JURNAL psikofarmaka

download JURNAL psikofarmaka

If you can't read please download the document

description

JURNAL psikofarmaka

Transcript of JURNAL psikofarmaka

JURNAL PSIKOFARMAKOLOGI Faktor resiko kematian mayor untuk seluruh kematian pada episode awal schizofrenia : implikasi dan penemuan klinisnya

Michael beary, Richard Hodgson, dan Hiram J Wildgust

Abstrak Penelitian bibliografi telah dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor resiko kematian mayor yang berhubungan dengan episode awal schizofrenia yang dilakukan oleh WHO 2009. WHO menemukan bahwa diabetes sedikit meningkat, juga pada Abnormalitas lemak, hipertensi ringan dan berat badan berlebih. Pada tahun pertama pengobatan antipsikotik, terdapat peningkatan yang signifikan dari hiperglikemia, obesitaas, Abnormalitas profil lemak, dan hipertensi. Pada schizofrenia kronis, kematian karena kanker dan jantung sepertinya berhubungan dengan kemampuan dan kualitas perawatan. Dengan mengetahui perkembangan terkini maka intervensi dini dari kesehatan fisik, kebiasaan seperti rokok dan penyalahgunaan zat-zat lain, Diabetes melitus, dan hipertensi harus diperhatikan dengan seksama.

Pendahuluan Harapan hidup dari penderita schizofrenia memendek sampai 25 tahun (hilbourne et al; 2009). Penyebab kematian dalam schizofrenia sama dengan kematian di populasi umum (buske et al, 2010; Leucht et al, 2007; Saha et al, 2007). Manajemen penatalaksanaan dari komorbid medis ini dipersulit oleh penyakit, keprofesionalan petugas medis, sikap dari petugas medis.

WHO 2009, melaporkan Mortality risk factor (MRF) secara global tersusun sebagai berikut, Hipertensi, merokok, glukosa yang meningkat, Aktifitas fisik yang kurang, obesitas, dan peningkatan kolesterol. Kita membahas pentingnya manajemen atau intervensi awal MRF, yang dapat menekan angka kematian dari Episode awal schizofrenia.

Metode : Sumber Data Faktor kematian yang ditemukan pada episode awal schizofrenia Penilitian terfokus pada faktor resiko kematian dan bukan dari faktor resiko kesehatan. Makalah ini disusun secara pembahasan yang sistematis, dan pengkajian mendetail.

Hasil dan diskusi klinis Faktor kematian yang ditemukan pada episode awal schizofrenia lingkungan dan perilaku mempengaruhi faktor resiko kematian. WHO melaporkan MRF global secara urut adalah sebagai berikut; Hipertensi, merokok, glukosa yang tinggi, kekurangan aktifitas fisik, obesitas dan menigkatnya kolesterol (2009), sebagai target pencegahan penting dalam strategi kesehatan. Tabel I menunjukkan ringkasan dari penemuan jumlah faktor resiko yang dilaporkan pada episode awal schizofrenia dan perubahannya dalam pengobatan tahun pertama. Hipertensi adalah MRF yang paling penting pada populasi umum (tabel I) jumlah rata-rata dari hipertensi dilaporkan sekitar 25% pada pengkajian modern (McEvoy et al, 2007). Perawatan dengan Antipsikotik pada episode awal schizofrenia sangat signifikan berhubungan dengan memburuknya hipertensi (Talor, et al 2009). Studi di amerika serikat pada schizofrenia kronik, terlihat bahwa hipertensi merupakan faktor resiko kematian pada penyakit jantung (HR=1,38,95% CI 1,32-1,46) (kilbourne et al, 2009). Hipertensi juga berhubungan dengan kematian akibat stroke pada schizofrenia kronik.

Merokok kebanyakan penderita schizofrenia sudah merokok sebelum terdiagnosa (kelly & McCrache 1999). Pada pasien berumur 36-54, merokok meningkatkan resiko kematian pada jantung. 43% pasien meninggal oleh karena penyakit jantung. Perokok pasif belakangan ini telah memperlihatkan tingkat berbahaya yang sama dengan perokok asktif (barnoya & glantz, 2005; lehoder et al, 2007).

