Jurnal Lala Budi Fitriana
-
Upload
prayitnoms -
Category
Documents
-
view
89 -
download
1
Transcript of Jurnal Lala Budi Fitriana
HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI SMA NEGERI 2 KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA
SEMARANG
Lala Budi Fitriana
Univeritas Respati Yogyakarta
ABSTRAK
Latar Belakang : Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga berperan
dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Dalam mengasuh anak-anaknya orang
tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Pola asuh ini memberikan sumbangan dalam
mewarnai perkembangan terhadap harga diri anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan persepsi pola asuh dengan harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional, dengan
menggunakan metode cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Jumlah
responden sebanyak 89 orang dengan teknik stratified random sampling. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan Chi Square untuk menilai hubungan antara persepsi pola
asuh dengan harga diri remaja.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan 71,9% responden mempunyai persepsi pola asuh
demokratis, 11,2% otoriter dan 16,9% permisif. Sebanyak 52,8% memiliki harga diri tinggi
dan 47,2% memiliki harga diri rendah. Hasil analisis dengan uji Chi Square yaitu p value
0,003 lebih kecil dari derajat signifikansi 0,05.
Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh dengan harga diri
remaja.
Kata kunci : Pola Asuh, Harga Diri, Remaja
LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar
bagi tumbuh kembangnya remaja. Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam
keluarga berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. Sikap, perilaku, serta
kebiasaan orang tua selalu akan dilihat, dinilai, dan ditiru, kemudian secara sadar atau tidak
sadar hal itu akan diresapi dan menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Orang tua
cenderung menggunakan pola asuh tertentu dalam mengasuh anak. Penggunaan pola asuh
tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan bentuk-bentuk perilaku
pada anak, termasuk di dalamnya adalah harga diri anak. Pola asuh terdiri atas tiga kriteria
diantaranya pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif.
Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Menurut Fishbein masa remaja ditandai dengan datangnya masa pubertas dan
bersamaan dengan itu terjadi pula pertumbuhan fisik tetapi juga sering disertai oleh gejolak
dan permasalahan, baik masalah kesehatan maupun psikososial. Remaja yang masih berada
dalam proses perkembangan tersebut mempunyai kebutuhan-kebutuhan rasa aman, rasa
sayang, dan kebutuhan rasa harga diri. Harga diri adalah rasa tentang nilai diri, rasa ini adalah
suatu evaluasi dimana seseorang membuat atau mempertahankan diri. Menurut Master dan
John, harga diri berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap status sebagai remaja yakni
apakah seorang remaja akan mempunyai harga diri tinggi atau rendah.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Haryadi D, sebanyak 82% remaja
mengaku bahwa orangtuanya otoriter dalam mendidik dan mengasuh mereka, 50%
mengatakan bahwa pernah mendapatkan hukuman fisik dan 39% orang tua mereka pemarah.
Selain itu berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Semarang,
bahwa dari 30 orang siswa yang terdiri atas 63,3% (19) siswa putri dan 36,7% (11) siswa
putra, yang duduk di kelas 1 dan 2, dengan rata-rata umur antara 15-17 tahun, didapatkan
hasil bahwa sebanyak 53,3% (16) siswa memperlihatkan tanda-tanda ke arah harga diri
rendah dan 46,7% (14) siswa memperlihatkan tanda-tanda ke arah harga diri tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan persepsi pola asuh dengan harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi pola asuh dengan
harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional dengan metode
cross sectional. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Jumlah responden
sebanyak 89 dengan teknik stratified random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah
persepsi pola asuh sebagai variabel bebas dan harga diri sebagai variabel terikat. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan Chi Square untuk menilai hubungan persepsi pola asuh
dengan harga diri remaja.
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Agama
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian dapat diketahui bahwa 95,5% (85)
responden beragama Islam, 2,2% (2) responden beragama Kristen, 1,1% (1) responden
beragama Katolik dan 1,1% (1) responden beragama Hindu.
