Jurnal Lala Budi Fitriana

16
HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI SMA NEGERI 2 KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Lala Budi Fitriana Univeritas Respati Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang : Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Dalam mengasuh anak-anaknya orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap harga diri anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi pola asuh dengan harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional, dengan menggunakan metode cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Jumlah responden sebanyak 89 orang dengan teknik stratified random sampling. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Chi Square untuk menilai hubungan antara persepsi pola asuh dengan harga diri remaja. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan 71,9% responden mempunyai persepsi pola asuh demokratis, 11,2% otoriter dan 16,9% permisif. Sebanyak 52,8% memiliki harga diri tinggi dan 47,2% memiliki harga diri rendah. Hasil analisis dengan uji Chi Square yaitu p value 0,003 lebih kecil dari derajat signifikansi 0,05.

Transcript of Jurnal Lala Budi Fitriana

Page 1: Jurnal Lala Budi Fitriana

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI SMA NEGERI 2 KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA

SEMARANG

Lala Budi Fitriana

Univeritas Respati Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga berperan

dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Dalam mengasuh anak-anaknya orang

tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Pola asuh ini memberikan sumbangan dalam

mewarnai perkembangan terhadap harga diri anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan persepsi pola asuh dengan harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional, dengan

menggunakan metode cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Jumlah

responden sebanyak 89 orang dengan teknik stratified random sampling. Uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan Chi Square untuk menilai hubungan antara persepsi pola

asuh dengan harga diri remaja.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan 71,9% responden mempunyai persepsi pola asuh

demokratis, 11,2% otoriter dan 16,9% permisif. Sebanyak 52,8% memiliki harga diri tinggi

dan 47,2% memiliki harga diri rendah. Hasil analisis dengan uji Chi Square yaitu p value

0,003 lebih kecil dari derajat signifikansi 0,05.

Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh dengan harga diri

remaja.

Kata kunci : Pola Asuh, Harga Diri, Remaja

Page 2: Jurnal Lala Budi Fitriana

LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar

bagi tumbuh kembangnya remaja. Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam

keluarga berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. Sikap, perilaku, serta

kebiasaan orang tua selalu akan dilihat, dinilai, dan ditiru, kemudian secara sadar atau tidak

sadar hal itu akan diresapi dan menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Orang tua

cenderung menggunakan pola asuh tertentu dalam mengasuh anak. Penggunaan pola asuh

tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan bentuk-bentuk perilaku

pada anak, termasuk di dalamnya adalah harga diri anak. Pola asuh terdiri atas tiga kriteria

diantaranya pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif.

Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa. Menurut Fishbein masa remaja ditandai dengan datangnya masa pubertas dan

bersamaan dengan itu terjadi pula pertumbuhan fisik tetapi juga sering disertai oleh gejolak

dan permasalahan, baik masalah kesehatan maupun psikososial. Remaja yang masih berada

dalam proses perkembangan tersebut mempunyai kebutuhan-kebutuhan rasa aman, rasa

sayang, dan kebutuhan rasa harga diri. Harga diri adalah rasa tentang nilai diri, rasa ini adalah

suatu evaluasi dimana seseorang membuat atau mempertahankan diri. Menurut Master dan

John, harga diri berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap status sebagai remaja yakni

apakah seorang remaja akan mempunyai harga diri tinggi atau rendah.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Haryadi D, sebanyak 82% remaja

mengaku bahwa orangtuanya otoriter dalam mendidik dan mengasuh mereka, 50%

mengatakan bahwa pernah mendapatkan hukuman fisik dan 39% orang tua mereka pemarah.

Selain itu berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Semarang,

bahwa dari 30 orang siswa yang terdiri atas 63,3% (19) siswa putri dan 36,7% (11) siswa

putra, yang duduk di kelas 1 dan 2, dengan rata-rata umur antara 15-17 tahun, didapatkan

hasil bahwa sebanyak 53,3% (16) siswa memperlihatkan tanda-tanda ke arah harga diri

rendah dan 46,7% (14) siswa memperlihatkan tanda-tanda ke arah harga diri tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

hubungan persepsi pola asuh dengan harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi pola asuh dengan

harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Page 3: Jurnal Lala Budi Fitriana

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional dengan metode

cross sectional. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Jumlah responden

sebanyak 89 dengan teknik stratified random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah

persepsi pola asuh sebagai variabel bebas dan harga diri sebagai variabel terikat. Uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan Chi Square untuk menilai hubungan persepsi pola asuh

dengan harga diri remaja.

