IUGR
-
Upload
muhammad-rizal-ardiansyah -
Category
Documents
-
view
12 -
download
4
description
Transcript of IUGR
INTRAUTERINE GROWTH RESTRICTION
Muhammad Rizal Ardiansyah, dr. Indra Magda Tiara, Sp.OG
A. PENDAHULUAN
Bayi dengan berat badan rendah yang kecil masa kehamilan sering mengalami
hambatan pertumbuhan janin. Istilah retardasi pertumbuhan janin sudah tidak
terpakai, karena “retardasi” menyiratkan fungsi mental yang abnormal, yang
bukan maksud sebenarnya. Diperkirakan 3-10% janin mengalami hambatan
pertumbuhan.1
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu entitas penyakit
yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang
ditimbulkan jangka pendek berupa risiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jika
dibandingkan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa
hipertensi arteriosklerosis, stroke, diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker dan
sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan Barker hipotesis yaitu penyakit pada
orang dewasa telah terprogram sejak dalam uterus.2
Kini WHO menganjurkan agar memperhatikan masalah ini karena akan
memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survey ditemukan pada
golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14%) jika dibandingkan
dengan golongan ekonomi menengah atas (5%).2
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) adalah suatu kondisi di mana janin
tidak dapat mencapai ukuran yang sesuai secara potensial. Definisi ini tidak
termasuk Dalam janin yang kecil untuk usia kehamilan (SGA) tetapi tidak kecil
secara patologis. SGA didefinisikan sebagai pertumbuhan pada persentil ke-10
atau kurang untuk semua berat janin pada usia kehamilan tersebut. Tidak semua
janin yang SGA merupakan pertumbuhan janin terhambat.3
B. DEFINISI
1
Pada tahun 1963, Lubchenco dkk, mempublikasikan perbandingan secara
detail berbagai usia kehamilan dengan berat badan lahir sebagai upaya untuk
memperoleh aturan perkiraan ukuran janin pada tiap minggu usia kehamilan yang
ditentukan. Battalgia dan Lubchenco (1967) kemudian mengklasifikasikan bayi
yang kecil masa kehamilan (KMK), yaitu bayi yang memiliki berat dibawah
persentil ke-10 berdasarkan usia kehamilan. Bayi-bayi tersebut berisiko tinggi
mengalami kematian neonatal. Sebagai contoh, angka kematian bayi KMK yang
lahir saat 38 minggu adalah sekitar 1 persen dibandingkan dengan 0,2 persen pada
bayi-bayi dengan berat yang sesuai.1
Namun, banyak bayi dengan berat badan lahir kurang dari persentil ke-10
tidak mengalami hambatan pertumbuhan patologis, tetapi cukup kecil karena
memang disebabkan faktor biologis yang normal. Namun, Manningdan Hohler
(1991) dan Gardosi, dkk (1992) menyimpulkan bahwa 25 hingga 60 persen bayi
KMK ternyata tumbuh secara wajar ketika aspek-aspek maternal seperti kelompok
etnik, paritas, berat, dan tinggi badan turut dipertimbangkan.1
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi PJT dibagi menjadi 2, yaitu simetris dan asimetris. PJT dikatakan
simetris bila ukuran badannya kecil secara proposional, gangguan pertumbuhan
janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu, sering disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi. PJT asimetris bila ukuran badannya tidak proposional,
gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester ke-3, sering
disebabkan oleh insufisiensi plasenta.4
Setelah janin ditemukan PJT, parameter biometri individu dapat dibandingkan
satu sama lain untuk menilai janin kecil simetris atau asimetris. Rasio HC/AC
adalah cara untuk menentukan derajat disproporsi kepala terhadap baddan yang
dengan mencerminkan berbagi darah dengan otak (brain sparing), akan
mengarahkan ke PJT yang diperantarai plasenta. Rasio AC/FL menurut Hadlock
secara sederhana merupakan adaptasi “indeks ponderal” neonates untuk
menunjukkan tipe PJT.4
2
PJT simetris merupakan deskripsi yang diberikan jika kecepatan tumbuh
