pemda Yys & Bd Sosial Lainnya

Sumber : LBU KBI Bandung Sumber : LBU KBI Bandung

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

60

1.2. PENYALURAN KREDIT BANK UMUM KONVENSIONAL

1.2.1. KREDIT BANK UMUM KONVENSIONAL BERDASARKAN BANK PELAPOR 1

Perkembangan kredit yang disalurkan bank umum konvensional di Jawa Barat secara

konsisten menunjukkan peningkatan yang semakin pesat, baik secara triwulanan maupun

tahunan. Outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di Jawa Barat pada posisi

triwulan II-2008 mencapai Rp77,92 triliun. Dibandingkan triwulan sebelumnya penyaluran kredit

tumbuh 9,78% (qtq), sedangkan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007 tumbuh

24,88% (yoy). Kondisi perekonomian selama setahun terakhir yang relatif baik merupakan salah satu

faktor pendorong pertumbuhan kredit. Hal ini didukung pula oleh meningkatnya kegiatan dunia usaha

yang diperkirakan menjadi faktor pendorong meningkatnya kebutuhan pembiayaan dari perbankan.

Yang tercermin dari pertumbuhan kredit, baik secara sektoral maupun jenis penggunaan. Kredit sektor

Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masing-masing meningkat sebesar

10,32% dan 11,87% (qtq). Selain itu, terjadi peningkatan kualitas dalam penyaluran kredit oleh

perbankan, yang dibuktikan dengan lebih tingginya penyaluran kredit modal kerja dan investasi

dibandingkan penyaluran kredit kepada sektor konsumsi (kredit konsumsi), yang tercermin dari

peningkatan penyaluran kredit modal kerja sebesar 13,00%, kredit investasi sebesar 9,26%,

sedangkan kredit konsumsi hanya mengalami peningkatan sebesar 6,95% (qtq). Di lain pihak,

Perbankan harus tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kreditnya, karena pada

tahun 2008 dunia usaha menghadapi tantangan yang cukup berat akibat adanya kebijakan

pemerintah dalam penyesuaian harga BBM (pengurangan subsidi) serta adanya rencana pemerintah

untuk meningkatkan tarif dasar listrik bagi sektor dunia usaha.(Grafik 3.7).

Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Bank Umum di Jawa Barat

57.77 58.6762.39

66.0369.74 70.98

4.84%

1.55%

6.36% 5.83%

1.77%

14.34%

17.77%

19.84%20.73% 20.99%

5.61%

15.22%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

Tw.IV Tw.I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2006 2007 2008

Tril

iun

Rp

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Kredit qtq yoy

Sumber LBU KBI Bandung

Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank

30,4632,69

34,3235,72 36,59

40,72

25,7927,32

29,1531,23 31,51

34,29

2,42 2,39 2,56 2,79 2,88 2,91

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

Tw.I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I Tw.II

2007 2008

Triliu

n Rp

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing/Campuran

Sumber LBU KBI Bandung

Berdasarkan kelompok bank, pangsa penyaluran kredit terbesar masih didominasi oleh

kelompok bank umum milik pemerintah dengan pangsa mencapai 52,26% meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya 51,54%. Sedangkan kelompok kelompok BUSN dan kelompok

1 Kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional yang berada di Jawa Barat

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

61

bank swasta asing dan campuran mengalami penurunan pangsa kredit, pangsa kredit BUSN menurun

dari sebesar 44,39% menjadi 44,01% (qtq), dan pangsa kredit kelompok bank swasta asing dan

campuran menurun dari 4,06% menjadi 3,73% (qtq). (Grafik 3.8).

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit bank umum konvensional di Jawa

Barat disalurkan untuk kegiatan produktif (modal kerja) dan keperluan konsumsi

masyarakat. Posisi kredit modal kerja (KMK) tercatat sebesar Rp34,31 triliun atau 44,03% dari total

kredit, dan posisi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp35,53 triliun atau 45,60% dari total kredit.

Sementara posisi kredit investasi (KI) mencapai Rp8,08 trililun atau 10,36% dari total kredit

(Grafik 3.9).

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit

konsumsi tumbuh masing-masing sebesar Rp3,95 triliun (13,00%), Rp0,68 miliar (9,26%) dan

Rp2,31 triliun (6,95%).

Grafik 3.9. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis

Penggunaan Triwulan II-2008

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis Penggunaan

44%

10%

46%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

5,63 6,12 6,75 7,30 7,39 8,08

24,47 26,15 27,7329,98 30,36

28,56 30,12 31,55 32,46 33,22 34,3135,53

-

5

10

15

20

25

30

35

40

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008

Trili

un R

p

Investasi Modal Kerja Konsumsi

Sumber : LBU KBI Bandung Sumber : LBU KBI Bandung

Berdasarkan sektor ekonomi, 3 sektor yang menyerap kredit terbesar, yakni sektor Lainnya,

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Industri Pengolahan. Dimana total

pangsa penyerapan kredit ketiga sektor tersebut mencapai 87,29%. Sektor Lainnya menyerap

Rp35,89 triliun atau sebesar 46,06% dari total kredit, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

menyerap Rp16,97 atau 21,79% dari total kredit, dan sektor Industri Pengolahan menyerap

Rp15,15 triliun atau 19,44% dari total kredit. Sektor lainnya tumbuh 7,32% (qtq) atau 18,45% (yoy),

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh 11,87% (qtq) atau 34,20% (yoy), sedangkan sektor

Industri Pengolahan tumbuh 10,32% (qtq) atau 25,37% (yoy).

Outstanding Kredit yang disalurkan bank umum konvensional di Jawa Barat pada sektor

listrik, gas dan air tumbuh 41,03% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sampai dengan posisi

triwulan II-2008 outstanding kredit kepada sektor ini sebesar Rp180,68 miliar. Namun pangsa sektor

ini hanya 0,23%. Tingginya pertumbuhan sektor ini terkait adanya pembiayaan perbankan dalam

mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan produksi listrik nasional.

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

62

Grafik 3.11. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Terbesar Berdasarkan

Sektor Ekonomi Triwulan II-2008

Grafik 3.12. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Terbesar

Berdasarkan Sektor Ekonomi

21,8%

19,4%

46,1%

1,2% 0,2%1,5%2,0%

0,2%

2,5%

5,2%

Lain-lain Perdag., Rest & HotelPerindustrian Jasa Dunia UsahaKonstruksi PertanianJasa Sosial Pengktn, Gudg& KmnksPertambangan Listrik, Gas & Air

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

Tw.I Tw. II Tw. III Tw. IV TW I Tw. II

2007 2008

Triliu

n Rp

Perdag., Rest & Hotel Perindustrian Jasa Dunia Usaha Konstruksi Pertanian Jasa Sosial

Sumber : LBU KBI Bandung Sumber : LBU KBI Bandung

1.2.2. KREDIT BANK UMUM KONVENSIONAL BERDASARKAN LOKASI PROYEK

2

Seperti halnya kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Barat, kredit yang disalurkan

perbankan nasional untuk kebutuhan pembiayaan di Jawa Barat juga mengalami

pertumbuhan. Outstanding kredit berdasarkan lokasi proyek pada posisi bulan Mei 2008 tumbuh

6,34% (qtq) atau 23,60% (yoy). Jumlah kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek lebih besar

dibandingkan dengan kredit berdasarkan bank pelapor. Kredit yang disalurkan ke Jawa Barat sampai

dengan bulan Mei mencapai Rp135,29 triliun. Dari total kredit tersebut, 57% dibiayai dari bank

umum konvensional di Jawa Barat, sedangkan 43% dibiayai dari bank umum konvensional yang

beroperasi di luar Jawa Barat (Grafik 3.13).

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Bank Pelapor dan Lokasi Proyek

-

20

40

60

80

100

120

140

160

Trili

un R

p

Kredit bank pelapor 57,77 58,67 62,39 66,03 69,74 70,98 77,92

Kredit Lokasi Proyek 100,70 102,05 109,46 115,50 122,52 127,22 135,29

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Mei

2006 2007 2008

Sumber: LBU dan SEKDA KBI Bandung

Grafik 3.14. Pangsa Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Jenis Penggunaan

Triwulan II-2008

15%

46%

39%

Investasi Modal Kerja Konsumsi

Sumber: SEKDA KBI Bandung

2 Kredit berdasarkan lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Jawa Barat yang dipergunakan untuk membiayai kebutuhan kredit di Jawa Barat

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

63

Sebagian besar (61%) kredit yang diserap di wilayah Jawa Barat merupakan kredit produktif,

meliputi kredit modal kerja sebesar Rp62,04 triliun dan kredit investasi sebesar

Rp20,50 triliun. Adapun kredit konsumsi mencapai Rp52,75 triliun (Grafik 3.14). Berdasarkan sektor

ekonomi, penyaluran kredit ke Jawa Barat terkonsentrasi pada sektor industri Pengolahan dan sektor

PHR, dengan pangsa 46,54% dari total kredit. Penyaluran kredit ke sektor Industri Pengolahan dan

sektor PHR masing-masing mencapai Rp41,80 triliun dan Rp21,16 triliun. Sementara itu, sektor

yang mengalami pertumbuhan kredit terbesar adalah sektor jasa-jasa yang tumbuh sebesar

Grafik 3.15. Sektor Ekonomi Dominan Penyerap Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

-

10

20

30

40

50

60

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Mei

2006 2007 2008

Trili

un R

p

Pertambangan Pertanian Jasa-jasa Perdagangan Perindustrian Lain-lain

Sumber: SEKDA KBI Bandung

9,52% (qtq) atau 33,67 (yoy) menjadi sebesar

Rp16,83 triliun (Grafik 3.15).

Berdasarkan kabupaten/kota penerima

kredit, Kota Bandung sebagai ibukota

Provinsi Jawa Barat merupakan daerah

penyerap kredit terbesar, yakni sekitar

18,94% dari total kredit yang tersalur di

Jawa Barat. Daerah lainnya yang menyerap

kredit cukup besar adalah daerah perkotaan atau

daerah yang terdapat kawasan industri seperti

Kabupaten Bekasi 18,67%, Kabupaten Bandung

11%, Kabupaten Bogor 9,10%, Kabupaten

Karawang 5,94%, serta Kota Karawang 5,94%

dan Kota Depok 4,18%(Grafik 3.16).

Grafik 3.16. Perkembangan Penyaluran Kredit berdasarkan Lokasi Proyek di Kabupaten/Kota

Triwulan II-2008

19%

19%

11%9%6%

4%4%

28%

Kota Bandung Kab. Bekasi Kab. Bandung Kab. Bogor Kab. Karawang Kota Depok Kota Bekasi 19 Kab. Kota Lainnya

Sumber: SEKDA KBI Bandung

1.2.3. PERSETUJUAN KREDIT BARU OLEH BANK UMUM KONVENSIONAL

Persetujuan kredit baru oleh bank umum

konvensional di Jawa Barat pada triwulan

II-2008 mencapai Rp18,39 triliun. Hal ini

menunjukkan bahwa kebutuhan pembiayaan

dunia usaha di Jawa Barat masih cukup tinggi,

jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, persetujuan kredit baru naik

Rp0,48 triliun atau 34,96%.

Grafik 3.17. Perkembangan Persetujuan Kredit Baru Oleh Bank Umum Konvensional

9,6811,88 12,19

14,10 13,62

18,39

-1,35%

22,76%

-3,39%

2,61%

15,63%

34,96%

-2468

101214161820

Tw.I Tw. II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II

2007 2008

Trirl

iun

Rp

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

Realisasi Kredit Growth (qtq)

Sumber: LBU KBI Bandung

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

64

Sekitar 64,87% dari total kredit baru merupakan kredit produktif, yaitu kredit modal kerja

Rp10,02 triliun dan kredit investasi Rp1,90 triliun. Adapun sisanya sebesar 35,13% merupakan

kredit konsumsi, yaitu mencapai Rp6,46 triliun.

