KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat ....

104
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2011 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat ....

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

TRIWULAN I-2011

KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 – 4230223 Fax : 022 – 4214326

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Bandung Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Bandung Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda & lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut : 1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di

wilayah kerjanya; 2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan

kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya; 3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya; 4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang

didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat; 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-

fungsi utama.

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2011” ini akhirnya dapat

diselesaikan. Dalam kajian ini kami informasikan bahwa perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2011

berada dalam kondisi yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011 mencapai 6,9% atau

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,5%. Dari sisi permintaan,

peningkatan investasi, ekspor dan konsumsi pemerintah mendorong pertumbuhan berada pada level

yang tinggi. Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja sektor industri pengolahan dan perdagangan,

hotel dan restoran (PHR) meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Di sisi lain, membaiknya

pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh stabilnya perkembangan di sisi harga. Laju inflasi Jawa Barat

menurun seiring dengan membaiknya pasokan bahan pangan serta menguatnya nilai tukar rupiah.

Peran perbankan terhadap perekonomian Jawa Barat menunjukkan peningkatan yang juga

disertai dengan menguatnya kondisi ketahanan perbankan di Jawa Barat. Sementara itu dari sisi

keuangan daerah, peningkatan alokasi belanja pemerintah selama tahun 2011 dan tingkat realisasi yang

diperkirakan lebih tinggi pada triwulan I-2011 merupakan salah satu faktor pendorong membaiknya

kinerja perekonomian pada periode laporan. Di sisi ketenagakerjaan, tingginya pertumbuhan ekonomi

mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka. Sementara itu dari sisi kesejahteraan, kondisi

masyarakat Jawa Barat juga diperkirakan mengalami peningkatan.

Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain

berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Bank

Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat,

dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG Divre III Jawa Barat, Kementerian Keuangan

c.q. DJP Jawa Barat I, PT. Angkasa Pura II, PT. Jasa Marga, PT. PLN Distribusi Jabar dan Banten serta PT.

Kereta Api, dan PT. Pelindo. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah

kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah

membantu penyusunan buku ini.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini

masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat

baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.

Bandung, 9 Mei 2011

Lucky Fathul A.H.

Pemimpin

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................................................... v Daftar Isi ................................................................................................................................. vii Daftar Tabel............................................................................................................................ ix Daftar Grafik........................................................................................................................... x Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat........................................................................................ xiii RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................... 1 BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ........................................................................... 7

1. Sisi Permintaan.................................................................................................................. 9 1.1. Konsumsi ................................................................................................................ 10 1.2. Investasi .................................................................................................................. 12 1.3. Ekspor Impor ........................................................................................................... 14

2. Sisi Penawaran............ ...................................................................................................... 17 2.1. Sektor Pertanian......................................................................................................... 17 2.2. Sektor Industri Pengolahan......................................................................................... 18 2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.................................................................... 21 2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ....................................................................... 22 2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ...................................................................................... 24 2.6. Sektor Lainnya ........................................................................................................... 24

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ........................................................................... 25

1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa....... ......................................... 27 1.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .............................................................. 27

Inflasi Bulanan.......................................................................................................... 27 Inflasi Triwulanan...................................................................................................... 28

Inflasi Tahunan..................................................................................................... .... 28 1.2. Inflasi Menurut Kota ................................................................................................ 29

Kota Bandung.......................................................................................................... 30 Kota Bekasi.......................................................................................................... .... 32 Kota Depok.......................................................................................................... .... 33 Kota Bogor............................................................................................................... 34 Kota Cirebon............................................................................................................ 35 Kota Sukabumi.......................................................................................................... 36 Kota Tasikmalaya....................................................................................................... ............................................................................................................................... 37

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi........ .................................................................. 38 2.1. Fundamental............................................................................................................... 38 Eksternal ................................................................................................................. 38

Ekspektasi Inflasi .............................................................................. ....................... 39 Interaksi Permintaan dan Penawaran ....................................................................... 40

2.2. Non Fundamental....................................................................................................... 40 Volatile Foods ........................................................................................................... 40 Administered price .................................................................................................... 41

Boks 1. 10 Langkah Strategis Pengendalian Inflasi Jawa Barat .......................................... 43 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH .................................................................. 45

1. Struktur Perbankan di Jawa Barat ..................................................................................... 47 2. Bank Umum Konvensional .................................................................................................. 47

2.1. Pendanaan dan Risiko Likuiditas .................................................................................. 47 Perkembangan Dana Pihak Ketiga ................................................................................. 47 Risiko Likuiditas ........................................................................................................... 49

2.2. Perkembangan Kredit dan Risikonya ........................................................................... 49 Perkembangan Kredit ................................................................................................. 49 Risiko Kredit ............................................................................................................... 52

3. Bank Umum Syariah .......................................................................................................... 52

vii

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

4. Bank Perkreditan Rakyat ................................................................................................... 53

BAB 4 KEUANGAN DAERAH............................... .................................................................... 55 1. Pendapatan Pemerintah di Jawa Barat................ ........................................................ .. 57 1.1. Pendapatan Pemerintah Pusat di Daerah ...................................................................... .. 63 1.2. Pendapatan Pemerintah Provinsi .................................................................................. .. 64 2. Belanja Daerah............................................................................................................. ....... .. 65

2.1. Belanja APBN di Jawa Barat.......................................................................................... .. 65 Belanja Dana Tugas Pembantuan ................................................................................. 66 Belanja Dana Dekonsentrasi ...................................................................................... 66

2.2. Belanja APBD Provinsi Jawa Barat................................................................................ 67

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ..................................................................... 69 1. Pengedaran Uang Kartal..................................................................................................... 71

1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ...................................................... 71 1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ............................................................................ 73 1.3. Uang Palsu ................................................................................................................. 74

2. Sistem Pembayaran Non Tunai............................................................................................ 74 2.1 Kliring Lokal................................................................................................................ 75 2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS).............................................................................. 75

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH............. 77

1. Ketenagakerjaan ................................................................................................................ 79 Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat ..................................................................... ........... 79

2. Kesejahteraan..................................................................................................................... 81

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH .......................................................................................... 83 1. Prospek Ekonomi Makro..................................................................................................... 85 2. Prakiraan Inflasi .................................................................................................................. 86 Boks 2. Kondisi Bahan Pangan Dapat Memenuhi Demand Jawa Barat di Awal Tahun 2011 ........ 88

LAMPIRAN............................................................................................................................................... 99 DAFTAR ISTILAH ...................................................................................................................................... 104

viii

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (yoy) ................ 9 Tabel 1.2. Proyek Infrastruktur di Jawa Barat ........................................................ 14 Tabel 1.3. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli............................................. 16 Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat-Sisi

Penawaran.................................................................................... .................................. 17 Tabel 1.5. Indikator Perhotelan di Jawa Barat................................................................................... 22 Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat..................................... 23 Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat .................................................................. 23 Tabel 1.8. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (juta kwh)....................................................................... 24 Tabel 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ........................... 30 Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ............................... 31 Tabel 2.3. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I-

2011 (yoy, %)................................................................................................................. 32 Tabel 2.4. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa ................................ 33 Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .................................... 34 Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa .................................... 35 Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa..................................... 36 Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa.................................. 36 Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa............................... 36 Tabel 2.10. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa............................ 37 Tabel 2.11. Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab (yoy, %) ....................................................... 38 Tabel 2.12. Kapasitas Produksi Terpasang Industri Pengolahan (%).................................................... 40 Tabel 2.13. Peraturan Menteri Keuangan tentang Perolehan Cukai Hasil Tembakau........................... 42

Tabel 3.1. Perkembangan Kredit per Kota/Kab di Jawa Barat ........................................................... 51 Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Kantor BPR Jawa Barat ........................................................... 54 Tabel 3.3. Perkembangan Indikator Kinerja BPR Jawa Barat ........................................................... 54 Tabel 4.1. Jumlah Transfer ke Daerah (Rp Triliiun) dan Pangsa Dana terhadap APBN (%) Tahun

2011 ………………………………………………………….......... ..................................... 58 Tabel 4.2. Proyeksi Indikator Pembangunan Daerah......................................................................... 59 Tabel 4.3. Sumber Belanja di Provinsi Jawa Barat ............................................................................. 60

Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung. ................. 66 Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Barat........................................................ 69 Tabel 6.1. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan PekerjaanUtama.............................................. 74 Tabel 6.2. Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor di Jawa Barat (2007=100) ............................................ 75

ix

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy) .............................................................. 9 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................................................... 10 Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ..................................................................... 10 Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi........................................................................................... 10 Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran.................................................................................... ............... 10 Grafik 1.6. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman........................................................................ 11 Grafik 1.7. Konsumsi Listrik Rumah Tangga....................................................................................... 11 Grafik 1.8. Kredit Konsumsi .............................................................................................................. 11 Grafik 1.9. Impor Barang Konsumsi................................................................................................... 11 Grafik 1.10. Nilai Tukar Petani............................................................................................................. 11 Grafik 1.11. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Nilai Proyek ................................................. 12 Grafik 1.12. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek ............................................. 12 Grafik 1.13. Distribusi Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota ........................... 12 Grafik 1.14. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi .................................................................................. 13 Grafik 1.15. Penjualan Semen di Jawa Barat........................................................................................ 13 Grafik 1.16. Impor Barang Modal........................................................................................................ 13 Grafik 1.17. Nilai Ekspor Jawa Barat.................................................................................................... 14 Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat............................................................................................... 14 Grafik 1.19. Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat ............................................................................ 15 Grafik 1.20. Nilai dan Volume Ekspor TPT ........................................................................................... 15 Grafik 1.21. Nilai dan Volume Ekspor Alat Telekomunikasi .................................................................. 15 Grafik 1.22. Nilai dan Volume Ekspor Mesin Elektrik........................... ................................................. 16 Grafik 1.23. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan................................................................................. 16 Grafik 1.24. Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli........................... .............................. 16 Grafik 1.25. Volume Ekspor Jawa Barat............................................................................................... 17 Grafik 1.26. Nilai Impor Jawa Barat ..................................................................................................... 17 Grafik 1.27. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat................................................................ 18 Grafik 1.28. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat............................................................ 18 Grafik 1.29. Luas Panen Padi Menurut Subround di Jawa Barat ........................................................... 18 Grafik 1.30. Indeks Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya ............................................................... 19 Grafik 1.31. Nilai Ekspor TPT ............................................................................................................... 19 Grafik 1.32. Volume Ekspor TPT.......................................................................................................... 19 Grafik 1.33. Produksi Mobil Nasional .................................................................................................. 19 Grafik 1.34. Penjualan Motor Nasional.................................................................. .............................. 20 Grafik 1.35. Penjualan Mobil Nasional.................................................................. ............................... 20 Grafik 1.36. Nilai Ekspor Kendaraan..................................................................... ............................... 20 Grafik 1.37. Volume Ekspor Kendaraan............................................................................................... 20 Grafik 1.38. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman ....................................................... ................ 21 Grafik 1.39. Indeks Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga.............................. .............................. ... 21 Grafik 1.40. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon ........................................................................... 21 Grafik 1.41. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat........................ 22 Grafik 1.42. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat ........................................ 22 Grafik 1.43. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara ............. 23 Grafik 1.44. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Konstruksi ........................... 24 Grafik 1.45. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.... 24 Grafik 1.46. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-jasa .............................. 25 Grafik 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Jawa Barat dan Nasional................................................................ 27 Grafik 2.2. Inflasi Bulanan menurut Kelompok Barang & Jasa ........................................................... 27 Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional ..................................................................... 28 Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional......................................................................... 28

x

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

xi

Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Jawa Barat menurut Kota....................................................................... 29 Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Kota Bandung ....................................................................................... 31 Grafik 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bekasi............................................................................................ 32 Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Depok ........................................................................................... 33 Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Kota Bogor ............................................................................................ 34 Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Kota Cirebon ......................................................................................... 35 Grafik 2.11. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi ...................................................................................... 36 Grafik 2.12. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya................................................................................... 37 Grafik 2.13. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional ............................. 38 Grafik 2.14. Perkembangan Kurs Rupiah ........................................................................................... 39 Grafik 2.15. Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung................................. 40 Grafik 2.16. Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung....................... 40 Grafik 2.17. Produksi Padi di Jawa Barat............................................................................................ 41 Grafik 2.18. Peta Jalur Distribusi Cabai Nasional ................................................................................ 41

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Jawa Barat ................................................................. 53 Grafik 3.2. Porsi DPK per Jenis ......................................................................................................... 53 Grafik 3.3. Perkembangan DPK per Jenis di Jawa Barat..................................................................... 53 Grafik 3.4. Porsi DPK per Kelompok Bank di Jawa Barat.................................................................... 54 Grafik 3.5. Perkembangan DPK berdasarkan Kelompok Bank di Jawa Barat ...................................... 54 Grafik 3.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah .......................................................................... 54 Grafik 3.7. Porsi DPK per Jenis Valuta .................................................................................... 54 Grafik 3.8. Perkembangan DPK per Jenis Valuta ............................................................................... 54 Grafik 3.9. Perkembangan Risiko Likuiditas......................................... .............................................. 55 Grafik 3.10. Porsi Kredit Per Jenis Penggunaan ................................................................................... 55 Grafik 3.11. Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan ................................................................... 55 Grafik 3.12. Porsi Kredit Per Sektor Ekonomi ...................................................................................... 56 Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Per Sektor Ekonomi ...................................................................... 56 Grafik 3.14. Porsi Kredit Per Kelompok Bank ...................................................................................... 56 Grafik 3.15. Perkembangan Kredit Per Kelompok Bank....................................................................... 56 Grafik 3.16. Perkembangan Kredit UMKM di Jawa Barat .................................................................... 57 Grafik 3.17. Porsi Kredit UMKM per Skala Usaha di Jawa Barat........................................................... 57 Grafik 3.18. Perkembangan NPL......................................................................................................... 58 Grafik 3.19. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat ..................................................... Grafik 3.20. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat................................. 58 Grafik 3.21. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat .......................................... 58 Grafik 3.22. Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Jawa Barat....................................................... 59 Grafik 3.23. Perkembangan Aset BPR Jawa Barat................................................................................ 59 Grafik 3.24. Perkembangan DPK dan Kredit BPR di Jawa Barat ........................................................... 59 Grafik 3.25. Perkembangan BOPO BPR di Jawa Barat.......................................................................... 60

Grafik 4.1. Transfer Pemerintah Pusat ke Daerah melalui Dana Perimbangan .................................... 57 Grafik 4.2. Hasil Transfer Pemerintah Pusat terhadap Pendapatan Daerah......................................... 59 Grafik 4.3. Belanja APBN di Jawa Barat............................................................................................. 64

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat ........................................ 72 Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung ..................................................... 73 Grafik 5.3. Proposi Outflow Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang ........................................................ 74 Grafik 5.4. Proporsi PTTB Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang ........................................................ 74 Grafik 5.5. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Jawa Barat ........................................................ 76

Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan di Jawa Barat................................................................ 79 Grafik 6.2. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja.................................................................................. 81 Grafik 6.3. Indeks Penghasilan ......................................................................................................... 81 Grafik 6.4. Indeks Pembangunan Manusia........................................................................................

Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen........................................................................................... 85 Grafik 7.2. Impor Barang Modal ....................................................................................................... 85 Grafik 7.3. Leading Indikator Inflasi Jawa Barat................................................................................. 86

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA BARAT I. MAKRO

2009 2010 2011 INDIKATOR

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I PDRB - harga konstan (Rp Miliar) 78.085 78.122 77.393 80.239 82.630 81.630 82.710

- Pertanian 11.935 8.940 10.698 10.532 11.600 9.310 10.110

- Pertambangan & Penggalian 544 1.682 1.842 524 540 1.830 1.780

- Industri Pengolahan 33.562 34.431 32.628 34.182 34.240 34.200 34.400

- Listrik. Gas. dan Air Bersih 1.466 2.365 1.784 1.513 1.510 1.830 1.870

- Bangunan 2.680 2.823 2.722 2.866 2.980 3.230 3.130

- Perdagangan. Hotel. dan Restoran

16.794 16.819 16.788 17.313 17.820 18.160 18.210

- Pengangkutan dan Komunikasi 3.287 3.447 3.399 3.695 4.000 4.260 4.320

- Keuangan. Persewaan. dan Jasa 2.552 2.578 2.449 2.592 2.730 2.800 2.840

- Jasa 5.055 5.165 5.079 5.320 5.500 6.000 6.050

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,0 6,1 5,6 8,5 5,8 4,5 6,9

Ekspor-Impor 3.460,12 3.637,19 3.254,85 3.331,82 2.948,87 3.129,43 2.910,37

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.054 5.306 5.213 5.802 5.952 6.274 5.970

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.728 1.999 1.694 1.961 1.994 2.064 1.604

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1.593,88 1.668,81 1.958,15 2.470,18 3.003,13 3.144,57 3.059,63

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 272,10 250,90 339,65 373,33 403,44 434,38 419,25

Indeks Harga Konsumen* 115,49 115,83 116,94 118,68 121,74 123,50 124.17

- Kota Bandung 114,51 115,08 116,05 116,60 119,18 120,29 120.60

- Kota Bekasi 114,41 114,88 116,33 118,75 122,14 123,93 125.1

- Kota Bogor 118,60 118,50 119,81 121,53 124,86 126,29 126.92

- Kota Sukabumi 118,10 118,31 119,03 120,24 123,80 124,73 125.13

- Kota Cirebon 121,25 122,00 122,44 123,97 128,33 130,18 129.77

- Kota Tasikmalaya 118,51 119,87 121,47 122,47 124,68 126,53 127.51

- Kota Depok 115,43 115,39 116,26 118,85 121,85 124,59 125.27

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)*) 1,87 2,02 2,99 4,68 5,41 6,62 6.18

- Kota Bandung 1,61 2,11 2,86 3,50 4,08 4,53 3.92

- Kota Bekasi 1,51 1,93 3,20 5,62 6,76 7,88

- Kota Bogor 2,24 2,16 2,47 4,23 5,28 6,57 5.93

- Kota Sukabumi 3,31 3,49 2,41 3,09 4,83 5,43 5.12

- Kota Cirebon 3,47 4,11 3,54 4,79 5,84 6,70 5.99

- Kota Tasikmalaya 2,99 4,17 4,74 4,47 5,21 5,56 4.97

- Kota Depok 1,33 1,30 2,96 5,47 5,56 7,97 7.75

Keterangan: *) Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2007

xiii

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

II. PERBANKAN

2011Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

A Bank Umum Konvensional1 Total Aset 187.08 197.78 210.61 210.85 239.15

2 DPK 146.76 158.91 163.23 178.05 178.03

- Giro 27.70 32.99 31.71 31.54 34.23

- Tabungan 58.26 63.22 66.81 74.21 72.15

- Deposito 60.80 62.69 64.72 72.31 71.66

3 Kredit berdasarkan lokasi proyek 180.28 193.30 207.34 210.84 224.66- Investasi 27.51 28.23 30.19 32.25 33.32- Modal Kerja 80.59 81.87 92.29 94.95 98.74- Konsumsi 77.10 79.45 84.85 83.64 92.59

4 Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang 111.45 118.71 123.54 130.97 135.93 - Investasi 12.15 13.38 13.21 14.51 15.30 - Modal Kerja 49.50 52.33 55.93 60.62 61.88 - Konsumsi 49.80 53.00 54.40 55.83 58.74

5 LDR 75.94 74.70 75.68 73.56 74.69 6 Rasio NPL Gross 3.42 3.35 3.51 3.05 3.03 7 Kredit MKM * 38.93 42.72 30.49 29.86 41.65

B Bank Umum Syariah1 DPK 5.29 6.84 7.87 9.35 9.13 2 Pembiayaan berdasarkan lokasi kantor cabang 4.07 5.85 6.74 7.81 8.50 3 FDR 130.19 117.03 116.65 119.76 93.11 C BPR Konvensional1 Aset 7.35 7.63 8.04 8.48 8.2 DPK 5.38 5.56 5.78 6.06 6.27

- Tabungan 1.27 1.25 1.26 1.39 1.- Deposito 4.11 4.31 4.53 4.67 4.80

3 Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang 5.01 5.36 5.65 5.86 6.24

No. Indikator

73

47

2010

Keterangan: *) Konsep kredit MKM pada tahun 2009 adalah berdasarkan plafon kredit sedangkan 2010 menurut jenis usahanya **) Data Laporan Bank Umum per Maret 2011

III. SISTEM PEMBAYARAN

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.ITransaksi TunaiPosisi Kas gabungan (Rp Triliun) 6,65 4,1 5,49 3,67 6,05 3,6 6,53Inflow (Rp Triliun) 3,71 6 6,72 5 8,22 5,97 7,11Outflow (Rp Triliun) 3,14 2,05 0,8 2,18 5,09 3,14 1,85Transaksi Non TunaiBI-RTGSNominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 159,53 147,18 151,19 169,98 188,69 202,65 148,74Volume Transaksi BI-RTGS 232.945 238.919 252.006 274.959 291.564 308.140 286.393 Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 2,57 2,37 2,48 2,74 3,04 3,07 2,32Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 3.757 3.854 4.131 4.435 4.703 9.119 4.475 KliringNominal Perputaran Kliring (Rp Triliun) 30,8 31,7 31,1 32,1 33,8 33,8 34,9 Volume Perputaran Kliring 1.393.539 1.395.897 1.428.796 1.468.878 1.475.903 1.328.202 1.421.771 Rata-rata Harian Nominal Transaksi Kliring (Rp Triliun) 0,49 0,50 0,51 0,52 0,55 0,51 0,55 Rata-rata Harian Volume Transaksi Kliring 22.120 22.157 23.423 23.692 23.805 20.124 22.215

2009 2010Indikator

2011

xiv

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,9% (yoy), atau meningkat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,5%.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan didorong

oleh investasi dan ekspor

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh tingginya investasi, konsumsi pemerintah, dan ekspor. Namun disisi lain, perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat sedikit menahan laju pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan PHR

Dari sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja terutama di sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Di lain pihak, laju pertumbuhan perekonomian di Jawa Barat sedikit tertahan oleh kontraksi di sektor pertanian.

