KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39...

136
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2016

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI JAWA TENGAH

AGUSTUS 2016

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya

”Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Agustus 2016” dapat

dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa

indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,

dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank

Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan

data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja

sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan

datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan

kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta

kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan

ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

KATA PENGANTAR

Semarang, Agustus 2016KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH

Ttd

Iskandar SimorangkirDirektur Eksekutif

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya

”Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Agustus 2016” dapat

dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa

indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,

dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank

Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan

data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja

sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan

datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan

kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta

kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan

ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

KATA PENGANTAR

Semarang, Agustus 2016KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH

Ttd

Iskandar SimorangkirDirektur Eksekutif

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

iii

Daftar Isi

ii

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Suplemen

Daftar Tabel

Daftar Grafik

Tabel Indikator

Ringkasan Eksekutif

I

ii

ii

v

vi

xiii

1

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGANDAN UMKM

BAB IV

4.1. Perkembangan Sistem Keuangan Jawa Tengah

4.1.1. Ketahanan Sektor Korporasi

4.1.1.1. Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

4.1.1.2. Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

4.1.1.3. Perkembangan Indikator Perbankan pada Lapangan

Usaha Utama Jawa Tengah

4.1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga

4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah

Tangga

4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga/Perseorangan (DPK

RT) di Perbankan

4.1.2.3. Kredit Perseorangan di Perbankan

4.2. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

4.2.1. Perkembangan Bank Umum

4.2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank

4.2.1.2. Perkembangan Penghimpunan DPK

4.2.1.3. Penyaluran Kredit

4.2.1.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

4.2.1.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

4.3. Perkembangan Perbankan Syariah

4.4. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Provinsi Jawa Tengah

4.5. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah

(UMKM)

4.6. Perkembangan Akses Keuangan Masyarakat Jawa Tengah

4.7. Pengembangan UMKM Bawang Putih untuk Menekan

Inflasi

69

69

69

69

71

72

72

73

74

75

76

76

77

79

80

81

82

84

86

88

89

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

KEUANGAN PEMERINTAH BAB II

2.1. Realisasi APBD Triwulan II 2016

2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan II 2016

2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan II 2016

2.2. APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016

39

40

41

43

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Triwulan II 2016

1.1.1. Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran

1.1.1.1. Pengeluaran Konsumsi

1.1.1.2. Pengeluaran Investasi

1.1.1.3. Ekspor Luar Negeri dan Antardaerah

1.1.1.4. Impor Luar Negeri dan Antardaerah

1.1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan

Usaha

1.1.2.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

1.1.2.2. Industri Pengolahan

1.1.2.3. Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi

Mobil-Sepeda Motor

1.2. Tracking Perkembangan Ekonomi Makro

Regional Triwulan III 2016

PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB I

7

8

9

13

15

17

19

20

21

24

25

PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

BAB III

3.1. Inflasi Secara Umum

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

3.2.1. Kelompok Bahan Makanan

3.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok

& Tembakau

3.3. Disagregasi Inflasi

3.3.1. Kelompok Volatile Food

3.3.2. Kelompok Administered Prices

3.3.3. Kelompok Inti

3.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

3.4.1. Disagregasi Inflasi Cilacap

3.4.2. Disagregasi Inflasi Purwokerto

3.4.3. Disagregasi Inflasi Kudus

3.4.4. Disagregasi Inflasi Surakarta

3.4.5. Disagregasi Inflasi Semarang

3.4.6. Disagregasi Inflasi Tegal

3.5. Perkembangan Inflasi Triwulan III 2016

3.5.1. Inflasi Juli 2016

3.5.2. Inflasi Triwulan III 2016

3.6. Program Pengendalian Inflasi Daerah

47

49

50

50

51

51

52

53

54

55

56

57

57

58

58

59

59

60

61

SUPLEMEN 1

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN TOL PEJAGAN –

BREBES TIMUR PADA MUSIM LEBARAN 2016

SUPLEMEN 2

DAMPAK BRITAIN EXIT TERHADAP EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH

SUPLEMEN 3

ISU KAWASAN MINAPOLITAN BANYUMAS

SUPLEMEN 4

PENGENDALIAN HARGA BAWANG PUTIH

MELALUI PENGEMBANGAN KLASTER BAWANG

PUTIH

29

32

34

63

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

iii

Daftar Isi

ii

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Suplemen

Daftar Tabel

Daftar Grafik

Tabel Indikator

Ringkasan Eksekutif

I

ii

ii

v

vi

xiii

1

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGANDAN UMKM

BAB IV

4.1. Perkembangan Sistem Keuangan Jawa Tengah

4.1.1. Ketahanan Sektor Korporasi

4.1.1.1. Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

4.1.1.2. Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

4.1.1.3. Perkembangan Indikator Perbankan pada Lapangan

Usaha Utama Jawa Tengah

4.1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga

4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah

Tangga

4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga/Perseorangan (DPK

RT) di Perbankan

4.1.2.3. Kredit Perseorangan di Perbankan

4.2. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

4.2.1. Perkembangan Bank Umum

4.2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank

4.2.1.2. Perkembangan Penghimpunan DPK

4.2.1.3. Penyaluran Kredit

4.2.1.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

4.2.1.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

4.3. Perkembangan Perbankan Syariah

4.4. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Provinsi Jawa Tengah

4.5. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah

(UMKM)

4.6. Perkembangan Akses Keuangan Masyarakat Jawa Tengah

4.7. Pengembangan UMKM Bawang Putih untuk Menekan

Inflasi

69

69

69

69

71

72

72

73

74

75

76

76

77

79

80

81

82

84

86

88

89

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

KEUANGAN PEMERINTAH BAB II

2.1. Realisasi APBD Triwulan II 2016

2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan II 2016

2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan II 2016

2.2. APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016

39

40

41

43

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Triwulan II 2016

1.1.1. Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran

1.1.1.1. Pengeluaran Konsumsi

1.1.1.2. Pengeluaran Investasi

1.1.1.3. Ekspor Luar Negeri dan Antardaerah

1.1.1.4. Impor Luar Negeri dan Antardaerah

1.1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan

Usaha

1.1.2.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

1.1.2.2. Industri Pengolahan

1.1.2.3. Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi

Mobil-Sepeda Motor

1.2. Tracking Perkembangan Ekonomi Makro

Regional Triwulan III 2016

PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB I

7

8

9

13

15

17

19

20

21

24

25

PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

BAB III

3.1. Inflasi Secara Umum

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

3.2.1. Kelompok Bahan Makanan

3.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok

& Tembakau

3.3. Disagregasi Inflasi

3.3.1. Kelompok Volatile Food

3.3.2. Kelompok Administered Prices

3.3.3. Kelompok Inti

3.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

3.4.1. Disagregasi Inflasi Cilacap

3.4.2. Disagregasi Inflasi Purwokerto

3.4.3. Disagregasi Inflasi Kudus

3.4.4. Disagregasi Inflasi Surakarta

3.4.5. Disagregasi Inflasi Semarang

3.4.6. Disagregasi Inflasi Tegal

3.5. Perkembangan Inflasi Triwulan III 2016

3.5.1. Inflasi Juli 2016

3.5.2. Inflasi Triwulan III 2016

3.6. Program Pengendalian Inflasi Daerah

47

49

50

50

51

51

52

53

54

55

56

57

57

58

58

59

59

60

61

SUPLEMEN 1

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN TOL PEJAGAN –

BREBES TIMUR PADA MUSIM LEBARAN 2016

SUPLEMEN 2

DAMPAK BRITAIN EXIT TERHADAP EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH

SUPLEMEN 3

ISU KAWASAN MINAPOLITAN BANYUMAS

SUPLEMEN 4

PENGENDALIAN HARGA BAWANG PUTIH

MELALUI PENGEMBANGAN KLASTER BAWANG

PUTIH

29

32

34

63

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 4.1 Pengelompokkan Tabungan Perseorangan

Berdasarkan Nilainya

Tabel 4.2 Perkembangan NPL Kredit RT Jawa Tengah Per

Kategori

Tabel 4.3 Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status

Kepemilikan di Jawa Tengah

Tabel 4.4 Pengelompokkan DPK Berdasarkan Nilainya

Tabel 4.5 Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilainya

Tabel 4.6 Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kegiatan Utama (juta orang)

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang)

Tabel 6 3.Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Agustus

2015 (juta orang)

Tabel 6. 4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

Tabel 6 5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta

orang)

Tabel 6.6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Tabel 6.7. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2011-

September 2015 (Rupiah)

Tabel 6.8. IPM Jawa Tengah Menurut Komponen (2010-2015)

Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

Tabel 7.3 Risiko Inflasi Akhir Tahun 2016

viv

Tabel

7

9

9

9

19

20

20

39

40

42

44

49

49

49

49

50

50

51

74

74

77

78

80

84

101

102

103

104

104

106

107

107

111

113

114

5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI)

5.2. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah

5.3. Perkembangan Transaksi Penukaran Valuta Asing

5.4. Perkembangan Akses Keuangan

PENYELENGGARAANSISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG RUPIAH

BAB V

93

95

97

97

6.1. Ketenagakerjaan

6.2. Pengangguran

6.3. Nilai Tukar Petani

6.4. Tingkat Kemiskinan

6.5. Pembangunan Manusia

6.6. Pemerataan Penduduk

KETENAGAKERJAANDAN KESEJAHTERAAN

BAB VI

101

104

104

106

107

108

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2016

7.1.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggeluaran

7.1.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

7.2. Prospek Inflasi Triwulan IV 2016

PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

BAB VII

111

111

113

114

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALAGUSTUS

2016

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (%,

yoy)

Tabel 1.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 menurut

Penggunaan (Rp Miliar)

Tabel 1.3 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut

Penggunaan (Rp Miliar)

Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah

menurut Penggunaan (%, YOY)

Tabel 1.5 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 menurut

Lapangan Usaha (Rp Miliar)

Tabel 1.6 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut

Lapangan Usaha (Rp Miliar)

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Tengah

menurut Lapangan Usaha (%, YOY)

Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2016 (Rp Miliar)

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II tahun 2015 & 2016

Tabel 2.3 Realisasi Belanja triwulan II 2015 & 2016

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBN Jawa Tengah Triwulan II 2015 &

2016 per Jenis Belanja (Rp Miliar)

Tabel 3.1 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

Tabel 3.2 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan

Tabel 3.3 Tabel Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Bahan

Makanan (%, yoy)

Tabel 3.6 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau (%, yoy)

Tabel 3.7 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Transportasi,

Komunikasi dan Jasa keuangan (%, yoy)

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 4.1 Pengelompokkan Tabungan Perseorangan

Berdasarkan Nilainya

Tabel 4.2 Perkembangan NPL Kredit RT Jawa Tengah Per

Kategori

Tabel 4.3 Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status

Kepemilikan di Jawa Tengah

Tabel 4.4 Pengelompokkan DPK Berdasarkan Nilainya

Tabel 4.5 Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilainya

Tabel 4.6 Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kegiatan Utama (juta orang)

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang)

Tabel 6 3.Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Agustus

2015 (juta orang)

Tabel 6. 4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

Tabel 6 5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang

Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta

orang)

Tabel 6.6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Tabel 6.7. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2011-

September 2015 (Rupiah)

Tabel 6.8. IPM Jawa Tengah Menurut Komponen (2010-2015)

Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

Tabel 7.3 Risiko Inflasi Akhir Tahun 2016

viv

Tabel

7

9

9

9

19

20

20

39

40

42

44

49

49

49

49

50

50

51

74

74

77

78

80

84

101

102

103

104

104

106

107

107

111

113

114

5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI)

5.2. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah

5.3. Perkembangan Transaksi Penukaran Valuta Asing

5.4. Perkembangan Akses Keuangan

PENYELENGGARAANSISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG RUPIAH

BAB V

93

95

97

97

6.1. Ketenagakerjaan

6.2. Pengangguran

6.3. Nilai Tukar Petani

6.4. Tingkat Kemiskinan

6.5. Pembangunan Manusia

6.6. Pemerataan Penduduk

KETENAGAKERJAANDAN KESEJAHTERAAN

BAB VI

101

104

104

106

107

108

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2016

7.1.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggeluaran

7.1.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

7.2. Prospek Inflasi Triwulan IV 2016

PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

BAB VII

111

111

113

114

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALAGUSTUS

2016

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (%,

yoy)

Tabel 1.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 menurut

Penggunaan (Rp Miliar)

Tabel 1.3 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut

Penggunaan (Rp Miliar)

Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah

menurut Penggunaan (%, YOY)

Tabel 1.5 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 menurut

Lapangan Usaha (Rp Miliar)

Tabel 1.6 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut

Lapangan Usaha (Rp Miliar)

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Tengah

menurut Lapangan Usaha (%, YOY)

Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2016 (Rp Miliar)

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II tahun 2015 & 2016

Tabel 2.3 Realisasi Belanja triwulan II 2015 & 2016

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBN Jawa Tengah Triwulan II 2015 &

2016 per Jenis Belanja (Rp Miliar)

Tabel 3.1 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

Tabel 3.2 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan

Tabel 3.3 Tabel Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Bahan

Makanan (%, yoy)

Tabel 3.6 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau (%, yoy)

Tabel 3.7 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Transportasi,

Komunikasi dan Jasa keuangan (%, yoy)

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.34 Pertumbuhan PDRB Total Impor (Luar Negeri &

Antardaerah)

Grafik 1.35 Perkembangan Impor Jawa Tengah

Grafik 1.36 Pertumbuhan Tahunan Impor Migas Jawa Tengah

Grafik 1.37 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah

Grafik 1.38 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.39 Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa

Tengah Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 1.40 Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah

Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.42 Pertumbuhan Impor Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.43 Pertumbuhan PDRB Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

Grafik 1.44 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) dan

Pertumbuhan PDRB Pertanian

Grafik 1.45 Pertumbuhan dan NPL Kredit Pertanian

Grafik 1.46 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di

Jawa Tengah

Grafik 1.47 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen Padi di

Jawa Tengah

Grafik 1.48 Perkembangan Hasil Panen Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.49 Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan

Grafik 1.50 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) dan

Pertumbuhan PDRB Industri pengolahan

Grafik 1.51 Pertumbuhan dan NPL Kredit Industri Pengolahan

Grafik 1.52 Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku

Jawa Tengah

Grafik 1.53 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Berdasarkan Skala Usaha

Grafik 1.54 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro

dan Kecil berdasarkan Sektor (%, yoy)

Grafik 1.55 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar

dan Sedang berdasarkan Sektor

Grafik 1.56 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar-Eceran

dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor

Grafik 1.57 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) PHR dan

Pertumbuhan PDRB Perdagangan

Grafik 1.58 Pertumbuhan dan NPL Kredit Perdagangan Besar

dan Eceran

Grafik 1.59 IPR Perrdagangan Eceran berdasarkan Kelompok

Komoditas

Grafik 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016

Grafik 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan

T.A. 2016

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah

Grafik 2.4 Realisasi Belanja Daerah

Grafik 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan II 2016

Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan II 2016

Grafik 2.8 Pertumbuhan Tahunan Belanja Bagi Hasil kepada

Kabupaten/Kota dan PAD

Grafik 2.9 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016

Berdasarkan Jenis Belanja

Grafik 2.10 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016

Berdasarkan Jenis Belanja

vii

17

17

17

18

18

18

19

19

19

20

21

21

21

21

21

22

22

22

22

23

24

24

24

25

25

25

39

39

40

40

41

41

42

42

44

44

Grafik

Grafik 1.19 Pertumbuhan Realisasi Belanja Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah dan PDRB Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.20 Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.21 Jumlah dan Pertumbuhan Anggaran Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.22 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto

Grafik 1.23 Pertumbuhan Tahunan Kredit Investasi dan

Rata-Rata Tertimbang (RRT) Suku Bunga Kredit Investasi

Grafik 1.24 Perkembangan SBT Realisasi Investasi

(SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Investasi

Grafik 1.25 Perkembangan SBT Realisasi Investasi

Berdasarkan Sektor Usaha (SKDU)

Grafik 1.26 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Impor

Barang Modal & Pertumbuhan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 1.27 Pertumbuhan Total Ekspor (Luar Negeri &

Antardaerah)

Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Ekspor Tekstil dan Produk

Tekstil (TPT)

Grafik 1.29 Perkembangan Volume Ekspor Tekstil dan

Produk Tekstil (TPT)

Grafik 1.30 Perkembangan Nilai Ekspor Barang dari Kayu

Grafik 1.31 Perkembangan Volume Ekspor Barang dari

Kayu

Grafik 1.32 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan

Negara Tujuan

Grafik 1.33 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Berdasarkan

Negara Tujuan

vi

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, Jawa,

dan Nasional

Grafik 1.3 Struktur Perekonomian Kawasan Jawa

berdasarkan Provinsi

Grafik 1.4 Pertumbuhan Tahunan Outflow Uang Kartal dan

Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.5 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran

Kliring Harian dan Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.6 Pertumbuhan Tahunan Penyaluran Kredit

Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 1.8 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.9 Perkembangan Inflasi Triwulanan dan Tahunan

Grafik 1.10 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Grafik 1.11 Keyakinan Konsumen Terhadap Ekonomi Saat

Ini

Grafik 1.12 Pertumbuhan DPK Perseorangan dan PDRB

Konsumsi

Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi dan

Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Konsumsi berdasarkan

Jenis Konsumsi

Grafik 1.15 Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi

Nonmigas dan Nilai Tukar

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Rata-Rata

Triwulanan)

Grafik 1.17 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT

Grafik 1.18 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah

07

07

07

08

08

08

09

10

10

10

10

11

11

11

12

12

12

12

13

13

13

13

13

14

14

15

15

16

16

16

16

16

16

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.34 Pertumbuhan PDRB Total Impor (Luar Negeri &

Antardaerah)

Grafik 1.35 Perkembangan Impor Jawa Tengah

Grafik 1.36 Pertumbuhan Tahunan Impor Migas Jawa Tengah

Grafik 1.37 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah

Grafik 1.38 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.39 Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa

Tengah Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 1.40 Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah

Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.42 Pertumbuhan Impor Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.43 Pertumbuhan PDRB Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

Grafik 1.44 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) dan

Pertumbuhan PDRB Pertanian

Grafik 1.45 Pertumbuhan dan NPL Kredit Pertanian

Grafik 1.46 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di

Jawa Tengah

Grafik 1.47 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen Padi di

Jawa Tengah

Grafik 1.48 Perkembangan Hasil Panen Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.49 Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan

Grafik 1.50 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) dan

Pertumbuhan PDRB Industri pengolahan

Grafik 1.51 Pertumbuhan dan NPL Kredit Industri Pengolahan

Grafik 1.52 Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku

Jawa Tengah

Grafik 1.53 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Berdasarkan Skala Usaha

Grafik 1.54 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro

dan Kecil berdasarkan Sektor (%, yoy)

Grafik 1.55 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar

dan Sedang berdasarkan Sektor

Grafik 1.56 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar-Eceran

dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor

Grafik 1.57 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) PHR dan

Pertumbuhan PDRB Perdagangan

Grafik 1.58 Pertumbuhan dan NPL Kredit Perdagangan Besar

dan Eceran

Grafik 1.59 IPR Perrdagangan Eceran berdasarkan Kelompok

Komoditas

Grafik 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016

Grafik 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan

T.A. 2016

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah

Grafik 2.4 Realisasi Belanja Daerah

Grafik 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan II 2016

Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan II 2016

Grafik 2.8 Pertumbuhan Tahunan Belanja Bagi Hasil kepada

Kabupaten/Kota dan PAD

Grafik 2.9 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016

Berdasarkan Jenis Belanja

Grafik 2.10 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016

Berdasarkan Jenis Belanja

vii

17

17

17

18

18

18

19

19

19

20

21

21

21

21

21

22

22

22

22

23

24

24

24

25

25

25

39

39

40

40

41

41

42

42

44

44

Grafik

Grafik 1.19 Pertumbuhan Realisasi Belanja Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah dan PDRB Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.20 Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.21 Jumlah dan Pertumbuhan Anggaran Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.22 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto

Grafik 1.23 Pertumbuhan Tahunan Kredit Investasi dan

Rata-Rata Tertimbang (RRT) Suku Bunga Kredit Investasi

Grafik 1.24 Perkembangan SBT Realisasi Investasi

(SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Investasi

Grafik 1.25 Perkembangan SBT Realisasi Investasi

Berdasarkan Sektor Usaha (SKDU)

Grafik 1.26 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Impor

Barang Modal & Pertumbuhan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 1.27 Pertumbuhan Total Ekspor (Luar Negeri &

Antardaerah)

Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Ekspor Tekstil dan Produk

Tekstil (TPT)

Grafik 1.29 Perkembangan Volume Ekspor Tekstil dan

Produk Tekstil (TPT)

Grafik 1.30 Perkembangan Nilai Ekspor Barang dari Kayu

Grafik 1.31 Perkembangan Volume Ekspor Barang dari

Kayu

Grafik 1.32 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan

Negara Tujuan

Grafik 1.33 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Berdasarkan

Negara Tujuan

vi

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, Jawa,

dan Nasional

Grafik 1.3 Struktur Perekonomian Kawasan Jawa

berdasarkan Provinsi

Grafik 1.4 Pertumbuhan Tahunan Outflow Uang Kartal dan

Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.5 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran

Kliring Harian dan Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.6 Pertumbuhan Tahunan Penyaluran Kredit

Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 1.8 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.9 Perkembangan Inflasi Triwulanan dan Tahunan

Grafik 1.10 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Grafik 1.11 Keyakinan Konsumen Terhadap Ekonomi Saat

Ini

Grafik 1.12 Pertumbuhan DPK Perseorangan dan PDRB

Konsumsi

Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi dan

Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Konsumsi berdasarkan

Jenis Konsumsi

Grafik 1.15 Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi

Nonmigas dan Nilai Tukar

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Rata-Rata

Triwulanan)

Grafik 1.17 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT

Grafik 1.18 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah

07

07

07

08

08

08

09

10

10

10

10

11

11

11

12

12

12

12

13

13

13

13

13

14

14

15

15

16

16

16

16

16

16

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 4.1. Hasil SKDU Jawa Tengah

Grafik 4.2 Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja

Jawa Tengah

Grafik 4.3. Perkembangan ROA dan ROE Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.4 Perkembangan Asset Turnover Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.5 Perkembangan Inventory Turnover Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.6 Perkembangan DSR dan ICR Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.7 Perkembangan TA/TL Jawa Tengah

Grafik 4.8 Perkembangan Debt Equity Ratio (DER) Jawa

Tengah

Grafik 4.9 Perkembangan Current Ratio Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.10 Perkembangan Pertumbuhan, Kredit dan Risiko

Sektor Industri Pengolahan

Grafik 4.11 Perkembangan Pertumbuhan, Kredit dan Risiko

Sektor Pertanian

Grafik 4.12 Perkembangan Pertumbuhan, Kredit dan Risiko

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

Grafik 4.13 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangan

dan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.14 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangan dan

Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.15 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangan

dan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.16 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangan dan

Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.17 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.18 Perbandingan Laju Pertumbuhan DPK Perbankan

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.19 Perbandingan Laju Pertumbuhan Kredit Perbankan

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.20 Perbandingan LDR Perbankan Beberapa Provinsi di

Pulau Jawa

Grafik 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi

Jawa Tengah

Grafik 4.22 Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di

Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.23 Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi

Jawa Tengah

Grafik 4.24 Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umum di

Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.25 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan

Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.26 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan

Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.27 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan

Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.28 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan

Berdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.29 Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan

Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

ix

70

70

70

70

70

71

71

71

71

72

72

72

73

73

74

74

75

75

75

75

76

76

78

78

79

79

80

80

80

Grafik

Grafik 3.18 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti

Traded

Grafik 3.20 Inflasi Tahunan Triwulan II 2016

Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Tahunan

Grafik 3.22 Inflasi Tahunan Enam Kota

Grafik 3.23 Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per

Kelompok Tw II 2016

Grafik 3.24 Disagregasi Inflasi Triwulanan Enam Kota

2016

Grafik 3.25 Disagregasi Inflasi Tahunan Enam Kota 2016

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Cilacap

Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Triwulanan Cilacap

Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Tahunan Purwokerto

Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Triwulanan Purwokerto

Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Tahunan Kudus

Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kudus

Grafik 3.32 Disagregasi Inflasi Tahunan Surakarta

Grafik 3.33 Disagregasi Inflasi Triwulanan Surakarta

Grafik 3.34 Disagregasi Inflasi Tahunan Semarang

Grafik 3.35 Disagregasi Inflasi Triwulanan Semarang

Grafik 3.36 Disagregasi Inflasi Tahunan Tegal

Grafik 3.37 Disagregasi Inflasi Triwulanan Tegal

Grafik 3.38 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei

Konsumen

Grafik 3.39 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei

Pedagang Eceran

viii

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan

Nasional

Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa

Tengah

Grafik 3.3 Inflasi Tahunan Provinsi di Jawa

Grafik 3.4 Inflasi Bulanan Provinsi di Jawa

Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah

2012-2016

Grafik 3.6 Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7 Disagregasi Inflasi Tahunan

Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi Bulanan

Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok

Volatile Foods 2011-2015 Tw II 2016

Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok

Volatile Foods 2011-2015 Tw II 2016

Grafik 3.11 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan

Kelompok Volatile Food

Grafik 3.12 Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi

Tahunan Kelompok Volatile Food

Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok

Administered Prices Triwulan I 2016

Grafik 3.14 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan

Kelompok Administered Prices

Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok

Inti Triwulan II

Grafik 3.16 Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan

Ekonomi Tahunan, dan Inflasi Inti Non Traded

Grafik 3.17 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap

Kenaikan Harga

47

47

47

47

48

48

51

51

52

52

52

52

52

52

53

53

53

53

54

55

55

55

55

55

55

56

56

56

56

57

57

58

58

58

58

59

59

61

61

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 4.1. Hasil SKDU Jawa Tengah

Grafik 4.2 Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja

Jawa Tengah

Grafik 4.3. Perkembangan ROA dan ROE Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.4 Perkembangan Asset Turnover Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.5 Perkembangan Inventory Turnover Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.6 Perkembangan DSR dan ICR Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.7 Perkembangan TA/TL Jawa Tengah

Grafik 4.8 Perkembangan Debt Equity Ratio (DER) Jawa

Tengah

Grafik 4.9 Perkembangan Current Ratio Korporasi Jawa

Tengah

Grafik 4.10 Perkembangan Pertumbuhan, Kredit dan Risiko

Sektor Industri Pengolahan

Grafik 4.11 Perkembangan Pertumbuhan, Kredit dan Risiko

Sektor Pertanian

Grafik 4.12 Perkembangan Pertumbuhan, Kredit dan Risiko

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

Grafik 4.13 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangan

dan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.14 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangan dan

Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.15 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangan

dan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.16 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangan dan

Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.17 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.18 Perbandingan Laju Pertumbuhan DPK Perbankan

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.19 Perbandingan Laju Pertumbuhan Kredit Perbankan

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.20 Perbandingan LDR Perbankan Beberapa Provinsi di

Pulau Jawa

Grafik 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi

Jawa Tengah

Grafik 4.22 Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di

Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.23 Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi

Jawa Tengah

Grafik 4.24 Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umum di

Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.25 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan

Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.26 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan

Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.27 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan

Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.28 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan

Berdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.29 Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan

Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

ix

70

70

70

70

70

71

71

71

71

72

72

72

73

73

74

74

75

75

75

75

76

76

78

78

79

79

80

80

80

Grafik

Grafik 3.18 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti

Traded

Grafik 3.20 Inflasi Tahunan Triwulan II 2016

Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Tahunan

Grafik 3.22 Inflasi Tahunan Enam Kota

Grafik 3.23 Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per

Kelompok Tw II 2016

Grafik 3.24 Disagregasi Inflasi Triwulanan Enam Kota

2016

Grafik 3.25 Disagregasi Inflasi Tahunan Enam Kota 2016

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Cilacap

Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Triwulanan Cilacap

Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Tahunan Purwokerto

Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Triwulanan Purwokerto

Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Tahunan Kudus

Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kudus

Grafik 3.32 Disagregasi Inflasi Tahunan Surakarta

Grafik 3.33 Disagregasi Inflasi Triwulanan Surakarta

Grafik 3.34 Disagregasi Inflasi Tahunan Semarang

Grafik 3.35 Disagregasi Inflasi Triwulanan Semarang

Grafik 3.36 Disagregasi Inflasi Tahunan Tegal

Grafik 3.37 Disagregasi Inflasi Triwulanan Tegal

Grafik 3.38 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei

Konsumen

Grafik 3.39 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei

Pedagang Eceran

viii

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan

Nasional

Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa

Tengah

Grafik 3.3 Inflasi Tahunan Provinsi di Jawa

Grafik 3.4 Inflasi Bulanan Provinsi di Jawa

Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah

2012-2016

Grafik 3.6 Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7 Disagregasi Inflasi Tahunan

Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi Bulanan

Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok

Volatile Foods 2011-2015 Tw II 2016

Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok

Volatile Foods 2011-2015 Tw II 2016

Grafik 3.11 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan

Kelompok Volatile Food

Grafik 3.12 Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi

Tahunan Kelompok Volatile Food

Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok

Administered Prices Triwulan I 2016

Grafik 3.14 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan

Kelompok Administered Prices

Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok

Inti Triwulan II

Grafik 3.16 Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan

Ekonomi Tahunan, dan Inflasi Inti Non Traded

Grafik 3.17 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap

Kenaikan Harga

47

47

47

47

48

48

51

51

52

52

52

52

52

52

53

53

53

53

54

55

55

55

55

55

55

56

56

56

56

57

57

58

58

58

58

59

59

61

61

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliring

dan IKK SK

Grafik 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI Berdasarkan Daerah

Pengiriman

Grafik 5.4 PangsaNominal Transaksi SKNBI Berdasarkan Daerah

Pengiriman

Grafik 5.5 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal

melalui Bank Indonesia di Jawa Tengah

Grafik 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal

Berdasarkan Wilayah

Grafik 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal

Berdasarkan Wilayah

Grafik 5.8 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar

Grafik 5.9 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah

Grafik 5.10 Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan Pecahan

Grafik 5.11 Transaksi Penukaran Valuta Asing dan Kunjungan

Wisatawan Asing di Jawa Tengah

Grafik 5.12 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkan melalui KUPVA

Bukan Bank di Jawa Tengah

Grafik 5.13 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah

Grafik 5.14 Realitas Jumlah Agen LKD

Grafik 6.1 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan

Saat Ini

Grafik 6.2 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan

Kegiatan Usaha yang Akan Datang

Grafik 6.3 Perkembangan NTP Subsektor Tanaman Pangan

dalam 4 Tahun Terakhir

Grafik 6.4 NTP dengan PDRB Lapangan usaha Pertanian

Grafik 6.5 NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya

Grafik 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 6.7 Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 6.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa

Tengah Tahun 2011-2015 (ribuan orang)

Grafik 6.10 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 6.11 Perkembangan Koefisien Gini Jawa Tengah dan

Nasional

Grafik 6.12 Perkembangan Koefisien Gini Berdasarkan Wilayah

Grafik 7.1 Proyeks Inflasi Triwulan III 2016

xi

98

98

102

102

103

104

105

105

105

105

106

107

108

108

115

93

94

94

95

96

96

96

96

96

97

97

Grafik

Gra fik 4.30 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank

Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.31 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank

Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.32 Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di

Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.33 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan

Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.34 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan

Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.35 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset

Perbankan Syariah di Pulau Jawa

Grafik 4.36 Perbandingan DPK Perbankan Syariah di

Pulau Jawa

Grafik 4.37 Perbandingan Laju Pertumbuhan Pembiayaan

Perbankan Syariah di Pulau Jawa

Grafik 4.38 Perbandingan FDR Perbankan Syariah di

Pulau Jawa

Grafik 4.39 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di

Jawa Tengah

Grafik 4.40 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR di

Jawa Tengah

Grafik 4.41 Pangsa DPK BPR di Jawa Tengah

Grafik 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR Jawa

Tengah Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.43 Pangsa Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan

Jenis Penggunaan

Grafik 4.44 Pertumbuhan Kredit BPR Jawa Tengah

Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 4.45 Pangsa Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan

Sektor Ekonomi

Grafik 4.46 Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa Tengah

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.47 Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa Tengah

Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 4.48 Perkembangan LDR BPR Jawa Tengah

Grafik 4.49. Perbandingan Pertumbuhan Kredit UMKM

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.50. Perbandingan NPL Kredit UMKM Beberapa

Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.51 Perkembangan Kredit kepada UMKM

Grafik 4.52 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Grafik 4.53 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar

Sektor

Grafik 4.54 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Berdasar Sektor

Grafik 4.55 Perkembangan Kredit kepada UMKM

Berdasarkan Penggunaan

Grafik 4.56 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Berdasarkan Penggunaan

Grafik 4.57 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah

Grafik 4.58 Realisasi Jumlah Agen LKD

Grafik 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring

Harian di Jawa Tengah

x

81

81

81

82

82

83

83

83

83

84

84

84

85

85

85

85

86

86

86

87

87

87

87

88

88

88

88

89

89

93

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliring

dan IKK SK

Grafik 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI Berdasarkan Daerah

Pengiriman

Grafik 5.4 PangsaNominal Transaksi SKNBI Berdasarkan Daerah

Pengiriman

Grafik 5.5 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal

melalui Bank Indonesia di Jawa Tengah

Grafik 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal

Berdasarkan Wilayah

Grafik 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal

Berdasarkan Wilayah

Grafik 5.8 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar

Grafik 5.9 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah

Grafik 5.10 Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan Pecahan

Grafik 5.11 Transaksi Penukaran Valuta Asing dan Kunjungan

Wisatawan Asing di Jawa Tengah

Grafik 5.12 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkan melalui KUPVA

Bukan Bank di Jawa Tengah

Grafik 5.13 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah

Grafik 5.14 Realitas Jumlah Agen LKD

Grafik 6.1 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan

Saat Ini

Grafik 6.2 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan

Kegiatan Usaha yang Akan Datang

Grafik 6.3 Perkembangan NTP Subsektor Tanaman Pangan

dalam 4 Tahun Terakhir

Grafik 6.4 NTP dengan PDRB Lapangan usaha Pertanian

Grafik 6.5 NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya

Grafik 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 6.7 Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 6.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa

Tengah Tahun 2011-2015 (ribuan orang)

Grafik 6.10 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 6.11 Perkembangan Koefisien Gini Jawa Tengah dan

Nasional

Grafik 6.12 Perkembangan Koefisien Gini Berdasarkan Wilayah

Grafik 7.1 Proyeks Inflasi Triwulan III 2016

xi

98

98

102

102

103

104

105

105

105

105

106

107

108

108

115

93

94

94

95

96

96

96

96

96

97

97

Grafik

Gra fik 4.30 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank

Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.31 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank

Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.32 Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di

Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.33 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan

Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.34 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan

Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.35 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset

Perbankan Syariah di Pulau Jawa

Grafik 4.36 Perbandingan DPK Perbankan Syariah di

Pulau Jawa

Grafik 4.37 Perbandingan Laju Pertumbuhan Pembiayaan

Perbankan Syariah di Pulau Jawa

Grafik 4.38 Perbandingan FDR Perbankan Syariah di

Pulau Jawa

Grafik 4.39 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di

Jawa Tengah

Grafik 4.40 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR di

Jawa Tengah

Grafik 4.41 Pangsa DPK BPR di Jawa Tengah

Grafik 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR Jawa

Tengah Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.43 Pangsa Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan

Jenis Penggunaan

Grafik 4.44 Pertumbuhan Kredit BPR Jawa Tengah

Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 4.45 Pangsa Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan

Sektor Ekonomi

Grafik 4.46 Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa Tengah

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.47 Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa Tengah

Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 4.48 Perkembangan LDR BPR Jawa Tengah

Grafik 4.49. Perbandingan Pertumbuhan Kredit UMKM

Beberapa Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.50. Perbandingan NPL Kredit UMKM Beberapa

Provinsi di Pulau Jawa

Grafik 4.51 Perkembangan Kredit kepada UMKM

Grafik 4.52 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Grafik 4.53 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar

Sektor

Grafik 4.54 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Berdasar Sektor

Grafik 4.55 Perkembangan Kredit kepada UMKM

Berdasarkan Penggunaan

Grafik 4.56 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Berdasarkan Penggunaan

Grafik 4.57 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah

Grafik 4.58 Realisasi Jumlah Agen LKD

Grafik 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring

Harian di Jawa Tengah

x

81

81

81

82

82

83

83

83

83

84

84

84

85

85

85

85

86

86

86

87

87

87

87

88

88

88

88

89

89

93

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL

AGUSTUS

2016

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

A. PDRB & Inflasi

INDIKATOR

*Mulai tahun 2014 perhitungan IHK menggunakan SBH 2012Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH

20132014

I II III IV2014

Ekonomi Makro Regional *)

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Berdasarkan Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah

Investasi

Total Ekspor

Total Impor

Ekspor

-Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)

-Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

Impor

-Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

-Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)

Indeks Harga Konsumen

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

5,73

-1,69

7,00

7,77

1,30

6,11

5,66

6,97

6,23

5,32

10,54

3,34

8,89

8,21

0,73

9,85

12,99

7,91

4,26

22,45

1,05

3,14

1,13

-4,18

1.500

741

1.398

871

111,32

111,37

110,11

110,96

108,69

116,87

113,36

7.08

7.30

6.61

6.43

6.07

10.50

9.69

3,94

-3,12

4,65

5,83

8,22

3,15

4,18

2,70

5,01

6,40

10,96

3,70

7,85

6,83

-2,86

11,43

13,46

8,58

4,19

16,26

-9,68

6,39

-0,12

-8,64

1.604

681

1.559

1.086

112,27

111,90

110,78

112,15

108,95

117,48

114,85

7.26

6.42

6.63

7.13

5.68

9.54

9.65

5,82

1,57

6,02

7,30

5,64

2,96

2,76

5,71

7,94

9,48

12,39

4,96

5,29

7,57

-0,41

12,28

11,81

9,11

4,65

3,43

7,91

5,74

1,96

2,43

1.451

697

1.479

882

113,84

113,03

112,06

113,77

110,64

119,09

117,07

5.00

4.18

4.65

4.84

3.78

6.31

7.67

5,63

-0,64

8,37

5,67

-0,12

1,65

4,96

3,57

16,46

9,08

18,09

4,66

6,85

10,61

5,67

7,60

7,11

8,41

4,11

-5,27

6,62

1,52

-0,37

-5,73

1.542

658

1.684

1.006

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

5,28

-0,95

6,50

6,62

3,72

3,45

4,38

4,71

8,97

7,58

13,00

4,16

7,19

8,31

0,78

10,17

11,20

8,50

4,31

8,62

2,19

4,16

0,65

-4,19

6.097

2.776

6.120

3.845

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

2015

5,64

3,92

1,15

5,86

-6,13

1,96

4,19

3,14

12,01

8,59

11,57

7,31

6,72

11,56

3,97

10,11

9,35

8,34

4,37

-9,66

2,83

6,26

20,15

13,10

1.547

585

1.555

1.210

117,65

116,48

115,69

117,66

114,42

116,87

120,74

5,68

4,59

5,07

6,04

5,27

5,42

6,51

I

xiiiTABEL INDIKATORPROVINSI JAWA TENGAH

5,06

7,29

2,20

3,79

-1,59

3,13

5,30

3,24

9,72

6,48

8,51

2,37

7,02

10,45

7,85

9,25

4,45

-1,09

4,27

-12,33

2,71

3,37

12,43

6,12

1.642

774

1.427

1.158

119,18

117,88

117,15

119,26

116,17

117,48

121,85

6,15

5,34

5,75

6,34

6,63

6,17

6,09

II III

5,00

4,62

6,04

4,30

-5,08

-0,24

7,08

2,16

6,71

6,34

9,50

8,98

8,75

10,93

6,23

6,90

6,96

1,57

4,34

3,03

5,19

3,96

14,05

5,88

1.484

797

1.156

930

120,42

119,00

117,97

120,46

117,53

126,93

123,42

5,78

5,28

5,27

5,88

6,23

6,58

5,42

IV

6,08

6,87

4,72

4,56

-0,64

1,71

7,35

8,25

3,89

7,03

8,65

13,72

7,81

6,17

3,37

2,77

7,47

4,11

4,82

8,05

3,63

7,03

-1,91

-7,82

1.533

702

1.339

1.191

121,84

120,32

119,83

121,77

119,26

128,23

124,37

2,73

2,52

2,56

2,56

3,95

3,28

2,63

2015

5,44

5,60

3,59

4,62

-3,34

1,63

6,00

4,17

7,90

7,09

9,53

8,10

7,59

9,72

5,31

7,08

7,05

3,21

4,45

-3,15

3,71

5,15

11,09

3,68

6.206

2.858

5.476

4.488

121,84

120,32

119,83

121,77

119,26

128,23

124,37

2,73

2,52

2,56

2,56

3,95

3,28

2,63

2016

4,98

-2,01

19,81

4,04

7,23

-2,61

6,72

6,99

6,79

6,01

9,07

8,59

7,64

8,65

4,22

9,19

10,09

4,69

4,76

8,60

2,96

5,42

-2,36

-4,36

1.579

780

1.259

1.028

122,60

121,31

120,82

122,35

120,13

129,16

125,32

4,21

4,15

4,43

3,99

4,99

4,83

3,79

I

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

5,75

-0,10

15,30

5,20

0,20

1,40

9,00

4,50

6,70

6,50

9,60

14,00

6,40

8,70

4,70

10,50

13,60

13,00

4,80

9,04

4,53

7,23

3,29

0,56

1.689

789

1.398

986

122,70

121,36

120,91

122,42

120,55

128,88

125,79

3,05

2,99

2,87

2,79

4,38

3,54

3,31

II

5,11

2,15

6,17

5,45

8,31

0,23

4,90

4,72

9,33

4,51

7,99

3,89

7,70

12,12

2,65

9,53

7,12

9,24

4,38

7,21

5,44

4,39

13,28

4,06

5.658

3.144

5.554

4.045

142,68

145,46

134,81

145,29

142,05

-

-

7.98

8.50

8.32

8.19

5.80

-

-

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

A. PDRB & Inflasi

INDIKATOR

*Mulai tahun 2014 perhitungan IHK menggunakan SBH 2012Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH

20132014

I II III IV2014

Ekonomi Makro Regional *)

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Berdasarkan Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah

Investasi

Total Ekspor

Total Impor

Ekspor

-Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)

-Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

Impor

-Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

-Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)

Indeks Harga Konsumen

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

5,73

-1,69

7,00

7,77

1,30

6,11

5,66

6,97

6,23

5,32

10,54

3,34

8,89

8,21

0,73

9,85

12,99

7,91

4,26

22,45

1,05

3,14

1,13

-4,18

1.500

741

1.398

871

111,32

111,37

110,11

110,96

108,69

116,87

113,36

7.08

7.30

6.61

6.43

6.07

10.50

9.69

3,94

-3,12

4,65

5,83

8,22

3,15

4,18

2,70

5,01

6,40

10,96

3,70

7,85

6,83

-2,86

11,43

13,46

8,58

4,19

16,26

-9,68

6,39

-0,12

-8,64

1.604

681

1.559

1.086

112,27

111,90

110,78

112,15

108,95

117,48

114,85

7.26

6.42

6.63

7.13

5.68

9.54

9.65

5,82

1,57

6,02

7,30

5,64

2,96

2,76

5,71

7,94

9,48

12,39

4,96

5,29

7,57

-0,41

12,28

11,81

9,11

4,65

3,43

7,91

5,74

1,96

2,43

1.451

697

1.479

882

113,84

113,03

112,06

113,77

110,64

119,09

117,07

5.00

4.18

4.65

4.84

3.78

6.31

7.67

5,63

-0,64

8,37

5,67

-0,12

1,65

4,96

3,57

16,46

9,08

18,09

4,66

6,85

10,61

5,67

7,60

7,11

8,41

4,11

-5,27

6,62

1,52

-0,37

-5,73

1.542

658

1.684

1.006

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

5,28

-0,95

6,50

6,62

3,72

3,45

4,38

4,71

8,97

7,58

13,00

4,16

7,19

8,31

0,78

10,17

11,20

8,50

4,31

8,62

2,19

4,16

0,65

-4,19

6.097

2.776

6.120

3.845

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

2015

5,64

3,92

1,15

5,86

-6,13

1,96

4,19

3,14

12,01

8,59

11,57

7,31

6,72

11,56

3,97

10,11

9,35

8,34

4,37

-9,66

2,83

6,26

20,15

13,10

1.547

585

1.555

1.210

117,65

116,48

115,69

117,66

114,42

116,87

120,74

5,68

4,59

5,07

6,04

5,27

5,42

6,51

I

xiiiTABEL INDIKATORPROVINSI JAWA TENGAH

5,06

7,29

2,20

3,79

-1,59

3,13

5,30

3,24

9,72

6,48

8,51

2,37

7,02

10,45

7,85

9,25

4,45

-1,09

4,27

-12,33

2,71

3,37

12,43

6,12

1.642

774

1.427

1.158

119,18

117,88

117,15

119,26

116,17

117,48

121,85

6,15

5,34

5,75

6,34

6,63

6,17

6,09

II III

5,00

4,62

6,04

4,30

-5,08

-0,24

7,08

2,16

6,71

6,34

9,50

8,98

8,75

10,93

6,23

6,90

6,96

1,57

4,34

3,03

5,19

3,96

14,05

5,88

1.484

797

1.156

930

120,42

119,00

117,97

120,46

117,53

126,93

123,42

5,78

5,28

5,27

5,88

6,23

6,58

5,42

IV

6,08

6,87

4,72

4,56

-0,64

1,71

7,35

8,25

3,89

7,03

8,65

13,72

7,81

6,17

3,37

2,77

7,47

4,11

4,82

8,05

3,63

7,03

-1,91

-7,82

1.533

702

1.339

1.191

121,84

120,32

119,83

121,77

119,26

128,23

124,37

2,73

2,52

2,56

2,56

3,95

3,28

2,63

2015

5,44

5,60

3,59

4,62

-3,34

1,63

6,00

4,17

7,90

7,09

9,53

8,10

7,59

9,72

5,31

7,08

7,05

3,21

4,45

-3,15

3,71

5,15

11,09

3,68

6.206

2.858

5.476

4.488

121,84

120,32

119,83

121,77

119,26

128,23

124,37

2,73

2,52

2,56

2,56

3,95

3,28

2,63

2016

4,98

-2,01

19,81

4,04

7,23

-2,61

6,72

6,99

6,79

6,01

9,07

8,59

7,64

8,65

4,22

9,19

10,09

4,69

4,76

8,60

2,96

5,42

-2,36

-4,36

1.579

780

1.259

1.028

122,60

121,31

120,82

122,35

120,13

129,16

125,32

4,21

4,15

4,43

3,99

4,99

4,83

3,79

I

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

5,75

-0,10

15,30

5,20

0,20

1,40

9,00

4,50

6,70

6,50

9,60

14,00

6,40

8,70

4,70

10,50

13,60

13,00

4,80

9,04

4,53

7,23

3,29

0,56

1.689

789

1.398

986

122,70

121,36

120,91

122,42

120,55

128,88

125,79

3,05

2,99

2,87

2,79

4,38

3,54

3,31

II

5,11

2,15

6,17

5,45

8,31

0,23

4,90

4,72

9,33

4,51

7,99

3,89

7,70

12,12

2,65

9,53

7,12

9,24

4,38

7,21

5,44

4,39

13,28

4,06

5.658

3.144

5.554

4.045

142,68

145,46

134,81

145,29

142,05

-

-

7.98

8.50

8.32

8.19

5.80

-

-

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

INDIKATOR

Perbankan **)

B. Perbankan dan Sistem Pembayaran

*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)

- Giro

- Tabungan

- Deposito

Kredit (Rp Triliun)

- Modal Kerja

- Konsumsi

- Investasi

Loan to Deposit ratio (%)

NPL Gross (%)

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)

Transaksi Kas (Rp Triliun)

-Inflow

-Outflow

xiv TABEL INDIKATORPROVINSI JAWA TENGAH

2013 2014

I II III IV2014

167,40

23,73

90,60

53,07

176,61

92,35

25,60

58,66

105,51

1,98

530

14.547

57,35

37,21

168,74

25,09

85,30

58,34

178,54

93,34

26,91

58,29

105,81

2,17

530

14.275

15,47

6,27

178,42

30,20

86,95

61,27

187,36

99,04

28,06

60,26

105,01

2,19

573

15.156

14,31

8,95

185,79

30,94

90,47

64,38

191,87

103,87

27,70

60,30

103,27

2,22

579

14.225

20,52

14,69

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

105,33

2,23

583

14.203

12,02

9,20

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

105,33

2,23

567

14.459

62,32

39,11

2015

I

193,01

30,53

92,25

70,32

198,84

106,81

28,76

63,27

102,97

2,47

551

13.963

18,18

5,58

II

201,05

33,56

93,21

74,28

205,20

111,00

29,70

64,49

102,06

2,90

559

14.053

14,91

12,62

III

213,68

34,55

99,31

79,81

209,81

112,60

31,54

65,67

98,19

2,96

595

14.179

25,55

16,95

IV

216,17

29,69

109,04

77,44

216,71

115,80

34,31

66,60

100,25

3,02

721

16.254

12,59

11,69

2015

216,17

29,69

109,04

77,44

216,71

115,80

34,31

66,60

100,25

3,02

721

16.254

12,59

11,69

2016

217,92

33,75

104,36

79,82

217,89

115,89

35,49

66,51

99,99

3,22

853

18.817

18,75

7,01

I

INDIKATOR

2013 2014

I II III IV2014

2015

I II III IV2015

2016

I

C. Sistem Pembayaran

Transaksi Kliring

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

947

19.694

12,45

23,06

II

225,02

31,14

112,08

81,80

226,15

120,94

36,68

68,53

100,50

3,43

II

RINGKASAN UMUM

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

INDIKATOR

Perbankan **)

B. Perbankan dan Sistem Pembayaran

*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)

- Giro

- Tabungan

- Deposito

Kredit (Rp Triliun)

- Modal Kerja

- Konsumsi

- Investasi

Loan to Deposit ratio (%)

NPL Gross (%)

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)

Transaksi Kas (Rp Triliun)

-Inflow

-Outflow

xiv TABEL INDIKATORPROVINSI JAWA TENGAH

2013 2014

I II III IV2014

167,40

23,73

90,60

53,07

176,61

92,35

25,60

58,66

105,51

1,98

530

14.547

57,35

37,21

168,74

25,09

85,30

58,34

178,54

93,34

26,91

58,29

105,81

2,17

530

14.275

15,47

6,27

178,42

30,20

86,95

61,27

187,36

99,04

28,06

60,26

105,01

2,19

573

15.156

14,31

8,95

185,79

30,94

90,47

64,38

191,87

103,87

27,70

60,30

103,27

2,22

579

14.225

20,52

14,69

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

105,33

2,23

583

14.203

12,02

9,20

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

105,33

2,23

567

14.459

62,32

39,11

2015

I

193,01

30,53

92,25

70,32

198,84

106,81

28,76

63,27

102,97

2,47

551

13.963

18,18

5,58

II

201,05

33,56

93,21

74,28

205,20

111,00

29,70

64,49

102,06

2,90

559

14.053

14,91

12,62

III

213,68

34,55

99,31

79,81

209,81

112,60

31,54

65,67

98,19

2,96

595

14.179

25,55

16,95

IV

216,17

29,69

109,04

77,44

216,71

115,80

34,31

66,60

100,25

3,02

721

16.254

12,59

11,69

2015

216,17

29,69

109,04

77,44

216,71

115,80

34,31

66,60

100,25

3,02

721

16.254

12,59

11,69

2016

217,92

33,75

104,36

79,82

217,89

115,89

35,49

66,51

99,99

3,22

853

18.817

18,75

7,01

I

INDIKATOR

2013 2014

I II III IV2014

2015

I II III IV2015

2016

I

C. Sistem Pembayaran

Transaksi Kliring

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

947

19.694

12,45

23,06

II

225,02

31,14

112,08

81,80

226,15

120,94

36,68

68,53

100,50

3,43

II

RINGKASAN UMUM

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2016 tumbuh sebesar

5,75% (yoy); meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang tumbuh

4,98% (yoy), maupun pertumbuhan triwulan II 2015 yang sebesar

5,06% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan laporan

masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang

meningkat dari 4,92% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,18% (yoy)

pada triwulan II 2016; maupun pertumbuhan ekonomi Kawasan Jawa

yang meningkat dari 5,31% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,73%

(yoy) pada triwulan laporan.

Dari sisi pengeluaran, perbaikan terutama disumbang oleh komponen

konsumsi, investasi, dan ekspor (luar negeri dan antardaerah).

Sementara itu, sebagai elemen pengurang, impor (luar negeri dan

antardaerah) mengalami peningkatan dan menjadi penahan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan terutama berasal dari lapangan

usaha industri pengolahan. Lapangan usaha pertanian, kehutanan,

dan perikanan tercatat masih mengalami kontraksi walaupun tidak

sedalam triwulan sebelumnya. Sementara itu, lapangan usaha

perdagangan tumbuh melambat dibandingkan triwulan lalu.

01

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AHPerkembangan Ekonomi Makro Daerah

Persentase realisasi pendapatan mengalami penurunan, sementara

persentase realisasi belanja meningkat. Realisasi pendapatan triwulan

laporan sebesar 43,76% dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan

serapan pendapatan triwulan II 2015 yang sebesar 44,71%.

Sementara itu, realisasi belanja triwulan II 2016 sebesar 34,39% dari

APBD 2016, lebih baik dibandingkan triwulan II 2015 sebesar 33,53%

dari APBD-P 2015.

Melambatnya persentase realisasi pendapatan utamanya masih

berasal dari rendahnya penerimaan pajak daerah seiring menurunnya

pertumbuhan jumlah kendaraan baru. Peningkatan realisasi belanja

berasal dari belanja pegawai yang meningkat di tengah pembayaran

Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13. Peningkatan ini juga

disumbang oleh akselerasi belanja modal yang meningkat seiring

adanya perbaikan infrastruktur jelang Idul Fitri.

Keuangan Pemerintah

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2016 tumbuh sebesar

5,75% (yoy); meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang tumbuh

4,98% (yoy), maupun pertumbuhan triwulan II 2015 yang sebesar

5,06% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan laporan

masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang

meningkat dari 4,92% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,18% (yoy)

pada triwulan II 2016; maupun pertumbuhan ekonomi Kawasan Jawa

yang meningkat dari 5,31% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,73%

(yoy) pada triwulan laporan.

Dari sisi pengeluaran, perbaikan terutama disumbang oleh komponen

konsumsi, investasi, dan ekspor (luar negeri dan antardaerah).

Sementara itu, sebagai elemen pengurang, impor (luar negeri dan

antardaerah) mengalami peningkatan dan menjadi penahan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan terutama berasal dari lapangan

usaha industri pengolahan. Lapangan usaha pertanian, kehutanan,

dan perikanan tercatat masih mengalami kontraksi walaupun tidak

sedalam triwulan sebelumnya. Sementara itu, lapangan usaha

perdagangan tumbuh melambat dibandingkan triwulan lalu.

01

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AHPerkembangan Ekonomi Makro Daerah

Persentase realisasi pendapatan mengalami penurunan, sementara

persentase realisasi belanja meningkat. Realisasi pendapatan triwulan

laporan sebesar 43,76% dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan

serapan pendapatan triwulan II 2015 yang sebesar 44,71%.

Sementara itu, realisasi belanja triwulan II 2016 sebesar 34,39% dari

APBD 2016, lebih baik dibandingkan triwulan II 2015 sebesar 33,53%

dari APBD-P 2015.

Melambatnya persentase realisasi pendapatan utamanya masih

berasal dari rendahnya penerimaan pajak daerah seiring menurunnya

pertumbuhan jumlah kendaraan baru. Peningkatan realisasi belanja

berasal dari belanja pegawai yang meningkat di tengah pembayaran

Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13. Peningkatan ini juga

disumbang oleh akselerasi belanja modal yang meningkat seiring

adanya perbaikan infrastruktur jelang Idul Fitri.

Keuangan Pemerintah

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Realisasi APBN secara keseluruhan mengalami

peningkatan. Pada triwulan II 2016, realisasi APBN

tercatat sebesar Rp13,35 triliun atau 39,87%,

meningkat dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar

Rp8,86 triliun atau 24,67% dari APBN Provinsi Jawa

Tengah 2015. Realisasi belanja pada triwulan II 2016

terutama didorong dari belanja pegawai, yakni sebesar

55,38% dari total belanja. Sementara itu, belanja

barang memiliki peran 29,36% dari total realisasi

belanja, diikuti oleh belanja modal (14,83%), dan

belanja bantuan sosial (0,43%).

02

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Perkembangan Inflasi Daerah

Inflasi pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 2,96%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 4,21% (yoy) dan inflasi nasional yang

sebesar 3,45% (yoy). Secara spasial wilayah Jawa,

inflasi tahunan Provinsi Jawa Tengah pada periode

laporan berada di posisi ketiga terendah setelah Provinsi

Jawa Timur dan DIY. Inflasi tahunan ini lebih rendah

dibandingkan inflasi tahunan Kawasan Jawa.

Sementara itu, inflasi tahun kalender Jawa Tengah

tercatat sebesar 0,71% (ytd) yang mencatatkan level

terendah di Kawasan Jawa.

Berdasarkan disagregasinya, perlambatan perbaikan

inflasi terjadi pada kelompok volatile food dan

administered prices. Inflasi kelompok volatile food

melambat menjadi 7,98% (yoy), dari sebelumnya

10,49% (yoy). Begitu pula dengan kelompok

administered prices yang menurun dari inflasi 3,04%

(yoy) menjadi deflasi 1,07% (yoy) pada triwulan

laporan. Sementara itu, kelompok inti (core) terpantau

stabil. Kelompok ini mencatatkan angka inflasi 2,68%

(yoy), yang pada triwulan sebelumnya tercatat 2,63%

(yoy).

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan III 2016

diperkirakan stabil. Faktor yang diperkirakan sedikit

mendorong peningkatan inflasi adalah biaya

pendidikan. Selain itu, terdapat tekanan inflasi yang

berasal dari meningkatnya permintaan seiring dengan

perayaan hari raya Idul Adha. Namun demikian,

peningkatan inflasi ini tertahan seiring memasuki masa

panen komoditas pertanian pada akhir triwulan III

2016. Hal ini ditambah dengan upaya pemerintah

memperbaiki distribusi logistik diperkirakan mampu

menjaga inflasi tetap terjaga. Inflasi triwulan III 2016

diperkirakan masih berada pada rentang sasaran

4±1%.

Stabilitas Keuangan Daerah,Pengembangan Akses Keuangan, dan UMKM

Tekanan stabilitas keuangan Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan I 2016. Hal tersebut antara lain

tercermin dari peningkatan NPL perbankan Jawa

Tengah yang tercatat berada pada level 3,43%;

meningkat dibandingkan dengan NPL Jawa Tengah

pada triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,22%. Namun

demikian, fungsi intermediasi perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan yang

tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan lalu. Pada triwulan II

2016, pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

tercatat sebesar 10,21% (yoy ) ; meningkat

dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar

9,58% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut

sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian Jawa

Tengah pada triwulan II 2016.

Peran perbankan dalam pembiayaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan I 2016. Kredit UMKM Provinsi Jawa Tengah

tercatat tumbuh 13,15% (yoy) di triwulan laporan, atau

meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu

yang sebesar 11,69% (yoy). Angka ini juga lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit UMKM

nasional triwulan II 2016 yang sebesar 8,28% (yoy).

03

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AHDibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau

Jawa, pertumbuhan kredit UMKM Jawa Tengah

tersebut menempati posisi kedua setelah Banten

sebesar 19,87% (yoy). Sementara itu pertumbuhan

kredit UMKM wilayah lain di Pulau Jawa yaitu Jawa

Timur 11,95% (yoy), Jawa Barat 9,95% (yoy); DI

Yogyakarta 7,61% (yoy); DKI Jakarta -0,95% (yoy), dan

Banten 19,87% (yoy).

Dalam mendorong pengembangan akses keuangan

UMKM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Jawa Tengah me lakukan in i s i a s i “P rogram

Pengembangan UMKM dalam Rangka Pengendalian

Inflasi Komoditas Bawang Putih di 8 (Delapan)

Kabupaten”. Program ini dilaksanakan bekerja sama

dengan berbagai pihak, khususnya Pemerintah Daerah

baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten terkait.

Pelibatan berbagai pihak ini merupakan salah satu

implementasi dari program “Sinergi Aksi untuk

Ekonomi Rakyat” yang dicanangkan Presiden RI di

Brebes.

Kegiatan sistem pembayaran di Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 menunjukkan pertumbuhan seiring

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian pada

triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan

akt iv i tas s istem pembayaran nontunai yang

diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dibandingkan triwulan

sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal.

Pertumbuhan transaksi melalui kliring di Jawa Tengah

sejalan dengan pertumbuhan transaksi kliring secara

nasional.

Posisi net outflow yang tinggi pada periode laporan

sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh

peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke

perbankan/masyarakat ke Bank Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan saat bulan Ramadhan dan Hari

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran danPengelolaan Uang Rupiah

Raya Idul Fitri, serta persiapan tahun ajaran baru

sekolah. Selain itu, kebutuhan uang tunai untuk

kegiatan konsumsi pemerintah maupun swasta juga

meningkat seiring dengan pencairan gaji ke-13

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pembayaran Tunjangan

Hari Raya (THR).

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada triwulan II

2016 relatif membaik, antara lain tercermin dari

persentase kemiskinan yang menurun serta Nilai Tukar

Petani (NTP) yang membaik.

Angka kemiskinan Jawa Tengah pada Maret 2016

mengalami penurunan dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Jawa Tengah

mengalami penurunan secara persentase menjadi

13,27% dari jumlah penduduk Jawa Tengah, menurun

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu

13,58% dari jumlah penduduk.

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2016

meningkat dibandingkan triwulan I 2016. Meskipun

masih mencatatkan defisit, NTP pada triwulan

pelaporan sebesar 99,64, atau mengalami perbaikan

tipis dibanding triwulan lalu yang mencapai 99,40.

Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di Jawa

Tengah mengalami penurunan. Pada Maret 2016,

Koefisien Gini Jawa Tengah tercatat sebesar 0,37; lebih

rendah dibandingkan periode tahun sebelumnya yang

sebesar 0,38 dan koefisien gini nasional yang sebesar

0,41.

Prospek Perekonomian Daerah

Tren perbaikan kinerja perekonomian di Jawa Tengah

diprakirakan masih berlanjut pada triwulan IV 2016.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada

triwulan IV 2016 diprediksi lebih tinggi dibandingkan

triwulan III 2016. Peningkatan bersumber dari

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Realisasi APBN secara keseluruhan mengalami

peningkatan. Pada triwulan II 2016, realisasi APBN

tercatat sebesar Rp13,35 triliun atau 39,87%,

meningkat dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar

Rp8,86 triliun atau 24,67% dari APBN Provinsi Jawa

Tengah 2015. Realisasi belanja pada triwulan II 2016

terutama didorong dari belanja pegawai, yakni sebesar

55,38% dari total belanja. Sementara itu, belanja

barang memiliki peran 29,36% dari total realisasi

belanja, diikuti oleh belanja modal (14,83%), dan

belanja bantuan sosial (0,43%).

02

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Perkembangan Inflasi Daerah

Inflasi pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 2,96%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 4,21% (yoy) dan inflasi nasional yang

sebesar 3,45% (yoy). Secara spasial wilayah Jawa,

inflasi tahunan Provinsi Jawa Tengah pada periode

laporan berada di posisi ketiga terendah setelah Provinsi

Jawa Timur dan DIY. Inflasi tahunan ini lebih rendah

dibandingkan inflasi tahunan Kawasan Jawa.

Sementara itu, inflasi tahun kalender Jawa Tengah

tercatat sebesar 0,71% (ytd) yang mencatatkan level

terendah di Kawasan Jawa.

Berdasarkan disagregasinya, perlambatan perbaikan

inflasi terjadi pada kelompok volatile food dan

administered prices. Inflasi kelompok volatile food

melambat menjadi 7,98% (yoy), dari sebelumnya

10,49% (yoy). Begitu pula dengan kelompok

administered prices yang menurun dari inflasi 3,04%

(yoy) menjadi deflasi 1,07% (yoy) pada triwulan

laporan. Sementara itu, kelompok inti (core) terpantau

stabil. Kelompok ini mencatatkan angka inflasi 2,68%

(yoy), yang pada triwulan sebelumnya tercatat 2,63%

(yoy).

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan III 2016

diperkirakan stabil. Faktor yang diperkirakan sedikit

mendorong peningkatan inflasi adalah biaya

pendidikan. Selain itu, terdapat tekanan inflasi yang

berasal dari meningkatnya permintaan seiring dengan

perayaan hari raya Idul Adha. Namun demikian,

peningkatan inflasi ini tertahan seiring memasuki masa

panen komoditas pertanian pada akhir triwulan III

2016. Hal ini ditambah dengan upaya pemerintah

memperbaiki distribusi logistik diperkirakan mampu

menjaga inflasi tetap terjaga. Inflasi triwulan III 2016

diperkirakan masih berada pada rentang sasaran

4±1%.

Stabilitas Keuangan Daerah,Pengembangan Akses Keuangan, dan UMKM

Tekanan stabilitas keuangan Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan I 2016. Hal tersebut antara lain

tercermin dari peningkatan NPL perbankan Jawa

Tengah yang tercatat berada pada level 3,43%;

meningkat dibandingkan dengan NPL Jawa Tengah

pada triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,22%. Namun

demikian, fungsi intermediasi perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan yang

tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan lalu. Pada triwulan II

2016, pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

tercatat sebesar 10,21% (yoy ) ; meningkat

dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar

9,58% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut

sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian Jawa

Tengah pada triwulan II 2016.

Peran perbankan dalam pembiayaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan I 2016. Kredit UMKM Provinsi Jawa Tengah

tercatat tumbuh 13,15% (yoy) di triwulan laporan, atau

meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu

yang sebesar 11,69% (yoy). Angka ini juga lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit UMKM

nasional triwulan II 2016 yang sebesar 8,28% (yoy).

03

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AHDibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau

Jawa, pertumbuhan kredit UMKM Jawa Tengah

tersebut menempati posisi kedua setelah Banten

sebesar 19,87% (yoy). Sementara itu pertumbuhan

kredit UMKM wilayah lain di Pulau Jawa yaitu Jawa

Timur 11,95% (yoy), Jawa Barat 9,95% (yoy); DI

Yogyakarta 7,61% (yoy); DKI Jakarta -0,95% (yoy), dan

Banten 19,87% (yoy).

Dalam mendorong pengembangan akses keuangan

UMKM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Jawa Tengah me lakukan in i s i a s i “P rogram

Pengembangan UMKM dalam Rangka Pengendalian

Inflasi Komoditas Bawang Putih di 8 (Delapan)

Kabupaten”. Program ini dilaksanakan bekerja sama

dengan berbagai pihak, khususnya Pemerintah Daerah

baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten terkait.

Pelibatan berbagai pihak ini merupakan salah satu

implementasi dari program “Sinergi Aksi untuk

Ekonomi Rakyat” yang dicanangkan Presiden RI di

Brebes.

Kegiatan sistem pembayaran di Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 menunjukkan pertumbuhan seiring

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian pada

triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan

akt iv i tas s istem pembayaran nontunai yang

diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dibandingkan triwulan

sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal.

Pertumbuhan transaksi melalui kliring di Jawa Tengah

sejalan dengan pertumbuhan transaksi kliring secara

nasional.

Posisi net outflow yang tinggi pada periode laporan

sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh

peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke

perbankan/masyarakat ke Bank Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan saat bulan Ramadhan dan Hari

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran danPengelolaan Uang Rupiah

Raya Idul Fitri, serta persiapan tahun ajaran baru

sekolah. Selain itu, kebutuhan uang tunai untuk

kegiatan konsumsi pemerintah maupun swasta juga

meningkat seiring dengan pencairan gaji ke-13

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pembayaran Tunjangan

Hari Raya (THR).

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada triwulan II

2016 relatif membaik, antara lain tercermin dari

persentase kemiskinan yang menurun serta Nilai Tukar

Petani (NTP) yang membaik.

Angka kemiskinan Jawa Tengah pada Maret 2016

mengalami penurunan dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Jawa Tengah

mengalami penurunan secara persentase menjadi

13,27% dari jumlah penduduk Jawa Tengah, menurun

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu

13,58% dari jumlah penduduk.

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2016

meningkat dibandingkan triwulan I 2016. Meskipun

masih mencatatkan defisit, NTP pada triwulan

pelaporan sebesar 99,64, atau mengalami perbaikan

tipis dibanding triwulan lalu yang mencapai 99,40.

Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di Jawa

Tengah mengalami penurunan. Pada Maret 2016,

Koefisien Gini Jawa Tengah tercatat sebesar 0,37; lebih

rendah dibandingkan periode tahun sebelumnya yang

sebesar 0,38 dan koefisien gini nasional yang sebesar

0,41.

Prospek Perekonomian Daerah

Tren perbaikan kinerja perekonomian di Jawa Tengah

diprakirakan masih berlanjut pada triwulan IV 2016.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada

triwulan IV 2016 diprediksi lebih tinggi dibandingkan

triwulan III 2016. Peningkatan bersumber dari

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

konsumsi rumah tangga yang meningkat pada akhir

tahun. Sejalan dengan itu, konsumsi pemerintah juga

mengalami peningkatan sejalan dengan puncak

realisasi belanja pada triwulan IV. Realisasi proyek

infrastruktur pemerintah, maupun investasi swasta pun

diperkirakan meningkat pada triwulan mendatang.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Tengah pada 2016 diperkirakan masih

meneruskan tren peningkatan. Ekonomi Jawa Tengah

pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran

5,4% - 5,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat sebesar 5,4%

(yoy).

Sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi, inflasi

tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV 2016

diperkirakan meningkat. Faktor utama yang

diperkirakan mendorong inflasi adalah penyesuaian

pada tarif administered prices, meliputi penyesuaian

Tarif Tenaga Listrik (TTL) hingga akhir tahun 2016 di

tengah tren kenaikan harga minyak dunia. Selain itu,

kenaikan juga terjadi pada tarif angkutan di tengah

perayaan Natal dan Tahun Baru. Momen akhir tahun

juga mendorong kenaikan komoditas core di tengah

membaiknya daya beli masyarakat. Sementara itu,

inflasi volatile food diperkirakan menurun seiring

dengan produksi panen padi dan hortikultura yang

diproyeksikan lebih baik dibandingkan tahun 2015.

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada tahun 2016 ini juga

diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2015

yang sebesar 2,73% (yoy). Pada tahun 2016 ini, terjadi

normalisasi efek basis akibat penyesuaian kenaikan

harga BBM pada tahun 2014. Meskipun demikian,

inflasi keseluruhan tahun 2016 diperkirakan masih

berada pada rentang sasaran inflasi 4±1%.

PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

BABI

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah triwulan II 2016 meningkat.

Ditinjau dari sisi pengeluaran, perbaikan terutama disumbang oleh komponen

konsumsi, investasi, dan ekspor (luar negeri dan antardaerah). Sementara itu, sebagai

elemen pengurang, impor (luar negeri dan antardaerah) mengalami peningkatan dan

menjadi penahan meningkatnya pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

Ditinjau dari sisi lapangan usaha, peningkatan terutama berasal dari lapangan usaha

industri pengolahan. Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat

masih mengalami kontraksi walaupun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Sementara

itu, lapangan usaha perdagangan tumbuh melambat dibandingkan triwulan lalu.

04

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

konsumsi rumah tangga yang meningkat pada akhir

tahun. Sejalan dengan itu, konsumsi pemerintah juga

mengalami peningkatan sejalan dengan puncak

realisasi belanja pada triwulan IV. Realisasi proyek

infrastruktur pemerintah, maupun investasi swasta pun

diperkirakan meningkat pada triwulan mendatang.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Tengah pada 2016 diperkirakan masih

meneruskan tren peningkatan. Ekonomi Jawa Tengah

pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran

5,4% - 5,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat sebesar 5,4%

(yoy).

Sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi, inflasi

tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV 2016

diperkirakan meningkat. Faktor utama yang

diperkirakan mendorong inflasi adalah penyesuaian

pada tarif administered prices, meliputi penyesuaian

Tarif Tenaga Listrik (TTL) hingga akhir tahun 2016 di

tengah tren kenaikan harga minyak dunia. Selain itu,

kenaikan juga terjadi pada tarif angkutan di tengah

perayaan Natal dan Tahun Baru. Momen akhir tahun

juga mendorong kenaikan komoditas core di tengah

membaiknya daya beli masyarakat. Sementara itu,

inflasi volatile food diperkirakan menurun seiring

dengan produksi panen padi dan hortikultura yang

diproyeksikan lebih baik dibandingkan tahun 2015.

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada tahun 2016 ini juga

diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2015

yang sebesar 2,73% (yoy). Pada tahun 2016 ini, terjadi

normalisasi efek basis akibat penyesuaian kenaikan

harga BBM pada tahun 2014. Meskipun demikian,

inflasi keseluruhan tahun 2016 diperkirakan masih

berada pada rentang sasaran inflasi 4±1%.

PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

BABI

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah triwulan II 2016 meningkat.

Ditinjau dari sisi pengeluaran, perbaikan terutama disumbang oleh komponen

konsumsi, investasi, dan ekspor (luar negeri dan antardaerah). Sementara itu, sebagai

elemen pengurang, impor (luar negeri dan antardaerah) mengalami peningkatan dan

menjadi penahan meningkatnya pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

Ditinjau dari sisi lapangan usaha, peningkatan terutama berasal dari lapangan usaha

industri pengolahan. Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat

masih mengalami kontraksi walaupun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Sementara

itu, lapangan usaha perdagangan tumbuh melambat dibandingkan triwulan lalu.

04

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pada triwulan II 2016, ekonomi Provinsi Jawa

Tengah tercatat tumbuh 5,75% (yoy). Capaian ini

meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 4,98% (yoy), maupun periode yang sama

tahun sebelumnya yang sebesar 5,06% (yoy). Secara

triwulanan, perekonomian Jawa Tengah tumbuh

3,05% (qtq), juga meningkat dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,30%

(qtq).

Percepatan pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada

level nasional maupun Kawasan Jawa. Namun

demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

triwulan laporan masih lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari

4,92% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,18% (yoy)

pada triwulan II 2016; maupun pertumbuhan ekonomi

Kawasan Jawa yang meningkat dari 5,31% (yoy) pada

triwulan I 2016 menjadi 5,73% (yoy) pada triwulan

laporan.

Pada periode laporan, perekonomian Provinsi Jawa

Tengah menyumbang 14,89% terhadap perekonomian

Kawasan Jawa. Nilai ini relatif tetap dibandingkan

periode sebelumnya. Perekonomian Kawasan Jawa

secara dominan disumbang oleh Provinsi DKI Jakarta

dan Provinsi Jawa Timur dengan sumbangan dari kedua

daerah ini mencapai lebih dari 50%.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi dialami oleh seluruh

provinsi di Kawasan Jawa. Tingkat pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah menempati posisi ketiga

tertinggi setelah Jawa Barat dengan pertumbuhan

ekonomi 5,89% (yoy), dan DKI Jakarta dengan

pertumbuhan ekonomi 5,86% (yoy).

Kegiatan ekonomi dapat tercermin dari beberapa

sarana pendukungnya, seperti aktivitas sistem

pembayaran, atau penyaluran kredit. Seiring dengan

menguatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah,

Grafik 1.3Sumber: BPS, diolah

Struktur Perekonomian Kawasan Jawa berdasarkan Provinsi

I2016

II2016

%% %%% %

JATIMDKI BANTENJABAR JATENG DIY

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (%, yoy)

DKI

BANTEN

JABAR

JATENG

DIY

JATIM

JAWA

I - 2016JAWA

5,63

5,10

5,13

4,98

4,84

5,47

5,32

Sumber: BPS, diolah

29,30 22,32 14,8825,00 7,0 1,50

29,14 22,49 14,89 1,4625,07 6,96%% %%% %

II - 2016

5,86

5,16

5,89

5,75

5,57

5,62

5,73

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional1 Triwulan II 2016

Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah triwulan I tahun 2016 dengan menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 yang dikeluarkan BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KER adalah angka PDRB ADHK berdasarkan BRS pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2013 dan 2012 masih bersifat sementara.

1.

Grafik 1.2Sumber: BPS, diolah

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, Jawa, dan Nasional

3

4

5

6

7

I II III IV

%, YOY

JAWA JATENG NASIONAL

2015

0

2

4

6

8

-2

-4

%

PERTUMBUHAN EKONOMI (QTQ) PERTUMBUHAN EKONOMI (YOY)

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I2016

I

II

II2016

07PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pada triwulan II 2016, ekonomi Provinsi Jawa

Tengah tercatat tumbuh 5,75% (yoy). Capaian ini

meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 4,98% (yoy), maupun periode yang sama

tahun sebelumnya yang sebesar 5,06% (yoy). Secara

triwulanan, perekonomian Jawa Tengah tumbuh

3,05% (qtq), juga meningkat dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,30%

(qtq).

Percepatan pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada

level nasional maupun Kawasan Jawa. Namun

demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

triwulan laporan masih lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari

4,92% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 5,18% (yoy)

pada triwulan II 2016; maupun pertumbuhan ekonomi

Kawasan Jawa yang meningkat dari 5,31% (yoy) pada

triwulan I 2016 menjadi 5,73% (yoy) pada triwulan

laporan.

Pada periode laporan, perekonomian Provinsi Jawa

Tengah menyumbang 14,89% terhadap perekonomian

Kawasan Jawa. Nilai ini relatif tetap dibandingkan

periode sebelumnya. Perekonomian Kawasan Jawa

secara dominan disumbang oleh Provinsi DKI Jakarta

dan Provinsi Jawa Timur dengan sumbangan dari kedua

daerah ini mencapai lebih dari 50%.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi dialami oleh seluruh

provinsi di Kawasan Jawa. Tingkat pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah menempati posisi ketiga

tertinggi setelah Jawa Barat dengan pertumbuhan

ekonomi 5,89% (yoy), dan DKI Jakarta dengan

pertumbuhan ekonomi 5,86% (yoy).

Kegiatan ekonomi dapat tercermin dari beberapa

sarana pendukungnya, seperti aktivitas sistem

pembayaran, atau penyaluran kredit. Seiring dengan

menguatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah,

Grafik 1.3Sumber: BPS, diolah

Struktur Perekonomian Kawasan Jawa berdasarkan Provinsi

I2016

II2016

%% %%% %

JATIMDKI BANTENJABAR JATENG DIY

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (%, yoy)

DKI

BANTEN

JABAR

JATENG

DIY

JATIM

JAWA

I - 2016JAWA

5,63

5,10

5,13

4,98

4,84

5,47

5,32

Sumber: BPS, diolah

29,30 22,32 14,8825,00 7,0 1,50

29,14 22,49 14,89 1,4625,07 6,96%% %%% %

II - 2016

5,86

5,16

5,89

5,75

5,57

5,62

5,73

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional1 Triwulan II 2016

Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah triwulan I tahun 2016 dengan menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 yang dikeluarkan BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KER adalah angka PDRB ADHK berdasarkan BRS pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2013 dan 2012 masih bersifat sementara.

1.

Grafik 1.2Sumber: BPS, diolah

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, Jawa, dan Nasional

3

4

5

6

7

I II III IV

%, YOY

JAWA JATENG NASIONAL

2015

0

2

4

6

8

-2

-4

%

PERTUMBUHAN EKONOMI (QTQ) PERTUMBUHAN EKONOMI (YOY)

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I2016

I

II

II2016

07PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

kebutuhan akan uang kartal untuk kegiatan ekonomi di

Jawa Tengah turut mengalami peningkatan. Hal

tersebut tercermin dari aliran keluar (outflow) uang

kartal melalui kantor perwakilan BI di Jawa Tengah yang

mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari

25,61% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 82,69%

(yoy) pada triwulan laporan. Selain itu, peningkatan

juga terlihat pada aktivitas pembayaran nontunai, yaitu

melalui transaksi kliring. Pada triwulan II 2016, nilai

rata-rata perputaran kliring harian mengalami

peningkatan pertumbuhan menjadi 69,43% (yoy) dari

54,76% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Lebih lanjut, sisi perbankan juga mengonfirmasi

akselerasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan. Sebagai salah satu sumber pembiayaan

kegiatan ekonomi, penyaluran kredit perbankan ke

Provinsi Jawa Tengah juga tumbuh lebih cepat. Pada

triwulan II 2016, pertumbuhan tercatat sebesar

10,43% (yoy), meningkat dari pertumbuhan sebesar 29,22% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

%, YOY %, YOY

KREDIT PERBANKAN PDRB - SKALA KANAN

Grafik 1.6 Pertumbuhan Tahunan Penyaluran Kredit Perbankandan Pertumbuhan Ekonomi

4

5

6

7

8

12

16

20

24

28

II

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.4 Pertumbuhan Tahunan Outflow Uang Kartal dan Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY%, YOY

PDRB - SKALA KANAN OUTFLOW UANG KARTAL

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

3

4

5

6

7

-20

0

20

40

60

80

100

Grafik 1.5 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliring Harian dan Pertumbuhan Ekonomi

%, YOY%, YOY

PDRB - SKALA KANAN NILAI RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II3

4

5

6

7

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Ditinjau dari sisi pengeluaran, perbaikan terutama

disumbang oleh komponen konsumsi, investasi, dan

ekspor (luar negeri dan antardareah). Sementara itu,

sebagai elemen pengurang, impor (luar negeri dan

antardaerah) mengalami peningkatan dan menjadi

penahan meningkatnya pertumbuhan ekonomi lebih

tinggi.

Ditinjau dari sisi lapangan usaha, peningkatan terutama

berasal dari lapangan usaha industri pengolahan.

Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan

tercatat masih mengalami kontraksi walaupun tidak

sedalam triwulan sebelumnya. Sementara itu, lapangan

usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil

dan sepeda motor tumbuh melambat dibandingkan

triwulan lalu.

1.1.1. Perkembangan Ekonomi Sisi PengeluaranBerdasarkan sisi pengeluaran, perekonomian Jawa

Tengah ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan

pangsa 59,97%. Ekspor (luar negeri dan antardaerah)

dan Pendapatan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau

investasi juga memberikan kontribusi signifikan, yaitu

masing-masing sebesar 38,90% dan 30,02%. Selain

itu, pangsa impor (luar negeri dan antardaerah),

sebagai elemen pengurang dalam perekonomian Jawa

Tengah, juga cukup besar, yaitu 39,69%. Komposisi ini

t idak banyak berubah dibandingkan periode

sebelumnya.

Kredit perbankan pada BAB I menggunakan data perhitungan berdasarkan lokasi proyek. Definisi kredit dimaksud adalah kredit yang disalurkan di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

2.

