Isi

download Isi

of 34

description

Makalah Osteomalasia

Transcript of Isi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangOsteomalasia adalah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat dibawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya adalah rasio antara mineral tulang dengaan matriks tulang berkurang.Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari. Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50% rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tulang.Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9 negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2004. Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg. Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang. Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan vitamin Dterutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasiaKonsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa, dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus, penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia. Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis. pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak-anak, dewasa atau pun orang tua. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 - 17.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan masalah ini adalah :1.2.1 Apakah definisi dari osteomalasia ?1.2.2 Apakah etiologi dari osteomalasia ?1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari osteomalasia ?1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis dari osteomalasia ?1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan dari osteomalasia ?1.2.6 Bagaimana komplikasi dari osteomalasia ?1.2.7 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari osteomalasia ?1.2.8 Bagaimana pencegahan dari osteomalasia ?1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien osteomalasia ?

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan UmumAgar para pembaca, mahasiswa keperawatan pada khususnya dapat mengetahui dan memahami tentang Osteomalasia.

1.3.2 Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini bagi para pembaca dan mahasiswa keperawatan yaitu :1.3.2.1 Mengetahui dan memahami definisi dari osteomalasia.1.3.2.2 Mengetahui dan memahami etiologi dari osteomalasia.1.3.2.3 Mengetahui dan memahami patofisiologi dari osteomalasia.1.3.2.4 Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari osteomalasia.1.3.2.5 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari osteomalasia.1.3.2.6 Mengetahui dan memahami komplikasi dari osteomalasia.1.3.2.7 Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari osteomalasia.1.3.2.8 Mengetahui dan memahami pencegahan dari osteomalasia.1.3.2.9 Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien osteomalasia.

1.4 Manfaat PenulisanManfaat dari penulisan makalah ini yaitu bagi para pembaca selain dapat menambah wawasan, juga agar pembaca lebih mendalami tentang Osteomalasia. Bagi penulis menambah pengetahuan dan wawasan tentang Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Osteomalasia, juga sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan serta menambah pengetahuan dan wawasan juga bagi pembaca. Khususnya bagi tenaga kesehatan, agar dapat lebih mudah dalam menentukan kemungkinan penyebab gangguan yang berkaitan dengan sistem muskuloskeletal.

1.5 Metode Penulisan1.5.1 Studi PustakaMetode pertama adalah dengan mencari litelatur mengenai Osteomalasia di buku-buku yang ada di perpustakaan STIKES Eka Harap.1.5.2 InternetAdapun metode kedua yaitu dasar yang sangat penting yaitu dengan mencari beberapa data mengenai Osteomalasia dan membacanya melalui internet, agar penulis lebih mudah dalam membuat makalah ini.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (Smeltzer. 2001: 2339). Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang (Kondisi serupa pada anak dinamakan Rikets). Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan sskeletal telah selesai. Pada pasien ini sejumlah besar osteoid atau remodeling tulang baru tidak mengalami klasifikasi. Diperkirakan bahwa defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang. Sebagai akibat kegagalan mineralisasi, terjadilah perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan, perlengkungan tulang, dan patah tulang patologik. Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.

2.2 EtiologiAda beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:1. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik. 2. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi. 3. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. 4. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian obat seperti steroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini. 5. Gangguan malabsorbsiPenyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah : 1) Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.2) Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati. 3) Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik

2.3 Anatomi Fisiologi TulangAnatomi system skelet ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam kategori tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih dan tulang tak teratur. Bentuk dan kontriksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya .Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus atau kortikal .tulang terdiri atas batang tulang (diafisis) yang terdiri darikortikal. ujung tulang panjang yang disebut epifisis dan terutama tersusun oleh tulang canselus plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Ujung tulang panjang di tutup oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan. Tulang pendek terdiri dari tulang canselus ditutpi selapis tulang kompak, tulang pipih merupakan tempat penting untuk hematopoesis, dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang calselus diantara 2 tulang kompak. Tulang tak teratur mempunyai bentuk yang unik, sesuai dengan fungsinya. Secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih.Tulang tersusun atas sel, matriks tulang, protein dan deposit mineral, sel-sel nya terdiri atas 3 jenis dasar yaitu Ostoblas,Osteosit dan Osteosklas .