PERKEMBANGAN INFLASI

Laju inflasi tahunan Jawa Barat menurun

Selama periode laporan, laju inflasi Jawa Barat mengalami penurunan, yakni dari 6,6% menjadi 6,18%. Hal ini ditopang oleh tren penurunan laju inflasi secara bulanan pada Januari, Februari, hingga Maret, yaitu masing-masing sebesar 0,62%, 0,16%, dan -0,2% (mtm).

Faktor penyebab penurunan terutama

adalah tibanya musim panen komditas pangan

strategis

Turunnya laju inflasi Jawa Barat bersumber dari penurunan harga bahan makanan, seperti beras, bawang merah, dan cabe-cabean yang selanjutnya dapat menurunkan laju inflasi pada produk makanan jadi seperti mie baso dan nasi rames. Sementara, kebijakan pemerintah dalam penetapan harga produk barang/jasa strategis (administered price) kurang berdampak signifikan terhadap laju inflasi. Di sisi lain, laju inflasi dari faktor fundamental sedikit meningkat terutama disebabkan oleh perkembangan eksternal, yakni kenaikan harga emas dan minyak di pasar internasional.

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Peran perbankan terhadap perekonomian

Jawa Barat menunjukkan peningkatan

Intermediasi perbankan cenderung membaik sebagaimana diindikasikan oleh Loan-to-Deposit Ratio (LDR) yang naik dari 73,6% pada triwulan IV-2010 menjadi 74,7% triwulan I-2011. Di sisi lain, DPK dan kredit tumbuh melambat menjadi 21,3% dan 21,9% pada periode laporan. Sementara itu, kinerja penyaluran kredit BPR cukup baik, yakni tumbuh 24,5%. Dilihat dari risiko kredit dan likuiditas, perbankan Jawa Barat memiliki ketahanan yang relatif baik, sebagaimana diindikasikan oleh indikator NPL sebesar 3,03% dan undisbursed loans yang stabil di level 7%.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Belanja pemerintah di Jawa Barat meningkat

Alokasi belanja pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di Jawa Barat mengalami peningkatan. Dana APBN untuk kegiatan fisik, yakni tugas pembantuan serta APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat meningkat. Tingkat realisasi APBD Provinsi Jawa Barat pada periode laporan diperkirakan lebih tinggi mengingat waktu pengesahan APBD yang lebih awal dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tingkat ketergantungan Jawa Barat atas dana

transfer pemerintah pusat lebih rendah dibandingkan

dengan daerah lain

Rasio antara dana transfer pemerintah pusat dengan pendapatan asli daerah di Jawa Barat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki kapasitas ekonomi yang lebih baik dan lebih mandiri.

3

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa

Barat masih mengalami penurunan

Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat selama triwulan I-2011 masih mengalami penurunan, ditunjukkan dengan perkembangan indikator net inflow yang naik dari sebesar Rp2,83 triliun pada triwulan IV-2010 menjadi Rp5,26 triliun pada triwulan I-2011. Sementara itu, nilai transaksi pembayaran melalui kliring di wilayah Jawa Barat mengalami sedikit kenaikan. Sedangkan transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) untuk wilayah Jawa Barat mengalami penurunan baik secara volume maupun nominal dibandingkan triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat diindikasikan

terus meningkat

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat semakin menunjukkan perbaikan, diindikasikan oleh penurunan tingkat pengangguran terbuka dari 10,57% pada Februari 2010 menjadi 9,84% pada Februari 2011. Penyerapan tenaga kerja tersebut didorong oleh perekonomian yang semakin membaik khususnya pada beberapa sektor ekonomi utama.

Kondisi kesejahteraan di Jawa Barat mengalami

peningkatan.

Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat juga menunjukkan perbaikan sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat menjadi 102,6 pada triwulan I-2011 dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2010 menjadi 72,08.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2011

diperkirakan tetap tumbuh pada level yang cukup

tinggi 

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2011 diperkirakan akan tetap tumbuh pada level yang tinggi walaupun jika dibandingkan dengan triwulan I-2011 mengalami perlambatan. Setelah tumbuh tinggi pada angka 6,9% (yoy) di triwulan I-2011, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 diperkirakan akan berada pada kisaran 6,1%. Dari sisi permintaan, investasi yang melambat merupakan faktor utama. Sementara di sisi penawaran, perlambatan di sektor industri pengolahan mengakibatkan relatifnya turunnya kinerja perekonomian di triwulan II-2011.

Dari sisi harga, inflasi Jawa Barat pada triwulan II-

2011 diperkirakan masih cenderung menurun

dengan kisaran 5,0%-5,5%

Kondisi pasokan bahan pangan yang membaik, ekspektasi inflasi masyarakat yang terjaga serta masih mencukupinya kapasitas terpasang industri pengolahan di Jawa Barat menjadi faktor-faktor penyebab masih berlanjutnya penurunan laju inflasi Jawa Barat. Namun demikian, kondisi eksternal yang belum stabil serta adanya rencana kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dapat meningkatkan risiko tekanan inflasi (upside risk) pada triwulan II-2011.

4

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

7

,

BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

8

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Jawa Barat tumbuh menguat selama triwulan I-2011. Setelah pada triwulan IV-

2010 perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat sebesar 4,5% (yoy), pada triwulan I-2011

perekonomian tumbuh sebesar 6,9%. Dari sisi permintaan, perekonomian didorong oleh peningkatan

investasi, konsumsi pemerintah dan ekspor. Meskipun tumbuh tinggi, konsumsi rumah tangga

mengalami perlambatan sehingga menekan peningkatan pertumbuhan yang terjadi. Di sisi

penawaran, sektor industri pengolahan dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mendorong

pertumbuhan perekonomian. Sementara itu, kinerja sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang

negatif pada periode laporan.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy)

7,1%

4,7%

6,4%

4,5% 4,4%

3,2%

4,0%

6,1%5,6%

8,5%

5,8%

4,5%

6,9%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

1. Sisi Permintaan

Meningkatnya investasi, konsumsi pemerintah dan ekspor merupakan beberapa faktor yang

mendorong tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2011 (Tabel 1.1).

Peningkatan terbesar komponen permintaan agregat terlihat dari tingginya investasi di Jawa Barat

yang terus meningkat, serta konsumsi pemerintah yang sudah mulai direalisasikan pada awal tahun.

Sementara itu, perkembangan ekspor di Jawa Barat tumbuh meningkat, namun lebih tingginya

pertumbuhan impor menyebabkan turunnya pertumbuhan netto ekspor. Disisi lain, konsumsi rumah

tangga tumbuh melambat sehingga menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat – Sisi Permintaan (yoy)

2011Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I

Konsumsi Rumah Tangga 8,0% 4,8% 7,8% 4,3% 7,1% 5,6% 8,0% 3,5% 4,1% 5,4% 3,4% 5,4% 5,2%Konsumsi Pemerintah ‐2,9% ‐14,5% 11,0% 5,0% 4,5% 7,0% 3,2% 1,1% ‐15,9% 10,1% 9,1% ‐2,7% 9,5%Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,4% 8,5% 14,0% 7,9% 12,7% 4,4% ‐9,0% 0,2% 6,1% 6,9% 6,5% 4,2% 7,7%Ekspor ‐14,2% ‐10,5% ‐20,8% ‐8,4% ‐13,7% ‐13,0% 9,5% 5,3% 6,1% 10,2% 18,4% 19,3% 25,6%Impor ‐5,5% ‐14,3% ‐19,8% ‐3,9% ‐8,8% ‐2,8% 5,8% ‐8,2% ‐2,6% 5,6% 11,4% 21,7% 33,3%

PDRB  7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 5,6% 8,5% 5,8% 4,5% 6,9%

Komponen Penggunaan2008 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

9

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

10

1.1. Konsumsi

Pada triwulan I-2011, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,2% (yoy) atau mengalami sedikit

perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,4%. Perlambatan

konsumsi tersebut salah satunya disebabkan oleh produksi padi yang tumbuh melambat pada triwulan

laporan sebagai akibat dari mundurnya masa tanam pada subround III-2010. Selain itu, perlambatan

juga disebabkan karena belum adanya stimulus yang secara signifikan mendorong konsumsi.

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung

Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini

25

50

75

100

125

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

Penghasilan saat ini Pembelian durable goods

Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Perlambatan konsumsi rumah tangga ini ditunjukkan pula oleh hasil survei yang dilakukan Bank

Indonesia (BI) Bandung. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)1 mengalami penurunan dari

sebesar 96,65 pada triwulan IV-2010 menjadi 93,15 pada triwulan I-2011 (Grafik 1.2). Namun

demikian, IKK tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kondisi pada periode yang sama di tahun

2010, yang mengindikasikan pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga pada periode laporan.

Penurunan nilai IKK pada triwulan I-2011 didorong oleh penurunan keinginan konsumen untuk

melakukan pembelian durable goods (barang tahan lama).

Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi kondisi perekonomian Garis 100

Ekspektasi ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi penghasilan

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung

Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran

-15

0

15

30

50,0

100,0

150,0

200,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

%

Indeks Penjualan Eceran Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

1 Hasil Survei Konsumen KBI Bandung

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

11

Perlambatan konsumsi rumah tangga juga

diindikasikan oleh melambatnya penjualan

eceran di Kota Bandung, sebagaimana tercermin

dari melambatnya pertumbuhan Indeks

Penjualan Eceran2 (Grafik 1.5). Selain itu,

indikator lainnya perlambatan konsumsi rumah

tangga adalah perlambatan konsumsi listrik

rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi dan

impor barang konsumsi. Secara umum, pelaku

usaha menyatakan bahwa terjadi perlambatan

konsumsi domestik, yang antara lain disebabkan

oleh faktor low season.

Grafik 1.7. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

0%

5%

-

800

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

10%

15%

20%

25%

1.600

2.400

3.200

4.000

%Juta kWh

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten

Grafik 1.8. Kredit Konsumsi

0

10

0

20

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

20

30

40

40

60%Rp Triliun

Posisi Baki Debet Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Laporan Bank Bulanan Umum, LBU KBI Bandung

Meskipun demikian, pertumbuhan konsumsi masih dapat didorong dengan kenaikan Nilai Tukar Petani

(NTP). Walaupun terdapat ancaman anomali iklim dan serangan hama terhadap produksi padi, namun

NTP terus mengalami peningkatan yang menggambarkan naiknya daya beli untuk kalangan petani di

Jawa Barat. Rata-rata NTP selama triwulan I-2011 adalah sebesar 102,47, lebih tinggi dibandingkan NTP

pada triwulan sebelumnya yang sebesar 101,43.

Grafik 1.6. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman

0

20

40

60

80

100

120

0,0

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3

2008 2009 2010 2011

%

Makanan & Tembakau Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.10. Nilai Tukar Petani

100

110

120

130

140

150

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

NTP (LHS) Indeks yang diterima petani (RHS)

Indeks yang dibayar petani (RHS)

Sumber: BPS Jawa Barat

Grafik 1.9. Impor Barang Konsumsi

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

kg

Volume Impor Barang Konsumsi Pertumbuhan, yoy (RHS) Sumber: Bank Indonesia

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

1.2. Investasi

Peningkatan realisasi investasi di Jawa Barat pada triwulan I-2011 didorong oleh optimisme

pelaku usaha dalam memandang prospek perekonomian ke depan. Investasi (Pembentukan

Modal Tetap Bruto) mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 7,7% (yoy) pada triwulan I-2011 dari 4,2%

pada periode sebelumnya.

Total realisasi investasi di Jawa Barat pada triwulan I-2011 mencapai Rp18,67 triliun, tumbuh sebesar

141% (yoy) dimana pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 115% (yoy). Investasi didominasi oleh

Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp16,5 triliun (tumbuh sebesar 187% yoy) sedangkan realisasi

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hanya mencapai Rp2,13 triliun (tumbuh 6% yoy). Sementara

itu, dari sisi jumlah proyek yang terealisasi pada triwulan I-2011, pertumbuhannya mengalami

peningkatan sebesar 7% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 7%

(yoy).

Grafik 1.11. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Nilai Proyek

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%Rp Miliar

Realisasi Investasi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Grafik 1.12. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%

Jumlah Proyek Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi

merupakan tujuan realisasi terbesar di Jawa

Barat selama triwulan I-2011. Total nilai realisasi

investasi PMA/PMDN di Kota Bandung dan

Kabupaten Bekasi masing-masing sebesar 49%

dan 29% dari keseluruhan di Jawa Barat.

Selanjutnya, investasi tertinggi diikuti oleh Kota

Depok (12%), Kabupaten Purwakarta (2%), dan

Kabupaten Bogor (2%).

Grafik 1.13. Distribusi Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota

Kota Bandung, 49%

Kabupaten Bekasi, 29%

Kota Depok, 12%

Kabupaten Purwakarta, 2% Kabupaten 

Bogor, 2%

Lainnya, 6%

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

12

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

13

Investasi yang dilakukan, baik oleh swasta

maupun pemerintah, dilakukan dalam bentuk

bangunan maupun non bangunan. Kenaikan

investasi bangunan dan proyek infrastruktur

di Jawa Barat diantaranya tercermin dari

meningkatnya Indeks Penjualan Eceran untuk

bahan/peralatan konstruksi, serta

pertumbuhan penjualan semen di Jawa Barat.

Walaupun masih mengalami kontraksi, Indeks

Penjualan Eceran untuk bahan/peralatan

konstruksi meningkat dari -41,9% (yoy) pada

triwulan IV-2010 menjadi -8% pada triwulan

I-2011.

Selain itu, peningkatan investasi bangunan juga diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan semen di

Jawa Barat. Pertumbuhan penjualan semen pada triwulan I-2011 meningkat dibanding penjualan pada

triwulan IV-2010. Penjualan semen selama triwulan I-2011 juga memiliki kecenderungan untuk terus

meningkat.

Meskipun demikian, peningkatan investasi kapasitas industri pada industri pengolahan mengalami

perlambatan. Hal ini diindikasikan oleh menurunnya pertumbuhan impor barang modal. Impor barang

modal pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar -40% (yoy) dimana pada triwulan IV-2010 pertumbuhan

sebesar 96% (yoy).

Grafik 1.15. Penjualan Semen di Jawa Barat

-20

-10

0

10

20

30

40

0

400

800

1.200

1.600

2.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%Ribu Ton

Penjualan Semen Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia.

Grafik 1.16. Impor Barang Modal

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

0

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

120.000.000

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

kg

Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Pembangunan infrastruktur di Jawa Barat diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah,

terutama dengan pembangunan jalan tol. Proyek jalan tol di Jawa Barat tercatat kurang lebih 10

koridor dengan total panjang jalan mencapai 362,23 km dan menyerap investasi sebesar Rp43,9

triliun. Meskipun demikian, pada triwulan I-2011 masih banyak proyek yang sedang dalam tahap

pembebasan lahan. Bahkan terdapat 3 proyek jalan tol yang pembebasan lahan dan pembangunannya

belum dimulai oleh perusahaan pemegang konsesi tol.

Grafik 1.14. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

-70

-40

-10

20

50

80

110

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3

2008 2009 2010 2011

%

Bahan Konstruksi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Tabel 1.2. Proyek Infrastruktur Jalan Tol di Jawa Barat

No NamaPanjang

(km)Investasi

(Rp triliun)Keterangan

1 Bandung Intra Urban Toll Road

27,3 6,0 Tahun 2011-2012: Pembebasan lahan dengan anggaran sebesar Rp2 triliun. Tahun 2013 : Tahap pembangunan konstruksi. Pendanaan dari JICA.

2 Cileunyi - Sumedang - Dawuan (Cisumdawu)

60,1 4,6 Jan - Nov 2011: Pembebasan lahan November 2011: Pembangunan konstruksi.

3 Soreang - Pasirkoja (Soroja 15 1,02 Tahun 2011: Pembebasan lahan.Tahun 2012 : Tahap pembangunan konstruksi.

4 Ciawi-Sukabumi 54 4,9 Tahun 2011: Pembebasan lahan seksi I Rp650M Sep 2011: pembangunan konstruksi.

5 Bogor Ring Road (seksi II-III) 7,15 1,2 Juli 2011: Mulai pembangunan konstruksi

6 Cikampek-Palimanan 116 11,36 September 2011: mulai pembangunan konstruksi

7 Cinere-Cimanggis (Jagoraw 14,7 3,0 Jan-Juli 2011: Tahap konstruksi di seksi I (lanjutan tahun sebelumnya).Juli 2011-Juli 2012: Pembangunan seksi II dikerjakan Januari 2012-Januari 2013: Pembangunan seksi III

8 Depok-Antasari 21,55 2,5 Masih tertunda

9 Cimanggis -Cibitung 25,39 3,1 Masih tertunda

10 Bekasi-Cawang-Kampung Melayu

21,04 6,2 Terkendala, pemegang konsesi tol tidak mampu menyediakan modal sebesar Rp2 triliun, meskipun sudah mendapat komitmen kredit dari sindikasi 15 bank sebesar Rp4 triliun.

TOTAL 362,23 43,9

1.3. Ekspor Impor

Kinerja ekspor Jawa Barat pada triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekspor

Jawa Barat meningkat dari 19,26% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 25,6% di triwulan I-2011.

Peningkatan tersebut dikarenakan daya beli luar negeri yang masih tinggi ditambah dengan

meningkatnya harga jual produk-produk China di pasar internasional. Sementara itu, laju

pertumbuhan impor pada triwulan I-2011 adalah sebesar 33,3% (yoy), meningkat dibandingkan

periode sebelumnya sebesar 21,7%. Kondisi tersebut menunjukkan tingginya laju pertumbuhan impor

dibandingkan ekspor.

Grafik 1.17. Nilai Ekspor Jawa Barat

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Tw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I

2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat

-100%

-75%

-50%

-25%

0%

25%

50%

75%

100%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Tw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I Tw.IITw.IIITw.IVTw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

14

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

15

Terdapat empat jenis produk yang

merupakan ekspor unggulan dilihat dari

besarnya nilai ekspor dibanding

keseluruhan ekspor Jawa Barat. Pada

triwulan I-2011, produk tekstil dan

produksi tekstil (TPT) menyumbang 28%

dari keseluruhan nilai ekspor Jawa Barat,

diikuti dengan produk telokomunikasi

(16%), produk mesin elektrik (8%), serta

produk kendaraan bermotor (4%).

Pada triwulan I-2011, industri TPT, mampu

mendorong peningkatan pertumbuhan

ekspor secara keseluruhan. Sedangkan

industri alat komunikasi dan kendaraan bermotor mengalami perlambatan pertumbuhan, bahkan

mesin elektrik mengalami pertumbuhan negatif. Nilai ekspor TPT tumbuh meningkat dari 25,2%

menjadi 28,8%, walaupun secara volume tumbuh melambat dari 10,1% menjadi 2,4%. Sementara

itu, nilai ekspor alat telekomunikasi tumbuh melambat dari 59% menjadi 8,4%, dimana volumenya

juga melambat dari 59,3% menjadi 0,9%. Kondisi yang sama juga terjadi untuk kendaraan bermotor,

nilai ekspornya tumbuh melambat dari 101,1% menjadi 30,6%, sementara volumenya melambat dari

78,2% menjadi 6,6%. Sedangkan pada mesin elektrik, nilainya tumbuh negatif dari 66,4% menjadi -

0,71%, sementara volumenya tumbuh melambat dari 40,4% menjadi -16,8%.

Grafik 1.20. Nilai dan Volume Ekspor TPT

0

100

200

300

400

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu TonUSD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.21. Nilai dan Volume Ekspor Alat Telekomunikasi

0

5

10

15

20

25

30

35

0

250

500

750

1.000

1.250

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu TonUSD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.19. Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat

Mesin Elektrik

8%Kendaraan Bermotor

4%

Alat Telekomunikasi

16%

Tekstil dan Produk Tekstil

28%

Industri Lainnya44%

Sumber: Bank Indonesia

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 1.22. Nilai dan Volume Ekspor

Mesin Elektrik

0

10

20

30

40

50

60

70

0

100

200

300

400

500

600

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.23. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan

0

5

10

15

20

25

30

35

0

50

100

150

200

250

300

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu TonUSD Juta

Nilai Ekspor Volume Ekspor (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan benua asal pembeli, terlihat pertumbuhan positif nilai ekpsor ke benua tujuan ekspor

Jawa Barat selama triwulan IV-2010 kecuali ke negara-negara Eropa. Peningkatan pertumbuhan

ekspor terjadi pada tujuan ekspor ke benua Afrika, Amerika, Asia, dan Australia.

Grafik 1.24. Nilai Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli

0

300.000

600.000

900.000

1.200.000

1.500.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2008 2009 2010 2010

USD Ribu

Asia

Amerika

Eropa

AustraliaAfrika

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 1.3. Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli

Benua Pertumbuhan Tw.IV-2010

Pertumbuhan Tw.I-2011

Afrika 3,7% 14,0%

Amerika 33,1% 20,5%

Asia 18,7% 17,6%

Australia & Oceania 22,0% 11,0%

Eropa 1,8% -3,1% Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan hasil liaison KBI Bandung, permintaan ekspor cenderung tumbuh normal secara kuantitas

dan nominal untuk perusahaan di sektor TPT, logam, serta alat angkut, mesin, dan peralatannya,

karena sudah membaiknya kondisi perekonomian global. Beberapa faktor pendorong pertumbuhan

ekspor adalah meningkatnya kebutuhan pakaian jadi pada pasar Eropa dan USA, kenaikan harga

barang produksi Cina, dan peningkatan permintaan produk bordir yang sulit ditiru negara lain. Namun

terdapat juga produsen di sektor TPT yang mengalami penurunan ekspor karena berkurangnya

permintaan dari beberapa negara di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara akibat adanya konflik

politik di kawasan tersebut.

16

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

17

Sejalan dengan ekspor, kegiatan impor ke Jawa Barat juga mengalami pertumbuhan positif pada

triwulan I-2011. Pertumbuhan volume impor dikarenakan banyaknya impor untuk barang konsumsi

seiring dengan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan di Jawa Barat pada triwulan I-2011.

2. Sisi Penawaran

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2011 didorong oleh meningkatnya kinerja

sektor dominan terutama sektor industri pengolahan dan PHR. Pertumbuhan sektor industri

pengolahan sejalan dengan peningkatan kinerja industri makanan dan minuman serta tekstil.