08 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

%

0

2

4

6

(1)

1

3

5

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

Grafik 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Rumah TanggaSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERTUMBUHAN TRIWULANAN PERTUMBUHAN TAHUNAN

II

KOMPONEN PENGELUARAN

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.4. Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Pengeluaran (Rp Miliar)

2014

4.31

8.62

2.19

4.16

0.65

-4.19

-22.6

5.28

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

PERUBAHAN INVENTORI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2015*

I II III IV2015*

4.37

-9.66

2.83

6.26

20.15

13.10

-49.2

5.64

4.27

-12.33

2.71

3.37

12.43

6.12

-26.4

5.06

4.34

3.03

5.19

3.96

14.05

5.88

-81.8

5.00

4.82

8.05

3.63

7.03

-1.91

-7.82

-859.5

6.08

4.45

-3.15

3.71

5.15

11.09

3.68

-71.6

5.44

4.76

8.60

2.96

5.42

-2.36

-4.36

-13.2

4.98

2016**

I II4.80

9.04

4.53

7.23

3.29

0.56

-27.76

5.75

KOMPONEN PENGELUARAN

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.3. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 Menurut Pengeluaran (Rp Miliar)

2014

465.234

8.299

56.643

220.009

262.263

263.718

16.261

764.993

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

PERUBAHAN INVENTORI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2015*

I II III IV2015*

118.540

1.939

8.876

55.246

72.705

63.720

2.681

196.266

120.283

1.934

12.250

56.522

75.761

70.115

4.151

200.786

123.698

2.042

15.017

58.788

79.106

72.112

899

207.439

123.430

2.123

22.601

60.785

63.768

67.475

-3.113

202.118

485.951

8.038

58.744

231.341

291.340

273.422

4.617

806.609

124,177

2,106

9,139

58,238

70,986

60,943

2,328

206,031

KOMPONEN PENGELUARAN

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.2. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 Menurut Pengeluaran (Rp Miliar)

2014

570.268

10.773

75.556

273.585

369.911

401.954

27.054

925.195

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

PERUBAHAN INVENTORI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2015*

I II III IV2015*

2016**

149.574

2.736

11.991

72.438

95.439

95.224

6.894

243.848

151.956

2.748

17.657

74.664

100.631

106.517

10.188

251.327

159.283

2.907

23.013

78.374

105.839

111.354

4.451

262.513

159.183

3.034

33.483

81.767

89.510

101.769

(8.821)

256.387

619.996

11.426

86.144

307.243

391.418

414.865

12.712

1.014.074

162,214

3,028

13,507

78,635

95,476

93,127

3,811

263,545

163,895

3,029

19,892

82,037

106,306

108,462

6,578

273,275

I II

2016**

I II 126,057

2,109

12,805

60,606

78,251

70,504

2,999

212,322

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II

2016 terutama disumbang oleh perbaikan kinerja

konsumsi dan investasi. Sementara itu, total ekspor

(luar negeri dan antardaerah) pun mengalami

peningkatan. Adapun yang menahan peningkatan

pertumbuhan lebih tinggi adalah total impor (luar

negeri dan antardaerah) yang tumbuh meningkat

setelah mengalami penurunan pada triwulan

sebelumnya.

1.1.1.1. Pengeluaran KonsumsiPengeluaran konsumsi mengalami pertumbuhan yang

meningkat pada triwulan laporan, baik pada konsumsi

rumah tangga, konsumsi lembaga non profit yang

melayani rumah tangga (LNPRT), maupun konsumsi

pemerintah.

Konsumsi rumah tangga sebagai komponen dengan

pangsa terbesar tumbuh 4,80% (yoy) pada triwulan II

2016, sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2016

yang sebesar 4,76% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi

rumah tangga triwulan laporan tumbuh 1,51% (qtq),

sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,47% (qtq).

09PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

kebutuhan akan uang kartal untuk kegiatan ekonomi di

Jawa Tengah turut mengalami peningkatan. Hal

tersebut tercermin dari aliran keluar (outflow) uang

kartal melalui kantor perwakilan BI di Jawa Tengah yang

mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari

25,61% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 82,69%

(yoy) pada triwulan laporan. Selain itu, peningkatan

juga terlihat pada aktivitas pembayaran nontunai, yaitu

melalui transaksi kliring. Pada triwulan II 2016, nilai

rata-rata perputaran kliring harian mengalami

peningkatan pertumbuhan menjadi 69,43% (yoy) dari

54,76% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Lebih lanjut, sisi perbankan juga mengonfirmasi

akselerasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan. Sebagai salah satu sumber pembiayaan

kegiatan ekonomi, penyaluran kredit perbankan ke

Provinsi Jawa Tengah juga tumbuh lebih cepat. Pada

triwulan II 2016, pertumbuhan tercatat sebesar

10,43% (yoy), meningkat dari pertumbuhan sebesar 29,22% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

%, YOY %, YOY

KREDIT PERBANKAN PDRB - SKALA KANAN

Grafik 1.6 Pertumbuhan Tahunan Penyaluran Kredit Perbankandan Pertumbuhan Ekonomi

4

5

6

7

8

12

16

20

24

28

II

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.4 Pertumbuhan Tahunan Outflow Uang Kartal dan Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY%, YOY

PDRB - SKALA KANAN OUTFLOW UANG KARTAL

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

3

4

5

6

7

-20

0

20

40

60

80

100

Grafik 1.5 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliring Harian dan Pertumbuhan Ekonomi

%, YOY%, YOY

PDRB - SKALA KANAN NILAI RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II3

4

5

6

7

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Ditinjau dari sisi pengeluaran, perbaikan terutama

disumbang oleh komponen konsumsi, investasi, dan

ekspor (luar negeri dan antardareah). Sementara itu,

sebagai elemen pengurang, impor (luar negeri dan

antardaerah) mengalami peningkatan dan menjadi

penahan meningkatnya pertumbuhan ekonomi lebih

tinggi.

Ditinjau dari sisi lapangan usaha, peningkatan terutama

berasal dari lapangan usaha industri pengolahan.

Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan

tercatat masih mengalami kontraksi walaupun tidak

sedalam triwulan sebelumnya. Sementara itu, lapangan

usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil

dan sepeda motor tumbuh melambat dibandingkan

triwulan lalu.

1.1.1. Perkembangan Ekonomi Sisi PengeluaranBerdasarkan sisi pengeluaran, perekonomian Jawa

Tengah ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan

pangsa 59,97%. Ekspor (luar negeri dan antardaerah)

dan Pendapatan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau

investasi juga memberikan kontribusi signifikan, yaitu

masing-masing sebesar 38,90% dan 30,02%. Selain

itu, pangsa impor (luar negeri dan antardaerah),

sebagai elemen pengurang dalam perekonomian Jawa

Tengah, juga cukup besar, yaitu 39,69%. Komposisi ini

t idak banyak berubah dibandingkan periode

sebelumnya.

Kredit perbankan pada BAB I menggunakan data perhitungan berdasarkan lokasi proyek. Definisi kredit dimaksud adalah kredit yang disalurkan di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

2.

08 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

%

0

2

4

6

(1)

1

3

5

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

Grafik 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Rumah TanggaSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERTUMBUHAN TRIWULANAN PERTUMBUHAN TAHUNAN

II

KOMPONEN PENGELUARAN

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.4. Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Pengeluaran (Rp Miliar)

2014

4.31

8.62

2.19

4.16

0.65

-4.19

-22.6

5.28

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

PERUBAHAN INVENTORI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2015*

I II III IV2015*

4.37

-9.66

2.83

6.26

20.15

13.10

-49.2

5.64

4.27

-12.33

2.71

3.37

12.43

6.12

-26.4

5.06

4.34

3.03

5.19

3.96

14.05

5.88

-81.8

5.00

4.82

8.05

3.63

7.03

-1.91

-7.82

-859.5

6.08

4.45

-3.15

3.71

5.15

11.09

3.68

-71.6

5.44

4.76

8.60

2.96

5.42

-2.36

-4.36

-13.2

4.98

2016**

I II4.80

9.04

4.53

7.23

3.29

0.56

-27.76

5.75

KOMPONEN PENGELUARAN

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.3. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 Menurut Pengeluaran (Rp Miliar)

2014

465.234

8.299

56.643

220.009

262.263

263.718

16.261

764.993

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

PERUBAHAN INVENTORI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2015*

I II III IV2015*

118.540

1.939

8.876

55.246

72.705

63.720

2.681

196.266

120.283

1.934

12.250

56.522

75.761

70.115

4.151

200.786

123.698

2.042

15.017

58.788

79.106

72.112

899

207.439

123.430

2.123

22.601

60.785

63.768

67.475

-3.113

202.118

485.951

8.038

58.744

231.341

291.340

273.422

4.617

806.609

124,177

2,106

9,139

58,238

70,986

60,943

2,328

206,031

KOMPONEN PENGELUARAN

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.2. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 Menurut Pengeluaran (Rp Miliar)

2014

570.268

10.773

75.556

273.585

369.911

401.954

27.054

925.195

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

PERUBAHAN INVENTORI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2015*

I II III IV2015*

2016**

149.574

2.736

11.991

72.438

95.439

95.224

6.894

243.848

151.956

2.748

17.657

74.664

100.631

106.517

10.188

251.327

159.283

2.907

23.013

78.374

105.839

111.354

4.451

262.513

159.183

3.034

33.483

81.767

89.510

101.769

(8.821)

256.387

619.996

11.426

86.144

307.243

391.418

414.865

12.712

1.014.074

162,214

3,028

13,507

78,635

95,476

93,127

3,811

263,545

163,895

3,029

19,892

82,037

106,306

108,462

6,578

273,275

I II

2016**

I II 126,057

2,109

12,805

60,606

78,251

70,504

2,999

212,322

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II

2016 terutama disumbang oleh perbaikan kinerja

konsumsi dan investasi. Sementara itu, total ekspor

(luar negeri dan antardaerah) pun mengalami

peningkatan. Adapun yang menahan peningkatan

pertumbuhan lebih tinggi adalah total impor (luar

negeri dan antardaerah) yang tumbuh meningkat

setelah mengalami penurunan pada triwulan

sebelumnya.

1.1.1.1. Pengeluaran KonsumsiPengeluaran konsumsi mengalami pertumbuhan yang

meningkat pada triwulan laporan, baik pada konsumsi

rumah tangga, konsumsi lembaga non profit yang

melayani rumah tangga (LNPRT), maupun konsumsi

pemerintah.

Konsumsi rumah tangga sebagai komponen dengan

pangsa terbesar tumbuh 4,80% (yoy) pada triwulan II

2016, sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2016

yang sebesar 4,76% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi

rumah tangga triwulan laporan tumbuh 1,51% (qtq),

sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,47% (qtq).

09PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.11 Komponen Penyusun Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

70

80

90

100

110

120

130

140 INDEKS

EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

Grafik 1.10 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

140 INDEKS

OPT

IMIS

PESI

MIS

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)

I2016

II

Grafik 1.8 Indeks Tendensi KonsumenSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II90

95

100

105

110

115

120

125

ITK PENDAPATAN RUMAH TANGGA PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT KONSUMSI

Grafik 1.9 Perkembangan Inflasi Triwulanan dan TahunanSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

INFLASI TRIWULANAN (QTQ) INFLASI TAHUNAN (YOY)

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJAKONSUMSI BARANG-BARANG KEBUTUHAN TAHAN LAMAPENGHASILAN SAAT INI

KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

OPT

IMIS

PESI

MIS

pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran rumah

tangga yang juga meningkat dari 101,63 pada triwulan

I 2016 menjadi 107,70 pada triwulan II 2016. Inflasi

triwulan laporan tercatat 0,08% (qtq), lebih rendah

dibandingkan inflasi periode yang sama tahun

sebelumnya yang sebesar 1,30% (qtq). Secara

tahunan, inflasi triwulan II 2016 sebesar 2,95% (yoy),

juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,21% (yoy).

Peningkatan penghasilan yang didukung dengan

terjaganya inflasi mendorong tingkat konsumsi

masyarakat lebih tinggi, tercermin dari indeks volume

konsumsi barang dan jasa yang pada triwulan II 2016

tercatat 110,36, meningkat dari 102,55 pada triwulan

yang lalu.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Survei Konsumen

(SK) yang dilakukan Bank Indonesia. Berdasarkan hasil

survei tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada

triwulan laporan tercatat sebesar 124,2, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

121,0. Keyakinan konsumen meningkat baik terhadap

konsisi ekonomi saat ini, maupun ekspektasi akan

kondisi ekonomi mendatang.

Peningkatan ditengarai seiring dengan pola konsumsi

masyarakat pada bulan Ramadhan dan persiapan

menjelang Idul Fitri, yang bergeser lebih mendekati

triwulan II dibandingkan tahun 2015. Pola peningkatan

konsumsi ini, disertai dengan daya beli yang meningkat

mendorong kinerja konsumsi rumah tangga lebih

tinggi.

Meningkatnya daya beli konsumen terkonfirmasi dari

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang meningkat dari

100,28 pada triwulan I 2016 menjadi 106,66 pada

triwulan laporan. Analisis lebih rinci, peningkatan

terjadi pada seluruh komponen penyusun indeks, yaitu

pendapatan rumah tangga; pengaruh inflasi terhadap

konsumsi; serta volume konsumsi barang dan jasa.

Seiring dengan pemberian tunjangan hari raya (THR),

atau gaji ke-13 dan ke-14 untuk Pegawai Negeri Sipil

(PNS), indeks pendapatan rumah tangga yang pada

triwulan I 2016 bernilai 98,60 atau berada di bawah

batas optimis (100), pada triwulan laporan berada di

atas batas optimis (100) yaitu 104,56.

Turut menunjang daya beli, keterjangkauan harga juga

terjaga pada triwulan laporan, tercermin dari indeks

10 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.12 Pertumbuhan DPK Perseorangan dan PDRB KonsumsiSumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

DPK PERSEORANGAN PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II3

4

5

6

10

11

12

13

14

15

16 %, YOY %, YOY

Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) meningkat dari

110,0 pada triwulan lalu menjadi 113,5 pada triwulan

laporan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

faktor penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja,

yang tercermin dari indeksnya masing-masing yang

meningkat dari 124,8 dan 93,5 pada triwulan I 2016

menjadi 128,4 dan 102,5 pada periode laporan.

Sementara itu, indeks konsumsi barang kebutuhan

tahan lama mengalami penurunan, walaupun masih

berada di level optimis (di atas 100), yaitu 109,7 dari

111,6 pada triwulan lalu.

Dengan meningkatnya daya beli masyarakat,

khususnya dar i s is i penghasi lan, d i tengarai

kemampuan menabung masyarakat juga meningkat

pada triwulan laporan. Setelah triwulan lalu terdapat

indikasi penggunaan dana simpanan masyarakat untuk

konsumsi, pada triwulan ini pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) nasabah perseorangan tercatat

meningkat.

Beberapa pelonggaran kebijakan terkait kredit seperti

penurunan BI Rate, dan relaksasi kebijakan Loan to

Value (LTV) juga ditengarai mulai ditransmisikan melalui

kredit perbankan dan meningkatkan konsumsi rumah

tangga. Pertumbuhan kredit konsumsi triwulan laporan

tercatat sebesar 8,82% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 7,83% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan terjadi pada kredit

kendaraan bermotor (KKB), kredit perlengkapan rumah

tangga, serta kredit lainnya. Penyaluran KKB pada

triwulan laporan mengalami perbaikan walaupun

masih mencatatkan pertumbuhan negatif, yaitu

menjadi -1,94% (yoy) dari -2,26% (yoy) pada triwulan I

2016. Sejalan dengan itu, kredit untuk perlengkapan

rumah tangga juga mengalami pertumbuhan yang

meningkat dari 20,51% (yoy) pada periode sebelumnya

menjadi 60,35% (yoy) pada periode laporan.

Sementara itu, kredit kepemilikan rumah (KPR)

mengalami perlambatan menjadi 5,44% (yoy) pada

triwulan II 2016, dari 5,74% (yoy) pada triwulan

sebelumnya.

Lebih lanjut, peningkatan kinerja konsumsi rumah

tangga juga tercermin dari pertumbuhan impor barang

konsumsi yang masih tinggi walaupun lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya. Apresiasi nilai

tukar pada triwulan laporan juga mendorong

permintaan akan barang impor. Pada triwulan laporan,

nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami

apresiasi sebesar 1,55% (qtq), lebih rendah

dibandingkan apresiasi triwulan lalu yang sebesar

1,79% (qtq), namun berbalik arah dari depresiasi pada

periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar

2,57% (qtq). Sejalan dengan apresiasi tersebut, impor

3

4

5

6

Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan EkonomiSumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

KREDIT KONSUMSI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

%, YOY %, YOY

4

9

14

19

24

29

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Konsumsi berdasarkan Jenis Konsumsi

KPRLAINNYA - SKALA KANAN

KKBPERALATAN RUMAH TANGGA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-10

0

10

20

30

40

50 %, YOY%, YOY

11PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.11 Komponen Penyusun Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

70

80

90

100

110

120

130

140 INDEKS

EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

Grafik 1.10 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

140 INDEKS

OPT

IMIS

PESI

MIS

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)

I2016

II

Grafik 1.8 Indeks Tendensi KonsumenSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II90

95

100

105

110

115

120

125

ITK PENDAPATAN RUMAH TANGGA PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT KONSUMSI

Grafik 1.9 Perkembangan Inflasi Triwulanan dan TahunanSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

INFLASI TRIWULANAN (QTQ) INFLASI TAHUNAN (YOY)

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJAKONSUMSI BARANG-BARANG KEBUTUHAN TAHAN LAMAPENGHASILAN SAAT INI

KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

OPT

IMIS

PESI

MIS

pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran rumah

tangga yang juga meningkat dari 101,63 pada triwulan

I 2016 menjadi 107,70 pada triwulan II 2016. Inflasi

triwulan laporan tercatat 0,08% (qtq), lebih rendah

dibandingkan inflasi periode yang sama tahun

sebelumnya yang sebesar 1,30% (qtq). Secara

tahunan, inflasi triwulan II 2016 sebesar 2,95% (yoy),

juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,21% (yoy).

Peningkatan penghasilan yang didukung dengan

terjaganya inflasi mendorong tingkat konsumsi

masyarakat lebih tinggi, tercermin dari indeks volume

konsumsi barang dan jasa yang pada triwulan II 2016

tercatat 110,36, meningkat dari 102,55 pada triwulan

yang lalu.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Survei Konsumen

(SK) yang dilakukan Bank Indonesia. Berdasarkan hasil

survei tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada

triwulan laporan tercatat sebesar 124,2, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

121,0. Keyakinan konsumen meningkat baik terhadap

konsisi ekonomi saat ini, maupun ekspektasi akan

kondisi ekonomi mendatang.

Peningkatan ditengarai seiring dengan pola konsumsi

masyarakat pada bulan Ramadhan dan persiapan

menjelang Idul Fitri, yang bergeser lebih mendekati

triwulan II dibandingkan tahun 2015. Pola peningkatan

konsumsi ini, disertai dengan daya beli yang meningkat

mendorong kinerja konsumsi rumah tangga lebih

tinggi.

Meningkatnya daya beli konsumen terkonfirmasi dari

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang meningkat dari

100,28 pada triwulan I 2016 menjadi 106,66 pada

triwulan laporan. Analisis lebih rinci, peningkatan

terjadi pada seluruh komponen penyusun indeks, yaitu

pendapatan rumah tangga; pengaruh inflasi terhadap

konsumsi; serta volume konsumsi barang dan jasa.

Seiring dengan pemberian tunjangan hari raya (THR),

atau gaji ke-13 dan ke-14 untuk Pegawai Negeri Sipil

(PNS), indeks pendapatan rumah tangga yang pada

triwulan I 2016 bernilai 98,60 atau berada di bawah

batas optimis (100), pada triwulan laporan berada di

atas batas optimis (100) yaitu 104,56.

Turut menunjang daya beli, keterjangkauan harga juga

terjaga pada triwulan laporan, tercermin dari indeks

10 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.12 Pertumbuhan DPK Perseorangan dan PDRB KonsumsiSumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

DPK PERSEORANGAN PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II3

4

5

6

10

11

12

13

14

15

16 %, YOY %, YOY

Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) meningkat dari

110,0 pada triwulan lalu menjadi 113,5 pada triwulan

laporan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

faktor penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja,

yang tercermin dari indeksnya masing-masing yang

meningkat dari 124,8 dan 93,5 pada triwulan I 2016

menjadi 128,4 dan 102,5 pada periode laporan.

Sementara itu, indeks konsumsi barang kebutuhan

tahan lama mengalami penurunan, walaupun masih

berada di level optimis (di atas 100), yaitu 109,7 dari

111,6 pada triwulan lalu.

Dengan meningkatnya daya beli masyarakat,

khususnya dar i s is i penghasi lan, d i tengarai

kemampuan menabung masyarakat juga meningkat

pada triwulan laporan. Setelah triwulan lalu terdapat

indikasi penggunaan dana simpanan masyarakat untuk

konsumsi, pada triwulan ini pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) nasabah perseorangan tercatat

meningkat.

Beberapa pelonggaran kebijakan terkait kredit seperti

penurunan BI Rate, dan relaksasi kebijakan Loan to

Value (LTV) juga ditengarai mulai ditransmisikan melalui

kredit perbankan dan meningkatkan konsumsi rumah

tangga. Pertumbuhan kredit konsumsi triwulan laporan

tercatat sebesar 8,82% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 7,83% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan terjadi pada kredit

kendaraan bermotor (KKB), kredit perlengkapan rumah

tangga, serta kredit lainnya. Penyaluran KKB pada

triwulan laporan mengalami perbaikan walaupun

masih mencatatkan pertumbuhan negatif, yaitu

menjadi -1,94% (yoy) dari -2,26% (yoy) pada triwulan I

2016. Sejalan dengan itu, kredit untuk perlengkapan

rumah tangga juga mengalami pertumbuhan yang

meningkat dari 20,51% (yoy) pada periode sebelumnya

menjadi 60,35% (yoy) pada periode laporan.

Sementara itu, kredit kepemilikan rumah (KPR)

mengalami perlambatan menjadi 5,44% (yoy) pada

triwulan II 2016, dari 5,74% (yoy) pada triwulan

sebelumnya.

Lebih lanjut, peningkatan kinerja konsumsi rumah

tangga juga tercermin dari pertumbuhan impor barang

konsumsi yang masih tinggi walaupun lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya. Apresiasi nilai

tukar pada triwulan laporan juga mendorong

permintaan akan barang impor. Pada triwulan laporan,

nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami

apresiasi sebesar 1,55% (qtq), lebih rendah

dibandingkan apresiasi triwulan lalu yang sebesar

1,79% (qtq), namun berbalik arah dari depresiasi pada

periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar

2,57% (qtq). Sejalan dengan apresiasi tersebut, impor

3

4

5

6

Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan EkonomiSumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

KREDIT KONSUMSI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

%, YOY %, YOY

4

9

14

19

24

29

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Konsumsi berdasarkan Jenis Konsumsi

KPRLAINNYA - SKALA KANAN

KKBPERALATAN RUMAH TANGGA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-10

0

10

20

30

40

50 %, YOY%, YOY

11PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.15 Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi Nonmigasdan Nilai Tukar

NILAI TUKAR - SKALA KANANIMPOR BARANG KONSUMSI

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY %, QTQ

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Rata-Rata Triwulanan) Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

95

97

99

101

103

105

107 INDEKS

SURPLUS

DEFISIT

II

Grafik 1.17 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT

(20)

(10)

-

10

20

30

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

%

Grafik 1.18 Pertumbuhan Konsumsi PemerintahSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-20

-10

0

10 %, YOY

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) - SKALA KANAN

bencana banjir dan longsor yang terjadi pada 18-19

Juni 2016 di 16 kabupaten/kota diperkirakan turut

mendorong konsumsi LNPRT melalui kegiatan bantuan

sosial.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami

peningkatan pada triwulan laporan menjadi 4,53%

(yoy), dari pertumbuhan 2,96% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Secara triwulanan, pertumbuhan

konsumsi pemerintah tercatat 40,11% (qtq), lebih

tinggi dari pertumbuhan periode yang sama tahun

2015 yang sebesar 38,02% (yoy).

Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) dengan

institusi terkait, perbaikan terjadi baik pada realisasi

belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD), maupun realisasi belanja pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) di

daerah. Termasuk diantaranya adalah realisasi gaji ke-

13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) pada bulan Juni,

serta belanja bantuan sosial.

barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan

tinggi, yaitu 13,77% (yoy), walaupun tidak setinggi

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat

22,11% (yoy).

Adapun faktor yang menjadi penahan meningkatnya

konsumsi rumah tangga lebih jauh adalah penurunan

daya beli masyarakat di perdesaan. Hal tersebut

tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) yang

menurun dari 100,48 pada triwulan I 2016 menjadi

99,50 pada triwulan II 2016. Dengan penurunan

tersebut, NTP berada di bawah level 100 atau dapat

diartikan bahwa petani mengalami kondisi defisit. Hal

ini ditengarai menjadi salah satu penahan kinerja

konsumsi, khususnya di perdesaan.

Konsumsi LNPRT pada triwulan II 2016 tumbuh

9,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 8 ,60% (yoy) .

Peningkatan ini terutama didorong oleh tingginya

aktivitas keagamaan pada bulan puasa. Selain itu,

12 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.21Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Jumlah dan Pertumbuhan Anggaran Belanja PemerintahProvinsi Jawa Tengah

ANGGARAN BELANJA PERTUMBUHAN TAHUNAN ANGGARAN BELANJA

2011 2011 2011 2011 2015

0

10

20

30

40

50

60

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000 %, YOYRP MILIAR

2016

Grafik 1.20 Persentase Realisasi Pendapatan dan BelanjaPemerintah Provinsi Jawa Tengah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV0

20

40

60

80

100

120 %

REALISASI PENDAPATAN REALISASI BELANJA

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I2016-10

-5

0

5

10

-10

0

10

20

30

40 %, YOY%, YOY

REALISASI BELANJA PEMPROV JAWA TENGAH PDRB KONSUMSI PEMERINTAH - SKALA KANAN

Grafik 1.19 Pertumbuhan Realisasi Belanja PemerintahProvinsi Jawa Tengah dan PDRB Konsumsi Pemerintah

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II II

Grafik 1.22 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap BrutoSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

(8)

(6)

(4)

(2)

-

2

4

6

8

10

12 %

RRT SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI - SKALA KANAN KREDIT INVESTASI

Grafik 1.23 Pertumbuhan Tahunan Kredit Investasi danRata-Rata Tertimbang (RRT) Suku Bunga Kredit Investasi

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II11

11

12

12

13

13

-

5

10

15 20

25 30

35

40

45

50 % %

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada

triwulan laporan sebesar 34,39%, lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 33,53%.

Realisasi belanja yang tinggi terutama terdapat pada

belanja pegawai, baik langsung maupun tidak

langsung, yaitu masing-masing sebesar 41,72% dan

39,40%. Secara keseluruhan, realisasi belanja pegawai

pada triwulan II 2016 tumbuh 21,94% (yoy), jauh di

atas pertumbuhan triwulan I 2016 yang sebesar 8,92%

(yoy). Secara keseluruhan tahun 2016, anggaran

belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tumbuh

14,24% (yoy).

1.1.1.2. Pengeluaran InvestasiPada triwulan II 2016, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) atau investasi tumbuh sebesar 7,23% (yoy),

meningkat setelah tumbuh 5,42% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Pada triwulan II 2016, investasi

mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 4,07% (qtq),

lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat 2,31% (qtq).

S is i perbankan juga mengonf i rmasi adanya

peningkatan pertumbuhan investasi. Kredit perbankan

untuk jenis penggunaan investasi pada triwulan II 2016

tumbuh 15,00% (yoy), mengalami peningkatan dari

pertumbuhan triwulan I 2016 yang tercatat 14,70%

(yoy). Hal ini juga didukung oleh tren penurunan suku

bunga yang sejalan dengan penurunan BI Rate. Rata-

rata tertimbang suku bunga kredit investasi pada

triwulan laporan tercatat sebesar 11,48% menurun

dibandingkan dengan triwulan I 2016 sebesar 11,70%.

Pada sisi pemerintah, realisasi investasi diperkirakan

berasal dari proyek perbaikan jalan dan jembatan

13PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.15 Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi Nonmigasdan Nilai Tukar

NILAI TUKAR - SKALA KANANIMPOR BARANG KONSUMSI

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY %, QTQ

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Rata-Rata Triwulanan) Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

95

97

99

101

103

105

107 INDEKS

SURPLUS

DEFISIT

II

Grafik 1.17 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT

(20)

(10)

-

10

20

30

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

%

Grafik 1.18 Pertumbuhan Konsumsi PemerintahSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-20

-10

0

10 %, YOY

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) - SKALA KANAN

bencana banjir dan longsor yang terjadi pada 18-19

Juni 2016 di 16 kabupaten/kota diperkirakan turut

mendorong konsumsi LNPRT melalui kegiatan bantuan

sosial.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami

peningkatan pada triwulan laporan menjadi 4,53%

(yoy), dari pertumbuhan 2,96% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Secara triwulanan, pertumbuhan

konsumsi pemerintah tercatat 40,11% (qtq), lebih

tinggi dari pertumbuhan periode yang sama tahun

2015 yang sebesar 38,02% (yoy).

Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) dengan

institusi terkait, perbaikan terjadi baik pada realisasi

belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD), maupun realisasi belanja pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) di

daerah. Termasuk diantaranya adalah realisasi gaji ke-

13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) pada bulan Juni,

serta belanja bantuan sosial.

barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan

tinggi, yaitu 13,77% (yoy), walaupun tidak setinggi

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat

22,11% (yoy).

Adapun faktor yang menjadi penahan meningkatnya

konsumsi rumah tangga lebih jauh adalah penurunan

daya beli masyarakat di perdesaan. Hal tersebut

tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) yang

menurun dari 100,48 pada triwulan I 2016 menjadi

99,50 pada triwulan II 2016. Dengan penurunan

tersebut, NTP berada di bawah level 100 atau dapat

diartikan bahwa petani mengalami kondisi defisit. Hal

ini ditengarai menjadi salah satu penahan kinerja

konsumsi, khususnya di perdesaan.

Konsumsi LNPRT pada triwulan II 2016 tumbuh

9,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 8 ,60% (yoy) .

Peningkatan ini terutama didorong oleh tingginya

aktivitas keagamaan pada bulan puasa. Selain itu,

12 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.21Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Jumlah dan Pertumbuhan Anggaran Belanja PemerintahProvinsi Jawa Tengah

ANGGARAN BELANJA PERTUMBUHAN TAHUNAN ANGGARAN BELANJA

2011 2011 2011 2011 2015

0

10

20

30

40

50

60

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000 %, YOYRP MILIAR

2016

Grafik 1.20 Persentase Realisasi Pendapatan dan BelanjaPemerintah Provinsi Jawa Tengah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV0

20

40

60

80

100

120 %

REALISASI PENDAPATAN REALISASI BELANJA

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I2016-10

-5

0

5

10

-10

0

10

20

30

40 %, YOY%, YOY

REALISASI BELANJA PEMPROV JAWA TENGAH PDRB KONSUMSI PEMERINTAH - SKALA KANAN

Grafik 1.19 Pertumbuhan Realisasi Belanja PemerintahProvinsi Jawa Tengah dan PDRB Konsumsi Pemerintah

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II II

Grafik 1.22 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap BrutoSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

(8)

(6)

(4)

(2)

-

2

4

6

8

10

12 %

RRT SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI - SKALA KANAN KREDIT INVESTASI

Grafik 1.23 Pertumbuhan Tahunan Kredit Investasi danRata-Rata Tertimbang (RRT) Suku Bunga Kredit Investasi

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II11

11

12

12

13

13

-

5

10

15 20

25 30

35

40

45

50 % %

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada

triwulan laporan sebesar 34,39%, lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 33,53%.

Realisasi belanja yang tinggi terutama terdapat pada

belanja pegawai, baik langsung maupun tidak

langsung, yaitu masing-masing sebesar 41,72% dan

39,40%. Secara keseluruhan, realisasi belanja pegawai

pada triwulan II 2016 tumbuh 21,94% (yoy), jauh di

atas pertumbuhan triwulan I 2016 yang sebesar 8,92%

(yoy). Secara keseluruhan tahun 2016, anggaran

belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tumbuh

14,24% (yoy).

1.1.1.2. Pengeluaran InvestasiPada triwulan II 2016, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) atau investasi tumbuh sebesar 7,23% (yoy),

meningkat setelah tumbuh 5,42% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Pada triwulan II 2016, investasi

mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 4,07% (qtq),

lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat 2,31% (qtq).

S is i perbankan juga mengonf i rmasi adanya

peningkatan pertumbuhan investasi. Kredit perbankan

untuk jenis penggunaan investasi pada triwulan II 2016

tumbuh 15,00% (yoy), mengalami peningkatan dari

pertumbuhan triwulan I 2016 yang tercatat 14,70%

(yoy). Hal ini juga didukung oleh tren penurunan suku

bunga yang sejalan dengan penurunan BI Rate. Rata-

rata tertimbang suku bunga kredit investasi pada

triwulan laporan tercatat sebesar 11,48% menurun

dibandingkan dengan triwulan I 2016 sebesar 11,70%.

Pada sisi pemerintah, realisasi investasi diperkirakan

berasal dari proyek perbaikan jalan dan jembatan

13PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.25 Perkembangan SBT Realisasi InvestasiBerdasarkan Sektor Usaha (SKDU)

PERT

AN

IAN

PERT

AM

BAN

GA

N

IND

UST

RIPE

NG

OLA

HA

N

LIST

RIK,

GA

S D

AN

AIR

BER

SIH

BAN

GU

NA

N

PERD

AG

AN

GA

N,

HO

TEL

DA

NRE

STO

RAN

PEN

GA

NG

KUTA

ND

AN

KOM

UN

IKA

SI

KEU

AN

GA

N, P

ERSE

WA

AN

DA

N JA

SA P

ERU

SAH

AA

N

JASA

- JA

SA

TRIWULAN I 2016TRIWULAN II 2016

-1

0

1

2

3

4 %, SBT

Grafik 1.24 Perkembangan SBT Realisasi Investasi (SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Investasi

0

2

4

6

8

10

12

-

2

4

6

8

10

12

14 %, SBT %, YOY

SBT REALISASI INVESTASI (SKDU) PMTB - SKALA KANAN

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

pada industri tekstil, makanan dan minuman, serta

obat tradisional. Paket kebijakan ekonomi pemerintah,

terutama dalam hal peningkatan kemudahan

berusaha, diperkirakan dapat meningkatkan investasi

pelaku usaha baru.

Pencapaian tersebut juga didukung oleh sistem

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jawa Tengah yang

memiliki kinerja baik. PTSP Jawa Tengah termasuk ke

dalam 5 PTSP terbaik nasional 2016 pada level provinsi.

Selain itu, PTSP Kota Pekalongan, Kabupaten Demak,

dan Kabupaten Boyolali juga menerima penghargaan

serupa pada level kabupaten/kota.

Berdasarkan jenisnya, peningkatan ditengarai terjadi

baik pada investasi bangunan maupun nonbangunan.

Peningkatan investasi bangunan terlihat dari

pertumbuhan ekonomi pada lapangan usaha

konstruksi atau bangunan yang meningkat menjadi

8,99% (yoy), dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang sebesar 6,72% (yoy). Sementara itu, membaiknya investasi nonbangunan

pada triwulan laporan terlihat dari penurunan impor

barang modal sebesar 14,27% (yoy) yang tidak

sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya yang

sebesar 49,50% (yoy). Apresiasi nilai tukar yang

berlangsung sejak akhir 2015 juga merupakan salah

satu faktor yang mendorong perbaikan kinerja impor

barang modal tersebut.

menjelang Idul Fitri pada awal Juli 2016. Berdasarkan

hasil FGD dengan Bina Marga, pembangunan Jalan Tol

Trans Jawa segmen Bawen-Salatiga ditargetkan selesai

sebelum Idul Fitri. Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah untuk mengadakan lelang lebih dini demi

meningkatkan real isasi investasi Pemerintah

dibandingkan tahun lalu diperkirakan akan turut

meningkatkan kinerja investasi pemerintah di triwulan

ini. Realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah triwulan II 2016 tercatat sebesar 27,04% dari

anggaran, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015

yang sebesar 21,50%.

Sementara itu, pada sisi swasta, peningkatan investasi

terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilakukan Bank Indonesia. Berdasarkan hasil

SKDU, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realiasi investasi

pada triwulan laporan tercatat 11,21%, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

8,24%. Analisis lebih dalam, peningkatan terjadi pada

hampir seluruh sektor, kecuali sektor pertanian; sektor

keuangan, jasa persewaan, dan jasa perusahaan; serta

sektor jasa-jasa.

Berdasarkan hasil liaison, investasi yang dilakukan di

industri pengolahan umumnya bersifat multiyears.

Beberapa investasi sudah berlangsung sejak triwulan

lalu dan masih berlangsung pada triwulan ini, seperti

akuisisi dan pembangunan pabrik baru, pembangunan

dermaga tangkap ikan, peremajaan dan pengadaan

mesin, dan lain-lain. Pembangunan pabrik baru terlihat

14 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

%, YOY

Grafik 1.27 Pertumbuhan Total Ekspor (Luar Negeri & Antardaerah)

25

20

15

10

5

5

-

(5)

(10)

(15)

(20)

(25)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

PERTUMBUHAN BULANAN

Grafik 1.26 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Impor Barang Modal& Pertumbuhan Nilai Tukar Rupiah

0

5

10

15

20

25

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100 %, YOY %, YOY

IMPOR BARANG MODAL PERTUMBUHAN NILAI TUKAR - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

1.1.1.3. Ekspor Luar Negeri dan AntardaerahKinerja ekspor (luar negeri dan antardaerah) pada

triwulan II 2016 mengalami pertumbuhan sebesar

3,29% (yoy), berbalik arah setelah penurunan 2,34%

(yoy) pada triwulan sebelumnya. Atau secara

triwulanan, tumbuh 10,23% (qtq), lebih tinggi dari

pertumbuhan pada periode yang sama tahun

sebelumnya yang sebesar 4,20% (qtq). Perbaikan

berasal dari ekspor antardaerah, sementara ekspor luar

negeri masih mengalami penurunan lebih dalam.

Pertumbuhan ekspor antardaerah mengalami

peningkatan seiring dengan membaiknya tingkat

permintaan domestik luar Jawa Tengah. Pada periode

laporan, pertumbuhan ekonomi nasional membaik

menjadi 5,18% (yoy) dari 4,91% (yoy) pada triwulan I

2016. Begitu pula perekonomian Pulau Jawa yang

tumbuh 5,73% (yoy), membaik dibandingkan

pertumbuhan 5,31% (yoy) pada triwulan lalu. Dengan

meningkatnya kegiatan ekonomi ini, permintaan

ekspor dari Jawa Tengah sebagai daerah produsen turut

meningkat.

Sementara itu, seiring dengan perbaikan ekonomi

global yang masih terbatas, kinerja ekspor luar negeri

Jawa Tengah pun masih mengalami penurunan lebih

dalam. Pada April 2016, IMF memperkirakan

perekonomian dunia tumbuh 3,2% pada tahun 2016,

meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun

2015 yang sebesar 3,1%, namun lebih rendah

dibandingkan proyeksi pada Januari yang sebesar

3,4%.

Ekspor luar negeri Jawa Tengah didominasi oleh ekspor

komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), serta ekspor

Barang dari Kayu. Pada triwulan laporan, pangsa

ekspor TPT mencapai 47,46% dari total ekspor

nonmigas Jawa Tengah, sementara pangsa ekspor

Barang dari Kayu tercatat 22,59% dari total ekspor

nonmigas. Dengan demikian, pangsa ekspor kedua

kelompok komoditas utama Jawa Tengah ini telah

menyumbang lebih dari setengah total ekspor

nonmigas Jawa Tengah.

Penurunan kinerja ekspor luar negeri pada triwulan

laporan terutama berasal dari ekspor kayu dan barang

dari kayu, sementara ekspor tekstil dan produk tekstil

mulai mengalami perbaikan.

Ekspor komoditas kayu dan barang dari kayu (SITC

kode 63 dan 82) tercatat mengalami penurunan lebih

dalam secara nilai, yaitu dari penurunan 0,87% (yoy)

pada triwulan I 2016 menjadi penurunan 4,48% (yoy)

pada triwulan II 2016. Ditinjau dari volumenya,

komoditas ini juga masih mengalami penurunan,

walaupun telah menunjukkan perbaikan, yaitu dari

-4,88% (yoy) menjadi -3,84% (yoy).

Sementara itu, ekspor komoditas tekstil (SITC kode 65

dan 84) mengalami perbaikan pada periode laporan,

baik ditinjau secara nilai maupun volume. Pertumbuhan

nilai ekspor komoditas ini mencapai 8,39% (yoy) pada

triwulan II 2016, setelah tumbuh 0,34% (yoy) pada

periode sebelumnya. Sementara itu, volume ekspor

komoditas ini juga meningkat menjadi 0,86% (yoy),

dari -1,85% (yoy).

15PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.25 Perkembangan SBT Realisasi InvestasiBerdasarkan Sektor Usaha (SKDU)

PERT

AN

IAN

PERT

AM

BAN

GA

N

IND

UST

RIPE

NG

OLA

HA

N

LIST

RIK,

GA

S D

AN

AIR

BER

SIH

BAN

GU

NA

N

PERD

AG

AN

GA

N,

HO

TEL

DA

NRE

STO

RAN

PEN

GA

NG

KUTA

ND

AN

KOM

UN

IKA

SI

KEU

AN

GA

N, P

ERSE

WA

AN

DA

N JA

SA P

ERU

SAH

AA

N

JASA

- JA

SA

TRIWULAN I 2016TRIWULAN II 2016

-1

0

1

2

3

4 %, SBT

Grafik 1.24 Perkembangan SBT Realisasi Investasi (SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Investasi

0

2

4

6

8

10

12

-

2

4

6

8

10

12

14 %, SBT %, YOY

SBT REALISASI INVESTASI (SKDU) PMTB - SKALA KANAN

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

pada industri tekstil, makanan dan minuman, serta

obat tradisional. Paket kebijakan ekonomi pemerintah,

terutama dalam hal peningkatan kemudahan

berusaha, diperkirakan dapat meningkatkan investasi

pelaku usaha baru.

Pencapaian tersebut juga didukung oleh sistem

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jawa Tengah yang

memiliki kinerja baik. PTSP Jawa Tengah termasuk ke

dalam 5 PTSP terbaik nasional 2016 pada level provinsi.

Selain itu, PTSP Kota Pekalongan, Kabupaten Demak,

dan Kabupaten Boyolali juga menerima penghargaan

serupa pada level kabupaten/kota.

Berdasarkan jenisnya, peningkatan ditengarai terjadi

baik pada investasi bangunan maupun nonbangunan.

Peningkatan investasi bangunan terlihat dari

pertumbuhan ekonomi pada lapangan usaha

konstruksi atau bangunan yang meningkat menjadi

8,99% (yoy), dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang sebesar 6,72% (yoy). Sementara itu, membaiknya investasi nonbangunan

pada triwulan laporan terlihat dari penurunan impor

barang modal sebesar 14,27% (yoy) yang tidak

sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya yang

sebesar 49,50% (yoy). Apresiasi nilai tukar yang

berlangsung sejak akhir 2015 juga merupakan salah

satu faktor yang mendorong perbaikan kinerja impor

barang modal tersebut.

menjelang Idul Fitri pada awal Juli 2016. Berdasarkan

hasil FGD dengan Bina Marga, pembangunan Jalan Tol

Trans Jawa segmen Bawen-Salatiga ditargetkan selesai

sebelum Idul Fitri. Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah untuk mengadakan lelang lebih dini demi

meningkatkan real isasi investasi Pemerintah

dibandingkan tahun lalu diperkirakan akan turut

meningkatkan kinerja investasi pemerintah di triwulan

ini. Realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah triwulan II 2016 tercatat sebesar 27,04% dari

anggaran, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015

yang sebesar 21,50%.

Sementara itu, pada sisi swasta, peningkatan investasi

terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilakukan Bank Indonesia. Berdasarkan hasil

SKDU, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realiasi investasi

pada triwulan laporan tercatat 11,21%, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

8,24%. Analisis lebih dalam, peningkatan terjadi pada

hampir seluruh sektor, kecuali sektor pertanian; sektor

keuangan, jasa persewaan, dan jasa perusahaan; serta

sektor jasa-jasa.

Berdasarkan hasil liaison, investasi yang dilakukan di

industri pengolahan umumnya bersifat multiyears.

Beberapa investasi sudah berlangsung sejak triwulan

lalu dan masih berlangsung pada triwulan ini, seperti

akuisisi dan pembangunan pabrik baru, pembangunan

dermaga tangkap ikan, peremajaan dan pengadaan

mesin, dan lain-lain. Pembangunan pabrik baru terlihat

14 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

%, YOY

Grafik 1.27 Pertumbuhan Total Ekspor (Luar Negeri & Antardaerah)

25

20

15

10

5

5

-

(5)

(10)

(15)

(20)

(25)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

PERTUMBUHAN BULANAN

Grafik 1.26 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Impor Barang Modal& Pertumbuhan Nilai Tukar Rupiah

0

5

10

15

20

25

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100 %, YOY %, YOY

IMPOR BARANG MODAL PERTUMBUHAN NILAI TUKAR - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

1.1.1.3. Ekspor Luar Negeri dan AntardaerahKinerja ekspor (luar negeri dan antardaerah) pada

triwulan II 2016 mengalami pertumbuhan sebesar

3,29% (yoy), berbalik arah setelah penurunan 2,34%

(yoy) pada triwulan sebelumnya. Atau secara

triwulanan, tumbuh 10,23% (qtq), lebih tinggi dari

pertumbuhan pada periode yang sama tahun

sebelumnya yang sebesar 4,20% (qtq). Perbaikan

berasal dari ekspor antardaerah, sementara ekspor luar

negeri masih mengalami penurunan lebih dalam.

Pertumbuhan ekspor antardaerah mengalami

peningkatan seiring dengan membaiknya tingkat

permintaan domestik luar Jawa Tengah. Pada periode

laporan, pertumbuhan ekonomi nasional membaik

menjadi 5,18% (yoy) dari 4,91% (yoy) pada triwulan I

2016. Begitu pula perekonomian Pulau Jawa yang

tumbuh 5,73% (yoy), membaik dibandingkan

pertumbuhan 5,31% (yoy) pada triwulan lalu. Dengan

meningkatnya kegiatan ekonomi ini, permintaan

ekspor dari Jawa Tengah sebagai daerah produsen turut

meningkat.

Sementara itu, seiring dengan perbaikan ekonomi

global yang masih terbatas, kinerja ekspor luar negeri

Jawa Tengah pun masih mengalami penurunan lebih

dalam. Pada April 2016, IMF memperkirakan

perekonomian dunia tumbuh 3,2% pada tahun 2016,

meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun

2015 yang sebesar 3,1%, namun lebih rendah

dibandingkan proyeksi pada Januari yang sebesar

3,4%.

Ekspor luar negeri Jawa Tengah didominasi oleh ekspor

komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), serta ekspor

Barang dari Kayu. Pada triwulan laporan, pangsa

ekspor TPT mencapai 47,46% dari total ekspor

nonmigas Jawa Tengah, sementara pangsa ekspor

Barang dari Kayu tercatat 22,59% dari total ekspor

nonmigas. Dengan demikian, pangsa ekspor kedua

kelompok komoditas utama Jawa Tengah ini telah

menyumbang lebih dari setengah total ekspor

nonmigas Jawa Tengah.

Penurunan kinerja ekspor luar negeri pada triwulan

laporan terutama berasal dari ekspor kayu dan barang

dari kayu, sementara ekspor tekstil dan produk tekstil

mulai mengalami perbaikan.

Ekspor komoditas kayu dan barang dari kayu (SITC

kode 63 dan 82) tercatat mengalami penurunan lebih

dalam secara nilai, yaitu dari penurunan 0,87% (yoy)

pada triwulan I 2016 menjadi penurunan 4,48% (yoy)

pada triwulan II 2016. Ditinjau dari volumenya,

komoditas ini juga masih mengalami penurunan,

walaupun telah menunjukkan perbaikan, yaitu dari

-4,88% (yoy) menjadi -3,84% (yoy).

Sementara itu, ekspor komoditas tekstil (SITC kode 65

dan 84) mengalami perbaikan pada periode laporan,

baik ditinjau secara nilai maupun volume. Pertumbuhan

nilai ekspor komoditas ini mencapai 8,39% (yoy) pada

triwulan II 2016, setelah tumbuh 0,34% (yoy) pada

periode sebelumnya. Sementara itu, volume ekspor

komoditas ini juga meningkat menjadi 0,86% (yoy),

dari -1,85% (yoy).

15PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

%, YOY

Grafik 1.33 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.32 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan

II - 2016

I - 2016

ASEANUSA EROPAJEPANG TIONGKOK LAINNYA

%% %%% %27.26 7.15 9.96 9.16 18.68 27.78

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

AS TIONGKOK EROPA JEPANG ASEAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

%% %%% %26.72 7.34 10.44 9.34 17.92 28.24

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANNILAI EKSPOR

0

5

10

15

20%, YOYUSD JUTA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II 400

600

800

1,000

Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Ekspor Tekstildan Produk Tekstil (TPT)

Grafik 1.31 Perkembangan Volume Ekspor Barang dari Kayu

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANVOLUME EKSPOR

%, YOY

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

150

180

210

240

270

300 JUTA TON

Grafik 1.30 Perkembangan Nilai Ekspor Barang dari Kayu

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANNILAI EKSPOR

%, YOYUSD JUTA

-10

-5

0

5

10

15

20

25

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.29 Perkembangan Volume Ekspor Tekstildan Produk Tekstil (TPT)

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

50

70

90

110

130

150 %, YOYJUTA TON

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Asia juga memegang peran cukup besar, yaitu Jepang

(9,96%), Tiongkok (9,16%), dan ASEAN (7,15%). Pada

triwulan laporan, perlambatan ekspor terjadi pada

ekspor dengan negara tujuan ASEAN dan Tiongkok.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor ke negara tujuan

utama lainnya mengalami peningkatan.

Pada periode laporan, nilai ekspor nonmigas ke ASEAN

mengalami penurunan jauh lebih dalam dari triwulan

sebelumnya, yaitu turun dengan level 19,33% (yoy)

dari penurunan 7,53% (yoy). Kemudian nilai ekspor

nonmigas ke Tiongkok juga mengalami penurunan

cukup dalam sebesar 13,85% (yoy), pada triwulan II

2016, melanjutkan tren penurunan di triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,44% (yoy).

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang

dilakukan Bank Indonesia, tantangan dalam ekspor

komoditas tekstil adalah ketatnya persaingan dengan

negara-negara yang menghasilkan komoditas ekspor

serupa. Biaya tenaga kerja dan energi, serta suku bunga

kredit yang lebih rendah di negara kompetitor

mendorong tingkat persaingan harga di pasar global

semakin tinggi.

Mitra dagang utama Jawa Tengah untuk ekspor

nonmigas masih belum mengalami perubahan

signifikan dibandingkan periode sebelumnya,

yaitu Amerika Serikat dan Eropa, dengan pangsa

masing-masing 27,26% dan 18,68%. Setelah kedua

mitra tersebut, ekspor dengan negara-negara tujuan ke

16 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH Sementara itu, ekspor dengan negara tujuan utama

lainnya yaitu Amerika Serikat, negara Eropa, dan

Jepang mengalami peningkatan dari 2,95% (yoy);

-4,90% (yoy); dan 17,27% (yoy) pada triwulan I 2016

menjadi 7,80% (yoy); 4,56% (yoy); dan 18,26% (yoy)

pada triwulan laporan.

1.1.1.4. Impor Luar Negeri dan AntardaerahPada triwulan II 2016, total impor (luar negeri dan

antardaerah) tumbuh 0,56% (yoy), berbalik arah

setelah mengalami penurunan pada triwulan

sebelumnya sebesar 4,36% (yoy). Secara triwulanan,

komponen ini tumbuh dengan besaran 15,69% (qtq)

pada triwulan II 2016, di atas capaian triwulan II 2015

yang sebesar 10,03% (qtq). Peningkatan kinerja impor

ini terutama berasal dari impor luar negeri, sementara

impor antardaerah diindikasikan tumbuh melambat.

Pada impor luar negeri Jawa Tengah, pangsa impor

komoditas minyak dan gas bumi (migas) terhadap total

impor cukup signifikan, yaitu sebesar 43,63% pada

triwulan II 2016. Besarnya pangsa impor migas ini

terkait dengan kilang minyak PT Pertamina di Cilacap.

Grafik 1.36 Pertumbuhan Tahunan Impor Migas Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

Grafik 1.35 Perkembangan Impor Jawa TengahSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500 USD JUTA

NONMIGASMIGAS

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

II

Grafik 1.34Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan PDRB Total Impor (Luar Negeri & Antardaerah)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30 %

PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Unit pengolahan ini memasok 34% kebutuhan BBM

nasional, atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.

Seiring dengan tren penurunan harga minyak sejak

akhir 2014, impor luar negeri untuk komoditas migas

terus mengalami penurunan. Namun demikian, pada

triwulan II 2016, penurunan impor komoditas migas

tercatat 34,07% (yoy), tidak sedalam dari penurunan

45,79% (yoy) pada triwulan I 2016. Peningkatan

kinerja ini juga didukung oleh penguatan nilai tukar

Rupiah pada triwulan laporan, serta meningkatnya

kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjelang

periode mudik di akhir triwulan.

Sejalan dengan itu, kinerja impor luar negeri dalam

bentuk nonmigas juga mengalami peningkatan. Impor

nonmigas tercatat tumbuh 0,90% (yoy), berbalik arah

setelah sebelumnya tumbuh negatif sebesar 22,08%

(yoy). Apabila dikelompokan berdasarkan jenis penggunaan,

lebih dari setengah impor nonmigas Jawa Tengah

berupa impor bahan baku, yaitu dengan pangsa

67,24% dari total impor nonmigas. Sementara impor

barang modal memberikan pangsa 21,92%, dan impor

barang konsumsi memberikan pangsa 10,84%.

Komposisi ini tidak banyak berubah dari periode

sebelumnya.

Sejalan dengan komposisi di atas, peningkatan impor

nonmigas ini terutama disumbang oleh meningkatnya

kebutuhan bahan baku impor untuk kegiatan industri

dan barang modal untuk kegiatan investasi.

17PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

%, YOY

Grafik 1.33 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.32 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan

II - 2016

I - 2016

ASEANUSA EROPAJEPANG TIONGKOK LAINNYA

%% %%% %27.26 7.15 9.96 9.16 18.68 27.78

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

AS TIONGKOK EROPA JEPANG ASEAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

%% %%% %26.72 7.34 10.44 9.34 17.92 28.24

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANNILAI EKSPOR

0

5

10

15

20%, YOYUSD JUTA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II 400

600

800

1,000

Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Ekspor Tekstildan Produk Tekstil (TPT)

Grafik 1.31 Perkembangan Volume Ekspor Barang dari Kayu

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANVOLUME EKSPOR

%, YOY

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

150

180

210

240

270

300 JUTA TON

Grafik 1.30 Perkembangan Nilai Ekspor Barang dari Kayu

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANNILAI EKSPOR

%, YOYUSD JUTA

-10

-5

0

5

10

15

20

25

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.29 Perkembangan Volume Ekspor Tekstildan Produk Tekstil (TPT)

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

50

70

90

110

130

150 %, YOYJUTA TON

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Asia juga memegang peran cukup besar, yaitu Jepang

(9,96%), Tiongkok (9,16%), dan ASEAN (7,15%). Pada

triwulan laporan, perlambatan ekspor terjadi pada

ekspor dengan negara tujuan ASEAN dan Tiongkok.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor ke negara tujuan

utama lainnya mengalami peningkatan.

Pada periode laporan, nilai ekspor nonmigas ke ASEAN

mengalami penurunan jauh lebih dalam dari triwulan

sebelumnya, yaitu turun dengan level 19,33% (yoy)

dari penurunan 7,53% (yoy). Kemudian nilai ekspor

nonmigas ke Tiongkok juga mengalami penurunan

cukup dalam sebesar 13,85% (yoy), pada triwulan II

2016, melanjutkan tren penurunan di triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,44% (yoy).

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang

dilakukan Bank Indonesia, tantangan dalam ekspor

komoditas tekstil adalah ketatnya persaingan dengan

negara-negara yang menghasilkan komoditas ekspor

serupa. Biaya tenaga kerja dan energi, serta suku bunga

kredit yang lebih rendah di negara kompetitor

mendorong tingkat persaingan harga di pasar global

semakin tinggi.

Mitra dagang utama Jawa Tengah untuk ekspor

nonmigas masih belum mengalami perubahan

signifikan dibandingkan periode sebelumnya,

yaitu Amerika Serikat dan Eropa, dengan pangsa

masing-masing 27,26% dan 18,68%. Setelah kedua

mitra tersebut, ekspor dengan negara-negara tujuan ke

16 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH Sementara itu, ekspor dengan negara tujuan utama

lainnya yaitu Amerika Serikat, negara Eropa, dan

Jepang mengalami peningkatan dari 2,95% (yoy);

-4,90% (yoy); dan 17,27% (yoy) pada triwulan I 2016

menjadi 7,80% (yoy); 4,56% (yoy); dan 18,26% (yoy)

pada triwulan laporan.

1.1.1.4. Impor Luar Negeri dan AntardaerahPada triwulan II 2016, total impor (luar negeri dan

antardaerah) tumbuh 0,56% (yoy), berbalik arah

setelah mengalami penurunan pada triwulan

sebelumnya sebesar 4,36% (yoy). Secara triwulanan,

komponen ini tumbuh dengan besaran 15,69% (qtq)

pada triwulan II 2016, di atas capaian triwulan II 2015

yang sebesar 10,03% (qtq). Peningkatan kinerja impor

ini terutama berasal dari impor luar negeri, sementara

impor antardaerah diindikasikan tumbuh melambat.

Pada impor luar negeri Jawa Tengah, pangsa impor

komoditas minyak dan gas bumi (migas) terhadap total

impor cukup signifikan, yaitu sebesar 43,63% pada

triwulan II 2016. Besarnya pangsa impor migas ini

terkait dengan kilang minyak PT Pertamina di Cilacap.

Grafik 1.36 Pertumbuhan Tahunan Impor Migas Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

Grafik 1.35 Perkembangan Impor Jawa TengahSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500 USD JUTA

NONMIGASMIGAS

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

II

Grafik 1.34Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan PDRB Total Impor (Luar Negeri & Antardaerah)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30 %

PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Unit pengolahan ini memasok 34% kebutuhan BBM

nasional, atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.

Seiring dengan tren penurunan harga minyak sejak

akhir 2014, impor luar negeri untuk komoditas migas

terus mengalami penurunan. Namun demikian, pada

triwulan II 2016, penurunan impor komoditas migas

tercatat 34,07% (yoy), tidak sedalam dari penurunan

45,79% (yoy) pada triwulan I 2016. Peningkatan

kinerja ini juga didukung oleh penguatan nilai tukar

Rupiah pada triwulan laporan, serta meningkatnya

kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjelang

periode mudik di akhir triwulan.

Sejalan dengan itu, kinerja impor luar negeri dalam

bentuk nonmigas juga mengalami peningkatan. Impor

nonmigas tercatat tumbuh 0,90% (yoy), berbalik arah

setelah sebelumnya tumbuh negatif sebesar 22,08%

(yoy). Apabila dikelompokan berdasarkan jenis penggunaan,

lebih dari setengah impor nonmigas Jawa Tengah

berupa impor bahan baku, yaitu dengan pangsa

67,24% dari total impor nonmigas. Sementara impor

barang modal memberikan pangsa 21,92%, dan impor

barang konsumsi memberikan pangsa 10,84%.

Komposisi ini tidak banyak berubah dari periode

sebelumnya.

Sejalan dengan komposisi di atas, peningkatan impor

nonmigas ini terutama disumbang oleh meningkatnya

kebutuhan bahan baku impor untuk kegiatan industri

dan barang modal untuk kegiatan investasi.

17PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.39 Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Jenis Penggunaan

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100 %, YOY

BARANG MODAL BAHAN BAKU BARANG KONSUMSI

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800 USD JUTA

BAHAN BAKUBARANG MODALBARANG KONSUMSI

Grafik 1.38 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa TengahGrafik 1.37 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah

BARANG MODALBAHAN BAKU BARANG KONSUMSI

II - 2016

I - 2016

21.9267.24 10.84% %%

19.9869.42 10.59% %%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

22,11% (yoy). Sejalan dengan itu, pertumbuhan

volume impor barang konsumsi juga tercatat

mengalami perlambatan menjadi 30,98% (yoy) dari

pertumbuhan sebesar 41,91% (yoy) pada periode

sebelumnya.

Berdasarkan negara asal barang, impor nonmigas

Jawa Tengah sebagian besar berasal dari negara

Tiongkok dengan pangsa 46,02% dari total impor

nonmigas Jawa Tengah. Selain Tiongkok, negara mitra

dagang lainnya yaitu ASEAN (8,58%), Amerika Serikat

(6,81%), dan Eropa (5,33%). Mitra dagang utama ini

tidak banyak berubah sepanjang waktu.

Perbaikan kinerja impor nonmigas terutama

disumbang oleh impor dari Tiongkok yang tumbuh

16,44% (yoy), berbalik arah setelah mengalami

penurunan 13,68% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Mitra dagang utama yang juga menyumbang

perbaikan kinerja impor nonmigas adalah negara-

negara Eropa. Pada triwulan II 2016 penurunan impor

dari negara asal tersebut mengalami perbaikan, yaitu

dari penurunan 56,23% (yoy) pada triwulan I 2016

menjadi 32,21% (yoy).

Dengan karakteristik industri Jawa Tengah yang

memiliki kadar penggunaan impor tinggi dalam

komponen bahan bakunya, kinerja industri berdampak

signifikan terhadap perkembangan impor Jawa

Tengah, khususnya impor bahan baku. Pada triwulan

laporan, nilai impor bahan baku tumbuh 0,39% (yoy),

berbalik arah setelah mengalami penurunan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 10,42% (yoy).

Pen ingkatan in i te rutama d i sumbang o leh

pertumbuhan impor bahan baku tekstil (SITC kode 26

dan 65) yang meningkat dari -9,12% (yoy) menjadi

28,77% (yoy), sejalan dengan membaiknya kinerja

ekspor tekstil.

Sejalan dengan itu, kinerja impor barang modal juga

membaik walaupun masih mengalami pertumbuhan

negatif. Pada triwulan II 2016, pertumbuhan nilai impor

barang modal tercatat sebesar -14,27% (yoy),

membaik dibandingkan pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya sebesar -46,50% (yoy). Sementara secara

volume, impor barang modal bahkan sudah mengalami

pertumbuhan positif senilai 11,95% (yoy), berbalik

arah dari penurunan 17,60% (yoy) pada periode yang

lalu. Perbaikan ini berasal dari investasi nonbangunan

dalam bentuk pemeliharaan atau peremajaan mesin

industri.

Berbeda halnya dengan impor barang konsumsi, impor

kelompok barang ini mengalami perlambatan,

walaupun masih tumbuh pada level yang tinggi. Pada

triwulan laporan pertumbuhan nilai impor barang

konsumsi tercatat sebesar 13,37% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

18 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

KATEGORI

Tabel 1.5. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 Menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

140.622

19.621

331.605

800

601

93.450

124.862

27.484

27.853

28.403

25.550

15.037

3.028

26.406

38.656

7.536

13.681

925.195

38.466

5.278

86.318

174

156

24.707

31.832

7.382

7.498

7.434

6.992

4.026

820

6.809

10.215

2.049

3.693

243.848

41.616

5.650

88.114

206

156

25.220

33.022

7.489

7.748

7.475

6.857

4.144

870

6.929

10.299

2.069

3.464

251.327

45.312

6.025

90.282

203

159

26.065

34.955

7.945

7.919

7.735

7.308

4.256

909

7.408

10.327

2.072

3.632

262.513

32.104

6.067

92.795

232

161

27.415

35.224

8.193

8.130

7.868

7.756

4.323

899

7.780

11.357

2.236

3.847

256.387

157.498

23.020

357.509

815

633

103.406

135.033

31.009

31.295

30.511

28.912

16.749

3.498

28.926

42.199

8.426

14.637

1.014.074

38,875

6,249

92,495

224

159

26,904

35,357

7,915

8,581

8,080

7,830

4,381

949

7,728

11,482

2,283

4,054

263,545

43,272

6,434

95,428

230

164

27,901

35,885

7,697

8,851

8,163

8,020

4,483

977

7,861

11,493

2,307

4,109

273,275

20142015*

I II III IV2015*

2016**

III

%, YOY

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

AMERIKA SERIKAT ASEAN TIONGKOK EROPA

Grafik 1.42 Pertumbuhan Impor Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Asal

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Impor Nonmigas Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Asal

LAINNYAEROPACHINAASEANAMERIKA SERIKAT

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800 USD JUTA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

ASEANUSA TIONGKOK EROPA

II - 2016

I - 2016

8.581.24 46.02 5.33%% %%

LAINNYA

38.83%

Grafik 1.40 Struktur Impor Nonmigas Berdasarkan Negara Asal

9.316.81 40.70 5.74%% %%

37.44%

Sementara itu, impor dari negara utama lainnya, yaitu

Amerika Serikat dan negara ASEAN masih mengalami

penurunan pada triwulan II 2016 dan dengan tingkat

lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor

dari negara tersebut pada tr iwulan laporan

mencatatkan penurunan 87,33% (yoy) dan 26,11%

(yoy), dari penurunan 27,07% (yoy) dan 14,31% (yoy).

1.1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih

bersumber dari tiga lapangan usaha utama, yaitu

industri pengolahan (34,92%); pertanian, kehutanan

dan perikanan (15,83%); dan perdagangan besar-

eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (13,13%).

Komposisi ini tidak banyak berubah dari periode

sebelumnya.

Pada triwulan II 2016, kinerja lapangan usaha industri

pengolahan dan lapangan usaha pertanian,

kehutanan, dan perikanan mengalami perbaikan

kinerja, sedangkan lapangan usaha perdagangan

besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor

melambat.

19PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.39 Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Jenis Penggunaan

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100 %, YOY

BARANG MODAL BAHAN BAKU BARANG KONSUMSI

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800 USD JUTA

BAHAN BAKUBARANG MODALBARANG KONSUMSI

Grafik 1.38 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa TengahGrafik 1.37 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah

BARANG MODALBAHAN BAKU BARANG KONSUMSI

II - 2016

I - 2016

21.9267.24 10.84% %%

19.9869.42 10.59% %%

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

22,11% (yoy). Sejalan dengan itu, pertumbuhan

volume impor barang konsumsi juga tercatat

mengalami perlambatan menjadi 30,98% (yoy) dari

pertumbuhan sebesar 41,91% (yoy) pada periode

sebelumnya.

Berdasarkan negara asal barang, impor nonmigas

Jawa Tengah sebagian besar berasal dari negara

Tiongkok dengan pangsa 46,02% dari total impor

nonmigas Jawa Tengah. Selain Tiongkok, negara mitra

dagang lainnya yaitu ASEAN (8,58%), Amerika Serikat

(6,81%), dan Eropa (5,33%). Mitra dagang utama ini

tidak banyak berubah sepanjang waktu.

Perbaikan kinerja impor nonmigas terutama

disumbang oleh impor dari Tiongkok yang tumbuh

16,44% (yoy), berbalik arah setelah mengalami

penurunan 13,68% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Mitra dagang utama yang juga menyumbang

perbaikan kinerja impor nonmigas adalah negara-

negara Eropa. Pada triwulan II 2016 penurunan impor

dari negara asal tersebut mengalami perbaikan, yaitu

dari penurunan 56,23% (yoy) pada triwulan I 2016

menjadi 32,21% (yoy).

Dengan karakteristik industri Jawa Tengah yang

memiliki kadar penggunaan impor tinggi dalam

komponen bahan bakunya, kinerja industri berdampak

signifikan terhadap perkembangan impor Jawa

Tengah, khususnya impor bahan baku. Pada triwulan

laporan, nilai impor bahan baku tumbuh 0,39% (yoy),

berbalik arah setelah mengalami penurunan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 10,42% (yoy).

Pen ingkatan in i te rutama d i sumbang o leh

pertumbuhan impor bahan baku tekstil (SITC kode 26

dan 65) yang meningkat dari -9,12% (yoy) menjadi

28,77% (yoy), sejalan dengan membaiknya kinerja

ekspor tekstil.

Sejalan dengan itu, kinerja impor barang modal juga

membaik walaupun masih mengalami pertumbuhan

negatif. Pada triwulan II 2016, pertumbuhan nilai impor

barang modal tercatat sebesar -14,27% (yoy),

membaik dibandingkan pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya sebesar -46,50% (yoy). Sementara secara

volume, impor barang modal bahkan sudah mengalami

pertumbuhan positif senilai 11,95% (yoy), berbalik

arah dari penurunan 17,60% (yoy) pada periode yang

lalu. Perbaikan ini berasal dari investasi nonbangunan

dalam bentuk pemeliharaan atau peremajaan mesin

industri.

Berbeda halnya dengan impor barang konsumsi, impor

kelompok barang ini mengalami perlambatan,

walaupun masih tumbuh pada level yang tinggi. Pada

triwulan laporan pertumbuhan nilai impor barang

konsumsi tercatat sebesar 13,37% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

18 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

KATEGORI

Tabel 1.5. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 Menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

140.622

19.621

331.605

800

601

93.450

124.862

27.484

27.853

28.403

25.550

15.037

3.028

26.406

38.656

7.536

13.681

925.195

38.466

5.278

86.318

174

156

24.707

31.832

7.382

7.498

7.434

6.992

4.026

820

6.809

10.215

2.049

3.693

243.848

41.616

5.650

88.114

206

156

25.220

33.022

7.489

7.748

7.475

6.857

4.144

870

6.929

10.299

2.069

3.464

251.327

45.312

6.025

90.282

203

159

26.065

34.955

7.945

7.919

7.735

7.308

4.256

909

7.408

10.327

2.072

3.632

262.513

32.104

6.067

92.795

232

161

27.415

35.224

8.193

8.130

7.868

7.756

4.323

899

7.780

11.357

2.236

3.847

256.387

157.498

23.020

357.509

815

633

103.406

135.033

31.009

31.295

30.511

28.912

16.749

3.498

28.926

42.199

8.426

14.637

1.014.074

38,875

6,249

92,495

224

159

26,904

35,357

7,915

8,581

8,080

7,830

4,381

949

7,728

11,482

2,283

4,054

263,545

43,272

6,434

95,428

230

164

27,901

35,885

7,697

8,851

8,163

8,020

4,483

977

7,861

11,493

2,307

4,109

273,275

20142015*

I II III IV2015*

2016**

III

%, YOY

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

AMERIKA SERIKAT ASEAN TIONGKOK EROPA

Grafik 1.42 Pertumbuhan Impor Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Asal

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Impor Nonmigas Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Asal

LAINNYAEROPACHINAASEANAMERIKA SERIKAT

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800 USD JUTA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

ASEANUSA TIONGKOK EROPA

II - 2016

I - 2016

8.581.24 46.02 5.33%% %%

LAINNYA

38.83%

Grafik 1.40 Struktur Impor Nonmigas Berdasarkan Negara Asal

9.316.81 40.70 5.74%% %%

37.44%

Sementara itu, impor dari negara utama lainnya, yaitu

Amerika Serikat dan negara ASEAN masih mengalami

penurunan pada triwulan II 2016 dan dengan tingkat

lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor

dari negara tersebut pada tr iwulan laporan

mencatatkan penurunan 87,33% (yoy) dan 26,11%

(yoy), dari penurunan 27,07% (yoy) dan 14,31% (yoy).

1.1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih

bersumber dari tiga lapangan usaha utama, yaitu

industri pengolahan (34,92%); pertanian, kehutanan

dan perikanan (15,83%); dan perdagangan besar-

eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (13,13%).

Komposisi ini tidak banyak berubah dari periode

sebelumnya.

Pada triwulan II 2016, kinerja lapangan usaha industri

pengolahan dan lapangan usaha pertanian,

kehutanan, dan perikanan mengalami perbaikan

kinerja, sedangkan lapangan usaha perdagangan

besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor

melambat.

19PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

peningkatan kegiatan usaha pertanian menjadi 5,01%

dari 2,35% pada triwulan sebelumnya.

Grafik 1.43 Pertumbuhan PDRB Pertanian, Kehutanan, dan PerikananSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40 %,YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN PERTUMBUHAN BULANAN

KATEGORI

Tabel 1.6. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

20142015*

I II III IV2015*

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

107.793

15.543

271.561

844

568

76.682

110.809

24.802

23.466

30.130

20.116

13.777

2.535

21.076

27.466

5.908

11.918

764.993

27.948

3.735

69.530

190

146

19.580

27.567

6.505

6.120

8.029

5.338

3.569

676

5.439

7.213

1.552

3.128

196.266

30.614

3.957

70.160

213

145

19.858

28.442

6.498

6.251

8.082

5.177

3.678

693

5.451

7.130

1.519

2.919

200.786

32.445

4.210

71.410

204

142

20.462

29.692

6.753

6.330

8.367

5.452

3.768

712

5.614

7.252

1.573

3.053

207.439

22.819

4.198

73.000

208

144

21.386

29.732

7.006

6.428

8.523

5.779

3.807

701

5.690

7.816

1.680

3.201

202.118

113.826

16.100

284.100

816

577

81.286

115.433

26.762

25.130

33.001

21.746

14.822

2.781

22.195

29.410

6.324

12.300

806.609

27,386

4,475

72,341

204

143

20,896

29,495

6,947

6,489

8,757

5,797

3,842

734

5,668

7,875

1,709

3,275

206,031

2016**

II30,592

4,560

73,835

213

147

21,643

29,709

6,932

6,656

8,859

5,903

3,913

753

5,706

7,878

1,725

3,297

212,322

I

KATEGORI

Tabel 1.7. Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Lapangan Usaha (%, YOY)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

20142015*

I II III IV2015*

2016**

I

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

-0.95

6.50

6.62

3.72

3.45

4.38

4.71

8.97

7.58

13.00

4.16

7.19

8.31

0.78

10.17

11.20

8.50

5.28

3.92

1.15

5.86

-6.13

1.96

4.19

3.14

12.01

8.59

11.57

7.31

6.72

11.56

3.97

10.11

9.35

8.34

5.64

7.29

2.20

3.79

-1.59

3.13

5.30

3.24

9.72

6.48

8.51

2.37

7.02

10.45

7.85

9.25

4.45

-1.09

5.06

4.62

6.04

4.30

-5.08

-0.24

7.08

2.16

6.71

6.34

9.50

8.98

8.75

10.93

6.23

6.90

6.96

1.57

5.00

6.87

4.72

4.56

-0.64

1.71

7.35

8.25

3.89

7.03

8.65

13.72

7.81

6.17

3.37

2.77

7.47

4.11

6.08

5.60

3.59

4.62

-3.34

1.63

6.00

4.17

7.90

7.09

9.53

8.10

7.59

9.72

5.31

7.08

7.05

3.21

5.44

-2.01

19.81

4.04

7.23

-2.61

6.72

6.99

6.79

6.01

9.07

8.59

7.64

8.65

4.22

9.19

10.09

4.69

4.98

II-0.07

15.26

5.24

0.22

1.39

8.99

4.45

6.68

6.47

9.62

14.03

6.39

8.73

4.68

10.48

13.59

12.98

5.75

1.1.2.1. Pertanian, Kehutanan, dan PerikananLapangan usaha pertanian, kehutanan, dan

perikanan mengalami perbaikan walaupun masih

mengalami pertumbuhan negatif. Pada triwulan

laporan, lapangan usaha ini turun 0,07% (yoy), lebih

baik dibandingkan penurunan pada triwulan

sebelumnya hingga sebesar 2,01% (yoy). Secara

triwulanan, pertumbuhan lapangan usaha ini tercatat

11,71% (qtq), juga meningkat dari triwulan yang sama

tahun 2015 yang sebesar 9,54% (qtq). Perbaikan ini

terkonfirmasi dari hasil SKDU yang menunjukkan

20 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.48 Perkembangan Hasil Panen Padi di Jawa TengahSumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah

PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI - SKALA KANANPRODUKSI PADI

%, YOYRIBU TON

-20

-10

0

10

20

30

40

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.47 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen Padi di Jawa TengahSumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERTUMBUHAN LUAS PANEN PADIPERTUMBUHAN LUAS TANAM PADI

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.46 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah

LUAS PANENLUAS TANAM

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000 HEKTAR

Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.45 Pertumbuhan dan NPL Kredit Pertanian

PERTUMBUHAN KREDIT PERTANIAN NPL PERTANIAN - SKALA KANAN

%%, YOY

0

2

4

6

8

10

12

14

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.44 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU)dan Pertumbuhan PDRB Pertanian

-

2

4

6

8

10 %, YOY%, SBT

PERKEMBAGAN KEGIATAN USAHA (SKDU) PERTANIANPERTUMBUHAN TAHUNAN PDRB PERTANIAN - SKALA KANAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Selain itu, perbaikan lapangan usaha pertanian,

perikanan dan kehutanan juga tercermin dari

penyaluran kredit perbankan ke lapangan usaha

tersebut sebagai salah satu sumber pendanaan. Kredit

kepada lapangan usaha ini tumbuh 11,60% (yoy) pada

tr iwulan I I 2016, lebih t inggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 11,07% (yoy). Dari sisi kualitas, risiko

penyaluran kredit pada lapangan usaha ini masih tinggi,

ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) yang

melebihi level indikatif sebesar 5%. Namun pada

triwulan laporan, seiring dengan perbaikan kinerja,

rasio NPL lapangan usaha pertanian, perikanan dan

kehutanan tercatat mengalami penurunan dari

11,57% pada triwulan I 2016 menjadi 11,07% pada

triwulan II 2016.

Perkembangan yang sama juga terlihat pada kinerja

panen padi yang merupakan hasil pertanian utama

Jawa Tengah. Luas panen padi pada triwulan II 2016

masih mengalami penurunan sebesar 3,22% (yoy),

walaupun telah mengalami perbaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat menurun sebesar

3,93% (yoy).

1.1.2.2. Industri PengolahanSejalan dengan membaiknya permintaan

domestik, kinerja lapangan usaha industri

pengolahan mengalami peningkatan. Pada

triwulan laporan lapangan usaha ini tumbuh 5,25%

(yoy), setelah tumbuh 4,04% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Secara triwulanan, lapangan usaha

industri pengolahan tumbuh 2,06% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 0,91%

(qtq).

21PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

peningkatan kegiatan usaha pertanian menjadi 5,01%

dari 2,35% pada triwulan sebelumnya.

Grafik 1.43 Pertumbuhan PDRB Pertanian, Kehutanan, dan PerikananSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40 %,YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN PERTUMBUHAN BULANAN

KATEGORI

Tabel 1.6. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

20142015*

I II III IV2015*

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

107.793

15.543

271.561

844

568

76.682

110.809

24.802

23.466

30.130

20.116

13.777

2.535

21.076

27.466

5.908

11.918

764.993

27.948

3.735

69.530

190

146

19.580

27.567

6.505

6.120

8.029

5.338

3.569

676

5.439

7.213

1.552

3.128

196.266

30.614

3.957

70.160

213

145

19.858

28.442

6.498

6.251

8.082

5.177

3.678

693

5.451

7.130

1.519

2.919

200.786

32.445

4.210

71.410

204

142

20.462

29.692

6.753

6.330

8.367

5.452

3.768

712

5.614

7.252

1.573

3.053

207.439

22.819

4.198

73.000

208

144

21.386

29.732

7.006

6.428

8.523

5.779

3.807

701

5.690

7.816

1.680

3.201

202.118

113.826

16.100

284.100

816

577

81.286

115.433

26.762

25.130

33.001

21.746

14.822

2.781

22.195

29.410

6.324

12.300

806.609

27,386

4,475

72,341

204

143

20,896

29,495

6,947

6,489

8,757

5,797

3,842

734

5,668

7,875

1,709

3,275

206,031

2016**

II30,592

4,560

73,835

213

147

21,643

29,709

6,932

6,656

8,859

5,903

3,913

753

5,706

7,878

1,725

3,297

212,322

I

KATEGORI

Tabel 1.7. Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Lapangan Usaha (%, YOY)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

20142015*

I II III IV2015*

2016**

I

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

-0.95

6.50

6.62

3.72

3.45

4.38

4.71

8.97

7.58

13.00

4.16

7.19

8.31

0.78

10.17

11.20

8.50

5.28

3.92

1.15

5.86

-6.13

1.96

4.19

3.14

12.01

8.59

11.57

7.31

6.72

11.56

3.97

10.11

9.35

8.34

5.64

7.29

2.20

3.79

-1.59

3.13

5.30

3.24

9.72

6.48

8.51

2.37

7.02

10.45

7.85

9.25

4.45

-1.09

5.06

4.62

6.04

4.30

-5.08

-0.24

7.08

2.16

6.71

6.34

9.50

8.98

8.75

10.93

6.23

6.90

6.96

1.57

5.00

6.87

4.72

4.56

-0.64

1.71

7.35

8.25

3.89

7.03

8.65

13.72

7.81

6.17

3.37

2.77

7.47

4.11

6.08

5.60

3.59

4.62

-3.34

1.63

6.00

4.17

7.90

7.09

9.53

8.10

7.59

9.72

5.31

7.08

7.05

3.21

5.44

-2.01

19.81

4.04

7.23

-2.61

6.72

6.99

6.79

6.01

9.07

8.59

7.64

8.65

4.22

9.19

10.09

4.69

4.98

II-0.07

15.26

5.24

0.22

1.39

8.99

4.45

6.68

6.47

9.62

14.03

6.39

8.73

4.68

10.48

13.59

12.98

5.75

1.1.2.1. Pertanian, Kehutanan, dan PerikananLapangan usaha pertanian, kehutanan, dan

perikanan mengalami perbaikan walaupun masih

mengalami pertumbuhan negatif. Pada triwulan

laporan, lapangan usaha ini turun 0,07% (yoy), lebih

baik dibandingkan penurunan pada triwulan

sebelumnya hingga sebesar 2,01% (yoy). Secara

triwulanan, pertumbuhan lapangan usaha ini tercatat

11,71% (qtq), juga meningkat dari triwulan yang sama

tahun 2015 yang sebesar 9,54% (qtq). Perbaikan ini

terkonfirmasi dari hasil SKDU yang menunjukkan

20 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.48 Perkembangan Hasil Panen Padi di Jawa TengahSumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah

PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI - SKALA KANANPRODUKSI PADI

%, YOYRIBU TON

-20

-10

0

10

20

30

40

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.47 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen Padi di Jawa TengahSumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERTUMBUHAN LUAS PANEN PADIPERTUMBUHAN LUAS TANAM PADI

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.46 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah

LUAS PANENLUAS TANAM

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000 HEKTAR

Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.45 Pertumbuhan dan NPL Kredit Pertanian

PERTUMBUHAN KREDIT PERTANIAN NPL PERTANIAN - SKALA KANAN

%%, YOY

0

2

4

6

8

10

12

14

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.44 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU)dan Pertumbuhan PDRB Pertanian

-

2

4

6

8

10 %, YOY%, SBT

PERKEMBAGAN KEGIATAN USAHA (SKDU) PERTANIANPERTUMBUHAN TAHUNAN PDRB PERTANIAN - SKALA KANAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Selain itu, perbaikan lapangan usaha pertanian,

perikanan dan kehutanan juga tercermin dari

penyaluran kredit perbankan ke lapangan usaha

tersebut sebagai salah satu sumber pendanaan. Kredit

kepada lapangan usaha ini tumbuh 11,60% (yoy) pada

tr iwulan I I 2016, lebih t inggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 11,07% (yoy). Dari sisi kualitas, risiko

penyaluran kredit pada lapangan usaha ini masih tinggi,

ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) yang

melebihi level indikatif sebesar 5%. Namun pada

triwulan laporan, seiring dengan perbaikan kinerja,

rasio NPL lapangan usaha pertanian, perikanan dan

kehutanan tercatat mengalami penurunan dari

11,57% pada triwulan I 2016 menjadi 11,07% pada

triwulan II 2016.

Perkembangan yang sama juga terlihat pada kinerja

panen padi yang merupakan hasil pertanian utama

Jawa Tengah. Luas panen padi pada triwulan II 2016

masih mengalami penurunan sebesar 3,22% (yoy),

walaupun telah mengalami perbaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat menurun sebesar

3,93% (yoy).

1.1.2.2. Industri PengolahanSejalan dengan membaiknya permintaan

domestik, kinerja lapangan usaha industri

pengolahan mengalami peningkatan. Pada

triwulan laporan lapangan usaha ini tumbuh 5,25%

(yoy), setelah tumbuh 4,04% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Secara triwulanan, lapangan usaha

industri pengolahan tumbuh 2,06% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 0,91%

(qtq).

21PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pertumbuhan Impor Nonmigas Bahan Baku Jawa Tengah

NILAI IMPOR BAHAN BAKU VOLUME IMPOR BAHAN BAKU

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-20

-10

0

10

20

30

40

50 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.52

Grafik 1.50 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU)dan Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY%, SBT

PERKEMBAGAN KEGIATAN USAHA (SKDU) INDUSTRI PENGOLAHANPERTUMBUHAN TAHUNAN PDRB INDUSTRI PENGOLAHAN - SKALA KANAN

-2

0

2

4

6

8

5

7

9

3

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

%

Grafik 1.49 Pertumbuhan PDRB Industri PengolahanSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

(2)

(1)

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

Nilai impor bahan baku nonmigas pada triwulan II 2016

mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,39% (yoy),

berbalik arah dari penurunan sebesar 10,42% (yoy)

pada triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu,

pertumbuhan volume impor bahan baku juga tampak

meningkat menjadi -1,64% (yoy), dari -18,58% (yoy)

pada periode sebelumnya. Peningkatan ini juga

didukung oleh nilai tukar Rupiah yang masih dalam tren

apresiasi pada triwulan laporan.

Berdasarkan skala usaha, peningkatan kinerja terjadi

pada industri manufaktur skala mikro dan kecil,

sementara industri manufaktur berskala besar dan

sedang mengalami perlambatan. Hal tersebut

tercermin dari angka pertumbuhan produksi industri

manufaktur masing-masing skala produksi. Pada

triwulan II 2016, industri manufaktur mikro dan kecil

tumbuh dengan level 5,88% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2016 yang

sebesar 5,11% (yoy). Sementara itu, industri

manufaktur besar dan sedang tumbuh melambat di

level 2,63% (yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan

3,51% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Hasil SKDU juga mengonfirmasi peningkatan ini, Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha industri

pengolahan pada periode laporan berbalik arah

menjadi 8,11% dari -0,29% pada triwulan I 2016.

Selain itu, penyaluran kredit juga menunjukkan kondisi

yang sama. Pertumbuhan kredit ke lapangan usaha ini

pada periode laporan mengalami peningkatan menjadi

11,33% (yoy), dari 11,22% (yoy) pada periode

sebelumnya. Namun demikian, peningkatan

penyaluran kredit ini diikuti oleh menurunnya kualitas

kredit. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL yang

mengalami peningkatan dari 4,92% pada triwulan lalu

menjadi 5,97% pada triwulan II 2016. Nilai ini juga

sudah melampaui batas aman yang sebesar 5%.

Selain itu, meningkatnya aktivitas industri juga terlihat

dari impor bahan baku yang juga mengalami

peningkatan. Beberapa industri di Jawa Tengah masih

menggunakan bahan baku dengan konten impor

tinggi sehingga perkembangan indikator ini dapat

mencerminkan pergerakan kinerja industri. Pada

triwulan II 2016, impor bahan baku baik secara nilai

maupun volume mengalami pertumbuhan yang lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.51 Pertumbuhan Kredit dan Rasio NPL Industri Pengolahan

PERTUMBUHAN KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN - SKALA KANAN

%%, YOY

0

10

20

30

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

22 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.53 Pertumbuhan Produksi Industri ManufakturBerdasarkan Skala Usaha

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR & SEDANG PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO & KECIL

%, YOY

-5

0

5

10

15

20

25

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Industri pengolahan di Provinsi Jawa Tengah ditopang

oleh industri makanan dan minuman, industri

pengolahan tembakau, industri pengilangan migas,

industri tekstil, industri kimia dan farmasi, serta industri

pengolahan kayu.

Berdasarkan survei pertumbuhan produksi industri

manufaktur yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS), pada industri skala mikro dan kecil, peningkatan

pertumbuhan produksi terutama disumbang oleh

industri minuman, industri pengolahan tembakau,

industri kayu, industri kimia dan farmasi. Sementara itu

beberapa industri utama Jawa Tengah mengalami

perlambatan atau penurunan lebih dalam pada

triwulan laporan, diantaranya industri makanan,

industri tekstil, dan industri pakaian jadi.

Analisis lebih mendalam, pada industri kimia dan

farmasi, apresiasi nilai tukar ditengarai menjadi salah

satu faktor pendorong perbaikan kinerja. Hal ini

sehubungan dengan bahan baku pada industri kimia

yang memiliki konten impor tinggi. Industri ini

mencatatkan peningkatan pertumbuhan produksi dari

0,27% (yoy) menjadi 11,55% (yoy) untuk industri

kimia, dan dari 10,94% (yoy) menjadi 26,56% (yoy)

untuk industri farmasi.

Sementara itu, berdasarkan hasil Focus Group

Discussion (FGD), terdapat perbaikan permintaan

domestik akan olahan kayu untuk menunjang kegiatan

konstruksi bangunan. Kegiatan konstruksi yang tinggi

terlihat dari pertumbuhan PDRB lapangan usaha

tersebut yang meningkat dari 6,72% (yoy) pada

triwulan lalu menjadi 8,99% (yoy) pada triwulan

laporan. Permintaan ini menunjang perbaikan kinerja

pada industri kayu. Pada triwulan II 2016 penurunan

yang dialami industri kayu tercatat membaik menjadi

0,61% (yoy) dari penurunan 2,16% (yoy) pada triwulan

I 2016.

Sementara itu, pada skala besar dan sedang, hampir

seluruh jenis industri mengalami perlambatan, kecuali

industri tekstil, serta industri kayu dan barang dari kayu.

Industri utama Jawa Tengah seperti industri makanan

dan minuman, serta industri pengolahan tembakau

tercatat mengalami perlambatan.

Perbaikan kinerja industri tekstil skala besar dan sedang

diindikasikan didorong oleh membaiknya ekspor tekstil

dan produk tekstil, baik ditinjau dari nilai maupun

volume. Nilai ekspor komoditas tekstil dan produk

tekstil (SITC kode 65 dan 84) pada triwulan laporan

tumbuh 8,39% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,34% (yoy). Sejalan dengan

itu, pertumbuhan volume ekspor komoditas ini juga

meningkat dari -1,85% (yoy) pada triwulan I 2016

menjadi 0,86% (yoy) pada triwulan II 2016. Perbaikan

ekonomi negara tujuan utama khususnya Amerika

Serikat menjadi salah satu faktor membaiknya kinerja

ekspor komoditas ini. Selain itu, sebagai industri

dengan konten bahan baku impor tinggi, apresiasi nilai

tukar Rupiah juga turut menunjang kinerja. Impor

bahan baku tekstil (SITC kode 26 dan 65) pada triwulan

laporan mengalami peningkatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara nilai,

yaitu dari -9,12% (yoy) menjadi 28,77% (yoy); maupun

secara volume, yaitu dari -7,28% (yoy) menjadi 43,34%

(yoy). Pada periode laporan, jumlah produksi industri

tekstil skala besar tercatat tumbuh 3,66% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan periode lalu yang

sebesar -2,70% (yoy).

23PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pertumbuhan Impor Nonmigas Bahan Baku Jawa Tengah

NILAI IMPOR BAHAN BAKU VOLUME IMPOR BAHAN BAKU

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-20

-10

0

10

20

30

40

50 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 1.52

Grafik 1.50 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU)dan Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY%, SBT

PERKEMBAGAN KEGIATAN USAHA (SKDU) INDUSTRI PENGOLAHANPERTUMBUHAN TAHUNAN PDRB INDUSTRI PENGOLAHAN - SKALA KANAN

-2

0

2

4

6

8

5

7

9

3

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

%

Grafik 1.49 Pertumbuhan PDRB Industri PengolahanSumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

(2)

(1)

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

Nilai impor bahan baku nonmigas pada triwulan II 2016

mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,39% (yoy),

berbalik arah dari penurunan sebesar 10,42% (yoy)

pada triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu,

pertumbuhan volume impor bahan baku juga tampak

meningkat menjadi -1,64% (yoy), dari -18,58% (yoy)

pada periode sebelumnya. Peningkatan ini juga

didukung oleh nilai tukar Rupiah yang masih dalam tren

apresiasi pada triwulan laporan.

Berdasarkan skala usaha, peningkatan kinerja terjadi

pada industri manufaktur skala mikro dan kecil,

sementara industri manufaktur berskala besar dan

sedang mengalami perlambatan. Hal tersebut

tercermin dari angka pertumbuhan produksi industri

manufaktur masing-masing skala produksi. Pada

triwulan II 2016, industri manufaktur mikro dan kecil

tumbuh dengan level 5,88% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2016 yang

sebesar 5,11% (yoy). Sementara itu, industri

manufaktur besar dan sedang tumbuh melambat di

level 2,63% (yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan

3,51% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Hasil SKDU juga mengonfirmasi peningkatan ini, Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha industri

pengolahan pada periode laporan berbalik arah

menjadi 8,11% dari -0,29% pada triwulan I 2016.

Selain itu, penyaluran kredit juga menunjukkan kondisi

yang sama. Pertumbuhan kredit ke lapangan usaha ini

pada periode laporan mengalami peningkatan menjadi

11,33% (yoy), dari 11,22% (yoy) pada periode

sebelumnya. Namun demikian, peningkatan

penyaluran kredit ini diikuti oleh menurunnya kualitas

kredit. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL yang

mengalami peningkatan dari 4,92% pada triwulan lalu

menjadi 5,97% pada triwulan II 2016. Nilai ini juga

sudah melampaui batas aman yang sebesar 5%.

Selain itu, meningkatnya aktivitas industri juga terlihat

dari impor bahan baku yang juga mengalami

peningkatan. Beberapa industri di Jawa Tengah masih

menggunakan bahan baku dengan konten impor

tinggi sehingga perkembangan indikator ini dapat

mencerminkan pergerakan kinerja industri. Pada

triwulan II 2016, impor bahan baku baik secara nilai

maupun volume mengalami pertumbuhan yang lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.51 Pertumbuhan Kredit dan Rasio NPL Industri Pengolahan

PERTUMBUHAN KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN - SKALA KANAN

%%, YOY

0

10

20

30

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

22 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.53 Pertumbuhan Produksi Industri ManufakturBerdasarkan Skala Usaha

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR & SEDANG PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO & KECIL

%, YOY

-5

0

5

10

15

20

25

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Industri pengolahan di Provinsi Jawa Tengah ditopang

oleh industri makanan dan minuman, industri

pengolahan tembakau, industri pengilangan migas,

industri tekstil, industri kimia dan farmasi, serta industri

pengolahan kayu.

Berdasarkan survei pertumbuhan produksi industri

manufaktur yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS), pada industri skala mikro dan kecil, peningkatan

pertumbuhan produksi terutama disumbang oleh

industri minuman, industri pengolahan tembakau,

industri kayu, industri kimia dan farmasi. Sementara itu

beberapa industri utama Jawa Tengah mengalami

perlambatan atau penurunan lebih dalam pada

triwulan laporan, diantaranya industri makanan,

industri tekstil, dan industri pakaian jadi.

Analisis lebih mendalam, pada industri kimia dan

farmasi, apresiasi nilai tukar ditengarai menjadi salah

satu faktor pendorong perbaikan kinerja. Hal ini

sehubungan dengan bahan baku pada industri kimia

yang memiliki konten impor tinggi. Industri ini

mencatatkan peningkatan pertumbuhan produksi dari

0,27% (yoy) menjadi 11,55% (yoy) untuk industri

kimia, dan dari 10,94% (yoy) menjadi 26,56% (yoy)

untuk industri farmasi.

Sementara itu, berdasarkan hasil Focus Group

Discussion (FGD), terdapat perbaikan permintaan

domestik akan olahan kayu untuk menunjang kegiatan

konstruksi bangunan. Kegiatan konstruksi yang tinggi

terlihat dari pertumbuhan PDRB lapangan usaha

tersebut yang meningkat dari 6,72% (yoy) pada

triwulan lalu menjadi 8,99% (yoy) pada triwulan

laporan. Permintaan ini menunjang perbaikan kinerja

pada industri kayu. Pada triwulan II 2016 penurunan

yang dialami industri kayu tercatat membaik menjadi

0,61% (yoy) dari penurunan 2,16% (yoy) pada triwulan

I 2016.

Sementara itu, pada skala besar dan sedang, hampir

seluruh jenis industri mengalami perlambatan, kecuali

industri tekstil, serta industri kayu dan barang dari kayu.

Industri utama Jawa Tengah seperti industri makanan

dan minuman, serta industri pengolahan tembakau

tercatat mengalami perlambatan.

Perbaikan kinerja industri tekstil skala besar dan sedang

diindikasikan didorong oleh membaiknya ekspor tekstil

dan produk tekstil, baik ditinjau dari nilai maupun

volume. Nilai ekspor komoditas tekstil dan produk

tekstil (SITC kode 65 dan 84) pada triwulan laporan

tumbuh 8,39% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,34% (yoy). Sejalan dengan

itu, pertumbuhan volume ekspor komoditas ini juga

meningkat dari -1,85% (yoy) pada triwulan I 2016

menjadi 0,86% (yoy) pada triwulan II 2016. Perbaikan

ekonomi negara tujuan utama khususnya Amerika

Serikat menjadi salah satu faktor membaiknya kinerja

ekspor komoditas ini. Selain itu, sebagai industri

dengan konten bahan baku impor tinggi, apresiasi nilai

tukar Rupiah juga turut menunjang kinerja. Impor

bahan baku tekstil (SITC kode 26 dan 65) pada triwulan

laporan mengalami peningkatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara nilai,

yaitu dari -9,12% (yoy) menjadi 28,77% (yoy); maupun

secara volume, yaitu dari -7,28% (yoy) menjadi 43,34%

(yoy). Pada periode laporan, jumlah produksi industri

tekstil skala besar tercatat tumbuh 3,66% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan periode lalu yang

sebesar -2,70% (yoy).

23PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.56 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar-Ecerandan Reparasi Mobil-Sepeda Motor

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

(6)

(4)

(2)

-

2

4

6

8

10

12 %

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

1.1.2.3. Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi

Mobil-Sepeda Motor

Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi

lapangan usaha perdagangan besar-eceran dan

reparasi mobil-sepeda motor mengalami perlambatan

dari 6,99% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 4,45%

(yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan pada triwulan

laporan tercatat 0,73% (qtq), lebih rendah dari

pertumbuhan triwulan II tahun sebelumnya yang

sebesar 3,18% (qtq).

Namun demikian, perlambatan ini tidak tercermin dari

hasil SKDU yang yang dilakukan Bank Indonesia.

Berdasarkan hasil SKDU, SBT kegiatan usaha

perdagangan, hotel, dan restoran justru mengalami

peningkatan dari -0,05% menjadi 8,13%. Perbedaan

arah ini ditengarai karena lapangan usaha hotel dan

restoran yang masih terdapat pada SKDU.

Bersamaan dengan itu, industri kayu dan barang dari

kayu juga mengalami peningkatan pertumbuhan

produksi. Produksi industri tersebut pada triwulan ini

tercatat tumbuh 7,10% (yoy) setelah mengalami

pertumbuhan negatif pada triwulan sebelumnya yang

sebesar -3,99% (yoy). Sama dengan yang terjadi pada

skala mikro dan kecil, perbaikan diperkirakan berasal

dari peningkatan permintaan domestik, terutama

dalam rangka memenuhi kebutuhan kegiatan

konstruksi. Sementara itu, ekspor komoditas ini terlihat

masih mengalami penurunan lebih dalam pada

triwulan laporan, baik berdasarkan nilai, maupun

volume. Nilai ekspor komoditas olahan kayu dan gabus

(SITC kode 63) pada triwulan laporan mencatatkan

penurunan 9,53% (yoy), lebih dalam dari penurunan

3,62% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Volume ekspor

komoditas tersebut juga turun lebih dalam dari 5,52%

(yoy) menjadi 5,84% (yoy).

Selain industri di atas, perbaikan kinerja pada industri

pengilangan migas juga merupakan penyumbang

utama dalam perbaikan kinerja lapangan usaha industri

pada triwulan laporan. Berdasarkan FGD yang

dilakukan Bank Indonesia, terdapat peningkatan hasi

produksi dari industri pengilangan migas di Cilacap

dengan teknologi baru Residual Fluid Catalytic Cracking

(RFCC) yang mula i d ioperas iona lkan mula i

pertengahan tahun lalu.

Grafik 1.54 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikrodan Kecil berdasarkan Sektor (%,YOY)

INDUSTRI MAKANAN

INDUSTRI MINUMAN

INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

INDUSTRI TEKSTIL

INDUSTRI PAKAIAN JADI

INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI

INDUSTRI KAYU

INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS

INDUSTRI PERCETAKAN DAN REPRODUKSI MEDIA REKAMAN

INDUSTRI BAHAN KIMIA

INDUSTRI FARMASI

INDUSTRI KARET

INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM

INDUSTRI LOGAM DASAR

INDUSTRI BARANG LOGAM, BUKAN MESIN

INDUSTRI PERALATAN LISTRIK

INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN YTDL

INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR, TRAILER DAN SEMI TRAILER

INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA

INDUSTRI FURNITUR

INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA

JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN

Grafik 1.55 Pertumbuhan Produksi Industri ManufakturBesar dan Sedang berdasarkan Sektor (%,YOY)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20

INDUSTRI MAKANAN

INDUSTRI MINUMAN

INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

INDUSTRI TEKSTIL

INDUSTRI PAKAIAN JADI

INDUSTRI KAYU DAN BARANG DARI KAYU

INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI KARET

INDUSTRI FURNITUR

-30 -20 -10 0 10 20 30

I - 2016 II - 2016 I - 2016 II - 2016

24 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.58 Pertumbuhan Kredit dan NPL Perdagangan Besardan Eceran

2

3

4

5

15

25

35

45 %%, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

PERTUMBUHAN KREDIT PERDAGANGAN NPL KREDIT PERDAGANGAN - SKALA KANAN

Grafik 1.57 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) PHRdan Pertumbuhan PDRB Perdagangan

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II2

3

4

5

15

25

35

45 %%, YOY

PERTUMBUHAN KREDIT PERDAGANGAN NPL KREDIT PERDAGANGAN - SKALA KANAN

Ditinjau dari sisi perbankan, pertumbuhan kredit yang

disalurkan pada lapangan usaha ini tidak sejalan

dengan perlambatan yang dialami. Kredit perdagangan

tercatat tumbuh dengan tingkat 11,75% (yoy),

meningkat dari pertumbuhan 10,33% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Namun demikian, kualitas kredit

tersebut menurun, tercermin dari rasio NPL yang

meningkat dari 3,69% pada triwulan lalu menjadi

3,86% pada triwulan laporan.

Perbaikan kinerja konsumsi yang masih terbatas

ditengarai menjadi salah satu faktor yang menahan

peningkatan pertumbuhan lapangan usaha ini.

Berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE),

penurunan Indeks Penjualan Riil (IPR) terjadi pada

kategori barang budaya dan rekreasi, barang lainnya,

ser ta sandang. Melambatnya pertumbuhan

perdagangan juga tercermin dari pertumbuhan impor

antardaerah yang juga melambat.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan III

2016 d iprak i rakan meningkat te rbatas

dibandingkan dengan pertumbuhan pada

triwulan II 2016. Dari sisi penggunaan, peningkatan

diperkirakan berasal dari komponen konsumsi rumah

tangga yang didorong oleh hari raya keagamaan (Idul

Fitri dan Idul Adha), liburan sekolah, serta tahun ajaran

baru. Selain itu, investasi juga diperkirakan mengalami

perbaikan seiring dengan semakin meningkatnya

realisasi baik dari sisi swasta maupun pemerintah.

Perkiraan peningkatan konsumsi rumah tangga

pada triwulan berjalan sesuai dengan optimisme

konsumen yang tercermin dari perkiraan Indeks

Tendensi Konsumen (ITK) mendatang untuk triwulan III

2016 yang meningkat menjadi 110,09 dari perkiraan

triwulan II 2016 yang sebesar 107,41.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan

Bank Indonesia, keyakinan konsumen pada kondisi

ekonomi saat ini yang tercermin dari indeks kondisi

ekonomi saat ini (IKE) triwulan III 2016, sampai dengan

Agustus 2016 (117,6) juga lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2016 (113,5). Peningkatan ini berasal dari

peningkatan penghasilan konsumen, ketersediaan

lapangan kerja, serta konsumsi barang kebutuhan

tahan lama.IPR Perdagangan Eceran berdasarkan Kelompok KomoditasGrafik 1.59

SUKU

CA

DA

NG

AKS

ESO

RIS

TRIWULAN I 2016TRIWULAN II 2016INDEKS

MA

KAN

AN

, MIN

UM

AN

DA

N T

EMBA

KAU

BAH

AN

BA

KAR

KEN

DA

RAA

N B

ERM

OTO

R

PERA

LATA

N D

AN

KO

MU

NIK

ASI

DI T

OKO

PERL

ENG

KAPA

NRU

MA

H T

AN

GG

ALA

INN

YA

BARA

NG

BU

DAY

AD

AN

REK

REA

SI

BARA

NG

LA

INN

YA

SAN

DA

NG

0

50

100

150

200

250

300

350

1.2. Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan III 2016

25PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 1.56 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar-Ecerandan Reparasi Mobil-Sepeda Motor

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

(6)

(4)

(2)

-

2

4

6

8

10

12 %

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

1.1.2.3. Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi

Mobil-Sepeda Motor

Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi

lapangan usaha perdagangan besar-eceran dan

reparasi mobil-sepeda motor mengalami perlambatan

dari 6,99% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 4,45%

(yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan pada triwulan

laporan tercatat 0,73% (qtq), lebih rendah dari

pertumbuhan triwulan II tahun sebelumnya yang

sebesar 3,18% (qtq).

Namun demikian, perlambatan ini tidak tercermin dari

hasil SKDU yang yang dilakukan Bank Indonesia.

Berdasarkan hasil SKDU, SBT kegiatan usaha

perdagangan, hotel, dan restoran justru mengalami

peningkatan dari -0,05% menjadi 8,13%. Perbedaan

arah ini ditengarai karena lapangan usaha hotel dan

restoran yang masih terdapat pada SKDU.

Bersamaan dengan itu, industri kayu dan barang dari

kayu juga mengalami peningkatan pertumbuhan

produksi. Produksi industri tersebut pada triwulan ini

tercatat tumbuh 7,10% (yoy) setelah mengalami

pertumbuhan negatif pada triwulan sebelumnya yang

sebesar -3,99% (yoy). Sama dengan yang terjadi pada

skala mikro dan kecil, perbaikan diperkirakan berasal

dari peningkatan permintaan domestik, terutama

dalam rangka memenuhi kebutuhan kegiatan

konstruksi. Sementara itu, ekspor komoditas ini terlihat

masih mengalami penurunan lebih dalam pada

triwulan laporan, baik berdasarkan nilai, maupun

volume. Nilai ekspor komoditas olahan kayu dan gabus

(SITC kode 63) pada triwulan laporan mencatatkan

penurunan 9,53% (yoy), lebih dalam dari penurunan

3,62% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Volume ekspor

komoditas tersebut juga turun lebih dalam dari 5,52%

(yoy) menjadi 5,84% (yoy).

Selain industri di atas, perbaikan kinerja pada industri

pengilangan migas juga merupakan penyumbang

utama dalam perbaikan kinerja lapangan usaha industri

pada triwulan laporan. Berdasarkan FGD yang

dilakukan Bank Indonesia, terdapat peningkatan hasi

produksi dari industri pengilangan migas di Cilacap

dengan teknologi baru Residual Fluid Catalytic Cracking

(RFCC) yang mula i d ioperas iona lkan mula i

pertengahan tahun lalu.

Grafik 1.54 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikrodan Kecil berdasarkan Sektor (%,YOY)

INDUSTRI MAKANAN

INDUSTRI MINUMAN

INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

INDUSTRI TEKSTIL

INDUSTRI PAKAIAN JADI

INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI

INDUSTRI KAYU

INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS

INDUSTRI PERCETAKAN DAN REPRODUKSI MEDIA REKAMAN

INDUSTRI BAHAN KIMIA

INDUSTRI FARMASI

INDUSTRI KARET

INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM

INDUSTRI LOGAM DASAR

INDUSTRI BARANG LOGAM, BUKAN MESIN

INDUSTRI PERALATAN LISTRIK

INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN YTDL

INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR, TRAILER DAN SEMI TRAILER

INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA

INDUSTRI FURNITUR

INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA

JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN

Grafik 1.55 Pertumbuhan Produksi Industri ManufakturBesar dan Sedang berdasarkan Sektor (%,YOY)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20

INDUSTRI MAKANAN

INDUSTRI MINUMAN

INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

INDUSTRI TEKSTIL

INDUSTRI PAKAIAN JADI

INDUSTRI KAYU DAN BARANG DARI KAYU

INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI KARET

INDUSTRI FURNITUR

-30 -20 -10 0 10 20 30

I - 2016 II - 2016 I - 2016 II - 2016

24 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 1.58 Pertumbuhan Kredit dan NPL Perdagangan Besardan Eceran

2

3

4

5

15

25

35

45 %%, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

PERTUMBUHAN KREDIT PERDAGANGAN NPL KREDIT PERDAGANGAN - SKALA KANAN

Grafik 1.57 Perkembangan Kegiatan Usaha (SKDU) PHRdan Pertumbuhan PDRB Perdagangan

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II2

3

4

5

15

25

35

45 %%, YOY

PERTUMBUHAN KREDIT PERDAGANGAN NPL KREDIT PERDAGANGAN - SKALA KANAN

Ditinjau dari sisi perbankan, pertumbuhan kredit yang

disalurkan pada lapangan usaha ini tidak sejalan

dengan perlambatan yang dialami. Kredit perdagangan

tercatat tumbuh dengan tingkat 11,75% (yoy),

meningkat dari pertumbuhan 10,33% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Namun demikian, kualitas kredit

tersebut menurun, tercermin dari rasio NPL yang

meningkat dari 3,69% pada triwulan lalu menjadi

3,86% pada triwulan laporan.

Perbaikan kinerja konsumsi yang masih terbatas

ditengarai menjadi salah satu faktor yang menahan

peningkatan pertumbuhan lapangan usaha ini.

Berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE),

penurunan Indeks Penjualan Riil (IPR) terjadi pada

kategori barang budaya dan rekreasi, barang lainnya,

ser ta sandang. Melambatnya pertumbuhan

perdagangan juga tercermin dari pertumbuhan impor

antardaerah yang juga melambat.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan III

2016 d iprak i rakan meningkat te rbatas

dibandingkan dengan pertumbuhan pada

triwulan II 2016. Dari sisi penggunaan, peningkatan

diperkirakan berasal dari komponen konsumsi rumah

tangga yang didorong oleh hari raya keagamaan (Idul

Fitri dan Idul Adha), liburan sekolah, serta tahun ajaran

baru. Selain itu, investasi juga diperkirakan mengalami

perbaikan seiring dengan semakin meningkatnya

realisasi baik dari sisi swasta maupun pemerintah.

Perkiraan peningkatan konsumsi rumah tangga

pada triwulan berjalan sesuai dengan optimisme

konsumen yang tercermin dari perkiraan Indeks

Tendensi Konsumen (ITK) mendatang untuk triwulan III

2016 yang meningkat menjadi 110,09 dari perkiraan

triwulan II 2016 yang sebesar 107,41.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan

Bank Indonesia, keyakinan konsumen pada kondisi

ekonomi saat ini yang tercermin dari indeks kondisi

ekonomi saat ini (IKE) triwulan III 2016, sampai dengan

Agustus 2016 (117,6) juga lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2016 (113,5). Peningkatan ini berasal dari

peningkatan penghasilan konsumen, ketersediaan

lapangan kerja, serta konsumsi barang kebutuhan

tahan lama.IPR Perdagangan Eceran berdasarkan Kelompok KomoditasGrafik 1.59

SUKU

CA

DA

NG

AKS

ESO

RIS

TRIWULAN I 2016TRIWULAN II 2016INDEKS

MA

KAN

AN

, MIN

UM

AN

DA

N T

EMBA

KAU

BAH

AN

BA

KAR

KEN

DA

RAA

N B

ERM

OTO

R

PERA

LATA

N D

AN

KO

MU

NIK

ASI

DI T

OKO

PERL

ENG

KAPA

NRU

MA

H T

AN

GG

ALA

INN

YA

BARA

NG

BU

DAY

AD

AN

REK

REA

SI

BARA

NG

LA

INN

YA

SAN

DA

NG

0

50

100

150

200

250

300

350

1.2. Tracking Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan III 2016

25PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pertumbuhan kinerja investasi triwulan berjalan

d i p r a k i r a k a n m e n g a l a m i p e n i n g k a t a n

dibandingkan triwulan II 2016. Peningkatan ini seiring

dengan realisasi proyek-proyek pembangunan

pemerintah, maupun investasi pelaku usaha.

Pada sisi pemerintah, pembebasan lahan di semua ruas

Tol Trans Jawa, termasuk Tol Pemalang-Batang-

Semarang, dan Mantingan ditargetkan selesai pada

Agustus 2016. Selanjutnya konstruksi direncanakan

dimulai pada September. Sementara itu, pada sisi

swasta, Berdasarkan hasil SKDU, peningkatan investasi

diperkirakan terjadi pada investasi industri pengolahan.

SBT kegiatan investasi industri pengolahan triwulan III

2016 diperkirakan sebesar 2,13%, meningkat dari

triwulan II yang sebear 1,79%.

Pada jenis nonbangunan, membaiknya kinerja investasi

terlihat dari impor mesin dan barang elektronik yang

pada Juli 2016 tumbuh sebesar 18,24% (yoy),

membaik dibandingkan pertumbuhan Juni 2016 yang

sebesar 12,80% (yoy).

Tren penurunan suku bunga sebagai respons

penurunan BI Rate juga diperkirakan akan dapat

mendorong investasi di Jawa Tengah di triwulan III

2016. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit investasi

pada Juni 2016 tercatat sebesar 11,43% menurun

dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan II 2016

yang sebesar 11,53%.

Investasi di Jawa Tengah juga didukung oleh sistem

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang baik. PTSP

Jawa Tengah termasuk ke dalam 5 PTSP terbaik 2016

pada level provinsi. Selain itu, PTSP Kota Pekalongan,

Kabupaten Demak, dan Kabupaten Boyolali juga

mener ima penghargaan se rupa pada leve l

kabulaten/kota. Sebagai stimulus agar pemerintah

kota/kabupaten meningkatkan kemudahan investasi,

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan memberikan

penghargaan kepada beberapa kabupaten/kota yang

proinvestasi.

Peningkatan keyakinan konsumen mencerminkan

meningkatnya daya beli seiring dengan cairnya

Tunjangan Hari Raya atau gaji ke-13 dan ke-14 bagi

Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada akhir triwulan II 2016.

Lebih lanjut, pelonggaran kebijakan seperti penurunan

BI Rate, peningkatan batas bawah GWM LFR, serta

relaksasi peraturan Loan to Value (LTV) dan Financing to

Value (FTV) diharapkan dapat mendorong peningkatan

konsumsi rumah tangga lebih jauh melalui kredit

perbankan.

Meningkatnya konsumsi pada Lebaran di awal triwulan

antara lain tercermin dari meningkatnya inflasi pada Juli

2016, yaitu menjadi 1,00% (mtm), dari 0,41% (mtm)

pada bulan Juni 2016. Peningkatan inflasi ini

mengindikasikan permintaan yang mengalami

peningkatan.

Selain Lebaran, masuknya tahun ajaran baru juga

menjadi pendorong utama peningkatan konsumsi

rumah tangga. Pada periode tersebut, konsumsi untuk

keperluan pendidikan meningkat, tercermin dari inflasi

biaya pendidikan sebesar 1,53% (mtm) pada Juli 2016.Meningkatnya konsumsi juga terlihat dari kinerja

penjualan pedagang eceran. Berdasarkan Survei

Pedagang Eceran (SPE) yang dilakukan Bank Indonesia,

rata-rata Indeks Penjualan Riil (IPR) pada triwulan III

2016 sampai dengan Agustus 2016 tercatat sebesar

191,9, meningkat dibandingkan dengan rata-rata

triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 187,3.

Peningkatan penjualan terjadi pada seluruh komponen

kecuali BBM.

S e m e n t a r a i t u , k o n s u m s i p e m e r i n t a h

diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Focus Group

Discussion (FGD), pendapatan pajak diprediksi tidak

mencapai target. Hal tersebut dapat menjadi salah satu

faktor yang menghambat realisasi belanja pemerintah

daerah. Selain itu, terdapat juga pemotongan atau

penghematan anggaran belanja.

26 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Ekspor luar negeri diprakirakan relatif membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih

mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan

perekonomian dunia yang mulai membaik, walaupun

masih lebih rendah dibandingkan perkiraan

sebelumnya. Pada April 2016, IMF memperkirakan

perekonomian dunia tumbuh 3,2% pada tahun 2016,

meningkat dibandingkan 2015 yang sebesar 3,1%,

namun lebih rendah dibandingkan proyeksi pada

Januari yang sebesar 3,4%.

Dari mitra dagang utama Jawa Tengah, kinerja ekonomi

Amerika Serikat diprediksi membaik pada triwulan II

2016. Sementara itu, kondisi ekonomi Eropa belum

sepenuhnya membaik. Dalam setahun terakhir, pangsa

ekspor ke dua negara tersebut masing-masing sebesar

27,16% dan 17,15% dari total ekspor Jawa Tengah.

Ditinjau berdasarkan komoditas ekspor, perbaikan

diperkirakan berasal dari ekspor komoditas tekstil dan

produk tekstil yang sudah terlihat membaik sejak

triwulan sebelumnya. Dengan perkembangan nilai

tukar yang relatif menguat, bahan baku tekstil menjadi

lebih murah sehingga turut mendukung kinerja ekspor

tekstil.

S e j a l a n d e n g a n p e r t u m b u h a n e k s p o r,

pertumbuhan impor luar negeri pun diprakirakan

meningkat walaupun masih bernilai negatif.

Perkembangan ini seiring dengan meningkatnya

kegiatan industri, investasi, serta konsumsi. Pergerakan

nilai tukar Rupiah yang cenderung menguat juga

diperkirakan turut mendorong permintaan akan

barang impor. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan diperkirakan

terjadi pada ketiga lapangan usaha utama Jawa

Tengah, yaitu lapangan usaha industri pengolahan;

lapangan usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan;

serta lapangan usaha perdagangan besar-eceran dan

reparasi mobil-sepeda motor.

Lapangan usaha pertanian diprakirakan

mengalami perbaikan pada triwulan berjalan.

Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya kinerja

produksi padi pada triwulan tersebut. Pertumbuhan

produksi padi triwulan III sampai dengan Agustus 2016

diperkirakan sebesar -1,92% (yoy), meningkat

dibandingkan capaian pada triwulan II 2016 yang

mencatatkan pertumbuhan -5,45% (yoy).

Musim kemarau basah atau La Nina yang terjadi pada

tahun ini diprediksi dapat meningkatkan produksi padi.

Pemerintah Jawa Tengah pun telah melakukan langkah

untuk memanfaatkan anomali cuaca ini melalui

program peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) dan

serap gabah. Namun demikian, La Nina juga

menimbulkan risiko serangan hama yang tinggi, yang

dapat menyebabkan turunnya kualitas hasil panen atau

bahkan gagal panen.

Peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan III

2016 juga diperkirakan oleh para pelaku usaha, terlihat

dari hasil SKDU yang dilakukan Bank Indonesia, di mana

SBT kegiatan usaha pertanian pada triwulan III 2016

diperkirakan 8,65%, meningkat dibandingkan realisasi

triwulan II 2016 yang sebesar 5,01%.

Seiring dengan membaiknya kinerja ekspor serta masih

kuatnya konsumsi domestik, pertumbuhan lapangan

usaha industri pengolahan juga diprakirakan

mengalami peningkatan pada triwulan berjalan.

Membaiknya kinerja ekspor dapat mendorong industri

tekstil, serta industri kayu dan mebel. Sementara itu,

meningkatnya konsumsi domestik akan mendorong

kinerja industri makanan dan minuman serta industri

pengolahan tembakau. Nilai tukar yang berada dalam

tren apresiasi juga diperkirakan dapat mendorong

industri dengan kadar bahan baku impor yang tinggi

seperti industri tekstil, serta industri kimia.

27PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pertumbuhan kinerja investasi triwulan berjalan

d i p r a k i r a k a n m e n g a l a m i p e n i n g k a t a n

dibandingkan triwulan II 2016. Peningkatan ini seiring

dengan realisasi proyek-proyek pembangunan

pemerintah, maupun investasi pelaku usaha.

Pada sisi pemerintah, pembebasan lahan di semua ruas

Tol Trans Jawa, termasuk Tol Pemalang-Batang-

Semarang, dan Mantingan ditargetkan selesai pada

Agustus 2016. Selanjutnya konstruksi direncanakan

dimulai pada September. Sementara itu, pada sisi

swasta, Berdasarkan hasil SKDU, peningkatan investasi

diperkirakan terjadi pada investasi industri pengolahan.

SBT kegiatan investasi industri pengolahan triwulan III

2016 diperkirakan sebesar 2,13%, meningkat dari

triwulan II yang sebear 1,79%.

Pada jenis nonbangunan, membaiknya kinerja investasi

terlihat dari impor mesin dan barang elektronik yang

pada Juli 2016 tumbuh sebesar 18,24% (yoy),

membaik dibandingkan pertumbuhan Juni 2016 yang

sebesar 12,80% (yoy).

Tren penurunan suku bunga sebagai respons

penurunan BI Rate juga diperkirakan akan dapat

mendorong investasi di Jawa Tengah di triwulan III

2016. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit investasi

pada Juni 2016 tercatat sebesar 11,43% menurun

dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan II 2016

yang sebesar 11,53%.

Investasi di Jawa Tengah juga didukung oleh sistem

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang baik. PTSP

Jawa Tengah termasuk ke dalam 5 PTSP terbaik 2016

pada level provinsi. Selain itu, PTSP Kota Pekalongan,

Kabupaten Demak, dan Kabupaten Boyolali juga

mener ima penghargaan se rupa pada leve l

kabulaten/kota. Sebagai stimulus agar pemerintah

kota/kabupaten meningkatkan kemudahan investasi,

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan memberikan

penghargaan kepada beberapa kabupaten/kota yang

proinvestasi.

Peningkatan keyakinan konsumen mencerminkan

meningkatnya daya beli seiring dengan cairnya

Tunjangan Hari Raya atau gaji ke-13 dan ke-14 bagi

Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada akhir triwulan II 2016.

Lebih lanjut, pelonggaran kebijakan seperti penurunan

BI Rate, peningkatan batas bawah GWM LFR, serta

relaksasi peraturan Loan to Value (LTV) dan Financing to

Value (FTV) diharapkan dapat mendorong peningkatan

konsumsi rumah tangga lebih jauh melalui kredit

perbankan.

Meningkatnya konsumsi pada Lebaran di awal triwulan

antara lain tercermin dari meningkatnya inflasi pada Juli

2016, yaitu menjadi 1,00% (mtm), dari 0,41% (mtm)

pada bulan Juni 2016. Peningkatan inflasi ini

mengindikasikan permintaan yang mengalami

peningkatan.

Selain Lebaran, masuknya tahun ajaran baru juga

menjadi pendorong utama peningkatan konsumsi

rumah tangga. Pada periode tersebut, konsumsi untuk

keperluan pendidikan meningkat, tercermin dari inflasi

biaya pendidikan sebesar 1,53% (mtm) pada Juli 2016.Meningkatnya konsumsi juga terlihat dari kinerja

penjualan pedagang eceran. Berdasarkan Survei

Pedagang Eceran (SPE) yang dilakukan Bank Indonesia,

rata-rata Indeks Penjualan Riil (IPR) pada triwulan III

2016 sampai dengan Agustus 2016 tercatat sebesar

191,9, meningkat dibandingkan dengan rata-rata

triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 187,3.

Peningkatan penjualan terjadi pada seluruh komponen

kecuali BBM.

S e m e n t a r a i t u , k o n s u m s i p e m e r i n t a h

diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Focus Group

Discussion (FGD), pendapatan pajak diprediksi tidak

mencapai target. Hal tersebut dapat menjadi salah satu

faktor yang menghambat realisasi belanja pemerintah

daerah. Selain itu, terdapat juga pemotongan atau

penghematan anggaran belanja.

26 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Ekspor luar negeri diprakirakan relatif membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih

mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan

perekonomian dunia yang mulai membaik, walaupun

masih lebih rendah dibandingkan perkiraan

sebelumnya. Pada April 2016, IMF memperkirakan

perekonomian dunia tumbuh 3,2% pada tahun 2016,

meningkat dibandingkan 2015 yang sebesar 3,1%,

namun lebih rendah dibandingkan proyeksi pada

Januari yang sebesar 3,4%.

Dari mitra dagang utama Jawa Tengah, kinerja ekonomi

Amerika Serikat diprediksi membaik pada triwulan II

2016. Sementara itu, kondisi ekonomi Eropa belum

sepenuhnya membaik. Dalam setahun terakhir, pangsa

ekspor ke dua negara tersebut masing-masing sebesar

27,16% dan 17,15% dari total ekspor Jawa Tengah.

Ditinjau berdasarkan komoditas ekspor, perbaikan

diperkirakan berasal dari ekspor komoditas tekstil dan

produk tekstil yang sudah terlihat membaik sejak

triwulan sebelumnya. Dengan perkembangan nilai

tukar yang relatif menguat, bahan baku tekstil menjadi

lebih murah sehingga turut mendukung kinerja ekspor

tekstil.

S e j a l a n d e n g a n p e r t u m b u h a n e k s p o r,

pertumbuhan impor luar negeri pun diprakirakan

meningkat walaupun masih bernilai negatif.

Perkembangan ini seiring dengan meningkatnya

kegiatan industri, investasi, serta konsumsi. Pergerakan

nilai tukar Rupiah yang cenderung menguat juga

diperkirakan turut mendorong permintaan akan

barang impor. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan diperkirakan

terjadi pada ketiga lapangan usaha utama Jawa

Tengah, yaitu lapangan usaha industri pengolahan;

lapangan usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan;

serta lapangan usaha perdagangan besar-eceran dan

reparasi mobil-sepeda motor.

Lapangan usaha pertanian diprakirakan

mengalami perbaikan pada triwulan berjalan.

Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya kinerja

produksi padi pada triwulan tersebut. Pertumbuhan

produksi padi triwulan III sampai dengan Agustus 2016

diperkirakan sebesar -1,92% (yoy), meningkat

dibandingkan capaian pada triwulan II 2016 yang

mencatatkan pertumbuhan -5,45% (yoy).

Musim kemarau basah atau La Nina yang terjadi pada

tahun ini diprediksi dapat meningkatkan produksi padi.

Pemerintah Jawa Tengah pun telah melakukan langkah

untuk memanfaatkan anomali cuaca ini melalui

program peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) dan

serap gabah. Namun demikian, La Nina juga

menimbulkan risiko serangan hama yang tinggi, yang

dapat menyebabkan turunnya kualitas hasil panen atau

bahkan gagal panen.

Peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan III

2016 juga diperkirakan oleh para pelaku usaha, terlihat

dari hasil SKDU yang dilakukan Bank Indonesia, di mana

SBT kegiatan usaha pertanian pada triwulan III 2016

diperkirakan 8,65%, meningkat dibandingkan realisasi

triwulan II 2016 yang sebesar 5,01%.

Seiring dengan membaiknya kinerja ekspor serta masih

kuatnya konsumsi domestik, pertumbuhan lapangan

usaha industri pengolahan juga diprakirakan

mengalami peningkatan pada triwulan berjalan.

Membaiknya kinerja ekspor dapat mendorong industri

tekstil, serta industri kayu dan mebel. Sementara itu,

meningkatnya konsumsi domestik akan mendorong

kinerja industri makanan dan minuman serta industri

pengolahan tembakau. Nilai tukar yang berada dalam

tren apresiasi juga diperkirakan dapat mendorong

industri dengan kadar bahan baku impor yang tinggi

seperti industri tekstil, serta industri kimia.

27PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Adapun beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara

lain belum membaiknya perekonomian beberapa

negara mitra dagang, khususnya Eropa (dampak

lanjutan keluarnya Inggris dari Uni Eropa/Brexit) dan

Jepang; persaingan dengan negara kompetitor dengan

produk unggulan ekspor yang sama di pasar global;

serta pemotongan anggaran belanja pemerintah.

Meningkatnya kegiatan industri juga tercermin dari

konsumsi listrik untuk golongan industri yang pada Juli

2016 tercatat tumbuh 14,85% (yoy), meningkat

dibandingkan pertumbuhan Juni 2016 yang sebesar

13,56% (yoy).

Berdasarkan hasil SKDU yang dilakukan Bank

indonesia, pelaku usaha memperkirakan kinerja sektor

industri pengolahan di triwulan III 2016 akan lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut

terlihat dari perkiraan SBT kegiatan usaha sektor ini

yang meningkat pada triwulan laporan, yaitu menjadi

9,18%, dari 8,11% pada triwulan II 2016.

Seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi,

khususnya konsumsi, kinerja perdagangan

diperkirakan turut mengalami peningkatan.

Lebaran dan libur sekolah pada awal triwulan

diperkirakan mendorong kinerja sektor perdagangan.

Lebih lanjut, banyaknya pemudik yang masuk ke Jawa

Tengah diprediksi juga dapat meningkatkan kinerja

sektor ini.

Sampai dengan pertengahan triwulan berjalan,

perbaikan kinerja lapangan usaha ini telah terlihat

melalui hasil Survei Pedagang Eceran (SPE), di mana

rata-rata Indeks Penjualan Riil pada triwulan III 2016

sampai dengan Agustus 2016 tercatat sebesar 191,9,

meningkat dibandingkan dengan rata-rata triwulan II

2016 yang tercatat sebesar 187,3. Berdasarkan hasil

SPE, peningkatan penjualan terjadi pada seluruh

komponen kecuali BBM.

Berdasarkan hasi l SKDU, pelaku usaha juga

menunjukkan optimisme yang sama tentang kegiatan

usaha perdagangan, hotel, dan restoran di triwulan III

2016. Hal ini ditunjukkan oleh nilai SBT kegiatan usaha

yang diperkirakan sebesar 9,43% pada triwulan III

2016, dari 8,13% pada triwulan II 2016.

28 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Fenomena kemacetan yang terjadi di Tol Pejagan-Brebes

Timur (Brexit) pada musim libur Lebaran Tahun 2016

perlu mendapat perhatian khusus dan langkah antisipasi

untuk penanganan kemacetan di tahun mendatang.

Hasil asesmen menunjukkan bahwa kemacetan tersebut

menimbulkan berbagai kerugian, baik secara ekonomi

maupun sosial. Kondisi kemacetan jalur mudik yang ada

di wilayah Brebes tergambar sebagaimana tabel berikut:

SUPLEMEN I

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dar i

Dishubkominfo Kab. Brebes unit transportasi darat dan

Kasatlantas Brebes serta beberapa media lokal Jawa

Tengah, terdapat empat faktor utama yang

menyebabkan terjadinya kemacetan di Tol Pejagan-

Brebes Timur pada musim Lebaran 2016 lalu. Keempat

faktor utama tersebut diantaranya:

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN TOL PEJAGAN – BREBES TIMURPADA MUSIM LEBARAN 2016

KABUPATEN/KOTA

PANJANG KEMACETAN*)

VOLUME KENDARAAN**)

30 km

96.865

12 km

38.079

23 km

154.565

TOLPEJAGAN

TOLBREBESBARAT

TOLBREBESTIMUR

Keterangan:*) Data 3 Juli 2016 (H-3) pkl. 22.00 WIB dari jumlah total kendaraan keluar dan masuk gerbang tol**) Data Dishubkominfo Kabupaten Brebes H-7 hingga H-2 jumlah total kendaraan keluar dan masuk gerbang tol

PERIODE

H - 5

H - 4

H - 3

H - 2

LAMA KEMACETANRUAS TOL PEJAGAN

BREXIT

10 JAM

10 JAM

20 JAM

12 JAM

Padatnya kendaraan pada masa-masa puncak

kemacetan (H-5 sampai dengan H-2 Lebaran)

menyebabkan waktu tempuh Tol Pejagan-Brebes Timur

mengalami peningkatan secara signifikan sebagaimana

berikut:

Tingginya tingkat kemacetan yang terjadi menyebabkan

beberapa permasalahan, diantaranya peningkatan

waktu tempuh dan melonjaknya kebutuhan Bahan Bakar

Minyak (BBM) untuk melintasi Tol Pejagan-Brebes Timur.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan

Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Brebes, waktu

tempuh untuk melintasi Tol Brebes-Pejagan Timur pada

puncak kemacetan mencapai 32 jam, jauh lebih tinggi

dibandingkan waktu tempuh normal Jakarta-Brebes

yang tercatat selama 4 jam. Selain itu, kebutuhan BBM

juga melonjak tajam sebagai akibat dari peningkatan

waktu tempuh untuk melintasi Tol Pejagan-Brebes Timur.

1.

2.

3.

4.

Volume kendaraan yang masuk dari 23 gardu

gerbang Tol Palimanan tidak seimbang dengan 8

gardu tol di Brebes Timur dan 5 gardu di Pejagan.

Dengan demikian, meski kapasitas kendaraan di Tol

Brebes Timur belum maksimal, namun hal itu tetap

tidak bisa menghindarkan pemudik dari kemacetan

antrian.

Banyak kendaraan yang kehabisan bahan bakar

karena tidak tersedianya SPBU. Hanya terdapat satu

rest area di Pejagan-Brebes dan dua lainnya di Kanci.

Tidak tersedianya rest area juga menyebabkan

kebutuhan pemudik lainnya seperti membuat

makanan bayi, tempat istirahat, hingga buang air

menjadi tidak terpenuhi.

Strategi sosialisasi yang kurang tepat sasaran, di mana

sosialisasi lebih difokuskan di Jawa Tengah sementara

mayoritas pemudik berasal dari DKI Jakarta dan Jawa

Barat.

Rekayasa lalu lintas yang kurang optimal, antara lain

terkait jalur alternatif.

Dengan melihat tingginya tingkat keparahan kemacetan

yang terjadi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Jawa Tengah melakukan analisis terhadap dampak

ekonomi dari fenomena kemacetan tersebut. Dampak

ekonomi yang diperhitungkan dalam kajian ini meliputi

biaya pemborosan BBM serta waktu manpower

produktif yang terbuang akibat kemacetan. Skenario

yang digunakan dalam memperhitungkan biaya

pemborosan BBM akibat kemacetan “Brexit” tersebut

diantaranya:

29PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Adapun beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara

lain belum membaiknya perekonomian beberapa

negara mitra dagang, khususnya Eropa (dampak

lanjutan keluarnya Inggris dari Uni Eropa/Brexit) dan

Jepang; persaingan dengan negara kompetitor dengan

produk unggulan ekspor yang sama di pasar global;

serta pemotongan anggaran belanja pemerintah.

Meningkatnya kegiatan industri juga tercermin dari

konsumsi listrik untuk golongan industri yang pada Juli

2016 tercatat tumbuh 14,85% (yoy), meningkat

dibandingkan pertumbuhan Juni 2016 yang sebesar

13,56% (yoy).

Berdasarkan hasil SKDU yang dilakukan Bank

indonesia, pelaku usaha memperkirakan kinerja sektor

industri pengolahan di triwulan III 2016 akan lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut

terlihat dari perkiraan SBT kegiatan usaha sektor ini

yang meningkat pada triwulan laporan, yaitu menjadi

9,18%, dari 8,11% pada triwulan II 2016.

Seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi,

khususnya konsumsi, kinerja perdagangan

diperkirakan turut mengalami peningkatan.

Lebaran dan libur sekolah pada awal triwulan

diperkirakan mendorong kinerja sektor perdagangan.

Lebih lanjut, banyaknya pemudik yang masuk ke Jawa

Tengah diprediksi juga dapat meningkatkan kinerja

sektor ini.

Sampai dengan pertengahan triwulan berjalan,

perbaikan kinerja lapangan usaha ini telah terlihat

melalui hasil Survei Pedagang Eceran (SPE), di mana

rata-rata Indeks Penjualan Riil pada triwulan III 2016

sampai dengan Agustus 2016 tercatat sebesar 191,9,

meningkat dibandingkan dengan rata-rata triwulan II

2016 yang tercatat sebesar 187,3. Berdasarkan hasil

SPE, peningkatan penjualan terjadi pada seluruh

komponen kecuali BBM.

Berdasarkan hasi l SKDU, pelaku usaha juga

menunjukkan optimisme yang sama tentang kegiatan

usaha perdagangan, hotel, dan restoran di triwulan III

2016. Hal ini ditunjukkan oleh nilai SBT kegiatan usaha

yang diperkirakan sebesar 9,43% pada triwulan III

2016, dari 8,13% pada triwulan II 2016.

28 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Fenomena kemacetan yang terjadi di Tol Pejagan-Brebes

Timur (Brexit) pada musim libur Lebaran Tahun 2016

perlu mendapat perhatian khusus dan langkah antisipasi

untuk penanganan kemacetan di tahun mendatang.

Hasil asesmen menunjukkan bahwa kemacetan tersebut

menimbulkan berbagai kerugian, baik secara ekonomi

maupun sosial. Kondisi kemacetan jalur mudik yang ada

di wilayah Brebes tergambar sebagaimana tabel berikut:

SUPLEMEN I

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dar i

Dishubkominfo Kab. Brebes unit transportasi darat dan

Kasatlantas Brebes serta beberapa media lokal Jawa

Tengah, terdapat empat faktor utama yang

menyebabkan terjadinya kemacetan di Tol Pejagan-

Brebes Timur pada musim Lebaran 2016 lalu. Keempat

faktor utama tersebut diantaranya:

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN TOL PEJAGAN – BREBES TIMURPADA MUSIM LEBARAN 2016

KABUPATEN/KOTA

PANJANG KEMACETAN*)

VOLUME KENDARAAN**)

30 km

96.865

12 km

38.079

23 km

154.565

TOLPEJAGAN

TOLBREBESBARAT

TOLBREBESTIMUR

Keterangan:*) Data 3 Juli 2016 (H-3) pkl. 22.00 WIB dari jumlah total kendaraan keluar dan masuk gerbang tol**) Data Dishubkominfo Kabupaten Brebes H-7 hingga H-2 jumlah total kendaraan keluar dan masuk gerbang tol

PERIODE

H - 5

H - 4

H - 3

H - 2

LAMA KEMACETANRUAS TOL PEJAGAN

BREXIT

10 JAM

10 JAM

20 JAM

12 JAM

Padatnya kendaraan pada masa-masa puncak

kemacetan (H-5 sampai dengan H-2 Lebaran)

menyebabkan waktu tempuh Tol Pejagan-Brebes Timur

mengalami peningkatan secara signifikan sebagaimana

berikut:

Tingginya tingkat kemacetan yang terjadi menyebabkan

beberapa permasalahan, diantaranya peningkatan

waktu tempuh dan melonjaknya kebutuhan Bahan Bakar

Minyak (BBM) untuk melintasi Tol Pejagan-Brebes Timur.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan

Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Brebes, waktu

tempuh untuk melintasi Tol Brebes-Pejagan Timur pada

puncak kemacetan mencapai 32 jam, jauh lebih tinggi

dibandingkan waktu tempuh normal Jakarta-Brebes

yang tercatat selama 4 jam. Selain itu, kebutuhan BBM

juga melonjak tajam sebagai akibat dari peningkatan

waktu tempuh untuk melintasi Tol Pejagan-Brebes Timur.

1.

2.

3.

4.

Volume kendaraan yang masuk dari 23 gardu

gerbang Tol Palimanan tidak seimbang dengan 8

gardu tol di Brebes Timur dan 5 gardu di Pejagan.

Dengan demikian, meski kapasitas kendaraan di Tol

Brebes Timur belum maksimal, namun hal itu tetap

tidak bisa menghindarkan pemudik dari kemacetan

antrian.

Banyak kendaraan yang kehabisan bahan bakar

karena tidak tersedianya SPBU. Hanya terdapat satu

rest area di Pejagan-Brebes dan dua lainnya di Kanci.

Tidak tersedianya rest area juga menyebabkan

kebutuhan pemudik lainnya seperti membuat

makanan bayi, tempat istirahat, hingga buang air

menjadi tidak terpenuhi.

Strategi sosialisasi yang kurang tepat sasaran, di mana

sosialisasi lebih difokuskan di Jawa Tengah sementara

mayoritas pemudik berasal dari DKI Jakarta dan Jawa

Barat.

Rekayasa lalu lintas yang kurang optimal, antara lain

terkait jalur alternatif.

Dengan melihat tingginya tingkat keparahan kemacetan

yang terjadi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Jawa Tengah melakukan analisis terhadap dampak

ekonomi dari fenomena kemacetan tersebut. Dampak

ekonomi yang diperhitungkan dalam kajian ini meliputi

biaya pemborosan BBM serta waktu manpower

produktif yang terbuang akibat kemacetan. Skenario

yang digunakan dalam memperhitungkan biaya

pemborosan BBM akibat kemacetan “Brexit” tersebut

diantaranya:

29PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN I

Meskipun menimbulkan berbagai dampak negatif, hasil

analisis juga menunjukkan bahwa kemacetan tersebut

juga menimbulkan dampak positif bagi sebagian

masyarakat di sekitar Tol Pejagan-Brebes Timur. Adapun

beberapa dampak positif dari kemacetan tersebut

diantaranya:

1.

2.

3.

Skenario Baseline: Perhitungan kerugian akibat

peningkatan konsumsi BBM dengan menggunakan

data peningkatan konsumsi bbm kendaraan pada 3saat macet .

Skenario Optimis I: Perhitungan kerugian akibat

peningkatan konsumsi BBM dengan menggunakan

data peningkatan konsumsi BBM kendaraan pada

saat macet, rata-rata sisa BBM kendaraan pada saat

memasuki pintu tol pejagan, dan stok BBM pertamina

di sekitar tol pejagan-brebes timur.

Skenario Optimis II: Perhitungan kerugian akibat

peningkatan konsumsi BBM dengan menggunakan

data rata-rata konsumsi BBM kendaraan/jam pada 4saat macet , rata-rata sisa BBM kendaraan pada saat

memasuki pintu tol pejagan, dan stok BBM pertamina

di sekitar tol pejagan-brebes timur.

Di sisi lain, kerugian yang diakibatkan oleh waktu

manpower produktif yang terbuang akibat kemacetan

dihitung dengan menggunakan data rata-rata

pendapatan per kapita nasional serta data rata-rata

penghasilan kelas menengah Indonesia.

Berdasarkan skenario-skenario tersebut diperoleh hasil

sebagai berikut:

1.

2.

Dampak kerugian dari peningkatan konsumsi Bahan

Bakar Minyak (BBM) diperkirakan sebesar Rp 17-70

Miliar.

Dampak kerugian dari opportunity cost berupa waktu

manpower produktif yang terbuang diperkirakan

sebesar Rp 40-50 Miliar.

Selain kedua dampak ekonomi di atas, terdapat pula

dampak-dampak sosial lainnya, seperti:

1.

2.

3.

Dampak psikologis bagi para pemudik yang terjebak

kemacetan.

Penurunan tingkat kebersihan sepanjang jalan tol.

Peningkatan kadar polusi udara.

3. Sumber: otomotif.news.viva.co.id tanggal 11 Juli 2016 4. Sumber: Jurnal “How Much does Traffic Congestion Increase Fuel Consumption and Emissions?” (Treiber, 2014)

1.

2.

3.

Hasil quick survey Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Tegal menunjukkan adanya kenaikan harga dan

volume penjualan pada beberapa toko ritel, terutama

pada minuman kemasan (harga meningkat hingga

100%), makanan instan (harga meningkat 15-20%),

dan juga oleh-oleh makanan (harga meningkat 20-

25%). Hal serupa juga terjadi pada restoran/warung

makan kaki lima di sekitar Tol Pejagan-Brebes Timur.

Keseluruhan pendapatan yang diterima oleh toko

ritel, warung, dan penjual makanan selama

kemacetan diperkirakan mencapai Rp 21 Miliar.

Pasokan BBM yang terbatas dan antrean panjang di

SPBU merupakan peluang bagi masyarakat sekitar

dengan menjual BBM eceran dengan harga di atas

harga normal (Rp30.000,00/liter-Rp100.000,00/liter).

Di sisi lain, penjualan BBM eceran tersebut menjadi

sumber pendapatan sementara bagi masyarakat

sekitar sehingga tercapai zero sum game.

Selain itu, di rest area Tol Kanci-Pejagan terdapat

beberapa jasa yang disediakan oleh warga lokal

seperti jasa pijat refleksi (Rp10.000,00/orang), jasa

parkir (Rp2.000,00/kendaraan), jasa kamar kecil

(Rp2.000,00/orang), serta jasa sewa sandal jepit

(Rp1.000,00-2.000,00/orang).

Untuk mengantisipasi kemacetan pada musim mudik

Lebaran 2017, Gubernur Jawa Tengah pada Rapat

evaluasi 13 Juli 2016 telah membentuk Tim Pelayanan

Mudik Lebaran 2017. Bertindak sebagai ketua tim,

Gubernur Jawa Tengah menunjuk Kepala Dinas

P e r h u b u n g a n , K o m u n i k a s i , d a n I n f o r m a s i

30 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

(Dishubkominfo) Jawa Tengah. Langkah-langkah yang

akan dilakukan oleh Tim Pelayanan Mudik 2017 tersebut

diantaranya:

SUPLEMEN I

Rencana mitigasi kemacetan tersebut juga akan

disimulasikan oleh Tim Pelayanan Mudik 2017 pada saat

liburan panjang sebelum musim libur Lebaran tahun

2017. Dengan demikian, diharapkan kemacetan yang

dapat menimbulkan berbagai macam kerugian seperti

yang terjadi di Tol Pejagan-Brebes Timur pada tahun

2016 ini tidak akan terjadi kembali.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Mempersiapkan tambahan jalur alternatif untuk

mempercepat akses keluar tol.

Meningkatkan jumlah SPBU di jalan tol untuk

menjamin ketersediaan BBM bagi pemudik.

Membangun jalan layang di perlintasan kereta api di

Pejagan, Prupuk, Bumi-Ayu, dan Ajibarang.

Menambah jumlah CCTV di jalur-jalur yang rawan

terjadi kemacetan. Selain itu, Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah juga akan menggunakan drone untuk

memantau kemacetan musim mudik Lebaran tahun

2017.

Menyediakan he l ikopter untuk memantau

kemacetan termasuk pengangkutan jasa paramedis

agar dapat melakukan mobilisasi dengan cepat.

Melakukan sosialisasi jalur-jalur alternatif di DKI

Jakarta, dengan mempertimbangkan banyaknya

jumlah pemudik yang berasal dari Kota Jakarta.

Menambah jumlah pasukan pengurai kemacetan baik

di jalan tol maupun jalur pantura.

31PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN I

Meskipun menimbulkan berbagai dampak negatif, hasil

analisis juga menunjukkan bahwa kemacetan tersebut

juga menimbulkan dampak positif bagi sebagian

masyarakat di sekitar Tol Pejagan-Brebes Timur. Adapun

beberapa dampak positif dari kemacetan tersebut

diantaranya:

1.

2.

3.

Skenario Baseline: Perhitungan kerugian akibat

peningkatan konsumsi BBM dengan menggunakan

data peningkatan konsumsi bbm kendaraan pada 3saat macet .

Skenario Optimis I: Perhitungan kerugian akibat

peningkatan konsumsi BBM dengan menggunakan

data peningkatan konsumsi BBM kendaraan pada

saat macet, rata-rata sisa BBM kendaraan pada saat

memasuki pintu tol pejagan, dan stok BBM pertamina

di sekitar tol pejagan-brebes timur.

Skenario Optimis II: Perhitungan kerugian akibat

peningkatan konsumsi BBM dengan menggunakan

data rata-rata konsumsi BBM kendaraan/jam pada 4saat macet , rata-rata sisa BBM kendaraan pada saat

memasuki pintu tol pejagan, dan stok BBM pertamina

di sekitar tol pejagan-brebes timur.

Di sisi lain, kerugian yang diakibatkan oleh waktu

manpower produktif yang terbuang akibat kemacetan

dihitung dengan menggunakan data rata-rata

pendapatan per kapita nasional serta data rata-rata

penghasilan kelas menengah Indonesia.

Berdasarkan skenario-skenario tersebut diperoleh hasil

sebagai berikut:

1.

2.

Dampak kerugian dari peningkatan konsumsi Bahan

Bakar Minyak (BBM) diperkirakan sebesar Rp 17-70

Miliar.

Dampak kerugian dari opportunity cost berupa waktu

manpower produktif yang terbuang diperkirakan

sebesar Rp 40-50 Miliar.

Selain kedua dampak ekonomi di atas, terdapat pula

dampak-dampak sosial lainnya, seperti:

1.

2.

3.

Dampak psikologis bagi para pemudik yang terjebak

kemacetan.

Penurunan tingkat kebersihan sepanjang jalan tol.

Peningkatan kadar polusi udara.

3. Sumber: otomotif.news.viva.co.id tanggal 11 Juli 2016 4. Sumber: Jurnal “How Much does Traffic Congestion Increase Fuel Consumption and Emissions?” (Treiber, 2014)

1.

2.

3.

Hasil quick survey Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Tegal menunjukkan adanya kenaikan harga dan

volume penjualan pada beberapa toko ritel, terutama

pada minuman kemasan (harga meningkat hingga

100%), makanan instan (harga meningkat 15-20%),

dan juga oleh-oleh makanan (harga meningkat 20-

25%). Hal serupa juga terjadi pada restoran/warung

makan kaki lima di sekitar Tol Pejagan-Brebes Timur.

Keseluruhan pendapatan yang diterima oleh toko

ritel, warung, dan penjual makanan selama

kemacetan diperkirakan mencapai Rp 21 Miliar.

Pasokan BBM yang terbatas dan antrean panjang di

SPBU merupakan peluang bagi masyarakat sekitar

dengan menjual BBM eceran dengan harga di atas

harga normal (Rp30.000,00/liter-Rp100.000,00/liter).

Di sisi lain, penjualan BBM eceran tersebut menjadi

sumber pendapatan sementara bagi masyarakat

sekitar sehingga tercapai zero sum game.

Selain itu, di rest area Tol Kanci-Pejagan terdapat

beberapa jasa yang disediakan oleh warga lokal

seperti jasa pijat refleksi (Rp10.000,00/orang), jasa

parkir (Rp2.000,00/kendaraan), jasa kamar kecil

(Rp2.000,00/orang), serta jasa sewa sandal jepit

(Rp1.000,00-2.000,00/orang).

Untuk mengantisipasi kemacetan pada musim mudik

Lebaran 2017, Gubernur Jawa Tengah pada Rapat

evaluasi 13 Juli 2016 telah membentuk Tim Pelayanan

Mudik Lebaran 2017. Bertindak sebagai ketua tim,

Gubernur Jawa Tengah menunjuk Kepala Dinas

P e r h u b u n g a n , K o m u n i k a s i , d a n I n f o r m a s i

30 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

(Dishubkominfo) Jawa Tengah. Langkah-langkah yang

akan dilakukan oleh Tim Pelayanan Mudik 2017 tersebut

diantaranya:

SUPLEMEN I

Rencana mitigasi kemacetan tersebut juga akan

disimulasikan oleh Tim Pelayanan Mudik 2017 pada saat

liburan panjang sebelum musim libur Lebaran tahun

2017. Dengan demikian, diharapkan kemacetan yang

dapat menimbulkan berbagai macam kerugian seperti

yang terjadi di Tol Pejagan-Brebes Timur pada tahun

2016 ini tidak akan terjadi kembali.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Mempersiapkan tambahan jalur alternatif untuk

mempercepat akses keluar tol.

Meningkatkan jumlah SPBU di jalan tol untuk

menjamin ketersediaan BBM bagi pemudik.

Membangun jalan layang di perlintasan kereta api di

Pejagan, Prupuk, Bumi-Ayu, dan Ajibarang.

Menambah jumlah CCTV di jalur-jalur yang rawan

terjadi kemacetan. Selain itu, Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah juga akan menggunakan drone untuk

memantau kemacetan musim mudik Lebaran tahun

2017.

Menyediakan he l ikopter untuk memantau

kemacetan termasuk pengangkutan jasa paramedis

agar dapat melakukan mobilisasi dengan cepat.

Melakukan sosialisasi jalur-jalur alternatif di DKI

Jakarta, dengan mempertimbangkan banyaknya

jumlah pemudik yang berasal dari Kota Jakarta.

Menambah jumlah pasukan pengurai kemacetan baik

di jalan tol maupun jalur pantura.

31PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN II

nasional tercatat sebesar 0,29% (sumber: UN

Comtrade).

Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, dampak langsung yang

timbul sebagai akibat dari Brexit yang ditransmisikan

melalui kegiatan ekspor Jawa Tengah ke Inggris juga

diperkirakan tidak akan signifikan berpengaruh terhadap

perekonomian Jawa Tengah. Hal ini sejalan dengan

kecilnya pangsa ekspor Jawa Tengah ke Inggris. Pada

tahun 2015, pangsa ekspor Jawa Tengah ke Inggris

tercatat sebesar 2,5%.

Sementara itu, dampak tidak langsung Brexit terhadap

perekonomian Jawa Tengah dapat terjadi melalui jalur

perdagangan antara negara tujuan ekspor Jateng ke

Inggris. Hal ini sejalan dengan posisi Jateng yang cukup

banyak melakukan ekspor bahan baku untuk

mendukung ekspor negara tujuan ke berbagai negara,

termasuk Inggris.

Keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni-Eropa (Brexit)

diperkirakan dapat memberikan dampak bagi

perkembangan perekonomian dunia melalui negara-

negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia dan juga

Provinsi Jawa Tengah secara khusus. Berbagai analis

memperkirakan keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni-

Eropa diperkirakan dapat menurunkan kinerja

perekonomian Inggris. IMF pada rilis terbarunya (bulan

Juli 2016) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi

Inggris tahun 2016 dan 2017 ke tingkat yang lebih

rendah.

Dalam jangka pendek, pengumuman keluarnya Inggris

dari keanggotaan Uni-Eropa cukup berdampak bagi

perekonomian regional yang tercermin dari pelemahan

nilai tukar dan harga saham kawasan.

Dalam jangka menengah, dampak Brexit terhadap

perekonomian nasional secara langsung dapat

ditransmisikan melalui kegiatan ekspor Indonesia ke

Inggris. Namun demikian, pangsa ekspor nasional ke

Inggris tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2015, pangsa

ekspor nasional ke Inggris terhadap seluruh ekspor

DAMPAK BRITAIN EXIT TERHADAP EKONOMIPROVINSI JAWA TENGAH

NEGARA 2015

Sumber : IMF

Tabel 1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara oleh IMF

CHINA

US

ASEAN

JAPAN

UK

2016 REVISITERBARU

IMF

2017 REVISITERBARU

IMF

6.9

2.4

4.8

0.5

2.2

6.6

2.2

4.8

0.3

1.7

+0,1

-0,2

0,0

-0,2

-0,2

6.2

2.5

5.1

0.1

1.3

0.0

0.0

0.0

-0.2

-0.9

Grafik 2. Perkembangan Nilai Tukar KawasanSumber: Bloomberg

(3.00) (2.50) (2.00) (1.50) (1.00) (0.50) (0.00)

KRW

MYR

SGD

INR

IDR

PHP

CNY

THB

-2.44

-1.86

-1.37

-0.96

-0.88

-0.79

-0.54

-0.47

PERUBAHAN NILAI TUKAR ASIA24 JUNI 2016 VS 23 JUNI 2016

-3.09

-2.72

-2.11

-1.70

-1.30

-1.29

-0.82

-0.36

Grafik 3. Perkembangan Harga Saham KawasanSumber: Bloomberg

KOREA

INDIA

SINGAPORE

THAILAND

CINA

PHILIPINES

INDONESIA

MALAYSIA

(4.00) (3.00) (2.00) (1.00) (0.00)

PERUBAHAN SAHAM ASIA (23 - 24 JUNI24 JUNI 2016 VS 23 JUNI 2016

Grafik 1. Pangsa Ekspor Nasional ke Beberapa Negara Utama

32 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN II

Grafik 4. Pangsa Ekspor Jawa Tengah dan Pangsa Ekspor Negara Tujuan Jawa Tengah ke InggrisSumber: Bloomberg

Hasil asesmen menunjukkan bahwa dampak tidak

langsung fenomena Brexit terhadap perekonomian Jawa

Tengah ditransmisikan melalui kegiatan ekspor ke negara

mitra dagang utama Inggris juga diperkirakan tidak

signifikan. Data menunjukkan bahwa pangsa ekspor

negara mitra dagang utama Jawa Tengah ke Inggris juga

tidak besar. Meskipun terdapat beberapa negara dengan

pangsa ekspor ke Inggris yang besar, namun di sisi lain

pangsa ekspor Jawa Tengah ke negara-negara tersebut

tidak besar.

Berdasarkan hasil asesmen dampak langsung maupun

tidak langsung, diperkirakan dampak Brexit bagi

perekonomian Jawa Tengah tidak besar. Namun

demikian, para pelaku ekspor diharapkan dapat terus

melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor untuk

dapat meminimalisasi dampak gejolak negara tujuan

bagi kinerja ekspor di masa mendatang.

33PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN II

nasional tercatat sebesar 0,29% (sumber: UN

Comtrade).

Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, dampak langsung yang

timbul sebagai akibat dari Brexit yang ditransmisikan

melalui kegiatan ekspor Jawa Tengah ke Inggris juga

diperkirakan tidak akan signifikan berpengaruh terhadap

perekonomian Jawa Tengah. Hal ini sejalan dengan

kecilnya pangsa ekspor Jawa Tengah ke Inggris. Pada

tahun 2015, pangsa ekspor Jawa Tengah ke Inggris

tercatat sebesar 2,5%.

Sementara itu, dampak tidak langsung Brexit terhadap

perekonomian Jawa Tengah dapat terjadi melalui jalur

perdagangan antara negara tujuan ekspor Jateng ke

Inggris. Hal ini sejalan dengan posisi Jateng yang cukup

banyak melakukan ekspor bahan baku untuk

mendukung ekspor negara tujuan ke berbagai negara,

termasuk Inggris.

Keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni-Eropa (Brexit)

diperkirakan dapat memberikan dampak bagi

perkembangan perekonomian dunia melalui negara-

negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia dan juga

Provinsi Jawa Tengah secara khusus. Berbagai analis

memperkirakan keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni-

Eropa diperkirakan dapat menurunkan kinerja

perekonomian Inggris. IMF pada rilis terbarunya (bulan

Juli 2016) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi

Inggris tahun 2016 dan 2017 ke tingkat yang lebih

rendah.

Dalam jangka pendek, pengumuman keluarnya Inggris

dari keanggotaan Uni-Eropa cukup berdampak bagi

perekonomian regional yang tercermin dari pelemahan

nilai tukar dan harga saham kawasan.

Dalam jangka menengah, dampak Brexit terhadap

perekonomian nasional secara langsung dapat

ditransmisikan melalui kegiatan ekspor Indonesia ke

Inggris. Namun demikian, pangsa ekspor nasional ke

Inggris tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2015, pangsa

ekspor nasional ke Inggris terhadap seluruh ekspor

DAMPAK BRITAIN EXIT TERHADAP EKONOMIPROVINSI JAWA TENGAH

NEGARA 2015

Sumber : IMF

Tabel 1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara oleh IMF

CHINA

US

ASEAN

JAPAN

UK

2016 REVISITERBARU

IMF

2017 REVISITERBARU

IMF

6.9

2.4

4.8

0.5

2.2

6.6

2.2

4.8

0.3

1.7

+0,1

-0,2

0,0

-0,2

-0,2

6.2

2.5

5.1

0.1

1.3

0.0

0.0

0.0

-0.2

-0.9

Grafik 2. Perkembangan Nilai Tukar KawasanSumber: Bloomberg

(3.00) (2.50) (2.00) (1.50) (1.00) (0.50) (0.00)

KRW

MYR

SGD

INR

IDR

PHP

CNY

THB

-2.44

-1.86

-1.37

-0.96

-0.88

-0.79

-0.54

-0.47

PERUBAHAN NILAI TUKAR ASIA24 JUNI 2016 VS 23 JUNI 2016

-3.09

-2.72

-2.11

-1.70

-1.30

-1.29

-0.82

-0.36

Grafik 3. Perkembangan Harga Saham KawasanSumber: Bloomberg

KOREA

INDIA

SINGAPORE

THAILAND

CINA

PHILIPINES

INDONESIA

MALAYSIA

(4.00) (3.00) (2.00) (1.00) (0.00)

PERUBAHAN SAHAM ASIA (23 - 24 JUNI24 JUNI 2016 VS 23 JUNI 2016

Grafik 1. Pangsa Ekspor Nasional ke Beberapa Negara Utama

32 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN II

Grafik 4. Pangsa Ekspor Jawa Tengah dan Pangsa Ekspor Negara Tujuan Jawa Tengah ke InggrisSumber: Bloomberg

Hasil asesmen menunjukkan bahwa dampak tidak

langsung fenomena Brexit terhadap perekonomian Jawa

Tengah ditransmisikan melalui kegiatan ekspor ke negara

mitra dagang utama Inggris juga diperkirakan tidak

signifikan. Data menunjukkan bahwa pangsa ekspor

negara mitra dagang utama Jawa Tengah ke Inggris juga

tidak besar. Meskipun terdapat beberapa negara dengan

pangsa ekspor ke Inggris yang besar, namun di sisi lain

pangsa ekspor Jawa Tengah ke negara-negara tersebut

tidak besar.

Berdasarkan hasil asesmen dampak langsung maupun

tidak langsung, diperkirakan dampak Brexit bagi

perekonomian Jawa Tengah tidak besar. Namun

demikian, para pelaku ekspor diharapkan dapat terus

melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor untuk

dapat meminimalisasi dampak gejolak negara tujuan

bagi kinerja ekspor di masa mendatang.

33PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN III

bertambah luas, dimana semula hanya 4 (empat) desa

dalam 1 (satu) kecamatan menjadi 10 kecamatan yang

ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan meliputi

Kecamatan Kedungbanteng, Karanglewas, Baturraden,

Sokaraja, Kembaran, Sumbang, Sumpiuh, Kemranjen,

Ajibarang dan Kecamatan Cilongok. Kecamatan yang

termasuk dalam Kawasan Minapolitan tersebut

kemudian dicitrakan sebagai KEBANGCIRAWAS.

Pada tahun 2015 ditetapkan Surat Keputusan Bupati

Banyumas Nomor 523/76/TAHUN 2015 tentang

Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Minapolitan

Kabupaten Banyumas Tahun 2015-2020, sebagai

pengganti Keputusan Bupati yang lalu yang telah

berakhir masa berlakunya. Pada Keputusan Bupati

tersebut, masih 10 kecataman yang ditetapkan sebagai

Kawasan Minapolitan sebagaimana yang telah

ditetapkan melalui Keputusan Bupati Banyumas Nomor

523/673/2008 tanggal 13 Desember 2008. Disamping

lokasi kawasan minapolitan, pada Keputusan Bupati

Banyumas Nomor 523/76/TAHUN 2015 tersebut juga

ditetapkan komoditas yang dikembangkan dalam

kawasan minapolitan. Sebagai komoditas unggulan

minapolitan masih tetap ikan Gurami, kemudian ada

tambahan yaitu: komoditas andalan adalah ikan Lele dan

sebagai komoditas potensial adalah ikan Nila.

Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten

Banyumas 2013-2018, dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

kawasan yaitu Kawasan Pembenihan, Kawasan

Pembesaran serta Kawasan Pengolahan Ikan dan

Pemasaran. Pada masing-masing kawasan tersebut

terdapat kawasan yang dijadikan sebagai sentra dan

kawasan yang dijadikan sebagai hinterland sebagaimana

tersebut berikut ini.

Salah satu arah kebijakan dan strategi agenda

pembangunan kemaritiman nasional yang tertuang

dalam RPJMN 2015-2019 adalah “Meningkatkan Harkat

dan Taraf Hidup Nelayan dan Masyarakat Pesisir”.

Pendalaman bisnis proses usaha di sektor perikanan

dapat memberikan gambaran mengenai progress

kebijakan tersebut. Kabupaten Banyumas tidak memiliki

wilayah perairan laut, namun usaha di sektor

perikanannya sudah cukup terintegrasi dalam Kawasan

Minapolitan Banyumas.

Kawasan Minapolitan berdasarkan turunan kawasan

Agropolitan: adalah kawasan yang terdiri atas satu atau

lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai

sistem produksi perikanan dan pengeloaan sumberdaya

alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan

fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

permukiman dan sistem minabisnis.

Program Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah

pembangunan ekonomi berbasis perikanan di Kawasan

Agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan

jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis

yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan

dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat

dan difasilitasi oleh pemerintah.

Lokasi pengembangan Kawasan Minapolitan di

Kabupaten Banyumas selanjutnya disempurnakan

mela lu i Keputusan Bupat i Banyumas Nomor

523/673/2008 tanggal 13 Desember 2008 tentang

Perubahan Atas Keputusan Bupati Banyumas Nomor

523/241/2008 Tentang Penetapan Lokasi Program

Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten

Banyumas Tahun 2009-2014. Dengan Keputusan Bupati

tersebut, lokasi Kawasan Minapolitan menjadi

ISU KAWASAN MINAPOLITAN BANYUMAS

34 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN III

Sentra: Kecamatan Kedungbanteng (Desa Beji, Desa

Karangssalam Kidul, Desa Karangnangka dan Desa

Kebocoran).

Hinterland: - Kecamatan Karanglewas (Desa Singasari

dan Desa Jipang) dan Kecamatan Baturraden (Desa

Kutasari, Desa Pandak dan Desa Purwosari)

Kebijakan pengembangan Kawasan Minapolitan di

Kabupaten Banyumas telah berimplikasi positif terhadap

peningkatan dan pengembangan perikanan di

Kabupaten Banyumas khususnya ikan Gurami sebagai

komoditas unggulan sebagaimana yang telah ditetapkan

melalu Keputusan Bupati Banyumas. Hal tersebut secara

otomatis juga menjadi sumber pendapatan utama bagi

masyarakat yang berada di dalam kawasan tersebut.

Pada tahun 2014 produksi ikan Gurami konsumsi di

Kabupaten Banyumas telah mencapai 4.060,09 ton dan

memberikan kontribusi hingga 48,81% dari total

produksi ikan di Kabupaten Banyumas yang mencapai

8.318,63 ton. Produksi ikan Gurami di tahun 2015

meningkat sebesar 4.952,88 ton dengan tingkat

kontribusi mencapai 50,17 % dari total produksi ikan.

Adapun produksi pembesaran dan pembenihan ikan di

Kabupaten Banyumas tahun 2014 dan 2015 secara rinci

terlihat pada tabel berikut.

Berdasarkan hasil kunjungan ke Dinas Perikanan dan

Peternakan Banyumas dan Kelompok Pembesaran

Gurame Ulam Sari serta kelompok Pembenihan Gurame

Desa Beji dapat diidentifikasi permasalahan sebagai

berikut:

A. KAWASAN PEMBENIHAN

Sentra: Kecamatan Sokaraja (Desa Kalikidang, Desa

Wiradadi, Desa Lemberang dan Desa Karangduren)

Hinterland:

-

-

-

-

-

-

B. KAWASAN PEMBESARAN

Kecamatan Kembaran (Desa Bantarwuni, Desa

Kembaran dan Desa Karangtengah).

Kecamatan Sumbang (Desa Sumbang, Desa Banteran,

Desa Banjarsari Kulon dan Desa Tambaksogra) .

Kecamatan Sumpiuh (Desa Bogangin).

Kecamatan Ajibarag (Desa Ajibarang Wetan).

Kecamatan Kemranjen (Desa Pageralang).

Kecamatan Cilongok (Desa Kalisari).

Sentra: Kecamatan Sokaraja

Hinterland: Seluruh kecamatan/ desa yang menjadi lokasi

minapolitan baik di Kawasan Pembenihan maupun

Kawasan Pembesaran.

C. KAWASAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

JENIS IKAN(Ton)

Sumber : Dinnakkan Kabupaten Banyumas, 2015

Tabel 1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara oleh IMF

GURAME

TAWES

NILEM

NILA

LELE

KARPER

BAWAL

MUJAIR

PATIN

SIDAT

JUMLAH

(Ekor) (Ton) (Ekor)

4,060.09

1,287.20

803.47

554.03

822.88

603.08

81.19

76.13

30.57

-

127,646,298.00

42,205,030.00

26,742,632.00

12,864,937.00

19,607,309.00

13,951,307.00

-

1,115,960.00

-

-

4,952.88

1,500.74

908.97

673.35

956.25

685.19

84.02

83.72

24.85

1.30

121,163,733.00

49,780,440.00

32,423,119.00

43,984,682.00

34,551,921.00

18,381,036.00

-

1,791,047.00

-

-

8,318.64 244,133,473.00 9,871.27 302,075,978.00

PRODUKSI PEMBESARAN

TAHUN 2014

PRODUKSI PEMBENIHAN PRODUKSI PEMBESARAN PRODUKSI PEMBENIHAN

TAHUN 2015

35PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN III

bertambah luas, dimana semula hanya 4 (empat) desa

dalam 1 (satu) kecamatan menjadi 10 kecamatan yang

ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan meliputi

Kecamatan Kedungbanteng, Karanglewas, Baturraden,

Sokaraja, Kembaran, Sumbang, Sumpiuh, Kemranjen,

Ajibarang dan Kecamatan Cilongok. Kecamatan yang

termasuk dalam Kawasan Minapolitan tersebut

kemudian dicitrakan sebagai KEBANGCIRAWAS.

Pada tahun 2015 ditetapkan Surat Keputusan Bupati

Banyumas Nomor 523/76/TAHUN 2015 tentang

Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Minapolitan

Kabupaten Banyumas Tahun 2015-2020, sebagai

pengganti Keputusan Bupati yang lalu yang telah

berakhir masa berlakunya. Pada Keputusan Bupati

tersebut, masih 10 kecataman yang ditetapkan sebagai

Kawasan Minapolitan sebagaimana yang telah

ditetapkan melalui Keputusan Bupati Banyumas Nomor

523/673/2008 tanggal 13 Desember 2008. Disamping

lokasi kawasan minapolitan, pada Keputusan Bupati

Banyumas Nomor 523/76/TAHUN 2015 tersebut juga

ditetapkan komoditas yang dikembangkan dalam

kawasan minapolitan. Sebagai komoditas unggulan

minapolitan masih tetap ikan Gurami, kemudian ada

tambahan yaitu: komoditas andalan adalah ikan Lele dan

sebagai komoditas potensial adalah ikan Nila.

Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten

Banyumas 2013-2018, dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

kawasan yaitu Kawasan Pembenihan, Kawasan

Pembesaran serta Kawasan Pengolahan Ikan dan

Pemasaran. Pada masing-masing kawasan tersebut

terdapat kawasan yang dijadikan sebagai sentra dan

kawasan yang dijadikan sebagai hinterland sebagaimana

tersebut berikut ini.

Salah satu arah kebijakan dan strategi agenda

pembangunan kemaritiman nasional yang tertuang

dalam RPJMN 2015-2019 adalah “Meningkatkan Harkat

dan Taraf Hidup Nelayan dan Masyarakat Pesisir”.

Pendalaman bisnis proses usaha di sektor perikanan

dapat memberikan gambaran mengenai progress

kebijakan tersebut. Kabupaten Banyumas tidak memiliki

wilayah perairan laut, namun usaha di sektor

perikanannya sudah cukup terintegrasi dalam Kawasan

Minapolitan Banyumas.

Kawasan Minapolitan berdasarkan turunan kawasan

Agropolitan: adalah kawasan yang terdiri atas satu atau

lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai

sistem produksi perikanan dan pengeloaan sumberdaya

alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan

fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

permukiman dan sistem minabisnis.

Program Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah

pembangunan ekonomi berbasis perikanan di Kawasan

Agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan

jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis

yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan

dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat

dan difasilitasi oleh pemerintah.

Lokasi pengembangan Kawasan Minapolitan di

Kabupaten Banyumas selanjutnya disempurnakan

mela lu i Keputusan Bupat i Banyumas Nomor

523/673/2008 tanggal 13 Desember 2008 tentang

Perubahan Atas Keputusan Bupati Banyumas Nomor

523/241/2008 Tentang Penetapan Lokasi Program

Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten

Banyumas Tahun 2009-2014. Dengan Keputusan Bupati

tersebut, lokasi Kawasan Minapolitan menjadi

ISU KAWASAN MINAPOLITAN BANYUMAS

34 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN III

Sentra: Kecamatan Kedungbanteng (Desa Beji, Desa

Karangssalam Kidul, Desa Karangnangka dan Desa

Kebocoran).

Hinterland: - Kecamatan Karanglewas (Desa Singasari

dan Desa Jipang) dan Kecamatan Baturraden (Desa

Kutasari, Desa Pandak dan Desa Purwosari)

Kebijakan pengembangan Kawasan Minapolitan di

Kabupaten Banyumas telah berimplikasi positif terhadap

peningkatan dan pengembangan perikanan di

Kabupaten Banyumas khususnya ikan Gurami sebagai

komoditas unggulan sebagaimana yang telah ditetapkan

melalu Keputusan Bupati Banyumas. Hal tersebut secara

otomatis juga menjadi sumber pendapatan utama bagi

masyarakat yang berada di dalam kawasan tersebut.

Pada tahun 2014 produksi ikan Gurami konsumsi di

Kabupaten Banyumas telah mencapai 4.060,09 ton dan

memberikan kontribusi hingga 48,81% dari total

produksi ikan di Kabupaten Banyumas yang mencapai

8.318,63 ton. Produksi ikan Gurami di tahun 2015

meningkat sebesar 4.952,88 ton dengan tingkat

kontribusi mencapai 50,17 % dari total produksi ikan.

Adapun produksi pembesaran dan pembenihan ikan di

Kabupaten Banyumas tahun 2014 dan 2015 secara rinci

terlihat pada tabel berikut.

Berdasarkan hasil kunjungan ke Dinas Perikanan dan

Peternakan Banyumas dan Kelompok Pembesaran

Gurame Ulam Sari serta kelompok Pembenihan Gurame

Desa Beji dapat diidentifikasi permasalahan sebagai

berikut:

A. KAWASAN PEMBENIHAN

Sentra: Kecamatan Sokaraja (Desa Kalikidang, Desa

Wiradadi, Desa Lemberang dan Desa Karangduren)

Hinterland:

-

-

-

-

-

-

B. KAWASAN PEMBESARAN

Kecamatan Kembaran (Desa Bantarwuni, Desa

Kembaran dan Desa Karangtengah).

Kecamatan Sumbang (Desa Sumbang, Desa Banteran,

Desa Banjarsari Kulon dan Desa Tambaksogra) .

Kecamatan Sumpiuh (Desa Bogangin).

Kecamatan Ajibarag (Desa Ajibarang Wetan).

Kecamatan Kemranjen (Desa Pageralang).

Kecamatan Cilongok (Desa Kalisari).

Sentra: Kecamatan Sokaraja

Hinterland: Seluruh kecamatan/ desa yang menjadi lokasi

minapolitan baik di Kawasan Pembenihan maupun

Kawasan Pembesaran.

C. KAWASAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

JENIS IKAN(Ton)

Sumber : Dinnakkan Kabupaten Banyumas, 2015

Tabel 1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara oleh IMF

GURAME

TAWES

NILEM

NILA

LELE

KARPER

BAWAL

MUJAIR

PATIN

SIDAT

JUMLAH

(Ekor) (Ton) (Ekor)

4,060.09

1,287.20

803.47

554.03

822.88

603.08

81.19

76.13

30.57

-

127,646,298.00

42,205,030.00

26,742,632.00

12,864,937.00

19,607,309.00

13,951,307.00

-

1,115,960.00

-

-

4,952.88

1,500.74

908.97

673.35

956.25

685.19

84.02

83.72

24.85

1.30

121,163,733.00

49,780,440.00

32,423,119.00

43,984,682.00

34,551,921.00

18,381,036.00

-

1,791,047.00

-

-

8,318.64 244,133,473.00 9,871.27 302,075,978.00

PRODUKSI PEMBESARAN

TAHUN 2014

PRODUKSI PEMBENIHAN PRODUKSI PEMBESARAN PRODUKSI PEMBENIHAN

TAHUN 2015

35PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN III

36 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Persentase realisasi pendapatan menurun, sementara persentase realisasi belanja pada triwulan II 2016 meningkat.

KEUANGAN PEMERINTAH

BABII

Melambatnya persentase realisasi pendapatan utamanya masih berasal dari rendahnya

penerimaan pajak daerah seiring menurunnya pertumbuhan jumlah kendaraan baru.

Peningkatan realisasi belanja berasal dari belanja pegawai yang meningkat di tengah

pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) serta gaji ke-13 dan gaji ke-14, serta belanja

modal yang meningkat seiring adanya perbaikan infrastruktur jelang Idul Fitri.

Realisasi belanja APBN Provinsi Jawa Tengah pada triwulan II 2016 lebih baik

dibandingkan triwulan II 2015 terutama didorong oleh meningkatnya belanja pegawai di

tengah pemberian THR serta gaji ke-13 dan gaji ke-14.

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN III

36 PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Persentase realisasi pendapatan menurun, sementara persentase realisasi belanja pada triwulan II 2016 meningkat.

KEUANGAN PEMERINTAH

BABII

Melambatnya persentase realisasi pendapatan utamanya masih berasal dari rendahnya

penerimaan pajak daerah seiring menurunnya pertumbuhan jumlah kendaraan baru.

Peningkatan realisasi belanja berasal dari belanja pegawai yang meningkat di tengah

pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) serta gaji ke-13 dan gaji ke-14, serta belanja

modal yang meningkat seiring adanya perbaikan infrastruktur jelang Idul Fitri.

Realisasi belanja APBN Provinsi Jawa Tengah pada triwulan II 2016 lebih baik

dibandingkan triwulan II 2015 terutama didorong oleh meningkatnya belanja pegawai di

tengah pemberian THR serta gaji ke-13 dan gaji ke-14.

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi Jawa Tengah pada 2016

meningkat dibandingkan tahun anggaran 2015.

Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp22,03

triliun atau naik 20,87% dibandingkan tahun 2015.

Begitu pula dengan anggaran belanja yang meningkat

menjadi Rp22,43 t r i l iun atau naik 14,24%

dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan,

defisit anggaran pada tahun 2016 mengalami

pengurangan, dari sebelumnya defisit Rp1,41 triliun

menjadi sebesar Rp401 miliar.

Ditinjau dari serapan terhadap anggaran,

persentase realisasi pendapatan mengalami

penurunan, sementara persentase realisasi belanja

meningkat. Realisasi pendapatan triwulan laporan

sebesar 43,76% dari APBD 2016, lebih rendah

dibandingkan serapan pendapatan triwulan II 2015

yang sebesar 44,71%. Sementara itu, realisasi belanja

triwulan II 2016 sebesar 34,39% dari APBD 2016, lebih

2.1. Realisasi APBD Triwulan II 2016

Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2016 (Rp Miliar)

URAIAN APBD 2016 Realisasi II - 2016

PENDAPATAN

PAD

DANA PERIMBANGAN

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA LANGSUNG

SURPLUS/DEFISIT

22.026

13.811

8.153

62

22.427

16.039

6.388

(401)

9.638

5.511

4.097

29

7.712

5.646

2.066

1.925

% Realisasi

43.76%

39.90%

50.26%

47.18%

34.39%

35.20%

32.34%

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016Grafik 2.1

18,223 19,632

(1,409)

22,026 22,427

(401)

(5,000)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)

RP MILIAR

T.A. 2015 T.A. 2016

8,147

6,582

1,565

9,638

7,712

1,925

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016Grafik 2.2

PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)

II 2015 II 2016

RP MILIAR

baik dibandingkan triwulan II 2015 sebesar 33,53%

dari APBD Perubahan (APBD-P) 2015.

Secara nominal, realisasi pendapatan dan belanja

pemerintah pada triwulan II 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan tahun lalu. Realisasi

pendapatan triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp9,64

triliun, meningkat 18,30% dibandingkan realisasi

pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar

Rp8,15 triliun. Sementara itu, realisasi belanja juga

meningkat sebesar 17,18% pada triwulan II 2015; dari

sebelumnya Rp6,58 triliun menjadi Rp7,71 triliun pada

triwulan laporan.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov

Jateng) mencatatkan surplus sebesar Rp1,93 pada

triwulan II 2016. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan

surplus pada triwulan II 2015 yang sebesar Rp1,57

triliun. Berdasarkan data historis lima tahun terakhir,

kondisi surplus ini merupakan pola musiman yang

selalu terjadi pada triwulan II.

39KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi Jawa Tengah pada 2016

meningkat dibandingkan tahun anggaran 2015.

Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp22,03

triliun atau naik 20,87% dibandingkan tahun 2015.

Begitu pula dengan anggaran belanja yang meningkat

menjadi Rp22,43 t r i l iun atau naik 14,24%

dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan,

defisit anggaran pada tahun 2016 mengalami

pengurangan, dari sebelumnya defisit Rp1,41 triliun

menjadi sebesar Rp401 miliar.

Ditinjau dari serapan terhadap anggaran,

persentase realisasi pendapatan mengalami

penurunan, sementara persentase realisasi belanja

meningkat. Realisasi pendapatan triwulan laporan

sebesar 43,76% dari APBD 2016, lebih rendah

dibandingkan serapan pendapatan triwulan II 2015

yang sebesar 44,71%. Sementara itu, realisasi belanja

triwulan II 2016 sebesar 34,39% dari APBD 2016, lebih

2.1. Realisasi APBD Triwulan II 2016

Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2016 (Rp Miliar)

URAIAN APBD 2016 Realisasi II - 2016

PENDAPATAN

PAD

DANA PERIMBANGAN

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA LANGSUNG

SURPLUS/DEFISIT

22.026

13.811

8.153

62

22.427

16.039

6.388

(401)

9.638

5.511

4.097

29

7.712

5.646

2.066

1.925

% Realisasi

43.76%

39.90%

50.26%

47.18%

34.39%

35.20%

32.34%

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016Grafik 2.1

18,223 19,632

(1,409)

22,026 22,427

(401)

(5,000)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)

RP MILIAR

T.A. 2015 T.A. 2016

8,147

6,582

1,565

9,638

7,712

1,925

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016Grafik 2.2

PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)

II 2015 II 2016

RP MILIAR

baik dibandingkan triwulan II 2015 sebesar 33,53%

dari APBD Perubahan (APBD-P) 2015.

Secara nominal, realisasi pendapatan dan belanja

pemerintah pada triwulan II 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan tahun lalu. Realisasi

pendapatan triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp9,64

triliun, meningkat 18,30% dibandingkan realisasi

pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar

Rp8,15 triliun. Sementara itu, realisasi belanja juga

meningkat sebesar 17,18% pada triwulan II 2015; dari

sebelumnya Rp6,58 triliun menjadi Rp7,71 triliun pada

triwulan laporan.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov

Jateng) mencatatkan surplus sebesar Rp1,93 pada

triwulan II 2016. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan

surplus pada triwulan II 2015 yang sebesar Rp1,57

triliun. Berdasarkan data historis lima tahun terakhir,

kondisi surplus ini merupakan pola musiman yang

selalu terjadi pada triwulan II.

39KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH

II - 2015 II - 2016

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2015 & 2016

PENDAPATAN ASLI DAERAH

PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YG DIPISAHKAN

LAIN-LAIN PAD YANG SAH

DANA PERIMBANGAN

DANA BAGI HASIL PAJAK/BUKAN PAJAK

DANA ALOKASI UMUM

DANA ALOKASI KHUSUS

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

HIBAH

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS

DANA INSENTIF DAERAH

PENDAPATAN LAINNYA

JUMLAH PENDAPATANSumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

41.64%

37.70%

44.86%

94.49%

62.78%

53.09%

43.68%

58.33%

30.00%

49.16%

27.73%

49.67%

0.00%

100.20%

44.71%

39.90%

36.73%

50.58%

89.42%

54.76%

50.26%

43.46%

58.33%

48.62%

47.18%

42.49%

50.00%

-

-

43.76%

Realisasi Pendapatan DaerahGrafik 2.1 Realisasi Belanja DaerahGrafik 2.2

BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 RP TRILIUN

0

2

4

6

8

10

12

14

PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolahSumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

kemandirian fiskal Pemprov Jateng. Sementara itu,

pangsa Daper menurun menjadi 42,51% pada triwulan

II 2016 dari sebelumnya 51,44% pada triwulan II 2015.

Penurunan ini terutama berasal dari Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada

triwulan laporan.

Sumber utama PAD berasal dari komponen pajak

daerah, dengan peran sebesar 80% dari total PAD,

diikuti oleh lain-lain PAD yang sah (13%), dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (6%).

Pada triwulan laporan, realisasi pajak daerah terbilang

rendah seh ingga menyebabkan penurunan

pendapatan secara keseluruhan. Tercatat, realisasi

pajak daerah sebesar 36,73%; lebih rendah

dibandingkan triwulan II tahun lalu yang mencapai

37,70%. Rendahnya realisasi pajak daerah ini didorong

oleh menurunnya pertumbuhan jumlah kendaraan

baru. Selain itu, terdapat kecenderungan masyarakat

untuk membeli mobil Low Cost Green Car (LCGC) yang

2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan II 2016

Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah

sampai dengan triwulan II 2016 sebesar 43,76%

dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan II 2015 yang sebesar 44,71%.

Namun demikian, realisasi di triwulan ini masih lebih

tinggi dibandingkan dengan rata-rata realisasi

pendapatan lima tahun terakhir yang sebesar 43,18%.

Penurunan persentase serapan ini terjadi di seluruh

komponen, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan (Daper), dan lain-lain pendapatan yang

sah.

P e n u r u n a n PA D d a n D a p e r u t a m a n y a

memengaruhi realisasi pendapatan daerah secara

keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan sumber utama

pendapatan daerah Jawa Tengah berasal dari pos

kedua pos tersebut. Pangsa PAD meningkat menjadi

57,18% dari sebelumnya 48,44% pada triwulan II

2015. Peningkatan ini mengindikasikan meningkatnya

40 KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

RP TRILIUN

PADDANA PERIMBANGANTRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

57,18%42,51%

0,31%

Grafik 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan II 2016Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerahdan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

4

5

5

6

6

7

7

-

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY %, YOY

I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

PENDAPATAN PAJAK DAERAH PDRB - SKALA KANAN

memiliki nilai pajak yang lebih rendah. Kedua hal

tersebut menyebabkan serapan pajak Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor (BBNKB) menjadi rendah.

Meskipun demikian, pertumbuhan pajak daerah

yang terkumpul pada triwulan II 2016 mengalami

perbaikan. Pajak daerah tumbuh 19,22% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 3,16%

(yoy). Hal ini sejalan dengan perekonomian yang

tumbuh membaik pada triwulan laporan.

Komponen lain-lain PAD yang sah mengalami

penurunan realisasi dari 62,78% pada triwulan II

2015 menjadi 54,76% pada triwulan laporan.

Penurunan ini sejalan dengan penurunan DPK Pemda

dari 19,65% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi

-12,90% (yoy) pada triwulan II 2016, serta penurunan

Suku Bunga Tertimbang (SBT) dari 4,05% pada triwulan

II 2015 menjadi 3,46% pada triwulan laporan.

Berdasarkan komponen Daper, sumber

pendapatan utamanya berasal dari DAK, dengan

peran sebesar 64% dari total Daper, diikuti oleh Dana

Alokasi Umum/DAU (26%), dan Dana Bagi Hasil/DBH

(10%). Meningkatnya DAK ini sejalan dengan

meningkatnya pemberian Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) di tahun 2016. Adapun alokasi

pemberian BOS di tahun 2016 ialah sebesar Rp5,22

triliun. Tercatat, realisasi pendapatan DAK sebesar

48,62%, meningkat dibandingkan triwulan II 2015

yang sebelumnya sebesar 30%. Sementara itu,

penurunan persentase serapan terjadi pada DBH yang

turun menjadi 43,46%, dari sebelumnya 43,68% di

triwulan II 2015. Adapun realisasi DAU tercatat stabil

dengan realisasi sebesar 58,33% sesuai dengan pola

historisnya.

Lebih lanjut, komponen Lain-lain Pendapatan

Daerah yang Sah tercatat mengalami penurunan.

Pada triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar

47,18%; menurun dibandingkan triwulan yang sama di

tahun 2015 sebesar 49,16%. Tidak terdapatnya

realisasi pendapatan Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus di triwulan laporan menyebabkan penurunan

realisasi pada komponen ini. Adapun realisasi

pendapatan seluruhnya berasal dari pos hibah dan

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dengan

masing-masing persentase realisasi sebesar 42,49%

dan 50,00%.

2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan II 2016Pada triwulan II 2016, realisasi belanja Provinsi

Jawa Tengah sebesar 34,39% dari total anggaran

belanja 2016. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

dengan persentase realisasi periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 33,53%. Meningkatnya realisasi

ini terutama didorong oleh peningkatan belanja tidak

langsung yang memiliki peran dominan, yakni sebesar

73,21%.

41KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH

II - 2015 II - 2016

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2015 & 2016

PENDAPATAN ASLI DAERAH

PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YG DIPISAHKAN

LAIN-LAIN PAD YANG SAH

DANA PERIMBANGAN

DANA BAGI HASIL PAJAK/BUKAN PAJAK

DANA ALOKASI UMUM

DANA ALOKASI KHUSUS

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

HIBAH

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS

DANA INSENTIF DAERAH

PENDAPATAN LAINNYA

JUMLAH PENDAPATANSumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

41.64%

37.70%

44.86%

94.49%

62.78%

53.09%

43.68%

58.33%

30.00%

49.16%

27.73%

49.67%

0.00%

100.20%

44.71%

39.90%

36.73%

50.58%

89.42%

54.76%

50.26%

43.46%

58.33%

48.62%

47.18%

42.49%

50.00%

-

-

43.76%

Realisasi Pendapatan DaerahGrafik 2.1 Realisasi Belanja DaerahGrafik 2.2

BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 RP TRILIUN

0

2

4

6

8

10

12

14

PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolahSumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

kemandirian fiskal Pemprov Jateng. Sementara itu,

pangsa Daper menurun menjadi 42,51% pada triwulan

II 2016 dari sebelumnya 51,44% pada triwulan II 2015.

Penurunan ini terutama berasal dari Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada

triwulan laporan.

Sumber utama PAD berasal dari komponen pajak

daerah, dengan peran sebesar 80% dari total PAD,

diikuti oleh lain-lain PAD yang sah (13%), dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (6%).

Pada triwulan laporan, realisasi pajak daerah terbilang

rendah seh ingga menyebabkan penurunan

pendapatan secara keseluruhan. Tercatat, realisasi

pajak daerah sebesar 36,73%; lebih rendah

dibandingkan triwulan II tahun lalu yang mencapai

37,70%. Rendahnya realisasi pajak daerah ini didorong

oleh menurunnya pertumbuhan jumlah kendaraan

baru. Selain itu, terdapat kecenderungan masyarakat

untuk membeli mobil Low Cost Green Car (LCGC) yang

2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan II 2016

Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah

sampai dengan triwulan II 2016 sebesar 43,76%

dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan II 2015 yang sebesar 44,71%.

Namun demikian, realisasi di triwulan ini masih lebih

tinggi dibandingkan dengan rata-rata realisasi

pendapatan lima tahun terakhir yang sebesar 43,18%.

Penurunan persentase serapan ini terjadi di seluruh

komponen, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan (Daper), dan lain-lain pendapatan yang

sah.

P e n u r u n a n PA D d a n D a p e r u t a m a n y a

memengaruhi realisasi pendapatan daerah secara

keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan sumber utama

pendapatan daerah Jawa Tengah berasal dari pos

kedua pos tersebut. Pangsa PAD meningkat menjadi

57,18% dari sebelumnya 48,44% pada triwulan II

2015. Peningkatan ini mengindikasikan meningkatnya

40 KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

RP TRILIUN

PADDANA PERIMBANGANTRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

57,18%42,51%

0,31%

Grafik 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan II 2016Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerahdan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

4

5

5

6

6

7

7

-

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY %, YOY

I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

PENDAPATAN PAJAK DAERAH PDRB - SKALA KANAN

memiliki nilai pajak yang lebih rendah. Kedua hal

tersebut menyebabkan serapan pajak Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor (BBNKB) menjadi rendah.

Meskipun demikian, pertumbuhan pajak daerah

yang terkumpul pada triwulan II 2016 mengalami

perbaikan. Pajak daerah tumbuh 19,22% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 3,16%

(yoy). Hal ini sejalan dengan perekonomian yang

tumbuh membaik pada triwulan laporan.

Komponen lain-lain PAD yang sah mengalami

penurunan realisasi dari 62,78% pada triwulan II

2015 menjadi 54,76% pada triwulan laporan.

Penurunan ini sejalan dengan penurunan DPK Pemda

dari 19,65% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi

-12,90% (yoy) pada triwulan II 2016, serta penurunan

Suku Bunga Tertimbang (SBT) dari 4,05% pada triwulan

II 2015 menjadi 3,46% pada triwulan laporan.

Berdasarkan komponen Daper, sumber

pendapatan utamanya berasal dari DAK, dengan

peran sebesar 64% dari total Daper, diikuti oleh Dana

Alokasi Umum/DAU (26%), dan Dana Bagi Hasil/DBH

(10%). Meningkatnya DAK ini sejalan dengan

meningkatnya pemberian Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) di tahun 2016. Adapun alokasi

pemberian BOS di tahun 2016 ialah sebesar Rp5,22

triliun. Tercatat, realisasi pendapatan DAK sebesar

48,62%, meningkat dibandingkan triwulan II 2015

yang sebelumnya sebesar 30%. Sementara itu,

penurunan persentase serapan terjadi pada DBH yang

turun menjadi 43,46%, dari sebelumnya 43,68% di

triwulan II 2015. Adapun realisasi DAU tercatat stabil

dengan realisasi sebesar 58,33% sesuai dengan pola

historisnya.

Lebih lanjut, komponen Lain-lain Pendapatan

Daerah yang Sah tercatat mengalami penurunan.

Pada triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar

47,18%; menurun dibandingkan triwulan yang sama di

tahun 2015 sebesar 49,16%. Tidak terdapatnya

realisasi pendapatan Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus di triwulan laporan menyebabkan penurunan

realisasi pada komponen ini. Adapun realisasi

pendapatan seluruhnya berasal dari pos hibah dan

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dengan

masing-masing persentase realisasi sebesar 42,49%

dan 50,00%.

2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan II 2016Pada triwulan II 2016, realisasi belanja Provinsi

Jawa Tengah sebesar 34,39% dari total anggaran

belanja 2016. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

dengan persentase realisasi periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 33,53%. Meningkatnya realisasi

ini terutama didorong oleh peningkatan belanja tidak

langsung yang memiliki peran dominan, yakni sebesar

73,21%.

41KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pencapaian realisasi belanja tidak langsung

meningkat pada triwulan laporan. Realisasi pada

triwulan II 2016 sebesar 35,20%; lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 34,04%.

Ditinjau dari komponennya, belanja tidak langsung

digunakan untuk belanja hibah, belanja bagi hasil

kepada kabupaten/kota, dan belanja pegawai dengan

masing-masing peran sebesar 45%, 28%, dan 22%

dari total belanja tidak langsung. Belanja hibah dan belanja pegawai tumbuh

meningkat seiring dengan meningkatnya

pemberian bantuan hibah dan pemberian THR

serta gaji ke-13 dan gaji ke-14 pada bulan

Ramadhan dan Idul Fitri. Pada triwulan II 2016,

belanja hibah tercatat sebesar Rp2,56 triliun atau

47,75% dari total anggaran, lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2015 yang sebesar Rp1,86 triliun. Adapun

belanja pegawai tercatat sebesar Rp1,23 triliun atau

41,72%, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun

sebelumnya yang sebesar Rp948,37 miliar atau

41,20%.

K o m p o n e n b e l a n j a b a g i h a s i l k e p a d a

kabupaten/kota mengalami penurunan

dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Pada triwulan laporan, realisasi

komponen tersebut sebesar 29,88%, lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 31,53%.

Meskipun secara nominal meningkat, yakni dari Rp1,55

triliun menjadi Rp1,60 triliun, terjadi penurunan

persentase realisasi. Menurunnya persentase realisasi

ini utamanya disebabkan pagu yang relatif tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya.

Ditinjau dari pertumbuhan tahunan, belanja bagi

hasil kepada kabupaten/kota meningkat sejalan

dengan pertumbuhan tahunan PAD terkumpul pada

triwulan laporan dan seiring perbaikan ekonomi

tahunan Jawa Tengah. Belanja bagi hasil kepada

kabupaten/kota tumbuh 20,22% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan lalu yang mencatatkan

kontraksi 40,15% (yoy).

Grafik 2.8 Pertumbuhan Tahunan Belanja Bagi HasilKepada Kabupaten/Kota dan PAD

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

BELANJA BAGI HASIL KPD KAB/KOTA PAD

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

35

40

(100)

(50)

-

50

100

150

200 %, YOY %, YOY

Tabel 2.3. Realisasi Belanja triwulan II 2015 & 2016

URAIAN

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA KABUPATEN/KOTA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA

BELANJA TIDAK TERDUGA

BELANJA LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

JUMLAH BELANJA

34.04%

41.20%

47.55%

27.85%

31.53%

12.36%

26.74%

32.31%

48.11%

40.29%

21.50%

33.53%

35.20%

41.72%

47.75%

0.00%

29.88%

11.34%

2.76%

32.34%

39.40%

37.24%

27.04%

34.39%Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

II - 2015 II - 2016

BELANJA TIDAK LANGSUNGBELANJA LANGSUNG

Grafik 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan II 2016Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

73,21%26,79%

42 KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Sementara itu, pada komponen belanja langsung,

persentase realisasi relatif stabil. Penyerapan

belanja langsung tercatat 32,34%, relatif stabil

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 32,31%.

Apabila ditinjau secara pos pengeluarannya, realisasi

belanja modal yang memiliki peran 41% dari total

belanja langsung ini mengalami peningkatan realisasi.

Sementara itu, belanja barang dan jasa serta belanja

pegawai mengalami penurunan dengan masing-

masing peran sebesar 52% dan 7% terhadap belanja

langsung.

Realisasi belanja modal pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp851 miliar, atau terserap

27,04% dari total anggaran. Persentase ini

meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yang terserap sebesar Rp769 miliar atau 21,50%.

Peningkatan ini sejalan dengan upaya percepatan

realisasi belanja infrastruktur yang dicanangkan oleh

Pemprov Jateng.

Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa

sebesar Rp1.067 miliar, atau terserap 37,24% dari

total anggaran. Realisasi ini mengalami penurunan

dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp1.168

miliar atau terserap sebesar 40,29%. Penurunan juga

terjadi pada pos belanja pegawai. Realisasi belanja

pegawai tercatat sebesar Rp148 miliar atau terserap

39,40% dari total anggaran. Angka ini menurun

dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015 yang

tercatat terserap Rp157 miliar atau 48,11% dari total

anggaran.

sebesar 7,89%; dari sebelumnya Rp35,91 triliun pada

tahun 2015 menjadi Rp33,07 triliun di triwulan

laporan.

Berdasarkan jenisnya, belanja pegawai

dianggarkan sebesar Rp12,98 triliun atau 38,78%

dari total APBN Provinsi Jawa Tengah 2016, diikuti

oleh belanja barang sebesar Rp11,56 triliun (34,54%),

belanja modal sebesar Rp8,69 triliun (25,97%), dan

belanja bantuan sosial Rp240,35 miliar (0,72%).

Lebih jauh, realisasi APBN secara keseluruhan

mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2016,

realisasi APBN tercatat sebesar Rp13,35 triliun atau

39.87%, meningkat dibandingkan triwulan II 2015

yang sebesar Rp8,86 triliun atau 24,67% dari APBN

Provinsi Jawa Tengah 2015.

Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja pada

triwulan II 2016 terutama didorong dari belanja

pegawai, yakni sebesar 55,38% dari total belanja.

Sementara itu, belanja barang memiliki peran 29,36%

dari total realisasi belanja, diikuti oleh belanja modal

(14,83%), dan belanja bantuan sosial (0,43%).

Peningkatan serapan APBN pada triwulan II 2016

dibandingkan peiode yang sama tahun sebelumnya

terjadi pada seluruh jenis belanja.

Realisasi belanja pegawai pada triwulan II 2016

sebesar Rp7,39 triliun atau 56,93% dari total APBN

2016. Angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II

2015 yang sebesar Rp5,04 triliun atau 38,96% dari

total APBN 2015. Peningkatan ini disebabkan oleh

pencairan THR serta gaji ke-13 dan gaji ke-14 jelang Idul

Fitri.

Sementara itu, belanja barang pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp3,92 triliun atau

33,90% dari total anggaran, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sama tahun lalu yang sebesar Rp2,51 triliun

atau 22,27%. Belanja barang meningkat sejalan

dengan kebutuhan kementerian/lembaga yang

2.2. APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 mengalami

penurunan sejalan dengan penghematan

anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah. Hal ini

dilakukan untuk menekan defisit anggaran pada tahun

2016. Tercatat, terjadi penurunan anggaran APBN

43KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Pencapaian realisasi belanja tidak langsung

meningkat pada triwulan laporan. Realisasi pada

triwulan II 2016 sebesar 35,20%; lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 34,04%.

Ditinjau dari komponennya, belanja tidak langsung

digunakan untuk belanja hibah, belanja bagi hasil

kepada kabupaten/kota, dan belanja pegawai dengan

masing-masing peran sebesar 45%, 28%, dan 22%

dari total belanja tidak langsung. Belanja hibah dan belanja pegawai tumbuh

meningkat seiring dengan meningkatnya

pemberian bantuan hibah dan pemberian THR

serta gaji ke-13 dan gaji ke-14 pada bulan

Ramadhan dan Idul Fitri. Pada triwulan II 2016,

belanja hibah tercatat sebesar Rp2,56 triliun atau

47,75% dari total anggaran, lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2015 yang sebesar Rp1,86 triliun. Adapun

belanja pegawai tercatat sebesar Rp1,23 triliun atau

41,72%, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun

sebelumnya yang sebesar Rp948,37 miliar atau

41,20%.

K o m p o n e n b e l a n j a b a g i h a s i l k e p a d a

kabupaten/kota mengalami penurunan

dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Pada triwulan laporan, realisasi

komponen tersebut sebesar 29,88%, lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 31,53%.

Meskipun secara nominal meningkat, yakni dari Rp1,55

triliun menjadi Rp1,60 triliun, terjadi penurunan

persentase realisasi. Menurunnya persentase realisasi

ini utamanya disebabkan pagu yang relatif tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya.

Ditinjau dari pertumbuhan tahunan, belanja bagi

hasil kepada kabupaten/kota meningkat sejalan

dengan pertumbuhan tahunan PAD terkumpul pada

triwulan laporan dan seiring perbaikan ekonomi

tahunan Jawa Tengah. Belanja bagi hasil kepada

kabupaten/kota tumbuh 20,22% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan lalu yang mencatatkan

kontraksi 40,15% (yoy).

Grafik 2.8 Pertumbuhan Tahunan Belanja Bagi HasilKepada Kabupaten/Kota dan PAD

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

I II III IVII III IVI II III IV I2012 2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

BELANJA BAGI HASIL KPD KAB/KOTA PAD

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

35

40

(100)

(50)

-

50

100

150

200 %, YOY %, YOY

Tabel 2.3. Realisasi Belanja triwulan II 2015 & 2016

URAIAN

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA KABUPATEN/KOTA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA

BELANJA TIDAK TERDUGA

BELANJA LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

JUMLAH BELANJA

34.04%

41.20%

47.55%

27.85%

31.53%

12.36%

26.74%

32.31%

48.11%

40.29%

21.50%

33.53%

35.20%

41.72%

47.75%

0.00%

29.88%

11.34%

2.76%

32.34%

39.40%

37.24%

27.04%

34.39%Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

II - 2015 II - 2016

BELANJA TIDAK LANGSUNGBELANJA LANGSUNG

Grafik 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan II 2016Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

73,21%26,79%

42 KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Sementara itu, pada komponen belanja langsung,

persentase realisasi relatif stabil. Penyerapan

belanja langsung tercatat 32,34%, relatif stabil

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 32,31%.

Apabila ditinjau secara pos pengeluarannya, realisasi

belanja modal yang memiliki peran 41% dari total

belanja langsung ini mengalami peningkatan realisasi.

Sementara itu, belanja barang dan jasa serta belanja

pegawai mengalami penurunan dengan masing-

masing peran sebesar 52% dan 7% terhadap belanja

langsung.

Realisasi belanja modal pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp851 miliar, atau terserap

27,04% dari total anggaran. Persentase ini

meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yang terserap sebesar Rp769 miliar atau 21,50%.

Peningkatan ini sejalan dengan upaya percepatan

realisasi belanja infrastruktur yang dicanangkan oleh

Pemprov Jateng.

Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa

sebesar Rp1.067 miliar, atau terserap 37,24% dari

total anggaran. Realisasi ini mengalami penurunan

dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp1.168

miliar atau terserap sebesar 40,29%. Penurunan juga

terjadi pada pos belanja pegawai. Realisasi belanja

pegawai tercatat sebesar Rp148 miliar atau terserap

39,40% dari total anggaran. Angka ini menurun

dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015 yang

tercatat terserap Rp157 miliar atau 48,11% dari total

anggaran.

sebesar 7,89%; dari sebelumnya Rp35,91 triliun pada

tahun 2015 menjadi Rp33,07 triliun di triwulan

laporan.

Berdasarkan jenisnya, belanja pegawai

dianggarkan sebesar Rp12,98 triliun atau 38,78%

dari total APBN Provinsi Jawa Tengah 2016, diikuti

oleh belanja barang sebesar Rp11,56 triliun (34,54%),

belanja modal sebesar Rp8,69 triliun (25,97%), dan

belanja bantuan sosial Rp240,35 miliar (0,72%).

Lebih jauh, realisasi APBN secara keseluruhan

mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2016,

realisasi APBN tercatat sebesar Rp13,35 triliun atau

39.87%, meningkat dibandingkan triwulan II 2015

yang sebesar Rp8,86 triliun atau 24,67% dari APBN

Provinsi Jawa Tengah 2015.

Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja pada

triwulan II 2016 terutama didorong dari belanja

pegawai, yakni sebesar 55,38% dari total belanja.

Sementara itu, belanja barang memiliki peran 29,36%

dari total realisasi belanja, diikuti oleh belanja modal

(14,83%), dan belanja bantuan sosial (0,43%).

Peningkatan serapan APBN pada triwulan II 2016

dibandingkan peiode yang sama tahun sebelumnya

terjadi pada seluruh jenis belanja.

Realisasi belanja pegawai pada triwulan II 2016

sebesar Rp7,39 triliun atau 56,93% dari total APBN

2016. Angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II

2015 yang sebesar Rp5,04 triliun atau 38,96% dari

total APBN 2015. Peningkatan ini disebabkan oleh

pencairan THR serta gaji ke-13 dan gaji ke-14 jelang Idul

Fitri.

Sementara itu, belanja barang pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp3,92 triliun atau

33,90% dari total anggaran, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sama tahun lalu yang sebesar Rp2,51 triliun

atau 22,27%. Belanja barang meningkat sejalan

dengan kebutuhan kementerian/lembaga yang

2.2. APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 mengalami

penurunan sejalan dengan penghematan

anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah. Hal ini

dilakukan untuk menekan defisit anggaran pada tahun

2016. Tercatat, terjadi penurunan anggaran APBN

43KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBN Jawa Tengah Triwulan II 2015 & 2016 per Jenis Belanja (Rp Miliar)

JENIS

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG

BELANJA MODAL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

TOTAL

PAGU REALISASI

II 2015

%REALISASI PAGU REALISASI

II 2016

%REALISASI

12,936

11,280

9,912

1,777

35,905

5,040

2,512

938

367

8,858

38.96%

22.27%

9.47%

20.64%

24.67%

12,982

11,561

8,693

240

33,475

7,391

3,919

1,979

57

13,346

56.93%

33.90%

22.77%

23.87%

39.87%Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

pemerintah. Beberapa proyek pembangunan waduk

yang sudah berjalan adalah Waduk Gondang

Karanganyar, Waduk Logung Kudus, Waduk Pidekso

Wonogiri, dan Waduk Matenggeng Cilacap.

Adapun belanja bantuan sosial pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp57 miliar atau 23,87%

dari total anggaran. Angka ini lebih tinggi

dibandingkan dengan persentase realisasi triwulan II

2015 yang sebesar 20,64%, meskipun secara nominal

masih lebih tinggi yakni sebesar Rp367 miliar.

Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh

pengurangan pagu belanja bantuan sosial. Selain itu,

adanya bencana banjir dan longsor pada pertengahan

Juni 2016 diperkirakan juga mendorong realisasi

bantuan sosial.

meningkat di tahun laporan. Sejalan dengan hal

tersebut, pemerintah berupaya untuk mendorong

serapan yang lebih baik semenjak awal tahun.

Belanja modal tercatat sebesar Rp1,98 triliun atau

22,77%; lebih baik dibandingkan realisasi belanja

modal triwulan II 2015 yang sebesar Rp938 miliar

atau 9,47%. Peningkatan ini sejalan dengan

percepatan perbaikan infrastruktur sebelum Idul Fitri,

seperti ruas jalan tol di Brebes. Selain itu, beberapa

proyek infrastruktur pemerintah yang dilaksanakan di

Jawa Tengah turut mendukung realisasi yang semakin

baik. Proyek pembangunan yang dilakukan antara lain

perbaikan jalan Sidareja-Simpang Tiga dan jalan

Tambakreja - Bantarsari di Cilacap, serta jalan Pejagan-

Prupuk-Wangon di Kebumen. Selain itu, terdapat

progam 1000 embung yang di lakukan oleh

BELANJA PEGAWAIBELANJA BARANGBELANJA MODALBELANJA BANTUAN SOSIAL

Grafik 2.9 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016Berdasarkan Jenis Belanja

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

38,78%34,54%25,97%

0,72%

BELANJA PEGAWAIBELANJA BARANGBELANJA MODALBELANJA BANTUAN SOSIAL

Grafik 2.10 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016Berdasarkan Jenis Belanja

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

55,38%29,36%14,83%0,43%

44 KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Inflasi tahunan triwulan II 2016 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

BABIII

volatile food

administered prices

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBN Jawa Tengah Triwulan II 2015 & 2016 per Jenis Belanja (Rp Miliar)

JENIS

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG

BELANJA MODAL

BELANJA BANTUAN SOSIAL

TOTAL

PAGU REALISASI

II 2015

%REALISASI PAGU REALISASI

II 2016

%REALISASI

12,936

11,280

9,912

1,777

35,905

5,040

2,512

938

367

8,858

38.96%

22.27%

9.47%

20.64%

24.67%

12,982

11,561

8,693

240

33,475

7,391

3,919

1,979

57

13,346

56.93%

33.90%

22.77%

23.87%

39.87%Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

pemerintah. Beberapa proyek pembangunan waduk

yang sudah berjalan adalah Waduk Gondang

Karanganyar, Waduk Logung Kudus, Waduk Pidekso

Wonogiri, dan Waduk Matenggeng Cilacap.

Adapun belanja bantuan sosial pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp57 miliar atau 23,87%

dari total anggaran. Angka ini lebih tinggi

dibandingkan dengan persentase realisasi triwulan II

2015 yang sebesar 20,64%, meskipun secara nominal

masih lebih tinggi yakni sebesar Rp367 miliar.

Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh

pengurangan pagu belanja bantuan sosial. Selain itu,

adanya bencana banjir dan longsor pada pertengahan

Juni 2016 diperkirakan juga mendorong realisasi

bantuan sosial.

meningkat di tahun laporan. Sejalan dengan hal

tersebut, pemerintah berupaya untuk mendorong

serapan yang lebih baik semenjak awal tahun.

Belanja modal tercatat sebesar Rp1,98 triliun atau

22,77%; lebih baik dibandingkan realisasi belanja

modal triwulan II 2015 yang sebesar Rp938 miliar

atau 9,47%. Peningkatan ini sejalan dengan

percepatan perbaikan infrastruktur sebelum Idul Fitri,

seperti ruas jalan tol di Brebes. Selain itu, beberapa

proyek infrastruktur pemerintah yang dilaksanakan di

Jawa Tengah turut mendukung realisasi yang semakin

baik. Proyek pembangunan yang dilakukan antara lain

perbaikan jalan Sidareja-Simpang Tiga dan jalan

Tambakreja - Bantarsari di Cilacap, serta jalan Pejagan-

Prupuk-Wangon di Kebumen. Selain itu, terdapat

progam 1000 embung yang di lakukan oleh

BELANJA PEGAWAIBELANJA BARANGBELANJA MODALBELANJA BANTUAN SOSIAL

Grafik 2.9 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016Berdasarkan Jenis Belanja

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

38,78%34,54%25,97%

0,72%

BELANJA PEGAWAIBELANJA BARANGBELANJA MODALBELANJA BANTUAN SOSIAL

Grafik 2.10 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016Berdasarkan Jenis Belanja

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

55,38%29,36%14,83%0,43%

44 KEUANGAN PEMERINTAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Inflasi tahunan triwulan II 2016 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

BABIII

volatile food

administered prices

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Inflasi Jawa Tengah tercatat turun pada triwulan II

2016, di tengah membaiknya pertumbuhan 5ekonomi . Pada triwulan II 2016 inflasi tercatat

sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 4,21% (yoy).

Penurunan ini terutama disebabkan oleh terkendalinya

harga komoditas di bulan Ramadhan seiring terjaganya

pasokan dan penurunan harga bensin di awal triwulan

laporan. Inflasi ini juga lebih rendah dibandingkan

inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy). Tren inflasi

Jawa Tengah mulai mengalami tren penurunan setelah

sempat mengalami kenaikan pada triwulan I 2016.

Inflasi triwulanan pada periode laporan juga

tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang

3.1. Inflasi Secara Umum

sama di tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2016,

inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,08% (qtq), lebih

rendah dibandingkan tr iwulan I I 2015 yang

mencatatkan inflasi sebesar 1,30% (qtq).

Secara spasial wilayah Jawa, inflasi tahunan

Provinsi Jawa Tengah pada periode laporan

berada di posisi ketiga terendah setelah Provinsi

Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Inflasi tahunan ini

lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan Kawasan

Jawa. Sementara itu, inflasi tahun kalender Jawa

Tengah tercatat sebesar 0,71% (ytd) yang mencatatkan

level terendah di Kawasan Jawa. Terjaganya inflasi Jawa

Tengah ini didukung oleh adanya kebijakan pemerintah

antara lain operasi pasar untuk komoditas daging sapi.

Grafik 3.1

-2

0

2

4

6

8

10

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional

%

JATENG (YOY) JATENG (QTQ) NAS (YOY) NAS (QTQ)

I

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPOR, KOMUNIKASIDAN JASA KEUANGAN

%

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa TengahGrafik 3.2Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

4,21

4,45

3.45

2.96

TW II 2016TW II 2015 RATA - RATA TW II 2011 - 2015

-4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015III IV I

2016II

0,62

0,620.44

0.08

Inflasi Tahunan Provinsi di Jawa Grafik 3.3

I - 2014 I - 2015 I - 2016

%,YOY

JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,.0

9,0

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Inflasi Tahun Kalender Provinsi di Jawa Grafik 3.4Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA + DKI

-0.80

-0.60

-0.40

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

APRIL MEI JUNI

2016

%,MTM

Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi, Bank Indonesia melakukan penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan.

5.

47PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Inflasi Jawa Tengah tercatat turun pada triwulan II

2016, di tengah membaiknya pertumbuhan 5ekonomi . Pada triwulan II 2016 inflasi tercatat

sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 4,21% (yoy).

Penurunan ini terutama disebabkan oleh terkendalinya

harga komoditas di bulan Ramadhan seiring terjaganya

pasokan dan penurunan harga bensin di awal triwulan

laporan. Inflasi ini juga lebih rendah dibandingkan

inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy). Tren inflasi

Jawa Tengah mulai mengalami tren penurunan setelah

sempat mengalami kenaikan pada triwulan I 2016.

Inflasi triwulanan pada periode laporan juga

tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang

3.1. Inflasi Secara Umum

sama di tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2016,

inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,08% (qtq), lebih

rendah dibandingkan tr iwulan I I 2015 yang

mencatatkan inflasi sebesar 1,30% (qtq).

Secara spasial wilayah Jawa, inflasi tahunan

Provinsi Jawa Tengah pada periode laporan

berada di posisi ketiga terendah setelah Provinsi

Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Inflasi tahunan ini

lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan Kawasan

Jawa. Sementara itu, inflasi tahun kalender Jawa

Tengah tercatat sebesar 0,71% (ytd) yang mencatatkan

level terendah di Kawasan Jawa. Terjaganya inflasi Jawa

Tengah ini didukung oleh adanya kebijakan pemerintah

antara lain operasi pasar untuk komoditas daging sapi.

Grafik 3.1

-2

0

2

4

6

8

10

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional

%

JATENG (YOY) JATENG (QTQ) NAS (YOY) NAS (QTQ)

I

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPOR, KOMUNIKASIDAN JASA KEUANGAN

%

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa TengahGrafik 3.2Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

4,21

4,45

3.45

2.96

TW II 2016TW II 2015 RATA - RATA TW II 2011 - 2015

-4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015III IV I

2016II

0,62

0,620.44

0.08

Inflasi Tahunan Provinsi di Jawa Grafik 3.3

I - 2014 I - 2015 I - 2016

%,YOY

JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,.0

9,0

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Inflasi Tahun Kalender Provinsi di Jawa Grafik 3.4Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA + DKI

-0.80

-0.60

-0.40

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

APRIL MEI JUNI

2016

%,MTM

Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi, Bank Indonesia melakukan penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan.

5.

47PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

kenaikan harga gula pasir disebabkan adanya

pembatasan pembelian gula rafinasi oleh perusahaan,

sehingga mayoritas UMKM beralih menggunakan gula

pasir.

Inflasi bulanan kemudian meningkat pada Juni

2016. Inflasi tercatat sebesar 0,41% (mtm), lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir

bulan Juni yang sebesar 0,69% (mtm). Komoditas yang

menjadi penyumbang utama adalah daging ayam ras,

gula pasir, telur ayam ras, wortel, dan kentang.

Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jawa

Tengah, pasokan Juni 2016 mencatatkan surplus untuk

komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras.

Komoditas daging ayam tercatat surplus 21.023 ton,

sementara telur ayam ras tercatat surplus sebesar 532

ton sehingga mampu menahan kenaikan di triwulan

laporan.

6Berdasarkan disagregasi inflasi , penurunan

in f l a s i t ahunan pada t r iwu lan I I 2016

dibandingkan triwulan sebelumnya terutama

berasal dari kelompok volatile food. Terjaganya

pasokan komoditas pangan strategis tercermin dari

gejolak harga pada Ramadhan yang relatif terkendali.

Pada akhir triwulan II 2016 yang bertepatan dengan

Ramadhan, Pemerintah melakukan beberapa

kebijakan, antara lain pasar murah dan operasi pasar

untuk menjaga pasokan komoditas tercukupi.

Ditinjau dari inflasi bulanan, tingkat inflasi April

hingga Juni 2016 lebih rendah dibandingkan rata-

rata lima tahun terakhir. Relatif rendahnya inflasi ini

didorong oleh terjaganya pasokan komoditas pangan,

terutama pada bulan Ramadhan. Provinsi Jawa Tengah

mencatatkan deflasi pada April 2016 yang disebabkan

penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif

Tenaga Listrik (TTL). Sementara pada Mei dan Juni

2016, terjadi inflasi, meskipun masih berada pada level

yang rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Kawasan Jawa.

Pada bulan April 2016, tercatat deflasi sebesar

0,46% (mtm), berbalik arah dibandingkan bulan

Maret 2016 yang tercatat inflasi sebesar 0,39%

(mtm). Angka ini juga lebih rendah dibandingkan rata-

rata lima tahun terakhir yang mencatatkan deflasi

sebesar 0,13% (mtm). Deflasi pada bulan tersebut

didorong oleh penurunan harga bahan bakar premium

dan solar, serta TTL.

Selanjutnya, pada Mei 2016 terjadi inflasi. Provinsi

Jawa Tengah mencatatkan inflasi sebesar 0,13% (mtm)

lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan

yang sama 5 tahun terakhir yang sebesar 0,18% (mtm).

Inflasi bulan Mei 2016 didorong oleh kenaikan harga

gula pasir dan beberapa komoditas lainnya, seperti

telur dan daging ayam ras, minyak goreng dan emas

seiring dengan memasuki Ramadhan. Selain itu,

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES

%, MTM

-1

0

1

2

3

4

RATA-RATA 2011-2015 2012 2013 2014 2015

Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2012-2015Grafik 3.5 Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.6Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

2016

TW II 2016MENINGKATNYA PERMINTAAN DAGING DAN TELUR AYAM RAS SAAT RAMADHAN. NAMUN, SECARA TAHUNAN, INFLASI MASIH TERCATAT RENDAH.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016

7.96 7.57 7.08 7.15 7.47 7.26 5.03 4.36 5.00 5.01 6.19 8.22 6.79 5.76 5.69 5.99 6.28 6.15 6.37 6.18 5.78 5.20 4.02 2.73 3.58 3.98 4.21 3.56 3.17 2.95

0.99 0.33 0.24 -0.1 0.23 0.74 0.71 0.46 0.22 0.52 1.36 2.25 -0.3 -0.6 0.16 0.17 0.51 0.61 0.92 0.29 -0.1 -0.0 0.22 0.99 0.48 -0.2 0.39 -0.4 0.13 0.41

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0 %, YOY %, MTM

CURAH HUJANTINGGI

EKSPEKTASIMULAI NAIK

KENAIKANBBM

KENAIKAN TTL TAHAPAKHIR 2013

BENCANA BANJIR

PEMBATASANPRODUKSI BIBIT AYAM

KENAIKAN TTL U/P1, I3,R3,

I4, B2, B3

KENAIKAN TDLDAN ELPIJI 12 KG

KENAIKAN HARGA BBM,GEJOLAK PANGAN

RAMADHAN

El-NINO

YOY

MTM(SKALA KANAN)

Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile food, dan core inflation. Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoritis,kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.

6.

48 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

KOMODITAS

Tabel 3.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I

2014

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

II III

7,08

7,17

8,04

6,14

2,75

2,94

2,95

13,04

7,26

8,61

7,79

7,13

4,16

3,52

2,91

10,07

5,00

4,79

5,61

6,68

1,87

3,87

6,12

2,58

IV

8,22

11,39

5,85

8,09

2,62

4,54

6,62

11,46

2015

5,69

5,79

5,38

7,32

2,84

4,43

6,21

4,39

I

6,15

7,72

6,21

5,91

3,13

4,34

6,04

6,38

II III

5,78

8,49

5,71

4,61

3,26

3,73

5,17

6,39

IV

2,73

4,54

4,93

2,27

2,38

3,40

4,31

-2,30

I

4,21

10,05

5,27

1,32

1,95

3,07

4,42

1,37

II

2,95

7,62

5,00

1,05

1,79

2,82

4,43

-2,71

2016

MINYAK GORENG

BAWANG MERAH

KONTRAK RUMAH

BAWANG PUTIH

KOL PUTIH/KUBIS

Komoditas0,07

0,04

0,04

0,03

0,02

Andil (%)GULA PASIR

TELUR AYAM RAS

MINYAK GORENG

DAGING AYAM RAS

EMAS PERHIASAN

Komoditas0,08

0,04

0,03

0,02

0,02

Andil (%)DAGING AYAM RAS

GULA PASIR

TELUR AYAM RAS

WORTEL

KENTANG

Komoditas0,08

0,05

0,04

0,04

0,03

Andil (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

APRIL MEI JUNI

Tabel 3.1. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

BENSIN

CABAI MERAH

BERAS

CABAI RAWIT

TARIP LISTRIK

Komoditas-0,26

-0,24

-0,11

-0,06

-0,05

Andil (%)CABAI MERAH

BAWANG MERAH

CABAI RAWIT

TOMAT SAYUR

TARIP LISTRIK

Komoditas-0,04

-0,03

-0,03

-0,02

-0,01

Andil (%)BAWANG MERAH

PEPAYA

TOMAT SAYUR

NANGKA MUDA

BENSIN

Komoditas-0,09

-0,02

-0,02

-0,01

-0,01

Andil (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 3.2. Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan

APRIL MEI JUNI

Komoditas yang dijual pada pasar murah antara lain

beras, gula, minyak goreng, bawang merah, dan

bawang putih. Selain pasar murah, Bulog Divre Jawa

Tengah juga melakukan Operasi Pasar khusus untuk

komoditas bawang merah, daging sapi beku dan gula

pasir sejak pertengahan Juni hingga pertengahan Juli.

Seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah

menga lami penurunan in f las i tahunan

dibandingkan dengan triwulan I 2016. Kota

Semarang dengan bobot penyumbang inflasi terbesar

di Jawa Tengah, yakni sekitar 51%, mengalami

perbaikan inflasi tahunan menjadi 2,65% (yoy) dari

triwulan lalu yang sebesar 3,99% (yoy). Sementara itu,

No. KOTAINFLASI I 2016

(%, YOY)

SEMARANG

PURWOKERTO

SURAKARTA

CILACAP

KUDUS

TEGAL

3.99

4.15

4.43

3.79

4.83

4.99

1.

2.

3.

4.

5.

6.

2.65

2.95

3.21

3.23

3.33

3.77

INFLASI II 2016(%, YOY)

Tabel 3.3. Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Ditinjau berdasarkan kelompoknya, inflasi pada

triwulan II 2016 disumbangkan oleh kelompok

bahan makanan dan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, & tembakau. Inflasi kedua

kelompok memang terpantau tinggi, namun keduanya

mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi pada triwulan ini didorong oleh

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

49PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

penurunan inflasi terbesar terjadi di Kota Kudus, dari

sebelumnya 4,83% (yoy) menjadi 3,33% (yoy). Pada

triwulan II 2016, Kota Semarang menjadi kota dengan

inflasi terendah, sementara inflasi tertinggi terjadi di

Kota Tegal (Tabel 2.3). Disparitas inflasi tahunan kota-kota di Jawa

Tengah relatif menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perbedaan Disparitas inflasi kota

tertinggi dan terendah triwulan II 2016 sebesar 1,12%,

sedangkan perbedaan inflasi kota tertinggi dan

terendah di triwulan lalu sebesar 1,20%.

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

kenaikan harga gula pasir disebabkan adanya

pembatasan pembelian gula rafinasi oleh perusahaan,

sehingga mayoritas UMKM beralih menggunakan gula

pasir.

Inflasi bulanan kemudian meningkat pada Juni

2016. Inflasi tercatat sebesar 0,41% (mtm), lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir

bulan Juni yang sebesar 0,69% (mtm). Komoditas yang

menjadi penyumbang utama adalah daging ayam ras,

gula pasir, telur ayam ras, wortel, dan kentang.

Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jawa

Tengah, pasokan Juni 2016 mencatatkan surplus untuk

komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras.

Komoditas daging ayam tercatat surplus 21.023 ton,

sementara telur ayam ras tercatat surplus sebesar 532

ton sehingga mampu menahan kenaikan di triwulan

laporan.

6Berdasarkan disagregasi inflasi , penurunan

in f l a s i t ahunan pada t r iwu lan I I 2016

dibandingkan triwulan sebelumnya terutama

berasal dari kelompok volatile food. Terjaganya

pasokan komoditas pangan strategis tercermin dari

gejolak harga pada Ramadhan yang relatif terkendali.

Pada akhir triwulan II 2016 yang bertepatan dengan

Ramadhan, Pemerintah melakukan beberapa

kebijakan, antara lain pasar murah dan operasi pasar

untuk menjaga pasokan komoditas tercukupi.

Ditinjau dari inflasi bulanan, tingkat inflasi April

hingga Juni 2016 lebih rendah dibandingkan rata-

rata lima tahun terakhir. Relatif rendahnya inflasi ini

didorong oleh terjaganya pasokan komoditas pangan,

terutama pada bulan Ramadhan. Provinsi Jawa Tengah

mencatatkan deflasi pada April 2016 yang disebabkan

penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif

Tenaga Listrik (TTL). Sementara pada Mei dan Juni

2016, terjadi inflasi, meskipun masih berada pada level

yang rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Kawasan Jawa.

Pada bulan April 2016, tercatat deflasi sebesar

0,46% (mtm), berbalik arah dibandingkan bulan

Maret 2016 yang tercatat inflasi sebesar 0,39%

(mtm). Angka ini juga lebih rendah dibandingkan rata-

rata lima tahun terakhir yang mencatatkan deflasi

sebesar 0,13% (mtm). Deflasi pada bulan tersebut

didorong oleh penurunan harga bahan bakar premium

dan solar, serta TTL.

Selanjutnya, pada Mei 2016 terjadi inflasi. Provinsi

Jawa Tengah mencatatkan inflasi sebesar 0,13% (mtm)

lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan

yang sama 5 tahun terakhir yang sebesar 0,18% (mtm).

Inflasi bulan Mei 2016 didorong oleh kenaikan harga

gula pasir dan beberapa komoditas lainnya, seperti

telur dan daging ayam ras, minyak goreng dan emas

seiring dengan memasuki Ramadhan. Selain itu,

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES

%, MTM

-1

0

1

2

3

4

RATA-RATA 2011-2015 2012 2013 2014 2015

Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2012-2015Grafik 3.5 Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.6Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

2016

TW II 2016MENINGKATNYA PERMINTAAN DAGING DAN TELUR AYAM RAS SAAT RAMADHAN. NAMUN, SECARA TAHUNAN, INFLASI MASIH TERCATAT RENDAH.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016

7.96 7.57 7.08 7.15 7.47 7.26 5.03 4.36 5.00 5.01 6.19 8.22 6.79 5.76 5.69 5.99 6.28 6.15 6.37 6.18 5.78 5.20 4.02 2.73 3.58 3.98 4.21 3.56 3.17 2.95

0.99 0.33 0.24 -0.1 0.23 0.74 0.71 0.46 0.22 0.52 1.36 2.25 -0.3 -0.6 0.16 0.17 0.51 0.61 0.92 0.29 -0.1 -0.0 0.22 0.99 0.48 -0.2 0.39 -0.4 0.13 0.41

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0 %, YOY %, MTM

CURAH HUJANTINGGI

EKSPEKTASIMULAI NAIK

KENAIKANBBM

KENAIKAN TTL TAHAPAKHIR 2013

BENCANA BANJIR

PEMBATASANPRODUKSI BIBIT AYAM

KENAIKAN TTL U/P1, I3,R3,

I4, B2, B3

KENAIKAN TDLDAN ELPIJI 12 KG

KENAIKAN HARGA BBM,GEJOLAK PANGAN

RAMADHAN

El-NINO

YOY

MTM(SKALA KANAN)

Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile food, dan core inflation. Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoritis,kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.

6.

48 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

KOMODITAS

Tabel 3.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

I

2014

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

II III

7,08

7,17

8,04

6,14

2,75

2,94

2,95

13,04

7,26

8,61

7,79

7,13

4,16

3,52

2,91

10,07

5,00

4,79

5,61

6,68

1,87

3,87

6,12

2,58

IV

8,22

11,39

5,85

8,09

2,62

4,54

6,62

11,46

2015

5,69

5,79

5,38

7,32

2,84

4,43

6,21

4,39

I

6,15

7,72

6,21

5,91

3,13

4,34

6,04

6,38

II III

5,78

8,49

5,71

4,61

3,26

3,73

5,17

6,39

IV

2,73

4,54

4,93

2,27

2,38

3,40

4,31

-2,30

I

4,21

10,05

5,27

1,32

1,95

3,07

4,42

1,37

II

2,95

7,62

5,00

1,05

1,79

2,82

4,43

-2,71

2016

MINYAK GORENG

BAWANG MERAH

KONTRAK RUMAH

BAWANG PUTIH

KOL PUTIH/KUBIS

Komoditas0,07

0,04

0,04

0,03

0,02

Andil (%)GULA PASIR

TELUR AYAM RAS

MINYAK GORENG

DAGING AYAM RAS

EMAS PERHIASAN

Komoditas0,08

0,04

0,03

0,02

0,02

Andil (%)DAGING AYAM RAS

GULA PASIR

TELUR AYAM RAS

WORTEL

KENTANG

Komoditas0,08

0,05

0,04

0,04

0,03

Andil (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

APRIL MEI JUNI

Tabel 3.1. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

BENSIN

CABAI MERAH

BERAS

CABAI RAWIT

TARIP LISTRIK

Komoditas-0,26

-0,24

-0,11

-0,06

-0,05

Andil (%)CABAI MERAH

BAWANG MERAH

CABAI RAWIT

TOMAT SAYUR

TARIP LISTRIK

Komoditas-0,04

-0,03

-0,03

-0,02

-0,01

Andil (%)BAWANG MERAH

PEPAYA

TOMAT SAYUR

NANGKA MUDA

BENSIN

Komoditas-0,09

-0,02

-0,02

-0,01

-0,01

Andil (%)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 3.2. Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan

APRIL MEI JUNI

Komoditas yang dijual pada pasar murah antara lain

beras, gula, minyak goreng, bawang merah, dan

bawang putih. Selain pasar murah, Bulog Divre Jawa

Tengah juga melakukan Operasi Pasar khusus untuk

komoditas bawang merah, daging sapi beku dan gula

pasir sejak pertengahan Juni hingga pertengahan Juli.

Seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah

menga lami penurunan in f las i tahunan

dibandingkan dengan triwulan I 2016. Kota

Semarang dengan bobot penyumbang inflasi terbesar

di Jawa Tengah, yakni sekitar 51%, mengalami

perbaikan inflasi tahunan menjadi 2,65% (yoy) dari

triwulan lalu yang sebesar 3,99% (yoy). Sementara itu,

No. KOTAINFLASI I 2016

(%, YOY)

SEMARANG

PURWOKERTO

SURAKARTA

CILACAP

KUDUS

TEGAL

3.99

4.15

4.43

3.79

4.83

4.99

1.

2.

3.

4.

5.

6.

2.65

2.95

3.21

3.23

3.33

3.77

INFLASI II 2016(%, YOY)

Tabel 3.3. Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Ditinjau berdasarkan kelompoknya, inflasi pada

triwulan II 2016 disumbangkan oleh kelompok

bahan makanan dan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, & tembakau. Inflasi kedua

kelompok memang terpantau tinggi, namun keduanya

mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi pada triwulan ini didorong oleh

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

49PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

penurunan inflasi terbesar terjadi di Kota Kudus, dari

sebelumnya 4,83% (yoy) menjadi 3,33% (yoy). Pada

triwulan II 2016, Kota Semarang menjadi kota dengan

inflasi terendah, sementara inflasi tertinggi terjadi di

Kota Tegal (Tabel 2.3). Disparitas inflasi tahunan kota-kota di Jawa

Tengah relatif menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perbedaan Disparitas inflasi kota

tertinggi dan terendah triwulan II 2016 sebesar 1,12%,

sedangkan perbedaan inflasi kota tertinggi dan

terendah di triwulan lalu sebesar 1,20%.

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

KOMODITAS

Tabel 3.6. Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (%, yoy)

2014

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

MAKANAN JADI

MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL

TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL

5,61

5,53

3,08

9,10

5,85

5,62

3,52

9,54

2015

5,38

4,67

3,96

10,76

I

6,21

4,85

6,79

11,61

II III

5,71

4,40

6,13

10,97

IV

4,93

2,85

5,72

12,97

II

5,27

2,98

6,13

13,25

III IV I

2016

5,00

2,83

7,19

11,21Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

KOMODITAS

Tabel 3.5. Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Bahan Makanan (%, yoy)

2014

BAHAN MAKANAN

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG – KACANGAN

BUAH – BUAHAN

BUMBU – BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

4,79

5,95

3,09

6,92

4,17

10,59

8,43

4,31

6,48

-13,10

10,69

7,67

11,39

12,19

1,50

8,98

7,67

11,9

14,34

3,12

2,52

41,38

3,13

7,90

2015

5,79

13,75

-0,20

6,55

4,33

7,72

1,74

3,17

3,12

4,82

-2,04

7,88

I

7,72

9,14

-1,63

8,02

7,47

5,14

9,02

3,28

4,21

38,87

-3,12

8,30

II III

8,49

13,47

-2,13

11,51

7,51

4,12

8,96

5,05

4,40

33,80

-2,64

7,40

IV

4,54

6,55

6,54

9,95

4,59

4,70

13,51

5,00

9,03

-8,09

-5,93

6,18

II

10,05

-0,29

6,08

9,14

4,40

3,07

17,16

4,72

13,27

55,33

2,56

5,00

III IV I

2016

7,62

4,60

4,84

8,39

2,69

0,84

17,96

4,10

12,02

14,65

12,40

5,28Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Namun, kebijakan pasar murah yang dilakukan oleh

Pemerintah mampu meredam kenaikan harga beras

sehingga tidak melonjak terlalu tinggi di bulan

Ramadhan.

3.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi tahunan kelompok ini mencatatkan

penurunan dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Pada triwulan II 2016, inflasi tercatat

sebesar 5,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan I 2016 sebesar 5,27% (yoy). Perlambatan pada

kelompok ini terpantau pada subkelompok makanan

jadi yang sebesar 2,83% (yoy) dari sebelumnya 2,98%

(yoy).

Sementara itu, terjadi kenaikan inflasi pada

subkelompok minuman tidak beralkohol. Inflasi

subkelompok ini mencatatkan angka sebesar 7,19%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 6,13% (yoy). Kenaikan ini terjadi seiring

dengan meningkatnya permintaan memasuki bulan

Ramadhan.

masuknya masa tanam bagi beberapa komoditas,

sehingga mengalami keterbatasan pasokan, serta

masuknya bulan Ramadhan yang membuat

permintaan akan komoditas tersebut naik.

3.2.1. Kelompok Bahan MakananInflasi tahunan kelompok bahan makanan

mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

Inflasi kelompok ini turun dari sebelumnya 10,05%

(yoy) menjadi 7,62% (yoy). Perbaikan inflasi ini

utamanya terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan

yang mencatatkan inflasi 14,65% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

55,33% (yoy). Hal ini didorong oleh terjadinya panen

bawang merah yang terjadi di sentra penghasil, seperti

Brebes.

Meskipun demikian, inflasi subkelompok padi-

padian, umbi-umbian, dan hasilnya terpantau

meningkat. Inflasi subkelompok ini meningkat

menjadi 4,60% (yoy) dari sebelumnya mencatatkan

deflasi 0,29% (yoy) di triwulan sebelumnya seiring

meningkatnya permintaan selama bulan Ramadhan.

50 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Disagregasi Inflasi TahunanGrafik 3.7Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

CI VF AP

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

KOMODITAS

Tabel 3.7. Perkembangan Inflasi Tahunan - Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (%, yoy)

2014

TRANSPOR, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN

TRANSPOR

KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN

SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR

JASA KEUANGAN

2,58

3,72

-0,08

2,29

0,00

11,46

17,01

-0,03

2,74

14,79

2015

4,39

5,78

-0,18

4,22

14,78

I

6,38

8,83

-0,14

4,04

14,78

II III

6,39

8,91

-0,19

3,59

14,78

IV

-2,30

-3,88

-0,39

3,80

0,00

II

1,37

1,79

-0,30

1,86

2,28

III IV I

2016

-2,71

-4,41

-0,35

2,02

2,28Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

3.2.3. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

3.3.1. Kelompok Volatile FoodInflasi tahunan volatile food melambat pada

periode triwulan II 2016. Inflasi volatile food tercatat

sebesar 7,93% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan I 2016 sebesar 10,49% (yoy) dan rata-rata lima

tahun terakhir yang sebesar 8,87% (yoy). Komoditas

pangan strategis, seperti daging ayam ras dan telur

ayam ras mengalami peningkatan seiring dengan

kebutuhan masyarakat yang tinggi di bulan Ramadhan.

Namun demikian, masih surplusnya jumlah daging

ayam ras dan telur ayam ras pada bulan tersebut

mampu menahan kenaikan di triwulan laporan.

Inflasi triwulanan juga mencatatkan perbaikan

dari sebelumnya sebesar 2,62% (qtq) pada triwulan I

2016 menjadi deflasi 0,13% (qtq) pada triwulan II

2016. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan II 2015 yang sebesar 2,23% (qtq).

Meningkatnya hasil panen bumbu-bumbuan, seperti

cabai merah di triwulan II menyebabkan jumlah

pasokan relatif terjaga. Pada triwulan II 2016, produksi

cabai merah 52.384 ton; meningkat dibandingkan

triwulan II 2015 yang sebesar 51.151 ton.

Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi, dan

j a s a k e u a n g a n m e n g a l a m i p e r b a i k a n

dibandingkan dengan triwulan lalu. Tercatat,

kelompok ini mengalami deflasi 2,71% (yoy) pada

triwulan II, setelah sebelumnya mengalami inflasi

1,37% (yoy) pada triwulan I 2016. Tekanan deflasi pada

kelompok ini didorong oleh penurunan harga di

subkelompok transpor. Hal ini terjadi akibat harga

bens in yang ter jaga pada per iode laporan

dibandingkan tahun lalu. Subkelompok transpor

mencatatkan penurunan dari inflasi 1,79% (yoy)

menjadi deflasi sebesar 4,41% (yoy) pada triwulan ini.

Berdasarkan disagregasinya, perbaikan inflasi

terjadi pada kelompok volatile food dan

administered prices. Inflasi kelompok volatile food

melambat menjadi 7,98% (yoy), dari sebelumnya

10,49% (yoy). Begitu pula dengan kelompok

administered prices yang menurun dari inflasi 3,04%

(yoy) menjadi deflasi 1,07% (yoy) pada triwulan

laporan. Sementara itu, kelompok inti (core) terpantau

stabil. Kelompok ini mencatatkan angka inflasi 2,68%

(yoy), yang pada triwulan sebelumnya tercatat 2,63%

(yoy).

3.3. Disagregasi Inflasi

Disagregasi Inflasi BulananGrafik 3.8Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, MTM

-2

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2013 2014 2015

7 8 9 10 1112 1 2 3

2016

4 5 6

CI VF AP

51PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

KOMODITAS

Tabel 3.6. Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (%, yoy)

2014

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

MAKANAN JADI

MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL

TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL

5,61

5,53

3,08

9,10

5,85

5,62

3,52

9,54

2015

5,38

4,67

3,96

10,76

I

6,21

4,85

6,79

11,61

II III

5,71

4,40

6,13

10,97

IV

4,93

2,85

5,72

12,97

II

5,27

2,98

6,13

13,25

III IV I

2016

5,00

2,83

7,19

11,21Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

KOMODITAS

Tabel 3.5. Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Bahan Makanan (%, yoy)

2014

BAHAN MAKANAN

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG – KACANGAN

BUAH – BUAHAN

BUMBU – BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

4,79

5,95

3,09

6,92

4,17

10,59

8,43

4,31

6,48

-13,10

10,69

7,67

11,39

12,19

1,50

8,98

7,67

11,9

14,34

3,12

2,52

41,38

3,13

7,90

2015

5,79

13,75

-0,20

6,55

4,33

7,72

1,74

3,17

3,12

4,82

-2,04

7,88

I

7,72

9,14

-1,63

8,02

7,47

5,14

9,02

3,28

4,21

38,87

-3,12

8,30

II III

8,49

13,47

-2,13

11,51

7,51

4,12

8,96

5,05

4,40

33,80

-2,64

7,40

IV

4,54

6,55

6,54

9,95

4,59

4,70

13,51

5,00

9,03

-8,09

-5,93

6,18

II

10,05

-0,29

6,08

9,14

4,40

3,07

17,16

4,72

13,27

55,33

2,56

5,00

III IV I

2016

7,62

4,60

4,84

8,39

2,69

0,84

17,96

4,10

12,02

14,65

12,40

5,28Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Namun, kebijakan pasar murah yang dilakukan oleh

Pemerintah mampu meredam kenaikan harga beras

sehingga tidak melonjak terlalu tinggi di bulan

Ramadhan.

3.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi tahunan kelompok ini mencatatkan

penurunan dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Pada triwulan II 2016, inflasi tercatat

sebesar 5,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan I 2016 sebesar 5,27% (yoy). Perlambatan pada

kelompok ini terpantau pada subkelompok makanan

jadi yang sebesar 2,83% (yoy) dari sebelumnya 2,98%

(yoy).

Sementara itu, terjadi kenaikan inflasi pada

subkelompok minuman tidak beralkohol. Inflasi

subkelompok ini mencatatkan angka sebesar 7,19%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 6,13% (yoy). Kenaikan ini terjadi seiring

dengan meningkatnya permintaan memasuki bulan

Ramadhan.

masuknya masa tanam bagi beberapa komoditas,

sehingga mengalami keterbatasan pasokan, serta

masuknya bulan Ramadhan yang membuat

permintaan akan komoditas tersebut naik.

3.2.1. Kelompok Bahan MakananInflasi tahunan kelompok bahan makanan

mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

Inflasi kelompok ini turun dari sebelumnya 10,05%

(yoy) menjadi 7,62% (yoy). Perbaikan inflasi ini

utamanya terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan

yang mencatatkan inflasi 14,65% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

55,33% (yoy). Hal ini didorong oleh terjadinya panen

bawang merah yang terjadi di sentra penghasil, seperti

Brebes.

Meskipun demikian, inflasi subkelompok padi-

padian, umbi-umbian, dan hasilnya terpantau

meningkat. Inflasi subkelompok ini meningkat

menjadi 4,60% (yoy) dari sebelumnya mencatatkan

deflasi 0,29% (yoy) di triwulan sebelumnya seiring

meningkatnya permintaan selama bulan Ramadhan.

50 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Disagregasi Inflasi TahunanGrafik 3.7Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

CI VF AP

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 %, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

KOMODITAS

Tabel 3.7. Perkembangan Inflasi Tahunan - Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (%, yoy)

2014

TRANSPOR, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN

TRANSPOR

KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN

SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR

JASA KEUANGAN

2,58

3,72

-0,08

2,29

0,00

11,46

17,01

-0,03

2,74

14,79

2015

4,39

5,78

-0,18

4,22

14,78

I

6,38

8,83

-0,14

4,04

14,78

II III

6,39

8,91

-0,19

3,59

14,78

IV

-2,30

-3,88

-0,39

3,80

0,00

II

1,37

1,79

-0,30

1,86

2,28

III IV I

2016

-2,71

-4,41

-0,35

2,02

2,28Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

3.2.3. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

3.3.1. Kelompok Volatile FoodInflasi tahunan volatile food melambat pada

periode triwulan II 2016. Inflasi volatile food tercatat

sebesar 7,93% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan I 2016 sebesar 10,49% (yoy) dan rata-rata lima

tahun terakhir yang sebesar 8,87% (yoy). Komoditas

pangan strategis, seperti daging ayam ras dan telur

ayam ras mengalami peningkatan seiring dengan

kebutuhan masyarakat yang tinggi di bulan Ramadhan.

Namun demikian, masih surplusnya jumlah daging

ayam ras dan telur ayam ras pada bulan tersebut

mampu menahan kenaikan di triwulan laporan.

Inflasi triwulanan juga mencatatkan perbaikan

dari sebelumnya sebesar 2,62% (qtq) pada triwulan I

2016 menjadi deflasi 0,13% (qtq) pada triwulan II

2016. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan II 2015 yang sebesar 2,23% (qtq).

Meningkatnya hasil panen bumbu-bumbuan, seperti

cabai merah di triwulan II menyebabkan jumlah

pasokan relatif terjaga. Pada triwulan II 2016, produksi

cabai merah 52.384 ton; meningkat dibandingkan

triwulan II 2015 yang sebesar 51.151 ton.

Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi, dan

j a s a k e u a n g a n m e n g a l a m i p e r b a i k a n

dibandingkan dengan triwulan lalu. Tercatat,

kelompok ini mengalami deflasi 2,71% (yoy) pada

triwulan II, setelah sebelumnya mengalami inflasi

1,37% (yoy) pada triwulan I 2016. Tekanan deflasi pada

kelompok ini didorong oleh penurunan harga di

subkelompok transpor. Hal ini terjadi akibat harga

bens in yang ter jaga pada per iode laporan

dibandingkan tahun lalu. Subkelompok transpor

mencatatkan penurunan dari inflasi 1,79% (yoy)

menjadi deflasi sebesar 4,41% (yoy) pada triwulan ini.

Berdasarkan disagregasinya, perbaikan inflasi

terjadi pada kelompok volatile food dan

administered prices. Inflasi kelompok volatile food

melambat menjadi 7,98% (yoy), dari sebelumnya

10,49% (yoy). Begitu pula dengan kelompok

administered prices yang menurun dari inflasi 3,04%

(yoy) menjadi deflasi 1,07% (yoy) pada triwulan

laporan. Sementara itu, kelompok inti (core) terpantau

stabil. Kelompok ini mencatatkan angka inflasi 2,68%

(yoy), yang pada triwulan sebelumnya tercatat 2,63%

(yoy).

3.3. Disagregasi Inflasi

Disagregasi Inflasi BulananGrafik 3.8Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, MTM

-2

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2013 2014 2015

7 8 9 10 1112 1 2 3

2016

4 5 6

CI VF AP

51PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

%, YOY

-5,00

0,.00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAGINGNYA DAN HASIL-HASILNYAIKAN SEGAR TELUR,SUSU DAN HASIL-HASILNYA

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Food

Grafik 3.11

%, YOY

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Food

Grafik 3.12

SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGANBUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

%, QTQ

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi Triwulanan KelompokVolatile Food 2011-2015 Triwulan II 2016

Grafik 3.10

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00 %, MTM

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Food 2011-2015 Triwulan II 2016

Grafik 3.9

RATA-RATA2011-2015

II -2011 II -2012 II - 2013 II -2014 II -2015 II- 2016

20132012RATA-RATA 2011-2015 20152014 2016

0.27

-1.73

1.67

-1.10

0.30

2.23

-0.09

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Perbaikan juga terjadi pada inflasi triwulanan. Pada

triwulan II 2016, kelompok ini mengalami deflasi

1,39% (qtq), meneruskan tren menurun yang terjadi

pada triwulan sebelumnya, yang tercatat deflasi

sebesar 1,37% (qtq). Deflasi utamanya berasal dari

menurunnya harga BBM. Tercatat, inflasi kelompok ini

lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir

yang sebesar 1,83% (qtq). Dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun 2015, kelompok

administered prices juga tercatat lebih rendah. Deflasi

triwulanan pada periode triwulan II 2016 tercatat

3.3.2. Kelompok Administered PricesInflasi kelompok administered prices melambat

pada periode II 2016. Kelompok administered prices

mengalami deflasi 1,07% (yoy) dari sebelumnya inflasi

3,04% (yoy) pada triwulan I 2016. Deflasi cukup dalam

pada periode ini, diakibatkan oleh penurunan harga

bahan bakar premium dan solar pada awal bulan April,

yang dampaknya masih terasa hingga bulan Mei dan

Juni.

52 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

TEMBAKAU DAN MINUM BERALKOHOL TRANSPORBAHAN BAKAR,PENERANGAN DAN AIR

Grafik 3.14Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

5

10

15

20

25 %, YOY

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi Triwulanan KelompokVolatile Food

Grafik 3.13 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan KelompokAdministered Prices

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

IIRATA-RATA2011-2015 II -2011 II -2012 II - 2013 II -2014 II -2015

%, QTQ

1.83

0.83 0.64

3.64

1.35

2.71

-1.39-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

II - 2016

INDEKS

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9

Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan HargaGrafik 3.17

INDEKS

130

140

150

160

170

180

190

200

Indeks Ekspektasi Harga Pedagang EceranGrafik 3.18

10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9 10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

3,0

2,0

1,0

0,0

-1,0

-2,0

-3,0

-4,00,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0 %,YOY %

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan Ekonomi Tahunan, dan Inflasi Inti Traded

Grafik 3.16Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok IntiGrafik 3.15

RATA-RATA2011-2015 II - 2011 II -2012 II - 2013 II -2014 II -2015 II - 2016

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

%, QTQ

0.66

0.37

1.11

0.39

0.85

0.58 0.64

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

sebesar 1,39% (qtq), lebih rendah dibandingkan

triwulan II 2015 yang sebesar 2,71% (qtq).

