Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Batas- batas dari Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut : Utara : Vietnam dan Kamboja Timur : Provinsi Kalimantan Barat dan Malaysia Selatan : Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Jambi Barat : Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 km², sekitar 95% merupakan lautan dan hanya sekitar 5% daratan. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan

description

arrq

Transcript of Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Page 1: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Batas-batas dari Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut :

Utara : Vietnam dan Kamboja

Timur : Provinsi Kalimantan Barat dan Malaysia

Selatan : Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Jambi

Barat : Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau

Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 km², sekitar 95% merupakan lautan dan hanya sekitar 5% daratan.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga.

Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional, serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar.

Dengan Motto Berpancang Amanah, Bersauh Marwah, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia. Dalam memberdayakan berbagai potensi yang ada, Provinsi Kepulauan Riau berusaha untuk tetap menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penerapan good governance dan clean government dengan memberikan kemudahan berinvestasi

Page 2: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

sehingga dapat menarik lebih banyak investor baik domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya.

B. Luas Wilayah Darat dan Laut

Luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau :

Luas Keseluruhan : 425.214,6679 Km2

Luas Daratan : 8.209,6085 Km2 (2%)

Luas Lautan : 417.005,0594 Km2 (98%)

Total Pulau : 2.408 buah

Pulau Berpenghuni : 385

Pulau Bernama dan tidak berpenghuni : 965

Pulau tidak bernama dan tidak berpenghuni : 1.058

Daftar beberapa pulau di Kepulauan Riau :

Kepulauan Anambas

Kepulauan Badas

Kepulauan Karimun

Kepulauan Lingga

Kepulauan Natuna

Kepulauan Natuna Besar

Kepulauan Natuna Selatan

Kepulauan Riau

Kepulauan Tambelan

Pulau Abang

Pulau Abang Besar

Pulau Bakong  atau Pulau Bakung

Pulau Batam

Page 3: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Pulau Batang

Pulau Batu Berhanti

Pulau Belat

Pulau Benuwa  atau Pulau Benua

Pulau Bintan

Pulau Buaya

Pulau Bugi

Pulau Bulan

Pulau Bunguran

Pulau Buru

Pulau Damar

Pulau Combol

Pulau Dompak

Pulau Galang

Pulau Iyu Kecil

Pulau Jemaja

Pulau Karimun

Pulau Karimun Kecil  atau Pulau Anak Karimun

Pulau Kelapa Jernih

Pulau Kepala

Pulau Kundur

Pulau Lagong

Pulau Lalang

Pulau Laut

Pulau Lingga

Page 4: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Pulau Mangkai

Pulau Mapor

Pulau Matak

Pulau Mendarik

Pulau Mesawak

Pulau Midai

Pulau Mubur

Pulau Murih

Pulau Nanas

Pulau Nipa  atau Pulau Nipah

Pulau Nongsa

Pulau Panjang

Pulau Papan

Pulau Parit

Pulau Pejantan

Pulau Pelampong

Pulau Pengibu

Pulau Penyengat

Pulau Pinang Seribu

Pulau Posik

Pulau Raiba

Pulau Rempang

Pulau Sambu

Pulau Sebangka

Pulau Sebetul

Page 5: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Pulau Sekatung

Pulau Selayar

Pulau Semiun

Pulau Sentut

Pulau Senua

Pulau Serak

Pulau Serasa

Pulau Singkep

Pulau Subi

Pulau Subi Kecil

Pulau Tambelan Besar

Pulau Tarempa  atau Pulau Tarempah

Pulau Temiyang  atau Pulau Temiang

Pulau Timau

Pulau Tokong Belayar

Pulau Tokong Iyu

Pulau Tokong Malang Biru

Pulau Tokong Nanas

Pulau Tokong Piramida

Pulau Tokongboro

Pulau Uwi

BAB II

Pembahasan

Page 6: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

A. Potensi Sumber Daya Alam dan Ekonomi Kepulauan Riau

1. Sumber Daya Alam Laut

Sebagai Provinsi Kepulauan, wilayah ini terdiri atas 98% lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya.

