KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA … · pembangunan ekonomi daerah. i KATA PENGANTAR...
Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA … · pembangunan ekonomi daerah. i KATA PENGANTAR...
KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Triwulan I-2013
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan
moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional
jangka panjang yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk
bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan
kebersamaan.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan
sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada
Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah.
i
KATA PENGANTAR
Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
tanpa sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 5,84% (yoy). Dari sisi permintaan,
pencapaian tersebut masih didorong oleh kinerja kegiatan konsumsi rumah tangga.
Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja
perekonomian NTB tercatat tumbuh positif mencapai 4,70 % (yoy).
Hingga triwulan I-2013, perkembangan harga barang dan jasa di NTB
menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Secara tahunan, laju inflasi di NTB
mencapai 5,18% (yoy), lebih rendah dibanding laju inflasi Nasional yang tercatat
sebesar 5,90% (yoy).
Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui
intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan
kredit pada posisi triwulan I-2013 yang mencapai 26,42% (yoy). Kinerja positif
intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang
tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif.
Di samping ulasan di atas, kajian ini juga mengupas perkembangan keuangan
daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke
depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun
stakeholders di daerah.
Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang akan
berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan
penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah.
Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak
terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,
dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu
penyediaan data sehingga kajian ini dapat dipublikasikan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Mataram, 7 Mei 2013KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARATDeputi Kepala Perwakilan,
Kamaruddin NurAsisten Direktur
ii
2013
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indeks Harga Konsumen 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33 145.62 146.87 146.83 151.81
-Kota Mataram 132.65 133.09 138.52 141.21 144.77 145.79 147.01 147.00 151.89
-Kota Bima 132.46 133.94 136.47 141.10 142.67 145.02 146.32 146.19 151.54
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.52 6.36 3.99 3.39
-Kota Mataram 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14 8.81 6.13 4.10 4.92
-Kota Bima 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71 7.45 7.22 3.61 3.66
PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,643.54 4,591.01 5,232.20 4,973.21 4,533.81 4,718.72 5,036.15 4,932.76 4,746.97
-Pertanian 1,106.81 1,102.34 1,324.52 1,197.16 1,112.31 1,172.49 1,402.47 1,259.75 1,133.92
-Pertambangan dan Penggalian 1,024.66 875.56 1,167.80 982.65 739.25 744.37 738.68 735.42 739.85
-Industri Pengolahan 235.36 244.42 256.44 237.55 245.08 253.00 265.66 248.36 253.81
-Listrik, gas dan air bersih 18.57 19.20 19.63 20.22 20.05 20.68 21.14 21.50 21.53
-Bangunan 367.59 394.21 416.77 443.42 387.70 410.69 434.82 466.43 431.43
-Perdagangan, Hotel dan Restoran 739.82 761.61 808.66 841.84 808.31 853.27 887.71 895.58 884.64
-Pengangkutan dan Komunikasi 379.13 395.24 418.73 433.83 407.60 426.46 437.97 458.94 428.31
-Keuangan, Persewaan dan Jasa 276.15 280.08 283.25 280.55 288.16 302.92 314.31 311.44 316.34
-Jasa 495.44 518.36 536.40 536.00 525.36 534.84 533.40 535.34 537.12
Pertumbuhan PDRB (yoy %) (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) 4.70
Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) 7.26 4.72 5.27 5.30 4.96 6.96 5.74 5.22 5.84
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82 136.69 156.22 168.67 38.53
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09 70.83 92.60 96.41 22.07
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24 59.91 54.64 77.90 53.67
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60 18.74 23.11 32.65 23.22
PERBANKAN
Total Aset (Rp triliun) 14.13 15.05 15.90 16.88 17.57 18.64 19.42 20.77 20.92
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 9.07 9.80 10.45 11.38 11.54 12.42 12.90 13.31 13.34
Kredit (Rp triliun) 10.39 11.17 11.78 12.37 12.96 14.17 14.82 15.67 16.38
Loan to Deposit Ratio 114.60 115.69 112.77 108.71 112.29 114.06 114.87 117.72 122.75
NPL gross (%) 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13 2.12 1.86 2.02
Bank Umum :
Total Aset (Rp triliun) 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46 17.52 18.25 19.51 19.62
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00 11.90 12.36 12.73 12.75
-Tabungan (%) 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01 54.93 54.24 62.46 54.63
-Giro (%) 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57 20.45 20.85 13.92 19.00
-Deposito (%) 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43 24.62 24.91 23.62 26.37
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32 13.49 14.12 14.97 15.66
-Modal Kerja 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69 4.23 4.29 4.75 5.00
-Investasi 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37 1.55 1.75 1.86 1.95
-Konsumsi 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26 7.71 8.08 8.37 8.70
Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73 2.68 2.86 2.83 2.82
-Kredit Modal Kerja 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67 0.71 0.78 0.85 0.90
-Kredit Investasi 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12 0.10 0.12 0.12 0.11
-Kredit Konsumsi 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94 1.87 1.96 1.87 1.81
Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29 8.08 8.34 8.84 9.30
-Kredit Modal Kerja 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50 1.74 1.66 1.79 1.85
-Kredit Investasi 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75 0.88 0.99 1.05 1.12
-Kredit Konsumsi 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04 5.47 5.69 6.00 6.33
Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78 2.07 2.18 2.48 2.63
-Kredit Modal Kerja 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26 1.42 1.44 1.64 1.73
-Kredit Investasi 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24 0.27 0.31 0.34 0.35
-Kredit Konsumsi 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28 0.37 0.43 0.49 0.55
Total Kredit MKM (Rp triliun) 9.53 10.24 10.74 11.26 11.80 12.84 13.38 14.15 14.76
Loan to Deposit Ratio 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98 113.35 114.18 117.61 122.80
NPL (%) 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70 1.68 1.42 1.55
2012INDIKATOR
2011
Provinsi Nusa Tenggara BaratINDIKATOR EKONOMI DAN MONETER
iii
2013
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
Bank Perkreditan Rakyat :
Total Aset (Rp triliun) 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11 1.12 1.17 1.26 1.29
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.41 0.42 0.43 0.51 0.53 0.52 0.53 0.58 0.60
-Tabungan (%) 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87 56.84 57.20 57.36 55.97
-Giro (%)
-Deposito (%) 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13 43.16 42.80 42.64 44.03
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64 0.68 0.70 0.69 0.72
-Modal Kerja 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39 0.42 0.43 0.43 0.45
-Investasi 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
-Konsumsi 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22 0.23 0.23 0.23 0.24
Loan to Deposit Ratio 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53 130.10 130.73 120.12 121.62
NPL (%) 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02 10.77 10.98 11.32 12.14
SISTEM PEMBAYARAN
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87 2,376.70 2,814.03 2,528.13 2,349.65
Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723 2,763 2,945 2,560
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54 38.33 46.13 42.14 39.16
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09 43.92 45.30 49.08 42.67
Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04 1,360.23 1,387.29 1,641.99 1,564.46
Volume Kliring Kredit (lembar) 28,020 28,129 29,331 32,452 32,247 32,410 31,828 36,479 36,443
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80 21.94 22.74 27.37 26.07
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 459.34 446.49 451.25 507.06 503.86 522.74 521.77 607.98 607.38
2012INDIKATOR
2011
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iv
Daftar Grafik.............................................................................................................................v
Daftar Tabel...........................................................................................................................viii
Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................ ix
Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1
1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1
1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1
1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................5
Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................16
2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................16
2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................17
2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................18
2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................19
2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................20
Boks 1 Pusat Informasi Harga Pangan Strategis: Upaya Meminimisasi Asimetri Informasi
di Provinsi Nusa tenggara barat............................................................................................23
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................24
3.1. Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat ..................................................24
3.2. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................28
3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .....................................................................................36
3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .......................................................................37
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................42
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................42
4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................42
Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................45
5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................45
5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................46
5.3. Pendidikan.................................................................................................................47
Boks 2 Klaster Usaha Sapi Membawa Perubahan Paradigma Masyarakat Desa Senayan,
Kabupaten Sumbawa Barat...................................................................................................49
Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................50
6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat....................................................50
6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................51
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3
Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3
Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3
Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3
Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4
Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4
Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4
Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri...........................................................................................................4
Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5
Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan IV-2012
Dan Triwulan I-2013..............................................................................................7
Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7
Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7
Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8
Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8
Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................8
Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.......9
Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat
ke Sektor Pertambangan......................................................................................9
Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................10
Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................10
Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel
Dan Restoran .......................................................................................................11
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12
Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12
Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................12
Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................12
Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13
Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13
Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut..........................13
Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13
Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan.......................14
Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15
Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................16
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013
vi
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................16
Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................17
Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................17
Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................18
Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................18
Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................20
Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................20
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................21
Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................21
Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................22
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................22
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................25
Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................25
Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...................................................................25
Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan ...........................................25
Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ..........................................................26
Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ..................................26
Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah.............................................26
Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah............................................26
Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR..............................................................................27
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan .................................27
Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi ..............................28
Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR.......................................28
Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum......................................................................30
Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum ........................................................................30
Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...............................................30
Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum........................................30
Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum .................................................................31
Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan.................................31
Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %) ......32
Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %) ......32
Grafik 3.21 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................34
Grafik 3.22 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)..................................................34
Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum ...........................34
Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM ...........................................................................34
Grafik 3.25 Perkembangan Rasi NPL Kredit UMKM Bank Umum ......................................35
Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................38
Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................39
Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........39
Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................40
Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................41
Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................41
Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....44
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013
vii
Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ......................................45
Grafik 5.2 Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia ..................................................................45
Grafik 5.3 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................46
Grafik 5.4 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan..................................47
Grafik 5.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................47
Grafik 5.6 Rata-rata Lama Sekolah .......................................................................................48
Grafik 5.7 Rasio Angka Melek Huruf ....................................................................................48
Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...................................................50
Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................50
Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................52
Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan............................................................................................52
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)..........................................2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%, yoy) .........................................6
Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)........................................................................................18
Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2013 di Kota
Mataram dan Bima ...............................................................................................19
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................29
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %) .........................................................33
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................33
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................36
Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum ......................................................37
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2013 ....................43
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan
Makro Ekonomi Regional
Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara
Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang
meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,22% (yoy)
menjadi 5,84% (yoy). Setelah berada pada tren pertumbuhan kontraksi,
kinerja perekonomian NTB dengan sektor pertambangan mampu menunjukkan
pertumbuhan yang positif tercatat sebesar 4,70% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 0,81% (yoy).
Dari sisi permintaan, positifnya pertumbuhan ekonomi NTB
dipengaruhi oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah. Kontribusi positif
terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil sebagai
komponen utama penggerak perekonomian NTB. Sementara itu, kinerja
kegiatan ekspor masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi.
Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja perekonomian NTB
dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan yang mampu
tumbuh positif setelah berada pada tren pertumbuhan negatif dalam periode
yang cukup lama. Selain itu, pencapaian tersebut didorong oleh meningkatnya
kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup
tinggi.
Perkembangan Inflasi
Sepanjang triwulan I-2013 inflasi di NTB cenderung mengalami
peningkatan dan berada di atas rata-rata historisnya. Secara tahunan,
pada triwulan I-2013 laju inflasi NTB tercatat sebesar 5,18% (yoy), jauh lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,99% (yoy). Kondisi
tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional yang mengalami
tekanan inflasi akibat permasahan yang relatif sama yaitu gangguan pasokan.
Pada triwulan I-2013, laju inflasi nasional cenderung mengalami peningkatan
yang tercatat sebesar 5,90% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
yang mencapai 4,30% (yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan I-2013 jauh lebih tinggi dibanding pergerakan
rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Januari 2013, laju inflasi
NTB tercatat sebesar 1,54% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya
yang tercatat sebesar 1,27% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya, tekanan
RINGKASAN EKSEKUTIF
x
laju inflasi pada akhir triwulan I 2013 justru berada pada level yang cukup
tinggi. Pada bulan Februari 2013, inflasi bulanan NTB tercatat sebesar 1,01%
(mtm), sedangkan bulan Maret 2013 tercatat sebesar 0,81% (mtm). Jauh lebih
tinggi dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar 0,55% dan -
0,23% (mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2013 juga cenderung
menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai 3,39% (qtq), jauh lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai -0,03% (qtq). Kondisi
tersebut terutama disebabkan melonjaknya tekanan inflasi pada kelompok
bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar.
Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami penurunan.
Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya
pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe rawit, bawang putih dan bawang
merah) dan sub kelompok sayur-sayuran (tomat sayur). Kondisi tersebut
disebabkan oleh gangguan pasokan akibat adanya kebijakan pembatasan impor
hortikultura khususnya pada komoditas bawang putih. Sedangkan gangguan
pasokan pada komoditas hortikultura lainnya disebabkan kondisi cuaca yang
kurang kondusif.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2013 inflasi
tahunan Kota Mataram jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima.
Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,92% (yoy), sedangkan inflasi
Kota Bima tercatat jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,22% (yoy). Dilihat dari
disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya
disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi volatile food.
