KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor...

73
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor...

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III - 2013

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii

KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (KPw BI Provinsi NTT) memiliki peran

yang strategis dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan kami melakukan kajian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank

Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu

kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat

bermanfaat bagi eksternal stakeholders di daerah.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup

perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran,

keuangan pemerintah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek

perekonomian daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini

digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal,

dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih memerlukan

pengembangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak

untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk

penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian

ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, November 2013Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor SinagaDeputi Direktur

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii

DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII

Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------ ii

Daftar Isi--------------------------------------------------------------------------------------- iii

Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------- v

Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------- vii

Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------- x

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1

1.2 Sisi Penggunaan ------------------------------------------------------------------------ 2

1.3 Sisi Sektoral ----------------------------------------------------------------------------- 7

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 12

2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT ------------------------------------------------ 13

2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 15

2.4 Inflasi Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------------- 16

2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 16

2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 18

BOKS 1. Tingginya Ketergantungan Bahan Makanan Terhadap Daerah Lain 20

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 23

3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 25

3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 25

3.2.2 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) --------------------------- 31

3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau----------------- 32

3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 33

3.3.1 Transaksi Non Tunai------------------------------------------------------------ 33

3.3.2 Transaksi Tunai------------------------------------------------------------------ 35

BOKS 2. Dampak Penerapan Kebijakan Loan to Value (LTV)

Terhadap Penyaluran Kredit Properti di Nusa Tenggara Timur -------- 38

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 41

4.2 Pendapatan Daerah-------------------------------------------------------------------- 42

4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 43

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 45

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 46

5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum ------------------------------------------- 46

5.2.2 Pengangguran ------------------------------------------------------------------ 48

5.3 Perkembangan Kesejahteraan------------------------------------------------------- 49

5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum----------------------------------------------- 49

5.3.2 Tingkat Kemiskinan------------------------------------------------------------ 50

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN

6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 53

6.2 Inflasi-------------------------------------------------------------------------------------- 55

BOKS 3. Konsumsi Pangan Naik, Produksi Belum Mampu

Mengimbangi-------------------------------------------------------------------- 56

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v

DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT-------------------------------------------------- 1

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT -------------------------------------- 1

Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Sisi Penggunaan ----------------------------------- 2

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Industri ------------------------------------------ 3

Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani --------------------------------------- 3

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi ----------------------------------------- 4

Grafik 1.7 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 4

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi ------------------------------------------ 5

Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor-Impor -------------------------------------------- 6

Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 6

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ----------------------------------------------------- 6

Grafik 1.12 Perkembangan Pengiriman Ternak ------------------------------------- 7

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran ---------------------------------------- 9

Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Sektor PHR --------------------------------------- 9

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas ----------------------------------------------- 9

Grafik 1.16 Perkembangan Jumlah Tamu Hotel ------------------------------------- 9

Grafik 1.17 Konsumsi Semen Provinsi NTT ------------------------------------------- 9

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT -------------------------------------- 13

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT ------------------------------------------- 14

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Provinsi NTT Triwulan III-2013 ------------------------ 14

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT----------------------------------------------- 15

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Provinsi NTT ------------------------------------------ 16

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 16

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 17

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 18

Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 19

Grafik 3.1 Perkembangan LDR -------------------------------------------------------- 25

Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan -------------------------------------- 25

Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 26

Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 26

Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum----------------------------------------- 30

Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum ------------------------- 30

Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 34

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi

Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 34

Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 35

Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 35

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 36

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit Rumah Tinggal dan Ruko di NTT ------------ 39

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit Properti NTT-------------------------------------- 39

Grafik 3.14 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Bangunan NTT ---------------- 40

Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi di Indonesia ----- 41

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan-------------------------------------------------------- 42

Grafik 4.3 Realisasi Belanja ------------------------------------------------------------- 43

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 48

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT ------------------------------------------------- 49

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan ------------------------------------- 49

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 50

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii

DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan Provinsi NTT --------------------------------------------- 10

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ----------------------------------------- 11

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ------------------------------- 11

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ----------------------------------- 11

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------- 11

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT ---------------------------------------- 12

Tabel 2.2 Inflasi Provinsi NTT per Kelompok Komoditas---------------------------- 13

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok (yoy) ---------------------------------------- 17

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)--------------------------------------- 18

Tabel 2.5 Kontribusi Inflasi per Komoditas periode Jan 2011-Sept 2013------- 20

Tabel 2.6 Surplus-Defisit Pangan Strategis per-Juli 2013--------------------------- 21

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)------ 23

Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai -------------------------------------- 24

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai --------------------------------------------- 24

Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum --------------------------------- 26

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum ---------------------------------------- 27

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum ------------------------ 28

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum----------------------------- 29

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum ------------- 29

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum --------------- 31

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum ----------------- 32

Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau---------------------- 33

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain ------------------- 36

Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi APBD Provinsi NTT Tahun 2013 --------------- 44

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama ------------------------------------------------- 46

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan --------------------------------------------------- 47

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan-------------------------- 48

Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan

Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu -------------------------------- 49

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii

Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT

tahun 2005 s.d. Maret 2013------------------------------------------------ 51

Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah tahun 2005 s.d. Maret 2013-------------------------- 51

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT --------------------------- 54

Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha

Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------- 54

Tabel 6.3 Angka Ramalan II 2013 Produksi Tanaman Pangan

Tahun 2010-Aram II 2013 (ton) -------------------------------------------- 56

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Unit Kajian, Statistik dan Survei

KPw BI Provinsi NTT

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x

Ringkasan Umum

KER Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan III-2013

EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada

triwulan III-2013 sebesar 5,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 5,42% (yoy). Dari sisi penggunaan, laju

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT secara tahunan didorong oleh meningkatnya

laju pertumbuhan konsumsi, investasi, ekspor, dan impor. Sedangkan dari sisi

sektoral, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi didorong oleh akselerasi

pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi, khususnya sektor-sektor utama, yaitu

sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Sementara

sektor utama lainnya yaitu sektor jasa-jasa mengalami perlambatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Ketiga sektor utama tersebut memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap struktur PDRB Provinsi NTT triwulan laporan, yaitu sebesar

78,70%.

Secara triwulanan, laju pertumbuhan ekonomi melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 4,67% (qtq)

menjadi sebesar 3,96% (qtq). Dari sisi penggunaan, secara triwulanan aktivitas

konsumsi, investasi, ekspor, dan impor juga menunjukkan perlambatan sebagai

dampak dari masih tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian global. Dari

ketiga sektor utama, hanya sektor jasa-jasa yang laju pertumbuhannya meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ekonomi lainnya yang mengalami

peningkatan laju pertumbuhan yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas,

dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bangunan/konstruksi.

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Inflasi Provinsi NTT tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

triwulan sebelumnya. Inflasi pada periode laporan tercatat sebesar 8,29% (yoy),

meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

5,26% (yoy). Meningkatnya laju inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh

tingginya inflasi pada kelompok volatile foods dan administered prices. Peningkatan

inflasi pada kelompok volatile foods yang tercatat sebesar 5,47% (yoy) seiring

dengan terbatasnya supply bahan makanan terutama untuk subkelompok bumbu-

bumbuan, kacang-kacangan, dan padi-padian. Sejalan dengan kelompok volatile

foods, kelompok administered prices turut mengalami inflasi cukup tinggi yang

tercatat sebesar 18,20% (yoy). Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif

Tenaga Listrik (TTL) menjadi penyebab tingginya inflasi kelompok administered

prices pada triwulan laporan. Di sisi lain, kelompok core inflation mengalami

peningkatan menjadi sebesar 6,19% (yoy) yang disebabkan oleh dampak lanjutan

dari kenaikan BBM dan TTL.

Berdasarkan penghitungan inflasi kota, peningkatan inflasi terjadi di kedua

kota penghitungan inflasi yaitu Kota Kupang dan Kota Maumere. Inflasi Kota

Kupang dan Kota Maumere masing-masing tercatat sebesar 8,88% (yoy) dan

5,32% (yoy). Kenaikan harga BBM dan TTL serta keterbatasan supply bahan

makanan menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi di kedua kota tersebut.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Provinsi NTT pada

triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, tercatat gabungan

aset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar Rp 22,36 triliun dengan

pertumbuhan sebesar 13,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kinerja

triwulan sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan yang menunjukkan

perlambatan namun dengan risiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan,

penghimpunan DPK meningkat sebesar 8,18% (yoy) dengan total DPK mencapai

Rp 16,13 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 21,17% (yoy) dengan

outstanding kredit mencapai Rp 14,81 triliun dengan risiko kredit terjaga pada level

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii

1,56%. Pertumbuhan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran kredit

menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin dari rasio

LDR (Loan to Deposit Ratio) yang meningkat dari 87,85% menjadi 91,80%.

Kinerja sistem pembayaran, terutama melalui Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan perlambatan. Aktivitas transaksi non

tunai melalui fasilitas SKNBI tercatat meningkat sebesar 25,68% (yoy) dengan

nominal transaksi sebesar Rp 644,59 miliar. Transaksi melalui fasilitas Real Time

Gross Settlement (RTGS) juga meningkat meski hanya sebesar 0,06% (yoy) dengan

nominal transaksi sebesar Rp 20,72 triliun.

Sementara dari sisi transaksi tunai, terjadi net outflow yaitu jumlah uang

keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang

yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang

sama tahun sebelumnya. Mencermati melambatnya pertumbuhan tahunan net

outflow dibandingkan kinerja kliring, hal tersebut mengindikasikan telah terjadi

peralihan preferensi fasilitas transfer dana masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang

ke bentuk sistem pembayaran non tunai.

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan laporan

mengalami peningkatan. Realisasi anggaran pendapatan hingga triwulan III-2013

tercatat sebesar Rp 1,86 triliun atau mencapai 79,59% dari rencana anggaran

pendapatan tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Sementara itu, realisasi

anggaran belanja sebesar Rp 1,57 triliun atau mencapai 65,51% dari rencana

anggaran belanja tahun 2013 yang sebesar Rp 2,4 triliun. Realisasi anggaran

pendapatan dan belanja sampai dengan triwulan III-2013 tercatat lebih tinggi

dibandingkan dengan realisasi anggaran pendapatan dan belanja pada periode yang

sama tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 77,81% dan 55,40%.

Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan,

hingga bulan Agustus 2013 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT berada

sedikit di atas rata-rata seluruh provinsi yang sebesar 50,6%.

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii

KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Perkembangan ketenagakerjaan NTT menunjukkan kondisi yang

sedikit menurun sementara kesejahteraan masyarakat pada triwulan

laporan masih menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS

diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus

2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar dari berkurangnya kelompok

penduduk yang bekerja disertai bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah

angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai 2.143.765 jiwa

atau turun sebesar 14.274 jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus 2012 dengan tingkat

pengangguran terbuka sebesar 3,16% lebih tinggi dari posisi Februari 2013 yang

tercatat 2,01%. Di tengah tren penurunan, perkembangan daya serap tenaga kerja

terindikasi masih menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut tercermin

dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi NTT triwulan III-2013,

dimana indeks ketenagakerjaan tercatat sebesar 8,90 atau meningkat dibanding

triwulan sebelumnya.

Sementara itu, kesejateraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi

Maret 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi

penduduk miskin dari 20,88% pada Maret 2012 menjadi 20,03%. Namun

berdasarkan hasil survei konsumen bulan Juli 2013, terlihat adanya penurunan

tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke

atas terhadap tingkat kesejahteraan dan Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan

yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan triwulan II-2013.

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada

triwulan mendatang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock

yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada

triwulan IV-2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy).

Adapun pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara kumulatif diperkirakan pada

kisaran 5,3% - 5,7% (yoy). Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi dan ekspor melambat. Dari sisi

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv

sektoral, hampir semua sektor ekonomi mengalami perlambatan, kecuali sektor

pertambangan dan sektor bangunan. Namun demikian, sektor jasa-jasa dan sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diproyeksikan tetap menjadi penopang

pertumbuhan. Memasuki musim hujan yang terjadi pada akhir triwulan IV-2013,

kinerja sektor pertanian diperkirakan akan melambat terutama pada subsektor

perikanan seiring kondisi angin dan gelombang laut yang tidak kondusif.

