KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA · PDF filepembangunan ekonomi daerah. i ......

71
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA · PDF filepembangunan ekonomi daerah. i ......

KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Triwulan IV-2012

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]

[email protected]

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan stabil.

Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional

jangka panjang yang berkesinambungan.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk

bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan

kebersamaan.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan

sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada

Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi daerah.

i

KATA PENGANTAR

Pada triwulan IV-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat

(NTB) tanpa sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 5,22% (yoy). Dari sisi

permintaan, pencapaian tersebut masih didorong oleh kinerja kegiatan konsumsi

rumah tangga. Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor

pertanian. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja

perekonomian NTB tercatat terkontraksi mencapai 0,81% (yoy).

Hingga triwulan IV-2012, perkembangan harga barang dan jasa di NTB

menunjukkan kecenderungan menurun. Secara tahunan, laju inflasi di NTB mencapai

4,31% (yoy), berada lebih rendah dibanding laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar

4,57% (yoy).

Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui

intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan

kredit pada posisi triwulan IV-2012 yang mencapai 26,71% (yoy). Kinerja positif

intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang

tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif.

Di samping ulasan di atas, kajian ini juga mengupas perkembangan keuangan

daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke

depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun

stakeholders di daerah.

Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,

antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi

kepada Pemerintah Daerah dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi

termasuk pengendalian harga barang dan jasa.

Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak

terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,

dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu

penyediaan data sehingga kajian ini dapat dipublikasikan. Semoga bermanfaat dan

kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua.

Mataram, 7 Februari 2013KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Bambang HimawanDeputi Direktur

ii

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indeks Harga Konsumen 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33 145.62 146.87 146.83

-Kota Mataram 132.65 133.09 138.52 141.21 144.77 145.79 147.01 147

-Kota Bima 132.46 133.94 136.47 141.10 142.67 145.02 146.32 146.19

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.52 6.36 3.99

-Kota Mataram 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14 8.81 6.13 4.10

-Kota Bima 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71 7.45 7.22 3.61

PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,643.54 4,591.01 5,232.20 4,973.21 4,533.81 4,718.72 5,036.15 4,932.76

-Pertanian 1,106.81 1,102.34 1,324.52 1,197.16 1,112.31 1,172.49 1,402.47 1,259.75

-Pertambangan dan Penggalian 1,024.66 875.56 1,167.80 982.65 739.25 744.37 738.68 735.42

-Industri Pengolahan 235.36 244.42 256.44 237.55 245.08 253.00 265.66 248.36

-Listrik, gas dan air bersih 18.57 19.20 19.63 20.22 20.05 20.68 21.14 21.50

-Bangunan 367.59 394.21 416.77 443.42 387.70 410.69 434.82 466.43

-Perdagangan, Hotel dan Restoran 739.82 761.61 808.66 841.84 808.31 853.27 887.71 895.58

-Pengangkutan dan Komunikasi 379.13 395.24 418.73 433.83 407.60 426.46 437.97 458.94

-Keuangan, Persewaan dan Jasa 276.15 280.08 283.25 280.55 288.16 302.92 314.31 311.44

-Jasa 495.44 518.36 536.40 536.00 525.36 534.84 533.40 535.34

Pertumbuhan PDRB (yoy %) (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81)

Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) 7.26 4.72 5.27 5.30 4.96 6.96 5.74 5.22

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82 136.69 156.22 122.88

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09 70.83 92.60 69.88

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24 59.91 54.64 61.57

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60 18.74 23.11 18.88

PERBANKAN

Total Aset (Rp triliun) 14.13 15.05 15.90 16.88 17.57 18.64 19.42 20.77

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 9.07 9.80 10.45 11.38 11.54 12.42 12.90 13.31

Kredit (Rp triliun) 10.39 11.17 11.78 12.37 12.96 14.17 14.82 15.67

Loan to Deposit Ratio 114.60 115.69 112.77 108.71 112.29 114.06 114.87 117.72

NPL gross (%) 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13 2.12 1.86

Bank umum :

Total Aset (Rp triliun) 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46 17.52 18.25 19.51

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00 11.90 12.36 12.73

-Tabungan (%) 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01 54.93 54.24 62.46

-Giro (%) 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57 20.45 20.85 13.92

-Deposito (%) 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43 24.62 24.91 23.62

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32 13.49 14.12 14.97

-Modal Kerja 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69 4.23 4.29 4.75

-Investasi 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37 1.55 1.75 1.86

-Konsumsi 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26 7.71 8.08 8.37

Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73 2.68 2.86 2.83

-Kredit Modal Kerja 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67 0.71 0.78 0.85

-Kredit Investasi 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12 0.10 0.12 0.12

-Kredit Konsumsi 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94 1.87 1.96 1.87

Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29 8.08 8.34 8.84

-Kredit Modal Kerja 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50 1.74 1.66 1.79

-Kredit Investasi 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75 0.88 0.99 1.05

-Kredit Konsumsi 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04 5.47 5.69 6.00

Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78 2.07 2.18 2.48

-Kredit Modal Kerja 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26 1.42 1.44 1.64

-Kredit Investasi 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24 0.27 0.31 0.34

-Kredit Konsumsi 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28 0.37 0.43 0.49

Total Kredit MKM (Rp triliun) 9.53 10.24 10.74 11.26 11.80 12.84 13.38 14.15

Loan to Deposit Ratio 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98 113.35 114.18 117.61

NPL (%) 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70 1.68 1.42

INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER

2012INDIKATOR

2011

Provinsi Nusa Tenggara Barat

iii

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

Bank Perkreditan Rakyat :

Total Aset (Rp triliun) 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11 1.12 1.17 1.26

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.41 0.42 0.43 0.51 0.53 0.52 0.53 0.58

-Tabungan (%) 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87 56.84 57.20 57.36

-Giro (%)

-Deposito (%) 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13 43.16 42.80 42.64

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64 0.68 0.70 0.69

-Modal Kerja 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39 0.42 0.43 0.43

-Investasi 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03

-Konsumsi 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22 0.23 0.23 0.23

Loan to Deposit Ratio 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53 130.10 130.73 120.12

NPL (%) 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02 10.77 10.98 11.32

SISTEM PEMBAYARAN

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87 2,376.70 2,814.03 2,528.13

Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723 2,763 2,945

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54 38.33 46.13 42.14

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09 43.92 45.30 49.08

Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04 1,360.23 1,387.29 1,641.99

Volume Kliring Kredit (lembar) 28,020 28,129 29,331 32,452 32,247 32,410 31,828 36,479

Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80 21.94 22.74 27.37

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 459.34 446.49 451.25 507.06 503.86 522.74 521.77 607.98

2012INDIKATOR

2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................... iv

Daftar Grafik.............................................................................................................................v

Daftar Tabel...........................................................................................................................viii

Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................ ix

Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1

1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1

1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1

1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................5

Boks 1 Peran Sektor Pertanian Dalam Menjaga Ketersediaan Cadangan Pangan di

Provinsi Nusa Tenggara Barat ...............................................................................................16

Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................18

2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................18

2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................19

2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................20

2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................21

2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................22

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................25

3.1. Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat ..................................................25

3.2. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................29

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .....................................................................................38

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .......................................................................39

Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................43

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................43

4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................43

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................46

5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................46

5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................47

Boks 2 Program Desa Mandiri Ekonomi Wujud Pemberdayaan UMKM dan Sektor Riil di

Nusa Tenggara Barat..............................................................................................................49

Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................52

6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat....................................................52

6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................53

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3

Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3

Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3

Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3

Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4

Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4

Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4

Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal

Dalam Negeri...........................................................................................................4

Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5

Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan II-2012

Dan Triwulan III-2012............................................................................................7

Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7

Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7

Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8

Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8

Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................8

Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.......9

Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat

ke Sektor Pertambangan......................................................................................9

Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................10

Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................10

Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel

Dan Restoran .......................................................................................................11

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12

Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12

Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................12

Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................12

Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13

Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13

Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut..........................13

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13

Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan.......................14

Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................18

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012

vi

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................18

Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................19

Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................19

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................20

Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................20

Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................22

Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................22

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................23

Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................23

Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................24

Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................24

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................25

Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................25

Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...................................................................26

Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan ...........................................26

Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ..........................................................27

Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ..................................27

Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah.............................................27

Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah............................................27

Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR..............................................................................28

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan .................................28

Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi ..............................29

Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR.......................................29

Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum......................................................................31

Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum ........................................................................31

Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...............................................31

Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum........................................31

Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum .................................................................33

Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan.................................33

Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %) ......33

Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %) ......33

Grafik 3.21 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)..................................................35

Grafik 3.22 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................35

Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum ...........................35

Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM ...........................................................................35

Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum ....................................36

Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................39

Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................40

Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........40

Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................41

Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................42

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................42

Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....45

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012

vii

Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ......................................46

Grafik 5.2 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................46

Grafik 5.3 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan..................................48

Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................48

Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...................................................52

Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................52

Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................54

Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan............................................................................................54

Boks 1

Grafik 1 Komposisi Sektor Pertanian ....................................................................................16

Grafik 2 Pertumbuhan Sektor Pertanian..............................................................................16

Grafik 3 Kondisi Pasokan dan Persediaan Beras .................................................................17

Grafik 4 Perkembangan IHK Tahunan..................................................................................17

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)..........................................2

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%, yoy) .........................................6

Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)........................................................................................20

Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan IV-2012 di Kota

Mataram dan Bima ...............................................................................................21

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................30

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %) .........................................................34

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................34

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................37

Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum ......................................................38

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2012 ....................44

ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan

Makro Ekonomi Regional

Pada triwulan IV-2012, kinerja perekonomian Nusa Tenggara

Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang

melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,74% (yoy)

menjadi 5,22% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan

sektor pertambangan masih berada pada tren kontraksi yang tercatat sebesar

0,81% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 3,75%

(yoy). Sehingga secara keseluruhan tahun 2012, pertumbuhan ekonomi NTB

(tanpa sektor pertambangan) mencapai 5,62% (yoy). Sementara apabila

termasuk sektor pertambangan terjadi kontraksi hingga 1,12% (yoy).

Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi NTB

dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor) dan

melambatnya kinerja kegiatan pembentukan modal tetap bruto (investasi).

Sementara itu, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi

rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak perekonomian

NTB, kemudian diikuti oleh kegiatan impor.

Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja perekonomian NTB tanpa

sektor pertambangan dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor jasa-jasa

yang kembali mengalami kontraksi. Selain itu, pelambatan terbesar pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran turut berperan menahan laju pertumbuhan

ekonomi. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi paling tinggi kembali

diberikan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara

itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan kembali

menunjukkan pertumbuhan yang terkontraksi akibat menurunnya produksi

konsentrat tembaga.

Perkembangan Inflasi

Sepanjang triwulan IV-2012 inflasi di NTB cenderung mengalami

penurunan. Secara tahunan, pada triwulan IV-2012 laju inflasi NTB tercatat

sebesar 3,99% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat

sebesar 6,36% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi

nasional. Pada triwulan IV-2012, laju inflasi nasional cenderung mengalami

penurunan yang tercatat sebesar 4,30% (yoy), turun tipis dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 4,31% (yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan IV-2012 jauh lebih rendah dibanding pergerakan

RINGKASAN EKSEKUTIF

x

rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan Oktober 2012, laju

inflasi NTB tercatat deflasi sebesar 0,48% (mtm), lebih rendah dibanding rata-

rata historisnya yang tercatat deflasi sebesar 0,21% (mtm). Demikian pula pada

bulan November dan Desember 2012, dibanding rata-rata historisnya (0,22%

dan 0,96%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan penurunan masing-

masing tercatat sebesar deflasi 0,03% (mtm) dan 0,49% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan IV-2012 juga cenderung

menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar -0,03% (qtq), jauh lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 1,57% (qtq). Kondisi tersebut

terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok sandang,

kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga.

Sementara tekanan harga dialami oleh kelompok kesehatan dan kelompok

transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Secara umum, menurunnya pergerakan harga di Nusa Tenggara Barat

dipengaruhi oleh terjaganya ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya

produk hortikultura (bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran) yang cenderung

menjadi komoditas utama pemicu tekanan inflasi di akhir tahun. Kondisi

tersebut disebabkan oleh meningkatnya produktivitas lahan pertanian yang

didukung kondisi cuaca yang kondusif dan relatif minimnya gangguan pada

kegiatan distribusi.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan IV-2012 inflasi

tahunan Kota Mataram lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi

tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,10% (yoy), sedangkan inflasi Kota

Bima tercatat lebih rendah yaitu sebesar 3,61% (yoy). Dilihat dari

disagregasinya, menurunnya inflasi Nusa Tenggara Barat disebabkan

melemahnya tekanan inflasi pada semua komponen inflasi terutama pada

kelompok inflasi volatile food.

Kinerja Perbankan

Perkembangan perbankan NTB sepanjang triwulan IV-2012 terus

menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari

peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara

gabungan yang tercatat Rp20,77 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai

23,09%, fungsi intermediasi perbankan berjalan baik yang tercermin dari nilai

Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 117,72%. Peningkatan intermediasi tersebut

didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,71% (yoy) atau

mencapai Rp15,67 triliun, namun demikian peningkatan tersebut belum disertai

dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar

17,01% (yoy) atau Rp13,31 Triliun. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja kredit

yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 1,86% atau masih

dibawah ketentuan sebesar 5%.

