Jurnal Adult Learning

19
ANDRAGOGI (Oleh Mustofa Kamil) Abstrak Sebuah perjalanan panjang tentang lahirnya istilah andragogi dalam dunia pendidikan, namun pemikiran-pemikiran yang lebih fokus baik dari segi konsep teori, filsafat maupun pada tahapan implementasi (metodologi) seperti pada; proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, sasaran pembelajaran serta kaitan antara andragogi dengan pedagogi dimulai pada tahun 1950: dimana Malcolm Knowles menyusun buku ‘Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Kondisi orang dewasa dalam belajar berbeda dengan anak-anak. Kalaulah pada anak-anak digunakan istilah “padagogy” sehingga diartikan dengan “the art and science of teaching children” atau ilmu dan seni mengajar anak-anak. Maka andragogi lebih dimaknai sebagai ilmu dan seni membimbing atau membantu orang dewasa belajar “the art and science of helping adult learn”. Menurut pandangannya, mengapa sampai terjadi perbedaan antara kegiatan belajar anak- anak dengan orang dewasa, hal tersebut disebabkan orang dewasa memiliki: 1) Konsep diri (The self-concept), 2) Pengalaman hidup (The role of the learner’s experience); 3) Kesiapan belajar (Readiness to learn); 4) Orientasi belajar (Orientasion to learning); 5) Kebutuhan pengetahuan (The need to know); dan 6) Motivasi (Motivation). Dengan asumsi-asumsi itu menjadikan andragogi sebagai ilmu dalam melandasi pengembangan pendidikan nonformal dan pendidikan formal saat ini.

description

sip

Transcript of Jurnal Adult Learning

Page 1: Jurnal Adult Learning

ANDRAGOGI

(Oleh Mustofa Kamil)

Abstrak

Sebuah perjalanan panjang tentang lahirnya istilah andragogi dalam dunia pendidikan,

namun pemikiran-pemikiran yang lebih fokus baik dari segi konsep teori, filsafat maupun pada

tahapan implementasi (metodologi) seperti pada; proses pembelajaran, tujuan pembelajaran,

sasaran pembelajaran serta kaitan antara andragogi dengan pedagogi dimulai pada tahun 1950:

dimana Malcolm Knowles menyusun buku ‘Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa

inti Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Kondisi orang dewasa

dalam belajar berbeda dengan anak-anak. Kalaulah pada anak-anak digunakan istilah

“padagogy” sehingga diartikan dengan “the art and science of teaching children” atau ilmu dan

seni mengajar anak-anak. Maka andragogi lebih dimaknai sebagai ilmu dan seni membimbing

atau membantu orang dewasa belajar “the art and science of helping adult learn”. Menurut

pandangannya, mengapa sampai terjadi perbedaan antara kegiatan belajar anak-anak dengan

orang dewasa, hal tersebut disebabkan orang dewasa memiliki: 1) Konsep diri (The self-concept),

2) Pengalaman hidup (The role of the learner’s experience); 3) Kesiapan belajar (Readiness to

learn); 4) Orientasi belajar (Orientasion to learning); 5) Kebutuhan pengetahuan (The need to

know); dan 6) Motivasi (Motivation). Dengan asumsi-asumsi itu menjadikan andragogi sebagai

ilmu dalam melandasi pengembangan pendidikan nonformal dan pendidikan formal saat ini.