Untuk sektor perikanan, terutama perikanan tangkap dan pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan dan pemanfaatan teknologi budidaya sangat cocok dikembangkan di Provinsi KepRi. Di Kabupaten Bintan, Karimun, dan Natuna, misalnya, terdapat budidaya ikan yang bernilai ekonomis seperti ikan kerapu, napoleon, dan kakap. Begitu pula potensi budidaya ikan air tawar dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Natuna. Pada tahun 2007, total produksi perikanan tangkap mencapai 217.094,91 ton dan produksi ikan budidaya 3.475,70 ton.

Berikut ini akan di sebutkan macam-macam sumber daya alam yang di dapat dari wilayah pesisir dan lautan Kepulauan Riau.

Sumber Daya Hayati

1. EstuariaEstuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.

Page 7: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Estuaria merupakan tempat bertemunya arus air sungai dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisik lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. Banyaknya unsur hara di daerah estuaria mengakibatkan tumbuh suburnya tumbuhan, termasuk makrophyta dan phytoplankton. Daerah pesisir biasanya merupakan daerah pemusatan industri, yang limbah buangannya masih mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun, maka informasi mengenai ini sangat penting untuk pengelolaannya. Dari hasil citra satelit terlihat bahwa penyebaran estuaria terdapat dalam areal yang luas di Kepulauan Riau, khususnya Pulau Bintan.

2. MangrovePenyebaran mangrove di Provinsi Riau sebagian besar terdapat di Riau daratan, yakni di Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan di Riau daratan lainnya (sebagian Bengkalis, Pelalawan, dan Rokah Hilir) mangrove hanya terdapat sebagian kecil saja, lainnya merupakan hutan pantai. Pada dasarnya mangrove mempunyai tiga fungsi utama yaitu (1) fisik meliputi menjaga garis pantai agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, melindungi pantai dan tebing sungai dan mengolah limbah. (2) biologis ekologis meliputi tempat benih ikan, udang dan kerang dan lepas pantai, tempat bersarangnya burung-burung besar, habitat alami bagi banyak biota, nursery ground, feeding ground dan selter area bagi biota perikanan. (3) ekonomi meliputi tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi, hasil-hasil kayu dan nonkayu. Pemanfaatan kayu mangrove di Provinsi Riau secara umum digunakan untuk: (1) kayu bakar, arang dan alkohol. (2) untuk konstruksi rumah, konstruksi berat, pancang geladak, tiang dan galah banguan, material pembuatan kapal, serpihan kayu, pagar dan lain-lain. (3) alat untuk memancing, pelampung dan racun ikan, (4) untuk pertanian dan pakan ternak. (5) peralatan rumah tangga dan mainan, (6) arang, (7) chip wood yaitu serpihan buat bahan kertas (pulp).

3. Padang Lamun (seagrass beds)

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal. Lamun yang hidup merupakan kelompok tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas angiospermae. Keunikan dari tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang ekstensif dan sistem rhizome. Karena tipe perakaran ini menyebabkan daun-daun tumbuhan lamun menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya dalam menopang produktivitas ekosistem padang lamun. Disamping itu ada beberapa tumbuhan lamun yang melakukan fiksasi nitrogen ditandai dengan ditemukan mengandung epiphyte (blue-green algae), hal ini memegang peranan penting dalam kesuburan komunitas lamun, sehingga komunitas padang lamun sangat produktif. Padang

Page 8: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

lamun sangat sedikit berada di Provinsi Riau, tetapi masih dapat dilihat di daerah Riau Kepulauan, khususnya di Barelang (Batam, Rempang, Galang), Kepulauan Riau, dan Natuna.

4. Terumbu Karang (coral reefs )

Terumbu karang merupakan organisme yang hidip di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Penyebaran terumbu karang di Provinsi Riau tidak ditemui di perairan laut Riau daratan, tapi berada di Riau kepulauan yakni sebagian besar di Natuna, kemudian Kepulauan Riau, Barelang, dan Karimun. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada hakekatnya tidak selalu tetap, akan tetapi sering berubah karena adanya gangguan baik karena aktifitas alam maupun aktifitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisik-kimia dan biologis. Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan dan/atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan sedimen. Sedangkan faktor biologis biasanya berupa predator atau pemangsanya.

