Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

92
i Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

description

kajian ekonomi regional pada provinsi daerah istimewa yogyakarta

Transcript of Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Page 1: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

i

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

Triwulan IV 2013

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Page 2: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan VI 2013

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil

MISI BANK INDONESIA

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang

berkesinambungan

NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA

Kepercayaan dan Integritas Profesionalisme Keunggulan Kepentingan Publik Koordinasi dan

kerjasama Tim

VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi

pembangunan ekonomi daerah maupun nasional

MISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan,

efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung

pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

Page 3: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

iii

...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah,

yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat...

(Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia)

Page 4: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

iv

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta

Unit Asesmen Ekonomi & Keuangan

Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta

Telp.0274-377755 Fax.0274-371707

Softcopy laporan ini dapat diunduh pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id

Page 5: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

v

INDIKATOR TERPILIH

I II III IV I II III IV

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) 7.07 5.97 4.07 4.28 4.75 6.11 6.47 4.32

Berdasarkan Sektor

- Pertanian 10.11 0.87 4.29 (1.25) (3.90) 8.04 3.00 (2.21)

- Pertambangan & Penggalian 2.56 (0.07) 1.31 4.04 5.05 5.12 4.65 4.88

- Industri Pengolahan (3.20) (6.16) (5.34) 6.22 8.63 11.83 6.67 4.41

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 11.42 5.96 8.65 3.01 6.73 9.31 5.98 4.21

- Konstruksi 14.42 4.93 6.72 1.12 8.08 11.14 6.59 0.85

- Perdagangan, Hotel & Restoran 8.25 6.21 3.71 8.75 7.04 7.22 6.93 3.80

- Pengangkutan dan Komunikasi 5.27 6.15 5.91 7.42 6.66 6.45 5.93 6.17

- Keuangan Persewaan & Jasa Usaha 9.83 11.89 13.14 5.35 7.44 6.06 4.44 7.05

- Jasa-jasa 6.10 17.18 4.08 1.63 5.85 (2.92) 10.20 9.62

Berdasarkan Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga 6.46 6.84 6.97 6.69 6.08 5.41 5.82 5.96

- Konsumsi Pemerintah 4.23 9.83 1.09 6.10 8.09 (2.43) 10.39 5.48

- PMTB 5.29 5.37 5.29 4.11 7.22 6.20 5.24 2.22

- Ekspor 7.94 7.69 7.96 7.05 7.36 6.60 5.08 6.47

- Impor 1.71 8.09 7.85 9.57 7.61 5.16 5.82 5.01

Ekspor

- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 69.18 63.74 65.84 69.92 69.91 70.26 64.35 90.08

- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 9.74 10.08 8.82 9.06 8.50 8.96 7.61 41.61

Impor

- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 7.60 13.15 19.68 17.04 15.43 17.40 17.43 25.36

- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 2.01 5.11 10.20 4.87 6.34 8.81 5.61 5.44

Indeks Harga Konsumen

- Kota Yogyakarta 131.04 132.23 134.05 135.72 139.38 139.71991 144.24 145.65

Laju Inflasi Tahunan

- Kota Yogyakarta (%,yoy) 3.45 4.27 3.91 4.31 6.36 5.67 7.60 7.32

Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)

- Tabungan 14,710 15,658 16,464 18,663 18,207 18,904 19,909 20,661

- Giro 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043

- Deposito 11,111 11,288 11,880 11,211 12,316 12,766 13,260 11,369

Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek

- Modal Kerja 7,244 8,138 8,390 8,996 8,755 9,499 9,861 8,849

- Konsumsi 8,436 8,663 9,177 9,651 9,804 10,139 10,382 9,035

- Investasi 2,804 2,985 3,113 3,193 3,597 4,282 4,756 4,646

Kredit UMKM (Rp Miliar)

- Modal Kerja 5,541 6,099 6,207 6,613 6,427 7,091 7,239 6,274

- Investasi 1,723 1,972 2,044 2,098 2,449 3,137 3,374 2,892

Loan to Deposit Ratio (%) 61.59 63.24 62.20 62.61 62.35 65.23 64.64 60.77

NPL Gross (%) 2.75 2.70 2.78 2.35 2.62 2.49 2.45 1.70

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS

- Rata-rata Net Incoming Transfer per bulan (Rp Miliar) 4,331 5,055 3,086 5,161 2,542 3,744 3,242 3,161

- Rata-rata Warkat Incoming Transfer per bulan (lembar) 4,885 5,328 5,548 6,009 5,083 5,621 5,023 5,335

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 42.65 45.79 49.66 55.63 53.18 57.78 54.98 55.33

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar) 1,726 1,754 1,783 1,843 1,881 1,764 1,719 1,760

Indikator2012 2013

Page 6: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-Nya,

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Triwulan III 2013 yang

sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat

hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru, selain dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak ekstern

(external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi regional, maupun perkembangan

moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan.

Kami berharap agar Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat

memberikan informasi yang memadai mengenai perkembangan makro perekonomian DIY terkini. Di

samping itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas

terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami juga mengharapkan kerjasama dari berbagai

stakeholders yang sudah baik selama ini dalam menyediakan data dan informasi dapat ditingkatkan di

masa depan sehingga tersedianya informasi yang terkini dari perekonomian DIY. Oleh karena itu kami

berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang. Selain itu, kami juga

mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga

dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa

melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil

kerja yang lebih baik.

Yogyakarta, Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Arief Budi Santoso Direktur

Page 8: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

viii

DAFTAR ISI

INDIKATOR TERPILIH .......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................... xii

BAB 1 .................................................................................................................................................. 5

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI................................................................................................. 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN ............................................................................. 6

1.1. Konsumsi ............................................................................................................................ 6

1.2. Investasi .............................................................................................................................. 8

1.3. Perkembangan Ekspor - Impor ............................................................................................. 9

2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN ................................................................................ 12

2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ........................................................................... 12

2.2. Sektor Industri Pengolahan ................................................................................................ 14

2.3. Sektor Pertanian ................................................................................................................ 15

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ............................................................................... 15

2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ............................................................ 16

2.6. Bangunan ......................................................................................................................... 17

2.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ....................................................................................... 18

2.8. Sektor Penggalian ............................................................................................................. 18

2.9. Sektor Jasa-Jasa ................................................................................................................ 18

BOKS 1 : HASIL LIAISON PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DIY TRIWULAN IV 2013 .......... 20

BAB 2 ................................................................................................................................................ 23

PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................................................ 23

1. Inflasi Tahunan ......................................................................................................................... 23

2. Inflasi Triwulanan ..................................................................................................................... 25

3. Inflasi Bulanan .......................................................................................................................... 26

4. Disagregasi Inflasi ..................................................................................................................... 27

5. Ekspektasi Inflasi ...................................................................................................................... 27

6. Inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan Kota-kota di Jawa Tengah ............................................... 28

BAB 3 ................................................................................................................................................ 29

PERKEMBANGAN PERBANKAN........................................................................................................ 29

Page 9: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

ix

1. Aset ......................................................................................................................................... 29

2. Intermediasi Perbankan ............................................................................................................. 29

3. Penghimpunan Dana ................................................................................................................ 30

4. Penyaluran Kredit ..................................................................................................................... 32

5. Stabilitas Sistem Perbankan ....................................................................................................... 34

5.1. Risiko Kredit ...................................................................................................................... 34

5.2. Risiko Likuiditas ................................................................................................................. 36

6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat .................................................................................... 36

6.1. Aset .................................................................................................................................. 36

6.2. Penghimpunan Dana ......................................................................................................... 37

6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit ........................................................................................... 37

6.4. Fungsi Intermediasi ............................................................................................................ 38

7. Perkembangan Perbankan Syariah ............................................................................................. 38

7.1. Aset Perbankan Syariah ..................................................................................................... 38

7.2. Intermediasi Perbankan Syariah .......................................................................................... 38

7.3. Penghimpunan Dana ......................................................................................................... 39

7.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan .................................................................................. 39

BAB 4 ................................................................................................................................................. 41

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ........................................................................................ 41

1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI ................................................................................................... 41

1.1. Pemusnahan Uang............................................................................................................. 42

1.2. Penukaran Uang ................................................................................................................ 43

1.3. Temuan Uang Palsu ........................................................................................................... 44

2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ........................................................................................... 44

2.1. Transaksi Kliring ................................................................................................................ 44

2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) .......................................... 45

BAB 5 ................................................................................................................................................. 47

KEUANGAN PEMERINTAH) ............................................................................................................... 47

1. Pendapatan Pemerintah ............................................................................................................ 47

2. Belanja Pemerintah ................................................................................................................... 48

3. Pembiayaan Pemerintah ............................................................................................................ 49

BAB 6 ................................................................................................................................................. 51

KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN ......................................................................................... 51

1. Tenaga Kerja ............................................................................................................................ 51

Page 10: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

x

2. Kemiskinan .............................................................................................................................. 54

BAB 7 ................................................................................................................................................ 57

OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI .................................................................................. 57

1. PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI..................................................................................... 57

2. PERKIRAAN INFLASI .................................................................................................................. 58

L a m p i r a n.................................................................................................................................... 61

Page 11: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1 .......................................................................................... 6

Tabel 2 Negara Tujuan Ekspor Utama1.................................................................................................. 10

Tabel 3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran1 ........................................................................... 12

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy) ............................................... 24

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Per Kelompok Barang (%qtq) ............................................. 25

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok barang (%mtm) .............................................. 26

Tabel 2.4 Tabel Disagregasi Inflasi Tahunan .......................................................................................... 27

Tabel 3.1 Indikator Perbankan ............................................................................................................ 29

Tabel 3.2 Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi ............................................................................... 34

Tabel 3.3 Indikator Bank Perkreditan Rakyat ........................................................................................ 37

Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah ................................................................................................. 39

Tabel 4.1 Indikator Sistem Pembayaran Tunai ...................................................................................... 41

Tabel 4.2. Pemusnahan Uang .............................................................................................................. 43

Tabel 4.3 Penukaran Pecahan Uang Kecil ............................................................................................ 43

Tabel 4.4 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai............................................................................... 45

Tabel 5.1. Realisasi Penerimaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota ........................................................ 47

Tabel 5.2. Realisasi Belanja APBD DIY, Kabupaten dan Kota ............................................................... 48

Tabel 5.3. Realisasi Pembiayaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota ........................................................ 49

Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama ................................................... 53

Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan .......................................................................................... 54

Page 12: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

xii

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional ............................................................................... 5

Grafik 1.2 Survei Konsumen .................................................................................................................. 6

Grafik 1.3 Indeks Penjualan Riil ............................................................................................................. 6

Grafik 1.4 Penjualan Mobil .................................................................................................................... 7

Grafik 1.5 Penjualan Motor ................................................................................................................... 7

Grafik 1.6 Giro Pemerintah ................................................................................................................... 7

Grafik 1.7 Anggaran Belanja Daerah ..................................................................................................... 7

Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Grafik ......................................................................................................... 8

Grafik 1.8 Disagregasi Kredit Konsumsi ................................................................................................. 8

Grafik 1.10 Realisasi Penanaman Modal ................................................................................................ 8

Grafik 1.11 Realisasi Anggaran Belanja Modal ....................................................................................... 8

Grafik 1.12 Kredit Investasi ................................................................................................................... 9

Grafik 1.13 Suku Bunga Kredit dan NPL ................................................................................................ 9

Grafik 1.14 Nilai Ekspor Luar Negeri .................................................................................................... 10

Grafik 1.15 Volume Ekspor Luar Negeri ............................................................................................... 10

Grafik 1.16 Nilai Ekspor Produk Tekstil ................................................................................................ 10

Grafik 1.17 Harga Tekstil Internasional ................................................................................................ 10

Grafik 1.18 Nilai Impor Luar Negeri ..................................................................................................... 11

Grafik 1.19 Volume Impor Luar Negeri ................................................................................................ 11

Grafik 1.20 Ekspor-Impor Produk Tekstil .............................................................................................. 11

Grafik 1.21 Komoditas Impor Luar Negeri ............................................................................................ 11

Grafik 1.22 Indeks Penjualan Eceran .................................................................................................... 12

Grafik 1.23 Penjualan Listrik Kel. Bisnis ................................................................................................ 12

Grafik 1.24 Kredit Subsektor Perdagangan .......................................................................................... 13

Grafik 1.25 Ekspektasi Kegiatan Usaha ................................................................................................ 13

Grafik 1.26 Perkembangan Wisatawan ................................................................................................ 13

Grafik 1.27 Tingkat Hunian Hotel ........................................................................................................ 13

Grafik 1.28 SKDU Subsektor Hotel-Restoran ........................................................................................ 13

Grafik 1.29 Kredit Sektor PHR ............................................................................................................. 13

Grafik 1.30 Penjualan Listrik Kel. Industri ............................................................................................. 14

Grafik 1.31 SKDU Sektor Industri Pengolahan ...................................................................................... 14

Grafik 1.32 Impor Bahan Baku Industri ................................................................................................ 14

Grafik 1.33 Kredit Sektor Industri ........................................................................................................ 14

Grafik 1.34 Nilai Tukar Petani .............................................................................................................. 15

Grafik 1.35 Produksi Tanaman Pangan ................................................................................................ 15

Grafik 1.36 Produksi Hortikulura ......................................................................................................... 15

Grafik 1.37 Kredit Sektor Pertanianx .................................................................................................... 15

Grafik 1.38 Penumpang Pesawat ........................................................................................................ 16

Grafik 1.39 Penumpang Kereta Api ..................................................................................................... 16

Grafik 1.40 Penumpang Pesawat ........................................................................................................ 16

Grafik 1.41 Kredit Transportasi ............................................................................................................ 16

Grafik 1.42 Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha ......................................................................................... 17

Grafik 1.43 Nilai Tambah Bruto Bank ................................................................................................... 17

Page 13: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

xiii

Grafik 1.44 Kredit Properti ................................................................................................................... 17

Grafik 1.45 Kredit Sektor Konstruksi .................................................................................................... 17

Grafik 1.46 Kredit Listrik-Gas-Air Bersih ............................................................................................... 18

Grafik 1.47 Penjualan Listrik PLN .......................................................................................................... 18

Grafik 1.48 Kredit Sektor Penggalian ................................................................................................... 19

Grafik 1.49 Kredit Sektor Jasa .............................................................................................................. 19

Grafik 2.1. Inflasi Kota yogyakarta ....................................................................................................... 23

Grafik 2.2. Inflasi Yogykarta vs Inflasi Nasional ..................................................................................... 23

Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta ............................................................................. 25

Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta ................................................................................. 25

Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen ............................................................................................... 28

Grafik 2.6. Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks Penjualan Eceran ................................................... 28

Grafik 2.7 Inflasi Kota di Jawa Tengah & DIY ........................................................................................ 28

Grafik 3.1. LDR DIY ............................................................................................................................. 30

Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ............................................................................................................ 30

Grafik 3.3. DPK Perbankan .................................................................................................................. 30

Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan ......................................................................................... 30

Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY ..................................................................... 31

Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan .................................................................................................. 31

Grafik 3.7. Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik .................................................................................. 32

Grafik 3.8. Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik ......................................................................... 32

Grafik 3.9. Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik ........................................................................... 32

Grafik 3.10. Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik ................................................................................ 32

Grafik 3.11. Kredit Perbankan ............................................................................................................. 33

Grafik 3.12. Kredit Modal Kerja ........................................................................................................... 33

Grafik 3.13. Kredit Investasi ................................................................................................................. 33

Grafik 3.14. Kredit Konsumsi ............................................................................................................... 33

Grafik 3.15. Non Performing Loans DIY ................................................................................................ 35

Grafik 3.16. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ............................................................................ 35

Grafik 3.17. NPL Kredit Bank Sektor UtamaGrafik 3.18. Kredit Bank Sektor Lainnya .............................. 36

Grafik 4.1 Aliran kas dan Pemusnahan Uang ........................................................................................ 42

Grafik 4.2 Transaksi Kliring .................................................................................................................. 45

Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ............................................................................................................... 45

Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY ................................................................................................. 51

Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kab./Kota di DIY ......................... 52

Grafik 6.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional & DIY .............................................. 52

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kab./Kota di DIY ............................. 53

Grafik 6.4 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di DIY ................................................................... 55

Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................................................ 57

Grafik 7.2 Ekspektasi Kegiatan Usaha .................................................................................................. 57

Grafik 7.3 Ekspektasi Penghasilan ........................................................................................................ 58

Grafik 7.4 Ekspektasi Penjualan ........................................................................................................... 58

Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi ................................................................................................................... 59

Grafik 7.6 Ekspektasi Harga ................................................................................................................. 59

Page 14: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

2

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 15: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV 2013 mencapai 4,32% y.o.y lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2013 sebesar 6,47% y.o.y. Disisi permintaan sumber

pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi

pemerintah, investasi dan impor melambat. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada

triwulan laporan yaitu : (i) daya beli masyarakat masih baik, (ii) peningkatan belanja konsumsi masyarakat

pada hari besar keagaamaan (Natal dan Idul Adha), (iii) peningkatan konsumsi wisatawan seiring

kenaikan jumlah kunjungan pada libur akhir tahun, (iv) membaiknya permintaan ekspor tekstil dari

Amerika dan China, sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi Amerika dan diversifikasi pasar ekspor

ke China yang dinilai cukup berhasil, hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekspor produk tekstil ke

China tujuh kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu pelemahan

nilai tukar diperkirakan memberikan pengaruh pada perlambatan impor serta realisasi investasi PMA di

Yogyakarta. Disisi sektoral, pertumbuhan ekonomi bersumber pada sektor pengangkutan-komunikasi,

sektor industri pengolahan dan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Siklus peningkatan

kunjungan wisatawan ke DIY pada akhir tahun masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektoral

khususnya untuk sektor pengangkutan-komunikasi. Kenaikan permintaan produk tekstil dari Amerika

Serikat dan China memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sektor industri pengolahan meskipun

pelemahan nilai tukar dan kenaikan TDL memberikan tekanan terhadap kenaikan biaya produksi.

Perkembangan inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan IV tahun 2013 sebesar

7,32% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,60% (yoy). Inflasi

Kota Yogyakarta tahun 2013 berada dibawah laju Inflasi nasional sebesar 8,38% (yoy). Lebih

rendahnya laju inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan laju inflasi Nasional tersebut didukung oleh

beberapa faktor yaitu (i) Respon tekanan inflasi atas kenaikan harga BBM di Yogyakarta relatif lebih

rendah, (ii) Kecukupan pasokan dan terjaganya distribusi pangan, (iii) ekspektasi konsumsi masyarakat

Yogyakarta yang relatif stabil, serta (iii) struktur nilai konsumsi Kelompok Bahan Makanan masyarakat

Kota Yogyakarta proporsinya lebih rendah dibandingkan proporsi Nasional sehingga gejolak yang terjadi

pada harga pangan pada tahun 2013 direspon lebih stabil.

Kinerja perbankan DIY pada triwulan VI-2013 masih menunjukan perlambatan

pertumbuhan. Aset perbankan DIY tumbuh 15,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 20,12%. Dari sisi pasiva, pertumbuhan masih bersumber dari

kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,14% (yoy) dan di sisi aktiva pertumbuhan asset bersumber

dari pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 17,08% (yoy). Pertumbuhan DPK dan Kredit tersebut, di

bawah pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu masing-masing tumbuh 21,23%

Page 16: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

2

dan 21,74%. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih baik, tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 64,22% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya

sebesar 62,61%. Sementara itu, kinerja kredit membaik yang tercermin dari kualitas kredit yang relatif

lebih baik, dengan rasio Non Performing Loan Gross hanya 1,97%.

Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di DIY pada triwulan IV 2013 mengalami

net outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap transaksi tunai

pada libur akhir tahun. Net cash outflow rata-rata sebesar Rp63 miliar per bulan dengan adanya aliran

cash outflow dan kegiatan remise, posisi kas di KPw Bank Indonesia DIY tercatat sebesar Rp2.025 miliar

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2.654 miliar. Sementara itu, aktifitas

sistem pembayaran non tunai mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi pada

triwulan IV 2013. Pada triwulan laporan, rata-rata harian nilai nominal kliring meningkat 0,64% q.t.q dari

Rp54,98 miliar menjadi 55,33 miliar. Demikian juga untuk transaksi yang terjadi di RTGS, rata-rata

bulanan incoming transfer RTGS pada triwulan laporan meningkat sebesar 19,70% (q.t.q) dari Rp12.756

miliar per bulan menjadi Rp15.268miliar per bulan, sementara nominal outgoing transfer per bulan

meningkat sebesar 27,26% (q.t.q). Secara keseluruhan net incoming transfer per bulan turun 2,49%

(q.t.q) dari Rp3.242 miliar per bulan menjadi Rp3.161 miliar per bulan. Pada triwulan laporan tersebut

temuan uang palsu mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun jumlah lembar.

Kinerja gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 di sisi

penerimaan terealisasi dengan baik, namun belum optimal di sisi pengeluaran. Realisasi di sisi

penerimaan mencapai 101,55% atau sebesar Rp9,57 triliun, terutama bersumber dari Dana Perimbangan

dengan proporsi 53,33% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 25,88%. Tingginya realisasi

pendapatan sampai dengan triwulan IV-2013 terutama bersumber dari PAD yang melampaui target,

khususnya Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sementara itu, di sisi belanja

terealisasi sebesar 87,81% atau sebesar Rp8,42 triliun, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak

Langsung sebesar 67,07%. Hal ini menyebabkan neraca APBD sampai dengan posisi akhir triwulan IV-

2013 masih surplus Rp1,15 triliun.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Agustus 2013 tercatat sebesar 68,89%, turun

dibandingkan keadaan Agustus 2012 sebesar 70,85%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka

di DIY pada Agustus 2013 sebesar 3,34% menurun dibandingkan Agustus 2012 sebesar 3,97%.

Berdasarkan jenis pekerjaaannya, sekitar 55,56% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal.

Sedangkan sebesar 44,44% bekerja pada kegiatan formal. Selanjutnya ditengah perekonomian yang

meningkat dan terbukanya lapangan kerja Kemiskinan DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Page 17: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

3

Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 5,3%±0,5%(yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 4,32% (yoy). Disisi Permintaan, pertumbuhan bersumber

dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah dan impor diperkirakan

melambat. Disisi sektoral, sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor Industri Pengolahan,

Sektor Perdagangan Hotel Restoran, dan Sektor Pengangkutan. Konsumi Rumah Tangga yang

merupakan komponen utama pendorong pertumbuhan DIY diperkirakan tumbuh cukup baik pada

triwulan I 2014 dengan faktor pendorong : (i) peningkatan pendapatan masyarakat terkait realisasi

kenaikan UMP, (ii) daya beli masyarakat cukup baik yang diindikasikan masih optimisnya ekspektasi

konsumsi pada survei konsumen Bank Indonesia, serta (iii) kegiatan kampanye pemilu legislatif yang

dimulai bulan Maret.

Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 6,02±1% yoy,

melambat dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 7,32% yoy. Faktor resiko tekanan inflasi pada

triwulan I 2014 diperkirakan berasal dari beberapa hal yaitu : (i) kebijakan Pemerintah untuk menaikkan

harga elpiji 12kg, (ii) Curah hujan di atas normal diperkirakan akan terjadi hingga akhir Februari/awal

Maret 2014, sehingga potensi terjadinya banjir akan mempengaruhi produksi pangan dan distribusi

pasokan (iii) Tekanan imported inflation diperkirakan masih berpotensi terjadi seiring dengan tekanan

nilai tukar yang masih berlanjut, (iv) potensi peningkatan konsumsi terkait penyelanggaraan kampanye

pemilu legislatif, (v) Penyesuaian harga produk manufaktur atas kenaikan UMP dan kenaikan biaya bahan

baku, serta (vi) Penyesuaian tarif sewa kos/rumah yang umumnya dilakukan pengusaha di Yogyakarta di

awal tahun.