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

1. Agama

Berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian dapat diketahui bahwa 95,5% (85)

responden beragama Islam, 2,2% (2) responden beragama Kristen, 1,1% (1) responden

beragama Katolik dan 1,1% (1) responden beragama Hindu.

2. Jumlah Saudara Kandung

Berdasarkan data diperoleh data bahwa 49,4% (44) responden mempunyai satu saudara

kandung, 28,1% (25) responden adalah anak tunggal, 18% (16) responden memiliki dua

saudara kandung, dan 4,5% (4) responden memiliki tiga saudara kandung.

3. Kursus Yang Diikuti Di Luar Sekolah

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kursus yang sedang diikuti di luar sekolah

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 40,4% (36) responden tidak mengikuti kursus

apapun, 40,4% (36) responden mengikuti kursus bimbingan belajar, 5,6% (5) responden

mengikuti kursus bimbingan belajar dan olah raga, 4,5% (4) responden mengikuti kursus

musik, 4,5% (4) responden mengikuti kursus bimbingan belajar dan musik, 3,4% (3)

responden mengikuti kursus olah raga, dan 1,1% (1) responden mengikuti kursus olah

raga dan musik.

4. Prestasi Yang Diraih

Diperoleh data bahwa 60,7% (54) responden masuk rangking 10 besar, 15,7% (14)

responden masuk rangking 10 besar dan berprestasi di bidang seni, 11,2% (10) responden

berprestasi di bidang olah raga, 4,5% (4) responden belum masuk rangking 10 besar, 4,5%

(4) responden masuk rangking 10 besar dan berprestasi di bidang olah raga, 2,2% (2)

responden berprestasi di bidang seni, dan 1,1% (1) responden berprestasi di bidang olah

raga dan seni.

Page 4: Jurnal Lala Budi Fitriana

5. Suku

Diperoleh data bahwa 94,4% (84) responden bersuku Jawa, 3,4% (3) responden bersuku

Sunda, 1,1% (1) responden bersuku Madura, dan 1,1% (1) responden bersuku Bali

A. Persepsi Pola Asuh

Diperoleh data bahwa 71,9% (64) responden menyatakan persepsi pola asuh demokratis,

16,9% (15) responden menyatakan persepsi pola asuh permisif dan 11,2% (10) responden

menyatakan persepsi pola asuh otoriter

B. Harga Diri Remaja

Dapat dinyatakan bahwa 52,8% (47) responden mempunyai harga diri tinggi dan 47,2% (42)

responden mempunyai harga diri rendah.

C. Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Dengan Harga Diri Remaja

Analisis tabel silang menunjukkan remaja yang mempunyai persepsi pola asuh

demokratis, mempunyai harga diri rendah sebanyak 33,7% (30) orang dibandingkan dengan

remaja dengan persepsi pola asuh otoriter, mempunyai harga diri rendah sebanyak 10,1% (9)

orang dan remaja yang mempunyai persepsi pola asuh permisif, mempunyai harga diri rendah

sebanyak 3,4% (3) orang. Remaja yang mempunyai persepsi pola asuh demokratis,

mempunyai harga diri tinggi sebanyak 38,2% (34) orang dibandingkan dengan remaja yang

mempunyai persepsi pola asuh permisif, mempunyai harga diri tinggi sebanyak 13,5% (12)

orang dan remaja yang mempunyai persepsi pola asuh otoriter, mempunyai harga diri tinggi

sebanyak 1,1% (1) orang.

Analisis uji hipotesis dengan Chi Square didapatkan nilai p value 0,003 (p<0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan antara persepsi pola asuh dengan harga diri remaja di SMA

Negeri 2 Semarang.

PEMBAHASAN

A. Persepsi Pola Asuh

Sebanyak 71,9% (64) remaja memiliki persepsi pola asuh demokratis. Hal ini berarti

orang tua cenderung menggunakan pola asuh demokratis daripada permisif dan otoriter untuk

mendidik dan mengasuh putra-putrinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulkarnaen SD

bahwa pola asuh yang baik dan ideal adalah pola asuh demokratis di mana orang tua

memerankan dirinya sebagai teman yang empatik dan memfasilitasi seoptimal mungkin

kebutuhan anak. Orang tua berusaha memahami dan menerima anak sebagaimana adanya.