A. Definisi, Konsep dan Sasaran Andragogi

Istilah andragogi seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran orang dewasa (adult learning), baik dalam proses pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah) maupun dalam proses pembelajaran pendidikan formal. Pada pendidikan nonformal teori dan prinsip andragogi digunakan sebagai landasan proses pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk dan tingkatan (level) penyelenggaraan pendidikan nonformal. Pada pendidikan formal andragogy seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada tingkat atau level pendidikan menengah ke atas. Namun demikian dalam menerapkan konsep, prinsip andragogy pada proses pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak harus berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan, akan tetapi yang paling utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar. Kondisi itu terjadi karena kita menganggap bahwa semua murid, peserta didik (warga belajar) itu adalah sebagai orang dewasa yang diasumsikan memiliki kemampuan yang aktif dalam merencanakan arah belajar, memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganlisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat dari belajar atau dari sebuah proses pendidikan. Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan menggurui, sehingga relasi antara

Page 2: Jurnal Adult Learning

guru dan peserta didik (murid, warga belajar) lebih bersifat multicomunication. (Knowles, 1970). Oleh karena itu andragogi adalah suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri. Dengan keunggulan-keunggulan itu andragogi menjadi landasan dalam proses pembelajaran pendidikan nonformal. Hal ini terjadi karena pendidikan nonformal formula pembelajarannya diarahkan pada kondisi sasaran yang menekankan pada peningkatan kehidupan, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dialami terutama dalam hidup dan kehidupan sasaran di tengah-tengah masyarakat.

Untuk memahami secara mendasar tentang konsep teori dan prinsip andragogi, pada bagian ini akan diuraikan secara tuntas tentang beberapa definisi andragogi dari berbagai ahli:Dugan (1995) mendefinisikan andragogi lebih kepada asal katanya, andragogi berasal dari Bahasa Yunani. Andra berarti manusia dewasa, bukan anak-anak, menurut istilah, andragogi berarti ilmu yang mempelajari bagaimana orang tua belajar. Definisi tersebut sejalan dengan apa yang diartikan Sudjana dalam Bukunya Pendidikan Non-Formal Wawasan Sejarah Perkembangan Filsafat Teori Pendukung Azas (2005), disebutkan bahwa, andragogi berasal dari bahasa Yunani ”andra dan agogos”. Andra berarti orang dewasa dan Agogos berarti memimpin atau membimbing, sehingga andragogi dapat diartikan ilmu tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar. Atau sering diartikan sebagai seni dan ilmu yang membantu orang dewasa untuk belajar (the art and science of helping adult learn). Definisi tersebut sejalan dengan pemikiran Knowles dalam Srinivasan (1977) menyatakan bahwa: andragogi as the art and science to helping adult a learner.

Pada konsep lain andragogi seringkali didefinisikan sebagai pendidikan orang dewasa atau belajar orang dewasa. Definisi pendidikan orang dewasa merujuk pada kondisi peserta didik orang dewasa baik dilihat dari dimensi fisik (biologis), hukum, sosial dan psikologis. Istilah dewasa didasarkan atas kelengkapan kondisi fisik juga usia, dan kejiwaan, disamping itu pula orang dewasa dapat berperan sesuai dengan tuntutan tugas dari status yang dimilikinya. Elias dan Sharan B. Merriam (1990) menyebutkan kedewasaan pada diri seseorang meliputi: age, psychological maturity, and soscial roles. Yang dimaksud dewasa menurut usia, adalah setiap orang yang menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah). Sejalan dengan pandangan tersebut diungkapkan pula oleh Hurlock (1968), adult (dewasa) adulthood (status dalam keadaankedewasaan) ditujukan pada usia 21 tahun untuk awal masa dewasa dan sering dihitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual, atau sejak masa pubertas. Pendekatan berdasar usia dilakukan oleh ahli hukum, sehingga melahirkan perbedaan perlakuan hukum terhadap pelanggar. Dewasa dilihat dari sudut pandang dimensi biologis juga bisa dilihat dari segi fisik, dimana manusia dewasa memiliki karakteristik khas seperti: mampu memilihpasangan hidup, siap berumah tangga, dan melakukan reproduksi (reproductive function).Dewasa berdasar dimensi psikologis dapat dilihat dan dibedakan dalam tiga kategori yaitu: dewasa awal (early adults) dari usia 16 sampai dengan 20 tahun, dewasa tengah (middle adults) dari 20 sampai pada 40 tahun, dan dewasa akhir (late adults) dari 40 hingga 60 tahun. Hutchin (1970) dan Rogers, (1973) dalam Saraka, (2001:59) memandang batas usia seputar 25 sampai dengan 40 tahun, merupakan usia emas (golden age). Pada dimensi ini dewasa lebih ditujukanpada kematangan seorang individu. Anderson dalam Psychology of Development and personal Adjustment (1951), meyimpulkan tujuh ciri kematangan bagi seorang individu yaitu: 1) Kematangan individu dapat dilihat dari minatnya yang selalu berorientasi pada tugas-tugas yang dilakukan atau dikerjakannya, serta tidak mengarah pada perasaan-perasaan diri sendiri atau

