Radio Jadi
-
Upload
faiza-lailiyah -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
Transcript of Radio Jadi
RADIOGRAFI STRUKTUR NORMAL
DAN
KELAINAN RONGGA MULUT
TUGAS RADIOLOGI GIGI DAN MULUT
B1
Aggota kelompok:
1. Paramita Rachmawati Z. (141610101023)
2. Faiza Lailiyah (141610101024)
3. Azza Muslicha (141610101025)
4. M. Sandy Irianto (141610101026)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
2
I. STRUKTUR ANATOMI NORMAL DAN MANIFESTASINYA DALAM
FOTO RONSEN
1. Enamel
enamel
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada hanya pada mahkota gigi paling koronal
dengan batas bawah adalah dentin.
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan
memiliki ketebalan kurang lebih 1-2,5 mm, dan tertipis di
perbatasan dengan sementum di CEJ.
c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
e. Radiodensitas : enamel menunjukkan suatu gambaran radiopak
yang sangat jelas, paling radiopak di antara semua struktur gigi.
Paling radiopak karena strukturnya yang berbeda dari struktur
jaringan keras lain yang terdapat pada tubuh manusia.
3
2. Dentin
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada pada mahkota dan akar gigi, pada mahkota
berada tepat dibawah enamel. Pada akar gigi, dentin mengelilingi
pulpa hingga ke ujung akar.
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan
memiliki ketebalan kurang lebih 10 mm, dan tertipis di apikal gigi.
c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
e. Radiodensitas : dentin menunjukkan gambaran radiopak, tetapi
tidak lebih radiopak dari pada enamel dan sementum.
3. Sementum
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada pada seluruh permukaan akar gigi
mengelilingi dentin, ke arah koronal berbatasan dengan enamel
yang disebut pertautan enamel sementum (Cemento Enamel
Junction). Bagian terluar dikelilingi oleh ligamen periodontal yang
nampak radiolusen pada gambar.
4
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan akar gigi dan memiliki
ketebalan 10-60 mikron pada separuh koronal akar gigi, dan paling
tebal sekitar 150-200 mikron pada sepertiga apikal akar gigi.
c. Jumlah : melingkupi setiap akar gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk akar gigi, karena menyusuri
seluruh permukaan akar gigi.
e. Radiodensitas : sementum menunjukkan suatu gambaran radiopak,
hampir sama dengan enamel. Tetapi karena ukurannya yang sangat
tipis, sulit untuk menemukannya dalam foto ronsen.
4. Ruang pulpa (pulp chamber) dan saluran akar pulpa (pulp canal)
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada pada mahkota gigi dan akar gigi. Pulpa
dikelilingi oleh dentin.
b. Ukuran : mengikuti bentuk anatomi dari gigi, ukuran bisa
beragam.
c. Jumlah : ruang pulpa terdapat 1 pada tiap gigi, dan saluran
akar pulpa pada tiap gigi beragam dari 1 sampai 3 bahkan lebih
jika terdapat anomali. Pada gigi-gigi anterior normalnya terdapat 1
saluran akar pulpa dan premolar pertama dan kedua RB juga
memiliki 1 saluran akar pulpa, pada gigi premolar pertama RA
umumnya terdapat 2 saluran akar pulpa, pada semua gigi molar RA
terdapat 3 saluran akar, sedangkan molar RB terdapat 2 saluran
akar.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
5
e. Radiodensitas : ruang pulpa dan saluran akar pulpa merupakan
gambaran radiolusen.
5. Lamina dura
a. Lokasi : berada mengelilingi akar gigi.
b. Ukuran
garis putih
: ketebalan beragam, jika terjadi ke
tersebut akan nampak radiolusen atau
radiopaknya berkurang.
c. Jumlah : terdapat melingkupi permukaan akar setiap gigi-
geligi.
d. Bentuk : seperti garis putih yang melingkupi seluruh
permukaan akar gigi.
e. Radiodensitas : lamina dura menunjukkan gambar garis radiopak
sepanjang akar gigi yang mengelilingi ligamen periodontal.
6. Tulang alveolar
Tulang alveolar
a. Lokasi : terdapat pada RA dan RB.
b. Ukuran : menyesuaikan ukuran rahang.
6
c. Jumlah : seluas RA dan RB.
d.
e.
Bentuk : menyesuaikan rahang.
Radiodensitas : Serangkaian kompartemen
mewakili sumsum tulang, dipisahkan oleh tulang trabekular yang
radiopak seperti sarang lebah.
