ANTIDIARE jadi

24
PERCOBAAN V PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE I. TUJUAN Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan dan metode transit intestinal. II. PRINSIP Obat yang berkhasiat anti diare dapat melindungi hewan percobaan mencit terhadap diare yang diinduksi dengan oleum ricini. III. TEORI Diare adalah peristiwa buang-buang air seringkali sehari dengan banyak cairan dan merupakan gejala-gejala tertentu dari penyakit atau gangguan-gangguan lainnya. Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit disamping sebab lain seperti racun, alergi,dan dispepsi (Djamhuri, 1992).

Transcript of ANTIDIARE jadi

Page 1: ANTIDIARE jadi

PERCOBAAN V

PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE

I. TUJUAN

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh mana

aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini

pada hewan percobaan dan metode transit intestinal.

II. PRINSIP

Obat yang berkhasiat anti diare dapat melindungi hewan percobaan mencit

terhadap diare yang diinduksi dengan oleum ricini.

III. TEORI

Diare adalah peristiwa buang-buang air seringkali sehari dengan banyak cairan

dan merupakan gejala-gejala tertentu dari penyakit atau gangguan-gangguan lainnya.

Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit disamping sebab lain seperti

racun, alergi,dan dispepsi (Djamhuri, 1992).

Didalam lambung makanan dicerna menjadi bubur kemudian diteruskan ke dalam

usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi sisa

bubur tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan sukar dicernakan,

dilanjutkan ke usus besar. Bakteri-bakteri yang biasanya selalu ada disini

mencernakan lagi sisa-sisa tersebut. Sehingga besar daripada sisa-sisa tersebut dapat

diserap lagi selama perjalanan melalui usus besar. (Tan & Rahardja, 1991).

Dalam keadaan normal defekasi ditimbulkan oleh pergerakan feses ke dalam

rektum ke medula spinalis dan kemudian kembali ke kolom desenden, signoid,

Page 2: ANTIDIARE jadi

rektum, dan anus untuk menguatkan refleks defekasi intrinsik pleksus mienterikus.

Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair,

terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses

melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi,

hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Gejala diare

biasanya disertai dengan gejala tambahan seperti mual, muntah, rasa tidak enak di

perut, mules, haus, demam dan lemas karena dehidrasi (Adnyana, 2008).

Diare ditandai dengan seringnya pengeluaran tinja cair dan tak terbentuk sering

disertai kejang atau nyeri perut. Diare akut biasanya dapat berhenti dengan sendirinya

dan berlangsung tidak lebih dari 1 sampai 3 hari. Diare ini dapat disebabkan infeksi

virus atau bakteri atau makanan rusak yang mengandung Salmonella atau bakteri lain.

Sering kali diare terjadi ketika pasien sedang diobati dengan antibiotika, yang juga

akan membunuh bakteri usus normal yang bermanfaat disamping membunuh infeksi

itu sendiri. Pada diare yang dialami orang yang sedang dalam perjalanan,

kesetimbangan bakteri usus normal akan diubah oleh makanan dan minuman yang

mengandung mikroorganisme asing (Harkness, 1984).

Diare osmotik terjadi bila cairan usus tertahan karena zat-zat dalam usus tersebut

kurang terabsorpsi. Hal ini disebabkan oleh malabsorpsi, intoleransi laktosa, ion-ion

divalent, misalnya antasida atau karbohidrat yang sukar diabsorpsi. Diare osmotik

terjadi karena adanya kumulasi bahan yang sukar dan yang tidak dapat diserap usus

yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus sehingga

absorpsi air menjadi berkurang bahkan cenderung menarik air dari plasma ke usus

yang diikuti pula oleh natrium dan klorida. Diare ini biasanya akan sembuh apabila

pasien tersebut berpuasa (Koiman, 1989).

Diare sekretori disebabkan oleh pembentukan sekresi gastrointestinal bertambah

yang dipengaruhi oleh peningkan sekresi air dan elektrolit dari mukosa usus yang

disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik dan tekanan jaringan atau akibat

rangsangan tertentu, misalnya kolera toksin dari E.coli yang dapat menyebabkan

sekresi sekret gastrointestinal berlebih tersebut adalah lemak makanan yang tidak

Page 3: ANTIDIARE jadi

terabsorpsi, toksin bakteri, dan garam empedu berlebih. Puasa tidak dapat

menghentikan diare ini (Koiman, 1989).