Sumber Daya Perikanan

Perikanan Tangkap

Potensi perikanan tangkap (laut) di Propinsi Riau sangat besar. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau (2002) menunjukkan bahwa di Selat Malaka diperkirakan potensi tersedia sebesar 141.546 ton, dengan potensi lestari sebesar 84.928 ton, sedangkan di Laut Cina Selatan potensi tersedia sebesar 602.348 ton, dengan potensi lestari 361.430 ton.

Usaha penangkapan ikan di laut merupakan penyumbang terbesar dari produksi perikanan Riau. Dari total produksi sebesar 308.808,80 ton, sebesar 286.290.40 ton (92,7%) berasal dari penangkapan ikan di laut. Daerah-daerah potensial penghasil ikan tangkap di Riau terdapat di Kabupaten Kepulauan Riau, Natuna, Karimun, Bengkalis, Rokan Hilir, dan Indragiri Hilir.

Page 9: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Perikanan Budidaya

Potensi perikanan tambak di Propinsi Riau hingga saat ini belum dikembangkan secara serius. Budidaya yang dikembangkan antara lain rumput laut, kolam, keramba, tambak, Nilai produksi budidaya keramba di Riau mengalami penurunan sebesar dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh kurangnya benih ikan dan kegagalan panen. Kegagalan panen ini kemungkinan besar disebabkan oleh perairan lokasi keramba mengalami pencemaran limbah rumah tangga dan pabrik yang ada di sekitar aliran sungai. Jenis ikan yang dominan di budidayakan pada keramba adalah kakap putih (Lates calcariver) di samping kerang darah (Anadara granosa) dan kepiting (Scylla serrata).

2. Sumber Daya Alam Darat

Daerah daratan Provinsi KepRi yang hanya 5 persen dari keseluruhan

wilayahnya, menurut penelitian Zwieryeki pada tahun 1919 hingga 1929, dapat

dikatakan tanah tua. Sedangkan selebihnya yang membentang ke utara sampai dengan

daerah-daerah pantai, merupakan konstruksi dari formasi jenis

tanah alluvium (endapan) yang berasal dari zaman Quarter sampai dengan zaman

Recen. Jenis tanah tersebut terutama terdapat di daerah-daerah pantai Provinsi KepRi

sampai dengan pertengahan daratan yang berformasi sebagai daratan muda (yang kini

merupakan wilayah Provinsi Riau). Dari susunan jenis tanah tersebut, menjadi jelas

bahwa Provinsi KepRi jauh lebih tua apabila dibandingkan dengan formasi tanah yang

ada di Provinsi Riau. Hal ini dibuktikan dengan dikenalnya arus pasang naik dan

pasang surut sepanjang tahun yang pengaruhnya dirasakan sampai jauh mencapai

arah hulu sungai-sungai di daratan Provinsi Riau.

Dengan keadaan topografi tersebut, Provinsi KepRi memiliki sumber daya alam

yang melimpah, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak dan gas

bumi, emas, dan lain-lain, maupun kekayaan pertanian dan perkebunannya, serta

kekayaan sungai dan lautnya. Seiring diterapkannya otonomi daerah, hasil kekayaan

alam Provinsi KepRi yang mulanya disalurkan ke Pemerintah Pusat (Jakarta) secara

bertahap akan dinikmati langsung oleh daerah setempat, meski tidak secara

keseluruhan. Hal ini mengacu pada aturan baru dari Pemerintah RI pascareformasi,

yang memberi batasan dan aturan tegas mengenai pemanfaatan sumber daya alam

Page 10: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

daerah, bagi hasil dengan Pemerintah Pusat, dan kewajiban penanaman modal di

daerah (lihat www.kepriprov.go.id).

Peranan sektor pertanian merupakan sektor terkecil yakni hanya berkontribusi

5,32 persen terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2007. Sektor

tersebut belum berkembang maksimal karena luas lahan pertanian lebih kecil

dibandingkan luas perairan. Di samping itu, tanah merah di Kepulauan Riau pun hanya

dapat ditanami jenis tanaman tertentu yang masih memerlukan penelitian dan

pengembangan khusus untuk meningkatkan produksinya.

