Makalah Keperawatan Jiwa II
-
Upload
aisyah-badmas -
Category
Documents
-
view
252 -
download
11
description
Transcript of Makalah Keperawatan Jiwa II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya
setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun
beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik
secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak
produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah
satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan indrustri
keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan
jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai
gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya
gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara
individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak
produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007).
Perencanaan pemulangan pasien adalah suatu proses dimana pasien mulai
mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya
(Pemila, 2009). Salah satu hal yang diharapkan dari perawatan pasien hospitalisasi
ataupun pasien rawat jalan adalah penghentian status pasien serta mempersiapkan
pasien dan keluarga untuk perawatan lanjutan di rumah (Stuart, 2001).
Elemen penting dari perencanaan pemulangan pasien ke rumah antara lain
komunikasi yang efektif, pendekatan multidisiplin dan pengkajian awal yang
terkoordinasi atas kebutuhan pasien dan keadaan rumah. Komunikasi yang
dimaksudkan adalah dengan tim pelayanan kesehatan lain, keluarga, dan juga
pasien (Day et al, 2009). Format perencanaan pemulangan dapat digunakan untuk
meninjau kembali kebutuhan pemulangan pasien termasuk perencanaan
1
perawatan pasien. Area yang berhubungan dengan perencanaan pemulangan
pasien gangguan jiwa termasuk skizofrenia adalah pengobatan, kegiatan sehari-
hari (activities of daily living), kesehatan mental pasca perawatan, tempat tinggal,
dan pelayanan kesehatan fisik ( Stuart, 2001).
Di Indonesia pelayanan keperawatan telah merancang berbagai bentuk
format perencanaan pemulangan pasien, namun kebanyakan dipakai hanya dalam
bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus di
sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis
yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah.
Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga
hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa
menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat
membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi
kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya (Pemila, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian program perencanaan pulang?
2. Apa tujuan dan prinsip program perencanaan pulang?
3. Apa jenis-jenis pemulangan pasien?
4. Bagaimana standart keperawatan perencanaan pulang?
5. Bagaimana perencanaan pulang pasien skizofrenia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian program perencanaan pulang
pada pasien jiwa.
2. Untuk mengetahui tujuan dan prinsip program perencanaan pulang.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pemulangan pasien jiwa.
4. Untuk mengetahui standart keperawatan perencanaan pulang.
5. Untuk mengetahui perencanaan pulang pasien skizofrenia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perencanaan Pulang
Merupakan komponen penting dari program pengobatan klien yang
dimulai dari segera setelah klien masuk RSJ. Hal ini merupakan suatu proses yg
menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, klien dan orang
yang penting bagi klien.
Perencanaan pulang merupakan proses pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatan nya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila, 2009)
Sedangkan menurut yosep (2007). Perencanaan pulang merupakan
komponen yang terkait dengan rentang perawatan atau sering di sebut perawatan
yang berkelanjutan. Rentang perawatan (Continuum of care) adalah integrasi
system perawatan yang berfokus pada klien sepanjang waktu kehidupan melalui
perencanaan yang komprehenshif yaitu pelayanan yang meliputi kesehatan
mental, social dalam rentang semua tingkat perawatan (Yose, 2007 di kutip dari
chasca, 1990). Perencanaan pulang ini akan membantu proses transisi klien dari
satu lingkungan ke lingkungan yang lain (Potter & Perry, 2005)
2.2 Tujuan dan Prinsip
Tujuan dan prinsip dalam perencanaan pulang merupakan dasar untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Adapun tujuan perencanaan pulang adalah:
1. Meningkat kanperawatan berkelanjutan bagi pasien
2. Membantu rujukan klien pada pelayanan yg lain
3. Membantu klien dan keluarga memiliki pengetahuan
4. Keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahanka status
kesehatan klien.
Tujuan perencanaan pemulangan adalah meningkatkan kontinuitas
perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat
3
sumber pelayanan kesehatan. Perencanaan pemulangan juga dapat mengurangi
hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan
kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga
(Pemila, 2009 dikutip dari Naylor, 1999).