7. Fossa nasalis
(yang ditunjuk oleh angka 10)
a. Lokasi : terletak pada rahang atas, di dekat apikal dari gigi
insisivus sentral.
b. Ukuran : seukuran jempol orang dewasa.
c. Jumlah : terdapat 1 fossa nasalis pada setiap tengkorak
kepala manusia.
d. Bentuk : membulat tapi tidak jelas.
7
e. Radiodensitas : gambaran radiolusen dengan tepi radiopak, dan
ditengah bulatan radiolusen tersebut terdapat garis radiopak difuse
yang memotong bulatan radiolusen menjadi 2 bagian kanan dan
kiri.
8. Aveolar crest
Alveolar crest pada gigianterior
Alveolar crest pada gigiposterior
a. Lokasi : terletak pada bagian dari rahang yang menopang
gigi geligi. Merupakan puncak dari lamina dura. Terletak kurang
lebih 2 mm dari apikal ke CEJ.
b. Ukuran : tidak menentu, tergantung dari jarak antar gigi
yang bersebelahan itu sendiri, jika jauh maka alveolar crest datar
dan luas, jika dekat maka alveolar crest sempit dan tajam.
c. Jumlah : menyesuaikan dengan jumlah gigi, terdapat satu
alveolar crest diantara 2 buah gigi.
d. Bentuk : pada daerah posterior mendatar, dan pada daerah
anterior meninggi atau meruncing ke koronal.
8
e. Radiodensitas : gambaran radiopak yang merupakan puncak dan
akhir dari lamina dura ke arah koronal.
9. Nasal spinalis anterior
a. Lokasi : terletak di rahang atas, di daerah apikal dari gigi
insisivus sentral.
b. Ukuran : kecil, dengan panjang sekitar 1-5 mm.
c. Jumlah : terdapat 1 spina nasalis anterior pada setiap
tengkorak manusia.
d. Bentuk : berupa tonjolan tulang di bawah fossa nasalis,
yang merupakan perpanjangan dari dasar atau lantai dari fossa
nasalis.
e. Radiodensitas : perpanjangan radiopak dari septum nasalis.
10. Linea oblique eksterna
9
a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah
posterior dari gigi molar dari arah anterior ramus asenden
mandibula ke arah molar.
b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
d. Bentuk : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
e. Radiodensiti : garis radiopak dari arah anterior ramus asenden
mandibula ke arah molar.
11. Foramen insisivus
a. Lokasi : terletak di antara akar atau apikal insisif sentral
rahang atas.
b. Ukuran : berbeda-beda, bulatan dengan diameter kurang
lebih 3-5 mm.
c. Jumlah : terdapat 1.
d. Bentuk : bulat dan bisa juga oval.
e. Radiodensiti : bulatan radiolusen dengan batas difuse yang
kurang jelas.
b. Ukuran : kurang dari 1 mm.
c.
d.
Jumlah
Bentuk
: 1.
: bulat kecil.
1
12. Linea oblique interna
a. Lokasi : terletak pada rahang bawah posterior, kanan dan
kiri, di daerah lingual.
b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
d. Bentuk : bentukan tulang menonjol yang memanjang di
daerah lingual, kanan dan kiri mandibula.
e. Radiodensitas : garis radiopak yang melintang sepanjang akar
molar rahang bawah.
13. Foramen lingual
a. Lokasi : terletak di rahang bawah bagian anterior rahang di
daerah lingual. Berada di daerah apikal insisif sentral rahang
bawah.
1
e. Radiodensitas : bulatan radiolusen yang kecil.
14. Kanalis mandibularis
a. Lokasi : terletak pada rahang bawah kanan dan kiri,
melintang secara horizontal di bawah gigi molar.
b. Ukuran : lebarnya (dari garis radiopak hingga garis radiopak
di bawahnya) berkisar antara 3-4 mm.
c. Jumlah : 2 kanan dan kiri mandibula.
d.
e.
Bentuk : seperti tabung yang panjang.
Radiodensitas : berupa radiolusen yang dibatasi
radiopak, dan memanjang di bawah gigi geligi molar.
15. Sinus maksilaris
(ditandai dengan angka 5)
1
a. Lokasi : terletak pada rahang atas, kanan dan kiri, di daerah
apikal dari gigi molar pertama rahang atas, meluas sampai
premolar dan kadang kaninus.
b. Ukuran : sepanjang gigi molar pertama rahang atas sampai
gigi premolar atau kaninus.
c. Jumlah : 2 pada rahang atas, kanan dan kiri.
d. Bentuk : bulatan yang tidak beraturan.
e. Radiodensitas : ruang radiolusen dengan batas radiopak yang jelas.