1.2.4. NPL/RISIKO KREDIT

Risiko kredit bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan II-2008 meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun relatif masih terkendali. Hal ini

dicerminkan oleh meningkatnya jumlah kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) baik secara

nominal maupun persentasenya. Meskipun nominal kredit bermasalah kotor (gross NPL) pada triwulan

laporan meningkat dari Rp2,68 triliun menjadi Rp2,83 triliun namun persentasenya menurun dari

3,78% menjadi 3,63%. Sementara itu, persentase kredit bermasalah bersih (net NPL) atau gross NPL

setelah dikurangi dengan jumlah PPAP (penyisihan penghapusan aktiva produktif) perbankan, juga

mengalami penurunan dari 2,06% menjadi 1,72%. Persentase NPL bank umum konvensional masih di

bawah batas maksimal yang ditentukan Bank Indonesia sebesar 5%.

Kenaikan harga minyak dan beberapa harga komoditi utama di pasar internasional

diperkirakan akan membawa dampak yang cukup berat terhadap dunia perbankan. Tekanan

kenaikan harga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemampuan debitur perusahaan maupun

perseorangan untuk memenuhi kewajibannya kepada bank. Situasi ini diperkirakan masih akan

mewarnai perekonomian di tahun 2008 dan dapat berpotensi untuk meningkatkan risiko kredit bagi

dunia perbankan.

Berdasarkan wilayah kabupaten/ kota,

sebagian besar rasio Gross NPL di

kabupaten/kota di Jawa Barat berada

dibawah target indikatif Bank Indonesia

yang sebesar 5%, dan hanya satu daerah

dengan gross NPL di atas target indikatif,

yaitu Kota Bogor (5,27%) (Tabel 3.1.).

Tabel 3.1. Empat Kabupaten/Kota dengan Rasio NPL Tertinggi

Rasio NPL (%) Wilayah

Tw.I-2008 Tw.II-2008 Kodya Bogor 5.38 5.27 Kab. Purwakarta 4.03 4.91 Kotif Tasikmalaya 4.56 4.25 Kodya Bandung 4.13 4.15

Sumber: LBU KBI Bandung

Lima dari dua puluh lima kabupaten/kota di Jawa Barat mengalami peningkatan jumlah

kredit bermasalah. Peningkatan kredit bermasalah terbesar dialami oleh Kota Bandung yaitu

mencapai Rp121,79 miliar, dan Kabupaten Purwakarta mengalami peningkatan kredit bermasalah

sebesar Rp22,42 miliar.

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

65

Rasio NPL di Kabupaten Majalengka

(0,08%) merupakan yang terendah

dibandingkan dengan kabupaten/kota

lainnya (Tabel 3.2). Tiga daerah

terendah selanjutnya adalah Kabupaten

Kuningan (0,55%), Kota Cimahi (1,01%)

dan kota Depok (1,34%).

Tabel 3.2. Empat Kabupaten/Kota dengan Rasio NPL Terendah

Rasio NPL (%) Wilayah Tw.I-2008 Tw.II-2008

Kab. Majalengka 0.16 0.08 Kab. Kuningan 0.75 0.55 Kota Cimahi 0.95 1,01 Kota Depok 1.66 1.34

Sumber : LBU KBI Bandung

1.2.5. PERKEMBANGAN KREDIT MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (MKM)

Penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum konvensional di Jawa

Barat pada triwulan II-2008, tumbuh 8,86% (qtq) atau tumbuh 21,09%(yoy) menjadi

Rp60,77 triliun. Peningkatan ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan total

penyaluran kredit bank umum konvensional yang tumbuh 9,78 (qtq) atau tumbuh 24,88 (yoy),

sehingga porsi kredit MKM terhadap total kredit mengalami sedikit penurunan dari 78,65% pada

triwulan I-2008 menjadi 77,99% pada triwulan II-2008.

Bank pemerintah di Jawa Barat

menyalurkan lebih dari setengah total

kredit MKM (55%), sedangkan bank

swasta dan bank asing campuran

menyalurkan masing-masing sebesar

43% dan 2% (grafik 3.18). Sekitar 78%

dari porsi kredit MKM tersebut merupakan

kredit modal kerja (36%) dan investasi

(6%), sedangkan 58% dari porsi kredit

Grafik 3.18. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Kelompok Bank

25,8527,75 29,09 29,75 30,49

33,70

20,77 21,60 22,87 24,04 24,3326,00

0,81 0,83 0,88 0,97 1,00 1,07

-

5

10

15

20

25

30

35

40

Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV TW I Tw. II

2007 2008

Trili

un

Rp

Bank Umum Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran

Sumber : LBU KBI Bandung

MKM merupakan kredit konsumsi (Grafik 3.19). Menurut skala kreditnya, 41,57% kredit MKM

disalurkan dalam bentuk kredit mikro, tumbuh 4,46% (qtq) atau 8,83% (yoy) mencapai

Rp25,26 triliun, sedangkan untuk kredit kecil dengan pangsa 30,62%, tumbuh 13,62% (qtq) atau

32,44% (yoy) menjadi Rp18,61 triliun, dan kredit menengah dengan pangsa 27,81%, tumbuh

10.75% (qtq) atau 30,79% (yoy) menjadi Rp16,90 triliun (Grafik 3.20)

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

66

Grafik 3.19. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Jenis

Penggunaan

Grafik 3.20. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Plafon

15,87 16,98 17,93 18,94 19,43 21,70

3,13 3,23 3,54 3,62 3,443,82

28,44 29,98 31,37 32,20 32,9535,25

-

10

20

30

40

50

60

70

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008

Trili

un

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

22,83 23,21 23,97 24,16 24,18 25,26

12,56 14,05 15,13 15,56 16,3818,61

12,04 12,9213,74 15,04 15,26

16,90

-

10

20

30

40

50

60

70

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008

Trili

un R

p

Mikro Kecil Menegah

Sumber : LBU KBI Bandung Sumber : LBU KBI Bandung

Sektor PHR adalah penyerap kredit MKM

terbesar, yakni mencapai Rp13,80 triliun atau

22,70% dari total kredit MKM (Grafik 3.21).

Selanjutnya, sektor industri pengolahan adalah

penyerap kredit MKM terbesar kedua, mencapai

Rp5,57 triliun (9,16%), yang sebagian besar

diserap oleh subsektor industri tekstil, sandang,

dan kulit. Di urutan ketiga adalah sektor jasa dunia

usaha yang menyerap sekitar 3,82% dari total

kredit MKM atau sebesar Rp2,32 triliun.

Grafik 3.21. Distribusi Kredit MKM Bank Umum Konvensional Berdasarkan Sektor

Ekonomi Triwulan II-2008

59%

23%

9%

4%

1%1%

1%2%0%

0%

Lain-lain Perdag., Rest & HotelPerindustrian Jasa Dunia UsahaKonstruksi PertanianJasa Sosial Pengktn, Gudg& KmnksPertambangan Listrik, Gas & Air

Sumber : LBU KBI Bandung

Grafik 3.22. Distribusi Kredit MKM Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan II-2008

41%

7%

33%

4%

7% 8%

Kodya Bandung Kotif Bekasi Kodya Bogor Kodya Cirebon Kotif Tasikmalaya Kab Kota Lainnya

Sumber : LBU KBI Bandung

Grafik 3.23. Perkembangan Gross NPL Kredit MKM dan Gross NPL Total Kredit

Bank Umum Konvensional

3,94 3,91 3,793,41

3,67 3,71

4,31 4,133,92

3,443,78 3,63

-

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008

Pers

en

NPL Kredit MKM NPL Bank Umum

Sumber : LBU KBI Bandung

Penyebaran kredit MKM di Jawa Barat masih terpusat di kota-kota besar dan pusat industri.

Kota Bandung merupakan penyerap kredit MKM terbesar dengan pangsa sebesar 40,33% atau

Rp24,51 triliun. Di urutan kedua Kota Bekasi menyerap 8,37% atau Rp5,09 triliun, selanjutnya Kota

Bogor menyerap 7,15% atau 4,34 triliun, dan Kota Cirebon menyerap 6,86% atau 4,17 triliun, Kota

Tasikmalaya dengan pangsa 4,23% atau 2,57 triliun, serta sisanya sebesar 33,07% atau 20,10 triliun

terbagi atas 20 kabupaten dan kota lainnya di Jawa Barat.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

67

Seperti halnya yang terjadi pada total kredit, risiko kredit MKM bank umum konvensional di

Jawa Barat pada triwulan II-2008 juga mengalami penurunan. Rasio kredit MKM bermasalah

masih di bawah batas toleransi Bank Indonesia yakni dengan rasio Gross NPL sebesar 3,55%. Rasio ini

lebih rendah dibandingkan rasio gross NPL total kredit yang sebesar 3,63%(Grafik 3.23).

Berbeda dengan penyaluran kredit MKM berdasarkan lokasi bank, outstanding kredit MKM

posisi Mei 2008 berdasarkan lokasi proyek menunjukkan angka penyaluran yang lebih

tinggi. Outstanding kredit MKM berdasarkan lokasi proyek mencapai Rp87,04 triliun atau lebih besar

Rp28,46 triliun dibandingkan dengan outstanding kredit MKM berdasarkan bank pelapor. Hal ini

menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memilki potensi pengembangan

UMKM yang cukup menarik bagi perbankan nasional.

Sampai dengan bulan Juni 2008, kredit MKM

bank umum konvensional di Jawa Barat

tumbuh 8,86% (qtq) atau 21,09% (yoy).

Secara nasional (posisi Mei’08), porsi

kredit MKM berdasarkan lokasi proyek di

Jawa Barat menempati urutan kedua

setelah Jakarta, dengan porsi sebesar

15,52% terhadap total kredit MKM

Nasional yang berjumlah Rp552,11 triliun.

Grafik 3.24. Perkembangan Kredit MKM berdasarkan lokasi Proyek di Jawa Barat

2004 s.d. Des 2006 termasuk Provinsi BantenSumber: Statistik Perbankan Indonesia

0102030405060708090

100

2004

2005 Agt

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

Sept

Okt

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

2006 2007 2008

Trili

un

Rp

Hal ini cukup beralasan mengingat Jawa Barat memang termasuk daerah yang mempunyai jumlah

UMKM terbesar, selain lokasinya sangat dekat dengan pusat kegiatan ekonomi nasional, Jakarta.

2. KINERJA BANK UMUM KONVENSIONAL YANG BERKANTOR PUSAT DI BANDUNG

Sampai dengan triwulan II-2008 (posisi

bulan Mei 2008), perkembangan kinerja

tujuh bank umum konvensional yang

berkantor pusat di Bandung menunjukkan

perkembangan positif. Beberapa indikator

seperti total aset, DPK yang dihimpun maupun

kredit yang disalurkan terus mengalami

peningkatan (Grafik 3.25). Total aset tujuh

bank umum konvensional yang berkantor pu-

Grafik 3.25. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional yang Berkantor Pusat di

Bandung

35,76 36,9139,37 39,91 41,50

43,49

27,9129,78

31,58 30,4033,84 35,49

20,5222,37 24,08 24,16 24,99 26,37

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

Tw 1 Tw 2 TW 3 Tw 4 TW I Mei

Trili

un

Rp

Aset DPK Kredit

Sumber : LBU-KBI Bandung

sat di Bandung pada triwulan II-2008, secara triwulanan tumbuh 4,79% (qtq) atau secara tahunan

16,25% (yoy) mencapai Rp43,49 triliun.

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

68

DPK bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung mengalami peningkatan

selama periode triwulan laporan. Secara triwulanan DPK tumbuh 4,89% (qtq) dan secara tahunan

tumbuh 17,58% (yoy) menjadi Rp35,49 triliun. Sebagian besar DPK (64%) berupa deposito

Rp22,56 triliun, sementara porsi giro dan tabungan masing-masing sebesar 25% (Rp8,94 triliun) dan

11% (Rp3,99 triliun). Nilai DPK yang dihimpun ketujuh bank tersebut mencapai 33,49% dari total DPK

yang dihimpun perbankan di Jawa Barat.