Page 18: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

4

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 19: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

5

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI

Pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV 2013 mencapai 4,32% y.o.y lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2013 sebesar 6,47% y.o.y. Disisi permintaan sumber

pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi

pemerintah, investasi dan impor melambat. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada

triwulan laporan yaitu : (i) daya beli masyarakat masih baik, (ii) peningkatan belanja konsumsi masyarakat

pada hari besar keagaamaan (Natal dan Idul Adha), (iii) peningkatan konsumsi wisatawan seiring

kenaikan jumlah kunjungan pada libur akhir tahun, (iv) membaiknya permintaan ekspor tekstil dari

Amerika dan China, sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi Amerika dan diversifikasi pasar ekspor

ke China yang dinilai cukup berhasil, hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekspor produk tekstil ke

China tujuh kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu pelemahan

nilai tukar diperkirakan memberikan pengaruh pada perlambatan impor serta realisasi investasi PMA di

Yogyakarta.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional

Disisi sektoral, pertumbuhan ekonomi bersumber pada sektor pengangkutan-komunikasi,

sektor industri pengolahan dan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Siklus peningkatan

kunjungan wisatawan ke DIY pada akhir tahun masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektoral

khususnya untuk sektor pengangkutan-komunikasi. Kenaikan permintaan produk tekstil dari Amerika

Serikat dan China memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sektor industri pengolahan meskipun

pelemahan nilai tukar dan kenaikan TDL memberikan tekanan terhadap kenaikan biaya produksi.

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Pert

umbu

han

Tahu

nan

(%)

Sumber : BPS

DIY Nasional

Page 20: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

6

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN

Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1

1.2. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV

2013. Pada triwulan laporan Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 5,96% y.o.y meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,82% y.o.y. Daya beli konsumen dan peningkatan belanja konsumsi

di hari besar keagamaan (Natal dan Idul Adha) menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi rumah

tangga. Selain itu pertumbuhan juga didukung oleh siklus peningkatan jumlah wisatawan di Yogyakarta

menjelang libur akhir tahun. Jumlah wisatawan ke DIY selama triwulan IV 2013 mencapai 1 Juta orang

dengan pertumbuhan mencapai 21,6% atau tertinggi dalam kurun waktu rata-rata 3 tahun terakhir.

Peningkatan jumlah kunjungan tersebut meningkat pada bulan Oktober dan November 2013 namun

menurun di bulan Desember terdampak banjir Jakarta1.

Grafik 1.2 Survei Konsumen

Grafik 1.3 Indeks Penjualan Riil

Meskipun tendensi konsumsi terkoreksi paska kenaikan harga BBM namun optimisme

masyarakat dalam berkonsumsi masih cukup baik yang ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan

Konsumen DIY masih lebih dari 100. Hal tersebut dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator terpilih

yaitu pertumbuhan angka penjualan kendaraan bermotor, optimisme ekspektasi konsumsi, serta

pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga.

1 Berdasarkan data Statistik Kepariwisataan DIY Th 2011-2012, jumlah kunjungan wisatawan ke DIY yang berasal dari DKI

Jakarta mencapai 20-25% dari total wisatawan.

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

%Indeks

Sumber : Survei Konsumen BI

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

%Indeks

Sumber : SPE Bank Indonesia

Indeks Penjualan Riil

Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama

Page 21: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

7

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.4 Penjualan Mobil Grafik 1.5 Penjualan Motor

Sementara itu pertumbuhan Konsumsi Pemerintah mencapai 5,49% y.o.y, lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,39% y.o.y. Sumber

perlambatan ini merupakan imbas dari penyerapan anggaran belanja yang kurang optimal. Berdasarkan

data realisasi anggaran hingga akhir triwulan IV 2013 penyerapan belanja daerah oleh Pemerintah

Provinsi/Kab/Kota hanya berkisar ±88% terhadap target anggaran.

Grafik 1.6 Giro Pemerintah Grafik 1.7 Anggaran Belanja Daerah

Disisi pembiayaan perbankan, dampak kenaikan BI Rate yang direspon oleh kenaikan

Suku Bunga pinjaman mulai memberikan pengaruh pada perlambatan kredit konsumsi. Pada

akhir triwulan IV 2013 kredit konsumsi rata-rata tumbuh 9,43% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,49% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan kredit konsumen

terjadi pada subkelompok kredit kendaraan bermotor (Grafik 1.8).

8.00

9.00

10.00

11.00

12.00

13.00

100,000

110,000

120,000

130,000

140,000

150,000

160,000

170,000

180,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Chart T itle

Penjualan Mobil Pertumbuhan Tahunan (%)

8.00

8.25

8.50

8.75

9.00

1,300,000

1,350,000

1,400,000

1,450,000

1,500,000

1,550,000

1,600,000

1,650,000

1,700,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Unit Chart Title

Penjualan Sepeda Motor

Pertumbuhan Tahunan (yoy)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Sumber : Bank Indonesia

Chart Title

Outstanding Giro Pemerintah Pertumbuhan Tahunan (% yoy) % (yoy)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

I II III IV I II III IV

2012 2013

Sumber : DPPKAD Prov/Kab/Kota (Diolah)

Chart Title

Page 22: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

8

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Grafik Grafik 1.8 Disagregasi Kredit Konsumsi

1.3. Investasi

Pada triwulan IV 2013 pertumbuhan investasi sebesar 2,22% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,24% (y.o.y). Perlambatan ini

diperkirakan terjadi pada investasi bangunan sementara investasi non bangunan diperkirakan masih

tumbuh baik. Perlambatan pada investasi bangunan tersebut dikonfirmasi oleh menurunnya

pertumbuhan pada sektor konstruksi serta perlambatan kredit yang terkait sektor tersebut. Sementara

investasi mesin dan peralatan diperkirakan masih optimis seiring dengan peningkatan permintaan

produk-produk industri untuk pemenuhan pasar ekspor yang mulai tumbuh, khususnya pada produk

tekstil dan meubel.

Data BKPM mencatat bahwa perlambatan investasi di DIY pada triwulan IV 2013

bersumber pada investasi PMA sementara investasi PMDN tumbuh baik. Investasi PMA pada

triwulan laporan sebesar US$ 3,51 Juta menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar USS$ 14,4 Juta. Sementara nilai realisasi investasi PMDN pada triwulan laporan sebesar Rp 151

Miliar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 10 Miliar.

Grafik 1.10 Realisasi Penanaman Modal Grafik 1.11 Realisasi Anggaran Belanja Modal

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

5000

5500

6000

6500

7000

7500

8000

8500

9000

9500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Sumber : Bank Indonesia

Chart Title

Kredit Konsumsi Pertumbuhan Tahunan (% yoy) % (yoy)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Chart Title

Pertumb. Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen

Pertumb. Kredit Pemilikan Kendaraan

Pertumb. Kredit Konsumsi Lain2

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

I II III IV I II III IV

2012 2013

Rp Miliar

Sumber : BKPM

Chart Title

PMA (US$ Juta) PMDN (Rp Miliar)

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV

2012 2013

Sumber : DPPKAD Prov/Kab/Kota (Diolah)

Chart Title

Page 23: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

9

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Ditengah kebijakan moneter ketat yang ditempuh oleh Bank Sentral selama triwulan IV

2013, pertumbuhan kredit investasi di DIY masih tumbuh stabil. Kenaikan BI Rate yang direspon

oleh perbankan melalui peningkatan suku bunga kredit belum berpengaruh pada pertumbuhan kredit

investasi. Pada triwulan laporan kredit tumbuh 57,11% (y.o.y) stabil dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya sebesar 57,08% (y.o.y). Demikian halnya dengan tingkat NPL yang menunjukkan

kecenderungan menurun selama triwulan laporan.

Grafik 1.12 Kredit Investasi Grafik 1.13 Suku Bunga Kredit dan NPL

1.4. Perkembangan Ekspor - Impor

Ekspor DIY pada triwulan IV 2013 tumbuh 6,47% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,08% (y.o.y). Kenaikan tersebut terutama didorong

oleh ekspor luar negeri sementara ekspor dalam negeri relatif stabil. Tercatat nilai ekspor luar negeri DIY

pada triwulan laporan sebesar US$90,08 Juta tumbuh secara tahunan sebesar18,83% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,27% (y.o.y) dengan nilai ekspor hanya

sebesar US$64 juta.

Peningkatan ekspor luar negeri terutama didorong oleh kenaikan ekspor tekstil dan

meubel. Kenaikan ekspor tekstil disebabkan oleh beberapa faktor : (i) Membaiknya perekonomian

Amerika Serikat sehingga permintaan tekstil meningkat, (ii) Depresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

memberikan surplus margin kepada eksportir meskipun harga tekstil internasional cenderung menurun,

(iii) Diversifikasi pasar ekspor tekstil ke China cukup berhasil yang ditunjukkan oleh nilai ekspor yang

tumbuh hingga tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

0

10

20

30

40

50

60

70

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% yoyRp Miliar

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Investasi Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

12.00

12.50

13.00

13.50

14.00

14.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Suku Bunga Investasi Tertimbang (%) NPL Kredit Investasi (%)

Suku Bunga (%) NPL %

Page 24: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

10

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.14 Nilai Ekspor Luar Negeri Grafik 1.15 Volume Ekspor Luar Negeri

Grafik 1.16 Nilai Ekspor Produk Tekstil Grafik 1.17 Harga Tekstil Internasional

Berdasarkan tujuan negaranya kenaikan ekspor DIY terutama terjadi untuk Amerika

Serikat dan China, sementara ekspor ke negara tujuan utama lainnya relatif melambat.

Kenaikan ekspor produk tekstil ke China menggambarkan terbukanya pasar baru produk tekstil DIY. Hal

ini cukup menggembirakan karena secara historis ekspor tekstil DIY lebih banyak ditujukan ke Amerika

dan Uni Eropa.

Tabel 2 Negara Tujuan Ekspor Utama1

Pertumbuhan impor pada triwulan IV 2013 sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan impor tumbuh 5,01% (y.o.y) sementara pada triwulan sebelumnya

tumbuh 5,81% (y.o.y). Perlambatan terjadi pada impor antar daerah, sementara impor luar negeri masih

tumbuh baik. Tercatat nilai impor luar negeri pada triwulan IV 2013 sebesar US$ 25,4 Juta tumbuh 48%

(y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 11% atau sebesar US$ 17,4%

(y.o.y).

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV

2012 2013

%, yoyJuta USD

Nilai Ekspor Pertumbuhan (rhs)

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

I II III IV I II III IV

2012 2013

% yoyRibu TON

SUmber : DSM Bank Indonesia

Nilai Ekspor Pertumbuhan Tahunan-rhs

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

1 2 3 4 1 2 3 4

2012 2013

Sumber : DSM - Bank Indonesia

% yoyUS$ Juta

Tho

usa

nd

s

Nilai Ekspor Tekstil (US$ Juta) Pertumbuhan Tahunan - rhs

640.00

660.00

680.00

700.00

720.00

740.00

760.00

780.00

800.00

820.00

840.00

860.00

73.00

74.00

75.00

76.00

77.00

78.00

79.00

80.00

81.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013Sumber : Bloomberg

Rp RibuUS$ Harga US$ Harga Rupiah

Page 25: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

11

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Perlambatan impor terutama didorong oleh dampak melemahnya nilai tukar pada

triwulan IV 2013, namun perlambatan yang terjadi diredam oleh peningkatan permintaan

impor terhadap bahan baku tekstil untuk pemenuhan produksi ekspor [Grafik 19]. Bahan baku impor

tekstil pada triwulan laporan mempunyai pangsa 71% terhadap keseluruhan impor luar negeri DIY.

Grafik 1.18 Nilai Impor Luar Negeri Grafik 1.19 Volume Impor Luar Negeri

Grafik 1.20 Ekspor-Impor Produk Tekstil Grafik 1.21 Komoditas Impor Luar Negeri

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV

2012 2013

%, yoyJuta USD

Nilai Impor Pertumbuhan (rhs)

(200.00)

-

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

-

2,000.00

4,000.00

6,000.00

8,000.00

10,000.00

12,000.00

I II III IV I II III IV

2012 2013

% yoyTON

Sumber : DSM Bank Indonesia

Nilai Impor Pertumbuhan - rhs

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

-

10,000.00

20,000.00

30,000.00

40,000.00

50,000.00

60,000.00

I II III IV I II III IV

2012 2013

% yoyUS$ Juta

Sumber : DSM Bank Indonesia

Impor Tekstil Ekspor Tekstil

Pertumbuhan Impor Tekstil - rhs Pertumbuhan Ekspor Tekstil - rhs

Kayu Olahan6.76%

Barang Logam3.23%

Tekstil71.95%

Alat Listrik3.11% Barang Kulit

2.02%

Barang Kertas3.03%

Lainnya9.90%

Sumber : DSM Bank Indonesia

Page 26: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

12

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN

Tabel 3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran1

2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran pada triwulan IV 2013 tumbuh 3,80% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,93% (y.o.y). Perlambatan

pertumbuhan di Subsektor Perdagangan diperkirakan memberikan kontribusi terhadap perlambatan di

sektor PHR sementara SubSektor Hotel dan Restoran masih tumbuh stabil. Dalam triwulan laporan

tersebut walaupun daya beli masyarakat berangsur pulih pada triwulan IV 2013 paska kenaikan harga

BBM, namun belum mampu mendorong Subsektor Perdagangan tumbuh seperti rata-rata historis 3

tahun sebelumnya. Melambatnya kinerja Subsektor Perdagangan dikonfirmasi oleh beberapa prompt

indikator yaitu (i) perlambatan pada indeks penjualan riil, (ii) konsumsi listrik kelompok bisnis, (iii) kredit

sub sektor perdagangan dan (iv) indeks ekspektasi kegiatan usaha

Grafik 1.22 Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.23 Penjualan Listrik Kel. Bisnis

Disisi lain perkembangan Subsektor Perhotelan dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup

baik seiring dengan siklus kunjungan wisatawan pada akhir tahun. Optimisme perkembangan

pada Subsektor Hotel dan Restoran dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu : (i) jumlah

wisatawan domestik/mancanegara, (ii) tingkat hunian hotel, (iii) Indeks Realisasi Kegiatan Usaha

Subsektor Hotel-Restoran pada Survei Kegiatan Dunia Usaha.

0

5

10

15

20

25

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Index

Sumber : SPE Bank Indonesia

Indeks Penjualan Riil Pertumbuhan Tahunan - rhs

-5

0

5

10

15

20

25

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)MWh

Sumber : PLN

Penj. Listrik Bisnis Pertumbuhan Tahunan - rhs

Page 27: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

13

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.24 Kredit Subsektor Perdagangan Grafik 1.25 Ekspektasi Kegiatan Usaha

Grafik 1.26 Perkembangan Wisatawan Grafik 1.27 Tingkat Hunian Hotel

Grafik 1.28 SKDU Subsektor Hotel-Restoran Grafik 1.29 Kredit Sektor PHR

Sementara dari sisi pembiayaan menunjukkan pertumbuhan yang stabil, outstanding kredit

yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp 7,2 T tumbuh

43,41% (y.o.y) relatif sama dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 43,74% (y.o.y)

20

25

30

35

40

45

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp Miliar

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Perdagangan Pertumbuhan Tahunan - rhs

-

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Indeks

Sumber : Bank Indonesia

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2011 2012 2013

Chart Title

Wisawatan DomestikWisatawan AsingPertumbuhan Wisdom - rhsPertumbuhan Wisman - rhs

% (yoy)orang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% Chart Title

Bintang Non Bintang

-0.80

-0.60

-0.40

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2011 2012 2013

Sumber : SKDU Bank Indonesia

Chart TitleIndeks

0

10

20

30

40

50

60

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Kredit PHR gPHR (rhs)

Page 28: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

14

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,41% (y.o.y), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 6,67% (y.o.y). Perlambatan yang terjadi pada Sektor Industri

pengolahan dipengaruhi beberapa faktor yaitu (i) meningkatnya biaya produksi terkait penyesuaian harga

TDL dan BBM, (ii) kenaikan harga bahan baku impor sebagai dampak depresiasi rupiah. Namun

perlambatan ini agak tertahan oleh membaiknya permintaan produk tekstil ke Amerika Serikat dan

China. Perlambatan yang terjadi pada sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu : (i)

konsumsi listrik industri, (ii) menurunnya indeks realisasi kegiatan usaha dalam survei kegiatan dunia

usaha, dan (iii) Nilai impor komoditas bahan baku industri.

Grafik 1.30 Penjualan Listrik Kel. Industri Grafik 1.31 SKDU Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.32 Impor Bahan Baku Industri Grafik 1.33 Kredit Sektor Industri

Dukungan pembiyaan perbakan terhadap sektor ini cukup baik. Outstanding kredit sektor

Industri Pengolahan pada posisi akhir bulan Desember 2013 berjumlah Rp1.472 miliar atau tumbuh

28,08% y.o.y.

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)MWh

Sumber : PLN

Penj. Listrik Bisnis Pertumbuhan Tahunan - rhs

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2011 2012 2013

Sumber : SKDU Bank Indonesia

Chart TitleIndeks

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

1 2 3 4 1 2 3 4

2011 2012

Sumber : DSM Bank Indonesia

Chart TitleImpor Bahan Baku Pertumbuhan Tahunan - rhs % (yoy)TON

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Sektor Industri Pertumbuhan Tahunan - rhs

Page 29: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

15

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

2.3. Sektor Pertanian

Sektor Pertanian pada triwulan IV 2013 terkontraksi -2,21% (y.o.y) menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya (3% y.o.y). Penurunan terjadi pada produksi Jagung, Cabe Merah dan Bawang

Merah, sementara produksi padi masih mengalami pertumbuhan. Pada bulan Oktober 2013 produksi

cabe mengalami penurunan karena pergantian musim. Menurunnya produksi cabe dikonfirmasi oleh

peningkatan harga cabe di pasaran tradisional mengingat permintaan cabe saat ini stabil. Sementara itu

pada Desember 2013, produksi Bawang Merah di Bantul menurun karena lahan pertanian terkena banjir.

Menurunnya produksi juga pertanian dikonfirmasi oleh menurunnya Nilai Tukar Petani DIY [Grafik 1.34]

Kredit pertanian pada triwulan IV 2013 terkontraksi seiring dengan penurunan

pertumbuhan sektor pertanian. Outstanding kredit mencapai Rp 520 Miliar dengan pertumbuhan

terkontraksi 0,28% (y.o.y)

Grafik 1.34 Nilai Tukar Petani Grafik 1.35 Produksi Tanaman Pangan

Grafik 1.36 Produksi Hortikulura Grafik 1.37 Kredit Sektor Pertanianx

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV 2013 tumbuh 6,17% (y.o.y), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,93% (y.o.y). Peningkatan ini terjadi seiring dengan pola

umum kenaikan jumlah wisatawan di DIY pada liburan akhir tahun. Jumlah wisatawan meningkat pada

bulan Oktober dan November 2013 namun tertahan pada bulan Desember 2013 karena terdampak

-2.0

-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

%Indeks

Nilai Tukar Petani

Indeks Nilai Tukar Petani Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

(100.0)

(50.0)

-

50.0

100.0

150.0

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

I II III IV I II III IV

2012 2013

TON %

Sumber : Dinas Pertanian (diolah)

Produksi Padi (ton)

Produksi Jagung

Pertumbuhan Tahunan Padi - rhs

Pertumbuhan Tahunan Jagung - rhs

(100.0)

(50.0)

-

50.0

100.0

150.0

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

I II III IV I II III IV

2012 2013

% yoyKuintal

Produksi Cabe Merah (kw) Produksi Bawang Merah (kw)

Pertumbuhan Cabe Merah - rhs Pertumbuhan Bawang Merah - rhs

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Kredit Pertanian gPertanian (rhs)

Page 30: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

16

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

banjir Jakarta mengingat rata-rata 20-25% wisatawan DIY berasal dari Ibukota. Peningkatan sektor ini

dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu (i) peningkatan jumlah penumpang pesawat, (ii)

perkembangan penumpang kereta api, (iii) Jumlah kendaraan bermotor, serta (iv) pertumbuhan kredit

sektor transportasi.

Grafik 1.38 Penumpang Pesawat Grafik 1.39 Penumpang Kereta Api

Grafik 1.40 Penumpang Pesawat Grafik 1.41 Kredit Transportasi

Seiring dengan kenaikan sektor pengangkutan dan komunikasi, outstanding kredit yang

disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 turut mengalami peningkatan sebesar

18,78% (y.o.y) dengan realisasi penyaluran sebesar Rp 343 Miliar.

2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada triwulan IV 2013 tumbuh 7,05%

y.o.y, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,44% y.o.y Peningkatan terjadi

pada Sub Sektor Persewaan dan Jasa. Libur akhir tahun, serta peningkatan kegiatan MICE oleh

Pemerintah Daerah/Pusat di akhir tahun anggaran mendorong kinerja di sub sektor tersebut. Sementara

pada Sub Sektor Keuangan diperkirakan menurun yang ditunjukkan oleh melambatnya Nilai Tambah

Bruto bank umum di DIY [Grafik 1.23]. Hal ini sebagai dampak dari kenaikan suku bunga bank yang

meningkatkan biaya dana sementara pertumbuhan kredit mengalami perlambatan.

(70.00)

(60.00)

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Sumber : PT KAI

Penumpang Kereta

Pertumbuhan Tahunan - rhs

orang % yoy

(5)

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Sumber : BPS DIY

Datang Berangkat gDatang - rhs gBerangkat - rhsorang yoy %

7.00

8.00

9.00

10.00

11.00

12.00

13.00

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Sumber : POLDA DIY

Sepeda Motor Mobil gSEPEDA MOTOR gMOBIL

Unit % yoy

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Transportasi gKredit Transportasi - rhs

Page 31: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

17

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Pembiayaan kredit jasa dunia usaha menunjukkan penurunan, Outstanding kredit yang

disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp 2,3 T terkontraksi

1,22% y.o.y

Grafik 1.42 Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Grafik 1.43 Nilai Tambah Bruto Bank

2.6. Bangunan

Sektor Bangunan pada triwulan laporan tumbuh 0,85% y.o.y, lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,59% y.o.y. Faktor yang

mendorong perlambatan di sektor ini antara lain : (i) kenaikan suku bunga perbankan, (ii) pengetatan

aturan Loan to Value untuk rumah tipe > 70, serta (iii) pengetatan aturan KPR Inden. Hal tersebut juga

dikonfirmasi dari sisi pembiayaan, yang menunjukkan dukungan pembiayaan perbankan ke sektor

konstruksi melambat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada posisi Desember

2013 sebesar Rp446 miliar, atau tumbuh 24,41% y.o.y

Grafik 1.44 Kredit Properti Grafik 1.45 Kredit Sektor Konstruksi

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Kredit Jasa Dunia Usaha gJasa (rhs)

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

%

Sumber : Bank Indonesia

-20

0

20

40

60

80

100

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

KPR Type < 70 KPR Type > 70

gKPR Tipe<70 gKPR Tipe>70

0

20

40

60

80

100

120

140

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Bangunan gBangunan (rhs)

Page 32: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

18

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

2.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,21% (y.o.y), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (9,30% y.o.y). Kenaikan TDL diperkirakan menjadi

pendorong perlambatan di sektor ini. Hasil liason menyatakan bahwa beberapa pelaku usaha perhotelan

di Yogyakarta melakukan efisiensi listrik terkait kenaikan TDL.