Kinerja Perbankan
Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang
triwulan I-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut
tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total
aset secara gabungan tercatat Rp.20,92 triliun dengan angka pertumbuhan
mencapai 19,03%. Pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan Nusa Tenggara
Barat relatif baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi sebesar
122,75% dan didukung dengan risiko kredit yang rendah. Kinerja intermediasi
perbankan tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar
26,42% (yoy) atau mencapai Rp16,38 triliun, namun peningkatan tersebut
belum seiring diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya
tumbuh sebesar 15,64% (yoy) atau Rp13,35 Triliun.
RINGKASAN EKSEKUTIF
xi
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan I-2013 perkembangan transaksi keuangan secara
tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net inflow. Kondisi
tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash outflow)
yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan
kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah setoran
uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada triwulan I-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank
Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren
peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,42 triliun atau tumbuh signifikan
sebesar 17,62% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu
yang tumbuh hingga 24,46% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp739,80
miliar.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang
berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
tercatat mencapai Rp919,90 miliar yang tumbuh positif sebesar 34,45% (yoy),
lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh rendah
sebesar 24,67% (yoy) atau sebanyak Rp1,16 triliun. Jumlah aliran uang keluar
yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya
net inflow dengan jumlah mencapai Rp500,19 miliar.
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat
sepanjang triwulan I-2013 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan
lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara
non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,53
triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,35 triliun pada triwulan I-2013.
Sementara itu, pada triwulan I-2013 transaksi secara kliring kembali
menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,56 triliun (triwulan IV-
2012: Rp1,64 triliun).
Kinerja Keuangan Daerah
Pada triwulan I-2013, perkembangan realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) relatif lebih baik dibanding kinerja periode yang
sama tahun lalu.
Hingga akhir triwulan I-2013, kinerja penerimaan pendapatan
Pemprov. NTB tercatat mencapai Rp503,80 miliar atau sebesar 20,21% dari
target sepanjang tahun 2013. Pencapaian tersebut, lebih rendah dibanding
pencapaian triwulan I-2012 yang tercatat sebesar Rp583,95 miliar atau mencapai
26,05% dari total anggaran pendapatan tahun 2012.
RINGKASAN EKSEKUTIF
xii
Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
menunjukkan pencapaian sebesar 22,19%, lebih tinggi dibanding kinerja
komponen Dana Perimbangan (transfer) yang mencapai 19,64%. Relatif
rendahnya kinerja penerimaan Dana Perimbangan akibat minimnya penerimaan
dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (Sumber Daya Alam) serta Dana Alokasi
Khusus. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan
komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mampu mencapai
37,15%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum
terserap secara optimal yaitu pada komponen Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Pendapatan Retribusi Daerah.
Hingga akhir triwulan I-2013, realisasi belanja Pemprov. NTB tercatat
sebesar 18,18% atau sebesar Rp452,49 miliar dari target belanja tahun 2013.
Pencapaian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian
triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 9,59%.
Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi
dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai
mencapai Rp92,72 miliar atau sebesar 35,20% terhadap rencana anggaran
tahun 2013. Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dengan tingkat
realisasi mencapai 23,41% atau sebesar Rp174,28 miliar.
Kesejahteraan Masyarakat
Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri
menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang
periode laporan tercatat sebanyak 8.623 orang, turun 5,04% bila dibandingkan
triwulan IV-2012 yang tercatat sebanyak 9.081 orang. Namun demikian, kondisi
tersebut meningkat sebesar 10,32% dibanding dengan periode yang sama
tahun lalu, yang tercatat mencapai 7.816 orang.
Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali
menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata indeks NTP Nusa
Tenggara Barat tercatat sebesar 94,61 turun sebesar 0,69 point dibanding
triwulan lalu yang mencapai 95,30. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya
nilai tukar petani padi/palawija, perkebunan dan nelayan.
2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan II-2013
Prospek Ekonomi
Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara
Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan
berada pada kisaran 4,50% - 5,00% (yoy). Dari sisi permintaan,
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiii
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 diprediksi masih akan ditopang
oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama
pendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut didorong oleh semakin
membaiknya daya beli masyarakat seiring tibanya musim panen padi dan
meningkatnya aktivitas konsumsi akibat kegiatan pemilihan kepala daerah
(Gubernur NTB, Walikota Bima dan Bupati Lombok Timur) yang berlangsung
pada Mei 2013. Kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan masih tumbuh
tinggi selaras dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah NTB.
Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada pada tren
pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan
usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi
bisnis yang tercatat sebesar 26,10%.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong
oleh kinerja sektor-sektor andalan kecuali sektor pertambangan. Sektor
perdagangan hotel dan restoran diperkirakan menjadi sumber utama
pendorong pertumbuhan ekonomi seiring meningkatnya kegiatan
perdagangan hasil bumi (pertanian) dan meningkatnya kegiatan MICE1 akibat
kegiatan kampanye pemilihan kepala daerah serta membaiknya tingkat
kunjungan wisatawan. Kinerja sektor pertanian diperkirakan mampu tumbuh
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 sejalan dengan bertambahnya luas
lahan panen yang didukung oleh cuaca yang relatif kondusif. Sementara kinerja
sektor pertambangan diperkirakan belum menunjukkan pemulihan dan masih
berada pada tren pertumbuhan yang rendah. Masih berlangsungnya kegiatan
perluasan dinding tambang menyebabkan produksi konsentrat tembaga masih
berada dibawah kapasitas normalnya. Kegiatan tersebut diperkirakan akan
terus berlangsung hingga akhir 2013, sehingga kegiatan produksi konsentrat
tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar
mineral rendah sehingga jumlah konsentrat tembaga yang dihasilkan terbatas.
Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong
peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha
di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 diprediksi masih berada pada tren
meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain
permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang
diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini
Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan
pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut
1 Meetings, incentives, conferences, & exhibitions
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiv
sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran
kredit pada triwulan II-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan
suku bunga, sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak
awal tahun 2011.
Prospek Inflasi
Pada triwulan II-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat
diperkirakan kembali mengalami tren peningkatan dan diprediksi
berada pada kisaran 6,00% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi pada
awal triwulan II-2013 diperkirakan akan bergerak menurun dan kemudian akan
bergerak meningkat seiring berakhirnya musim panen padi dan kenaikan tarif
tenaga listrik. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan II-2013, kondisi sifat hujan yang
akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat cenderung di atas normal
yang berpotensi menekan laju inflasi.
Kondisi tersebut juga tercermin dari ekspektasi masyarakat akan
pembentukan harga barang dan jasa pada triwulan II-2013 yang terindikasi dari
indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang
cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
(Grafik 6.3). Peningkatan ekspektasi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh
ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan
bakar minyak.
Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi dipengaruhi oleh
terkendalanya pasokan hortikultura (bumbu-bumbuan dan buah-buahan) asal
impor yang mengalami pembatasan. Selain itu, terbatasnya pasokan solar
diperkirakan akan menyebabkan terbatasnya operasional angkutan transportasi
(truk) sehingga berpotensi mengganggu kelancaran distribusi pasokan komoditi
yang berasal dari luar NTB. Di sisi lain, berlangsungnya kegiatan panen padi
pada triwulan II-2013 akan menjadi faktor yang menahan laju inflasi.
1
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL
NUSA TENGGARA BARAT
1.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara
Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang
meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,22% (yoy)
menjadi 5,84% (yoy). Setelah berada pada tren pertumbuhan kontraksi,
kinerja perekonomian NTB dengan sektor pertambangan mampu
menunjukkan pertumbuhan yang positif tercatat sebesar 4,70% (yoy), lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 0,81% (yoy).
Dari sisi permintaan, positifnya pertumbuhan ekonomi NTB
dipengaruhi oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah. Kontribusi
positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil
sebagai komponen utama penggerak perekonomian NTB. Sementara itu,
kinerja kegiatan ekspor masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi.
Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja perekonomian NTB
dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan yang mampu
tumbuh positif setelah berada pada tren pertumbuhan negatif dalam periode
yang cukup lama. Selain itu, pencapaian tersebut didorong oleh
meningkatnya kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran
serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang menunjukkan
pertumbuhan yang cukup tinggi.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, positifnya kinerja pertumbuhan ekonomi NTB
utamanya disebabkan oleh kinerja konsumsi pemerintah yang mengalami
peningkatan tajam. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar
diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga hingga 2,99%. Di sisi lain,
penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB terbesar berasal dari kinerja ekspor
yang masih berada pada tren kontraksi dengan kontribusi negatif mencapai
2,56%. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi komponen utama
pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa masing-masing
sebesar 56,83% dan 19,39%.
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
2
a. Konsumsi
Pada triwulan I-2013, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar
5,31% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,04%
(yoy). Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
pemakaian listrik yang menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Sepanjang
triwulan I-2013, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di NTB
tercatat mencapai 155,13 juta kwh atau tumbuh sebesar 1,65% (yoy),
melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,24% (yoy).
Sementara data prompt indicator lainnya yaitu tingkat keyakinan
konsumen dan jumlah penjualan kendaraan bermotor menunjukkan arah yang
berbeda. Hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan tingkat
keyakinan konsumen dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah
penjualan kendaraan bermotor menunjukkan peningkatan yang tumbuh
sebesar 4,31% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
negatif sebesar 11,61% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk
konsumsi menunjukkan peningkatan. Hingga triwulan I-2013, penyaluran
kredit konsumsi tercatat mencapai Rp8,94 triliun, tumbuh sebesar 19,52% (yoy)
atau mencapai 54,60% dari total kredit yang disalurkan perbankan di NTB.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)
Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat2013
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**
Konsumsi Rumah Tangga 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 6.70 5.95 6.15 6.04 6.21 5.31
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 5.75 7.06 7.19 6.52 6.63 6.83
Konsumsi Pemerintah 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (1.73) 9.52 3.18 1.81 3.21 7.69
Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 21.31 20.45 10.14 2.09 12.87 0.61
Ekspor (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.08) (10.20) (20.18) (8.41) (13.72) (11.67)
Impor 9.11 17.54 6.59 6.31 9.81 (4.26) (6.92) 9.54 (6.02) (2.11) (7.46)
Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat
2013
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**
Konsumsi Rumah Tangga 2.58 2.53 2.28 2.33 2.42 3.45 3.16 2.96 3.07 3.15 2.99
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.07 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09
Konsumsi Pemerintah 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (0.26) 1.47 0.46 0.28 0.48 1.14
Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.46 6.38 3.07 0.72 4.06 0.23 Perubahan Stok 0.78 (1.09) (2.42) (6.55) (2.41) (9.23) (7.54) (2.77) (4.29) (5.83) 1.06
Ekspor (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (3.93) (2.64) (5.47) (2.12) (3.58) (2.65)
Impor (2.06) (3.80) (1.31) (1.38) (2.11) 1.07 1.86 (2.06) 1.45 0.51 1.84
Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70
2012
20122011
2011Uraian
Uraian
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
3
Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 16,26% (yoy).
b. Investasi
Kinerja kegiatan investasi (pembentukan modal tetap bruto) kembali
berada pada tren perlambatan. Pada triwulan I-2013, kinerja investasi tercatat
tumbuh sebesar 0,61% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan
sebelumnya yang tumbuh mencapai 2,09% (yoy). Kondisi tersebut berbeda
dengan data prompt indicator pertumbuhan tingkat pemakaian semen di NTB
menunjukkan peningkatan jumlah konsumsi semen. Sepanjang triwulan I-
2013, tingkat pemakaian semen tercatat mencapai 254,98 ribu ton atau
tumbuh sebesar 30,71% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu
yang tumbuh sebesar 28,18% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi,
kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk kegiatan investasi tumbuh
Grafik 1.1Perkembangan Konsumsi Listrik
Rumah Tangga
Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi
Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor
Sumber: Dispenda NTB
Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Konsumsi Listrik RT (juta kwh)
g-kons. listrik RT (%)-kanan
(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Mobil (unit) Motor (unit)growth total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanangrowth mobil (%,yoy)-kanan
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Level optimis
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0.001,000.002,000.003,000.004,000.005,000.006,000.007,000.008,000.009,000.00
10,000.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
4
melambat sebesar 41,72% (yoy) atau sebesar Rp1,98 triliun, lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh mencapai 58,26% (yoy).
c. Ekspor Impor
Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, perkembangan kegiatan
perdagangan barang antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren
kontraksi. Pada triwulan I-2013, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi yang
tercatat sebesar 11,67% (yoy), turun dibanding triwulan lalu yang terkontraksi
sebesar 8,41% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi
komponen yang memberikan sumbangan negatif mencapai 2,65% terhadap
pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan.
Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt
indicator rata-rata volume ekspor NTB di sepanjang triwulan I-2013 yang
mengalami kontraksi. Ekspor NTB sepanjang triwulan I-2013 tercatat mencapai
22,07 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 71,73% (yoy), turun tajam
dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 32,14% (yoy). Kondisi tersebut
Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto
Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri
Sumber : BKPM
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
30.80
407.10
20.90
6.30
357.40
114.80
160.90
2.65
211.50
27.90
2.60
11.70
0.20
31.90
-
8.70
4.80
14.77
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2011 2012 2013
PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar) - kanan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Pertumbuhan (%)-Kanan
0
5
10
15
20
25
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
Tw1* Tw2* Tw3* Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**Tw1**
2011 2012 2013
PMTB (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
5
ditenggarai dipengaruhi secara langsung oleh rendahnya produksi komoditas
tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.
Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB menunjukkan
penurunan. Pada triwulan I-2013, kegiatan impor tumbuh negatif sebesar
7,46% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan lalu yang
tumbuh negatif mencapai 6,02% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan data
prompt indicator volume impor sepanjang triwulan I-2013 tercatat sebesar
23,22 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 9,31% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tumbuh mencapai 49,86% (yoy).
1.3. SISI PENAWARAN
Pada sisi penawaran, membaiknya kinerja sektor andalan mampu
mendorong kinerja perekonomian NTB berada pada pertumbuhan yang positif.
Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar terhadap pertumbuhan
ekonomi diberikan oleh sektor perdagangan, hotel, restoran dengan
sumbangan sebesar 1,68%, kemudian disusul oleh sektor bangunan dengan
sumbangan sebesar 0,96%. Setelah beberapa periode sebelumnya memberikan
kontribusi negatif, sektor pertambangan mampu memberikan kontribusi
psositif sebesar 0,01%.
Pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan mengalami
peningkatan. Pada triwulan I-2013 pertumbuhannya tercatat mencapai 5,84%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 5,22%
(yoy). Kondisi tersebut utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja
sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran.
Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara
Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)
Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Cons Goods (kg)-kananCap Goods (kg)-kananRaw Mat (kg)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
Raw Mat (kg)
Cap Goods (kg)
Cons Goods (kg)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
6
Pada triwulan I-2013, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3
(tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 60,34% dari keseluruhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Pangsa tersebut
mengalami peningkatan dibanding triwulan lalu yang sebesar 59,93% yang
dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan. Pangsa sektor
terbesar dimiliki oleh sektor pertanian mencapai 24,56%, diikuti oleh sektor
pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing-masing
tercatat sebesar 18,36% dan 17,42%.
Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB tidak
mengalami pergeseran. Pada periode laporan, pangsa terbesar kembali dimiliki
sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan dengan pangsa mencapai 44,28%. Kemudian
diikuti oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) dengan pangsa
sebesar 42,92%. Selanjutnya, pangsa paling kecil diberikan oleh sektor
sekunder yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih serta sektor bangunan dengan pangsa sebesar 12,80%.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%,yoy)
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2013
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III**Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 10.47 1.10 2.65 2.96 4.08 0.50 6.36 5.89 5.23 4.57 1.94 Pertambangan dan Penggalian (25.23) (32.61) (19.59) (28.71) (26.36) (27.85) (14.98) (36.75) (25.16) (26.98) 0.08
Industri Pengolahan 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.13 3.51 3.60 4.55 3.94 3.56 Listrik,Gas dan Air Bersih 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 7.98 7.71 7.68 6.36 7.41 7.39 Bangunan 0.49 6.70 8.32 7.52 5.84 5.47 4.18 4.33 5.19 4.79 11.28Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 9.26 12.04 9.78 6.38 9.29 9.44 Transportasi dan Komunikasi 7.54 6.80 8.08 9.07 7.90 7.51 7.90 4.59 5.79 6.39 5.08 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan10.64 7.49 9.29 9.34 9.17 4.35 8.15 10.97 11.01 8.64 9.78 Jasa-jasa 4.75 3.73 5.12 2.63 4.04 6.04 3.18 (0.56) (0.12) 2.05 2.24 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70 PDRB Non Pertambangan 7.29 4.78 5.16 5.21 5.57 4.82 6.93 5.79 5.22 5.62 5.84
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2013
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III**Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 2.21 0.25 0.64 0.67 0.92 0.12 1.53 1.49 1.26 1.11 0.48 Pertambangan dan Penggalian (7.30) (8.74) (5.35) (7.65) (7.22) (6.15) (2.86) (8.20) (4.97) (5.62) 0.01 Industri Pengolahan 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 0.19 0.18 0.22 0.20 0.19 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.04 0.51 0.60 0.60 0.45 0.43 0.36 0.34 0.46 0.40 0.96 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.47 2.00 1.51 1.08 1.51 1.68 Transportasi dan Komunikasi 0.56 0.52 0.59 0.70 0.59 0.61 0.68 0.37 0.50 0.54 0.46 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan0.56 0.40 0.45 0.46 0.47 0.26 0.50 0.59 0.62 0.50 0.62 Jasa-jasa 0.47 0.38 0.49 0.27 0.40 0.64 0.36 (0.06) (0.01) 0.22 0.26 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70
2012
2012
2011
2011
Uraian
Uraian
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
7
Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode
Triwulan IV-2012 (kiri) dan Triwulan I-2013 (kanan)
Sumber : BPS Provinsi NTB
a. Pertanian
Pada triwulan I-2013, kinerja sektor pertanian tumbuh sebesar 1,94%
(yoy). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh
sebesar 5,23% (yoy). Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
yaitu luas lahan panen yang cenderung menunjukkan kinerja yang melambat.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
NTB kinerja produksi pertanian cenderung menunjukkan perlambatan.
Sepanjang triwulan I-2013, areal luas lahan panen komoditas padi di NTB
tumbuh negatif sebesar 10,46% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan
lalu yang tumbuh sebesar 6,46% (yoy). Sementara itu, kinerja produksi
tanaman padi sepanjang tahun 2013 diprediksi meningkat, diperkirakan
mampu tumbuh sebesar 3,99% (yoy) atau mencapai 2,2 juta ton gabah kering
giling.
Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB
7.26
4.725.27 5.30
4.96
6.96
5.745.22
5.84
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2011 2012 2013
Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)
Growth-PDRB NTB (%,yoy)
Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**Tw1**
2010 2011 2012 2013
Pertanian (%)PHR (%)Pertambangan (%)
Pertanian; 24.99%
Pertambangan dan Penggalian; 17.94%
Industri Pengolahan; 3.79%
Listrik,Gas & Air Bersih; 0.52%
Bangunan; 8.90%
Perdagangan, Hotel & Restoran ; 17.01%
Transportasi & Komunikasi; 7.99%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan;
5.82%
Jasa-jasa; 13.05%
Pertanian; 24.56%
Pertambangan dan Penggalian;
18.36%
Industri Pengolahan; 3.92%
Listrik,Gas & Air Bersih; 0.52%
Bangunan; 8.36%
Perdagangan, Hotel & Restoran ;
17.42%
Transportasi & Komunikasi; 7.52%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan; 6.07%
Jasa-jasa; 13.26%
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
8
Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat
Periode Luas Lahan Panen (Ha)
Produktivitas (Kuintal/Ha)
Produksi (Ton GKG)
2006 341,418 45.48 1,552,627
2007 331,916 45.99 1,526,347
2008 359,714 48.67 1,750,677
2009 374,279 49.98 1,870,775
2010 374,284 47.41 1,774,499
2011 418,062 49,45 2,067,137
2012* 426,837 49,56 2,115,404
2013* n/a n/a 2,200,000Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) III-2012 dan Road Map Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Provinsi NTB
Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Pertanian
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
0.0050.00
100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00500.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
Luas lahan tanam padi (ha)
Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTBAsumsi data Maret 2013 = Maret 2012
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
Luas lahan panen padi (ha)
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
9
Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit
pada sektor pertanian juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pada
triwulan I-2013, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian
tercatat mencapai Rp456,55 miliar atau tumbuh sebesar 44,80% (yoy), lebih
rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 76,28% (yoy).
b. Pertambangan
Setelah berada pada tren pertumbuhan negatif, kinerja sektor
pertambangan berada dalam pertumbuhan yang positif. Pada triwulan I-2013,
kinerja sektor pertambangan tumbuh positif sebesar 0,08% (yoy), jauh lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 25,16% (yoy).
Sementara data prompt indicator komoditas utama sektor pertambangan yaitu
produksi konsentrat tembaga masih menunjukkan terjadinya kontraksi
pertumbuhan. Sepanjang triwulan I-2013, total produksi konsentrat tembaga
tercatat sebesar 53,81 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 37,02% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 12,98%
(yoy).
Sama seperti periode sebelumnya, rendahnya produksi konsentrat
tembaga tersebut dipengaruhi oleh kegiatan perluasan area eksploitasi wilayah
pertambangan (pengupasan permukaan tanah) yang berada pada fase ke-
enam. Sehingga produksi konsentrat tembaga menjadi terbatas akibat
menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral
rendah.
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan
pada sektor pertambangan masih berada pada tren kontraksi. Pada triwulan I-
2013, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp7,36 miliar yang tumbuh
negatif sebesar 19,69% (yoy), membaik dibanding triwulan lalu yang tumbuh
negatif sebesar 45,93% (yoy).
Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan
di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-70%
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat
Tembaga Nusa Tenggara Barat
Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara
(60)
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
10
c. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menunjukkan
pertumbuhan yang meningkat. Pada triwulan I-2013, sektor PHR tercatat
tumbuh sebesar 9,44% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 6,38% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai dipengaruhi oleh
meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran yang
diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
permintaan konsumsi masyarakat seiring tibanya hari raya keagamaan yaitu
Maulid Nabi dan Nyepi.
Sementara kinerja sub sektor hotel dan restoran cenderung
menunjukkan perlambatan dan menahan laju pertumbuhan sektor PHR.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh situasi keamanan yang kurang kondusif
pada awal tahun akibat adanya gangguan keamanan (kerusuhan) di Sumbawa
dan relatif minimnya kegiatan MICE1 pada awal tahun.
Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan rata-rata lama serta jumlah
tamu menginap yang cenderung menurun. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata
tingkat hunian kamar hotel berbintang di NTB mencapai 41,14%, lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 52,26%. Sementara itu, rata-
rata lama tamu yang menginap di hotel berbintang cenderung meningkat dari
2,50 hari pada triwulan lalu menjadi 2,69 hari pada triwulan I-2013. Sementara,
perkembangan jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang selama
periode laporan menunjukkan penurunan yang tercatat sebanyak 74,33 ribu
orang (pangsa domestik sebesar 79,11%) yang tumbuh negatif sebesar 2,94%
(yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 107,33
ribu orang atau tumbuh sebesar 14,74% (yoy).
1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions
Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu
Sumber : BPS Provinsi NTB
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan
Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang
Sumber : BPS Provinsi NTB
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
11
Dari sisi pembiayaan, berbeda dengan pertumbuhan pada sektor ini,
pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR
menunjukkan perlambatan. Pada triwulan I-2013, outstanding credit untuk
sektor PHR mencapai Rp5,26 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 48,72%
(yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 54,85% (yoy).
d. Bangunan
Pada triwulan I-2013, kinerja sektor bangunan menunjukkan
peningkatan signifikan yang tumbuh sebesar 11,28% (yoy), jauh lebih tinggi
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy). Kondisi tersebut
turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator sektor bangunan
yaitu tingkat konsumsi semen di NTB yang tumbuh dalam level yang tinggi.
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pada triwulan I-2013 tingkat
konsumsi semen di NTB mampu tumbuh tinggi mencapai 30,71% (yoy) atau
mencapai 254,98 ribu ton, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh
sebesar 28,18% (yoy).
Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini juga
mengalami peningkatan dan berada pada tren pertumbuhan yang tinggi.
Hingga triwulan I-2013, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat
mencapai Rp493,63 miliar atau tumbuh sebesar 49,18% (yoy). Pertumbuhan
tersebut lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar
46,80% (yoy).
Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran
Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
12
e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menunjukkan
pertumbuhan yang melambat. Pada triwulan I-2013, sektor ini tumbuh sebesar
9,78% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar
11,01% (yoy). Pencapaian tersebut diperkirakan dipengaruhi kinerja sub sektor
keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja perkembangan
laba perbankan (sebelum pajak) di NTB yang tumbuh melandai.
Hingga triwulan I-2013, laba (sebelum pajak) kegiatan usaha perbankan
NTB tercatat tumbuh sebesar 9,52% (yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu
yang tumbuh sebesar 72,00% (yoy).
f. Transportasi dan Komunikasi
Kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan I-2013
mengalami perlambatan, yang tumbuh sebesar 5,08% (yoy), lebih rendah
Grafik 1.24
Perkembangan Kondisi Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2011 2012 2013
%Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kananDPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoyg-Kredit (kiri),yoy g-DPK (kiri),yoy
Grafik 1.25
Perkembangan Laba Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
-
10
20
30
40
50
60
70
80
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
%
Rp. J
t
Laba Perbankan (sblm pajak)Growth (yoy)-kanan
Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Bangunan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
13
dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,79% (yoy).
Melambatnya kinerja tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja sub sektor
transportasi angkutan udara (penumpang internasional) dan angkutan laut yang
melambat.
Pada triwulan I-2013, kegiatan transportasi melalui angkutan udara yang
tercermin melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat sebanyak 477,74
ribu penumpang atau tumbuh sebesar 10,34% (yoy), jauh lebih rendah
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh mencapai 35,87% (yoy). Kondisi
tersebut dipengaruhi oleh jumlah penerbangan penumpang internasional yang
melandai sehubungan telah berakhirnya musim pemberangkatan haji.