16. Tuberositas maksilaris
a. Lokasi : terletak di rahang atas, kanan dan kiri di bagian
posterior dari geligi molar yang paling akhir di rahang tersebut,
dan merupakan batas akhir dari rahang atas.
b. Ukuran : seukuran mahkota gigi molar.
c. Jumlah : terdapat 2 di rahang atas, kanan dan kiri.
d. Bentuk : seperti benjolan membulat di posterior gigi molar.
e. Radiodensitas : berupa gambaran radiopak di posterior gigi molar
paling akhir di rahang atas.
1
17. Sutura palatina mediana
a. Lokasi : terletak membujur di tengah palatum, dan
membagi palatum menjadi 2 bagian kanan dan kiri.
b. Ukuran : memanjang sepanjang palatum.
c. Jumlah : 1 pada rahang atas.
d. Bentuk : garis panjang di tengah palatum, mulai dari bagian
tengah insisif sentral rahang atas sampai ke posterior.
e. Radiodensitas : garis radiolusen tipis dengan batas radiopak.
18. Foramen mentalis
a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah
apikal dari premolar kedua.
b. Ukuran : diameter kurang lebih 2 mm.
c. Jumlah : terdapat 2 di mandibula kanan dan kiri.
d. Bentuk : bulat dan kadang sedikit oval.
e. Radiodensitas : bulatan radiolusen.
1
19. Mental ridge
a. Lokasi
lingual.
: terletak pada rahang bawah bagian anterior daerah
b.
c.
Ukuran
Jumlah
: ketebalan sekitar 3-4 mm.
: 1 pada rahang bawah.
d. Bentuk : garis tebal
e. Radiodensitas : garis radiopak yang tebal yang melintang di daerah
apikal dari geligi anterior rahang bawah.
20. Prosessus zygomaticus
1
(ditunjuk oleh angka 3)
a. Lokasi : terletak pada rahang atas kanan dan kiri, di daerah
apikal dari gigi molar.
b. Ukuran : garis panjang seperti panjang gigi molar dan tebal.
c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
d. Bentuk : garis tebal seperti huruf J atau U.
e. Radiodensitas : garis tebal radiopak yang berbentuk seperti huruf J
atau U di daerah apikal gigi molar.
21. Nutrient canals
a. Lokasi : terletak pada akar gigi rahang atas dan rahang
bawah, tetapi biasanya lebih terlihat jelas pada gigi anterior rahang
bawah. Merupakan jalan masuk pembuluh darah dan nervus.
b. Ukuran : lebar kurang dari 1 mm, dan panjang vertikal di
bawah apikal gigi.
c. Jumlah : sesuai jumlah akar gigi yang ada.
d. Bentuk : garis panjang.
e. Radiodensitas : terlihat seperti garis vertikal yang radiolusen di
bawah akar gigi. Mudah dilihat di regio anterior.
1
TMJ
Temporomandibular joint adalah articulatio antara tuberculum
articulare dan bagian anterior fossa mandibulare ossis temporalis di atas dan
caput (Processus condylaris) mandibulare di bawah. Ada pun jenis teknik
radiografi yang digunakan untuk indikasi mengetahui keadaan TMJ.
Pemeriksaan ini menggunakan radiografi ekstraoral dengan teknik temporo
mandibular joint radiography, yang meliputi teknik panoramic, lateral oblique
ramus mandibula, CT – scan, MRI.
1. Struktur Normal TMJ
a. Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis
Fossa mandibularis terletak pada dasar kepala yaitu pada os.
Temporalis. Batas-batasnya adalah sebagai berikut :
1. Lateral: superior prosessus zygomatius os. Temporalis.
2. Medial: ala ossis sphenoidalis.
3. Anterior: ke atas ke bidang lengkung eminentia articularis.
4. Posterior: fissura petrotympanica & squamotympanica memisahkan
bagian fungsional anterior fossa mandibularis dengan lamina
tympanica non fungsional.
5. Superior: dipisahkan dari bagian tengah fossa cranii dan lobus
temporalis encephalon oleh bidang tulang kecil pada apex fossa.
Gambar 1, Fossa glenoidalis (fossa mandibularis ossis temporalis)
b. Processus condylaris os mandibula
1
Processus condylaris os mandibula merupakan ujung tulang yang
berbentuk gulungan (rol) yang mempunyai kepala dan leher. Dilihat dari
superior, sumbu panjang menyudut sedikit ke posterior dari lateral ke
medial. Ujung rol meluas ke medial dan lateral, perluasan medial sedikit
lebih besar daripada lateral.
