Jiwa 2 Makalah Adhd
-
Upload
alfian-fahrosi -
Category
Documents
-
view
109 -
download
1
Transcript of Jiwa 2 Makalah Adhd
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orangtua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses
tumbuh kembang anak, sehingga sering terjadi benturan-benturan yang
menimbulkan masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja.
Penelitian baru menunjukkan bahwa paparan pestisida yang digunakan pada
makanan anak-anak seperti stroberi segar, seledri bisa meningkatkan risiko
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak.
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolag
maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala
menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah
satu alas an dan masalah kanak-kanak uyang paling umum mengapa anak-
anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental.
Konsensus oendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 305% atau
sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti
cara berpikir, bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan
bermasalah dengan konsentrasi dan pemusatan pikiran. Seperti memicu anak
hiperaktif. Ada beberapa gangguan jiwa pada anak dan remaja yang banyak
ditemukan di klinik tumbuh kembang anak dan remaja rumah sakit.
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 %
sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk
mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan
keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di
beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa
negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50.
Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di
antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui
jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran
rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak
ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20
anak menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor
seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh
alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu
makanan, dll (Verajanti, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini antara
lain:
1. Bagaimana konsep dasar ADHD?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan klien dengan ADHD?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui konsep dasar ADHD.
2. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan ADHD.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dasar ADHD.
2. Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan klien dengan
ADHD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Merupakan suatu metoda sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat
untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai/mempertahankan keadaan
biologi, psikologi, sosial dan spiritual yang optimal.
Kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Suatu keadaan yang di
tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan
adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991). Kelemahan/ketidakmampuan kognitif
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 – 75 atau kurang ), dan disertai keterbatasan
lain seperti: berbicara dan berbahasa, keterampilan merawat diri, ADL,
keterampilan social, penggunaan sarana masyarakat, kesehtan dan keamanan,
akademik fungsional, bekerja dan rileks (AAMR,1992).
Banyak orangtua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh
kembang anak, sehingga sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan
masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja. Penelitian baru
menunjukkan bahwa paparan pestisida yang digunakan pada makanan anak-anak
seperti stroberi segar, seledri bisa meningkatkan risiko Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak.
Para ilmuwan di AS dan Kanada menemukan bahwa anak-anak dengan
tingkat residu pestisida yang tinggi dalam urin mereka, rentan mengalami ADHD.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik
anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir,
bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan
konsentrasi dan pemusatan pikiran. Seperti memicu anak hiperaktif.
2.2 Masalah-Masalah / Gangguan Kejiwaan
1. Pada Anak
Ketidakberdayaan
Retradasi Mental
Gangguan perkembangan
Gangguan perilaku
Defisit perawatan diri
2. Pada Remaja
HDR
Perilaku kekerasan
Perilaku bunuh diri
Menarik diri
Halusinasi
Waham
Defisit perawatan diri
Masalah seksualitas
Narkoba
2.3 Klasifikasi
Retardasi mental menurut American Psychiatric Association, 1994 , dibagi
menjadi :
1) Retardasi mental ringan : tingkat IQ 50 - 55 sampai kira-kira 70.
Retardasi ringan misalnya: agak terlambat dalam belajar bahasa tapi
sebagian besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-
cakap, dan diwawancarai; dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian,
buang air besar, dan buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah
tangga. Namun biasanya mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran
sekolah, misalnya dalam membaca dan menulis, ini sering disebabkan oleh
kekurangan kronik stimulasi intelektual.
2) Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35 – 40 sampai 50 – 55.
Mereka lambat dalam pengembangan pemahaman dan penggunaan bahasa,
keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik terlambat. Penderita
juga memerlukan pengawasan seumur hidup dan program pendidikan
khusus demi mengembangkan potensi mereka yang terbatas agar
memperoleh beberapa keterampilan dasar.
3) Retardasi mental berat: tingkat IQ 20 – 25 sampai 35 – 40.
Keadaan mirip retardasi mental sedang tapi biasanya disertai kondisi fisik
yang berat. Kebanyakan dengan hendaya motorik yang berat dan hal ini
menunjukkan kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat.
4) Retardasi mental yang amat sangat berat : tingkat IQ di bawah 20 - 25.
Intelegensi diperkirakan kurang dari 20, yang berarti sangat terbatas
kemampuannya untuk memahami atau mematuhi permintaan atau
instruksi. Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak (sangat terbatas
dalam gerakannya), ngompol, dan hanya mampu mengadakan komunikasi
isyarat yang belum sempurna. Mereka hanya mempunyai sedikit sekali
kemampuan mengurus sendiri kebutuhan dasar mereka. Mereka selalu
memerlukan bantuan dan pengawasan.
5) Retardasi mental dengan keparahan yang tidak disebutkan
Jika terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi intelligence orang
tersebut tidak dapat diuji dengan tes standart.
2.4 Etiologi
1. Organik
Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/down sindrom).
Faktor prenatal : kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan
(infeksi, zat teratogenik dan toxin, disfungsi plasenta).
Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intra kranial, asphyksia
neonatorum dll).
Faktor post natal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia,
malnutrisi).
2. Anorganik
Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.
Sosial kultural.
Interaksi anak kurang.
Penelantaran anak.
3. Faktor Biologik
Kelainan kromosom, kelainan metabolik, gangguan post natal / gangguan
perinatal
4. Faktor Psikososial
Deprivasi psikososial, misalnya : kurangnya stimulasi sosial, bahasa dan
intelektual, kehidupan keluarga yang tidak harmonis, sering berganti
pengasuh dan tidak adekwat.
5. Faktor – faktor lain : keturunan, pengaruh lingkungan dan kelainan mental
lainnya.
2.5 Patofisiologi
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti
atau tidak lengkap. Ini terutama ditandai hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik,dan sosial.
Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif
yang muncul pada masa kanak – kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai
dengn fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan
disertai dengan keterbatasan – keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi
adaptif : berbahasa dan berbicara, keterampilan merawat diri, keterampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab
prenatal,yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom Fragile-X,
ganggunan sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis (tipe1) ) dan
gangguan metabolisme sejak lahir (fenilketonuria),perinatal. Penyebab perinatal
yaitu yang berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM,
prematur, serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra cranial.
Postnatal yaitu mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala,
infeksi dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom
Down, dan sindrom alkohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang
menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral,
defisit sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retardasi
mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada
masa kanak-kanak, prognosis jangka panjang ditentukan seberapa jauh penderita
dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat.
Penanganannya antara lain dengan mempersiapkan kemandirian,
pemeriksaan ke psikiater, tes psikologi/tes intelegensi, diberi farmakoterapi,
psikoterapi suportif individual, konseling keluarga, sekolah luar biasa.
2.6 Manifestasi Klinik
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-
geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan
atau keadaan di dalam suatu kelompok
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
10. Sering berbicara secara berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).
2.7 Uji Laboratorium dan Diagnostic
Uji inteligensia standar (Stanford-binet, Weschler, Bayley Scale of Infan
Development).
Uji perkembangan seperti Denver II.
Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptive Behavior Scale,
Woodcock-Johnson Scale of Independen Behavior, School Edition of
Adaptive Behavior Scales).
2.8 Pemeriksaan
Anamnesa : riwayat kehamilan, kelahiran, keturunan, latar belakang
sosiokultur.
Pemeriksaan : psikiatrik, fisik, dan neurologik.
2.9 Komplikasi
Serebral palsi
Ganguan kejang
Gangguan kejiwaan
Gangguan konsentrasi/hiperaktif
Defisit komunikasi
Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan
antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
2.10 Pencegahan
Pencegahan primer : usaha - usaha untuk menghilangkan / mengurangi
kondisi yang dapat menimbulkan gangguan yang berhubungan dengan RM.
seperti: pendidikan kesehatan
2.11Penatalaksanaan Medis
Obat-obatan yang diberikan biasanya yaitu :
Obat-obatan psikotropika, untuk remaja yang mempunyai perilaku
membahayakan diri sendiri.
Psikostimulan untuk remaja yang mengalami gangguan
konsentrasi/hiperaktif.
Antidepresan.
Karbamazepin.
Terapi
farmako terapi ( obat - obatan )
psiko terapi
terapi perilaku
bimbingan belajar
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Rencana Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian terutama ditujukan untuk menilai secara komprehensif
mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan
ketrampilan adaptif : kominikasi, perawatan diri, interaksi sosial,
penggunaan sarana prasarana di masyarakat, pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fingsional,
pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
1) Data Demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama,
pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu
diketahui.riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang
pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas
kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat
badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur
termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan
dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan
keterbatasan lainnya.
2) Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga,
hidung, mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan
neurologis anak dan remaja. Pemeriksaan fisik lengkap sangat
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan
fisik terhadap perilaku anak dan remaja. Selain itu hasil
pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan
pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak dan
remaja.
3) Status Mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan
gambaran mengenai fungsi ego anak dan remaja. Perawat
membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dan
remaja dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak
dan remaja perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang santai
dan nyaman bagi anak maupun remaja.
Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi, proses
berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan
orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian
terhadap hubungan interpesonal anak dan remaja dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya dan teman sebayanya, yang
penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
4) Riwayat Personal dan Keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh
kembang anak dan remaja, biasanya dikumpulkan oleh tim
kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak
dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari
pengkajian melalui pengalihan fokus anak maupun remaja sebagai
indivdu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi
kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa
yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan
keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat
digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) dan DSM-III R
(Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berhias, toileting
2) Kerusakan komunikasi verbal
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Risiko untuk keterlambatan perkembangan
c. Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak
dan remaja, seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah maupun remaja,
dan perubahan lingkungan anak maupun remaja. Untuk anak dan remaja
yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai
berikut:
Memenuhi kebutuhan emosi anak, remaja dan kebutuhan untuk
dihargai
Mengurangi ketegangan pada anak, remaja dan kebutuhan untuk
berperilaku defensive
Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
Membantu mengembangkan identitas diri
Memberikan anak dan remaja kesempatan untuk menjalani
kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum
terselelsaikan secara tuntas
Membantu anak dan remaja berkomunikasi secara efektif
Mencegah anak dan remaja untuk tidak menyakiti baik dirinya
maupun diri orang lain
Membantu anak maupun remaja dalammemelihara kesehatan
fisiknya
Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
d. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang
terdiri dari :
a) Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak
dan remaja untuk mengekspresikan konflik yang belum
terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu
yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya.
Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
Berkomunikasi dengan orang lain
Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan
dengandiri sendiri, dunia luar, dan orang lain
Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri
dengan realitas
b) Terapi Keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi
keluarga. Orangtua perlu belajar secara bertahap tentang peran
mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung
jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga.
Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa
keadaan dalam keluarga turut meninbulkan gangguan pada
anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam
meningkatkan kesadaran keluarga.
c) Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang
melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat
bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan
impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan
sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik
memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan
pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.
d) Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalm
psikiatri anak dan remaja, tetap bermanfaat untuk mengurangi
gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan
membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat
ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang
tepat.
e) Terapi Individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis,
psikoanalitis berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain
pengalaman. Hubungan antara anak maupun remaja dengan
therapist memberikan kesempatan apda anak untuk medapatkan
pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa
dengan penuh kasih sayang dan uji realitas.
f) Pendidikan pada Orang Tua
Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting
untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja,
begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah
dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang
anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang
sesuai dengan usia anak dan remaja. Keterampilan
berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati
antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh
anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak.
Hal-hal lain seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan
jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
g) Terapi Lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian
dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak dan remaja.
Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan
terprogram, memungkinkan anak dan remaja untuk mencapai
tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus
pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus pada
perilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan
umpan balik terus menerus kepada anak-anak dan remaja
tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku
yang baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai,
tergantung pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya,
perilaku negatif tidak ditoleransi.
e. Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dan remaja dengan
gangguan jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu
tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2
sampai 4 minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi,
intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif.
Pada umunya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku anak maupun remaja. Apakah anak dan remaja menunjukkan
kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan
meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional?
Anak dan remaja harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak
impulsif.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang
dewasa dan orang tua secara wajar
Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
3.2 Peranan Keperawatan
1. Pelaksana keperawatan (care giver)
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dengan masalah
ADHD seperti dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, serta pelaksanaan
ADL klien.
2. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga agar klien dan keluarganya dapat memahami cara mengatasi
masalah penyakit, tindakan pencegahan maupun penanganan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan.
3. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melakukan home visit atau kunjungan ke rumah klien secara
teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang proses
rehabilitasi klien dengan ADHD.
4. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kenyamanan maupun keamanan. Keluarga dapat meminta nasehat pada
perawat sehingga terjalin hubungan antara perawat dan keluarga yang
baik. Perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
5. Kolaborasi
Perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun secara
lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan dasar serta penyembuhan
penyakit yang dialami klien.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan
aktifitas motorik anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah
mental seperti cara berpikir, bertindak dan merasa. Anak-anak yang
mengalaminya akan bermasalah dengan konsentrasi dan pemusatan
pikiran. Seperti memicu anak hiperaktif.
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan
jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu.
Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai 4
minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis,
serta perencanaan yang komprehensif.
4.2 Saran
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
ADHD dapat melibatkan anak dalam brain Gym untik memfokuskan
perhatian anak. Anak ADHD mengalami kesulitan untuk fokus dan
berlaku berlebihan (hiperaktif) yang dapat mengganggu teman-temannya.
Melihat dari permasalahan tersebut, maka pada proyek tugas akhir ini,
penulis ingin memberikan solusi dalam penyembuhan anak ADHD
melalui metode Brain Gym yang dipercaya dapat memberikan efek baik
kepada anak ADHD. Metode yang digunakan dari Brain Gym adalah
metode untuk latihan koordinasi otak. Latihan koordinasi otak ini
ditujukan untuk melatih fokus anak ADHD.
Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk
membantu anak ADHD di sekolah. Komunikasi terbuka antara orangtua
dan staf sekolah dapat merupakan kunci keberhasilan anak. Para guru
seringkali merupakan pihak yang pertama dalam mengenali perilaku
seperti ADHD serta dapat memberikan informasi yang berguna kepada
orangtua, penanggung-jawab, dan dokter yang dapat membantu diagnosa
dan pengobatan. Para guru dan orangtua juga dapat bekerja-sama untuk
pemecahan masalah dan merencanakan cara-cara untuk membantu
pelajaran anak baik di rumah maupun di sekolah.
Keluarga atau orang tua dalam membantu anak yang menderita
ADHD harus memberikan perawatan anak dengan metode yang berbeda
dengan anak yang normal. Oleh karena itu hendaknya orang tua atau
keluarga menyusun kegiatan sehingga anak mempunyai rutinitas yang
sama tiap hari, mengatur kegiatan harian, menggunakan jadwal untuk
pekerjaan rumah, dan memperpertahankan aturan secara konsisten dan
berimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2006). Memahami Anak ADHD. Cetakan I.
Bandung : Penerbit PT Refika Aditama
Cecily L.Betz Linda A. Sowden. 2001. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:
EGC
Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan
keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Isaac, A. (2005). Panduan Keperawatan Kesehatan Jiwa &
Psikiatrik(terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran
EGC
McCloskey J.C & Bulechek G.M. 1996. Nursing Intervention Classification
(NIC)
Nanda. 2001. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002.
Philadelphia
Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri pedoman Untuk Pembuatan rencana Perawatan(terjemahan).
Edisi 3. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC