KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT...

101
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan – Periode Februari 2017

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kajian Triwulanan – Periode Februari 2017

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Februari 2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Pejanggik No.2 Mataram

Nusa Tenggara Barat

Telp. : 0370-623600

Fax : 0370-631793

E-mail : [email protected]

[email protected]

[email protected]

Fotografer : Imran Iswadi ([email protected])

Hanif Galih ([email protected])

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-

nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan

aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau

berperilaku yaitu trust and integrity, professionalism, excellence, public interest, coordination

dan team work.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan

peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem

pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan

lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenaan Nya buku

Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Barat edisi Februari 2017

dipublikasikan. Buku ini menyajikan asesmen perkembangan dan prospek perekonomian

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) triwulan IV 2016. Asesmen mencakup ekonomi makro

regional, inflasi, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan pemerintah,

kesejahteraan, serta prospek perekonomian dan inflasi.

Secara ringkas, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan IV 2016 sebesar 5,82% (yoy),

atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, namun lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang melambat ini disebabkan oleh kinerja

sektor pertambangan, pertanian, dan transportasi yang tumbuh melambat. Sementara itu,

tekanan inflasi Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Untuk triwulan IV 2016 kami perkirakan pertumbuhan ekonomi NTB meningkat

oleh kontribusi sektor pertambangan dan industry pengolahan, sedangkan inflasi triwulan IV

2016 diperkirakan meningkat. Adapun asesmen lengkap dapat dilihat dalam buku ini

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi

atas terbitnya publikasi ini. Kami berharap agar KEKR ini dapat bermanfaat bagi para pengambil

kebijakan, pemerhati ekonomi, dan masyarakat yang membutuhkan. Kami terbuka untuk

menerima segala masukan dan saran agar penyusunan KEKR ini dapat lebih baik lagi.

Mataram, Februari 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ttd

Prijono Deputi Direktur

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

ii

INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indeks Harga Konsumen 151.81 152.52 156.22 157.13 110.34 111.85 114.21 118.04 118.25 118.60 120.75 122.07 123.37 123.80 123.93

-Kota Mataram 151.89 152.62 156.44 157.17 111.12 111.03 113.23 117.47 117.87 118.21 120.10 121.29 122.43 122.64 122.64

-Kota Bima 151.54 177.48 155.38 156.99 113.35 115.10 118.15 120.28 119.74 120.15 123.33 125.22 127.14 128.43 129.12

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.39 5.48 6.37 7.02 7.03 6.75 4.91 7.23 5.99 6.03 5.42 3.41 4.33 4.38 2.93

-Kota Mataram 4.92 5.44 6.41 6.92 6.71 6.20 4.61 7.18 6.07 6.47 5.93 3.25 3.87 3.75 2.24

-Kota Bima 3.66 5.62 6.19 7.39 8.28 8.94 6.08 7.37 5.64 4.39 3.43 4.11 6.18 6.89 5.66

PDRB-harga berlaku (miliar Rp) 17,069 18,435 19,401 18,714 18,825 19,751 20,793 22,302 23,436 24,888 28,339 26,129 27,395 28,753 31,141

- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan4,311 4,553 4,638 4,037 4,863 4,776 5,085 4,397 5,189 5,465 5,900 4,985 5,849 6,285 6,535

- Pertambangan dan Penggalian 2,303 2,732 2,444 2,357 1,995 2,308 1,354 3,652 4,421 5,041 6,416 5,278 5,862 6,121 7,118

- Industri Pengolahan661 734 1,264 942 703 755 1,375 978 746 804 1,425 1,068 844 906 1,553

- Pengadaan Listrik, Gas 9 9 9 10 11 12 13 14 13 13 13 17 15 16 18

- Pengadaan Air 18 18 19 18 20 21 21 21 21 22 23 23 24 25 26

- Konstruksi 1,536 1,663 1,746 1,830 1,793 1,840 1,975 2,096 2,069 2,070 2,290 2,420 2,359 2,461 2,518

- Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 2,347 2,510 2,615 2,563 2,668 2,892 3,092 2,867 2,995 3,240 3,385 3,169 3,378 3,655 3,727

- Transportasi dan Pergudangan 1,287 1,374 1,521 1,623 1,512 1,605 1,832 1,997 1,814 1,926 2,242 2,280 2,122 2,247 2,451

- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum330 393 422 443 407 483 531 554 485 532 588 593 568 626 665

- Informasi dan Komunikasi377 380 390 411 421 430 440 441 445 458 475 483 493 508 520

- Jasa Keuangan 585 609 634 649 655 694 709 749 771 784 798 834 873 896 912

- Real Estate572 596 636 669 688 708 745 734 755 791 829 823 843 868 893

- Jasa Perusahaan31 32 34 36 37 39 40 40 41 42 45 46 46 47 49

- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 1,135 1,225 1,272 1,290 1,318 1,422 1,620 1,749 1,651 1,702 1,736 1,855 1,817 1,791 1,781

- Jasa Pendidikan848 867 964 1,031 954 947 1,072 1,093 1,108 1,058 1,172 1,270 1,287 1,250 1,293

- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 337 341 386 401 373 385 435 448 437 445 473 480 486 502 512

- Jasa lainnya383 399 407 403 408 436 454 472 474 494 529 505 529 547 570

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 38.53 105 110 148 25.10 3.43 46.90 238.90 252.14 376.45 571.21 279.37 373.99 397.09 455.70

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 22.07 60.06 18.08 97.70 21.39 2.80 35.03 144.77 133.43 177.79 350.99 161.18 209.69 207.00 218.51

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 53.67 43.24 49.89 43.11 42.81 20.54 17.47 22.47 28.51 40.49 36.20 50.70 44.75 32.23 70.24

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 23.22 18.71 22.83 15.02 37.18 14.60 24.13 29.80 28.17 20.03 15.57 11.12 10.64 16.36 24.81

PERBANKAN

Total Aset (Rp triliun) 21.21 22.27 23.29 24.01 25.52 26.97 27.66 27.86 28.88 29.93 30.69 30.89 32.70 33.54 33.47

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 13.34 13.76 14.33 14.68 14.61 16.13 16.75 17.17 17.98 18.91 19.93 20.19 20.85 21.64 21.61

Kredit Lokasi Bank (Rp triliun) 16.38 17.44 18.17 19.08 19.65 20.51 21.10 22.06 22.63 23.39 23.77 24.88 25.66 26.76 27.21

Loan to Deposit Ratio 122.79 126.74 126.80 129.97 134.50 127.17 125.97 128.50 125.84 123.69 119.27 123.24 123.07 123.66 125.91

NPL gross (%) 1.55 1.55 1.58 1.41 1.63 1.74 1.84 1.74 2.33 2.49 2.53 2.21 2.18 2.34 2.32

Bank Umum :

Total Aset (Rp triliun) 19.91 20.95 21.91 22.74 24.02 25.46 26.64 26.76 27.76 28.84 29.52 29.65 31.43 32.30 32.19

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 12.75 13.38 14.32 14.44 14.45 15.94 16.56 16.80 17.28 18.24 19.19 19.37 20.01 20.85 20.78

-Tabungan (%) 54.64 56.09 56.07 63.71 55.05 52.24 53.31 58.55 49.37 48.12 48.89 58.91 48.96 50.64 51.56

-Giro (%) 19.00 16.69 18.21 11.47 16.50 19.10 18.39 12.71 17.98 20.21 19.29 14.73 19.13 18.35 17.16

-Deposito (%) 26.37 27.22 25.72 24.82 28.44 28.66 28.29 28.73 32.65 31.67 30.81 26.36 31.91 31.01 31.28

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 16.04 17.06 17.76 18.41 18.95 19.77 20.34 21.26 21.78 22.53 22.90 23.99 24.73 25.81 26.27

-Modal Kerja 5.07 5.29 5.51 5.78 5.97 6.32 6.46 6.79 6.88 7.12 6.89 7.25 7.58 8.04 8.15

-Investasi 1.95 2.27 2.38 2.41 2.47 2.32 2.28 2.38 2.47 2.58 2.58 2.81 2.90 2.97 3.04

-Konsumsi 9.01 9.49 9.87 10.21 10.50 11.14 11.61 12.09 12.42 12.80 13.41 13.92 14.20 14.79 15.07

Total Kredit UMKM (Rp triliun) 5.49 5.97 6.18 6.39 6.62 7.18 7.21 7.40 7.56 7.69 7.47 7.94 8.26 8.88 9.03

Loan to Deposit Ratio 125.78 127.53 124.06 127.42 131.10 124.05 122.85 126.57 126.08 123.52 119.29 123.91 123.77 123.77 126.39

NPL (%) 1.55 1.55 1.58 1.40 1.63 1.74 1.84 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04

INDIKATOR201620142013 2015

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

iii

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Bank Perkreditan Rakyat :

Total Aset (Rp triliun) 0.86 0.85 0.88 0.95 0.97 0.96 1.03 1.10 1.11 1.09 1.17 1.24 1.27 1.24 1.28

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.60 0.42 0.44 0.54 0.60 0.59 0.63 0.69 0.71 0.67 0.74 0.82 0.84 0.79 0.83

-Tabungan (%) 55.97 40.72 42.69 56.50 56.52 53.71 52.88 53.91 51.07 50.30 51.60 53.39 51.80 51.89 52.60

-Giro (%)

-Deposito (%) 44.03 59.91 58.75 43.50 43.52 46.29 47.12 46.09 48.93 49.70 48.39 46.60 48.14 48.10 47.39

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.66 0.68 0.69 0.71 0.74 0.76 0.78 0.82 0.85 0.86 0.87 0.89 0.93 0.95 0.94

-Modal Kerja 0.40 0.41 0.42 0.42 0.44 0.46 0.47 0.50 0.52 0.52 0.52 0.54 0.58 0.59 0.59

-Investasi 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 0.06

-Konsumsi 0.23 0.23 0.23 0.24 0.24 0.25 0.25 0.26 0.27 0.28 0.29 0.28 0.29 0.29 0.29

Loan to Deposit Ratio 121.62 176.10 173.72 129.92 122.67 130.51 123.65 118.94 120.18 129.30 118.62 109.21 111.63 120.60 113.22

NPL (%) 13.13 10.17 10.41 9.72 10.46 10.03 9.41 8.04 9.10 9.90 9.65 8.14 8.92 9.59 10.25

SISTEM PEMBAYARAN

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 2,349.65 2,523.18 3,282.81 2,826.89 2,920.51 2,929.35 4,082.01 3,367.63 3,209.81 3,384.76 4,849.47 3,770.06 3,915.95 4,699.04 3,836.85

Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,560 2,774 2,762 2745 2645 2572 2760 2956 2752 2605 2585 2439 1823 1591 1138

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 39.16 39.42 54.71 45.59 48.68 48.02 66.92 53.45 51.77 55.49 80.82 62.83 64.20 74.59 59.95

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 42.67 43.34 46.03 44.27 44.08 42.16 45.25 46.92 44.39 42.70 43.08 40.65 29.89 25.25 17.78

Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,807.88 1,791.32 1,974.74 2,119.23 2,004.63 1,981.79 1,957.28 2,196.04 1,962.35 2,605.00 2,465.43 3,755.90 4,316.23 4,697.54 4,228.45

Volume Kliring Kredit (lembar) 50,843 47,006 52,185 51,760 51,138 52,922 53,412 60,170 51,643 38,074 65,661 87,398 91,197 102,363 100,167

Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 30.13 27.99 32.91 34.18 33.41 32.49 32.09 34.86 31.65 42.70 41.09 62.60 70.76 74.56 66.07

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 847.38 734.47 869.75 834.84 852.30 867.58 875.61 955.08 832.95 624.16 1,094.35 1,456.63 1,495.03 1,624.81 1,565.11

201620142013INDIKATOR

2015

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................... i

Indikator Ekonomi dan Moneter .........................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................................................ iv

Daftar Grafik ..................................................................................................................................... vi

Daftar Tabel........................................................................................................................................x

Daftar Gambar .................................................................................................................................. xi

Ringkasan Eksekutif .......................................................................................................................... xii

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah ................................................................................... 1

1.1. Kondisi Umum ..................................................................................................................... 1

1.2. Sisi Permintaan .................................................................................................................... 3

1.2.1. Konsumsi ......................................................................................................................... 3

1.2.2. Investasi ............................................................................................................................ 5

1.2.3. Ekspor Impor ................................................................................................................... 6

1.3. Sisi Sektoral ......................................................................................................................... 8

1.3.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan .............................................................................. 9

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian........................................................................................ 10

1.3.3. Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor ............................................ 11

1.4. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2017 ................................................................. 13

Boks 1 Ketahanan Pangan di Provinsi NTB ....................................................................................... 18

Bab 2 Keuangan Pemerintah ........................................................................................................... 22

2.1. Perkembangan Keuangan Pemerintah ................................................................................ 22

2.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ................. 25

2.2.1. Risiko Fiskal dari Pendapatan Pemerintah Daerah ........................................................... 26

2.3. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ......................... 29

2.3.1. Risiko Fiskal dari Belanja Pemerintah Daerah .................................................................. 30

Bab 3 Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................ 33

3.1. Kondisi Umum ................................................................................................................... 33

3.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas ........................................................................................... 36

3.2.1. Bahan Makanan ............................................................................................................. 37

3.2.2. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........................................................................ 38

3.2.3. Perumahan, Listrik, Air dan Gas ..................................................................................... 39

3.2.4. Sandang ........................................................................................................................ 40

3.2.5. Kesehatan ...................................................................................................................... 40

3.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga .............................................................................. 41

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

v

3.2.7. Transport, Komunikasi dan Jasa ..................................................................................... 42

3.3. Inflasi Periodikal ................................................................................................................. 42

3.3.1. Inflasi Triwulanan ........................................................................................................... 42

3.3.2. Inflasi Tahunan .............................................................................................................. 43

3.4 Disagregasi Inflasi. ............................................................................................................ 44

3.4.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................................................................... 44

3.4.2. Kota Mataram ............................................................................................................... 44

3.4.3. Kota Bima ...................................................................................................................... 45

3.5 Pengendalian Inflasi Daerah ................................................................................................ 46

3.6 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................................ 46

Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ........................... 52

4.1. Asesmen Ketahanan Korporasi ........................................................................................... 52

4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga .................................................................................. 54

4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga ............................................................................ 54

4.2.2 Ketahanan Sektor Tangga ................................................................................................ 57

4.3. Asesmen Lembaga Keuangan ............................................................................................. 60

4.3.1 Perkembangan Bank Umum ............................................................................................. 60

4.3.2 Intermediasi Bank Umum ................................................................................................. 62

4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah ..................................................................................... 64

4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat .......................................................................... 66

4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ..................................................................... 67

4.4.1 Kredit UMKM................................................................................................................... 67

4.4.2 Program Pengembangan Klaster ...................................................................................... 68

Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaam Uang Rupiah .................................... 70

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran ..................................................................................... 70

5.1.1. Transaksi Pembayaran Tunai ........................................................................................... 70

5.1.2. Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................................................................... 73

Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ...................................................................................... 76

6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ........................................................... 76

6.2. Indikator Survei Konsumen ................................................................................................. 76

6.3. Nilai Tukar Petani ................................................................................................................ 76

6.4. Tenaga Kerja ...................................................................................................................... 78

Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah .............................................................................................. 80

7.1. Prospek Perekonomian Provinsi NTB ................................................................................... 80

7.2. Perkiraan Inflasi Provinsi NTB .............................................................................................. 81

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan Nasional ................................. 2

Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ................................................... 2

Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ............................................................ 4

Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB ............................................................................ 4

Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum di Provinsi NTB ................................... 4

Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi Provinsi NTB .............................................. 4

Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB ....................................................... 5

Grafik 1.8 Pertumbuhan Indeks Keyakinan Konsumen di Provinsi NTB ...................................... 5

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB ................................................... 6

Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB ................................................ 6

Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB ............................................................. 6

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum di Provinsi NTB ......................................... 6

Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi NTB ........................................ 7

Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding Ekspor Prov. NTB ..... 7

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor di Provinsi NTB .................................................. 8

Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Estimasi Nilai ...................... 8

Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sektoral ........................................ 8

Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Utama Ekonomi Provinsi NTB ................................................ 8

Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian ...................................................................... 9

Grafik 1.20 Pertumbuhan Produksi Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai di Provinsi NTB ............ 9

Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan IV 2016 Bank Umum di Provinsi NTB ............ 10

Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Bank Umum di Provinsi NTB ......... 10

Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian .................................... 11

Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan 11

Grafik 1.25 Harga Kosentrat dan Komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga ............ 11

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi NTB ke Sektor Pertambangan ............. 11

Grafik 1.27 PDRB Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi ......................................... 12

Grafik 1.28 Penjualan Kendaraan Bermotor Provinsi NTB ....................................................... 12

Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke Provinsi NTB ....................... 12

Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB ................................................. 12

Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum .................. 13

Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi NTB Sektor PHR ............................ 13

Grafik 1.33 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ............................................................. 14

Grafik 1.34 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-Tambang ....................................... 14

Grafik 1.35 Nowcasting Pertumbuhan Konsumsi RT .............................................................. 15

Grafik 1.36 Nowcasting Pertumbuhan PMTB ......................................................................... 15

Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan ..................................................... 15

Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas................................................. 15

Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air ............................................................ 15

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

vii

Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi ................................................................... 15

Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya ................................................................ 16

Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi dan Pergudangan ..................................... 16

Grafik 1.43 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum .................. 16

Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi ........................................... 16

Grafik 1.45 PDRB PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan ................................................. 16

Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi Pemerintahan .......................................... 16

Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan ........................................................... 17

Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial ............................. 17

Grafik 1.49 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate ..................................................................... 17

Grafik 1.50 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan ............................................................ 17

Grafik Box 1.1 Food Security Index Provinsi NTB .................................................................... 19

Grafik Box 1.2 Food Security Index di Kawasan Indonesia Timur ............................................ 19

Grafik Box 1.3 Inflasi Pangan Desa dan Perubahan Indeks Diterima Petani NTB ....................... 21

Grafik Box 1.4 Inflasi Desa dan Perubahan Indeks Dibayar Petani NTB .................................... 21

Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ................................. 24

Grafik 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kab di Provinsi NTB ....................... 24

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB ........................ 24

Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ........................ 26

Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 .................................... 26

Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ................................. 27

Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ............................. 27

Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ............................... 30

Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 ........................................... 30

Grafik 2.10 Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten dan Provinsi NTB Tw IV 2016 ................ 31

Grafik 2.11 Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kab di Prov. NTB Tw IV 2016 ............................... 31

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional ..................................... 34

Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional ...................................... 34

Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB dan Nasional ........................... 36

Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional .................................. 36

Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras .................................................................................. 36

Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai ....................................................................... 36

Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM ................................................................................... 37

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat ..................................................................... 37

Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan ................................................. 38

Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Kom. Bahan Makanan ...... 38

Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........... 39

Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan

Jadi, Minuman dan Tembakau .............................................................................. 39

Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas ........................ 40

Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji .......................................................................... 40

Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Komoditas Sandang .......................................................... 40

Grafik 3.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang ......... 40

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

viii

Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan ........................................................ 41

Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan ....... 41

Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .................. 41

Grafik 3.20 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas

Pendidikan, Rekerasi dan Olahraga .................................................................... 41

Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa .................... 42

Grafik 3.22 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa .......................................................................................... 42

Grafik 3.23 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB .................................................... 43

Grafik 3.24 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................ 43

Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................... 43

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB .............................................................. 44

Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB ............................................................ 44

Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram ........................................................... 45

Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram .......................................................... 45

Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima ................................................................. 45

Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima ................................................................ 45

Grafik 3.32 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................ 47

Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia ........................................................... 47

Grafik 4.1 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga .............................................................. 55

Grafik 4.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 55

Grafik 4.3 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini ............................................... 56

Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang ............................ 56

Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016 ...................................... 56

Grafik 4.6 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016 ...................................... 56

Grafik 4.7 Perkembangan Kredit Konsumsi ........................................................................... 59

Grafik 4.8 Rasio NPL Kredit Konsumsi ................................................................................... 59

Grafik 4.9 Perkembangan KPR .............................................................................................. 59

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ......................................................... 59

Grafik 4.11 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB ........................... 61

Grafik 4.12 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .............................. 61

Grafik 4.13 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR Bank Umum di Prov. NTB ........................... 63

Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .................................................... 63

Grafik 4.15 Kredit Jenis Penggunaan ..................................................................................... 64

Grafik 4.16 Kredit Sektor Ekonomi ........................................................................................ 64

Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah ......................................................... 65

Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah ............................................................ 65

Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat.................................................... 67

Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM ............................................................................ 67

Grafik 4.21 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan .................................................... 67

Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Infow, Outflow, Net Flow ................................................ 71

Grafik 5.2 Perkembangan Pengedaran Uang di Provinsi NTB .................................................. 71

Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Non Tunai ...................................................................... 74

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

ix

Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................. 75

Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring ............................................................................ 75

Grafik 6.1 Pertumbuhan Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................... 77

Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 77

Grafik 6.3 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB .............................................................................. 77

Grafik 6.4 Pertumbuhan NTP dan Komponen Pembentuknya................................................. 77

Grafik 6.5 Tingkat Pengangguran Provinsi NTB ...................................................................... 78

Grafik 6.6 Distribusi Tenaga Kerja per Sektor ......................................................................... 78

Grafik 6.7 Produktivitas Tenaga Kerja per Sektor ................................................................... 79

Grafik 6.8 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja per Sektor .................................................... 79

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB ........................................................ 80

Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Utama .................................................................... 80

Grafik 7.3 Composite Leading Indicator PDRB ....................................................................... 81

Grafik 7.4 Composite Leading Indicator PDRB Non-Tambang NTB .......................................... 81

Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan Triwulan II 2017 .............................................................. 82

Grafik 7.6 Ekspektasi Inflasi Konsumen ................................................................................. 82

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan ........................................................................... 3

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran ................................................. 9

Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Provinsi NTB

s.d Triwulan IV 2016 .............................................................................................. 25

Tabel 2.2 Belanja Daerah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

s.d Triwulan IV 2016 .............................................................................................. 29

Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Provinsi NTB Dalam triwulan IV 2016 ...................... 35

Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB ......................................................... 37

Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi Provinsi NTB .............................................................. 46

Tabel Boks 2.1 Hasil Regresi Komoditas Bawang Merah ......................................................... 50

Tabel Boks 2.2 Hasil Regresi Komoditas Cabai Merah ............................................................ 50

Tabel Boks 2.3 Hasil Regresi Komoditas Cabai Rawit .............................................................. 50

Tabel Boks 2.4 Hasil Regresi Komoditas Tomat Sayur ............................................................. 50

Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi NTB ..................................................... 53

Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi ................................................ 54

Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan ............................ 57

Tabel 4.4 Dana RT untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan ....... 58

Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di NTB ........................................ 60

Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB ............................................. 61

Tabel 4.7 Perkembangan Indikator BPR di Provinsi NTB .......................................................... 66

Tabel 5.1 Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan ................................................ 72

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

xii

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

tahun 2016 sebesar 5,82% (yoy). Pertumbuhan ekonomi NTB

tersebut lebih tinggi dibandingkan nasional, namun lebih rendah

dibandingkan tahun 2015. Dari sisi permintaan, perlambatan

pertumbuhan tersebut disumbang oleh ekspor luar negeri,

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Dari sisi

sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi NTB di tahun 2016

disumbang oleh sektor pertambangan, pertanian, dan transportasi.

