BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jaringan Periodontal 1. Definisi jaringan periodontal Tentunya kita semua tahu bahwa gigi tegak di dalam mulut di atas gusi (yang atas dibawah gusi) adalah karena tertanam akar nya di dalam tulang rahang. Dengan demikian bila seluruh gigi dicabut maka akan tampak cekungan-cekungan didalam tulang rahang tersebut (Machfoedz,2005). Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat menukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri atas gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan sementum. Sementum termasuk dalam jaringan periodontal, karena sementum bersama-sama dengan tulang alveolar merupakan tempat tertanamnya serat-serat utaa ligamentum periodontal. Setiap jaringan memainkan peran yang penting dalam memelihara kesehatan gigi dan fungsi dari periodontal (Putri,2012). 2. Macam-macam jaringan periodontal Menurut Putri (2012) jaringan periodontal terdiri dari : a. Gingiva Gusi atau yang disebut juga gingiva adalah jaringan lunak yang menutupi leher gigi dan tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang atas maupun rahang bawah, gusi sendiri juga merupakan salah satu jaringan penyangga. Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar, Gingiva sering kali dipkai sebagai indikator jika jaringa periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga 4

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaringan Periodontal

1. Definisi jaringan periodontal

Tentunya kita semua tahu bahwa gigi tegak di dalam mulut di atas

gusi (yang atas dibawah gusi) adalah karena tertanam akar nya di dalam

tulang rahang. Dengan demikian bila seluruh gigi dicabut maka akan

tampak cekungan-cekungan didalam tulang rahang tersebut

(Machfoedz,2005).

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang

mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian

dapat menukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan

periodontal terdiri atas gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal

dan sementum. Sementum termasuk dalam jaringan periodontal, karena

sementum bersama-sama dengan tulang alveolar merupakan tempat

tertanamnya serat-serat utaa ligamentum periodontal. Setiap jaringan

memainkan peran yang penting dalam memelihara kesehatan gigi dan

fungsi dari periodontal (Putri,2012).

2. Macam-macam jaringan periodontal

Menurut Putri (2012) jaringan periodontal terdiri dari :

a. Gingiva

Gusi atau yang disebut juga gingiva adalah jaringan lunak yang

menutupi leher gigi dan tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang

atas maupun rahang bawah, gusi sendiri juga merupakan salah satu

jaringan penyangga.

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang

paling luar, Gingiva sering kali dipkai sebagai indikator jika jaringa

periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan

penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga

4

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

5

dapat menggambarkan keadaan tulang akveolar yang berada

dibawahnya.

Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe

astikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan

mengelilingin leher gigi. Pada permukaan rongga mulut gingiva

meluas dari puncak marginal gingiva sampai ke pertautan

mukogingival. Pertautan mukogingival ini merupakan batas antara

gingiva dengan mukosa mulut lainnya.

Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva,

karena warnanya merah gelap, dan permukaannya licin atau halus

mengkilat. Hal ini dijumpai pada permukaan vestibuar mandibula

maupun maksila serta permukaan oral mandibula. Pada permukaan

oral maksila tidak dijumpai pertautan mukogingival sama sekali,

karena gingiva berbatasn dengan membran mukosa mulut yang

menutupi palatum durum, yang tipenya sama dengan gingiva. Gingiva

mengelilingi gigi dan meluas sampai ke ruang interdental. Gingiva di

antara permukaan oral dan vestibular, berhubungan satu sama lain

melalui gingiva yang berada di ruang interdental ini.

1) Pembagian Gingiva

Secara anatomis gingiva dibagi menjadi dua bagian, yaitu

gingiva cekat (attached gingiva) dan gingiva tidak cekat

(unattached gingiva) yang terdiri atas gingiva bebas (free gingiva)

dan marginal gingiva. Tetapi untuk kepentingan klinis yang

khusus, bagian gingiva yang berada diruang interdental, dipisahkan

secara klinis sebagai suatu bagian khusus dari gingival. Hal ini

disebabkan bagian gingiva tersebut digunakan sebagai indikator

yang paling akurat untuk mengetahui terjadinya penyakit gingiva

sedini mungkin.

Dengan demikian, untuk pembahasan selanjutnya gingiva

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu papila interdental, marginal

gingiva, dan gingiva cekat.

Unasttached gingiva ( free gingiva atau marginal gingiva)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

6

Unattached gingivaatau dikenal juga sebagai free

gingiva atau marginal gingiva merupakan bagian gingiva yang

tidak melekat erat pada gigi, mengelilingi daerah leher gigi,

membuat lekukan seperti kulit kerang, Unattached gingiva ini

mulai dari arah mahkota sampai pertautan sementoemail.

Batas antara marginal gingiva dengan gingiva cekat

merupakan suatu lekukan dangkal yang dinamai free gingival

groove. Free gingival groove ini berjalan sejajar dengan margin

gingiva. Dalam keadaan normal free gingival groove ini dapat

dipakai sebagai petunjuk dasar sulkus gingiva. Marginal

gingiva ini bentuknya agak condong ke arah gigi dan ujung

tepinya tipis serta membulat. Dalam arah mesio-distal, gingiva

margin menunjukkan suatu bentuk lengkukngan dan

melengkung ke arah apikal (scalloped). Karena marginal

gingiva tidak melekat erat ke gigi, dinding lateral dari margin

gingiva ini merupakan dinding dari sulkus gingiva. Ke dalam

sulkus gingiva ini dimasukkan sonde atau probe dengan jalan

meregangkan gingiva secara hati-hati.

Sulkus gingiva merupakan suatu celah antara gigi dan

marginal gingiva. Celah ini ke arah medial dibatasi oleh

permukaan gigi dan ke arah lateral dibatasi oleh epitelium

marginal gingiva sebelah dalam. Bagian dalam celah yang

berbenuk seperti huruf V ini kedalamannya berkisar antara 0-6

mm, dengan rata-rata 1,8 mm. Sulkus gingiva dapat bertambah

dalam karena adanya proses pengelupasan yang disebabkan

oleh perubahan-perubahan padapermukaan email dan

kemunduran dari sel-sel pada dasar sulkus, yang akan diikuti

oleh migrasi sel-sel epitel attachment.