Sementara itu, outstanding kredit sampai dengan triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp26,37

triliun atau secara triwulanan tumbuh 5,51% (qtq) dan secara tahunan tumbuh 16,31% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit untuk konsumsi mempunyai porsi terbesar yakni 83,47%.

Kondisi ini sejalan dengan data penyaluran kredit yang didasarkan atas sektor ekonomi, dimana untuk

sektor “lain-lain” memiliki porsi terbesar yaitu 83,47%. Sementara itu, porsi penyaluran kredit untuk

kebutuhan modal kerja dan investasi masing-masing tercatat hanya sebesar 13,09% dan 3,44%.

Selanjutnya, porsi penyaluran kredit untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran tercatat sebesar

6,65%, sektor perindustrian 2,78%, sektor jasa dunia usaha 2,63%, sementara lima sektor lainnya

tercatat sebesar 4,47%.

Perkembangan LDR untuk bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung

menunjukkan arah yang berbeda dengan perkembangan LDR bank umum konvensional di

Jawa Barat. Dengan kondisi pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit

mengakibatkan LDR untuk bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung mengalami

penurunan dari 75,52% pada triwulan I-2008 menjadi 74,29% pada triwulan II-2008.

Pada awal tahun 2008, tujuh bank umum yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung

menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari laba yang berhasil diperoleh dalam

dua bulan pertama maupun tingkat efisiensi bank. Sampai dengan bulan Mei 2008 Net Interest

Income (NII) tercatat sebesar Rp1,317 miliar atau 4,18%. Sementara itu, rasio Return on Asset (ROA)

sampai dengan bulan Mei 2008 tercatat sebesar 1,32%, sedangkan rasio efisiensi antara Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) 77,34%.

Risiko kredit bank umum yang berkantor pusat di Jawa Barat tetap rendah dan terkendali.

Hal ini terlihat dari persentase kredit bermasalah kotor (gross NPL) yang hanya 0,79% atau jauh di

bawah batas yang ditentukan BI maksimal 5%. Hal ini cukup beralasan mengingat sebagian besar

kredit merupakan kredit konsumsi yang sebagian besar merupakan kredit kepada PNS maupun

pensiunan. Jenis kredit ini memiliki risiko yang kecil karena angsuran kredit dipotong langsung dari gaji

pegawai.

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

69

3. BANK UMUM SYARIAH

Sedikit berbeda dengan perkembangan bank

umum konvensional, perkembangan bank

umum syariah pada triwulan II-2008 (Mei

2008) menunjukkan perkembangan yang

positip baik secara triwulanan maupun

secara tahunan. Hal ini terlihat dari

meningkatnya indikator seperti meningkatnya

aset, DPK dan pembiayaan yang diberikan (PYD)

(Grafik 3.26)

Grafik 3.26. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah

3,32 3,41 3,55

4,07 4,054,40

2,46 2,50 2,59

3,14 3,193,56

2,812,842,842,76

2,39 2,56

-0,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

Tw 1-07 Tw 2-07 Tw 3-07 Tw 4-07 Tw 1-08 Mei-08

Triliu

n Rp

Aset DPK Pembiayaan Sumber: LBU KBI Bandung

Secara triwulanan, total aset naik 7,27% (qtq) dan secara tahunan aset tumbuh 28,92% (yoy)

menjadi Rp4,40 triliun. DPK yang tumbuh 10,69% (qtq) dan secara tahunan tumbuh 42,82% (yoy)

menjadi Rp3,56 triliun. Di sisi lain, pembiayaan yang diberikan (PYD) turun 1,11% (qtq), namun secara

tahunan tetap tumbuh 9,94% menjadi Rp2,81 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat

dibandingkan dengan pertumbuhan PYD mengakibatkan rasio PYD terhadap DPK atau FDR Bank

Umum Syariah pada Triwulan II-2008 sedikit turun dari 88,40% pada triwulan sebelumnya menjadi

78,98%.

Sementara itu, risiko pembiayaan bank umum syariah di Jawa Barat pada triwulan II-2008

meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh rasio non performing financing (NPF) yang meningkat. Persentase

Gross NPF pada triwulan II-2008 tercatat sebesar 7,06% atau lebih tinggi dibandingkan dengan gross

NPF triwulan sebelumnya yang sebesar 5,63%. Bank syariah terus melakukan upaya untuk

menurunkan NPF dengan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah secara lebih intensif serta tetap

menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan.

4. BANK PERKREDITAN RAKYAT

Seperti halnya bank umum, perkembangan kegiatan intermediasi baik oleh BPR

konvensional maupun syariah (BPR/S) pada triwulan II-2008 tetap mengalami peningkatan.

Membaiknya kondisi usaha terutama usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang merupakan

target BPR/S tetap menjadi pendorong utama meningkatnya intermediasi BPR/S di Jawa Barat.

Total aset, secara triwulanan tumbuh 6,28% dan secara tahunan tumbuh 2,88% menjadi

Rp4,39 triliun. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan DPK sebesar 5,81% (qtq) atau

28,14% (yoy) menjadi Rp3,25 triliun serta peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan yang tumbuh

7,67% (qtq) dan 23,20% (yoy) menjadi Rp3,23 triliun. Sebagian besar kredit/pembiayaan yang

disalurkan merupakan kredit produktif, mencapai sekitar 57,95% dari total kredit/pembiayaan BPR/S,

sedangkan sisanya merupakan kredit konsumsi. Lebih dari 55% kredit/pembiayaan BPR/S disalurkan

untuk penggunaan modal kerja, yaitu mencapai Rp1,74 triliun atau tumbuh 5,33% (qtq) atau 24,47%

(yoy). Adapun untuk penggunaan konsumsi mencapai Rp1,36 triliun atau tumbuh 12,76% (qtq) atau

78,70% (yoy), sedangkan kredit investasi turun 5,48% (qtq) menjadi Rp0,13 triliun.

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

72

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, peranan keuangan daerah terhadap perekonomian

Jawa Barat sampai dengan pertengahan tahun diperkirakan masih relatif kecil, karena

rendahnya realisasi belanja daerah. Hal ini terjadi pula pada realisasi belanja daerah Pemerintah

Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data yang tersedia saat ini, sampai dengan triwulan I-2008, belanja

Pemprov Jabar baru terealisasi 6,39% atau Rp386,37 miliar dari total belanja daerah tahun 2008 yang

sebesar Rp6,05 triliun. Adapun sampai dengan triwulan II-2008 realisasi belanja daerah diperkirakan

baru mencapai 20%-30% dari total anggaran belanja. Selama semester I-2007 angaran belanja

Pemprov Jabar baru terealisasi 23,60% dari total anggaran belanja tahun 2007 yang sebesar Rp5,77

triliun.

Rendahnya realisasi belanja Pemprov Jabar pada semester I-2008 antara lain disebabkan oleh

terlambatnya penetapan perda mengenai APBD Provinsi dan berbagai kabupaten/kota di

Jawa Barat tahun anggaran 2008. Peraturan daerah mengenai APBD Provinsi Jabar murni 2008

baru dapat ditetapkan pada akhir triwulan I-2008. Selain itu, seperti pada tahun-tahun sebelumnya,

kegiatan pemerintah daerah pada semester I, biasanya baru berada pada tahap perencanaan dan

pengadaan. Sebagian besar kegiatan investasi dan pembangunan pemerintah daerah pada umumnya

baru terlaksana pada semester II. Berdasarkan pengalaman tersebut, 70% belanja program (belanja

langsung) pada tahun 2008 diperkirakan baru terealisasi pada triwulan III dan IV.

Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sampai dengan pertengahan

tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja daerah, sehingga terjadi

surplus. Sampai dengan akhir triwulan I-2008, pendapatan daerah telah terealisasi 27,79% atau

senilai Rp1,58 triliun dari target pendapatan pada tahun 2008 yang sebesar Rp5,70 triliun. Sektor

perpajakan masih menjadi kontributor utama tingginya realisasi pendapatan daerah, yaitu mencapai

67,14% dari total realisasi pendapatan daerah Pemprov Jabar pada triwulan I-2008. Sampai dengan

akhir triwulan II-2008, pendapatan daerah diperkirakan dapat terealisasi di atas 50% dari target, atau

senilai Rp2,85 triliun. Berdasarkan data semester I-2007, pendapatan Pemprov Jabar pada periode

tersebut mencapai 53,51% dari target.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

73

Tabel 4.1. Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2007 dan Triwulan I-2008 (Rp Miliar)

2007 2008

No. Uraian APBD

Realisasi Tw II-2007

% Realisasi thd APBD

APBD Realisasi Tw I-2008

% Realisasi thd APBD

I Pendapatan 5.149,87 2.755,52 53,51 5.696,29 1.582,93 27,79

1 Pendapatan Asli Daerah 3.621,80 2.041,63 56,37 4.055,12 1.240,89 30,60

2 Dana Perimbangan 1.522,07 711,46 46,74 1.630,81 336,84 20,65

3 Lain-lain PAD yang Sah 6,00 0,00 0,00 10,36 5,20 50,20

II Belanja 5.272,08 1.244,32 23,60 6.050,02 386,37 6,39

1 Belanja Tidak Langsung 3.843,14 - - 4.313,03 340,02 7,88

2 Belanja Langsung 1.428,94 - - 1.736,99 46,35 2,67

III Pembiayaan 122,21 - - 353,73 0 0

1 Penerimaan Daerah 419,18 - - 488,84 0 0

2 Pengeluaran Daerah 296,97 - - 135,12 0 0

3 SILPA 58,84 - - 0 1.196,56 -

Keterangan: Data APBD Murni Tahun 2007 dan 2008

Sumber: Biro Keuangan Pemprov Jabar

PERKEMBANGAN REALISASI APBD JAWA BARAT

1. Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sampai dengan triwulan I-2008

mencapai 27,79% atau senilai Rp1,58 triliun dari target penerimaan selama tahun 2008. Hal

ini tidak jauh berbeda dengan perkembangan pendapatan daerah pada periode yang sama pada

tahun-tahun sebelumnya yang terealisasi sekitar 25%-30% dari target. Porsi realisasi pendapatan pada

triwulan I-2008 sebagian besar (78,39% dari total realisasi pendapatan) masih berasal dari pos

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan nilai sebesar Rp1,24 triliun. Penyumbang kedua terbesar

pendapatan daerah Provinsi Jabar berasal dari penerimaan dana perimbangan sebesar Rp336,84 miliar

(21,28% dari total pendapatan), dan pos Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp5,20 miliar (0,33%).

Tingginya porsi PAD terhadap pembentukan pendapatan daerah menunjukkan bahwa kemampuan

intern pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk membiayai sendiri pembangunannya sudah cukup baik.

Namun demikian, mengingat kebutuhan pembiayaan untuk kegiatan pembangunan yang semakin

meningkat setiap tahunnya, maka diperlukan berbagai upaya dari pemerintah provinsi untuk

meningkatkan dan menggali potensi sumber-sumber pendapatan daerah. Berdasarkan perkembangan

pada tahun-tahun sebelumnya, persentase realisasi pendapatan daerah pada triwulan II-2008

diperkirakan di atas 50% dari target, atau senilai Rp2,85 triliun. Pada triwulan II-2007 realisasi

pendapatan daerah Provinsi Jabar mencapai 53,51% dari target pendapatan yang sebesar Rp5,15

triliun.