Sementara itu, sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif, sehingga menahan laju

pertumbuhan perekonomian pada triwulan I-2011.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat – Sisi Penawaran (yoy)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.IPertanian 34,8% ‐2,0% ‐3,5% ‐11,2% 2,7% 9,7% 3,3% 16,9% ‐3,0% 2,2% ‐2,8% 4,1% ‐5,5%Pertambangan dan Penggalian ‐15,3% ‐15,9% ‐8,8% 2,4% 1,0% 4,6% 10,9% 16,1% 7,1% 5,7% ‐0,7% 8,8% ‐3,4%Industri Pengolahan 5,5% 9,5% 10,5% 10,8% 4,3% ‐1,6% ‐1,2% ‐1,8% 3,2% 2,4% 2,0% ‐0,67% 5,4%Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,7% 5,4% 3,7% 3,3% 4,5% 11,0% 22,6% 27,9% 17,2% 11,8% 3,0% ‐22,6% 4,8%Bangunan/Konstruksi 2,1% 1,2% 13,4% 19,2% 3,9% 8,5% 2,4% 8,7% 17,0% 16,6% 11,2% 14,4% 15,0%Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,6% 2,8% 6,1% ‐0,8% 6,5% 6,8% 12,4% 14,4% 17,9% 15,1% 6,1% 8,0% 8,5%Pengangkutan dan Komunikasi 0,5% 7,0% 3,5% 0,7% 7,7% 11,1% 10,5% 11,2% 13,7% 18,0% 21,7% 23,6% 27,1%Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan ‐1,8% 3,5% 8,6% 9,9% 2,5% 4,3% 5,0% 11,8% 14,5% 10,0% 7,0% 8,6% 16,0%Jasa‐jasa 1,1% ‐0,1% 2,4% 3,8% 2,7% 4,0% 3,4% 2,8% 3,2% 6,9% 8,8% 16,2% 19,1%

PDRB  7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 5,6% 8,5% 5,8% 4,5% 6,9%

2011Lapangan Usaha

2008 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian tumbuh negatif dari 4,1% (yoy) pada triwulan IV-2010 menjadi -5,5% (yoy)

pada triwulan I-2011. Hal ini juga didukung oleh Data Sementara dari Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Jawa Barat, dimana terjadi perlambatan produksi padi sawah dan ladang dari 25,4% (yoy)

pada periode sebelumnya menjadi 10,1%. Selain itu, perlambatan juga terjadi pada pertumbuhan luas

panen padi sawah dan ladang pada triwulan I-2011 dari 34,0% (yoy) menjadi 7,8%.

Grafik 1.25. Volume Impor Jawa Barat

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.26. Nilai Impor Jawa Barat

-80%

-40%

0%

40%

80%

120%

160%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

18

Grafik 1.27. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat

-50%

0%

50%

100%

150%

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*

2008 2009 2010 2011

%Ton

Produksi Padi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas

Grafik 1.28. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat

-50%

0%

50%

100%

150%

-

200.000

400.000

600.000

800.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*

2008 2009 2010 2011

%Ha

Luas Panen Padi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas

Berdasarkan Angka Ramalan I 2011 (hasil rilis

BPS) menunjukkan terjadinya perlambatan

pertumbuhan panen tanaman padi selama

triwulan I-2011. Luas panen padi selama

subround I-2011 (Januari s.d April 2011)

diperkirakan hanya mengalami pertumbuhan

sebesar 0,3% dibandingkan dengan subround I-

2010. Sedangkan pertumbuhan luas panen

subround III-2010 (September s.d Desember)

dapat mencapai sebesar 35% dibandingkan dengan subround III-2009.

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Industri pengolahan di Jawa Barat mengalami pertumbuhan sebesar 5,4% selama triwulan I-

2011 setelah pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi sebesar 0,67%. Pertumbuhan tersebut

didorong oleh peningkatan kinerja industri tekstil dan alas kaki serta subsektor industri mesin, alat

angkutan, dan peralatannya di Jawa Barat. Sedangkan kinerja pada subsektor industri makanan dan

minuman menunjukkan penurunan.

Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki

Kinerja subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki mengalami pertumbuhan selama triwulan

I-2011. Peningkatan permintaan domestik dan ekspor produk TPT mendorong pertumbuhan industri

TPT. Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekspor TPT adalah meningkatnya kebutuhan pakaian

jadi pada pasar Eropa dan USA, kenaikan harga barang produksi Cina, dan peningkatan permintaan

produk bordir yang sulit ditiru negara lain. Meskipun demikian, industri TPT mendapat tekanan dari

kenaikan harga bahan baku yang dapat menghambat pencapaian target.

Grafik 1.29. Luas Panen Menurut Subround

1.80

0.32

0.64

0.84

1.95

0.35

0.74

0.86

2.04

0.48

0.72

0.84

1.94

0.37

0.73

0.84

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Jan-Des

IIISep-Des

IIMei-Ags

IJan-Apr

Juta Ha

Subround

2011 (Angka Ramalan I)

2010 (Angka Sementara)

2009 (Angka Tetap)

2008

Sumber: Bank Indonesia

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

19

Berdasarkan hasil rilis BPS, pada triwulan I-2011

industri tekstil, barang kulit dan alas kaki

mengalami peningkatan pertumbuhan. Kinerja

industri tekstil meningkat dari -0,66% pada

periode sebelumnya menjadi 11,28%.

Sementara itu, industri barang kulit dan alas

kaki tumbuh sebesar 11,41%, meningkat

dibandingkan periode sebelumnya sebesar

1,51%. Kondisi tersebut mendorong kinerja

subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas

kaki mengalami pertumbuhan yang tinggi

selama periode laporan.

Grafik 1.31. Nilai Ekspor TPT

-20%

0%

20%

40%

0

500

1,000

1,500

2,000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.32. Volume Ekspor TPT

-2

0%

20

0

100

200

300

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Subsektor Industri Mesin, Alat Angkutan, dan Peralatannya

Subsektor industri mesin, alat angkutan, dan

peralatannya mengalami peningkatan,

terindikasikan oleh naiknya permintaan

masyarakat terhadap kendaraan bermotor,

terutama sepeda motor selama triwulan I-2011.

Peningkatan permintaan masyarakat

dikarenakan banyaknya aksi promosi berupa

bunga murah dan diskon yang dilakukan oleh

dealer serta didukung oleh peran perusahaan

multifinance yang mengucurkan kredit

kendaraan bermotor. Selain itu, peningkatan

tersebut juga turut didukung oleh kondisi makro

ekonomi nasional, inflasi, dan nilai tukar yang

stabil serta rendahnya suku bunga kredit.

Grafik 1.30. Indeks Penjualan Pakaian & Perlengkapannya

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

%

Pakaian & Perlengkapannya Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.33. Produksi Mobil Nasional

‐40,0%

‐20,0%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

50.000 

100.000 

150.000 

200.000 

250.000 

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

Sumber: Bank Indonesia, Gaikindo

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Kinerja subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya dilihat dari penjualan motor dan

mobil nasional mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan penjualan motor tumbuh positif

21% (yoy) selama triwulan IV-2010, meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya

tumbuh sebesar 4%. Selain itu, pertumbuhan penjualan mobil mengalami pertumbuhan yang cukup

tinggi yaitu sebesar 29% (yoy), namun pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibanding periode

sebelumnya sebesar 40%.

Grafik 1.34. Penjualan Motor Nasional

-30%

0%

30%

60%

90%

0

1,000,000

2,000,000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Unit

Penjualan Motor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia, AISI

Grafik 1.35. Penjualan Mobil Nasional

-40%

0%

40%

80%

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Unit

Penjualan Mobil Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia, Gaikindo

Berdasarkan hasil rilis BPS, industri kendaraan bermotor di Jawa Barat mengalami peningkatan

pertumbuhan pada triwulan IV-2010. Industri kendaraan bermotor mengalami peningkatan

pertumbuhan dari 7,91% pada periode sebelumnya menjadi 9,05%. Sedangkan kinerja industri mesin

dan perlengkapannya di Jawa Barat mengalami pertumbuhan negatif selama triwulan I-2011 sebesar -

2,79%, dimana pada periode sebelumnya tumbuh sebesar 9,56%.

Grafik 1.36. Nilai Ekspor Kendaraan

-50%

-25%

0%

25%

50%

75%

100%

125%

0

50

100

150

200

250

300

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.37. Volume Ekspor Kendaraan

-50

-25

0%

25%

50%

75%

100

0

10

20

30

40

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Bank Indonesia

Subsektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 

Kinerja subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau di Jawa barat mengalami pertumbuhan

positif selama triwulan I-2011. Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan Indeks Penjualan

Makanan dan Minuman dari sebesar 21,4%(yoy, rata-rata), meskipun mengalami perlambatan dimana

pada periode sebelumnya mencapai 33%. Hasil rilis BPS turut menyatakan bahwa industri makanan

dan minuman di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan I-2011 dari -11,11%

pada periode sebelumnya menjadi 4,63%.

20

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

21

2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel, dan

restoran (PHR) kembali mengalami

pertumbuhan pada triwulan I-2011.

Sektor PHR mengalami pertumbuhan

sebesar 8,5% (yoy) pada triwulan I-2011,

dimana pada triwulan sebelumnya sektor

ini tumbuh sebesar 8%. Tingginya

pertumbuhan sektor PHR antara lain

disebabkan oleh meningkatnya konsumsi

rumah tangga, perdagangan ritel serta

ekspor.

Meningkatnya kinerja subsektor

perdagangan diindikasikan dengan meningkatnya pertumbuhan indeks penjualan eceran, terutama

pada penjualan pakaian (lihat Grafik 1.30) dan penjualan peralatan rumah tangga (Grafik 1.39).

Sementara itu, arus bongkar muat di

Pelabuhan Cirebon mencapai sekitar

780 ribu ton selama triwulan I-2011,

menurun dibandingkan muatan selama

triwulan sebelumnya sebesar 937 ribu

ton. Sedangkan berdasarkan Survei

Konsumen Kantor Bank Indonesia

Bandung, pembelian Durable Goods

yang juga merupakan indikator kinerja

subsektor perdagangan menunjukkan

adanya perlambatan pertumbuhan pada

Grafik 1.38. Indeks Penjualan Makanan dan Minuman

0

20

40

60

80

100

120

0,0

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3

2008 2009 2010 2011

%

Makanan & Tembakau Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.40. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

Ton

Sumber: PT Pelindo II

Grafik 1.39. Indeks Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga

-60

-40

-20

0

20

40

60

0.0

50.0

100.0

150.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

%

Perlengkapan Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

triwulan I-2011. Pertumbuhan Pembelian Durable Goods menurun dari 10% (yoy) pada triwulan IV-

2010 menjadi -38% di triwulan I-2011.

Tabel 1.5. Indikator Perhotelan di Jawa Barat

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV‐10 Tw.I‐11Hotel  Bintang 43,7 43,1 46,9 49,7 48,2 50,0 47,9 51,0 48,7 2,8% 1,1%Hotel  Non  Bintang 25,0 28,1 27,4 32,4 31,7 35,5 36,6 38,4 32,6 18,6% 3,1%Hotel Bintang & Non 

Bintang35,2 36,7 37,3 42,8 42,8 46,9 44,6 45,5 40,7 19,5% 6,4%

2011 Pertumbuhan (yoy)20102009Tingkat Hunian Kamar

Sumber: BPS Provinsi Jabar Keterangan: data merupakan rata-rata dari data THK (Tingkat Hunian Kamar) bulanan

Grafik 1.41. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa

Barat

0

200

400

600

800

1000

1200

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

orangorang

Husein Sastranegara (LHS) Total Muarajati (RHS)

Sumber: BPS Provinsi Jabar

Grafik 1.42. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat

Malaysia; 24457

Singapura; 1547

Lainnya; 1313Eropa; 232 Amerika; 117

Australia; 139

Sumber: BPS Provinsi Jabar

Sementara itu, subsektor hotel mengalami perlambatan pertumbuhan, yang diindikasikan oleh

menurunnya Tingkat Hunian Kamar (THK) perhotelan di Jawa Barat selama triwulan I-2011 (Tabel 1.4).

Secara rata-rata, THK hotel di Jawa Barat selama triwulan I-2011 adalah sebesar 40,7, menurun

dibandingkan rata-rata pada periode sebelumnya sebesar 45,5. Meskipun demikian, pertumbuhan

jumlah kunjungan wisata di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 34,7% (yoy) pada triwulan IV-

2010 menjadi 34,9% pada triwulan I-2011. Dilihat dari asalnya, kenaikan jumlah wisman yang datang

tersebut terutama berasal dari Malaysia, dengan pangsa sebesar 88% dari seluruh wisman, meningkat

dibandingkan pangsa pada triwulan IV-2010 yang sebesar 87,6%.

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan pada triwulan I-

2011. Kondisi tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan penumpang yang masuk ke Jawa Barat, baik

melalui Bandara Husein Sastranegara, maupun jalan tol di Jawa Barat. Jumlah penumpang yang masuk

ke Jawa Barat melalui Bandara Husein Sastranegara mengalami pertumbuhan sebesar 28% (yoy)

didorong oleh masih aktifnya aktifitas penerbangan domestik dan mancanegara.

22

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

23

Kondisi transportasi darat berupa angkutan

jalan di Jawa barat, menunjukkan adanya

pertumbuhan. Pada triwulan I-2010, jumlah

kendaraan yang melintasi 12 gerbang tol di

Jawa Barat mengalami rata-rata

pertumbuhan yang meningkat. Kondisi

tersebut didukung dengan peningkatan

rata-rata kendaraan masuk sebesar 6,8%,

dan rata-rata kendaraan keluar sebesar

5,4% selama triwulan I-2011.

Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat

Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar

Sadang 438.188 399.520 481.999 446.347 10,0% 11,7%

Jatiluhur 324.127 329.214 374.153 384.327 15,4% 16,7%

Padalarang Barat* 1.887.696 2.123.232 2.090.839 2.239.406 10,8% 5,5%

Padalarang 1.582.929 1.428.344 1.710.647 1.529.851 8,1% 7,1%

Baros 1 483.061 757.126 517.085 850.986 7,0% 12,4%

Baros 2 750.347 481.465 832.254 541.727 10,9% 12,5%

Pasteur 2.493.329 2.432.528 2.603.192 2.573.504 4,4% 5,8%

Pasir Koja 1.404.538 1.174.216 1.459.589 1.179.339 3,9% 0,4%

Kopo 1.057.578 1.100.917 1.037.252 1.109.400 -1,9% 0,8%

M Toha 832.119 916.162 863.790 948.031 3,8% 3,5%

Buah Batu 1.248.578 1.332.845 1.352.841 1.450.346 8,4% 8,8%

Cileunyi 1.833.390 1.938.251 1.985.299 1.945.335 8,3% 0,4%

TOTAL 14.335.880 14.413.820 15.308.940 15.198.599 6,8% 5,4%

Gerbang TolTw.I-10 Tw.I-11 Pertumbuhan (yoy)

Sumber: PT Jasa Marga Kantor Cabang Purbaleunyi Ket *) Data sementara

Jumlah penumpang yang menggunakan jasa kereta api di Daerah Operasi Bandung dan Cirebon

mengalami pertumbuhan positif dari -0,94% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 1,74% pada

triwulan I-2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan jumlah penumpang kereta

api di kelas ekonomi, lokal ekonomi dan lokal bisnis. Sedangkan penumpang yang menggunakan

kelas eksekutif dan bisnis justru mengalami penurunan pertumbuhan.

Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat (ribu orang)

2011

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV-10 Tw.I-11Eksekutif 276,90 324,18 336,71 336,70 282,84 295,94 302,31 271,28 267,40 -19,43% -5,46%Bisnis 267,02 289,77 353,28 311,61 281,00 287,08 304,32 287,96 278,54 -7,59% -0,87%Ekonomi 409,05 481,16 525,57 489,55 467,60 535,41 638,64 518,64 528,22 5,94% 12,96%Lokal Bisnis 363,01 400,71 466,27 423,81 407,98 431,97 513,55 413,19 422,69 -2,51% 3,61%Lokal Ekonomi 1.937,72 2.227,00 2.449,14 2.24

8

7,03 2.294,71 2.306,50 2.477,59 2.281,93 2.302,18 1,55% 0,33%

Total 3.253,70 3.722,82 4.130,96 3. 08,69 3.734,13 3.856,89 4.236,40 3.773,01 3.799,03 -0,94% 1,74%

Kelas2009 2010 Pertumbuhan (yoy)

 Sumber: PT Kereta Api DAOP Jawa Barat Catatan: terdiri dari DAOP Bandung dan Cirebon 

Grafik 1.43. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional

di Bandara Husein Sastranegara

-25%

0%

25%

50%

75%

100%

125%

0

70,000

140,000

210,000

280,000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

orang

Jumlah Penumpang Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: PT Persero Angkasa Pura II

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi

Sektor bangunan/konstruksi pada triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 15%

(yoy). Peningkatan kinerja sektor bangunan/konstruksi diindikasikan oleh meningkatnya pembiayaan

melalui kredit oleh bank umum untuk sektor konstruksi. Penyaluran kredit untuk sektor konstruksi

tumbuh meningkat dari 24,6% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 27,9%.

Grafik 1.44. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke

Sektor Konstruksi

0

10

20

30

40

50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

2.6. Sektor Lainnya Kinerja sektor listrik, gas, dan air bersih

mengalami pertumbuhan positif pada

triwulan I-2011 setelah pada triwulan

sebelumnya tumbuh negatif. Sektor

tersebut mengalami pertumbuhan sebesar

4,8% (yoy). Pertumbuhan sektor listrik, gas,

dan air bersih diindikasikan oleh

pertumbuhan pemakaian listrik di Jawa Barat

sebesar 7%, meskipun melambat jika

dibandingkan pada triwulan IV-2010 yang

tumbuh sebesar 14%. Kontribusi

pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan

pemakaian listrik rumah tangga sebesar 4%. Sementara itu, konsumsi listrik oleh pengguna industri

mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -22%.

Grafik 1.45. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat

ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

-100

0

100

200

300

400

500

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

Tabel 1.8. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (Juta Kwh) 2011

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV-10 Tw.I-11

Rumah Tangga 2.383 2.419 2.513 2.611 2.682 2.903 3.000 3.058 2.995 3.160 3.235 3.230 3.117 6% 4%

Industri 3.623 3.807 3.918 4.083 4.202 4.794 5.169 4.977 5.282 5.598 5.506 5.105 4.102 3% -22%

Total 6.006 6.226 6.431 6.694 6.884 7.697 8.170 8.035 8.276 8.757 8.741 8.335 7.219 14% 7%

Pertumbuhan (yoy)2009 20102008Penggunaan

Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

24

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Dari sisi penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Barat untuk sektor listrik, gas, air bersih secara

umum mengalami pertumbuhan, dimana pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan negatif.

Kinerja sektor jasa-jasa di Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan selama triwulan

I-2011. Sektor jasa-jasa di Jawa Barat mengalami pertumbuhan menjadi 16,2% (yoy). Kinerja sektor

jasa yang meningkat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor-sektor lainnya yang kemudian

membutuhkan dukungan dari sektor jasa.

Grafik 1.46. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-Jasa

0

10

20

30

40

50

0

2

4

6

8

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%Rp Triliun

Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

25

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

26

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

28

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Laju inflasi Jawa Barat pada triwulan I-2011 menurun menjadi 6,18% (yoy) dibandingkan

periode lalu dan masih lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 6,65%. Penurunan

laju inflasi tahunan, yakni dari 6,62% pada triwulan IV-2010 menjadi 6,18% pada periode laporan

semata-mata disebabkan oleh penurunan laju inflasi kelompok harga pangan yang bergejolak yang

terdiri dari komoditas beras, cabe merah, cabe rawit, dan bawang merah. Lebih cepatnya penurunan

harga bahan pangan di Jawa Barat dibandingkan daerah lain merupakan penyebab utama semakin

besarnya selisih inflasi dengan nasional. Meski demikian, inflasi inti masih persisten di level 4% hingga

5%. Berdasarkan kota pembentuk IHK (Indeks Harga Konsumen), seluruhnya mengalami penurunan

laju inflasi sedangkan pada akhir triwulan I-2011, terdapat 5 dari 7 kota yang disurvei oleh BPS, yakni

Bandung (3,92%), Tasikmalaya (4,97%), Sukabumi (5,12%), Bogor (5,93%), dan Cirebon (5,99%)

yang angka inflasinya tercatat berada pada rentang sasaran inflasi nasional tahun 2011, yaitu sebesar

5 ± 1%. Di sisi lain, 2 kota yang masih memiliki inflasi yang cukup tinggi adalah Depok dan Bekasi

dengan angka masing-masing adalah 7,75% dan 7,54%.

1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Inflasi Bulanan

Penurunan laju inflasi secara tahunan selama triwulan I-2011 terutama disebabkan oleh laju

inflasi bulanan yang lebih rendah dan mengalami tren penurunan. Jika dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun 2010 perkembangan harga barang/jasa lebih rendah, sehingga secara

tahunan tren inflasi menurun. Perkembangan laju inflasi/deflasi pada bulan Januari, Februari, dan

Maret 2011 berturut-turut adalah sebesar 0,62%, 0,16%, dan -0,2% (mtm).

Menurut kelompok barang/jasa, penurunan laju inflasi bulanan semata-mata disebabkan oleh

kelompok bahan makanan. Sejak puncaknya pada bulan Desember 2010, laju inflasi kelompok bahan

makanan, khususnya komoditas cabe merah, cabe rawit, beras, kacang panjang, dan minyak goreng

terus mengalami penurunan. Kelompok makanan jadi sedikit menurun mengikuti penurunan

komoditas bahan bakunya meski laju inflasinya masih relatif persisten. Sementara, inflasi pada

kelompok penyumbang inflasi lainnya masih relatif stabil.