Page 3: Jurnal Adult Learning

untuk kepentingan pribadi (tidak pada diri dan atau ego). 2) Tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam konsep dirinya jelas dan selalu memiliki kebiasaan kerja yang efisien. 3) Kemampuandalam mengendalikan perasaan pribadi dalam pengertian selalu dapat mempertimbangkan pribadinya dalam bergaul dengan orang lian. 4) Memiliki pandangan yang obyektif dalam setiap keputusan yang diambilnya. 5) Siap menerima kritik atau saran untuk peningkatan diri. 6 ) Bertanggung jawab atas segala usaha-usaha yang dilakukan. 7) Secara realitas selalu dapat menyesuaikan diri dalam situasi-situasi baru. Kematangan seorang individu dapat pula menjadi patokan bagi kedewasaan secara sosial, hal ini dapat dicermati dari kesiapannya dalam menerima4 tanggungjawab, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas peribadi dan sosialnya terutama untuk memenuhi kebutuhan belajarnya (Freire, 1973; dan Milton dkk, 1985). Lebih lanjut, Lovell mengatakan bahwa:Adulthood is the time when basic skills and abilities were so rapidly acquired in childhood are consolidated and exploited to the full and many new skills and competencies learned. There can be many factors influencing the way in which an adultapproaches a new learning experience. Some related to the characteristics of the learners and range from personality and cognitive styles to individual differences in age, experience, motivations and self-perception. Other relate to social context within which learning takes place and to the ways in which any formal teaching is planned and carried out and evaluated (Lovelly, 1980:1)Secara fundamental, karakteristik kedewasaan atau kematangan seorang individu yang paling mendasar terletak pada tanggung jawabnya. Ketika individu sudah mulai memiliki kemampuan memikul tanggung jawab, dimana ia sanggup menghadapi kehidupannya sendiri dan mengarahkan diri sendiri. Jika mereka menghadapi situasi baru tidak memiliki bekal kemampuan maupun keterampilan diri (skills of directed inquiry), maka ia akan merasa sulit dalam mengambil inisiatif terutama dalam memiliki tanggung jawab belajarnya. Tidak sedikitindividu yang telah memiliki latar belakang pendidikan tinggi (universitas, perguruan tinggi, sekolah tinggi) tidak siap menerima tanggung jawab lebih lanjut dari hasil belajarnya. Sehingga individu-individu tersebut menjadi penganggur, mengalami kecemasan, frustasi, dan kegagalan. Bersikap pasif menghadapi dunia kesehariannya dan tidak berdaya atau berani dalam menghadapi masa depan. Kematangan dalam kondisi dewasa-matang, dapat ditandai oleh kemampuan memenuhi kebutuhannya, memanfaatkan pengalamannya dan mengidentifikasikesediaan belajar. Ketika kemampuan belajar seputar masalah kehidupannya menjadi meningkat, maka sikap ketergantungan kepada orang lain akan semakin berkurang. Orang dewasa yang memiliki konsep diri matang dapat memikul tanggung jawab kehidupan, menyadari dimana posisi dirinya pada saat itu dan tahu akan kemana tujuan hidupnya. Disamping itu pula mereka cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampumengarahkan dirinya, memilih dan menetapkan pekerjaan yang relevan. Orang 5dewasa yang betul-betul matang secara psikologis tidak akan menghindar atau laridari masalah yang dihadapi (Knowless, 1986:55).Dalam dimensi sebagai peserta didik (murid, warga relajar) andragogi,dewasa dalam banyak hal memiliki beberapa keunggulan-keunggulan. Dari segikonsep diri, mereka memiliki kematangan psikologis; bertanggung jawab,memiliki hasrat dan motivasi kuat untuk belajar dan mampu mengarahkan dirinya.Mereka dapat belajar dan mempelajari sesuatu dalam skala yang lebih luas danmemilih strategi belajar yang lebih baik, lebih efektif dan lebih terarah danmampu mengarahkan diri (self directing). Dari pengalaman belajar, peserta didik