Pada permukaan superior, tidak benar-benar bulat ke arah antero
posterior. Crista kecil tampak meluas dari medial ke lateral, menghasilkan
permukaan superior-anterior yang datar dan permukaan postero-superior
yang cembung. Permukaan superior sedikit cembung ke arah medial-
lateral.
Gambar 2, Processus condylaris os mandibula.
c. Capsula articularis
Pada capsula articularis, dibagian superior melekat pada tepi fossa
mandibularis. Pada bagian posterior berada tepat di posterior fissura
squamotympanica. Di anterior berada di lereng anterior eminentia
articularis dan di inferior melekat pada bagian tepi collum mandibula.
1
Gambar 3, Capsula articularis
d. Ligamentum
Ligamentum adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang
atau menyokong organ dalam (kamus kedokteran Dorland Ed.29). Fungsi
dari ligamentum yang membentuk Temporomandibular joint ini yaitu
sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan processus
condylaris dari tulang mandibula serta membatasi gerak mandibula
membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan lain.
Ligamentum yang menyusun temporomandibular joint terdiri dari :
1. Ligamentum temporomandibulare
Serabut ligamentum temporomandibulare berjalan oblik ke bawah
dan posterior dari lateral eminentia articularis (tuberculum
glenoidalis) ke posterior collum mandibula. Karena TMJ bilateral
maka ligamentum yang berlawanan berfungsi sebagai ligamentum
colateral medial.
Fungsi dari ligamentum temporomandibulare yaitu menghalangi
pergeseran ke posterior dan inferior dari prosessus condylaris.
1
Gambar 4, Ligamentum temporomandibulare.
2. Ligamentum accesorius
Ligamen ini terdiri dari:
a) Ligamentum stylomandibulare
Ligamentum stylomandibulare berjalan dari processus
styloideus os. Temporalis ke angulus mandibularis. Memisahkan
regio parotidea dari regio infratemporalis.Ligament ini berfungsi
sebagai bagian anterior capsula parotidea yang menebal.
b) Ligamentum sphenomandibulare
Berjalandari ala os. Sphenoidalis berupa jaringan fibrosa
yang menebal ke lingua mandibula.
Gambar 5, Ligament sphenomandibulare dan ligament
stylomandibulare.
2
e. Discus articularis
Merupakan jaringan fibro kartilago yang terletak dalam capsula sendi
antara prosessus condylaris dan fossa mandibularis dan melekat pada tepi
dalam capsul sendi.
Gambar 6, Posisi Discus articularis.
f. Rongga synovial
Pada rongga synovial, terdapat membrana synovialis yang
mengelilingi permukaan dalam capsul sendi. Synovium mengeluarkan
synovia untuk melumasi permukaan antagonis sehingga sendi
Temporomandibular Joint dapat mudah bergerak. Rongga ini memiliki dua
bagian yaitu kompartemen superior dan inferior.
2
Gambar 7. Lokasi rongga synovial
g. Eminentia articularis
Eminentia yaitu istilah umum untuk suatu tonjolan atau prominentia
khususnya pada permukaan tulang (kamus kedokteran Dorland, Ed. 29).
Perbedaannya dengan tuberkulum, tuberkulum yaitu istilah umum dari tata
nama anatomi untuk tuberkel, nodul, atau tonjolan kecil terutama
digunakan untuk menunjukan tonjolan kecil pada tulang (kamus
kedokteran Dorland, Ed. 29). Perbedaanya terletak pada tingginya, seperti
pada pengertian di atas, eminentia dan tuberkulum berarti tonjolan, yang
membedakan yaitu pada eminentia lebih tinggi daripada tuberkulum
karena tuberkulum hanya tonjolan kecil.
2
Gambar 8, Eminentia articularis.
2. Gambaran Radiografi TMJ
Gambar diatas menggambarkan gambaran radiografi TMJ ketika
membuka dan menutup mulut baik dari sisi kiri maupun sisi kanan dari TMJ itu
sendiri.
2
Kelainan Kongenital Gigi dan Rahang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera
setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering
diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan
merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya.
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan
saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan
sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital
belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan
beberapa waktu setelah kelahiran bayi. (post natal) kelainan kongenital dapat
disebabkan karena herediter atau juga disebabkan kelainan didapat karena
malnutrisi pada ibu, ataupun lingkungan seperti radiasi, trauma, dll. Kelainan
herediter merupakan kelainan yang terjadi karena keterunan dari orang tua, dan itu
tidak hanya dapat dilihat saat bayi lahir bisa saja ketika tumbuh kembang
postnatal kelainan herediter itu mulai tampak.