Diabetes Melitus, resiko terjadinya meningkat pada schizofrenia sebelum pengobatan dengan Antipsikotik (kohea, 2004). Banyak penelitian episode awal schizofrenia yang memperlihatkan bahwa glukosa uyang meningkat yang berhubungan dengan terapi antipsikotik (tabel I). Diabetes pada 22.817 penderita schizofrenia kronik merupakan faktor resiko penting pada kematian jantung (HR=1,51,95% CI-1,44-1,87)(hilbourne et al, 2009). Faktor gaya hidup dapat mengelola risiko terkait dengan pengurangan 82% dalam risiko diabetes tipe 2 pada orang yang memiliki berbagai macam faktor gaya hidup sehat. kebugaran saja mengurangi risiko kematian terkait dengan diabetes terlepas dari indeks massa tubuh.merokok berhubungan dengan peningkatan risiko 60% dari diabetes tipe 2. metaanalisis dari 11 studi menunjukkan bahwa mengkonsumsi dua atau tiga minuman manis per hari meningkatkan risiko diabetes hingga 25% Dampak antipsikotik pada risiko terkena diabetes atau kadar glukosa abnormal pada FES adalah pada topik yang belum terselesaikan. review oleh dunia psychistric asosiasi menyimpulkan bahwa inkonsistensi untuk menemukan menunjukkan bahwa efek obat unsure dengan pasien, kelompok penyakit, dan mempelajari faktor spesifik antipsikotik, dengan menginduksi remisi psikosis, membantu pasien mengontrol diabetes mereka, karena risiko yang terkait dengan antipsikotik tampaknya akan berkurang pada pasien yang terlibat dalam program gaya hidup. satu kelas penting lain dari obat yang sekarang diakui sebagai faktor risiko untuk diabetes tipe 2 adalah statin. pada skizofrenia, obat penurun lipid telah dikaitkan dengan onset yang lebih cepat dari diabetes dibandingkan antipsikotik. obat ini banyak digunakan dalam skizofrenia, penelitian terakhir menunjukkan bahwa mereka tidak mengurangi semua penyebab kematian pada pencegahan primer, dan mereka harus dibatasi untuk digunakan dalam pencegahan sekunder (taylor et al., 2011). Kebugaran fisik dan aktivitas - Kami telah menemukan tidak ada yang menguji baik dari kebugaran kardiorespirasi atau level aktivitas dari FES. Bagaimanapun, studi untuk meneliti

kebugaran fisik pada anak muda yang telah berkembang menjadi psikosis ditemukan bahwa mereka hampir seluruhnya tidak ada aktivitas fisik(OR=3.3, 95% CI 1.4-7.9) dan mempunyai fungsi kardiorespirasi yang buruk (OR =2.2, 95% CI 0.6-7.8) dibandingkan dengan kontrol (Koivukangas et al., 2010) dua studi dalam skizofrenia kronik mendukung temuan ini (Deimel dan Lohmann, 1983; Lindamer et al., 2008). Banyak studi di skotlandia dan amerika telah menemukan bahwa aktivitas fisik yang kurang menjadi salah satu faktor risiko perilaku yang paling penting untuk kematian akibat jantung dalam kronik skizofrenia (Hamer et al., 2008; Kilbourne et al., 2009). Pembelajaran ulang yang sistematik menemukan sedikit temuan dalam memperbaikitingkat kebugaran pada pasien dengan skizofrenia (Gorczynski dan Faulkner., 2010; Vancampfort et al., 2009). Psikiatri dan kedokteran telah gagal dalam mengenali pentingnya fungsi kardiorespirasi sebagai MRF utama (Blair, 2009). Topik ini telah ditinjau kembali secara menyeluruh (Lee et al., 2010), berdasarkan fungsi kardiorespirasi yang rendah pada diabetes, hipertensi, dan gangguan lipid, dapat menyebabkan kematian yang lebih cepat. Mokdad et al. (2004) diperkirakan di amerika pada tahun 2000 sebanyak 400.000 meninggal akibat diet yang jelek dan tidak cukupnya aktivitas fisik. Khaw et al. (2008) tidak merokok, melakukan aktivitas fisik, sedikit konsumsi alkohol dan lima porsi buah-buahan dan sayuran sehari dikombinasikan untuk memperkirakan perbedaan dalam total kematiandengan perkiraan langsung dengan nilai ekuivalen sebesar 14 tahun. Obesitas - Kenaikan berat badan adalah tantangan utama bagi masyarakat modern, namun secara paradoks harapan hidup secara keseluruhan justru terus meningkat. Kenaikan berat badan dikaitkan dengan meningkatnya risiko hipertensi, diabetes, dan tingkat lipid abnormal. Tampak bahwa kategori obesitas (BMI> 30) adalah kelompok dengan risiko kematian utama, dibandingkan dengan kategori kelebihan berat badan (Flegal et al., 2007). Kenaikan berat badan adalah persoalan penting dalam pemakaian jangka panjang semua antipsikotik pada pasien dengan FES, dengan persentase besar pasien menjadi kelebihan berat badan (Tabel 1). Dalam 15-20 tahun terakhir, faktor gaya hidup tidak mempengaruhi BMI rata-rata pasien ketika pertama kali mengalami skizofrenia (De Hert dkk., 2008). Sejumlah besar dari obat-dampingan dan obat antidepresi telah diketahui secara bebas berkaitan dengan kenaikan berat badan pada pasien dengan FES yang tak diobati (Strassnig et al., 2007).

