jadi

download jadi

of 72

Transcript of jadi

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Program pembangunan nasional, pendidikan diletakkan dalam posisi yang sangat penting. Pendidikan diberi arti sebagai proses yang berlangsung secara terus menerus kapan dan dimana saja, serta tidak terikat pada kolompok usia tertentu lebihlebih pada saat sekarang, baik fisik maupun mental peranan pendidikan sangatlah mendasar. Keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan sangatlah ditentukan oleh kualitas manusianya, sedangkan untuk memperoleh manusia yang berkualitas, pendidikan sangatlah berperan didalamnya. Sejalan dengan itu dikembangkanlah iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan perilaku yang motivatif dan kualitatif. Dengan demikian, pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab dalam proses pembangunan bangsa. Hakekat dari pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, dimana tujuan tersebut dapat dicapai apabila ditunjang usaha atau kerja keras sedini mungkin. Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia, mutu pendidikan dalam semua jenjang pendidikan harus ditingkatkan khususnya dalam memacu penguasaan

1

2

ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi terbentuk atas berbagai landasan dan kerangka berfikir salah satunya berfikir biologi, sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bergantung pula kepada tingkat penguasaan pengajaran biologi. Oleh karena itu, proses pengajaran biologi pada jenjang pendidikan sekolah lanjutan sangat perlu penanganannya yaitu harus terinci dan sistematis, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA), karena apa yang siswa dapatkan dijenjang pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar pada jenjang berikutnya (Perguruan tinggi). Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas pengajaran biologi pada khususnya, seperti pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan tenaga pendidik, penyusuaian kurikulum, dan lain-lain. Usaha tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan belajar mengajar secara maksimal dan beriorentasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik, namun karena semakin banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap hasil belajar, maka yang diharapkan itu belum tercapai secara maksimal. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal bukan hanya ditentukan oleh rumusan tujuan pendidikan yang mantap, kelengkapan sekolah, kecerdasan intelegensi pesera didik serta ketatnya peraturan sekolah, namun yang terpenting dalam hal ini adalah peranan yang dimainkan oleh pendidik atau guru, untuk mencari dan menentukan celah-celah yang dapat memberikan pengaruh agar kualitas siswa meningkat. Dalam hal ini guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan

3

RPP, memahami kurikulum dan dia sendiri sebagai sumber belajar harus terampil dalam memberikan informasi kepada siswa. Sebagai seorang guru diharapkan dapat membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan. Guru hendaknya dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Seorang guru akan dapat memainkan perannya sebagai pengajar dengan baik bila guru memiliki kompetensi mengajar, memiliki profesionalisme serta menguasai dan melaksanakan keterampilan-keterampilan mengajar. Hal ini sangat penting, oleh karena guru merupakan kunci utama dalam operasionalisasi pendidikan, bahkan guru adalah orang paling dekat dengan peserta didik dan mereka lebih mengetahui sifatsifat, watak, keinginan serta bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Reinforcement (penguatan) adalah salah satu komponen keterampilan mengajar merupakan hal yang sangat perlu untuk diberikan oleh seorang guru kepada siswa, melalui penguatan tersebut, maka motivasi siswa dalam belajar akan meningkat, namun kenyataan yang ada di lapangan, bahwa penggunaan keterampilan mengajar ini khususnya pemberian penguatan jarang sekali digunakan bahkan sering tidak dipergunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini berupaya mengungkapkan peranan reinforcement (penguatan) yang diharapkan dapat meningkatkan citra dan mutu pendidikan di Negara kita khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga diangkatlah penelitian dengan judul

4

Penerapan Pemberian Reinforcement dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Keragaman Hayati di Kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar Biologi pada Pokok Bahasan Keragaman Hayati di kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2008/2009 yang diajar melalui kegiatan penberian reinforcement (Penguatan)? 2. Bagaimana hasil belajar Biologi pada Pokok Bahasan Keragaman Hayati di kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa Tahun ajaran 2008/2009 yang diajar tanpa melalui kegiatan pemberian reinforcement (Penguatan) ? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada siswa yang diajar dengan pemberian reinforcement dan yang tidak diberi reinforcement pada Pokok Bahasan Keragaman Hayati di kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2008/2009 ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar Biologi pada Pokok Bahasan Keragaman Hayati di kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa tahun

5

ajaran 2008/2009 yang diajar melalui kegiatan pemberian reinforcement (Penguatan). 2. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar Biologi pada Pokok Bahasan Keragaman Hayati di kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten gowa tahun ajaran 2008/2009 yang diajar tanpa melalui kegiatan pemberian reinforcement (Penguatan). 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang berarti dalam hasil belajar siswa yang diberikan reinforcement (Penguatan) pada Pokok Bahasan Keragaman Hayati di kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menentukan model proses belajar mengajar. 2. Sebagai latihan bagi penulis dalam mengeluarkan buah pikirannya secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah sekaligus melatih diri dalam bersikap ilmiah. 3. Menperkaya hasil penelitian di bidang pendidikan khususnya Biologi.

6

E. Kerangka Berpikir Proses belajar mengajar merupakan suatu proses serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan proses belajar mengajar guru memiliki peranan yang sangat penting untuk membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Reinforcement (Penguatan) merupakan salah satu bentuk pemberian umpan balik kepada siswa agar dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar siswa. Dengan menperoleh reinforcement (Penguatan) tentang jawaban dan tindakan yang di pandang berhasil, siswa terdorong untuk meneruskan kegiatan belajarnya. Atas dasar pemikiran inilah, maka diduga adanya perbedan yang berarti antara siswa yang diajar dengan memberikan reinforcement (penguatan) dengan siswa yang tidak diberikan reinforcement (penguatan) dalam menunjang hasil belajar Biologi siswa. F. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dari kerangka berfikir akan dikemukakan hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara dari masalah, yakni : Terdapat perbedaan yang berarti dalam hasil belajar biologi pada proses pembelajaran yang diberikan reinforcement (penguatan) dan tidak diberikan reinforcement (penguatan).

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Proses Belajar Mengajar Belajar dan mengajar adalah dua aktifitas yang tidak dapat dipisahkan. Berbicara tentang mengajar, maka secara spontan memberikan gambaran akan adanya pihak yang belajar. Karena itu sebelum dibahas tentang proses belajar mengajar, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian belajar dan pengertian mengajar. 1. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan setiap orang yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri orang yang melakukannya. Proses belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi kapan saja dan di mana saja secara terus menerus. Perubahan sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dari segi pengetahuan, sikap dan tingkah laku, pemahaman, keterampilan, kecakapan, kemampuan serta aspek-aspek lainnya yang ada pada diri orang belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu berlangsung relatif lama yang disertai dengan usaha orang yang belajar. Pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh Abdurrahman ( 1994:97), menjelaskan bahwa: belajar ialah interaksi individu dengan lingkungannya yang membawa perubahan sikap, tindak, perubahan dan tingkah lakunya.