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan IV-2013

diperkirakan akan berada pada kisaran 8,40 ± 1% (yoy). Meningkatnya inflasi

pada triwulan IV-2013 selain karena faktor teknikal akibat kenaikan Bahan Bakar

Minyak (BBM) pada triwulan II-2013, juga didorong oleh tingginya tarif angkutan

udara menjelang musim liburan natal. Inflasi kelompok bahan makanan dan

makanan jadi pun diperkirakan meningkat seiring terbatasnya supply bahan

makanan, terutama beras, karena pada triwulan mendatang memasuki musim

hujan.

Terdapat tendensi meningkatnya harga administered prices pada

akhir tahun. Secara umum, meningkatnya inflasi pada akhir tahun akan

dipengaruhi oleh kenaikan tarif transportasi. Tarif transportasi, khususnya pesawat

pada awalnya akan mengalami penurunan pada awal triwulan IV pasca moment

libur sekolah dan juga perayaan Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun

demikian, tekanan inflasi pada sektor transportasi diperkirakan akan terjadi pada

bulan Desember seiring perayaan Natal dan liburan tahun baru. Kondisi tersebut

bertendensi akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk menetapkan harga

tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah. Hal tersebut

dipastikan akan mendongkrak angka inflasi pada bulan Desember 2013 khususnya

di Kota Kupang.

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xv

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIILaju Inflasi Tahunan (yoy;%)

- NTT 3.60 5.02 5.21 5.33 7.11 5.26 8.29

- Kupang 3.11 4.37 4.66 5.10 7.06 5.56 8.88

- Maumere 6.21 8.45 8.07 6.49 7.38 3.73 5.32

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,294.27 3,446.63 3,572.72 3,658.01 3,471.26 3,633.37 3,777.19

- Pertanian 1,204.83 1,237.15 1,229.65 1,240.09 1,237.00 1,265.15 1,262.28

- Pertambangan dan Penggalian 43.05 45.41 49.42 50.15 45.62 48.32 51.25

- Industri Pengolahan 46.50 48.26 51.18 52.52 47.21 49.71 52.85

- Listrik, gas dan air bersih 14.61 15.02 16.08 16.88 15.93 16.09 17.20

- Bangunan 201.68 219.19 232.02 236.30 214.69 232.54 241.43

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 573.04 614.31 639.65 654.54 612.01 661.48 695.83

- Pengangkutan dan komunikasi 250.59 256.46 269.79 273.67 265.72 266.87 285.12

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 125.32 134.23 143.67 151.66 135.41 143.91 157.96

- Jasa 834.65 876.61 941.24 982.21 897.67 949.29 1,013.26

Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 5.45 4.87 5.87 5.48 5.37 5.42 5.72

Ekspor - Impor*

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4.27 4.24 2.82 4.11 2.62 9.99 3.38

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 10.73 7.09 8.45 11.01 6.89 9.17 13.95

Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 60.87 2.29 2.53 0.02 2.73 0.53 0.06

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 200.17 28.31 46.42 0.07 46.04 146.66 45.14

Sistem Pembayaran

Inflow (miliar Rp) 1,130.96 484.92 677.29 486.65 1,361.96 615.18 770.79

Outflow (miliar Rp) 286.81 1,168.66 1,175.25 1,665.53 436.38 1,000.41 1,358.61

Netflow (miliar Rp) 844.15 -683.75 -497.96 -1,178.88 925.59 -385.23 -587.82

MRUK (miliar Rp) 345.72 32.20 14.67 45.91 179.71 134.14 232.56

Uang Palsu (ribu Rp) 1,950 7,650 4,800 11,440 800 700 1,250

Nominal Kliring (miliar Rp) 432.79 447.93 512.87 610.18 530.78 569.63 644.59

Sumber : Berbagai sumber (diolah)

INFLASI DAN PDRB20132012

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INDIKATOR

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xvi

PERBANKAN

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIIBank Umum

Total Aset (Rp Triliun) 17.77 18.12 19.50 19.90 21.02 21.29 22.05

DPK (Rp Triliun) 13.43 14.30 14.75 14.88 15.35 15.84 15.92

- Tabungan (Rp Triliun) 6.25 6.95 7.25 8.52 7.58 7.75 8.03

- Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78 4.00 3.90

- Deposito (Rp Triliun) 3.78 3.91 4.11 3.48 4.00 4.09 3.99

Kredit (Rp Triliun) 10.48 11.40 12.05 12.53 12.84 13.86 14.57

- Modal Kerja 2.70 3.21 3.21 3.36 3.44 3.89 4.17

- Konsumsi 7.14 7.51 8.10 8.32 8.57 8.97 9.30

- Investasi 0.64 0.68 0.74 0.84 0.83 1.01 1.09

LDR 78.02% 79.73% 81.69% 84.16% 83.67% 87.53% 91.49%

NPLs 1.66% 1.51% 1.58% 1.39% 1.56% 1.43% 1.52%

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.63 3.07 3.04 3.23 3.29 3.74 3.89

BPR

Total Aset (Rp Miliar) 203.23 213.51 221.73 250.74 250.41 263.47 302.54

DPK (Rp Miliar) 145.73 156.24 162.27 186.17 180.16 187.52 211.41

- Tabungan (Rp Miliar) 55.49 54.61 61.95 66.10 71.75 71.36 75.19

- Deposito (Rp Miliar) 90.24 101.63 100.32 120.07 108.41 116.16 136.22

Kredit (Rp Miliar) 153.80 166.72 170.54 175.40 180.14 212.00 242.30

- Modal Kerja 70.47 80.20 84.40 89.81 91.96 103.88 120.43

- Konsumsi 24.51 25.88 60.44 61.22 63.45 83.26 92.31

- Investasi 58.81 60.64 25.70 24.37 24.72 24.85 29.56

Rasio NPL Gross 5.28% 6.27% 5.43% 4.26% 7.41% 5.73% 4.33%

LDR 105.53% 106.71% 105.10% 94.21% 99.99% 115.31% 114.61%

GABUNGAN BANK UMUM DAN BPR

Total Aset (Rp Triliun) 17.97 18.33 19.72 20.15 21.27 21.55 22.36

DPK (Rp Triliun) 13.58 14.45 14.91 15.07 15.53 16.02 16.13

- Tabungan (Rp Triliun) 6.31 7.00 7.31 8.58 7.65 7.82 8.10

- Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78 4.00 3.90

- Deposito (Rp Triliun) 3.87 4.01 4.21 3.60 4.10 4.20 4.13

Kredit (Rp Triliun) 10.63 11.56 12.22 12.70 13.02 14.07 14.81

- Modal Kerja 2.77 3.29 3.30 3.45 3.53 3.99 4.29

- Konsumsi 7.16 7.54 8.16 8.39 8.64 9.05 9.39

- Investasi 0.70 0.74 0.76 0.86 0.86 1.03 1.12

LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80%

NPLs 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56%

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.79 3.24 3.21 3.41 3.47 3.95 4.13

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah)

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INDIKATOR20132012

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1

B A B I

EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada

triwulan III-2013 sebesar 5,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 5,42% (yoy). Dari sisi penggunaan, laju

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT secara tahunan didorong oleh meningkatnya

laju pertumbuhan konsumsi, investasi, ekspor, dan impor. Sedangkan dari sisi

sektoral, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi didorong oleh akselerasi

pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi, khususnya sektor-sektor utama,

yaitu sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR).

Sementara sektor utama lainnya yaitu sektor jasa-jasa mengalami perlambatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketiga sektor utama tersebut

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap struktur PDRB Provinsi NTT

triwulan laporan, yaitu sebesar 78,70%.

Secara triwulanan, laju pertumbuhan ekonomi melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 4,67% (qtq)

menjadi sebesar 3,96% (qtq). Dari ketiga sektor utama, hanya sektor jasa-jasa

yang laju pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor

ekonomi lainnya yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan yaitu sektor

industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor angkutan dan

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 2

Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah

komunikasi serta sektor bangunan/konstruksi. Dari sisi penggunaan, secara

triwulanan aktivitas konsumsi, investasi, ekspor, dan impor juga menunjukkan

perlambatan sebagai dampak dari masih tingginya ketidakpastian kondisi

perekonomian global.

1.2 Sisi Penggunaan

Pertumbuhan ekonomi secara

Provinsi NTT dominan masih

ditopang oleh aktivitas konsumsi.

Pada triwulan laporan, andil aktivitas

konsumsi terhadap pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTT tercatat sebesar

4,34% atau lebih rendah dibandingkan

dengan kondisi triwulan sebelumnya

ataupun triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Bertolak belakang dengan

kondisi aktivitas konsumsi, andil investasi pada triwulan laporan mengalami

peningkatan menjadi sebesar 1,79% atau meningkat dibandingkan kondisi

triwulan sebelumnya yang sebesar 1,03%. Sementara itu, kinerja ekspor pada

triwulan laporan mengalami peningkatan dan memberikan andil terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sebesar 2,65%. Bertolak belakang dengan

peningkatan aktivitas konsumsi dan ekspor, andil impor pada triwulan laporan

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 3,13%

menjadi sebesar 2,91%.

1. Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi secara tahunan pada triwulan laporan

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total

meningkat sebesar 4,00% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 5,35% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan

konsumsi pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh disakselerasi konsumsi

rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba yang masing-masing tercatat sebesar

1,90% (yoy) dan 3,41% (yoy). sementara itu, laju konsumsi pemerintah mengalami

peningkatan cukup tinggi dari sebesar 6,72% (yoy) menjadi sebesar 12,23% (yoy)

pada triwulan laporan.

Grafik 1.3Andil Pertumbuhan Sisi Penggunaan

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3

Secara triwulanan, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami

peningkatan menjadi sebesar 17,81% (qtq). Sedangkan laju pertumbuhan

konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta nirlaba mengalami perlambatan

masing-masing sebesar 0,94% (qtq) dan 2,88% (qtq).

Meningkatnya konsumsi pemerintah dipengaruhi oleh penyelenggaraan Sail

Komodo 2013 pada bulan Agustus-September yang mendorong peningkatan

jumlah kegiatan meeting, incentive, conference, exhibition (MICE). Selain itu,

pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) pada bulan Agustus turut memberikan

andil terhadap peningkatan konsumsi pemerintah.

Sementara itu, perlambatan konsumsi swasta nirlaba diindikasikan dengan

penurunan konsumsi listrik untuk sektor industri pada triwulan laporan sejalan

dengan pola konsumsi listrik tahun-tahun sebelumnya.

Sejalan dengan kondisi konsumsi lembaga swasta nirlaba, pertumbuhan

konsumsi rumah tangga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 5,08% (yoy) menjadi sebesar 4,71% (yoy).

Secara triwulanan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan

perlambatan, yaitu dari sebesar 6,22% (qtq) menjadi 3,72% (qtq). Kondisi tersebut

merupakan dampak dari menurunnya daya beli masyarakat Provinsi NTT akibat

tekanan inflasi yang tinggi, khususnya pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak

(BBM) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Penurunan daya beli masyarakat Provinsi NTT

diindikasikan oleh menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya dari sebesar 100,15 menjadi sebesar 98,31. Penurunan NTP

yang merupakan indikator daya beli petani berdampak terhadap total konsumsi

masyarakat, karena sebagian besar tenaga kerja di Provinsi NTT (61,61%) bergerak

di sektor pertanian.

Sumber : BPS Provinsi NTT, diolahSumber : PLN Wilayah NTT, diolah

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Industri Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4

Menurunnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga tersirat

pada hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2013 yang menunjukkan penurunan

optimisme responden terhadap kondisi ekonomi saat ini. Hal tersebut tercermin

pada nilai Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang menurun dari 117,5 menjadi

105,83. Penurunan IKE tersebut didukung oleh penurunan optimisme responden

terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja saat ini, dan ketepatan

waktu pembelian barang tahan lama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Penurunan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga seiring

dengan menurunnya produksi sektor industri yang diantaranya terkonfirmasi oleh

menurunnya konsumsi listrik sektor industri pada triwulan laporan sebesar

13.93% (qtq). Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

diindikasikan oleh melambatnya penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit konsumsi pada

triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dari sebesar 19,36% (yoy) atau

4,56% (qtq) menjadi sebesar 14,79% (yoy) atau 3,75% (qtq).