Jumlah penyaluran kredit di sektor ini relatif stabil. Outstanding kredit pada posisi akhir

Desember 2013 mencapai Rp40,19 miliar, atau terkontraksi 20,28% y.o.y.

Grafik 1.46 Kredit Listrik-Gas-Air Bersih Grafik 1.47 Penjualan Listrik PLN

2.8. Sektor Penggalian

Kinerja di sektor Penggalian pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,88% y.o.y, relatif stabil

dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebesar 4,65% (y.o.y). Kegiatan usaha

sektor ini banyak didominasi oleh usaha penambangan pasir dan bahan galian C. Jumlah penyaluran

kredit di sektor ini relatif stabil. Outstanding kredit pada posisi akhir Desember 2013 mencapai Rp24,82

miliar, atau tumbuh 51,20% y.o.y.

2.9. Sektor Jasa-Jasa

Sektor Jasa-jasa pada triwulan IV 2013 tumbuh 9,62% (y.o.y), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 10,20% (y.o.y). Perlambatan tersebut didorong oleh menurunnya

realiasasi belanja Pemda mengingat sektor ini didominasi oleh Subsektor Jasa Pemerintahan Umum.

Sebagaimana diketahui, pada triwulan IV belanja Pemda turun dibanding triwulan III.

Pembiayaan kredit sektor jasa mengalami peningkatan, outstanding kredit di sektor ini hingga

Desember 2013 mencapai Rp3,45 T, terkontraksi 3,89% y.o.y.

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Kredit LGA gListrik (rhs)

-5

0

5

10

15

20

25

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)MWh

Sumber : PLN

Listrik (MWh) gListrik (yoy)

Page 33: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

19

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Grafik 1.48 Kredit Sektor Penggalian Grafik 1.49 Kredit Sektor Jasa

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Kredit Penggalian gPenggalian (rhs)

-20

0

20

40

60

80

100

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% (yoy)Rp miliar

Kredit Sektor Jasa gPenggalian (rhs)

Page 34: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

20

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

BOKS 1 : HASIL LIAISON PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DIY TRIWULAN

IV 2013

Secara keseluruhan, kegiatan dunia usaha di DI Yogyakarta pada triwulan IV 2013

diindikasikan sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terjadi

merata di hampir semua sektor terutama pada usaha yang berorientasi domestik. Sedangkan untuk

usaha yang berorientasi ekspor tetap tumbuh meskipun masih dibawah pertumbuhan rata-rata.

Grafik 1.50 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha di DI Yogyakarta (SKDU Tw.III 2013)

Biaya Produksi

Pada tahun 2013 kenaikan biaya-biaya dinilai meningkat di atas normal karena hampir

semua komponen biaya utama seperti biaya bahan baku, biaya energi, dan biaya upah

mengalami kenaikan yang signifikan. Diakui bahwa kenaikan terbesar terjadi pada bahan baku

khususnya yang berasal dari impor. Hal ini paling dirasakan oleh pelaku usaha di sektor industri

pengolahan khususnya sub-sektor pengolahan makanan, minuman & tembakau, serta di sektor jasa-jasa

khususnya jasa kesehatan. Kenaikan biaya-biaya tersebut mendorong pelaku usaha untuk menaikkan

harga. Namun pelaku usaha mengaku prosentase kenaikan harga yang terjadi masih di bawah

prosentase kenaikan biaya. Langkah ini diambil untuk tetap mempertahankan tingkat permintaan.

Namun hal ini tentunya berdampak pada semakin tipisnya marjin yang didapat oleh pelaku usaha.

Akibatnya, pelaku usaha berencana menaikkan harga jual di awal tahun 2014 mendatang.

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Perkiraan Realisasi

SBT (%)

Page 35: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

21

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Permintaan Pasar

Penurunan permintaan di triwulan IV 2013 dialami oleh hampir semua sektor terutama

pada usaha yang berorientasi domestik yaitu sektor perdagangan, hotel & restoran; sektor

jasa-jasa; sektor industri pengolahan; dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Di

sektor perdagangan, hotel & restoran khususnya sub-sektor restoran, penurunan permintaan lebih

disebabkan oleh turunnya nilai pengeluaran per-konsumen. Sedangkan untuk volume permintaan sendiri

masih mengalami pertumbuhan. Di sektor jasa-jasa khususnya sub-sektor jasa kesehatan, penurunan

disebabkan oleh menyusutnya ukuran pasar akibat adanya efisiensi yang dilakukan oleh pelanggan

korporasi. Menyusutnya ukuran pasar ini juga terjadi pada sektor industri pengolahan khususnya di sub-

sektor makanan, minuman & tembakau. Namun kali ini penyusutan ukuran pasar lebih diakibatkan

turunnya daya beli khususnya pada kalangan menengah ke bawah karena naiknya biaya hidup. Senada

dengan itu di sektor sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan khususnya sub-sektor Lembaga

Keuangan Non-Bank (LKNB), penurunan juga dipengaruhi melemahnya daya beli. Selain itu pada sub-

sektor ini kondisi ikut diperparah dengan semakin ketatnya persaingan. Sedangkan untuk pasar ekspor,

permintaan masih tetap tumbuh meskipun masih dibawah pertumbuhan rata-rata. Peningkatan

permintaan terutama dialami oleh sektor pertanian khususnya sub-sektor perkebunan yang dipengaruhi

oleh menguatnya nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah. Kalaupun terjadi sedikit perlambatan adalah

pada ekspor dengan tujuan Kawasan Timur Tengah yang sempat mengalami ketidakstabilan politik dan

keamanan. Sedangkan di sisi lain pada sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan ekspor

khususnya pada sub-sektor pengolahan barang kayu & hasil hutan lainnya. Penurunan ini lebih

dipengaruhi oleh turunnya permintaan ekspor terutama oleh pasar Amerika dan Eropa serta semakin

ketatnya persyaratan/kualifikasi ekspor ke negara tujuan ekspor tersebut khususnya terkait penggunaan

bahan baku kayu dan hasil hutan lainnya.

Kapasitas Utilisasi Usaha

Rata-rata kapasitas utilisasi terpakai pada dua sektor utama yaitu sektor pertanian dan

sektor industri pengolahan adalah 63,33%, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan

kapasitas utilisasi terutama dialami oleh sektor industri pengolahan, terutama sub-sektor pengolahan

barang kayu & hasil hutan lainnya. Tren penurunan kapasitas utilisasi ini telah terjadi sejak tahun 2008.

Saat ini kapasitas utilisasi dari perusahaan-perusahaan yang masih bertahan pun rata-rata tidak mencapai

40%. Sedangkan kapasitas utilisasi pada sub-sektor pengolahan makanan, minuman & tembakau masih

stabil bahkan pelaku usaha terus melakukan investasi guna meningkatkan kapasitas produksi. Di sisi lain

kapasitas utilisasi di sektor pertanian khususnya sub-sektor perkebunan masih mengalami pertumbuhan

seiring dengan meningkatnya permintaan.

Page 36: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

22

Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Perkiraan Kondisi Usaha 2014

Pelaku Usaha optimis bahwa kegiatan usaha di tahun 2014 diperkirakan akan

mengalami peningkatan usaha meskipun di bawah pertumbuhan normal. Sektor yang

diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif diantaranya sektor pertanian, sektor perdagangan,

hotel & restoran dan sektor keuangan, persewaaan & jasa perusahaan. Berlawanan dengan itu, pelaku

usaha di sektor industri pengolahan justru memperkirakan akan mengalami penurunan usaha di tahun

mendatang. Pelaku Usaha di sektor pertanian dan industri pengolahan menyatakan bahwa saat ini rata-

rata kapasitas utilisasi mencapai 63,33%, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan kapasitas

utilisasi terutama dialami oleh sektor industri pengolahan, terutama sub-sektor pengolahan barang kayu

& hasil hutan lainnya. Sedangkan kapasitas utilisasi di sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan

seiring dengan meningkatnya kegiatan usaha.

Page 37: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

23

Bab 2 Perkembangan Inflasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

Perkembangan inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2013 sebesar 7,32% (yoy)

berada dibawah laju Inflasi nasional sebesar 8,38% (yoy). Lebih rendahnya laju inflasi Kota

Yogyakarta dibandingkan laju inflasi Nasional tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu (i) Respon

tekanan inflasi atas kenaikan harga BBM di Yogyakarta relatif lebih rendah, (ii) Kecukupan pasokan dan

terjaganya distribusi pangan, (iii) ekspektasi konsumsi masyarakat Yogyakarta yang relatif stabil, serta (iii)

struktur nilai konsumsi Kelompok Bahan Makanan masyarakat Kota Yogyakarta proporsinya lebih rendah

dibandingkan proporsi Nasional sehingga gejolak yang terjadi pada harga pangan pada tahun 2013

direspon lebih stabil.

Sementara tekanan inflasi Kota Yogyakarta triwulan IV 2013 tercatat sebesar 0.98% qtq,

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,23% qtq, perlambatan tersebut

didorong oleh faktor kecukupan pasokan dan terkendalinya ekspektasi konsumsi rumah tangga.

Grafik 2.1. Inflasi Kota yogyakarta Grafik 2.2. Inflasi Yogykarta vs Inflasi Nasional

1. Inflasi Tahunan

Tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV 2013 menunjukkan perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok barang, perlambatan bersumber dari Kelompok Bahan

Makanan (12,31% yoy), Kelompok Kesehatan (3,09% yoy) dan Kelompok Sandang (0,00% yoy),

sementara peningkatan inflasi terjadi pada Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan (10,46% yoy),

Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (8,15% yoy), Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-

Bahan Bakar (5,18%) dan Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (3,17% yoy).

Pada kelompok bahan makanan, laju inflasi mengalami perlambatan sejalan dengan

perbaikan pasokan produk tanaman pangan dan hortikultura serta meredanya kenaikan

harga-harga setelah mengalami faktor koreksi harga BBM. Pada kelompok ini perlambatan inflasi

terutama didorong oleh Subkelompok Padi-padian, Subkelompok Sayuran dan Subkelompok Ikan.

Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain : Beras, Kol, Sawi, dan Wortel.

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2011 2012

% yo

y

% m

tm %

qtq

Sumber : BPS DIY

yoy mtm qtq

Grafik 2.1 Inflasi Kota Yogyakarta

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

% y

oy

Sumber : BPS DIY

Inflasi Kota Yogyakarta

Inflasi Nasional

Grafik 2.2 Inflasi Yogyakarta vs Inflasi Nasional

Page 38: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

24

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Penurunan harga beras didukung oleh peningkatan produksi padi pada triwulan IV-2013. Data Dinas

Pertanian DIY mencatat bahwa perkiraan produksi padi pada periode Oktober-Desember 2013 mencapai

120ribu ton atau tumbuh 89% yoy. Sementara stok beras Bulog sampai dengan akhir tahun 2013

mencukupi mencapai 31.900 ton.

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy)

Pada kelompok makanan jadi-minuman-rokok dan tembakau mengalami kenaikan inflasi.

Hal ini disebabkan pedagang menaikkan harga kuliner seiring dengan pola peningkatan jumlah

wisatawan yang berkunjung di akhir tahun. Pada kelompok ini, peningkatan inflasi terutama

didorong oleh Subkelompok Makanan jadi, dan Subkelompok Tembakau-Minuman Beralkohol. Adapun

komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain : Gudeg, Sate, dan Rokok. Peningkatan harga

kuliner Gudeg dan Sate lebih disebabkan karena pedagang mengambil kesempatan untuk meningkatkan

keuntungan ditengah peningkatan jumlah wisatawan sementara peningkatan harga Rokok disebabkan

oleh kenaikan harga Tembakau di Jawa Timur.

Pada kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami kenaikan inflasi.

Kenaikan tersebut sejalan musim peak seassion wisatawan yang direspon dengan kenaikan harga tiket

pesawat dan tiket kereta api pada musim libur akhir tahun.

Kelompok berikutnya yang memberikan andil tekanan inflasi cukup besar pada triwulan IV

2013 adalah Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar kenaikan inflasi tersebut didorong

oleh kenaikan TDL tahap IV yang diberlakukan pada 1 Oktober 2013.

Dalam upaya meredam tekanan inflasi triwulan IV 2013, Tim Pengendalian Inflasi DIY telah

melakukan beberapa langkah yaitu : (i) Mengintensifkan tracking dan monitoring baik harga,

pasokan, dan stok untuk setiap komoditas utama penyumbang inflasi, sehingga mampu memberikan

keyakinan kepada masyarakat bahwa pasokan kebutuhan pokok menjelang akhir tahun dapat dimonitor

dan dicukupi, (ii) Kecukupan pasokan diinformasikan kepada masyarakat melalui media massa, (iii)

I II III IV I II III IV I II III IV

U M U M / T O T A L 7.53 5.90 4.68 3.88 3.45 4.27 3.90 4.31 6.36 5.67 7.60 7.32

BAHAN MAKANAN 16.70 7.37 5.39 1.82 1.91 6.49 7.66 8.11 19.30 14.07 15.05 12.31

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 6.57 7.01 7.75 7.07 5.41 6.09 5.71 6.90 6.38 5.74 7.83 8.15

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 5.36 5.37 3.10 3.01 3.00 3.28 2.93 2.99 4.24 4.36 4.73 5.18

SANDANG 6.92 5.85 12.49 9.40 9.84 7.81 2.91 3.55 1.58 0.15 1.08 0.00

KESEHATAN 4.88 6.11 5.31 5.64 3.12 1.65 1.74 1.93 2.03 2.91 3.22 3.09

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.69 4.04 2.50 1.73 1.88 2.11 1.23 1.43 1.52 1.43 2.98 3.17

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 5.64 4.63 1.14 2.40 2.24 1.97 1.39 1.29 0.81 3.24 10.09 10.46

U M U M / T O T A L 7.53 5.90 4.68 3.88 3.45 4.27 3.90 4.31 6.36 5.67 7.60 7.32

BAHAN MAKANAN 3.00 1.29 0.95 0.32 0.34 1.16 1.39 1.49 3.83 2.71 2.93 2.37

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1.35 1.46 1.62 1.48 1.14 1.29 1.21 1.48 1.34 1.21 1.67 1.76

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 1.49 1.49 0.86 0.83 0.83 0.90 0.80 0.81 1.15 1.19 1.26 1.38

SANDANG 0.35 0.30 0.67 0.51 0.54 0.42 0.16 0.19 0.08 0.01 0.05 0.00

KESEHATAN 0.25 0.32 0.28 0.29 0.16 0.09 0.09 0.10 0.10 0.15 0.16 0.15

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.41 0.35 0.22 0.15 0.16 0.18 0.11 0.12 0.13 0.12 0.24 0.26

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0.82 0.68 0.17 0.35 0.32 0.28 0.20 0.18 0.11 0.45 1.47 1.51

Sumber : BPS DIY

INFLASI TAHUNAN (% YOY)

ANDIL INFLASI TAHUNAN (% YOY)

2012 2013

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy)

KELOMPOK BARANG2011

Page 39: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

25

Bab 2 Perkembangan Inflasi

menghimbau masyarakat untuk bijak berbelanja melalui upaya persuasif di media massa. Sementara itu

untuk lebih mengefektifkan upaya pengendalian inflasi di kab/kota, TPID DIY telah melakukan koordinasi

terhadap Pemerintah Kab/Kota untuk merintis pembentukan TPID kab/kota sesuai Instruksi Mendagri No.

027/1696/SJ tanggal 2 April 2013 tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah. TPID

Kab/Kota direncanakan terealisasi sebelum semester I-2014 sehingga upaya pengendalian harga-harga di

level kab/kota dapat lebih dioptimalkan.

2. Inflasi Triwulanan

Pada triwulan IV 2013 inflasi Kota Yogyakarta tercatat sebesar 0.98% qtq, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,23% qtq. Inflasi pada triwulan IV 2013 bersumber

pada Kelompok Makanan Jadi dan Kelompok Perumahan-Listrik-Gas-Air Bersih dengan faktor

penyebabnya: (i) kenaikan tarif dasar listrik tahap ke-4 yang diberlakukan pada 1 Oktober 2013, (ii)

peningkatan konsumsi rumah tangga seiring peningkatan jumlah wisatawan pada Idul Adha, Natal dan

Tahun Baru, (iii) siklus penyerapan realisasi anggaran Pemerintah Daerah di akhir tahun, (iii)

terkendalanya produksi hortikultura karena memasuki musim hujan, serta (iv) dampak pelemahan nilai

tukar sehingga berpengaruh pada imported inflation. Berdasarkan siklus inflasi triwulanan Kota

Yogyakarta selama kurun lima tahun terakhir, inflasi triwulan IV 2013 masih mengikuti pola normalnya.

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Per Kelompok Barang (%qtq)

Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

I II III IV

Infla

si %

qtq

Sumber : BPS DIY

2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta

(1.00)

(0.50)

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Infl

asi

% m

tm

Sumber : BPS DIY

2010 2011 2012 2013

Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta

Page 40: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

26

Bab 2 Perkembangan Inflasi

3. Inflasi Bulanan

Siklus inflasi Bulanan pada periode triwulan IV 2013 polanya relatif berbeda dengan siklus

inflasi umum Kota Yogyakarta 3 tahun kebelakang. Hal ini sebagai dampak penurunan daya beli

konsumen yang belum pulih sepenuhnya paska shock kenaikan harga BBM ditambah dengan dampak

kebijakan kenaikan TDL tahap IV.

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok barang (%mtm)

Inflasi tertinggi pada triwulan IV 2013 terjadi pada bulan Oktober 2013 sebesar 0,61%

(mtm), adapun faktor pendorong inflasi Oktober 2013 yaitu : (1) meningkatnya permintaan konsumsi

masyarakat pada lebaran Idul Adha dan musim hajatan, (2) kenaikan ongkos transportasi udara karena

peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke DIY pada libur cuti bersama Idul Adha, (3) kenaikan TDL

tahap ke-4 pada 1 Oktober 2013, serta (4) kenaikan permintaan cabe merah untuk memenuhi pasokan

Jakarta sementara produksi lokal relatif tetap.

Pada bulan November 2013, Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm),

adapun faktor pendorong inflasi November 2013 yaitu : (1) kenaikan tarif dasar listrik, (2) pasokan

bawang merah berkurang karena serangan hama ulat, (3) kenaikan harga-harga makanan jadi khususnya

kuliner seiring kunjungan wisatawan.

Perkembangan inflasi terus menurun hingga pada bulan Desember 2013 tekanan inflasi

sebesar 0,17% (mtm), adapun faktor pendorong inflasi Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2013

yaitu : (i) peningkatan permintaan konsumsi pada saat libur akhir tahun, (ii) kenaikan harga kuliner di

Kota Yogyakarta akibat peningkatan kunjungan wisatawan, (iii) pengaruh produksi hortikultura

memasuki musim penghujan, (ii) imported inflation akibat melemahnya nilai tukar.

Page 41: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

27

Bab 2 Perkembangan Inflasi

4. Disagregasi Inflasi

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, melambatnya inflasi tahunan pada triwulan IV

2013 didorong oleh perlambatan pada kelompok inti dan kelompok volatile food sementara

kelompok administered price meningkat. Pada triwulan laporan inflasi inti mencapai 2,93% (yoy)

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,99% (yoy). Faktor perlambatan tersebut antara

lain : (i) tingkat ekspektasi konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta melambat yang tercermin pada hasil

Survei Konsumen Bank Indonesia, (ii) tren penurunan harga komoditas non food internasional, (iii)

penurunan harga emas, (iv) Upaya TPID DIY dalam mengelola ekspektasi pedagang dengan menerbitkan

Surat Himbauan kepada Pedagang Kuliner serta Surat Himbauan Ketua Asosiasi Pedagang Sapi Segoro

Yoso untuk tidak menaikkan harga diluar kewajaran.

Perlambatan juga ditunjukkan oleh kelompok inflasi volatile food, pada triwulan IV 2013

inflasi pada kelompok ini sebesar 2,16% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 2,66% (yoy). Faktor perlambatan tersebut antara lain : (i) banjir di Jakarta yang mempengaruhi

jumlah kunjungan wisatawan Ibukota ke Yogyakarta sehingga berdampak pada penurunan permintaan

kuliner dibandingkan kondisi historis sebelumnya, (ii) Relaksasi aturan impor kedelai sesuai Surat Edaran

Permendag No. 49/M-DAG/PER/9/2013 yang mendorong stabilitas harga kedelai di tempat petani dan

pedagang, (iii) Kecukupan stok beras Bulog sehingga operasi pasar raskin dapat dilaksanakan tepat

waktu, (iv) Upaya Pemda menjaga pasokan serta himbauan TPID kepada masyarakat terkait kecukupan

stok pangan. Sementara untuk Inflasi Administered Price mencapai 2,34% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,08% (yoy). Peningkatan yang terjadi pada kelompok

ini disebabkan kebijakan Pemerintah atas kenaikan TDL tahap 4 per 1 Oktober 2013.

Tabel 2.4 Tabel Disagregasi Inflasi Tahunan

5. Ekspektasi Inflasi

Pada triwulan IV 2013 tendensi konsumsi konsumen rumah tangga di DIY masih optimis

meskipun dengan tren yang menurun. Indeks Keyakinan Konsumen yang meningkat pada bulan

Oktober (129,33) dan November (130,25) kemudian terkoreksi pada bulan Desember 2013 (125,75).

Salah satu faktor yang mempengaruhi koreksi tersebut adanya indikasi masyarakat untuk menunda

Page 42: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

28

Bab 2 Perkembangan Inflasi

kegiatan konsumsi di akhir tahun yang ditunjukkan oleh indeks konsumsi barang tahan lama yang

menurun pada bulan Desember 2013. Konsumen berharap terjadi penyesuaian atas penghasilan yang

diterima pada awal tahun khususnya kelompok pekerja/karyawan .

Ekspektasi konsumen terhadap kenaikan harga-harga juga menunjukkan penurunan

sejalan dengan indeks penjualan eceran yang menurun (Grafik 2.6). Disamping adanya indikasi

konsumen untuk melakukan penundaan kegiatan konsumsi hingga pada awal tahun, pelaku usaha

meresponnya dengan tidak menaikkan harga-harga pada bulan Desember 2013 dengan pertimbangan

untuk mempertahankan omzet dan kompetisi usaha.

Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.6. Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks

Penjualan Eceran

6. Inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan Kota-kota di Jawa Tengah

. Grafik 2.7 Inflasi Kota di Jawa Tengah & DIY

Pada tahun 2013 inflasi Kota-kota di Jawa Tengah relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi

Kota Yogyakarta kecuali untuk Kota Tegal. Tekanan inflasi pangan tahun 2013 direspon lebih stabil

di Kota Yogyakarta mengingat bobot inflasi Kelompok Bahan Makanan pada SBH 2007 relatif lebih

rendah dibandingkan kota lain di Jawa Tengah. Faktor lainnya adalah respon kenaikan harga-harga paska

kenaikan harga BBM juga direspon lebih stabil dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah (kec. Tegal).

Tingkat ekspektasi konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta yang relatif stabil juga menjadi salah satu

pendorong capaian inflasi Kota Yogyakarta lebih baik dibandingkan kota Semarang, Purwokerto dan

Surakarta.