Secara tahunan, deflasi kelompok administered

prices berasal dari subkelompok transportasi. Hal

ini didorong oleh penurunan harga BBM dan TTL pada

subsektor bahan bakar, penerangan, dan air pada

tahun 2016. Pemerintah menurunkan harga bensin

premium dari Rp6.950,- menjadi Rp6.450,-, harga

bensin solar dari Rp5.650,- menjadi Rp5.450,-, serta

tarif dasar listrik Rp8 hingga Rp12 untuk 12 golongan.

3.3.3. Kelompok IntiBerbeda dengan dua kelompok lainnya, inflasi

kelompok inti relatif stabil. Inflasi kelompok inti

pada triwulan II 2016 naik menjadi 2,68% (yoy) dari

sebelumnya 2,63% (yoy) pada triwulan I 2016.

Berdasarkan historisnya, angka inflasi tahunan ini lebih

rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir yang

sebesar 4,02% (yoy). Relatif stabilnya inflasi ini terjadi

baik pada subkelompok non-traded dan traded.

Ditinjau dari komoditasnya, terdapat tekanan inflasi inti

yang berasal dari kenaikan harga komoditas emas dan

gula pasir yang meningkat sejak Mei 2016.

Inflasi triwulanan juga mencatatkan peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Inflasi kelompok ini naik dari sebelumnya

0,58% (qtq) pada triwulan II 2015 menjadi 0,64% (qtq)

pada pada triwulan II 2016. Meskipun demikian, inflasi

inti triwulanan ini lebih rendah dibandingkan historis

lima tahun terakhir yang sebesar 0,66% (qtq). Inflasi

triwulanan juga meningkat dibandingkan triwulan I

2016 yang tercatat 0,63% (qtq).

Meningkatnya tekanan inflasi di kelompok inti

terkonfirmasi oleh peningkatan tren output gap.

Output gap yang positif mengindikasikan nilai output

aktual yang lebih tinggi dari output optimumnya.

Output gap positif biasanya ditandai dengan

permintaan yang berlebih (excess demand) sehingga

tingkat harga-harga cenderung mengalami kenaikan

53PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

INFLASI INTI NON TRADEDPERTUMBUHAN PDRB OUTPUT GAP-SKALA KANAN INFLASI TRADED

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

%, YOY

-5,00

0,.00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAGINGNYA DAN HASIL-HASILNYAIKAN SEGAR TELUR,SUSU DAN HASIL-HASILNYA

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Food

Grafik 3.11

%, YOY

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Food

Grafik 3.12

SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGANBUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

%, QTQ

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi Triwulanan KelompokVolatile Food 2011-2015 Triwulan II 2016

Grafik 3.10

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00 %, MTM

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Food 2011-2015 Triwulan II 2016

Grafik 3.9

RATA-RATA2011-2015

II -2011 II -2012 II - 2013 II -2014 II -2015 II- 2016

20132012RATA-RATA 2011-2015 20152014 2016

0.27

-1.73

1.67

-1.10

0.30

2.23

-0.09

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Perbaikan juga terjadi pada inflasi triwulanan. Pada

triwulan II 2016, kelompok ini mengalami deflasi

1,39% (qtq), meneruskan tren menurun yang terjadi

pada triwulan sebelumnya, yang tercatat deflasi

sebesar 1,37% (qtq). Deflasi utamanya berasal dari

menurunnya harga BBM. Tercatat, inflasi kelompok ini

lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir

yang sebesar 1,83% (qtq). Dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun 2015, kelompok

administered prices juga tercatat lebih rendah. Deflasi

triwulanan pada periode triwulan II 2016 tercatat

3.3.2. Kelompok Administered PricesInflasi kelompok administered prices melambat

pada periode II 2016. Kelompok administered prices

mengalami deflasi 1,07% (yoy) dari sebelumnya inflasi

3,04% (yoy) pada triwulan I 2016. Deflasi cukup dalam

pada periode ini, diakibatkan oleh penurunan harga

bahan bakar premium dan solar pada awal bulan April,

yang dampaknya masih terasa hingga bulan Mei dan

Juni.

52 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

TEMBAKAU DAN MINUM BERALKOHOL TRANSPORBAHAN BAKAR,PENERANGAN DAN AIR

Grafik 3.14Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

5

10

15

20

25 %, YOY

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi Triwulanan KelompokVolatile Food

Grafik 3.13 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan KelompokAdministered Prices

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

IIRATA-RATA2011-2015 II -2011 II -2012 II - 2013 II -2014 II -2015

%, QTQ

1.83

0.83 0.64

3.64

1.35

2.71

-1.39-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

II - 2016

INDEKS

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9

Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan HargaGrafik 3.17

INDEKS

130

140

150

160

170

180

190

200

Indeks Ekspektasi Harga Pedagang EceranGrafik 3.18

10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9 10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

3,0

2,0

1,0

0,0

-1,0

-2,0

-3,0

-4,00,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0 %,YOY %

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan Ekonomi Tahunan, dan Inflasi Inti Traded

Grafik 3.16Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok IntiGrafik 3.15

RATA-RATA2011-2015 II - 2011 II -2012 II - 2013 II -2014 II -2015 II - 2016

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

%, QTQ

0.66

0.37

1.11

0.39

0.85

0.58 0.64

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

sebesar 1,39% (qtq), lebih rendah dibandingkan

triwulan II 2015 yang sebesar 2,71% (qtq).

Secara tahunan, deflasi kelompok administered

prices berasal dari subkelompok transportasi. Hal

ini didorong oleh penurunan harga BBM dan TTL pada

subsektor bahan bakar, penerangan, dan air pada

tahun 2016. Pemerintah menurunkan harga bensin

premium dari Rp6.950,- menjadi Rp6.450,-, harga

bensin solar dari Rp5.650,- menjadi Rp5.450,-, serta

tarif dasar listrik Rp8 hingga Rp12 untuk 12 golongan.

3.3.3. Kelompok IntiBerbeda dengan dua kelompok lainnya, inflasi

kelompok inti relatif stabil. Inflasi kelompok inti

pada triwulan II 2016 naik menjadi 2,68% (yoy) dari

sebelumnya 2,63% (yoy) pada triwulan I 2016.

Berdasarkan historisnya, angka inflasi tahunan ini lebih

rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir yang

sebesar 4,02% (yoy). Relatif stabilnya inflasi ini terjadi

baik pada subkelompok non-traded dan traded.

Ditinjau dari komoditasnya, terdapat tekanan inflasi inti

yang berasal dari kenaikan harga komoditas emas dan

gula pasir yang meningkat sejak Mei 2016.

Inflasi triwulanan juga mencatatkan peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Inflasi kelompok ini naik dari sebelumnya

0,58% (qtq) pada triwulan II 2015 menjadi 0,64% (qtq)

pada pada triwulan II 2016. Meskipun demikian, inflasi

inti triwulanan ini lebih rendah dibandingkan historis

lima tahun terakhir yang sebesar 0,66% (qtq). Inflasi

triwulanan juga meningkat dibandingkan triwulan I

2016 yang tercatat 0,63% (qtq).

Meningkatnya tekanan inflasi di kelompok inti

terkonfirmasi oleh peningkatan tren output gap.

Output gap yang positif mengindikasikan nilai output

aktual yang lebih tinggi dari output optimumnya.

Output gap positif biasanya ditandai dengan

permintaan yang berlebih (excess demand) sehingga

tingkat harga-harga cenderung mengalami kenaikan

53PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

INFLASI INTI NON TRADEDPERTUMBUHAN PDRB OUTPUT GAP-SKALA KANAN INFLASI TRADED

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti TradedGrafik 3.19

I II III IV

% QTQ

II III IVI II III IV I

% YOY

2012 2013 2014I

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

QTQ (SKALA KANAN) YOY

II2015

III

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

IV I2016

II

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

Secara umum, enam kota yang disurvei oleh BPS

di Jawa Tengah mencatatkan penurunan inflasi.

Penurunan inflasi terbesar terjadi di Kota Kudus, dari

sebelumnya 4,83% (yoy) menjadi 3,33% (yoy) (Grafik

2.27 dan 2.28).

Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa

Tengah menurun pada triwulan laporan. Pada

triwulan II 2016, selisih tingkat inflasi antara kota yang

memiliki inflasi tertinggi dan terendah sebesar 1,12%.

Sementara pada triwulan I 2016, selisih tersebut

sebesar 1,20%. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal

yang kemudian diikuti oleh Kota Kudus dengan tingkat

inflasi masing-masing sebesar 3,77% (yoy) dan 3,33%

(yoy). Sementara itu, inflasi terendah berada di Kota

Semarang dengan tingkat inflasi sebesar 2,65% (yoy)

(Grafik 2.29).

Ditinjau dari kelompoknya, secara rata-rata enam

kota mengalami inflasi untuk kelompok bahan

makanan. Inflasi kelompok bahan makanan tertinggi

berada pada Kota Semarang, diikuti oleh Kota Cilacap

dan Kota Purwokerto. Inflasi yang kelompok bahan

makanan tinggi ini terjadi akibat meningkatnya

permintaan pada bulan Ramadhan.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan volatile

food Kota Semarang, Purwokerto, dan Cilacap tercatat

lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Tengah.

Sementara itu, inflasi tahunan kelompok administered

prices yang di atas inflasi Jawa Tengah dialami oleh Kota

Tegal, Purwokerto, Surakarta, Cilacap, dan Kudus.

Adapun inflasi inti yang tinggi dan berada di atas Jawa

Tengah terjadi pada hampir seluruh kota pantauan

inflasi di Provinsi Jawa Tengah kecuali Kota Semarang

dan Kota Purwokerto.

yang signifikan. Pada triwulan II 2016, output gap

tercatat positif yang mengindikasikan peningkatan

inflasi.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, peningkatan

inflasi pada triwulan II 2016 ini sejalan dengan

ekspektasi harga 3 bulan ke depan oleh

masyarakat. Demikian halnya dengan hasil Survei

Pedagang Eceran yang menyatakan penurunan inflasi

pada triwulan II 2016 sejalan dengan ekspektasi harga

3 dan 6 bulan mendatang (Grafik 2.24 dan Grafik 2.25).

Tekanan inflasi dari faktor eksternal meningkat

pada triwulan II 2016 meskipun terjadi penguatan

kurs rupiah. Tekanan imported inflation tercermin dari

kelompok inti traded yang meningkat dibandingkan

dengan triwulan I 2016. Seiring dengan meningkatnya

permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, inflasi

inti traded meningkat dari 3,53% (yoy) menjadi 3,63%

(yoy) Peningkatan tersebut terjadi meskipun terjadi

penguatan kurs Rupiah pada triwulan laporan. Pada

triwulan II 2016, rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap

Dolar AS sebesar Rp13.317,16 atau menguat 1,55% 7dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp13.527,05 .

3.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

Data nilai tukar Rupiah bersumber dari Kurs Tengah BI7.

54 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Disagregasi Inflasi Triwulanan Enam Kota 2015Grafik 3.24Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, QTQ

VF APCI

Disagregasi Inflasi Tahunan Enam Kota 2015 Grafik 3.25Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

CI VF AP

%, YOY

I - 2016 II - 2016

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL0

2

4

5

6

Inflasi Tahunan KotaGrafik 3.22Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

1

3

%, YOY

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok Tw II 2016Grafik 3.23Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

3.794.15

4.834.43

3.99

4.99

3.232.95

3.33 3.212.65

3.77

%, YOY

BAHANMAKANAN

MAKANANJADI,ROKOK

PERUMAHAN,AIR, LISTRIK

SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR0

2

4

6

8

10

-2

0.8

1

0.3

6

0.7

8

0.6

3

0.6

0

1.0

7

0.5

3

0.16

-1.5

4

0.2

2

0.0

4

-0.8

2

-1.2

0

-1.0

9

-1.3

1

-1.3

8

-1.5

2

-0.8

3

-2

-1

-1

0

1

1

2

-2

0

2

4

6

8

10

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

VPJATENG7,98%

2,68%CIJATENG

-1,07%APJATENG

INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

%,YOY

Inflasi Tahunan Triwulan II 2016Grafik 3.20Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Perkembangan Inflasi TahunanGrafik 3.21Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

2.96

3.45

2

3

4

3.23 2.95 3.33 3.21 2.65 3.770

2

4

6

8

10

12 %, YOY

I II III IVII III IVI2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

3.4.1. Disagregasi Inflasi CilacapBerdasarkan disagregasinya, kelompok administered

prices dan inti mencatatkan penurunan inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu,

peningkatan inflasi di Cilacap berasal dari kelompok

volatile food.

Kelompok administered prices Kota Cilacap mengalami

deflasi sebesar 0,07% (yoy) pada triwulan I 2016 dari

sebelumnya inflasi sebesar 3,90% (yoy) pada triwulan I

2016. Inflasi triwulanan di Kota Cilacap melanjutkan

tren penurunan, seperti yang terjadi pada triwulan

sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar

1,62% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi

sebesar 0,30% (qtq). Penurunan ini didorong oleh

kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM dan

tarif listrik di awal triwulan II 2016.

Inflasi tahunan kelompok inti mengalami penurunan.

Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan ini turun

menjadi 2,67% (yoy) dari 2,76% (yoy) pada triwulan I

2016. Kondisi ini sejalan dengan yang terjadi di tingkat

provinsi. Salah satu yang mendorong adalah kenaikan

harga selama Ramadhan.

55PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti TradedGrafik 3.19

I II III IV

% QTQ

II III IVI II III IV I

% YOY

2012 2013 2014I

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

QTQ (SKALA KANAN) YOY

II2015

III

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

IV I2016

II

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

Secara umum, enam kota yang disurvei oleh BPS

di Jawa Tengah mencatatkan penurunan inflasi.

Penurunan inflasi terbesar terjadi di Kota Kudus, dari

sebelumnya 4,83% (yoy) menjadi 3,33% (yoy) (Grafik

2.27 dan 2.28).

Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa

Tengah menurun pada triwulan laporan. Pada

triwulan II 2016, selisih tingkat inflasi antara kota yang

memiliki inflasi tertinggi dan terendah sebesar 1,12%.

Sementara pada triwulan I 2016, selisih tersebut

sebesar 1,20%. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal

yang kemudian diikuti oleh Kota Kudus dengan tingkat

inflasi masing-masing sebesar 3,77% (yoy) dan 3,33%

(yoy). Sementara itu, inflasi terendah berada di Kota

Semarang dengan tingkat inflasi sebesar 2,65% (yoy)

(Grafik 2.29).

Ditinjau dari kelompoknya, secara rata-rata enam

kota mengalami inflasi untuk kelompok bahan

makanan. Inflasi kelompok bahan makanan tertinggi

berada pada Kota Semarang, diikuti oleh Kota Cilacap

dan Kota Purwokerto. Inflasi yang kelompok bahan

makanan tinggi ini terjadi akibat meningkatnya

permintaan pada bulan Ramadhan.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan volatile

food Kota Semarang, Purwokerto, dan Cilacap tercatat

lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Tengah.

Sementara itu, inflasi tahunan kelompok administered

prices yang di atas inflasi Jawa Tengah dialami oleh Kota

Tegal, Purwokerto, Surakarta, Cilacap, dan Kudus.

Adapun inflasi inti yang tinggi dan berada di atas Jawa

Tengah terjadi pada hampir seluruh kota pantauan

inflasi di Provinsi Jawa Tengah kecuali Kota Semarang

dan Kota Purwokerto.

yang signifikan. Pada triwulan II 2016, output gap

tercatat positif yang mengindikasikan peningkatan

inflasi.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, peningkatan

inflasi pada triwulan II 2016 ini sejalan dengan

ekspektasi harga 3 bulan ke depan oleh

masyarakat. Demikian halnya dengan hasil Survei

Pedagang Eceran yang menyatakan penurunan inflasi

pada triwulan II 2016 sejalan dengan ekspektasi harga

3 dan 6 bulan mendatang (Grafik 2.24 dan Grafik 2.25).

Tekanan inflasi dari faktor eksternal meningkat

pada triwulan II 2016 meskipun terjadi penguatan

kurs rupiah. Tekanan imported inflation tercermin dari

kelompok inti traded yang meningkat dibandingkan

dengan triwulan I 2016. Seiring dengan meningkatnya

permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, inflasi

inti traded meningkat dari 3,53% (yoy) menjadi 3,63%

(yoy) Peningkatan tersebut terjadi meskipun terjadi

penguatan kurs Rupiah pada triwulan laporan. Pada

triwulan II 2016, rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap

Dolar AS sebesar Rp13.317,16 atau menguat 1,55% 7dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp13.527,05 .

3.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

Data nilai tukar Rupiah bersumber dari Kurs Tengah BI7.

54 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Disagregasi Inflasi Triwulanan Enam Kota 2015Grafik 3.24Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, QTQ

VF APCI

Disagregasi Inflasi Tahunan Enam Kota 2015 Grafik 3.25Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

CI VF AP

%, YOY

I - 2016 II - 2016

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL0

2

4

5

6

Inflasi Tahunan KotaGrafik 3.22Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

1

3

%, YOY

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok Tw II 2016Grafik 3.23Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

3.794.15

4.834.43

3.99

4.99

3.232.95

3.33 3.212.65

3.77

%, YOY

BAHANMAKANAN

MAKANANJADI,ROKOK

PERUMAHAN,AIR, LISTRIK

SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR0

2

4

6

8

10

-2

0.8

1

0.3

6

0.7

8

0.6

3

0.6

0

1.0

7

0.5

3

0.16

-1.5

4

0.2

2

0.0

4

-0.8

2

-1.2

0

-1.0

9

-1.3

1

-1.3

8

-1.5

2

-0.8

3

-2

-1

-1

0

1

1

2

-2

0

2

4

6

8

10

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

VPJATENG7,98%

2,68%CIJATENG

-1,07%APJATENG

INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

%,YOY

Inflasi Tahunan Triwulan II 2016Grafik 3.20Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Perkembangan Inflasi TahunanGrafik 3.21Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

2.96

3.45

2

3

4

3.23 2.95 3.33 3.21 2.65 3.770

2

4

6

8

10

12 %, YOY

I II III IVII III IVI2013 2014

I II2015

III IV I2016

II

3.4.1. Disagregasi Inflasi CilacapBerdasarkan disagregasinya, kelompok administered

prices dan inti mencatatkan penurunan inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu,

peningkatan inflasi di Cilacap berasal dari kelompok

volatile food.

Kelompok administered prices Kota Cilacap mengalami

deflasi sebesar 0,07% (yoy) pada triwulan I 2016 dari

sebelumnya inflasi sebesar 3,90% (yoy) pada triwulan I

2016. Inflasi triwulanan di Kota Cilacap melanjutkan

tren penurunan, seperti yang terjadi pada triwulan

sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar

1,62% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi

sebesar 0,30% (qtq). Penurunan ini didorong oleh

kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM dan

tarif listrik di awal triwulan II 2016.

Inflasi tahunan kelompok inti mengalami penurunan.

Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan ini turun

menjadi 2,67% (yoy) dari 2,76% (yoy) pada triwulan I

2016. Kondisi ini sejalan dengan yang terjadi di tingkat

provinsi. Salah satu yang mendorong adalah kenaikan

harga selama Ramadhan.

55PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Disagregasi Inflasi Tahunan PurwokertoGrafik 3.28Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF APCI

%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Disagregasi Inflasi Triwulanan PurwokertoGrafik 3.29Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %,QTQ

I II III IV I

2015 2016

II I II III IV I

2015 2016

II

Disagregasi Inflasi Triwulanan CilacapGrafik 3.27Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %,QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan CilacapGrafik 3.26Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF APCI

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

I II III IV I

2015 2016

%, YOY

II I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

disumbang oleh penurunan harga bawang merah di

akhir bulan Juni 2016.

Kelompok administered prices kota Purwokerto

menunjukkan pola yang serupa. Kota Purwokerto

mengalami inflasi sebesar 0,68% (yoy) pada triwulan II

2016 dari sebelumnya 4,33% (yoy) pada triwulan I

2016. Inflasi triwulanan di Kota Purwokerto

meneruskan tren penurunan, seperti yang terjadi pada

triwulan sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan

deflasi sebesar 1,09% (qtq), setelah sebelumnya

mencatatkan deflasi sebesar 0,14% (qtq). Penurunan

ini didorong oleh kebijakan pemerintah menurunkan

harga BBM dan tarif listrik di awal triwulan II 2016.

Inflasi tahunan kelompok inti di Purwokerto mengalami

penurunan. Inflasi tahunan kelompok inti pada

triwulan ini turun menjadi 1,69% (yoy) dari 2,01% (yoy)

pada triwulan I 2016. Demikian pula halnya dengan

inflasi triwulanan yang mencatatkan penurunan

menjadi 0,36% (qtq) dari sebelumnya 0,40% (qtq)

pada triwulan I 2016.

Sementara itu, inflasi tahunan volatile food meningkat

pada triwulan II 2016. Inflasi volatile food tercatat

sebesar 8,30% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2016 sebesar 6,92% (yoy). Kenaikan inflasi

pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh

peningkatan harga pada komoditas daging dan telur

ayam. Sementara itu, inflasi triwulanan mencatatkan

perlambatan seiring dengan telah memasukinya masa

panen bawang sesuai dengan pola musimannya di

triwulan II 2016.

3.4.2. Disagregasi Inflasi PurwokertoPurwokerto mengalami penurunan inflasi tahunan di

semua kelompok. Inflasi kelompok volatile food,

administered prices, dan kelompok inti menurun

dibandingkan triwulan I 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 8,30% (yoy)

atau 0,16% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I

2016 sebesar 9,78% (yoy) atau 2,71% (qtq).

Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama

56 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Penurunan inflasi Kudus terjadi pada seluruh

kelompok. Inflasi kelompok volatile food, administered

prices, dan kelompok inti turun dibandingkan triwulan I

2016. Tren penurunan ini serupa dengan yang dialami

oleh Purwokerto. Ketiga kelompok mengalami

penurunan, dan berbalik arah dengan peningkatan

inflasi yang terjadi pada triwulan I 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,01% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2016 sebesar

8,94% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini

terutama disumbang oleh penurunan harga aneka

cabai dan bawang yang terjadi di Kota Kudus. Selain

itu, di kota ini dijumpai kondisi penurunan harga

beberapa jenis buah, seperti jeruk dan melon, yang

turut menyumbang besaran penurunan inflasi di

Kudus.

Kelompok administered prices mengalamivdeflasi

0,26% (yoy) pada triwulan II 2016, setelah sebelumnya

mengalami inflasi 3,32% (yoy) pada triwulan I 2016

seiring dengan kebijakan penurunan harga BBM dan

TTL di awal triwulan. Begitu pula dengan inflasi

triwulanan mengalami penurunan. Pada triwulan

berjalan, kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar

1,31% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi

sebesar 1,00% (qtq).

Disagregasi Inflasi Tahunan KudusGrafik 3.30Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

  Disagregasi Inflasi Triwulanan KudusGrafik 3.31Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %, QTQ

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Inflasi tahunan kelompok inti juga menurun. Inflasi

tahunan kelompok inti pada triwulan II 2016 turun

menjadi 3,60% (yoy) atau 0,78% (qtq) dari sebelumnya

yang sebesar 3,71% (yoy) atau 0,83% (qtq) pada

triwulan I 2016.

3.4.4. Disagregasi Inflasi SurakartaPenurunan inflasi Surakarta pada triwulan II 2016

terpantau pada kelompok volati le food dan

administered prices. Sementara itu, terjadi peningkatan

inflasi pada kelompok inti dibandingkan dengan

triwulan I 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,53% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan lalu sebesar 9,83%

(yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama

disumbang oleh penurunan harga pada komoditas

bawang merah, bawang putih, dan cabai merah.

Inflasi tahunan kelompok administered prices turun

menjadi 0,04% (yoy) pada triwulan II 2016 dari

sebelumnya 4,02% (yoy) pada triwulan I 2016.

Demikian pula dengan inflasi triwulanan masih

melanjutkan tren penurunan. Jika pada triwulan I 2016,

kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar 0,88% (qtq),

maka pada triwulan saat ini, kelompok ini mengalami

deflasi sebesar 1,38% (qtq). Perbaikan ini didorong

oleh kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM

dan TTL di awal triwulan II 2016.

3.4.3. Disagregasi Inflasi Kudus

57PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Disagregasi Inflasi Tahunan PurwokertoGrafik 3.28Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF APCI

%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Disagregasi Inflasi Triwulanan PurwokertoGrafik 3.29Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %,QTQ

I II III IV I

2015 2016

II I II III IV I

2015 2016

II

Disagregasi Inflasi Triwulanan CilacapGrafik 3.27Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %,QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan CilacapGrafik 3.26Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF APCI

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

I II III IV I

2015 2016

%, YOY

II I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

disumbang oleh penurunan harga bawang merah di

akhir bulan Juni 2016.

Kelompok administered prices kota Purwokerto

menunjukkan pola yang serupa. Kota Purwokerto

mengalami inflasi sebesar 0,68% (yoy) pada triwulan II

2016 dari sebelumnya 4,33% (yoy) pada triwulan I

2016. Inflasi triwulanan di Kota Purwokerto

meneruskan tren penurunan, seperti yang terjadi pada

triwulan sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan

deflasi sebesar 1,09% (qtq), setelah sebelumnya

mencatatkan deflasi sebesar 0,14% (qtq). Penurunan

ini didorong oleh kebijakan pemerintah menurunkan

harga BBM dan tarif listrik di awal triwulan II 2016.

Inflasi tahunan kelompok inti di Purwokerto mengalami

penurunan. Inflasi tahunan kelompok inti pada

triwulan ini turun menjadi 1,69% (yoy) dari 2,01% (yoy)

pada triwulan I 2016. Demikian pula halnya dengan

inflasi triwulanan yang mencatatkan penurunan

menjadi 0,36% (qtq) dari sebelumnya 0,40% (qtq)

pada triwulan I 2016.

Sementara itu, inflasi tahunan volatile food meningkat

pada triwulan II 2016. Inflasi volatile food tercatat

sebesar 8,30% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2016 sebesar 6,92% (yoy). Kenaikan inflasi

pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh

peningkatan harga pada komoditas daging dan telur

ayam. Sementara itu, inflasi triwulanan mencatatkan

perlambatan seiring dengan telah memasukinya masa

panen bawang sesuai dengan pola musimannya di

triwulan II 2016.

3.4.2. Disagregasi Inflasi PurwokertoPurwokerto mengalami penurunan inflasi tahunan di

semua kelompok. Inflasi kelompok volatile food,

administered prices, dan kelompok inti menurun

dibandingkan triwulan I 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 8,30% (yoy)

atau 0,16% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I

2016 sebesar 9,78% (yoy) atau 2,71% (qtq).

Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama

56 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Penurunan inflasi Kudus terjadi pada seluruh

kelompok. Inflasi kelompok volatile food, administered

prices, dan kelompok inti turun dibandingkan triwulan I

2016. Tren penurunan ini serupa dengan yang dialami

oleh Purwokerto. Ketiga kelompok mengalami

penurunan, dan berbalik arah dengan peningkatan

inflasi yang terjadi pada triwulan I 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,01% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2016 sebesar

8,94% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini

terutama disumbang oleh penurunan harga aneka

cabai dan bawang yang terjadi di Kota Kudus. Selain

itu, di kota ini dijumpai kondisi penurunan harga

beberapa jenis buah, seperti jeruk dan melon, yang

turut menyumbang besaran penurunan inflasi di

Kudus.

Kelompok administered prices mengalamivdeflasi

0,26% (yoy) pada triwulan II 2016, setelah sebelumnya

mengalami inflasi 3,32% (yoy) pada triwulan I 2016

seiring dengan kebijakan penurunan harga BBM dan

TTL di awal triwulan. Begitu pula dengan inflasi

triwulanan mengalami penurunan. Pada triwulan

berjalan, kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar

1,31% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi

sebesar 1,00% (qtq).

Disagregasi Inflasi Tahunan KudusGrafik 3.30Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

  Disagregasi Inflasi Triwulanan KudusGrafik 3.31Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %, QTQ

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Inflasi tahunan kelompok inti juga menurun. Inflasi

tahunan kelompok inti pada triwulan II 2016 turun

menjadi 3,60% (yoy) atau 0,78% (qtq) dari sebelumnya

yang sebesar 3,71% (yoy) atau 0,83% (qtq) pada

triwulan I 2016.

3.4.4. Disagregasi Inflasi SurakartaPenurunan inflasi Surakarta pada triwulan II 2016

terpantau pada kelompok volati le food dan

administered prices. Sementara itu, terjadi peningkatan

inflasi pada kelompok inti dibandingkan dengan

triwulan I 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,53% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan lalu sebesar 9,83%

(yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama

disumbang oleh penurunan harga pada komoditas

bawang merah, bawang putih, dan cabai merah.

Inflasi tahunan kelompok administered prices turun

menjadi 0,04% (yoy) pada triwulan II 2016 dari

sebelumnya 4,02% (yoy) pada triwulan I 2016.

Demikian pula dengan inflasi triwulanan masih

melanjutkan tren penurunan. Jika pada triwulan I 2016,

kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar 0,88% (qtq),

maka pada triwulan saat ini, kelompok ini mengalami

deflasi sebesar 1,38% (qtq). Perbaikan ini didorong

oleh kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM

dan TTL di awal triwulan II 2016.

3.4.3. Disagregasi Inflasi Kudus

57PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Disagregasi Inflasi Tahunan SemarangGrafik 3.34Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi Triwulanan SemarangGrafik 3.35Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %, QTQ%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Disagregasi Inflasi Triwulanan SurakartaGrafik 3.33Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00 %, QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan SurakartaGrafik 3.32Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Inflasi tahunan kelompok administered prices turun

menjadi deflasi 2,26% (yoy) pada triwulan II 2016 dari

sebelumnya inflasi 2,10% (yoy) pada triwulan I 2016

didorong oleh kebijakan penurunan harga BBM dan TTL

pada awal triwulan ini. Inflasi triwulanan juga masih

mencatatkan deflasi sebesar 1,55% (qtq), setelah

sebelumnya mencatatkan deflasi 2,05% (qtq).

Sementara itu, inflasi tahunan kelompok inti

mengalami peningkatan. Inflasi tahunan pada triwulan

II 2016 kelompok inti naik menjadi 2,47% (yoy) dari

2,32% (yoy) pada triwulan I 2016. Adapun inflasi

triwulanan mencatatkan kenaikan menjadi 0,60%

(qtq) dari sebelumnya 0,53% (qtq) pada triwulan lalu.

Salah satu komoditas yang memicu adanya kenaikan

pada kelompok ini adalah upah bukan mandor yang

meningkat sejalan dengan momen Ramadhan.

Inflasi tahunan kelompok inti meningkat. Inflasi

tahunan kelompok inti pada triwulan II 2016 naik

menjadi 3,21% (yoy) dari 2,94% (yoy) pada triwulan I

2016. Sementara itu, inflasi triwulanan justru

mencatatkan penurunan menjadi 0,63% (qtq) dari

1,04% (qtq) pada triwulan lalu.

3.4.5. Disagregasi Inflasi SemarangSerupa dengan Surakarta, inflasi kelompok volatile

food dan administered prices pada triwulan II 2016

menurun dibandingkan triwulan I 2016. Berbeda

dengan triwulan sebelumnya, di mana kedua kelompok

ini mendorong peningkatan inflasi.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 8,52% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan lalu sebesar

11,39% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini

terutama disumbang oleh peningkatan harga pada

komoditas bawang merah, dan tomat sayur.

3.4.6. Disagregasi Inflasi TegalSerupa dengan yang dialami oleh Purwokerto dan

Surakarta, Tegal mengalami penurunan inflasi pada

semua kelompok pada triwulan II 2016.

58 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Disagregasi Inflasi Tahunan TegalGrafik 3.36Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi Triwulanan TegalGrafik 3.37Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %, QTQ%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,92% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2016 sebesar

9,17% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini

terutama disumbang oleh penurunan harga pada

komoditas bawang merah, cabai merah, melon dan

jeruk. Sementara itu, inflasi triwulanan volatile food

relatif turun seiring dengan terjaganya pasokan

komoditas beras di tengah panen raya.

Inflasi tahunan kelompok administered prices turun

menjadi 1,91% (yoy) pada triwulan II 2016 dari

sebelumnya 5,67% (yoy) pada triwulan I 2016. Inflasi

triwulanan juga mengalami penurunan. Pada triwulan

laporan, kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar

0,83% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi

sebesar 0,38% (qtq). Penurunan ini didorong oleh

kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM dan

TTL.

Inflasi tahunan kelompok inti mengalami penurunan.

Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan II 2016

turun menjadi 3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan I 2016 yang 3,59% (yoy). Namun, inflasi

triwulanan kelompok inti mengalami kenaikan dari

0,55% (qtq) pada periode triwulan I 2016, menjadi

1,07% (qtq) pada triwulan II 2016.

3.5.1. Inflasi Juli 2016Provinsi Jawa Tengah pada Juli 2016 mengalami

inflasi 1,00% (mtm); meningkat dibandingkan

Juni 2016 yang sebesar 0,41% (mtm). Angka ini

tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional Juli

2016 yang sebesar 0,69% (mtm), serta rata-rata

historis empat tahun terakhir (2011-2015) yang sebesar 80,77% (mtm) . Sementara itu, secara tahunan inflasi

Jawa Tengah tercatat sebesar 3,04% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,96%

(yoy). Dibandingkan inflasi nasional yang sebesar

3,21% (yoy), inflasi Jawa Tengah pada Juli 2016 masih

mencatatkan angka yang lebih rendah.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi bulanan ini

terutama didorong oleh kelompok administered

prices. Kelompok administered prices pada Juli 2016

mengalami inflasi sebesar 1,88% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan Juni 2016 yang sebesar 0,19% (mtm)

serta rata-rata historis empat tahun terakhir (2011-

2015) yang sebesar 0,84% (mtm). Berdasarkan

informasi dari lapangan, tarif angkutan darat terutama

antar kota antar provinsi mengalami kenaikan

mencapai dua kali lipat harga normal hingga akhir Juli

2016. Selain itu, tekanan inflasi kelompok ini

diperparah oleh dampak kemacetan di Tol Brebes.

3.5. Perkembangan Inflasi Triwulan III 2016

Rata-rata empat tahun terakhir ini merupakan rerata 2011-2015 dengan mengeluarkan tahun 2013 yang terdapat efek kenaikan harga BBM.

8.

59PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Disagregasi Inflasi Tahunan SemarangGrafik 3.34Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi Triwulanan SemarangGrafik 3.35Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %, QTQ%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Disagregasi Inflasi Triwulanan SurakartaGrafik 3.33Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00 %, QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan SurakartaGrafik 3.32Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Inflasi tahunan kelompok administered prices turun

menjadi deflasi 2,26% (yoy) pada triwulan II 2016 dari

sebelumnya inflasi 2,10% (yoy) pada triwulan I 2016

didorong oleh kebijakan penurunan harga BBM dan TTL

pada awal triwulan ini. Inflasi triwulanan juga masih

mencatatkan deflasi sebesar 1,55% (qtq), setelah

sebelumnya mencatatkan deflasi 2,05% (qtq).

Sementara itu, inflasi tahunan kelompok inti

mengalami peningkatan. Inflasi tahunan pada triwulan

II 2016 kelompok inti naik menjadi 2,47% (yoy) dari

2,32% (yoy) pada triwulan I 2016. Adapun inflasi

triwulanan mencatatkan kenaikan menjadi 0,60%

(qtq) dari sebelumnya 0,53% (qtq) pada triwulan lalu.

Salah satu komoditas yang memicu adanya kenaikan

pada kelompok ini adalah upah bukan mandor yang

meningkat sejalan dengan momen Ramadhan.

Inflasi tahunan kelompok inti meningkat. Inflasi

tahunan kelompok inti pada triwulan II 2016 naik

menjadi 3,21% (yoy) dari 2,94% (yoy) pada triwulan I

2016. Sementara itu, inflasi triwulanan justru

mencatatkan penurunan menjadi 0,63% (qtq) dari

1,04% (qtq) pada triwulan lalu.

3.4.5. Disagregasi Inflasi SemarangSerupa dengan Surakarta, inflasi kelompok volatile

food dan administered prices pada triwulan II 2016

menurun dibandingkan triwulan I 2016. Berbeda

dengan triwulan sebelumnya, di mana kedua kelompok

ini mendorong peningkatan inflasi.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 8,52% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan lalu sebesar

11,39% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini

terutama disumbang oleh peningkatan harga pada

komoditas bawang merah, dan tomat sayur.

3.4.6. Disagregasi Inflasi TegalSerupa dengan yang dialami oleh Purwokerto dan

Surakarta, Tegal mengalami penurunan inflasi pada

semua kelompok pada triwulan II 2016.

58 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Disagregasi Inflasi Tahunan TegalGrafik 3.36Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi Triwulanan TegalGrafik 3.37Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00 %, QTQ%, YOY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

VF APCI

I II III IV I

2015 2016

II

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan II

2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,92% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2016 sebesar

9,17% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini

terutama disumbang oleh penurunan harga pada

komoditas bawang merah, cabai merah, melon dan

jeruk. Sementara itu, inflasi triwulanan volatile food

relatif turun seiring dengan terjaganya pasokan

komoditas beras di tengah panen raya.

Inflasi tahunan kelompok administered prices turun

menjadi 1,91% (yoy) pada triwulan II 2016 dari

sebelumnya 5,67% (yoy) pada triwulan I 2016. Inflasi

triwulanan juga mengalami penurunan. Pada triwulan

laporan, kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar

0,83% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi

sebesar 0,38% (qtq). Penurunan ini didorong oleh

kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM dan

TTL.

Inflasi tahunan kelompok inti mengalami penurunan.

Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan II 2016

turun menjadi 3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan I 2016 yang 3,59% (yoy). Namun, inflasi

triwulanan kelompok inti mengalami kenaikan dari

0,55% (qtq) pada periode triwulan I 2016, menjadi

1,07% (qtq) pada triwulan II 2016.

3.5.1. Inflasi Juli 2016Provinsi Jawa Tengah pada Juli 2016 mengalami

inflasi 1,00% (mtm); meningkat dibandingkan

Juni 2016 yang sebesar 0,41% (mtm). Angka ini

tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional Juli

2016 yang sebesar 0,69% (mtm), serta rata-rata

historis empat tahun terakhir (2011-2015) yang sebesar 80,77% (mtm) . Sementara itu, secara tahunan inflasi

Jawa Tengah tercatat sebesar 3,04% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,96%

(yoy). Dibandingkan inflasi nasional yang sebesar

3,21% (yoy), inflasi Jawa Tengah pada Juli 2016 masih

mencatatkan angka yang lebih rendah.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi bulanan ini

terutama didorong oleh kelompok administered

prices. Kelompok administered prices pada Juli 2016

mengalami inflasi sebesar 1,88% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan Juni 2016 yang sebesar 0,19% (mtm)

serta rata-rata historis empat tahun terakhir (2011-

2015) yang sebesar 0,84% (mtm). Berdasarkan

informasi dari lapangan, tarif angkutan darat terutama

antar kota antar provinsi mengalami kenaikan

mencapai dua kali lipat harga normal hingga akhir Juli

2016. Selain itu, tekanan inflasi kelompok ini

diperparah oleh dampak kemacetan di Tol Brebes.

3.5. Perkembangan Inflasi Triwulan III 2016

Rata-rata empat tahun terakhir ini merupakan rerata 2011-2015 dengan mengeluarkan tahun 2013 yang terdapat efek kenaikan harga BBM.

8.

59PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

menjaga inflasi tetap terjaga. Inflasi triwulan III 2016

diperkirakan masih berada pada rentang sasaran

4±1%.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan

volatile food diperkirakan menurun. Sesuai dengan

pola historisnya, terjadi penurunan inflasi yang

didorong oleh panen komoditas strategis. Tekanan

inflasi dari komoditas cabai merah dan bawang merah

diperkirakan menurun seiring dengan panen yang

terjadi di beberapa sentra di Jawa Tengah, seperti Kab.

Magelang, dan Temanggung. Pada komoditas bawang

merah, Pemerintah melalui Perum Bulog mengimpor

bibit bawang merah impor asal Vietnam dan Filipina

untuk dijual kepada petani melalui program pasar

murah di berbagai daerah sentra di Indonesia. Adapun

di daerah Brebes, sekitar 200 ton bibit bawang telah

dipasarkan kepada petani pada Agustus 2016.

Lebih jauh, Provinsi Jawa Tengah bersama 35

kabupaten/kota di wilayahnya akan menambah luas

lahan tanam padi dengan memanfaatkan La Nina atau

musim kemarau basah untuk meningkatkan

produktivitas padi. Luas tambah tanam (LTT) padi di

Jawa Tengah pada musim La Nina saat ini seluas 845

ribu hektar. Lahan yang tersebar di 35 kabupaten/kota

ini bertambah 128 ribu dari luas sebelumnya yang

hanya 717 ribu hektar.

Inflasi tahunan kelompok administered prices

diperkirakan sedikit meningkat sejalan kenaikan

harga minyak dunia yang berimplikasi pada harga

energi (TTL dan BBM). Selain itu, terdapat kenaikan

harga rokok seiring kebijakan pemerintah yang

menaikkan cukai semenjak awal tahun 2016.

Sementara itu, inflasi kelompok inti diperkirakan

menigkat pada level moderat. Tekanan inflasi dari

kelompok ini diperkirakan berasal dari biaya pendidikan

yang meningkat. Lebih jauh, meredanya tekanan

ekonomi eksternal dan prospek positif dari berlanjutnya

Sementara itu, inflasi bulanan volatile food

tercatat sebesar 1,99% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan Juni 2016 yang sebesar 1,09% (mtm)

serta rata-rata historis empat tahun terakhir (2011-

2015) yang sebesar 1,90% (mtm). Inflasi pada

kelompok ini berasal dari terbatasnya produksi dari

bawang merah, serta meningkatnya permintaan

daging ayam ras di hari raya Lebaran. Berdasarkan

informasi dari para pedagang, peningkatan harga

bawang merah terutama diakibatkan oleh penurunan

jumlah pasokan di pasar yang disebabkan oleh banjir

yang melanda daerah sentra bawang merah di

Nganjuk, Jawa Timur. Selain itu, jumlah pasokan

bawang merah juga semakin terbatas seiring dengan

mulai masuknya musim tanam di sentra bawang merah

Jawa Tengah. Dampak kenaikan harga dari terbatasnya

pasokan tersebut juga diperparah dengan melonjaknya

permintaan sejalan dengan masuknya musim Lebaran.

Adapun inflasi pada kelompok core sebesar 0,36%

(mtm), meningkat dibandingkan dengan Juni

2016 yang sebesar 0,25% (mtm) dan rata-rata

historis empat tahun terakhir (2011-2015) yang sebesar

0,30% (mtm). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh

meningkatnya biaya pendidikan, terutama untuk

tingkat SMA, seiring dengan masuknya tahun ajaran

baru, upah tukang bukan mandor, dan nasi dengan

lauk.

3.5.2. Inflasi Triwulan III 2016Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan III 2016

diperkirakan stabil. Faktor yang diperkirakan sedikit

mendorong peningkatan inflasi adalah biaya

pendidikan. Selain itu, terdapat tekanan inflasi yang

berasal dari meningkatnya permintaan seiring dengan

perayaan hari raya Idul Adha. Namun demikian,

peningkatan inflasi ini tertahan seiring memasuki masa

panen komoditas pertanian pada akhir triwulan III

2016. Hal ini ditambah dengan upaya pemerintah

memperbaiki distribusi logistik diperkirakan mampu

60 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

INDEKS

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9

Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei KonsumenGrafik 3.38

INDEKS

130

140

150

160

170

180

190

200

Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Pedagang EceranGrafik 3.39

10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9 10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

perbaikan ekonomi domestik, mengakibatkan nilai

tukar rupiah diperkirakan akan cenderung stabil pada

triwulan III 2016. Potensi membaiknya nilai tukar ini

selanjutnya memberikan tekanan inflasi untuk

kelompok inflasi inti traded.

Peningkatan inflasi inti tercermin dari ekspektasi

kenaikan harga masyarakat, baik di tingkat

konsumen maupun pedagang. Hasil Survei

Konsumen menunjukkan adanya peningkatan

ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang. Senada

dengan hasil Survei Konsumen tersebut, hasil Survei

Pedagang Eceran juga menunjukkan adanya

peningkatan ekspektasi harga untuk 3 bulan yang akan

datang.

3.6. Program Pengendalian Inflasi Daerah

Dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan

kestabilan harga serta mengelola ekspektasi

masyarakat, TPID Provinsi Jawa Tengah telah

menyelenggarakan berbagai kegiatan selama Juni – Juli

2016, antara lain sbb:

1. KUNJUNGAN LAPANGAN

Dari beberapa kunjungan lapangan yang dilakukan

diketahui bahwa secara umum, pasokan bahan

pangan strategis selama Ramadhan hingga pasca

Lebaran di Jawa Tengah diperkirakan cukup.

Beberapa kunjungan lapangan yang telah dilakukan

selama Ramadhan antara lain:

Kunjungan lapangan pada tanggal 6-7 Juni 2016

dipimpin Gubernur ke Pasar Johar, RPU (Rumah

Pemotongan Unggas) Penggaron, Gudang Beras

Bulog & Gudang Gula PPI

Kunjungan lapangan persiapan Idul Fitri pada

tanggal 20 Juni 2016 dipimpin oleh Sekda Jateng ke

Salatiga, Boyolali, Sragen, Solo.

Sidak ke Pasar Puri Kabupaten Pati dan Pasar

Bitingan Kabupaten Kudus tanggal 20 Juni 2016.

Sidak mingguan oleh Dinas Perindustrian ke pasar

dan distributor komoditas pangan strategis (beras,

minyak goreng, gula pasir).

2. PASAR MURAH

Sesuai dengan arahan Gubernur Jawa Tengah,

pelaksanaan pasar murah tahun 2016 lebih

difokuskan pada daerah di kantong-kantong

kemiskinan dan bencana di seluruh kabupaten/Kota

se-Jawa Tengah.

Total paket komoditas yang dibagikan di kota

Semarang adalah 10.000 paket.

Komoditas yang dijual pada pasar murah antara lain

beras, gula, minyak goreng, bawang merah, bawang

putih, daging sapi, hingga paket komoditas

perikanan.

3. OPERASI PASAR

Selain pasar murah, Bulog Divre Jawa Tengah juga

melakukan Operasi Pasar khusus untuk komoditas

bawang merah, daging sapi beku dan gula pasir

sejak pertengahan Juni hingga pertengahan Juli.

61PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

menjaga inflasi tetap terjaga. Inflasi triwulan III 2016

diperkirakan masih berada pada rentang sasaran

4±1%.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan

volatile food diperkirakan menurun. Sesuai dengan

pola historisnya, terjadi penurunan inflasi yang

didorong oleh panen komoditas strategis. Tekanan

inflasi dari komoditas cabai merah dan bawang merah

diperkirakan menurun seiring dengan panen yang

terjadi di beberapa sentra di Jawa Tengah, seperti Kab.

Magelang, dan Temanggung. Pada komoditas bawang

merah, Pemerintah melalui Perum Bulog mengimpor

bibit bawang merah impor asal Vietnam dan Filipina

untuk dijual kepada petani melalui program pasar

murah di berbagai daerah sentra di Indonesia. Adapun

di daerah Brebes, sekitar 200 ton bibit bawang telah

dipasarkan kepada petani pada Agustus 2016.

Lebih jauh, Provinsi Jawa Tengah bersama 35

kabupaten/kota di wilayahnya akan menambah luas

lahan tanam padi dengan memanfaatkan La Nina atau

musim kemarau basah untuk meningkatkan

produktivitas padi. Luas tambah tanam (LTT) padi di

Jawa Tengah pada musim La Nina saat ini seluas 845

ribu hektar. Lahan yang tersebar di 35 kabupaten/kota

ini bertambah 128 ribu dari luas sebelumnya yang

hanya 717 ribu hektar.

Inflasi tahunan kelompok administered prices

diperkirakan sedikit meningkat sejalan kenaikan

harga minyak dunia yang berimplikasi pada harga

energi (TTL dan BBM). Selain itu, terdapat kenaikan

harga rokok seiring kebijakan pemerintah yang

menaikkan cukai semenjak awal tahun 2016.

Sementara itu, inflasi kelompok inti diperkirakan

menigkat pada level moderat. Tekanan inflasi dari

kelompok ini diperkirakan berasal dari biaya pendidikan

yang meningkat. Lebih jauh, meredanya tekanan

ekonomi eksternal dan prospek positif dari berlanjutnya

Sementara itu, inflasi bulanan volatile food

tercatat sebesar 1,99% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan Juni 2016 yang sebesar 1,09% (mtm)

serta rata-rata historis empat tahun terakhir (2011-

2015) yang sebesar 1,90% (mtm). Inflasi pada

kelompok ini berasal dari terbatasnya produksi dari

bawang merah, serta meningkatnya permintaan

daging ayam ras di hari raya Lebaran. Berdasarkan

informasi dari para pedagang, peningkatan harga

bawang merah terutama diakibatkan oleh penurunan

jumlah pasokan di pasar yang disebabkan oleh banjir

yang melanda daerah sentra bawang merah di

Nganjuk, Jawa Timur. Selain itu, jumlah pasokan

bawang merah juga semakin terbatas seiring dengan

mulai masuknya musim tanam di sentra bawang merah

Jawa Tengah. Dampak kenaikan harga dari terbatasnya

pasokan tersebut juga diperparah dengan melonjaknya

permintaan sejalan dengan masuknya musim Lebaran.

Adapun inflasi pada kelompok core sebesar 0,36%

(mtm), meningkat dibandingkan dengan Juni

2016 yang sebesar 0,25% (mtm) dan rata-rata

historis empat tahun terakhir (2011-2015) yang sebesar

0,30% (mtm). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh

meningkatnya biaya pendidikan, terutama untuk

tingkat SMA, seiring dengan masuknya tahun ajaran

baru, upah tukang bukan mandor, dan nasi dengan

lauk.

3.5.2. Inflasi Triwulan III 2016Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan III 2016

diperkirakan stabil. Faktor yang diperkirakan sedikit

mendorong peningkatan inflasi adalah biaya

pendidikan. Selain itu, terdapat tekanan inflasi yang

berasal dari meningkatnya permintaan seiring dengan

perayaan hari raya Idul Adha. Namun demikian,

peningkatan inflasi ini tertahan seiring memasuki masa

panen komoditas pertanian pada akhir triwulan III

2016. Hal ini ditambah dengan upaya pemerintah

memperbaiki distribusi logistik diperkirakan mampu

60 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

INDEKS

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9

Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei KonsumenGrafik 3.38

INDEKS

130

140

150

160

170

180

190

200

Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Pedagang EceranGrafik 3.39

10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

7 8 9 10 11 12 1 2 3

2016

4 5 6

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

perbaikan ekonomi domestik, mengakibatkan nilai

tukar rupiah diperkirakan akan cenderung stabil pada

triwulan III 2016. Potensi membaiknya nilai tukar ini

selanjutnya memberikan tekanan inflasi untuk

kelompok inflasi inti traded.

Peningkatan inflasi inti tercermin dari ekspektasi

kenaikan harga masyarakat, baik di tingkat

konsumen maupun pedagang. Hasil Survei

Konsumen menunjukkan adanya peningkatan

ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang. Senada

dengan hasil Survei Konsumen tersebut, hasil Survei

Pedagang Eceran juga menunjukkan adanya

peningkatan ekspektasi harga untuk 3 bulan yang akan

datang.

3.6. Program Pengendalian Inflasi Daerah

Dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan

kestabilan harga serta mengelola ekspektasi

masyarakat, TPID Provinsi Jawa Tengah telah

menyelenggarakan berbagai kegiatan selama Juni – Juli

2016, antara lain sbb:

1. KUNJUNGAN LAPANGAN

Dari beberapa kunjungan lapangan yang dilakukan

diketahui bahwa secara umum, pasokan bahan

pangan strategis selama Ramadhan hingga pasca

Lebaran di Jawa Tengah diperkirakan cukup.

Beberapa kunjungan lapangan yang telah dilakukan

selama Ramadhan antara lain:

Kunjungan lapangan pada tanggal 6-7 Juni 2016

dipimpin Gubernur ke Pasar Johar, RPU (Rumah

Pemotongan Unggas) Penggaron, Gudang Beras

Bulog & Gudang Gula PPI

Kunjungan lapangan persiapan Idul Fitri pada

tanggal 20 Juni 2016 dipimpin oleh Sekda Jateng ke

Salatiga, Boyolali, Sragen, Solo.

Sidak ke Pasar Puri Kabupaten Pati dan Pasar

Bitingan Kabupaten Kudus tanggal 20 Juni 2016.

Sidak mingguan oleh Dinas Perindustrian ke pasar

dan distributor komoditas pangan strategis (beras,

minyak goreng, gula pasir).

2. PASAR MURAH

Sesuai dengan arahan Gubernur Jawa Tengah,

pelaksanaan pasar murah tahun 2016 lebih

difokuskan pada daerah di kantong-kantong

kemiskinan dan bencana di seluruh kabupaten/Kota

se-Jawa Tengah.

Total paket komoditas yang dibagikan di kota

Semarang adalah 10.000 paket.

Komoditas yang dijual pada pasar murah antara lain

beras, gula, minyak goreng, bawang merah, bawang

putih, daging sapi, hingga paket komoditas

perikanan.

3. OPERASI PASAR

Selain pasar murah, Bulog Divre Jawa Tengah juga

melakukan Operasi Pasar khusus untuk komoditas

bawang merah, daging sapi beku dan gula pasir

sejak pertengahan Juni hingga pertengahan Juli.

61PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

4. PROGRAM UNTUK MENGELOLA EKSPEKTASI MASYARAKAT

Himbauan moral melalui Iklan Layanan Masyarakat

(ILM) di radio yang disampaikan langsung oleh

Gubernur Jateng. ILM disiarkan di 3 radio (C-Radio,

Radio Idola & Rasika) sejak 23 Mei – 5 Juli 2016.

Talkshow dengan menghadirkan narasumber, mulai

dari Gubernur hingga Kepala SKPD/ instansi anggota

TPID Jateng di beberapa radio dan TV lokal.

Pengiriman SMS broadcast yang berisi himbauan

moral bijak berbelanja sejak tanggal 6 Juni hingga 5

Juli 2016.

5. KOORDINASI MELALUI VIRTUAL MEETING SIHATI

Selama Juli 2016, Kepala Perwakilan BI Prov. Jateng

selaku wakil ketua TPID telah melakukan koordinasi

dengan instansi anggota TPID lainnya melalui Virtual

Meeting terkait kondisi pasokan dan harga

komoditas strategis menjelang Idul Fitri.

Komoditas yang dicermati terutama adalah bawang

merah dan cabai.

Berdasarkan hasil laporan dari Dinas Pertanian, BKP,

Bulog dan Dinas Perdagangan, diketahui bahwa

pasokan komoditas strategis menjelang Idul Fitri dan

akhir Juli masih terpantau cukup, sehingga belum

membutuhkan upaya lebih lanjut, seperti operasi

pasar, sidak atau pasar murah.

62 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Komoditas bawang putih merupakan salah satu

komoditas pangan yang termasuk dalam pemantauan

harga pangan strategis oleh TPID di Wilayah Soloraya.

Pantauan harga bawang putih secara harian di website

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Soloraya

menunjukkan adanya volatilitas harga bawang putih di

Soloraya dan terdapat tren kenaikan harga yang cukup

tinggi selama satu tahun terakhir.

Data inflasi Kota Surakarta menunjukkan bahwa bawang

putih menjadi komoditas penyumbang inflasi utama

pada beberapa tahun terakhir. Data terakhir

menunjukkan bahwa inflasi komoditas bawang putih

pada bulan Juli 2016 tercatat sebesar 64,12% (yoy) atau

32,68% (ytd). Dengan inflasi tersebut, bawang putih

menjadi komoditas penyumbang inflasi tahunan

tertinggi di Kota Surakarta.

SUPLEMEN IVPENGENDALIAN HARGA BAWANG PUTIH

MELALUI PENGEMBANGAN KLASTER BAWANG PUTIH

Sumber: http://solo-raya.org

TAHUN

(%yoy)

Tabel 1. Inflasi Bawang Putih Kota Surakarta

INFLASI

YOY

(%)ANDIL PERINGKAT KOMODITAS

PENYUMBANG INFLASI (%ytd)INFLASI

YTD

(%)ANDIL PERINGKAT KOMODITAS

PENYUMBANG INFLASI

DES 42,83 0,14 10 42,83 0,14 10

DES 65,32 0,22 4 65,32 0,22 4

JAN 90,37 0,30 1 13,12 0,07 4

FEB 94,29 0,32 1 15,24 0,08 3

MAR 111,17 0,39 1 30,78 0,17 1

APR 77,19 0,33 1 34,25 0,19 2

MEI 78,99 0,34 1 36,68 0,20 2

JUN 83,40 0,34 1 31,89 0,17 2

JUL 64,12 0,29 1 32,68 0,18 4

2014

2015

2016

Di sisi lain, Wilayah Soloraya memiliki potensi

pengembangan budidaya bawang putih yang tinggi,

khususnya di Kabupaten Karanganyar. Luas panen

bawang putih di Kabupaten Karanganyar pada tahun

2013 mencapai 89 Ha dengan produksi mencapai

11.459 kuintal (BPS Prov. Jawa Tengah, 2016). Luas

panen bawang putih di Kabupaten Karanganyar tersebut

memberikan kontribusi sebesar 12% terhadap luasan

bawang putih di Provinsi Jawa Tengah, dan menempati

urutan ketiga setelah Kabupaten Temanggung dan

Tegal. Pada tahun 2015, luas lahan bawang putih di

Tawangmangu terus bertambah menjadi 120 Ha.

Bawang putih dari Kabupaten Karanganyar lebih

berkualitas daripada bawang putih yang diimpor dari

Cina karena rasanya yang lebih pedas.

63PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

4. PROGRAM UNTUK MENGELOLA EKSPEKTASI MASYARAKAT

Himbauan moral melalui Iklan Layanan Masyarakat

(ILM) di radio yang disampaikan langsung oleh

Gubernur Jateng. ILM disiarkan di 3 radio (C-Radio,

Radio Idola & Rasika) sejak 23 Mei – 5 Juli 2016.

Talkshow dengan menghadirkan narasumber, mulai

dari Gubernur hingga Kepala SKPD/ instansi anggota

TPID Jateng di beberapa radio dan TV lokal.

Pengiriman SMS broadcast yang berisi himbauan

moral bijak berbelanja sejak tanggal 6 Juni hingga 5

Juli 2016.

5. KOORDINASI MELALUI VIRTUAL MEETING SIHATI

Selama Juli 2016, Kepala Perwakilan BI Prov. Jateng

selaku wakil ketua TPID telah melakukan koordinasi

dengan instansi anggota TPID lainnya melalui Virtual

Meeting terkait kondisi pasokan dan harga

komoditas strategis menjelang Idul Fitri.

Komoditas yang dicermati terutama adalah bawang

merah dan cabai.

Berdasarkan hasil laporan dari Dinas Pertanian, BKP,

Bulog dan Dinas Perdagangan, diketahui bahwa

pasokan komoditas strategis menjelang Idul Fitri dan

akhir Juli masih terpantau cukup, sehingga belum

membutuhkan upaya lebih lanjut, seperti operasi

pasar, sidak atau pasar murah.

62 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Komoditas bawang putih merupakan salah satu

komoditas pangan yang termasuk dalam pemantauan

harga pangan strategis oleh TPID di Wilayah Soloraya.

Pantauan harga bawang putih secara harian di website

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Soloraya

menunjukkan adanya volatilitas harga bawang putih di

Soloraya dan terdapat tren kenaikan harga yang cukup

tinggi selama satu tahun terakhir.

Data inflasi Kota Surakarta menunjukkan bahwa bawang

putih menjadi komoditas penyumbang inflasi utama

pada beberapa tahun terakhir. Data terakhir

menunjukkan bahwa inflasi komoditas bawang putih

pada bulan Juli 2016 tercatat sebesar 64,12% (yoy) atau

32,68% (ytd). Dengan inflasi tersebut, bawang putih

menjadi komoditas penyumbang inflasi tahunan

tertinggi di Kota Surakarta.

SUPLEMEN IVPENGENDALIAN HARGA BAWANG PUTIH

MELALUI PENGEMBANGAN KLASTER BAWANG PUTIH

Sumber: http://solo-raya.org

TAHUN

(%yoy)

Tabel 1. Inflasi Bawang Putih Kota Surakarta

INFLASI

YOY

(%)ANDIL PERINGKAT KOMODITAS

PENYUMBANG INFLASI (%ytd)INFLASI

YTD

(%)ANDIL PERINGKAT KOMODITAS

PENYUMBANG INFLASI

DES 42,83 0,14 10 42,83 0,14 10

DES 65,32 0,22 4 65,32 0,22 4

JAN 90,37 0,30 1 13,12 0,07 4

FEB 94,29 0,32 1 15,24 0,08 3

MAR 111,17 0,39 1 30,78 0,17 1

APR 77,19 0,33 1 34,25 0,19 2

MEI 78,99 0,34 1 36,68 0,20 2

JUN 83,40 0,34 1 31,89 0,17 2

JUL 64,12 0,29 1 32,68 0,18 4

2014

2015

2016

Di sisi lain, Wilayah Soloraya memiliki potensi

pengembangan budidaya bawang putih yang tinggi,

khususnya di Kabupaten Karanganyar. Luas panen

bawang putih di Kabupaten Karanganyar pada tahun

2013 mencapai 89 Ha dengan produksi mencapai

11.459 kuintal (BPS Prov. Jawa Tengah, 2016). Luas

panen bawang putih di Kabupaten Karanganyar tersebut

memberikan kontribusi sebesar 12% terhadap luasan

bawang putih di Provinsi Jawa Tengah, dan menempati

urutan ketiga setelah Kabupaten Temanggung dan

Tegal. Pada tahun 2015, luas lahan bawang putih di

Tawangmangu terus bertambah menjadi 120 Ha.

Bawang putih dari Kabupaten Karanganyar lebih

berkualitas daripada bawang putih yang diimpor dari

Cina karena rasanya yang lebih pedas.

63PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN IV

Salah satu kegiatan dalam pengembangan klaster

tersebut adalah mendorong Poktan Taruna Tani ”Tani

Maju” untuk mandiri dan mengembangkan budidaya

tanaman Bawang Putih dengan sistem tumpang sari

maupun monokultur. Untuk tujuan tersebut, KPw BI Solo

melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) telah

memberikan bantuan demplot dan Saprodi.

2Demplot tersebut dilakukan pada lahan seluas 3.000 m ,

untuk menanam bawang putih dengan bibit varietas

Tawangmangu Baru sebanyak 200 kg, bibit bawang

daun sebanyak 300 kg, serta bibit bawang merah

sebanyak 100 kg. Implementasi penanaman bawang

putih pada demplot tersebut menggunakan sistem

tanam monokultur dan tumpang sari.

Pertimbangan menggunakan sistem tanam tumpangsari

pada demplot adalah hasil yang maksimal dengan lahan

yang terbatas, mengingat panen bisa dilakukan

beberapa kali dengan usia panen dan jenis tanaman yang

berbeda sehingga memberikan pendapatan (income)

buat petani disaat menunggu masa panen bawang

putih. Sedangkan jika menggunakan monokultur

tanaman bawang putih baru bisa dipanen sampai waktu

yang sudah ditentukan yaitu sekitar 160 (seratus enam

puluh) hari.

Saat ini terdapat 2 (dua) sentra bawang putih di Kab.

Karanganyar, yaitu Kecamatan Tawangmangu (98%)

dan di Kecamatan Jenawi (2%). Di sentra bawang putih

tersebut, terdapat 2 (dua) varietas bawang putih

unggulan yang ditanam, yaitu varietas Lumbu Hijau dan

varietas Tawangmangu Baru. Adapun karakteristik dari

kedua varietas tersebut adalah sebagai berikut :

VARIETAS BAWANG PUTIH UNGGULAN YANG DI TANAM

LUMBU HIJAU TAWANGMANGU BARU

- Ukuran Umbi Kecil- Produktivitas ± 12 - 13 Ton /ha- Lebih Adaptif Terhadap Kelembaban Yang Tinggi

- Ukuran umbi besar- Produktivitas ± 17 - 18 ton /ha- Menyerupai bawang putih impor

Dalam rangka mendukung pengendalian inflasi

terutama komoditas bawang putih, KPw BI Solo yang

merupakan bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) di Wilayah Soloraya menginisiasi pengembangan

klaster atau program pengendalian inflasi untuk

komoditas bawang putih varietas Tawangmangu Baru di

Kabupaten Karanganyar. Pengembangan bawang putih

ini dilakukan melalui penanaman varietas tersebut di

demonstration of plot (demplot) yang diharapkan

menjadi langkah awal pengembangan secara massal

(denfarm), sehingga berperan nyata dalam pengendalian

inflasi.

64 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

Penerapan sistem monokultur dan tumpangsari pada

demplot bawang putih dimaksudkan untuk memberikan

perbandingan mengetahui keuntungan maupun

kelemahan penerapan dari masing-masing pola tanam.

Petani akan dapat belajar langsung dan melakukan

pengamatan di demplot yang sudah ditanami bawang

putih, dengan harapan hasil yang ingin dicapai hasil

panen meningkat.

Beberapa kegiatan pengembangan klaster bawang putih

yang akan dilakukan antara lain pembuatan demplot dan

pelatihan teknis budidaya bawang putih yang efisien dan

berorientasi pasar, pelatihan pengendalian hama

penyakit tanaman bawang putih secara ramah

lingkungan, pelatihan pembuatan pupuk organik,

pelatihan manajemen pembukuan usaha kelompok,

pelatihan penguatan badan hukum (koperasi) kelompok

yang berorientasi pasar dan efisiensi kolektif, temu

bisnis/fasilitasi akses pasar untuk ikut memenuhi

kebutuhan Soloraya (integrasi dengan kegiatan TPID),

sosialisasi skim kredit perbankan, pelatihan pengemasan

dan olahan bawang putih, serta pelatihan perizinan

usaha.

Selain itu, program pengembangan klaster bawang

putih di Kabupaten Karanganyar tersebut menjadi

bagian dari program Klaster Pengendalian Inflasi

Komoditas Bawang Putih Terintegrasi di Provinsi Jawa

Tengah. Program tersebut merupakan implementasi dari

program “Sinergi Aksi Untuk Ekonomi Rakyat” yang

telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia dan

Gubernur Bank Indonesia di Kabupaten Brebes pada

tanggal 11 April 2016. Dalam program tersebut,

terdapat 8 (delapan) kabupaten di Jawa Tengah yang

terlibat, yaitu Kab. Karanganyar, Kab. Tegal, Kab. Batang,

Kab. Pekalongan, Kab. Temanggung, Kab. Magelang,

Kab. Purbalingga, serta Kab. Banjarnegara. Sebagai

payung hukum pelaksanaan program dimaksud, pada

bulan Agustus 2016 dilaksanakan penandatanganan

Perjanjian Kerjasama antara Bank Indonesia dengan

Pemerintah Daerah masing-masing kabupaten yang

bertempat di lokasi Klaster Bawang Putih binaan KPw BI

Solo di Kabupaten Karanganyar.

Dengan adanya program pengendalian inflasi melalui

Klaster Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar

maupun Klaster Bawang Putih Terintegrasi tersebut, KPw

BI Solo turut mendukung program pengembangan

p roduk unggu lan dae rah seh ingga mampu

meningkatkan daya saing bawang putih lokal di tanah

air. Selain itu, diharapkan juga turut membantu

terjaminnya ketersediaan pasokan bawang putih di

Wilayah Soloraya sehingga inflasi dapat terkendali.

SUPLEMEN IV

65PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

SUPLEMEN IV

Salah satu kegiatan dalam pengembangan klaster

tersebut adalah mendorong Poktan Taruna Tani ”Tani

Maju” untuk mandiri dan mengembangkan budidaya

tanaman Bawang Putih dengan sistem tumpang sari

maupun monokultur. Untuk tujuan tersebut, KPw BI Solo

melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) telah

memberikan bantuan demplot dan Saprodi.

2Demplot tersebut dilakukan pada lahan seluas 3.000 m ,

untuk menanam bawang putih dengan bibit varietas

Tawangmangu Baru sebanyak 200 kg, bibit bawang

daun sebanyak 300 kg, serta bibit bawang merah

sebanyak 100 kg. Implementasi penanaman bawang

putih pada demplot tersebut menggunakan sistem

tanam monokultur dan tumpang sari.

Pertimbangan menggunakan sistem tanam tumpangsari

pada demplot adalah hasil yang maksimal dengan lahan

yang terbatas, mengingat panen bisa dilakukan

beberapa kali dengan usia panen dan jenis tanaman yang

berbeda sehingga memberikan pendapatan (income)

buat petani disaat menunggu masa panen bawang

putih. Sedangkan jika menggunakan monokultur

tanaman bawang putih baru bisa dipanen sampai waktu

yang sudah ditentukan yaitu sekitar 160 (seratus enam

puluh) hari.

Saat ini terdapat 2 (dua) sentra bawang putih di Kab.

Karanganyar, yaitu Kecamatan Tawangmangu (98%)

dan di Kecamatan Jenawi (2%). Di sentra bawang putih

tersebut, terdapat 2 (dua) varietas bawang putih

unggulan yang ditanam, yaitu varietas Lumbu Hijau dan

varietas Tawangmangu Baru. Adapun karakteristik dari

kedua varietas tersebut adalah sebagai berikut :

VARIETAS BAWANG PUTIH UNGGULAN YANG DI TANAM

LUMBU HIJAU TAWANGMANGU BARU

- Ukuran Umbi Kecil- Produktivitas ± 12 - 13 Ton /ha- Lebih Adaptif Terhadap Kelembaban Yang Tinggi

- Ukuran umbi besar- Produktivitas ± 17 - 18 ton /ha- Menyerupai bawang putih impor

Dalam rangka mendukung pengendalian inflasi

terutama komoditas bawang putih, KPw BI Solo yang

merupakan bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) di Wilayah Soloraya menginisiasi pengembangan

klaster atau program pengendalian inflasi untuk

komoditas bawang putih varietas Tawangmangu Baru di

Kabupaten Karanganyar. Pengembangan bawang putih

ini dilakukan melalui penanaman varietas tersebut di

demonstration of plot (demplot) yang diharapkan

menjadi langkah awal pengembangan secara massal

(denfarm), sehingga berperan nyata dalam pengendalian

inflasi.

64 PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

Penerapan sistem monokultur dan tumpangsari pada

demplot bawang putih dimaksudkan untuk memberikan

perbandingan mengetahui keuntungan maupun

kelemahan penerapan dari masing-masing pola tanam.

Petani akan dapat belajar langsung dan melakukan

pengamatan di demplot yang sudah ditanami bawang

putih, dengan harapan hasil yang ingin dicapai hasil

panen meningkat.

Beberapa kegiatan pengembangan klaster bawang putih

yang akan dilakukan antara lain pembuatan demplot dan

pelatihan teknis budidaya bawang putih yang efisien dan

berorientasi pasar, pelatihan pengendalian hama

penyakit tanaman bawang putih secara ramah

lingkungan, pelatihan pembuatan pupuk organik,

pelatihan manajemen pembukuan usaha kelompok,

pelatihan penguatan badan hukum (koperasi) kelompok

yang berorientasi pasar dan efisiensi kolektif, temu

bisnis/fasilitasi akses pasar untuk ikut memenuhi

kebutuhan Soloraya (integrasi dengan kegiatan TPID),

sosialisasi skim kredit perbankan, pelatihan pengemasan

dan olahan bawang putih, serta pelatihan perizinan

usaha.

Selain itu, program pengembangan klaster bawang

putih di Kabupaten Karanganyar tersebut menjadi

bagian dari program Klaster Pengendalian Inflasi

Komoditas Bawang Putih Terintegrasi di Provinsi Jawa

Tengah. Program tersebut merupakan implementasi dari

program “Sinergi Aksi Untuk Ekonomi Rakyat” yang

telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia dan

Gubernur Bank Indonesia di Kabupaten Brebes pada

tanggal 11 April 2016. Dalam program tersebut,

terdapat 8 (delapan) kabupaten di Jawa Tengah yang

terlibat, yaitu Kab. Karanganyar, Kab. Tegal, Kab. Batang,

Kab. Pekalongan, Kab. Temanggung, Kab. Magelang,

Kab. Purbalingga, serta Kab. Banjarnegara. Sebagai

payung hukum pelaksanaan program dimaksud, pada

bulan Agustus 2016 dilaksanakan penandatanganan

Perjanjian Kerjasama antara Bank Indonesia dengan

Pemerintah Daerah masing-masing kabupaten yang

bertempat di lokasi Klaster Bawang Putih binaan KPw BI

Solo di Kabupaten Karanganyar.

Dengan adanya program pengendalian inflasi melalui

Klaster Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar

maupun Klaster Bawang Putih Terintegrasi tersebut, KPw

BI Solo turut mendukung program pengembangan

p roduk unggu lan dae rah seh ingga mampu

meningkatkan daya saing bawang putih lokal di tanah

air. Selain itu, diharapkan juga turut membantu

terjaminnya ketersediaan pasokan bawang putih di

Wilayah Soloraya sehingga inflasi dapat terkendali.

SUPLEMEN IV

65PERKEMBANGANINFLASI DAERAH

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Fungsi intermediasi perbankan Jawa Tengah mengalami peningkatan pada triwulan II 2016 sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian.

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGANDAN UMKM

BABIV

Kredit perbankan Jawa Tengah pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, aset perbankan Jawa Tengah mengalami perlambatan dibandingkan

dengan triwulan lalu. Hal tersebut juga terjadi pada pertumbuhan DPK di triwulan

laporan.

Perbankan syariah Jawa Tengah juga mengalami peningkatan pertumbuhan

pembiayaan pada triwulan II 2016.

Kegiatan sistem pembayaran Jawa Tengah tetap mampu memberikan dukungan pada

kelancaran transaksi ekonomi di Jawa Tengah.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Fungsi intermediasi perbankan Jawa Tengah mengalami peningkatan pada triwulan II 2016 sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian.

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGANDAN UMKM

BABIV

Kredit perbankan Jawa Tengah pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, aset perbankan Jawa Tengah mengalami perlambatan dibandingkan

dengan triwulan lalu. Hal tersebut juga terjadi pada pertumbuhan DPK di triwulan

laporan.

Perbankan syariah Jawa Tengah juga mengalami peningkatan pertumbuhan

pembiayaan pada triwulan II 2016.

Kegiatan sistem pembayaran Jawa Tengah tetap mampu memberikan dukungan pada

kelancaran transaksi ekonomi di Jawa Tengah.

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

08 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Tekanan stabilitas keuangan Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan I 2016. Hal tersebut antara lain

tercermin dari peningkatan NPL perbankan Jawa

Tengah yang tercatat berada pada level 3,43%;

meningkat dibandingkan dengan NPL Jawa Tengah

pada triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,22%. Namun

demikian, fungsi intermediasi perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan yang

tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan lalu. Pada triwulan II

2016, pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

tercatat sebesar 10,21% (yoy ) ; meningkat

dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar

9,58% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut

sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 yang tumbuh sebesar

5,75% (yoy), atau meningkat dari 4,98% (yoy) pada

triwulan I 2016

4.1. Perkembangan Sistem Keuangan Jawa Tengah

4.1.1.1. Sumber-Sumber Kerentanan Sektor KorporasiLapangan usaha industri pengolahan yang

merupakan lapangan usaha dengan pangsa

terbesar di Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami pertumbuhan sebesar 5,24% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang

sebesar 4,04% (yoy). Hal ini searah dengan

peningkatan pertumbuhan produksi manufaktur yang

dirilis oleh Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Peningkatan tersebut terjadi baik pada industri besar

dan menengah yang meningkat dari 1,72% (yoy) pada

triwulan I 2016 menjadi 2,63% (yoy) pada triwulan II

2016, maupun industri kecil dan mikro yang

meningkat dari 5,11% (yoy) pada triwulan lalu menjadi

5,85% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan

pertumbuhan tersebut sejalan dengan peningkatan

permintaan domestik seiring dengan masuknya bulan

Puasa dan Lebaran tahun 2016. Tingkat konsumsi

4.1.1. Ketahanan Sektor Korporasi

masyarakat pada bulan Ramadhan tahun ini cukup

mendorong peningkatan konsumsi di triwulan II 2016.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan konsumsi

masyarakat Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan menjadi sebesar 4,80% (yoy),

dari 4,76% (yoy) pada triwulan I 2016. Sementara itu,

kinerja net ekspor antardaerah Jawa Tengah pada

triwulan laporan sudah mengalami perbaikan

meskipun masih mengalami penurunan sebesar 6,74%

(yoy); lebih kecil dibandingkan penurunan pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 32,58%

(yoy). Hal tersebut juga tidak terlepas dari peningkatan

permintaan bahan pangan dari daerah lain sejalan

dengan bulan Puasa dan Lebaran.

Perbaikan kinerja perekonomian Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 sejalan dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil SKDU tersebut, pencapaian Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) pada triwulan laporan

mengalami peningkatan dari 6,72% pada triwulan I

2016 menjadi 33,31% pada triwulan II 2016.

Peningkatan tersebut juga sejalan dari hasil Survei

Penjualan Eceran (SPE) yang ditunjukkan melalui Indeks

Penjualan Riil (IPR) triwulan II 2016 sebesar 187,29;

lebih tinggi dibandingkan IPR triwulan I 2016 yang

sebesar 176,12.

4.1.1.2. Kinerja Korporasi dan Penilaian RisikoSejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang

mengalami peningkatan, hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Jawa Tengah mengindikasikan kegiatan usaha

pada triwulan II 2016 meningkat dibandingkan kondisi

triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasi dari

pencapaian Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang naik dari 6,72%

pada triwulan I 2016 menjadi 33,31% pada triwulan II

2016.

69STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

08 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Tekanan stabilitas keuangan Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan I 2016. Hal tersebut antara lain

tercermin dari peningkatan NPL perbankan Jawa

Tengah yang tercatat berada pada level 3,43%;

meningkat dibandingkan dengan NPL Jawa Tengah

pada triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,22%. Namun

demikian, fungsi intermediasi perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan yang

tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan lalu. Pada triwulan II

2016, pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

tercatat sebesar 10,21% (yoy ) ; meningkat

dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar

9,58% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut

sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 yang tumbuh sebesar

5,75% (yoy), atau meningkat dari 4,98% (yoy) pada

triwulan I 2016

4.1. Perkembangan Sistem Keuangan Jawa Tengah

4.1.1.1. Sumber-Sumber Kerentanan Sektor KorporasiLapangan usaha industri pengolahan yang

merupakan lapangan usaha dengan pangsa

terbesar di Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami pertumbuhan sebesar 5,24% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang

sebesar 4,04% (yoy). Hal ini searah dengan

peningkatan pertumbuhan produksi manufaktur yang

dirilis oleh Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Peningkatan tersebut terjadi baik pada industri besar

dan menengah yang meningkat dari 1,72% (yoy) pada

triwulan I 2016 menjadi 2,63% (yoy) pada triwulan II

2016, maupun industri kecil dan mikro yang

meningkat dari 5,11% (yoy) pada triwulan lalu menjadi

5,85% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan

pertumbuhan tersebut sejalan dengan peningkatan

permintaan domestik seiring dengan masuknya bulan

Puasa dan Lebaran tahun 2016. Tingkat konsumsi

4.1.1. Ketahanan Sektor Korporasi

masyarakat pada bulan Ramadhan tahun ini cukup

mendorong peningkatan konsumsi di triwulan II 2016.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan konsumsi

masyarakat Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan menjadi sebesar 4,80% (yoy),

dari 4,76% (yoy) pada triwulan I 2016. Sementara itu,

kinerja net ekspor antardaerah Jawa Tengah pada

triwulan laporan sudah mengalami perbaikan

meskipun masih mengalami penurunan sebesar 6,74%

(yoy); lebih kecil dibandingkan penurunan pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 32,58%

(yoy). Hal tersebut juga tidak terlepas dari peningkatan

permintaan bahan pangan dari daerah lain sejalan

dengan bulan Puasa dan Lebaran.

Perbaikan kinerja perekonomian Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 sejalan dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil SKDU tersebut, pencapaian Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) pada triwulan laporan

mengalami peningkatan dari 6,72% pada triwulan I

2016 menjadi 33,31% pada triwulan II 2016.

Peningkatan tersebut juga sejalan dari hasil Survei

Penjualan Eceran (SPE) yang ditunjukkan melalui Indeks

Penjualan Riil (IPR) triwulan II 2016 sebesar 187,29;

lebih tinggi dibandingkan IPR triwulan I 2016 yang

sebesar 176,12.

4.1.1.2. Kinerja Korporasi dan Penilaian RisikoSejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang

mengalami peningkatan, hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Jawa Tengah mengindikasikan kegiatan usaha

pada triwulan II 2016 meningkat dibandingkan kondisi

triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasi dari

pencapaian Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang naik dari 6,72%

pada triwulan I 2016 menjadi 33,31% pada triwulan II

2016.

69STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

penggunaan tenaga kerja pada periode sebelumnya

yang tercatat sebesar -1,20%. Peningkatan

penggunaan tenaga kerja terjadi pada sebagian besar

lapangan usaha, terutama pada lapangan usaha

Industri Pengolahan (SBT 0,72% pada triwulan II 2016;

naik dari -1,89% di triwulan I 2016) dan lapangan

usaha pertanian (SBT 1,78% pada triwulan II 2016; naik

dari -1,34% di triwulan I 2016).

Indikator kinerja keuangan korporasi yang tercermin

dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)

cenderung mengalami perbaikan di triwulan II 2016.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga cenderung

member ikan berpengaruh pos i t i f te rhadap

produktivitas korporasi. Hal tersebut terlihat dari 9indikator asset turnover yang naik dari 0,20 di triwulan

I 2016 menjadi 0,24 di triwulan II 2016. Sejalan dengan 10perbaikan asset turnover, inventory turnover

korporasi Jawa Tengah juga mengalami peningkatan

menjadi sebesar 0,18 di triwulan laporan dari 0,16 pada

triwulan sebelumnya.

Peningkatan kegiatan usaha pada triwulan ini terjadi

hampir pada seluruh lapangan usaha, terutama pada

lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan

lapangan usaha terbesar di Jawa Tengah. Dibandingkan

dengan triwulan I 2016, lapangan usaha Industri

Pengolahan mengalami peningkatan SBT dari -0,29%

menjadi 8,11%.

Peningkatan kegiatan usaha tersebut juga berdampak

pada naiknya tingkat penggunaan tenaga kerja di Jawa

Tengah. Hal tersebut tercermin dari SBT penggunaan

tenaga kerja triwulan II 2016 yang meningkat menjadi sebesar 10,71%; signifikan lebih tinggi dari SBT

Grafik 4.1 Hasil SKDU Jawa Tengah

40.0 %, SBT

0.0

10.0

20.0

30.0

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II-8.0

-6.0

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

Grafik 4.2 Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja Jawa Tengah

%, SBT

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.4 Perkembangan Asset Turnover Korporasi Jawa Tengah

15%

16%17%

18%

19%

20%21%

22%

23%24%

25%

ASSET TURNOVER

Sumber: Situs IDX, diolah

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.5 Perkembangan Inventory Turnover Korporasi Jawa Tengah

INVENTORY TURNOVER

10%

12%

14%

16%

18%

20%

22%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.3 Perkembangan ROA dan ROE Korporasi Jawa Tengah

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

ROA ROE

Sumber: Situs IDX, diolah

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Indikator ini mencerminkan rasio penjualan terhadap total aset yang menunjukkan tingkat produktivitas dari sisi kemampuan korporasi dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan

9. Indikator ini mencerminkan rasio penjualan terhadap persediaan yang menunjukkan tingkat produktivitas dari sisi perputaran persediaan korporasi.

10.