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE

Sumber : KPw BI Provinsi NTT Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5

2. Investasi

Kinerja investasi pada

triwulan laporan mengalami

peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya dari

Rp594,17 miliar menjadi Rp 645,09

miliar atau tumbuh sebesar 8,57%

(qtq). Meningkatnya laju pertumbuhan

investasi juga tercermin dari

pertumbuhan kredit investasi yang cukup signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar 8,64% (qtq) atau 48,60% (yoy). Hal tersebut menjadi

salah satu indikasi bahwa andil investasi sektor swasta cukup dominan dalam

menggerakkan investasi di Provinsi NTT.

Meningkatnya investasi pada triwulan laporan terkait erat dengan

meningkatnya kinerja sektor bangunan/konstruksi. Hal tersebut dikonfirmasi

dengan meningkatnya konsumsi semen di Provinsi NTT sebesar 7,44%% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan

realisasi proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD, khususnya

untuk mendukung pelaksanaan event Sail Komodo 2013. Selain itu, realisasi

pembangunan hotel bintang yang masih terus berjalan turut berkontribusi dalam

peningkatan investasi.

3. Net Ekspor

Secara tahunan, kinerja net ekspor pada triwulan laporan

mengalami perningkatan. Nilai tambah dari kegiatan ekspor Provinsi NTT pada

triwulan laporan sebesar Rp 1,12 triliun atau tumbuh sebesar 9,26% (yoy). Laju

pertumbuhan ekspor tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 5,81% (yoy). Bertolak belakang dengan kegiatan ekspor Provinsi NTT, laju

pertumbuhan impor justru mengalami perlambatan dari 5,50% (yoy) pada triwulan

II-2013 menjadi 4,63% (yoy) pada triwulan laporan. Hal tersebut berdampak pada

pertumbuhan net ekspor yang meningkat dari -5,19% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi -0,76% (yoy) pada triwulan laporan. Secara umum nilai

Sumber : KBI Kupang

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6

tambah yang dihasilkan dari net ekspor Provinsi NTT masih bernilai negatif. Kondisi

ini dipengaruhi oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah untuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat. Minimnya sektor industri di Provinsi NTT,

terutama yang memproduksi kebutuhan primer (sandang dan pangan), berdampak

pada ketergantungan masyarakat Provinsi NTT yang cukup tinggi terhadap

aktivitas impor antar daerah.

Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor di Provinsi NTT mengalami

peningkatan masing-masing sebesar 8,76% (qtq) dan 13,40% (qtq). Kondisi

tersebut dikonfirmasi oleh data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat

mengalami peningkatan unloading (bongkar) dan loading (muat) pada triwulan

laporan masing-masing sebesar 7,10% (qtq) dan 45,01% (qtq).

Timor Leste dan Cina masih

menjadi negara tujuan ekspor utama.

Komoditas ekspor yang dominan adalah

hasil tambang bahan galian c berupa batu

marmer, batu hias, dan biji mangan

mentah. Pengiriman komoditas ekspor

tersebut dilakukan melalui dua pelabuhan,

yaitu Pelabuhan Tenau di Kota Kupang

dan Pelabuhan Atapupu di Kabupaten

Belu. Volume ekspor Provinsi NTT ke luar

Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor - Impor

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor

Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat

Sumber : PT Pelindo Tenau, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7

negeri pada triwulan laporan mencapai 13.951 ton atau mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9.172 ton. Dari total volume

tersebut, sebanyak 98,91% ditujukan ke Timor Leste.

1.3 Sisi Sektoral

Dari sisi sektoral, kontribusi tiga sektor utama Provinsi NTT masih

sangat dominan dalam menopang pertumbuhan ekonomi di triwulan

laporan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi

NTT atau memiliki andil paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT

pada triwulan laporan adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa serta sektor PHR.

Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki andil sebesar 33,42%, 26,83%,

dan 18,42%. Sementara sektor lainnya yang memiliki andil cukup besar (di atas

5%) yaitu sektor angkutan dan komunikasi (7,55%) serta sektor

bangunan/konstruksi (6,39%).

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian

meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Kinerja sektor

pertanian pada triwulan laporan

tercatat sebesar 2,65% (yoy), sedikit

meningkat dibandingkan kinerja

triwulan sebelumnya yang sebesar

2,26% (yoy). Peningkatan kinerja

sektor pertanian terutama didorong

oleh peningkatan kinerja subsektor

tabama khususnya komoditas bawang

merah seiring panen raya yang terjadi pada bulan September. Namun demikian,

kinerja subsektor peternakan menunjukkan penurunan. Hal ini diindikasikan dari

penurunan pengiriman ternak melalui jalur laut dengan penurunan sebesar

20,27% (qtq).

2. Sektor Jasa-jasa

Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan laporan sebesar

7,65% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor

jasa-jasa masih dominan digerakkan oleh subsektor pemerintahan umum dengan

Grafik 1.12 Perkembangan PengirimanTernak

Sumber : PT Pelindo diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 8

kontribusi sebesar 76,26%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi

Provinsi NTT masih ditopang dari anggaran Pemerintah, baik Pemerintah Pusat

maupun Pemerintah Daerah. Laju pertumbuhan subsektor pemerintahan umum

mengalami perlambatan sebesar 8,17% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya

yaitu sebesar 9,38% (yoy)..

3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Sektor PHR masih terus mempertahankan kinerja positifnya. Laju

pertumbuhan sektor PHR sebesar 8,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 7,68% (yoy). Meningkatnya kinerja sektor PHR

disebabkan peningkatan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran pada

level 8,81% (yoy). Di sisi lain, laju pertumbuhan subsektor hotel dan subsektor

restoran mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hasil liaison kepada pelaku usaha perhotelan menunjukkan adanya

peningkatan permintaan yang signifikan pada triwulan laporan. Hal tersebut

berbeda dengan pola tahun sebelumnya dimana triwulan II merupakan periode

low season bagi bisnis perhotelan. Meningkatnya sektor hotel tercermin dari

peningkatan jumlah kunjungan tamu hotel sebesar 43,42% dibandingkan triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil liaison1; musim liburan sekolah dan event nasional Sail

Komodo yang diselenggarakan pada akhir bulan Juli-September 2013 menjadi

penyebab utama meningkatnya aktivitas perhotelan, terutama di wilayah

Kabupaten Manggarai Barat. Peningkatan aktivitas subsektor hotel dan restoran

juga diindikasikan dari peningkatan penyaluran kredit PHR pada triwulan laporan

yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,19% (qtq). Peningkatan kinerja

subsektor perdagangan tercermin dari perningkatan omset penjualan eceran

sebesar 22,95% (qtq) dan jumlah peti kemas yang melalui Pelabuhan Tenau

sebesar 10,22 % (qtq) pada triwulan laporan.

1 Liaison adalah kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilakukan secara periodikmelalui wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi lainnya mengenaiperkembangan dan arah kegiatan usaha dengan cara yang sistematis dan didokumentasikandalam bentuk laporan dan likert scale.

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9

Pada subsektor perhotelan, secara triwulanan juga terjadi peningkatan laju

pertumbuhan sebesar 9,54% (qtq). Meningkatnya pertumbuhan subsektor

perhotelan tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang mengalami

peningkatan sebesar 17,65% dibandingkan triwulan sebelumnya.

4. Sektor Lainnya

Sektor lainnya yang

memiliki perananan cukup besar

dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTT adalah

sektor angkutan dan komunikasi

serta sektor bangunan/konstruksi.

Pada triwulan laporan, walaupun laju

pertumbuhan sektor bangunan

melambat dibandingkan dengan triwulan

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas

Sumber : KPw BI Provinsi NTTSumber : SPE, KPw BI Provinsi NTT

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Sektor PHR

Grafik 1.16 Perkembangan Jumlah Tamu Hotel

Sumber : BPS Provinsi NTTSumber : PT Pelindo diolah

Grafik 1.17 Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10

sebelumnya dari sebesar 6,45% (yoy) menjadi sebesar 6,09% (yoy), namun kinerja

triwulanan sektor bangunan menunjukkan peningkatan sebesar 3,82% (qtq).

Meningkatnya laju pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan laporan selain

dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi pemerintah juga dipengaruhi oleh

meningkatnya investasi swasta. Peningkatan laju pertumbuhan sektor bangunan

pada triwulan laporan dikonfirmasi oleh konsumsi semen di Provinsi NTT yang

mengalami peningkatan sebesar 1,95% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan realisasi proyek pemerintah yang

berasal dari dana APBN dan APBD, khususnya untuk mendukung pelaksanaan

event Sail Komodo 2013.

Sementara itu, kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 9,95% (yoy). Namun

demikian, meningkatnya laju pertumbuhan pada sektor keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan diwarnai dengan perlambatan kinerja pada subsektor perbankan

yang tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan.

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan Provinsi NTT

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral

Sumber : BPS Provinsi NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12

B A B II

PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 Kondisi Umum

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III-2013 tercatat lebih tinggi

dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi pada periode laporan

tercatat sebesar 8,29% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 5,26% (yoy). Meningkatnya laju inflasi pada

triwulan laporan disebabkan oleh tingginya inflasi pada kelompok volatile foods

dan administered prices. Peningkatan inflasi pada kelompok volatile foods yang

tercatat sebesar 5,47% (yoy) seiring dengan terbatasnya supply bahan makanan

terutama untuk subkelompok bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan padi-

padian. Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices

turut mengalami inflasi cukup tinggi yang tercatat sebesar 18,20% (yoy). Kenaikan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) menjadi penyebab

tingginya inflasi kelompok administered prices pada triwulan laporan. Di sisi lain,

kelompok core inflation mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,19% (yoy)

yang disebabkan oleh dampak lanjutan dari kenaikan BBM dan TTL.

Berdasarkan penghitungan inflasi kota, peningkatan inflasi terjadi di kedua

kota penghitungan inflasi Provinsi NTT yaitu Kota Kupang dan Kota Maumere.

Inflasi Kota Kupang dan Kota Maumere masing-masing tercatat sebesar 8,88%

(yoy) dan 5,32% (yoy). Kenaikan harga BBM dan TTL serta keterbatasan supply

bahan makanan menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi di kedua kota

tersebut.

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13

2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT

Naiknya harga BBM dan TTL,

berpengaruh signifikan terhadap

tingginya laju inflasi pada periode

laporan. Inflasi pada triwulan laporan

sebesar 8,29% (yoy), meningkat cukup

tajam dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 5,26% (yoy). Laju inflasi yang

cukup tinggi terutama dipengaruhi oleh

kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan serta kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau.

Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan meningkat

cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 7,33% (yoy)

menjadi 17,20% (yoy). Kenaikan tersebut terutama diakibatkan oleh peningkatan

inflasi pada subkelompok transportasi dari 9,99% (yoy) menjadi 23,76% (yoy).

Sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami

peningkatan inflasi dari 7,89% (yoy) menjadi 10,87% (yoy). Peningkatan inflasi

kelompok ini didorong oleh kenaikan inflasi yang signifikan dari subkelompok

makanan jadi dari 8,08% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 16,11% (yoy).

Di sisi lain, subkelompok ikan segar pada kelompok bahan makanan

mengalami deflasi sebesar 15,44% (yoy). Terjadinya deflasi pada subkelompok

tersebut disebabkan kondusifnya cuaca yang menyebabkan peningkatan hasil

tangkapan ikan para nelayan. Meskipun subkelompok ikan segar mengalami

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi ProvinsiNTT

Sumber : BPS, diolah

Tabel 2.2 Inflasi Provinsi NTT per Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 14

deflasi yang cukup tinggi, kondisi tersebut belum mampu menghambat laju inflasi

Provinsi NTT pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, Provinsi NTT juga mengalami inflasi untuk seluruh

kelompok komoditas. Inflasi Provinsi NTT tercatat sebesar 4,06% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,11% (qtq).

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kenaikan harga BBM dan TTL serta

terbatasnya supply komoditas bahan makanan menjadi kontributor utama

terjadinya inflasi pada triwulan laporan.