70.00

80.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Ind

eks

Sumber : Survei Konsumen BI

Indeks Keyakinan Konsumen Konsumsi Barang Tahan Lama

Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen

100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 130.00 135.00 140.00 145.00

70.00

90.00

110.00

130.00

150.00

170.00

190.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2012 2013

Ind

eks

Sumber : Bank Indonesia

Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD Indeks Penjualan Eceran

Grafik 2.6 Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks Penjualan Eceran

KOTA TEGALAvg. mtm : 0.47%Max. mtm : 2.38%Stdev. mtm : 0.88%Inflasi yoy : 5.80%

KOTA SEMARANGAvg. mtm : 0.66%Max. mtm : 3.50%Stdev. mtm : 1.08%Inflasiyoy : 8.19%

KOTA SURAKARTAAvg. mtm : 0.68%Max. mtm : 3.91%Stdev. mtm : 1.31%Inflasiyoy : 8.32%

PURWOKERTOAvg. mtm : 0.68%Max. mtm : 2.84%Stdev. mtm : 0.96%Inflasi yoy : 8.50%

KOTA YOGYAKARTAAvg. mtm : 0.59%Max. mtm : 2.58%Stdev. mtm : 0.80%Inflasiyoy : 7.32%

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Semarang Surakarta Tegal Purwokerto Yogyakarta

%

Sumber : BPS

qtq yoy

Grafik 2.7 Inflasi Kota di Jawa Tengah & DIY

Page 43: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

29

Bab 2 Perkembangan Inflasi

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kinerja perbankan DIY pada triwulan IV-2013 masih menunjukan perlambatan

pertumbuhan. Aset perbankan DIY tumbuh 15,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 20,12%. Dari sisi pasiva, pertumbuhan masih bersumber dari

kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,14% (yoy) dan di sisi aktiva pertumbuhan asset bersumber

dari pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 17,08% (yoy). Pertumbuhan DPK dan Kredit tersebut, di

bawah pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu masing-masing tumbuh 21,23%

dan 21,74%. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih baik, tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 64,22% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya

sebesar 62,61%. Sementara itu, kinerja kredit membaik yang tercermin dari kualitas kredit yang relatif

lebih baik, dengan rasio Non Performing Loan Gross hanya 1,97%.

1. Aset

Pertumbuhan aset perbankan DIY pada triwulan IV-2013 melambat jika dibandingkan

dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Total aset perbankan di DIY pada triwulan

laporan mencapai Rp47,22 triliun atau tumbuh sebesar 15,88% (yoy). Menurunnya pertumbuhan aset ini

terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana di sisi pasiva secara

signifikan, sementara di sisi aktiva ekspansi penyaluran kredit juga sedikit mengalami perlambatan

pertumbuhan.

Tabel 3.1 Indikator Perbankan

2. Intermediasi Perbankan

Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan IV-2013 membaik. LDR perbankan DIY

mencapai 64,22%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Hal ini terutama

disebabkan oleh relatif lebih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan dengan

I II III IV I II III IV

1 Aset Miliar Rp 35.554 37.355 39.993 40.749 41.452 43.034 45.697 47.222

Pertumbuhan % (yoy) 22,03 21,37 24,09 20,12 16,59 15,20 14,26 15,88

2 Dana Pihak Ketiga Miliar Rp 30.011 31.289 33.246 34.882 35.533 36.672 38.670 39.816

Pertumbuhan % (yoy) 20,44 20,13 20,26 21,23 18,40 17,20 16,32 14,14

3 Kredit Miliar Rp 18.484 19.786 20.680 21.840 22.155 23.920 24.998 25.571

Pertumbuhan % (yoy) 22,87 22,50 21,24 21,74 19,86 20,89 20,88 17,08

4 Loan to Deposit Ratio % 61,59 63,24 62,20 62,61 62,35 65,23 64,64 64,22

5 Non Performing Loans (Gross) % 2,75 2,70 2,78 2,35 2,62 2,49 2,45 1,97

2012 2013No Uraian Satuan

Page 44: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

30

Bab 2 Perkembangan Perbankan

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan kredit tetap tumbuh tinggi sejalan dengan aktifitas

perekonomian yang masih tinggi, walaupun melambat.

Grafik 3.1. LDR DIY Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional

3. Penghimpunan Dana

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya. Total DPK yang berhasil dihimpun perbankan DIY pada triwulan IV-

2013 mencapai Rp39,82 triliun dengan angka pertumbuhan sebesar 14,14% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 21,23% (yoy). Perlambatan

pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh kondisi perekonomian yang sedang melambat

pertumbuhannya dan disisi lain pada triwulan laporan kebutuhan tunai masyarakat menghadapi Hari

Natal dan Liburan Akhir Tahun meningkat.

Grafik 3.3. DPK Perbankan Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan

61,59 63,24 62,20 62,61 62,35 65,23 64,64 64,22

30

35

40

45

50

55

60

65

I II III IV I II III IV

2012 2013

%

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV

2012 2013

LDR Nasional* LDR DIY

%

*) s.d Februari 2013

-5

0

5

10

15

20

25

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Miliar Rp

DPK % (ytd) %(yoy)

%

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

%Miliar Rp.

DPK (lhs) Inflasi Yk (yoy) BI Rate

Page 45: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

31

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan

Berdasarkan jenisnya, Deposito tumbuh paling tinggi. Deposito tumbuh 17,82% (yoy) menjadi

Rp13,21 triliun. Sedangkan, untuk Giro dan Tabungan masing-masing tumbuh sebesar 0,71% (yoy) dan

15,54 (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-

masing tumbuh 37,42% (yoy) dan 24,62% (yoy). Tingginya minat masyarakat untuk menyimpan dalam

bentuk deposito sejalan dengan adanya peningkatan BI-Rate dan Suku Bunga Perbankan.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan DIY triwulan IV-2013 didominasi oleh

Tabungan yang mencapai 54,16% dari total DPK. Pangsa tabungan sedikit mengalami peningkatan

jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 53,50%. Sementara itu,

simpanan jenis Giro pangsanya mengalami penurunan dari 14,36% menjadi 12,67%. Hal yang berbeda

terjadi pada simpanan jenis Deposito di mana pangsanya sedikit naik dari 32,14% menjadi 33,18% atau

sebesar Rp13,21 triliun.

Menurut golongan pemiliknya, komposisi total Dana Pihak Ketiga didominasi kelompok

perseorangan dengan pangsa 77,22% diikuti perusahaan non lembaga keuangan (13,12%), dan

Pemerintah Daerah (4,03%). Untuk Tabungan dan Deposito kelompok perseorangan masing-masing

menguasai sebesar 94,14% dan 70,48% dari nilai total. Sementara itu untuk simpanan jenis Giro hingga

triwulan IV-2013, pangsa terbesar berada pada kelompok Perusahaan Non Lembaga Keuangan sebesar

50,04% diikuti Perseorangan (23,08%) dan Lainnya (17,01%).

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Deposito

Giro

Tabungan

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Deposito Giro Tabungan

Page 46: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

32

Bab 2 Perkembangan Perbankan

Grafik 3.7. Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik Grafik 3.8. Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik

Grafik 3.9. Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik Grafik 3.10. Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik

4. Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit perbankan DIY pada Triwulan IV-2013 masih cukup tinggi, meskipun

melambat. Outstanding kredit yang disalurkan sebesar Rp25,57 triliun atau tumbuh sebesar 17,08%

(yoy). Pertumbuhan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 21,74% (yoy) dengan outstanding Rp21,84 triliun. Share terbesar pertumbuhan kredit tersebut

berasal dari kredit konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 7,79% (yoy) menjadi Rp10,40 triliun dan

kredit modal kerja yang tumbuh 14,23% (yoy) menjadi Rp10,28 triliun. Adapun kredit investasi yang

memiliki share terendah dalam struktur kredit perbankan DIY justru tumbuh sebesar 53,19% (yoy)

menjadi Rp4,89 triliun. Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit yang melambat tersebut dipengaruhi

oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat serta kebijakan Moneter dan Makroprudensial yang lebih

ketat ditengah-tengah perekonomian yang sedang mengalami tekanan baik dari sisi eksternal maupun

internal.

Pemda4%

Persh non Lbg

keu

13%

Perseorangan77%

Lainnya6%

Persh non Lbg

keu

4%

Perseorangan94%

Lainnya2%

Pemda8%

Persh non Lbg

keu

14%

Perseorangan70%

Lainnya8%

Pemda10%

Persh non Lbg

keu

50%

Perseorangan23%

Lainnya17%

Page 47: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

33

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Grafik 3.11. Kredit Perbankan Grafik 3.12. Kredit Modal Kerja

Grafik 3.13. Kredit Investasi Grafik 3.14. Kredit Konsumsi

Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY disalurkan kepada sektor non

tradable2. Sektor yang paling banyak menyerap kredit perbankan adalah sektor bukan lapangan usaha

(40,11%) yang sebagian besar merupakan kredit konsumsi. Peringkat berikutnya sesuai dengan struktur

ekonomi DIY adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26,99%). Di luar kedua sektor tersebut,

penyerapan kredit umumnya rendah. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki pangsa kredit sekitar 5,00%

diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Penyediaan Akomodasi/MaMin dan sektor Real Estate dan

Usaha Persewaan.

2 Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan & Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Total Kredit yoy ytd

%

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Kredit Modal Kerja

yoy

ytd

%

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Kredit Investasi yoy ytd

%

-5

0

5

10

15

20

25

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Kredit Konsumsi yoy ytd

%

Page 48: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

34

Bab 2 Perkembangan Perbankan

Tabel 3.2 Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi

5. Stabilitas Sistem Perbankan

Stabilitas Sistem Perbankan di DIY terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari non performing loan

yang relatif rendah. Di sisi lain, dari sisi likuiditas cukup baik sebagaimana dapat dilihat dari tingginya DPK

relatif terhadap kredit yang disalurkan.

5.1. Risiko Kredit

Resiko kredit bermasalah perbankan DIY pada akhir triwulan laporan masih terjaga cukup

rendah. Rasio NPL bahkan berhasil ditekan dari 2,45% pada triwulan III-2013 menjadi 1,97% pada

triwulan laporan. Rendahnya NPL mengindikasikan bahwa pengelolaan risiko pembiayaan oleh

Perbankan DIY relatif masih cukup baik.

2012

Des Des Ptumb Pangsa

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (%) (%)

1 Pertanian 486 456 -6,03 2,03

2 Perikanan 36 64 77,47 0,28

3 Pertambangan dan Penggalian 16 25 51,20 0,11

4 Industri Pengolahan 1.150 1.472 28,08 6,54

5 Listrik, Gas dan Air 50 40 -20,28 0,18

6 Konstruksi 359 447 24,41 1,98

7 Perdagangan Besar dan Eceran 4.417 6.080 37,67 26,99

8 Penyediaan Akomodasi dan MaMin 600 1.114 85,68 4,94

9 Transportasi, Pergudangan 289 344 18,78 1,53

10 Perantara Keuangan 1.102 572 -48,09 2,54

11 Real Estate, Usaha Persewaan 1.206 1.711 41,90 7,60

12 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 17 5 -68,31 0,02

13 Jasa Pendidikan 153 165 7,96 0,73

14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 123 258 109,70 1,14

15 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 379 662 74,71 2,94

16 Jasa Perorangan Rumah Tangga 54 69 27,98 0,31

17 Badan Internasional - - - -

18 Kegiatan yang belum jelas batasannya 560 6 -98,93 0,03

19 Bukan Lapangan Usaha 8.257 9.035 9,43 40,11

TOTAL 19.252 22.526 17,00 100,00

No

2013

Uraian

Page 49: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

35

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Grafik 3.15. Non Performing Loans DIY Grafik 3.16. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaan kreditnya3, Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, dan Kredit

Konsumsi mengalami penurunan NPL. Pada triwulan laporan, rasio NPL Kredit Modal Kerja turun dari

2,27% menjadi 2,09%, Kredit Investasi dari 2,82% menjadi 2,25%, sedangkan NPL Kredit Konsumsi

turun dari 1,31% menjadi 1,03%.

Sementara itu, secara sektoral, kredit di sektor Pertambangan dan Penggalian, serta sektor Jasa

Kesehatan dan Kegiatan Sosial perlu juga dicermati mengingat NPL di sektor tersebut sudah berada di

atas angka 5%.

3 Diwakili oleh Kredit Bank Umum dengan pangsa 88%.

2,0

2,2

2,4

2,6

2,8

3,0

3,2

3,4

3,6

3,8

4,0

400

420

440

460

480

500

520

540

560

580

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Nominal Rasio (rhs)

0

1

1

2

2

3

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV

2012 2013

%

Industri Pengolahan

Perdagangan Besar dan Eceran

Penyediaan Akomodasi dan MaMin

Perantara Keuangan

Real Estate, Usaha Persewaan

-

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV

2012 2013

%

Pertanian

Konstruksi

Transportasi, Pergudangan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya

Page 50: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

36

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Grafik 3.17. NPL Kredit Bank Sektor UtamaGrafik 3.18. Kredit Bank Sektor Lainnya

5.2. Risiko Likuiditas

Likuiditas perbankan di DIY cukup berlebih dan aman. Hal ini tercermin dari Rasio LDR yang

relatif masih rendah pada triwulan IV-2013, walaupun meningkat dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya dari sebesar 62,61% menjadi 64,22%. Kelebihan likuiditas yang dimiliki perbankan di

DIY tersebut umumnya ditempatkan pada pos-pos yang relatif aman seperti rekening antar kantor,

penempatan pada bank lain dan penempatan pada Bank Indonesia.

Dari hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya LDR di DIY, antara

lain: banyak perusahaan besar di DIY yang lebih mengandalkan pembiayaan dari perusahaan induk

ataupun menggunakan dana sendiri, memperoleh sumber pembiayaan lain di luar bank, tidak semua

pelaku usaha tertarik memperoleh sumber pembiayaan di bank, dan banyak juga yang tidak ada

keinginan untuk meminjam ke bank, serta ada juga yang karena alasan bank teknis.

6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Kegiatan usaha BPR di DIY triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan yang melambat

secara tahunan. Pertumbuhan aset melambat, namun LDR masih tetap tinggi, dan disisi lain NPL jauh

lebih baik. Situasi perekonomian yang sedang tumbuh melambat, dan disisi lain dihadapkan pada

permasalahan klasik, yaitu keterbatasan dan kendala dalam menghimpun dana menyebabkan ekspansi

BPR menjadi agak terbatas.

6.1. Aset

Pertumbuhan aset BPR DIY pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 24,03% (yoy) dengan

nilai Rp4,35 triliun, meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya 21,17%

(yoy). Di sisi pasiva, peningkatan aset tersebut terutama bersumber dari peningkatan DPK sebesar

15,16% (yoy) menjadi Rp2,74 triliun dan di sisi aktiva, kredit meningkat 17,48% (yoy) dengan

outstanding Rp3,04 triliun. Kedua komponen tersebut juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat.

Dari total aset BPR tersebut, sebagian besar merupakan aset BPR Konvensional. Total Aset BPR

Konvensional sebesar Rp4,08 triliun, sementara Aset BPR Syariah sebesar Rp267 miliar. Aset BPR

Konvensional tumbuh 25,03% (yoy), lebih tinggi dari Aset BPR Syariah yakni 10,64% (yoy). Namun

demikian, dengan memperhatikan keberadaan BPR Syariah yang relatif merupakan pendatang baru,

maka jumlah aset BPRS tersebut tergolong cukup baik perkembangannya.

Di sisi jaringan kantor, sampai dengan akhir triwulan laporan, jaringan BPR di DIY tercatat sebanyak

65 Kantor Pusat BPR dengan 34 Kantor Cabang dan 142 Kantor Kas. Jaringan kantor BPR tersebut

Page 51: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

37

Bab 3 Perkembangan Perbankan

merambah di kelima Kabupaten/kota dan turut berkontribusi besar terhadap tingkat literacy masyarakat

terhadap sektor keuangan.

Tabel 3.3 Indikator Bank Perkreditan Rakyat

6.2. Penghimpunan Dana

Dana masyarakat yang disimpan di BPR pada triwulan IV-2013 mengalami peningkatan

sebesar 15,16% (yoy) menjadi Rp2,74 triliun. Jenis simpanan yang mendominasi pendanaan BPR

adalah Deposito dengan pangsa 67,11% atau Rp1,84 triliun, sedangkan Tabungan hanya memiliki

pangsa 32,89% atau Rp902 miliar. Suku bunga yang tinggi menjadi salah satu alasan masyarakat

memilih untuk menanamkan dananya dalam bentuk Deposito dibandingkan dengan Tabungan. Selain

itu, fitur produk Tabungan yang ditawarkan BPR memang masih belum selengkap Tabungan di Bank

Umum.

6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit

Kredit yang disalurkan oleh BPR pada triwulan IV-2013 mencapai Rp3,04 triliun atau naik

17,48% (yoy), namun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan yang sama pada tahun

sebelumnya. Kredit Modal Kerja dan Konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit di BPR dengan

porsi masing-masing 46,96% dan 44,96%, diikuti kredit Investasi mencapai Rp245 miliar atau 8,07%

dari total kredit. Jika dilihat dari pertumbuhannya, Kredit Modal Kerja tumbuh paling tinggi, sebesar

49,01% (yoy), sedangkan Kredit Investasi tumbuh 4,07% (yoy). Adapun kredit konsumsi tercatat

mengalami kontraksi 1,93% (yoy). Secara alami, tingginya penyaluran kredit modal kerja yang

perputarannya tinggi dan jangka waktunya relatif pendek dikarenakan dari sisi resiko relatif terjaga.

IV

qtq yoy

I Aset 2.948 3.137 3.302 3.504 3.581 3.683 3.855 4.347 100,00 12,75 24,03 1 Konvensional 2.768 2.938 3.079 3.263 3.338 3.440 3.602 4.079 93,85 13,25 25,03 2 Syariah 180 199 223 242 243 243 253 267 6,15 5,63 10,64 II Penghimpunan Dana (Deposit) 1.982 2.063 2.190 2.382 2.447 2.473 2.583 2.743 100,00 6,18 15,16 A Jenis Bank 1.982 2.063 2.190 2.382 2.447 2.473 2.583 2.743 100,00 6,18 15,16 1 Konvensional 1.847 1.914 2.019 2.193 2.255 2.279 2.379 2.530 92,26 6,35 15,39 2 Syariah 136 149 171 189 192 194 204 212 7,74 4,15 12,50 B Jenis Simpanan 1.982 2.063 2.190 2.382 2.447 2.473 2.583 2.743 100,00 6,18 15,16 1 Tabungan 587 611 646 760 752 765 801 902 32,89 12,58 18,63 2 Deposito 1.395 1.451 1.543 1.621 1.695 1.707 1.782 1.840 67,11 3,30 13,53 III Penyaluran Dana (Financing) 2.316 2.497 2.566 2.588 2.698 2.871 2.963 3.040 100,00 2,62 17,48 A Jenis Bank 2.316 2.497 2.566 2.588 2.698 2.871 2.963 3.040 100,00 2,62 17,48 1 Konvensional 2.142 2.302 2.367 2.389 2.488 2.645 2.739 2.808 92,35 2,53 17,55 2 Syariah 174 195 199 199 210 226 224 233 7,65 3,63 16,64 B Jenis Penggunaan 2.316 2.497 2.566 2.588 2.698 2.871 2.963 3.040 100,00 2,62 17,48 1 Modal Kerja 849 914 961 958 987 1.061 1.126 1.428 46,96 26,85 49,01 2 Investasi 232 258 245 236 251 252 250 245 8,07 -1,72 4,07 3 Konsumsi 1.235 1.325 1.360 1.394 1.461 1.559 1.588 1.367 44,96 -12,28 -1,93 IV Non Performing Loans (NPL) 6,01 5,77 5,86 4,82 5,82 5,78 5,79 4,01 1 Konvensional 6,05 5,76 5,86 4,81 5,63 5,61 5,48 3,90 2 Syariah 5,51 5,85 5,83 4,95 7,99 7,71 9,50 5,24

V Loan to Deposit Ratio (LDR)1 116,83 121,04 117,18 108,68 110,25 116,11 114,71 110,86

1 Konvensional 116,01 120,27 117,25 108,93 110,35 116,07 115,10 110,97 2 Syariah 128,05 130,94 116,27 105,72 109,11 116,53 110,15 109,60

IV

Posisi Pangsa (%)Petumb(%)

2013

IIII

2012

II III IIINo Uraian

Page 52: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

38

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Rasio NPL BPR di DIY menurun signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 5,79% menjadi 4,01%.

Rasio ini berada di dalam batas wajar, namun prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit harus terus

ditingkatkan untuk menjamin resiko kredit tetap dalam batas aman.

6.4. Fungsi Intermediasi

Peran BPR dalam melakukan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV-2013 sedikit

meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,. Hal tersebut tercermin

pada angka LDR yang mencapai 110,86%. Dengan tingginya LDR BPR tersebut, maka kualitas kredit

harus dijaga agar resiko-resiko yang lain juga dapat dikelola, termasuk potensi resiko likuiditas. Disisi lain

agar BPR dapat lebih ekspansif maka penghimpunan dana harus dipacu khususnya dana murah, di

samping tentunya penguatan modal.

7. Perkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan usaha Perbankan Syariah di DIY triwulan IV-2013 menunjukkan

pertumbuhan yang lebih baik. Aset tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama bersumber dari penyaluran kredit dan di sisi pasiva,

total Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh cukup tinggi meski mengalami perlambatan. Dengan demikian,

Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah di DIY tercatat sebesar 72,49%. Sementara itu, kualitas

kredit Perbankan Syariah di DIY masih terjaga cukup baik terlihat dari Non Performing Loan gross (NPL)

pada triwulan laporan yang berada pada angka 1,67%.

7.1. Aset Perbankan Syariah

Aset Perbankan Syariah tumbuh 28,07% (yoy), yaitu dari Rp2,87 triliun pada triwulan IV-

2012 menjadi Rp3,68 triliun pada triwulan laporan. Dari sisi pasiva, pertumbuhan aset terutama

berasal dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat 25,75% (yoy), sedangkan di sisi

aktiva berasal dari pertumbuhan pembiayaan sebesar 21,30% (yoy).

Total aset perbankan syariah di DIY terhadap total aset perbankan mencapai 7,80%. Persentase

tersebut cukup tinggi dan di atas target nasional sebesar 5,0%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

produk syariah di DIY cukup memiliki pasar.

7.2. Intermediasi Perbankan Syariah

Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to Deposit Ratio

(FDR) turun. FDR triwulan laporan sebesar 72,49%, menurun dibanding triwulan III-2013 sebesar

76,14%. Penurunan FDR tersebut antara lain disebabkan karena DPK yang dihimpun perbankan Syariah

terus meningkat tinggi, namun disisi lain laju pertumbuhan pembiayaan relatif lebih lambat. Ada

Page 53: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

39

Bab 3 Perkembangan Perbankan

beberapa alasan DPK Syariah pertumbuhannnya pesat, antara lain adalah kesadaran masyarakat untuk

menyimpan uangnnya secara syariah yang terhindar dari riba cukup tinggi di DIY ini. Selain itu, fitur DPK

syariah non BPR juga memiliki keunggulan-keunggulan yang sama dengan DPK bank umum.

Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah

7.3. Penghimpunan Dana

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada triwulan laporan

tercatat Rp3,08 triliun, tumbuh 25,75% (yoy). Peningkatan yang tinggi tersebut antara lain

dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah yang membaik. Berdasarkan jenisnya,

komposisi dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan syariah terbesar dalam bentuk tabungan dengan

pangsa sebesar 46,05% atau Rp1,42 triliun diikuti deposito dengan pangsa 45,56% atau Rp1,40 triliun,

sisanya berupa giro dengan pangsa sebesar 9,02% atau Rp258 miliar.

7.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan perbankan Syariah pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp2,23 triliun, naik

21,30% (yoy). Potensi pasar yang masih sangat luas dan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan

Syariah menjadi faktor peningkatan kinerja pembiayaan. Disamping itu, Bank Indonesia yang secara

konsisten mengeluarkan kebijakan untuk mengimplementasikan inisiatif strategis sesuai rencana

Pengembangan Perbankan Syariah mendorong perbankan Syariah untuk terus maju sebagai salah satu

solusi pembiayaan perbankan masyarakat, berdampingan dengan bank konvensional.

