1 / 3 - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/downloadfull/JPKK8753-4dd9efa0f7fullabstract.pdf ·...

12
1 / 3

Transcript of 1 / 3 - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/downloadfull/JPKK8753-4dd9efa0f7fullabstract.pdf ·...

1 / 3

Table of Contents

No. Title Page

1 Hubungan Persepsi Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Pasien PenderitaDiabetes Mellitus Pasca Amputasi

55 - 61

2 Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi EmosiExpressive Suppression pada Remaja Perokok

62 - 68

3 Tahapan Pengambilan Keputusan untuk Meninggalkan Hubungan Pacarandengan Kekerasan pada Perempuan Dewasa Awal Ditinjau dari Stages of Change

69 - 78

4 Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok WanitaDewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

79 - 87

5 Proactive Coping pada Orang dengan Lupus (Odapus) Remaja 88 - 95

6 Pengaruh Ekspektansi pada Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi MinumanBeralkohol

96 - 102

7 Prediktor Health Locus Of Control terhadap Health Seeking Behavior pada WanitaDewasa Madya yang Menderita Kanker Payudara

103 - 111

8 Adult Romantic Attachment pada Dewasa Muda yang Mengalami ChildhoodAbuse

112 - 124

2 / 3

Vol. 2 - No. 2 / 2013-08TOC : 4, and page : 79 - 87

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah diSurabaya

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah diSurabaya

Author :Dimas Riztiardhana |Fakultas PsikologiTriana Kesuma Dewi | [email protected] Psikologi

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prediktor Protection Motivation Theory (PMT) dapat digunakan untukmempredisksi perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada 31orang wanita dewasa awal, yaitu mereka yang berusia 18-24,6 tahun. Alat pengumpulan data berupa skala psikologis,yaitu skala PMT pada perokok yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi Protection Motivation Theory dariRogers (1975) dan skala perilaku merokok yang merupakan hasil penerjemahan dari Glover-Nillson Smoking BehaviorQuestionnaire (GN-SBQ) oleh Glover dan Nilsson (2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Protection MotivationTheory dapat digunakan untuk memprediksi perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya.

Keyword : Protection, Motivation, Theory, Perilaku, merokok, Wanita, dewasa, awal,

Daftar Pustaka :1. Glover, E. D., Nilsson, F., Westin, A., Glover, P. N., Laflin, M. T., & Persson, B, (2005). Developmental history ofthe Glover-Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire. 29, 443-455 : American Journal of Health Behavior,

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

3 / 3

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

Dimas RiztiardhanaTriana Kesuma DewiFakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract. The aim of this study was to determine whether the predictor of Protection Motivation Theory (PMT) can predict smoking behavior among young adult women that are not married yet in Surabaya. This research conducted on 31 young adult women, those between age of 18-24,6 years old. The instrument was psychological scale, which was PMT scale among smoker that compiled by researcher based on the dimensions of Protection Motivation Theory by Rogers (1975) and smoking behavior scale which was translated from Glover-Nillson Smoking Behavior Questionnaire (GN-SBQ) by Glover and Nilsson (2005). Research result show that Protection Motivation Theory can be use to predict the smoking behavior among young adult women that are not married yet in Surabaya.

Key words: Protection Motivation Theory; Smoking behavior; Young adult woman.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prediktor Protection Motivation Theory (PMT) dapat digunakan untuk mempredisksi perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada 31 orang wanita dewasa awal, yaitu mereka yang berusia 18-24,6 tahun. Alat pengumpulan data berupa skala psikologis, yaitu skala PMT pada perokok yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi Protection Motivation Theory dari Rogers (1975) dan skala perilaku merokok yang merupakan hasil penerjemahan dari Glover-Nillson Smoking Behavior Questionnaire (GN-SBQ) oleh Glover dan Nilsson (2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Protection Motivation Theory dapat digunakan untuk memprediksi perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya.