Pada tahun 2007, sektor pertanian padi di Provinsi KepRi memiliki lahan sawah

seluas 1.792 hektar, sedangkan lahan bukan sawah yang terdiri dari lahan kering

mencapai 694.924 hektar dan lahan lainnya mencapai 74.607 hektar. Luas lahan

hortikultura mencapai 42.728 hektar. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 130 hektar,

lahan sawah irigasi sederhana mencapai 104 hektar, sementara lahan sawah dengan

irigasi desa mencapai 309 hektar, dan lahan sawah tadah hujan seluas 1.249 hektar.

Luas lahan panen padi seluruh kabupaten dan kota di Provinsi KepRi mencapai

94 hektar dan dapat memproduksi padi sebanyak 249 ton dengan rata-rata produksi

5,20 ton/hektar. Pada sektor pertanian palawija, menurut data tahun 2007 menyebutkan

tanaman jagung dengan luas lahan panen 585 hektar berproduksi 1.267 ton, ubi kayu

dengan luas lahan panen 708 hektar berproduksi 4.927 ton, ubi jalar dengan luas lahan

panen 130 hektar berproduksi 1.159 ton, dan kacang tanah dengan lahan panen 124

hektar berproduksi 179 ton. Sementara, sayur-mayur berproduksi 723 ton, kacang

panjang berproduksi 1.295 ton, bayam berproduksi 26.715 ton, dan kangkung

berproduksi 842 ton.

Di sektor perkebunan, komoditas yang berpotensi di Provinsi KepRi antara lain,

cengkeh dengan luas lahan 14.716 hektar, kelapa seluas 39.491 hektar, karet seluas

34.891 hektar, lada seluas 449 hektar, sagu seluas 3.949 hektar, dan gambir seluas

996 hektar. Sedangkan di sektor peternakan,  kambing merupakan populasi terbanyak

mencapai sekitar 18.166 ekor, diikuti sapi sekitar 9.976 ekor, dan babi sekitar 4.655

ekor. Populasi unggas terdiri atas ayam buras sekitar 585.226 ekor, ayam petelur

Page 11: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

sekitar 347.800 ekor, ayam pedaging sekitar 452.510 ekor, itik sekitar 21.634 ekor, dan

puyuh sekitar 26.270 ekor.

Potensi Ternak di Provinsi Kepulauan Riau No. Jenis Jumlah

Populasi (ekor)

Pemotongan (Ekor)

Daging  (Kg)

1 Sapi 9.910 7.689 10.021.3512 Kerbau 19.704 18 3.3973 Kambing 351 7.646 94.2394 Babi 680.380 201.465 8.426.6405 Ayam Beras 904.417 745.110 904.5936 Ayam Petelur 258.390 219.191 492.3357 Ayam Pedaging 442.636 1.134.132 1.508.3948 Itik 70.275 120.670 136.652

Luas Lahan menurut Jenis Lahan Tahun 2006Kab/Kota Potensi

Lahan (Ha)Komoditas (Ha)

Perkebunan Buah SayuranBintan 17.379 6.652 8.707 2.020Karimun 4.637,4 805,5 3.377,8 454,1Natuna 21.117 5.386 8.308 7.423Batam 8.553,98 355,04 6.906,6 1.292,34Tg.Pinang 7.382 363 6.766 253Lingga 14.361 500 13.426 435Total 73.430,38 14.061,54 47.491,4 11.877,44

                  Produksi Tanaman Buah-Buahan Tahun 2004

Kabupaten /Kota

Pisang (Ton)

Durian (Ton)

Duku Lansium

(Ton)

Mangga (Ton)

Jeruk (Ton)

01. Bintan 1.429 423 44 116 25

02. Batam 393,68 62 20 99 73

03. Karimun 867 522 0 799 200

04. Natuna 157 3.532 301 1.200 581

05. Tg Pinang

74 - - 14 -

06. Lingga - - - - -

Prov Kep.Riau 2.920 4.539 365 2.228 879

 

Kabupaten /Kota

Rambutan (Ton)

Pepaya (Ton)

Nenas (Ton)

Jambu(Ton) Lainnya (Ton)