berkurang ekuivalen pada lingkar kepala dan lingkar perut. Pada kebanyakan
kasus, rasio H:A akan berada dalam rentang normal dan akan menunjukkan janin
yang kecil secara konstitusional. Untuk keadaan PJT yang simetris jarang terjadi
pada kehamilan patologis/yang disertai kelainan medis. Pada kasus tersebut,
gangguan telah terjadi pada awal kehamilan dan menyebabkan PJT berat dan
prognosis kehamilan yang sangat buruk.4
Janin yang kecil secara konstitusional, kecepatan tumbuh pada kehamilan ini
berlanjut sepanjang sentil yang sama. Tidak ada cirri insufisiensi uteroplasenta
ataupun abnormalitas janin pada USG. Sebagai tambahan, nilai Doppler untuk
uterus, umbilicus, dan janin berada dalam rentang normal. Keadaan ini terjadi
pada ibu dengan postur tubuh yang kecil.4
PJT asimetris adalah deskripsi yang diberikan jika kecepatan tumbuh kepala
janin yang berkurang tidak sama dengan lingkar abdomennya. Pada kebanyakan
kasus, PJT asimetris adalah akibat dari insufisiensi uteroplasenta. Cirri
insufisiensi uteroplasenta yang ditemukan pada USG meliputi abnormalitas
plasenta dan berkurangnya volume cairan amnion. Ciri pada janin meliputi
kardiomegali ringan, usus hyperechoic, dan dilatasi usus halus. Adanya ciri-ciri
ini akan menunjang diagnosis insufisensi uteroplasenta.4
D. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi pertumbuhan janin terhambat diketahui sekitar 10%. Insiden
pertumbuhan janin terhambat bervariasi tergantung pada populasi yang berada di
negara-negara berkembang dan negara-negara maju dengan tingkat kejadian 6-
30% untuk 2-5% di masing-masing negara-negara tersebut. Prevalensi tertinggi
pertumbuhan janin terhambat ditemukan di Asia, khususnya di Asia Tenggara,
diikuti oleh Afrika dan Amerika Latin. Statistik ini membuat pertumbuhan janin
terhambat selama kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang dengan populasi
penduduk banyak, kurangnya infrastruktur perawatan kesehatan yang baik dan
tidak terjangkau, dan rasio dokter-pasien yang rendah.5
3
Pada sekitar 35-40% dari kasus IUGR merupakan konsekuensi dari kondisi
abnormal. 52% dari bayi lahir mati dikaitkan dengan IUGR dan 10% kematian
perinatal merupakan konsekuensi dari IUGR yang tidak terdeteksi. Prevalensi
bayi lahir mati dengan SGA yang diamati antara 31 dan 33 minggu sebanyak 72%
kematian janin yang tidak dapat dijelaskan dikaitkan dengan berat badan di bawah
persentil ke-10.6
E. ETIOLOGI
Penyebab PJT diantaranya ialah sebagai berikut.2,7
1. Hipertensi dalam kehamilan
2. Gemeli
3. Anomaly janin/trisomi
4. Sindrom anti fosfolipid
5. SLE
6. Infeksi: Rubella, Sifilis, CMV
7. Penyakit jantung
8. Asma
9. Gaya hidup: merokok, narkoba
10. Kekurangan gizi-ekonomi rendah
Pada kehamilan 16-20 minggu sebaiknya dapat ditentukan apakah ada
kelainan/cacat janin. Apabila ada indikasi sebaiknya ditentukan adanya kelainan
genetik.2
IUGR terjadi ketika pertukaran gas dan nutrisi ke fetus tidak cukup hingga ke
uterus. Proses ini utamanya disebabkan oleh penyakit maternal yang
4
menyebabkan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen (penyakit jantung
sianosis, merokok, hemoglobinopati), kegagalan pengangkutan oksigen akibat
penyakit vaskuler maternal sekunder (diabetes dengan penyakit vaskuler,
hipertensi, penyakit autoimun yang mempengaruhi pembuluh darah plasenta),
atau kerusakan plasenta akibat penyakit maternal (merokok, trombofilia, penyakit
autoimun).3
F. FAKTOR RISIKO1
1. Ibu bertubuh kecil
Tidak terbantahkan bahwa perempuan bertubuh kecil biasanya memiliki
bayi yang juga kecil. Jika seorang perempuan memulai kehamilan dengan
berat badan kurang dari 100 pon, risiko untuk melahirkan bayi KMK
meningkat setidaknya dua kali lipat. Selain itu, efek lintas generasi akan
berat badan lahir diteruskan melalui garis keturunan maternal sehingga
penurunan pertumbuhan pada intrauteri pada maternal merupakan faktor
risiko penurunan pertumbuhan intrauteri anaknya.
