KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA … · pembangunan ekonomi daerah. i KATA PENGANTAR...

69
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA … · pembangunan ekonomi daerah. i KATA PENGANTAR...

KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Triwulan I-2013

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]

[email protected] [email protected]

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan stabil.

Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional

jangka panjang yang berkesinambungan.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk

bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan

kebersamaan.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan

sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada

Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi daerah.

i

KATA PENGANTAR

Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

tanpa sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 5,84% (yoy). Dari sisi permintaan,

pencapaian tersebut masih didorong oleh kinerja kegiatan konsumsi rumah tangga.

Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor perdagangan, hotel

dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja

perekonomian NTB tercatat tumbuh positif mencapai 4,70 % (yoy).

Hingga triwulan I-2013, perkembangan harga barang dan jasa di NTB

menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Secara tahunan, laju inflasi di NTB

mencapai 5,18% (yoy), lebih rendah dibanding laju inflasi Nasional yang tercatat

sebesar 5,90% (yoy).

Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui

intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan

kredit pada posisi triwulan I-2013 yang mencapai 26,42% (yoy). Kinerja positif

intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang

tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif.

Di samping ulasan di atas, kajian ini juga mengupas perkembangan keuangan

daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke

depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun

stakeholders di daerah.

Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan

penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah.

Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak

terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,

dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu

penyediaan data sehingga kajian ini dapat dipublikasikan. Semoga Tuhan Yang Maha

Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Mataram, 7 Mei 2013KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARATDeputi Kepala Perwakilan,

Kamaruddin NurAsisten Direktur

ii

2013

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indeks Harga Konsumen 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33 145.62 146.87 146.83 151.81

-Kota Mataram 132.65 133.09 138.52 141.21 144.77 145.79 147.01 147.00 151.89

-Kota Bima 132.46 133.94 136.47 141.10 142.67 145.02 146.32 146.19 151.54

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.52 6.36 3.99 3.39

-Kota Mataram 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14 8.81 6.13 4.10 4.92

-Kota Bima 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71 7.45 7.22 3.61 3.66

PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,643.54 4,591.01 5,232.20 4,973.21 4,533.81 4,718.72 5,036.15 4,932.76 4,746.97

-Pertanian 1,106.81 1,102.34 1,324.52 1,197.16 1,112.31 1,172.49 1,402.47 1,259.75 1,133.92

-Pertambangan dan Penggalian 1,024.66 875.56 1,167.80 982.65 739.25 744.37 738.68 735.42 739.85

-Industri Pengolahan 235.36 244.42 256.44 237.55 245.08 253.00 265.66 248.36 253.81

-Listrik, gas dan air bersih 18.57 19.20 19.63 20.22 20.05 20.68 21.14 21.50 21.53

-Bangunan 367.59 394.21 416.77 443.42 387.70 410.69 434.82 466.43 431.43

-Perdagangan, Hotel dan Restoran 739.82 761.61 808.66 841.84 808.31 853.27 887.71 895.58 884.64

-Pengangkutan dan Komunikasi 379.13 395.24 418.73 433.83 407.60 426.46 437.97 458.94 428.31

-Keuangan, Persewaan dan Jasa 276.15 280.08 283.25 280.55 288.16 302.92 314.31 311.44 316.34

-Jasa 495.44 518.36 536.40 536.00 525.36 534.84 533.40 535.34 537.12

Pertumbuhan PDRB (yoy %) (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) 4.70

Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) 7.26 4.72 5.27 5.30 4.96 6.96 5.74 5.22 5.84

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82 136.69 156.22 168.67 38.53

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09 70.83 92.60 96.41 22.07

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24 59.91 54.64 77.90 53.67

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60 18.74 23.11 32.65 23.22

PERBANKAN

Total Aset (Rp triliun) 14.13 15.05 15.90 16.88 17.57 18.64 19.42 20.77 20.92

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 9.07 9.80 10.45 11.38 11.54 12.42 12.90 13.31 13.34

Kredit (Rp triliun) 10.39 11.17 11.78 12.37 12.96 14.17 14.82 15.67 16.38

Loan to Deposit Ratio 114.60 115.69 112.77 108.71 112.29 114.06 114.87 117.72 122.75

NPL gross (%) 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13 2.12 1.86 2.02

Bank Umum :

Total Aset (Rp triliun) 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46 17.52 18.25 19.51 19.62

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00 11.90 12.36 12.73 12.75

-Tabungan (%) 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01 54.93 54.24 62.46 54.63

-Giro (%) 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57 20.45 20.85 13.92 19.00

-Deposito (%) 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43 24.62 24.91 23.62 26.37

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32 13.49 14.12 14.97 15.66

-Modal Kerja 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69 4.23 4.29 4.75 5.00

-Investasi 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37 1.55 1.75 1.86 1.95

-Konsumsi 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26 7.71 8.08 8.37 8.70

Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73 2.68 2.86 2.83 2.82

-Kredit Modal Kerja 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67 0.71 0.78 0.85 0.90

-Kredit Investasi 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12 0.10 0.12 0.12 0.11

-Kredit Konsumsi 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94 1.87 1.96 1.87 1.81

Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29 8.08 8.34 8.84 9.30

-Kredit Modal Kerja 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50 1.74 1.66 1.79 1.85

-Kredit Investasi 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75 0.88 0.99 1.05 1.12

-Kredit Konsumsi 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04 5.47 5.69 6.00 6.33

Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78 2.07 2.18 2.48 2.63

-Kredit Modal Kerja 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26 1.42 1.44 1.64 1.73

-Kredit Investasi 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24 0.27 0.31 0.34 0.35

-Kredit Konsumsi 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28 0.37 0.43 0.49 0.55

Total Kredit MKM (Rp triliun) 9.53 10.24 10.74 11.26 11.80 12.84 13.38 14.15 14.76

Loan to Deposit Ratio 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98 113.35 114.18 117.61 122.80

NPL (%) 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70 1.68 1.42 1.55

2012INDIKATOR

2011

Provinsi Nusa Tenggara BaratINDIKATOR EKONOMI DAN MONETER

iii

2013

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

Bank Perkreditan Rakyat :

Total Aset (Rp triliun) 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11 1.12 1.17 1.26 1.29

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.41 0.42 0.43 0.51 0.53 0.52 0.53 0.58 0.60

-Tabungan (%) 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87 56.84 57.20 57.36 55.97

-Giro (%)

-Deposito (%) 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13 43.16 42.80 42.64 44.03

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64 0.68 0.70 0.69 0.72

-Modal Kerja 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39 0.42 0.43 0.43 0.45

-Investasi 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03

-Konsumsi 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22 0.23 0.23 0.23 0.24

Loan to Deposit Ratio 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53 130.10 130.73 120.12 121.62

NPL (%) 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02 10.77 10.98 11.32 12.14

SISTEM PEMBAYARAN

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87 2,376.70 2,814.03 2,528.13 2,349.65

Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723 2,763 2,945 2,560

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54 38.33 46.13 42.14 39.16

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09 43.92 45.30 49.08 42.67

Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04 1,360.23 1,387.29 1,641.99 1,564.46

Volume Kliring Kredit (lembar) 28,020 28,129 29,331 32,452 32,247 32,410 31,828 36,479 36,443

Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80 21.94 22.74 27.37 26.07

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 459.34 446.49 451.25 507.06 503.86 522.74 521.77 607.98 607.38

2012INDIKATOR

2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................... iv

Daftar Grafik.............................................................................................................................v

Daftar Tabel...........................................................................................................................viii

Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................ ix

Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1

1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1

1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1

1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................5

Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................16

2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................16

2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................17

2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................18

2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................19

2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................20

Boks 1 Pusat Informasi Harga Pangan Strategis: Upaya Meminimisasi Asimetri Informasi

di Provinsi Nusa tenggara barat............................................................................................23

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................24

3.1. Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat ..................................................24

3.2. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................28

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .....................................................................................36

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .......................................................................37

Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................42

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................42

4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................42

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................45

5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................45

5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................46

5.3. Pendidikan.................................................................................................................47

Boks 2 Klaster Usaha Sapi Membawa Perubahan Paradigma Masyarakat Desa Senayan,

Kabupaten Sumbawa Barat...................................................................................................49

Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................50

6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat....................................................50

6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................51

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3

Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3

Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3

Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3

Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4

Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4

Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4

Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal

Dalam Negeri...........................................................................................................4

Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5

Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan IV-2012

Dan Triwulan I-2013..............................................................................................7

Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7

Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7

Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8

Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8

Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................8

Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.......9

Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat

ke Sektor Pertambangan......................................................................................9

Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................10

Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................10

Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel

Dan Restoran .......................................................................................................11

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12

Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12

Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................12

Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................12

Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13

Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13

Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut..........................13

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13

Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan.......................14

Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................16

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013

vi

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................16

Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................17

Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................17

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................18

Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................18

Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................20

Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................20

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................21

Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................21

Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................22

Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................22

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................25

Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................25

Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...................................................................25

Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan ...........................................25

Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ..........................................................26

Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ..................................26

Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah.............................................26

Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah............................................26

Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR..............................................................................27

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan .................................27

Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi ..............................28

Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR.......................................28

Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum......................................................................30

Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum ........................................................................30

Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...............................................30

Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum........................................30

Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum .................................................................31

Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan.................................31

Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %) ......32

Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %) ......32

Grafik 3.21 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................34

Grafik 3.22 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)..................................................34

Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum ...........................34

Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM ...........................................................................34

Grafik 3.25 Perkembangan Rasi NPL Kredit UMKM Bank Umum ......................................35

Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................38

Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................39

Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........39

Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................40

Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................41

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................41

Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....44

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013

vii

Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ......................................45

Grafik 5.2 Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia ..................................................................45

Grafik 5.3 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................46

Grafik 5.4 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan..................................47

Grafik 5.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................47

Grafik 5.6 Rata-rata Lama Sekolah .......................................................................................48

Grafik 5.7 Rasio Angka Melek Huruf ....................................................................................48

Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...................................................50

Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................50

Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................52

Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan............................................................................................52

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)..........................................2

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%, yoy) .........................................6

Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)........................................................................................18

Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2013 di Kota

Mataram dan Bima ...............................................................................................19

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................29

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %) .........................................................33

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................33

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................36

Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum ......................................................37

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2013 ....................43

ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan

Makro Ekonomi Regional

Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara

Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,22% (yoy)

menjadi 5,84% (yoy). Setelah berada pada tren pertumbuhan kontraksi,

kinerja perekonomian NTB dengan sektor pertambangan mampu menunjukkan

pertumbuhan yang positif tercatat sebesar 4,70% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 0,81% (yoy).

Dari sisi permintaan, positifnya pertumbuhan ekonomi NTB

dipengaruhi oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah. Kontribusi positif

terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil sebagai

komponen utama penggerak perekonomian NTB. Sementara itu, kinerja

kegiatan ekspor masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi.

Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja perekonomian NTB

dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan yang mampu

tumbuh positif setelah berada pada tren pertumbuhan negatif dalam periode

yang cukup lama. Selain itu, pencapaian tersebut didorong oleh meningkatnya

kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup

tinggi.

Perkembangan Inflasi

Sepanjang triwulan I-2013 inflasi di NTB cenderung mengalami

peningkatan dan berada di atas rata-rata historisnya. Secara tahunan,

pada triwulan I-2013 laju inflasi NTB tercatat sebesar 5,18% (yoy), jauh lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,99% (yoy). Kondisi

tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional yang mengalami

tekanan inflasi akibat permasahan yang relatif sama yaitu gangguan pasokan.

Pada triwulan I-2013, laju inflasi nasional cenderung mengalami peningkatan

yang tercatat sebesar 5,90% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya

yang mencapai 4,30% (yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan I-2013 jauh lebih tinggi dibanding pergerakan

rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Januari 2013, laju inflasi

NTB tercatat sebesar 1,54% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya

yang tercatat sebesar 1,27% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya, tekanan

RINGKASAN EKSEKUTIF

x

laju inflasi pada akhir triwulan I 2013 justru berada pada level yang cukup

tinggi. Pada bulan Februari 2013, inflasi bulanan NTB tercatat sebesar 1,01%

(mtm), sedangkan bulan Maret 2013 tercatat sebesar 0,81% (mtm). Jauh lebih

tinggi dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar 0,55% dan -

0,23% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2013 juga cenderung

menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai 3,39% (qtq), jauh lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai -0,03% (qtq). Kondisi

tersebut terutama disebabkan melonjaknya tekanan inflasi pada kelompok

bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar.

Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami penurunan.

Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat

dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya

pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe rawit, bawang putih dan bawang

merah) dan sub kelompok sayur-sayuran (tomat sayur). Kondisi tersebut

disebabkan oleh gangguan pasokan akibat adanya kebijakan pembatasan impor

hortikultura khususnya pada komoditas bawang putih. Sedangkan gangguan

pasokan pada komoditas hortikultura lainnya disebabkan kondisi cuaca yang

kurang kondusif.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2013 inflasi

tahunan Kota Mataram jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima.

Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,92% (yoy), sedangkan inflasi

Kota Bima tercatat jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,22% (yoy). Dilihat dari

disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya

disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi volatile food.