8

8

Pendapat

lain

dikemukakan

oleh

Cronbach

dalam

bukunya

(Salahuddin, 1999:87) Educational Sychology mengemukakan batasan tentang mengajar, sebagai berikut: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Belajar adalah perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Muhibbin syah (2004:89), bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan, itu tergantung dari proses belajar yang dialami siswa baik ketika dia berada di sekolah maupun dilingkungan keluarga. Robert M. Gagne (2004:5), dia mengolompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Dia mengemukakan delapan macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian banyak macam kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) untuk

pencapaiannya, kelima macam kemampuan belajar adalah: 1. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik)

9

2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. 3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini pada umumnya dikenal dan tidak jarang. 4. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik dan sebagainya. 5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang memiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari

kecendrungannya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian. Berdasarkan pengertian diatas tentang belajar, maka dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk menperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman di mana sebelum melakukan kegiatan belajar orang tersebut tidak dapat melakukannya. 2. Pengertian Mengajar Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponenkomponen yang saling menpengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin di capai, materi yang di ajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu. Jenis kegiatan yang di tentukan dan

10

dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Apabila dikatakan mengajar, maka menggambarkan adanya pihak yang belajar dan pihak pengajar. Pengajar di sini dapat saja tidak berhadapan langsung dengan pihak yang diberi pelajaran, misalnya melalui media seperti buku teks, modul dan lain-lain. Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar menpunyai profil yang unik yang mengakibatkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang berbeda, atau secara terbalik, untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus di ciptakan sistem lingkungan belajar tertentu pula. Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiannya di usakan secara eksplisit dengan tindakan yang instruksional tertentu di namakan instructional effect, yang biasanya berbentuk keterampilan dan pengetahuan. Sedangkan tujuantujuan yang merupakan penggiring, yang tercapainya karena siswa menghidupi suatu sistem belajar tertentu, seperti kemanpuan berfikir kritis dan kreatif atau bersikap terbuka untuk menerima pendapat orang lain. Metode mengajar adalah alat yang dapat berupa bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar, karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuantujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.

11

Nasution (1995) mengatakan bahwa Mengajar adalah mengorganisasi hal-hal yang berhubungan dengan belajar yang dapat dilihat dari situasi mengajar, yang baik maupun yang buruk.. Dapat pula mengajar di pandang sebagai menyusun sejumlah kegiatan-kegiatan dalam hidup sekelompok manusia yang belajar. Kegiatan-kegiatan itu beraneka ragam ada di dalam dan ada di luar kelas, ada yang individual dan ada yang kolompok. Guru senantiasa mengikuti segala kegiatan itu. Ada kalanya dia memberi saran atau bantuan ketika memang di perlukan dan ada kalanya dia memberi instruksiinstruksi yang tegas. Kalau mengajar itu di rumuskan sebagai organisasi belajar maka guru itu pada hakikatnya seorang organisator. Tugas organisator ialah memungkinkan kelompok dan individu-individu di dalamnya untuk berfunsi bersama. Menurut J. Mursell (1995:9) Mengatakan bahwa Ada beberapa sifatsifat yang harus oleh seorang organisator yang efektif, yaitu: 1. Organisator yang baik bukan seorang autoriter. Ia tidak mengambil keputusan sendiri dan memerintahkan orang lain apa yang dia harus lakukan sampai detail segenap tenaganya dibawah pengawasan yang autokratis. Prestasi maksimun hanya di peroleh jika orang diberi kesempatan turut serta dalam perencanaannya. 2. Sebaiknya organisator yang baik tidak berlaku sama dengan anggota kelompok lainnya, tanpa hak dan kekuasaan yang khusus.

12

Ia tidak menyerahkan segala-galanya kepada pemungutan suara belaka dalam mengambil keputusan. Tidak mungkin suatu kolompok bekerja efektif tampa pimpinan yang positif. 3. Organisator yang baik mendelegasi dan mendistribusi tanggung jawab seluas mungkin. Hingga luasnya, tergantung kepada taraf kematangan, dan kesanggupan murid. Makin tinggi taraf kesanggupan murid, makin beralih tugas guru kearah bimbingan. 4. Organisator yang baik membantu kolompok atau individu untuk menemukan, merumuskan dan menjelaskan tujuannya. Guru sebagai organisator yang baik tidak sekedar mengatakan apa yang harus dipelajari anak-anak, melainkan ia selalu berusaha

mengungkapkan hal-hal yang menarik bagi anak-anak sehingga timbul hasrat untuk menpelajarinya. 5. Organisator yang baik membangkitkan dan menghargai inisiatif. Inisiatif harus berkisar dalam suatu rangka tujuan yang agak fleksibel. Ia memandang kelompok sebagai sumber ide-ide baru yang mungkin tidak akan timbul dalam pikirannya sendiri. Ia percaya bahwa dua orang lebih sanggup berfikir dari pada seorang, dan tiga puluh orang lebih sanggup dari pada dua orang. 6. Organisator yang baik itu lebih mengutamakan segi-segi baik dari pada segi-segi buruk. Ia menganggap bahwa setiap orang sanggup

13

memberi sumbangan, betapapun kecilnya. Ia selalu berusaha agar tidak mendesakkan keinginan, pikiran, dan pendapatnya sendiri. 7. Organisator yang baik menjalankan kontrol, karena tanpa kontrol dan ketertiban maka tidak mungkin suatu kolompok berfungsi dengan baik. Akan tetapi ia tidak ingin kontrol datang dari dirinya sendiri, ia baru puas jika kontrol itu datang dari anak itu sendiri. 8. Organisator yang baik membangkitkan mengkritik sendiri dan mengevaluasi sendiri. Sebagai pemimpin yang sering dan harus menunjukkan sejauh mana siswa itu berhasil atau tidak berhasil mencapai tujuannya. Akan tetapi ia tidak ingin penilaian itu datangnya dari dirinya saja menurut kriterium yang di tentukan sendiri dan juga mengusahakan agar anak yang dapat menilai dirinya sendiri. Mengajar dapat dipandang sebagai menciptakan situasi dimana diharapkan anak-anak akan belajar dengan efektif. Situasi belajar terdiri dari beberapa faktor seperti anak, fasilitas, prosedur balajar dan cara penilaian. Dalam situasi belajar itu ada kalanya guru rnengatakan apa yang harus dilakukan oleh anak-anak, ada kalanya dia membantu dan membimbing anakanak menyelesaikan rencana atau tugas masing-masing. Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam melakukan kegiatan belajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar

14

dapat merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pelajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (1998:19), sebagai berikut: Mengajar adalah

membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menimbulkan siswa melakukan kegiatan belajar. Mengajar menurut pengertian yang mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat di terjemahkan sebagai penggunaan secara integrative sejumlah komponen yang terkandung di dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Komponen-komponen dalam perbuatan mengajar itu adalah: a. Mengajar sebagai ilmu, mengajar dalam kaitannya sebagai ilmu mengacu kepada adanya suatu sistem eksplanasi dan prediksi yang mendasarinya. b. Mengajar sebagai teknologi, mengajar dalam kaitannya sebagai teknologi di lihat sebagai prosedur kerja dengan mekanisme dan perangkat alat yang dapat dan harus di uji secara empiris. c. Mengajar sebagai suatu seni, hakikat seninya terwujud dalam kenyataan bahwa aplikasi prinsip, mekanisme, dan alat yang termaksud terjadi secara untuk, dan memerlukan pertimbangan-

15

pertimbangan

situasional,

bahkan

penyusuaian-penyusuaian

transaksional yang banyak di tuntuk oleh perasaan dan naluri, jadi tidak semata-mata bertolak dari sekumpulan dalil dan rumus yang bersifat individual. d. Pilihan nilai (wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai atau wawasan kependidikan guru yang dimaksud kembali pada tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi konsepsual filosofisnya yang mendasar. e. Mengajar sebagai keterampilan, mengajar merupakan suatu proses penggunaan seperangkat keterampilan secara terpadu. Pengertian lain dikemukakan oleh Mashuri (1998:14), bahwa : Mengajar adalah pemberian stimulus atau rangsangan untuk belajar. Sedangkan menurut pendapat Hartwig Schroder yang di terjemahkan oleh Sahabuddin (1999:14), mengatakan bahwa: Mengajar adalah prosedur mewariskan pengalaman dengan tujuan menyebabkan belajar berlangsung. Menurut, Mujiono (2004:39) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperbuat oleh guru dalam masing-masing tahap mengajar. Tahap yang dimaksud adalah: a. Tahap sebelum pengajaran, dalam tahap ini guru harus menyusun program pelaksanaan pembelajaran setiap semester. Dalam

