KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS...

91
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH

AGUSTUS 2016

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

VISI

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan

ekonomi daerah maupun nasional.

MISI

Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas

pengelolaan uang dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah

maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

FUNGSI

1. Fungsi Statistik dan surveillance

2. Fungsi Kajian

3. Fungsi Komunikasi dan Pelaksanaan Program

4. Fungsi Sistem Pembayaran

5. Fungsi Manajemen Intern dan koordinasi Wilayah

TUGAS POKOK

1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;

2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang

didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian

inflasi, pemberdayaan sektor riil dan UMKM.

3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non

tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya

4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan , program perluasan dan pemerataan akses dan

keterjangkauan keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif

5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama.

Kalender Publikasi KEKR

Triwulan I

Mei

Triwulan II

Agustus

Triwulan III

November

Triwulan IV

Februari

Penerbit :

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia

Telp : 0651-33200 / Fax : 0651-34116

Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:http://www.bi.go.id/web/id/DIBI1/Regional/Publikasi/

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan

karuniaNya sehingga buku “Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Periode Agustus 2016” ini

akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan informasi mengenai perkembangan beberapa indikator

perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan, sistem pembayaran dan keuangan

daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal Bank Indonesia.

Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan laporan

mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan yang lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyusunan buku ini. Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan

ditingkatkan pada masa yang akan datang.

Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh

karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan

dengan buku ini.

Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Banda Aceh, Agustus 2016

Kepala Perwakilan,

Ahmad Farid

Deputi Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

A. PDRB

Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan

7,17 7,51 7,68 7,30 7,58 7,66 8,02 7,87 7,90 7,84

Pertambangan & Penggalian

3,43 3,36 3,20 2,95 2,49 2,39 2,33 2,08 2,27 1,89

Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,07 1,77 1,58 1,64 1,70 1,51 1,54 1,51

Pengadaan Listrik, Gas 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

Pengadaan Air 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,81 2,92

Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor

4,10 4,24 4,40 4,29 4,27 4,43 4,58 4,45 4,44 4,61

Transportasi & Pergudangan

2,11 2,13 2,19 2,33 2,21 2,24 2,31 2,33 2,25 2,34

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum

0,29 0,30 0,30 0,31 0,31 0,31 0,32 0,33 0,33 0,34

Informasi & Komunikasi 1,00 1,02 1,04 1,05 1,03 1,05 1,06 1,07 1,08 1,09

Jasa Keuangan 0,43 0,44 0,44 0,45 0,45 0,41 0,46 0,48 0,48 0,48

Real Estate 0,95 0,97 0,99 1,00 1,02 1,03 1,05 1,06 1,08 1,09

Jasa Perusahaan 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,18 0,17 0,18

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib

2,07 2,02 2,14 2,25 2,16 2,21 2,34 2,35 2,22 2,60

Jasa Pendidikan 0,55 0,55 0,57 0,64 0,58 0,60 0,63 0,65 0,63 0,65

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial

0,69 0,71 0,70 0,73 0,73 0,75 0,77 0,79 0,80 0,81

Jasa lainnya 0,34 0,34 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,37 0,38 0,39

PDRB 28,05 28,57 28,90 28,32 27,42 27,80 28,75 28,71 28,42 28,78

PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 27,54

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

Komponen (Rp

Triliun)

2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II

Pengeluaran

Konsumsi Rumah

Tangga

15,34 15,45 15,73 15,83 15,78 15,89 16,27 16,34 16,38 16,70

Pengeluaran

Konsumsi LNPRT 0,53 0,54 0,49 0,50 0,49 0,49 0,49 0,50 0,51 0,54

Pengeluaran

Konsumsi

Pemerintah

4,53 5,08 5,73 7,82 4,30 5,20 5,94 9,06 4,00 5,69

Pembentukan Modal Tetap

Bruto

9,23 9,07 9,27 9,36 9,18 9,12 9,59 10,72 9,91 10,22

Perubahan Inventori

-0,09 0,12 -0,04 0,05 -0,05 0,02 -0,05 0,00 0,01 -0,01

Ekspor Luar Negeri

0,81 1,53 1,11 1,26 0,44 0,29 0,60 0,34 0,36 0,17

Impor Luar Negeri

0,28 0,33 0,26 0,37 0,87 0,66 0,48 0,44 0,35 0,41

Net Ekspor Antar

Daerah -1,99 -2,98 -3,07 -6,15 -1,85 -2,54 -3,61 -7,80 -2,41 -4,11

P D R B 27,96 28,39 28,84 28,30 27,42 27,80 28,75 28,71 28,42 28,78

PDRB Non Migas

24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 27,54

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 9

B. INFLASI

Kota yoy,%

I-15 II-15 III-15 IV-15 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 II-16

Banda Aceh 5,40 6,12 4,30 1,27 5,40 6,12 4,30 1,27 3,10 2,01

Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,03

Meulaboh 5,67 6,47 2,86 0,58 5,67 6,47 2,86 0,58 3,12 2,19

Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 2,34

No Kelompok Kota

Aceh Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh

1 Bahan Makanan 5,69 6,18 4,17 5,66

2 Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau

5,02 5,24 4,69 5,04

3 Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,03 0,33 0,09 0,13

4 Sandang 6,30 3,65 2,48 4,99

5 Kesehatan 2,14 3,56 1,25 2,45

6 Pendidikan, rekreasi, olahraga 4,51 3,65 1,19 3,82

7 Transpor, komunikasi, jasa keuangan -4,10 -3,08 -4,49 -3,89

Inflasi Keseluruhan 2,01 3,03 2,19 2,34

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

C. PERBANKAN (BERDASARKAN LOKASI BANK)

Indikator (Rp Miliar)

2014 2015 2016

I II

Total Aset

Pertumbuhan (yoy)%

Pertumbuhan (mtm)%

DPK

Pertumbuhan (yoy)%

Pertumbuhan (mtm)%

Pembiayaan

Pertumbuhan (yoy)%

Pertumbuhan (mtm)%

FDR %

NPL-gross %

NPL-Nominal

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Simpanan)

SIMPANAN (Rp Miliar) 2014 2015 2016

I

Total 23.234,40 26.235,80 28.123,81 26.693,51 27.846,44 31.426,00 34.621,03 31.054,35 31.650,77 33.271,07

Pertumbuhan (yoy) 6,64 10,53 7,59 10,02 19,85 19,78 23,10 16,34 13,66 5,87

Giro 6.681,74 8.081,16 9.475,71 5.547,40 7.006,52 9.076,40 11.124,43 6.106,05 7.300,48 7.276,35

Pertumbuhan (yoy)% (29,97) (26,39) (24,91) (19,22) 4,86 12,32 17,40 10,07 4,20 -19,83

Tabungan 11.212,11 11.259,91 11.740,15 14.687,07 12.569,63 12.647,87 13.654,61 17.023,94 14.560,97 15.652,03

Pertumbuhan (yoy)% 53,51 56,69 47,49 13,14 12,11 12,33 16,31 15,91 15,84 23,75

Deposito 5.340,55 6.894,73 6.907,95 6.459,04 8.270,29 9.701,73 9.841,99 7.924,36 9.789,32 10.342,69

Pertumbuhan (yoy)% 8,04 23,77 24,22 46,32 54,86 40,71 42,47 22,69 18,37 6,61

Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan

PINJAMAN (Rp Miliar) 2014 2015 2016

Total Pembiayaan 23.826 24.709 24.635 25.229 25.379 26.359 26.375 27.227 27.544 33.271

Pertumbuhan (yoy) % 10,72 8,72 4,48 7,14 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 5,87

Modal Kerja 7.872 8.084 7.806 7.884 7.418 7.803 7.646 8.048 7.970 7.276

Pertumbuhan (yoy)% 0,20 0,00 -6,95 -1,97 -5,77 -3,48 -2,04 2,08 7,44 -19,83

Investasi 2.271 2.359 2.337 2.494 2.676 2.907 2.907 3.102 3.241 15.652

Pertumbuhan (yoy)% 74,27 20,43 13,14 17,52 17,86 23,22 24,41 24,39 21,12 23,75

Konsumsi 13.683 14.265 14.493 14.851 15.284 15.649 15.822 16.077 16.333 10.343

Pertumbuhan (yoy)% 10,71 12,48 10,43 10,97 11,70 9,70 9,17 8,26 6,86 6,61

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (diolah)

Indikator (Rp Miliar)

Pembiayaan Per Sektor 23.825,98 24.708,03 24.634,90 25.229,24 25.378,31 26.359,59 26.374,82 27.227,38 27.544,49 28.626

Pertanian 1.058,12 1.184,44 1.298,96 1.479,93 1.648,14 1.910,65 1.899,18 2.051,52 2.127,03 2.216

Pertambangan 34,53 32,73 34,41 30,91 29,09 38,62 34,14 36,70 35,53 34

Industri Pengolahan 1.801,84 1.824,55 1.278,70 1.292,32 1.277,15 1.278,97 1.268,19 1.384,07 1.473,46 1.483

Listrik Gas dan Air 100,00 104,19 100,33 118,74 109,25 102,00 96,24 192,78 185,46 194

Konstruksi 446,12 515,43 615,91 744,15 645,93 822,97 861,76 905,02 742,15 788

Perdagangan 4.916,08 5.171,99 5.440,57 5.694,21 5.489,93 5.658,83 5.551,05 5.744,78 5.791,34 6.113

Pengangkutan 65,41 84,32 91,51 97,72 94,10 95,43 97,30 104,07 120,57 128

Jasa Dunia Usaha 658,79 371,56 238,94 239,57 228,28 214,91 196,20 200,99 216,83 256

Jasa Sosial Masy. 859,45 769,45 856,19 508,93 527,86 536,04 504,84 492,08 485,81 648

Lainnya 13.885,63 14.649,37 14.679,37 15.022,76 15.328,58 15.701,16 15.865,91 16.115,36 16.366,30 16.767

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 11

C. SISTEM PEMBAYARAN

D. EKSPOR IMPOR

Indikator (Rp Miliar)

Transaksi Kliring

Nominal Transaksi 19.395,00 19.395,00 19.395,00 19.395,00 19.395,00 19.395,00 19.395,00 19.395,00 19.395,00 19.395,00

Volume Transaksi 660,56 660,56 660,56 660,56 660,56 660,56 660,56 660,56 660,56 660,56

Transaksi Kas

Inflow 1.335,17 1.335,17 1.335,17 1.335,17 1.335,17 1.335,17 1.335,17 1.335,17 1.335,17 1.335,17

Outflow 1.258,10 1.258,10 1.258,10 1.258,10 1.258,10 1.258,10 1.258,10 1.258,10 1.258,10 1.258,10

Indikator (Rp Miliar)

2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II

Ekspor Luar Negeri

Volume (kg) 190.745.443 190.745.443 190.745.443 190.745.443 190.745.443 190.745.443 190.745.443 190.745.443 190.745.443 190.745.443

Nilai FOB (USD) 100.984.712 100.984.712 100.984.712 100.984.712 100.984.712 100.984.712 100.984.712 100.984.712 100.984.712 100.984.712

Impor Luar Negeri

Volume (kg) 34.414.818 34.414.818 34.414.818 34.414.818 34.414.818 34.414.818 34.414.818 34.414.818 34.414.818 34.414.818

Nilai CIF (USD) 13.577.945 13.577.945 13.577.945 13.577.945 13.577.945 13.577.945 13.577.945 13.577.945 13.577.945 13.577.945

Neraca (USD) 87.406.767 87.406.767 87.406.767 87.406.767 87.406.767 87.406.767 87.406.767 87.406.767 87.406.767 87.406.767

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

0

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 13

RINGKASAN EKSEKUTIF

GAMBARAN UMUM

Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2016 tumbuh

sebesar 3,54% (yoy), sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 3,64% (angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang

sebelumnya tumbuh secara tahunan sebesar 3,66%). Namun demikian, angka

tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada

triwulan II-2015 yang terkontraksi sebesar 2,09%(yoy). Sementara itu,

pertumbuhan ekonomi tanpa migas Aceh tercatat sebesar 4,75% (yoy), naik

dibandingkan dengan posisi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,96% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi tanpa migas pada tahun ini juga tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan dengan posisi pada triwulan yang sama di tahun 2014

yang tumbuh sebesar 3,32%.

Adanya penurunan kinerja ekonomi pada triwulan laporan didorong oleh adanya

penurunan pertumbuhan di dua sektor utama di Aceh, yakni sektor pertanian dan

perdagangan. Di samping itu, kontraksi yang semakin membesar kembali terjadi di

sektor pertambangan dan industri pengolahan. Dari sisi permintaan, komponen yang

mengalami penurunan adalah komponen ekspor yang kembali mengalami kontraksi

cukup signifikan dari dari 116,05%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

145,33%(yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, dari sisi penawaran adanya

peningkatan kinerja pada sektor konstruksi mampu menahan laju penurunan

pertumbuhan ekonomi Aceh. Peningkatan pada beberapa komponen dari sisi

permintaan seperti investasi (PMTB), konsumsi rumah tangga, serta konsumsi

pemerintah juga menjadi salah satu faktor yang dapat menahan penurunan kinerja

ekonomi pada triwulan laporan.

Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-II 2015 mengalami penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat menurun

dari 3,55% (yoy) pada triwulan-I 2016 menjadi 2,34% (yoy). Inflasi Aceh triwulan-

II tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi yoy pada triwulan II dalam tiga

tahun terakhir yaitu sebesar 5,05%. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan merupakan kelompok yang paling dominan dalam mempengaruhi

rendahnya angka inflasi Aceh pada triwulan-II 2016. Hal ini terjadi terutama

disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan pengiriman

barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar

bensin dan solar di awal bulan April 2016.

Kinerja pendapatan Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan

dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan

pemerintah Aceh pada triwulan II-2016 mencapai Rp 4,40 Triliun atau 35,07% dari

target tahunan, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya hanya

mencapai 34,78% dari target tahunannya. Di sisi lain, kinerja realisasi belanja

Provinsi Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan

realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja pemerintah Provinsi

Aceh pada triwulan II-2016 sebesar Rp 1,94 Triliun atau 15,08% dari target tahunan

sedangkan pada triwulan II-2015 hanya mencapai 12,48% dari target tahunan

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan II 2016,

sektor korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan

sektor pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Namun demikian

optimisme pelaku usaha terhadap perekonomian Aceh kedepan masih cukup tinggi

yang tercermin dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Kualitas kredit yang

disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi di Aceh berada di level yang perlu untuk

mendapat perhatian lebih khusus atau kurang baik. Hal ini tercermin dari indikator

Non Performing Loans (NPL) kredit pada sektor korporasi di Aceh yang berada di atas

level aman 5% serta tren peningkatan NPL di sektor tersebut yang meningkat sejak

awal tahun 2015. Seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi di triwulan II-2016,

kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh

masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk

kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada jauh dibawah critical

point 5%.

Seiring dengan momen menjelang perayaan hari raya Idul Fitri dan masuknya bulan

Ramadhan 1437H. Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan

Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau cenderung keluar atau

cenderung keluar dari Bank Indonesia menuju perbankan dan masyarakat. Aliran

uang kartal menunjukkan adanya peningkatan net outflow dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kegiatan sistem pembayaran non tunai yang diselenggarakan Bank

Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun

nominal. Peningkatan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut sejalan dengan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta didorong dengan adanya transfer gaji

ke-14 bagi para pegawai negeri sipil.

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Februari 2016

mencapai 64,24%, atau menurun dibanding bulan Februari 2015 yang mencapai

66,37. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada

level 8,13%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

7,73%. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret

2016 tercatat sebesar 16,73%. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan

kondisi kemiskinan pada bulan Maret 2015 yang mencapai 17,08%. menurunnya

tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya penurunan tingkat

kemiskinan di daerah pedesaan sebesar -0,73%.

Perekonomian Aceh pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran

3,13% - 4,13% (yoy). Sementara itu, perekonomian Aceh pada triwulan III-2016

diperkirakan akan tumbuh positif antara 3,2% dan 4,2%. Dari sisi penawaran, sektor

pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sementara itu

sektor pertambangan dan industri pengolahan diperkirakan masih mengalami

kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi diperkirakan memberikan

andil utama dalam pertumbuhan namun defisit neraca perdagangan daerah Aceh

masih menjadi penghambat. Pada tahun 2016 inflasi Aceh diperkirakan masih berada

pada level antara 2,39% - 3,39% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber dari inflasi

kelompok volatile food.

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 15

Pertumbuhan Ekonomi Aceh pada

triwulan II-2016 tercatat sebesar

3,54%(yoy) sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Namun demikian pencapaian

pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan yang sama di

tahun sebelumnya.

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas masih tumbuh dalam angka yang positif

pada triwulan II-2016 sebesar 3,54%(yoy) atau sedikit menurun jika dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 3,64% (yoy) (Angka ini merupakan koreksi data dari

BPS yang sebelumnya terkontraksi sebesar 3,66%). Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi tanpa migas Aceh Aceh tercatat sebesar 4,75% (yoy), naik dibandingkan

dengan posisi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,96% (yoy).

Dari sisi penawaran, kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan

laporan bersumber dari tiga sektor yaitu sektor konstruksi (1,53%), administrasi

pemerintahan (1,57%), pertanian (0,66%), dan sektor perdagangan (0,62%).

Sementara itu, dari sisi permintaan komponen pembentukan modal tetap bruto

(PMTB) memberikan kontribusi paling besar terhadap ekonomi Aceh dengan

kontribusi sebesar 3,95%. Kontribusi terbesar kedua berasal dari komponen

konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 2,90%. Sementara itu,

komponen konsumsi pemerintah dan LNRT menjadi kontributor terbesar ketiga dan

keempat dengan nilai kontribusi masing-masing sebesar 1,78% dan 0,16%. Namun

demikian, kinerja komponen ekspor luar negeri dan inventori masih memberikan

kontribusi pertumbuhan yang negatif bagi ekonomi Aceh.

Inflasi Aceh pada Triwulan II 2016 mengalami penurunan

sebagai imbas menurunnya tekanan

inflasi kelompok barang administered prices dan inflasi kelompok volatile

food yang terkendali.

ASESMEN INFLASI DAERAH

Pada triwulan II-2016, pergerakan laju inflasi Aceh baik secara tahunan yaitu 2,34%

(yoy) mengalami penurunan dibandingkan triwulan II tahun sebelumnya yang

sebesar 6,24%(yoy). Inflasi triwulan-II 2016 di ketiga kota pantauan tercatat Banda

Aceh 2,01% (yoy), Lhokseumawe 3,03% (yoy), dan Meulaboh 2,19% (yoy).

Tekanan inflasi pada periode ini tertahan oleh kelompok transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 3,89% (yoy). Deflasi ini terjadi

terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan

pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan

bakar bensin dan solar di bulan April tahun 2016. Namun demikian, terdapat juga

tekanan inflasi yang didorong oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, yang

meningkat dari 3,50% (yoy) menjadi 5,04% (yoy). Sementara itu, untuk kelompok

Bahan Makanan dan Sandang terjadi inflasi masing-masing sebesar 5,66% (yoy) dan

4,99% (yoy).

Komoditas administered price, volatile food, dan core mengalami deflasi dan inflasi

secara year on year masing-masing sebesar -1,70%, 6,20%, dan 2,12%. Komoditas

administered price dibandingkan dengan triwulan I-2016 tercatat mengalami

penurunan tingkat inflasi seiring dengan ditetapkannya penurunan harga BBM dan

tarif listrik yang efeknya terasa pada triwulan laporan. Kondisi yang sama juga terjadi

pada komoditas volatile food yang berada pada posisi yang menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kelompok inflasi inti masih berada pada

posisi yang stabil dibandingkan dengan triwulan I-2016. Menurut kontribusinya

tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok Volatile Food sebesar 1,29%.

Menurut komoditasnya, Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi

tinggi antara lain Beras, Cumi-cumi, Apel, dan Daging Ayam Ras. Selain itu inflasi

tahunan Aceh pada triwulan laporan juga disumbang beberapa komoditas dari

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

kelompok administered price yaitu rokok kretek dan rokok kretek filter dengan rata-

rata andil inflasi sebesar 0,30% (yoy).

Stabilitas Keuangan daerah di Aceh masih

menunjukan kerentanan sebagai imbas

perlambatan perekonomian. Namun

optimisme pelaku usaha dan rumah tangga

masih cukup tinggi.

ASESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN, DAN SISTEM

PEMBAYARAN

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan II 2016,

sektor korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan

sektor pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Namun demikian

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mengindikasikan

optimisme bahwa kegiatan usaha di tahun 2016 meningkat dibandingkan kondisi

tahun sebelumnya. Perbaikan dari sisi pembiayaan juga terlihat dari perbaikan

pertumbuhan jumlah pembiayaan sektor korporasi oleh perbankan pada triwulan-II

2016. Walaupun mengalami perbaikan dari sisi pertumbuhan pembiayaan, kualitas

kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi di Aceh masih berada di level

yang perlu untuk mendapat perhatian lebih khusus atau kurang baik. Hal ini

tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) kredit pada sektor Korporasi di

Aceh yang berada di atas level aman 5%.

Pertumbuhan konsumsi di Aceh cenderung mengalami peningkatan pada triwulan II-

2016Namun demikian peningkatan tingkat pengangguran di Aceh yang mencapai

level 8,13% pada bulan Februari 2016 dari 7,73% pada periode yang sama

sebelumnya dikhawatirkan dapat mendorong perlambatan konsumsi masyarakat

kedepan. Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di

Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans

(NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada

jauh dibawah critical point 5%. Perbaikan tersebut juga terkonfirmasi dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) di triwulan II-2016

masing-masing sebesar 121,9 dan 115,2, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya

yaitu masing-masing sebesar 110,4 dan 101,1. Demikian pula Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 128,37, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 119,5.

Realisasi pendapatan dan

realisasi belanja Provinsi Aceh pada

triwulan II-2016 secara umum mengalami

peningkatan dibandingkan realisasi

pada periode yang sama tahun sebelumnya.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Kinerja pendapatan Pemda Provinsi Aceh pada triwulan II 2016 laporan tercatat

sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama

tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan

II-2015 adalah sebesar Rp 4.177,61 Milyar atau 34,78% dari target pendapatan

tahunan, sementara pada triwulan II-2016 mencapai Rp 4.398,07 Milyar atau

sebesar 35,07% dari target pendapatan tahunannya

Kinerja realisasi belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan-II 2016 tercatat

meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya.

Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh pemerintah provinsi meningkat dari

sebesar 12,48% pada triwulan II tahun lalu menjadi 15,08% pada tahun 2016.

Realisasi belanja modal pada periode laporan telah mencapai Rp456,97 miliar,

meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang baru. Sementara

itu, realisasi belanja barang dan jasa meningkat dari Rp 766,86 miliar pada triwulan

II-2015 menjadi Rp 1.117,14 miliar pada triwulan II-2016.

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 17

Aliran uang kartal menunjukkan adanya net outflow.

Aktivitas kliring menunjukan

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari

sisi volume maupun nominal

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Seiring dengan momen menjelang perayaan hari raya Idul Fitri dan masuknya bulan

Ramadhan 1437H. Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan

Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau cenderung keluar dari Bank

Indonesia ke perbankan dan masyarakat. Posisi netflow mengalami pertumbuhan

negatif sebesar 927,8% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflow

sebesar Rp413,45 miliar menjadi outflow sebesar Rp3,42 triliun pada triwulan

laporan. Pertumbuhan tahunan netflow mencatat peningkatan outflow sebesar

191,9% (yoy), meningkat signifikan apabila dibandingkan periode yang sama tahun

lalu yang terkontraksi sebesar 334,6%.

Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal.

Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya volume berbagai transaksi

masyarakat pada bulan Ramadhan serta transfer gaji ke-14 bagi para pegawai negeri

sipil di Aceh. Secara triwulanan, pada triwulan II-2016 penyelesaian transaksi ritel

melalui SKNBI tercatat sebesar 91.770 Data Keuangan Elektronik (DKE) atau

meningkat sebesar 25,34% dibandingkan dengan periode yang sama triwulan

sebelumnya sebesar 73.218 DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI

sebesar Rp4,62 triliun atau meningkat 13,22% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp4,08 triliun.

Tingkat pengangguran Aceh per

Februari 2016 meningkat namun

tingkat kemiskinan per Maret 2016 menurun.

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh per Februari menunjukkan jumlah

angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Februari 2016 mencapai 2235 juta orang,

atau menurun sebanyak -26 ribu orang dari jumlah angkatan kerja di bulan

Februari 2015 sebanyak 2261 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di

Provinsi Aceh pada Februari 2016 mencapai 8,13%, lebih tinggi dibandingkan TPT

bulan Februari 2015 sebesar 7,73%.

Sampai dengan periode bulan Maret 2016, tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh

mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Maret 2015. Jumlah penduduk

miskin di Aceh pada bulan Maret 2016 mencapai 848 ribu jiwa (16,73%) atau

menurun sebanyak 3 ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 2015 yang

mencapai 852 ribu orang (17,08%) (Grafik 4.4).

Perekonomian dan Inflasi Aceh tahun

2016 diperkirakan mengalami peningkatan.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Aceh pada triwulan III-2016 diperkirakan akan tumbuh antara 3,2%

dan 4,2% dan secara keseluruhan tahun 2016 diperkirakan mengalami pertumbuhan

antara 3,13% dan 4,13%. Rentang proyeksi pertumbuhan tersebut tercatat sedikit

mengalami penurunan dibandingkan dengan rentang angka proyeksi pada triwulan

II-2016. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan perekonomian Aceh

tahun 2015 yang mengalami kontraksi 0,72%.

Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-III 2016 diperkirakan masih akan

berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring

dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada serentak 2017 serta

peningkatan alokasi dana desa. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian,

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu

pertumbuhan ekonomi Aceh di tengah risiko penurunan harga komoditas dunia.

Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2016 diperkirakan akan berasal dari

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring dengan

peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada Aceh tahun 2017. Sementara itu,

dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih

menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh ditengah risiko penurunan

harga komoditas dunia.

pada triwulan III-2016, inflasi Aceh diperkirakan akan meningkat pada kisaran 1,74%

- 2,74% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi Aceh pada triwulan III-2015 sebesar

4,18%. Penyesuaian harga BBM pada bulan April 2016 terkait perkembangan harga

minyak dunia yang cenderung menurun telah mengurangi tekanan inflasi. Namun

demikian, faktor hari raya Idul Adha diperkirakan akan menjadi salah satu faktor

yang menjadi pendorong inflasi pada triwulan III-2016. Secara keseluruhan inflasi

Aceh pada tahun 2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun

2015 yang besarnya 1,53% (yoy). Diperkirakan inflasi di Aceh pada tahun 2016

berada pada kisaran 2,39% - 3,39% (yoy). Faktor utama penyebab penurunan inflasi

Aceh pada tahun 2016 adalah penyesuaian harga BBM pada bulan April 2016 terkait

perkembangan harga minyak dunia yang cenderung menurun telah mengurangi

tekanan inflasi di tahun 2016.