Macam-Macam Kelainan Kongenital pada Jaringan Keras Rongga Mulut
Kelainan kongenital pada jaringan keras rongga mulut dapat digolongkan
menjadi lima bagian, yakni kelainan pada rahang, kelainan jumlah gigi, kelainan
ukuran gigi, kelainan struktur jaringan gigi, serta kelainan bentuk gigi.
1. Kelainan pada Rahang
Cleft Palate dan Cleft Lips
Etiologi
2
Etiologi cleft palate (palatoschisis) bersifat multifaktorial dimana
pembentukan celah pada palatum berhubungan dengan faktor herediter dan faktor
lingkungan yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan processus.
1. Faktor herediter
Sekitar 25% pasien yang menderita palatoschisis memiliki riwayat
keluarga yang menderita penyakit yang sama. Orang tua dengan palatoschisis
mempunyai resiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan palatoschisis. Jika
hanya salah satu orang tua yang menderita palatoschisis, maka kemungkinan
anaknya menderita palatoschisis adalah sekitar 4%. Jika kedua orangtuanya tidak
menderita palatoschisis, tetapi memiliki anak tunggal dengan palatoschisis maka
resiko generasi berikutnya menderita penyakit yang sama juga sekitar 4%.
Kenyataan lain yang menunjang, bahwa demikian banyak kelainan/sindrom
disertai celah bibir dan langitan (khususnya jenis bilateral), melibatkan anomali
skeletal, maupun defek lahir lainnya.
2. Faktor lingkungan
Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti fenitoin, retinoid
(golongan vitamin A), dan steroid beresiko menimbulkan palatoschisis pada bayi.
Infeksi selama kehamilan tri semester pertama seperti infeksi rubella dan
cytomegalovirus, dihubungkan dengan terbentuknya celah. Alkohol, keadaan
yang menyebabkan hipoksia, merokok, dan defisiensi makanan (seperti defisiensi
asam folat) dapat menyebabkan palatoschisis.
3. Trauma
Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik dapat
menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan fungsi korteks
adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison sehingga nantinya dapat
mempengaruhi keadaan ibu yang sedang mengandung dan dapat menimbulkan
celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan celah yaitu terangsangnya
hipothalamus adrenocorticotropic hormone (ACTH). Sehingga merangsang
2
kelenjar adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga
akan meningkat di dalam darah yang dapat menganggu pertumbuhan.
4. Nutrisi
a. Vitamin A
Asupan vitamn A yang kurang atau berlebih dikaitkan dengan peningkatan
resiko terjadinya celah orofasial dan kelainan kraniofasial lainnya. Hale adalah
peneliti pertama yang menemukan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu
menyebabkan defek pada mata, celah orofasial, dan defek kelahiran lainya pada
babi. Penelitian klinis manusia menyatakan bahwa paparan fetus terhadap retinoid
dan diet tinggi vitamin A juga dapat menghasilkan kelainan kraniofasial yang
gawat. Pada penelitian prospektif lebih dari 22.000 kelahiran pada wanita di
Amerika Serikat, kelainan kraniofasial dan malformasi lainnya umum terjadi pada
wanita yang mengkonsumsi lebih dari 10.000 IU vitamin A pada masa
perikonsepsional.
B. Asam Folat
Folat merupakan bentuk poliglutamat alami dan asam folat ialah bentuk
monoglutamat sintetis. Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada
setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan. Asam folat memiliki
dua peran dalam menentukan hasil kehamilan. Pertama ialah dalam proses
maturasi janin jangka panjang untuk mencegah anemia pada kehamilan lanjut.
Kedua ialah dalam mencegah defek kongenital selama tumbuh kembang
embrionik. Telah disarankan bahwa suplemen asam folat pada ibu hamil memiliki
peran dalam mencegah celah orofasial yang non sindromik seperti bibir dan atau
langit-langit sumbing.
2
Gambaran Klinis Cleft Palate
Gambaran Klinis Cleft Lips
Patogenesis Cleft Palate:
Penggabungan ketiga komponen embrionik dari palatum mencakup
sinkronisasi yang rumit dari gerak lereng dengan pertumbuhan dan penarikan
lidah serta dengan pertumbuhan mandibula dan kepala. Terganggunya salah satu
tahap penting ini, baik karena faktor lingkungan atau genetik dapat menimbulkan
kegagalan penggabungan yang mengakibatkan terbentuknya celah palatum.