Menurut stuart (2001), perencanaan pemulangan pasien yang baik dapat
mendorong fungsi.Kemandirian pasien serta mendorong pasien untuk memiliki
kemampuan oping yang adaptif. Selain itu, dengan adanya perencanaan
pemulangan pasien dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk
mencapai kualitas hidup optimum sebelum di pulangkan. Perencanaan
pemulangan pasien yang baik juga akan memberikan efekyang penting dalam
menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas (Pamila, 2009)
Menurut Yosep (2007), Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan pulang
pasien adalah:
1. Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang
Nilai, keinginan, dan kebutuhan klien perlu di kaji dan di evaluasi sehingga
dapat di masukkan dalam perencanaan pulang klien dan orang orang yang
dekat atau penting bagi klien. Tenaga kesehatan dan terlibat di ikutsertakan
dalam perencanaan pulang klien.
2. Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk,dirawat sampai sebelum pulang
Kebutuhan ini di kaitkan dengan masalah yang mungkin timbul setelah pulang
sehingga rencana antisipasi masalah dapat di anut untuk di laksanakan setelah
pulang.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif
Perencanaan pulang adalah proses multi disiplin dan tergantung pada
kerjasama yang jelas dan komunikasi lisan, tertulis di antara peserta tim.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yg tersedia.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia program dan fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan.
4
Setiap kali pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanan pulang harus
dilakukan.
Pengembangan perencanaan pemulangan yang komprehensif
membutuhkan kolaborasi dengan professional dari lembaga yang melakukan
rujukan dan lembaga pelayanan masyarakat atau kesehatan masyarakat. Proses ini
termasuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan menyusun rencana yang
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan ini (smeltzer & Bare, 2001)
Dalam hal ini, perawat psikiatrik dapat memfasilitasi perencanaan
pemulangan ini dengan adanya pengkajian melalui observasi dan interaksi dengan
dengan klien seperti respon pasien terhadap pengobatan, pola perilaku klien,
intervensi yang efektif dalam proses perawatan klien, kepercayaan klien, dan lain
lain (stuart, 2001).
Menurut potter dan perry (2005) hasil yang diperoleh harus ditujukan
untuk keberhasilan perencanaan pulang :
1. Klien dan keluarga memahami diagnose, ansipasi tingkat fungsi, obat-obatan
dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut
dan respon yang di ambil dalam kondisi kedaruratan.
2. Pendidikan khusus diberikan kepada klien dan keluarga untuk memastikan
perawatan yang tepat setelah klien pulang.
3. Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan klien
kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dan keluarga membuat
koping terhadap perubahan dalam status kesehatan klien.
4. Melakukan relokasi klien dan koordinasi system pendukung atau memindahkan
klien ke tempat pelayanan kesehatan klien.
2.3 Jenis-Jenis Pemulangan Pasien
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), ada 3 jenis pemulangan pasien di
antaranya:
1) Conditional dischange (pulang sementara atau cuti)
Bila keadaan klien cukup baik untuk dirawat di rumah maka cara pemulangan
ini di pakai. Klien untuk sementara dirawat di rumah dengan harapan dapat
5
membantu klien dan keluarga dapat beradaptasi dengan situasi dirumah
maupun dimasyarakat. Selama klien pulang pengawasan dari Rumah Sakit
ataupun dari Puskesmas tetap diperlukan.
2) Absolute discharge (pulang mutlak selamanya)
Cara pulang ini merupakan terminasi akhir dari hubungan klien denan Rumah
Sakit, tetapi bila klien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat di
laksanakan kembali. Jenis pemulangan ini diberikan kepada klien yang
mengalami perbaikan status kesehatan yang baik sehingga dapat berfungsi
kembali secara optimal di Masyarakat.
3) Judicial dischange (pulang paksa)
Klien di perbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatannya belum
memungkinkan untuk dipulangkan, misalnya karena klien adalah seorang
narapidana atau karena keluarga tetap menginginkan klien pulang karena suatu
alasan. Klien tersebut harus tetap di berikan arahan untuk perawatan di rumah
dan fasilitas yang dapat di gunakan di Masyarakat.
2.4 Standart Keperawatan Perencanaan Pulang
Standart perencanaan pulang merupakan system keperawatan yang
berkelanjutan yang diperlukan klien setelah masuk runah sakit dan membantu
keluarga menemukan cara penyelesaian masalah yang baik pada saat yang tepat,
sumber yang tepat serta biaya yang terjangkau. Standar perencanaan klien pualng
dimulai sejak awal klien masuk rumah sakit sampai klien pulang dengan
melibatkan klien dan keluarganya.