16

penyusunan program tersebut di perlukan beberapa pertimbangan yaitu: 1. Bekal bawaan yang ada pada siswa 2. Perumusan tujuan pembelajaran 3. Pemilihan metode 4. Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar 5. Pemilihan bahan pengajaran, peralatan, dan fasilitas belajar 6. Mempertimbangkan karakteristik siswa mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan dan menutup pelajaran. 7. Mempertimbangkan peranan siswa dan pola pengelompokan 8. Mempertimbangkan prinsi-prinsip belajar antara lain:

pemberian penguatan, motivasi, mata rantai kognitif, pokokpokok yang akan di kembangkan, penentuan model,

keterlibatan aktif siswa, dan pengulangan. b. Tahap Pengajaran, dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Rentangan interaksi ini berada diantara dua kutub yang ekstrem yakni suatu kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa. Beberapa aspek yang perlu dipertimbankan dalam tahap

pengajaran ini adalah:

17

1. Pengelolaan dan penguasaan kelas. 2. Penyampaian informasi, keterampilan-keterampilan, konsep dan sebagainya. 3. Penggunaan tingkah laku verbal, misalnya keterampilan bertanya, demonstrasi dan penggunaan model. 4. Penggunaan tingkah laku non verbal seperti gerak pindah guru. 5. Cara mendapatkan respon. 6. Mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologi antara lain: motivasi, pengulangan, pemberian penguatan dan

keterlibatan aktif siswa. 7. Mendiagnosa kesulitan belajar. 8. Menyajikan individual. 9. Mengevaluasi kegiatan interaksi. c. Tahap sesudah Pelajaran, tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan siswa. Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesudah mengajar antara lain: 1. Menilai pekerjaan siswa. 2. Menbuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya. kegiatan sehubungan dengan perbedaan

18

3. Menilai kembali proses-belajar yang telah berlangsung. Ketiga tahap ini harus mencerminkan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kognitif, apektif dan psikomotorik. Di samping tahap-tahap pengajaran dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar. Dalam buku yang sama JJ. Hasibuan membagi dua faktor lagi yang mempengaruhinya yaitu: 1. Faktor lingkungan Faktor lingkungan sangat menentukan tugas guru pada tahap sebelum pengajaran dalam menyusun satuan pembelajaran. Faktor ini harus mendapatkan pertimbangan baik-baik sebab sangat menentukan keberhasilan guru dalam tugas

mengajarnya. Adapun yang termasuk kedalam faktor lingkungan adalah: a. Ciri-ciri masyarakat Ciri masyarakat setempat seperti masyarakat pertanian, nelayan dan lain-lain. b. Ciri-ciri sekolah Ciri-ciri sekolah yang perlu mendapatkan pertimbangan adalah jenis sekolah (umum atau kejuruan) dan jenjang sekolah.

19

c. Ciri-ciri murid Perbedaan individual dalam hal minat, kemampuan, bakat, kondisi fisik, latar belakang sosial , ekonomi dan budaya ini sangat menentukan keberhasilan siswa. d. Pengaruh kebijakan pemerintah dan sekolah. Tujuan pendidikan, sistem pendidikan, kurikulum dan kebijakan khusus yang terdapat pada masing-masing sekolah perlu di pertimbangkan dalam penyusunan persiapan mengajar. e. Sumber yang di perlukan Ada tidaknya sumber belajar yang tersedia sangat menentukan strategi dalam perencanaan pengajaran antara lain kepustakaan, koperasi dan kesehatan sekolah. Keberhasilan guru dalam menpertimbangkan faktor yang

mempengaruhi pada tahap sebelum pengajaran merupakan modal utama dalam pelaksanaan tahap pengajaran berikutnya. 2. Faktor perilaku guru Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Guru sebagai pemegang kunci sangat menentukan proses keberhasilan belajar siswa. Sebagai

20

pemegang kunci guru harus melaksanakan perilaku-perilaku sebagai berikut: a. Kejelasan dalam menyampaikan informasi secara verbal maupun non verbal. b. Kemampuan guru dalam membuat variasi tugas dan tingkah lakunya. c. Sifat hangat dan keantusiasan guru dalam berkomunikasi d. Perilaku guru yang berorientasi pada tugasnya saja tanpa merancukan dengan hal-hal yang bukan merupakan tugas keguruannya. e. Perilaku guru yang berkaitan dengan pemberian

kesempatan kepada siswanya dalam mempelajari tugas yang ditentukan. f. Kesalahan guru dalam menggunakan gagasan-gagasan yang di kemukakan siswa dan pengarahan umum secara tidak langsung. g. Perilaku guru dalam menghindari kritik yang bersifat negatif terhadap siswa. h. Perilaku guru dalam memberikan komentar-komentar yang terstruktur.

21

i.

Perilaku guru dalam membuat variasi-variasi keterampilan bertanya.

j.

Kemampuan guru dalam menentukan tingkat kesulitan pengajarannya

k. Kemampuan guru mengalokasikan waktu mengajarnya sesuai dengan alokasi waktu-waktu dalam perencanaan satuan pembelajaran. Kelima batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan upaya yang sengaja dilakukan oleh seorang pengajar dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. 3. Proses Belajar Mengajar Uraian tentang proses belajar mengajar yang telah dikemukakan diatas, maka selanjutnya akan di bahas mengenai proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Didalam interaksi antara guru dan siswa dituntut adanya keserasian antara komponenkomponen yang ada dalam proses belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Komponen-komponen yang di maksudkan

22

adalah guru, siswa, materi atau bahan pelajaran, metode, alat, sarana dan lainlain. Kegiatan proses belajar mengajar, guru berfungsi sebagai subjek didik atau pihak yang mengajar sedangkan siswa berfungsi objek didik atau pihak yang belajar. Guru sebagai pemegang pelaksana utama dalam proses belajar mengajar dengan meningkatkan kompotensi yang dimiliki, sehingga proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Proses belajar mengajar guru harus dapat memiliki beberapa keterampilan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada subjek didik, sehingga penerimaan materi oleh siswa dapat dimengerti maupun dipahami secara baik, oleh karena itu peningkatan kompotensi seorang guru mutlak adanya, sehingga keterampilan dalam penyampaian materi pelajaran akan lebih mudah dilakukan untuk mencapai hasil belajar siswa secara maksimal. Hudojo (1990:1) mengatakan bahwa Belajar adalah suatu proses kegiatan bagi setiap orang yang mengakibatkan perubahan suaru tingkah laku. Peoses belajar mengajar memegang peranan penting dalam mencapai hasil yang baik. Ini dapat dilihat dalam berbagai aktifitas manusia. Pada dasarnya belajar tidak di batasi oleh ruang, waktu dan tempat. Kapan dan dimana saja manusia berada dalam keadaan belajar. 4. Hasil Belajar Biologi