Akibat pertumbuhan prominensia maksilaris ke medial, kedua prominensia
nasalis median menyatu tidak saja dipermukaan tetapi juga di bagian yang lebih
dalam. Struktur yang dibentuk dari kedua tonjolan yang menyatu tersebut adalah
segmen intermaksila. Struktur ini terdiri dari a) komponen bibir yang membentuk
2
filtrum bibir atas. b) komponen rahang atas yang membawa 4 gigi seri, c)
komponen langit langit yang membentuk palatum primer.
Palatum sekunder. Meskipun palatum primer berasal dari segmen
intermaksila, bagian utama palatum dibentuk oleh dua pertumbuhan berbentuk
bilah dari prominensia mksilaris. Pertumbuhan keluar ini, bilah bilah palatum
muncul pada minggu ke 6 perkembangan dan mengarah oblik kebawah dikedua
sisi lidah. Namun, pada minggu ke 7 bilah bilah palatum bergerak keatas untuk
memperoleh posisi horisontal diatas lidah dan menyatu membentuk palatum
sekunder. Disebelah anterior, bilah bilah palatum menyatu dengan palatum primer
yang berbentuk segitiga dan foramen insisivum. Pada saat yang bersamaan dengan
menyatunya bilah bilah palatum, septum nasal tumbuh kebawah dan bergabung
dengan bagian patum yang baru terbentuk.
Jika terjadi gangguan pada saat berfusinya bilah bilah palatum maka akan
terjadi gangguan yang disebut celah palatum (cleft palate). Celah palatum terjadi
karena gagalnya penyatuan bilah bilah palatum yang mungkin disebabkan oleh
ukurannya yang terlalu kecil, kegagalan bilah bilah palatum untuk meninggi
menghambat terhadap proses penyatuan itu sendiri atau kegagalan lidah untuk
turun dari antara kedua bilah palatum.
Patogenesis Cleft Lips:
Cleft Lips adalah hasil dari terganggunya perkembangan bibir semasa di
dalam rahim. Celah bibir terjadi jika prosesus nasalis medial gagal untuk
bergabung dengan bagian lateral dari prosesus maksilaris dari lengkung brankialis
pertama (faringeal). Penggabungan ini normalnya terjadi selama minggu keenam
dan ketujuh dari perkembangan embrionik.
Celah bibir garis tengah berasal dari kegagalan penggabungan prosesus
nasalis medialis kanan dan kiri dan cukup jarang ditemukan. Keparahan celah
bibir bervariasi, celah yang kecil dan tidak melibatkan hidung disebut celah tidak
sempurna yang terkadang muncul berupa takikan kecil pada bibir. Celah bibir
2
sempurna yang melibatkan mengenai struktur hidung terjadi pada 45% kasus dan
sering kali terkait celah palatum.
Gambaran Radiografi Cleft Palate dan Cleft Lips
Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
2
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu
sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
Mikrognasia
Mikrognatia Adalah Suatu kelainan genetik yang berupa hipoplasia
mandibula. Insiden terjadinya 1:1600 kelahiran hidup. Biasanya terjadi pada
penderita Sindroma pierre robin yakni sekelompok kelainan yang terutama
ditandai dengan adanya rahang bawah yang sangat kecil dengan lidah yang jatuh
ke belakang dan mengarah ke bawah. bisa juga disertai dengan tingginya
lengkung palatum.
Gejalanya berupa:
- rahang yang sangat kecil dengan dagu yang tertarik ke belakang
- lidah tampak besar (sebenarnya ukurannya normal tetapi relatif besar
jika dibandingkan dengan rahang yang kecil) dan terletak jauh di
belakang orofaring
- lengkung palatum yang tinggi
3
- celah palatum lunak
- tercekik/tersedak oleh lidah.
Dapat juga disebabkan karena ketika proses persalinan dimana kepala bayi
susah untuk dikeluarkan sehingga dokter mengambil tindakan untuk melakukan
forceps yakni penggunaan tang untuk memantu pengeluaran kepala bayi. Apabila
tang terlalu menekan kepala bayi sehingga kepala kondil mandibula tertekan dan
dapat mengganggu tumbuh kembang mandibular postnatal, hal itu dapat kembali
ke keadaan normal tetapi apabila bayi juga kurang nutrisi maka tumbuh
kembangnya terganggu sehingga rahang bayi akan permanen tidak bias
berkembang.
Gambaran klinis mikrognasia
2. Kelainan Jumlah Gigi
Kelainan jumlah gigi diantaranya terdapat supernumerary teeth (gigi
berlebih) , anodonsia, dan agenesis (tidak adanya benih gigi).