Sementara itu, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi kegiatan
transportasi melalui angkutan laut menunjukkan terjadinya perlambatan yang
tumbuh negatif sebesar 0,62% (yoy). Pertumbuhan tersebut turun tajam
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar
109,82% (yoy).
Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang
Angkutan Laut
Sumber : BPS Provinsi NTB
(100.00)
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
050,000
100,000150,000200,000250,000300,000350,000400,000450,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2011 2012 2013
Total Bongkar/Muat (ton)growth (%) - kanan
Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Transportasi dan Komunikasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik
Angkutan Udara
Sumber : PT Angkasa Pura I
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Penumpang Domestik (org)growth (%) - kanan
Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional
Angkutan Udara
Sumber : PT Angkasa Pura I
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
-100
-50
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Penumpang Internasional (org)growth (%) - kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
14
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi
dan komunikasi yang cenderung berada pada pertumbuhan yang tinggi juga
menunjukkan perlambatan. Hingga akhir triwulan I-2013, pembiayaan yang
disalurkan pada sektor ini tercatat sebesar Rp147,29 miliar atau tumbuh sebesar
61,49% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh tinggi
mencapai 89,27% (yoy).
g. Industri Pengolahan
Pada triwulan I-2013, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar
3,56% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar
4,55% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan data
prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri yang menunjukkan
perlambatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan I-2013, pemakaian konsumsi
listrik industri mencapai 10,57 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 73,01%
(yoy), melambat dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan IV-2012 yang
tercatat tumbuh sebesar 75,50% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini
kegiatan pembiayaan perbankan menunjukkan perlambatan. Hingga akhir
triwulan I-2013 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp162,10
miliar atau tumbuh sebesar 44,30% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu
yang hanya tumbuh sebesar 89,73% (yoy).
h. Listrik, Gas, dan Air Bersih
Pada triwulan I-2013, kinerja sektor listrik, gas dan air bersih mampu
tumbuh tinggi mencapai 7,39% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 6,36% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan
air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar 0,52% dalam pembentukan
struktur perekonomian NTB, sehingga tingginya pertumbuhan tersebut belum
Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PLN
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Industri (juta kwh)growth(%)-kanan
Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.00
20.0040.00
60.00
80.00100.00
120.00
140.00160.00
180.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
15
memiliki dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan
dipengaruhi oleh kinerja sub sektor gas dan air bersih yang mengalami
peningkatan. Sementara kinerja sub sektor listrik diperkirakan masih mengalami
perlambatan yang dikonfirmasi melalui perkembangan prompt indicator data
konsumsi listrik NTB yang melambat.
Sepanjang triwulan I-2013 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai
245,91 juta kwh atau tumbuh sebesar 6,45% (yoy), melambat dibanding triwulan
lalu yang tumbuh sebesar 11,99% (yoy) atau sebesar 260,22 juta kwh.
Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk rumah tangga pangsanya
mencapai 63,08%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,
pangsanya masing-masing sebesar 32,62% dan 4,30%.
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke
sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
Hingga triwulan I-2013, outstanding kredit pada sektor ini mengalami
peningkatan yang tercatat menjadi Rp6,89 miliar, tumbuh signifikan menjadi
sebesar 363,25% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh
sebesar 6,65% (yoy).
Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik
Sumber : PLN
0
5
10
15
20
25
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Total Konsumsi Listrik (juta kwh)growth(%)-kanan
Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor
Listrik, Air dan Gas
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
16
BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
2.1. KONDISI UMUM
Sepanjang triwulan I-2013 inflasi di NTB cenderung mengalami
peningkatan dan berada di atas rata-rata historisnya. Secara tahunan,
pada triwulan I-2013 laju inflasi NTB tercatat sebesar 5,18% (yoy), jauh lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,99% (yoy). Kondisi
tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional yang mengalami
tekanan inflasi akibat permasahan yang relatif sama yaitu gangguan
pasokan. Pada triwulan I-2013, laju inflasi nasional cenderung mengalami
peningkatan yang tercatat sebesar 5,90% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang mencapai 4,30% (yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan I-2013 jauh lebih tinggi dibanding pergerakan
rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Januari 2013, laju
inflasi NTB tercatat sebesar 1,54% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata
historisnya yang tercatat sebesar 1,27% (mtm). Berbeda dengan pola
historisnya, tekanan laju inflasi pada akhir triwulan I 2013 justru berada pada
level yang cukup tinggi. Pada bulan Februari 2013, inflasi bulanan NTB
tercatat sebesar 1,01% (mtm), sedangkan bulan Maret 2013 tercatat sebesar
0,81% (mtm). Jauh lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang masing-
masing sebesar 0,55% dan -0,23% (mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2013 juga
cenderung menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai 3,39% (qtq),
jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai -0,03%
(qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan melonjaknya tekanan inflasi
Grafik 2.1Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan
Grafik 2.2Perkembangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
pada kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan
bahan bakar. Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami
penurunan.
Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan pasokan bahan makanan
khususnya pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe rawit, bawang putih
dan bawang merah) dan sub kelompok sayur-sayuran (tomat sayur). Kondisi
tersebut disebabkan oleh gangguan pasokan akibat adanya kebijakan
pembatasan impor hortikultura khususnya pada komoditas bawang putih.
Sedangkan gangguan pasokan pada komoditas hortikultura lainnya
disebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2013 inflasi
tahunan Kota Mataram jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima.
Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,92% (yoy), sedangkan inflasi
Kota Bima tercatat jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,22% (yoy). Dilihat dari
disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya
disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi volatile food.
2.2. INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa
Tenggara Barat pada triwulan I-2013 cenderung bergerak meningkat yang
tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami kenaikan dari sebesar
-0,03% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 3,39% (qtq) pada triwulan
laporan. Angka tersebut juga lebih tinggi dibanding laju inflasi triwulanan
nasional yang juga mengalami peningkatan dan tercatat sebesar 2,43% (qtq).
Kecenderungan meningkatnya tekanan inflasi tersebut utamanya
berasal dari lonjakan tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan dan
kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar. Sementara pada kelompok
lainnya, tekanan inflasi cenderung mengalami penurunan terutama pada
Grafik 2.3Inflasi Triwulanan
Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman
Perumahan, air Sandang
Kesehatan Pendidikan, rekreasi
Transportasi, komunikasi
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
kelompok sandang. Berdasarkan sumbangannya, pembentuk laju inflasi
pada triwulan I-2013 didorong oleh kelompok bahan makanan yang
memberikan andil terbesar dalam pembentukan laju inflasi triwulanan,
kemudian diikuti kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar dan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
2.3. INFLASI TAHUNAN
Secara tahunan, pada triwulan I-2013 tekanan inflasi di Nusa
Tenggara Barat masih berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar
5,18% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar
3,99% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang juga
berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar 5,90% (yoy).
Berdasarkan kelompok komoditas, meningkatnya laju inflasi pada
triwulan I-2013 dibanding triwulan IV-2012 utamanya disebabkan oleh
melonjaknya harga pada kelompok bahan makanan. Kemudiaan diikuti oleh
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara laju inflasi pada kelompok
lainnya cenderung mengalami penurunan.
Grafik 2.5Inflasi Tahunan
Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan
Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB
Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)
Sumber: BPS Provinsi NTB
Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Des Jan Feb Mar7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.50 6.36 3.99 4.31 3.82 5.18
1 Bahan Makanan 15.46 8.08 7.50 3.67 6.17 7.86 5.23 -0.31 2.40 3.45 8.892 Makanan jadi, minuman 6.49 5.16 5.14 7.52 9.66 9.17 8.90 5.76 4.11 3.88 3.373 Perumahan, air 4.23 6.15 8.58 13.51 18.15 15.23 10.59 8.90 8.30 5.15 5.134 Sandang 4.92 4.68 8.71 6.50 7.40 5.28 5.15 5.60 6.17 5.24 4.105 Kesehatan 1.94 1.97 2.31 2.61 2.74 2.65 2.24 2.71 2.53 2.17 2.566 Pendidikan, rekreasi 2.58 2.91 5.29 4.17 4.19 4.04 2.31 3.01 3.06 3.03 3.057 Transportasi, komunikasi 5.36 4.13 2.50 1.18 1.23 1.15 0.14 1.61 1.49 1.98 1.74
2013Kelompok 2011
Umum
No 2012
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013
Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Laju inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan
yang tercatat sebesar 8,89% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar 5,13%
(yoy). Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa
lainnya tercatat pada kisaran 1,74% (yoy) hingga 4,10% (yoy).
Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan mendominasi
pembentukan inflasi dengan sumbangan mencapai 2,68%, kemudian diikuti
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,14%.
Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu
inflasi berada pada kisaran 0,08% hingga 0,66%.
2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA
Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat,
pada triwulan I-2013 Kota Mataram mengalami inflasi lebih rendah
dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat
mencapai 4,92% (yoy), lebih rendah dibanding Kota Bima yang tercatat
mencapai 6,22% (yoy).
Berdasarkan karakteristiknya, pembentukan laju inflasi Kota
Mataram pada awal tahun cenderung mengalami penurunan tekanan
dibanding triwulan sebelumnya. Namun sepanjang triwulan I-2013 laju
inflasi mengalami tekanan dan cenderung lebih tinggi dibanding dengan
kondisi rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada Januari dan Februari
2013, laju inflasi bulanan pada Kota Mataram tercatat masing–masing
mencapai 1,56% dan 1,01% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata nilai
historisnya yang sebesar 1,35% dan 0,55% (mtm). Berbeda dengan pola
historisnya yang cenderung mengalami deflasi, pada Maret 2013 laju inflasi
bulanan justru mengalami tekanan yang mencapai 0,72% (mtm), melonjak
dibanding rata-rata historis yang sebesar -0,26% (mtm).
Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2013 di Kota Mataram dan Bima
Sumber: BPS
Kota Mataram
Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Tomat Sayur 0.27% Cabe Rawit 0.23% Bawang Merah 0.47%Cabe Rawit 0.24% Tomat Sayur 0.14% Cabe Rawit 0.35%Beras 0.24% Bawang Putih 0.11% Bawang Putih 0.24%Bawang Merah 0.15% Beras 0.08% Cumi-cumi 0.05%Telur Ayam Ras 0.09% Telur Ayam Ras 0.08% Jeruk 0.03%
Kota Bima
Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Bandeng 0.25% Tongkol 0.24% Bawang Putih 0.78%Tomat Sayur 0.16% Beras 0.14% Bandeng 0.20%Beras 0.17% Bawang Putih 0.13% Bawang Merah 0.16%Bawang Merah 0.08% Pepaya 0.13% Cabe Rawit 0.09%Kacang Panjang 0.08% Cabe Merah 0.12% Tenggiri 0.08%
Maret 2013
Maret 2013
Februari 2013
Februari 2013
Januari 2013
Januari 2013
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Sejalan dengan kota Mataram, pergerakan laju inflasi di Kota Bima
pada triwulan I-2013 juga lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya. Pada
Januari 2013, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat mengalami inflasi
sebesar 1,42% (mtm). Pada Februari 2013 laju inflasi kembali mengalami
inflasi yang cukup tinggi dan tercatat sebesar 1,00% (mtm). Kemudian pada
Maret 2013, laju inflasi kembali mengalami peningkatan mencapai 1,19%
(mtm). Kondisi tersebut cenderung lebih tinggi dibanding dengan rata-rata
historisnya (lima tahun terakhir) yang masing-masing sebesar 0,98% (mtm),
0,54% (mtm) dan -0,10% (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama meningkatnya tekanan
inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2013 adalah melonjaknya
harga pada kelompok bahan makanan antara lain tomat sayur, cabe rawit,
bawang putih dan bawang merah serta ikan segar, meskipun NTB termasuk
daerah penghasil utama bawang merah dan bawang putih. Di sisi lain,
komoditas yang menahan laju inflasi atau cenderung mengalami penurunan
antara lain daging ayam ras, emas perhiasan dan bayam.
2.5. DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan komponennya, pada triwulan I-2013 pergerakan laju
inflasi NTB cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut disebabkan
oleh meningkatnya tekanan inflasi dari komponen yang memiliki
karakteristik harga yang dapat bergejolak (volatile food). Sementara
tekanan inflasi pada komponen lainnya, yaitu kelompok inflasi inti dan
komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) cenderung
mengalami pelemahan.
Pada triwulan I-2013, laju inflasi komponen volatile food tercatat
mengalami lonjakan mencapai 11,20% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang sebesar 0,30% (yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, tingginya tekanan inflasi tersebut didorong oleh
meningkatnya inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub
Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)
Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)
Sumber: BPS Sumber: BPS
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Inflasi Tahunan core inflation
administered price volatile food
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
kelompok buah-buahan. Laju inflasi tertinggi pada komponen volatile food
dialami oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yaitu sebesar 5,79% (yoy) dan
juga menjadi sub kelompok yang mengalami peningkatan laju inflasi
terbesar.
Sementara itu, berbeda dengan perkembangan harga di pasar
internasional cenderung meningkat, perkembangan harga komoditas utama
komponen volatile food (beras) di NTB pada triwulan I-2013 cenderung
mengalami penurunan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
pasokan beras akibat mulai berlangsungnya kegiatan panen padi.