Sulkus gingiva berisi cairan yang berasal dari jaringan

pengikat gingval. Cairan ini merembes keluar melalui epitelum

sulkus. Cairan ini berfungsi sebagai pembersih sulkus, pencipta

perlekatan epitel attachment ke gigi karena cairan ini

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

7

mengandung plasma protein, antimikroorganisme, antibodi

untuk pertahanan gingiva dan medium organisme. Pada sulkus

yang normal cairan ini jumlahnya sangat sedikit. Cairan

gingiva bertambah banyak jika terjadi peradangan pada

gingiva, pada penyikatan gigi, masage gingiva, dan pada waktu

makan makanan yang beserat.

Papila interdental

Papila interdental atau gingival interdental merupakan

bagian gingiva yang mengisi ruangan interdental, yaitu ruangan

di antara dua gigi yang letaknya berdeketan dari daerah akar

sampai titik kontak. Gingiva interdental cekat ini batas yang

dibentuk oleh gingiva bebas dari dua gigi yang berdekatn dan

bagian tengah dari papila interdental dibentuk oleh gingiva

cekat.

Col merupakan lembah yang menurun dalam bagian

gingiva interdental, letaknya langsung dari arah akar ke titik

kontak. Col tidak dijumpai jika tidak ada dua gigi berdekatan

atau tidak ada titik kontak (diastema) atau jika gingival

menyusut. Gingiva interdental berfungsi mencegah terjadinya

penumpukan makanan di antara dua gigi selama pengunyahan.

Gingiva cekat

Gingiva cekat merupakan lanjutan marginal gingival,

meluas dari free gingival groove sampai ke pertautan

mukogingival. Gingiva cekat ini melekat erat ke sementum

mulai dari sepertiga bagian akar ke periosteum tulang alveolar.

Pada permukaan gingival cekat ini terdapat bintik-bintik atau

lekukan kecil seperti lesung pipi yang disebut stipling.Stipling

ni mengakibatkan permukaan gingival cekat terlihat seperti

kulit jeruk. Stipling disebabkan oleh adanya tarikan serat-serat

kolagen pada jaringan gingival cekat ke sementum atau tulang.

Lebar gingiva cekat bervariasi dari satu individu ke

individu yang lain, juga antara satu gigi dengan gigi yang lain

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

8

di dalam mulut yang sama. Lebar gingival cekat pada rahang

bawah berkisar antara 3,3-3,9 mm dan pada rahang atas

berkisar antara 3,5-4,5 mm. Umumnya gingival cekat yang

paling lebar dijumpai pada region anterior dan semakin

menyempit kearah region posterior. Gingival cekat ini paling

sempit dijumpai paa region premolar satu rahang bawah., yaitu

berkisar 1,8 mm dan pada rahang atas berkisar 1,9 mm. kedaan

ini sering dihubungkan dengan perlekatan otot mupun

frenulum yang ada pada daerah tersebut, sedangkan lebar

didaerah palatal tidak mungkin diukur, karena sulit

membedakan antara batas akhir gingival cekat dan permulaan

dari mukosa bagian palatal.

Fungsi dari gingival cekat adalah menahan jika ada

tekanan mekanik yang terjadi selama pengunyahan, bicara, dan

sikat gigi. Selain itu, juga berfungsi melindungi lepasnya

gingival bebas pada saat ada tekanan yang menuju ke mukosa

alveolar.

2) Gambaran klinis gingiva normal

Gambaran klinis gingival dipakai sebagai dasar untuk

mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingival

yang terjangkit suatu penyakit. Batas-batas gambaran klinis

gngiva normal ini tidak mempunyai patokan yang jekas, karena

gambaran klinis gingival normal tersebut sangat bervariasi dari

individu yang satu ke individu yang lain.

3) Warna Gingiva

Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral

pink). Hal ini disebabkan oleh adanya pasokan darah, tebal dan

derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini

bervariasi untuk setiap orang dan erat hubungannya dengan

pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya

terjadi pada individu berkulit gelap. Pgmentasi pada gingiva

cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

9

pada mukosa alveolar lebih merah, karena mukosa alveolar

tidak mempunyai lapisan keratin dan epielnya tipis.

b. Sementum

1) Pengertiansementum

Sementum merupakan suatu lapisan jaringan klasifikasi

yang tipis dan menutupi permukaan akar gigi. Sementum ini

berbatasan dengan dentin dan email, juga ligamentum

periodontal. Strukturnya mempunyai banyak persamaan dengan

struktur tulang.

Sementum merupakan jaringan mesenkimal yang tidak

mengandung pembuluh darah maupun saraf dan mengalami

klasifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis. Selain

melapisi akar gigi, sementum juga berperan didalam

mengikatkn gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan adanya serat

utama ligamentom periodontal yang tertanam didalam

sementum (Serat Sharpey). Sementum ini tipis pada daerah

dekat perbatasannya dengan email dan makin menebal kearah

apeks gigi.

c. Ligamentum Periodontal

Ligamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang

mengisi ruangan antara permukaan gigi dengan dinding soket,

mengelilingi akar gigi bagian koronal dan turut serta mendukung

gingival. Kebanyakan penyakit yang mengenai ligamentum

periodontal, jika tidak dilakukan perawatan dengan baik akhirnya

akan menyebabkan hilangnya gigi.

Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan

penyangga gigi yang mengelilingi akar gigi dan melekatnya ke

tulang alveolar. Lgamentum ini melanjutkan diri dengan jaringan

ikat gingiva dan berhubungan dengan ruang sumsum melalui

kanalis vaskuler yang ada pada alveolar proprium. Dengan

demikian fungsi dari ligamen periodontal adalah untuk mendukung

gigi, memelihara hubungan fisiologis antara sementum dan tulang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

10

sebagai pemasok nutrisi, fungsi formatif atau pembentukan, dan

fungsi sensori.

d. Tulang alveolar

Tulang alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula

yang membentuk dan mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak

ada batas yang jelas antara tulang alveolar dengan maksila maupun

mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding soket

gigi disebut alveolar proprium. Alveolar proprium ini di dukung

oleh bagian tulang alveolar lainnya yang dikenal dengan nama

tulang alveolar pendukung. Tulang alveolar membentuk soket yang

mendukung dan melndungi akar gigi. Menurut Ircham (1993)

jaringan periodontal terdiri dari :

a. Gingiva

Gingiva atau gusi adalah bagian dari oral mukosa (selaput lendir

mulut) yang menyelimuti prosesus alveolaris (supporting bone)

dan mengelilingi serviks (leher) gigi.

