Jurnal Reading Dngn Dr Emil

14
Journal Reading Massive Residual Dental Cyst Oleh: Devia Mufida Zahara 04054811416015 Rivia Krishartanty 04084811416067 Ari Miska 04084811416066 Teguh Ridho Perkasa 04084821517082 Pembimbing : drg. Emilia Chrystiana Prasetyanti, Sp.Ort BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG

description

Jurnal

Transcript of Jurnal Reading Dngn Dr Emil

Page 1: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

Journal Reading

Massive Residual Dental Cyst

Oleh:

Devia Mufida Zahara 04054811416015

Rivia Krishartanty 04084811416067

Ari Miska 04084811416066

Teguh Ridho Perkasa 04084821517082

Pembimbing :

drg. Emilia Chrystiana Prasetyanti, Sp.Ort

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

Judul

Massive Residual Dental Cyst

Oleh:

Devia Mufida Zahara 04054811416015

Rivia Krishartanty 04084811416067

Ari Miska 04084811416066

Teguh Ridho Perkasa 04084821517082

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan

Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Rumah Sakit Mohammad

Hoesin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang periode 9 September 2015- 25

September 2015

Palembang, September 2015

Pembimbing

drg. Emilia Chrystiana Prasetyanti, Sp.Ort

Page 3: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan diskusi kasus dengan judul “Pembesaran

Abnormal Pada Rongga Mulut Pada Saat Kehamilan” untuk memenuhi tugas Journal

reading yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya

dalam Departemen Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Emilia Chrystiana

Prasetyanti, Sp.Ort selaku pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran dan

masukan sehingga laporan ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan diskusi kasus ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga

bermanfaat.

Palembang, September 2015

Penulis

Page 4: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

Kista Gigi Residual Massive : Laporan Kasus

George Dimitroulis*

John Curtin*

Abstrak

Sebuah laporan kasus mengenai

Kista gigi residual massive yang melibatkan lebih dari setengah edentulous

mandibula. Gambaran klinis, diagnosis dan manajemen

dari kista ini akan dibahas

Kata kunci: kista Jaw, sisa kista radikuler gigi,

patologi periapikal.

Pendahuluan

kista gigi residual (atau radikular) tumbuh dari sisa sisa epitel yang distimulasi untuk

berproliferasi oleh proses inflamasi yang berasal dari nekrosis pulpa gigi non vital yang

sudah tidak ada lagi. riwayat penyakitnya dimulai dengan gigi non vital yang tetap insitu

cukup lama sehingga dapat berkembang menjadi patoisis periapikal kronik seperti kista

gigi(radikular). akhirmya gigi tersebut akibat terekstraksi dengan hanya sedikit

mempertimbangkan patosis periapikal yang menetap dalam tulang rahang sebagai kista gigi

residual. beberapa tahun kemudian kista mungkin akan regresi, tetap statik, atau bahkan

menjadi lebih besar. sayangnya, hanya sedikit yang diketahui mengenai penyakit kista gigi

residual khususnya mengenai apa proporsi kista yang regresi dan apa proporsi yang tumbuh

dan mengapa. laporan kasus ini dipersentasikan mengenai individu dengan kista gigi residual

masif yang melibatkan lebih dari setengah mandibula edentulous.

Laporan Kasus

laki-laki 50 tahun dirujuk pada mei 1996 oleh dokter gigi setempat untuk investivigasi

dan menejemen pembengkakan sebesar bola golf yang tidak nyeri yang terletak didaerah

parasimpisisal kanan mandibula edentulousnya. pasien pda awalnya dtang kedokter gigi

dengan keluhan nyeri pada barisan gigi bawah yang telah ia tahan selama bertahun-tahun.

saat anamnesis pasien tidak ingat kapan pertama kali ia menyadari adanya

pembengkakan, tapi dia ingat dia pernah melakukan ekstraksi terahir pada mandibulanya 20

Page 5: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

tahun yang lalu dan sejak saat itu selalu menggunakan gigi palsu. pembengkakan yang jelas

terlihat di rahang bawah membuat ia resah, terus menetap selama bertahun-tahun dan

alasannya datang kedokter gigi saat ini karena pembengkakan terlalu besar menyebabkan ia

tidak bisa memakai gigi palsunya.

Secara klinis, dia relatif sehat dan menjalani hidup yang aktif sebagai seorang supir truk

sebelum menjadi manajer transport. pembengkakkan pada mandibula kanannya keras seperti

tulang dengan parastesia yang terdistribusi pada daerah nervus mentalis dekstra. pemeriksaan

intra-oral menunjukan mulut yang edentulous dengan alveolus yang padat dan memanjang

kearah bukal dikuadran kanan mandibula yang memanjang secara anterior ke

simpisis.mukosa alveolar diatasnya tergolong normal tanpa adanya pengeluaran cairan atau

tanda-tanda inflamasi.