23

Siswa sebagai objek yang diajarkan dalam arti luas, yaitu belajar dengan optimalisasi potensi subjektif yang dimiliki sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam proses belajar mengajar, selalu diarahkan agar mencapai hasil belajar yang optimal dalam mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Hasil belajar yang dicapai dalam bidang studi tertentu diartikan sebagai prestasi belajar siswa dalam bidang itu, seperti yang dikemukakan oleh Syamsu Mappa (1975:2),bahwa: Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar alat pengukur keberhasilan seorang murid. Menurut, Nasution (1995:29) mengatakan bahwa Belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengertian, pengetahuan atau wawasan. Petunjuk yang praktis bagi seorang guru adalah selalu mengusahakan membantu murid untuk mencapai pemahaman yang sebaik-baiknya. Dalam pembahasan berikutnya pada buku yang sama dijelaskan juga bahwa hasil belajar yang baik adalah dapat di transferkan, ini biasanya terdapat bila sesuatu yang dipelajari dalam suatu bidang dapat digunakan pada bidang lain. Kalau kita belajar kita senantiasa menharapkan kemungkinan transfer. Anak-anak yang belajar berhitung di sekolah diharapkan dapat menggunakan

kepandaiannya itu dalam situasi hidup sehari-hari. Bila seorang tidak dapat menggunakan atau mentransfer apa yang dipelajarinya, ia gagal dalam mentransferkannya. Sebaliknya bila ia dapat menggunakannya, pelajarannya

24

berhasil. Makin dangkal pemahaman makin sedikit transfer, makin dalam maka semakin luas pula pemahamannya. Berdasarkan batasan yang diberikan diatas, maka yang dimaksud dengan hasil belajar ialah ukuran keberhasilan siswa setelah menempuh proses belajar di sekolah, ini dapat diketahui dengan menggunakan tes atau alat ukur hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar Biologi dengan menerapkan keterampilan pemberian

reinforcement/penguatan pada Pokok Bahasan Keragaman Hayati di kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa Tahun ajaran 2008/2009. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah melakukan proses belajar, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari diri siswa itu sendiri (faktor internal), maupun yang berasal dari luar ( faktor eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: Kemampuan yang dimiliki siswa, yaitu minat, motivasi, kondisi psikologis, kondisi fisiologisnya, Sedangkan fator eksternal berupa lingkungan. Lingkungan dalam proses pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menjadi tiga, yakni lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di antara ketiganya, yang paling besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar adalah lingkungan sekolah, seperti guru, sarana belajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin, peraturan sekolah dan lain-lain.

25

Unsur lingkungan sekolah yang disebutkan diatas pada hakikatnya berfungsi sebagai lingkungan belajar sekolah, yaitu lingkungan tempat siswa berinteraksi sehingga menimbulkan kegiatan belajar pada dirinya. Hasil interaksi tersebut berupa perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, sikap, kebiasaan, keterampilan dan lain-lain. Seorang guru yang bergelut dengan dunia pendidikan, tentu ingin memperoleh hasil yang baik dari mengajarnya. Demikian halnya dengan siswa, senantiasa ingin mencapai hasil yang baik dalam belajarnya, hal ini diperlihatkan dengan peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa. Pemahaman berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, sudah tentu melakukan pengukuran. Untuk pendidikan formal, pentingnya pengukuran hasil belajar tidaklah disangsikan lagi. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan adalah suatu proses kompleks yang memerlukan waktu, dana dan usaha kerja sama sebagai pihak, suatu pendidikan yang berhasil secara mandiri mencapai tujuan yang digariskan tanpa interaksi berbagai faktor pendukung yang ada dalam sistem pendidikan belum dapat diyakini dengan pasti. Betapapun jelasnya suatu tujuan pendidikan tanpa disertakan pengukuran (tes), maka mustahil hasilnya dapat diketahui. Tidaklah layak untuk mengetahui adanya suatu kemajuan atau keberhasilan suatu program pendidikan tanpa memberikan usaha peningkatan terhadap hasil belajar siswa. 5. Pengertian Reinforcement (Penguatan)

26

Interaksi kehidupan

sehari-hari,

usaha

kita

sering

mendapat

penghargaan. Sesudah kita menolong seseorang, biasanya orang tersebut akan mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih merupakan penghargaan atas pertolongan yang diberikan. Umumnya penghargaan itu mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia yaitu mendorong seseorang memperbaiki tingkah lakunya atau mempertahankannya bahkan akan ditingkatkan lagi. Banyak penyelidikan yang telah dilakukan tentang pengaruh bermacam-macam rangsangan seperti pujian, celaan, hukuman, hadiah, persaingan dan kerja sama. Dimyati,Dr (2002:48), menjelaskan bahwa penguatan merupakan salah satu metode yang dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan bersemangat karena siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan nilai yang baik itu yang akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi, ini merupakan penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas karena takut maka dia akan terdorong untuk belajar lebih giat, inilah yang di sebut dengan penguatan negatif. Menurut, J. Mursell (1999:56) mengatakan bahwa Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada saat pembelajaran yaitu: penhargaan atas hasil pekerjaan dan usaha anak, rangsangan positif seperti pujian lebih baik dari pada rangsangan negatif seperti kecaman karena ini tidak akan memberikan hasil yang baik. Sedangkan menurut Anita,E (2004:410), mengatakan bahwa pujian

27

merupakan salah satu bentuk penguatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku positif siswa. Kegiatan belajar mengajar, penghargaan mempunyai arti penting. Tingkah laku dan penampilan siswa yang positif diberi penghargaan dalam bentuk senyuman atau kata pujian merupakan reinforcement (Penguatan) terhadap tingkah laku dan penampilannya. Seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan J,J (1998:56), dalam bukunya Proses belajar mengajar, sebagai berikut Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemunkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Dalam buku yang sama beliau juga menyebutkan tujuan pemberian penguatan yaitu: a. Meningkatkan perhatian siswa. b. Melancarkan atau memudahkan proses belajar mengajar siswa. c. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi. d. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar yang produktif. e. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar. f. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik. Selajutnya pengertian reinforcement (penguatan) di kemukakan oleh Usman Uzer Moh, yakni: Reinforcement (penguatan) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari

28

modifikasi tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk menberikan informasi ataupu umpan balik (feed back) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan atau koreksi. (Usman Uzer Moh, 1990:73).

Bertolak dari kedua batasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa reinforcement (Penguatan) adalah segala bentuk respon baik yang bersifat verbal maupun non verbal yang diberikan terhadap tingkah laku positif yang ditampilkan oleh seorang siswa sehingga memungkinkan siswa tersebut dapat menpertahankan, mengulangi ataupun meningkatkan tingkah lakunya pada waktu yang akan datang, jadi tindakan yang diberikan tersebut dimaksudkan untuk menbesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar. Sedangkan, Menurut Kemp. E. Jerrold (1994:145), reinforcement (penguatan) mempunyai pengaruh berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: y y y Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran. Merangsang dan meninkatkan motivasi belajar. Meningkatkan kegiatan belajar dan menbina tingkah laku siswa yang produktif. Pada dasarnya reinforcement (penguatan) terbagi atas dua bagian yaitu reinforcement (penguatan) verbal dan reinforcement ( penguatan) non verbal. a) Reinforcement (penguatan) verbal

29

Penguatan dapat

diutarakan dengan

menggunakan kata-kata pujian,

penhargaan, persetujuan, misalnya : bagus, ya benar, tepat, bagus sekali, tepat sekali. Sedangkan dengan kalimat, misalnya: Pekerjan anda baik sekali, saya gembira dengan hasil pekerjaan anda!, inilah siswa yang patut diteladani oleh kalian. b) Reinforcement (penguatan) non verbal Untuk memberikan pengertian dapat dibagi menjadi: 1) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, acungan jempol, tepuk tangan, dan kadang-kadang

dilaksanakan bersama-sama dengan reinforcement (penguatan) verbal. 2) Penguatan pendekatan. Seorang guru dalam menerapkan penguatan ini dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan adanya perhatian dan kegembiraan terhadap hasil pekerjaannya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berdiri disamping siswa, berjalan menuju kearah siswa, duduk dekat seorang atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa. 3) Penguatan dengan sentuhan. Persetujuan dan penhargaan terhadap siswa atau usaha dan penampilannya dapat dinyatakan dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan atau berprestasi dikelas.

