Jurnal Radio
-
Upload
alliffabri-oktano -
Category
Documents
-
view
249 -
download
1
description
Transcript of Jurnal Radio
Ulasan Klinis
Ulasan Radiologi Pneumothorax A R O’Connor,W E Morgan
Pneumotoraks spontan sering
terjadi di lingkungan masyarakat umum.1
Sulit untuk memperkirakan kapan
terjadinya pneumotoraks iatrogenik,
namun kejadiannya semakin meningkat
seiring dengan seringnya penggunaan
ventilasi mekanik (ventilator) dan tindakan
intervensi lainnya seperti biopsi paru dan
central line placement. Interpretasi yang
benar dari radiografi dada dengan klinis
dan mengetahui waktu yang tepat untuk
melakukan permintaan pencitraan yang
lebih kompleks sangatlah penting. Dalam
ulasan ini kami membahas peran radiografi
dada dalam menilai pneumothorax
sebelum dan sesudah pengobatan beserta
penilaian dari CT scan dan panduan untuk
chest drain placement (penempatan
saluran drainase di dada) secara radiologis.
Sumber dan Kriteria Seleksi
Kami mengambil sumber dari buku
mengenai variasi pencitraan dan radiologi
dada normal. Kami juga mencari Medline
(basis data utama bidang kedokteran di
AS) untuk artikel-artikel yang berkaitan
tentang gambaran pencitraan dan
penanganan penumothorax secara klinis.
Evaluasi Sebelum Terapi
Gambar1. gambaran klasik pneumothorax dengan sisi kiri tampak garis pleura visceral (panah)
Diagnosis pneumotoraks secara
radiologi biasanya langsung dapat terlihat
(gambar 1). Sebuah garis pleura visceral
terlihat tanpa adanya kelainan di paru
distal. Foto posisi Lateral atau dekubitus
direkomendasikan untuk kasus-kasus yang
meragukan.2 Pada foto lateral, garis pleura
visceral dapat dilihat di posisi retrosternal
atau melewati tulang vertebra, sejajar
dengan dinding dada.3 Foto lateral atau
dekubitus dapat digunakan untuk pasien
yang menggunakan ventilasi atau
neonatus. Menilai gambaran foto saat
ekspirasi adalah hal yang kontroversial4 ,
namun masih banyak ahli yang
melakukannya untuk menemukan
pneumohtoraks yang minimal di saat
adanya kecurigaan klinis yang besar dan
1
foto inspirasi yang normal. Berdasarakan
British Thoracic Society 2, pneumothorax
dibagi menjadi penumothorax ringan dan
berat, dinilai berdasarkan jarak dari
permukaan pleura (tepi paru-paru) visceral
ke dinding dada. Bila kurang dari 2 cm
disebut ringan dan lebih dari 2 cm berat.
Gambaran udara di rongga pleura
sebenarnya memberikan informasi bahwa
telah berkurangnya volume paru, misalnya
pneumothorax yang mencapai 2 cm
menginformasikan bahwa udara telah
mengisi sekitar 50% hemithorax.2
Pneumothorax berat mengindikasikan
untuk dilakukannya drainase.2
Gambar 2 proyeksi posisi telentang menunjukkan berkumpulnya gambaran udara di dasar paru-paru. Tanda paru hilang dan garis pleura visceral (panah) masih terlihat (P=pneumothorax). Dalam kondisi ini drainase basal kiri perlu dipertimbangkan.
Gambar 3 (kiri) pada pasien pneumothorax berlokulus dengan penyakit obstruksi saluran nafas kronis yang parah. Penempatan drainase dada ke ruang intercostal V (panah) mungkin telah memasuki parenkim paru-paru dan drainase kurang efektif. (kanan) kateter bentuk kepang (pigtail) perkutan ditempatkan dalam komponen apikal dan basal pneumothorax dibawah pengawasan fluoroscopic. Setelah beberapa hari drainase, paru-paru kembali meluas sempurna.
Pada pasien yang terlentang, udara
di dalam rongga pleura biasanya dapat
dengan mudah terlihat di dasar paru
(gambar 2) di dalam sinus cardiophrenic
dan dapat memperbesar sudut
kostofrenikus (tanda sulkus yang dalam).
Perlengketan pleura yang meradang pada
dinding dada dapat membatasi
pneumotoraks dengan lokulus di sekitar
lokasi kebocoran udara (gambar 3).
Drainase (pengurasan) yang dilakukan
pada penumothorax jenis ini akan kurang
efektif. Jika operator memasukkan
selang/kateter drainase ke area tempat
perlengketan pleura, parenkim paru akan
2
rusak dan kebocoran udara akan semakin
parah (gambar 4). Oleh karena itu,
Menurut pendapat penulis, untuk
pneumothorax jenis ini, pendekatan
radiologi terbaik yang dapat dilakukan
adalah fluoroskopi dan CT scan. Bula
emphysema juga dapat menimbulkan
pneumothorax dengan lokulus), terutama
bila ada riwayat penyakit paru-paru kronis.
Kadang-kadang tanda bula pada paru dapat
terlihat bila menggunakan cahaya yang
lebih terang. Jika ada keraguan pada klinis
pada pasien, pemeriksaan CT dapat
dilakukan.
Gambar 4. Perluasan fibrosis paru dan pneumothorax kiri (p) yang dilakukan drainase secara asal (tanpa bantuan radiografi/pencitraan). CT aksial menunjukkan bahwa drainase (panah) telah melalui parenkim paru. Hal ini menyebabkan perburukan kondisi klinis pasien.
Foto thorax juga harus diperiksa
dengan benar untuk mencari penyabab
penyakit parenkim paru yang
mendasarinya (gambar 5). Predisposisi
paling umum dari pneumotoraks adalah
emfisema, fibrosis paru, cystic fibrosis,
pneumonia yang aktif dan disertai kavitas,
dan penyakit paru-paru interstitial yang
kistik seperti histiocytosis sel Langerhans
dan lymphangiomyomatosis. Deteksi dari
penyebab yang mendasarinya sangatlah
penting karena beberapa alasan. Pertama,
untuk penentuan jenis terapi. Kedua, tidak
seperti pneumotoraks spontan primer,
pasien dengan kebocoran udara sekunder
tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengeluarkan udara secepatnya dari
rongga pleura dan perlu adanya observasi.2
Pada akhirnya, hampir semua
pneumotoraks sekunder yang minimal (< 1
cm) memerlukan pengobatan, bahkan
ketika gejalanya minimal.2
Gambar 5. Riwayat penyakit fibrosis paru (underlying ulcerative colitis), yang beresiko menjadi pneumothorax sekunder. Meskipun batas medial skapula (panah) mudah dikenali seperti pada radiografi ini, kadang-kadang dapat disalahartikan sebagai grais pleura visceral.
Beberapa gambaran lain dapat
menyerupai pneumotoraks dan harus selalu
3
diingat selama mengevaluasi foto dada.
Batas medial skapula dapat terlihat seperti
pinggir paru-paru, tetapi dengan
menelusurinya kita dapat membedakan
antara tulang skapula atau pinggir paru
(gambar 5). Lipatan kulit yang melapisi
dinding dada (gambar 6) dapat terlihat
seperti garis pleura visceral dan dengan
relatif kurang terlihatnya paru-paru di zona
atas (apeks) dapat menyebabkan diagnosis
yang salah, terutama pada anak-anak.
Namun, dapat dibedakan dengan mudah.
lipatan kulit biasanya terlihat menuju ke
arah luar rongga dada, lurus atau hanya
sedikit melengkung, dan tidak sejajar
dengan dinding dada seperti garis pleura
visceral yang sesungguhnya. Jika dilihat
secara teliti, paru bagian distal dapat
terlihat. Pakaian juga dapat memberikan
gambaran artefak yang serupa.
Gambar 6. lipatan kulit (panah) melewati hemithorax kanan. Tanda paru-paru bagian distal mudah terlihat. Catatan penting adalah lipatan kulit relatif lurus, tidak
seperti pleura visceral yang bentuknya melengkung pada pneumothorax.