Fenomena tentang ibu bertubuh kecil melahirkan bayi yang kecil juga
merupakan hal alamiah atau hasil asuhan belum jelas. Brooks dkk., (1995)
menganalisis 62 kelahiran setelah donasi ovum untuk menguji pengaruh
relative pendonor versus resepien pada berat badan lahir. Mereka
menyimpulkan bahwa lingkungan pada ibu resepien lebih berpengaruh
daripada faktor genetic terhadap berat badan lahir.
2. Nutrisi buruk pada ibu
Pada perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) rata-rata atau rendah,
sedikit penambahan berat badan selama kehamilan dapat menyebabkan
hambatan pertumbuhan janin. Kekurangan penambahan berat badan lahir
pada trimester kedua berdampak pada penurunan berat badan lahir. Seperti
yang diperkirakan, gangguan pola makan menyebabkan peningkatan
hambatan pertumbuhan janin hingga Sembilan kali lipat.
5
Hambatan yang nyata akan penambahan berat badan setelah masa
pertengahan kehamilan seharusnya tidak dilazimkan. Meskipun demikian,
tampak bahwa pembatasan kalori hingga kurang dari 1.500 kkkal/hari
hanya berpengaruh minimal terhadap pemburukan pertumbuhan janin.
Efek yang terdokumentasi dengan baik mengenai kelaparan terhadap
pertumbuhan janinadalah pada saat “hunger winter” tahun 1994 di
Belanda. Angkatan Darat Jerman membatasi asupan makanan menjadi 600
kkal/hari untuk warga sipil, termasuk perempuan hamil. Kelaparan
tersebut berlangsung selama 28 minggu. Meski hal ini berdampak pada
penurunan rat-rata berat badan lahir hanya sebesar 250 g, angka kematian
janin meningkat secara signifikan.
3. Deprivasi sosial
Pengaruh deprivasi sosial terhadap berat badan lahir saling berhubungan
dengan dampak faktor-faktor gaya hidup terkait seperti merokok, alkohol
atau penyalahgunaan zat lainnya, dan gizi buruk. Pada sebuah penelitian
terhadap 7.493 perempuan Inggris, Wilcox dkk (1995) menemukan bahwa
sebagian besar ibu yang mengalami deprivasi sosial memiliki bayi
berukuran terkecil. Hal yang sama dilakukan Karlsson dkk (2000)yang
melakukan uji prospektif terhadap sekelompok perempuan Swedia dan
menemukan bahwa kekurangan sumber daya psikososial meningkatkan
risiko bayi derngan hambatan pertumbuhan.
4. Infeksi ibu dan janin
Virus, bakteri, protozoa, dan infeksi Spirocheta terlibat pada hingga 5
persen kasus-kasus hambatan pertumbuhan janin. Infeksi yang terkenal
adalah infeksi rubella dan cytomegalovirus. Mekanismepengaruh setiap
infeksi terhadap pertumbuhan janin menyebabkan sitolisis langsung dan
penghilangan sel-sel fungsional. Infeksi rubella menyebabkan insufisiensi
6
vascular dengan cara merusak endothelium pembuluh darah kecil, dan
juga mengurangi pembelahan sel.
Hepatitis A dan B menyebabkan pelahiran kurang bulan tetapi juga
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan janin. Listeriosis, tuberculosis
dan sifilis juga telah dilaporkan menyebabkan hambatan pertumbuhan jan
in. sebaliknya, pada sifilis, plasenta umumnya bertambah besar dan berat
akibat edema dan peradanangan perivaskular. Toksoplasmosis adalah
infeksi protozoa yang paling dikaitkan dengan gangguan pertumbuhan
janin. Meskipun demikian , suatu analisis oleh Freeman dkk., (2005) pada
386 perempuan hamil yang mengalami serokonversi akibat infeksi
toksoplasmosis tidak ditemukan adanya hubungan antara toksoplasmosis
congenital dengan berat badan lahir rendah. Malaria congenital juga
terlibat.
5. Malformasi kongenital
Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 13.000 bayi dengan anomaly
structural yang berat, 22 persen di antaranya mengalami hambatan
pertumbuhan. Pada penelitian mereka terhadap 84 kehamilan dengan
komplikasi gastroskisis janin, Towers dan Carr (2008) menemukan berat
badan lahir kurang dari persentil ke-10 pada 38 persen bayi baru lahir.