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 19

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Perekonomian Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2016 tumbuh sebesar

3,54% (yoy) atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh secara tahunan sebesar 3,64% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS

yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,66%). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi

Aceh tanpa migas tercatat sebesar 4,75% (yoy), naik dibandingkan dengan posisi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,96% (yoy).

Adanya penurunan kinerja ekonomi pada triwulan laporan didorong oleh adanya

penurunan pertumbuhan di dua sektor utama di Aceh, yakni sektor pertanian dan

perdagangan. Di samping itu, kontraksi yang kembali membesar kembali terjadi di

sektor pertambangan dan industri pengolahan. Di sisi lain, pada triwulan laporan ini,

sektor konstruksi kembali menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar dengan

sumbangsih sebesar 1,73%, kemudian diikuti oleh sektor Administrasi Pemerintahan

kontribusi pertumbuhan sebesar 1,57%. Di sisi lain, dua sektor utama di Aceh yakni

sektor pertanian dan perdagangan memberikan sumbangsih pertumbuhan sebesar

0,66% dan 0,62%.

Sementara itu, dari sisi permintaan, sumber peningkatan ekonomi Aceh berasal dari

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 3,95%, Konsumsi

Rumah Tangga sebesar 2,90%, serta Konsumsi Pemerintah sebesar 1,78%.

Pertumbuhan terbesar berasal dari Komponen pada PMTB sebagai akibat dari naiknya

investasi bangunan maupun non-bangunan yang masing-masing tumbuh sebesar

11,39% persen dan 7,37%. Beberapa investasi utama di Aceh pada triwulan laporan

antara lain pembangunan jalan, jembatan, masjid, serta pasar.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PENAWARAN

Pada triwulan II-2016 struktur ekonomi

Aceh relatif tidak berubah dibandingkan

tahun struktur ekonomi tahun

sebelumnya. Struktur perekonomian Aceh

pada triwulan-II 2016 masih didominasi

oleh sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan dengan proporsi sebesar

28,62%. Kondisi yang sama juga masih

terjadi di sektor perdagangan besar-

eceran dan reparasi mobil sepeda motor

yang masih berada pada posisi kedua

dengan share terhadap ekonomi Aceh

sebesar 15,93%. Sementara itu, sektor

terbesar ketiga dalam struktur ekonomi

Aceh ditempati oleh sektor konstruksi

dengan proporsi sebesar 9,99% (Grafik

1.1).

Grafik 1. 1. Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran

29%

4%

5%0%0%

10%16%

8%

1%

3%

2%

4%1%

10%

2% 3%1%

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar & Eceran, &Reparasi Mobil & Sepeda MotorTransportasi & Pergudangan

Penyediaan Akomodasi & MakanMinumInformasi & Komunikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan,Pertahanan & Jaminan Sosial WajibJasa Pendidikan

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Sumber:BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 20

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Kondisi perekonomian Aceh pada triwulan II-2016 sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi Aceh pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,54%

(yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 3,64% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,66%).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas tercatat mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi tanpa Migas Aceh tumbuh sebesar 4,75%(yoy) atau naik

sebesar 0,80% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,96%(yoy). Pencapaian

pertumbuhan ekonomi tanpa migas tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama

di tahun 2015 yang tumbuh sebesar 3,32%(yoy) (Grafik 1.2).

Penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut secara sektoral (Supply/Penawaran) bersumber

dari menurunnya kinerja di sektor pertanian serta semakin dalamnya kontraksi dari sektor

pertambangan dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan

hampir 50% dibandingkan dengan sebelumnya. Pada triwulan II-2016, tercacat pertumbuhan sektor terbesar

di Aceh tersebut tumbuh sebesar 2,42%(yoy), turun dari periode triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

4,28%(yoy). Penurunan di sektor pertanian ini terjadi seiring dengan menurunnya penjualan komoditas

perkebunan (Kopi), gagal panen akibat banjir pada tanaman pangan, serta tingginya gelombang laut yang

terjadi di hampir seluruh perairan Aceh. Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan juga

kembali mengalami pendalaman kontraksi dari 9,08(yoy) menjadi -20,83%(yoy) seiring dengan berhentinya

kegiatan ekspor komoditas pertambangan (Batu bara) dari Aceh ke India. Kondisi yang sama juga dialami

oleh sektor Industri pengolahan yang mengalami kontraksi lebih dalam dari triwulan sebelumnya. Penurunan

tersebut seiring dengan masih tingginya ketergantungan serta keterkaitan antara sektor ini dengan sektor

pertambangan yang mengalami penurunan. Keterkaitan tersebut seiring dengan banyaknya industri

pengolahan utama di Aceh yang produksinya berbasiskan atau bergantung komoditas hasil barang tambang.

Sektor tersebut tercatat terkontraksi sebesar 7,99%(yoy), turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 2,67%(yoy).

Namun demikian, penurunan pada beberapa sektor tersebut tertahan oleh kenaikan laju pertumbuhan sektor

konstruksi yang tumbuh sebesar 17,04% (yoy), naik dibandingkan triwulan I-2016 yang sebesar 15,33%(yoy).

Sektor lain yang mengalami pertumbuhan positif adalah sektor administrasi pemerintahan yang mengalami

kenaikan pertumbuhan dari 3,96% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 17,38%(yoy) pada triwulan

laporan. Pertumbuhan sektor ini juga merupakan pertumbuhan tertinggi di antara sektor-sektor lainnya di

Aceh.

Growth yoy(%)

I II III IV I II III IV I II II-16 II-15 I-16 II-16 II-15 I-16

Pertanian, Kehutanan, &

Perikanan7,22 7,50 7,68 7,30 7,58 7,66 8,02 7,87 7,91 7,84 -0,82 0,97 0,44 2,42 2,13 4,28

Pertambangan & Penggalian 3,42 3,34 3,14 2,93 2,49 2,39 2,33 2,08 2,27 1,89 -16,52 -4,14 8,90 -20,83 -28,37 -9,08

Industri Pengolahan 2,18 2,18 2,03 1,77 1,58 1,64 1,70 1,51 1,53 1,51 -1,54 4,15 1,74 -7,99 -24,68 -2,67

Pengadaan Listrik, Gas 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 1,90 -4,50 2,29 16,27 -0,01 8,97

Pengadaan Air 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 5,60 6,34 -2,95 10,07 5,75 10,84

Konstruksi 2,44 2,49 2,61 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,81 2,92 3,84 2,32 -10,97 17,04 -0,10 15,33

Perdagangan Besar & Eceran, &

Reparasi Mobil & Sepeda Motor4,10 4,24 4,40 4,33 4,27 4,43 4,58 4,45 4,44 4,61 3,71 3,78 -0,14 3,88 4,65 3,96

Transportasi & Pergudangan 2,11 2,13 2,22 2,32 2,21 2,24 2,31 2,33 2,26 2,34 3,46 1,10 -3,03 4,40 5,08 2,01

Penyediaan Akomodasi & Makan

Minum0,29 0,30 0,30 0,31 0,31 0,31 0,32 0,33 0,33 0,34 1,75 2,30 1,19 7,15 5,95 7,72

Informasi & Komunikasi 0,98 0,98 1,03 1,06 1,03 1,05 1,06 1,07 1,08 1,09 1,46 1,56 0,21 3,98 6,82 4,08

Jasa Keuangan 0,42 0,44 0,44 0,44 0,45 0,41 0,46 0,48 0,48 0,48 1,49 -7,91 -1,25 17,19 -5,95 6,33

Real Estate 0,95 0,97 0,98 1,00 1,02 1,03 1,05 1,06 1,08 1,09 1,23 1,23 1,73 5,46 6,82 5,46

Jasa Perusahaan 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,18 0,17 0,18 1,88 1,88 -1,54 4,73 1,13 4,73

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan & Jaminan Sosial

Wajib

2,07 2,02 2,16 2,23 2,16 2,21 2,34 2,35 2,23 2,60 16,59 2,36 -5,20 17,38 9,35 3,06

Jasa Pendidikan 0,55 0,56 0,58 0,62 0,58 0,60 0,63 0,65 0,63 0,65 3,86 2,33 -3,16 9,60 6,93 7,98

Jasa Kesehatan & Kegiatan

Sosial0,68 0,70 0,70 0,75 0,73 0,75 0,77 0,79 0,79 0,81 3,66 3,41 0,03 8,50 7,07 8,23

Jasa lainnya 0,34 0,34 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,37 0,38 0,39 2,03 2,03 4,06 6,00 6,98 6,00

PDRB 27,96 28,39 28,84 28,30 27,42 27,80 28,75 28,71 28,42 28,78 1,28 1,38 -1,00 3,54 -2,09 3,64

PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 27,54 2,84 2,06 -2,10 4,75 3,32 3,96

Sektoral (Rp Triliun)20152014 Growth qtq (%)2016

Tabel 1. 1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Aceh

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 21

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

24,00%

25,00%

26,00%

27,00%

28,00%

29,00%

0

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Selain tiga sektor tersebut, beberapa sektor lain juga mencatatkan peningkatan kinerja dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya antara lain sektor pengadaan listrik, air, dan gas, sektor transportasi dan pergudangan,

sektor jasa keuangan, dan sektor jasa pendidikan (Tabel 1.1).

Di samping pertumbuhannya yang terus memperlihatkan kinerja yang positif, sektor konstruksi pada triwulan

laporan juga kembali menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi

Aceh. Kontribusi sektor ini tercatat sebesar 1,53%, lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi sektor paling

besar di Aceh, yakni sektor pertanian yang tercatat memberikan andil sebesar 0,67%. Peningkatan di sektor

konstruksi Aceh didorong oleh realisasi berbagai kegiatan pembangunan utama tahun ini, antara lain renovasi

Masjid Baiturrahman serta pembangunan fly over di Simpang Surabaya. Sementara itu, seiring dengan adanya

realisasi gaji ke-14 mendorong sektor administrasi pemerintahan memberikan kontribusi pertumbuhan

terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 1,38%. Sektor kedua terbesar di Aceh, yakni sektor perdagangan

memberikan kontribusi sebesar 0,62% pada triwulan laporan atau sama dengan kontribusi pada triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan di sektor perdagangan kali ini lebih didorong oleh adanya event hari-hari besar

keagamaan seperti tradisi Meugang dan Bulan Ramadhan yang meningkatkan perdagangan pada berbagai

komoditas, termasuk sandang dan pangan. Sementara itu, sektor-sektor lain tercatat memberikan kontribusi

pada pertumbuhan ekonomi Aceh di bawah angka 0,40%. Adapun sektor pertambangan dan penggalian serta

sektor industri pengolahan pada triwulan laporan masih memberikan kontribusi negatif yang semakin besar

dikarenakan masih mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.3).

Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Aceh

Grafik 1. 3. Kontribusi Pertumbuhan Sektor-Sektor

Ekonomi Aceh (yoy(%)

Grafik 1. 4. Pertumbuhan Sektor Pertanian Grafik 1. 5. Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertanian

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

22,0

24,0

26,0

28,0

30,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp Triliun

PDRB PDRB Non Migas YoY YoY

Pe

rtanian

, Ke

hu

tanan

, & P

erikan

an

Pe

rtamb

angan

& P

en

ggalian

Ind

ustri P

en

golah

an

Pe

ngad

aan Listrik, G

as

Pe

ngad

aan A

ir

Ko

nstru

ksi

Pe

rdagan

gan B

esar & Ece

ran, &

Re

parasi

Mo

bil &

Sep

ed

a Mo

tor

Transp

ortasi &

Pe

rgud

angan

Pe

nye

diaan

Ako

mo

dasi &

Makan

Min

um

Info

rmasi &

Ko

mu

nikasi

Jasa Ke

uan

gan

Re

al Estate

Jasa Pe

rusah

aan

Ad

min

istrasi Pem

erintah

an, P

ertah

anan

& Jam

inan

Sosial W

ajib

Jasa Pe

nd

idikan

Jasa Ke

seh

atan &

Ke

giatan So

sial

Jasa lainn

ya

Persen

(%)

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

6,8

7,2

7,6

8,0

8,4

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp Triliun

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan YoY

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 22

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Pada triwulan II-2016, sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan masih

menjadi sektor terbesar di dalam

struktur ekonomi Aceh. Namun

demikian, proporsi sektor tersebut

dalam struktur ekonomi Aceh mengalami

sedikit penurunan dari 29,59% pada

triwulan I-2016 menjadi 28,62% pada

triwulan laporan atau bernilai Rp7,84

Triliun. Meskipun tercatat mengalami

penurunan dibandingkan dengan posisi

triwulan sebelumnya, kinerja sektor pertanian

masih menunjukkan angka yang positif

dengan pertumbuhan sebesar 2,42% (yoy). Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan di

komoditas perkebunan, khususnya komoditas kopi. Di samping itu, penurunan di sektor pertanian ini juga

disebabkan karena terjadinya puso di beberapa daerah yang menyebabkan turunnya produksi pertanian,

terutama tanaman pangan sejak awal tahun 2016. (Grafik 1.4).

Pada triwulan II-2016, kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap ekonomi Aceh tercatat sebesar

0,66%. Angka tersebut merupakan angka pertumbuhan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor konstruksi

dan sektor administrasi pemerintahan yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 1,53% dan 1,38%

(Grafik 1.5).

Data pada tahun 2015 yang dirilis oleh BPS menunjukkan pangsa terbesar sektor pertanian Aceh pada triwulan

laporan masih berasal dari subsektor tanaman perkebunan (26%). Adapun subsektor tanaman pangan berada

pada urutan kedua dengan pangsa sebesar 19%. Sementara itu, subsektor perikanan berada pada posisi

ketiga dengan jumlah share sebesar 18%. Sejak tahun 2010, angka share ekonomi di sektor pertanian

tersebut terpantau tidak terlalu mengalami banyak perubahan dengan dominasi subsektor perkebunan (Grafik

1.6).

Penurunan di subsektor perkebunan khususnya dipengaruhi oleh kinerja komoditas kopi yang mengalami

penurunan ekspor pada triwulan laporan. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya jumlah permintaan

ekspor dari negara-negara tujuan utama, yakni Amerika Serikat serta negara-neagra di Benua Eropa. Namun

demikian, kondisi penurunan di subsektor perkebunan tersebut dapat tertahan oleh perbaikan kinerja CPO

sejalan dengan tren kenaikan harga CPO. Untuk subsektor perikanan, tinggi gelombang di Aceh yang masih

berada di atas batas ambang yang aman, yakni di level moderate dan high dengan ketinggian di perairan Aceh

telah mencapai 2-4 meter. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari menurunnya tangkapan ikan di PPS Lampulo

(Banda Aceh) dan TPI Kuta Bawah Timur (Sabang) sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga ikan.

Harga ikan cakalang (tongkol) dari Rp20.000 naik menjadi Rp40.000/Kg, begitu juga dengan ikan pisang, dari

Rp25.000 menjadi Rp50.000/Kg. Sementara, harga ikan layang sebelumnya Rp20.000 meningkat menjadi

Rp45.000/Kg, ikan gembung dari Rp15.000 naik menjadi Rp30.000/Kg. Faktor lain yang menyebabkan

penurunan di sektor pertanian adalah terjadinya puso di beberapa kecamatan yang menjadi sentra komoditas

pangan, khususnya padi di Aceh. Tercatat sebanyak 667 hektar area persawahan mengalami puso akibat

dilanda banjir di Kabupaten Aceh Timur saja. Sementara itu, banjir pada triwulan laporan juga melanda

kabupaten Aceh Barat dan Aceh Selatan sebagai salah satu sentra hasil komoditas pangan di Aceh. Data dari

BMKG memperlihatkan bahwa curah hujan di Aceh meningkat dalam beberapa bulan ke depan dengan

probabilitas sebagian besar terjadi hujan ringan, khususnya di wilayah pesisir timur, utara, dan barat.

Grafik 1. 6. Pangsa Subsektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

19% 19% 19% 20% 19% 19% 19%

27% 26% 26% 26% 27% 26% 26%

18% 18% 18% 17% 17% 18% 18%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Average

Pangan Hortikultura Perkebunan

Peternakan Jasa Pertanian Kehutanan

Perikanan

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 23

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

3,5

4,0

4,5

5,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp TriliunPerdagangan Besar & Eceran, & Reparasi

Mobil & Sepeda Motor

YoY

0

75

150

225

300

0

750

1.500

2.250

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

%Rp Miliyar

Kredit S_Pertanian Growth (yoy)

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan II-

2016 juga menunjukkan adanya tendensi penurunan kinerja sektor pertanian pada triwulan-I 2016 (Grafik

1.8). Dari sisi pembiayaan di sektor pertanian, pertumbuhan kredit yang disalurkan pada sektor pertanian

pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan. Tren penurunan ini sudah terjadi semenjak triwulan IV-

2013. Jumlah kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tumbuh 15,98%(yoy), turun jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,06% (Grafik 1.7). Perlambatan pertumbuhan kredit ke sektor ini

diikuti oleh masih tingginya Non Performing Loan NPL) sektor pertanian yang pada triwulan laporan tercatat

sebesar 4,71%.

SEKTOR PERDAGANGAN BESAR, ECERAN, REPARASI MOBIL & SEPEDA MOTOR

Sektor perdagangan sebagai sektor kedua terbesar di Aceh pada triwulan laporan tercatat masih

berada dalam level pertumbuhan yang positif meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2016 sektor perdagangan mengalami pertumbuhan sebesar

3,88%(yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan kinerja pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 3,96%(yoy). Capaian pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan juga tercatat lebih rendah

dibandingkan dengan capaian pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya (Grafik 1.9). Penurunan di sisi

perdagangan ini dipengaruhi oleh penurunan penjualan di sektor penjualan bahan makanan akibat adanya

puso yang disebabkan oleh banjir pada beberapa sentra bahan pangan di Aceh. Dari sisi kontribusi terhadap

perekonomian, sektor perdagangan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 0,62% atau sama dengan

triwulan sebelumnya (Grafik 1.10).

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Meskipun sedikit mengalami penurunan sebesar 0,08%, sektor perdagangan pada triwulan laporan masih

menunjukkan kinerja pada level yang cukup baik. Kinerja tersebut perdagangan ini tersebut ditopang dengan

adanya kenaikan permintaan dari masyarakat, khususnya berbagai barang kebutuhan sehari-hari (Grosir

Grafik 1. 7. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum

Grafik 1. 8. Realisasi Ekonomi Sektor Pertanian

Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh

Grafik 1. 9. Pertumbuhan Sektor Perdagangan Grafik 1. 10. Pangsa dan Kontribusi Sektor Perdagangan

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

-5,0

-2,5

0,0

2,5

5,0

7,5

III I III I III I III I III I III I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%%SKDU PDRB

14,00%

14,50%

15,00%

15,50%

16,00%

16,50%

0

0

0

1

1

I II III IV I II III IV II

2014 2015

%% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 24

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

0,00

3,00

6,00

9,00

12,00

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

I III I III I III I III I III I III I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

%%

SKDU PDRB

maupun eceran) akibat adanya momen Bulan Ramadhan di Aceh. Di samping itu, adanya pengaruh pencairan

gaji ke-14 bagi para pegawai negeri sipil (PNS) meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat Aceh pada

triwulan laporan. Badan pusat mencatat bahwa bulan Ramadhan yang jatuh 11 hari lebih awal dari tahun

sebelumnya dan adanya gaji ke-14 mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar 4,43 persen di

semester II-2016. Momen stabilnya sektor perdagangan tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang menunjukkan terdapatnya pertumbuhan pada sektor

perdagangan masih berada pada level yang hampir serupa dengan triwulan sebelumnya dengan tendensi

mengalami peningkatan (Grafik 1.12). Berbeda dengan sektor pertanian, peningkatan pertumbuhan yang

terjadi pada sektor perdagangan telah didukung oleh kenaikan kredit yang disalurkan pada sektor ini. Tercatat

pertumbuhan kredit yang disalurkan hingga triwulan II-2016 pada sektor perdagangan sebesar 8,00%, naik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,55% (Grafik 1.11).

SEKTOR KONSTRUKSI

Sektor konstruksi menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan laporan.

Selain mencapai pertumbuhan paling tinggi, sektor konstruksi juga menjadi sektor dengan

kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh. Pada triwulan laporan, sektor ketiga terbesar

di Aceh tersebut mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,04%(yoy), naik dibandingkan dengan periode

triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 15,33%(yoy). Capaian pertumbuhan ini juga tercatat

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi secara tahunan sebesar 0,10%

(Grafik 1.13).

Peningkatan pertumbuhan tersebut didukung oleh terealisasinya berbagai proyek multiyears, yaitu

pembangunan fly over Simpang Surabaya serta renovasi dan pengembangan Masjid Raya Baiturrahman.

Kedua sektor tersebut memberikan kontribusi cukup dominan terhadap pertumbuhan di sektor ini. Sementara

itu, pada triwulan laporan, sektor konstruksi menjadi sumber pertumbuhan utama pada ekonomi Aceh pada

triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 1,53%, naik dibandingkan dengan kontribusi pada triwulan

sebelumnya yang sebesar 1,51% (Grafik 1.14).

Grafik 1. 11. Perkembangan Kredit PHR Grafik 1. 12. Realisasi Ekonomi Sektor PHR

0

10

20

30

40

0

2.000

4.000

6.000

8.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

%Rp Miliyar

Kredit S_Perdagangan Growth (yoy)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 25

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Tren kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian masih berlanjut hingga triwulan laporan

dengan posisi lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kontraksi sektor pertambangan

yang terjadi pada triwulan laporan tercatat sebesar 20,83% (yoy), atau mengalami kontraksi jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi secara tahunan sebesar 9,08% (Grafik 1.16). Adapun andil dari

sektor ini terhadap ekonomi Aceh sebesar -1,79%, lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang

memberikan andil sebesar -0,72% (Grafik 1.17).

Berhentinya ekspor batubara dari salah satu tambang di Aceh Barat pada awal tahun 2016 akibat rendahnya

harga batubara dunia memukul sektor pertambangan yang sebelumnya sudah tidak lagi mengekspor

komoditas gas oleh PT. Arun. Larangan ekspor mineral mentah tanpa disertai dengan pembangunan smelter

mengakibatkan pengusaha tidak bisa mengekspor hasil produksinya. Di samping itu, adanya morotarium

tambang yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Aceh mengakibatkan banyak tambang yang tidak

diperpanjang ijin usahanya bahkan terpaksa ditutup.

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

250

500

750

1.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

%Rp Miliyar

Kredit S_ Konstruksi Growth (yoy)

Grafik 1. 13. Pertumbuhan Sektor Konstruksi Grafik 1. 14. Pangsa dan Kontribusi Sektor Konstruksi

Grafik 1. 15. Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi

Meskipun pertumbuhan sektor konstruksi cukup

besar dan terus mengalami peningkatan, yakni

sebesar 17,04%, namun kondisi penyaluran

kredit perbankan kepada lapangan usaha ini

masih terus mengalami penurunan. Tren

penurunan tersebut mulai terjadi semenjak

triwulan II-2015. Adanya penurunan kredit ini

juga dapat mengindikasikan adanya fenomena

carryover di mana proyek konstruksi yang

terealisasi merupakan realisasi dari proyek-

proyek yang sudah dicanangkan pada triwulan-

triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2016,

jumlah kredit konstruksi mengalami penurunan

pertumbuhan dari 14,90% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi -4,31% (yoy) pada

triwulan laporan.

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp Triliun

Konstruksi YoY

14,00%

14,50%

15,00%

15,50%

16,00%

16,50%

-1

0

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 26

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

-0,50

-0,18

-0,47

-0,99

-1,59-1,46

-0,98-0,78

-0,14

-0,47

0,00%

2,50%

5,00%

7,50%

10,00%

-2

-2

-1

-1

0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%%Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

2,18 2,18

2,031,77 1,58 1,64 1,70

1,51 1,53 1,51-6,38

-2,32

-6,66

-15,84

-27,66

-24,68

-16,64-14,82

-2,67

-7,99

-30,0

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp TriliunIndustri Pengolahan YoY

Sebanyak 68% share di sektor pertambangan bersumber dari subsektor pertambangan minyak dan gas

sehingga dengan berakhirnya produksi LNG Aceh sangat berdampak signifikan terhadap kontraksi di sektor

pertambangan dan penggalian. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan menjadi salah satu tantangan bagi

pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh pada triwulan-triwulan selanjutnya. Di samping itu, pada tahun 2016 ini

terdapat penghentian ekspor batu bara dari Aceh. Penghentian kegiatan ekspor komoditas tersebut seiring

dengan jatuhnya harga komoditas batu bara di pasar internasional hingga mencapai 41,08 USD/metric ton. Di

samping itu, masih adanya efek penerapan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan

Batubara (Minerba) juga masih terasa pada kinerja sektor ini. Perusahaan tambang harus membangun industri

pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri dan melarang ekspor bahan baku mineral mentah.

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Pada triwulan laporan sektor industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor Industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi

sebesar 7,99%(yoy) atau mengalami penurunan kinerja jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi secara tahunan sebesar 2,67% (Grafik 1.18). Terkontraksinya sektor ini berdampak langsung

terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh yang memberikan kontribusi negatif sebesar 0,14% (Grafik 1.19).

Proyek LNG Storage & Regasification Terminal yang dikelola salah satu perusahaan di subsektor pengilangan

migas masih memberikan perbaikan kinerja sektor Industri Pengolahan. Aktivitas pengolahan (Regasifikasi)

tersebut memberikan kontribusi terhadap perbaikan kontraksi di sektor ini.

Grafik 1. 18. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 1. 19. Pangsa dan Kontribusi Sektor Industri

Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 16. Pertumbuhan Sekto Pertambangan-

Penggalian

Grafik 1. 17. Pangsa dan Kontribusi Sektor

Pertambangan–Penggalian

3,42 3,34

3,14 2,932,49 2,39 2,33

2,082,27

1,89

-5,92 -5,04

-11,23

-14,87

-27,10 -28,37-25,70

-28,85

-9,08

-20,83

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp Triliun Pertambangan & Penggalian YoY

-0,72 -0,59

-1,22-1,54

-2,46 -2,44-2,08 -2,09

-0,72

-1,79

0,00%

4,00%

8,00%

12,00%

16,00%

-3

-3

-2

-2

-1

-1

0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 27

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

-50

0

50

100

150

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

%Rp MiliyarKredit S_Ind.Pengolahan

Growth (yoy)

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

III I III I III I III I III I III I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%%

SKDU PDRB

Adanya kontraksi di sektor pertambangan dan sektor

industri pengolahan disebabkan karena adanya pola

keterkaitan yang erat di antara kedua sektor

tersebut. Beberapa subsektor industri pengolahan

yang terkait langsung dengan sektor pertambangan

adalah subsektor pengolahan batubara dan

pengilangan migas, galian logam, galian non logam,

dan logam dasar. Sebanyak 46% pangsa di sektor

Industri pengolahan berasal dari subsektor industri

batu bara dan pengilangan migas.