70 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.7 Perkembangan TA/TL Jawa Tengah

TA/TL

Sumber: Situs IDX, diolah

1.5

1.6

1.7

1.8

1.9

2.0

2.1

2.2

2.3

2.4

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.9 Perkembangan Current Ratio Korporasi Jawa Tengah

CURRENT RATIO

Sumber: Situs IDX, diolah

0.0

0.51.0

1.5

2.0

2.53.0

3.5

4.04.5

5.0

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.8 Perkembangan Debt Equity Ratio (DER) Jawa Tengah

ASSET TURNOVER

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

1.1

1.2

1.3

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.6 Perkembangan DSR dan ICR Korporasi Jawa Tengah

-1

0

1

2

3

4

5

ICRDSR

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Beban korporasi Jawa Tengah dalam membayar

utang pada triwulan I I 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Rasio beban utang korporasi (debt

service ratio) korporasi Jawa Tengah pada triwulan

laporan tercatat sebesar 3,02; meningkat dibandingkan 11

triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 0,24 . Sementara

itu, kemampuan korporasi Jawa Tengah dalam

membayar bunga cenderung mengalami penurunan

pada triwulan ini. Rasio ICR (interest coverage ratio)

menunjukkan penurunan dari 2,83 pada triwulan I 122016 menjadi sebesar 2,59 pada triwulan II 2016.

Sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian Jawa

Tengah pada triwulan II 2016, Debt Equity Ratio (DER)

sebagai salah satu indikator ketahanan korporasi dalam

jangka panjang (solvabilitas) juga mengalami

peningkatan dari 1,12 pada triwulan lalu menjadi 1,16

pada triwulan laporan. Sementara itu, rasio TA/TL

korporasi Jawa Tengah cenderung stabil dari sebesar

1,89 pada triwulan I 2016 menjadi 1,87 pada triwulan II

2016.

Ketahanan jangka pendek (likuiditas) koporasi Jawa

Tengah juga mengalami perbaikan pada triwulan II

2016. Hal tersebut tercermin dari peningkatan current

ratio (CR) yang mengalami peningkatan dari sebesar

2,81 pada triwulan lalu menjadi 2,92 pada triwulan

laporan.

4.1.1.3. Perkembangan Indikator Perbankan pada

Lapangan Usaha Utama Jawa Tengah

Secara umum, pergerakan laju kredit tahunan dengan

pergerakan pertumbuhan ekonomi lapangan usaha

utama Jawa Tengah menunjukkan arah yang sejalan

dengan kecenderungan yang meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah masih bersumber dari tiga lapangan usaha

utama, yakni industri pengolahan (34,90%); pertanian,

kehutanan dan perikanan (15,03%); dan perdagangan

besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor

(13,39%). Lapangan usaha industri pengolahan dan

pertanian, kehutanan & perikanan mengalami

pertumbuhan yang meningkat pada triwulan II 2016.

Sementara itu, lapangan usaha perdagangan

mengalami pertumbuhan yang melambat pada

triwulan II 2016. DSR: Cicilan pokok + bunga / EBITDAICR: EBIT / biaya bunga. Threshold ICR yang aman adalah di atas 1,5

11.12.

71STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

penggunaan tenaga kerja pada periode sebelumnya

yang tercatat sebesar -1,20%. Peningkatan

penggunaan tenaga kerja terjadi pada sebagian besar

lapangan usaha, terutama pada lapangan usaha

Industri Pengolahan (SBT 0,72% pada triwulan II 2016;

naik dari -1,89% di triwulan I 2016) dan lapangan

usaha pertanian (SBT 1,78% pada triwulan II 2016; naik

dari -1,34% di triwulan I 2016).

Indikator kinerja keuangan korporasi yang tercermin

dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)

cenderung mengalami perbaikan di triwulan II 2016.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga cenderung

member ikan berpengaruh pos i t i f te rhadap

produktivitas korporasi. Hal tersebut terlihat dari 9indikator asset turnover yang naik dari 0,20 di triwulan

I 2016 menjadi 0,24 di triwulan II 2016. Sejalan dengan 10perbaikan asset turnover, inventory turnover

korporasi Jawa Tengah juga mengalami peningkatan

menjadi sebesar 0,18 di triwulan laporan dari 0,16 pada

triwulan sebelumnya.

Peningkatan kegiatan usaha pada triwulan ini terjadi

hampir pada seluruh lapangan usaha, terutama pada

lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan

lapangan usaha terbesar di Jawa Tengah. Dibandingkan

dengan triwulan I 2016, lapangan usaha Industri

Pengolahan mengalami peningkatan SBT dari -0,29%

menjadi 8,11%.

Peningkatan kegiatan usaha tersebut juga berdampak

pada naiknya tingkat penggunaan tenaga kerja di Jawa

Tengah. Hal tersebut tercermin dari SBT penggunaan

tenaga kerja triwulan II 2016 yang meningkat menjadi sebesar 10,71%; signifikan lebih tinggi dari SBT

Grafik 4.1 Hasil SKDU Jawa Tengah

40.0 %, SBT

0.0

10.0

20.0

30.0

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II-8.0

-6.0

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

Grafik 4.2 Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja Jawa Tengah

%, SBT

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.4 Perkembangan Asset Turnover Korporasi Jawa Tengah

15%

16%17%

18%

19%

20%21%

22%

23%24%

25%

ASSET TURNOVER

Sumber: Situs IDX, diolah

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.5 Perkembangan Inventory Turnover Korporasi Jawa Tengah

INVENTORY TURNOVER

10%

12%

14%

16%

18%

20%

22%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.3 Perkembangan ROA dan ROE Korporasi Jawa Tengah

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

ROA ROE

Sumber: Situs IDX, diolah

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Indikator ini mencerminkan rasio penjualan terhadap total aset yang menunjukkan tingkat produktivitas dari sisi kemampuan korporasi dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan

9. Indikator ini mencerminkan rasio penjualan terhadap persediaan yang menunjukkan tingkat produktivitas dari sisi perputaran persediaan korporasi.

10.

70 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.7 Perkembangan TA/TL Jawa Tengah

TA/TL

Sumber: Situs IDX, diolah

1.5

1.6

1.7

1.8

1.9

2.0

2.1

2.2

2.3

2.4

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.9 Perkembangan Current Ratio Korporasi Jawa Tengah

CURRENT RATIO

Sumber: Situs IDX, diolah

0.0

0.51.0

1.5

2.0

2.53.0

3.5

4.04.5

5.0

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.8 Perkembangan Debt Equity Ratio (DER) Jawa Tengah

ASSET TURNOVER

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

1.1

1.2

1.3

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Grafik 4.6 Perkembangan DSR dan ICR Korporasi Jawa Tengah

-1

0

1

2

3

4

5

ICRDSR

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

Beban korporasi Jawa Tengah dalam membayar

utang pada triwulan I I 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Rasio beban utang korporasi (debt

service ratio) korporasi Jawa Tengah pada triwulan

laporan tercatat sebesar 3,02; meningkat dibandingkan 11

triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 0,24 . Sementara

itu, kemampuan korporasi Jawa Tengah dalam

membayar bunga cenderung mengalami penurunan

pada triwulan ini. Rasio ICR (interest coverage ratio)

menunjukkan penurunan dari 2,83 pada triwulan I 122016 menjadi sebesar 2,59 pada triwulan II 2016.

Sejalan dengan perbaikan kinerja perekonomian Jawa

Tengah pada triwulan II 2016, Debt Equity Ratio (DER)

sebagai salah satu indikator ketahanan korporasi dalam

jangka panjang (solvabilitas) juga mengalami

peningkatan dari 1,12 pada triwulan lalu menjadi 1,16

pada triwulan laporan. Sementara itu, rasio TA/TL

korporasi Jawa Tengah cenderung stabil dari sebesar

1,89 pada triwulan I 2016 menjadi 1,87 pada triwulan II

2016.

Ketahanan jangka pendek (likuiditas) koporasi Jawa

Tengah juga mengalami perbaikan pada triwulan II

2016. Hal tersebut tercermin dari peningkatan current

ratio (CR) yang mengalami peningkatan dari sebesar

2,81 pada triwulan lalu menjadi 2,92 pada triwulan

laporan.

4.1.1.3. Perkembangan Indikator Perbankan pada

Lapangan Usaha Utama Jawa Tengah

Secara umum, pergerakan laju kredit tahunan dengan

pergerakan pertumbuhan ekonomi lapangan usaha

utama Jawa Tengah menunjukkan arah yang sejalan

dengan kecenderungan yang meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah masih bersumber dari tiga lapangan usaha

utama, yakni industri pengolahan (34,90%); pertanian,

kehutanan dan perikanan (15,03%); dan perdagangan

besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor

(13,39%). Lapangan usaha industri pengolahan dan

pertanian, kehutanan & perikanan mengalami

pertumbuhan yang meningkat pada triwulan II 2016.

Sementara itu, lapangan usaha perdagangan

mengalami pertumbuhan yang melambat pada

triwulan II 2016. DSR: Cicilan pokok + bunga / EBITDAICR: EBIT / biaya bunga. Threshold ICR yang aman adalah di atas 1,5

11.12.

71STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

PERTUMBUHAN EKONOMI KATEGORI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTORPERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN NPL SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN (RHS)

Grafik 4.12 Perkembangan Pertumbuhan Kreditdan Risiko Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

0%

10%

20%

30%

40%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN EKONOMI KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHANNPL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN (RHS)

Grafik 4.10 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Risiko Sektor Industri Pengolahan

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN EKONOMI KATEGORI PERTANIANPERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERTANIAN

NPL SEKTOR PERTANIAN (RHS)

Grafik 4.11 Perkembangan Pertumbuhan Kreditdan Risiko Sektor Pertanian

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

dibandingkan triwulan I 2016 yang sebesar -2,01%

(yoy). Perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian

tersebut juga diiringi dengan penurunan NPL yang

menjadi sebesar 12,17% pada triwulan laporan,

menurun dari 12,91% pada triwulan sebelumnya.

Perlambatan kinerja lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran pada triwulan II 2016 sejalan

peningkatan NPL kredit sektor perdagangan besar dan

eceran. Pertumbuhan ekonomi lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran pada triwulan II 2016

tercatat sebesar 4,45% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan I 2016 yang sebesar 6,99% (yoy). Penurunan

kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran

tersebut juga diiringi dengan kenaikan NPL sektor

perdagangan besar dan eceran yang menjadi sebesar

3,86% pada triwulan laporan, meningkat dari 3,69%

pada triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan yang

mengalami peningkatan pada triwulan II 2016 sejalan

dengan pertumbuhan lapangan usaha industri

pengolahan yang juga mengalami peningkatan. Kredit

sektor industri pengolahan pada triwulan II 2016

tumbuh sebesar 11,33% (yoy), atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

11,22% (yoy). Pertumbuhan ekonomi lapangan usaha

industri pengolahan pada triwulan II 2016 tercatat

sebesar 5,24% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan I 2016 yang sebesar 4,04% (yoy). Peningkatan

pe r tumbuhan te r sebut t idak te r l epas da r i

meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan

bulan Puasa yang ada di triwulan II 2016.

Peningkatan pertumbuhan kredit sektor pertanian

pada triwulan ini juga terjadi bersamaan dengan

perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian. Kredit

sektor pertanian pada triwulan II 2016 tumbuh sebesar

11,04% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,08% (yoy). Pertumbuhan

ekonomi lapangan usaha pertanian pada triwulan II

2016 tercatat sebesar -0,07% (yoy), membaik

4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah TanggaKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan sejalan dengan perbaikan

kondisi perekonomian. Konsumsi rumah tangga pada

triwulan II 2016 tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 4,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 4,76% (yoy).

Peningkatan konsumsi pada musim Puasa dan Lebaran

yang disertai dengan terjaganya inflasi pada triwulan

laporan turut meningkatkan daya beli dan tingkat

konsumsi masyarakat Jawa Tengah pada triwulan

4.1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga

72 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH laporan. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah,

terlihat bahwa optimisme konsumen terhadap kondisi

ekonomi Jawa Tengah pada triwulan laporan tergolong

baik. Hal tersebut tercermin dari Indeks Kondisi

Ekonomi saat ini (IKE) yang secara rata-rata triwulan II

2016 tercatat sebesar 113,52; lebih t inggi

dibandingkan rata-rata IKE triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 110,0. Peningkatan terutama terjadi

pada komponen ketersediaan tenaga kerja dan

penghasilan konsumen. Selain itu, konsumsi juga

didorong oleh beberapa pelonggaran kebijakan yang

ditransmisikan lewat pembiayaan kredit, antara lain

penurunan BI Rate serta penurunan Giro Wajib 13Minimum (GWM). Kredit konsumsi pada triwulan II

2016 tercatat tumbuh 8,82% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2016 yang

sebesar 7,83% (yoy). Peningkatan tersebut terutama

didorong oleh kredit kendaraan bermotor dan

perlengkapan rumah tangga.

4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga /

Perseorangan (DPK RT) di Perbankan

Pertumbuhan DPK RT Jawa Tengah pada triwulan

II 2016 meningkat dibandingkan triwulan I 2016.

DPK RT pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar

15,08% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

lalu yang tercatat sebesar 10,83% (yoy). Sejalan

dengan pola historisnya, sektor RT masih mendominasi

porsi DPK perbankan. Porsi DPK RT pada triwulan II

2016 juga mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan I 2016 dari sebesar 72,08% menjadi 73,16%.

Apabila ditinjau lebih lanjut, preferensi RT dalam

menyimpan uangnya masih didominasi oleh tabungan

dan deposito dengan porsi masing-masing sebesar

64,84% dan 31,68% pada triwulan II 2016.

Pertumbuhan DPK RT dalam bentuk tabungan

mengalami peningkatan pada triwulan laporan

menjadi 19,87% (yoy) dari 12,79% (yoy) pada triwulan

sebe lumnya. Se ja lan dengan tabungan RT,

pertumbuhan deposito RT pada triwulan laporan juga

mengalami peningkatan menjadi 8,40% (yoy) dari

7,92% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK RT

dalam bentuk giro pada triwulan II 2016 terkontraksi

sebesar 2,70% (yoy) setelah tumbuh 4,67% (yoy) pada

triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan pola historisnya, bila ditinjau

berdasarkan kelompok nilainya, terlihat bahwa

ketergantungan perbankan Jawa Tengah terhadap

deposan perseorangan dengan nilai besar juga masih

tinggi pada triwulan II 2016. Hal tersebut tercermin dari

2,12% deposan perseorangan dengan nilai tabungan

di atas Rp 1 Miliar yang menguasai 54,39% tabungan

perseorangan Jawa Tengah.

Berdasarkan Lokasi Proyek13.

PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN

Grafik 4.13 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.14 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

DPK PERSEORANGANTOTAL DPK NON PERSEORANGAN

0

5

10

15

20

25

30

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%%, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

73STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

PERTUMBUHAN EKONOMI KATEGORI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTORPERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN NPL SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN (RHS)

Grafik 4.12 Perkembangan Pertumbuhan Kreditdan Risiko Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

0%

10%

20%

30%

40%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN EKONOMI KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHANNPL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN (RHS)

Grafik 4.10 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Risiko Sektor Industri Pengolahan

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

PERTUMBUHAN EKONOMI KATEGORI PERTANIANPERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERTANIAN

NPL SEKTOR PERTANIAN (RHS)

Grafik 4.11 Perkembangan Pertumbuhan Kreditdan Risiko Sektor Pertanian

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II2014 2015

III IV I2016

II

dibandingkan triwulan I 2016 yang sebesar -2,01%

(yoy). Perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian

tersebut juga diiringi dengan penurunan NPL yang

menjadi sebesar 12,17% pada triwulan laporan,

menurun dari 12,91% pada triwulan sebelumnya.

Perlambatan kinerja lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran pada triwulan II 2016 sejalan

peningkatan NPL kredit sektor perdagangan besar dan

eceran. Pertumbuhan ekonomi lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran pada triwulan II 2016

tercatat sebesar 4,45% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan I 2016 yang sebesar 6,99% (yoy). Penurunan

kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran

tersebut juga diiringi dengan kenaikan NPL sektor

perdagangan besar dan eceran yang menjadi sebesar

3,86% pada triwulan laporan, meningkat dari 3,69%

pada triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan yang

mengalami peningkatan pada triwulan II 2016 sejalan

dengan pertumbuhan lapangan usaha industri

pengolahan yang juga mengalami peningkatan. Kredit

sektor industri pengolahan pada triwulan II 2016

tumbuh sebesar 11,33% (yoy), atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

11,22% (yoy). Pertumbuhan ekonomi lapangan usaha

industri pengolahan pada triwulan II 2016 tercatat

sebesar 5,24% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan I 2016 yang sebesar 4,04% (yoy). Peningkatan

pe r tumbuhan te r sebut t idak te r l epas da r i

meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan

bulan Puasa yang ada di triwulan II 2016.

Peningkatan pertumbuhan kredit sektor pertanian

pada triwulan ini juga terjadi bersamaan dengan

perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian. Kredit

sektor pertanian pada triwulan II 2016 tumbuh sebesar

11,04% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,08% (yoy). Pertumbuhan

ekonomi lapangan usaha pertanian pada triwulan II

2016 tercatat sebesar -0,07% (yoy), membaik

4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah TanggaKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan sejalan dengan perbaikan

kondisi perekonomian. Konsumsi rumah tangga pada

triwulan II 2016 tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 4,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 4,76% (yoy).

Peningkatan konsumsi pada musim Puasa dan Lebaran

yang disertai dengan terjaganya inflasi pada triwulan

laporan turut meningkatkan daya beli dan tingkat

konsumsi masyarakat Jawa Tengah pada triwulan

4.1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga

72 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH laporan. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah,

terlihat bahwa optimisme konsumen terhadap kondisi

ekonomi Jawa Tengah pada triwulan laporan tergolong

baik. Hal tersebut tercermin dari Indeks Kondisi

Ekonomi saat ini (IKE) yang secara rata-rata triwulan II

2016 tercatat sebesar 113,52; lebih t inggi

dibandingkan rata-rata IKE triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 110,0. Peningkatan terutama terjadi

pada komponen ketersediaan tenaga kerja dan

penghasilan konsumen. Selain itu, konsumsi juga

didorong oleh beberapa pelonggaran kebijakan yang

ditransmisikan lewat pembiayaan kredit, antara lain

penurunan BI Rate serta penurunan Giro Wajib 13Minimum (GWM). Kredit konsumsi pada triwulan II

2016 tercatat tumbuh 8,82% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2016 yang

sebesar 7,83% (yoy). Peningkatan tersebut terutama

didorong oleh kredit kendaraan bermotor dan

perlengkapan rumah tangga.

4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga /

Perseorangan (DPK RT) di Perbankan

Pertumbuhan DPK RT Jawa Tengah pada triwulan

II 2016 meningkat dibandingkan triwulan I 2016.

DPK RT pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar

15,08% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

lalu yang tercatat sebesar 10,83% (yoy). Sejalan

dengan pola historisnya, sektor RT masih mendominasi

porsi DPK perbankan. Porsi DPK RT pada triwulan II

2016 juga mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan I 2016 dari sebesar 72,08% menjadi 73,16%.

Apabila ditinjau lebih lanjut, preferensi RT dalam

menyimpan uangnya masih didominasi oleh tabungan

dan deposito dengan porsi masing-masing sebesar

64,84% dan 31,68% pada triwulan II 2016.

Pertumbuhan DPK RT dalam bentuk tabungan

mengalami peningkatan pada triwulan laporan

menjadi 19,87% (yoy) dari 12,79% (yoy) pada triwulan

sebe lumnya. Se ja lan dengan tabungan RT,

pertumbuhan deposito RT pada triwulan laporan juga

mengalami peningkatan menjadi 8,40% (yoy) dari

7,92% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK RT

dalam bentuk giro pada triwulan II 2016 terkontraksi

sebesar 2,70% (yoy) setelah tumbuh 4,67% (yoy) pada

triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan pola historisnya, bila ditinjau

berdasarkan kelompok nilainya, terlihat bahwa

ketergantungan perbankan Jawa Tengah terhadap

deposan perseorangan dengan nilai besar juga masih

tinggi pada triwulan II 2016. Hal tersebut tercermin dari

2,12% deposan perseorangan dengan nilai tabungan

di atas Rp 1 Miliar yang menguasai 54,39% tabungan

perseorangan Jawa Tengah.

Berdasarkan Lokasi Proyek13.

PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN

Grafik 4.13 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.14 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

DPK PERSEORANGANTOTAL DPK NON PERSEORANGAN

0

5

10

15

20

25

30

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%%, YOY

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

73STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

0 - 100

100 - 500

500 - 1 M

>1 M

PENGELOMPOKAN

Tabel 4.1. Pengelompokkan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilainya

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

I

2015

II III IV I

2016

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

55.84%

23.32%

5.00%

15.84%

II

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

99.39%

0.55%

0.03%

0.03%

55.64%

23.54%

5.08%

15.74%

99.38%

0.55%

0.03%

0.03%

54.60%

23.72%

5.40%

16.28%

99.36%

0.57%

0.04%

0.03%

54.00%

23.97%

5.12%

16.91%

99.32%

0.61%

0.04%

0.03%

53.25%

25.90%

5.63%

15.22%

99.24%

0.69%

0.04%

0.03%

54.61%

24.36%

5.40%

15.63%

54.61%

24.36%

5.40%

15.63%

Sesuai dengan pola hisotrisnya, pangsa kredit RT masih

didominasi oleh Kredit Multiguna yang kemudian

diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pangsa

Kredit Multiguna pada triwulan laporan tercatat

sebesar 26,07% sementara Kredit Pemilikan Rumah

tercatat sebesar 24,69%. Sejalan dengan peningkatan

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di triwulan II

2016, rasio NPL kredit RT Jawa Tengah di triwulan

laporan juga cenderung menurun untuk hampir

seluruh kategori kredit RT.

4.1.2.3. Kredit Perseorangan di PerbankanSejalan dengan peningkatan pertumbuhan DPK RT,

penyaluran kredit RT pada triwulan II 2016 juga

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit RT pada

triwulan laporan tercatat sebesar 8,82% (yoy) atau

meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 7,83% (yoy). Peningkatan tersebut tertutama

didorong oleh peningkatan penyaluran Kredit

Multiguna yang tercatat sebesar 7,84% (yoy) pada

triwulan ini atau meningkat dibandingkan dengan

triwulan lalu yang tercatat sebesar 7,44% (yoy).

Grafik 4.15 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.16 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%50

40

30

20

10

0

-10

%, YOY

KPR KKB PERLENGKAPAN RT - RHS MULTIGUNA LAINNYA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

KPR KKB PERLENGKAPAN RT - RHS MULTIGUNA LAINNYA

Tabel 4.2. Perkembangan NPL Kredit RT Jawa Tengah Per Kategori

KATEGORI

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN S.D. TIPE 21

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE 22 S.D. 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE DIATAS 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN)

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN MOBIL RODA EMPAT

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN SEPEDA BERMOTOR

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN TRUK DAN KENDARAAN BERMOTOR RODA ENAM ATAU LEBIH

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FURNITUR DAN PERALATAN RUMAH TANGGA

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN TELEVISI, RADIO, DAN ALAT ELEKTRONIK

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN KOMPUTER DAN ALAT KOMUNIKASI

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN PERALATAN LAINNYA

RUMAH TANGGA UNTUK KEPERLUAN MULTIGUNA

RUMAH TANGGA UNTUK KEPERLUAN YANG TIDAK DIKLASIFIKASIKAN DI TEMPAT LAIN

BUKAN LAPANGAN USAHA LAINNYA

I

2015

II III IV I

1.61%

2.32%

3.03%

0.63%

2.61%

5.84%

4.19%

0.67%

1.88%

1.52%

0.55%

1.54%

1.02%

8.06%

4.19%

1.05%

1.46%

0.44%

1.75%

2.43%

3.01%

0.51%

2.23%

12.91%

4.36%

0.77%

1.94%

1.13%

0.54%

1.47%

0.97%

11.63%

1.50%

1.16%

1.20%

0.48%

1.89%

2.41%

3.11%

0.56%

2.74%

12.99%

4.37%

0.83%

1.91%

0.61%

0.67%

1.98%

0.43%

9.08%

2.22%

1.15%

1.23%

0.47%

1.50%

1.85%

2.78%

0.11%

3.23%

10.80%

3.34%

0.75%

1.82%

0.95%

1.96%

2.31%

0.14%

7.45%

1.66%

0.99%

1.17%

0.47%

1.95%

1.91%

2.76%

0.29%

3.50%

6.73%

4.29%

0.73%

1.88%

1.16%

2.27%

6.75%

0.23%

5.52%

1.28%

1.04%

0.91%

0.53%

II

2016

2.08%

1.83%

2.83%

5.31%

2.27%

4.64%

3.77%

0.63%

2.38%

0.70%

2.10%

6.48%

0.27%

2.08%

1.10%

1.04%

0.85%

0.51%

74 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Indikator utama kinerja perbankan di Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 menunjukkan

kinerja yang beragam. Pertumbuhan aset perbankan

Jawa Tengah mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan I 2016. Pertumbuhan DPK perbankan Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga mengalami

perlambatan. Sementara itu, kredit perbankan Jawa

Tengah mengalami pertumbuhan yang meningkat

dibandingkan triwulan lalu.

Secara tahunan, total aset perbankan Jawa

Tengah mengalami pertumbuhan yang melambat

pada triwulan II 2016. Total aset perbankan Jawa

Tengah tercatat mengalami pertumbuhan sebesar

9,98% (yoy) pada triwulan laporan, atau melambat

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

12,57% (yoy).. Total aset bank umum di Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp297,36 triliun.

Dibandingkan dengan beberapa provinsi di Pulau Jawa

lainnya yang secara umum juga mengalami

perlambatan, laju pertumbuhan aset perbankan di

Jawa Tengah pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi

(Grafik 3.2). Peningkatan laju pertumbuhan aset pada

triwulan laporan terjadi di Provinsi DKI Jakarta dan DI

Yogyaka r t a . D i band ingkan dengan angka

pertumbuhan aset nasional yang tercatat sebesar

5,49% (yoy), pertumbuhan aset perbankan Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 masih lebih tinggi.

Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin

m e l a l u i p e n y a l u r a n k re d i t m e n g a l a m i

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II 2016, kredit perbankan Jawa Tengah

tumbuh 10,21% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,58%

(yoy). Total kredit perbankan Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp226,16 triliun.

Sejalan dengan pertumbuhan aset Jawa Tengah yang

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

0

5

10

15

20

25

30 %, YOY

0

5

10

15

20

25

30

Grafik 4.17 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset PerbankanBeberapa Provinsi di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

Grafik 4.18 Perbandingan Laju Pertumbuhan DPK PerbankanBeberapa Provinsi di Pulau Jawa

%, YOY

0

5

10

15

20

25

30

35 %

0

20

40

60

80

100

120

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

Grafik 4.19 Perbandingan Laju Pertumbuhan Kredit PerbankanBeberapa Provinsi di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

Grafik 4.20 Perbandingan LDR Perbankan Beberapa Provinsidi Pulau Jawa

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

IIII III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

%YOY

144.2. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

Indikator perbankan berdasarkan lokasi bank14.

75STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

0 - 100

100 - 500

500 - 1 M

>1 M

PENGELOMPOKAN

Tabel 4.1. Pengelompokkan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilainya

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

I

2015

II III IV I

2016

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

55.84%

23.32%

5.00%

15.84%

II

PANGSANOMINAL

PANGSADEPOSAN

99.39%

0.55%

0.03%

0.03%

55.64%

23.54%

5.08%

15.74%

99.38%

0.55%

0.03%

0.03%

54.60%

23.72%

5.40%

16.28%

99.36%

0.57%

0.04%

0.03%

54.00%

23.97%

5.12%

16.91%

99.32%

0.61%

0.04%

0.03%

53.25%

25.90%

5.63%

15.22%

99.24%

0.69%

0.04%

0.03%

54.61%

24.36%

5.40%

15.63%

54.61%

24.36%

5.40%

15.63%

Sesuai dengan pola hisotrisnya, pangsa kredit RT masih

didominasi oleh Kredit Multiguna yang kemudian

diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pangsa

Kredit Multiguna pada triwulan laporan tercatat

sebesar 26,07% sementara Kredit Pemilikan Rumah

tercatat sebesar 24,69%. Sejalan dengan peningkatan

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di triwulan II

2016, rasio NPL kredit RT Jawa Tengah di triwulan

laporan juga cenderung menurun untuk hampir

seluruh kategori kredit RT.

4.1.2.3. Kredit Perseorangan di PerbankanSejalan dengan peningkatan pertumbuhan DPK RT,

penyaluran kredit RT pada triwulan II 2016 juga

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit RT pada

triwulan laporan tercatat sebesar 8,82% (yoy) atau

meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 7,83% (yoy). Peningkatan tersebut tertutama

didorong oleh peningkatan penyaluran Kredit

Multiguna yang tercatat sebesar 7,84% (yoy) pada

triwulan ini atau meningkat dibandingkan dengan

triwulan lalu yang tercatat sebesar 7,44% (yoy).

Grafik 4.15 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

Grafik 4.16 Perkembangan Pangsa DPK Perseorangandan Bukan Perseorangan Jawa Tengah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%50

40

30

20

10

0

-10

%, YOY

KPR KKB PERLENGKAPAN RT - RHS MULTIGUNA LAINNYA

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

KPR KKB PERLENGKAPAN RT - RHS MULTIGUNA LAINNYA

Tabel 4.2. Perkembangan NPL Kredit RT Jawa Tengah Per Kategori

KATEGORI

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN S.D. TIPE 21

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE 22 S.D. 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE DIATAS 70

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN)

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN MOBIL RODA EMPAT

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN SEPEDA BERMOTOR

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN TRUK DAN KENDARAAN BERMOTOR RODA ENAM ATAU LEBIH

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN FURNITUR DAN PERALATAN RUMAH TANGGA

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN TELEVISI, RADIO, DAN ALAT ELEKTRONIK

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN KOMPUTER DAN ALAT KOMUNIKASI

RUMAH TANGGA UNTUK PEMILIKAN PERALATAN LAINNYA

RUMAH TANGGA UNTUK KEPERLUAN MULTIGUNA

RUMAH TANGGA UNTUK KEPERLUAN YANG TIDAK DIKLASIFIKASIKAN DI TEMPAT LAIN

BUKAN LAPANGAN USAHA LAINNYA

I

2015

II III IV I

1.61%

2.32%

3.03%

0.63%

2.61%

5.84%

4.19%

0.67%

1.88%

1.52%

0.55%

1.54%

1.02%

8.06%

4.19%

1.05%

1.46%

0.44%

1.75%

2.43%

3.01%

0.51%

2.23%

12.91%

4.36%

0.77%

1.94%

1.13%

0.54%

1.47%

0.97%

11.63%

1.50%

1.16%

1.20%

0.48%

1.89%

2.41%

3.11%

0.56%

2.74%

12.99%

4.37%

0.83%

1.91%

0.61%

0.67%

1.98%

0.43%

9.08%

2.22%

1.15%

1.23%

0.47%

1.50%

1.85%

2.78%

0.11%

3.23%

10.80%

3.34%

0.75%

1.82%

0.95%

1.96%

2.31%

0.14%

7.45%

1.66%

0.99%

1.17%

0.47%

1.95%

1.91%

2.76%

0.29%

3.50%

6.73%

4.29%

0.73%

1.88%

1.16%

2.27%

6.75%

0.23%

5.52%

1.28%

1.04%

0.91%

0.53%

II

2016

2.08%

1.83%

2.83%

5.31%

2.27%

4.64%

3.77%

0.63%

2.38%

0.70%

2.10%

6.48%

0.27%

2.08%

1.10%

1.04%

0.85%

0.51%

74 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Indikator utama kinerja perbankan di Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 menunjukkan

kinerja yang beragam. Pertumbuhan aset perbankan

Jawa Tengah mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan I 2016. Pertumbuhan DPK perbankan Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga mengalami

perlambatan. Sementara itu, kredit perbankan Jawa

Tengah mengalami pertumbuhan yang meningkat

dibandingkan triwulan lalu.

Secara tahunan, total aset perbankan Jawa

Tengah mengalami pertumbuhan yang melambat

pada triwulan II 2016. Total aset perbankan Jawa

Tengah tercatat mengalami pertumbuhan sebesar

9,98% (yoy) pada triwulan laporan, atau melambat

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

12,57% (yoy).. Total aset bank umum di Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp297,36 triliun.

Dibandingkan dengan beberapa provinsi di Pulau Jawa

lainnya yang secara umum juga mengalami

perlambatan, laju pertumbuhan aset perbankan di

Jawa Tengah pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi

(Grafik 3.2). Peningkatan laju pertumbuhan aset pada

triwulan laporan terjadi di Provinsi DKI Jakarta dan DI

Yogyaka r t a . D i band ingkan dengan angka

pertumbuhan aset nasional yang tercatat sebesar

5,49% (yoy), pertumbuhan aset perbankan Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 masih lebih tinggi.

Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin

m e l a l u i p e n y a l u r a n k re d i t m e n g a l a m i

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II 2016, kredit perbankan Jawa Tengah

tumbuh 10,21% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,58%

(yoy). Total kredit perbankan Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp226,16 triliun.

Sejalan dengan pertumbuhan aset Jawa Tengah yang

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

0

5

10

15

20

25

30 %, YOY

0

5

10

15

20

25

30

Grafik 4.17 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset PerbankanBeberapa Provinsi di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

Grafik 4.18 Perbandingan Laju Pertumbuhan DPK PerbankanBeberapa Provinsi di Pulau Jawa

%, YOY

0

5

10

15

20

25

30

35 %

0

20

40

60

80

100

120

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

Grafik 4.19 Perbandingan Laju Pertumbuhan Kredit PerbankanBeberapa Provinsi di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

Grafik 4.20 Perbandingan LDR Perbankan Beberapa Provinsidi Pulau Jawa

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

IIII III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

%YOY

144.2. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

Indikator perbankan berdasarkan lokasi bank14.

75STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

ASET DPK KREDIT

Grafik 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 4.22 Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

%%

95

97

99

101

103

105

107

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

ASET DPK KREDIT LDR - SKALA KANAN

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II0

50

100

150

200

250

300

350

8

13

18

23

28RP TRILIUN

4.2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor BankPerkembangan jaringan kantor bank umum di

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 4.3).

Pada triwulan laporan jumlah kantor bank umum di

Jawa Tengah berjumlah 3.340 kantor atau menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebanyak 3.341 kantor. Penurunan tersebut

terutama terjadi pada kelompok bank swasta nasional.

Pada kelompok tersebut, jumlah kantor cabang

pembantu turun menjadi 1.051 kantor, dari

sebelumnya 1.054 kantor pada triwulan I 2016. Namun

demikian, kelompok bank pemerintah daerah

mengalami peningkatan jumlah kantor di triwulan

laporan. Peningkatan jumlah kantor terjadi pada kantor

kas yang berkurang sebanyak 156 kantor. Sementara

itu, bank pemerintah daerah tidak mengalami

perubahan jumlah kantor pada triwulan laporan.

Bank Asing dan Bank Campuran tidak mengalami

perubahan jumlah maupun komposisi kantor pada

triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan, terdapat 21 kantor

Bank Asing dan Bank Campuran di Jawa Tengah yang

terdiri dari 14 kantor cabang dan 7 kantor cabang

pembantu.

berada di atas nasional, pertumbuhan kredit

perbankan Jawa Tengah pada triwulan laporan juga

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit

nasional yang tercatat sebesar 8,78% (yoy).

Dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa,

laju pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah juga

cenderung lebih tinggi (Grafik 3.3).

Sementara itu, tingkat kualitas kredit perbankan Jawa

Tengah menurun pada triwulan laporan. Pada triwulan

II 2016, Non-Performing Loan (NPL) berada pada level

3,43%, atau meningkat dibandingkan dengan NPL

Jawa Tengah pada triwulan lalu yang tercatat sebesar

3,22%. Tingkat NPL kredit di Jawa Tengah ini juga lebih

tinggi dibandingkan nasional yang tercatat sebesar

3,03%.

Loan to deposit ratio (LDR) perbankan Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 mengalami

peningkatan. LDR pada triwulan laporan tercatat

sebesar 100,50%, naik dari triwulan I 2016 yang

tercatat sebesar 99,99%. Angka LDR tersebut masih

lebih tinggi dibandingkan LDR nasional yang hanya

tercatat sebesar 91,81%. Tingkat LDR perbankan Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 juga berada di atas semua

provinsi lainnya di Pulau Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa

Timur, dan DKI Jakarta, serta Banten sesuai dengan pola

historisnya (Grafik 3.4).

4.2.1. Perkembangan Bank Umum

76 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH Tabel 4.3. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah

1) Termasuk BRI UNIT

KETERANGANI

2014

II III IV

53

2

3,759

2,258

-

80

1,872

306

287

1

42

106

138

1,192

1

185

868

138

22

-

15

6

1

I

JUMLAH KANTOR BANK UMUM

BANK PEMERINTAH

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG1)KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK PEMERINTAH DAERAH

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG

KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK ASING DAN BANK CAMPURAN

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG

KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK SWASTA NASIONAL

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG

KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK KONVENSIONAL

JUMLAH BANK UMUM

JUMLAH BANK (KANTOR PUSAT)

II

2015

III IV I II

2016

53

1

3,504

2,043

-

80

1,779

184

297

1

43

110

143

1,143

-

190

863

90

21

-

14

6

1

53

1

3,479

2,052

-

80

1,784

188

305

1

44

114

146

1,101

-

192

828

81

21

-

14

6

1

54

1

3,357

1,938

-

80

1,619

239

306

1

44

117

145

1,092

-

195

813

84

21

-

14

6

1

54

1

3,342

1,916

-

80

1,629

207

312

1

45

119

147

1,093

-

194

812

87

21

-

14

6

1

54

1

3,342

1,940

-

80

1,652

208

311

1

45

119

146

1,070

-

194

790

86

21

-

14

7

-

54

1

3,333

1,941

-

80

1,652

209

313

1

45

120

147

1,058

-

193

774

91

21

-

14

7

-

54

1

3,341

1,944

-

80

1,654

210

322

1

45

122

154

1,054

-

197

765

92

21

-

14

7

-

54

1

3,340

1,944

-

80

1,654

210

324

1

45

122

156

1,051

-

197

756

98

21

-

14

7

-

54

2

3,535

2,049

-

80

1,759

210

294

1

43

107

143

1,171

1

199

865

106

21

-

14

6

1

4.2.1.2. Perkembangan Penghimpunan DPKPerlambatan pertumbuhan DPK pada triwulan II

2016 didorong oleh penurunan pertumbuhan giro

serta perlambatan pertumbuhan deposito.

Pertumbuhan giro pada triwulan laporan tercatat

sebesar -7,21% (yoy) atau menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,54%

(yoy). Penurunan tersebut terutama didorong oleh giro

badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah yang

tumbuh sebesar -26,77% (yoy), menurun dari 10,77%

(yoy) pada triwulan I 2016. Penurunan giro badan-

badan dan lembaga-lembaga pemerintah tersebut

memberikan tekanan yang besar kepada pertumbuhan

giro sejalan dengan pangsanya yang besar, yakni

40,16% dari keseluruhan giro di Jawa Tengah.

Penurunan tersebut sejalan dengan komitmen

pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah untuk mempercepat realisasi

belanjanya. Selain itu, pendapatan Pemeintah Daerah

yang belum maksimal di awal tahun diperkirakan turut

memberikan tekanan terhadap pertumbuhan giro

badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah di

triwulan II 2016. Pangsa giro terhadap total DPK Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 13,84%.

Pertumbuhan deposito perbankan Jawa Tengah pada

triwulan laporan tercatat sebesar 10,13% (yoy) atau

melambat dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 13,50% (yoy). Perlambatan pertumbuhan

deposito Jawa Tengah tersebut terutama didorong oleh

perlambatan pertumbuhan deposito sektor swasta

Jawa Tengah yang melambat menjadi sebesar 9,93%

(yoy) dibanding triwulan I 2016 yang sebesar 12,64%

(yoy). Pangsa deposito terhadap keseluruhan DPK pada

triwulan II 2016 tercatat sebesar 36,4%.

Sementara itu, komponen tabungan tercatat

mengalami peningkatan pertumbuhan pada

triwulan II 2016 menjadi sebesar 20,24% (yoy)

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

13,13% (yoy). Tabungan merupakan komponen

pembentuk DPK terbesar pada triwulan laporan

dengan pangsa sebesar 49,81%. Peningkatan

pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan pertumbuhan tabungan perseorangan

yang tercatat sebesar 19,87% pada triwulan laporan,

meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu yang

tercatat sebesar 12,79%. Tabungan perseorangan

merupakan komponen pembentuk tabungan terbesar

dengan pangsa sebesar 95,24% dari keseluruhan

tabungan di Jawa Tengah.

77STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

ASET DPK KREDIT

Grafik 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 4.22 Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

%%

95

97

99

101

103

105

107

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

ASET DPK KREDIT LDR - SKALA KANAN

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II0

50

100

150

200

250

300

350

8

13

18

23

28RP TRILIUN

4.2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor BankPerkembangan jaringan kantor bank umum di

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 4.3).

Pada triwulan laporan jumlah kantor bank umum di

Jawa Tengah berjumlah 3.340 kantor atau menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebanyak 3.341 kantor. Penurunan tersebut

terutama terjadi pada kelompok bank swasta nasional.

Pada kelompok tersebut, jumlah kantor cabang

pembantu turun menjadi 1.051 kantor, dari

sebelumnya 1.054 kantor pada triwulan I 2016. Namun

demikian, kelompok bank pemerintah daerah

mengalami peningkatan jumlah kantor di triwulan

laporan. Peningkatan jumlah kantor terjadi pada kantor

kas yang berkurang sebanyak 156 kantor. Sementara

itu, bank pemerintah daerah tidak mengalami

perubahan jumlah kantor pada triwulan laporan.

Bank Asing dan Bank Campuran tidak mengalami

perubahan jumlah maupun komposisi kantor pada

triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan, terdapat 21 kantor

Bank Asing dan Bank Campuran di Jawa Tengah yang

terdiri dari 14 kantor cabang dan 7 kantor cabang

pembantu.

berada di atas nasional, pertumbuhan kredit

perbankan Jawa Tengah pada triwulan laporan juga

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit

nasional yang tercatat sebesar 8,78% (yoy).

Dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa,

laju pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah juga

cenderung lebih tinggi (Grafik 3.3).

Sementara itu, tingkat kualitas kredit perbankan Jawa

Tengah menurun pada triwulan laporan. Pada triwulan

II 2016, Non-Performing Loan (NPL) berada pada level

3,43%, atau meningkat dibandingkan dengan NPL

Jawa Tengah pada triwulan lalu yang tercatat sebesar

3,22%. Tingkat NPL kredit di Jawa Tengah ini juga lebih

tinggi dibandingkan nasional yang tercatat sebesar

3,03%.

Loan to deposit ratio (LDR) perbankan Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 mengalami

peningkatan. LDR pada triwulan laporan tercatat

sebesar 100,50%, naik dari triwulan I 2016 yang

tercatat sebesar 99,99%. Angka LDR tersebut masih

lebih tinggi dibandingkan LDR nasional yang hanya

tercatat sebesar 91,81%. Tingkat LDR perbankan Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 juga berada di atas semua

provinsi lainnya di Pulau Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa

Timur, dan DKI Jakarta, serta Banten sesuai dengan pola

historisnya (Grafik 3.4).

4.2.1. Perkembangan Bank Umum

76 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH Tabel 4.3. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah

1) Termasuk BRI UNIT

KETERANGANI

2014

II III IV

53

2

3,759

2,258

-

80

1,872

306

287

1

42

106

138

1,192

1

185

868

138

22

-

15

6

1

I

JUMLAH KANTOR BANK UMUM

BANK PEMERINTAH

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG1)KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK PEMERINTAH DAERAH

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG

KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK ASING DAN BANK CAMPURAN

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG

KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK SWASTA NASIONAL

KANTOR PUSAT

KANTOR CABANG

KANTOR CABANG PEMBANTU

KANTOR KAS

BANK KONVENSIONAL

JUMLAH BANK UMUM

JUMLAH BANK (KANTOR PUSAT)

II

2015

III IV I II

2016

53

1

3,504

2,043

-

80

1,779

184

297

1

43

110

143

1,143

-

190

863

90

21

-

14

6

1

53

1

3,479

2,052

-

80

1,784

188

305

1

44

114

146

1,101

-

192

828

81

21

-

14

6

1

54

1

3,357

1,938

-

80

1,619

239

306

1

44

117

145

1,092

-

195

813

84

21

-

14

6

1

54

1

3,342

1,916

-

80

1,629

207

312

1

45

119

147

1,093

-

194

812

87

21

-

14

6

1

54

1

3,342

1,940

-

80

1,652

208

311

1

45

119

146

1,070

-

194

790

86

21

-

14

7

-

54

1

3,333

1,941

-

80

1,652

209

313

1

45

120

147

1,058

-

193

774

91

21

-

14

7

-

54

1

3,341

1,944

-

80

1,654

210

322

1

45

122

154

1,054

-

197

765

92

21

-

14

7

-

54

1

3,340

1,944

-

80

1,654

210

324

1

45

122

156

1,051

-

197

756

98

21

-

14

7

-

54

2

3,535

2,049

-

80

1,759

210

294

1

43

107

143

1,171

1

199

865

106

21

-

14

6

1

4.2.1.2. Perkembangan Penghimpunan DPKPerlambatan pertumbuhan DPK pada triwulan II

2016 didorong oleh penurunan pertumbuhan giro

serta perlambatan pertumbuhan deposito.

Pertumbuhan giro pada triwulan laporan tercatat

sebesar -7,21% (yoy) atau menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,54%

(yoy). Penurunan tersebut terutama didorong oleh giro

badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah yang

tumbuh sebesar -26,77% (yoy), menurun dari 10,77%

(yoy) pada triwulan I 2016. Penurunan giro badan-

badan dan lembaga-lembaga pemerintah tersebut

memberikan tekanan yang besar kepada pertumbuhan

giro sejalan dengan pangsanya yang besar, yakni

40,16% dari keseluruhan giro di Jawa Tengah.

Penurunan tersebut sejalan dengan komitmen

pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah untuk mempercepat realisasi

belanjanya. Selain itu, pendapatan Pemeintah Daerah

yang belum maksimal di awal tahun diperkirakan turut

memberikan tekanan terhadap pertumbuhan giro

badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah di

triwulan II 2016. Pangsa giro terhadap total DPK Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 13,84%.

Pertumbuhan deposito perbankan Jawa Tengah pada

triwulan laporan tercatat sebesar 10,13% (yoy) atau

melambat dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 13,50% (yoy). Perlambatan pertumbuhan

deposito Jawa Tengah tersebut terutama didorong oleh

perlambatan pertumbuhan deposito sektor swasta

Jawa Tengah yang melambat menjadi sebesar 9,93%

(yoy) dibanding triwulan I 2016 yang sebesar 12,64%

(yoy). Pangsa deposito terhadap keseluruhan DPK pada

triwulan II 2016 tercatat sebesar 36,4%.

Sementara itu, komponen tabungan tercatat

mengalami peningkatan pertumbuhan pada

triwulan II 2016 menjadi sebesar 20,24% (yoy)

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

13,13% (yoy). Tabungan merupakan komponen

pembentuk DPK terbesar pada triwulan laporan

dengan pangsa sebesar 49,81%. Peningkatan

pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan pertumbuhan tabungan perseorangan

yang tercatat sebesar 19,87% pada triwulan laporan,

meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu yang

tercatat sebesar 12,79%. Tabungan perseorangan

merupakan komponen pembentuk tabungan terbesar

dengan pangsa sebesar 95,24% dari keseluruhan

tabungan di Jawa Tengah.

77STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

lelang proyek yang lebih awal dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya. Adapun beberapa proyek besar

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang sedang berjalan

saat ini diantaranya pengembangan dan perbaikan

jalan seperti Jalan Nusantara, Jalan Soekarno-Hatta,

Jalan Sukoharjo – Nguter, Jalan Ngadirojo – Biting

Wonogiri, Jalan Mataram – Tegal, pembangunan Dam

Gunungrowo, pembangunan serapan air Jurangjero

Blora, normalisasi Sungai Cilopadang, dan berbagai

proyek lainnya.

Ketergantungan perbankan Jawa Tengah terhadap

deposan besar pada triwulan laporan tercatat masih

cukup tinggi. Dari hasil pengelompokkan DPK

berdasarkan nilainya (Tabel 3.2), terlihat bahwa

rekening dengan nilai DPK di atas Rp 1 miliar hanya

dimiliki oleh 0,10% penduduk di Jawa Tengah, namun

demikian porsi kepemilikan tersebut menguasai

41,30% dari total DPK perbankan di Jawa Tengah.

Berdasarkan data triwulan II 2016, mayoritas

kepemilikan DPK di atas Rp 1 M dimiliki oleh golongan

nasabah sektor swasta perseorangan dengan pangsa

sebesar 45,16% terhadap keseluruhan DPK di atas Rp

1M.

0 - 100

100 - 500

500 - 1 M

>1 M

TOTAL

DPK

Tabel 4.4. Pengelompokkan DPK Berdasarkan Nilainya

Nominal DPK(Rp Miliar)

JumlahRekening

PersentaseNominal

PersentaseRekening

66,939

47,639

17,520

92,927

225,024

22,179,391

227,983

23,405

21,446

22,452,225

29.75%

21.17%

7.79%

41.30%

100.00%

98.78%

1.02%

0.10%

0.10%

100.00%

Grafik 4.23 Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.24 Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umumdi Provinsi Jawa Tengah

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

RP TRILIUN

0

50

100

150

200

250

TABUNGAN GIRODPK DEPOSITO

%, YOY

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Apabila ditinjau dari golongan nasabah, sebagian besar

DPK dimiliki oleh kelompok penduduk dengan porsi

sebesar 99,96%. Nasabah sektor swasta tercatat

mendominasi kepemilikan DPK pada kelompok

penduduk yaitu dengan komposisi 98,91%, sedangkan

nasabah sektor pemerintah tercatat sebesar 1,09%

terhadap keseluruhan DPK kelompok penduduk.

Berdasarkan kepemilikan, pertumbuhan DPK

pada triwulan II 2016 terutama didorong oleh

golongan nasabah sektor swasta. Pada triwulan

laporan, DPK nasabah sektor swasta tumbuh sebesar

14,85% (yoy), atau meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 12,36% (yoy).

Peningkatan ini terutama didorong oleh DPK

perseorangan, yang memiliki pangsa terbesar sebesar

73,16% dari keseluruhan DPK. Komponen tersebut

tumbuh sebesar 15,08% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,83% (yoy).

Sementara itu, DPK sektor pemerintah mengalami

penurunan pada triwulan II 2016. DPK sektor

pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar -4,58%

(yoy) pada triwulan laporan, atau menurun signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 16,09% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ini

sejalan dengan pendapatan pemerintah yang

cenderung belum maksimal di awal tahun serta adanya

komitmen Pemerintah Daerah untuk mempercepat

realisasi belanja di awal tahun melalui pelaksanaan

78 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.25 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektordi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.26Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektordi Provinsi Jawa Tengah

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

-

10

20

30

40

50

60

70

80 RP TRILIUN

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160 %, YOY

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

4.2.1.3. Penyaluran KreditLaju pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

mengalami peningkatan pada triwulan II 2016.

Kredit perbankan pada triwulan II tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 10,21% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 9,58% (yoy). Laju pertumbuhan kredit tersebut

tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan laju

pertumbuhan kredit nasional yang tercatat sebesar

8,78% (yoy). Dibandingkan dengan Jawa Timur, DKI

Jakarta, dan DI Yogyakarta laju pertumbuhan kredit

Jawa Tengah cenderung lebih tinggi. Laju pertumbuhan

kredit Jawa Timur, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta pada

triwulan laporan masing-masing tercatat sebesar

8,06% (yoy), 7,26% (yoy), dan 6,99% (yoy).

Ditinjau berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran

kredit perbankan Jawa Tengah pada triwulan

l aporan mas ih d idominas i o leh sektor

Perdagangan Besar dan Eceran dengan pangsa

33,86% dari total kredit. Sektor utama daerah lainnya,

yaitu Industri Pengolahan, juga memiliki pangsa kredit

signifikan sebesar 18,77%. Sementara itu, sektor

pertanian hanya memiliki pangsa sebesar 3,84% dari

total kredit meskipun sektor tersebut merupakan

penyumbang terbesar ketiga bagi PDRB Jawa Tengah .

Apabila ditinjau berdasarkan penggunaannya,

penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah pada

triwulan laporan masih didominasi oleh kredit

modal kerja dengan pangsa 53,48%. Sementara itu,

kredit konsumsi dan kredit investasi menempati urutan

kedua dan ketiga dengan pangsa masing-masing

sebesar 30,30% dan 16,22% dari total kredit.

Penyaluran kredit modal kerja perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 didominasi oleh sektor

perdagangan besar dan eceran dengan golongan

debitur perseorangan yang memegang pangsa

41,60% terhadap keseluruhan kredit modal kerja

perbankan Jawa Tengah. Sementara untuk penyaluran

kredit investasi perbankan Jawa Tengah didominasi

oleh sektor industri pengolahan dengan golongan

debitur bukan lembaga keuangan yang memiliki

pangsa sebesar 23,04% terhadap keseluruhan kredit

investasi perbankan Jawa Tengah.

Berdasarkan sektor ekonominya, peningkatan kredit

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 terutama didorong

oleh sektor perdagangan besar dan eceran. Laju

pertumbuhan kredit sektor perdagangan meningkat

menjadi sebesar 12,10% (yoy) pada triwulan II 2016,

setelah sebelumnya tumbuh 9,98% (yoy). Sementara

itu, laju pertumbuhan kredit Jawa Tengah untuk sektor

industri pengolahan melambat menjadi 14,28% (yoy)

pada triwulan laporan, dari 18,55% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Sejalan dengan sektor industr i

pengolahan, kredit pada sektor pertanian juga turut

mengalami perlambatan pada triwulan II 2016 menjadi

sebesar 10,84% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I

2016 yang tercatat sebesar 12,34% (yoy).

79STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

lelang proyek yang lebih awal dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya. Adapun beberapa proyek besar

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang sedang berjalan

saat ini diantaranya pengembangan dan perbaikan

jalan seperti Jalan Nusantara, Jalan Soekarno-Hatta,

Jalan Sukoharjo – Nguter, Jalan Ngadirojo – Biting

Wonogiri, Jalan Mataram – Tegal, pembangunan Dam

Gunungrowo, pembangunan serapan air Jurangjero

Blora, normalisasi Sungai Cilopadang, dan berbagai

proyek lainnya.

Ketergantungan perbankan Jawa Tengah terhadap

deposan besar pada triwulan laporan tercatat masih

cukup tinggi. Dari hasil pengelompokkan DPK

berdasarkan nilainya (Tabel 3.2), terlihat bahwa

rekening dengan nilai DPK di atas Rp 1 miliar hanya

dimiliki oleh 0,10% penduduk di Jawa Tengah, namun

demikian porsi kepemilikan tersebut menguasai

41,30% dari total DPK perbankan di Jawa Tengah.

Berdasarkan data triwulan II 2016, mayoritas

kepemilikan DPK di atas Rp 1 M dimiliki oleh golongan

nasabah sektor swasta perseorangan dengan pangsa

sebesar 45,16% terhadap keseluruhan DPK di atas Rp

1M.

0 - 100

100 - 500

500 - 1 M

>1 M

TOTAL

DPK

Tabel 4.4. Pengelompokkan DPK Berdasarkan Nilainya

Nominal DPK(Rp Miliar)

JumlahRekening

PersentaseNominal

PersentaseRekening

66,939

47,639

17,520

92,927

225,024

22,179,391

227,983

23,405

21,446

22,452,225

29.75%

21.17%

7.79%

41.30%

100.00%

98.78%

1.02%

0.10%

0.10%

100.00%

Grafik 4.23 Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.24 Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umumdi Provinsi Jawa Tengah

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

RP TRILIUN

0

50

100

150

200

250

TABUNGAN GIRODPK DEPOSITO

%, YOY

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Apabila ditinjau dari golongan nasabah, sebagian besar

DPK dimiliki oleh kelompok penduduk dengan porsi

sebesar 99,96%. Nasabah sektor swasta tercatat

mendominasi kepemilikan DPK pada kelompok

penduduk yaitu dengan komposisi 98,91%, sedangkan

nasabah sektor pemerintah tercatat sebesar 1,09%

terhadap keseluruhan DPK kelompok penduduk.

Berdasarkan kepemilikan, pertumbuhan DPK

pada triwulan II 2016 terutama didorong oleh

golongan nasabah sektor swasta. Pada triwulan

laporan, DPK nasabah sektor swasta tumbuh sebesar

14,85% (yoy), atau meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 12,36% (yoy).

Peningkatan ini terutama didorong oleh DPK

perseorangan, yang memiliki pangsa terbesar sebesar

73,16% dari keseluruhan DPK. Komponen tersebut

tumbuh sebesar 15,08% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,83% (yoy).

Sementara itu, DPK sektor pemerintah mengalami

penurunan pada triwulan II 2016. DPK sektor

pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar -4,58%

(yoy) pada triwulan laporan, atau menurun signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 16,09% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ini

sejalan dengan pendapatan pemerintah yang

cenderung belum maksimal di awal tahun serta adanya

komitmen Pemerintah Daerah untuk mempercepat

realisasi belanja di awal tahun melalui pelaksanaan

78 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.25 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektordi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.26Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektordi Provinsi Jawa Tengah

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

-

10

20

30

40

50

60

70

80 RP TRILIUN

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160 %, YOY

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

4.2.1.3. Penyaluran KreditLaju pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

mengalami peningkatan pada triwulan II 2016.

Kredit perbankan pada triwulan II tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 10,21% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 9,58% (yoy). Laju pertumbuhan kredit tersebut

tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan laju

pertumbuhan kredit nasional yang tercatat sebesar

8,78% (yoy). Dibandingkan dengan Jawa Timur, DKI

Jakarta, dan DI Yogyakarta laju pertumbuhan kredit

Jawa Tengah cenderung lebih tinggi. Laju pertumbuhan

kredit Jawa Timur, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta pada

triwulan laporan masing-masing tercatat sebesar

8,06% (yoy), 7,26% (yoy), dan 6,99% (yoy).

Ditinjau berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran

kredit perbankan Jawa Tengah pada triwulan

l aporan mas ih d idominas i o leh sektor

Perdagangan Besar dan Eceran dengan pangsa

33,86% dari total kredit. Sektor utama daerah lainnya,

yaitu Industri Pengolahan, juga memiliki pangsa kredit

signifikan sebesar 18,77%. Sementara itu, sektor

pertanian hanya memiliki pangsa sebesar 3,84% dari

total kredit meskipun sektor tersebut merupakan

penyumbang terbesar ketiga bagi PDRB Jawa Tengah .

Apabila ditinjau berdasarkan penggunaannya,

penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah pada

triwulan laporan masih didominasi oleh kredit

modal kerja dengan pangsa 53,48%. Sementara itu,

kredit konsumsi dan kredit investasi menempati urutan

kedua dan ketiga dengan pangsa masing-masing

sebesar 30,30% dan 16,22% dari total kredit.

Penyaluran kredit modal kerja perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 didominasi oleh sektor

perdagangan besar dan eceran dengan golongan

debitur perseorangan yang memegang pangsa

41,60% terhadap keseluruhan kredit modal kerja

perbankan Jawa Tengah. Sementara untuk penyaluran

kredit investasi perbankan Jawa Tengah didominasi

oleh sektor industri pengolahan dengan golongan

debitur bukan lembaga keuangan yang memiliki

pangsa sebesar 23,04% terhadap keseluruhan kredit

investasi perbankan Jawa Tengah.

Berdasarkan sektor ekonominya, peningkatan kredit

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 terutama didorong

oleh sektor perdagangan besar dan eceran. Laju

pertumbuhan kredit sektor perdagangan meningkat

menjadi sebesar 12,10% (yoy) pada triwulan II 2016,

setelah sebelumnya tumbuh 9,98% (yoy). Sementara

itu, laju pertumbuhan kredit Jawa Tengah untuk sektor

industri pengolahan melambat menjadi 14,28% (yoy)

pada triwulan laporan, dari 18,55% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Sejalan dengan sektor industr i

pengolahan, kredit pada sektor pertanian juga turut

mengalami perlambatan pada triwulan II 2016 menjadi

sebesar 10,84% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I

2016 yang tercatat sebesar 12,34% (yoy).

79STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

0 - 100

100 - 500

500 - 1 M

>1 M

TOTAL

KREDIT

Tabel 4.5. Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilainya

60,610

51,837

11,875

101,832

226,155

3,003,860

301,249

19,633

22,679

3,347,421

26.80%

22.92%

5.25%

45.03%

100.00%

89.74%

9.00%

0.59%

0.68%

100.00%

Nominal Kredit(Miliar Rp)

JumlahRekening

PersentaseNominal

PersentaseRekening

penyaluran kredit skala kecil dan skala besar di Jawa

Tengah relatif merata. Namun ditinjau dari aspek

sebaran jumlah debitur dan nominal kreditnya,

penyaluran kredit di Jawa Tengah sebagian besar masih

dikuasai oleh debitur dengan nominal kredit di atas 1

M. Hal tersebut terlihat dari 0,68% debitur di atas 1 M

memiliki pangsa nominal kredit hingga mencapai

45,03% dari keseluruhan nominal kredit Jawa Tengah.

Berdasarkan data triwulan II 2016, mayoritas debitur

kredit di atas Rp 1 M merupakan golongan debitur

sektor swasta bukan lembaga keuangan dengan

pangsa sebesar 65,56%.

Ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya,

pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 didorong oleh seluruh

komponennya. Kredit modal kerja pada triwulan

laporan tumbuh sebesar 8,95% (yoy), atau meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 8,50% (yoy). Kredit investasi pada

triwulan laporan tumbuh sebesar 23,49% (yoy), atau

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 23,40% (yoy). Sejalan dengan kredit

modal kerja dan kredit investasi, kredit konsumsi juga

mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan

laporan menjadi sebesar 6,26% (yoy) dari 5,14% (yoy)

pada triwulan sebelumnya.

Dari pengelompokkan kredit berdasarkan nilainya

(Tabel 3.3), dapat terlihat bahwa persentase kredit di

bawah Rp 500 juta memiliki pangsa sebesar 49,72%

dari total kredit yang disalurkan di Jawa Tengah.

Sementara kredit di atas Rp 1 Miliar memiliki pangsa

sebesar 45,03% dari total kredit yang disalurkan di

Jawa Tengah. Hal Ini menunjukkan bahwa nominal

Grafik 4.28 Pertumbuhan Tahunan Kredit PerbankanBerdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

0

10

20

30

40

50

60 %, YOY

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.27 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

RP TRILIUN

0

20

40

60

80

100

120

140

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

53.48%16.22%

30.30%

MODAL KERJAINVESTASIKONSUMSI

Grafik 4.29 Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

4.2.1.4. Perkembangan Suku Bunga Bank UmumSecara umum, suku bunga simpanan di bank

umum pada triwulan I I 2016 mengalami

penurunan dibandingkan triwulan I 2016.

Penurunan suku bunga tersebut terjadi pada seluruh

jenis simpanan. Suku bunga simpanan dalam bentuk

deposito mengalami penurunan di triwulan laporan

menjadi 6,53% dari 6,90% pada triwulan sebelumnya.

Penurunan suku bunga deposito terjadi pada seluruh

tenor, mulai dari tenor di bawah 1 bulan hingga lebih

dari 36 bulan. Suku bunga tabungan juga mengalami

penurunan pada triwulan laporan. Suku bunga

80 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

sebelumnya yang tercatat sebesar 12,16%. Sejalan

dengan kredit modal kerja dan kredit investasi, suku

bunga kredit konsumsi pada triwulan laporan juga

mengalami penurunan menjadi 13,17%; atau

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 13,22%.

Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan suku

bunga perbankan Jawa Tengah pada triwulan II

2016 terjadi pada hampir seluruh sektor. Suku

bunga kredit sektor perdagangan besar dan eceran

pada triwulan II 2016 mengalami penurunan

dibandingkan triwulan I 2016, yakni menjadi sebesar

12,72% dari 13,09%. Suku bunga kredit sektor industri

pengolahan juga mengalami penurunan pada triwulan

laporan menjadi sebesar 11,07% dari 11,14% pada

triwulan lalu. Suku bunga kredit sektor pertanian pada

triwulan laporan tercatat sebesar 11,02%, atau

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 11,69%.

Grafik 4.32 Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama Provinsi Jawa Tengah

9

10

11

12

13

14

15

16

17 %

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.30 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.31 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah

GITO TABUNGAN DEPOSITO - SKALA KANAN

%

1.5

2

2.5

3

3.5

5

6

7

8

9%

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II11

12

13

14

15 %

tabungan pada triwulan laporan tercatat sebesar

1,42%; turun dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,53%. Suku bunga giro juga mengalami

penurunan menjadi 2,42% pada triwulan laporan, atau

menurun dibandingkan triwulan lalu yang sebesar

2,77%.

Tren penurunan suku bunga ini diperkirakan berlanjut

dalam beberapa triwulan ke depan sejalan dengan

penguatan kerangka kebijakan moneter oleh Bank

Indonesia dengan memperkenalkan suku bunga

kebijakan baru, yaitu BI 7-day Repo Rate, yang akan

menggantikan BI Rate yang saat ini berlaku sebagai

suku bunga kebijakan. Kerangka kebijakan moneter

yang baru tersebut akan mulai berlaku efektif per

tanggal 19 Agustus 2016.

Berdasarkan jenis penggunaannya, suku bunga

pinjaman pada triwulan II 2016 secara umum

mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan I 2016. Penurunan suku bunga pinjaman

pada triwulan laporan terjadi pada seluruh jenis

penggunaannya. Suku bunga kredit modal kerja pada

triwulan laporan tercatat sebesar 12,23%; atau

menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 12,53%. Suku bunga kredit

investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar

11,92%; atau menurun dibandingkan triwulan

81STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

0 - 100

100 - 500

500 - 1 M

>1 M

TOTAL

KREDIT

Tabel 4.5. Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilainya

60,610

51,837

11,875

101,832

226,155

3,003,860

301,249

19,633

22,679

3,347,421

26.80%

22.92%

5.25%

45.03%

100.00%

89.74%

9.00%

0.59%

0.68%

100.00%

Nominal Kredit(Miliar Rp)

JumlahRekening

PersentaseNominal

PersentaseRekening

penyaluran kredit skala kecil dan skala besar di Jawa

Tengah relatif merata. Namun ditinjau dari aspek

sebaran jumlah debitur dan nominal kreditnya,

penyaluran kredit di Jawa Tengah sebagian besar masih

dikuasai oleh debitur dengan nominal kredit di atas 1

M. Hal tersebut terlihat dari 0,68% debitur di atas 1 M

memiliki pangsa nominal kredit hingga mencapai

45,03% dari keseluruhan nominal kredit Jawa Tengah.

Berdasarkan data triwulan II 2016, mayoritas debitur

kredit di atas Rp 1 M merupakan golongan debitur

sektor swasta bukan lembaga keuangan dengan

pangsa sebesar 65,56%.

Ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya,

pertumbuhan kredit perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 didorong oleh seluruh

komponennya. Kredit modal kerja pada triwulan

laporan tumbuh sebesar 8,95% (yoy), atau meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 8,50% (yoy). Kredit investasi pada

triwulan laporan tumbuh sebesar 23,49% (yoy), atau

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 23,40% (yoy). Sejalan dengan kredit

modal kerja dan kredit investasi, kredit konsumsi juga

mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan

laporan menjadi sebesar 6,26% (yoy) dari 5,14% (yoy)

pada triwulan sebelumnya.

Dari pengelompokkan kredit berdasarkan nilainya

(Tabel 3.3), dapat terlihat bahwa persentase kredit di

bawah Rp 500 juta memiliki pangsa sebesar 49,72%

dari total kredit yang disalurkan di Jawa Tengah.

Sementara kredit di atas Rp 1 Miliar memiliki pangsa

sebesar 45,03% dari total kredit yang disalurkan di

Jawa Tengah. Hal Ini menunjukkan bahwa nominal

Grafik 4.28 Pertumbuhan Tahunan Kredit PerbankanBerdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

0

10

20

30

40

50

60 %, YOY

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.27 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

RP TRILIUN

0

20

40

60

80

100

120

140

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

53.48%16.22%

30.30%

MODAL KERJAINVESTASIKONSUMSI

Grafik 4.29 Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

4.2.1.4. Perkembangan Suku Bunga Bank UmumSecara umum, suku bunga simpanan di bank

umum pada triwulan I I 2016 mengalami

penurunan dibandingkan triwulan I 2016.

Penurunan suku bunga tersebut terjadi pada seluruh

jenis simpanan. Suku bunga simpanan dalam bentuk

deposito mengalami penurunan di triwulan laporan

menjadi 6,53% dari 6,90% pada triwulan sebelumnya.

Penurunan suku bunga deposito terjadi pada seluruh

tenor, mulai dari tenor di bawah 1 bulan hingga lebih

dari 36 bulan. Suku bunga tabungan juga mengalami

penurunan pada triwulan laporan. Suku bunga

80 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

sebelumnya yang tercatat sebesar 12,16%. Sejalan

dengan kredit modal kerja dan kredit investasi, suku

bunga kredit konsumsi pada triwulan laporan juga

mengalami penurunan menjadi 13,17%; atau

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 13,22%.

Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan suku

bunga perbankan Jawa Tengah pada triwulan II

2016 terjadi pada hampir seluruh sektor. Suku

bunga kredit sektor perdagangan besar dan eceran

pada triwulan II 2016 mengalami penurunan

dibandingkan triwulan I 2016, yakni menjadi sebesar

12,72% dari 13,09%. Suku bunga kredit sektor industri

pengolahan juga mengalami penurunan pada triwulan

laporan menjadi sebesar 11,07% dari 11,14% pada

triwulan lalu. Suku bunga kredit sektor pertanian pada

triwulan laporan tercatat sebesar 11,02%, atau

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 11,69%.

Grafik 4.32 Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama Provinsi Jawa Tengah

9

10

11

12

13

14

15

16

17 %

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.30 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.31 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah

GITO TABUNGAN DEPOSITO - SKALA KANAN

%

1.5

2

2.5

3

3.5

5

6

7

8

9%

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II11

12

13

14

15 %

tabungan pada triwulan laporan tercatat sebesar

1,42%; turun dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,53%. Suku bunga giro juga mengalami

penurunan menjadi 2,42% pada triwulan laporan, atau

menurun dibandingkan triwulan lalu yang sebesar

2,77%.

Tren penurunan suku bunga ini diperkirakan berlanjut

dalam beberapa triwulan ke depan sejalan dengan

penguatan kerangka kebijakan moneter oleh Bank

Indonesia dengan memperkenalkan suku bunga

kebijakan baru, yaitu BI 7-day Repo Rate, yang akan

menggantikan BI Rate yang saat ini berlaku sebagai

suku bunga kebijakan. Kerangka kebijakan moneter

yang baru tersebut akan mulai berlaku efektif per

tanggal 19 Agustus 2016.

Berdasarkan jenis penggunaannya, suku bunga

pinjaman pada triwulan II 2016 secara umum

mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan I 2016. Penurunan suku bunga pinjaman

pada triwulan laporan terjadi pada seluruh jenis

penggunaannya. Suku bunga kredit modal kerja pada

triwulan laporan tercatat sebesar 12,23%; atau

menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 12,53%. Suku bunga kredit

investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar

11,92%; atau menurun dibandingkan triwulan

81STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 4.33 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Sektordi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.34 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

1

2

3

4

5

%

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERANNPL KREDIT TOTAL

6

NPL KREDIT MODAL KERJANPL KREDIT INVESTASI NPL KREDIT KONSUMSINPL TOTAL

%

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II1

2

3

4

5

6

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

pengolahan dengan golongan debitur sektor swasta

bukan lembaga keuangan.

Sementara itu, kualitas kredit konsumsi pada

triwulan laporan cenderung stabil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Rasio NPL kredit konsumsi

tercatat sebesar 1,13% pada triwulan laporan; relatif

stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,12%.

Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan kualitas

kredit perbankan Jawa Tengah pada triwulan II

2016 terutama didorong oleh sektor industri

pengolahan serta perdagangan besar dan eceran.

NPL sektor perdagangan besar dan eceran pada

triwulan laporan tercatat sebesar 4,09%; atau

meningkat dari triwulan lalu yang sebesar 3,79%. NPL

sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan

dari 4,86% pada triwulan I 2016 menjadi 5,19% pada

triwulan II 2016.

4.2.1.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank UmumKualitas kredit Jawa Tengah pada triwulan II 2016

cenderung menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Non Performing Loan (NPL) sebagai

indikator kualitas kredit yang disalurkan perbankan

pada periode ini tercatat sebesar 3,43% atau

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 3,22%. Tingkat NPL tersebut juga

tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar

3,03% yang juga meningkat dibandingkan triwulan I

2016 sebesar 2,81%. Meskipun kualitas kredit

menurun, namun besaran NPL tersebut masih dalam

batas indikatif yang dipersyaratkan.

Apabila ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya,

penurunan kualitas kredit perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 terjadi pada seluruh jenis kredit.

Pada triwulan laporan, kualitas kredit modal kerja

mengalami penurunan, tercermin dari rasio NPL yang

meningkat menjadi 4,30% dari 3,98% di triwulan

sebelumnya. Peningkatan NPL pada kredit modal kerja

tersebut utamanya didorong oleh sektor perdagangan

besar dan eceran dengan golongan debitur sektor

swasta perseorangan.

Sementara itu, kualitas kredit investasi pada

triwulan II 2016 juga menurun dibandingkan

dengan triwulan I 2016, tercermin dari rasio NPL yang

meningkat menjadi 4,86% dari 4,69% pada triwulan

sebelumnya. Peningkatan NPL pada kredit investasi

tersebut utamanya didorong oleh sektor industri

Perkembangan industri perbankan syariah pada

triwulan II 2016 di Jawa Tengah menunjukkan

perlambatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan aset perbankan syariah di

triwulan II 2016 secara keseluruhan mencatatkan

pertumbuhan yang melambat menjadi 10,39% (yoy)

dari sebesar 16,98% (yoy) pada triwulan I 2016. Angka

ini juga lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan aset bank syariah nasional yang tercatat

sebesar 12,07% (yoy).

4.3. Perkembangan Perbankan Syariah

82 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.35 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariahdi Pulau Jawa

Grafik 4.36 Perbandingan DPK Perbankan Syariah di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

%, YOY

-10

0

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Grafik 4.37 Perbandingan Laju Pertumbuhan PembiayaanPerbankan Syariah di Pulau Jawa

Grafik 4.38 Perbandingan FDR Perbankan Syariah di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

%, YOY

0

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY

0

20

40

60

80

100

120

140

160

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Sejalan dengan pertumbuhan aset, la ju

pertumbuhan DPK perbankan syariah Jawa

Tengah juga mengalami perlambatan pada

triwulan II 2016. Pada triwulan laporan, DPK syariah

Jawa Tengah mencatatkan pertumbuhan sebesar

11,10% (yoy); atau meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 18,13% (yoy).

Angka ini juga cenderung lebih rendah dibandingkan

laju pertumbuhan DPK perbankan syariah beberapa

provinsi lain di Pulau Jawa, seperti Provinsi Jawa Barat

yang tercatat sebesar 16,44% (yoy), DI Yogyakarta

16,36% (yoy), DKI Jakarta 13,52% (yoy), Banten

15,22% (yoy), dan Jawa Timur 11,94% (yoy). Selain itu,

pertumbuhan DPK Jawa Tengah juga lebih rendah

dibandingkan dengan nasional yang tercatat sebesar

13,05% (yoy).

Sementara itu, pada triwulan II 2016 pembiayaan

perbankan syariah Jawa Tengah tumbuh sebesar

16,14% (yoy); meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 15,24% (yoy).

Angka ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan laju pembiayaan nasional yang sebesar 7,84%

(yoy). Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa,

laju pertumbuhan pembiayaan syariah Provinsi Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga cenderung lebih

tinggi. Laju pertumbuhan pembiayaan syariah di

Provinsi Jawa Barat tercatat sebesar 6,18% (yoy), DI

Yogyakarta sebesar 7,88% (yoy), Jawa Timur sebesar

5,76% (yoy), DKI Jakarta sebesar 8,82% (yoy), dan

Banten sebesar 0,90% (yoy).

Sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan

pembiayaan yang disertai dengan perlambatan DPK,

angka Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan

syariah Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan ke level 117,82% dari

112,10% di triwulan I 2016. Dibandingkan dengan

provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa, angka FDR Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga cenderung lebih

tinggi. FDR Provinsi Jawa Timur pada triwulan laporan

tercatat sebesar 110,72% (yoy), Jawa Barat 105,08%

(yoy), Banten 92,66% (yoy), DKI Jakarta 75,33% (yoy),

dan DI Yogyakarta 73,85% (yoy). Sementara FDR

perbankan syariah nasional pada triwulan laporan

tercatat sebesar 92,53%.

83STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 4.33 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Sektordi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.34 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

1

2

3

4

5

%

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERANNPL KREDIT TOTAL

6

NPL KREDIT MODAL KERJANPL KREDIT INVESTASI NPL KREDIT KONSUMSINPL TOTAL

%

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II1

2

3

4

5

6

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

pengolahan dengan golongan debitur sektor swasta

bukan lembaga keuangan.

Sementara itu, kualitas kredit konsumsi pada

triwulan laporan cenderung stabil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Rasio NPL kredit konsumsi

tercatat sebesar 1,13% pada triwulan laporan; relatif

stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,12%.

Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan kualitas

kredit perbankan Jawa Tengah pada triwulan II

2016 terutama didorong oleh sektor industri

pengolahan serta perdagangan besar dan eceran.

NPL sektor perdagangan besar dan eceran pada

triwulan laporan tercatat sebesar 4,09%; atau

meningkat dari triwulan lalu yang sebesar 3,79%. NPL

sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan

dari 4,86% pada triwulan I 2016 menjadi 5,19% pada

triwulan II 2016.

4.2.1.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank UmumKualitas kredit Jawa Tengah pada triwulan II 2016

cenderung menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Non Performing Loan (NPL) sebagai

indikator kualitas kredit yang disalurkan perbankan

pada periode ini tercatat sebesar 3,43% atau

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 3,22%. Tingkat NPL tersebut juga

tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar

3,03% yang juga meningkat dibandingkan triwulan I

2016 sebesar 2,81%. Meskipun kualitas kredit

menurun, namun besaran NPL tersebut masih dalam

batas indikatif yang dipersyaratkan.

Apabila ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya,

penurunan kualitas kredit perbankan Jawa Tengah

pada triwulan II 2016 terjadi pada seluruh jenis kredit.

Pada triwulan laporan, kualitas kredit modal kerja

mengalami penurunan, tercermin dari rasio NPL yang

meningkat menjadi 4,30% dari 3,98% di triwulan

sebelumnya. Peningkatan NPL pada kredit modal kerja

tersebut utamanya didorong oleh sektor perdagangan

besar dan eceran dengan golongan debitur sektor

swasta perseorangan.

Sementara itu, kualitas kredit investasi pada

triwulan II 2016 juga menurun dibandingkan

dengan triwulan I 2016, tercermin dari rasio NPL yang

meningkat menjadi 4,86% dari 4,69% pada triwulan

sebelumnya. Peningkatan NPL pada kredit investasi

tersebut utamanya didorong oleh sektor industri

Perkembangan industri perbankan syariah pada

triwulan II 2016 di Jawa Tengah menunjukkan

perlambatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan aset perbankan syariah di

triwulan II 2016 secara keseluruhan mencatatkan

pertumbuhan yang melambat menjadi 10,39% (yoy)

dari sebesar 16,98% (yoy) pada triwulan I 2016. Angka

ini juga lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan aset bank syariah nasional yang tercatat

sebesar 12,07% (yoy).

4.3. Perkembangan Perbankan Syariah

82 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.35 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariahdi Pulau Jawa

Grafik 4.36 Perbandingan DPK Perbankan Syariah di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

%, YOY

-10

0

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Grafik 4.37 Perbandingan Laju Pertumbuhan PembiayaanPerbankan Syariah di Pulau Jawa

Grafik 4.38 Perbandingan FDR Perbankan Syariah di Pulau Jawa

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

%, YOY

0

10

20

30

40

50

60

70 %, YOY

0

20

40

60

80

100

120

140

160

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Sejalan dengan pertumbuhan aset, la ju

pertumbuhan DPK perbankan syariah Jawa

Tengah juga mengalami perlambatan pada

triwulan II 2016. Pada triwulan laporan, DPK syariah

Jawa Tengah mencatatkan pertumbuhan sebesar

11,10% (yoy); atau meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 18,13% (yoy).

Angka ini juga cenderung lebih rendah dibandingkan

laju pertumbuhan DPK perbankan syariah beberapa

provinsi lain di Pulau Jawa, seperti Provinsi Jawa Barat

yang tercatat sebesar 16,44% (yoy), DI Yogyakarta

16,36% (yoy), DKI Jakarta 13,52% (yoy), Banten

15,22% (yoy), dan Jawa Timur 11,94% (yoy). Selain itu,

pertumbuhan DPK Jawa Tengah juga lebih rendah

dibandingkan dengan nasional yang tercatat sebesar

13,05% (yoy).

Sementara itu, pada triwulan II 2016 pembiayaan

perbankan syariah Jawa Tengah tumbuh sebesar

16,14% (yoy); meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 15,24% (yoy).

Angka ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan laju pembiayaan nasional yang sebesar 7,84%

(yoy). Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa,

laju pertumbuhan pembiayaan syariah Provinsi Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga cenderung lebih

tinggi. Laju pertumbuhan pembiayaan syariah di

Provinsi Jawa Barat tercatat sebesar 6,18% (yoy), DI

Yogyakarta sebesar 7,88% (yoy), Jawa Timur sebesar

5,76% (yoy), DKI Jakarta sebesar 8,82% (yoy), dan

Banten sebesar 0,90% (yoy).

Sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan

pembiayaan yang disertai dengan perlambatan DPK,

angka Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan

syariah Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan ke level 117,82% dari

112,10% di triwulan I 2016. Dibandingkan dengan

provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa, angka FDR Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga cenderung lebih

tinggi. FDR Provinsi Jawa Timur pada triwulan laporan

tercatat sebesar 110,72% (yoy), Jawa Barat 105,08%

(yoy), Banten 92,66% (yoy), DKI Jakarta 75,33% (yoy),

dan DI Yogyakarta 73,85% (yoy). Sementara FDR

perbankan syariah nasional pada triwulan laporan

tercatat sebesar 92,53%.

83STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan aset

BPR Jawa Tengah, pertumbuhan DPK BPR Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 juga mengalami

peningkatan. Pertumbuhan DPK BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 18,70% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 18,31% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan tersebut terutama disumbang oleh

komponen tabungan yang tumbuh signifikan lebih

tinggi pada triwulan laporan menjadi sebesar 21,58%

(yoy) dari 17,49% (yoy) pada triwulan lalu.

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan DPK

BPR Jawa Tengah, pertumbuhan kredit BPR Jawa

S e j a l a n d e n g a n p e n i n g k a t a n k o n d i s i

perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2016,

aset BPR Jawa Tengah juga mengalami

peningkatan. Pertumbuhan aset BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 16,24% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 15,64% (yoy).