Diare akut umunya berkaitan dengan bakteri, virus atau infeksi oleh parasit. Diare

kronis umumnya berkaitan gangguan fungsi misalnya terjadi iritasi atau

pembengkakan di usus besar. Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara

lain:

• infeksi bakteri

Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau

minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, and

Escherichia coli (E. coli).

• infeksi virus

Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,

cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.

• intoleransi makanan

Beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan seperti

pemanis buatan dan laktosa.

• parasit

Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan

menetap di dalam sistem pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare

misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan Cryptosporidium.

• reaksi atau efek samping pengobatan

Antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung

magnesium yang mampu memicu diare.

• gangguan intestinal

• kelainan fungsi usus besar

Page 4: ANTIDIARE jadi

(National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007).

Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila

penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat

fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium

(hipokalemia) dan adakalanya asidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang

berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi

bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang

lebih sedikit sedangkan cairan ekstraselnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa

(Adnyana, 2008).

Pengobatan Diare

1. Rehidrasi Oral

Rehidrasi oral penting sekali pada tindakan awal guna mencegah atau mengatasi

keadaan dehidrasi dan kekurangan garam, terutama pada anak-anak kecil. Untuk

tujuan ini, WHO telah menganjurkan Oralit, yaitu suatu larutan dari NaCl 3,5 g; KCl

1,5 g; Na-bikarbonat 2,5 g dan glukosa 20 g dalam 1 liter air masak. Dalam keadaan

darurat ternyata juga efektif larutan garam dapur (NaCl) 2 g, dengan gula putih 20 g

dalam 1 liter air masak, atau campuran air teh dengan susu sapi (1:1). Pada anak-

anak, larutan-larutan tersebut sebaiknya diberikan sesendok demi sesendok teh, guna

mencegah mual dan muntah-muntah dengan jumlah lebih kurang 20 mL/kg bobot

badan sejamnya selama 3 jam pertama, kemudian separuhnya sejam hingga total 200

mL/kg sehari. Air susu ibu biasanya tidak memperburuk diare dan dapat diberikan

bersama larutan Oralit. Rehidrasi sempurna baru dicapai bila pasien mulai berkemih

normal lagi.

Jika pasien sudah terlalu banyak kehilangan air dan elektrolit yang terlihat dari

penurunan bobot lebih dari 8-10%, maka Oralit harus diberikan secara parenteral

(infus) (Tan & Rahardja, 1991).

Page 5: ANTIDIARE jadi

2. Tindakan-tindakan Umum

Guna menghindari terbukanya luka-luka usus dan perdarahan, maka sebaiknya

pasien diare harus beristirahat lengkap (bedrest). Perlu juga dilakukan diet berupa

bahan makanan yang tidak merangsang dan mudah dicernakan. Suatu diet baik adalah

sebagai berikut: pada hari pertama bubur encer dengan 3 tetes kecap dengan minuman

air teh agak pekat, pada hari ke-2 sampai hari ke-5 nasi tim dengan kaldu ayam, sayur

yang dihaluskan, garam dan 3 tetes kecap. Menurut laporan, diet ini dapat

mempercepat sembuhnya diare (Tan & Rahardja, 1991).

3. Obat-obat

Diare viral dan akibat enterotoksin pada dasarnya akan sembuh dengan

sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel epitel mukosa yang rusak

diganti oleh sel-sel baru. Maka pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya

apabila terjadi diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya seperti asam

samak, alumunium hidroksida, dan karbo adsorbens (arang halus). Zat-zat yang

menekan peristaltik sebenarnya tidak baik, karena pada waktu diare pergerakan usus

ternyata sudah banyak berkurang, dan virus dan toksin perlu dikeluarkan secepat

mungkin dari usus. Dari zat-zat ini mungkin loperamid adalah pengecualian, daya

kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa.