Page 4: Jurnal Adult Learning

dewasa memiliki setumpuk pengalaman sebagai resource persons and total lifeimpressions dalam kaitannya dengan orang lain. Mereka dapat menjadi sumberdan bahan belajar yang kaya, terutama dalam mendukung belajar kelompok sertabelajar bersama dengan ahli-ahli. Sistem pembelajaran pada peserta didik dewasadapat diarahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan belajar sesuai dengankebutuhannya dan kebutuhan sumber serta bahan belajar, seperti pada: kelompokdiskusi, bermain peran, simulasi, pelatihan, (group discusion, team designing, roleplaying, simulations, skill practice sessions) (Inggalls, 1973, Knowless, 1977 danUnesco, 1988)Dari segi kesiapan belajar, orang dewasa memandang bahwa “all living islearning. Learning is not only preparation for living the very essence of living, thevery essence of living it self”. Setiap peserta didik memiliki pola kesiapan yangberbeda dengan warga lainnya terutama dalam hal kekuatan motivasi (innermotivations) seperti: needs for esteem (self esteem), urge to grow, the satisfactionfor accomplishment, the need to know something specific and curiosity to learn”.Pada umumnya orang dewasa mereka memiliki kemampuan membaca, menulisdan menghitung dan menguasai kemampuan verbal dan kecakapan mengambilkeputusan yang relevan dengan kebutuhan pribadi dan tuntutan sosialnya. Merekamerancang dan menetapkan minat dan kebutuhan belajarnya, mendiagnosiskebutuhannya sesuai tuntutan hidupnya dan lain-lainnya. Pembelajaran dapatbertindak sebagai nara sumber, pengarah, pembimbing, pemberi fasilitas, atauteman belajar (resource person, guide, helper, facilitator or partner for thelearners) (Inggalls, 1973, Knowless, 1977, Unesco, 1988, Saraka, 2001)6Secara alamiah, orang dewasa memiliki kemampuan menetapkan tujuanbelajar, mengalokasi sumber belajar, merancang strategi belajar dan mengevaluasikemajuan terhadap pencapain tujua relajar secara mandiri. Lebih jauh Toughmenyatakan bahwa: Peserta didik dewasa lebih dimungkinkan terlibat dalam selfinitiated education atau self directed education, ketimbang dalam self directedlearning. Proses dan aktivitasnya dideskripsikan sebagai self directed learningatau self directed education atau self teaching, learning projects or major learningefforts (Brookfield, 1986:47)Dari perspektif waktu dan orientasi belajar, orang dewasa memandangbelajar itu sebagai suatu proses pemahaman dan penemuan masalah sertapemecahan masalah (problem finding and problem solving), baik berhubungandengan masalah kekinian maupun masalah kehidupan di masa depan. Orangdewasa lebih mengacu pada tugas atau masalah kehidupan (task or problemoriented). Sehingga orang dewasa akan belajar mengorganisir pengalamanhidupnya. (Knowless, 1977, Unesco, 1988, Kamil, 2001, Saraka, 2001)Berdasarkan kepada kondisi-kondisi itu dan konsepsi andragogi, istilahpendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai Pendidikan yang ditujukanuntuk peserta didik yang telah dewasa atau berumur 18 tahun ke atas atau telahmenikah dan memiliki kematangan, dan untuk memenuhi tuntutan tugas tertentudalam kehidupanya. Derkenwald dan Merriam mengungkapkan pengertianpendidikan orang dewasa adalah “is a process where by person whose majorsocial roles characteristic of adult status undertake systematic and sustainedlearning activities for the purpose of bringing about chnges in knowledge,