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

74

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2007 dan Triwulan I-2008 (Rp Miliar)

2007 2008

No. Uraian APBD

Realisasi Tw II-2007

% Realisasi thd APBD

APBD Realisasi

Tw I-2008

% Realisasi thd APBD

I PAD 3,621.80 2,041.63 56.37 4.055,12 1.240,89 30,60

a. Pajak Daerah 3,425.19 1,834.98 53.57 3.796,64 1.062,76 27,99

b. Retribusi Daerah 28.51 11.42 40.05 29,48 5,23 17,73

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 115.49 118.27 102.41 125,32 134,74 107,51

d. Lain-lain PAD 52.62 76.96 146.26 103,67 38,16 36,81

II Dana Perimbangan 1,522.07 711.46 46.74 1.630,81 336,84 20,65

a. Bagi Hasil Pajak 588.63 166.96 28.36 726,58 110,77 15,25

b. Dana Alokasi Umum 933.44 544.50 58.33 904,23 226,07 25,00

c. Dana Alokasi Khusus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

III Lain-lain Pendapatan 6.00 2.43 40.49 10,36 5,20 50,20

a. Bantuan Keuangan - - - 7,51 1,50 20,00

b. Lain-lain Penerimaan - - - 2,84 3,70 130,01 Sumber: Perda Prov. Jabar No. 9 Tahun 2007, dan LKPJ Gubernur Jawa Barat Tahun Anggaran 2007

Berdasarkan komposisinya, porsi terbesar PAD Provinsi Jawa Barat pada triwulan I-2008

terutama berasal dari pajak daerah. Penerimaan dari pajak daerah mencapai Rp1,06 triliun atau

85,64% dari total PAD. Sumber kedua terbesar PAD berasal dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

(10,86% dari target atau sebesar Rp134,74 miliar), diikuti oleh Lain-lain PAD (3,08% atau Rp38,16

miliar), dan Retribusi Daerah (Rp5,23 miliar atau 0,42%).

Pada sektor perpajakan, dari lima jenis pajak, penyumbang utama pajak daerah Provinsi

Jawa barat adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBNKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Sampai dengan triwulan I-2008,

ketiga jenis pajak tersebut menyumbang 97,87% dari total penerimaan pajak daerah, atau sekitar

83,82% dari total PAD Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, Pajak Pengambilan Pemanfaatan Air

Permukaan (PPPAP) dan Pajak Pengambilan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (PPPABT) relatif kecil.

Grafik 4.1. Komposisi Realisasi PAD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2008

86%

0%11% 3%

Pendapatan Pajak Daerah Retribusi Daerah

Hasil Perusahaan Milik Daerah Lain-lain PAD yang sah

Sumber: Biro Keuangan, Pemprov Jabar

Grafik 4.2. Komposisi Realisasi Pajak Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2008

35%

41%

22%2%

Pajak Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Pemanfaatan Pengambilan Air

Sumber: Biro Keuangan, Pemprov Jabar

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

75

Dari empat pos pendapatan daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah merupakan satu-

satunya pos dari PAD yang telah melebihi target yang telah ditetapkan. Sampai dengan

triwulan I-2008, realisasi pos tersebut telah mencapai 107,51% dari target, atau sebesar Rp134,74

miliar dari target yang sebesar Rp125,32 miliar. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, tingginya

pencapaian realisasi pada pos Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah terutama disumbang oleh tingginya

pencapaian bagian laba yang diperoleh dari PT. Bank Jabar. Laba dari BUMD tersebut menyumbang

Rp134,30 miliar, atau sekitar 99,67% dari total realisasi pada pos Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah.

Bagian laba yang diperoleh dari laba PT. Bank Jabar ini lebih tinggi daripada bagian laba yang disetor

PT. Bank Jabar selama tahun 2007, yang saat itu tercatat sebesar Rp115,63 miliar. Dengan pencapaian

pada triwulan I-2008 tersebut dan perkiraan perkembangan pada tiga triwulan mendatang, maka

dapat dipastikan bahwa pencapaian realisasi pendapatan yang berasal dari bagian laba PT. Bank Jabar

selama tahun 2008 akan jauh lebih tinggi dari realisasi pada tahun 2007.

Sementara itu, kontribusi laba bagi pendapatan daerah Pemprov Jabar yang berasal dari

lima BUMD lainnya, terhitung relatif kecil. PD. BPR, dan Lembaga Perkreditan Kecamatan

memberikan kontribusi sebesar Rp442,18 juta, sedangkan tiga BUMD lainnya, yakni PD. Agribisnis dan

Pertambangan, PD. Jasa dan Kepariwisataan, dan PD. Agronesia, belum dapat mencatatkan

pendapatan bagi Pemprov Jabar.

Grafik 4.3. Komposisi Realisasi Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2008

0.23% 0.10%

99.67%

PT. Bank JabarPD. BPR dan LPKLembaga Perkreditan Kecamatan

Sumber: Biro Keuangan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Menurut Pemprov Jabar, salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan

BUMD di Jawa Barat adalah belum optimalnya pihak manajemen perusahaan dalam

mengimplementasikan Good Corporate Governance. Permasalahan lainnya adalah terbatasnya

kualitas umber daya manusia perusahaan, terbatasnya pembiayaan dalam rangka pengembangan

usaha dan investasi, terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai dalam proses administrasi,

produksi dan pemasaran, serta belum optimalnya upaya membangun image dan publikasi kompetensi

perusahaan disertai rendahnya competitive advantage.

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

76

Sementara itu, sampai dengan triwulan I-2008, pos penerimaan yang berasal dari Dana

Perimbangan telah terealisasi sebesar Rp336,84 miliar, atau 20,65% dari target yang sebesar

Rp1,63 triliun. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi, yang terdiri dari Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak/bukan pajak, dana alokasi

umum dan dana alokasi khusus. Seperti pola pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun anggaran

2008 ini, sebagian besar dana perimbangan berasal dari dana alokasi umum, yaitu sebesar Rp904,23

miliar (55,45%), sedangkan sisanya berasal dari bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak.

2. Realisasi Belanja Daerah

Sampai dengan pertengahan tahun 2008 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa

Barat diperkirakan masih relatif rendah, terutama karena rendahnya realisasi belanja

program (belanja langsung). Sebagian besar realisasi pengeluaran hingga pertengahan tahun 2008

masih terbatas untuk belanja tidak langsung, khususnya untuk gaji pegawai. Perkiraan tersebut

didasari oleh rendahnya realisasi belanja daerah pada triwulan I-2008 yang baru mencapai 6,39% atau

senilai Rp386,37 miliar dari total rencana belanja daerah selama tahun 2008 yang sebesar Rp6,05

triliun. Dari nilai itu, belanja tidak langsung, yang meliputi belanja pegawai dan belanja hibah,

mencapai Rp303,97 miliar, atau 78,67% dari total belanja daerah pada triwulan I-2008. Sementara

itu, belanja langsung, yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan, baru

terealisasi 2,67% atau senilai Rp46,35 miliar dari target belanja langsung pada tahun 2008 yang

sebesar Rp1,74 triliun.

Tabel 4.3. Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2008 (Rp Miliar)

No. Uraian APBD Realisasi % Realisasi thd APBD

1 Belanja Tidak Langsung 4.313,03 340,02 7,88

a. Belanja Pegawai 892,10 149,02 16,70

b. Belanja Bunga 0,25 0,00 0,00

c. Belanja Subsidi 16,45 1,29 7,85

d. Belanja Hibah 411,40 154,95 37,66

e. Belanja Bantuan Sosial 165,07 12,92 7,83

f. Belanja Bagi Hasil 1.620,11 0,00 0,00

g. Belanja Bantuan Keuangan 1.157,65 21,84 1,89

h. Belanja Tidak Terduga 50,00 0,00 0,00

2 Belanja Langsung 1.736,99 46,35 2,67

a. Belanja Pegawai 290,33 13,31 4,58

b. Belanja Barang dan Jasa 1.030,52 32,94 3,20

c. Belanja Modal 416,13 0,10 0,02

Belanja Daerah 6.050,02 386,37 6,39

Sumber: Biro Keuangan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

77

Rendahnya realisasi belanja daerah Pemprov Jabar pada semester I-2008 antara lain

disebabkan oleh terlambatnya pengesahan APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2008. Peraturan

daerah mengenai APBD murni 2008 baru dapat ditetapkan oleh Pemprov Jabar pada akhir triwulan I-

2008. Selain itu, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pada paruh pertama tahun anggaran kegiatan

pemerintah daerah biasanya baru pada tahap perencanaan dan pengadaan. Adapun realisasi

anggaran untuk kegiatan investasi dan pembangunan biasanya baru dapat terlaksana pada semester

II. Realisasi belanja daerah pada triwulan II-2008 diperkirakan baru sekitar 20%-30% dari yang

direncanakan, seperti realisasi belanja pada triwulan I-2007 yang sebesar 23,60%, atau sekitar Rp1,24

triliun dari total anggaran belanja tahun 2007 yang sebesar Rp5,77 triliun.

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

80

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non

tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan undang-

undang. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di

masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam

kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non

tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal

dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen.

Perkembangan sistem pembayaran di Jawa Barat pada triwulan II-2008 relatif bervariasi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah aliran uang masuk (inflow) di KBI Bandung,

KBI Tasikmalaya dan KBI Cirebon mengalami penurunan, sedangkan aliran uang keluar (outflow)

mengalami peningkatan. Sedangkan untuk transaksi kliring, secara nominal mengalami peningkatan

namun jumlah transaksinya menurun. Sementara itu, transaksi pembayaran melalui RTGS, baik

transaksi maupun volumenya mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

1. PENGEDARAN UANG KARTAL

1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Seperti halnya yang terjadi pada triwulan I-2008, perkembangan aliran uang kartal pada

triwulan II-2008 di wilayah kerja KBI Bandung, Tasikmalaya dan Cirebon tetap mengalami

net inflow. Artinya jumlah aliran uang masuk lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang

keluar. Aliran uang kartal masuk (inflow) di Jawa Barat (KBI Bandung, KBI Tasikmalaya dan KBI

Cirebon) pada triwulan II-2008 turun dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan II-2008,

inflow ke Bank Indonesia tercatat Rp2,72 triliun, atau turun 30,69% dibandingkan dengan inflow

triwulan sebelumnya.Sebaliknya, aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia sebesar Rp1,54

triliun, atau naik 7,86% dibandingkan dengan outflow triwulan lalu. Penurunan aliran inflow maupun

outflow tersebut sejalan dengan pola musiman paska berakhirnya hari raya keagamaan pada triwulan

sebelumnya dan tahun baru 2008.

Kegiatan transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat masih didominasi transaksi di

wilayah kerja KBI Bandung. Pada triwulan II-2008, di KBI Bandung mengalami net inflow sebesar

Rp0,01 triliun atau turun 99,49% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Aliran uang masuk di

KBI Bandung tercatat Rp1,07 triliun atau turun 40,60% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sebaliknya, aliran uang keluar tercatat sebesar Rp1,06 triliun atau naik 150,38% (qtq). Di wilayah kerja

KBI Tasikmalaya mengalami net inflow Rp0,15 triliun atau turun 59,69% (qtq) dengan jumlah inflow

dan outflow masing-masing Rp0,23 triliun dan Rp0,08 triliun atau turun masing-masing 62,73% dan

67,58% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Demikian pula halnya di wilayah kerja KBI

Cirebon mengalami net inflow Rp1,03 triliun dengan jumlah inflow dan outflow masing-masing

Rp1,42 triliun dan Rp0,40 triliun atau turun masing-masing 6,11% dan 48,27% dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

81

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal Di Jawa Barat

10,02

4,28 3,93

2,72

6,01

3,22

0,60 0,761,43 1,541,07 1,32

1,932,50

1,18

2,681,92

5,85

11,62

3,75

6,78

2,11

4,854,01

-

2

4

6

8

10

12

14

TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2006 2007 2008

(Rp

Tri

liun

)

Inflow Outflow Net Inflow

Sumber: KBI Bandung, KBI Tasikmalaya & KBI Cirebon

Selama triwulan II-2008, uang kertas maupun uang logam yang keluar dari Bank Indonesia

Bandung mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara nominal,

uang kertas yang keluar dari Bank Indonesia Bandung sebesar Rp1.061,40 miliar atau naik 140,33%

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, begitu juga dengan uang logam yang keluar mencapai

Rp998,42 juta atau naik 19,20% (qtq). Sementara itu, jumlah bilyet uang kertas yang keluar mencapai

35,88 juta bilyet atau naik 66,10% (qtq), serta uang logam mencapai 4,70 keping atau naik 26,09%

(qtq).

Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui Bank Indonesia Bandung

Nominal Bilyet/Keping Nominal Bilyet/Keping Nominal Bilyet/Keping(Rp Juta) (Juta) (Rp Juta) (Juta)

Uang Kertas100.000 228.482,90 2,28 358.973,20 3,59 57,11% 57,11%

50.000 129.790,65 2,60 576.010,70 11,52 343,80% 343,80%20.000 9.257,82 0,46 49.711,72 2,49 436,97% 436,97%10.000 27.390,18 2,74 25.429,06 2,54 -7,16% -7,16%

5.000 41.516,63 8,30 44.425,83 8,89 7,01% 7,01%1.000 5.214,94 5,21 6.854,35 6,85 31,44% 31,44%

Total 441.653,12 21,60 1.061.404,86 35,88 140,33% 66,10% Uang Logam

1.000 234,00 0,23 270,00 0,27 15,38% 15,38%500 14,25 0,03 21,25 0,04 49,12% 49,12%200 495,20 2,48 548,80 2,74 10,82% 10,82%100 92,92 0,93 152,84 1,53 64,49% 64,49%

50 2,00 0,04 5,35 0,11 167,50% 167,50%25 0,48 0,02 0,18 0,01 -62,54% -62,54%

Total 838,85 3,73 998,42 4,70 19,02% 26,09%

Jenis Pecahan

Pertumbuhan (qtq)Tw. I-2008 Tw. II-2008

Sumber: KBI Bandung

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

82

1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan pemusnahan atau kegiatan pemberian

tanda tidak berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak)

sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan di masyarakat (clean

money policy), Selama triwulan II-2008, Kantor Bank Indonesia Bandung melakukan pemusnahan

uang kertas sebanyak 67,12 juta lembar atau turun sebesar 15,07% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Berdasarkan nominalnya, sebagian besar uang yang dimusnahkan adalah pecahan

Rp50.000 dan Rp100.000, masing-masing sebesar 43,39% dan 32,88% dari total nominal

pemusnahan uang. Di sisi lain, berdasarkan jumlah lembar yang dimusnahkan, yang paling banyak

adalah pecahan Rp1.000, Rp5.000, dan Rp50.000 masing-masing sebesar 46,68%, 17,28%, dan

13,89%.

Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

Apr-07

Mei-07

Jun-07 Jul-07 Agust-07

Sept-07

Okt-07

Nov-07

Des-07

Jan-08 Feb-08

Mar-08

Apr-08

Mei-08

Juni-08

Ribu

Bily

et

Sumber: Bank Indonesia

1.3. Penukaran Uang Pecahan Kecil

Dalam manajemen pengedaran uang, salah satu misi yang diemban oleh Bank Indonesia

adalah menjamin tersedianya uang kartal dalam jumlah nominal yang cukup dan jenis

pecahan yang sesuai. Dalam rangka memenuhi misi tersebut, selain menyediakan loket penukaran

uang, Bank Indonesia Bandung juga melakukan kerjasama dengan tiga Perusahaan Penukaran Uang

Pecahan Kecil (PPUPK) untuk menyalurkan uang kartal pecahan kecil kepada masyarakat, tanpa

dipungut biaya. Di wilayah kerja KBI Bandung, pelayanan penukaran dilayani oleh PT. Kelola Jasa

Artha, PT. Sectoor Indonesia dan PT. Exa Profity.

Pada triwulan II-2008, nilai uang yang telah ditukarkan melalui PPUPK tidak berubah

dibandingkan triwulan sebelumnya yakni mencapai Rp62,40 miliar. Pecahan uang kertas yang

banyak ditukar adalah pecahan Rp5.000,- senilai Rp38,96 miliar atau 62,44% dari jumlah

keseluruhan. Terbanyak kedua adalah pecahan Rp10.000 dengan nilai Rp19,80 miliar atau 31,73%.

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

83

Tabel 5.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil melalui PPUPK Triwulan II-2008

Periode

10.000 5.000 1.000 1.000 500 200 100 50

April 7,07 13,95 1,02 0,09 0,00 0,14 0,04 0,00 22,30

Mei 5,88 12,20 0,88 0,08 0,00 0,13 0,03 0,00 19,20

Juni 6,85 12,82 0,97 0,09 0,00 0,16 0,02 0,00 20,90

Tw II- 2008 19,80 38,96 2,86 0,26 0,00 0,43 0,09 0,00 62,40

(%) 31,73% 62,44% 4,58% 0,42% 0,00% 0,69% 0,14% 0,00%

Nominal (Rp Miliar)

Uang Kertas Uang Logam

Total

Sumber: KBI Bandung

1.4. Uang Palsu

Selama triwulan II-2008, jumlah temuan uang rupiah palsu di wilayah KBI Bandung sebanyak

1.021 lembar atau naik 13 lembar dibandingkan dengan triwulan I-2008. Jumlah temuan uang

palsu yang paling banyak ditemukan adalah uang kertas pecahan Rp50.000 dan pecahan Rp100.000

masing-masing 58,08% dan 24,68% dari total lembar uang palsu yang ditemukan. Untuk menekan

perkembangan peredaran uang palsu tersebut, KBI Bandung terus melakukan berbagai upaya,

diantaranya melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan, serta

menyediakan sarana informasi hotline service kepada masyarakat serta iklan layanan masyarakat.

2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

2.1 Kliring lokal

Pada triwulan II-2008, transaksi sistem pembayaran non tunai melalui kliring lokal di wilayah

kerja KBI Bandung, KBI Tasikmalaya dan KBI Cirebon, secara nominal mengalami

peningkatan, sedangkan volumenya menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata

nilai transaksi pembayaran antarbank melalui sistem kliring sebesar Rp8,27 triliun per bulan, naik

8,20% (qtq) atau 19,45% (yoy). Sementara rata-rata volume transaksi kliring mencapai 375.982

warkat per bulan, turun 3,39% (qtq) atau naik 3,23% (yoy). Berdasarkan wilayah kerja, total nilai

transaksi kliring rata-rata per-bulan di wilayah kerja KBI Bandung pada triwulan II-2008 naik 9,76%

(qtq) atau 20,49% (yoy) menjadi Rp6,84 triliun, sedangkan jumlah transaksi, turun 2,82% (qtq) atau

naik 4,01% (yoy) menjadi 305.248 warkat. Di wilayah kerja KBI Cirebon nominal transaksi mencapai

Rp0,97 triliun per bulan atau naik 1,54% (qtq) atau 14,49% (yoy), dengan jumlah warkat 45.368

transaksi per bulan atau turun 6,76% (qtq) atau 1,88% (yoy). Sementara itu di KBI Tasikmalaya, nilai

transaksi Rp0,46 triliun per bulan naik 0,84% (qtq) atau naik 15,21% (yoy) sedangkan jumlah

transaksi kliring 25.366 transaksi per bulan turun 3,97% (qtq) atau naik 3,50% (yoy).

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

84

Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat (Rp Triliun)

Wilayah 2008TW II TW III TW IV TW I TW II qtq yoy

Jawa BaratNominal (Rp Triliun) 6,92 7,45 7,47 7,64 8,27 8,20% 19,45%

Volume (Lembar) 364.216 386.551 365.556 389.183 375.982 -3,39% 3,23%Bandung

Nominal (Rp Triliun) 5,67 6,09 6,14 6,23 6,84 9,76% 20,49%Volume (Lembar) 293.469 310.854 295.709 314.112 305.248 -2,82% 4,01%

CirebonNominal (Rp Triliun) 0,85 0,91 0,86 0,95 0,97 1,54% 14,49%

Volume (Lembar) 46.239 48.333 44.330 48.657 45.368 -6,76% -1,88%Tasikmalaya

Nominal (Rp Triliun) 0,40 0,45 0,47 0,46 0,46 0,84% 15,21%Volume (Lembar) 24.508 27.364 25.517 26.414 25.366 -3,97% 3,50%

2007 Pertumbuhan

Sumber: KBI Bandung, KBI Cirebon dan KBI Tasikmalaya

2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai di Jawa Barat. Hal ini

disebabkan BI RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan

resiko settlement-nya dapat diperkecil. Selama triwulan II-2008, perkembangan penyelesaian rata-rata

volume transaksi RTGS per bulan (dari dan ke Jawa Barat) mengalami penurunan 5,23% (qtq) yakni

menjadi sebesar 62.823 transaksi per bulan. Sementara itu, rata-rata nominal transaksi RTGS, secara

triwulanan mengalami penurunan 7,29% yakni menjadi sebesar Rp47,93 triliun per bulan.

Tabel 5.4. Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Barat

Nominal (Triliun Rp)

VolumeNominal

(Triliun Rp)Volume

Nominal (Triliun Rp)

Volume

Jan 21,64 32.732 28,67 33.711 50,31 66.443 Feb 20,77 31.850 29,27 33.468 50,04 65.318 Mar 23,29 32.818 31,44 34.297 54,73 67.115 Rata2 Tw I 21,90 32.467 29,79 33.825 51,70 66.292 Apr 21,09 31.987 27,76 33.748 48,85 65.735 Mei 19,99 29.410 25,23 30.581 45,22 59.991 Jun 21,40 30.612 28,33 32.131 49,72 62.743 Rata2 Tw II 20,83 30.670 27,10 32.153 47,93 62.823 Pertumbuhan -4,92% -5,53% -9,03% -4,94% -7,29% -5,23%

From To From+ToBulan

Sumber: Biro PSPN, DASP, Bank Indonesia

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

86

Kinerja perekonomian Jawa Barat pada awal tahun 2008 telah memberikan dampak yang

positif terhadap kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Jawa Barat. Hal ini antara lain

tercermin dari penurunan tingkat pengangguran dan penurunan tingkat kemiskinan. Di sisi tenaga

kerja, sampai dengan triwulan I-2008, peningkatan angkatan kerja dapat diimbangi oleh penyerapan

tenaga kerja oleh berbagai lapangan pekerjaan. Kondisi ini mengakibatkan tingkat pengangguran di

Jawa Barat di awal tahun menurun, dari 14,51% pada Februari 2007 menjadi 12,28% pada Februari

2008. Namun demikian, tingkat pengangguran di Jawa Barat tersebut masih relatif lebih tinggi

dibandingkan tingkat pengangguran nasional, yang sebesar 8,46%.

Di sisi kesejahteraan, tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2008

sebelum kenaikan harga BBM relatif membaik. Berdasarkan data terakhir dari BPS Jawa Barat,

angka kemiskinan di Provinsi Jawa Barat menunjukkan penurunan, yaitu dari 13,55% (5,46 juta jiwa)

pada Maret 2007, menjadi 13,01% (5,32 juta jiwa) pada Maret 2008. Angka kemiskinan ini masih

relatif lebih baik daripada nasional yang sebesar 15,42%. Beberapa faktor yang mempengaruhi

penurunan statistik kemiskinan tersebut diantaranya adalah semakin membaiknya kondisi

perekonomian Jawa Barat, turunnya tingkat pengangguran, tingkat inflasi yang relatif terkendali, yang

didukung pula oleh berbagai program pemerintah, seperti Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin

(Askeskin) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Sementara, indikator kesejahteraan petani di Jawa Barat tidak menunjukkan perbaikan,

bahkan cenderung mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari menurunnya Nilai Tukar Petani

(NTP), yaitu dari 124,27 pada bulan Maret 2007 menjadi 111,47 pada bulan Maret 2008. Penurunan

ini disebabkan oleh turunnya harga jual komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani, terutama

pada subkelompok padi, sedangkan biaya produksi mengalami peningkatan. Di sisi lain, beban

pengeluaran petani semakin meningkat, karena harga barang dan jasa yang dikonsumsinya

mengalami peningkatan.