Sementara itu, industri kimia-farmasi dan industri makanan-minuman memiliki pangsa pasang masing-masing

sebesar 28% dan 18% (Grafik 1.20). Berakhirnya produksi gas di Aceh berdampak pada kinerja industri

pengolahan terutama subsektor pengilangan migas. Industri pengilangan migas membutuhkan pasokan gas

alam yang merupakan bahan baku untuk diolah. Ketiadaan bahan baku tersebut membuat industri pengilangan

migas mengalami penurunan yang signifikan. Namun demikian, meskipun terdapat penurunan kinerja pada

triwulan laporan, pertumbuhan kredit untuk sektor industri pengolahan tercatat mengalami peningkatan

pertumbuhan dari -29,90%(yoy) pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi 15,92%(yoy) pada

triwulan laporan. Angka tersebut juga tercatat sedikit lebih baik dibandingkan dengan periode pertumbuhan

kredit pada triwulan sebelumnya yang besarnya 15,37%(yoy).

Sejalan dengan kinerja sektor ekonomi yang mengalami perbaikan, penyaluran kredit pada sektor industri

pengolahan tercatat mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit yang disalurkan ke sektor industri

pengolahan mengalami peningkatan dari 7,10%(yoy) pada triwulan lalu menjadi 15,37% (yoy) pada triwulan

laporan (Grafik 1.21). Adanya harapan di sektor industri pengolahan yang searah dengan kondisi kredit di

sektor ini juga ikut dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh

yang juga menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usaha selama triwulan II-2016 meskipun dalam skala

yang terbatas (Grafik 1.22).

Grafik 1. 20. Pangsa Subsektor Industri Pengolahan

BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 21. Perkembangan Kredit Sektor industri

Pengolahan Grafik 1. 22. Realisasi Ekonomi Sektor Industri

Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh

53% 48% 46% 45%38%

46% 46%

15%16% 17% 19%

21%18% 18%

25% 28% 29% 27% 31% 28% 28%

Industri Kimia, Farmasi danObat Tradisional/Mfg. ofChemicals & Pharmaceuticals& Botanical Products

Industri Makanan danMinuman/Mfg. of FoodProducts & Beverages

Industri Batubara danPengilangan Migas/Mfg. ofCoal & Refned PetroleumProducts

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 28

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

49,53%

1,59%

16,88%

30,31%

-0,02%

0,50%

1,21%

Pengeluaran KonsumsiRumah Tangga

Pengeluaran Konsumsi

LNPRT

Pengeluaran KonsumsiPemerintah

Pembentukan ModalTetap Bruto

Perubahan Inventori

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PERMINTAAN

Tabel 1. 2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh

Dari sisi permintaan, masih positifnya angka pertumbuhan ekonomi di Aceh pada triwulan laporan

didorong oleh adanya pertumbuhan dan kontribusi positif dari komponen-komponen utama, yakni

pembentukan modal tetap bruto, konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga, dan konsumsi

lembaga nonprofit untuk rumah tangga (LNRT). Keempat komponen tersebut merupakan komponen-

komponen terbesar dalam perekonomian Aceh di sisi permintaan. Secara tahunan, komponen pembentukan

modal tetap bruto mengalami pertumbuhan sebesar 12,03%(yoy), konsumsi pemerintah tumbuh sebesar

9,53%(yoy), konsumsi LNRT mengalami pertumbuhan sebesar 9,32%, sedangkan komponen konsumsi rumah

tangga tumbuh sebesar 5,08%.

Dari sisi kontribusi terhadap perekonomian Aceh, komponen pembentukan modal tetap bruto memberikan

kontribusi paling besar terhadap ekonomi Aceh dengan kontribusi sebesar 3,95%. Kontribusi terbesar kedua

berasal dari komponen konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 2,90%. Sementara itu, komponen

konsumsi pemerintah dan LNRT menjadi kontributor terbesar ketiga dan keempat dengan nilai kontribusi

masing-masing sebesar 1,78% dan 0,16%. (Tabel 1.2 dan Grafik 1.23).

Kondisi struktur ekonomi Aceh dari sisi permintaan setelah adanya pergantian tahun dasar dari tahun 2000

menjadi tahun 2010 sedikit mengalami perubahan. Pada triwulan laporan, komponen konsumsi rumah tangga

masih memiliki share paling besar dengan proporsi sebesar 49,53%. Di sisi lain, posisi share ekonomi paling

besar kedua pada triwulan laporan diduduki oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (30,31%), dan

pengeluaran konsumsi pemerintah berada pada posisi ketiga dengan jumlah share terhadap struktur ekonomi

sebesar 16,88% (Grafik 1.24).

Growth yoy(%)

I II III IV I II III IV I II II-16 II-15 I-16 II-16 II-15 I-16

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,32 3,48 3,25 2,85 2,93 2,82 3,47 3,20 3,78 5,08 1,92 0,66 0,28 5,08 2,82 3,78

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 28,31 29,23 9,73 2,55 -8,23 -10,01 1,20 0,54 4,97 9,32 4,83 0,66 2,42 9,32 -10,01 4,97

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 10,18 0,95 2,12 -1,36 -5,10 2,24 3,74 15,82 -6,99 9,53 42,29 20,83 -55,86 9,53 2,24 -6,99

Pembentukan Modal Tetap Bruto 12,29 7,74 5,08 0,91 -0,62 0,58 3,39 14,52 8,03 12,03 3,09 -0,59 -7,49 12,03 0,58 8,03

Perubahan Inventori -230,01 177,29 8,75 -149,23 -41,35 -86,72 16,52 -100,83 -116,05 -145,33 -179,93 -128,31 -2.092,64 -145,33 -86,72 -116,05

Ekspor Luar Negeri -56,32 -20,46 -26,35 0,18 -45,18 -81,37 -45,70 -73,12 -17,74 -41,47 -54,06 -35,43 7,25 -41,47 -81,37 -17,74

Impor Luar Negeri 0,00 0,00 0,00 0,00 213,97 99,83 82,72 19,61 -59,89 -37,96 17,46 -24,07 -21,21 -37,96 99,83 -59,89

Net Ekspor Antar Daerah 14,63 11,45 -0,15 9,39 -7,10 -14,60 17,83 27,00 30,32 61,64 70,46 37,43 -69,09 61,64 -14,60 30,32

Pertumbuhan (yoy) 1,68 2,22 2,12 0,20 -1,93 -2,09 -0,29 1,42 3,64 3,54 1,28 1,38 -1,00 3,54 -2,09 3,64

2014Komponen

2015 2016 Growth qtq (%)

Grafik 1. 23. Laju dan Kontribusi Pertumbuhan PDRB dari

Sisi Permintaan (yoy, %)

Grafik 1. 24. Struktur PDRB Sisi Permintaan

5,089,32 9,53

12,03

-145,33

-41,47

-37,96

61,64

2,90

0,161,78

3,95

-0,08 -0,43 -0,90

-5,64

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

-225,0

-150,0

-75,0

0,0

75,0

Pengelu

ara

n

Konsum

si R

um

ah

Tangga

Pengelu

ara

nKonsum

si L

NPRT

Pengelu

ara

n

Konsum

si

Pem

erin

tah

Pem

bentu

kan M

odal

Teta

p B

ruto

Peru

bahan In

vento

ri

Ekspor L

uar N

egeri

Impor L

uar N

egeri

Net E

kspor A

nta

rD

aera

h

Persen(%)

Pertumbuhan (yoy) Kontribusi Pertumbuhan

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 29

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

KONSUMSI

Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi baik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan dari 3,78%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

5,08%(yoy) pada triwulan laporan. Angka tersebut juga tercatat mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,82%(yoy) (Grafik 1.25). Peningkatan

pada komponen konsumsi rumah tangga ini didorong oleh adanya momen hari-hari besar keagamaan,

khususnya hari Meugang dan Bulan Ramadhan yang seringkali dirayakan oleh masyarakat Aceh dengan

membeli berbagai kebutuhan rumah sehari-hari dan keperluan rumah tangga. Di samping itu, adanya

pencairan gaji ke-14 bagi para PNS di Aceh juga ikut meningkatkan tingkat konsumsi rumah tangga pada

triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan komponen rumah tangga tersebut akan berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh. Hal tersebut terkait dengan proporsi komponen ini di dalam struktur

ekonomi Aceh yang berada pada posisi paling besar (30,31%). Pada triwulan ini sendiri konsumsi rumah

tangga memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 2,90% pada triwulan laporan, mengalami peningkatan

sebesar 0,63% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,27%(yoy) (Grafik 1.26).

Data dari BPS menunjukkan bahwa hingga tahun 2015 komponen terbesar dalam konsumsi rumah tangga

rata-rata secara tahunan adalah konsumsi nonmakanan yaitu sebesar 53% sementara konsumsi makanan

sebesar 47% (Grafik 1.24). Komponen nonmakanan terdiri dari 10 sub komponen yang didominasi oleh

konsumsi transportasi yang sebesar 12% dan konsumsi perumahan, air, listrik yang sebesar 8% (Grafik 1.27

dan 1.28).

Grafik 1. 25. Perkembangan Konsumsi RT Grafik 1. 26. Kontribusi Konsumsi RT

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 27. Pangsa Sub komponen Konsumsi Rumah

Tangga

Grafik 1. 28. Pangsa Sub komponen Konsumsi Rumah

Tangga Non Makanan

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

15,3 15,5 15,7 15,8 15,8 15,9 16,3 16,3 16,4 16,7

3,32 3,48 3,252,85 2,93 2,82

3,473,20

3,78

5,08

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

14,5

15,0

15,5

16,0

16,5

17,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp Triliun

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Y on Y

1,82 1,90 1,771,60 1,69 1,61

1,96 1,82

2,27

2,90

0,52

0,53

0,54

0,55

0,56

0,57

0,58

0,59

0

1

1

2

2

3

3

4

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

48% 47% 47% 47% 46% 47% 47%

52% 53% 53% 53% 54% 53% 53%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Average

NonMakanan

Makanan

5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%

8% 8% 8% 8% 8% 8% 8%

5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%

11% 12% 12% 11% 12% 12% 12%

6% 6% 6% 6% 6% 6% 6%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Average

Komunikasi

Transportasi/Angkutan

Kesehatan

Perabot, Peralatan rumahtanggadan Pemeliharaan Rutin Rumah

Perumahan, Air, Listrik, Gas danBahan Bakar Lainnya

Pakaian

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 30

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Adanya peningkatan pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan konsumsi pada subkomponen transportasi dan

perabotan serta peralatan rumah tangga. Kenaikan pertumbuhan sub komponen transportasi terkonfirmasi dari

data penjualan kendaraan bermotor untuk keperluan konsumsi pada triwulan II-2016. Penjualan kendaraan

bermotor untuk konsumsi mengalami perbaikan dari -4,30% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 31,14%

(yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.29). Kondisi perbaikan penjualan yang terjadi pada kendaraan konsumsi

juga terjadi pada penjualan listrik yang digunakan oleh rumah tangga. Hal tersebut terkonfirmasi dari

tumbuhnya penggunaan listrik rumah tangga sebesar 13,23%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 6,86% (yoy) (Grafik 1.30).

Peningkatan kinerja juga ditunjukkan komponen konsumsi pemerintah di mana pada komponen ini mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan,

pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami peningkatan dari -6,99% (yoy) pada triwulan I-2016 menjadi -

9,53% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.31). Dengan share sebesar 16,88% dalam struktur ekonomi

Aceh, konsumsi pemerintah memberikan kontribusi positif sebesar 1,78% atau mengalami peningkatan yang

cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi positif sebesar -

0,29% (Grafik 1.32).

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh fchg fhg hg

Grafik 1. 29. Penjualan Kendaraan Bermotor (Konsumsi) Grafik 1. 30. Penggunaan Listrik Rumah Tangga

Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan

Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : PLN Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 31. Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik 1. 32. Kontribusi Konsumsi Pemerintah

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

05.000

10.00015.00020.00025.00030.00035.00040.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

UnitKendaraan Bermotor Konsumsi

Growth (yoy)

0

5

10

15

20

25

0

70.000

140.000

210.000

280.000

350.000

420.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

yoy,%KWh (Ribuan)

Kons.listrik Rmh Tangga g_kons.listrik RT

4,5 5,1 5,7 7,8 4,3 5,2 5,9 9,1 4,0 5,7

10,18

0,952,12

-1,36

-5,10

2,243,74

15,82

-6,99

9,53

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

0,0

2,5

5,0

7,5

10,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp TriliunPengeluaran Konsumsi Pemerintah

Y on Y

1,65

0,17 0,42

-0,37-0,80

0,42 0,77

4,99

-0,29

1,78

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 31

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

-25

0

25

50

75

100

0

100

200

300

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

%Ribuan Ton Konsumsi Semen Growth (yoy)

INVESTASI

Pada triwulan laporan, pertumbuhan investasi Aceh mengalami peningkatan dari 8,17%(yoy) pada

triwulan I-2016 menjadi 12,03% pada triwulan laporan (Grafik 1.31). Dengan pertumbuhan yang

demikian, komponen investasi ini memiliki kontribusi sebesar 3,95% terhadap ekonomi Aceh di triwulan

laporan. Kontribusi tersebut merupakan kontribusi paling besar diantara komponen-komponen ekonomi Aceh

dari sisi permintaan.

Grafik 1. 33 Perkembangan Investasi

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 34 Realisasi Pengadaan Semen di Aceh

Sumber : Kemenperin dan Kemendag,

diolah BI Aceh

Peningkatan investasi di Aceh didorong oleh Anggaran

dan Belanja Aceh (APBA) untuk sektor infrastruktur

yang mengalami peningkatan realisasi dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Realisasi belanja yang

dikelola oleh pemerintah provinsi meningkat menjadi

15,08% pada triwulan laporan setelah pada triwulan

yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar

12,48%. Realisasi belanja modal pada periode laporan

telah mencapai Rp456,97 miliar, meningkat

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu

yang baru.

Realisasi APBA untuk investasi infrastruktur tersebut

mampu menaikkan pertumbuhan menjadi 11,39%(yoy)

sedangkan investasi noninfrastruktur berhasil tumbuh

sebesar 7,37%(yoy). Beberapa investasi utama di Aceh

pada triwulan laporan antara lain pembangunan jalan,

jembatan (Termasuk Jembatan Lamnyong dan Fly Over

Simpang Surabaya), masjid (Khususnya renovasi Masjid

Baiturrahman, serta pembangunan beberapa pasar

tradisional.

Peningkatan investasi infrastruktrur terkonfirmasi oleh

adanya kenaikan pertumbuhan penjualan semen di

Provinsi Aceh yang tumbuh sebesar 26,42%(yoy), naik

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II di

tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar

6,17%(yoy).

9,2 9,1 9,3 9,4 9,2 9,1 9,6 10,7 9,9 10,2

12,29

7,74

5,08

0,91-0,62

0,58

3,39

14,52

8,17

12,03

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

10,5

11,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp TriliunPembentukan Modal Tetap Bruto

Y on Y

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 32

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

-80%

-40%

0%

40%

80%

120%

0

100

200

300

400

500

I II III

IVI II III

IVI II III

IVI II III

IVI II III

IVI II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

UnitKendaraan Bermotor Investasi

Growth (yoy)

0,3 0,3 0,3 0,4 0,9 0,7 0,5 0,4 0,3 0,4

-56,32

-20,46-26,35

0,18

-45,18

-81,37

-45,70

-73,12

-17,74

-41,47

-100,0

-80,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp Triliun Impor Luar Negeri Y on Y

0

20

40

60

80

100

0

1.000

2.000

3.000

4.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

%Rp Miliyar

Kredit Investasi Growth (yoy)

0,8 1,5 1,1 1,3 0,4 0,3 0,6 0,3 0,4 0,2-230,01

177,29

8,75

-149,23

-41,35

-86,72

16,52

-100,83-116,05-145,33

-300,0

-200,0

-100,0

0,0

100,0

200,0

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp TriliunEkspor Luar Negeri Y on Y

Adanya kenaikan pertumbuhan investasi juga terlihat dari adanya kenaikan pertumbuhan penjualan unit

kendaraan bermotor untuk kepentingan investasi dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun

sebelumnya. Kendaraan bermotor untuk investasi terdiri dari bus, truk, dan becak motor. Pada triwulan

laporan, penjualan kendaraan bermotor untuk investasi ini mengalami pertumbuhan 5,06% (yoy), naik

signifikan dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang mengalami kontraksi sebesar 11,07% (Grafik 1.35).

Dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan dengan tujuan investasi mengalami penurunan pertumbuhan jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan ini, jumlah kredit yang disalurkan untuk

tujuan investasi tumbuh sebesar 18,01% (yoy), turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar

21,12% (yoy) (Grafik 1.33).

EKSPOR IMPOR

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Kinerja ekspor Aceh pada triwulan laporan semakin mengalami kontraksi lebih dalam seiring

dengan masih adanya pengaruh penurunan ekspor minyak dan gas. Ekspor triwulan II-2016

mengalami kontraksi sebesar 145,09%(yoy), lebih dalam dibandingkan dengan triwulan

sebelimnya yang terkontraksi sebesar 17,74%(yoy). Dengan adanya kontraksi tersebut, komponen

ekspor memberikan kontribusi negatif terhadap ekonomi Aceh sebesar -0,43% (Grafik 1.36). Di sisi lain,

pertumbuhan impor Aceh pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar 41,47% (yoy) (Grafik

1.37). Penurunan impor tersebut juga menjadi salah satu faktor penahan turunnya pertumbuhan ekonomi

Aceh.

Grafik 1. 33. Perkembangan Penjualan Kendaraan

Bermotor (Investasi)

Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan

Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 34. Perkembangan Kredit Investasi

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 1. 37. Perkembangan Impor (Dengan

Migas) Provinsi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 36. Perkembangan Ekspor (Dengan Migas)

Provinsi Aceh

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 33

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Sementara itu, impor antardaerah Aceh masih

tetap mengalami kondisi net ekspor yang negatif.

Angka defisit dari net ekspor antardaerah Aceh

pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp4,11

triliun atau lebih besar dibandingkan dengan defisit

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp2,41 triliun

(Grafik 1.38). Kondisi neraca perdagangan

antardaerah yang mengalami defisit ini menjadi

salah satu faktor pendorong belum optimalnya

pertumbuhan ekonomi di Aceh. Pada triwulan II-

2016, nilai defisit net ekspor antar daerah tersebut

memberikan kontribusi menurunnya ekonomi Aceh

sebesar -5,64%.

Hasil survei perdagangan antar wilayah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Aceh pada tahun 2015 juga ikut

mendukung fenomena defisitnya neraca perdagangan antardaerah Aceh ini. Hasil survei tersebut

menyimpulkan bahwa aliran perdagangan daerah menunjukkan pola pembelian dan penjualan komoditas

utama seperti Beras yang kurang efektif. Ketidak-efektifan tersebut terjadi karena barang/komoditas yang

dijual dari Aceh dijual dalam bentuk nilai tambah yang lebih rendah ke Provinsi lain (Khususnya Sumatera

utara) untuk kemudian produk tersebut dibeli kembali oleh Aceh dengan nilai tambah lebih tinggi.

Berdasarkan data ekspor dari BPS Aceh pada triwulan II-2016, adanya penurunan ekspor luar negeri di Aceh

terjadi karena terhentinya ekspor pada sektor migas serta menurunnya ekspor nonmigas Aceh. Sama dengan

triwulan sebelumnya, Aceh tidak lagi mengekspor hasil migasnya setelah triwulan III-2015 pernah melakukan

ekspor condensate dan LNG senilai USD27,30 juta. Sementara itu, di sisi ekspor nonmigas, terjadi penurunan

yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 1.3). Ekspor nonmigas Aceh terbesar

disumbang oleh komoditas Kopi, Coconuts, in the inner shell (endocarp), ikan tuna segar dan udang dengan

tujuan ekspor utama ke Amerika Serikat dan Eropa (Untuk kopi) dan ke Singapura, Korea Selatan, dan

Malaysia untuk komoditas lainnya.

Uraian II-2015 III-2015 IV2015 I-2016 II-2016

Migas - 27.302.066 - - -

> Condensate - 12.652.197 - - -

> Liquid natural gas - 14.649.869 - - -

Non Migas 12.964.408 8.923.016 18.628.396 9.987.780 2.703.799

Total Ekspor 12.964.408 36.225.082 18.628.396 9.987.780 2.703.799

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 38. Ekspor Impor Luar Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Tabel 1. 3. Ekspor Luar Negeri Aceh (dalam USD)

167408

-241

(4.113)-5.000

-4.000

-3.000

-2.000

-1.000

0

1.000

1

Mili

ar R

up

iah

Ekspor

Impor

Net Ekspor

Net Ekspor

Antardaerah

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 34

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Sementara itu, impor luar negeri Aceh pada triwulan laporan tercatat sebesar USD 11,10 juta, naik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD 4,35 Juta (Tabel 1.4). Adanya peningkatan

impor tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan domestik Aceh akan mesin-mesin dan pesawat

mekanik. Peningkatan paling signifikan terjadi pada komoditas nonmigas yang naik sebesar USD 8,00 juta.

Sementara itu, impor migas mengalami penurunan sebesar $1,45 juta dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Tabel 1. 4. Impor Luar Negeri Aceh (dalam USD)

Uraian II-2015 III-2015 IV-2015 I-2016 II-2016

Migas 1.628.909 1.265.563 3.236.674 1.786.234 540.486

> Petroleum Bitumen 1.628.909 1.265.563 3.236.674 1.786.234 540.486

> Lubricating oils for aircraft engines - - - - -

Non Migas 31.107.910 16.174.936 11.550.781 2.567.744 10.565.581

Total Impor 32.736.819 17.440.499 14.787.455 4.353.978 11.106.067

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 35

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Pertumbuhan ekonomi Aceh yang pada tahun 2014 dan 2015 masih rendah dan bahkan sempat terkontraksi memberikan

pelajaran akan perlunya pengembangan sektor ekonomi lain yang potensial. Setelah puluhan tahun struktur ekonomi Aceh

didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, memasuki tahun 2006 sektor pertanian menjadi sektor utama di Provinsi

Aceh dengan proporsi hampir 30,00% dari total share PDRB Aceh. Berbagai fluktuasi di sektor ini secara otomatis akan sangat

berpengaruh terhadap perekonomian Aceh. Salah satu komponen sektor pertanian yang memiliki potensi yang cukup besar adalah

subsektor perikanan dan kelautan. Kondisi potensi maritim tersebut didukung oleh kondisi geografis, historis, serta sosial budaya di

Aceh.

Provinsi Aceh memiliki letak geografis yang sangat strategis dikarenakan menjadi salah satu pintu masuk utama Indonesia serta

belahan dunia timur, khususnya bagi para pelaku ekonomi dari barat yang berasal dari India, Timur Tengah, Afrika, hingga wilayah

Eropa . Secara geografis sendiri, Aceh berada di jalur lalu lintas perdagangan dunia dikarenakan berbatasan langsung dengan selat

Malaka yang menghubungkan aktivitas ekonomi di wilayah bagian Barat dan Timur sentra ekonomi dunia. Dengan garis pantai

sepanjang 1.660 km, luas wilayah perairan laut seluas 295.370 km², Provinsi Aceh memiliki potensi kemaritiman yang cukup besar

baik dari sisi sumber daya alamnya maupun sektor perdagangan baharinya.

Dalam sejarahnya, Provinsi Aceh sejak masa kesultanannya sudah terkenal dengan kegiatan bahari dan saudagar-saudagarnya yang

telah melakukan berbagai kegiatan transaksi ekonomi ke berbagai belahan dunia. Kegiatan tersebut hingga saat ini masih terasa

terutama di daerah-daerah bahari seperti di kawasan Aceh bagian utara (Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya), Kawasan Aceh

bagian barat (Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Tapaktuan), serta Kawasan Aceh bagian Timur (Lhokseumawe, Langsa, Aceh

Tamiang, Aceh Timur, dan Aceh Utara). Dalam perkembangannya hingga saat ini, beberapa potensi kemaritiman di Aceh semakin

patut untuk medapatkan perhatian oleh para pemangku kebijakan, antara lain:

1. Perairan Aceh merupakan jalur migrasi yellowfin Tuna dan tongkol di dunia. Potensi yang bisa dihasilkan dari

penjualan komoditas ikan tersebut dapat mencapai 1,8 juta ton/tahun.

2. Dalam program unggulan Tol Laut yang dicananngkan oleh pemerintah pusat, pelabuhan Malahayati di Aceh

terpilih menjadi salah satu dari sekian banyak pelabuhan yang dimasukkan dalam lintasan program tersebut.

Lintasan program Tol Laut tersebut terbentang dari ujung barat hingga ujung timur kelautan Indonesia.

Diperkirakan dengan dimasukkannya pelabuhan Malahayati dalam program Tol Laut dapat menggairahkan

aktivitas ekonomi dan transaksi di pelabuhan tersebut serta dapat memberikan efek multiplier bagi sektor

ekonomi lainnya di Aceh. Hal tersebut terkait dengan masih bergantungnya Aceh pada kegiatan pengiriman

berbagai barang dana komoditas dari/ke pelabuhan di luar Aceh.

3. Aceh merupakan salah satu dari provinsi di Sumatera yang memiliki pelabuhan perikanan dengan level pelabuhan

Samudera atau dengan kapasitas 300 – 400 ton. Pelabuhan tersebut berlokasi di Lampulo (PPS Lampulo). Di

pelabuhan Lampulo tersebut pada tahun 2015, Aceh juga dinobatkan langsung oleh Wakil Presiden RI sebagai

salah satu poros maritim wilayah Barat Indonesia.

4. Kawasan pulau Weh yang di dalamnya termasuk kota Sabang ditetapkan oleh Kemenko Maritim sebagai salah satu

Kawasan Strategis Pariwisata. Dengan ditetapkannya Sabang sebagai kawasan strategis tersebut, maka perhatian

pemerintah pusat terhadap Sabang akan semakin besar dan dapat dimanfaatkan untuk membangun berbagai

sarana dan prasarana pendukung sektor pariwisata bahari di Aceh.

5. Dari sisi jumlah armada kapal, Aceh memiliki cukup banyak armada dengan jumlah kapal tangkap sebanyak 15.000

unit, 3.000 unit diantaranya berkapasitas 60 GT. Keistimewaan lain dalam kemaritiman di Aceh adalah adanya

qanun penerbitan ijin untuk kapal dengan kapasitas <60 GT.

6. Pada tahun 2015 sendiri, produksi Produksi Perikanan Aceh tercatat sebanyak sebanyak 155,692,29 ton atau naik

5,50% dibandingkan tahun sebelumnya (Setara dengan 12.974 ton per bulan atau 432 ton per hari).

7. Salah satu hal yang menjadi ciri khas dan tidak ada di tempat lainnya adalah adanya memiliki tradisi bahari dan

kearifan lokal yang kuat. Salah satunya kelembagaan Panglima Laot yang membantu pengaturan tangkapan &

konservasi bahari.