RINGKASAN EKSEKUTIF

xi

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan IV-2012 perkembangan transaksi keuangan secara

tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi

tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow)

yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan

kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran

uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada triwulan IV-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank

Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren

peningkatan yang tercatat sebesar Rp739,80 miliar atau tumbuh signifikan

sebesar 24,46% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu

yang tumbuh hingga 90,96% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,08

triliun.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang

berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

tercatat mencapai Rp1,16 triliun yang tumbuh positif sebesar 24,67% (yoy),

lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh rendah

sebesar 9,32% (yoy) atau sebanyak Rp1,28 triliun. Jumlah aliran uang keluar

yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya

net outflow dengan jumlah mencapai Rp420,85 miliar.

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat

sepanjang triwulan IV-2012 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan

lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara

non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,81

triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,53 triliun pada triwulan IV-2012.

Sementara itu, pada triwulan IV-2012 transaksi secara secara kliring kembali

menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,64 triliun (triwulan III-

2012: Rp1,39 triliun).

Kinerja Keuangan Daerah

Hingga akhir triwulan IV-2012, kinerja penerimaan pendapatan

Pemprov NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan

pendapatan daerah Pemprov NTB tercatat mencapai Rp2,24 triliun atau

mencapai 94,58% dari target sepanjang tahun 2012 yang mengalami perubahan

dari Rp2,24 triliun menjadi Rp2,37 triliun (APBD-P 2012). Pencapaian tersebut,

jauh meningkat dibanding pencapaian triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar

Rp1,69 triliun atau mencapai 97,18% dari rencana penyerapan pendapatan

sepanjang tahun 2011.

Berdasarkan kinerjanya, kelompok pendapatan transfer menunjukkan

pencapaian tertinggi mencapai 95,72%, lebih tinggi dibanding kinerja

RINGKASAN EKSEKUTIF

xii

komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 93,90%. Tingginya

pencapaian tersebut utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi

Umum (DAU) yang mampu diserap sesuai dengan rencana atau mencapai 100%

yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara pada

komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan Pendapatan Pajak

Daerah yang melebihi target yaitu mencapai 104,58%. Namun demikian,

terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu

pada komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta pendapatan retribusi

daerah.

Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja hingga akhir triwulan IV-

2012 tercatat sebesar 92,59% atau sebesar Rp2,19 triliun dari target belanja

tahun 2012 yang direvisi menjadi Rp2,36 triliun (sebelum perubahan: Rp2,25

triliun). Kinerja tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian

triwulan IV-2011 yang tercatat mencapai 94,28%. Berdasarkan komponennya,

tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen transfer bagi

hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp195,50 miliar atau

mencapai 100% terhadap rencana anggaran tahun 2012. Kemudian disusul oleh

komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan tingkat realisasi mencapai

Rp275,32 miliar (97,74% dari rencana belanja) yang merupakan komponen

utama belanja modal dengan pangsa mencapai 67,99%. Kinerja terbaik

selanjutnya diberikan oleh komponen belanja subsidi dengan tingkat realisasi

mencapai Rp241,58 miliar (96,63% dari rencana belanja). Sementara kinerja

komponen lainnya memiliki tingkat realisasi pada kisaran 56,61% hingga

94,03%.

Kesejahteraan Masyarakat

Sepanjang triwulan IV-2012, perkembangan jumlah Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri

masih berada pada tren peningkatan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat

sepanjang periode laporan tercatat sebanyak 9.081 orang, meningkat 1,71%

bila dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebanyak 8.928 orang. Namun

demikian, kondisi tersebut menurun sebesar 22,79% dibanding dengan periode

yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai 11.762 orang.

Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat

kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan

penurunan. Sepanjang triwulan IV-2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara

Barat tercatat sebesar 95,30, naik sebesar 0,27 point dibanding triwulan lalu

yang mencapai 95,03. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya nilai tukar

peternak dan nelayan.

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiii

2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan I-2013

Prospek Ekonomi

Pada triwulan I-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara

Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan

berada pada kisaran 3,00% - 3,50% (yoy). Dari sisi permintaan, kegiatan

konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi sumber utama pendorong

pertumbuhan perekonomian NTB. Kondisi tersebut didorong oleh semakin

membaiknya daya beli masyarakat seiring meningkatnya pendapatan1

masyarakat dan tekanan laju inflasi yang relatif minim. Hal ini terindikasi dari

tingkat nilai Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan

berada di atas level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat

dalam melakukan konsumsi. Kegiatan investasi dan belanja pemerintah

diperkirakan akan meningkat selaras dengan meningkatnya anggaran belanja

pemerintah NTB. Di sisi lain, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada tren

pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,

sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan

usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi

bisnis yang tercatat sebesar 21,52%.

Dari sisi penawaran, perkembangan ekonomi NTB pada triwulan I-2013

yang diperkirakan akan tumbuh positif, masih akan ditopang oleh kinerja

sektor-sektor andalan NTB antara lain sektor pertanian akibat meningkatnya

luas lahan pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang

ditopang oleh kegiatan MICE dan bertambahnya rute penerbangan baru.

Sementara sektor andalan lainya, yaitu sektor pertambangan diperkirakan

masih berada pada tren pertumbuhan negatif, namun secara statistik terus

mengalami perbaikan akibat faktor base effect sehingga tidak menarik

pertumbuhan ekonomi lebih dalam. Kegiatan produksi tambang menggunakan

material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah. Masih

berlangsungnya kegiatan perluasan wilayah tambang terkait perpindahan fase

tambang menyebabkan rendahnya produksi konsentrat tembaga.

Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong

peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha

di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 diprediksi masih berada pada tren

meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain

permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang

diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini

1 Berdasarkan SK Gubernur NTB No. 631 tahun 2012, Upah Minimum Provinsi NTB 2013 naik 10% menjadi Rp1.100.000.

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiv

Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan

pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut

sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran

kredit pada triwulan I-2013 diperkirakan mengalami penurunan suku bunga,

sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun 2011.

Prospek Inflasi

Pada triwulan I-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat

diperkirakan kembali mengalami tren penurunan dan diprediksi berada

pada kisaran 3,75% ± 1% (yoy). Secara umum, laju inflasi pada awal tahun

2013 diperkirakan akan mengalami tekanan dan kemudian akan bergerak

semakin menurun seiring kondisi cuaca yang semakin membaik. Berdasarkan

informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,

sepanjang triwulan I-2013, kondisi curah hujan yang akan dialami Provinsi Nusa

Tenggara Barat bersifat normal (menengah). Kondisi tersebut juga tercermin

dari ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa pada

triwulan I-2013 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk

tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi mampu diredam akibat

meningkatnya pasokan bahan makanan yang dipengaruhi oleh meningkatnya

luas lahan tanam dan membaiknya produktivitas sektor pertanian. Selain itu,

berlangsungnya kegiatan panen padi pada akhir triwulan I-2013 diperkirakan

turut menjadi faktor penahan laju inflasi.

1

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL

NUSA TENGGARA BARAT

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan IV-2012, kinerja perekonomian Nusa Tenggara

Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang

melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,74% (yoy)

menjadi 5,22% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB

dengan sektor pertambangan masih berada pada tren kontraksi yang tercatat

sebesar 0,81% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi

sebesar 3,75% (yoy). Sehingga secara keseluruhan tahun 2012, pertumbuhan

ekonomi NTB (tanpa sektor pertambangan) mencapai 5,62% (yoy). Sementara

apabila termasuk sektor pertambangan terjadi kontraksi hingga 1,12% (yoy).

Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi NTB

dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor) dan

melambatnya kinerja kegiatan pembentukan modal tetap bruto (investasi).

Sementara itu, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi

rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak

perekonomian NTB, kemudian diikuti oleh kegiatan impor.

Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja perekonomian NTB

tanpa sektor pertambangan dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor

jasa-jasa yang kembali mengalami kontraksi. Selain itu, pelambatan terbesar

pada sektor perdagangan, hotel dan restoran turut berperan menahan laju

pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi

paling tinggi kembali diberikan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor

pertambangan kembali menunjukkan pertumbuhan yang terkontraksi akibat

menurunnya produksi konsentrat tembaga.

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB masih

berada pada tren pertumbuhan negatif yang utamanya disebabkan oleh

kinerja ekspor yang mengalami penurunan. Berdasarkan sumbangannya,

kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga

hingga 3,07%. Di sisi lain, penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB terbesar

berasal dari kinerja ekspor yang masih berada pada tren kontraksi dengan

kontribusi negatif mencapai 2,12%. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi,

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

2

kegiatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah

menjadi komponen utama pembentuk struktur perekonomian NTB dengan

pangsa masing-masing sebesar 55,34% dan 21,40%.

a. Konsumsi

Pada triwulan IV-2012, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh

sebesar 6,04% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 6,15% (yoy). Kondisi tersebut terindikasi oleh hasil Survei Konsumen

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat pada triwulan

IV-2012 yang tingkat keyakinannya cenderung lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya.

Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

kegiatan konsumsi yaitu data pemakaian listrik dan jumlah penjualan

kendaraan bermotor yang mengalami pertumbuhan yang relatif melambat.

Sepanjang triwulan IV-2012, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di

NTB tercatat mencapai 170,23 juta kwh atau tumbuh sebesar 9,24% (yoy),

melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,28% (yoy).

Sementara itu, jumlah penjualan kendaraan bermotor kembali menunjukkan

penurunan yang tumbuh negatif sebesar 11,61% (yoy), sedikit lebih baik

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 12,28% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk

konsumsi juga menunjukkan pelambatan. Hingga triwulan IV-2012,

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)

Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**

Konsumsi Rumah Tangga 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 6.70 5.95 6.15 6.04 6.21

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 5.75 7.06 7.19 6.52 6.63

Konsumsi Pemerintah 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (1.73) 9.52 3.18 1.81 3.21

Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 21.31 20.45 10.14 2.09 12.87

Ekspor (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.08) (10.20) (20.18) (8.41) (13.72)

Impor 9.11 17.54 6.59 6.31 9.81 (4.26) (6.92) 9.54 (6.02) (2.11)

Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**

Konsumsi Rumah Tangga 2.58 2.53 2.28 2.33 2.42 3.45 3.16 2.96 3.07 3.15

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.07 0.08 0.08 0.07 0.08

Konsumsi Pemerintah 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (0.26) 1.47 0.46 0.28 0.48

Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.46 6.38 3.07 0.72 4.06 Perubahan Stok 0.78 (1.09) (2.42) (6.55) (2.41) (9.23) (7.54) (2.77) (4.29) (5.83)

Ekspor (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (3.93) (2.64) (5.47) (2.12) (3.58)

Impor (2.06) (3.80) (1.31) (1.38) (2.11) 1.07 1.86 (2.06) 1.45 0.51

Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)

Uraian

Uraian

2011 2012

20122011

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

3

penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp8,60 triliun, tumbuh sebesar

16,26% (yoy) atau mencapai 54,88% dari total kredit yang disalurkan

perbankan di NTB. Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang mencapai 17,52% (yoy).

b. Investasi

Kinerja kegiatan investasi (pembentukan modal tetap bruto) kembali

berada pada tren pelambatan. Pada triwulan IV-2012, kinerja investasi tercatat

tumbuh mencapai 2,09% (yoy), jauh lebih rendah dibanding kinerja triwulan

sebelumnya yang tumbuh tinggi mencapai 10,14% (yoy).

Kondisi tersebut sejalan dengan data prompt indicator pertumbuhan

tingkat pemakaian semen di NTB menunjukkan pelambatan jumlah konsumsi

semen. Sepanjang triwulan IV-2012, tingkat pemakaian semen tercatat

mencapai 237,68 ribu ton atau tumbuh sebesar 28,18% (yoy), melambat

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,88% (yoy).

Grafik 1.1Perkembangan Konsumsi Listrik

Rumah Tangga

Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber: Dispenda NTB

Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Mobil (unit) Motor (unit)growth total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanangrowth mobil (%,yoy)-kanan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Level optimis

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Konsumsi Listrik RT (juta kwh)

g-kons. listrik RT (%)-kanan

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0.001,000.002,000.003,000.004,000.005,000.006,000.007,000.008,000.009,000.00

10,000.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

4

Dari sisi pembiayaan, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi,

kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk kegiatan investasi tumbuh

sebesar 58,26% (yoy) atau sebesar Rp1,89 triliun, lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh tinggi mencapai 168,48% (yoy).

c. Ekspor Impor

Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, perkembangan kegiatan

perdagangan barang antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren

kontraksi. Pada triwulan IV-2012, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi

yang tercatat sebesar 8,41% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang

terkontraksi sebesar 20,18% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan

ekspor menjadi komponen yang memberikan sumbangan negatif mencapai

2,12% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi

permintaan.

Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt

indicator rata-rata volume ekspor NTB di sepanjang triwulan IV-2012 yang

mengalami kontraksi. Rata-rata jumlah ekspor NTB sepanjang triwulan IV-2012

Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto

Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing

dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

30.80

407.10

20.90

6.30

357.40

114.80

160.90

2.65

27.90

2.60

11.70

0.20

31.90

-

8.70

4.80

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

450.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

2011 2012

PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar) - kanan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

1,600.00

1,800.00

2,000.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Investasi (Rp miliar)-…Pertumbuhan (%)-Kanan

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

-200 400 600 800

1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**

2010 2011 2012

PMTB (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

5

tercatat mencapai 7,764 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 4,22% (yoy),

lebih baik dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 35,57% (yoy).

Kondisi tersebut ditenggarai dipengaruhi secara langsung oleh rendahnya

produksi komoditas tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.

Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB menunjukkan

penurunan. Pada triwulan IV-2012, kegiatan impor tumbuh negatif sebesar

6,02% (yoy), pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu

yang tumbuh positif mencapai 9,54% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan

data prompt indicator volume rata-rata impor sepanjang triwulan IV-2012

tercatat sebesar 2,10 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 13,33% (yoy), yang

lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi mencapai 66,83% (yoy).

1.3. SISI PENAWARAN

Pada sisi penawaran, akibat melambatnya kinerja sektor andalan

pada perekonomian NTB menyebabkan perekonomian NTB masih berada pada

pertumbuhan negatif. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar

terhadap pertumbuhan ekonomi diberikan oleh sektor perdagangan, hotel,

restoran dengan sumbangan sebesar 1,51%, kemudian disusul oleh sektor

pertanian dengan sumbangan sebesar 1,11%. Di sisi lain, sektor pertambangan

masih menjadi penahan utama laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan

kontribusi negatif mencapai 4,97%.

Pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan kembail

mengalami pelambatan. Pada triwulan IV-2012 pertumbuhannya tercatat

mencapai 5,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2012 yang

tumbuh sebesar 5,74% (yoy). Kondisi tersebut utamanya dipengaruhi oleh

kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami pertumbuhan

yang melambat.

Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara

Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)

Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2010 2011 2012

Cons Goods (kg)-kanan

Cap Goods (kg)-kanan

Raw Mat (kg)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2010 2011 2012

Raw Mat (kg)

Cap Goods (kg)

Cons Goods (kg)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

6

Pada triwulan IV-2012, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3

(tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 59,93% dari keseluruhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Pangsa tersebut

mengalami penurunan dibanding triwulan lalu mencapai 62,74% yang

dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sektor pertanian. Sehingga pangsa

sektor terbesar dimiliki oleh sektor pertanian mencapai 24,99%, diikuti oleh

sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing-

masing tercatat sebesar 17,94% dan 17,01%.

Berdasarkan penggolongannya, pergeseran kembali dialami oleh

struktur perekonomian NTB. Pada periode laporan, pangsa terbesar kembali

bergeser kepada sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan pangsa mencapai 43,87%.

Kemudian diikuti oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) dengan

pangsa sebesar 42,92%. Selanjutnya, pangsa paling kecil diberikan oleh sektor

sekunder yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air

bersih serta sektor bangunan dengan pangsa sebesar 13,21%.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%,yoy)

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**Pertanian 10.47 1.10 2.65 2.96 4.08 0.50 6.36 5.89 5.23 4.57 Pertambangan dan Penggalian (25.23) (32.61) (19.59) (28.71) (26.36) (27.85) (14.98) (36.75) (25.16) (26.98)

Industri Pengolahan 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.13 3.51 3.60 4.55 3.94 Listrik,Gas dan Air Bersih 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 7.98 7.71 7.68 6.36 7.41 Bangunan 0.49 6.70 8.32 7.52 5.84 5.47 4.18 4.33 5.19 4.79 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 9.26 12.04 9.78 6.38 9.29 Transportasi dan Komunikasi 7.54 6.80 8.08 9.07 7.90 7.51 7.90 4.59 5.79 6.39 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan10.64 7.49 9.29 9.34 9.17 4.35 8.15 10.97 11.01 8.64 Jasa-jasa 4.75 3.73 5.12 2.63 4.04 6.04 3.18 (0.56) (0.12) 2.05 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)PDRB Non Pertambangan 7.26 4.72 5.27 5.30 5.57 4.96 6.96 5.74 5.22 5.62

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**Pertanian 2.21 0.25 0.64 0.67 0.92 0.12 1.53 1.49 1.26 1.11 Pertambangan dan Penggalian (7.30) (8.74) (5.35) (7.65) (7.22) (6.15) (2.86) (8.20) (4.97) (5.62) Industri Pengolahan 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 0.19 0.18 0.22 0.20 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.04 0.51 0.60 0.60 0.45 0.43 0.36 0.34 0.46 0.40 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.47 2.00 1.51 1.08 1.51 Transportasi dan Komunikasi 0.56 0.52 0.59 0.70 0.59 0.61 0.68 0.37 0.50 0.54 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan0.56 0.40 0.45 0.46 0.47 0.26 0.50 0.59 0.62 0.50 Jasa-jasa 0.47 0.38 0.49 0.27 0.40 0.64 0.36 (0.06) (0.01) 0.22 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)

Uraian

Uraian2012

2012

2011

2011

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

7

Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode Triwulan III-2012 (kiri) dan Triwulan IV-2012 (kanan)

Sumber : BPS Provinsi NTB

a. Pertanian

Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor pertanian kembali berada pada

level pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 5,23% (yoy), lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,89% (yoy). Kondisi tersebut

dikonfirmasi oleh data prompt indicator yaitu luas lahan panen yang

cenderung menunjukkan kinerja yang melambat. Berdasarkan data Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, sepanjang triwulan

IV-2012, rata-rata luas area lahan panen komoditas padi di NTB tercatat seluas

8.832 hektar atau tumbuh sebesar 6,46% (yoy), lebih rendah dibanding rata-

rata pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,41% (yoy). Sementara

itu, kinerja produksi tanaman padi sepanjang tahun 2012 (berdasarkan ARAM

III-2012) diprediksi meningkat, diperkirakan mampu tumbuh sebesar 2,33%

(yoy) atau sebanyak 2,12 juta ton gabah kering giling.

Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

2010 2011 2012

Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)Growth-PDRB NTB (%,yoy)

Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah

-60.00

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**

2010 2011 2012

Pertanian (%)PHR (%)Pertambangan (%)

Pertanian; 28.49%

Pertambangan dan Penggalian; 17.74%

Industri Pengolahan; 3.88%

Listrik,Gas & Air Bersih; 0.50%

Bangunan; 8.08%

Perdagangan, Hotel & Restoran ; 16.51%

Transportasi & Komunikasi; 7.40%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan;

5.73%Jasa-jasa; 11.67%

Pertanian; 24.99%

Pertambangan dan Penggalian;

17.94%

Industri Pengolahan; 3.79% Listrik,Gas & Air

Bersih; 0.52%

Bangunan; 8.90%

Perdagangan, Hotel & Restoran ;

17.01%

Transportasi & Komunikasi; 7.99%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan; 5.82%

Jasa-jasa; 13.05%

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

8

Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit

pada sektor pertanian juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pada

Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat

Periode Luas Lahan Panen (Ha)

Produktivitas (Kuintal/Ha)

Produksi (Ton)

2005 300,394 45.54 1,367,869

2006 341,418 45.48 1,552,627

2007 331,916 45.99 1,526,347

2008 359,714 48.67 1,750,677

2009 374,279 49.98 1,870,775

2010 374,284 47.41 1,774,499

2011 418,062 49,45 2,067,137

2012* 426,837 49,56 2,115,404Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) III-2012

Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Pertanian

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00500.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2010 2011 2012

Luas lahan tanam padi (ha)

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2010 2011 2012

Luas lahan panen padi (ha)

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

9

triwulan IV-2012, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian

tercatat mencapai Rp449,60 miliar atau tumbuh sebesar 76,28% (yoy), jauh lebih

rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 319,77% (yoy).

b. Pertambangan

Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren penurunan

produksi. Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor pertambangan kembali

mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) mencapai 25,16% (yoy), lebih baik

dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 36,75% (yoy). Kondisi

tersebut terkonfirmasi oleh data prompt indicator komoditas utama sektor

pertambangan yaitu produksi konsentrat tembaga yang kontraksinya

mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sepanjang triwulan IV-2012, total produksi konsentrat tembaga tercatat

sebesar 111,60 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 12,98% (yoy), lebih baik

dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 40,91% (yoy). Tidak

berbeda dengan periode sebelumnya, rendahnya produksi konsentrat tembaga

tersebut dipengaruhi oleh kegiatan perluasan area eksploitasi wilayah

pertambangan (pengupasan permukaan tanah) yang berada pada fase ke-

enam. Sehingga produksi konsentrat tembaga menjadi terbatas akibat

menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral

rendah.

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan

pada sektor pertambangan kembali berada pada tren kontraksi. Pada triwulan

IV-2012, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp5,06 miliar yang

tumbuh negatif sebesar 45,93% (yoy), membaik dibanding triwulan lalu yang

tumbuh negatif sebesar 59,51% (yoy).

Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan

di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat

Tembaga Nusa Tenggara Barat

Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara

(60)(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

10

c. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) berada pada

tren pertumbuhan yang melambat. Pada triwulan IV-2012, sektor PHR tercatat

tumbuh sebesar 6,38% (yoy), melambat dibanding kinerja triwulan lalu yang

tumbuh mencapai 9,78% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai dipengaruhi oleh

melambatnya kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran yang

mengalami pelambatan akibat kembali normalnya permintaan masyarakat

pasca bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H.

Sementara kinerja sub sektor hotel dan restoran menunjukkan

peningkatan dan tampil menjadi penopang pertumbuhan sektor PHR. Kondisi

ini dipengaruhi oleh kembali meningkatnya kegiatan MICE1 dan beberapa even

berskala besar diantaranya adalah kegiatan perayaaan HUT NTB ke-54, Hari

Tari Nusantara Nasional dan Hari Nusantara Nasional pada triwulan IV-2012.

Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan rata-rata lama serta jumlah

tamu menginap yang cenderung meningkat. Sepanjang triwulan IV-2012, rata-

rata tingkat hunian kamar hotel berbintang di NTB mencapai 52,26%, lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 48,37%. Sementara itu,

rata-rata lama tamu yang menginap di hotel berbintang menurun dari 2,66

hari pada triwulan lalu menjadi 2,50 hari pada triwulan IV-2012. Sementara,

perkembangan jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang selama

periode laporan menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 107,33 ribu

orang (pangsa domestik sebesar 81,74%) yang tumbuh sebesar 14,74% (yoy),

lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 89,74 ribu orang

yang tumbuh sebesar 7,17% (yoy).

1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions

Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu

Sumber : BPS Provinsi NTB

Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang

Sumber : BPS Provinsi NTB

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2010 2011 2012

Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

11

Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini,

pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR

menunjukkan pelambatan. Pada triwulan IV-2012, outstanding credit untuk

sektor PHR mencapai Rp5,01 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 54,85%

(yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 80,90% (yoy).

d. Bangunan

Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor bangunan menunjukkan

peningkatan yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

lalu yang tumbuh sebesar 4,33% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh

perkembangan data prompt indicator sektor bangunan yaitu tingkat konsumsi

semen di NTB yang tumbuh dalam level yang tinggi. Berdasarkan data Asosiasi

Semen Indonesia, pada triwulan IV-2012 tingkat konsumsi semen di NTB

mampu tumbuh tinggi mencapai 28,18% (yoy) atau mencapai 237,68 ribu ton,

sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,88%

(yoy).

Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini mengalami

pelambatan, namun masih berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga

triwulan IV-2012, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai

Rp479,34 miliar atau tumbuh sebesar 46,80% (yoy). Pertumbuhan tersebut

lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 72,16%

(yoy).

Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor

Perdagangan Hotel dan Restoran

Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

12

e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan kembali

mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2012, sektor ini tumbuh sebesar

11,01% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar

10,97% (yoy). Pencapaian tersebut ditengarai akibat akselerasi kinerja sub

sektor keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja

perkembangan laba perbankan (sebelum pajak) di NTB yang tumbuh dalam

level yang cukup tinggi.

Hingga triwulan IV-2012, laba (sebelum pajak) kegiatan usaha

perbankan NTB tercatat tumbuh sebesar 102,66% (yoy), jauh lebih tinggi

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 66,76% (yoy). Selain itu, kinerja

tersebut turut didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor lembaga

keuangan bukan bank.

Grafik 1.24

Perkembangan Kondisi Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

2010 2011 2012

%Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kanan

DPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoy

g-Kredit (kiri),yoy g-DPK (kiri),yoy

Grafik 1.25

Perkembangan Laba Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

-

20

40

60

80

100

120

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%

Rp. J

t

Laba Perbankan (sblm pajak)Growth (yoy)-kanan

Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Bangunan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

13

f. Transportasi dan Komunikasi

Kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan IV-2012

mengalami peningkatan, yang tumbuh sebesar 5,79% (yoy), lebih tinggi

dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,59% (yoy).

Meningkatnya kinerja tersebut utamanya dipengaruhi oleh akselerasi kinerja sub

sektor transportasi angkutan udara (penumpang internasional) dan angkutan

laut.