Kata Kunci: Protection Motivation Theory; Perilaku merokok; Wanita dewasa awal.

Korespondensi : Dimas Riztiardhana, email : -Triana Kesuma Dewi, email : [email protected] Psikologi. Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6, Surabaya - 60286

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

79

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

80

PENDAHULUAN

Merokok adalah aktivitas membakar daun tembakau kering dan menghisap asap pembakarannya (Eriksen, Mackay, & Ross, 2012). Secara umum, merokok diketahui merupakan perilaku yang tidak sehat. Namun faktanya jumlah perokok dunia khususnya di Indonesia terus meningkat. Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS; 2012), sebanyak 64,06% rumah tangga di Indonesia memiliki satu atau lebih anggota keluarganya berusia 10 tahun keatas yang merokok, dengan jenis rokok filter 74,15% dan non filter 21,04%. BPS (2012) menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi rokok mereka ini bervariasi, antara kurang dari enam batang per minggu (0,56%) hingga yang terbanyak 217 batang per minggu (1,52%). Data dari Kementerian Kesehatan dalam Global Adults Tobacco Survey (GATS): Indonesia Report (dalam National Institute of Health Research and Development, 2011) yang dilakukan di berbagai lokasi di Indonesia menyebutkan, total keseluruhan dewasa pengguna rokok tembakau di Indonesia telah mencapai 34,8% dari total populasi, atau sekitar 59,9 juta orang dewasa saat ini dengan total komposisi 60,9% pria dan 2,3% wanita. Data pengguna rokok ini secara umum menempatkan Indonesia di nomor empat dunia dengan jumlah penduduk merokok terbanyak menyusul Cina, Rusia, dan Amerika Serikat (Eriksen, Mackay, & Ross, 2012). Anggapan-anggapan seperti memper- mudah sosialisasi dalam pergaulan atau persahabatan, mengurangi stress, memunculkan perasaan percaya diri serta kedewasaan dan kejantanan, maupun menimbulkan rasa nikmat dan kenyamanan dipercaya sebagai cara pengambilan sikap bagi para perokok (Sandek & Astuti, 2007). Sebagian orang juga merasakan bahwa merokok adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, dapat menimbulkan ketenangan dan hidup bisa menjadi terasa tanpa beban, juga memberikan kenikmatan atau kepuasan psikologis bagi penggunanya (Salawati & Amalia, 2010). Dengan adanya pengetahuan, keyakinan, dan sikap yang positif terhadap perilaku merokok inilah, seseorang bisa menentukan sikap mereka terhadap perilaku

merokok itu sendiri (Sandek & Astuti, 2007). Tidak hanya memunculkan hal-hal positif, disisi lain, secara psikologis rokok juga dapat menyebabkan munculnya hal-hal yang negatif karena rokok dapat memunculkan perilaku yang spesifik seperti sifat impulsif, ekstroversi, suka mengambil resiko, banyak bergerak, cemas (Ma’sum dalam Nurlailah, 2010), dan yang paling parah, kecanduan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seorang wanita merokok. Menurut Andrews (2003), wanita cenderung memunculkan perilaku merokok dibawah tekanan emosi, menjadikannya koping ketika sedang dalam kondisi marah atau frustasi. Sementara bagi pria, rokok merupakan media relaksasi. Meningkatnya ketergantungan akan rokok pada wanita terjadi tidak hanya karena wanita merasa kurang percaya diri dan lebih bergantung pada rokok, namun juga menganggap mereka lebih mudah stress dibandingkan dengan pria yang merokok (Jacobson dalam Andrews, 2003). Mereka yang mulai merokok sejak masa remaja percaya bahwa merokok merupakan salah satu cara untuk mengontrol berat tubuh mereka menuju bobot yang ideal, walaupun hal ini berkebalikan dengan kenyataannya (Andrews, 2003). Faktor lain menurut Grogan dkk. (2010), wanita memunculkan perilaku merokok karena mereka percaya bahwa dengan merokok, kulit mereka akan tampak lebih halus dan awet muda. Para perokok ini juga percaya bahwa dengan merokok, mereka akan terlihat lebih keren, dewasa, serta terlihat mewah (Grogan, dkk., 2010). Hal ini tentu berkebalikan dengan fakta yang sesungguhnya bahwa dengan merokok, kulit justru akan terlihat lebih rusak. Selain itu Rafsanjani (2011) menyebutkan karena majunya perkembangan jaman saat ini diikuti pula dengan gaya hidup yang semakin meningkat, membuat seorang wanita memunculkan perilaku merokok. Lebih lanjut menurut Rafsanjani (2011), emansipasi wanita juga menjadi titik balik bagi para wanita modern saat ini untuk mendapatkan hak yang sama dengan kaum pria sehingga mungkin banyaknya pola pikir perempuan yang melebihinya. Sementara Andrews (2003) dan Grogan (2003) menjelaskan dampak dari segi psikologis dan segi kesehatan, Lestari (2010) yang sejalan dengan Rafsanjani