Sementara itu, secara bulanan inflasi pada bulan Juli dan Agustus 2013

masing-masing sebesar 4,63% (mtm) dan 0,48% (mtm). Hal tersebut terjadi

seiring perayaan Hari Raya Idul Fitri pada awal bulan Agustus. Bertolak belakang

dengan inflasi yang terjadi pada bulan Juli dan Agustus, pada bulan September

justru terjadi deflasi sebesar 1,02% (mtm). Inflasi pada bulan Juli jauh lebih tinggi

dibandingkan bulan-bulan lainnya disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM

dan TTL pada bulan tersebut. Sementara deflasi pada bulan September terjadi

karena faktor cuaca yang cukup kondusif sehingga mendukung peningkatan

supply untuk subkelompok ikan segar. Kendati demikian, deflasi yang terjadi pada

bulan September belum mampu menahan laju inflasi pada triwulan laporan secara

keseluruhan.

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT Grafik 2.3 Inflasi bulanan Provinsi NTT Tw.III-2013

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 15

2.3 Disagregasi Inflasi

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong

oleh laju inflasi administered prices. Inflasi administered prices pada triwulan

laporan tercatat sebesar 18,20% (yoy), meningkat cukup tajam dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 10,26% (yoy), sehingga kontribusinya

terhadap total inflasi meningkat dari 2,13% (yoy) menjadi 3,76% (yoy).

Peningkatan laju inflasi administered prices disebabkan oleh meningkatnya inflasi

pada subkelompok bahan bakar sebagai dampak dari kenaikan harga BBM.

Inflasi inti (core inflation) tercatat pada level 6,19% (yoy), mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,44% (yoy).

Peningkatan inflasi yang terjadi pada subkelompok transportasi dan bumbu-

bumbuan berdampak signifikan dalam mendorong laju inflasi inti pada triwulan

laporan. Peningkatan harga makanan jadi serta komoditas lainnya seperti padi-

padian juga ikut mendorong inflasi ke level yang lebih tinggi.

Inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan juga meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 2,21% (yoy)

menjadi 5,47% (yoy). Kembali meningkatnya inflasi kelompok volatile foods pada

triwulan laporan didorong oleh kenaikan harga BBM yang berdampak pada biaya

distribusi komoditas serta meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT

Sumber : BPS, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 16

Sumber : BPS, diolah

2.4 Inflasi Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Kenaikan BBM dan

TTL seiring dengan datangya

Hari Raya Idul Fitri

mengakibatkan tingginya

tekanan inflasi di Kota

Kupang pada triwulan

laporan. Inflasi Kota Kupang

pada triwulan III-2013 tercatat

sebesar 8,88% (yoy), meningkat

cukup signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang

sebesar 5,56% (yoy). Kenaikan harga BBM pada bulan Juni berdampak signifikan

terhadap inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang

tercatat mengalami peningkatan cukup tajam dari 7,82% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 17,37% (yoy). Selain itu, peningkatan inflasi kelompok

tersebut juga disebabkan oleh meningkatnya permintaan terhadap jasa angkutan

udara seiring perayaan Hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus yang mendorong

kenaikan tarif angkutan udara secara umum.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 17

Terbatasnya supply komoditas bahan makanan, khususnya subkelompok

bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan padi-padian, juga berperan cukup

dominan dalam menekan laju inflasi pada triwulan laporan. Inflasi subkelompok

bumbu-bumbuan, kacang-kacangan dan padi-padian pada triwulan laporan

masing-masing meningkat dari sebesar 19,45% (yoy), 3,69% (yoy), dan 4,16%

(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 52,56% (yoy), 10,52% (yoy), dan

7,57% (yoy).

Seperti pada periode-periode sebelumnya, selain faktor penawaran dan

permintaan, faktor ekspektasi juga sangat berpengaruh dalam membentuk inflasi

di Kota Kupang. Tingginya ketergantungan Kota Kupang terhadap pasokan dari

daerah lain (terutama Surabaya), menyebabkan ekspektasi pelaku ekonomi di Kota

Kupang terhadap inflasi menjadi tinggi ketika terjadi keterbatasan pasokan

komoditas bahan makanan dari Surabaya. Inflasi pada kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau juga cukup tinggi, yakni pada level 11,48% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,64% (yoy).

Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan inflasi subkelompok makanan jadi

dari 8,13% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,09%.

Secara triwulanan, Kota

Kupang tercatat mengalami inflasi

sebesar 4,21% (qtq). Kondisi tersebut

bertolak belakang dengan kondisi

triwulan sebelumnya yang mengalami

deflasi sebesar 0,13% (qtq). Tekanan

inflasi tertinggi selama periode

laporan terjadi pada kelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang

Sumber : BPS, diolah

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 18

keuangan yang mencapai 9,55% (qtq). Disusul oleh kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 5,78% (qtq).

Tekanan inflasi Kota Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar

4,98% (mtm). Inflasi tersebut bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan (11,73%), kelompok bahan makanan (5,80%) serta kelompok

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (5,58%). Sementara pada bulan

Agustus, Kota Kupang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm), karena

terjadi kenaikan TTL.

Berbeda dengan bulan Juli dan Agustus, pada bulan September Kota

Kupang mengalami deflasi sebesar 0,92% (mtm) yang terutama bersumber dari

kelompok bahan makanan, khususnya komoditas ikan segar. Hal tersebut

disebabkan oleh kembali normalnya harga-harga pasca Hari Raya Idul Fitri serta

kondusifnya cuaca yang berdampak pada peningkatan hasil tangkapan nelayan.

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Sejalan dengan Kota

Kupang, Kota Maumere juga

mengalami peningkatan inflasi

pada triwulan laporan. Inflasi Kota

Maumere pada triwulan laporan

tercatat sebesar 5,32% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,73%

(yoy). Komoditas yang mengalami

peningkatan laju inflasi pada triwulan laporan adalah kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan, yakni masing-

masing tercatat sebesar 16,06% (yoy) dan 4,63% (yoy).

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere

Sumber : BPS, diolah

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)

Sumber : BPS diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 19

Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 3,25% (qtq), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,04% (qtq). Bila

dibandingkan dengan inflasi di Kota Kupang yang mencapai 4,21% (qtq), inflasi

triwulanan Kota Maumere tersebut masih lebih rendah. Tekanan inflasi tertinggi

terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta

kelompok bahan makanan dengan inflasi masing-masing sebesar 11,15% (qtq)

dan 3,53% (qtq).

Inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

merupakan dampak dari kenaikan harga BBM pada bulan Juni. Sementara inflasi

pada kelompok bahan makanan dipengaruhi oleh pergerakan harga subkelompok

kacang-kacangan dan bumbu-bumbuan yang menunjukkan peningkatan

signifikan pada triwulan laporan. Subkelompok kacang-kacangan yang pada

triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 17,01% (qtq), pada triwulan

laporan mengalami inflasi sebesar 13,60% (qtq). Subkelompok bumbu-bumbuan

juga mengalami inflasi sebesar 9,20% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya

mengalami deflasi sebesar 19,81% (qtq).

Selama triwulan laporan, terjadi inflasi pada bulan Juli dan Agustus yang

masing-masing tercatat sebesar 2,83% (mtm) dan 2,01% (mtm) sebagai dampak

kenaikan harga BBM dan TTL serta datangnya Hari Raya Idul Fitri. Sementara pada

bulan September terjadi deflasi sebesar 1,57% (mtm) seiring dengan kembali

normalnya harga bahan makanan pasca Hari Raya Idul Fitri serta kondusifnya cuaca

yang berdampak pada peningkatan supply ikan segar.Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere

Sumber : BPS, diolah

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 20

Boks 1

Tingginya Ketergantungan Bahan Makanan

Terhadap Daerah Lain

Surplus-Defisit Bahan Pangan Strategis

Laju inflasi Provinsi NTT secara umum disebabkan oleh faktor supply,

kebijakan pemerintah serta ekspektasi masyarakat. Untuk triwulan III-2013

faktor supply dan kebijakan pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak

(BBM) dan tarif Tenaga Listrik (TTL) menjadi faktor utama yang menggerakkan

inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, khususnya level pedagang

berkontribusi menggerakkan level inflasi pada tingkat yang lebih tinggi.

Tingginya ketergantungan pasokan dari daerah lain menyebabkan

Provinsi NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi

di daerah pemasok. Pada triwulan III-2013, terbatasnya supply dari daerah

pemasok terutama subkelompok bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan

padi-padian serta kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM dan TTL menjadi

faktor utama penyebab tingginya laju inflasi. Laju inflasi triwulan III-2013

disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok volatile foods yang tercatat

sebesar 5,47% (yoy) dan kelompok administered prices sebesar 18,20% (yoy).

Di sisi lain, kelompok core inflation turut mengalami peningkatan menjadi

sebesar 6,19% (yoy) sebagai imbas dari kelangkaan supply dan kenaikan harga

BBM dan TTL.

Tabel 2.5 Kontribusi Inflasi per Komoditas periode Jan 2011-Sept 2013

Komoditas Kelompok Inflasi Andil1. ANGKUTAN UDARA2. BERAS3. ANGKUTAN DALAM KOTA4. SEWA RUMAH5. BENSIN6. TUKANG BUKAN MANDOR7. BAWANG MERAH8. WORTEL9. PASIR10. SEMEN

Administered PricesVolatile FoodsAdministered PricesCoreAdministered PricesAdministered PricesVolatile FoodsVolatile FoodsCoreCore

0.117%0.059%0.049%0.035%0.034%0.031%0.028%0.028%0.024%0.019%

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 21

Berdasarkan tabel sebelumnya, kontribusi penyumbang inflasi Provinsi

NTT lebih didominasi oleh kelompok komoditas bergejolak (volatile foods) dan

kelompok administered prices. Tingginya kontribusi kelompok volatile foods

dipengaruhi oleh faktor supply bahan makanan yang sebagian besar dipasok

dari daerah lain.

Berdasarkan hasil survei, berikut beberapa komoditas pangan strategis

yang berpengaruh terhadap laju inflasi :

Tabel 2.6 Surplus-Defisit Pangan Strategis per-Juli 2013

Meskipun sebagian pemenuhan komoditas dipenuhi dari daerah sendiri,

akan tetapi belum mampu memeunuhi permintaan secara umum. Seperti

halnya komoditas beras, tingkat konsumsi yang mencapai 580.000 ton dengan

tingkat produksi yang hanya sebesar 450.000 ton menghasilkan defisit sebesar

130.000 ton. Defisit ini dipenuhi dari daerah lain yang dalam hal ini berasal dari

Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Tim Pemantau dan Pengendali

Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT dengan TPID daerah pemasok. Adapun

koordinasi tersebut dapat difokuskan pada :

a. Informasi bahan pangan, koordinasi antar TPID dapat saling

menginformasikan mengenai keadaan pasokan komoditas ataupun faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi pasokan komoditas serta perkembangan

harga. Diharapkan dengan adanya pertukaran informasi ini, TPID Provinsi

NTT dapat mengambil langkah preventif apabila terjadi gejolak pasokan

(supply shock).

ribuan ton

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 22

b. Distribusi pangan, diharapkan koordinasi antar TPID dapat menjaga jalur

distribusi pangan. hal ini betujuan untuk menghindari kelangkaan pasokan

yang dapat menyebabkan kenaikkan harga.

Dengan adanya kerjasama antar TPID Provinsi NTT dan TPID daerah

pemasok diharapkan dapat menekan laju inflasi secara umum.

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 23

33..11 KKoonnddiissii UUmmuumm

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Provinsi NTT pada

triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, tercatat

gabungan aset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar Rp 22,36 triliun

dengan pertumbuhan sebesar 13,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan yang

menunjukkan perlambatan namun dengan risiko kredit yang terjaga. Pada triwulan

laporan, penghimpunan DPK meningkat sebesar 8,18% (yoy) dengan total DPK

mencapai Rp 16,13 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 21,17% (yoy)

dengan outstanding kredit mencapai Rp 14,81 triliun dengan risiko kredit terjaga

pada level 1,56%. Pertumbuhan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran

kredit menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin

dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang meningkat dari 87,85% menjadi

91,80%.

Kinerja sistem pembayaran, terutama melalui Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) menunjukkan perlambatan. Aktivitas transaksi non tunai melalui

fasilitas SKNBI tercatat meningkat sebesar 25,68% (yoy) dengan nominal transaksi

sebesar Rp 644,59 miliar. Transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

B A B III

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 24

(RTGS) juga meningkat meski hanya sebesar 0,06% (yoy) dengan nominal transaksi

sebesar Rp 20,72 triliun selama triwulan laporan.