Page 5: Jurnal Lala Budi Fitriana

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua responden dipengaruhi oleh pola asuh orang

tua terdahulu, jadi terjadi pewarisan cara mendidik dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Berikutnya adalah lingkungan sosial bisa dari saudara, rekan-rekan, guru, atau dari buku dan

majalah yang dibaca dimana hal ini tergantung dari keaktifan belajar orang tua dari

lingkungan sosialnya.

B. Harga Diri Remaja

Sebanyak 52,8% (47) remaja mempunyai harga diri tinggi. Dalam penelitian ini rata-rata

responden berumur antara 15-17 tahun, dimana termasuk dalam masa remaja tengah. Hasil

penelitian diatas sesuai dengan pendapat Harter, bahwa pada masa remaja tengah, masa

remaja akhir, dan masa awal kedewasaan harga diri cenderung stabil atau mengalami

peningkatan.

Responden sebagian besar mempunyai harga diri tinggi, faktor-faktor yang

mempengaruhi diantaranya pendidikan yang diterima (baik di sekolah ataupun di luar

sekolah), dalam hal ini sebagian besar responden mengikuti kursus di luar sekolah, yaitu

bimbingan belajar, musik, olah raga dan seni. Sebagian besar responden juga merupakan

siswa yang berprestasi di sekolah yakni berprestasi di bidang akademik ( masuk rangking 10

besar), prestasi di bidang olah raga dan seni. Hal ini senada dengan pendapat Tjahjono S,

bahwa harga diri tidak dibawa sejak lahir tetapi memerlukan proses yang dibentuk sejak lahir,

karena itu dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima (baik di sekolah ataupun luar sekolah),

dan prestasi-prestasi yang diraih.

Responden yang mempunyai harga diri tinggi juga dipengaruhi oleh orang-orang

terdekat (baik saudara maupun orang lain), yaitu sebagian besar responden mempunyai satu

saudara kandung. Hal ini sesuai dengan penelitian Suseno NER, yaitu remaja yang berasal

dari keluarga kecil mempunyai harga diri lebih tinggi dari pada remaja yang berasal dari

keluarga besar.

C. Hubungan Persepsi Pola Asuh Dengan Harga Diri Pada Remaja

Berdasarkan data tabel silang (crosstab) didapatkan bahwa dari 71,9% (64) responden

dengan persepsi pola asuh demokratis, menunjukkan nilai yang paling besar pada harga diri

tinggi yaitu 38,2% (34) responden. Hal ini berarti bahwa remaja dengan persepsi pola asuh

demokratis, sebagian besar memiliki harga diri tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Baumrind & Black, bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis, yang menumbuhkan

keyakinan dan kepercayaan diri, maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri, membuat

keputusan sendiri, akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab

dimana perilaku-perilaku tersebut terkait dengan harga diri tinggi.

Page 6: Jurnal Lala Budi Fitriana

Berdasarkan data tabel silang (crosstab) didapatkan bahwa dari 16,9% (15) responden

dengan persepsi pola asuh permisif, menunjukkan nilai yang paling besar pada harga diri

tinggi yaitu 13,5% (12) responden. Hal ini berarti bahwa remaja dengan persepsi pola asuh

permisif, sebagian besar memiliki harga diri tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat YKAI

bahwa pola asuh permisif yang tidak berlebihan akan mendorong anak untuk mandiri, lebih

percaya diri, kreatif dan memiliki penyesuaian sosial yang baik.

Sikap ini akan menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas dan sikap matang, dimana

perilaku-perilaku tersebut terkait dengan harga diri tinggi.

Berdasarkan data tabel silang (crosstab) didapatkan bahwa dari 11,2% (10) responden

dengan persepsi pola asuh otoriter, menunjukkan nilai yang paling besar pada harga diri

rendah yaitu 10,1% (9) responden. Hal ini berarti bahwa remaja dengan persepsi pola asuh

otoriter, sebagian besar memiliki harga diri rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Petranto

bahwa pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,

tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah,

cemas dan menarik diri dimana perilaku-perilaku tersebut terkait dengan harga diri rendah.

Berdasarkan analisa hipotesis dengan menggunakan Chi-Square didapatkan hasil bahwa

didapatkan nilai p value lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,003, hasil tersebut menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh dengan harga diri remaja. Hal

ini sesuai dengan pendapat Petranto bahwa pola asuh akan mempengaruhi harga diri anak.

Begitu pula menurut Tambunan R, bahwa pengasuhan orang tua dapat mempengaruhi harga

diri seseorang.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Suwarsa RR bahwa harga diri terbentuk karena

keyakinan anak tentang bagaimana orang-orang terdekat dalam kehidupan memandang

dirinya. Harga diri positif terbentuk bila anak selalu dihargai berdasarkan potensi aktual yang

dimilikinya. Anak jadi tahu kelebihan dan kekurangannya. Dalam menentukan target, anak

menyesuaikan dengan kemampuannya sehingga kemungkinan berhasil lebih besar.

Pengalaman berhasil tersebut mampu meningkatkan kepercayaan diri anak, sehingga anak

akan menganggap dirinya punya harga diri yang positif.

Perkembangan harga diri dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi keluarga merupakan hal

yang paling penting karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat baik secara

fisik maupun dukungan sosial. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama yang ditemui

individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 7: Jurnal Lala Budi Fitriana

Kesimpulan

Persepsi pola asuh remaja menunjukkan 71,9% (64) demokratis, 16,9% (15) permisif,

dan 11,2% (10) otoriter.

Harga diri remaja menunjukkan 52,8% (47) orang memiliki harga diri tinggi dan

47,2% (42) orang memiliki harga diri rendah.

Ada hubungan antara persepsi pola asuh dengan harga diri remaja ( p value < 0,05 ).

Saran

1. Bagi Remaja

Remaja diharapkan memiliki kesadaran dan kejujuran untuk menerima keadaan diri

sendiri, yaitu mampu mengenali kelebihan dan kekurangan diri serta mampu

meningkatkan kelebihan dan memperbaiki kekurangan yang ada pada diri sehingga

nantinya remaja akan merasa puas dan dapat menghargai dirinya sendiri.

2. Bagi Orang Tua

Sebaiknya orang tua menjadikan remaja sebagai teman dan mengakui sebagai seorang

individu yang beranjak dewasa, menghargai perbedaan pendapat dan mengajak

berdiskusi secara terbuka. Orang tua diharapkan juga dapat menerapkan pola asuh

yang tepat bagi putra-putri mereka sehingga remaja dapat merasa nyaman, aman dan

penuh dengan limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya.

3. Bagi Penelitian selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti juga melibatkan faktor-faktor lain

yang berpengaruh pada harga diri remaja. Selain itu penelitian juga dapat dilakukan

secara kualitatif agar dapat menggali perasaan remaja secara lebih mendalam tentang

harga diri.

DAFTAR PUSTAKA

Hilmansyah H. Pola asuh dan kecerdasan. www.tabloid-nakita.com/ Khasanah/khasanah06279-08.htm. Diakses tanggal 16 Desember 2006.

Hapsari AF. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMA Negeri 1 Ungaran. (Skripsi, tidak dipublikasikan). Semarang : Universitas Diponegoro, 2006.

Tarmudji T. Hubungan pola asuh orang tua dengan agresivitas remaja. Wawasan 2001 Februari 9.

Page 8: Jurnal Lala Budi Fitriana

Dewit SC. Fundamental concepts and skills for nursing. Philadelphia : W. B Saunders Company, 2001.

Petranto I, Harga diri pada anak. www.dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/?cat=5. Diakses tanggal 16 Desember 2006.

Suseno, NER. Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan harga diri pada remaja. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang, 2002

Potter dan Perry. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan praktik. ed 4 vol 1. Jakarta : EGC, 1999.

Mau kliping : mirror, mirror on the wal….www.glorianet.org/mau/kliping/klipmirr.html. Diakses tanggal 27 Maret 2007.

Tambunan R. Psi. Harga diri remaja. www.e-psikologi.com/remaja/240901-2.htm. Diakses tanggal 9 Desember 2006

Salbiah.Konsepdiri.http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatansalbilah2.pdf. Diakses tanggal 9 Desember 2006.