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

87

1. KETENAGAKERJAAN

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan nasional yang terus membaik, kondisi

ketenagakerjaan di Jawa Barat juga menunjukkan perkembangan yang positif. Berdasarkan

data dari BPS Jawa Barat, kelompok penduduk di Jawa Barat yang termasuk kategori angkatan kerja

khususnya dalam dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada bulan

Februari 2008, jumlah angkatan kerja mencapai 18,42 juta jiwa, meningkat 0,89 juta jiwa atau 5,08%

dari jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2007 yang sebesar 17,53 juta jiwa.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2007–Februari 2008 (Juta Jiwa)

Februari 2007 Februari 2008 No. Kegiatan Utama Jawa Barat Nasional Jawa Barat Nasional

1. Penduduk 15 tahun ke atas 28,87 162,35 29,77 165,57 2. Angkatan Kerja 17,53 108,13 18,42 111,48 - Bekerja 14,99 97,58 16,16 102,05 - Penganggur 2,54 10,55 2,26 9,43 3. Bukan Angkatan Kerja 11,34 54,22 11,34 54,09 4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 60,73 66,60 61,89 67,33 5. Tingkat Pengangguran Terbuka 14,51 9,75 12,28 8,46

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 6.1. Jumlah Penduduk yang Bekerja dan Menganggur di Jawa Barat (Juta Jiwa)

Penduduk bekerja

Pengangguran

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Feb Nov Feb Ags Feb Ags Feb

2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Penduduk yang dimaksud adalah yang berusia 15 tahun ke atas.

Meningkatnya jumlah angkatan kerja (terdiri dari penduduk bekerja dan

menganggur/mencari pekerjaan) pada Februari 2008 disebabkan oleh meningkatnya jumlah

penduduk bekerja1, sedangkan jumlah penganggur mengalami penurunan. Jumlah penduduk

bekerja meningkat dari 14,99 juta jiwa pada Februari 2007 menjadi 16,16 juta jiwa pada Februari

2008. Pertumbuhan kegiatan investasi di Jawa Barat pada periode tersebut diperkirakan telah memicu

peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai tambah

pembentukan modal tetap bruto yang diperkirakan tumbuh 7,49% (yoy).

1 Menurut BPS, bekerja artinya melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu,termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

88

Tingkat pengangguran di Jawa Barat pada tahun 2008 mengalami penurunan, yakni dari

14,51% pada Februari 2007 menjadi 12,28% pada Februari 2008, namun masih relatif lebih

tinggi dibandingkan tingkat pengangguran nasional (8,46%). Masih tingginya tingkat

pengangguran menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kualitas pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat

belum optimal. Hal ini antara lain disebabkan antara lain karena masih belum optimalnya kegiatan

investasi di Jawa Barat.

Berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian masih merupakan mata pencaharian utama

bagi 27,5% penduduk bekerja di Jawa Barat. Namun demikian, peningkatan jumlah pekerja di

sektor pertanian selama Februari 2007 hingga Februari 2008 relatif kecil dibandingkan sektor lainnya,

yakni hanya meningkat 80 ribu orang. Ironisnya, dominasi pekerja Jawa Barat di sektor pertanian

ternyata tidak diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani. Kesejahteraan petani di Jawa Barat

selama Maret 2007 hingga Maret 2008 cenderung menurun (lihat subbab Kesejahteraan).

Sektor ekonomi lainnya yang juga cukup dominan adalah adalah sektor perdagangan

(25,6%), sektor industri (18,2%), dan sektor jasa kemasyarakatan (12,8%). Peningkatan jumlah

penduduk bekerja di Jawa Barat selama Februari 2007 hingga Februari 2008 terutama didorong oleh

peningkatan penyerapan tenaga kerja di ketiga sektor tersebut. Pada sektor perdagangan penyerapan

tenaga kerja bertambah sebanyak 507 ribu orang, sementara pada sektor jasa kemasyarakatan dan

sektor industri peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 284 ribu orang dan 259 ribu orang.

Secara keseluruhan,

Grafik 6.2. Jumlah Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Lapangan Pekerjaan

(Juta Jiwa)

4.37

0.06

2.68

0.03

0.79

3.63

1.41

0.21

1.79

4.45

0.09

2.94

0.05

0.93

4.14

1.28

0.21

2.07

- 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Pertanian

Pertambangan

Industri

LGA

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

Jasa Kemasyarakatan

Feb '07 Feb '08

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 6.3. Komposisi Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Lapangan Pekerjaan

Bulan Februari 2008

Pertanian27%

Pertambangan1%

Industri18%LGA

0%

Perdagangan26%

Jasa Kemasyarakatan

13%Keuangan1%

Transportasi8%

Konstruksi6%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja di Jawa Barat berstatus sebagai

karyawan/buruh (31%), status berusaha sendiri (22,4%), dan status berusaha dibantu buruh

tidak tetap (17,0%). Hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa sebagian besar tenaga kerja

di Jawa Barat (65,5%) bekerja pada kegiatan informal (dari tujuh kategori status pekerjaan utama,

pekerja formal meliputi kategori pekerjaan berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori

buruh/karyawan). Hal ini sejalan dengan fakta bahwa mayoritas pekerja di Jawa Barat bekerja di sektor

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

89

pertanian dan sektor perdagangan, yang pada umumnya diperkirakan masih bersifat informal.

Tingginya jumlah pekerja pada kegiatan informal tersebut tentunya sangat risakn, karena relatif rentan

terhadap berbagai gejolak sosial ekonomi masyarakat.

Grafik 6.4. Jumlah Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan Utama

(Juta Jiwa)

3.40

2.56

0.41

4.82

1.34

0.95

1.49

3.61

2.75

0.56

5.00

1.31

1.29

1.64

- 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

Berusaha sendiri

Berusaha dibantu buruh tdk tetap

Berusaha dibantu buruh tetap

Buruh/Karyawan

Pekerja bebas di pertanian

Pekerja bebas di non pertanian

Pekerja tak dibayar

Feb '07 Feb '08

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Grafik 6.5. Komposisi Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan Utama

Bulan Februari 2008

22%

17%

3%32%

8%

8%10%

Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tdk tetap

Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan

Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian

Pekerja tak dibayar

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tingginya pekerja di sektor informal juga sejalan dengan besarnya persentase kelompok

pekerja tak dibayar di Jawa Barat, yaitu 10,1%, atau sekitar 1,64 juta jiwa. Bahkan setiap

tahunnya, jumlah penduduk yang bekerja dengan status tidak dibayar cenderung menunjukkan

peningkatan. Jumlah pekerja tidak dibayar pada Februari 2008 meningkat 0,15 juta jiwa dibandingkan

Februari 2007. Tingginya peningkatan jumlah pekerja yang tak dibayar menunjukkan bahwa

pemanfaatan tenaga kerja di Jawa Barat masih belum optimal. Mereka yang masuk kelompok ini,

pada umumnya hanya sekedar membantu usaha yang dilakukan oleh keluarga mereka dengan tingkat

produktivitas yang rendah dan tidak mendapatkan upah/gaji atau sekalipun ada balas jasa yang

diterima sangat jauh dari memadai. Indikator ini setidaknya dapat menjelaskan mengapa kualitas

pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat kurang optimal. Dengan tidak diperolehnya pendapatan yang

memadai, maka sulit bagi kelompok pekerja tak dibayar untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya.

2. KESEJAHTERAAN

Kemiskinan2

Sejalan dengan semakin meningkatnya penyerapan tenaga kerja, angka kemiskinan di Jawa

Barat juga menunjukkan penurunan. Berdasarkan data BPS Jawa Barat, angka kemiskinan di Jawa

Barat pada posisi Maret 2008 menunjukkan turun dari 5,46 juta jiwa (13,55% dari total penduduk

Jabar) pada Maret 2007 menjadi 5,32 juta jiwa (13,01%) pada Maret 2008. Penurunan ini searah

2 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dapat pula dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

90

dengan penurunan angka kemiskinan nasional yang turun dari 37,17 juta jiwa (16,58%) pada Maret

2007 menjadi 34,96 juta jiwa (15,42%) pada Maret 2008. Beberapa faktor yang mempengaruhi

penurunan angka kemiskinan tersebut antara lain adalah semakin membaiknya kondisi perekonomian

Jawa Barat, turunnya tingkat pengangguran, tingkat inflasi yang relatif terkendali, serta berbagai

program bantuan pemerintah, seperti Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin (Askeskin) dan

Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Barat Periode Maret 2007 – Maret 2008

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun

Makanan Non Makanan Total

Jumlah Penduduk Miskin

(ribu Orang)

% (dari total penduduk)

Perkotaan

Maret 2007 Maret 2008

126.953 133.704

53.868 57.120

180.821 190.824

2.654,6 2.617,4

11,21 10,88

Perdesaan

Maret 2007 Maret 2008

112.234 120.247

31.970 35.120

144.204 155.367

2.803,3 2.705,0

16,88 16,05

Kota + Desa

Maret 2007 Maret 2008

120.888 128.160

44.846 48.057

165.734 176.216

5.457,9 5.322,4

13,55 13,01

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Dilihat berdasarkan lokasinya, statistik kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan

dengan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Pada Maret 2008, statistik kemiskinan di

perdesaan mencapai 2,71 juta jiwa (16,05%), sementara itu statistik kemiskinan di perkotaan sebesar

2,62 juta jiwa (10,88%).

Kesejahteraan Petani

Walaupun tingkat kemiskinan di perdesaan mengalami penurunan, namun ternyata tidak

diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Jawa Barat

terhadap perkembangan harga-harga di perdesaan di 16 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat, Nilai

tukar petani (NTP)3, yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani, pada bulan Maret

2008 menunjukkan penurunan dibandingkan kondisi pada periode yang sama tahun sebelumnya,

yaitu dari 124,27 pada Maret 2007 menjadi 111,47 pada bulan Maret 2008, atau turun 10,30% (yoy).

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan

3 NTP merupakan rasio antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, menunjukkan daya tukar (term of trade) produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Perkembangan harga produk pertanian, harga komoditas yang dikonsumsi rumah tangga, biaya produksi, dan penambahan barang modal mempengaruhi pergerakan NTP. Penurunan NTP biasanya terjadi pada musim panen, dimana harga produk pertanian relatif turun.

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

91

masyarakat di perdesaan, yang sebagian besarnya adalah petani, mengalami peningkatan sehingga

dapat berada di atas garis kemiskinan, namun ternyata tidak terlalu berdampak kepada peningkatan

kesejahteraan ini.

Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani di Jawa Barat

No. Sektor, Kelompok, & Subkelompok Mar '07 Mar '08 Perubahan

NTP (%)

1 Indeks harga yang diterima petani 724,66 699,57 -3,46

1.1. Indeks tanaman bahan makanan 747,21 716,46 -4,12

- Padi 795,88 678,50 -14,75

- Palawija 629,97 719,45 14,20

- Sayuran 573,59 614,88 7,20

- Buah-buahan 875,07 878,06 0,34

1.2. Indeks tanaman perkebunan rakyat 411,75 465,22 12,99

2 Indeks harga yang dibayar petani 583,15 627,60 7,62

2.1. Indeks konsumsi rumah tangga 544,31 582,16 6,95

- Makanan 594,98 627,80 5,52

- Perumahan 526,28 571,55 8,60

- Pakaian 454,81 495,16 8,87

- Aneka barang & jasa 467,01 506,81 8,52

2.2. Indeks biaya produksi & penambahan barang modal 686,71 758,68 10,48

- Non faktor produksi 533,94 563,75 5,58

- Upah 820,37 899,09 9,60

- Lainnya 312,92 420,22 34,29

- Penambahan barang modal 422,71 436,48 3,26

3 Nilai tukar petani 124,27 111,47 -10,30

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Penurunan tingkat kesejahteraan petani ini disebabkan oleh turunnya harga komoditas

pertanian yang dihasilkan oleh petani, terutama pada subkelompok padi. Sedangkan di sisi

lain, harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani,

mengalami peningkatan. Begitu pula dengan harga barang dan jasa yang diperlukan untuk

memproduksi hasil pertanian mengalami peningkatan. Bila dibandingkan dengan kondisi pada bulan

Maret 2007, indeks harga yang dibayar petani pada bulan Maret 2008 mengalami kenaikan sebesar

7,62% (yoy), yaitu dari 583,15 menjadi 627,60. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya harga barang

dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga pertanian atau inflasi perdesaan sebesar 6,95% (yoy)

serta kenaikan harga barang dan jasa untuk produksi pertanian dan penambahan barang modal

sebesar 10,48% (yoy)

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

92

BOKS 1

AGENDA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III-2008

BIDANG SOSIAL BUDAYA

Dalam rangka mewujudkan visi pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2008 – 2013, yaitu

“Mencapai Masyarakat Jawa Barat Mandiri, Dinamis dan Sejahtera,” Gubernur dan Wakil

Gubernur Jawa Barat terpilih telah menyampaikan Agenda Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan

III-2008, yang terdiri dari lima bidang, yaitu: Bidang Umum, Bidang Pemerintahan, Bidang Sosial

Budaya, Bidang Perekonomian, serta Bidang Infrastruktur, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.