A. Standar Pengkajian
Data yang harus dikaji meliputi :
1. Aktivitas hidup sehari-hari :
a. Makan dan minum
- Penggunanaan alat makan dan minum
- Cara makan dan minum
- Kemauan untuk makan dan minum
- Pola makan
6
b. Eliminasi
- Kebiasaan dan kemampuan eliminasi
- Pola eliminasi
c. Personal hygiene
- Kemampuan
- Kebiasaan
- Frekuensi
- Sarana yang digunakan
d. Berpakaian dan kerapian diri
- Frekuensi ganti pakaian
- Kerapian
- Kemampuan berpakaian
e. Aktivitas
- Ada tidaknya aktivitas
- Bertujaan-tidaknya
- Intensitas/ normal/ hiperaktif/ malas
- Bertanggungjawab atau tidak
- Kemampuan
f. Istirahat tidur
- Pola
- Lamanya
- Mimpi buruk
- Kesulitan untuk memulai tidur
g. Keagamaan
- Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama atau tidak
- Hubungan dengan pemuka agama
2. Tingkat kebutuhan perawatan klien
a. Kondisi klien yang membutuhkan perawatan intensif:
- Disorientasi berat
- Agresif dan amuk
7
- Perilaku bizarre
- Mengancam integrias fisik dan psikologis klien
- Mengancam integrias fisik dan orang lain
- Klien yang hari ke satu dirawat
- Derajat ketergantungan klien pada perawat
b. Kondisi klien yang memerlukan modifikasi perawatan intensif
- Disorientasi sedang
- Motivasi terbatas
- Kegiatan harian perlu supervisi dan bimbingan yang sering
- Derajat ketergantungan klien pada perawat sedang
c. Kondisi klien yang memerlukan perawatan transisi
- Penyimpangan perilaku sedang; perlu control sedang
- Mampu berkomunikasi dengan bimbingan
- Mampu berinteraksi dengan lingkungan dan bimbingan
- Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan bimbingan
- Hanya memerlukan pengarahan terbatas, seperti dorongan dan
dukungan.
- Derajat ketergantungan sedang/perlu pengawasan sebagian
d. Kondisi klien yang memerlukan perawatan minimal
- Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal
- Mampu berinteraksi dengan orang lain/lingkungan
- Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan control minimal
- Mampu melaksanakan kegiatan yang terprogram
- Derajad ketergantungan klien pada perawatan rendah
- Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik
3. Pengetahuan dan kemampuan klien dan keluarga tentang;
a. Penyakit klien;
- Tanda dan gejala
- Stressor pencetus
- Cara penanganan
8
b. Pengobatan
- Manfaat
- Efek samping
- Waktu pemberian
4. Hubungan interpersonal dalam keluarga;
- Pola komunikasi terbuka/tertutup
- Keakraban dan kerenggangan
- Pola hubungan antar generasi
5. Kemampuan dan kemauan klien dan keluarga dalam penerimaan tindakan
keperawatan
6. Sumber dan system pendukung yang ada dimasyarakat;
- Puskesmas
- Bengkel kerja
- Perawat komunitas
7. Sumber financial dan pekerjaan
- Pekerjaan; ada/tidak
- Jenis pekerjaan
- Hobi
- Ketrampilan yang dimiliki
- Tanggungan hidup, ada atau tidak
- Penghasilan; mencukupi atau tidak
B. Standart masalah
Berdasarkan priorotas masalah yaitu;
- gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
- cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang dideritanya yang
berkaitan dengan rencana pulang
- ketidak mampuan keluarga merawat klien dirumah
- system pendukung yang tidak adekuat
9
C. Standar tindakaan
1. gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
- BHSP antara perawat dengan klien dan keluarga
- Identifikasi kebiasaan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan aktivitas
sehari-hari klien selam dirumah.
- Beri reiforcemen positif/pujian pada hal-hal positif yang dikemukakan
klien
- Diskusikan dengan klien tentang kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
selama dalam masa perawatabn dirumah
- Motivasi klien untuk melakukan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
selama dalam masa perawatan di rumah sakit.
