KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Kata Pengantar Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan...

109
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Triwulan III - 2011

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Kata Pengantar Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan...

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan

Kantor Bank Indonesia Banjarmasin

Triwulan III - 2011

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

i i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 ini dapat kami sajikan kepada pembaca sekalian. Publikasi rutin triwulanan ini berisi informasi terkini dan analisis kondisi ekonomi regional Kalimantan Selatan yang meliputi perkembangan dan arah pertumbuhan ekonomi, inflasi, kinerja perbankan dan sistem pembayaran, serta keuangan pemerintah daerah dan indikator kesejahteraan.

Selanjutnya dapat kami informasikan bahwa berdasarkan data sementara BPS, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 masih tumbuh cukup tinggi yakni 5,77% (yoy), namun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,37% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi terpengaruh oleh melambatnya investasi. Sementara itu dari sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan dan pertanian yang belum optimal menjadi penghambat laju pertumbuhan pada triwulan laporan.

Kabar menggembirakan datang dari pergerakan inflasi yang tercatat sangat rendah yakni pada level 4,59% (yoy) jauh di bawah perkiraan kami sebelumnya sebesar 5,8%±1%. Pasokan pangan strategis yang relatif terjaga, khususnya karena panen padi yang pada tahun ini diperkirakan mengalami peningkatan hingga 8% menjadi kunci utama turunnya inflasi triwulan laporan. Penurunan inflasi yang merupakan kelanjutan dari triwulan sebelumnya ini menambah optimisme kami terhadap pencapaian target inflasi Kalimantan Selatan sebesar 5% + 1% (yoy) hingga akhir tahun 2011 nanti.

Secara umum, berdasarkan berbagai indikator yang ada, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 cukup menggembirakan. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain kualitas kredit membaik, sebagaimana tercermin dari penurunan rasio NPL dari 2,77% menjadi 2,60%.

Transaksi uang tunai melalui Kantor Bank Indonesia Banjarmasin secara keseluruhan mengalami net-inflow. Sedangkan transaksi non-tunai diwarnai oleh peningkatan volume transaksi, khususnya yang melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS). Pada triwulan ini, kami juga mencatat adanya pencapaian baru pada transaksi RTGS yang membukukan nilai tertinggi sepanjang sejarah transaksi RTGS di Kalimantan Selatan, yaitu sebesar Rp42,22 triliun. Hal tersebut mengkonfirmasi semakin membaiknya perekonomian Kalimantan Selatan.

Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi akan diwarnai oleh pertumbuhan ekonomi yang relatif moderat dengan laju inflasi yang lebih rendah dibanding triwulan III-2011. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

ii

triwulan IV-2011 diperkirakan bergerak pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy). Komponen ekspor dan pengeluaran pemerintah diperkirakan menopang pertumbuhan pada triwulan laporan. Di sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan diperkirakan menopang pertumbuhan seiring tingginya permintaan batubara dari dalam dan luar negeri. Sementara itu, panen padi yang masih berlangsung hingga akhir tahun, diperkirakan menjaga inflasi untuk tetap bergerak turun yakni pada kisaran 4,13% + 1% (yoy).

Kami menyadari bahwa penyempurnaan yang telah kami upayakan masih jauh dari cukup. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan publikasi ini. Tak lupa kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi setiap langkah baik yang kita upayakan.

Banjarmasin, November 2011 BANK INDONESIA BANJARMASIN

Khairil Anwar Pemimpin

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

iii iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... iii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ....................................................... v TABEL INDIKATOR TERPILIH ................................................................... vii RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .................... 9

1. Sisi Permintaan .......................................................................... . 10 2. Sisi Penawaran ……………………………………….……............. 17

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… ................................ 25 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ........ 25

1.1 Sisi Produksi .................................................................... 27 1.2 Sisi Pasokan ..................................................... .................... 27 1.3 Sisi Distribusi ....................................................................... 28

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi…………….…………. . 29 2.1 Inflasi Volatile Food ............................................................. 29 2.2 Inflasi Administered Price ..................................................... 31 2.3 Inflasi Inti ............................................................................. 32

3. Inflasi Pedesaan ………….…….. ................................................. 34 Boks 1. Aksi Bersama Jelang Ramadhan dan Puasa ..................... 37

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ………………………….............. 39

1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 39 1.1 Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum .................................................................... 39

1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat .................................... .. 40 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................ 42

1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit .................................... . 44 1.5 Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah.................................... 45

2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ........... 47 3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ......................... ............ 49 4. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................... 51

4.1 Transaksi Pembayaran Tunai.............................................. 51 4.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai.................................... .. 55

BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... .............................. 59 1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .............................................. 60

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

iv

2. Realisasi Belanja Daerah.......................... ................................... 63

BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... 67 1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 67 2. Kesejahteraan .......... ................................................................... 69

BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 73

1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................. 73 2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................ 75

LAMPIRAN ...................................................................... .................. 77

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

v

KETERANGAN DAN SUMBER DATA

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar

tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen

Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.

Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh

lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei BI Banjarmasin khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.

Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang

berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.

Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional

(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU BI Banjarmasin.

Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi

dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KBI Banjarmasin. Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 vi

Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

vii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB

TW - I TW - II TW - III

119.4 130.22 130.83 131.84 134.133.86 9.06 7.95 5.75 4.59

Pertanian 7087.24 7259.48 1258.01 2110.2 2445.8Pertambangan & Penggalian 6331.87 6811.2 1715.51 1821.1 1910.69Industri Pengolahan 3157.34 3247.97 825.63 830.04 853.9Listrik, Gas, & Air Bersih 144.31 155.553 40.01 41.13 42.39Bangunan 1603.46 1707.34 416.61 429.71 463.49Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4426.98 4731.9 1196.37 1257.9 1327.28Pengangkutan dan Komunikasi 2522.35 2684.84 681.51 697.79 735.29Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1175.55 1260.12 324.78 330.78 341.69Jasa 2602.54 2815.7 668.29 747.43 817.35

5.29% 5.58% 5.99% 6.37% 5.77%5,446 5616.29 1,818 2,574 2,501

85,095 86275.9 24,417 30,667 31,266 658.91 467.047 158.66 139.24 146.96251.51 249.451 46.09 70.97 59.78

TAHUN 2010

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

INDIKATOR TAHUN 2009

IHK BanjarmasinInflasi Banjarmasin (y-o-y)PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB (y-o-y)Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)

2011

MAKRO

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 viii

b. Perbankan

TW I TW II TW III

21,544 26,169 27,305 29,005 31,357 17,782 21,307 21,957 23,820 25,717 4,188 4,304 5,307 5,832 6,326 9,765 12,056 11,788 12,574 13,622 3,829 4,947 4,862 5,415 5,770

17,508 20,089 22,551 23,876 25,787 6,114 7,076 7,167 7,629 8,262 5,297 5,785 6,781 7,015 7,602 6,098 7,229 8,604 9,232 9,922

98.46% 94.28% 102.71% 100.23% 100.27%13,706 17,107 17,699 18,884 19,971 4,861 6,199 6,257 6,736 7,119 3,603 4,376 4,603 4,855 5,351 5,243 6,532 6,839 7,293 7,501

77.08% 80.29% 80.61% 79.28% 77.66%

3,612 3,384 4,112 4,153 4,390 Modal Kerja 486 308 722 641 745 Investasi 163 154 148 161 176 Konsumsi 2,963 2,922 3,243 3,351 3,470

4,033 5,189 5,963 6,487 7,706 Modal Kerja 1,043 1,068 1,114 1,220 1,523 Investasi 288 380 358 401 493 Konsumsi 2,701 3,740 4,491 4,866 5,690

2,757 2,184 3,228 3,492 4,257 Modal Kerja 1,706 2,190 2,096 2,220 2,516 Investasi 688 740 724 790 1,022 Konsumsi 363 473 407 482 719

10,402 11,976 13,303 14,131 16,354 2.14% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%

Total Asset 272 371 417 452 422 168 192 232 280 264 63 77 84 85 91

105 115 148 195 173 209 264 319 354 310 61 73 81 86 75

111 145 191 215 189 37 46 47 52 46

5.76% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58%124.28% 136.99% 137.61% 126.31% 117.51%

Total Kredit UMKM

Deposito

Modal KerjaInvestasi

INDIKATOR

DPKTotal Asset

GiroTabungan

Kredit - Lokasi Proyek

Kredit - Lokasi Bank

Kredit Menengah

Kredit UMKM - Lokasi ProyekKredit Mikro

Kredit Kecil

Konsumsi

LDR

NPL

NPL

InvestasiKonsumsi

DPKTabunganDeposito

Kredit lokasi bankModal Kerja

BPR

20102009

PERBANKANBank Umum (Rp miliar)

2011

LDR

Modal KerjaInvestasiKonsumsiLDR

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

ix

c. Sistem Pembayaran

IndikatorTw.II-2010

Tw.III-2010

Tw.IV-2010

Tw.I-2011

Tw.II-2011

Tw.III-2011

Posisi Kas Gabungan (Rp miliar)

1,537 1,485 2,364 1,749 2,121 3,761

Inflow (Rp miliar) 658 1,518 936 1,170 991 1,883 Outflow (Rp miliar) 879 1,444 1,427 579 1,130 1,878 Pemusnahan Uang (Rp miliar)

544 1,209 1,012 761 761 705

Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar)

31,632 24,127 32,483 37,405 37,762 42,223

Volume Transaksi RTGS (ribu lbr)

40 42 49 43 44 47

Nominal Kliring (Rp Miliar)

3,372 3,716 3,762 3,860 4,276 3,252

Volume Kliring (ribu lbr) 79 77 80 79 83 58 Rata-rata Harian Nominal Kliring

54.39 59.94 59.71 59.38 70.09 53.17

Rata-rata Harian Volume Kliring

1.27 1.24 1.27 1.22 1.36 2.43

Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar)

85 152 101 88 120 82

Volume Kliring Pengembalian (lembar)

1,342 1,793 2,038 1,791 1,838 1,300

Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar)

1.13 2.00 1.35 1.17 1.96 1.38

Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar)

18 24 27 24 30 22

Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (Rp miliar)

1.30 2.04 1.00 1.13 1.72 1.18

Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong

20 22 20 22 25 18

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada

triwulan III-2011 masih mencatat laju pertumbuhan

yang positif sebesar 5,77% (yoy), meskipun akselerasinya

lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 6,37% (yoy). Dari sisi permintaan, komponen

investasi menjadi komponen yang mempengaruhi belum

optimalnya kinerja ekonomi di triwulan laporan. Namun

demikian, masih relatif stabilnya konsumsi masyarakat,

serta peningkatan kinerja pada komponen lainnya mampu

menjaga laju pertumbuhan ekonomi pada level cukup

baik. Sementara secara sektoral, belum optimalnya kinerja

sektor pertanian dan sektor pertambangan mempengaruhi

melambatnya kinerja perekonomian.

Pasa komponen konsumsi rumah tangga, laju

pertumbuhan pada triwulan III-2011 mencapai 5,33%

(yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 5,36% (yoy). Adanya berbagai

ketidakpastian terhadap kondisi perekonomian antara lain

kekhawatiran imbas krisis ekonomi global, rencana

pembatasan dan kenaikan harga BBM diperkirakan

menjadi faktor yang mempengaruhi terbatasnya konsumsi

oleh masyarakat. Relatif terbatasnya konsumsi masyarakat

terindikasi dari turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

dan melambatnya penjualan kendaraan bermotor.

Sementara, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah di

triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan 12,33%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

Pada triwulan III-2011, ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 5,77% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,37% (yoy).

Konsumsi rumah tangga di triwulan III-2011 tumbuh relatif stabil sebesar 5,33% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,36%.

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

2

yang mencapai 9,34% (yoy). Peningkatan konsumsi

dipengaruhi oleh kenaikan realisasi pendapatan Pemprov

Kalsel sampai dengan triwulan III-2011 yang telah

mencapai 71,39%. Sementara itu, dari sisi realisasi belanja

sampai dengan triwulan laporan masih relatif rendah

sebesar 59,56%. Hal ini terkait dengan keterlambatan

pengerjaan proyek serta lambatnya penagihan oleh

kontraktor kepada Pemerintah Daerah

Di sisi lain, aktivitas investasi di Kalimantan Selatan

yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto

(PMTB) pada triwulan laporan tumbuh melambat yaitu

dari 8,10% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 7,86%

(yoy). Melambatnya kinerja investasi menjadi salah satu

penyebab belum optimalnya kinerja ekonomi Kalsel di

triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan perkembangan

impor barang modal yang mengalami penurunan. Namun

demikian, kebutuhan investasi masih cukup besar yang

ditandai oleh peningkatan kredit investasi.

Sementara itu, perkembangan komponen ekspor

Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan sebesar

12,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-

2011 yang mencapai 11,29% (yoy). Peningkatan kinerja

komponen ekspor tidak lepas dari meningkatnya aktivitas

ekspor luar negeri Kalimantan Selatan yang di triwulan

laporan mencatat pertumbuhan sebesar 55,72% (yoy).

Peningkatan ekspor terutama bersumber dari komoditas

batubara.

Secara sektoral, kinerja sektor pertanian di triwulan

laporan mengalami perlambatan yaitu dari 3,86%(yoy)

di triwulan II-2011 menjadi 2,76%(yoy). Kondisi cuaca

musim kemarau dan adanya kebakaran lahan pertanian di

bebarapa wilayah menjadi faktor yang mempengaruhi

perlambatan di sektor pertanian pada triwulan III-2011.

Konsumsi pemerintah di triwulan III-2011 tumbuh lebih tinggi sebesar 12,33% (y-o-y) dari sebelumnya 9,34% (y-o-y).

Kegiatan investasi (PMTB) tumbuh melambat dari 8,10% (yoy) menjadi 7,86% (yoy) .

Komponen ekspor Kalimantan Selatan di triwulan III-2011 tumbuh sebesar 12,14% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 11,29% (yoy).

Sektor pertanian tumbuh 2,47% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 1,54% (yoy) .

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

3

Di sektor pertambangan, setelah mencatat akselarasi

laju pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 7,73%

(yoy) di triwulan II-2011, laju pertumbuhan sektor

pertambangan di triwulan III-2011 hanya mencapai 5,93%

(yoy). Belum optimalnya laju pertumbuhan sektor

pertambangan terutama dipengaruhi oleh relatif

terbatasnya pembukaan lahan baru serta adanya

penghentian operasional 13 perusahaan pertambangan

karena izin Amdal yang belum sesuai.

Ditengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi

secara keseluruhan, sektor industri Kalimantan Selatan

pada triwulan III-2011 ini menunjukkan kondisi yang

sebaliknya. Laju pertumbuhan mencatat kenaikan dari

2,69% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,87% (yoy).

Peningkatan laju pertumbuhan di sektor industri

pengolahan terutama dipengaruhi oleh peningkatan

kinerja industri CPO (untuk kebutuhan minyak goreng) dan

industri makanan.

Pada triwulan III-2011, aktivitas perdagangan di

wilayah Kalimantan diperkirakan mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring

momentum bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul

Fitri. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) tercatat mencapai 9,09% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,96% (yoy).

ASESMEN INFLASI

Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011

menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan

Pertumbuhan sektor industri pengolahan di triwulan III-2011 mencatat kenaikan dari 2,69% (yoy) menjadi 4,87% (yoy).

Pertumbuhan sektor pertambangan di triwulan III-2011 mencapai 5,93% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,73% (yoy).

Sektor perdagangan mencatat peningkatan dari 8,96% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 9,09% (yoy).

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

4

tercatat 4,59% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada

triwulan II-2011 sebesar 5,75% (yoy). Angka tersebut

berada di bawah inflasi nasional maupun angka inflasi

Kalimantan yang pada triwulan laporan masing-masing

tercatat sebesar 4,61% (yoy) dan 5,99% (yoy).

Inflasi volatile food masih menunjukkan trend

penurunan, yakni hanya 0,98% (yoy) pada akhir

triwulan laporan, jauh lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 8,73% (yoy). Penurunan

inflasi volatile foods dipicu oleh meningkatnya produksi

padi yang diiringi pasokan pangan yang relatif terjaga.

Namun demikian, inflasi inti tercatat mengalami kenaikan

karena peningkatan intensitas belanja masyarakat terkait

faktor musiman bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM

PEMBAYARAN

Berbagai indikator utama kinerja perbankan di

Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum

masih menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Aset perbankan mencapai Rp31,36

triliun, tumbuh 23,63% (yoy) lebih tinggi dari

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 20,89% (yoy).

Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank

umum Kalimantan Selatan pada triwulan laporan tumbuh

meningkat, apabila dibandingkan triwulan sebelumnya.

Posisi DPK di triwulan laporan mencapai Rp25,72

triliun, tumbuh 28,45% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang

mencapai 23,78% (yoy). Seluruh jenis simpanan baik

rekening giro, deposito, dan tabungan menunjukkan

kenaikan pertumbuhan.

Laju inflasi di triwulan II-2011 mencapai 5,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,95% (yoy).

Aset tumbuh 23,63% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 20,89% (yoy)

Laju pertumbuhan DPK tumbuh positif namun meningkat dari 23,78% (yoy) menjadi 28,45% (yoy) .

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

5

Dari sisi penyaluran kredit bank umum ke wilayah

Kalimantan Selatan (lokasi proyek) pada triwulan

laporan mencapai Rp25,78 triliun atau tumbuh 26,73%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang

mencatat pertumbuhan sebesar 25,92% (yoy).

Meningkatnya laju pertumbuhan kredit terutama

dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit investasi yang

tumbuh sebesar 26,73% (yoy).

Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi

perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio

(LDR) lokasi proyek meningkat tipis dari 100,23% pada

triwulan II-2011 menjadi 100,27% pada triwulan

laporan. Sementara itu seiring meningkatnya produktivitas

sektor utama Kalsel, rasio NPL mengalami penurunan dari

2,77% menjadi 2,26%.

Nilai transaksi pembayaran tunai di Kalimantan Selatan

pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan. Total

aliran uang kartal masuk dan keluar melalui KBI

Banjarmasin mengalami peningkatan 77,34% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp2,12

triliun menjadi Rp3,76 triliun. Secara akumulatif pada

triwulan III-2011 terjadi net cash inflow sebesar Rp139,58

miliar.

Selaras dengan itu, perkembangan transaksi

pembayaran non-tunai khususnya melalui sarana RTGS

cenderung meningkat. pekembangan transaksi

pembayaran non tunai benilai besar (di atas Rp100 juta)

melalui sarana BI-RTGS mengalami peningkatan sebesar

11,99%(qtq), atau dari Rp37,76 triliun menjadi Rp42,22

triliun. Sementara itu karena pengaruh budaya masyarakat

untuk lebih banyak bertransaksi tunai selama bulan

Ramadhan dan Idul Fitri, transaksi kliring pada triwulan

laporan hanya mencapai Rp3,2 triliun, atau turun 23,94%

(qtq).

Berdasarkan lokasi proyek, laju pertumbuhan kredit tumbuh meningkat dari 25,92% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 26,73% (yoy).