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

81

Dimas Riztiardhana, Triana Kesuma Dewi

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

(2011) mengemukakan tiga alasan umum yang menjadi faktor mengapa seorang wanita merokok. Faktor-faktor ini diantaranya ada faktor individu, faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan pergaulan. Jika dikaji menurut sudut pandang PMT yang merupakan teori tentang perilaku sehat manusia dipandang dari munculnya rasa takut (fear appeal), tentu bisa menjadi pertanyaan mengapa seseorang dapat memunculkan perilaku merokok jika mereka sudah memahami bahaya yang dapat terjadi pada mereka. Dalam hal ini, merokok bisa saja terjadi karena strategi threat appraisal lebih mengarahkan pada munculnya perilaku merokok. Ataupun sebaliknya, mereka mungkin tidak berhasil dalam coping appraisal. Walaupun tidak menutup kemungkinan jika faktor-faktor lain yang terlibat dalam muculnya perilaku merokok seperti pengaruh sosial, psikologis, ataupun biologis justru menjadi faktor utama yang melatarbelakangi seseorang merokok, khususnya pada wanita. Munculnya perilaku merokok memang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik dari segi sosial, psikologis, maupun biologi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam segi sosial, seseorang merokok dapat terjadi karena tuntutan peran maupun pengaruh teman sebaya. Dalam segi psikologis, perokok yakin bahwa rokok dapat menenangkan pikiran mereka dan dapat dengan segera melupakan stress yang mereka alami. Sedangkan dalam segi biologi, herediter juga ikut memengaruhi seseorang dalam tindakan merokoknya. Umumnya para perokok ini mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kanker paru, jantung dan pembuluh darah, serta penyakit berat lainnya. Namun penggunaannya tetap berjalan, malah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dengan mengesampingkan pengetahuan akan dampak buruk bagi kesehatan mereka ini, tentunya akan semakin merusak tubuh mereka jika penggunaan rokok dilakukan secara konsisten. Wanita yang merokok sendiri memang dapat mengadopsi salah satu atau mungkin semua faktor yang telah dijelaskan tadi. Dengan kata lain, terdapat banyak alasan yang menjadi latar belakang bagi seorang wanita untuk merokok. Hal ini

terlepas dari pemahaman mereka akan kesehatan, khususnya mengenai kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan bagi wanita, khususnya pada bagian reproduksi, merupakan perhatian sejak dulu. Namun bagaimana mungkin hal ini bisa begitu saja dikesampingkan oleh mereka yang merokok. Protection Motivation Theory merupakan salah satu teori yang dapat menjelaskan perilaku sehat manusia yang mestinya dapat digunakan untuk memprediksikan perilaku merokok ini. Penelitian mengenai perilaku merokok dan PMT memang telah ada sebelumnya. Namun belum ada yang mengaitkan dengan wanita dewasa awal yang belum menikah karena memang kebanyakan penelitian mengenai rokok adalah untuk usia remaja. Karena itu penulis ingin mengetahui lebih lanjut apakah Protection Motivation Theory dapat digunakan sebagai prediktor perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah.