Radiografi panoramic menunjukan adanya radiolusen yang ekstensif namun

melingkar yang memanjang dari sudut kanan menuju simfisis dan melibatkan keseluruhan

korpus kanan mandibula edentulous. Ct scan mengkonfirmasi pemanjangan lesi yang terlihat

terikat pada tulang dengan ekspansi bucal dan relatif terlihat distorsi pada palatum lingual,

meskipun terdapat adanya fraktur patologis yang jelas pada parasimfisis. gambaran radiologis

kista telah dikonfirmasi dengan aspirasi. cairan kista yang menunjukan adanya protein yang

mudah larut menyingkirkan keratosis odontogenik.

Pada juni 1996, pasien dibawa ke rumah sakit untuk manajemen pembedahan. Pada

operasi dilakukan dengan anestesi umum, hemimandibula kanan diperlihatkan secara tajam

dengan insisi memanjang submandibular dan diseksi sepanjang plana sub platisme.

penutupan periosteal yang sebelumnya diinsisi bersamaan dengan batas bawah mandibula

dari sudut kanan ke simfisis dan jaringan lunak termasuk pemanjangan palatum bucal diatas

periostium, yang secara hati-hati di lepaskan dari tulang.

Setelah semua yang ada di hemimandibula kanan di perlihatkan, pemanjangan bucal

kortikal di osteotomi dan dilepaskan untuk memperlihatkan batas kista dibawahnya. kista

enukleasi secara hati-hati tanpa mencapai mukosa oral dan meninggalkan palatum lingual

tulang kortikal mandibular intak. bundel neurovascular alveolar inferior, sayangnya harus

direlakan karena sulitnya untuk dipisahkan dengan batas kista.

Page 6: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

Fig. 1.–Submental view of the patient demonstrating the golf-ball size lump in the right mandible.

karena palatum kortikal lingual yang tersisa bersifat rapuh, khususnya dengan fraktur

patologis ditandai pada parasimfisis kanan, rekonstruksi palatum mandibular dengan sekrup

bicortical difiksasi dari sudut kanan menuju ke simfisis untuk membantu memperkuat

hemimandibula kanan yang lemah. cangkok tulang kortico cancellous otogenik juga diambil

dari krista iliaca dan ditempatkan diantara kavitas yang tersisa untuk mengisi defek tulang

yang besar yang disebabkan oleh pengangkatan kista. pemulihan post operatif tidak memiliki

catatan khusus dan pasien dipulangkan dari rumah sakit setelah tiga hari.

Laporan Histopatologi mengkonfirmasi diagnosis dari suatu kista odontogenik yang

meradang, kemungkinan besar kista gigi sisa dengan tidak ada bukti dasar keratocyst

odontogenik atau neoplasia dalam beberapa bagian diperiksa di bawah mikroskop cahaya.

( Gbr.5). Tidak ada komplikasi pasca operasi atau gejala sisa sampai enam bulan setelah

operasi dan tidak ada tanda-tanda kekambuhan ketika ia terakhir terlihat pada bulan Januari

1997. Rencana jangka panjang yang diberikan untuk menghapus piring rekonstruksi dan

memberikan beberapa opsi kepada pasien untuk menggunakan rehabilitasi prostetik seperti

osseointegrasi implan gigi .

Page 7: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

Diskusi

Kista odontogenik yang tumbuh besar dalam rahang jarang terjadi, dan ketika

muncul kista tersebut akan cenderung menjadi keratocysts odontogenik atau kista

dentigerous. Kista gigi sisa yang pathosis berbahaya dan sering ditemukan sebagai temuan

insidental pada pemeriksaan radiografi rutin. Kecuali kalau terinfeksi, sangat jarang untuk

menemukan kista gigi sisa gejala yang akan menghasilkan tanda klinis atau terjadinya tanda

yang akan memberi perhatian yang cukup kepada pasien untuk mencari pengobatan.

Dalam contoh ini, gangguang menggunakan gigi tiruan menjadi satu-satunya faktor

yang mendorong pasien untuk mencari pengobatan, meskipun ia menyadari benjolan yang

jelas tepat di daerah parasymphyseal. Pasien, bagaimanapun, menyadari fraktur patologis di

symphisis kanan dan mental nerve paraesthesia sampai diuji secara klinis sebelum operasi.