Bagian dari gusi ini sendiri ialah :

- Free marginal gingiva (tepi gus bebas) yakni gusi ujung/tepi

yang mengelilingi gigi dan tidak melekat pada gigi.

- Free gingival groove (lekukan gusi bebas), lekukan pada

bagian bukal dan labial yang dibatasi oleh dinding dalam free

marginal gingiva, dasar sulkus dan ini tidak sama pada tiap

orang.

- Attached gingiva (gusi melekat), bagian ini meluas mulai dari

dasar lekk gusi bebas (free marginal groove) sampai pada

mucogingival junction (batas muko gingiva).

- Interdental papila (papil diantara dua gigi) adalah bagian dari

gingiva yang mengisi ruang interproksimal yakni antara dua

gigi yang berdekatan.

b. Sementum (Cement = Semen)

Sementum adalah bagian yang menyelimuti seluruh lapisan luar

akar gigi, kecuali pada bagian lubang pucuk atau ujung akar gigi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

11

yang disebut foramen apikalis, (foramen = lubang, apikalis = apeks

= ujung).

Fungsi sementum ialah :

1. Melekatkan jaringan penyangga gigi pada gigi.

2. Memungkinkan erupsi (timbulnya) gigike atas dan gerakan ke

depan/tengah dengan jalan penambahan yang terus menerus.

3. Memperbaiki akar bila terjadi keretakan mendatar.

4. Mengatur bersama tulang alveolus, lebarnya jaringan

pendukung gigi.

5. Melindungi dentin.

6. Mempengaruhi beberapa keadaan pada pembentukan tulang

alveolus.

c. Periodontal membrane

Periodontal membran atau selapus periodonsium atau

selaput peridontal. Ini adalah jaringan ikat yang (jaringan yang

bertugas mengikat) yang mengelilingi akar gigi, menghubungkan

gigi dengan tulang alveol.

Jaringan ini dipenuhi pula dengan pembuluh darah,

pembuluh limfe dan urat syaraf disamping berbagai sel-sel lain.

Bila disimpulkan maka tugas periodontal membran ini adalah :

Suportif atau physical function, ini merangkum 5 aspek yaitu :

- Menunjukkan kekuatan pengunyahan pada tulang

- Pengikatan gigi pada tulang.

- Memelihara hubungan baik jaringan gusi dengan gigi.

- Sebagai selimut jaringan lunak yang menyelimuti

pembuluh-pembuluh dan syaraf untuk mencegah gangguan

penyakit, karena kekuatan mekanis.

- Shock absorbsi atau mengecilkan/mengurangi pengaruh

kekuatan dari luar (bantalan gigi).

Nutrisional. Pemberian zat makanan pada selaput periodontal

dan membersihkan produk kotoran atau zat-zat yang tak

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

12

terpakai dari jaringan periodontium dilakukan melalui

pembuluh-pembuluh darah limfe.

Formatif. Didalam selaput ini terdapat sel-sel yang dapat

membangun tulang, semen, dan jaringan-jaringan lain dari

selaput itu sendiri. Fungsi ini berlangsung terus menerus.

Sensori. Tekanan atau stimuli pada gigi dilanjutkan ke syaraf

sehingga kita bisa mengetahui adanya benda-benda yang

terkunyah atau terselip diantara dua gigi.

d. Tulang alveolus

Tulang ini terdiri dari 3 bagian :

1. Laminadura, yakni bagian luar dari ceruk alveoul dimana akar

gigi tertanam. Bagian ini yang paling keras karena banyak

mengandung kapur.

2. Cortical piate, yakni bagian luar dibagian bukal maupun

palatinal/lingual.

3. Tulang penyokong berbentuk spongiosa, atau seperti karang

berlubang-lubang, ini merupakan bagian tengah atau bagian

dalam dari seluruh tulang rahang baik atas maupun bawah.

Menurut depkes (1996) tanda-tanda gingiva sehat adalah :

1. Berwarna merah jambu (tergantung kulit)

2. Bagian margin (tepi gingival) tipis dan tidak bengkak

3. Gingival lekat sekali pada gigi

4. Sulkus gingival tidak dalam ≤ 2mm, jika lebih dari 2 mm disebut

poket

5. Tidak ada cairan dan tidak mudah berdarah.

B. Plak gigi

Plak adalah lapisan lunak dan lengket yang melekat pada gigi. Plak terdiri

dari protein dan bakteri. 70% dari bakteri itu berasal dari air liur. Plak

terbentuk segera setelah selesai menyikat gigi. Plak mulai mengeras oleh

kalsium, fosfor, dan mineral lainnya dan menjadi karang gigi hanya dalam

waktu 48jam setelah pembentukannya. Karang gigi itu sendiri tidak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

13

berbahaya. Hanya saja karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi

kasar sehingga menjadi tempat melekatnya koloni bakteri yang dapat

menyebabkan berbagai masalah seperti radang gusi

(gingivtis/periodontitis)(Mumpuni, 2013). Salah satu komposisi didalam

plaque adanya garam-garam organik, yaitu garam-garam calcium dan pospat.

Apabila lapisan plaque memperoleh suasana yang berisi fat basa, karena

pengaruh diet makanan dan saliva,maka akan terjadi suatu pengendapan

garam-garam calcium da pospat,diatas lapiran plaque tersebut. Keadaan ini

menimbulkan terbentuknya suatu endapan keras yang disebut karang gigi

(Djuita, 1992).

Ada hal-hal yang merupakan pemicu munculnya plak :

1. Jarang menyikat gigi. Sikatlah gigi anda minimal dua kali sehari, yaitu

pada pagi hari setelah sarapan dan mala sebelum tidur.

2. Malas ke dokter gigi. Serutin-rutinnya kita menyikat gigi, kita tetap perlu

bantuan dokter gigi untuk membersihkan plak yang telah mengeras

menjadi karang gigi.

3. Suka makanan manis. Makanan manis serta rokok dapat menimbulkan

lapisan tipis yang disebut stain. Adanya stain memudahkan makanan da

kuman menempel pada akhirnya membentuk plak.