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 36

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh

Namun demikian, potensi ekonomi yang berasal dari sektor kemaritiman yang tersedia tersebut tidak akan dapat dioptimalkan apabila

tidak didukung oleh sarana dan prasaran infrastruktur yang memadai. Terlepas dari banyaknya potensi yang dimiliki oleh Aceh dari

sektor kemaritiman, tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa hal yang perlu untuk menjadi perhatian bagi seluruh pihak yang terkait

dengan pengembangan kemaritiman di Aceh, antara lain:

1. Sebagian besar pelaku usaha kemaritiman, khususnya pengusaha pelayaran barang (freight) masih menilai pelayaran ke

Aceh tidak cost effective karena seringkali kapal yang dikirimkan untuk mengangkut barang ke Aceh kembali tanpa muatan

barang (Kosong).

2. Masih minimnya fasilitas pelabuhan, khususnya terkait dengan keberadaan gudang dan crane yang ada di pelabuhan

Aceh, khususnya pada pelabuhan Malahayati, Krueng Geukeuh Lhokseumawe.

3. Kondsi nelayan di Aceh masih bergantung pada pola pencarian ikan yang tradisional. Para nelayan masih berada dalam

tahapan penyesuaian seiring dengan dengan adanya Peraturan Kelautan dan Perikanan Nomor 02/PERMEN-KP/2015

tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets).

4. Masih minimnya tenaga ahli perikanan yang ada di Provinsi Aceh. Sampai dengan saat ini baru terdapat 11 orang yang

telah mendapatkan gelar Strata 2 (S2) / Master Degree di sektor perikanan dan kelautan.

5. Manajerial pelaku perikanan yang maish minim dan tingkat pendidikan yg masih terbatas serta penerapan IPTEK yg masih

perlu untuk ditingkatkan di industri perikanan dan kelautan.

6. Terjadinya tendensi penolakan produk (Khususnya produk yang berasal dari luar Aceh) dan intimidasi pasar hasil

perikanan.

7. Pedoman umum dan tata ruang ruang wilayah pengelolaan belum optimal dan lengkap.

8. Penggunaan alat dan bahan penangkapan ikan tidak ramah lingkungan serta masih adnaya pencurian ikan oleh negara

asing.

9. Rendahnya tingkat kesehatan lingkungan pemukiman nelayan dan serta adanya konflik pemanfaatan areal.

10. Masih perlu adanya peningkatan dari sisi koordinasi lintas sektoral dan lintas Wilayah Penangkapan WPP 9Wilayah

Pengelolaan Perikanan) dan penerapan manajemen mutu hasil perikanan bagi masyarakat di pesisir (Nelayan)

Dalam rangka menanggulangi berbagai tantangan yang dihadapi di sektor maritim tersebut, Pemerintah Provinsi Aceh telah

mencanangkan beberapa program yang telah berlangsung hingga saat ini. Beberapa program tersebut antara lain:

Pengembangan SDM Dan Penguatan Kelembagaan Usaha

1. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di sektor perikanan dan kelautan, Pemerintah Provinsi Aceh

telah mulai melakukan pembangunan Akademi Perikanan Ladong pada tahun 2016.

2. Pencanangan Program Pemberdayaan Wanita Nelayan.

3. Pelaksanaan Program Sertifikasi Awak Kapal

4. Pelaksanaan Rehabilitasi tambak rakyat seluas 700 hektar.

5. Pelaksanaan Rehabilitasi saluran tersier sepanjang 65 km.

6. Melakukan perpanjangan jalan ke pusat produksi perikanan 20 km.

7. Pembangunan dan rehabilitasi kolam 184 unit.

-

2.000

4.000

6.000

8.000

2011 2012 2013 2014 2015

Rib

u T

on

Bongkar Muat

Grafik 2. Rekapitulasi Kegiatan Bongkar Muat di

Provinsi Aceh

Grafik 1. Rekapitulasi Kegiatan Bongkar Muat di Provinsi

Aceh Berdasarkan Lokasi

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Rib

u T

on

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 37

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Pengembangan Kawasan

1. Pengembangan kawasan industri cepat tumbuh yang terdiri dari Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe, Kawasan Industri

Ladong, dan Pelabuhan Perikanan Samudera. Program-program tersebut dilakukan untuk dapat memberikan supply barang

ke pelabuhan-pelabuhan utama Aceh.

2. Penyempurnaan Fasilitas Pelabuhan Perikanan Lampulo, sebagai Pelabuhan Perikanan level Samudera yang representatif di

Aceh.

3. Peningkatan dan Pengembangan Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai Idi, sebagai Hinterland Pelabuhan Perikanan

Bagian Timur Aceh.

4. Peningkatan dan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan Labuhan Haji, sebagai Hinterland Pangkalan Pendaratan Ikan

Bagian Barat Selatan Aceh.

5. Melakukan kegiatan investasi dalam bentuk pembelian crane di pelabuhan Malahayati serta pembangunan gudang Crude

Palm Oil (CPO).

Program Pengendalian Dan Kelestarian Sumber Daya Alam

1. Pemberantasan Illegal Fishing (Kapal yang ditenggelamkan sebanyak 3 unit kapal dengan kapasitas masing-masing 100 GT).

2. Kerja sama Patroli dengan instansi terkait.

3. Jumlah Pokmaswas sebanyak 83 kelompok yang tersebar di seluruh Aceh.

4. Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hukum Perikanan Sebanyak 3 kasus.

5. Kasus nelayan Aceh terdampar yang telah diselesaikan sebanyak 3 orang.

Dengan semakin majunya sektor maritim di Aceh, maka kinerja ekonomi Aceh diperkirakan akan mengalami akselerasi dikarenakan

hampir 30,00% perekonomian Aceh disokong oleh sektor pertanian yang mana di dalamnya terdapat subsektor perikanan dan

kelautan. Fokus pada kebijakaan pembangunan infrastruktur penunjang serta penyiapan sumber daya manusia yang handal dipercaya

merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan sektor ini. Percepatan

pembangunan tersebut tentu tidak hanya dapat mengandalkan inisiasi dari pemerintah. Partisipasi dari pihak swasta diperkirakan

dapat mempercepat proses pembangunan di sektor yang sangat potensial ini.

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 38

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Proporsi sektor pertanian yang masih mendominasi pada perekonomian Aceh juga diikuti oleh sektor perdagangan dan jasa akomodasi (Perhotelan) yang terus menunjukkan kinerja yang positif. Pada triwulan laporan, tercatat sektor perdagangan mampu memberikan kontribusi sebesar 0,62% terhadap perekonomian Aceh dengan pertumbuhan sebesar 3,88%(yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Aceh yang sebesar 3,54%(yoy).

Peningkatan kinerja pertumbuhan ekonomi di sektor perdaganagn dan jasa akomodasi di Aceh tidak dapat terpisahkan dari kontribusi kondisi pariwisata di Aceh yang menarik para wisatawan untuk melakukan transaksi Ekonomi di Aceh. Untuk Aceh sendiri, berbagai potensi wisata baik yang belum maupun yang sudah akrab di telinga para wisatawan sangatlah potensial untuk mendukung sektor pariwisata di Aceh. Jenis-jenis wisata tersebut bervariasi dari wisata bahari, pegunungan, budaya, hingga wisata kuliner. Salah satu objek wisata yang paling terkenal dan paling besar kontribusi pariwisatanya di Aceh antara lain kawasan wisata Sabang. Meskipun sudah cukup terkenal di telinga para wisatawan baik domestik maupun mancanegara, kawasan ini masih memiliki berbagai potensi wisata yang dapat untuk dikembangkan. Kawasan Sabang sendiri merupakan daerah paling ujung barat Indonesia dengan letak koordinat 050 46' 28” – 050 54' 28” Lintang Utara (LU) dan 950 13' 02” – 950 22' 36' Bujur Timur (BT). Pemerintah Provinsi Aceh menjadikan Sabang sebagai andalan utama destinasi wisata di Provinsi Aceh, khususnya wisata bahari/maritim. Pada tahun 2016 Sabang telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPD) dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Beberapa informasi tambahan yang terkait

dengan Sabang antara lain:

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang

Sebagai salah satu destinasi wisata paling utama dan strategis di Provinsi Aceh, Sektor pariwisata di Sabang telah memberikan kontribusi hampir 70% terhadap perekonomian di kota Sabang. Sampai dengan tahun 2015 kemarin tercatat sebanyak lebih dari 620.000 wisatawan domestik dan lebih dari 5.500 wisatawan berkunjung ke Sabang. Dari para wisatawan tersebut tercatat rata-rata pengeluaran para turis tersebut berkisar antara Rp1.100.000,-/hari. Angka tersebut diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan ditemukannya beberapa objek wisata baru di kawasan tersebut serta dengan adanya proses perbaikan dan renovasi berbagai icon Sabang.

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang

Renovasi icon utama Sabang, yakni Tugu Nol Kilometer Indonesia tersebut menggunakan dana APBN sebesar 16 Miliar dan telah mencapai 50% hingga saat ini. Kegiatan pembanguann dan renovasi tersebut sendiri ditargetkan selesai pada tahun 2017. Di samping itu, telah dibangun juga projek The Sabang Hotel yang merupakan hotel berbintang lima pertama di Sabang telah dimulai sejak tahun 2015. Sampai dengan saat ini, progress dari pembangunan hotel tersebut telah berada dalam proses pembebasan lahan dan ditargetkan akan dapat beroperasi pada tahun 2017. Namun demikian, ditengah berbagai projek yang sedang dilaksanakan tersebut, berbagai kendala

INFORMASI SABANG • Sebanyak 60%-70% Pendapatan Asli Daerah Sabang berasal dari

sektor pariwisata. • Dengan keindahan panorama bahari baik di atas maupun di

bawah laut yang dimilikinya, Sabang telah menerima penghargaan sebanyak 3 (Tiga) kali sebagai kawasan laut terbersih di Indonesia.

• Setiap tahun terdapat 10 – 15 kapal pesiar yang datang dan singgah di Pulau Sabang. WISATAWAN SABANG (2015)

• Wisatawan Domestik : 99,00% (623.635 orang) • Wisatawan Asing: 1,00% (5.582 orang) sebagian berasal dari

Malaysia dan Singapura. • Rata-rata kunjungan 5 s/d 7 hari dengan rata-rata pengeluaran

Rp1.100.000,- / hari

AKOMODASI • Total 579 Kamar. • 22 Bungalow, 13 Guest House, 10 Hotel, 4 Losmen & 5 Resort (Diluar Homestay).

TRANSPORTASI • Kapal Laut: Kapal Cepat 14 s/d 28 kali dalam seminggu & Kapal lambat: 14 s/d 28 kali dalam

seminggu. • Pesawat: 2 kali seminggu (Sabang – Kualanamu).

PAKET WISATA • 20 Tour & Travel telah dilatih oleh Dinas Pariwisata Sabang. • 4 Dive Operator. • 80% paket menawarkan kunjungan 3 hari 2 malam di Sabang. • Dari 64 objek wisata yang ada baru 10% yang ditawarkan oleh penyedia paket

wisata (tugu I love Sabang, Km 0, Pulau Rubiah, Benteng Anoi Hitam, Pabrik Bakpia, Pulau Klah, Air Panas Jaboi).

3.669

3.982

5.223 5.032 6.585

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing ke Sabang

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN II-2016 39

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

dan tantangan di sektor infrastruktur dan sumber daya manusia masih menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh potensi pariwisata di kawasan Sabang.

Berikut disampaikan beberapa hal yang menjadi kendala serta tantangan yang dapat menjadi fokus perhatian bagi berbagai pihak dalam rangka mengembangkan pariwisata Sabang:

Sumber : Hasil Focussed Group Discussion KPwBI Provinsi Aceh

Sumber Daya Manusia: 1. Sumber daya manusia yang ada belum memiliki

keahlian di bidang pelayanan jasa khususnya yang

terkait dengan jasa akomodasi, tour guide, layanan

transportasi, dan jasa kuliner.

2. Belum adanya sekolah perhotelan atau pariwisata

Objek Wisata

1. Masih mengandalkan wisata alam, belum banyak

alternatif wisata lain.

2. Kebersihan masih kurang terjaga

3. Kurang terawatnya objek wisata

4. Belum adanya objek wisata yang memperkenalkan

budaya tradisional setempat.

Infrastruktur 1. Fasilitas MCK masih kurang, baik dari sisi kuantitas

maupun kualitasnya.

2. Kurangnya jumlah transportasi umum menuju objek

wisata.

3. Jadawal pesawat / kapal drasakan masih belum sesuai

dengan kebituhan wisatawan

Lainnya 1. Jumlah objek wisata unggulan masih relatif sedikit

dibandingkan dengan daerah wisata lainnya.

2. Minimnya jumlah kamar dan penginapan.

3. Belum adanya hotel berbintang.

4. Koordinasi antara warga, pengelola, dan pemerintah

masih terasa kurang.

Dalam mengatasi berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi dalam sektor pariwisata tersebut, pihak pemerintah baik pemerintah kota maupun pemerintah provinsi telah bersama-sama telah mencanangkan berbagai program yang telah dan masih terus dilaksanakan. Beberapa program tersebut antara lain berkaitan dengan kendala yang terkait dengan sumber daya manusia dan infrastruktur: Sumber Daya Manusia 1. Pendirian dan Optimalisasi Koperasi Wisata (Binaan Dinas Pariwisata). 2. Mengadakan Pelatihan secara berkala terkait dengan tema hospitality, kuliner, tour guide. 3. Menggalakan gerakan Masyarakat Sadar Wisata melalui pelaksanaan berbagai event (Sabang Sail, Sabang Marine Festival,dll) 4. Menerapkan sanksi berupa denda sebesar Rp10.000 bagi masyarakat yang dengan sengaja membuang sampah di tempat

wisata, khususnya di daerah wisata Iboih. Infrastruktur dan sarana dan prasarana pendukung: 1. Renovasi Total Tugu Nol Kilometer beserta prasarana umum (selesai tahun 2017) 2. Pelebaran jalan menuju Tugu Nol Kilometer (Tahap perundingan terkait dengan pembebasan lahan). 3. Pembangunan Hotel Bintang 5 di Aceh (Pembebasan lahan telah selesai dan pembangunan dimulai tahun 2017). 4. Pembangunan sarana MCK di tempat-tempat wisata utama (Pantai Iboih dan Tugu Nol Kilometer). 5. Memprioritaskan penambahan objek wisata alam dan heritage potensial yang menjadi prioritas, yakni: Wisata Goa Sarang,

Wisata Historis Benteng Kolonial, Wisata historis bangunan rumah sakit bawah tanah. 6. Pembangunan jalan alternatif menuju KM Nol Lhong Angen sepanjang 9.500 meter. 7. Perubahan dan penyesuaian jadwal pesawat dari dan menuju Sabang dari Bandara Internasional Kuala Namu agar lebih

banyak penerbangan yang terkoneksi. Adanya perbaikan maupun pembangunan di sisi infrastruktur berbagai objek wisata di Sabang diyakini dapat membantu menarik wisatawan baru baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun demikian, pembangunan infrastruktur tersebut harus dibarengi dengan perencanaan pasca selesainya pembangunan tersebut, baik dari sisi pemeliharaan, keamanan, kenyamanan, serta estetika. Seringkali permasalahan yang muncul adalah adanya pembangunan infrastruktur tetapi tidak ada tindak lanjut upaya pemeliharaannya agar berdampak secara lebih berkesinambungan. Sementara itu, dengan adanya usaha pengembangan sumber daya manusia (SDM), diharapkan pelayanan wisata terhadap para wisatawan akan semakin membaik (Terwujudnya budaya service excellence) bagi para wisatawan yang datang sehingga akan memberikan kesan baik bagi para wisatawan untuk datang kembali ke lokasi. Di samping itu, adanya perbaikan dan pemeilharaan SDM ini juga dapat memberikan peluang akan munculnya ruang bagi wisata baru, yakni wisata budaya, salah satunya dalam bentuk budaya atraksi, kerajinan tradisional, serta berbagai kearifan lokal yang menarik para wisatawan. Kemunculan alternatif wisata-wisata tersebut tentu dapat terwujud dari SDM-SDM yang sudah siap sehingga giat pariwisata di lokasi tersebut semakin berkembang.

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 40

BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah

Keuangan daerah terdiri dari uang yang dikelola oleh pemerintah provinsi dan yang

dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota. Realisasi dari pendapatan dan belanja

anggaran tersebut dapat menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi

melalui transmisi pengeluaran pemerintah dan investasi

Realisasi pendapatan dan belanja Provinsi dan Kabupaten/Kota Aceh pada triwulan II

2016 secara umum mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

5.1 PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan pemerintah Aceh pada tahun 2016 sebesar 70% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 30%

dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 3.1). Proporsi pendapatan daerah oleh pemerintah Kabupaten / Kota

Aceh cenderung berada dalam tren yang yang meningkat dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Target

pendapatan pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 2016 adalah sebesar Rp26,65 triliun, meningkat 17%

dibandingkan dengan tahun 2015. Sementara itu, target pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2016

adalah sebesar Rp12,54 Triliun, meningkat sebesar 4% dibandingkan dengan tahun 2015.

Grafik 3. 1. Pangsa Pendapatan Daerah Aceh Grafik 3. 2. Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Struktur total pendapatan pemerintah Aceh baik provinsi maupun kabupaten/kota selama kurun waktu lima

tahun terakhir didominasi oleh dana perimbangan dan dana Otsus plus. Dana Otsus plus merupakan gabungan

dari dana otsus, penyesuaian, dan lainnya (Grafik 3.3). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih

tergolong memiliki pangsa yang rendah.

Pada tahun 2016, dana perimbangan dan Otsus plus Aceh masing-masing mencapai Rp20,56 triliun dan Rp14,21

triliun, atau merupakan dua komponen terbesar dari pendapatan dengan pangsa masing-masing 53% dan 36%

dari total pendapatan Aceh. Proporsi ini berubah dari tahun lalu dimana komponen dana perimbangan dan dana

otsus ialah 47% dan 42% dikarenakan terdapat peningkatan dana perimbangan pada pemda Kota/Kab.

Sementara itu, PAD hanya mencapai 11% dari total pendapatan Aceh (Grafik 3.4). Hal ini mencerminkan masih

besarnya ketergantungan Aceh terhadap anggaran pusat dan potensi fiskal yang ada di Aceh masih dapat

ditingkatkan.

60% 62% 60% 60%64% 65%

70%

40% 38% 40% 40%36% 35%

30%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

23%

13%

17%

30%

13%

29%

14%

23%

16%10%

8%

4%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

41 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah

Grafik 3. 3. Perkembangan Struktur Pendapatan Aceh

Grafik 3. 4. Struktur Pendapatan Aceh 2016

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Jika dilihat lebih rinci pendapatan Aceh tahun 2016, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota

Aceh lebih didominasi oleh dana perimbangan yang mencapai Rp 20,56 Triliun (Grafik 3.5). Pada tahun 2016,

bantuan keuangan pemerintah provinsi yang berasal dari otsus mengalami peningkatan karena adanya

keputusan pemerintah untuk meningkatkan pangsa penyaluran otsus kepada pemerintah kabupaten/kota.

Sementara itu, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi oleh Otsus yang mencapai

Rp 8,81 Triliun (Grafik 3.6).

Grafik 3. 5. Struktur Pendapatan Kab/Kota Aceh 2016

Grafik 3. 6. Struktur Pendapatan Provinsi Aceh 20156

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Kinerja pendapatan Pemda Provinsi Aceh pada triwulan II 2016 laporan tercatat sedikit mengalami peningkatan

dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah

Provinsi Aceh pada triwulan II-2015 adalah sebesar Rp 4.177,61 Milyar atau 34,78% dari target pendapatan

tahunan, sementara pada triwulan II-2016 mencapai Rp 4.398,07 Milyar atau sebesar 35,07% dari target

pendapatan tahunannya (Tabel 3.1).

Tabel 3. 1. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan Laporan

Komponen

Pendapatan

Realisasi Pendapatan

II 2015 II 2016

Nilai (Rp Juta) % Nilai (Rp Juta) %

PAD Rp 469.946 24,96% Rp 864.648 42,02%

Perimbangan Rp 922.632 55,60% Rp 741.912 44,41%

Otsus+ Rp 2.785.033 32,89% Rp 2.791.517 31,67%

Total

Pendapatan Provinsi

Rp 4.177.611 34,78% Rp 4.398.078 35,07%

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Rp35

Rp40

Rp45

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tri

liun

PAD Perimbangan Otsus+

11%

53%

36% PAD

Perimbangan

Otsus+

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Tri

liun

Otsus+

Perimbangan

PAD

Rp-

Rp2

Rp4

Rp6

Rp8

Rp10

Rp12

Rp14Tri

liun

Otsus+

Perimbangan

PAD

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 42

BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah

5.2 BELANJA DAERAH

Belanja pemerintah Aceh pada tahun 2016 sebesar 71% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 29%

dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 3.7). Senada dengan struktur pendapatan daerah, terdapat tren

peningkatan proporsi belanja oleh pemerintah Kota/Kabupaten dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Target

belanja pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 2016 adalah sebesar Rp30,82 triliun, meningkat 31%

dibandingkan dengan tahun 2015. Sementara itu, target belanja pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2016

adalah sebesar Rp12,87 Triliun, atau hanya meningkat sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2015 (Grafik

3.8).

Grafik 3. 7. Pangsa Belanja Daerah Aceh Grafik 3. 8. Pertumbuhan Target Belanja Aceh

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Struktur total belanja pemerintah Aceh dalam kurun waktu enam tahun terakhir, baik di tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota masih didominasi oleh belanja pegawai. Namun, belanja modal dalam dua tahun terakhir ini

mengalami peningkatan (Grafik 3.9). Pada tahun 2016, belanja pegawai dan belanja modal masing-masing

mencapai Rp13,37 triliun dan Rp10,03 triliun dan merupakan dua komponen terbesar dari belanja dengan pangsa

masing-masing 35% dan 26% dari total belanja pengeluaran pemerintah Aceh (Grafik 3.10). Hal ini

mencerminkan pemerintah Aceh sudah mulai concern untuk meningkatkan realisasi belanja pada komponen

yang produktif dan memiliki dampak yang berkelanjutan seperti belanja modal.

Grafik 3. 9. Perkembangan Struktur Belanja Aceh

Grafik 3. 10. Struktur Belanja Aceh 2016

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Jika dilihat lebih rinci belanja pemerintah Aceh tahun 2016, belanja yang dikelola oleh pemerintah

kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai Rp 12,35 Triliun (Grafik 3.11).

Sementara itu, belanja yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi belanja barang dan jasa yang

mencapai Rp 4,22 Triliun (Grafik 3.12).

57%60% 59% 57%

61%65%

71%

43%40% 41% 43%

39%35%

29%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

18%

12%

17%

32%

14%

31%

4%

19% 24%

13%

-5%

1%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Rp35

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tri

liun

Belanja Pegawai Belanja Modal

Belanja Barang Belanja Bansos

35%

26%

25%

1%

13%

Belanja Pegawai

Belanja Modal

Belanja Barang

Belanja Bansos

Belanja Lainnya

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

43 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah

Grafik 3. 11. Struktur Belanja Kab/Kota Aceh 2016

Grafik 3. 12. Struktur Belanja Provinsi Aceh 2016

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Kinerja realisasi belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan-II 2016 tercatat meningkat dibandingkan

dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh

pemerintah provinsi meningkat dari sebesar 12,48% pada triwulan II tahun lalu menjadi 15,08% pada tahun

2016. Realisasi belanja modal pada periode laporan telah mencapai Rp456,97 miliar, meningkat dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu yang baru. Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa meningkat

dari Rp 766,86 miliar pada triwulan II-2015 menjadi Rp 1.117,14 miliar pada triwulan II-2016 (Tabel 3.2).

Tabel 3. 2. Realisasi Belanja Daerah Triwulan Laporan

Komponen

Belanja

Realisasi Belanja

II 2015 II 2016

Nilai (Rp Juta) % Nilai (Rp Juta) %

Belanja Pegawai Rp 387.853 40,22% Rp 174.391 17,01%

Belanja Modal Rp 85.528 3,71% Rp 456.972 17,70%

Belanja Barang Rp 766.861 16,35% Rp 1.117.149 26,43%

Belanja Bansos Rp 15.000 5,81% Rp 193.246 78,16%

Belanja Lainnya Rp - 0,00% Rp - 0,00%

Total Belanja

Provinsi

Rp 1.592.002 12,48% Rp 1.941.758 15,08%

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Tri

liun

Belanja Bansos

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Pegawai

Rp-

Rp2

Rp4

Rp6

Rp8

Rp10

Rp12

Rp14

Tri

liun

Belanja Lainnya

Belanja Bansos

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Pegawai

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-II 2016 mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada

triwulan laporan tercatat menurun dari 3,55% (yoy) pada triwulan-I 2016

menjadi 2,34% (yoy) pada triwulan laporan.

Inflasi Aceh triwulan-II 2016 (yoy) yang tercatat sebesar 2,34% jauh lebih

rendah dibandingkan rata-rata inflasi YoY pada triwulan II dalam tiga tahun

terakhir yaitu sebesar 5,05%.

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan kelompok

yang paling dominan dalam mempengaruhi rendahnya angka inflasi Aceh pada

triwulan-II 2016. Namun, kelompok bahan Makanan seperti ikan dan sayur

mayur menjadi kelompok barang yang memiliki andil besar dalam inflasi

triwulan-II 2016.

Inflasi triwulan-II 2016 di ketiga kota pantauan tercatat masing-masing

Banda Aceh 2,01%, Lhokseumawe 3,03%, dan Meulaboh 2,19% (yoy).

KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI ACEH TRIWULAN II 2016

Aceh mengalami laju inflasi secara tahunan / year on year sebesar 2,34% (yoy) pada triwulan II 2016.

Perkembangan inflasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami

inflasi tahunan sebesar 3,55%, dan juga lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi year on year

pada triwulan II dalam tiga tahun terakhir (2013-2015) yaitu sebesar 5,05% (yoy). Namun demikian,

walaupun secara year on year menunjukan adanya penurunan, inflasi Aceh secara triwulanan (qtq) maupun

bulanan (mtm) tercatat mengalami peningkatan pada level yang moderat (grafik 2.1).

Inflasi Aceh dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi, yaitu

Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh dengan nilai sebesar 2,34%(yoy) dan 0,89%(mtm) pada triwulan-

II 2016. Laju inflasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi inflasi tahunan nasional di

triwulan yang sama yang tercatat sebesar 3,45% (yoy). Inflasi Aceh di triwulan laporan juga juga berada

di bawah rata-rata inflasi seluruh provinsi di kawasan Sumatera dengan nilai 3,83%. Inflasi Aceh berada

di urutan ke-2 terendah setelah Provinsi Riau. Inflasi tertinggi pada kawasan Sumatera terjadi di Provinsi

Bangka Belitung (Grafik 2.2) yang mencapai 6,21% (yoy).