30

4) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. Dapat diartikan dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh siswa, lebih bermakna bagi siswa kalau kegiatan atau tugas-tugas yang digunakan sebagai reinforcement (penguatan) itu berhubungan dengan pemampilan yang diberi reinforcement (penguatan). Umpamanya seorang siswa yang menperlihatkan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk untuk menjadi pemimpin paduan suara di sekolah. Siswa yang lebih dahulu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dalam pelajaran biologi dapat bertindak sebagai tutor sebaya terhadap temannya yang mengalami kesulitan dalam pelajaran itu.

5) Penguatan yang berupa simbol atau benda. Dalam penguatan ini digunakan bermacam-macam simbol atau benda yang berupa simbol antara lain adalah tanda, komentar tertulis pada buku siswa, yang selanjutnya berupa benda dapat berupa kartu bergambar, bintang, plastik, lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlalu mahal harganya, tetapi mempunyai arti simbolis. Pada pemberian reinforcement (Penguatan) dalam penerapannya pada proses harus bijaksana dan sistematik berdasarkan cara dan prinsip yang tepat. 1. Adapun prinsip penggunaan reinforcement (penguatan), yaitu: a) Kehangatan dan keantusiasan.

31

Sikap dan gaya guru, termasuk mimik dan gerak badan harus menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam menberikan reinforcement (penguatan). Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan reinforcement (penguatan) karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan. b) Kebermaknaan. Reinforcement (penguatan) hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi reinforcement (penguatan). Oleh sebab itu reinforcement (penguatan) yang diberikan akan bermakna bagi siswa yang bersangkutan. c) Menghindari penggunaan respon yang negatif. Walaupun hukuman dan teguran masih bisa digunakan untuk membina dan mengontrol siswa, akan tetapi, respon negatif yang diberikan oleh guru berupa komentar, bercanda, menhina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya, jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkan, tetapi

32

memindahkan giliran untuk menjawab pertanyaan tersebut kepada siswa lain. Pelaksanaan penggunaan reinforcement (penguatan), yakni: a. Reinforcement (Penguatan) kepada pribadi tertentu. Reinforcement (penguatan) harus jelas kepada siapa ditujukan, sebab bila tidak akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya. b. Reinforcement (penguatan) kepada kolompok siswa. Reinforcement (penguatan) dapat pula diberikan kepada

sekolompok siswa, misalnya apabila satu tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, maka guru membolehkan kelas itu bermain sesuatu yang menjadi kegemarannya. c. Pemberian reinforcement (penguatan) dengan segera Reinforcement (penguatan) seharusnya diberikan segera setelah munculnya tingkah laku atau respon siswa yang diharapkan.

reinforcement (penguatan) yang ditunda pemberiannya cenderung kurang efektif. Jenis reinforcement (penguatan) yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja. Karena hal ini menimbulkan kebosanan dan lama kelamaan kurang efektif.

33

6. Keragaman Hayatia. Pengertian keragaman hayati. Keanekaragaman hayati menurut UU NO 5 Tahun 1994 adalah keanekaragaman di antara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain, serta kompleksitas ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosisitem. Berdasarkan definisi di atas ada 3 elemen keaneka ragaman hayati yaitu, keaneka ragaman ekosisitem, keaneka ragaman jenis dan keanekaragaman genetik. Menurut Sri pujianto,(2008:69) menjelaskan bahwa gen yang paling berpengaruh dalam keanekaragaman sebagaimana yang diketahui bersama bahwa gen adalah unit bahan yang membawa sifat keturunan. Gen yang akan mengatur segala sifat yang tampak pada suatu organism. Sifat yang tampak pada tumbuhan, misalnya berdaun sempit, buah bulat, warna daun maupun buah. Sifat yang tampak atau dapat diamati itu disebut fenotipe. b. Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Menurut Sriyanti, dalam situs,www.wikipedia.com diakses tanggal 02 juli 2009, Manfaat dari keragaman hayati antara lain adalah (1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup

34

bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain (2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi (3) mengembangkan sosial budaya umat manusia (4) Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya. Penyebaran Sumberdaya Hayati di Indonesia. Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan. Negara ini terdiri dari beribu pulau, berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta terletak di katulistiwa. Dengan posisi seperti ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Indonesia dengan luas wilayah 1,3% dari seluruh luas muka bumi memiliki 10% flora berbunga dunia, 12% mamalia dunia, 17% jenis burung dunia, dan 25% jenis ikan dunia. Internet, dalam situs www.Indonesia.go.id, diakses tanggal 02 juni 2009, Penyebaran tumbuhan, Indonesia tercakup dalam kawasan Malesia, yang juga meliputi Filipina, Malaysia dan Papua Nugini. Kawasan ini ditentukan berdasarkan persebaran marga tumbuhan yang ditandai oleh 3 simpul demarkasi yaitu (1) Simpul selat Torres menunjukkan bahwa 644 marga tumbuhan Irian Jaya tidak bisa menyeberang ke Australia dan 340 marga tumbuhan Australia tidak dijumpai di Irian Jaya. (2) Tanah genting Kra di Semenanjung Malaya merupakan batas penyebaran flora Malesia

35

di Thailand. Demarkasi ini menyebabkan adanya 200 marga tumbuhan Thailand yang tidak dapat menyebar ke kawasan Malesia, dan 375 marga Malesia tidak dijumpai di Thailand. (3). Simpul di sebelah selatan Taiwan menjadi penghalang antara flora Malesia dan Flora Taiwan.. Adanya demarkasi ini menyebabkan 40% marga flora Malesia tidak terdapat di luar kawasan Malesia dan flora Malesia lebih banyak mengandung unsur Asia dibanding unsur Australia. Pecahnya benua selatan Gendawa pada 140 juta tahun yang lalu menjadi paparan sunda (berasal dari benua utara laurasia) dan paparan Sahul (berasal dari Gondawa) menyebabkan penyebaran tumbuhan yang terpusat di paparan Sunda seperti jenis durian, rotan, tusam dan artocarpus. Pola penyebaran hewan di Indonesia di warnai oleh pola kelompok kawasan Oriental di sebelah barat dan kelompok kawasan Australia di sebelah Timur. Kedua kawasan ini sangat berbeda. Namun demikian karena Indonesia terdiri dari deretan pulau yang sangat berdekatan, maka migrasi fauna antarpulau memberi peluang bercampurnya unsur dari 2 kelompok kawasan tersebut. Percampuran ini mengabunkan batas antara kawasan oriental dan kawasan Australia.. Memperhatikan sifat hewan di Indonesia Wallace membagi kawasan penyebaran fauna menjadi 2 kelompok besar yaitu fauna bagian barat Indonesi (Sumatera, Jawa, Bali, Madura, Kalimantan) dan Fauna bagian timur yaitu Sulawesi dan pulau di sebelah timurnya. Dua kelompok fauna