4. Menolak sayuran. Sayur dan buah-buahan yang di makan dengan kulitnya

merupakan scrub alami untuk menghilangkan plak, jadi tidak ada lagi

alasan untuk menolak sayuran (Mumpuni, 2013)

C. Karang Gigi

1. Definisi karang gigi

Karang gigi adalah suatu endapan keras yang terletak pada

permukaan gigi berwarna mulai dari kekuning-kuningan,kecoklat-coklatan

sampai kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan yang kasar, lapisan

plaque yang telah mengeras karena adanya pengendapatan garam-garam

Ca dan P disebut karang gigi. Karang gigi ini mempunyai permukaan yang

kasar sehingga sisa-sisa makanan dan bakteri-bakteri mudah sekali

enempel dan berkembang biak, yang mengakibatkan terjadinya penebalan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

14

dari karang gigi tersebut(Djuita,1992). Kalkulus atau karang gigi

merupakan suatu massa yang mengalami klasifikasi yang terbentuk dan

melekat erat pada permukaan gigi(Putri,2012).

2. Proses terjadinya karang gigi

Bila gigi jarang dibersihkan, lama kelamaan sisa-sisa makanan

bersama-sama bahan-bahan yang ada dalam ludah akan bersatu menjadi

keras dan melekat pada permukaan gigi. Biasanya mulai dari daerah leher

gigi lama kelamaan bisa menyelimuti permukaan mahkota gigi. Warna nya

kekuning-kuningan. Bila sampai dibawah gusi warna nya jadi coklat

sampai hitam (Machfoedz,2005).

Karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi

yang terdiri dari bahan-bahan mineral. Karang gigi dapat melekat pada

permukaan gigi yang melekat diatas gusi, sehingga dapat disebut

supragingival, atau pada permukaan yang terletak dibawah gusi, dan

disebut sub gingival. Karang gigi supra gingival warnanya kuning dan

biasanya mudah dilepas, hanya dengan jari saja. Sedang karang gigi

subgingival warna nya coklat kehitaman, melekat erat dibawah gusi dan

amat sukar dibersihkan. Karang gigi supra gingival berasal dari endapan-

endapan mineral ludah yang bereaksi dengan bakteri-bakteri mulut serta

sisa-sisa makanan, sedang karang gigi sub gingival sebaras dari sel-sel

darah yang pecah dan mengendap ke sela-sela gigi dan gusi.

Hal dapat memudahkan terjadinya karang gigi adalah :

1. Keadaan ludah

2. Permukaan gigi, kasar atau licin

3. Keadaan gigi yang tidak teratur

4. Resesi dari gusi (Tarigan,1989).

3. Penyebab karang gigi

Bakteri aktif penyebab karang gigi golongan streptococcus dan

anaerob. Bakteri tersebut mengubah glukosa dan karbohidrat pada

makanan menjadi asam melalui fermentasi. Asam akan terus diproduksi

oleh bakteri, asam, sisa makanan, dan air liur dalam mulut membentuk

suatu substansi berwarna kekuningan yang melekat pada permukaan gigi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

15

yang disebut plak. Plak yang tidak dibersihkan akan termineralisasi

menjadi kalkulus atau karang gigi (Pratiwi,2009).

Plaque yang tinggal terlalu lama pada permukaan gigi yang akan

mengeras menjadi karang gigi. Penyebab-penyebab ini berasal dari

pengendapan bahan-bahan kasar, air ludah dan serum darah, akibat adanya

suatu peradangan (Djuita,1992)

4. Pembersihan karang gigi

Pembersihan karang gigi (scaling) adalah salah suatu tindakan

pembuangan sisa makanan yang telah mengeras yang berbentuk karang

gigi. Selain bermanfaat menghilangkan infeksi gusi dan pendarahan saat

menyikat gigi, perawatan scalling juga meningkatkan kualitas penampilan

dengan memunculkan kebersihan optimal, kenyamanan berbicara dan

menghilangkan bau mulut.proses tindakan pembersihan karang gigi

seringkali disertai pendarahan. Hal ini termasuk normal pada kondisi

dimana karang gigi berada dibawah gusi yang juga merupakan posisi yang

paling sering ditemui dalam sehari-hari. Pembersihan karang gigi

sebaiknya dilakukan secara rutin tiap dua sampai empat kali dalam

setahun, atau atas pertimbangan dokter gigi (Pratiwi,2009). Scaling adalah

membersihkan dengan mengerok/menyisik dimaksudkan untuk

menghilangkan bahan-bahan yang melekat pada permukaan gig iterutama

kalkulus,plak dan bahan-bahan lain, sehingga diperoleh permukaan gigi

yang licin, bersih dan sehat. Mehilangkan jaringan-jaringan mati di sekitar

kalkulus sebagai akibat proses pembentukan kalkulus dan penyakit

periodontal (Nio,1989).

D. Penyakit periodontal

Faktor penyebab terjadinya penyakit periodontal, secara garis besar dibagi

menurut asal dan caranya menimbulkan penyakit, yaitu :

1. Penyebab sistemik

Berasal dari tempat lain didalam tubuh.

Penyebab ini tidak secara langsung menimbulkan terjadinya penyakit,

tetapi dapat mempengaruhi jalannya penyakit. Secara umum faktor-faktor

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

16

sistematik tidak dapat memulai timbulnya penyakit periodontal, tetapi

dapat mempercepat perkembangannya dan memperhebat kerusakan yang

ditimbulkan. Menurut Dalimuthe (2005), faktor sistematik adalah :

a. Defisiensi nutrisi

Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan perubahan pada jaringan

periodonsisum, perubahan mana dikategorikan sebagai manifestasi

penyakit nutrisi pada periodonsium.

- Defisiensi vitamin C

- Defisiensi protein

b. Penyakit endokrin

Gangguan hormonal bias mempengaruhi jaringan periodonsium secara

langsung, sebagai manifestasi penyakit gingival dan periodontal, dan

juga dapat menimbulkan perubahan anatomis dirongga mulut yang

mempermudah penumpukan plak.