2. Jumlah Saudara Kandung
Berdasarkan data diperoleh data bahwa 49,4% (44) responden mempunyai satu saudara
kandung, 28,1% (25) responden adalah anak tunggal, 18% (16) responden memiliki dua
saudara kandung, dan 4,5% (4) responden memiliki tiga saudara kandung.
3. Kursus Yang Diikuti Di Luar Sekolah
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kursus yang sedang diikuti di luar sekolah
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 40,4% (36) responden tidak mengikuti kursus
apapun, 40,4% (36) responden mengikuti kursus bimbingan belajar, 5,6% (5) responden
mengikuti kursus bimbingan belajar dan olah raga, 4,5% (4) responden mengikuti kursus
musik, 4,5% (4) responden mengikuti kursus bimbingan belajar dan musik, 3,4% (3)
responden mengikuti kursus olah raga, dan 1,1% (1) responden mengikuti kursus olah
raga dan musik.
4. Prestasi Yang Diraih
Diperoleh data bahwa 60,7% (54) responden masuk rangking 10 besar, 15,7% (14)
responden masuk rangking 10 besar dan berprestasi di bidang seni, 11,2% (10) responden
berprestasi di bidang olah raga, 4,5% (4) responden belum masuk rangking 10 besar, 4,5%
(4) responden masuk rangking 10 besar dan berprestasi di bidang olah raga, 2,2% (2)
responden berprestasi di bidang seni, dan 1,1% (1) responden berprestasi di bidang olah
raga dan seni.
5. Suku
Diperoleh data bahwa 94,4% (84) responden bersuku Jawa, 3,4% (3) responden bersuku
Sunda, 1,1% (1) responden bersuku Madura, dan 1,1% (1) responden bersuku Bali
A. Persepsi Pola Asuh
Diperoleh data bahwa 71,9% (64) responden menyatakan persepsi pola asuh demokratis,
16,9% (15) responden menyatakan persepsi pola asuh permisif dan 11,2% (10) responden
menyatakan persepsi pola asuh otoriter
B. Harga Diri Remaja
Dapat dinyatakan bahwa 52,8% (47) responden mempunyai harga diri tinggi dan 47,2% (42)
responden mempunyai harga diri rendah.
C. Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Dengan Harga Diri Remaja
Analisis tabel silang menunjukkan remaja yang mempunyai persepsi pola asuh
demokratis, mempunyai harga diri rendah sebanyak 33,7% (30) orang dibandingkan dengan
remaja dengan persepsi pola asuh otoriter, mempunyai harga diri rendah sebanyak 10,1% (9)
orang dan remaja yang mempunyai persepsi pola asuh permisif, mempunyai harga diri rendah
sebanyak 3,4% (3) orang. Remaja yang mempunyai persepsi pola asuh demokratis,
mempunyai harga diri tinggi sebanyak 38,2% (34) orang dibandingkan dengan remaja yang
mempunyai persepsi pola asuh permisif, mempunyai harga diri tinggi sebanyak 13,5% (12)
orang dan remaja yang mempunyai persepsi pola asuh otoriter, mempunyai harga diri tinggi
sebanyak 1,1% (1) orang.
Analisis uji hipotesis dengan Chi Square didapatkan nilai p value 0,003 (p<0,05) yang
berarti bahwa ada hubungan antara persepsi pola asuh dengan harga diri remaja di SMA
Negeri 2 Semarang.
PEMBAHASAN
A. Persepsi Pola Asuh
Sebanyak 71,9% (64) remaja memiliki persepsi pola asuh demokratis. Hal ini berarti
orang tua cenderung menggunakan pola asuh demokratis daripada permisif dan otoriter untuk
mendidik dan mengasuh putra-putrinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulkarnaen SD
bahwa pola asuh yang baik dan ideal adalah pola asuh demokratis di mana orang tua
memerankan dirinya sebagai teman yang empatik dan memfasilitasi seoptimal mungkin
kebutuhan anak. Orang tua berusaha memahami dan menerima anak sebagaimana adanya.
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua responden dipengaruhi oleh pola asuh orang
tua terdahulu, jadi terjadi pewarisan cara mendidik dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Berikutnya adalah lingkungan sosial bisa dari saudara, rekan-rekan, guru, atau dari buku dan
majalah yang dibaca dimana hal ini tergantung dari keaktifan belajar orang tua dari
lingkungan sosialnya.
B. Harga Diri Remaja
Sebanyak 52,8% (47) remaja mempunyai harga diri tinggi. Dalam penelitian ini rata-rata
responden berumur antara 15-17 tahun, dimana termasuk dalam masa remaja tengah. Hasil
penelitian diatas sesuai dengan pendapat Harter, bahwa pada masa remaja tengah, masa
remaja akhir, dan masa awal kedewasaan harga diri cenderung stabil atau mengalami
peningkatan.
Responden sebagian besar mempunyai harga diri tinggi, faktor-faktor yang
mempengaruhi diantaranya pendidikan yang diterima (baik di sekolah ataupun di luar
sekolah), dalam hal ini sebagian besar responden mengikuti kursus di luar sekolah, yaitu
bimbingan belajar, musik, olah raga dan seni. Sebagian besar responden juga merupakan
siswa yang berprestasi di sekolah yakni berprestasi di bidang akademik ( masuk rangking 10
besar), prestasi di bidang olah raga dan seni. Hal ini senada dengan pendapat Tjahjono S,
bahwa harga diri tidak dibawa sejak lahir tetapi memerlukan proses yang dibentuk sejak lahir,
karena itu dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima (baik di sekolah ataupun luar sekolah),
dan prestasi-prestasi yang diraih.
Responden yang mempunyai harga diri tinggi juga dipengaruhi oleh orang-orang
terdekat (baik saudara maupun orang lain), yaitu sebagian besar responden mempunyai satu
saudara kandung. Hal ini sesuai dengan penelitian Suseno NER, yaitu remaja yang berasal
dari keluarga kecil mempunyai harga diri lebih tinggi dari pada remaja yang berasal dari
keluarga besar.
C. Hubungan Persepsi Pola Asuh Dengan Harga Diri Pada Remaja
Berdasarkan data tabel silang (crosstab) didapatkan bahwa dari 71,9% (64) responden
dengan persepsi pola asuh demokratis, menunjukkan nilai yang paling besar pada harga diri
tinggi yaitu 38,2% (34) responden. Hal ini berarti bahwa remaja dengan persepsi pola asuh
demokratis, sebagian besar memiliki harga diri tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Baumrind & Black, bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis, yang menumbuhkan
keyakinan dan kepercayaan diri, maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri, membuat
keputusan sendiri, akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab
dimana perilaku-perilaku tersebut terkait dengan harga diri tinggi.
Berdasarkan data tabel silang (crosstab) didapatkan bahwa dari 16,9% (15) responden
dengan persepsi pola asuh permisif, menunjukkan nilai yang paling besar pada harga diri
tinggi yaitu 13,5% (12) responden. Hal ini berarti bahwa remaja dengan persepsi pola asuh
permisif, sebagian besar memiliki harga diri tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat YKAI
bahwa pola asuh permisif yang tidak berlebihan akan mendorong anak untuk mandiri, lebih
percaya diri, kreatif dan memiliki penyesuaian sosial yang baik.
Sikap ini akan menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas dan sikap matang, dimana
perilaku-perilaku tersebut terkait dengan harga diri tinggi.
Berdasarkan data tabel silang (crosstab) didapatkan bahwa dari 11,2% (10) responden
dengan persepsi pola asuh otoriter, menunjukkan nilai yang paling besar pada harga diri
rendah yaitu 10,1% (9) responden. Hal ini berarti bahwa remaja dengan persepsi pola asuh
otoriter, sebagian besar memiliki harga diri rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Petranto
bahwa pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah,
cemas dan menarik diri dimana perilaku-perilaku tersebut terkait dengan harga diri rendah.
Berdasarkan analisa hipotesis dengan menggunakan Chi-Square didapatkan hasil bahwa
didapatkan nilai p value lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,003, hasil tersebut menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh dengan harga diri remaja. Hal
ini sesuai dengan pendapat Petranto bahwa pola asuh akan mempengaruhi harga diri anak.
Begitu pula menurut Tambunan R, bahwa pengasuhan orang tua dapat mempengaruhi harga
diri seseorang.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Suwarsa RR bahwa harga diri terbentuk karena
keyakinan anak tentang bagaimana orang-orang terdekat dalam kehidupan memandang
dirinya. Harga diri positif terbentuk bila anak selalu dihargai berdasarkan potensi aktual yang
dimilikinya. Anak jadi tahu kelebihan dan kekurangannya. Dalam menentukan target, anak
menyesuaikan dengan kemampuannya sehingga kemungkinan berhasil lebih besar.
Pengalaman berhasil tersebut mampu meningkatkan kepercayaan diri anak, sehingga anak
akan menganggap dirinya punya harga diri yang positif.
Perkembangan harga diri dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi keluarga merupakan hal
yang paling penting karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat baik secara
fisik maupun dukungan sosial. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama yang ditemui
individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Persepsi pola asuh remaja menunjukkan 71,9% (64) demokratis, 16,9% (15) permisif,
dan 11,2% (10) otoriter.
Harga diri remaja menunjukkan 52,8% (47) orang memiliki harga diri tinggi dan
47,2% (42) orang memiliki harga diri rendah.
Ada hubungan antara persepsi pola asuh dengan harga diri remaja ( p value < 0,05 ).
Saran
1. Bagi Remaja
Remaja diharapkan memiliki kesadaran dan kejujuran untuk menerima keadaan diri
sendiri, yaitu mampu mengenali kelebihan dan kekurangan diri serta mampu
meningkatkan kelebihan dan memperbaiki kekurangan yang ada pada diri sehingga
nantinya remaja akan merasa puas dan dapat menghargai dirinya sendiri.
2. Bagi Orang Tua
Sebaiknya orang tua menjadikan remaja sebagai teman dan mengakui sebagai seorang
individu yang beranjak dewasa, menghargai perbedaan pendapat dan mengajak
berdiskusi secara terbuka. Orang tua diharapkan juga dapat menerapkan pola asuh
yang tepat bagi putra-putri mereka sehingga remaja dapat merasa nyaman, aman dan
penuh dengan limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya.
3. Bagi Penelitian selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti juga melibatkan faktor-faktor lain
yang berpengaruh pada harga diri remaja. Selain itu penelitian juga dapat dilakukan
secara kualitatif agar dapat menggali perasaan remaja secara lebih mendalam tentang
harga diri.
DAFTAR PUSTAKA
Hilmansyah H. Pola asuh dan kecerdasan. www.tabloid-nakita.com/ Khasanah/khasanah06279-08.htm. Diakses tanggal 16 Desember 2006.
Hapsari AF. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMA Negeri 1 Ungaran. (Skripsi, tidak dipublikasikan). Semarang : Universitas Diponegoro, 2006.
Tarmudji T. Hubungan pola asuh orang tua dengan agresivitas remaja. Wawasan 2001 Februari 9.
Dewit SC. Fundamental concepts and skills for nursing. Philadelphia : W. B Saunders Company, 2001.
Petranto I, Harga diri pada anak. www.dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/?cat=5. Diakses tanggal 16 Desember 2006.
Suseno, NER. Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan harga diri pada remaja. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang, 2002
Potter dan Perry. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan praktik. ed 4 vol 1. Jakarta : EGC, 1999.
Mau kliping : mirror, mirror on the wal….www.glorianet.org/mau/kliping/klipmirr.html. Diakses tanggal 27 Maret 2007.
Tambunan R. Psi. Harga diri remaja. www.e-psikologi.com/remaja/240901-2.htm. Diakses tanggal 9 Desember 2006
Salbiah.Konsepdiri.http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatansalbilah2.pdf. Diakses tanggal 9 Desember 2006.
Tjahjono S. Meningkatkan harga diri .http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/23/muda/2071153.htm. Diakses tanggal 9 Desember 2006.
Studi tentang penelitian model pemberdayaan keluarga dalam mencegah tindak tuna sosial oleh remaja di perkotaan. http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/executive2004.htm. Diakses tanggal 16 Desember 2007.
Rakhmat J. Psikologi komunikasi. edisi revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC, 2004
Walgito B. Pengantar psikologi umum. ed 3. Yogyakarta : Andi Offset, 2002.
Astuti MP. 4 Tipe pola asuh orang tua. www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah06279-02.htm. Diakses tanggal 13 April 2007.
Merenstein GB, Kaplan DW, Rosenberg AA. Buku pegangan pediatric. ed 17. Jakarta : Widya Medika, 2001.
Hamid AYS. Buku ajar: Asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada anak dan remaja. Jakarta : Widya Medika, 1999.
Wong DL. Pedoman klinis keperawatan pediatric. ed 4. Jakarta : EGC, 1996.
Friedman MM. Keperawatan keluarga : Teori dan praktik. ed3. Jakarta : EGC, 1995.
Perkembangan psikologi remaja. www.dunia.web.id/lookssegmen.asp?id=302&ids=3&idb=1. Diakses tanggal 29 Maret 2007
Nanda. Nursing diagnosis: definitions and classification. United States of America : Nanda International, 2005.
Tarwoto dan Wartonah. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2003.
Perry and Potter. Fundamentals of nursing, fifth edition. St.Louis : Mosby Inc, 2001.
Kozier B. Fundamentals of nursing: concepts, process and practise, seven edition. New Jersey : Pearson Education Inc, 2004.
Stuart GW and Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 3. Jakarta : EGC, 1995.
Instalasi Psikiatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : Instalasi Psikiatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 1995.
Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan : pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. ed 1. Jakarta : Salemba Medika, 2003.
Nursalam, Pariani S. Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto, 2001.
Saifuddin A. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997.
Sugiyono. Statistika untuk penelitian. Jakarta : CV Alfabeta, 2003.
Soekidjo N. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Suharsimi A. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek, ed 5. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Murti B. Prinsip dan metode riset epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2003.
Agung NB. Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005.
Dahlan, MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan : Uji hipotesis dengan menggunakan SPSS program 12 jam. Depok : Bina Mitra Press, 2004.
Purwanto, H. Pengantar statistik keperawatan. Jakarta : EGC, 1995.
Notoatmojo S. Metodologi penelitian kesehatan. edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Budiarto E. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC, 2001.
Sutanto. Analisa data. [Modul]. Depok : Penerbit FKM UI, 2001.
Bimbingan belajar mencari celah kebutuhan. www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/01/11-hardiknas01.htm. Diakses tanggal 25 Juni 2007.
Scohib M. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka Cipta, 1998
3 Pola asuh anak. www.bina muslim_halal guide.htm. Diakses tanggal 17 Juni 2007.
Zulkarnaen SD. Problematika anak. www.komisi perlindungan anak.com. Diakses tanggal 17 Juni 2007.
Suwarsa, RR. Etika dan wacana : Tiga Pola asuh anak. www.pikiran rakyat.com. Diakses tanggal 17 Juni 2007.
Risman E. Banyak orang tua yang tak siap jadi orang tua. http://darulkautsar.com/umum/orgtua.htm. Diakses tanggal 16 Desember 2007.
Upstate Center of Excellence. Adolescent self-esteem. http://www.human.cornell.edu/actforyouth. Diakses tanggal 29 Maret 2007.
Wahyurini C dan Ma’sum Y. Harga diri? memang segitu pentingnya? http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/17/muda/1273333.htm. Diakses tanggal 9 Desember 2006.
Papalia DE. Human Development. 6th ed. United States of Amerika : McGraw-Hill, 1998.
Tim Konselor YKAI. Pola asuh orang tua. www.ykai.com. Diakses tanggal 13 April 2007.
Child and Youth Health. Self esteem in young children under five. www.cyh.com. Diakses tanggal 9 Desember 2006