01. Bintan 559 533 7.520 48 531

02. Batam 420,29 150,15 159,39 7 48

03. Karimun 103 101 14.330 - 122

04. Natuna 402 240 31 87 1.324

05. Tg.Pinang 29 74 13 - 64

06. Lingga - - - - -

Page 12: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Prov Kep.Riau 1.513,29 1.098,15 22.053,39 142 2.089

3. Sumber Daya Alam Mineral (Pertambangan)

Sementara di sektor pertambangan, pada tahun 2007, Provinsi KepRi memiliki

potensi hasil minyak, gas, timah, dan bauksit yang melimpah. Cadangan minyak bumi

mencapai 298,81 Million Meter Barrel Oil (MMBO) dan cadangan gas alam mencapai

55,3 Triliun Square Cubic Feet (TSCF) yang terdapat di Kabupaten Natuna. Timah

dengan jumlah cadangan mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Bauksit

dengan total cadangan 15.880,000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjungpinang.

Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan

Pulau Bintan. Sementara pasir darat dengan total cadangan mencapai 39.826.400 ton

terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.

Kepri memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan

bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B

(vital) seperti timah, bauksit dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir dan

kuarsa.

No Jenis Bahan Galian Kabupaten/Kota Jumlah Cadangan1 Minyak Bumi Natuna 298,81 MMBO2 Gas Alam Natuna 55,3 TSCF3 Timah Karimun

Lingga11.360.500 m3

-4 Bauksit Bintan

KarimunLinggaT. Pinang

-3.832.500 m3

-1.150.000 m3

5 Pasir Besi LinggaNatuna

--

6 Zircon Lingga -7 Antimon Natuna -8 Granit Karimun

BintanNatunaLingga

4.204.840 ton-

19.662.288.605 m3-

9 Pasir Darat KarimunLinggaBintan

16.800.000 m3--

10 Pasir Laut KarimunBintan

- 7.164.348.267 ton

11 Kuarsa KarimunNatunaLingga

84.930.000 m3--

12 Granulit Natuna -13 Diorit Natuna

Lingga882.000.000

-

Page 13: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

14 Andesit NatunaKarimun

-20.000.000 m3

15 Rijang Natuna 78.013.300.931 m316 Feldspar Lingga -17 Kaolin Lingga -18 Batu setengah permata Lingga -19 Hornfels Natuna 43.240.000 m320 Batuan Ultrafamic Natuna 36.555.921.955 m

No. Jenis Bahan Galian Kab. / Kota Jumlah Cadangan

4. Potensi Perindustrian

Industri manufaktur yang berskala kecil sampai sedang dan industri besar,

terutama industri perkapalan, agroindustri dan perikanan. Saat ini industri yang paling

banyak di Kepulauan Riau adalah industri elektronik seperti PCB, komponen komputer,

peralatan audio dan video dan bagian otomotif. Industri ringan lainnya seperti industri

barang-barang, garmen, mainan anak – anak, peralatan rumah tangga. Industri lainnya

fabrikasi baja, penguliran pipa, peralatan eksplorasi minyak, pra-fabrikasi minyak, jacket

lepas pantai dan alat berat terdapat di Bintan, Batam dan Karimun.

Disamping itu, kegiatan perdagangan di Kepulauan Riau difokuskan pada ekspor

dan impor dengan total nilai ekspor di tahun 2004 mencapai USD 4.910 milyar dan

impor USD 4.175 milyar yang berasal dari kegiatan ekspor 95 perusahaan ke 60

negara. Nilai Ekspor melampaui nilai impor.

Selanjutnya, untuk menyongsong Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam,

Bintan, dan Karimun, nilai investasi asing yang telah ditanam

mencapai  US$ 543.200.000.

