Makalah Keperawatan Jiwa II

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007). Perencanaan pemulangan pasien adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat 1

description

keperawatan jiwa

Transcript of Makalah Keperawatan Jiwa II

Page 1: Makalah Keperawatan Jiwa II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya

setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak

dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun

beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik

secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak

produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah

satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan indrustri

keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan

jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai

gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya

gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara

individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak

produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007).

Perencanaan pemulangan pasien adalah suatu proses dimana pasien mulai

mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan

baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat

kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya

(Pemila, 2009). Salah satu hal yang diharapkan dari perawatan pasien hospitalisasi

ataupun pasien rawat jalan adalah penghentian status pasien serta mempersiapkan

pasien dan keluarga untuk perawatan lanjutan di rumah (Stuart, 2001).

Elemen penting dari perencanaan pemulangan pasien ke rumah antara lain

komunikasi yang efektif, pendekatan multidisiplin dan pengkajian awal yang

terkoordinasi atas kebutuhan pasien dan keadaan rumah. Komunikasi yang

dimaksudkan adalah dengan tim pelayanan kesehatan lain, keluarga, dan juga

pasien (Day et al, 2009). Format perencanaan pemulangan dapat digunakan untuk

meninjau kembali kebutuhan pemulangan pasien termasuk perencanaan

1

Page 2: Makalah Keperawatan Jiwa II

perawatan pasien. Area yang berhubungan dengan perencanaan pemulangan

pasien gangguan jiwa termasuk skizofrenia adalah pengobatan, kegiatan sehari-

hari (activities of daily living), kesehatan mental pasca perawatan, tempat tinggal,

dan pelayanan kesehatan fisik ( Stuart, 2001).

Di Indonesia pelayanan keperawatan telah merancang berbagai bentuk

format perencanaan pemulangan pasien, namun kebanyakan dipakai hanya dalam

bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus di

sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis

yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah.

Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga

hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa

menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat

membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi

kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya (Pemila, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian program perencanaan pulang?

2. Apa tujuan dan prinsip program perencanaan pulang?

3. Apa jenis-jenis pemulangan pasien?

4. Bagaimana standart keperawatan perencanaan pulang?

5. Bagaimana perencanaan pulang pasien skizofrenia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian program perencanaan pulang

pada pasien jiwa.

2. Untuk mengetahui tujuan dan prinsip program perencanaan pulang.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis pemulangan pasien jiwa.

4. Untuk mengetahui standart keperawatan perencanaan pulang.

5. Untuk mengetahui perencanaan pulang pasien skizofrenia.

2

Page 3: Makalah Keperawatan Jiwa II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perencanaan Pulang

Merupakan komponen penting dari program pengobatan klien yang

dimulai dari segera setelah klien masuk RSJ. Hal ini merupakan suatu proses yg

menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, klien dan orang

yang penting bagi klien.

Perencanaan pulang merupakan proses pasien mendapatkan pelayanan

kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses

penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatan nya sampai

pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila, 2009)

Sedangkan menurut yosep (2007). Perencanaan pulang merupakan

komponen yang terkait dengan rentang perawatan atau sering di sebut perawatan

yang berkelanjutan. Rentang perawatan (Continuum of care) adalah integrasi

system perawatan yang berfokus pada klien sepanjang waktu kehidupan melalui

perencanaan yang komprehenshif yaitu pelayanan yang meliputi kesehatan

mental, social dalam rentang semua tingkat perawatan (Yose, 2007 di kutip dari

chasca, 1990). Perencanaan pulang ini akan membantu proses transisi klien dari

satu lingkungan ke lingkungan yang lain (Potter & Perry, 2005)

2.2 Tujuan dan Prinsip

Tujuan dan prinsip dalam perencanaan pulang merupakan dasar untuk

menentukan tindakan selanjutnya. Adapun tujuan perencanaan pulang adalah:

1. Meningkat kanperawatan berkelanjutan bagi pasien

2. Membantu rujukan klien pada pelayanan yg lain

3. Membantu klien dan keluarga memiliki pengetahuan

4. Keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahanka status

kesehatan klien.