Supernumerary teeth (gigi berlebih)
Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga jumlah gigi
yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal. Rasio gigi
3
tambahan ini dapat erupsi dan tidak erupsi adalah 1:5. Supernumerary teeth sering
terjadi pada gigi insisivus serta premolar. Gambaran klinisnya nampak giginya
berlebih dan berjejal (crowded). Bentuk dari supernumerary teeth ada yang seperti
gigi normal dan ada juga yang berbeda dari gigi normalnya. Bentuk gigi yang
tidak normal bisa berbentuk lebih kecil, konus, tuberculate serta odontome/tidak
beraturan. Pada pengambilan radiografi apabila tidak erupsi, maka gigi tambahan
ini ditemukan tidak sengaja apabila asimptomatik. Jenis- jenis supernumerary
teeth diantaranya yakni:
1. Mesiodens: terdapat pada gigi insisivus sentral; pada rahang atas
bentuknya kecil, kerucut; pada rahang atas bentuknya seperti gigi asli
dan sulit dibedakan.
2. Lateroden: terdapat diantara gigi insisivus sentral dan insisivus lateral
3. Parapremolar: terdapat diantara P-1 dan P-2
4. Paramolar: terdapat diantara gigi molar
5. Distomolar: terdapat pada bagian distal M-3 (molar keempat)
mesiodens molar keempat premolar tambahan
3
Gambaran klinis dan gambaran radiografis supernumerary teeth
Anodontia
Anodontia adalah suatu keadaan dimana semua benih gigi tidak terbentuk
sama sekali. terdapat dua macam, yakni:
1. Anodonsia sebagian
- Hipodonsia
- Oligodonsia
2. Anodonsia total
Jenisnya : 1. fals anodonsia (misal karena impaksi)
2. true anodonsia : benar-benar tidak ada benih (agenesis)
Etiologi :
- Fals anodontia bisa dikarenakan gangguan erupsi, infeksi dan
pencabutan
3
- True anodontia dikarenakan heriditer, yakni keabnormalan dalam
pewarisan gen resesif yang terpaut pada kromosom x)
Gambaran Klinis
- Tidak terbentuknya semua gigi pada laki-laki lebih sering daripada
perempuan;
- Lebih sering mengenai gigi-gigi tetap atau gigi-gigi sulung;
- Dapat terjadi pada satu sisi rahang atau keduanya;
- Rambut tipis, dan rahang tidak berkembang
- Gambaran Radiograf: tampak tidak ada benih gigi
34
3
3. Kelainan Bentuk Gigi
Kelainan bentuk gigi diantaranya adalah geminasi, fusi, concrescense,
twining, dilaserasi, akar gigi tambahan, dent in dent (dent invaginatus), Dens
evagenatus (extra cusp), serta taurodonsia.
Geminasi
Yaitu sebuah gigi (benih gigi) terbagi menjadi 2 pada mahkotanya, pada
geminasi gambaran klinisnya mahkota terlihat memiliki mamelon tetapi celah
mamelon itu lebih dalam dari mamelon normal. Etiologinya sebagian besar
dikarenakan heriditer. Gambaran radiografnya nampak 1 akar dan 1 saluran akar.
3
Fusi
Fusi yaitu penyatuan 2 (benih) gigi atau lebih. Etiologi sebagian besar
karena heriditer. Dapat terjadi pada gigi sulung atau permanen. Umumnya gigi
anterior, tetapi gigi molar juga bisa terjadi. Macam-macamnya antara lain:
1. Fusi sempurna yaitu 2 gigi menyatu baik mahkota maupun akarnya (terjadi
pada stadium awal pembentukan gigi)
2. Fusi sebagian terjadi pada stadium akhir pembentukan gigi dimana
mahkota sudah terbentuk, fusi hanya pada akar (2 mahkota, 1 akar dan 1
saluran akar)
3
4. Kelainan Ukuran Gigi
1. Mikrodonsia
Yaitu ukuran gigi lebih kecil dari normal
Klinis : jelas (mahkota gigi >kecil dari normal), dapat berbentuk kerucut atau peg shaped
Radiografi : akar gigi umumnya lebih kecil dan relatif lebih pendek dari gigi yang normal
3
2. Makrodonsia
yaitu ukuran gigi lebih besar dari normal, ada tiga tipe :
Klinis : jelas (mahkota gigi >besar dari normal)
Radiografi : akar gigi umumnya lebih besar
5. Kelainan Struktur Gigi
1. Agenesis email
Yaitu email tidak terbentuk (sebagian atau seluruhnya)
Klinis : gigi kekuningan
Radiograf : email tidak tampak (sebagian/seluruhnya)
2. Amelogenesis Imperfecta
• menyerang lapisan email gigi warna gigi berubah menjadi biru kehitaman karena kekurangan enzim.