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Jawa Barat dan Nasional

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

Jabar 0.77 0.38 -0.1 0.20 0.25 1.04 1.58 0.71 0.28 0.02 0.68 0.73 0.62 0.16 -0.2

Nasional 0.84 0.30 -0.1 0.15 0.29 0.97 1.57 0.76 0.45 0.19 -0.0 0.33 0.89 0.13 -0.3

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0% (mtm)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa

-2

-1

0

1

2

3

4

7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

% (mtm) Bahan makanan Makanan jadi

Perumahan Sandang

Kesehatan Pendidikan

Transpor

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

29

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

30

Inflasi Triwulanan

Secara triwulanan, laju inflasi triwulan I-2011

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

yang sama tahun sebelumnya maupun

triwulan lalu. Sumber penyebab turunnya laju

inflasi dari 1,45% (qtq) pada triwulan IV-2010

menjadi 0,54% pada periode laporan. Jika

dibandingkan nasional yang sebesar 0,70%, laju

inflasi Jawa Barat masih lebih rendah akibat lebih

cepat masuknya pasokan bahan pangan di Jawa

Barat dibandingkan daerah lain, sehingga deflasi

kelompok bahan makanan di Jawa Barat lebih

besar. Berbeda halnya dengan pola musiman pada

periode laporan, laju inflasi Jawa Barat secara triwulanan mengalami penurunan. Hal ini terutama

akibat anomali iklim sehingga mempercepat masa panen padi.

Pada periode laporan, hanya kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi yang kemudian diikuti

dengan melambatnya laju inflasi kelompok makanan jadi. Selain itu, apresiasi nilai tukar rupiah dan

tertahannya kenaikan harga emas di pasar internasional mengakibatkan kelompok sandang tidak

memberikan kontribusi atas kenaikan harga (atau andil inflasi 0%). Di lain pihak, angka inflasi 4

kelompok lainnya, yakni perumahan, kesehatan, pendidikan, dan transpor, sedikit meningkat.

Tabel 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) 2010 2011 Andil

No. Kelompok Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV '10 Tw.I '11

1 Bahan makanan 1.39 4.30 5.85 4.25 -0.48 1.02 -0.12

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1.88 1.35 1.34 1.25 0.97 0.24 0.18

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0.58 0.51 1.67 0.38 1.11 0.09 0.25

4 Sandang 0.85 1.57 1.67 2.00 0.05 0.09 0.00

5 Kesehatan 0.40 0.39 0.70 0.30 1.25 0.01 0.05

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0.33 0.07 0.88 0.44 0.99 0.04 0.06

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

0.31 -0.14 1.51 -0.28 0.69 -0.05 0.11

Umum 0.96 1.49 2.58 1.45 0.54 1.45 0.54

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

Inflasi Tahunan

Secara tahunan, laju inflasi Jawa Barat mengalami sedikit penurunan. Pada triwulan I-2011 laju

inflasi tahunan turun dari 6,62% (yoy) menjadi 6,18%. Faktor penyebab turunnya laju inflasi terutama

Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional

0

1

2

3

4

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

% (qtq)

Jabar Nasional

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

berasal dari harga bahan pangan yang bergejolak (volatile foods) atau menurunnya laju inflasi

kelompok bahan makanan baik secara bulanan maupun triwulanan. Meski laju inflasi secara umum

menurun, inflasi inti sedikit meningkat dibandingkan

periode lalu. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan

laju inflasi berpotensi hanya berlangsung sementara.

Hal yang sama juga tercermin dari dekomposisi inflasi

tahunan menurut kelompok barang/jasa. Andil inflasi

terutama kelompok perumahan, transpor,

pendidikan, dan kesehatan masih persisten tinggi.

Selain itu, level inflasi kelompok bahan makanan

masih cukup tinggi dan belum kembali ke level

semula yang berada pada kisaran 4% hingga 6%.

Grafik 2.3. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional

0

2

4

6

8

10

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

% (yoy)

Jabar Nasional

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) 2010 2011 Andil

No. Kelompok Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV '10 Tw.I '11

1 Bahan makanan 3.42 9.67 10.60 16.70 14.55 3.91 3.45

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

6.52 7.05 8.27 5.94 4.99 1.11 0.93

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

1.75 1.82 3.67 3.17 3.71 0.75 0.86

4 Sandang 1.32 4.34 5.89 6.22 5.38 0.27 0.23

5 Kesehatan 2.74 2.44 2.36 1.80 2.66 0.06 0.10

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga

3.80 3.79 1.54 1.72 2.39 0.14 0.17

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

0.53 0.38 1.22 1.40 1.78 0.23 0.29

Umum 2.99 4.68 5.41 6.62 6.18 6.62 6.18 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Inflasi Tahunan

Penurunan laju inflasi terjadi di seluruh kota (7 kota) di Jawa Barat. Sumber turunnya inflasi di

kota pembentuk IHK adalah penurunan harga bahan pangan yang diikuti dengan makanan jadi. Di sisi

lain, berdasarkan tracking atas pencapaian sasaran inflasi nasional, sebanyak 5 kota telah berada pada

kisaran 5% ± 1%, sementara Kota Depok dan Bekasi masih melebih batas atas target, yakni masing-

masing sebesar 7,75% dan 7,54%. Kota Bandung memiliki laju inflasi terendah yakni sebesar 3,92%,

sementara Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, dan Cirebon berturut-turut adalah sebesar 4,97%, 5,12%,

5,93%, dan 5,99%. Disparitas laju inflasi yang cukup tinggi antara Kota Bandung dengan Kota Depok

dan Bekasi diperkirakan bersumber dari kelompok bahan makanan yang kemudian mendorong

kenaikan harga produk makanan jadi.

31

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

32

Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kota

0

2

4

6

8

10

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

% (yoy)Bandung Bekasi Depok Bogor

Cirebon Sukabumi Tasikmalaya Jabar

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Bank Indonesia

Laju inflasi kelompok bahan makanan serta makanan jadi di Kota Depok dan Bekasi melebihi inflasi

Jawa Barat untuk masing-masing kelompok. Selain itu, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas,

dan bahan bakar di Kota Depok yang cukup tinggi semakin meningkatkan tekanan harga. Kota

Cirebon mengalami kenaikan laju inflasi kelompok sandang, pendidikan, dan transpor yang lebih

tinggi dari kota-kota lainnya. Di sisi lain, kelompok pendidikan di Kota Tasikmalaya adalah satu-

satunya kelompok yang mengalami deflasi secara tahunan pada periode laporan. Rendahnya laju

inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi di Kota Bandung menjadi penyebab utama kota

tersebut memiliki laju inflasi terendah. Sukabumi merupakan salah satu kota yang mengalami inflasi

cukup rendah akibat terjaganya harga barang/jasa pada kelompok bahan makanan. Sementara, Kota

Bogor memiliki inflasi kelompok transpor, pendidikan, dan sandang yang terendah dibandingkan

lainnya.

Tabel 2.3 Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang/Jasa Triwulan I-2011 (yoy, %)

Kota No. Kelompok

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm Gab.

1 Bahan makanan 9.31 17.23 18.39 14.26 10.84 10.73 10.77 14.55

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1.81 7.04 7.58 3.65 5.77 4.01 3.88 4.99

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2.18 3.63 6.38 2.92 3.28 3.11 4.67 3.71

4 Sandang 3.36 9.14 4.54 2.46 7.13 6.44 6.12 5.38

5 Kesehatan 0.98 5.36 1.77 3.10 3.89 0.03 3.45 2.66

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 4.00 0.99 1.19 3.31 9.71 3.40 -2.39 2.39

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 2.98 1.78 0.99 0.55 2.14 0.97 1.18 1.78

Umum 3.92 7.54 7.75 5.93 5.99 5.12 4.97 6.18

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kota Bandung

Laju inflasi Kota Bandung tercatat menjadi yang terendah di Jawa Barat, yakni 3,92%. Lebih

rendahnya kenaikan harga di Kota Bandung terutama disebabkan oleh terjaganya pasokan bahan

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

pangan sehingga inflasi kelompok bahan makanan Kota Bandung adalah yang terendah, yakni sebesar

9,31%. Hal ini yang kemudian menahan kenaikan harga produk-produk makanan jadi seperti nasi

rames, bakso, dan mie. Perkembangan harga yang lebih terkendali mengakibatkan ekspektasi

masyarakat terhadap harga barang/jasa di Kota Bandung terjaga, sehingga laju inflasi kelompok

perumahan di Kota Bandung adalah yang terendah.

Berdasarkan sumber penyebab inflasi, pada

periode laporan penurunan laju inflasi terutama

disebabkan oleh volatile foods (harga bahan

pangan yang bergejolak). Adapun, faktor

kebijakan pemerintah terkait harga

(administered price) tidak memberikan tekanan

yang berarti. Di sisi lain, laju inflasi inti sedikit

meningkat pada periode laporan karena

perkembangan harga komoditas strategis di

pasar internasional dan ekspektasi inflasi. Meski

demikian, berdasarkan periode pengamatan

laju inflasi inti menunjukkan tren penurunan.

Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bandung

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

% (yoy)Umum Volatile foods

Administered price Inti

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Penurunan laju inflasi terjadi pada kelompok bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan

tembakau, perumahan, gas, air, listrik, dan bahan bakar; serta sandang. Berdasarkan komoditasnya,

turunnya laju inflasi terutama disumbangkan oleh penurunan harga beras, cabe merah, cabe rawit,

dan bawang merah. Panen padi yang lebih awalnya serta tidak serempak menyebabkan penurunan

harga beras berlangsung lebih cepat dan relatif lama dibandingkan pola musimannya. Selain itu,

berdasarkan hasil diskusi dengan pedagang beras di Kota Bandung diperoleh informasi bahwa impor

beras yang dilakukan oleh pemerintah pusat berdampak terhadap penurunan harga beras. Pasokan

cabe merah dan cabe rawit telah kembali normal sehingga menyebabkan harga di tingkat eceran

kembali ke level semula. Sementara, panen bawang merah di sentra produksi Brebes Jawa Tengah

menyumbangkan penurunan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan lebih lanjut.

Tabel 2.4. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2009 2010 2011 No. Kelompok *)

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Bahan makanan 5.30 4.35 4.02 3.96 7.18 8.87 12.61 9.31

2 Makanan jadi 5.93 6.21 5.85 5.39 4.75 3.49 2.57 1.81

3 Perumahan 2.62 0.11 1.74 1.97 2.34 3.71 2.20 2.18

4 Sandang 3.80 3.77 5.09 -1.74 0.12 2.49 3.44 3.36

5 Kesehatan 5.52 5.40 5.32 2.20 1.33 1.50 0.97 0.98

6 Pendidikan 6.88 7.55 3.31 3.71 3.55 1.14 2.13 4.00

7 Transpor -9.11 -8.64 -5.98 1.09 0.63 1.51 2.40 2.98

Umum 2.17 1.53 2.11 2.86 3.50 4.08 4.53 3.92 Keterangan : *) nama kelompok disingkat

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

33

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

Kota Bekasi

Dalam tiga triwulan terakhir Kota Bekasi mengalami inflasi yang cukup tinggi. Hal ini

disebabkan oleh Kota Bekasi memiliki karakteristik sebagai kota konsumen hasil pertanian dan

lokasinya yang berdekatan dengan DKI Jakarta sehingga inflasi kota Bekasi rentan terhadap kenaikan

harga komoditas bergejolak (volatile foods). Kota Bekasi adalah kota industri yang memiliki populasi

penduduk cukup tinggi, sementara produksi pertanian di kota tersebut defisit. Di lain pihak, transaksi

perdagangan bahan pangan di Kota Bekasi bergantung terhadap limpahan pasokan dari DKI Jakarta

sehingga perkembangan harga menjadi lebih begerjolak dibandingkan dengan DKI Jakarta.

Sumber utama penyebab menurunnya laju inflasi

Kota Bekasi adalah inflasi inti terutama yang

berasal dari eksternal, sementara administered

price (kebijakan pemerintah terhadap harga)

relatif stabil. Tekanan harga dari eksternal

menurun karena besarnya pengaruh apresiasi

nilai tukar rupiah. Di sisi lain, jika dibandingkan

denngan 6 kota lainnya di Jawa Barat, kenaikan

harga emas perhiasan di Kota Bekasi masih

sangat tinggi, yakni sebesar 9,14% (inflasi

kelompok sandang). Hal ini didorong oleh

kenaikan harga emas di pasar internasional serta tingginya minat investasi masyarakat terhadap emas

yang menyebabkan permintaan emas meningkat. Selain itu, laju inflasi kelompok bahan makanan

Kota Bekasi masih persisten tinggi, yakni sebesar 17,23%. Tingginya inflasi kelompok bahan makanan

di Kota Bekasi yang menyebabkan kenaikan harga produk makanan jadi khususnya nasi rames cukup

tinggi, meski pada periode laporan tekanan inflasi kedua kelompok tersebut relatif mereda.

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2009 2010 2011 No. Kelompok

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Bahan makanan 4.75 5.64 2.86 2.85 9.61 10.97 16.55 17.23

2 Makanan jadi 6.29 4.77 6.86 8.54 10.75 10.84 10.08 7.04

3 Perumahan 2.76 0.07 -0.29 0.45 0.97 3.91 3.57 3.63

4 Sandang 4.41 3.16 5.49 6.23 10.85 12.81 12.16 9.14

5 Kesehatan 5.34 2.94 3.64 4.21 4.08 4.79 3.97 5.36

6 Pendidikan 6.82 3.52 3.56 3.85 3.86 1.10 0.79 0.99

7 Transpor -1.14 -6.30 -3.05 0.68 0.58 1.40 1.34 1.78

Umum 3.59 1.54 1.93 3.20 5.62 6.76 7.88 7.54 Keterangan : *) nama kelompok disingkat

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Kota Bekasi

-5

0

5

10

15

20

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

% (yoy)

Umum Volatile foods Administered price Inti

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Kota Depok

Kota Depok mengalami laju inflasi tahunan tertinggi secara berturut-turut selama 2 periode

terakhir. Laju inflasi tahunan Kota Depok sedikit menurun, yakni dari 7,97% pada triwulan IV-2010

menjadi 7,75% pada triwulan I-2011. Penurunan terutama berasal dari kelompok bahan makanan

yang menurun dari 21,96% menjadi 18,39%. Sama halnya dengan Kota Bekasi, produksi bahan

pangan di Kota Depok relatif minimal dan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya

yang sebagian besar bekerja di DKI Jakarta. Selain itu, mayoritas pasokan bahan pangan diperoleh dari

DKI Jakarta sehingga harga pangan lebih berfluktuatif.

Sementara itu, berdasarkan sumber penyebab

inflasi, laju inflasi tahunan inti Kota Depok

meningkat yang terutama disebabkan oleh

kenaikan tarif kontrak/sewa rumah yang

dipengaruhi tingginya ekspektasi harga

masyarakat Kota Depok terhadap realisasi

inflasi. Sementara itu, volatile foods mengalami

penurunan laju inflasi tahunan meski level

inflasi masih cukup besar. Di sisi lain, pengaruh

kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga

relatif minimal.

Grafik 2.7. Inflasi Tahunan Kota Depok

-10

-5

0

5

10

15

20

25

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

% (yoy)Umum Volatile foods

Administered price Inti

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan kelompok pembentuk harga barang/jasa, tertahannya penurunan laju inflasi terutama

disebabkan oleh kelompok perumahan, gas, listrik, air, dan bahan bakar. Laju inflasi kelompok

perumahan naik dari 3,85% menjadi 6,38% pada triwulan I-2011. Hal ini disebabkan tarif

sewa/kontrak rumah di Kota Depok naik pada periode pengamatan sehingga inflasi subkelompok

biaya tempat tinggal naik cukup tinggi. Selain itu, inflasi tahunan kelompok transpor, komunikasi, dan

jasa keuangan juga meningkat tipis. Tekanan kenaikan inflasi disebabkan oleh kenaikan harga minyak

dunia yang berakibat terhadap kenaikan harga BBM non-subsidi pada periode laporan.

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2009 2010 2011 No. Kelompok

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Bahan makanan 7.70 10.20 6.53 5.24 14.81 7.94 21.96 18.39

2 Makanan jadi 10.91 8.41 7.60 6.50 6.86 -1.46 7.69 7.58

3 Perumahan 2.58 -1.82 -0.69 1.52 1.78 2.71 3.85 6.38

4 Sandang 5.67 5.22 4.97 0.68 4.35 16.02 5.01 4.54

5 Kesehatan 2.16 1.23 0.79 0.30 0.31 11.28 0.40 1.77

6 Pendidikan 5.46 4.04 3.91 4.40 4.69 -1.11 1.29 1.19

7 Transpor -9.30 -9.73 -7.41 -0.36 -0.42 8.35 0.79 0.99

Umum 2.57 1.52 1.30 2.96 5.47 5.56 7.97 7.75 Keterangan : *) nama kelompok disingkat

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

35

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

Kota Bogor

Laju inflasi Kota Bogor turun, yakni dari 6,57% pada triwulan IV-2010 menjadi 5,93% pada

triwulan I-2011. Faktor penyebab turunnya laju inflasi tahunan Kota Bogor adalah kelompok bahan

makanan, khususnya komoditas beras, cabe merah, cabe rawit, dan bawang merah. Panen padi, cabe

merah, cabe rawit, dan bawang merah yang telah tiba menyebabkan penurunan harga yang cukup

besar. Bahkan beberapa pedagang di pasar tradisional menginformasikan bahwa akibat melimpahnya

pasokan cabe, harga cabe menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kondisi normal. Masuknya

pasokan bahan pangan strategis di Kota Bogor terjadi juga di daerah lain di Jawa Barat.

Di sisi lain, laju inflasi inti masih persisten dan

cenderung sedikit meningkat. Hal ini patut

diwaspadai mengingat pengaruh perkembangan

harga bahan pangan yang berfluktuatif akan

segera hilang dan laju inflasi Kota Bogor kembali

pada level inflasi intinya. Ke depan, tekanan dari

eksternal yakni kenaikan harga emas serta

komoditas pangan strategis di pasar

internasional patut diwaspadai. Jika

dibandingkan 6 kota lainnya di Jawa Barat,

inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan adalah yang terendah, yakni sebesar 0,55%. Hal ini terutama disebabkan bobot konsumsi

masyarakat Kota Bogor terhadap BBM non subsidi yang lebih rendah dibandingkan kota lainnya. Di

sisi lain, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat dari 2,49% pada

triwulan IV-2010 menjadi 3,65% pada triwulan I-2011. Komoditas makanan jadi yang mengalami

kenaikan harga adalah mie baso dan nasi rames. Hal ini didorong oleh memburuknya ekspektasi harga

penjual makanan terhadap harga barang/jasa ke depan.

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2009 2010 2011 No. Kelompok

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Bahan makanan 8.31 6.31 4.15 1.25 7.02 8.62 17.10 14.26

2 Makanan jadi 8.87 10.37 8.07 5.09 5.78 2.04 2.49 3.65

3 Perumahan 4.14 1.74 1.62 2.34 2.38 -2.12 3.94 2.92

4 Sandang 6.25 3.39 2.72 2.74 1.78 15.74 1.70 2.46

5 Kesehatan 4.64 7.66 9.66 7.93 8.44 6.94 1.95 3.10

6 Pendidikan 1.65 3.26 3.33 2.58 1.68 -8.38 2.65 3.31

7 Transpor -12.24 -11.81 -9.74 0.54 0.90 6.58 0.42 0.55

Umum 3.38 2.71 2.16 2.47 4.23 2.98 6.57 5.93 Keterangan : *) nama kelompok disingkat

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Bogor

-10

-5

0

5

10

15

20

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

% (yoy)

Umum Volatile foods Administered price Inti

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Kota Cirebon

Laju inflasi Kota Cirebon sedikit menurun menjadi 5,99% pada periode laporan. Penurunan

semata-mata bersumber dari kelompok bahan makanan, khususnya untuk komoditas beras, bawang

merah, dan cabe merah. Pasokan cabe meningkat karena tingginya minat petani yang beralih

menanam bibit cabe, sedangkan berdasarkan hasil pengamatan di pasar tradisional, masuknya

bawang merah impor dari Filipina menyadi salah satu penyebab turunnya harga bawang merah di

Kota Cirebon. Selain itu, sayuran di Kota Cirebon mengalami peningkatan pasokan khususnya dari

Kabupaten Majalengka dan Cirebon yang telah mengalami panen. Penurunan laju inflasi bahan

pangan menyebabkan inflasi kelompok makanan jadi turun dari 6,05% pada triwulan IV-2010

menjadi 5,77% pada triwulan I-2011. Berdasarkan produknya, nasi rames dan mie baso mengalami

penurunan harga yang terbesar.

Di sisi lain, laju inflasi inti dan administered

price (kebijakan pemerintah terhadap harga)

sedikit meningkat terutama akibat tekanan

dari eksternal. Kenaikan harga komoditas

emas di pasar internasional mendorong

meningkatnya harga emas perhiasan di pasar

internasional sehingga laju inflasi kelompok

sandang meningkat dari 6,49% pada triwulan

IV-2010 menjadi 7,19% pada triwulan I-2011.

Terkait kebijakan pemerintah terhadap harga,

berdasarkan hasil wawancara (liaison) KBI

Cirebon terhadap industri, pelepasan capping

Tarif Dasar Listrik (TDL) pada bulan Februari 2011 cukup dirasakan dampaknya khususnya oleh

perusahaan besar. Meski demikian, untuk menghindari kenaikan harga jual industri melakukan strategi

efisiensi biaya produksi.

Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Kota Cirebon

-5

0

5

10

15

20

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

% (yoy)

Umum Volatile foods Administered price Inti

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2009 2010 2011 No. Kelompok

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Bahan makanan 1.84 3.72 4.68 3.58 8.18 9.99 15.00 10.84

2 Makanan jadi 7.67 6.55 5.99 5.30 5.52 0.12 6.05 5.77

3 Perumahan 9.17 4.11 3.64 2.31 1.77 -5.92 2.41 3.28

4 Sandang 6.45 8.41 10.77 2.00 6.26 6.46 6.49 7.13

5 Kesehatan 6.85 6.68 5.48 2.53 3.11 -7.90 3.44 3.89

6 Pendidikan 25.06 7.96 8.15 7.01 8.14 -18.60 9.77 9.71

7 Transpor -6.67 -5.50 -2.95 2.29 2.56 7.52 2.01 2.14

Umum 5.23 3.67 4.11 3.54 4.79 0.73 6.70 5.99 Keterangan : *) nama kelompok disingkat

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

37

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

Kota Sukabumi

Pada periode laporan, Kota Sukabumi mengalami laju inflasi tahunan yang menurun, yakni

dari 5,43% menjadi 5,12%. Penurunan terutama disumbangkan oleh melambatnya laju inflasi

kelompok bahan makanan dari 12,85% menjadi 10,73%. Berdasarkan komoditasnya, penurunan laju

inflasi khususnya disebabkan oleh komoditas beras, cabe merah, cabe rawit, dan sayur-sayuran. Di sisi

lain, laju inflasi kelompok makanan jadi mengalami kenaikan akibat ekspektasi penjual makanan yang

memburuk setelah tingginya laju inflasi tahunan tahun 2010. Selain itu, kelompok perumahan, gas,

air, listrik, dan bahan bakar meningkat laju inflasi dari 2,94% menjadi 3,11% yang disebabkan oleh

kebijakan pemerintah melepaskan capping Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk perusahaan berskala usaha

besar.

Berdasarkan jenis penyumbang inflasi, laju inflasi

inti sedikit meningkat. Peningkatan laju inflasi

inti terutama akibat naiknya harga komoditas di

pasar internasional. Komoditas yang mengalami

kenaikan harga cukup signifikan adalah emas

dan minyak. Naiknya harga minyak dunia

menyebabkan harga BBM non subsidi

meningkat sehingga laju inflasi kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan naik

dari 0,69% menjadi 0,97% pada periode

laporan.

Namun demikian, berbeda dengan kota lainnya di Jawa Barat dampak kenaikan harga emas perhiasan

kurang signifikan di Kota Sukabumi. Laju inflasi kelompok sandang melambat dari 7,98% menjadi

6,44%. Hal ini terutama disebabkan telah tingginya angka laju inflasi kelompok sandang di tahun

2010.

Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2009 2010 2011 No. Kelompok

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Bahan makanan 6.36 3.28 0.39 -1.49 4.71 12.94 12.85 10.73

2 Makanan jadi 12.84 8.52 7.70 5.17 4.60 1.00 2.82 4.01

3 Perumahan 15.15 12.27 11.32 7.06 2.19 -9.53 2.94 3.11

4 Sandang 6.99 4.48 1.25 -1.91 3.00 14.55 7.98 6.44

5 Kesehatan 6.73 3.97 2.88 1.02 -0.68 5.82 -0.31 0.03

6 Pendidikan 1.19 3.34 2.83 2.42 2.60 7.44 3.26 3.40

7 Transpor -8.67 -7.78 -6.59 0.83 0.56 10.35 0.69 0.97

Umum 6.91 4.67 3.49 2.41 3.09 3.42 5.43 5.12 Keterangan : *) nama kelompok disingkat

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

% (yoy)

Umum Volatile foods Administered price Inti

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Kota Tasikmalaya

Laju inflasi tahunan Kota Tasikmalaya yang sebesar 4,97% adalah salah satu yang terendah

di Jawa Barat. Hal ini terutama disebabkan oleh kedekatan lokasi Kota Tasikmalaya dengan sentra

produksi bahan pangan sehingga memiliki inflasi kelompok bahan makanan yang relatif terkendali.

Pada periode laporan, inflasi kelompok bahan makanan Kota Tasikmalaya turun dari 16,73% menjadi

10,77%. Penurunan laju inflasi kelompok bahan makanan disebabkan oleh masuknya pasokan beras

dan cabe dari daerah sekitar Tasikmalaya yang telah panen.

Berdasarkan sumber penyebabnya, laju inflasi

inti meningkat yang disebabkan oleh kenaikan

harga komoditas di pasar internasional. Persepsi

investor atas emas sebagai safe heaven

menyebabkan tingginya permintaan yang

mendorong kenaikan harga di pasar

internasional. Hal ini yang kemudian

mendorong kenaikan harga emas perhiasan di

pasar domestik sehingga laju inflasi kelompok

sandang naik dari 5,66% pada triwulan IV-2010

menjadi 6,12% pada triwulan I-2011.

Grafik 2.11. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

% (yoy)

Umum Volatile foods Administered price Inti

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan kelompok barang/jasa, inflasi kelompok makanan jadi naik dari 3,53% menjadi 3,88%

yang disebabkan oleh naiknya harga bahan baku komoditas bahan pangan. Produk makanan yang

mengalami kenaikan adalah nasi rames dan mie baso. Berdasarkan hasil survei KBI Tasikmalaya,

pedagang makanan menaikkan harga akibat ekspektasi pedagang atas kenaikan harga bahan baku

khususnya beras. Selain itu, inflasi kelompok transpor juga meningkat, yakni dari 0,94% pada triwulan

IV-2010 menjadi 1,18% pada triwulan I-2011. Kenaikan laju inflasi disumbangkan oleh kenaikan

harga BBM non subsidi yang diakibatkan oleh kenaikan harga minyak di pasar internasional.

Tabel 2.10. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2009 2010 2011 No. Kelompok

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Bahan makanan 6.07 2.52 2.79 7.09 9.98 15.08 16.73 10.77

2 Makanan jadi 8.02 6.25 13.14 6.98 6.63 4.54 3.53 3.88

3 Perumahan 13.74 7.89 6.47 5.42 1.68 -12.44 3.30 4.67

4 Sandang 5.17 4.83 4.63 -0.03 3.42 16.06 5.66 6.12

5 Kesehatan 2.19 2.39 0.77 1.77 1.46 10.87 2.48 3.45

6 Pendidikan 11.25 5.84 2.45 0.86 2.30 -5.05 -2.84 -2.39

7 Transpor -5.30 -3.66 -3.85 0.43 -0.11 7.92 0.94 1.18

Umum 6.87 4.25 4.17 4.74 4.47 3.06 5.56 4.97 Keterangan : *) nama kelompok disingkat

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

39

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Sumber penyebab penurunan laju inflasi berasal dari faktor nonfundamental, sementara

faktor fundamental mendorong tekananharga barang/jasa secara umum. Menurunnya laju

inflasi Jawa Barat semata-mata disebabkan oleh penurunan harga bahan makanan yang bergejolak

(volatile foods). Sementara, tidak adanya kebijakan pemerintah (administered price) yang berdampak

terhadap harga. Di sisi lain, laju inflasi inti meningkat sehingga relatif menahan penurunan laju inflasi

lebih lanjut.

Tabel 2.11. Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab (yoy, %)

2009 2010 2011 Komponen

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Inti 6.54 3.60 3.68 3.42 3.91 3.48 3.11 3.18 Administered Price

-4.81 -2.93 -1.79 0.63 0.61 1.77 1.81 1.81

Volatile Foods 1.00 1.46 0.98 0.83 2.26 2.60 3.91 3.45

Umum 3.13 1.87 2.02 2.99 4.68 5.41 6.62 6.18 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

3.1. FUNDAMENTAL / INTI

Eksternal

Tekanan eksternal terutama berasal dari kenaikan harga komoditas strategis di pasar

internasional. Beberapa komoditas strategis yang mengalami kenaikan harga, diantaranya adalah

emas dan minyak bumi. Harga minyak bergerak di sekitar $100/barrel dengan volatilitas yang tinggi,

seiring peningkatan permintaan dan berlanjutnya krisis geopolitik di Timur Tengah dan Afrika.

Perkembangan harga tersebut berdampak langsung terhadap kenaikan harga BBM non-subsidi di

pasar domestik. Sementara, harga emas dunia meningkat dipicu adanya kecemasan akan inflasi dunia

dan lambatnya pemulihan ekonomi Eropa. Hal ini memicu kenaikan harga perhiasan emas di

perdagangan domestik yang diindikasikan dengan naiknya inflasi kelompok sandang. Namun

demikian, pada bulan Maret 2011 harga komoditas strategis sedikit melemah akibat bencana alam di

Jepang.

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009 2010 2011

USD/Bil BarrelUSD/Troy OnsEmas Minyak Dunia (WTI, RHS)

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.13. Perkembangan Kurs Rupiah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

8,800

9,300

9,800

10,300

10,800

11,300

11,800

12,300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

%Rp/USD

Kurs Tengah Bulanan Pertumbuhan (yoy)

Depresiasi

Apresiasi

Sumber: Bank Indonesia

41

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

42

Berdasarkan hasil liaison (wawancara) KBI Bandung terhadap pengusaha sub sektor TPT, harga jual

cenderung meningkat dengan kisaran antara 20%-35% karena adanya peningkatan biaya bahan

baku kapas dan polyester secara tajam sejak Agustus 2010. Selain itu terdapat kebijakan pemerintah

yang menetapkan biaya impor sebesar 5% sejak 2011 juga berkontribusi terhadap peningkatan harga

jual. Harga jual kedepannya diperkirakan juga akan meningkat apabila harga bahan baku masih

meningkat.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah bergerak menguat dan sempat menyentuh level terkuat dalam 4 tahun

terakhir, yakni Rp8.715/USD. Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang

relatif tinggi sehingga meningkatkan minat investasi di pasar modal. Namun demikian, apresiasi nilai

tukar rupiah tersebut diikuti dengan meningkatnya volatilitas pergerakan rupiah.

Ekspektasi Inflasi

Ekspektasi konsumen maupun pedagang eceran terhadap harga barang dan jasa di kota

Bandung membaik. Hal ini ditunjukkan oleh perkembangan indeks hasil survei atas ekspektasi baik

konsumen (Survei Konsumen) maupun pedagang eceran (Survei Penjualan Eceran) di Kota Bandung

yang cenderung menerun pada triwulan I-2011. Pedagang eceran lebih optimis dalam menyikapi

perkembangan harga ke depan yang diindikasikan dari level indeks yang berada pada kisaran 120.

Sementara, persepsi konsumen di Kota Bandung atas kenaikan harga beberapa bulan selanjutnya

masih relatif tertahan. Membaiknya ekspektasi harga disebabkan oleh harga bahan pangan seperti

beras, cabe merah, dan cabe rawit turun.

Grafik 2.14. Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

-0.8

-0.3

0.2

0.7

1.2

1.7

2.2

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2007 2008 2009 2010 2011

SB% (inflasi)

Inflasi Jabar TD 07 (mtm) SK* SK**

Sumber: SK-BI Bandung, BPS Jawa Barat

Keterangan: SK* = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 3 bulan sebelumnya; SK** = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 6 bulan sebelumnya

Grafik 2.15. Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Barang dan Jasa di Kota Bandung

90

100

110

120

130

140

150

-1

0

1

2

3

4

5

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

2008 2009 2010 2011

SB% (inflasi)

Inflasi Jabar (qtq) SPE* SPE**

Sumber: SPE-BI Bandung, BPS Jawa Barat

Keterangan: SK* = Ekspektasi pedagang eceran terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 3 bulan sebelumnya; SK** = Ekspektasi pedangan eceran terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 6 bulan sebelumnya

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Interaksi permintaan – penawaran di Jawa Barat diperkirakan tidak memberikan tekanan yang

signifikan terhadap laju inflasi. Hal ini sebagaimana yang diindikasikan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) atas kapasitas terpakai industri di Jawa Barat yang masih berada pada level moderat

serta menurun, yakni dari 73,14% pada triwulan IV-2010 menjadi 67,12% pada periode laporan.

Tabel 2.12. Kapasitas Produksi Terpasang Industri Pengolahan (%) 2010 2011

SEKTOR/SUBSEKTOR Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 63.65 72.96 65.17 74.89 68.29

1. Tanaman Pangan 60.83 69.90 62.33 71.55 64.90

2. Tanaman Perkebunan 50.00 100.00 83.33 75.00 83.33

3. Peternakan dan hasil-hasilnya 73.75 69.00 75.00 80.00 58.75

4. Kehutanan

5. Perikanan 80.83 84.38 66.43 90.00 82.22

Pertambangan 68.75 80.00 65.00 67.50 61.67

Industri Pengolahan 65.87 67.32 69.06 72.02 65.90

1. Makanan, minuman dan tembakau 57.56 62.06 69.21 69.10 64.43

2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 77.52 74.71 71.36 72.67 63.28

3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 45.00 58.13 53.75 72.00 69.50

4. Kertas dan barang cetakan 30.00 10.00 75.00 85.00 73.33

5. Kimia dan barang dari karet 70.00 70.00 85.00 72.50 72.50

6. Semen dan barang galian bukan loga, 57.67 58.33 67.50 76.25 89.00

7. Logam dasar, besi dan baja 100.00

8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 60.00 68.63 67.50 80.00 54.00

9. Barang lainnya 82.00 70.33 73.57 70.56 68.57

Listrik, Gas dan Air Bersih 57.34 77.74 73.50 75.08 73.33

Total Seluruh Sektor 64.50 70.43 67.61 73.14 67.12 Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - BI Bandung

3.2. NON FUNDAMENTAL

Volatile Foods

Harga beberapa komoditas pangan

strategis telah menurun pada periode

laporan. Faktor penyebab penurunan laju

inflasi secara tahunan adalah membaiknya

pasokan bahan pangan khususnya komoditas

beras, cabe merah, cabe rawit, dan kacang

panjang. Masa panen yang berlangsung lebih

awal menyebabkan penurunan harga

komoditas volatile foods lebih cepat

dibandingkan dengan pola musimannya.

Produksi padi di Jawa Barat meningkat pada

Grafik 2.16. Produksi Padi Jawa Barat

-50%

0%

50%

100%

150%

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I*

2008 2009 2010 2011

%Ton

Produksi Padi Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

43

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

44

periode laporan. Berdasarkan wawancara dengan petani, panen padi tidak berlangsung secara

serentak bahkan beberapa daerah mengalami panen padi lebih awal dari pola musimannya.

Pasokan cabai merah, cabai rawit, dan cabai keriting telah kembali normal setelah beberapa daerah di

Jawa Barat dan Jawa Tengah telah mengalami panen, mengingat pada kondisi normal Jawa Tengah

memasok 30% dari kebutuhan konsumsi amsyarakat. Setelah mengalami kenaikan harga yang tinggi

pada tahun 2010, beberapa petani hortikultura beralih menanam cabai sehingga pasokan cabai di

pasar tradisional melimpah dan menyebabkan harga cabai menurun drastis.

Grafik 2.17. Peta Jalur Distribusi Cabai Nasional

Sumber : Departemen Pertanian RI (2006) Analisis Karakteristik Pasar Cabe Merah Indonesia.

Administered Price

Pada periode laporan, kebijakan pemerintah terhadap harga komoditas strategis tidak

signifikan berdampak terhadap kenaikan harga barang/jasa secara umum. Pemerintah

menunda kebijakan terkait BBM bersubsidi hingga bulan Juli 2011. Kenaikan harga BBM terjadi pada

jenis nonsubsidi yang didorong oleh naiknya harga minyak di pasar internasional. Sementara itu,

kenaikan cukai rokok maupun pencabutan batas kenaikan tarif listrik (capping) kurang berpengaruh

terhadap laju inflasi Jawa Barat.

Pencabutan batas kenaikan tarif listrik (capping) berpotensi menyebabkan tambahan biaya pada

industri manufaktur. Berdasarkan wawancara (liaison) KBI Bandung kepada industri manufaktur di

Jawa Barat, beberapa pelaku mempertimbangkan untuk meningkatkan harga jual, sehingga kenaikan

inflasi kelompok perumahan, gas, air, listrik, dan bahan bakar dapat berlanjut kepada kenaikan harga

sandang. Namun demikian, pengusaha mengungkapkan bahwa kenaikan biaya energi lebih

disebabkan oleh naiknya harga batu bara dan gas di pasar internasional.

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Kenaikan cukai tembakau sebesar 6% di awal tahun 2011 belum berdampak terhadap laju inflasi

Jawa Barat, sebagaimana yang diindikasikan oleh hasil rilis inflasi BPS Jawa Barat. Hal ini disebabkan

distributor rokok masih menggunakan materai cukai stok lama sehingga harga rokok masih relatif

stabil.

Tabel 2.14. Peraturan Menteri Keuangan Tentang Perolehan Cukai Hasil Tembakau

Jenis Rata-rata harga

berdasarkan PMK No. 181/PMK.011/2009

Rata-rata harga berdasarkan PMK No.

190/PMK.011/2010

Kenaikan Harga (%)

Sigaret Kretek Mesin 245 260 6.12Sigaret Putih Mesin 213.33 227.50 6.64Sigaret Kretek Tangan 125.71 133.57 6.25Sigaret Kretek Tangan Filter 245 260 6.12Sumber : Peraturan Menteri Keuangan

45

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

46

BOKS 2.

10 LANGKAH STRATEGIS PENGENDALIAN INFLASI JAWA BARAT

Pada tanggal 5 Januari 2011 bertempat di

Gedung Sate, Forum Koordinasi

Pengendalian Inflasi (FKPI) Jawa Barat

menyelenggarakan high level meeting

yang dipimpin oleh Kepala Forum Bp.

Ferry Sofwan (Kadisperindag) dan dihadiri

oleh Bp. Wawan Ridwan (Asisten

Perekonomian dan Pembangunan).

Pertemuan tersebut juga melibatkan

Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas

Peternakan, serta Pimpinan Bulog Divre

Jawa Barat. Agenda pertemuan tersebut

adalah evaluasi inflasi tahun 2010, prospek inflasi tahun 2011, serta merumuskan upaya pengendalian

inflasi tahun 2011. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, maka telah disepakati 10 butir Strategi

Pengendalian Inflasi Jawa Barat, yakni sebagai berikut :

1. Peningkatan produktivitas padi di Jawa Barat

2. Gerakan budidaya cabe di pekarangan (dalam pot) rumah melalui kerjasama dengan PKK

3. Percepatan penyaluran raskin tahun 2011 (alokasi pagu raskin sebesar 511 ribu ton)

4. Operasi Pasar beras terus dilakukan oleh Perum Bulog Divre III Jawa Barat sesuai dengan

kebutuhan daerah

5. Peningkatan produksi perikanan di Jawa Barat yang terintegrasi dengan program nasional

6. Pengendalian distribusi DOC dalam rangka memenuhi kebutuhan para peternakan rakyat

7. Persiapan sistem distribusi pangan melalui pembentukan food centre dan terminal agrobisnis

(pada akhir tahun 2010, studi kelayakan telah selesai dilakukan oleh akademisi)

8. Konsolidasi dengan pemerintah kabupaten/kota, khususnya Kota Bekasi, Depok, dan Bogor

yang memiliki angka inflasi tinggi dan TPID/FKPI yang baru terbentuk

9. Melaksanakan Operasi Pasar Murah untuk komoditas beras, gula pasir, dan minyak goreng

dengan alokasi dana APBD sebesar Rp40 miliar

10. Meningkatkan awareness masyarakat dalam rangka mencapai harga barang/jasa secara umum

yang stabil

Pertemuan diakhiri dengan diseminasi kepada masyarakat melalui media massa sehingga diharapkan

dapat memberikan berita positif terhadap perkembangan harga yang kemudian mengarahkan

ekspektasi harga masyarakat. Selain itu, dengan adanya rumusan strategis pengendalian inflasi di awal

Suasana konferensi pers hasil-hasil High Level Meeting

FKPI Jawa Barat

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

tahun, maka diharapkan upaya stabilisasi harga dapat lebih bersifat preemptive.

Hingga akhir triwulan I-2011, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan FKPI Jawa Barat

telah melaksanakan beberapa langkah tindak lanjut, yakni sebagai berikut :

Pemberian bantuan bibit & pupuk, pembimbingan teknis, & bantuan pembangunan irigrasi

Pemprov sedang berkoordinasi dengan PKK dan pemanfaatan dropping dana dari Deptan dan

pada APBD-P Prov. Jabar 2011 akan memberikan dana bantuan pembelian bibit pohon cabe

Pagu raskin telah disahkan pada tanggal 31 Desember 2011, sejak minggu ke-2 Januari 2011

Bulog telah menyalurkan raskin & Bulog Jabar memiliki kinerja penyaluran raskin terbaik se-

Nasional yakni sebesar 88.867 ton (per 4 Maret 2011)

Operasi Pasar beras terus dilakukan oleh Perum Bulog sesuai dengan kebutuhan daerah sejak

bulan Januari 2011. Hingga 4 Maret 2011, realisasi OP beras adalah sebesar 269 ton

sementara realisasi pengadaan adalah 2.760 ton

Pemberian bantuan bibit serta kapal ikan tangkap yang akan diserahkan pada pertengahan

tahun

Koordinasi antar pedagang dengan peternak serta pemberian bantuan dan bimbingan teknis

Koordinasi pembentukan food centre terus dilaksanakan dan pada tahun 2011 akan

dilaksanakan resi gudang pada 8 buah gudang beras di Jabar yang telah dibangun

Melaksanakan rapat koordinasi di Bekasi, Depok, dan Bogor

Kepgub mekanisme pencairan dana APBD Pemprov Jabar untuk OP sedang disusun dan pada

pertengahan tahun 2011 sebelum Idul Fitri diharapkan anggaran OP dapat dicairkan

Meningkatkan awareness masyarakat d/r mencapai harga barang/jasa yg stabil melalui

diseminasi melalui media massa secara rutin

47

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

48

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

49

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan sedikit tertahan sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan aset. Penyebab perlambatan indikator perbankan terutama berasal

dari perlambatan pada pertumbuhan deposito dan tabungan pada periode laporan. Meski demikian,

intermediasi perbankan meningkat, sebagaimana tercermin dari indikator Loan-to-Deposit Ratio (LDR).

Sementara, baik risiko likuiditas, kredit maupun valas relatif terjaga. Khusus BPR Jawa Barat, kinerja

penyaluran kredit yang baik pada periode laporan juga didukung dengan upaya efisiensi serta

terjaganya risiko baik likuiditas maupun kredit.

1. STRUKTUR PERBANKAN DI JAWA BARAT Laju pertumbuhan aset perbankan di Jawa

Barat melambat pada triwulan I-2011,

yakni dari 29,51% menjadi 22,12% (Grafik

3.1). Dengan demikian, pada periode laporan

aset perbankan menjadi sebesar Rp239,15

triliun. Faktor penyebab lebih lambatnya

pertumbuhan aset perbankan disebabkan oleh

pertumbuhan penghimpunan dana yang

tertahan.