Sebagai pedoman umum, semakin parah malformasi, semakin rentan janin
menjadi KMK. Hal ini terutama terbukti pada janin dengan abnormalitas
kromosom atau yang mengalami malformasi kardiovaskular serius.
6. Aneuploidi kromosomal
Janin-janin dengan trisomi autosomal memiliki plasenta dengan penurunan
jumlah arteri yang berotot kecil di batang vili tersier. Tergantung pada
bagian kromosom mana yang mengalami kelebihan, mungkin akan terkait
dengan hambatan pertumbuhan. Contoh pada trisomi 21, hambatan
pertumbuhan janin umumnya masih ringan. Baik pemendekan ukuran
7
femur maupun hipoplasia pada phalanx media terjadi peningkatan
frekuensi pada aneuplodi ini.
Program-program penapisan prenatal trimester pertama untuk
mengidentifikasi perempuan dengan risiko aneuplodi secara kebetulan
juga mengidentifikasi kehamilan dengan risiko hambatan pertumbuhan
janin yang tidak berhubungan dengan kariotipe. Analisis Krantz dkk.,
(2004) terhadap 8.012 perempuan mengidentifikasi peningkatan risiko
hambatan pertumbuhan pada mereka yang memiliki kadar -human
chorionic gonadotropin (-hCG) bebas dan protein A-plasma terkait
kehamilan. Yang rendah meskipun keadaan kromosom normal.
7. Kelainan kartilago/tulang rawan dan tulang
Banyak sindrom bawaan seperti osteogenesis imperfect dan berbagai
kondrodistrofi menyebabkan hambatan pertumbuhan janin.
8. Obat yang memiliki efek teratogenik dan pada janin
Sejumlah obat dan bahan kimia dapat member dampak buruk terhadap
pertumbuhan janin. Beberapa bersifat teratogenik dan berpengaruh pada
janin sebelum organogensis lenngkap. Beberapa mempengaruhi atau terus
memengaruhi janin setelah embryogenesis janin berakhir pada 8 minggu.
Beberapa obat imunosupresan antirejeksi yang digunakan untuk rumatan
transplantasi organ terlibat sebagai salah satupenyebab penghambat
pertumbuhan janin. Selain itu, rokok, opiate dan obat-obatan terkait ,
alkohol, serta kokain dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, baik
secara langsung maupun dengan penurunan asupan makanan ibu.
Selanjutnya, konsumsi kafein selama kehamilan baru-baru ini dikaitkan
dengan hambatan pertumbuhan janin. Pertumbuhan yang melambat
mungkin berhubungan dengan ekspresi enzim fenotipik yang
memperlambat metabolism kafein.
9. Penyakit vaskular
8
Penyakit vascular kronik umunya menyebabkan hambatan pertumbuhan,
terutama jika kehamilan disertai dengan komplikasi preeclampsia dapat
menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin dan merupakan indicator
keparahan penyakit vascular kronik, terutama apabila awitannya terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu.
10. Penyakit ginjal
Insufisiensi ginjal kronik sering dikaitkan dengan hipertensi dan penyakit
vascular yang mendasarinya. Nefropati kronik biasanya disertai dengan
pertumbuhan janin yang terhambat.
11. Diabetes pragestasional
Hambatan pertumbuhan janinpada perempuan penderita diabetes mungkin
berhubungan dengan malformasi congenital atau menyertai kondisi
kekurangan gizi akibat penyakit vascular ibu yang lanjut. Seperti
disebutkan sebelumnya, derajat hambatan pertumbuhan berkaitan dengan
keparahan malformasi. Selain itu, hambatan pertumbuhan cenderung
meningkat dengan perkembangan nefropati dan retinopati proliferative
terutama kombinasi keduanya.
12. Hipoksia kronik
Beberapa kondisi yang terkait dengan hipoksia uteroplasenta kronik antara
lain preeklamsia, hipertensi kronik, asma, merokok, dan menetap di
dataran tinggi. Apabila terpajan dengan lingkungan yang hipoksik secara
berkesinambungan, beberapa janin mengalami penurunan berat badan lahir
secara signifikan.
13. Anemia
Pada sebagian besar kasus, anemia pada ibu tidak menyebabkan hambatan
pertumbuhan janin. Pengecualian meliputi penyakit anemia sickle cell dan
9
beberapa anemia bawaan lainnya. Sebaliknya pengurangan ekspansi
volume darah ibu yang kecil telah dikaitkan dengan hambatan
pertumbuhan janin.