- Diabetes mellitus

- Kehamilan

c. Penyakit darah

Dua jenis penyakit darah yang sering dikaitkan dengan terjadinya

periodontal yaitu :

- Leukemia

Pada leuikimia akut sel-sel leukemia menginfiltrasi gingival, dan

jarang sekali bias infiltrasi ke tulang alveolar. Keadaan ini bias

menyebabkan terjadinya pembesaran gingival.

- Anemia

Anemia aplastic yang turut berperan dalam etiologi penyakit

gingival dan periodontal. Pada tipe anemia ini kerentanan gingival

terhadap inflamasi meningkat karena terjadinya neutropenia.

d. AIDS/ Infeksi HIV

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) ditandai dengan

penurunan system imunitas yang menyolok. Kondsi yang pertama kali

dilaporkan tahun 1981 adalah disebabkan oleh virus yang dinamakan

human immunodeficiency virus (HIV). Penurunan system imunitas

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

17

pada penderita yang terinfeksi HIV menyebabkan peningkata

kerentanannya terhadap penyakit gingival dan periodontal.

2. Penyebab lokal

Berasal dari rongga mulut disekitar jaringan periodontum.

Penyebab ini secara langsung dapat menimbulkan terjadinya penyakit.

Salah satu faktor penyebab lokal yang paling sering menyebabkan

terjadinya penyakit periodontal adalah plak.Plak merupakan bahan-bahan

lunak yang tidak berwarna, tidak dapat dilihat jelas dengan mata dan dapat

melekat pada permukaan gigi atau permukaan lain yang kasar. Plak berisi

berjuta-juta kuman dan bahan kimia yang berasal dari ludah. Apabila plak

tinggal disuatu tempat tertentu terlalu lama maka plak dapat menyebabkan

terjadinya penyakit periodontal yang disertai keluhan sakit atau tanpa

keluhan sakit ( Nio, 1989).

Berikut adalah penyakit periodontal yang sering dijumpai masyarakat :

1) Radang Gusi/ Gingivitis

Gingivitis adalah peradangan padagusi (gingiva). Gingivitis

sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah tumbuhnya gigi.

Gingivitis hampir selalu terjadi akibat penggosokan dan flosing

(membersihkan karang gigi dengan menggunakan benang gigi) yang

tidak benar, sehingga plak tetap ada disepanjang garis gusi. Plak

merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari bakteri. Plak lebih

sering menempel pada tambalan yang salah atau di di sekitar gigi yang

terletak bersebalahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika

plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan

mengeras dan membentuk karang gigi. Plak merupakan penyebab

utama dari gingvitis (Kusumawardani,2011).

Bila gusi yang mengalami radang, disebut gingivitis. Gingivitis

yang meradang umumnya disebabkan gangguan kuman. Jadi ada

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

18

infeksi. Infeksi gingiva atau gusi ini bisa brkembang masuk ke selaput

periodontal, menyebabkan periodontitis (Machfoedz,2005).

2) Periodontitis

Menurut Kusumawardani (2011) Periodontitis terjadi jika

gingivitis menyebar ke struktur penyangga gigi. Periodontitis

merupakan salah satu penyebab utama lepasnya gigi pada orang

dewasa dan merupakan penyebab utama lepasnya gigi pada lanjut

usia.sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukn

plak dan karang gigi diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong

diantara gigi dan gusi dan meluas kebawah diantara akar gigi dan

tulang bawahnya. Pada pemeriksaan mulut dan gigi, gusi tampak

bengkak dan berwarna merah keunguan. Juga tampak dendapan plak

atau karang didasar gigi disertai kantong yang melebar digusi.

Menurut Mumpuni (2013) periodontitis adalah infeksi gusi

serius yang merusak jaringan lunak dan tulang yang menyangga gigi

anda. Semua penyakit periodontal, termasuk periodontitis akan

mempengaruhi periodonsium atau jaringan sekitar gigi. Periodontitis

dapat menyebabkan gigi tanggal atau yang lebih buruk, meningkatkan

resiko serangan jantung stroke dan masalah kesehatn serius lainnya.

Periodontitis berbeda dengan radang gusi (gingivitis). Gigivitis

mengacu pada radang gusi, sedagkan periodontitis mengacu pada

penyakit gusi dan kerusakan jaringan dan/atau tulang. Gingivitis yang

tidak diobati dapat berkembang menjadi periodontitis. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa periodontitis melibatkan perubahan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

19

permanen pada struktur pendukung gigi, sedangkan radang gusi tidak.

Perodontitis biasanya diakibatkan kurangnya kebersihan mulut.

Menyikat gigi setiap hari dan berkumur serta pemeriksaan rutin dapat

mengurangi risiko terkena periodontitis.

Tanda dan gejala periodontitis antara lain :

1. Gusi bengkak.

2. Gusi merah terang atau keunguan.

3. Gusi terasa kebal ketika disentuh.

4. Gusi yang terdorong maju, membuat gigi terlihat lebih panjang.

5. Jarak yang timbul diantara gigi.

6. Napas bau.

7. Rasa tidak enak pada mulut.

8. Gigi tanggal.

9. Perubahan pada bentuk barisan gigi.

E. Perawatan penyakit periodontal

Dalam melaksanakan usaha pencegahan dan perawatan periodontal, maka

para dokter gigi dengan perawat giginya harus mempunyai kemampuan

melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. DHE (Dental Health Education)

Merupakan pendidikan kepada pasien cara-cara memelihara gigi da

jaringan pendukungnya. Mengingat perjalanan penyakit periodontal

(gingivitis dan periodontitis) selalu dimulai dari daerah saku gusi dan

papila interdental , maka tujuan pokok dari pencegahan dan perawatan

penyakit periodontal adalah membershkan kedua daerah tersebut.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

20

2. Meningkatkan motivasi dari pasien

Merupakan usaha yang ditunjukkan agar pasien sadar da mengerti akan

behaya penyakit periodontal. Pasien yang telah sadar dan mengerti, akan

dapat memperbaiki sifat dan pandangan terhadap pentingnya pemeliharaan

kesehatan jaringan periodontal.

3. Scalling dan rootplaning

Scalling dan rootplaning pada permukaan gigi yang mendukung kalkulus.

4. Memoles

Memoles permukaan gigi yang mendukung kalkulus.

Perawatan periodontal selanjutnya sesuai dengan kebutuhan.