Perkembangan transaksi pembayaran secara tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III- 2011 meningkat dan mengalami net cash inlow.

Nilai nominal transaksi melalui RTGS mengalami kenaikan sebesar 11,99% (qtq). transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 23,94% (qtq).

LDR perbankan Kalimantan Selatan di triwulan III-2011 meningkat tipis menjadi 100,27%. Rasio NPL turun menjadi 2,60%.

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

6

PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan IV-2011, perekonomian Kalimantan

Selatan diperkirakan tumbuh pada kisaran atas 5,6%-

6,1% (y-o-y), tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan

pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 5,77%.

Meningkatnya pertumbuhan diperkirakan berasal dari

konsumsi dan ekspor. Sementara dari sisi penawaran,

menguatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari sektor

pertanian dan pertambangan yang masih menunjukkan

kinerja stabil.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan akan meningkat

seiring akselerasi belanja pemerintah. Selain itu,

membaiknya tingkat upah, terjaganya laju inflasi, dan

kondisi kesejahteraan yang semakin merata diperkirakan

menopang konsumsi rumah tangga selama triwulan

mendatang.

Perkembangan ekspor Kalimantan Selatan pada

triwulan IV-2011 diperkirakan cukup stabil. Kokohnya

ekspor hingga triwulan mendatang diperkirakan karena

dampak gejolak ekonomi global masih berimbas hanya

pada pasar keuangan, bukan sektor riil, sehingga

perdagangan internasional untuk komoditas andalan

Kalimantan Selatan masih cukup prospektif.

Dari sisi sektoral, kinerja sektor ekonomi dominan

diperkirakan tetap stabil. Di sektor pertanian, subsektor

tanaman bahan makanan mulai memasuki masa tanam

seiring dengan berakhirnya masa panen raya di Kalimantan

Selatan pada triwulan laporan. Sementara kinerja sektor

pertambangan berpotensi meningkat seiring kondusifnya

cuaca di kawasan pertambangan.

Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh 5,6% - 6,1% (yoy)

Kinerja sektor dominan diperkirakan tumbuh positif

Konsumsi pemerintah diperkirakan semakin meningkat

Ekspor diperkirakan membaik pada triwulan IV-2011

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

7

PROSPEK INFLASI

Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan IV-2011

diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan

laporan. Panen padi yang diperkirakan terus berlangsung

hingga akhir tahun akan menjaga tekanan inflasi volatile

foods pada level yang rendah. Sementara itu, harga emas

perhiasan yang mulai menunjukkan penurunan akan

menahan laju inflasi inti.

Di sisi lain, ancaman tekanan inflasi muncul dari

meningkatnya potensi terhambatnya pasokan dari Pulau

Jawa akibat gelombang tinggi. Faktor tekanan minor

lainnya dapat bersumber dari peningkatan konsumsi

masyarkat saat Idul Adha dan persiapan jelang pergantian

tahun. Dengan berbagai pertimbangan di atas laju

inflasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada

kisaran 4,13% ± 1% (yoy).

Tekanan inflasi dari sisi penawaran khususnya kelompok volatile food diperkirakan masih melemah pada triwulan III-2011.

Laju inflasi di triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada kisaran 4,13% ± 1% (yoy)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

8

paman

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

9

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Kalimantan Selatan

*) angka sementara Sumber: BPS Prov.Kalsel

5,63% 5,34% 5,12%

6,30%5,99%

6,37%5,77%

0,00%

1,50%

3,00%

4,50%

6,00%

7,50%

Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2* Trw 3*

2010 2011

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan

III-2011 ini masih mencatat laju pertumbuhan yang positif, meskipun

akselerasinya lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan data sementara BPS, laju pertumbuhan ekonomi tercatat

sebesar 5,77% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 6,37%. Pertumbuhan tersebut juga dibawah perkiraan sebelumnya

yang berada dalam kisaran

6,3%-6,7% (yoy).

Belum optimalnya laju

pertumbuhan ekonomi

Kalimantan Selatan dipengaruhi

oleh melambatnya kinerja sektor

ekonomi utama yaitu sektor

pertanian dan pertambangan. Di

sektor pertanian, pengaruh cuaca

musim kemarau dan kebakaran lahan di beberapa wilayah berdampak

terhadap turunnya produktivitas sektor ini. Sementara di sektor

pertambangan, akselerasi pertumbuhan terhambat oleh sulitnya

pengembangan lahan baru serta pencabutan izin 13 perusahaan tambang

karena izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang

bermasalah.

Ditinjau dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan terutama

dipengaruhi oleh belum optimalnya kinerja investasi. Sementara itu

konsumsi rumah tangga relatif stabi, meskipun terindikasi sedikit melambat

seiring berlalunya puncak konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri, serta

adanya kekhawatiran terhadap ancaman krisis perekonomian global.

1

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

10

1.1. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, komponen investasi menjadi komponen yang

mempengaruhi belum optimalnya kinerja ekonomi Kalimantan Selatan di

triwulan laporan. Namun demikian, masih relatif stabilnya konsumsi masyarakat

serta peningkatan pada kinerja komponen lainnya mampu menahan laju

pertumbuhan ekonomi pada tingkat 5,77% (yoy).

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan

*) angka sementara Sumber: BPS Provinsi Kalsel 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2011

mencapai 5,33% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 5,36% (yoy). Kondisi ini sedikit berbeda dengan pola tahunan konsumsi

rumah tangga sebelumnya yang biasanya mencapai puncak di triwulan yang

terdapat perayaan Idul Fitri. Adanya berbagai ketidakpastian terhadap kondisi

perekonomian, antara lain kekhawatiran imbas krisis ekonomi global, rencana

pembatasan dan kenaikan harga BBM diperkirakan menjadi faktor yang

mempengaruhi konsumen untuk tidak terlampau optimistik dalam berkonsumsi.

Grafik 1.2 Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin

70.00

90.00

110.00

130.00

150.00

170.00

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Ekspektasi Konsumen (IEK)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

11

Adanya penurunan persepsi konsumen, ditunjukkan oleh melemahnya

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yaitu dari rata-rata 146,09 di triwulan II-2011

menjadi rata-rata 141,47 di triwulan laporan. Melemahnya keyakinan konsumen

pada periode ini ditandai oleh perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

(IKE) yang mencatat penurunan dari rata-rata sebesar 143,37 di triwulan II-2011

menjadi 136,84 di triwulan III-2011. Sementara itu, persepsi masyarakat terhadap

prospek ekonomi ke depan masih menunjukkan optimisme, ditandai dengan

peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari rata-rata 144,81 di triwulan II-

2011 menjadi 146,09.

Relatif stabilnya akselerasi konsumsi masyarakat tercermin dari tren

penjualan otomotif di Kalimantan Selatan yang masih meningkat, terutama

kendaraan roda empat. Laju penjualan kendaraan roda empat pada triwulan III-

2011 masih mencatat angka yang cukup tinggi sebesar 40,76% (yoy) dengan

total unit terjual mencapai 3.650 unit, meskipun pertumbuhan tersebut lebih

rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 43,09% (yoy). Untuk penjualan

kendaraan roda dua, tercatat sebesar 44.253 unit dengan laju pertumbuhan

mencapai 12,07%(yoy).

Grafik 1.5 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan

Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel

-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000

-500

1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2009 2010 2011

UnitUnit

Kendaraan mobil (aksis kiri) Kendaraan motor (aksis kanan)

Grafik 1.6 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru

Sumber: BPS Kalsel & Dispenda Provinsi Kalsel

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%

10%

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

g. konsumsi RT (yoy) aksis kirig. penjualan motor (yoy)g. penjualan mobil (yoy)

Grafik 1.3 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin

-25.00 50.00 75.00

100.00 125.00 150.00 175.00 200.00

7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011

Penghasilan Saat IniKetepatan Waktu Pembelian Barang Tahan LamaKetersediaan Lapangan Kerja

Grafik 1.4 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin

-

30.00

60.00

90.00

120.00

150.00

180.00

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011

Ekspektasi PenghasilanEkspektasi EkonomiEkspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

12

Relatif stabilnya aktivitas konsumsi masyarakat juga terlihat dari akselerasi

kredit konsumtif oleh perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ini

yang masih menunjukkan kenaikan. Hal ini diperkirakan terkait trend suku bunga

yang cenderung menurun seiring perkembangan laju inflasi yang relatif

terkendali. Ekspansi kredit konsumsi di triwulan laporan mencapai 31,37%(yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 28,02% (yoy).

1.1.2. Pengeluaran Pemerintah

Pada komponen konsumsi

pemerintah, laju pertumbuhan di

triwulan III-2011 mencatat

perkembangan yang lebih baik yaitu

sebesar 12,33% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 9,34% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan pada

komponen ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya realisasi pendapatan

Pemprov Kalsel di triwulan laporan yang mencapai 71,39%, jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2010 sebesar 53,13%.

Namun demikian dari sisi Belanja Daerah, realisasinya sampai dengan

triwulan III-2011 masih belum optimal dengan pencapaian sebesar 59,56%, lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 67,54%. Hal ini terutama

dipengaruhi oleh keterlambatan pengerjaan proyek serta lambatnya penagihan

oleh kontraktor kepada Pemerintah Daerah.

Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan (Berdasarkan Lokasi Proyek)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

0%10%20%30%40%50%60%

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2008 2009 2010 2011

g. PDRB Konsumsi (y-o-y) - aksis kiri

g. Kredit Konsumsi (y-o-y) - aksis kanan

Grafik 1.8 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III

2010-2011

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

53.13%

67.54%71.39%59.56%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Pendapatan Daerah Belanja Daerah

Tw-III 2010

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

13

1.1.3. Investasi

Kegiatan investasi Kalsel yang tercermin pada komponen

pembentukan modal tetap bruto (PMTB), pada triwulan III-2011 mencatat

laju pertumbuhan yang melambat dari 8,10% (yoy) di triwulan II-2011

menjadi 7,86% (yoy). Melambatnya kinerja investasi ini terindikasi dari

perkembangan nilai impor barang modal yang mengalami penurunan cukup

dalam yaitu dari 109,64% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi -39,91% (yoy).

Meskipun secara umum aktivitas investasi mengalami perlambatan,

namun kebutuhan sektor usaha terhadap kredit investasi masih cukup besar. Hal

ini ditandai dengan masih tingginya laju ekspansi kredit investasi yang mencapai

33,93% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

19,71% (yoy). Meningkatnya kebutuhan investasi ini terutama digunakan untuk

melakukan pembelian peralatan pendukung seperti kendaraan berat dan sarana

pengangkutan lainnya.

1.1.4. Ekspor-Impor Perkembangan Ekspor

Di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian dunia, aktivitas

perdagangan luar negeri Kalimantan Selatan masih menunjukkan perkembangan

yang cukup menggembirakan. Laju pertumbuhan komponen ekspor di triwulan

III-2011 tercatat sebesar 12,14% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,29% (yoy). Volume ekspor ke

luar negeri pada triwulan laporan mencapai 31,27 juta ton dengan laju kenaikan

mencapai 55,72% (yoy), meskipun lebih dipengaruhi oleh kinerja ekspor

komoditas pertambangan. Laju pertumbuhan volume ekspor tersebut jauh lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode triwulan sebelumnya yang

Grafik 1.9 Perkembangan Impor Barang Modal Kalimantan Selatan

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

(y-o-y)(y -o-y) g. PMTB (y-o-y), aksis kirig. Nilai Impor Barang Modalg. Nilai Impor Alat Transport Industri

Grafik 1.10 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek

Sumber : LBU Bank Indonesia,diolah

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3

2009 2010 2011

g. PDRB PMTB (aksis kiri) g. kredit investasi

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

14

Grafik 1.12 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Ribu

ton

Vol. ekspor g. Vol. ekspor (yoy)

tumbuh sebesar 34,81% (yoy) dengan volume ekspor sebesar 30,73 juta ton.

Namun demikian, secara nominal nilai ekspor Kalimantan Selatan di triwulan III-

2011 yang mencapai US$2,5 miliar ini sedikit lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang mencapai US$2,58 miliar. Hal ini diperkirakan terkait dengan

turunnya harga internasional beberapa komoditas ekspor, antara lain minyak CPO

dan karet.

Kenaikan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ditopang oleh

volume ekspor komoditas batubara yang mencatat pertumbuhan 54,26% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,14% (yoy). Total

volume ekspor batubara di triwulan III-2011 mencapai 28,73 juta ton, sedikit

meningkat dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 28,7 juta ton. Meningkatnya

aktivitas ekspor batubara ini sejalan dengan meningkatnya eksplorasi tambang

yang didukung kondisi cuaca yang relatif cerah.

Meskipun secara umum, perkembangan ekspor Kalimantan Selatan

mencatat akselerasi yang cukup tinggi, namun demikian belum didukung oleh

kinerja ekspor komoditas secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari kinerja

Grafik 1.11 Nilai Ekspor Kalimantan Selatan

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%140%160%180%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Nilai ekspor g. Nilai ekspor (yoy)

Grafik 1.13 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Batubara

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

-5,000

10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Ribu

ton

Vol. ekspor batubara Nilai ekspor batubara

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

15

komoditas utama lainnya seperti karet, CPO dan kayu olahan yang pada triwulan

laporan, masing-masing mengalami perlambatan dan penurunan.

Pada komoditas karet, volume ekspor di triwulan III-2011 mencapai 30,56

ribu ton dengan laju pertumbuhan yang melambat dari 12,13% (yoy) pada

triwulan II-2011 menjadi 4,78% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi

pada komoditas CPO Kalimantan Selatan yang pada triwulan laporan mencatat

pertumbuhan sebesar 38,4% (yoy) dengan volume 162,3 ribu ton, jauh lebih

rendah dibandingkan triwulan II-2011 yang tumbuh 143,4% (yoy) dengan volume

269,2 ribu ton. Berdasarkan informasi liaison dari produsen karet dan CPO

Kalimantan Selatan, perlambatan ini antara lain dipengaruhi oleh mulai

melambatnya permintaan ekspor dari beberapa negara seperti India dan China,

serta faktor cuaca musim panas yang menyebabkan kebakaran lahan di beberapa

perkebunan. Nilai ekspor karet dan CPO Kalimantan Selatan di triwulan laporan

masing-masing mencapai US$137,7 juta dan US$175,5 juta.

Khusus untuk komoditas kayu olahan, perkembangan volume ekspor di

triwulan laporan kembali menunjukkan penurunan yaitu sebesar -15,21% (yoy)

dengan volume sebesar 47,3 ribu ton, setelah pada triwulan II-2011 juga

mencatat kontraksi sebesar -2,6% (yoy). Masih berlanjutnya krisis ekonomi yang

Grafik 1.14 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Kayu Olahan

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

0

10

20

30

40

50

60

70

0102030405060708090

100

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Ribu

ton

Vol. ekspor kayu olahan Nilai ekspor kayu olahan

Grafik 1.16 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Karet

Sumber: Bank Indonesia, diolah

020406080100120140160

05

101520253035

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Ribu

ton

Vol. ekspor karet Nilai ekspor karet

Grafik 1.15 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Minyak Sawit

Sumber: Bank Indonesia, diolah

-50050100150200250300350

050

100150200250300350400

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Ribu

ton

Vol. ekspor minyak sawit Nilai ekspor minyak sawit

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

16

dialami oleh negara-negara maju terutama di Amerika Serikat dan Jepang yang

menjadi pasar utama produk kayu olahan Kalimantan Selatan, ditengarai menjadi

penyebab melemahnya permintaan untuk produk ini. Selain faktor itu, adanya

persaingan dengan produk China dan juga kelangsungan pasokan bahan baku

kayu juga menjadi kendala utama.

Ditinjau berdasarkan negara tujuan ekspor, Cina masih menjadi negara

tujuan ekspor utama Kalimantan Selatan dengan nilai ekspor mencapai US$710,2

juta dengan pangsa sebesar 28,39%.India menjadi negara tujuan ekspor terbesar

kedua terutama untuk pasar komoditas batubara dan CPO. Total nilai ekspor ke

India di triwulan laporan mencapai US$465 juta dengan pangsa mencapai

18,59%. Sementara Jepang masih menempati posisi ketiga terbesar dengan total

nilai ekspor mencapai US$374,9 juta, namun pangsa ekspor ke Jepang

mengalami penurunan dari 15,49% di triwulan II-2011 menjadi 14,99%.

Perkembangan Impor

Aktivitas impor luar negeri

Kalimantan Selatan, laju

perkembangan di triwulan III-

2011 mencapai 35,27% (yoy),

meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 18,75% (yoy).

Secara nominal, nilai impor di

triwulan laporan mencapai US$147

Grafik 1.18 Perkembangan Impor Non Migas Kalimantan Selatan

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

0

50

100

150

200

250

300

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Nilai impor g. nilai impor (yoy)

Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

17

juta, terutama untuk pembelian barang-barang modal dan alat transportasi yang

mendukung aktivitas pertambangan dan perkebunan. Masih meningkatnya

pembelian alat-alat pertambangan tersebut menunjukkan masih prospektifnya

sektor pertambangan di Kalimantan Selatan.

2. SISI PENAWARAN

Melambatnya akselerasi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan

secara sektoral dipengaruhi oleh belum optimalnya kinerja pada dua sektor

ekonomi dominan yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Di sektor

pertanian, melambatnya laju pertumbuhan dari 3,86% (yoy) di triwulan II-2011

menjadi 2,76% (yoy), dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau yang

menyebabkan kekeringan dan kebakaran lahan sehingga mengurangi

produktivitas tanaman bahan makanan maupun tanaman perkebunan. Sementara

di sektor pertambangan, adanya penghentian izin 13 perusahaan tambang terkait

masalah izin Amdal ditengarai mempengaruhi kinerja sektor ini di triwulan

laporan.

Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan

*) angka sementara

Sumber: BPS Prov.Kalsel

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

18

Grafik 1.20 Pertumbuhan Volume Ekspor Minyak Sawit dan Karet Kalsel

Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah

8,84%12,13%

4,78%

1,60% 143,40%

38,40% -1000%

0%

1000%

2000%

3000%

4000%

5000%

6000%

7000%

8000%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2009 2010 2011

g.Vol. ekspor karet (yoy) g.Vol. ekspor minyak sawit (yoy)

Grafik 1.19 Masa Tanam dan Panen Padi di Kalimantan Selatan

Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Kalsel

0

50

100

150

200

250

300

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3

2009 2010 2011

Ribu

Ha

Luas Panen (kiri, Ha)

Proyeksi panen - Luas Tanam dg lag 6 bulan(kanan, Ha)

Grafik 1.21 Perkembangan Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pertanian

Sumber : SKDU, BI Banjarmasin

-3,5

9,72

3,81

9,72

13,44

10,37

-1,15

2,07

6,55

9,17

-5

0

5

10

15

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2009 2010 2011

Sektor Pertanian

2.1. Sektor Ekonomi Dominan

Sektor Pertanian

Kondisi cuaca musim

kemarau dan adanya kebakaran

lahan pertanian di bebarapa

wilayah menjadi faktor yang

mempengaruhi perlambatan di

sektor pertanian pada triwulan III-

2011. Laju pertumbuhan tercatat

melambat dari 3,86% (yoy) di

triwulan II-2011 menjadi 2,76%

(yoy). Terkait dengan musim

kemarau di tahun 2011, berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan

Selatan sampai dengan September 2011, jumlah titik api mencapai 987 titik atau

lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2010 yang hanya mencapai 110 titik.