Page 5: Jurnal Adult Learning

attitudes, values, or skliss”. Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses belajaryang sistematis dan berkelanjutan pada orang yang berstatus dewasa dengantujuan untuk mencapai perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai danketerampiolan. Kondisi-kondisi yang dapat ditimbulkan dari definisi itu adalah: 1)Orang dewasa termotivasi untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatmereka; 2) Orientasi belajar bagi orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan;3) Pengalaman sebagai sumber kekayaan untuk belajar orang dewasa; 4) Orangdewasa mengharapkan berhubungan sendiri dengan kebutuhan yang tepat; 5)Perbedaan individual di antara perorangan berkembang sesuai dengan umurnya.7Knowles (1976) melanjutkan pemahamnan C. Linderman, mengungkapkanbahwa kondisi orang dewasa dalam belajar berbeda dengan anak-anak. Kalaulahpada anak-anak digunakan istilah “padagogy” sehingga diartikan dengan “the artand science of teaching children” atau ilmu dan seni mengajar anak-anak.Menurut pandangannya, mengapa sampai terjadi perbedaan antara kegiatanbelajar anak-anak dengan orang dewasa, hal tersebut karena orang dewasamemiliki: 1) Konsep diri (The self-concept), 2) Pengalaman hidup (The role of thelearner’s experience); 3) Kesiapan belajar (Readiness to learn); 4) Orientasibelajar (Orientasion to learning); 5) Kebutuhan pengetahuan (The need to know);dan 6) Motivasi (Motivation).Pendapat-pendapat itu sejalan dengan beberapa definisi yang dikembangkanpara ahli diantaranya adalah: Definisi yang diungkapkan oleh Morgan, Barton etal (1976) bahwa, pendidikan orang dewasa adalah suatu aktifitas pendidikan yangdilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanyamenggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahanintelektual. Sejalan dengan definisi itu, Reevers, Fansler, dan Houle menyatakanbahwa, pendidikan orang dewasa adalah upaya yang dilakukan oleh individudalam rangka pengembangan diri, dimana dilakukan dengan tanpa paksaan(legal).(Suprijanto, 2007:13). UNESCO lebih tajam mendifinisikan pendidikanorang dewasa sebagai suatu proses pendidikan yang terorganisir baik isi, metodedan tingkatannya, baik formal maupun nonformal, yang melanjutkan maupunmenggantikan pendidikan di sekolah, akademi, universitas, dan pelatihan kerjayang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat dapatmengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkankualifikasi teknis maupun profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan padasikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan peribadi secarautuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yangseimbang. (Townsend Coles, 1977, Sudjana, 2004:50)B. Sejarah Perkembangan AndragogiDitemukannya istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh alexanderKapp, Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah PendidikanOrang Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahlifilsafat Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan sejarah perkembangan8penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru disamping teori pedagogy.Pada abad 18 sekitar tahun 1833: Alexander Kapp menggunakan