Tujuan perencanaan pemulangan adalah meningkatkan kontinuitas

perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat

3

Page 4: Makalah Keperawatan Jiwa II

sumber pelayanan kesehatan. Perencanaan pemulangan juga dapat mengurangi

hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan

kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga

(Pemila, 2009 dikutip dari Naylor, 1999).

Menurut stuart (2001), perencanaan pemulangan pasien yang baik dapat

mendorong fungsi.Kemandirian pasien serta mendorong pasien untuk memiliki

kemampuan oping yang adaptif. Selain itu, dengan adanya perencanaan

pemulangan pasien dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk

mencapai kualitas hidup optimum sebelum di pulangkan. Perencanaan

pemulangan pasien yang baik juga akan memberikan efekyang penting dalam

menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan

angka morbiditas dan mortalitas (Pamila, 2009)

Menurut Yosep (2007), Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan pulang

pasien adalah:

1. Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang

Nilai, keinginan, dan kebutuhan klien perlu di kaji dan di evaluasi sehingga

dapat di masukkan dalam perencanaan pulang klien dan orang orang yang

dekat atau penting bagi klien. Tenaga kesehatan dan terlibat di ikutsertakan

dalam perencanaan pulang klien.

2. Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk,dirawat sampai sebelum pulang

Kebutuhan ini di kaitkan dengan masalah yang mungkin timbul setelah pulang

sehingga rencana antisipasi masalah dapat di anut untuk di laksanakan setelah

pulang.

3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif

Perencanaan pulang adalah proses multi disiplin dan tergantung pada

kerjasama yang jelas dan komunikasi lisan, tertulis di antara peserta tim.

4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yg tersedia.

Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan

pengetahuan dari tenaga yang tersedia program dan fasilitas yang tersedia di

masyarakat.

5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan.

4

Page 5: Makalah Keperawatan Jiwa II

Setiap kali pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanan pulang harus

dilakukan.

Pengembangan perencanaan pemulangan yang komprehensif

membutuhkan kolaborasi dengan professional dari lembaga yang melakukan

rujukan dan lembaga pelayanan masyarakat atau kesehatan masyarakat. Proses ini

termasuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan menyusun rencana yang

menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan ini (smeltzer & Bare, 2001)

Dalam hal ini, perawat psikiatrik dapat memfasilitasi perencanaan

pemulangan ini dengan adanya pengkajian melalui observasi dan interaksi dengan

dengan klien seperti respon pasien terhadap pengobatan, pola perilaku klien,

intervensi yang efektif dalam proses perawatan klien, kepercayaan klien, dan lain

lain (stuart, 2001).

Menurut potter dan perry (2005) hasil yang diperoleh harus ditujukan

untuk keberhasilan perencanaan pulang :

1. Klien dan keluarga memahami diagnose, ansipasi tingkat fungsi, obat-obatan

dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut

dan respon yang di ambil dalam kondisi kedaruratan.

2. Pendidikan khusus diberikan kepada klien dan keluarga untuk memastikan

perawatan yang tepat setelah klien pulang.

3. Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan klien

kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dan keluarga membuat

koping terhadap perubahan dalam status kesehatan klien.

4. Melakukan relokasi klien dan koordinasi system pendukung atau memindahkan

klien ke tempat pelayanan kesehatan klien.

2.3 Jenis-Jenis Pemulangan Pasien

Menurut Stuart dan Sundeen (1991), ada 3 jenis pemulangan pasien di

antaranya:

1) Conditional dischange (pulang sementara atau cuti)

Bila keadaan klien cukup baik untuk dirawat di rumah maka cara pemulangan

ini di pakai. Klien untuk sementara dirawat di rumah dengan harapan dapat

5

Page 6: Makalah Keperawatan Jiwa II

membantu klien dan keluarga dapat beradaptasi dengan situasi dirumah

maupun dimasyarakat. Selama klien pulang pengawasan dari Rumah Sakit

ataupun dari Puskesmas tetap diperlukan.