Di luar sektor pertambangan, ekonomi NTB tahun 2016

tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan sebesar 6,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya sebesar 5,71% (yoy). Meningkatnya tingkat

pertumbuhan non tambang didorong oleh sektor perdagangan,

konstruksi dan penggalian.

Pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi NTB

diperkirakan meningkat. Perkiraan membaiknya tingkat

konsumsi masyarakat pada triwulan I 2017 akan mendorong

kinerja sektor perdagangan. Selain itu, membaiknya kondisi cuaca

diperkirakan mendukung kinerja sektor pertanian.

Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja APBD pemerintah daerah pada triwulan IV

2016 tumbuh melambat menyebabkan perlambatan

konsumsi pemerintah. Persentase penyerapan belanja

pemerintah daerah (Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi

NTB) terhadap anggaran belanja triwulan IV 2016 sebesar 91,11%.

Pertumbuhan ekonomi

Provinsi NTB tahun 2016

sebesar 5,82% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi

nasional namun lebih

rendah dibandingkan tahun

sebelumnya .

Pertumbuhan ekonomi-non

tambang Provinsi NTB

triwulan IV 2016 meningkat

sebesar 6,01% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan I

2017 diperkirakan meningkat seiring

meningkatnya kinerja sektor utama

Realisasi belanja pemerintah melambat,

menyebabkab perlambatan konsumsi pemerintah.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

xiii

Sementara itu, realisasi pendapatan pemerintah daerah

menunjukkan peningkatan pertumbuhan dengan persentase

realisasi terhadap anggaran pendapatan lebih tinggi dibandingkan

triwulan yang sama tahun 2015. Realisasi pendapatan daerah

Provinsi NTB dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada

triwulan IV 2016 mencapai 99%.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB menurun di triwulan

IV 2016 sebesar 2,61% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi

tahunan pada triwulan IV 2016 terjadi terutama disebabkan oleh

menurunnya tekanan inflasi pada komoditas administered price,

yaitu bensin dan angkutan udara. Bensin menyumbang deflasi

sebesar 0,48% sedangkan angkutan udara menyumbang deflasi

sebesar 0,44%. Tren harga minyak dunia yang menurun

diperkirakan mempengaruhi tarif angkutan udara.

Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan IV

2016 masih terjaga. Ketahanan sektor korporasi mengalami

peningkatan dan berada pada level aman. Hal ini tercermin dari

rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami penurunan.

Rasio NPL gross sektor korporasi masih terjaga di bawah ambang

batas 5%, yaitu sebesar 1,58% dan menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,04%. Risiko pada ketahanan

sektor rumah tangga pada triwulan IV 2016 mengalami

peningkatan karena secara agregat terjadi peningkatan jumlah

rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari 30%

pendapatannya (DSR > 30%).

Di triwulan IV 2016 inflasi

tercatat sebesar 2,61% (yoy)

lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Stabilitas keuangan daerah

masih terjaga dalam level

yang aman, tercermin dari

NPL bank umum yang

menurun.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

xiv

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Pada triwulan IV tahun 2016 terjadi peningkatan kebutuhan

uang tunai di Provinsi NTB. Hal ini tampak dari net outflow

pengedaran uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang

keluar (cash outflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang

masuk (cash inflow). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan

aktivitas ekonomi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang

berekspansi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar

2,76% (qtq). Sementara itu, sejalan dengan penurunan transaksi

tunai, transaksi non tunai juga mengalami pertumbuhan, baik

transaksi RTGS maupun kliring pada triwulan IV 2016.

Kesejahteraan

Indikator kesejahteraan Provinsi NTB menunjukkan

pertumbuhan meski dalam skala yang terbatas di tengah

pertumbuhan sektor ekonomi non-tambang pada tahun

2016. Hal itu terlihat dari pemantauan beberapa indikator

kesejahteraan di Provinsi NTB. Nilai Tukar Petani Provinsi NTB

menunjukan perlambatan pertumbuhan pada tahun 2016 setelah

mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2015. Dari sisi

tingkat kemiskinan, laju penduduk miskin pada tahun 2016

menurun cukup signifikan.

Prospek Perekonomian Daerah

Pada triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi diperkirakan

lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017. Pertumbuhan

tersebut diperkirakan disumbang oleh sektor pengolahan, sejalan

dengan pola produksi pabrik gula di Kabupaten Dompu yang

diperkirakan mencapai puncak panen pada triwulan II 2017

sehingga produksi diperkirakan meningkat. Selain itu, perbaikan

kinerja diperkirakan dialami oleh sektor tambang seiiring dengan

telah diterbitkannya izin ekspor konsentrat tembaga dengan kuota

tahunan yang dimulai sejak Februari 2017.

Pada triwulan IV tahun 2016

terjadi peningkatan

kebutuhan uang tunai di

Provinsi NTB seiring

meningkatnya konsumsi

Kesejahteraan masyarakat

menunjukkan arah

pertumbuhan meski dalam

skala yang terbatas di

tengah pertumbuhan sektor

ekonomi non-tambang pada

tahun 2016

Perkiraan pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTB pada

triwulan II 2017

diperkirakan meningkat,

seiring dengan

meningkatnya sektor

industri pertambangan dan

pengolahan

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

xv

Sementara itu, tekanan inflasi NTB triwulan I 2017 diperkirakan

juga meningkat, sebagai dampak menurunnya pasokan bahan

pangan, paska skenario panen raya beras di triwulan I 2017.

Namun demikian, meningkatnya permintaan masyarakat saat

Selain itu, perkiraan meningkatnya konsumsi masyarakat pada

triwulan II 2017 turut mendorong tekanan inflasi.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2016 menunjukan perlambatan

dibandingkan tahun 2015. Hal tersebut disebabkan base effect pertumbuhan sektor pertambangan

tahun 2015, terkait kuota ekspor konsentrat tembaga yang meningkat hingga dua kali lipat pada

tahun tersebut.

1.1 KONDISI UMUM

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2016 mengalami

perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tahun 2016 tercatat 5,82% (yoy), jauh lebih kecil

dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tahun 2015 yang tercatat 21,77% (yoy). Selisih

angka yang cukup signifikan tersebut disebabkan base effect pertumbuhan sektor pertambangan

tahun 2015 hingga 107,03% (yoy), terkait kuota ekspor konsentrat tembaga yang meningkat hingga

dua kali lipat pada tahun tersebut. Jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2016

yang tercatat sebesar 5,02% (yoy), pertumbuhan ekonomi NTB masih lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi non-tambang Provinsi NTB tahun 2016 menunjukkan peningkatan.

Jika melihat pertumbuhan ekonomi tanpa memperhitungkan sektor tambang, ekonomi Provinsi NTB

sepanjang 2016 tumbuh sebesar 6,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 5,71% (yoy). Pertumbuhan tersebut ditopang sektor perdagangan besar dan eceran

(1,16%), sektor konstruksi (0,98%), dan penggalian (0,59%).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB khusus triwulan IV 2016 tercatat sebesar 3,77% (yoy), sedikit

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,43% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan tersebut dikontribusi dari membaiknya konsumsi masyarakat seiring dengan momen

hari besar keagamaan dan libur akhir tahun, serta meningkatnya ekspor luar negeri terkait dengan

diberikannya relaksasi ekspor konsentrat tembaga pada bulan November 2016. Jika dibandingkan

perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 4,94% (yoy) pada triwulan IV 2016, pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTB masih lebih rendah.

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan

Nasional Tahunan

Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi

NTB

Dengan kondisi perlambatan ekonomi tersebut, dukungan terhadap peningkatan investasi

diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Investasi NTB pada

triwulan IV 2016 tumbuh cukup tinggi, mencapai 7,49% (yoy), ditopang oleh peningkatan investasi

swasta disaat belanja modal pemerintah tumbuh melambat. Pertumbuhan investasi yang cukup

tinggi dalam 2 (dua) tahun terakhir ini perlu dipertahankan, dan difokuskan pada sektor ekonomi

unggulan Provinsi NTB, salah satunya adalah sektor pertanian. Investasi pada sektor pertanian

diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi dan penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi,

sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di Provinsi NTB.

Realisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB dengan perhitungan atas

dasar harga berlaku pada triwulan IV 2016 mencapai Rp29,04 triliun. Dengan pencapaian

realisasi tersebut, Provinsi NTB menyumbang 0,91% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV 2016 mengalami perlambatan,

disebabkan oleh relatif terbatasnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan penurunan konsumsi

pemerintah.

1.2 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada tahun 2016

disebabkan oleh ekspor luar negeri, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.

Ekspor antar provinsi mengalami peningkatan pada tahun 2016, begitu pula impor antar provinsi,

sehingga secara agregat NTB mengalami difisit perdagangan antar daerah. Sementara itu

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tumbuh cukup tinggi, didorong oleh

peningkatan investasi swasta.

4.82 4.74 4.77 5.17 4.92 5.18 5.01 4.94

3.77

5.05

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Tw I'15 Tw II'15 Tw III'15 Tw IV'15 Tw I'16 Tw II'16 Tw III'16 Tw IV'16

gNasional (yoy) gNTB (yoy) gNTB Tanpa Tambang (yoy)

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 3

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.2.1 Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi agregat Provinsi NTB melambat, dari 2,85% (yoy) di tahun 2015

menjadi 1,69% (yoy) di tahun 2016. Pertumbuhan yang melambat tersebut terutama disebabkan

oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, yang masing-

masing sebesar 1,76% (yoy) dan 1,03% (yoy). Konsumsi lembaga non-profit dan non-rumah tangga

(LNPRT) mengalami akselerasi pertumbuhan, dari 4,79% (yoy) di tahun 2015 menjadi 5,13% (yoy)

di tahun 2016.

Menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2016 disebabkan oleh menurunnya

pendapatan masyarakat seiring kinerja sektor ekonomi padat karya, terutama sektor pertanian yang

melambat. Konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga berkontribusi paling tinggi

terhadap menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, disusul konsumsi transportasi dan

komunikasi.

Melambatnya pertumbuhan konsumsi agregat Provinsi NTB juga terjadi pada triwulan IV 2016.

Melambatnya pertumbuhan konsumsi tersebut disebabkan konsumsi pemerintah yang menurun

0,52% (yoy) dan LNPRT yang menurun 0,52% (yoy). Penurunan konsumsi pemerintah terlihat dari

melambatnya pertumbuhan realisasi belanja pemerintah pada triwulan IV 2016 dibandingkan tahun

sebelumnya, terutama belanja modal. Sebaliknya, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan

yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2,49% (yoy) pada triwulan IV

2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 sebesar 0,98% (yoy).

2014 2015 2016 TW IV 2016

Kontribusi Per

Kategori TW IV

2016 (%)

Pertumbuhan TW

III 2016 (% yoy)

Pertumbuhan TW

IV 2016 (% yoy)

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 62,018 65,940 70,961 18,368 63.24 1.49 2.49

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,386 1,512 1,644 419 1.44 4.67 -0.52

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15,388 16,968 18,253 5,097 17.55 0.81 -6.40

4 PMTB 31,846 36,058 41,750 12,044 41.47 8.97 7.49

5 Perubahan Inventori 874 700 1,107 313 1.08 67.27 66.06

6 Ekspor Luar Negeri 4,947 20,979 22,303 5,913 20.36 -18.35 45.72

7 Impor Luar Negeri 2,817 3,934 3,744 911 3.14 -0.71 -24.45

8 Net Ekspor Antar Daerah (32,022) (34,359) (36,026) (12,199) -42.00 -27.48 37.15

81,621 103,865 116,247 29,043 100.00 3.43 3.77

KOMPONEN (ADHB, Rp Milliar)

NTB

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Badan

Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: PT Pertamina(Persero) dan PT PLN (Persero), diolah

Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB

Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB

Menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari beberapa indikator

pendukung, seperti kredit konsumsi dan konsumsi bahan bakar minyak. Pertumbuhan kredit

konsumsi pada triwulan IV 2016 tumbuh terbatas di angka 11,39% (yoy), sedikit lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 11,38% (yoy). Nilai konsumsi bahan bakar minyak

sepanjang tahun 2016 tercatat sebesar Rp3.830 Miliar, turun 6% dibandingkan tahun sebelumnya

yang senilai Rp4.062 Miliar. Pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2016

meningkat sebesar 9,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang menurun sebesar

5,02% (yoy). Meski begitu, pada triwulan IV 2016, penjualan kendaraan bermotor menurun sebesar

5,04% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 9,43% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

di Provinsi NTB

Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi

Rumah Tangga

Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukan optimisme konsumen yang menurun sepanjang

tahun 2016. Hal ini mengonfirmasi pelemahan permintaan sebagai akibat dari menurunnya

pendapatan rumah tangga. Di akhir tahun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dihasilkan oleh

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

2014 2015 2016

Rp Triliun

Realisasi Belanja Pemerintah

-

200

400

600

800

1,000

1,200

BBM Gas ListrikRp Miliar

TW I2015

TW IV2016

TW I2015

TW IV2016

TW I2015

TW IV2016

Rp. 4.062 M

Rp. 3.830 M

Rp. 386 M Rp. 408 M

Rp. 1.104 M Rp. 1.243 M

0

5

10

15

20

25

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

Kredit Konsumsi (Rp miliar)-Kiri

Growth (%yoy)-Kanan

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Konsumsi Rumah Tangga

Makanan dan Minuman, Selain Restoran

Perumahan dan PerlengkapanRumahtanggaTransportasi dan Komunikasi

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 5

Survei Kosumen sedikit membaik yaitu sebesar 117,3, lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016

yang sebesar 111,7.

Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB

Grafik 1.8 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen di

Provinsi NTB

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang relatif terbatas di sepanjang tahun 2016 perlu mendapat

perhatian, mengingat kontribusi konsumsi rumah tangga yang sangat besar terhadap pembentukan

PDRB. Kondisi tersebut terindikasi karena pendapatan kelompok masyarakat yang bekerja di sektor

pertanian yang cenderung menurun. Kinerja sektor pertanian tumbuh melambat sepanjang tahun

2016 disebabkan oleh beberapa faktor, terutama faktor anomali cuaca.

1.2.2 Investasi

Aktivitas investasi sepanjang tahun 2016 tumbuh cukup tinggi mencapai 8,17% (yoy).

Pertumbuhan investasi yang tinggi tersebut didorong oleh investasi swasta, khususnya pada

penanaman modal asing. Di sisi lain, investasi pemerintah tahun 2016 yang menurun secara

tahunan. Realisasi belanja modal pemerintah baik pemerintah daerah maupun realisasi pemerintah

pusat tahun 2016 menurun 9,87%(yoy), jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh

sebesar 27,48% (yoy).

Investasi NTB khusus di triwulan IV 2016 didorong oleh investasi bangunan. Investasi pada

triwulan IV 2016 tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 7,49% (yoy), meski angka pertumbuhan

tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,97% (yoy). Investasi

bangunan di triwulan IV 2016 tumbuh cukup tinggi mencapai 10,26% (yoy), sementara itu investasi

non-bangunan tumbuh sebesar 1,56% (yoy). Meningkatnya investasi bangunan didorong oleh

pembangunan-pembangunan hotel dan resort yang masih berlangsung terutama di daerah Lombok

Utara, Lombok Barat dan Lombok Tengah. Selain itu, investasi swasta yang cukup tinggi di Kab.

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Mili

ar

Total Motor Mobil growth total (%,yoy)-kanan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

160.00

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) g Konsumsi Rumah Tangga - Kanan

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6

Sumbawa Barat masih berlanjut di triwulan IV 2016 pada sektor pertambangan, seiring dengan

peralihan kepemilikan perusahaan pertambangan besar di Kabupaten Sumbawa Barat.

Sumber: BKPM-PT Prov. NTB, diolah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Biro Keuangan Prov. NTB, diolah

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB

Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB

Meski masih tumbuh cukup tinggi, pertumbuhan investasi triwulan IV 2016 yang lebih kecil

dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari menurunnya realisasi penanaman modal. Pada

triwulan III 2016 realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri mencapai Rp3,11 triliun,

sedangkan pada triwulan IV 2016 mencapai Rp2,60 triliun. Realisasi investasi tersebut selaras dengan

volume penjualan semen pada triwulan IV 2016 yang lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Meski begitu, penyaluran kredit investasi oleh perbankan yang tumbuh signifikan

mencapai 50,16% (yoy) pada triwulan IV diperkirakan dapat menjadi faktor pendorong realisasi

investasi pada triwulan I 2017.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum

di Provinsi NTB

-60.00

-10.00

40.00

90.00

140.00

190.00

240.00

290.00

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2013 2014 2015 2016

%, Y

oy

Rp

Mil

lia

r

Total Investasi gYoy (Kanan)

0.01.02.03.04.05.06.07.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2014 2015 2016

Rp Triliun

Belanja Modal

(30) (20) (10) - 10 20 30 40 50

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan semen (%,yoy)-Kanan

Pertumbuhan Investasi - Kanan 50.16

40.85

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)

Growth (yoy %)-Kanan

Growth (qtq %)-Kanan

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 7

1.2.3 Ekspor Impor

Ekspor luar negeri Provinsi NTB sepanjang tahun 2016 tumbuh sebesar 15,92% (yoy).

Pertumbuhan ekspor tahun 2016 yang cukup tinggi masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

ekspor tahun sebelumnya yang mencapai 290,61% (yoy). Sedangkan ekspor pada triwulan IV 2016

tumbuh signifikan sebesar 45,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -

18,35% (yoy). Kedua hal tersebut terjadi karena faktor base effect dari peningkatan kuota ekspor

yang signifikan pada tahun 2015, dimana puncak ekspor terjadi pada triwulan II 2015 dan kemudian

menurun pada triwulan setelahnya.

Sumber: BKP Provinsi NTB, diolah

Sumber : Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB dan BPS, diolah

Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi

NTB

Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga

dibanding Ekspor Provinsi NTB

Ekspor luar negeri di Provinsi NTB 99% merupakan ekspor konsentrat tembaga. Dengan

statistik tersebut, ekspor luar negeri NTB tergantung pada kinerja ekspor tambang. Sedangkan

kinerja ekspor tambang sangat fluktuatif dan dipengaruhi oleh pemberian izin ekspor oleh

Kementerian ESDM untuk jangka waktu 6 bulan per termin berdasarkan UU Minerba No. 4 tahun

2009. Ekspor tembaga di triwulan IV 2016 ini menggunakan kuota ekspor termin keempat yang

diberikan kementerian ESDM sebesar 419.757 WMT (Wet Metric Ton) yang berakhir pada bulan

Oktober 2016 dan kuota ekspor termin jangka pendek hingga Januari 2017 sebesar 149.000 WMT.

Kuota jangka pendek tersebut hingga Desember 2016 telah terpakai sebesar 83%. Pemberian kuota

ekspor termin jangka pendek dilakukan sebagai proses peralihan perjanjian antara PT. Amman

Mineral Nusa Tenggara dan pemerintah dari Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan

Khusus (IUPK).

Impor luar negeri Provinsi NTB pada tahun 2016 lebih kecil dibandingkan tahun 2015.

Kebutuhan impor luar negeri Provinsi NTB mayoritas adalah untuk kebutuhan produksi tambang,

sehingga secara tidak langsung fluktuasi produksi di sektor tambang akan mempengaruhi naik-

turunnya kebutuhan impor. Pertumbuhan impor sepanjang tahun 2016 terkontraksi 10,49% (yoy).

535 919

598 924

320 730 577 594

281

4,624

1,217 789

281 742 607

842

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

Mil

ya

r (R

p)

Keluar Masuk Net Ekspor

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

ADHB Ekspor Sales Tambang

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8

Tingkat penjualan konsentrat tembaga pada tahun 2016 lebih rendah 3,41% dibandingkan

penjualan pada tahun 2015, sedikit banyak mempengaruhi impor. Penundaan pengembangan

tambang di fase ketujuh diperkirakan mempengaruhi kinerja penjualan konsentrat tembaga.

Sedangkan pada triwulan IV 2016, impor terkontraksi 24,45% (yoy).

Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Lembar, diolah

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor

di Provinsi NTB

Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar

Berdasarkan Estimasi Nilai

Meski ekonomi NTB mengalami perlambatan, ekspor dan impor daerah sepanjang tahun

2016 mengalami peningkatan. Kondisi ekspor antar daerah tumbuh 2,89% (yoy) di tahun 2016,

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,72% (yoy). Impor antar

daerah juga meningkat dari -2,65% (yoy) pada tahun 2015 menjadi 5,23% (yoy) pada tahun 2016.

Sementara itu, ekspor antar daerah pada triwulan IV 2016 terkontraksi sebesar 20,19% (yoy),

sebaliknya impor antar daerah meningkat 18,39% (yoy) seiring dengan konsumsi Rumah Tangga

yang membaik pada triwulan IV 2016.

1.3 SISI SEKTORAL

Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi NTB terjadi hampir di semua sektor ekonomi

utama, baik sepanjang tahun 2016 maupun pada triwulan IV 2016. Pertumbuhan ekonomi

Provinsi NTB dari sisi sektoral pada tahun 2016 disumbang oleh sektor pertambangan (1,69%),

kemudian disusul sektor perdagangan (0,88%), sektor konstruksi (0,75%), dan sektor transportasi

(0,42%). Sementara itu, pada triwulan IV 2016, pertumbuhan ekonomi disumbang oleh sektor

perdagangan (0,73%), sektor jasa keuangan dan asuransi (0,51%), sektor transportasi (0,45%), dan

sektor pertanian (0,37%).

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Trw I TrwII

TrwIII

TrwIV

Trw I TrwII

TrwIII

TrwIV

Trw I TrwII

TrwIII

TrwIV

Trw I TrwII

TrwIII

TrwIV

2013 2014 2015 2016

Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2013 2014 2015 2016

Miliar

Total Ekspor Total Impor

(431)

(595)(624)

(528)

(641)

(507)

(685)

(580)

(732)

(502)(528)

(810)

(640)(596)

(565)

(716)

Total Net Ekspor

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 9

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sektoral

Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Utama Ekonomi

Provinsi NTB

Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTB pada tahun 2016 tercermin dari penurunan tingkat

pertumbuhan sektor-sektor utama. Diluar sektor pertambangan, perlambatan ekonomi NTB

terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan di sektor pertanian dan sektor transportasi.

Hal tersebut sejalan dengan daya beli masyarakat di Provinsi NTB yang menurun pada tahun 2016.

Sedangkan, membaiknya tingkat pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2016 dibandingkan triwulan

sebelumnya terjadi seiring dengan momentum hari besar keagamaan dan masuknya periode high

season yang membuat tingkat konsumsi rumah tangga mengalami perbaikan dan mengangkat

kinerja beberapa sektor utama, diantaranya sektor perdagangan, sektor jasa keuangan dan asuransi,

serta sektor transportasi.