Page 6: Jurnal Adult Learning

istilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yangdikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Juga pendidikanorang dewasa Bangsa Belanda Gernan Enchevort membuat studi tentang asalmula penggunaan istilah andragogi. Setelah era Kapp, pada abad 19 tepatnyatahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikanuntuk orang dewasa “pendidikan juga tidah hanya untuk anak-anak, tetapipendidikan juga untuk orang dewasa”. Tiga tahun setelah Adam Smith tepatnyatahun 1921: Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasameggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus.Pada tahun 1926: The American For Adult Education mempublikasikanbahwa pendidikan orang dewasa mendapat sumbangan dari: 1) Aliran ilmiahseperti Edward L Thorndike. Dan 2) Aliran artistik seperti Edward C. Lindeman.Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of Adul Education” yang padaintinya buku tersebut berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasadimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalahpengalaman si belajar ia juga menyatakan ada empat asumsi pendidikan orangdewasa, yaitu: (1) orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan.(2) orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan, (3)pengalaman adalah sumber belajar, (4) pendidikan orang dewasa memperhatikanperbedaan bentuk, wktu, tempat dan lingkungan. Pada perkembangan selanjtnyaEdward C. Lindeman menerbitkan journal of Adult Education.Pada tahun 1928: Edward L. Thorndike menyususn buku “AdultLearning” yang merupakan buku P endidikan Orang Dewasa pertama dari aliranScientific. Pada tahun berikutnya tepatnya tahun 1929: Lawrence P. jacks menulisdalam journal Adult of education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah duahal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orangdewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada pendapatan dankehidupan. Tahun 1930: Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjanghayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk manusia.Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journal9Adult Education bahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat denganpengalaman sehari-hari, sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalamanhidup sehari-hari. Pada tahun tahun 1931; David L Mackage menulis dalamJournal Adult Education bahwa isi dan metode pembelajaran harus selaludihasilkan untuk Pendidikan orang dewasa. Tahun 1936: Lyman Buson menyusunbuku “Adult Education” dimana buku tersebut membahas secara terperinci tentangtujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapaikesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang dewasa. Padatahun 1938: Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education bahwa salahsatu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan dan penggunaan metodebaru sebagai prosedur atau langkah pada pembelajarannya.Sekitar tahun 1939: Rat Herton menulis dalam journal Adult Educationbahwa pada High School, pebelajar orang dewasa mempunyai beberapapengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulaiatau dilakukan pebelajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat BenH. Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada

Page 7: Jurnal Adult Learning

pendidikan orang dewasa yang demokratis, pebelajar menggunkan metode belajaraktif mandiri dan bebas memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebutdipertegas lagi oleh Wandell Thoman dalam journal Adult Education, bahwapendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dantanggung jawab sosial. Pendidikan orang dewasa membuat arah khusus bagiindividu serta lebih diarahkan untuk memberikan sumbangan pada danmengorganisir sumbangan tersebut pada tujuan sosial. Kejelasan isi dan prosespembelajaran pendidikan orang dewasa ditegaskan pada tahun 1940 oleh Harolddalam journal Adult Education, dia menyatakan, bahwa tidak hanya isipengajaran, tetapi juga metode mengajar harus di ubah. Pengajaran harusmenempatkan latihan, dimana pebelajar dapat berpartisipasi secara luas. Beberapaelemen perlu diadakan kerjasama dalam program pendidikan orang dewasa. Padatahun 1949: Harry Overstreet menyusun “The Nature Mind” dimana beliaumenyatakan tentang perlunya pemisahan konsep pendidikan orang dewasa. Haltersebut dilakukan melalui pemahamnan dan riset, dimana orang dewasa dalamproses pembelajaran terintegrasi dalam satu kerangka kerja.10Sebuah perjalanan panjang tentang lahirnya istilah andragogi dalampendidikan, namun pemikiran-pemikiran yang lebih fokus baik dari segi konsepteori, filsafat maupun pada tahapan implementasi (metodologi) seperti pada;proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, sasaran pembelajaran serta kaitanantara andragogi dengan masalah ekonomi, sosial, budaya dan politik dimulaipada tahun 1950: dimana Malcolm Knowles menyusun ‘Informal AdultEducation” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbedadengan Pendidikan tradisional. Disamping itu pula Malcolm Kanowlesmengajukan tiga hal penting pada POD, yakni: 1) Mengubah visi peserta belajarkhususnya dalam program pendidikan orang dewasa. 2) Mengajukan istilancontiuning learning. 3) Peserta didik pada national training laboratories adalahorang-orang yang telah bekerja.Begitu pula pada tahun itu fokus andragogi dilahirkan oleh HeinrichHanselmanan menyusun buku yang berjudul “Andragogi: Nature, Possibilitiesand Boundaries of Adult Education” yang intinya POD berhubungan denganpengobatan (bukan medis) dan pendidikan kembali orang dewasa.Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahantingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa. Padatahun 1954: TT Ten Have memberikan kuliah Andragogi, dimana beliaumengenalkan tiga istilah, yaitu: 1) andragogi yakni aktivitas secara institusionaldan profesional yang terbimbing bertujuan untuk mengubah orang dewasa, 2)andragogik adalah latar belakang sistem metodologi dan idiologi yang mengaturproses andragogi secara aktual, 3) andragogi, adalah studi ilmiah tentangandragogi dan andragogik kedua-duanya. Kurt Lewin menyatakan bahwa belajarterjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan olehperubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanyamotivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui kelompok. Tahun1956: M. Ogrizovic menguraikan tentang andragogi yang fenologika danberikutnya tahun 1957: Frans Poggeler menyusun buku “introduction toandragogi: basic issue in adult education” dimana ia menyebutkan istilah