3
• Etiologi :Heriditer (autosomal dominan, autosomal resesive, dan x-linked).
• Prevelensi kejadian 1:10000.
• Ada 3 tipe: hipomineralisasi, hipoplastik dan Hipomaturation
• hipomineralisasi : kekurangan mineral pada proses pembentukan jaringan, email lunak, pada foto rontgen email seperti dimakan rayap dengan email yang kelihatan terang menunjukkan bercak-bercak gelap yang tidak teratur, erupsi terlambat, banyak karang gigi
• hipoplastik : kekurangan jaringan yang melapisi email gigi, email pada waktu erupsi seluruhnya sebagian besar tidak ada, kerusakan matriks email yang disebabkan hancurnya ameloblas dan tidak ad diferensiasi epitelemail cébela dalam.
• Hipomaturation: tebal email normal, mineralisasi tidak sempurna, gigi berbentuk coklat-kuning
Gambar 2.1 hypoplastic Gambar 2.2 hipomaturation
Gambar 2.3 Hypocalcified Gambar 2.4 Amelogenesis imperfecta
4
Gambar 2.5 Amelogenesis Imperfecta
3. Dentinogenesis Imperfekta
• Gangguan pembentukan dentin dimana terjadi anomali pada struktur dentin
• Etiologi :herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.
• KLINIS :
- Warna kuning kecoklatan pada gigi penderita
- Mahkota berbentuk bulbous akibat kontriksi servikal yang kuat,
- Akar gigi tipis, pendek, tumpul dan transparan setelah pencabutan.
- Sementum normal
- Membrane periodontal normal
- Tulang alveolar normal
- Ruang pulpa dan saluran akar menyempit/hilang
• Frekuensi kejadian 1: 8000; seimbang antar pria dan wanita
• RADIOGRAFI: penutupan awal dari pulpa dan saluran akar, email relatif
4
kurang karena pengelupasan akibat kerusakan pertemuan
dentino-email.
Klasifikasi DI (Shield, 1973):
Tipe 1 ( Dentigerous Imperfecta)
Manifestasi penyakit tulang yang secara umum disebut Osteogenisasi Imperfecta . Ciri klinis yang menyolok adalah warna biru muda sampai biru tua atau coklat. Mahkota gigi sering berbentuk bulbous sebagai akibat penyempitan servikal, akar gigi tipis/tumpul dan pendek dan ternyata transparan setelah pencabutan. Tetapi membran periodontal dan tulang alveolar normal. Ruang pulpa dan saluran akar pada tipe ini menyempit sesudah erupsi atau segera setelah erupsi sehingga terjadi obliterasi pada ruang pulpa dan saluran akar sebagian atau seluruhnya
Tipe 2 ( Dentin Opalescent Herediter)
Dentin transparant herediter tidak disertai kerusakan tulang (OI). Menunjukkan gambaran klinis dan radiografi pada gigi yang dikenai hampir sama dengan DI tipe 1.
Tipe 3 (Tipe Brandywine)
Mahkota berbentuk bulbous dan sudah aus waktu erupsi. Karena fraktur spontan terjadi pembukaan pulpa pada gigi sulung. Tidak ditemukan oblitersai pulpa namun menunjukkan kamar pulpa yang lebih besar dari normal.
42
4
4. Mutiara email (enamel pearl)
Yaitu suatu tonjolan kecil dari bahan email pada batas CEJ (akar tunggal)atau pada furkasi (akar ganda)
Klinis : ada tonjolan seperti email pada lokasi tersebut
Radiograf : radiopak (lebih) bentuk bulat kecil pada lokasi tersebut,kadang kurang jelas
4
DAFTAR PUSTAKA
Ghom. 2008. Textbook of oral radiology. India:Elsavier India
Ghom dan Mhaske. 2010. Textbook of oral pathology. India: Jaypee Brothers
Publishers
Jeni S., Amalia. 2009. Abnormalitas pada gigi. Jakarta: Departemen Gigi dan
Mulut FKUI
Langlais, Robert P. 1996. Latihan membaca foto rongga mulut. Jakarta:
Hipokrates
Pasler dan Visser. 2007. Pocket atlas of dental radiology. Germany: Thieme
Harshanur, Itjininigsih W. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC
Schuurs, A.H.B.. 2007. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jeringan Keras
Gigi. Yogtakarta: UGM.
Dudas M, Li WY, Kim J, Yang A, Kaartinen V (2007). “Palatal fusion — where
do the midline cells go? A review on cleft palate, a major human birth
defect”. Acta Histochem. 109 (1): 1–14.