Khusus mengenai bidang sosial budaya, beberapa permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh

Jawa Barat saat ini diantaranya adalah:

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut BPS Jawa Barat pada tahun 2006 mencapai

70,05 dan pada tahun 2007 mencapai 70,76 (angka sangat sementara), masih jauh di bawah

target yang telah ditetapkan, sehingga perlu kerja keras bila ingin mencapai IPM 80 pada tahun

2010. Pencapaian IPM tersebut tidak terlepas dari kinerja kabupaten/kota, kinerja departemen

di daerah, serta kinerja investasi di Jawa Barat. Karena itu dalam mengejar ketertinggalan

pembangunan, sinergi seluruh stakeholders perlu dipelihara dan ditingkatkan dalam berbagai

bidang.

2. Pada bidang pendidikan, Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A mencapai 96,65%

atau sudah di atas target nasional (95%). Namun jumlah lulusan SD yang melanjutkan ke SMP

masih belum optimal, hal tersebut ditunjukkan dengan Angka Partisipasi Kasar (APK)

SMP/MTs?Paket B yang baru mencapai 88,90% atau di bawah target nasional (95%).

Sementara itu, pada tingkat SMA pencapaian APK SMA/SMK/MA/Paket C baru mencapai

51,83% atau masih dibawah target nasional (68,02%). Pencapaian APK SMP dan sederajat dan

APK SMA dan sederajat yang masih di bawah target berkaitan erat dengan berbagai persoalan

pendidikan, antara lain, kualitas proses belajar mengajar, permasalahan ekonomi peserta didik,

budaya, kondisi, geografis maupun sarana dan prasarana pendidikan.

3. Pada bidang kesehatan, Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih

cukup tinggi. AKB masih di atas 40 per 1.000 kleahiran hidup. Dalam hal ini terdapat 10 daerah

dengan jumlah kematian ibu tertinggi, dan juga 10 daerah dengan jumlah kematian bayi

tertinggi. Dari jumlah tersebut terdapat 8 daerah dengan jumlah kematian ibu dan kematian

bayi yang cukup tinggi. Kondisi tersebut disebabkan oleh sarana dan prasarana puskesmas yang

kurang memadai dan belum nejangkau seluruh kelompok masyarakat, serta bantuan persalinan

oleh bidan yang masih belum merata. Disamping itu masih cukup banyak bayi yang mengalami

gizi buruk atau gizi kurang. Penderita gizi buruk mencapai 38.760 orang, gizi kurang mencapai

380.673 orang yang disebabkan oleh tingkat daya beli yang masih rendah serta pengetahuan

keluarga mengenai gizi masih rendah. Pada tahun 2007 masih terdapat kasus/suspect flu

burung sebanyak 60 kasus dengan 6 orang meninggal dunia, sedangkan penderita HIV/AIDS

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

93

cenderung meningkat, mencapai 755 orang dengan HIV positif sebanyak 1.354 orang.

4. Pada bidang ketenagakerjaan, terdapat jumlah penganggur sebanyak 1.149.188 orang, dan

4.444.667 orang kerja di bawah jam kerja normal. Kondisi ketenagakerjaan berkaitan dengan

penduduk miskin yang ditunjukkan dengan jumlah penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)

sebanyak 2.897.807 orang.

Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan bidang sosial budaya tersebut, Pemerintah Provinsi

Jawa Barat telah menyusun agenda kerja triwulan III-2008, sebagai upaya awal untuk memperkuat

fondasi dalam mengatasinya, yaitu:

1. Pendidikan dengan kegiatan: 1. Dialog Pemanfaatan Alokasi Anggaran Pendidikan 20% untuk

RAPBD 2009; 2. Pencanangan Gerakan Pendidikan Bersama Masyarakat dan Program Jabar

Bebas Putus Jenjang Sekolah (JBPJS), yang terdiri dari (a) Penyerahan Beasiswa Satu Siklus

kepada 65 Mahasiswa Baru dan Beasiswa Pendidikan Tinggi untuk 1.000 mahasiswa , dan (b)

Penyerahan Beasiswa Bantuan Gubernur untuk Siswa (BAGUS) dan Beasiswa untuk Siswa

SMA/SMK; 3. Pencanangan Bebas Buta Aksara pada Peringatan Hari Aksara Internasional.

Kegiatan ini bertujuan untuk mencari upaya terobosan bersama masyarakat untuk

penuntasan bebas buta aksara, Wajib Belajar (WAJAR) Dikdas 9 tahun dan rintisan Wajar 12

Tahun, peningkatan mutu pendidikan secara bertahap dengan biaya yang tepat, disertai dengan

pengembangan Sekolah Berstandar Nasional/Internasional dan Pendidikan Luar Biasa, selain itu

dimulai juga dukungan beasiswa untuk jenjang pendidikan tinggi termasuk untuk pendidikan

kebidanan.

2. Kesehatan dengan kegiatan: 1. Penyerahan Bantuan Pelayanan Kesehatan untuk Keluarga

Miskin; 2. Pencanangan Gerakan 8 Langkah Peningkatan Umur Harapan Hidup; 3. Pencanangan

Bulan Imunisasi Murid TK/SD; 4. Gerakan Peningkatan Gizi melalui Gerakan Makan Ikan bagi

Murid TK dan SD untuk Membiasakan Makan Makanan Bergizi dan Mengandung Protein yang

Cukup. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan peralatan kesehatan bagi tenaga

medis, peningkatan pelayanan kesehatan bagi Keluarga Miskin (Gakin) serta gerakan

peningkatan kesehatan gizi bersama masyarakat, untuk murid TK dan SD.

3. Kemiskinan dan Pengangguran dengan kegiatan: 1. Gelar Karya Inovasi Lapangan Kerja

Jawa Barat; 2. Pencanangan Bursa Tenaga Kerja Dalam Negeri dan Luar Negeri; 3. Pelaksanaan

Padat Karya Infrastruktur Perdesaan; 4. Dukungan terhadap Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan

Program Keluarga Harapan (PKH); 5. Pemberian Bantuan kepada Kelompok Usaha Bersama

(KUBE); 6. Dukungan terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Kegiatan

ini bertujuan untuk menggelar aneka inovasi jenis lapangan kerja, pencanangan bursa dan

pelatihan tenaga kerja untuk Dalam Negeri dan Luar Negeri, program padat karya

pembangunan jalan desa, dan dukungan pelaksanaan BLT dan PNPM, serta KUBE.

Sumber: Agenda Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan III (Juni – September) Tahun 2008

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

96

1. PROSPEK EKONOMI MAKRO

Perekonomian Jawa Barat triwulan III-2008 berpotensi masih akan tumbuh melambat, yaitu

pada kisaran 4,40%-4,80% (yoy), sebagai dampak peningkatan tekanan inflasi di Jawa Barat.

Tekanan inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan masih cukup kuat, sehingga melemahkan daya beli

masyarakat. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank Indonesia mengindikasikan bahwa

situasi bisnis dan realisasi kegiatan usaha pada triwulan III-2008 cenderung menurun dibandingkan

triwulan II-2008 (lihat Grafik 7.1-7.2).

Grafik 7.1. Ekspektasi Situasi Bisnis

0

10

20

30

40

50

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III*)

2006 2007 2008

(%)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Bandung

Grafik 7.2. Ekspektasi Realisasi Kegiatan Dunia Usaha

0

10

20

30

40

Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III*)

2006 2007 2008

(%)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Bandung

Di sisi permintaan, melemahnya daya beli masyarakat akan berdampak pada perlambatan

laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia

mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat pada

semester II-2008 cenderung semakin menurun. Hal ini akan mendorong konsumen untuk menunda

pembelian barang-barang konsumsi, terutama untuk konsumsi non makanan. Adapun laju

pertumbuhan konsumsi makanan masih berpotensi mengalami peningkatan seiring dengan adanya

perayaan keagamaan (bulan Ramadhan) pada bulan September 2008. Sementara itu, ekspor

diperkirakan masih akan melambat seiring dengan melambatnya laju pertumbuhan negara-negara

mitra dagang Jawa Barat. Di sisi lain, peluang pendorong pertumbuhan bersumber dari investasi.

Kegiatan investasi diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan masih prospektifnya sektor

properti di Jawa Barat.

Di sisi penawaran, kekeringan yang semakin meluas di Jawa Barat akan berdampak pada

perlambatan laju pertumbuhan di sektor pertanian. Sementara itu, melemahnya permintaan

pasar domestik dan luar negeri, akan semakin mendorong perlambatan laju pertumbuhan industri TPT

serta industri alat angkutan dan mesin. Di sisi lain, sektor PHR terutama subsektor perdagangan,

berpotensi mengalami peningkatan yang didorong oleh meningkatnya perdagangan antarprovinsi dan

domestik menjelang bulan Ramadhan pada bulan September 2008.

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

97

2. PRAKIRAAN INFLASI

Inflasi IHK di Jawa Barat pada triwulan III-2008 diperkirakan masih akan mengalami tekanan,

sehingga inflasi pada triwulan tersebut secara tahunan masih tetap lebih tinggi

dibandingkan target inflasi nasional 2008 yang sebesar 5%±1% (yoy), yakni berkisar 11%-

12%. Tekanan utama inflasi pada triwulan mendatang berasal dari faktor musiman, yakni bulan

Ramadhan yang jatuh lebih awal dibandingkan tahun 2007, yang dimulai sejak 1 September 2008.

Potensi kenaikan harga juga berasal dari bahan makanan karena kenaikan biaya transportasi dan beras

pada musim paceklik. Di samping itu, pada bulan Juli hingga September, yang bertepatan dengan

dimulainya tahun ajaran baru, seperti biasanya akan menyebabkan inflasi yang bersumber dari

kenaikan biaya pendidikan, kursus dan peralatan sekolah.

Perkembangan ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi diindikasikan oleh hasil

survei kepada pengusaha (produsen),

pedagang eceran, dan konsumen di Jawa

Barat. Para pengusaha responden SKDU di Jawa

Barat sebagian besar meyakini bahwa akan terjadi

kenaikan harga jual/tarif barang dan jasa pada

triwulan III-2008. Para pedagang eceran dan

konsumen juga memperkirakan harga barang

secara umum pada triwulan II-2008 akan

mengalami kenaikan (Grafik 7.4 dan 7.5).

Menurut konsumen, kenaikan harga diperkirakan

akan terjadi terutama pada kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau; serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.