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi year on year, quarter

to quarter, dan month to month di Aceh (%)

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi year on year di

kawasan Sumatera (%)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

% Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Tahunan (yoy)

2,34

4,32

3,23

1,92

3,85 3,38

4,37

5,47

3,16

6,21

3,45

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

yoy (%)

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 45

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

ASESMEN ARAH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH TERKINI

Mencermati tren perkembangan inflasi tahunan Provinsi Aceh serta arah perkembangan inflasi Aceh pada bulan

Juli dan Agustus 2016, diperkirakan Aceh akan mengalami inflasi secara year on year pada triwulan III 2016

dengan tingkat inflasi yang masih berada dalam target inflasi nasional 4±1%. Tekanan inflasi year on year di

triwulan III 2016 diprediksi menurun bila dibandingkan dengan laju inflasi di Triwulan II 2016.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) hingga minggu ketiga Agustus 2016, tren harga di

Provinsi Aceh cenderung bervariasi. Namun demikian, berdasarkan analisis bobot, diperkirakan terjadi inflasi

bulanan (mtm) di Aceh untuk periode Agustus 2016 dengan tingkat yang rendah. Komoditas penyumbang

inflasi berasal dari komoditas beras, tongkol, rokok kretek filter, tarif Listrik, Cabai Merah, Cabai Rawit.

Sedangkan komoditas utama penyumbang deflasi diperkirakan berasal dari komoditas udah basah, dan buah-

buahan dan sayuran seperti pir, apel, dan wortel .

Deflasi terjadi akibat normalisasi harga pasca Ramadhan & Idul Fitri. Minimnya bencana banjir dan longsor di

periode awal triwulan III 2016 juga mengakibatkan arus barang dari Sumatera Utara cenderung lancar.

Peningkatan harga terjadi pada komoditas beras, hal tersebut disebabkan produksi beras yang berada dibawah

ekspektasi karena gangguan hama tikus. Sedangkan kenaikan harga tongkol terjadi karena gangguan angin

kencang di beberapa sentra penangkapan ikan di Aceh.

INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH /MTM)

Rata-rata laju inflasi Aceh secara bulanan pada bulan April, Mei, dan Juni 2016 sebesar 0,22% jauh lebih

rendah dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan yang sama pada tahun 2015 yang tercatat sebesar

0,62%. Rendahnya inflasi pada periode ini disumbang oleh kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan yang mengalami rata-rata deflasi bulanan sebesar -0,73%, disusul oleh kelompok Perumahan, air,

listrik, gas, dan Bahan Bakar, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga yang mengalami rata-rata

inflasi bulanan yang rendah, masing-masing sebesar 0,03% dan 0,04% (mtm). Sedangkan tekanan inflasi

bulanan terbesar pada periode ini disumbang oleh kelompok sandang yang memiliki rata-rata inflasi bulanan

sebesar 1,21%, nilai tersebut masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata tekanan inflasi bulanan

kelompok sandang di Triwulan II 2015 yang mencapai 0,92% (Tabel 2.1 dan Grafik 2.3 & 2.4).

Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa kelompok Sandang memiliki kecenderungan mengalami

peningkatan inflasi bulanan yang signifikan pada bulan Juni dibandingkan dengan bulan sebelumnya di bulan-

bulan triwulan II (April, Mei, dan Juni). Berdasarkan pantauan di beberapa surat kabar lokal, memasuki bulan

Juni mendekati perayaan hari raya Idul Fitri 1347 Hijriah, masyarakat Aceh cenderung menjalani kebiasaan

tiap tahunnya yaitu berbelanja pakaian baru untuk anak dan keluarga. Sejumlah pertokoan dan swalayan

ramai dipadati pembeli pada bulan Juni 2016, permintaan akan baju baru khususnya busana muslim turut

meningkat yang mengakibatkan penjual mengalami kenaikan omzet di bulan tersebut. Adanya kenaikan harga

Sandang merupakan respons penjual terhadap antusiasme pembeli. Namun demikian, kenaikan harga sandang

secara bulanan tersebut tidak terlalu signifikan, atau masih dalam tingkat yang wajar.

Di sisi lain, rendahnya rata-rata inflasi bulanan TW.II 2016 untuk kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan lebih disebabkan adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM per tanggal 1 April

2016. Hal tersebut terkonfirmasi oleh adanya deflasi untuk kelompok Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar

di bulan April 2016. Dengan menurunnya harga BBM tersebut per 1 April 2016, maka pihak Organda Aceh

merespon dengan menurunkan tarif angkutan darat khususnya rute Banda Aceh – Meulaboh dengan jumlah

yang sepadan di bulan yang sama.

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan Aceh (mtm %)

Kelompok

2014 Rat

a-

rata

2015 Rata-

rata

2016 Rata-

Rata Apr Mei Jun Apr Mei Jun Apr Mei Jun

Bahan Makanan -1,60 3,18 0,48 0,69 -0,93 1,83 3,45 1,45 -2,26 1,33 2,47 0,51

Makanan jadi, minuman, rokok

0,36 0,14 0,16 0,22 0,10 0,31 0,31 0,24 0,42 0,75 0,83 0,67

Perumahan, air,

listrik, gas, b.bakar 0,33 0,26 0,20 0,26 0,36 -0,08 0,08 0,12 -0,09 0,09 0,08 0,03

Sandang -0,27 0,76 1,48 0,65 0,22 0,33 2,22 0,92 0,31 0,92 2,39 1,21

Kesehatan 0,42 0,03 0,06 0,17 0,24 0,48 0,20 0,31 0,06 0,23 0,11 0,14

Pendidikan, rekreasi,

olahraga 0,25 0,00 0,13 0,13 0,00 0,07 0,16 0,07 0,00 0,04 0,06 0,04

Transpor,

komunikasi, jasa

keu.

0,61 0,08 0,15 0,28 2,34 -0,10 0,14 0,79 -2,17 0,08 -0,09 -0,73

UMUM -0,10 0,89 0,30 0,36 0,29 0,49 1,07 0,62 -0,76 0,54 0,89 0,22

Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh

Lebih lanjut, pada awal triwulan II 2016 pemerintah juga melakukan penurunan tarif interkoneksi sebesar

30%. Hal ini membuat, sejumlah operator seluler menurunkan biaya telepon lintas operator, sehingga biaya

penggunaan telepon seluler oleh masyarakat kini menjadi lebih murah.

Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Rata-Rata

Grafik 2.4. Inflasi Kelompok (mtm)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

INFLASI TRIWULANAN (QUARTER TO QUARTER/QTQ)

Inflasi triwulanan Aceh pada periode laporan tercatat sebesar 0,66% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,30% (qtq). Namun, laju inflasi triwulanan di periode ini masih relatif lebih

rendah bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

0,510,67

0,03

1,21

0,14 0,04 -0,73

-0,90-0,60-0,300,000,300,600,901,201,50

Bah

an M

akanan

Makan

an jad

i, min

um

an,

roko

k

Pe

rum

ahan

, air, listrik,gas, b

.bakar

Sand

ang

Keseh

atan

Pe

nd

idikan

, rekreasi,o

lahraga

Transp

or, ko

mu

nikasi,

jasa keu.

mtm

(%)

2,47

0,83

0,08

2,39

0,11 0,06

-0,09-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

Bah

an M

akanan

Makan

an jad

i, min

um

an,

roko

k

Pe

rum

ahan

, air, listrik,gas, b

.bakar

Sand

ang

Keseh

atan

Pe

nd

idikan

, rekreasi,o

lahraga

Transp

or, ko

mu

nikasi,

jasa keu.

mtm

(%)

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 47

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

1,86% (qtq). Sejalan dengan inflasi bulanannya, secara triwulanan nilai inflasi terbesar terjadi di kelompok

sandang dengan nilai inflasi sebesar 3,65% (qtq) di triwulan II 2016 (Grafik 2.5 & Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi Triwulanan (qtq)

Kelompok 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II

Bahan Makanan -

1,65 2,02 4,02 6,50 -5,85 4,36 -1,50 3,68 1,94 1,48

Makanan jadi, minuman, rokok 1,31 0,66 0,73 0,45 1,56 0,73 1,10 0,66 1,18 2,01

Perumahan, air, listrik, gas,

b.bakar 2,66 0,80 2,05 2,55 1,38 0,36 0,02 0,76 -0,73 0,08

Sandang 2,03 1,97 2,54 0,09 1,01 2,78 0,82 -

1,03 1,52 3,65

Kesehatan 0,69 0,51 0,77 0,31 2,18 0,92 0,38 1,00 0,64 0,41

Pendidikan, rekreasi, olahraga 1,78 0,38 1,96 0,07 0,63 0,22 3,27 0,04 0,40 0,11

Transpor, komunikasi, jasa keu. 0,79 0,84 0,89 10,22 -6,21 2,38 0,16 0,02 -1,93 -2,18

UMUM 0,90 1,09 2,13 3,86 -1,66 1,86 0,15 1,21 0,30 0,66

Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Secara umum pergerakan kenaikan harga di triwulan II 2016 masih relatif stabil untuk seluruh kelompok

barang dan jasa, dengan tidak adanya lonjakan inflasi triwulanan yang melebihi target nasional 4±1%. Sejalan

dengan nilai inflasi bulanannya, laju inflasi secara triwulanan tertinggi dialami oleh kelompok Sandang dengan

nilai inflasi sebesar 3,65% (qtq) pada triwulan II 2016, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 1,52% (qtq). Namun, peningkatan laju inflasi kelompok Sandang tersebut dinilai bersifat

temporer (Grafik 2.6).

Adanya permintaan yang meningkat untuk pakaian muslim, pakaian baru, dan sandang lainnya oleh

masyarakat dalam rangka untuk memperingati hari raya Idul Fitri 1437 H turut meningkatkan harga sandang

di pasar dalam tingkat moderat dan wajar. Sejumlah pedagang pakaian muslim di Banda Aceh mengkonfirmasi

bahwa terdapat kenaikan harga pakaian muslim dengan rentang Rp5.000,- s.d Rp8.000,- di pasar, kenaikan

tersebut bukan hanya disebabkan oleh faktor permintaan, tetapi juga disebabkan oleh adanya kenaikan harga

dari agen. Kenaikan harga sandang pada bulan Juni 2016 masih dapat dikatakan wajar, karena para pedagang

telah melakukan upaya mitigasi kenaikan harga dengan menyimpan stok barang lebih banyak dari hari-hari

biasa. Hal ini bertujuan agar pada saat permintaan sedang tinggi, pedagang masih dapat menyediakan barang.

Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Provinsi Aceh

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok (qtq)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

0,901,09

2,13

3,86

-1,66

1,86

0,15

1,21

0,300,66

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

qtq (%)1,48

2,01

0,08

3,65

0,41 0,11 -2,18

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

Bah

an M

akanan

Makan

an jad

i,m

inu

man

, roko

k

Pe

rum

ahan

, air, listrik,gas, b

.bakar

Sand

ang

Keseh

atan

Pe

nd

idikan

, rekreasi,o

lahraga

Transp

or, ko

mu

nikasi,

jasa keu.

qtq (%)

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Rendahnya inflasi secara triwulanan pada triwulan laporan dibandingkan dengan laju inflasi triwulan yang sama

di tahun sebelumnya, disebabkan oleh adanya deflasi untuk kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan, serta inflasi yang rendah untuk kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Adanya

kebijakan penurunan tarif angkutan oleh organda Aceh sejak tanggal 7 April 2016, turut menahan laju inflasi

kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan. Penurunan tarif angkutan oleh Organda Aceh

tersebut menyusul adanya penurunan harga BBM oleh pemerintah sejak tanggal 1 April 2016.

Selanjutnya, adanya kebijakan penurunan BI Rate pada bulan April dan bulan Juni 2016 sebanyak 25 basis

poin juga disusul dengan adanya penurunan Suku bunga perbankan di bulan Juni 2016 untuk kredit

perumahan, kredit ritel, dan kredit korporasi. Hal ini turut berdampak meredam laju inflasi triwulanan Provinsi

Aceh pada triwulan laporan untuk sub kelompok jasa keuangan. Selain itu, pemerintah juga menurunkan biaya

/ tarif interkoneksi operator seluler yang juga menurunkan biaya / tarif telepon seluler di masyarakat.

INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR/YOY)

Secara tahunan, laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan II 2016 mencapai 2,34% (yoy), menurun dibandingkan

triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,24% (yoy) (Grafik 2.7). Inflasi tahunan Aceh

pada triwulan II 2016 juga lebih rendah daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,45% (yoy). Di sisi

lain, sebagai penahan laju inflasi tahunan di bulan Juni 2016, terdapat deflasi untuk kelompok, transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan

tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar

bensin dan solar per tanggal 1 April 2016. Selain itu, suku bunga kredit perbankan juga turun menyusul

adanya kebijakan penurunan BI Rate sebanyak masing-masing 25 basis poin pada bulan April dan Juni 2016.

Tekanan inflasi pada periode ini didorong oleh kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman,

rokok, serta kelompok sandang yang masing-masing tercatat sebesar 5,66% (yoy), 5,04% (yoy), dan 4,99%

(yoy). Laju inflasi untuk ketiga kelompok barang/jasa tersebut di atas target inflasi nasional 4±1%. Namun

demikian, nilai inflasi tahunan untuk kelompok bahan makanan menurun dari triwulan yang sama di tahun

sebelumnya sebesar 8,83% (yoy) menjadi 5,66% (yoy) pada triwulan laporan. Sama halnya untuk laju inflasi

tahunan kelompok sandang yang juga menurun dari triwulan yang sama di tahun sebelumnya sebesar 6,55%

(yoy) menjadi 4,99% (yoy) di triwulan laporan. Hal ini menandakan risiko tekanan inflasi untuk kelompok

tersebut di triwulan laporan cenderung menurun. Namun demikian, terdapat peningkatan risiko laju inflasi

untuk kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok yang meningkat dari 3,50% (yoy) pada triwulan II 2015

menjadi sebesar 5,04% (yoy) pada triwulan laporan. (Grafik 2.8 dan Tabel 2.3).

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya Inflasi tahunan pada kelompok Bahan Makanan di triwulan

laporan yang tercatat sebesar 5,66% (yoy). Memasuki awal bulan Ramadhan di bulan Juni 2016, harga buah-

buahan baik buah impor maupun lokal di sejumlah pasar di Aceh mengalami kenaikan, kenaikan harga

tersebut disebabkan adanya sebagian sentra pertanian buah yang sedang mengalami masa trek, sehingga

pasokan juga berkurang disaat kebutuhan masyarakat cenderung meningkat.

Selanjutnya, cuaca buruk yang masih terjadi di Aceh pada bulan Juni 2016 turut mendongkrak kenaikan harga

ikan Segar. Bahkan, menurut pengakuan sejumlah pedagang, penambahan stok ikan dari daerah lain tidak

dapat menutupi tingginya permintaan ikan di bulan Ramadhan. Selain itu, musibah longsor & banjir di Aceh

Bagian Barat serta erupsi gunung Sinabung turut mengakibatkan pasokan sayur mayur, wortel, bawang merah

dari Sumatera Utara menjadi terhambat, sedangkan permintaan masyarakat pada bulan Juni 2016 cenderung

meningkat oleh karena memasuki bulan Ramadhan.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 49

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

Lebih lanjut, inflasi bahan makanan juga disebabkan oleh adanya kenaikan harga gula di tingkat grosir yang

sebelumnya dijual pada harga yang berkisar antara Rp 11.000 hingga Rp 13.000/Kg menjadi Rp

18.000/kilogram. Tingginya harga gula sejak sebulan lalu, disebabkan berkurangnya jatah pasokan gula untuk

Aceh yang diterima dari Medan.

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Aceh (yoy) Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Triwulan-II 2016 (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Harga beras secara tahunan juga cenderung meningkat di pasar, khususnya di kota Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat dan Kota Lhokseumawe. Harga jual eceran beras di pasar Meulaboh, mengalami kenaikan sekitar 17

persen. Dari sebelumnya Rp10.670/kg menjadi Rp12.500/kg pada bulan Juni 2016 memasuki bulan

Ramadhan. Sementara itu, harga beras di Lhokseumawe mulai merangkak naik di penghujung bulan

Ramadhan. Naiknya harga beras di Aceh pada bulan Juni 2016 disebabkan oleh banyak faktor.

Selain disebabkan oleh upaya pedagang yang menaikan harga, adanya hama ulat daun yang menyerang

ratusan hektare areal tanaman padi di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara turut menghambat pasokan

gabah di kilang padi. Lebih lanjut, pada bulan Mei 2016 juga terdapat ratusan hektar tanaman padi berumur

dua bulan 50 hari yang terserang penyakit Tungro di Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan. Sehingga

petani tidak dapat menghasilkan gabah secara optimal.

Di sisi lain, inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok Sandang, disebabkan adanya peningkatan permintaan

baju muslim, gamis, dan pakaian baru lainnya oleh masyarakat Aceh untuk memenuhi kebutuhan perayaan

Idul Fitri 1437H. Namun demikian, peningkatan harga sandang tersebut masih dapat dikatakan wajar, dan

tidak sebesar inflasi tahunan untuk kelompok Sandang di triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 6,55% (yoy). Hal tersebut dikarenakan para pedagang pakaian di Aceh telah mengantisipasi

peningkatan permintaan dengan menyimpan stok lebih banyak dari jauh hari sebelumnya.

Selanjutnya, tekanan laju inflasi untuk kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok disebabkan oleh

meningkatnya konsumsi masyarakat sehubungan dengan bulan Ramadhan dan persiapan hari raya Idul Fitri

1437H. Dari hasil pemantauan di sejumlah pasar Banda Aceh, permintaan masyarakat akan sirup botol rata-

rata meningkat sebanyak 30%, merespon kenaikan permintaan tersebut sejumlah pedagang menaikan harga

untuk mengambil keuntungan. Di samping itu, oleh karena adanya kenaikan harga untuk sejumlah bahan

makanan yaitu daging sapi, ikan segar, sayur-mayur, buah-buahan, gula pasir pada bulan Ramadhan, maka

hal tersebut juga meningkatkan harga makanan jadi. Permintaan kue basah dan kue kering pun meningkat

pada bulan Juni 2016. Sehingga terjadi inflasi untuk sub kelompok makanan jadi dan minuman dalam tingkat

moderat.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

yoy (%) Aceh Nasional5,66

5,04

0,13

4,99

2,45

3,82

-3,89

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

Bah

an M

akanan

Makan

an jad

i,m

inu

man

, roko

k

Pe

rum

ahan

, air, listrik,gas, b

.bakar

Sand

ang

Keseh

atan

Pe

nd

idikan

, rekreasi,o

lahraga

Transp

or, ko

mu

nikasi,

jasa keu.

yoy(%)

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Tabel 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)

Kelompok 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II

Bahan Makanan 2,69 1,87 6,71 11,49 6,39 8,83 3,07 0,35 8,65 5,66

Makanan jadi, minuman, rokok 5,97 5,07 3,63 2,90 3,44 3,50 3,89 4,11 3,71 5,04

Perumahan, air, listrik, gas,

b.bakar 4,96 5,43 6,07 7,99 6,95 6,48 4,36 2,54 0,41 0,13

Sandang 7,11 11,00 6,35 6,34 5,71 6,55 4,76 3,59 4,11 4,99

Kesehatan 3,45 3,97 2,75 2,10 3,81 4,24 3,84 4,55 2,97 2,45

Pendidikan, rekreasi, olahraga 5,79 6,10 4,18 3,95 3,06 2,90 4,22 4,19 3,94 3,82

Transpor, komunikasi, jasa

keu. 12,52 9,73 2,56 13,04 5,17 6,78 6,00 -3,80 0,59 -3,89

Aceh 5,73 5,45 5,07 8,09 5,45 6,24 4,19 1,53 3,55 2,34

Nasional 7,32 6,70 4,53 8,38 6,38 7,26 6,83 3,35 4,45 3,45

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

DISAGREGASI INFLASI1

Pada triwulan II 2016, laju inflasi untuk komoditas Administered Price dan Volatile Food secara year on year

masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar -1,70% (yoy) dan inflasi sebesar 6,20% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 2,04% (yoy) dan

10,26%. Sedangkan untuk kelompok Core tercatat mengalami inflasi sebesar 2,12% (yoy) di triwulan laporan,

meningkat dibandingkan dengan inflasi core di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,78% (yoy) (grafik

2.9).

Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile food sebesar 1,29%(Grafik

2.10). Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain Beras, Cumi-cumi, Apel,

dan Daging Ayam Ras. Selain itu inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan juga disumbang beberapa

komoditas dari kelompok administered price yaitu rokok kretek dan rokok kretek filter dengan rata-rata andil

inflasi sebesar 0,30% (yoy).

Grafik 2.9. Disagregasi Inflasi Tahunan

Provinsi Aceh

Grafik 2.10. Kontribusi Disagregasi Inflasi

Provinsi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

1Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP (Classification of Individual Consumption According to Purpose), BPS juga

mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat

fundamental.

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

%,yoy IHK Core

Volatile Adm Price

(1)

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

%,yoy Core Volatile Adm Price

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 51

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

Meningkatnya harga beras di Aceh secara year on year pada Triwulan II 2016 disebabkan adanya serangan

hama ulat daun yang menyerang ratusan hektare sawah di Aceh Utara, selain itu penyakit tungro yang

menyerah ratusan hektare sawah di Aceh Selatan juga turut menghambat pasokan gabah. Di samping itu,

pada pertengahan hingga akhir bulan Juni 2016, harga daging ayam ras di sejumlah pasar di Banda Aceh juga

cenderung meningkat. Adanya kenaikan permintaan oleh masyarakat direspon dengan kenaikan harga oleh

pedagang walaupun stok daging ayam ras masih mencukupi, hal ini dikarenakan masyarakat tetap melakukan

konsumsi walaupun harga sedang naik.

Laju inflasi tahunan untuk kelompok barang volatile food juga didorong oleh kenaikan harga komoditas buah-

buahan dan cumi-cumi. Adanya sebagian sentra pertanian buah yang sedang mengalami masa trek,

menyebabkan pasokan berkurang disaat kebutuhan masyarakat cenderung meningkat. Sedangkan untuk

penyebab naiknya harga komoditas cumi-cumi ialah tingginya frekuensi angin kencang. Merujuk pada tren

cuaca 30 tahun terakhir, sejumlah kabupaten/kota di Aceh selalu dilanda angin kencang pada bulan Juni, Juli

hingga Agustus.

Grafik 2.11. Pergerakan Harga Komoditas

Beras Premium

Grafik 2.12. Pergerakan Harga Komoditas

Daging Ayam

Sumber: http://hargapanganaceh.com/, diolah BI Aceh

Fenomena angin kencang biasanya terjadi di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Kota Sabang, bagian utara Aceh

Jaya dan bagian utara Kabupaten Pidie. Tingginya frekuensi kejadian angin kencang di bulan Juni 2016

menyebabkan pasokan ikan segar dan cumi-cumi turut menurun di saat konsumsi masyarakat tengah

mengalami peningkatan di bulan Ramadhan. Sehingga, harga ikan segar dan cumi cukup berfluktuasi dan

cenderung meningkat di Bulan Juni 2016 dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama.

Lebih lanjut, adanya deflasi secara year on year pada triwulan II 2016 untuk kelompok barang administered

Price turut meredam laju inflasi di triwulan laporan. Deflasi pada kelompok barang administered price terjadi

oleh karena adanya penurunan harga BBM oleh pemerintah per tanggal 1 April 2016, yang juga diikuti dengan

adanya penurunan tarif angkutan oleh Organda Aceh sebagai respon atas kebijakan tersebut.

Namun demikian, kebijakan pemerintah untuk menaikan biaya cukai rokok sebesar rata-rata 11,19 persen per

1 Januari 2016 menyebabkan komoditas rokok kretek dan rokok kretek filter memiliki andil yang cukup tinggi

untuk menyebabkan inflasi tahunan di sepanjang periode tahun 2016.

9.000 9.000

9.300

9.850

10.250

10.750 10.600

10.500

10.950

9.950 9.750

9.850 9.750

9.900 9.850

8.500

9.000

9.500

10.000

10.500

11.000

11.500

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Au

g

Sep

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2015 2016

Rp/Kg

18.150 19.150

21.250

12.300

20.650

13.650

19.950 21.150

23.700

21.000 21.100

29.600 28.050

25.900 25.200

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Au

g

Sep

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2015 2016

Rp/Kg

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Menurut survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Disperindag Provinsi Aceh pada website Pusat

Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Aceh, komoditas yang memiliki kenaikan harga secara year on year

pada Triwulan II 2016 yakni daging ayam ras, beras, dan bawang. Sementara itu, komoditas cabai merah dan

cabai rawit terpantau relatif cukup stabil. (Grafik 2.1 1-2.13).

Grafik 2.13. Pergerakan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan

Sumber: http://hargapanganaceh.com/, diolah BI Aceh

PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Realisasi inflasi triwulan-II 2016 (yoy) di seluruh kota pantauan inflasi Aceh menunjukkan arah yang serupa

dengan tren inflasi Provinsi Aceh, yaitu lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun

sebelumnya (Grafik 2.14 dan Tabel 2.4).

Laju inflasi tahunan masing-masing kota penimbang inflasi adalah Banda Aceh 2,01%, Lhokseumawe 3,03%,

dan Meulaboh 2,19% (yoy), capaian tersebut masih berada jauh dibawah inflasi nasional sebesar 3,45% (yoy)

dan target capaian inflasi di tahun 2016 sebesar 4±1%.

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2015 2016

Rp/Kg Cabe merah biasa Cabe rawit Bawang merah

Grafik 2.14. Pergerakan laju Inflasi Tahunan

Kota Pantauan Aceh

Grafik 2.15. Inflasi Bulanan

Kota Pantauan Aceh Triwulan-III 2015

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

0

1

2

3

4

5

6

7

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei Jun

2015 2016

YoY (%)

Banda Aceh Lhokseumawe

Meulaboh Aceh

2,012,19 3,03

2,34

-2

-1

-1

0

1

1

2

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei Jun

2015 2016

MtM (%)

Banda Aceh Lhokseumawe

Meulaboh Aceh

1,10

0,16

0,79

0,89

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 53

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

Inflasi kota Banda Aceh pada triwulan laporan secara umum mengalami penurunan menjadi 2,01% (yoy) dari

3,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan harga yang berlaku di triwulan II 2015,

beberapa kelompok barang & jasa yang mengalami inflasi dengan tingkat moderat di Kota Banda Aceh pada

triwulan II 2016 adalah Kelompok sandang sebesar 6,30%, Kelompok Bahan Makanan sebesar 6,69%, dan

kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau sebesar 5,02% (yoy).

Tabel 2.4 Pergerakan Inflasi 3 Kota di Provinsi Aceh

Kota yoy,%

II-14 III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 II-16

Banda Aceh 5,33 4,53 7,83 5,40 6,12 4,30 1,27 3,10 2,01

Lhokseumawe 5,26 5,12 8,53 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,03

Meulaboh 5,76 7,52 8,20 5,67 6,47 2,86 0,58 3,12 2,19

Aceh 5,45 5,07 8,09 5,45 6,24 4,19 1,53 3,55 2,34

Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh

Sedangkan untuk kota Lhokseumawe, inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan II 2016 terutama didorong

oleh kenaikan harga untuk kelompok Bahan Makanan sebesar 6,18% (yoy), kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau sebesar 5,24% (yoy), serta sandang sebesar 3,65% (yoy). Sejalan dengan

kota lainnya, Di kota Meulaboh untuk kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi tertinggi yaitu

kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 4,69% (yoy) (Tabel 2.5).