Supaya perawatan penyakit periodontal dapat berhasil dengan baik, maka

perawatan harus dilakukan baik oleh pasien sendiri dirumah maupun oleh

dokter gigi/ perawat gigi.

Perawatan penyakit periodontal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perawatan yang dilakukan oleh pasien adalah membersihkan gigi

secara teratur sehingga bebas dari plak.

2. Perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi/perawat gigi adalah

scalling dan root planning supaya bebas dari kalkulus, juga DHE

mengenai cara-cara pemeliharaan gigi dan jaringan pendukung.

3. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dokter gigi dapat

memberikan obat-obatan tertentu misalnya Vitamin C. Untuk

mencapai perawatan yang baik, seorang dokter gigi tidak cukup hanya

memberi obat-obatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Yang

lebih pening adalah mengusahakan agar pasien dapat bebas dari plak

dan kalkulus(Nio,1989).

F. CPITN

1. CPITN (Community Periodontal Index For Treatment Needs)

Menurut Djuita(1992)Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health

Organization ) sejak tahun 1977 mulai mengembangkan suatu index baru

yang dikenal dengan nama : Community Periodontal Index For Treatment

Needs atau CPITN.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

21

CPITN dipergunakan untuk menggambarkan tingkatan kondisi

jaringan periodontal dan macam serta besar nya kebutuhan perawatan,

secara resmi index CPITN diterima pada World Dental Congress dari

Federation Dentaire International ( FDI ) di Rio De Jeneiro ( Brazilia )

pada bulan September 1981.

Menurut Putri (2012)Community Periodontal Index of Treatment

Needs (CPITN) adalah index resmi yang digunakan oleh WHO untuk

mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan

perawatannya dengan menggunakan sonde khusus.

Maksud pengukuran tersebut adalah (a) untuk mendapatkan data

tentang status periodontal masyarakat; (b) untuk merencanakan program

kegiatan penyuluhan; (c) untuk menentukan kebutuhan perawatan meliputi

jenis tindakan, besar beban kerja, dan kebutuhan tenaga, dan memantau

kemajuan kondisi periodontal individu.

Periodontal Examining Probe, Alat ini digunakan untuk

mengukur kedalaman sulkus gusi (celah berbentuk V yang berada di

antara gigi dan gusi). Kedalaman sulkus gusi yang normal berkisar antara

0-3 mm. Gingivitis atau periodontitis akan menyebabkan kedalaman

sulkus bertambah dan membentuk poket. Semakin tinggi derajat keparahan

penyakit, semakin dalam poket yang terbentuk. Periodontal probe juga

dapat digunakan dalam menentukan derajat keparahan perdarahan pada

gusi.

Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki

bentuk ujung bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5

sampai 5,5 mm.

Tujuan Pengukuran atau Pemeriksaan CPITN adalah :

1. Mendapatkan data tentang status periodontal individu/ masyarakat.

2. Merencanakan program penyuluhan.

3. Menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja,

kebutuhan tenaga).

4. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.

.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

22

Gambar 2.1

Periodontal Examining Probe

Sumber :https://docplayer.info/137533

Untuk pemeriksaan klinis

1. probe dimasukkan kira-kira kurang lebih 1-2 mm dari margin

gingival dengan tekanan aksial sedang tidak boleh melebihi 25

gram, untuk mengetahui besar tekanan tersebut sebagai patokan

dapat diukur dengan menekan kulit dibawah kuku ibu jari

tangan dengan ujung probe. Tekanan tidak boleh menyebabkan

rasa sakit atau tidak enak. Dengan tekanan 25 gram diharapkan

tidak menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan

2. probe masuk hingga mencapai dasar saku atau poket

periodontal, dan dijalankan dari interproksimal ke

interproksimal sepanjang aspek bukal dan lingual gigi dengan

skor sebagai berikut :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

23

Tabel 2.1

Nilai/skor CPITN

Nilai/skor Kondisi jaringan periodontal

0 Sehat (tidak ada poket atau perdarahan)

1 perdarahan gingiva pada saat probing

2 ada karang gigi subgingiva

3 poket dangkal sedalam 3,5 – 5,5mm )

4 poket dalam (lebih dari 5,5mm)

Gambar 2.2

Gusi sehat (skor 0)

Sumber :https://saifulmuhajir.web.id/

Gambar 2.3

perdarahan gingiva pada saat probing (skor 1)

sumber : https://www.slideshare.net/dellerymelsman/epidemiologi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

24

Gambar 2.4

terdapat karang gigi (skor 2)

sumber : http://prasko17.blogspot.com/2012/09/community-periodontal-index-

for.html

Gambar 2.5

poket dangkal (3.5 - 5,5mm) (skor 3)

sumber:https://pemeriksaan-poket-periodontal.html

Gambar 2.6

poket dalam sedalam >5,5mm (skor 4)

sumber : https://dentistrynetworkingassociation.wordpress.com/2018/

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

25

CPITN diukur pada permukaan buccal, lingual,mesial,dan distal

1. Mengukurlabial/ buccal

Ujung probe diletakkan sejajar / tegak lurus sumbu gigi

sampai terlihat gusi memucat

2. Mengukur lingual / palatal

Ujung probe diletakkan sejajar /tegak lurus sumbu gigi

sampai terlihat gusi memucat

3. Mengukur mesial (anterior)

Diperiksa dari arah labial, mulai dari mesial miring

45derajat mengarah ke arah distal

4. mengukur mesial (posterior)

Diperiksa dari arah buccal, mulai dari mesial miring

45derajat mengarah ke arah distal

5. mengukur distal ( anterior)

diperiksa dari bagian palatal, mulai dari distal miring 45

derajat kearah distal

6. mengukur distal (posterior)

diperiksa dari bagian palatal,mulai dari distal miring 45

derajat kearah distal

Gambar 2.7

Memegang instrument periodontal probepengrap

Sumber : http://mybloglitaadina.blogspot.com/2016/

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

26

2. Prinsip kerja CPITN

Pada pengukuran CPITN dilakukan hal-hal seperti berikut :

Menggunakan 6 buah sektan.

Menggunakan gigi indeks.

Menggunakan skor untuk menilai tingkatan kondisi jaringan

periodontal.