Grafik 7.4. Ekspektasi Pedagang Eceran terhadap Harga Barang dan Jasa

-1

0

1

2

3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008

% (inflasi)

70

80

90

100

110

120

130

140

150SB

SPE* SPE** SPE*** Inflasi Gab.7 Kota (mtm) Keterangan: SPE*=Ekspektasi pedagang eceran pada SPE 3 bulan sebelumnya terhadap harga pada bulan ybs; SPE**= Ekspektasi pedagang eceran pada SPE 6 bulan sebelumnya terhadap harga pada bulan ybs; SPE***= Ekspektasi pedagang eceran terhadap harga pada tahun berjalan.

Grafik 7.5. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang dan Jasa

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008

% (inflasi)

100110120130140150160170180190200SB

SK* SK** Inflasi Gab.7 Kota (mtm)

Sumber: Survei Konsumen-KBI Bandung, diolah. Keterangan: SK*= Ekspektasi konsumen pada SK 3 bulan sebelumnya terhadap harga pada bulan ybs; SK**= Ekspektasi konsumen pada SK 6 bulan sebelumnya terhadap harga pada bulan ybs.

Grafik 7.3. Ekspektasi Pelaku Usaha terhadap Perkembangan Harga Barang dan Jasa

-2

0

2

4

6

8

10

12

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

2007 2008

% (inflasi)

0

10

20

30

40

50SBT

SBT hasil SKDU Inflasi gab. 7 kota (qtq)

Inflasi gab.7 kota (yoy)

Sumber: hasil SKDU-KBI Bandung, BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

98

Faktor musiman sehubungan bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang selalu terjadi setiap tahun,

memerlukan langkah-langkah antisipatif yang sistematis baik dari pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah, serta dukungan dari pelaku usaha dan masyarakat. Di samping kebijakan

pemerintah untuk memperlancar distribusi barang dan menekan tindakan spekulatif, tentunya harus

diikutii oleh perubahan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia, yang ironisnya justu cenderung lebih

konsumtif di bulan puasa. Situasi ini berbeda dengan negara-negara lain yang mayoritas penduduknya

beragama Islam, seperti di Malaysia dan negara-negara timur tengah.

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

LAMPIRAN

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

LAMPIRAN

114

1. EKONOMI MAKRO

Tabel 1.A. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Menurut Sektor Ekonomi (Milyar Rupiah)

2007 2008 SEKTOR EKONOMI

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.Ii*)

Pertanian 9,553.28 9,181.74 9,090 10,400 10,417

Pertambangan & Penggalian 1,652.36 1,651.36 1,510 1,450 1,450

Industri Pengolahan 29,592.55 30,289.27 30,890 30,711 30,865

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,478.04 1,521.32 1,570 1,563 1,526

Bangunan/Konstruksi 2,184.42 2,249.30 2,130 2,185 2,485

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,876.64 14,807.26 15,710 14,170 14,411

Pengangkutan dan Komunikasi 3,015.66 3,048.01 3,040 3,037 3,261

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

2,121.46 2,174.84 2,050 2,032 2,412

Jasa-Jasa 4,685.14 4,710.44 4,690 4,688 4,788

PDRB 68,159.54 69,633.52 70,680 70,236 71,615

*) Proyeksi KBI Bandung

Tabel 1.B. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Penggunaan (Milyar Rupiah)

2007 2008 JENIS PENGGUNAAN

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I TW.II*)

Konsumsi Rumah Tangga 44,284 44,530 46,010 46,112 46,627

Konsumsi Pemerintah 4,471 4,310 6,000 3,279 4,679

Pembentukan Modal Tetap Bruto 11,501 12,320 12,770 12,405 12,486

Perubahan Inventori 1,775 1,960 1,680 1,819 1,919

Deskrepansi Statistik -371 1,280 340 1,520 703

Ekspor Barang dan Jasa 35,829 35,220 33,820 30,790 34,790

Dikurangi Impor 29,331 29,990 29,940 25,689 29,589

PDRB 68,159 69,630 70,680 70,239 71,615

*) Proyeksi KBI Bandung

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

LAMPIRAN

115

2. INFLASI

Tabel 2.A. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan April 2008 (%)

Kota No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 0,64 1,53 0,84 -0,68 -0,71 0,92 0,42 0,84

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,49 0,13 0,00 1,07 0,98 0,60 0,54 0,76

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

0,52 2,04 0,97 0,15 0,44 0,28 0,27 1,03

4 Sandang -0,21 0,38 -1,20 -0,60 0,79 0,95 0,42 -0,11

5 Kesehatan 0,07 0,04 0,31 2,37 1,87 0,35 0,60 0,28

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga

0,00 0,04 0,00 0,46 -0,58 0,00 0,56 0,02

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

0,06 -0,74 0,04 -0,92 2,15 -0,19 -0,25 -0,55

Umum 0,51 0,84 0,28 0,01 0,08 0,50 0,38 0,54 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2.B. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Mei 2008 (%)

Kota No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 1,31 2,81 2,43 0,80 2,61 3,04 1,22 2,04

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

0,46 1,07 1,05 0,55 0,92 0,18 0,73 0,75

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

3,54 1,95 1,13 0,76 1,18 0,98 0,18 2,39

4 Sandang 0,19 -0,04 -0,24 0,26 0,35 -0,33 0,97 0,06 5 Kesehatan 0,45 2,05 0,01 0,96 1,39 0,38 3,35 1,00

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga

0,30 0,54 0,00 0,00 -0,33 -0,11 0,64 0,30

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

1,71 1,65 1,36 1,82 2,15 1,69 2,28 1,65

Umum 1,59 1,77 1,29 0,80 1,57 1,25 1,03 1,55 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2.C Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Juni 2008 (%)

Kota No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 0,10 0,50 -0,25 -0,30 2,15 1,09 3,28 0,31

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

6,90 2,51 2,87 0,64 1,09 0,66 0,83 3,13

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

-1,74 0,17 0,38 5,00 1,90 1,71 7,47 -0,29

4 Sandang 0,60 0,20 -0,27 -0,59 0,39 0,64 0,62 0,28 5 Kesehatan 0,77 -0,05 0,83 0,15 0,77 2,33 0,23 0,52

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga

1,02 0,00 ,0,38 0,71 0,61 1,21 0,37 0,57

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

16,44 4,83 4,06 15,42 13,65 16,10 10,03 10,72

Umum 3,62 1,33 1,28 2,86 3,10 2,86 3,56 2,26 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

LAMPIRAN

116

Tabel 2.D. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Triwulan II-2008 (%)

Kota No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 7,54 4,91 3,03 5,29 11,06 5,12 4,98 3,21

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 12,73 3,75 3,94 3,89 7,49 1,46 2,12 4,69

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

3,33 4,21 2,51 7,17 4,96 2,99 7,95 3,15

4 Sandang 3,22 0,53 -1,70 2,45 4,04 1,26 2,03 0,22 5 Kesehatan 15,06 2,04 1,15 5,49 9,31 3,08 4,21 1,81

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga

1,35 0,59 0,38 1,21 -0,67 1,10 1,58 0,89

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

18,13 5,76 4,80 17,87 15,43 17,83 12,26 11,93

Umum 8,79 3,98 2,87 6,54 8,50 4,67 5,02 4,41 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2.D. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Juni 2008 (%)

Kota No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 15,86 21,40 16,68 15,52 20,65 15,91 17,62 17,96

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

14,43 5,39 9,48 8,83 10,07 8,61 13,51 9,21

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

7,38 11,11 5,22 9,11 7,78 8,08 13,71 8,28

4 Sandang 14,88 11,79 14,52 6,39 8,77 10,66 20,82 13,21 5 Kesehatan 16,40 5,31 4,82 10,15 12,08 8,70 11,91 10,10

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga

10,68 5,52 11,90 6,44 6,41 4,57 3,84 8,75

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

18,69 6,13 5,16 18,77 15,92 19,23 16,75 12,57

Umum 13,52 11,17 9,61 12,03 13,19 11,53 15,08 11,83

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

LAMPIRAN

117

3. DATA PERBANKAN

Tabel 3.A. Indikator Bank Umum di Jawa Barat Posisi bulan Maret 2008 (Rp Triliun)

Bank Umum Konvensional

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 TW I q-t-q y-o-y

Total Aset 118,82 122,65 124,99 136,39 133,59 139,72 4,58% 13,92%

DPK 92,24 95,80 95,91 105,57 101,76 105,98 4,15% 10,64%

Kredit bank pelapor 58,67 62,39 66,03 69,74 70,98 77,92 9,78% 24,88%

Kredit lokasi proyek 102,05 109,46 115,50 122,52 127,22 135,29 *) 6,34% 23,60%

LDR % 63,60 65,13 68,85 66,06 69,75 73,52

Rasio NPLs (%) 4,31 4,13 3,92 3,44 3,78 3,63

*) Posisi bulan Mei 2008

2007 Pertumbuhan2008

Pos Tertentu Tw 2

Sumber: LBU KBI Bandung

Bank Umum Syariah

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I Tw.II*) qtq yoy

Total Aset (Rp Triliun) 3,32 3,41 3,55 4,07 4,10 4,40 7,32% 28,92%

DPK (Rp Triliun) 2,46 2,5 2,59 3,14 3,21 3,56 10,90% 42,28%

Pembiayaan (Rp Triliun) 2,39 2,56 2,76 2,84 2,84 2,81 -1,11% 9,92%

- FDR (%) 96,97 102,21 106,77 90,34 88,40 78,98

NPF (%) 6,6 8,2 7,87 5,83 5,63 7,06

*) Posisi bulan Mei 2008

Indikator

2007 Pertumbuhan2008

Sumber: LBU KBI Bandung

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT - bi.go.id · Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam ... buku “Kajian Ekonomi Regional

LAMPIRAN

118

Tabel 3.B. DPK, Kredit, dan NPL Kabupaten/Kota Bank Umum di Jawa Barat (Rp Juta) Maret 2008.

NOMINAL %Kota Bogor 10,252,988 5,122,884 49.96479075 275,381 5.38 Kota Tasikmalaya 2,526,201 2,824,071 111.7912233 128,842 4.56 Kab. Cianjur 1,332,051 1,138,806 85.49267258 50,405 4.43 Kab. Bandung 1,578,714 1,295,231 82.04342268 56,722 4.38 Kab. Tasikmalaya 119,859 258,761 215.8878349 10,963 4.24 Kota Bandung 54,810,965 34,165,964 62.33417711 1,411,064 4.13 Kab. Purwakarta 979,048 1,427,520 145.8069472 57,463 4.03 Kota Bekasi 4,462,963 4,997,644 111.980404 187,889 3.76 Kota Cirebon 5,511,266 4,423,189 80.25722221 154,136 3.48 Kab. Sukabumi 431,568 511,692 118.565788 17,327 3.39 Kota Sukabumi 2,400,476 1,710,768 71.26786521 54,641 3.19 Kab. Indramayu 765,309 966,216 126.2517493 30,282 3.13 Kab. Karawang 2,561,552 1,781,836 69.56079752 52,034 2.92 Kab. Garut 958,246 1,324,141 138.1838275 35,481 2.68 Kab. Ciamis 382,588 451,268 117.9514256 11,313 2.51 Kab. Sumedang 658,366 983,912 149.4475717 24,201 2.46 Kota Banjar 493,384 615,368 124.7239473 13,533 2.20 Kab. Subang 823,479 1,194,668 145.0757093 25,994 2.18 Kab. Bekasi 3,002,312 1,296,360 43.1787236 27,379 2.11 Kab. Bogor 1,846,193 1,367,681 74.0811497 23,523 1.72 Kota Depok 3,950,722 1,052,800 26.64829365 17,441 1.66 Kota Cimahi 1,418,356 1,182,500 83.37117057 11,199 0.95 Kab. Kuningan 284,578 461,442 162.1495688 3,469 0.75 Kab. Majalengka 206,405 422,552 204.7198469 664 0.16

Jawa Barat 101,757,589 70,977,274 69.75133226 2,681,346 3.78

NPLKABUPATEN/KOTA DPK KREDIT LDR

Sumber: LBU KBI Bandung