Tabel 2.5. Inflasi menurut kota dan kelompok barang dan jasa di Provinsi Aceh (yoy%)

No Kelompok Kota

Aceh Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh

1 Bahan Makanan 5,69 6,18 4,17 5,66

2 Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau

5,02 5,24 4,69 5,04

3 Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar

0,03 0,33 0,09 0,13

4 Sandang 6,30 3,65 2,48 4,99

5 Kesehatan 2,14 3,56 1,25 2,45

6 Pendidikan, rekreasi, olahraga

4,51 3,65 1,19 3,82

7 Transpor, komunikasi, jasa keuangan

-4,10 -3,08 -4,49 -3,89

Inflasi Keseluruhan 2,01 3,03 2,19 2,34

Sumber : BPS Provinsi Aceh

Penyebab inflasi di ketiga kota pantauan inflasi Aceh juga tergambar dalam andil komoditas-komoditas di kota

tersebut terhadap inflasi. Pada kota Banda Aceh, komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Cumi-

cumi, sedangkan pada kota Lhokseumawe komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Daging Ayam

Ras dan di kota Meulaboh komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Beras. Komoditas yang konsisten

memberikan andil inflasi tahunan terbesar di 3 kota adalah Daging ayam ras, beras, dan Rokok Krektek Filter.

Sementara itu, andil komoditas lainnya terhadap inflasi bervariasi di antara ketiga kota pantauan inflasi

tersebut (Tabel 2.6).

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Tabel 2.6. Komoditas Pemberi Andil Inflasi Triwulan II Tahun 2016 (yoy%)

Banda Aceh Lhoksumawe Meulaboh

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi

Cumi-cumi 0,35

Daging Ayam Ras 0,50 Beras 0,40

Rokok Kretek Filter 0,31

Daging Sapi 0,27 Rokok Kretek Filter 0,38

Apel 0,24

Rokok Kretek Filter 0,26 Rokok Kretek 0,26

Beras 0,22

Gula Pasir 0,21 Pir 0,22

Pir 0,19

Bawang Merah 0,19 Bawang Merah 0,15

Emas Perhiasan 0,16

Cabai Rawit 0,18 Mie 0,14

Akademi/Perguruan Tinggi 0,15

Minyak Goreng 0,16 Emas Perhiasan 0,13

Rokok Kretek 0,15

Mie 0,13 Gula Pasir 0,11

Sewa Rumah 0,09

Beras 0,12 Kangkung 0,10

Daging Sapi 0,08

Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso

0,11 Bawang Putih 0,10

Sumber : BPS Provinsi Aceh

Bila dilihat dari 23 kota di Sumatera, pada bulan Juni 2016, seluruhnya mengalami inflasi tahunan. Inflasi

tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang yaitu sebesar 7,78% dan terendah di Kota Pekanbaru sebesar 1,65%.

Kota-kota pantauan inflasi di Provinsi Aceh tercatat mengalami inflasi yang relatif lebih rendah diantara kota-

kota lainnya di Sumatera (Tabel 2.7).

Tabel 2.7 Perbandingan Inflasi Kota

Kota Y o Y (%) Kota Y o Y (%)

PANGKAL PINANG 7,78 PADANG 3,16

BENGKULU 5,47 LHOKSEUMAWE 3,03

MEDAN 4,54 DUMAI 3,02

PALEMBANG 4,37 METRO 2,84

LUBUKLINGGAU 4,3 SIBOLGA 2,81

BUNGO 4,13 PADANG SIDIMPUAN 2,71

BATAM 4,13 TEMBILAHAN 2,63

BUKIT TINGGI 3,76 TANJUNG PINANG 2,19

PEMATANG SIANTAR 3,68 MEULABOH 2,19

TANJUNG PANDAN 3,5 BANDA ACEH 2,01

JAMBI 3,3 PEKANBARU 1,65

BANDAR LAMPUNG 3,21 Sumber : BPS Provinsi Aceh

TPID PROVINSI ACEH

Salah satu bentuk koordinasi antara Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu upaya dalam

pengendalian inflasi adalah melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di level Pusat maupun

Daerah yang dikenal dengan sebutan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Dalam rangka menindaklanjuti

surat Instruksi Menteri Dalam Negeri atau Inmendagri Nomor 027/1696/SJ Perihal Menjaga Keterjangkauan

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 55

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

Barang dan Jasa di Daerah dimana pada poin ketujuh Instruksi tersebut menyebutkan bahwa “Segera

membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan TPID sebagai suatu wadah

koordinasi dalam menjaga agar tidak terjadi inflasi di daerah”.

Sehubungan dengan hal tersebut, sampai dengan bulan triwulan II 2016 seluruh kabupaten/kota di Provinsi

Aceh telah memiliki TPID masing-masing, yakni dengan rincian di 23 kabupaten/kota dan 1 (satu) TPID

Provinsi di Provinsi Aceh. Kabupaten / Kota yang baru membentuk TPID pada tahun 2016 antara lain:

Kabupaten Aceh Barat Daya (24 Mei 2016), Gayo Lues (12 Maret 2016), Langsa (18 Maret 2016), Nagan Raya

(29 Februari 2016).

Untuk TPID Aceh, Surat Keputusan (SK) Pembentukan TPID telah mengalami beberapa pembaharuan, dimana

TPID Aceh pertama kali dibentuk dengan adanya dasar hukum SK Gubernur Aceh No.580/703/2009 tanggal 26

November 2009 yang diperbarui dengan SK Gubernur Aceh No. 580/473/2011 tanggal 8 Agustus 2011,

selanjutnya diperbaharui melalui SK Gubernur No.580/128/2015 tanggal 29 Januari 2015 dimana jabatan

ketua TPID yang semula dijabat oleh Asisten II menjadi Sekretaris Daerah Aceh. Sementara Asisten II yang

membidangi ekonomi ditetapkan sebagai sekretaris TPID.

Dalam rangka penguatan kegiatan dan koordinasi terkait dengan stabilitas harga, TPID Provinsi Aceh juga

selalu melibatkan instansi vertikal diantaranya adalah BPS Provinsi Aceh, Bulog Sub Divre Aceh, Pertamina,

PLN, dll. Hal ini bertujuan untuk dapat meningkatkan koordinasi terutama dalam hal stabilisasi harga bahan

pangan pokok dan ketersediaan energi (BBM, Listrik, dan Gas Elpiji) serta meningkatkan kualitas asesmen

terhadap perkembangan inflasi Provinsi Aceh. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan TPID Aceh sampai

dengan triwulan II 2016 antara lain:

a) Memfasilitasi pertemuan antara TPID Kota Banda Aceh dan TPID Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 12

Januari 2016 untuk menjajaki kerjasama perdagangan antar Kota/Kabupaten.

b) Melakukan Rapat Koordinasi Wilayah TPID Provinsi Aceh (High Level Meeting) di Kabupaten Pidie pada

tanggal 16 Maret 2016.

c) Melalui surat Gubernur Aceh No.500/7300 tanggal 26 April 2016 tentang percepatan pembentukan tim

pengendalian inflasi daerah, TPID Aceh mengakselerasi pembentukan TPID ke Kabupaten/Kota yang

belum memiliki TPID di Provinsi Aceh.

d) Melaksanakan Rapat Teknis TPID Provinsi Aceh pada tanggal 24 Februari 2016 yang membahas mengenai

program kerja TPID Aceh tahun 2016 dan Rapat Tim Teknis Penyusunan Strategi TPID Menjelang Bulan

Ramadhan dan Lebaran Tahun 2016 pada tanggal 11 Mei 2016.

e) Membentuk satgas pemantauan distribusi elpiji untuk mencegah penyalahgunaan tabung elpiji 3kg dan

kelangkaan tabung elpiji di pasar yang dapat memicu peningkatan harga.

f) Mengevaluasi & mengirimkan konsep Perjanjian Kerjasama perdagangan antar wilayah antara pemerintah

Provinsi Aceh dengan Pemprov Sumatera Utara.

g) Melakukan strategi antisipasi lonjakan harga menjelang Ramadhan 1437 H melalui upaya-upaya sebagai

berikut:

Melakukan kegiatan penyaluran beras miskin (Raskin) yang dikawal oleh Badan Urusan Logistik

(Bulog) Provinsi Aceh.

Melaksanakan kegiatan operasi pasar guna mengatasi lonjakan harga barang kebutuhan pokok

masyarakat dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1437 H yang bertempat di 23 (dua puluh

tiga) kabupaten/kota di Aceh selama bulan Ramadhan tahun 2016.

Melaksanakan kegiatan inspeksi pasar di Aceh.

Melakukan rapat high level pengendalian inflasi & stok Ramadhan yang dipimpin oleh Gubernur Aceh

pada tanggal 1 Juni 2016 setelah melakukan sidak pasar di pasar peunayong Banda Aceh.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Melakukan diseminasi dalam bentuk pemutaran iklan layanan masyarakat di Radio yang berisi ajakan

kepada masyarakat tidak hidup konsumtif dan berlebih-lebihan selama bulan Ramadhan 1437 H.

Melakukan himbauan di media massa agar masyarakat menjaga pola konsumsi.

Usulan tersebut di atas kemudian dibahas pada rapat high level pengendalian inflasi & stok Ramadhan yang

dipimpin oleh Gubernur Aceh pada tanggal 1 Juni 2016 setelah melakukan sidak pasar di pasar peunayong

Banda Aceh. Melalui upaya-upaya tersebut di atas, inflasi Aceh pada periode Ramadhan (Juni 2016) 1437 H

relatif terkendali dengan capaian 2,34% (yoy) atau 0,89% (mtm).

TPID Aceh juga mendapatkan penghargaan sebagai TPID Terinovatif dalam Rapat Koordinasi Nasional

(Rakornas) VII Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Pada tanggal 4 Agustus 2016. Acara tersebut

diselenggarakan di Hotel Grand Sahid Jakarta yang juga turut dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo.

Penghargaan tersebut diberikan atas penilaian program inovatif yang dilakukan pemerintah setempat cukup

berhasil dalam menjaga stabilitas harga di daerah. Penghargaan ini diberikan Gubernur Bank Indonesia (BI),

Agus D.W. Martowardojo yang diterima oleh Sekretaris Daerah Aceh, Dermawan MM.

Salah satu program TPID Aceh terkait dengan pengendalian inflasi pangan khsusunya hasil laut, yaitu

mengoperasikan dan membangun Pelabuhan Perikanan Lampulo (PPS Lampulo). Pelabuhan tersebut

merupakan pelabuhan perikanan baru yang memiliki tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan

perikanan tangkap di Aceh. Proyek kawasan pelabuhan & TPI Lampulo Banda Aceh dilakukan sejak tahun 2007

dan mulai beroperasi sejak tanggal 8 Januari 2014.

Pada tahun 2015 operasional kegiatan ditingkatkan melalui operasionalisasi Cold Storage PPS Lampulo. Pada

tahun yang sama, PPS Lampulo menjadi lokasi puncak kegiatan hari nusantara ke 15 yang dibuka oleh Wakil

Presiden RI, Jusuf Kalla pada tanggal 12/12/2015. Dalam melakukan pembangunan PPS Lampulo, Pemerintah

Provinsi Aceh melakukan penyediaan lahan pembangunan TPI seluas 30 Ha, serta pembangunan infrastruktur

pendukung (jalan, listrik, air, gudang pengepakan).

Grafik 2.16 Pergerakan Inflasi Komoditas

Tongkol/Ambu-Ambu di Provinsi Aceh

Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh

PPS Lampulo direncanakan memiliki 3 (tiga) unit Gedung Cold Storage, saat ini telah dioperasikan 1 (satu) unit

gedung Cold Storage dengan kapasitas 100 ton. Jumlah rata-rata per bulan orang yang melakukan transaksi

mencapai 12.000 orang. Manfaat dari keberadaan PPS Lampulo yaitu dapat menurunkan kondisi asymetric

34,88

20,3423,68

20,01

11,95 11,56 13,17

3,446,53

1,82

-13,81

-24,29

-18,20

-10,17-6,49

-13,00

-5,87-1,89

-11,70

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

% (yoy)

Inflasi Tongkol (yoy) 2015 Inflasi Tongkol (yoy) 2016

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 57

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

information di kalangan nelayan, konsumen maupun para pedagang. Hal tersebut diminimalisir dengan kondisi

pasar yang lebih terbuka dan transparan di PPS Lampulo. Keberadaan dan pengoperasioan Cold Storage yang

disediakan oleh PPS Lampulo dapat memberikan solusi over supply saat musim melaut dan menjamin

ketersediaan stok saat cuaca buruk atau shortage. Sebagai akibatnya, inflasi komoditas ikan segar,

tongkol/ambu-ambu di Banda Aceh dapat lebih terkendali. Sejak dimulainya program PPS Lampulo, Laju inflasi

tongkol/ambu-ambu dari awal Januari 2015 hingga Juli 2016 terlihat mengalami tren yang menurun (Grafik

2.16). Hal ini menjelaskan bahwa Program PPS Lampulo cukup efektif untuk mengendalikan laju inflasi

komoditas tongkol/ambu-ambu.

Namun demikian, sejumlah tantangan masih perlu diatasi oleh pemerintah terkait dengan operasionalisasi PPS

Lampulo. Yaitu masih kurangnya pasokan air bersih ke dalam lokasi pelabuhan yang hingga saat ini belum

terselesaikan. Selain itu, belum adanya pasokan listrik yang sesuai dengan kapasitas optimal karena belum

dibangunnya gardu induk PLN oleh pemerintah.

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Mencermati tren Inflasi Aceh secara year on year (yoy) dan month to month (mtm) dalam kurun

waktu tiga tahun terakhir (2013 s.d 2015), terdapat pola dimana inflasi Aceh cenderung meningkat untuk

kelompok barang volatile food di bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Dari data perkembangan IHK Aceh untuk

sejumlah barang dan sasa di tahun 2015 (Grafik 1), komoditas yang memiliki kontribusi penyumbang inflasi

relatif tinggi pada bulan Ramadhan yaitu Ikan Tongkol, Daging Ayam Ras, Udang Basah, dan Sayur-

Sayuran.

Grafik 1. Data Kontribusi Penyumbang Inflasi Aceh Tahun 2015 Secara Month to Month

Sumber: BPS (diolah BI Aceh)

Untuk mengidentifikasi sejumlah komoditas yang memiliki risiko lonjakan inflasi pada bulan

Ramadhan dan Idul Fitri di tahun 2016, KPw BI Provinsi Aceh mendiseminasikan data Survei Pemantauan

Harga Mingguan (SPHM) di Rapat Teknis TPID Triwulan II 2016. Dari hal tersebut, diperoleh informasi

bahwa harga barang sejumlah komoditas seperti Beras, Tongkol/Ambu-ambu, Daging Sapi, dan Daging

Ayam Ras, di sejumlah pasar di Banda Aceh mulai merangkak naik menjelang “Meugang” menyambut bulan

Ramadhan (Grafik 2).

Menindaklanjuti hal tersebut, pada pelaksanaan Rapat Tim Teknis Penyusunan Strategi TPID

Menjelang Bulan Ramadhan dan Lebaran Tahun 2016 pada tanggal 11 Mei 2016, TIM Teknis TPID Aceh

mengusulkan beberapa program pengendalian inflasi Aceh untuk menghadapi risiko kenaikan harga

sejumlah komoditas. Program-program dimaksud disusun berdasarkan Strategi Pengendalian Inflasi 4K

yaitu:

1. Ketersediaan Pasokan - Menjamin pasokan komoditas pokok masyarakat yang memberi andil besar

terhadap inflasi.

2. Keterjangkauan Harga - Menjaga stabilitas harga komoditas utama masyarakat.

3. Kelancaran Distribusi - Menjamin tersalurkannya pasokan komoditas pokok kepada masyarakat.

4. Komunikasi Ekspektasi - Menjaga ekspektasi masyarakat terhadap pembentukan harga

Berdasarkan analisis 4K, terdapat beberapa alternatif kegiatan TPID Aceh yang dapat dilakukan

dalam rangka penanganan inflasi selama bulan Ramadhan (Bagan 1). Menindaklanjuti strategi pengendalian

inflasi tersebut dan untuk menjaga ekspektasi masyarakat terkait dengan perkembangan harga komoditas

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016 59

BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh

menjelang bulan Ramadhan, TPID Aceh melakukan kegiatan Sidak/ serta pemberitahuan melalui siaran pers

mengenai kondisi pasokan dan distribusi yang masih terkendali.

Salah satu pelaksanaan sidak pasar dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 di Pasar Peunayong Banda

Aceh dan dipimpin langsung oleh Gubernur Aceh Dr. H. Zaini Abdullah. Pemerintah Aceh pun memberikan

siaran pers di sejumlah surat kabar lokal guna memberitahukan bahwa pemerintah menjamin ketersediaan

kebutuhan pokok masyarakat selama bulan Ramadhan. KPw BI Provinsi Aceh juga gencar melakukan iklan

layanan masyarakat yang berisikan himbauan belanja bijak di siaran-siaran radio lokal. Dengan demikian,

ekspektasi harga dan perilaku konsumsi masyarakat Aceh pun turut terjaga.

Grafik 2. Data perkembangan harga komoditas B.Aceh

Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) KPw BI Prov.Aceh

Untuk mendukung kestabilan harga beras, Koordinasi antar anggota TPID ditingkatkan untuk

mengatur kelancaran distribusi dan timing penyaluran beras miskin. Karena hal tersebut memiliki pengaruh

yang besar terhadap masyarakat berkemampuan ekonomi lemah di samping untuk stabilisasi harga pangan

beras di pasar. Di samping itu, kondisi cuaca juga terus dipantau mengingat ketergantungan pasokan

komoditas ikan dan bahan pangan berbasiskan holtikultura sangat bergantung pada kondisi cuaca.

Untuk memitigasi fluktuasi harga barang pokok pada bulan Ramadhan, Bulog Provinsi Aceh telah

melaksanakan kegiatan operasi pasar. Dalam jangka panjang, Bulog Aceh juga telah mencanangkan

program Rumah Pangan Kita (RPK). RPK ini terimplementasi dalam bentuk outlet pemasaran bahan pangan

dan produk industri pangan strategis yang dibentuk dengan tujuan untuk memotong mata rantai distribusi

sehingga diharapkan dapat menurunkan harga/biaya transportasi. Di samping itu, program ini juga

diharapkan dapat semakin mendekatkan jangkauan produsen kepada para konsumen

Sebagai langkah mitigasi awal lonjakan kenaikan harga, Dinas Perhubungan Provinsi Aceh telah

melakukan pemantauan di jembatan timbang perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara. Data dari

pemantauan tersebut dapat menjadi informasi awal terkait dengan kondisi pasokan dan ketersediaan stok

berbagai komoditas penyumbang inflasi di Aceh. Pada awal bulan Ramadhan, TPID Aceh telah memperoleh

informasi pemantauan harga buah-buahan sudah mengalami peningkatan. Sehingga upaya pengendalian

lebih lanjut pun dilakukan agar kenaikan harga tidak terlalu signifikan. Strategi TPID Aceh lainnya untuk

menjaga agar jalur distribusi tetap lancar, maka diminta Dinas Perhubungan Aceh untuk melakukan

penelitian gangguan lalu lintas, termasuk kerusakan yang terjadi di jalan-jalan yang menjadi nadi utama

ekonomi Aceh.

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS-2016

4BAB 2

Perkembangan Inflasi Aceh

Bagan 1. Bagan Strategi Pengendalian Inflasi Aceh Selama Bulan Ramadhan 2016

Sumber: Bahan Rapat Tim Teknis TPID Aceh TW.II 2016

Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Aceh juga telah diminta oleh TPID Aceh untuk memasang

LED Display di beberapa pasar di kabupaten/kota di Aceh. LED Display tersebut dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya asymetric information di masyarakat terkait dengan perkembangan harga komoditas

di Pasar selama bulan Ramadhan. BKP juga telah merencanakan untuk melaksanakan kegiatan pasar murah

di beberapa titik di Aceh sebelum bulan Ramadhan. Kegiatan tersebut diharapkan dapat memperbaiki sistem

tata niaga pangan dengan mengurangi rantai produksi, agar komoditas pangan dapat lebih terjangkau.

Untuk mengoptimalisasi upaya pengendalian inflasi Aceh, TPID Aceh juga membuat jawdal

pelaksanan kegiatan operasi pasar murah dan inspeksi pasar di Aceh. Operasi pasar dilakukan di 23 (dua

puluh tiga) Kabupaten/Kota di Aceh. Khusus Banda Aceh, operasi pasar di lakukan di dua titik yaitu Pasar

Peunayong dan Gampong Ateuk Banda Aceh. Namun, terdapat juga pasar murah keliling yang diluncurkan

untuk menstabilkan harga di sejumlah titik di Banda Aceh.

Melalui upaya-upaya tersebut di atas, inflasi Aceh pada periode Ramadhan (Juni 2016) 1437 H

relatif terkendali dengan capaian 2,34% (yoy) atau 0,89% (mtm). Pasca Hari Raya Idul Fitri 1437 H, Indeks

Harga Konsumen (IHK) Provinsi Aceh di bulan Juli 2016 juga turut mengalami Inflasi yang relatif rendah,

yakni sebesar 0,52% (mtm) atau 2,31% (yoy). Secara bulanan dan tahunan, capaian inflasi Aceh pada

bulan Juli 2016 juga tercatat menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Untuk menjaga kestabilan harga

dalam sepanjang tahun 2016 untuk jangka panjang ke Depan. TPID Provinsi Aceh telah menyusun Roadmap

pengendalian inflasi Aceh yang berisikan program-program kerja SKPD Pemerintah Daerah dan Bank

Indonesia dalam rangka penanggulangan inflasi Aceh ke depan.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

61 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan II 2016, sektor

korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan sektor

pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Namun demikian optimisme

pelaku usaha terhadap perekonomian Aceh ke depan masih cukup tinggi yang tercermin

dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha. Kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke

Sektor Korporasi di Aceh berada di level yang perlu untuk mendapat perhatian lebih

khusus atau kurang baik. Hal ini tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL)

kredit pada sektor Korporasi di Aceh yang berada di atas level aman 5%.

Pertumbuhan konsumsi di Aceh cenderung mengalami peningkatan pada triwulan II-

2016. Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi

Aceh masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik

untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada jauh dibawah

critical point 5%. Namun demikian peningkatan tingkat pengangguran di Aceh yang

mencapai level 8,13% pada bulan Februari 2016 dari 7,73% pada periode yang sama

sebelumnya perlu terus mendapatkan perhatian karena dapat menjadi sumber kerentanan

sektor rumah tangga perseorangan.

KETAHANAN SEKTOR KORPORASI

3.1.1. Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Perekonomian Aceh di triwulan II-2016 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya karena penurunan ekspor

Aceh sebagai dampak perlambatan ekspor bahan mineral tambang, bahan kimia anorganik dan perlambatan

ekspor di sektor pertanian. Namun demikian hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia

mengindikasikan optimisme bahwa kegiatan usaha di tahun 2016 meningkat dibandingkan kondisi tahun

sebelumnya. Peningkatan kegiatan usaha tersebut tercermin pada saldo bersih tertimbang (SBT) 1 kegiatan

usaha sebesar 6,35% atau lebih tinggi dibandingkan SBT akhir triwulan I 2016 sebesar 4,34% (Grafik). Dunia

usaha memandang bahwa kondisi ekonomi saat ini masih cukup kondusif dan diperkirakan akan terjadi

peningkatan kegiatan usaha di 2016. Peningkatan kegiatan usaha terutama disebabkan oleh sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan dengan SBT sebesar 2,21%, sebagai dampak optimisme yang timbul akibat

peningkatan tren harga komoditas dunia.

Sementara itu, berdasarkan SKDU, rata-rata kapasitas produksi terpakai menurun dari 91,63% pada triwulan II

2015 menjadi 56,89% pada triwulan laporan. Indikasi penurunan kapasitas produksi terjadi pada sektor

pertambangan yang secara rata-rata mengalami penurunan dari 100% pada tahun sebelumnya menjadi 40,22%

pada periode laporan (Grafik). Penurunan ini dikonfirmasi oleh ekspor bahan bakar mineral Aceh yang mengalami

perlambatan pada periode laporan.

3.1.2. Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi

Kondisi korporasi di Aceh pada triwulan laporan menunjukkan adanya perbaikan kinerja ekonomi. Perbaikan

tersebut khususnya berasal dari korporasi di sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.

1Saldo Bersih Tertimbang adalah hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Saldo Bersih adalah selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 62

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Berdasarkan hasil Liaison dan SKDU KPwBI Provinsi Aceh, adanya optimisme kenaikan harga komoditas

perkebunan, khususnya minyak kelapa sawit dan kopi membuat para korporasi merasa optimis terhadap kinerja

usaha mereka. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya tingkat penjualan korporasi tersebut. Kondisi

tersebut secara langsung juga ikut berdampak pada membaiknya kinerja perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya.

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang dimiliki oleh nasabah korporasi di Aceh pada triwulan II-2016

mencapai Rp2,02 triliun atau tumbuh sebesar 25,99%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 0,20%. Komposisi DPK korporasi di Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh jenis

simpanan Giro dengan proporsi 67,03%, kemudian diikuti dengan deposito dengan proporsi 19,25%, dan

terakhir Tabungan dengan proporsi 13,71%. Secara nominal struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik 4.2.

Grafik 4. 1. Perkembangan DPK Korporasi Grafik 4. 2. Komposisi DPK Korporasi

Sumber : LBU, diolah BI Aceh

Peningkatan tingkat pertumbuhan DPK korporasi di Provinsi Aceh terutama diakibatkan oleh peningkatan

tingkat pertumbuhan Giro. Pada triwulan laporan ini, pertumbuhan Giro korporasi adalah sebesar 49,75%

(yoy) dengan posisi sebesar Rp1,35 triliun, meningkat secara signifikan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,63% (yoy). Pertumbuhan giro korporasi terjadi seiring dengan

pelunasan down payment dan pembayaran tahap awal proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Pertumbuhan Deposito korporasi adalah sebesar 0,72%(yoy) dengan posisi sebesar Rp388 miliar, menurun

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,22%, sedangkan Tabungan

korporasi terkontraksi sebesar 11,50% (yoy) dengan posisi sebesar Rp277 miliar atau mengalami

perlambatan kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,75% (yoy).