14. Kelainan plasenta dan tali pusat
Sejumlah kelainan plasenta mungkin menyebabkan hambatan
pertumbuhan janin. Kegagalan pertumbuhan dalam kasus-kasus ini
dianggap terjadi karena insufisiensi uteroplasenta. Beberapa kehamilan
dengan hambatan pertumbuhan janin yang tidak dapat dijelaskan dan
kebanyakan plasenta yang normal secara makroskopik mengalami
pengurangan aliran darah uteroplasenta pada janin yang tumbuh normal.
15. Infertilitas
Kehamilan pada para perempuan dengan riwayat infertilitas memiliki
peningkatan risiko bayi yang kecil masa kehamilan dengan atau tanpa
terapi infertilitas.
16. Kehamilan ekstrauteri
Jika plasenta berimplantasi di luar uterus, janin umunya mengalami
hambatan pertumbuhan. Selain itu, beberapa malformasi uterus dikaitkan
dengan gangguan pertumbuhan janin.
17. Sindrom antibody antifosfolipid
Dua kelompok antibody antifosfolipid-antibodi antikardiolipin dan
antikoagulan lupus telah dikaitkan dengan hambatan pertumbuhan janin.
Mekanisme patofisiologik tampaknya disebabkan oleh agregasi trombosit
maternal dan thrombosis plasenta. Prognosis kehamilan pada perempuan-
perempuan dengan kedua antibody ini mungkin buruk dan mencakup
preeklamsia awitan dini dan kematian janin.
10
18. Genetik
Beberapa studi telah dilakukan untuk mengevaluasi peran polimorfisme
genetic pada ibu atau janin dan hubungan keduanya dengan hambatan
pertumbuhan janin. Engel dkk., (2006) menyatakan kemungkinan peran
varian SHMT1 (1420) T dalam jalur metabolism folat yang mempengaruhi
kadar homosistein dan mengakibatkan bayi menjadi KMK.
19. Janin multiple
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit
dengan pertumbuhan yang melambat pada satu janin atau lebih
dibandingkan dengan bayi tunggal yang normal.
G. PATOLOGI
Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta
yang abnormal, pasoka oksigen, masukan nutrisi dan pengeluaran hasil metabolic
menjadi abnormal. Jani menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester
akhir sehingga timbul PJT yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil
daripada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi kerusakan
tingkat seluler berupa kelainan nucleus dan mitokondria.2
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta sangat banyak
dan antioksidan yang relative kurang (misalnya preeklamsia) akan menjadi lebih
parah. Soothill dan kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas darah
pada PJT yang parah dan menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia, dan
eritroblastosis. Kematian pada jenis asimetrik lebih parah jika dibandingakan
dengan simetrik.2
H. MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama dari IUGR adalah bayi kecil masa kehamilan. Khususnya, bayi
dengan berat badan dibawah persentil sepuluh atau kurang dari 90% dari bayi
11
dengan usia kehamilan yang sama. Berdasarkan penyebab IUGR, bayi
kemungkinan terlihat kecil atau tampak malnutrisi. Bayi dapat terlihat kurus,
pucat dan kulit kering. Tali pusat dapat tipis dan tidak mengkilat. Tidak semua
bayi yang terlahir kecil adalah IUGR7.
Gambar 1. Kurva Lubchenco
I. DIAGNOSIS
1. Kriteria Diagnosis IUGR
12
Estimasi berat badan fetus, dibawah persentil sepuluh, sering digunakan untuk
mengetahui risiko pada fetus. Terpenting, khususnya, pemahaman bahwa hal ini
bukan merupakan nilai patokan defitinitif untuk insufisiensi uteroplasenta.
Beberapa fetus yangberada dibawah persentil sepuluh dapat bertubuh kecil. Pada
beberapa kasus, dengan ibu dan bapak yang memiliki tinggi dibawah normal,
kemampuan neonates untuk bertumbuh berdasarkan kurva pertumbuhan,
kurangnya tanda-tanda dari insufisiensi uteroplasenta (oligohidramnion) dapat
meyankinkan orangtua. Kurva pertumbuhan yang telah dimodifikasi seperti etnis,
tinggi badan orangtua dan jenis kelamin digunakan untuk mendiagnosis IUGR.3
Dokter memiliki banyak cara untuk memperkirakan ukuran bayi selama
kehamilan. Salah satu pengukuran yang paling mudah dilakukan adalah mengukur
dari fundus ibu ke tulang pubis. Setelah 20 minggu kehamilan, pengukuran
dengan sentimeter biasanya digunakan untuk mengukur usia kehamilan. Ukuran
yang kurang mengindikasikan pertumbuhan tidak berkembang seperti seharusnya.