Page 8: Jurnal Adult Learning

andragogi untuk pendidikan orang dewasa. Wertheimer, Koffka dan Kohlermengenalkan hukum dalam pendidikan orang dewasa yaitu: 1) the law ofproximily, 2) the law of similarity and familiarity, 3) the law closure. Pada tahun111959: M Ogrizovic menyusun buku “problems of andragogi” bersama denganSamolovcev, Filipovic dan Sevicevic. Disamping itu pula Brunner menghasilkanriset tentang pandangan luas dari riset penddidikan orang dewasa. Tahun 1960: JRGibb menyusun buku “Teori belajar dalam pendidikan orang dewasa”.Samolovcev, Fillpovic dan Savecevic memanjakan peserta belajar padapendidikan orang dewasa/andragogi.Tahun 1961: April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasatertarik pada continuing education dan alasan orang-orang dewasa belajar adalah:1) the goal – oriented learners, 2) the activity – oriented learners, 3) the learning–oriented learners. Tahun 1961: Maslow menyatakan dalam pendidikan orangdewasa, peserta belajar harus mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakandalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus dapat menunjukanfungsinya. Tahun 1964: Miller menyusun buku “Teaching and Learning in AdultEducation”. Wilbur Hallenbeck menyusun buku “Methods and Techniques inAdult Education”. Berikut ini diuraikan secara berurutan perkembangan yanglebih modern tentang sejarah perkembangan andragogi yang ditulis melaluiberbagai buku oleh berbagai ahli diantaranya adalah:Nama Konsep dan Pemikiran yang dikembangkanDugan Sevicevictahun 1967Menggunakan istilah andragogi untuk pendidikanorang dewasa. Istilah andragogi paralel denganpedagogy, sehingga ia mengenalkan istilah agogy.Malcolm Knowless1970Menyusun buku “the modern practice of adulteducation, andragogi versus pedagogy”Kidd JRTahun 1973Menyusun buk “how adult learn” pada tahun ituKnowless menyusun buku tentang“the adult learner” a neglected species”Malcolm Knowless1975Menyusun buku “Self Directed Learning”Knorc AB Tahun 1977 Menyusun buku “Adult Development and learning”Malcolm Knowless1980Menyusun buku “the modern practice of adulteducation: from pedagogy to andragogi.Patricia A Cross Menyusun buku “Adult as learner”12Tahun 1981