METODE PENELITIAN

Keseluruhan subyek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa awal, yaitu mereka yang berumur 18-24,6 tahun menurut Badan Pusat Statistik (2005). Teknik pengambilan sampel yang dipilih penulis adalah aksidental. Teknik ini dipilih karena dalam penelitian ini tidak dapat diketahui secara pasti jumlah seluruh perokok wanita yang belum menikah sehingga sulit memilih subjek secara acak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 31 subyek. Usia sampel yang paling banyak berada dalam rentang 20-22 tahun, dengan total persentasi 87,1% meliputi keseluruhan wilayah Surabaya. Mayoritas subjek penelitian adalah mahasiswi (93,55%) dimana banyaknya jumlah mahasiswi sebagai subjek penelitian tidak terlepas dari rentang usia yang dibatasi antara 18 hingga 24,6 tahun dimana di kota besar yang banyak menuntut pekerjaan dengan keahlian khusus menuntut masyarakatnya untuk memiliki pendidikan yang terspesialisasi (Hartomo & Aziz, 1993). Berdasarkan kategori penggunaan rokok, didapatkan bahwa 38,71% dari keseluruhan subjek berada dalam kategori perokok kuat, 35,48% dalam kategori sedang, dan sisanya dalam kategori ringan.

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

82

Mayoritas pengguna rokok ini adalah perokok okasional (70,97%) yang berarti mereka merokok dengan intensitas atau ritme yang tak tentu. Data yang diperoleh juga mennjukkan bahwa subjek penelitian telah merokok sejak usia remaja. Sementara sementara 90,32% dari mereka memiliki paling tidak seorang dari anggota keluarganya yang merokok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala PMT pada perokok yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi PMT dari Rogers (1975) dan skala perilaku merokok yang merupakan hasil penerjemahan dari Glover-

Nilsson Smoking Behavior Questionnaire (GN-SBQ) oleh Glover, dkk. (2005). Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach skala PMT pada perokok adalah 0,853 pada severity, 0,857 pada vulnerability, 0,815 pada rewards, 0,803 pada response efficacy, 0,886 pada self efficacy, 0,726 pada response cost. Sementara untuk GN-SBQ diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,836. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

Tabel 1 Hasil Uji Korelasi

Pearson CorelationSig.

(1-tailed)Merokok 1 1,000Severity -0,357 0,024Vulnerability -0,298 0,051Rewards 0,290 0,057Self efficacy -0,346 0,028Response cost -0,701 0,000Response efficacy 0,778 0,000

Hal ini dilakukan setelah data lulus asumsi yang terdiri dari uji normalitas, uji multi kolinearitas, dan uji homoskedaisitas.

HASIL PENELITIAN

Sebelum uji regresi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan Protection Motivation Theory terhadap perilaku merokok. Dari hasil uji korelasi, ditemukan bahwa dari 6 indikator PMT, 2 diantaranya terbukti tidak berhubungan secara signifikan dengan

perilaku merokok. Indikator ini adalah vulnerability dan rewards. Analisis selanjutnya yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dapat menjawab pertanyaan penelitian. Model PMT yang di dalamnya terdapat prediktor severity, response efficacy, self efficacy, dan response cost hanya 1 prediktor yang secara kuat dapat memprediksi perilaku merokok pada wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya yaitu response cost. Kontribusi masing-