41.42%58.58%

PANGSA TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA DEPOSITO BPR JAWA TENGAH

Grafik 4.41 Pangsa DPK BPR di Jawa TengahGrafik 4.39 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di Jawa Tengah

PERTUMBUHAN ASET BPR JAWA TENGAH

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II10

11

12

13

14

15

16

17

18 %,YOY

Grafik 4.40 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR di Jawa Tengah

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

%,YOY

PERTUMBUHAN DEPOSITO BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN TABUNGAN BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN DPK BPR JAWA TENGAH

10

12

14

16

18

20

22

24

Tabel 4.6. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

KETERANGAN

I

2014

II III IV I

2015

BANK SYARIAH

BANK UMUM

JUMLAH BANK

JUMLAH KANTOR

UNIT USAHA SYARIAH

JUMLAH KANTOR

BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SYARIAH

JUMLAH BANK

JUMLAH KANTOR

II III IV

9

167

62

24

24

9

175

60

24

24

10

178

58

24

24

10

154

53

25

25

10

169

32

25

25

10

169

35

25

25

10

169

35

25

25

10

169

35

25

25

I

10

152

36

26

26

II

2016

10

152

36

26

26

Pada triwulan II 2016, jumlah jaringan kantor

perbankan syariah relatif stabil dibandingkan

triwulan I 2016. Pada triwulan laporan, terdapat 10

Bank Umum Syariah dengan 152 kantor yang tersebar

di seluruh Jawa Tengah. Jumlah tersebut tetap

dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercatat pada

jumlah yang sama, sebanyak 152 kantor. Sementara

Unit Usaha Syariah pada triwulan laporan adalah

sebanyak 36 unit, relatif stabil sejak triwulan lalu. Untuk

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah, pada triwulan ini

terdapat 26 bank dengan 26 kantor yang tersebar di

seluruh Jawa Tengah.

4.4. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Jawa Tengah

84 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANANINDUSTRI PENGOLAHANPERDAGANGAN BESAR DAN ECERANRUMAH TANGGAJASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA,HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYALAINNYA

Grafik 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di Jawa Tengah

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

%,YOY

0

10

20

30

PERTUMBUHAN KREDIT BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH

Grafik 4.43 Pangsa Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan Jenis Penggunaan

KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAHKREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAHKREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH

56.19%4.91%

38.90%

Grafik 4.44Pertumbuhan Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi

%,YOY

Grafik 4.45 Pangsa Kredit BPR Jawa TengahBerdasarkan Sektor Ekonomi

-40

-20

0

20

40

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

8.11%1.38%

33.31%3.82%2.23%51.15%

PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR RUMAH TANGGA (RHS)PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERTANIANPERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERANPERTUMBUHAN KREDIT BPR KESELURUHAN

Tengah pada triwulan II 2016 juga mengalami

peningkatan. Pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 10,80% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 10,24% (yoy).

Bila ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya,

peningkatan pertumbuhan tersebut terutama

disumbang oleh kredit modal kerja yang tumbuh

sebesar 9,84% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat

dari 6,72% (yoy) pada triwulan lalu. Sesuai dengan pola

historisnya, kredit modal kerja merupakan jenis kredit

yang paling banyak disalurkan oleh BPR di Jawa Tengah

dengan pangsa sebesar 56,19%.

Bila ditinjau berdasarkan sektor ekonominya,

peningkatan pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan terutama disumbang oleh kredit

sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh

sebesar 6,04% (yoy) dari 5,72% (yoy) pada triwulan

lalu. Sesuai dengan pola historisnya, kredit modal kerja

merupakan jenis kredit yang paling banyak disalurkan

oleh BPR di Jawa Tengah dengan pangsa sebesar

56,19%.

NPL BPR Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan NPL BPR

Jawa Tengah tercatat sebesar 6,79%; meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

6,75%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan NPL

BPR Jawa Tengah pada triwulan II 2016 terutama

didorong oleh peningkatan NPL kredit investasi dan

kredit konsumsi. NPL kredit investasi BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 6,23%;

meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar

5,61%. NPL kredit konsumsi pada triwulan laporan

tercatat sebesar 3,47%; meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,41%.

Berdasarkan sektor ekonominya, peningkatan NPL BPR

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 terutama didorong

oleh peningkatan NPL sektor perdagangan besar dan

eceran serta industri pengolahan. NPL kredit sektor

perdagangan besar dan eceran pada triwulan laporan

85STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan aset

BPR Jawa Tengah, pertumbuhan DPK BPR Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 juga mengalami

peningkatan. Pertumbuhan DPK BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 18,70% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 18,31% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan tersebut terutama disumbang oleh

komponen tabungan yang tumbuh signifikan lebih

tinggi pada triwulan laporan menjadi sebesar 21,58%

(yoy) dari 17,49% (yoy) pada triwulan lalu.

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan DPK

BPR Jawa Tengah, pertumbuhan kredit BPR Jawa

S e j a l a n d e n g a n p e n i n g k a t a n k o n d i s i

perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2016,

aset BPR Jawa Tengah juga mengalami

peningkatan. Pertumbuhan aset BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 16,24% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 15,64% (yoy).

41.42%58.58%

PANGSA TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA DEPOSITO BPR JAWA TENGAH

Grafik 4.41 Pangsa DPK BPR di Jawa TengahGrafik 4.39 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di Jawa Tengah

PERTUMBUHAN ASET BPR JAWA TENGAH

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II10

11

12

13

14

15

16

17

18 %,YOY

Grafik 4.40 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR di Jawa Tengah

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

%,YOY

PERTUMBUHAN DEPOSITO BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN TABUNGAN BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN DPK BPR JAWA TENGAH

10

12

14

16

18

20

22

24

Tabel 4.6. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

KETERANGAN

I

2014

II III IV I

2015

BANK SYARIAH

BANK UMUM

JUMLAH BANK

JUMLAH KANTOR

UNIT USAHA SYARIAH

JUMLAH KANTOR

BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SYARIAH

JUMLAH BANK

JUMLAH KANTOR

II III IV

9

167

62

24

24

9

175

60

24

24

10

178

58

24

24

10

154

53

25

25

10

169

32

25

25

10

169

35

25

25

10

169

35

25

25

10

169

35

25

25

I

10

152

36

26

26

II

2016

10

152

36

26

26

Pada triwulan II 2016, jumlah jaringan kantor

perbankan syariah relatif stabil dibandingkan

triwulan I 2016. Pada triwulan laporan, terdapat 10

Bank Umum Syariah dengan 152 kantor yang tersebar

di seluruh Jawa Tengah. Jumlah tersebut tetap

dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercatat pada

jumlah yang sama, sebanyak 152 kantor. Sementara

Unit Usaha Syariah pada triwulan laporan adalah

sebanyak 36 unit, relatif stabil sejak triwulan lalu. Untuk

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah, pada triwulan ini

terdapat 26 bank dengan 26 kantor yang tersebar di

seluruh Jawa Tengah.

4.4. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Jawa Tengah

84 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANANINDUSTRI PENGOLAHANPERDAGANGAN BESAR DAN ECERANRUMAH TANGGAJASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA,HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYALAINNYA

Grafik 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di Jawa Tengah

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

%,YOY

0

10

20

30

PERTUMBUHAN KREDIT BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAHPERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH

Grafik 4.43 Pangsa Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan Jenis Penggunaan

KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAHKREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAHKREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH

56.19%4.91%

38.90%

Grafik 4.44Pertumbuhan Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi

%,YOY

Grafik 4.45 Pangsa Kredit BPR Jawa TengahBerdasarkan Sektor Ekonomi

-40

-20

0

20

40

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

8.11%1.38%

33.31%3.82%2.23%51.15%

PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR RUMAH TANGGA (RHS)PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERTANIANPERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERANPERTUMBUHAN KREDIT BPR KESELURUHAN

Tengah pada triwulan II 2016 juga mengalami

peningkatan. Pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 10,80% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 10,24% (yoy).

Bila ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya,

peningkatan pertumbuhan tersebut terutama

disumbang oleh kredit modal kerja yang tumbuh

sebesar 9,84% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat

dari 6,72% (yoy) pada triwulan lalu. Sesuai dengan pola

historisnya, kredit modal kerja merupakan jenis kredit

yang paling banyak disalurkan oleh BPR di Jawa Tengah

dengan pangsa sebesar 56,19%.

Bila ditinjau berdasarkan sektor ekonominya,

peningkatan pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan terutama disumbang oleh kredit

sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh

sebesar 6,04% (yoy) dari 5,72% (yoy) pada triwulan

lalu. Sesuai dengan pola historisnya, kredit modal kerja

merupakan jenis kredit yang paling banyak disalurkan

oleh BPR di Jawa Tengah dengan pangsa sebesar

56,19%.

NPL BPR Jawa Tengah pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan NPL BPR

Jawa Tengah tercatat sebesar 6,79%; meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

6,75%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan NPL

BPR Jawa Tengah pada triwulan II 2016 terutama

didorong oleh peningkatan NPL kredit investasi dan

kredit konsumsi. NPL kredit investasi BPR Jawa Tengah

pada triwulan laporan tercatat sebesar 6,23%;

meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar

5,61%. NPL kredit konsumsi pada triwulan laporan

tercatat sebesar 3,47%; meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,41%.

Berdasarkan sektor ekonominya, peningkatan NPL BPR

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 terutama didorong

oleh peningkatan NPL sektor perdagangan besar dan

eceran serta industri pengolahan. NPL kredit sektor

perdagangan besar dan eceran pada triwulan laporan

85STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 4.48Perkembangan LDR BPR Jawa Tengah

LDR BPR JAWA TENGAH

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II90%

95%

100%

105%

110%

115%

120%

Grafik 4.46Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa TengahBerdasarkan Jenis Penggunaan

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

NPL BPR JAWA TENGAH KESELURUHANNPL KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH

NPL KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAHNPL KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH

0%

2%

4%

6%

8%

10%

Grafik 4.47 Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

NPL BPR JAWA TENGAH KESELURUHANNPL PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

NPL INDUSTRI PENGOLAHANNPL PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 11,69% (yoy).

Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan kredit UMKM nasional triwulan II 2016

yang sebesar 8,28% (yoy). Dibandingkan dengan

provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa, pertumbuhan

kredit UMKM Jawa Tengah tersebut relatif tinggi.

Pertumbuhan kredit UMKM Provinsi Jawa Timur pada

triwulan ini tercatat sebesar 11,95% (yoy); Jawa Barat

9,95% (yoy); DI Yogyakarta 7,61% (yoy); DKI Jakarta -

0,95% (yoy), dan Banten 19,87% (yoy).

Berdasarkan lapangan usahanya, peningkatan

pertumbuhan kredit UMKM Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 terutama didorong oleh kinerja

sektor perdagangan besar dan eceran. Kredit

UMKM sektor perdagangan tumbuh sebesar 13,49%

(yoy) pada triwulan laporan, atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 11,42%. Sementara itu, laju pertumbuhan

kredit UMKM sektor pertanian dan industri pengolahan

mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

Namun demikian, perlambatan laju pertumbuhan

kredit UMKM dari kedua sektor tersebut belum mampu

menahan perlambatan laju pertumbuhan kredit sektor

perdagangan besar dan eceran. Pertumbuhan kredit

UMKM sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat

sebesar 17,28% (yoy) atau melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

19,52% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM sektor

industri pengolahan pada triwulan II 2016 tercatat

sebesar 20,07% (yoy) atau melambat dibandingkan

dengan triwulan lalu yang tercatat sebesar 21,77%

(yoy).

tercatat sebesar 9,64%; meningkat dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,40%. NPL kredit sektor

industri pengolahan pada triwulan laporan tercatat

sebesar 9,50%; meningkat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 9,21%.

Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR Jawa Tengah pada

triwulan laporan mengalami peningkatan dari

sebelumnya 100,82% pada triwulan I 2016 menjadi

105,97% pada tr iwulan laporan. Perbaikan

perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2016

diperkirakan turut menyebabkan naiknya permintaan

kredit. Pertumbuhan penyeluran kredit yang lebih cepat

d i b a n d i n g k a n d e n g a n p e r t u m b u h a n D P K

menyebabkan LDR BPR Jawa Tengah pada triwulan

laporan mengalami peningkatan.

4.5. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan I 2016. Kredit

UMKM Provinsi Jawa Tengah tercatat tumbuh 13,15%

(yoy) di triwulan laporan, atau meningkat dibandingkan

86 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.51 Perkembangan Kredit kepada UMKM Grafik 4.52 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

%, YOYRP TRILIUN

KREDIT UMKM PERTUMBUHAN KREDIT UMKM - (RHS)

0

10

20

30

NOMINAL NPL KREDIT UMKM PERSENTASI NPL KREDIT UMKM (RHS)

RP TRILIUN

3,0

3,5

4,0

0

1

2

3

4 %

0102030405060708090

100

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.49 Perbandingan Pertumbuhan Kredit UMKM Beberapa Provinsidi Pulau Jawa

Grafik 4.50 Perbandingan NPL Kredit UMKM Beberapa Provinsidi Pulau Jawa

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Sementara itu, risiko kredit pada sektor UMKM

pada triwulan II 2016 mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NPL

kredit UMKM di Jawa Tengah pada laporan

tercatat sebesar 3,59%; atau lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

3,80%. Angka ini juga lebih baik dibandingkan NPL

kredit UMKM nasional triwulan II 2016 yang sebesar

4,58%. Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya

di Pulau Jawa, NPL kredit UMKM Jawa Tengah tersebut

juga relatif lebih baik. NPL kredit UMKM Provinsi Jawa

Barat pada triwulan ini tercatat sebesar 5,67%; DKI

Jakarta 3,87%; Banten 3,71%; Jawa Timur 3,67%; dan

DI Yogyakarta 3,28%.

Penurunan NPL kredit UMKM Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 terutama didorong oleh penurunan

NPL sektor perdagangan besar dan eceran yang

merupakan sektor ekonomi dengan pangsa kredit

UMKM terbesar di Jawa Tengah. NPL kredit UMKM

sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan

laporan te rcata t sebesar 3 ,68%; menurun

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

3,82%. Sejalan dengan sektor perdagangan besar dan

eceran, NPL sektor pertanian juga mengalami

penurunan di triwulan laporan. NPL sektor pertanian di

triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,52%; menurun

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

3,85%. Sementara itu, NPL sektor industri pengolahan

mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. NPL sektor industri pengolahan pada

triwulan laporan tercatat sebesar 3,64%; meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 3,34%.

Bila ditinjau berdasarkan pangsanya, porsi kredit

perbankan Jawa Tengah kepada UMKM pada triwulan

II 2016 mengalami peningkatan menjadi 40,05% dari

total kredit yang diberikan. Angka ini meningkat

dibandingkan triwulan I 2016 yang sebesar 39,05%.

Pangsa kredit UMKM di Jawa Tengah juga berada di

atas pangsa nasional yang hanya tercatat sebesar

20,01%. Sejalan dengan kredit umum, penyaluran

kredit UMKM di Jawa Tengah mayoritas ditujukan

kepada sektor perdagangan besar dan eceran

(62,99%), diikuti sektor industri pengolahan (10,85%),

dan sektor pertanian (6,32%).

87STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 4.48Perkembangan LDR BPR Jawa Tengah

LDR BPR JAWA TENGAH

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II90%

95%

100%

105%

110%

115%

120%

Grafik 4.46Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa TengahBerdasarkan Jenis Penggunaan

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

NPL BPR JAWA TENGAH KESELURUHANNPL KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH

NPL KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAHNPL KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH

0%

2%

4%

6%

8%

10%

Grafik 4.47 Perkembangan NPL Kredit BPR Jawa Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

NPL BPR JAWA TENGAH KESELURUHANNPL PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

NPL INDUSTRI PENGOLAHANNPL PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 11,69% (yoy).

Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan kredit UMKM nasional triwulan II 2016

yang sebesar 8,28% (yoy). Dibandingkan dengan

provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa, pertumbuhan

kredit UMKM Jawa Tengah tersebut relatif tinggi.

Pertumbuhan kredit UMKM Provinsi Jawa Timur pada

triwulan ini tercatat sebesar 11,95% (yoy); Jawa Barat

9,95% (yoy); DI Yogyakarta 7,61% (yoy); DKI Jakarta -

0,95% (yoy), dan Banten 19,87% (yoy).

Berdasarkan lapangan usahanya, peningkatan

pertumbuhan kredit UMKM Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 terutama didorong oleh kinerja

sektor perdagangan besar dan eceran. Kredit

UMKM sektor perdagangan tumbuh sebesar 13,49%

(yoy) pada triwulan laporan, atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 11,42%. Sementara itu, laju pertumbuhan

kredit UMKM sektor pertanian dan industri pengolahan

mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

Namun demikian, perlambatan laju pertumbuhan

kredit UMKM dari kedua sektor tersebut belum mampu

menahan perlambatan laju pertumbuhan kredit sektor

perdagangan besar dan eceran. Pertumbuhan kredit

UMKM sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat

sebesar 17,28% (yoy) atau melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

19,52% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM sektor

industri pengolahan pada triwulan II 2016 tercatat

sebesar 20,07% (yoy) atau melambat dibandingkan

dengan triwulan lalu yang tercatat sebesar 21,77%

(yoy).

tercatat sebesar 9,64%; meningkat dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,40%. NPL kredit sektor

industri pengolahan pada triwulan laporan tercatat

sebesar 9,50%; meningkat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 9,21%.

Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR Jawa Tengah pada

triwulan laporan mengalami peningkatan dari

sebelumnya 100,82% pada triwulan I 2016 menjadi

105,97% pada tr iwulan laporan. Perbaikan

perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2016

diperkirakan turut menyebabkan naiknya permintaan

kredit. Pertumbuhan penyeluran kredit yang lebih cepat

d i b a n d i n g k a n d e n g a n p e r t u m b u h a n D P K

menyebabkan LDR BPR Jawa Tengah pada triwulan

laporan mengalami peningkatan.

4.5. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di

Jawa Tengah pada triwulan II 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan I 2016. Kredit

UMKM Provinsi Jawa Tengah tercatat tumbuh 13,15%

(yoy) di triwulan laporan, atau meningkat dibandingkan

86 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 4.51 Perkembangan Kredit kepada UMKM Grafik 4.52 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

%, YOYRP TRILIUN

KREDIT UMKM PERTUMBUHAN KREDIT UMKM - (RHS)

0

10

20

30

NOMINAL NPL KREDIT UMKM PERSENTASI NPL KREDIT UMKM (RHS)

RP TRILIUN

3,0

3,5

4,0

0

1

2

3

4 %

0102030405060708090

100

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.49 Perbandingan Pertumbuhan Kredit UMKM Beberapa Provinsidi Pulau Jawa

Grafik 4.50 Perbandingan NPL Kredit UMKM Beberapa Provinsidi Pulau Jawa

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II

JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR DKI JAKARTA NASIONALBANTENDI YOGYAKARTA

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IV I2016

II0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Sementara itu, risiko kredit pada sektor UMKM

pada triwulan II 2016 mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NPL

kredit UMKM di Jawa Tengah pada laporan

tercatat sebesar 3,59%; atau lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

3,80%. Angka ini juga lebih baik dibandingkan NPL

kredit UMKM nasional triwulan II 2016 yang sebesar

4,58%. Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya

di Pulau Jawa, NPL kredit UMKM Jawa Tengah tersebut

juga relatif lebih baik. NPL kredit UMKM Provinsi Jawa

Barat pada triwulan ini tercatat sebesar 5,67%; DKI

Jakarta 3,87%; Banten 3,71%; Jawa Timur 3,67%; dan

DI Yogyakarta 3,28%.

Penurunan NPL kredit UMKM Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 terutama didorong oleh penurunan

NPL sektor perdagangan besar dan eceran yang

merupakan sektor ekonomi dengan pangsa kredit

UMKM terbesar di Jawa Tengah. NPL kredit UMKM

sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan

laporan te rcata t sebesar 3 ,68%; menurun

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

3,82%. Sejalan dengan sektor perdagangan besar dan

eceran, NPL sektor pertanian juga mengalami

penurunan di triwulan laporan. NPL sektor pertanian di

triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,52%; menurun

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar

3,85%. Sementara itu, NPL sektor industri pengolahan

mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. NPL sektor industri pengolahan pada

triwulan laporan tercatat sebesar 3,64%; meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 3,34%.

Bila ditinjau berdasarkan pangsanya, porsi kredit

perbankan Jawa Tengah kepada UMKM pada triwulan

II 2016 mengalami peningkatan menjadi 40,05% dari

total kredit yang diberikan. Angka ini meningkat

dibandingkan triwulan I 2016 yang sebesar 39,05%.

Pangsa kredit UMKM di Jawa Tengah juga berada di

atas pangsa nasional yang hanya tercatat sebesar

20,01%. Sejalan dengan kredit umum, penyaluran

kredit UMKM di Jawa Tengah mayoritas ditujukan

kepada sektor perdagangan besar dan eceran

(62,99%), diikuti sektor industri pengolahan (10,85%),

dan sektor pertanian (6,32%).

87STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.55 Perkembangan Kredit kepada UMKMBerdasarkan Penggunaan

Grafik 4.56 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMBerdasarkan Penggunaan

0

10

20

30

40

50

60

70

80 %, YOYRP TRILIUN

KREDIT MODAL KERJA UMKMKREDIT INVESTASI UMKM

PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI UMKM (RHS)PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI UMKM (RHS)

-10

0

10

20

30

40

50

60 RP TRILIUN

-1

1

2

3

NOMINAL NPL KREDIT MODAL KERJA UMKMNOMINAL NPL KREDIT INVESTASI UMKM

PERSENTASE NPL KREDIT MODAL KERJA UMKM - RHSPERSENTASE KREDIT INVESTASI UMKM (RHS)

3

4

5%,YOY

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.53 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasarkan Sektor Grafik 4.54 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasarkan Sektor

INDUSTRI PENGOLAHANPERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

%, YOY

-10

20

50

80

110

140

170

NPL KREDIT PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANANNPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN

NPL PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

1

2

3

4

5

6 %, YOY

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

UMKM Jawa Tengah tersebut juga lebih tinggi

dibandingkan nasional yang tercatat sebesar 9,60%

(yoy).

Kualitas kredit UMKM Jawa Tengah pada triwulan

II 2016 mengalami peningkatan untuk setiap jenis

penggunaannya. NPL kredit modal kerja UMKM pada

triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,52%; menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 3,72%. NPL kredit investasi UMKM Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,87%;

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 4,18%.

Berdasarkan penggunaannya, kredit kepada sektor

UMKM mayoritas berupa kredit modal kerja dengan

porsi sekitar 81,08% dari total kredit yang diberikan

kepada UMKM. Sementara itu 18,92% lainnya berupa

kredit investasi.

Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan

laju kredit UMKM Jawa Tengah pada triwulan II

2016 terjadi pada kredit modal kerja dan kredit

investasi. Pertumbuhan kredit modal kerja UMKM

pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 10,30%; atau

meningkat dari 9,88% pada triwulan I 2016.

Dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang

sebesar 7,78% (yoy), laju kredit modal kerja sektor

UMKM Jawa Tengah masih mencatatkan pertumbuhan

yang lebih tinggi pada triwulan ini. Sejalan dengan

peningkatan laju pertumbuhan kredit modal kerja pada

triwulan laporan, laju kredit investasi UMKM Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Kredit investasi

pada UMKM triwulan II 2016 tumbuh sebesar 27,20%

(yoy), meningkat dari triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 20,26% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi

Sebaran jaringan kantor bank umum pada triwulan II

2016 masih terpusat di kota-kota dengan aktivitas

perekonomian yang tinggi di Jawa Tengah, misalnya di

kota Semarang dengan pangsa jaringan kantor

perbankan sebesar 28% terhadap total jaringan kantor

perbankan di Jawa Tengah. Dalam rangka memperluas

jangkauan layanan keuangan hingga ke daerah

4.6. Perkembangan Akses Keuangan Masyarakat Jawa Tengah

88 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

28%15%8%8%4%4%3%3%2%2%

23%

Grafik 4.57 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah Grafik 4.58 Realisasi Jumlah Agen LKD

KAB. DAN KOTA SEMARANGKOTA SURAKARTA/SOLOKAB. DAN KOTA TEGALKAB. BANYUMASKAB. DAN KOTA MAGELANGKAB. CILACAPKAB. DAN KOTA PEKALONGANKAB. KUDUSKAB. KEBUMENKAB. PATIKAB/KOTA LAINNYA

59126345 6737

6962 7356 7456 7548

0

2,000

4,000

6,000

8,000

12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

terpencil yang belum dilayani jaringan kantor

perbankan, Bank Indonesia melakukan inovasi dengan

menyelenggarakan Layanan Keuangan Digital (LKD).

LKD akan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk mendapatkan layanan keuangan dengan aman

dan biaya terjangkau, serta tanpa menggunakan

kantor cabang bank tradisional melalui agen LKD.

Hingga periode pelaporan, terdapat 7.548 agen LKD

mitra perbankan di wilayah kerja KPwBI Prov. Jateng.

Jumlah ini meningkat 27,67% dibandingkan jumlah

agen LKD pada akhir 2015 sebesar 5.912 agen LKD.

Pengembangan berupa pemberian benih kepada

petani hingga pemberian bantuan teknis.

Program pengembangan komoditas bawang

putih oleh Bank Indonesia diawali di desa Tuwel

Kabupaten Tegal , sebagai pi lot project

pengembangan bawang putih pada 2015. Potensi

bawang putih di Kabupaten Tegal cukup baik karena

dapat memberikan kontribusi bawang putih nasional

sebesar 80%.

Dengan mempertimbangkan besarnya potensi

bawang putih di Jawa Tengah, Bank Indonesia

pada 2016 melakukan inis iasi “Program

P e n g e m b a n g a n U M K M d a l a m R a n g k a

Pengendalian Inflasi Komoditas Bawang Putih di 8

(delapan) Kabupatendi Jawa Tengah”. Program ini

melibatkan 8 (delapan) kabupaten yang menjadi sentra

bawang putih di Jawa Tengah, antara lain: Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Magelang, Kabupaten

Karanganyar, Kabupaten Tega l , Kabupaten

Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten

Purbalingga, dan Kabupaten Banjarnegara. Program ini

dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai pihak,

khususnya Pemerintah Daerah baik di tingkat Provinsi

maupun Kabupaten terkait. Pelibatan berbagai pihak

ini merupakan salah satu implementasi dari program

“Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat” yang

dicanangkan Presiden RI – Bp. Joko Widodo di Brebes

pada 11 April 2016 lalu. Program pengembangan

UMKM bawang putih yang melibatkan delapan

wilayah kabupaten dilaksanakan secara sinergis dan

koordinatif lintas kabupaten dan lintas instansi.

Sejalan dengan program Kementerian Pertanian

yang memfokuskan pengembangan komoditas

produk pertanian pengendali inflasi, Pemerintah

mencanangkan gerakan pengembangan kawasan

bawang putih seluas 1000 Ha. Untuk wilayah Jawa

Tengah, pengembangan dilakukan di Kabupaten. Tegal

seluas 6 ha, Temanggung seluas 304 ha, dan

Karanganyar seluas 150 ha. Pengembangan kawasan

meliputi pemberian bantuan sarana produksi

pertanian, pelatihan dan bimbingan teknis, hingga

penangkaran bibit bawang putih varietas baru.

Pemberian bantuan berupa benih, cultivator, sprayer,

mulsa dan pupuk. Dalam rangka menekan impor

bawang dan mengembalikan produksi bawang lokal,

Pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Kementan

dimana importir wajib mengembangkan bawang putih

di Indonesia sebanyak 10% dari jumlah bawang putih

yang diimpor.

4.7. Pengembangan UMKM Bawang Putih untuk Menekan Inflasi

89STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.55 Perkembangan Kredit kepada UMKMBerdasarkan Penggunaan

Grafik 4.56 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMBerdasarkan Penggunaan

0

10

20

30

40

50

60

70

80 %, YOYRP TRILIUN

KREDIT MODAL KERJA UMKMKREDIT INVESTASI UMKM

PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI UMKM (RHS)PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI UMKM (RHS)

-10

0

10

20

30

40

50

60 RP TRILIUN

-1

1

2

3

NOMINAL NPL KREDIT MODAL KERJA UMKMNOMINAL NPL KREDIT INVESTASI UMKM

PERSENTASE NPL KREDIT MODAL KERJA UMKM - RHSPERSENTASE KREDIT INVESTASI UMKM (RHS)

3

4

5%,YOY

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

Grafik 4.53 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasarkan Sektor Grafik 4.54 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasarkan Sektor

INDUSTRI PENGOLAHANPERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

%, YOY

-10

20

50

80

110

140

170

NPL KREDIT PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANANNPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN

NPL PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

1

2

3

4

5

6 %, YOY

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

II

UMKM Jawa Tengah tersebut juga lebih tinggi

dibandingkan nasional yang tercatat sebesar 9,60%

(yoy).

Kualitas kredit UMKM Jawa Tengah pada triwulan

II 2016 mengalami peningkatan untuk setiap jenis

penggunaannya. NPL kredit modal kerja UMKM pada

triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,52%; menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 3,72%. NPL kredit investasi UMKM Jawa

Tengah pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,87%;

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 4,18%.

Berdasarkan penggunaannya, kredit kepada sektor

UMKM mayoritas berupa kredit modal kerja dengan

porsi sekitar 81,08% dari total kredit yang diberikan

kepada UMKM. Sementara itu 18,92% lainnya berupa

kredit investasi.

Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan

laju kredit UMKM Jawa Tengah pada triwulan II

2016 terjadi pada kredit modal kerja dan kredit

investasi. Pertumbuhan kredit modal kerja UMKM

pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 10,30%; atau

meningkat dari 9,88% pada triwulan I 2016.

Dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang

sebesar 7,78% (yoy), laju kredit modal kerja sektor

UMKM Jawa Tengah masih mencatatkan pertumbuhan

yang lebih tinggi pada triwulan ini. Sejalan dengan

peningkatan laju pertumbuhan kredit modal kerja pada

triwulan laporan, laju kredit investasi UMKM Jawa

Tengah pada triwulan laporan juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Kredit investasi

pada UMKM triwulan II 2016 tumbuh sebesar 27,20%

(yoy), meningkat dari triwulan I 2016 yang tercatat

sebesar 20,26% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi

Sebaran jaringan kantor bank umum pada triwulan II

2016 masih terpusat di kota-kota dengan aktivitas

perekonomian yang tinggi di Jawa Tengah, misalnya di

kota Semarang dengan pangsa jaringan kantor

perbankan sebesar 28% terhadap total jaringan kantor

perbankan di Jawa Tengah. Dalam rangka memperluas

jangkauan layanan keuangan hingga ke daerah

4.6. Perkembangan Akses Keuangan Masyarakat Jawa Tengah

88 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

28%15%8%8%4%4%3%3%2%2%

23%

Grafik 4.57 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah Grafik 4.58 Realisasi Jumlah Agen LKD

KAB. DAN KOTA SEMARANGKOTA SURAKARTA/SOLOKAB. DAN KOTA TEGALKAB. BANYUMASKAB. DAN KOTA MAGELANGKAB. CILACAPKAB. DAN KOTA PEKALONGANKAB. KUDUSKAB. KEBUMENKAB. PATIKAB/KOTA LAINNYA

59126345 6737

6962 7356 7456 7548

0

2,000

4,000

6,000

8,000

12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

terpencil yang belum dilayani jaringan kantor

perbankan, Bank Indonesia melakukan inovasi dengan

menyelenggarakan Layanan Keuangan Digital (LKD).

LKD akan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk mendapatkan layanan keuangan dengan aman

dan biaya terjangkau, serta tanpa menggunakan

kantor cabang bank tradisional melalui agen LKD.

Hingga periode pelaporan, terdapat 7.548 agen LKD

mitra perbankan di wilayah kerja KPwBI Prov. Jateng.

Jumlah ini meningkat 27,67% dibandingkan jumlah

agen LKD pada akhir 2015 sebesar 5.912 agen LKD.

Pengembangan berupa pemberian benih kepada

petani hingga pemberian bantuan teknis.

Program pengembangan komoditas bawang

putih oleh Bank Indonesia diawali di desa Tuwel

Kabupaten Tegal , sebagai pi lot project

pengembangan bawang putih pada 2015. Potensi

bawang putih di Kabupaten Tegal cukup baik karena

dapat memberikan kontribusi bawang putih nasional

sebesar 80%.

Dengan mempertimbangkan besarnya potensi

bawang putih di Jawa Tengah, Bank Indonesia

pada 2016 melakukan inis iasi “Program

P e n g e m b a n g a n U M K M d a l a m R a n g k a

Pengendalian Inflasi Komoditas Bawang Putih di 8

(delapan) Kabupatendi Jawa Tengah”. Program ini

melibatkan 8 (delapan) kabupaten yang menjadi sentra

bawang putih di Jawa Tengah, antara lain: Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Magelang, Kabupaten

Karanganyar, Kabupaten Tega l , Kabupaten

Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten

Purbalingga, dan Kabupaten Banjarnegara. Program ini

dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai pihak,

khususnya Pemerintah Daerah baik di tingkat Provinsi

maupun Kabupaten terkait. Pelibatan berbagai pihak

ini merupakan salah satu implementasi dari program

“Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat” yang

dicanangkan Presiden RI – Bp. Joko Widodo di Brebes

pada 11 April 2016 lalu. Program pengembangan

UMKM bawang putih yang melibatkan delapan

wilayah kabupaten dilaksanakan secara sinergis dan

koordinatif lintas kabupaten dan lintas instansi.

Sejalan dengan program Kementerian Pertanian

yang memfokuskan pengembangan komoditas

produk pertanian pengendali inflasi, Pemerintah

mencanangkan gerakan pengembangan kawasan

bawang putih seluas 1000 Ha. Untuk wilayah Jawa

Tengah, pengembangan dilakukan di Kabupaten. Tegal

seluas 6 ha, Temanggung seluas 304 ha, dan

Karanganyar seluas 150 ha. Pengembangan kawasan

meliputi pemberian bantuan sarana produksi

pertanian, pelatihan dan bimbingan teknis, hingga

penangkaran bibit bawang putih varietas baru.

Pemberian bantuan berupa benih, cultivator, sprayer,

mulsa dan pupuk. Dalam rangka menekan impor

bawang dan mengembalikan produksi bawang lokal,

Pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Kementan

dimana importir wajib mengembangkan bawang putih

di Indonesia sebanyak 10% dari jumlah bawang putih

yang diimpor.

4.7. Pengembangan UMKM Bawang Putih untuk Menekan Inflasi

89STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Bogor. Sementara di Kabupaten Karanganyar, kerja

sama dilakukan antara KPw BI Solo dengan Pemerintah

Dae rah Kabupa ten Ka ranganya r. P rog ram

pengembangan UMKM bawang putih di Kabupaten

Banjarnegara dan Purbalingga dilakukan antara KPw BI

Purwokerto dengan Pemerintah Daerah Kabupaten

Banjarnegara dan Purbalingga.

Komitmen para pihak tersebut dituangkan dalam

Perjanjian Kerjasama selama kurun waktu 3 (tiga)

tahun. Dalam pelaksanaan melibatkan pula expertpool

Bank Indonesia DR Ir. H. Nugroho Widiasmadi M.Eng

dan Prof. Sobir. Melalui sinergi yang dibangun

diharapkan target program pengendalian inflasi

komoditas bawang putih di delapan kabupaten yang

akan dituangkan dalam Blueprint dengan jangka waktu

3 tahun dapat dicapai.

Program pengendalian inflasi komoditas bawang

putih di Kabupaten Temanggung dan Magelang

dilaksanakan oleh KPw BI Provinsi Jawa Tengah

bersama Pemerintah Kabupaten dengan segenap

SKPD. Di tingkat provinsi, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas

Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

Kanwil Badan Pertanahan Nasional, Perbankan (PT BRI

dan Bank Jateng), dan PT Telekomunikasi Indonesia.

Program pengendalian inflasi komoditas bawang

putih di Kabupaten Tegal, Pekalongan, dan

Batang, dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia (KPw BI) Tegal bekerja sama dengan

Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, Pekalongan, dan

Batang, serta Pusat Kajian Hortikultura Tropikal (PKHT)

90 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Aktivitas sistem pembayaran meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik pada triwulan II 2016.

PENYELENGGARAANSISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG RUPIAH

BABV

net outflow

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Bogor. Sementara di Kabupaten Karanganyar, kerja

sama dilakukan antara KPw BI Solo dengan Pemerintah

Dae rah Kabupa ten Ka ranganya r. P rog ram

pengembangan UMKM bawang putih di Kabupaten

Banjarnegara dan Purbalingga dilakukan antara KPw BI

Purwokerto dengan Pemerintah Daerah Kabupaten

Banjarnegara dan Purbalingga.

Komitmen para pihak tersebut dituangkan dalam

Perjanjian Kerjasama selama kurun waktu 3 (tiga)

tahun. Dalam pelaksanaan melibatkan pula expertpool

Bank Indonesia DR Ir. H. Nugroho Widiasmadi M.Eng

dan Prof. Sobir. Melalui sinergi yang dibangun

diharapkan target program pengendalian inflasi

komoditas bawang putih di delapan kabupaten yang

akan dituangkan dalam Blueprint dengan jangka waktu

3 tahun dapat dicapai.

Program pengendalian inflasi komoditas bawang

putih di Kabupaten Temanggung dan Magelang

dilaksanakan oleh KPw BI Provinsi Jawa Tengah

bersama Pemerintah Kabupaten dengan segenap

SKPD. Di tingkat provinsi, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas

Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

Kanwil Badan Pertanahan Nasional, Perbankan (PT BRI

dan Bank Jateng), dan PT Telekomunikasi Indonesia.

Program pengendalian inflasi komoditas bawang

putih di Kabupaten Tegal, Pekalongan, dan

Batang, dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia (KPw BI) Tegal bekerja sama dengan

Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, Pekalongan, dan

Batang, serta Pusat Kajian Hortikultura Tropikal (PKHT)

90 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Aktivitas sistem pembayaran meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik pada triwulan II 2016.

PENYELENGGARAANSISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG RUPIAH

BABV

net outflow

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Kegiatan sistem pembayaran di Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 menunjukkan pertumbuhan seiring

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian pada

triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan

akt iv i tas s istem pembayaran nontunai yang

diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dibandingkan triwulan

sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal.

Pertumbuhan transaksi melalui kliring di Jawa Tengah

sejalan dengan pertumbuhan transaksi kliring secara

nasional.

Penyelesaian transaksi melalui SKNBI pada triwulan II

2016 menunjukkan pertumbuhan yang meningkat.

Penyelesaian transaksi pada periode pelaporan tercatat

sebesar 1.240.748 Data Keuangan Elektronik (DKE).

Secara tahunan, pertumbuhan transaksi kliring

mencatat peningkatan yang signifikan dari kontraksi

sebesar 5,74% (yoy) pada triwulan II 2015 atau sebesar

857.207 DKE menjadi tumbuh sebesar 44,74% (yoy)

pada triwulan berjalan dari sisi volume. Pertumbuhan

tahunan nilai transaksi yang dikliringkan juga mencatat

peningkatan yang signifikan sebesar 74,98% (yoy)

dibandingkan triwulan II 2015 yang mencatat

pertumbuhan negatif sebesar 0,76% (yoy) atau sebesar

Rp34,10 triliun.

Pertumbuhan pada periode triwulanan tercatat sebesar

8,09% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 17,70% (qtq) sebesar 1.147.860 DKE.

5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Pertumbuhan yang melambat juga terjadi pada nilai

transaksi kliring pada periode pelaporan menjadi

sebesar Rp59,66 triliun atau tumbuh sebesar 14,63%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

20,32% (qtq) atau sebesar Rp52,05 triliun. Perputaran

kliring triwulanan pada periode pelaporan tercatat

mengalami perbaikan dibandingkan triwulan II 2015

yang tumbuh negatif sebesar 0,98% (qtq) dari sisi

volume dibandingkan triwulan I 2015 yang mengalami

kontraksi sebesar 4,76% (qtq). Dari sisi nominal, nilai

transaksi yang diproses melalui SKNBI pada triwulan II

2015 tumbuh negatif sebesar 0,26% (qtq) lebih baik

dibandingkan pertumbuhan triwulanan sebelumnya

sebesar 8,31% (qtq).

Secara tahunan, volume DKE yang ditransaksikan

melalui kliring menunjukkan peningkatan sebesar

40,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya yang mencatatkan

pertumbuhan negat i f sebesar 7,28% (yoy) .

Pertumbuhan tahunan nominal transaksi kliring pada

periode laporan juga mengalami peningkatan

signifikan sebesar 69,43% (yoy), dibandingkan

triwulan I 2015 yang mencatat kontraksi sebesar

2,38% (yoy).

Pertumbuhan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut

sejalan dengan pertumbuhan konsumsi ritel yang

dikonfirmasi oleh peningkatan Indeks Penjualan Riil

(IPR) hasil dari Survei Penjualan Eceran (SPE). Pada

Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliringdan SBT SKDU

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

(50)

INDEKS%, YOY

PERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - VOLUMEPERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - NOMINALINDEKS KEYAKINAN KONSUMEN - SKALA KANANSALDO BERSIH TERTIMBANG SKDU - SKALA KANAN

Grafik 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring Hariandi Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

400

600

800

1,000 RP MILIAR RIBU TRANSAKSI

NOMINAL SKNBI VOLUME - SKALA KANAN

II 12

14

16

18

20

II -

50

100

150

200

25070

60

50

40

30

20

10

0

-10

93PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Kegiatan sistem pembayaran di Jawa Tengah pada

triwulan II 2016 menunjukkan pertumbuhan seiring

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian pada

triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan

akt iv i tas s istem pembayaran nontunai yang

diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dibandingkan triwulan

sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal.

Pertumbuhan transaksi melalui kliring di Jawa Tengah

sejalan dengan pertumbuhan transaksi kliring secara

nasional.

Penyelesaian transaksi melalui SKNBI pada triwulan II

2016 menunjukkan pertumbuhan yang meningkat.

Penyelesaian transaksi pada periode pelaporan tercatat

sebesar 1.240.748 Data Keuangan Elektronik (DKE).

Secara tahunan, pertumbuhan transaksi kliring

mencatat peningkatan yang signifikan dari kontraksi

sebesar 5,74% (yoy) pada triwulan II 2015 atau sebesar

857.207 DKE menjadi tumbuh sebesar 44,74% (yoy)

pada triwulan berjalan dari sisi volume. Pertumbuhan

tahunan nilai transaksi yang dikliringkan juga mencatat

peningkatan yang signifikan sebesar 74,98% (yoy)

dibandingkan triwulan II 2015 yang mencatat

pertumbuhan negatif sebesar 0,76% (yoy) atau sebesar

Rp34,10 triliun.

Pertumbuhan pada periode triwulanan tercatat sebesar

8,09% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 17,70% (qtq) sebesar 1.147.860 DKE.

5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Pertumbuhan yang melambat juga terjadi pada nilai

transaksi kliring pada periode pelaporan menjadi

sebesar Rp59,66 triliun atau tumbuh sebesar 14,63%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

20,32% (qtq) atau sebesar Rp52,05 triliun. Perputaran

kliring triwulanan pada periode pelaporan tercatat

mengalami perbaikan dibandingkan triwulan II 2015

yang tumbuh negatif sebesar 0,98% (qtq) dari sisi

volume dibandingkan triwulan I 2015 yang mengalami

kontraksi sebesar 4,76% (qtq). Dari sisi nominal, nilai

transaksi yang diproses melalui SKNBI pada triwulan II

2015 tumbuh negatif sebesar 0,26% (qtq) lebih baik

dibandingkan pertumbuhan triwulanan sebelumnya

sebesar 8,31% (qtq).

Secara tahunan, volume DKE yang ditransaksikan

melalui kliring menunjukkan peningkatan sebesar

40,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya yang mencatatkan

pertumbuhan negat i f sebesar 7,28% (yoy) .

Pertumbuhan tahunan nominal transaksi kliring pada

periode laporan juga mengalami peningkatan

signifikan sebesar 69,43% (yoy), dibandingkan

triwulan I 2015 yang mencatat kontraksi sebesar

2,38% (yoy).

Pertumbuhan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut

sejalan dengan pertumbuhan konsumsi ritel yang

dikonfirmasi oleh peningkatan Indeks Penjualan Riil

(IPR) hasil dari Survei Penjualan Eceran (SPE). Pada

Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliringdan SBT SKDU

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

(50)

INDEKS%, YOY

PERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - VOLUMEPERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - NOMINALINDEKS KEYAKINAN KONSUMEN - SKALA KANANSALDO BERSIH TERTIMBANG SKDU - SKALA KANAN

Grafik 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring Hariandi Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

400

600

800

1,000 RP MILIAR RIBU TRANSAKSI

NOMINAL SKNBI VOLUME - SKALA KANAN

II 12

14

16

18

20

II -

50

100

150

200

25070

60

50

40

30

20

10

0

-10

93PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI BerdasarkanDaerah Pengiriman

Grafik 5.4 Pangsa Nominal Transaksi SKNBI Berdasarkan Daerah Pengiriman

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

RP MILIAR

5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,00060,000

0

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

RIBU TRANSAKSI

-

200

400

600

800

1,000

1,200

II II

Perputaran kliring terbesar masih didominasi kota

Semarang dan Solo sebagai kota pusat perekonomian

di Jawa Tengah. Pangsa transaksi kliring terbesar secara

volume dan nominal masih dicatat kota Semarang yaitu

masing-masing sebesar 43,30% dan 42,88%.

Meskipun tercatat sebagai kota dengan pangsa

transaksi kliring terbesar, aktivitas kliring pada triwulan

laporan di kota Semarang menunjukkan penurunan

pangsa dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 43,77% dari sisi volume dan 44,44% dari sisi

nominal.

Daerah kedua di Jawa Tengah yang mencatatkan

pangsa transaksi kliring tertinggi adalah Solo dengan

pangsa volume sebesar 25,72% atau sedikit menurun

dibandingkan pangsa triwulan I 2016 sebesar 25,79%.

Sementara dari sisi nominal, pangsa perputaran kliring

di Solo sebesar 27,21% atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 26,77%. Perputaran

kliring di kota-kota lain memiliki pangsa masing-masing

kota dibawah 10%. Secara volume, kota-kota yang

mencatat peningkatan pangsa adalah Kudus,

Magelang, Pekalongan, dan Purworejo. Sedangkan

apabila dilihat dari sisi nominal, peningkatan pangsa

transaksi dicatat oleh kota Kudus, Magelang, dan

Pekalongan.

Perputaran kliring di Jawa Tengah pada triwulan

laporan masih didominasi oleh transaksi kliring debet

penyerahan berupa penyerahan cek dan bilyet giro

(BG). Jumlah rata-rata harian penarikan cek dan BG

kosong pada triwulan laporan mengalami penurunan

periode pelaporan, IPR tercatat sebesar 187,29

mengalami peningkatan 11,17 poin dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 176,12 serta meningkat

7,94 poin dibandingkan triwulan II 2015. Pertumbuhan

transaksi kliring juga dikonfirmasi oleh optimisme

kinerja dunia usaha juga yang tercermin dari Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) hasil dari Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU). Pada triwulan II 2016, SBT kegiatan

dunia usaha berada pada level 33,31%, lebih tinggi

daripada SBT triwulan I 2016 sebesar 6,72%, meskipun

tumbuh melambat dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya dengan SBT 36,80%. Peningkatan

kegiatan usaha pada triwulan berjalan, terjadi hampir

pada seluruh sektor ekonomi, terutama sektor ekonomi

utama di provinsi Jawa Tengah yaitu sektor Industri

Pengolahan serta Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(PHR).

Penerbitan Peraturan Bank Indonesia No.17/9/PBI/2015

tanggal 5 Juni 2015 perihal Penyelenggaraan Transfer

Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia yang

b e r l a k u e f e k t i f p e r 1 J a n u a r i 2 0 1 6 d a n

SE.No.17/35/DPSP tanggal 13 November 2015 perihal

Batas Nilai Nominal Transfer Dana melalui Sistem Bank

Indonesia – Real Time Gross Settlement dan Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia yang mengatur

penyempurnaan SKNBI Generasi I I khususnya

mengenai nilai nominal transaksi juga menjadi salah

satu pendorong peningkatan volume dan nilai transaksi

SKNBI yang cukup signifikan sejak Januari 2016. Dalam

peraturan tersebut, nilai nominal transaksi yang

diproses melalui SKNBI hingga 30 Juni 2016 tidak

dibatasi jumlahnya.

94 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 5.5 Perkembangan Rata-Rata Penarikan Cekdan Bilyet Giro Kosong Harian di Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

LEMBAR

6

7

8

9

10

11

12 RP MILIAR

VOLUME - SKALA KANANNOMINAL

II

360

320

280

240

200

dari sisi volume meskipun meningkat secara nominal

dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata cek dan

BG kosong yang dikliringkan per hari pada triwulan

laporan sebanyak 220 warkat per hari atau lebih rendah

12,35% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebanyak 252

warkat per hari. Sementara itu, nilai penarikan cek dan

BG kosong meningkat 6,22% (qtq) menjadi Rp8,83

miliar per hari dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp8,31 miliar per hari.

Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Semarang,

Solo, Purwokerto dan Tegal menunjukkan adanya

peningkatan net outflow dibandingkan triwulan

sebelumnya. Posisi net outflow menurun signifikan

mencapai 190,39% (qtq) menjadi Rp10,61 triliun pada

triwulan laporan dari triwulan sebelumnya yang

mencatat net inflow 1.213,35% (qtq) atau net inflow

sebesar Rp11,74 triliun. Posisi net outflow mencatat

pertumbuhan tahunan sebesar 564,75% (yoy) apabila

dibandingkan triwulan II 2015 yang mencatat

penurunan 57,35% (yoy) atau net inflow sebesar

Rp2,28 triliun.

Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia

(inflow) pada triwulan II 2016 sebesar Rp12,44 triliun,

lebih rendah 33,63% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp18,75 triliun. Sebaliknya, aliran

uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan dan

masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat

sebesar Rp23,06 triliun atau meningkat signifikan

sebesar 229,29% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp7,00 triliun.

Posisi net outflow yang tinggi pada periode laporan

sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh

peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke

perbankan/ masyarakat ke Bank Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan saat bulan Ramadhan dan Hari

Raya Idul Fitri, serta persiapan tahun ajaran baru

sekolah. Selain itu, kebutuhan uang tunai untuk

kegiatan konsumsi pemerintah maupun swasta juga

meningkat seiring dengan pencairan gaji ke-13 PNS

dan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR).

Secara tahunan, posisi inflow pada triwulan laporan

mengalami penurunan sebesar 16,52% (yoy)

dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh 4,18%

(yoy). Sementara posisi outflow mencatat peningkatan

sebesar 82,69% (yoy) dari pada triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang mencatat pertumbuhan

sebesar 41,00% (yoy). Secara spasial, aliran uang kartal

5.2. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah

Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Semarang,

Solo, Purwokerto dan Tegal menunjukkan adanya

peningkatan net outflow dibandingkan triwulan

sebelumnya. Posisi net outflow menurun signifikan

mencapai 190,39% (qtq) menjadi Rp10,61 triliun pada

triwulan laporan dari triwulan sebelumnya yang

mencatat net inflow 1.213,35% (qtq) atau net inflow

sebesar Rp11,74 triliun. Posisi net outflow mencatat

pertumbuhan tahunan sebesar 564,75% (yoy) apabila

dibandingkan triwulan II 2015 yang mencatat

penurunan 57,35% (yoy) atau net inflow sebesar

Rp2,28 triliun.

Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia

(inflow) pada triwulan II 2016 sebesar Rp12,44 triliun,

lebih rendah 33,63% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp18,75 triliun. Sebaliknya, aliran

uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan dan

masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat

sebesar Rp23,06 triliun atau meningkat signifikan

sebesar 229,29% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp7,00 triliun.

95PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI BerdasarkanDaerah Pengiriman

Grafik 5.4 Pangsa Nominal Transaksi SKNBI Berdasarkan Daerah Pengiriman

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

RP MILIAR

5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,00060,000

0

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

RIBU TRANSAKSI

-

200

400

600

800

1,000

1,200

II II

Perputaran kliring terbesar masih didominasi kota

Semarang dan Solo sebagai kota pusat perekonomian

di Jawa Tengah. Pangsa transaksi kliring terbesar secara

volume dan nominal masih dicatat kota Semarang yaitu

masing-masing sebesar 43,30% dan 42,88%.

Meskipun tercatat sebagai kota dengan pangsa

transaksi kliring terbesar, aktivitas kliring pada triwulan

laporan di kota Semarang menunjukkan penurunan

pangsa dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 43,77% dari sisi volume dan 44,44% dari sisi

nominal.

Daerah kedua di Jawa Tengah yang mencatatkan

pangsa transaksi kliring tertinggi adalah Solo dengan

pangsa volume sebesar 25,72% atau sedikit menurun

dibandingkan pangsa triwulan I 2016 sebesar 25,79%.

Sementara dari sisi nominal, pangsa perputaran kliring

di Solo sebesar 27,21% atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 26,77%. Perputaran

kliring di kota-kota lain memiliki pangsa masing-masing

kota dibawah 10%. Secara volume, kota-kota yang

mencatat peningkatan pangsa adalah Kudus,

Magelang, Pekalongan, dan Purworejo. Sedangkan

apabila dilihat dari sisi nominal, peningkatan pangsa

transaksi dicatat oleh kota Kudus, Magelang, dan

Pekalongan.

Perputaran kliring di Jawa Tengah pada triwulan

laporan masih didominasi oleh transaksi kliring debet

penyerahan berupa penyerahan cek dan bilyet giro

(BG). Jumlah rata-rata harian penarikan cek dan BG

kosong pada triwulan laporan mengalami penurunan

periode pelaporan, IPR tercatat sebesar 187,29

mengalami peningkatan 11,17 poin dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 176,12 serta meningkat

7,94 poin dibandingkan triwulan II 2015. Pertumbuhan

transaksi kliring juga dikonfirmasi oleh optimisme

kinerja dunia usaha juga yang tercermin dari Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) hasil dari Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU). Pada triwulan II 2016, SBT kegiatan

dunia usaha berada pada level 33,31%, lebih tinggi

daripada SBT triwulan I 2016 sebesar 6,72%, meskipun

tumbuh melambat dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya dengan SBT 36,80%. Peningkatan

kegiatan usaha pada triwulan berjalan, terjadi hampir

pada seluruh sektor ekonomi, terutama sektor ekonomi

utama di provinsi Jawa Tengah yaitu sektor Industri

Pengolahan serta Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(PHR).

Penerbitan Peraturan Bank Indonesia No.17/9/PBI/2015

tanggal 5 Juni 2015 perihal Penyelenggaraan Transfer

Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia yang

b e r l a k u e f e k t i f p e r 1 J a n u a r i 2 0 1 6 d a n

SE.No.17/35/DPSP tanggal 13 November 2015 perihal

Batas Nilai Nominal Transfer Dana melalui Sistem Bank

Indonesia – Real Time Gross Settlement dan Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia yang mengatur

penyempurnaan SKNBI Generasi I I khususnya

mengenai nilai nominal transaksi juga menjadi salah

satu pendorong peningkatan volume dan nilai transaksi

SKNBI yang cukup signifikan sejak Januari 2016. Dalam

peraturan tersebut, nilai nominal transaksi yang

diproses melalui SKNBI hingga 30 Juni 2016 tidak

dibatasi jumlahnya.

94 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Grafik 5.5 Perkembangan Rata-Rata Penarikan Cekdan Bilyet Giro Kosong Harian di Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

LEMBAR

6

7

8

9

10

11

12 RP MILIAR

VOLUME - SKALA KANANNOMINAL

II

360

320

280

240

200

dari sisi volume meskipun meningkat secara nominal

dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata cek dan

BG kosong yang dikliringkan per hari pada triwulan

laporan sebanyak 220 warkat per hari atau lebih rendah

12,35% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebanyak 252

warkat per hari. Sementara itu, nilai penarikan cek dan

BG kosong meningkat 6,22% (qtq) menjadi Rp8,83

miliar per hari dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp8,31 miliar per hari.

Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Semarang,

Solo, Purwokerto dan Tegal menunjukkan adanya

peningkatan net outflow dibandingkan triwulan

sebelumnya. Posisi net outflow menurun signifikan

mencapai 190,39% (qtq) menjadi Rp10,61 triliun pada

triwulan laporan dari triwulan sebelumnya yang

mencatat net inflow 1.213,35% (qtq) atau net inflow

sebesar Rp11,74 triliun. Posisi net outflow mencatat

pertumbuhan tahunan sebesar 564,75% (yoy) apabila

dibandingkan triwulan II 2015 yang mencatat

penurunan 57,35% (yoy) atau net inflow sebesar

Rp2,28 triliun.

Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia

(inflow) pada triwulan II 2016 sebesar Rp12,44 triliun,

lebih rendah 33,63% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp18,75 triliun. Sebaliknya, aliran

uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan dan

masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat

sebesar Rp23,06 triliun atau meningkat signifikan

sebesar 229,29% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp7,00 triliun.

Posisi net outflow yang tinggi pada periode laporan

sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh

peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke

perbankan/ masyarakat ke Bank Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan saat bulan Ramadhan dan Hari

Raya Idul Fitri, serta persiapan tahun ajaran baru

sekolah. Selain itu, kebutuhan uang tunai untuk

kegiatan konsumsi pemerintah maupun swasta juga

meningkat seiring dengan pencairan gaji ke-13 PNS

dan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR).

Secara tahunan, posisi inflow pada triwulan laporan

mengalami penurunan sebesar 16,52% (yoy)

dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh 4,18%

(yoy). Sementara posisi outflow mencatat peningkatan

sebesar 82,69% (yoy) dari pada triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang mencatat pertumbuhan

sebesar 41,00% (yoy). Secara spasial, aliran uang kartal

5.2. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah

Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Semarang,

Solo, Purwokerto dan Tegal menunjukkan adanya

peningkatan net outflow dibandingkan triwulan

sebelumnya. Posisi net outflow menurun signifikan

mencapai 190,39% (qtq) menjadi Rp10,61 triliun pada

triwulan laporan dari triwulan sebelumnya yang

mencatat net inflow 1.213,35% (qtq) atau net inflow

sebesar Rp11,74 triliun. Posisi net outflow mencatat

pertumbuhan tahunan sebesar 564,75% (yoy) apabila

dibandingkan triwulan II 2015 yang mencatat

penurunan 57,35% (yoy) atau net inflow sebesar

Rp2,28 triliun.

Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia

(inflow) pada triwulan II 2016 sebesar Rp12,44 triliun,

lebih rendah 33,63% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp18,75 triliun. Sebaliknya, aliran

uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan dan

masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat

sebesar Rp23,06 triliun atau meningkat signifikan

sebesar 229,29% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp7,00 triliun.

95PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartalmelalui Bank Indonesia di Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016 (20)

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30 RP TRILIUN

INFLOW OUTFLOW NET INFLOW/(OUTFLOW)

II

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

(2)

(1)

1

2

3

4

5

6 RP TRILIUN

II

(3)

(4)

Grafik 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang KartalBerdasarkan Wilayah

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL

masyarakat. Pemusnahan uang rupiah tidak layak edar

di Jawa Tengah pada triwulan laporan tumbuh negatif

sebesar 15,97% (qtq) sejalan dengan penurunan

inflow.

Sampai dengan triwulan laporan, jumlah uang palsu

yang ditemukan di Jawa Tengah sebanyak 13.902

lembar. Jumlah ini mengalami kenaikan 21,00%

dibandingkan semester I 2015 dengan temuan uang

palsu sebanyak 11.489 lembar. Mayoritas uang palsu

ditemukan di Semarang (45,78%), Solo (27,92%),

Purwokerto (13,48%), dan Tegal (12,81%). Secara

nominal, uang palsu yang paling banyak ditemukan

dalam pecahan Rp50.000 sebanyak 7.076 lembar

(50,90%), diikuti oleh pecahan Rp100.000 sebanyak

6.550 lembar (47,12%). Sedangkan uang palsu dalam

pecahan lainnya memiliki pangsa masing-masing

pecahan kurang dari 2%. Penemuan tersebut antara

lain berasal dari klarifikasi perbankan ke Bank Indonesia

(92,67%), hasil setoran bank (2,81%), serta setoran

masyarakat melalui loket penukaran (2,31%), temuan

kepolisian (2,20%), serta klarifikasi masyarakat ke Bank

Indonesia (0,01%).

melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Semarang,

Solo, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan mencatat

posisi net outflow. Kondisi net outflow tertinggi

terdapat di Semarang dan Solo mengingat peran kedua

kota tersebut sebagai kota pusat perekonomian di Jawa

Tengah.

Dalam rangka melaksanakan clean money policy,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Semarang, Solo,

Purwokerto dan Tegal secara rutin melakukan kegiatan

penarikan uang yang lusuh, cacat, sudah dicabut, dan

ditarik dari peredaran, untuk selanjutnya disortir dan

diganti dengan uang rupiah layak edar. Hal tersebut

dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan

meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke

Grafik 5.9 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL

LEMBAR

100,000 50,000 20,000 PECAHAN < 10.000

Grafik 5.10Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan Pecahan

100,000 50,000 20,000 PECAHAN 10.000<

47.13% 80.89% 1.13% 0.85%

7.000

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

-

Grafik 5.8 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

-

1

2

3

4

5

6

7 RP TRILIUN

PEMUSNAHAN % PEMUSNAHAN/INFLOW - SKALA KANAN

RASIO (%)

II -

10

20

30

40

50

60

96 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PEMBELIAN PENJUALAN PERTUMBUHAN TRANSAKSI - SKALA KANAN KUNJUNGAN WISMAN - SKALA KANAN

Grafik 5.11 Transaksi Penukaran Valuta Asingdan Kunjungan Wisatawan Asing di Jawa Tengah

Grafik 5.12 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkanmelalui KUPVA Bukan Bank di Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

RP MILIARRP MILIAR %, YOY

-

150

300

450

600

750

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

-

150

300

450

600

750

USD SGD MYR EUR JPY LAINNYA

II(80)

(40)

0

40

80

120

II

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 285,82

mi l iar. Transaks i penjualan juga mengalami

peningkatan sebesar 12,96% (qtq) menjadi Rp 335,30

miliar dari Rp 296,84 miliar pada triwulan sebelumnya.

Secara tahunan, transaksi pembelian dan penjualan

mencatat peningkatan masing-masing sebesar

11,88% (yoy) dan 12,88% (yoy).

5.3. Perkembangan Transaksi Penukaran Valuta Asing

Terdapat 26 penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran

Valuta Asing (KUPVA) Bukan Bank yang memiliki izin

dari Bank Indonesia di Jawa Tengah. Dari jumlah

tersebut, 55,55% (15 KUPVA) terdapat di wilayah kerja

KPwBI Provinsi Jawa Tengah, 18,52% (5 KUPVA) di

wilayah KPwBI Purwokerto, 14,82% (4 KUPVA) di

wilayah KPwBI Solo, dan 11,11% (3 KUPVA) di wilayah

KPwBI Tegal.

Nilai transaksi penukaran valuta asing melalui KUPVA

Bukan Bank tersebut pada triwulan pelaporan

mencapai Rp665,35 mi l iar atau mengalami

pertumbuhan sebesar 14,19% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,48% (qtq). Secara

tahunan, transaksi penukaran valuta asing mengalami

peningkatan sebesar 12,38% (yoy) dibandingkan

triwulan II 2015 yang tumbuh negative sebesar 5,18%

(yoy). Hal ini sejalan dengan perbaikan kunjungan

wisatawan asing ke Jawa Tengah yang meningkat

sebesar 9,49% (yoy). Wisatawan asing yang

berkunjung ke Jawa Tengah melalui Bandara Ahmad

Yani – Semarang maupun Bandara Adi Sumarmo – Solo

pada triwulan laporan tercatat sebesar 5.377

kunjungan, lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun lalu sebesar 4.911 kunjungan.

Apabila dibedakan berdasarkan jenis transaksi,

transaksi pembelian oleh KUPVA Bukan Bank mencapai

Rp 330,05 miliar atau meningkat 15,47% (qtq)

5.4. Perkembangan Akses Keuangan

Sebaran jaringan kantor bank umum pada triwulan II

2016 masih terpusat di kota-kota dengan aktivitas

perekonomian yang tinggi di Jawa Tengah, misalnya di

kota Semarang dengan pangsa jaringan kantor

perbankan sebesar 28% terhadap total jaringan kantor

perbankan di Jawa Tengah. Dalam rangka memperluas

jangkauan layanan keuangan hingga ke daerah

terpencil yang belum dilayani jaringan kantor

perbankan, Bank Indonesia melakukan inovasi dengan

menyelenggarakan Layanan Keuangan Digital (LKD).

LKD akan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk mendapatkan layanan keuangan dengan aman

dan biaya terjangkau, serta tanpa menggunakan

kantor cabang bank tradisional melalui agen

LKD.Hingga periode pelaporan, terdapat 7.548 agen

LKD mitra perbankan di wilayah kerja KPwBI Prov.

Jateng. Jumlah ini meningkat 27,67% dibandingkan

jumlah agen LKD pada akhir 2015 sebesar 5.912 agen

LKD.

97PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartalmelalui Bank Indonesia di Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016 (20)

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30 RP TRILIUN

INFLOW OUTFLOW NET INFLOW/(OUTFLOW)

II

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

(2)

(1)

1

2

3

4

5

6 RP TRILIUN

II

(3)

(4)

Grafik 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang KartalBerdasarkan Wilayah

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL

masyarakat. Pemusnahan uang rupiah tidak layak edar

di Jawa Tengah pada triwulan laporan tumbuh negatif

sebesar 15,97% (qtq) sejalan dengan penurunan

inflow.

Sampai dengan triwulan laporan, jumlah uang palsu

yang ditemukan di Jawa Tengah sebanyak 13.902

lembar. Jumlah ini mengalami kenaikan 21,00%

dibandingkan semester I 2015 dengan temuan uang

palsu sebanyak 11.489 lembar. Mayoritas uang palsu

ditemukan di Semarang (45,78%), Solo (27,92%),

Purwokerto (13,48%), dan Tegal (12,81%). Secara

nominal, uang palsu yang paling banyak ditemukan

dalam pecahan Rp50.000 sebanyak 7.076 lembar

(50,90%), diikuti oleh pecahan Rp100.000 sebanyak

6.550 lembar (47,12%). Sedangkan uang palsu dalam

pecahan lainnya memiliki pangsa masing-masing

pecahan kurang dari 2%. Penemuan tersebut antara

lain berasal dari klarifikasi perbankan ke Bank Indonesia

(92,67%), hasil setoran bank (2,81%), serta setoran

masyarakat melalui loket penukaran (2,31%), temuan

kepolisian (2,20%), serta klarifikasi masyarakat ke Bank

Indonesia (0,01%).

melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Semarang,

Solo, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan mencatat

posisi net outflow. Kondisi net outflow tertinggi

terdapat di Semarang dan Solo mengingat peran kedua

kota tersebut sebagai kota pusat perekonomian di Jawa

Tengah.

Dalam rangka melaksanakan clean money policy,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Semarang, Solo,

Purwokerto dan Tegal secara rutin melakukan kegiatan

penarikan uang yang lusuh, cacat, sudah dicabut, dan

ditarik dari peredaran, untuk selanjutnya disortir dan

diganti dengan uang rupiah layak edar. Hal tersebut

dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan

meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke

Grafik 5.9 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah

SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL

LEMBAR

100,000 50,000 20,000 PECAHAN < 10.000

Grafik 5.10Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan Pecahan

100,000 50,000 20,000 PECAHAN 10.000<

47.13% 80.89% 1.13% 0.85%

7.000

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

-

Grafik 5.8 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

-

1

2

3

4

5

6

7 RP TRILIUN

PEMUSNAHAN % PEMUSNAHAN/INFLOW - SKALA KANAN

RASIO (%)

II -

10

20

30

40

50

60

96 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PEMBELIAN PENJUALAN PERTUMBUHAN TRANSAKSI - SKALA KANAN KUNJUNGAN WISMAN - SKALA KANAN

Grafik 5.11 Transaksi Penukaran Valuta Asingdan Kunjungan Wisatawan Asing di Jawa Tengah

Grafik 5.12 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkanmelalui KUPVA Bukan Bank di Jawa Tengah

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

RP MILIARRP MILIAR %, YOY

-

150

300

450

600

750

II III IV2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I2015

II III IVI I2016

-

150

300

450

600

750

USD SGD MYR EUR JPY LAINNYA

II(80)

(40)

0

40

80

120

II

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 285,82

mi l iar. Transaks i penjualan juga mengalami

peningkatan sebesar 12,96% (qtq) menjadi Rp 335,30

miliar dari Rp 296,84 miliar pada triwulan sebelumnya.

Secara tahunan, transaksi pembelian dan penjualan

mencatat peningkatan masing-masing sebesar

11,88% (yoy) dan 12,88% (yoy).

5.3. Perkembangan Transaksi Penukaran Valuta Asing

Terdapat 26 penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran

Valuta Asing (KUPVA) Bukan Bank yang memiliki izin

dari Bank Indonesia di Jawa Tengah. Dari jumlah

tersebut, 55,55% (15 KUPVA) terdapat di wilayah kerja

KPwBI Provinsi Jawa Tengah, 18,52% (5 KUPVA) di

wilayah KPwBI Purwokerto, 14,82% (4 KUPVA) di

wilayah KPwBI Solo, dan 11,11% (3 KUPVA) di wilayah

KPwBI Tegal.

Nilai transaksi penukaran valuta asing melalui KUPVA

Bukan Bank tersebut pada triwulan pelaporan

mencapai Rp665,35 mi l iar atau mengalami

pertumbuhan sebesar 14,19% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,48% (qtq). Secara

tahunan, transaksi penukaran valuta asing mengalami

peningkatan sebesar 12,38% (yoy) dibandingkan

triwulan II 2015 yang tumbuh negative sebesar 5,18%

(yoy). Hal ini sejalan dengan perbaikan kunjungan

wisatawan asing ke Jawa Tengah yang meningkat

sebesar 9,49% (yoy). Wisatawan asing yang

berkunjung ke Jawa Tengah melalui Bandara Ahmad

Yani – Semarang maupun Bandara Adi Sumarmo – Solo

pada triwulan laporan tercatat sebesar 5.377

kunjungan, lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun lalu sebesar 4.911 kunjungan.

Apabila dibedakan berdasarkan jenis transaksi,

transaksi pembelian oleh KUPVA Bukan Bank mencapai

Rp 330,05 miliar atau meningkat 15,47% (qtq)

5.4. Perkembangan Akses Keuangan

Sebaran jaringan kantor bank umum pada triwulan II

2016 masih terpusat di kota-kota dengan aktivitas

perekonomian yang tinggi di Jawa Tengah, misalnya di

kota Semarang dengan pangsa jaringan kantor

perbankan sebesar 28% terhadap total jaringan kantor

perbankan di Jawa Tengah. Dalam rangka memperluas

jangkauan layanan keuangan hingga ke daerah

terpencil yang belum dilayani jaringan kantor

perbankan, Bank Indonesia melakukan inovasi dengan

menyelenggarakan Layanan Keuangan Digital (LKD).

LKD akan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk mendapatkan layanan keuangan dengan aman

dan biaya terjangkau, serta tanpa menggunakan

kantor cabang bank tradisional melalui agen

LKD.Hingga periode pelaporan, terdapat 7.548 agen

LKD mitra perbankan di wilayah kerja KPwBI Prov.

Jateng. Jumlah ini meningkat 27,67% dibandingkan

jumlah agen LKD pada akhir 2015 sebesar 5.912 agen

LKD.

97PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.14 Realitas Jumlah Agen LKDGrafik 5.13 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah

8.000

6.000

4.000

2.000

012 1 2 3 4 5 6

2015 2016

5912 6345 6737 6962 7356 7456 7548

98 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada triwulan II 2016 relatif membaik, antara lain tercermin dari persentase kemiskinan yang menurun serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang membaik.

KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

BABVI

Kondisi ketenagakerjaan Jawa Tengah pada triwulan II 2016 tidak mengalami perubahan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Angka kemiskinan Jawa Tengah pada Maret 2016 mengalami penurunan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu.

Nilai tukar petani pada triwulan laporan mengalami peningkatan sejalan dengan

perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Grafik 5.14 Realitas Jumlah Agen LKDGrafik 5.13 Sebaran Jaringan Kantor Bank di Jawa Tengah

8.000

6.000

4.000

2.000

012 1 2 3 4 5 6

2015 2016

5912 6345 6737 6962 7356 7456 7548

98 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada triwulan II 2016 relatif membaik, antara lain tercermin dari persentase kemiskinan yang menurun serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang membaik.

KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

BABVI

Kondisi ketenagakerjaan Jawa Tengah pada triwulan II 2016 tidak mengalami perubahan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Angka kemiskinan Jawa Tengah pada Maret 2016 mengalami penurunan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu.

Nilai tukar petani pada triwulan laporan mengalami peningkatan sejalan dengan

perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Jawa Tengah Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)

Sumber : BPS Jawa Tengah

STATUS PEKERJAN UTAMA

ANGKATAN KERJA

BEKERJA

PENGANGGURAN

BUKAN ANGKATAN KERJA

PENDUDUK USIA KERJA

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) %

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)%

PEKERJA TIDAK PENUH

SETENGAH PENGANGGUR

PARUH WAKTU

*Data diolah dari Sakernas 2013-2015

2014

Februari Agustus Februari

17,46

16,5

0,96

7,32

24,78

70,46

5,50

4,73

1,9

2,83

17,52

16,47

1,05

7,36

24,88

70,42

5,99

5,21

1,49

3,72

17,72

16,75

0,97

7,26

24,98

70,93

5,45

4,85

1,28

3,57

2013

Agustus

17,55

16,55

1

7,64

25,19

69,68

5,68

4,9

1,19

3,71

Februari

2015

18,29

17,32

0,97

7,05

25,34

72,19

5,31

4,91

1,18

3,73

Agustus

17,30

16,44

0,86

8,19

25,49

67,86

4,99

4,51

1,07

3,44

Februari

2016

17,91

17,16

0,75

7,72

25,63

69,89

4,20

4,97

1,23

3,74

Jumlah penduduk usia kerja di Jawa Tengah

mengalami peningkatan, mencerminkan potensi

ketersediaan tenaga kerja pada Februari 2016

yang meningkat dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Pada Februari 2016 jumlah

penduduk usia kerja Jawa Tengah sebesar 25,63 juta

orang, atau meningkat 1,14% dibandingkan dengan

Februari 2015 yang berjumlah 25,34 juta orang.

Kondisi ini mencerminkan besarnya potensi tenaga

kerja di Jawa Tengah dalam hal kuantitas penduduk

usia produktif.

Meski memiliki potensi penduduk usia produktif

yang besar, namun penduduk usia produktif yang

menjadi angkatan kerja menurun pada triwulan

laporan. Jumlah angkatan kerja menurun 2,08%

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, yaitu dari 18,29 juta orang menjadi

sebanyak 17,91 juta orang. Penurunan tersebut

terutama diakibatkan jumlah penduduk usia produktif

lebih banyak berada dalam kelompok bukan angkatan

kerja. Peningkatan penduduk pada kelompok tersebut

dapat disebabkan oleh banyaknya penduduk usia

produktif yang menunda untuk memasuki dunia kerja

dan lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan.

Fenomena ini tercermin dari perbaikan kualitas latar

6.1. Ketenagakerjaan

belakang pendidikan angkatan kerja dan tren

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Jawa Tengah yang terus terjadi dalam beberapa tahun

terakhir.

Tingkat pengangguran Jawa Tengah per Februari

2016 menunjukkan penurunan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu. Salah satu

faktor yang turut mendorong penurunan jumlah

pengangguran di Jawa Tengah pada triwulan laporan

adalah peningkatan jumlah penduduk yang masuk

dalam kategori bukan angkatan kerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada

triwulan laporan juga mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu. TPAK, yang mengindikasikan besarnya persentase

penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi,

mengalami penurunan dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. TPAK Jawa Tengah pada

Februari 2016 tercatat sebesar 69,89%, turun

dibandingkan Februari 2015 yang tercatat sebesar

72,19%. Namun demikian, TPAK Jawa Tengah

cenderung masih lebih baik dibandingkan dengan

nasional. TPAK nasional pada Februari 2016 tercatat

sebesar 68,06%.

101KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Jawa Tengah Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)

Sumber : BPS Jawa Tengah

STATUS PEKERJAN UTAMA

ANGKATAN KERJA

BEKERJA

PENGANGGURAN

BUKAN ANGKATAN KERJA

PENDUDUK USIA KERJA

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) %

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)%

PEKERJA TIDAK PENUH

SETENGAH PENGANGGUR

PARUH WAKTU

*Data diolah dari Sakernas 2013-2015

2014

Februari Agustus Februari

17,46

16,5

0,96

7,32

24,78

70,46

5,50

4,73

1,9

2,83

17,52

16,47

1,05

7,36

24,88

70,42

5,99

5,21

1,49

3,72

17,72

16,75

0,97

7,26

24,98

70,93

5,45

4,85

1,28

3,57

2013

Agustus

17,55

16,55

1

7,64

25,19

69,68

5,68

4,9

1,19

3,71

Februari

2015

18,29

17,32

0,97

7,05

25,34

72,19

5,31

4,91

1,18

3,73

Agustus

17,30

16,44

0,86

8,19

25,49

67,86

4,99

4,51

1,07

3,44

Februari

2016

17,91

17,16

0,75

7,72

25,63

69,89

4,20

4,97

1,23

3,74

Jumlah penduduk usia kerja di Jawa Tengah

mengalami peningkatan, mencerminkan potensi

ketersediaan tenaga kerja pada Februari 2016

yang meningkat dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Pada Februari 2016 jumlah

penduduk usia kerja Jawa Tengah sebesar 25,63 juta

orang, atau meningkat 1,14% dibandingkan dengan

Februari 2015 yang berjumlah 25,34 juta orang.

Kondisi ini mencerminkan besarnya potensi tenaga

kerja di Jawa Tengah dalam hal kuantitas penduduk

usia produktif.

Meski memiliki potensi penduduk usia produktif

yang besar, namun penduduk usia produktif yang

menjadi angkatan kerja menurun pada triwulan

laporan. Jumlah angkatan kerja menurun 2,08%

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, yaitu dari 18,29 juta orang menjadi

sebanyak 17,91 juta orang. Penurunan tersebut

terutama diakibatkan jumlah penduduk usia produktif

lebih banyak berada dalam kelompok bukan angkatan

kerja. Peningkatan penduduk pada kelompok tersebut

dapat disebabkan oleh banyaknya penduduk usia

produktif yang menunda untuk memasuki dunia kerja

dan lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan.

Fenomena ini tercermin dari perbaikan kualitas latar

6.1. Ketenagakerjaan

belakang pendidikan angkatan kerja dan tren

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Jawa Tengah yang terus terjadi dalam beberapa tahun

terakhir.

Tingkat pengangguran Jawa Tengah per Februari

2016 menunjukkan penurunan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu. Salah satu

faktor yang turut mendorong penurunan jumlah

pengangguran di Jawa Tengah pada triwulan laporan

adalah peningkatan jumlah penduduk yang masuk

dalam kategori bukan angkatan kerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada

triwulan laporan juga mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu. TPAK, yang mengindikasikan besarnya persentase

penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi,

mengalami penurunan dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. TPAK Jawa Tengah pada

Februari 2016 tercatat sebesar 69,89%, turun

dibandingkan Februari 2015 yang tercatat sebesar

72,19%. Namun demikian, TPAK Jawa Tengah

cenderung masih lebih baik dibandingkan dengan

nasional. TPAK nasional pada Februari 2016 tercatat

sebesar 68,06%.

101KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 120: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

LAPANGAN KERJAPENGHASILAN

Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan,dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang

Grafik 6.2

INDEKS

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

KEGIATAN USAHALAPANGAN KERJAPENGHASILAN

Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat IniGrafik 6.1

70

80

90

100

110

120

130

140 INDEKS

PESIMIS

OPTIMIS

PESIMIS

OPTIMIS

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

kegiatan usaha yang turun menjadi 139,0 menjadi

147,8.

Struktur lapangan pekerjaan tidak mengalami

perubahan. Sektor Pertanian masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa

Tengah. Pada Februari 2016, lapangan usaha tersebut

masih menyerap tenaga kerja sebanyak 5,16 juta orang

atau 30,07% dari total penduduk yang bekerja di Jawa

Tengah.

Namun demikian, jumlah penduduk yang bekerja di

lapangan usaha pertanian mengalami penurunan yang

cukup signifikan yakni sebesar 4,27% dibandingkan

dengan periode yang sama di tahun lalu. Penurunan ini

terutama berasal dari adanya persepsi rendahnya

kesejahteraan petani, tercermin dari NTP subsektor

tanaman pangan yang kerap berada di bawah 100

dalam 4 tahun terakhir. Selain itu, program mekanisasi

pertanian yang digalakkan oleh pemerintah juga

ditengarai merupakan sa lah satu penyebab

menurunnya jumlah penduduk yang bekerja di

lapangan usaha pertanian.

Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen

yang terkait dengan tenaga kerja. Konsumen

memandang kondisi ketenagakerjaan Jawa Tengah

triwulan II 2016 lebih baik dibandingkan dengan

triwulan I 2016. Hal tersebut tercermin dari hasil survei

konsumen di Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa

tingkat keyakinan konsumen Jawa Tengah terhadap

kondisi lapangan usaha saat ini cenderung meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat

keyakinan yang mengalami perbaikan tersebut sejalan

dengan kenaikan tingkat keyakinan konsumen

terhadap kondisi penghasilan saat ini.

Konsumen memandang kondisi lapangan kerja

pada 6 bulan yang akan datang lebih baik

dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terlihat

dari indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja

yang naik menjadi 126,1 dari sebelumnya 116,1.

Sementara itu, optimisme konsumen terhadap kondisi

penghasilan dan kondisi kegiatan usaha relatif

menurun. Ekspektasi penghasilan konsumen turun dari

sebelumnya 153,4 pada triwulan I 2016 menjadi 142,8

pada triwulan II 2016. Begitu pula dengan ekspektasi

102 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

STATUS PEKERJAN UTAMA

PERTANIAN

INDUSTRI

PERDAGANGAN

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL DAN PERORANGAN

LAINNYA**

TOTAL

2014

Februari Agustus Februari

5,05

3,31

3,76

2,14

2,19

16,45

5,17

3,11

3,69

2,51

1,99

16,47

5,19

3,31

3,72

2,15

2,38

16,75

2013

Agustus

5,17

3,17

3,72

2,19

2,3

16,55

Februari

2015

5,39

3,33

4,01

2,28

2,31

17,32

Agustus

4,71

3,27

3,80

2,08

2,58

16,44

Februari

2016

5,16

3,22

4,11

2,39

2,28

17,16

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja di Jawa Tengah Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (juta orang)

Sumber : BPS Jawa Tengah

*Data diolah dari Sakernas 2013-2015** Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha Persewaan

Perkembangan NTP Subsektor Tanaman Pangandalam 4 Tahun Terakhir

Grafik 6.3

92

94

96

98

100

102

104

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

III II III IV2012

90

Lapangan usaha perdagangan menempati posisi kedua

dengan menyerap 4,11 juta orang atau 23,95%

penduduk yang bekerja di Jawa Tengah. Sementara

lapangan usaha industri pengolahan menempati posisi

ketiga dengan menyerap 3,22 juta orang atau 18,76%

penduduk yang bekerja di Jawa Tengah.

Jenis pekerjaan yang dominan pada Februari 2016

adalah kelompok orang yang bekerja sebagai

buruh/karyawan/pegawai. Jumlah kelompok orang

yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai

mencapai 5,89 juta orang, mengalami penurunan

dibandingkan dengan Februari 2015 yang mencapai

6,09 juta orang. Hal ini mencerminkan banyaknya

jumlah pekerja di sektor formal. Data pada bulan

Februari 2016 mencatat jumlah pekerja sektor formal

Jawa Tengah sebanyak 6,43 juta orang atau 37,47%

dari jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut

mengalami penurunan dibandingkan dengan Februari

2015 yang tercatat sebesar 6,66 juta orang. Sejalan

dengan hal tersebut, jumlah pekerja di sektor informal

juga menurun. Jumlah pekerja yang berusaha sendiri

pada Februari 2016 tercatat sebanyak 2,86 juta orang,

atau menurun dibandingkan dengan Februari 2015

yang tercatat sebanyak 3,03 juta orang.