Page 9: Jurnal Adult Learning

Gordon G Darkenwalddan Sharam B MeriamTahun 1982Buku “Adult Education “ Foundation of Practice”Pada tahun itu pula Robert Smith melahirakan bukutentang “Learning How to Learn”Malcolm KnowlesTahun 1984menyusun buku “andragogi in action, applayingmodern principles of adult learning”Tahun 1986: Stepen D Brookfield menyusun buku“understanding and facilitating adult learning”Stepen D BrookfieldTahun 1986Menyusun buku “understanding and facilitating adultlearning”Itulah sekilas perkembangan sejarah andragogi baik dari segi konsep teorimaupun implementasi program pengembangannya di masyarakat. Sepertidigambarkan pada awal pembahasan buku ini, istilah andragogi pertama kalidigunakan oleh Alexander Kapp tahun 1833 yaitu yang menjelaskan konsepkonsepdasar teori pendidikan dari Plato. Sehingga penggunaan istilah andragogitelah dimulai pada abad ke-18 (Cross, 1981). Perkembangan selanjutnya sejaktahun 1920-an pendidikan orang dewasa (andragogi) telah dirumuskan dandiorganisasikan secara sistematis. Pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagaisuatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secaraberkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan denganbagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya(Pannen 1997 dalam Suprajitno, 2007:11).Namun pakar pendidikan orang dewasa yang mengkaji dan mengembangkansecara konseptual teoritik andragogi adalah Malcolm Knowles (1970). MalcolmKnowles mendefinisikannya: “andragogi as the art and science to helping adult alearner” (Srinivasan, 1977:13). Pendidikan orang dewasa berbeda denganpendidikan anak-anak (pedagogi). Hal ini karena pedagogi berlangsung dalambentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan andragogi berlangsung dalam bentukpengembangan diri sendiri untuk memecahkan masalah. Jadi, istilah andragogi13mulai dirumuskan menjadi teori baru sejak tahun 1970-an, oleh MalcolmKnowless. Knowless memperkenalkan istilah tersebut teutama untukpembelajaran pada orang dewasa.Malcolm Knowless menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajarselama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilakukanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yangkita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan daripengalaman mengajar terhadap kanak-kanak. Sebagian besar teori belajarmengajar didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu prosespengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah tercetus istilah“pedagogi” yang akar katanya berasal dari bahasa Yunani, paid (kanak-kanak)

Page 10: Jurnal Adult Learning

agogos (memimpin). Pedagogi dengan demikian berarti memimpin kanak-kanak,atau pendefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajarkanak-kanak”. Akhirnya pedagogi didefinisikan secara umum sebagai “ilmu danseni mengajar anak-anak”.Penggunaan atau penerapan proses pendidikan atas dasar pendekatanandragogi mulai dikembangkan beberapa waktu terakhir ini terutama bersamaandengan berkembangnya konsep pendidikan nonformal di tengah-tengahmasyarakat sebagai model pendidikan alternatif bagi masyarakat tertentu(masyarakat negara berkembang). Perkembangan teori dan istilah andragogiberkembang dengan pesat di daratan Eropa, dimana perkembangannya sangatpesat dan dalam banyak hal jauh melampaui perkembangan yang sama yaitu diAmerika Serikat. Di Eropa, pendekatan andragogi sudah mulai digunakan dalampenanganan kasus-kasus dalam bidang pelayanan masyarakat, proseskemasyarakatan kembali, pendidikan luar sekolah, manajemen personalia,organisasi-organisasi masa, program pembangunan masyarakat.Dalam keseluruhan proses perkembangan dan pengalaman penerapantersebut, ternyata ditemukan banyak bukti yang memperkuat anggapan-anggapandasar pendekatan andragogi, sekaligus memperkaya berbagai bentuk metodologipendidikan yang didukung oleh perangkat-perangkat teknologi yang lebih berdayahasil dan tepat guna.