Peningkatan pembiayaan perbankan Syariah relatif masih baik kinerjanya. Non Performing Financing

(NPF) pada triwulan IV-2013 hanya sebesar 1,67%, jauh di bawah threshold 5%.

IV

qtq yoy

I Aset 2.298 2.386 2.702 2.876 2.946 3.106 3.456 3.683 100,00 6,56 28,07 1 Bank Umum Syariah 2.118 2.187 2.479 2.634 2.703 2.863 3.203 3.416 92,74 6,64 29,67 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 180 199 223 242 243 243 253 267 7,26 5,63 10,64 II Penghimpunan Dana (Deposit) 1.907 1.939 2.191 2.446 2.519 2.609 2.860 3.076 100,00 7,55 25,75 A Jenis Bank 1.907 1.939 2.191 2.446 2.519 2.609 2.860 3.076 100,00 7,55 25,75 1 Bank Umum Syariah 1.772 1.791 2.020 2.257 2.327 2.415 2.656 2.864 93,10 7,81 26,86 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 136 149 171 189 192 194 204 212 6,90 4,15 12,50 B Jenis Simpanan 1.907 1.939 2.191 2.446 2.519 2.609 2.860 3.076 100,63 7,55 25,75 1 Giro 155 155 246 307 211 198 221 258 9,02 16,99 -16,05 2 Tabungan 872 928 1.011 1.122 1.201 1.231 1.317 1.417 46,05 7,53 26,26 3 Deposito 881 857 934 1.017 1.106 1.180 1.322 1.401 45,56 5,99 37,84 III Penyaluran Dana (Financing) 1.516 1.685 1.756 1.838 1.822 2.051 2.178 2.230 100,00 2,40 21,30 A Jenis Bank 1.516 1.685 1.756 1.838 1.822 2.051 2.178 2.230 100,00 2,40 21,30 1 Bank Umum Syariah 1.342 1.490 1.557 1.639 1.612 1.825 1.953 1.997 89,57 2,26 21,87 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 174 195 199 199 210 226 224 233 10,43 3,63 16,64 B Jenis Penggunaan 1.516 1.685 1.756 1.838 1.822 2.051 2.178 2.230 100,00 2,40 21,30 1 Modal Kerja 576 657 709 743 688 828 881 923 41,38 4,80 24,13 2 Investasi 208 240 260 250 267 292 348 307 13,76 -11,71 22,98 3 Konsumsi 732 788 787 845 867 931 950 1.000 44,86 5,34 18,32 IV Non Performing Financing (NPF) 2,64 2,36 2,05 1,54 2,24 2,60 2,15 1,67 1 Bank Umum Syariah 2,26 1,91 1,56 1,13 1,50 1,96 1,31 1,25 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 5,51 5,85 5,83 4,95 7,99 7,71 9,50 5,24

V Financing to Deposit Ratio (FDR)1 79,45 86,88 80,14 75,15 72,32 78,60 76,14 72,49

1 Bank Umum Syariah 75,73 83,22 77,08 72,60 69,28 75,55 73,53 69,74 2 Bank Perkreditan Rakyat Syariah 128,05 130,94 116,27 105,72 109,11 116,53 110,15 109,60

II

2012

No UraianIIII II

IV

PosisiPangsa

(%)

Ptumb (%)

2013

IIII

Page 54: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

42

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 55: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

41

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di DIY pada triwulan IV 2013

mengalami net outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat

terhadap transaksi tunai pada libur akhir tahun. Net cash outflow rata-rata sebesar Rp63

miliar per bulan dengan adanya aliran cash outflow dan kegiatan remise, posisi kas di KPw

Bank Indonesia DIY tercatat sebesar Rp2.025 miliar menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai Rp2.654 miliar. Sementara itu, aktifitas sistem pembayaran non

tunai mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi pada triwulan IV 2013.

Pada triwulan laporan, rata-rata harian nilai nominal kliring meningkat 0,64% q.t.q dari

Rp54,98 miliar menjadi 55,33 miliar. Demikian juga untuk transaksi yang terjadi di RTGS, rata-

rata bulanan incoming transfer RTGS pada triwulan laporan meningkat sebesar 19,70% (q.t.q)

dari Rp12.756 miliar per bulan menjadi Rp15.268miliar per bulan, sementara nominal

outgoing transfer per bulan meningkat sebesar 27,26% (q.t.q). Secara keseluruhan net

incoming transfer per bulan turun 2,49% (q.t.q) dari Rp3.242 miliar per bulan menjadi

Rp3.161 miliar per bulan. Pada triwulan laporan tersebut temuan uang palsu mengalami

penurunan baik dari jumlah nominal maupun jumlah lembar.

1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI

Tabel 4.1 Indikator Sistem Pembayaran Tunai

Pada triwulan IV 2013, rata-rata aliran uang kas masuk dan keluar mengalami

penurunan. Jumlah rata-rata cash inflow per bulan pada triwulan IV 2013 tercatat sebesar

Rp1.030 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

Rp1.921 miliar. Sementara jumlah rata-rata cash outflow sebesar Rp1.093 menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1.459 miliar. Net cash outflow yang terjadi

seiring dengan kebutuhan uang tunai selama libur akhir tahun.

Miliar Rp

I II III IV I II III IV

1 Rata-rata Cash Inflow /Bulan 1,999 928 740 1,167 1,008 1,038 1,068 1,921 1,030 -46.39

2 Rata-rata Cash Outflow /Bulan 1,308 413 716 1,118 914 612 967 1,459 1,093 -25.11

3 Rata-rata Net Cash Inflow /Bulan 691 516 23 48 93 426 101 462 -63 -113.58

Keterangan:

1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).

No Uraian Ptumb120042012 2013

Page 56: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

42

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Grafik 4.1 Aliran kas dan Pemusnahan Uang

1.1. Pemusnahan Uang

Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di DIY yang dimusnahkan pada triwulan

IV 2013 mengalami penurunan. Dalam rangka melaksanakan clean money policy, Kantor

Perwakilan bank Indonesia DIY secara rutin melakukan kegiatan penyortiran dan peracikan

uang yang tidak layak edar. Hal ini untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di

masyarakat. Pada triwulan laporan jumlah Pemusnahan tercatat sebesar Rp441 miliar

mengalami penurunan sebesar 53,27% (q.t.q) dibandingkan jumlah Pemusnahan Uang pada

triwulan III 2013. Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar Pemusnahan Uang

terbesar dialami oleh denominasi Rp2.000,00 yakni mencapai 137,27% dari Rp6.932 juta

pada triwulan sebelumnya menjadi Rp16.447 juta pada triwulan laporan.

-200

0

200

400

600

800

1,000

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I 12 II 12 III 12 IV 12 I 13 II 13 III 13

Net Inflow/Pemusnahan

Uang (Miliar Rp)

Inflow/Outflow(Miliar Rp) Aliran Masuk/Bulan

Aliran Keluar/Bulan

Net Aliran Masuk

Pemusnahan Uang

Page 57: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

43

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Tabel 4.2. Pemusnahan Uang

1.2. Penukaran Uang

Sejalan dengan telah berakhirnya perayaan Idul Fitri 2013 kegiatan penukaran

uang pecahan kecil yang dilakukan di loket KPw Bank Indonesia DIY pada triwulan IV

2013 Rp18,85 miliar, turun 73,76% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya Rp71,81 miliar.

Penurunan kegiatan penukaran uang pecahan kecil ini terjadi baik pada uang kertas maupun

uang logam. Penukaran uang kertas turun sebesar 76% (q.t.q) dari Rp68,56 miliar menjadi

Rp16,45 miliar. Penukaran uang logam juga turun sebesar 26,45% (q.t.q) dari Rp3,24 miliar

menjadi Rp2,38 miliar. Sementara itu, perayaan Natal dan liburan akhir tahun tidak terlalu

mempengaruhi transaksi penukaran karena tidak ada lonjakan yang cukup berarti.

Tabel 4.3 Penukaran Pecahan Uang Kecil

Juta Rp

I II III IV I II III IV

100,000 410,317 12,976 9,703 20,275 266,682 174,827 268,100 68,711 -74.37

50,000 366,606 19,637 19,415 29,148 177,211 261,316 525,978 223,881 -57.44

20,000 36,824 7,370 3,656 26,097 28,160 58,737 61,861 52,893 -14.50

10,000 38,492 21,708 26,716 45,966 36,641 32,392 46,211 45,282 -2.01

5,000 20,408 15,801 15,987 30,213 22,765 22,380 32,225 30,669 -4.83

2,000 11,412 5,760 3,519 9,628 10,064 8,651 6,932 16,447 137.27

1,000 4,303 2,063 1,238 2,311 2,872 2,031 1,504 2,633 75.01

500 2 1 1.01 0.83 0.62 0.43 0.51 0.68 34.45

100 1 0.2 0.08 0.13 0.07 0.04 0.04 0.13 243.24

Total 888,365 85,316 80,235 163,638 544,396 560,335 942,811 440,515 -53.28

Keterangan:

1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).

2012 2013Ptumb1Pecahan

Juta Rp

2013

I II III IV I II III IV

16,954 23,516 90,307 17,413 19,298 23,598 68,564 16,457 -76.00

8,559 11,561 34,196 8,272 7,786 5,468 26,649 7,676 -71.19

5,102 6,766 33,884 4,834 6,082 10,931 26,518 5,004 -81.13

2.000 3,062 4,922 16,289 2,970 4,520 7,077 15,265 3,566 -76.64

232 267 5,938 1,337 910 122 132 211 59.74

1,511 1,546 1,856 495 756 1,596 3,248 2,389 -26.45

821 252 1,162 30 0 812 2,837 1,390 -51.00

376 784 313 190 448 552 306 593 93.63

211 320 276 193 177 121 - 281 #DIV/0!

102 190 105 82 132 111 105 125 19.08

18,466 25,062 92,163 17,908 20,054 25,194 71,811 18,846 -73.76

Keterangan:

1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).

Total

Pecahan

1.000

500

100

200

Uang Logam

1.000

10.000

5.000

Uang Kertas

Ptumb12012

Page 58: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

44

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

1.3. Temuan Uang Palsu

Pada triwulan IV-2013, temuan uang palsu yang dilaporkan ke KPw Bank

Indonesia DIY mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun dari jumlah

lembar. Jumlah nominal uang palsu turun 83,53% (q.t.q). Jumlah lembarnya turun 83,14%

(q.t.q). Hal ini sejalan dengan semakin ditingkatkannnya security features uang yang dicetak,

khususnya pecahan besar. Selain itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY selalu

meningkatan frekuensi kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah kepada seluruh lapisan

masyarakat. Sosialisasi dilaksanakan baik melalui media elektronik, cetak, pemasangan pamflet

dan juga sosialisasi interaktif langsung di masyarakat. Sosialisasi yang diyakini turut

memberikan peningkatan pemahaman masyarakat ciri-ciri keaslian rupiah.

2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

Nilai transaksi non tunai yang dilaksanakan di KPw Bank Indonesia DIY pada

triwulan IV 2013 menunjukkan peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi

daerah. Dalam transaksi non tunai, Bank Indonesia selalu menjaga kelancaran sistem

pembayaran melalui pilihan instrumen kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS). Pada triwulan IV 2013, nilai transaksi Kliring dan RTGS di DIY menunjukkan

peningkatan dibandingkan triwulan III 2013.

2.1. Transaksi Kliring

Rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan IV 2014 mengalami

peningkatan, baik nilai nominal maupun warkat kliring. Rata-rata nilai nominal kliring

per hari meningkat 0,64% q.t.q, dari Rp54,98 miliar menjadi Rp55,33 miliar pada triwulan

laporan. Sementara itu, rata-rata jumlah warkat kliring per hari meningkat 2,37% q.t.q dari

1.719 lembar menjadi 1.760 lembar pada triwulan laporan.

Dari sisi kualitas, rata-rata harian baik nilai nominal maupun warkat kliring juga

mengalami peningkatan. Rata-rata nilai nominal kliring yang ditolak per hari meningkat dari

Rp0,79 miliar menjadi Rp1,3 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata warkat

kliring ditolak pada periode yang sama meningkat dari 20 lembar per hari menjadi 31 lembar

per hari. Sejumlah alasan yang dapat melatarbelakangi terjadinya penolakan kliring, antara lain

adalah tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening

tutup, dan saldo tidak cukup. Selanjutnya, data kliring yang ditolak diadministrasikan oleh

Bank Indonesia pada Tata Usaha Cek Kosong (TUCK) dan Tata Usaha Daftar Hitam (TUDH).

Page 59: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

45

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Grafik 4.2 Transaksi Kliring Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS

Tabel 4.4 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai

2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)4

Nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan IV 2013 mengalami kenaikan baik secara

nilai maupun volume. Rata-rata bulanan nominal incoming transfer naik 19,70% (q.t.q) dari

Rp12.756 miliar menjadi Rp15.268 miliar, dan juga rata-rata warkat per bulan naik sebesar

6,22% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata bulanan nilai nominal outgoing transfer naik 27,26%

(q.t.q) dari Rp9.514 miliar menjadi Rp12.107 miliar dengan jumlah rata-rata warkat per bulan

naik 15,80% (q.t.q) menjadi 6.638 lembar. Tingginya unag yang masuk ke DIY melalui

transfer RTGS tidak terlepas dari aktifitas perekonomian DIY yang terus bertumbuh.

4 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

0

10

20

30

40

50

60

I 12 II 12 III 12 IV 12 I 13 II 13 III 13 IV 13

LembarMiliar Rp

Rata-rata Nominal Kliring per hari

Rata-rata Jumlah Warkat Kliring per hari

Grafik 4.2 Transaksi Kliring

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I 12 II 12 III 12 IV 12 I 13 II 13 III 13

LembarMiliar Rp

Nominal Incoming Transfer

Nominal Outgoing Transfer

Warkat Incoming Transfer

Warkat Outgoing Transfer

Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS

Miliar Rp

I II III IV I II III IV

1 Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar) 1,726 1,754 1,783 1,843 1,881 1,764 1,719 1,760 2.37

2 Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar) 23.44 24.39 24.49 23.83 23.00 19.33 20.16 31.76 57.53

3 Rasio (2)/(1) dalam % 1.36 1.39 1.37 1.29 1.22 1.10 1.17 1.80 53.89

4 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 42.65 45.79 49.66 55.63 53.18 57.78 54.98 55.33 0.64

5 Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0.632 0.592 0.762 0.999 0.699 6.244 0.791 1.30 65

6 Rasio (5)/(4) dalam % 1.48 1.29 1.53 1.80 1.31 10.81 1.44 2.35 63.54

1 Rata-rata Warkat Outgoing Transfer /Bulan (lembar) 4,181 4,828 5,209 6,030 5,413 5,683 5,732 6,638 15.80

2 Rata-rata Warkat Incoming Transfer /Bulan (lembar) 4,885 5,328 5,548 6,009 5,083 5,344 5,023 5,335 6.22

3 Rata-rata Nominal Outgoing Transfer /Bulan 4,340 5,946 6,848 7,518 7,959 11,484 9,514 12,107 27.26

4 Rata-rata Nominal Incoming Transfer /Bulan 8,671 11,001 9,913 12,679 10,501 14,461 12,756 15,268 19.70

5 Rata-rata Net Incoming Transfer /Bulan 4,331 5,055 3,065 5,161 2,542 2,976 3,242 3,161 -2.49

Keterangan:

1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).

BI-RTGS

No Uraian2012 2013

Tabel 4.5

Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai

Kliring

Ptumb1

Page 60: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

46

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 61: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

47

Bab 5 Keuangan Pemerinta

BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH)

Kinerja gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 di sisi

penerimaan terealisasi dengan baik, namun belum optimal di sisi pengeluaran. Realisasi di sisi

penerimaan mencapai 101,55% atau sebesar Rp9,57 triliun, terutama bersumber dari Dana Perimbangan

dengan proporsi 53,33% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 25,88%. Tingginya realisasi

pendapatan sampai dengan triwulan IV-2013 terutama bersumber dari PAD yang melampaui target,

khususnya Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sementara itu, di sisi belanja

terealisasi sebesar 87,81% atau sebesar Rp8,42 triliun, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak

Langsung sebesar 67,07%. Hal ini menyebabkan neraca APBD sampai dengan posisi akhir triwulan IV-

2013 masih surplus Rp1,15 triliun.

1. Pendapatan Pemerintah

Secara gabungan realisasi pendapatan pemerintah daerah se-DIY pada triwulan IV-2013

mencapai Rp9,57 triliun atau 101,55% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp9,43 triliun.

Komponen Dana Perimbangan terealisasi sebesar Rp5,11 triliun atau 99,73% dari yang dianggarkan,

terutama realisasi Dana Alokasi Umum sebesar Rp4,54 triliun dan selebihnya merupakan Dana Bagi Hasil

dan Dana Alokasi Khusus. Secara keseluruhan, Dana Perimbangan masih mendominasi pos penerimaan

APBD dengan proporsi 53,33% yang mengindikasikan bahwa APBD Pemerintah Daerah masih

bergantung dari transfer pemerintah pusat.

Tabel 5.1. Realisasi Penerimaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota

) Tidak memperhitungkan belanja pemerintah pusat ke DIY yang dilakukan melalui DJA dengan jumlah ± Rp10 triliun

Page 62: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

48

Bab 5 Keuangan Pemerintah

Sementara itu, sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, realisasi PAD mencapai

Rp2,48 triliun atau 112,17% dari anggaran yang ditetapkan Rp2,20 triliun. Realiasi tersebut terutama

bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah Rp1,68 triliun dengan proporsi 67,79%, Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah Yang Sah Rp512,21 miliar (20,67%), Pendapatan Retribusi Daerah Rp192,16 miliar (7,76%)

dan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Rp93,54 miliar (3,78%). Kenaikan

PAD tersebut terutama bersumber dari kenaikan penghimpunan pajak kendaraan bermotor.

2. Belanja Pemerintah

Realisasi Belanja Daerah pemerintah daerah di DIY sampai dengan triwulan IV-2013 masih

belum optimal, yakni 87,81% dari anggaran yang ditetapkan. Belanja daerah terealisasi Rp8,42

triliun dari anggaran sebesar Rp9,59 triliun. Realisasi tersebut terutama bersumber dari realisasi Belanja

Tidak Langsung Rp5,68 triliun atau 67,07% dari total anggaran yang ditetapkan dengan realisasi terbesar

pada belanja pegawai Rp4,28 triliun. Tingginya belanja pegawai tersebut menunjukkan bahwa

fleksibilitas fiskal daerah relatif masih terbatas.

Tabel 5.2. Realisasi Belanja APBD DIY, Kabupaten dan Kota

Sementara itu, realisasi Belanja Langsung baru mencapai Rp2,77 triliun atau 81,88% dari anggaran

yang ditetapkan sebesar Rp3,39 triliun dengan realisasi terbesar pada Belanja Barang dan Jasa sebesar

Rp1.328,63 miliar atau 47,90% dari total realisasi Belanja Langsung. Adapun Belanja Modal terealisasi

Rp982,41 miliar atau 86,22% dari nilai yang telah dianggarkan.

Untuk belanja yang sifatnya investasi, yaitu meliputi Belanja Modal, Belanja Bantuan Sosial dan

Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah DIY/Kabupaten/Kota/Desa realisasinya masih rendah.

Page 63: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

49

Bab 5 Keuangan Pemerinta

Belanja tersebut baru terealisasi Rp1.35 Triliun atau 87,61% dari yang dianggarkan sebesar Rp1,54

triliun.

Melihat anatomi APBD gabungan tersebut diatas, tampaknya ekspansi fiskal relatif terbatas. Oleh

sebab itu dengan keterbatasan tersebut, maka prioritas pembangunan agar ditetapkan sehingga hasilnya

lebih optimal.

3. Pembiayaan Pemerintah

Realisasi penerimaan pembiayaan tercatat Rp988,12 miliar atau 130,34% dari sumber

pembiayaan yang dianggarkan sebesar Rp758,08 miliar. Sumber penerimaan pembiayaan masih

didominasi oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan proporsi 97,39%. Adapun

pengeluaran pembiayaan yang telah terealisasi adalah Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

sebesar Rp208,02 miliar, Pemberian Pinjaman Daerah Rp 9,32 miliar, dan Pembayaran Pokok Utang

dengan realisasi Rp993 juta. Secara keseluruhan, pembiayaan APBD Pemerintah Daerah se-DIY pada

triwulan IV-2013 surplus Rp1,51 triliun.

Tabel 5.3. Realisasi Pembiayaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota

Page 64: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

50

Bab 5 Keuangan Pemerintah

Page 65: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

51

Bab 6 Ketenagakerjaan

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Agustus 2013 tercatat sebesar 68,89%, turun

dibandingkan keadaan Agustus 2012 sebesar 70,85%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka

di DIY pada Agustus 2013 sebesar 3,34% menurun dibandingkan Agustus 2012 sebesar 3,97%.

Berdasarkan jenis pekerjaaannya, sekitar 55,56% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal.

Sedangkan sebesar 44,44% bekerja pada kegiatan formal. Selanjutnya ditengah perekonomian yang

meningkat dan terbukanya lapangan kerja Kemiskinan DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

1. Tenaga Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)5 di DIY pada Agustus 2013 sebesar 68,69%,

menurun jika dibandingkan Agustus 2012 sebesar 70,85% maupun kondisi Februari 2013

sebesar 69,27%. Penurunan terjadi terutama di sektor Jasa Kemasyarakatan, PHR, dan di sektor

Konstruksi, sementara di sektor pertanian meningkat. Namun demikian penurunan tersebut tidak

signifikan dan ada indikasi penurunan TPAK dimungkinkan bersifat voluntary sejalan dengan dimulainya

tahun ajaran sekolah.

Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY

Dilihat per wilayah, TPAK tertinggi adalah di Kabupaten Gunungkidul (77,38%), kemudian diikuti

oleh Kabupaten Kulonprogo (75,15%), Kabupaten Bantul (66,54%), Kabupaten Sleman (65,22%) dan

terendah Kota Yogyakarta (64,07%). Relatif lebih rendahnya TPAK di Kota Yogyakarta dan Sleman

disebabkan cukup banyak penduduk usia kerja dikedua kota tersebut yang lebih memilih untuk

meneruskan pendidikan dibandingkan memasuki dunia kerja atau terlibat dalam aktifitas produksi.

5 TPAK merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja

72.11%

68.77%

70.47%

70.85%

69.27%

68.89%

67%

68%

69%

70%

71%

72%

73%

Feb 11 Agst 11 Feb 12 Agst 12 Feb 13 Agst 13

%

Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY

Sumber : BPS DIY

Page 66: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

52

Bab 6 Ketenagakerjaan

Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kab./Kota di DIY

Sementara itu, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)6 di DIY pada Agustus 2013 sebesar

3,34%, turun dari keadaan Februari 2013 (3,80%), terutama karena meningkatnya penyerapan

tenaga kerja di sektor pertanian. Dibandingkan dengan angka pengangguran nasional (6,25%), maka

persentase angka pengangguran di DIY relatif lebih rendah (3,34%). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi DIY justru mengalami peningkatan, sementara pada periode waktu yang sama perekonomian

nasional justru melambat.

Grafik 6.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional & DIY

TPT di seluruh Kabupaten/Kota sepanjang 2011-2013 mengalami perkembangan yang

variatif. TPT tertinggi pada Agustus 2013 terjadi di Kota Yogyakarta sebesar 6,57%, meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini sejalan dengan perlambatan yang terjadi

pada sektor PHR di triwulan III 2013. Sementara di empat kabupaten lainnya TPT justru mengalami

penurunan, dan terendah di Kabupaten Kulonprogo sebesar 2,94.