Keputusan untuk mendekati lesi melalui leher, bukan intra-oral, didasarkan pada

sejumlah tempat. Langsung dan memadai paparan dari lesi itu diinginkan untuk memfasilitasi

menghilangkan seluruh lesi meskipun ketika memperhitungkan sifat lesi yang sangat jinak,

satu kemungkinan berpendapatbahwa pengobatan yang mungkin telah cukup efektif dengan

cara sederhana berupa kuretase intra-oral. Para penulis memilih untuk melakukan pendekatan

ekstra-oral karena persiapan untuk rekonstruksi lebih baik daripada ablasi. Itu jelas bahwa

dengan kehancuran yang luas dari mandibula, penghapusan lesi kistik akan membahayakan

kekuatan dan integritas mandibula.

Page 8: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

Fig. 2.–Panoramic radiograph showing an extensive radiolucency involving the whole body of the right mandible.

Fig. 3.–Axial CT scan of the mandible demonstrating the massive buccal expansion with relatively little distortion of the

lingual plate. A pathological fracture is evident in the right parasymphysis.

Page 9: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

mandibula yang tersisa mengakibatkan fraktur dan ketidakstabilan. Oleh karena itu

satu-satunya cara untuk menstabilkan dan memperkuat mandibula yang tersisa adalah melalui

cangkok tulang autogenous ditambah dengan penempatan piring rekonstruksi mandibula

yang kokoh. Penulis menyimpulkan bahwa pendekatan intra-oral tidak hanya akan

meningkatkan kemungkinan kontaminasi cangkok tulang dan kehilangan, tapi akan juga

membuat penempatan piring rekonstruksi mandibular besar yang sangat sulit dilatih. Karena

sifat alami lesi yang jinak, pendekatan yang masuk akal digunakan untuk melestarikan

jaringan lunak dan keras sekitarnya, khususnya korteks bahasa dan bagian dari batas bawah

dari mandibula serta lapisan mukosa mulut. Sebuah lapisan utuh

Page 10: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

Fig. 4.–Intra-operative view of the mandibular reconstruction plate fixed to the remaining mandible with corticocancellous

iliac bone packed into the defect.

Fig. 5.–Histopathology showing cyst lining composed of odontogenic epithelium overlying an inflamed connective tissue

bed.

mukosa mulut bersama cangkok tulang autogenous akan ditempatkan ke tempat

jaringan bersih tanpa khwatir akan kontaminasi oral. Dengan menjaga daerah kortikal lingual

dan bagian dari batas bawah dari mandibula, sirkulasi pernapasan dapat dipertahankan

dengan baik sehingga tindakan tambahan seperti intubasi postoperative atau trakeostomi

tidak diperlukan. Perbaikan saraf alveolar inferior dengan cangkok saraf autogenous

merupakan tindakan yang kompleks dengan hasil yang tidak diketahui menigkatkan

morbiditas dan jumlah donor.2 Rekonstruksi adalah sederhana dan lurus ke depan yang

berarti bahwa pasien hanya tetap di rumah sakit untuk waktu yang relatif singkat (tiga hari)

setelah operasi.

Ada beberapa kontroversi untuk keberadaan yang sebenarnya dari kista gigi residual

sebagai entitas patologi yang berbeda. karena sering terjadi bahwa diagnosis dibuat berdasar

pada pengecualian dari berbagai kemungkinan. Selain itu, telah diusulkan dalam literatur

endodontik bahwa menghilangkan pathosis periapical setelah pencabutan gigi dibenarkan.

Signifikansi laporan kasus ini adalah untuk menggambarkan contoh langka dan dramatis dari

Page 11: Jurnal Reading Dngn Dr Emil

apa yang mungkin terjadi ketika menghilangkan pathosis periapikal tidak dilakukan

menyusul ekstraksi gigi non-vital.

Ucapan Terima Kasih

Para penulis ingin mengucapkan terima kasih Dr Bryan Radden

untuk pemeriksaan histopatologi dan diagnosis

spesimen bedah, dan staf Mercy Private Hospital di Melbourne untuk kepedulian dan perhatian yang diberikan untuk pasien.

References

1. Neville B, Damm D, Allen C, Bouquot J, eds. Oral and maxillofacial

pathology. Philadelphia: WB Saunders, 1995:107-8.

2. LaBanc JP, Van Boven RW. Surgical management of inferior

a l veolar nerve injuri e s. Oral Maxillofac Clin North Am

1992;4:425-37.

3.Walton RE. The radicular cyst: Does it exist? Oral Surg Oral Med

Oral Pathol 1996;82:471.

4. Lin L, Gaengler P, Langeland K. Periradicular curettage. Int

Endod J 1996;29:220-7.

Address for correspondence/reprints:

Mr George Dimitroulis,

Oral and Maxillofacial Surgeon,

Suite 5, 10th Floor,

20 Collins Street,

Melbourne, Victoria 3000.