Grafik 4. 3. Perkembangan Tabungan Korporasi

Grafik 4. 4. Perkembangan Deposito Korporasi

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II

2015 2016

Rp M

ilyar

DPK Korporasi Pertumbuhan DPK Korporasi(yoy)

67,03%

13,71%

19,25%Giro Korporasi

TabunganKorporasi

DepositoKorporasi

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II

2015 2016

Rp M

ilyar

Giro Korporasi Growth Giro Korporasi

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II

2015 2016

Rp M

ilyar

Tabungan Korporasi Growth Tabungan Korporasi

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

63 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

Sumber : LBU, diolah BI Aceh

Pada triwulan laporan, suku bunga Giro korporasi berada pada level 1,61% atau sedikit menurun

dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 1,66% (Grafik 4.8). Hal ini senada dengan suku

bunga Tabungan korporasi yang sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 3,40%

menjadi 3,71% pada triwulan laporan. Suku bunga Deposito korporasi juga cenderung sedikit menurun di

level 6,65% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,14%. Penurunan suku bunga DPK Korporasi di

Aceh sejalan dengan rangkaian penyesuaian BI-Rate pada bulan awal tahun 2016, dari sebelumnya 7,25%

pada bulan Januari 2016 menjadi 6,75% pada bulan Maret 2016

Grafik 4. 5. Perkembangan Giro Korporasi Grafik 4. 6. Perkembangan Suku Bunga DPK Korporasi

Sumber : LBU, diolah BI Aceh

Pembiayaan sektor Korporasi oleh perbankan berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan-II 2016 menunjukkan

penurunan kontraksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit Bank Umum yang diterima oleh

sektor korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-II 2016 mencapai Rp31,91 triliun, terkontraksi sebesar 2,1% (yoy)

atau mengalami perlambatan kontraksi dibandingkan dengan kontraksi kredit korporasi pada Triwulan-I 2016

sebesar 2,81% (yoy) (Grafik 4.1).

Grafik 4. 7. Perkembangan Kredit ke Korporasi Grafik 4. 8. Perkembangan NPL Kredit ke Korporasi

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Aceh tersebut diterima oleh tiga sektor korporasi utama di Aceh yaitu

sektor Perdagangan Besar & Eceran, Pertanian, Kehutanan & Perikanan serta sektor Industri Pengolahan yang

mencapai 67,52% dari total kredit yang disalurkan ke sektor Korporasi di Aceh.

Kredit yang diterima oleh korporasi pada sektor pertanian di Aceh mencapai Rp1,78 triliun dan masih mengalami

pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 19,37% (yoy). Walaupun demikian, tingkat

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II

2015 2016

Rp M

ilyar

Giro Korporasi Growth Giro Korporasi

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II

2015 2016

%

Giro Tabungan Deposito

-10%

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Kredit Ke Korporasi

Kredit Total

Growth Kredit Korporasi (yoy, Kiri))

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

I II III IV I II

2015 2016

%

Rp T

riliun

Kredit Ke Korporasi NPL Kredit ke Korporasi

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 64

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

pertumbuhan tersebut menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang mencapai

sebesar 27,02% (yoy).

Seiring dengan perlambatan perekonomian pada sektor industri pengolahan, posisi kredit yang disalurkan

kepada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan kontraksi dari 31,71% (yoy) pada triwulan I-2016,

menjadi terkontraksi sebesar 31,90% (yoy) pada triwulan laporan dengan baki debet sebesar Rp302,19 miliar.

Kredit ke sektor perdagangan di Aceh mencapai Rp753,39 miliar dan masih mengalami kontraksi sebesar 22,04%

(yoy), namun tingkat kontraksi tersebut mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi lebih dalam sebesar 32,42%.

Grafik 4. 9. Komposisi Kredit Perbankan Di Aceh

Grafik 4. 10. Perkembangan Kredit dan NPL

Sektor Industri Pertanian

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Grafik 4. 11. Perkembangan Kredit dan NPL Korporasi

Sektor Perdagangan

Grafik 4. 12. Perkembangan Kredit dan NPL Korporasi

Sektor Pengolahan

Kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi meningkat. NPL kredit Bank Umum yang

disalurkan kepada sektor Korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-II 2016 tercatat sebesar 7,18% (yoy), sedikit

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,54 % (yoy) (Grafik 4.18). Jika dilihat berdasarkan

sektor Korporasi utama, NPL Kredit yang disalurkan sektor Perdagangan di Aceh pada akhir Triwulan-II 2016

masih berada pada level yang tinggi yaitu sebesar 14,26%. Kondisi tersebut berbeda dengan rasio NPL kredit

yang disalurkan Bank Umum ke korporasi di sektor industri pengolahan dan pertanian yang masih terjaga rendah

di bawah level 5% yaitu masing-masing hanya sebesar 1,86% dan 2,13%.

7%

18%

42%

33%

Perdagangan

IndustriPengolahan

Pertanian

SektorLainnya 0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

I II III IV I II

2015 2016

%

Rp T

riliun

Kredit Ke Pertanian NPL Pertanian (kanan)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I

2015 2016

%

Rp T

riliun

Kredit Ke Perdagangan NPL PHR (kanan)

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

0

100

200

300

400

500

I II III IV I

2015 2016

%

Rp M

ilyar

Kredit Ke Industri Pengolahan

NPL Industri Pengolahan (kanan)

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

65 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

Grafik 4.13. Perkembangan Suku Bunga Kredit

Korporasi Di Aceh

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Tingkat suku bunga kredit korporasi terus

menunjukkan tren penurunan seiring dengan

rangkaian penyesuaian BI-Rate pada bulan

awal tahun 2016, dari sebelumnya 7,25% pada

bulan Januari 2016 menjadi 6,75% pada bulan

Maret 2016. Pada triwulan laporan, suku bunga

kredit perorangan berada pada level 12,27%

atau sedikit menurun dibandingkan suku bunga

triwulan sebelumnya sebesar 12,38% (Grafik

4.8).

KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA

3.2.1. Sumber kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Pertumbuhan konsumsi di Aceh cenderung mengalami peningkatan pada triwulan II-2016. Hal ini juga

terkonfirmasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) di triwulan II-2016

masing-masing sebesar 121,9 dan 115,2, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing

sebesar 110,4 dan 101,1. Demikian pula Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 128,37, lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 119,5. Optimisme konsumen pada triwulan laporan ini

didorong oleh adanya kepercayaan pada kondisi kegiatan dunia usaha saat ini. Di samping itu, sumber lain yang

juga menjadi faktor pendorong kenaikan optimisme ini adalah adanya kenaikan pada komponen konsumsi

barang-barang tahan lama dan perkiraan jumlah lapangan kerja.

Namun demikian peningkatan tingkat pengangguran di Aceh yang mencapai level 8,13% pada bulan Februari

2016 dari 7,73% pada periode yang sama sebelumnya dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas keuangan

rumah tangga perorangan di wilayah.

3.2.2. Eksposur Perbankan Terhadap Sektor Rumah Tangga

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang dimiliki oleh nasabah perorangan di Aceh pada triwulan II-2016

mencapai Rp20,07 triliun atau tumbuh sebesar 23,38%, meningkat dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 23,38%. Komposisi DPK perorangan di Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh

jenis simpanan Tabungan dengan proporsi 76,32%, kemudian diikuti dengan deposito dengan proporsi 20,02%,

dan terakhir giro dengan proporsi 3,66%. Secara nominal struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik 4.4.

Grafik 4. 14. Perkembangan DPK Perseorangan Grafik 4. 15. Komposisi DPK Perseorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

0%

500%

1000%

1500%

0

2

4

6

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Jumlah Kredit Korporasi (kanan)

BI Rate

Suku Bunga Kredit Korporasi

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

DPK Perseorangan Pertumbuhan DPK Perseorangan(yoy)

3,66%

76,32%

20,02%

Giro

Perseorangan

Tabungan

Perseorangan

Deposito

Perseorangan

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 66

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Peningkatan tingkat pertumbuhan DPK perorangan di Provinsi Aceh terutama diakibatkan oleh peningkatan

tingkat pertumbuhan Tabungan. Pada triwulan laporan ini, pertumbuhan Tabungan perorangan adalah

sebesar 24,20% (yoy) dengan posisi sebesar Rp15,31 triliun atau meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,32% (yoy). Pertumbuhan Deposito perorangan adalah sebesar

17,29%(yoy) dengan posisi sebesar Rp4,02 triliun, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya sebesar 21,59%, sedangkan pertumbuhan Giro perorangan adalah sebesar 36,95%

(yoy) dengan posisi sebesar Rp735 miliar atau meningkat secara signifikan dibandingkan tingkat

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,32% (yoy).

Grafik 4. 16. Perkembangan Tabungan Perseorangan Grafik 4. 17. Perkembangan Deposito Perseorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Pada triwulan laporan, suku bunga Deposito perorangan berada pada level 6,51% atau sedikit menurun

dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 6,82% (Grafik 4.8). Hal ini senada dengan suku

bunga Tabungan perorangan yang sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 1,84%

menjadi 1,73% pada triwulan laporan. Suku bunga giro perorangan juga cenderung sedikit menurun di level

1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,54%.

Grafik 4. 18. Perkembangan Giro Perseorangan Grafik 4. 19. Perkembangan Suku Bunga DPK

Perseorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Kredit berdasarkan lokasi proyek yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor Rumah Tangga perorangan di

Aceh memiliki proporsi sebesar 44,59% dari total kredit. Pembiayaan kredit yang disalurkan kepada individu

perorangan di Provinsi Aceh mengalami perlambatan pertumbuhan (Grafik 4.20). Pada akhir Triwulan-II 2016

kredit yang disalurkan perbankan kepada perorangan mencapai Rp14,23 triliun atau tumbuh sebesar 9,67%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Tabungan Perseorangan

Pertumbuhan Tabungan Perseorangan (YoY, Kanan)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Deposito Perseorangan

Pertumbuhan Deposito Perseorangan (YoY, Kanan)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

DPK Perseorangan Pertumbuhan DPK Perseorangan(yoy)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II

2015 2016

%

Giro Tabungan Deposito

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

67 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

(yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit rumah tangga di Triwulan-I 2016 sebesar 15,46 %

(yoy). Kredit rumah tangga terdiri dari Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sebesar Rp2,48 trilun (15,95%), Kredit

Kendaraan Bermotor (KKB) Rp1,26 triliun (8,86%), dan Multiguna sebesar Rp13,37 triliun (67,48%)

Mayoritas kredit perorangan di Aceh disalurkan untuk skim multiguna yang pada triwulan II-2016 mencapai

Rp13,37 triliun, atau tumbuh sebesar 10,28%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 16,55%. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang disalurkan Bank Umum ke sektor Rumah Tangga di

Aceh di Triwulan-II 2016 mencapai Rp1,26 triliun, dimana tingkat pertumbuhannya menurun dibandingkan

triwulan lalu yang tumbuh sebesar 11,04%, menjadi terkontraksi sebesar 2,24% (yoy) pada triwulan laporan.

Selain dalam bentuk KKB, kredit Bank Umum yang diterima oleh sektor Rumah Tangga di Aceh juga berupa KPR

sebesar Rp2,48 triliun pada Triwulan-II 2016 . Kredit dalam bentuk KPR yang diterima oleh sektor rumah tangga

mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 2,63% (yoy) atau sedikit menurun

dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,39% (yoy).

Grafik 4. 20. Perkembangan Kredit Perorangan Grafik 4. 21. Perkembangan Kredit Multiguna

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Grafik 4. 22. Perkembangan KKB Grafik 4. 23. Perkembangan KPR

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini

tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level

yang berada dibawah critical point 5%. NPL KPR pada Triwulan-II 2016 sebesar 2,53% atau menurun dari

triwulan sebelumnya sebesar 3,62%, sedangkan NPL KKB pada periode laporan mencapai 1,06%, sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1% sedangkan NPL kredit multiguna hanya sebesar

0,45% atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan tingkat NPL 0,44% (Grafik 4.24).

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Kredit Perorangan

Kredit Total

Pertumbuhan (yoy,kanan)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Multiguna Pertumbuhan yoy Multiguna (kanan)

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

0,5

1

1,5

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

KKB Pertumbuhan yoy KKB (kanan)

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

KPR Pertumbuhan yoy KPR (kanan)

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 68

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Grafik 4. 24. Perkembangan NPL Kredit Perorangan Grafik 4. 25. Perkembangan Suku Bunga Kredit

Perorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Tingkat suku bunga kredit perorangan terus menunjukkan tren penurunan seiring dengan rangkaian

penyesuaian BI-Rate pada bulan awal tahun 2016, dari sebelumnya 7,25% pada bulan Januari 2016 menjadi

6,75% pada bulan Maret 2016. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit perorangan berada pada level

11,99% atau menurun dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 12,08% (Grafik 4.8).

PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

3.3.1. Asesmen Penyaluran Pembiayaan UMKM

Penyaluran kredit UMKM berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Aceh pada Triwulan-II 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit yang disalurkan perbankan kepada UMKM

di triwulan pelaporan ini mencapai Rp9,53 triliun, atau tumbuh sebesar 14,42% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,22%.

Namun demikian, hingga akhir Triwulan-I 2016 pangsa penyaluran kredit UMKM hanya mencapai 29,86% dari

total kredit yang disalurkan perbankan ke Provinsi Aceh. Kondisi ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit

kepada usaha mikro, kecil, dan menengah di Aceh masih cukup rendah. Apabila dilihat berdasarkan skala

usahanya, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit skala kecil (rafik3.22). Kredit UMKM skala kecil (Rp 50juta

– Rp500 juta) yang disalurkan pada Triwulan-II 2016 mencapai Rp4,60 triliun, disusul oleh kredit skala mikro

(di bawah Rp50 juta) dengan baki debet sebesar Rp2,86 triliun dan kredit skala menengah (Rp500 juta – Rp5

miliar) senilai Rp2,06 triliun.

Grafik 4. 26. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4. 27. Komposisi Kredit UMKM

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

I II III IV I II

2015 2016

NPL KPR NPL KKB NPL Multiguna

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

10,5

11

11,5

12

12,5

13

13,5

14

14,5

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Posisi Kredit Perorangan

BI Rate

Suku Bunga Kredit Perorangan (kanan)

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II

2015 2016

Rp T

riliun

Total Pembiayaan UMKM (kiri)

Pertumbuhan (yoy)

Menengah22%

Kecil48%

Mikro30%

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

69 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

Terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), outstanding Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet

tercatat sebesar Rp458,83 miliar (Grafik 4.23) dengan jumlah debitur sebanyak 13.361 debitur (Grafik 4.24).

Penyaluran KUR (total baki debet) Provinsi Aceh tersebut terkontraksi sebesar 7,0% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang telah terkontraksi sebesar 58,59% (yoy) (Grafik 4.24).

Grafik 4. 28. Perkembangan Penyaluran

KUR Aceh

Grafik 4. 29. Perkembangan

Debitur KUR Aceh

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

3.3.2. Program Akses Keuangan dan Pengembangan UMKM

Dalam melaksanakan tugasnya mengawal kebijakan stabilitas sistem keuangan dan pengendalian inflasi

daerah, KPwBI Provinsi Aceh melakukan berbagai pengembangan UMKM dan sosialisasi akses keuangan. Salah

satu program unggulan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada tahun 2016 adalah pengembangan program

pengendalian inflasi klaster bibit bawang merah pada salah satu sentra bawang di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten

Pidie dan Aceh Besar.

Komoditas bawang merah merupakan komoditas yang sedang dirintis produksinya oleh Pemerintah

Provinsi Aceh. Sentra produksi bawang merah di Aceh berada di Kabupaten Pidie, Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Bahkan pada tanggal 30 Juli 2015 telah dilaksanakan Jambore Bawang Merah Nasional di Kabupaten Pidie. Walau

demikian, Aceh belum dapat untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Puncak panen bawang merah di Aceh

terjadi hampir selama 6-7 bulan setiap tahun, dan terkonsentrasi antara bulan Maret s.d. September. Kebutuhan

Bawang Merah untuk Provinsi Aceh Tahun 2015 diperkirakan adalah sebesar 31.809 ton sedangkan produksi

bawang merah di Aceh baru 6.706,5 ton mencapai dan berarti kekurangannya harus dipasok dari luar daerah,

terutama dari Sumatera Utara dan Jawa Tengah.

Persediaan Bawang Merah yang sering menipis dipasaran seringkali menimbulkan gejolak harga.

Menipisnya persediaan Bawang Merah disebabkan produksi yang tidak stabil dan pasokan dari luar daerah yang

suplainya tidak menentu. Kebutuhan komoditas bawang merah bagi masyarakat Aceh yang didatangkan dari

luar daerah mengakibatkan sebuah ketergantungan yang dapat menjadi kendala ketika terjadi kendala pasokan,

baik itu kegagalan panen dari daerah sumber penghasil maupun gangguan distribusi sehingga angkutan tidak

dapat melayani pengangkutan distribusi bahan pokok yang tidak pelak secara bersamaan memicu terjadinya

kenaikan harga jual bawang merah. Hal ini berpotensi berdampak buruk bagi perekonomian, ditandai dengan

inflasi yang tinggi.

Oleh karena itu, BI mendukung langkah budidaya benih bawang merah dalam rangka pengendalian

inflasi dan kedaulatan pangan di Provinsi Aceh. Salah satu kendala yang dihadapi oleh petani dalam berproduksi

adalah keterbatasan benih. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman, yang pada

umumnya dilakukan pada musim kemarau (April s.d. Oktober), sehingga mengakibatkan produksi dan harganya

berfluktuasi sepanjang tahun. Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering

merugikan petani, maka perlu upaya budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun.

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II

2015 2016

Rp M

ilia

r

Total Pembiayaan KUR (Kiri) Pertumbuhan (yoy)

-70%

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

I II III IV I II

2015 2016

Jumlah Debitur KUR (kiri) Pertumbuhan (yoy)

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 70

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Pada tahun 2014 Bank Indonesia menginisiasi program pengembangan klaster pengendalian inflasi

bawang merah di Kabupaten Pidie dengan membuat program uji adaptasi dan demonstration plot bekerja sama

dengan petani penangkar yang telah bersertifikasi dan juga pemerintah kabupaten Pidie dalam membina dan

memberikan sertifikat benih hasil penangkaran bawang merah tersebut untuk dijual sebagai bibit. Tujuan

pengembangan klaster mencakup penyediaan varietas unggul bawang merah kualitas sebagai salah satu upaya

substitusi terhadap ketergantungan impor dan Pengembangan sentra produksi dan perluasan areal tanam.

Gambar 4.1 Demplot Bawang Merah

Gambar 4.2. Praktek Lapangan Budidaya

Bawang Merah

Dengan pemanfaatan ilmu dan teknologi yang sesuai, tanaman bawang merah pada demonstration plot

ternyata dapat menghasilkan panen yang optimal walaupun mendekati musim penghujan. Pada demplot bawang

merah, panen yang dilaksanakan pada permulaan musim penghujan dimana sebagian panen bawang gagal,

benih bawang merah yang ditangkarkan berhasil tumbuh dan dapat dipanen. Hal ini akan membantu pemerataan

jumlah produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Program pengendalian inflasi melalui klaster bawang kembali dilanjutkan pada tahun 2016.

Berdasarkan identifikasi permasalahan terkini, Usaha budidaya bawang merah dibiayai oleh petani sendiri, masih

belum banyak yang memperoleh pembiayaan dari kredit perbankan. Kesenjangan informasi (Asymetric

Information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang ditetapkan dengan pengetahuan yang dimiliki

usaha mikro kecil (UMK) sebagai salah satu dari penyebab masih belum optimalnya fungsi intermediasi

perbankan pada sektor usaha produktif. Di satu sisi, pelaku UMK masih mengalami keterbatasan informasi

mengenai pola usaha yang layak dibiayai oleh bank.

Dengan menyadari hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh terus mendukung

pengembangan komoditas klaster bawang merah yang ada setelah dilakukannya demplot dengan

mengembangkan manajemen usaha pembibitan bawang merah melalui usaha kelompok yang mengedepankan

aspek keuntungan serta kesinambungan dalam segi keuntungan maupun kelestarian lingkungan serta

pemberdayaan masyarakat. Mengingat komoditas ini telah banyak diusahakan oleh masyarakat dalam skala

usaha rumah tangga sehingga menjadi salah satu sumber mata pencaharian yang dapat menyerap tenaga kerja,

meningkatkan pendapatan keluarga, dan memberikan multiplier effect pada masyarakat di sekitarnya.

Terlihat dalam kondisi masyarakat yang ada, walaupun sebagian besar petani sudah tergabung dalam

kelompok tani, namun pada prakteknya, budidaya bawang merah kebanyakan dilakukan secara individu. Artinya

fungsi kelompok tani belum dijalankan secara maksimal. Motivasi petani dalam membudidayakan bawang merah

diantaranya adalah karena harga jual bawang merah yang cukup baik dengan pola perubahan yang statis,

meneruskan usaha yang telah ada, pemasaran yang terjamin, sumber daya alam yang mendukung, atau adanya

keterampilan yang sederhana.

Untuk mencapai produktivitas bawang merah yang maksimal, budidaya harus dilakukan secara intensif

sehingga perlu keuletan dan ketelatenan ekstra, terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit bawang

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

71 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

merah. Bawang merah termasuk komoditi yang rentan terhadap serangan hama penyakit yang dapat

menyebabkan gagal panen. Untuk menanggulangi masalah tersebut diatas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Aceh menggalakkan tema “Petani Pintar” dimana selain unggul dalam aspek produksi, para petani

dituntut untuk unggul dalam aspek organisasi.

Pembinaan kelompok petani ini dilakukan di dua kabupaten yakni Kabupaten Pidie dan Aceh Besar.

Bekerja sama dengan pemerintah daerah terkait yakni Pemerintah Kabupaten Pidie serta Pemerintah Kabupaten

Aceh Besar, bersama sepakat dalam mengembangkan komoditas bawang merah dengan disepakatinya Nota

Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Aceh serta Pemerintah Kabupaten Pidie dan Aceh Besar secara bersama-sama dengan kewenangan masing-

masing untuk turut serta mengalokasikan sumber daya bagi pengembangan komoditas bawang merah di wilayah

masing-masing.

Gambar 4.2 Penyerahan Bantuan Sarana Tani

Gambar 4.2. Capacity Building Kunjungan Ke Petani

Bawang Di Brebes

Wujud dari aksi tersebut ialah adanya pendampingan selama 6 (enam) bulan terhadap kelompok petani

binaan di Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Besar dengan mengedepankan aspek manajemen produksi,

keuangan dan pemasaran sehingga petani dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Petani bawang merah

binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh telah mendapatkan pendampingan mengenai

manajemen usaha yang baik. Diantaranya pencatatan, analisis usaha, dan pembuatan laporan keuangan. Saling

bertukar informasi juga pengalaman dilakukan petani-petani bawang merah ini dengan pengusaha/petani

bawang merah yang telah sukses.

Setelah adanya demplot yang memprakarsai adanya manajemen produksi yang baik dengan teknologi

yang sesuai dengan standar budidaya yang baik dan benar, kelompok petani didampingi oleh konsultan

manajemen keuangan untuk melakukan pencatatan dalam setiap aspek pengeluaran dalam proses produksinya.

Pencatatan ini dilakukan untuk memberikan kesadaran bagi petani penangkar dalam menyadari biaya yang

dikeluarkan dalam setiap siklus produksi sehingga petani menyadari biaya yang produktif dan biaya yang tidak

produktif serta menelusuri setiap biaya dengan jelas dan terukur.

Setelah itu pada setiap siklus produksi didapat laporan keuangan sederhana yang memperlihatkan

neraca dan laba rugi yang dilakukan oleh petani. Laporan keuangan sederhana ini berguna bagi entitas keuangan

seperti perbankan, koperasi serta pihak berkepentingan yang lainnya dalam mengambil keputusan untuk

melakukan investasi dalam sektor pertanian berikut. Laporan keuangan ini mengurangi adanya informasi yang

tidak simetris antara institusi keuangan serta pelaku UMKM dalam mengambil keputusan untuk pembiayaan pada

usaha ekonomi UMKM yang dimaksud dalam hal ini petani penangkar bawang merah dengan usaha penangkaran

bawang merah.

Para petani yang tergabung dalam kelompok tani tersebut mulai difungsikan secara aktif dengan adanya

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai fondasi saling percaya dan komitmen antar anggota

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 72

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

kelompok tani dalam mewujudkan usaha bersama yang berkelanjutan dan berkesinambungan demi

kesejahteraan bersama memenuhi kebutuhan hidup dengan rasa gotong royong dan kekeluargaan. Struktur

organisasi ditentukan dalam musyawarah kelompok dengan beberapa fungsi strategis yang berperan dalam

jabatan tertentu seperti jabatan inti, ketua, sekretaris dan bendahara serta badan pengawas untuk mengawasi

jalannya jabatan inti sesuai aturan yang berlaku.

Dengan adanya manajemen keuangan yang terpercaya melalui laporan keuangan sederhana yang dapat

dijadikan acuan dalam memberikan kinerja serta struktur fondasi organisasi yang memberikan tanggung jawab

bagi pihak luar dalam meyakini kelangsungan hidup kelompok tani tersebut. Kantor Perwakilan Bank Indonesia

senantiasa berkontribusi dalam upaya pengembangan kelompok bagi tercapainya produksi komoditas yang

berkelanjutan dan memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat dan tercapainya pengendalian

inflasi dan keuangan inklusif.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

73 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 5

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan

adanya peningkatan net outflow dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukan peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal

KINERJA SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai

Seiring dengan momen menjelang perayaan hari raya Idul Fitri dan masuknya bulan Ramadhan 1437H. Aliran

uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau

cenderung keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat. Posisi netflow mengalami pertumbuhan

negatif sebesar 927,8% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflow sebesar Rp413,45 miliar

menjadi outflow sebesar Rp3,42 triliun pada triwulan laporan. Pertumbuhan tahunan netflow mencatat

peningkatan outflow sebesar 191,9% (yoy), meningkat signifikan apabila dibandingkan periode yang sama tahun

lalu yang terkontraksi sebesar 334,6%.

Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) mengalami pertumbuhan negatif sebesar 40,4% (qtq)

dari sebesar Rp1,62triliun pada triwulan I 2016 menjadi Rp967,77 miliar pada triwulan II 2016. Sebaliknya,

aliran uang kartal dari Bank Indonesia menuju perbankan dan masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan

tercatat sebesar Rp4,39 triliun atau lebih tinggi 262,7% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,2 triliun.

Posisi net inflow yang tinggi saat triwulan II sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong

oleh peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan/masyarakat seiring dengan masuknya

hari raya Ramadhan dan Idul Fitri 1437 H.

Secara tahunan, pertumbuhan posisi inflow pada triwulan laporan mengalami perlambatan dari 175,9% (yoy)

pada triwulan I 2016 menjadi 105,4% (yoy) pada triwulan II 2016. Namun demikian pertumbuhan posisi outflow

sebesar 162,5% (yoy) lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang sebesar 115,7% (yoy).

Dalam rangka meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Aceh secara rutin melaksanakan kegiatan kas keliling baik di dalam kota (Banda Aceh dan sekitarnya), luar kota,

maupun remote area (daerah terpencil). Pada periode triwulan II-2016 telah dilaksanakan kegiatan kas keliling

di Kota Banda Aceh sebanyak 20 kali, dan di Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 27 s.d 30 Mei 2016 dan di Kota

Sabang tanggal 8 s.d 10 Juni 2016 yang seluruhnya terserap ke masyarakat. Selain itu untuk memenuhi

kebutuhan uang layak edar masyarakat di wilayah pesisir barat Aceh, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Grafik 5. 1. Perkembangan Inflow Outflow Grafik 5. 2. Perkembangan Uang Tidak Asli

Sumber : BI Aceh

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Outflow Inflow Netflow

10

21

33

58

130

24 24

80

27

71

118

44

210

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Lem

bar

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 74

BAB 5

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Aceh juga telah membuka kas titipan sejak 25 Februari 2016 bertempat di PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk,

Cabang Blangpidie.