Peningkatan ketersediaan beras tersebut dapat dikonfirmasi oleh
membaiknya realisasi penyerapan beras oleh BULOG. Dalam rangka menjaga
stabilitas harga beras dan ketahanan pangan di Provinsi NTB, hingga akhir
Maret 2013 BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara beras
sebanyak 20.587 ton (Maret 2012 :16.970 ton). Kondisi tersebut mampu
menjaga ketersediaan (stok) beras, dimana hingga akhir triwulan I-2013
ketersediaan pangan (cadangan beras pemerintah) mencapai 58,97 ribu ton
beras. Persediaan tersebut diperkirakan akan semakin meningkat seiring
tibanya puncak panen dan diperkirakan mampu menyangga kebutuhan
beras hingga lebih dari 6 bulan mendatang.
Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada
triwulan I-2013 kembali menunjukkan penurunan. Secara tahunan, tekanan
inflasi komponen administered price tercatat mencapai 2,53% (yoy), lebih
rendah dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 6,01% (yoy).
Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya tekanan harga
pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dan sub kelompok
transpor. Di sisi lain, tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh sub
kelompok sarana dan penunjang transpor.
Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun.
Pada triwulan I-2013, laju inflasi inti tercatat sebesar 3,70% (yoy), lebih
Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)
Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB
Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan
Minyak Goreng (Rp/kg)
Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB
5000.00
5500.00
6000.00
6500.00
7000.00
7500.00
8000.00
8500.00
9000.00
9500.00
10000.00
12345123412341234123451234123451234123412345123412341234512341234
Jan 12 Feb 12
Mar 12
Apr 12
Mei 12
Juni 12
Juli 12 Aug 12
Sept 12
Okt 12
Nov 12
Des 12
Jan 13 Feb 13
Mar 13
Rp IR I (Pelita ) Medium IIIR 64 Super IR Zak (pack)
0.00
2000.00
4000.00
6000.00
8000.00
10000.00
12000.00
14000.00
16000.00
5000.00
15000.00
25000.00
35000.00
45000.00
55000.00
65000.00
12345123412341234123451234123451234123412345123412341234512341234
Jan 12
Feb 12
Mar 12
Apr 12
Mei 12
Juni 12
Juli 12
Aug 12
Sept 12
Okt 12
Nov 12
Des 12
Jan 13
Feb 13
Mar 13
Rp Cabe Rawit Cabe Merah BsrMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,15% (yoy).
Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan tekanan harga
pada sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok minuman yang tidak
beralkohol serta sub kelompok biaya tempat tinggal. Di sisi lain, komoditas
yang menjadi pendorong inflasi inti berasal dari sub kelompok
penyelenggaraan rumah tangga dan sub kelompok obat-obatan.
Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg
Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar
Internasional
Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak
Mentah di Pasar Dunia
Sumber: CEIC
0
100
200
300
400
500
600
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt
0
20
40
60
80
100
120
0200400600800
100012001400160018002000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel
23
Boks 1Pusat Informasi Harga Pangan Strategis:
Upaya Meminimisasi Asimetri Informasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Latar BelakangDalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan, salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan adalah kestabilan harga, terutama harga pangan yang rentan mengalami gejolak harga. Terbatasnya akses informasi terhadap harga pangan akan mempengaruhi efisiensi keputusan/kebijakan para pelaku ekonomi dan pemerintah daerah sehingga dapat membentuk persepsi negatif terhadap harga1. Kondisi ini diakibatkan adanya asimetri informasi yang berpotensi menimbulkan gejolak harga yang pada gilirannya mempengaruhi laju inflasi.
Dengan terbukanya akses informasi yang luas terhadap harga pangan, diharapkan terjadinya konvergensi harga pangan, danmampu mencegah terjadinya aksi spekulasisehingga dapat menjaga daya beli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi Saat ini Pemantauan harga di NTB telah
dilakukan oleh beberapa instansi/satuan perangkat kerja daerah (SKPD). Namun demikian, kegiatan pemantauan yang dilakukan umumnya belum terintegrasi atau bersifat parsial, seperti halnya pada metode pengumpulan data, tabulasi dan pengolahan data serta kegiatan diseminasi/penyebarluasan informasi.
Selain pemantauan harga, untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan yang baik, telah dibentuk juga Tim Pembina dan Tim Petugas Pencatat Arus Keluar Masuk Komoditas Strategis Pangan di Provinsi NTBberdasarkan SK Gub. NTB No 366 Tahun 2012, 1 Laporan Studi Kelayakan PIHPS DKI Jakarta
yang memantau volume dan asal/tujuan komoditas pangan utama yang masuk atau keluar NTB.
Tabel Kegiatan Pemantauan Harga
No Instansi/ SKPD Media Informasi
Periode Data
1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB
Running Text, Papan
Informasi Harga
Harian
2Dinas Perindustrian dan PerdaganganProvinsi NTB
Media cetak/Koran
Harian
3Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB
Web Site Mingguan
4Kementerian Pertanian
Web Site, TVRI, RRI &
SMSHarian
Harapan Ke Depan Pengelolaan informasi harga antar
instansi/SKPD yang masih belum seragamberpotensi mengalami permasalahan. Adanya perbedaan harga pada komoditas yang sama dapat berakibat menurunkan kualitas data dan mengurangi kepercayaan masyarakat sehingga informasi menjadi tidak bermanfaat.
Oleh karena itu, perlu adanya sinergisitas antar lembaga untuk meningkatkan manfaatnya kegiatan pemantauan harga dan arus keluar masuk barang di NTB melalui pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS).Sehingga dapat menghasilkan informasi yang mampu menjadi referensi dalam rangka menigkatkan kegiatan perekonomian dan mewujudkan stabilitas harga.
Hal ini sejalan dengan semangat mendorong terciptanya keterbukaan informasi publik dan dalam rangka menjembatani kesenjangan informasi harga di masyarakat.
24
BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang
triwulan I-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut
tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset
secara gabungan tercatat Rp.20,92 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai
19,03%. Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik dan didukung dengan kinerja
kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,02% atau masih
dibawah ketentuan sebesar 5%.
3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT
3.1.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM
Pada triwulan I-2013, perkembangan total aset1 Bank Umum di NTB
terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai Rp19,62 triliun
atau tumbuh sebesar 19,03% (yoy). Perkembangan tersebut searah dengan
bertambahnya jumlah jaringan kantor bank umum di NTB, yaitu sebanyak 26
bank dengan jumlah kantor sebanyak 266 dan jumlah ATM yang tersebar di
Nusa Tenggara Barat mencapai lebih dari 350 unit.
Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih
didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai
Rp13.16 triliun dengan pangsa mencapai 67,06% dari total aset seluruh bank
umum di NTB, sedikit menurun dibanding triwulan lalu yang mencapai angka
72,30%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset bank-bank lainnya
mengalami perubahan yang berarti terutama bank swasta nasional dan bank
syariah masing-masing mencapai angka 38,34% dan 10,16% meningkat
dibanding triwulan sebelum pada angka 28,48% dan 9,29%.
Berdasarkan data per kabupaten/ kota, jumlah pencapaian aset
tertinggi didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah Kota Mataram
dengan pangsa mencapai 64,32% sebesar Rp12,62 triliun, kemudian disusul
Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa dengan pangsa yang sama sebesar 8,97%
dengan nominal masing-masing sebesar Rp1,76 triliun, sementara
Kabupaten/Kota lain relatif meningkat meskipun tidak terlalu signifikan.
Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan
yaitu tumbuh sebesar 17,86% (yoy) dengan nominal sebesar Rp18,06 triliun,
1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
25
menurun dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 22,14%
(yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami
peningkatan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum
konvensional, sebesar Rp1,56 triliun atau tumbuh sebesar 37,44% (yoy).
Pertumbuhan tersebut sedikit menurun bila dibanding triwulan sebelumnya
yang tercatat tumbuh sebesar 39,73% (yoy).
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
3.1.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Hingga triwulan I-2013, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa
Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Maret 2013,
total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,56 triliun atau tumbuh
sebesar 37,44% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 39,73% (yoy). Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh
peningkatan performa kegiatan pembiayaan dengan kualitas NPF yang tetap
terjaga sebesar 1,12%. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum
syariah terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari
7,33% pada triwulan lalu menjadi sebesar 7,45% pada periode laporan.
Grafik 3.3Perkembangan Bank Umum Syariah
(Rp Mil)
Grafik 3.4Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap
Perbankan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum syariah
hingga triwulan I-2013 meningkat mencapai Rp1,36 triliun atau tumbuh
Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum
Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum
Menurut Kegiatan Usaha
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
26
sebesar 42,40% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 43,33% (yoy). Di sisi lain, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang dihimpun tumbuh sebesar 29,06% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh hingga 31,46% (yoy), serta dari segi nominal
mengalami penurunan menjadi sebesar Rp0,80 triliun dibanding triwulan
sebelumnya sebesar Rp 0,85 triliun.
Grafik 3.5Perkembangan Aset Bank Umum Syariah
Grafik 3.6Perkembangan DPK Bank Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Rasio penyaluran pembiayaan atau Financing Deposit Ratio (FDR)
terhadap pendanaan masih tetap tinggi, yakni mencapai 170,67%, meningkat
dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 151,12%. Hal ini
membuktikan kemampuan bank syariah dalam menghimpun DPK masih
sangat rendah.
Grafik 3.7Perkembangan Pembiayaan Bank Umum
Syariah
Grafik 3.8Perkembangan FDR dan NPF Bank
Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
27
Dari sisi risiko pembiayaan, meskipun laju pertumbuhan kegiatan
pembiayaan bank umum syariah sangat tinggi, namun risiko kredit masih
stabil dan tetap terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio gross Non
Performing Financing (NPF) bank umum syariah masih dibawah ketentuan
yaitu sebesar 1,12% pada triwulan laporan.
3.1.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Kinerja BPR di NTB pada triwulan I-2013 secara umum tetap
menunjukkan peningkatan, meskipun cenderung melambat. Secara
kelembagaan, perkembangan jumlah kantor BPR yang beroperasional di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tengara Barat
tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak 32 bank, terdiri dari 29 BPR yang
beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi secara syariah,
dengan jumlah kantor sebanyak 115 kantor BPR.
Pada triwulan I-2013, jumlah aset BPR meningkat menjadi sebesar
Rp1,30 triliun atau tumbuh sebesar 16,37% (yoy), lebih rendah dibanding
triwulan lalu yang mencapai 19,18% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,
kegiatan penghimpunan dana masyarakat secara nominal sedikit meningkat
pada triwulan laporan, menjadi Rp596,25 miliar atau tumbuh sebesar 11,29%
(yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 14,97% (yoy).
Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan I-2013 jumlah kredit BPR
yang berhasil disalurkan kepada 78.416 debitur mencapai Rp725,19 miliar atau
tumbuh sebesar 14,20% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah bila
dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 15,76% (yoy)
dengan nominal sebesar Rp698,92 miliar.
Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis
modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa sebesar
62,06%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang masing-
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.9Perkembangan Indikator BPR
Grafik 3.10Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis
Penggunaaan
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
28
masing tercatat sebesar 33,22% dan 4,72%. Secara sektoral, penyaluran kredit
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mendominasi pangsa kredit
BPR dengan pangsa sebesar 46,31% atau sebesar Rp335,85 miliar. Kemudian
disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dengan pangsa sebesar
14,84% atau mencapai Rp107,61 miliar.
Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan I-2013 masih
berada pada level kinerja tinggi, tercermin dari jumlah dana yang disalurkan
dalam bentuk kredit masih lebih tinggi dari jumlah dana yang berhasil
dihimpun bank. Kondisi tersebut tercemin dari rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR) BPR sebesar 121,62%.
Namun demikian, tingginya penyaluran kredit BPR diikuti pula dengan
tingginya risiko kredit, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang
tergolong tinggi sebesar 12,14%, berada diatas ambang batas ketentuan 5%.
Kondisi tersebut lebih buruk dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar
11,32%.
3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN
Pada triwulan I-2013, pelaksanaan fungsi intermediasi
perbankan Nusa Tenggara Barat relatif baik, tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang tinggi sebesar 122,75% dan didukung
dengan risiko kredit yang rendah. Kinerja intermediasi perbankan
tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,42%
(yoy) atau mencapai Rp16,38 triliun, namun peningkatan tersebut belum
seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh
sebesar 15,64% (yoy) atau Rp13,35 Triliun. Pertumbuhan DPK tersebut
melambat bila dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar
17,01% (yoy) dengan nominal sebesar Rp13,31 Triliun.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.12Perkembangan Penyaluran dan Kualitas
Kredit BPR
Grafik 3.11Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut
Sektor Ekonomi
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
29
Laju pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibanding pertumbuhan
DPK tersebut mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami
peningkatan mencapai 122,75 % (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu
yang tercatat mencapai 117,72%. Namun demikian, tingginya kinerja
penyaluran kredit tersebut didukung oleh risiko kredit atau Non Performing
Loan (NPL) yang rendah sebesar 2,02 %, menandakan bank tetap menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya.
3.2.1. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa
Tenggara Barat pada triwulan I-2013 terus mengalami pertumbuhan,
meskipun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun
tercatat mencapai Rp12,75 triliun atau tumbuh sebesar 15,85% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar
17,11% (yoy) atau sebesar Rp12,73 triliun. Dari sisi jumlah rekening DPK
mengalami peningkatan sebesar 9,85% atau mencapai 1.527.939 rekening
dibanding triwulan lalu sebanyak 1.390.977 rekening.
Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh bank
umum di NTB masih didominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 70,45%
atau mencapai nilai Rp8.98 triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana
jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 54,63% atau mencapai
Rp6,97 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,47 juta atau sekitar 71,01%
dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB yang pada Agustus 2012 tercatat
sebanyak 2,07 juta2. Pangsa tabungan tersebut menurun dibanding posisi
triwulan IV-2012 yang tercatat mencapai 62,46%. Secara tahunan, jumlah
tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 19,41% (yoy), lebih tinggi
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 19,02% (yoy).
2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan
2013Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
1 Aset 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573 18,641 19,419 20,774 20,916Growth % (yoy) 20.17 21.73 23.86 22.95 24.38 23.88 22.16 23.09 19.03
2 Kredit 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958 14,170 14,817 15,673 16,381Growth % (yoy) 26.41 25.58 26.03 24.87 24.68 26.84 25.73 26.71 26.42
3 DPK 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540 12,423 12,900 13,314 13,345Growth % (yoy) 19.12 20.29 26.53 28.16 27.25 26.82 23.44 17.01 15.64
4 LDR (%) 114.60 114.04 112.77 108.71 112.29 114.06 114.87 117.72 122.75 5 NPL (%) 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13 2.12 1.86 2.02
Indikator 2011 2012
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
30
Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan,
kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan mencapai 69,03% dari
jumlah rekening DPK yang dihimpun oleh bank umum di NTB sebesar
Rp12,75 triliun. Dilihat dari kepemilikan per Kabupaten/Kota masih
didominasi oleh pemilik dari Kota Mataram dengan total dana Rp8.57 triliun,
disusul oleh Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masing-masing dengan
total dana Rp1,26 triliun dan Rp1,01 triliun.
Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan
dalam bentuk deposito sedikit meningkat. Pada triwulan I-2013, jumlah
deposito sebesar Rp3,36 triliun atau tumbuh sebesar 25,06% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV-2012 yang tumbuh
sebesar 23,09% (yoy) atau mencapai Rp3,01 triliun.
Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito mengalami
peningkatan dari sebesar 23,62% pada triwulan IV-2012, menjadi sebesar
26,37% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.13Perkembangan DPK Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.14Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)
Grafik 3.15Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank
Umum (Rp miliar)
Grafik 3.16Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan
Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
31
Peningkatan jumlah deposito tersebut juga diiringi dengan kenaikan pesat
jumlah rekening deposito hingga mencapai 48.842 rekening, meningkat
302% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut diperkirakan
disebabkan oleh program beberapa bank yang memberikan hadiah menarik
di awal penempatan dana.
Giro masih menempati urutan terendah penghimpunan DPK bank
umum di NTB dengan pangsa sebesar 19% atau sebesar Rp2,42 triliun,
tumbuh negatif sebesar minus 2,47% (yoy), menurun dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,41%. Penurunan tersebut diperkirakan
karena di Triwulan I-2013, sebagian dana giro sudah dipergunakan untuk
membiayai proyek-proyek pembangunan.
3.2.2. Perkembangan Kredit Bank Umum
Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang berhasil
disalurkan ke masyarakat meningkat. Hingga triwulan I-2013, total
outstanding kredit yang disalurkan kepada masyarakat di NTB sebanyak
276.374 rekening dengan nominal sebesar Rp15,66 triliun atau tumbuh
sebesar 27,04% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya sampai dengan
triwulan laporan, penyaluran kredit di NTB didominasi kredit konsumsi
tercatat Rp8,94 triliun dengan pangsa 55,59%, disusul kredit modal kerja
sebesar 31,96% dan kredit investasi sebesar 12,46%.
Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, tercermin dari rasio Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 122,80%, lebih tinggi dari kinerja
triwulan sebelumnya yang mencapai 117,61%. Tingkat LDR yang berada di
atas 100% mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga,
bank umum juga memanfaatkan dana lainnya seperti modal sendiri ataupun
dana antar bank dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini
menandakan masih terbukanya peluang bagi perbankan lain untuk ikut
bersaing ke dalam industri perbankan di NTB.
Grafik 3.17Perkembangan Kredit Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.18Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis
Penggunaan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
32
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit
bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa
mencapai 55,59% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau
sebesar Rp8,70 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 19,88% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012
yang mencapai 16,49% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja
dengan pangsa sebesar 31,96% sebagai pangsa terbesar kedua yang tercatat
mencapai Rp5,00 triliun atau tumbuh sebesar 35,61% (yoy), lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 39,18% (yoy).
Sedangkan pangsa kredit investasi tercatat sebesar 12,46% atau mencapai
Rp1.95 triliun, tumbuh hingga 41,89% (yoy), lebih rendah dibanding
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,73% (yoy).
Secara kuartalan, pada triwulan I-2013 perkembangan kredit modal
kerja mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,34% (qtq), kemudian
diikuti kredit investasi yang tumbuh sebesar 5,07% (qtq), sementara kredit
konsumsi tumbuh sebesar 3,99% (qtq).
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan I-2013
dipegang oleh sektor listrik, gas dan air yang tumbuh hingga 373,89% (yoy).
Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor pengangkutan, pergudangan dan
komunikasi serta sektor pertanian yang tumbuh masing-masing sebesar
57,80% (yoy) dan 57,24% (yoy). Sementara itu, kredit pada sektor
pertambangan dan jasa sosial masih mengalami pertumbuhan negatif yang
tercatat masing-masing sebesar minus 18,76% (yoy) dan 17,81% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih
terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang
pangsanya mencapai 31,44% atau sebesar Rp4,92 triliun. Kemudian
penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh sektor kontruksi dengan
pangsa sebesar 3,11% atau sebesar Rp487,03 miliar, kemudian diikuti oleh
sektor jasa dunia usaha yang pangsanya sebesar 2,51% atau sebesar Rp392,45
Grafik 3.19Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut
Jenis Penggunaan (qtq,%)
Grafik 3.20Pertumbuhan Kredit Bank Umum
Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
33
miliar. Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor produktif lainnya
pangsanya berada pada kisaran 0,04% hingga 2,51% dari keseluruhan kredit.
Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum pada triwulan
I-2013 mengalami peningkatan, kecuali suku bunga kredit investasi yang
mengalami penurunan menjadi sebesar 15,19% dari triwulan sebelumnya
sebesar 15,26%, selebihnya untuk kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi
meningkat menjadi 15,1% dan 12,85%. Pada jenis simpanan, suku bunga
deposito mengalami peningkatan sebesar 5,83% dibanding triwulan
sebelumnya sebesar 5,77%.
Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)
2013Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
1 Menurut Jenis Penggunaan - Modal Kerja 24.30 19.79 21.52 25.65 35.10 46.57 36.89 39.18 35.61 - Investasi 23.81 33.05 82.38 120.45 138.99 138.21 110.41 58.73 41.89 - Konsumsi 28.96 28.36 24.17 16.78 10.65 8.89 11.62 16.49 19.88
2 Menurut Sektor Ekonomi - Pertanian 35.06 3.32 -15.34 102.16 216.79 378.06 348.11 119.36 57.24 - Pertambangan -8.12 -2.05 -2.13 -1.85 -15.28 -80.46 -66.21 -47.75 -18.76 - Industri Pengolahan -1.54 10.04 6.60 4.61 68.57 29.19 64.77 92.32 45.10 - Listrik, Gas dan Air 58.26 -27.10 -14.32 24.26 -14.08 3.53 54.19 6.44 373.89 - Konstruksi 84.63 62.32 95.97 56.54 51.85 61.65 32.63 47.15 49.14 - Perdag.Hotel dan Restoran 16.98 14.56 16.64 34.00 50.73 66.86 63.65 58.04 51.95 - Pengangkutan dan Komunikasi 2.39 10.08 22.46 41.84 80.01 64.50 87.83 85.36 57.80 - Jasa dunia usaha -10.36 15.23 62.29 72.17 74.20 116.49 46.17 44.38 46.77 - Jasa sosial 159.02 39.18 68.44 170.05 168.81 83.79 55.70 -11.64 -17.81 - Lain-lain 30.26 29.83 27.42 16.98 10.11 7.96 8.75 12.59 15.39
Penyaluran Kredit20122011
2013 Growth
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 (%,yoy)
1 Menurut Jenis Penggunaan 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,117 14,974 15,656 27.04
- Modal Kerja 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 4,229 4,286 4,749 5,003 35.61 - Investasi 575 650 830 1,169 1,374 1,549 1,746 1,856 1,950 41.89
- Konsumsi 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 7,710 8,084 8,369 8,703 19.882 Menurut Sektor Ekonomi 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,116 14,974 27.27
- Pertanian 70.1 62.4 64.8 157.7 221.9 298.4 290.4 345.9 348.9 57.24 - Pertambangan 10.4 9.5 9.3 9.2 8.8 1.8 3.1 4.8 7.1 -18.76 - Industri Pengolahan 65.3 71.4 70.0 72.4 110.0 92.3 115.4 139.2 159.7 45.10 - Listrik, Gas dan Air 1.7 1.4 1.6 2.4 1.4 1.4 2.4 2.5 6.8 373.89 - Konstruksi 215.0 246.5 315.96 321.59 326.56 398.40 419.05 473.23 487.03 49.14 - Perdagangan,Hotel dan Restoran 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 3,758 4,189 4,687 4,923 51.95 - Pengangkutan dan Komunikasi 45.5 48.8 51.0 59.4 81.9 80.3 95.8 110.1 129.3 57.80 - Jasa dunia usaha 153.5 187.1 223.92 243.65 267.39 405.03 327.31 351.77 392.45 46.77 - Jasa sosial 117.7 130.8 158.7 299.3 316.4 240.4 247.2 264.5 260.0 -17.81 - Lain-lain 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 8,212 8,426 8,595 8,942 15.39
Penyaluran Kredit2011
(Rp mil iar)2012
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
34
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
3.2.3. Perkembangan Kredit UMKM
Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank umum,
penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa
Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2013,
nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar) perbankan
NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp15,49 triliun atau tumbuh
sebesar 24,54% (yoy). Berdasarkan pangsanya terhadap total kredit,
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM
sedikit meningkat, yaitu dari sebesar 94,74% pada triwulan IV-2012 menjadi
94,83% pada triwulan I-2013 .
Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB pada
triwulan I-2013 masih didominasi oleh penyaluran untuk kredit UMKM yang
pangsanya mencapai 94,28% atau mencapai Rp14,76 triliun. Berdasarkan
skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit
kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp9,30 triliun dengan pangsa
sebesar 59,38%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta)
mencapai Rp2,83 triliun dengan pangsa mencapai 18,07%. Sedangkan pangsa
kredit menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) sebesar 16,83% atau
secara nominal mencapai Rp 2,64 triliun.
Grafik 3.21Pangsa Kredit Bank Umum Secara
Sektoral
Grafik 3.22Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.24Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.23Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total
Kredit Bank Umum
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
35
Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum
pada triwulan I-2013 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal
kredit sebesar Rp8,69 triliun atau dengan pangsa sebesar 58,87% dari total
kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal
kerja sebesar Rp4,48 triliun dengan pangsa 30,37% dan kredit investasi
sebesar Rp1,59 triliun dengan pangsa 10,76%.
Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada
triwulan I-2013 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio NPL
tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat mencapai
4,18%, lebih buruk dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,78%.
Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah
masing-masing tercatat sebesar 1,65% (Des. 2012: 0,94%) dan 0,74% (Des.
2012: 0,63%).
3.2.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Hingga Triwulan I-2013, realisasi penyaluran KUR oleh bank umum di
NTB mencapai Rp1,10 triliun atau tumbuh sebesar 49,27 % (yoy) yang
disalurkan kepada 58.958 debitur KUR. Pertumbuhan tersebut menurun
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 63,97% (yoy) atau
sebanyak Rp1,09 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 56.196 debitur.
Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan hotel
dan restoran dengan pangsa mencapai 80,10% atau sebanyak Rp0,88 triliun.
Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-
masing sebesar Rp0,13 triliun dan Rp0,04 triliun.
Grafik 3.25Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
36
KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha
mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke
perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang feasible
namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% (seratus
persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat berupa
tabungan, deposito dan giro.
Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh
seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel
dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank
penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,
Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan Bank NTB.
Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR) masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara
lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki
tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR
adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian
besar tidak memiliki NPWP, sedangkan dari faktor internal bank adalah
keterbatasan jaringan kantor cabang.
3.3 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Pada triwulan I-2013, peningkatan penyaluran kredit bank umum
didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh
nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,55%, sedikit lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,42% dan masih dibawah
target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.
Tabel 3.4Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit
Sumber : KPw BI Prov. NTB
2013
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
1 Pertanian 63,235 67,461 71,795 85,969 96,314 109,738 117,830 127,484 125,7502 Pertambangan 0 0 20 20 24 31 68 73 1183 Industri Pengolahan 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,786 13,649 20,660 24,9164 Listrik, Gas & Air 0 0 3,236 3,403 0 20 70 610 7985 Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 354,158 410,027 472,753 516,634 565,823 642,680 732,049 809,454 876,9397 Angktn & Komuniks 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,509 4,161 7,031 10,3958 Jasa Dunia Usaha 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,837 31,712 38,157 42,0759 Jasa Sosial 1,292 987 1,435 4,301 6,947 6,093 5,963 5,808 5,570
10 Lain-lain 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225 73,533 81,299 8,209
450,100 514,703 591,299 665,090 733,399 862,919 979,034 1,090,576 1,094,77031.15 14.35 14.88 12.48 10.27 17.66 13.46 11.39 0.38
121.95 114.94 124.76 93.79 62.94 67.65 65.57 63.97 49.27
2012
TotalPertumbuhan (%,qtq)Pertumbuhan (%,yoy)
SEKTORNO 2011
(Jutaan Rp)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
37
Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan I-2013, rasio NPL terbesar
dialami oleh kredit modal kerja sebesar 2,57%. Selanjutnya diikuti oleh kredit
investasi sebesar 1,37% dan kredit konsumsi 1,00%.
Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan I-2013
didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada beberapa sektor usaha, antara
lain industri pengolahan menjadi sebesar 3,11%, industri perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 2,25%, pertambangan sebesar 2,19%, konstruksi sebesar
2,00%, jasa dunia usaha sebesar 1,47%, jasa dunia sosial sebesar 1,38%.
Sementara itu penurunan rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertanian,
yang triwulan sebelumnya sebesar 4,96% turun menjadi 4,15%.
3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai. Dalam kaitannya
dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat kegiatan transaksi
keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan.
Transaksi secara tunai kembali mengalami net inflow, sedangkan
perkembangan transaksi secara non tunai masih didominasi layanan transaksi
Real Time Gross Settlement.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.5Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
38
3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai
Pada triwulan I-2013 perkembangan transaksi keuangan secara
tunai di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren net inflow.
Kondisi tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash
outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau
dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan
jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada triwulan I-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank
Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren
peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,42 triliun atau tumbuh signifikan
sebesar 17,62% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu
yang tumbuh hingga 24,46% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp739,80
miliar.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang
berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara
Barat tercatat mencapai Rp919,90 miliar yang tumbuh positif sebesar 34,45%
(yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh
rendah sebesar 24,67% (yoy) atau sebanyak Rp1,16 triliun. Jumlah aliran uang
keluar yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan
terjadinya net inflow dengan jumlah mencapai Rp500,19 miliar.
3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB
menunjukkan peningkatan. Selama triwulan I-2013, penukaran uang pecahan
kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor Perwakilan Bank
Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
39
Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp43,98 miliar atau tumbuh
positif sebesar 4,13% (yoy), namun tumbuh lebih tinggi dibanding
pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 10,98% (yoy).
Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung
melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
mencapai Rp35,95 miliar atau tumbuh sebesar 21,10% (yoy), meningkat
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 17,45% (yoy). Sementara itu,
penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami
peningkatan atau tumbuh negatif sebesar 36,01% (yoy) atau sebanyak Rp8,03
miliar, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif
sebesar 71,52% (yoy).
Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d
Rp20.000) sepanjang triwulan I-2013 jumlahnya mencapai Rp28,541miliar.
Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2.000,00 dengan jumlah
mencapai Rp2,63 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00 sebanyak Rp1,36
juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak Rp0,81 juta lembar, pecahan
Rp20.000,00 sebanyak Rp0,41 juta lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak
Rp0,05 juta lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi
dialami uang pecahan Rp20.000,00 yang mencapai Rp8,29 miliar kemudian
disusul uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp8,10 miliar.
3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat
sepanjang triwulan I-2013 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan
lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara
non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp,
miliar)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar
Berdasarkan Jenis Pecahan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
40
Rp2,53 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,35 triliun pada triwulan I-2013.
Sementara itu, pada triwulan I-2013 transaksi secara kliring kembali
menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,56 triliun (triwulan IV-
2012: Rp1,64 triliun).
a. Transaksi Kliring
Sepanjang triwulan I-2013, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,56
triliun atau tumbuh sebesar 17,54% (yoy), lebih rendah dibanding dengan
triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 19,90% (yoy). Berdasarkan frekuensi
transaksinya, jumlah warkat kliring yang diproses sepanjang triwulan I-2013
menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 36,44 ribu lembar atau
tumbuh sebesar 13,01% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang
tercatat sebanyak 36,48 ribu lembar.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.29Perkembangan Transaksi Non Tunai
Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Kliring
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
41
b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Walaupun mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan
transaksi sarana RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai pada
perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I-2013, jumlah
transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak Rp2,35 triliun yang
tumbuh negatif sebesar 2,21% (yoy), menurun dibanding triwulan IV-2012
( Rp2,52 triliun) yang tumbuh sebesar 29,29% (yoy).
Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan
penurunan, dari 2.945 lembar pada triwulan IV-2012 menjadi 2.560 lembar
pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki sarana RTGS seperti
kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta rendahnya risiko
settlement-nya turut mempengaruhi jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara
Barat.
Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement
Sumber : KPw BI Prov. NTB
42
BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan I-2013, perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) relatif lebih baik
dibanding kinerja periode yang sama tahun lalu. Meski pada sisi penerimaan,
cenderung mengalami penurunan akibat rendahnya penyerapan dana bagi hasil,
peningkatan yang cukup tinggi ditunjukkan kinerja belanja daerah. Kondisi tersebut
didorong oleh kinerja realisasi belanja komponen transfer bagi hasil ke
Kabupaten/Kota/Desa dan belanja modal.
4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi NTB sepanjang tahun 2013
direncanakan mengalami penambahan dibanding tahun lalu. Anggaran
pendapatan direncanakan mampu mencapai hingga Rp2,49 triliun atau tumbuh
5,16% dibandingkan anggaran tahun 2012 yang ditargetkan sebesar Rp2,37
triliun (APDB-P 2012). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi
dana perimbangan dibandingkan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan
pendapatan lain-lain yang sah, dengan pangsa masing-masing sebesar 66,26% :
32,19% : 1,55%.
Hingga akhir triwulan I-2013, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov.
NTB tercatat mencapai Rp503,80 miliar atau sebesar 20,21% dari target sepanjang
tahun 2013. Pencapaian tersebut, lebih rendah dibanding pencapaian triwulan I-
2012 yang tercatat sebesar Rp583,95 miliar atau mencapai 26,05% dari total
anggaran pendapatan tahun 2012.
Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
menunjukkan pencapaian sebesar 22,19%, lebih tinggi dibanding kinerja
komponen Dana Perimbangan (transfer) yang mencapai 19,64%. Relatif
rendahnya kinerja penerimaan Dana Perimbangan akibat minimnya penerimaan
dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (Sumber Daya Alam) serta Dana Alokasi
Khusus. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan
komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mampu mencapai
37,15%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum
terserap secara optimal yaitu pada komponen Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Pendapatan Retribusi Daerah.
4.2. REALISASI BELANJA
Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada tahun 2013
dianggarkan meningkat hingga Rp2,49 triliun atau tumbuh 5,26% dibandingkan
rencana belanja tahun 2012 yang mencapai Rp2,36 triliun. Berdasarkan
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
43
alokasinya, dominasi belanja pemerintah dialokasikan pada belanja operasional
khususnya pada belanja hibah dan belanja pegawai.
Hingga akhir triwulan I-2013, realisasi belanja Pemprov. NTB tercatat
sebesar 18,18% atau sebesar Rp452,49 miliar dari target belanja tahun 2013.
Pencapaian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan
I-2012 yang tercatat sebesar 9,59%.
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2013 (Rp Juta)
Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara)
APBD 2012
Rencana Rencana Realisasi Tw I-13
Pendapatan Daerah 2,370,407.07 2,492,621.74 503,802.95 20.21 I Pendapatan Asli Daerah 793,714.97 802,468.77 178,047.20 22.19
1 Pendapatan Pajak Daerah 555,167.75 612,034.69 136,295.07 22.27 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,590.87 15,456.17 2,074.74 13.42 3 88,891.34 68,165.34 - -
4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 134,065.01 106,812.57 39,677.38 37.15
II Pendapatan Transfer 1,561,497.10 1,651,471.12 324,304.75 19.64 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,099,602.70 1,187,576.72 215,266.86 18.13 a Dana Bagi Hasil Pajak 186,739.21 210,658.20 110.56 0.05 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 49,919.43 60,157.80 318.05 0.53 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 859,353.03 214,838.25 25.00 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 57,407.69 - -
2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 463,894.40 109,037.89 23.50 a Dana Penyesuaian 461,894.40 463,894.40 109,037.89 23.50
III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 15,195.00 38,681.85 1,451.00 3.75 1 15,195.00 38,681.85 1,451.00 3.75
Belanja Daerah 2,364,438.87 2,488,708.88 452,490.43 18.18 I Belanja Operasi 1,734,127.56 1,840,616.06 308,706.68 16.77
1 Belanja Pegawai 557,076.28 604,161.05 111,804.93 18.51 2 Belanja Barang 402,010.81 344,815.53 21,731.42 6.30 3 Belanja Subsidi 250.00 250.00 - - 4 Belanja Hibah 584,163.99 744,490.40 174,275.32 23.41 5 Belanja Bantuan Sosial 115,037.57 81,689.08 895.00 1.10 6 Belanja Bantuan Keuangan 75,588.91 65,210.00 - -
II Belanja Modal 420,309.08 374,692.68 51,061.18 13.63 1 Belanja Tanah 0.00 6,862.60 - - 2 Belanja Peralatan dan Mesin 46,689.55 36,298.99 1,452.98 4.00 3 Belanja Bangunan dan Gedung 90,332.21 110,572.59 0.99 0.00 4 Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan 281,671.40 218,914.89 49,607.22 22.66 5 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,336.85 463.23 - - 6 Belanja Aset Lainnya 279.08 1,580.37 - -
III Belanja Tak Terduga 14,500.61 10,000.00 - - 1 Belanja Tak Terduga 14,500.61 10,000.00 - -
IV Transfer 195,501.62 263,400.14 92,722.56 35.20 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 195,501.62 263,400.14 92,722.56 35.20 a Bagi Hasil Pajak
5,968.20 3,912.86 51,312.52 1,311.38Pembiayaan
I Penerimaan daerah 38,031.80 17,694.89 94.47 0.53 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 17,031.80 17,694.89 - - 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 21,000.00 - 94.47
II Pengeluaran daerah 44,000.00 21,607.75 - - 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 44,000.00 21,607.75 - -
Pembiayaan Netto (5,968.20) (3,912.86) 94.47 (2.41) 0 0 51,407.00
UraianAPBD 2013
%
Pendapatan Hasil Pengelolaan KekayaaanDaerah Yang Dipisahkan
Pendapatan Hibah
Surplus/(Defisit)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
44
Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi
dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai
mencapai Rp92,72 miliar atau sebesar 35,20% terhadap rencana anggaran tahun
2013. Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dengan tingkat realisasi
mencapai 23,41% atau sebesar Rp174,28 miliar.
Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, hingga triwulan I-2013, jumlah dana
simpanan milik Pemprov NTB yang ada di perbankan NTB menurun mencapai
sebesar Rp163,35 miliar, tumbuh negatif sebesar 59,53% (yoy) dibanding posisi
triwulan I-2012. Rendahnya jumlah simpanan tersebut dipengaruhi oleh tingkat
penyerapan belanja pada triwulan I-2013 (18,18%) yang lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2012 (9,59%).
Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
di Perbankan (Rp miliar)
Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Deposito Tabungan Giro
BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat relatif menurun. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah TKI yang berangkat
ke luar negeri menurun dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan,
perkembangan tingkat pendapatan masyarakat kota terindikasi meningkat, namun
daya beli masyarakat di pedesaan NTB relatif menurun dibanding triwulan lalu.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri
menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang
periode laporan tercatat sebanyak 8.623 orang, turun 5,04% bila dibandingkan
triwulan IV-2012 yang tercatat sebanyak 9.081 orang. Namun demikian, kondisi
tersebut meningkat sebesar 10,32% dibanding dengan periode yang sama
tahun lalu, yang tercatat mencapai 7.816 orang.
Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan
negara tujuan utama dengan pangsa mencapai 99,93% atau sebanyak 8.617
orang (Data BP3TKI Mataram). Selain karena masih berlangsungnya kebijakan
moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI ke kawasan Timur Tengah,
dominasi penempatan tenaga kerja di Malaysia diperkirakan dipengaruhi oleh
faktor kedekatan geografis dan sosiologis (kemiripan bahasa dan kesamaan
agama).
Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan seluruh penempatan
TKI berada pada jenis sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan penempatan,
sebagian besar atau 96,33% TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang. Kondisi
tersebut dipengaruhi oleh relatif rendahnya latar belakang pendidikan dan
Grafik 5. 1Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: BP3TKI Mataram
Grafik 5. 2Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia
Malaysia99.93%
Lainnya0.07%
Sumber: BP3TKI Mataram
Kota Mataram
0.08%
Lobar11.15%
Loteng27.99%
Lotim57.31%
Sumbawa0.14%
KSB0.05% Dompu
0.26%Bima
1.10%Kota Bima
0.05%KLU
1.88%
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
relatif minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB. Akibatnya pilihan
kesempatan kerja menjadi terbatas dan mempengaruhi penempatan lapangan
kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan
konstruksi dan kilang/industri yang masing-masing tercatat sebesar 2,24% dan
0,81%. Berdasarkan daerah asal TKI, sebanyak 57,31% berasal dari Lombok
Timur, kemudian diikuti oleh Lombok Tengah dengan pangsa sebesar 27,99%.
Dari sisi pengiriman dana, perkembangan kegiatan money remittance
dengan tujuan NTB yang tercatat melalui perbankan kembali menunjukkan
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah dana yang dikirim ke
NTB tercatat turun 0,60% dari sebesar Rp110,58 miliar pada triwulan lalu
menjadi Rp109,92 miliar pada triwulan I-2013. Jumlah tersebut tumbuh negatif
sebesar 12,45% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang mampu
mencapai Rp125,55 miliar.
Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi
asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan I-2013 masih
didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 48,52% atau sebesar Rp53,33
miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi
Kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai
44,54% atau sebesar Rp48,96 miliar.
5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan kesejahteraan masyarakat di
Nusa Tenggara Barat utamanya di Kota Mataram diperkirakan menunjukkan
perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan
saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi
penghasilan yang berada di atas level optimis (indeks = 100). Sepanjang triwulan
I-2013, secara rata-rata indeks-indeks tersebut tercatat sebesar 141,83% dan
156,33% (Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Grafik 5. 3Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: KPw BI Prov. NTB
-5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 32011
20122013
Rp. Juta Kuwait Jepang Jordania
Asia Timur Malaysia Negara Lainnya
Saudi Arabia
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tenggara Barat), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-
masing sebesar 139,00% dan 150,17%. Peningkatan pendapatan masyarakat
tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh penetapan kenaikan Upah Minimum
Provinsi (UMP) Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 yang mengalami
kenaikan sebesar 10%.
Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali
menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata indeks NTP Nusa
Tenggara Barat tercatat sebesar 94,61 turun sebesar 0,69 point dibanding
triwulan lalu yang mencapai 95,30. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya
nilai tukar petani padi/palawija, perkebunan dan nelayan.
NTP merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan daya tukar
(term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP
yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani
NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil pertanian yang rendah dan
meningkatnya harga-harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan
barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya daya beli petani.
5.3. PENDIDIKAN
Pendidikan yang berkualitas dan merata merupakan salah satu faktor
penting upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kualitas sumber daya
manusia dapat diukur dari kemajuan tingkat pendidikan suatu daerah.
Perkembangan tingkat pendidikan dapat diukur dari durasi rata-rata lama
sekolah dan rasio penduduk melek huruf. Berdasarkan data BPS Prov. NTB.
tingkat pendidikan di NTB dari tahun 2007 hingga tahun 2011 cenderung
menunjukkan perbaikan. Hingga tahun 2011, rata-rata lama sekolah di NTB
Grafik 5. 5Perkembangan Nilai Tukar Petani
Sumber: BPS
Grafik 5. 4Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi
Penghasilan
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)NTPH (Horti) NTPR (Kebun)NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu
Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YADLevel Optimis
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
tercatat mencapai 6,97 tahun, meningkat 0,2 tahun dibandingkan tahun 2010
yang tercatat selama 6,77 tahun. Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan
tahun 2010 yang mengalami peningkatan hanya sebesar 0.04 tahun. Jumlah
penduduk yang bebas buta huruf juga menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Hingga akhir 2011, rasio angka melek huruf cenderung
menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 83,24%, meski pada tahun 2010
sempat mengalami penurunan mencapai 81,05%.
78.00
79.00
80.00
81.00
82.00
83.00
84.00
2007 2008 2009 2010 2011
80.10
83.3083.80
81.05
83.24Angka Melek Huruf (%)
6.556.606.656.706.756.806.856.906.957.00
2007 2008 2009 2010 2011
6.70 6.706.73
6.77
6.97Rata-rata Lama Sekolah (tahun)
Grafik 5. 7Rasio Angka Melek huruf
Sumber: BPS
Grafik 5. 6Rata-rata Lama Sekolah
Sumber: BPS
49
Boks 2Klaster Usaha Sapi
Membawa Perubahan ParadigmaMasyarakat Desa Senayan,
Kabupaten Sumbawa Barat
PendahuluanKesejahteraan bukanlah warisan dan penciptaan
kesejahteraan juga bukan semata-mata tugas pemerintah, melainkan upaya bersama semua pihak.Oleh karena itu, merupakan langkah yang tepat bagi Bank Indonesia melaksanakan program klaster sebagai salah satu bentuk kegiatan bantuan teknis dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM.
Salah satu success story program bantuan teknis dan Program Sosial BI ditorehkan oleh Desa Binaan BI di Dusun Bun Mudrak, Kabupaten Lombok Tengahdengan diperolehnya Certificate of Merit Global CSR Award 2013 dalam kompetisi The 5th Annual Global CSR Summit 2013 yang merupakan ajang kompetisi tahunan bagi program CSR perusahaan, lembaga nasional dan internasional se-Asia. Kiranya, program pemberdayaan di daerah lain dapat membawa Indonesia menjejakkan langkah di pentas internasional.
Latar BelakangProgram Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan,
Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan dukungan Kantor Perwakilan BIProvinsi NTB terhadap Program Bumi Sejuta Sapi (program Pemerintah Provinsi NTB). Hal lainnya yang melatarbelakangi dicetuskannya program Klaster Usaha Sapi tersebut, yaitu potensi alam, tersedianya infrastuktur (Rumah Potong Hewan bertarafinternasional dan Pasar Hewan), telah terbangunnya kelompok peternak sapi dan adanya dukungan stakeholders, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Dinas Kelautan Perikanan Peternakan KSB.
Pelaksanaan ProgramOutput yang diharapkan dari pengembangan
Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan, yaitu:a. Meningkatnya populasi ternak sapi di NTB;b. Meningkatnya pendapatan masyarakat peternak
melalui intensifikasi ternak sapi;c. Kelompok mampu mengakses modal kerja
perbankan melalui usaha yang dikembangkan;d. Terciptanya lapangan pekerjaan baru.
Untuk mencapai output tersebut, tahapan kegiatan yang telah dilakukan, yaitu:
1. Penandatanganan MoU antara BI dan Bupati KSB;2. Identifikasi jumlah ternak dan aset kelompok;3. Pelatihan penguatan kelembagaan kelompok;4. Pengadaan Tenaga Pendamping Lapangan (TPL);5. Studi banding ke sentra pembibitan dan pengolahan
produk turunan sapi;6. Pelatihan peningkatan manajemen pembibitan sapi
potong dan pakan ternak;7. Pembangunan infrastruktur (antara lain kandang
komunal, kandang kawin, kandang sapih dan timbangan sapi).
Gambaran KeberhasilanKendala utama yang dihadapi pada awal kegiatan
pengembangan Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan adalah dari sisi individu anggota kelompok, antara lainadanya kesulitan mengubah pola pikir dan kebiasaan anggota kelompok dari pemeliharaan sapi pola “lar” (penggembalaan) yang telah dilaksanakan secara turun temurun menuju pola pengandangan (komunal), anggota kelompok masih belum memahami tujuan program klaster dan belum berjalannya fungsi kelompok yang ada.
Namun, kondisi terkini telah memperlihatkan progress yang cukup signifikan, yaitu:a. Kelompok sudah mulai menempatkan ternak sapi di
kandang dan pemberian pakan berprotein tinggi berupa legum untuk penggemukan;
b. Telah terbangunnya kesadaran anggota dalam berkelompok, terlihat dari pertemuan yang diikuti oleh anggota kelompok;
c. Kelompok setiap bulan telah melakukan Posyandu (penimbangan, pemeriksaan dan pencatatan kesehatan ternak);
d. Kelompok sudah memahami hubungan siklus perkawinan dan waktu lahir ternak dengan ketersediaan pakan;
e. Kelompok sudah memahami teknik menentukan pejantan yang sehat;
f. Kelompok telah membuat tempat penampungan limbah ternak sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
g. Kelompok telah menikmati keuntungan dengan pemeliharaan sapi dikandangkan selama 3 – 4 bulan sebesar ± Rp2 juta per ekor.
Perubahan cara pandang (paradigma) terhadap usaha ternak sapi yang selama ini hanya dianggap sebagai usaha sampingan telah membawa sebuah perubahan besar bagi kehidupan perekonomian masyarakat Desa Senayan. Semoga hal yang baik ini dapat “ditularkan“ ke daerah lainnya yang memiliki kemiripan karakter dengan masyarakat Desa Senayan, Kecamatan Poto Tano, KSB.
50
BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara
Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan
berada pada kisaran 4,50% - 5,00% (yoy). Dari sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 diprediksi masih akan ditopang
oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama
pendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut didorong oleh semakin
membaiknya daya beli masyarakat seiring tibanya musim panen padi dan
meningkatnya aktivitas konsumsi akibat kegiatan pemilihan kepala daerah
(Gubernur NTB, Walikota Bima dan Bupati Lombok Timur) yang berlangsung
pada Mei 2013. Hal ini terindikasi dari tingkat nilai Indeks Ekspektasi Konsumen
(IEK) yang cenderung meningkat dan berada di atas level optimis (100) yang
mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam melakukan konsumsi. Kegiatan
investasi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan tren pertumbuhan kredit
investasi pada level yang cukup tinggi. Kegiatan konsumsi pemerintah
diperkirakan masih tumbuh tinggi selaras dengan meningkatnya anggaran
belanja pemerintah NTB. Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan masih
berada pada tren pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama
pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan
usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi
bisnis yang tercatat sebesar 26,10%.
Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang
Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
05
10152025303540
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2011 2012 2013
Ekspektasi situasi bisnis
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
51
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong
oleh kinerja sektor-sektor andalan kecuali sektor pertambangan. Sektor
perdagangan hotel dan restoran diperkirakan menjadi sumber utama
pendorong pertumbuhan ekonomi seiring meningkatnya kegiatan perdagangan
hasil bumi (pertanian) dan meningkatnya kegiatan MICE 1 akibat kegiatan
kampanye pemilihan kepala daerah serta membaiknya tingkat kunjungan
wisatawan. Kinerja sektor pertanian diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2013 sejalan dengan bertambahnya luas lahan panen
yang didukung oleh cuaca yang relatif kondusif. Sementara kinerja sektor
pertambangan diperkirakan belum menunjukkan pemulihan dan masih berada
pada tren pertumbuhan yang rendah. Masih berlangsungnya kegiatan
perluasan dinding tambang menyebabkan produksi konsentrat tembaga masih
berada dibawah kapasitas normalnya. Kegiatan tersebut diperkirakan akan
terus berlangsung hingga akhir 2013, sehingga kegiatan produksi konsentrat
tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar
mineral rendah sehingga jumlah konsentrat tembaga yang dihasilkan terbatas.
Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong
peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha
di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 diprediksi masih berada pada tren
meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain
permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang
diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini
Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan
pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut
sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada
triwulan II-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan suku bunga,
sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun 2011.
6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Pada triwulan II-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat
diperkirakan kembali mengalami tren peningkatan dan diprediksi
berada pada kisaran 6,00% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi pada
awal triwulan II-2013 diperkirakan akan bergerak menurun dan kemudian akan
bergerak meningkat seiring berakhirnya musim panen padi dan kenaikan tarif
tenaga listrik. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan II-2013, kondisi sifat hujan yang
1 Meetings, incentives, conferences, & exhibitions
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
52
akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat cenderung di atas normal
yang berpotensi menekan laju inflasi.
Kondisi tersebut juga tercermin dari ekspektasi masyarakat akan
pembentukan harga barang dan jasa pada triwulan II-2013 yang terindikasi dari
indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang
cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
(Grafik 6.3). Peningkatan ekspektasi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh
ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan
bakar minyak.
Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi dipengaruhi oleh
terkendalanya pasokan hortikultura (bumbu-bumbuan dan buah-buahan) asal
impor yang mengalami pembatasan. Selain itu, terbatasnya pasokan solar
diperkirakan akan menyebabkan terbatasnya operasional angkutan transportasi
(truk) sehingga berpotensi mengganggu kelancaran distribusi pasokan komoditi
yang berasal dari luar NTB. Di sisi lain, berlangsungnya kegiatan panen padi
pada triwulan II-2013 akan menjadi faktor yang menahan laju inflasi.
Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang
Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
Grafik 6.4Prakiraan Curah Hujan
Sumber : BMKG
100110
120130140
150160170
180190200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2011 2012 2013
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad
Nusa Tenggara Barat