Kinerja Perbankan

Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang

triwulan I-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut

tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total

aset secara gabungan tercatat Rp.20,92 triliun dengan angka pertumbuhan

mencapai 19,03%. Pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan Nusa Tenggara

Barat relatif baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi sebesar

122,75% dan didukung dengan risiko kredit yang rendah. Kinerja intermediasi

perbankan tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar

26,42% (yoy) atau mencapai Rp16,38 triliun, namun peningkatan tersebut

belum seiring diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya

tumbuh sebesar 15,64% (yoy) atau Rp13,35 Triliun.

RINGKASAN EKSEKUTIF

xi

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan I-2013 perkembangan transaksi keuangan secara

tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net inflow. Kondisi

tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash outflow)

yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan

kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah setoran

uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada triwulan I-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank

Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren

peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,42 triliun atau tumbuh signifikan

sebesar 17,62% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu

yang tumbuh hingga 24,46% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp739,80

miliar.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang

berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

tercatat mencapai Rp919,90 miliar yang tumbuh positif sebesar 34,45% (yoy),

lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh rendah

sebesar 24,67% (yoy) atau sebanyak Rp1,16 triliun. Jumlah aliran uang keluar

yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya

net inflow dengan jumlah mencapai Rp500,19 miliar.

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat

sepanjang triwulan I-2013 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan

lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara

non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,53

triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,35 triliun pada triwulan I-2013.

Sementara itu, pada triwulan I-2013 transaksi secara kliring kembali

menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,56 triliun (triwulan IV-

2012: Rp1,64 triliun).

Kinerja Keuangan Daerah

Pada triwulan I-2013, perkembangan realisasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) relatif lebih baik dibanding kinerja periode yang

sama tahun lalu.

Hingga akhir triwulan I-2013, kinerja penerimaan pendapatan

Pemprov. NTB tercatat mencapai Rp503,80 miliar atau sebesar 20,21% dari

target sepanjang tahun 2013. Pencapaian tersebut, lebih rendah dibanding

pencapaian triwulan I-2012 yang tercatat sebesar Rp583,95 miliar atau mencapai

26,05% dari total anggaran pendapatan tahun 2012.

RINGKASAN EKSEKUTIF

xii

Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menunjukkan pencapaian sebesar 22,19%, lebih tinggi dibanding kinerja

komponen Dana Perimbangan (transfer) yang mencapai 19,64%. Relatif

rendahnya kinerja penerimaan Dana Perimbangan akibat minimnya penerimaan

dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (Sumber Daya Alam) serta Dana Alokasi

Khusus. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan

komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mampu mencapai

37,15%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum

terserap secara optimal yaitu pada komponen Pendapatan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Pendapatan Retribusi Daerah.

Hingga akhir triwulan I-2013, realisasi belanja Pemprov. NTB tercatat

sebesar 18,18% atau sebesar Rp452,49 miliar dari target belanja tahun 2013.

Pencapaian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian

triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 9,59%.

Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi

dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai

mencapai Rp92,72 miliar atau sebesar 35,20% terhadap rencana anggaran

tahun 2013. Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dengan tingkat

realisasi mencapai 23,41% atau sebesar Rp174,28 miliar.

Kesejahteraan Masyarakat

Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri

menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang

periode laporan tercatat sebanyak 8.623 orang, turun 5,04% bila dibandingkan

triwulan IV-2012 yang tercatat sebanyak 9.081 orang. Namun demikian, kondisi

tersebut meningkat sebesar 10,32% dibanding dengan periode yang sama

tahun lalu, yang tercatat mencapai 7.816 orang.

Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat

kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali

menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata indeks NTP Nusa

Tenggara Barat tercatat sebesar 94,61 turun sebesar 0,69 point dibanding

triwulan lalu yang mencapai 95,30. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya

nilai tukar petani padi/palawija, perkebunan dan nelayan.

2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan II-2013

Prospek Ekonomi

Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara

Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan

berada pada kisaran 4,50% - 5,00% (yoy). Dari sisi permintaan,

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiii

pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 diprediksi masih akan ditopang

oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama

pendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut didorong oleh semakin

membaiknya daya beli masyarakat seiring tibanya musim panen padi dan

meningkatnya aktivitas konsumsi akibat kegiatan pemilihan kepala daerah

(Gubernur NTB, Walikota Bima dan Bupati Lombok Timur) yang berlangsung

pada Mei 2013. Kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan masih tumbuh

tinggi selaras dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah NTB.

Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada pada tren

pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,

sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan

usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi

bisnis yang tercatat sebesar 26,10%.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong

oleh kinerja sektor-sektor andalan kecuali sektor pertambangan. Sektor

perdagangan hotel dan restoran diperkirakan menjadi sumber utama

pendorong pertumbuhan ekonomi seiring meningkatnya kegiatan

perdagangan hasil bumi (pertanian) dan meningkatnya kegiatan MICE1 akibat

kegiatan kampanye pemilihan kepala daerah serta membaiknya tingkat

kunjungan wisatawan. Kinerja sektor pertanian diperkirakan mampu tumbuh

lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 sejalan dengan bertambahnya luas

lahan panen yang didukung oleh cuaca yang relatif kondusif. Sementara kinerja

sektor pertambangan diperkirakan belum menunjukkan pemulihan dan masih

berada pada tren pertumbuhan yang rendah. Masih berlangsungnya kegiatan

perluasan dinding tambang menyebabkan produksi konsentrat tembaga masih

berada dibawah kapasitas normalnya. Kegiatan tersebut diperkirakan akan

terus berlangsung hingga akhir 2013, sehingga kegiatan produksi konsentrat

tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar

mineral rendah sehingga jumlah konsentrat tembaga yang dihasilkan terbatas.

Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong

peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha

di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 diprediksi masih berada pada tren

meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain

permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang

diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini

Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan

pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut

1 Meetings, incentives, conferences, & exhibitions

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiv

sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran

kredit pada triwulan II-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan

suku bunga, sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak

awal tahun 2011.

Prospek Inflasi

Pada triwulan II-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat

diperkirakan kembali mengalami tren peningkatan dan diprediksi

berada pada kisaran 6,00% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi pada

awal triwulan II-2013 diperkirakan akan bergerak menurun dan kemudian akan

bergerak meningkat seiring berakhirnya musim panen padi dan kenaikan tarif

tenaga listrik. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan II-2013, kondisi sifat hujan yang

akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat cenderung di atas normal

yang berpotensi menekan laju inflasi.

Kondisi tersebut juga tercermin dari ekspektasi masyarakat akan

pembentukan harga barang dan jasa pada triwulan II-2013 yang terindikasi dari

indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang

cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

(Grafik 6.3). Peningkatan ekspektasi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh

ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan

bakar minyak.

Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi dipengaruhi oleh

terkendalanya pasokan hortikultura (bumbu-bumbuan dan buah-buahan) asal

impor yang mengalami pembatasan. Selain itu, terbatasnya pasokan solar

diperkirakan akan menyebabkan terbatasnya operasional angkutan transportasi

(truk) sehingga berpotensi mengganggu kelancaran distribusi pasokan komoditi

yang berasal dari luar NTB. Di sisi lain, berlangsungnya kegiatan panen padi

pada triwulan II-2013 akan menjadi faktor yang menahan laju inflasi.

1

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL

NUSA TENGGARA BARAT

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara

Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,22% (yoy)

menjadi 5,84% (yoy). Setelah berada pada tren pertumbuhan kontraksi,

kinerja perekonomian NTB dengan sektor pertambangan mampu

menunjukkan pertumbuhan yang positif tercatat sebesar 4,70% (yoy), lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 0,81% (yoy).

Dari sisi permintaan, positifnya pertumbuhan ekonomi NTB

dipengaruhi oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah. Kontribusi

positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil

sebagai komponen utama penggerak perekonomian NTB. Sementara itu,

kinerja kegiatan ekspor masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi.

Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja perekonomian NTB

dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan yang mampu

tumbuh positif setelah berada pada tren pertumbuhan negatif dalam periode

yang cukup lama. Selain itu, pencapaian tersebut didorong oleh

meningkatnya kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran

serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang menunjukkan

pertumbuhan yang cukup tinggi.

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, positifnya kinerja pertumbuhan ekonomi NTB

utamanya disebabkan oleh kinerja konsumsi pemerintah yang mengalami

peningkatan tajam. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar

diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga hingga 2,99%. Di sisi lain,

penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB terbesar berasal dari kinerja ekspor

yang masih berada pada tren kontraksi dengan kontribusi negatif mencapai

2,56%. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi rumah

tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi komponen utama

pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa masing-masing

sebesar 56,83% dan 19,39%.

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

2

a. Konsumsi

Pada triwulan I-2013, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar

5,31% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,04%

(yoy). Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

pemakaian listrik yang menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Sepanjang

triwulan I-2013, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di NTB

tercatat mencapai 155,13 juta kwh atau tumbuh sebesar 1,65% (yoy),

melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,24% (yoy).

Sementara data prompt indicator lainnya yaitu tingkat keyakinan

konsumen dan jumlah penjualan kendaraan bermotor menunjukkan arah yang

berbeda. Hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan tingkat

keyakinan konsumen dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah

penjualan kendaraan bermotor menunjukkan peningkatan yang tumbuh

sebesar 4,31% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

negatif sebesar 11,61% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk

konsumsi menunjukkan peningkatan. Hingga triwulan I-2013, penyaluran

kredit konsumsi tercatat mencapai Rp8,94 triliun, tumbuh sebesar 19,52% (yoy)

atau mencapai 54,60% dari total kredit yang disalurkan perbankan di NTB.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)

Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat2013

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**

Konsumsi Rumah Tangga 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 6.70 5.95 6.15 6.04 6.21 5.31

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 5.75 7.06 7.19 6.52 6.63 6.83

Konsumsi Pemerintah 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (1.73) 9.52 3.18 1.81 3.21 7.69

Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 21.31 20.45 10.14 2.09 12.87 0.61

Ekspor (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.08) (10.20) (20.18) (8.41) (13.72) (11.67)

Impor 9.11 17.54 6.59 6.31 9.81 (4.26) (6.92) 9.54 (6.02) (2.11) (7.46)

Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat

2013

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**

Konsumsi Rumah Tangga 2.58 2.53 2.28 2.33 2.42 3.45 3.16 2.96 3.07 3.15 2.99

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.07 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09

Konsumsi Pemerintah 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (0.26) 1.47 0.46 0.28 0.48 1.14

Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.46 6.38 3.07 0.72 4.06 0.23 Perubahan Stok 0.78 (1.09) (2.42) (6.55) (2.41) (9.23) (7.54) (2.77) (4.29) (5.83) 1.06

Ekspor (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (3.93) (2.64) (5.47) (2.12) (3.58) (2.65)

Impor (2.06) (3.80) (1.31) (1.38) (2.11) 1.07 1.86 (2.06) 1.45 0.51 1.84

Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70

2012

20122011

2011Uraian

Uraian

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

3

Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 16,26% (yoy).

b. Investasi

Kinerja kegiatan investasi (pembentukan modal tetap bruto) kembali

berada pada tren perlambatan. Pada triwulan I-2013, kinerja investasi tercatat

tumbuh sebesar 0,61% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan

sebelumnya yang tumbuh mencapai 2,09% (yoy). Kondisi tersebut berbeda

dengan data prompt indicator pertumbuhan tingkat pemakaian semen di NTB

menunjukkan peningkatan jumlah konsumsi semen. Sepanjang triwulan I-

2013, tingkat pemakaian semen tercatat mencapai 254,98 ribu ton atau

tumbuh sebesar 30,71% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu

yang tumbuh sebesar 28,18% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi,

kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk kegiatan investasi tumbuh

Grafik 1.1Perkembangan Konsumsi Listrik

Rumah Tangga

Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber: Dispenda NTB

Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Konsumsi Listrik RT (juta kwh)

g-kons. listrik RT (%)-kanan

(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Mobil (unit) Motor (unit)growth total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanangrowth mobil (%,yoy)-kanan

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Level optimis

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0.001,000.002,000.003,000.004,000.005,000.006,000.007,000.008,000.009,000.00

10,000.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

4

melambat sebesar 41,72% (yoy) atau sebesar Rp1,98 triliun, lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh mencapai 58,26% (yoy).

c. Ekspor Impor

Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, perkembangan kegiatan

perdagangan barang antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren

kontraksi. Pada triwulan I-2013, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi yang

tercatat sebesar 11,67% (yoy), turun dibanding triwulan lalu yang terkontraksi

sebesar 8,41% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi

komponen yang memberikan sumbangan negatif mencapai 2,65% terhadap

pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan.

Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt

indicator rata-rata volume ekspor NTB di sepanjang triwulan I-2013 yang

mengalami kontraksi. Ekspor NTB sepanjang triwulan I-2013 tercatat mencapai

22,07 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 71,73% (yoy), turun tajam

dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 32,14% (yoy). Kondisi tersebut

Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto

Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing

dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

30.80

407.10

20.90

6.30

357.40

114.80

160.90

2.65

211.50

27.90

2.60

11.70

0.20

31.90

-

8.70

4.80

14.77

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

450.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2011 2012 2013

PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar) - kanan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Pertumbuhan (%)-Kanan

0

5

10

15

20

25

-200 400 600 800

1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

Tw1* Tw2* Tw3* Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**Tw1**

2011 2012 2013

PMTB (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

5

ditenggarai dipengaruhi secara langsung oleh rendahnya produksi komoditas

tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.

Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB menunjukkan

penurunan. Pada triwulan I-2013, kegiatan impor tumbuh negatif sebesar

7,46% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan lalu yang

tumbuh negatif mencapai 6,02% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan data

prompt indicator volume impor sepanjang triwulan I-2013 tercatat sebesar

23,22 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 9,31% (yoy), lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tumbuh mencapai 49,86% (yoy).

1.3. SISI PENAWARAN

Pada sisi penawaran, membaiknya kinerja sektor andalan mampu

mendorong kinerja perekonomian NTB berada pada pertumbuhan yang positif.

Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar terhadap pertumbuhan

ekonomi diberikan oleh sektor perdagangan, hotel, restoran dengan

sumbangan sebesar 1,68%, kemudian disusul oleh sektor bangunan dengan

sumbangan sebesar 0,96%. Setelah beberapa periode sebelumnya memberikan

kontribusi negatif, sektor pertambangan mampu memberikan kontribusi

psositif sebesar 0,01%.

Pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan mengalami

peningkatan. Pada triwulan I-2013 pertumbuhannya tercatat mencapai 5,84%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 5,22%

(yoy). Kondisi tersebut utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja

sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran.

Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara

Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)

Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Cons Goods (kg)-kananCap Goods (kg)-kananRaw Mat (kg)

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Raw Mat (kg)

Cap Goods (kg)

Cons Goods (kg)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

6

Pada triwulan I-2013, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3

(tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 60,34% dari keseluruhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Pangsa tersebut

mengalami peningkatan dibanding triwulan lalu yang sebesar 59,93% yang

dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan. Pangsa sektor

terbesar dimiliki oleh sektor pertanian mencapai 24,56%, diikuti oleh sektor

pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing-masing

tercatat sebesar 18,36% dan 17,42%.

Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB tidak

mengalami pergeseran. Pada periode laporan, pangsa terbesar kembali dimiliki

sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan dengan pangsa mencapai 44,28%. Kemudian

diikuti oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) dengan pangsa

sebesar 42,92%. Selanjutnya, pangsa paling kecil diberikan oleh sektor

sekunder yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air

bersih serta sektor bangunan dengan pangsa sebesar 12,80%.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%,yoy)

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2013

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III**Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 10.47 1.10 2.65 2.96 4.08 0.50 6.36 5.89 5.23 4.57 1.94 Pertambangan dan Penggalian (25.23) (32.61) (19.59) (28.71) (26.36) (27.85) (14.98) (36.75) (25.16) (26.98) 0.08

Industri Pengolahan 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.13 3.51 3.60 4.55 3.94 3.56 Listrik,Gas dan Air Bersih 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 7.98 7.71 7.68 6.36 7.41 7.39 Bangunan 0.49 6.70 8.32 7.52 5.84 5.47 4.18 4.33 5.19 4.79 11.28Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 9.26 12.04 9.78 6.38 9.29 9.44 Transportasi dan Komunikasi 7.54 6.80 8.08 9.07 7.90 7.51 7.90 4.59 5.79 6.39 5.08 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan10.64 7.49 9.29 9.34 9.17 4.35 8.15 10.97 11.01 8.64 9.78 Jasa-jasa 4.75 3.73 5.12 2.63 4.04 6.04 3.18 (0.56) (0.12) 2.05 2.24 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70 PDRB Non Pertambangan 7.29 4.78 5.16 5.21 5.57 4.82 6.93 5.79 5.22 5.62 5.84

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2013

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III**Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 2.21 0.25 0.64 0.67 0.92 0.12 1.53 1.49 1.26 1.11 0.48 Pertambangan dan Penggalian (7.30) (8.74) (5.35) (7.65) (7.22) (6.15) (2.86) (8.20) (4.97) (5.62) 0.01 Industri Pengolahan 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 0.19 0.18 0.22 0.20 0.19 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.04 0.51 0.60 0.60 0.45 0.43 0.36 0.34 0.46 0.40 0.96 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.47 2.00 1.51 1.08 1.51 1.68 Transportasi dan Komunikasi 0.56 0.52 0.59 0.70 0.59 0.61 0.68 0.37 0.50 0.54 0.46 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan0.56 0.40 0.45 0.46 0.47 0.26 0.50 0.59 0.62 0.50 0.62 Jasa-jasa 0.47 0.38 0.49 0.27 0.40 0.64 0.36 (0.06) (0.01) 0.22 0.26 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70

2012

2012

2011

2011

Uraian

Uraian

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

7

Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode

Triwulan IV-2012 (kiri) dan Triwulan I-2013 (kanan)

Sumber : BPS Provinsi NTB

a. Pertanian

Pada triwulan I-2013, kinerja sektor pertanian tumbuh sebesar 1,94%

(yoy). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 5,23% (yoy). Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

yaitu luas lahan panen yang cenderung menunjukkan kinerja yang melambat.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

NTB kinerja produksi pertanian cenderung menunjukkan perlambatan.

Sepanjang triwulan I-2013, areal luas lahan panen komoditas padi di NTB

tumbuh negatif sebesar 10,46% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan

lalu yang tumbuh sebesar 6,46% (yoy). Sementara itu, kinerja produksi

tanaman padi sepanjang tahun 2013 diprediksi meningkat, diperkirakan

mampu tumbuh sebesar 3,99% (yoy) atau mencapai 2,2 juta ton gabah kering

giling.

Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB

7.26

4.725.27 5.30

4.96

6.96

5.745.22

5.84

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2011 2012 2013

Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)

Growth-PDRB NTB (%,yoy)

Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah

-60.00

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**Tw1**

2010 2011 2012 2013

Pertanian (%)PHR (%)Pertambangan (%)

Pertanian; 24.99%

Pertambangan dan Penggalian; 17.94%

Industri Pengolahan; 3.79%

Listrik,Gas & Air Bersih; 0.52%

Bangunan; 8.90%

Perdagangan, Hotel & Restoran ; 17.01%

Transportasi & Komunikasi; 7.99%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan;

5.82%

Jasa-jasa; 13.05%

Pertanian; 24.56%

Pertambangan dan Penggalian;

18.36%

Industri Pengolahan; 3.92%

Listrik,Gas & Air Bersih; 0.52%

Bangunan; 8.36%

Perdagangan, Hotel & Restoran ;

17.42%

Transportasi & Komunikasi; 7.52%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan; 6.07%

Jasa-jasa; 13.26%

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

8

Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat

Periode Luas Lahan Panen (Ha)

Produktivitas (Kuintal/Ha)

Produksi (Ton GKG)

2006 341,418 45.48 1,552,627

2007 331,916 45.99 1,526,347

2008 359,714 48.67 1,750,677

2009 374,279 49.98 1,870,775

2010 374,284 47.41 1,774,499

2011 418,062 49,45 2,067,137

2012* 426,837 49,56 2,115,404

2013* n/a n/a 2,200,000Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) III-2012 dan Road Map Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Provinsi NTB

Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Pertanian

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00500.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Luas lahan tanam padi (ha)

Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTBAsumsi data Maret 2013 = Maret 2012

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Luas lahan panen padi (ha)

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

9

Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit

pada sektor pertanian juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pada

triwulan I-2013, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian

tercatat mencapai Rp456,55 miliar atau tumbuh sebesar 44,80% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 76,28% (yoy).

b. Pertambangan

Setelah berada pada tren pertumbuhan negatif, kinerja sektor

pertambangan berada dalam pertumbuhan yang positif. Pada triwulan I-2013,

kinerja sektor pertambangan tumbuh positif sebesar 0,08% (yoy), jauh lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 25,16% (yoy).

Sementara data prompt indicator komoditas utama sektor pertambangan yaitu

produksi konsentrat tembaga masih menunjukkan terjadinya kontraksi

pertumbuhan. Sepanjang triwulan I-2013, total produksi konsentrat tembaga

tercatat sebesar 53,81 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 37,02% (yoy),

lebih rendah dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 12,98%

(yoy).

Sama seperti periode sebelumnya, rendahnya produksi konsentrat

tembaga tersebut dipengaruhi oleh kegiatan perluasan area eksploitasi wilayah

pertambangan (pengupasan permukaan tanah) yang berada pada fase ke-

enam. Sehingga produksi konsentrat tembaga menjadi terbatas akibat

menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral

rendah.

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan

pada sektor pertambangan masih berada pada tren kontraksi. Pada triwulan I-

2013, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp7,36 miliar yang tumbuh

negatif sebesar 19,69% (yoy), membaik dibanding triwulan lalu yang tumbuh

negatif sebesar 45,93% (yoy).

Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan

di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-70%

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat

Tembaga Nusa Tenggara Barat

Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara

(60)

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

-

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

10

c. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menunjukkan

pertumbuhan yang meningkat. Pada triwulan I-2013, sektor PHR tercatat

tumbuh sebesar 9,44% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 6,38% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai dipengaruhi oleh

meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran yang

diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya

permintaan konsumsi masyarakat seiring tibanya hari raya keagamaan yaitu

Maulid Nabi dan Nyepi.

Sementara kinerja sub sektor hotel dan restoran cenderung

menunjukkan perlambatan dan menahan laju pertumbuhan sektor PHR.

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh situasi keamanan yang kurang kondusif

pada awal tahun akibat adanya gangguan keamanan (kerusuhan) di Sumbawa

dan relatif minimnya kegiatan MICE1 pada awal tahun.

Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan rata-rata lama serta jumlah

tamu menginap yang cenderung menurun. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata

tingkat hunian kamar hotel berbintang di NTB mencapai 41,14%, lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 52,26%. Sementara itu, rata-

rata lama tamu yang menginap di hotel berbintang cenderung meningkat dari

2,50 hari pada triwulan lalu menjadi 2,69 hari pada triwulan I-2013. Sementara,

perkembangan jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang selama

periode laporan menunjukkan penurunan yang tercatat sebanyak 74,33 ribu

orang (pangsa domestik sebesar 79,11%) yang tumbuh negatif sebesar 2,94%

(yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 107,33

ribu orang atau tumbuh sebesar 14,74% (yoy).

1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions

Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu

Sumber : BPS Provinsi NTB

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan

Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang

Sumber : BPS Provinsi NTB

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

11

Dari sisi pembiayaan, berbeda dengan pertumbuhan pada sektor ini,

pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR

menunjukkan perlambatan. Pada triwulan I-2013, outstanding credit untuk

sektor PHR mencapai Rp5,26 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 48,72%

(yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 54,85% (yoy).

d. Bangunan

Pada triwulan I-2013, kinerja sektor bangunan menunjukkan

peningkatan signifikan yang tumbuh sebesar 11,28% (yoy), jauh lebih tinggi

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy). Kondisi tersebut

turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator sektor bangunan

yaitu tingkat konsumsi semen di NTB yang tumbuh dalam level yang tinggi.

Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pada triwulan I-2013 tingkat

konsumsi semen di NTB mampu tumbuh tinggi mencapai 30,71% (yoy) atau

mencapai 254,98 ribu ton, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 28,18% (yoy).

Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini juga

mengalami peningkatan dan berada pada tren pertumbuhan yang tinggi.

Hingga triwulan I-2013, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat

mencapai Rp493,63 miliar atau tumbuh sebesar 49,18% (yoy). Pertumbuhan

tersebut lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar

46,80% (yoy).

Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor

Perdagangan Hotel dan Restoran

Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

12

e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menunjukkan

pertumbuhan yang melambat. Pada triwulan I-2013, sektor ini tumbuh sebesar

9,78% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar

11,01% (yoy). Pencapaian tersebut diperkirakan dipengaruhi kinerja sub sektor

keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja perkembangan

laba perbankan (sebelum pajak) di NTB yang tumbuh melandai.

Hingga triwulan I-2013, laba (sebelum pajak) kegiatan usaha perbankan

NTB tercatat tumbuh sebesar 9,52% (yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu

yang tumbuh sebesar 72,00% (yoy).

f. Transportasi dan Komunikasi

Kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan I-2013

mengalami perlambatan, yang tumbuh sebesar 5,08% (yoy), lebih rendah

Grafik 1.24

Perkembangan Kondisi Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2011 2012 2013

%Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kananDPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoyg-Kredit (kiri),yoy g-DPK (kiri),yoy

Grafik 1.25

Perkembangan Laba Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

-

10

20

30

40

50

60

70

80

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

%

Rp. J

t

Laba Perbankan (sblm pajak)Growth (yoy)-kanan

Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Bangunan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

13

dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,79% (yoy).

Melambatnya kinerja tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja sub sektor

transportasi angkutan udara (penumpang internasional) dan angkutan laut yang

melambat.

Pada triwulan I-2013, kegiatan transportasi melalui angkutan udara yang

tercermin melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat sebanyak 477,74

ribu penumpang atau tumbuh sebesar 10,34% (yoy), jauh lebih rendah

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh mencapai 35,87% (yoy). Kondisi

tersebut dipengaruhi oleh jumlah penerbangan penumpang internasional yang

melandai sehubungan telah berakhirnya musim pemberangkatan haji.