Dengan Tambang Non Tambang

Transportasi & Pergudangan

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pertambangan &

Penggalian

Lainnya

Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan

0,590,45

0,41

0,97

0,38

2,33

0,47

0,32

0,73

0,19

1,71

0,37

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Tw I'15 Tw II'15 Tw

III'15Tw

IV'15Tw I'16 Tw II'16 Tw

III'16Tw

IV'16

% y

oy

% y

oy

Pertanian Perdagangan

Transportasi Pertambangan (kanan)

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 10

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.3.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Tingkat pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2016 adalah yang terendah dalam 5

tahun. Sektor pertanian tumbuh sebesar 1,96% (yoy) pada tahun 2016, melambat cukup signifikan

dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 6,91% (yoy). Menurunnya kinerja sektor pertanian

pada tahun 2016 disebabkan oleh beberapa faktor, terutama anomali cuaca El Nino mulai di awal

tahun yang mengakibatkan kekeringan di beberapa daerah sentra produksi pertanian di Provinsi NTB

sehingga berdampak pada menurunnya produksi pertanian. Kemudian berlanjut fenomena La Nina

lemah menjelang akhir tahun 2016.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian

Grafik 1.20

2014 2015 2016

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19,467.50 22,432.16 24,797.18 18.92 3.08 2.01

Pertambangan dan Penggalian 9,231.08 21,925.21 25,373.13 22.18 -0.88 0.71

Industri Pengolahan 3,817.69 4,064.30 4,507.74 4.09 3.31 4.92

Pengadaan Listrik dan Gas 52.51 60.43 73.73 0.07 15.16 -1.33

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang82.90 89.59 98.35 0.09 5.22 3.72

Konstruksi 7,703.99 8,848.72 9,892.83 8.80 7.35 3.39

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor11,573.39 12,887.39 14,423.46 12.08 7.07 6.48

Transportasi dan Pergudangan 6,799.05 7,863.62 8,829.48 8.08 5.13 6.57

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,945.21 2,206.87 2,525.54 2.30 10.43 7.77

Informasi dan Komunikasi 1,732.32 1,861.11 2,045.15 1.82 8.05 8.81

Jasa Keuangan dan Asuransi 2,807.36 3,186.11 3,703.92 3.52 10.87 17.61

Real Estate 2,874.55 3,198.08 3,506.27 3.11 5.64 5.89

Jasa Perusahaan 156.53 173.44 193.11 0.18 5.52 6.42

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5,900.05 6,622.71 6,971.93 6.45 0.73 2.54

Jasa Pendidikan 4,065.18 4,608.58 5,120.04 4.71 5.47 4.44

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,641.41 1,835.53 1,997.34 1.76 4.59 3.74

Jasa lainnya 1,770.00 2,001.44 2,187.54 1.86 5.07 5.52

NTB (Rp Miliar) 81,620.73 103,865.28 116,246.73 100.00 3.43 3.77

NTB Tanpa Tambang (Rp Miliar) 74,858.05 86,279.75 93,906.04 80.74 5.99 5.05

Kontribusi Per

Kategori TW IV 2016

Pertumbuhan TW IV

2016 (% yoy)

Pertumbuhan TW III

2016 (% yoy)Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Miliar)KATEGORI

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Rp Tri l iun

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - KananGrowth (yoy %)-Kiri

753 739

499

125

669

851

634

149

357

1,062

497

160

262

362

98 64

341 388

94 72

185

775

179 112

31 13 19 34 22 21 34 51 27 20 29 34

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Rib

u t

on

Padi Jagung Kedelai

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 11

Produksi Tanaman Pangan Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi NTB

Sektor pertanian juga mengalami perlambatan pada triwulan IV 2016 dengan angka pertumbuhan

2,01% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,08% (yoy),

maupun tahun lalu sebesar 2,81% (yoy). Pertumbuhan kredit sektor pertanian pada tahun 2016

lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan terus menunjukan tren peningkatan.

Peningkatan kredit pertanian tersebut merupakan indikator positif dalam pengembangan sektor

pertanian kedepan. Upaya-upaya untuk menjaga tingkat produksi pertanian sekaligus penetapan

strategi mitigasi risiko produksi perlu tetap diperkuat, karena selain berdampak pada pertumbuhan

ekonomi juga akan berdampak pada stabilitas harga pangan.

Pada tahun 2017, mulainya musim kemarau diprediksi oleh BMKG Provinsi NTB akan berbeda di

beberapa wilayah di Provinsi NTB, dimulai pada akhir bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Setelah

bulan Mei 2017, BMKG Provinsi NTB akan mencermati kemungkinan adanya El Nino atau normal.

Risiko kekeringan patut diwaspadai di Provinsi NTB pada tahun 2017, karena berpotensi

mempengaruhi produksi pertanian terutama tanaman pangan. Perkembangan sektor pertain

khususnya terkait ketahanan pangan di Provinsi NTB lebih lanjut di bahas dalam Boks 1 Ketahanan

Pangan di Provinsi NTB.

Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan III 2015

Bank Umum di Provinsi NTB

Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian

Bank Umum di Provinsi NTB

1.3.2 Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun lalu maupun triwulan

sebelumnya. Sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 6,49% (yoy) sepanjang tahun 2016,

lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 107,03% (yoy) sebagai akibat dari

base effect peningkatan kuota ekspor konsentrat tembaga yang signifikan pada tahun 2015. Pada

triwulan IV 2016, sektor pertambangan kembali tumbuh positif sebesar 0,71% (yoy) setelah sempat

Pertanian, 2.55

PHR, 27.86

Konsumi

52.01

PERTANIAN

PERTAMBANGAN DAN PEN GGALIAN

IN DUSTRI PENGOLAHAN

PERDAGANGAN, HOTEL, RESTORAN

LISTRIK, GAS DAN AIR

KON STRUKSI

PENGANGKU TAN, PERGUDANGAN

DAN KOMUN IKASI

KEUAN GAN, PERSEWAAN DAN JASA

PERUSAHAAN

JASA KEMASYARAKATAN

LAIN-LAIN (Konsumsi)

-20

0

20

40

60

80

100

120

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

800.0

900.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-Kiri

Growth (%yoy)-Kanan

Growth (%qtq)-Kanan

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12

terkontraksi pada triwulan III 2016 sebesar 0,88% (yoy). Optimalisasi produksi untuk memenuhi

kuota ekspor termin IV yang berlaku hingga Oktober 2016 diikuti termin jangka pendek yang

diberikan pemerintah hingga Januari 2017 sebesar 149.000 WMT (Wet Metric Ton) diperkirakan

menjadi faktor pendukung perbaikan kinerja sektor tambang.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan

Penggalian

Sumber: Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga

dibanding PDRB Pertambangan

Ke depan, produksi sektor pertambangan diperkirakan membaik seiring kepastian produksi dan

ekspor tambang paska diberikannya izin ekspor per tanggal 17 Februari 2017 yang berlaku selama

1 (satu) tahun kepada perusahaan pertambangan besar di Provinsi NTB. Rekomendasi izin tersebut

diperoleh setelah memenuhi syarat pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM

Nomor 5 tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui kegiatan pengolahan dan

pemurnian dalam negeri, diantaranya perubahan pengusahaan Kontrak Karya menjadi Izin Usaha

Pertambangan Khusus (IUPK). Selain itu, faktor pendorong sektor tambang lainnya adalah

membaiknya harga komoditas dunia, termasuk harga konsentrat tembaga.

Sumber: Perusahaan Pertambangan di NTB dan Bloomberg, diolah

Grafik 1.25 Harga Konsentrat dan Komoditas Internasional Emas,

Perak dan Tembaga

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum

ke Sektor Pertambangan

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

Rp Tri l iun

Pertambangan dan Penggalian - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

ADHB Tambang Sales Tambang

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

700

1200

1700

2200

2700

3200

3700

1 2 3 4 5 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2013 2014 2015 2016

Konsentrat (US/ton) Emas (US/Onz)

Perak US sen/Onz) Tembaga (US/ton) RHS

-150

-100

-50

0

50

100

150

200

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-Kiri

Growth (%)-Kanan

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 13

1.3.3 Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor

Sektor Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil (PBER) tumbuh positif sepanjang

tahun 2016. Sektor PBER yang didominasi sub-sektor perdagangan besar & eceran, secara

akumulatif sepanjang tahun 2016 tumbuh sebesar 7,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun

2015 sebesar 5,43% (yoy). Meski angka pertumbuhan tinggi, tren pertumbuhan triwulanan sektor

tersebut sepanjang tahun 2016 menurun. Pada triwulan IV 2016, sektor PBER tumbuh sebesar

6,48% (yoy) lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,07% (yoy) maupun tahun

sebelumnya sebesar 6,53% (yoy). Tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi diperkirakan

mendorong pertumbuhan sektor perdagangan.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.27 PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran

dan Reparasi Mobil

Grafik 1.28 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor

Pola pertumbuhan sektor PBER, tercermin dari beberapa indikator seperti pola penjualan kendaraan

bermotor. Penjualan kendaraan bermotor tumbuh tinggi sebesar 9,45% (yoy) pada tahun 2016,

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi -5,02% (yoy). Namun secara tren,

penjualan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2016 mengalami penurunan. Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada sektor perdagangan, turut mengkonfirmasi kenaikan aktivitas

perdagangan di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016.

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00Tri l iun

Perdagangan Besar dan Eceran - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Mil

iar

Total Motor Mobil growth total (%,yoy)-kanan

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke

Provinsi NTB

Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB

Faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan sektor PBER adalah meningkatnya kunjungan

wisatawan ke Provinsi NTB. Sektor pariwisata yang tercermin dari pertumbuhan sektor akomodasi &

makan minum (PAMM) meningkat signifikan pada tahun 2016 sebesar 10,44% (yoy) jauh lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,65% (yoy). Sedangkan pada triwulan IV 2016,

sektor akomodasi dan makan minum (PAMN) tumbuh melambat sebesar 7,77% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,43% (yoy), tetapi lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 5,71% (yoy).

Meningkatnya kinerja sektor pariwisata tercermin dari beberapa indikator, seperti indikator

penumpang pesawat yang datang ke NTB sepanjang tahun 2016 yang tumbuh sebesar 33,24%

(yoy). Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat hanya

sebesar 5,56% (yoy). Indikator tersebut didominasi oleh penumpang dari domestik. Program promosi

dan peningkatan awareness masyarakat Indonesia terhadap dunia pariwisata di NTB berhasil

meningkatan jumlah wisatawan.

Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi Makan

dan Minum

Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi

NTB Sektor PHR

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

Rib

u

Total Domestik Internasional Growth (% yoy, kanan)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

% (

yo

y)

Rib

u O

ran

g

Total DN LN Gwoth Yoy - Kanan

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00Rp Tri l iun

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 15

1.4 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2017

Pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan akan meningkat, seiring

meningkatnya kinerja sektor perdagangan dan industri pengolahan. Membaiknya konsumsi

masyarakat diperkirakan meningkatan kinerja sektor perdagangan. Mulai beroperasinya pabrik gula

di Dompu diperkirakan mendorong kinerja industri pengolahan. Selain itu, kondisi cuaca yang

berangsur membaik diperkirakan membuat kinerja sektor pertanian mulai meningkat.

B dan PT s

Grafik 1.35 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB aPuraI

(Persero), diolah

ber: BPS Provi

diolah

Grafik 1.36 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-

Tambang

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB non-tambang diperkirakan meningkat di triwulan I 2017.

Sumber pertumbuhan di triwulan IV 2016 diperkirakan berasal dari meningkatnya konsumsi rumah

tangga yang kemudian menggerakan pertumbuhan sektor perdagangan. Sementara itu investasi

ditengarai akan menurun, disebabkan realisasi belanja modal pemerintah yang belum optimal di

awal tahun.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) memperkirakan adanya peningkatan kegiatan dunia usaha di

triwulan I 2016. Kondisi ini didukung oleh adanya perkiraan realisasi investasi yang diprediksi akan

meningkat pada triwulan mendatang, terutama di sektor perhotelan. Peningkatan pertumbuhan

kegiatan usaha terutama disebabkan oleh ekspansi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan. Kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan juga mengalami peningkatan

pertumbuhan dibandingkan triwulan IV-2016.

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

Gro

wth

(%

yo

y)

Aktual PDRB Nowcast DLM

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

20

10

Q1

20

10

Q2

20

10

Q3

20

10

Q4

20

11

Q1

20

11

Q2

20

11

Q3

20

11

Q4

20

12

Q1

20

12

Q2

20

12

Q3

20

12

Q4

20

13

Q1

20

13

Q2

20

13

Q3

20

13

Q4

20

14

Q1

20

14

Q2

20

14

Q3

20

14

Q4

20

15

Q1

20

15

Q2

20

15

Q3

20

15

Q4

20

16

Q1

20

16

Q2

20

16

Q3

20

16

Q4

Gro

wth

(%

yo

y)

Aktual PDRB-NT Nowcast

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 16

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air

Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya

Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi

dan Pergudangan

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00Rp Tril iun

Industri Pengolahan- Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Rp Tril iun

Pengadaan Listrik, Gas - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Rp Tri l iun

Pengadaan Air - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

Rp Tri l iun

Konstruksi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III

2014

Tw IV

2014

Tw I

2015

Tw II

2015

Tw III

2015

Tw IV

2015

Tw I

2016

Tw II

2016

Tw III

2016

Tw IV

2016

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00Rp Tri l iun

Jasa lainnya - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Rp Tri l iun

Transportasi dan Pergudangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 17

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.43 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.45 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan

Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi

Pemerintahan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan

Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00Rp Tri l iun

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

9.50

Rp Tri l iun

Informasi dan Komunikasi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.010

0.020

0.030

0.040

0.050

0.060

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Rp Tril iun

Jasa Perusahaan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.50

1.00

1.50

2.00

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Rp Tri l iun

Administrasi Pemerintahan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Rp Tri l iun

Jasa Pendidikan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

0.30

0.40

0.50

0.60

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Rp Tri l iun

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 18

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.49 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate

Grafik 1.50 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00Rp Tri l iun

Real Estate - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw III2014

Tw IV2014

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

Rp Tri l iun

Jasa Keuangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 27

BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB

Provinsi NTB memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan komoditas pertanian dan

peningkatan ketahanan pangan. Program kebijakan di bidang pertanian juga telah dicanangkan

oleh Pemerintah Provinsi NTB untuk mengembangkan komoditas pertanian secara umum, seperti

program PIJAR (sapi, jagung, dan rumput laut), program NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB-BBS). Provinsi

NTB memiliki komoditas padi, jagung, dan kedelai yang merupakan tanaman pertanian yang

sudah lama berkembang. Selain itu, tanaman lain juga telah berkembang dan menjadi unggulan

seperti tembakau, kopi, kentang, bawang merah, cabai, dan rumput laut. Di samping itu, Provinsi

NTB merupakan daerah penghasil sapi yang telah diperdagangkan di luar Provinsi NTB untuk

memasok kebutuhan sapi secara nasional.

Untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman pangan, pemerintah Provinsi NTB

memiliki program dengan memperbaiki sarana fisik seperti irigasi dan pembangunan bendungan,

disamping program lain yang non fisik. Dari tahun 2014 pemerintah daerah telah membangun

Bendungan Pandanduri di Kabupaten Lombok Timur. Pada tahun 2015-2019, akan dibangun

beberapa bendungan di beberapa kabupaten diantaranya: Bendungan Meninting di Kabupaten

Lombok Timur, Bendungan Bintang Bano di Kabupaten Sumbawa Barat, Bendungan Rababaka

Komplek di Kabupaten Dompu, Bendungan Mujur di Kabupaten Lombok Tengah, Bendungan

Krekeh dan Bendungan Labangka di Kabupaten Sumbawa. Diharapkan program pembangunan

bendungan, embung, irigasi, dan program non fisik lainnya dapat menaikkan produksi tanaman

pangan, khususnya padi.

A. Infrastruktur Dasar dan Logistik Pangan

Dalam upaya peningkatan ketahanan pangan di tahun 2016, beberapa upaya dilakukan dengan

pembangunan infrastruktur dasar dan logistik pangan di Provinsi NTB. Untuk infrastruktur dasar

fisik di Provinsi NTB telah dilakukan cetak sawa, rehab jaringan irigasi, embung pertanian,

bantuan saprodi cetak sawah, intensifikasi kedelai, pengembangan padi inbrida, pengembangan

jagung hibrida, pembuatann lantai jemur, pembangunan gudang benih, jalan usaha tani, jaringan

irigasi, embung pertanian, cek dam, dan bantuan benih cabai. Di sisi lain, upaya moderenisasi

pertanian juga telah dilakukan dengan pengadaan alat dan mesin pertanian berupa Combine

Hasvester, Corn Hasvester,Corn Sheller, Power Thresser Multiguna, Power Thresser, Handtractor,

Handsprayer, pompa air, rice transplanter, dan corn sheller.

Tahun 2017, pembangunan/perbaikan infrastruktur pendukung pertanian akan terus dilakukan

di Provinsi NTB, seperti pembangunan/perbaikan waduk/embung, jaringan irigasi, bantuan bibit

(padi, jagung, dan kedelai), jaringan irigasi tersier, irigasi air permukaan, gudang penyimpanan

hasil panen, dan jalan usaha tani. Penguatan kelembagaan petani dan gapoktan juga dilakukan

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 28

untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi. Selain itu, Provinsi NTB juga akan akan

membuat program trobosan untuk tata niaga dengan program e-commerce yaitu portal online

yang menampilkan informasi komperhensif tentang produk-produk unggulan yang asli dari

Lombok dan Sumbawa.

B. Food Security Index (FSI)

Dalam mengukur ketahanan pangan di suatu daerah, salah satu indikator yang digunakan adalah

Food Security Index. Dalam kajian ini, Food Security Index (FSI) disusun mengadopsi metodologi

FAO dengan menyesuaikan beberapa indikator dan ketersediaan data per provinsi. Indikator

Affordability diukur dengan pangsa pengeluaran pangan, tingkat kemiskinan, PDRB perkapita,

biaya distribusi. Indikator Availibility diukur dengan ketersediaan infrastruktur jalan dan

pelabuhan, volatilitas produksi pangan, dan indeks tata kelola. Quality and Safety diukur dengan

dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH), tingkat keracunan makanan, akses air bersih, dan

jumlah pasar.

Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah

Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah

Grafik Boks 1.1 Food Security Index Provinsi NTB dan Rata-rata per

Wilayah di Indonesia

Grafik Boks 1.2 Food Security Index Provinsi di Kawasan Timur

Indonesia

Secara umum, gap ketahanan pangan di Kawasan Timur Indonesia dengan wilayah lain yaitu

Jawa dan Sumatera cukup jauh. Hal ini tampak dari FSI rata-rata provinsi di Kawasan Timur

Indonesia lebih rendah di bandingkan rata-rata provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Di

Kawasan Timur Indonesia, FSI Provinsi NTB masih di atas Provinsi Maluku Utara, Provinsi

Gorontalo, Provinsi Maluku, Provinsi NTT dan Provinsi Papua. Namun FSI Provinsi NTB masih di

bawah semua provinsi di Pulau Sulawesi, semua provinsi di Pulau Kalimantan, dan Provinsi Bali.

Di Kawasan Timur Indonesia, hanya Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Bali yang memiliki

41.05

53.57

32.87

27.31

Sumatra

Jawa

Kawasan TimurIndonesia

NTB

52.85

27.31

17.14

30.42

33.42

44.85

53.73

33.39

34.82

41.98

30.16

25.36

25.07

27.24

15.37

Bali

NTB

NTT

Kalbar

Kateng

Kalsel

Kaltim

Sulut

Sulteng

Sulsel

Sultra

Gorontalo

Maluku

Malut

Papua

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 29

ketahanan pangan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan FSI yang cukup tinggi di antara

provinsi lainnya.

Di antara 3 (tiga) komponen indikator FSI Provinsi NTB, sisi kualitas pangan (Quality and Safety)

merupakan yang paling tinggi di antara lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan indikator Quality and

Safety yang sedikit di atas rata-rata provinsi lain di Kawasan Timur Indonesia. Rata-rata indikator

Quality and Safety provinsi di Kawasan Timur Indonesia sebesar 30,08, sedangkan di Provinsi NTB

mencapai 30,11. Di sisi lain dalam komponen indikator FSI, yaitu Affordability dan Availibility,

Provinsi NTB masih di bawah rata-rata provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Indikator Affordability

Provinsi NTB sebesar 23,74, sedangkan rata-rata provinsi di Kawasan Timur Indonesia sebesar

36,15. Indikator Availibility Provinsi NTB sebesar 28,09, sedangkan rata-rata provinsi di Kawasan

Timur Indonesia sebesar 32,17.

C. Kesejehteraan Petani Tanaman Pangan

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator proxy kesejahteraan petani. NTP merupakan

perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani

(Ib). NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan

harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya. NTP = 100, berarti

petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase

kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.

NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil

dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil

dari pengeluarannya. Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga

barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam

penghitungan pendapatan sektor pertanian. Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat

dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian

terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk

memproduksi hasil pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan

inflasi di pedesaan. NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang

dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah

tangga. Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan

produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian

dapat dilakukan (www.bps.go.id).

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

BOKS 1: KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTB 30

Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah Sumber: data sekunder dari berbagai sumber, diolah

Grafik Boks 1.3 Inflasi Pangan Desa dan Perubahan Indeks Diterima

oleh Petani di Provinsi NTB

Grafik Boks 1.4 Inflasi Desa dan Perubahan Indeks Dibayar oleh

Petani di Provinsi NTB

Dari Grafik Boks 1.3 dan Grafik Boks 1.4 di atas, pergerakan inflasi pangan desa dengan

perubahan pendapatan pangan terlihat lebih kecil korelasinya jika dibandingkan dengan

pergerakan inflasi desa dengan perubahan pengeluaran petani pangan. Jika dihitung angka

korelasinya, nilai r hitung pergerakan inflasi pangan desa dengan perubahan pendapatan pangan

sebesar 0,43. Meskipun signifikan nilai r tersebut, namun nilai r tersebut lebih kecil jika

dibandingkan dengan nilai r hitung pergerakan inflasi desa dengan perubahan pengeluaran

petani pangan yang nilainya sebesar 0,99. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga

berkaitan erat dengan indeks harga yang harus di bayarkan petani, namun kenaikan harga

pangan belum terkait secara erat dengan pendapatan petani. Diperkirakan faktor pengaruh

pedagang perantara dalam distribusi dan siklus produksi tanaman pangan mempengaruhi

pendapatan petani.

Pada tahun 2017, mulainya musim kemarau diprediksi oleh BMKG Provinsi NTB akan berbeda di

beberapa wilayah di Provinsi NTB, dimulai pada akhir bulan Maret sampai dengan bulan Mei.

Setelah bulan Mei 2017, BMKG akan mencermati kemungkinan adanya El Nino atau normal.

Risiko kekeringan patut diwaspadai di Provinsi NTB pada tahun 2017. Dampak kekeringan dapat

meluas apabila terjadi anomali El Nino. Dengan risiko cuaca tersebut patut diwaspadai dapat

memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman pangan dan Nilai Tukar Petani (NTP)

khususnya tanaman pangan.

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

2014 2015 2016

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Inflasi Pangan Desa (mtm)

Perubahan Indeks Diterima

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Inflasi Desa (mtm)

Perubahan Indeks Dibayar

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 21

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH 4 5 6 7

Realisasi belanja pemerintah daerah yang melambat menyebabkan penurunan komponen

konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi NTB triwulan IV 2016. Di sisi lain, realisasi pendapatan

pemerintah daerah menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya.

Penundaan penyaluran DAU yang terjadi pada triwulan sebelumnya telah dibayarkan oleh

pemerintah pusat pada triwulan IV 2016 sehingga menopang pendapatan daerah sampai

dengan triwulan IV 2016.

2.1 PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH

Kinerja keuangan pemerintah daerah dari sisi realisasi pendapatan menunjukkan

peningkatan pertumbuhan setelah pada 2 (dua) triwulan sebelumnya melambat.

Realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai

dengan triwulan IV 2016 mencapai Rp17,91 triliun, tumbuh 18,87% (yoy). Pertumbuhan

tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang

mencapai 8,12% (yoy). Peningkatan tersebut ditopang pendapatan transfer dari Pemerintah

Pusat yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya, yang dipengaruhi realisasi penyaluran

Dana Alokasi Umum (DAU) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penundaan terkait

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 125/PMK.07/2016 tentang Penundaan Penyaluran

Sebagian Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran 2016.

Realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB

mencapai 99% dari anggaran pendapatan tahun 2016, lebih tinggi dibanding

pencapaian tahun 2015 yang sebesar 96,29%. Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi

NTB mencapai Rp3,95 triliun atau 103,80% dari anggaran pendapatan 2016, sedangkan

realisasi pendapatan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB mencapai Rp13,96 triliun atau 90,05%

dari anggaran pendapatan tahun 2016.

Selain realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten, juga terdapat realisasi

pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB yang berupa pendapatan pajak dan non pajak.

Sebagian besar realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB didominasi oleh

pendapatan pajak. Sampai dengan triwulan IV 2016, pendapatan Pemerintah Pusat tersebut

mencapai Rp4,07 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan yang sama

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 22

tahun 2015 yang sebesar Rp4,19 triliun. Realisasi pendapatan tersebut mencapai 1.317,94%

dari anggaran pendapatan tahun 2016.

Dari sisi penyerapan belanja pemerintah daerah mencatat perlambatan pertumbuhan

dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi NTB dan

seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai dengan triwulan IV 2016 mencapai Rp17,14

triliun, tumbuh 16,74% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang sebesar 22,93% (yoy). Hal ini terkait dengan pertumbuhan belanja

pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial yang lebih rendah dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja modal menunjukkan peningkatan secara tahunan

(yoy) dibanding triwulan sebelumnya.

Persentase penyerapan belanja pemerintah daerah sampai dengan triwulan IV 2016

terhadap anggaran belanja 2016 sebesar 91,11%. Persentase tersebut sedikit lebih tinggi

dibanding realisasi belanja daerah periode yang sama tahun 2015 yang sebesar 90% dari

anggaran belanja 2015. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB mencapai Rp3,76 triliun atau

95,10% dari anggaran belanja 2016. Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB

merealisasikan belanja daerah sebesar Rp13,38 triliun atau 90,05% dari anggaran belanja

2016.

Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB yang seluruhnya merupakan belanja operasi,

sampai dengan triwulan IV 2016 mengalami penurunan secara tahunan sebesar 13,91% (yoy).

Belanja operasi tersebut terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja

bantuan sosial. Belanja pegawai dan belanja barang menunjukkan perlambatan pertumbuhan

secara tahunan dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja modal dan belanja bantuan

sosial menunjukkan penurunan secara tahunan dibanding triwulan sebelumnya. Penyerapan

anggaran belanja tersebut sebesar 90,64% dari anggaran tahun 2016, lebih rendah dibanding

tahun 2015 yang sebesar 92,15%.

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 23

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.1

Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi NTB

Grafik 2.2

Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB, diolah

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2015 2016

Rp Triliun

Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja

2451

69

98

24 5167

104

16 3751

92

1540

66

95

% Pendapatan % Belanja

0.0

4.0

8.0

12.0

16.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2015 2016

Rp Triliun

Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja

2350

7396

2548

7098

1131

52

90

1034

56

90

% Pendapatan % Belanja

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2015 2016

Rp Triliun

Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja

21 48 83

130 258

580

973

1,318

8 25 46 9213

4162

91

% Pendapatan % Belanja

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 24

2.2 REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH

DAERAH DI PROVINSI NTB

Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTB

dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan IV 2016

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sampai dengan triwulan IV 2016 realisasi pendapatan pemerintah daerah mencapai

Rp17,91 triliun, yang terdiri dari Rp 3,95 triliun realisasi pendapatan Pemerintah

Provinsi NTB, dan 13,96 triliun realisasi pendapatan pemerintah Kota/Kabupaten di

Provinsi NTB. Sebagian besar realisasi pendapatan daerah tersebut merupakan pendapatan

transfer dari Pemerintah Pusat yang sebesar 82,66%, sedangkan 15,23% lainnya merupakan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan 2,12% adalah lain-lain pendapatan yang sah.

Realisasi pendapatan pemerintah daerah pada triwulan IV 2016 tumbuh 18,87% (yoy).

Pertumbuhan realisasi pendapatan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 8,12% (yoy). Hal ini terkait pertumbuhan pendapatan transfer dari

Pemerintah Pusat pada triwulan IV 2016 lebih besar dibanding triwulan III 2016. Penundaan

penyaluran DAU pada triwulan III 2016 pada Provinsi NTB dan 3 (tiga) kota/kabupaten di

Provinsi NTB telah disalurkan pada triwulan IV 2016, sehingga menopang pendapatan transfer

pada triwulan IV 2016.

Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total

I. PENDAPATAN

1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,442,914 1,450,045 2,892,959 1,370,317 1,357,186 2,727,503 94.97 93.60

1.1.1 Pajak Daerah 451,056 1,037,550 1,488,606 455,983 1,003,262 1,459,245 101.09 96.70

1.1.2 Retribusi Daerah 193,473 29,891 223,364 137,526 29,516 167,042 71.08 98.75

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan 74,882 157,965 232,847 90,298 72,828 163,126 120.59 46.10

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 723,503 224,640 948,142 686,510 251,580 938,091 94.89 111.99

1.2 PENDAPATAN TRANSFER 12,443,490 2,339,018 14,782,508 12,216,580 2,588,033 14,804,612 98.18 110.65

1.2.1Transfer Pemerintah Pusat Dana

Perimbangan11,311,484 2,333,604 13,645,088 11,128,912 2,583,033 13,711,945 98.39 110.69

1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 461,417 247,954 709,372 528,105 165,676 693,781 114.45 66.82

1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 480,274 - 480,274 707,376 209,360 916,736 147.29

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 6,920,396 955,793 7,876,189 7,127,653 1,117,692 8,245,344 102.99 116.94

1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 3,449,397 1,129,857 4,579,254 2,765,779 1,090,304 3,856,083 80.18 96.50

1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 623,528 5,414 628,942 652,494 5,000 657,494 104.65 92.35

1.3LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG

SAH402,201 13,871 416,072 376,900 2,120 379,020 93.71 15.29

JUMLAH PENDAPATAN 14,288,606 3,802,933 18,091,539 13,963,797 3,947,339 17,911,135 97.73 103.80

UraianNo

REALISASI APBD %

Realisasi

APBD

Kota/Kab

% Realisasi

APBD Prov

APBD

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 25

Berbeda dengan realisasi pendapatan Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten yang meningkat

pertumbuhannya, realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB menunjukkan

penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terutama terkait

pertumbuhan tahunan penerimaan negara bukan pajak yang lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB didominasi oleh pendapatan pajak

yang mencapai Rp3,58 triliun atau 87,90% dari total pendapatan yang sebesar Rp4,07 triliun.

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah

di Provinsi NTB

Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw IV 2016

Secara spasial, kota/kabupaten yang memiliki realisasi pendapatan daerah terbesar sampai

dengan triwulan IV 2016 adalah Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah sebesar Rp2,2 triliun,

sedangkan yang terkecil adalah Kota Bima dengan jumlah sebesar Rp781,10 miliar. Jika

berdasarkan persentase realisasi pendapatan terhadap anggaran pendapatan, kota/kabupaten

yang memiliki persentase realisasi pendapatan terbesar adalah Kabupaten Sumbawa sebesar

104,33% dan kota/kabupaten yang memiliki persentase terkecil adalah Kabupaten Lombok

Timur sebesar 90,55%.

2.2.1 RISIKO FISKAL DARI SUMBER PENDAPATAN

Berdasarkan sudut pandang risiko, APBD yang baik adalah APBD yang mempunyai ketahanan

fiskal yang baik. Hal ini tercipta jika pendapatan daerah tersebut tidak terlalu bergantung pada

transfer dari Pemerintah Pusat. Daerah yang pendapatannya sebagian besar berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Rasio efektivitas minimal 100% dan rasio kemandirian

yang besar (>50%) akan memiliki ketahanan fiskal yang lebih baik. Kemampuan pemerintah

11

34

12

3 4

12

2 3

12

2

43

6

9

12

3

7

10

14

02468

101214

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2015 2016

Rp Triliun

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Kota

Mata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

engah

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

baw

a B

ara

t

Sum

baw

a

Dom

pu

Kab. Bim

a

Kota

Bim

a

Pro

vinsi

NTB

Rp Triliun

Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan

10092

10091 100

101104

95100 99

104

% Realisasi Pendapatan

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 26

daerah dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri terutama dari

pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain

pendapatan asli daerah dapat dilihat dari rasio kemandirian. Rasio kemandirian dapat

memperhitungkan Dana Bagi Hasil (DBH) yang merupakan salah satu pendapatan daerah yang

bersumber dari daerah sendiri1.

Sampai dengan triwulan IV 2016, total realisasi PAD Provinsi NTB dan kota/kabupaten di

Provinsi NTB sebesar Rp2,73 triliun, yang terdiri dari Rp1,36 triliun realisasi PAD Provinsi NTB

dan Rp1,37 triliun realisasi PAD seluruh kota/kabupaten di Provinsi NTB. Kota/kabupaten yang

memiliki realisasi PAD terbesar secara nominal adalah Kota Mataram yaitu sebesar Rp253,81

miliar. Sedangkan kota/kabupaten yang memiliki realisasi PAD terkecil secara nominal adalah

Kota Bima, yaitu sebesar Rp30,54 miliar. Potensi daerah dan skala ekonomi suatu wilayah

diperkirakan mempengaruhi kota/kabupaten dalam memperoleh PAD sehingga terdapat

disparitas PAD antar kota/kabupaten di Provinsi NTB.

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw IV 2016

Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw IV 2016

RASIO EFEKTIVITAS

Sampai dengan triwulan IV 2016 rasio efektivitas Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi

NTB secara keseluruhan mencapai 94,28%. Pemerintah Provinsi NTB memiliki rasio efektivitas

yang lebih rendah sebesar 93,60% dibanding seluruh kota/kabupaten di Provinsi NTB yang

1 Ika (2013). Rasio Efektivitas merupakan perbandingan antara Realisasi PAD dan Target PAD. Rasio Kemandirian adalah perbandingan antara Realisasi PAD dan Realisasi Total Pendapatan. Rasio kemandirian yang semakin tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mandiri dan tidak bergantung kepada bantuan eksternal (Pemerintah Pusat dan atau provinsi). Rasio kemandirian yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah yang ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi dalam membayar pajak dan retribusi daerah.

91 89106

93117 121

9478

89 87 94

Kota

Mata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

engah

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

baw

a B

ara

t

Su

mbaw

a

Dom

pu

Kab. Bim

a

Kota

Bim

a

Pro

vin

si N

TB

% Rasio Efektivitas (Realisasi PAD / Target PAD)

1913

9 1116

5 9 6 74

3427

18 14 16

23

44

1412 11 12

44

Kota

Mata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

en

gah

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

baw

a B

ara

t

Sum

baw

a

Dom

pu

Kab. Bim

a

Kota

Bim

a

Pro

vin

si N

TB

% Rasio Kemandirian (Realisasi PAD / Realisasi Total Pendapatan)

% Rasio Kemandirian ((Realisasi PAD + DBH) / Realisasi Total Pendapatan)

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 27

sebesar 94,97%. Kinerja dalam realisasi PAD kota/kabupaten di Provinsi NTB sedikit lebih baik

dibanding Provinsi NTB. Hal ini terkait dengan pendapatan pajak daerah Provinsi NTB yang

sedikit di bawah target anggaran pendapatan tahun 2016. Secara spasial, kota/kabupaten yang

memiliki rasio efektivitas tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 120,84%, dan

yang terendah adalah Kabupaten Dompu sebesar 77,93%.

RASIO KEMANDIRIAN

Rasio kemandirian Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan III 2016

secara keseluruhan sebesar 15,23%. Secara terpisah, Provinsi NTB memiliki rasio kemandirian

sebesar 34,38%, lebih tinggi dibanding kota/kabupaten di Provinsi NTB yang hanya sebesar

9,81%. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, rasio kemandirian Provinsi NTB

mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan PAD dari triwulan sebelumnya. Di sisi lain,

rasio kemandirian kota/kabupaten di Provinsi NTB relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya.

Secara spasial rasio kemandirian kota/kabupaten di Provinsi NTB yang tertinggi adalah Kota

Mataram yaitu sebesar 18,64% Hal ini menandakan Kota Mataram memiliki kemampuan yang

lebih kuat dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri

dibandingkan Kota/Kabupaten lainnya. Kota Mataram berhasil membukukan PAD sebesar

Rp253,81 miliar sampai dengan triwulan IV 2016. PAD tersebut merupakan terbesar di antara

Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi NTB. Jika rasio kemandirian memperhitungkan Dana Bagi

Hasil (DBH), kota/kabupaten di Provinsi NTB yang tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa Barat

dengan rasio sebesar 43,66%. Tingginya rasio tersebut terutama ditopang oleh Dana Bagi Hasil

Bukan Pajak yang cukup besar dibandingkan kota/kabupaten lain.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 28

2.3 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

DI PROVINSI NTB

Tabel 2.2 Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota

di Provinsi NTB Triwulan IV 2016

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai

dengan triwulan IV 2016 sebesar Rp17,14 triliun, yang terdiri dari Rp3,76 triliun yang

merupakan realisasi belanja Provinsi NTB dan Rp 13,38 triliun yang merupakan realisasi

belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB. Sebagian besar (75,49%) realisasi belanja tersebut

merupakan belanja operasi, yaitu sebesar Rp12,94 triliun, sedangkan selebihnya merupakan

belanja modal Rp3,69 triliun (21,55%), serta belanja tak terduga dan belanja transfer bagi hasil

kota/kabupaten/desa sebesar Rp506,88 miliar (2,96%).

Pertumbuhan belanja daerah sampai dengan triwulan IV 2016 secara year on year melambat

dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2016, realisasi belanja daerah tumbuh sebesar

16,74% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 22,93% (yoy).

Perlambatan ini terkait dengan belanja pegawai dan belanja barang yang juga melambat.

Belanja pegawai sampai dengan triwulan IV 2016 tumbuh sebesar 6,03%, melambat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,21% (yoy). Belanja barang sampai dengan

triwulan IV 2016 tumbuh 34,29% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 42,05% (yoy). Sebaliknya, belanja modal menunjukkan peningkatan

Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total

II. BELANJA

2.1 BELANJA OPERASI 11,150,260 2,745,333 13,895,593 10,340,656 2,596,810 12,937,466 92.74 94.59

2.1.1 Belanja Pegawai 7,096,483 619,083 7,715,566 6,500,230 584,641 7,084,871 91.60 94.44

2.1.2 Belanja Barang 2,446,698 752,419 3,199,116 2,104,909 693,178 2,798,087 86.03 92.13

2.1.3 Belanja Bunga 8,786 - 8,786 6,334 - 6,334 72.09

2.1.4 Belanja Subsidi 31,254 - 31,254 31,127 0.00 31,127 99.59

2.1.5 Belanja Hibah 289,892 1,251,423 1,541,315 254,253 1,210,505 1,464,758 87.71 96.73

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 85,962 104,288 190,250 274,622 95,288 369,910 319.47 91.37

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 1,191,185 18,121 1,209,306 1,169,181 13,198 1,182,379 98.15 72.83

2.2 BELANJA MODAL 3,443,290 731,318 3,628,447 2,996,732 696,432 3,693,164 87.03 95.23

2.3 BELANJA TAK TERDUGA 14,450 4,107 18,557 7,586 4,059 11,645 52.50 98.83

2.3.1 Belanja Tidak Terduga 14,450 4,107 18,557 7,586 4,059 11,645 52.50 98.83

2.4 TRANSFER 247,655 472,575 720,230 32,954 462,284 495,238 13.31 97.82

2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke

Kab/Kota/Desa

247,655 472,575 720,230 32,954 462,284 495,238 13.31 97.82

2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 39,265 472,575 511,840 30,289 462,284 492,574 77.14 97.82

2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 4,325 - 4,325 2,665 - 2,665 61.61

2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 204,065 - 204,065 - - -

JUMLAH BELANJA 14,855,655 3,953,334 18,808,989 13,377,928 3,759,586 17,137,514 90.05 95.10

SURPLUS/DEFISIT (567,049) (150,401) (717,450) 585,869 187,753 773,621

UraianNo

APBD REALISASI ANGGARAN %

Realisasi

APBD

Kota/Kab

% Realisasi

APBD Prov

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 29

pertumbuhan, dari pertumbuhan 9,91% (yoy) di triwulan III 2016, meningkat menjadi 17,66%

(yoy) di triwulan IV 2016.

Di sisi lain, realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB menunjukkan penurunan secara

year on year (tahunan). Realisasi belanja daerah Pemerintah Pusat sampai dengan triwulan IV

2016 sebesar Rp7,27 triliun, menurun 13,91% (yoy). Hal ini terutama disebabkan penurunan

pertumbuhan tahunan pada belanja modal, dan juga perlambatan pertumbuhan pada belanja

pegawai dan belanja barang. Realisasi belanja barang dan belanja pegawai merupakan

komponen belanja terbesar, dengan proporsi masing-masing sebesar 38,82% dan 34,81%.

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah

di Provinsi NTB

Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw IV 2016

Persentase realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB secara

keseluruhan sampai dengan triwulan IV 2016 mencapai 90,05%. Realisasi belanja tertinggi

adalah Kota Bima yang sebesar 96,08%, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki persentase

terkecil adalah Kabupaten Dompu sebesar 83,23%.

2.3.1 RISIKO FISKAL DARI BELANJA

Sama seperti halnya pendapatan, belanja juga merupakan sumber risiko fiskal. Pertumbuhan

belanja yang semakin tinggi tanpa adanya dukungan pendapatan akan menjadi sumber risiko

bagi daerah. Pemerintah daerah akan memperoleh manfaat yang berkelanjutan apabila belanja

diarahkan pada jenis belanja modal. Dengan naiknya belanja modal maka multiplier yang

tercipta akan lebih panjang dan berdampak pada sektor-sektor yang lebih luas. Namun di sisi

1 2

4

8

13

5

7

0 1

2

3

11

2

4

1

4

7

11

1

5

8

13

0

2

4

6

8

10

12

14

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2015 2016

Rp Triliun

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Kota

Mata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

engah

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

baw

a B

ara

t

Sum

baw

a

Dom

pu

Kab. Bim

a

Kota

Bim

a

Pro

vin

si N

TB

Rp Triliun

Belanja Daerah Realisasi Belanja

86 91 9488 91

8494

8392

96 95

% Realisasi Belanja

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 30

lain, pemerintah daerah selain mengalokasikan belanja untuk kepentingan publik dalam bentuk

belanja modal juga membiayai operasional pemerintahan (Ika, 2013).

Total realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB

sampai dengan triwulan IV 2016 mencapai Rp3,69 triliun, yang terdiri dari Rp696 miliar belanja

modal Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp3 triliun belanja modal pemerintah Kota/Kabupaten di

Provinsi NTB. Sementara itu, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB dan

Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 mencapai Rp7,08 triliun yang terdiri dari

Rp584,64 miliar belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp6,5 triliun belanja pegawai

pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB .

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.10

Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016

Grafik 2.11

Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016

RASIO BELANJA MODAL TERHADAP TOTAL BELANJA

Sampai dengan triwulan IV 2016 rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja

Pemerintah Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan sebesar

21,55%2, sedangkan rasio realisasi belanja modal terhadap total belanja belanja Pemerintah

Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara terpisah masing-masing sebesar

18,52% dan 22,40%. Rasio realisasi belanja modal terhadap total belanja Provinsi NTB dan

Kota/Kabupaten di Provinsi NTB tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

2 Ika (2013). Rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar pemerintah daerah mengalokasikan porsi total belanjanya untuk belanja modal.

-

200

400

600

Kota

Mata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

engah

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

baw

a B

ara

t

Sum

baw

a

Dom

pu

Kab

. Bim

a

Kota

Bim

a

Pro

vinsi

NTB

Rp Miliar

Belanja Modal

2419 18

19

3734

19 21 20

28

19

Rasio Realisasi Belanja Modal thd Realisasi Total Belanja (%)

-

300

600

900

1,200

Ko

ta M

ata

ram

Lo

mb

ok B

ara

t

Lo

mb

ok T

en

gah

Lo

mb

ok T

imu

r

Lo

mb

ok U

tara

Su

mb

aw

a B

ara

t

Su

mb

aw

a

Do

mp

u

Kab

. B

ima

Ko

ta B

ima

Pro

vin

si N

TB

Rp Miliar

Belanja Pegawai

5250

51 51

3529

49 5253 53

16

Rasio Realisasi Belanja Pegawai thd Realisasi Total Belanja (%)

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 31

masing-masing sebesar 16,38% dan 13,16%. Realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan

mendominasi realisasi belanja modal Provinsi NTB dan di kota/kabupaten di Provinsi NTB.

Kabupaten Lombok Timur sampai dengan triwulan IV 2016 merealisasikan belanja modal

tertinggi di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB, yaitu sebesar Rp421,77 miliar, dan

Kabupaten Dompu merealisasikan belanja modal terendah di antara kota/kabupaten lain di

Provinsi NTB, yaitu sebesar Rp204,48 miliar. Dari sisi rasio realisasi belanja modal terhadap

realisasi total belanja, Kabupaten Lombok Utara merupakan tertinggi di antara kota/kabupaten

lain di Provinsi NTB dengan rasio sebesar 37,45%, dan Kabupaten Lombok Barat merupakan

terendah di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB dengan rasio sebesar 19,06%.

RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL BELANJA

Sampai dengan triwulan IV 2016 rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja

Pemerintah Provinsi NTB dan pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan

sebesar 41,34%, sedangkan secara terpisah Pemerintah Provinsi NTB dan pemerintah

Kota/Kabupaten di Provinsi NTB masing-masing memiliki rasio sebesar 15,55% dan 48,59%.

Rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja Provinsi NTB dan kota/kabupaten

di Provinsi NTB tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 18,64% dan

58,03%.

Kota/kabupaten yang memiliki realisasi belanja pegawai tertinggi adalah adalah Kabupaten

Lombok Timur dengan nilai sebesar Rp1,13 triliun, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki

realisasi belanja pegawai terendah adalah Kabupaten Sumbawa Barat dengan nilai sebesar

Rp284 miliar. Dari sisi rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja, Kota Bima

merupakan yang tertinggi dengan angka rasio sebesar 53,32%, sedangkan Kabupaten

Sumbawa Barat merupakan kota/kabupaten yang terendah dalam rasio belanja pegawai

terhadap realisasi total belanja yaitu sebesar 29,05%.

RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP PAD

Sampai dengan triwulan IV 2016, Provinsi NTB memiliki PAD yang cukup untuk belanja

pegawai, namun PAD kota/kabupaten di Provinsi NTB belum mencukupi untuk membiayai

belanja pegawainya. Hal ini tampak dari rasio realisasi belanja pegawai terhadap PAD3 Provinsi

NTB sebesar 43,08%, sedangkan sedangkan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara gabungan

sebesar 474,36%. Rasio realisasi belanja pegawai terhadap PAD masing-masing kota/kabupaten

juga di atas 100%. Persentase rasio yang di atas 100% tersebut menandakan bahwa seluruh

3 Ika (2013). Rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi PAD menggambarkan berapa banyak PAD yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai pegawainya. Jika lebih dari 100% berarti pemerintah daerah mengambil sebagian dana transfer dari pusat atau provinsi untuk belanja pegawai.