Beberapa wilayah yang tercatat memiliki titik api cukup banyak merupakan

wilayah pertanian antara lain Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan

dan Hulu Sungai Utara.

Walaupun di beberapa wilayah sentra pertanian mengalami gangguan produksi

akibat musim kemarau, di beberapa daerah sentra lainnya seperti Kabupaten

Batola masih menjadi penahan turunnya produksi tanaman bahan makanan. Hal

ini terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) sektor pertanian yang

mencatat kenaikan angka indeks yaitu dari 6,55 di triwulan II-2011 menjadi 9,17.

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

19

Grafik 1.22 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Batubara Kalimantan Selatan

Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Ribu

ton

Vol. ekspor batubara g.Vol. ekspor batubara (yoy)

Perlambatan laju pertumbuhan juga terindikasi pada subsektor

perkebunan yang ditunjukkan oleh melambatnya laju volume ekspor komoditas

karet dan CPO Kalimantan Selatan. Pada komoditas karet, laju pertumbuhan

melambat dari 12,13% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,78% (yoy). Sementara

komoditas minyak sawit juga mengalami perlambatan dari 143,4% (yoy) di

triwulan II menjadi 38,4% (yoy).

Sektor Pertambangan

Di sektor pertambangan, akselarasi laju pertumbuhan yang cukup

tinggi di triwulan sebelumnya mencapai 7,73% (yoy) tidak berlanjut. Laju

pertumbuhan sektor tambang di triwulan III-2011 hanya mencapai 5,93% (yoy).

Belum optimalnya laju pertumbuhan sektor tambang terutama dipengaruhi oleh

relatif terbatasnya pembukaan lahan baru serta adanya penghentian operasional

13 perusahaan pertambangan karena izin Amdal yang belum sesuai. Dokumen

Amdal sendiri merupakan syarat penting bagi kegiatan pertambangan batubara

yang sifatnya ekstraktif dan merusak lingkungan, sehingga perusahaan harus

memiliki upaya khusus untuk mengurangi efek pencemaran dan merehabilitasi

lahan tambang yang sudah selesai ditambang.

Seiring dengan melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan,

penyaluran kredit perbankan untuk sektor pertambangan Kalimantan Selatan

pada triwulan laporan tumbuh melambat menjadi sebesar 1,27% (yoy),

dibandingkan triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai 22,15%

(yoy). Namun demikian, permintaan luar negeri terhadap batubara masih

menunjukkan perkembangan yang cukup prospektif. Hal ini terindikasi dari

volume ekspor batubara Kalimantan Selatan yang di triwulan III-2011 mencatat

pertumbuhan sebesar 54,26% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh 35,14% (yoy). Indikasi masih stabilnya permintaan komoditas batubara

Grafik 1.23 Pertumbuhan Nilai Ekspor Batubara Kalimantan Selatan

Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Nilai ekspor batubara g.nilai ekspor batubara (yoy)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

20

adalah perkembangan harga batubara internasional yang relatif stabil dengan

trend yang meningkat. Pada bulan September 2011, rata-rata harga internasional

batubara mencapai US$80,15, meningkat dari harga rata-rata bulan Juni 2011

yang sebesar US$78,67.

Sektor Industri Pengolahan

Ditengah melambatnya laju

pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan, sektor industri

Kalimantan Selatan pada triwulan III-

2011 menunjukkan kondisi yang

sebaliknya. Laju pertumbuhan

mencatat kenaikan dari 2,69% (yoy)

di triwulan II-2011 menjadi 4,87%

(yoy).

Peningkatan laju

pertumbuhan di sektor industri

pengolahan, terutama dipengaruhi

oleh peningkatan kinerja industri

CPO (untuk kebutuhan minyak

goreng) dan makanan. Indikasi

membaiknya kinerja sektor industri

tercermin dari peningkatan ekspansi

kredit perbankan untuk sektor

industri yang tumbuh 39,20% (yoy),

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 26,56% (yoy).

Grafik 1.24 Perkembangan Harga Batubara Internasional

Sumber : Bloomberg, diolah

70,51

80,15

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

USD / Metrik Ton

Grafik 1.25 Pertumbuhan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan

Sumber: LBU Bank Indonesia,diolah

-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%

0

500

1000

1500

2000

2500

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3

2009 2010 2011Rp

Mili

ar

Kredit g. Kredit Pertambangan (y-o-y) - aksis kanan

Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Kayu Olahan Kalimantan Selatan

Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0102030405060708090

100

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Ribu

ton

Vol. ekspor kayu olahan g.Vol. ekspor kayu olahan (yoy)

Grafik 1.28 Pertumbuhan Kredit Perbankan ke Sektor Industri Berdasarkan Lokasi Proyek

Sumber: Bank Indonesia, diolah

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Tw 1

Tw 2

Tw 3

Tw 4

Tw 1

Tw 2

Tw 3

Tw 4

Tw 1

Tw 2

Tw 3

Tw 4

Tw 1

Tw 2

Tw 3

2008 2009 2010 2011

g. PDRB Sektor Industri (y-o-y)- aksis kanan

g. Kredit Industri (y-o-y)- aksis kiri

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

21

Sementara itu industri pengolahan kayu Kalimantan Selatan di triwulan III-

2011 ini masih menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan.

Belum pulihnya kondisi beberapa negara tujuan ekspor, khususnya Jepang dan

Amerika Serikat, menyebabkan pertumbuhan ekspor komoditas olahan kayu

masih mencatat penurunan -15,21% (yoy) setelah di triwulan sebelumnya juga

mencatat penurunan sebesar -2,6%

(yoy).

Sementara untuk

perkembangan sektor industri

lainnya, seperti industri karet,

pertumbuhannya diperkirakan

mengalami perlambatan seiring

turunnya produktivitas tanaman

karet akibat musim kemarau. Hal ini

diindikasikan dengan laju

perkembangan volume ekspor karet yang melambat dari 12,13% (yoy) di triwulan

II-2011 menjadi 4,78% (yoy).

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan III-2011, aktivitas

perdagangan di wilayah Kalimantan

Selatan diperkirakan mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya seiring momentum bulan

puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Laju

pertumbuhan sektor perdagangan, hotel

dan restoran (PHR) mencapai 9,09%

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 8,96% (yoy). Meningkatnya aktivitas perdagangan tercermin

dari indeks realisasi kegiatan usaha sektor PHR dari hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang di triwulan laporan mencapai 9,31 lebih tinggi dibandingkan

indeks triwulan sebelumnya sebesar 8,04.

Peningkatan aktivitas perdagangan juga tercermin dari meningkatnya arus

barang di pelabuhan Trisakti Banjarmasin, dimana arus bongkar muat selama

triwulan laporan mencapai 31,2 juta ton atau meningkat 58,95% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 37,8% (yoy). Sementara itu

Grafik 1.27 Pertumbuhan Ekspor Karet

Sumber : Dir. Statistik Moneter, BI Kantor Pusat

020406080100120140160

05

101520253035

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

US$

Ribu

ton

Vol. ekspor karet Nilai ekspor karet

Grafik 1.29 Indeks Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR

Sumber : SKDU, KBI Banjarmasin

-14,48

16,27

-0,43 -0,81

4,12 2,644,64 6,13 7,13 8,04 9,31

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2009 2010 2011

Sektor PHR

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

22

dalam mendukung aktivitas perdagangan selama triwulan III-2011, penyaluran

kredit untuk sektor perdagangan masih mencatat pertumbuhan yang cukup

tinggi sebesar 27,24% (yoy), meskipun sedikit lebih lambat dari triwulan

sebelumnya sebesar 28,84% (yoy).

2.2. Sektor Ekonomi Non-Dominan

Searah dengan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang

mencatat pertumbuhan yang melambat, laju pertumbuhan sektor ekonomi

Non-Dominan secara umum juga mengalami perlambatan. Di sektor

bangunan, laju pertumbuhan di triwulan III-2011 mencapai 6,47% (yoy), sedikit

melambat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya sebesar 6,74% (yoy).

Melambatnya produktivitas di sektor ini terutama dipengaruhi oleh turunnya

jumlah waktu kerja terkait bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri di triwulan laporan.

Indikasi ini terlihat dari perkembangan angka indeks realisasi perkembangan

usaha sektor bangunan dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

menunjukkan penurunan dari angka indeks 1,47 di triwulan II-2011 menjadi 1,18.

Meskipun mencatat perlambatan, namun pasokan semen untuk mendukung

Grafik 1.31 Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan

Berdasarkan Lokasi Proyek

Sumber :Laporan Bulanan Bank Umum, BI

-20%-10%0%10%20%30%40%50%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2008 2009 2010 2011

g. PDRB Sektor Perdagangan (y-o-y) - aksis kiri

g. Kredit Perdagangan (y-o-y)-aksis kanan

Grafik 1.30 Bongkar Muat barang di Pelabuhan Trisakti

Sumber : Adpel Banjarmasin

-50%0%50%100%150%200%250%300%

05

101520253035

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

Juta

to

n

Volume bongkar muat pelabuhan banjarmasing. volume bongkar muat (yoy)

Grafik 1.32 Realisasi Perkembangan Kegiatan Sektor Bangunan Kalsel

Sumber : SKDU, BI Banjarmasin

-1,18

1,96

0,98

1,96

0 0

1,96 1,96

-0,98

1,471,18

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2009 2010 2011

Sektor Bangunan

Grafik 1.33 Penjualan Semen Kalimantan Selatan

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

50

100

150

200

250

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3

2008 2009 2010 2011

(y-o-y)Ribu Ton

Pengadaan Semen (aksis kiri) g. Pengadaan Semen (y-o-y)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

23

kegiatan konstruksi masih terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar

25,35% (yoy).

Di sektor pengangkutan dan

komunikasi, meningkatnya mobilitas

masyarakat terkait Hari Raya Idul Fitri

di triwulan III-2011 belum mampu

mendorong laju pertumbuhan di

sektor ini. Laju pertumbuhan sektor

pengangkutan tercatat sebesar 6,77%

(yoy), lebih lambat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 7,34%

(yoy). Adanya penghentian operasional perusahaan tambang di triwulan laporan

diperkirakan ikut berimbas sektor pendukungnya antara lain bagi operasional

usaha pengangkutan tambang, sehingga mempengaruhi melambatnya

produktivitas sektor pengangkutan.

Di sektor keuangan, laju

pertumbuhan di triwulan laporan juga

mengalami perlambatan yaitu dari 6,19%

(yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,4%

(yoy). Indikasi perlambatan di sektor

keuangan terindikasi dari perkembangan

sejumlah indikator aktivitas perbankan

yang cenderung stabil, meskipun secara

umum kinerjanya relatif baik. Hal ini antara

lain tercermin dari laju pertumbuhan kredit perbankan Kalsel yang di triwulan III-

2011 mencapai 26,79% (yoy). Pertumbuhan ini relatif stabil dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh 26,26% (yoy).

Grafik 1.34 Pertumbuhan Konsumsi BBM Solar Kalimantan Selatan

Sumber : BPS, Pertamina

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%

10%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2008 2009 2010 2011

g. PDRB pengangkutan (aksis kiri) g. Konsumsi Solar (aksis kanan)

Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Selatan

Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin

0%5%10%15%20%25%30%35%40%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3

2009 2010 2011

Kredit per Lokasi Proyek (miliar Rp) g. Kredit (yoy)

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

ai

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

25

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 menunjukkan

kecenderungan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi

tahunan tercatat 4,59% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada triwulan II-

2011sebesar 5,75% (yoy). Melambatnya laju inflasi ini terutama dipengaruhi

lancarnya pasokan bahan makanan dan makanan jadi selama triwulan laporan.

Tekanan inflasi selama triwulan laporan justru datang dari sisi permintaan sebagai

akibat dampak musiman bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri, serta

peningkatan harga emas perhiasan.

1. KONDISI UMUM

Secara tahunan tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan

III-2011 kembali menurun. Pada akhir triwulan laporan, inflasi Kalimantan

Selatan yang tercermin dari perubahan Indeks harga Konsumen (IHK) Kota

Banjarmasin tercatat 4,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011

yang mencapai 5,75% (yoy). Angka tersebut berada di bawah inflasi nasional

maupun angka inflasi Kalimantan yang pada triwulan laporan masing-masing

tercatat sebesar 4,61% (yoy) dan 5,99% (yoy). Perkembangan ini sangat

menggembirakan, mengingat selama ini laju inflasi Kalimantan Selatan hampir

selalu di atas laju inflasi nasional.

Dilihat dari kelompok pengeluarannya, kelompok yang mengalami inflasi

tahunan terbesar pada triwulan laporan adalah kelompok sandang dengan laju

inflasi sebesar 14,20% (yoy), diikuti kelompok makanan jadi 6,36% (yoy), dan

perumahan 6,11% (yoy). Panen padi yang cukup berhasil dan lancarnya pasokan

bahan pangan pada triwulan III-2011 menyebabkan kelompok bahan makanan

mengalami penurunan inflasi tahunan terbesar pada triwulan laporan. Inflasi pada

kelompok ini hanya tercatat sebesar 1,80%(yoy), jauh lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan II-2011 yang mencapai 15,22% (yoy). Penurunan inflasi

kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan harga yang cukup signifikan

2

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

26

Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Kalsel dan Nasional

Gambar 2.3 Perkembangan Inflasi Kalsel Tahun Kalender (YTD)

Sumber BPS, diolah Sumber BPS, diolah

pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya, bumbu-bumbuan, ikan segar, serta

padi-padian.

Terjaganya pasokan komoditas bahan pangan sepanjang tahun 2011

mampu menahan inflasi Kalsel di level yang rendah. Sampai dengan triwulan

laporan inflasi Kalsel di tahun 2011 baru mencapai 3% (ytd), atau jauh lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 7,4% (ytd).

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalsel

Sumber: BPS, Diolah

Namun demikian, jika dilihat dari inflasi triwulanan (qtq), tekanan inflasi

yang terjadi selama triwulan III-2011 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

tekanan inflasi pada triwulan sebelumnya. Hal tersebut merupakan buntut dari

meningkatnya permintaan masyarakat selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri

yang jatuh pada triwulan III-2011, tepatnya pada bulan Agustus 2011. Inflasi

triwulanan pada triwulan laporan mencapai 1,74% (qtq) lebih tinggi dari triwulan

II-2011 yang tercatat sebesar 0,77% (qtq). Sementara itu inflasi bulanan tertinggi

sampai dengan sembilan bulan pertama tahun 2011 jatuh pada bulan Agustus

2011 yakni sebesar 1,53% (mtm).

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

27

a. Sisi Produksi

Turunnya inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 tidak terlepas

dari meningkatnya produksi padi di berbagai daerah penghasil. Hingga akhir

triwulan III-2011 luasan panen padi telah mencapai 435.519 hektar, meningkat

2,7% dari posisi yang sama di triwulan sebelumnya. Melimpahnya produksi padi

berimbas pada turunnya inflasi beras dari 17,61% (yoy) menjadi 7,60% (yoy).

Kondisi cuaca yang kondusif, serta dukungan pemda baik melalui

pembinaan teknis, pengembangan area lebak (rawa), maupun bantuan saprodi,

efektif meningkatkan produksi padi pada tahun 2011. Berdasarkan informasi dari

Dinas Pertanian Provinsi Kalsel, tidak seperti biasanya panen pada tahun ini masih

akan berlangsung hingga akhir tahun khususnya untuk lahan lebak. Hal tersebut

dikonfirmasi oleh data BPS (ARAM III) bahwa produksi padi hingga akhir tahun

diperkirakan mencapai 2 juta ton atau meningkat 8,64% dari tahun 2010.

Grafik 2.4 Perkembangan Luas Panen Padi Kalsel

Sumber: Dinas Pertanian Prov Kalsel, Diolah

b. Sisi Pasokan

Pasokan berbagai bahan pangan strategis ke Kalimantan Selatan pada

triwulan III-2011 relatif lebih terjaga. Kondisi cuaca sangat mendukung kondisi

produksi di sentra produksi, sehingga pasokan dari Jawa secara kontinyu dapat

didatangkan ke Banjarmasin. Keterjagaan pasokan ini antara lain terjadi pada gula

pasir non-rafinasi. Pada triwulan III-2010 stok gula non-rafinasi sempat kosong,

sementara pada triwulan laporan stok komoditas ini cukup memadai, yakni pada

kisaran 2.500 hingga 5.000 ton. Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan

laporan gula pasir mengalami deflasi sebesar -0,68% (yoy) lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,21% (yoy)

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2009 2010 2011

Ha

luas panen padi

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

28

Grafik 2.5 Perkembangan Stok Gula Pasir Non Rafinasi

Sumber: Disperindag Prov Kalsel, Diolah

Daging ayam ras juga menjadi salah satu komoditas yang cukup terjaga

pasokannya. Masuknya pasokan ayam hidup dari Jawa serta melimpahnya DOC

(day old chicken) di Kalsel memastikan harga daging ayam ras di level yang

rendah. Berdasarkan hasil SPH, rata-rata harga daging ayam ras pada triwulan III-

2011 hanya mencapai Rp23.669 per kilogram atau turun 13,38% dari triwulan

sebelumnya. Penurunan harga tersebut juga tercermin dalam pergerakan IHK

daging ayam ras yang pada triwulan laporan mengalami deflasi sebesar-13,27%

(yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar

15,69% (yoy).

c. Sisi Distribusi

Kondisi distribusi ke Kalimantan Selatan pada triwulan laporan relatif baik.

Dengan ketinggian gelombang di Laut Jawa dan Perairan Selatan Kalimantan

yang relatif normal yakni berkisar antar 0,5-1,5 meter, serta kecepatan angin

antara 3-10 knot, seluruh kapal pengangkut barang dapat merapat ke pelabuhan

Trisakti (Banjarmasin) dengan lancar. Adapun kecelakaan yang dialami KM Marina

di alur Barito tidak menghambat alur pasokan sembako melalui kawasan tersebut,

karena bangkai kapal segera dipinggirkan.

Kondisi distribusi melalui jalur darat pada triwulan laporan juga lebih baik.

Walaupun di penghujung September 2011 antrean kendaraan untuk

mendapatkan solar bersubsidi mulai terlihat kembali, namun hampir di sepanjang

triwulan III-2011 kondisinya relatif lebih baik. Kondisi tersebut selain

meningkatkan kelancaran pasokan, juga meredam ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi.

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

29

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Tekanan inflasi pada triwulan III-2011 yang rendah terutama dipengaruhi

oleh tercukupinya pasokan bahan pangan strategis di pasaran, sehingga harga

pangan relatif stabil bahkan beberapa komoditas mengalami penurunan harga.