Menentukan relasi skor tertinggi dengan KKP (Kategori Kebutuhan

Perawatan), tenaga dan tipe pelayanan.

Menggunakan sonde khusus (WHO Periodontal Examining Probe).

Pada pengukuran CPITN digunakan sonde khusus yang

dinamakanWHO probe yang mempunyai desain khusus, yaitu ujungnya

berbentuk bola bulat dengan diameter 0,5 mm dan mempunyai kode warna

dari 3, sampai 5,5 mm. Karena desain tersebut,probe ini dapat dipakai

sebagai alat perasa sehingga dapat digunakan sebagai eksplorer, untuk

mengetahui ada tidaknya pendarahan, untuk mengetahui ada tidaknya

kalkulus, mengetahui ada tidaknya poket dan untuk mengetahui kualitas

kedalaman poket.

Tekanan pada waktu probing tidak boleh melebihi 25gram. Untuk

mengetahui besar tekanan tersebut, sebagai patokan dapat diukur dengan

menekan kulit dibawah kuku ibu jari tangan dengan ujung probe. Tekanan

tersebut tidak boleh menyebabkan rasa sakit atau tidak enak. Dapat juga

digunakan timbangan kecil, caranya adalah dengan menekan timbangan

tersebut dengan ujung sonde sampai jarum pada timbangan menunjukkan

angka 25 gram. Dengan tekanan sebesar 25 gram diharapkan tidak

menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan.

WHO probe masuk hingga mencapai dasar saku atau poket

periodontal dengan tekanan 25 gram. Ketika digerakkan menelusuri

dinding poket, WHO probe dapat menilai ada tidaknya pendarahan saat

probing, ada tidaknya kalkulus, dan kualitas kedalaman poket dengan

mengamati kedudukan batas margin gingival terhadap kode warna probe

(Putri,2012).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

27

3. Pengertian sektan

Sektan yang dipergunakan untuk memperoleh penilaian CPITN

meliputi 6 regio(Djuita,1992).Mulut pasien dibagi menjadi enam sektan,

yaitu sektan kanan atas, sektan anterior atas, sektan kiri atas, sektan kiri

bawah, sektan anterior bawah dan sektan kanan bawah.

Tabel 2.2

Sektan gigi

SEKTAN 1 SEKTAN 2 SEKTAN 3

7 6 5 4

3 2 1 1 2 3

4 5 6 7

7 6 5 4

3 2 1 1 2 3

4 5 6 7

SEKTAN 6 SEKTAN 5 SEKTAN 4

Suatu sektan dapat diperiksa jika terdapat paling sedikit 2 gigi dan

bukan merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika pada sektan tersebut

hanya ada satu gig, gigi tersebut dimasukkan ke sektan sebelahnya. Pada

sektan yang tidak bergigi,tidak diberi skor. Penilaian untuk satu sektan

adalah keadaan yang terparah/skor yang tertinggi (Putri,2012).

1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)

2. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2,

2.3 (sektan 2)

3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)

4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)

5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4

(sektan 5)

6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)

4. Gigi indeks

Untuk memperoleh penilaian kondisi jaringan periodontal, maka

tidak semua gigi diperiksa, melainkan hanya beberapa gigi saja yang

disebut sebagai Gigi indeks.(Djuita, 1992)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

28

Gigi indeks yang harus diperiksa pada penilaian CPITN

bergantung dari umur individu. Ada tiga kelompok umur untuk

pengukuran ini, yaitu kelompok yang berumur 20 tahun atau lebih,

kelompok umur 16 sampai 19 tahun, dan kelompok berumur kurang dari

15 tahun. Penentuan gigi indeks yang diperiksa beserta kelompok umur

dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2.3

Gigi Indeks

Umur Gigi indeks Skor

20 tahun ke atas 7 6 1 1 6 7

7 6 1 1 6 7

0, 1, 2, 3, 4

19 tahun ke bawah 6 1 6

6 1 6

0, 1, 2, 3, 4

15 tahun ke bawah 6 1 6

6 1 6

0, 1, 2

Berkaitan dengan gigi indeks beserta kemungkinan skor yang diperoleh

pada pengukuran CPITN, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

Jika salah satu gigi molar atau gigi insisiv tidak ada, tidak perlu

dilakukan penggantian gigi tersebut.

Jika dalam suatu sektan tidak terdapat gigi indeks, semua gigi yang ada

dalam sektan tersebut diperiksa dan dinilai, ambil yang terparah, yaitu

yang mempunyai skor tertinggi.

Untuk usia 19 tahun kebawah, tidak perlu dilakukan pemeriksaan gigi

M2 untuk menghindari adanya poket palsu.

Untuk 15 tahun kebawah pencatatan dilakukan hanya jika ada

pendarahan dan karang gigi saja.

Jika tidak ada gigi indeks atau gigi pengganti, sektan tersebut diberi

tanda x (Putri,2012).

Poket gingiva (relative/false poket) adalah poket yng terbentuk

karena adanya pembesaran gingival tanpa kerusakan jaringan

periodontal dibawahnya sedangkan poket periodontal (absolute/ true)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

29

adalah kerusakan pada jaringn periodontal pendukung dan terlepasnya

pengikat gigi (Elisa,2010).

5. Kriteria penilaian

Setelah gigi indeks dipilih, pada masing-masing gigi dilakukan

probing. Dengan cara menggunakan probe ke sekeliling gigi untuk menilai

paling tidak enam titik disekitar gigi, yaitu : mesiifasial, midfasial,

distofasial. Juga ditempat sejenis pada aspek lingual atau palatal. Temuan

yang paling parah dicatat sebagai skor sektan (Putri,2012).Kode skor

dicatat sebagai berikut :

Tabel 2.4

Kode skor

Skor 0 area pada probe masih terlihat lengkap. Gingiva sehat dan

tidak menunjukkan pendarahan pada probing. Tidak

ditemukan kalkulus

Skor 1 tidak ditemukan kalkulus tapi dijumpai pendarahan setelah

dilakukan probing ringan. Individu seperti ini memerlukan

intruksi kebersihan mulut yang tepat dengan tindakan yang

dapat membersihkan plak disupra maupun di subgingiva.