36

ini mempunyai ciri yang berbeda dan dipisahkan oleh garis Wallace (garis antara Kalimantan dan Sulawesi, berlanjut antara Bali dan Lombok). Hamparan kepulauan di sebelah timur garis Wallace dari semula memang tidak termasuk kawasan Australia, karena garis batas barat kawasan Australia adalah Garis Lydekker yang mengikuti batas paparan Sahul. Dengan demikian ada daerah transisi yang dibatasi Garis Wallace di sebelah Barat dan garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua garis ini terdapat garis keseimbangan fauna yang dinamakan garis Weber. Karena peluang pencampuran unsur fauna di daerah ini sangat besar, akibatnya di daerah transisi ini terdapat unsur - unsur campuran antara barat dan timur. Daerah transisi ini dinamakan Wallace. Dengan kondisi geografis seperti ini mengakibatkan sumber daya hayati di Indonesia sangat kaya baik dalam jenis maupun jumlahnya. Internet, dalam situs www.Wikipedia.org, diakses tanggal 02 juni 2009, Keanekaragaman Jenis Indonesia memiliki keaneka ragaman jenis yang kaya. Taksiran jumlah jenis kelompok utama makhluk hidup sebagai berikut: Hewan menyusui 300 jenis; Burung 7500 jenis; Reptil 2000 jenis; Amfibi 1000 jenis; Ikan 8500 jenis; keong 20000 jenis; serangga 250000 jenis. Tumbuhan biji 25000 jenis; paku pakuan 1250 jenis; lumut 7500 jenis; Ganggang 7800 jenisjamur 72 000 jenis; bakteri dan ganggang biru 300 jenis. (Sastra pradja, 1989). Beberapa pulau di

37

Indonesia memiliki spesies endemik, terutama di pulau Sulawesi; Irian Jaya dan di pulau Mentawai. Indonesia memiliki 420 specis burung endemik yang tersebar di 24 lokasi. Keanekaragaman genetik merupakan keanekaragaman sifat yang terdapat dalam satu jenis. Dengan demikian tidak ada satu makhluk pun yang sama persis dalam penampakannya. Matoa Pometia pinnata di Irian Jaya mempunyai 9 macam penampilan dari seluruh populasi yang ada. Dengan kemampuan reproduksi baik vegetatif dan generatif, populasi sagu di Ambon mempunyai 6 macam pokok sagu yang berbeda. Berdasarkan jumlah jenis durian liar yang tumbuh di Kalimantan yang jumlahnya mencapai 19 jenis, diduga bahwa Kalimantan adalah pusat keanekaragaman genetik durian. Dengan teknik budi daya semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis jenis anggrek, salak pondoh, dan lain-lain. Keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia tampak pada berbagai hewan piaraan. Ternak penghasil pangan yang telah diusahakan adalah 5 jenis hewan temak yaitu sapi biasa, sapi Bali, kerbau, kambing, domba dan babi. Dan 7 jenis unggas yaitu ayam, itik , entok, angsa, puyuh, merpati dan kalkun serta hewan piaraan yang lain seperti cucak rowo, ayam bekisar, dan lain-lain. Keanekaragaman genetik hewan ini tidak semuanya berasal dari negeri sendiri. Namun demikian

38

melalui proses persilangan jenis-jenis hewan ini memperbanyak khasanah keanekaragaman genetik di Indonesia. c. Keanekaragaman Hayati sebagai Sumber Pangan di Indonesia terutama

Kebutuhan

karbohidrat

masyarakat

Indonesia

tergantung pada beras. Sumber lain seperti jagung, ubi jalar, singkong, talas dan sagu sebagai makanan pokok di beberapa daerah mulai di tinggalkan. Ketergantungan pada beras ini menimbulkan krisis pangan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Selain tanaman pangan yang telah di budidaya, sebenarnya Indonesia mempunyai 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 jenis tanaman penghasil sayuran, 70 jenis tanaman berumbi, 60 jenis tanaman penyegar dan 55 jenis tanaman rempah rempah. Perikanan merupakan sumber protein murah di Indonesia. Kita mempunyai zona ekonomi eksklusif yaitu 200 mil dari garis pantai yang dapat dipergunakan oleh nelayan untuk mencari nafkah. Budi daya udang , bandeng dan lele dumbo sangat potensial juga sebagai sumber pangan. Oncom , tempe, kecap, tape, laru (minuman khas daerah Timor), gatot, merupakan makanan suplemen yang disukai masyarakat Indonesia. Jasa mikro organisme seperti kapang, yeast dan bakteri sangat diperlukan untuk pembuatan makanan ini. Beberapa jenis tanaman seperti suji, secang, kunir, gula aren, merang padi, pandan banyak digunakan sebagai zat pewarna makanan.

39

d. Keanekaragaman Internet,

Hayati dalam

sebagai situs

Sumber

Sandang

dan

Papan

http://materi

pelajaran.blogspot.com,

diakses pada tanggal 02 juni 2009. Kapas, rami, yute, kenaf, abaca, dan acave serta ulat sutera potensial sebagai bahan sandang. Tanaman ini tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Jawa dan Kalimantan dan Sulawesi. Di samping itu beberapa Suku di Kalimantan, Irian dan Sumatera menggenakan kulit kayu, bulu- bulu burung serta tulang-tulang binatang sebagai asesoris pakaian mereka. Sementara masyarakat pengrajin batik menggunakan tidak kurang dari 20 jenis tanaman untuk perawatan batik tulis termasuk buah lerak yang berfungsi sebagai sabun. Masyarakat suku Dani di Lembah Baliem Irian Jaya menggunakan 6 macam tumbuhan sebagai bahan sandang. Untuk membuat yokal (pakaian wanita yang sudah menikah) menggunakan jenis tumbuhan (Agrostophyllum majus) dan wen (Ficus drupacea). Untuk pakaian anak gadis dipergunakan jenis tumbuhan kem (Eleocharis dulcis). Untuk membuat koteka/holim yaitu jenis pakaian pria digunakan jenis tanaman sika (Legenaria siceraria). Sedangkan pakaian perang terbuat dari mul (Calamus sp). Rumah adat di Indonesia hampir semuanya memerlukan kayu sebagai bahan utama. Semula kayu jati, kayu nangka dan pokok kelapa (glugu) dipergunakan sebagai bahan bangunan. Dengan makin mahalnya harga kayu jati saat ini berbagai jenis kayu seperti meranti,

40

keruing, ramin dan kayu kalimantan dipakai juga sebagai bahan bangunan.Penduduk Pulau Timor dan Pulau Alor menggunakan lontar (Borassus sundaicus) dan gewang (Corypha gebanga) sebagai atap dan didinding rumah. Beberapa jenis palem seperi Nypa fruticas,

Oncosperma horridum, Oncossperma tigillarium dimanfaatkan oleh penduduk Sumatera, Kalimantan dan Jawa untuk bahan bangunan rumah.Masyarakat Dawan di Pulau Timor memilih jenis pohon timun (Timunius sp), matani (Pterocarpus indicus), sublele (Eugenia sp) sebagai bahan bangunan disamping pelepah lontar, gewang dan alang-alang (Imperata cyllndrica) untuk atap. Sumber daya Hayati sebagai Sumber Obat dan Kosmetik. Indonesia memiliki 940 jenis tanaman obat, tetapi hanya 120 jenis yang masuk dalam Materia medika Indonesia. Masyarakat pulau Lombok mengenal 19 jenis tumbuhan sebagai obat kontrasepsi. Jenis tersebut antara lain pule, sentul, laos, turi, temulawak. Alang-alang, pepaya, sukun, lagundi, nanas, jahe, jarak, merica, kopi, pisang, lantar, cemara, bangkel, dan duwet. Bahan ini dapat diramu menjadi 30 macam. Masyarakat jawa juga mengenal paling sedikit 77 jenis tanaman obat yang dapat diramu untuk pengobatan segala penyakit Masyarakat Sumbawa mengenal 7 jenis tanaman untuk ramuan minyak urat yaitu akar salban, akar sawak, akar kesumang, batang malang, kayu sengketan," ayu sekeal, kayu tulang. Masyarakat Rejang Lebong

41

Bengkulu mengenal 71 jenis tanaman obat. Untuk obat penyakit malaria misalnya masyarakat daerah ini menggunakan 10 jenis tumbuhan. Dua di antaranya yaitu Brucea javanica dan Peronemacanescens merupakan tanaman langka. Cara pengambilan tumbuhan ini dengan mencabut seluruh bagian tumbuhan, mengancam kepunahan tanaman ini.