Dengan demikan, inflasi volatile food dapat terkendali pada level yang rendah.

Tekanan inflasi terutama berasal dari sisi permintaan seiring dengan

meningkatnya konsumsi masyarakat selama triwulan laporan.

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Kalsel

Sumber: BPS Kalsel, diolah

a. INFLASI VOLATILE FOODS

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana inflasi volatile food

selalu melonjak pada saat perayaan Idul Fitri, kali ini tekanan inflasi kelompok

komoditas bahan makanan bergejolak tersebut justru paling rendah di antara

kelompok lainnya. Inflasi volatile food masih menunjukkan trend penurunan,

yakni hanya 0,98% (yoy) pada akhir triwulan laporan, jauh lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,73% (yoy).

Penurunan inflasi volatile foods salah satunya disebabkan oleh pasokan

ayam ras dan DOC-nya yang cukup banyak, seiring dengan stok ayam siap

potong pada peternakan besar yang melimpah dan masuknya daging ayam ras

dari Pulau Jawa yang menyebabkan harga ayam hidup dan daging ayam ras

mengalami penurunan. Berdasarkan hasil SPH, harga daging ayam ras pada akhir

triwulan laporan Rp26.404 per kilogram atau turun 11,38% dari triwulan

sebelumnya.

Disagregasi InflasiJul-11 Aug 2011 Sep-11 Jul-11 Aug 2011 Sep-11

UMUM 0,03 1,53 0,17 1,03 2,06 1,74Administered Price 1,01 1,41 0,16 1,21 2,55 2,60Volatile Food -1,25 1,01 0,49 1,06 0,94 0,23Inti 0,33 1,80 0,03 0,98 2,42 2,17Disagregasi Inflasi

Jul-11 Aug 2011 Sep-11 Jul-11 Aug 2011 Sep-11UMUM 1,27 2,83 3,00 3,82 5,04 4,59Administered Price 7,37 8,88 9,05 6,30 6,78 6,95Volatile Food 30,05 31,36 32,00 1,40 1,95 0,98Inti 11,12 13,11 13,15 4,22 5,95 5,58

y-t-d (%) y-o-y (%)

m-t-m (%) q-t-q (%)

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

30

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Volatile Food Kalsel

Sumber: BPS,Diolah

Hal lain yang mendorong rendahnya inflasi volatile food adalah panen

padi yang masih terus berlangsung di berbagai kabupaten pada triwulan laporan.

Seluruh sentra produksi beras di Kalsel, seperti Kabupaten Barito Kuala, Banjar,

dan Tanah Laut masih melakukan panen raya hingga akhir triwulan. Bahkan

menurut informasi dari dinas pertanian, kawasan lebak masih akan panen hingga

akhir Oktober 2011. Dengan kondisi tersebut, harga beras lokal premium berada

di level Rp11.032 per kilogram atau turun 6,06% dari triwulan sebelumnya.

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Beras Lokal Premium di Kalsel

Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah

Selain itu, minimnya curah hujan selama triwulan III-2011 juga

memberikan dampak positif terhadap kegiatan penangkapan ikan, baik ikan

tawar maupun ikan laut. Beberapa komoditas ikan segar yang biasanya menjadi

biang keladi inflasi pada bulan Ramadan malah menunjukkan penurunan harga,

seperti ikan gabus yang semakin mudah ditangkap di rawa-rawa di daerah Hulu

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

31

Sungai seiring surutnya ketinggian air di area tersebut. Pada triwulan laporan ikan

tersebut mengalami deflasi sebesar -24,55% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya juga mengalami deflasi sebesar -0,01% (yoy).

Grafik 2.8 Perkembangan Harga Ikan Gabus di Kalsel

Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah

Inflasi volatile food yang rendah juga tidak lepas dari kerja keras seluruh

instansi pemerintah yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi Kalsel. Dengan adanya monitoring lapangan yang intensif khususnya

menjelang dan selama bulan Ramadan serta himbauan Gubernur ataupun aparat

pemerintah lainnya kepada pedagang nampaknya membuat pedagang hanya

menaikkan harga sewajarnya selama bulan Ramadan. Berbagai pasar murah yang

digelar oleh berbagai instansi pemerintah dan perusahaan di Kalimantan Selatan

juga menjaga tingkat fluktuasi harga selama triwulan laporan.

b. INFLASI ADMINISTERED PRICES

Dengan tidak adanya kebijakan baru pemerintah terhadap harga

komoditas tertentu pada triwulan laporan, laju inflasi kelompok barang/jasa yang

harganya ditetapkan pemerintah (administered price) relatif stabil. Inflasi

administered price pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 6,95% (yoy)

sedikit lebih rendah dibandingkan posisi pada akhir triwulan II-2011 yakni sebesar

7,13% (yoy). Penurunan angka tahunan inflasi administered price lebih

disebabkan mulai hilangnya pengaruh kenaikan TDL pada tahun 2010 lalu. Hal ini

mengingat kebijakan kenaikan TDL rumah tangga mulai diberlakukan pada bulan

Agustus 2010, namun pada akhir triwulan III-2011 pemerintah memutuskan

untuk tidak menaikkan TDL, sehingga efek kenaikan TDL tersebut telah

menghilang sejak bulan Agustus 2011. Hal ini tampak dari angka inflasi tarif listrik

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

32

pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 0% (yoy), padahal pada akahir

triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,39% (yoy).

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Administered Price Kalsel

Sumber: BPS,Diolah

c. INFLASI INTI

Inflasi inti Kalsel pada triwulan laporan tercatat sebesar dari 5,58% (yoy),

atau lebih tinggi dari triwulan II-2011 sebesar 4,06% (yoy). Meningkatnya angka

inflasi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan dari sisi

permintaan. Sebagaimana umumnya yang terjadi di Indonesia yang mayoritas

penduduknya muslim, tekanan inflasi Kalsel pada triwulan laporan diwarnai oleh

peningkatan intensitas belanja masyarakat terkait faktor musiman bulan puasa

dan Hari Raya Idul Fitri.

Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Inti Kalsel

Sumber: BPS,Diolah

Dengan meningkatnya permintaan masyarakat, menyebabkan harga

komoditas makanan jadi dan sandang yang menjadi komponen inflasi inti

mengalami kenaikan. Salah satu indikasi kenaikan intensitas belanja masyarakat

terekam dalam pergerakan salah satu indeks Survei Konsumen yang dilaksanakan

oleh Bank Indonesia Banjarmasin. Indeks konsumsi barang tahan lama kembali

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

33

meningkat yakni dari 126,52 pada triwulan II-2011 menjadi 127,27 pada triwulan

III-2011. Pergerakan ini mengindikasikan kegiatan masyarakat dalam membeli

barang elektronik, furniture, pakaian, dan barang tidak habis pakai lainnya

meningkat pada triwulan laporan.

Grafik 2.11 Perkembangan Konsumsi Barang Tahan Lama

Sumber: Survei Konsumen,Diolah

Selain tekanan dari sisi permintaan, kenaikan inflasi inti juga dipengaruhi

oleh faktor eksternal yakni kenaikan harga komoditas emas di pasar internasional

sebagai dampak masih berlanjutnya krisis utang di Eropa. Kenaikan harga emas di

pasar internasional diikuti dengan pergerakan harga komoditas tersebut di pasar

lokal. Harga emas perhiasan pada bulan akhir triwulan laporan sudah menembus

Rp450.312 per gram atau meningkat 22,47% dari triwulan sebelumnya. Tekanan

pada inflasi inti juga diperparah dengan eksekusi kebijakan untuk menaikkan tarif

pendidikan dan rumah sakit pada tahun 2011 yang mulai tercatat efeknya bulan

Agustus.

Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas Perhiasan

Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah

Meningkatnya tekanan permintaan masyarakat pada triwulan laporan juga

tercermin dari pergerakan Indeks Ekspektasi Konsumen pada triwulan laporan

yang meningkat dari 144,81 menjadi 146,09.

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

34

Grafik 2.13 Perkembangan IEK

Sumber: Survei Konsumen,Diolah

3. INFLASI PEDESAAN

Searah dengan pergerakan inflasi IHK umum, inflasi di daerah pedesaan

juga mengalami penurunan. Hingga akhir triwulan laporan, inflasi pedesaan

mencapai 2,22% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 6,41% (yoy). Secara kumulatif, inflasi pedesaan hingga akhir triwulan

III-2011 baru mencapai 0,50% (ytd), lebih rendah dari posisi yang sama di tahun

sebelumnya yang mencapai 6,58% (ytd).

Tabel 2.2 Inflasi Pedesaan Kalsel

Sumber BPS Provinsi Kalsel

Dilihat dari kelompok barang dan jasa, penurunan inflasi terutama terjadi

pada kelompok bahan makanan, dengan penurunan inflasi dari 7,89% (yoy)

menjadi 5,59% (yoy). Panen padi yang masih terus berlangsung di beberapa

kabupaten nampaknya berhasil menekan harga komoditas bahan makanan secara

umum di daerah pedesaan. Selain itu antrean solar yang mulai berkurang,

khususnya selama bulan Juli dan Agustus 2011, memastikan kelancaran pasokan

bahan makanan ke wilayah pedesaan.

TW II-2011 TW III-2011 TW II-2011 TW III-2011 TW II-2011 TW III-2011UMUM -0.50 -0.96 1.47 0.50 6.41 2.22 Bahan Makanan -1.32 2.16 1.34 3.53 7.89 5.59 Makanan Jadi -0.81 0.75 0.24 0.99 4.28 3.38 Perumahan 1.78 0.74 3.78 4.55 6.34 5.06 Sandang 1.01 0.88 1.91 2.81 5.31 4.87 Kesehatan 1.25 0.16 2.31 2.48 4.33 3.53 Pendidikan 0.14 0.39 0.53 0.92 2.02 1.35 Transportasi 0.34 0.01 0.62 0.63 2.97 1.47

Inflasi Pedesaan

Q-t-Q Y-t-D Y-O-Y

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

35

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS Kalsel, diolah

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

37

Boks 1. Gerakan Bersama Kalsel Tangkal Inflasi Ramadhan – Idul fitri

Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri di Kalimantan Selatan umumnya

ditandai dengan melambungnya harga berbagai kebutuhan pokok mulai dari

bahan makanan, makanan jadi, pakaian, hingga perabotan rumah tangga.

Budaya masyarakat yang gegap gempita dalam menyambut hari raya Idul Fitri

yang diikuti dengan aktivitas konsumsi yang cukup besar, telah mendorong

tekanan inflasi. Jika tidak diimbangi dengan pasokan barang yang memadai, akan

mendorong laju inflasi yang lebih tinggi.

Mengantisipasi hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi Kalsel menggelar Rapat Koordinasi pada tanggal 19 Juli 2011. Pada rapat

tersebut dibicarakan mengenai kondisi pasokan berbagai komoditas pangan

strategis dan sejumlah inisiatif pemda untuk meminimalisir inflasi, termasuk

rencana aksi bersama untuk meredam tekanan inflasi di bulan Ramadan dan Idul

Fitri.

Dari hasil rapat tersebut diperoleh informasi dari Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Dinas Peternakan Provinsi Kalsel bahwa pasokan beras, daging ayam

ras, telur ayam ras, dan daging sapi dalam kondisi aman hingga akhir tahun.

Pasokan beras diperkirakan akan aman hingga akhir tahun dan mengalami total

surplus sebesar 621.842 ton.

Adapun beberapa program yang telah dilaksanakan instansi dalam rangka

menjaga stabilitas harga bahan pokok antara lain :

1. Pemprov Kalsel memberikan DPM-LUEP kepada penggilingan beras lokal

premium untuk membantu petani dalam pemasaran gabah pada saat panen

raya sebesar Rp15 miliar.

2. Pemberian bantuan peralatan pasca panen oleh Dinas Pertanian Provinsi Kalsel

3. Disperindag Prov Kalsel mengadakan kegiatan pasar murah mulai tanggal 13

Juli 2011 sampai dengan tanggal 25 Agustus 2011.

Selain itu, sebagai tindak lanjut rapat tanggal 19 Juli 2011 juga

disepakati pelaksanaan beberapa aksi bersama untuk meredam laju inflasi

pada momentum bulan puasa dan Idul Fitri sebagai berikut:

1. Monitoring bersama stok pangan di lapangan

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

38

Boks 1. Gerakan Bersama Kalsel Tangkal Inflasi Ramadhan – Idul fitri

• Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara pasti kondisi stok

kebutuhan pokok masyarakat di pasar, serta memberikan efek kejut bagi

para pedagang sehingga mereka segan untuk melakukan permainan

harga.

• Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2011 di Pasar Kelayan,

Pasar Antasari, dan gudang distributor beras di Banjarmasin. Kegiatan

yang dipimpin oleh Kepala Disperindag Provinsi Kalsel ini diikuti oleh

perwakilan TPID dari Bank Indonesia Banjarmasin, Dinas Pertanian, Biro

Ekonomi Setda Provinsi Kalsel, dan Bulog.

• Dari hasil pemantauan tersebut didapatkan hasil bahwa kondisi stok

beras, gula pasir, telur ayam ras, minyak goreng, daging ayam, dan

komoditas pokok lainnya berada dalam kondisi normal dan aman.

Pasokan barang tersebut, baik dari lokal Kalsel maupun Pulau Jawa dinilai

pedagang relatif lancar bahkan melimpah. Di antara berbagai komoditas

tersebut hanya beras Jawa saja yang tercatat mengalami kenaikan,

sementara beras lokal yang disukai mayoritas warga Banjarmasin justru

mengalami penurunan harga karena adanya panen di Kabupaten Barito

Kuala.

2. Siaran Pers Bersama

• Tujuan aksi ini adalah untuk menenangkan masyarakat dan menghimbau

masyarakat agar tidak melakukan konsumsi yang berlebihan pada saat

menjalankan ibadah puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain itu

diharapkan kepada para pedagang untuk tidak menaikkan harga secara

berlebihan.

• Siaran pers dipimpin oleh Sekda Provinsi Kalsel pada tanggal 29 Juli 2011

dan dimuat di berbagai media lokal cetak dan elektronik.

• Aksi ini diperkuat dengan imbauan yang dilakukan oleh Gubernur Kalsel

melalui media massa yang menyerukan agar masyarakat tidak melakukan

konsumsi yang berlebihan selama bulan Ramadan.

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

49

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

39

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Berbagai indikator utama kinerja perbankan di Kalimantan Selatan

pada triwulan III-2011 secara umum menunjukan peningkatan. Indikasi ini

terlihat dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit

yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu kualitas

kredit, secara umum mencatat perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh

penurunan rasio NPL dari 2,77% menjadi 2,60%.

1. PERKEMBANGAN BANK UMUM

1.1. Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum

Hingga akhir triwulan III-2011, aset perbankan di Provinsi Kalsel telah

mencapai Rp31,36 triliun atau naik 8,11% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,01 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan

aset perbankan mencapai 23,63% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya sebesar 20,89% (yoy).

Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan

Meningkatnya laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama

disumbang oleh kelompok bank umum pemerintah yang pada triwulan laporan

membukukan pertumbuhan sebesar 22,67% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan

pada akhir triwulan II-2011 yang hanya sebesar 16,85% (yoy). Sementara itu,

Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3Aset Rp triliun 21.07 21.54 22.40 23.99 25.36 26.17 27.31 29.01 31.36

(y-o-y) 17.09% 16.68% 14.22% 15.61% 20.36% 21.46% 21.88% 20.89% 23.63%

(q-t-q) 6.62% 2.24% 3.99% 7.09% 5.72% 3.18% 4.34% 6.23% 8.11%DPK Rp triliun 16.87 17.78 18.43 19.24 20.02 21.31 21.96 23.82 25.72

(y-o-y) 9.12% 10.64% 7.14% 14.34% 18.71% 19.82% 19.12% 23.78% 28.45%

(q-t-q) 0.21% 5.43% 3.66% 16.21% 4.05% 6.42% 3.05% 8.48% 7.97%Kredit (Lokasi Proyek) Rp triliun 16.64 17.53 16.94 18.96 20.35 20.15 22.55 23.88 25.79

(y-o-y) 8.38% 9.04% 5.16% 16.52% 22.33% 14.96% 33.12% 25.93% 26.73%

(q-t-q) 2.23% 5.36% -3.35% 11.92% 7.33% -0.98% 11.92% 5.88% 8.02%

LDR (Lokasi proyek) 98.63% 98.57% 91.91% 98.53% 101.64% 94.57% 102.71% 100.24% 100.27%

NPL gross (Lokasi proyek) 4.28% 2.14% 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%

Pertumbuhan

Pertumbuhan

Pertumbuhan

Sumber: Bank Indonesia

2011Uraian Satuan

2009 2010

3

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

40

pertumbuhan aset bank umum swasta mengalami perlambatan, dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 32,65% (yoy) menjadi 26,19% (yoy).

Pertumbuhan aset bank umum Kalimantan Selatan terutama didorong

oleh bertambahnya jaringan kantor dan peningkatan status kantor. Selama

triwulan III-2011, jaringan kantor bank umum telah bertambah dengan dibukanya

4 KCP, 3 kantor unit, dan 1 KCS, sehingga jumlah seluruh kantor bank umum

menjadi 25 bank umum dan 4 unit usaha syariah, yang didukung oleh 324

jaringan kantor, tidak termasuk sentra operasi payment point (SOPP) dan kantor

fungsional.

Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)

Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah

1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum Kalimantan

Selatan pada triwulan III-2011 mencapai Rp25,72 triliun atau tumbuh 28,45%

(yoy). Pertumbuhan pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 23,78% (yoy).

Seluruh jenis simpanan, baik deposito, giro, maupun tabungan tumbuh

meningkat. Deposito tumbuh 23,10% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 22,25% (yoy). Pertumbuhan giro melonjak dari 19,72% (yoy) pada

triwulan II-2011 menjadi 30,11% (yoy). Demikian pula tabungan tumbuh 30,11%

(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 26,26% (yoy).

Akselerasi pertumbuhan deposito diperkirakan terkait dengan

meningkatnya laba lembaga keuangan non bank yang antara lain diindikasikan

oleh pesatnya penyaluran kredit konsumtif kepada masyarakat sampai dengan

22.67%

26.19%

23.63%

0%5%

10%15%20%25%30%35%40%45%

Tw 3-08

Tw 4-08

Tw 1-09

Tw 2-09

Tw 3-09

Tw 4-09

Tw 1-10

Tw 2-10

Tw 3-10

Tw 4-10

TW 1-11

TW 2-11

TW 3-11

Growth Asset Bank Umum Pemerintah (y-o-y)

Growth Asset Bank Umum Swasta (y-o-y)

Growth Asset Bank Umum Kalsel (y-o-y)

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

41

triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh deposito milik lembaga keuangan non

bank yang tumbuh sebesar 116,73% (yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan

tahun sebelumnya sebesar 42% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan tahunan deposito, juga dipengaruhi oleh

pertumbuhan deposito milik perorangan, yaitu dari 22,32% (yoy) menjadi

26,10% (yoy). Suku bunga deposito yang relatif lebih menarik dibandingkan suku

bunga tabungan, telah meningkatkan minat sebagian nasabah tabungan untuk

mengalihkan jenis simpanannya. Berdasarkan data LBU, suku bunga tertimbang

deposito milik perorangan mencapai 6,37%, sementara tabungan hanya 2,73%.

