KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT...
Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT...
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kajian Triwulanan – Periode Februari 2017
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Februari 2017
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penerbit :
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Pejanggik No.2 Mataram
Nusa Tenggara Barat
Telp. : 0370-623600
Fax : 0370-631793
E-mail : [email protected]
Fotografer : Imran Iswadi ([email protected])
Hanif Galih ([email protected])
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-
nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan
aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau
berperilaku yaitu trust and integrity, professionalism, excellence, public interest, coordination
dan team work.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan
peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem
pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan
lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenaan Nya buku
Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Barat edisi Februari 2017
dipublikasikan. Buku ini menyajikan asesmen perkembangan dan prospek perekonomian
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) triwulan IV 2016. Asesmen mencakup ekonomi makro
regional, inflasi, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan pemerintah,
kesejahteraan, serta prospek perekonomian dan inflasi.
Secara ringkas, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan IV 2016 sebesar 5,82% (yoy),
atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, namun lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang melambat ini disebabkan oleh kinerja
sektor pertambangan, pertanian, dan transportasi yang tumbuh melambat. Sementara itu,
tekanan inflasi Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Untuk triwulan IV 2016 kami perkirakan pertumbuhan ekonomi NTB meningkat
oleh kontribusi sektor pertambangan dan industry pengolahan, sedangkan inflasi triwulan IV
2016 diperkirakan meningkat. Adapun asesmen lengkap dapat dilihat dalam buku ini
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi
atas terbitnya publikasi ini. Kami berharap agar KEKR ini dapat bermanfaat bagi para pengambil
kebijakan, pemerhati ekonomi, dan masyarakat yang membutuhkan. Kami terbuka untuk
menerima segala masukan dan saran agar penyusunan KEKR ini dapat lebih baik lagi.
Mataram, Februari 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Ttd
Prijono Deputi Direktur
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
ii
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indeks Harga Konsumen 151.81 152.52 156.22 157.13 110.34 111.85 114.21 118.04 118.25 118.60 120.75 122.07 123.37 123.80 123.93
-Kota Mataram 151.89 152.62 156.44 157.17 111.12 111.03 113.23 117.47 117.87 118.21 120.10 121.29 122.43 122.64 122.64
-Kota Bima 151.54 177.48 155.38 156.99 113.35 115.10 118.15 120.28 119.74 120.15 123.33 125.22 127.14 128.43 129.12
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.39 5.48 6.37 7.02 7.03 6.75 4.91 7.23 5.99 6.03 5.42 3.41 4.33 4.38 2.93
-Kota Mataram 4.92 5.44 6.41 6.92 6.71 6.20 4.61 7.18 6.07 6.47 5.93 3.25 3.87 3.75 2.24
-Kota Bima 3.66 5.62 6.19 7.39 8.28 8.94 6.08 7.37 5.64 4.39 3.43 4.11 6.18 6.89 5.66
PDRB-harga berlaku (miliar Rp) 17,069 18,435 19,401 18,714 18,825 19,751 20,793 22,302 23,436 24,888 28,339 26,129 27,395 28,753 31,141
- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan4,311 4,553 4,638 4,037 4,863 4,776 5,085 4,397 5,189 5,465 5,900 4,985 5,849 6,285 6,535
- Pertambangan dan Penggalian 2,303 2,732 2,444 2,357 1,995 2,308 1,354 3,652 4,421 5,041 6,416 5,278 5,862 6,121 7,118
- Industri Pengolahan661 734 1,264 942 703 755 1,375 978 746 804 1,425 1,068 844 906 1,553
- Pengadaan Listrik, Gas 9 9 9 10 11 12 13 14 13 13 13 17 15 16 18
- Pengadaan Air 18 18 19 18 20 21 21 21 21 22 23 23 24 25 26
- Konstruksi 1,536 1,663 1,746 1,830 1,793 1,840 1,975 2,096 2,069 2,070 2,290 2,420 2,359 2,461 2,518
- Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 2,347 2,510 2,615 2,563 2,668 2,892 3,092 2,867 2,995 3,240 3,385 3,169 3,378 3,655 3,727
- Transportasi dan Pergudangan 1,287 1,374 1,521 1,623 1,512 1,605 1,832 1,997 1,814 1,926 2,242 2,280 2,122 2,247 2,451
- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum330 393 422 443 407 483 531 554 485 532 588 593 568 626 665
- Informasi dan Komunikasi377 380 390 411 421 430 440 441 445 458 475 483 493 508 520
- Jasa Keuangan 585 609 634 649 655 694 709 749 771 784 798 834 873 896 912
- Real Estate572 596 636 669 688 708 745 734 755 791 829 823 843 868 893
- Jasa Perusahaan31 32 34 36 37 39 40 40 41 42 45 46 46 47 49
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1,135 1,225 1,272 1,290 1,318 1,422 1,620 1,749 1,651 1,702 1,736 1,855 1,817 1,791 1,781
- Jasa Pendidikan848 867 964 1,031 954 947 1,072 1,093 1,108 1,058 1,172 1,270 1,287 1,250 1,293
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 337 341 386 401 373 385 435 448 437 445 473 480 486 502 512
- Jasa lainnya383 399 407 403 408 436 454 472 474 494 529 505 529 547 570
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 38.53 105 110 148 25.10 3.43 46.90 238.90 252.14 376.45 571.21 279.37 373.99 397.09 455.70
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 22.07 60.06 18.08 97.70 21.39 2.80 35.03 144.77 133.43 177.79 350.99 161.18 209.69 207.00 218.51
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 53.67 43.24 49.89 43.11 42.81 20.54 17.47 22.47 28.51 40.49 36.20 50.70 44.75 32.23 70.24
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 23.22 18.71 22.83 15.02 37.18 14.60 24.13 29.80 28.17 20.03 15.57 11.12 10.64 16.36 24.81
PERBANKAN
Total Aset (Rp triliun) 21.21 22.27 23.29 24.01 25.52 26.97 27.66 27.86 28.88 29.93 30.69 30.89 32.70 33.54 33.47
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 13.34 13.76 14.33 14.68 14.61 16.13 16.75 17.17 17.98 18.91 19.93 20.19 20.85 21.64 21.61
Kredit Lokasi Bank (Rp triliun) 16.38 17.44 18.17 19.08 19.65 20.51 21.10 22.06 22.63 23.39 23.77 24.88 25.66 26.76 27.21
Loan to Deposit Ratio 122.79 126.74 126.80 129.97 134.50 127.17 125.97 128.50 125.84 123.69 119.27 123.24 123.07 123.66 125.91
NPL gross (%) 1.55 1.55 1.58 1.41 1.63 1.74 1.84 1.74 2.33 2.49 2.53 2.21 2.18 2.34 2.32
Bank Umum :
Total Aset (Rp triliun) 19.91 20.95 21.91 22.74 24.02 25.46 26.64 26.76 27.76 28.84 29.52 29.65 31.43 32.30 32.19
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 12.75 13.38 14.32 14.44 14.45 15.94 16.56 16.80 17.28 18.24 19.19 19.37 20.01 20.85 20.78
-Tabungan (%) 54.64 56.09 56.07 63.71 55.05 52.24 53.31 58.55 49.37 48.12 48.89 58.91 48.96 50.64 51.56
-Giro (%) 19.00 16.69 18.21 11.47 16.50 19.10 18.39 12.71 17.98 20.21 19.29 14.73 19.13 18.35 17.16
-Deposito (%) 26.37 27.22 25.72 24.82 28.44 28.66 28.29 28.73 32.65 31.67 30.81 26.36 31.91 31.01 31.28
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 16.04 17.06 17.76 18.41 18.95 19.77 20.34 21.26 21.78 22.53 22.90 23.99 24.73 25.81 26.27
-Modal Kerja 5.07 5.29 5.51 5.78 5.97 6.32 6.46 6.79 6.88 7.12 6.89 7.25 7.58 8.04 8.15
-Investasi 1.95 2.27 2.38 2.41 2.47 2.32 2.28 2.38 2.47 2.58 2.58 2.81 2.90 2.97 3.04
-Konsumsi 9.01 9.49 9.87 10.21 10.50 11.14 11.61 12.09 12.42 12.80 13.41 13.92 14.20 14.79 15.07
Total Kredit UMKM (Rp triliun) 5.49 5.97 6.18 6.39 6.62 7.18 7.21 7.40 7.56 7.69 7.47 7.94 8.26 8.88 9.03
Loan to Deposit Ratio 125.78 127.53 124.06 127.42 131.10 124.05 122.85 126.57 126.08 123.52 119.29 123.91 123.77 123.77 126.39
NPL (%) 1.55 1.55 1.58 1.40 1.63 1.74 1.84 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04
INDIKATOR201620142013 2015
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
iii
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Bank Perkreditan Rakyat :
Total Aset (Rp triliun) 0.86 0.85 0.88 0.95 0.97 0.96 1.03 1.10 1.11 1.09 1.17 1.24 1.27 1.24 1.28
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.60 0.42 0.44 0.54 0.60 0.59 0.63 0.69 0.71 0.67 0.74 0.82 0.84 0.79 0.83
-Tabungan (%) 55.97 40.72 42.69 56.50 56.52 53.71 52.88 53.91 51.07 50.30 51.60 53.39 51.80 51.89 52.60
-Giro (%)
-Deposito (%) 44.03 59.91 58.75 43.50 43.52 46.29 47.12 46.09 48.93 49.70 48.39 46.60 48.14 48.10 47.39
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.66 0.68 0.69 0.71 0.74 0.76 0.78 0.82 0.85 0.86 0.87 0.89 0.93 0.95 0.94
-Modal Kerja 0.40 0.41 0.42 0.42 0.44 0.46 0.47 0.50 0.52 0.52 0.52 0.54 0.58 0.59 0.59
-Investasi 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 0.06
-Konsumsi 0.23 0.23 0.23 0.24 0.24 0.25 0.25 0.26 0.27 0.28 0.29 0.28 0.29 0.29 0.29
Loan to Deposit Ratio 121.62 176.10 173.72 129.92 122.67 130.51 123.65 118.94 120.18 129.30 118.62 109.21 111.63 120.60 113.22
NPL (%) 13.13 10.17 10.41 9.72 10.46 10.03 9.41 8.04 9.10 9.90 9.65 8.14 8.92 9.59 10.25
SISTEM PEMBAYARAN
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 2,349.65 2,523.18 3,282.81 2,826.89 2,920.51 2,929.35 4,082.01 3,367.63 3,209.81 3,384.76 4,849.47 3,770.06 3,915.95 4,699.04 3,836.85
Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,560 2,774 2,762 2745 2645 2572 2760 2956 2752 2605 2585 2439 1823 1591 1138
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 39.16 39.42 54.71 45.59 48.68 48.02 66.92 53.45 51.77 55.49 80.82 62.83 64.20 74.59 59.95
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 42.67 43.34 46.03 44.27 44.08 42.16 45.25 46.92 44.39 42.70 43.08 40.65 29.89 25.25 17.78
Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,807.88 1,791.32 1,974.74 2,119.23 2,004.63 1,981.79 1,957.28 2,196.04 1,962.35 2,605.00 2,465.43 3,755.90 4,316.23 4,697.54 4,228.45
Volume Kliring Kredit (lembar) 50,843 47,006 52,185 51,760 51,138 52,922 53,412 60,170 51,643 38,074 65,661 87,398 91,197 102,363 100,167
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 30.13 27.99 32.91 34.18 33.41 32.49 32.09 34.86 31.65 42.70 41.09 62.60 70.76 74.56 66.07
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 847.38 734.47 869.75 834.84 852.30 867.58 875.61 955.08 832.95 624.16 1,094.35 1,456.63 1,495.03 1,624.81 1,565.11
201620142013INDIKATOR
2015
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................... i
Indikator Ekonomi dan Moneter .........................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................ iv
Daftar Grafik ..................................................................................................................................... vi
Daftar Tabel........................................................................................................................................x
Daftar Gambar .................................................................................................................................. xi
Ringkasan Eksekutif .......................................................................................................................... xii
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah ................................................................................... 1
1.1. Kondisi Umum ..................................................................................................................... 1
1.2. Sisi Permintaan .................................................................................................................... 3
1.2.1. Konsumsi ......................................................................................................................... 3
1.2.2. Investasi ............................................................................................................................ 5
1.2.3. Ekspor Impor ................................................................................................................... 6
1.3. Sisi Sektoral ......................................................................................................................... 8
1.3.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan .............................................................................. 9
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian........................................................................................ 10
1.3.3. Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor ............................................ 11
1.4. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2017 ................................................................. 13
Boks 1 Ketahanan Pangan di Provinsi NTB ....................................................................................... 18
Bab 2 Keuangan Pemerintah ........................................................................................................... 22
2.1. Perkembangan Keuangan Pemerintah ................................................................................ 22
2.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ................. 25
2.2.1. Risiko Fiskal dari Pendapatan Pemerintah Daerah ........................................................... 26
2.3. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ......................... 29
2.3.1. Risiko Fiskal dari Belanja Pemerintah Daerah .................................................................. 30
Bab 3 Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................ 33
3.1. Kondisi Umum ................................................................................................................... 33
3.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas ........................................................................................... 36
3.2.1. Bahan Makanan ............................................................................................................. 37
3.2.2. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........................................................................ 38
3.2.3. Perumahan, Listrik, Air dan Gas ..................................................................................... 39
3.2.4. Sandang ........................................................................................................................ 40
3.2.5. Kesehatan ...................................................................................................................... 40
3.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga .............................................................................. 41
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
v
3.2.7. Transport, Komunikasi dan Jasa ..................................................................................... 42
3.3. Inflasi Periodikal ................................................................................................................. 42
3.3.1. Inflasi Triwulanan ........................................................................................................... 42
3.3.2. Inflasi Tahunan .............................................................................................................. 43
3.4 Disagregasi Inflasi. ............................................................................................................ 44
3.4.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................................................................... 44
3.4.2. Kota Mataram ............................................................................................................... 44
3.4.3. Kota Bima ...................................................................................................................... 45
3.5 Pengendalian Inflasi Daerah ................................................................................................ 46
3.6 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................................ 46
Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ........................... 52
4.1. Asesmen Ketahanan Korporasi ........................................................................................... 52
4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga .................................................................................. 54
4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga ............................................................................ 54
4.2.2 Ketahanan Sektor Tangga ................................................................................................ 57
4.3. Asesmen Lembaga Keuangan ............................................................................................. 60
4.3.1 Perkembangan Bank Umum ............................................................................................. 60
4.3.2 Intermediasi Bank Umum ................................................................................................. 62
4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah ..................................................................................... 64
4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat .......................................................................... 66
4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ..................................................................... 67
4.4.1 Kredit UMKM................................................................................................................... 67
4.4.2 Program Pengembangan Klaster ...................................................................................... 68
Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaam Uang Rupiah .................................... 70
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran ..................................................................................... 70
5.1.1. Transaksi Pembayaran Tunai ........................................................................................... 70
5.1.2. Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................................................................... 73
Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ...................................................................................... 76
6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ........................................................... 76
6.2. Indikator Survei Konsumen ................................................................................................. 76
6.3. Nilai Tukar Petani ................................................................................................................ 76
6.4. Tenaga Kerja ...................................................................................................................... 78
Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah .............................................................................................. 80
7.1. Prospek Perekonomian Provinsi NTB ................................................................................... 80
7.2. Perkiraan Inflasi Provinsi NTB .............................................................................................. 81
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan Nasional ................................. 2
Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ................................................... 2
Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ............................................................ 4
Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB ............................................................................ 4
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum di Provinsi NTB ................................... 4
Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi Provinsi NTB .............................................. 4
Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB ....................................................... 5
Grafik 1.8 Pertumbuhan Indeks Keyakinan Konsumen di Provinsi NTB ...................................... 5
Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB ................................................... 6
Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB ................................................ 6
Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB ............................................................. 6
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum di Provinsi NTB ......................................... 6
Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi NTB ........................................ 7
Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding Ekspor Prov. NTB ..... 7
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor di Provinsi NTB .................................................. 8
Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Estimasi Nilai ...................... 8
Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sektoral ........................................ 8
Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Utama Ekonomi Provinsi NTB ................................................ 8
Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian ...................................................................... 9
Grafik 1.20 Pertumbuhan Produksi Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai di Provinsi NTB ............ 9
Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan IV 2016 Bank Umum di Provinsi NTB ............ 10
Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Bank Umum di Provinsi NTB ......... 10
Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian .................................... 11
Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan 11
Grafik 1.25 Harga Kosentrat dan Komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga ............ 11
Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi NTB ke Sektor Pertambangan ............. 11
Grafik 1.27 PDRB Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi ......................................... 12
Grafik 1.28 Penjualan Kendaraan Bermotor Provinsi NTB ....................................................... 12
Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke Provinsi NTB ....................... 12
Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB ................................................. 12
Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum .................. 13
Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi NTB Sektor PHR ............................ 13
Grafik 1.33 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ............................................................. 14
Grafik 1.34 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-Tambang ....................................... 14
Grafik 1.35 Nowcasting Pertumbuhan Konsumsi RT .............................................................. 15
Grafik 1.36 Nowcasting Pertumbuhan PMTB ......................................................................... 15
Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan ..................................................... 15
Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas................................................. 15
Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air ............................................................ 15
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
vii
Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi ................................................................... 15
Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya ................................................................ 16
Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi dan Pergudangan ..................................... 16
Grafik 1.43 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum .................. 16
Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi ........................................... 16
Grafik 1.45 PDRB PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan ................................................. 16
Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi Pemerintahan .......................................... 16
Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan ........................................................... 17
Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial ............................. 17
Grafik 1.49 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate ..................................................................... 17
Grafik 1.50 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan ............................................................ 17
Grafik Box 1.1 Food Security Index Provinsi NTB .................................................................... 19
Grafik Box 1.2 Food Security Index di Kawasan Indonesia Timur ............................................ 19
Grafik Box 1.3 Inflasi Pangan Desa dan Perubahan Indeks Diterima Petani NTB ....................... 21
Grafik Box 1.4 Inflasi Desa dan Perubahan Indeks Dibayar Petani NTB .................................... 21
Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ................................. 24
Grafik 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kab di Provinsi NTB ....................... 24
Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB ........................ 24
Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ........................ 26
Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 .................................... 26
Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ................................. 27
Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ............................. 27
Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ............................... 30
Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 ........................................... 30
Grafik 2.10 Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten dan Provinsi NTB Tw IV 2016 ................ 31
Grafik 2.11 Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kab di Prov. NTB Tw IV 2016 ............................... 31
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional ..................................... 34
Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional ...................................... 34
Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB dan Nasional ........................... 36
Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional .................................. 36
Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras .................................................................................. 36
Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai ....................................................................... 36
Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM ................................................................................... 37
Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat ..................................................................... 37
Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan ................................................. 38
Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Kom. Bahan Makanan ...... 38
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........... 39
Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan
Jadi, Minuman dan Tembakau .............................................................................. 39
Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas ........................ 40
Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji .......................................................................... 40
Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Komoditas Sandang .......................................................... 40
Grafik 3.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang ......... 40
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
viii
Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan ........................................................ 41
Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan ....... 41
Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .................. 41
Grafik 3.20 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Pendidikan, Rekerasi dan Olahraga .................................................................... 41
Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa .................... 42
Grafik 3.22 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Komoditas Transportasi,
Komunikasi dan Jasa .......................................................................................... 42
Grafik 3.23 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB .................................................... 43
Grafik 3.24 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................ 43
Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................... 43
Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB .............................................................. 44
Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB ............................................................ 44
Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram ........................................................... 45
Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram .......................................................... 45
Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima ................................................................. 45
Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima ................................................................ 45
Grafik 3.32 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................ 47
Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia ........................................................... 47
Grafik 4.1 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga .............................................................. 55
Grafik 4.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 55
Grafik 4.3 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini ............................................... 56
Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang ............................ 56
Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016 ...................................... 56
Grafik 4.6 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016 ...................................... 56
Grafik 4.7 Perkembangan Kredit Konsumsi ........................................................................... 59
Grafik 4.8 Rasio NPL Kredit Konsumsi ................................................................................... 59
Grafik 4.9 Perkembangan KPR .............................................................................................. 59
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ......................................................... 59
Grafik 4.11 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB ........................... 61
Grafik 4.12 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .............................. 61
Grafik 4.13 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR Bank Umum di Prov. NTB ........................... 63
Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .................................................... 63
Grafik 4.15 Kredit Jenis Penggunaan ..................................................................................... 64
Grafik 4.16 Kredit Sektor Ekonomi ........................................................................................ 64
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah ......................................................... 65
Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah ............................................................ 65
Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat.................................................... 67
Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM ............................................................................ 67
Grafik 4.21 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan .................................................... 67
Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Infow, Outflow, Net Flow ................................................ 71
Grafik 5.2 Perkembangan Pengedaran Uang di Provinsi NTB .................................................. 71
Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Non Tunai ...................................................................... 74
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
ix
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................. 75
Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring ............................................................................ 75
Grafik 6.1 Pertumbuhan Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................... 77
Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 77
Grafik 6.3 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB .............................................................................. 77
Grafik 6.4 Pertumbuhan NTP dan Komponen Pembentuknya................................................. 77
Grafik 6.5 Tingkat Pengangguran Provinsi NTB ...................................................................... 78
Grafik 6.6 Distribusi Tenaga Kerja per Sektor ......................................................................... 78
Grafik 6.7 Produktivitas Tenaga Kerja per Sektor ................................................................... 79
Grafik 6.8 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja per Sektor .................................................... 79
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB ........................................................ 80
Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Utama .................................................................... 80
Grafik 7.3 Composite Leading Indicator PDRB ....................................................................... 81
Grafik 7.4 Composite Leading Indicator PDRB Non-Tambang NTB .......................................... 81
Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan Triwulan II 2017 .............................................................. 82
Grafik 7.6 Ekspektasi Inflasi Konsumen ................................................................................. 82
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan ........................................................................... 3
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran ................................................. 9
Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Provinsi NTB
s.d Triwulan IV 2016 .............................................................................................. 25
Tabel 2.2 Belanja Daerah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
s.d Triwulan IV 2016 .............................................................................................. 29
Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Provinsi NTB Dalam triwulan IV 2016 ...................... 35
Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB ......................................................... 37
Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi Provinsi NTB .............................................................. 46
Tabel Boks 2.1 Hasil Regresi Komoditas Bawang Merah ......................................................... 50
Tabel Boks 2.2 Hasil Regresi Komoditas Cabai Merah ............................................................ 50
Tabel Boks 2.3 Hasil Regresi Komoditas Cabai Rawit .............................................................. 50
Tabel Boks 2.4 Hasil Regresi Komoditas Tomat Sayur ............................................................. 50
Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi NTB ..................................................... 53
Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi ................................................ 54
Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan ............................ 57
Tabel 4.4 Dana RT untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan ....... 58
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di NTB ........................................ 60
Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB ............................................. 61
Tabel 4.7 Perkembangan Indikator BPR di Provinsi NTB .......................................................... 66
Tabel 5.1 Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan ................................................ 72
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
xii
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
tahun 2016 sebesar 5,82% (yoy). Pertumbuhan ekonomi NTB
tersebut lebih tinggi dibandingkan nasional, namun lebih rendah
dibandingkan tahun 2015. Dari sisi permintaan, perlambatan
pertumbuhan tersebut disumbang oleh ekspor luar negeri,
konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Dari sisi
sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi NTB di tahun 2016
disumbang oleh sektor pertambangan, pertanian, dan transportasi.