Pada triwulan IV-2012, kegiatan transportasi melalui angkutan udara

yang tercermin melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat naik

menjadi sebanyak 554,65 ribu penumpang, tumbuh signifikan mencapai 40,02%

(yoy), jauh lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar

5,72% (yoy).

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh jumlah penerbangan penumpang

internasional yang meningkat tajam karena beroperasinya Bandara

Internasional Lombok sebagai salah satu pintu baru pemberangkatan jamaah

Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang

Angkutan Laut

Sumber : BPS Provinsi NTB

-100

0

100

200

300

400

500

600

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Total Bongkar/Muat (ton)

growth (%) - kanan

Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Transportasi dan Komunikasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik

Angkutan Udara

Sumber : PT Angkasa Pura I

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Penumpang Domestik (org)growth (%) - kanan

Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional

Angkutan Udara

Sumber : PT Angkasa Pura I

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

-100

-50

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

JUMLAH Penumpang Internasional (org)JUMLAH growth (%) - kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

14

haji. Sementara itu, meski menunjukkan pelambatan kegiatan transportasi

melalui angkutan laut masih tumbuh dalam level yang cukup tinggi mencapai

109,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-

2012 yang tumbuh sebesar 135,27% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi

dan komunikasi cenderung berada pada pertumbuhan yang tinggi. Hingga

akhir triwulan IV-2012, pembiayaan yang disalurkan pada sektor ini tercatat

sebesar Rp127,00 miliar atau tumbuh sebesar 89,27% (yoy), lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tumbuh tinggi mencapai 97,56% (yoy).

g. Industri Pengolahan

Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh

sebesar 4,55% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan III-2012 yang tumbuh

sebesar 3,60% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan

data prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri yang menunjukkan

peningkatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan IV-2012, pemakaian konsumsi

listrik industri mencapai 10,77 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 75,50%

(yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan III-2012 yang

tercatat tumbuh sebesar 53,07% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini

kegiatan pembiayaan perbankan menunjukkan peningkatan. Hingga akhir

triwulan IV-2012 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar

Rp141,49 miliar atau tumbuh sebesar 89,73% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan lalu yang hanya tumbuh sebesar 74,28% (yoy).

h. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih kembali berada pada tren

pelambatan. Pada triwulan IV-2012, sektor listrik, gas dan air bersih mampu

Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri

Sumber : PLN

(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Konsumsi Listrik Industri (juta kwh)growth(%)-kanan

Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

15

tumbuh tinggi mencapai 6,36% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 7,68% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan

air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar 0,52% dalam pembentukan

struktur perekonomian NTB, sehingga melambatnya pertumbuhan tidak

memiliki dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan

dipengaruhi oleh kinerja sub sektor listrik yang mengalami pelambatan yang

dikonfirmasi melalui perkembangan prompt indicator data konsumsi listrik NTB

yang melambat.

Sepanjang triwulan IV-2012 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai

260,22 juta kwh atau tumbuh sebesar 11,99% (yoy), melambat dibanding

triwulan lalu yang tumbuh sebesar 16,39% (yoy) atau sebesar 249,06 juta kwh.

Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk rumah tangga pangsanya

mencapai 65,42%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,

pangsanya masing-masing sebesar 30,44% dan 4,14%.

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke

sektor listrik, gas, dan air bersih kembali mengalami kenaikan. Hingga triwulan

IV-2012, outstanding kredit pada sektor ini mengalami peningkatan yang

tercatat menjadi Rp2,60 miliar, namun tumbuh melambat menjadi sebesar 6,65%

(yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 46,02% (yoy).

Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik

Sumber : PLN

0

5

10

15

20

25

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Total Konsumsi Listrik (juta kwh)growth(%)-kanan

Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor

Listrik, Air dan Gas

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-40%

-30%

-20%-10%

0%

10%

20%30%

40%

50%

60%70%

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

16

Boks 1Peran Sektor Pertanian Dalam Menjaga

Ketersediaan Cadangan Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambaran UmumSebagai salah satu sektor andalan perekonomian NTB, sektor pertanian

ditengarai memiliki pengaruh yang strategis dibanding sektor lainnya dan

berkontribusi pada perekonomian nasional dengan memanfaatkan besarnya potensi

sumber daya alam. Pada tataran regional, pertanian memiliki peran yang sangat

penting karena menjadi penggerak utama perekonomian khususnya di pedesaan

serta berperan terhadap penyediaan pangan masyarakat.

Dari sisi ketenagakerjaan, mayoritas masyarakat memilih sektor pertanian

sebagai lapangan kerja utama. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi NTB,

jumlah penduduk Provinsi NTB pada tahun 2011 tercatat sebanyak 4.545.650 juta

orang. Jumlah angkatan kerja mencapai 1.962.240 orang1, dimana 44,44% (872.088

orang) bekerja pada sektor pertanian.

Asesmen SingkatDilihat dari struktur perekonomiannya, pembentukan sektor pertanian terdiri

dari beberapa sub sektor yakni tanaman bahan makanan (tabama), tanaman

perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya dan perikanan. Berdasarkan pangsanya,

sub sektor tabama mendominasi sektor pertanian dengan share mencapai 63,77%.

Sementara share sub sektor lainnya berada pada kisaran 0,26% sampai dengan

13,87%.

1 Keadaan Ketenagakerjaan, Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2011

63.77 11.18

13.87

0.26 10.92

Tanaman Bahan MakananTanaman Perkebunan

Peternakan dan Hasil-hasilnyaKehutanan

Perikanan

Grafik 1Komposisi Sektor Pertanian

Sumber : BPS Prov. NTB, PDRB 2011 ADHB

Grafik 2Pertumbuhan Sektor Pertanian

Sumber : BPS Prov. NTB

3.54

1.33

3.994.38

0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.505.00

2009 2010 2011 2012 (s.d Q3-12)

Pertanian (%)

17

Beberapa tahun terakhir, perkembangan pertumbuhan sektor pertanian

menunjukkan tren kinerja yang membaik. Kondisi tersebut didorong oleh kinerja

sub sektor tabama, seiring semakin luasnya lahan pertanian dan meningkatnya

produktivitas sehingga mampu meningkatkan produksi dan mendukung

ketersediaan pangan di masyarakat (lihat grafik 3).

Dari sisi perkembangan harga, dapat terlihat dampak positif antara

peningkatan pasokan dan terjaganya persediaan beras terhadap laju inflasi. Hingga

Desember 2012, laju inflasi Nusa Tenggara Barat terlihat bergerak menurun yang

tercatat mencapai 3,99%. Kondisi tersebut tidak terlepas dari pengaruh harga

komoditas utama inflasi yaitu beras yang tekanan harganya semakin melemah

akibat terjaganya ketersediaan pangan2 yang ditunjukkan oleh Grafik 3 dan Grafik

4. Selanjutnya, pola hubungan tersebut diharapkan dapat menjadi informasi bagi

pengambil kebijakan untuk dapat melakukan langkah-langkah strategis dalam

rangka menjaga ketersediaan pangan di Nusa Tenggara Barat yang pada gilirannya

akan menjaga tekanan inflasi khususnya dari komoditas beras.

2 Berdasarkan informasi cadangan beras pemerintah di gudang BULOG Divre NTB, ketersediaan stok beras di NTB diperkirakan memiliki ketahanan hingga bulan September 2013.

Grafik 3Kondisi Pasokan dan Persediaan Beras (ton)

(10,000)-

10,000

20,000 30,000 40,000 50,000

60,000 70,000

80,000 90,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Persediaan/Stok (Ton) Jumlah Pengadaan

Sumber: BULOG Divre NTB

Grafik 4Perkembangan IHK Tahunan (%yoy)

Sumber : BPS Prov. NTB

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

IHK Umum NTB Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya

18

BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

2.1. KONDISI UMUM

Sepanjang triwulan IV-2012 inflasi di NTB cenderung

mengalami penurunan. Secara tahunan, pada triwulan IV-2012 laju inflasi

NTB tercatat sebesar 3,99% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu

yang tercatat sebesar 6,36% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan

pergerakan laju inflasi nasional. Pada triwulan IV-2012, laju inflasi nasional

cenderung mengalami penurunan yang tercatat sebesar 4,30% (yoy), turun

tipis dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,31% (yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan IV-2012 jauh lebih rendah dibanding

pergerakan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan Oktober

2012, laju inflasi NTB tercatat deflasi sebesar 0,48% (mtm), lebih rendah

dibanding rata-rata historisnya yang tercatat deflasi sebesar 0,21% (mtm).

Demikian pula pada bulan November dan Desember 2012, dibanding rata-

rata historisnya (0,22% dan 0,96%), tekanan laju inflasi bulanan NTB

menunjukan penurunan masing-masing tercatat sebesar deflasi 0,03% (mtm)

dan 0,49% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan IV-2012 juga

cenderung menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar -0,03% (qtq), jauh

lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 1,57% (qtq).

Kondisi tersebut terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada

kelompok sandang, kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan,

rekreasi dan olah raga. Sementara tekanan harga dialami oleh kelompok

kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Bulanan dan TahunanGrafik 2.2

Perkembangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2010 2011 2012

yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Secara umum, menurunnya pergerakan harga di Nusa Tenggara Barat

dipengaruhi oleh terjaganya ketersediaan pasokan bahan makanan

khususnya produk hortikultura (bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran) yang

cenderung menjadi komoditas utama pemicu tekanan inflasi di akhir tahun.

Kondisi tersebut disebabkan oleh meningkatnya produktivitas lahan

pertanian yang didukung kondisi cuaca yang kondusif dan relatif minimnya

gangguan pada kegiatan distribusi.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan IV-2012 inflasi

tahunan Kota Mataram lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi

tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,10% (yoy), sedangkan inflasi Kota

Bima tercatat lebih rendah yaitu sebesar 3,61% (yoy). Dilihat dari

disagregasinya, menurunnya inflasi Nusa Tenggara Barat disebabkan

melemahnya tekanan inflasi pada semua komponen inflasi terutama pada

kelompok inflasi volatile food.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa

Tenggara Barat pada triwulan IV-2012 cenderung bergerak menurun yang

tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami penurunan dari sebesar

1,57% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar -0,03% (qtq) pada triwulan

laporan. Angka tersebut juga lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan

nasional yang tercatat sebesar 0,77% (qtq).

Kecenderungan menurunya tekanan inflasi tersebut utamanya

berasal dari melemahnya tekanan laju inflasi kelompok sandang dan

kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, gas dan bahan

bakar. Sementara kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi

dan jasa keuangan cenderung mengalami tekanan. Berdasarkan

sumbangannya, pembentuk laju inflasi pada triwulan IV-2012 didorong oleh

kelompok bahan makanan yang memberikan andil terbesar dalam

Grafik 2.3Inflasi Triwulanan

Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTBSumber: BPS Provinsi NTB

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman

Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi

Transportasi, komunikasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

pembentukan laju inflasi triwulanan yang menurun, kemudian diikuti

kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar dan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau.

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, pada triwulan IV-2012 tekanan inflasi di Nusa

Tenggara Barat masih berada pada tren menurun yang tercatat sebesar

3,99% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan III-2012 yang tercatat sebesar

6,36% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang

berada pada tren menurun yang tercatat sebesar 4,30% (yoy) .

Berdasarkan kelompok komoditas, pada triwulan IV-2012 laju inflasi

seluruh kelompok barang dan jasa mengalami penurunan dibanding

triwulan lalu kecuali kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan,

kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, kelompok kesehatan dan

kelompok sandang. Laju inflasi tahunan tertinggi masih dialami oleh

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar

8,90% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok

dan tembakau yang tercatat sebesar 5,76% (yoy). Sementara itu,

perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya tercatat pada

kisaran -0,31% (yoy) hingga 5,60% (yoy).

Grafik 2.5Inflasi Tahunan

Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS Provinsi NTB

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Okt Nov Des7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.50 6.36 6.48 5.15 3.99

1 Bahan Makanan 15.46 8.08 7.50 3.67 6.17 7.86 5.23 3.18 3.01 -0.312 Makanan jadi, minuman 6.49 5.16 5.14 7.52 9.66 9.17 8.90 8.57 6.37 5.763 Perumahan, air 4.23 6.15 8.58 13.51 18.15 15.23 10.59 12.72 9.71 8.904 Sandang 4.92 4.68 8.71 6.50 7.40 5.28 5.15 7.00 5.56 5.605 Kesehatan 1.94 1.97 2.31 2.61 2.74 2.65 2.24 2.95 2.76 2.716 Pendidikan, rekreasi 2.58 2.91 5.29 4.17 4.19 4.04 2.31 2.41 2.44 3.017 Transportasi, komunikasi 5.36 4.13 2.50 1.18 1.23 1.15 0.14 1.21 1.06 1.61

Kelompok 2011

Umum

No 2012

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar kembali mendominasi pembentukan inflasi dengan

sumbangan mencapai 1,97%, kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,12%. Sedangkan kontribusi

kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada

kisaran -0,09% hingga 0,34%.

2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA

Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat,

pada triwulan IV-2012 Kota Mataram mengalami inflasi lebih tinggi

dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat

mencapai 4,10% (yoy), lebih tinggi dibanding Kota Bima yang tercatat

sebesar 3,61 % (yoy).