Antibiotika pada jenis-jenis diare ini tidak berguna, karena tidak mempercepat

sembuhnya penyakit (Tan & Rahardja, 1991).

Hanya pada infeksi dengan bakteri-bakteri invasif perlu diberikan suatu

kemoterapeutik yang sebaiknya bersifat mempenetrasi baik ke dalam jaringan, seperti

amoksisilin dan tetrasiklin, sulfa-usus, kliokinol dan furazolidon. Obat-obat ini

seharusnya tidak diberikan lebih dari 7-10 hari, kecuali jika setelah sembuh

mencretnya si pasien masih tetap mengeluarkan bakteri dalam tinja. Pembawa basil

semikian perlu diobati terus hingga tinjanya bebas kuman pada dua penelitian

berturut-turut, terlebih jika ia bekerja di rumah makan, industri bahan makanan atau

sebagai tukang daging (Tan & Rahardja, 1991).

Page 6: ANTIDIARE jadi

Penggolongan obat antidiare:

A. Kemoterapeutika

Walaupun pada umumnya obat antibiotik tidak digunakan pada diare, ada

beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag

disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat

mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.

Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare

dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, amoksisilin, sulfonamida, furazolidin,

dan kuinolon) (Schanack et. al., 1980).

B. Zat penekan peristaltik usus

Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan

mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: candu dan alkaloidnya,

derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak

beladona).

C. Adsorbensia

Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah

mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi

permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak

serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah

karbon, mucilago, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium

(Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan antara

adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan toksin

sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang

digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam

bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

Page 7: ANTIDIARE jadi

Loperamida

Pemerian: serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang 225oC

disertai peruraian.

Kelarutan: sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan

kloroform.

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)

Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot

sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga

diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor

tersebut. Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik.

Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan toleransi

terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan

dosis besar loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam waktu empat

jamsesudah makan obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan

motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Waktu

paruhnya adalah 7-14 jam. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian

oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat ini menunjang selektifitas

kerja loperamid. Sebagian besar obat diekskresikan bersama tinja. Kemungkinan

disalahgunakannya obat ini lebih kecil dari difenoksilat karena tidak menimbulkan

euphoria seperti morfin dan kelarutannya rendah

(Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

IV. ALAT DAN BAHAN

ALAT : - Alat bedah

- Alas/Meja bedah

- Sonde oral mencit

Page 8: ANTIDIARE jadi

- Penggaris (pengukur jarak)

BAHAN : - Loperamid HCl (0,24 dan 0,48 mg/mL)

- Tinta Cina

- Suspensi PGA 2% (diwarnai hitam dengan tinta cina/norit 0,1/10 gram

sebagai marker)

V. PROSEDUR

1. Bobot mencit ditimbang, dikelompokkan secara acak menjadi 3 kelompok, yaitu

kelompok kontrol diberi PGA 2%, kelompok uji Loperamid dosis I dan dosis II.

Diberikan per oral.

2. Pada t=45 menit, semua hewan diberikan tinta cina 0,1 mL/10 g mencit, secara oral.

3. Pada t=65 menit, semua hewan dikorbankan dengan dislokasi tulang leher.

4. Usus dikeluarkan secara hati-hati sampai teregang.

5. Usus yang sudah teregang diukur:

a) Panjang usus yang dilalui norit mulai dari pilorus sampai ujung akhir

(berwarna hitam).

b) Panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum.

6. Hitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya

7. Hasil-hasil pengamatan disajikan dalam tabel dan buatkan grafiknya.

8. Evaluasi hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare,

jangka waktu berlangsung diare, bobot feses dievaluasi masing-masing secara

statistik dengan metode ANAVA dan Student’s t test.