Tabel 2 Kontribusi Tiap Prediktor terhadap Variabel Dependen

ModelUnstandardized

CoefficientsStandardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

Perilaku Merokok 1,799 16,230 0,111 0,913

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

83

Dimas Riztiardhana, Triana Kesuma Dewi

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat ditentukan prediktor mana saja yang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku merokok. Dengan derajat kebebasan (df) 26 dan p signifikansi sebesar 0,05. Dari sini maka didapatkan T tabel sebesar 2,056. Jika T hitung > T tabel, maka regresi dapat diterima. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari prediktor severity, response cost, response efficacy, dan self efficacy, hanya response cost yang memiliki nilai T hitung yang tinggi dari pada T tabel yaitu sebesar 2,876. Selain itu nilai p siginifikansi pada tabel diatas pada masing-masing prediktor menunjukkan nilai lebih dari 0,05 yang artinya variabel independen tidak mampu memprediksi variabel dependen. Hanya prediktor response cost dengan nilai signifikansi sebesar 0,008 yang dapat dikatakan mampu memprediksi variabel terikat.

PEMBAHASAN

Protection Motivation Theory merupakan model pendekatan yang dapat digunakan untuk memprediksikan perilaku sehat seseorang (Rogers, 1975; dalam Steptoe 2010). Lebih jelasnya, Norman, Boer, dan Seydel (2005) menjelaskan bahwa PMT merupakan kerangka untuk memahami suatu akibat dari rasa takut (fear appeal). Kerangka ini digunakan untuk menjelaskan perilaku sehat manusia dimana rasa takutlah yang digunakan untuk mengontrol atau mengubah perilaku dan sikap seseorang. Perilaku yang dimaksud dalam PMT mencakup perilaku merokok yang dibahas dalam penelitian ini. Secara teori, perilaku merokok merupakan salah satu perwujudan dari respon maladaptif. Teori ini menyebutkan bahwa perilaku maladaptif macam ini muncul karena pelakunya

tidak memahami ancaman yang bisa terjadi selama perilaku tak sehat dilakukan (Steptoe, 2010). Perilaku merokok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku merokok pada wanita dewasa awal di Surabaya. Konteks penelitian dipilih karena dewasa awal merupakan orang-orang dengan periode dimana manusia menghadapi penyesuaian pola-pola kehidupan, seperti peran dan sikap, yang baru dan juga harapan-harapan sosial yang baru (Hurlock, 1980). Tugas-tugas perkembangan seorang dewasa awal, khususnya bagi mereka yang belum menikah, banyak dipusatkan pada mendapatkan pekerjaan, memilih pasangan hidup, belajar hidup bersama suami atau istri dan membentuk suatu keluarga, membesarkan anak, mengatur rumah tangga, bertanggung jawab sebagai seorang warga negara, maupun bergabung dalam suatu kelompok sosial (Hurlock, 1980). Sedangkan Surabaya dipilih sebagai konteks penelitian karena sebagai kota besar, masyarakatnya cenderung heterogen dan memiliki ikatan sosial yang rendah (Hartomo & Aziz, 1993). Masyarakat kota yang memiliki penilaian sosial tinggi akan perbedaan status, kepentingan, dan situasi hidupnya memiliki pengaruh terhadap sistem yang ada di kota itu sendiri. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil analisis data yang menunjukkan bahwa Protection Motivation Theory dapat digunakan sebagai prediktor perilaku merokok wanita dewasa muda yang belum menikah di Surabaya sebesar 62,2%. Hasil uji regresi memang menerima hipotesis alternatif sebagai jawaban pertanyaan penelitian. Namun dari enam prediktor Protection Motivation Theory yang antara lain ada severity, vulnerability, rewards, response efficacy, self efficacy, dan response cost, hanya ada satu yang memenuhi uji regresi. Prediktor ini adalah response cost dengan nilai

Severity 0,141 0,397 0,083 0,356 0,725

Response efficacy -0,028 0,533 -0,012 -0,053 0,958

Self efficacy -0,278 0,321 -0,185 -0,865 0,395

Response cost 1,795 0,624 0,667 2,876 0,008

masing prediktor dapat dilihat dari tabel berikut :

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

84

p signifikansi sebesar 0,008 dimana prediktor ini memiliki nilai dibawah 0,05 yang merupakan syarat agar prediktor dapat dikatakan mampu memprediksi variabel terikat. Sementara lima prediktor yang lain kurang dapat memprediksi perilaku merokok. Hasil analisis dari severity menunjukkan bahwa prediktor ini kurang dapat memprediksikan perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh MacDonell dkk. (2013) yang meneliti PMT pada perokok di Cina dimana hasil penelititannya mendukung severity sebagai salah satu prediktor perilaku merokok. Perbedaan dapat terjadi mengingat jumlah subjek penelitian MacDonell dkk. (2013) mencapai lebih dari 553 orang. Penulis juga mengindikasikan aitem-aitem yang memiliki desirabilitas tinggi. Uji analisis dari response efficacy menunjukkan bahwa prediktor ini kurang dapat memprediksikan perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Hasil penelititan ini sejalan dengan apa yang ditemukan oleh Cismaru (2006) bahwa response efficacy secara tidak signifikan dapat memprediksi perilaku sehat seseorang. Hal ini mungkin bertentangan dengan hasil penelitian MacDonell, dkk. (2013) yang menyatakan sebaliknya. Perbedaan ini terkait perbedaan bangsa dan budaya serta fokus penelitiannya. Walaupun prediktor yang digunakan sama-sama mengukur perilaku sehat. Self efficacy menunjukkan bahwa prediktor ini kurang dapat memprediksikan perilaku merokok wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Morman (2000; dalam Lewis, LaRose, Rifon, dan Wirth, 2007) mengenai uji self efficacy yang dilakukannya pada pelajar yang akan menjalani testicularself examination (TSE) dimana hasilnya sangat berpengaruh pada self efficacy. Perbedaan hasil penelitian ini terjadi karena karakteristik subjek penelitian yang berbeda jika dilihat dari usia dan tujuan penelitiannya.

Hasil uji analisis dari response cost menunjukkan bahwa prediktor ini dapat memprediksikan perilaku merokok wanita dewasa

awal yang belum menikah di Surabaya. Penelititan yang sama dilakukan oleh MacDonell dkk. (2013) pada remaja di Cina mengatakan bahwa response cost memiliki tingkat prediksi yang cukup tinggi untuk para perokok tersebut. Hasil yang senada dipaparkan oleh Cismaru (2006) yang mengatakan bahwa response cost memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku tidak sehat secara umum. Bahwa semakin tinggi nilai response cost seseorang, maka semakin tinggi pula perilaku tidak sehat yang akan mereka jalankan. Kesamaan dalam penelitian ini dapat terjadi mengingat apa yang telah dijelaskan oleh Lewis, LaRose, Rifon, dan Wirth (2007) yang menyatakan bahwa jika seseorang tidak memiliki informasi mengenai pilihan perilaku adaptif, mereka mereka akan cenderung untuk melakukan yang tindakan yang mengarah pada pilihan maladaptif. Dengan kata lain, fear appeal tidak akan bekerja kecuali orang tersebut memiliki rasa takut. Dalam hal ini informasi mengenai dampak negatif merokok tidak memengaruhi perubahan nilai subjek penelitian sehingga banyak subjek yang mendukung tingginya nilai prediktor ini. Khususnya bagi dewasa awal yang perubahan minatnya masih dipengaruhi oleh keadaan sosial pasca masa remaja (Hurlock, 1980). Prediktor vulnerability dan rewards tidak dapat dianalisis dalam uji regresi karena kedua prediktor ini terbukti tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini berarti bahwa prediktor vulnerability dan rewards tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku merokok pada wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Korelasi yang tidak signifikan menunjukkan bahwa kebanyakan subjek penelitian tidak menemukan masalah mengenai seberapa rentan diri mereka terhadap bahaya merokok. Selain itu, subjek penelitian lebih banyak mengidentifikasi manfaat yang diperoleh dari merokok dari resiko yang ditimbulkan itu sendiri. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh MacDonell dkk. (2013) yang mengatakan bahwa dua prediktor ini mampu memprediksi perilaku merokok. Perbedaan dapat terjadi karena subjek penelitian yang lakukan oleh penulis berbeda dengan subjek penelitian yang digunakan oleh MacDonell dkk. (2013) yaitu remaja yang ada di Cina.