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan Jawa Barat

16

18

20

22

24

26

28

30

32

150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

%, yoyTriliun Rp

Total Aset Pertumbuhan Sumber: LBU KBI Bandung

2. BANK UMUM KONVENSIONAL

2.1 Pendanaan dan Risiko Likuiditas

Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Pertumbuhan penghimpunan DPK oleh perbankan umum konvensional di Jawa Barat

melambat dari 33,6% menjadi 21,3% atau menjadi sebesar Rp178,03 triliun (Grafik 3.3).

Berdasarkan produknya, jenis tabungan menyumbangkan perlambatan yang cukup signifikan. Angka

pertumbuhan tabungan melambat dari 39,9% pada triwulan IV-2010 menjadi 23,8% pada triwulan I-

2011. Kondisi ini menurunkan pangsa tabungan dari 40% menjadi 41% pada periode laporan,

sedangkan pangsa giro naik menjadi 19%.

Grafik 3.2. Porsi DPK per Jenis

Giro 19%

Tabungan41%

Deposito40%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.3. Perkembangan DPK per Jenis di Jawa Barat

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%, yoy

Total DPK Giro Tabungan Deposito

51

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Sumber: LBU KBI Bandung

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah dan bank swasta nasional masih mendominasi

penghimpunan DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing dengan pangsa sebesar 51% dan 47%

(Grafik 3.4). Di sisi lain, bank swasta asing hanya menghimpun 2% dari total DPK Jawa Barat. Meski

demikian, pada periode laporan hanya laju pertumbuhan DPK milik Bank Swasta Asing yang

meningkat. Sementara, laju pertumbuhan DPK milik Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional

melambat masing-masing dari 38,6% menjadi 22,1% dan 33,4% menjadi 22,5%.

Grafik 3.4. Porsi DPK per Kelompok Bank di Jawa Barat

Bank Pemerintah

51%

Bank Swasta

Nasional47%

Bank Swasta Asing2%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.5. Perkembangan DPK per Kelompok Bank di Jawa Barat

-25-20-15-10

-505

1015202530354045

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%, yoy

Total DPK Bank Pemerintah

Bank Swasta Nasional Bank Swasta Asing Sumber: LBU KBI Bandung

Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya,

naiknya pertumbuhan DPK valas sebesar 21,7%

menjadi Rp18,15 triliun diduga terutama

disebabkan oleh perkembangan nilai tukar

rupiah meningkat cukup tinggi, (Grafik 3.8). Di

sisi lain, DPK rupiah melambat yakni dari 36,2%

menjadi 21,3%. Meski demikian, tidak ada

perubahan pangsa DPK menurut jenis valutanya

(Grafik 3.6).

Grafik 3.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

8,800

9,300

9,800

10,300

10,800

11,300

11,800

12,300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2008 2009 2010 2011

%Rp/USD

Kurs Tengah Bulanan Pertumbuhan (yoy)

Depresiasi

Apresiasi

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.7. Porsi DPK per Jenis Valuta

Rupiah90%

Valas10%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.8. Perkembangan DPK per Jenis Valuta

-25-20-15

-10-505

10152025

30354045

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

%, yoy

Total DPK DPK Rupiah DPK Valas

Sumber: LBU KBI Bandung

52

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Risiko Likuiditas

Perbankan Jawa Barat diperkirakan masih

dapat menjaga likuiditasnya sebagaimana

tercermin dari angka undisbursed loans dan

rasio LDR (loan to deposit ratio). Pada periode

laporan, rasio LDR sedikit meningkat, yakni dari

73,6% menjadi 74,7% (Grafik 3.9). Sementara itu,

angka undisbursed loans bank umum konvensional

masih relatif stabil, yakni dari 6,8% pada triwulan

IV-2010 menjadi 6,7%.

Grafik 3.9. Perkembangan Risiko Likuiditas

0

2

4

6

8

10

12

14

60

64

68

72

76

80

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I*

2009 2010 2011

Triliun Rp%

LDR Undisbursed Loans

Sumber: LBU KBI Bandung

2.2 Perkembangan Kredit dan Risikonya

Perkembangan Kredit

Penyaluran kredit oleh bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan laporan

tumbuh mencapai 21,9% melambat dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (Grafik

3.11). Dengan angka pertumbuhan tersebut, maka outstanding kredit menjadi sebesar Rp135,9

triliun. Berdasarkan jenis penggunaannya, hanya penyaluran kredit konsumsi yang naik dibandingkan

dengan triwulan lalu, yakni dari Rp55,8 triliun menjadi Rp58,7 triliun. Sementara, outstanding kredit

investasi dan modal kerja meningkat masing-masing dari Rp14,5 triliun menjadi Rp15,3 triliun dan

Rp60,6 triliun menjadi Rp61,8 triliun.

Grafik 3.10. Porsi Kredit per Jenis Penggunaan

Modal Kerja46%

Investasi11%

Konsumsi43%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.11. Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I*

2009 2010 2011

%, yoy

Total Kredit KMK KI KK Keterangan: *) Laporan baru dengan ketentuan Basel II Sumber: LBU KBI Bandung

Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar masih ditujukan kepada sektor PHR dan perindustrian yang

masing-masing memiliki pangsa sebesar 21% dan 16% dari total penyaluran kredit (Grafik 3.12).

Penyaluran kredit ke sektor perindustrian tumbuh sedikit melambat. Perbankan sedikit menahan

pembiayaan untuk menganalisa pengaruh dampak bencana Jepang ke industri motor, mesin, dan alat

angkut. Sementara, pertumbuhan kredit ke sektor pertanian dan PHR meningkat (Grafik 3.13).

53

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Tingginya minat perbankan menyalurkan rkedit ke sektor pertanian terutama disebabkan oleh

menariknya harga beberapa komoditas pangan strategis. Hal ini selain didorong oleh kondisi produksi

juga disebabkan oleh pengaruh perkembangan harga komoditas pangan strategis di pasar

internasional.

Grafik 3.12. Porsi Kredit per Sektor Ekonomi Pertanian

2%Pertambang

an0%

Perindustrian

16%

LGA0%

Konstruksi3%

PHR21%

Pengktn, Gudg& Kmnks

5%

Jasa Dunia Usaha2%

Jasa Sosial3%

Lain-lain48%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit per Sektor Ekonomi

-20

0

20

40

60

80

100

120

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2010 2011

yoy, % Pertanian Perindustrian

Perdag., Rest & Hotel Pengktn, Gudg& Kmnks

Sumber: LBU KBI Bandung

Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, penyaluran kredit terbesar masih dilakukan oleh bank

pemerintah, yakni sebesar 61% atau sebesar Rp82,6 triliun pada periode laporan (Grafik 3.14). Jika

dibandingkan dengan pangsa penghimpunan dana Bank Swasta Nasional yang sebesar 47%, maka

peran intermediasi Bank Swasta Nasional perlu didorong. Di sisi lain, kinerja intermediasi kredit bank

pemerintah cukup baik sebagaimana tercermin dari lebih besarnya pangsa Kredit dibanding DPK bank

pemerintah.

Grafik 3.14. Porsi Kredit per Kelompok Bank

Bank Pemerintah

61%

Bank Swasta Nasional37%

Bank Swasta Asing2%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit per Kelompok Bank

-20

-10

0

10

20

30

40

50

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

yoy, % Total Kredit Bank Pemerintah

Bank Swasta Nasional Bank Swasta Asing

Sumber: LBU KBI Bandung Dari 26 kabupaten/kota yang berada di Jawa Barat, penyaluran kredit oleh bank yang berkantor di

Kota Bandung adalah yang terbesar, yakni mencapai 46% (Tabel 3.1). Kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Kota Bandung mayoritas diperuntukkan sektor PHR serta industri pengolahan. Menurut

angka pertumbuhannya, penyaluran bank berkantor di Kota Bekasi adalah yang tertinggi yakni sebesar

47% yang sebagian besar ditujukan untuk sektor industri pengolahan. Hal ini mengingat daerah

tersebut merupakan salah satu pusat pertumbuhan industri di Jawa Barat.

54

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Tabel 3.1. Perkembangan Kredit per Kota/Kab di Jawa Barat

2011 2010 2011Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IV Tw.I

Kab. Bekasi 0.22 0.27 0.31 1.17 1.26 (34.72) 475.92 0.92Kab. Purwakarta 1.83 1.95 2.01 1.90 1.96 7.22 6.97 1.44Kab. Karawang 3.17 3.37 3.45 3.71 4.11 20.76 29.73 3.02Kab. Bogor 0.57 0.61 0.64 0.68 0.69 (60.43) 20.99 0.51Kab. Sukabumi 0.83 0.89 0.90 0.90 0.95 12.27 15.09 0.70Kab. Cianjur 1.61 1.70 1.72 1.75 1.79 9.50 11.31 1.31Kab. Bandung 1.88 2.01 2.12 2.31 2.22 26.87 18.02 1.63Kab. Sumedang 1.26 1.33 1.38 1.46 1.52 18.25 20.16 1.12Kab. Tasikmalaya 0.37 0.39 0.41 0.42 0.45 15.28 21.30 0.33Kab. Garut 1.98 2.09 2.16 2.27 2.41 18.69 21.88 1.77Kab. Ciamis 0.99 1.07 1.13 1.19 1.25 24.01 26.65 0.92Kab. Cirebon 0.52 0.54 0.55 0.57 0.60 NA 15.94 0.44Kab. Kuningan 1.10 1.16 1.17 1.22 1.28 15.42 16.72 0.94Kab. Indramayu 1.51 1.62 1.70 1.81 1.94 25.16 28.63 1.43Kab. Majalengka 1.29 1.67 1.41 1.46 1.51 15.19 17.13 1.11Kab. Subang 2.45 2.54 2.64 2.73 2.83 18.09 15.82 2.08Kota Banjar 0.89 0.93 0.95 0.98 1.05 13.44 17.47 0.77Kota Bandung 48.71 51.62 53.75 57.06 58.41 18.46 19.92 42.97Kota Bogor 8.20 8.64 8.91 9.43 9.85 37.87 20.21 7.25Kota Sukabumi 2.73 2.90 3.02 3.14 3.32 16.25 21.63 2.44Kota Cirebon 6.18 6.55 6.90 7.27 7.64 11.42 23.56 5.62Kota Tasikmalaya 4.43 4.69 4.80 5.12 5.39 20.36 21.77 3.96Kota Cimahi 1.34 1.48 1.48 1.58 1.67 21.53 24.11 1.23Kota Depok 1.82 1.95 2.15 2.32 2.47 31.21 35.91 1.82Kota Bekasi 9.14 9.68 10.04 10.42 10.65 47.27 16.46 7.83

TOTAL 111.45 118.71 123.54 130.97 135.93 27.62 21.96 100

Kredit (Rp Triliun) Pertumbuhan (%, yoy)Pangsa

(%)URAIAN 2010

Khusus untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), penyaluran kredit perbankan Jawa Barat

meningkat, yakni dari Rp39,1 triliun menjadi Rp41,7 triliun (Grafik 3.16). Sementara itu, pangsa kredit

UMKM masih relatif stabil, yakni 30,6%. Peningkatan kredit UMKM terutama disebabkan oleh

tingginya kenaikan kredit kepada Usaha Menengah dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 3.17).

Grafik 3.16. Perkembangan Kredit UMKM di Jawa Barat

25

27

29

31

33

35

37

39

41

43

45

0

10

20

30

40

50

60

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

2010 2011

Jumlah Kredit UMKM Rasio Kredit UMKM (Axis Kanan)

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.17. Porsi Kredit UMKM Per Skala Usaha di Jawa Barat

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2010 2011

Mikro Kecil Menengah

Sumber: LBU KBI Bandung

55

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

56

Risiko kredit

3. BANK UMUM SYARIAH

Perbankan syariah mampu

memanfaatkan penghimpuanan

dananya untuk penyaluran kredit

dengan baik. Hal ini sebagaimana

perkembangan indikator perbankan

umum syariah di Jawa Barat.

Penghimpunan dana menurun dari

periode Rp9,35 triliun triwulan IV-2010

menjadi Rp9,13 triliun. Sementara itu,

pembiayaan perbankan tumbuh cukup

tinggi, yakni sebesar 108,98% (yoy)

menjadi Rp8,5 triliun. Lebih tingginya

penyaluran pembiayaan yang menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) naik cukup tinggi dari

83,5% menjadi 93,11% (Grafik 3.19).

Grafik 3.20. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat

-

20

40

60

80

100

120

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

yoy (%)Triliun Rp

DPK Pertumbuhan (RHS)

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.21. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat

-

20

40

60

80

100

120

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

yoy (%)Triliun Rp

Pembiayaan Pertumbuhan (RHS)

Sumber: LBU KBI Bandung

Pada periode laporan, risiko kredit perbankan di

Jawa Barat cenderung membaik, sebagaimana

diindikasikan oleh NPL gross yang turun dari

3,05% menjadi 3,03% (Grafik 3.18). Namun

demikian, risiko kredit UMKM sedikit meningkat,

yakni dari 5,30% menjadi 5,38%.

Grafik 3.18. Perkembangan NPL

3.783.63

3.57 3.52

3.993.91

3.82

3.38

3.42

3.35

3.51

3.05

3.03

2.50

2.70

2.90

3.10

3.30

3.50

3.70

3.90

4.10

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I*

2008 2009 2010 2011

%

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.19. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat

88.40

82.28

92.21

86.26 83.40

78.50

83.18

84.52

76.81

85.45 85.72 83.50

93.11

70

75

80

85

90

95

100

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I*

2008 2009 2010 2011

%

Sumber: LBU KBI Bandung

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Jawa Barat rasio Non

Performing Financing (NPF) cenderung turun, yakni dari 2,6% menjadi 1,93% pada periode laporan

(Grafik 3.22). Sejak tahun 2010, risiko kredit perbankan syariah cenderung membaik dan pada periode

laporan kembali tercapai rekor nilai NPF yang baru.

Grafik 3.22. Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Jawa Barat

5.63

5.14 4.81

3.55

4.50

3.31 4.01 3.13

4.80

3.87

3.30

2.64

1.93

1

2

3

4

5

6

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I*

2008 2009 2010 2011

%

Sumber: LBU KBI Bandung

4. BANK PERKREDITAN RAKYAT Kinerja BPR Jawa Barat membaik pada periode laporan sebagaimana diindikasikan oleh

peningkatan pertumbuhan kredit, perbaikan efisiensi, serta terjaganya risiko. Pada periode

laporan, pertumbuhan kredit naik dari 21,10% menjadi 24,45% (Grafik 3.23). Meski demikian, aset

BPR Konvensional tumbuh melambat dari 19,71% menjadi 18,71% atau Rp8,73 triliun pada periode

laporan akibat perlambatan DPK turun dari 18,90% menjadi 16,51% atau sebesar Rp6,27 triliun

(Grafik 3.24). Kondisi ini terutama disebabkan oleh terpacunya BPR Konvensional untuk meningkatkan

nilai LDRnya.

Grafik 3.23. Perkembangan Aset BPR Jawa Barat

0

5

10

15

20

25

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

8.5

9.0

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

%, yoyRp Triliun

Aset Pertumbuhan

Sumber: LBU KBI Bandung

Grafik 3.24. Perkembangan DPK dan Kredit BPR Jawa Barat

0

5

10

15

20

25

30

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

%, yoyRp Triliun

DPK Pembiayaan

Pertumbuhan DPK Pertumbuhan Pembiayaan

Sumber: LBU KBI Bandung

57

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

58

Meski dengan jumlah BPR yang menurun dari 376

buah menjadi 345 buah pada periode laporan,

penyaluran kredit tetap berjalan dengan optimal

(Tabel 3.2). Dari aspek efisiensi, kinerja BPR Jawa

Barat berada dalam tren perbaikan. Pada triwulan

I-2011 BOPO (Beban Operasional – Pendapatan

Operasional) BPR Jawa Barat membaik dari

85,51% menjadi 83,84% (Grafik 3.25).

Grafik 3.25. Perkembangan BOPO BPR Jawa Barat

86.9 86.5 87.2

87.0

85.3

84.8

85.6 85.5

83.8

82

83

84

85

86

87

88

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

%

Sumber: LBU KBI Bandung

Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Kantor BPR Jawa Barat 2011

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.IJumlah BPR 379 379 379 376 345Jumlah kantor cabang BPR 550 553 558 563 550

131 131 131 130 98

URAIAN2010

Jumlah PD BPR Sumber: LBU KBI Bandung

Berdasarkan risiko yang dihadapi perbankan, BPR Jawa Barat memiliki ketahanan permodalan yang

cukup baik, sebagaimana indikator CAR (Capital Adequacy Ratio) yang naik kembali ke level 22%

(Tabel 3.3). Sementara itu, risiko kredit (Non Performing Loans) masih terjaga, yakni menjadi 7,14%

pada periode laporan. Penurunan NPL BPR Jawa Barat diperkirakan akan masih berlanjut di masa

mendatang. Selain itu likuiditas masih cukup baik sebagaimana terjaganya indikator LDR BPR Jawa

Barat.

Tabel 3.3. Perkembangan Indikator Kinerja BPR Jawa Barat 2011

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I23.41 22.3 22.12 21.43 22.1

LDR 71.28 73.83 74.47 73.43 75.6385.25 84.81 85.56 85.51 83.848.49 8.09 8.13 7.28 7.14

CAR

BOPO NPL

URAIAN2010

Sumber: LBU KBI Bandung

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

59

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

60

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

Selama triwulan I-2011, kinerja keuangan daerah diperkirakan turut berperan terhadap

naiknya pertumbuhan ekonomi. Alokasi baik belanja pemerintah pusat maupun daerah di Jawa

Barat mengalami peningkatan. Dana APBN untuk kegiatan fisik, yakni tugas pembantuan serta APBD

Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat meningkat. Selain itu, pengesahan APBD Provinsi Jawa

Barat lebih awal dari anggaran tahun sebelumnya sehingga diperkirakan tingkat realisasi keuangan

daerah khususnya Provinsi Jawa Barat akan lebih tinggi. Jawa Barat memiliki tingkat kemandirian

penerimaan yang lebih baik dibandingkan daerah lain. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh rasio

transfer pemerintah pusat ke daerah terhadap penerimaan pajak yang lebih rendah dari daerah lain.

1. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT KE DAERAH JAWA BARAT

Pemerintah Pusat meningkatkan transfer dana ke daerah Jawa Barat pada tahun 2011, yakni

menjadi Rp 25,8 triliun. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan

kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan pelayanan publik. Meski demikian, jika dibandingkan

dengan daerah lain tingkat ketergantungan Jawa Barat terhadap dana transfer pemerintah pusat lebih

rendah dibandingkan dengan daerah lain.

Pada tahun 2011, pangsa dana transfer pemerintah pusat ke daerah meningkat dari 60,6% (atau

sebesar Rp683 triliun) pada tahun 2010 menjadi 61,19% (atau sebesar Rp752 triliun) tahun 2011.

Transfer pemerintah pusat ke daerah disalurkan melalui anggaran kementerian/lembaga yang memiliki

program di daerah (dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan instansi vertikal), subsidi, dana

perimbangan, serta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM) dan

Jaminan Kesehatan (Jamkes).

Kebijakan transfer pemerintah pusat ke daerah dilakukan dengan menggunakan beberapa prinsip,

yakni sebagai berikut :

1. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertikal fiscal imbalance), dan antar

daerah (horizontal fiscal imbalance);

2. Meningkatkan kualitas pelayanan Publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik

antar daerah;

3. Meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;

4. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya nasional;

5. Meningkatkan sinergi perencanaan pembangunan pusat dan daerah;

6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas alokasi transfer kedaerah;

7. Mendukung kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dalam kebijakan ekonomi makro.

61

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

62

Tabel 4.1. Jumlah Transfer ke Daerah (Rp Triliun) dan Pangsa Dana terhadap APBN (%) Tahun 2011

URAIAN Jumlah (Rp Triliun) Pangsa (%)

Program Nasional 19.34 1.57

PNPM 12.99 1.15

Jamkes 6.35 0.56

Subsidi 168.36 14.95

BBM 95.91 8.52

Listrik 40.7 3.61

Pangan 15.26 1.36

Pupuk 16.37 1.45

Benih 0.12 0.01

APBD 392.98 34.9

DBH 83.5 7.42

DAU 225.5 20.03

DAK 25.2 2.24

Otsus 10.4 0.93

Penyesuaian 48.2 4.28

Anggaran K/L 171.61 15.24

Dana Dekonsentrasi 24.43 2.17

Dana Tugas Pembantuan 12.93 1.15

Dana Instansi Vertikal 134.25 11.92

JUMLAH 752.32 61.19 Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2011

Keterangan : DAU (Dana Alokasi Umum), DBH (Dana Bagi Hasil), DAK (Dana Alokasi Khusus)

Khusus untuk alokasi dana transfer ke daerah melalui dana perimbangan mengalami tren kenaikan.

Pada tahun 2011 dana perimbangan yang terima seluruh daerah di Indonesia naik dari Rp344,6 triliun

menjadi Rp393 triliun. Kenaikan terutama disebabkan oleh naiknya dana alokasi umum (DAU) dan

otonomi khusus. Berdasarkan trilogi dana perimbangan, pemberian dana perimbangan dilakukan

untuk mengatasi vertical fiscal imbalance dan horizontal fiscal imbalance. Selain itu, pengaturan dana

perimbangan dilakukan berdasarkan prinsip bahwa pada saat DBH meningkat, maka alokasi DAU

maupun DAK akan menurun.

Grafik 4.1. Transfer Pemerintah Pusat ke Daerah Melalui Dana Perimbangan

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Triliun Rp

DBH DAU DAK Otsus Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2011

Grafik 4.2. Rasio Transfer Pemerintah Pusat terhadap Pendapatan Daerah

58

60

62

64

66

68

70

72

74

76

78

80

2007 2008 2009

Rata-rata daerah seNasional Jawa Barat

Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2011

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

Jawa Barat memiliki tingkat ketergantungan terhadap transfer pemerintah pusat yang lebih rendah

dibandingkan dengan daerah lain. Secara rata-rata (periode 2007 – 2009), tingkat ketergantungan

Jawa Barat hanya sebesar 67,5% sedangkan daerah lain secara nasional adalah sebesar 77,03%.