2.4 PatofisiologiAda berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Factor yang berbahaya untuk osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvulsan jangka lama (fenytoin, fenorbarbital) dan insufisiensi vitamin D (diet, sinar matahari).Tipe malnurisi (defisiensi vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium yang buruk) terutama akibat kemiskinan, tetapi mematangkan makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi factor pencetus. Hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi kalsium atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D (semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam feces bercampur dengan asam lemak(fatty acid). Kelainan ini meliputi penyakit celiac, obstruksi traktus biliaris kronis, pancreatitis kronik dan reseksi usus halus.Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan Ph fisiologis. Selama pelepasan kalsium skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosisi tulang dan kista tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam berat mengakibatkan kurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.Selain itu penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi Vit D ke bentuk aktif. Akhirnya, hypertiroidime mengakibatkan dekalsifikasi skelet dan artinya Osteomalasia, dengan peningkatan fosfat didalam urin.

WOCKekurangan kalsium dalam dietMalabsorpsi kalsiumKelainan gastrointwstinalGagal ginjal kronisKekurangan vitamin D

Kegagalan mineralisasi tulang

Terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuhMenyebabkan nyeri lengkungan tulang dan patah tulang patologis

OSTEOMALASIA2.5 Manifestasi KlinisUmumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).2. Penurunan berat badan.3. Anoreksia.4. Pada anak anak. 1) Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada.2) Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit.3) Sakit pada seluruh tulang tubuhnya.4) Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.5) Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri. 6) Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang seperti tulang lengan atau tulang kaki.

2.6 Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan medikJika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D. 2. Penatalaksanan non medik Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 - 17.

2.7 Komplikasi1. Pada Anak-AnakPada anak-anakyang menderita penyakit rachitis, jikalau penyakit ini tidak segera diobati, makapertumbuhannya akan terhalang, anak itu menjadi lambat untuk duduk, merangkak, dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokkan lutut, tulang, serta persendian lainnya sehingga menyebabkankaki-O (Genu Varum),dada busung (Pigeon Chest), dan lutut bengkok kedalam ataukaki-X (Genu Valgum).2. Pada Orang DewasaPada orang dewasa,kelemahan tulang akan menimbulkan risikofraktur. Os vertebra yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya ataucebol. Trunkus klien yang memendek sehingga mengubah bentuk toraks disebutkifosis, dimana klien terlihat seperti bungkuk, dan skoliosis.

2.8 Pemeriksaan Penunjang1. RontgenJelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas.2. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kalsium serum dan fosfor rendah; kadar fosfat alkali meningkat sedang, ekskresi keratinin dan kalsium urine rendah.

2.9 Pencegahan Adapun cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan agar tidak terkena Osteomalasia antara lain:1. Terkena paparan sinar matahari yang cukup.2. Menjaga diet kaya kalsium.3. Menjaga diet kaya Vit D