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

85

Dimas Riztiardhana, Triana Kesuma Dewi

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa Protection Motivation Theory dapat digunakan sebagai prediktor perilaku merokok yang dimunculkan wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan prediktor response cost dalam PMT yang diketahui mampu memprediksi perilaku merokok pada wanita dewasa awal yang belum menikah di Surabaya. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk memperbanyak data dengan menyebarkan kuesioner-kuesioner penelitian lebih banyak lagi. Diharapkan dengan banyaknya data yang

diterima, penelitian yang dilakukan akan semakin reliabel. Disarankan juga untuk melakukan kontrol terhadap variabel lain yang dapat memengaruhi prediktor. Misalnya dengan memperhatikan metode pengambilan data atau faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk mulai merokok. Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah apakah jawaban yang diberikan oleh subjek selama berpartisipasi dalam penelitian dipengaruhi oleh orang lain disekitarnya. Selain itu bagi wanita yang menjalankan kebiasaan merokok,agar mencari tahulebih banyak informasi mengenai dampak-dampak dari merokok. Penelitian mengenai PMT pada pero-kok ini dapat dijadikan masukan bagi mereka yang ingin berhenti merokok.

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

86

PUSTAKA ACUAN

Andrews, G. (2003). Buku ajar kesehatan reproduksi wanita (2 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Azwar, Syaifuddin. (2010). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Badan Pusat Statistik. (2005). Rata-rata umur perkawinan menurut daerah dan jenis kelamin, indonesia,

1992-2005. Statistics Indonesia [on-line]. Diakses pada tanggal 20 April 2013 melalui situshttp://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?option=com_tabel&kat=6&idtabel=141&Itemid=168.

Badan Pusat Statistik. (2012). Statistik daerah kota Surabaya 2012. Surabaya:Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.

Cismaru, Magdalena. (2006). Using Protection Motivation Theory to Increase the Persuasiveness of Public Service Communications. Public Policy Paper Series. Saskatchewan: University of Regina.

Eriksen, M., Mackay, J., & Ross, H. (2012). The tobacco atlas (4th. ed.). Atlanta: American Cancer Society, Inc.Floyd, D. L., Prentice-Dunn, S., Rogers, R. W. (2000). A meta-analysis of research on protection motivation

theory. Journal of applied social psychology, 30, 22, 407-429.Glover, E. D., Nilsson, F., Westin, A., Glover, P. N., Laflin, M. T., & Persson, B. (2005). Developmental history of the

Glover-Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire. American Journal of Health Behavior, 29, 443-455.Grogan, S., Flett, K., Clark-Carter, D., Gough, B., Davey, R., Richardson, D., & Rajaratnam, G. (2010). Women

smoker’s experiences of an ageappearance anti-smoking intervention: A qualitative study. British Journal of Health Psychology, 1-15.

Eriksen, M., Mackay, J., & Ross, H. (2012). The tobacco atlas (4th. ed.). Atlanta: American Cancer Society, Inc.Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi research (ed. 3). Yogyakarta: Andi Yogyakarta.Hartomo, & Aziz, A. (1993). Ilmu sosial dasar. Jakarta: Bumi Aksara.Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2003). Theories of learning (7th. ed.). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Hurlock, E. B. (1975). Developmental psychology (4th. ed.). New York: McGraw-Hill.Hurlock, E. (1980). Psikologi perkembangan; Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (5 ed.)

(Istiwidayanti., Soedjarwo. Trans.). Jakarta: Penerbit Erlangga.Kamus Besar Bahasa Indonesia (2nd. Ed.). (1991). Jakarta: Balai Pustaka.Kerlinger, F. N. (1990). Asas-asas penelitian behavioral (Simatupang, L.R. Trans.). Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.Komalasari, D., Helmi A.F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi,

28: 37-47.Kosslyn, S. M., & Rosenberg, R. S. (2003). Fundamentals of psychology; The brain, the person, the world. Boston:

Pearson Education Inc.Lewis, M. L., LaRose, R., Rifon, N. J., Wirth, C. (2007). Self efficacy manipulations in protection motivation

research; A meta-analysis. Journal of Applied Communication Research, 28, 2, 91-116.Lestari, Yuni. (2010). Perilaku kesehatan reproduksi pada perokok wanita di Surakarta. Skripsi. Universitas

Sebelas Maret: Surakarta.National Institute of Health Research and Development. (2011). Global adults tobacco survey: Indonesia report

2011. Jakarta: Ministry of Health.Nazir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.Neuman, W. L. (2006). Social research methods; Qualitative and quantitative approaches 6th. ed. Wisconsin:

University of Wisconsin Whitewater.Norman, P., Boer, H., & Seydel, E. R. (2005). Predicting health behavior - Research and practice with social

cognitive models. Meidenhead: Open University Press.Macdonell, K., Chen, X., Yan, Y., Li, F., Gong, J., Sun, H., Li, X., Stanton, B. (2013). A PMT-based scale for tobacco

research among Chinese youth. Journal of Addicted Research Therapy, 4, 3, 1-7.

Prediktor Protection Motivation Theory terhadap Perilaku Merokok Wanita Dewasa Awal yang Belum Menikah di Surabaya

87

Dimas Riztiardhana, Triana Kesuma Dewi

Jurnal Psikologi Kliniis dan Kesehatan Mentalvol.02 No. 02, Agustus 2013

Mensch, B. S., Singh, S., & Casterline, J. B. (2005). Trends in the timing of first marriage among men and women in the developing country. New York: Population Council.

Norman, P., Boer, H., & Seydel, E. R. (2005). Predicting health behavior - Research and practice with social cognitive models. Meidenhead: Open University Press.

Nurlailah, Neneng. (2010). Hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi

Universitas Islam Syarif Hidayatullah: Jakarta. Paludi, M. A. (1992). The psychology of women. New York: Wm. C. Brown Communication, inc.

Pallant, J. (2007). SPSS: Survival manual (3rd. ed.). Sydney: Allen & Unwin.Paretti-Watel, P., Beck, F., Legleye, S., & Moati, J. P. (2007). Becoming a smoker; Adapting Becker’s model of

deviance for adolescent smoking. Health Psychology, 16, 53-67.Rafsanjani, Reza F. (2011). Wanita perokok. Blogspot [on-line]. Diakses pada tanggal 17 Januari 2013 melalui

situs http://rezarafian.blogspot.com/2011/05/wanita-perokok.html.Rath, J. M., Sharma, E., & Beck, K. H., (2013). Reliability and validity of the Glover Nilsson Smoking Behavior

Questionnaire. American journal of health behavior, 37, 3, 310-317.Salawati, T., & Amalia, R. (2010). Perilaku merokok di kalangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Semarang. Prosiding Seminar Nasional Unimus (pp. 172-180). Semarang: Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Semarang.

Sandek, R., & Astuti, K. (2007, Februari). Hubungan antara sikap terhadap perilaku merokok dan kontrol diri dengan intensi berhenti merokok. Jurnal Insight, 1-8.

Sarafino, E. P. (2008). Health psychology: Biopsychosocial interaction (6th. Ed.). Danvers: John Wiley & Sons, Inc.

Slovic, Paul. (2001). Smoking; Risk, perception, and policy. London: Sage Publication.Steptoe, A. (2010). Handbook of behavioral medicine. New York: Springer.Sutriani, N. M. (2012). Karakteristik perkembangan masa dewasa awal. Wordpress [on-line]. Diakses pada

tanggal 16 Januari 2013 melalui situs http://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/22/karakteristik-perkembanganmasa-dewasa/.