Di luar sektor pertambangan, ekonomi NTB tahun 2016
tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan sebesar 6,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar 5,71% (yoy). Meningkatnya tingkat
pertumbuhan non tambang didorong oleh sektor perdagangan,
konstruksi dan penggalian.
Pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi NTB
diperkirakan meningkat. Perkiraan membaiknya tingkat
konsumsi masyarakat pada triwulan I 2017 akan mendorong
kinerja sektor perdagangan. Selain itu, membaiknya kondisi cuaca
diperkirakan mendukung kinerja sektor pertanian.
Keuangan Pemerintah
Realisasi belanja APBD pemerintah daerah pada triwulan IV
2016 tumbuh melambat menyebabkan perlambatan
konsumsi pemerintah. Persentase penyerapan belanja
pemerintah daerah (Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi
NTB) terhadap anggaran belanja triwulan IV 2016 sebesar 91,11%.
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTB tahun 2016
sebesar 5,82% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi
nasional namun lebih
rendah dibandingkan tahun
sebelumnya .
Pertumbuhan ekonomi-non
tambang Provinsi NTB
triwulan IV 2016 meningkat
sebesar 6,01% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan I
2017 diperkirakan meningkat seiring
meningkatnya kinerja sektor utama
Realisasi belanja pemerintah melambat,
menyebabkab perlambatan konsumsi pemerintah.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
xiii
Sementara itu, realisasi pendapatan pemerintah daerah
menunjukkan peningkatan pertumbuhan dengan persentase
realisasi terhadap anggaran pendapatan lebih tinggi dibandingkan
triwulan yang sama tahun 2015. Realisasi pendapatan daerah
Provinsi NTB dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada
triwulan IV 2016 mencapai 99%.
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB menurun di triwulan
IV 2016 sebesar 2,61% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi
tahunan pada triwulan IV 2016 terjadi terutama disebabkan oleh
menurunnya tekanan inflasi pada komoditas administered price,
yaitu bensin dan angkutan udara. Bensin menyumbang deflasi
sebesar 0,48% sedangkan angkutan udara menyumbang deflasi
sebesar 0,44%. Tren harga minyak dunia yang menurun
diperkirakan mempengaruhi tarif angkutan udara.
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan
Akses Keuangan dan UMKM
Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan IV
2016 masih terjaga. Ketahanan sektor korporasi mengalami
peningkatan dan berada pada level aman. Hal ini tercermin dari
rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami penurunan.
Rasio NPL gross sektor korporasi masih terjaga di bawah ambang
batas 5%, yaitu sebesar 1,58% dan menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,04%. Risiko pada ketahanan
sektor rumah tangga pada triwulan IV 2016 mengalami
peningkatan karena secara agregat terjadi peningkatan jumlah
rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari 30%
pendapatannya (DSR > 30%).
Di triwulan IV 2016 inflasi
tercatat sebesar 2,61% (yoy)
lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Stabilitas keuangan daerah
masih terjaga dalam level
yang aman, tercermin dari
NPL bank umum yang
menurun.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
xiv
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan
Pengelolaan Uang Rupiah
Pada triwulan IV tahun 2016 terjadi peningkatan kebutuhan
uang tunai di Provinsi NTB. Hal ini tampak dari net outflow
pengedaran uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang
keluar (cash outflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang
masuk (cash inflow). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan
aktivitas ekonomi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang
berekspansi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar
2,76% (qtq). Sementara itu, sejalan dengan penurunan transaksi
tunai, transaksi non tunai juga mengalami pertumbuhan, baik
transaksi RTGS maupun kliring pada triwulan IV 2016.
Kesejahteraan
Indikator kesejahteraan Provinsi NTB menunjukkan
pertumbuhan meski dalam skala yang terbatas di tengah
pertumbuhan sektor ekonomi non-tambang pada tahun
2016. Hal itu terlihat dari pemantauan beberapa indikator
kesejahteraan di Provinsi NTB. Nilai Tukar Petani Provinsi NTB
menunjukan perlambatan pertumbuhan pada tahun 2016 setelah
mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2015. Dari sisi
tingkat kemiskinan, laju penduduk miskin pada tahun 2016
menurun cukup signifikan.
Prospek Perekonomian Daerah
Pada triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi diperkirakan
lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017. Pertumbuhan
tersebut diperkirakan disumbang oleh sektor pengolahan, sejalan
dengan pola produksi pabrik gula di Kabupaten Dompu yang
diperkirakan mencapai puncak panen pada triwulan II 2017
sehingga produksi diperkirakan meningkat. Selain itu, perbaikan
kinerja diperkirakan dialami oleh sektor tambang seiiring dengan
telah diterbitkannya izin ekspor konsentrat tembaga dengan kuota
tahunan yang dimulai sejak Februari 2017.
Pada triwulan IV tahun 2016
terjadi peningkatan
kebutuhan uang tunai di
Provinsi NTB seiring
meningkatnya konsumsi
Kesejahteraan masyarakat
menunjukkan arah
pertumbuhan meski dalam
skala yang terbatas di
tengah pertumbuhan sektor
ekonomi non-tambang pada
tahun 2016
Perkiraan pertumbuhan
ekonomi Provinsi NTB pada
triwulan II 2017
diperkirakan meningkat,
seiring dengan
meningkatnya sektor
industri pertambangan dan
pengolahan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
xv
Sementara itu, tekanan inflasi NTB triwulan I 2017 diperkirakan
juga meningkat, sebagai dampak menurunnya pasokan bahan
pangan, paska skenario panen raya beras di triwulan I 2017.
Namun demikian, meningkatnya permintaan masyarakat saat
Selain itu, perkiraan meningkatnya konsumsi masyarakat pada
triwulan II 2017 turut mendorong tekanan inflasi.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 1
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2016 menunjukan perlambatan
dibandingkan tahun 2015. Hal tersebut disebabkan base effect pertumbuhan sektor pertambangan
tahun 2015, terkait kuota ekspor konsentrat tembaga yang meningkat hingga dua kali lipat pada
tahun tersebut.
1.1 KONDISI UMUM
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2016 mengalami
perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tahun 2016 tercatat 5,82% (yoy), jauh lebih kecil
dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tahun 2015 yang tercatat 21,77% (yoy). Selisih
angka yang cukup signifikan tersebut disebabkan base effect pertumbuhan sektor pertambangan
tahun 2015 hingga 107,03% (yoy), terkait kuota ekspor konsentrat tembaga yang meningkat hingga
dua kali lipat pada tahun tersebut. Jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2016
yang tercatat sebesar 5,02% (yoy), pertumbuhan ekonomi NTB masih lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi non-tambang Provinsi NTB tahun 2016 menunjukkan peningkatan.
Jika melihat pertumbuhan ekonomi tanpa memperhitungkan sektor tambang, ekonomi Provinsi NTB
sepanjang 2016 tumbuh sebesar 6,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 5,71% (yoy). Pertumbuhan tersebut ditopang sektor perdagangan besar dan eceran
(1,16%), sektor konstruksi (0,98%), dan penggalian (0,59%).
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB khusus triwulan IV 2016 tercatat sebesar 3,77% (yoy), sedikit
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,43% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan tersebut dikontribusi dari membaiknya konsumsi masyarakat seiring dengan momen
hari besar keagamaan dan libur akhir tahun, serta meningkatnya ekspor luar negeri terkait dengan
diberikannya relaksasi ekspor konsentrat tembaga pada bulan November 2016. Jika dibandingkan
perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 4,94% (yoy) pada triwulan IV 2016, pertumbuhan
ekonomi Provinsi NTB masih lebih rendah.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan
Nasional Tahunan
Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi
NTB
Dengan kondisi perlambatan ekonomi tersebut, dukungan terhadap peningkatan investasi
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Investasi NTB pada
triwulan IV 2016 tumbuh cukup tinggi, mencapai 7,49% (yoy), ditopang oleh peningkatan investasi
swasta disaat belanja modal pemerintah tumbuh melambat. Pertumbuhan investasi yang cukup
tinggi dalam 2 (dua) tahun terakhir ini perlu dipertahankan, dan difokuskan pada sektor ekonomi
unggulan Provinsi NTB, salah satunya adalah sektor pertanian. Investasi pada sektor pertanian
diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi dan penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi,
sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di Provinsi NTB.
Realisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB dengan perhitungan atas
dasar harga berlaku pada triwulan IV 2016 mencapai Rp29,04 triliun. Dengan pencapaian
realisasi tersebut, Provinsi NTB menyumbang 0,91% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV 2016 mengalami perlambatan,
disebabkan oleh relatif terbatasnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan penurunan konsumsi
pemerintah.
1.2 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada tahun 2016
disebabkan oleh ekspor luar negeri, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Ekspor antar provinsi mengalami peningkatan pada tahun 2016, begitu pula impor antar provinsi,
sehingga secara agregat NTB mengalami difisit perdagangan antar daerah. Sementara itu
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tumbuh cukup tinggi, didorong oleh
peningkatan investasi swasta.
4.82 4.74 4.77 5.17 4.92 5.18 5.01 4.94
3.77
5.05
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tw I'15 Tw II'15 Tw III'15 Tw IV'15 Tw I'16 Tw II'16 Tw III'16 Tw IV'16
gNasional (yoy) gNTB (yoy) gNTB Tanpa Tambang (yoy)
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 3
Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.2.1 Konsumsi
Pertumbuhan konsumsi agregat Provinsi NTB melambat, dari 2,85% (yoy) di tahun 2015
menjadi 1,69% (yoy) di tahun 2016. Pertumbuhan yang melambat tersebut terutama disebabkan
oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, yang masing-
masing sebesar 1,76% (yoy) dan 1,03% (yoy). Konsumsi lembaga non-profit dan non-rumah tangga
(LNPRT) mengalami akselerasi pertumbuhan, dari 4,79% (yoy) di tahun 2015 menjadi 5,13% (yoy)
di tahun 2016.
Menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2016 disebabkan oleh menurunnya
pendapatan masyarakat seiring kinerja sektor ekonomi padat karya, terutama sektor pertanian yang
melambat. Konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga berkontribusi paling tinggi
terhadap menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, disusul konsumsi transportasi dan
komunikasi.
Melambatnya pertumbuhan konsumsi agregat Provinsi NTB juga terjadi pada triwulan IV 2016.
Melambatnya pertumbuhan konsumsi tersebut disebabkan konsumsi pemerintah yang menurun
0,52% (yoy) dan LNPRT yang menurun 0,52% (yoy). Penurunan konsumsi pemerintah terlihat dari
melambatnya pertumbuhan realisasi belanja pemerintah pada triwulan IV 2016 dibandingkan tahun
sebelumnya, terutama belanja modal. Sebaliknya, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan
yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2,49% (yoy) pada triwulan IV
2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 sebesar 0,98% (yoy).
2014 2015 2016 TW IV 2016
Kontribusi Per
Kategori TW IV
2016 (%)
Pertumbuhan TW
III 2016 (% yoy)
Pertumbuhan TW
IV 2016 (% yoy)
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 62,018 65,940 70,961 18,368 63.24 1.49 2.49
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,386 1,512 1,644 419 1.44 4.67 -0.52
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15,388 16,968 18,253 5,097 17.55 0.81 -6.40
4 PMTB 31,846 36,058 41,750 12,044 41.47 8.97 7.49
5 Perubahan Inventori 874 700 1,107 313 1.08 67.27 66.06
6 Ekspor Luar Negeri 4,947 20,979 22,303 5,913 20.36 -18.35 45.72
7 Impor Luar Negeri 2,817 3,934 3,744 911 3.14 -0.71 -24.45
8 Net Ekspor Antar Daerah (32,022) (34,359) (36,026) (12,199) -42.00 -27.48 37.15
81,621 103,865 116,247 29,043 100.00 3.43 3.77
KOMPONEN (ADHB, Rp Milliar)
NTB
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Badan
Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: PT Pertamina(Persero) dan PT PLN (Persero), diolah
Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB
Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB
Menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari beberapa indikator
pendukung, seperti kredit konsumsi dan konsumsi bahan bakar minyak. Pertumbuhan kredit
konsumsi pada triwulan IV 2016 tumbuh terbatas di angka 11,39% (yoy), sedikit lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 11,38% (yoy). Nilai konsumsi bahan bakar minyak
sepanjang tahun 2016 tercatat sebesar Rp3.830 Miliar, turun 6% dibandingkan tahun sebelumnya
yang senilai Rp4.062 Miliar. Pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2016
meningkat sebesar 9,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang menurun sebesar
5,02% (yoy). Meski begitu, pada triwulan IV 2016, penjualan kendaraan bermotor menurun sebesar
5,04% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 9,43% (yoy).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
di Provinsi NTB
Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi
Rumah Tangga
Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukan optimisme konsumen yang menurun sepanjang
tahun 2016. Hal ini mengonfirmasi pelemahan permintaan sebagai akibat dari menurunnya
pendapatan rumah tangga. Di akhir tahun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dihasilkan oleh
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
2014 2015 2016
Rp Triliun
Realisasi Belanja Pemerintah
-
200
400
600
800
1,000
1,200
BBM Gas ListrikRp Miliar
TW I2015
TW IV2016
TW I2015
TW IV2016
TW I2015
TW IV2016
Rp. 4.062 M
Rp. 3.830 M
Rp. 386 M Rp. 408 M
Rp. 1.104 M Rp. 1.243 M
0
5
10
15
20
25
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
Kredit Konsumsi (Rp miliar)-Kiri
Growth (%yoy)-Kanan
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
Konsumsi Rumah Tangga
Makanan dan Minuman, Selain Restoran
Perumahan dan PerlengkapanRumahtanggaTransportasi dan Komunikasi
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 5
Survei Kosumen sedikit membaik yaitu sebesar 117,3, lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016
yang sebesar 111,7.
Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB
Grafik 1.8 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen di
Provinsi NTB
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang relatif terbatas di sepanjang tahun 2016 perlu mendapat
perhatian, mengingat kontribusi konsumsi rumah tangga yang sangat besar terhadap pembentukan
PDRB. Kondisi tersebut terindikasi karena pendapatan kelompok masyarakat yang bekerja di sektor
pertanian yang cenderung menurun. Kinerja sektor pertanian tumbuh melambat sepanjang tahun
2016 disebabkan oleh beberapa faktor, terutama faktor anomali cuaca.
1.2.2 Investasi
Aktivitas investasi sepanjang tahun 2016 tumbuh cukup tinggi mencapai 8,17% (yoy).
Pertumbuhan investasi yang tinggi tersebut didorong oleh investasi swasta, khususnya pada
penanaman modal asing. Di sisi lain, investasi pemerintah tahun 2016 yang menurun secara
tahunan. Realisasi belanja modal pemerintah baik pemerintah daerah maupun realisasi pemerintah
pusat tahun 2016 menurun 9,87%(yoy), jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh
sebesar 27,48% (yoy).
Investasi NTB khusus di triwulan IV 2016 didorong oleh investasi bangunan. Investasi pada
triwulan IV 2016 tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 7,49% (yoy), meski angka pertumbuhan
tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,97% (yoy). Investasi
bangunan di triwulan IV 2016 tumbuh cukup tinggi mencapai 10,26% (yoy), sementara itu investasi
non-bangunan tumbuh sebesar 1,56% (yoy). Meningkatnya investasi bangunan didorong oleh
pembangunan-pembangunan hotel dan resort yang masih berlangsung terutama di daerah Lombok
Utara, Lombok Barat dan Lombok Tengah. Selain itu, investasi swasta yang cukup tinggi di Kab.
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mili
ar
Total Motor Mobil growth total (%,yoy)-kanan
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) g Konsumsi Rumah Tangga - Kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6
Sumbawa Barat masih berlanjut di triwulan IV 2016 pada sektor pertambangan, seiring dengan
peralihan kepemilikan perusahaan pertambangan besar di Kabupaten Sumbawa Barat.
Sumber: BKPM-PT Prov. NTB, diolah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Biro Keuangan Prov. NTB, diolah
Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB
Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB
Meski masih tumbuh cukup tinggi, pertumbuhan investasi triwulan IV 2016 yang lebih kecil
dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari menurunnya realisasi penanaman modal. Pada
triwulan III 2016 realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri mencapai Rp3,11 triliun,
sedangkan pada triwulan IV 2016 mencapai Rp2,60 triliun. Realisasi investasi tersebut selaras dengan
volume penjualan semen pada triwulan IV 2016 yang lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya. Meski begitu, penyaluran kredit investasi oleh perbankan yang tumbuh signifikan
mencapai 50,16% (yoy) pada triwulan IV diperkirakan dapat menjadi faktor pendorong realisasi
investasi pada triwulan I 2017.
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum
di Provinsi NTB
-60.00
-10.00
40.00
90.00
140.00
190.00
240.00
290.00
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2013 2014 2015 2016
%, Y
oy
Rp
Mil
lia
r
Total Investasi gYoy (Kanan)
0.01.02.03.04.05.06.07.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2014 2015 2016
Rp Triliun
Belanja Modal
(30) (20) (10) - 10 20 30 40 50
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan semen (%,yoy)-Kanan
Pertumbuhan Investasi - Kanan 50.16
40.85
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)
Growth (yoy %)-Kanan
Growth (qtq %)-Kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 7
1.2.3 Ekspor Impor
Ekspor luar negeri Provinsi NTB sepanjang tahun 2016 tumbuh sebesar 15,92% (yoy).
Pertumbuhan ekspor tahun 2016 yang cukup tinggi masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
ekspor tahun sebelumnya yang mencapai 290,61% (yoy). Sedangkan ekspor pada triwulan IV 2016
tumbuh signifikan sebesar 45,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -
18,35% (yoy). Kedua hal tersebut terjadi karena faktor base effect dari peningkatan kuota ekspor
yang signifikan pada tahun 2015, dimana puncak ekspor terjadi pada triwulan II 2015 dan kemudian
menurun pada triwulan setelahnya.
Sumber: BKP Provinsi NTB, diolah
Sumber : Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB dan BPS, diolah
Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi
NTB
Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga
dibanding Ekspor Provinsi NTB
Ekspor luar negeri di Provinsi NTB 99% merupakan ekspor konsentrat tembaga. Dengan
statistik tersebut, ekspor luar negeri NTB tergantung pada kinerja ekspor tambang. Sedangkan
kinerja ekspor tambang sangat fluktuatif dan dipengaruhi oleh pemberian izin ekspor oleh
Kementerian ESDM untuk jangka waktu 6 bulan per termin berdasarkan UU Minerba No. 4 tahun
2009. Ekspor tembaga di triwulan IV 2016 ini menggunakan kuota ekspor termin keempat yang
diberikan kementerian ESDM sebesar 419.757 WMT (Wet Metric Ton) yang berakhir pada bulan
Oktober 2016 dan kuota ekspor termin jangka pendek hingga Januari 2017 sebesar 149.000 WMT.
Kuota jangka pendek tersebut hingga Desember 2016 telah terpakai sebesar 83%. Pemberian kuota
ekspor termin jangka pendek dilakukan sebagai proses peralihan perjanjian antara PT. Amman
Mineral Nusa Tenggara dan pemerintah dari Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan
Khusus (IUPK).
Impor luar negeri Provinsi NTB pada tahun 2016 lebih kecil dibandingkan tahun 2015.
Kebutuhan impor luar negeri Provinsi NTB mayoritas adalah untuk kebutuhan produksi tambang,
sehingga secara tidak langsung fluktuasi produksi di sektor tambang akan mempengaruhi naik-
turunnya kebutuhan impor. Pertumbuhan impor sepanjang tahun 2016 terkontraksi 10,49% (yoy).
535 919
598 924
320 730 577 594
281
4,624
1,217 789
281 742 607
842
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
Mil
ya
r (R
p)
Keluar Masuk Net Ekspor
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
ADHB Ekspor Sales Tambang
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8
Tingkat penjualan konsentrat tembaga pada tahun 2016 lebih rendah 3,41% dibandingkan
penjualan pada tahun 2015, sedikit banyak mempengaruhi impor. Penundaan pengembangan
tambang di fase ketujuh diperkirakan mempengaruhi kinerja penjualan konsentrat tembaga.
Sedangkan pada triwulan IV 2016, impor terkontraksi 24,45% (yoy).
Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Lembar, diolah
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor
di Provinsi NTB
Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar
Berdasarkan Estimasi Nilai
Meski ekonomi NTB mengalami perlambatan, ekspor dan impor daerah sepanjang tahun
2016 mengalami peningkatan. Kondisi ekspor antar daerah tumbuh 2,89% (yoy) di tahun 2016,
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,72% (yoy). Impor antar
daerah juga meningkat dari -2,65% (yoy) pada tahun 2015 menjadi 5,23% (yoy) pada tahun 2016.
Sementara itu, ekspor antar daerah pada triwulan IV 2016 terkontraksi sebesar 20,19% (yoy),
sebaliknya impor antar daerah meningkat 18,39% (yoy) seiring dengan konsumsi Rumah Tangga
yang membaik pada triwulan IV 2016.
1.3 SISI SEKTORAL
Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi NTB terjadi hampir di semua sektor ekonomi
utama, baik sepanjang tahun 2016 maupun pada triwulan IV 2016. Pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTB dari sisi sektoral pada tahun 2016 disumbang oleh sektor pertambangan (1,69%),
kemudian disusul sektor perdagangan (0,88%), sektor konstruksi (0,75%), dan sektor transportasi
(0,42%). Sementara itu, pada triwulan IV 2016, pertumbuhan ekonomi disumbang oleh sektor
perdagangan (0,73%), sektor jasa keuangan dan asuransi (0,51%), sektor transportasi (0,45%), dan
sektor pertanian (0,37%).
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
2013 2014 2015 2016
Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2013 2014 2015 2016
Miliar
Total Ekspor Total Impor
(431)
(595)(624)
(528)
(641)
(507)
(685)
(580)
(732)
(502)(528)
(810)
(640)(596)
(565)
(716)
Total Net Ekspor
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 9
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sektoral
Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Utama Ekonomi
Provinsi NTB
Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTB pada tahun 2016 tercermin dari penurunan tingkat
pertumbuhan sektor-sektor utama. Diluar sektor pertambangan, perlambatan ekonomi NTB
terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan di sektor pertanian dan sektor transportasi.
Hal tersebut sejalan dengan daya beli masyarakat di Provinsi NTB yang menurun pada tahun 2016.
Sedangkan, membaiknya tingkat pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2016 dibandingkan triwulan
sebelumnya terjadi seiring dengan momentum hari besar keagamaan dan masuknya periode high
season yang membuat tingkat konsumsi rumah tangga mengalami perbaikan dan mengangkat
kinerja beberapa sektor utama, diantaranya sektor perdagangan, sektor jasa keuangan dan asuransi,
serta sektor transportasi.