6 TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja

74.27

70.76

78.59

66.34

66.97

75.15

66.54

77.38

65.22

64.07

0 20 40 60 80 100

Kulonprogo

Bantul

Gunungkidul

Sleman

Yogyakarta

%

Agustus 2013 Agustus 2012

Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota diDIY

Sumber : BPS DIY

7.417.14

6.806.56

6.326.14

5.926.25

6.025.69

5.47

3.97 4.09 3.973.80

3.34

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Feb 10 Agst 10 Feb 11 Agst 11 Feb 12 Agst 12 Feb 13 Agst 13

%

Nasional DIY

Grafik 6.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY

Sumber : BPS DIY

Page 67: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

53

Bab 6 Ketenagakerjaan

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kab./Kota di DIY

Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan; dan Sektor

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menyerap pekerja paling banyak yaitu

masing-masing sekitar 27,86% dan 25,98%. Kedua sektor tersebut merupakan sektor utama

penyerap tenaga kerja sesuai dengan struktur perekonomian DIY. Selanjutnya, sektor lain yang

penyerapan tenaga kerjanya cukup besar adalah Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

(20%) dan Sektor Industri (13,45%). Sektor-sektor tersebut pada prinsipnya merupakan pendukung

sektor PHR.

Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, pekerja di DIY sebagian besar merupakan tenaga

kerja informal (tabel 6.2). Porsi pekerja informal di DIY mencapai 55,6%, terutama yang terbanyak di

sektor Pertanian dan jasa kemasyarakatan dan sosial. Namun demikian, dibandingkan dengan provinsi

lain di Indonesia pekerja di sektor formal yang mencapai 44,4% tergolong cukup tinggi.

3.91

3.6

1.92

5.42

5.03

2.94

3.46

1.77

3.38

6.57

0 1 2 3 4 5 6 7

Kulonprogo

Bantul

Gunungkidul

Sleman

Yogyakarta

%

Agustus 2013 Agustus 2012

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota di DIY

Sumber : BPS DIY

Feb Agt Feb Agt Feb Agt

APertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan

dan Perikanan24.3% 24.0% 24.2% 26.9% 23.43% 27.86%

B Pertambangan, Penggalian dan Listrik Gas Air 1.3% 0.9% 0.2% 0.9% 1.19% 0.76%C Industri 14.2% 14.8% 15.7% 15.1% 13.36% 13.45%D Konstruksi 5.6% 7.4% 5.9% 7.1% 6.63% 5.55%

EPerdagangan, Rumah Makan, dan Jasa

Akomodasi26.0% 26.7% 27.0% 24.9% 26.77% 25.98%

F Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 4.7% 3.8% 3.9% 3.3% 3.90% 3.49%

GLembaga Keuangan, Real Estate, Usaha

Persewaan dan Jasa Perusahaan2.2% 2.8% 2.8% 3.1% 3.36% 2.90%

H Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 21.8% 19.6% 20.3% 18.8% 21.36% 20.00%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Sumber : BPS DIY

J u m l a h

No Lapangan Usaha20122011

Tabel 6.1

Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

2013

Page 68: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

54

Bab 6 Ketenagakerjaan

Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan

2. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada September

2013 jumlah penduduk miskin sebesar 538,18 ribu jiwa menurun dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 562,11 ribu jiwa. Menurunnya jumlah penduduk miskin merupakan imbas

dari membaiknya pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya dan upaya-upaya pro aktif

Pemda melalui program-program pengurangan kemiskinan. Berdasarkan lokasinya, jumlah penduduk

miskin di wilayah perkotaan masih lebih besar dibandingkan di wilayah pedesaan. Jumlah penduduk

miskin pada semester II 2013 di daerah perkotaan mencapai sebesar 325,53 ribu jiwa, lebih besar

dibandingkan jumlah penduduk miskin di daerah yang sebanyak 209,66 ribu jiwa.

Sementara itu garis kemiskinan pengalami peningkatan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan

terakhir dari Rp283.454,- per kapita perbulan menjadi Rp303.483,- per kapita per bulan. Hal ini seiring

dengan dampak tekanan inflasi pada komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat. Garis Kemiskinan di

perkotaan dalam satu tahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,73% dari Rp284.549,-

per kapita per bulan menjadi Rp317.925,- per kapita pe bulan. Sementara itu Garis Kemiskinan di daerah

pedesaan mengalami kenaikan sebesar 13,97% dari Rp241.975,- per kapita per bulan menjadi

Rp275.786,- per kapita per bulan.

Kontribusi komoditi makanan terhadap garis kemiskinan lebih tinggi dibandingkan non makanan.

Kontribusi Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2013 tercatat sebesar

72,22% mengalami kenaikan dibanding September 2012 sebesar 71,50%. Hal ini sejalan dengan

tekanan inflasi volatile food yang meningkat paska kenaikan harga BBM bersubsidi.

Terkait dengan hal tersebut diatas, diperlukan upaya-upaya yang agresif dan progresif agar tingkat

kemiskinan dapat ditekan, diantaranya memberikan perhatian lebih disertai alokasi anggaran untuk

daerah-daerah miskin yang sudah terpetakan. Dalam pelaksanaanya dapat mengoptimalkan melalui

%

Feb Agt Feb Agt Feb Agt

A Formal 43.6 44.4 42.6 43.4 44.1 44.4

Berusaha dibantu Buruh Tetap 4.3 4.3 4.0 4.4 4.1 4.6 Buruh/Karyawan/Pegawai 39.3 40.1 38.6 39.1 40.1 39.9

B Informal 56.4 55.6 57.4 56.6 55.9 55.6

Berusaha Sendiri 15.3 13.9 13.8 12.7 13.7 12.9 Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 17.5 19.3 20.5 18.8 19.7 19.6 Pekerja Bebas 8.6 8.4 7.4 8.7 9.0 7.1 Pekerja Keluarga/tak Dibayar 15.0 14.0 15.7 16.4 13.6 16.0

Keterangan :

*) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2011 - Februari 2013

Sumber : BPS DIY

20122011

Tabel 6.2

Indikator Status Ketenagakerjaan

No Status Pekerjaan Utama2013

Page 69: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

55

Bab 6 Ketenagakerjaan

sumber daya yang ada, termasuk optimalisasi dana APBN, APBD, dan sumber dana lainnya, yang dalam

pelaksanaannya dengan melibatkan Perguruan Tinggi, Swasta dan Pemerintah.

Grafik 6.4 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di DIY

586 577

561 564 565 562

550

535

17.23

16.83

16.08

16.1416.05

15.88

15.43

15.03

13.5

14

14.5

15

15.5

16

16.5

17

17.5

500

510

520

530

540

550

560

570

580

590

2009 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13

Chart Title

Jumlah

Persentase (%,rhs)

Grafik 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY

ribu orang %

Sumber : BPS Provinsi DIY

Page 70: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

56

Bab 6 Ketenagakerjaan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 71: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

57

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI

1. PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 5,3%±0,5%(yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 4,32% (yoy). Disisi Permintaan, pertumbuhan bersumber

dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah dan impor diperkirakan

melambat. Disisi sektoral, sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor Industri Pengolahan,

Sektor Perdagangan Hotel Restoran, dan Sektor Pengangkutan.

Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi Grafik 7.2 Ekspektasi Kegiatan Usaha

Konsumi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh masih cukup baik pada triwulan I 2014

dengan faktor pendorong : (i) peningkatan pendapatan masyarakat terkait realisasi kenaikan UMP, (ii)

daya beli masyarakat yang cukup baik yang diindikasikan masih optimisnya ekspektasi konsumsi pada

survei konsumen Bank Indonesia, serta (iii) kegiatan kampanye pemilu legislatif yang dimulai bulan Maret.

Ekspor luar negeri untuk produk tekstil diperkirakan masih tumbuh seiring dengan

semakin membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat. Asosiasi Pertekstilan Nasional

memperkirakan bahwa pada tahun 2014 kenaikan ekspor tekstil akan terjadi pada negara-negara tujuan

ekspor seperti Amerika Serikat, Thailand, Jepang dan China, sementara untuk pasar Uni Eropa belum

menunjukkan peningkatan. Pelemahan nilai tukar diperkirakan sudah mulai memberikan dalam

meningkatkan daya saing produksi beberapa komoditas.

5.34

5.84

4.84

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2011 2012 2013 2014

% yoy

Sumber : Bank Indonesia

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

160.00

170.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2012 2013 2014

Indeks

Sumber : Bank Indonesia

Page 72: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

58

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Grafik 7.3 Ekspektasi Penghasilan Grafik 7.4 Ekspektasi Penjualan

Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh pada triwulan I-2014 dengan faktor

pendorong (i) peningkatan permintaan produk tekstil luar negeri untuk pasar Amerika dan China, serta

(ii) meningkatnya permintaan untuk produk konveksi dan industri percetakan menghadpi pemilu.

Perkembangan industri meubel diperkirakan membaik didukung oleh permintaan luar negeri yang

trennya mulai meningkat sejak Oktober 2013. Kenaikan juga diperkirakan terjadi pada sektor

Perdagangan-Hotel-Restoran, hasil liason kepada beberapa pelaku usaha menyatakan optimis bahwa

penjualan ritel akan meningkat di awal tahun seiring dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Hal

tersebut diindikasikan oleh meningkatnya ekspektasi penjualan pada survei penjualan eceran Bank

Indonesia.

2. PERKIRAAN INFLASI

Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 6,02±1% yoy,

melambat dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 7,32% yoy. Faktor resiko tekanan inflasi pada

triwulan I 2014 diperkirakan berasal dari beberapa hal yaitu : (i) kebijakan Pemerintah untuk menaikkan

harga elpiji 12kg, (ii) Curah hujan di atas normal yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir

Februari/awal Maret 2014, sehingga akan mempengaruhi produksi pangan dan distribusi pasokan (iii)

Tekanan imported inflation diperkirakan masih berpotensi terjadi seiring dengan tekanan nilai tukar yang

masih berlanjut, (iv) potensi peningkatan konsumsi terkait penyelanggaraan kampanye pemilu legislatif,

(v) Penyesuaian harga produk manufaktur atas kenaikan UMP dan kenaikan biaya bahan baku, serta (vi)

Penyesuaian tarif sewa kos/rumah yang umumnya dilakukan pengusaha di Yogyakarta di awal tahun.

Inflasi pada kelompok Administered Price pada triwulan I 2014 diperkirakan meningkat

terdampak kebijakan pemerintah pusat untuk menaikkan harga elpiji 12kg serta kebijakan kenaikan

biaya surcharge penerbangan 8-9%. Kenaikan harga elpiji 12 kg diperkirakan akan berdampak pada

kenaikan harga-harga makanan jadi. Selain rencana kenaikan surcharge biaya penerbangan, kenaikan

tarif angkutan udara juga berpotensi meningkat di bulan Januari 2014.

90.00 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00 180.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2012 2013 2014

Indeks

Sumber : Bank Indonesia

90.00 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00 180.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2012 2013 2014

Indeks

Sumber : Bank Indonesia

Page 73: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013

59

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi Grafik 7.6 Ekspektasi Harga

Meskipun tekanan Inflasi Volatile Food diperkirakan meningkat pada awal tahun 2014

akibat terdampak bencana banjir dan gangguan distribusi, namun kebijakan pemerintah untuk

membuka peluang impor hortikultura di awal tahun diharapkan mampu meredam gejolak yang mungkin

terjadi. Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan telah

mengantisipasi kelangkaaan pasokan Hortikultura dengan menetapkan harga referensi impor untuk

Cabai Merah Keriting sebesar Rp26.300/kg, Cabai Rawit Merah sebesar Rp28.000/kg, dan Bawang

Merah sebesar Rp25.700/kg.

Inflasi Inti diperkirakan sedikit meningkat, kenaikan harga-harga pada produk manufaktur

diperkirakan akan dilakukan secara bertahap mengingat daya beli masyarakat baru pulih dari dampak

kebijakan kenaikan harga BBM pada 2013. Selanjutnya usulan Kementerian ESDM untuk menunda

kenaikan TDL pada golongan I3 dan I4 sampai dengan bulan Mei 2013 diharapkan memberikan cukup

waktu bagi pelaku usaha industri untuk tidak melakukan kenaikan harga secara bersamaan akibat

kenaikan UMP dan harga bahan baku di awal tahun. Sementara itu disisi konsumen, ekspektasi konsumsi

dan ekpektasi harga diperkirakan masih meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan

penyesuaian gaji di awal tahun khususnya untuk kelompok pekerja/karyawan.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2011 2012 2013 2014

% yoy6.02 1%

100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00 180.00 190.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Ind

ex

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Ekspektasi harga 3 bln YAD Ekspektasi Konsumsi

Page 74: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

60

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 75: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

61

L a m p i r a n

Page 76: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

62

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Miliar Rp

I II III IV I II III IV

1 Pertanian 1,266 793 871 777 1,216 856 897 760

2 Penggalian 39 39 40 42 41 41 42 44

3 Industri Pengolahan 709 709 741 757 770 793 789 791

4 Listrik, Gas, & Air Bersih 53 54 54 55 57 59 57 57

5 Bangunan 496 509 571 742 536 566 609 748

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 1,164 1,206 1,246 1,304 1,246 1,293 1,332 1,353

7 Pengangkutan & Komunikasi 610 636 661 675 650 677 700 717

8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 576 594 616 617 619 630 644 660

9 Jasa-jasa 941 1,085 1,056 1,006 997 1,053 1,164 1,103

PDRB 5,854 5,623 5,856 5,975 6,132 5,967 6,234 6,235

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS DIY

Miliar Rp

I II III IV I II III IV

1 Konsumsi Rumahtangga 2,747 2,791 2,851 3,072 2,914 2,942 3,017 3,063

2 Konsumsi Pemerintah 1,017 1,169 1,184 1,304 1,100 1,141 1,307 1,376

3 Investasi (PMTB) 1,350 1,420 1,557 1,780 1,448 1,508 1,639 1,819

4 Lainnya 739 243 264 (181) 670 376 271 (24)

PDRB 5,854 5,623 5,856 5,975 6,132 5,967 6,234 6,235

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS DIY

PDRB DIY Triwulanan Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstan

PDRB DIY Triwulanan Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Konstan

2013

20132012

No Sektor2012

No Jenis Penggunaan

Page 77: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

63

Miliar Rp

III IV I II III IV I II III IV

1 Pertanian 1,792 1,740 2,873 1,757 1,950 1,776 2,801 2,001 2,187 1,873

2 Penggalian 92 95 91 92 96 101 100 101 105 111

3 Industri Pengolahan 1,998 1,793 1,808 1,826 1,950 2,028 2,091 2,178 2,231 2,271

4 Listrik, Gas, & Air Bersih 166 180 180 181 182 184 193 200 198 205

5 Bangunan 1,367 1,893 1,294 1,344 1,526 2,022 1,496 1,579 1,710 2,122

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 2,682 2,726 2,665 2,782 2,913 3,097 3,042 3,181 3,408 3,521

7 Pengangkutan & Komunikasi 1,177 1,193 1,156 1,208 1,257 1,282 1,235 1,287 1,417 1,462

8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,289 1,399 1,385 1,447 1,519 1,526 1,561 1,600 1,663 1,719

9 Jasa-jasa 2,774 2,731 2,618 3,047 2,999 2,872 2,908 3,088 3,507 3,337

PDRB 13,337 13,751 14,070 13,684 14,391 14,889 15,426 15,214 16,427 16,623 *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS DIY

Miliar Rp

III IV I II III IV I II III IV

1 Konsumsi Rumahtangga 6,693 6,864 7,008 7,186 7,475 7,681 7,961 8,056 8,537 8,739

2 Konsumsi Pemerintah 3,470 3,704 3,132 3,637 3,801 4,203 3,612 3,775 4,574 4,848

3 Investasi (PMTB) 4,203 4,883 3,908 4,130 4,575 5,254 4,337 4,582 5,169 5,820

4 Lainnya (1,028) (1,700) 21 (1,269) (1,460) (2,250) (484) (1,199) (2,784)

PDRB 13,337 13,751 14,070 13,684 14,391 14,889 15,426 15,214 18,280 16,623 *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS DIY

PDRB DIY Triwulanan Menurut SektorAtas Dasar Harga Berlaku

PDRB DIY Triwulanan Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Berlaku

2013

20132012

No Sektor2011 2012

2011No Jenis Penggunaan

Page 78: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

64

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

IHK mtm (%) qtq (%) yoy (%)

2009b127.24 120.37 118.34 119.19 112.27 114.49 102.03 116.64 0.24 0.30 2.93

2010 151.24 126.96 124.84 125.64 114.48 119.36 107.71 125.25 0.72 1.63 7.38

2011

Januari 153.27 129.10 125.24 125.55 116.93 119.49 108.03 126.30 0.84 2.20 7.67

Februari 150.90 130.34 125.78 125.78 117.65 119.57 108.17 126.42 0.10 1.66 7.45

Maret 151.61 130.50 125.77 126.57 117.92 119.70 108.47 126.68 0.21 1.14 7.53

April 147.49 131.29 125.82 127.60 118.50 119.73 108.50 126.32 -0.28 0.02 6.96

Mei 146.45 131.65 126.24 128.36 119.79 119.66 108.61 126.48 0.13 0.05 6.95

Juni 147.54 131.72 126.33 128.56 120.16 119.60 109.18 126.81 0.26 0.10 5.90

Juli 151.27 132.72 126.90 129.51 120.17 120.94 109.47 127.95 0.90 1.29 5.37

Agustus 151.84 133.67 127.08 133.97 120.28 121.47 110.57 128.75 0.63 1.79 5.58

September 151.00 134.52 127.60 137.22 120.28 121.48 110.04 129.01 0.20 1.73 4.68

Oktober 149.32 135.11 128.28 136.27 120.91 121.40 110.11 129.06 0.04 0.87 4.43

November 151.04 135.50 128.31 137.99 120.92 121.39 110.10 129.49 0.33 0.57 4.13

Desember 154.00 135.94 128.60 137.45 120.94 121.42 110.29 130.11 0.48 0.85 3.88

2012

Januari 154.94 136.15 128.94 136.85 121.13 121.44 110.69 130.44 0.25 1.07 3.27

Februari 153.75 136.50 129.20 138.67 121.44 121.93 110.76 130.57 0.10 0.84 3.28

Maret 154.50 137.56 129.54 139.03 121.60 121.96 110.90 131.04 0.36 0.71 3.44

April 153.04 138.18 130.28 138.47 121.69 121.95 111.19 131.18 0.11 0.57 3.85

Mei 152.08 138.76 130.45 138.14 121.90 122.07 111.37 131.24 0.05 0.51 3.76

Juni 157.11 139.74 130.47 138.60 122.14 122.13 111.33 132.23 0.75 0.91 4.27

Juli 161.56 141.01 130.69 138.29 121.96 122.90 111.23 133.24 0.76 1.57 4.13

Agustus 162.53 141.71 130.89 139.20 122.20 122.89 112.14 133.80 0.42 1.95 3.92

September 162.56 142.20 131.33 141.21 122.37 122.98 111.57 134.05 0.19 1.38 3.91

Oktober 163.19 143.74 131.55 142.07 122.40 123.11 111.51 134.56 0.38 0.99 4.26

November 163.20 144.56 131.78 142.23 123.04 123.10 111.47 134.83 0.20 0.77 4.12

Desember 166.48 145.32 132.44 142.34 123.28 123.16 111.72 135.72 0.66 1.24 4.31

2013

Januari 174.27 145.63 132.85 142.48 123.26 123.13 111.46 137.02 0.96 1.83 5.05

Februari 178.80 146.13 134.43 141.89 123.71 123.65 111.51 138.29 0.93 2.57 5.91

Maret 184.31 146.34 135.03 141.23 124.07 123.81 111.80 139.38 0.79 2.70 6.36

April 180.40 146.70 135.29 140.45 124.79 123.86 111.87 138.96 -0.30 1.41 5.93

Mei 176.67 147.20 135.73 139.30 125.02 123.88 111.78 138.56 -0.28 0.19 5.58

Juni 179.21 147.76 136.16 138.80 125.69 123.88 114.93 139.72 0.84 0.24 5.66

Juli 189.15 151.03 136.78 137.63 125.99 123.84 122.78 143.33 2.58 3.15 7.57

Agustus 192.56 152.42 137.39 139.56 126.19 124.42 123.54 144.58 0.87 4.35 8.06

September 187.04 153.33 137.54 142.74 126.31 126.64 122.83 144.24 -0.24 3.23 7.60

Oktober 187.32 155.39 138.08 142.27 126.45 126.87 124.44 145.12 0.61 1.25 7.85

November 186.74 156.91 138.76 141.97 126.97 126.89 123.68 145.41 0.20 0.57 7.85

Desember 186.98 157.17 139.30 142.34 127.08 127.07 123.40 145.65 0.16 0.98 7.32

Keterangan:

a) Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.

b) Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100

Sumber: BPS DIY

Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta

Akhir Periodea Bahan

Makanan

Makanan

Jadi,

Minuman,

Rokok &

Tembakau

Perumahan,

Air, Listrik,

Gas & Bahan

Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi &

Olahraga

Transportasi

&

Komunikasi

Umum

Page 79: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

65

Miliar Rp

I. ASET 29,135 30,779 32,229 33,923 35,554 37,355 39,993 40,749 41,452 43,034 45,697 47,222

Jenis Bank 29,135 30,779 32,229 33,923 35,554 37,355 39,993 40,749 41,452 43,034 45,697 47,222

1. Bank Umum 26,615 28,140 29,474 31,031 32,605 34,219 36,691 37,244 37,871 39,351 41,842 43,142

2. Bank Perkreditan Rakyat 2,520 2,639 2,755 2,892 2,948 3,137 3,302 3,504 3,581 3,683 3,855 4,079

Jenis Usaha Bank 29,135 30,779 32,229 33,923 35,554 37,355 39,993 40,749 41,452 43,034 45,697 47,222

1. Konvensional 27,406 28,958 32,074 31,559 33,255 34,969 37,291 37,873 38,506 39,928 42,241 43,5392. Syariah 1,729 1,821 155 2,364 2,298 2,386 2,702 2,876 2,946 3,106 3,456 3,683

II. DANA PIHAK KETIGA 24,918 26,047 27,645 28,775 30,011 31,289 33,246 34,882 35,533 36,672 38,670 39,816

Jenis Bank 24,918 26,047 27,645 28,775 30,011 31,289 33,246 34,882 35,533 36,672 38,670 39,816

1. Giro 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043

a. Bank Umum 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043

2. Tabungan 12,158 12,567 13,420 14,968 14,710 15,658 16,464 18,663 18,207 18,904 19,909 21,563

a. Bank Umum 11,665 12,043 12,894 14,371 14,123 15,047 15,817 17,903 17,456 18,139 19,107 20,661

b. Bank Perkreditan Rakyat 493 524 525 597 587 611 646 760 752 765 801 902

3. Deposito 9,259 9,753 10,597 10,162 11,111 11,288 11,880 11,211 12,316 12,766 13,260 13,209

a. Bank Umum 8,108 8,552 9,316 8,821 9,716 9,836 10,337 9,590 10,621 11,058 11,478 11,369

b. Bank Perkreditan Rakyat 1,151 1,200 1,281 1,341 1,395 1,451 1,543 1,621 1,695 1,707 1,782 1,840

Jenis Usaha Bank 24,918 26,047 27,645 28,775 30,011 31,289 33,246 34,882 35,533 36,672 38,670 39,816