Berdasarkan karakteristiknya, pembentukan laju inflasi Kota

Mataram pada akhir tahun cenderung mengalami tekanan yang lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya, namun pada triwulan IV-2012 laju inflasi

cenderung lebih rendah dibanding dengan kondisi rata-rata historisnya

(empat tahun terakhir). Pada Oktober 2012, laju inflasi bulanan pada Kota

Mataram mengalami deflasi yang tercatat sebesar 0,46% (mtm), lebih

rendah dibanding rata-rata nilai historisnya yang mencapai -0,28% (mtm).

Selanjutnya, dibandingkan dengan rata-rata historisnya laju inflasi bulanan

cenderung berada di bawah, dimana pada November dan Desember 2012

masing-masing tercatat sebesar -0,01% (mtm) dan 0,46% (mtm), lebih

rendah dibanding nilai historisnya yang mencapai 0,25% (mtm) dan 1,15%

(mtm).

Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan IV-2012 di Kota Mataram dan Bima

Sumber: BPS

Kota Mataram

Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Tongkol Pindang -0.31% Cumi-cumi -0.05% Angkutan Udara 0.06%Tomat Sayur -0.06% Cabe Rawit -0.04% Daging Sapi 0.05%Bahan Bakar Rumah Tangga -0.05% Tongkol Pindang -0.04% Bawang Merah 0.05%Kangkung -0.05% Daging Ayam Ras -0.03% Bayam 0.05%Cumi-cumi -0.04% Cabe Merah -0.02% Batu Bata/Batu Tela 0.05%

Kota Bima

Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Kakap Merah -0.14% Bandeng -0.35% Beras 0.20%Kacang Panjang -0.12% Teri -0.15% Angkutan Udara 0.12%Tomat Sayur -0.09% Tongkol -0.10% Tomat Sayur 0.07%Daging Ayam Ras -0.08% Teri -0.07% Wortel 0.06%Cabe Merah -0.07% Udang Basah -0.07% Cabe Merah 0.05%

Desember 2012

Desember 2012

November 2012

November 2012

Oktober 2012

Oktober 2012

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Sejalan dengan kota Mataram, pergerakan laju inflasi di Kota Bima

pada triwulan IV-2012 cenderung lebih rendah dibanding rata-rata

historisnya. Pada Oktober 2012, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat

mengalami deflasi sebesar 0,55% (mtm). Pada November 2012 laju inflasi

kembali mengalami deflasi yang tercatat sebesar 0,08% (mtm). Kemudian

pada Desember 2012, tercatat mengalami inflasi (kecenderungan

peningkatan harga) sebesar 0,54% (mtm). Kondisi tersebut cenderung lebih

rendah dibanding dengan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir) yang

masing-masing sebesar 0,37% (mtm), 0,38% (mtm) dan 0,79% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama melemahnya tekanan

inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan IV-2012 adalah

menurunnya harga pada komoditas ikan segar dan minimnya tekanan harga

pada komoditas pangan (beras dan bumbu-bumbuan) serta bahan bakar

rumah tangga. Di sisi lain, perkembangan inflasi tersebut masih dibayangi

oleh tekanan harga pada beberapa komoditas seperti angkutan udara,

daging sapi dan ayam ras.

2.5. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan komponennya, pergerakan laju inflasi NTB pada

triwulan IV-2012 cenderung menurun. Kondisi tersebut disebabkan oleh

melemahnya tekanan inflasi dari seluruh komponen harga, utamanya dari

komponen barang bergejolak (volatile food) diikuti kelompok inflasi inti dan

komponen harga yang diatur pemerintah (administered price).

Pada triwulan IV-2012, perkembangan laju inflasi komponen volatile

food tercatat sebesar 0,30% (yoy), turun tajam dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 5,20% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,

melemahnya tekanan inflasi tersebut kembali disebabkan oleh menurunnya

inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dan sub

kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok bumbu-bumbuan. Laju inflasi

tertinggi pada komponen volatile food dimiliki oleh sub kelompok daging

Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)

Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)

Sumber: BPS Sumber: BPS-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112

2010 2011 2012

Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Inflasi Tahunan

core inflation

administered price

volatile food

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

dan hasilnya yaitu sebesar 2,12% (yoy). Sedangkan sub kelompok yang

mengalami peningkatan laju inflasi terbesar berasal dari sub kelompok buah-

buahan, dan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta sub kelompok

kacang-kacangan.

Sejalan dengan tren harga komoditas di pasar internasional,

perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di

NTB pada triwulan IV-2012 relatif stabil dan tidak menunjukkan adanya

gejolak harga yang signifikan. Meski kegiatan produksi padi tengah

memasuki musim tanam, minimnya tekanan harga gabah dan beras secara

nasional dan ekspektasi akan terjaganya persediaan pangan yang mencukupi

mampu meredam tekanan harga.

Terjaganya pasokan beras tersebut turut dikonfirmasi oleh realisasi

data pengadaan beras oleh BULOG secara nasional yang mencatatkan

realisasi penyerapan beras hingga Desember 2012 yang mencapai 3,66 juta

ton dan merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Berdasarkan informasi

BULOG Divre NTB, hingga awal Januari 2013 ketersediaan pangan (cadangan

beras pemerintah) mencapai 69,78 ribu ton beras. Stok tersebut diperkirakan

dapat memenuhi beras untuk masyarakat miskin (raskin) hingga 9,18 bulan

ke depan atau hingga September 2013 yang diharapkan dapat terus

menjaga stabilitas harga beras di NTB.

Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada

triwulan IV-2012 kembali menunjukkan penurunan. Secara tahunan, tekanan

inflasi komponen administered price tercatat mencapai 6,01% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 6,76% (yoy).

Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya tekanan harga

pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol, sub kelompok

bahan bakar, penerangan dan air, khususnya pada komoditas bahan bakar

rumah tangga. Di sisi lain, tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh

sub kelompok transpor.

Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)

Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB

Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan

Minyak Goreng (Rp/kg)

Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB

5000.00

5500.00

6000.00

6500.00

7000.00

7500.00

8000.00

8500.00

9000.00

9500.00

10000.00

12341234512341234123412345123412345123412341234512341234

Des 11

Jan 12 Feb 12

Mar 12

Apr 12

Mei 12 Juni 12

Juli 12 Aug 12

Sept 12

Okt 12 Nov 12

Des 12

Rp IR I (Pelita ) Medium IIIR 64 Super IR Zak (pack)

0.00

2000.00

4000.00

6000.00

8000.00

10000.00

12000.00

14000.00

16000.00

5000.00

15000.00

25000.00

35000.00

45000.00

55000.00

65000.00

12341234512341234123412345123412345123412341234512341234

Des 11

Jan 12 Feb 12

Mar 12

Apr 12

Mei 12

Juni 12

Juli 12 Aug 12

Sept 12

Okt 12 Nov 12

Des 12

Rp Cabe Rawit Cabe Merah BsrMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun.

Pada triwulan IV-2012, laju inflasi inti tercatat sebesar 5,15% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,29% (yoy).

Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan tekanan harga

pada sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok makanan jadi.

Di sisi lain, komoditas yang menjadi pemicu inflasi inti berasal dari sub

kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub kelompok rekreasi dan sub

kelompok perawatan jasmani dan kosmetika.

Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg

Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional

Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di

Pasar Dunia

Sumber: CEIC

0

20

40

60

80

100

120

0200400600800

100012001400160018002000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel

0

100

200

300

400

500

600

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt

25

BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan perbankan NTB sepanjang triwulan IV-2012 terus

menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan

kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat

Rp.20,77 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 23,09%, fungsi intermediasi

perbankan berjalan baik yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR)

sebesar 117,72% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non

Performing Loan (NPL) sebesar 1,86% atau masih dibawah ketentuan sebesar 5%.

3.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT

3.1.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM

Pada triwulan IV-2012, perkembangan total aset1 Bank Umum di

NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai

Rp19,51 triliun atau tumbuh sebesar 23,36% (yoy). Peningkatan aset di

atas sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank umum di NTB pada

triwulan IV-2012 sebanyak 26 bank dengan jumlah kantor sebanyak 263 dan

jumlah ATM yang tersebar di Nusa Tenggara Barat mencapai 340 unit.

Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih

didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai

Rp14.11 triliun dengan pangsa mencapai 72,30% dari total aset seluruh bank

1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.

KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum

Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum

Menurut Kegiatan Usaha

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

26

Grafik 3.3Perkembangan Bank Umum Syariah

(Rp Mil)

umum di NTB, sedikit menurun dibanding triwulan lalu yang mencapai angka

72,45%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset bank-bank lainnya

tidak mengalami perubahan yang berarti terutama bank swasta nasional dan

bank syariah masing-masing mencapai angka 27,31% dan 7,80% meningkat

dibanding triwulan sebelum pada angka 27,18% dan 7,46%.

Berdasarkan data per kabupaten/kota, jumlah pencapaian aset

tertinggi didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah Kota Mataram,

kemudian disusul Kabupaten Sumbawa, sementara Kabupaten/Kota lain

relatif meningkat namun tidak terlalu signifikan.

Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan

yaitu tumbuh sebesar 22,14% (yoy) dengan nominal sebesar Rp17,99 triliun,

meningkat dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar

20,69% (yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami

peningkatan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum

konvensional. Pada triwulan IV-2012, total aset bank umum syariah sebesar

Rp1,52 triliun atau tumbuh sebesar 39,73% (yoy). Pertumbuhan tersebut

cukup tinggi bila dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 21,51% (yoy).

3.1.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH

Hingga triwulan IV-2012, kinerja indikator bank umum syariah di

Nusa Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga

Desember 2012, total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,52

triliun atau tumbuh signifikan sebesar 39,73% (yoy), lebih tinggi dibanding

pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 21,51% (yoy).

Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan

pembiayaan dan penghimpunan dana oleh bank umum syariah pada periode

laporan. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah

terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari 7,01%

pada triwulan lalu menjadi sebesar 7,33% pada periode laporan.

Grafik 3.4Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap

Perbankan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

27

Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum

syariah hingga triwulan IV-2012 meningkat mencapai Rp1,28 triliun atau

tumbuh sebesar 43,33% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 46,31% (yoy). Di sisi lain, jumlah Dana Pihak Ketiga

(DPK) yang dihimpun mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp0,85 triliun

atau tumbuh sebesar 31,46% (yoy), lebih rendah dibanding periode

sebelumnya yang tumbuh hingga 35,70% (yoy).

Laju pertumbuhan penghimpunan DPK yang lebih rendah dibanding

pembiayaan syariah menyebabkan fungsi intermediasi bank umum syariah

mengalami penurunan. Kondisi tersebut tercermin dari Financing Deposit

Ratio (FDR) yang tercatat sebesar 151,12%, menurun dibanding kinerja

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 166,65%.

Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan

bank umum syariah yang tinggi tidak diikuti oleh meningkatnya risiko kredit.

Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.7Perkembangan Pembiayaan Bank Umum

Syariah

Grafik 3.6Perkembangan DPK Bank Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.5Perkembangan Aset Bank Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.8Perkembangan FDR dan NPF Bank

Umum Syariah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

28

umum syariah masih dibawah ketentuan yaitu sebesar 0,96% pada triwulan

laporan.

3.1.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan IV-2012

menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari

peningkatan indikator keuangan BPR yang disertai perbaikan risiko kredit

dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor

BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tengara Barat mengalami peningkatan menjadi 115 jumlah

kantor dari 78 jumlah kantor pada triwulan sebelumnya dengan jumlah

keseluruhan BPR sebanyak 32 bank. Dari jenis kegiatan usahanya, terdiri dari

29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi secara

syariah.

Pada triwulan IV-2012, terdapat peningkatan jumlah aset BPR tercatat

sebesar Rp1,26 triliun atau tumbuh sebesar 19,18% (yoy), bila dilihat dari

pertumbuhannya lebih rendah dibanding triwulan lalu yang mencapai 23,68%

(yoy). Dari sisi penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat

sedikit meningkat pada triwulan laporan. Hingga triwulan IV-2012, jumlah

DPK yang dihimpun BPR meningkat menjadi Rp581,85 miliar atau tumbuh

sebesar 14,97% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 24,08% (yoy).

Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan IV-2012 jumlah kredit

BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp698,92 miliar atau

tumbuh sebesar 15,76% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah bila

dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 20,54% (yoy)

dengan nominal sebesar Rp700,53 miliar. Kondisi tersebut disebabkan karena

berkurangnya jumlah nasabah akibat persaingan dengan bank umum.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.9Perkembangan Indikator BPR

Grafik 3.10Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis

Penggunaaan

Sumber : KPw BI Prov. NTB

-

5

10

15

20

25

30

35

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

2010 2011 2012

DPK BPR (Rp mil) Aset BPR (Rp mil)Kredit BPR (Rp mil) g-Aset-kanan (%,yoy)g-DPK-kanan (%,yoy) g-Kredit-kanan (%,yoy)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

29

Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis

modal kerja kembali masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan

pangsa sebesar 61,82%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi

yang masing-masing tercatat sebesar 33,38% dan 4,80%. Secara sektoral,

penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali

mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,83% atau sebesar

Rp327,32 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor

pertanian dengan pangsa sebesar 14,84% atau mencapai Rp103,71 miliar.

Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan IV-2012

masih berada pada level kinerja tinggi, namun demikian jumlah dana yang

disalurkan dalam bentuk kredit lebih tinggi dari jumlah dana yang berhasil

dihimpun bank. Kondisi tersebut tercemin dari rasio Loan to Deposit Ratio

(LDR) BPR sebesar 120,12%.

Di sisi risiko kredit, tingginya penyaluran kredit BPR diikuti pula

dengan tingginya risiko kredit, tercermin dari rasio Non Performing Loan

(NPL) yang tergolong tinggi sebesar 11,32%, berada diatas ambang batas

ketentuan 5%. Kondisi tersebut meningkat dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 10,98%. Peningkatan tersebut disebabkan

antara lain, kurang hati-hatinya BPR dalam pemberian kredit dan beberapa

debitur tidak mampu lagi membayar angsuran karena usahanya menurun.

3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN

Pada triwulan IV-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa

Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan mengalami

pertumbuhan yang tinggi. Peningkatan intermediasi tersebut didorong

oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,71% (yoy) atau mencapai

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.12Perkembangan Penyaluran dan Kualitas

Kredit BPR

Grafik 3.11Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut

Sektor Ekonomi

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

30

Rp15,67 triliun, namun demikian peningkatan tersebut belum seiring dengan

peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 17,01%

(yoy) atau Rp13,31 Triliun. Pertumbuhan DPK tersebut melambat bila

dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 23,44% (yoy)

dengan nominal sebesar Rp12,90 Triliun.

Seiring dengan pertumbuhan kredit yang melebihi DPK, membuat

Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami peningkatan mencapai 117,72 %

(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 114,87%.

Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan NTB tidak diikuti

dengan peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL), pada triwulan laporan

masih berada dalam level rendah mencapai 1,86 %, yang menandakan bank

tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya.

3.2.1. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa

Tenggara Barat pada triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan

namun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun

tercatat mencapai Rp12,73 triliun atau tumbuh sebesar 17,11% (yoy), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar

23,41% (yoy) atau sebesar Rp12,36 triliun.

Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh bank

umum di NTB masih didominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 71,97%

atau mencapai nilai Rp9.16 triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana

jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 62,46% atau

mencapai Rp7,95 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,36 juta atau

sekitar 65,70% dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB pada Agustus

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

31

2012 sebanyak 2,07 juta2. Pangsa tabungan tersebut meningkat dibanding

posisi triwulan III-2012 yang tercatat mencapai 54,24%. Secara tahunan,

jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 19,02% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 26,79% (yoy).

Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan,

kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan mencapai

75,07%. Dari jumlah rekening DPK yang dihimpun oleh bank umum di

NTB tercatat sebesar Rp12,73 triliun. Dilihat dari kepemilikan per

Kabupaten/Kota lebih didominasi oleh pemilik dari Kota Mataram

dengan total dana Rp8.77 triliun, disusul oleh Kabupaten Sumbawa

dan Kota Bima masing-masing dengan total dana Rp1,42 triliun dan

Rp0,97 triliun.

2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.13Perkembangan DPK Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.14Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)

Grafik 3.15Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank

Umum (Rp miliar)

Grafik 3.16Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan

Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

32

Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang

ditempatkan dalam bentuk deposito sedikit menurun. Pada triwulan

IV-2012, jumlah deposito sebesar Rp3,01 triliun yang tumbuh sebesar

23,09% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan

III-2012 yang tumbuh sebesar 24,69% (yoy) atau mencapai Rp3,08

triliun. Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito juga mengalami

penurunan dari sebesar 24,91% pada triwulan III-2012, menjadi sebesar

23,62% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB.

Mirip dengan siklus tahunan yang biasa terjadi, simpanan giro

cenderung mengalami penurunan di akhir tahun akibat penurunan

jumlah giro milik pemerintah yang ditarik untuk pembayaran proyek-

proyek pemerintah, maka pada triwulan IV-2012 simpanan giro

menunjukkan penurunan menjadi sebesar Rp1,77 triliun, tumbuh

sebesar 1,41% (yoy). Berdasarkan komposisi terhadap keseluruhan DPK

bank umum di NTB, pangsa giro mengalami penurunan dari 20,85%

pada triwulan lalu menjadi 13,92% pada periode laporan.

3.2.2. Perkembangan Kredit Bank Umum

Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang

berhasil disalurkan ke masyarakat meningkat. Hingga triwulan IV-2012,

total outstanding kredit yang disalurkan ke masyarakat di NTB sebesar

Rp14,97 triliun atau tumbuh sebesar 27,27% (yoy). Berdasarkan jenis

penggunaannya sampai dengan triwulan laporan, penyaluran kredit di

NTB didominasi kredit konsumsi tercatat Rp8,37 triliun dengan pangsa

55,89%, disusul kredit modal kerja sebesar 31,72% dan kredit investasi

sebesar 12,39%.

Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, tercermin dari rasio

Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 117,61%, lebih tinggi

dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 114,18%. Tingkat

LDR yang berada di atas 100% mencerminkan bahwa selain

menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan

dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar bank dalam

melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih

terbukanya peluang bagi perbankan lain untuk ikut bersaing ke dalam

industri perbankan di NTB.

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran

kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan

pangsa mencapai 55,89% terhadap keseluruhan kredit bank umum di

NTB atau sebesar Rp8,37 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 16,49%

(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

33

triwulan III-2012 yang mencapai 11,62% (yoy). Kemudian disusul oleh

kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 31,72% sebagai pangsa

terbesar kedua yang tercatat mencapai Rp4,75 triliun atau tumbuh

sebesar 39,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 36,89% (yoy). Sedangkan pangsa kredit

investasi tercatat sebesar 12,39% atau mencapai Rp1.86 triliun, tumbuh

hingga 58,73% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 110,41% (yoy).

Secara kuartalan, pada triwulan IV-2012 perkembangan kredit

modal kerja mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,80%.

Kemudian diikuti kredit investasi yang tumbuh sebesar 6,27% (qtq),

sementara kredit konsumsi tumbuh sebesar 3,52% (qtq).

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.17Perkembangan Kredit Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.18Pangsa Kredit Bank Umum Menurut

Jenis Penggunaan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.19Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut

Jenis Penggunaan (qtq,%)

Grafik 3.20Pertumbuhan Kredit Bank Umum

Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

34

Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan

IV-2012 masih dipegang oleh sektor pertanian yang tumbuh hingga

119,36% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor

pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 85,36% (yoy).

Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan masih mengalami

pertumbuhan negatif yang tercatat sebesar minus 47,75% (yoy).

Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih

terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

yang pangsanya mencapai 31,30% atau sebesar Rp4,69 triliun.

Kemudian penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh sektor

kontruksi dengan pangsa sebesar 3,16% (Rp473,23 miliar), kemudian

diikuti oleh sektor jasa dunia usaha yang pangsanya sebesar 2,35%

(Rp351,77 miliar). Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor

produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran 0,02% hingga 2,31%

dari keseluruhan kredit.

Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

35

Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum NTB

pada triwulan IV-2012 terdapat penurunan dibandingkan suku bunga

triwulan sebelumnya baik pada suku bunga kredit maupun suku bunga

simpanan. Pada sisi kredit, tercatat suku bunga kredit investasi sebesar

15, 26%, diikuti suku bunga kredit modal kerja sebesar 15,05% dan

suku bunga konsumsi sebesar 12,84%. Pada jenis simpanan, suku bunga

deposito mengalami penurunan sebesar 5,77% dibanding triwulan

sebelumnya sebesar 5,80%.

3.2.3. Perkembangan Kredit UMKM

Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank

umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di

Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan

IV-2012, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar)

perbankan NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp14,85

triliun atau tumbuh sebesar 25,17% (yoy). Berdasarkan pangsanya

terhadap total kredit, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

pangsa penyaluran kredit UMKM pada periode laporan sedikit

mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 95,02% pada triwulan III-

2012 menjadi 94,74% pada triwulan IV-2012 .

Grafik 3.22Pangsa Kredit Bank Umum Secara

Sektoral

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.21Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB, Cognos

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.24Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 3.23Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total

Kredit Bank Umum

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

36

Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB pada

triwulan IV-2012 masih didominasi oleh penyaluran untuk kredit

UMKM yang pangsanya mencapai 94,74% atau mencapai Rp14,85

triliun. Berdasarkan skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank

umum didominasi oleh kredit kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta)

mencapai Rp8.84 triliun dengan pangsa sebesar 59,03%. Kemudian

diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta) mencapai Rp2,83triliun

dengan pangsa mencapai 18,93%. Sedangkan pangsa kredit menengah

(plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) sebesar 16,4% atau secara nominal

mencapai Rp 2,48 triliun.

Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank

umum pada triwulan IV-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi

dengan nominal kredit sebesar Rp8,36 triliun atau dengan pangsa

sebesar 59,06% dari total kredit UMKM bank umum yang telah

disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp4,29 triliun

dengan pangsa 30,30% dan kredit investasi sebesar Rp1,21 triliun

dengan pangsa 10,64%.

Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada

triwulan IV-2012 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio

NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat

mencapai 3,78%, lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 4,33%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala

kecil dan menengah masing-masing tercatat sebesar 0,94% (Sep. 2012:

1,08%) dan 0,63% (Sep. 2012: 0,52%).

Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran

UMKM antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum

feasible, masih memiliki tunggakan kredit, belum dapat memenuhi

persyaratan administrasi bank seperti KTP dan SIUP, tidak memiliki

pencatatan atau pembukuan serta masih banyaknya debitur yang

belum mengerti tentang perbankan terutama skim kredit.

Grafik 3.25Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

37

3.2.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Hingga triwulan IV-2012, realisasi penyaluran KUR oleh

bank umum di NTB meningkat mencapai Rp1,09 triliun atau

tumbuh sebesar 63,97% (yoy). Pertumbuhan tersebut menurun

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 65,57% (yoy) atau

sebanyak Rp0,98 triliun. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi

oleh sektor perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai

74,22% atau sebanyak Rp0,81 triliun. Kemudian diikuti oleh sektor

pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp0,13

triliun dan Rp0,04 triliun.

KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha

mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke

perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang

feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100%

(seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat

berupa tabungan, deposito dan giro.

Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh

seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel

dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank

penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,

Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan Bank NTB.

Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR) masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara

lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki

tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR

Tabel 3.4Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

1 Pertanian 33,918 38,041 39,622 53,084 63,235 67,461 71,795 85,969 96,314 109,738 117,830 127,4842 Pertambangan 0 0 0 0 0 0 20 20 24 31 68 733 Industri Pengolahan 4,016 4,186 4,831 5,457 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,786 13,649 20,6604 Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 3,236 3,403 0 20 70 6105 Konstruksi 0 0 6,940 0 0 0 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 148,682 178,233 194,205 260,028 354,158 410,027 472,753 516,634 565,823 642,680 732,049 809,4547 Angktn & Komuniks 226 1,066 1,457 1,597 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,509 4,161 7,0318 Jasa Dunia Usaha 12,427 13,335 13,054 15,789 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,837 31,712 38,1579 Jasa Sosial 278 758 837 2,899 1,292 987 1,435 4,301 6,947 6,093 5,963 5,808

10 Lain-lain 3,251 3,846 2,138 4,340 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225 73,533 81,299

202,797 239,464 263,085 343,193 450,100 514,703 591,299 665,090 733,399 862,919 979,034 1,090,57620.52 18.08 9.86 30.45 31.15 14.35 14.88 12.48 10.27 17.66 13.46 11.3977.51 71.63 63.03 103.95 121.95 114.94 124.76 93.79 62.94 67.65 65.57 63.97

(Jutaan Rp)

2010SEKTORNO

2011 2012

TotalPertumbuhan (%,qtq)Pertumbuhan (%,yoy)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

38

adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian

besar tidak memiliki NPWP. Sedangkan dari faktor internal bank, adalah

terbatasnya tenaga pemasaran kredit, keterbatasan jaringan kantor cabang,

belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD dan belum adanya

perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan praktis, untuk kredit di

bawah Rp50 juta.

3.3 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Pada triwulan IV-2012, peningkatan penyaluran kredit bank umum

didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh

nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,42%, sedikit lebih

rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,68% dan masih

dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.

Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan IV-2012, rasio NPL

terbesar dialami oleh kredit modal kerja sebesar 2,47%. Selanjutnya diikuti

oleh kredit investasi yang menurun dari 1,30% pada triwulan lalu menjadi

1,13%. Sementara itu, rasio NPL pada kredit konsumsi tercatat menurun

menjadi 0,88% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,00%.

Secara sektoral, menurunnya risiko kredit pada triwulan IV-2012

didorong oleh menurunnya rasio NPL pada sektor pertanian yang saat ini

masih memiliki rasio NPL tertinggi sebesar 4,96%, diikuti sektor industri

pengolahan menjadi sebesar 2,38%, industri perdagangan, hotel dan

restoran sebesar 2,07% dan terakhir jasa sosial. Sementara itu penurunan

rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertambangan, yang triwulan

sebelumnya sebesar 3,22% menjadi 1,09%.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.5Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

39

3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai. Dalam kaitannya

dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat kegiatan transaksi

keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan

dan berlangsung dengan baik dan lancar.. Transaksi secara tunai kembali

mengalami net outflow, sedangkan perkembangan transaksi secara non

tunai kembali didominasi layanan transaksi Real Time Gross Settlement.