Dengan Tambang Non Tambang
Transportasi & Pergudangan
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Pertambangan &
Penggalian
Lainnya
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
0,590,45
0,41
0,97
0,38
2,33
0,47
0,32
0,73
0,19
1,71
0,37
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Tw I'15 Tw II'15 Tw
III'15Tw
IV'15Tw I'16 Tw II'16 Tw
III'16Tw
IV'16
% y
oy
% y
oy
Pertanian Perdagangan
Transportasi Pertambangan (kanan)
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 10
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.3.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Tingkat pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2016 adalah yang terendah dalam 5
tahun. Sektor pertanian tumbuh sebesar 1,96% (yoy) pada tahun 2016, melambat cukup signifikan
dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 6,91% (yoy). Menurunnya kinerja sektor pertanian
pada tahun 2016 disebabkan oleh beberapa faktor, terutama anomali cuaca El Nino mulai di awal
tahun yang mengakibatkan kekeringan di beberapa daerah sentra produksi pertanian di Provinsi NTB
sehingga berdampak pada menurunnya produksi pertanian. Kemudian berlanjut fenomena La Nina
lemah menjelang akhir tahun 2016.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian
Grafik 1.20
2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19,467.50 22,432.16 24,797.18 18.92 3.08 2.01
Pertambangan dan Penggalian 9,231.08 21,925.21 25,373.13 22.18 -0.88 0.71
Industri Pengolahan 3,817.69 4,064.30 4,507.74 4.09 3.31 4.92
Pengadaan Listrik dan Gas 52.51 60.43 73.73 0.07 15.16 -1.33
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang82.90 89.59 98.35 0.09 5.22 3.72
Konstruksi 7,703.99 8,848.72 9,892.83 8.80 7.35 3.39
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor11,573.39 12,887.39 14,423.46 12.08 7.07 6.48
Transportasi dan Pergudangan 6,799.05 7,863.62 8,829.48 8.08 5.13 6.57
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,945.21 2,206.87 2,525.54 2.30 10.43 7.77
Informasi dan Komunikasi 1,732.32 1,861.11 2,045.15 1.82 8.05 8.81
Jasa Keuangan dan Asuransi 2,807.36 3,186.11 3,703.92 3.52 10.87 17.61
Real Estate 2,874.55 3,198.08 3,506.27 3.11 5.64 5.89
Jasa Perusahaan 156.53 173.44 193.11 0.18 5.52 6.42
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib5,900.05 6,622.71 6,971.93 6.45 0.73 2.54
Jasa Pendidikan 4,065.18 4,608.58 5,120.04 4.71 5.47 4.44
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,641.41 1,835.53 1,997.34 1.76 4.59 3.74
Jasa lainnya 1,770.00 2,001.44 2,187.54 1.86 5.07 5.52
NTB (Rp Miliar) 81,620.73 103,865.28 116,246.73 100.00 3.43 3.77
NTB Tanpa Tambang (Rp Miliar) 74,858.05 86,279.75 93,906.04 80.74 5.99 5.05
Kontribusi Per
Kategori TW IV 2016
Pertumbuhan TW IV
2016 (% yoy)
Pertumbuhan TW III
2016 (% yoy)Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Miliar)KATEGORI
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Rp Tri l iun
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - KananGrowth (yoy %)-Kiri
753 739
499
125
669
851
634
149
357
1,062
497
160
262
362
98 64
341 388
94 72
185
775
179 112
31 13 19 34 22 21 34 51 27 20 29 34
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
Rib
u t
on
Padi Jagung Kedelai
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 11
Produksi Tanaman Pangan Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi NTB
Sektor pertanian juga mengalami perlambatan pada triwulan IV 2016 dengan angka pertumbuhan
2,01% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,08% (yoy),
maupun tahun lalu sebesar 2,81% (yoy). Pertumbuhan kredit sektor pertanian pada tahun 2016
lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan terus menunjukan tren peningkatan.
Peningkatan kredit pertanian tersebut merupakan indikator positif dalam pengembangan sektor
pertanian kedepan. Upaya-upaya untuk menjaga tingkat produksi pertanian sekaligus penetapan
strategi mitigasi risiko produksi perlu tetap diperkuat, karena selain berdampak pada pertumbuhan
ekonomi juga akan berdampak pada stabilitas harga pangan.
Pada tahun 2017, mulainya musim kemarau diprediksi oleh BMKG Provinsi NTB akan berbeda di
beberapa wilayah di Provinsi NTB, dimulai pada akhir bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Setelah
bulan Mei 2017, BMKG Provinsi NTB akan mencermati kemungkinan adanya El Nino atau normal.
Risiko kekeringan patut diwaspadai di Provinsi NTB pada tahun 2017, karena berpotensi
mempengaruhi produksi pertanian terutama tanaman pangan. Perkembangan sektor pertain
khususnya terkait ketahanan pangan di Provinsi NTB lebih lanjut di bahas dalam Boks 1 Ketahanan
Pangan di Provinsi NTB.
Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan III 2015
Bank Umum di Provinsi NTB
Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian
Bank Umum di Provinsi NTB
1.3.2 Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun lalu maupun triwulan
sebelumnya. Sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 6,49% (yoy) sepanjang tahun 2016,
lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 107,03% (yoy) sebagai akibat dari
base effect peningkatan kuota ekspor konsentrat tembaga yang signifikan pada tahun 2015. Pada
triwulan IV 2016, sektor pertambangan kembali tumbuh positif sebesar 0,71% (yoy) setelah sempat
Pertanian, 2.55
PHR, 27.86
Konsumi
52.01
PERTANIAN
PERTAMBANGAN DAN PEN GGALIAN
IN DUSTRI PENGOLAHAN
PERDAGANGAN, HOTEL, RESTORAN
LISTRIK, GAS DAN AIR
KON STRUKSI
PENGANGKU TAN, PERGUDANGAN
DAN KOMUN IKASI
KEUAN GAN, PERSEWAAN DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA KEMASYARAKATAN
LAIN-LAIN (Konsumsi)
-20
0
20
40
60
80
100
120
0.0
100.0
200.0
300.0
400.0
500.0
600.0
700.0
800.0
900.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-Kiri
Growth (%yoy)-Kanan
Growth (%qtq)-Kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12
terkontraksi pada triwulan III 2016 sebesar 0,88% (yoy). Optimalisasi produksi untuk memenuhi
kuota ekspor termin IV yang berlaku hingga Oktober 2016 diikuti termin jangka pendek yang
diberikan pemerintah hingga Januari 2017 sebesar 149.000 WMT (Wet Metric Ton) diperkirakan
menjadi faktor pendukung perbaikan kinerja sektor tambang.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan
Penggalian
Sumber: Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga
dibanding PDRB Pertambangan
Ke depan, produksi sektor pertambangan diperkirakan membaik seiring kepastian produksi dan
ekspor tambang paska diberikannya izin ekspor per tanggal 17 Februari 2017 yang berlaku selama
1 (satu) tahun kepada perusahaan pertambangan besar di Provinsi NTB. Rekomendasi izin tersebut
diperoleh setelah memenuhi syarat pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM
Nomor 5 tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui kegiatan pengolahan dan
pemurnian dalam negeri, diantaranya perubahan pengusahaan Kontrak Karya menjadi Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK). Selain itu, faktor pendorong sektor tambang lainnya adalah
membaiknya harga komoditas dunia, termasuk harga konsentrat tembaga.
Sumber: Perusahaan Pertambangan di NTB dan Bloomberg, diolah
Grafik 1.25 Harga Konsentrat dan Komoditas Internasional Emas,
Perak dan Tembaga
Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum
ke Sektor Pertambangan
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
Rp Tri l iun
Pertambangan dan Penggalian - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
ADHB Tambang Sales Tambang
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
700
1200
1700
2200
2700
3200
3700
1 2 3 4 5 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2013 2014 2015 2016
Konsentrat (US/ton) Emas (US/Onz)
Perak US sen/Onz) Tembaga (US/ton) RHS
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016
Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-Kiri
Growth (%)-Kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 13
1.3.3 Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor
Sektor Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil (PBER) tumbuh positif sepanjang
tahun 2016. Sektor PBER yang didominasi sub-sektor perdagangan besar & eceran, secara
akumulatif sepanjang tahun 2016 tumbuh sebesar 7,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun
2015 sebesar 5,43% (yoy). Meski angka pertumbuhan tinggi, tren pertumbuhan triwulanan sektor
tersebut sepanjang tahun 2016 menurun. Pada triwulan IV 2016, sektor PBER tumbuh sebesar
6,48% (yoy) lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,07% (yoy) maupun tahun
sebelumnya sebesar 6,53% (yoy). Tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi diperkirakan
mendorong pertumbuhan sektor perdagangan.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.27 PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran
dan Reparasi Mobil
Grafik 1.28 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor
Pola pertumbuhan sektor PBER, tercermin dari beberapa indikator seperti pola penjualan kendaraan
bermotor. Penjualan kendaraan bermotor tumbuh tinggi sebesar 9,45% (yoy) pada tahun 2016,
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi -5,02% (yoy). Namun secara tren,
penjualan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2016 mengalami penurunan. Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada sektor perdagangan, turut mengkonfirmasi kenaikan aktivitas
perdagangan di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016.
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00Tri l iun
Perdagangan Besar dan Eceran - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mil
iar
Total Motor Mobil growth total (%,yoy)-kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke
Provinsi NTB
Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB
Faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan sektor PBER adalah meningkatnya kunjungan
wisatawan ke Provinsi NTB. Sektor pariwisata yang tercermin dari pertumbuhan sektor akomodasi &
makan minum (PAMM) meningkat signifikan pada tahun 2016 sebesar 10,44% (yoy) jauh lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,65% (yoy). Sedangkan pada triwulan IV 2016,
sektor akomodasi dan makan minum (PAMN) tumbuh melambat sebesar 7,77% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,43% (yoy), tetapi lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 5,71% (yoy).
Meningkatnya kinerja sektor pariwisata tercermin dari beberapa indikator, seperti indikator
penumpang pesawat yang datang ke NTB sepanjang tahun 2016 yang tumbuh sebesar 33,24%
(yoy). Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat hanya
sebesar 5,56% (yoy). Indikator tersebut didominasi oleh penumpang dari domestik. Program promosi
dan peningkatan awareness masyarakat Indonesia terhadap dunia pariwisata di NTB berhasil
meningkatan jumlah wisatawan.
Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi Makan
dan Minum
Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi
NTB Sektor PHR
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016
Rib
u
Total Domestik Internasional Growth (% yoy, kanan)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015 2016
% (
yo
y)
Rib
u O
ran
g
Total DN LN Gwoth Yoy - Kanan
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00Rp Tri l iun
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 15
1.4 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2017
Pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan akan meningkat, seiring
meningkatnya kinerja sektor perdagangan dan industri pengolahan. Membaiknya konsumsi
masyarakat diperkirakan meningkatan kinerja sektor perdagangan. Mulai beroperasinya pabrik gula
di Dompu diperkirakan mendorong kinerja industri pengolahan. Selain itu, kondisi cuaca yang
berangsur membaik diperkirakan membuat kinerja sektor pertanian mulai meningkat.
B dan PT s
Grafik 1.35 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB aPuraI
(Persero), diolah
ber: BPS Provi
diolah
Grafik 1.36 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-
Tambang
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB non-tambang diperkirakan meningkat di triwulan I 2017.
Sumber pertumbuhan di triwulan IV 2016 diperkirakan berasal dari meningkatnya konsumsi rumah
tangga yang kemudian menggerakan pertumbuhan sektor perdagangan. Sementara itu investasi
ditengarai akan menurun, disebabkan realisasi belanja modal pemerintah yang belum optimal di
awal tahun.
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) memperkirakan adanya peningkatan kegiatan dunia usaha di
triwulan I 2016. Kondisi ini didukung oleh adanya perkiraan realisasi investasi yang diprediksi akan
meningkat pada triwulan mendatang, terutama di sektor perhotelan. Peningkatan pertumbuhan
kegiatan usaha terutama disebabkan oleh ekspansi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan. Kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan juga mengalami peningkatan
pertumbuhan dibandingkan triwulan IV-2016.
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
Gro
wth
(%
yo
y)
Aktual PDRB Nowcast DLM
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
20
10
Q1
20
10
Q2
20
10
Q3
20
10
Q4
20
11
Q1
20
11
Q2
20
11
Q3
20
11
Q4
20
12
Q1
20
12
Q2
20
12
Q3
20
12
Q4
20
13
Q1
20
13
Q2
20
13
Q3
20
13
Q4
20
14
Q1
20
14
Q2
20
14
Q3
20
14
Q4
20
15
Q1
20
15
Q2
20
15
Q3
20
15
Q4
20
16
Q1
20
16
Q2
20
16
Q3
20
16
Q4
Gro
wth
(%
yo
y)
Aktual PDRB-NT Nowcast
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 16
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air
Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya
Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi
dan Pergudangan
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00Rp Tril iun
Industri Pengolahan- Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Rp Tril iun
Pengadaan Listrik, Gas - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Rp Tri l iun
Pengadaan Air - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Rp Tri l iun
Konstruksi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III
2014
Tw IV
2014
Tw I
2015
Tw II
2015
Tw III
2015
Tw IV
2015
Tw I
2016
Tw II
2016
Tw III
2016
Tw IV
2016
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00Rp Tri l iun
Jasa lainnya - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Rp Tri l iun
Transportasi dan Pergudangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 17
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.43 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.45 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan
Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi
Pemerintahan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan
Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00Rp Tri l iun
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
7.00
7.50
8.00
8.50
9.00
9.50
Rp Tri l iun
Informasi dan Komunikasi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Rp Tril iun
Jasa Perusahaan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.50
1.00
1.50
2.00
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Rp Tri l iun
Administrasi Pemerintahan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Rp Tri l iun
Jasa Pendidikan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
0.30
0.40
0.50
0.60
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Rp Tri l iun
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 18
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.49 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate
Grafik 1.50 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00Rp Tri l iun
Real Estate - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw III2014
Tw IV2014
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
Rp Tri l iun
Jasa Keuangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 27
BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB
Provinsi NTB memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan komoditas pertanian dan
peningkatan ketahanan pangan. Program kebijakan di bidang pertanian juga telah dicanangkan
oleh Pemerintah Provinsi NTB untuk mengembangkan komoditas pertanian secara umum, seperti
program PIJAR (sapi, jagung, dan rumput laut), program NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB-BBS). Provinsi
NTB memiliki komoditas padi, jagung, dan kedelai yang merupakan tanaman pertanian yang
sudah lama berkembang. Selain itu, tanaman lain juga telah berkembang dan menjadi unggulan
seperti tembakau, kopi, kentang, bawang merah, cabai, dan rumput laut. Di samping itu, Provinsi
NTB merupakan daerah penghasil sapi yang telah diperdagangkan di luar Provinsi NTB untuk
memasok kebutuhan sapi secara nasional.
Untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman pangan, pemerintah Provinsi NTB
memiliki program dengan memperbaiki sarana fisik seperti irigasi dan pembangunan bendungan,
disamping program lain yang non fisik. Dari tahun 2014 pemerintah daerah telah membangun
Bendungan Pandanduri di Kabupaten Lombok Timur. Pada tahun 2015-2019, akan dibangun
beberapa bendungan di beberapa kabupaten diantaranya: Bendungan Meninting di Kabupaten
Lombok Timur, Bendungan Bintang Bano di Kabupaten Sumbawa Barat, Bendungan Rababaka
Komplek di Kabupaten Dompu, Bendungan Mujur di Kabupaten Lombok Tengah, Bendungan
Krekeh dan Bendungan Labangka di Kabupaten Sumbawa. Diharapkan program pembangunan
bendungan, embung, irigasi, dan program non fisik lainnya dapat menaikkan produksi tanaman
pangan, khususnya padi.
A. Infrastruktur Dasar dan Logistik Pangan
Dalam upaya peningkatan ketahanan pangan di tahun 2016, beberapa upaya dilakukan dengan
pembangunan infrastruktur dasar dan logistik pangan di Provinsi NTB. Untuk infrastruktur dasar
fisik di Provinsi NTB telah dilakukan cetak sawa, rehab jaringan irigasi, embung pertanian,
bantuan saprodi cetak sawah, intensifikasi kedelai, pengembangan padi inbrida, pengembangan
jagung hibrida, pembuatann lantai jemur, pembangunan gudang benih, jalan usaha tani, jaringan
irigasi, embung pertanian, cek dam, dan bantuan benih cabai. Di sisi lain, upaya moderenisasi
pertanian juga telah dilakukan dengan pengadaan alat dan mesin pertanian berupa Combine
Hasvester, Corn Hasvester,Corn Sheller, Power Thresser Multiguna, Power Thresser, Handtractor,
Handsprayer, pompa air, rice transplanter, dan corn sheller.
Tahun 2017, pembangunan/perbaikan infrastruktur pendukung pertanian akan terus dilakukan
di Provinsi NTB, seperti pembangunan/perbaikan waduk/embung, jaringan irigasi, bantuan bibit
(padi, jagung, dan kedelai), jaringan irigasi tersier, irigasi air permukaan, gudang penyimpanan
hasil panen, dan jalan usaha tani. Penguatan kelembagaan petani dan gapoktan juga dilakukan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 28
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi. Selain itu, Provinsi NTB juga akan akan
membuat program trobosan untuk tata niaga dengan program e-commerce yaitu portal online
yang menampilkan informasi komperhensif tentang produk-produk unggulan yang asli dari
Lombok dan Sumbawa.
B. Food Security Index (FSI)
Dalam mengukur ketahanan pangan di suatu daerah, salah satu indikator yang digunakan adalah
Food Security Index. Dalam kajian ini, Food Security Index (FSI) disusun mengadopsi metodologi
FAO dengan menyesuaikan beberapa indikator dan ketersediaan data per provinsi. Indikator
Affordability diukur dengan pangsa pengeluaran pangan, tingkat kemiskinan, PDRB perkapita,
biaya distribusi. Indikator Availibility diukur dengan ketersediaan infrastruktur jalan dan
pelabuhan, volatilitas produksi pangan, dan indeks tata kelola. Quality and Safety diukur dengan
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH), tingkat keracunan makanan, akses air bersih, dan
jumlah pasar.
Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah
Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah
Grafik Boks 1.1 Food Security Index Provinsi NTB dan Rata-rata per
Wilayah di Indonesia
Grafik Boks 1.2 Food Security Index Provinsi di Kawasan Timur
Indonesia
Secara umum, gap ketahanan pangan di Kawasan Timur Indonesia dengan wilayah lain yaitu
Jawa dan Sumatera cukup jauh. Hal ini tampak dari FSI rata-rata provinsi di Kawasan Timur
Indonesia lebih rendah di bandingkan rata-rata provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Di
Kawasan Timur Indonesia, FSI Provinsi NTB masih di atas Provinsi Maluku Utara, Provinsi
Gorontalo, Provinsi Maluku, Provinsi NTT dan Provinsi Papua. Namun FSI Provinsi NTB masih di
bawah semua provinsi di Pulau Sulawesi, semua provinsi di Pulau Kalimantan, dan Provinsi Bali.
Di Kawasan Timur Indonesia, hanya Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Bali yang memiliki
41.05
53.57
32.87
27.31
Sumatra
Jawa
Kawasan TimurIndonesia
NTB
52.85
27.31
17.14
30.42
33.42
44.85
53.73
33.39
34.82
41.98
30.16
25.36
25.07
27.24
15.37
Bali
NTB
NTT
Kalbar
Kateng
Kalsel
Kaltim
Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gorontalo
Maluku
Malut
Papua
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 29
ketahanan pangan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan FSI yang cukup tinggi di antara
provinsi lainnya.
Di antara 3 (tiga) komponen indikator FSI Provinsi NTB, sisi kualitas pangan (Quality and Safety)
merupakan yang paling tinggi di antara lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan indikator Quality and
Safety yang sedikit di atas rata-rata provinsi lain di Kawasan Timur Indonesia. Rata-rata indikator
Quality and Safety provinsi di Kawasan Timur Indonesia sebesar 30,08, sedangkan di Provinsi NTB
mencapai 30,11. Di sisi lain dalam komponen indikator FSI, yaitu Affordability dan Availibility,
Provinsi NTB masih di bawah rata-rata provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Indikator Affordability
Provinsi NTB sebesar 23,74, sedangkan rata-rata provinsi di Kawasan Timur Indonesia sebesar
36,15. Indikator Availibility Provinsi NTB sebesar 28,09, sedangkan rata-rata provinsi di Kawasan
Timur Indonesia sebesar 32,17.
C. Kesejehteraan Petani Tanaman Pangan
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator proxy kesejahteraan petani. NTP merupakan
perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani
(Ib). NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan
harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya. NTP = 100, berarti
petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase
kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil
dari pengeluarannya. Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga
barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam
penghitungan pendapatan sektor pertanian. Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat
dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian
terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan
inflasi di pedesaan. NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang
dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah
tangga. Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan
produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian
dapat dilakukan (www.bps.go.id).
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 30
Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah
Grafik Boks 1.3 Inflasi Pangan Desa dan Perubahan Indeks Diterima
oleh Petani di Provinsi NTB
Grafik Boks 1.4 Inflasi Desa dan Perubahan Indeks Dibayar oleh
Petani di Provinsi NTB
Dari Grafik Boks 1.3 dan Grafik Boks 1.4 di atas, pergerakan inflasi pangan desa dengan
perubahan pendapatan pangan terlihat lebih kecil korelasinya jika dibandingkan dengan
pergerakan inflasi desa dengan perubahan pengeluaran petani pangan. Jika dihitung angka
korelasinya, nilai r hitung pergerakan inflasi pangan desa dengan perubahan pendapatan pangan
sebesar 0,43. Meskipun signifikan nilai r tersebut, namun nilai r tersebut lebih kecil jika
dibandingkan dengan nilai r hitung pergerakan inflasi desa dengan perubahan pengeluaran
petani pangan yang nilainya sebesar 0,99. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga
berkaitan erat dengan indeks harga yang harus di bayarkan petani, namun kenaikan harga
pangan belum terkait secara erat dengan pendapatan petani. Diperkirakan faktor pengaruh
pedagang perantara dalam distribusi dan siklus produksi tanaman pangan mempengaruhi
pendapatan petani.
Pada tahun 2017, mulainya musim kemarau diprediksi oleh BMKG Provinsi NTB akan berbeda di
beberapa wilayah di Provinsi NTB, dimulai pada akhir bulan Maret sampai dengan bulan Mei.
Setelah bulan Mei 2017, BMKG akan mencermati kemungkinan adanya El Nino atau normal.
Risiko kekeringan patut diwaspadai di Provinsi NTB pada tahun 2017. Dampak kekeringan dapat
meluas apabila terjadi anomali El Nino. Dengan risiko cuaca tersebut patut diwaspadai dapat
memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman pangan dan Nilai Tukar Petani (NTP)
khususnya tanaman pangan.
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
2014 2015 2016
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Inflasi Pangan Desa (mtm)
Perubahan Indeks Diterima
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Inflasi Desa (mtm)
Perubahan Indeks Dibayar
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 21
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH 4 5 6 7
Realisasi belanja pemerintah daerah yang melambat menyebabkan penurunan komponen
konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi NTB triwulan IV 2016. Di sisi lain, realisasi pendapatan
pemerintah daerah menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya.
Penundaan penyaluran DAU yang terjadi pada triwulan sebelumnya telah dibayarkan oleh
pemerintah pusat pada triwulan IV 2016 sehingga menopang pendapatan daerah sampai
dengan triwulan IV 2016.
2.1 PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
Kinerja keuangan pemerintah daerah dari sisi realisasi pendapatan menunjukkan
peningkatan pertumbuhan setelah pada 2 (dua) triwulan sebelumnya melambat.
Realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai
dengan triwulan IV 2016 mencapai Rp17,91 triliun, tumbuh 18,87% (yoy). Pertumbuhan
tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 8,12% (yoy). Peningkatan tersebut ditopang pendapatan transfer dari Pemerintah
Pusat yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya, yang dipengaruhi realisasi penyaluran
Dana Alokasi Umum (DAU) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penundaan terkait
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 125/PMK.07/2016 tentang Penundaan Penyaluran
Sebagian Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran 2016.
Realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
mencapai 99% dari anggaran pendapatan tahun 2016, lebih tinggi dibanding
pencapaian tahun 2015 yang sebesar 96,29%. Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi
NTB mencapai Rp3,95 triliun atau 103,80% dari anggaran pendapatan 2016, sedangkan
realisasi pendapatan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB mencapai Rp13,96 triliun atau 90,05%
dari anggaran pendapatan tahun 2016.
Selain realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten, juga terdapat realisasi
pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB yang berupa pendapatan pajak dan non pajak.
Sebagian besar realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB didominasi oleh
pendapatan pajak. Sampai dengan triwulan IV 2016, pendapatan Pemerintah Pusat tersebut
mencapai Rp4,07 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan yang sama
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 22
tahun 2015 yang sebesar Rp4,19 triliun. Realisasi pendapatan tersebut mencapai 1.317,94%
dari anggaran pendapatan tahun 2016.
Dari sisi penyerapan belanja pemerintah daerah mencatat perlambatan pertumbuhan
dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi NTB dan
seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai dengan triwulan IV 2016 mencapai Rp17,14
triliun, tumbuh 16,74% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang sebesar 22,93% (yoy). Hal ini terkait dengan pertumbuhan belanja
pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial yang lebih rendah dibanding pertumbuhan
triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja modal menunjukkan peningkatan secara tahunan
(yoy) dibanding triwulan sebelumnya.
Persentase penyerapan belanja pemerintah daerah sampai dengan triwulan IV 2016
terhadap anggaran belanja 2016 sebesar 91,11%. Persentase tersebut sedikit lebih tinggi
dibanding realisasi belanja daerah periode yang sama tahun 2015 yang sebesar 90% dari
anggaran belanja 2015. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB mencapai Rp3,76 triliun atau
95,10% dari anggaran belanja 2016. Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
merealisasikan belanja daerah sebesar Rp13,38 triliun atau 90,05% dari anggaran belanja
2016.
Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB yang seluruhnya merupakan belanja operasi,
sampai dengan triwulan IV 2016 mengalami penurunan secara tahunan sebesar 13,91% (yoy).
Belanja operasi tersebut terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja
bantuan sosial. Belanja pegawai dan belanja barang menunjukkan perlambatan pertumbuhan
secara tahunan dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja modal dan belanja bantuan
sosial menunjukkan penurunan secara tahunan dibanding triwulan sebelumnya. Penyerapan
anggaran belanja tersebut sebesar 90,64% dari anggaran tahun 2016, lebih rendah dibanding
tahun 2015 yang sebesar 92,15%.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 23
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.1
Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi NTB
Grafik 2.2
Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB, diolah
Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 2016
Rp Triliun
Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja
2451
69
98
24 5167
104
16 3751
92
1540
66
95
% Pendapatan % Belanja
0.0
4.0
8.0
12.0
16.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 2016
Rp Triliun
Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja
2350
7396
2548
7098
1131
52
90
1034
56
90
% Pendapatan % Belanja
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 2016
Rp Triliun
Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja
21 48 83
130 258
580
973
1,318
8 25 46 9213
4162
91
% Pendapatan % Belanja
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 24
2.2 REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH
DAERAH DI PROVINSI NTB
Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTB
dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan IV 2016
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sampai dengan triwulan IV 2016 realisasi pendapatan pemerintah daerah mencapai
Rp17,91 triliun, yang terdiri dari Rp 3,95 triliun realisasi pendapatan Pemerintah
Provinsi NTB, dan 13,96 triliun realisasi pendapatan pemerintah Kota/Kabupaten di
Provinsi NTB. Sebagian besar realisasi pendapatan daerah tersebut merupakan pendapatan
transfer dari Pemerintah Pusat yang sebesar 82,66%, sedangkan 15,23% lainnya merupakan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan 2,12% adalah lain-lain pendapatan yang sah.
Realisasi pendapatan pemerintah daerah pada triwulan IV 2016 tumbuh 18,87% (yoy).
Pertumbuhan realisasi pendapatan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 8,12% (yoy). Hal ini terkait pertumbuhan pendapatan transfer dari
Pemerintah Pusat pada triwulan IV 2016 lebih besar dibanding triwulan III 2016. Penundaan
penyaluran DAU pada triwulan III 2016 pada Provinsi NTB dan 3 (tiga) kota/kabupaten di
Provinsi NTB telah disalurkan pada triwulan IV 2016, sehingga menopang pendapatan transfer
pada triwulan IV 2016.
Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total
I. PENDAPATAN
1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,442,914 1,450,045 2,892,959 1,370,317 1,357,186 2,727,503 94.97 93.60
1.1.1 Pajak Daerah 451,056 1,037,550 1,488,606 455,983 1,003,262 1,459,245 101.09 96.70
1.1.2 Retribusi Daerah 193,473 29,891 223,364 137,526 29,516 167,042 71.08 98.75
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan 74,882 157,965 232,847 90,298 72,828 163,126 120.59 46.10
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 723,503 224,640 948,142 686,510 251,580 938,091 94.89 111.99
1.2 PENDAPATAN TRANSFER 12,443,490 2,339,018 14,782,508 12,216,580 2,588,033 14,804,612 98.18 110.65
1.2.1Transfer Pemerintah Pusat Dana
Perimbangan11,311,484 2,333,604 13,645,088 11,128,912 2,583,033 13,711,945 98.39 110.69
1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 461,417 247,954 709,372 528,105 165,676 693,781 114.45 66.82
1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 480,274 - 480,274 707,376 209,360 916,736 147.29
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 6,920,396 955,793 7,876,189 7,127,653 1,117,692 8,245,344 102.99 116.94
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 3,449,397 1,129,857 4,579,254 2,765,779 1,090,304 3,856,083 80.18 96.50
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 623,528 5,414 628,942 652,494 5,000 657,494 104.65 92.35
1.3LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
SAH402,201 13,871 416,072 376,900 2,120 379,020 93.71 15.29
JUMLAH PENDAPATAN 14,288,606 3,802,933 18,091,539 13,963,797 3,947,339 17,911,135 97.73 103.80
UraianNo
REALISASI APBD %
Realisasi
APBD
Kota/Kab
% Realisasi
APBD Prov
APBD
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 25
Berbeda dengan realisasi pendapatan Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten yang meningkat
pertumbuhannya, realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB menunjukkan
penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terutama terkait
pertumbuhan tahunan penerimaan negara bukan pajak yang lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB didominasi oleh pendapatan pajak
yang mencapai Rp3,58 triliun atau 87,90% dari total pendapatan yang sebesar Rp4,07 triliun.
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah
di Provinsi NTB
Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw IV 2016
Secara spasial, kota/kabupaten yang memiliki realisasi pendapatan daerah terbesar sampai
dengan triwulan IV 2016 adalah Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah sebesar Rp2,2 triliun,
sedangkan yang terkecil adalah Kota Bima dengan jumlah sebesar Rp781,10 miliar. Jika
berdasarkan persentase realisasi pendapatan terhadap anggaran pendapatan, kota/kabupaten
yang memiliki persentase realisasi pendapatan terbesar adalah Kabupaten Sumbawa sebesar
104,33% dan kota/kabupaten yang memiliki persentase terkecil adalah Kabupaten Lombok
Timur sebesar 90,55%.
2.2.1 RISIKO FISKAL DARI SUMBER PENDAPATAN
Berdasarkan sudut pandang risiko, APBD yang baik adalah APBD yang mempunyai ketahanan
fiskal yang baik. Hal ini tercipta jika pendapatan daerah tersebut tidak terlalu bergantung pada
transfer dari Pemerintah Pusat. Daerah yang pendapatannya sebagian besar berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Rasio efektivitas minimal 100% dan rasio kemandirian
yang besar (>50%) akan memiliki ketahanan fiskal yang lebih baik. Kemampuan pemerintah
11
34
12
3 4
12
2 3
12
2
43
6
9
12
3
7
10
14
02468
101214
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 2016
Rp Triliun
Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Kota
Mata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
engah
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
baw
a B
ara
t
Sum
baw
a
Dom
pu
Kab. Bim
a
Kota
Bim
a
Pro
vinsi
NTB
Rp Triliun
Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan
10092
10091 100
101104
95100 99
104
% Realisasi Pendapatan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 26
daerah dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri terutama dari
pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain
pendapatan asli daerah dapat dilihat dari rasio kemandirian. Rasio kemandirian dapat
memperhitungkan Dana Bagi Hasil (DBH) yang merupakan salah satu pendapatan daerah yang
bersumber dari daerah sendiri1.
Sampai dengan triwulan IV 2016, total realisasi PAD Provinsi NTB dan kota/kabupaten di
Provinsi NTB sebesar Rp2,73 triliun, yang terdiri dari Rp1,36 triliun realisasi PAD Provinsi NTB
dan Rp1,37 triliun realisasi PAD seluruh kota/kabupaten di Provinsi NTB. Kota/kabupaten yang
memiliki realisasi PAD terbesar secara nominal adalah Kota Mataram yaitu sebesar Rp253,81
miliar. Sedangkan kota/kabupaten yang memiliki realisasi PAD terkecil secara nominal adalah
Kota Bima, yaitu sebesar Rp30,54 miliar. Potensi daerah dan skala ekonomi suatu wilayah
diperkirakan mempengaruhi kota/kabupaten dalam memperoleh PAD sehingga terdapat
disparitas PAD antar kota/kabupaten di Provinsi NTB.
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw IV 2016
Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw IV 2016
RASIO EFEKTIVITAS
Sampai dengan triwulan IV 2016 rasio efektivitas Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi
NTB secara keseluruhan mencapai 94,28%. Pemerintah Provinsi NTB memiliki rasio efektivitas
yang lebih rendah sebesar 93,60% dibanding seluruh kota/kabupaten di Provinsi NTB yang
1 Ika (2013). Rasio Efektivitas merupakan perbandingan antara Realisasi PAD dan Target PAD. Rasio Kemandirian adalah perbandingan antara Realisasi PAD dan Realisasi Total Pendapatan. Rasio kemandirian yang semakin tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mandiri dan tidak bergantung kepada bantuan eksternal (Pemerintah Pusat dan atau provinsi). Rasio kemandirian yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah yang ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi dalam membayar pajak dan retribusi daerah.
91 89106
93117 121
9478
89 87 94
Kota
Mata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
engah
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
baw
a B
ara
t
Su
mbaw
a
Dom
pu
Kab. Bim
a
Kota
Bim
a
Pro
vin
si N
TB
% Rasio Efektivitas (Realisasi PAD / Target PAD)
1913
9 1116
5 9 6 74
3427
18 14 16
23
44
1412 11 12
44
Kota
Mata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
en
gah
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
baw
a B
ara
t
Sum
baw
a
Dom
pu
Kab. Bim
a
Kota
Bim
a
Pro
vin
si N
TB
% Rasio Kemandirian (Realisasi PAD / Realisasi Total Pendapatan)
% Rasio Kemandirian ((Realisasi PAD + DBH) / Realisasi Total Pendapatan)
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 27
sebesar 94,97%. Kinerja dalam realisasi PAD kota/kabupaten di Provinsi NTB sedikit lebih baik
dibanding Provinsi NTB. Hal ini terkait dengan pendapatan pajak daerah Provinsi NTB yang
sedikit di bawah target anggaran pendapatan tahun 2016. Secara spasial, kota/kabupaten yang
memiliki rasio efektivitas tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 120,84%, dan
yang terendah adalah Kabupaten Dompu sebesar 77,93%.
RASIO KEMANDIRIAN
Rasio kemandirian Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan III 2016
secara keseluruhan sebesar 15,23%. Secara terpisah, Provinsi NTB memiliki rasio kemandirian
sebesar 34,38%, lebih tinggi dibanding kota/kabupaten di Provinsi NTB yang hanya sebesar
9,81%. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, rasio kemandirian Provinsi NTB
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan PAD dari triwulan sebelumnya. Di sisi lain,
rasio kemandirian kota/kabupaten di Provinsi NTB relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya.
Secara spasial rasio kemandirian kota/kabupaten di Provinsi NTB yang tertinggi adalah Kota
Mataram yaitu sebesar 18,64% Hal ini menandakan Kota Mataram memiliki kemampuan yang
lebih kuat dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri
dibandingkan Kota/Kabupaten lainnya. Kota Mataram berhasil membukukan PAD sebesar
Rp253,81 miliar sampai dengan triwulan IV 2016. PAD tersebut merupakan terbesar di antara
Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi NTB. Jika rasio kemandirian memperhitungkan Dana Bagi
Hasil (DBH), kota/kabupaten di Provinsi NTB yang tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa Barat
dengan rasio sebesar 43,66%. Tingginya rasio tersebut terutama ditopang oleh Dana Bagi Hasil
Bukan Pajak yang cukup besar dibandingkan kota/kabupaten lain.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 28
2.3 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
DI PROVINSI NTB
Tabel 2.2 Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota
di Provinsi NTB Triwulan IV 2016
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai
dengan triwulan IV 2016 sebesar Rp17,14 triliun, yang terdiri dari Rp3,76 triliun yang
merupakan realisasi belanja Provinsi NTB dan Rp 13,38 triliun yang merupakan realisasi
belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB. Sebagian besar (75,49%) realisasi belanja tersebut
merupakan belanja operasi, yaitu sebesar Rp12,94 triliun, sedangkan selebihnya merupakan
belanja modal Rp3,69 triliun (21,55%), serta belanja tak terduga dan belanja transfer bagi hasil
kota/kabupaten/desa sebesar Rp506,88 miliar (2,96%).
Pertumbuhan belanja daerah sampai dengan triwulan IV 2016 secara year on year melambat
dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2016, realisasi belanja daerah tumbuh sebesar
16,74% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 22,93% (yoy).
Perlambatan ini terkait dengan belanja pegawai dan belanja barang yang juga melambat.
Belanja pegawai sampai dengan triwulan IV 2016 tumbuh sebesar 6,03%, melambat dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,21% (yoy). Belanja barang sampai dengan
triwulan IV 2016 tumbuh 34,29% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 42,05% (yoy). Sebaliknya, belanja modal menunjukkan peningkatan
Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total
II. BELANJA
2.1 BELANJA OPERASI 11,150,260 2,745,333 13,895,593 10,340,656 2,596,810 12,937,466 92.74 94.59
2.1.1 Belanja Pegawai 7,096,483 619,083 7,715,566 6,500,230 584,641 7,084,871 91.60 94.44
2.1.2 Belanja Barang 2,446,698 752,419 3,199,116 2,104,909 693,178 2,798,087 86.03 92.13
2.1.3 Belanja Bunga 8,786 - 8,786 6,334 - 6,334 72.09
2.1.4 Belanja Subsidi 31,254 - 31,254 31,127 0.00 31,127 99.59
2.1.5 Belanja Hibah 289,892 1,251,423 1,541,315 254,253 1,210,505 1,464,758 87.71 96.73
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 85,962 104,288 190,250 274,622 95,288 369,910 319.47 91.37
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 1,191,185 18,121 1,209,306 1,169,181 13,198 1,182,379 98.15 72.83
2.2 BELANJA MODAL 3,443,290 731,318 3,628,447 2,996,732 696,432 3,693,164 87.03 95.23
2.3 BELANJA TAK TERDUGA 14,450 4,107 18,557 7,586 4,059 11,645 52.50 98.83
2.3.1 Belanja Tidak Terduga 14,450 4,107 18,557 7,586 4,059 11,645 52.50 98.83
2.4 TRANSFER 247,655 472,575 720,230 32,954 462,284 495,238 13.31 97.82
2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke
Kab/Kota/Desa
247,655 472,575 720,230 32,954 462,284 495,238 13.31 97.82
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 39,265 472,575 511,840 30,289 462,284 492,574 77.14 97.82
2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 4,325 - 4,325 2,665 - 2,665 61.61
2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 204,065 - 204,065 - - -
JUMLAH BELANJA 14,855,655 3,953,334 18,808,989 13,377,928 3,759,586 17,137,514 90.05 95.10
SURPLUS/DEFISIT (567,049) (150,401) (717,450) 585,869 187,753 773,621
UraianNo
APBD REALISASI ANGGARAN %
Realisasi
APBD
Kota/Kab
% Realisasi
APBD Prov
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 29
pertumbuhan, dari pertumbuhan 9,91% (yoy) di triwulan III 2016, meningkat menjadi 17,66%
(yoy) di triwulan IV 2016.
Di sisi lain, realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB menunjukkan penurunan secara
year on year (tahunan). Realisasi belanja daerah Pemerintah Pusat sampai dengan triwulan IV
2016 sebesar Rp7,27 triliun, menurun 13,91% (yoy). Hal ini terutama disebabkan penurunan
pertumbuhan tahunan pada belanja modal, dan juga perlambatan pertumbuhan pada belanja
pegawai dan belanja barang. Realisasi belanja barang dan belanja pegawai merupakan
komponen belanja terbesar, dengan proporsi masing-masing sebesar 38,82% dan 34,81%.
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah
di Provinsi NTB
Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw IV 2016
Persentase realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB secara
keseluruhan sampai dengan triwulan IV 2016 mencapai 90,05%. Realisasi belanja tertinggi
adalah Kota Bima yang sebesar 96,08%, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki persentase
terkecil adalah Kabupaten Dompu sebesar 83,23%.
2.3.1 RISIKO FISKAL DARI BELANJA
Sama seperti halnya pendapatan, belanja juga merupakan sumber risiko fiskal. Pertumbuhan
belanja yang semakin tinggi tanpa adanya dukungan pendapatan akan menjadi sumber risiko
bagi daerah. Pemerintah daerah akan memperoleh manfaat yang berkelanjutan apabila belanja
diarahkan pada jenis belanja modal. Dengan naiknya belanja modal maka multiplier yang
tercipta akan lebih panjang dan berdampak pada sektor-sektor yang lebih luas. Namun di sisi
1 2
4
8
13
5
7
0 1
2
3
11
2
4
1
4
7
11
1
5
8
13
0
2
4
6
8
10
12
14
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 2016
Rp Triliun
Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Kota
Mata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
engah
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
baw
a B
ara
t
Sum
baw
a
Dom
pu
Kab. Bim
a
Kota
Bim
a
Pro
vin
si N
TB
Rp Triliun
Belanja Daerah Realisasi Belanja
86 91 9488 91
8494
8392
96 95
% Realisasi Belanja
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 30
lain, pemerintah daerah selain mengalokasikan belanja untuk kepentingan publik dalam bentuk
belanja modal juga membiayai operasional pemerintahan (Ika, 2013).
Total realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
sampai dengan triwulan IV 2016 mencapai Rp3,69 triliun, yang terdiri dari Rp696 miliar belanja
modal Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp3 triliun belanja modal pemerintah Kota/Kabupaten di
Provinsi NTB. Sementara itu, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB dan
Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 mencapai Rp7,08 triliun yang terdiri dari
Rp584,64 miliar belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp6,5 triliun belanja pegawai
pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB .
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.10
Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016
Grafik 2.11
Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016
RASIO BELANJA MODAL TERHADAP TOTAL BELANJA
Sampai dengan triwulan IV 2016 rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja
Pemerintah Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan sebesar
21,55%2, sedangkan rasio realisasi belanja modal terhadap total belanja belanja Pemerintah
Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara terpisah masing-masing sebesar
18,52% dan 22,40%. Rasio realisasi belanja modal terhadap total belanja Provinsi NTB dan
Kota/Kabupaten di Provinsi NTB tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
2 Ika (2013). Rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar pemerintah daerah mengalokasikan porsi total belanjanya untuk belanja modal.
-
200
400
600
Kota
Mata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
engah
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
baw
a B
ara
t
Sum
baw
a
Dom
pu
Kab
. Bim
a
Kota
Bim
a
Pro
vinsi
NTB
Rp Miliar
Belanja Modal
2419 18
19
3734
19 21 20
28
19
Rasio Realisasi Belanja Modal thd Realisasi Total Belanja (%)
-
300
600
900
1,200
Ko
ta M
ata
ram
Lo
mb
ok B
ara
t
Lo
mb
ok T
en
gah
Lo
mb
ok T
imu
r
Lo
mb
ok U
tara
Su
mb
aw
a B
ara
t
Su
mb
aw
a
Do
mp
u
Kab
. B
ima
Ko
ta B
ima
Pro
vin
si N
TB
Rp Miliar
Belanja Pegawai
5250
51 51
3529
49 5253 53
16
Rasio Realisasi Belanja Pegawai thd Realisasi Total Belanja (%)
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 31
masing-masing sebesar 16,38% dan 13,16%. Realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan
mendominasi realisasi belanja modal Provinsi NTB dan di kota/kabupaten di Provinsi NTB.
Kabupaten Lombok Timur sampai dengan triwulan IV 2016 merealisasikan belanja modal
tertinggi di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB, yaitu sebesar Rp421,77 miliar, dan
Kabupaten Dompu merealisasikan belanja modal terendah di antara kota/kabupaten lain di
Provinsi NTB, yaitu sebesar Rp204,48 miliar. Dari sisi rasio realisasi belanja modal terhadap
realisasi total belanja, Kabupaten Lombok Utara merupakan tertinggi di antara kota/kabupaten
lain di Provinsi NTB dengan rasio sebesar 37,45%, dan Kabupaten Lombok Barat merupakan
terendah di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB dengan rasio sebesar 19,06%.
RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL BELANJA
Sampai dengan triwulan IV 2016 rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja
Pemerintah Provinsi NTB dan pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan
sebesar 41,34%, sedangkan secara terpisah Pemerintah Provinsi NTB dan pemerintah
Kota/Kabupaten di Provinsi NTB masing-masing memiliki rasio sebesar 15,55% dan 48,59%.
Rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja Provinsi NTB dan kota/kabupaten
di Provinsi NTB tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 18,64% dan
58,03%.
Kota/kabupaten yang memiliki realisasi belanja pegawai tertinggi adalah adalah Kabupaten
Lombok Timur dengan nilai sebesar Rp1,13 triliun, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki
realisasi belanja pegawai terendah adalah Kabupaten Sumbawa Barat dengan nilai sebesar
Rp284 miliar. Dari sisi rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja, Kota Bima
merupakan yang tertinggi dengan angka rasio sebesar 53,32%, sedangkan Kabupaten
Sumbawa Barat merupakan kota/kabupaten yang terendah dalam rasio belanja pegawai
terhadap realisasi total belanja yaitu sebesar 29,05%.
RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP PAD
Sampai dengan triwulan IV 2016, Provinsi NTB memiliki PAD yang cukup untuk belanja
pegawai, namun PAD kota/kabupaten di Provinsi NTB belum mencukupi untuk membiayai
belanja pegawainya. Hal ini tampak dari rasio realisasi belanja pegawai terhadap PAD3 Provinsi
NTB sebesar 43,08%, sedangkan sedangkan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara gabungan
sebesar 474,36%. Rasio realisasi belanja pegawai terhadap PAD masing-masing kota/kabupaten
juga di atas 100%. Persentase rasio yang di atas 100% tersebut menandakan bahwa seluruh
3 Ika (2013). Rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi PAD menggambarkan berapa banyak PAD yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai pegawainya. Jika lebih dari 100% berarti pemerintah daerah mengambil sebagian dana transfer dari pusat atau provinsi untuk belanja pegawai.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 32
Kota/Kabupaten di Provinsi NTB masih belum mampu membiayai belanja pegawai hanya dari
PAD. Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB menggunakan dana transfer baik dari
Pemerintah Pusat maupun Provinsi NTB sebagai tambahan untuk membiayai belanja pegawai.