Sementara itu, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi kegiatan

transportasi melalui angkutan laut menunjukkan terjadinya perlambatan yang

tumbuh negatif sebesar 0,62% (yoy). Pertumbuhan tersebut turun tajam

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar

109,82% (yoy).

Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang

Angkutan Laut

Sumber : BPS Provinsi NTB

(100.00)

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

050,000

100,000150,000200,000250,000300,000350,000400,000450,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2011 2012 2013

Total Bongkar/Muat (ton)growth (%) - kanan

Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Transportasi dan Komunikasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik

Angkutan Udara

Sumber : PT Angkasa Pura I

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Penumpang Domestik (org)growth (%) - kanan

Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional

Angkutan Udara

Sumber : PT Angkasa Pura I

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

-100

-50

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Penumpang Internasional (org)growth (%) - kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

14

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi

dan komunikasi yang cenderung berada pada pertumbuhan yang tinggi juga

menunjukkan perlambatan. Hingga akhir triwulan I-2013, pembiayaan yang

disalurkan pada sektor ini tercatat sebesar Rp147,29 miliar atau tumbuh sebesar

61,49% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh tinggi

mencapai 89,27% (yoy).

g. Industri Pengolahan

Pada triwulan I-2013, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar

3,56% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar

4,55% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan data

prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri yang menunjukkan

perlambatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan I-2013, pemakaian konsumsi

listrik industri mencapai 10,57 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 73,01%

(yoy), melambat dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan IV-2012 yang

tercatat tumbuh sebesar 75,50% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini

kegiatan pembiayaan perbankan menunjukkan perlambatan. Hingga akhir

triwulan I-2013 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp162,10

miliar atau tumbuh sebesar 44,30% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu

yang hanya tumbuh sebesar 89,73% (yoy).

h. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Pada triwulan I-2013, kinerja sektor listrik, gas dan air bersih mampu

tumbuh tinggi mencapai 7,39% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 6,36% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan

air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar 0,52% dalam pembentukan

struktur perekonomian NTB, sehingga tingginya pertumbuhan tersebut belum

Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri

Sumber : PLN

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Konsumsi Listrik Industri (juta kwh)growth(%)-kanan

Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0.00

20.0040.00

60.00

80.00100.00

120.00

140.00160.00

180.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

15

memiliki dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan

dipengaruhi oleh kinerja sub sektor gas dan air bersih yang mengalami

peningkatan. Sementara kinerja sub sektor listrik diperkirakan masih mengalami

perlambatan yang dikonfirmasi melalui perkembangan prompt indicator data

konsumsi listrik NTB yang melambat.

Sepanjang triwulan I-2013 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai

245,91 juta kwh atau tumbuh sebesar 6,45% (yoy), melambat dibanding triwulan

lalu yang tumbuh sebesar 11,99% (yoy) atau sebesar 260,22 juta kwh.

Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk rumah tangga pangsanya

mencapai 63,08%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,

pangsanya masing-masing sebesar 32,62% dan 4,30%.

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke

sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

Hingga triwulan I-2013, outstanding kredit pada sektor ini mengalami

peningkatan yang tercatat menjadi Rp6,89 miliar, tumbuh signifikan menjadi

sebesar 363,25% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 6,65% (yoy).

Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik

Sumber : PLN

0

5

10

15

20

25

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Total Konsumsi Listrik (juta kwh)growth(%)-kanan

Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor

Listrik, Air dan Gas

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

16

BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

2.1. KONDISI UMUM

Sepanjang triwulan I-2013 inflasi di NTB cenderung mengalami

peningkatan dan berada di atas rata-rata historisnya. Secara tahunan,

pada triwulan I-2013 laju inflasi NTB tercatat sebesar 5,18% (yoy), jauh lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,99% (yoy). Kondisi

tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional yang mengalami

tekanan inflasi akibat permasahan yang relatif sama yaitu gangguan

pasokan. Pada triwulan I-2013, laju inflasi nasional cenderung mengalami

peningkatan yang tercatat sebesar 5,90% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya yang mencapai 4,30% (yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan I-2013 jauh lebih tinggi dibanding pergerakan

rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Januari 2013, laju

inflasi NTB tercatat sebesar 1,54% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata

historisnya yang tercatat sebesar 1,27% (mtm). Berbeda dengan pola

historisnya, tekanan laju inflasi pada akhir triwulan I 2013 justru berada pada

level yang cukup tinggi. Pada bulan Februari 2013, inflasi bulanan NTB

tercatat sebesar 1,01% (mtm), sedangkan bulan Maret 2013 tercatat sebesar

0,81% (mtm). Jauh lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang masing-

masing sebesar 0,55% dan -0,23% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2013 juga

cenderung menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai 3,39% (qtq),

jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai -0,03%

(qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan melonjaknya tekanan inflasi

Grafik 2.1Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan

Grafik 2.2Perkembangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

pada kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan

bahan bakar. Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami

penurunan.

Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat

dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan pasokan bahan makanan

khususnya pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe rawit, bawang putih

dan bawang merah) dan sub kelompok sayur-sayuran (tomat sayur). Kondisi

tersebut disebabkan oleh gangguan pasokan akibat adanya kebijakan

pembatasan impor hortikultura khususnya pada komoditas bawang putih.

Sedangkan gangguan pasokan pada komoditas hortikultura lainnya

disebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2013 inflasi

tahunan Kota Mataram jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima.

Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,92% (yoy), sedangkan inflasi

Kota Bima tercatat jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,22% (yoy). Dilihat dari

disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya

disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi volatile food.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa

Tenggara Barat pada triwulan I-2013 cenderung bergerak meningkat yang

tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami kenaikan dari sebesar

-0,03% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 3,39% (qtq) pada triwulan

laporan. Angka tersebut juga lebih tinggi dibanding laju inflasi triwulanan

nasional yang juga mengalami peningkatan dan tercatat sebesar 2,43% (qtq).

Kecenderungan meningkatnya tekanan inflasi tersebut utamanya

berasal dari lonjakan tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan dan

kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar. Sementara pada kelompok

lainnya, tekanan inflasi cenderung mengalami penurunan terutama pada

Grafik 2.3Inflasi Triwulanan

Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman

Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi

Transportasi, komunikasi

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

kelompok sandang. Berdasarkan sumbangannya, pembentuk laju inflasi

pada triwulan I-2013 didorong oleh kelompok bahan makanan yang

memberikan andil terbesar dalam pembentukan laju inflasi triwulanan,

kemudian diikuti kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar dan

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, pada triwulan I-2013 tekanan inflasi di Nusa

Tenggara Barat masih berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar

5,18% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar

3,99% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang juga

berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar 5,90% (yoy).

Berdasarkan kelompok komoditas, meningkatnya laju inflasi pada

triwulan I-2013 dibanding triwulan IV-2012 utamanya disebabkan oleh

melonjaknya harga pada kelompok bahan makanan. Kemudiaan diikuti oleh

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara laju inflasi pada kelompok

lainnya cenderung mengalami penurunan.

Grafik 2.5Inflasi Tahunan

Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS Provinsi NTB

Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Des Jan Feb Mar7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.50 6.36 3.99 4.31 3.82 5.18

1 Bahan Makanan 15.46 8.08 7.50 3.67 6.17 7.86 5.23 -0.31 2.40 3.45 8.892 Makanan jadi, minuman 6.49 5.16 5.14 7.52 9.66 9.17 8.90 5.76 4.11 3.88 3.373 Perumahan, air 4.23 6.15 8.58 13.51 18.15 15.23 10.59 8.90 8.30 5.15 5.134 Sandang 4.92 4.68 8.71 6.50 7.40 5.28 5.15 5.60 6.17 5.24 4.105 Kesehatan 1.94 1.97 2.31 2.61 2.74 2.65 2.24 2.71 2.53 2.17 2.566 Pendidikan, rekreasi 2.58 2.91 5.29 4.17 4.19 4.04 2.31 3.01 3.06 3.03 3.057 Transportasi, komunikasi 5.36 4.13 2.50 1.18 1.23 1.15 0.14 1.61 1.49 1.98 1.74

2013Kelompok 2011

Umum

No 2012

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Laju inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan

yang tercatat sebesar 8,89% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar 5,13%

(yoy). Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa

lainnya tercatat pada kisaran 1,74% (yoy) hingga 4,10% (yoy).

Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan mendominasi

pembentukan inflasi dengan sumbangan mencapai 2,68%, kemudian diikuti

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,14%.

Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu

inflasi berada pada kisaran 0,08% hingga 0,66%.

2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA

Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat,

pada triwulan I-2013 Kota Mataram mengalami inflasi lebih rendah

dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat

mencapai 4,92% (yoy), lebih rendah dibanding Kota Bima yang tercatat

mencapai 6,22% (yoy).

Berdasarkan karakteristiknya, pembentukan laju inflasi Kota

Mataram pada awal tahun cenderung mengalami penurunan tekanan

dibanding triwulan sebelumnya. Namun sepanjang triwulan I-2013 laju

inflasi mengalami tekanan dan cenderung lebih tinggi dibanding dengan

kondisi rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada Januari dan Februari

2013, laju inflasi bulanan pada Kota Mataram tercatat masing–masing

mencapai 1,56% dan 1,01% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata nilai

historisnya yang sebesar 1,35% dan 0,55% (mtm). Berbeda dengan pola

historisnya yang cenderung mengalami deflasi, pada Maret 2013 laju inflasi

bulanan justru mengalami tekanan yang mencapai 0,72% (mtm), melonjak

dibanding rata-rata historis yang sebesar -0,26% (mtm).

Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2013 di Kota Mataram dan Bima

Sumber: BPS

Kota Mataram

Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Tomat Sayur 0.27% Cabe Rawit 0.23% Bawang Merah 0.47%Cabe Rawit 0.24% Tomat Sayur 0.14% Cabe Rawit 0.35%Beras 0.24% Bawang Putih 0.11% Bawang Putih 0.24%Bawang Merah 0.15% Beras 0.08% Cumi-cumi 0.05%Telur Ayam Ras 0.09% Telur Ayam Ras 0.08% Jeruk 0.03%

Kota Bima

Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Bandeng 0.25% Tongkol 0.24% Bawang Putih 0.78%Tomat Sayur 0.16% Beras 0.14% Bandeng 0.20%Beras 0.17% Bawang Putih 0.13% Bawang Merah 0.16%Bawang Merah 0.08% Pepaya 0.13% Cabe Rawit 0.09%Kacang Panjang 0.08% Cabe Merah 0.12% Tenggiri 0.08%

Maret 2013

Maret 2013

Februari 2013

Februari 2013

Januari 2013

Januari 2013

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Sejalan dengan kota Mataram, pergerakan laju inflasi di Kota Bima

pada triwulan I-2013 juga lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya. Pada

Januari 2013, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat mengalami inflasi

sebesar 1,42% (mtm). Pada Februari 2013 laju inflasi kembali mengalami

inflasi yang cukup tinggi dan tercatat sebesar 1,00% (mtm). Kemudian pada

Maret 2013, laju inflasi kembali mengalami peningkatan mencapai 1,19%

(mtm). Kondisi tersebut cenderung lebih tinggi dibanding dengan rata-rata

historisnya (lima tahun terakhir) yang masing-masing sebesar 0,98% (mtm),

0,54% (mtm) dan -0,10% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama meningkatnya tekanan

inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2013 adalah melonjaknya

harga pada kelompok bahan makanan antara lain tomat sayur, cabe rawit,

bawang putih dan bawang merah serta ikan segar, meskipun NTB termasuk

daerah penghasil utama bawang merah dan bawang putih. Di sisi lain,

komoditas yang menahan laju inflasi atau cenderung mengalami penurunan

antara lain daging ayam ras, emas perhiasan dan bayam.

2.5. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan komponennya, pada triwulan I-2013 pergerakan laju

inflasi NTB cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut disebabkan

oleh meningkatnya tekanan inflasi dari komponen yang memiliki

karakteristik harga yang dapat bergejolak (volatile food). Sementara

tekanan inflasi pada komponen lainnya, yaitu kelompok inflasi inti dan

komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) cenderung

mengalami pelemahan.

Pada triwulan I-2013, laju inflasi komponen volatile food tercatat

mengalami lonjakan mencapai 11,20% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya yang sebesar 0,30% (yoy). Berdasarkan sub

kelompoknya, tingginya tekanan inflasi tersebut didorong oleh

meningkatnya inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub

Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)

Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)

Sumber: BPS Sumber: BPS

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Inflasi Tahunan core inflation

administered price volatile food

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

kelompok buah-buahan. Laju inflasi tertinggi pada komponen volatile food

dialami oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yaitu sebesar 5,79% (yoy) dan

juga menjadi sub kelompok yang mengalami peningkatan laju inflasi

terbesar.

Sementara itu, berbeda dengan perkembangan harga di pasar

internasional cenderung meningkat, perkembangan harga komoditas utama

komponen volatile food (beras) di NTB pada triwulan I-2013 cenderung

mengalami penurunan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya

pasokan beras akibat mulai berlangsungnya kegiatan panen padi.