Masyarakat Jawa Barat mengenal 47 jenis tanaman untuk menjaga kesehatan ternak terutama kambing dan domba. Di antara tanaman tersebut adalah bayam, jambu, temu lawak, dadap, kelor, lempuyang, katuk, dan lain-lain. Masyarakat Alor dan Pantar mempunyai 45 jenis ramuan obat untuk kesehatan ternak sebagai contoh kulit kayu nangka yang dicampur dengan air laut dapat dipakai untuk obat diare pada kambing. Di Jawa Timur dan Madura dikenal 57 macam jamu tradisional untuk ternak yang menggunakan 44 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang banyak digunakan adalah marga curcuma (temuan-temuan). Di daerah Bone Sulawesi Selatan ada 99 jenis tumbuhan dari 41 suku yang dipergunakan sebagai tanaman obat. Suku Malvaceae, Euphorbiaceae, dan Anacardiaceae merupakan suku yang paling banyak digunakan. Potensi keanekaragaman hayati sebagai kosmetik tradisional telah lama dikenal. Penggunaan bunga bungaan sepeti melati, mawar, cendana, kenanga, kemuning, dan lain-lain lazim dipergunakan oleh masyarakat terutama Jawa untuk wewangian. Kemuning yang mengandung zat samak

42

dipergumakan oleh masyarakat Yogyakarta untuk membuat lulur (9 jenis tumbuhan) yang berhasiat menghaluskan kulit. Tanaman pacar digunakan untuk pemerah kuku, sedangkan ramuan daun mangkokan, pandan, melati dan minyak kelapa dipakai untuk pelemas rambut. Di samping itu masyarakat Jawa juga mengenal ratus yang diramu dari 19 jenis tanaman sebagai pewangi pakaian, pemangi ruangan dan sebagai pelindung pakaian dari serangan mikro organisme. Di samping semuanya ini Indonesia mengenal 62 jenis tanaman sebagai bahan pewarna alami untuk semua keperluan, seperti misalnya jambu hutan putih yang digunakan sebagai pewama jala dan kayu malam sebagai cat batik. Aspek Kultural Sumberdaya Hayati di Indonesia. Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis dengan keanekaragaman agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya. Dalam upacara ritual keagamaan atau dalam upacara adat banyak sekali sumber daya hayati yang dipergunakan. Sebagai contoh, ummat Islam menggunakan sapi dan kambing jantan dewasa pada setiap hari raya korban, sedangkan umat nasrani memerlukan pohon cemara setiap natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai jenis sumber daya hayati untuk setiap upacara keagamaan yang dilakukan. Banyak jenis pohon di Indonesia yang dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal roh jahat seperti beringin, bambu kuning (di Jawa). Upacara kematian di Toraja menggunakan berbagai

43

jenis tumbuhan yang dianggap mempunya nilai magis untuk ramuan memandikan mayat misalnya limau, daun kelapa, pisang dan rempahrempah lainnya. Disamping itu dipergunakan pula kerbau belang . Pada upacara ngaben di Bali dipergunakan 39 jenis tumbuhan. Dari 39 jenis tersebut banyak yang tergolong penghasil minyak atsiri dan bau harum seperti kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih dan cendana. Jenis lain yaitu dadap dan tebu hitam diperlukan untuk, kelapa gading diperlukan untuk menghanyutkan abu ke sungai. Pada masyarakat Minangkabau dikenal juga upacara adat. Jenis tanaman yang banyak dipergunakan dalam upacara adat ini adalah padi, kelapa, jeruk, kapur barus, pinang dan tebu. Budaya nyekar di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan upacara mengirim doa pada leluhur. Upacara ini juga menggunakan berbagai jenis tumbuhan bunga yaitu mawar, kenanga, kantil, dan selasih. Untuk pembuatan kembar mayang pada pesta perkawinan suku Jawa dipergunakan jenis tumbuhan yaitu janur muda dari kelapa, mayang (bunga pinang), beringin, kemuning, daun spa-spa (Flemingialineata), daun kara (phaseolus lunatus), daun maja, daun alang- alang, daun kluwih (Artocarpus cornmunis), daun salam, daun dadap, daun girang, dan daun andhong. Disamping itu dikenal juga pemotongan ayam jantan untuk ingkung yang biasanya ayam berbulu putih mulus atau ayam berbulu hitam mulus (ayam cemani). Aneka tanaman yang dipergunakan untuk

44

upacara memandikan keris di Yogyakarta adalah jeruk nipis, pace, nanas, kelapa, cendana, mawar, melati, kenanga, dan kemenyan Selain melekat pada upacara adat, kekayaan sumber daya hayati Indonesia tampak pada hasil-hasil kerajinan daerah dan kawasan. Misalnya kerajinan mutiara, dan kerang-kerangan di Nusa Tenggara dan Ambon, kerajinan kenari di Bogor, daerah. Pada hari lingkungan hidup sedunia ke-18, Presiden RI menetapkan melati sebagai puspa bangsa, anggrek bulan sebagai puspa pesona dan bunga raflesia sebagai puspa langka. Tiga satwa langka yang ditetapkan sebagai satwa nasional adalah Komodo, ikan siluk merah dan elang jawa. Kerajinan batik dan tenun ikat, kerajinan tikar, patung, dan lain-lain. Kekayaan sunber daya hayati juga nampak pada penggunaan maskot flora dan fauna di senua propinsi di Indonesia sebagai identitas. Konservasi Keanekaragaman Hayati Pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang ditandai dengan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya, kerusakan ekosisitem dan menipisnya plasma nutfah. Hal ini harus dicegah agar kekayaan hayati di Indonesia masih dapat menopang kehidupan. Konservasi sumber daya hayati di Indonesia diatur oleh UU No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Azas yang digunakan dalam pengelolaan linggungan hidup adalah azas tanggung jawab, berkelanjutan dan manfaat. Upaya konservasi keaneka ragaman

45

ekosisitem di Indonesia silakukan secara insitu yang menekankan terjaminnya terpeliharanya keaneka ragaman hayati secara alami melalui proses evolusi. Saat ini kawasan konservasi yang ada di Indonesia terkelompok menjadi 180 cagar alam, 72 suaka margasatwa, 70 taman wisata, 13 taman buru, 17 taman nasional dan 3 taman hutan raya serta 13 taman laut. Dalam rangka kerja sama konservasi internasional, 6 dari kawasan suaka alam dijadikan cagar biosfer. Cagar biosfer ini suatu kawasan yang terdiri dari ekosisitem asli, unik dan atau ekosisitem yang telah mengalami degradasi yang dilindungi dan dilestarikan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Taman nasional di Indonesia mulai dikembangkan tahun 1980. Lima taman nasional pertama yaitu taman nasional gunung Leuser, taman nasional ujung Kulon, Taman nasional Gede Pangrango, taman nasional Baluran dan Taman nasional Komodo diperuntukkan untuk melindungi dan mengawetkan warisan alami bangsa Indonesia. Pelestarian keanekaragaman jenis di Indonesia dilakukan baik secara insitu maupun eksitu. Pelestarian eksitu berarti memindahkan jenis dari habitatnya untuk dilestarikan dan diamankan. Pendirian kebun raya Bogor, kebun binatang, penangkaran hewan langka seperti badak, jalak bali, rusa timor, kayu hitam sawo kecik dan lain-lain merupakan upaya pelestarian exsitu yang tidak perlu mengganggu populasi alaminya. Pelestarian plasma nutfah di Indonesia dilakukan baik