2.4 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2017
PROVINSI NTB
Anggaran pendapatan daerah 2017 meningkat cukup signifikan dibandingkan
anggaran pendapatan daerah tahun 2016, yaitu sebesar 25,99%. Total anggaran
pendapatan daerah 2017 mencapai Rp4,79 trililun. Pendapatan transfer dari pemerintah pusat
ditargetkan meningkat, baik berupa Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Bagi Hasil Pajak. Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga diperkirakan
meningkat walaupun dengan besaran yang lebih rendah dibandingkan Pendapatan Transfer.
Pada tahun 2017, DAU diperkirakan sebesar Rp1,5 triliun atau paling tinggi di antara pos
pendapatan transfer yang lain. DAU tersebut meningkat sebesar 56,62% dibandingkan DAU
dalam anggaran pendapatan daerah tahun 2016. Peningkatan DAU tersebut terkait pengalihan
pengelolaan SMA/SMK dari pemerintah kota/kabupaten ke provinsi sehingga terjadi
peningkatan pada DAU provinsi. Sedangkan DAK diperkirakan sedikit lebih rendah
dibandingkan DAU yaitu sebesar Rp1,37 triliun. DAK tersebut meningkat 21% dibandingkan
DAK dalam anggaran pendapatan daerah tahun 2016.
I. PENDAPATAN
1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,450,045 1,357,186 1,501,611 3.56 10.64
1.1.1 Pajak Daerah 1,037,550 1,003,262 1,122,139 8.15 11.85
1.1.2 Retribusi Daerah 29,891 29,516 18,459 (38.24) (37.46)
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg dipisahkan
157,965 72,828
92,558
(41.41) 27.09
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 224,640 251,580 268,454 19.50 6.71
1.2 PENDAPATAN TRANSFER 2,339,018 2,588,033 3,275,916 40.06 26.58
1.2.1 Transfer Pem.Pusat Dana
Perimbangan 2,333,604 2,583,033 3,222,521
1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 247,954 165,676 353,126 42.42 113.14
1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak - 209,360 -
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 955,793 1,117,692 1,496,973 56.62 33.93
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 1,129,857 1,090,304 1,372,423 21.47 25.88
1.2.2Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
5,414 5,000 53,394 886.23 967.89
1.3LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
SAH 13,871 2,120 13,871 - 554.21
JUMLAH PENDAPATAN 3,802,933 3,947,339 4,791,397 25.99 21.38
APBD
Provinsi NTB
2017
Pertumbuhan APBD
Provinsi NTB 2017
terhadap APBD
Provinsi NTB 2016
Pertumbuhan APBD
Provinsi NTB 2017
terhadap Realisasi APBD
Provinsi NTB 2016
No Uraian
APBD
Provinsi NTB
2016
Realisasi APBD
Provinsi NTB
2016
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 33
PAD tahun 2017 ditargetkan mencapai sebesar Rp1,5 triliun, atau meningkat sebesar 3,56%
dibandingkan PAD dalam anggaran pendapatan tahun 2016. PAD tersebut didominasi oleh
pajak daerah dengan nilai sebesar Rp1,12 triliun. Target pajak daerah tahun 2017 tersebut
meningkat 8,15% dibandingkan pajak daerah dalam anggaran pendapatan tahun 2016.
Dari sisi anggaran belanja daerah 2017 juga meningkat cukup signifikan dibandingkan
anggaran belanja daerah 2016, sebesar 26,70%. Total anggaran belanja 2017 sebesar Rp5
triliun. Belanja operasi, belanja modal, dan transfer meningkat dengan besaran paling tinggi
pada belanja operasi. Proporsi paling besar dalam struktur belanja daerah masih merupakan
belanja operasi yaitu sebesar 69,52%.
Belanja pegawai merupakan salah satu komponen yang meningkat cukup signfikan hingga
sebesar Rp1,38 triliun dari anggaran belanja pegawai tahun sebelumnya yang hanya sebesar
Rp619 miliar. Hal ini terkait dengan pelimpahan Personalia, Pembiayaan, Peralatan dan
Dokumentasi (P3D) dalam rangka pengalihan SMA/SMK dari pemerintah kota/kabupaten ke
provinsi sesuai dengan Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Sehingga pada tahun 2017, sekolah, guru, dan tenaga teknis akan menjadi tanggung jawab
Pemerintah Provinsi NTB.
II. BELANJA
2.1 BELANJA OPERASI 2,745,333 2,596,810 3,482,322 26.85 34.10
2.1.1 Belanja Pegawai 619,083 584,641 1,383,301 123.44 136.61
2.1.2 Belanja Barang 752,419 693,178 1,096,958 45.79 58.25
2.1.3 Belanja Bunga - - -
2.1.4 Belanja Subsidi - - -
2.1.5 Belanja Hibah 1,251,423 1,210,505 980,897 (21.62) (18.97)
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 104,288 95,288 17,455 (83.26) (81.68)
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 18,121 13,198 3,711 (79.52) (71.88)
2.2 BELANJA MODAL 731,318 696,432 990,737 35.47 42.26
2.3 BELANJA TAK TERDUGA 4,107 4,059 4,000 (2.60) (1.45)
2.3.1 Belanja Tidak Terduga 4,107 4,059 4,000 (2.60) (1.45)
- -
2.4 TRANSFER 472,575 462,284 531,939 12.56 15.07
2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke
Kab/Kota/Desa
472,575 462,284 531,939
12.56 15.07
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 472,575 462,284 531,939 12.56 15.07
2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi - - -
2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - -
JUMLAH BELANJA 3,953,334 3,759,586 5,008,997 26.70 33.23
Uraian
APBD
Provinsi NTB
2016
Realisasi APBD
Provinsi NTB
2016
APBD
Provinsi NTB
2017
Pertumbuhan APBD
Provinsi NTB 2017
terhadap APBD
Provinsi NTB 2016
Pertumbuhan APBD
Provinsi NTB 2017
terhadap Realisasi APBD
Provinsi NTB 2016
No
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 23
BAB 3 INFLASI 1
Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya, sebaliknya tekanan inflasi bulanan mengalami peningkatan. Menurunnya tekanan
inflasi tahunan pada triwulan IV 2016 terjadi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan
inflasi pada komoditas administered price, yaitu bensin dan angkutan udara.
3.1 KONDISI UMUM
Tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan IV 2016 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Tekanan inflasi pada akhir triwulan IV 2016 (Desember 2016) sebesar 2,61% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,89% (yoy) dan inflasi nasional
yang sebesar 3,50% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tahunan terjadi base effect dari penyesuaian
harga BBM pada tahun sebelumnya yang membuat tekanan inflasi tahunan pada 2016 terlihat
menurun.
Menurunnya tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV 2016 terjadi terutama disebabkan oleh
menurunnya tekanan inflasi pada komoditas administered price1, yaitu bensin dan angkutan
udara. Bensin menyumbang deflasi sebesar 0,48% sedangkan angkutan udara menyumbang
deflasi sebesar 0,44%. Tren harga minyak dunia yang menurun diperkirakan mempengaruhi tarif
angkutan udara.
Tekanan inflasi pada kelompok volatile food lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya, sementara itu tekanan inflasi pada kelompok inti meningkat. Tekanan inflasi
kelompok volatile food lebih rendah disumbang oleh beberapa komoditas utama, diantaranya
beras dan jagung manis. Sedangkan komoditas inti yang berkontribusi pada peningkatan tekanan
inflasi antara lain pasir, batu bata dan tukang bukan mandor. Peningkatan tekanan inflasi
komoditas inti selaras seiring dengan realisasi investasi swasta yang meningkat pada triwulan IV
2016.
1 Disagregasi Inflasi dibagi kedalam 3 kelompok besar, yaitu:
- Administered Price : Kelompok komoditas yang pergerakan harganya diatur oleh regulasi pemerintah, seperti bensin, tarif listrik - Volatile food : Kelompok komoditas yang harganya cenderung bergejolak, sebagian besar adalah kelompok bahan makanan. - Inti / Core : Kelompok komoditas yang harganya relatif stabil.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 24
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov
2014 2015 2016
Nasional NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-0.80
-0.60
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MA
Y
JUN
JUL
AU
G
SEP
OC
T
NO
V
DE
C
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MA
Y
JUN
JUL
AU
G
SEP
OC
T
NO
V
DE
C
2015 2016
NTB NASIONAL
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.1
Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional
Grafik 3.2
Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional
Dillihat secara bulanan, perkembangan inflasi bulanan NTB pada triwulan IV 2016
menunjukan tren peningkatan. Tekanan inflasi bulanan pada bulan Oktober 2016 tercatat
sebesar 0,23% (mtm2), lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -
0,63% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama disumbang oleh komoditas inti, yaitu
tukang bukan mandor, yang meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan sebagai
bagian dari realisasi investasi swasta dan realisasi anggaran. Sedangkan pada bulan November
2016, tekanan inflasi sedikit menurun dengan angka inflasi sebesar 0,20% (mtm). Penurunan
tekanan inflasi bulanan karena terkoreksinya inflasi angkutan udara.
Tekanan inflasi terbesar pada triwulan IV 2016 terjadi pada bulan Desember dimana tercatat inflasi
bulanan sebesar 0,63% (mtm). Inflasi tersebut lebih besar dibandingkan bulan November 2016
sebesar 0,20% (mtm) dan dibandingkan nasional sebesar 0,42% (mtm). Tekanan inflasi bulanan
tersebut mayoritas disumbang oleh komoditas volatile food seiring dengan momen hari besar
keagamaan Maulid Nabi dan masuknya periode high season pada Desember 2016. Kenaikan
harga tersebut juga sejalan dengan membaiknya permintaan masyarakat yang tercermin dari
angka konsumsi rumah tangga.
2 yoy : Year on Year, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.
qtq : Quartal to Quartal, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu di akhir kuartal dengan bulan di akhir kuartal sebelumnya.
mtm : Month to Month, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan bulan tertentu dengan IHK bulan sebelumnya ytd : Year to Date, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan IHK akhir tahun sebelumnya
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 25
Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Provinsi NTB pada Triwulan IIV 2016
No Mataram Bima
Umum Volatile Food Umum Volatile Food
1 Tukang Bukan
Mandor Bawang Merah Tomat Sayur Tomat Sayur
2 Bawang Merah Daging Ayam Ras Pasir Bawang Merah
3 Daging Ayam Ras Tempe Bawang Merah Daging Ayam Ras
4 Tempe Cabai Rawit Daging Ayam Ras Tenggiri
5 Cabai Rawit Tomat Sayur Rokok Kretek Filter Bandeng/Bolu
6 Tomat Sayur Bawang Putih Tenggiri Bawang Putih
7 Bawang Putih Tongkol/Ambu-ambu Bandeng/Bolu Tongkol/Ambu-ambu
8 Mobil Cabai Merah Bawang Putih Jeruk
9 Tongkol/Ambu-ambu Daging Sapi Rokok Kretek Kelapa
10 Mie Kelapa Batu Bata/Batu Tela Cumi-cumi
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Meski terdapat beberapa tekanan, inflasi NTB pada tahun 2017 diperkirakan terkendali
dan masih berada dalam sasaran target inflasi. Laju inflasi mengalami tekanan pada bulan
Januari 2017 namun masih terkendali di angka 2,95% (yoy), masih dalam rentang target 4+1%.
Terdapat beberapa risiko inflasi yang tetap perlu menjadi perhatian agar capaian inflasi NTB
sepanjang tahun 2017 berada dalam kisaran target. Risiko cuaca masih menjadi salah satu risiko
utama yang perlu dicermati. BMKG memperkirakan fenomena La Nina akan berakhir pada bulan
Februari 2017 diikuti kondisi cuaca normal hingga Mei 2017. Namun terdapat potensi terjadinya
fenomena El Nino selepas bulan Mei 2017 yang dapat mengakibatkan kekeringan lahan yang
kemudian akan mempengaruhi tingkat produksi pertanian. Peningkatan konsumsi masyarakat
didorong meningkatnya kunjungan wisatawan ke NTB, baik domestik maupun mancanegara,
sepanjang tahun 2017 juga perlu dicermati. Selain itu, potensi penyesuaian harga beberapa
komoditas administered price di tahun 2017 oleh pemerintah, seperti tarif listrik dan BBM,
menjadi salah satu faktor penyumbang inflasi yang perlu diwaspadai.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 26
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB
dan Nasional
Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan
Nasional
3.2 INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS
Menurunnya tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan IV 2016 disebabkan oleh
menurunnya inflasi dari kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi,
komounikasi, dan jasa. Inflasi kelompok bahan makanan tertahan oleh koreksi harga pada
komoditas sayur-sayuran, buah-buahan, serta daging dan hasilnya. Sementara itu inflasi kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa tertahan oleh koreksi harga tiket pesawat dan bensin.
Sumber: Survei Pemantauan Harga BI
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I II II II II II II II II II II II II II I I I I ISeninI I ISeninI I I I I I I
M IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM V
201601 201602 201604 201605 201606 201607 201608 201609 201610
Harga Cabai Merah & Rawit (Rp/Kg)Cabe Merah B esar Cabe Merah Kerit ingCabe Rawit Hijau Cabe Rawit MerahLinear (Cabe Rawit Merah)
Sumber: Survei Pemantauan Harga BI
Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras
Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai
4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
10,000 11,000 12,000
1 3 1 3 1 3 5 2 4 2 4 2 4 I I I I I I I I I II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II I I I I I I I I I I I I I I II II II II II II II II II II II II II II II II II JAN FEB MAR APR MAY JUN M I M II M III M IV M I M II M III M IV M
V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M
V M I
M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M
V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M
V M I
M II M III M IV M V M I
M II M III M IV M V
2015 201507 201508 201509 201510 201511 201512 201601 201602 201604 201605 201606 201607 201608 201609 201610
Harga Beras (Rp/Kg)
Medium I (PELITA) Medium II Super I (C4/IR Zak kemasan) Super II (C4/IR Zak eceran)
-2
0
2
4
6
8
10
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
vd
ec
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
vd
ec
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
vd
ec
2014 2015 2016
Inflasi Tahun Kalender
Nasional NTB
-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
jan feb mar apr
may jun jul aug sep oct
nov dec jan feb mar apr
may jun jul aug sep oct
nov dec jan feb mar apr
may jun jul aug sep oct
nov dec 2014 2015 2016
Inflasi Triwulan
Nasional NTB
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 27
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
nov
dec
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
nov
dec
2015 2016
Harga BBM (Rp/Liter)
Pertamax Premium PSO Solar PSO
Sumber: PT. Pertamina (Persero)
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
II II I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
MIII
M IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM V201701
201509201510201511201512201601 201602 201604 201605 201607 201608 201610
Harga Tiket Pesawat (Rp)
Sumber: Survei Pemantauan Harga BI
Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM
Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat
Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB
Okt Nov Des Okt Nov Des QTQ YTD YOY
UMUM 120.8 121.0 122.1 0.23 0.20 0.63 1.07 2.61 2.61
BAHAN MAKANAN 123.2 123.6 127.6 -1.99 0.80 2.45 1.22 4.27 4.27
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 120.6 120.7 121.2 0.74 0.28 0.60 1.63 4.75 4.75
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 119.7 120.0 120.2 1.76 -0.07 0.02 1.71 2.39 2.39
SANDANG 110.4 110.2 110.2 -0.07 -0.09 -1.07 -1.23 4.97 4.97
KESEHATAN 111.6 112.0 113.0 0.38 0.28 0.58 1.24 4.63 4.63
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 119.1 119.1 119.1 0.26 0.07 0.02 0.35 2.40 2.40
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 125.8 125.9 126.1 0.14 -0.29 -0.06 -0.20 -3.00 -3.00
IHK 2016 MTM 2016 TW IV 2016INFLASI KOMODITAS
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
3.2.1 Bahan Makanan
Kelompok komoditas bahan makanan pada triwulan IV 2016 mengalami inflasi 4,27%
(yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan III 2016 sebesar 6,51% (yoy). Faktor
utama yang diperkirakan mempengaruhi menurunnya tekanan inflasi pada triwulan IV 2016
secara tahunan adalah karena tingkat permintaan masyarakat pada tahun ini yang relatif lebih
rendah dibandingkan tahun lalu, sehingga tingkat inflasi yang terjadi cenderung lebih rendah
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 28
ja
n
fe
b
m
ar
ap
r
m
ei
ju
njul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
s
ja
n
fe
b
m
ar
ap
r
m
ei
ju
njul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
s
2015 2016
mtm 2. -2 0. -1 0. -0 1. -0 -0 -0 0. 3. 4. -0 -0 -1 -1 3. 2. -0 -1 -1 0. 2.
yoy - kanan 4. 2. 4. 5. 6. 5. 4. 3. 2. 3. 3. 3. 5. 7. 6. 7. 5. 8. 9. 8. 6. 4. 5. 4.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00Bahan Makanan
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
Jan'16
Feb'16
Mar'16
Apr'16
Mei'16
Jun'16
Jul'16
Ags'16
Sept'16
Okt'16
Nov'16
Des'16
BAHAN MAKANAN
Padi-padian, Umbi-umbian danHasilnya
Daging dan Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan
Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Bahan Makanan
Jika dilihat per komoditas, padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta komoditas sayur-sayuran
menjadi penyumbang utama penurunan tekanan inflasi. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)
menunjukan pergerakan harga yang cenderung stabil selama triwulan IV 2016, namun pada
pemantauan harga hingga akhir Januari 2017, terdapat indikasi peningkatan harga, sehingga
harga beras menjadi salah satu faktor risiko inflasi yang perlu diwaspadai.
3.2.2 Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
Kelompok komoditas makanan jadi, minuman, dan tembakau dalam triwulan IV 2016
mengalami inflasi 4,75% (yoy). Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi pada
triwulan III 2016 yang sebesar 4,38% (yoy). Inflasi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman
dan Tembakau mayoritas disumbang oleh sub-komoditas Makanan Jadi. Meningkatnya tekanan
inflasi pada sub-komoditas makanan jadi sejalan dengan meningkatnya jumlah kunjungan
wisatawan yang meningkat pada triwulan IV 2016. Risiko inflasi yang perlu diperhitungkan ke
depan adalah terkait penyesuaian cukai rokok yang dilaksanakan pada triwulan I 2017. Bobot
inflasi rokok dan tembakau cukup besar mencapai 4,45% di Mataram dan 6,17% di Bima.
Kenaikan harga rokok akan memberikan dampak yang cukup besar pada tingkat inflasi NTB.
Diperlukan langkah untuk mendorong peralihan konsumsi masyarakat dari rokok ke konsumsi
komoditas produktif. Dengan langkah tersebut, diharapkan harga rokok terkendali.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 29
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi,
Minuman dan Tembakau
Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
3.2.3 Perumahan, Listrik, Air dan Gas
Kelompok komoditas perumahan, listrik, air dan gas pada triwulan IV 2016 mengalami
inflasi 2,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,06%
(yoy). Meningkatnya tekanan harga komoditas tersebut terutama disumbang oleh sub-komoditas
Biaya Tempat Tinggal dan Penyelenggaraan Rumah Tangga. Meningkatnya kunjungan ke Provinsi
NTB pada triwulan IV 2016 diperkirakan meningkatkan permintaan pada kedua subsektor tersebut
sehingga berpengaruh pada kenaikan harga. Sedangkan, tekanan sub-sektor bahan bakar,
penerangan dan air lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya meski masih terkoreksi di
angka inflasi -0,60% (yoy). Dalam tren penurunan, harga gas elpiji relatif tidak mengalami
perubahan pada triwulan IV 2016 kecuali gas elpiji 50 kg yang mengalami peningkatan harga
pada bulan Oktober dan November, masing-masing sebesar 2,19% (mtm), dan 1,79% (mtm).
Menurunnya harga komoditas gas elpiji seiring dengan harga minyak dunia yang masih rendah.
jan fe b
m ar
ap r
m ei
ju n jul ag
u se p
ok t
no v
de s jan fe
b m ar
ap r
m ei
ju n jul ag
u se p
ok t
no v
de s
2015 2016 mtm 0.7 0.5 0.0 0.3 0.1 0.3 0.3 0.4 0.1 0.6 0.1 0.4 0.1 0.2 0.1 0.3 0.3 1.0 0.1 0.2 0.3 0.7 0.2 0.6 yoy - kanan 7.8 7.4 7.2 7.3 6.6 5.9 5.3 5.5 5.3 5.5 4.8 4.4 3.8 3.4 3.6 3.6 3.8 4.5 4.4 4.2 4.3 4.4 4.5 4.7
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau
mtm yoy - kanan
-0.40 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 30
janfe
b
ma
r
ap
r
m
ei
ju
njul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
sjan
fe
b
ma
r
ap
r
m
ei
ju
njul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
s
2015 2016
mtm 1.1 0.0 0.2 0.5 0.1 -0. -0. -0. 0.8 0.0 0.1 0.1 1.0 -0. -0. -0. 0.1 0.1 0.1 0.2 -0. 1.7 -0. 0.0
yoy - kanan 6.4 6.4 6.7 7.1 7.1 6.9 6.3 5.5 5.9 4.9 4.3 2.8 2.7 2.1 1.5 0.9 0.9 1.1 1.5 1.9 1.0 2.8 2.5 2.3
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik,
Air dan Gas
Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji
3.2.4 Sandang
Kelompok komoditas sandang dalam triwulan IV 2016 mengalami inflasi 4,97% (yoy).
Tekanan inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yang sebesar 6,12% (yoy).
Kelopok komoditas sandang termasuk kedalam kelompok inflasi inti, sehingga pergerakan
inflasinya cenderung tidak terlalu bergejolak dan lebih dominan dipengaruhi oleh naik-turunnya
permintaan dan daya beli masyarakat. Penurunan harga sandang yang paling dalam terjadi pada
bulan Desember 2016, dimana masyarakat diperkirakan memprioritaskan konsumsi dan
pengeluaran untuk bahan makanan sehubungan dengan hari besar keagamaan Maulid Nabi pada
bulan tersebut.
janfe
b
ma
r
ap
r
m
eijun jul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
sjan
fe
b
ma
r
ap
r
m
eijun jul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
s
2015 2016
mtm 1.4 0.0 0.1 0.0 0.3 0.1 0.6 -0. 1.4 0.0 -0. -0. 0.2 0.7 0.7 0.1 0.3 0.7 1.6 0.4 0.9 -0. -0. -1.
yoy - kanan 3.6 3.6 3.7 3.9 4.3 4.3 4.5 4.1 5.3 5.3 5.1 4.1 2.9 3.6 4.1 4.3 4.4 5.1 6.1 6.6 6.1 5.9 6.0 4.9
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00 Inflasi Sandang
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-5.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita
Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Komoditas Komoditas
Sandang
Grafik 3.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok
Komoditas Sandang
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 31
3.2.5 Kesehatan
Kelompok komoditas kesehatan pada triwulan IV 2016 mengalami inflasi 4,63% (yoy).