- Observasi dan bimbing klien dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari
selama dalam masa perawatan dirumah sakit
- Berin reinforcement positif/pujian pada tindakan positif yang dilakukan
klien, diskusikan dengan klien tentang manfaat yang dirasakan setelah
melakukan aktivitas hidup sehari-hari setelah dirumah sakit
- Anjurkan klien untuk mengikuti terapi okupasi yang sesuai dengan
minatnya
- Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang telah
diidentifikasi dan ketrampilan yang didapat dari terapi okupasi
- Kerjasama dengan keluarga untuk memotivasi dan mendorong klien
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dirumah sakit dan dirumah.
2. Cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang diderita yang berkaitan
dengan rencana pulang;
- BHSP antara perawat , klien, dan keluarga
- Tanyakan pada klien dsan keluarga tentang harapan yang ingin dicapai
setelah pulang.
10
- Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan-perasaan
mengenai meninggalkan rumah sakit, antisipasi masalah, krtakutan, dan
cara menghadapi situasi diluar rumah sakit
- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang tujuan dan harapan setelah
pulang
- Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melibatkan untuk melihat
kepulangan sebagai langkah yang positif
- Tekankan pada klien dan keluarga bahwa hubungan perawat, klien, dan
keluarga di rumah sakit adalh hubungan terapeutik.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
- Bina hubungan saling percaya antar perawat dan keluarga
- Diskusikan dengan keluarga bahwa keluarga terikat secara kontinyu
mengenai perawatan klien sejak awal.
- Diskusikan dengan keluarga bahwa klien tidak mutlak menjadi tanggung
jawab pihak rumah sakit tetapi merupakan bagian dari keluarga
- Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang ada padan klien serta
efeknya terhadap klien dan lingkungan.
- Identifikasi dengan keluarga tentang kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah.
- Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara konstruktif dalam mengatasi
masalah klien termasuk tentang kebutuhan check-up (control), kebutuhan
untuk terapi medis serta tempat rujukan.
- Diskusikan tentang obat klien ; kegunaan, waktu pemberian, instruksikan
keluarga untuk melakukan cara-cara konstruktif dalam mengatasi masalah
klien, merawat klien dirumah.
4. Sistem pendukung (keluarga dan masyarakat tidak adequat)
- Bina hubungan saling percaya antar perawat dengan keluarga.
- Identifikasi hubungan interpersonal antar klien dan keluarga.
- Identifikasi masalah-masalah yang ada dalam keluarga.
11
- Identifikasi cara-cara keluarga dalam mengatasi masalah.
- Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara mengatasi masalah yang
konstruktif.
- Jelaskan pada keluarga tentang cara-cara untuk menjadi system pendukung
yang adequat bagi klien yaitu dengan cara ikut terlibat dalam perawatan
klien di rumah sakit.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah.
- Motivasi klien untuk menggunakan cara-cara konstruktif dalam mengatasi
masalah dan aktivitas sehari-hari yang positif.
- Diskusikan dengan keluarga tentang kemungkinan kerjasama dengan
masyarakat untuk menjadi system pendukung bagi klien.
- Identifikasi bersama keluarga tentang system pendukung yang ada dalam
masyarakat : Puskesmas, Karang taruna, dan Balai Latihan Kerja.
- Motivasi keluarga dan klien untuk memanfaatkan system pendukung yang
ada dalam masyarakat.
D. Standar Evaluasi
Standar evaluasi klien dapat pindah dari ruangan intensif
akut/modifkasi intensif/ intermediate/ perawatan minimal.
1. Kondisi klien dapat dipindah dari ruang intensif akut ke ruang modifikasi
intensif :
- Disorientasi sedang
- Motivasi terbatas
- Kegiatan dan aktivitas perlu bimbingan dan supervisi yang ketat
- Derajat ketergantungan pada perawat sedang.
- Perilaku tidak mengancam integriras fisik.
- Perilaku tidak mengancam integritas fisik dan keselamatan orang lain.
2. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang modifikasi intensif ke ruang
intermediate :
- Penyimpangan perilaku sedang ; perlu control sedang.
12
- Mampu berkomunikasi dengan bimbingan.
- Mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan bimbingan.
- Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan bimbingan.
- Perlu pengarahan terbatas untuk mendukung/mendorong.
- Derajat ketergantungan pada perawat sedang/perlu perawatan sebagian.
3. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang intermediate ke ruang
perawatan minimal/persiapan pulang.
- Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal sesuai.
- Mampu berinteraksi dengan orang lain/lingkungan konstruktif.
- Mampu melaksanakan kegiatan harian yang terprogram.
- Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kotrol minimal.
- Derajat ketergantungan pada perawat rendah/minim.
- Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.
- Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif.
4. Kondisi klien dapat pulang :
- Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari serta penggunaan waktu luang
dengan kegiatan positif.
- Komunikasi verbal dan non verbal yang baik
- Klien sanggup mengatasi stressor pencetus dengan cara-cara penanganan
yang konstruktif.
- Klien dan keluarga memahami tentang pengobatan yang harus dijalani ;
manfaat obat, efek samping, waktu pemberian obat.
- Klien dan keluarga mengetahui system pendukung yang ada di masyarakat
; Puskesmas, Balai Latihan\Kerja, Perawat Komunitas.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
Joe adalah siswa yang baik di sepanjang masa SMA-nya. Ia anggota tim
futbol, mempertahankan ranking yang bagus dan mendapatkan pujian pada tiap
semesternya. Ia ramah dan populer. Menjelang akhir semester pertama di maktab
(college)-nya, semuanya mulai berubah. Joe tak lagi makan bersama dengan
kawan-kawannya, pada kenyataannya ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya.
Ia mulai mengabaikan kesehatan pribadinya dan berhenti menghadiri kuliah. Joe
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan harus membaca kalimat yang sama
secara berulang-ulang. Ia mulai percaya bahwa kata-kata dalam naskah bukunya
memiliki makna yang khusus baginya dan dengan sesuatu cara
memberitahukannya sebuah pesan untuk menjalankan sebuah misi rahasia. Joe
mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan telepon dan
komputernya untuk mengawasi kegiatannya. Joe menjadi takut jika kawan
sekamarnya tahu akan pesan dalam naskah bukunya dan kini mencoba untuk
menipunya. Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya,
pada kenyataannya siapapun yang ia lewati di aula atau di jalanan dapat
mengatakan apapun yang ia pikirkan. Saat Joe sedang sendirian di kamarnya, ia
dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang mengawasinya. Ia tak
dapat memastikan apa yang mereka katakan tapi ia yakin bahwa mereka
membicarakannya.
3.1 Pengkajian
14
DS :
- Joe mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan
telepon dan komputernya untuk mengawasi kegiatannya
- Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya
DO :
- ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya
- Joe tak lagi makan bersama dengan kawan-kawannya
- ia dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang
mengawasinya
3.2 Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Strategi pelaksanaan pada pasien
1. SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-
cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi
2. SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
3. SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal
4. SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Strategi pelaksanaan pada keluarga :
1. SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.
15
2. SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung
dihadapan pasien
3. SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
3.3 Perencanaan pemulangan pasien skizofrenia
Menurut Worrd (2003) kriteria harus disesuaikan untuk menemukan
kebutuhan klien dan area masalah yang berfokus terhadap reintegrasi ke dalam
keluarga dan komunitas. Berikut ini adalah kriteria yang dapat dimodifikasi
a. Klien menunjukkan tidak adanya atau berkurangnya halusinasi dan
perubahan sensori lainnya.
b. Mengidentifikasi stressor. Situasi, atau kejadian yang dapat memicu
halusinasi.
c. Mengenali dan mendiskusikan hubungan antara peningkatan ansietas
dan manajemen stress.
d. Mendeskripsikan teknik-teknik untuk menurunkan ansietas dan
manajemen stress.
e. Mengidentifikasi keluarga dan orang terdekat lainnya sebagai system
pendukung.
f. Komunkasi dengan ahli fisiologi, ahli terapi dan lembaga lain untuk
mendiskusikan kebutuhan klien.
g. Mendeskripsikan pentingnyan pengobatan secara kontinyu dan teratur,
dosis, frekuensi, efek samping, dan efek yang diharapkan.
h. Mesdeskripsikan rencana untuk mengikuti kelompok social pendukung
ataupun pusat rehabilitasi dalam batasan tertentu.
Yosep (2007) menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien skizofrenia
juga memiliki standar pengkajian dimana data yang dikaji meliputi :
a. Aktivitas hidup sehari-hari
1. Makan dan minum (penggunaan alat, cara makan dan minum, pola
makan)
16
2. Eliminasi (kebiasaan, pola dan kemampuan eliminasi)
3. Personal hygiene (kemamuan, frekuensia, dan kebiasaan)
4. Berpakaian dan kerapian diri
5. Aktivitas
6. Istirahat (pola, lamanya, dan kesulitan memulai tidur)
7. Keagamaan (kegiatan yang dilakukan)
b. Tingkat kebutuhan perawatan klien :
1. Kondisi pasien yang membutuhkan perawatan intensif.
2. Kondisi pasien yang memerlukan modifikasi perawatan inteensif.
3. Kondisi pasien yang memerlukan perawatan transisi.
4. Kondisi pasien yang memerlukan perawatan minimal.
c. Pengetahuan dan kemampuan keluarga tentang :
1. Penyakit pasien (tanda dan gejala, stressor pencetus, cara penanganan)
2. Pengobatan (manfaat, efek samaping, waktu pemberian)
d. Hubungan interpersonal dalam keluarga
e. Kemampuan dan kemauan pasien dan keluarga dalam penerimaan
tindakan perawatan
f. Sumber dan system pendukung di masyarakat.
g. Sumber financial dam pekerjaan.
Menurut keliat (1999), kebutuhan persiapan pulang bagi pasien skizofrenia
mencakup:
a. Makan
1. Observasi dan tanyakan tentang: jumlah, frekuensi, variasi,
macam, dan cara makan
2. Observasi kemampuan pasien dalam menyiapkan dan
memberikan alat makan
b. BAB/BAB
Observasi kemampuan pasien untuk BAB/Bak seperti pergi dan
menggunakan WC, membersihkan diri, dan merapikan pakaian
c. Mandi
17
1. observasi kemampuan pasien tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan cukur.
2. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
d. Berpakaian
a. Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih, dan
mengenakan pakaian.
b. Observasi penampilan dandanan pasien.
c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki pasien: mengambil, dan
mengenakan pakaian.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang lama dan waktu tidur, persiapan
sebelum tidur (sikat gigi, cuci kaki, dan berdoa), aktivitas sesudah tidur
seperti merapikan tempat tidur, mandi, cuci muka dan sikat gigi.
f. Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan pada pasien dan keluarga tentang:
1. Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
2. Reaksi obat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan pada pasien dan keluarga tentang:
1. Apa, kapan, dan kemana perawatan lanjut.
2. Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman
institusi, dan lembaga pelayanan kesehatan) dan cara
penggunaannya.
h. Aktifitas di dalam rumah
i. Aktifitas di luar rumah, mencakup apa saja yang dapat dikerjakan oleh
pasien secara mandiri di luar rumah.
Menurut keliat(1996), beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
dalam persiapan pulang adalah:
18
a. Pendidikan (edukasi, redukasi, dan reorientasi) untuk mencegah
kekambuhan dan mengurangi dampak gangguan jiwa bagi klien.
Program yang dapat dilakukan adalah
1. Keterampilan khusus: ADL, perilaku adaftif, aturan makan obat, penataan
rumah tangga, identifikasi gejala kambuh, pemecahan masalah.
2. Keterampilan umum : komunikasi efektif, ekspresi emosi yang konstruktif,
relaksasi, pengelolaan stress.
b. program pulang bertahap
Setelah klien mempunyai kemampuan dan keterampilan mandiri maka klien
dapat mengikuti program pulang bertahap. Tujuannya adalah untuk melatih
klien kembali ke keluarga dan masyarakat. Yang dipersiapkan adalah apa yang
harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan keluarga untuk
membantu adaptasi. Kegiatan yang dilakukan klien dan keluarga di rumah
dapat di buatkan daftar dan dievaluasi kebehasilannya sebagai data untuk
rencana berikut. Lamanya pulang (cuti) ditentukan secara bertahap, misalnya
di mulai dari satu seminggu (week end live), ditingkatkan dua kali seminggu,
kemudian cuti seminggu. Setelah mengikutinya, klien dapat dipulangkan
kembali ke komunitas.
c. Rujukan
Integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas sebaiknya mempunyai hubungan
langsung dengan Rumah Sakit Jiwa.
Menurut Yosep (2007), standar evaluasi klien yang dapat pindah dari
ruang intermediate ke ruang perawatan minimal / persiapan pulang adalah :
a. Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal, verbal dan nonverbal
sesuai.
b. Mampu berinteraksi dengan orang lain / lingkungan konstruktif
c. Mampu melakukan kegiatan harian yang terprogram.
19
d. Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kontrol minimal.
e. Derajat ketergantungan pada perawat rendah / minim.
f. Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.
g. Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif.
Menurut Fortinash dan Worret (2003), hal-hal yang perlu diajarkan oleh perawat
dalam perencanaan pemulangan kepada pasien dan keluarganya adalah:
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa skizofrenia adalah
gangguan kronik dengan gejala-gejala yang mempengaruhi proses berpikir
pasien, mood, dan fungsi sosial pasien.
b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang gejala primer dari skizofrenia, delusi
dan halusinasi, dan bagaimana mengatasinya jika membahayakan pasien
ataupun keluarganya
c. Menjelaskan pasien dan keluarga bagian-bagian dari skizofrenia, psikosis
tidak selalu muncul, dan fungsi pasien semakin baik jika tidak ada
psikosis.
d. Menolong keluarga mengembangkan rencana untuk selalu
berinteraksi/berhubungan dengan pasien selama tanda-tanda akut muncul
untuk mencegah hospitalisasi kembali.
e. Menginstruksikan pasien/ keluarga untuk mengenali gejala kambuh dan
untuk menghubungi sistem pelayanan kesehatan darurat ketika pasien
mulai membahayakan dirinya maupun orang lain.
f. Mengajarkan keluarga dan pasien tentang pentingnya
pengobatan/medikasi dan efek terapeutik serta non terapeutik pengobatan
antipsikotik.
g. Mengatakan kepada keluarga bahwa pasien tidak selalu memiliki motivasi
untuk bergabung dalam aktivitas sosial dan keluarga karena proses
penyakit dan efek sedatif dari pengobatan.
h. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencari tahu pendidikan
kesehatan mental terbaru atau sumber-sumber terapeutik dari internet dan
komunitas.
20
Selain itu menurut Isaacs (2004), hal-hal yang perlu diajarkan kepada keluarga
meliputi:
a. Pengertian skizofrenia, penyebabnya, dan gejala-gejalanya.
b. Obat-obat antipsikotik yang digunakan dan efek samping yang mungkin
muncul.
c. Tindak lanjut perawatan dengan ahli terapi atau manajer perawatan.
d. Cara mengatasi gejala-gejala yang muncul pada klien dengan :
1. Mengidentifikasi kejadian yang dapat mengecewakan pasien dan
berikan bantuan ekstra sesuai kebutuhan
2. Mencatat kapan saja pasien menjadi marah
3. Melakukan tindakan-tindakan yang mengurangi ansietas seperti
istirahat, teknik relaksasi, keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, dan diet yang tepat.
4. Tidak menyetujui pernyataan pasien mengenai halusinasinya dan
memberi tahu tentang realitas
e. Informasi tambahan meliputi :
1. Mengajarkan keluarga dan pasien tentang perawatan diri
2. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan kekhawatiran mereka
dengan penyedia layanan kesehatan
3. Menganjurkan keluarga untuk mempertimbangkan bergabung dengan
kelompok pendukung atau bantuan masyarakat seperti National Alliance
for Mental Ill (NAMI).
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perencanaan pulang merupakan proses pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatan nya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila, 2009)
Tujuan dan prinsip dalam perencanaan pulang merupakan dasar untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Adapun tujuan perencanaan pulang adalah:
1. Meningkat kanperawatan berkelanjutan bagi pasien
2. Membantu rujukan klien pada pelayanan yg lain
3. Membantu klien dan keluarga memiliki pengetahuan
4. Keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahanka status
kesehatan klien.
Menurut Yosep (2007), Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan pulang
pasien adalah:
1. Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang
2. Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk,dirawat sampai sebelum pulang
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yg tersedia
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan.
22
4.2 Saran
Dalam Perencanaan pemulangan pasien ke rumah kita sebagai
perawat harus memperhatikan elemen-elemen penting antara lain komunikasi
yang efektif, pendekatan multidisiplin dan pengkajian awal yang terkoordinasi
atas kebutuhan pasien dan keadaan rumah sehingga pasien dapat cepat pulang.
Daftar Pustaka
Maramis, WS. (1997), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga
University Pers, Suarabaya.
Hawari, D, (2001), Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
FKUI, Jakarta.
Luana, N.A. (2007), Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka
menyambut Kesehatan Jiwa Sedunia, dalam Http// www.Kompas.com.
Ingram, Timburi, Moubary ; (1995), Catatan Kuliah Psikiatri, EGC,
Jakarta.
23