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 32

Kota/Kabupaten di Provinsi NTB masih belum mampu membiayai belanja pegawai hanya dari

PAD. Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB menggunakan dana transfer baik dari

Pemerintah Pusat maupun Provinsi NTB sebagai tambahan untuk membiayai belanja pegawai.

2.4 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2017

PROVINSI NTB

Anggaran pendapatan daerah 2017 meningkat cukup signifikan dibandingkan

anggaran pendapatan daerah tahun 2016, yaitu sebesar 25,99%. Total anggaran

pendapatan daerah 2017 mencapai Rp4,79 trililun. Pendapatan transfer dari pemerintah pusat

ditargetkan meningkat, baik berupa Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Alokasi Khusus

(DAK) dan Bagi Hasil Pajak. Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga diperkirakan

meningkat walaupun dengan besaran yang lebih rendah dibandingkan Pendapatan Transfer.

Pada tahun 2017, DAU diperkirakan sebesar Rp1,5 triliun atau paling tinggi di antara pos

pendapatan transfer yang lain. DAU tersebut meningkat sebesar 56,62% dibandingkan DAU

dalam anggaran pendapatan daerah tahun 2016. Peningkatan DAU tersebut terkait pengalihan

pengelolaan SMA/SMK dari pemerintah kota/kabupaten ke provinsi sehingga terjadi

peningkatan pada DAU provinsi. Sedangkan DAK diperkirakan sedikit lebih rendah

dibandingkan DAU yaitu sebesar Rp1,37 triliun. DAK tersebut meningkat 21% dibandingkan

DAK dalam anggaran pendapatan daerah tahun 2016.

I. PENDAPATAN

1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,450,045 1,357,186 1,501,611 3.56 10.64

1.1.1 Pajak Daerah 1,037,550 1,003,262 1,122,139 8.15 11.85

1.1.2 Retribusi Daerah 29,891 29,516 18,459 (38.24) (37.46)

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg dipisahkan

157,965 72,828

92,558

(41.41) 27.09

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 224,640 251,580 268,454 19.50 6.71

1.2 PENDAPATAN TRANSFER 2,339,018 2,588,033 3,275,916 40.06 26.58

1.2.1 Transfer Pem.Pusat Dana

Perimbangan 2,333,604 2,583,033 3,222,521

1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 247,954 165,676 353,126 42.42 113.14

1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak - 209,360 -

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 955,793 1,117,692 1,496,973 56.62 33.93

1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 1,129,857 1,090,304 1,372,423 21.47 25.88

1.2.2Transfer Pemerintah Pusat Lainnya

5,414 5,000 53,394 886.23 967.89

1.3LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG

SAH 13,871 2,120 13,871 - 554.21

JUMLAH PENDAPATAN 3,802,933 3,947,339 4,791,397 25.99 21.38

APBD

Provinsi NTB

2017

Pertumbuhan APBD

Provinsi NTB 2017

terhadap APBD

Provinsi NTB 2016

Pertumbuhan APBD

Provinsi NTB 2017

terhadap Realisasi APBD

Provinsi NTB 2016

No Uraian

APBD

Provinsi NTB

2016

Realisasi APBD

Provinsi NTB

2016

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 33

PAD tahun 2017 ditargetkan mencapai sebesar Rp1,5 triliun, atau meningkat sebesar 3,56%

dibandingkan PAD dalam anggaran pendapatan tahun 2016. PAD tersebut didominasi oleh

pajak daerah dengan nilai sebesar Rp1,12 triliun. Target pajak daerah tahun 2017 tersebut

meningkat 8,15% dibandingkan pajak daerah dalam anggaran pendapatan tahun 2016.

Dari sisi anggaran belanja daerah 2017 juga meningkat cukup signifikan dibandingkan

anggaran belanja daerah 2016, sebesar 26,70%. Total anggaran belanja 2017 sebesar Rp5

triliun. Belanja operasi, belanja modal, dan transfer meningkat dengan besaran paling tinggi

pada belanja operasi. Proporsi paling besar dalam struktur belanja daerah masih merupakan

belanja operasi yaitu sebesar 69,52%.

Belanja pegawai merupakan salah satu komponen yang meningkat cukup signfikan hingga

sebesar Rp1,38 triliun dari anggaran belanja pegawai tahun sebelumnya yang hanya sebesar

Rp619 miliar. Hal ini terkait dengan pelimpahan Personalia, Pembiayaan, Peralatan dan

Dokumentasi (P3D) dalam rangka pengalihan SMA/SMK dari pemerintah kota/kabupaten ke

provinsi sesuai dengan Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Sehingga pada tahun 2017, sekolah, guru, dan tenaga teknis akan menjadi tanggung jawab

Pemerintah Provinsi NTB.

II. BELANJA

2.1 BELANJA OPERASI 2,745,333 2,596,810 3,482,322 26.85 34.10

2.1.1 Belanja Pegawai 619,083 584,641 1,383,301 123.44 136.61

2.1.2 Belanja Barang 752,419 693,178 1,096,958 45.79 58.25

2.1.3 Belanja Bunga - - -

2.1.4 Belanja Subsidi - - -

2.1.5 Belanja Hibah 1,251,423 1,210,505 980,897 (21.62) (18.97)

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 104,288 95,288 17,455 (83.26) (81.68)

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 18,121 13,198 3,711 (79.52) (71.88)

2.2 BELANJA MODAL 731,318 696,432 990,737 35.47 42.26

2.3 BELANJA TAK TERDUGA 4,107 4,059 4,000 (2.60) (1.45)

2.3.1 Belanja Tidak Terduga 4,107 4,059 4,000 (2.60) (1.45)

- -

2.4 TRANSFER 472,575 462,284 531,939 12.56 15.07

2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke

Kab/Kota/Desa

472,575 462,284 531,939

12.56 15.07

2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 472,575 462,284 531,939 12.56 15.07

2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi - - -

2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - -

JUMLAH BELANJA 3,953,334 3,759,586 5,008,997 26.70 33.23

Uraian

APBD

Provinsi NTB

2016

Realisasi APBD

Provinsi NTB

2016

APBD

Provinsi NTB

2017

Pertumbuhan APBD

Provinsi NTB 2017

terhadap APBD

Provinsi NTB 2016

Pertumbuhan APBD

Provinsi NTB 2017

terhadap Realisasi APBD

Provinsi NTB 2016

No

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 23

BAB 3 INFLASI 1

Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya, sebaliknya tekanan inflasi bulanan mengalami peningkatan. Menurunnya tekanan

inflasi tahunan pada triwulan IV 2016 terjadi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan

inflasi pada komoditas administered price, yaitu bensin dan angkutan udara.

3.1 KONDISI UMUM

Tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan IV 2016 menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Tekanan inflasi pada akhir triwulan IV 2016 (Desember 2016) sebesar 2,61% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,89% (yoy) dan inflasi nasional

yang sebesar 3,50% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tahunan terjadi base effect dari penyesuaian

harga BBM pada tahun sebelumnya yang membuat tekanan inflasi tahunan pada 2016 terlihat

menurun.

Menurunnya tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV 2016 terjadi terutama disebabkan oleh

menurunnya tekanan inflasi pada komoditas administered price1, yaitu bensin dan angkutan

udara. Bensin menyumbang deflasi sebesar 0,48% sedangkan angkutan udara menyumbang

deflasi sebesar 0,44%. Tren harga minyak dunia yang menurun diperkirakan mempengaruhi tarif

angkutan udara.

Tekanan inflasi pada kelompok volatile food lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya, sementara itu tekanan inflasi pada kelompok inti meningkat. Tekanan inflasi

kelompok volatile food lebih rendah disumbang oleh beberapa komoditas utama, diantaranya

beras dan jagung manis. Sedangkan komoditas inti yang berkontribusi pada peningkatan tekanan

inflasi antara lain pasir, batu bata dan tukang bukan mandor. Peningkatan tekanan inflasi

komoditas inti selaras seiring dengan realisasi investasi swasta yang meningkat pada triwulan IV

2016.

1 Disagregasi Inflasi dibagi kedalam 3 kelompok besar, yaitu:

- Administered Price : Kelompok komoditas yang pergerakan harganya diatur oleh regulasi pemerintah, seperti bensin, tarif listrik - Volatile food : Kelompok komoditas yang harganya cenderung bergejolak, sebagian besar adalah kelompok bahan makanan. - Inti / Core : Kelompok komoditas yang harganya relatif stabil.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 24

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov

2014 2015 2016

Nasional NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-0.80

-0.60

-0.40

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AU

G

SEP

OC

T

NO

V

DE

C

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AU

G

SEP

OC

T

NO

V

DE

C

2015 2016

NTB NASIONAL

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.1

Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional

Grafik 3.2

Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional

Dillihat secara bulanan, perkembangan inflasi bulanan NTB pada triwulan IV 2016

menunjukan tren peningkatan. Tekanan inflasi bulanan pada bulan Oktober 2016 tercatat

sebesar 0,23% (mtm2), lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -

0,63% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama disumbang oleh komoditas inti, yaitu

tukang bukan mandor, yang meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan sebagai

bagian dari realisasi investasi swasta dan realisasi anggaran. Sedangkan pada bulan November

2016, tekanan inflasi sedikit menurun dengan angka inflasi sebesar 0,20% (mtm). Penurunan

tekanan inflasi bulanan karena terkoreksinya inflasi angkutan udara.

Tekanan inflasi terbesar pada triwulan IV 2016 terjadi pada bulan Desember dimana tercatat inflasi

bulanan sebesar 0,63% (mtm). Inflasi tersebut lebih besar dibandingkan bulan November 2016

sebesar 0,20% (mtm) dan dibandingkan nasional sebesar 0,42% (mtm). Tekanan inflasi bulanan

tersebut mayoritas disumbang oleh komoditas volatile food seiring dengan momen hari besar

keagamaan Maulid Nabi dan masuknya periode high season pada Desember 2016. Kenaikan

harga tersebut juga sejalan dengan membaiknya permintaan masyarakat yang tercermin dari

angka konsumsi rumah tangga.

2 yoy : Year on Year, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.

qtq : Quartal to Quartal, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu di akhir kuartal dengan bulan di akhir kuartal sebelumnya.

mtm : Month to Month, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan bulan tertentu dengan IHK bulan sebelumnya ytd : Year to Date, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan IHK akhir tahun sebelumnya

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 25

Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Provinsi NTB pada Triwulan IIV 2016

No Mataram Bima

Umum Volatile Food Umum Volatile Food

1 Tukang Bukan

Mandor Bawang Merah Tomat Sayur Tomat Sayur

2 Bawang Merah Daging Ayam Ras Pasir Bawang Merah

3 Daging Ayam Ras Tempe Bawang Merah Daging Ayam Ras

4 Tempe Cabai Rawit Daging Ayam Ras Tenggiri

5 Cabai Rawit Tomat Sayur Rokok Kretek Filter Bandeng/Bolu

6 Tomat Sayur Bawang Putih Tenggiri Bawang Putih

7 Bawang Putih Tongkol/Ambu-ambu Bandeng/Bolu Tongkol/Ambu-ambu

8 Mobil Cabai Merah Bawang Putih Jeruk

9 Tongkol/Ambu-ambu Daging Sapi Rokok Kretek Kelapa

10 Mie Kelapa Batu Bata/Batu Tela Cumi-cumi

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Meski terdapat beberapa tekanan, inflasi NTB pada tahun 2017 diperkirakan terkendali

dan masih berada dalam sasaran target inflasi. Laju inflasi mengalami tekanan pada bulan

Januari 2017 namun masih terkendali di angka 2,95% (yoy), masih dalam rentang target 4+1%.

Terdapat beberapa risiko inflasi yang tetap perlu menjadi perhatian agar capaian inflasi NTB

sepanjang tahun 2017 berada dalam kisaran target. Risiko cuaca masih menjadi salah satu risiko

utama yang perlu dicermati. BMKG memperkirakan fenomena La Nina akan berakhir pada bulan

Februari 2017 diikuti kondisi cuaca normal hingga Mei 2017. Namun terdapat potensi terjadinya

fenomena El Nino selepas bulan Mei 2017 yang dapat mengakibatkan kekeringan lahan yang

kemudian akan mempengaruhi tingkat produksi pertanian. Peningkatan konsumsi masyarakat

didorong meningkatnya kunjungan wisatawan ke NTB, baik domestik maupun mancanegara,

sepanjang tahun 2017 juga perlu dicermati. Selain itu, potensi penyesuaian harga beberapa

komoditas administered price di tahun 2017 oleh pemerintah, seperti tarif listrik dan BBM,

menjadi salah satu faktor penyumbang inflasi yang perlu diwaspadai.

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 26

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB

dan Nasional

Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan

Nasional

3.2 INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS

Menurunnya tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan IV 2016 disebabkan oleh

menurunnya inflasi dari kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi,

komounikasi, dan jasa. Inflasi kelompok bahan makanan tertahan oleh koreksi harga pada

komoditas sayur-sayuran, buah-buahan, serta daging dan hasilnya. Sementara itu inflasi kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa tertahan oleh koreksi harga tiket pesawat dan bensin.

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I II II II II II II II II II II II II II I I I I ISeninI I ISeninI I I I I I I

M IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM V

201601 201602 201604 201605 201606 201607 201608 201609 201610

Harga Cabai Merah & Rawit (Rp/Kg)Cabe Merah B esar Cabe Merah Kerit ingCabe Rawit Hijau Cabe Rawit MerahLinear (Cabe Rawit Merah)

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI

Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras

Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai

4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

10,000 11,000 12,000

1 3 1 3 1 3 5 2 4 2 4 2 4 I I I I I I I I I II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II I I I I I I I I I I I I I I II II II II II II II II II II II II II II II II II JAN FEB MAR APR MAY JUN M I M II M III M IV M I M II M III M IV M

V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M

V M I

M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M

V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M

V M I

M II M III M IV M V M I

M II M III M IV M V

2015 201507 201508 201509 201510 201511 201512 201601 201602 201604 201605 201606 201607 201608 201609 201610

Harga Beras (Rp/Kg)

Medium I (PELITA) Medium II Super I (C4/IR Zak kemasan) Super II (C4/IR Zak eceran)

-2

0

2

4

6

8

10

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

vd

ec

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

vd

ec

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

vd

ec

2014 2015 2016

Inflasi Tahun Kalender

Nasional NTB

-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

jan feb mar apr

may jun jul aug sep oct

nov dec jan feb mar apr

may jun jul aug sep oct

nov dec jan feb mar apr

may jun jul aug sep oct

nov dec 2014 2015 2016

Inflasi Triwulan

Nasional NTB

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 27

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

nov

dec

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

nov

dec

2015 2016

Harga BBM (Rp/Liter)

Pertamax Premium PSO Solar PSO

Sumber: PT. Pertamina (Persero)

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

II II I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

MIII

M IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM V201701

201509201510201511201512201601 201602 201604 201605 201607 201608 201610

Harga Tiket Pesawat (Rp)

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI

Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat

Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB

Okt Nov Des Okt Nov Des QTQ YTD YOY

UMUM 120.8 121.0 122.1 0.23 0.20 0.63 1.07 2.61 2.61

BAHAN MAKANAN 123.2 123.6 127.6 -1.99 0.80 2.45 1.22 4.27 4.27

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 120.6 120.7 121.2 0.74 0.28 0.60 1.63 4.75 4.75

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 119.7 120.0 120.2 1.76 -0.07 0.02 1.71 2.39 2.39

SANDANG 110.4 110.2 110.2 -0.07 -0.09 -1.07 -1.23 4.97 4.97

KESEHATAN 111.6 112.0 113.0 0.38 0.28 0.58 1.24 4.63 4.63

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 119.1 119.1 119.1 0.26 0.07 0.02 0.35 2.40 2.40

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 125.8 125.9 126.1 0.14 -0.29 -0.06 -0.20 -3.00 -3.00

IHK 2016 MTM 2016 TW IV 2016INFLASI KOMODITAS

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

3.2.1 Bahan Makanan

Kelompok komoditas bahan makanan pada triwulan IV 2016 mengalami inflasi 4,27%

(yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan III 2016 sebesar 6,51% (yoy). Faktor

utama yang diperkirakan mempengaruhi menurunnya tekanan inflasi pada triwulan IV 2016

secara tahunan adalah karena tingkat permintaan masyarakat pada tahun ini yang relatif lebih

rendah dibandingkan tahun lalu, sehingga tingkat inflasi yang terjadi cenderung lebih rendah

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 28

ja

n

fe

b

m

ar

ap

r

m

ei

ju

njul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

s

ja

n

fe

b

m

ar

ap

r

m

ei

ju

njul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

s

2015 2016

mtm 2. -2 0. -1 0. -0 1. -0 -0 -0 0. 3. 4. -0 -0 -1 -1 3. 2. -0 -1 -1 0. 2.

yoy - kanan 4. 2. 4. 5. 6. 5. 4. 3. 2. 3. 3. 3. 5. 7. 6. 7. 5. 8. 9. 8. 6. 4. 5. 4.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00Bahan Makanan

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Jan'16

Feb'16

Mar'16

Apr'16

Mei'16

Jun'16

Jul'16

Ags'16

Sept'16

Okt'16

Nov'16

Des'16

BAHAN MAKANAN

Padi-padian, Umbi-umbian danHasilnya

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan

Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Bahan Makanan

Jika dilihat per komoditas, padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta komoditas sayur-sayuran

menjadi penyumbang utama penurunan tekanan inflasi. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)

menunjukan pergerakan harga yang cenderung stabil selama triwulan IV 2016, namun pada

pemantauan harga hingga akhir Januari 2017, terdapat indikasi peningkatan harga, sehingga

harga beras menjadi salah satu faktor risiko inflasi yang perlu diwaspadai.

3.2.2 Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Kelompok komoditas makanan jadi, minuman, dan tembakau dalam triwulan IV 2016

mengalami inflasi 4,75% (yoy). Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

triwulan III 2016 yang sebesar 4,38% (yoy). Inflasi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman

dan Tembakau mayoritas disumbang oleh sub-komoditas Makanan Jadi. Meningkatnya tekanan

inflasi pada sub-komoditas makanan jadi sejalan dengan meningkatnya jumlah kunjungan

wisatawan yang meningkat pada triwulan IV 2016. Risiko inflasi yang perlu diperhitungkan ke

depan adalah terkait penyesuaian cukai rokok yang dilaksanakan pada triwulan I 2017. Bobot

inflasi rokok dan tembakau cukup besar mencapai 4,45% di Mataram dan 6,17% di Bima.

Kenaikan harga rokok akan memberikan dampak yang cukup besar pada tingkat inflasi NTB.

Diperlukan langkah untuk mendorong peralihan konsumsi masyarakat dari rokok ke konsumsi

komoditas produktif. Dengan langkah tersebut, diharapkan harga rokok terkendali.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 29

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi,

Minuman dan Tembakau

Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

3.2.3 Perumahan, Listrik, Air dan Gas

Kelompok komoditas perumahan, listrik, air dan gas pada triwulan IV 2016 mengalami

inflasi 2,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,06%

(yoy). Meningkatnya tekanan harga komoditas tersebut terutama disumbang oleh sub-komoditas

Biaya Tempat Tinggal dan Penyelenggaraan Rumah Tangga. Meningkatnya kunjungan ke Provinsi

NTB pada triwulan IV 2016 diperkirakan meningkatkan permintaan pada kedua subsektor tersebut

sehingga berpengaruh pada kenaikan harga. Sedangkan, tekanan sub-sektor bahan bakar,

penerangan dan air lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya meski masih terkoreksi di

angka inflasi -0,60% (yoy). Dalam tren penurunan, harga gas elpiji relatif tidak mengalami

perubahan pada triwulan IV 2016 kecuali gas elpiji 50 kg yang mengalami peningkatan harga

pada bulan Oktober dan November, masing-masing sebesar 2,19% (mtm), dan 1,79% (mtm).

Menurunnya harga komoditas gas elpiji seiring dengan harga minyak dunia yang masih rendah.

jan fe b

m ar

ap r

m ei

ju n jul ag

u se p

ok t

no v

de s jan fe

b m ar

ap r

m ei

ju n jul ag

u se p

ok t

no v

de s

2015 2016 mtm 0.7 0.5 0.0 0.3 0.1 0.3 0.3 0.4 0.1 0.6 0.1 0.4 0.1 0.2 0.1 0.3 0.3 1.0 0.1 0.2 0.3 0.7 0.2 0.6 yoy - kanan 7.8 7.4 7.2 7.3 6.6 5.9 5.3 5.5 5.3 5.5 4.8 4.4 3.8 3.4 3.6 3.6 3.8 4.5 4.4 4.2 4.3 4.4 4.5 4.7

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1.20 Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau

mtm yoy - kanan

-0.40 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 30

janfe

b

ma

r

ap

r

m

ei

ju

njul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

sjan

fe

b

ma

r

ap

r

m

ei

ju

njul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

s

2015 2016

mtm 1.1 0.0 0.2 0.5 0.1 -0. -0. -0. 0.8 0.0 0.1 0.1 1.0 -0. -0. -0. 0.1 0.1 0.1 0.2 -0. 1.7 -0. 0.0

yoy - kanan 6.4 6.4 6.7 7.1 7.1 6.9 6.3 5.5 5.9 4.9 4.3 2.8 2.7 2.1 1.5 0.9 0.9 1.1 1.5 1.9 1.0 2.8 2.5 2.3

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik,

Air dan Gas

Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji

3.2.4 Sandang

Kelompok komoditas sandang dalam triwulan IV 2016 mengalami inflasi 4,97% (yoy).

Tekanan inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yang sebesar 6,12% (yoy).

Kelopok komoditas sandang termasuk kedalam kelompok inflasi inti, sehingga pergerakan

inflasinya cenderung tidak terlalu bergejolak dan lebih dominan dipengaruhi oleh naik-turunnya

permintaan dan daya beli masyarakat. Penurunan harga sandang yang paling dalam terjadi pada

bulan Desember 2016, dimana masyarakat diperkirakan memprioritaskan konsumsi dan

pengeluaran untuk bahan makanan sehubungan dengan hari besar keagamaan Maulid Nabi pada

bulan tersebut.

janfe

b

ma

r

ap

r

m

eijun jul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

sjan

fe

b

ma

r

ap

r

m

eijun jul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

s

2015 2016

mtm 1.4 0.0 0.1 0.0 0.3 0.1 0.6 -0. 1.4 0.0 -0. -0. 0.2 0.7 0.7 0.1 0.3 0.7 1.6 0.4 0.9 -0. -0. -1.

yoy - kanan 3.6 3.6 3.7 3.9 4.3 4.3 4.5 4.1 5.3 5.3 5.1 4.1 2.9 3.6 4.1 4.3 4.4 5.1 6.1 6.6 6.1 5.9 6.0 4.9

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00 Inflasi Sandang

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-5.00

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita

Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Komoditas Komoditas

Sandang

Grafik 3.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok

Komoditas Sandang

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 31

3.2.5 Kesehatan

Kelompok komoditas kesehatan pada triwulan IV 2016 mengalami inflasi 4,63% (yoy).