Inflasi pada kelompok komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 5,07% (yoy). Penurunan tekanan inflasi kelompok komoditas kesehatan didorong oleh
penurunan biaya perawatan jasmani dan kosmetik.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan
Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok
Komoditas Kesehatan
3.2.6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Kelompok komoditas pendidikan, rekreasi, dan olah raga dalam triwulan IV 2016
mengalami inflasi 2,40% (yoy). Tekanan inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya, yang mengalami inflasi 2,46% (yoy). Menurunnya laju inflasi tersebut disebabkan
karena kenaikan biaya pendidikan di tahun 2016 ini tidak setinggi tahun sebelumnya.
-4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Transpor Komunikasi Dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan
jan fe b
ma r
ap r
m ei
ju n jul ag
u se p
ok t
no v
de s jan fe
b ma r
ap r
m ei
ju n jul ag
u se p
ok t
no v
de s
2015 2016 mtm 0.1 0.1 0.1 0.4 0.1 0.0 0.5 0.3 0.5 0.4 0.3 0.8 0.9 0.1 0.5 0.0 0.0 0.5 0.5 0.2 0.1 0.3 0.2 0.5 yoy - kanan 4.7 4.7 5.0 4.7 5.0 4.5 4.7 5.1 5.0 5.0 4.8 4.1 5.0 5.0 5.5 5.1 5.0 5.6 5.6 5.4 5.0 5.0 4.9 4.6
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20 Inflasi Kesehatan
mtm yoy - kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 32
janfe
b
m
ar
ap
r
m
ei
ju
njul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
sjan
fe
b
m
ar
ap
r
m
ei
ju
njul
ag
u
se
p
ok
t
no
v
de
s
2015 2016
mtm 0.2 0.2 0.0 0.0 0.2 0.0 0.2 7.0 0.2 0.4 -0. 0.0 0.0 0.2 0.2 0.0 0.1 0.0 1.1 0.3 0.0 0.2 0.0 0.0
yoy - kanan 5.6 5.7 5.7 5.7 6.0 5.9 6.1 9.7 9.5 10. 9.8 8.9 8.7 8.7 8.9 8.9 8.7 8.7 9.6 2.7 2.4 2.3 2.3 2.4
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00 Inflasi Pendidikan, Rekreasi, Olahraga
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00Jan'16
Feb'16
Mar'16
Apr'16
Mei'16
Jun'16
Jul'16
Ags'16
Sept'16
Okt'16
Nov'16
Des'16
PENDIDIKAN, REKREASIDAN OLAH RAGAPendidikan
Kursus-kursus / Pelatihan
Perlengkapan / PeralatanPendidikanRekreasi
Olahraga
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan,
Rekreasi dan Olah Raga
Grafik 3.20 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
3.2.7 Transport, Komunikasi dan Jasa
Tekanan inflasi kelompok komoditas transport, komunikasi, dan jasa pada triwulan IV
2016 adalah yang terendah sepanjang tahun dimana terjadi deflasi 3% (yoy). Kondisi
tersebut disebabkan trend penurunan harga bensin dan koreksi harga tarif angkatan udara yang
masih terjadi hingga akhir tahun 2016. Koreksi harga tiket pesawat terjadi di Mataram pada bulan
November sebesar -1,40% (mtm), sedangkan di Bima, harga tiket pesawat terkoreksi sepanjang
triwulan IV 2016, dengan koreksi paling dalam dan signifikan terjadi pada bulan November
sebesar 7,31% (mtm).
jan febma
rapr
me
ijun jul
ag
usep okt
no
vdes jan feb
ma
rapr
me
ijun jul
ag
usep okt
no
vdes
2015 2016
mtm -3. -1. 0.9 1.6 0.2 -0. 1.5 -0. 0.5 0.9 0.1 0.1 -0. 0.4 -0. -1. -0. 0.1 2.3 -1. -1. 0.1 -0. -0.
yoy - kanan 8.0 6.2 6.0 7.4 6.3 5.9 6.7 5.9 6.9 7.8 5.1 0.4 3.3 5.4 4.4 1.2 0.9 1.4 2.2 0.7 -1. -2. -2. -3.
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00Inflasi Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Transpor
Komunikas i Dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor
Jasa Keuangan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi,
Komunikasi dan Jasa
Grafik 3.22 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 33
3.3 INFLASI PERIODIKAL
3.3.1 INFLASI TRIWULANAN
Inflasi triwulanan NTB dalam triwulan IV 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan
triwulan sebelumnya. Inflasi triwulanan NTB pada triwulan IV 2016 sebesar 1,07% (qtq), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,11% (qtq). Peningkatan inflasi triwulan terjadi
seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat pada masa high season dan hari besar
keagamaan di bulan Desember 2017. Meski begitu peningkatan inflasi triwulan tersebut masih
lebih rendah dibandingkan perkembangan inflasi triwulanan pada akhir tahun 2015. Hal
inidisinyalir disebabkan oleh menurunnya konsumsi masyarakat secara akumulatif tahunan pada
tahun 2016 dibandingkan tahun 2015.
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
2013 2014 2015 2016
Nasional NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-1.50-1.00-0.500.000.501.001.502.00
UMUM
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI,
MINUMAN, ROKOK
& TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LI
STRIK,GAS & BB
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN,
REKREASI DAN
OLAH RAGA
TRANSPOR,KOMUNI
KASI DAN JASA K
Inflasi NTB Triwulan III 2016 Per Kelompok Komoditas
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.23 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB
Grafik 3.24 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB
Berdasarkan Komoditas
3.3.2 Inflasi Tahunan
Secara tahunan inflasi Provinsi NTB pada akhir triwulan IV 2016 sebesar 2,61% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,93% (yoy), dan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,41% (yoy). Capaian inflasi
tersebut masih berada dibawah koridor target inflasi Bank Indonesia tahun 2016 yang sebesar
4+1% (yoy). Tren inflasi tahunan NTB menunjukan arah yang cenderung menurun dalam setahun
terakhir.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 34
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2015 2016
UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas
3.4 DISAGREGASI INFLASI
3.4.1 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan disagregasi inflasi, menurunnya tekanan inflasi dalam triwulan IV 2016
disebabkan oleh inflasi pada kelompok administered price yang menurun hingga
mengalami deflasi sebesar -1,18% (yoy). Kelompok administered price atau kelompok
komoditas dengan harga diatur pemerintah, mengalami deflasi yang cukup dalam dibandingkan
kelompok lainnya (kelompok inti dan administered price) yang justru mengalami inflasi. Deflasi
tersebut disebabkan karena trend penurunan harga BBM sejak awal tahun 2016 serta penurunan
tarif angkutan udara.
Kelompok volatile food atau kelompok komoditas dengan harga bergejolak mengalami inflasi
4,53% (yoy), dan kelompok inflasi inti mengalami inflasi 3,54% (yoy). Laju inflasi volatile food
cenderung menurun dibandingkan beberapa bulan terakhir, didukung oleh ketersediaan pasokan
komoditas yang lebih baik. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti di triwulan IV 2016
meningkat, dipicu perbaikan daya beli masyarakat pada akhir tahun.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 35
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB
Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB
3.4.2 Kota Mataram
Inflasi Kota Mataram pada triwulan IV 2016 sebesar 2,47% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,24% (yoy). Inflasi Kota Mataram dalam
triwulan IV 2016 terutama dikontribusi oleh kelompok inti, yaitu komoditas Tukang Bukan
Mandor. Kenaikan harga tukang diperkirakan diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan akan
tukang sehubungan dengan meningkatnya realisasi investasi swasta di kota Mataram pada
triwulan IV 2016. Sementara itu, kelompok volatile food mengalami peningkatan tekanan inflasi,
sebaliknya kelompok administered price mengalami deflasi.
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
2014 2015 2016
Umum Core Inflation Administered Price Volatile Food
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
2014 2015 2016
Umum Core Inflation Administered Price Volatile Food
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram
Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov
2014 2015 2016
Umum core inflation administered price volatile food
-4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00
10.00 12.00 14.00 16.00 18.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov
2014 2015 2016
Umum core inflation administered price volatile food
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 36
3.4.3 Kota Bima
Laju inflasi Kota Bima pada triwulan IV 2016 menurun, meskipun masih lebih tinggi
dibandingkan kota Mataram. Inflasi Kota Bima di triwulan IV 2016 tercatat sebesar 3,11%
(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy). Menurunnya inflasi
terutama disebabkan oleh deflasi kelompok administered price, yaitu Angkutan Udara dan Bensin.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima
Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima
3.5 PENGENDALAIN INFLASI DAERAH
Koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah dalam Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) terus ditingkatkan dalam pengendalian inflasi daerah. Koordinasi
berkala antar lembaga yang tergabung dalam keangotaan TPID telah dilakukan di level Provinsi,
maupun Kab/Kota. Koordinasi tersebut dilakukan untuk memastikan ketersediaan pasokan
komoditas-komoditas strategis yang dapat menyumbang inflasi. Adapun langkah pengendalian
inflasi yang telah dilakukan sepanjang tahun 2016 antara lain :
Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi oleh TPID
Aspek Langkah Pengendalian Inflasi
Ketersediaan Pasokan - Penambahan pompa air untuk memaksimalkan hasil panen
- Perluasan lahan tanam komoditas hortikultura
- Pengembangan kampung unggas
- Pengembangan kampung pangan mandiri di Kota Mataram
Kelancaran Distribusi - Penambahan fixed crane untuk meningkatkan kelancaran
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov 2014 2015 2016
umum core inflation administered price volatile food
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov 2014 2015 2016 Umum core inflation administered price volatile food
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 37
Aspek Langkah Pengendalian Inflasi
arus distribusi barang di pelabuhan oleh Pelindo III
- Penambahan armada angkutan antar kota oleh Dinas
Perhubungan
Keterjangkauan Harga - Operasi pasar oleh Bulog
- Penyelenggaraan pasar murah, dengan memberikan subsidi
harga pada komoditas pangan strategis saat bulan puasa
Komunikasi Kebijakan - Pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis oleh
Dinas Perdagangan Kota Mataram
- Inspeksi harga secara berkala kepada pedagang pasar dan
distributor komoditas pangan strategis
- Koordinasi pengendalian inflasi secara menyeluruh dari TPID
Provinsi dan Ka/Kota
- Sosialisasi pengendalian inflasi secara menyeluruh ke lapisan
masyarakat, antara lain kepada pemuka agama dan
komunitas ibu PKK.
Selain beberapa langkah yang telah dilaksanakan pada tahun 2016 di atas, TPID Provinsi NTB
memberikan beberapa poin rekomendasi terkait pengendalian harga, antara lain:
1. Penyusunan neraca beberapa komoditas strategis yang akurat dengan series data bulanan
2. Pengaturan tata niaga yang efektif dan terstruktur
3. Perluasan akses informasi harga pangan di masyarakat.
3.6 PROSPEK INFLASI TRIWULAN I 2017
Tekanan inflasi pada triwulan I 2017 diperkirakan meningkat. Meningkatnya tekanan inflasi
sudah mulai terlihat pada realisasi inflasi bulan Januari 2017 sebesar 1,49% (mtm) atau 2,95%
(yoy). Angka inflasi bulanan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata bulan yang sama dalam 5
tahun terakhir. Peningkatan tersebut disebabkan penyesuaian beberapa komoditas administered
price. Meski begitu, capaian inflasi triwulan I 2017 secara umum diperkirakan terkendali, berada
dalam rentang target inflasi 4+1% (yoy).
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 38
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I
2014 2015 2016 2017
% -
Yo
y
Sumber: BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Ag
s
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Ag
s
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
2015 2016 2017
Perkiraan inflasi SPH Inflasi Mataram (MtM)
Grafik 3.32 Prospek Inflasi Triwulan I 2017
Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 53
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 masih terjaga. Ketahanan sektor
korporasi mengalami peningkatan dan berada pada level aman. Begitu pula dari sisi rumah
tangga, tingkat konsumsi masyarakat menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Risiko dari sisi
kredit rumah tangga meningkat, namun ketahanannya masih terjaga dengan penurunan angka
NPL dibandingkan triwulan III 2016. Pertumbuhan kredit perbankan secara total juga mengalami
peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan III 2016.
4.1 ASESMEN KETAHANAN KORPORASI
Ketahanan sektor korporasi pada triwulan IV 2016 mengalami peningkatan dan berada
pada level aman. Hal ini tercermin pada rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami
penurunan. Rasio NPL sektor korporasi masih terjaga di bawah ambang batas 5%, yaitu sebesar
1,58% dan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,04%. Secara sektoral,
NPL yang perlu dicermati adalah sektor lain-lain sangat tinggi dan di atas ambang batas.
Pada triwulan IV 2016, penyaluran kredit perbankan Provinsi NTB kepada sektor korporasi
produktif tumbuh sebesar 56,85% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu
yang sebesar 18,09% (yoy). Dari penyaluran kredit produktif tersebut, kredit dengan jenis
penggunaan investasi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis penggunaan modal kerja.
Dari sektor ekonomi utama di Provinsi NTB, yakni pertanian, perdagangan, dan pertambangan,
kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektor perdagangan dengan porsi sebesar
49,32% dari total kredit produktif atau 24,81% dari total keseluruhan kredit. Kredit yang
disalurkan kepada sektor perdagangan tersebut tumbuh 19,16% (yoy) pada triwulan IV 2016,
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,01% (yoy). Kredit
sektoral yang mencatat pertumbuhan paling tinggi di antara sektor yang lain pada triwulan IV
2016 adalah kredit listrik, gas, dan air; kredit pertanian; kredit lain-lain; kredit perikanan;l dan
kredit jasa kemasyarakatan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 86,67%; 71,56%;
43,75%; 43,48%; dan 36,99%.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 54
Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi NTB
NPL LAPANGAN USAHA
(%) TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
TOTAL KREDIT - SEKTOR EKONOMI 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58
NPL - Kredit Produktif 2.54 3.02 3.15 3.38 3.09 3.30 3.22 3.20 2.14
NPL - Kredit Pertanian 1.55 2.02 2.81 2.80 1.62 1.45 1.17 1.73 1.25
Perikanan 5.62 8.46 6.88 4.35 2.56 2.92 2.26 1.77 1.48
Pertambangan 43.08 58.57 29.84 35.45 35.07 18.18 24.43 19.77 0.05
NPL - Kredit Industri 4.35 3.76 4.58 4.40 3.93 5.03 5.37 5.05 4.22
LGA - - 1.31 1.07 1.76 1.31 0.83 0.54 0.38
Konstruksi 3.19 3.44 2.92 3.02 2.39 2.79 2.93 2.84 2.46
NPL - Kredit Perdagangan 2.74 3.35 3.62 3.92 3.52 3.67 3.68 3.69 3.34
NPL - Kredit Akomodasi 1.41 1.69 1.91 1.71 3.09 2.89 0.93 0.90 0.62
Transportasi 0.85 1.01 0.87 1.61 1.99 2.57 1.91 2.05 1.50
Perantara Keuangan 2.04 1.56 1.15 1.53 1.49 1.37 6.84 1.82 1.92
NPL - Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.05 0.84 0.67 0.58 0.87 1.76 2.12 1.98 1.69
Adm Pemerintahan 1.23 - 0.51 0.82 1.72 4.45 16.88 - -
Jasa Pendidikan 1.55 1.51 1.16 1.49 0.98 0.61 1.47 0.58 1.23
Jasa Kesehatan Sosial 0.26 1.84 1.37 0.18 0.16 0.18 0.25 0.14 0.08
NPL - Kredit Jasa Kemasyarakatan 1.45 1.95 1.41 2.64 2.17 2.94 2.55 3.28 2.74
Jasa Rumah Tangga 0.92 1.88 1.71 1.12 2.14 2.51 2.20 2.69 4.62
Jasa lainnya - - - - - - - - -
Lain-lain - 14.65 20.58 27.41 22.39 24.99 13.59 13.17 6.73
BUKAN LAPANGAN USAHA 1.13 1.32 1.49 1.40 1.19 1.31 1.22 1.19 1.01
2014 2015 2016
Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR EKONOMI -
LOKASI BANK (YOY)
(%) TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
TOTAL KREDIT - SEKTOR EKONOMI 15.52 14.96 14.01 12.56 12.88 13.74 14.53 14.72 30.85
KREDIT SEKTOR PRODUKTIF 11.04 11.21 13.63 9.56 10.97 12.02 13.47 18.09 56.85
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 9.72 11.85 11.68 9.54 36.19 55.84 79.64 102.75 71.56
2. PERIKANAN (3.58) 1.35 17.03 18.48 37.90 19.80 44.74 47.50 43.48
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 91.41 28.48 (17.62) (23.88) (18.14) (29.29) (38.46) (25.00) 31,292
4. INDUSTRI PENGOLAHAN 25.67 31.25 13.27 13.26 24.88 21.28 26.77 23.79 14.14
5. LISTRIK, GAS DAN AIR 54.43 41.19 28.41 23.64 16.88 2.21 26.67 33.33 86.67
6. KONSTRUKSI (28.69) (35.27) (3.53) 2.68 35.50 37.78 30.79 23.90 20.03
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 10.62 9.17 5.48 4.82 5.43 8.83 14.34 17.01 19.16
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM29.94 24.68 15.21 16.18 20.55 24.55 21.00 21.52 17.11
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI8.79 1.66 0.34 0.51 1.59 3.69 10.76 13.38 15.82
10. PERANTARA KEUANGAN 25.77 29.67 1.01 (27.13) (37.87) (39.65) (51.18) (39.33) (36.25)
11. REAL ESTATE, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN19.18 62.54 262.70 178.15 81.59 48.16 6.36 2.13 0.68
12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN 72.32 28.97 (39.94) (44.63) (68.83) (62.22) (50.00) (50.00) (100.00)
13. JASA PENDIDIKAN 112.82 206.10 27.89 (8.43) 10.15 7.88 15.38 7.69 (13.33)
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 3.37 2.49 1.30 4.67 2.01 1.25 1.44 0.70 8.33
15. JASA KEMASYARAKATAN 74.85 64.48 85.21 (25.85) (35.12) (43.95) (42.99) 19.44 36.99
16. JASA RUMAH TANGGA 45.77 52.52 24.65 28.20 24.47 (3.73) (17.24) (31.25) (32.26)
17. JASA LAINNYA - - - - - - - - -
18. LAIN-LAIN - - - - - (55.24) (54.17) (42.11) 43.75
BUKAN LAPANGAN USAHA 18.39 18.30 15.18 15.60 15.20 15.04 15.35 12.35 12.05
2014 2015 2016
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 55
4.2 ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA
4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga dalam PDRB Provinsi NTB mengalami percepatan
pertumbuhan pada triwulan IV 2016. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan
IV 2016 sebesar 2,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan
periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 1,49% (yoy) dan
2,46% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen juga menunjukkan
terjadinya peningkatan.
Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan, pangsa konsumsi rumah tangga terhadap
perekonomian NTB juga mengalami pertumbuhan. Pangsa konsumsi rumah tangga pada
triwulan IV 2016 mencapai 63,2% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 57,9% namun lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai
63,9%.
Sumber: BPS, diolah
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.1
Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga
Grafik 4.2
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Sepanjang tahun 2012-2016, konsumsi rumah tangga mengalami tren penurunan pangsa dan
pertumbuhan. Tren penurunan tersebut juga diikuti dengan tren penurunan pada Indeks
Keyakinan Konsumen berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Kegiatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh keyakinan rumah tangga terhadap
perekonomian. Ketika rumah tangga optimis terhadap kondisi perekonomian, maka mereka
akan meningkatkan kegiatan konsumsi dan begitu pula sebaliknya. Setelah mengalami
penurunan pada triwulan III 2016, konsumsi rumah tanggal pada triwulan IV 2016 kembali
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 56
2016 sebesar 117,3, lebih tinggi dari triwulan III 2016 sebesar 111,7. Peningkatan IKK juga
diikuti dengan peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi
Konsumen (IEK).
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.3
Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini
Grafik 4.4
Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang
Rumah tangga di Provinsi NTB masih memiliki optimisme yang tinggi terhadap kondisi
penghasilan dan lapangan kerja saat ini. Begitu pula untuk 6 (enam) bulan ke depan, rumah
tangga masih melihat adanya peningkatan penghasilan, usaha, dan lapangan kerja.
Pengeluaran rumah tangga lebih banyak digunakan untuk konsumsi dengan porsi sebesar
54,7% pada triwulan IV 2016, diikuti dengan cicilan pinjaman sebesar 27,9% dan tabungan
sebesar 17,4%. Porsi konsumsi pada triwulan IV 2016 juga mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 53,1% menjadi 54,7%. Sejalan dengan
peningkatan porsi konsumsi, porsi dana yang digunakan untuk menabung juga meningkat dari
17,2% pada triwulan III 2016 menjadi 17,4% pada triwulan IV 2016. Dengan bertambahnya
porsi konsumsi dan tabungan, maka dana yang disisihkan untuk membayar cicilan pinjaman
berkurang, yaitu dari 29,7% menjadi 27,9%.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 57
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.5
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan III 2016
Grafik 4.6
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016
Jika dilihat berdasarkan pendapatannya, tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi dilakukan
oleh kelompok rumah tangga berpendapatan Rp1 2 juta. Sedangkan kelompok rumah tangga
dengan pendapatan tinggi (Rp3,1-Rp5 Juta) memiliki tingkat pembayaran cicilan pinjaman yang
lebih tinggi (>25%). Hal tersebut menyebabkan potensi tabungan yang semakin rendah dari
kelompok rumah tangga berpendapatan tinggi.
Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan
Penggunaan Pengeluaran/bulan
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Rata-rata
Konsumsi 60.7% 58.7% 55.0% 43.7% 55.4% 54.7%
Cicilan/Pinjaman 23.2% 23.5% 29.5% 40.0% 23.0% 27.9%
Tabungan 16.1% 17.8% 15.5% 16.3% 21.5% 17.4%
Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Pada triwulan IV 2016 terjadi peningkatan risiko dari sisi kredit karena secara agregat
terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari
30% pendapatannya (DSR > 30%). Jumlah rumah tangga dengan DSR > 30% pada triwulan
IV 2016 naik sebesar 7,5% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Institusi keuangan
menilai bahwa rumah tangga dengan DSR > 30% memiliki risiko tinggi dan dapat menjadi
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 58
penyebab kredit bermasalah. Peningkatan DSR > 30% terutama terjadi pada kelompok rumah
tangga dengan pendapatan Rp2,1 3 Juta dengan peningkatan sebesar 42,11%, sementara itu
penurunan DSR > 30% tertinggi terjadi pada kelompok rumah tangga dengan pendapatan
>Rp5 Juta.