Daftar investor asing di Kawasan BBK Tahun 2006

NO NAMA PERUSAHAAN

JLH NAKER

BIDANG USAHA NILAI INVESTASI (US$)

LOKASI

1 Batam Fast Indonesia, PT

105 Angkutan Penyebrangan

2.000.000 Batam

2 Neptune Marine, PT

205 Pembuatan Kapal

1.600.000 Batam

3 Cemara Intan Shipyard, PT

202 Pembuatan Kapal

2.000.000 Batam

4 Indo Multi Sarana 1500 Pengembangan Industri

15.000.000 Batam

5 Tiong Woon Co.Ltd 1000 Shipping, Kepelabuhanan

20.000.000 Bintan

6 Daeju Construction Engineering Co.Ltd

5000 Galangan Kapal, Perumahan

500.000.000 Karimun

TOTAL 8057   543.200.000  

B. Strategi dan Model Pengembangan Ekonomi Kepulauan Riau

Page 14: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Dengan terbatasnya sumberdaya maka sebaiknya pemerintah memilih satu atau

beberapa sektor unggulan saja. Sektor-sektor ini sebaiknya yang memiliki keterkaitan

ekonomi dengan sektor lain dan wilayah lain.

Beberapa jenis industri yang diusulkan untuk dikembangkan antara lain adalah

industri elektronik dan industri migas dan olahannya. Pengembangan industri di Batam

dan sekitarnya diarahkan untuk ke giatan ekspor, sedangkan industri di Natuna

difokuskan kepada industri berat. Jika dilihat keterkaitannya dengan sektor lain dan

daerah lain, maka jenis - jenis industri tersebut memiliki keterkaitan yang relatif tidak

banyak.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka perlu dikembangkan sektor - sektor

pendukung. Sektor - sektor ini merupakan sektor yang memberikan input bagi

perkembangan industri - industri tersebut. Sektor - sektor tersebut antara lain sektor

pertanian (terutama perikanan, perkebunan, dan pertan ian pangan), pariwisata, dan

industri ringan.

Salah satu subsektor yang dapat menjadi andalan daerah adalah perikanan.

Subsektor ini disamping membutuhkan banyak tenaga kerja juga untuk memanfaatkan

potensi perikanan laut yang cukup besar.

Dalam penerapa n model pembangunan di atas perlu memperhatikan beberapa

hal antara lain:

a. Keterkaitan antar Sektor dan Daerah

Pemilihan sektor yang akan menjadi engine of growth perekonomian daerah

harus didasarkan pada keterkaitan antar sektor dan daerah. Dengan kata lain, sektor

yang dipilih sebaiknya memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hilir maupun

hulu serta dengan daerah penunjang (hinterland).

b. Infrastruktur

Keterkaitan antar sektor dan daerah dapat terjadi apabila didukung dengan

sarana dan prasara na yang baik terutama sarana dan prasarana di bidang

perhubungan dan telekomunikasi mengingat kawasan ini merupakan kepulauan.

Page 15: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

c. Sumberdaya Manusia

Penerapan model pembangunan apapun sangat tergantung pada kapasitas

sumberdaya manusia yang melaksanakannya. Pengembangan industri perikanan,

pengolahan pertanian dan pariwisata membutuhkan tenaga - tenaga dengan keahlian

memadai dalam jumlah yang cukup. Kurangnya tenaga terampil dan ahli dari

masyarakat lokal mengakibatkan investor membawa dari tenaga dari luar. Hal ini

merupakan salahsatu sumber potensial untuk terjadinya konflik sosial antara

masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal. Dengan mendidik masyarakat lokal

menjadi tenaga terampil dan ahli maka diharapkan kenaikan pendapatan masyarakat

langsung membe rikan dampak positif bagi perekonomian setempat.

Sangat perlu diperhatikan bahwa masalah pendidikan bukan hanya masalah

daya fikir dan kreasi, tetapi pada hakekatnya masalah budaya. Perlu dilakukan upaya

perubahan budaya ke arah budaya produktif dan bekerj a keras dan rajin sebagai

prasyarat bagi pembangunan masyarakat secara menyeluruh. Di samping itu juga perlu

dipikirkan kebijakan untuk “menarik” penduduk Kepulauan Riau yang sedang menuntut

ilmu di luar wilayah tersebut agar mereka tetap mempunyai “interest” dan komitmen

terhadap pengembangan dan pembangunan daerah asalnya, terutama sebagai bagian

dari perubahan budaya ke arah masa depan masyarakat yang lebih baik. Dengan cara

ini diharapkan potensi konflik dapat dieliminasi.

d. Penatagunaan Tanah

Agar pembangunan Kepulauan Riau dapat berkelanjutan, maka diperlukan suatu

penatagunaan tanah (land use zoning) dan manajemen lingkungan yang

baik.Penatagunaan tanah diperlukan agar terdapat pembagian pemanfaatan tanah

yang lebih merata dan saling mendukung. Perlu diadakan pengaturan mengenai lokasi

industri, pertanian, permukiman dan sejenisnya yang jelas serta didukung dengan

upaya penegakan hukum yang kuat. Saat ini terdapat beberapa pulau yang tidak

berpenghuni yang berpotensi untuk menjadi daerah industri.