Inflasi pada kelompok komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 5,07% (yoy). Penurunan tekanan inflasi kelompok komoditas kesehatan didorong oleh

penurunan biaya perawatan jasmani dan kosmetik.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan

Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok

Komoditas Kesehatan

3.2.6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Kelompok komoditas pendidikan, rekreasi, dan olah raga dalam triwulan IV 2016

mengalami inflasi 2,40% (yoy). Tekanan inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya, yang mengalami inflasi 2,46% (yoy). Menurunnya laju inflasi tersebut disebabkan

karena kenaikan biaya pendidikan di tahun 2016 ini tidak setinggi tahun sebelumnya.

-4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Transpor Komunikasi Dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan

jan fe b

ma r

ap r

m ei

ju n jul ag

u se p

ok t

no v

de s jan fe

b ma r

ap r

m ei

ju n jul ag

u se p

ok t

no v

de s

2015 2016 mtm 0.1 0.1 0.1 0.4 0.1 0.0 0.5 0.3 0.5 0.4 0.3 0.8 0.9 0.1 0.5 0.0 0.0 0.5 0.5 0.2 0.1 0.3 0.2 0.5 yoy - kanan 4.7 4.7 5.0 4.7 5.0 4.5 4.7 5.1 5.0 5.0 4.8 4.1 5.0 5.0 5.5 5.1 5.0 5.6 5.6 5.4 5.0 5.0 4.9 4.6

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20 Inflasi Kesehatan

mtm yoy - kanan

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 32

janfe

b

m

ar

ap

r

m

ei

ju

njul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

sjan

fe

b

m

ar

ap

r

m

ei

ju

njul

ag

u

se

p

ok

t

no

v

de

s

2015 2016

mtm 0.2 0.2 0.0 0.0 0.2 0.0 0.2 7.0 0.2 0.4 -0. 0.0 0.0 0.2 0.2 0.0 0.1 0.0 1.1 0.3 0.0 0.2 0.0 0.0

yoy - kanan 5.6 5.7 5.7 5.7 6.0 5.9 6.1 9.7 9.5 10. 9.8 8.9 8.7 8.7 8.9 8.9 8.7 8.7 9.6 2.7 2.4 2.3 2.3 2.4

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00 Inflasi Pendidikan, Rekreasi, Olahraga

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00Jan'16

Feb'16

Mar'16

Apr'16

Mei'16

Jun'16

Jul'16

Ags'16

Sept'16

Okt'16

Nov'16

Des'16

PENDIDIKAN, REKREASIDAN OLAH RAGAPendidikan

Kursus-kursus / Pelatihan

Perlengkapan / PeralatanPendidikanRekreasi

Olahraga

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan,

Rekreasi dan Olah Raga

Grafik 3.20 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

3.2.7 Transport, Komunikasi dan Jasa

Tekanan inflasi kelompok komoditas transport, komunikasi, dan jasa pada triwulan IV

2016 adalah yang terendah sepanjang tahun dimana terjadi deflasi 3% (yoy). Kondisi

tersebut disebabkan trend penurunan harga bensin dan koreksi harga tarif angkatan udara yang

masih terjadi hingga akhir tahun 2016. Koreksi harga tiket pesawat terjadi di Mataram pada bulan

November sebesar -1,40% (mtm), sedangkan di Bima, harga tiket pesawat terkoreksi sepanjang

triwulan IV 2016, dengan koreksi paling dalam dan signifikan terjadi pada bulan November

sebesar 7,31% (mtm).

jan febma

rapr

me

ijun jul

ag

usep okt

no

vdes jan feb

ma

rapr

me

ijun jul

ag

usep okt

no

vdes

2015 2016

mtm -3. -1. 0.9 1.6 0.2 -0. 1.5 -0. 0.5 0.9 0.1 0.1 -0. 0.4 -0. -1. -0. 0.1 2.3 -1. -1. 0.1 -0. -0.

yoy - kanan 8.0 6.2 6.0 7.4 6.3 5.9 6.7 5.9 6.9 7.8 5.1 0.4 3.3 5.4 4.4 1.2 0.9 1.4 2.2 0.7 -1. -2. -2. -3.

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00Inflasi Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Transpor

Komunikas i Dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor

Jasa Keuangan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa

Grafik 3.22 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 33

3.3 INFLASI PERIODIKAL

3.3.1 INFLASI TRIWULANAN

Inflasi triwulanan NTB dalam triwulan IV 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan

triwulan sebelumnya. Inflasi triwulanan NTB pada triwulan IV 2016 sebesar 1,07% (qtq), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,11% (qtq). Peningkatan inflasi triwulan terjadi

seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat pada masa high season dan hari besar

keagamaan di bulan Desember 2017. Meski begitu peningkatan inflasi triwulan tersebut masih

lebih rendah dibandingkan perkembangan inflasi triwulanan pada akhir tahun 2015. Hal

inidisinyalir disebabkan oleh menurunnya konsumsi masyarakat secara akumulatif tahunan pada

tahun 2016 dibandingkan tahun 2015.

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

2013 2014 2015 2016

Nasional NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-1.50-1.00-0.500.000.501.001.502.00

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI,

MINUMAN, ROKOK

& TEMBAKAU

PERUMAHAN,AIR,LI

STRIK,GAS & BB

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN,

REKREASI DAN

OLAH RAGA

TRANSPOR,KOMUNI

KASI DAN JASA K

Inflasi NTB Triwulan III 2016 Per Kelompok Komoditas

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.23 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB

Grafik 3.24 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB

Berdasarkan Komoditas

3.3.2 Inflasi Tahunan

Secara tahunan inflasi Provinsi NTB pada akhir triwulan IV 2016 sebesar 2,61% (yoy),

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,93% (yoy), dan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,41% (yoy). Capaian inflasi

tersebut masih berada dibawah koridor target inflasi Bank Indonesia tahun 2016 yang sebesar

4+1% (yoy). Tren inflasi tahunan NTB menunjukan arah yang cenderung menurun dalam setahun

terakhir.

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 34

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2015 2016

UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas

3.4 DISAGREGASI INFLASI

3.4.1 Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan disagregasi inflasi, menurunnya tekanan inflasi dalam triwulan IV 2016

disebabkan oleh inflasi pada kelompok administered price yang menurun hingga

mengalami deflasi sebesar -1,18% (yoy). Kelompok administered price atau kelompok

komoditas dengan harga diatur pemerintah, mengalami deflasi yang cukup dalam dibandingkan

kelompok lainnya (kelompok inti dan administered price) yang justru mengalami inflasi. Deflasi

tersebut disebabkan karena trend penurunan harga BBM sejak awal tahun 2016 serta penurunan

tarif angkutan udara.

Kelompok volatile food atau kelompok komoditas dengan harga bergejolak mengalami inflasi

4,53% (yoy), dan kelompok inflasi inti mengalami inflasi 3,54% (yoy). Laju inflasi volatile food

cenderung menurun dibandingkan beberapa bulan terakhir, didukung oleh ketersediaan pasokan

komoditas yang lebih baik. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti di triwulan IV 2016

meningkat, dipicu perbaikan daya beli masyarakat pada akhir tahun.

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 35

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB

Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB

3.4.2 Kota Mataram

Inflasi Kota Mataram pada triwulan IV 2016 sebesar 2,47% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,24% (yoy). Inflasi Kota Mataram dalam

triwulan IV 2016 terutama dikontribusi oleh kelompok inti, yaitu komoditas Tukang Bukan

Mandor. Kenaikan harga tukang diperkirakan diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan akan

tukang sehubungan dengan meningkatnya realisasi investasi swasta di kota Mataram pada

triwulan IV 2016. Sementara itu, kelompok volatile food mengalami peningkatan tekanan inflasi,

sebaliknya kelompok administered price mengalami deflasi.

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

2014 2015 2016

Umum Core Inflation Administered Price Volatile Food

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

2014 2015 2016

Umum Core Inflation Administered Price Volatile Food

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram

Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov

2014 2015 2016

Umum core inflation administered price volatile food

-4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov

2014 2015 2016

Umum core inflation administered price volatile food

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 36

3.4.3 Kota Bima

Laju inflasi Kota Bima pada triwulan IV 2016 menurun, meskipun masih lebih tinggi

dibandingkan kota Mataram. Inflasi Kota Bima di triwulan IV 2016 tercatat sebesar 3,11%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy). Menurunnya inflasi

terutama disebabkan oleh deflasi kelompok administered price, yaitu Angkutan Udara dan Bensin.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima

Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima

3.5 PENGENDALAIN INFLASI DAERAH

Koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah dalam Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) terus ditingkatkan dalam pengendalian inflasi daerah. Koordinasi

berkala antar lembaga yang tergabung dalam keangotaan TPID telah dilakukan di level Provinsi,

maupun Kab/Kota. Koordinasi tersebut dilakukan untuk memastikan ketersediaan pasokan

komoditas-komoditas strategis yang dapat menyumbang inflasi. Adapun langkah pengendalian

inflasi yang telah dilakukan sepanjang tahun 2016 antara lain :

Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi oleh TPID

Aspek Langkah Pengendalian Inflasi

Ketersediaan Pasokan - Penambahan pompa air untuk memaksimalkan hasil panen

- Perluasan lahan tanam komoditas hortikultura

- Pengembangan kampung unggas

- Pengembangan kampung pangan mandiri di Kota Mataram

Kelancaran Distribusi - Penambahan fixed crane untuk meningkatkan kelancaran

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov 2014 2015 2016

umum core inflation administered price volatile food

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov 2014 2015 2016 Umum core inflation administered price volatile food

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 37

Aspek Langkah Pengendalian Inflasi

arus distribusi barang di pelabuhan oleh Pelindo III

- Penambahan armada angkutan antar kota oleh Dinas

Perhubungan

Keterjangkauan Harga - Operasi pasar oleh Bulog

- Penyelenggaraan pasar murah, dengan memberikan subsidi

harga pada komoditas pangan strategis saat bulan puasa

Komunikasi Kebijakan - Pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis oleh

Dinas Perdagangan Kota Mataram

- Inspeksi harga secara berkala kepada pedagang pasar dan

distributor komoditas pangan strategis

- Koordinasi pengendalian inflasi secara menyeluruh dari TPID

Provinsi dan Ka/Kota

- Sosialisasi pengendalian inflasi secara menyeluruh ke lapisan

masyarakat, antara lain kepada pemuka agama dan

komunitas ibu PKK.

Selain beberapa langkah yang telah dilaksanakan pada tahun 2016 di atas, TPID Provinsi NTB

memberikan beberapa poin rekomendasi terkait pengendalian harga, antara lain:

1. Penyusunan neraca beberapa komoditas strategis yang akurat dengan series data bulanan

2. Pengaturan tata niaga yang efektif dan terstruktur

3. Perluasan akses informasi harga pangan di masyarakat.

3.6 PROSPEK INFLASI TRIWULAN I 2017

Tekanan inflasi pada triwulan I 2017 diperkirakan meningkat. Meningkatnya tekanan inflasi

sudah mulai terlihat pada realisasi inflasi bulan Januari 2017 sebesar 1,49% (mtm) atau 2,95%

(yoy). Angka inflasi bulanan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata bulan yang sama dalam 5

tahun terakhir. Peningkatan tersebut disebabkan penyesuaian beberapa komoditas administered

price. Meski begitu, capaian inflasi triwulan I 2017 secara umum diperkirakan terkendali, berada

dalam rentang target inflasi 4+1% (yoy).

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 38

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I

2014 2015 2016 2017

% -

Yo

y

Sumber: BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Ag

s

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Ag

s

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Fe

b

2015 2016 2017

Perkiraan inflasi SPH Inflasi Mataram (MtM)

Grafik 3.32 Prospek Inflasi Triwulan I 2017

Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 53

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 masih terjaga. Ketahanan sektor

korporasi mengalami peningkatan dan berada pada level aman. Begitu pula dari sisi rumah

tangga, tingkat konsumsi masyarakat menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Risiko dari sisi

kredit rumah tangga meningkat, namun ketahanannya masih terjaga dengan penurunan angka

NPL dibandingkan triwulan III 2016. Pertumbuhan kredit perbankan secara total juga mengalami

peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan III 2016.

4.1 ASESMEN KETAHANAN KORPORASI

Ketahanan sektor korporasi pada triwulan IV 2016 mengalami peningkatan dan berada

pada level aman. Hal ini tercermin pada rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami

penurunan. Rasio NPL sektor korporasi masih terjaga di bawah ambang batas 5%, yaitu sebesar

1,58% dan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,04%. Secara sektoral,

NPL yang perlu dicermati adalah sektor lain-lain sangat tinggi dan di atas ambang batas.

Pada triwulan IV 2016, penyaluran kredit perbankan Provinsi NTB kepada sektor korporasi

produktif tumbuh sebesar 56,85% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu

yang sebesar 18,09% (yoy). Dari penyaluran kredit produktif tersebut, kredit dengan jenis

penggunaan investasi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis penggunaan modal kerja.

Dari sektor ekonomi utama di Provinsi NTB, yakni pertanian, perdagangan, dan pertambangan,

kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektor perdagangan dengan porsi sebesar

49,32% dari total kredit produktif atau 24,81% dari total keseluruhan kredit. Kredit yang

disalurkan kepada sektor perdagangan tersebut tumbuh 19,16% (yoy) pada triwulan IV 2016,

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,01% (yoy). Kredit

sektoral yang mencatat pertumbuhan paling tinggi di antara sektor yang lain pada triwulan IV

2016 adalah kredit listrik, gas, dan air; kredit pertanian; kredit lain-lain; kredit perikanan;l dan

kredit jasa kemasyarakatan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 86,67%; 71,56%;

43,75%; 43,48%; dan 36,99%.

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 54

Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi NTB

NPL LAPANGAN USAHA

(%) TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4

TOTAL KREDIT - SEKTOR EKONOMI 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58

NPL - Kredit Produktif 2.54 3.02 3.15 3.38 3.09 3.30 3.22 3.20 2.14

NPL - Kredit Pertanian 1.55 2.02 2.81 2.80 1.62 1.45 1.17 1.73 1.25

Perikanan 5.62 8.46 6.88 4.35 2.56 2.92 2.26 1.77 1.48

Pertambangan 43.08 58.57 29.84 35.45 35.07 18.18 24.43 19.77 0.05

NPL - Kredit Industri 4.35 3.76 4.58 4.40 3.93 5.03 5.37 5.05 4.22

LGA - - 1.31 1.07 1.76 1.31 0.83 0.54 0.38

Konstruksi 3.19 3.44 2.92 3.02 2.39 2.79 2.93 2.84 2.46

NPL - Kredit Perdagangan 2.74 3.35 3.62 3.92 3.52 3.67 3.68 3.69 3.34

NPL - Kredit Akomodasi 1.41 1.69 1.91 1.71 3.09 2.89 0.93 0.90 0.62

Transportasi 0.85 1.01 0.87 1.61 1.99 2.57 1.91 2.05 1.50

Perantara Keuangan 2.04 1.56 1.15 1.53 1.49 1.37 6.84 1.82 1.92

NPL - Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.05 0.84 0.67 0.58 0.87 1.76 2.12 1.98 1.69

Adm Pemerintahan 1.23 - 0.51 0.82 1.72 4.45 16.88 - -

Jasa Pendidikan 1.55 1.51 1.16 1.49 0.98 0.61 1.47 0.58 1.23

Jasa Kesehatan Sosial 0.26 1.84 1.37 0.18 0.16 0.18 0.25 0.14 0.08

NPL - Kredit Jasa Kemasyarakatan 1.45 1.95 1.41 2.64 2.17 2.94 2.55 3.28 2.74

Jasa Rumah Tangga 0.92 1.88 1.71 1.12 2.14 2.51 2.20 2.69 4.62

Jasa lainnya - - - - - - - - -

Lain-lain - 14.65 20.58 27.41 22.39 24.99 13.59 13.17 6.73

BUKAN LAPANGAN USAHA 1.13 1.32 1.49 1.40 1.19 1.31 1.22 1.19 1.01

2014 2015 2016

Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR EKONOMI -

LOKASI BANK (YOY)

(%) TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4

TOTAL KREDIT - SEKTOR EKONOMI 15.52 14.96 14.01 12.56 12.88 13.74 14.53 14.72 30.85

KREDIT SEKTOR PRODUKTIF 11.04 11.21 13.63 9.56 10.97 12.02 13.47 18.09 56.85

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 9.72 11.85 11.68 9.54 36.19 55.84 79.64 102.75 71.56

2. PERIKANAN (3.58) 1.35 17.03 18.48 37.90 19.80 44.74 47.50 43.48

3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 91.41 28.48 (17.62) (23.88) (18.14) (29.29) (38.46) (25.00) 31,292

4. INDUSTRI PENGOLAHAN 25.67 31.25 13.27 13.26 24.88 21.28 26.77 23.79 14.14

5. LISTRIK, GAS DAN AIR 54.43 41.19 28.41 23.64 16.88 2.21 26.67 33.33 86.67

6. KONSTRUKSI (28.69) (35.27) (3.53) 2.68 35.50 37.78 30.79 23.90 20.03

7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 10.62 9.17 5.48 4.82 5.43 8.83 14.34 17.01 19.16

8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM29.94 24.68 15.21 16.18 20.55 24.55 21.00 21.52 17.11

9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI8.79 1.66 0.34 0.51 1.59 3.69 10.76 13.38 15.82

10. PERANTARA KEUANGAN 25.77 29.67 1.01 (27.13) (37.87) (39.65) (51.18) (39.33) (36.25)

11. REAL ESTATE, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN19.18 62.54 262.70 178.15 81.59 48.16 6.36 2.13 0.68

12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN 72.32 28.97 (39.94) (44.63) (68.83) (62.22) (50.00) (50.00) (100.00)

13. JASA PENDIDIKAN 112.82 206.10 27.89 (8.43) 10.15 7.88 15.38 7.69 (13.33)

14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 3.37 2.49 1.30 4.67 2.01 1.25 1.44 0.70 8.33

15. JASA KEMASYARAKATAN 74.85 64.48 85.21 (25.85) (35.12) (43.95) (42.99) 19.44 36.99

16. JASA RUMAH TANGGA 45.77 52.52 24.65 28.20 24.47 (3.73) (17.24) (31.25) (32.26)

17. JASA LAINNYA - - - - - - - - -

18. LAIN-LAIN - - - - - (55.24) (54.17) (42.11) 43.75

BUKAN LAPANGAN USAHA 18.39 18.30 15.18 15.60 15.20 15.04 15.35 12.35 12.05

2014 2015 2016

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 55

4.2 ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA

4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga dalam PDRB Provinsi NTB mengalami percepatan

pertumbuhan pada triwulan IV 2016. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan

IV 2016 sebesar 2,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan

periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 1,49% (yoy) dan

2,46% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen juga menunjukkan

terjadinya peningkatan.

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan, pangsa konsumsi rumah tangga terhadap

perekonomian NTB juga mengalami pertumbuhan. Pangsa konsumsi rumah tangga pada

triwulan IV 2016 mencapai 63,2% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang sebesar 57,9% namun lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai

63,9%.

Sumber: BPS, diolah

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.1

Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 4.2

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Sepanjang tahun 2012-2016, konsumsi rumah tangga mengalami tren penurunan pangsa dan

pertumbuhan. Tren penurunan tersebut juga diikuti dengan tren penurunan pada Indeks

Keyakinan Konsumen berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Kegiatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh keyakinan rumah tangga terhadap

perekonomian. Ketika rumah tangga optimis terhadap kondisi perekonomian, maka mereka

akan meningkatkan kegiatan konsumsi dan begitu pula sebaliknya. Setelah mengalami

penurunan pada triwulan III 2016, konsumsi rumah tanggal pada triwulan IV 2016 kembali

mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 56

2016 sebesar 117,3, lebih tinggi dari triwulan III 2016 sebesar 111,7. Peningkatan IKK juga

diikuti dengan peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK).

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.3

Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini

Grafik 4.4

Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang

Rumah tangga di Provinsi NTB masih memiliki optimisme yang tinggi terhadap kondisi

penghasilan dan lapangan kerja saat ini. Begitu pula untuk 6 (enam) bulan ke depan, rumah

tangga masih melihat adanya peningkatan penghasilan, usaha, dan lapangan kerja.

Pengeluaran rumah tangga lebih banyak digunakan untuk konsumsi dengan porsi sebesar

54,7% pada triwulan IV 2016, diikuti dengan cicilan pinjaman sebesar 27,9% dan tabungan

sebesar 17,4%. Porsi konsumsi pada triwulan IV 2016 juga mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 53,1% menjadi 54,7%. Sejalan dengan

peningkatan porsi konsumsi, porsi dana yang digunakan untuk menabung juga meningkat dari

17,2% pada triwulan III 2016 menjadi 17,4% pada triwulan IV 2016. Dengan bertambahnya

porsi konsumsi dan tabungan, maka dana yang disisihkan untuk membayar cicilan pinjaman

berkurang, yaitu dari 29,7% menjadi 27,9%.

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 57

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.5

Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan III 2016

Grafik 4.6

Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016

Jika dilihat berdasarkan pendapatannya, tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi dilakukan

oleh kelompok rumah tangga berpendapatan Rp1 2 juta. Sedangkan kelompok rumah tangga

dengan pendapatan tinggi (Rp3,1-Rp5 Juta) memiliki tingkat pembayaran cicilan pinjaman yang

lebih tinggi (>25%). Hal tersebut menyebabkan potensi tabungan yang semakin rendah dari

kelompok rumah tangga berpendapatan tinggi.

Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan

Penggunaan Pengeluaran/bulan

Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Rata-rata

Konsumsi 60.7% 58.7% 55.0% 43.7% 55.4% 54.7%

Cicilan/Pinjaman 23.2% 23.5% 29.5% 40.0% 23.0% 27.9%

Tabungan 16.1% 17.8% 15.5% 16.3% 21.5% 17.4%

Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Pada triwulan IV 2016 terjadi peningkatan risiko dari sisi kredit karena secara agregat

terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari

30% pendapatannya (DSR > 30%). Jumlah rumah tangga dengan DSR > 30% pada triwulan

IV 2016 naik sebesar 7,5% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Institusi keuangan

menilai bahwa rumah tangga dengan DSR > 30% memiliki risiko tinggi dan dapat menjadi

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 58

penyebab kredit bermasalah. Peningkatan DSR > 30% terutama terjadi pada kelompok rumah

tangga dengan pendapatan Rp2,1 3 Juta dengan peningkatan sebesar 42,11%, sementara itu

penurunan DSR > 30% tertinggi terjadi pada kelompok rumah tangga dengan pendapatan

>Rp5 Juta.

Tabel 4.4 Dana RT untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

TBM

Rp1 - 2 jt 39.2% 6.5% 8.2% 6.3% Rp1 - 2 jt 5.7% 10.8% 5.5% 1.7% 36.5%

Rp2,1 - 3 jt 12.2% 6.3% 4.0% 4.5% Rp2,1 - 3 jt 4.3% 7.7% 3.7% 1.7% 9.7%

Rp3,1 - 4 jt 4.0% 0.8% 1.5% 2.5% Rp3,1 - 4 jt 1.7% 1.5% 0.5% 0.7% 4.5%

Rp4,1 - 5 jt 0.3% 0.0% 0.3% 0.5% Rp4,1 - 5 jt 0.2% 0.3% 0.2% 0.0% 0.5%

>Rp5 jt 1.7% 0.3% 0.3% 0.5% >Rp5 jt 0.8% 0.3% 0.2% 0.7% 0.8%

Total 57.3% 14.0% 14.3% 14.3% Total 12.7% 20.7% 10.0% 4.7% 52.0%

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

TBM

Rp1 - 2 jt 6.3% -4.9% -5.8% 5.56% Rp1 - 2 jt -10.5% 10.2% 6.5% -16.7% 4.3%

Rp2,1 - 3 jt -6.4% 0.0% -11.1% 42.11% Rp2,1 - 3 jt 62.5% 7.0% 4.8% 66.7% -23.7%

Rp3,1 - 4 jt -4.0% -54.5% -43.8% 7.14% Rp3,1 - 4 jt -16.7% -40.0% -57.1% -20.0% 0.0%

Rp4,1 - 5 jt 0.0% -100.0% -33.3% -25.00% Rp4,1 - 5 jt -66.7% 100.0% 0.0% -100.0% -25.0%

>Rp5 jt 233.3% 100.0% 100.0% -57.14% >Rp5 jt 25.0% 0.0% #DIV/0! 300.0% 0.0%

Total 4.6% -8.7% -13.1% 7.5% Total 4.1% 3.3% 0.0% 12.0% -3.1%

*Perubahan tw IV 2016 dibandingkan tw III 2016 *Perubahan tw IV 2016 dibandingkan tw III 2016

Pengeluaran/

bln

Perubahan Debt Service Ratio (DSR)*

Pengeluaran/

bln

Perubahan Tabungan*

Pengeluaran/

bln

Triwulan IV 2016

Pengeluaran/

bln

Triwulan IV 2016

Debt Service Ratio (DSR) Tabungan

Sumber : Survei Konsumen, diolah

Meskipun risiko dari sisi kredit meningkat, ketahanan sektor rumah tangga pada triwulan IV

2016 masih terjaga. Hal ini tercermin pada rasio NPL kredit konsumsi yang mengalami

penurunan pada triwulan IV 2016 sebesar 1,01%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

sebesar 1,19%. Rasio tersebut masih berada di bawah ambang batas maksimal sebesar 5%.

Sementara itu, outstanding kredit konsumsi yang disalurkan bank umum di Provinsi NTB pada

triwulan IV 2016 sebesar Rp15,6 Triliun, atau tumbuh 12,05% (yoy). Pertumbuhan tersebut

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,35% (yoy).

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 59

Grafik 4.7 Perkembangan Kredit Konsumsi

Grafik 4.8 Rasio NPL Kredit Konsumsi

Rasio NPL kredit konsumsi terbesar adalah Kredit Ruko atau Rukan yaitu sebesar 2,16%. Rasio

NPL kredit konsumsi terbesar berikutnya secara berurutan adalah rasio NPL Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) sampai dengan tipe 70, kredit kendaraan bermotor, KPR di atas tipe 70, dan kredit

konsumsi lainnya, yang masing-masing sebesar 2,10%, 1,49%, 1,15%, dan 0,73%. Rasio NPL

kredit tersebut masih di bawah ambang batas maksimal yaitu sebesar 5%.

Grafik 4.9 Perkembangan KPR

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

Perlambatan pertumbuhan dialami oleh penyaluran KPR sampai dengan tipe 70 dan KPR di atas

tipe 70 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,34% (yoy) dan 5,32% (yoy), lebih

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 60

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 10,90% (yoy) dan

6,77% (yoy).

Sementara itu, penyaluran kredit ruko atau rukan dan kendaraan bermotor masih mengalami

penurunan yaitu masing-masing sebesar 2,44% (yoy) dan 7,26% (yoy) pada triwulan IV 2016.

Penurunan tersebut terjadi sejak triwulan I 2016.

Penurunan kredit ruko atau rukan tersebut berdasarkan hasil Survei Liaison kepada pelaku

usaha diperkirakan karena berubahnya prilaku bisnis yang lebih memilih untuk melakukan sewa

tempat di perbelanjaan modern dibandingkan membeli atau menyewa ruko. Kehadiran pusat

perbelanjaan atau mall baru di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat menjadi alternatif

baru dalam berbelanja, sehingga pelaku bisnis mengikuti tren tersebut dengan membuka gerai

di mall baru. Namun, diperkirakan penurunan penjualan ruko atau kredit ruko hanya sementara,

terkait dengan keterbatasan tempat di mall.

4.3 ASESMEN LEMBAGA KEUANGAN

4.3.1 Perkembangan Bank Umum

Jumlah bank umum dan BPR/S di NTB pada triwulan IV 2016 masih sama dengan triwulan

sebelumnya, yaitu masing-masing sebanyak 32 bank umum dan 32 BPR/S. Jumlah kantor BPR/S

masih sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebanyak 123 kantor, sedangkan jumlah kantor

bank umum mengalami penurunan dari 426 kantor pada triwulan III 2016 menjadi 413 kantor

pada triwulan IV 2016.

Tabel 4.5

Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di NTB

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA), diolah

I II III IV

Bank Umum 26 26 28 30 32 32 32 32

Konvensional 21 21 22 24 25 25 25 25

UUS 1 6 12 12 17 2 2 4

Syariah 5 5 6 6 7 7 7 7

Jumlah Kantor Bank Umum 132 199 212 215 453 426 426 413

BPR/S 32 32 32 32 32 32 32 32

Jumlah Kantor BPR/S 120 123 123 123 123 123 123 123

Total Kantor Bank 252 322 335 338 576 549 549 536

2015201420122011KATEGORI2016

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 61

Tabel 4.6

Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB

INDIKATOR BANK UMUM

(RP Milyar) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4

Aset 22,741 26,762 27,765 28,845 29,520 29,655 31,439 32,309 32,190 37,903

Kredit - Lokasi Bank 18,405 21,261 21,780 22,537 22,900 23,999 24,773 25,812 26,272 31,402

- Modal Kerja (Lokasi Bank) 5,784 6,789 6,881 7,129 6,898 7,258 7,581 8,044 8,157 8,875

- Investasi (Lokasi Bank) 2,409 2,382 2,474 2,581 2,584 2,813 2,900 2,974 3,041 6,921

-Konsumsi (Lokasi Bank) 10,212 12,090 12,425 12,826 13,418 13,928 14,293 14,795 15,075 15,606

Kredit UMKM 6,395 7,399 7,563 7,691 7,478 7,941 8,264 8,880 9,034 9,695

Dana Pihak Ketiga 14,445 16,798 17,276 18,245 19,198 19,368 20,015 20,855 20,787 21,245

- Giro 1,657 2,136 3,107 3,688 3,704 2,853 3,829 3,826 3,567 3,435

- Tabungan 9,202 9,836 8,529 8,779 9,578 11,409 9,799 10,560 10,718 12,244

- Deposito 3,585 4,826 5,640 5,778 5,916 5,106 6,387 6,468 6,502 5,567

NPL (%) 1.40 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58

LDR (%) 127.42 126.57 126.08 123.52 119.29 123.91 123.77 123.77 126.39 147.81

Kredit - Lokasi Proyek 22,724 25,866 26,567 26,992 27,420 27,659 28,285 28,882 28,633 31,536

- Modal Kerja (Lokasi Proyek) 8,567 9,392 9,532 9,463 9,440 9,121 9,299 9,236 8,669 9,403

- Investasi (Lokasi Proyek) 3,090 3,268 3,458 3,562 3,615 3,829 3,935 4,092 4,082 5,750

- Konsumsi (Lokasi Proyek) 11,067 13,206 13,577 13,968 14,365 14,709 15,051 15,554 15,882 16,384

201620142013 2015

Grafik 4.11 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit

Bank Umum di Prov. NTB

Grafik 4.12 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum di

Prov. NTB

Secara umum, kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan IV 2016

mengalami peningkatan pertumbuhan. Total aset bank umum di Provinsi NTB pada triwulan

IV 2016 mencapai Rp37,9 Triliun atau tumbuh sebesar 27,82% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan III 2016 yang mencapai Rp32,19 Triliun atau tumbuh sebesar 9,04% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan aset bank umum sejalan dengan peningkatan pertumbuhan pada penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit.

Sebagian besar aset bank umum di NTB merupakan aset pada kelompok bank pemerintah

dengan porsi sebesar 75,96%, sementara kelompok bank swasta nasional dan bank asing

campuran masing-masing sebesar 23,86% dan 0,17%. Jika dilihat berdasarkan tingkat

pertumbuhan tahunan, aset bank pemerintah dan bank swasta mengalami peningkatan

pertumbuhan masing-masing sebesar 34,63% (yoy) dan 11,26% (yoy) pada triwulan IV 2016,

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 62

lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016 dimana masing-masing tumbuh sebesar 10,08%

(yoy) dan 7,04% (yoy). Sedangkan aset bank asing dan campuran mengalami penurunan

sebesar 52,57% (yoy). Penurnan tersebut telah dialami selama 4 (empat) triwulan berturut-turut

(triwulan I s.d. triwulan IV 2016).

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan aset bank umum, pertumbuhan penghimpunan DPK

juga mengalami peningkatan. Jumlah nominal DPK bank umum pada triwulan IV 2016 sebesar

Rp21,25 Triliun atau tumbuh sebesar 9,69% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan III 2016 yang tumbuh sebesar 8,28% (yoy). DPK bank umum di Provinsi NTB

didominasi oleh tabungan dengan porsi sebesar 57,63% dari total DPK yang dihimpun, diikuti

dengan deposito dengan porsi sebesar 26,20% dan giro dengan porsi sebesar 16,17% dari

total DPK. Dilihat dari sisi pertumbuhan, hanya giro yang mengalami peningkatan

pertumbuhan, sedangkan tabungan dan deposito mengalami perlambatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penyaluran kredit bank umum juga mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 14,73%

(yoy) pada triwulan III 2016 menjadi 30,85% (yoy) pada triwulan IV 2016. Penyaluran kredit

bank umum pada triwulan IV 2016 mencapai Rp31,40 Triliun. Peningkatan pertumbuhan

penyaluran kredit tersebut terjadi pada kredit korporasi yang digunakan sebagai modal kerja

dan investasi, sedangkan kredit konsumsi mengalami perlambatan pertumbuhan.

4.3.2 Intermediasi Bank Umum

Kondisi intermediasi bank umum yang ditunjukkan dengan indikator Loan to Deposit

Ratio (LDR) menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar 147,81%. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran

kredit yang mengalami peningkatan jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan pertumbuhan

penghimpunan DPK. Rasio LDR yang mencapai di atas 100% menandakan bahwa bank umum

menggunakan sumber dana dari selain dari penghimpunan DPK. Bank umum di Provinsi NTB

melakukan transaksi antar kantor maupun antar bank untuk memenuhi likuiditas yang

digunakan untuk menyalurkan kredit, selain pemenuhan likuiditas yang berasal dari

penghimpunan DPK.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 63

Grafik 4.13 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR

Bank Umum di Prov. NTB

Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Bank Umum

di Prov. NTB

Penyaluran kredit bank umum di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016 sebesar Rp31,40 Triliun.

Jika memperhitungkan kantor cabang bank umum dari luar Provinsi NTB yang menyalurkan

kredit di Provinsi NTB (kredit berdasarkan lokasi proyek), kredit pada triwulan IV 2016

mencapai Rp31,54 Triliun. Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi

bank yang mengalami peningkatan, pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek

juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan IV

2016 sebesar 14,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2016

yang sebesar 4,43% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB di

dominasi oleh kredit konsumsi yaitu sebesar 49,70% dari total kredit, sedangkan porsi kredit

produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 28,26% dan 22,04%.

Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit dalam bentuk kredit produktif bank umum

di Provinsi NTB disalurkan kepada sektor perdagangan yang merupakan salah satu sektor

utama dalam PDRB Provinsi NTB. Porsi kredit perdagangan (tidak termasuk hotel dan restoran)

sebesar 24,81% dari total kredit atau 49,32% dari total kredit di sektor ekonomi produktif.

Jika berdasarkan lokasi proyek dimana kantor bank umum di luar Provinsi NTB yang

menyalurkan kredit di Provinsi NTB juga diperhitungkan, porsi kredit perdagangan sebesar

24,63% dari total kredit atau 51,52% dari total kredit sektor ekonomi produktif.

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 64

Grafik 4.15 Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.16 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sementara itu, kredit sektor pertanian dan perikanan yang juga merupakan kategori utama

dalam PDRB Provinsi NTB, porsi kreditnya relatif kecil hanya sebesar 2,55% (berdasarkan lokasi

bank) dan 2,55% (berdasarkan lokasi proyek) dari total kredit. Pelaku usaha sektor pertanian

dan perikanan di Provinsi NTB pada umumnya merupakan pelaku usaha individual yang

memanfaatkan pembiayaan dari modal sendiri atau pihak lain di luar perbankan.

4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah

Pembiayaan bank umum berbasis syariah merupakan salah satu pilihan pembiayaan bagi

masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat, baik konsumsi maupun usaha produktif. Peranan

perbankan syariah dalam intermediasi menunjukan perkembangan yang positif di Provinsi NTB

dan melengkapi layanan perbankan konvensional yang telah ada.

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 65

Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah

Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah

Pada triwulan IV 2016, pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah di

Provinsi NTB mencapai Rp2,24 Triliun atau tumbuh sebesar 13,87% (yoy). Seiring

dengan peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit pada bank umum secara keseluruhan,

pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah juga mengalami peningkatan

pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,50% (yoy).

Penyaluran pembiayaan syariah di Provinsi NTB selain dilakukan oleh bank umum syariah yang

berlokasi di Provinsi NTB juga dilakukan kantor bank umum syariah di luar Provinsi NTB. Jika

dihitung berdasarkan lokasi proyek, pembiayaan bank umum syariah pada triwulan IV 2016

mencapai Rp2,49 Triliun atau tumbuh sebesar 11,17% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit

melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,44% (yoy).

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 66

4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Tabel 4.7 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi NTB

INDIKATOR BPR 2014

(Rp Juta) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4

TOTAL ASET 952,859 1,096,219 1,111,458 1,092,677 1,179,160 1,240,182 1,279,275 1,242,226 1,283,363 1,343,045

DPK 600,928 689,598 708,847 673,150 741,788 824,030 840,082 791,495 836,195 888,126

TABUNGAN 338,441 371,749 362,031 338,546 382,795 440,009 435,661 410,716 439,888 488,863

DEPOSITO 262,487 317,849 346,816 334,604 358,993 384,021 404,421 380,779 396,308 399,263

Kredit BPR 708,744 820,194 851,880 869,937 879,928 899,951 937,745 954,530 946,727 982,647

MODAL KERJA 422,105 496,610 517,928 522,119 522,700 548,441 582,126 598,851 594,493 629,303

INVESTASI 46,930 60,851 59,690 63,507 66,067 65,992 65,257 61,701 60,967 59,868

KONSUMSI 239,710 262,733 274,262 284,311 291,161 285,518 290,362 293,977 291,267 293,477

% NPL 9.72% 8.04% 9.10% 9.09% 9.65% 8.14% 8.92% 9.59% 10.25% 10.51%

% LDR 117.94% 118.94% 120.18% 129.23% 118.62% 109.21% 111.63% 120.60% 113.22% 110.64%

2013 2015 2016

Sejalan dengan perbankan umum, pertumbuhan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

juga mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV 2016. Aset BPR pada

triwulan IV 2016 mencapai Rp1,34 Triliun atau tumbuh sebesar 14,02% (yoy). Pertumbuhan

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,84% (yoy).

Penghimpunan DPK dan penyaluran kredit BPR pada triwulan IV 2016 juga mengalami

peningkatan pertumbuhan. Total penghimpunan DPK BPR pada triwulan IV 2016 mencapai

Rp888,13 Miliar atau tumbuh sebesar 15,62% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2016 yang

sebesar 12,73% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit BPR pada triwulan IV 2016 mencapai

Rp982,65 Miliar atau tumbuh sebesar 11,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,59% (yoy).

Rasio NPL mengalami peningkatan, yaitu dari 10,25% pada triwulan III 2016 menjadi 10,51%

pada triwulan IV 2016. Sedangkan rasio LDR BPR mencapai 110,64%, menunjukkan

penurunan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 113,22%. Rasio NPL BPR yang masih

tinggi di atas bank umum dan adanya peningkatan menunjukkan risiko kredit bagi BPR yang

semakin meningkat. Ke depan, selain meningkatkan fungsi intermediasinya, BPR juga

diharapkan dapat meningkatkan prinsip kehati-hatiannya dalam penyaluran kredit guna

menekan rasio NPL BPR yang masih cukup tinggi tersebut.

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 67

Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat

4.4 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.4.1 Kredit UMKM

Kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB pada triwulan IV 2016

mencapai Rp9,7 Triliun, atau tumbuh sebesar 22,09% (yoy). Tingkat pertumbuhan kredit

UMKM tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016 yang sebesar 20,80% (yoy).

Sebagian besar kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum merupakan kredit modal kerja,

yaitu sebesar 77%, dan selebihnya merupakan kredit investasi sebesar 23%.

Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 4.21 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 68

4.4.2 PROGRAM PENGEMBANGAN KLASTER

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah mengembangkan program klaster

ketahanan pangan sejak tahun 2011. Sampai dengan tahun 2016 program pengembangan

klaster yang telah di kembangkan sejumlah 6 (enam) klaster antara lain:

1. Klaster Usaha Ternak Sapi di Sumbawa Barat (Tahun 2011 s.d 2014)

2. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima (2014 s.d 2016)

3. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa (2015 s.d 2017)

4. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur (2015 s.d 2017)

5. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara (2016 s.d 2018)

6. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur (2016 s.d 2018)

Progres pengembangan klaster eksisting sampai dengan triwulan IV 2016 meliputi:

1. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima

Pengembangan benih kedelai telah dilakukan di 3 kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu di

Kecamatan Bolo, Sosarita, dan Madapangga dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok,

yaitu Kelompok Kancoa Rida, Ndano Nonu, Mbanggu, Sosarita, dan Sola Melo. Luas areal

pengembangan benih kedelai di kelompok mencapai 51 Ha dan total benih yang telah

diproduksi pada triwulan III 2016 mencapai 61.600 kg. Sebagai wadah kelompok yang ada,

telah dibentuk KUB Ndano Rida. Beberapa anggota kelompok juga telah memperoleh

sertfikat melalui program PRONA seluas 6,30 Ha (ladang). Pada triwulan IV 2016, klaster

telah memasuki masa phasing out dimana pembinaan Bank Indonesia telah dilakukan

sudah mencapai 3 tahun. Setalah memasuki masa phasing out, pengembangan klaster

diserahkan sepenuhnya pada kelompok dan dinas terkait.

2. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa

Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo

Hulu, Kabupaten Sumbawa dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu Kelompok

Leang Bukal. Saat ini, kelompok telah memperoleh sertifikat program PRONA 70 persil (70

ha) lahan pertanian/ladang. Pemberian Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa

kandang kolektif dengan kapasitas 50 ekor telah diselesaikan secara swadaya oleh

kelompok dan diresmikan pada bulan Oktober 2016. Selama triwulan IV-2016, jumlah sapi

yang terjual sebanyak 18 ekor. Jumlah ternak tersedia yang dikandangkan saat ini sebanyak

69 ekor, 50 ekor diantaranya berada di kandang kolektif dan 19 ekor sisanya dipelihara

secara intensif di sekitaran kandang komunal. Pemasaran kelompok saat ini masih di pasar

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 69

lokal. Terkait akses keuangan, dari total anggota kelompok yang berjumlah 27 orang,

sebanyak 25 orang telah mendapatkan pinjaman KUR yang digunakan untuk pembelian

ternak sapi (bakalan) dan sebagian digunakan untuk usaha pertanian (pembelian pupuk,

bibit padi/jagung, dll).

3. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur

Pengembangan Klaster Cabai berlokasi di Desa Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur

dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok, yaitu Kelompok Tetu Tetu, Mele Maju,

Tojang Maju, Pade Kene, dan Patuh Kene. Cabai yang dikembangan di klaster ini adalah

cabai organik. Saat ini kelompok yang telah melakukan penanaman cabai organik

menggunakan MA 11 (cabai merah keriting) adalah Kelompok Mele Maju seluas 0,60 Ha

dan Kelompok Tojang Maju seluas 0,60 Ha. Total produksi selama triwulan IV 2016

sebanyak 3,6 ton. Pemasaran telah dilakukan baik di pasar lokal maupun ke luar daerah,

meliputi Batam, Pekan Baru, dan Palembang. Di pasar lokal, pemasaran telah dilakukan

baik di pasar tradisional maupun modern (supermarket) di Kab. Lombok Timur. Pemberian

Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa screenhouse seluas 0,10 Ha di Kelompok Tetu

Tetu telah diselesaikan pembangunannya dan telah diresmikan pada bulan Desember 2016.

Selain cabai organik, tanaman hortikultura lainnya yang ditanam di screenhouse Antara lain

tomat, terong, bayem merah, selada, dan sawi kembang. Sedangkan untuk Kelompok Pade

Kene dan Patuh Kene baru akan melakukan penanaman cabai organik pada tahun 2017.

4. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara

Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Genggelang, Kecamatan

Gangga, Kabupaten Lombok Utara dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu

Kelompok Ngiring Datu. Saat ini, Kelompok Ngiring Datu sudah memiliki kemampuan

dalam mengembangkan pupuk organik dan pakan menggunakan MA 11. Jumlah ternak

yang dikandangkan saat ini berjumlah 225 ekor sapi, ternak yang terjual sebanyak 25 ekor.

Anggota kelompok yang telah mendapatkan akses KUR sebanyak 12 orang dengan

nominal Rp25 Juta/orang.

5. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur

Pengembangan Klaster Ekonomi Kreatif di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela,

Kabupaten Lombok Timur dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok, yaitu Kelompok

Sundawa Makmur, Seleman Adil, Pesiraman, Aman Maksan, dan Santosa Sasak Tenun.

Penandatanganan MoU Klaster telah dilaksanakan pada Bulan Desember 2016. Kegiatan

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 70

yang dilakukan pada triwulan IV 2016 antara lain Pelatihan Capacity Building

(pengembangan motif tenun) dan Studi Banding ke Denpasar, Bali.

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 70

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Pada triwulan IV tahun 2016 terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai di Provinsi NTB. Hal ini

tampak dari net outflow pengedaran uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang keluar

(cash outflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang masuk (cash inflow). Peningkatan ini

sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang

berekspansi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 2,76% (qtq). Sementara itu,

sejalan dengan penurunan transaksi tunai, transaksi non tunai juga mengalami pertumbuhan,

baik transaksi RTGS maupun kliring pada triwulan IV 2016.

5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

5.1.1 Transaksi Pembayaran Tunai

Permintaan terhadap uang kartal triwulan IV 2016 mengalami peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi NTB, terutama

dari sisi konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah, yang tumbuh sebesar 2,76% (qtq)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,26% (qtq). Peningkatan

kegiatan konsumsi disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga seiring dengan

perayaan beberapa event pada triwulan IV 2016, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal,

dan libur panjang akhir tahun. Selain itu, dari konsumsi pemerintah, sebagian besar belanja

pemerintah baru direalisasikan pada akhir tahun.

Permintaan uang kartal masyarakat tampak dari indikator net outflow atau uang tunai yang

keluar lebih besar dibandingkan uang tunai yang masuk melalui pengedaran Bank Indonesia.