Tabel 4.4 Dana RT untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
TBM
Rp1 - 2 jt 39.2% 6.5% 8.2% 6.3% Rp1 - 2 jt 5.7% 10.8% 5.5% 1.7% 36.5%
Rp2,1 - 3 jt 12.2% 6.3% 4.0% 4.5% Rp2,1 - 3 jt 4.3% 7.7% 3.7% 1.7% 9.7%
Rp3,1 - 4 jt 4.0% 0.8% 1.5% 2.5% Rp3,1 - 4 jt 1.7% 1.5% 0.5% 0.7% 4.5%
Rp4,1 - 5 jt 0.3% 0.0% 0.3% 0.5% Rp4,1 - 5 jt 0.2% 0.3% 0.2% 0.0% 0.5%
>Rp5 jt 1.7% 0.3% 0.3% 0.5% >Rp5 jt 0.8% 0.3% 0.2% 0.7% 0.8%
Total 57.3% 14.0% 14.3% 14.3% Total 12.7% 20.7% 10.0% 4.7% 52.0%
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
TBM
Rp1 - 2 jt 6.3% -4.9% -5.8% 5.56% Rp1 - 2 jt -10.5% 10.2% 6.5% -16.7% 4.3%
Rp2,1 - 3 jt -6.4% 0.0% -11.1% 42.11% Rp2,1 - 3 jt 62.5% 7.0% 4.8% 66.7% -23.7%
Rp3,1 - 4 jt -4.0% -54.5% -43.8% 7.14% Rp3,1 - 4 jt -16.7% -40.0% -57.1% -20.0% 0.0%
Rp4,1 - 5 jt 0.0% -100.0% -33.3% -25.00% Rp4,1 - 5 jt -66.7% 100.0% 0.0% -100.0% -25.0%
>Rp5 jt 233.3% 100.0% 100.0% -57.14% >Rp5 jt 25.0% 0.0% #DIV/0! 300.0% 0.0%
Total 4.6% -8.7% -13.1% 7.5% Total 4.1% 3.3% 0.0% 12.0% -3.1%
*Perubahan tw IV 2016 dibandingkan tw III 2016 *Perubahan tw IV 2016 dibandingkan tw III 2016
Pengeluaran/
bln
Perubahan Debt Service Ratio (DSR)*
Pengeluaran/
bln
Perubahan Tabungan*
Pengeluaran/
bln
Triwulan IV 2016
Pengeluaran/
bln
Triwulan IV 2016
Debt Service Ratio (DSR) Tabungan
Sumber : Survei Konsumen, diolah
Meskipun risiko dari sisi kredit meningkat, ketahanan sektor rumah tangga pada triwulan IV
2016 masih terjaga. Hal ini tercermin pada rasio NPL kredit konsumsi yang mengalami
penurunan pada triwulan IV 2016 sebesar 1,01%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 1,19%. Rasio tersebut masih berada di bawah ambang batas maksimal sebesar 5%.
Sementara itu, outstanding kredit konsumsi yang disalurkan bank umum di Provinsi NTB pada
triwulan IV 2016 sebesar Rp15,6 Triliun, atau tumbuh 12,05% (yoy). Pertumbuhan tersebut
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,35% (yoy).
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 59
Grafik 4.7 Perkembangan Kredit Konsumsi
Grafik 4.8 Rasio NPL Kredit Konsumsi
Rasio NPL kredit konsumsi terbesar adalah Kredit Ruko atau Rukan yaitu sebesar 2,16%. Rasio
NPL kredit konsumsi terbesar berikutnya secara berurutan adalah rasio NPL Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) sampai dengan tipe 70, kredit kendaraan bermotor, KPR di atas tipe 70, dan kredit
konsumsi lainnya, yang masing-masing sebesar 2,10%, 1,49%, 1,15%, dan 0,73%. Rasio NPL
kredit tersebut masih di bawah ambang batas maksimal yaitu sebesar 5%.
Grafik 4.9 Perkembangan KPR
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor
Perlambatan pertumbuhan dialami oleh penyaluran KPR sampai dengan tipe 70 dan KPR di atas
tipe 70 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,34% (yoy) dan 5,32% (yoy), lebih
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 60
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 10,90% (yoy) dan
6,77% (yoy).
Sementara itu, penyaluran kredit ruko atau rukan dan kendaraan bermotor masih mengalami
penurunan yaitu masing-masing sebesar 2,44% (yoy) dan 7,26% (yoy) pada triwulan IV 2016.
Penurunan tersebut terjadi sejak triwulan I 2016.
Penurunan kredit ruko atau rukan tersebut berdasarkan hasil Survei Liaison kepada pelaku
usaha diperkirakan karena berubahnya prilaku bisnis yang lebih memilih untuk melakukan sewa
tempat di perbelanjaan modern dibandingkan membeli atau menyewa ruko. Kehadiran pusat
perbelanjaan atau mall baru di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat menjadi alternatif
baru dalam berbelanja, sehingga pelaku bisnis mengikuti tren tersebut dengan membuka gerai
di mall baru. Namun, diperkirakan penurunan penjualan ruko atau kredit ruko hanya sementara,
terkait dengan keterbatasan tempat di mall.
4.3 ASESMEN LEMBAGA KEUANGAN
4.3.1 Perkembangan Bank Umum
Jumlah bank umum dan BPR/S di NTB pada triwulan IV 2016 masih sama dengan triwulan
sebelumnya, yaitu masing-masing sebanyak 32 bank umum dan 32 BPR/S. Jumlah kantor BPR/S
masih sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebanyak 123 kantor, sedangkan jumlah kantor
bank umum mengalami penurunan dari 426 kantor pada triwulan III 2016 menjadi 413 kantor
pada triwulan IV 2016.
Tabel 4.5
Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di NTB
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA), diolah
I II III IV
Bank Umum 26 26 28 30 32 32 32 32
Konvensional 21 21 22 24 25 25 25 25
UUS 1 6 12 12 17 2 2 4
Syariah 5 5 6 6 7 7 7 7
Jumlah Kantor Bank Umum 132 199 212 215 453 426 426 413
BPR/S 32 32 32 32 32 32 32 32
Jumlah Kantor BPR/S 120 123 123 123 123 123 123 123
Total Kantor Bank 252 322 335 338 576 549 549 536
2015201420122011KATEGORI2016
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 61
Tabel 4.6
Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB
INDIKATOR BANK UMUM
(RP Milyar) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
Aset 22,741 26,762 27,765 28,845 29,520 29,655 31,439 32,309 32,190 37,903
Kredit - Lokasi Bank 18,405 21,261 21,780 22,537 22,900 23,999 24,773 25,812 26,272 31,402
- Modal Kerja (Lokasi Bank) 5,784 6,789 6,881 7,129 6,898 7,258 7,581 8,044 8,157 8,875
- Investasi (Lokasi Bank) 2,409 2,382 2,474 2,581 2,584 2,813 2,900 2,974 3,041 6,921
-Konsumsi (Lokasi Bank) 10,212 12,090 12,425 12,826 13,418 13,928 14,293 14,795 15,075 15,606
Kredit UMKM 6,395 7,399 7,563 7,691 7,478 7,941 8,264 8,880 9,034 9,695
Dana Pihak Ketiga 14,445 16,798 17,276 18,245 19,198 19,368 20,015 20,855 20,787 21,245
- Giro 1,657 2,136 3,107 3,688 3,704 2,853 3,829 3,826 3,567 3,435
- Tabungan 9,202 9,836 8,529 8,779 9,578 11,409 9,799 10,560 10,718 12,244
- Deposito 3,585 4,826 5,640 5,778 5,916 5,106 6,387 6,468 6,502 5,567
NPL (%) 1.40 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58
LDR (%) 127.42 126.57 126.08 123.52 119.29 123.91 123.77 123.77 126.39 147.81
Kredit - Lokasi Proyek 22,724 25,866 26,567 26,992 27,420 27,659 28,285 28,882 28,633 31,536
- Modal Kerja (Lokasi Proyek) 8,567 9,392 9,532 9,463 9,440 9,121 9,299 9,236 8,669 9,403
- Investasi (Lokasi Proyek) 3,090 3,268 3,458 3,562 3,615 3,829 3,935 4,092 4,082 5,750
- Konsumsi (Lokasi Proyek) 11,067 13,206 13,577 13,968 14,365 14,709 15,051 15,554 15,882 16,384
201620142013 2015
Grafik 4.11 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit
Bank Umum di Prov. NTB
Grafik 4.12 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum di
Prov. NTB
Secara umum, kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan IV 2016
mengalami peningkatan pertumbuhan. Total aset bank umum di Provinsi NTB pada triwulan
IV 2016 mencapai Rp37,9 Triliun atau tumbuh sebesar 27,82% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan III 2016 yang mencapai Rp32,19 Triliun atau tumbuh sebesar 9,04% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan aset bank umum sejalan dengan peningkatan pertumbuhan pada penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit.
Sebagian besar aset bank umum di NTB merupakan aset pada kelompok bank pemerintah
dengan porsi sebesar 75,96%, sementara kelompok bank swasta nasional dan bank asing
campuran masing-masing sebesar 23,86% dan 0,17%. Jika dilihat berdasarkan tingkat
pertumbuhan tahunan, aset bank pemerintah dan bank swasta mengalami peningkatan
pertumbuhan masing-masing sebesar 34,63% (yoy) dan 11,26% (yoy) pada triwulan IV 2016,
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 62
lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016 dimana masing-masing tumbuh sebesar 10,08%
(yoy) dan 7,04% (yoy). Sedangkan aset bank asing dan campuran mengalami penurunan
sebesar 52,57% (yoy). Penurnan tersebut telah dialami selama 4 (empat) triwulan berturut-turut
(triwulan I s.d. triwulan IV 2016).
Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan aset bank umum, pertumbuhan penghimpunan DPK
juga mengalami peningkatan. Jumlah nominal DPK bank umum pada triwulan IV 2016 sebesar
Rp21,25 Triliun atau tumbuh sebesar 9,69% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan III 2016 yang tumbuh sebesar 8,28% (yoy). DPK bank umum di Provinsi NTB
didominasi oleh tabungan dengan porsi sebesar 57,63% dari total DPK yang dihimpun, diikuti
dengan deposito dengan porsi sebesar 26,20% dan giro dengan porsi sebesar 16,17% dari
total DPK. Dilihat dari sisi pertumbuhan, hanya giro yang mengalami peningkatan
pertumbuhan, sedangkan tabungan dan deposito mengalami perlambatan pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penyaluran kredit bank umum juga mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 14,73%
(yoy) pada triwulan III 2016 menjadi 30,85% (yoy) pada triwulan IV 2016. Penyaluran kredit
bank umum pada triwulan IV 2016 mencapai Rp31,40 Triliun. Peningkatan pertumbuhan
penyaluran kredit tersebut terjadi pada kredit korporasi yang digunakan sebagai modal kerja
dan investasi, sedangkan kredit konsumsi mengalami perlambatan pertumbuhan.
4.3.2 Intermediasi Bank Umum
Kondisi intermediasi bank umum yang ditunjukkan dengan indikator Loan to Deposit
Ratio (LDR) menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar 147,81%. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran
kredit yang mengalami peningkatan jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan pertumbuhan
penghimpunan DPK. Rasio LDR yang mencapai di atas 100% menandakan bahwa bank umum
menggunakan sumber dana dari selain dari penghimpunan DPK. Bank umum di Provinsi NTB
melakukan transaksi antar kantor maupun antar bank untuk memenuhi likuiditas yang
digunakan untuk menyalurkan kredit, selain pemenuhan likuiditas yang berasal dari
penghimpunan DPK.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 63
Grafik 4.13 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR
Bank Umum di Prov. NTB
Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Bank Umum
di Prov. NTB
Penyaluran kredit bank umum di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 sebesar Rp31,40 Triliun.
Jika memperhitungkan kantor cabang bank umum dari luar Provinsi NTB yang menyalurkan
kredit di Provinsi NTB (kredit berdasarkan lokasi proyek), kredit pada triwulan IV 2016
mencapai Rp31,54 Triliun. Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi
bank yang mengalami peningkatan, pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek
juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan IV
2016 sebesar 14,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2016
yang sebesar 4,43% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB di
dominasi oleh kredit konsumsi yaitu sebesar 49,70% dari total kredit, sedangkan porsi kredit
produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 28,26% dan 22,04%.
Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit dalam bentuk kredit produktif bank umum
di Provinsi NTB disalurkan kepada sektor perdagangan yang merupakan salah satu sektor
utama dalam PDRB Provinsi NTB. Porsi kredit perdagangan (tidak termasuk hotel dan restoran)
sebesar 24,81% dari total kredit atau 49,32% dari total kredit di sektor ekonomi produktif.
Jika berdasarkan lokasi proyek dimana kantor bank umum di luar Provinsi NTB yang
menyalurkan kredit di Provinsi NTB juga diperhitungkan, porsi kredit perdagangan sebesar
24,63% dari total kredit atau 51,52% dari total kredit sektor ekonomi produktif.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 64
Grafik 4.15 Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 4.16 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sementara itu, kredit sektor pertanian dan perikanan yang juga merupakan kategori utama
dalam PDRB Provinsi NTB, porsi kreditnya relatif kecil hanya sebesar 2,55% (berdasarkan lokasi
bank) dan 2,55% (berdasarkan lokasi proyek) dari total kredit. Pelaku usaha sektor pertanian
dan perikanan di Provinsi NTB pada umumnya merupakan pelaku usaha individual yang
memanfaatkan pembiayaan dari modal sendiri atau pihak lain di luar perbankan.
4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah
Pembiayaan bank umum berbasis syariah merupakan salah satu pilihan pembiayaan bagi
masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat, baik konsumsi maupun usaha produktif. Peranan
perbankan syariah dalam intermediasi menunjukan perkembangan yang positif di Provinsi NTB
dan melengkapi layanan perbankan konvensional yang telah ada.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 65
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah
Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah
Pada triwulan IV 2016, pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah di
Provinsi NTB mencapai Rp2,24 Triliun atau tumbuh sebesar 13,87% (yoy). Seiring
dengan peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit pada bank umum secara keseluruhan,
pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah juga mengalami peningkatan
pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,50% (yoy).
Penyaluran pembiayaan syariah di Provinsi NTB selain dilakukan oleh bank umum syariah yang
berlokasi di Provinsi NTB juga dilakukan kantor bank umum syariah di luar Provinsi NTB. Jika
dihitung berdasarkan lokasi proyek, pembiayaan bank umum syariah pada triwulan IV 2016
mencapai Rp2,49 Triliun atau tumbuh sebesar 11,17% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit
melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,44% (yoy).
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 66
4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
Tabel 4.7 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi NTB
INDIKATOR BPR 2014
(Rp Juta) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
TOTAL ASET 952,859 1,096,219 1,111,458 1,092,677 1,179,160 1,240,182 1,279,275 1,242,226 1,283,363 1,343,045
DPK 600,928 689,598 708,847 673,150 741,788 824,030 840,082 791,495 836,195 888,126
TABUNGAN 338,441 371,749 362,031 338,546 382,795 440,009 435,661 410,716 439,888 488,863
DEPOSITO 262,487 317,849 346,816 334,604 358,993 384,021 404,421 380,779 396,308 399,263
Kredit BPR 708,744 820,194 851,880 869,937 879,928 899,951 937,745 954,530 946,727 982,647
MODAL KERJA 422,105 496,610 517,928 522,119 522,700 548,441 582,126 598,851 594,493 629,303
INVESTASI 46,930 60,851 59,690 63,507 66,067 65,992 65,257 61,701 60,967 59,868
KONSUMSI 239,710 262,733 274,262 284,311 291,161 285,518 290,362 293,977 291,267 293,477
% NPL 9.72% 8.04% 9.10% 9.09% 9.65% 8.14% 8.92% 9.59% 10.25% 10.51%
% LDR 117.94% 118.94% 120.18% 129.23% 118.62% 109.21% 111.63% 120.60% 113.22% 110.64%
2013 2015 2016
Sejalan dengan perbankan umum, pertumbuhan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
juga mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV 2016. Aset BPR pada
triwulan IV 2016 mencapai Rp1,34 Triliun atau tumbuh sebesar 14,02% (yoy). Pertumbuhan
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,84% (yoy).
Penghimpunan DPK dan penyaluran kredit BPR pada triwulan IV 2016 juga mengalami
peningkatan pertumbuhan. Total penghimpunan DPK BPR pada triwulan IV 2016 mencapai
Rp888,13 Miliar atau tumbuh sebesar 15,62% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2016 yang
sebesar 12,73% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit BPR pada triwulan IV 2016 mencapai
Rp982,65 Miliar atau tumbuh sebesar 11,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,59% (yoy).
Rasio NPL mengalami peningkatan, yaitu dari 10,25% pada triwulan III 2016 menjadi 10,51%
pada triwulan IV 2016. Sedangkan rasio LDR BPR mencapai 110,64%, menunjukkan
penurunan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 113,22%. Rasio NPL BPR yang masih
tinggi di atas bank umum dan adanya peningkatan menunjukkan risiko kredit bagi BPR yang
semakin meningkat. Ke depan, selain meningkatkan fungsi intermediasinya, BPR juga
diharapkan dapat meningkatkan prinsip kehati-hatiannya dalam penyaluran kredit guna
menekan rasio NPL BPR yang masih cukup tinggi tersebut.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 67
Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat
4.4 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
4.4.1 Kredit UMKM
Kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016
mencapai Rp9,7 Triliun, atau tumbuh sebesar 22,09% (yoy). Tingkat pertumbuhan kredit
UMKM tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016 yang sebesar 20,80% (yoy).
Sebagian besar kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum merupakan kredit modal kerja,
yaitu sebesar 77%, dan selebihnya merupakan kredit investasi sebesar 23%.
Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 4.21 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 68
4.4.2 PROGRAM PENGEMBANGAN KLASTER
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah mengembangkan program klaster
ketahanan pangan sejak tahun 2011. Sampai dengan tahun 2016 program pengembangan
klaster yang telah di kembangkan sejumlah 6 (enam) klaster antara lain:
1. Klaster Usaha Ternak Sapi di Sumbawa Barat (Tahun 2011 s.d 2014)
2. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima (2014 s.d 2016)
3. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa (2015 s.d 2017)
4. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur (2015 s.d 2017)
5. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara (2016 s.d 2018)
6. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur (2016 s.d 2018)
Progres pengembangan klaster eksisting sampai dengan triwulan IV 2016 meliputi:
1. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima
Pengembangan benih kedelai telah dilakukan di 3 kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu di
Kecamatan Bolo, Sosarita, dan Madapangga dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok,
yaitu Kelompok Kancoa Rida, Ndano Nonu, Mbanggu, Sosarita, dan Sola Melo. Luas areal
pengembangan benih kedelai di kelompok mencapai 51 Ha dan total benih yang telah
diproduksi pada triwulan III 2016 mencapai 61.600 kg. Sebagai wadah kelompok yang ada,
telah dibentuk KUB Ndano Rida. Beberapa anggota kelompok juga telah memperoleh
sertfikat melalui program PRONA seluas 6,30 Ha (ladang). Pada triwulan IV 2016, klaster
telah memasuki masa phasing out dimana pembinaan Bank Indonesia telah dilakukan
sudah mencapai 3 tahun. Setalah memasuki masa phasing out, pengembangan klaster
diserahkan sepenuhnya pada kelompok dan dinas terkait.
2. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa
Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo
Hulu, Kabupaten Sumbawa dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu Kelompok
Leang Bukal. Saat ini, kelompok telah memperoleh sertifikat program PRONA 70 persil (70
ha) lahan pertanian/ladang. Pemberian Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa
kandang kolektif dengan kapasitas 50 ekor telah diselesaikan secara swadaya oleh
kelompok dan diresmikan pada bulan Oktober 2016. Selama triwulan IV-2016, jumlah sapi
yang terjual sebanyak 18 ekor. Jumlah ternak tersedia yang dikandangkan saat ini sebanyak
69 ekor, 50 ekor diantaranya berada di kandang kolektif dan 19 ekor sisanya dipelihara
secara intensif di sekitaran kandang komunal. Pemasaran kelompok saat ini masih di pasar
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 69
lokal. Terkait akses keuangan, dari total anggota kelompok yang berjumlah 27 orang,
sebanyak 25 orang telah mendapatkan pinjaman KUR yang digunakan untuk pembelian
ternak sapi (bakalan) dan sebagian digunakan untuk usaha pertanian (pembelian pupuk,
bibit padi/jagung, dll).
3. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur
Pengembangan Klaster Cabai berlokasi di Desa Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur
dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok, yaitu Kelompok Tetu Tetu, Mele Maju,
Tojang Maju, Pade Kene, dan Patuh Kene. Cabai yang dikembangan di klaster ini adalah
cabai organik. Saat ini kelompok yang telah melakukan penanaman cabai organik
menggunakan MA 11 (cabai merah keriting) adalah Kelompok Mele Maju seluas 0,60 Ha
dan Kelompok Tojang Maju seluas 0,60 Ha. Total produksi selama triwulan IV 2016
sebanyak 3,6 ton. Pemasaran telah dilakukan baik di pasar lokal maupun ke luar daerah,
meliputi Batam, Pekan Baru, dan Palembang. Di pasar lokal, pemasaran telah dilakukan
baik di pasar tradisional maupun modern (supermarket) di Kab. Lombok Timur. Pemberian
Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa screenhouse seluas 0,10 Ha di Kelompok Tetu
Tetu telah diselesaikan pembangunannya dan telah diresmikan pada bulan Desember 2016.
Selain cabai organik, tanaman hortikultura lainnya yang ditanam di screenhouse Antara lain
tomat, terong, bayem merah, selada, dan sawi kembang. Sedangkan untuk Kelompok Pade
Kene dan Patuh Kene baru akan melakukan penanaman cabai organik pada tahun 2017.
4. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara
Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Genggelang, Kecamatan
Gangga, Kabupaten Lombok Utara dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu
Kelompok Ngiring Datu. Saat ini, Kelompok Ngiring Datu sudah memiliki kemampuan
dalam mengembangkan pupuk organik dan pakan menggunakan MA 11. Jumlah ternak
yang dikandangkan saat ini berjumlah 225 ekor sapi, ternak yang terjual sebanyak 25 ekor.
Anggota kelompok yang telah mendapatkan akses KUR sebanyak 12 orang dengan
nominal Rp25 Juta/orang.
5. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur
Pengembangan Klaster Ekonomi Kreatif di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela,
Kabupaten Lombok Timur dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok, yaitu Kelompok
Sundawa Makmur, Seleman Adil, Pesiraman, Aman Maksan, dan Santosa Sasak Tenun.
Penandatanganan MoU Klaster telah dilaksanakan pada Bulan Desember 2016. Kegiatan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 70
yang dilakukan pada triwulan IV 2016 antara lain Pelatihan Capacity Building
(pengembangan motif tenun) dan Studi Banding ke Denpasar, Bali.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 70
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Pada triwulan IV tahun 2016 terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai di Provinsi NTB. Hal ini
tampak dari net outflow pengedaran uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang keluar
(cash outflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang masuk (cash inflow). Peningkatan ini
sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang
berekspansi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 2,76% (qtq). Sementara itu,
sejalan dengan penurunan transaksi tunai, transaksi non tunai juga mengalami pertumbuhan,
baik transaksi RTGS maupun kliring pada triwulan IV 2016.
5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1.1 Transaksi Pembayaran Tunai
Permintaan terhadap uang kartal triwulan IV 2016 mengalami peningkatan dibanding
triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi NTB, terutama
dari sisi konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah, yang tumbuh sebesar 2,76% (qtq)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,26% (qtq). Peningkatan
kegiatan konsumsi disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga seiring dengan
perayaan beberapa event pada triwulan IV 2016, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal,
dan libur panjang akhir tahun. Selain itu, dari konsumsi pemerintah, sebagian besar belanja
pemerintah baru direalisasikan pada akhir tahun.
Permintaan uang kartal masyarakat tampak dari indikator net outflow atau uang tunai yang
keluar lebih besar dibandingkan uang tunai yang masuk melalui pengedaran Bank Indonesia.