Peningkatan ketersediaan beras tersebut dapat dikonfirmasi oleh

membaiknya realisasi penyerapan beras oleh BULOG. Dalam rangka menjaga

stabilitas harga beras dan ketahanan pangan di Provinsi NTB, hingga akhir

Maret 2013 BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara beras

sebanyak 20.587 ton (Maret 2012 :16.970 ton). Kondisi tersebut mampu

menjaga ketersediaan (stok) beras, dimana hingga akhir triwulan I-2013

ketersediaan pangan (cadangan beras pemerintah) mencapai 58,97 ribu ton

beras. Persediaan tersebut diperkirakan akan semakin meningkat seiring

tibanya puncak panen dan diperkirakan mampu menyangga kebutuhan

beras hingga lebih dari 6 bulan mendatang.

Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada

triwulan I-2013 kembali menunjukkan penurunan. Secara tahunan, tekanan

inflasi komponen administered price tercatat mencapai 2,53% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 6,01% (yoy).

Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya tekanan harga

pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dan sub kelompok

transpor. Di sisi lain, tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh sub

kelompok sarana dan penunjang transpor.

Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun.

Pada triwulan I-2013, laju inflasi inti tercatat sebesar 3,70% (yoy), lebih

Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)

Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB

Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan

Minyak Goreng (Rp/kg)

Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB

5000.00

5500.00

6000.00

6500.00

7000.00

7500.00

8000.00

8500.00

9000.00

9500.00

10000.00

12345123412341234123451234123451234123412345123412341234512341234

Jan 12 Feb 12

Mar 12

Apr 12

Mei 12

Juni 12

Juli 12 Aug 12

Sept 12

Okt 12

Nov 12

Des 12

Jan 13 Feb 13

Mar 13

Rp IR I (Pelita ) Medium IIIR 64 Super IR Zak (pack)

0.00

2000.00

4000.00

6000.00

8000.00

10000.00

12000.00

14000.00

16000.00

5000.00

15000.00

25000.00

35000.00

45000.00

55000.00

65000.00

12345123412341234123451234123451234123412345123412341234512341234

Jan 12

Feb 12

Mar 12

Apr 12

Mei 12

Juni 12

Juli 12

Aug 12

Sept 12

Okt 12

Nov 12

Des 12

Jan 13

Feb 13

Mar 13

Rp Cabe Rawit Cabe Merah BsrMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,15% (yoy).

Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan tekanan harga

pada sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok minuman yang tidak

beralkohol serta sub kelompok biaya tempat tinggal. Di sisi lain, komoditas

yang menjadi pendorong inflasi inti berasal dari sub kelompok

penyelenggaraan rumah tangga dan sub kelompok obat-obatan.

Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg

Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar

Internasional

Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak

Mentah di Pasar Dunia

Sumber: CEIC

0

100

200

300

400

500

600

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt

0

20

40

60

80

100

120

0200400600800

100012001400160018002000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel

23

Boks 1Pusat Informasi Harga Pangan Strategis:

Upaya Meminimisasi Asimetri Informasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Latar BelakangDalam rangka mewujudkan ketahanan

pangan, salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan adalah kestabilan harga, terutama harga pangan yang rentan mengalami gejolak harga. Terbatasnya akses informasi terhadap harga pangan akan mempengaruhi efisiensi keputusan/kebijakan para pelaku ekonomi dan pemerintah daerah sehingga dapat membentuk persepsi negatif terhadap harga1. Kondisi ini diakibatkan adanya asimetri informasi yang berpotensi menimbulkan gejolak harga yang pada gilirannya mempengaruhi laju inflasi.

Dengan terbukanya akses informasi yang luas terhadap harga pangan, diharapkan terjadinya konvergensi harga pangan, danmampu mencegah terjadinya aksi spekulasisehingga dapat menjaga daya beli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi Saat ini Pemantauan harga di NTB telah

dilakukan oleh beberapa instansi/satuan perangkat kerja daerah (SKPD). Namun demikian, kegiatan pemantauan yang dilakukan umumnya belum terintegrasi atau bersifat parsial, seperti halnya pada metode pengumpulan data, tabulasi dan pengolahan data serta kegiatan diseminasi/penyebarluasan informasi.

Selain pemantauan harga, untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan yang baik, telah dibentuk juga Tim Pembina dan Tim Petugas Pencatat Arus Keluar Masuk Komoditas Strategis Pangan di Provinsi NTBberdasarkan SK Gub. NTB No 366 Tahun 2012, 1 Laporan Studi Kelayakan PIHPS DKI Jakarta

yang memantau volume dan asal/tujuan komoditas pangan utama yang masuk atau keluar NTB.

Tabel Kegiatan Pemantauan Harga

No Instansi/ SKPD Media Informasi

Periode Data

1

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB

Running Text, Papan

Informasi Harga

Harian

2Dinas Perindustrian dan PerdaganganProvinsi NTB

Media cetak/Koran

Harian

3Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB

Web Site Mingguan

4Kementerian Pertanian

Web Site, TVRI, RRI &

SMSHarian

Harapan Ke Depan Pengelolaan informasi harga antar

instansi/SKPD yang masih belum seragamberpotensi mengalami permasalahan. Adanya perbedaan harga pada komoditas yang sama dapat berakibat menurunkan kualitas data dan mengurangi kepercayaan masyarakat sehingga informasi menjadi tidak bermanfaat.

Oleh karena itu, perlu adanya sinergisitas antar lembaga untuk meningkatkan manfaatnya kegiatan pemantauan harga dan arus keluar masuk barang di NTB melalui pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS).Sehingga dapat menghasilkan informasi yang mampu menjadi referensi dalam rangka menigkatkan kegiatan perekonomian dan mewujudkan stabilitas harga.

Hal ini sejalan dengan semangat mendorong terciptanya keterbukaan informasi publik dan dalam rangka menjembatani kesenjangan informasi harga di masyarakat.

24

BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang

triwulan I-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut

tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset

secara gabungan tercatat Rp.20,92 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai

19,03%. Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik dan didukung dengan kinerja

kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,02% atau masih

dibawah ketentuan sebesar 5%.

3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT

3.1.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM

Pada triwulan I-2013, perkembangan total aset1 Bank Umum di NTB

terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai Rp19,62 triliun

atau tumbuh sebesar 19,03% (yoy). Perkembangan tersebut searah dengan

bertambahnya jumlah jaringan kantor bank umum di NTB, yaitu sebanyak 26

bank dengan jumlah kantor sebanyak 266 dan jumlah ATM yang tersebar di

Nusa Tenggara Barat mencapai lebih dari 350 unit.

Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih

didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai

Rp13.16 triliun dengan pangsa mencapai 67,06% dari total aset seluruh bank

umum di NTB, sedikit menurun dibanding triwulan lalu yang mencapai angka

72,30%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset bank-bank lainnya

mengalami perubahan yang berarti terutama bank swasta nasional dan bank

syariah masing-masing mencapai angka 38,34% dan 10,16% meningkat

dibanding triwulan sebelum pada angka 28,48% dan 9,29%.

Berdasarkan data per kabupaten/ kota, jumlah pencapaian aset

tertinggi didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah Kota Mataram

dengan pangsa mencapai 64,32% sebesar Rp12,62 triliun, kemudian disusul

Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa dengan pangsa yang sama sebesar 8,97%

dengan nominal masing-masing sebesar Rp1,76 triliun, sementara

Kabupaten/Kota lain relatif meningkat meskipun tidak terlalu signifikan.

Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan

yaitu tumbuh sebesar 17,86% (yoy) dengan nominal sebesar Rp18,06 triliun,

1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

25

menurun dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 22,14%

(yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami

peningkatan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum

konvensional, sebesar Rp1,56 triliun atau tumbuh sebesar 37,44% (yoy).

Pertumbuhan tersebut sedikit menurun bila dibanding triwulan sebelumnya

yang tercatat tumbuh sebesar 39,73% (yoy).

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

3.1.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH

Hingga triwulan I-2013, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa

Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Maret 2013,

total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,56 triliun atau tumbuh

sebesar 37,44% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 39,73% (yoy). Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh

peningkatan performa kegiatan pembiayaan dengan kualitas NPF yang tetap

terjaga sebesar 1,12%. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum

syariah terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari

7,33% pada triwulan lalu menjadi sebesar 7,45% pada periode laporan.

Grafik 3.3Perkembangan Bank Umum Syariah

(Rp Mil)

Grafik 3.4Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap

Perbankan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum syariah

hingga triwulan I-2013 meningkat mencapai Rp1,36 triliun atau tumbuh

Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum

Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum

Menurut Kegiatan Usaha

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

26

sebesar 42,40% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 43,33% (yoy). Di sisi lain, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)

yang dihimpun tumbuh sebesar 29,06% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh hingga 31,46% (yoy), serta dari segi nominal

mengalami penurunan menjadi sebesar Rp0,80 triliun dibanding triwulan

sebelumnya sebesar Rp 0,85 triliun.

Grafik 3.5Perkembangan Aset Bank Umum Syariah

Grafik 3.6Perkembangan DPK Bank Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Rasio penyaluran pembiayaan atau Financing Deposit Ratio (FDR)

terhadap pendanaan masih tetap tinggi, yakni mencapai 170,67%, meningkat

dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 151,12%. Hal ini

membuktikan kemampuan bank syariah dalam menghimpun DPK masih

sangat rendah.

Grafik 3.7Perkembangan Pembiayaan Bank Umum

Syariah

Grafik 3.8Perkembangan FDR dan NPF Bank

Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

27

Dari sisi risiko pembiayaan, meskipun laju pertumbuhan kegiatan

pembiayaan bank umum syariah sangat tinggi, namun risiko kredit masih

stabil dan tetap terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio gross Non

Performing Financing (NPF) bank umum syariah masih dibawah ketentuan

yaitu sebesar 1,12% pada triwulan laporan.

3.1.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kinerja BPR di NTB pada triwulan I-2013 secara umum tetap

menunjukkan peningkatan, meskipun cenderung melambat. Secara

kelembagaan, perkembangan jumlah kantor BPR yang beroperasional di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tengara Barat

tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak 32 bank, terdiri dari 29 BPR yang

beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi secara syariah,

dengan jumlah kantor sebanyak 115 kantor BPR.

Pada triwulan I-2013, jumlah aset BPR meningkat menjadi sebesar

Rp1,30 triliun atau tumbuh sebesar 16,37% (yoy), lebih rendah dibanding

triwulan lalu yang mencapai 19,18% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,

kegiatan penghimpunan dana masyarakat secara nominal sedikit meningkat

pada triwulan laporan, menjadi Rp596,25 miliar atau tumbuh sebesar 11,29%

(yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 14,97% (yoy).

Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan I-2013 jumlah kredit BPR

yang berhasil disalurkan kepada 78.416 debitur mencapai Rp725,19 miliar atau

tumbuh sebesar 14,20% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah bila

dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 15,76% (yoy)

dengan nominal sebesar Rp698,92 miliar.

Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis

modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa sebesar

62,06%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang masing-

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.9Perkembangan Indikator BPR

Grafik 3.10Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis

Penggunaaan

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

28

masing tercatat sebesar 33,22% dan 4,72%. Secara sektoral, penyaluran kredit

pada sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mendominasi pangsa kredit

BPR dengan pangsa sebesar 46,31% atau sebesar Rp335,85 miliar. Kemudian

disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dengan pangsa sebesar

14,84% atau mencapai Rp107,61 miliar.

Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan I-2013 masih

berada pada level kinerja tinggi, tercermin dari jumlah dana yang disalurkan

dalam bentuk kredit masih lebih tinggi dari jumlah dana yang berhasil

dihimpun bank. Kondisi tersebut tercemin dari rasio Loan to Deposit Ratio

(LDR) BPR sebesar 121,62%.

Namun demikian, tingginya penyaluran kredit BPR diikuti pula dengan

tingginya risiko kredit, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang

tergolong tinggi sebesar 12,14%, berada diatas ambang batas ketentuan 5%.

Kondisi tersebut lebih buruk dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar

11,32%.

3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN

Pada triwulan I-2013, pelaksanaan fungsi intermediasi

perbankan Nusa Tenggara Barat relatif baik, tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang tinggi sebesar 122,75% dan didukung

dengan risiko kredit yang rendah. Kinerja intermediasi perbankan

tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,42%

(yoy) atau mencapai Rp16,38 triliun, namun peningkatan tersebut belum

seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh

sebesar 15,64% (yoy) atau Rp13,35 Triliun. Pertumbuhan DPK tersebut

melambat bila dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar

17,01% (yoy) dengan nominal sebesar Rp13,31 Triliun.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.12Perkembangan Penyaluran dan Kualitas

Kredit BPR

Grafik 3.11Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut

Sektor Ekonomi

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

29

Laju pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibanding pertumbuhan

DPK tersebut mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami

peningkatan mencapai 122,75 % (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu

yang tercatat mencapai 117,72%. Namun demikian, tingginya kinerja

penyaluran kredit tersebut didukung oleh risiko kredit atau Non Performing

Loan (NPL) yang rendah sebesar 2,02 %, menandakan bank tetap menerapkan

prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya.