Skor 2 dapat ditemukan pendarahan setelah dilakukan probing, dan

ditemukan kalkulus supra maupun subgingiva. Perawatan

meliputi scalling untuk menghilangkan plak dan kalkulus

supra maupun subgingiva, dan intruksi kebersihan mulut.

Skor 3 Hal ini menunjukkan adanya poket dangkal dengan kedalaman

lebih d ari 3,5 mm tapi kurang dari 5,5 mm. Diperlukan

perawatan untuk menghilangkan kalkulus subgingiva yang

lebih komperhensif disertai intruksi kebersihan mulut.

Skor 4 Menunjukkan kedalaman poket sudah lebih dari 5,5 mm.

Diperlukan perawatan periodontal yang lebih komplekk,

meliputi pemeriksaan periodontal menyeluruh, pencatatan

pada bagan atau chart periodontal dan rencana perawatan yang

tepat untuk tiap kasus.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

30

Nilai / skor Kondisi jaringan periodontal

0 Sehat

1 Pendarahan pada gusi

2 Ada karang gigi subgingival

3 Poket dangkal ( 3,5-5,5 mm )

4 Poket dalam ( lebih dari 5,5 mm )

Setelah mengetahui skor tertinggi pada setiap individu maupun

kelompok populasi, dapat ditentukan tipe pelayanan untuk perawatan

kasus yang ditemukan, demikian pula jenis atau tenaga kesehatan yang

diperlukan. Jika pelayanan hanya berupa intruksi kebersihan mulut, tenaga

yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah seorang kader penyuluh,

seperti guru atau perawat gigi sebagai tenaga penyuluh profesional.

Namun jika pada temuan kasus, dibutuhkan tindakan membuang plak

maupun kalkulus atau tindakan yang lebih kompleks, perlu didatangkan

tenaga kesehatan seperti perawat gigi maupun dokter gigi (Putri, 2012)

Tabel dibawah ini memperlihatkan relasi antara temuan pada

pemeriksaan CPITN dengan kategori kebutuhan pelayanan, tipe

pelayanan, maupun tenaga perawatan yang diperlukan :

Tabel 2.5

Kategori Kebutuhan Perawatan

Skor Kondisi

Periodontal

KKP Tipe

Pelayanan

Tenaga

0 Sehat - 0 -

1 Perdarahan EIKM I Guru/Prg

2 Karang gigi EIKM + SK II Guru/Drg

3 Poket dangkal EIKM + SK II Guru/Drg

4 Poket dalam EIKM+ PK III Drg

Keterangan :

EIKM = Edukasi Intruksi Kesehatan Mulut

SK= Skelling

PK= Perawatan Kompleks(Putri,2012)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

31

G. Penelitian Terkait

1. Hasil penelitian yang berjudul gambaran tingkat kebutuhan periodontal

pada siswa/i kelas 10 dan 11 SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan oleh

(Noeraini Almaida Rosha,2017) didapatkan hasil bahwa kebutuhan

periodontal pada siswa/i kelas 10 dan 11 SMA Tri Sukses Natar Lampung

Selatan menunjukkan jumlah terbanyak pada skor 2 dengan kondisi ada

karang gigi sebanyak 58 orang (73,75%) dengan kategori kebutuhan

perawatan edukasi intruksi kesehatan mulut dan scalling serta tipe

pelayanan yang dibutuhkan adalah II (pembersihan karang gigi) yang

dapat dilakukan oleh perawat gigi dan dokter gigi.

2. Hasil penelitian yang berjudul kebutuhan perawatan periodontal pada

remaja usia 15-17 tahun di SMAN 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru oleh

(Nuridhotun Nisa,2015) didapatkan hasil tertinggi yaitu skor 2 atau

terdapat kalkulus yaitu 67,8% dan skor 1 perdaran pada gingival yaitu

14,4% serta skor 3 poket dangkal yaitu 9,9%. Hal ini mungkin disebabkan

oleh kurangnya kesadaran untuk memelihara kebersihan gigi dan

mulutnya.

3. Hasil penelitian yang berjudul gambaran status jaringan periodontal pada

pelajar di SMAN 1 Manado oleh (Suling,dkk 2013) didapatkan hasil skor

0 sehat 16,8%, skor 1 perdarahan pada gingival 2,7%, skor 2 terdapat

karang gigi 74,8%, skor 3 terdapat poket dangkal 5,7% serta tidak terdapat

poket dalam. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa banyak pelajar yang

yang terdapat kalkulus (karang gigi) yaitu (74,8%).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

32

H. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah visualisasi yang biasanya dalam bentuk bagan, dari

kesimpulan hasil telaah pustaka yang menggambarkan hubungan-hubungan

antara variabel satu dengan variabel lainnya berdasarkan telaah pustaka yang

dilakukan( machfoedz, 2009 ).

Gambar 2.8

Kerangka Teori

I. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dari visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,

2005)

Gambar 2.9

Kerangka Konsep

Jaringan periodontal

- Gingival

- Sementum

- Ligamentum periodontal

- Tulang alveolar

Gambaran kondisi CPITN siswa/i kelas X di SMAN

Pulaupanggung.

Penyakit jaringan

periodontal:

- Gingivitis

- Periodontitis

CPITN

0 : sehat

1 : pendarahan pada

gingival

2 : terdapat kalkulus sub

dan supragingival

3 : poket dangkal 3,5-

5,5 mm

4 : poket dalam lebih

dari 5,5 mm

Penyebab penyakit jaringan

periodontal:

- Penyebab lokal

- Penyebab sistematik

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi jaringan periodontal

33

J. Definisi Operasional

Definisi operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrumen (alat ukur)(Notoatmodjo,2010).

Tabel 2.6

Definisi Operasional

Variabel Definisi

operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

Indeks CPITN

(Community

Periodontal

Indeks for

Treatment

Needs)

Hasil

pengukuran

kondisi

jaringan

periodontal

menggunakan

indeks resmi

yang

digunakan

WHO yaitu

indeks CPITN.

Pemeriksaa

n

1.Lembar

pengukuran

CPITN

2.Kaca

mulut, pinset

dan

periodontal

probe.

0 : sehat

1: perdarahan

pada gingiva

2 : ada

karang gigi

supra dan

subgingival

3 :poket

dangkal (3,5-

5,5)

4 :poket

dalam (lebih

dari 5,5)

Ordinal