Lonjakan pertumbuhan giro terutama bersumber dari pertumbuhan giro

milik pemda. Giro milik pemda pada triwulan laporan tumbuh 30,53% (yoy) lebih

tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,08% (yoy). Kondisi

ini disebabkan oleh realisasi belanja pemda yang masih belum optimal sampai

dengan triwulan laporan. Realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan

Selatan, misalnya, pada triwulan laporan baru mencapai 59,56% atau lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

67,54%. Berdasarkan informasi dinas terkait, belum optimalnya realisasi belanja

ini lebih disebabkan oleh faktor teknis, dimana beberapa pelaksana proyek belum

melakukan penagihan atas proyek-proyek yang telah direalisasikan.

Sementara itu realisasi pos pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan

dalam periode yang sama telah mencapai 71,39% dari target, jauh di atas

realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 53,13%.

Hal ini juga membantu memperbesar pundi-pundi giro pemda yang mengendap

di perbankan.

Meningkatnya pertumbuhan giro kali ini juga bersumber dari

pertumbuhan giro sektor swasta. Masih terjaganya laju pertumbuhan ekspor

unggulan Kalsel di level yang tinggi, serta iklim perekonomian Kalsel yang relatif

baik berdampak positif terhadap kondisi keuangan di sektor usaha. Giro milik

sektor swasta non lembaga keuangan tercatat tumbuh 42,75% (yoy), lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya sebesar 28,30% (yoy).

Pertumbuhan dana juga terjadi pada komponen tabungan milik

perseorangan yang tumbuh dari 23,23% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi

27,87% (yoy). Fenomena ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana pada

pada triwulan berlangsungnya perayaan Idul Fitri, pergerakan dana tabungan

cenderung melambat seiring meningkatnya konsumsi masyarakat. Berdasarkan

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

42

informasi sejumlah bank, pada saat ini masyarakat lebih cenderung

memanfaatkan fasilitas kredit yang ditawarkan oleh perbankan maupun lembaga

keuangan non bank seiring tren penurunan suku bunga.

Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)

Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia, diolah

1.3. Penyaluran Kredit

Kredit yang disalurkan oleh bank umum Kalimantan Selatan (kredit

menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan III-2011 mencapai Rp19,97 triliun atau

tumbuh 23,65% dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu

kredit yang disalurkan seluruh bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan (kredit

menurut lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp25,78 triliun atau

tumbuh sebesar 26,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang

mencatat pertumbuhan 25,92% (yoy).

Dilihat dari jenis penggunaannya, meningkatnya laju pertumbuhan kredit

terutama terjadi pada kredit investasi yang mencapai 34,27% (yoy), lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,65% (yoy). Meningkatnya

pertumbuhan kredit investasi ini terkait dengan membaiknya ekspektasi pelaku

usaha di sektor pertanian dan sektor pertambangan seiring dengan meningkatnya

produksi kedua sektor tersebut selama triwulan III-2011, serta bertahannya harga

komoditas perkebunan dan batubara di level yang tinggi. Hal tersebut tercermin

dari hasil SKDU, di mana saldo bersih tertimbang (SBT) ekspektasi sektor pertanian

meningkat dari 5,12 menjadi 9,16 dan sektor pertambangan yang meningkat dari

0,67 menjadi 3,73.

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

2009 2010 2011

Giro Tabungan Deposito DPK

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

43

Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Kalsel Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah

Peningkatan pertumbuhan kredit kali ini juga bersumber dari kredit

konsumsi yang tumbuh 30,19% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 28,35% (yoy). Peningkatan tersebut terkait dengan lonjakan konsumsi

masyarakat menjelang hari Raya Idul Fitri terutama untuk barang-barang seperti

kendaraan bermotor dan perabotan rumah tangga. Berdasarkan data LBU,

beberapa komponen kredit konsumsi tumbuh meningkat, seperti kredit

kepemilikan kendaraan dari 39,12% (yoy) menjadi 63,99% (yoy), kredit barang

furniture dari 52,53% (yoy) menjadi 96,55% (yoy), dan kredit barang elektronik

melonjak fantastis dari 113,3%(yoy) menjadi 872,45% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan kredit tidak terlepas dari kondisi suku bunga

kredit yang terus mengalami penurunan. Rata-rata suku bunga kredit tertimbang

di wilayah Kalimantan Selatan selama triwulan III-2011 tercatat sebesar 12,75%

atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 13,26%.

Grafik 3.4. Komposisi Kredit Sektoral Kalimantan Selatan

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

TW II-2009

TW III-2009

TW IV-2009

TW I-2010

TW II-2010

TW III-2010

TW IV-2010

TW I-2011

TW II-2011

TW III-2011

g. kredit (y-o-y) g. konsumsi (y-o-y)g. investasi (y-o-y) g. modal kerja (y-o-y)

Pertanian 9% Pertambangan

7%

Industri pengolahan

5%

Listrik,Gas dan Air 1%

Konstruksi 4%

Perdagangan 18%

Pengangkutan 6%

Jasa Dunia Usaha

8%

Jasa Sosial Masyarakat

2%

Lain-lain 40%

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

44

Dilihat dari sektor ekonominya, pangsa kredit masih didominasi oleh kredit

pada sektor lain-lain, yang umumnya bersifat konsumtif (40%), diikuti sektor

perdagangan (18%) dan sektor pertanian (9%). Sedangkan jika dilihat dari

pertumbuhan kreditnya, sumber peningkatan pertumbuhan kredit kali ini berasal

dari sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. Masih cukup

prospektifnya perkembangan sektor perkebunan, turut mendorong ekspansi

kredit ke sektor pertanian, sehingga kredit di sektor tersebut tumbuh meningkat

dari sebelumnya -7,38% (yoy) menjadi 10,76% (yoy). Sementara itu kredit di

sektor perdagangan tumbuh meningkat dari 16,5% (yoy) menjadi 27,3% (yoy)

karena pengaruh meningkatnya tekanan permintaan menjelang Hari Raya Idul

Fitri. Di sisi lain, berkembangnya industri pengolahan bijih besi dan minyak sawit

menjadi pemicu meningkatnya pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan

dari 21,34% (yoy) menjadi 45,75%(yoy).

Dengan meningkatnya pertumbuhan DPK dan kredit, maka LDR

berdasarkan kredit lokasi proyek mencapai 100,27% atau meningkat tipis dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,23%.

Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan

Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah

1.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit

Dari sisi manajemen risiko, laju pertumbuhan kredit saat ini belum

berpotensi memberi tekanan pada risiko likuiditas bank umum yang beroperasi di

Kalimantan Selatan. Hal ini terindikasi dari LDR berdasarkan lokasi bank yang

turun dari 79,28% menjadi 77,66%. Angka LDR tersebut masih berada dalam

batas kewajaran.

80%

90%

100%

110%

0.00

5,000.00

10,000.00

15,000.00

20,000.00

25,000.00

30,000.00

Miliar Rp LDR (%)

DPK Kredit (lokasi proyek) LDR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

45

Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan

Trw I Trw I I Trw I I I Trw IV Trw I Trw I I Trw I I I

Nominal NPL 375,038 362,383 407,265 427,750 427,785 647,745 662,543 670,990

NPL % 2.14% 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%

NPL per jenis penggunaan

Modal Kerja 2.98% 3.28% 3.05% 2.98% 3.76% 5.24% 5.11% 4.71%

Investasi 2.57% 2.33% 2.59% 2.20% 1.32% 2.48% 2.28% 2.17%

Konsumsi 0.93% 1.11% 1.08% 1.20% 1.18% 1.21% 1.22% 1.18%

NPL per sektor ekonomi

Pertanian 3.36% 3.71% 2.97% 4.61% 0.32% 0.62% 2.16% 1.92%

Pertambangan 1.04% 0.51% 0.85% 0.91% 1.69% 3.80% 6.70% 2.26%

Industri pengolahan 2.58% 5.41% 6.21% 6.70% 6.73% 9.48% 9.73% 8.81%

Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.15% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.59%

Konstruksi 6.71% 2.12% 1.59% 3.57% 7.64% 7.26% 7.52% 6.82%

Perdagangan 3.62% 3.77% 3.80% 2.41% 2.70% 3.00% 3.00% 3.18%

Pengangkutan 0.31% 2.30% 2.32% 2.16% 2.19% 9.12% 0.64% 5.10%

Jasa Dunia Usaha 1.20% 1.31% 1.11% 0.93% 1.03% 2.34% 2.17% 1.75%

Jasa Sosial Masyarakat 1.06% 1.08% 1.68% 0.99% 1.94% 1.12% 1.46% 1.67%

Lain-lain 0.93% 1.20% 1.16% 1.22% 1.23% 1.24% 1.27% 2.60%

2011NPL Kredit

20102009

Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah

Sementara itu risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio NPL, mencatat

penurunan dari 2,77% menjadi 2,60%. Ditinjau dari jenis penggunaannya,

membaiknya rasio kredit bermasalah (NPL) tersebut terutama disebabkan oleh

turunnya NPL pada kredit produktif, baik kredit modal kerja maupun kredit

investasi. Dilihat dari sektor ekonomi, penurunan rasio NPL yang paling drastis

terjadi pada sektor pertambangan, yakni dari 6,7% menjadi 2,26% seiring

dengan penyelesaian masalah sengketa lahan pertambangan di salah satu bank.

1.5. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)

Selaras dengan perkembangan kredit secara umum, kredit dengan skala

MKM tumbuh meningkat dari 28,99% (yoy) menjadi 33,10% (yoy). Posisi kredit

MKM di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 mencapai Rp16,33 triliun

dengan pangsa sebesar 63,32% dari total penyaluran kredit bank umum. Rasio ini

relatif stabil dari triwulan sebelumnya yang mencapai 63,4%.

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Skala MKM Bank Umum Kalimantan Selatan

sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW IIIMikro 3,216,019 3,454,843 3,429,517 3,384,252 4,181,025 4,238,688 4,389,846 Kecil 4,671,362 5,127,336 5,514,156 5,189,183 6,393,894 6,990,788 7,703,204 Menengah 2,918,430 3,153,624 3,323,732 3,402,769 3,634,813 3,908,889 4,235,257

Total Kredit MKM 10,805,811 11,735,803 12,267,405 11,976,204 14,209,732 15,138,364 16,328,307

Kredit(Rp Juta)

2010 2011

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

46

Sementara itu, kredit MKM produktif tumbuh sebesar 32,03% (yoy), lebih

tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,95% (yoy). Secara

rinci, kredit modal kerja tumbuh melambat dari 28,53% (yoy) menjadi 26,02%

(yoy), sedangkan kredit investasi tumbuh meningkat dari 26,23% (yoy) pada

triwulan sebelumnya menjadi 52,83% (yoy).

Dilihat dari sektor ekonominya, meningkatnya pertumbuhan kredit

produktif berskala MKM pada triwulan laporan terutama bersumber dari

pertumbuhan kredit di sektor PHR yang meningkat dari 21,66% (yoy) menjadi

25,03% (yoy). Sektor lainnya yang juga mencatat pertumbuhan adalah sektor jasa

dunia usaha yang tumbuh meningkat dari 25,32% (yoy) menjadi 42,63% (yoy),

serta sektor pertanian yang pertumbuhannya mencapai 87,48% (yoy) jauh lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 29,82% (yoy).

Grafik 3.6. Perkembangan KUR Kalsel

Khusus untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), berdasarkan data Kementrian

Koordinator Perekonomian, pada triwulan laporan tercatat plafon yang telah

disetujui sebesar Rp1,49 triliun atau naik 9,87% (qtq) dari triwulan sebelumnya

yang mencapai Rp1,36 triliun. Secara tahunan, plafon KUR tersebut mencatat

perlambatan dari 79,76% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 29,32% (yoy) pada

triwulan III-2011. Dengan demikian, pangsa plafon KUR Kalsel terhadap nasional

sedikit mengalami penurunan dari 2,77% menjadi 2,63%. Plafon KUR tersebut

untuk membiayai 102.475 debitur, atau naik 8,56% dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebanyak 94.392 debitur. Secara tahunan, pertumbuhan debitur

KUR masih relatif tinggi, meskipun melambat dari triwulan sebelumnya, yaitu dari

56,82% (yoy) menjadi 43,15% (yoy).

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

Plafon Realisasi Debitur

80%

292%

57%

29%

59%43%

yoy

Sumber : Data Menko PerekonomianTW II 2011 TW III 2011

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

47

2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH

Berbeda dengan pertumbuhan perbankan secara umum yang mengalami

perbaikan hampir di seluruh indikator, kinerja perbankan syariah sedikit melambat

khususnya dari sisi pertumbuhan pembiayaan dan volume usaha. Pada akhir

triwulan laporan, aset bank umum dan unit usaha syariah di Kalsel mencapai

Rp2,01 triliun, atau meningkat 3,11% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Namun secara tahunan pekembangan volume usaha kelompok ini

melambat dari 60,01% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 30,08% (yoy).

Secara tahunan, laju pertumbuhan pembiayaan syariah untuk berbagai

kegiatan ekonomi tumbuh di level yang tinggi yakni 32,03% (yoy), meskipun

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 33,23%

(yoy). Dari sisi nominal, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah ke

Kalimantan Selatan (berdasarkan lokasi proyek) telah mencapai Rp1,79 triliun.

Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah

Melambatnya pembiayaan syariah pada triwulan laporan terutama

disebabkan oleh pembiayaan modal kerja yang hanya tumbuh 4,67% (yoy),

setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 18,31% (yoy). Turunnya pertumbuhan

pembiayaan modal kerja ini terutama terjadi pada sektor konstruksi dan jasa

dunia usaha. Sementara itu, kondisi yang lebih baik dialami oleh pertumbuhan

pembiayaan jenis investasi yang meningkat, yaitu dari 14,01% (yoy) menjadi

31,85% (yoy).

Sama halnya dengan pembiayaan modal kerja, pembiayaan konsumtif

pada triwulan laporan juga mencatat perlambatan. Pembiayaan konsumtif pada

akhir triwulan III-2011 mencapai Rp601 miliar atau tumbuh 85,96% (yoy),

meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 93,21% (yoy).

Melambatnya pertumbuhan pembiayaan syariah konsumtif ini terjadi pada

pembiayaan untuk kepemilikan rumah dan perabot rumah tangga. Perlambatan

ini terutama dipengaruhi oleh masih adanya anggapan relatif mahalnya

TW II-2010 TW III-2010 TW IV-2010 TW I-2011 TW II-2011 TW III-2011Asset 1,220,273 1,547,818 1,755,752 1,773,417 1,952,619 2,013,382

Pembiayaan lokasi proyek 1,244,071 1,359,027 1,463,515 1,583,914 1,657,503 1,794,309 Dana 1,086,770 1,029,282 1,204,599 1,201,944 1,341,451 1,540,679

FDR lokasi proyek 114.47% 132.04% 121.49% 131.78% 123.56% 116.46%

NPF lokasi proyek (%) 0.54% 0.76% 1.40% 7.63% 7.21% 6.62%

Keterangan(Juta Rp)

Posisi

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

48

pembiayaan bank syariah dibandingkan bank konvensional di tengah tren

penurunan suku bunga.

Perkembangan DPK perbankan syariah pada akhir triwulan III-2011

mencapai Rp1,54 triliun atau tumbuh 49,68% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 23,43% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan simpanan

syariah ini terjadi pada seluruh jenis simpanan, khususnya giro dan deposito yang

meningkat secara signifikan. Giro tumbuh meningkat dari 8,45% (yoy) menjadi

60,37% (yoy), sedangkan deposito dari 29,08% (yoy) menjadi 61,14% (yoy).

Tabungan juga tumbuh meningkat dari 24,19% (yoy) pada triwulan II-2011

menjadi 42,00% (yoy).

Meningkatnya DPK perbankan syariah antara lain dipengaruhi oleh mulai

masuknya pembayaran biaya haji dari para calon jamaah maupun keperluan

nasabah untuk pelaksanaan haji nantinya. Hal ini terindikasi dari meningkatnya

tabungan syariah dalam bentuk valas dari 20,12% (yoy) menjadi 31,67% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dana yang diiringi dengan

melambatnya pertumbuhan pembiayaan, mendorong penurunan financing to

deposit ratio (FDR) pada triwulan III-2011 menjadi 116,46% setelah pada triwulan

sebelumnya tercatat sebesar 123,56%.

Sementara itu risiko pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio NPF

tercatat membaik, meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi. NPF

perbankan syariah Kalimantan Selatan pada akhir triwulan III-2011 mencapai

6,62%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,21%.

123.56%

116.46%

70%

80%

90%

100%

110%

120%

130%

140%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

TW III-2009

TW IV-2009

TW I-2010

TW II-2010

TW III-2010

TW IV-2010

TW I-2011

TW II-2011

TW III-2011

Dana Pembiayaan lokasi proyek FDR lokasi proyek

11.62%

7.63% 7.21%

6.62%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

NPF lokasi proyek (%)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah, diolah

Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah

Kalimantan Selatan

Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

49

Turunnya NPF tersebut terutama bersumber dari penurunan NPF di sektor

pertambangan seiring telah diselesaikannya kasus yang terkait sengketa hukum

perusahaan tambang.

3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Secara umum berbagai indikator kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

pada triwulan III-2011 masih tumbuh cukup tinggi, meskipun melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama pertumbuhan kredit dan volume

usaha. Di sisi lain, pertumbuhan DPK masih mencatat peningkatan, namun diiringi

risiko kredit yang terindikasi meningkat.

Tabel 3.5. Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan

Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah

Dari sisi jaringan kantor, jumlah BPR Kalimantan Selatan tidak mengalami

perubahan yaitu sebanyak 23 BPR yang terdiri dari 18 BPR milik pemerintah

daerah dan 5 BPR berbentuk perseroan terbatas. Adapun rencana pendirian BPR

di Kabupaten Kotabaru masih menunggu proses pengajuan izin operasional,

mengingat izin prinsip telah diberikan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia

beberapa waktu yang lalu.

Total aset BPR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan laporan mencapai

Rp422 miliar atau tumbuh 34,49% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya

yang pertumbuhannya mencapai 53,27% (yoy). Tidak adanya perkembangan

yang berarti dalam perluasan jaringan kantor, perlambatan pertumbuhan

penyaluran kredit yang dibarengi dengan menurunnya kualitas kredit selama

triwulan laporan diduga menjadi penyebab perlambatan ini.

Tw 4 2009 Tw 1 2010 Tw 2 2010 Tw 3 2010

Tw 4 2010 Tw 1 2011

Tw 2 2011

Tw 3 2011

Jumlah BPR 23 23 23 23 23 23 23 23PD 18 18 18 18 18 18 18 18PT 5 5 5 5 5 5 5 5Total Aset 272 270 295 314 371 417 452 422 DPK 168 176 163 151 192 232 280 264 - Tabungan 63 64 65 70 77 84 85 91 - Deposito 105 113 99 82 115 148 195 173 Kredit 209 202 239 234 264 319 319 310 LDR 124.22% 114.57% 146.04% 154.26% 136.99% 137.61% 113.91% 117.51%NPL (%) 4.64% 4.74% 4.38% 4.47% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58%

Indikator2009 2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

50

Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan BPR mencapai 32,87%

(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 33,66% (yoy). Dilihat dari jenis penggunaannya, melambatnya

pertumbuhan kredit BPR ini terutama terjadi pada kredit investasi, yaitu dari

109,29% (yoy) menjadi 71,87% (yoy) dengan nilai sebesar Rp215,5 miliar.

Sementara itu kredit modal kerja dan kredit konsumsi masih mencatat

peningkatan. Kredit modal kerja tumbuh 24,39% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,69% (yoy). Demikian juga dengan kredit

konsumsi yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,04%, atau lebih tinggi dari

triwulan I-2011 yang tumbuh 8,72% (yoy).

Di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat tumbuh sebesar 74,42%

(yoy), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 71,35%

(yoy). Dilihat dari jenis simpanannya, peningkatan ini terutama terjadi pada jenis

simpanan deposito yang mengalami peningkatan pertumbuhan hingga 111,55%

(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 98,10% (yoy). Tingginya

pertumbuhan deposito ini salah satunya dipengaruhi meningkatnya minat

masyarakat dalam menyimpan dananya di BPR seiring penawaran suku bunga

deposito BPR yang relatif lebih baik. Selaras dengan itu, perkembangan tabungan

juga tumbuh meningkat dari 30,56% (yoy) menjadi 30,92% (yoy).

Namun demikian, kualitas kredit yang disalurkan BPR mengalami

penurunan. Pada akhir triwulan III-2011, rasio NPL (gross) BPR tercatat sebesar

6,58% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 3,77%.

Dengan perkembangan tersebut, LDR BPR Kalimantan Selatan pada akhir

triwulan III-2011 mengalami sedikit peningkatan dari 113,91% pada akhir

triwulan II-2011 menjadi 117,51%. LDR BPR yang melebihi angka 100% menjadi

indikasi bahwa BPR masih harus membuat terobosan inovatif dalam menghimpun

dana dari masyarakat, antara lain melalui kegiatan promosi dan penciptaan

produk simpanan yang lebih kompetitif, serta peningkatan layanan yang lebih

menjawab kebutuhan masyarakat di segmen pasarnya. Penerapan program

weekend banking, perubahan jam buka tutup kantor, serta perluasan jaringan

kantor yang mengarah pada terpenuhinya kebutuhan masyarakat dapat menjadi

alternatif untuk meningkatkan daya saing.

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

51

Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah

4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Kalimantan Selatan selama

triwulan III-2011 menunjukkan adanya peningkatan yang ditandai oleh

peningkatan volume transaksi tunai dan non tunai. Transaksi tunai mengalami

peningkatan yang diindikasikan oleh arus uang tunai keluar (outflow) dari Bank

Indonesia Banjarmasin. Sementara transaksi non tunai khususnya RTGS juga

mencatat adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

4.1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

Kegiatan transaksi sistem pembayaran tunai tercermin dari aliran uang

keluar dan masuk dari/ke Bank Indonesia Banjarmasin (outflow dan inflow),

kegiatan penukaran uang, dan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).

a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Selama triwulan III-2011, total perputaran aliran uang kartal mengalami

peningkatan 77,34% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp2,12

triliun menjadi Rp3,76 triliun. Peningkatan tersebut terjadi baik pada aliran uang

keluar (outflow), maupun aliran uang masuk (inflow). Selama triwulan laporan,

aliran uang keluar (outflow) meningkat sebesar 66,18% (qtq) atau dari Rp1,13

triliun menjadi Rp1,88 triliun. Sementara aliran uang masuk (inflow) meningkat

sebesar 90,07% (qtq) dari Rp990,52 miliar menjadi Rp1,88 triliun. Dengan

perkembangan tersebut terjadi net inflow sebesar Rp139,58 miliar.

71.35%74.42%

33.66% 32.87%

113.91%

117.51%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

-20%-10%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%

Tw 4 2009

Tw 1 2010

Tw 2 2010

Tw 3 2010

Tw 4 2010

Tw 1 2011

Tw 2 2011

Tw 3 2011

growth DPK (y-o-y) growth Kredit (y-o-y) LDR

319 319 310

3.82%3.77%

6.58%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Rp0

Rp50

Rp100

Rp150

Rp200

Rp250

Rp300

Rp350

Tw 4 2009

Tw 1 2010

Tw 2 2010

Tw 3 2010

Tw 4 2010

Tw 1 2011

Tw 2 2011

Tw 3 2011

Kredit (Rp Miliar)

Kredit NPL (%)

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR

Grafik 3.9 Pertumbuhan (yoy) Kredit dan DPK serta LDR BPR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

52

Grafik 3.11 Perkembangan Inflow dan Outflow (dalam jutaan Rupiah)

Sumber: BI Banjarmasin, diolah

Meningkatnya aliran uang keluar (outflow) pada triwulan laporan

mengindikasi peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang tunai. Hal tersebut

dipengaruhi oleh faktor musiman bulan Ramadan dan peringatan Hari Raya Idul

Fitri yang ditandai oleh meningkatnya tekanan konsumsi masyarakat, terutama

untuk belanja berbagai kebutuhan pokok. Di lain sisi, meningkatnya aliran uang

masuk (inflow) merupakan fenomena arus balik uang pasca hari raya. Kondisi ini

terindikasi dari jumlah inflow pada bulan September 2011 yang mencapai Rp1,2

triliun atau 64% dari jumlah seluruh aliran uang masuk selama triwulan laporan.

b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah

Selama triwulan laporan, jumlah nominal penukaran uang melalui BI

Banjarmasin mencapai Rp98,79 miliar atau meningkat 198,04%(qtq) dari triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar Rp33,14 miliar. Peningkatan ini terutama

didorong oleh faktor budaya masyarakat yang ingin bertransaksi menggunakan

uang baru selama Hari Raya Idul Fitri. Selain itu peningkatan aktivitas

perdagangan eceran juga ikut meningkatkan aktivitas penukaran uang yang

melalui BI Banjarmasin.

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

53

Grafik 3.12 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah

Sumber: BI Banjarmasin, diolah

Dilihat dari jumlah lembar/keping uang yang ditukarkan masyarakat, jenis

pecahan yang paling diminati adalah uang kertas pecahan Rp2.000. Volume

penukaran uang pecahan jenis ini mencapai 22% dari total lembar/keping uang

yang ditukarkan. Pecahan rupiah lainnya yang juga diminati masyarakat adalah

pecahan kertas Rp1.000 yang volumenya mencapai 19,65%, diikuti uang kertas

Rp5000 dan Rp 10.000 masing-masing 18,16% dan 10,70% dari total lembar/

keping uang yang ditukarkan.

Grafik 3.14. Pangsa Pecahan Uang dalam Kegiatan Penukaran Uang di Bank Indonesia Banjarmasin

Sumber: BI Banjarmasin, diolah

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

54

c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Seiring dengan meningkatnya jumlah uang kartal masuk (inflow), jumlah

nominal PTTB mengalami peningkatan sebesar 19,43% (qtq), yaitu dari Rp589,94

miliar menjadi Rp704,589 miliar. Pada triwulan laporan terdapat 21,63 juta

lembar uang yang diracik karena kondisinya sudah lusuh dan tidak layak edar.

Namun demikian, dilihat dari jumlah lembar, terdapat penurunan sebesar 15,12%

(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

Jumlah nominal uang tidak layak edar yang dimusnahkan sudah jauh

berkurang apabila dibandingkan dengan triwulan III-2010 dimana jumlah uang

yang dimusnahkan mencapai Rp1,21 triliun atau terjadi penurunan sebesar 42%

dari tahun sebelumnya. Turunnya jumlah PTTB tersebut sedikit banyak juga

mengindikasikan bahwa masyarakat semakin teredukasi tentang bagaimana cara

memperlakukan uang dengan baik agar uang tidak cepat rusak atau lusuh.

Grafik 3.15 Perkembangan Triwulanan Kegiatan Pemusnahan Melalui PTTB

Sumber: BI Banjarmasin, diolah

d. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Meskipun secara nominal jumlah uang palsu yang ditemukan relatif kecil,

namun dalam triwulan III-2011 temuan uang palsu ini mengalami peningkatan.

Uang palsu ini berasal dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kas keliling,

loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau

ditemukan oleh pihak Kepolisian. Pada triwulan laporan, rasio uang palsu

terhadap inflow meningkat dari 0,0006% menjadi 0,0022%. Jumlah uang palsu

yang paling banyak dipalsukan adalah uang pecahan Rp100.000.

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2008 2009 2010 2011

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

55

Grafik 3.16. Rasio Jumlah Uang Palsu terhadap Inflow

Sumber: BI Banjarmasin, diolah

Meningkatnya jumlah uang palsu diduga merupakan tindakan oknum

yang ingin memanfaatkan masa-masa puncak kegiatan transaksi tunai masyarakat

menjelang Hari Raya Idul Fitri. Terkait hal ini, Bank Indonesia Banjarmasin telah

melakukan berbagai upaya preventif, antara lain dengan aktif menyampaikan

siaran pers untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, disamping kegiatan

sosialisasi pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai lapisan

masyarakat yang secara intensif terus dilakukan.

4.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI

Nilai transaksi pembayaran non tunai selama triwulan laporan

menunjukan pergerakan yang meningkat bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, khususnya untuk transaksi non tunai dengan nilai besar melalui

RTGS. Sementara itu, transaksi melalui sistem kliring menunjukkan penurunan

dari triwulan sebelumnya.

a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Seiring dengan semakin meningkatnya transaksi keuangan yang

bernominal besar, transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time

Gross Settlement (BI-RTGS) cenderung meningkat. Nilai nominal transaksi melalui

BI-RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp42,22 triliun atau naik 11,99%

(qtq). Searah dengan itu, volume transaksi juga mengalami kenaikan sebesar

19,17% dari 39.169 transaksi menjadi 46.676 transaksi.

Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan

0.0000%

0.0020%

0.0040%

0.0060%

0.0080%

0.0100%

0.0120%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2008 2009 2010 2011

0.0006%

0.0022%

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

56

Sumber: web Bank Indonesia, diolah

Peningkatan transaksi RTGS ini searah dengan pergerakan aktivitas

ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan pertanian yang mengalami

akselerasi pada triwulan laporan. Meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat

serta terjaganya harga komoditas ekspor unggulan Kalsel pada triwulan laporan

diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya arus transaksi dengan nilai besar

ke/dari Kalimantan Selatan.

b. Transaksi Kliring

Pada triwulan laporan, nilai nominal transaksi kliring tercatat menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan III-2011, nominal transaksi

kliring mencapai Rp3,2 triliun atau turun 23,94% (qtq) dari triwulan sebelumnya.

Selaras dengan nominal transaksi kliring, jumlah warkat yang ditransaksikan

tercatat turun 29,74% (qtq), yaitu dari 82.819 lembar menjadi 58.191 lembar.

Grafik 3.17. Perkembangan Kliring di Kalimantan Selatan

Sumber: BI Banjarmasin, diolah

Nilai Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

1 16568 16003 6353 13425 1719 2599 24641 320272 20123 17711 7793 15284 2046 2985 29961 359803 17344 17023 7807 16727 2031 3086 27182 368364 18113 19301 8412 19119 3506 4051 30031 424711 16857 14439 8364 19479 2764 3890 27985 378082 18562 15223 9749 21089 3322 4198 31633 405103 11067 15626 10163 23016 2975 4355 24204 429974 14075 18303 13754 25943 4804 5646 32633 498921 19292 17164 13419 21756 4735 4977 37446 438972 19362 12032 13713 22081 4628 5056 37702 391693 21262 18696 15923 22815 5038 5165 42223 46676

TOTAL

Volume

2009

2010

2011

Periode

FROM TO FROM - TO

Volume Volume Volume

0100002000030000400005000060000700008000090000

0500000

10000001500000200000025000003000000350000040000004500000

3 4 1 2 3 4 1 2 3

2009 2010 2011

nominal (Rp Miliar) volume(lembar axis kanan)

Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

57

Menurunnya transaksi kliring, selain disebabkan oleh berkurangnya jumlah

hari kerja selama libur lebaran Idul Fitri yang mencatat adanya hari libur selama 5

hari kerja, juga dipengaruhi oleh aktivitas transaksi masyarakat yang dalam

periode itu cenderung lebih banyak menggunakan transaksi tunai untuk

bertransaksi.

Sementara itu, rata-rata penolakan cek dan bilyet kosong per hari justru

mengalami kenaikan. Pada triwulan III-2011, setiap hari rata-rata terdapat 1,93%

cek dan bilyet kosong dari seluruh lembaran warkat yang masuk, sedikit lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,81%.

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

57

BAB IV KEUANGAN DAERAH

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

59

KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan III-2011, stimulus keuangan Pemerintah Daerah

dalam mendorong perekonomian Kalimantan Selatan melalui realisasi

belanja daerah mengalami perlambatan dibandingkan periode yang

sama di tahun sebelumnya. Namun dari sisi pendapatan,

perkembangan di triwulan laporan menunjukkan kinerja yang

membaik.

Realisasi pos pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan sampai

dengan triwulan III-2011 masih relatif baik. Hal ini tercermin dari

realisasinya yang telah mencapai 71,39% dari anggaran, jauh di atas

realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai

53,13%. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih menjadi

penopang utama pendapatan seiring dengan meningkatnya pendapatan

yang bersumber dari pajak daerah.

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel

Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan III % Realisasi

2010 2011 2010 2011 2010 2011

Pendapatan Daerah 2.015.715 2.451.950 1.071.029 1.750.562 53,13 71,39

Pendapatan asli daerah 1.090.111 1.392.300 572.749 1.247.792 52,54 89,62

Dana perimbangan 904.819 1.038.864 489.189 501.442 54,06 48,27

Lain-lain pendapatan yang sah 20.785 20.785 9.089 1.328 43,73 6,39

Belanja Daerah 2.176.862 2.601.981 1.470.254 1.549.784 67,54 59,56

Belanja operasi 1.588.697 1.950.314 1.110.428 883.883 69,90 45,32

Belanja modal 585.165 648.666 358.089 240.922 61,19 37,14

Belanja tidak terduga 3.000 3.000 1.736 1.220 57,87 40,67 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Sementara itu, realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan

Selatan pada triwulan laporan baru mencapai 59,56% atau lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

67,54%. Meskipun demikian, secara nominal realisasi belanja tersebut

menunjukkan peningkatan.

4

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

60

1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah

Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan

Selatan di triwulan III-2011 menunjukkan kinerja yang lebih baik

dibandingkan periode sebelumnya. Percepatan dari pos pendapatan ini

terlihat dari realisasi pada triwulan laporan yang telah mencapai 71,39%

dengan nominal sebesar Rp1,75 triliun, atau jauh di atas pencapaian pada

periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 53,13% dengan nominal

Rp1,07 triliun. Hal tersebut juga menunjukkan semakin membaiknya

efektivitas keuangan daerah1 pada triwulan laporan, karena pencapaiannya

mampu melebihi target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp1,04

triliun.

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel

Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan III Persentase (%)

2010 2011 2010 2011 2010 2011

Pendapatan Asli Daerah 1.090,11 1.392,30 572,75 1.247,79 52,54 89,62

Hasil Pajak Daerah 923,90 1.178,21 509,76 1.048,72 55,17 89,01

Hasil Retribusi Daerah 28,93 38,36 15,07 27,64 52,09 72,05 Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan

22,95 35,70 31,34 44,03 136,53 123,34

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

114,32 140,02 16,57 127,40 14,50 90,98

Pendapatan Transfer 904,82 1.038,86 489,19 501,44 54,06 48,27

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 378,10 505,50 195,01 186,72 51,58 36,94

Dana Alokasi Umum 483,37 483,36 288,23 303,55 59,63 62,80

Dana Alokasi Khusus 43,35 25,00 5,95 11,17 13,73 22,35

Lain-lain Pendapatan yang Sah 20,79 20,79 9,09 1,33 43,73 6,39

Pendapatan Daerah 2.015,72 2.451,95 1,071,02 1,750,56 53,13 71,39

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Satu hal yang cukup positif adalah peningkatan realisasi

pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan terutama ditopang oleh

peningkatan pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

mencapai Rp1.247,79 miliar atau terealisasi hingga 89,62% dari anggaran

PAD tahun 2011. Realisasi tersebut jauh lebih baik dibandingkan pada

periode yang sama di tahun 2010, dimana realisasi PAD hanya mencapai

Rp572,75 miliar atau 52,54% dari anggaran PAD 2010. Tingginya realisasi

1 EFektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

61

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-2011

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-2011

PAD menunjukkan kemandirian daerah2

yang juga cenderung membaik.

Pada triwulan laporan, rasio kemandirian daerah meningkat dari 53,48%

menjadi 71,28%, yang ditopang oleh kemampuan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan dalam mendayagunakan potensi daerahnya sebagai

sumber-sumber PAD melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.

Grafik 4.1 Grafik 4.2 Efektivitas Pemerintah dalam merealisasikan Rasio kemandirian daerah / pendapatan daerah yang dianggarkan desentralisasi fiskal

Komponen PAD yang mengalami peningkatan cukup besar terjadi

pada komponen pendapatan Pajak Daerah yang mencapai Rp1.048,72

miliar atau meningkat 105,73% (yoy) dari pencapaian triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya sebesar Rp572,75 miliar. Peningkatan hasil pajak

daerah tersebut terutama ditopang oleh membaiknya aktivitas ekspor,

terutama komoditas unggulan batu bara, kelapa sawit, dan karet, serta

peningkatan konsumsi masyarakat di sepanjang tahun 2011. Peningkatan

komponen PAD juga berimplikasi pada meningkatnya kemampuan fiskal3

Sementara itu, persentase realisasi pendapatan transfer sedikit

menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu dari

54,06% menjadi 48,27%. Meskipun demikian, secara nominal pendapatan

transfer tersebut masih mencatat kenaikan. Menurunnya realisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu dari 38,96% pada triwulan

III-2010 menjadi 80,51% pada triwulan laporan.