Prosedur lain untuk mendiagnosis IUGR dan mengetahui kesehatan bayi adalah:7
Ultrasound. Pemeriksaan utama yang dilakukan untuk mengetahui
perkembangan bayi di dalam uterus, ultrasound menggunakan gelombang suara
untuk membentuk gambaran dari bayi. Pemeriksaan ultrasound memperlihatkan
dokter gambaran bayi didalam uterus dengan menggunakan peralatan yang
bergerak bergerak di atas perut ibu.7
Ultrasound dapat digunakan untuk mengukur kepala dan badan bayi. Dokter
dapat membandingkan pengukuran dengan grafik pertumbuhan untuk
memperkirakan berat badan bayi. Ultrasound juga digunakan untuk menentukan
seberapa banyak cairan amnion di dalam uterus. Cairan amnion yang sedikit
mengindikasikan IUGR.7
13
Gambar 2. Pertumbuhan Janin Terhambat
Gambar 3. Teknik pengukuran PJT dengan menggunakan USG
Velosimetri Doppler. Velosimetri doppler adalah teknik yang menggunakan
gelombang suara untuk mengukur jumlah dan kecepatan aliran darah di dalam
pembuluh darah. Dokter biasanya menggunakan tes ini untuk memeriksa aliran
darah di tali pusat dan pembuluh darah di otak bayi.7
14
Temuan yang abnormal pada bentuk gelombang dari Doppler adalah:8
1. Indeks Pulsatilitas (PI) arteri uterina yang tinggi atau lebih rendah dari 1,1.
2. Indeks Resistensi (RI) lebih dari 0,55 dengan notch bilateral.
3. Indeks Resistensi (RI) lebih dari 0,65 dengan notch unilateral.
4. Indeks Resistensi (RI) lebih dari 0,70 dengan atau tanpa notch.
S/D ratio lebih dari 3 setelah usia kehamilan 30 minggu itu tidak normal.8
Gambar 4. Bentuk gelombang arteri umbilical pada PJT
Pemeriksaan berat badan. Dokter secara rutin memeriksa dan merekam berat
badan ibu setiap pemeriksaan sebelum kelahiran. Kenaikan berat badan ibu
digunakan untuk mengukur pertumbuhan bayi yang belum lahir. Jika ibu tidak
mengalami kenaikan berat badan, ini mengindikasian adanya masalah pada bayi.7
15
Memonitor janin. Pemeriksaan ini menggunakan elektroda pada perut ibu.
Elektroda ditempatkan pada tegangan rendah dan dilekatkan ke monitor. Sensor
akan menentukan rerata dan pola dari denyut jantung janin dan akan diperlihatkan
melalui monitor atau dicetak.7
Amniosentesis. Pada prosedur ini sebuah jarum ditusukkan melalui kulit perut
ibu dan menembus ke dalam uterus untuk menarik sejumlah kecil cairan amnion
untuk dilakukan tes. Tes dapat mendetksi infeksi atau mendeteksi beberapa
kelainan kromosom yang dapat menyebabkan PJT.7
Pemeriksaan Doppler arteri serebral media. Mari et al, melakukan penilaian
terhadap perubahan Doppler arteri serebri media, khususnya pada kecepatan
puncak sistolik dan indeks pulsatilitas pada pertumbuhan janin terhambat. Mereka
menemukan kelainan pada indeks pulsatilitas dan kecepatan puncak sistolik
dengan gambaran indeks pulsatilitas yang tidak konsisten. Mereka menyimpulkan
bahwa kecepatan dari puncak sistolik arteri serebri mediaadalah predictor yang
baik untuk pertumbuhan janin terhambat yang menyebabkan kematian perinatal.