Page 9: ANTIDIARE jadi

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Data pengamatan mencit kelompok 4

Mencit Berat (g) Dosis (mL)Tinta Cina

(mL)

1 25.6 0.64 0.256

2 22 0.55 0.22

3 22.8 0.57 0.228

Perhitungan

• Dosis

• Tinta Cina

Page 10: ANTIDIARE jadi

KELOMPOK MENCIT PANJANG

USUS (cm)

PANJANG

MARKER

(cm)

RASIO RATA-

RATA

Kontrol (-) 1 61.2 25.3 0.5866

0.7822 66.5 12 0.81955

3 59 3.5 0.941

4 64 0 0.00

LoperamidDosis

1

1 58 2.03 0.65

0.6922 49 17.5 0.64286

3 57.2 0 0.00

4 68.5 14 0.796

LoperamidDosis

2

1 - - -

0.8502 58.5 11 0.81196

3 77.3 7.5 0.90397

4 79.5 13  0.836

ANALISIS

Hipotesis :

Ho : π1 = 0, artinya seluruh perlakuan memberikan efek yang sama terhadap mencit.

H1 : π1 ≠ 0, artinya tidak seluruh perlakuan memberikan efek yang sama terhadap

mencit.

Tabel ANAVA

SV DK JK KT FHIT FTAB

Rata-rata 1 0.051 0.051

0.105 3.89Perlakuan 2 0.017 0.008

KekeliruanEksperimen 9 0.728 0.081

Jumlah 12 0.796

Page 11: ANTIDIARE jadi

Perhitungan

DK :

Rata – rata = 1

Perlakuan = p-1 = 3-1 = 2

Kekeliruan eksperimen = Dktotal-Dkperlakuan–Dkrata-rata= 12-2-1=9

Total = 12

Jumlah Kuadrat :

JKR

JKP

JKE

Kuadrat Tengah :

KTR

KTP

KTE

F-hit

Kesimpulan

Page 12: ANTIDIARE jadi

Ftabel :

Karena Fhitung < Ftabel maka H0 diterima

artinya seluruh perlakuan memberikan efek yang sama terhadap mencit

GRAFIK

GRAFIK RASIO TERHADAP JENIS UJI

00,10,20,30,40,50,60,70,80,9

1

KontrolNegatif

LoperamidDosis 1

Loperamiddosis 2

mencit kelompok 1mencit kelompok 2mencit kelompok 3mencit kelompok 4

Perhitungan

VII. PEMBAHASAN

Page 13: ANTIDIARE jadi

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan

merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu.

Diare disebabkan oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding usus

sehingga dapat menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.

Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,

serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada dasarnya

diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak

dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan berhenti dengan

sendirinya.

Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare hebat

dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak digunakan

diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan

resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam

keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan

derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat obstipasi yang

2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan.

Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana

aktivitas obat antidiare yaitu loperamid HCl dapat menghambat diare dengan metode

transit intestinal.

Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit. Selain

karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia,juga karena mencit

mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat berlangsung

lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 18 jam

sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenaka makanan

dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik.

Tiap kelompok diberi 3 ekor mencit. Prosedur pertama yang dilakukan adalah

menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis sediaan uji yang

akan diberikan pada tiap mencit. Mencit pertama memiliki bobot 25,6 gram dan setelah

Page 14: ANTIDIARE jadi

dikonversi dengan 0,5 mL/20 gram maka banyaknya dosis untuk mencit pertama adalah

0,64 mL. Sedangkan untuk mencit kedua bobotnya adalah 22 gram maka dosisnya 0,55

mL dan untuk mencit ketiga dengan bobot 22,8 gram dosisnya adalah 0,57 mL.

Mencit pertama merupakan mencit kontrol negatif karena akan diberikan PGA

2% , mencit kedua akan diberikan loperamid HCl 0,24 mg/mL, dan mencit ketiga akan

diberikan loperamid HCl 0,48 mg/mL. Pemberian ketiga zat tersebut dilakukan secara

peroral karena yang akan diamati adalah kecepatan peristaltik usus, kemudian mencit-

mencit tersebut didiamkan selama 45 menit agar obat-obat tersebut dapat terabsorpsi

secara sempurna di dalam tubuh mencit, sehingga didapat efek yang diharapkan.