2 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah

(PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut

3 Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

62

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-20110%

20%

40%

60%

80%

Tw 3-2009 Tw 3-2010 Tw 3-2011

pendapatan transfer terutama dipengaruhi oleh subkomponen Bagi Hasil

Pajak/Bukan Pajak, yang realisasinya sampai triwulan III-2011 baru

mencapai Rp186,72 miliar (36,9%), lebih rendah dari periode yang sama

tahun sebelumnya yang mencapai Rp195,01 miliar (51,58%). Penurunan

ini diperkirakan terkait adanya keterlambatan transfer dari Pemerintah

Pusat. Meskipun demikian, keterlambatan transfer tersebut diperkirakan

tidak akan mempengaruhi penyelenggaraan kegiatan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan. Hal tersebut terindikasi dari relatif lebarnya ruang

fiskal4

daerah yang meningkat cukup signifikan yaitu dari 14,63% pada

triwulan III-2010 menjadi 69,77%.

Grafik 4.3 Grafik 4.4

Ruang Fiskal Kalimantan Selatan Kemampuan fiskal Kalimantan Selatan

Sementara kondisi keuangan daerah tingkat kabupaten/kota dari

sisi pendapatan hingga semester I-2011 menunjukkan kecenderungan

yang relatif stabil dibandingkan sebelumnya. Hal ini tercermin dari realisasi

pendapatan yang rata-rata sebesar 50,30% dari anggaran, relatif stabil

dibandingkan periode sebelumnya sebesar 52,80%. Realisasi pendapatan

terbesar kembali dicapai oleh Kabupaten Tanah Laut dengan kinerja yang

semakin tinggi, yaitu sebesar 71,15% atau Rp21,51 miliar dari target

pencapaian selama semester I-2011 sebesar Rp15,12 miliar. Beberapa

daerah lain dengan kinerja pendapatan daerah di atas rata-rata yaitu

Kabupaten Balangan sebesar 69,24%, Kabupaten Hulu Sungai Utara

4 Ketersediaan ruang pada anggaran pemerintah untuk menyediakan sumber daya tertentu dalam

rangka mencapai suatu tujuan tanpa mengancam kesinambungan posisi keuangan daerah (IMF Policy Discussion Paper, 2005). Ruang fiskal diperoleh dari pendapatan umum setelah dikurangi pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked) serta belanja yang sifatnya mengikat seperti belanja pegawai dan belanja bunga

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

63

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

sebesar 62,49%, Kab Banjarbaru sebesar 57,91%, Kab. Tanah Bumbu

sebesar 55,97%, serta Kab. Hulu Sungai Tengah sebesar 51,94%.

Grafik 4.5 Grafik 4.6 Realisasi pendapatan Kab/Kota di Kalsel Kemandirian fiskal Kab/Kota di Kalsel

Meskipun terjadi peningkatan pada pos pendapatan, namun

kemandirian fiskal daerah belum menunjukkan perkembangan yang cukup

berarti. Hingga semester I-2011 tercatat rasio kemandirian fiskal tertinggi

hanya sebesar 21,94% yang dicapai oleh Kota Banjarmasin, sementara

pencapaian kabupaten/kota lainnya masih jauh di bawah angka tersebut.

Masih rendahnya rasio kemandirian merupakan indikasi masih

tingginya ketergantungan pendapatan pemerintah kabupaten/kota kepada

sumber pendapatan eksternal seperti pendapatan Dana Alokasi Umum

(DAU) atau Dana Alokasi Khusus (DAK).

2. Belanja Daerah

Dari sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,

percepatan realisasinya sampai dengan triwulan III-2011 mencatat

penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun 2010, yaitu dari

67,54% menjadi 59,56%. Meskipun demikian, besarnya nominal realisasi

belanja meningkat dari Rp1.470,25 miliar menjadi Rp1.549,78 miliar.

Ditinjau dari komponen belanja daerah, belum optimalnya realisasi

tersebut terutama pada realisasi belanja modal yang sampai dengan

triwulan III-2011 baru mencapai 37,14%, atau hanya sebesar Rp240,92

miliar dari anggaran 2011 sebesar Rp648,67 miliar. Realisasi ini lebih

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

64

rendah dari periode yang sama di tahun 2010 yang telah merealisasikan

sebesar 61,19% dengan nominal mencapai Rp358,09 miliar. Masih relatif

rendahnya realisasi belanja modal antara lain dipengaruhi oleh berbagai

kendala teknis seperti masih relatif banyaknya pelaksana proyek

(kontraktor) yang belum melakukan penagihan sampai dengan akhir

triwulan III-2011. Hal ini mengakibatkan realisasi belanja belum

mencerminkan realisasi pembangunan daerah.

Kondisi di atas menyebabkan rasio belanja modal terhadap belanja

daerah menjadi menurun dari 24,35% pada triwulan III-2010 menjadi

hanya 15,54% pada triwulan laporan. Meskipun demikian, kondisi

penyerapan belanja daerah tersebut diperkirakan tidak akan menghambat

usaha pemerintah dalam mendorong pembangunan daerah mengingat

realisasi pembangunan fisik program telah sesuai dengan rencana.

Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel

Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan II Prosentase (%)

2010 2011 2010 2011 2010 2011

Belanja Operasi 1.588,70 1.950,31 1.110,43 883,88 69,90 45,32

Belanja Pegawai 949,26 677,50 336,38 436,03 61,24 64,36

Belanja Barang dan Jasa 454,80 615,17 196,12 316,18 43,12 51,40

Belanja Bantuan Sosial 68,57 81,64 57,59 68,29 84,00 83,65

Belanja Bantuan Keuangan 408,65 524,88 520,32 24,88 100,82 4,74

Belanja Modal 585,17 648,66 358,09 240,92 61,19 37,14

Belanja Tidak Terduga 3,00 3,00 1,74 1,22 57,87 40,67

Total Belanja 2.176,86 2601,98 1.470,25 1.549,78 67,54 59,56 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Sementara rasio belanja modal terhadap belanja daerah menurun,

rasio realisasi belanja pegawai terhadap belanja daerah justru mengalami

peningkatan dari 22,88% menjadi 28,13% pada triwulan III-2011. Kondisi

ini harus menjadi perhatian mengingat belanja rutin pegawai tersebut

kurang memberikan efek secara langsung terutama dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi daerah.

Hal ini diindikasikan dengan penyerapan dana beberapa proyek

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang relatif tinggi, antara lain

pembangunan ruas jalan Dahai-Tanjung (79,60%), jalan lingkar dalam

Banjarmasin Selatan (75,33%), jalan Paringin-Halong (91,70%), jalan

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

65

Tanjung-Muara Uya (89,18%), jalan Kotabaru-Sebelimbingan-Tanjung

Serdang (70,34%), jalan Anjir Pasar-Marabahan (76,93%), jalan Pelaihari-

Takisung (89,00%), jalan Banjarbaru-Aranio (81,87%), serta jalan

Amuntai-Lampihong (92,37%).

Tabel 4.4. Realisasi Beberapa Program Utama Kalsel s/d Triwulan II-2011

Program/Proyek Pembangunan

Pagu Dana (Rp juta)

Penyerapan Dana

(Rp juta)

Realisasi Anggaran

(%)

Program sarana dan prasarana aparatur 528 300 56,82

Program pembangunan jalan dan jembatan 130.412 69.622 53,39

Program rehabilitasi/pemeliharaan jelan dan jembatan 3.286 957 29,12

Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya

25.369 5.750 22,67

Program pembangunan sarana dan prasarana publik 92.348 23.845 25,82

Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur 75.441 8.166 10,82

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan

Sementara pada komponen belanja operasi, realisasi sampai dengan

triwulan III-2011 mencatat penurunan persentase yaitu dari 69,90% di

triwulan III tahun 2010 menjadi 45,32% di triwulan III-2011. Belanja

operasi terutama ditopang oleh subkomponen belanja bantuan sosial serta

belanja pegawai yang realisasinya sampai dengan triwulan laporan masing-

masing sebesar 83,65% dan 64,36%.

Di sisi lain, rata-rata belanja daerah pada tingkat kabupaten/kota

selama semester I-2010 masih sekitar 28,01%, dengan kisaran sebesar

antara 20,22% hingga 40,17%. Realisasi belanja tertinggi dicapai oleh

Kab. Banjar yang membukukan penyerapan anggaran sebesar 40,17%

atau sebesar Rp339 miliar dari anggaran sebesar Rp844,58 miliar.

Beberapa kabupaten lain yang juga memiliki realisasi belanja di atas rata-

rata adalah Kabupaten Banjarbaru sebesar 35,86%, Kabupaten Barito

Kuala sebesar 33,87%, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 29,69%,

dan Kab. Banjarmasin sebesar 29,67%. Relatif rendahnya realisasi belanja

tersebut diperkirakan karena desentralisasi fiskal kabupaten/kota di wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan masih relatif rendah, yaitu rata-rata hanya

sebesar 5,8%, dengan kata lain bahwa ketergantungan daerah dalam

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

66

0%5%

10%15%20%25%30%35%40%45%

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

pembiayaan pembangunan daerah terhadap pemerintah pusat masih

relatif tinggi.

Grafik 4.6 (Kiri) Grafik 4.7 (Kanan) Realisasi belanja Kab/Kota di Kalsel Rasio belanja daerah perkapita Kab/Kota di Kalsel

Meskipun membukukan realisasi belanja daerah yang relatif rendah

selama semester I-2011 dengan kinerja sebesar 20,22%, Kabupaten

Balangan merupakan kabupaten dengan rasio belanja daerah perkapita5

5 Rasio yang menunjukkan seberapa besar belanja yang digunakan untuk menyejahterakan per penduduk di

suatu daerah (Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan RI)

yang paling tinggi diantara sejumlah kabupaten/kota lainnya di wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki rata-rata sebesar Rp0,8

juta/penduduk. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi belanja di

Kabupaten Balangan lebih dirasakan oleh masyarakat dibandingkan

realisasi belanja di wilayah lainnya. Selama semester I-2011, Kabupaten

Balangan telah membelanjakan sebesar Rp1,13 juta untuk setiap

penduduk di wilayah kabupatennya. Kabupaten/kota lainnya yang juga

memiliki rasio belanja daerah perkapita tinggi antara lain Kabupaten

Tabalong Rp1,08 juta per penduduk, Kabupaten Tapin Rp0,99 juta per

penduduk.

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011

67

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Peningkatan kinerja ekonomi di triwulan laporan ikut

memberikan dampak positif terhadap kondisi ketenagakerjaan di

Kalimantan Selatan pada triwulan II-2011. Penyerapan tenaga kerja

oleh beberapa sektor ekonomi di triwulan laporan dilaporkan mengalami

peningkatan, yang terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) pada triwulan laporan. Hal tersebut didukung oleh data Jamsostek

Kalimantan Selatan yang menyebutkan adanya penurunan jumlah

pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) selama periode laporan.

Di sisi lain, kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan

cenderung membaik selama triwulan laporan. Nilai Tukar Petani (NTP)

Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dan berada di atas

angka nasional. Sedangkan Survei Konsumen mengindikasikan bahwa

Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Indeks Penghasilan Saat Ini juga tetap

terjaga pada kisaran yang relatif tinggi, sejalan dengan Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) yang menunjukkan kecenderungan untuk menguat.

1. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan selama

triwulan II-2011 cenderung membaik dibandingkan dengan kondisi

triwulan sebelumnya. Hasil SKDU yang dilaksanakan Bank Indonesia

Banjarmasin menunjukkan adanya kenaikan realisasi penggunaan tenaga

kerja yang cukup signifikan, diindikasikan oleh peningkatan angka Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) dari -3,27 pada triwulan I-2011 menjadi 5,50 pada

triwulan II-2011.

Peningkatan penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan terjadi

pada sektor industri pengolahan yang bergerak dari 0,00 menjadi 3,81

5

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011

68

selama triwulan laporan, seiring dengan pertumbuhan sektor industri

pengolahan di Kalimantan Selatan yang meningkat sebesar 0,53% (qtq).

Selain industri pengolahan, penyerapan tenaga kerja oleh sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) juga mengalami peningkatan

signifikan, yaitu dari 1,58 pada triwulan lalu menjadi 5,16. Penyerapan ini

terkait dengan meningkatnya kegiatan PHR seiring pelaksanaan event

nasional Seleksi Tilawatil Quran (STQ) Nasional yang berlangsung pada

awal bulan Juni 2011 di Banjarmasin, serta tibanya masa liburan sekolah

pada akhir triwulan laporan.

Sementara tiga sektor lainnya, yakni sektor jasa-jasa, sektor listrik,

gas, dan air bersih, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan juga mengalami peningkatan meskipun tidak setinggi dua

sektor di atas. Sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dari -0,11 menjadi

0,19, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menjadi 2,02 dari

sebelumnya 0,49, sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih, meningkat

dari -1,04 menjadi 0,12.

Tabel 6.1. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan

No SEKTOR Realisasi Triwulan I-

2011 Realisasi Triwulan II-

2011

1. Pertanian -3.50 -3.28

2. Pertambangan 1.17 -0.67

3. Industri Pengolahan 0.00 3.81

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih -1.04 0.12

5. Konstruksi 0.00 0.00

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.58 5.16

7. Pengangkutan dan Komunikasi -1.86 -1.86

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan

0.49 2.02

9. Jasa-jasa -0.11 0.19

TOTAL -3.27 5.50

Sumber :SKDU, Bank Indonesia Banjarmasin

Adapun sektor usaha yang realisasi penyerapan tenaga kerja

dengan angka SBT negatif antara lain sektor pengangkutan dan

komunikasi dengan penyerapan sebesar -1,86 serta sektor pertanian

(dalam arti luas) dengan penyerapan sebesar -3,28 dari sebelumnya -3,50.

Hal ini diperkirakan terkait dengan banyaknya wilayah pertanian yang

memasuki persiapan masa panen sehingga penyerapan tenaga kerja masih

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011

69

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2

2008 2009 2010 2011

JHT (Rpjuta) - aksis kiri Kasus (buah) - aksis kanan

rendah. Sedangkan sektor dominan Kalimantan Selatan, pertambangan

dan penggalian, justru menunjukkan penurunan penyerapan tenaga kerja

selama triwulan laporan yaitu dari 1,17 menjadi -0,67.

Dari indikator ketenagakerjaan lainnya, perkembangan jumlah kasus

dan besarnya nominal pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) selama triwulan

laporan juga menunjukkan adanya perbaikan penyerapan tenaga kerja.

Dilihat dari rata-rata pencairan JHT tiap bulannya selama triwulan II-2011,

menunjukkan angka yang cenderung menurun dari Rp4,84 miliar per

bulan menjadi Rp4,18 miliar per bulan, atau turun sekitar 13,47% (qtq).

Demikian halnya dengan jumlah kasus pencairan JHT selama triwulan

laporan yang juga mengalami penurunan, dari 2.592 kasus di triwulan I-

2011 menjadi 2.506 kasus.

Gambar 6.1. Perkembangan Pencairan Jaminan Hari Tua ( JHT)

Sumber : PT Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan

2. Kesejahteraan

Sejalan dengan indikator ketenagakerjaan yang

menunjukkan kecenderungan membaik, masyarakat Kalimantan

Selatan di triwulan laporan masih merasakan adanya peningkatan

kesejahteraan. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator berdasarkan

hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Banjarmasin.

Indeks Penghasilan selama triwulan laporan yang masih bergerak di kisaran

yang relatif tinggi, yakni antara 155,80 hingga 160,40. Kondisi ini relatif

lebih stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang bergerak pada

kisaran 145,83 hingga 153,33.

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011

70

0

50

100

150

200

0

50

100

150

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011Ekspektasi Penghasilan Penghasilan Saat Ini

Relatif tingginya indeks penghasilan saat ini sejalan dengan

indikator pendapatan rumah tangga pada Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

yang mengalami peningkatan selama triwulan laporan. Bertahannya indeks

ini pada level tinggi diperkirakan karena adanya realisasi kenaikan gaji PNS

pada bulan April 2011 lalu serta membaiknya pendapatan pekerja seiring

membaiknya kinerja ekspor di sektor pertambangan dan subsektor

perkebunan.

Gambar 6.2. Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Penghasilan Saat Ini

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin

Seiring dengan optimisme masyarakat, Indeks Ekspektasi

Penghasilan juga menunjukkan trend yang sama, yaitu tetap bertahan di

level yang cukup tinggi. Apabila pada triwulan sebelumnya indeks ini

bergerak pada kisaran 158,75-163,33, maka pada triwulan laporan indeks

bertahan pada kisaran 154,20-157,92. Kinerja ekspor yang berpotensi

membaik serta kondisi makro perekonomian yang relatif kondusif

diperkirakan mampu menjaga ekspektasi positif masyarakat.

Di sisi lain, kesejahteraan petani menunjukkan kecenderungan yang

membaik. Hal tersebut diindikasikan dengan peningkatan Nilai Tukar

Petani (NTP) Kalimantan Selatan selama triwulan II-2011. NTP yang

merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani

terhadap indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan konsumsi

rumah tangga dan biaya produksi, mencatat kenaikan sebesar 0,5% (qtq),

dari 107,64 pada triwulan sebelumnya menjadi 108,18

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011

71

103104105106107108109

100110120130140150

TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2009 2010 2011

Indeks Harga yang Diterima Petani

Indeks Harga yang Dibayar Petani

Nilai Tukar Petani

. Gambar 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel dan Nasional

Sumber : BPS Kalsel, diolah

Peningkatan tersebut didukung oleh indeks harga yang diterima

petani yang mengalami sedikit peningkatan selama triwulan laporan, yaitu

dari 140,32 pada triwulan sebelumnya menjadi 140,55. Sebaliknya, indeks

harga yang dibayar petani juga turut membaik, yaitu mengalami

penurunan sebesar 0,34% (qtq), atau menjadi 129,92 dari triwulan

sebelumnya sebesar 130,36.

Tabel 6.2 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan

Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Periode Persentase

Perubahan (yoy) Juni 2010

Juni 2011

Indeks Harga yang Diterima Petani 131,19 140,55 7,13

NTP Tanaman Pangan 104,87 107,30 2,32

NTP Hortikultura 123,53 127,25 3,01

NTP Perikanan 88,63 86,07 -2,89

NTP Peternakan 103,99 102,81 -1,13

NTP Tanaman Perkebunan Rakyat 100,08 100,54 0,46

Indeks Harga yang Dibayar Petani 123,26 129,92 5,40

Konsumsi Rumah Tangga 124,84 132,84 6,41 Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 119,25 121,44 1,84

Nilai Tukar Petani 106,44 108,18 1,63 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Secara tahunan, peningkatan tertinggi terjadi pada NTP

Hortikultura, diikuti oleh NTP Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan

Rakyat. Sedangkan dua NTP lainnya, yaitu Perikanan dan Peternakan,

mengalami penurunan masing-masing sebesar -2,89 dan -1,13.

BAB VI PROSPEK EKONOMI

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

73

PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan IV-2011 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan

Selatan diperkirakan tidak jauh berbeda dari pertumbuhan pada triwulan III-

2011, sementara laju inflasi diestimasikan kembali mengalami penurunan.

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, perekonomian Kalimantan Selatan

pada triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh moderat dengan laju pertumbuhan

pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy) dengan kecenderungan pada batas atas.