III IV I II III IV I II IIIKliring 433,789 358,089 432,787 447,927 512,868 610,182 530,779 569,628 644,592

y-o-y -6.14% -30.73% 6.57% 3.60% 18.23% 70.40% 22.64% 27.17% 25.68%Cek/BG Kosong 6,321 8,117 6,844 8,437 7,375 7,660 6,584 8,428 12,903

y-o-y -38.77% -26.72% -3.58% 13.78% 16.67% -5.63% -3.80% -0.11% 74.95%Ratio Cek/BG Kosong thdKliring 1.46% 2.27% 1.58% 1.88% 1.44% 1.26% 1.24% 1.48% 2.00%

20132011 2012Pembayaran Non Tunai(Juta)

Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net outflow

yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan

dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang

terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Mencermati melambatnya

pertumbuhan tahunan net outflow dibandingkan kinerja kliring, hal tersebut

mengindikasikan telah terjadi peralihan preferensi fasilitas transfer dana

masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang ke bentuk sistem pembayaran non tunai.

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai

PembayaranTunai (miliar) III IV I II III IV I II III

Inflow 516.98 480.43 1130.96 484.92 677.29 486.65 1361.96 615.18 770.79

y-o-y 31.17% 31.22% 67.63% 6.51% 31.01% 1.29% 20.43% 26.86% 13.81%Outflow 1046.39 1660.48 286.81 1168.66 1175.25 1665.53 436.38 1000.41 1358.61

y-o-y 32.29% 21.66% 3.75% 64.26% 12.31% 0.30% 52.15% -14.40% 15.60%Net Inflow -529.42 -1180.05 844.15 -683.75 -497.96 -1178.88 925.59 -385.23 -587.82

y-o-y 33.39% 18.16% 111.97% 166.86% -5.94% -0.10% 9.65% -43.66% 18.05%Uang Palsu (ribu) 3,750 2,450 1,950 7,650 4,800 11,440 800 700 1,250

201320122011

III IV I II III IV I II III

Nilai (Rp miliar) 15,928 15,523 13,763 19,860 20,703 24,798 22,688 21,878 20,717

% yoy 33.95% 2.23% 18.44% 78.00% 29.98% 59.75% 64.84% 10.16% 0.06%

Volume 9,812 13,294 9,221 12,276 13,341 16,141 9,704 9,333 12,630

% yoy -10.38% 26.06% 21.31% 38.96% 35.97% 21.42% 5.24% -23.98% -5.33%

Nilai (Rp miliar) 13,835 14,359 12,466 14,912 21,840 15,983 13,308 22,746 17,780

% yoy 17.08% 12.68% 20.99% 44.04% 57.86% 11.31% 6.76% 52.54% -18.59%

Volume 8,661 9,358 7,055 7,948 8,263 9,265 5,687 6,142 8,209

% yoy -22.66% -33.48% -4.80% 5.99% -4.60% -0.99% -19.39% -22.72% -0.65%

2013

MENUJU(TO) NTT

2011 2012

DARI(FROM)

NTT

TRANSAKSI RTGSIII IV I II III IV I II III

Nilai (Rp miliar) 15,928 15,523 13,763 19,860 20,703 24,798 22,688 21,878 20,717

% yoy 33.95% 2.23% 18.44% 78.00% 29.98% 59.75% 64.84% 10.16% 0.06%

Volume 9,812 13,294 9,221 12,276 13,341 16,141 9,704 9,333 12,630

% yoy -10.38% 26.06% 21.31% 38.96% 35.97% 21.42% 5.24% -23.98% -5.33%

Nilai (Rp miliar) 13,835 14,359 12,466 14,912 21,840 15,983 13,308 22,746 17,780

% yoy 17.08% 12.68% 20.99% 44.04% 57.86% 11.31% 6.76% 52.54% -18.59%

Volume 8,661 9,358 7,055 7,948 8,263 9,265 5,687 6,142 8,209

% yoy -22.66% -33.48% -4.80% 5.99% -4.60% -0.99% -19.39% -22.72% -0.65%

2013

MENUJU(TO) NTT

2011 2012

DARI(FROM)

NTT

TRANSAKSI RTGS

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 25

33..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBaannkk UUmmuumm

33..22..11.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann

Kinerja positif perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya

terus meningkat. Pada triwulan III-2013, rasio penyaluran kredit terhadap

penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio) sebesar 91,49%. Sementara itu, rasio

kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan) terhadap

total kredit menurun dari 4,60% menjadi 4,37% pada triwulan laporan dengan

nominal mencapai Rp 637,29 miliar.

Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan sedikit

melambat dengan pertumbuhan sebesar 7,93% (yoy). Total dana masyarakat

yang ada pada Bank Umum di wilayah NTT mencapai Rp 15,92 triliun. Peningkatan

laju pertumbuhan dana masyarakat masih bersumber pada meningkatnya

pertumbuhan dana pada rekening tabungan. Pada triwulan laporan, total dana

yang tercatat pada rekening tabungan Bank Umum sebesar Rp 8,03 triliun. Jumlah

tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 10,74% (yoy), meskipun melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan penempatan dana oleh golongan

pemilik perseorangan yang mencapai 11,71% (yoy) masih mendominasi rekening

simpanan di Provinsi NTT.

Sumber :KPw BI Provinsi NTT Sumber :KPw BI Provinsi NTT

Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR

0%

2%

4%

6%

8%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Nominal (Miliar) rasio thd kredit

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 26

Pertumbuhan dana pada rekening giro mengalami kenaikan sebesar

15,05% (yoy). Peningkatan dana pemerintah pada rekening giro yang mencapai

15,98% (yoy) pada triwulan III-2013 merupakan lanjutan dari triwulan sebelumnya,

dimana pada semester II-2013 terdapat penambahan dana transfer dari Pemerintah

Pusat dan penyerapan anggaran masih cukup rendah pada awal tahun, sedangkan

pada triwulan laporan penyerapan anggaran lebih tinggi. Di sisi lain, dana milik

perorangan juga mengalami penurunan sebesar 1,23% (yoy).

Penempatan dana dalam rekening deposito mencapai Rp 4,00 triliun atau

hanya turun sebesar 2,89% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut sedikit melambat

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 5,69% (yoy). Penurunan

penempatan dana pada rekening deposito salah satunya dipengaruhi oleh

penarikan dana oleh deposan inti pada salah satu bank di NTT untuk melakukan

aksi korporasi berupa pembelian kembali (buy-back) saham perusahaan.

Penyaluran kredit Bank Umum sedikit melambat dengan total

pertumbuhan sebesar 20,88% (yoy) dengan total outstanding kredit

mencapai Rp 14,57 triliun. Secara struktural, komposisi penyaluran kredit belum

mengalami perubahan meskipun sudah menunjukkan pergeseran ke arah kredit

produktif. Penyaluran kredit perbankan di Provinsi NTT masih didominasi oleh

Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan PemilikGrafik 3.3 Komposisi DPK

Sumber : KPw BI Provinsi NTT Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Pemerintah30.90%

Swasta8.41%

Perorangan60.23%

Lainnya0.46%

Giro24.51%

Deposito25.06%

Tabungan50.43%

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27

kredit jenis konsumsi dengan proporsi mencapai 63,85% dari total kredit.

Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi menyumbang share

masing-masing sebesar 28,64% dan 7,52%. Akselerasi pertumbuhan kredit modal

kerja yang relatif tinggi mendorong penurunan share kredit konsumsi terhadap

total kredit perbankan.

Secara tahunan, peningkatan kegiatan ekonomi di Provinsi NTT

berimplikasi pada peningkatan kredit, diantaranya kredit modal kerja.

Peningkatan kredit modal kerja didorong oleh peningkatan permintaan kredit pada

sektor-sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Peningkatan

kredit pada sektor tersebut mencapai 55,64% (yoy), dengan porsi dalam

penyaluran kredit modal kerja sebesar 69,35%. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa sektor perdagangan terus berekspansi untuk meningkatkan kapasitas

usahanya terkait dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat Provinsi NTT.

Sementara itu peningkatan penyaluran kredit yang sangat signifikan pada triwulan

laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi pada sektor jasa

kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 99,61% serta sektor pertanian, perburuan

dan kehutanan sebesar 58,96%.

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28

Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT berkorelasi positif terhadap

pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju pertumbuhan kredit investasi

merupakan yang tertinggi dibandingkan kredit modal kerja dan konsumsi. Sumber

peningkatan penyaluran kredit investasi adalah peningkatan kredit pada sektor

perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup besar

terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor listrik, gas dan air serta

sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya yang

meningkat masing-masing sebesar 319,32% dan 100,61%. Hal tersebut searah

dengan meningkatnya pembangunan properti, hotel dan restoran di Provinsi NTT

sebagai salah satu program pemerintah dalam mendorong NTT menjadi salah satu

tujuan wisata dunia yang harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur penunjang

sektor pariwisata.

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29

Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor

perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih

menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju

pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor

pertanian, sektor konstruksi, sektor pertanian subsektor perikanan, sektor jasa

pendidikan dan sektor jasa kemasyarakatan mengindikasikan bahwa terjadi

peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan pada sektor-sektor tersebut.

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30

Peningkatan penyaluran kredit perbankan diimbangi dengan risiko

kredit yang tetap terkendali pada level rendah. Rasio Non Performing Loan

(NPL) perbankan di Provinsi NTT pada triwulan III-2013 sedikit naik pada level

1,52% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,43%. Rasio NPL kredit

modal kerja dan investasi pada triwulan sebesar 3,11%. Sementara rasio NPL kredit

konsumsi yang tercatat cukup stabil pada level 0,66%.

0%

2%

4%

6%

8%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Kredit Modal Kerja (Miliar) Kredit Investasi (Miliar)NPL Modal Kerja NPL Investasi

Kenaikan BI Rate hingga 1,25 bps menjadi 7,25% dari sebelumnya

6,00% relatif tidak mempengaruhi perbankan di NTT untuk menaikkan

suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit tertimbang

perbankan di Provinsi NTT pada triwulan III-2013 sebesar 14,65% atau sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,69%.

Penurunan suku bunga kredit terjadi pada jenis kredit investasi menjadi sebesar

15,28% dan kredit konsumsi sebesar 14,88%, sedangkan suku bunga kredit

modal kerja sedikit naik dari 13,68% menjadi 13,80% pada triwulan laporan.

Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal KerjaBank Umum

Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum

Sumber : KPw BI Provinsi NTT Sumber : KPw BI Provinsi NTT

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

0

40

80

120

160

200

240

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

NPL (miliar) NPL (%)

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31

33..22..22.. KKrreeddiitt UUMMKKMM ((UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill ddaann MMeenneennggaahh))

Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

meningkat sebesar 27,82% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM masih lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan kredit produktif lebih tinggi

dibandingkan dengan penyaluran kredit konsumtif. Meski begitu, rasio kredit

UMKM terhadap total kredit pada triwulan laporan sedikit menurun menjadi

26,70%. Demikian juga rasio kredit UMKM terhadap total kredit produktif turun

ke angka 73,84%.

Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM paling

tinggi pada triwulan laporan terjadi pada kategori usaha mikro dan kecil.

Penyaluran kredit untuk UMKM jenis mikro tumbuh signifikan sebesar 55,58%

dengan outstanding kredit mencapai Rp 849 miliar dan jumlah debitur sebanyak

52.249 unit usaha. Penggunaan kredit untuk usaha mikro didominasi untuk

keperluan modal kerja yaitu sebesar 80,67% dibandingkan untuk investasi yang

hanya sebesar 19,33%.

Penyaluran kredit pada usaha jenis kecil mengalami kenaikan sebesar

19,20% dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,97 triliun dan jumlah debitur

mencapai 9.877 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk

kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 79,37% dan investasi sebesar 20,63%.

Namun Penyaluran kredit pada usaha jenis menengah mengalami perlambatan

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32

menjadi sebesar 26,76% dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,07 triliun dan

jumlah debitur sebesar 1.590 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan

untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 80,45% dan investasi sebesar 19,55%.

Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor

perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 67,87% dari total

penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan

hanya sebesar sebesar 1,24% dan 0,50%. Risiko penyaluran kredit (NPLs) kepada

UMKM pada triwulan laporan terjaga pada level 3,33%.