1. Giro 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043

a. Konvensional 3,385 3,616 3,502 3,509 4,034 4,189 4,656 4,701 4,798 4,804 5,282 4,785

b. Syariah 115 111 126 135 155 155 246 307 211 198 221 258

2. Tabungan 12,158 12,567 13,420 14,968 14,710 15,658 16,464 18,663 18,207 18,904 19,909 21,563

a. Konvensional 11,585 11,967 12,703 14,202 13,886 14,776 15,503 17,601 17,067 17,730 18,654 20,220

b. Syariah 573 600 716 766 824 883 961 1,062 1,140 1,174 1,255 1,344

3. Deposito 9,259 9,753 10,597 10,162 11,111 11,288 11,880 11,211 12,316 12,766 13,260 13,209

a. Konvensional 8,631 9,140 9,918 9,394 10,319 10,534 11,067 10,323 11,341 11,723 12,079 11,947b. Syariah 628 613 679 768 793 754 813 888 975 1,043 1,181 1,262

III. KREDIT 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571

1. Jenis Penggunaan 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571

Jenis Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571

a. Modal Kerja 5,707 6,303 6,434 7,277 7,244 8,138 8,390 8,996 8,755 9,499 9,861 10,277

1) Bank Umum 4,950 5,512 5,644 6,464 6,395 7,224 7,428 8,038 7,768 8,438 8,735 8,849

2) Bank Perkreditan Rakyat 757 791 789 813 849 914 961 958 987 1,061 1,126 1,428

b. Investasi 2,307 2,490 2,732 2,386 2,804 2,985 3,113 3,193 3,597 4,282 4,756 4,892

1) Bank Umum 2,113 2,289 2,532 2,176 2,572 2,728 2,869 2,957 3,346 4,030 4,506 4,646

2) Bank Perkreditan Rakyat 194 201 200 210 232 258 245 236 251 252 250 245

c. Konsumsi 7,029 7,359 7,892 8,276 8,436 8,663 9,177 9,651 9,804 10,139 10,382 10,402

1) Bank Umum 6,048 6,287 6,762 7,108 7,201 7,338 7,817 8,257 8,343 8,580 8,794 9,035

2) Bank Perkreditan Rakyat 981 1,072 1,130 1,168 1,235 1,325 1,360 1,394 1,461 1,559 1,588 1,367

Jenis Usaha Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571

a. Modal Kerja 5,707 6,303 6,434 7,277 7,244 8,138 8,390 8,996 8,755 9,499 9,861 10,277

1) Konvensional 5,308 5,849 5,955 6,785 6,754 7,572 7,776 8,347 8,162 8,770 9,089 9,467

2) Syariah 399 453 479 492 490 567 613 649 592 729 772 810

b. Investasi 2,307 2,490 2,732 2,386 2,804 2,985 3,113 3,193 3,597 4,282 4,756 4,892

1) Konvensional 2,177 2,371 2,578 2,205 2,596 2,745 2,854 2,944 3,330 3,990 4,408 4,585

2) Syariah 131 119 154 181 208 240 260 250 267 292 348 307

c. Konsumsi 7,029 7,359 7,892 8,276 8,436 8,663 9,177 9,651 9,804 10,139 10,382 10,402

1) Konvensional 6,567 6,843 7,148 7,491 7,704 7,875 8,390 8,805 8,937 9,208 9,432 9,4022) Syariah 462 516 744 786 732 788 787 845 867 931 950 1,000

II 2013 III 2013

Indikator Perbankan - DIY

I 2012 III 2011 IV 2011 I 2011 II 2011 No Uraian IV 2012 IV 2013I 2013 II 2012 III 2012

Page 80: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

66

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

II 2013 III 2013

2. Kolektibilitas

Jenis Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571

a. Lancar 13,828 14,851 15,792 16,810 17,080 18,381 19,184 20,467 20,535 22,200 23,220 24,016

1) Bank Umum 12,028 12,928 13,808 14,739 14,904 16,028 16,769 18,004 17,994 19,495 20,428 21,098

2) Bank Perkreditan Rakyat 1,801 1,923 1,984 2,071 2,177 2,353 2,416 2,463 2,541 2,705 2,791 2,919

b. Dalam Perhatian Khusus 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050

1) Bank Umum 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050

c. Kurang Lancar 103 93 127 78 107 113 134 77 111 121 121 81

1) Bank Umum 63 54 94 54 70 75 98 52 61 73 77 60

2) Bank Perkreditan Rakyat 40 39 33 24 38 38 37 25 51 48 44 22

d. Diragukan 101 118 92 84 98 108 89 74 89 101 108 78

1) Bank Umum 68 84 62 57 72 80 59 52 63 68 75 56

2) Bank Perkreditan Rakyat 33 34 31 27 25 27 30 23 26 33 34 22

e. Macet 297 314 300 272 303 313 351 361 381 373 383 345

1) Bank Umum 237 245 227 202 227 235 267 284 300 288 288 267

2) Bank Perkreditan Rakyat 60 68 72 69 76 79 84 77 81 85 94 78

Jenis Usaha Bank 15,043 16,152 17,058 17,939 18,484 19,786 20,680 21,840 22,155 23,920 24,998 25,571

a. Lancar 13,828 14,851 15,792 16,810 17,080 18,381 19,184 20,467 20,535 22,200 23,220 24,016

1) Konvensional 13,722 14,733 15,669 16,666 16,916 18,197 18,997 20,278 20,342 21,991 23,016 23,796

2) Syariah 106 119 122 144 164 183 187 190 193 209 203 220

b. Dalam Perhatian Khusus 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050

1) Konvensional 637 696 662 659 853 829 876 814 982 1,065 1,097 1,004

2) Syariah 78 80 85 37 42 43 46 47 57 59 70 45

c. Kurang Lancar 103 93 127 78 107 113 134 77 111 121 121 81

1) Konvensional 81 83 114 62 90 101 125 69 95 98 108 71

2) Syariah 21 10 13 15 18 12 9 8 17 23 13 11

d. Diragukan 101 118 92 84 98 108 89 74 89 101 108 78

1) Konvensional 94 101 86 78 87 97 81 70 81 88 99 70

2) Syariah 6 17 6 6 11 11 8 4 7 13 9 8

e. Macet 297 314 300 272 303 313 351 361 381 373 383 345

1) Konvensional 285 302 287 260 292 297 332 345 364 356 358 3272) Syariah 11 12 13 12 11 17 18 17 17 18 25 18

IV. RASIO

1. Loan to Deposit Ratio (%)

Jenis Bank 60.37 62.01 61.70 62.34 61.59 63.24 62.20 62.61 62.35 65.23 64.64 64.22

a. Bank Umum 56.33 57.92 57.81 58.68 57.68 59.16 58.33 59.24 58.81 61.55 61.06 60.77

b. Bank Perkreditan Rakyat 117.54 119.75 117.37 113.05 116.83 121.04 117.18 108.68 110.25 116.11 114.71 110.86

Jenis Usaha Bank 60.37 62.01 61.70 62.34 61.59 63.24 62.20 62.61 62.35 65.23 64.64 64.22

a. Konvensional 59.54 60.93 60.03 60.80 60.39 61.67 60.91 61.60 61.52 64.13 63.67 63.47

b. Syariah 75.28 82.20 90.49 87.39 80.70 89.01 82.20 77.25 74.17 80.80 77.89 73.92

2. Non Performing Loans

a. Nominal (Miliar Rp)

Jenis Bank 500 525 519 433 508 534 574 512 581 595 612 505

1) Bank Umum 368 383 383 313 368 390 424 387 424 429 440 383

2) Bank Perkreditan Rakyat 132 142 136 120 139 144 150 125 157 166 171 122

Jenis Usaha Bank 500 525 519 433 508 534 574 512 581 595 612 505

1) Konvensional 461 486 487 400 468 494 538 484 540 542 565 468

2) Syariah 39 39 32 33 40 40 36 28 41 53 47 37

b. Rasio (%)

Jenis Bank 3.32 3.25 3.05 2.41 2.75 2.70 2.78 2.35 2.62 2.49 2.45 1.97

1) Bank Umum 2.81 2.72 2.57 1.99 2.28 2.25 2.34 2.01 2.18 2.04 2.00 1.70

2) Bank Perkreditan Rakyat 6.82 6.87 6.43 5.47 6.01 5.77 5.86 4.82 5.82 5.78 5.79 4.01

Jenis Usaha Bank 3.32 3.25 3.05 2.41 2.75 2.70 2.78 2.35 2.62 2.49 2.45 1.97

1) Konvensional 3.28 3.23 3.11 2.43 2.74 2.72 2.83 2.41 2.64 2.47 2.46 1.992) Syariah 3.91 3.55 2.32 2.25 2.79 2.50 2.16 1.63 2.37 2.73 2.27 1.76

II-2011 IV 2012 I 2012 No Uraian III 2011 III 2012 IV 2013I 2013 IV 2011 I-2011 II 2012

Page 81: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

67

Miliar Rp

I KANTOR PELAYANAN 1,205 1,318 1,378 1,496 1,556 1,563 1,577 1,585 1,586 1,584 1,584 1,584

1. Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2. Kantor Cabang 53 53 53 53 54 55 55 55 56 54 54 54

3. Kantor Cabang Pembantu 282 287 288 289 291 292 303 311 311 311 311 311

4. Kantor Kas 123 123 124 185 185 186 187 187 187 187 187 187

5. Kas Mobil 13 13 13 8 11 11 11 11 11 11 11 11

6. Payment Point 80 80 80 81 82 82 82 82 82 82 82 82

7. Anjungan Tunai Mandiri 653 761 819 879 932 936 938 938 938 938 938 9388. Jumlah Karyawan 4,822 4,822 5,687 6,054 6,400 6,443 6,541 6,693 6,811 6,811 6,811 6,811

II ASET 26,615 28,140 29,474 31,031 32,605 34,219 36,691 37,244 37,871 39,351 41,842 43,142

III DANA PIHAK KETIGA 23,276 24,323 25,839 26,837 28,029 29,227 31,056 32,501 33,086 34,199 36,087 37,073

1. Giro 3,501 3,727 3,628 3,644 4,189 4,343 4,903 5,008 5,009 5,002 5,502 5,043

2. Tabungan 11,666 12,043 12,894 14,371 14,123 15,047 15,817 17,903 17,456 18,139 19,107 20,661

3. Deposito 8,110 8,552 9,316 8,821 9,716 9,836 10,337 9,590 10,621 11,058 11,478 11,369

IV KREDIT 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,530

1. Jenis Penggunaan 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,530

a. Modal Kerja 4,951 5,512 5,644 6,464 6,395 7,224 7,428 8,038 7,768 8,438 8,735 8,849

b. Investasi 2,116 2,289 2,532 2,176 2,572 2,728 2,869 2,957 3,346 4,030 4,506 4,646

c. Konsumsi 6,048 6,287 6,762 7,108 7,201 7,338 7,817 8,257 8,343 8,580 8,794 9,035

2. Sektor Ekonomi 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,526

a. Pertanian 187 207 205 209 248 435 438 486 482 415 426 456

b. Perikanan 20 23 27 27 28 34 34 36 41 52 58 64

c. Pertambangan dan Penggalian 8 8 16 8 9 18 20 16 19 20 24 25

d. Industri Pengolahan 719 842 828 938 944 1,020 1,092 1,150 1,118 1,252 1,338 1,472

e. Listrik, Gas dan Air 42 44 48 55 58 55 53 50 44 44 42 40

f. Konstruksi 166 226 215 229 226 268 323 359 510 450 477 447

g. Perdagangan Besar dan Eceran 2,681 2,958 3,079 3,308 3,316 4,095 4,129 4,417 4,598 5,577 5,770 6,080

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 312 298 390 448 476 517 565 600 646 753 977 1,114

i. Transportasi, Pergudangan 120 177 180 195 207 259 285 289 296 285 298 344

j. Perantara Keuangan 642 796 842 856 942 1,080 1,133 1,102 1,058 1,226 1,223 572

k. Real Estate, Usaha Persewaan 770 750 848 815 906 1,082 1,145 1,206 1,096 1,434 1,548 1,711

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 6 6 5 10 12 13 14 17 17 5 5 5

m. Jasa Pendidikan 124 122 121 125 141 154 154 153 164 171 167 165

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 79 88 82 107 105 112 124 123 132 149 139 258

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 224 263 256 265 272 331 346 379 395 561 685 662

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 15 27 26 27 23 29 32 54 81 52 62 69

q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (70) 0 0

r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 951 964 1,007 1,019 1,054 451 411 560 415 71 2 6

s. Bukan Lapangan Usaha 6,048 6,287 6,762 7,108 7,201 7,338 7,817 8,257 8,343 8,603 8,794 9,035

3. Kolektibilitas 13,116 14,087 14,938 15,749 16,168 17,290 18,114 19,252 19,457 21,048 22,035 22,530

a. Lancar 12,032 12,928 13,808 14,739 14,904 16,028 16,769 18,004 17,994 19,495 20,428 21,098

b. Dalam Perhatian Khusus 715 776 747 696 895 872 922 861 1,039 1,124 1,167 1,050

c. Kurang Lancar 63 54 94 54 70 75 98 52 61 73 77 60

d. Diragukan 68 84 62 57 72 80 59 52 63 68 75 56e. Macet 237 245 227 202 227 235 267 284 300 288 288 267

V RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 368 383 383 313 368 390 424 387 424 429 440 383

b. Rasio (%) 2.81 2.72 2.57 1.99 2.28 2.25 2.34 2.01 2.18 2.04 2.00 1.702. Loan to Deposit Ratio (%) 56.35 57.92 57.81 58.68 57.68 59.16 58.33 59.24 58.81 61.55 61.06 60.77

Indikator Bank Umum - DIY

III 2013 IV 2013III 2011 IV 2011 I 2012 I 2013 IV 2012 III 2012 No Uraian II 2011 I 2011 II 2013II 2012

Page 82: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

68

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Miliar Rp

I ASET 970 1,027 1,110 1,243 1,269 1,318 1,362 1,468 1,400 1,363 1,585 1,727

II DANA PIHAK KETIGA 893 963 1,035 1,133 1,167 1,253 1,285 1,363 1,322 1,304 1,499 1,606

1. Giro 98 126 145 81 118 171 184 99 175 137 213 102

2. Tabungan 652 678 763 894 825 898 938 1,101 932 957 1,057 1,233

3. Deposito 143 159 127 158 224 185 163 162 216 211 228 271

III KREDIT 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338

1. Jenis Penggunaan 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338

a. Modal Kerja 437 464 483 467 463 497 505 651 475 555 671 717

b. Investasi 61 69 68 69 75 76 76 93 95 118 133 163

c. Konsumsi 320 335 363 388 389 356 403 439 437 428 421 457

2. Sektor Ekonomi 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338

a. Pertanian 28 26 24 20 15 113 111 124 108 52 57 55

b. Perikanan 7 7 9 8 8 9 9 10 13 14 16 18

c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 1 1

d. Industri Pengolahan 45 45 42 29 41 47 64 92 60 70 79 100

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

f. Konstruksi 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 5

g. Perdagangan Besar dan Eceran 167 154 163 148 133 306 303 315 289 435 539 561

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 6 7 4 4 5 8 9 10 10 11 13 25

i. Transportasi, Pergudangan 6 6 8 8 12 13 13 17 16 19 19 23

j. Perantara Keuangan 1 1 1 1 1 6 8 7 6 1 1 11

k. Real Estate, Usaha Persewaan 2 2 2 2 2 2 3 4 4 22 21 20

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1 2 2 2 2 2 2 5 5 6 7 8

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 4 4 4 4 4 21 21 22 22 30 38 45

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 1 1 1 1 1 1 2 3 4 7 8 10

q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 228 275 287 306 310 40 33 130 28 0 0 0

s. Bukan Lapangan Usaha 320 335 363 388 389 356 403 439 437 428 421 457

3. Kolektibilitas 818 868 914 924 926 929 985 1,183 1,007 1,101 1,225 1,338

a. Lancar 736 781 829 847 834 823 874 1,064 895 981 1,099 1,204

b. Dalam Perhatian Khusus 59 64 62 65 75 89 93 107 95 98 103 114

c. Kurang Lancar 3 3 4 1 4 4 5 2 4 8 10 7

d. Diragukan 5 4 3 2 4 4 3 1 4 2 4 2e. Macet 15 16 16 9 9 9 9 9 8 11 10 11

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 23 23 23 13 17 17 18 12 17 21 23 19

b. Rasio (%) 2.76 2.67 2.55 1.35 1.85 1.84 1.83 1.00 1.69 1.95 1.87 1.432. Loan to Deposit Ratio (%) 91.67 90.14 88.33 81.57 79.39 74.13 76.67 86.77 76.14 84.39 81.74 83.27

III 2013 IV 2013III 2011 IV 2011 I 2012 I 2013 IV 2012 III 2012 No Uraian II 2011 II 2013

Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul

II 2012 I 2011

Page 83: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

69

Miliar Rp

I ASET 862 894 854 899 1,002 1,041 1,080 1,174 1,183 1,264 1,309 1,418

II DANA PIHAK KETIGA 580 667 678 696 792 854 848 864 912 979 1,028 1,000

1. Giro 95 157 123 73 184 163 150 95 131 208 165 61

2. Tabungan 347 367 412 492 439 491 502 638 530 574 620 749

3. Deposito 138 143 143 132 169 200 197 132 251 196 242 190

III KREDIT 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,215 1,255 1,342

1. Jenis Penggunaan 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,215 1,255 1,342

a. Modal Kerja 298 310 336 335 329 407 374 397 425 442 462 490

b. Investasi 52 58 65 67 70 77 78 96 99 173 205 238

c. Konsumsi 473 491 507 537 549 500 577 611 609 600 588 614

2. Sektor Ekonomi 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,215 1,255 1,342

a. Pertanian 21 19 18 18 18 46 49 57 63 56 68 74

b. Perikanan 1 1 2 1 1 2 3 3 3 4 5 6

c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 3 3

d. Industri Pengolahan 8 7 7 7 6 13 17 21 23 36 43 49

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

f. Konstruksi 1 1 3 3 2 2 2 3 3 4 6 6

g. Perdagangan Besar dan Eceran 164 156 190 185 182 325 296 317 328 426 448 484

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 2 3 3 3 5 5 5 6 7 8 10 11

i. Transportasi, Pergudangan 2 1 1 1 1 3 3 5 6 11 11 16

j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 0 4 9 9 14 10 9 9

k. Real Estate, Usaha Persewaan 1 1 2 2 2 3 3 3 4 12 11 11

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m. Jasa Pendidikan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3 3 3 3 3 7 5 5 4 7 8 10

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 6 6 7 9 8 12 13 18 20 33 39 44

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 5

q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 139 167 163 168 168 60 44 45 45 0 0 0

s. Bukan Lapangan Usaha 473 491 507 537 549 500 577 611 609 600 588 614

3. Kolektibilitas 824 859 908 939 948 984 1,030 1,105 1,134 1,174 1,255 1,342

a. Lancar 772 798 856 889 890 918 962 1,044 1,055 1,143 1,180 1,270

b. Dalam Perhatian Khusus 33 43 36 37 44 48 51 48 62 54 55 58

c. Kurang Lancar 3 3 2 2 2 4 3 1 2 4 4 3

d. Diragukan 5 3 3 2 3 5 2 3 5 2 3 1e. Macet 10 12 12 8 8 9 11 10 10 12 12 11

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 19 19 17 12 14 18 16 13 17 18 19 14

b. Rasio (%) 2.25 2.16 1.84 1.31 1.45 1.81 1.56 1.22 1.47 1.51 1.49 1.062. Loan to Deposit Ratio (%) 142.07 128.85 133.84 134.82 119.65 115.29 121.38 127.86 124.30 124.13 122.07 134.18

Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul

III 2013 III 2013III 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 I 2013 III 2012 UraianNo II 2011 II 2013II 2012 I 2011

Page 84: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

70

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Miliar Rp

I ASET 747 759 819 866 935 971 1,013 1,028 1,068 1,107 1,195 1,221

II DANA PIHAK KETIGA 686 713 770 782 888 925 958 954 1,011 1,064 1,135 1,128

1. Giro 76 79 101 118 82 113 117 148 130 102 99 60

2. Tabungan 455 471 510 588 548 596 612 713 672 704 748 871

3. Deposito 156 163 158 76 257 215 229 93 209 258 288 197

III KREDIT 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976

1. Jenis Penggunaan 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976

a. Modal Kerja 216 230 240 243 249 319 311 320 338 374 398 427

b. Investasi 51 56 55 55 57 59 63 75 78 96 109 126

c. Konsumsi 321 326 347 365 363 326 363 397 395 405 404 424

2. Sektor Ekonomi 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976

a. Pertanian 28 32 33 26 21 73 77 78 83 89 95 100

b. Perikanan 3 3 3 3 3 7 7 6 5 9 10 10

c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0 3 4 4 4 1 1 1

d. Industri Pengolahan 5 5 5 5 5 11 13 13 15 19 22 24

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

f. Konstruksi 6 10 8 8 9 11 9 8 8 9 11 14

g. Perdagangan Besar dan Eceran 87 92 95 97 96 192 193 202 222 289 309 334

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 1 1 1 2 2 3 2 4 3 3 3 4

i. Transportasi, Pergudangan 6 6 6 5 5 6 7 8 7 4 6 6

j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 0 14 17 19 20 9 9 9

k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5 5 7

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 2 3 3 3 4 16 16 21 22 24 27 31

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 1 1 1 1 1 2 3 4 4 4 5 5

q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 124 129 138 147 158 35 21 23 15 0 0 0

s. Bukan Lapangan Usaha 321 326 347 365 363 326 363 397 395 405 404 424

3. Kolektibilitas 587 611 642 663 669 704 737 793 812 875 910 976

a. Lancar 554 574 610 636 634 665 696 753 767 826 857 919

b. Dalam Perhatian Khusus 23 24 23 21 27 30 31 31 34 39 43 47

c. Kurang Lancar 2 7 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2

d. Diragukan 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2e. Macet 5 6 5 4 5 4 6 5 5 6 7 6

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 10 14 8 6 8 10 10 9 10 9 11 10

b. Rasio (%) 1.65 2.25 1.24 0.97 1.27 1.36 1.35 1.08 1.24 1.03 1.18 0.982. Loan to Deposit Ratio (%) 85.54 85.70 83.37 84.73 75.38 76.12 76.96 83.11 80.31 82.21 80.22 86.47

Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo

III 2013 IV 2013III 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 I 2013 III 2012 No Uraian II 2011 I 2011 II 2013II 2012

Page 85: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

71

Miliar Rp

I ASET 3,855 4,120 4,011 4,426 4,872 5,036 5,398 5,850 6,136 6,427 6,807 7,211

II DANA PIHAK KETIGA 3,713 3,936 4,063 4,452 4,646 4,856 5,199 5,580 5,931 6,240 6,574 6,946

1. Giro 640 725 672 683 818 800 935 934 1,042 1,048 1,107 1,005

2. Tabungan 2,251 2,361 2,447 2,857 2,803 2,978 3,127 3,578 3,673 3,775 3,959 4,398

3. Deposito 822 850 943 911 1,025 1,078 1,136 1,068 1,215 1,417 1,508 1,543

III KREDIT 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,160 3,333

1. Jenis Penggunaan 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,160 3,333

a. Modal Kerja 729 863 868 895 908 978 997 1,094 1,209 1,221 1,304 1,405

b. Investasi 172 179 185 164 181 207 233 265 280 440 478 532

c. Konsumsi 933 924 982 1,040 1,060 1,103 1,174 1,260 1,313 1,350 1,378 1,396

2. Sektor Ekonomi 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,152 3,322

a. Pertanian 20 39 36 33 43 57 54 67 86 73 78 84

b. Perikanan 6 9 10 11 11 12 12 14 15 18 20 21

c. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 1 2 2 3 5 5 5 5

d. Industri Pengolahan 73 91 94 81 86 96 113 122 87 107 136 154

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 1

f. Konstruksi 22 26 26 31 26 28 36 46 40 56 58 61

g. Perdagangan Besar dan Eceran 359 403 401 432 433 525 566 627 713 895 959 1,025