Lipatan kulit juga dapat
membentuk garis radio-opak, tajam di satu
sisi dan kabur di sisi lain. Ini berbeda
dengan garis pleura visceral yang kurang
opak. Kadang-kadang, keraguan bisa saja
terjadi. Dalam situasi ini, ulangi
pemeriksaan foto thorax setelah
melepaskan pakaian dan merubah posisi
lengan. Garis radio-opak sering terlihat
mengikuti bagian inferior tulang rusuk,
yang dapat terlihat seperti garis pleura
visceral. Ini sering disebut sebagai
“companion shadow (bayangan
penyerta)”, namun ada beberapa ahli
membatasi istilah ini untuk digunakan
pada bayangan opak di sekitar iga pertama
dan kedua.5,6 Gambaran ini terlihat akibat
penonjolan lemak extrapleural atau adanya
lekukan subkostal. Variasi gambaran
normal tersebut dapat terlihat jelas
hubungannya dengan batas bawah tulang
rusuk yang menyertainya, sedangkan garis
pleura visceral menyimpang dari tulang
rusuk dan sejajar dengan dinding dada.
Meskipun biasanya berdekatan dengan
tulang rusuk, companion shadow
(bayangan penyerta) terkadang dapat juga
menonjol ke arah bawah, dan dapat terlihat
membingungkan (gambar 7). Setelah
pleurectomy pada pneumotoraks yang
berulang, garis radiopak dapat terlihat di
lokasi operasi karena adanya bekas jahitan
4
atau staples (gambar 8). Hal ini mungkin
dapat disalahartikan sebagai kebocoran
udara baru, terutama jika dibandingkan
dengan foto thorax sebelum operasi atau
ketidaktahuan akan riwayat operasi
sebelumnya.
Gambar 7 (kanan) Tonjolan atau bayangan penyerta (companion shadow) di inferior dari iga keenam. Garis ini relatif sejajar dengan rusuk dan tanda-tanda bagian distal paru terlihat jelas.
Gambar 8. Pasien ini sedang menjalani pleurektomi karena mengalami pneumothorax berulang. Bahan jahitan
pada bagian kanan apex (panah) lebih tebal daripada garis pleura visceral dan jangan dibingungkan dengan kecurigaan akan adanya kebocoran udara yang berulang. Bandingkan dengan pneumothorax apikal yang berdekatan (panah).
Evaluasi Setelah Terapi
Foto thorax setelah drainase
(pengurasan) sangat penting dilakukan
untuk mendokumentasikan perbaikan dari
pneumotoraks, mendeteksi komplikasi,
dan menentukan posisi yang tepat untuk
melakukan drainase lanjutan. Jika jaringan
yang rusak pada tempat pengurasan terlalu
dangkal, daerah subkutan atau
intramuskular dapat diidentifikasi dengan
jari operator dan mengarahkannya ke
ruang pleura yang sebenarnya. Hal ini
sering terjadi jika lokasi pengurasan
berada di posterior, dan posisi radiografi
yang bagus selanjutnya akan muncul pada
film bagian frontal (gambar 9).
5
Gambar 9. (atas) rontgen dada menunjukkan gambaran biasa dari drainase interkostal (panah), terlepas dari lokasi medialnya yang belum diketahui. (bawah) CT axial menunjukkan saluran yang terletak pada jaringan subkutan (panah). Gambar ini menunjukkan bahwa selang/kateter dihentikan pada posisi yang dangkal.
Gambar 10. (atas) dua lubang saluran drainase pada dada yang merubah pneumothorax sekunder menjadi kavitas pneumonia. Selang/keteter bagian bawah (panah putih) terlihat jelas, sedangkan kateter atas (panah transparan) memilliki lubang yang menonjol ke jaringan subkutan, yang menyebabkan kebocoran udara. (bawah) kateter pigtail (kepang) yang kecil dimasukkan ke bagian basal pneumothorax (p). Tarikan progresif pada kateter telah menyebabkan ekstrusi dari sisi lubang ke dalam jaringan subkutan (panah transparan) dan melalui permukaan kulit (panah putih).
Foto thorax secara lateral atau
pemeriksaan CT akan mendeteksi masalah
ini. Dalam Memasukkan alat penguras
juga harus adekuat sehingga semua sisi
lubang berada di dalam rongga pleura. Bila
gagal, akan menyebabkan drainase yang
tidak memadai dan masuknya udara ke
jaringan subkutan. Panjang tube (saluran)
dengan lubang di sisinya dapat
6
diidentifikasi pada pembedahan dainase
standar dengan ditemukannya celah di
garis penanda radio-opak (gambar 10).
Setelah didapatkan resolusi (perbaikan)
dari pneumothorax, kateter drainase dapat
dilepas dan pemeriksaan radiograf lanjutan
dapat dilakukan untuk mendeteksi
kekambuhan. Garis lurus radio-opak
kadang-kadang terlihat di sepanjang bekas
tube dari kateter tersebut, dikenal sebagai
"drain track" (gambar 11). Hal ini
mungkin dapat disalahartikan sebagai
kebocoran udara yang berulang.
Gambar 11. (atas) kateter drainase pada apek dada kiri (panah transparan) dalam posisi baik setelah lobektomi. (bawah)
rontgen dada setelah pengangkatan kateter, pada hari berikutnya menunjukkan garis radiopak yang samar (panah), yang dikenal dengan ‘drain track’. Hal ini biasa terlihat pada rontgen pada hari berikutnya.
Setelah memasukkan kateter/selang
ke lokasi yang telah ditentuakn, selang
(tube) dihubungkan ke underwater seal
atau flutter valve.7 Pasien biasanya
dilakukan foto rontgen dada setiap hari
sampai pneumothorax-nya hilang. Penting
untuk diperhatikan agar botol pembuangan
drainase tidak ditempatkan lebih tinggi
dari dada pasien selama perjalanan ke
ruang radiologi. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya akumulasi udara
dan cairan di dalam rongga pleura,
sehingga dapat terbentuk
hydropneumothorax pada foto. Jika botol
tersebut kemudian dikembalikan ke posisi
semula tanpa sepengetahuan dokter, maka
drainase akan tidak tepat atau prosedur
drainase tambahan mungkin dapat
dilakukan. Kemungkinan ini harus
dipertimbangkan bila suatu saat posisi
botol berada di atas dada tanpa diketahui,
khususnya untuk pasien yang tidak
bergejala. Bertanya pada pasien juga dapat
membantu. Masalah ini dapat dicegah
dengan menekankan kepada perawat dan
petugas pembawa pasien tentang
pentingnya menjaga posisi botol
pembuangan drainase.
7
Menjepit saluran drainase sebelum
pemeriksaan radiografi sering dilakukan
untuk mendeteksi kebocoran udara yang
minimal. Berdasarkan pedoman British
Thoracic Society 7, umumnya metode ini
tidak direkomendasikan tetapi boleh
dilakukan bila dilakukan dibawah
pengawasan perawat yang terlatih.
Mengenai manfaat penjepitan saluran
drainase tersebut masih menjadi
kontroversi di kalangan spesialis.8
Computed tomography
Indikasi utama untuk dilakukannya
CT ini adalah untuk membedakan bula
emphysematous dari pneumotoraks, yang
sulit terlihat pada radiografi standar.
Resolusi tinggi dari CT juga dapat
membantu untuk menentukan penyakit
dasar parenkim paru yang dicurigai, bila
tidak ditemukan pada foto radiografi yang
standar. Kateter ekstrapleura atau
intrapulmonal dapat dengan mudah dilihat
pada CT. Pencitraan dengan cross
sectional kadang-kadang diperlukan untuk
drainase pneumotoraks dengan lokulus di
lokasi yang sulit.
Drainase (Pengurasan) Dengan Bantuan Radiologi
Bila terjadi pneumothorax dengan
lokulus, pendeketan yang paling baik
adalah dengan melakukan tusukan jarum
langsung melalui bimbingan fluoroskopi.
Pasien biasanya dapat diposisikan
terlentang di bawah gambar intensifier,
pemeriksaan ini lebih nyaman dirasakan
oleh pasien dan operator. Pneumothorax
apikal (bagian apeks) yang ringan pada
pasien dengan penyakit paru-paru kronis
yang mungkin disertai adhesi pleura dapat
diperiksa melalui axila, dimana pasien
duduk di bangku dan gambar intensifier
diputar untuk proyeksi anteroposterior.
Terkadang pemeriksaan secara lateral tidak
dapat dilakukan, dimana tusukan dinding
dada pada pasien yang duduk harus
dilakukan di ruang interkostal dua atau
pertama. (gambar 12).