2) Absolute discharge (pulang mutlak selamanya)

Cara pulang ini merupakan terminasi akhir dari hubungan klien denan Rumah

Sakit, tetapi bila klien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat di

laksanakan kembali. Jenis pemulangan ini diberikan kepada klien yang

mengalami perbaikan status kesehatan yang baik sehingga dapat berfungsi

kembali secara optimal di Masyarakat.

3) Judicial dischange (pulang paksa)

Klien di perbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatannya belum

memungkinkan untuk dipulangkan, misalnya karena klien adalah seorang

narapidana atau karena keluarga tetap menginginkan klien pulang karena suatu

alasan. Klien tersebut harus tetap di berikan arahan untuk perawatan di rumah

dan fasilitas yang dapat di gunakan di Masyarakat.

2.4 Standart Keperawatan Perencanaan Pulang

Standart perencanaan pulang merupakan system keperawatan yang

berkelanjutan yang diperlukan klien setelah masuk runah sakit dan membantu

keluarga menemukan cara penyelesaian masalah yang baik pada saat yang tepat,

sumber yang tepat serta biaya yang terjangkau. Standar perencanaan klien pualng

dimulai sejak awal klien masuk rumah sakit sampai klien pulang dengan

melibatkan klien dan keluarganya.

A. Standar Pengkajian

Data yang harus dikaji meliputi :

1. Aktivitas hidup sehari-hari :

a. Makan dan minum

- Penggunanaan alat makan dan minum

- Cara makan dan minum

- Kemauan untuk makan dan minum

- Pola makan

6

Page 7: Makalah Keperawatan Jiwa II

b. Eliminasi

- Kebiasaan dan kemampuan eliminasi

- Pola eliminasi

c. Personal hygiene

- Kemampuan

- Kebiasaan

- Frekuensi

- Sarana yang digunakan

d. Berpakaian dan kerapian diri

- Frekuensi ganti pakaian

- Kerapian

- Kemampuan berpakaian

e. Aktivitas

- Ada tidaknya aktivitas

- Bertujaan-tidaknya

- Intensitas/ normal/ hiperaktif/ malas

- Bertanggungjawab atau tidak

- Kemampuan

f. Istirahat tidur

- Pola

- Lamanya

- Mimpi buruk

- Kesulitan untuk memulai tidur

g. Keagamaan

- Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama atau tidak

- Hubungan dengan pemuka agama

2. Tingkat kebutuhan perawatan klien

a. Kondisi klien yang membutuhkan perawatan intensif:

- Disorientasi berat

- Agresif dan amuk

7

Page 8: Makalah Keperawatan Jiwa II

- Perilaku bizarre

- Mengancam integrias fisik dan psikologis klien

- Mengancam integrias fisik dan orang lain

- Klien yang hari ke satu dirawat

- Derajat ketergantungan klien pada perawat

b. Kondisi klien yang memerlukan modifikasi perawatan intensif

- Disorientasi sedang

- Motivasi terbatas

- Kegiatan harian perlu supervisi dan bimbingan yang sering

- Derajat ketergantungan klien pada perawat sedang

c. Kondisi klien yang memerlukan perawatan transisi

- Penyimpangan perilaku sedang; perlu control sedang

- Mampu berkomunikasi dengan bimbingan

- Mampu berinteraksi dengan lingkungan dan bimbingan

- Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan bimbingan

- Hanya memerlukan pengarahan terbatas, seperti dorongan dan

dukungan.

- Derajat ketergantungan sedang/perlu pengawasan sebagian

d. Kondisi klien yang memerlukan perawatan minimal

- Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal

- Mampu berinteraksi dengan orang lain/lingkungan

- Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan control minimal

- Mampu melaksanakan kegiatan yang terprogram

- Derajad ketergantungan klien pada perawatan rendah

- Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik

3. Pengetahuan dan kemampuan klien dan keluarga tentang;

a. Penyakit klien;