46

secara insitu maupun eksitu. Pemuliaan tanaman saat ini ditujukan pada tanaman budi daya seperti padi, anggrek serta kultivar lainnya. Untuk hewan upaya penangkaran dan persilangan dilakukan pada berbagai jenis satwa piaraan seperti sapi, kambing, kuda dan ayam. Kebun koleksi plasma nutfah yang ada di Indonesia sampai daat ini belum menghasilkan banyak kultivar unggul baru. Kebun koleksi buah di Paseh dan Cibinong, kebun koleksi mangga di Grati, koleksi kopi di Ijen dan koleksi kelapa di Bone-Bone belum menampakkan hasil yang diharapkan sebagai sumber plasma nutfah. Sebenarnya secatra tradisional masyarakat Indonesia telah memiliki pola pelestarian alam yang ekologis, misalnya tidak boleh menebang pohon beringin, tidak boleh mengambil ikan di lubuk, dan lainlain, namun karena kemajuan teknologi warisan tradisional tersebut memudar.

47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Madani Pao-Pao Kabupaten Gowa Tahun ajaran 2008/2009, yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah siswa 26 orang. B. Instrument Penelitian Instrument yang di pakai dalam penelitian ini adalah berupa tes dengan cara peneliti memberikan test berupa soal-soal untuk dijawab oleh siswa. Soal itu berupa Pree-test yang dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa dan post-test atau tes akhir ini di lakukan untuk menguji keberhasilan penelitian. C. Variabel dan Desain Penelitian a. Variabel penelitian Dalam penelitian ini variabel yang diselidiki ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penbelajaran Biologi berupa pemberian reinforcement (Penguatan) dan tanpa pemberian reinforcement (Penguatan) sebagai variabel bebas dan hasil belajar Biologi sebagai variabel terikat.

47

48

b. Disain penelitian Pada penelitian ini menggunakan salah satu jenis penelitian yaitu preexperimental, Adapun pola disain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Desain Penelitian Pre-Test (Tes Awal) Treatment (Pemberian tindakan) Post-Test (Tes Akhir) (Gay, 1981: 225) D. Definisi Oporasinal Variabel Variabel yang dilibatkan pada penelitian ini secara oporasional didefinisikan sebagai berikut: a. Pengajaran dengan pemberian reinforcement (Penguatan) artinya

memberikan respon kepada siswa dalam proses belajar mengajar terhadap tingkah laku positif yang telah ditampilkan baik dalam bentuk verbal maupun non verbal. b. Pengajaran tanpa penberian reinforcement (Penguatan) artinya tidak memberikan respon kepada siswa dalam bentuk apapun terhadap tingkah laku yang telah ditampilkan. c. Hasil belajar Biologi (sebagai variabel terikat), adalah skor yang diperoleh dari tes hasil belajar Biologi. Tes disusun dalam ranah kognitif dengan

49

indikator ingatan (C1), Pemahaman (C2), dan aplikasi ( C3). Tes ini dibuat sendiri oleh peneliti dan telah diujicobakan terlebih dahulu. E. Teknik pengumpulan data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sosialisasi Peneliti melakukan sosialisai ke sekolah bersangkutan bahwa akan dilakukan penelitian terhadap siswa di kelas 1 MA semester II. b. Pre-test (test awal) Peneliti memberikan test awal berupa soal-soa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Soal di susun berdasarkan ranah kognitif dengan indicator ingatan (C1), Pemahaman (C2), dan aplikasi atau penerapan (C3). Jumlah soal yang akan di berikan itu jumlahnya 10 Soal, soal ini sudah merangkum semua materi yang di bahas pada pokok bahasan keragaman hayati. c. Treatment Setelah test awal, siswa diberikan perlakuan yang berhubungan dengan reinforcement (Penguatan), baik itu yang sifatnya verbal maupun nonverbal. Treatment ini dilakukan selama enam kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan peneliti menjelaskan materi tentang keragaman hayati. Adapun bentuk-bentuk reinforcement(penguatan) yang akan diberikan kepada siswa adalah:

50

1. Penguatan verbal Peneliti dalam memberikan penguatan verbal ini berupa kata-kata atau kalimat yang di ucapkan. Contohnya, baik, bagus, tepat, saya sangat menghargai pendapatmu, pikiranmu sangat cerdas.

Penguatan ini diberikan apabila ada siswa kita yang berprestasi supaya mereka termotivasi dan merasa di perhatikan 2. Penguatan gestural Peneliti memberikan penguatan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda jempolan, dll. 3. Penguatan dengan cara mendekati Peneliti memberikan penguatan ini dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan perhatian peneliti terhadap pekerjaan, tingkah laku, penampilan siswa. Misalnya peneliti duduk dalam kelompok diskusi, berdiri di samping siswa. 4. Penguatan dengan sentuhan Peneliti dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, mengangkat tangan siswa.

51

5. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan. Peneliti dalam memberikan penguatan ini dapat berupa meminta siswa untuk membantu temannya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta memimpin kegiatan. 6. Penguatan berupa tanda atau benda Penguatan bentuk ini merupakan usaha peneliti dalam menggunakan bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian permen dan sebagainya. d. Post-test (Tes Akhir) memberikan tindakan berupa penguatan-penguatan maka

Setelah

diberikan tes akhir di mana tes akhir ini sama dengan tes awal dengan materi dan jumlah soal yang sama karna pada tes akhir inilah kita akan mendapatkan kesimpulan. F. Teknik Analisa Data Analisis data dilaksanakan berdasarkan analisis data model mengalir yakni analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari (1) format observasi, (2) catatan lapangan, (3) tes, (4) dokumentasi. Data ditelaah dan di seleksi pertahap dengan menggunakan persentase dan disajikan dalam bentuk kalimat sederhana agar penyajiannya mudah dipahami.

52

Data hasil belajar yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik kuantitatif. 1) Rata-rata Skor X=

xN

Keterangan :

X

: rata-rata skor : jumlah total skor

XN

: banyaknya sampel (Gay, 1987: 361)

2) Standar Deviasi

xSD =

2

x N

2

N 1: Standar Deviasi : Total Skor Siswa

Keterangan : SD

x xN2

: Jumlah Kuadrat Total skor siswa

: Populasi

Gay, 1987:361)

53

3) t hitung t= D2 D ; Dimana D =

DN

D2

N N N 1 : t hitung : rata-rata skor selisih antara tes awal dan tes akhir : Total selisih antara tes awal dan tes akhir

Keterangan : t D

DD N

: Selisih antara tes awal dan tes akhir : Jumlah Populasi (Gay: 1987)

54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Adapun hasil yang di dapat dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Hasil skor siswa pada Pree-test

Tabel.1. Rata-rata atau prekuensi hasil skor siswa Pre-test No Klasifikasi Skor Pre-test Prekuensi 1. 2. 3. 4. Sangat Baik Baik Cukup Kurang Total 84-100 68-83 51-67