33..22..33.. KKiinneerrjjaa PPeerrbbaannkkaann UUmmuumm BBeerrddaassaarrkkaann SSeebbaarraann PPuullaauu

Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih

terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan

di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya

kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar Rp

12,80 triliun atau 59,07% dari total asset bank umum di Provinsi NTT. Sementara

di Pulau Flores sebesar Rp 6,82 triliun atau 31,48% dari total aset, dan aset bank

umum di Pulau Sumba sebesar Rp 2,05 triliun atau 9,44% dari total aset bank

umum di Provinsi NTT.

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33

Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan

indikator di pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan

laporan, perkembangan aset terbesar terdapat di Pulau Sumba yaitu sebesar

40,80% (yoy) diikuti dengan Pulau Flores sebesar 29,07% (yoy). Hal serupa juga

terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK),

dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK

mencapai Rp5,16 triliun atau meningkat sebesar 13,74% (yoy) sementara Pulau

Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar

7,27% dan 5,08%.

Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau

Timor yaitu sebesar 24,00% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin

dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba yang menunjukkan nilai

tertinggi yaitu sebesar 103,63% (yoy) diikuti oleh Pulau Flores sebesar 97,19%.

33..33 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann

33..33..11.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii

aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg

Transaksi non tunai melalui SKNBI meningkat cukup

signifikan. Namun, dari sisi pertumbuhan SKNBI triwulan laporan

sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari

sebesar 27,17% (yoy) menjadi sebesar 25,68% (yoy). Terjadi

peningkatan nominal transaksi kliring pada triwulan laporan dengan

nominal transaksi mencapai Rp 644,59 miliar dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp 569,63 miliar. Sementara lembar warkat kliring

pada triwulan laporan sebanyak 19.000 warkat atau meningkat sebesar

10,52% (yoy). Pertumbuhan lembar warkat yang lebih kecil

dibandingkan dengan nominal transaksi mencerminkan bahwa rata-rata

Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34

nominal transaksi per warkat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pada triwulan laporan, rata-rata nominal per lembar warkat

sebesar Rp 33,93 juta.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat masih

memilih menggunakan SKNBI untuk transaksi dengan nominal rendah

karena dari segi biaya lebih murah dibandingkan RTGS. Namun, ada

kecenderungan beralihnya preferensi masyarakat ke sistem RTGS untuk

nominal transaksi yang lebih besar, terutama untuk transaksi bisnis yang

memerlukan kecepatan waktu pengiriman uang ke rekening tujuan.

Peningkatan transaksi melalui SKNBI tampak berpengaruh

terhadap kualitas transaksi. Berbanding lurus dengan jumlah transaksi

kliring yang meningkat sangat tinggi, jumlah cek/BG kosong di wilayah

Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan meningkat

signifikan. Jumlah cek/BG kosong pada triwulan laporan mencapai

angka Rp 12,9 miliar, meningkat 74,95% (yoy) dengan jumlah warkat

sebanyak 213 lembar.

bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS

Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami

pertumbuhan dari sisi nominal meskipun terjadi penurunan dari

volume transaksinya. Sistem RTGS yang memungkinkan proses

transfer yang cepat menjadi faktor utama beralihnya penggunaan SKNBI

ke sistem RTGS. Apalagi untuk wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi

Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring

Sumber : KBI Kupang

Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong

Sumber : KPw BI Provinsi NTT Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35

NTT, dimana SKNBI hanya dapat dilakukan di wilayah Kota Kupang dan

Kota Maumere dengan nominal transaksi yang terbatas.

Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih

didominasi oleh transaksi dari Provinsi NTT. Transaksi dari (from) tercatat

lebih besar dibandingkan dengan transaksi yang masuk (to). Transaksi

RTGS yang keluar dari Provinsi NTT meningkat sebesar 0,06% (yoy)

dengan nilai transaksi mencapai Rp 20,72 triliun.

Sementara itu, setelah pada triwulan lalu mengalami peningkatan

yang cukup signifikan, transaksi RTGS yang berasal dari daerah lain

melambat pada triwulan III-2013. Pada triwulan laporan, tercatat aliran

dana yang masuk ke Provinsi NTT melalui sistem RTGS sebesar Rp 17,78

triliun atau menurun 18,59% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya,

yang berasal dari 8.209 transaksi.

33..33..22.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii

Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai terus

meningkat. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank

Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar

Rp. 2,13 triliun. Pada triwulan laporan terjadi net outflow dimana jumlah

uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan

uang yang masuk. Jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia pada

triwulan laporan sebesar Rp 770,79 miliar atau meningkat 13,81% (yoy).

Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia mencapai Rp 1,36

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013Rp m

iliar

From NTT (Rp miliar)

To NTT (Rp miliar)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013Lem

bar

From NTT To NTT

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36

triliun atau naik sebesar 15,60% (yoy). Peningkatan pertumbuhan jumlah

uang yang keluar dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan kebutuhan uang kartal yang signifikan tiap triwulannya.

Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat

signifikan. Pada triwulan laporan, jumlah UTLE yang terserap di wilayah

Provinsi NTT mencapai Rp 232,56 miliar atau meningkat signifikan sebesar

1.484,89% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan

masih diharapkan menjadi sarana utama dalam menjaring UTLE di

masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah

satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money

policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil dalam

menekan jumlah UTLE di masyarakat, meskipun belum optimal karena

kondisi geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya

untuk mewujudkan clean money policy pun terus dilakukan, terutama di

wilayah-wilayah terpencil.

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai

Sumber : KPw BI Provinsi NTT

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain

Sumber :KPw BI Provinsi NTT

-80%

-40%

0%

40%

80%

120%

160%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013(mili

ar)

inflow outflow growth inflow (%) growth outflow (yoy)

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37

Sementara itu, jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada

triwulan laporan sebesar Rp 1,25 juta. Jumlah uang palsu yang tercatat

pada triwulan laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar

yaitu denominasi Rp 100.000,00 dan Rp 50.000,00.

Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang

beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat

mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba

dan Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp

20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp 100.000,00 dengan penambahan

features pengaman.

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38

Dampak Penerapan Kebijakan Loan to Value (LTV) Terhadap

Penyaluran Kredit Properti di Nusa Tenggara Timur

Lonjakan kenaikan harga properti selama beberapa tahun terakhir di

Indonesia telah menjadi perhatian serius Bank Indonesia (BI). BI mengantisipasi

terjadinya krisis serupa seperti yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008.

Krisis yang bermula dari pemberian kredit kepada debitur tidak kredibel

(subprime mortgage) tersebut berimplikasi terjadinya gelembung (bubble) di

sektor properti. BI meresponnya dengan menerbitkan kebijakan Loan to Value

(LTV) pada 15 Juni 2012 yang mengatur besarnya jumlah kredit terutama kredit

properti yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan maksimal 70%

dengan tipe luas bangunan lebih dari 70 m2. Selanjutnya,penyempurnaan

kebijakan LTV yang dikeluarkan oleh BI pada tanggl 30 September 2013

mengatur pemberian kredit KPR dan KPA tipe lebih dari 70 meter persegi

menjadi 70%, untuk kepemilikan kedua sebesar 60%, sementara untuk

kepemilikan ketiga dan seterusnya menjadi 50%. Untuk KPA tipe 22-70 meter

persegi maksimum LTV sebesar 80%, kepemilikan kedua sebesar 70%,

kepemilikan ketiga dan seterusnya sebesar 60%.

Perkembangan Kredit Sektor Properti secara Nasional selama kurun waktu

Maret 2012 hingga September 2013 terlihat bahwa kredit terhadap sektor

properti terus mengalami kenaikan, baik kredit untuk kepemilikan rumah

tinggal, maupun flat atau apartemen, serta ruko/rukan. Hingga triwulan III 2013,

Bank Indonesia mencatat posisi kredit KPR, KPA dan kredit Ruko yang disalurkan

oleh bank umum masing-masing sebesar Rp11,21 triliun atau tumbuh 50,73%

(yoy), Rp 5,59 triliun atau tumbuh 37,04% (yoy), dan Rp5,26 triliun atau

tumbuh 142,77% (yoy).

BOKS 2

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39

Jenis rumah yang paling banyak diminati oleh konsumen ialah rumah

tinggal dengan luas lebih dari 70 m2, sedangkan jenis apartemen yang paling

banyak diminati ialah apartemen dengan luas tidak lebih dari 21 m2. Pasca

penetapan LTV tren kenaikan penyaluran kredit properti ternyata diimbangi

dengan tren penurunan rasio NPL (non performing loans). Pada periode yang

sama, rasio NPL di sektor properti mencapai 0,77%. Penurunan rasio NPL

disumbang oleh rasio NPL KPR sebesar 0,44%; NPL KPA sebesar 3,89% dan

NPL Kredit Ruko sebesar 0,50%. Dari tiga jenis kredit di sektor properti tersebut,

hanya kredit pemilikan rumah yang menunjukkan tren peningkatan rasio NPL.

Perkembangan kredit sektor properti di NTT tidak berbeda jauh dengan

kondisi penyaluran kredit di tingkat nasional. Kredit properti di NTT

menunjukkan tren peningkatan disertai rasio NPL yang juga menurun. Tingginya

-100-50050100150200250300350400

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013

Kredit Rumah Tinggal (aksis kiri)Kredit Ruko/Rukan (aksis kiri)Growth Kredit Rumah TinggalGrowth Ruko/Rukan

% (yoy)Rp Juta

Grafik 3.12Perkembangan Kredit Rumah Tinggal dan Ruko di NTT

Grafik 3.13Perkembangan Kredit Properti NTT

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Kredit Properti (aksis kiri)

NPL Kredit Properti

Rp Juta %

Triwulan III-2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40

kredit properti di NTT disebabkan oleh tingginya pertumbuhan sektor bangunan

terutama pembangunan ruko-ruko. Hingga akhir September 2013 penyaluran

kredit properti di NTT sebesar Rp20,7 miliar dengan NPL sebesar 0,30%.

Adapun penyaluran KPR tercatat sebesar Rp3,60 miliar dengan NPL sebesar

1,35%. Penyaluran KPR didominasi oleh kredit rumah tinggal dengan tipe luas

sampai dengan 21 m2 sebesar Rp3,05 milyar atau meningkat sebesar

4.601,72% (yoy).

Ditinjau dari sumbangan per sektor terhadap PDRB NTT, sektor bangunan

menjadi salah satu sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Rata-rata

pertumbuhan sektor bangunan secara triwulanan selama tiga tahun terakhir

tercatat sebesar 6,56% (yoy) dengan rata-rata andil sebesar 6,30%. Rata-rata

pertumbuhan sektor bangunan tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan

PDRB yang hanya sebesar 5,52% (yoy).

Proyek pembangunan fisik mempersiapkan event Sail Komodo, dan

pembangunan beberapa hotel berbintang, dan perumahan/real estate di NTT

dipercaya akan menciptakan multiplier effect terhadap permintaan dan

perkembangan sektor bangunan, terutama rumah tinggal dan ruko.

Pada akhir 2013, rata-rata pertumbuhan sektor bangunan setiap

triwulanan diprediksi mencapai 6,83% (yoy), sedangkan rata-rata pertumbuhan

PDRB sebesar 5,51% (yoy).

Grafik 3.14Perkembangan Pertumbuhan Sektor Bangunan NTT

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

12,00%

14,00%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4P

2011 2012 2013

Growth (yoy)

Linear (Growth (yoy))

Triwulan III- 2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41

B A B IV

KEUANGAN PEMERINTAH

4.1. Kondisi Umum

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan laporan

mengalami peningkatan. Pola penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) relatif sama pada setiap tahunnya, dimana pada triwulan III laju

realisasi anggaran relatif lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Realisasi anggaran pendapatan hingga triwulan III-2013 tercatat sebesar

Rp 1,86 triliun atau mencapai 79,59% dari rencana anggaran pendapatan tahun

2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Sementara itu, realisasi anggaran belanja

sebesar Rp 1,57 triliun atau mencapai 65,51% dari rencana anggaran belanja

tahun 2013 yang sebesar Rp 2,4 triliun. Realisasi anggaran pendapatan dan

belanja sampai dengan triwulan III-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan realisasi anggaran pendapatan dan belanja pada periode yang sama

tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 77,81% dan 55,40%.

Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan,

hingga bulan Agustus 2013 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT berada

sedikit di atas rata-rata seluruh provinsi yang sebesar 50,6%. Besarnya realisasi

belanja 33 provinsi sampai dengan bulan Agustus 2013 mencapai Rp 358,5 triliun,

lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun 2011

Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan

Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi di Indonesia

Triwulan III- 2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42

dan 2012 yang hanya sebesar Rp 269,9 triliun dan Rp 301,5 triliun. Terdapat 14

provinsi yang mempunyai realisasi belanja di bawah rata-rata dengan realisasi belanja

terendah adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar 37,6% dan realisasi belanja

tertinggi adalah Provinsi Gorontalo sebesar 61,2%.

Berdasarkan tren pada tahun-tahun sebelumnya, diprediksikan akan terjadi

peningkatan laju penyerapan anggaran secara signifikan pada triwulan IV (terutama

di bulan Desember), karena Pemerintah Daerah akan melakukan akselerasi terhadap

penyelesaian program-program kerjanya untuk mengejar target realisasi belanja

daerah.

4.2. Pendapatan Daerah

Realisasi anggaran

pendapatan Pemerintah Provinsi

NTT hingga triwulan III-2013

mencapai 79,59% dari anggaran

pendapatan tahun 2013. Total

pendapatan Provinsi NTT hingga

triwulan III-2013 tercatat sebesar

Rp1,86 triliun atau meningkat 6,18%

dibandingkan total pendapatan posisi

triwulan III-2012 yang sebesar Rp1,75

triliun. Nominal tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar

Rp391,26 miliar atau 20,98% dari total pendapatan hingga triwulan III-2013.

Sementara sisanya sebesar Rp1,47 triliun atau 79,01% merupakan Pendapatan

Transfer dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan sumber

penerimaan daerah terhadap bantuan dari Pemerintah Pusat dalam era otonomi

daerah masih relatif sangat tinggi.

Bila dibandingkan dengan target PAD akhir tahun, realisasi PAD Provinsi NTT

pada triwulan laporan tercatat mencapai 90,28%. Sumbangan realisasi terbesar PAD

berasal dari pos Pajak Daerah yang nilainya mencapai Rp 249,42 miliar atau sebesar

84,41% dari realisasi PAD pada triwulan laporan.

Sementara itu, realisasi Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat pada

triwulan laporan tercatat mencapai 77,17% dari target Pendapatan Transfer tahun

2013. Sumbangan terbesar berasal dari pos Dana Perimbangan dengan realisasi

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

Triwulan III- 2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43

mencapai Rp 954 miliar atau sebesar 64,76% dari realisasi Pendapatan Transfer

sampai dengan triwulan laporan.

4.3. Belanja Daerah

Realisasi belanja pemerintah

hingga triwulan lII-2013 sebesar

65,51% dari anggaran belanja tahun

2013. Total belanja Pemerintah Provinsi

NTT sampai dengan triwulan III-2013

tercatat sebesar Rp 1,57 triliun atau

meningkat 20,60% dibandingkan total

belanja posisi triwulan III-2012 yang

sebesar Rp 1,30 triliun. Pos Belanja

Operasi, yang didalamnya mencakup

Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Hibah, merupakan pos

belanja terbesar dengan total nominal sebesar Rp 1,40 triliun atau mencapai 89,29%

dari total belanja sampai dengan triwulan laporan. Sisanya sebesar 10,71% terdiri

dari Belanja Modal (6,44%), Transfer ke Pemerintah Kabupaten/Kota (4,15%), dan

Belanja Tidak Terduga (0,12%).

Belanja Hibah dan Belanja Pegawai mencatat realisasi tertinggi pada pos

Belanja Operasi, yaitu masing-masing sebesar Rp 756,12 miliar (77,70%) dan

Rp 369,47 miliar (63,55%). Nominal realisasi Belanja Hibah dan Belanja Pegawai

tersebut meningkat masing-masing sebesar 28,29% dan 4,51% dibandingkan

dengan realisasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar

Rp 589,36 miliar dan Rp 353,53 miliar.

Sementara pos Belanja Modal sampai dengan triwulan III-2013 baru mencatat

realisasi sebesar Rp 101,30 miliar (43,50%). Kendati demikian, nominal realisasi

belanja modal tersebut mengalami peningkatan sebesar 33,49% dibandingkan

dengan realisasi pada triwulan III-2012 yang sebesar Rp 75,88 miliar. Peningkatan

realisasi Belanja Modal merupakan salah satu indikator bahwa perhatian Pemerintah

Provinsi NTT terhadap pembangunan infrastruktur di wilayahnya semakin meningkat.

Grafik 4.3 Realisasi Belanja

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

Triwulan III- 2013|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44

Rencana2013 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013

PENDAPATAN 2,342,342 627,415 1,240,318 1,864,356PENDAPATAN ASLI DAERAH 433,414 99,194 251,041 391,269

Pendapatan Pajak Daerah 295,488 82,172 135,652 249,421Pendapatan Retribusi Daerah 11,269 1,972 3,308 5,725Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 45,050 30 53,297 53,317Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,607 15,020 58,784 82,805

PENDAPATAN TRANSFER 1,901,949 528,221 989,278 1,473,088Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,187,411 358,380 647,079 954,009

Dana Bagi Hasil Pajak 105,596 369 37,506 58,983Dana Alokasi Umum 1,003,992 334,664 585,662 836,660Dana Alokasi Khusus 77,823 23,347 23,347 58,367

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 714,538 169,842 342,199 519,078Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 714,538 169,842 342,199 515,557Penerimaan dari Pihak Ketiga - - - 3,521

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - -Pendapatan Hibah - - - -Pendapatan Dana Darurat - - - -Pendapatan lainnya - - -

BELANJA 2,400,818 428,604 1,017,647 1,572,748BELANJA OPERASI 2,030,871 423,706 929,391 1,404,365

Belanja Pegawai 581,347 91,193 216,789 369,473Belanja Barang 421,322 47,260 131,442 266,938Belanja Hibah 973,099 283,478 577,989 756,125Belanja Bantuan Sosial 42,801 1,776 2,861 7,688Belanja Bantuan Keuangan 12,302 - 310 4,141

BELANJA MODAL 232,901 4,849 54,768 101,301BELANJA TIDAK TERDUGA 18,130 50 57 1,833

Belanja Tidak Terduga 18,130 50 57 1,833TRANSFER 118,916 - 33,431 65,249

Bagi Hasil Pajak 118,916 - 33,431 65,249

PEMBIAYAAN NETTO 58,476 192,289 205,623 216,558PENERIMAAN DAERAH 118,346 192,289 230,623 241,558

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 53,108 168,837 169,788 179,281Pencairan Dana Cadangan 57,471 21,855 57,471 57,471Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 7,767 1,597 3,364 4,806

PENGELUARAN DAERAH 59,870 - 25,000 25,000Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 54,870 - 25,000 25,000Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5,000 - - -

RealisasiURAIAN

Rp Juta

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi APBD Provinsi NTT Tahun 2013

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45

B A B V

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Perkembangan ketenagakerjaan NTT menunjukkan kondisi yang

sedikit menurun sementara kesejahteraan masyarakat pada triwulan

laporan masih menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS

diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus

2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar dari berkurangnya kelompok

penduduk yang bekerja disertai bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah

angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai 2.143.765 jiwa

atau turun sebesar 14.274 jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus 2012 dengan tingkat

pengangguran terbuka sebesar 3,16% lebih tinggi dari posisi Februari 2013 yang

tercatat 2,01%. Di tengah tren penurunan, perkembangan daya serap tenaga kerja

terindikasi masih menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut tercermin

dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi NTT triwulan III-2013,

dimana indeks ketenagakerjaan1 tercatat sebesar 8,90 atau meningkat dibanding

triwulan sebelumnya.

Sementara itu, kesejateraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi

Maret 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi

penduduk miskin dari 20,88% pada Maret 2012 menjadi 20,03%. Namun

berdasarkan hasil survei konsumen bulan Juli 2013, terlihat adanya penurunan

tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke

atas terhadap tingkat kesejahteraan dan Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan

yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan triwulan II-2013.

1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dariprosentase jawaban ”naik” dengan jawaban ”turun”.

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46

55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann

55..22..11 KKoonnddiissii KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann UUmmuumm

Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di

Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2013 memperlihatkan penurunan yang

tergambar dari berkurangnya kelompok penduduk yang bekerja disertai

bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada

bulan Agustus 2013 mencapai 2.143.765 jiwa atau turun sebesar 14.274 jiwa

(0,66%) dibandingkan Agustus 2012. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk

yang bekerja tercatat sebesar 2.075.948 jiwa, berkurang 19.735 jiwa atau 0,94%

(yoy).

Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut

sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan

sebagian besar penduduk (60,90%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan

karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT

sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut.

Namun pada triwulan laporan, terjadi penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian

dibandingkan dengan Agustus 2012 sebesar 26.962 atau 2,09% (yoy).

Jumlah tenaga kerja di sektor industri juga mengalami penurunan pada

triwulan laporan. Tenaga kerja di sektor industri tercatat turun sebesar 20.417 jiwa

(7,51%) dibandingkan bulan Agustus 2012. Di tengah tren penurunan jumlah

tenaga kerja di 2 (dua) sektor tersebut, sektor jasa-jasa justru menunjukkan

peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tercatat

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang BekerjaMenurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS Provinsi NTT

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47

meningkat sebesar 27.644 jiwa atau 5,19% (yoy) dibandingkan dengan Agustus

2012.

Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan

Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan

ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang

berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok

kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan

berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 79,29% tenaga kerja di NTT

pada bulan Agustus 2013 bekerja pada kegiatan informal.

Di sisi lain, daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan kembali mengalami

peningkatan. Hasil SKDU triwulan III-2013 menunjukkan bahwa indeks jumlah

tenaga kerja pada sektor jasa-jasa seperti sektor keuangan, sektor pengangkutan

dan komunikasi serta sektor PHR meningkat jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Hal tersebut diyakini merupakan dampak dari penyelenggaraan event

Sail Komodo selain meredanya tekanan kenaikan harga BBM bersubsidi, meskipun

masih dibayangi oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing yang

cukup menekan pelaku usaha di sektor tersebut.

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang BekerjaMenurut Status Pekerjaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48

55..22..22 PPeennggaanngggguurraann

Pengangguran merupakan salah satu indikator utama dari bidang

ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang

sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha

(tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang

tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, pada bulan

Agustus 2013 jumlah pengangguran sebanyak 67.817 jiwa, meningkat sebanyak

21.444 jiwa (46,24%) dibandingkan dengan bulan Februari 2013. Secara year-on-

year, angka tersebut juga meningkat sebesar 5.461 jiwa atau 8,76%.

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT

Sumber : SKDU Triwulan III-2013 KPw BI Provinsi NTT

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49

55..33 KKoonnddiissii KKeesseejjaahhtteerraaaann

55..33..11 KKoonnddiissii KKeesseejjaahhtteerraaaann UUmmuumm

Pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat pada triwulan

laporan tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di NTT.

Pada triwulan laporan terlihat adanya penurunan tingkat optimisme, khususnya pada

masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat

kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6

(enam) bulan yang lalu hasil Survei Konsumen bulan Juli sampai dengan September

2013. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT mengalami penurunan yang cukup

signifikan pada bulan September, setelah sebelumnya juga menurun pada triwulan

II-2013. Hal tersebut dipengaruhi adanya kenaikan harga BBM pada triwulan

laporan, yang diikuti dengan kenaikan harga bahan kebutuhan harian maupun biaya

lain seperti transportasi.

2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,164 1,363

UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925 1,010

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Rp r

ibu

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan

Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai PenghasilanSaat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu

Sumber : SK Triwulan III-2013 KPw BI Provinsi NTT

Pengeluaranper Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah

1-2 Juta 27.38% 66.67% 5.95% 100.00%2.1-3 Juta 30.43% 60.87% 8.70% 100.00%3.1-4 Juta 23.68% 47.37% 28.95% 100.00%4.1-5 Juta 24.14% 58.62% 17.24% 100.00%5Juta ke atas 0.00% 66.67% 33.33% 100.00%

Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50

Sementara di pedesaan,

ukuran daya beli masyarakat yang

diukur melalui NTP kembali

menurun setelah sempat

menunjukkan tren positif pada

triwulan sebelumnya. Pada akhir

triwulan laporan terdapat kenaikan

indeks yang diterima (IT) sebesar

2,51% dari 148,48 pada akhir

triwulan II-2013 menjadi 152,21.