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOMALASIA

3.1 Pengkajian1. IdentitasDi masa lanjut usia, ada peningkatan faktor resiko bagi mereka yang cenderung tinggal di dalam rumah dan menghindari susu oleh karena lactose intolerance. Orang berkulit gelap tidak menghasilkan vitamin dengan mudah. Orang gemuk juga disarankan meminum suplemen vitamin D, karena vitamin D bisa terkunci ke dalam sel lemak dan tidak dapat digunakan oleh tubuh.2. Keluhan utamaKlien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang, nyeri tekan, fraktur patologis, kelemahan. 3. Riwayat penyakit1) Riwayat penyakit terdahuluPasien biasanya gagal ginjal kronik, gangguan gastrointestinal, celiac disease, obstroksi sistem pencernaan kronik, pankreatitis kronis, glumerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam berat, hiperparatiroid dan fraktur.2) Riwayat penyakit sekarangPasien biasanya mengatakan berjalan terhuyung-huyung, kelemahan otot, mati rasa di sekitar mulut, mengalami kesulitan gerakan, nyeri tekan pada rahang, nyeri tulang yang meluas, khususnya di pinggul, dan patah tulang.3) Riwayat penyakit keluargaKlien biasanya tak memiliki penyakit menular, menurun dan menahun. Kalau diturunkan hanyalah berupa kebiasaan hidup.4. Pemeriksaan fisik1) Penampilan umumKlien terlihat jalan terhuyung-huyung, kesulitan bergerak, kelemahan otot, dan nyeri tekan pada rahang dan nyeri tulang yang meluas, khususnya di pinggul sehingga bisa tampak kotor dan gelisah.2) Tanda vitalAdanya peningkatan/penurunan tekanan darah, takikardia, bisa sesak atau normal, dan suhu normal3) Pemeriksaan fisik per sistem(1) BreathingPada klien biasanya ditemukan dispnea atau perasaan sulit bernapas, bila memiliki riwayat fraktur kosta.(2) BloodPada klien akan ditemukan adanya peningkatan/penurunan tekanan darah dan takikardia karena ritme jantung tak teratur dan stres.(3) BrainPada klien osteomalasia biasanya ditemukan nyeri tekan pada rahang dan nyeri tulang yang meluas, khususnya di pinggul karena kompresi tulang rahang dan vetebra.(4) BleederPada klien biasanya ditemukan urine pekat karena asidosis (kalsium yang tersedia dalam tubuh digunakan untuk menetralkan asidosis, melepaskan kaslsium skelet terus-menerus mengakibatkan demineralisasi tulang) akibat gagal ginjal berat. Urine sulit keluar karena uropati (penyumpatan saluran kemih). Bila disebabkan glomeruloneftritis akan ditemukan hematuria.(5) BowelKlien biasanya ditemukan gangguan absorbsi lemak sehingga vitamin D diekskresikan dalam feses bersama asam lemak. Mati rasa di sekitar mulut dan nyeri tekan pada rahang sehingga menganggu proses ingesti makanan(6) BoneBiasanya ditemukan adanya kelemahan otot, deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh penyakit sendi, pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh pemendekan ekstrimitas, bagian tubuh yang tidak sejajar secara anatomis, gerakan pada titik bukan sendi, teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang, dan deformitas tulang belakang. Deformitas tulang belakang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu : Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) Bahu tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetris, skapula yang menonjol Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital, atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis. Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular. Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil) 5. Pola aktivitas1) Pola Nutrisi dan MetabolismeBiasanya klien osteomalasia jarang atau tak pernah mengkonsumsi yogurt, susu, keju ikan sarden, telur (vitamin D terdapat dalam bagian kuning telurnya), ikan salmon, bayam, sereal, ikan tongkol, tuna atau lemak ikan lainnya, sawi hijau, dan jus jeruk. Selain itu, mengalami gangguan absorbsi lemak. Mati rasa di sekitar mulut dan nyeri tekan pada rahang sehingga menganggu proses ingesti makanan.2) Pola EliminasiBiasanya klien osteomalasia mengalami urine pekat (karena terdapat kalsium), urine sulit keluar (karena uropati), dan hematuria (karena glomeruloneftritis). vitamin D diekskresikan dalam feses bersama asam lemak.3) Pola Tidur dan IstirahatPada klien osteomaasia ditemukan insomnia dan gelisah akibat nyeri sehingga mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. 4) Pola AktivitasPada klien dengan osteomalasia nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.5) Pola Hubungan dan PeranKlien akan mengalami keterbatasan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat karena kerentanan fraktur.6) Pola Sensori dan KognitifPada klien dengan osteomalasia sering ditemukan stress dengan penyakitnya.7) Pola Reproduksi SeksualKlien osteomalasia akan terjadi perubahan pemenuhan kebutuhan seksual terutama karena mengalami kesulitan gerakan dan nyeri tulang yang meluas, khususnya di pinggul.8) Pola Penanggulangan StressPada klien osteomalasia timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif. 9) Pola Tata Nilai dan KeyakinanPada klien osteomalasia mengalami kesulitan gerakan terutama fraktur didaerah tertentu tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. 10) Personal Hygiene Pada klien osteomalasia karena kelemahan otot dan nyeri tekan pada rahang sehingga dibantu oleh keluarga akibatnya klien membutuhkan bantuan untuk memenuhi personal hygienenya.6. Psikologi1) Data PsikologisTerdapat lima komponen dalam konsep diri, yaitu : (1) Body Image / gambar diriMencakup persepsi dan perasaan terhadap tubuhnya, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu pada klien osteomalasia, biasanya mengalami kegelisahan dengan bentuk, fungsi dan potensi tubuhnya karena klien mengalami keterbatasan dalam perawatan diri sendiri dan gangguan mobilitas, pada osteomalasia terdapat perubahan seperti kelemahan otot, deformitas dan ketidaksejajaran(2) Harga DiriAspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. (3) Ideal Diri Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran dan harapan penyakitnya. (4) PeranPada klien osteomalasia biasanya ditemukan kecemasan karena peran sebagai suaminya terganggu. (5) IdentitasPada klien osteomalasia biasanya akan mengalami ketakutan karena resiko cedera yang tinggi. (6) Data SosialPada aspek ini perlu dikaji pola komunitas dan interaksi interpersonal, gaya hidup, faktor sosiokultural, support sistem.(7) Data SpiritualMengenai kenyataan terhadap Tuhan YME, penerimaan terhadap penyakitnya, keyakinan akan kesembuhan dan pelaksanaan sebelum/selama dirawat.

16

3.2 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut b.d. agen penyebab cedera fisik2. Hambatan mobilitas fisik b.d hilangnya integritas tulang3. Gangguan citra diri b.d. perubahan perkembangan

3.3 Intervensi KeperawatanDx 1Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam pasien akan :1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual efektif untuk kenyamanan2. Mempertahankan tingkat nyeri pada 4 atau kurang3. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepat4. Melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi:1. Pengkajian Lakukan pengkajian nyeri komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya.4) 1. 2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis sebelum, setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas menimbulkan nyeri;sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersamaan penggunanindakan peredaan nyeri lain.3. Aktivitas kolaboratifGunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat.4. Aktivitas lain1) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.2) Gunakan pendekatan positif mengoptimalkan respons pasien terhadap analgesik.

Rasional:1. Pengkajian 1) Untuk mengetahui perkembangan kemampuan napas pasien.2) Gangguan pola napas biasanya pergerakan dadanya tak stabil dan kesimetrisan dada sulit didapat terutama akibat fraktur iga. Pernapasan normal tak menggunakan otot bantu napas.3) Bunyi mendengkur menandakan adanya sumbatan jalan napas.4) Pernapasan normal tak ada bradipnea, takipnea, hiperventilasi, penapasan Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes, dan pernapasan apneastik, pernapasan Biot, dan pola ataksit.5) Pernapasan normalnya vesikuler dan penurunan area napas menunjukan gangguan pengembangan paru.6) Pasien trauma biasanya cemas dan karena kecemasan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga1) Teknik relaksasi mengurangi kecemasan yang dapat memperparah gangguan pola napas.2) Agar pasien merasa dilibatkan dan ikut andil dalam perencanaan perawatan.3) Bantuk efektif akan mengurangi resiko luka pada area napas dan berfungsi sebagai pendorong bila ada benda masuk ke jalan napas.4) Penanganan tepat dan cepat mengurangi damapak penyakit yang ditimbulkan.3. Aktivitas kolaboratif1) Ventilator mekanik sebagai alat bantu napas harus bekerja efektif2) Misalnya bunyi napas ronki perlu penambahan penanganan3) Rasa nyeri membuat pasien meminimalkan pengembangan paru saat bernapas4. Aktivitas lain1) Untuk menarik kesimpulan terahadap tindakan yang akan dilakukan.2) Spirometer digunakan untuk mengukur kemampuan napas pasien.3) Kegelisahan dan ansietas akan menguras energi pasien yang seharusnya untuk bernapas.4) Ansietas dapat menganggu dan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan.5) Posisi nyaman akan mempermudah proses bernapas.6) Kecepatan ventilasi yang tak sesuai pola napas pasien akan menguras energi.

Dx 2Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam pasien akan :1. Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi, jika diperlukan.2. Menyangga berat badan.3. Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh 3-5 langkah atau lebih.Intervensi :1. Pengkajian 1) Kaji kebutuhan belajar pasien.2) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dari lembaga kesehatan dirumah dan alat kesehatan yang tahan lama.2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga 1) Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman.2) Instruksikan pasien menyangga badannya.3) Instruksikan pasien memperhatikan kesejajaran tubuh benar.2. 3. Aktivitas kolaboratifGunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.4. Aktivitas lain 1) Berikan penguatan positif selama aktivitas. 2) Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan.Rasional :1. Pengkajian 1) Bunyi jantung menggambarkan keadaan jantung2) Irama dan denyut jantung pada IMA cenderung tak stabil3) Pacu jantung dapat memkembalikan listrik jantung sampai tindakan yang lebih baik dilakukan1. 2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga1) Teknik napas dan relaksasi dapat membantu pemenuhan O22) Pemenuhan O2 tak dapat dilakukan mandiri3. Aktivitas kolaboratifObat antiarimia membantu menstabilkan ritme jantung yang menyebabkan gangguan pemenuhan O2 oleh paru.4. Aktivitas lainPosisi trendelenburg akan mempermdah darah mengalir kembali ke jantung

Dx 3Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 pasien akan : 1. Menunjukan penerimaan penampilan2. Menggambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh3. Bersikap realistik mengenai hubungan antara tubuh dan lingkunganIntervensi:1. Pengkajian1) Pantau hal-hal berikut ini:(1) Tanda vital(2) Tingkat kesadaran dan orentasi(3) Curah jantung(4) Tonus otot, pergerakan motorik, gaya berjalan, dan kesesuaian2) Pemantauan tekanan intakranial (NIC)(1) Pantau TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas keperawatan yang diberikan(2) Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus2. Aktivitas kolaboratif1) Pertahankan parameter hemodinamika (misalnya tekanan arteri sistemik)2) Berikan loop diuretik dan osmotik, sesuai program3. Aktivitas lain1) Pemantauan tekanan intrakranial 2) Minimalkan stimulus lingkunganRasional :1. Pengkajian1) Pemantauan (1) Tanda vital seperti frekuensi napas dan denyut nadi abnormal dapat menganggua distribusi dan pemen uhan O2 ke otak(2) Klien dengan gagal jantung akan mengalami kesulitan dalam distribusi O2 sehingga kesadarnya bisa menurun dan tak fokus(3) Curah jantung mempengaruhi distribusi O2(4) Tonus otot, pergerakan motorik, dan gaya berjalan berubah sesuai dengan tingkat kesadaran 2) Pemantauan TIK3) Pasien sinkop setelah pemberian aktivitas keperawatan menunjukan peningkatan kesadaran4) Seharusnya ada perubahan bermakna setelah pemberian stimulus keperawatan2. Aktivitas kolaboratif1) Hemodinamika misalnya tekanan arteri sistemik dapat menggambarkan CO dikeluarkan jantung keseluruh tubuh termasuk otak2) Diuretik dan osmotik digunakan untuk mengatur keseimbangan cairan3. Aktivitas lainKlien sinkop akan lebih merasa terbebani dengan stimulus lingkungan yang tak mendukung.

STUDI KASUS

Seorang laki-laki datang ke RSUD Insan Medika Antakusuma dengan mengeluh dan mengalami kesulitan gerakan, nyeri tulang meluas menusuk khususnya di pinggul saat berjalan sehingga wajah tampak menyeringis dalam keadaan gelisah dan cara jalan terhuyung-huyung. Pada pemeriksaan fisik terdapat kelemahan otot, lingkaran mata menghitam dan deformitas bagian kaki berbentuk O. Urine pekat dan 0,75, feses seperti berminyak. Tn.X pernah mengalami fraktur bagian paha kiri dan lengan kanan 1 tahun lalu. Di UGD diagnosa dokter terkena osteomalasi. TD: 140/80 mmHg, nadi : 100 x /mnt, suhu : 36,5 derajat celsius, RR: 25 x/mnt. Ketika nyeri datang, Tn. X sulit tidur. Tn. X jarang mengkonsumsi makanan sumber kalsium dan vitamin D seperti yogurt, susu, keju ikan sarden, bayam dan lain-lain. Semua aktivitas dari pagi hingga petang dilakukan dalam ruang tertutup. Hasil pemeriksaan laboratoium fosfor 2,3 mg/dl, kalsium 8,5 mg/dl, dan kreatin 0,7 g/24 jam.

ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian1. Identitasa. IdentitasPasienNama: Tn. XUmur: 47 TahunAgama: IslamPendidikan: SMAPekerjaan: SwastaAlamat: Jl. Deden Jabir No. 78 RT 19/RW 03 Kel. GularejoTB Sekarang: 159 cmBB Sekarang: 56 kgDx Medis: OsteomalasiaTanggal Pengkajian: 16 Oktober 2014Tanggal Masuk RS : 14 Oktober 2014

b. IdentitasPenanguangJawabNama: Ny. XUmur: 41tahunAlamat: Jl. Deden Jabir No. 78 RT 19/RW 03 Kel. GularejoHub. denganklien: Istri2. Keluhan utamaTn. X mengatakan nyeri tulang meluas menusuk khususnya di pinggul saat berjalan secara berulang.3. Riwayat kesehatana. Riwayat penyakit terdahuluTn.X mengatakan pernah fraktur bagian paha kiri dan lengan kanan 1 tahun lalu.b. Riwayat penyakit sekarangTn. X dibawa ke RSUD Insan Medika Antakusuma tanggal 14 oktober 2014 oleh istrinya dengan keluhan nyeri tulang yang meluas, khususnya di pinggul dan mengalami kesulitan gerakan dalam keadaan gelisah dan cara jalan terhuyung-huyung. Di UGD diagnosa dokter terkena osteomalasi dan telah dilakukan tes darah. TD: 130/90 mmHg, nadi : 100 x /mnt, suhu : 36,5 derajat celsius, RR: 25 x/mnt.c. Riwayat penyakit keluargaKeluarga mengatakan tak memiliki penyakit yang sama baik penyakit menular, menurun dan menahun.d. Riwayat perawatanTn. X mendapatkan penanganan pertama kali di RSUD Imamudin dan sebelumnya belum diberikan perawatan apapun4. Pemeriksaan fisika. KeadaanUmum : Kesadaran baik atau compos mentis (eye 4, verbal 5, motorik 6) tetapi mengalami kelemahan/kegelisahan dan cara jalan terhuyung-huyung.

b. Tanda Tanda VitalTD: 140/80 mmHg, nadi : 100 x /mnt, suhu : 36,5 derajat celsius, RR: 25 x/mnt.c. Pemeriksaan fisik persistema. Pernapasan Inspeksi: Ekspansi simetris, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksiPalpasi:Taktil vremitus seimbangPerkusi:Hiperresonan.Auskultasi:Bronchovesikuler (+/+).b. KardiovaskulerInspeksi:Tampak tak pucat.Palpasi:tak ada penonjolan daerah jantung, tak ada pembesaran vena jugularis, nadi 100x/mnt.Auskultasi:Tak ada murmur, TD: 130/90 mmHg.Perkusi:Dulness.c. Persyarafan1) Kesadaran compos mentis dengan GCS 15 (eye 4, verbal 5, motorik 6)2) Pupil isokor, ada refleks cahaya pada pupil, tidak ada refleks patologis, pasien merasa gelisah.3) Fungsi motorik terlihat mengalami kelemahan.4) Nyeri tulang meluas dan menusuk, khususnya di pinggul sehingga wajah tampak menyeringis.d. PerkemihanUrine berwarna kuning pekat,berbau khas, dan jumlahnya 0,75/hari.e. PencernaanAbdomen simestris, datar, dan warna sama dengan kulit sekiarnya. Perislatik 5-12x/mnt.f. Muskulskeletal54

44

Kulit tidak dapat kembali dalam waktu kurang dari 3 detik, lingkaran mata menghitam, cara jalan terhuyung-huyung, dan deformitas bagian kaki berbentuk O.5. Pola aktivitasAktivitas sehari-hariPre-masuk rumah sakitDi rumah sakit

Makan dan minum1) Nutrisi

2) Minum

Pola makan teratur 3x sehari 1 porsi habis (diet tinggi garam dan kolestrol LDL (daging-daging merah) Minum air putih dengan jumlah cukup hingga 6-7 gelas/ hari.Pola makan menghabiskan porsi (diet tinggi kalsium dan vit D) Minum air putih 6-7 gelas/hari

EliminasiBAB 1x/2 hari konsitensi sedikit keras, warna kekuningan, dan bau khasBAK hanya 3-4 kali/hari (warna kuning jernih bau khas)BAB 1x/ hari konsistensi lunak, warna kuningan, berminyak, dan bau khas. BAK 2-3 kali/hari dan urine kuning pekat, 0,75,bau khas

Istirahat dan tidurPasien tidur 8-10 jam/hari dan tidur nyamanPasien tidur 4-7 jam/hari dan sering terbangun karena nyeri

Aktivitas dan latihanPasien melakukan berbagai olahraga dengan jadwal tak teratur dan aktif beraktivitas sesuai kemampuan saat ituPasien terbaring di tempat tidur dan sesekali jalan

Hubungan dan peranPasien selalu bergaul dan selalu membantu orang tuaPertemuan dan pergaulan pasien dengan keluarga dan teman terbatas jadwal besuk

SeksualitasMempunyai 2 anak dan Tak dapat melakukan hubungan suami-istri terutama karena nyeri dada dan sesak yang meningkat karena aktivitasTak dapat melakukan hubungan suami-istri

Sensori dan kognitifPasien merasa tenangPerubahan stress dengan penyakitnya

Mekanisme kopingPasien selalu bercerita pada keluarga dan sahabatPasien kesulitan atau mengalami keterbatasan untuk bercerita ke keluarga atau sahabat karena terbatas waktu besuk dan merasa gelisah

Nilai dan kepercayaanPasien selalu shalat 5 waktu dan baca Al-Quran 3x sehariHanya shalat 5 waktu

Kebersihan diriMandi 3x sehari ganti pakaian 1x sehari dan gosok gigi setiap selesai mandi dan makan.Mandi dibantu petugas, dan menggosok gigi dilakukan di kamar mandi. Hambatan dalam melakukan kebersihan diri karena kelemahan sehingga terkadang tampak kusam.

6. Psikososiala. Psikologis : Pasien berharap ingin cepat sembuh dan kembali beraktifitas normal. b. Sosial : Sejak dirawat banyak rekan rekan klien yang berdatangan c. Spiritual : Klien minta dibantu petugas saat mempersiapkan ibadah

B. Pemeriksaan LaboratoriumNoPemeriksaanHasilRange

1. Darah lengkap

Hematokrit (Hct)45%40% - 50 %

Hemoglobin (Hb)15 g/d13 - 18 g/d

Eritrosit 5,1 x 106 sel/mm34,4 - 5,6 x 106 sel/mm3

Leukosit5000 /mm33200 10.000/mm3

Trombosit270x 103/mm3170 380x 103/mm3

2. Elektrolit

Fosfor2,3 mg/dL2,6-4,6 mg/dL

Kalsium8,5 mg/dL8,8 10,4 mg/dL

3. Urine

Kreatin0,7 g/24 jam1 - 2 g/24 jam

C. Analisa DataEtiologiProblem

DS: Klien mengatakan nyeri. P (nyeri saat berjalan), Q (menusuk), R(pinggul), S(5), T(berulang).DO: Wajah menyeringis, nadi : 100 x /mnt, TD:140/80.HiperventilasiNyeri akut

DS: Klien mengatakan mengalami kesulitan gerakanDO: Cara jalan terhuyung-huyung, dan deformitas bagian kaki berbentuk OGangguan volume sekuncupHambatan mobilitas fisik

DS: Klien mengatakan sulit tidur ketika nyeri datang DO: Lingkaran mata tampak menghitam, nadi : 100 x /mnt, TD:140/80Ketidaknyamanan (nyeri)Insomnia

D. DiagnosaKeperawatan1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis2. Hambatan mobilitas fisik b.d.gangguan muskuluskeletal

E. Intervensi dan RasionalDx 1Tujuan dan Kriteria Hasil :Pasien akan:1. Menunjukan pernapasan optimal saat terpasang ventilator mekanis2. Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalambatas normal3. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien4. Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan5. Mampu menggambarkan rencana perawatan di rumah6. Mengidentifikasi faktor memicu ketidakefektifan pola napas dan tindakan pencegahanIntervensi :1. Pengkajian (NIC)1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya pernapasan2) Perhatikan pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot supra klavikular dan interkosta3) Pantau pola pernapasan seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, penapasan Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes, dan pernapasan apneastik, pernapasan Biot, dan pola ataksit.4) Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan / tidakan dan ventilasi, dan adanya suara dan pastambahan.5) Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan laparudara2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga1) Informasikan kepada pa sien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola napas2) Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-sumber komunitas.3) Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan.

3. Aktivitas kolaboratif1) Konsultasikan dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanik.2) Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, nilai GDA, sputum, dan sebagainya, jika perlu ataus esuai protokol.4. Aktivitas lain1) Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian.2) Bantu pasien menggunakan spirometer insentif, jikaperlu.3) Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan.4) Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi.Rasional:Pengkajian1) Untuk mengetahui perkembangan kemampuan napas pasien.2) Gangguan pola napas biasanya pergerakan dadanya tak stabil dan kesimetrisan dada sulit didapat terutama akibat frakturiga. Pernapasan normal tak menggunakanotot bantu napas.3) Pernapasan normal tak ada bradipnea, takipnea, hiperventilasi, penapasan Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes, dan pernapasan apneastik, pernapasan Biot, dan pola ataksit.4) Pernapasan normalny avesikuler dan penurunan area napas menunjukan gangguan pengembangan paru.5) Pasien trauma biasanya cemas dan karena kecemasan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga1) Teknik relaksasi mengurangi kecemasan yang dapat memperparah gangguan pola napas.2) Agar pasien merasa dilibatkan dan ikutan dildalam perencanaan perawatan.3) Penanganan tepat dan cepat mengurangi dampak penyakit yang ditimbulkan.3. Aktivitas kolaboratif1) Ventilator mekanik sebagai alat bantu napas harus bekerja efektif.2) Misalnya bunyi napa sronki perlu penambahan penanganan.4. Aktivitas lain1) Untuk menarik kesimpulan terhadap tindakan yang akan dilakukan.2) Spirometer digunakan untuk mengukur kemampuan napas pasien.3) Posisinya mempermudah proses bernapas.4) Kecepatan ventilasi yang tak sesuai pola napas pasien akan menguras energi.

Dx 2Tujuan dan Kriteria Hasil:Pasien akan:1. Mempunyai indeks jantung dan fraksi injeksi dalam batas normal2. Mempunyaiwarna kulit yang normal3. Pantau haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN), dan kreatinin plasma dalam batas normal 4. Mengggambarkan diet, obat, aktivitas, dan batasan diperlukan 5. Mengidentifikasi tanda dan gejala pemburukan kondisi yang dapat dilaporkanIntervensi :1. Pengkajian (NIC)1) Pantau fungsi facemaker, jika perlu2) Pantau pengisian ulang kapiler, denyut perifer, suhu, dan warna ekstrimitas3) Pantauasupan dan haluaran, haluaran urine, dan berat badan, jika perlu4) Auskultasi suara paru terhadap bunyi krackle atau suara napas tambahan lainnya5) Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga1) Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula atau sungkup2) Instruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran.3) Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping4) Instruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik.5) Ajarkan kebutuhan untuk menimbang BB setiap hari3. Aktivitas kolaboratif1) Lakukan perujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk tindak-lanjut, jika diperlukan2) Pertimbangkan perujukan ke petugas sosal, manajer kasus, atau layanan kesehatan di rumah3) lakukan perujukan ke pusat rehabilitasi jantung, jika perluRasional:Pengkajian1) Rasa sesak mengganggu oksigenasi sehinggga perlu bantuan untuk oksigenasi2) Sianosis tampak sebagai akibat pemenuhan oksigenasi terganggu.3) Gangguan aliran masuk kedalam dan balik ventrikel sehingga mengganggu pengantaran nutrisi4) Gangguan sirkulasi darah ke paru dapat mempengaruhi keadaan paru5) Gagal jantung biasanya frekuensiya terganggu dan iramanya tak teratur 2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga1) Meningkatkan pemahaman terhadap oksigenisasi pasien2) Asupan harus sesuai kebutuhan dan tak bertentangan dengan penyakit3) Beberapa pengobatan menimbulkan efek samping (mis. digitalis menyebabkan bradikardi)4) Aktivitas dan konsumsi garam berlebih menyebabkan gagal jantung kambuh5) BB berlebih menambah beban jantung3. Aktivitaskolaboratif1) Perujukan dilakukan untuk perawatan lanjutan di rumah2) Pasien tak nyaman dirawat dirumah sakit dan memilih di rumah3) Rehabilitasi akan mengetahui kinerja jantung dan memperbaiki bila terjadi keparahan4. Aktivitas lain1) Stresor seperti stres dapat memicu gagal jantung2) Pasien dalam kondisi lemah dan hanya terbaring di tempat tidur3) Rangsangan pada rektum meningkatkan adrenalin yang memperberat kinerja jantung4) Posisi nyaman akan mempermudah proses bernapas

F. Implementasi dan ResponDx 1 : Hari, Tanggal: Selasa, 24/12/ 2013Jam : 07.07Implementasi:1. Memantau kecepatan irama, kedalaman, dan upaya pernapasan2. Memperhatikan pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta3. Memantau pernapasan yang berbunyi seperti mendengkur4. Memantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan lapar udaraRespon:S : Irama dan upaya napas stabil, kedalaman cukupO : Pergerakan dada simetris dan penggunaan otot bantu minimalA : Suara dengkur terulang 5 kaliP : Kegelisahan berkurang

Dx 1 : Hari, Tanggal: Selasa, 24/12/ 2013Jam: 08.08Implementasi:1. