Nur Fitriana Muh. Ali - Teori

42
“TEORI” (Pengertian, Fungsi, dan Deskripsi) DISUSUN OLEH: NUR FITRIANA MUHAMMAD ALI P1506214012 KONSENTRASI MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA

description

test

Transcript of Nur Fitriana Muh. Ali - Teori

TEORI(Pengertian, Fungsi, dan Deskripsi)

DISUSUN OLEH:NUR FITRIANA MUHAMMAD ALIP1506214012

KONSENTRASI MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIKPROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN23

2014

26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah azza wa jalla, karena atas rahmat, kekuatan, serta hidayah dari-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas individu ini dengan baik. Shalawat dan salam tercurah kepada Baginda Rasulullah Sallallahu alayhi wasallam, suri tauladan dalam menuntut ilmu, sosok intelektual sejati yang berhasil mengejawantahkan ilmu kebenaran dalam perkataan dan perbuatannya.Ucapan terima kasih pula kami haturkan kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat, karena atas dorongan dan motivasi dari Beliau kami berusaha sebaik-baiknya mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran demi penyelesaian makalah ini.Melalui tugas ini, kami diberikan kepercayaan untuk memaparkan pandangan kami tentang TEORI, Apa itu teori?, Apa fungsi teori dalam kehidupan terkhusus dalam bidang akademik?, dan lain sebagainya. Tentunya pandangan-pandangan tersebut kami tuangkan ke dalam makalah ini dengan tetap berlandaskan pada sumber-sumber referensi yang memadai. Dan sebagai makhluk yang dimuliakan Allah yang mampu berfikir dan seharusnya mampu untuk menyederhanakan apa yang telah dikaji melalui beberapa referensi tersebut dan menuangkannya menjadi bahasa yang lebih sederhana dan merangkumkan semua hal-hal penting yang perlu untuk diketahui mengenai teori itu sendiri. Harapan kami adalah sekiranya makalah ini bisa menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi civitas akademika yang juga sedang mencari tahu, apa itu teori?.Namun sebagai makhluk Allah jugalah manusia selalu memiliki kekurangan, dan kami menyadari penuh hal tersebut juga menjadi keniscayaan pada diri kami. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat kami butuhkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah sederhana ini.Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini, atas kekurangan dan kelemahan yang ada kami ucapkan mohon maaf, segala kebenaran hanya datang dari Allah Sang Pencipta dan Pemilik alam raya ini.Billahi taufik wal hidayah.

Makassar, Desember 2014 Penulis,

NUR FITRIANA MUHAMMAD ALI

iiDAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL.........................................................................................iKATA PENGANTAR......................................................................................iiDAFTAR ISI...................................................................................................iiiBAB I PENDAHULUANI.1 Latar Belakang..............................................................................1I.2 Rumusan Masalah........................................................................2I.3 Tujuan penulisan...........................................................................2I.4 Manfaat penulisan.........................................................................2BAB II PEMBAHASANII.1 Teori.......................................................................................................3II.2 Fungsi Teori...........................................................................................13II.3 Deskripsi Teori.......................................................................................16BAB III PENUTUPIII.1 Kesimpulan...........................................................................................20III.2 Saran-saran..........................................................................................22DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23ivBAB IPENDAHULUANI.1.Latar BelakangDalam sebuah tulisan karya ilmiah pada sub bab tinjauan pustaka biasanya memuat esensi-esensi hasil penelitian literatur yaitu teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut atau dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain. Teori-teori itu harus relevan dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan landasan teoritis ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.Teori merupakan pisau analisis / paradigma yang digunakan untuk mengupas masalah yang terjadi di meja penelitian, jadi teori ibaratnya pisau untuk membelah sebuah roti, jika dapat menggunakan pisau yang tepat, dan menggunakannya secara tepat pula, maka hasilnya akan memuaskan.Dalam sebuah penelitian teori sangat memegang peranan penting karena merupakan salah satu sistem gagasan dan abstraksi yang memadatkan serta mengorganisasikan berbagai pengetahuan manusia tentang dunia sosial sehingga mempermudah pemahaman manusia dunia sosial. Akhirnya penulis pun memberi judul dalam makalah ini dengan Teori (Pengertian, Fungsi dan Deskripsi).I.2.Rumusan Masalah1)Apa pengertian teori?2)Apa fungsi teori?3)Bagaimana mendeskripsikan teori?I.3.TujuanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah:1)Menjelaskan pengertian teori2)Mendeskripsikan teori dan menyebutkan langkah-langkah untuk mendeskripsikan teori tersebut.3)Menyebutkan fungsi-fungsi teori itu.I.4.ManfaatPenulisan makalah ini diharapkan akan membawa manfaat dan menjadi kontribusi bagi akademisi dan praktisi untuk :1)Menambah wawasan tentang pengertian teori serta fungsi-fungsinya.2)Mampu membuat proposal penelitian dengan benar dari memahami kajian teori.

1BAB IIPEMBAHASANII.1.Teori1)Pengertian TeoriYunani = Therio ; maksud= PemandanganDalam banyak literatur dijelaskan bahwa teori (yang berasal dari kata: thea) selalu menggunakan bangunan berfikir yang tersusun sistematis, logis (rasional), empiris (kenyataan), juga simbolis dalam menjelaskan suatu fenomena.Definisi ini membayangkan bahwa, teori berasaskan kepada konsepsi seseorang yang kemudiannya mengemukakannya dalam bentuk suatu pandangan (view). Definisi ini juga memberikan pemahaman kepada kita sifat teori yang relatif kepada berbagai pendapat. Sampai saat ini, definisi teori berbeda-beda berdasarkan pandangan yang berbeda-beda dalam kalangan ahli teori.Kata teori juga memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidangpengetahuanyang berbeda pula tergantung padametodologidan konteks diskusi. Menurut sejarahnya, istilah teori pertama kali dipakai oleh ilmu-ilmu pasti alam (sains), baru kemudian oleh ilmu-ilmu sosial dan budaya. Dalam sains, teori mengalami perkembangan awal yang amat pesat. Secara klasik perkembangan teori ini mengikuti proses description, prediction, explanation (penggambaran, pendugaan/peramalan, penjelasan). Tentu saja sulit menyelidiki sesuatu tanpa menggambarkan sesuatu itu terlebih dahulu. Dari penyelidikan diperolehlah pengetahuan. Lalu, ketika sudah ada beberapa pengetahuan tentang sebuah fenomena itu, dimungkinkanlah pendugaan keterkaitan, proses, atau urutan kejadan (sequences) tentang fenomena tersebut. Lalu, berdasarkan pengujian tentang dugaan-dugaan tersebut, dikembangkanlah penjelasan, dan inilah yang kemudian disebut teori. Dalam bidang sains pula lah pengertian teori dikaitkan dengan metode ilmiah yang biasa disebut metode naif untuk melakukan kesimpulan secara induksi-deduksi (nave inductive-deductive method) (Ben-Ari, 2005). Dalam ilmu sosial-budaya, penggunaan teori juga mengalami perkembangan dan dinamika. Sebagaimana diuraikan Ellis dan Swoyer (2008), pada mulanya teori sosial didominasi pandangan positivistik-logis (logical-postivist), yaitu teori sebagai hasil deduksi berdasarkan prinsip dasar tertentu, sebagaimana yang biasa dilakukan di sains. Teori sosial diuji dengan membuat ramalan (prediksi) berdasarkan prinsip dasar atau hukum (laws) tertentu, dan peneliti kemudian menetapkan apakah prediksi itu benar atau salah. Pada tahun 1960an pandangan yang positivistik tentang teori ini mulai mendapat kritik, sehingga akhirnya sudah tak dominan lagi di ilmu sosial-budaya. Hukum ilmiah menjadi kurang berperan, sementara model menjadi lebih sering dibicarakan. Kita akan kembali ke pembahasan tentang hukum dan model di bagian berikut nanti. Walaupun tak lagi dominan di ilmu sosial, menurut Sarantakos (1998) pengertian teori yang digunakan oleh ilmu pasti-alam tetap mendominasi pengertian umum, yaitu sebagai serangkaian proposisi (atau pernyataan tentang kebenaran) yang sudah diuji secara sistematis dan dikaitkan secara logis, dibangun melalui serangkaian penelitian untuk menjelaskan suatu fenomena. Pembuatan teori dalam pengertian ini didasarkan pada cara-cara sistematis yang mengandung prosedur yang jelas, eksplisit dan formal di setiap langkah penelitian. Secara garis besar, langkah-langkah ini terdiri dari (1) pembuatan konsep dan variabel, (2) pembuatan kategorisasi atau sistem klasifikasi, (3) penyusunan proposisi, yaitu pengembangan pernyataan umum tentang keterkaitan antar beberapa konsep, dan akhirnya (4) pengungkapan proposisi ini sebagai teori. Cara seperti ini lazim digunakan dalam penelitian ilmu pasti alam atau sains, serta di dalam penelitian sosial yang memakai paradigma sains.Dalam perkembangannya, pengertian teori juga dikembangkan oleh peneliti-peneliti non-sains, terutama oleh mereka yang menolak paham positivisme. Para peneliti sosial-budaya menolak penyederhanaan fenomena masyarakat sebagai hubungan sebab-akibat yang digambarkan dalam rumus-rumus statistik sebagaimana lazim digunakan di sains. Mereka mengembangkan berbagai pendekatan yang lazim disebut pendekatan kualitatif. Menurut Schwandt (2001), para peneliti kualitatif memakai pengertian yang sedikit berbeda, terutama karena teori tak hanya merupakan sebuah penjelasan, melainkan juga sebuah orientasi atau perspektif seorang peneliti dalam melihat masalah, memecahkan masalah, dan memahami serta menjelaskan realitas sosial. Dengan demikian, teori juga merupakan cara pandang seseorang terhadap dunia kehidupannya (world view). Sementara itu kita juga musti ingat, bahwa jika teori-teori ilmu alam pada umumnya datang dari pengamatan terhadap jagat raya dan fenomena alam untuk menjelaskan gejala itu, maka teori-teori ilmu sosial sebenarnya juga muncul dari pandangan tentang moral. Sebagaimana dijelaskan oleh Heilbron (1995), teori ilmu sosial pada awalnya bukan hanya merupakan upaya menjelaskan apa yang dilakukan manusia atau bagaimana manusia bertingkah laku, tetapi juga bagaimana seharusnya manusia bertindak dengan tepat dan bijaksana di dalam lingkungan sosialnya. Selain ilmu alam dan ilmu sosial, ilmu budaya juga punya cara mereka sendiri memandang teori. Misalnya, dalam antropologi, teori dianggap sebagai bagian atau cabang dari tiga hal sekaligus yaitu sains, humanisme, dan religi dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik, yaitu: Dari mana kita (manusia) datang? Kenapa kita berbeda-beda? Bagaimana kehidupan ini berlangsung? (lihat Erickson dan Murphy, 2003). Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda denganteorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara sementara dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika. Jika kita bicara tentang penelitian ilmiah, maka bentuk paling kongkrit dari sebuah teori adalah sebuah pernyataan tertulis, sebagaimana yang dapat kita baca sebagai bagian dari sebuah buku teks atau bagian dari artikel di jurnal ilmiah. Kita lalu mengutipnya, dan menyebut siapa penulis atau pencetusnya. Sebab itulah seringkali sebuah teori dalam laporan penelitian semata-mata adalah sebuah kutipan dari seorang ilmuwan tertentu. Sebagaimana yang dikatakan Durbin (1988) teori memang adalah pernyataan karena ia adalah bagian dari upaya ilmuwan untuk mengungkapkan pemikiran atau idenya. Pernyataan itu ditujukan untuk memperjelas atau memahami serangkaian fakta dan data yang semula terkesan rumit atau bahkan tidak bermakna. Secara lebih rinci, Michalos (1980) membagi pengertian teori dalam lima kategori, yaitu: 1. Teori sebagai pernyataan yang aksiomatis (axiomatic): untuk memberi makna atau pengertian tentang serangkaian fakta yang sebelumnya membingungkan atau tidak bermakna. Dalam dunia ilmu pengetahuan, sebuah aksiom disebut juga postulat atau rumus dasar, merupakan sebuah pernyataan yang dianggap logis dan mengandung kebenaran.2. Teori sebagai upaya menyusun data dan fakta secara sistematis, walaupun pernyataan-pernyataannya belum tentu aksiomatis. 3. Teori dianggap sebagai generalisasi tak terbatas tentang kebenaran universal yang diaati oleh para ilmuan; di sini teori dianggap sebagai hukum tentang kebenaran.4. Teori sebagai jawaban terhadap persoalan-persoalan ilmiah, tanpa bentuk yang pasti atau seragam. 5. Teori sebagai aturan-aturan untuk mengambil kesimpulan dalam proses penelitian. Selain itu, ada juga yang disebut Teori Kritis (Critical Theory), yang bukan hanya sebuah teori, melainkan keseluruhan cara membuat teori dan produk dari cara membuat teori itu. Cara ini bertentangan dengan cara pandang yang sudah umum atau lazim karena memang merupakan upaya sengaja untuk mengkritik konsep, pemahaman, atau kategori tentang kehidupan manusia yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Teori Kritis juga menganggap teori sebagai sesuatu yang melekat kepada praxis, kepada praktik dan kehidupan sehari-hari. Para ilmuwannya beranggapan bahwa bahwa seorang ilmuan harus "punya kepentingan" dan setiap teori sekaligus punya nilai empiris (praktis) selain normatif. Perbedaan pengertian teori juga dapat muncul karena pandangan yang menekankan cara dan proses pembentukan teori. Misalnya, Strauss dan Corbin (1998), para penganjur grounded theory yang sering dipakai oleh para peneliti sosial dengan pendekatan kualitatif, berpendapat bahwa teori memang dibangun dari konsep dan proposisi sebagaimana yang diuraikan di atas. Tetapi mereka menegaskan bahwa metodologi grounded theory akan menghasilkan teori yang padat konsep karena para penelitinya lebih berupaya mengungkapkan proses yang sesungguhnya terjadi di dalam interaksi antar manusia. Setelah mengamati sebuah proses secara seksama dan terinci, para peneliti grounded theory menemukan pola dan tahap yang secara analitis dapat dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah tetapi mempunyai keterkaitan. Identifikasi pola dan tahap inilah yang merupakan konseptualisasi atau penemuan konsep, yang kemudian dilanjutkan dengan proposisi dan akhirnya teori. Dengan kata lain, terjadi proses dari bawah ke atas (bottom up) dan dari data kasar ke konsep yang semakin halus. Teori Kritis sering juga dibahas sebagai sebuah paradigma tersendiri dan tidak melulu berurusan dengan pengembangan dan pengujian teori, tetapi juga dengan metodologi, ideologi, dan etika sosial yang dikembangkan "Sekolah Frankfurt" (Institut fur Sozialforschung di Frankfurt, Jerman). Institut ini didirikan untuk secara khusus mengkaji ajaran Immanuel Kant dari perspektif Marxisme. Tokoh-tokohnya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno dan Herbert Marcuse yang menjadi guru-guru bagi pemikir postmodernisme terkenal, Jurgen Habermas.Terlepas dari variasi pandangan tentang arti teori di atas, sebagaimana dikatakan oleh Connaqway dan Powell (2010), teori pada dasarnya adalah sebuah penjelasan sistematik untuk mengamati sesuatu yang berkaitan dengan aspek kehidupan tertentu, saling berkait sesuai logika, menjawab mengapa kejadian berlangsung seperti itu, dan mengandung penjelasan yang padu tentang suatu fenomena. Dari segi ini, maka teori sebenarnya adalah serangkaian konsep yang dapat digunakan untuk memandang keadaan yang sesungguhnya, tetapi sekaligus juga konsep itu adalah hasil pemandangan (persepsi) manusia atas keadaan sekelilingnya. Itulah sebabnya, sebagaimana diulas Weick (2012), seringkali teori dikaitkan dengan pernyataan filsuf Immanuel Kant persepsi tanpa konsep adalah buta, konsep tanpa persepsi adalah kosong (perception without conception is blind; conception without perception is empty). Secara hakiki, sebagaimana dibahas Best (2004) setiap teori akhirnya memiliki empat elemen, yaitu: Epistemologi atau teori tentang pengetahuan (theory of knowledge) yang merupakan penjelasan tentang bagaimana manusia dapat mengetahui/mempelajari apa yang manusia perlu ketahui. Semua teori mengandung petunjuk tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tentang suatu hal. Ontologi atau teori tentang realita untuk menjelaskan atau memberikan dasar pemahaman tentang kenyataan, atau tentang apa saja gejala yang nyata dapat dipelajari. Lokasi historis untuk menjelaskan bilamana teori tersebut pertama dibentuk, dalam konteks situasi seperti apa, agar pengguna teori memiliki pengetahuan latarbelakang tentang teori yang bersangkutan. Serangkaian usulan (prescription) untuk digunakan sebagai panduan dalam kegiatan sehari-hari sebagai mahluk sosial. Dari bukunya Pak Erwan dan Dyah (2007) teori menurut definisinya adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa teori merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk selanjutnya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.Untuk sementara, dari pembahasan di atas hal terpenting yang perlu kita tegaskan di sini adalah bahwa semua teori merupakan pernyataan tentang kebenaran berupa serangkaian konsep. Ini perlu dipertegas dalam konteks teori dan praktik, khususnya di bidang-bidang yang mengutamakan aspek praktis.Kajian terhadap teori atau hasil studi terdahulu difokuskan pada konsep utama yang digunakan. Konsep utama dalam hal ini adalah variable dependennya.2)Macam-Macam VaraiabelSecara teroritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai Variasi antara stu orang dengan yang lain/satu obyek dengan obyek yang lain. (Hatch dan Farhady)Dinamakan variable karena ada variasinya, jadi kalau peneliti akan memilih variable penelitian, maka harus ada variasinya. Variable yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variable.Macam-macam Variable dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :a)Variable independen (bebas) adalah merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya dependen (terikat).b)Variable Dependen (terikat) adalah merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.c)Variable Moderator adalah variable yang mempengaruhi hubungan antara variable independen dengan dependen.d)Variable Intervening adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variable independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.e)Variable Kontrol adalah variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variable independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti.Akan tetapi, tidak selamanya seorang peniliti menggunakan dua variable atau lebih. Ia dapat saja melakukan penelitian dengan satu variable saja. Ada 3 hal yang sebaiknya diperhatikan ketika menentukan kedudukan variebel-variabel itu, yaitu :a)Perhatikan urutan waktu, dengan melihat variable mana yang terjadi dulu dibandingkan dengan variable lain.b)Perhatikan dampak, dengan meilhat variable mana yang merupakan dampak/akibat dari adanya lain.c)Perhatikan teori yang dijadikan dasar sumber.

II.2.Fungsi-Fungsi TeoriSecara umum, teori mempunyai tiga fungsi :1) Untuk menjelaskan (explanation) yang digunakan memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti.2) Untuk meramalkan (prediction) yang digunakan memprediksi, memandu serta menemukan fakta untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.3) Untuk pengendalian (control) yang digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya untuk memberikan saran dalam pemecahan masalah.Menurut Littlejohn (1996)fungsi teori ada 9 (sembilan) yaitu:1. Mengorganisasikan dan menyimpulkanKita tidak melihat dunia dalam kepingan-kepingan data. Sehingga dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya setengah-setengah. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya berupa teori dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.2. MemfokuskanTeori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal bukan banyak hal. Untuk itu aspek-aspek dari suatu objek harus jelas fokusnya.3. MenjelaskanTeori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini berguna untuk memahami pola-pola, hubungan-hubungan dan juga menginterpretasikan fenomena-fenomena tertentu. Atau dengan kata lain teori-teori menyediakan tonggak-tonggak penunjuk jalan untuk menafsirkan, menerangkan dan memahami kompleksitas dari hubungan-hubungan manusia.4. MengamatiTeori tidak hanya menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Terutama bagi teori-teori yang memberikan definisi-definisi operasional, teoretikus bersangkutan memberikan kemungkinan indikasi yang paling tepat mengenai apa yang diartikan oleh suatu konsep tertentu. Jadi dengan mengikuti petunjuk-petunjuk kita dibimbing untuk mengamati seluk beluk yang diuraikan oleh teori itu.5. Membuat prediksiFungsi prediksi ini dengan berdasarkan data dan hasil pengamatan maka harus dapat dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di masa sekarang.6. Heuristik (membantu proses penemuan)Sebuah aksioma yang terkenal adalah bahwa suatu teori yang baik melahirkan penelitian. Teori yang diciptakan harus dapat merangsang timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya.7. Mengkomunikasikan pengetahuanTeori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-kritikan. Sehingga penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.8. Kontrol/mengawasiFungsi ini timbul dari persoalan-persoalan nilai, di dalam mana teoretikus berusaha untuk menilai keefektifan dan kepatutan perilaku tertentu. Teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.9. GeneratifFungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan pendukung aliran interpretif dan teori kritis. Menurut mereka, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.

II.3.Deskripsi Teori1)Deskripsi TeoriDeskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar/penulis buku). Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai refrensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variable yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.Teori-teori yang didiskripsikan dalam proposal maupun dalam laporan pennelitian dapat digunakan sebagai Indikator, variable-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variable yang diteliti. Menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitia. Maka dari itu, peneliti harus rajin membaca untuk membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Baik berbentuk buku-buku teks, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian, internet dan lain-lain.Sedangkan sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kreteria:a)Relevansib)Kelengkapanc)Kemutakhiran kecuali penelitian sejarah.2)Relevansi PenelitianHasil penelitian itu harus relevan dengan variable yang diteliti dan hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama.Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari :a. Permasalahan yang akan ditelitib. Waktu penelitianc. Tempat penelitiand. Sampel penelitiane. Metode penelitianf. Analisisg. KesimpulanJadi perinsip relevansi diperlukan karena sangat kecil manfaatnya menguraikan teori atau hasil penelitian yang paling mutakhir dalam suatu cabang ilmu yang tidak ada sangkyt pautnya dengan masalah yang diteliti.3)Langkah-langkah pendeskripsian teoriLangkah-langkah untuk dapat mendeskripsikan teori adalah sebagai berikut :1. Tetapkan nama variable yang diteliti dan jumlah variabelnya.2. Cari sumber-sumber bacaan yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Maka landasan teori dalam proposal penelitian kualitatif harus sudah jelas, teori apa yang akan dipakai.4) Kriteria Untuk Mengevaluasi Teori Scope (lingkup keluasan)Didasari pada keluasan perilaku komunikasi yang dicakup oleh teori. Meski teori harus bisa menjelaskan komunikasi menjadi bermakna namun tetap harus ada batasan pada keluasan lingkup atau cakupannya. Logical ConsistencyTeori harus masuk akal dan memiliki konsistensi logic yang dan tidak bertentangan. Teori harus dapat membuat penjelasan yang baik, yang menunjukkan bahwa konsep-konsep saling bekerjasama dan hasil apa yang didapat dari interaksinya. ParsimonyApakah bisa se-simpel mungkin menjelaskan fenomena. Jika sebuah teori dapat menejelaskan perilaku komunikator hanya dengan satu konsep, tidak perlu lagi menggunakan konsep-konsep lainnya. UtilityApakah teori bisa digunakan? Teori seharusnya dapat menjelaskan elemen-elemen komuniksi yang tadinya tidak jelas. TestabilityTestability mengacu kepada kemampuan untuk menginvestigasi keakuratan teori. HeurismApakah teori telah digunakan dalam penelitian secara intensif untuk menciptakan cara baru berpikir mengenai komunikasi. Test of timeSudah berapa lama sebuah teori digunakan dalam penelitian komunikasi.3BAB IIIPENUTUPIII.1.Kesimpulana)Teori1)Pengertian teoriTeori adalah seperangkat kontruksi (Konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematika melalui spesifikasi hubungan antar fariabel, sehingga dapat berguna untuk menjalankan dan meramalkan fenomena. (Neumen)2)Macam-Macam VariabelSecara teroritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai Variasi antara stu orang dengan yang lain/satu obyek dengan obyek yang lain. (Hatch dan Farhady)Macam-macamnya :a)Variable independen (bebas)b)Variable Dependen (terikat)c)Variable Moderatord)Variable Interveninge)Variable Kontrolb)Fungsi-Fungsi Teori1)Untuk menjelaskan (explanation)2)Untuk meramalkan (prediction)3)Untuk pengendalian (control)c)Deskripsi Teori1)Deskripsi TeoriDeskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar/penulis buku).2)Relevansi PenelitianSecara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari :a. Permasalahan yang akan ditelitib. Waktu penelitianc. Tempat penelitiand. Sampel penelitiane. Metode penelitianf. Analisisg. Kesimpulanh. Langkah-langkah untuk pendeskripsikan teorii. Tetapkan nama variable yang diteliti dan jumlah variabelnya.j. Cari sumber-sumber bacaan yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.k. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.l. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.m. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.3)Langkah-langkah pendeskripsian teoriLangkah-langkah untuk dapat mendeskripsikan teori adalah sebagai berikut :1. Tetapkan nama dan jumlah variable yang diteliti2. Cari sumber-sumber bacaan sebanyak-banyaknya yang relevan dengan variable yang diteliti3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.4) Kriteria Untuk Mengevaluasi Teori Scope (lingkup keluasan) Logical Consistency Parsimony Utility Testability Heurism Test of time

III.2.Saran-SaranDengan selesainya makalah ini,kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.Sebagai penutup, semoga Allah SWT membalas semua jerih payah semua pihak lebih-lebih bapak dosen pengampuh yang telah memberi semangat pada kami dalam menyelesaikan makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

20DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, W. 1999.Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : Logos.

Mustafa, B. 2009.Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi Dan Tesis.Yogyakarta : Panji Pustaka.

Prasetyo, B., L.M. Jannah. 2005.Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono. 2009. MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

23