- Tanda dan gejala

- Stressor pencetus

- Cara penanganan

8

Page 9: Makalah Keperawatan Jiwa II

b. Pengobatan

- Manfaat

- Efek samping

- Waktu pemberian

4. Hubungan interpersonal dalam keluarga;

- Pola komunikasi terbuka/tertutup

- Keakraban dan kerenggangan

- Pola hubungan antar generasi

5. Kemampuan dan kemauan klien dan keluarga dalam penerimaan tindakan

keperawatan

6. Sumber dan system pendukung yang ada dimasyarakat;

- Puskesmas

- Bengkel kerja

- Perawat komunitas

7. Sumber financial dan pekerjaan

- Pekerjaan; ada/tidak

- Jenis pekerjaan

- Hobi

- Ketrampilan yang dimiliki

- Tanggungan hidup, ada atau tidak

- Penghasilan; mencukupi atau tidak

B. Standart masalah

Berdasarkan priorotas masalah yaitu;

- gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari

- cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang dideritanya yang

berkaitan dengan rencana pulang

- ketidak mampuan keluarga merawat klien dirumah

- system pendukung yang tidak adekuat

9

Page 10: Makalah Keperawatan Jiwa II

C. Standar tindakaan

1. gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari

- BHSP antara perawat dengan klien dan keluarga

- Identifikasi kebiasaan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan aktivitas

sehari-hari klien selam dirumah.

- Beri reiforcemen positif/pujian pada hal-hal positif yang dikemukakan

klien

- Diskusikan dengan klien tentang kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari

selama dalam masa perawatabn dirumah

- Motivasi klien untuk melakukan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari

selama dalam masa perawatan di rumah sakit.

- Observasi dan bimbing klien dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari

selama dalam masa perawatan dirumah sakit

- Berin reinforcement positif/pujian pada tindakan positif yang dilakukan

klien, diskusikan dengan klien tentang manfaat yang dirasakan setelah

melakukan aktivitas hidup sehari-hari setelah dirumah sakit

- Anjurkan klien untuk mengikuti terapi okupasi yang sesuai dengan

minatnya

- Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang telah

diidentifikasi dan ketrampilan yang didapat dari terapi okupasi

- Kerjasama dengan keluarga untuk memotivasi dan mendorong klien

melakukan aktivitas hidup sehari-hari dirumah sakit dan dirumah.

2. Cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang diderita yang berkaitan

dengan rencana pulang;

- BHSP antara perawat , klien, dan keluarga

- Tanyakan pada klien dsan keluarga tentang harapan yang ingin dicapai

setelah pulang.

10

Page 11: Makalah Keperawatan Jiwa II

- Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan-perasaan

mengenai meninggalkan rumah sakit, antisipasi masalah, krtakutan, dan

cara menghadapi situasi diluar rumah sakit

- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang tujuan dan harapan setelah

pulang

- Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melibatkan untuk melihat

kepulangan sebagai langkah yang positif

- Tekankan pada klien dan keluarga bahwa hubungan perawat, klien, dan

keluarga di rumah sakit adalh hubungan terapeutik.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

- Bina hubungan saling percaya antar perawat dan keluarga

- Diskusikan dengan keluarga bahwa keluarga terikat secara kontinyu

mengenai perawatan klien sejak awal.

- Diskusikan dengan keluarga bahwa klien tidak mutlak menjadi tanggung

jawab pihak rumah sakit tetapi merupakan bagian dari keluarga

- Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang ada padan klien serta

efeknya terhadap klien dan lingkungan.

- Identifikasi dengan keluarga tentang kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah.

- Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara konstruktif dalam mengatasi

masalah klien termasuk tentang kebutuhan check-up (control), kebutuhan

untuk terapi medis serta tempat rujukan.

- Diskusikan tentang obat klien ; kegunaan, waktu pemberian, instruksikan

keluarga untuk melakukan cara-cara konstruktif dalam mengatasi masalah

klien, merawat klien dirumah.

4. Sistem pendukung (keluarga dan masyarakat tidak adequat)

- Bina hubungan saling percaya antar perawat dengan keluarga.

- Identifikasi hubungan interpersonal antar klien dan keluarga.

- Identifikasi masalah-masalah yang ada dalam keluarga.

11

Page 12: Makalah Keperawatan Jiwa II

- Identifikasi cara-cara keluarga dalam mengatasi masalah.

- Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara mengatasi masalah yang

konstruktif.

- Jelaskan pada keluarga tentang cara-cara untuk menjadi system pendukung

yang adequat bagi klien yaitu dengan cara ikut terlibat dalam perawatan

klien di rumah sakit.

- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah.

- Motivasi klien untuk menggunakan cara-cara konstruktif dalam mengatasi

masalah dan aktivitas sehari-hari yang positif.

- Diskusikan dengan keluarga tentang kemungkinan kerjasama dengan

masyarakat untuk menjadi system pendukung bagi klien.

- Identifikasi bersama keluarga tentang system pendukung yang ada dalam

masyarakat : Puskesmas, Karang taruna, dan Balai Latihan Kerja.

- Motivasi keluarga dan klien untuk memanfaatkan system pendukung yang

ada dalam masyarakat.

D. Standar Evaluasi

Standar evaluasi klien dapat pindah dari ruangan intensif

akut/modifkasi intensif/ intermediate/ perawatan minimal.

1. Kondisi klien dapat dipindah dari ruang intensif akut ke ruang modifikasi

intensif :

- Disorientasi sedang

- Motivasi terbatas

- Kegiatan dan aktivitas perlu bimbingan dan supervisi yang ketat

- Derajat ketergantungan pada perawat sedang.

- Perilaku tidak mengancam integriras fisik.

- Perilaku tidak mengancam integritas fisik dan keselamatan orang lain.

2. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang modifikasi intensif ke ruang

intermediate :

- Penyimpangan perilaku sedang ; perlu control sedang.

12

Page 13: Makalah Keperawatan Jiwa II

- Mampu berkomunikasi dengan bimbingan.

- Mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan bimbingan.

- Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan bimbingan.

- Perlu pengarahan terbatas untuk mendukung/mendorong.

- Derajat ketergantungan pada perawat sedang/perlu perawatan sebagian.

3. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang intermediate ke ruang

perawatan minimal/persiapan pulang.

- Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal sesuai.

- Mampu berinteraksi dengan orang lain/lingkungan konstruktif.

- Mampu melaksanakan kegiatan harian yang terprogram.

- Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kotrol minimal.

- Derajat ketergantungan pada perawat rendah/minim.

- Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.

- Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif.

4. Kondisi klien dapat pulang :

- Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

- Mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari serta penggunaan waktu luang

dengan kegiatan positif.

- Komunikasi verbal dan non verbal yang baik

- Klien sanggup mengatasi stressor pencetus dengan cara-cara penanganan

yang konstruktif.

- Klien dan keluarga memahami tentang pengobatan yang harus dijalani ;

manfaat obat, efek samping, waktu pemberian obat.

- Klien dan keluarga mengetahui system pendukung yang ada di masyarakat

; Puskesmas, Balai Latihan\Kerja, Perawat Komunitas.

13

Page 14: Makalah Keperawatan Jiwa II

BAB III

TINJAUAN KASUS

Joe adalah siswa yang baik di sepanjang masa SMA-nya. Ia anggota tim

futbol, mempertahankan ranking yang bagus dan mendapatkan pujian pada tiap

semesternya. Ia ramah dan populer. Menjelang akhir semester pertama di maktab

(college)-nya, semuanya mulai berubah. Joe tak lagi makan bersama dengan

kawan-kawannya, pada kenyataannya ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya.

Ia mulai mengabaikan kesehatan pribadinya dan berhenti menghadiri kuliah. Joe

mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan harus membaca kalimat yang sama

secara berulang-ulang. Ia mulai percaya bahwa kata-kata dalam naskah bukunya

memiliki makna yang khusus baginya dan dengan sesuatu cara

memberitahukannya sebuah pesan untuk menjalankan sebuah misi rahasia. Joe

mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan telepon dan

komputernya untuk mengawasi kegiatannya. Joe menjadi takut jika kawan

sekamarnya tahu akan pesan dalam naskah bukunya dan kini mencoba untuk

menipunya. Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya,

pada kenyataannya siapapun yang ia lewati di aula atau di jalanan dapat

mengatakan apapun yang ia pikirkan. Saat Joe sedang sendirian di kamarnya, ia

dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang mengawasinya. Ia tak

dapat memastikan apa yang mereka katakan tapi ia yakin bahwa mereka

membicarakannya.