Hasil dari pengelolaan berat badan adalah sedang saja (Bushe et al, 2009;.. Faulkner et al, 2007); namun pendekatan non-farmakologis telah menunjukkan manfaat dalam pencegahan kenaikan berat badan (Alvarez-Jimnez et al, 2008;. Menza dkk , 2004).. Kuk dkk. (2006) menemukan bahwa lemak visceral adalah prediktor independen dari semua penyebab kematian. Sejumlah penelitian mengenai FES melaporkan peningkatan jumlah lemak visceral (Thakore et al., 2002), sedangkan penelitian lain melaporkan tidak ada perbedaan (Zhang et al., 2004). Perbedaan-perbedaan ini dapat dijelaskan dengan komposisi etnis yang berbeda dari berbagai populasi, gaya hidup yang berbeda dan persoalan-persoalan metodologis lainnya. Ada sejumlah besar studi epidemilogi jangka panjang pada populasi umum yang menghubungkan asosiasi terbalik antara BMI dengan risiko bunuh diri (Bjerkeset dkk., 2008; Kaplan dkk., 2007a, 2007b;. Magnusson dkk., 2006;. Mukamal dkk., 2007, 2009, 2010). Kami mengidentifikasi satu penelitian di skizofrenia yang menghubungkan pasien dengan BMI rendah dengan risiko bunuh diri yang lebih tinggi (Limosin et al., 2007). Ini adalah topik penting yang belum ditinjau dalam kepustakaan skizofrenia (Hor dan Taylor, 2010;. Hawton et al, 2005). Karena bunuh diri adalah penyebab utama kematian pada pasien muda dengan skizofrenia, temuan ini menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan berat badan dengan tidak adanya studi mengenai skizofrenia yang berkualitas tinggi. Selanjutnya, ada beberapa bukti bahwa penurunan berat badan tidak selalu menguntungkan (Srensen et al, 2005). Dislipidemia - Kadar lipid yang abnormal sehingga meningkatkan mortalitas, tertera pada Tabel 1, bersama dengan nilai rata-rata dalam FES. Hanya beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar tersebut. Faktor-faktor yang menyertai seperti ukuran dari penelitian, etnis, rokok dan kategori diagnosis yang terkait. Tabel 1 judalam ga menunjukkan detil dari perubahan profil lipid yang mengikuti penggunaan anti psikotik dalam 12 bulang, secara umum menunjukkan semakin parahnya nilai LDL (low density lipoprotein) dan kadar trigliserid.