3.2.1. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa

Tenggara Barat pada triwulan I-2013 terus mengalami pertumbuhan,

meskipun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun

tercatat mencapai Rp12,75 triliun atau tumbuh sebesar 15,85% (yoy), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar

17,11% (yoy) atau sebesar Rp12,73 triliun. Dari sisi jumlah rekening DPK

mengalami peningkatan sebesar 9,85% atau mencapai 1.527.939 rekening

dibanding triwulan lalu sebanyak 1.390.977 rekening.

Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh bank

umum di NTB masih didominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 70,45%

atau mencapai nilai Rp8.98 triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana

jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 54,63% atau mencapai

Rp6,97 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,47 juta atau sekitar 71,01%

dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB yang pada Agustus 2012 tercatat

sebanyak 2,07 juta2. Pangsa tabungan tersebut menurun dibanding posisi

triwulan IV-2012 yang tercatat mencapai 62,46%. Secara tahunan, jumlah

tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 19,41% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 19,02% (yoy).

2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan

2013Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

1 Aset 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573 18,641 19,419 20,774 20,916Growth % (yoy) 20.17 21.73 23.86 22.95 24.38 23.88 22.16 23.09 19.03

2 Kredit 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958 14,170 14,817 15,673 16,381Growth % (yoy) 26.41 25.58 26.03 24.87 24.68 26.84 25.73 26.71 26.42

3 DPK 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540 12,423 12,900 13,314 13,345Growth % (yoy) 19.12 20.29 26.53 28.16 27.25 26.82 23.44 17.01 15.64

4 LDR (%) 114.60 114.04 112.77 108.71 112.29 114.06 114.87 117.72 122.75 5 NPL (%) 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13 2.12 1.86 2.02

Indikator 2011 2012

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

30

Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan,

kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan mencapai 69,03% dari

jumlah rekening DPK yang dihimpun oleh bank umum di NTB sebesar

Rp12,75 triliun. Dilihat dari kepemilikan per Kabupaten/Kota masih

didominasi oleh pemilik dari Kota Mataram dengan total dana Rp8.57 triliun,

disusul oleh Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masing-masing dengan

total dana Rp1,26 triliun dan Rp1,01 triliun.

Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan

dalam bentuk deposito sedikit meningkat. Pada triwulan I-2013, jumlah

deposito sebesar Rp3,36 triliun atau tumbuh sebesar 25,06% (yoy).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV-2012 yang tumbuh

sebesar 23,09% (yoy) atau mencapai Rp3,01 triliun.

Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito mengalami

peningkatan dari sebesar 23,62% pada triwulan IV-2012, menjadi sebesar

26,37% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.13Perkembangan DPK Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.14Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)

Grafik 3.15Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank

Umum (Rp miliar)

Grafik 3.16Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan

Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

31

Peningkatan jumlah deposito tersebut juga diiringi dengan kenaikan pesat

jumlah rekening deposito hingga mencapai 48.842 rekening, meningkat

302% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut diperkirakan

disebabkan oleh program beberapa bank yang memberikan hadiah menarik

di awal penempatan dana.

Giro masih menempati urutan terendah penghimpunan DPK bank

umum di NTB dengan pangsa sebesar 19% atau sebesar Rp2,42 triliun,

tumbuh negatif sebesar minus 2,47% (yoy), menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,41%. Penurunan tersebut diperkirakan

karena di Triwulan I-2013, sebagian dana giro sudah dipergunakan untuk

membiayai proyek-proyek pembangunan.

3.2.2. Perkembangan Kredit Bank Umum

Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang berhasil

disalurkan ke masyarakat meningkat. Hingga triwulan I-2013, total

outstanding kredit yang disalurkan kepada masyarakat di NTB sebanyak

276.374 rekening dengan nominal sebesar Rp15,66 triliun atau tumbuh

sebesar 27,04% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya sampai dengan

triwulan laporan, penyaluran kredit di NTB didominasi kredit konsumsi

tercatat Rp8,94 triliun dengan pangsa 55,59%, disusul kredit modal kerja

sebesar 31,96% dan kredit investasi sebesar 12,46%.

Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, tercermin dari rasio Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 122,80%, lebih tinggi dari kinerja

triwulan sebelumnya yang mencapai 117,61%. Tingkat LDR yang berada di

atas 100% mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga,

bank umum juga memanfaatkan dana lainnya seperti modal sendiri ataupun

dana antar bank dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini

menandakan masih terbukanya peluang bagi perbankan lain untuk ikut

bersaing ke dalam industri perbankan di NTB.

Grafik 3.17Perkembangan Kredit Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.18Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis

Penggunaan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

32

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit

bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa

mencapai 55,59% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau

sebesar Rp8,70 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 19,88% (yoy).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012

yang mencapai 16,49% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja

dengan pangsa sebesar 31,96% sebagai pangsa terbesar kedua yang tercatat

mencapai Rp5,00 triliun atau tumbuh sebesar 35,61% (yoy), lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 39,18% (yoy).

Sedangkan pangsa kredit investasi tercatat sebesar 12,46% atau mencapai

Rp1.95 triliun, tumbuh hingga 41,89% (yoy), lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,73% (yoy).

Secara kuartalan, pada triwulan I-2013 perkembangan kredit modal

kerja mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,34% (qtq), kemudian

diikuti kredit investasi yang tumbuh sebesar 5,07% (qtq), sementara kredit

konsumsi tumbuh sebesar 3,99% (qtq).

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan I-2013

dipegang oleh sektor listrik, gas dan air yang tumbuh hingga 373,89% (yoy).

Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor pengangkutan, pergudangan dan

komunikasi serta sektor pertanian yang tumbuh masing-masing sebesar

57,80% (yoy) dan 57,24% (yoy). Sementara itu, kredit pada sektor

pertambangan dan jasa sosial masih mengalami pertumbuhan negatif yang

tercatat masing-masing sebesar minus 18,76% (yoy) dan 17,81% (yoy).

Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih

terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang

pangsanya mencapai 31,44% atau sebesar Rp4,92 triliun. Kemudian

penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh sektor kontruksi dengan

pangsa sebesar 3,11% atau sebesar Rp487,03 miliar, kemudian diikuti oleh

sektor jasa dunia usaha yang pangsanya sebesar 2,51% atau sebesar Rp392,45

Grafik 3.19Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut

Jenis Penggunaan (qtq,%)

Grafik 3.20Pertumbuhan Kredit Bank Umum

Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

33

miliar. Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor produktif lainnya

pangsanya berada pada kisaran 0,04% hingga 2,51% dari keseluruhan kredit.

Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum pada triwulan

I-2013 mengalami peningkatan, kecuali suku bunga kredit investasi yang

mengalami penurunan menjadi sebesar 15,19% dari triwulan sebelumnya

sebesar 15,26%, selebihnya untuk kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi

meningkat menjadi 15,1% dan 12,85%. Pada jenis simpanan, suku bunga

deposito mengalami peningkatan sebesar 5,83% dibanding triwulan

sebelumnya sebesar 5,77%.

Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)

2013Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

1 Menurut Jenis Penggunaan - Modal Kerja 24.30 19.79 21.52 25.65 35.10 46.57 36.89 39.18 35.61 - Investasi 23.81 33.05 82.38 120.45 138.99 138.21 110.41 58.73 41.89 - Konsumsi 28.96 28.36 24.17 16.78 10.65 8.89 11.62 16.49 19.88

2 Menurut Sektor Ekonomi - Pertanian 35.06 3.32 -15.34 102.16 216.79 378.06 348.11 119.36 57.24 - Pertambangan -8.12 -2.05 -2.13 -1.85 -15.28 -80.46 -66.21 -47.75 -18.76 - Industri Pengolahan -1.54 10.04 6.60 4.61 68.57 29.19 64.77 92.32 45.10 - Listrik, Gas dan Air 58.26 -27.10 -14.32 24.26 -14.08 3.53 54.19 6.44 373.89 - Konstruksi 84.63 62.32 95.97 56.54 51.85 61.65 32.63 47.15 49.14 - Perdag.Hotel dan Restoran 16.98 14.56 16.64 34.00 50.73 66.86 63.65 58.04 51.95 - Pengangkutan dan Komunikasi 2.39 10.08 22.46 41.84 80.01 64.50 87.83 85.36 57.80 - Jasa dunia usaha -10.36 15.23 62.29 72.17 74.20 116.49 46.17 44.38 46.77 - Jasa sosial 159.02 39.18 68.44 170.05 168.81 83.79 55.70 -11.64 -17.81 - Lain-lain 30.26 29.83 27.42 16.98 10.11 7.96 8.75 12.59 15.39

Penyaluran Kredit20122011

2013 Growth

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 (%,yoy)

1 Menurut Jenis Penggunaan 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,117 14,974 15,656 27.04

- Modal Kerja 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 4,229 4,286 4,749 5,003 35.61 - Investasi 575 650 830 1,169 1,374 1,549 1,746 1,856 1,950 41.89

- Konsumsi 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 7,710 8,084 8,369 8,703 19.882 Menurut Sektor Ekonomi 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,116 14,974 27.27

- Pertanian 70.1 62.4 64.8 157.7 221.9 298.4 290.4 345.9 348.9 57.24 - Pertambangan 10.4 9.5 9.3 9.2 8.8 1.8 3.1 4.8 7.1 -18.76 - Industri Pengolahan 65.3 71.4 70.0 72.4 110.0 92.3 115.4 139.2 159.7 45.10 - Listrik, Gas dan Air 1.7 1.4 1.6 2.4 1.4 1.4 2.4 2.5 6.8 373.89 - Konstruksi 215.0 246.5 315.96 321.59 326.56 398.40 419.05 473.23 487.03 49.14 - Perdagangan,Hotel dan Restoran 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 3,758 4,189 4,687 4,923 51.95 - Pengangkutan dan Komunikasi 45.5 48.8 51.0 59.4 81.9 80.3 95.8 110.1 129.3 57.80 - Jasa dunia usaha 153.5 187.1 223.92 243.65 267.39 405.03 327.31 351.77 392.45 46.77 - Jasa sosial 117.7 130.8 158.7 299.3 316.4 240.4 247.2 264.5 260.0 -17.81 - Lain-lain 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 8,212 8,426 8,595 8,942 15.39

Penyaluran Kredit2011

(Rp mil iar)2012

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

34

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

3.2.3. Perkembangan Kredit UMKM

Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank umum,

penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa

Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2013,

nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar) perbankan

NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp15,49 triliun atau tumbuh

sebesar 24,54% (yoy). Berdasarkan pangsanya terhadap total kredit,

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM

sedikit meningkat, yaitu dari sebesar 94,74% pada triwulan IV-2012 menjadi

94,83% pada triwulan I-2013 .

Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB pada

triwulan I-2013 masih didominasi oleh penyaluran untuk kredit UMKM yang

pangsanya mencapai 94,28% atau mencapai Rp14,76 triliun. Berdasarkan

skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit

kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp9,30 triliun dengan pangsa

sebesar 59,38%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta)

mencapai Rp2,83 triliun dengan pangsa mencapai 18,07%. Sedangkan pangsa

kredit menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) sebesar 16,83% atau

secara nominal mencapai Rp 2,64 triliun.

Grafik 3.21Pangsa Kredit Bank Umum Secara

Sektoral

Grafik 3.22Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.24Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 3.23Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total

Kredit Bank Umum

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

35

Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum

pada triwulan I-2013 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal

kredit sebesar Rp8,69 triliun atau dengan pangsa sebesar 58,87% dari total

kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal

kerja sebesar Rp4,48 triliun dengan pangsa 30,37% dan kredit investasi

sebesar Rp1,59 triliun dengan pangsa 10,76%.

Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada

triwulan I-2013 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio NPL

tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat mencapai

4,18%, lebih buruk dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,78%.

Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah

masing-masing tercatat sebesar 1,65% (Des. 2012: 0,94%) dan 0,74% (Des.

2012: 0,63%).

3.2.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Hingga Triwulan I-2013, realisasi penyaluran KUR oleh bank umum di

NTB mencapai Rp1,10 triliun atau tumbuh sebesar 49,27 % (yoy) yang

disalurkan kepada 58.958 debitur KUR. Pertumbuhan tersebut menurun

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 63,97% (yoy) atau

sebanyak Rp1,09 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 56.196 debitur.

Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan hotel

dan restoran dengan pangsa mencapai 80,10% atau sebanyak Rp0,88 triliun.

Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-

masing sebesar Rp0,13 triliun dan Rp0,04 triliun.

Grafik 3.25Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

36

KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha

mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke

perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang feasible

namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% (seratus

persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat berupa

tabungan, deposito dan giro.

Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh

seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel

dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank

penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,

Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan Bank NTB.

Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR) masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara

lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki

tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR

adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian

besar tidak memiliki NPWP, sedangkan dari faktor internal bank adalah

keterbatasan jaringan kantor cabang.

3.3 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Pada triwulan I-2013, peningkatan penyaluran kredit bank umum

didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh

nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,55%, sedikit lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,42% dan masih dibawah

target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.