3.1 Pengkajian

14

Page 15: Makalah Keperawatan Jiwa II

DS :

- Joe mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan

telepon dan komputernya untuk mengawasi kegiatannya

- Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya

DO :

- ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya

- Joe tak lagi makan bersama dengan kawan-kawannya

- ia dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang

mengawasinya

3.2 Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Strategi pelaksanaan pada pasien

1. SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-

cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi

dengan cara pertama: menghardik halusinasi

2. SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:

bercakap-cakap dengan orang lain

3. SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:

melaksanakan aktivitas terjadwal

4. SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Strategi pelaksanaan pada keluarga :

1. SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis

halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara

merawat pasien halusinasi.

15

Page 16: Makalah Keperawatan Jiwa II

2. SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung

dihadapan pasien

3. SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

3.3 Perencanaan pemulangan pasien skizofrenia

Menurut Worrd (2003) kriteria harus disesuaikan untuk menemukan

kebutuhan klien dan area masalah yang berfokus terhadap reintegrasi ke dalam

keluarga dan komunitas. Berikut ini adalah kriteria yang dapat dimodifikasi

a. Klien menunjukkan tidak adanya atau berkurangnya halusinasi dan

perubahan sensori lainnya.

b. Mengidentifikasi stressor. Situasi, atau kejadian yang dapat memicu

halusinasi.

c. Mengenali dan mendiskusikan hubungan antara peningkatan ansietas

dan manajemen stress.

d. Mendeskripsikan teknik-teknik untuk menurunkan ansietas dan

manajemen stress.

e. Mengidentifikasi keluarga dan orang terdekat lainnya sebagai system

pendukung.

f. Komunkasi dengan ahli fisiologi, ahli terapi dan lembaga lain untuk

mendiskusikan kebutuhan klien.

g. Mendeskripsikan pentingnyan pengobatan secara kontinyu dan teratur,

dosis, frekuensi, efek samping, dan efek yang diharapkan.

h. Mesdeskripsikan rencana untuk mengikuti kelompok social pendukung

ataupun pusat rehabilitasi dalam batasan tertentu.

Yosep (2007) menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien skizofrenia

juga memiliki standar pengkajian dimana data yang dikaji meliputi :

a. Aktivitas hidup sehari-hari

1. Makan dan minum (penggunaan alat, cara makan dan minum, pola

makan)

16

Page 17: Makalah Keperawatan Jiwa II

2. Eliminasi (kebiasaan, pola dan kemampuan eliminasi)

3. Personal hygiene (kemamuan, frekuensia, dan kebiasaan)

4. Berpakaian dan kerapian diri

5. Aktivitas

6. Istirahat (pola, lamanya, dan kesulitan memulai tidur)

7. Keagamaan (kegiatan yang dilakukan)

b. Tingkat kebutuhan perawatan klien :

1. Kondisi pasien yang membutuhkan perawatan intensif.

2. Kondisi pasien yang memerlukan modifikasi perawatan inteensif.

3. Kondisi pasien yang memerlukan perawatan transisi.

4. Kondisi pasien yang memerlukan perawatan minimal.

c. Pengetahuan dan kemampuan keluarga tentang :

1. Penyakit pasien (tanda dan gejala, stressor pencetus, cara penanganan)

2. Pengobatan (manfaat, efek samaping, waktu pemberian)

d. Hubungan interpersonal dalam keluarga

e. Kemampuan dan kemauan pasien dan keluarga dalam penerimaan

tindakan perawatan

f. Sumber dan system pendukung di masyarakat.

g. Sumber financial dam pekerjaan.