Telah diperkirakan bahwa laki-laki muda dengan level serum kolesterol 6,21 mmol/l,harapan hidup lebih panjang sekitar 3,8- 8,7 tahun (Stamler et al, 2000). Bagaimanapun, penelitian di Amerika Serikat

menunjukkan 22.817 pasien dengan skizofrenia kronik yann terus dipantau selama 8 tahun, menunjukkan bahwa hiperlipidemia berhubungan dengan penurunan mortalitas kardiak (HR= 0,88, 95% CI 0,84-0,92) (Kilbourne et al., 2009). Kompleksitas subjek ini lebih jauh lagi dihubungkan dengan ilustrasi meta analisis dari 11 studi pada 65.229 pasien perawatan utama yang dipantau selama 224.000 orang/tahun, ditemukan tidak adanya bukti mengenai keuntungan dari terapi statin pada semua penyebab mortalitas dalam semua jenis kelamin sebagai prevensi utama dari hiperkolesterolemia (Ray et al., 2010). Studi dari Cohrane menunjukkan manfaat baru dari penggunaan statin pada prevensi terkait dengan peningkatan insiden penyakit, melainkan gagalnya mendapatkan terapi yang sesuai. Ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan mental perlu untuk lebih sistematis untuk melakukan skrining terhadap fisik bagi pasiennya (Taylor et al.,2011) Penyalahgunaan Alkohol dan Obat - Penyalahgunaan obat mengarah pada psikosis awal yang memiliki prognosis yang buruk dan kurang respon terhadap terapi antipsikotik. Diantara obat antipsikotik lainnya, Clozapine menunjukkan peningkatan dalam menurunkan kekambuhan penyalahgunaan zat dan. Ini menunjukkan penurunan jumlah kematian pasien skizofrenia yang diobati dengan clozapine dibandingkan antipsikotik lainnya. Penyalahgunaan obat terlarang berhubungan dengan tingginya angka kematian pasien skizofrenia. Pasien skizofrenia dengan penyalahgunaan obat memiliki resiko dua kali lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri.

Medikasi Antipsikotik - Penggunaan obat antipsikotik merupakan factor penting untuk menurunkan angka kematian pasien skizofrenia, tetapi pada tinjauan sistematik ditemukan beberapa bukti bahwa paparan antipsikotik yang lama meningkatkan kematian pada skizofrenia. Walaupun mayoritas dari studi meliputi penggunaan luas dari antipsikotik generasi ke dua. Lambat laun ditemukan bukti peningkatan kematian skizofrenia berhubungan dengan antipsikotik generasi ke dua. Studi nasional tentang penggunaan antipsikotik pada perawatan skizofrenia di RS ditemukan bahwa penggunaan antipsikotik dibandingkan non-antipsikotik tidak terkait dengan menurunnya angka kematian. Resiko kematian ditemukan sangat signifikan menurun pada pasiem yang menggunakan antipsikotik jangka lama daripada tidak menggunakan antipsikotik. Tidak ada perbedaan resiko kematian jantung iskemik pada penggunaan antipsikotik. Pada studi

ditemukan bahwa polifarmasi antispikotik berkontribusi pada meningkatnya angka kematian. Dimana penggunaan jangka lama Benzodiazepine berkaitan dengan meningkatnya resiko kematian. (baandrup et al., 2010). Faktor risiko kematian yang muncul sebelum atau saat didiagnosis skizofrenia . Dahulu, Skizofrenia dipandang hanya sebagai gangguan mental, namun sekarang ada bukti yang cukup untuk mendukung pandangan bahwa itu adalah penyakit multisistem (mitchell dan dinan, 2010). Hal ini akan membantu manajemen fokus dan penelitian pada skizofrenia untuk mempertimbangkan baik penyakit fisik, mental dan genetik. Menetapkan faktor - faktor risiko risiko genetik dan lingkungan untuk skizofrenia sangat kompleks. Teka-teki keterlibatan gen atau lingkungan yang ditandai oleh sebuah studi kematian jantung pada skizofrenia (Kilbourne et a 2009) menunjukkan peningkatan risiko (HR = 1.17,95% CI 1,07-1,28) setelah mengendalikan faktor -faktor sosiodemografi , klinis dan perilaku. Dalam studi genetik dan kematian dini di gangguan spektrum schizoprhenia mendukung pandangan bahwa faktor-faktor lingkungan dan faktor bertanggung jawab atas kematian pada adopsi (Hakko et.al 2011). Satu jalur umum yang potensial untuk kedua peningkatan risiko skizofrenia dan penyakit fisik adalah berat badan lahir rendah, pada penelitian di Inggris menemukan bahwa pasien yang berkembang skizofrenia lebih cenderung memiliki berat lahir rendah daripada berat lahir kontrol (p