Namun di sisi lain, indeks yang

dibayar (IB) mengalami kenaikan sebesar 4,44% dari 148,25 menjadi 154,83.

Kondisi tersebut menggambarkan akselerasi peningkatan pendapatan petani selama

triwulan laporan, tidak secepat akselerasi peningkatan pengeluaran yang

menyebabkan NTP pada triwulan laporan turun ke level 98,31. Hal ini

mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani kembali tertekan, dengan

kondisi penghasilan yang diterima petani berada di bawah biaya yang dikeluarkan

pada triwulan laporan.

55..33..22 TTiinnggkkaatt KKeemmiisskkiinnaann

Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan pada bulan Maret 2013 tercatat sebesar 993,56 ribu jiwa atau 20,03%

dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut menurun sebesar 19,04 ribu jiwa atau

1,88% dibandingkan dengan bulan Maret 2012 (yoy), yang tercatat sebesar 1.012,6

ribu jiwa atau 20,88% dari total penduduk NTT.

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

120122124126128130132134136138140142144146148150152154156158

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

NTP - axis kanan Indeks yang dibayar Indeks yang diterima

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 51

.

Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu

tahun terakhir sebesar 11,34% dari Rp211.787,00 per kapita/bulan menjadi

Rp235.805,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan

antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun

terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,13% dari Rp282.282,00 per

kapita/bulan menjadi Rp308.060,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan di

pedesaan mengalami peningkatan sebesar 11,91% dari Rp194.722,00 per

kapita/bulan menjadi Rp217.918,00 per kapita/bulan.

Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin diNTT tahun 2005 s.d. Maret 2013

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase PendudukMiskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. Maret 2013

Sumber : BPS Provinsi NTT

Triwulan III - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 52

Meskipun secara besaran meningkat sebesar 10,37% dari Rp168.044,00 per

kapita/bulan menjadi Rp185.468,00 per kapita/bulan, namun peranan komoditi

makanan pada garis kemiskinan berdasarkan komponen mengalami penurunan dari

79,35% pada Maret 2012 menjadi 78,65% pada Maret 2013. Sementara itu, pada

komponen bukan makanan tercatat peningkatan sebesar 15,07% dari Rp43.743,00

per kapita/bulan menjadi Rp50.337,00 per kapita/bulan, dengan peranan yang juga

meningkat dari 20,65% pada Maret 2012 menjadi 21,35% pada Maret 2013.

Triwulan III – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 53

B A B VI

PROSPEK PEREKONOMIAN

66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada

triwulan mendatang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi

shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada

triwulan IV-2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy).

Adapun pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara kumulatif diperkirakan pada

kisaran 5,3% - 5,7% (yoy). Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi dan ekspor melambat. Dari sisi

sektoral, hampir semua sektor ekonomi mengalami perlambatan, kecuali sektor

pertambangan dan sektor bangunan. Namun demikian, sektor jasa-jasa dan sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diproyeksikan tetap menjadi penopang

pertumbuhan pada triwulan mendatang. Memasuki musim hujan yang terjadi

pada akhir triwulan IV-2013, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan melambat

terutama pada subsektor perikanan seiring kondisi angin dan gelombang yang

tidak kondusif .

Kinerja sektor pertanian diperkirakan menunjukkan kecenderungan

perlambatan. Hal ini disebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif sehingga

menyebabkan produktivitas panen menurun. Pada triwulan mendatang juga

ditandai dengan mulainya masa tanam di beberapa sentra beras.

Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor PHR dan sektor jasa-

jasa. Dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya, sektor PHR diperkirakan

mengalami perlambatan. Namun demikian, kinerja positif subsektor perdagangan

diperkirakan mampu menghambat perlambatan kinerja sektor PHR lebih dalam.

Hal tersebut terutama didorong oleh perayaan Natal dan tahun baru. Seiring

dengan kondisi tersebut, pertumbuhan subsektor hotel dan restoran juga

diperkirakan relatif baik walaupun kinerja tahunannya tidak sebaik pada triwulan

sebelumnya. Seperti biasanya, pada akhir tahun sering ditandai dengan

meningkatnya aktivitas pemerintahan maupun swasta dalam penyelenggaraan

Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) terkait realisasi anggaran.

Triwulan III – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 54

TriwulanRealisasi dan Proyeksi (P)Qtq Yoy 2013P

I -5.11% 5.37%

5.49%II 4.67% 5.42%III 3.96% 5.72%IVP 2.06% 5.39%

Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 secara triwulanan

(qtq) diproyeksikan melambat. Namun demikian optimisme pelaku usaha

terhadap situasi bisnis triwulan mendatang diperkirakan cukup baik. Berdasarkan

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2013, secara umum kegiatan

usaha pada triwulan mendatang diperkirakan akan melambat dibandingkan

dengan triwulan laporan.

Aspek

PertumbuhanTriwulananTw III-2013

Penyebab PertumbuhanEkspektasitriwulan

mendatangKeterangan Ekspektasi

KegiatanUsaha(umum)

MeningkatEvent internasional SailKomodo 2013 Melambat

Dorongan ekonomi perayaanNatal relative terbatas

Volumeproduksi

MeningkatMusim panen berakhir, masihada yang panen Moderat Mulai musim tanam

Nilaipenjualan

Meningkat Permintaan meningkat Melambat Harga jual turun

Kapasitasproduksi

Meningkat Permintaan meningkat Moderat Prospek Permintaanstabil/moderat

Tenaga kerja Meningkat Produktivitas meningkat Moderat Produktivitas stabil

Volumepesanan

Meningkat Permintaan yang meningkat MeningkatProspek Permintaanmeningkat

Harga jualkomoditas

Meningkat Harga komoditas internasional Stabil Harga komoditasinternasional

Kondisikeuangan

Meningkat Dampak permintaanmeningkat Melambat Prospek menurunnya nilai

penjualanSituasiBisnis

Meningkat Peningkatan produksi Melambat Seiring perlambatan secaraumum

Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : SKDU KPw BI Provinsi NTT

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT

Triwulan III – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 55

66..22.. IInnffllaassii

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan IV-2013

diperkirakan akan berada pada kisaran 8,40 ± 1% (yoy). Meningkatnya inflasi

pada triwulan IV-2013 selain karena faktor teknikal akibat kenaikan Bahan Bakar

Minyak (BBM) pada triwulan II-2013, juga didorong oleh tingginya tarif angkutan

udara menjelang musim liburan natal. Inflasi kelompok bahan makanan dan

makanan jadi pun diperkirakan meningkat seiring terbatasnya supply bahan

makanan, terutama beras, karena pada triwulan mendatang memasuki musim

hujan.

Terdapat tendensi meningkatnya harga administered prices pada

akhir tahun. Secara umum, meningkatnya inflasi pada akhir tahun akan

dipengaruhi oleh kenaikan tarif transportasi. Tarif transportasi, khususnya pesawat

pada awalnya akan mengalami penurunan pada awal triwulan IV pasca moment

libur sekolah dan juga perayaan Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun

demikian, tekanan inflasi pada sektor transportasi diperkirakan akan terjadi pada

bulan Desember seiring perayaan Natal dan liburan tahun baru. Kondisi tersebut

bertendensi akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk menetapkan harga

tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah. Hal tersebut

dipastikan akan mendongkrak angka inflasi pada bulan Desember 2013 khususnya

di Kota Kupang.

Selain itu, musim hujan yang diprediksi mulai terjadi pada triwulan

mendatang diperkirakan juga akan menyebabkan tekanan inflasi dari bahan

makanan, khususnya beras dan ikan segar. Sementara itu, harga bahan makanan

lokal diproyeksikan akan relatif stabil.

Ekspektasi inflasi dari sisi konsumen masih meningkat seiring

dengan perayaan Natal dan tahun baru. Konsumen masih menyakini akan

terjadi kenaikan harga untuk 3 bulan maupun 6 bulan kedepan dengan ekspektasi

kenaikan harga lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.

Triwulan III – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 56

Konsumsi Pangan Naik, Produksi Belum Mampu Mengimbangi

Produksi beras dan jagung masih belum mencukupi kebutuhan

masyarakat NTT, sehingga masih mendatangkan dari luar daerah. Defisit

beras di Provinsi NTT terjadi karena lumbung pangan yang tersedia untuk

menampung hasil panen masih terbatas.

Produksi padi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 sebesar 698.566

ton GKG atau 18,13% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang

sebesar 591.371 ton GKG. Angka Ramalan (ARAM) II Tahun 2013

memperkirakan produksi padi tahun 2013 sebesar 725.507 ton GKG atau

meningkat sebesar 13,01% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu,

produksi tanaman jagung tahun 2012 sebesar 629.386 ton GKG atau

meningkat 19,97% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain tanaman padi dan

jagung, Provinsi NTT juga memproduksi bawang merah. Produksi bawang

merah tahun 2012 sebesar 2.100 ton, menurun dibandingkan tahun 2011 yang

sebesar 2.475 ton. Masih terbatasnya lahan, menjadi penyebab utama

rendahnya produksi bawang merah di Provinsi NTT.

Tabel 6.3 Angka Ramalan II 2013

Meskipun produksi padi dan jagung cukup besar, namun tidak dapat

memenuhi seluruh kebutuhan Provinsi NTT. Pada tahun 2012 Pemprov NTT

masih mendatangkan beras dari daerah lain sekitar 150.000-200.000 ton.

Penyebabnya adalah tingginya tingkat konsumsi beras yang mencapai 552.368

ton/tahun dengan kapasitas produksi beras sebesar 390.035 ton/tahun. Selain

BOKS 3

Sumber : BPS

Triwulan III – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 57

itu, permintaan masyarakat akan beras kualitas menengah ke atas yang belum

mampu dipenuhi oleh petani menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk

mengimpor beras dari luar daerah. Untuk tanaman jagung, produksi jagung

masih belum mencukupi kebutuhan karena selain dikonsumsi masyarakt, juga

digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini berlaku juga untuk bawang merah.

Hampir 80% pemenuhan kebutuhan bawang merah berasal dari luar daerah.

Kondisi cuaca merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi

tanaman pangan. Terdapat permasalahan yang cukup krusial terkait dengan

cuaca antara budidaya tanaman padi dan jagung. Curah hujan yang cukup

tinggi, menguntungkan tanaman padi sehingga kualitas maupun kuantitas

beras cukup baik. Akan tetapi kondisi ini, justru merugikan tanaman jagung

yang hanya membutuhkan sedikit air. Selain itu, adanya peralihan lahan

pertanian menjadi lahan pertambangan, inkonsistensi petani Provinsi NTT dalam

budidaya tanaman bahan pangan serta peran BULOG yang kinerjanya dihitung

berdasakan margin yang dihasilkan bukan dari fungsinya turut memberikan

andil rendahnya ketahanan pangan Provinsi NTT.

Pemerintah NTT melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan mencanangkan

dua program dalam rangka meningkatkan produksi tanaman bahan pangan

utama seperti padi, jagung dan bawang merah.

a. Program Sekolah Lapangan Pertanian Teknologi Terpadu (SLPTT). Dalam

program ini, Dinas Pertanian dan Perkebunan memberikan fasilitas-fasilitas

untuk menunjang para petani agar mampu meningkatkan kualitas maupun

kuantitas beras. Proram ini terdiri dari 3 bagian, yaitu SLPTT Pertumbuhan,

SLPTT Pengembangan dan SLPTT Pemantapan.

b. Program Intensifikasi Pertanian, yaitu program pengembangan komoditas

jagung dan kakao Untuk tanaman jagung, pemerintah memberikan bibit

unggul ke kawasan sentra tanaman jagung dalam rangka meningkatkan mutu

dan hasil. Untuk tanaman kakao, melalui kegiatan Gerakan Nasional

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (GERNAS) di kabupaten Ende, Sikka dan

Flores Timur yang bertujuan memperbaiki kondisi kebun serta revitalisasi

perkebunan kakao dalam rangka percepatan pembangunan perkebunan kakao.

Berdasarkan pemaparan diatas, diproyeksikan inflasi Provinsi NTT terutama

yang dipengaruhi oleh kelompok volatile foods dapat ditekan. Selain itu, adanya

program tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor pertanian.