Page 16: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

Dengan dikembangkannya daerah tersebut maka akan terjadi arus migrasi ke

wilayah tersebut, dan ini akan memberikan implikasi kepada masalah sosial dan

budaya. Penatagunaan tanah ini memiliki kaitan yang erat dengan masalah sosial

budaya dalam bidang pertan ahan. Berbagai kegiatan investasi membutuhkan

prasyarat kepastian hukum utamanya dalam hal pertanahan, ruang, dan lingkungan.

d. Manajemen Lingkungan

Manajemen lingkungan dibutuhkan untuk mencegah dan mengeliminasi dampak

negatif dari berbagai kegiatan pemb angunan daerah sehingga pembangunan dapat

berkelanjutan. Dengan adanya ketentuan daerah untuk mengelola kawasan pesisir

yang merupakan kawasan yang dominan di wialayah kepulauan, maka eksplorasi dan

eksploitasi sumberdaya pesisir perlu dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan

konservasi sumberdaya tersebut. Sebagai contoh, pengambilan karang laut untuk

pembangunan jalan, rumah, industri dan sejenisnya akan merusak ekosistem pesisir

sehingga pada akhirnya akan menurunkan produksi di sektor perikanan dan industri

terkait lainnya. Bagi daerah seperti Kepulauan Riau, pertimbangan daya dukung

lingkungan tidak hanya daratan saja tapi juga (atau bahkan, terutama) kelautan.

e. Keuangan Daerah

Untuk mendanai kebutuhan rutin dan pembangunannya pemerintah daerah

harus memiliki keinginan dan kemampuan mengelola sumber - sumber pendapatannya

secara efisien dan efektif. Peningkatan PAD bukan berarti memperluas jenis dan

besarnya pungutan tetapi untuk memperluas kesempatan berusaha dan menarik

investasi swasta yang sebesar - besarnya. Rasionalisasi dan upaya peningkatan yang

kontraproduktif dalam penerimaan pendapatan daerah perlu dihindari.

BAB III

PENUTUP

Page 17: Makalah Sumber Daya Ekonomi Regional

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

a. Kawasan Kepulauan Riau memiliki cukup banyak potensi yang dapat menjadi modal dasar bagi pembangunan daerah tersebut. Potensi tersebut selain karena faktor geografis dimana dekat dengan pasar internasional, juga karena memiliki sumberdaya alam yang melimpah.

b. Di sisi lain terdapat kendala dalam pengembangan Kepulauan Riau. Kendala tersebut berupa prasarana fisik, bentuk geografis yang merupakan kepulauan yang tersebar, serta kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia.

c. Dalam pengembangan Kepulauan Riau sebaiknya dipilih satu atau beberapa sektor andalan saja sebagai engine of growth . Sektor ini sebaiknya memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lainnya dan daerah penunjangnya.

B. Saran

Strategi pengembangan Kepulauan Riau yang tepat perlu ditetapkan oleh pemerintah dengan menampung sebanyak - banyaknya aspirasi masyarakat dan dengan menganalisis secara seksama kebutuhan dan kemampuan daerah secara realistik. Beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah adalah peningkatan prasarana khususnya perhubungan dan telekomunikasi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan menitikberatkan pada porsi yang memadai dari tenaga-tenaga lokal untuk menjadi tenaga terampil dan ahli.

Apapun strategi yang ditetapkan, pada hakekatnya keberhasilan penerapan strategi ditentukan oleh kesungguhan dan konsistensi dalam penerapannya, dengan tetap membuka diri pada kemungkinan perbaikan dan perubahan.