Selain itu, tingkat ketergantungan Jawa Barat memiliki indikasi adanya tren menurun sementara

daerah lain masih mengalami tren kenaikan. Dengan demikian, indikator ini menunjukkan bahwa

Jawa Barat relatif mandiri dan memiliki kapasitas ekonomi yang baik.

2. BELANJA FISKAL PEMERINTAH DI JAWA BARAT

Grafik 4.3. Belanja APBN di Jawa Barat

0

5

10

15

20

25

Tugas Pembantuan

Dekonsentrasi Urusan Bersama Instansi vertikal

Rp Triliun

2010 2011

Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2011

Dana APBN yang berada di Jawa Barat naik tipis

dari Rp25,49 triliun pada tahun 2010 menjadi

Rp25,79 triliun pada tahun 2011. Kenaikan

disebabkan oleh naiknya tugas pembantuan yang

merupakan belanja untuk program fisik serta

instansi vertikal yang berlokasi di Jawa Barat.

Sementara, dana dekonsentrasi yang merupakan

dana pendampingan program pemerintah pusat

di Jawa Barat turun dari Rp4,06 triliun menjadi

Rp1,46 triliun.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Pemerintah Provinsi Jawa Barat merencanakan untuk

mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 5% - 6%. Selain itu, angka kemiskinan

ditargetkan turun dari 11,27% pada tahun 2010 menjadi 10,31%. Untuk mencapai hal tersebut maka

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan bahwa investasi baik yang berasal dari asing maupun

domestik menjadi sebesar Rp39,47 triliun.

Tabel 4.2. Proyeksi Indikator Pembangunan Daerah

Realisasi Rencana Indikator 2009 2010 2011 2012

Laju Pertumbuhan Ekonomi 4.29 6.09 5.0-6.0 6.0-6.5

Kemiskinan 11.96 11.27 10.31 9.45

Tingkat Pengangguran Terbuka 10.96 10.33 10.47 10.24

Investasi (PMA & PMDN) Rp30.21 triliun Rp46.60 triliun Rp39.47 triliun Rp43.71 triliun Sumber : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, 2011

APBD Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 telah disahkan lebih awal dari tahun sebelumnya, yakni

pada tanggal 23 Desember 2010. Alokasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2011 adalah

sebesar Rp9,89 triliun meningkat sebesar 3,42% jika dibandingkan dengan APBD (murni) tahun 2010

yang sebesar Rp9,56 triliun. Dengan demikian, APBD-P 2011 diperkirakan dapat lebih tinggi

dibandingkan dengan APBD-P 2010 yang sebesar Rp10,16 triliun.

63

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

Tabel 4.3. Sumber Belanja di Provinsi Jawa Barat

URAIAN 2010* 2011**

APBN 25.485 25.785

- Tugas Pembantuan 0.442 0.639

- Dekonsentrasi 4.067 1.462

- Urusan Bersama 0.932 0.616

- Instansi Vertikal 20.043 23.068

APBD Provinsi 10.162 9.887

- Belanja Langsung 3.096 2.766

- Belanja Tidak Langsung 7.066 7.12

APBD Kabupaten/Kota 37.25 36.187

- Belanja Langsung 14.071 13.822

- Belanja Tidak Langsung 23.178 22.364

JUMLAH 72.898 71.859 Sumber : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, 2011

Keterangan : *) APBD-P 2010, sedangkan APBD 2010 sebesar Rp9,56 triliun; **) APBD Murni

Belanja pembangunan di Jawa Barat tahun 2011 adalah sebesar Rp42,38 triliun pada tahun 2011.

Alokasi belanja pembangunan di Jawa Barat berasal dari dana APBN serta belanja langsung APBD

Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Adapun, belanja langsung merupakan jenis belanja yang

terdiri dari belanja pegawai, barang dan jasa, serta modal. Alokasi dana pembangunan tersebut

diperkirakan dapat lebih tinggi mengingat pada pertengahan tahun Pemerintah Provinsi Jawa Barat

akan melakukan penambahan dana untuk program/kegiatan yang baru diusulkan pada awal tahun

2011.

Berdasarkan evaluasi Bapenas untuk mencapai percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi,

maka fokus pembangunan Jawa Barat diarahkan pada program strategis sebagai berikut:

Pembangunan terminal dan pengerasan landasan bandara Husein Sastranegara dan

pembangunan bandara Kertajati, Saluran Pembawa Air Baku Jatiluhur – Bekasi - Jakarta (Jatiluhur

Water Supply), dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Gedebage. dengan skema Kerjasama

Pemerintah dan Swasta

Peningkatan kapasitas listrik untuk jalur kereta api di Bandung (Padalarang – Cicalengka), Jalur

Citayam-Nambo

Pembangunan jalan tol di Bandung dan Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang menjadi

andalan investasi dalam kerangka pengembangan koridor ekonomi di Wilayah Utara Jawa.

Perkembangan terkini atas pembebasan lahan Waduk Jatigede adalah telah terealisasi 77,8% dari

kebutuhan lahan untuk genangan waduk dan tapak bendungan sebesar 4.946 ha. Sementara, jalan

tol Soroja (Soreang – Pasir Koja) dengan panjang jalan tol 15 km diperkirakan akan dapat digunakan

pada tahun 2015. Konstruksi jalan tol Soroja termasuk pembebasan lahan diperkirakan menghabiskan

anggaran sebesar USD 102,15 juta.

64

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

BOKS 2

PERAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah perlu menyediakan dana untuk kebutuhan

investasi di daerah. Namun demikian, berdasarkan perhitungan pemerintah pusat, pemerintah hanya

dapat memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan investasi. Khusus untuk Jawa Barat, pemerintah hanya

dapat menyediakan dana sebanyak 6% dari kebutuhan investasi. Untuk itu, dibutuhkan peran BUMD

(Badan Usaha Milik Daerah), swasta nasional maupun asing dalam memenuhi kebutuhan investasi

tersebut.

Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan Investasi di Jawa Barat (Rp Triliun)

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kebutuhan investasi nasional 2037 2544 3014 3379 3889 4516

Kebutuhan investasi Jawa Barat

285 356 422 473 544 632

- Sumber Pemerintah 17 21 25 28 33 38

- Sumber BUMD, Swasta, dan Asing 268 335 397 445 511 594

Sumber : Chairul Tanjung. (2011). Pengembangan Investasi untuk Pembangunan Ekonomi Daerah

Selain yang bersifat komersial, investasi pihak swasta juga bersifat tanggung jawab sosial. Pemerintah

kemudian mengatur dana tanggung jawab sosial/CSR dalam bentuk Undang-undang. Berdasarkan

Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan di Indonesia yang wajib

menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan gerakan “Jawa Barat

Maju Bersama Mitra”. Gerakan tersebut meliputi pembangunan 1.000 ruang kelas dan 50 puskesmas

ruang rawat inap. Dengan adanya program tersebut, pihak swasta dapat berpartisipasi dalam

pembangunan di Jawa Barat khususnya terkait bidang pendidikan dan kesehatan. Menindaklanjuti

gerakan program tersebut, pada tanggal 5 April 2011, Gubernur Jawa Barat dengan Chevron IndoAsia

telah membangun gedung sekolah di Pakenjeng, Garut. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat

mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan di kawasan industri, Bekasi telah menyatakan

komitmennya untuk menyalurkan dana CSR untuk program Jawa Barat Maju Bersama Mitra.

65

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

Halaman ini sengaja dikosongkan

66

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 5

PERKEMBANGAN

SISTEM PEMBAYARAN

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

68

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

69

Selama triwulan I-2011 transaksi sistem pembayaran secara tunai di Jawa Barat mengalami

penurunan. Perkembangan aliran uang kartal di wilayah Jawa Barat masih mengalami posisi net inflow

yaitu menunjukkan masih lebih besarnya aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia dibandingkan

dengan uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

terjadi peningkatan net inflow yang terutama terjadi di wilayah kerja KBI Bandung.

Sementara itu, pada sistem pembayaran non tunai terjadi penurunan. Selama triwulan I-2011,

penurunan terutama disebabkan oleh transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) yang menurun baik

dari sisi volume maupun nominalnya. Sementara itu, transaksi kliring masih mengalami sedikit kenaikan

dibandingkan periode triwulan sebelumnya.

1. PENGEDARAN UANG KARTAL

1.1. ALIRAN UANG KARTAL MASUK/KELUAR (INFLOW/OUTFLOW)

Fenomena terjadinya net inflow aliran uang kartal di wilayah Jawa Barat masih berlanjut pada

triwulan I-2011. Hal ini mencerminkan lebih besarnya aliran uang yang masuk (inflow) ke Bank

Indonesia di wilayah provinsi Jawa Barat (meliputi KBI Bandung, KBI Cirebon, dan KBI Tasikmalaya)

dibandingkan dengan aliran uang yang keluar ke masyarakat Jawa Barat (outflow). Kondisi ini

menunjukkan tingginya pembelajaan secara tunai terhadap unit perekonomian di Jawa Barat yang

dilakukan oleh pelaku ekonomi yang berasal dari luar Jawa Barat.

Pada triwulan I-2011, net inflow mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu

dari sebesar Rp2,83 triliun pada triwulan IV-2010 menjadi Rp6,02 triliun pada triwulan I-2011, atau naik

112,58% (qtq). Kenaikan tersebut disebabkan karena adanya kenaikan inflow sebesar Rp1,42 triliun

sementara outflow turun sebesar Rp1,77 triliun.

Kenaikan net inflow tertinggi terjadi di KBI Bandung yaitu dari sebesar Rp1,41 triliun menjadi Rp3,54

triliun atau tumbuh sebesar 151,06% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut disebabkan

kenaikan pada inflow sebesar Rp1,1 triliun atau naik 27,98% (qtq) sebaliknya outflow mengalami

penurunan sebesar Rp1,12 triliun atau turun 50,91% (qtq). Demikian juga di KBI Tasikmalaya mengalami

peningkatan net inflow sebesar Rp300 miliar, atau tumbuh 83% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal Di Jawa Barat

Sumber: BI Bandung, BI Tasikmalaya & BI Cirebon

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

70

Selama triwulan I-2011, aliran uang kertas yang keluar dari KBI Bandung masih mengalami penurunan

yang cukup besar dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 51,23% (qtq), sedangkan untuk uang

logam mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 49,89% (qtq).

Sementara itu, nominal pecahan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat selama triwulan I-2011

ini adalah uang pecahan besar yaitu pecahan Rp50.000 (9,62 juta bilyet atau 38,3% dari total bilyet

keluar) dan Rp100.000 (5,08 juta bilyet atau 20,2%).

Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung

Nominal Bilyet/Keping Nominal Bilyet/Keping(Rp Juta) (Juta) (Rp Juta) (Juta)

Uang Kertas100,000 1,228,471.70 12.28 508,393.90 5.08 -58.62% -58.62%

50,000 926,327.30 18.53 481,086.10 9.62 -48.07% -48.07%20,000 16,346.12 0.82 37,203.60 1.86 127.60% 127.60%10,000 13,716.71 1.37 25,191.81 2.52 83.66% 83.66%

5,000 10,362.23 2.07 14,276.29 2.86 37.77% 37.77%2,000 3,382.88 1.69 6,175.57 3.09 -91.85% -91.85%1,000 151.87 0.15 102.35 0.10 -32.60% -32.60%

Total 2,198,758.81 36.92 1,072,429.62 25.13 -51.23% -31.93%

Uang Logam1,000 1,074.46 1.07 2,711.03 2.71 152.31% 152.31%

500 5.25 0.01 28.54 0.06 443.12% 443.12%200 46.80 0.23 60.08 0.30 28.37% 28.37%100 43.32 0.43 61.26 0.61 41.41% 41.41%

50 7.81 0.16 54.38 1.09 596.69% 596.69%25 - - - - -100.00% -100.00%

Total 1,177.64 1.91 2,915.29 4.77 147.55% 149.89%

Tw. IV-2010 Tw. I-2011

Nominal Bilyet/Keping

Pertumbuhan (qtq)Jenis Pecahan

Sumber: BI Bandung

1.2. PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR

Kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) berupa pemusnahan terhadap Uang Tidak

Layak Edar (UTLE) di KBI Bandung pada triwulan I-2011 tercatat mengalami sedikit penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan I-2011, jumlah uang yang dimusnahkan adalah

sebanyak 149,82 juta bilyet, dengan total nominal senilai Rp3,4 triliun. Jenis pecahan yang paling banyak

dimusnahkan adalah uang pecahan

Rp2.000, dengan porsi sebesar 22,19%

dari seluruh pecahan uang. Selanjutnya,

jenis pecahan yang paling banyak

dimusnahkan adalah pecahan Rp1.000

(20%); Rp50.000 (19,23%); serta

pecahan Rp1.000 15,71%).

Uang dengan nominal pecahan kecil

(Rp1.000 – Rp5.000) masih mendominasi

Sumber: BI Bandung

Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung

0,00 

40,00 

80,00 

120,00 

160,00 

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2009 2010 2011

Juta Lembar

Rp100rb  Rp50rb  Rp20rb Rp10rb Rp5rb Rp2rb Rp1rb

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

71

pemusnahan uang pada triwulan I-2010 yaitu mencapai 53,32% dari keseluruhan bilyet uang yang

dimusnahkan. Disisi lain, uang pecahan kecil yang dikeluarkan ke masyarakat pada triwulan I-2011 hanya

sebesar 24,06% dari keseluruhan bilyet uang yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan

rusak dari uang pecahan kecil lebih tinggi daripada uang pecahan besar maupun pecahan sedang. Untuk

memperlama umur uang, Bank Indonesia terus berupaya memberikan sosialisasi mengenai perlakuan

uang yang baik dan benar (3D – Didapat, disimpan, disayang).

82,5183,46

58,52

5,37  5,93 

17,43 

12,12  10,61 24,06 

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw. I

2009 2010 2011Pecahan Besar (Rp50rb-Rp100rb)Pecahan Sedang (Rp10rb-Rp20rb)Pecahan Kecil (Rp1rb-Rp5rb)

Bilyet Outflow (%)

32,52  29,96  28,80 

14,22  17,13  17,87 

53,25  52,91  53,32 

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw. I

2009 2010 2011

Pecahan Besar (Rp50rb-Rp100rb)Pecahan Sedang (Rp10rb-Rp20rb)Pecahan Kecil (Rp1rb-Rp5rb)

Bilyet PTTB (%)

Sumber: BI Bandung Sumber: BI Bandung

1.3. UANG PALSU

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Bandung mengalami penurunan dari sisi jumlah

bilyet dibandingkan periode sebelumnya. Selama triwulan I-2011, tercatat sebanyak 2.798 lembar

uang palsu ditemukan, dengan nominal sebesar Rp179,1 juta. Dari total uang palsu yang ditemukan

tersebut, sebanyak 55,29% merupakan uang palsu nominal Rp50.000 dan 34,95% uang palsu nominal

Rp100.000. Untuk meminimalisasi peredaran uang palsu tersebut, BI Bandung terus berupaya

memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat, baik kepada

pelajar/mahasiswa yang berkunjung ke BI Bandung maupun masyarakat luas yang ada di beberapa

kabupaten/kota.

2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

Berkembangnya perekonomian domestik meningkatkan kebutuhan masyarakat akan kecepatan,

kehandalan, dan keamanan dalam melakukan transaksi. Untuk itu, Bank Indonesia secara terus menerus

melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya

melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Grafik 5.3. Proposi Outflow Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang

Grafik 5.4. Proposi PTTB Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

72

2.1 KLIRING LOKAL

Perkembangan sistem pembayaran di bidang kliring1 di Jawa Barat tidak mengalami perubahan

yang signifikan, apabila dilihat dari sisi nominal. Selama triwulan I-2011, transaksi melalui kliring

yang diselesaikan (meliputi kliring debet2 dan dan kliring kredit) senilai Rp34,9 triliun, mengalami

peningkatan sebesar 12,19% dibandingkan triwulan I-2010 atau sebesar 3,26% dibandingkan periode

sebelumnya. Peningkatan tersebut didukung oleh adanya peningkatan pada semua wilayah yaitu wilayah

Bandung, Tasikmalaya dan Cirebon.

Adapun jumlah warkat kliring yang sah sebagai alat transaksi oleh masyarakat sebanyak 1.421.771

lembar, mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,49% dibandingkan triwulan I-2010 akan tetapi

naik sebesar 7,04% dibandingkan periode sebelumnya. Demikian juga transaksi per warkat juga

mengalami penurunan dari Rp25,39 juta pada triwulan IV-2010 menjadi Rp24,55 juta pada triwulan I-

2011.

Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Barat

2011Tw. I Tw. I I Tw. I I I Tw. I V Tw. I qtq yoy

J awa Bar at Nomi nal ( Rp Tr i l 31, 1 32, 1 33, 8 33, 8 34, 90 3, 26 12, 19 Vol ume ( L embar ) 1. 428. 796 1. 468. 878 1. 475. 903 1. 328. 202 1. 421. 771 7, 04 - 0, 49

Bandung Nomi nal ( Rp Tr i l 26, 03 26, 74 28, 00 28, 07 29, 15 3, 85 11, 98Vol ume ( L embar ) 1. 188. 038 1. 220. 141 1. 216. 903 1. 123. 397 1. 167. 898 3, 96 - 1, 70

Tas i kmal ay Nomi nal ( Rp Tr i l 1, 59 1, 65 1, 88 1, 65 1, 68 1, 80 5, 58Vol ume ( L embar ) 75. 617 78. 693 85. 859 77. 190 79. 089, 00 2, 46 4, 59

Ci r ebon Nomi nal ( Rp Tr i l 3, 49 3, 69 3, 91 4, 08 4, 07 - 0, 16 16, 73Vol ume ( L embar ) 165. 141 170. 044 173. 141 127. 615 174. 784 36, 96 5, 84

Wi l ayah Ket er angan2010 Pertumbuhan

 Sumber: Bank Indonesia

2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)

Transaksi RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai di Jawa Barat, karena

keunggulan RTGS dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan risiko penyelesaian

transaksi yang dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS (dari dan ke Jawa Barat),

selama triwulan I-2011, secara nominal maupun volume mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar Rp148,74 triliun dan 286.393 transaksi RTGS, atau menurun sebesar 26,60%

dari nominal transaksi triwulan sebelumnya dan sebesar 1,62% dari nominal transaksi triwulan I-2010.

Secara rata-rata bulanan, transaksi RTGS di masyarakat mencapai sebesar Rp49,58 triliun dan 95.464

transaksi. Dengan demikian terjadi penurunan rata-rata transaksi bulanan RTGS senilai Rp17,97 triliun.

                                                             

1 liring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar-peserta kliring, dan perhitun ya diselesaikan pada aktu tertentu.

K gannw2 Kliring debet merupakan transaksi kliring debet penyerahan dikurangi kliring debet pengembalian. 

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

 

73

Grafik 5.5. Perkembangan Transaksi BI-RTGS Di Jawa Barat

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

-

50

100

150

200

250

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I

2007 2008 2009 2010 2011

transaksi (Volume)Rp Triliun (Nilai)

Volume Nilai

Sumber: Bank Indonesia

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

75

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2011, kondisi

ketenagakerjaan di Jawa Barat juga terus menunjukkan peningkatan. Meningkatnya aktivitas

perekonomian pada beberapa sektor perekonomian utama di Jawa Barat, mendorong penyerapan tenaga

kerja yang lebih besar, terutama di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terutama sebagai dampak

meningkatnya aktivitas perdagangan besar di Jawa Barat.

Tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Barat menunjukkan tren yang meningkat. Peningkatan

taraf hidup masyarakat tersebut terutama didorong oleh peningkatan pendapatan sebagaimana yang

tercermin dari indeks penghasilan pada Survei Konsumen dan meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) di

Jawa Barat serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

1. KETENAGAKERJAAN

Perkembangan ketenagakerjaan di Jawa Barat

menunjukkan kondisi yang semakin baik. Hal ini

diindikasikan dengan tingkat pengangguran di Jawa

Barat yang menurun, searah dengan perekonomian

Jawa Barat yang mengalami peningkatan.

Berdasarkan rilis BPS Jawa Barat terbaru, jumlah

penduduk Jawa Barat yang bekerja sebanyak 18,17

juta orang pada Februari 2011, tumbuh sebesar

5,76% dibandingkan Februari 2010. Sementara itu

jumlah penduduk yang menganggur mengalami

penurunan yaitu dari 2,03 juta orang menjadi 1,98

juta orang. Dengan kondisi tersebut, tingkat

pengangguran terbuka turun dari 10,57% pada

Februari 2010 menjadi 9,84% pada Februari 2011.

Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan di Jawa Barat

15.0

15.0 16

.216.8

17.2

18.2

2.5 2.52.3 2.3 2.0

2.0

0

4

8

12

16

0

5

10

15

20

Feb 06 Feb 07 Feb 08 Feb 09 Feb 10 Feb 11

%Juta orang

Penduduk Bekerja (sumbu kiri)

Penganggur (sumbu kiri)

Tingkat Pengangguran Terbuka (sumbu kanan)

Sumber : BPS Jawa Barat

Berdasarkan lapangan pekerjaan utamanya, terdapat kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor industri,

konstruksi, perdagangan, keuangan dan jasa perusahaan, serta pertambangan. Kenaikan tenaga kerja

terbesar terdapat pada sektor perdagangan dan industri, masing-masing bertambah 540 ribu dan 380

ribu perkerja. Hal ini terjadi seiring dengan berkembangnya sektor industri di Jawa Barat.