Gambar 5. Bentuk gelombang arteri serebri media pada PJT
16
2. Skrining Pertumbuhan Janin Terhambat
Meskipun tidak ada pengukuran secara bimetrik ataupun Doppler yang secara
akurat dapat membantu mendiagnosis pertumbuhan janin terhambat, skrining
IUGR sangat penting untuk mendeteksi risiko dari janin. Kondisi maternal
berhubungan dengan kejadian IUGR, pasien melakukan pemeriksaan sonografi
secara rutin salaam kehamilan. Pada deteksi dini dapat dilakukan trimester kedua
(18-20 minggu) untuk mengevaluasi kelainan dan mengidentifikasi kehamilan
ganda, pemeriksaan ulangan dilakukan pada minggu ke 28-32 kehamilan untk
mengetahui pertumbuhan janin dan kelainan pertumbuhan otak.3
Untuk mendeteksi adanya PJT pada populasi umu berdasarakan pada penetuan
tinggi fundus uteri. Pemeriksaan rutin ini merupakan salah satu pemeriksaan ANC
dari usia 20 minggu hingga aterm. Walaupun akhir – akhir ini banyak penelitian
yang mempertanyakan akurasi dari penetuan TFU, khususnya pada pasien yang
mengalami obesitas, adanya ketidaksesuaian pengukuran yang lebih lebih dari 3
cm antara yang di observasi dengan yang diharapkan dengan pemeriksaan USG.
Klinisi harus lebih peduli bahwa pengukuran TFU mepunyai keterbatasan, dan
klinisi harusnya lebih peduli terhadap TFU yang berpotensial untuk terjadinya
PJT.3
Satu penelitian yang menggunakan kurva TFU yang disesuaikan dengan BB
ibu, TB ibu dan etnis dapat meningkatkan rerata deteksi dari 29.2% pada
kelompok control menjadi 47.9% pada studi populasi. Seperti yang diinfokan
yoshida dkk, ketidakakuratan terjadi karena (1) terbatasnya akurasi prediksi berat
lahir 10% menggunakan USG pada trimester ketiga, (2) tidak semua bayi yang
kecil masa kehamilan mengalami PJT, (3) karena individual dan perubahan yang
tidak bisa diprediksi pada pertumbuhan janin dan (4) karena distribusi
pertumbuhan yang terus menerus.3
3. Biometri dan Volume Cairan Amnion
17
Sebagian besar mesin ultrasonografi melaporkan pengukuran usia kehamilan
dan parameter individu secara keseluruhan. Menilai nilai-nilai individu ini penting
untuk mengidentifikasi janin yang tumbuh secara asimetris. Dengan adanya
pengukuran tulang kepala dan femur yang normal, pengukuran lingkar perut (AC)
yang kurang dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata tampaknya menjadi batasan
untuk mempertimbangkan janin asimetris. Baschat dan Weiner menunjukkan
bahwa persentil AC yang rendah memiliki sensitivitas tertinggi (98,1%) untuk
didiagnosis IUGR (berat badan lahir < persentil 10). Sensitivitas estimasi berat
badan janin (berat lahir di bawah persentil10) adalah 85,7%.3
Bukti yang mendukung dari lingkungan intrauterin yang tidak mendukung
dapat dilihat secara spesifik dari volume cairan ketuban (AFVs). Chauhan et al
menemukan bahwa dalam kelompok kehamilan normal lebih dari 24 minggu,
tingkat IUGR adalah 19% dengan indeks cairan ketuban (AFI) kurang dari 5 dan
9% dengan lebih dari 5. Bank dan Miller juga mencatat peningkatan risiko yang
signifikan dari IUGR dalam kelompok janin dengan cairan amnion borderline
(AFI 5-10) dibandingkan dengan kelompok janin normal (AFI> 10).3
J. PENATALAKSANAAN
Ketika disangka atau didiagnosis IUGR, lanjutkan mengajar dan mendukung
wanita hamil tersebut, rujuk ke spesialis, follow-up dan mengevaluasi harus
dilakukan. Saat penyebab dasar kondisi janin tidak bisa diterapi dan kelainan
kromosom telah disingkirkan, pengawasan antenatal lebih lanjut harus
dilaksanakan berdasarkan pada keparahan dari maternal dan atau keadaan janin.9
1. Pengawasan
Waktu intervensi untuk manajemen PJT tergantung pada penyebab dan
keparahan PJT tersebut. intervensi dapat berubah terapeutik atau preventif.
Meskipun banyak pendekatan yang dilakukan untuk menatalaksana PJT,
efektivitas terapi memperlihatkan pola perkembangan pada janin belum bisa
diidentifikasi. Modalitas yang telah dilakukan dengan sedikit efek termasuk tirah
18
baring, suplemen gizi maternal, ekspansi volume plasma, medikasi maternal
(aspirin dalam dosis rendah), suplemen oksigen dan anti-hipertensi.9
Frekuensi untuk mengevaluasi ulang dari PJT tergantung dari banyak faktor.
Jarak atau interval dilakukannya USG ulang untuk menilai perkembangan janin
dapat dilakukan paling sering tiap dua minggu dan tergantung keparahan PJT, usia
gestasi dan bukti adanya kelainan janin.9
2. Waktu Melahirkan
Terapi intrauterine yang tidak berhasil, waktu kelahiran merupakan aspek
yang kritis dari manajemen antenatal. Waktu untuk melahirkan tiap individu
bergantung pada usia kehamilan, kesehatan maternal, dan keparahan dari PJT dan
kesejahteraan bayi.9
Pada janin preterm, pengaruh premature harus dipertimbangkan risiko dari
kelainan janin. Awasi dengan baik pertumbuhan, penilaian Doppler dan menilai
cairan amnion dapat membantu mengidentifikasi addanya kelainan janin dan
membutuhkan rencana untuk melahirkan janin yang preterm. Hasil janin yang
dilahirkan preterm dan mengalami PJT akan membaik jika:
1. Pemberian steroid pada antenatal dan
2. Persalinan dilakukan pada pusat kesehatan dengan unit neonatal yang
mampu untuk menatalaksana kompleksitas dari PJT yang akan
mempengaruhi bayi preterm.9
K. PENCEGAHAN
Meskipun PJT dapat terjadi bahkan pada saat ibunya sehat, ada sesuatu hal
yang harus dilakukan ibu untuk mengurangi risiko PJT seperti:
1. Mengunjungi pusat kesehatan untuk mendeteksi dini adanya masalah dan
untuk medapatkan terapi sedini mungkin.
2. Lebih memperhatikan gerakan bayi. Bayi yang gerakannya jarang atau
yang gerakannya berhenti kemungkinan memiliki masalah. Jika mengenali
adanya kelainan pada gerakan bayi, segera hubungi dokter.
19
3. Cek obat-obatan. Beberapa obat-obatan yang dikonsumsi oleh ibu akibat
penyakit lain dapat mengakibatkan masalah pada janin.
4. Makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi dan cukup kalori dapat
membantu mempertahankan gizi janin.
5. Istirahat yang cukup. Istirahat dapat membantu ibu merasa lebih baik dan
bahkan embantu pertumbuhan bayi, setidaknya 8 jam atau lebih tiap
malam. Sekitar satu atau dua jam istirahat pada siang hari juga sangat
membantu.
6. Latihan untuk kebiasaan hidup sehat. Jika meminum alkohol,
mengkonsumsi obat-obatan, merokok, segera hentikan untuk kesehatan
bayi.7
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F.G,. et al, 2012. Gangguan Pertumbuhan Janin. Obstetri
Williams, 23th ed. Vol. 2. Mc.Graw Hill publishing Division. New York.
2. Wiknjosastro H. 2010. Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
3. Ross M G. 2013. Fetal Growth Retardation. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/261226-overview#showall. Diakses
tanggal 24 Desember 2014.
4. Gondo H K, Suwardewa T G A. 2012. Ultrasonografi : Buku Ajar Obstetri
Ginekologi. EGC. Jakarta.
5. Sawant L D, Venkant S. 2013. Comparative Analysis of Normal versus
Fetal Growth Restriction in Pregnancy: The Significance of Maternal
Body Mass Index, Nutritional Status, Anemia, and Ultrasonography
Screening. International Journal Of Reproductive Medicine.
6. Mandruzzato G. 2009. Guidelines For Intrauterine Growth Restriction
And Chronic Fetal Hypoxemia. TMJ. Vol. 59. No. 2.
7. Pagano T. 2014. Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Available at
http://www.webmd.com/baby/iugr-intrauterine-growth-restriction. diakses
pada 24 Desember 2014.
21
8. Dogra, V S. 2013. Imaging In Intrauterine Growth Retardation. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/404098-overview#showall.
Diakses pada tanggal 24 Desember 2014.
9. _____. 2008. Intrauterine Growth Restriction Diagnosis And
Management.
22