Menurut keliat (1999), kebutuhan persiapan pulang bagi pasien skizofrenia

mencakup:

a. Makan

1. Observasi dan tanyakan tentang: jumlah, frekuensi, variasi,

macam, dan cara makan

2. Observasi kemampuan pasien dalam menyiapkan dan

memberikan alat makan

b. BAB/BAB

Observasi kemampuan pasien untuk BAB/Bak seperti pergi dan

menggunakan WC, membersihkan diri, dan merapikan pakaian

c. Mandi

17

Page 18: Makalah Keperawatan Jiwa II

1. observasi kemampuan pasien tentang frekuensi, cara mandi,

menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan cukur.

2. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.

d. Berpakaian

a. Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih, dan

mengenakan pakaian.

b. Observasi penampilan dandanan pasien.

c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.

d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki pasien: mengambil, dan

mengenakan pakaian.

e. Istirahat dan tidur

Observasi dan tanyakan tentang lama dan waktu tidur, persiapan

sebelum tidur (sikat gigi, cuci kaki, dan berdoa), aktivitas sesudah tidur

seperti merapikan tempat tidur, mandi, cuci muka dan sikat gigi.

f. Penggunaan obat

Observasi dan tanyakan pada pasien dan keluarga tentang:

1. Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara

pemberian.

2. Reaksi obat.

g. Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan pada pasien dan keluarga tentang:

1. Apa, kapan, dan kemana perawatan lanjut.

2. Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman

institusi, dan lembaga pelayanan kesehatan) dan cara

penggunaannya.

h. Aktifitas di dalam rumah

i. Aktifitas di luar rumah, mencakup apa saja yang dapat dikerjakan oleh

pasien secara mandiri di luar rumah.

Menurut keliat(1996), beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan

dalam persiapan pulang adalah:

18

Page 19: Makalah Keperawatan Jiwa II

a. Pendidikan (edukasi, redukasi, dan reorientasi) untuk mencegah

kekambuhan dan mengurangi dampak gangguan jiwa bagi klien.

Program yang dapat dilakukan adalah

1. Keterampilan khusus: ADL, perilaku adaftif, aturan makan obat, penataan

rumah tangga, identifikasi gejala kambuh, pemecahan masalah.

2. Keterampilan umum : komunikasi efektif, ekspresi emosi yang konstruktif,

relaksasi, pengelolaan stress.

b. program pulang bertahap

Setelah klien mempunyai kemampuan dan keterampilan mandiri maka klien

dapat mengikuti program pulang bertahap. Tujuannya adalah untuk melatih

klien kembali ke keluarga dan masyarakat. Yang dipersiapkan adalah apa yang

harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan keluarga untuk

membantu adaptasi. Kegiatan yang dilakukan klien dan keluarga di rumah

dapat di buatkan daftar dan dievaluasi kebehasilannya sebagai data untuk

rencana berikut. Lamanya pulang (cuti) ditentukan secara bertahap, misalnya

di mulai dari satu seminggu (week end live), ditingkatkan dua kali seminggu,

kemudian cuti seminggu. Setelah mengikutinya, klien dapat dipulangkan

kembali ke komunitas.

c. Rujukan

Integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas sebaiknya mempunyai hubungan

langsung dengan Rumah Sakit Jiwa.

Menurut Yosep (2007), standar evaluasi klien yang dapat pindah dari

ruang intermediate ke ruang perawatan minimal / persiapan pulang adalah :

a. Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal, verbal dan nonverbal

sesuai.

b. Mampu berinteraksi dengan orang lain / lingkungan konstruktif

c. Mampu melakukan kegiatan harian yang terprogram.

19

Page 20: Makalah Keperawatan Jiwa II

d. Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kontrol minimal.

e. Derajat ketergantungan pada perawat rendah / minim.

f. Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.

g. Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif.

Menurut Fortinash dan Worret (2003), hal-hal yang perlu diajarkan oleh perawat

dalam perencanaan pemulangan kepada pasien dan keluarganya adalah:

a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa skizofrenia adalah

gangguan kronik dengan gejala-gejala yang mempengaruhi proses berpikir

pasien, mood, dan fungsi sosial pasien.

b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang gejala primer dari skizofrenia, delusi

dan halusinasi, dan bagaimana mengatasinya jika membahayakan pasien

ataupun keluarganya

c. Menjelaskan pasien dan keluarga bagian-bagian dari skizofrenia, psikosis

tidak selalu muncul, dan fungsi pasien semakin baik jika tidak ada

psikosis.

d. Menolong keluarga mengembangkan rencana untuk selalu

berinteraksi/berhubungan dengan pasien selama tanda-tanda akut muncul

untuk mencegah hospitalisasi kembali.

e. Menginstruksikan pasien/ keluarga untuk mengenali gejala kambuh dan

untuk menghubungi sistem pelayanan kesehatan darurat ketika pasien

mulai membahayakan dirinya maupun orang lain.

f. Mengajarkan keluarga dan pasien tentang pentingnya

pengobatan/medikasi dan efek terapeutik serta non terapeutik pengobatan

antipsikotik.

g. Mengatakan kepada keluarga bahwa pasien tidak selalu memiliki motivasi

untuk bergabung dalam aktivitas sosial dan keluarga karena proses

penyakit dan efek sedatif dari pengobatan.

h. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencari tahu pendidikan

kesehatan mental terbaru atau sumber-sumber terapeutik dari internet dan

komunitas.

20

Page 21: Makalah Keperawatan Jiwa II

Selain itu menurut Isaacs (2004), hal-hal yang perlu diajarkan kepada keluarga

meliputi:

a. Pengertian skizofrenia, penyebabnya, dan gejala-gejalanya.

b. Obat-obat antipsikotik yang digunakan dan efek samping yang mungkin

muncul.

c. Tindak lanjut perawatan dengan ahli terapi atau manajer perawatan.

d. Cara mengatasi gejala-gejala yang muncul pada klien dengan :

1. Mengidentifikasi kejadian yang dapat mengecewakan pasien dan

berikan bantuan ekstra sesuai kebutuhan

2. Mencatat kapan saja pasien menjadi marah

3. Melakukan tindakan-tindakan yang mengurangi ansietas seperti

istirahat, teknik relaksasi, keseimbangan antara aktivitas dan

istirahat, dan diet yang tepat.

4. Tidak menyetujui pernyataan pasien mengenai halusinasinya dan

memberi tahu tentang realitas

e. Informasi tambahan meliputi :

1. Mengajarkan keluarga dan pasien tentang perawatan diri

2. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan kekhawatiran mereka

dengan penyedia layanan kesehatan

3. Menganjurkan keluarga untuk mempertimbangkan bergabung dengan

kelompok pendukung atau bantuan masyarakat seperti National Alliance

for Mental Ill (NAMI).

21

Page 22: Makalah Keperawatan Jiwa II

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perencanaan pulang merupakan proses pasien mendapatkan pelayanan

kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses

penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatan nya sampai

pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila, 2009)

Tujuan dan prinsip dalam perencanaan pulang merupakan dasar untuk

menentukan tindakan selanjutnya. Adapun tujuan perencanaan pulang adalah:

1. Meningkat kanperawatan berkelanjutan bagi pasien

2. Membantu rujukan klien pada pelayanan yg lain

3. Membantu klien dan keluarga memiliki pengetahuan

4. Keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahanka status

kesehatan klien.

Menurut Yosep (2007), Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan pulang

pasien adalah:

1. Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang

2. Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk,dirawat sampai sebelum pulang

3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif

4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yg tersedia

5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan.

22

Page 23: Makalah Keperawatan Jiwa II

4.2 Saran

Dalam Perencanaan pemulangan pasien ke rumah kita sebagai

perawat harus memperhatikan elemen-elemen penting antara lain komunikasi

yang efektif, pendekatan multidisiplin dan pengkajian awal yang terkoordinasi

atas kebutuhan pasien dan keadaan rumah sehingga pasien dapat cepat pulang.

Daftar Pustaka

Maramis, WS. (1997), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga

University Pers, Suarabaya.

Hawari, D, (2001), Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

FKUI, Jakarta.

Luana, N.A. (2007), Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka

menyambut Kesehatan Jiwa Sedunia, dalam Http// www.Kompas.com.

Ingram, Timburi, Moubary ; (1995), Catatan Kuliah Psikiatri, EGC,

Jakarta.

23