Tjahjono S. Meningkatkan harga diri .http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/23/muda/2071153.htm. Diakses tanggal 9 Desember 2006.

Studi tentang penelitian model pemberdayaan keluarga dalam mencegah tindak tuna sosial oleh remaja di perkotaan. http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/executive2004.htm. Diakses tanggal 16 Desember 2007.

Rakhmat J. Psikologi komunikasi. edisi revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999.

Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC, 2004

Walgito B. Pengantar psikologi umum. ed 3. Yogyakarta : Andi Offset, 2002.

Astuti MP. 4 Tipe pola asuh orang tua. www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah06279-02.htm. Diakses tanggal 13 April 2007.

Merenstein GB, Kaplan DW, Rosenberg AA. Buku pegangan pediatric. ed 17. Jakarta : Widya Medika, 2001.

Hamid AYS. Buku ajar: Asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada anak dan remaja. Jakarta : Widya Medika, 1999.

Wong DL. Pedoman klinis keperawatan pediatric. ed 4. Jakarta : EGC, 1996.

Friedman MM. Keperawatan keluarga : Teori dan praktik. ed3. Jakarta : EGC, 1995.

Perkembangan psikologi remaja. www.dunia.web.id/lookssegmen.asp?id=302&ids=3&idb=1. Diakses tanggal 29 Maret 2007

Page 9: Jurnal Lala Budi Fitriana

Nanda. Nursing diagnosis: definitions and classification. United States of America : Nanda International, 2005.

Tarwoto dan Wartonah. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2003.

Perry and Potter. Fundamentals of nursing, fifth edition. St.Louis : Mosby Inc, 2001.

Kozier B. Fundamentals of nursing: concepts, process and practise, seven edition. New Jersey : Pearson Education Inc, 2004.

Stuart GW and Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 3. Jakarta : EGC, 1995.

Instalasi Psikiatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : Instalasi Psikiatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 1995.

Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan : pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. ed 1. Jakarta : Salemba Medika, 2003.

Nursalam, Pariani S. Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto, 2001.

Saifuddin A. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997.

Sugiyono. Statistika untuk penelitian. Jakarta : CV Alfabeta, 2003.

Soekidjo N. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.

Suharsimi A. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek, ed 5. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.

Murti B. Prinsip dan metode riset epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2003.

Agung NB. Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005.

Dahlan, MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan : Uji hipotesis dengan menggunakan SPSS program 12 jam. Depok : Bina Mitra Press, 2004.

Purwanto, H. Pengantar statistik keperawatan. Jakarta : EGC, 1995.

Notoatmojo S. Metodologi penelitian kesehatan. edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Budiarto E. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC, 2001.

Sutanto. Analisa data. [Modul]. Depok : Penerbit FKM UI, 2001.

Page 10: Jurnal Lala Budi Fitriana

Bimbingan belajar mencari celah kebutuhan. www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/01/11-hardiknas01.htm. Diakses tanggal 25 Juni 2007.

Scohib M. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka Cipta, 1998

3 Pola asuh anak. www.bina muslim_halal guide.htm. Diakses tanggal 17 Juni 2007.

Zulkarnaen SD. Problematika anak. www.komisi perlindungan anak.com. Diakses tanggal 17 Juni 2007.

Suwarsa, RR. Etika dan wacana : Tiga Pola asuh anak. www.pikiran rakyat.com. Diakses tanggal 17 Juni 2007.

Risman E. Banyak orang tua yang tak siap jadi orang tua. http://darulkautsar.com/umum/orgtua.htm. Diakses tanggal 16 Desember 2007.

Upstate Center of Excellence. Adolescent self-esteem. http://www.human.cornell.edu/actforyouth. Diakses tanggal 29 Maret 2007.

Wahyurini C dan Ma’sum Y. Harga diri? memang segitu pentingnya? http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/17/muda/1273333.htm. Diakses tanggal 9 Desember 2006.

Papalia DE. Human Development. 6th ed. United States of Amerika : McGraw-Hill, 1998.

Tim Konselor YKAI. Pola asuh orang tua. www.ykai.com. Diakses tanggal 13 April 2007.

Child and Youth Health. Self esteem in young children under five. www.cyh.com. Diakses tanggal 9 Desember 2006