76

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

Sektor Feb-08 Feb-09 Feb-10 Feb-11

Jumlah (juta) 4,45 4,50 4,23 4,00

Proporsi 27,5% 26,8% 24,9% 22,0%

Jumlah 0,09 0,07 0,10 0,15

Proporsi 0,6% 0,4% 0,6% 0,8%

Industri Jumlah 2,94 3,05 3,11 3,49

Proporsi 18,2% 18,2% 18,1% 19,2%

Jumlah 0,05 0,47 0,37 0,05

Proporsi 0,3% 0,3% 0,2% 0,3%

Jumlah 0,93 0,84 0,94 1,17

Proporsi 5,7% 5,0% 5,5% 6,4%

Jumlah 4,14 4,37 4,32 4,86

Proporsi 25,6% 26,0% 25,1% 26,8%

Jumlah 1,28 1,34 1,34 1,28

Proporsi 7,9% 8,0% 7,8% 7,0%

Jumlah 0,21 0,26 0,27 0,41

Proporsi 1,3% 1,6% 1,6% 2,3%

Jumlah 2,07 2,30 2,79 2,76

Proporsi 12,8% 13,7% 16,2% 15,2%

Total Jumlah 16,16 16,79 17,18 18,17

Keuangan dan Jasa Perusahaan

Jasa Kemasyarakatan

Pertanian

Pertambangan

Listrik, Gas, dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Sumber : BPS Jawa Barat

Terus membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga

terindikasikan dari hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) di Jawa Barat. Meskipun masih

mengalami pertumbuhan negatif, pada triwulan

I-2011 pertumbuhannya lebih baik daripada

pertumbuhan pada triwulan IV-2011. Dilihat dari

sisi sektoral, peningkatan terbesar sepanjang

triwulan I-2011 terjadi pada sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor

pertanian. Sektor PHR mengalami pertumbuhan

tenaga kerja yang positif, namun melambat

dibandingkan periode sebelumnya. Sedangkan

sektor industri pengolahan masih mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang negatif.

Grafik 6.3. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja

4,754,2

1,76

-6,47

2,3

-1,61

4,76

2,68

(0,04)

5,47

1,13

(0,59) (0,43)

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

SBT

Total Sektor Pertanian PHR Pengolahan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KBI Bandung

Sedangkan berdasarkan hasil liaison yang dilakukan KBI Bandung pada triwulan I-2011 terhadap pelaku

usaha industri pengolahan memang menunjukkan adanya penurunan penggunaan tenaga kerja.

Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain efisiensi biaya produksi, kebijakan program pensiun dini,

habisnya masa kontrak pegawai, dan penurunan volume penjualan.

77

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

78

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

2. KESEJAHTERAAN Seiring dengan membaiknya kondisi

perekonomian Jawa Barat, tingkat

kesejahteraan masyarakat turut

mengalami peningkatan. Membaiknya

tingkat kesejahteraan tercermin dari

meningkatnya indikator pendapatan.

Pendapatan masyarakat Jabar meningkat

sebagaimana yang diindikasikan oleh hasil

Survei Konsumen di Kota Bandung yang

menunjukkan angka indeks yang rata-rata

berada diatas 100, dimana lebih banyak

masyarakat yang memandang adanya

kenaikan penghasilan dibandingkan yang

merasa ada penurunan penghasilan selama

triwulan I-2011 (Grafik 6.4). Dengan

demikian, meningkatnya pendapatan akan

menyebabkan naiknya daya beli masyarakat

Jawa Barat yang pada akhirnya memperbaiki

tingkat kesejahteraan.

Membaiknya pendapatan juga terindikasikan dari meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat dari

101,4 pada periode sebelumnya menjadi 102,6 pada triwulan I-2011(Tabel 6.2). Nilai NTP diatas 100

mencerminkan pendapatan petani secara riil telah membaik. Peningkatan NTP terjadi pada semua sub

sektor pertanian kecuali di sub sektor peternakan yang mengalami penurunan dari 98,6 menjadi 97,1.

Sementara itu, walaupun mengalami peningkatan, namun NTP di sub sektor tanaman pangan masih

berada di bawa level 100 yang menunjukkan bahwa secara relatif tingkat kesejahteraan petani di sub

sektor ini masih perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan.

Tabel 6.2. Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Jawa Barat (2007 = 100)

No. Sektor, Kelompok, & Subkelompok 2009 2011Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1 Tanaman pangan 91,1 91,3 89,2 91,7 94,9 96,9

2 Hortikultura 106,6 107,8 109,9 114,3 112,2 112,5

3 Tanaman Perkebunan Rakyat 110,8 111,6 113,3 112,3 111,7 112,0

4 Perternakan 100,8 100,0 99,5 99,4 98,6 97,1

5 Perikanan 108,6 108,7 108,8 109,9 114,8 113,2

6 Gabungan/Provinsi 98,0 98,3 97,6 99,8 101,4 102,6

2010

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 6.4. Indeks Penghasilan

40

60

80

10

14

0

120

0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3

2008 2009 2010 2011

Penghasilan saat ini Garis 100

Sumber: Survei Konsumen, KBI Bandung

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

79

Tingkat kesejahteraan yang tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan

peningkatan. Sesuai dengan angka sangat sementara BPS Jawa Barat, IPM pada tahun 2010 mencapai

sebesar 72,08, meningkat dibandingkan pencapaian tahun 2009 sebesar 71,64. dalam 5 (lima) tahun

terakhir, IPM menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut menggambarkan secara jangka panjang

perkembangan dari tiga dimensi dasar Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat yaitu angka harapan

hidup, persentase melek aksara orang dewasa, angka partisipasi sekolah bagi anak dan GDP per kapita

cenderung meningkat.

Grafik 6.3. Indeks Pembangunan Manusia

69.10

69.9070.30

71.1071.50

72.08

67.00

68.00

69.00

70.00

71.00

72.00

73.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

80

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

81

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

1. PROSPEK EKONOMI MAKRO

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2011 diperkirakan mengalami perlambatan.

Setelah tumbuh tinggi sebesar 6,9% (yoy) pada triwulan I-2011, pertumbuhan ekonomi pada triwulan

II-2011 diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 6,1% (yoy). Perlambatan tersebut ditunjukkan

oleh ekspektasi para pelaku usaha dalam memandang kegiatan dunia usaha pada triwulan II-2011

masih positif dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 21,86 berdasarkan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha yang dilakukan oleh KBI Bandung. Meskipun demikian, peningkatan tersebut diperkirakan

masih lebih lambat dibandingkan dengan angka prakiraan SBT pada triwulan I-2011 sebesar 38,92.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Barat tertahan oleh laju investasi yang

diperkirakan mengalami perlambatan. Perlambatan investasi tersebut tercermin dari turunnya impor

barang modal sejak triwulan III-2010 (Grafik 7.2). Sementara itu, sebagai dampak adanya bencana

alam di Jepang diindikasikan akan terkendalanya realisasi investasi beberapa proyek infrastuktur yang

didanai oleh investor dari Jepang. Meskipun demikian, konsumsi rumah tangga diperkirakan

mengalami peningkatan sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dipengaruhi

oleh masih relatif baiknya daya beli masyarakat seiring dengan terkendalinya angka inflasi serta

tingginya optimisme masyarakat terhadap perekonomian (Grafik 7.1). Selain itu, meningkatnya

pendapatan masyarakat juga terjadi karena kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) riil dan gaji

pegawai negeri sipil (PNS).

Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Grafik 7.2. Impor Barang Modal

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

0

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

120.000.000

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I

2008 2009 2010 2011

kg

Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan.

Beberapa subsektor industri pengolahan yang pertumbuhan produksinya diperkirakan mengalami

penurunan antara lain subsektor industri mesin dan kendaraan dan subsektor industri TPT karena

kenaikan harga bahan baku. Sementara itu, sektor petanian dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) diperkirakan mengalami peningkatan sehingga dapat menopang perekonomian.

Meningkatnya sektor PHR tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi sebagaimana yang tercermin

dari masih tingginya indeks penjualan eceran. Di sisi lain pada sektor pertanian, produksi padi

diperkirakan mengalami peningkatan selama triwulan II-2011, akibat masih adanya panen padi pada

triwulan II-2011.

82

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

2. PRAKIRAAN INFLASI

Laju inflasi Jawa Barat diperkirakan berada

pada kisaran 5,0%-5,5% (yoy) dengan

kecenderungan kearah batas bawah.

Menurunnya laju inflasi Jawa Barat disebabkan

oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat,

respon sektoral yang cukup baik dalam

mengantisipasi kenaikan permintaan domestik,

nilai tukar rupiah yang relatif stabil, serta harga

volatile foods yang menurun. Hal ini juga

sebagaimana diindikasikan oleh leading indikator

inflasi Jawa Barat yang cenderung menurun (lihat Boks 2. Leading Indikator Inflasi Jawa Barat).

Grafik 7.3. Leading Indikator Inflasi Jawa Barat

‐2

‐1.5

‐1

‐0.5

0

0.5

1

1.5

0

5

10

15

20

25yoy (%)

Inflasi IHK LII

Ekspektasi inflasi masyarakat diperkirakan akan terjaga karena penurunan harga bahan pangan serta

nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Aliran modal asing dijaga tetap terkendali sehingga tekanan dari

eksternal tetap minimal. Selain itu, sisi sektoral Jawa Barat diperkirakan dapat merespon peningkatan

konsumsi domestik sebagaimana yang ditunjukkan dengan kapasitas terpakai yang masih berada

dibawah level 75%.

Dari sisi non fundamental, harga bahan pangan diperkirakan relatif stabil, bahkan harga cabe masih

akan cenderung menurun. Dampak anomali cuaca diperkirakan berkurang sehingga pasokan beberapa

komoditas perishable akan mulai kembali normal. Selain itu, Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi

(FKPI) Jawa Barat akan tetap mengawal perkembangan harga komoditas pangan strategis dalam level

yang terkendali, melalui sinergi kebijakan stabilisasi harga pangan.

Meskipun terdapat beberapa faktor yang dapat menahan kenaikan inflasi Jawa Barat, terdapat faktor

yang dapat menyebabkan tekanan inflasi. Harga minyak dunia yang masih tinggi diperkirakan dapat

semakin melebarkan defisit APBN sehingga pemerintah dapat melakukan pembatasan BBM bersubsidi.

Kebijakan pemerintah tersebut diperkirakan dapat berisiko memberikan dampak tidak langsung

(second round effect) mendorong tekanan kenaikan harga barang/jasa secara umum.

83

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

BOKS 3

LEADING INDIKATOR INFLASI (LII) JAWA BARAT

Inflasi Jawa Barat diperkirakan pada triwulan II-2011 akan menurun

Berdasarkan pengamatan laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Barat menunjukkan adanya suatu pola siklikal. Pola

siklikal yang dimaksud adalah suatu sekuens yang berkelanjutan dengan empat tahapan utama, yakni 1) fase meningkat, 2) titik

zenith atau peak, 3) fase menurun, dan 4) titik nadir atau trough. Penyebab perubahan laju inflasi berasal dari demand-pull

(permintaan) maupun cost-push (penawaran) inflation. Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang tidak

dapat direspon dari sisi penawaran dapat menambah tekanan laju inflasi. Sementara itu, dari sisi penawaran, beberapa aspek

yang strategis antara lain pengaruh eksternal, nilai tukar rupiah, dan kondisi pasokan bahan pangan. Dengan mengacu kepada

pola siklikal serta faktor penyebab inflasi maka dapat disusun perkiraan atas potensi kenaikan atau penurunan laju inflasi, yakni

dalam bentuk Leading Indikator Inflasi (LII). Dengan adanya LII maka dapat diperoleh informasi dini sehingga pre-emptive

action disusun lebih awal dalam rangka upaya pengendalian inflasi di Jawa Barat melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah.

Metode penentuan siklis deret waktu riset ini adalah dengan penetapan tanggal-tanggal kronologis titik balik, yakni metode Bry

Boschan/BB (ringkasan algoritma Bry-Boschan terlampir). Metode BB digunakan oleh National Bureau of Economic Research

(NBER) Amerika Serikat dan merupakan acuan oleh peneliti dunia. Adapun, kronologis titik balik inflasi Jawa Barat adalah

sebagai berikut (terlampir grafik laju inflasi) :

Tabel 1. Daya Prediksi LII terhadap Inflasi Fase Kenaikan Fase Penurunan

Juli 2003 – November 2005 (31 bulan)

Februari 2002 – Juli 2003 (18 bulan)

Mei 2007 – September 2008 (17 bulan)

November 2005 – Mei 2007 (19 bulan)

November 2009 - ... September 2008 – November 2009 15 bulan)

Beberapa jenis indikator ekonomi diperkirakan dapat memprediksi laju inflasi dari sisi permintaan dan penawaran, yakni antara

lain indikator nilai tukar rupiah, kredit, Indeks Produksi Kendaraan Bermotor, harga minyak (West Texas Intermediate) di pasar

internasional, dan suku bunga kredit. Nilai tukar rupiah merupakan komponen imported inflation. Jika nilai tukar rupiah

mengalami apresiasi maka barang-barang (baik bahan baku maupun konsumsi) yang diimpor menjadi lebih murah sehingga

harga barang turun. Sementara itu, pertumbuhan kredit yang tinggi dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga

menambah tekanan dari sisi permintaan. Meningkatnya konsumsi masyarakat juga dapat dicerminkan dari perkembangan

indeks produksi kendaraan bermotor. Jika indeks produksi kendaraan bermotor meningkat maka terdapat kecenderungan

tekanan inflasi dari sisi permintaan. Kenaikan harga minyak di pasar internasional memiliki dampak yang cukup besar terhadap

inflasi. Secara langsung, harga bensin nonsubsidi akan meningkat. Sementara, secara tidak langsung beban fiskal bertambah

serta harga komoditas pangan yang merupakan bahan bio-etanol. Suku bunga kredit yang tinggi dapat meningkatkan tekanan

laju inflasi karena sisi penawaran memiliki cost of fund lebih tinggi.

Tabel 2. Daya Prediksi LII terhadap Inflasi Uraian Inflasi LII Daya Prediksi

Peak 1 Feb-02 Apr-01 10 bulan Trough 1 Jul-03 Jun-02 13 bulan Peak 2 Nov-05 Mar-05 8 bulan Trough 2 May-07 Aug-06 9 bulan Peak 3 Sep-08 May-08 4 bulan Trough 3 Oct-09 Jul-09 3 bulan

Rata-rata 8 bulan

84

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Hasil LII Jawa Barat cukup baik memproyeksi inflasi Jawa Barat. Dari 6 buah titik balik, LII berhasil memprediksi perubahan arah

inflasi dan secara rata-rata daya prediksi LII adalah sebesar 8 bulan. Berdasarkan data hingga bulan Januari 2011, LII Jawa Barat

menunjukkan kecenderungan penurunan laju inflasi Jawa Barat. Berdasarkan komponennya, sebagian besar menunjukkan tren

penurunan kecuali harga minyak dunia yang cenderung masih fluktuatif. Hasil tersebut mengindikasikan sisi demand-pull

inflation diperkirakan akan melemah sementara tekanan cost-push inflation yang berasal dari eksternal relatif fluktuatif meski

masih dapat dijaga dengan apresiasi nilai tukar rupiah.

Grafik 1. Perbandingan Laju Inflasi dengan LII Jawa Barat

‐2

‐1.5

‐1

‐0.5

0

0.5

1

1.5

0

5

10

15

20

25yoy (%)

Inflasi IHK LII

85

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Halaman ini sengaja dikosongkan

86

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

LAMPIRAN

 

  87

LAMPIRAN

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

LAMPIRAN

 

88

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

LAMPIRAN

1. Ekonomi Makro

Tabel 1.A. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi (Triliun Rupiah)

Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.IPertanian 11,9       8,9         10,70    10,53    11,60    9,31       10,11   Pertambangan dan Penggalian 0,5         1,7         1,8         0,5         0,54       1,83       1,78      Industri Pengolahan 33,6       34,4       32,6       34,2       34,24    34,20    34,40   Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,5         2,4         1,8         1,5         1,51       1,83       1,87      Bangunan/Konstruksi 2,7         2,8         2,7         2,9         2,98       3,23       3,13      Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16,8       16,8       16,8       17,3       17,82    18,16    18,21   Pengangkutan dan Komunikasi 3,3         3,4         3,4         3,7         4,00       4,26       4,32      Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2,6         2,6         2,4         2,6         2,73       2,80       2,84      Jasa‐jasa 5,1         5,2         5,1         5,3         5,50       6,00       6,05      

PDRB 78,1       78,1       77,39    80,24    82,63    81,63    82,71   

2011Lapangan Usaha

2009 2010

Tabel 1.B. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Jenis Penggunaan (Triliun Rupiah)

Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.IKonsumsi Rumah Tangga 50,5 49,7 50,1 51,1 52,2 52,4 52,7 Konsumsi Pemerintah 5,0 6,6 3,2 4,2 5,0 6,4 3,5 Pembentukan Modal Tetap Bruto 13,2 13,6 13,4 13,9 14,1 14,2 14,5 Ekspor 32,5 33,0 32,0 35,2 38,4 39,4 40,2 Impor 23,1 24,1 21,9 24,6 25,7 29,4 29,2

PDRB 78,1 78,1 77,4 80,2 82,6 81,6 82,7

2009 2010Komponen Penggunaan

2011

2. Inflasi

Tabel.3.A. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat

Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Januari 2011 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 0.89 2.62 1.99 0.84 -0.51 0.22 1.33 1.62

2Makanan jadi, minuman, rokok dantembakau

0.01 0.06 1.27 0.42 0.31 1.67 0.45 0.42

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahanbakar

0.07 -0.01 0.00 0.37 0.57 0.05 1.20 0.11

4 Sandang 0.03 0.08 -0.18 0.12 -0.10 -0.10 0.01 0.005 Kesehatan 0.18 0.48 0.59 -0.03 0.46 0.45 -0.51 0.346 Pendidikan, rekreasi dan olahraga -0.06 0.42 0.68 0.23 -0.04 0.01 0.02 0.297 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0.60 0.32 0.14 0.21 0.14 0.02 0.02 0.33

0.32 0.85 0.85 0.47 0.12 0.43 0.70 0.62

Gab.

Umum

KelompokKota

No.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Bd= Bandung, Bks=Bekasi, Dpk=Depok, Bgr=Bogor, Cn=Cirebon, Skbm=Sukabumi, Ts=Tasikmalaya

89

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

LAMPIRAN

 

90

Tabel.3.B. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Februari 2011 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan -0.59 0.32 -0.66 -0.19 -1.68 -0.70 -0.44 -0.31

2Makanan jadi, minuman, rokok dantembakau

0.11 0.21 0.78 0.34 0.25 0.42 0.18 0.32

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahanbakar

0.04 0.17 2.34 0.01 0.71 0.48 0.66 0.65

4 Sandang -0.06 -0.08 -0.83 -0.18 -0.20 0.03 0.14 -0.245 Kesehatan 0.15 0.16 0.26 0.33 0.00 0.17 1.18 0.226 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0.00 0.04 0.06 0.32 0.00 0.04 0.19 0.067 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0.32 0.06 0.14 0.09 0.03 0.05 0.26 0.16

-0.05 0.18 0.47 0.04 -0.18 0.01 0.21 0.16

Gab.

Umum

No. KelompokKota

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Bd= Bandung, Bks=Bekasi, Dpk=Depok, Bgr=Bogor, Cn=Cirebon, Skbm=Sukabumi, Ts=Tasikmalaya Tabel.3.C. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Maret 2011 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan -1.18 -1.11 -3.90 -0.60 -1.48 -0.81 -1.51 -1.76

2Makanan jadi, minuman, rokok dantembakau

0.09 0.13 0.46 0.44 0.43 -0.01 0.12 0.22

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahanbakar

0.15 0.34 0.75 0.14 0.00 0.29 0.50 0.35

4 Sandang -0.02 0.52 0.44 0.62 -0.68 0.39 0.29 0.295 Kesehatan 0.07 1.62 0.44 0.99 0.21 0.17 0.45 0.696 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 2.01 0.06 0.01 0.09 0.00 -0.15 -0.04 0.647 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0.33 0.28 0.07 -0.07 0.07 0.22 0.07 0.20

-0.01 -0.09 -0.77 -0.01 -0.26 -0.12 -0.14 -0.23

No. Kelompok

Umum

KotaGab.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Bd= Bandung, Bks=Bekasi, Dpk=Depok, Bgr=Bogor, Cn=Cirebon, Skbm=Sukabumi, Ts=Tasikmalaya Tabel 3.D. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Triwulanan (qtq) di Jawa Barat

Menurut Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I-2011 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan -0.89 1.81 -2.63 0.05 -3.62 -1.29 -0.63 -0.48

2Makanan jadi, minuman, rokok dantembakau

0.21 0.41 2.53 1.20 0.99 2.09 0.75 0.97

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahanbakar

0.26 0.51 3.11 0.53 1.29 0.82 2.37 1.11

4 Sandang -0.05 0.52 -0.57 0.55 -0.97 0.33 0.43 0.055 Kesehatan 0.41 2.27 1.30 1.29 0.67 0.80 1.11 1.256 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 1.95 0.53 0.75 0.64 -0.04 -0.10 0.17 0.997 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1.25 0.66 0.35 0.23 0.23 0.29 0.34 0.69

0.26 0.94 0.55 0.50 -0.31 0.32 0.77 0.54Umum

KotaGab.No. Kelompok

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

LAMPIRAN

Tabel 3.E. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Tahunan (yoy) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I-2011 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 9.31 17.23 18.39 14.26 10.84 10.73 10.77 14.55

2Makanan jadi, minuman, rokok dantembakau

1.81 7.04 7.58 3.65 5.77 4.01 3.88 4.99

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahanbakar

2.18 3.63 6.38 2.92 3.28 3.11 4.67 3.71

4 Sandang 3.36 9.14 4.54 2.46 7.13 6.44 6.12 5.385 Kesehatan 0.98 5.36 1.77 3.10 3.89 0.03 3.45 2.666 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 4.00 0.99 1.19 3.31 9.71 3.40 -2.39 2.397 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 2.98 1.78 0.99 0.55 2.14 0.97 1.18 1.78

3.92 7.54 7.75 5.93 5.99 5.12 4.97 6.18

Gab.No.Kota

Kelompok

Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

 

91

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

DAFTAR ISTILAH

92

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Faktor Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT · kajian ekonomi regional . provinsi jawa barat . triwulan i-2011 . kantor bank indonesia bandung

LAMPIRAN

93

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”.

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.