Jumlah pekerja waktu penuh Jawa Tengah

mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan

kinerja ekonomi Jawa Tengah triwulan I 2016 yang

melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu,

jumlah pekerja berwaktu penuh Jawa Tengah per

Februari 2016 tercatat sebanyak 12,19 juta orang atau

menurun dibandingkan dengan Februari 2015 yang

tercatat sebanyak 12,41 juta orang (Tabel 5.4).

Penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah pada periode

laporan sebesar 71,03% merupakan pekerja berwaktu

penuh (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja

pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Sementara

untuk jumlah pekerja berwaktu tidak penuh

mengalami peningkatan, yaitu dari 4,91 juta menjadi

4,97 juta orang pada periode yang sama.

Latar belakang pendidikan penduduk yang

bekerja di Jawa Tengah telah mengalami

perbaikan. Jumlah penduduk yang bekerja dengan

tingkat pendidikan SMP ke atas pada Februari 2016

tercatat sebanyak 8,24 juta orang atau meningkat

dibandingkan Februari 2015 yang tercatat sebanyak

7,93 juta orang. Sementara itu, jumlah penduduk yang

bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah pada

Februari 2016 tercatat sebanyak 8,92 juta orang atau

menurun dibandingkan Februari 2015 yang tercatat

sebanyak 9,39 juta orang. Hal ini menandakan bahwa

ketersediaan jumlah tenaga kerja dengan keterampilan

yang lebih tinggi di Jawa Tengah pada tahun 2016 telah

mengalami peningkatan. Hal ini diharapkan dapat

memenuhi permintaan tenaga kerja pada industri

pengolahan mengingat sejak tahun 2015 terjadi tren

relokasi usaha dari Jawa Barat dan Banten menuju Jawa

Tengah.

103KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

STATUS PEKERJAN UTAMA

BERUSAHA SENDIRI

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP

BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI

PEKERJA BEBAS

PEKERJA TAK DIBAYAR

TOTAL

1,

2,

3,

4,

5,

6,

2014

Februari Agustus Februari

2,81

2,93

0,57

5,43

2,48

2,29

16,51

2,66

3,34

0,54

5,15

2,02

2,76

16,47

2,82

2,93

0,62

5,74

2,29

2,36

16,76

2013

Agustus

2,86

3,19

0,64

5,25

2,18

2,43

16,55

Februari

2015

3,03

3,01

0,57

6,09

2,25

2,37

17,32

Agustus

2,68

2,94

0,58

5,71

2,34

2,19

16,44

Februari

2,86

3,35

0,54

5,89

2,20

2,32

17,16

2016

Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

* Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014** Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Page 121: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

LAPANGAN KERJAPENGHASILAN

Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan,dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang

Grafik 6.2

INDEKS

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

KEGIATAN USAHALAPANGAN KERJAPENGHASILAN

Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat IniGrafik 6.1

70

80

90

100

110

120

130

140 INDEKS

PESIMIS

OPTIMIS

PESIMIS

OPTIMIS

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

II

kegiatan usaha yang turun menjadi 139,0 menjadi

147,8.

Struktur lapangan pekerjaan tidak mengalami

perubahan. Sektor Pertanian masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa

Tengah. Pada Februari 2016, lapangan usaha tersebut

masih menyerap tenaga kerja sebanyak 5,16 juta orang

atau 30,07% dari total penduduk yang bekerja di Jawa

Tengah.

Namun demikian, jumlah penduduk yang bekerja di

lapangan usaha pertanian mengalami penurunan yang

cukup signifikan yakni sebesar 4,27% dibandingkan

dengan periode yang sama di tahun lalu. Penurunan ini

terutama berasal dari adanya persepsi rendahnya

kesejahteraan petani, tercermin dari NTP subsektor

tanaman pangan yang kerap berada di bawah 100

dalam 4 tahun terakhir. Selain itu, program mekanisasi

pertanian yang digalakkan oleh pemerintah juga

ditengarai merupakan sa lah satu penyebab

menurunnya jumlah penduduk yang bekerja di

lapangan usaha pertanian.

Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen

yang terkait dengan tenaga kerja. Konsumen

memandang kondisi ketenagakerjaan Jawa Tengah

triwulan II 2016 lebih baik dibandingkan dengan

triwulan I 2016. Hal tersebut tercermin dari hasil survei

konsumen di Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa

tingkat keyakinan konsumen Jawa Tengah terhadap

kondisi lapangan usaha saat ini cenderung meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat

keyakinan yang mengalami perbaikan tersebut sejalan

dengan kenaikan tingkat keyakinan konsumen

terhadap kondisi penghasilan saat ini.

Konsumen memandang kondisi lapangan kerja

pada 6 bulan yang akan datang lebih baik

dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terlihat

dari indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja

yang naik menjadi 126,1 dari sebelumnya 116,1.

Sementara itu, optimisme konsumen terhadap kondisi

penghasilan dan kondisi kegiatan usaha relatif

menurun. Ekspektasi penghasilan konsumen turun dari

sebelumnya 153,4 pada triwulan I 2016 menjadi 142,8

pada triwulan II 2016. Begitu pula dengan ekspektasi

102 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

STATUS PEKERJAN UTAMA

PERTANIAN

INDUSTRI

PERDAGANGAN

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL DAN PERORANGAN

LAINNYA**

TOTAL

2014

Februari Agustus Februari

5,05

3,31

3,76

2,14

2,19

16,45

5,17

3,11

3,69

2,51

1,99

16,47

5,19

3,31

3,72

2,15

2,38

16,75

2013

Agustus

5,17

3,17

3,72

2,19

2,3

16,55

Februari

2015

5,39

3,33

4,01

2,28

2,31

17,32

Agustus

4,71

3,27

3,80

2,08

2,58

16,44

Februari

2016

5,16

3,22

4,11

2,39

2,28

17,16

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja di Jawa Tengah Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (juta orang)

Sumber : BPS Jawa Tengah

*Data diolah dari Sakernas 2013-2015** Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha Persewaan

Perkembangan NTP Subsektor Tanaman Pangandalam 4 Tahun Terakhir

Grafik 6.3

92

94

96

98

100

102

104

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III IV I2016

III II III IV2012

90

Lapangan usaha perdagangan menempati posisi kedua

dengan menyerap 4,11 juta orang atau 23,95%

penduduk yang bekerja di Jawa Tengah. Sementara

lapangan usaha industri pengolahan menempati posisi

ketiga dengan menyerap 3,22 juta orang atau 18,76%

penduduk yang bekerja di Jawa Tengah.

Jenis pekerjaan yang dominan pada Februari 2016

adalah kelompok orang yang bekerja sebagai

buruh/karyawan/pegawai. Jumlah kelompok orang

yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai

mencapai 5,89 juta orang, mengalami penurunan

dibandingkan dengan Februari 2015 yang mencapai

6,09 juta orang. Hal ini mencerminkan banyaknya

jumlah pekerja di sektor formal. Data pada bulan

Februari 2016 mencatat jumlah pekerja sektor formal

Jawa Tengah sebanyak 6,43 juta orang atau 37,47%

dari jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut

mengalami penurunan dibandingkan dengan Februari

2015 yang tercatat sebesar 6,66 juta orang. Sejalan

dengan hal tersebut, jumlah pekerja di sektor informal

juga menurun. Jumlah pekerja yang berusaha sendiri

pada Februari 2016 tercatat sebanyak 2,86 juta orang,

atau menurun dibandingkan dengan Februari 2015

yang tercatat sebanyak 3,03 juta orang.

Jumlah pekerja waktu penuh Jawa Tengah

mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan

kinerja ekonomi Jawa Tengah triwulan I 2016 yang

melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu,

jumlah pekerja berwaktu penuh Jawa Tengah per

Februari 2016 tercatat sebanyak 12,19 juta orang atau

menurun dibandingkan dengan Februari 2015 yang

tercatat sebanyak 12,41 juta orang (Tabel 5.4).

Penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah pada periode

laporan sebesar 71,03% merupakan pekerja berwaktu

penuh (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja

pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Sementara

untuk jumlah pekerja berwaktu tidak penuh

mengalami peningkatan, yaitu dari 4,91 juta menjadi

4,97 juta orang pada periode yang sama.

Latar belakang pendidikan penduduk yang

bekerja di Jawa Tengah telah mengalami

perbaikan. Jumlah penduduk yang bekerja dengan

tingkat pendidikan SMP ke atas pada Februari 2016

tercatat sebanyak 8,24 juta orang atau meningkat

dibandingkan Februari 2015 yang tercatat sebanyak

7,93 juta orang. Sementara itu, jumlah penduduk yang

bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah pada

Februari 2016 tercatat sebanyak 8,92 juta orang atau

menurun dibandingkan Februari 2015 yang tercatat

sebanyak 9,39 juta orang. Hal ini menandakan bahwa

ketersediaan jumlah tenaga kerja dengan keterampilan

yang lebih tinggi di Jawa Tengah pada tahun 2016 telah

mengalami peningkatan. Hal ini diharapkan dapat

memenuhi permintaan tenaga kerja pada industri

pengolahan mengingat sejak tahun 2015 terjadi tren

relokasi usaha dari Jawa Barat dan Banten menuju Jawa

Tengah.

103KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

STATUS PEKERJAN UTAMA

BERUSAHA SENDIRI

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP

BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI

PEKERJA BEBAS

PEKERJA TAK DIBAYAR

TOTAL

1,

2,

3,

4,

5,

6,

2014

Februari Agustus Februari

2,81

2,93

0,57

5,43

2,48

2,29

16,51

2,66

3,34

0,54

5,15

2,02

2,76

16,47

2,82

2,93

0,62

5,74

2,29

2,36

16,76

2013

Agustus

2,86

3,19

0,64

5,25

2,18

2,43

16,55

Februari

2015

3,03

3,01

0,57

6,09

2,25

2,37

17,32

Agustus

2,68

2,94

0,58

5,71

2,34

2,19

16,44

Februari

2,86

3,35

0,54

5,89

2,20

2,32

17,16

2016

Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

* Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014** Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Page 122: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

INDEKS YANG DITERIMA PETANI (TANAMAN PANGAN) PDRB LAPANGAN USAHA PERTANIAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III

PDRB (RP MILIAR) INDEKS

IV25000

30000

35000

40000

45000

50000

Sumber: BPS Jawa Tengah

NTP dengan PDRB Lapangan usaha PertanianGrafik 6.4

I2016

II

103

102

101

100

99

98

97

96

95

Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

PENDIDIKAN

SD ke Bawah

SMP

SMA

DI/II/III dan Universitas

Total

*Data diolah dari Sakernas 2013-2015

2015*

Februari Agustus Februari

9,13

3,16

3,37

1,09

16,75

8,98

3,12

3,30

1,15

16,55

9,39

3,15

3,45

1,33

17,32

2014*

Agustus

8.61

3.16

3.4

1.27

16.44

2016

Februari

8,92

3,28

3,54

1,42

17,16

Angka pengangguran mengalami penurunan

pada Februari 2016 dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Jumlah pengangguran

pada Februari 2016 tercatat sebanyak 0,75 juta orang,

lebih rendah 22,68% dibandingkan dengan Februari

2015 yang berjumlah 0,97 juta orang. Berdasarkan

data tersebut, Provinsi Jawa Tengah menyumbang

10,68% dari total angka pengangguran nasional.

Sementara dilihat dari indikator Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT), Jawa Tengah mengalami penurunan,

yaitu dari 5,31% pada Februari 2015 menjadi 4,20% di

Februari 2016 (Tabel 5.1). Angka ini lebih rendah dari

TPT nasional yaitu sebesar 5,50%.

6.2. Pengangguran

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2016

meningkat dibandingkan triwulan I 2016.

Meskipun masih mencatatkan defisit, NTP pada

triwulan pelaporan sebesar 99,64, atau mengalami

perbaikan tipis dibanding triwulan lalu yang mencapai

99,40. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan lapangan

usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada

triwulan laporan yang membaik. Meskipun masih

mengalami kontraksi, lapangan usaha ini mencatatkan

6.3. Nilai Tukar Petani 16

perbaikan pertumbuhan menjadi -0,07% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan I 2016 yang tumbuh

-2,01% (yoy).

Peningkatan NTP Jawa Tengah pada triwulan II

2016 didorong oleh kenaikan indeks yang

diterima petani lebih tinggi dibandingkan

kenaikan indeks yang dibayarkan petani. Indeks

yang diterima petani meningkat 0,37%; naik dari

122,37 menjadi 122,82 pada triwulan laporan.

Sementara itu, indeks yang dibayarkan petani

meningkat 0,13%; dari sebelumnya 123,10 menjadi

123,26 pada triwulan II 2016. Perbaikan NTP ini

ditengarai akibat meningkatnya harga beberapa

komoditas sejalan dengan memasukinya bulan

Ramadhan, serta musim tanam bagi sebagian

komoditas pangan di Jawa Tengah.

Indeks yang diterima petani pada triwulan II 2016

lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2016. Secara

umum, indeks yang diterima petani meningkat, dengan

kenaikan paling besar pada subsektor tanaman

perkebunan rakyat yang naik 3,36%; dari 123,78 pada

triwulan I 2016 menjadi 127,94 pada triwulan laporan.

Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.

16.

104 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PENDUDUK YANG BEKERJA

PEKERJA TIDAK PENUH

SETENGAH PENGANGGUR

PEKERJA PARUH WAKTU

PEKERJA PENUH

TOTAL

2013

Februari Agustus

4,91

1,18

3,73

12,41

17,32

4,51

1,07

3,44

11,93

16,44

5,21

1,49

3,72

11,26

16,47

2015

Februari

* Data diolah dari Sakernas 2013-2015

Februari Agustus

4,85

1,28

3,57

11,90

16,75

4,90

1,19

3,71

11,65

16,55

2014

Februari

4,97

1,23

3,74

12,19

17,16

2016

Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

INDEKS

TOTAL TANAMAN PANGAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PETERNAKAN

HORTIKULTURAPERIKANAN

Sumber: BPS Jawa Tengah

Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa TengahGrafik 6.8

TOTAL TANAMAN BAHAN MAKANAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

HORTIKULTURAPERIKANAN

INDEKS

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

II III

Sumber: BPS Jawa Tengah

Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa TengahGrafik 6.7

90

95

100

105

110

115

120

125

130

IV90

95

100

105

110

115

120

125

130

I

2016

II I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

II III IV I

2016

II

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III

INDEKS

NILAI TUKAR PETANIINDEKS YANG DITERIMA PETANI (It) INDEKS YANG DIBAYAR PETANI (Ib)

IV95

100

105

110

115

120

125

130

I2016

Sumber: BPS Jawa Tengah

NTP Jawa Tengah dan Komponen PenyusunnyaGrafik 6.5

II

Sumber: BPS Jawa Tengah

NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa TengahGrafik 6.6

HORTIKULTURATOTAL PETERNAKAN TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PERIKANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III90

95

100

105

110

115 INDEKS

IV I2016

II

Peningkatan pada triwulan II 2016 juga terjadi pada

subsektor peternakan dan perikanan yang masing-

masing meningkat sebesar 0,65% dan 0,57%

dibandingkan triwulan lalu.

Namun demikian, terjadi penurunan indeks yang

diterima pada subsektor tanaman pangan dan

hortikultura. Indeks yang diterima pada subsektor

tanaman pangan yang turun sebesar 0,86% di tengah

kualitas beras yang menurun akibat cuaca hujan yang

relatif tinggi dengan pengaruh La Nina. Sementara itu,

indeks yang diterima pada subsektor hortikultura turun

sebesar 0,32% di tengah panen komoditas bumbu-

bumbuan. Tercukupinya pasokan ini sejalan dengan

rendahnya inflasi triwulan II 2016 yang berasal dari

komoditas hortikultura.

Sementara itu, indeks yang dibayar petani pada

triwulan II 2016 meningkat dibandingkan

triwulan lalu. Indeks yang dibayar petani meningkat

dengan peningkatan tertinggi berada pada subsektor

tanaman perkebunan yang naik 0,28% atau menjadi

123,98 dari sebelumnya 123,63 pada triwulan lalu.

Data historis menunjukkan bahwa indeks yang dibayar

petani mengalami tren peningkatan secara persisten.

Namun demikian, subsektor peternakan dan

perikanan mencatatkan penurunan indeks yang

dibayarkan petani. Indeks yang dibayarkan petani

pada subsektor peternakan dan subsektor perikanan

masing-masing turun sebesar 0,02% dan 0,19%

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kemampuan produksi petani pada periode

laporan tercatat mengalami peningkatan.

Kemampuan produksi petani yang tercermin dari Nilai 17Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada

triwulan II 2016 mengalami kenaikan, yakni menjadi

106,16 dari sebelumnya 106,05 pada triwulan I 2016.

Kenaikan NTUP pada triwulan laporan terutama

didorong oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat

yang naik sebesar 2,87% pada triwulan laporan

menjadi 111,07 dari sebelumnya 107,97.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dimana komponen indeks yang dibayar hanya terdiri dari biaya produksi dan penambahan barang modal.

17.

105KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 123: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

INDEKS YANG DITERIMA PETANI (TANAMAN PANGAN) PDRB LAPANGAN USAHA PERTANIAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III

PDRB (RP MILIAR) INDEKS

IV25000

30000

35000

40000

45000

50000

Sumber: BPS Jawa Tengah

NTP dengan PDRB Lapangan usaha PertanianGrafik 6.4

I2016

II

103

102

101

100

99

98

97

96

95

Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

PENDIDIKAN

SD ke Bawah

SMP

SMA

DI/II/III dan Universitas

Total

*Data diolah dari Sakernas 2013-2015

2015*

Februari Agustus Februari

9,13

3,16

3,37

1,09

16,75

8,98

3,12

3,30

1,15

16,55

9,39

3,15

3,45

1,33

17,32

2014*

Agustus

8.61

3.16

3.4

1.27

16.44

2016

Februari

8,92

3,28

3,54

1,42

17,16

Angka pengangguran mengalami penurunan

pada Februari 2016 dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Jumlah pengangguran

pada Februari 2016 tercatat sebanyak 0,75 juta orang,

lebih rendah 22,68% dibandingkan dengan Februari

2015 yang berjumlah 0,97 juta orang. Berdasarkan

data tersebut, Provinsi Jawa Tengah menyumbang

10,68% dari total angka pengangguran nasional.

Sementara dilihat dari indikator Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT), Jawa Tengah mengalami penurunan,

yaitu dari 5,31% pada Februari 2015 menjadi 4,20% di

Februari 2016 (Tabel 5.1). Angka ini lebih rendah dari

TPT nasional yaitu sebesar 5,50%.

6.2. Pengangguran

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2016

meningkat dibandingkan triwulan I 2016.

Meskipun masih mencatatkan defisit, NTP pada

triwulan pelaporan sebesar 99,64, atau mengalami

perbaikan tipis dibanding triwulan lalu yang mencapai

99,40. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan lapangan

usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada

triwulan laporan yang membaik. Meskipun masih

mengalami kontraksi, lapangan usaha ini mencatatkan

6.3. Nilai Tukar Petani 16

perbaikan pertumbuhan menjadi -0,07% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan I 2016 yang tumbuh

-2,01% (yoy).

Peningkatan NTP Jawa Tengah pada triwulan II

2016 didorong oleh kenaikan indeks yang

diterima petani lebih tinggi dibandingkan

kenaikan indeks yang dibayarkan petani. Indeks

yang diterima petani meningkat 0,37%; naik dari

122,37 menjadi 122,82 pada triwulan laporan.

Sementara itu, indeks yang dibayarkan petani

meningkat 0,13%; dari sebelumnya 123,10 menjadi

123,26 pada triwulan II 2016. Perbaikan NTP ini

ditengarai akibat meningkatnya harga beberapa

komoditas sejalan dengan memasukinya bulan

Ramadhan, serta musim tanam bagi sebagian

komoditas pangan di Jawa Tengah.

Indeks yang diterima petani pada triwulan II 2016

lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2016. Secara

umum, indeks yang diterima petani meningkat, dengan

kenaikan paling besar pada subsektor tanaman

perkebunan rakyat yang naik 3,36%; dari 123,78 pada

triwulan I 2016 menjadi 127,94 pada triwulan laporan.

Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.

16.

104 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PENDUDUK YANG BEKERJA

PEKERJA TIDAK PENUH

SETENGAH PENGANGGUR

PEKERJA PARUH WAKTU

PEKERJA PENUH

TOTAL

2013

Februari Agustus

4,91

1,18

3,73

12,41

17,32

4,51

1,07

3,44

11,93

16,44

5,21

1,49

3,72

11,26

16,47

2015

Februari

* Data diolah dari Sakernas 2013-2015

Februari Agustus

4,85

1,28

3,57

11,90

16,75

4,90

1,19

3,71

11,65

16,55

2014

Februari

4,97

1,23

3,74

12,19

17,16

2016

Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

INDEKS

TOTAL TANAMAN PANGAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PETERNAKAN

HORTIKULTURAPERIKANAN

Sumber: BPS Jawa Tengah

Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa TengahGrafik 6.8

TOTAL TANAMAN BAHAN MAKANAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

HORTIKULTURAPERIKANAN

INDEKS

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

II III

Sumber: BPS Jawa Tengah

Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa TengahGrafik 6.7

90

95

100

105

110

115

120

125

130

IV90

95

100

105

110

115

120

125

130

I

2016

II I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

II III IV I

2016

II

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III

INDEKS

NILAI TUKAR PETANIINDEKS YANG DITERIMA PETANI (It) INDEKS YANG DIBAYAR PETANI (Ib)

IV95

100

105

110

115

120

125

130

I2016

Sumber: BPS Jawa Tengah

NTP Jawa Tengah dan Komponen PenyusunnyaGrafik 6.5

II

Sumber: BPS Jawa Tengah

NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa TengahGrafik 6.6

HORTIKULTURATOTAL PETERNAKAN TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PERIKANAN

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III90

95

100

105

110

115 INDEKS

IV I2016

II

Peningkatan pada triwulan II 2016 juga terjadi pada

subsektor peternakan dan perikanan yang masing-

masing meningkat sebesar 0,65% dan 0,57%

dibandingkan triwulan lalu.

Namun demikian, terjadi penurunan indeks yang

diterima pada subsektor tanaman pangan dan

hortikultura. Indeks yang diterima pada subsektor

tanaman pangan yang turun sebesar 0,86% di tengah

kualitas beras yang menurun akibat cuaca hujan yang

relatif tinggi dengan pengaruh La Nina. Sementara itu,

indeks yang diterima pada subsektor hortikultura turun

sebesar 0,32% di tengah panen komoditas bumbu-

bumbuan. Tercukupinya pasokan ini sejalan dengan

rendahnya inflasi triwulan II 2016 yang berasal dari

komoditas hortikultura.

Sementara itu, indeks yang dibayar petani pada

triwulan II 2016 meningkat dibandingkan

triwulan lalu. Indeks yang dibayar petani meningkat

dengan peningkatan tertinggi berada pada subsektor

tanaman perkebunan yang naik 0,28% atau menjadi

123,98 dari sebelumnya 123,63 pada triwulan lalu.

Data historis menunjukkan bahwa indeks yang dibayar

petani mengalami tren peningkatan secara persisten.

Namun demikian, subsektor peternakan dan

perikanan mencatatkan penurunan indeks yang

dibayarkan petani. Indeks yang dibayarkan petani

pada subsektor peternakan dan subsektor perikanan

masing-masing turun sebesar 0,02% dan 0,19%

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kemampuan produksi petani pada periode

laporan tercatat mengalami peningkatan.

Kemampuan produksi petani yang tercermin dari Nilai 17Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada

triwulan II 2016 mengalami kenaikan, yakni menjadi

106,16 dari sebelumnya 106,05 pada triwulan I 2016.

Kenaikan NTUP pada triwulan laporan terutama

didorong oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat

yang naik sebesar 2,87% pada triwulan laporan

menjadi 111,07 dari sebelumnya 107,97.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dimana komponen indeks yang dibayar hanya terdiri dari biaya produksi dan penambahan barang modal.

17.

105KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 124: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 6.6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

SUBSEKTOR

TANAMAN PANGAN

HORTIKULTURA

TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

PETERNAKAN

PERIKANAN

TOTALSumber : BPS Jawa Tengah

I - 2015 II - 2015 III - 2015

106,68

102,91

103,71

109,24

103,92

104,99

97,5

102,83

105,4

109,08

106,17

103,09

103,73

104,49

106,87

113,60

109,31

107,00

IV - 2015

106,24

107,76

108,6

109,88

109,46

107,95

I - 2016

101,17

107,43

107,97

109,64

111,26

106,05

II - 2016

99.83

106.84

111.07

110.44

112.06

106.16

%Perubahan

-1.32

-0.55

2.87

0.73

0.72

0.10

nasional mengalami penurunan sebesar 580 ribu jiwa

dibandingkan Maret 2015 menjadi 28,01 juta jiwa dari

total penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Tengah pada

triwulan pelaporan menyumbang 16,09% dari total

penduduk miskin nasional, meningkat dibandingkan

sumbangan pada bulan Maret 2015 sebesar 16,01%.

Penurunan angka kemiskinan pada Maret 2016

terutama didorong oleh penurunan jumlah

penduduk miskin di daerah pedesaan. Apabila

dibandingkan dengan periode Maret 2015, jumlah

penduduk miskin di pedesaan turun sebesar 2,07%

atau setara dengan 57 ribu orang. Sementara di

perkotaan, jumlah penduduk miskin juga turun sebesar

0,72% atau setara dengan 13 ribu orang. Jumlah

penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2016

mencapai 2.683 ribu jiwa sedangkan di perkotaan

mencapai 1.824 ribu jiwa.

18 Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan garis kemiskinan pedesaan. Berdasarkan

pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan

dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam

periode yang sama tercatat mengalami penurunan

tahunan signifikan sebesar 28,01% dari Rp299.011 per

kapita/bulan pada Maret 2015 menjadi Rp215.269 per

kapita/bulan pada Maret 2016. Sementara itu, garis

kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan

sebesar 7,52%, dari Rp296.864 per kapita/bulan pada

Maret 2015 menjadi Rp319.188 per kapita/bulan pada

Maret 2016.

Angka kemiskinan Jawa Tengah pada Maret 2016

mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan

Jawa Tengah per Maret 2016 menurun secara nominal,

yaitu sebanyak 4.507 ribu jiwa dari 4.577 ribu jiwa pada

periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Jawa

Tengah mengalami penurunan secara persentase

menjadi 13,27% dari jumlah penduduk Jawa Tengah,

menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yaitu 13,58% dari jumlah penduduk. Penurunan

persentase jumlah penduduk miskin tersebut terutama

didorong oleh penurunan jumlah penduduk miskin

yang berada di pedesaan, dari 2.740 ribu jiwa pada

Maret 2015 menjadi 2.683 ribu pada Maret 2016.

Sejalan dengan hal tersebut, jumlah penduduk miskin

yang ada di perkotaan juga mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,

dari 1.837 ribu jiwa pada Maret 2015 menjadi 1.824

ribu pada Maret 2016.

Sejalan dengan Provinsi Jawa Tengah, angka

kemiskinan di tingkat nasional mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu. Jumlah penduduk miskin di tingkat

6.4. Tingkat Kemiskinan

RIBU ORANG

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

2011 MAR-12 SEP-12 MAR-13 SEP-13 MAR-14 SEP-14 MAR-15 SEP-15

%

KOTA KOTA+DESADESADESA (%) - SKALA KANAN KOTA (%) - SKALA KANAN KOTA+DESA (%) - SKALA KANAN

Sumber : BPS, diolah

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa TengahTahun 2011-2015 (ribuan orang)

Grafik 6.9.

MAR-16

106 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

19

17

15

13

11

9

7

5

2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 6.10. Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

INDEKS

Sumber : BPS Nasional

JAWA TENGAH NASIONAL

70

69

68

67

66

65

64

2015

Tabel 6.7. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2011-September 2015 (Rupiah)

Sumber : BPS, diolah

GARIS KEMISKINAN

Kota

Desa

Kota & Desa

2011 Sept 2012Mar 2012

222.430

198.814

209.611

234.799

211.823

222.327

245.817

223.622

233.769

1.

2.

3.

Sept 2013Mar 2013

254.801

235.202

244.161

268.397

256.368

261.881

Mar 2014

279.036

267.991

273.056

Sep 2014

286.014

277.802

281.750

Mar 2015

299,011

296,864

297,851

2010

205,606

179,982

192,435

Sep 2015

308,163

310,295

309,314

Mar 2016

215,269

319,188

317,348

Secara keseluruhan, garis kemiskinan kota dan desa

meningkat 6,55% dari Rp297.851 per kapita/bulan

pada Maret 2015 menjadi Rp317.348 per kapita/bulan

pada Maret 2016. Kenaikan garis kemiskinan dapat

meningkatkan jumlah penduduk miskin. Penduduk

yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di

bawah garis kemiskinan akan digolongkan menjadi

penduduk miskin.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa

Tengah mengalami tren peningkatan dari tahun

ke tahun. Pada tahun 2015, IPM Jawa Tengah tercatat

sebesar 69,49, meningkat dibanding tahun

sebelumnya yang sebesar 68,78. Angka IPM Jawa

Tengah ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan

IPM nasional. Data IPM nasional pada tahun 2015

sebesar 69,55 meningkat dari periode sebelumnya,

yaitu sebesar 68,90.

Data IPM mengacu pada indeks yang dihitung dengan

menggunakan metode perhitungan IPM standar tahun

2010. Terdapat satu komponen tambahan yang turut

diperhitungkan pada dimensi pendidikan, yakni

harapan lama sekolah. Sementara itu, komponen yang

diperhitungkan pada dimensi standar hidup diubah

menjadi Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita, dari

6.5. Pembangunan Manusiasebelumnya Produk Domestik (PDB) per kapita. Metode

agregasi indeks juga mengalami perubahan dari rata-

rata hitung pada IPM standar perhitungan tahun 2000

menjadi rata-rata ukur/geometrik pada IPM standar

perhitungan tahun 2010.

Dengan demikian, komponen pada IPM standar

perhitungan tahun 2010 secara keseluruhan terdiri

dari:

a.

b.

c.

Kesehatan: Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH)

Pendidikan: i) Harapan Lama Sekolah (HLS) dan ii)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Standar Hidup: PNB per kapita

Ditinjau dari komponennya, peningkatan terjadi di

seluruh komponen, baik kesehatan, pendidikan,

maupun standar hidup.

Tabel 6.8. IPM Jawa Tengah Menurut Komponen (2010-2015)

KOMPONEN

ANGKA HARAPAN HIDUP SAAT LAHIR (AHH)

HARAPAN LAMA SEKOLAH (HLS)

RATA-RATA LAMA SEKOLAH (RLS)

PENGELUARAN PERKAPITA DISESUAIKAN

IPM

PERTUMBUHAN IPM

SATUAN2010

TAHUN

TAHUN

TAHUN

0

%

72,73

11,09

6,71

Rp8.992

66,08

72,91

11,18

6,74

Rp9.296

66,64

0,84

73,09

11,39

6,77

Rp9.497

6721

0,86

73,28

11,89

6,8

Rp9.618

68,02

1,21

73,88

12,17

6,93

Rp9.640

68,78

1,12

73,96

12,38

7,03

Rp9.930

69,49

1,04

2011 2012 2013 2014 2015

107KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 125: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tabel 6.6. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

SUBSEKTOR

TANAMAN PANGAN

HORTIKULTURA

TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

PETERNAKAN

PERIKANAN

TOTALSumber : BPS Jawa Tengah

I - 2015 II - 2015 III - 2015

106,68

102,91

103,71

109,24

103,92

104,99

97,5

102,83

105,4

109,08

106,17

103,09

103,73

104,49

106,87

113,60

109,31

107,00

IV - 2015

106,24

107,76

108,6

109,88

109,46

107,95

I - 2016

101,17

107,43

107,97

109,64

111,26

106,05

II - 2016

99.83

106.84

111.07

110.44

112.06

106.16

%Perubahan

-1.32

-0.55

2.87

0.73

0.72

0.10

nasional mengalami penurunan sebesar 580 ribu jiwa

dibandingkan Maret 2015 menjadi 28,01 juta jiwa dari

total penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Tengah pada

triwulan pelaporan menyumbang 16,09% dari total

penduduk miskin nasional, meningkat dibandingkan

sumbangan pada bulan Maret 2015 sebesar 16,01%.

Penurunan angka kemiskinan pada Maret 2016

terutama didorong oleh penurunan jumlah

penduduk miskin di daerah pedesaan. Apabila

dibandingkan dengan periode Maret 2015, jumlah

penduduk miskin di pedesaan turun sebesar 2,07%

atau setara dengan 57 ribu orang. Sementara di

perkotaan, jumlah penduduk miskin juga turun sebesar

0,72% atau setara dengan 13 ribu orang. Jumlah

penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2016

mencapai 2.683 ribu jiwa sedangkan di perkotaan

mencapai 1.824 ribu jiwa.

18 Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan garis kemiskinan pedesaan. Berdasarkan

pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan

dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam

periode yang sama tercatat mengalami penurunan

tahunan signifikan sebesar 28,01% dari Rp299.011 per

kapita/bulan pada Maret 2015 menjadi Rp215.269 per

kapita/bulan pada Maret 2016. Sementara itu, garis

kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan

sebesar 7,52%, dari Rp296.864 per kapita/bulan pada

Maret 2015 menjadi Rp319.188 per kapita/bulan pada

Maret 2016.

Angka kemiskinan Jawa Tengah pada Maret 2016

mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan

Jawa Tengah per Maret 2016 menurun secara nominal,

yaitu sebanyak 4.507 ribu jiwa dari 4.577 ribu jiwa pada

periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Jawa

Tengah mengalami penurunan secara persentase

menjadi 13,27% dari jumlah penduduk Jawa Tengah,

menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yaitu 13,58% dari jumlah penduduk. Penurunan

persentase jumlah penduduk miskin tersebut terutama

didorong oleh penurunan jumlah penduduk miskin

yang berada di pedesaan, dari 2.740 ribu jiwa pada

Maret 2015 menjadi 2.683 ribu pada Maret 2016.

Sejalan dengan hal tersebut, jumlah penduduk miskin

yang ada di perkotaan juga mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,

dari 1.837 ribu jiwa pada Maret 2015 menjadi 1.824

ribu pada Maret 2016.

Sejalan dengan Provinsi Jawa Tengah, angka

kemiskinan di tingkat nasional mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu. Jumlah penduduk miskin di tingkat

6.4. Tingkat Kemiskinan

RIBU ORANG

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

2011 MAR-12 SEP-12 MAR-13 SEP-13 MAR-14 SEP-14 MAR-15 SEP-15

%

KOTA KOTA+DESADESADESA (%) - SKALA KANAN KOTA (%) - SKALA KANAN KOTA+DESA (%) - SKALA KANAN

Sumber : BPS, diolah

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa TengahTahun 2011-2015 (ribuan orang)

Grafik 6.9.

MAR-16

106 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

19

17

15

13

11

9

7

5

2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 6.10. Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

INDEKS

Sumber : BPS Nasional

JAWA TENGAH NASIONAL

70

69

68

67

66

65

64

2015

Tabel 6.7. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2011-September 2015 (Rupiah)

Sumber : BPS, diolah

GARIS KEMISKINAN

Kota

Desa

Kota & Desa

2011 Sept 2012Mar 2012

222.430

198.814

209.611

234.799

211.823

222.327

245.817

223.622

233.769

1.

2.

3.

Sept 2013Mar 2013

254.801

235.202

244.161

268.397

256.368

261.881

Mar 2014

279.036

267.991

273.056

Sep 2014

286.014

277.802

281.750

Mar 2015

299,011

296,864

297,851

2010

205,606

179,982

192,435

Sep 2015

308,163

310,295

309,314

Mar 2016

215,269

319,188

317,348

Secara keseluruhan, garis kemiskinan kota dan desa

meningkat 6,55% dari Rp297.851 per kapita/bulan

pada Maret 2015 menjadi Rp317.348 per kapita/bulan

pada Maret 2016. Kenaikan garis kemiskinan dapat

meningkatkan jumlah penduduk miskin. Penduduk

yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di

bawah garis kemiskinan akan digolongkan menjadi

penduduk miskin.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa

Tengah mengalami tren peningkatan dari tahun

ke tahun. Pada tahun 2015, IPM Jawa Tengah tercatat

sebesar 69,49, meningkat dibanding tahun

sebelumnya yang sebesar 68,78. Angka IPM Jawa

Tengah ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan

IPM nasional. Data IPM nasional pada tahun 2015

sebesar 69,55 meningkat dari periode sebelumnya,

yaitu sebesar 68,90.

Data IPM mengacu pada indeks yang dihitung dengan

menggunakan metode perhitungan IPM standar tahun

2010. Terdapat satu komponen tambahan yang turut

diperhitungkan pada dimensi pendidikan, yakni

harapan lama sekolah. Sementara itu, komponen yang

diperhitungkan pada dimensi standar hidup diubah

menjadi Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita, dari

6.5. Pembangunan Manusiasebelumnya Produk Domestik (PDB) per kapita. Metode

agregasi indeks juga mengalami perubahan dari rata-

rata hitung pada IPM standar perhitungan tahun 2000

menjadi rata-rata ukur/geometrik pada IPM standar

perhitungan tahun 2010.

Dengan demikian, komponen pada IPM standar

perhitungan tahun 2010 secara keseluruhan terdiri

dari:

a.

b.

c.

Kesehatan: Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH)

Pendidikan: i) Harapan Lama Sekolah (HLS) dan ii)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Standar Hidup: PNB per kapita

Ditinjau dari komponennya, peningkatan terjadi di

seluruh komponen, baik kesehatan, pendidikan,

maupun standar hidup.

Tabel 6.8. IPM Jawa Tengah Menurut Komponen (2010-2015)

KOMPONEN

ANGKA HARAPAN HIDUP SAAT LAHIR (AHH)

HARAPAN LAMA SEKOLAH (HLS)

RATA-RATA LAMA SEKOLAH (RLS)

PENGELUARAN PERKAPITA DISESUAIKAN

IPM

PERTUMBUHAN IPM

SATUAN2010

TAHUN

TAHUN

TAHUN

0

%

72,73

11,09

6,71

Rp8.992

66,08

72,91

11,18

6,74

Rp9.296

66,64

0,84

73,09

11,39

6,77

Rp9.497

6721

0,86

73,28

11,89

6,8

Rp9.618

68,02

1,21

73,88

12,17

6,93

Rp9.640

68,78

1,12

73,96

12,38

7,03

Rp9.930

69,49

1,04

2011 2012 2013 2014 2015

107KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 126: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di

Jawa Tengah pada Maret 2016 mengalami

penurunan. Hal ini tercermin dari koefisien Gini yang

mengukur ketimpangan distribusi pendapatan melalui

pengukuran yang berkisar antara 0 sampai 1. Apabila

koefisien Gini bernilai 0 berarti terjadi pemerataan

sempurna di dalam suatu daerah, sedangkan apabila

bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna.

Pada Maret 2016, Koefisien Gini Jawa Tengah

tercatat sebesar 0,37; lebih rendah dibandingkan

periode tahun sebelumnya yang sebesar 0,38. Hal

in i mengindikas ikan t idak ada peningkatan

ketimpangan di Jawa Tengah. Apabila dibandingkan

dengan nasional, koefisien Gini Jawa Tengah ini lebih

6.6. Pemerataan Penduduk

2010

Grafik 6.11. Perkembangan Koefisien Gini Jawa Tengah dan Nasional

INDEKS

Sumber : BPS, diolah

JAWA TENGAH NASIONAL

0,42

0,40

0,38

0,36

0,34

0,32

0,30

2011 2012 2013 MAR-15 SEP-15 MAR-162014

Grafik 6.12. Perkembangan Koefisien Gini Berdasarkan Wilayah

INDEKS

Sumber : BPS, diolah

0,44

0,42

0,40

0,38

0,36

0,34

0,32

0,30PERKOTAAN PERDESAAN PERKOTAAN PERKOTAAN

JAWA TENGAH NASIONAL

MARET 2015SEPTEMBER 2015

MARET 2016

rendah dibandingkan koefisien gini nasional yang

sebesar 0,41. Dengan kata lain, tingkat pemerataan

pendapatan di Jawa Tengah relatif lebih baik

dibandingkan dengan nasional.

Ditinjau dari wilayahnya, tingkat ketimpangan

yang lebih tinggi berada di kawasan perkotaan.

Pada Maret 2016, koefisien Gini perkotaaan Jawa

Tengah tercatat sebesar 0,38; lebih tinggi dibandingkan

perdesaan yang sebesar 0,32. Tingkat ketimpangan

yang lebih tinggi di daerah perkotaan juga ditemui di

tingkat nasional. Koefisien gini perkotaan nasional

sebesar 0,41; lebih tinggi dibandingkan perdesaan

yang sebesar 0,33.

108 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV 2016 diperkirakan masih melanjutkan tren meningkat, diiringi dengan inflasi yang meningkat.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

BABVII

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan IV 2016 diperkirakan akan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan III 2016. Dari segi pengeluaran, peningkatan

diperkirakan berasal dari komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

dan investasi. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan diperkirakan terjadi pada seluruh

lapangan usaha utama Jawa Tengah, yaitu industri pengolahan, pertanian, serta

perdagangan.

Inflasi triwulan IV 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan

masih berada pada rentang target nasional seiring komitmen pemerintah untuk

menjaga ketersediaan komoditas, memperbaiki distribusi logistik, serta adanya

reformasi kebijakan energi.

Page 127: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di

Jawa Tengah pada Maret 2016 mengalami

penurunan. Hal ini tercermin dari koefisien Gini yang

mengukur ketimpangan distribusi pendapatan melalui

pengukuran yang berkisar antara 0 sampai 1. Apabila

koefisien Gini bernilai 0 berarti terjadi pemerataan

sempurna di dalam suatu daerah, sedangkan apabila

bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna.

Pada Maret 2016, Koefisien Gini Jawa Tengah

tercatat sebesar 0,37; lebih rendah dibandingkan

periode tahun sebelumnya yang sebesar 0,38. Hal

in i mengindikas ikan t idak ada peningkatan

ketimpangan di Jawa Tengah. Apabila dibandingkan

dengan nasional, koefisien Gini Jawa Tengah ini lebih

6.6. Pemerataan Penduduk

2010

Grafik 6.11. Perkembangan Koefisien Gini Jawa Tengah dan Nasional

INDEKS

Sumber : BPS, diolah

JAWA TENGAH NASIONAL

0,42

0,40

0,38

0,36

0,34

0,32

0,30

2011 2012 2013 MAR-15 SEP-15 MAR-162014

Grafik 6.12. Perkembangan Koefisien Gini Berdasarkan Wilayah

INDEKS

Sumber : BPS, diolah

0,44

0,42

0,40

0,38

0,36

0,34

0,32

0,30PERKOTAAN PERDESAAN PERKOTAAN PERKOTAAN

JAWA TENGAH NASIONAL

MARET 2015SEPTEMBER 2015

MARET 2016

rendah dibandingkan koefisien gini nasional yang

sebesar 0,41. Dengan kata lain, tingkat pemerataan

pendapatan di Jawa Tengah relatif lebih baik

dibandingkan dengan nasional.

Ditinjau dari wilayahnya, tingkat ketimpangan

yang lebih tinggi berada di kawasan perkotaan.

Pada Maret 2016, koefisien Gini perkotaaan Jawa

Tengah tercatat sebesar 0,38; lebih tinggi dibandingkan

perdesaan yang sebesar 0,32. Tingkat ketimpangan

yang lebih tinggi di daerah perkotaan juga ditemui di

tingkat nasional. Koefisien gini perkotaan nasional

sebesar 0,41; lebih tinggi dibandingkan perdesaan

yang sebesar 0,33.

108 KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV 2016 diperkirakan masih melanjutkan tren meningkat, diiringi dengan inflasi yang meningkat.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

BABVII

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan IV 2016 diperkirakan akan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan III 2016. Dari segi pengeluaran, peningkatan

diperkirakan berasal dari komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

dan investasi. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan diperkirakan terjadi pada seluruh

lapangan usaha utama Jawa Tengah, yaitu industri pengolahan, pertanian, serta

perdagangan.

Inflasi triwulan IV 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan

masih berada pada rentang target nasional seiring komitmen pemerintah untuk

menjaga ketersediaan komoditas, memperbaiki distribusi logistik, serta adanya

reformasi kebijakan energi.

Page 128: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tren perbaikan kinerja perekonomian di Jawa

Tengah diprakirakan masih berlanjut pada

triwulan IV 2016. Pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Tengah pada triwulan IV 2016 diprediksi lebih

tinggi dibandingkan triwulan III 2016. Peningkatan

bersumber dari konsumsi rumah tangga yang

meningkat pada akhir tahun. Sejalan dengan itu,

konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan

sejalan dengan puncak realisasi belanja pada triwulan

IV. Realisasi proyek infrastruktur pemerintah, maupun

investasi swasta pun diperkirakan meningkat pada

triwulan mendatang.

Sementara itu, pada sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa

Tengah masih ditopang oleh lapangan usaha industri

pengolahan; perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-sepeda motor; serta pertanian, kehutanan dan

perikanan. Kenaikan pertumbuhan diperkirakan terjadi

pada ketiga lapangan usaha utama ini.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Tengah pada 2016 diperkirakan

masih meneruskan tren peningkatan. Ekonomi

Jawa Tengah pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh

pada kisaran 5,4% - 5,8% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat

sebesar 5,4% (yoy). Perbaikan ekonomi global,

terutama mitra dagang utama Jawa Tengah

diperkirakan akan meningkatkan kegiatan usaha,

khususnya ekspor. Kemudian, komitmen pemerintah

untuk meningkatkan kemudahan investasi dan

berusaha di Indonesia, serta komitmen dalam

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2016

pembangunan infrastruktur diperkirakan mendukung

percepatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016.

Selain itu, terjaganya daya beli masyarakat dan

pelonggaran kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia

sejak akhir 2015 diperkirakan berdampak pada

peningkatan kinerja konumsi.

PENGELUARAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, proyeksi oleh Bank Indonesia

I II

2015*

Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

IVIIIKONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

P D R B

TOTAL I II

2016**

IVIII TOTAL4,37 4,27 4,34 4,82 4,45 4,76 4,80

(9,66) (12,33) 3,03 8,05 (3,15) 8,60 9,04

2,83 2,71 5,19 3,63 3,71 2,96 4,53

6,26 3,37 3,96 7,03 5,15 5,42 7,23

20,15 12,43 14,05 (1,91) 11,09 (2,36) 3,29

13,10 6,12 5,88 (7,82) 3,68 (4,36) 0,56

5,64 5,06 5,00 6,08 5,44 4,98 5,75

7.1.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

Permintaan domestik diperkirakan masih menjadi

sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah, dengan pangsa di atas 60%. Secara

keseluruhan, konsumsi diperkirakan akan mengalami

akselerasi pada triwulan III 2016. Percepatan ini

diproyeksikan terjadi pada pengeluaran konsumsi

rumah tangga dan konsumsi pemerintah.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan

masih meningkat pada triwulan seiring dengan

meningkatnya daya beli masyarakat yang didukung

dengan pelonggaran kebijakan oleh Bank Indonesia

sejak akhir 2015, terutama penurunan BI rate,

peningkatan batas bawah Giro Wajib Minimum (GWM)

Loan to Financing Ratio (LFR), serta relaksasi peraturan

Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV).

Pelonggaran kebijakan ini akan ditransmisikan melalui

kredit perbankan dan berdampak pada peningkatan

konsumsi rumah tangga.

Lebih lanjut, perkembangan nilai tukar juga masih

mendukung untuk peningkatan konsumsi rumah

tangga. Memasuki bulan Juli 2016, nilai tukar Rupiah

111PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 129: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Tren perbaikan kinerja perekonomian di Jawa

Tengah diprakirakan masih berlanjut pada

triwulan IV 2016. Pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Tengah pada triwulan IV 2016 diprediksi lebih

tinggi dibandingkan triwulan III 2016. Peningkatan

bersumber dari konsumsi rumah tangga yang

meningkat pada akhir tahun. Sejalan dengan itu,

konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan

sejalan dengan puncak realisasi belanja pada triwulan

IV. Realisasi proyek infrastruktur pemerintah, maupun

investasi swasta pun diperkirakan meningkat pada

triwulan mendatang.

Sementara itu, pada sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa

Tengah masih ditopang oleh lapangan usaha industri

pengolahan; perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-sepeda motor; serta pertanian, kehutanan dan

perikanan. Kenaikan pertumbuhan diperkirakan terjadi

pada ketiga lapangan usaha utama ini.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Tengah pada 2016 diperkirakan

masih meneruskan tren peningkatan. Ekonomi

Jawa Tengah pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh

pada kisaran 5,4% - 5,8% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat

sebesar 5,4% (yoy). Perbaikan ekonomi global,

terutama mitra dagang utama Jawa Tengah

diperkirakan akan meningkatkan kegiatan usaha,

khususnya ekspor. Kemudian, komitmen pemerintah

untuk meningkatkan kemudahan investasi dan

berusaha di Indonesia, serta komitmen dalam

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2016

pembangunan infrastruktur diperkirakan mendukung

percepatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016.

Selain itu, terjaganya daya beli masyarakat dan

pelonggaran kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia

sejak akhir 2015 diperkirakan berdampak pada

peningkatan kinerja konumsi.

PENGELUARAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, proyeksi oleh Bank Indonesia

I II

2015*

Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

IVIIIKONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

INVESTASI

EKSPOR

IMPOR

P D R B

TOTAL I II

2016**

IVIII TOTAL4,37 4,27 4,34 4,82 4,45 4,76 4,80

(9,66) (12,33) 3,03 8,05 (3,15) 8,60 9,04

2,83 2,71 5,19 3,63 3,71 2,96 4,53

6,26 3,37 3,96 7,03 5,15 5,42 7,23

20,15 12,43 14,05 (1,91) 11,09 (2,36) 3,29

13,10 6,12 5,88 (7,82) 3,68 (4,36) 0,56

5,64 5,06 5,00 6,08 5,44 4,98 5,75

7.1.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

Permintaan domestik diperkirakan masih menjadi

sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah, dengan pangsa di atas 60%. Secara

keseluruhan, konsumsi diperkirakan akan mengalami

akselerasi pada triwulan III 2016. Percepatan ini

diproyeksikan terjadi pada pengeluaran konsumsi

rumah tangga dan konsumsi pemerintah.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan

masih meningkat pada triwulan seiring dengan

meningkatnya daya beli masyarakat yang didukung

dengan pelonggaran kebijakan oleh Bank Indonesia

sejak akhir 2015, terutama penurunan BI rate,

peningkatan batas bawah Giro Wajib Minimum (GWM)

Loan to Financing Ratio (LFR), serta relaksasi peraturan

Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV).

Pelonggaran kebijakan ini akan ditransmisikan melalui

kredit perbankan dan berdampak pada peningkatan

konsumsi rumah tangga.

Lebih lanjut, perkembangan nilai tukar juga masih

mendukung untuk peningkatan konsumsi rumah

tangga. Memasuki bulan Juli 2016, nilai tukar Rupiah

111PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 130: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

realisasi investasi pemerintah dibandingkan tahun lalu

juga diperkirakan turut meningkatkan kinerja investasi

pemerintah di triwulan ini. Selain itu, berdasarkan hasil

FGD, konstruksi ruas-ruas Tol Trans Jawa, termasuk Tol

Pemalang-Batang-Semarang, dan Mantingan

ditargetkan dimulai pada September 2016.

Sementara itu, pada sisi swasta, paket kebijakan

ekonomi pemerintah, terutama dalam hal peningkatan

kemudahan be rusaha , d ipe rk i r akan dapa t

meningkatkan investas i pelaku usaha baru.

Berdasarkan hasil liaison sampai dengan triwulan II,

likert scale kegiatan investasi untuk tahun berjalan

tercatat 1,05 yang mencerminkan optimisme pelaku

usaha akan kegiatan investasi.

Ekspor Jawa Tengah diperkirakan mengalami

perbaikan pada triwulan IV 2016. Perbaikan kinerja

ekspor terjadi baik pada ekspor luar negeri, maupun

ekspor antardaerah. Seiring dengan mulai membaiknya

kondisi perekonomian negara mitra dagang utama

Provinsi Jawa Tengah, terutama Amerika Serikat (AS),

kinerja ekspor diproyeksikan meningkat. Selain itu,

paket kebijakan ekonomi pemerintah diperkirakan

memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor.

Beberapa insentif yang diberikan kepada pelaku usaha

yang melakukan ekspor misalnya melalui kredit modal

kerja, atau bantuan pembiayaan.

Sejalan dengan itu, kinerja ekspor antardaerah pun

diprediksikan mengalami peningkatan. Seiring dengan

meningkatnya kinerja perekonomian domestik,

khususnya konsumsi, ekspor Jawa Tengah ke provinsi

lain juga akan meningkat. Selain itu, ekspor migas

Jateng diperkirakan meningkat seiring dengan sudah

beroperasinya Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC)

pada pengilangan minyak Cilacap yang meningkatkan

jumlah produksi. Selain itu, terdapat peningkatan

produksi migas di Blok Cepu Kabupaten Blora.

terhadap Dolar AS terapresiasi dan berada di bawah

angka Rp13.100 per Dolar AS. Kondisi seperti ini dapat

mendukung konsumsi masyarakat akan barang impor.

Kondisi perekonomian yang terus meningkat juga

mengangkat daya beli masyarakat. Optimisme

masyarakat akan kondisi ekonomi ke depan terlihat dari

hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia,

di mana indeks ekspektasi konsumen terus berada di

atas level 100. Turut mendukung kinerja konsumsi,

inflasi diperkirakan terjaga pada rentang target 4±1%

dan mendorong terjaganya daya beli masyarakat.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan

meningkat pada triwulan IV 2016. Sesuai pola

musimannya, realisasi belanja pemerintah diprediksi

akan memuncak pada triwulan IV. Namun demikian,

terdapat tantangan yang harus diwaspadai seperti

pemotongan anggaran pemerintah.

Konsumsi LNPRT diperkirakan mengalami perlambatan

pada triwulan laporan. Hal ini terutama diakibatkan

oleh tingginya konsumsi LNPRT pada triwulan IV 2015

di mana terdapat penyelenggaraan Pilkada serentak.

Namun demikian, komponen ini tidak memiliki porsi

signifikan sehingga konsumsi secara keseluruhan masih

mencatatkan perbaikan pada triwulan IV 2016.

Investasi Jawa Tengah diperkirakan tumbuh lebih

cepat pada triwulan IV 2016. Investasi diperkirakan

meningkat seiring dengan realisasi proyek-proyek

pembangunan pemerintah, maupun investasi yang

dilakukan oleh pelaku usaha.

Pada sisi pemerintah, realisasi investasi diperkirakan

berasal dari beberapa pembangunan infrastruktur

multiyears yang sedang berlangsung di Jawa Tengah

antara lain Tol Trans Jawa, PLTU Batang, dan Bandara

Wirasaba. Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

untuk mengadakan lelang lebih dini (terutama untuk

proyek pembangunan jalan) demi meningkatkan

112 PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PENGELUARAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, proyeksi oleh Bank Indonesia

I II

2015*

Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

IVIIIPERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN,

REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

P D R B

TOTAL I II

2016**

IVIII TOTAL3,92 7,29 4,62 6,87 5,60 (2,01) (0,07)

5,86 3,79 4,30 4,56 4,62 4,04 5,24

3,14 3,24 2,16 8,25 4,17 6,99 4,45

5,64 5,06 5,00 6,08 5,44 4,98 5,75

7.1.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaPada sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa Tengah

masih ditopang oleh lapangan usaha industri

pengolahan; pertanian, kehutanan, dan

perikanan; serta perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan sepeda motor. Ketiga lapangan

usaha tersebut diproyeksikan mengalami pertumbuhan

lebih tinggi pada triwulan IV 2016, dan mendorong

akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada

periode tersebut.

Pertumbuhan pada lapangan usaha pertanian

diperkirakan meningkat seiring dengan anomali

cuaca kemarau basah atau La Nina pada triwulan

sebelumnya. Tambahan curah hujan pada musim

kemarau ini diharapkan dapat meningkatkan luas

tanam dan panen hasil pertanian terutama padi.

Namun demikian, La Nina juga membawa risiko

serangan hama yang dapat menyebabkan turunnya

kualitas hasil pertanian atau bahkan gagal panen.

Pada lapangan usaha industri pengolahan,

peningkatan pertumbuhan diprediksi seiring

dengan meningkatnya permintaan domestik

maupun ekspor. Optimisme peningkatan domestik

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang

diperkirakan meningkat, sementara itu peningkatan

permintaan ekspor sejalan dengan ekonomi negara

mitra dagang yang relatif membaik walaupun lebih

rendah dari perkiraan sebelumnya.

Nilai tukar yang mengalami apresiasi juga turut

mendukung perbaikan kinerja industri, mengingat

kandungan impor dalam bahan baku industri di Jawa

Tengah cukup tinggi. Beberapa industri dengan konten

impor tinggi diantaranya industri tekstil dan produk

tekstil, serta industri kimia.

Selanjutnya, sejalan dengan peningkatan konsumsi

rumah tangga serta kegiatan ekonomi secara

keseluruhan, kinerja lapangan usaha perdagangan

juga mengalami peningkatan pertumbuhan.

Pelaku usaha juga memandang optimis kinerja

lapangan usaha perdagangan ke depan. Hal tersebut

dikonfirmasi dari nilai indeks ekspektasi penjualan yang

secara konsisten berada di atas level 100.

Secara keseluruhan perekonomian Jawa Tengah

tahun 2016 diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2015. Sumber peningkatan

pertumbuhan berasal dar i lapangan usaha

perdagangan, dan industri pengolahan. Perbaikan

ekonomi global dan domestik, permintaan terhadap

hasil produksi Jawa Tengah diperkirakan mengalami

peningkatan yang mendorong perbaikan kinerja

lapangan usaha perdagangan, serta industri

pengolahan. Tren penurunan biaya energi juga turut

mendorong peningkatan kinerja.

Turut menunjang perekonomian tumbuh lebih tinggi,

komitmen pemer intah untuk pembangunan

infrastruktur, baik dalam perbaikan logistik, maupun

infrastruktur pendukung pertanian akan mendorong

peningkatan kinerja investasi. Pada sisi swasta,

komitmen pemerintah untuk meningkatkan iklim

inves tas i dan usaha, se r ta Upah Min imum

Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah yang

kompetitif juga mampu mendukung peningkatan

investasi.

113PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 131: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

realisasi investasi pemerintah dibandingkan tahun lalu

juga diperkirakan turut meningkatkan kinerja investasi

pemerintah di triwulan ini. Selain itu, berdasarkan hasil

FGD, konstruksi ruas-ruas Tol Trans Jawa, termasuk Tol

Pemalang-Batang-Semarang, dan Mantingan

ditargetkan dimulai pada September 2016.

Sementara itu, pada sisi swasta, paket kebijakan

ekonomi pemerintah, terutama dalam hal peningkatan

kemudahan be rusaha , d ipe rk i r akan dapa t

meningkatkan investas i pelaku usaha baru.

Berdasarkan hasil liaison sampai dengan triwulan II,

likert scale kegiatan investasi untuk tahun berjalan

tercatat 1,05 yang mencerminkan optimisme pelaku

usaha akan kegiatan investasi.

Ekspor Jawa Tengah diperkirakan mengalami

perbaikan pada triwulan IV 2016. Perbaikan kinerja

ekspor terjadi baik pada ekspor luar negeri, maupun

ekspor antardaerah. Seiring dengan mulai membaiknya

kondisi perekonomian negara mitra dagang utama

Provinsi Jawa Tengah, terutama Amerika Serikat (AS),

kinerja ekspor diproyeksikan meningkat. Selain itu,

paket kebijakan ekonomi pemerintah diperkirakan

memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor.

Beberapa insentif yang diberikan kepada pelaku usaha

yang melakukan ekspor misalnya melalui kredit modal

kerja, atau bantuan pembiayaan.

Sejalan dengan itu, kinerja ekspor antardaerah pun

diprediksikan mengalami peningkatan. Seiring dengan

meningkatnya kinerja perekonomian domestik,

khususnya konsumsi, ekspor Jawa Tengah ke provinsi

lain juga akan meningkat. Selain itu, ekspor migas

Jateng diperkirakan meningkat seiring dengan sudah

beroperasinya Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC)

pada pengilangan minyak Cilacap yang meningkatkan

jumlah produksi. Selain itu, terdapat peningkatan

produksi migas di Blok Cepu Kabupaten Blora.

terhadap Dolar AS terapresiasi dan berada di bawah

angka Rp13.100 per Dolar AS. Kondisi seperti ini dapat

mendukung konsumsi masyarakat akan barang impor.

Kondisi perekonomian yang terus meningkat juga

mengangkat daya beli masyarakat. Optimisme

masyarakat akan kondisi ekonomi ke depan terlihat dari

hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia,

di mana indeks ekspektasi konsumen terus berada di

atas level 100. Turut mendukung kinerja konsumsi,

inflasi diperkirakan terjaga pada rentang target 4±1%

dan mendorong terjaganya daya beli masyarakat.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan

meningkat pada triwulan IV 2016. Sesuai pola

musimannya, realisasi belanja pemerintah diprediksi

akan memuncak pada triwulan IV. Namun demikian,

terdapat tantangan yang harus diwaspadai seperti

pemotongan anggaran pemerintah.

Konsumsi LNPRT diperkirakan mengalami perlambatan

pada triwulan laporan. Hal ini terutama diakibatkan

oleh tingginya konsumsi LNPRT pada triwulan IV 2015

di mana terdapat penyelenggaraan Pilkada serentak.

Namun demikian, komponen ini tidak memiliki porsi

signifikan sehingga konsumsi secara keseluruhan masih

mencatatkan perbaikan pada triwulan IV 2016.

Investasi Jawa Tengah diperkirakan tumbuh lebih

cepat pada triwulan IV 2016. Investasi diperkirakan

meningkat seiring dengan realisasi proyek-proyek

pembangunan pemerintah, maupun investasi yang

dilakukan oleh pelaku usaha.

Pada sisi pemerintah, realisasi investasi diperkirakan

berasal dari beberapa pembangunan infrastruktur

multiyears yang sedang berlangsung di Jawa Tengah

antara lain Tol Trans Jawa, PLTU Batang, dan Bandara

Wirasaba. Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

untuk mengadakan lelang lebih dini (terutama untuk

proyek pembangunan jalan) demi meningkatkan

112 PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

PENGELUARAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, proyeksi oleh Bank Indonesia

I II

2015*

Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

IVIIIPERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN,

REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

P D R B

TOTAL I II

2016**

IVIII TOTAL3,92 7,29 4,62 6,87 5,60 (2,01) (0,07)

5,86 3,79 4,30 4,56 4,62 4,04 5,24

3,14 3,24 2,16 8,25 4,17 6,99 4,45

5,64 5,06 5,00 6,08 5,44 4,98 5,75

7.1.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaPada sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa Tengah

masih ditopang oleh lapangan usaha industri

pengolahan; pertanian, kehutanan, dan

perikanan; serta perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan sepeda motor. Ketiga lapangan

usaha tersebut diproyeksikan mengalami pertumbuhan

lebih tinggi pada triwulan IV 2016, dan mendorong

akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada

periode tersebut.

Pertumbuhan pada lapangan usaha pertanian

diperkirakan meningkat seiring dengan anomali

cuaca kemarau basah atau La Nina pada triwulan

sebelumnya. Tambahan curah hujan pada musim

kemarau ini diharapkan dapat meningkatkan luas

tanam dan panen hasil pertanian terutama padi.

Namun demikian, La Nina juga membawa risiko

serangan hama yang dapat menyebabkan turunnya

kualitas hasil pertanian atau bahkan gagal panen.

Pada lapangan usaha industri pengolahan,

peningkatan pertumbuhan diprediksi seiring

dengan meningkatnya permintaan domestik

maupun ekspor. Optimisme peningkatan domestik

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang

diperkirakan meningkat, sementara itu peningkatan

permintaan ekspor sejalan dengan ekonomi negara

mitra dagang yang relatif membaik walaupun lebih

rendah dari perkiraan sebelumnya.

Nilai tukar yang mengalami apresiasi juga turut

mendukung perbaikan kinerja industri, mengingat

kandungan impor dalam bahan baku industri di Jawa

Tengah cukup tinggi. Beberapa industri dengan konten

impor tinggi diantaranya industri tekstil dan produk

tekstil, serta industri kimia.

Selanjutnya, sejalan dengan peningkatan konsumsi

rumah tangga serta kegiatan ekonomi secara

keseluruhan, kinerja lapangan usaha perdagangan

juga mengalami peningkatan pertumbuhan.

Pelaku usaha juga memandang optimis kinerja

lapangan usaha perdagangan ke depan. Hal tersebut

dikonfirmasi dari nilai indeks ekspektasi penjualan yang

secara konsisten berada di atas level 100.

Secara keseluruhan perekonomian Jawa Tengah

tahun 2016 diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2015. Sumber peningkatan

pertumbuhan berasal dar i lapangan usaha

perdagangan, dan industri pengolahan. Perbaikan

ekonomi global dan domestik, permintaan terhadap

hasil produksi Jawa Tengah diperkirakan mengalami

peningkatan yang mendorong perbaikan kinerja

lapangan usaha perdagangan, serta industri

pengolahan. Tren penurunan biaya energi juga turut

mendorong peningkatan kinerja.

Turut menunjang perekonomian tumbuh lebih tinggi,

komitmen pemer intah untuk pembangunan

infrastruktur, baik dalam perbaikan logistik, maupun

infrastruktur pendukung pertanian akan mendorong

peningkatan kinerja investasi. Pada sisi swasta,

komitmen pemerintah untuk meningkatkan iklim

inves tas i dan usaha, se r ta Upah Min imum

Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah yang

kompetitif juga mampu mendukung peningkatan

investasi.

113PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 132: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

kesesuaian realisasi konsumsi pemerintah dalam proyek

infrastruktur. Sampai dengan triwulan II 2016, realisasi

proyek pembangunan pemerintah relatif baik, terlihat

dari realisasi belanja modal pemerintah provinsi yang

sebesar 27,04%, lebih tinggi dari capaian tahun

sebelumnya yang sebesar 21,50%. Sejalan dengan itu,

realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi juga

meningkat, yaitu menjadi 34,39%, juga lebih tinggi

dari realisasi 33,53% pada triwulan II 2015. Namun

demikian, terdapat pemotongan anggaran belanja

pada Pemerintah Pusat, termasuk belanja transfer ke

daerah yang dapat berpotensi menjadi penahan bagi

belanja atau konsumsi pemerintah daerah. Oleh karena

itu, agar dapat terus menunjang perekonomian daerah,

realisasi belanja ini perlu terus dijaga.

Selain itu, program tax amnesty yang dicanangkan

pemerintah juga diharapkan dapat membawa dampak

positif terhadap ekonomi Jawa Tengah. Tambahan

dana yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat

menambah likuiditas dan mendorong kegiatan

ekonomi terutama investasi lebih tinggi. Selain itu,

tambahan pendapatan pemerintah juga diharapkan

dapat mendorong konsumsi maupun belanja modal

pemerintah lebih jauh.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

rangka menjaga pertumbuhan ekonomi pada tahun

2016 antara lain risiko berlanjutnya perlambatan

ekonomi Tiongkok, juga tingginya persaingan di pasar

global dengan negara yang memiliki produk ekspor

serupa. Sementara itu, meskipun sudah mereda, risiko

di pasar keuangan global terkait kenaikan Fed Fund

Rate (FFR) dan dampak keluarnya negara Inggris dari

Uni Eropa atau Britain Exit (BREXIT) tetap perlu

diwaspadai.

Hal lain yang juga menjadi tantangan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah

kesesuaian realisasi konsumsi pemerintah dalam proyek

infrastruktur. Sampai dengan triwulan II 2016, realisasi

proyek pembangunan pemerintah relatif baik, terlihat

dari realisasi belanja modal pemerintah provinsi yang

sebesar 27,04%, lebih tinggi dari capaian tahun

sebelumnya yang sebesar 21,50%. Sejalan dengan itu,

realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi juga

meningkat, yaitu menjadi 34,39%, juga lebih tinggi

dari realisasi 33,53% pada triwulan II 2015. Namun

demikian, terdapat pemotongan anggaran belanja

pada Pemerintah Pusat, termasuk belanja transfer ke

daerah yang dapat berpotensi menjadi penahan bagi

belanja atau konsumsi pemerintah daerah. Oleh karena

itu, agar dapat terus menunjang perekonomian daerah,

realisasi belanja ini perlu terus dijaga.

Hal lain yang juga menjadi tantangan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV

2016 diperkirakan meningkat. Faktor utama yang

diperkirakan mendorong inflasi adalah penyesuaian

pada tarif administered prices, meliputi penyesuaian

TTL hingga akhir tahun 2016 di tengah tren kenaikan

harga minyak dunia. Selain itu, kenaikan juga terjadi

pada tarif angkutan di tengah perayaan Natal dan

Tahun Baru. Momen akhir tahun juga mendorong

kenaikan komoditas core di tengah membaiknya daya

beli masyarakat. Sementara itu, inflasi volatile food

diperkirakan menurun seiring dengan produksi panen

padi dan hortikultura yang diproyeksikan lebih baik

dibandingkan tahun 2015.

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada tahun 2016 ini

juga diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

tahun 2015 yang sebesar 2,73% (yoy). Pada tahun

2016 ini, terjadi normalisasi efek basis akibat

penyesuaian kenaikan harga BBM pada tahun 2014.

Meskipun demikian, inflasi keseluruhan tahun 2016

diperkirakan masih berada pada rentang sasaran inflasi

4±1%.

7.2. Prospek Inflasi Triwulan IV 2016

114 PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

KELOMPOK

Adanya program 1000 embung dan bantuan alat mesin pertanian (alsintan)

Peningkatan OPT hama di tengah musim La Nina

Produksi pertanian yang surplus sehingga mampu mendukung kebutuhan masyarakat Jawa Tengah

Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi logistik pertanian

FAKTOR RISIKO TAHUN 2016

Volatile Food

2016

-

-

-

-

Potensi kenaikan harga TTL dan BBM seiring tren kenaikan harga minyak dunia

Kenaikan tarif angkutan seiring meningkatnya harga BBM peningkatan permintaan di akhir tahun.

Peningkatan harga rokok seiring kenaikan cukai.

Administered Price -

-

-

Core Inflation Meningkatnya daya beli masyarakat seiring kondisi ekonomi yang membaik.

Dampak lanjutan seiring kenaikan TTL, seperti sewa rumah

Kenaikan harga emas internasional

-

-

-

Tabel 7.3 Risiko Inflasi Akhir Tahun 2016

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 2014-2015dan Proyeksi Triwulan III 2016

Grafik 7.1

IV

p) Angka perkiraan

I

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

%, YOY

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

II2016

III IVP

Pendorong utama inflasi diperkirakan berasal dari

komoditas administered prices. Berdasarkan proyeksi

U.S. Energy Information Administration (EIA), harga

minyak mentah West Texas Intermediate (WTI)

diperkirakan meningkat dari bulan Agustus yang

sebesar USD40 per barel menjadi USD45 pada akhir

tahun 2016. Peningkatan harga minyak mentah ini

selanjutnya akan berimplikasi pada kenaikan harga

BBM serta kenaikan TTL. Kenaikan juga terjadi pada

tarif angkutan di tengah memasuki liburan akhir tahun.

Pada kelompok core, peningkatan inflasi diperkirakan

terjadi seiring dengan meningkatnya daya beli

masyarakat di akhir tahun. Beberapa komoditas yang

mendorong kenaikan inflasi adalah komoditas

makanan jadi, sandang, dan rekreasi. Peningkatan ini

terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi

dan membaiknya daya beli masyarakat. Aktivitas

ekonomi yang membaik in i se ja lan dengan

pertumbuhan ekonomi global. Berdasarkan data IMF,

pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan

tumbuh membaik, terutama untuk negara AS, Eropa,

dan Jepang yang merupakan mitra dagang Provinsi

Jawa Tengah. Selain itu, kenaikan harga emas

internasional diperkirakan juga mampu mendorong

k o m o d i t a s h a r g a e m a s p e r h i a s a n .

Pada kelompok volatile food, inflasi diperkirakan

menurun seiring perkiraan panen di triwulan IV 2016

yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Produksi bawang merah akan meningkat

37,18% dibandingkan triwulan IV 2015. Begitu pula

dengan komoditas cabai merah yang meningkat seiring

panen yang terjadi di beberapa sentra produksi. Selain

itu, kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang

berupaya untuk membenahi distibusi logistik pangan

diperkirakan mampu menahan laju inflasi dari

kelompok volatile food pada akhir tahun 2016. Salah

satu program nasional yang bersinergi dengan TPID

Provinsi Jateng adalah program Aksi Sinergis di Brebes.

Sebagai penghasil bawang merah terbesar nasional,

Brebes akan dijadikan gudang produksi bawang merah

nasional. Selain itu, petani juga akan diberi kemudahan

mendapat sertifikat tanah agar mendapatkan

kemudahan akses pembiayaan ke perbankan.

115PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

HIGH

HIGH

LOW

Page 133: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

kesesuaian realisasi konsumsi pemerintah dalam proyek

infrastruktur. Sampai dengan triwulan II 2016, realisasi

proyek pembangunan pemerintah relatif baik, terlihat

dari realisasi belanja modal pemerintah provinsi yang

sebesar 27,04%, lebih tinggi dari capaian tahun

sebelumnya yang sebesar 21,50%. Sejalan dengan itu,

realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi juga

meningkat, yaitu menjadi 34,39%, juga lebih tinggi

dari realisasi 33,53% pada triwulan II 2015. Namun

demikian, terdapat pemotongan anggaran belanja

pada Pemerintah Pusat, termasuk belanja transfer ke

daerah yang dapat berpotensi menjadi penahan bagi

belanja atau konsumsi pemerintah daerah. Oleh karena

itu, agar dapat terus menunjang perekonomian daerah,

realisasi belanja ini perlu terus dijaga.

Selain itu, program tax amnesty yang dicanangkan

pemerintah juga diharapkan dapat membawa dampak

positif terhadap ekonomi Jawa Tengah. Tambahan

dana yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat

menambah likuiditas dan mendorong kegiatan

ekonomi terutama investasi lebih tinggi. Selain itu,

tambahan pendapatan pemerintah juga diharapkan

dapat mendorong konsumsi maupun belanja modal

pemerintah lebih jauh.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

rangka menjaga pertumbuhan ekonomi pada tahun

2016 antara lain risiko berlanjutnya perlambatan

ekonomi Tiongkok, juga tingginya persaingan di pasar

global dengan negara yang memiliki produk ekspor

serupa. Sementara itu, meskipun sudah mereda, risiko

di pasar keuangan global terkait kenaikan Fed Fund

Rate (FFR) dan dampak keluarnya negara Inggris dari

Uni Eropa atau Britain Exit (BREXIT) tetap perlu

diwaspadai.

Hal lain yang juga menjadi tantangan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah

kesesuaian realisasi konsumsi pemerintah dalam proyek

infrastruktur. Sampai dengan triwulan II 2016, realisasi

proyek pembangunan pemerintah relatif baik, terlihat

dari realisasi belanja modal pemerintah provinsi yang

sebesar 27,04%, lebih tinggi dari capaian tahun

sebelumnya yang sebesar 21,50%. Sejalan dengan itu,

realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi juga

meningkat, yaitu menjadi 34,39%, juga lebih tinggi

dari realisasi 33,53% pada triwulan II 2015. Namun

demikian, terdapat pemotongan anggaran belanja

pada Pemerintah Pusat, termasuk belanja transfer ke

daerah yang dapat berpotensi menjadi penahan bagi

belanja atau konsumsi pemerintah daerah. Oleh karena

itu, agar dapat terus menunjang perekonomian daerah,

realisasi belanja ini perlu terus dijaga.

Hal lain yang juga menjadi tantangan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV

2016 diperkirakan meningkat. Faktor utama yang

diperkirakan mendorong inflasi adalah penyesuaian

pada tarif administered prices, meliputi penyesuaian

TTL hingga akhir tahun 2016 di tengah tren kenaikan

harga minyak dunia. Selain itu, kenaikan juga terjadi

pada tarif angkutan di tengah perayaan Natal dan

Tahun Baru. Momen akhir tahun juga mendorong

kenaikan komoditas core di tengah membaiknya daya

beli masyarakat. Sementara itu, inflasi volatile food

diperkirakan menurun seiring dengan produksi panen

padi dan hortikultura yang diproyeksikan lebih baik

dibandingkan tahun 2015.

Inflasi tahunan Jawa Tengah pada tahun 2016 ini

juga diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

tahun 2015 yang sebesar 2,73% (yoy). Pada tahun

2016 ini, terjadi normalisasi efek basis akibat

penyesuaian kenaikan harga BBM pada tahun 2014.

Meskipun demikian, inflasi keseluruhan tahun 2016

diperkirakan masih berada pada rentang sasaran inflasi

4±1%.

7.2. Prospek Inflasi Triwulan IV 2016

114 PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

KELOMPOK

Adanya program 1000 embung dan bantuan alat mesin pertanian (alsintan)

Peningkatan OPT hama di tengah musim La Nina

Produksi pertanian yang surplus sehingga mampu mendukung kebutuhan masyarakat Jawa Tengah

Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi logistik pertanian

FAKTOR RISIKO TAHUN 2016

Volatile Food

2016

-

-

-

-

Potensi kenaikan harga TTL dan BBM seiring tren kenaikan harga minyak dunia

Kenaikan tarif angkutan seiring meningkatnya harga BBM peningkatan permintaan di akhir tahun.

Peningkatan harga rokok seiring kenaikan cukai.

Administered Price -

-

-

Core Inflation Meningkatnya daya beli masyarakat seiring kondisi ekonomi yang membaik.

Dampak lanjutan seiring kenaikan TTL, seperti sewa rumah

Kenaikan harga emas internasional

-

-

-

Tabel 7.3 Risiko Inflasi Akhir Tahun 2016

I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015

III

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 2014-2015dan Proyeksi Triwulan III 2016

Grafik 7.1

IV

p) Angka perkiraan

I

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

%, YOY

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

II2016

III IVP

Pendorong utama inflasi diperkirakan berasal dari

komoditas administered prices. Berdasarkan proyeksi

U.S. Energy Information Administration (EIA), harga

minyak mentah West Texas Intermediate (WTI)

diperkirakan meningkat dari bulan Agustus yang

sebesar USD40 per barel menjadi USD45 pada akhir

tahun 2016. Peningkatan harga minyak mentah ini

selanjutnya akan berimplikasi pada kenaikan harga

BBM serta kenaikan TTL. Kenaikan juga terjadi pada

tarif angkutan di tengah memasuki liburan akhir tahun.

Pada kelompok core, peningkatan inflasi diperkirakan

terjadi seiring dengan meningkatnya daya beli

masyarakat di akhir tahun. Beberapa komoditas yang

mendorong kenaikan inflasi adalah komoditas

makanan jadi, sandang, dan rekreasi. Peningkatan ini

terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi

dan membaiknya daya beli masyarakat. Aktivitas

ekonomi yang membaik in i se ja lan dengan

pertumbuhan ekonomi global. Berdasarkan data IMF,

pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan

tumbuh membaik, terutama untuk negara AS, Eropa,

dan Jepang yang merupakan mitra dagang Provinsi

Jawa Tengah. Selain itu, kenaikan harga emas

internasional diperkirakan juga mampu mendorong

k o m o d i t a s h a r g a e m a s p e r h i a s a n .

Pada kelompok volatile food, inflasi diperkirakan

menurun seiring perkiraan panen di triwulan IV 2016

yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Produksi bawang merah akan meningkat

37,18% dibandingkan triwulan IV 2015. Begitu pula

dengan komoditas cabai merah yang meningkat seiring

panen yang terjadi di beberapa sentra produksi. Selain

itu, kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang

berupaya untuk membenahi distibusi logistik pangan

diperkirakan mampu menahan laju inflasi dari

kelompok volatile food pada akhir tahun 2016. Salah

satu program nasional yang bersinergi dengan TPID

Provinsi Jateng adalah program Aksi Sinergis di Brebes.

Sebagai penghasil bawang merah terbesar nasional,

Brebes akan dijadikan gudang produksi bawang merah

nasional. Selain itu, petani juga akan diberi kemudahan

mendapat sertifikat tanah agar mendapatkan

kemudahan akses pembiayaan ke perbankan.

115PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

HIGH

HIGH

LOW

Page 134: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Kontribusi suatu lapangan usaha terhadap total pertumbuhan PDRB.

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan

pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan

pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas

hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah .

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan.

Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun

bukan komersil.

Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan

komersil.

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu

gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor

perekonomian.

Mtm

Qtq

Yoy

Share of Growth

Investasi

Sektor Ekonomi Dominan

Migas

Omzet

Share Effect

Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK)

Indeks Harga Konsumen

(IHK)

Indeks Kondisi Ekonomi

Indeks Ekspektasi Konsumen

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Dana Perimbangan

Indeks Pembangunan

Manusia

APBD

Andil Inflasi

Bobot Inflasi

Impor

PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku

Daftar Istilah117DAFTAR ISTILAH

Perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun

tertentu sebagai dasar perhitungannya.

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu

terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito .

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang

dihimpun.

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam

periode tertentu.

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari

netcash outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan netcash

inflows bila terjadi sebaliknya.

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank,

penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing

aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang

diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit

yang diberikan kepada perorangan.

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran

bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar Dalam Perhatian Khusus

(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

(ATMR).

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep

ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama

peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu

tertentu.

Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat

debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank

Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring

lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang

menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

PDRB Atas Dasar Harga

Konstan

Bank Pemerintah

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Cash Inflows

Cash Outflows

Net Cashflows

Aktiva Produktif

Aktiva Tertimbang Menurut

Resiko (ATMR)

Kualitas Kredit

Capital Adequacy Ratio

(CAR)

Financing to Deposit Ratio

(FDR)

Inflasi

Kliring

Kliring Debet

Non Performing

Loans/Financing (NPLs/Ls)

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 135: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Kontribusi suatu lapangan usaha terhadap total pertumbuhan PDRB.

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan

pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan

pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas

hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah .

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan.

Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun

bukan komersil.

Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan

komersil.

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu

gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor

perekonomian.

Mtm

Qtq

Yoy

Share of Growth

Investasi

Sektor Ekonomi Dominan

Migas

Omzet

Share Effect

Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK)

Indeks Harga Konsumen

(IHK)

Indeks Kondisi Ekonomi

Indeks Ekspektasi Konsumen

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Dana Perimbangan

Indeks Pembangunan

Manusia

APBD

Andil Inflasi

Bobot Inflasi

Impor

PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku

Daftar Istilah117DAFTAR ISTILAH

Perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun

tertentu sebagai dasar perhitungannya.

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu

terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito .

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang

dihimpun.

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam

periode tertentu.

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari

netcash outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan netcash

inflows bila terjadi sebaliknya.

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank,

penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing

aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang

diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit

yang diberikan kepada perorangan.

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran

bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar Dalam Perhatian Khusus

(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

(ATMR).

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep

ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama

peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu

tertentu.

Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat

debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank

Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring

lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang

menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

PDRB Atas Dasar Harga

Konstan

Bank Pemerintah

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Cash Inflows

Cash Outflows

Net Cashflows

Aktiva Produktif

Aktiva Tertimbang Menurut

Resiko (ATMR)

Kualitas Kredit

Capital Adequacy Ratio

(CAR)

Financing to Deposit Ratio

(FDR)

Inflasi

Kliring

Kliring Debet

Non Performing

Loans/Financing (NPLs/Ls)

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Page 136: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH - … · APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2016 39 40 41 43 1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Triwulan II 2016 ... ANALISIS

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya

kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk

kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong

Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan),

sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit Macet

(setelah dikurangi agunan).

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga

sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank

ybs.

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan

mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah

pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP)

Rasio Non Performing

Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio Non Performing Loans

(NPLs) – NET

Sistem Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement (BI

RTGS)

118 DAFTAR ISTILAH

KA

JIA

N E

KO

NO

MI

DA

N K

EU

AN

GA

N R

EG

ION

AL

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH