ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
-
Upload
fransiska-puteri -
Category
Documents
-
view
6.143 -
download
8
Transcript of ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK ASEPTIS
A. Tujuan Pratikum
Tujuan dari Acara I. Pengenalan Alat dan Teknik Aseptis adalah untuk
memperkenalkan peralatan-peralatan analisis yang biasa digunakan dalam
penelitian mikrobiologi dan melatih teknik aseptis.
B. Tinjauan Pustaka
Teknik Aseptis pertama kali ditemukan oleh Joseph Lister (1827-
1912). Pada tahun 1860-an telah ditemukan adanya fenol yang mampu
membunuh bakteri. Lister menggunakannya untuk merendam
perlengkapan bedahnya dan menyemprot ruang bedah. Pada pasiennya
luka dan torehan mengalami percepatan penyembuhan. Prinsip ini
sekarang sering disebut dengan prinsip aseptis. Prinsip kerjanya adalah
mencegah masuknya mikroba kedalam luka atau insisi (Pelczar et al,
1986).
Salah satu cara untuk menjaga sterilitas alat adalah dengan
membakarnya dengan Bunsen. Inti dari pembakaran ini adalah seluruh
bakteri ataupun sel yang ada pada alat dapat dimusnahkan. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan kontaminasi pada sampel saat
menggunakan alat tersebut. Hal ini memang dapat mengurangi
kontaminasi tapi kurang efektif untuk kontaminasi dari udara ataupun gas
(Stelley et al. 1986 )
Ketika alat-alat akan mengalami kontak dengan suatu media kulture
yang steril maka peralatan tersebut harus disterilkan. Mencegah suatu
kontaminasi dalam suatu manipulasi kultur adalah suatu teknik yang
dikenal dengan nama teknik aseptis. Ketika suatu media kulture terbuka,
hal ini harus dikendalikan. Kontaminasi dari udara luar tidak diijinkan
masuk ke media kulture agar tidak mengkontaminasi media kulture
sehingga kesterilan media kulture tetap terjaga. Pemindahannya pun juga
harus diperhatikan. Jarum oase untuk memindahkan biakan harus dibakar
dahulu hingga berwarna merah dan diangin-anginkan. Sebelum
mengambil biakan ujung atas tabung reaksi pun juga dipanaskan terlebih
dahulu. Pengambulannya juga harus didekarkan dengan panas (Madigan et
al. 1984).
Sterilisasi adalah suatu perawatan untuk merendahkan potensi
pelekatan mikroorganisme dalam sistem air pendingin dengan jalan
pembunuhan mikroorganisme.Bahan kimia yang mempunyai efek
sterilisasi adalah senyawa klor, senyawa organik, nitrogen-sulfur dan lain-
lain. Mekanisme kerja bahan bahan kimia ini diperkirakan sebagai berikut,
bahan kimia ini mempunyai reaktivitas yang tinggi terhadap radikal SH
sistein (komponen protein dalam mikroorganisme), dan membunuh
mikroorganisme dengan jalan melumpuhkan enzim (bagian yang aktif)
radikal SH, atau membunuh mikroorganisme dengan daya oksidasi dari
bahan kimia tersebut (Lestari, 2010).
Untuk menjada sterilitas alat-alat seperti tabung reaksi ataupun
erlenmeyer, pada ujungnya ditutup dengan menggunakan kapas. Kapas
yang digunakan adalah kapas yang tidak menyerap. Hal ini bertujuan agar
tidak ada bakteri dari luar yang akan masuk sehingga tetap terjaga
sterilitasnya. Selain itu pada sterilitas media kulture dan cairan lainnya
digunakan sterilitas dengan menggunakan pemanasan kering. Namun
penggunaan pemanasan saja lebih efektif kesterilisasiannya (Burrows et al.
1968).
Autoclave merupakan suatu alat yang bekerja dibawah tekanan tinggi.
Biasanya alat ini berada pada laboratorium biologi yang digunakan untuk
sterilisasi. Kombinasi antara tekanan dan panas inilah yang efektif untuk
membunuh mikroorganisme. Biasanya alat yang disterilkan adalah alat-
alat dari glass, plastik maupun agar (Hadar et al. 1997).
Laminar Air Flow merupakan suatu alat yang dapat mengurangi
jumlah mikroorganisme infektif dalam udara. LAF akan mengalirkan suatu
aliran idara yang kontinyu yang dimana udara tersebut telah disaring
dengan sangat baik. Maka dihasilkanlah suatu kondisi udara tanpa bakteri.
Dengan kata lain kontaminasi oleh udara dapat dihapuskan oleh alat ini
(Cherly et al, 2007).
Laminar Air Flow mrupakan alat sterilisasi dengan menggunakan
sinar UV. Selain itu LAF juga dilengkapi dengan sistem penyaringan
ganda. LAF akan meniupkan udara steril ketempat kerja bebas dari debu
dan spora-spora. Spora-spora dan debu tersebut akan ditarik kedalam alat
melalui filter pertama ( pre filter). Kemudian ditiupkan keluar melalui
filter yang sangat halus yaitu HEPA ( High Efficiency Particulate Air
Filterl) dengan menggunakan blower (Favero, 1967).
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan
atau absorban suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang,
pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang
tunggal dapat pula dilakukan. Instrument semacam itu dapat
dikelompokkan secara manual atau merekam atau pengelompokkan lain,
berkas tunggal dan berkas rangkap. Dalam praktek instrumen berkas
tunggal biasanya dijalankan dengan tangan (manual) dan instrumen berkas
rangkap umumnya mencirikan perekaman automatik terhadap spektra
serapan, namun dimungkinkan untuk merekam suatu spektrum dengan
instrumen berkas tunggal (Day, 1989).
C. Metodologi
1. Alat
Pada Teknik Aseptis ada beberapa alat yang dapat digunakan yaitu
Bunsen, oven, autoclave dan Laminar Air Flow. Alat-alat tersebut dapat
membantu dalam memberikan hasil sterilisasi yang maksimal pada
penelitian mikrobiologi.\
2. Bahan
Bahan yang banyak digunakan dalam teknik Aseptis adalah
alkohol. Alkohol dapat membunuh mikroba baik yang berada pada
sarung jangan ataupun alat-alat pratikum.
3. Cara Kerja
Pada saat akan memulai pratikum, pratikan sebaiknya
menggunakan peralatan lengkap berupa sarung tangan, masker dan jas.
Sebelum menggunakan sarung tangan terlebih dulu mensterilkan tangan
menggunakan alkohol. Setelah memakai sarung tangan juga
mensterilkan lagi menggunakan alkohol. Sebelum menggunakan alat-
alat sebaiknya meja kerja disterilkan juga dengan alkohol. Setelah itu
alat-alat yang digunakan yang sebelumnya sudah disterilkan baik
menggunakan oven ataupun disterilkan dengan menggunakan Bunsen
seperti pada penanaman mikroba pada media agar jarum oase
dipanaskan dengan api dari Bunsen untuk memastikan tidak ada
mikroba dalam jarum oase.
D. Pembahasan
No Gambar Cara Pemakaian Fungsi Alat1
Inkubator
1. Siapkan pemeram mikroba (contoh: cawan petri)
2. Bungkus cawan petri dengan kertas payung
3. Lipat kertas payung hingga menutupi cawan petri. Pastikan kerapatan cawan petri dan tidak ada udara yang masuk
4. Masukkan kedapam inkubator
5. Atur suhu inkubasi6. Atur waktu inkubasi
Alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol.
2
Oven
1. Dimasukkan alat atau bahan pangan yang akan disterilisasi.
2. Taruh alat atau bahan pangan tersebut ke rak oven.
3. Tutup pintu oven lalu tekan tombol on.
4. Diatur suhu oven. Tunggu sampai waktu yang telah ditentukan.
5. Jika telah selesai, suhu akan berubah menjadi
0 .
6. Tekan tombol off dan keluarkan alat atau bahan pangan yang telah disterilkan tersebut. Dimasukkan alat atau bahan pangan yang akan disterilisasi.
7. Taruh alat atau bahan pangan tersebut ke rak oven.
8. Tutup pintu oven lalu tekan tombol on.
9. Diatur suhu oven. Tunggu sampai waktu yang telah ditentukan.
10.Jika telah selesai, suhu akan berubah
menjadi 0 .
11.Tekan tombol off dan keluarkan alat atau bahan pangan yang telah disterilkan tersebut.
Menbunuh mikroba dengan menggungkan panas.
3
Autoclave
1. Isi air dalam autoclave kurang lebih 2 cm dibawah keranjang atau sekitar 3-5 liter.
2. Letakkan alat yang akan disterilkan. Pastikan alat yang digunakan dapat terkena uap dalam autoclave.
Membuang uap panas dari alat yang disterilkan yang dihasilkan dari bahan cair yang merupakan pendukungnya.
3. Tutup rapat autoclave serta kunci dengan arah berlawanan serta aturlah waktu yang dibutuhkan.
4. Pastikan tabung exhaust terbuka sedangkan tabung drainnya tertutup
5. Setelah uap air keluar atau terdengar bunyi mendesis segerakan tutup tabung exhaust
6. Saat alarm berbunyi menandakan sterilisasi telah berakhir. Jangan langsung membuka tutup autoclave. Pastikan jarum tekanan menunjukkan angka nol.
4
Spektofotometer
1. Dihidupkan 2. Didiamkan 15 menit
untuk warm up3. Kuvet dibersihkan
dengan alkohol agar steril
4. Aquades dimasukkan dalam kuvet sebagai larutan blanko
5. Dimasukkan dalam spektofotometer
6. Diatur panjang gelombangnya
7. Dipilih metode transmittance
8. Diatur hingga angka nol
9. Diganti larutan blanko dengan
untuk mengukur kekeruhan atau konsentasi mikroba pada media cair.
larutan sampel10. Dicatat nilai
absorbsinya5
Laminar Air Flow
1. Dihidupkan lampu UV sekitar 5-10 menit, kemudian dimatikan segera sebelum mulai bekerja
2. Pastikan kaca penutup terkunci pada posisi terendah
3. Nyalakan lampu neon dan blower
4. Biarkan selama 5 menit
5. Gunakan masker dan sarung tangan
6. Sterilkan sarung tangan menggunakan alkohol
7. Sterilkan permukaan Meja LAF menggunakan alkohol dan biarkan menguap terlebih dahulu
8. Masukkan alat dan bahan kedalam LAF. Pastikan posisi penempatan alat dan bahan seefektif mungkin
9. Gunakan bahan bakar bunsen dengan menggukanan bahan bakar gas bukan alkohol
10. Kerjakan penelitian dan jangan sampai aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja
Sebagai penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara, menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan, mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.
11. Setelah selesai biarkan 2-3 menit untuk kontaminasi tidak keluar dari LAF
6
Mikroskop
1. Letakkan mikroskop pada tempat yang datar
2. Letakkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan jepit dengan penjepit objek
3. Aturlah fokus dengan menentukan perbesaran lensa objektif dan lensa okuler serta gunakan fokus kasar dan fokus halus untuk menunjang kefokusan
4. Amati pada mikroskop
Memperbesar benda-benda yang bersifat mikroskopis sehingga membantu kita dalam melihat dan mengamati benda-benda yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang
Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek)
yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme
untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang
diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak
partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora)
yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau
mengendap di area kerja.
Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat
mempengaruhi, mengganggu hasil dari suatu percobaan.
Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan peneliti, sarung tangan
atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat.
Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang digunakan
terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik aspetis tidak
dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun
semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi
resiko yang ditimbulkan.
Pada Teknik aseptis dikenal dengan adaya Teknik Transfer Aseptis
yaitu yaitu sterilisasi secara kimia, sterilisasi secara fisik dan sterilisasi
secara mekanik. Sterilisasi secara kimia yaitu sterilisasi dengan
menggunakan bahan kimia. Sterilisasi ini biasanya digunakan untuk
bahan-bahan yang rusak oleh panas missal aja alat dari plastic.
Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan gas ataupun
radiasi. Gas yang dapat digunakan seperti etilen oksida, asam parasetat
dan gas formaldehida. Selain itu juga dapat digunakan cairan desinfekta
berupa alkohol ataupun fenol. Bahan kimia yang mempunyai efek
sterilisasi adalah senyawa klor, senyawa organik, nitrogen-sulfur dan
lain-lain. Mekanisme kerja bahan bahan kimia ini diperkirakan sebagai
berikut, bahan kimia ini mempunyai reaktivitas yang tinggi terhadap
radikal SH sistein (komponen protein dalam mikroorganisme), dan
membunuh mikroorganisme dengan jalan melumpuhkan enzim (bagian
yang aktif) radikal SH, atau membunuh mikroorganisme dengan daya
oksidasi dari bahan kimia tersebut (Lestari, 2010)
Sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan sterilisasi melakui panas.
Baik panas kering maupun panas basah. Sterilitas ini biasanya
digunakan untuk bahan-bahan yang tahan panas. Sterilisasi dengan
pemanasan antara lain: pemanasan dengan nyala api, pemanasan
dengan udara panas (oven), merendam dengan air mendidih
(Menggodok). Sedangkan untuk panas basah digunakan sterilisasi
dengan uap air ditekan (Autoclave) dan dengan sterilisasi dengan uap
yang mengalir. Sterilisasi dengan udara panas akan membunuh mikroba
mikroba yang berada pada alat ataupun bahan. Udara kering akan
menyebabkan terjadinya dehidrasi mikroba dan denaturasi protein. Pada
pemanasan dengan nyala api yang harus diperhatikan adalah setelah
dipanaskan alat yang digunakan harus diangin-anginkan terlebih
dahulu. Hal ini dikarenakan jika langsung digunakan maka panas yang
dimiliki oleh alat akan membunuh mikroba sampel. Sehingga yang
didapatkan bukan suatu mikroba hidup namun mikroba yang mati.
Untuk merendam dengan air mendidih lebih efektif dilakukan dan juga
memiliki biaya rendah. (Putranto, 2010)
Sterilisasi mekanik atau sterilisasi filtrasi biasanya digunakan
untuk sampel atau bahan yang peka terhadap panas. Biasanya
dihunakan kertas penyaring yang berpori sangat kecil sehingga mikroba
dapat bertahan pada kertas saring tersebut. Contoh sampel yang
biasanya menggunakan sterilisasi ini adalah enzim atau antibiotik.
Oven merupakan salah satu alat dalam sterilisasi panas. Prinsip
kerja alat ini adalah membunuh mikroorganisme dengan suhu tinggi.
Oven biasanya digunakan untuk bahan berupa tepung karena tidak
menyebabkan kondensasi uap air. Alat ini juga baik digunakan untuk
alat-alat yang terbuat dari gelas.
Autoclave merupakan alat sterilisasi dengan mengandalkan uap air
panas bertekanan. Prinsip kerjanya autoclave mempunyai tekanan
sehingga menghasilkan panas yang lebih tinggi. Tekanan ini didapat
dari air yang ada didalam autoclave yang diubah menjadi uap air. Pada
penggunaannya autoclave membutuhkan warming up terlebih dahulu.
Contoh saja pada pembunuhan spora pada alat dan bahan suhu yang
digunakan adalah 121ºC dengan waktu 15 menit. Namun, warming up
yang dibutuhkan adalah 2 jam untuk autoclave mencapai suhu tersebut.
Mikroskop berfungsi untuk memperbesar benda-benda yang
bersifat mikroskopis sehingga membantu kita dalam melihat dan
mengamati benda-benda yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Perbesaran oleh mikroskop merupakan hasil dari dua sistem lensa, yaitu
lensa obyektif yang terletak di dekat spesimen dan lensa okuler yang
terletak di dekat mata. Untuk menggunakan mikroskop kita harus
mengetahui fungsi dari bagian-bagian mikroskop. Mikroskop memiliki
bagian-bagian yang sangat kompleks yaitu memiliki dua lensa, lensa
yang pertama adalah lensa okuler adalah lensa yang terletak dekat mata
pengamat berfungsi untuk memperbesar benda yang dibentuk lensa
obyekif. Yang kedua adalah lensa obyektif yaitu lensa yang terletak
didekat obyek yang akan diamati. Bagian yang lain adalah tabung
mikroskop adalah bagian untuk mengatur fokus, dapat dinaikkan dan
diturunkan, revolver adalah bagian untuk memilih lensa obyektif yang
akan digunakan. Meja preparat adalah tempat untuk meletakkan obyek
benda yang akan diamati. Penjepit obyek adalah bagian untuk menjepit
preparat. Kondensor adalah lensa tambahan yang berfungsi untuk
mengumpulkan cahaya yang masuk ke mikroskop. Diagfragma adalah
bagian untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk ke
mikroskop. Reflektor adalah bagian untuk memantulkan cahaya ke
dalam mikroskop. Lengan mikroskop adalah bagian untuk pegangan
dalam membawa mikroskop. Pemutar kasar adalah bagian untuk
memfokuskan obyek secara cepat. Pemutar halus adalah bagian untuk
memfokuskan obyek secara lambat.
Laminar Air Flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang
memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring
bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara, menjaga aliran udara yang konstan
diluar lingkungan, mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF. LAF
berfungsi mematikan mikrobia dengan UV dan mencegah kontaminan
masuk. Biasanya LAF berguna pada persiapan tanaman, penanaman
dan pemindahan tanaman dari suatu botol ke botol lain dalam kultur in
virto. Sistem penyaringan ganda LAF akan meniupkan udara steril
ketempat kerja bebas dari debu dan spora-spora. Spora-spora dan debu
tersebut akan ditarik kedalam alat melalui filter pertama ( pre filter).
Kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus yaitu HEPA
( High Efficiency Particulate Air Filterl) dengan menggunakan blower
(Favero, 1967).
Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi suatu sampel dengan melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada kuvet. Sebagian cahaya yang
dilewatkan akan diserap oleh sampel, sebagian lagi akan dipantulkan
dan sebagian lainnya akan di teruskan. Dalam perhitungannya,
digunakan duatu larutan pembanding yaitu pelarut murni atau suatu
larutan blanko. Spektrofotometer tersusun dari sumberspektrum yang
tampak kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan
sampel atau blanko, dan suatu alat untuk mengukur perbedaan
absorbansi antara sampel dan blanko. Cahaya akan melintas berganti-
ganti melewati larutan blanko. Pada lintasan cahaya dipasang suatu
cermin yang berotasi sangat cepat. Zat yang datang melalui sumbernya
dan dengan melalui suatu sistem cermin dan sebuah filter, kemudian
jatuh pada sebuah kisi yang menimbulkan dispersi. Setelah melewati
kondensor cahaya kemudian jatuh pada sistem yang berrotasi (A dan
C). apabila cahaya jatuh pada cermin A maka cahaya akan jatuh pada
kuvet blanko. Kemudian dipantulkan oleh cermin B ke bagian detektor.
Pada saat itu cermin C tidak dapat menampung cahaya sehingga cahaya
akan jatuh pada cermin D. Setelah melewati kuvet larutan blanko akan
jatuh pada cermin C. Cermin C dirakitkan pada cermin A sehingga
kalau C, berada pada lintasan maka cermin A berada pada luar intasan.
Kemudian cahaya dari cermin C akan dipantulkan pada detektor.
Inkubator merupakan alat memeram mikroba pada suatu suhu
terkontrol. Bagian dari alat ini yaitu Panel suhu yang menunjukkan
suhu yang digunakan pada inkubator. Pengatur suhu manual yang
digunakan untuk menambah ataupun mengurangi suhu yang digunakan
pada inkubator. Pengatur waktu digunakan untuk mengatur waktu
inkubasi. Tombol on/off merupakan tombol untuk menghidupkan dan
mematikan alat. Gagang pembuka digunakan untuk membuka
inkubator. Badan inkubator merupakan bagian dalam inkubator
digunakan untuk meletakkan suspensi mikroba. Pintu kaca berada pada
bagian dalam inkubator digunakan untuk memudahkan dalam melihat
suspensi mikroba sehingga tidak menurunkan suhu inkubator.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa teknik aseptis yang bisa
dilakukan yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Pada sterilasasi
basah digunakan alat autoclave. Prinsip kerja alat ini adalah dengan
memiliki tekanan sehingga panas yang dihasilkan akan lebih tinggi.
Pada alat ini alat ataupun bahan yang digunakan akan disterilkan
dengan menggunkan uap air panas bertekanan. Pada umumnya
digunakan tekanan 2 atm dengan suhu 250ºF. dalam suhu ini biasanya
dibutuhkan waktu 15 menit.
Sedangkan untuk sterilisasi kering alat yang digunakan adalah
oven. Prinsip kerja alat ini adalah membunuh mikroba dengan
menggunakan suhu tinggi. Suhu tinggi pada oven akan menghasilkan
panas kering yang akan menyebabkan dehidrasi pada mikroorganisme
sehingga terjadilah denaturasi protein yang menyebabkan kematian
mikroba. Alat ini biasanya digunakan pada alat-alat laboratorium yang
berbahan dasar glass. Selain itu juga baik untuk bahan yang berbentuk
tepung karena tidak akan menyebabkan kondensasi uap air. Lama
waktu yang digunakan tergantung dari jenis alat atau bahan yang
disterilisasikan.
E. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dalam pratikum sebaiknya digunakan teknik aseptis untuk
memaksimalkan kesterilisasian pratikum
2.
3. Inkubator berfungsi untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada
suhu yang terkontrol.
4. Oven berfungsi untuk menbunuh mikroba dengan menggungkan
panas.
5. Autoclave berfungsi untuk mensterilkan alat dengan menggunakan
uap air panas bertekanan
6. Spektrofotometer berfungsi untuk untuk mengukur kekeruhan atau
konsentasi mikroba pada media cair.
7. Lamina Air Flow berfungsi untuk enyaring bakteri dan bahan-bahan
eksogen di udara, menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan,
mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.
8. Mikrosop berfungsi untuk memperbesar benda-benda yang bersifat
mikroskopis sehingga membantu kita dalam melihat dan mengamati
benda-benda yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang
DAFTAR PUSTAKA
Burrows, William, et al. 1968. Textbook of Microbiology Nineteen Edition. Saunders International Student Edition. W.B. Saunders Company. Toronto.
Cherly etal. 2010. An Overview of laminar Flow Ventilation for Operating Threatres. The Technology Assessment Team Policy Coordination Unit Performance Management Branch.
Day Jr, R. A. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Favero, Marin; Berquist Kenneth. 1967. Use of laminar Air-Flow Equipment in Microbiology. American Association of Microbiology Vol 16 No 1. United Stated of America.
Hadar, Julia et al. 1997. Autoclave Emmisions - Hazardous or not. Journal of the American Biological Safety Association. University of Jerusalem. Israel.
Lestari, Diyah Erlina. 2009. Pengaruh Bioksida Pengoksidasi Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Air Pendingin Sekunder RSG-Gas. Seminar Nasioanal V SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta 5 November 2009 ISSN 1978-0176.
Madigan, Michael T. et al. 1984. Brock Biology of Microorganisms Eight Edition. Pretice Hall International, Inc. United State of America.
Pelczar, Michael J. et al. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. UI Press. JakartaPutranto, Dody. 2010. Sterilisasi http://kimiadahsyat. blogspot. c om
/2010/11/sterilisasi. html . Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Mei 2013 pukul 18.55 WIB.
Stelly, Herry W. et al. Selected Exercises from Microbes In Action A Laboratory Manual of Microbiology. London.