Jaringan Periodontal
-
Upload
prima-d-andri -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
description
Transcript of Jaringan Periodontal
2.1 JARINGAN PERIODONTAL
Normalnya, jaringan periodontal yang memberikan dukungan yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi gigi terdiri dari empat komponen utama, yaitu gingiva, ligamentum
periodontal, sementum, dan tulang alveolar. Masing-masing komponen dari jaringan periodontal
berbeda lokasi, tekstur jaringan, komposisi biokimia, dan komposisi kimianya.8
Gambar 5. Diagram anatomi gingiva (Sumber: Itoiz ME, Carranza FA. The gingival. In: Newman MG, takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia : WB Saunder Co; 2002. p.17)
1) P e m e r ik s aan t e r h adap gigi
a. Gigi yang hilang
b. Keadaan gigi yang tinggal (gigi yang mudah terkena karies, banyaknyatambalan pada gigi,
mobility gigi, elongasi, malposisi, atrisi. Jika dijumpaiada kelainan gigi yang mengganggu pada
pembuatan gigi tiruan, makasebaiknya gigi tersebut dicabut.
c. Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi gigi atas
dengan gigi bawah yangada. Angle klas I, II, dan III.
d. Adanya ovrclosed occlusion pada gigi depan, dapat disebabkan, antara lain karena :
(angular cheilosis, disfungsi dari TMJ, spasme otot-otot kunyah, Spasme otot-otot kunyah dapat
diperbaiki dengan
menambah dimensivertical pada pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan. Selain deep
overbite,harus diketahui juga ukuran over jet dari gigi depan. Dalam
keadaannormal, ukuran over bite dan over jet ini berkisar antara 2 mm.
e. Warna gigi
Warna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigitiruansebagian lepasan
terutama pada pembuatan gigitiruan di daerah anterior untuk kepentingan estetis.
f. Oral hygiene
(adanya karang gigi, adanya akar gigi, adanya gigi yang karies,adanya peradangan pada
jaringan lunak, misalnya : gingivitis
g. Rontgen foto
Dengan rontgen foto dapat diketahui adanya:
· kualitas tulang pendukung dari gigi penyangga
· gigi-gigi yang terpendam, sisa-sisa akar
· kista, kelainan periapikal
· resorbsi tulang
· sclerosis (penebalan tulang)
h. Resesi gingival
i. Vitalitas gigi
2. P e m e r ik s aan t e r ha d ap muko s a
Inflamasi, pada keadaan ini mukosa harus disembuhkan terlebih dahulusebelum dicetak.
(bergerak/tidak bergerak, keras/lunak).
3. P e m er i k s aan t e r had a p b e n tu k t ulang alv e o l a r
Bentuk U, V, datar, sempit, luas, undercut
4. R ua n g an t ar r a h ang
- Besar, dapat disebabkan karena pencabutan yang sudah terlalu lama
- Kecil, dapat disebabkan karena elongasi
- Cukup, minimal jaraknya 5 mm
5. A d a n y a t o r us
- Pada palatum disebut torus palatinus
- Pada mandibula disebut torus mandibula Torus ini bila keadaan mengganggupada
pembuatan gigitiruan, harus dibuang
6. P e m e r i k s aa n j a ri n g a n p e ndukung g i g i
7. P e m e r i k s aa n t e r h a d a p f r e nulum
Apakah perlekatannya tinggi
atau rendah sampai puncak alveolar, dimana jika perlekatan yang rendah akan
mengganggu gigitiruan yang dibuat,sehingga perlu dilakukan pembebasan.
Setelah dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap pasien, dapat
diketahui apakah masih perlu dilakukan perawatan pendahuluan sebagai
persiapanperawatan prostodonti
Hal yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan jembatan
Menurut Martanto (1985), hal yang harus dipertimbangkan dalam
pembuatan jembatan adalah :
a) Keadaan kesehatan, kedudukan, kondisi dan tempatnya di rahang dari gigi
atau geraham yang masih ada, yang akan dipakai sebagai penyangga. Gigi
geraham yang akan dipakai sebagai penyangga tidak goyah dan mempunyai
kedudukan yang hampir sejajar dengan gigi lainnya. Suatu gigi penyangga
yang panjangnya miring (tipping) lebih dari 250 tidak dapat dipakai sebagi
gigi penyangga
oleh karena untuk mendapatkan kedudukan yang pararel sehubungan
dengan jalan masuk (path of insertion).
Gambar 2. Geraham yang miring (tipping) lebih dari 250
(Martanto, 1985)
Ket:
1) kedudukan normal sumbu panjang,
2) sumbu panjang yang miring karena condong akibat hilangnya geraham
sebelahnya,
3) garis preparasi yang harus sejajar,
4) jurusan atau jalan masuk (part of insertion),
5) kemungkinan perforasi ruang pulpa,
6) sudut kemiringan lebih dari 250.
Gambar 3. Arah masuk jembatan (Part of Insertion)
(Martanto, 1985)
Gambar 4. Perbandingan Ratio akar dan mahkotaPanjang akar (b) sedikitnya 1½ panjang mahkotanya (a) (Martanto,
1985)
b) Jumlah gigi geraham yang akan diganti
Menurut Martanto (1985), jumlah gigi yang dapat diganti oleh suatu
jembatan bergantung pada kondisi dan jumlah gigi yang dapat dipakai
sebagai penyangga. Memperkirakan berapa jumlah gigi penyangga yang
diperlukan untuk suatu jembatan dapat digunakan hukum Ante yang
berbunyi “Luas permukaan selaput periodontal dari gigi penyangga
hendaknya sama atau lebih besar dari luas permukaan
selaput periodontal dari gigi-gigi yang diganti”.
c) Umur penderita
Suatu jembatan sebaiknya tidak dibuat pada orang dibawah usia 17 tahun
karena ruang pulpa masih besar, belum semua gigi keluar, tengkorak (tulang
rahang) masih dalam keadaan tumbuh, tulang rahang belum cukup padat.
Penderita-penderita yang terlampau tua juga sebaiknya dihindari karena
akan terjadi hal-hal yang menyulitkan dalam pembuatan jembatan misalnya
gigi-gigi terkikis habis (abrasi) dan menjadi pendek, gusi menarik diri
(gingival recession), pada umumnya struktur dentin menjadi rapuh dan gigi-
gigi menjadi goyah.
d) Keadaan kesehatan gusi, selaput akar dan tulang rahang
Keadaan gusi disekitar gigi sebagai penyangga harus sehat.
Selaput periodontal dapat meradang karena oklusi traumatis.
Tulang alveolar dapat mengalami atropi horizontal maupun vertical. Hal-hal
tersebut di atas dapat menjadikan gigi goyah dan tidak mampu untuk
dijadikan penyangga yang kuat.
e) Kebersihan (hygienis) mulut
Penderita yang kebersihan mulutnya tidak terpelihara oleh karena cacat atau
sebab lain sebaiknya dihindarkan menggunakan jembatan dan sebaiknya
dipakai protesa sebagian (Martanto, 1985).
f) Indeks karies
Indeks karies yang tinggi dapat merupakan kontra indikasi bagi suatu
jembatan terutama jika dipakai retainer-retainer yang tidak menutup seluruh
permukaan mahkota gigi.
g) Oklusi
Oklusi yang abnormal seperti gigitan silang (cross-bite), malposisi dan
sebagainya dapat merupakan kontra indikasi untuk jembatan oleh karena
daya kunyah yang pada gigitan normal menekan retainer pada penyangga,
pada gigitan abnormal seringkali dapat melepaskannya.
h) Keadaan atau posisi gigi lawan (antagonist)
Gigi yang hilang atau dicabut tidak segera diganti maka terjadi pemindahan
tempat (migrasi) dari gigi-gigi yang membatasi ruang kosong dan ekstrusi
dari gigi lawan. Migrasi dan ekstrusi ini dapat mencapai tingkat yang
sedemikian parahanya sehingga kasusnya menjadi suatu kontra indikasi bagi
suatu jembatan (Martanto, 1985).
Gambar 5. Akibat-akibat dari kehilangan yang tidak segera diganti
(Martanto, 1985)