Tabel 3.4Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit

Sumber : KPw BI Prov. NTB

2013

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

1 Pertanian 63,235 67,461 71,795 85,969 96,314 109,738 117,830 127,484 125,7502 Pertambangan 0 0 20 20 24 31 68 73 1183 Industri Pengolahan 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,786 13,649 20,660 24,9164 Listrik, Gas & Air 0 0 3,236 3,403 0 20 70 610 7985 Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 354,158 410,027 472,753 516,634 565,823 642,680 732,049 809,454 876,9397 Angktn & Komuniks 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,509 4,161 7,031 10,3958 Jasa Dunia Usaha 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,837 31,712 38,157 42,0759 Jasa Sosial 1,292 987 1,435 4,301 6,947 6,093 5,963 5,808 5,570

10 Lain-lain 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225 73,533 81,299 8,209

450,100 514,703 591,299 665,090 733,399 862,919 979,034 1,090,576 1,094,77031.15 14.35 14.88 12.48 10.27 17.66 13.46 11.39 0.38

121.95 114.94 124.76 93.79 62.94 67.65 65.57 63.97 49.27

2012

TotalPertumbuhan (%,qtq)Pertumbuhan (%,yoy)

SEKTORNO 2011

(Jutaan Rp)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

37

Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan I-2013, rasio NPL terbesar

dialami oleh kredit modal kerja sebesar 2,57%. Selanjutnya diikuti oleh kredit

investasi sebesar 1,37% dan kredit konsumsi 1,00%.

Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan I-2013

didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada beberapa sektor usaha, antara

lain industri pengolahan menjadi sebesar 3,11%, industri perdagangan, hotel

dan restoran sebesar 2,25%, pertambangan sebesar 2,19%, konstruksi sebesar

2,00%, jasa dunia usaha sebesar 1,47%, jasa dunia sosial sebesar 1,38%.

Sementara itu penurunan rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertanian,

yang triwulan sebelumnya sebesar 4,96% turun menjadi 4,15%.

3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai. Dalam kaitannya

dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat kegiatan transaksi

keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan.

Transaksi secara tunai kembali mengalami net inflow, sedangkan

perkembangan transaksi secara non tunai masih didominasi layanan transaksi

Real Time Gross Settlement.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.5Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

38

3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

Pada triwulan I-2013 perkembangan transaksi keuangan secara

tunai di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren net inflow.

Kondisi tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash

outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau

dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan

jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada triwulan I-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank

Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren

peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,42 triliun atau tumbuh signifikan

sebesar 17,62% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu

yang tumbuh hingga 24,46% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp739,80

miliar.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang

berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara

Barat tercatat mencapai Rp919,90 miliar yang tumbuh positif sebesar 34,45%

(yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh

rendah sebesar 24,67% (yoy) atau sebanyak Rp1,16 triliun. Jumlah aliran uang

keluar yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan

terjadinya net inflow dengan jumlah mencapai Rp500,19 miliar.

3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil

Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB

menunjukkan peningkatan. Selama triwulan I-2013, penukaran uang pecahan

kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi

Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor Perwakilan Bank

Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

39

Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp43,98 miliar atau tumbuh

positif sebesar 4,13% (yoy), namun tumbuh lebih tinggi dibanding

pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 10,98% (yoy).

Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung

melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

mencapai Rp35,95 miliar atau tumbuh sebesar 21,10% (yoy), meningkat

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 17,45% (yoy). Sementara itu,

penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami

peningkatan atau tumbuh negatif sebesar 36,01% (yoy) atau sebanyak Rp8,03

miliar, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif

sebesar 71,52% (yoy).

Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d

Rp20.000) sepanjang triwulan I-2013 jumlahnya mencapai Rp28,541miliar.

Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2.000,00 dengan jumlah

mencapai Rp2,63 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00 sebanyak Rp1,36

juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak Rp0,81 juta lembar, pecahan

Rp20.000,00 sebanyak Rp0,41 juta lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak

Rp0,05 juta lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi

dialami uang pecahan Rp20.000,00 yang mencapai Rp8,29 miliar kemudian

disusul uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp8,10 miliar.

3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat

sepanjang triwulan I-2013 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan

lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara

non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp,

miliar)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar

Berdasarkan Jenis Pecahan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

40

Rp2,53 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,35 triliun pada triwulan I-2013.

Sementara itu, pada triwulan I-2013 transaksi secara kliring kembali

menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,56 triliun (triwulan IV-

2012: Rp1,64 triliun).

a. Transaksi Kliring

Sepanjang triwulan I-2013, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,56

triliun atau tumbuh sebesar 17,54% (yoy), lebih rendah dibanding dengan

triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 19,90% (yoy). Berdasarkan frekuensi

transaksinya, jumlah warkat kliring yang diproses sepanjang triwulan I-2013

menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 36,44 ribu lembar atau

tumbuh sebesar 13,01% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang

tercatat sebanyak 36,48 ribu lembar.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.29Perkembangan Transaksi Non Tunai

Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Kliring

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

41

b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Walaupun mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan

transaksi sarana RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai pada

perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I-2013, jumlah

transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak Rp2,35 triliun yang

tumbuh negatif sebesar 2,21% (yoy), menurun dibanding triwulan IV-2012

( Rp2,52 triliun) yang tumbuh sebesar 29,29% (yoy).

Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan

penurunan, dari 2.945 lembar pada triwulan IV-2012 menjadi 2.560 lembar

pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki sarana RTGS seperti

kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta rendahnya risiko

settlement-nya turut mempengaruhi jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara

Barat.

Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement

Sumber : KPw BI Prov. NTB

42

BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan I-2013, perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) relatif lebih baik

dibanding kinerja periode yang sama tahun lalu. Meski pada sisi penerimaan,

cenderung mengalami penurunan akibat rendahnya penyerapan dana bagi hasil,

peningkatan yang cukup tinggi ditunjukkan kinerja belanja daerah. Kondisi tersebut

didorong oleh kinerja realisasi belanja komponen transfer bagi hasil ke

Kabupaten/Kota/Desa dan belanja modal.

4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH

Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi NTB sepanjang tahun 2013

direncanakan mengalami penambahan dibanding tahun lalu. Anggaran

pendapatan direncanakan mampu mencapai hingga Rp2,49 triliun atau tumbuh

5,16% dibandingkan anggaran tahun 2012 yang ditargetkan sebesar Rp2,37

triliun (APDB-P 2012). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi

dana perimbangan dibandingkan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan

pendapatan lain-lain yang sah, dengan pangsa masing-masing sebesar 66,26% :

32,19% : 1,55%.

Hingga akhir triwulan I-2013, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov.

NTB tercatat mencapai Rp503,80 miliar atau sebesar 20,21% dari target sepanjang

tahun 2013. Pencapaian tersebut, lebih rendah dibanding pencapaian triwulan I-

2012 yang tercatat sebesar Rp583,95 miliar atau mencapai 26,05% dari total

anggaran pendapatan tahun 2012.

Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menunjukkan pencapaian sebesar 22,19%, lebih tinggi dibanding kinerja

komponen Dana Perimbangan (transfer) yang mencapai 19,64%. Relatif

rendahnya kinerja penerimaan Dana Perimbangan akibat minimnya penerimaan

dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (Sumber Daya Alam) serta Dana Alokasi

Khusus. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan

komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mampu mencapai

37,15%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum

terserap secara optimal yaitu pada komponen Pendapatan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Pendapatan Retribusi Daerah.

4.2. REALISASI BELANJA

Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada tahun 2013

dianggarkan meningkat hingga Rp2,49 triliun atau tumbuh 5,26% dibandingkan

rencana belanja tahun 2012 yang mencapai Rp2,36 triliun. Berdasarkan

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

43

alokasinya, dominasi belanja pemerintah dialokasikan pada belanja operasional

khususnya pada belanja hibah dan belanja pegawai.

Hingga akhir triwulan I-2013, realisasi belanja Pemprov. NTB tercatat

sebesar 18,18% atau sebesar Rp452,49 miliar dari target belanja tahun 2013.

Pencapaian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan

I-2012 yang tercatat sebesar 9,59%.

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2013 (Rp Juta)

Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara)

APBD 2012

Rencana Rencana Realisasi Tw I-13

Pendapatan Daerah 2,370,407.07 2,492,621.74 503,802.95 20.21 I Pendapatan Asli Daerah 793,714.97 802,468.77 178,047.20 22.19

1 Pendapatan Pajak Daerah 555,167.75 612,034.69 136,295.07 22.27 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,590.87 15,456.17 2,074.74 13.42 3 88,891.34 68,165.34 - -

4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 134,065.01 106,812.57 39,677.38 37.15

II Pendapatan Transfer 1,561,497.10 1,651,471.12 324,304.75 19.64 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,099,602.70 1,187,576.72 215,266.86 18.13 a Dana Bagi Hasil Pajak 186,739.21 210,658.20 110.56 0.05 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 49,919.43 60,157.80 318.05 0.53 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 859,353.03 214,838.25 25.00 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 57,407.69 - -

2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 463,894.40 109,037.89 23.50 a Dana Penyesuaian 461,894.40 463,894.40 109,037.89 23.50

III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 15,195.00 38,681.85 1,451.00 3.75 1 15,195.00 38,681.85 1,451.00 3.75

Belanja Daerah 2,364,438.87 2,488,708.88 452,490.43 18.18 I Belanja Operasi 1,734,127.56 1,840,616.06 308,706.68 16.77

1 Belanja Pegawai 557,076.28 604,161.05 111,804.93 18.51 2 Belanja Barang 402,010.81 344,815.53 21,731.42 6.30 3 Belanja Subsidi 250.00 250.00 - - 4 Belanja Hibah 584,163.99 744,490.40 174,275.32 23.41 5 Belanja Bantuan Sosial 115,037.57 81,689.08 895.00 1.10 6 Belanja Bantuan Keuangan 75,588.91 65,210.00 - -

II Belanja Modal 420,309.08 374,692.68 51,061.18 13.63 1 Belanja Tanah 0.00 6,862.60 - - 2 Belanja Peralatan dan Mesin 46,689.55 36,298.99 1,452.98 4.00 3 Belanja Bangunan dan Gedung 90,332.21 110,572.59 0.99 0.00 4 Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan 281,671.40 218,914.89 49,607.22 22.66 5 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,336.85 463.23 - - 6 Belanja Aset Lainnya 279.08 1,580.37 - -

III Belanja Tak Terduga 14,500.61 10,000.00 - - 1 Belanja Tak Terduga 14,500.61 10,000.00 - -

IV Transfer 195,501.62 263,400.14 92,722.56 35.20 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 195,501.62 263,400.14 92,722.56 35.20 a Bagi Hasil Pajak

5,968.20 3,912.86 51,312.52 1,311.38Pembiayaan

I Penerimaan daerah 38,031.80 17,694.89 94.47 0.53 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 17,031.80 17,694.89 - - 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 21,000.00 - 94.47

II Pengeluaran daerah 44,000.00 21,607.75 - - 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 44,000.00 21,607.75 - -

Pembiayaan Netto (5,968.20) (3,912.86) 94.47 (2.41) 0 0 51,407.00

UraianAPBD 2013

%

Pendapatan Hasil Pengelolaan KekayaaanDaerah Yang Dipisahkan

Pendapatan Hibah

Surplus/(Defisit)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

44

Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi

dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai

mencapai Rp92,72 miliar atau sebesar 35,20% terhadap rencana anggaran tahun

2013. Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dengan tingkat realisasi

mencapai 23,41% atau sebesar Rp174,28 miliar.

Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, hingga triwulan I-2013, jumlah dana

simpanan milik Pemprov NTB yang ada di perbankan NTB menurun mencapai

sebesar Rp163,35 miliar, tumbuh negatif sebesar 59,53% (yoy) dibanding posisi

triwulan I-2012. Rendahnya jumlah simpanan tersebut dipengaruhi oleh tingkat

penyerapan belanja pada triwulan I-2013 (18,18%) yang lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2012 (9,59%).

Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

di Perbankan (Rp miliar)

Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

450.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Deposito Tabungan Giro

BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa

Tenggara Barat relatif menurun. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah TKI yang berangkat

ke luar negeri menurun dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan,

perkembangan tingkat pendapatan masyarakat kota terindikasi meningkat, namun

daya beli masyarakat di pedesaan NTB relatif menurun dibanding triwulan lalu.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri

menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang

periode laporan tercatat sebanyak 8.623 orang, turun 5,04% bila dibandingkan

triwulan IV-2012 yang tercatat sebanyak 9.081 orang. Namun demikian, kondisi

tersebut meningkat sebesar 10,32% dibanding dengan periode yang sama

tahun lalu, yang tercatat mencapai 7.816 orang.

Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan

negara tujuan utama dengan pangsa mencapai 99,93% atau sebanyak 8.617

orang (Data BP3TKI Mataram). Selain karena masih berlangsungnya kebijakan

moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI ke kawasan Timur Tengah,

dominasi penempatan tenaga kerja di Malaysia diperkirakan dipengaruhi oleh

faktor kedekatan geografis dan sosiologis (kemiripan bahasa dan kesamaan

agama).

Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan seluruh penempatan

TKI berada pada jenis sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan penempatan,

sebagian besar atau 96,33% TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang. Kondisi

tersebut dipengaruhi oleh relatif rendahnya latar belakang pendidikan dan

Grafik 5. 1Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: BP3TKI Mataram

Grafik 5. 2Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia

Malaysia99.93%

Lainnya0.07%

Sumber: BP3TKI Mataram

Kota Mataram

0.08%

Lobar11.15%

Loteng27.99%

Lotim57.31%

Sumbawa0.14%

KSB0.05% Dompu

0.26%Bima

1.10%Kota Bima

0.05%KLU

1.88%

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

relatif minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB. Akibatnya pilihan

kesempatan kerja menjadi terbatas dan mempengaruhi penempatan lapangan

kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan

konstruksi dan kilang/industri yang masing-masing tercatat sebesar 2,24% dan

0,81%. Berdasarkan daerah asal TKI, sebanyak 57,31% berasal dari Lombok

Timur, kemudian diikuti oleh Lombok Tengah dengan pangsa sebesar 27,99%.

Dari sisi pengiriman dana, perkembangan kegiatan money remittance

dengan tujuan NTB yang tercatat melalui perbankan kembali menunjukkan

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah dana yang dikirim ke

NTB tercatat turun 0,60% dari sebesar Rp110,58 miliar pada triwulan lalu

menjadi Rp109,92 miliar pada triwulan I-2013. Jumlah tersebut tumbuh negatif

sebesar 12,45% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang mampu

mencapai Rp125,55 miliar.

Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi

asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan I-2013 masih

didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 48,52% atau sebesar Rp53,33

miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi

Kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai

44,54% atau sebesar Rp48,96 miliar.

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan kesejahteraan masyarakat di

Nusa Tenggara Barat utamanya di Kota Mataram diperkirakan menunjukkan

perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan

saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi

penghasilan yang berada di atas level optimis (indeks = 100). Sepanjang triwulan

I-2013, secara rata-rata indeks-indeks tersebut tercatat sebesar 141,83% dan

156,33% (Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Grafik 5. 3Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: KPw BI Prov. NTB

-5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 32011

20122013

Rp. Juta Kuwait Jepang Jordania

Asia Timur Malaysia Negara Lainnya

Saudi Arabia

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tenggara Barat), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-

masing sebesar 139,00% dan 150,17%. Peningkatan pendapatan masyarakat

tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh penetapan kenaikan Upah Minimum

Provinsi (UMP) Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 yang mengalami

kenaikan sebesar 10%.

Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat

kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali

menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata indeks NTP Nusa

Tenggara Barat tercatat sebesar 94,61 turun sebesar 0,69 point dibanding

triwulan lalu yang mencapai 95,30. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya

nilai tukar petani padi/palawija, perkebunan dan nelayan.

NTP merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan daya tukar

(term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi

maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP

yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani

NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil pertanian yang rendah dan

meningkatnya harga-harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan

barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya daya beli petani.

5.3. PENDIDIKAN

Pendidikan yang berkualitas dan merata merupakan salah satu faktor

penting upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kualitas sumber daya

manusia dapat diukur dari kemajuan tingkat pendidikan suatu daerah.

Perkembangan tingkat pendidikan dapat diukur dari durasi rata-rata lama

sekolah dan rasio penduduk melek huruf. Berdasarkan data BPS Prov. NTB.

tingkat pendidikan di NTB dari tahun 2007 hingga tahun 2011 cenderung

menunjukkan perbaikan. Hingga tahun 2011, rata-rata lama sekolah di NTB

Grafik 5. 5Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber: BPS

Grafik 5. 4Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi

Penghasilan

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)NTPH (Horti) NTPR (Kebun)NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu

Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YADLevel Optimis

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

tercatat mencapai 6,97 tahun, meningkat 0,2 tahun dibandingkan tahun 2010

yang tercatat selama 6,77 tahun. Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan

tahun 2010 yang mengalami peningkatan hanya sebesar 0.04 tahun. Jumlah

penduduk yang bebas buta huruf juga menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Hingga akhir 2011, rasio angka melek huruf cenderung

menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 83,24%, meski pada tahun 2010

sempat mengalami penurunan mencapai 81,05%.

78.00

79.00

80.00

81.00

82.00

83.00

84.00

2007 2008 2009 2010 2011

80.10

83.3083.80

81.05

83.24Angka Melek Huruf (%)

6.556.606.656.706.756.806.856.906.957.00

2007 2008 2009 2010 2011

6.70 6.706.73

6.77

6.97Rata-rata Lama Sekolah (tahun)

Grafik 5. 7Rasio Angka Melek huruf

Sumber: BPS

Grafik 5. 6Rata-rata Lama Sekolah

Sumber: BPS

49

Boks 2Klaster Usaha Sapi

Membawa Perubahan ParadigmaMasyarakat Desa Senayan,

Kabupaten Sumbawa Barat

PendahuluanKesejahteraan bukanlah warisan dan penciptaan

kesejahteraan juga bukan semata-mata tugas pemerintah, melainkan upaya bersama semua pihak.Oleh karena itu, merupakan langkah yang tepat bagi Bank Indonesia melaksanakan program klaster sebagai salah satu bentuk kegiatan bantuan teknis dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM.

Salah satu success story program bantuan teknis dan Program Sosial BI ditorehkan oleh Desa Binaan BI di Dusun Bun Mudrak, Kabupaten Lombok Tengahdengan diperolehnya Certificate of Merit Global CSR Award 2013 dalam kompetisi The 5th Annual Global CSR Summit 2013 yang merupakan ajang kompetisi tahunan bagi program CSR perusahaan, lembaga nasional dan internasional se-Asia. Kiranya, program pemberdayaan di daerah lain dapat membawa Indonesia menjejakkan langkah di pentas internasional.

Latar BelakangProgram Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan,

Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan dukungan Kantor Perwakilan BIProvinsi NTB terhadap Program Bumi Sejuta Sapi (program Pemerintah Provinsi NTB). Hal lainnya yang melatarbelakangi dicetuskannya program Klaster Usaha Sapi tersebut, yaitu potensi alam, tersedianya infrastuktur (Rumah Potong Hewan bertarafinternasional dan Pasar Hewan), telah terbangunnya kelompok peternak sapi dan adanya dukungan stakeholders, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Dinas Kelautan Perikanan Peternakan KSB.

Pelaksanaan ProgramOutput yang diharapkan dari pengembangan

Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan, yaitu:a. Meningkatnya populasi ternak sapi di NTB;b. Meningkatnya pendapatan masyarakat peternak

melalui intensifikasi ternak sapi;c. Kelompok mampu mengakses modal kerja

perbankan melalui usaha yang dikembangkan;d. Terciptanya lapangan pekerjaan baru.

Untuk mencapai output tersebut, tahapan kegiatan yang telah dilakukan, yaitu:

1. Penandatanganan MoU antara BI dan Bupati KSB;2. Identifikasi jumlah ternak dan aset kelompok;3. Pelatihan penguatan kelembagaan kelompok;4. Pengadaan Tenaga Pendamping Lapangan (TPL);5. Studi banding ke sentra pembibitan dan pengolahan

produk turunan sapi;6. Pelatihan peningkatan manajemen pembibitan sapi

potong dan pakan ternak;7. Pembangunan infrastruktur (antara lain kandang

komunal, kandang kawin, kandang sapih dan timbangan sapi).

Gambaran KeberhasilanKendala utama yang dihadapi pada awal kegiatan

pengembangan Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan adalah dari sisi individu anggota kelompok, antara lainadanya kesulitan mengubah pola pikir dan kebiasaan anggota kelompok dari pemeliharaan sapi pola “lar” (penggembalaan) yang telah dilaksanakan secara turun temurun menuju pola pengandangan (komunal), anggota kelompok masih belum memahami tujuan program klaster dan belum berjalannya fungsi kelompok yang ada.

Namun, kondisi terkini telah memperlihatkan progress yang cukup signifikan, yaitu:a. Kelompok sudah mulai menempatkan ternak sapi di

kandang dan pemberian pakan berprotein tinggi berupa legum untuk penggemukan;

b. Telah terbangunnya kesadaran anggota dalam berkelompok, terlihat dari pertemuan yang diikuti oleh anggota kelompok;

c. Kelompok setiap bulan telah melakukan Posyandu (penimbangan, pemeriksaan dan pencatatan kesehatan ternak);

d. Kelompok sudah memahami hubungan siklus perkawinan dan waktu lahir ternak dengan ketersediaan pakan;

e. Kelompok sudah memahami teknik menentukan pejantan yang sehat;

f. Kelompok telah membuat tempat penampungan limbah ternak sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.

g. Kelompok telah menikmati keuntungan dengan pemeliharaan sapi dikandangkan selama 3 – 4 bulan sebesar ± Rp2 juta per ekor.

Perubahan cara pandang (paradigma) terhadap usaha ternak sapi yang selama ini hanya dianggap sebagai usaha sampingan telah membawa sebuah perubahan besar bagi kehidupan perekonomian masyarakat Desa Senayan. Semoga hal yang baik ini dapat “ditularkan“ ke daerah lainnya yang memiliki kemiripan karakter dengan masyarakat Desa Senayan, Kecamatan Poto Tano, KSB.

50

BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara

Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan

berada pada kisaran 4,50% - 5,00% (yoy). Dari sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 diprediksi masih akan ditopang

oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama

pendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut didorong oleh semakin

membaiknya daya beli masyarakat seiring tibanya musim panen padi dan

meningkatnya aktivitas konsumsi akibat kegiatan pemilihan kepala daerah

(Gubernur NTB, Walikota Bima dan Bupati Lombok Timur) yang berlangsung

pada Mei 2013. Hal ini terindikasi dari tingkat nilai Indeks Ekspektasi Konsumen

(IEK) yang cenderung meningkat dan berada di atas level optimis (100) yang

mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam melakukan konsumsi. Kegiatan

investasi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan tren pertumbuhan kredit

investasi pada level yang cukup tinggi. Kegiatan konsumsi pemerintah

diperkirakan masih tumbuh tinggi selaras dengan meningkatnya anggaran

belanja pemerintah NTB. Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan masih

berada pada tren pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama

pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,

sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan

usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi

bisnis yang tercatat sebesar 26,10%.

Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang

Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

05

10152025303540

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2011 2012 2013

Ekspektasi situasi bisnis

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

51

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong

oleh kinerja sektor-sektor andalan kecuali sektor pertambangan. Sektor

perdagangan hotel dan restoran diperkirakan menjadi sumber utama

pendorong pertumbuhan ekonomi seiring meningkatnya kegiatan perdagangan

hasil bumi (pertanian) dan meningkatnya kegiatan MICE 1 akibat kegiatan

kampanye pemilihan kepala daerah serta membaiknya tingkat kunjungan

wisatawan. Kinerja sektor pertanian diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2013 sejalan dengan bertambahnya luas lahan panen

yang didukung oleh cuaca yang relatif kondusif. Sementara kinerja sektor

pertambangan diperkirakan belum menunjukkan pemulihan dan masih berada

pada tren pertumbuhan yang rendah. Masih berlangsungnya kegiatan

perluasan dinding tambang menyebabkan produksi konsentrat tembaga masih

berada dibawah kapasitas normalnya. Kegiatan tersebut diperkirakan akan

terus berlangsung hingga akhir 2013, sehingga kegiatan produksi konsentrat

tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar

mineral rendah sehingga jumlah konsentrat tembaga yang dihasilkan terbatas.

Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong

peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha

di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 diprediksi masih berada pada tren

meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain

permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang

diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini

Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan

pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut

sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan,

hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada

triwulan II-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan suku bunga,

sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun 2011.

6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Pada triwulan II-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat

diperkirakan kembali mengalami tren peningkatan dan diprediksi

berada pada kisaran 6,00% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi pada

awal triwulan II-2013 diperkirakan akan bergerak menurun dan kemudian akan

bergerak meningkat seiring berakhirnya musim panen padi dan kenaikan tarif

tenaga listrik. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan II-2013, kondisi sifat hujan yang

1 Meetings, incentives, conferences, & exhibitions

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

52

akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat cenderung di atas normal

yang berpotensi menekan laju inflasi.

Kondisi tersebut juga tercermin dari ekspektasi masyarakat akan

pembentukan harga barang dan jasa pada triwulan II-2013 yang terindikasi dari

indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang

cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

(Grafik 6.3). Peningkatan ekspektasi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh

ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan

bakar minyak.

Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi dipengaruhi oleh

terkendalanya pasokan hortikultura (bumbu-bumbuan dan buah-buahan) asal

impor yang mengalami pembatasan. Selain itu, terbatasnya pasokan solar

diperkirakan akan menyebabkan terbatasnya operasional angkutan transportasi

(truk) sehingga berpotensi mengganggu kelancaran distribusi pasokan komoditi

yang berasal dari luar NTB. Di sisi lain, berlangsungnya kegiatan panen padi

pada triwulan II-2013 akan menjadi faktor yang menahan laju inflasi.

Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang

Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

Grafik 6.4Prakiraan Curah Hujan

Sumber : BMKG

100110

120130140

150160170

180190200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2011 2012 2013

Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad

Nusa Tenggara Barat