Setelah itu, tiap-tiap mencit diberikan tinta cina 0,1mL/gram secara peroral. Tinta

cina ini berguna sebagai indikator untuk megetahui kecepatan motilitas usus. Karena obat

antidiare yang digunakan adalah loperamid HCl. Loperamid HCl merupakan obat

antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah menekan kecepatan gerak

peristaltik. Secara in vitro pada binatang Loperamide menghambat motilitas atau

perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding

usus serta mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada manusia,

Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamide menurunkan

volum feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan

cairan dan elektrolit.

Sehingga pemberian loperamid HCl berdasarkan literatur seharusnya dapat

menurunkan kecepatan peristaltik usus. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari rasio

panjang usus yang dilalui oleh tinta cina terhadap panjang usus keseluruhan. Setelah 20

menit pemberian tinta cina masing-masing mencit didislokasi dan dibedah untuk melihat

kecepatan peristaltik antara mencit kontrol dan mencit yang telah diberikan loperamid

HCl dengan dosis yang berbeda. Karena panjang usus yang dilewati tinta cina dapat

dijadikan sebagai indikator kecepatan peristaltik usus.

Berdasarkan data pengamatan pada hewan percobaan kelompok kami, diperoleh

panjang usus yang dilewati tinta cina dibandingkan dengan panjang usus keseluruhan

pada mencit pertama yang merupakan kontrol adalah 0, pada mencit kedua (loperamid

Page 15: ANTIDIARE jadi

HCl 0,24 mg/mL) adalah 0,796 dan pada mencit ketiga (loperamid HCl 0,48 mg/mL)

adalah 0,836.

Berdasarkan literatur, seharusnya nilai rasio kontrol lebih besar dibandingkan

dengan nilai rasio mencit 2 dan nilai rasio mencit 2 lebih besar dibandingkan nilai rasio

mencit 3. Hal tersebut disebabkan pada mencit kontrol seharusnya gerakan peristaltik

usus mencit tidak dihambat oleh pemberian obat loperamid HCl sehingga panjang usus

yang dilalui tinta cina pun tidak terhambat. Berbeda dengan mencit 2 yang diberikan

loperamid HCl 0,24 mg/mL, pemberian loperamid HCl menghambat gerakan peristaltik

usus sehingga akan mengurangi kecepatan peristaltik usus dan nilai rasio panjang usus

yang dilewati oleh tinta cina pun lebih kecil. Dan pemberian dosis loperamid HCl yang

lebih besar yaitu 0,48 mg/mL pada mencit 3 seharusnya juga lebih menghambat

pergerakan peristaltik usus pada mencit dan itu menunjukkan rasionya pun lebih kecil

dibandingkan mencit 2.

Akan tetapi, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan rasio dari mencit

pertama sampai mencit ketiga adalah berbanding terbalik, yaitu semakin besar.

Sedangkan berdasarkan literatur harusnya rasio dari mencit pertama ke mencit ketiga

adalah semakin kecil.

Ketidaksesuaian antara literatur dengan eksperimen dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya faktor dari hewan percobaan dan atau kurang telitinya

praktikan dalam melakukan praktikum. Dintaranya adalah ketidakseragaman waktu

selama 20 menit dari waktu pemberian tinta cina dengan waktu pembedahan. Kelebihan

waktu dapat memungkinkan tinta cina masih dapat melewati usus sehingga perbandingan

rasio pun dapat terganggu.

VIII.KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Loperamid HCl merupakan obat yang memiliki aktivitas antidiare dengan cara

menekan gerakan peristaltik usus.

Page 16: ANTIDIARE jadi

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Ketut. 2008. Sekilas Tentang Diare. Tersedia di http://www.blogdokter.net

[diakses tanggal 8 April 2011]

Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima.Jakarta:

Penerbit UI.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Djamhuri, Agus. 1992. Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik dan Perawatan.

Jakarta: Hipokrates.

Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung: Penerbit ITB.

Koiman, I. 1989. Pertemuan Ilmiah Penelitian Diare. Jakarta: Penerbit Badan Pengembangan

Kesehatan RI.

National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007. Diarrhea. Tersedia di

http://www.digestive.niddk.nih.gov [diakses tanggal 8 April 2011]

Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat. Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit UGM.

Tan, H. T. & K. Rahardja. 1991. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek

Sampingnya. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Page 17: ANTIDIARE jadi