Penemuan uang palsu di Provinsi Aceh pada triwulan laporan meningkat menjadi

sebanyak 10 lembar dari triwulan sebelumnya sebanyak 2 lembar (grafik 5.2). Penemuan tersebut antara lain

berasal dari hasil setoran bank, setoran masyarakat melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang

dilaporkan ke Bank Indonesia. Secara nominal, uang palsu yang ditemukan berada dalam pecahan Rp100.000

sebanyak 5 lembar, 4 lembar dalam pecahan Rp50.000 dan 1 lembar pecahan Rp5.000.

Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume

maupun nominal (Grafik 5.).

Secara triwulanan, pada triwulan II-2016 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 91.770

Data Keuangan Elektronik (DKE) atau meningkat sebesar 25,34% dibandingkan dengan periode yang sama

triwulan sebelumnya sebesar 73.218 DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp4,62 triliun

atau meningkat 13,22% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4,08 triliun.

Peningkatan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

sebagaimana terkonfirmasi dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen Bnak

Indonesia. IKK pada triwulan berjalan berada pada level optimis dan tercatat sebesar 121,9 lebih tinggi

dibandingkan IKK triwulan sebelumnya sebesar 110,4.

Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui SKNBI pada periode triwulan II-2016 tercatat meningkat sebesar

197,87% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30.809 DKE. Nilai transaksi yang

diproses melalui SKNBI sebesar meningkat 141,41% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar Rp1,06 triliun.

Grafik 5. 3. Perkembangan Nilai Kliring Grafik 5. 4. Perkembangan Volume Kliring

Sumber : BI Aceh

Aktivitas kliring yang meningkat signifikan pada triwulan laporan didorong oleh implementasi Peraturan Bank

Indonesia No.17/9/PBI/2015 tanggal 5 Juni 2015 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal

oleh Bank Indonesia yang berlaku efektif per 1 Januari 2016. Dengan adanya peraturan tersebut, SKNBI Generasi

II melayani transfer dana masyarakat melalui sistem kliring sebanyak 5 kali dalam sehari (sebelumnya 4 kali),

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

%

Rp

Milia

r

Nominal (Kiri) g_NomKliring(QtQ)

g_NomKliring(YoY)

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

%

Volume (kiri)

g_VolKliring(QtQ)

g_VolKliring(YoY)

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

75 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 5

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

sementara Layanan Kliring Warkat Debit ditingkatkan menjadi 4 kali dalam sehari (sebelumnya 1 kali) dengan

jam layanan 9,5 jam (sebelumnya 8 jam) dan nilai maksimal transaksi Rp500 juta pertransaksi (sebelumnya Rp

100 juta). Selain itu, penyempurnaan dalam SKNBI Generasi II juga mencakup perluasan akses kepesertaan

terhadap Penyelenggaraan Transfer Dana Selain Bank Umum, yaitu menambah juga Penyelenggara Transfer

Dana (PTD) Non Bank khusus untuk Layanan Transfer Dana (Kliring Kredit). Hal ini memungkinkan masyarakat

melakukan transfer dana ke seluruh wilayah Indonesia secara aman, murah dan efisien.

Pada triwulan II 2016, transaksi perputaran kliring terbesar masih didominasi kota Banda Aceh sebagai kota

pusat perekonomian di Provinsi Aceh. Secara volume dan nominal transaksi kliring di kota Banda Aceh mencapai

masing-masing sebesar Rp2,50 triliun dan 46.043 DKE. Aktivitas kliring pada triwulan laporan di kota Banda

Aceh menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 40,97% dari

sisi volume dan 42,05% dari sisi nominal.

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 76

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan &

Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Februari 2016 mencapai

64,24%, atau menurun dibanding bulan Februari 2015 yang mencapai 66,37. Sementara

itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 8,13%, meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,73%.

Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret 2016 tercatat

sebesar 16,73%. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada

bulan Maret 2015 yang mencapai 17,08%. menurunnya tingkat kemiskinan di Aceh

tersebut diakibatkan oleh adanya menurun tingkat kemiskinan di daerah pedesaan

sebesar -0,73%, sementara itu tingkat kemiskinan di daerah perkotaan cenderung

meningkat sebesar 1,22%.

KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh

berdasarkan survei tenaga kerja BPS per Februari

2016 menunjukan jumlah angkatan kerja di

Provinsi Aceh pada Februari 2016 mencapai 2235

juta orang, atau menurun sebanyak -26 ribu orang

dari jumlah angkatan kerja di bulan Februari 2015

sebanyak 2261 juta orang.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi

Aceh pada Februari 2016 mencapai 8,13%, lebih

tinggi dibandingkan TPT bulan Februari 2015

sebesar 7,73%.

Grafik 6. 1. Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan Aceh (%)

Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2015, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2016 di sektor

pertanian, industri pengolahan mengalami penurunan sedangkan penduduk yang bekerja di sektor jasa-jasa

meningkat.

Sektor pertanian masih merupakan sektor utama yang mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan di Provinsi

Aceh. Pekerja di sektor pertanian mencapai 738 ribu orang, menurun sebanyak 122 ribu orang dibandingkan

dengan bulan Februari 2015 sebanyak 860 ribu orang. Sedangkan pekerja di sektor industri adalah sebanyak

299 ribu orang atau menurun sebesar -5 ribu orang dibandingkan dengan bulan Februari 2015 sebanyak 304

ribu orang. Pekerja di sektor Jasa-Jasa meningkat sebanyak 93 ribu orang dari 923 ribu orang pada bulan

Februari 2015 menjadi 1016 ribu pada bulan Februari 2016. (Grafik 6.2).

Feb Agu Feb Agu Feb

2014 2015 2016

TPAK 65,32 63,06 66,37 63,44 64,24

TPT (rhs) 6,75 9,02 7,73 9,93 8,13

0

2

4

6

8

10

12

61

62

63

64

65

66

67

TPAK TPT (rhs)

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

77 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Grafik 6. 2. Perkembangan Tenaga Kerja Aceh menurut Lapangan

Kerja Utama (dalam ribu jiwa)

Grafik 6. 3 Porsi Tenaga Kerja menurut Status Pekerjaan Utama

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi

berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori

berusaha dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sedangkan selebihnya termasuk pekerja informal.

Berdasarkan identifikasi ini, maka pada bulan Februari 2016 sebesar 853 ribu orang (41,55%) bekerja pada

kegiatan formal dan 1200 juta orang (58,45%) bekerja pada kegiatan informal. Situasi ini menggambarkan

bahwa sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh adalah tenaga kerja di sektor informal, yang artinya tenaga

kerja di Provinsi Aceh mayoritas tidak memiliki perlindungan yang memadai bagi tenaga kerja. Karena pekerja

di sektor informal tidak dilindungi dengan hak-hak yang didapatkan oleh tenaga kerja di sektor formal.

Apabila dilihat secara rinci menurut status pekerjaan utama, situasi ini masih serupa dengan kondisi

ketenagakerjaan pada bulan Februari 2016. Status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai

buruh/karyawan/pegawai sebesar 0,35% diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 0,19% kemudian pekerja

keluarga/tidak dibayar 0,11% lalu berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 0,03%. Pekerja dengan status

berusaha sendiri mengalami penurunan paling banyak dibanding yang lain yakni sebanyak -78 ribu orang. Hal

ini senada dengan penurunan jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa, karena mayoritas pekerja di sektor jasa-

jasa adalah pekerja yang berusaha sendiri.

4.2. KESEJAHTERAAN

Sampai dengan periode bulan Maret 2016,

tingkat kemiskinan1 di Provinsi Aceh mengalami

penurunan dibandingkan dengan bulan Maret

2015. Jumlah penduduk miskin di Aceh pada

bulan Maret 2016 mencapai 848 ribu jiwa

(16,73%) atau menurun sebanyak -3 ribu orang

jika dibandingkan dengan periode Maret 2015

yang mencapai 852 ribu orang (17,08%) (Grafik

6.4).

Grafik 6. 4. Perkembangan Kemiskinan Aceh

1 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan

0

200

400

600

800

1000

1200

Feb Agu Feb Agu Feb

2014 2015 2016

Pertanian

Ind.pengolahan

Jasa-jasa

21%

17%

3%38%

9%

12%

Berusaha Sendiri

Berusaha dibantu buruhtdk tetap/Buruh tdkdibayarBerusaha dibantu butuhtetap

Buruh/Karyawan/Pegawai

Pekerja bebas dipertanian

Pekerja keluarga / tidakdibayar

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 78

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan &

Kesejahteraan Masyarakat

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2015 yaitu 17,08%, terdapat penurunan

persentase penduduk miskin sebesar -0,35%. Sementara itu, jika dibandingkan dengan periode semester

sebelumnya yakni September 2015, tingkat kemiskinan di Aceh juga mengalami menurun sebanyak -10,97 ribu

orang (naik 0,92%). Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut bersumber dari penurunan angka kemiskinan

di daerah pedesaan sebesar 3,57% sedangkan di daerah perkotaan menurun sebesar -1,41%. Adanya penurunan

realisasi anggaran belanja pemerintah yang diimplementasikan dalam berbagai proyek pembangunan

diperkirakan menjadi faktor pendorong adanya naiknya tingkat kemiskinan di Aceh (Grafik 6.5).

Grafik 6. 5. Perkembangan Angka Kemiskinan

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Grafik 6. 6. Angka Kemiskinan Nasional Menurut Provinsi

Tingkat kemiskinan di Aceh saat ini menduduki urutan ke-7 tertinggi dibandingkan 33 Provinsi lainnya (Grafik

6.6). Adapun 10 provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi lainnya dari rendah ke tinggi berturut-turut

adalah Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Gorontalo, Bengkulu, Aceh, Nusa Tenggara Barat,

Sulawesi Tengah dan Lampung (grafik 6.7).

Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani yang mayoritas

tinggal di pedesaan pada 2015 mengalami peningkatan dibandingkan NTP triwulan sebelumnya sebesar 68,81

menjadi 69,45. Angka realisasi NTP subsektor tanaman pangan, hortikultura, perikanan, tanaman perkebunan

rakyat masing-masing mengalami mengalami penurunan, penurunan, peningkatan, penurunan, peningkatan

dibandingkan dengan angka NTP pada 2014, kecuali sektor (Grafik 6.7 dan 4.9). Apabila dibandingkan dengan

provinsi lainnya di wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi ke-1 terendah (Grafik 6.8).

Grafik 6. 7. Perkembangan NTP Aceh Grafik 6. 8. NTP Tiap Provinsi di Wilayah

Sumatera pada triwulan IV 2015

15

16

17

18

19

20

750

800

850

900

950

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015

%

Rib

u J

iwa

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Orang)

Angka Kemiskinan (rhs)

0

5

10

15

20

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

Kota Desa Nasional

0

5

10

15

20

25

30D

KIJ

Ban

gka

Ria

u

Mal

ut

Ria

u

Jab

ar

Sulb

ar

Jate

ng

Lam

bu

ng

Ace

h

Mal

uku

Pap

ua

Aceh (16,73%)

Nasional 10,86%

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

79 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Grafik 6. 9. NTP Aceh Menurut Sub Sektor pada triwulan IV 2015

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Dimensi lain yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi kemiskinan adalah tingkat kedalaman dan keparahan

dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan

kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2016, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan sebesar 0,33. Indeks

Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari 19,44 pada Maret 2015 menjadi 19,11 pada Maret 2016. Hal

ini serupa dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang penurunan sebesar -0,31. Indeks ini mengalami

penurunan dari 11,13 pada Maret 2015 menjadi 10,82 pada Maret 2016.

Jika dibandingkan dengan semester sebelumnya, yakni periode September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan

(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan mengalami

penurunan dari 10,92 pada September 2015 menjadi 11,13 pada Maret 2016. Di samping itu, Indeks Keparahan

Kemiskinan pada periode yang sama menurun dari 19,56 menjadi 19,11. (Grafik 6.10 dan 4.11)

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

It Ib NTP

0

20

40

60

80

100

120

140

80

85

90

95

100

105

110

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

T.Pangan HortikulturaPerikanan TP RakyatPeternakan

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 80

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan &

Kesejahteraan Masyarakat

Grafik 6. 10. Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks

Keparahan Kemiskinan Aceh

Grafik 6. 11. Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks

Keparahan Kemiskinan Nasional

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Indikator lain untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM

merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah.

Pembangunan manusia di Provinsi Aceh terus mengalami perbaikan. Data terakhir pada tahun 2015 mencatat

bahwa IPM Aceh mencapai 69,45, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

namun demikian masih lebih rendah daripada IPM nasional sebesar 69,55. Capaian IPM yang terus meningkat

dari tahun ke tahun merupakan indikasi positif bahwa kualitas manusia di Aceh semakin membaik dari aspek

kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (Grafik 6.12).

Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar hidup layak yang digambarkan

melalui indikator pengeluaran per kapita. Indikator ini memperlihatkan tingkat kesejahteraan yang dapat

dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian. Data publikasi BPS terakhir

mencatat selama periode 5 tahun (2011-2015) pengeluaran per kapita Aceh menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun. Pengeluaran per kapita Aceh tahun 2015 tercatat sebesar Rp8,53 juta, atau telah mengalami

peningkatan sebesar Rp235,57 ribu dibandingkan tahun 2014 (Grafik 6.13).

Grafik 6. 12. Indeks Pembangunan Manusia Aceh

Grafik 6. 13. Pengeluaran Per Kapita Aceh (Dalam Ribu Rp)

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

0

1

2

3

4

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan

0

1

2

3

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015 2016

% Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan

67,09

67,45

67,81

68,30

68,81

69,45

66,53

67,09

67,70

68,31

68,90

69,55

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Aceh Nasional

7.933,73

8.043,67 8.134,01

8.288,79 8.297,48

8.533,05

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 81

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Aceh pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran

3,13% - 4,13% (yoy).

Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang

cukup signifikan sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan

diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi

diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun defisit neraca

perdagangan daerah Aceh masih menjadi penghambat.

Pada tahun 2016 inflasi Aceh diperkirakan masih berada pada level antara 2,39% -

3,39% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber dari inflasi kelompok volatile food.

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH

Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II 2016 sebesar 3,66% atau berada di bawah proyeksi pada triwulan

sebelumnya yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,62% – 4,62%. Perekonomian Aceh

tumbuh dibawah potensi optimumnya dikarenakan terjadi perlambatan ekspor, terutama ekspor batubara,

bahan kimia anorganik dan ekspor produk pertanian.

Tabel 7. 1. Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh (yoy,%)

2013 2014 2015 2016

I II IIP IIIP IVP 2016P

2,83 1,65 (0,72) 3,66 3,54 3,62-4,62 3,2-4,2 3,10-4,10 3,13-4,13

Sumber : BPS Provinsi Aceh

*) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Perekonomian Aceh pada triwulan III 2016 diperkirakan akan tumbuh positif antara 3,2% dan 4,2% dan pada

triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% sampai 4,1%. Secara keseluruhan perekonomian Aceh

tahun 2016 diperkirakan mengalami pertumbuhan antara 3,13% dan 4,13%, lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan perekonomian Aceh tahun 2015 yang mengalami kontraksi 0,72%.

Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-III 2016 diperkirakan masih akan berasal dari pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan

pilkada serentak 2017 serta peningkatan alokasi dana desa. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi

Aceh di tengah risiko penurunan harga komoditas dunia.

Tabel 7. 2. Hasil Proyeksi PDRB Aceh 2016 Sisi Permintaan (yoy, %)

Sektor 2016

2016P I II IIIP IVP

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

3,94% 5,08% 4,94% 6,15% 5,04%

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,96% 9,32% 1,64% 6,77% 5,67%

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -1,84% 9,53% 5,57% 3,62% 1,71%

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,17% 12,03% 2,85% 4,37% 4,28%

Net Ekspor 16,55% 49,29% 11,47% 10,02% 8,57%

Total (Median) 3,66% 3,54% 3,70% 3,60% 3,63%

Sumber : Proyeksi BI Aceh

Dari sisi permintaan, keseimbangan internal dan eksternal yang baru diperkirakan kembali terbentuk seiring

dengan permintaan domestik yang masih tetap kuat serta meningkatnya ekspor komoditas non migas.

Permintaan domestik yang kuat diperkirakan ditandai dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah

tangga dan belanja pemerintah yang meningkat. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah masih

mengandalkan APBA Aceh yang diperkirakan akan meningkat pada tahun 2016.

Oleh karena itu, pertumbuhan pada tahun 2016 tergantung dari seberapa besar realisasi APBA di tahun 2016.

Agenda pilkada serentak di Aceh pada tahun 2017 merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan

pertumbuhan komponen konsumsi di tahun 2016 karena berdasarkan historisnya, kegiatan kampanye dan

persiapan pilkada akan memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi. Dengan kondisi optimis ini

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah pada tahun 2016 masing-masing diperkirakan sebesar

5,04% dan 1,71%. Namun, disisi lain, pilkada serentak ini juga memiliki risiko menghambat pertumbuhan jika

konsentrasi pilkada membuat proyek-proyek pemerintah pada tahun 2016 menjadi terbengkalai.

Alokasi dana desa dari pemerintah pusat kepada Provinsi Aceh yang sebesar Rp3,8 Triliun atau meningkat

sebesar 123,5% dibandingkan tahun sebelumnya diperkirakan dapat memberikan stimulus perekonomian bagi

masyarakat Aceh, khususnya di daerah pedesaan apabila serapannya dapat dimaksimalkan.

Kinerja neraca perdagangan Aceh tahun 2016 diperkirakan masih belum pulih jika dibandingkan dengan era

sebelum habisnya ekspor gas Aceh pada triwulan IV 2014. Namun demikian, dengan semakin besarnya concern

pemerintah pada upaya peningkatan daya saing komoditas unggulan, diharapkan terjadi perbaikan kinerja

ekspor sehingga ekspor Aceh diperkirakan akan tumbuh positif hingga 8,57%

Ketergantungan Aceh terhadap pasokan barang dari daerah lain (Sumatera Utara) masih menjadi faktor utama

dalam pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2016. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah diperkirakan akan meningkatkan defisit neraca perdagangan Aceh sebesar 13,44%. Selain itu,

proyek-proyek infrastruktur yang terlaksana pada tahun 2016 diperkirakan juga akan meningkatkan impor luar

negeri Aceh.

Sementara itu, seiring dengan realisasi megaproyek infrastruktur listrik & pengairan serta pengembangan

sumber pertumbuhan ekonomi baru, investasi pada tahun 2016 diperkirakan akan meningkat. Dana investasi

yang masuk terkait beberapa megaproyek yang diselenggarakan di Provinsi Aceh serta pembangunan pabrik

semen baru di Kabupaten Pidie pada tahun 2016 juga diharapkan dapat mendorong perekonomian Aceh dari

sisi permintaan. Investasi masih tetap akan tumbuh positif pada tahun 2016 sebesar 4,28%. Program

pemerintah untuk meningkatkan daya saing daerah lewat pengembangan kawasan strategis, agropolitan,

minapolitan serta kawasan industri; peningkatan realisasi investasi serta pertambahan nilai tambah produk

komoditas unggulan yang dikonkritkan melalui sinergi program SKPA pada tahun 2016 dapat pemenuhan

pasokan bahan pangan dan beberapa komoditas inti yang saat ini masih dipenuhi lewat antar-daerah. Upaya

pemerintah untuk memperbaiki kondisi keamanan, serta mempromosikan investasi akan semakin memperkuat

peran investasi dalam pertumbuhan.

Dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan menjadi penyangga ekonomi Aceh pada tahun 2016

adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Sektor pertanian diproyeksikan mengalami

peningkatan seiring dengan tren membaiknya harga komoditas unggulan seperti sawit, kakao dan kopi. Dengan

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 83

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

kondisi tersebut, sektor pertanian diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar

4,13%.

Seiring dengan meningkatnya investasi di Aceh terkait dengan megaproyek nasional, pembangunan kawasan

industri dan kawasan khusus serta pembangunan pabrik semen baru, sektor konstruksi diharapkan dapat

menyumbang andil pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada tahun 2016 sektor konstruksi diperkirakan tumbuh

sebesar 11,87%, jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4,53%.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terhambat sektor pertambangan dan industri pengolahan yang

terkontraksi cukup dalam. Penghentian ekspor mineral mentah dan morotarium tambang serta berhentinya

produksi gas masih menjadi pemicu utama menurunnya kinerja sektor ini. Berhentinya ekspor batubara di Aceh

juga turut menyumbang terkontraksinya sektor pertambangan yang diperkirakan dapat mencapai -14,46%

pada tahun 2016.

Dari sisi eksternal, terdapat beberapa risiko yang masih perlu diwaspadai, antara lain: lemahnya pertumbuhan

ekonomi global, ketidakpastian ekonomi Tiongkok yang meningkat. Namun demikian ketidakpastian atas

peningkatan suku bunga acuan Amerika Serikat (fed fund rate) cenderung mereda dan harga komoditas dunia

berada dalam tren peningkatan pada tahun 2016.

Dengan kondisi tersebut, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk dapat menjaga

pertumbuhan ekonomi Aceh antara lain:

1. Memberikan stimulus perekonomian berupa percepatan realisasi APBA, tren peningkatan pertumbuhan

pengeluaran pemerintah terutama untuk proyek pembangunan harus dipertahankan karena merupakan

sumber utama penopang pertumbuhan Aceh.

2. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Aceh, diantaranya melalui upaya

pembuatan model kerjasama perdagangan antar daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten / kota

yang memprioritaskan pemenuhan komoditas strategis dari Aceh sendiri, selain itu percepatan

pembangunan pabrik-pabrik pengolahan harus dilakukan agar produk dengan nilai tambah yang terbesar

berada di Aceh.

3. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini harus

dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah komoditas pertanian

dan perkebunan seperti gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui integrasi dengan industri pengolahan

pertanian sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii) Meningkatkan kemudahan dalam berusaha dan

berinvestasi di Aceh melalui pembentukan kawasan khusus seperti kawasan industri maupun kawasan

ekonomi khusus; (iv) Menumbuhkan sektor perdagangan & akomodasi melalui peningkatan infrastruktur,

regulasi maupun tata kelola pariwisata potensial di Aceh; (v) pembentukan forum peningkatan daya saing

daerah dan Regional Investment Relation Unit untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai daerah

berpotensi, baik dan terpercaya.

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

7.2. INFLASI PROVINSI ACEH

Tabel 7. 3. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Aceh (yoy, %)

2015 2016

I II III IV I II IIP IIIP IVP

5,44 6,24 4,18 1,53 3,55 2,34 3,19-4,19 1,74 – 2,74% 2,39-3,39

Sumber : BPS Provinsi Aceh

*) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Laju inflasi Aceh pada triwulan laporan yaitu 2,34%, berada di bawah range proyeksi KPw BI Provinsi Aceh

maupun sasaran inflasi nasional sebesar 4±1%. Namun demikian, secara keseluruhan inflasi Aceh pada tahun

2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 dengan kisaran 2,39% - 3,39% (yoy). Faktor

utama penyebab peningkatan inflasi Aceh pada tahun 2016 adalah kebijakan pemerintah dalam penghapusan

subsidi tarif listrik secara bertahap, peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat serta risiko cuaca buruk pada

akhir tahun.

Pada triwulan III-2016, inflasi Aceh diperkirakan berada pada kisaran 1,74% - 2,74% (yoy), lebih rendah

dibandingkan inflasi Aceh pada triwulan III-2015 sebesar 4,18%. Penyesuaian harga BBM pada bulan April

2016 terkait perkembangan harga minyak dunia yang cenderung menurun telah mengurangi tekanan inflasi di

tahun 2016. Namun demikian, terdapat sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada

semester II-2016, yakni: i) Perayaan Meugang & Ramadhan ii) Dampak kebijakan penyesuaian harga berbagai

komoditas dalam kelompok administered prices khususnya UMR, Cukai Rokok, LPG dan tarif tenaga listrik iii)

iii) tren kenaikan harga komoditas dunia, terutama emas sejak bulan Januari 2016.

Koordinasi intensif antara BI dan pemerintah dalam Tim pengendalian inflasi Daerah (TPID) Aceh diperlukan

untuk menjaga laju inflasi sehingga inflasi Aceh pada akhir tahun 2016 agar berada dalam kisaran target yaitu

4±1%. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga laju inflasi antara lain:

1. Pengalokasian APBN dan APBD dalam memperbaiki konektivitas perhubungan dan energi untuk

mendukung kelancaran distribusi barang dan mendukung peningkatan ketersediaan pasokan.

2. Menyinergikan program kerja SKPA untuk pengendalian inflasi di Aceh melalui dokumen roadmap TPID

Aceh.

3. Senantiasa memonitor perkembangan harga, stok dan produksi komoditas bahan makanan sebagai dasar

dalam pelaksanaan intervensi pengendalian harga melalui program operasi pasar, beras sejahtera dan

pasar murah.

4. Mendorong upaya pengembangan infrastruktur dan antisipasi kerusakan infrastruktur khususnya

infrastruktur yang mendukung produksi bahan pangan dan terkait transportasi untuk menjamin

kelancaran pasokan barang.

5. Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat.

6. Meningkatkan kelancaran distribusi barang ke masyarakat melalui pasar alternatif, seperti Toko Tani

Indonesia atau optimalisasi pasar induk.

7. Melakukan upaya untuk meningkatkan kecukupan pangan melalui upaya pemanfaatan bibit unggul, serta

aplikasi metode dan teknologi tepat guna.

8. Melaksanakan kerjasama perdagangan antar provinsi/kabupaten/kota terkait pemenuhan stok komoditas

strategis di Aceh secara tepat waktu dan tepat guna.

9. Mendorong peningkatan stok untuk menjaga ekspektasi pasar, salah satunya melalui optimalisasi program

Sistem Resi Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage.

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016
Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 86

LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

Administered price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah Aceh yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non Fundamental Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan

skala 1–100.

Indeks Harga Konsumen

(IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala

1–100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui

peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan

sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

87 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

LAMPIRAN

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 88

LAMPIRAN

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Ahmad Farid

KOORDINATOR PENYUSUN

Handoko

EDITOR

Akhmad Ginulur

TIM PENULIS

Akhmad Ginulur

Ridwan Sobirin

Fadhil Muhammad

Muhamad Yoga Pranata

KONTRIBUTOR

Unist Statistik, Survei & Liaison

Unit Operasional Kas

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI ACEH

JL. Cut Mutia No.15, Banda Aceh

Telp. (0651) 32320 ext. 8205| Fax. (0651) 34116

Softcopy dapat diunduh pada tautan:

http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/ ekonomi_regional/aceh/