3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

Pada triwulan IV-2012 perkembangan transaksi

keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada

tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan

jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar

dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain

jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah

setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Pada triwulan IV-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk

ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB

masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp739,80

miliar atau tumbuh signifikan sebesar 24,46% (yoy), jauh lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 90,96%

(yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,08 triliun.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow)

yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,16 triliun yang tumbuh positif

sebesar 24,67% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan

Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

1,600.00

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012

R p. Miliar

(600)

(450)

(300)

(150)

0

150

300

450

600

750

900

1,050Inflow Outflow Netflow (kanan)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

40

lalu yang tercatat tumbuh rendah sebesar 9,32% (yoy) atau sebanyak

Rp1,28 triliun. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding

aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow

dengan jumlah mencapai Rp420,85 miliar.

3.7.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil

Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB

menunjukkan peningkatan. Selama triwulan IV-2012, penukaran

uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi

seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran

langsung ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat mencapai Rp36,98 miliar atau tumbuh negatif sebesar

10,98% (yoy), namun tumbuh lebih rendah dibanding pertumbuhan

triwulan lalu yang mencapai 8,28% (yoy) yang tercatat sebesar

Rp65,73 miliar.

Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara

langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat mencapai Rp33,20 miliar atau tumbuh sebesar

17,45% (yoy), menurun dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar

18,83% (yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui

kegiatan kas keliling mengalami penurunan atau tumbuh negatif

sebesar 71,52% (yoy) atau sebanyak Rp3,78 miliar, lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 38,47% (yoy).

Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan

kecil (s.d Rp20.000) sepanjang triwulan IV-2012 jumlahnya mencapai

Rp22,342miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp,

miliar)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar

Berdasarkan Jenis Pecahan

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Q2 Q3 Q4 Q 1 Q 2 Q3 Q4 Q1 Q 2 Q 3 Q 4

2011 2012

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000P enukaran di B I

K as keliling - kananR p20.000

; 8.26%

R p10.000; 12.96%

R p5.000; 25.18%R p2.000;

43.44%

R p1.000; 10.16%

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

41

Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai 2,75 juta lembar, disusul

pecahan Rp5.000,00 sebanyak 1,59 juta lembar, pecahan Rp10.000,00

sebanyak 0,82 juta lembar, pecahan Rp20.000,00 sebanyak 0,52 juta

lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak 0,64 juta lembar.

Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang

pecahan Rp20.000,00 yang mencapai Rp10,47 miliar kemudian disusul

uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp8,21

miliar.

3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara

Barat sepanjang triwulan IV-2012 relatif menunjukkan penurunan

dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya

transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross

Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,81 triliun pada triwulan lalu

menjadi Rp2,53 triliun pada triwulan IV-2012. Sementara itu, pada

triwulan IV-2012 transaksi secara secara kliring kembali menunjukkan

peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,64 triliun (triwulan III-2012:

Rp1,39 triliun).

a. Transaksi Kliring

Sepanjang triwulan IV-2012, nilai transaksi kliring mencapai

Rp1,64 triliun atau tumbuh sebesar 19,90% (yoy), lebih rendah

dibanding dengan triwulan III-2012 yang tumbuh sebesar 21,23%

(yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang

diproses sepanjang triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan yang

tercatat sebanyak 36,48 ribu lembar atau tumbuh sebesar 12,41%

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.29Perkembangan Transaksi Non Tunai

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4

2010 2011 2012

Rp,

milia

r

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00lbrRTGS (kiri) K liring (kiri)

w arkat kliring(ribu) kanan w arkat RTGS (ribu) kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

42

(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak

31,83 ribu lembar.

b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Walaupun mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan

transaksi sarana RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non

tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan IV-

2012, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak

Rp2,52 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 29,29% (yoy),

meningkat dibanding triwulan III-2012 ( Rp2,81 triliun) yang tumbuh

sebesar 13,86% (yoy).

Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan

peningkatan, dari 2.763 lembar pada triwulan III-2012 menjadi 2.945

lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki

sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian

transaksi serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi

jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Kliring

Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

-

2

4

6

8

10

12

14Nominal (R p milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2010 2011 2012

R p, miliar

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

lembarRTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan

43

BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Hingga akhir triwulan IV-2012, perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) relatif lebih

baik dibanding kinerja tahun lalu. Pada sisi penerimaan, kondisi tersebut didukung oleh

tingginya kinerja penyerapan dana transfer pemerintah pusat. Dari sisi belanja daerah,

realisasi penyerapan anggaran ditopang oleh kinerja realisasi belanja komponen

transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa yang mencapai target.

4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH

Hingga akhir triwulan IV-2012, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov

NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan pendapatan daerah

Pemprov NTB tercatat mencapai Rp2,24 triliun atau mencapai 94,58% dari target

sepanjang tahun 2012 yang mengalami perubahan dari Rp2,24 triliun menjadi

Rp2,37 triliun (APBD-P 2012). Pencapaian tersebut, jauh meningkat dibanding

pencapaian triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp1,69 triliun atau mencapai

97,18% dari rencana penyerapan pendapatan sepanjang tahun 2011.

Berdasarkan kinerjanya, kelompok pendapatan transfer menunjukkan

pencapaian tertinggi mencapai 95,72%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 93,90%. Tingginya pencapaian

tersebut utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi Umum

(DAU) yang mampu diserap sesuai dengan rencana atau mencapai 100% yang

juga merupakan sumber utama dana perimbangan.

Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan

Pendapatan Pajak Daerah yang melebihi target yaitu mencapai 104,58%. Namun

demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara

optimal yaitu pada komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan

pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta

pendapatan retribusi daerah.

4.2. REALISASI BELANJA

Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja hingga akhir triwulan IV-

2012 tercatat sebesar 92,59% atau sebesar Rp2,19 triliun dari target belanja tahun

2012 yang direvisi menjadi Rp2,36 triliun (sebelum perubahan: Rp2,25 triliun).

Kinerja tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian triwulan

IV-2011 yang tercatat mencapai 94,28%.

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

44

Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi

dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai

mencapai Rp195,50 miliar atau mencapai 100% terhadap rencana anggaran tahun

2012. Kemudian disusul oleh komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2012 (Rp Juta)

Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara)

Rencana Realisasi Tw IV-12

Pendapatan Daerah 2,370,407.07 2,241,960.41 94.58 I Pendapatan Asli Daerah 793,714.97 745,273.09 93.90

1 Pendapatan Pajak Daerah 555,167.75 580,573.29 104.58 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,590.87 10,109.11 64.84 3 88,891.34 53,821.74 60.55

4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 134,065.01 100,768.96 75.16

II Pendapatan Transfer 1,561,497.10 1,494,737.29 95.72 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,099,602.70 1,054,470.18 95.90 a Dana Bagi Hasil Pajak 186,739.21 169,222.74 90.62 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 49,919.43 22,303.39 44.68 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 809,617.72 100.00 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 53,326.34 100.00

2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 440,267.11 95.32 a Dana Penyesuaian 461,894.40 440,267.11 95.32

III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 15,195.00 1,950.03 12.83 1 15,195.00 1,950.03 12.83

Belanja Daerah 2,364,438.87 2,189,321.58 92.59 I Belanja Operasi 1,734,127.56 1,580,658.77 91.15

1 Belanja Pegawai 557,076.28 510,750.03 91.68 2 Belanja Barang 402,010.81 365,434.70 90.90 3 Belanja Subsidi 250.00 241.58 96.63 4 Belanja Hibah 584,163.99 549,310.08 94.03 5 Belanja Bantuan Sosial 115,037.57 82,354.46 71.59 6 Belanja Bantuan Keuangan 75,588.91 72,567.93 96.00

II Belanja Modal 420,309.08 404,952.81 96.35 1 Belanja Peralatan dan Mesin 46,689.55 43,106.46 92.33 2 Belanja Bangunan dan Gedung 90,332.21 85,063.93 94.17 3 Belanja JalanIrigasi dan Jaringan 281,671.40 275,318.73 97.74 4 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,336.85 1,237.78 92.59 5 Belanja Aset Lainnya 279.08 225.91 80.95 -

III Belanja Tak Terduga 14,500.61 8,208.37 56.61 1 Belanja Tak Terduga 14,500.61 8,208.37 56.61

IV Transfer 195,501.62 195,501.62 100.00 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 195,501.62 195,501.62 100.00 a Bagi Hasil Pajak 195,501.62

5,968.20 52,638.83 Pembiayaan -

I Penerimaan daerah 38,031.80 17,615.49 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 17,031.80 17,031.80 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 21,000.00 583.69

II Pengeluaran daerah 44,000.00 44,000.00 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 44,000.00 44,000.00

Pembiayaan Netto (5,968.20) 0 26,254.32

Surplus/(Defisit)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

%

Daerah Yang Dipisahkan

Pendapatan Hibah

UraianAPBD 2012

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

45

tingkat realisasi mencapai Rp275,32 miliar (97,74% dari rencana belanja) yang

merupakan komponen utama belanja modal dengan pangsa mencapai 67,99%.

Kinerja terbaik selanjutnya diberikan oleh komponen belanja subsidi dengan

tingkat realisasi mencapai Rp241,58 miliar (96,63% dari rencana belanja).

Sementara kinerja komponen lainnya memiliki tingkat realisasi pada kisaran

56,61% hingga 94,03%.

Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, dana pemerintah yang ditempatkan di

perbankan NTB menunjukkan penurunan yang tajam sejalan dengan relatif

tingginya realisasi belanja daerah. Hingga triwulan IV-2012, jumlah dana simpanan

milik Pemprov NTB yang ada di perbankan NTB menurun mencapai sebesar

Rp44,85 miliar atau tumbuh sebesar 16,73% (yoy) dibanding periode triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp205,30 miliar.

Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

di Perbankan (Rp miliar)

Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Deposito Tabungan Giro

BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa

Tenggara Barat relatif baik. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah TKI yang berangkat ke

luar negeri juga meningkat dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan,

perkembangan tingkat pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di NTB relatif

meningkat dibanding triwulan lalu.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Sepanjang triwulan IV-2012, perkembangan jumlah Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri masih

berada pada tren peningkatan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang

periode laporan tercatat sebanyak 9.081 orang, meningkat 1,71% bila

dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebanyak 8.928 orang. Namun

demikian, kondisi tersebut menurun sebesar 22,79% dibanding dengan periode

yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai 11.762 orang.

Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan

negara tujuan utama dengan pangsa mencapai 100% atau sebanyak 9.081

orang (Data BP3TKI Mataram), dengan wilayah tujuan utama Malaysia Barat

mencapai 96,62% dan Malaysia Timur 3,38%. Selain karena masih

berlangsungnya kebijakan moratorium (penghentian sementara) pengiriman

TKI ke kawasan Timur Tengah, dominasi penempatan tenaga kerja di Malaysia

diperkirakan dipengaruhi oleh faktor kedekatan geografis dan sosiologis

(kemiripan bahasa dan kesamaan agama).

Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan seluruh penempatan

TKI masih berada pada sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan

Grafik 5. 1Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: BP3TKI Mataram

Grafik 5. 2Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: KPw BI Prov. NTB

Malaysia Barat

96.62%

Malaysia Timur3.38%

-5,000

10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 122010

2011

2012

Rp. Juta Kuwait Jepang JordaniaAsia Timur Malaysia Negara LainnyaSaudi Arabia

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

47

penempatan, sebagian besar atau 96,29% TKI memilih profesi sebagai pekerja

ladang. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh relatif rendahnya latar belakang

pendidikan dan minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB, sehingga

kesempatan kerja menjadi terbatas dan mempengaruhi penempatan lapangan

kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan

konstruksi dan kilang/industri yang masing-masing tercatat sebesar 1,68% dan

1,41%. Berdasarkan daerah asal TKI, sebanyak 53,85% berasal dari Lombok

Timur, kemudian diikuti oleh Lombok Tengah dengan pangsa sebesar 28,72%.

Dari sisi pengiriman dana, perkembangan kegiatan money remittance

dengan tujuan NTB yang tercatat melalui perbankan menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah dana yang dikirim ke NTB tercatat

menurun dari sebesar Rp124,42 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp110,58

miliar pada triwulan IV-2012. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan negatif

sebesar 20,09% (yoy) dibanding triwulan IV-2011.

Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi

asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan IV-2012 masih

didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 57,33% atau sebesar Rp63,39

miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi

Kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai

51,52% atau sebesar Rp56,97 miliar.

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sepanjang triwulan IV-2012, perkembangan kesejahteraan masyarakat di

Nusa Tenggara Barat utamanya di Kota Mataram diperkirakan menunjukkan

perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan

saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi

penghasilan yang berada di atas level optimis (indeks = 100). Sepanjang triwulan

IV-2012, secara rata-rata indeks-indeks tersebut tercatat sebesar 139,00% dan

150,17% (Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-

masing sebesar 135,67% dan 146,33%.

Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat

kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan

penurunan. Sepanjang triwulan IV-2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara

Barat tercatat sebesar 95,30, naik sebesar 0,27 point dibanding triwulan lalu

yang mencapai 95,03. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya nilai tukar

peternak dan nelayan.

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

NTP merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan daya tukar

(term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi

maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP

yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani

NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil pertanian yang rendah dan

meningkatnya harga-harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan

barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya daya beli petani.

Grafik 5. 4Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber: BPS

Grafik 5. 3Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi

Penghasilan

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)NTPH (Horti) NTPR (Kebun)NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu

Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YAD

Level Optimis

49

Boks 2Program Desa Mandiri Ekonomi

Wujud Pemberdayaan UMKM dan Sektor Riil di Nusa Tenggara Barat

Latar Belakang

Desa merupakan tempat bermukimnya sebagian besar penduduk Indonesia. Sekitar 90% penduduk Indonesia hidup di pedesaan, maka membangun desa sama dengan membangun bangsa. Demikian juga di Provinsi NTB yang wilayahnya sebagian besar pedesaan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terendah di Indonesia (posisi ke-32 dari 33 provinsi), dimana IPM Indonesia tahun 2011 adalah dengan nilai 72,27 sedangkan IPM NTB berada pada nilai 65,52. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (KPw BI NTB) menerapkan program Desa Binaan.

Melihat potensi yang ada di Dusun Bun Mudrak, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, maka KPw BI NTB menjadikan Dusun Bun Mudrak sebagai Desa Binaan Bank Indonesia, yang merupakan salah satu Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dengan melibatkan Komunitas Sasak. Melalui program Desa Binaan ini, tidak hanya memberikan bantuan dana tetapi juga mengutamakan unsur pemberdayaan baik dari segi ekonomi, lingkungan maupun pendidikan. Selain itu, untuk optimalisasi manfaat program agar menyentuh seluruh lapisan masyarakat, maka dirumuskan suatu bentuk Grand Design “Desa Mandiri Ekonomi” di Dusun Bun Mudrak. Melalui program Desa Mandiri Ekonomi diharapkan taraf hidup dan pendidikan warga masyarakat dapat meningkat sehingga nantinya dapat diteladani dan “menular” ke desa lain yang memiliki potensi menjanjikan.

PROGRAM DESA MANDIRI EKONOMI

C. Kesehatan dan Lingkungan1. Penataan lingkungan desa:

Mushola, MCK, jalan desa 2. Saluran air 3. Posyandu (dilaksanakan oleh

Program PNPM)4. Penanaman tanaman Pandan

Wangi dan Sereh

Desa Mandiri Ekonomi

A. Sektor EkonomiI. Sentra Usaha Produktif

- Pupuk Mini- Sentra Tenun- Makanan khas- Susu dan permen Kambing Etawa

II. Pengembangan Ternak- Sapi /pengembangbiakan Kambing

Etawa

E. Pemberdayaan1.Penguatan Kelompok (Pelatihan

Penguatan Kelembagaan, Manajemen Usaha, Analisa Keuangan)

2.Pelatihan Teknis Tenun (Pewarnaan, design dan produk turunan), Sapi (manajemen penggemukan dan pakan), Susu Kambing (yoghurt dan permen), makanan khas, packaging.

3.Pemasaran hasil

D. Finansial1. Kelompok Usaha Bersama (sumber

pendapatan kelompok) menjadi sentra usaha simpan pinjam

2. KUB menjadi embrio Koperasi

3. Financial Inclution (link ke Bank terkait tabungan dan kredit)

MONEV & FGD

B. Pendidikan1.Perpustakaan desa2.Bahasa Inggris pemula ( for

children)

Bank Indonesia, Komunitas Sasak, Dinas Peternakan Kab.

Lombok Tengah dan PNPM

50

Potensi Tokoh

Keberhasilan dan keberlangsungan Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak tidak lepas dari keberadaan dan peran tokoh masyarakat penggerak perubahan dan penyadaran masyarakat, antara lain:

1. Tokoh Penggerak Tokoh masyarakat yang berperan sebagai motivator untuk memberikan penyadaran

masyarakat menuju perubahan pola pikir (mind set) dalam pengembangan program Desa Binaan adalah Kepala Dusun Bun Mudrak dan seorang pemuda pioneer bidang teknis. Pendekatan yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut melalui internal kekeluargaan dan pemberian berbagai informasi tata cara berkelompok yang baik dan manajemen produksi yang dapat diterapkan pada kelompok usaha yang ada.

Ikatan kekeluargaan warga Dusun Bun Mudrak masih sangat kental, begitu pula jiwa gotong royongnya masih terpelihara dengan baik. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pendekatan yang dilakukan oleh kedua tokoh dimaksud.

2. Komunitas SasakKomunitas Sasak merupakan perkumpulan pemuda sasak rantauan yang tersebar di

berbagai daerah dan negara. Peran Komunitas Sasak dalam Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak adalah dalam bentuk penyadaran masyarakat tentang manfaat limbah/ kotoran sapiuntuk keperluan hidup sehari-hari anggota masyarakat, yang dilakukan melalui pembuatan miniatur digester untuk menunjukkan proses pembuatan biogas dari kotoran sapi. Selain itu, Komunitas Sasak juga berperan sebagai perpanjangan tangan Bank Indonesia yang bertugas melakukan pendampingan dalam bentuk motivasi dan membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di kelompok Dusun Bun Mudrak. Melalui pendampingan dimaksud diharapkan akan terjadi kesinambungan Program Desa Binaan dalam bentuk pemanfaatan infrastruktur dan bantuan teknis yang telah diberikan Bank Indonesia sehingga Dusun Bun Mudrakdapat menjadi Desa Mandiri Ekonomi.

Gambaran Keberhasilan

Perkembangan Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak ibarat anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Ketekunan dan kebersamaan yang dipegang teguh selama ini sudah membuahkan hasil, baik secara fisik maupun non fisik.

Sampai dengan akhir tahun 2012, hasil yang didapat dari segi non fisik/non finansial adalah adanya rasa bangga dan rasa ingin maju/berubah ke arah yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan prilaku yang dulunya warga banyak memiliki waktu luang, namun saat ini digunakan untuk kegiatan produktif baik itu di sentra tenun maupun pabrik pupuk mini. Hal ini tidak terlepas dari dorongan tokoh masyarakat yang menjadi agent of change dan Bank Indonesia melalui program Bantuan Teknis.

Dari sisi fisik, telah dibangun fasilitas umum (mushola, MCK dan perbaikan jalan), menyalanya bio gas di rumah warga. Sementara dari segi keuangan, dari kelompok dan usaha yang sudah berjalan, memberikan multiplier effect sebagai berikut:

A. Kelompok Ternak SapiKelompok Ternak Sapi lebih difokuskan kepada perbibitan (pengembangbiakan). Dampak yang dirasakan oleh kelompok maupun masyarakat adalah:1. Bio Gas: adanya bantuan infrastruktur baik dari IPEBI maupun Bank Indonesia untuk

pembangunan bio digester memiliki nilai ekonomis yang sudah dirasakan. Rumah tangga yang

51

telah memperoleh manfaat dari biogas tersebut ±42KK dan kedepan semua rumah tangga yang ada diharapkan akan memperoleh manfaat tersebut.

2. Pupuk Organik: saat ini, dari hasil usaha pupuk organik, kelompok sudah mendapatkan pemasukan dengan menjual ±3.000 kg pupuk setara dengan Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

B. Kelompok Tenun: melalui pendampingan dan peningkatan skill serta bantuan baik peralatan, bahan dan infrastruktur pendukung lainnya dari Bank Indonesia, usaha tenun kelompok tenun (kelompok perempuan) yang dulunya hanya sebagai kegiatan sambilan, saat ini sudah dapat dijadikan sebagai usaha yang berorientasi bisnis.

C. Kelompok Ternak Kambing Etawa: embrio keberhasilan program lainnya adalah kelompok peternak Kambing Etawa. Kelompok sudah mendapatkan pemasukan dari penjualan anakKambing Etawa sebanyak 18 ekor setara dengan Rp10.800.000,00 (sepuluh juta delapan ratus ribu rupiah). Disamping untuk memperbanyak jumlah ternak melalui pengembangbiakan, sebagai Desa Mandiri Ekonomi akan dikembangkan produk turunan menggunakan bahan baku dari susu Kambing Etawa, dalam bentuk susu segar dan yoghurt yang higienis serta dalam bentuk permen.

Program Desa Binaan ini juga mendapatkan perhatian dan partisipasi dari instansi terkait selain Bank Indonesia. Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah telah melakukan POSYANDU setiap bulan di Dusun Bun Mudrak. Melalui program POSYANDU tersebut, selain perawatan kesehatan ternak, masyarakat Bun Mudrak juga mendapatkan pengarahan tentang teknik pemeliharaan ternaknya. Selain itu, terdapat juga POSYANDU untuk kesehatan masyarakat Bun Mudrak, yang merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Kegiatan Bantuan Teknis Tahun 2013

Sebagai tindak lanjut Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak, kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 antara lain pembangunan outlet, sumur bor dan pabrik mini untuk pakan ternak. Selain pembangunan fisik, akan diberikan juga bantuan teknis berupa pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan masyarakat di Dusun Bun Mudrak.

Program Desa Binaan yang terletak di Dusun Bun Mudrak, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah sebagai “Desa Mandiri Ekonomi“ merupakan salah satu bukti komitmen BankIndonesia dalam upaya membantu mengentaskan kemiskinan di daerah NTB serta sebagai bagian dari upaya mengendalikan inflasi dengan meningkatkan produksi dan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan tercapai kesejahteraan rakyat NTB.

52

BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pada triwulan I-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara

Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan

berada pada kisaran 3,00% - 3,50% (yoy). Dari sisi permintaan, kegiatan

konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi sumber utama pendorong

pertumbuhan perekonomian NTB. Kondisi tersebut didorong oleh semakin

membaiknya daya beli masyarakat seiring meningkatnya pendapatan 1

masyarakat dan tekanan laju inflasi yang relatif minim. Hal ini terindikasi dari

tingkat nilai Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan

berada di atas level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat

dalam melakukan konsumsi. Kegiatan investasi dan belanja pemerintah

diperkirakan akan meningkat selaras dengan meningkatnya anggaran belanja

pemerintah NTB. Di sisi lain, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada tren

pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,

sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan

usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi

bisnis yang tercatat sebesar 21,52%.

Dari sisi penawaran, perkembangan ekonomi NTB pada triwulan I-2013

yang diperkirakan akan tumbuh positif, masih akan ditopang oleh kinerja 1 Berdasarkan SK Gubernur NTB No. 631 tahun 2012, Upah Minimum Provinsi NTB 2013 naik 10% menjadi Rp1.100.000.

Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang

Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

05

10152025303540

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012 2013

Ekspektasi situasi bisnis

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

53

sektor-sektor andalan NTB antara lain sektor pertanian akibat meningkatnya

luas lahan pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang ditopang

oleh kegiatan MICE dan bertambahnya rute penerbangan baru. Sementara

sektor andalan lainya, yaitu sektor pertambangan diperkirakan masih berada

pada tren pertumbuhan negatif, namun secara statistik terus mengalami

perbaikan akibat faktor base effect sehingga tidak menarik pertumbuhan

ekonomi lebih dalam. Kegiatan produksi tambang menggunakan material

batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah. Masih

berlangsungnya kegiatan perluasan wilayah tambang terkait perpindahan fase

tambang menyebabkan rendahnya produksi konsentrat tembaga.

Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong

peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha

di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 diprediksi masih berada pada tren

meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain

permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang

diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini

Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan

pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut

sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan,

hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada

triwulan I-2013 diperkirakan mengalami penurunan suku bunga, sejalan dengan

tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun 2011.

6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Pada triwulan I-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat

diperkirakan kembali mengalami tren penurunan dan diprediksi berada

pada kisaran 3,75% ± 1% (yoy). Secara umum, laju inflasi pada awal tahun

2013 diperkirakan akan mengalami tekanan dan kemudian akan bergerak

semakin menurun seiring kondisi cuaca yang semakin membaik. Berdasarkan

informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,

sepanjang triwulan I-2013, kondisi curah hujan yang akan dialami Provinsi Nusa

Tenggara Barat bersifat normal (menengah). Kondisi tersebut juga tercermin

dari ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa pada

triwulan I-2013 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk

tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 6.3).

Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi mampu diredam akibat

meningkatnya pasokan bahan makanan yang dipengaruhi oleh meningkatnya

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

54

luas lahan tanam dan membaiknya produktivitas sektor pertanian. Selain itu,

berlangsungnya kegiatan panen padi pada akhir triwulan I-2013 diperkirakan

turut menjadi faktor penahan laju inflasi.

Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang

Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

Grafik 6.4Prakiraan Curah Hujan

Sumber : BMKG

100.00110.00

120.00130.00140.00

150.00160.00170.00

180.00190.00200.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad

Nusa Tenggara Barat