8
Gambar 12. (kiri atas) pneumothorax ringan pasca pleurectomy di apeks kanan (panah transparan). Tusukan jarum dengan fluoroskopi sedang dilakukan (panah putih). Pendekatan ini melalui ruang interkostal pertama yang bisa merusak pembuluh sublklavia, dimana harus dihindari dengan pemeriksaan USG awal jalur yang dilewati jarum (panah= jahitan). (kanan atas) kawat yang ditempatkan setelah pengeluaran udara (panah). (bawah) kateter pigtail melingkar di ruang pneumothorax dan terhubung ke underwater seal.
Kateter Pigtail (berbentuk kepang)
berukuran 8-10 French dengan locking
suture device (perangkat jahitan kunci)
adalah kateter radiologi yang paling sering
digunakan di departemen kami. Alat ini
diterima baik secara kosmetika, lebih
nyaman untuk digunakan daripada bore
besar ukuran 20 atau 28 French, dan lebih
mudah untuk dipasang pada pneumothorax
yang ringan. Selain itu, kateter bore kecil
telah terbukti efektif seperti kateter yang
lebih besar di dalam pengobatan
pneumothorax.2 Tarikan oleh botol
pembuangan drainase pada kateter kecil
yang tidak dijahit misalnya, dapat
menyebabkan ekstrusi yang progresif,
dengan prolaps dari sisi lubang. Jika
saluran tersebut digunakan, haruslah
didukung dengan pita dan perekat. Selain
itu diperlukan penjahitan di sekitar kateter,
jika saluran tersebut akan ditempatkan
dalam jangka waktu yang lama (lebih dari
24 jam) atau untuk pasien yang tidak
kooperatif.
Poin Rangkuman
Pneumothorax berat adalah
pneumothorax dengan jarak pelura
viseral dengan dinding dada >2 cm;
ini juga menjadi indikasi utama
untuk dilakukannya drainase
(pengurasan)
Pada posisi pasien yang terlentang,
pneumothorax dapat dengan sangat
mudah terlihat di dasar paru dan
berdekatan dengan jantung
Lipatan kulit, companion shadow
(bayangan penyerta), skapula dan
9
bekas operasi paru atau riwayat telah
melakukan drainase dada (chest
drain placement) dapat menyerupai
gambaran pneumothorax.
Drainase dinding dada pada
pneumothorax berlokulus dapat
menyebabkan kebocoran udara baru
akibat trauma langsung di pleura dan
memperburuk kondisi klinis pasien.
Perlunya pemeriksaan radiologi
setelah terapi pengobatan untuk
mendeteksi komplikasi yang muncul
dan melihat perbaikan dari
pneumothorax.
Daftar Pustaka
1. Melton LJ, Hepper NG, Offord KP.
Incidence of spontaneous
pneumothorax in Olmsted County,
Minnesota: 1950 to 1974. Am Rev
Respir Dis 1979;120:1379-82.
2. Henry M, Arnold T, Harvey J. BTS
guidelines for the management of
spontaneous pneumothorax. Thorax
2003;58(Suppl 2):ii39-52.
3. Glazer H, Anderson DJ, Wilson BS,
Molin PL, Sagel SS. Pneumothorax:
appearances on lateral chest radiographs.
Radiology 1989;173:707-11.
4. Seow A, Kazerooni EA, Pernicano PG,
Neary M. Comparison of upright
inspiratory and expiratory chest
radiographs for detecting
pneumothoraces. Am J Roentgenol
1996;166:313-6.
5. Matsumoto J, Ishikawa T, Hirata K.
The ribs: anatomic and radiologic
considerations. Radiographics
1999;19:105- 19;151-2. [Quiz.]
6. Meholic A, Ketai L, Lofgren R.
Fundamentals of chest radiology.
Philadelphia: WB Saunders, 1996:29-
31.
7. Laws D, Neville E, Duffy J. BTS
guidelines for the insertion of a chest
drain. Thorax 2003;58:53-9.
8. Baumann MH, Strange C, Heffner JE,
Light R, Kirby TJ, Klein J, et al.
Management of spontaneous
pneumothorax. An American College of
Chest Physicians Delphi consensus
statement. Chest 2001;119:590-602
10
11