Selama triwulan IV tahun 2016, transaksi pembayaran secara tunai menunjukkan uang tunai

yang keluar bersih (net outflow) sebesar Rp47,82 Miliar. Uang tunai yang keluar dari Bank

Indonesia (cash outflow) lebih banyak dibandingkan uang tunai yang masuk (cash inflow). Uang

tunai yang masuk selama triwulan IV 2016 sebanyak Rp1,96 Triliun atau meningkat sebesar

56% (yoy) dibanding triwulan IV 2015. Sedangkan uang tunai yang keluar pada triwulan ini

sebesar Rp2,0 Triliun atau naik sebesar 26% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan uang tunai selama triwulan IV tahun

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 71

2016 di masyarakat meningkat. Faktor yang dominan menentukan tren permintaan uang tunai

adalah pola belanja pemerintah yang lebih tinggi pada triwulan ini, selain itu belanja rumah

tangga juga mengalami peningkatan seiring dengan adanya perayaan beberapa event besar,

seperti Maulid Nabi, Natal, dan libur panjang akhir tahun.

Grafik 5.2

Perkembangan Pengedaran Uang di Provinsi NTB

Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Inflow, Outflow,

dan Net Inflow di Provinsi NTB

(3,000)

(2,000)

(1,000)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2012 2013 2014 2015 2016

Rp. M

iliar

Inflow Outflow Net Inflow

-7,500

-6,000

-4,500

-3,000

-1,500

0

1,500

3,000

4,500

6,000

7,500

10

0,0

00

50

,00

0

20

,00

0

10

,00

0

5,0

00

2,0

00

1,0

00

1,0

00

50

0

20

0

10

0

Ribu Lembar

Tw II-'15 Tw III-'15 Tw IV-'15 Tw I-'16 Tw II-'16 TWIII-16 TW IV-'16

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 72

Tabel 5.1

Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan (ribu lembar)

Jumlah

100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50 UK+UL

Inflow 9,828 13,855 1,622 2,440 3,505 4,249 1,640 132 1,114 35 53 - 38,473

Outflow 3,442 7,648 2,272 3,124 4,056 3,999 857 722 224 290 207 12 26,852

Net Flow 6,386 6,207 (650) (685) (550) 251 783 (590) 890 (255) (154) (12) 11,621

Inflow 5,300 8,159 1,438 1,937 2,742 3,790 1,234 75 538 21 34 - 25,266

Outflow 8,770 12,070 2,124 3,845 5,362 5,629 637 847 282 386 331 21 40,304

Net Flow (3,470) (3,911) (687) (1,908) (2,620) (1,839) 597 (772) 256 (366) (297) (21) (15,038)

Inflow 10,288 11,045 1,680 3,107 4,320 4,536 1,181 85 886 28 39 - 37,194

Outflow 10,445 11,530 2,625 6,212 8,652 8,622 2,331 501 301 377 434 4 52,034

Net Flow (157) (485) (945) (3,105) (4,332) (4,086) (1,150) (416) 585 (350) (395) (4) (14,840)

Inflow 7,404 8,450 1,792 2,599 4,044 4,843 1,516 44 508 35 40 - 31,275

Outflow 8,532 9,107 1,381 2,220 3,679 4,019 445 166 300 250 200 - 30,300

Net Flow (1,128) (657) 411 379 364 824 1,071 (122) 208 (215) (160) - 975

Inflow 32,821 41,509 6,532 10,083 14,611 17,418 5,570 336 3,045 118 165 - 132,208

Outflow 31,190 40,355 8,403 15,401 21,748 22,268 4,269 2,237 1,107 1,303 1,172 37 149,489

Net Flow 1,631 1,154 (1,871) (5,318) (7,137) (4,851) 1,301 (1,901) 1,938 (1,185) (1,006) (37) (17,282)

Inflow 12,703 12,638 1,384 2,685 3,601 4,707 1,397 51 794 25 29 2 40,015

Outflow 3,390 9,749 1,685 2,781 4,045 4,454 323 212 209 275 241 1 27,364

Net Flow 9,313 2,889 (301) (95) (443) 253 1,074 (162) 585 (250) (212) 1 12,652

Inflow 5,869 9,196 1,191 2,224 2,995 3,860 1,471 31 688 11 9 - 27,544

Outflow 11,013 14,374 2,358 4,372 6,744 6,613 88 513 1 235 309 - 46,620

Net Flow (5,145) (5,177) (1,167) (2,148) (3,749) (2,753) 1,383 (483) 688 (224) (300) - (19,076)

Inflow 11,294 13,288 2,370 4,103 6,301 6,217 1,395 41 326 16 42 - 45,391

Outflow 12,187 18,066 2,226 4,042 6,817 6,722 76 499 53 240 365 0 51,294

Net Flow (893) (4,778) 144 61 (516) (505) 1,318 (459) 273 (224) (323) (0) (5,902)

Inflow 6,462 10,248 1,652 2,791 4,329 5,704 1,323 27 303 9 20 - 32,868

Outflow 8,467 13,670 1,201 2,100 2,879 3,074 30 540 122 306 382 0 32,771

Net Flow (2,006) (3,422) 451 692 1,450 2,630 1,293 (514) 182 (298) (362) (0) 97

Inflow 36,328 45,370 6,597 11,804 17,226 20,488 5,586 148 2,110 60 100 2 145,819

Outflow 35,058 55,858 7,469 13,294 20,485 20,863 518 1,766 384 1,056 1,297 2 158,048

Net Flow 1,269 (10,488) (872) (1,490) (3,258) (375) 5,068 (1,617) 1,727 (996) (1,197) 0 (12,229)

Inflow 15,481 18,180 1,722 3,063 4,278 4,749 1,638 35 125 13 5 0 49,289

Outflow 4,836 9,449 1,577 2,635 3,607 3,980 17 706 235 385 519 0 27,945

Net Flow 10,645 8,732 145 428 672 769 1,621 (671) (110) (373) (515) 0 21,344

Inflow 8,204 13,112 1,469 2,459 3,871 4,808 829 2 129 17 24 0 34,922

Outflow 19,654 21,860 3,950 8,074 12,615 13,422 36 1,279 758 807 869 0 83,325

Net Flow (11,450) (8,748) (2,481) (5,616) (8,745) (8,614) 792 (1,277) (629) (790) (845) 0 (48,403)

Inflow 16,396 19,537 2,961 5,390 6,357 6,845 1,317 40 136 8 11 0 58,999

Outflow 9,528 15,558 1,186 1,913 2,990 2,326 19 399 363 362 694 0 35,339

Net Flow 6,868 3,979 1,775 3,477 3,367 4,519 1,297 (358) (227) (355) (683) 0 23,660

Inflow 10,813 15,237 1,767 3,040 6,613 6,911 736 11 98 43 86 0 45,356

Outflow 10,900 16,744 1,335 2,552 3,110 4,108 60 712 690 447 464 0 41,123

Net Flow (87) (1,507) 431 489 3,503 2,802 676 (701) (592) (404) (378) 0 4,232

Inflow 50,894 66,067 7,919 13,953 21,119 23,313 4,519 89 488 80 126 0 188,566

Outflow 44,917 63,611 8,049 15,174 22,322 23,836 133 3,097 2,046 2,002 2,547 0 187,733

Net Flow 5,977 2,456 (129) (1,222) (1,203) (523) 4,386 (3,008) (1,558) (1,922) (2,421) 0 833

III

IV

Total

2015

I

Uang Kertas

III

IV

II

Uang LogamFlowTriwulanTahun

I

II

Total

2014

I

II

III

IV

Total

2016

Berdasarkan pecahan uang, baik cash inflow maupun cash outflow didominasi oleh

pecahan besar yakni Rp50.000,- dan Rp100.000,- sebesar 57,44% dari total lembar cash

inflow dan 67,22% dari total lembar cash outflow pada triwulan IV 2016. Demikian pula

pada triwulan sebelumnya, pecahan besar juga mendominasi baik cash inflow ataupun cash

outflow. Hal ini menunjukkan pilihan masyarakat saat ini lebih cenderung untuk menggunakan

pecahan besar dibandingkan pecahan kecil untuk melakukan transaksi. Kecenderungan tersebut

antara lain diakibatkan oleh pembayaran gaji di beberapa instansi yang masih menggunakan

uang tunai dan sebagian besar pecahan besar. Selain itu, sebaran mesin ATM di NTB mayoritas

didominasi oleh ATM pecahan besar. Masyarakat juga lebih memilih menggunakan uang

pecahan besar dengan pertimbangan efisiensi dalam melakukan transaksi. Namun demikian,

Bank Indonesia tetap berupaya untuk menyediakan uang kartal baik dalam pecahan besar

maupun pecahan kecil secara optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 73

Dalam rangka peningkatan kualitas dan pemenuhan permintaan uang Rupiah dengan pecahan

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB

telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pelayanan Kas Keliling sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas uang di masyarakat baik

di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kedepan, layanan Kas Keliling akan terus diperluas ke

pulau-pulau terpencil di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

b. Untuk meningkatkan efisiensi perbankan dan optimalisasi pengelolaan uang, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB mendorong Transaksi Uang Kartal Antar Bank

(TUKAB). Selain itu, kerja sama dengan perbankan dalam rangka memberikan pelayanan

penukaran uang juga akan terus ditingkatkan. Untuk keterjangkauan pelayanan perkasan di

Pulau Sumbawa, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah melakukan kerjasama

Kas Titipan dengan BPD di Kota Bima dan akan membuka Kas Titipan di Kabupaten

Sumbawa pada triwulan I 2017.

c. Sosialisasi 3D (Didapat, Disayang, Disimpan) kepada semua lapisan masyarakat agar kualitas

uang yang beredar tetap terjaga.

d. Sebagai upaya peningkatan kualitas uang, pada semester I 2016 telah dilakukan survei untuk

mengetahui soil level uang yang beredar di masyarakat. Survei ini sebagai bagian dari strategi

kedepan dalam upaya peningkatan kualitas uang.

5.1.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai

Pada triwulan IV 2016, transaksi non tunai juga menunjukkan peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya. Peningkatan transaksi tersebut merupakan indikator yang baik dalam

sistem pembayaran, terutama dalam mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Dalam

rangka untuk terus meningkatkan transaksi non tunai, Bank Indonesia bersama berbagai pihak

terus mendorong pemanfaatan uang elektronik melalui GNNT. GNNT ini ditujukan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai yang dapat

mendukung sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar. Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTB, dalam berbagai kesempatan baik di lingkungan pemerintahan, pelaku

usaha, akademisi, dan masyarakat umum terus melakukan sosialisasi GNNT.

Transaksi non tunai baik RTGS maupun kliring secara keseluruhan pada triwulan IV

2016 secara nominal mencapai Rp8,7 Triliun, tumbuh 15,81% (yoy) atau 8,07% (qtq).

Sedangkan jumlah warkat secara keseluruhan mencapai 110,9 ribu lembar, meningkat 23,44%

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 74

(yoy) atau 9,47% (qtq). Jumlah nominal transaksi RTGS lebih rendah dibandingkan dengan

transaksi kliring.

Grafik 5.3

Perkembangan Transaksi Non Tunai

Pada triwulan IV 2016, nilai RTGS mencapai Rp4,17 Triliun atau tumbuh sebesar

10,68%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 20,88%

(yoy). Sedangkan jumlah warkat RTGS pada triwulan IV 2016 mencapai 1,09 ribu lembar atau

tumbuh negatif 55,23% (yoy). Meskipun sama-sama tumbuh negatif, pertumbuhan negatif

jumlah warkat RTGS di triwulan IV-2016 lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh negatif sebesar 17,49% (yoy).

Transaksi kliring triwulan IV 2016 mencapai Rp4,54 Triliun atau tumbuh sebesar

20,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

71,51% (yoy). Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan nominal transaksi kliring, jumlah

warkat kliring juga tumbuh melambat pada triwulan IV-2016, yaitu dari 52,55% (yoy) pada

triwulan III-2016 turun menjadi 25,64% (yoy) pada triwulan IV-2016.

0

20

40

60

80

100

120

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016

Rp

Mill

iar

RTGS (Rp Miliar) Kiri KLIRING (Rp Miliar) Kiri

Warkat KLIRING (Ribu) Kanan Warkat RTGS (Ribu) Kanan

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 75

Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS

Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring

0

200

400

600

800

1000

1200

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

2500.00

3000.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2013 2014 2015 2016

RTGS (Rp Miliar) Kiri Warkat RTGS (Ribu) Kanan

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2013 2014 2015 2016

KLIRING (Rp Miliar) Kiri Warkat KLIRING (Ribu) Kanan

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Kesejahteraan Masyarakat 66

6

6

6

6

6

BAB 6 KESEJAHTERAAN

Indikator kesejahteraan Provinsi NTB pada tahun 2016 secara umum menunjukkan pertumbuhan

dalam skala terbatas, dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan tingkat kemiskinan. Tingkat

kemiskinan cenderung menurun sepanjang tahun 2016 seiring laju inflasi tahun 2016 yang relatif

rendah dan terkendali.

6.1 UMUM

Indikator kesejahteraan Provinsi NTB menunjukkan pertumbuhan meski dalam skala

yang terbatas di tengah pertumbuhan sektor ekonomi non-tambang pada tahun 2016.

Hal itu terlihat dari pemantauan beberapa indikator kesejahteraan di Provinsi NTB. Nilai Tukar

Petani Provinsi NTB menunjukan perlambatan pertumbuhan pada tahun 2016 setelah mengalami

pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2015. Dari sisi tingkat kemiskinan, laju penduduk miskin

pada tahun 2016 menurun cukup signifikan.

Survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia hingga akhir tahun 2016 menunjukan adanya

perbaikan keyakinan konsumen ke depan. Hal tersebut didorong oleh keyakinan konsumen akan

kondisi ekonomi saat ini dan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi kedepan yang

menunjukan arah perbaikan.

6.2 NILAI TUKAR PETANI

Nilai tukar petani Provinsi NTB sepanjang tahun 2016 menunjukan pertumbuhan

dibandingkan tahun 2015, walaupun melambat jika dibandingkan pertumbuhan tahun

2015. Hingga bulan Desember 2016 Indeks NTP Provinsi NTB mencatatkan angka 106.56, atau

tumbuh 0,32% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. NTB beberapa kelompok menunjukkan

penurunan dan berada di bawah 100, seperti NTP kelompok hortikultiura dan kelompokn kebun.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Kesejahteraan Masyarakat 67

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.1 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.2 Perbandingan Laju NTP dan Inflasi Provinsi NTB

Indeks NTP terdiri dari dua indeks pembentuknya, yaitu indeks yang diterima petani dan indeks

yang dibayarkan oleh petani. Pada tahun 2016, indeks diterima petani tumbuh 3,79% (yoy), lebih

rendah dari tahun sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 8,75% (yoy). Di sisi lain Indeks dibayar

petani tahun 2016 tumbuh 3,8% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh

mencapai 2,3% (yoy).

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.3 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB

Sumber: bmkg.go.id

Grafik 6.4 Perkembangan Indeks El Nino

Pertumbuhan nilai NTP yang terbatas diperkirakan karena produktivitas pertanian yang menurun

di tahun 2016 karena pengaruh fenomena El Nino di awal tahun. Perkembangan indeks El Nino

dari BMKG mengkonfirmasi fenomena El Nino yang mencapai puncaknya pada awal tahun 2016.

10.05

6.55

3.99

9.51

7.23

3.412.61

-1.36

0.77

-0.84

-2.11

-0.26

6.31

0.32

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inflasi NTB (% yoy) Pertumbuhan NTP NTB (kanan, % yoy)

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Kesejahteraan Masyarakat 68

NTP sektor tanaman hortikultura tahun 2016 tercatat 94,7, atau menurun 1,34% (yoy) dari NTP

sektor tersebut tahun 2015 yang tercatat 95,99. Perkembangan NTP petani hortikultura

sepanjang tahun 2016 terlihat fluktuatif sejalan dengan pergerakan harga komoditas

hortikultura, seperti cabai di pasar. Hal ini memerlukan langkah stabilisasi harga untuk menjaga

kestabilan NTP petani hortikultura, seperti menjaga ketersediaan pasokan antar waktu sehingga

dapat meredam gejolak harga bahan pangan.

Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia

Grafik 5.3 Perkembangan Harga Aneka Cabai

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 5.4 Pertumbuahan NTP Hortikultura

6.3 KEMISKINAN

Seiring dengan inflasi yang rendah pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin di Provinsi

NTB juga menurun. Penduduk miskin di Provinsi NTB pada bulan September 2016 tercatat

berkurang 17.870 jiwa, dengan presentase penduduk miskin sebesar 16,02% atau menurun

dibandingkan kondisi bulan Maret 2016 yang sebesar 16,48%. Kondisi demikian tidak lepas dari

laju inflasi yang rendah pada tahun 2016.

Penduduk miskin dihitung berdasarkan berapa jumlah penduduk yang pengeluaran per kapita

per bulannya berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan tersebut terbentuk dari

komposit harga-harga komoditas (makanan maupun non-makanan) yang berada di dalamnya,

sehingga tingkat inflasi menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan garis kemiskinan.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AU

G

SEP

OC

T

NO

V

DE

C

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AU

G

SEP

OC

T

NO

V

DE

C

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AU

G

SEP

OC

T

NO

V

DE

C

2014 2015 2016

Cabe Merah Besar Cabe Merah Keriting Cabe Rawit Hijau Cabe Rawit Merah

-8.00

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2014 2015 2016

Growth NTPH (Horti) Growth Nilai Tukar Petani (RHS)

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Kesejahteraan Masyarakat 69

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 5.5 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 5.6 Persentase Distribusi Penduduk Miskin

Penduduk miskin di Provinsi NTB masih didominasi oleh penduduk di pedesaan.

Sebanyak 51,84% penduduk miskin di Provinsi NTB terdapat di pedesaan, sisanya sebanyak

48,16% terdapat di perkotaan. Kondisi tersebut menunjukan pemerataan pertumbuhan ekonomi

yang masih dapat ditingkatkan di Provinsi NTB. Dengan pemerataan pendapatan, pertumbuhan

ekonomi total secara provinsi dapat ditingkatkan dengan lebih optimal. Memperbaiki kinerja

sektor-sektor ekonomi utama seperti sektor pertaniaan, melalui inovasi pertanian dan

penggunaan teknologi pertanian, serta mendorong tumbuhnya sektor ekonomi potensial yang

padat karya seperti pariwisata diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

6.4 INDIKATOR SURVEI KONSUMEN

Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukan indikasi adanya

perbaikan kondisi ekonomi ke depan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan

IV 2016 tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Peningkatan

pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan pertumbuhan kedua indeks pembentuknya,

yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Di akhir tahun

2016, Indeks Keyakinan Konsumen NTB masih menunjukkan angka yang tinggi, yaitu 120,3. Hal

ini menunjukkan masyarakat masih optimis terhadap kondisi ekonomi baik saat ini maupun ke

depan.

15.40

15.60

15.80

16.00

16.20

16.40

16.60

16.80

17.00

17.20

17.40

760,000

770,000

780,000

790,000

800,000

810,000

820,000

830,000

Maret-14 Sep-14 Maret-15 Sep-15 Maret-16 Sept-16

Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin

48%

52%

PendudukMiskinKota

PendudukMiskinDesa

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Kesejahteraan Masyarakat 70

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 5.7 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

95.0

105.0

115.0

125.0

135.0

145.0

155.0

165.0

Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov Jan Mar

May Jul Sep

Nov

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Linear (Indeks Keyakinan Konsumen (IKK))

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

Prospek Perekonomian Daerah 82

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2017 diperkirakan akan meningkat dibanding

triwulan I 2016, seiring dengan membaiknya kinerja sektor ekonomi utama. Tekanan inflasi pada

triwulan II 2017 diperkirakan juga meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi

masyarakat.

7.1 PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI NTB

Pada triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2017, yaitu sebesar 4,7 - 5,1% (yoy). Pertumbuhan tersebut diperkirakan

disumbang oleh sektor pengolahan, sejalan dengan pola produksi pabrik gula di Kabupaten

Dompu yang diperkirakan mencapai puncak panen pada triwulan II 2017 sehingga produksi

diperkirakan meningkat. Selain itu, perbaikan kinerja diperkirakan dialami oleh sektor tambang

seiiring dengan telah diterbitkannya izin ekspor konsentrat tembaga dengan kuota tahunan yang

dimulai sejak Februari 2017. Sektor potensial lainnya yang diperkirakan menyumbang tingkat

pertumbuhan di triwulan II 2017 adalah sektor perdagangan dan sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum. Kinerja kedua sektor tersebut diperkirakan menguat seiring dengan perkiraan

menguatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan tersebut.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan tumbuh

moderat. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun 2017 diperkirakan sebesar 4,2 - 4,7%

(yoy) atau pertumbuhan ekonomi tanpa tambang sebesar non tambang 7,0 7,5% (yoy).

Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB

Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Kategori Utama

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

2015 Tw IV 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 Tw IV 2017 Tw I 2017 Tw II

NTB non-tambang NTB - kanan

7,5

7,0

5,1

4,7

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

2015 Tw IV 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 Tw IV 2017 Tw I

Pertanian Perdagangan

Pertambangan (kanan) Industri Pengolahan

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

Prospek Perekonomian Daerah 83

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB non-tambang pada triwulan II 2017

diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I 2017. Operasional pabrik gula

diperkirakan mencapai tingkatan yang cukup optimal pada triwulan II 2017. Selain itu,

membaiknya sektor perdagangan seiiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat turut

meningkatkan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017.

7.2 PERKIRAAN INFLASI PROVINSI NTB

Tekanan inflasi pada triwulan II 2017 diperkirakan meningkat. Inflasi NTB di triwulan II

2017 diperkirakan sebesar 2,9 3,3% (yoy). Meningkatnya laju inflasi tersebut disebabkan oleh

menurunnya pasokan bahan pangan paska panen raya beras yang diperkirakan terjadi di triwulan

I 2017. Selain itu, perkiraan meningkatnya konsumsi masyarakat pada triwulan II 2017 turut

mendorong tekanan inflasi.

Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan Triwulan IV 2016

Grafik 7.6 Survei Konsumen Bank Indonesia

Pada tahun 2017, terdapat sejumlah risiko yang terkait dengan kelompok komoditas

administered price dan volatile food. Dari sisi kelompok volatile food, meski kondisi cuaca

berangsur normal sejak bulan Februari 2017, risiko terjadinya anomali cuaca seperti musim

kemarau yang disebabkan fenomena El Nino perlu dicermati. Selain itu, tingkat kunjungan

wisatawan yang diperkirakan masih cukup tinggi di tahun 2017 berisiko meningkatkan

permintaan masyarakat, sehingga perlu didukung oleh ketersediaan pasokan pangan yang

cukup. Sementara itu, perlu dicermati risiko administered price terkait dengan pengurangan

penerima subsidi listrik pada kelompok pelanggan 450VA dan 900VA yang dilakukan secara

2.90

3.30

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II

2014 2015 2016 2017

% -

Yo

y

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

190.0

200.0

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Sep Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Sep Oct

No

v

De

c

Jan

2015 2016 2017

Ekspektasi Inflasi

Perubahan harga umum 3 bulan yad

Perubahan harga umum 6 bulan yad

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat

Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

Prospek Perekonomian Daerah 84

bertahap, dan potensi disesuaikannya harga bahan bakar minyak seiring dengan sinyal

meningkatnya harga minyak dunia di tahun 2017.