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 26 30 31 24 27 33 37 49 60 67 73 76

i. Transportasi, Pergudangan 6 43 45 44 45 51 54 57 56 19 20 21

j. Perantara Keuangan 26 47 39 57 51 77 73 68 84 103 98 119

k. Real Estate, Usaha Persewaan 106 94 110 108 107 105 95 102 94 105 100 102

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m. Jasa Pendidikan 1 1 2 12 23 24 24 24 34 36 35 35

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18 17 15 14 14 18 21 24 24 33 28 30

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 57 66 69 63 65 80 82 92 103 124 145 171

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 4 5 3 3 2 3 3 3 12 20 24 27

q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 177 172 171 147 153 72 56 60 75 0 1 0

s. Bukan Lapangan Usaha 933 924 982 1,040 1,060 1,103 1,174 1,260 1,313 1,350 1,378 1,396

3. Kolektibilitas 1,834 1,967 2,035 2,099 2,149 2,288 2,404 2,619 2,802 3,012 3,160 3,333

a. Lancar 1,652 1,780 1,845 1,928 1,944 2,079 2,192 2,433 2,543 2,744 2,897 3,105

b. Dalam Perhatian Khusus 113 114 116 120 136 138 144 136 199 205 197 179

c. Kurang Lancar 7 5 12 13 18 20 13 7 9 12 16 8

d. Diragukan 17 19 13 9 14 10 12 4 12 14 8 7e. Macet 46 49 49 29 37 42 43 39 39 37 41 33

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 70 73 74 52 70 71 68 50 60 62 65 49

b. Rasio (%) 3.79 3.73 3.62 2.46 3.24 3.10 2.82 1.90 2.13 2.07 2.07 1.472. Loan to Deposit Ratio (%) 49.41 49.96 50.08 47.16 46.26 47.12 46.24 46.94 47.24 48.27 48.07 47.98

Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman

III 2013 IV 2013III 2012 I 2013 III 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 No Uraian II 2011 I 2011 II 2013II 2012

Page 86: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

72

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Miliar Rp

I ASET 20,181 21,340 22,679 23,596 24,528 25,852 27,838 27,724 28,084 29,190 30,947 31,565

II DANA PIHAK KETIGA 17,405 18,043 19,293 19,774 20,536 21,339 22,767 23,740 23,911 24,612 25,853 26,393

1. Giro 2,592 2,641 2,587 2,689 2,987 3,097 3,516 3,732 3,532 3,507 3,918 3,814

2. Tabungan 7,961 8,166 8,763 9,540 9,508 10,084 10,639 11,873 11,649 12,128 12,723 13,410

3. Deposito 6,851 7,237 7,943 7,544 8,041 8,158 8,611 8,135 8,730 8,977 9,212 9,168

III KREDIT 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542

1. Jenis Penggunaan 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542

a. Modal Kerja 3,272 3,645 3,717 4,524 4,446 5,023 5,241 5,575 5,320 5,847 5,901 5,810

b. Investasi 1,780 1,927 2,159 1,821 2,188 2,308 2,418 2,428 2,794 3,202 3,581 3,587

c. Konsumsi 4,000 4,211 4,562 4,779 4,841 5,053 5,300 5,550 5,589 5,797 6,003 6,145

2. Sektor Ekonomi 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542

a. Pertanian 90 90 94 112 150 145 146 160 142 144 129 142

b. Perikanan 3 4 4 4 4 4 4 4 4 7 8 9

c. Pertambangan dan Penggalian 8 7 16 8 8 12 12 7 8 11 14 15

d. Industri Pengolahan 587 694 681 817 805 852 885 902 933 1,018 1,059 1,145

e. Listrik, Gas dan Air 42 44 48 54 56 53 51 48 42 41 39 39

f. Konstruksi 135 186 176 186 187 224 273 300 456 378 398 361

g. Perdagangan Besar dan Eceran 1,905 2,153 2,229 2,446 2,471 2,746 2,770 2,956 3,048 3,532 3,516 3,676

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 275 257 351 416 438 467 513 531 565 663 878 998

i. Transportasi, Pergudangan 101 120 120 136 143 185 207 204 211 232 242 279

j. Perantara Keuangan 614 748 801 797 890 979 1,026 999 934 1,103 1,105 425

k. Real Estate, Usaha Persewaan 662 652 733 702 794 971 1,043 1,096 993 1,290 1,411 1,572

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 6 6 5 10 12 13 14 17 17 5 5 5

m. Jasa Pendidikan 123 120 118 112 117 128 127 125 126 131 128 126

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 55 64 60 87 85 83 92 85 95 100 92 207

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 155 184 173 186 192 202 215 226 227 351 437 371

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 8 19 21 21 19 21 23 44 60 19 21 22

q. Badan Internasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

r. Kegiatan yang belum jelas batasannya 283 221 247 251 265 244 258 302 252 24 1 6

s. Bukan Lapangan Usaha 4,000 4,211 4,562 4,779 4,841 5,053 5,300 5,550 5,589 5,797 6,003 6,145

3. Kolektibilitas 9,052 9,782 10,439 11,124 11,475 12,384 12,959 13,553 13,704 14,846 15,485 15,542

a. Lancar 8,318 8,996 9,668 10,440 10,602 11,543 12,045 12,710 12,733 13,801 14,394 14,600

b. Dalam Perhatian Khusus 487 532 510 453 613 567 601 539 650 727 769 651

c. Kurang Lancar 48 35 75 37 43 46 75 40 44 48 45 40

d. Diragukan 39 57 41 42 49 57 41 42 39 48 58 44e. Macet 161 161 146 152 168 171 197 221 238 222 219 207

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 248 254 262 230 259 274 312 304 320 318 322 291

b. Rasio (%) 2.74 2.60 2.51 2.07 2.26 2.22 2.41 2.24 2.34 2.14 2.08 1.872. Loan to Deposit Ratio (%) 52.01 54.21 54.11 56.26 55.88 58.04 56.92 57.09 57.31 60.32 59.90 58.89

Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta

III 2013 IV 2013III 2012 I 2013 II 2012 IV 2011 I 2012 IV 2012 No Uraian III 2011 II 2011 I 2011 II 2013

Page 87: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

73

Miliar Rp

I ASET 2,520 2,639 2,755 2,892 2,948 3,137 3,302 3,504 3,581 3,683 3,855 4,079

II DANA PIHAK KETIGA 1,644 1,724 1,806 1,938 1,982 2,063 2,190 2,382 2,447 2,279 2,583 2,743

1. Tabungan 493 524 525 597 587 611 646 760 752 708 801 9022. Deposito 1,151 1,200 1,281 1,341 1,395 1,451 1,543 1,621 1,695 1,570 1,782 1,840

III KREDIT 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040

1. Jenis Penggunaan 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040

a. Modal Kerja 757 791 789 813 849 914 961 958 987 1,061 1,126 1,428

b. Investasi 194 201 200 210 232 258 245 236 251 252 250 245

c. Konsumsi 981 1,072 1,130 1,168 1,235 1,325 1,360 1,394 1,461 1,559 1,588 1,367

2. Sektor Ekonomi 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040

a. Pertanian 32 37 39 41 45 54 64 70 84 92 87 74

b. Perikanan 3 4 5 6 6 7 7 6 7 8 8 343

c. Pertambangan 1 1 2 2 3 3 3 5 5 5 5 5

d. Industri Pengolahan 26 30 30 33 35 39 43 41 45 39 41 38

e. Listrik, Gas dan Air 1 1 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1

f. Konstruksi 15 21 24 40 52 66 75 71 62 74 72 63

g. Perdagangan Besar dan Eceran 566 624 594 605 635 666 683 663 672 725 770 744

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 23 19 20 22 20 21 19 20 20 20 23 28

i. Transportasi, Pergudangan 20 22 26 30 41 48 49 56 68 59 61 57

j. Perantara Keuangan 6 6 6 10 10 13 14 13 13 14 15 12

k. Real Estate, Usaha Persewaan 3 4 5 27 29 31 28 28 28 35 28 22

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2 2 3 4 5 6 6 6 6 6 6 6

m. Jasa Pendidikan 3 2 3 6 7 8 8 8 9 9 10 9

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11 10 10 11 9 8 8 6 5 6 7 7

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 128 137 139 103 94 96 92 89 87 92 90 83

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 20 16 20 31 34 40 43 44 48 56 59 63

q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 77 45 58 49 53 62 62 67 75 70 92 94

r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 61 70 68 19 19 16 15 17 20 23 20 24

s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 936 1,012 1,069 1,149 1,216 1,309 1,345 1,377 1,441 1,536 1,568 1,365

3. Kolektibilitas 1,933 2,065 2,120 2,191 2,316 2,497 2,566 2,588 2,698 2,871 2,963 3,040

a. Lancar 1,801 1,923 1,984 2,071 2,177 2,353 2,416 2,463 2,541 2,705 2,791 2,919

b. Kurang Lancar 40 39 33 24 38 38 37 25 51 48 44 22

c. Diragukan 33 34 31 27 25 27 30 23 26 33 34 22d. Macet 60 68 72 69 76 79 84 77 81 85 94 78

IV RASIO

1. Loan to Deposit Ratio (%) 117.54 119.75 117.37 113.05 116.83 121.04 117.18 108.68 110.25 126.00 114.71 110.86

2. Non Performing Loans

a. Nominal 132 142 136 120 139 144 150 125 157 166 171 122b. Rasio (%) 6.82 6.87 6.43 5.47 6.01 5.77 5.86 4.82 5.82 5.78 5.79 4.01

Indikator BPR - DIY

III 2013 IV 2013II 2011 IV 2011 I 2012 IV 2012 III 2012 III 2011 I 2011 II 2012 No Uraian II 2013I 2013

Page 88: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

74

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Miliar Rp

I ASET 502 520 555 586 589 606 615 659 654 656 707 756

II DANA PIHAK KETIGA 371 375 401 425 431 433 449 490 487 407 522 549

1. Tabungan 123 125 128 142 142 144 144 169 170 143 174 1912. Deposito 249 251 273 283 289 289 306 320 317 265 348 359

III KREDIT 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564

1. Jenis Penggunaan 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564

a. Modal Kerja 174 184 191 193 200 201 207 201 209 213 230 174

b. Investasi 42 42 41 43 60 73 64 65 68 70 61 62

c. Konsumsi 165 175 185 199 208 217 217 233 237 257 256 327

2. Sektor Ekonomi 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564

a. Pertanian 5 7 8 8 9 10 10 10 10 13 5 5

b. Perikanan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0

d. Industri Pengolahan 10 9 9 9 11 11 11 11 12 10 9 9

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

f. Konstruksi 2 3 4 5 17 23 26 23 25 25 13 14

g. Perdagangan Besar dan Eceran 130 135 136 135 144 141 136 128 129 151 177 114

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1

i. Transportasi, Pergudangan 6 7 8 9 12 16 18 22 28 15 15 11

j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1

k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 0 1 14 16 15 14 15 15 3 2

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 4

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7 6 7 5 4 3 3 2 1 3 3 3

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 41 47 49 47 28 26 24 21 21 24 23 21

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 6 6 6 7 8 9 9 8 8 7 8 10

q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 3 2 2 3 8 14 16 20 20 13 26 23

r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 9 8 7 8 10 6 5 4 3 5 3 3

s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 161 170 179 195 199 211 212 229 234 252 253 339

3. Kolektibilitas 381 401 417 436 468 490 489 499 515 540 547 564

a. Lancar 345 365 381 404 428 447 443 461 468 489 492 530

b. Kurang Lancar 10 10 9 6 12 12 10 7 14 15 15 6

c. Diragukan 9 7 7 7 7 9 10 7 8 11 10 4d. Macet 17 19 20 19 21 22 25 23 25 25 31 24

IV RASIO

1. Loan to Deposit Ratio (%) 102.61 106.83 103.97 102.57 108.66 113.26 108.81 101.85 105.60 132.59 104.89 102.67

2. Non Performing Loan

a. Nominal 36 36 36 32 40 43 45 37 46 52 55 33b. Rasio (%) 9.38 8.96 8.70 7.31 8.50 8.76 9.30 7.50 9.03 9.54 10.09 5.93

Indikator BPR - Kabupaten Bantul

II 2014 II 2015II 2011 I 2012 IV 2011 IV 2012 III 2011 I 2011 II 2012 No Uraian II 2013I 2013 III 2012

Page 89: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

75

Miliar Rp

I ASET 179 199 213 216 237 269 291 300 331 353 361 375

II DANA PIHAK KETIGA 76 77 84 87 97 114 124 131 136 146 152 166

1. Tabungan 27 27 28 31 33 34 38 45 45 52 52 632. Deposito 49 50 56 56 64 80 86 86 91 94 100 103

III KREDIT 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336

1. Jenis Penggunaan 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336

a. Modal Kerja 83 93 95 94 101 117 124 128 138 145 150 158

b. Investasi 8 7 6 6 6 7 7 8 10 12 16 19

c. Konsumsi 55 66 77 85 95 111 116 121 143 151 157 160

2. Sektor Ekonomi 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336

a. Pertanian 2 3 3 4 4 6 5 4 5 6 9 8

b. Perikanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

d. Industri Pengolahan 2 4 3 3 3 3 6 5 6 4 4 4

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

f. Konstruksi 0 0 0 0 1 3 3 2 4 4 4 4

g. Perdagangan Besar dan Eceran 73 79 78 78 81 87 89 92 94 98 98 98

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

i. Transportasi, Pergudangan 5 4 3 3 7 7 7 6 8 8 9 10

j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 1 3 3 2 2 3 3 2

k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 6 8 10 8 4 5 5 6 6 7 8 10

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 0 1 2 2 4 7 9 9 11 16 18 21

q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 1 0 0 0 0 0 0 5 8 8 8 12

r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 39 47 51 3 3 4 4 3 3 3 2 3

s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 17 19 25 83 92 106 112 117 140 148 155 158

3. Kolektibilitas 147 166 178 185 202 234 247 256 291 309 324 336

a. Lancar 138 156 167 175 192 223 233 244 275 291 306 322

b. Kurang Lancar 3 3 3 3 3 4 4 2 5 5 3 2

c. Diragukan 3 4 3 2 2 3 4 4 3 3 4 3d. Macet 3 3 4 5 5 5 5 6 7 9 10 9

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 192.19 214.29 211.55 212.19 207.76 205.65 199.05 194.99 213.54 211.70 212.67 202.53

2. Non Performing Loan

a. Nominal 8 10 10 10 10 12 13 12 15 17 17 14b. Rasio (%) 5.70 6.13 5.77 5.55 5.15 5.01 5.39 4.73 5.23 5.57 5.39 4.19

Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul

III 2013 IV 2013I 2012 IV 2012 III 2011 I 2011 IV 2011 II 2011 II 2012 No Uraian II 2013I 2013 III 2012

Page 90: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

76

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Miliar Rp

I ASET 161 181 183 195 194 226 244 276 264 285 313 347

II DANA PIHAK KETIGA 84 94 93 117 101 113 121 154 149 158 171 209

1. Tabungan 50 61 57 79 63 75 80 110 88 91 102 1362. Deposito 34 34 37 38 38 39 41 45 61 67 69 73

III KREDIT 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275

1. Jenis Penggunaan 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275

a. Modal Kerja 67 69 67 68 73 85 97 101 95 113 122 123

b. Investasi 25 22 20 19 21 23 23 20 21 23 24 26

c. Konsumsi 46 61 68 71 79 89 96 103 111 119 125 127

2. Sektor Ekonomi 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275

a. Pertanian 9 10 11 11 13 16 17 17 17 18 18 18

b. Perikanan 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3

c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1

d. Industri Pengolahan 4 4 4 4 4 5 7 7 8 8 7 7

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

f. Konstruksi 5 6 6 7 8 10 17 19 7 13 14 13

g. Perdagangan Besar dan Eceran 53 49 45 45 46 50 49 49 50 51 54 55

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 2 2 1 1 2 2 2 4 3 4 5 9

i. Transportasi, Pergudangan 1 2 2 2 3 4 4 5 5 7 7 6

j. Perantara Keuangan 6 5 5 4 5 6 7 6 6 7 7 7

k. Real Estate, Usaha Persewaan 1 2 2 2 2 2 2 1 1 8 14 11

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m. Jasa Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 9 8 7 6 8 8 8 8 10 13 13 14

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4

s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 46 61 68 71 79 89 96 103 111 119 125 124

3. Kolektibilitas 138 153 155 158 172 196 215 224 226 255 271 275

a. Lancar 129 141 144 148 162 187 205 216 216 246 261 267

b. Kurang Lancar 3 5 2 1 1 1 1 1 3 3 2 1

c. Diragukan 2 2 3 4 1 1 1 1 1 1 2 1d. Macet 5 5 5 5 8 7 7 7 7 6 6 6

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 165.36 162.42 165.56 134.81 169.64 173.69 177.18 145.38 151.90 161.17 158.98 131.41

2. Non Performing Loan

a. Nominal 10 12 10 10 10 10 9 9 11 10 10 9b. Rasio (%) 7.04 7.81 6.70 6.23 5.90 4.87 4.41 3.96 4.78 3.82 3.63 3.13

Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo

III 2013 IV 2013I 2012 IV 2012 IV 2011 II 2011 III 2011 No Uraian I 2011 II 2012 II 2013I 2013 III 2012

Page 91: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

77

Miliar Rp

I ASET 1,290 1,332 1,379 1,446 1,468 1,539 1,625 1,714 1,755 1,777 1,830 1,900

II DANA PIHAK KETIGA 880 930 965 1,022 1,052 1,083 1,151 1,232 1,288 1,224 1,327 1,365

1. Tabungan 234 251 248 271 275 280 301 336 339 332 358 3862. Deposito 646 679 717 751 778 803 850 897 949 892 969 979

III KREDIT 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256

1. Jenis Penggunaan 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256

a. Modal Kerja 336 346 336 342 347 374 394 386 391 417 438 771

b. Investasi 57 57 60 65 67 80 80 80 88 94 96 87

c. Konsumsi 549 593 613 624 652 678 686 676 684 714 719 398

2. Sektor Ekonomi 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256

a. Pertanian 14 16 16 15 16 18 19 19 18 20 24 17

b. Perikanan 1 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 339

c. Pertambangan 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2

d. Industri Pengolahan 9 13 12 13 13 15 16 15 17 16 17 15

e. Listrik, Gas dan Air 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

f. Konstruksi 7 12 13 16 20 24 24 22 21 27 34 26

g. Perdagangan Besar dan Eceran 201 222 218 221 230 252 274 266 273 294 304 327

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 19 15 17 17 14 15 14 13 13 13 14 17

i. Transportasi, Pergudangan 6 9 11 12 14 16 14 16 17 18 18 15

j. Perantara Keuangan 0 0 0 1 2 1 2 1 1 2 2 1

k. Real Estate, Usaha Persewaan 1 2 2 2 6 7 5 5 5 6 6 4

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2 2 3 3 4 5 4 4 4 4 4 4

m. Jasa Pendidikan 2 2 2 3 4 4 4 5 5 5 5 3

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 2

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 61 61 58 63 49 52 50 48 46 45 42 34

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 6 8 10 12 15 19 21 23 26 30 30 27

q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 56 36 29 22 19 18 21 23 23 22 25 22

r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 6 8 3 5 4 4 3 6 10 11 11 11

s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 547 586 611 621 647 674 683 669 674 703 708 389

3. Kolektibilitas 942 996 1,010 1,032 1,066 1,132 1,160 1,143 1,163 1,225 1,253 1,256

a. Lancar 879 929 946 979 1,002 1,070 1,094 1,092 1,099 1,158 1,186 1,210

b. Kurang Lancar 18 17 15 10 17 17 17 10 22 19 15 7

c. Diragukan 15 16 14 10 11 11 12 9 10 13 13 8d. Macet 29 33 36 33 36 35 37 32 32 34 38 30

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 106.96 107.12 104.63 100.95 101.25 104.52 100.75 92.71 90.29 100.08 94.39 91.98

2. Non Performing Loan

a. Nominal 63 67 64 52 63 63 66 51 63 66 66 46b. Rasio (%) 6.68 6.70 6.33 5.05 5.95 5.54 5.66 4.46 5.45 5.41 5.41 3.73

Indikator BPR - Kabupaten Sleman

III 2013 IV 2013IV 2012 I 2011 III 2012 I 2012 II 2011 IV 2011 III 2011 No Uraian II 2012 II 2013I 2013

Page 92: Kajian Ekonomi Regional DIY Triwulan IV-2013

78

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Miliar Rp

I ASET 388 407 426 449 459 498 526 555 578 613 644 700

II DANA PIHAK KETIGA 233 248 263 287 300 319 344 374 387 344 411 453

1. Tabungan 59 61 64 74 74 78 83 101 109 91 116 1262. Deposito 173 187 199 214 226 241 261 273 277 253 295 326

III KREDIT 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609

1. Jenis Penggunaan 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609

a. Modal Kerja 96 98 100 116 128 138 140 142 154 173 185 202

b. Investasi 62 73 74 77 79 75 71 62 63 53 52 52

c. Konsumsi 166 177 188 188 201 230 245 262 286 317 330 355

2. Sektor Ekonomi 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609

a. Pertanian 1 1 1 4 4 5 12 20 33 35 31 26

b. Perikanan 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0

c. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

d. Industri Pengolahan 1 1 1 4 4 4 3 3 3 2 3 2

e. Listrik, Gas dan Air 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0

f. Konstruksi 0 0 1 5 6 6 6 5 6 6 7 6

g. Perdagangan Besar dan Eceran 110 139 117 127 134 136 134 128 124 130 136 149

h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin 1 1 0 2 2 2 1 1 1 1 1 1

i. Transportasi, Pergudangan 1 1 2 3 4 5 6 7 9 11 12 14

j. Perantara Keuangan 0 0 0 0 3 3 3 3 3 2 2 2

k. Real Estate, Usaha Persewaan 0 0 1 1 8 7 7 6 5 5 5 5

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m. Jasa Pendidikan 0 0 0 1 2 2 1 1 1 1 1 1

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0 0 0 1 2 2 3 2 1 0 0 0

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya 12 13 16 21 5 6 5 6 4 3 4 3

p. Jasa Perorangan Rumah Tangga 8 2 3 6 6 5 4 4 3 2 2 3

q. Kegiatan yang belum jelas batasannya 18 6 26 17 25 29 24 19 23 26 32 36

r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 7 7 6 0 2 1 3 3 3 3 3 4

s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 166 176 185 189 199 229 242 259 282 314 327 355

3. Kolektibilitas 325 349 361 381 408 443 456 466 503 543 568 609

a. Lancar 310 332 346 365 392 426 440 451 482 521 546 589

b. Kurang Lancar 5 4 4 5 4 4 4 4 8 6 8 5

c. Diragukan 4 5 4 4 4 4 3 3 4 5 4 6d. Macet 5 8 7 7 7 9 10 9 9 10 10 9

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 139.77 140.98 137.36 132.67 135.85 138.78 132.40 124.77 130.20 157.91 138.16 134.60

2. Non Performing Loan

a. Nominal 15 17 16 16 15 17 16 15 21 21 23 20b. Rasio (%) 4.64 4.89 4.30 4.15 3.80 3.85 3.60 3.30 4.18 3.89 3.99 3.27

Indikator BPR - Kota Yogyakarta

III 2013 IV 2013IV 2012 II 2012 III 2012 I 2012 III 2011 I 2011 II 2011 IV 2011 No Uraian II 2013I 2013