Selama triwulan IV tahun 2016, transaksi pembayaran secara tunai menunjukkan uang tunai
yang keluar bersih (net outflow) sebesar Rp47,82 Miliar. Uang tunai yang keluar dari Bank
Indonesia (cash outflow) lebih banyak dibandingkan uang tunai yang masuk (cash inflow). Uang
tunai yang masuk selama triwulan IV 2016 sebanyak Rp1,96 Triliun atau meningkat sebesar
56% (yoy) dibanding triwulan IV 2015. Sedangkan uang tunai yang keluar pada triwulan ini
sebesar Rp2,0 Triliun atau naik sebesar 26% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan uang tunai selama triwulan IV tahun
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 71
2016 di masyarakat meningkat. Faktor yang dominan menentukan tren permintaan uang tunai
adalah pola belanja pemerintah yang lebih tinggi pada triwulan ini, selain itu belanja rumah
tangga juga mengalami peningkatan seiring dengan adanya perayaan beberapa event besar,
seperti Maulid Nabi, Natal, dan libur panjang akhir tahun.
Grafik 5.2
Perkembangan Pengedaran Uang di Provinsi NTB
Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Inflow, Outflow,
dan Net Inflow di Provinsi NTB
(3,000)
(2,000)
(1,000)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2012 2013 2014 2015 2016
Rp. M
iliar
Inflow Outflow Net Inflow
-7,500
-6,000
-4,500
-3,000
-1,500
0
1,500
3,000
4,500
6,000
7,500
10
0,0
00
50
,00
0
20
,00
0
10
,00
0
5,0
00
2,0
00
1,0
00
1,0
00
50
0
20
0
10
0
Ribu Lembar
Tw II-'15 Tw III-'15 Tw IV-'15 Tw I-'16 Tw II-'16 TWIII-16 TW IV-'16
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 72
Tabel 5.1
Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan (ribu lembar)
Jumlah
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50 UK+UL
Inflow 9,828 13,855 1,622 2,440 3,505 4,249 1,640 132 1,114 35 53 - 38,473
Outflow 3,442 7,648 2,272 3,124 4,056 3,999 857 722 224 290 207 12 26,852
Net Flow 6,386 6,207 (650) (685) (550) 251 783 (590) 890 (255) (154) (12) 11,621
Inflow 5,300 8,159 1,438 1,937 2,742 3,790 1,234 75 538 21 34 - 25,266
Outflow 8,770 12,070 2,124 3,845 5,362 5,629 637 847 282 386 331 21 40,304
Net Flow (3,470) (3,911) (687) (1,908) (2,620) (1,839) 597 (772) 256 (366) (297) (21) (15,038)
Inflow 10,288 11,045 1,680 3,107 4,320 4,536 1,181 85 886 28 39 - 37,194
Outflow 10,445 11,530 2,625 6,212 8,652 8,622 2,331 501 301 377 434 4 52,034
Net Flow (157) (485) (945) (3,105) (4,332) (4,086) (1,150) (416) 585 (350) (395) (4) (14,840)
Inflow 7,404 8,450 1,792 2,599 4,044 4,843 1,516 44 508 35 40 - 31,275
Outflow 8,532 9,107 1,381 2,220 3,679 4,019 445 166 300 250 200 - 30,300
Net Flow (1,128) (657) 411 379 364 824 1,071 (122) 208 (215) (160) - 975
Inflow 32,821 41,509 6,532 10,083 14,611 17,418 5,570 336 3,045 118 165 - 132,208
Outflow 31,190 40,355 8,403 15,401 21,748 22,268 4,269 2,237 1,107 1,303 1,172 37 149,489
Net Flow 1,631 1,154 (1,871) (5,318) (7,137) (4,851) 1,301 (1,901) 1,938 (1,185) (1,006) (37) (17,282)
Inflow 12,703 12,638 1,384 2,685 3,601 4,707 1,397 51 794 25 29 2 40,015
Outflow 3,390 9,749 1,685 2,781 4,045 4,454 323 212 209 275 241 1 27,364
Net Flow 9,313 2,889 (301) (95) (443) 253 1,074 (162) 585 (250) (212) 1 12,652
Inflow 5,869 9,196 1,191 2,224 2,995 3,860 1,471 31 688 11 9 - 27,544
Outflow 11,013 14,374 2,358 4,372 6,744 6,613 88 513 1 235 309 - 46,620
Net Flow (5,145) (5,177) (1,167) (2,148) (3,749) (2,753) 1,383 (483) 688 (224) (300) - (19,076)
Inflow 11,294 13,288 2,370 4,103 6,301 6,217 1,395 41 326 16 42 - 45,391
Outflow 12,187 18,066 2,226 4,042 6,817 6,722 76 499 53 240 365 0 51,294
Net Flow (893) (4,778) 144 61 (516) (505) 1,318 (459) 273 (224) (323) (0) (5,902)
Inflow 6,462 10,248 1,652 2,791 4,329 5,704 1,323 27 303 9 20 - 32,868
Outflow 8,467 13,670 1,201 2,100 2,879 3,074 30 540 122 306 382 0 32,771
Net Flow (2,006) (3,422) 451 692 1,450 2,630 1,293 (514) 182 (298) (362) (0) 97
Inflow 36,328 45,370 6,597 11,804 17,226 20,488 5,586 148 2,110 60 100 2 145,819
Outflow 35,058 55,858 7,469 13,294 20,485 20,863 518 1,766 384 1,056 1,297 2 158,048
Net Flow 1,269 (10,488) (872) (1,490) (3,258) (375) 5,068 (1,617) 1,727 (996) (1,197) 0 (12,229)
Inflow 15,481 18,180 1,722 3,063 4,278 4,749 1,638 35 125 13 5 0 49,289
Outflow 4,836 9,449 1,577 2,635 3,607 3,980 17 706 235 385 519 0 27,945
Net Flow 10,645 8,732 145 428 672 769 1,621 (671) (110) (373) (515) 0 21,344
Inflow 8,204 13,112 1,469 2,459 3,871 4,808 829 2 129 17 24 0 34,922
Outflow 19,654 21,860 3,950 8,074 12,615 13,422 36 1,279 758 807 869 0 83,325
Net Flow (11,450) (8,748) (2,481) (5,616) (8,745) (8,614) 792 (1,277) (629) (790) (845) 0 (48,403)
Inflow 16,396 19,537 2,961 5,390 6,357 6,845 1,317 40 136 8 11 0 58,999
Outflow 9,528 15,558 1,186 1,913 2,990 2,326 19 399 363 362 694 0 35,339
Net Flow 6,868 3,979 1,775 3,477 3,367 4,519 1,297 (358) (227) (355) (683) 0 23,660
Inflow 10,813 15,237 1,767 3,040 6,613 6,911 736 11 98 43 86 0 45,356
Outflow 10,900 16,744 1,335 2,552 3,110 4,108 60 712 690 447 464 0 41,123
Net Flow (87) (1,507) 431 489 3,503 2,802 676 (701) (592) (404) (378) 0 4,232
Inflow 50,894 66,067 7,919 13,953 21,119 23,313 4,519 89 488 80 126 0 188,566
Outflow 44,917 63,611 8,049 15,174 22,322 23,836 133 3,097 2,046 2,002 2,547 0 187,733
Net Flow 5,977 2,456 (129) (1,222) (1,203) (523) 4,386 (3,008) (1,558) (1,922) (2,421) 0 833
III
IV
Total
2015
I
Uang Kertas
III
IV
II
Uang LogamFlowTriwulanTahun
I
II
Total
2014
I
II
III
IV
Total
2016
Berdasarkan pecahan uang, baik cash inflow maupun cash outflow didominasi oleh
pecahan besar yakni Rp50.000,- dan Rp100.000,- sebesar 57,44% dari total lembar cash
inflow dan 67,22% dari total lembar cash outflow pada triwulan IV 2016. Demikian pula
pada triwulan sebelumnya, pecahan besar juga mendominasi baik cash inflow ataupun cash
outflow. Hal ini menunjukkan pilihan masyarakat saat ini lebih cenderung untuk menggunakan
pecahan besar dibandingkan pecahan kecil untuk melakukan transaksi. Kecenderungan tersebut
antara lain diakibatkan oleh pembayaran gaji di beberapa instansi yang masih menggunakan
uang tunai dan sebagian besar pecahan besar. Selain itu, sebaran mesin ATM di NTB mayoritas
didominasi oleh ATM pecahan besar. Masyarakat juga lebih memilih menggunakan uang
pecahan besar dengan pertimbangan efisiensi dalam melakukan transaksi. Namun demikian,
Bank Indonesia tetap berupaya untuk menyediakan uang kartal baik dalam pecahan besar
maupun pecahan kecil secara optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 73
Dalam rangka peningkatan kualitas dan pemenuhan permintaan uang Rupiah dengan pecahan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB
telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pelayanan Kas Keliling sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas uang di masyarakat baik
di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kedepan, layanan Kas Keliling akan terus diperluas ke
pulau-pulau terpencil di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
b. Untuk meningkatkan efisiensi perbankan dan optimalisasi pengelolaan uang, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB mendorong Transaksi Uang Kartal Antar Bank
(TUKAB). Selain itu, kerja sama dengan perbankan dalam rangka memberikan pelayanan
penukaran uang juga akan terus ditingkatkan. Untuk keterjangkauan pelayanan perkasan di
Pulau Sumbawa, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah melakukan kerjasama
Kas Titipan dengan BPD di Kota Bima dan akan membuka Kas Titipan di Kabupaten
Sumbawa pada triwulan I 2017.
c. Sosialisasi 3D (Didapat, Disayang, Disimpan) kepada semua lapisan masyarakat agar kualitas
uang yang beredar tetap terjaga.
d. Sebagai upaya peningkatan kualitas uang, pada semester I 2016 telah dilakukan survei untuk
mengetahui soil level uang yang beredar di masyarakat. Survei ini sebagai bagian dari strategi
kedepan dalam upaya peningkatan kualitas uang.
5.1.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai
Pada triwulan IV 2016, transaksi non tunai juga menunjukkan peningkatan dibanding
triwulan sebelumnya. Peningkatan transaksi tersebut merupakan indikator yang baik dalam
sistem pembayaran, terutama dalam mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Dalam
rangka untuk terus meningkatkan transaksi non tunai, Bank Indonesia bersama berbagai pihak
terus mendorong pemanfaatan uang elektronik melalui GNNT. GNNT ini ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai yang dapat
mendukung sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar. Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi NTB, dalam berbagai kesempatan baik di lingkungan pemerintahan, pelaku
usaha, akademisi, dan masyarakat umum terus melakukan sosialisasi GNNT.
Transaksi non tunai baik RTGS maupun kliring secara keseluruhan pada triwulan IV
2016 secara nominal mencapai Rp8,7 Triliun, tumbuh 15,81% (yoy) atau 8,07% (qtq).
Sedangkan jumlah warkat secara keseluruhan mencapai 110,9 ribu lembar, meningkat 23,44%
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 74
(yoy) atau 9,47% (qtq). Jumlah nominal transaksi RTGS lebih rendah dibandingkan dengan
transaksi kliring.
Grafik 5.3
Perkembangan Transaksi Non Tunai
Pada triwulan IV 2016, nilai RTGS mencapai Rp4,17 Triliun atau tumbuh sebesar
10,68%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 20,88%
(yoy). Sedangkan jumlah warkat RTGS pada triwulan IV 2016 mencapai 1,09 ribu lembar atau
tumbuh negatif 55,23% (yoy). Meskipun sama-sama tumbuh negatif, pertumbuhan negatif
jumlah warkat RTGS di triwulan IV-2016 lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh negatif sebesar 17,49% (yoy).
Transaksi kliring triwulan IV 2016 mencapai Rp4,54 Triliun atau tumbuh sebesar
20,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
71,51% (yoy). Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan nominal transaksi kliring, jumlah
warkat kliring juga tumbuh melambat pada triwulan IV-2016, yaitu dari 52,55% (yoy) pada
triwulan III-2016 turun menjadi 25,64% (yoy) pada triwulan IV-2016.
0
20
40
60
80
100
120
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2016
Rp
Mill
iar
RTGS (Rp Miliar) Kiri KLIRING (Rp Miliar) Kiri
Warkat KLIRING (Ribu) Kanan Warkat RTGS (Ribu) Kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 75
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS
Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring
0
200
400
600
800
1000
1200
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2013 2014 2015 2016
RTGS (Rp Miliar) Kiri Warkat RTGS (Ribu) Kanan
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2013 2014 2015 2016
KLIRING (Rp Miliar) Kiri Warkat KLIRING (Ribu) Kanan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Kesejahteraan Masyarakat 66
6
6
6
6
6
BAB 6 KESEJAHTERAAN
Indikator kesejahteraan Provinsi NTB pada tahun 2016 secara umum menunjukkan pertumbuhan
dalam skala terbatas, dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan tingkat kemiskinan. Tingkat
kemiskinan cenderung menurun sepanjang tahun 2016 seiring laju inflasi tahun 2016 yang relatif
rendah dan terkendali.
6.1 UMUM
Indikator kesejahteraan Provinsi NTB menunjukkan pertumbuhan meski dalam skala
yang terbatas di tengah pertumbuhan sektor ekonomi non-tambang pada tahun 2016.
Hal itu terlihat dari pemantauan beberapa indikator kesejahteraan di Provinsi NTB. Nilai Tukar
Petani Provinsi NTB menunjukan perlambatan pertumbuhan pada tahun 2016 setelah mengalami
pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2015. Dari sisi tingkat kemiskinan, laju penduduk miskin
pada tahun 2016 menurun cukup signifikan.
Survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia hingga akhir tahun 2016 menunjukan adanya
perbaikan keyakinan konsumen ke depan. Hal tersebut didorong oleh keyakinan konsumen akan
kondisi ekonomi saat ini dan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi kedepan yang
menunjukan arah perbaikan.
6.2 NILAI TUKAR PETANI
Nilai tukar petani Provinsi NTB sepanjang tahun 2016 menunjukan pertumbuhan
dibandingkan tahun 2015, walaupun melambat jika dibandingkan pertumbuhan tahun
2015. Hingga bulan Desember 2016 Indeks NTP Provinsi NTB mencatatkan angka 106.56, atau
tumbuh 0,32% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. NTB beberapa kelompok menunjukkan
penurunan dan berada di bawah 100, seperti NTP kelompok hortikultiura dan kelompokn kebun.
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Kesejahteraan Masyarakat 67
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.1 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.2 Perbandingan Laju NTP dan Inflasi Provinsi NTB
Indeks NTP terdiri dari dua indeks pembentuknya, yaitu indeks yang diterima petani dan indeks
yang dibayarkan oleh petani. Pada tahun 2016, indeks diterima petani tumbuh 3,79% (yoy), lebih
rendah dari tahun sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 8,75% (yoy). Di sisi lain Indeks dibayar
petani tahun 2016 tumbuh 3,8% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh
mencapai 2,3% (yoy).
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.3 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB
Sumber: bmkg.go.id
Grafik 6.4 Perkembangan Indeks El Nino
Pertumbuhan nilai NTP yang terbatas diperkirakan karena produktivitas pertanian yang menurun
di tahun 2016 karena pengaruh fenomena El Nino di awal tahun. Perkembangan indeks El Nino
dari BMKG mengkonfirmasi fenomena El Nino yang mencapai puncaknya pada awal tahun 2016.
10.05
6.55
3.99
9.51
7.23
3.412.61
-1.36
0.77
-0.84
-2.11
-0.26
6.31
0.32
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Inflasi NTB (% yoy) Pertumbuhan NTP NTB (kanan, % yoy)
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Kesejahteraan Masyarakat 68
NTP sektor tanaman hortikultura tahun 2016 tercatat 94,7, atau menurun 1,34% (yoy) dari NTP
sektor tersebut tahun 2015 yang tercatat 95,99. Perkembangan NTP petani hortikultura
sepanjang tahun 2016 terlihat fluktuatif sejalan dengan pergerakan harga komoditas
hortikultura, seperti cabai di pasar. Hal ini memerlukan langkah stabilisasi harga untuk menjaga
kestabilan NTP petani hortikultura, seperti menjaga ketersediaan pasokan antar waktu sehingga
dapat meredam gejolak harga bahan pangan.
Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia
Grafik 5.3 Perkembangan Harga Aneka Cabai
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 5.4 Pertumbuahan NTP Hortikultura
6.3 KEMISKINAN
Seiring dengan inflasi yang rendah pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin di Provinsi
NTB juga menurun. Penduduk miskin di Provinsi NTB pada bulan September 2016 tercatat
berkurang 17.870 jiwa, dengan presentase penduduk miskin sebesar 16,02% atau menurun
dibandingkan kondisi bulan Maret 2016 yang sebesar 16,48%. Kondisi demikian tidak lepas dari
laju inflasi yang rendah pada tahun 2016.
Penduduk miskin dihitung berdasarkan berapa jumlah penduduk yang pengeluaran per kapita
per bulannya berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan tersebut terbentuk dari
komposit harga-harga komoditas (makanan maupun non-makanan) yang berada di dalamnya,
sehingga tingkat inflasi menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan garis kemiskinan.
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
100000
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MA
Y
JUN
JUL
AU
G
SEP
OC
T
NO
V
DE
C
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MA
Y
JUN
JUL
AU
G
SEP
OC
T
NO
V
DE
C
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MA
Y
JUN
JUL
AU
G
SEP
OC
T
NO
V
DE
C
2014 2015 2016
Cabe Merah Besar Cabe Merah Keriting Cabe Rawit Hijau Cabe Rawit Merah
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2014 2015 2016
Growth NTPH (Horti) Growth Nilai Tukar Petani (RHS)
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Kesejahteraan Masyarakat 69
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 5.5 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 5.6 Persentase Distribusi Penduduk Miskin
Penduduk miskin di Provinsi NTB masih didominasi oleh penduduk di pedesaan.
Sebanyak 51,84% penduduk miskin di Provinsi NTB terdapat di pedesaan, sisanya sebanyak
48,16% terdapat di perkotaan. Kondisi tersebut menunjukan pemerataan pertumbuhan ekonomi
yang masih dapat ditingkatkan di Provinsi NTB. Dengan pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi total secara provinsi dapat ditingkatkan dengan lebih optimal. Memperbaiki kinerja
sektor-sektor ekonomi utama seperti sektor pertaniaan, melalui inovasi pertanian dan
penggunaan teknologi pertanian, serta mendorong tumbuhnya sektor ekonomi potensial yang
padat karya seperti pariwisata diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
6.4 INDIKATOR SURVEI KONSUMEN
Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukan indikasi adanya
perbaikan kondisi ekonomi ke depan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan
IV 2016 tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Peningkatan
pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan pertumbuhan kedua indeks pembentuknya,
yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Di akhir tahun
2016, Indeks Keyakinan Konsumen NTB masih menunjukkan angka yang tinggi, yaitu 120,3. Hal
ini menunjukkan masyarakat masih optimis terhadap kondisi ekonomi baik saat ini maupun ke
depan.
15.40
15.60
15.80
16.00
16.20
16.40
16.60
16.80
17.00
17.20
17.40
760,000
770,000
780,000
790,000
800,000
810,000
820,000
830,000
Maret-14 Sep-14 Maret-15 Sep-15 Maret-16 Sept-16
Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin
48%
52%
PendudukMiskinKota
PendudukMiskinDesa
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Kesejahteraan Masyarakat 70
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 5.7 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
95.0
105.0
115.0
125.0
135.0
145.0
155.0
165.0
Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov Jan Mar
May Jul Sep
Nov
2012 2013 2014 2015 2016
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Linear (Indeks Keyakinan Konsumen (IKK))
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
Prospek Perekonomian Daerah 82
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2017 diperkirakan akan meningkat dibanding
triwulan I 2016, seiring dengan membaiknya kinerja sektor ekonomi utama. Tekanan inflasi pada
triwulan II 2017 diperkirakan juga meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi
masyarakat.
7.1 PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI NTB
Pada triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih tinggi dibandingkan
triwulan I 2017, yaitu sebesar 4,7 - 5,1% (yoy). Pertumbuhan tersebut diperkirakan
disumbang oleh sektor pengolahan, sejalan dengan pola produksi pabrik gula di Kabupaten
Dompu yang diperkirakan mencapai puncak panen pada triwulan II 2017 sehingga produksi
diperkirakan meningkat. Selain itu, perbaikan kinerja diperkirakan dialami oleh sektor tambang
seiiring dengan telah diterbitkannya izin ekspor konsentrat tembaga dengan kuota tahunan yang
dimulai sejak Februari 2017. Sektor potensial lainnya yang diperkirakan menyumbang tingkat
pertumbuhan di triwulan II 2017 adalah sektor perdagangan dan sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum. Kinerja kedua sektor tersebut diperkirakan menguat seiring dengan perkiraan
menguatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan tersebut.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan tumbuh
moderat. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun 2017 diperkirakan sebesar 4,2 - 4,7%
(yoy) atau pertumbuhan ekonomi tanpa tambang sebesar non tambang 7,0 7,5% (yoy).
Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB
Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Kategori Utama
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
2015 Tw IV 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 Tw IV 2017 Tw I 2017 Tw II
NTB non-tambang NTB - kanan
7,5
7,0
5,1
4,7
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
2015 Tw IV 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 Tw IV 2017 Tw I
Pertanian Perdagangan
Pertambangan (kanan) Industri Pengolahan
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
Prospek Perekonomian Daerah 83
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB non-tambang pada triwulan II 2017
diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I 2017. Operasional pabrik gula
diperkirakan mencapai tingkatan yang cukup optimal pada triwulan II 2017. Selain itu,
membaiknya sektor perdagangan seiiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat turut
meningkatkan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017.
7.2 PERKIRAAN INFLASI PROVINSI NTB
Tekanan inflasi pada triwulan II 2017 diperkirakan meningkat. Inflasi NTB di triwulan II
2017 diperkirakan sebesar 2,9 3,3% (yoy). Meningkatnya laju inflasi tersebut disebabkan oleh
menurunnya pasokan bahan pangan paska panen raya beras yang diperkirakan terjadi di triwulan
I 2017. Selain itu, perkiraan meningkatnya konsumsi masyarakat pada triwulan II 2017 turut
mendorong tekanan inflasi.
Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan Triwulan IV 2016
Grafik 7.6 Survei Konsumen Bank Indonesia
Pada tahun 2017, terdapat sejumlah risiko yang terkait dengan kelompok komoditas
administered price dan volatile food. Dari sisi kelompok volatile food, meski kondisi cuaca
berangsur normal sejak bulan Februari 2017, risiko terjadinya anomali cuaca seperti musim
kemarau yang disebabkan fenomena El Nino perlu dicermati. Selain itu, tingkat kunjungan
wisatawan yang diperkirakan masih cukup tinggi di tahun 2017 berisiko meningkatkan
permintaan masyarakat, sehingga perlu didukung oleh ketersediaan pasokan pangan yang
cukup. Sementara itu, perlu dicermati risiko administered price terkait dengan pengurangan
penerima subsidi listrik pada kelompok pelanggan 450VA dan 900VA yang dilakukan secara
2.90
3.30
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II
2014 2015 2016 2017
% -
Yo
y
140.0
150.0
160.0
170.0
180.0
190.0
200.0
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep Oct
No
v
De
c
Jan
2015 2016 2017
Ekspektasi Inflasi
Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
Prospek Perekonomian Daerah 84
bertahap, dan potensi disesuaikannya harga bahan bakar minyak seiring dengan sinyal
meningkatnya harga minyak dunia di tahun 2017.