Sementara itu, panen padi lokal yang kali ini diperkirakan masih akan terjadi

hingga akhir tahun, serta harga emas yang perlahan mulai menurun, diperkirakan

mampu mempertahankan inflasi pada level yang rendah. Inflasi pada triwulan

mendatang diperkirakan pada kisaran 4,13% ± 1% (yoy)

1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi

Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan

tumbuh dalam kisaran moderat. Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga

diperkirakan masih cukup optimis berkat terjaganya daya beli masyarakat pada

level yang tinggi, serta cenderung menurunnya suku bunga perbankan seiring

tekanan inflasi yang diperkirakan melemah. Sementara kinerja ekspor

diperkirakan tetap mampu menopang pertumbuhan ekonomi mengingat prospek

komoditas Kalimantan Selatan pada triwulan mendatang masih relatif belum

terpengaruh dari penurunan kinerja perekonomian global.

Sedangkan di sisi penawaran, sektor dominan Kalimantan Selatan

diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan kondisi

iklim yang relatif kering di wilayah sentra tambang. Meskipun demikian, potensi

kontraksi dari sektor pertanian diperkirakan dapat terjadi menyusul kondisi puso

pada beberapa lahan rawa lebak. Perekonomian Kalimantan Selatan di triwulan

IV-2011 diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy)1

1 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin

, tidak

jauh berbeda dengan pertumbuhan triwulan laporan yaang mencapai 5,77%

(yoy).

6

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan III-2011

74

Dari sisi permintaan, peningkatan laju pertumbuhan tersebut diperkirakan

terutama ditopang oleh kinerja ekspor dan konsumsi. Meskipun berpotensi

mengalami pelambatan sebagai imbas dari permasalahan utang dan fiskal di

Eropa dan AS, beberapa negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan diperkirakan

masih cukup stabil menyerap komoditas andalan dari sektor pertambangan dan

perkebunan. Kokohnya ekspor hingga triwulan mendatang diperkirakan karena

dampak gejolak ekonomi global masih berimbas hanya pada pasar keuangan,

bukan sektor riil, sehingga perdagangan internasional untuk komoditas andalan

Kalimantan Selatan masih cukup prospektif. Sedangkan nilai tukar yang masih

berpotensi cenderung mengalami depresiasi diperkirakan tidak akan menekan

kinerja ekspor pada triwulan mendatang.

Sementara itu konsumsi pemerintah di triwulan mendatang diperkirakan

mengalami akselerasi, mengimbangi realisasi belanja daerah yang selama triwulan

laporan masih relatif rendah. Beberapa event pemerintah daerah, baik di tingkat

provinsi maupun kabupaten/kota yang berlangsung pada triwulan mendatang,

seperti Festival Budaya Pasar Terapung 2011, Festival Tanglong Banjar, serta

Perayaan Hari Jadi Kabupaten Tabalong, berpotensi mendorong belanja daerah.

Di sisi lain, konsumsi masyarakat diperkirakan masih kuat, diindikasikan dengan

Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang masih terjaga untuk menopang

kegiatan konsumsi terkait dengan adanya perayaan Hari Raya Idul Adha, Tahun

Baru Hijriyah, Hari Raya Natal, serta Tahun Baru yang berlangsung selama triwulan

IV-2011.

Laju kredit konsumsi dan pembiayaan diperkirakan semakin meningkat

sejalan dengan relatif rendahnya tingkat suku bunga hingga triwulan mendatang,

menyusul optimisme masyarakat akan peningkatan upah minimum 2012. Masih

kuatnya Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan yang diperkirakan berlanjut selama

beberapa bulan ke depan juga diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat

tetap stabil.

Ditinjau secara sektoral, kondisi penawaran diperkirakan bergerak

stabil. Di sektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan mulai memasuki

masa tanam seiring dengan berakhirnya masa panen raya di Kalimantan Selatan

pada triwulan laporan. Sementara subsektor perkebunan dengan komoditas

utama CPO dan karet diperkirakan masih akan tetap stabil selama triwulan IV-

2011, meskipun pergerakan harga CPO di pasar internasional cenderung

melambat.

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

75

Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan pada triwulan mendatang

diperkirakan mencatat kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011.

Hal tersebut dikarenakan kondisi iklim yang relatif kondusif, terutama di site

eksplorasi Tabalong dan Balangan. Di sisi lain negara tujuan ekspor batubara,

China dan India, diperkirakan masih dapat menyerap komoditas pada level yang

tinggi mengingat penggunaan batubara pada dua negara mitra dagang utama

tersebut adalah untuk konsumsi domestik, terutama untuk pembangkit listrik,

sehingga permintaannya tetap terjaga selama triwulan mendatang. Selain itu,

pasar domestik batubara yang masih terbuka lebar juga menjadi salah satu faktor

yang berpotensi meningkatkan produksi komoditas batu bara.

2. Perkiraan Inflasi

Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan IV-2011 diperkirakan lebih

rendah dibandingkan triwulan III-2011, terutama disebabkan oleh tekanan

inflasi tahunan komponen volatile food yang lebih rendah. Meningkatnya

produksi padi pada tahun ini diperkirakan akan menahan inflasi volatile food pada

level minimal.

Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Kalsel, produksi beras pada akhir tahun 2011 besar

kemungkinannya untuk menembus ARAM III yang telah dikeluarkan BPS Provinsi

Kalsel sebesar 2 juta ton GKG. Hal ini disebabkan oleh panen di wilayah Hulu

Sungai serta wilayah lebak lainnya yang masih akan berlangsung hingga akhir

tahun.

Sementara itu, stok beras di gudang Bulog Provinsi Kalsel hingga akhir

Oktober 2011 mencapai lebih dari 12 ribu ton. Selain dari petani lokal, stok beras

tersebut juga didatangkan Bulog dari Vietnam. Dengan demikian, pasokan beras

di Kalsel diperkirakan aman hingga awal Februari dan diharapkan tidak menjadi

faktor pemicu inflasi di triwulan IV-2011. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan

Harga, hingga awal Oktober 2011 harga beras lokal premium (beras siam banjar

dan beras unus mutiara) sudah turun 13,24% dari harga di bulan Desember

2010.

Tekanan pada inflasi inti juga diperkirakan tidak akan setinggi triwulan-

triwulan sebelumnya. Proyeksi yang positif ini didasarkan pada harga emas di

pasar internasional yang sudah mulai menunjukkan penurunan pada Oktober

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan III-2011

76

2011. Hingga akhir Oktober 2011, harga emas di pasar internasional mencapai

US$1.652,64 per troy ounce atau turun 6,73% dari bulan September 2011.

Kondisi ini juga diikuti oleh harga emas di pasaran lokal Banjarmasin yang pada

Oktober 2011 turun 20,68% dari rata-rata harga di bulan sebelumnya.

Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi relatif berkurang. Hal ini

terndikasi dari menurunnya rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap

harga-harga dalam 3 bulan mendatang dari 156 menjadi 150. Namun demikian,

adanya penarikan pasokan minyak tanah oleh Pertamina yang rencananya dimulai

bulan Oktober 2011 di Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar

dikhawatirkan berpotensi meningkatkan ekspektasi peningkatan harga di bulan-

bulan mendatang, khususnya untuk kelompok komoditas makanan jadi.

Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin

Sementara itu potensi tekanan inflasi dapat muncul dari kondisi cuaca dan

peningkatan konsumsi masyarakat. Curah hujan pada triwulan IV-2011

diperkirakan meningkat. Seiring dimulainya musim hujan, potensi terjadinya

gelombang tinggi di perairan Selatan Kalimantan semakin besar sehingga dapat

menghambat pasokan pangan strategis dari Pulau Jawa. Di lain sisi, pada bulan

November dan Desember 2011 intensitas belanja masyarakat diperkirakan

meningkat karena adanya perayaan Idul Adha serta efek musiman akhir tahun. .

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, laju inflasi Kalimantan Selatan

pada triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada kisaran 4,13%±1% (yoy)2

2 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin

.

LAMPIRAN

Lampiran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

77 77

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)

Indikator Kalimantan

SelatanSatuan

PDRBTriwulan I-

2010Triwulan II-2010

Triwulan III-2010

Triwulan IV-2010

Triwulan I-2011

Triwulan II-2011

Triwulan III-2011

Atas Dasar Harga Berlaku

Rp triliun 12.54 14.62 16.16 15.22 14.75 17.36 19.29

Atas Dasar Harga Konstan

Rp triliun 6.72 7.77 8.45 7.73 7.13 8.27 8.94

Pertumbuhan Ekonomi (y-o-y)*

(%) 5.63% 5.34% 5.12% 6.30% 5.95% 6.37% 5.77%

Inflasi

Atas dasar y-o-y (%) 5.11 7.76 8.92 9.06 7.95 5.75 4.59

Atas dasar y-t-d (%) 1.50 4.41 7.40 9.06 0.47 1.24 3.00

Pengangguran*)

Jumlah Pengangguran Ribu orang 108.75 - 96.67 - 103.50 - 100.76

Tingkat Pengangguran

Terbuka(%) 5.89 - 5.25 - 5.62 - 5.23

Periode

Lampiran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

78

Tabel Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan Tahun Dasar 2007=100

Sumber : BPS Kalimantan Selatan

Tahun Dasar Periode IHK

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Peruma-han San-dang Kesehatan

Pendi-dikan Transport

Dec-08 114.96 122.62 113.47 118.22 107.81 110.47 110.23 107.82

Jan-09 114.82 122.64 114.19 118.33 109.59 110.48 110.26 104.75

Feb-09 114.78 121.17 115.00 118.19 114.20 110.51 110.66 103.55

Mar-09 115.3 123.64 115.54 117.09 116.90 110.57 111.29 103.82

Apr-09 115.08 124.30 116.32 115.89 114.15 110.62 109.69 103.82

May-09 115.28 122.96 118.48 115.94 112.74 111.26 110.71 104.08

Jun-09 115.69 120.54 121.62 116.00 113.89 111.28 114.32 104.03

Jul-09 115.99 121.8 121.56 116.04 113.41 111.28 114.33 104.30

Agt-09 116.62 123.77 123.18 115.71 112.62 111.26 115.60 103.70

Sep-09 117.74 126.05 124.47 115.92 116.09 111.37 115.60 103.78

Oct-09 118.51 129.18 124.50 116.02 115.89 111.42 115.61 104.08

Nov-09 119.09 130.72 125.00 115.99 117.59 111.50 115.49 104.08

Dec-09 119.4 131.24 125.45 116.01 118.98 111.50 115.48 104.05

Jan-10 120.11 131.39 127.15 116.99 119.15 111.71 115.13 104.59

Feb-10 120.27 131.44 127.49 117.06 118.24 113.53 115.72 104.71

Mar-10 121.19 134.37 127.84 117.41 117.85 114.39 115.92 105.2

Apr-10 122.51 137.4 130.38 117.46 117.91 114.39 115.92 105.59

May-10 123.8 141.03 131.52 117.59 119.55 114.51 117.08 105.62

Jun-10 124.67 144.12 131.56 118.34 120.97 114.5 116.99 105.06

Jul-10 127.03 151.36 132.95 118.73 121.41 114.51 117.48 106.6

Aug-10 127.48 151.82 133.41 119.63 121.9 114.51 117.61 106.67

Sep-10 128.24 154.49 133.43 119.73 123.66 114.51 117.67 106.66

Oct-10 127.89 151.6 134.23 119.46 125.74 115.3 117.67 106.71

Nov-10 128.72 153.5 134.57 119.88 128.43 115.3 118.25 106.71

Dec-10 130.22 157.25 136.65 120.24 129.76 115.3 118.66 106.76

Jan-11 129.78 155.77 136.35 120.22 129.21 115.30 118.66 106.77

Feb-11 130.82 156.04 136.38 124.02 128.63 115.66 118.34 107.95

Mar-11 130.83 154.82 136.56 124.86 129.17 116.47 118.40 107.94

Apr-11 130.53 152.83 137.13 125.04 129.44 116.47 119.11 107.55

Mei-11 131.2 154.13 137.06 125.95 131.58 116.47 119.11 107.77

Jun-11 131.84 156.56 136.92 126.06 132.78 116.47 119.30 107.74

Jul-11 131.88 154.79 137.78 126.66 133.96 117.16 119.58 107.77

Aug-11 133.9 156.78 141.67 126.82 138.02 119.47 121.22 108.93

Sep-11 134.13 157.26 141.91 127.05 141.22 119.47 121.25 107.70

2007 =

100

Lampiran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

79 79

Tabel Lampiran 3. Indikator Perkembangan Bank Umum Kalimantan Selatan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Datawarehouse BI, diolah

Indikator Trw-I 2010

Trw-II 2010

Trw-III 2010

Trw-IV 2010

Trw-I 2011

Trw-II 2011

Trw-III 2011

Total Aset (Rp Miliar) 22,403 23,994 25,363 26,169 27,305 29,005 31,357

Total DPK (Rp Miliar) 18,432 19,243 20,022 21,307 21,957 23,820 25,717

Giro 4,977 4,871 4,862 4,304 5,307 5,832 6,326

Tabungan 9,254 9,943 10,473 12,056 11,788 12,574 13,622

Deposito 4,201 4,429 4,687 4,947 4,862 5,415 5,770

Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar) 16,874 18,910 20,338 20,089 22,551 23,876 25,787

Jenis Penggunaan

(Rp Miliar) :

Modal Kerja 5,370 5,839 7,109 7,076 7,167 7,629 7,629

Investasi 4,819 5,860 5,676 5,785 6,781 7,015 7,015

Konsumsi 6,686 7,211 7,553 7,229 8,604 9,232 9,232

Sektor Ekonomi

(Rp Miliar):

Pertanian 1,795 2,232 2,057 2,174 2,152 2,135 2,270

Pertambangan 1,116 1,325 1,916 1,144 1,127 1,618 1,937

Industri 804 1,081 971 1,544 1,702 1,368 1,352

Listrik, Gas & Air 187 30 232 261 352 161 166

Konstruksi 756 915 750 763 866 947 1,020

Perdagangan 2,840 3,099 3,640 3,813 3,738 3,992 4,631

Angkutan 916 885 989 1,021 1,043 1,170 1,466

Jasa Dunia Usaha 1,101 1,222 1,508 1,598 1,630 607 2,038

Jasa Sosial 177 359 352 333 606 1,854 597

Lainnya 7,184 7,763 7,924 7,438 9,334 10,022 10,311

NPL - Gross (%) 2.15% 2.15% 2.15% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60%

LDR lokasi proyek (%) 91.55% 98.27% 101.58% 94.28% 102.71% 100.23% 100.27%

Lampiran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

80

Tabel Lampiran 4. Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Data Warehouse BI, diolah

Indikator Trw-IV 2009

Trw-I 2010

Trw-II 2010

Trw-III 2010

Trw-IV 2010

Trw-I 2011 Trw-II 2011

Trw-III 2011

Total Aset (Rp Miliar) 19,689 18,723 22,774 23,815 24,413 25,532 27,053 29,344 Total DPK (Rp Miliar) 16,825 17,527 18,157 18,991 20,103 20,755 22,479 24,376

Giro 4,069 4,886 4,724 4,751 4,163 5,169 5,672 6,166

Tabungan 9,156 8,687 9,311 9,849 11,327 11,081 11,789 12,837

Deposito 3,601 3,954 4,122 4,391 4,613 4,505 5,018 5,373

Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar) 16,524 15,870 17,666 18,979 18,626 20,967 22,219 23,992 Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :

Modal Kerja 5,727 4,986 5,207 6,474 6,380 6,419 6,882 6,965

Investasi 4,944 4,470 5,515 5,276 5,386 6,383 6,622 6,487

Konsumsi 5,833 6,414 6,943 7,230 6,860 8,166 8,714 8,630

Sektor Ekonomi (Rp Miliar):

Pertanian 2,111 1,791 2,229 2,054 2,172 2,149 2,132 2,266

Pertambangan 1,500 1,007 1,256 1,847 1,038 1,018 1,457 1,755

Industri 884 799 1,076 967 1,538 1,697 1,359 1,336 Listrik, Gas & Air 105 187 30 232 261 322 134 141

Konstruksi 928 683 794 614 607 686 717 793

Perdagangan 3,175 2,801 3,014 3,552 3,726 3,652 3,908 4,535

Angkutan 457 755 707 823 866 891 1,093 1,263 Jasa Dunia Usaha 1,445 793 748 988 1,067 1,106 124 1,616

Jasa Sosial 66 143 318 303 281 549 1,789 576

Lainnya 5,447 6,912 7,495 7,600 7,069 8,897 9,505 9,710

NPL - Gross (%) 2.09% 2.22% 2.27% 2.20% 2.19% 2.51% 2.48% 2.45%

LDR (%) 98.21% 90.54% 97.30% 99.94% 92.65% 101.02% 98.84% 98.43%

Lampiran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2011

81 81

Tabel Lampiran 5. Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan dan Datawarehouse BI, diolah

Indikator Trw-IV 2009

Trw-I 2010

Trw-II 2010

Trw-III 2010

Trw-IV 2010

Trw-I 2011

Trw-II 2011 Trw-III 2011

Total Aset (Rp Miliar) 1274 1222 1220 1548 1756 1773 1953 2013

Total DPK (Rp Miliar) 957 905 1087 1031 1205 1202 1341 1341

Giro 119 91 148 111 141 138 160 160

Tabungan 609 567 632 624 730 707 784 784

Deposito 228 247 308 296 334 357 397 397Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar) 1004.19 1004.61 1244.07 1359.03 1463.52 1583.91 1657.50 1794.31

Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :

Modal Kerja 386.62 384.06 631.25 634.85 695.96 748.43 746.82 664.49

Investasi 352.84 348.83 345.13 400.81 399.28 398.01 393.50 528.46

Konsumsi 264.73 271.72 267.69 323.37 368.28 437.47 517.18 601.35Sektor Ekonomi (Rp Miliar):

Pertanian 4.56 3.64 3.35 3.03 2.71 3.43 3.28 3.55

Pertambangan 123.18 108.58 69.21 69.53 106.53 108.91 161.59 182.30

Industri 5.36 5.16 4.96 4.74 5.28 5.15 8.97 15.62

Listrik, Gas & Air 0.16 0.15 0.15 0.06 0.05 29.93 27.22 24.44

Konstruksi 70.43 73.87 120.53 136.31 156.00 180.21 229.98 227.08

Perdagangan 32.04 39.03 85.35 87.13 87.19 85.70 84.47 96.02

Angkutan 162.95 160.75 177.81 165.70 154.58 151.59 76.55 202.26

Jasa Dunia Usaha 296.82 307.82 473.69 520.09 531.40 524.27 483.30 421.41

Jasa Sosial 43.95 33.89 41.33 48.25 51.50 57.25 64.95 20.27

Lainnya 264.73 271.72 267.69 323.37 368.28 437.47 517.18 601.35

NPF - Gross (%) 1.04% 1.05% 0.54% 0.76% 1.40% 7.63% 7.21% 6.62%

FDR (%) 104.96% 111.02% 114.47% 131.85% 121.49% 131.78% 123.56% 116.46%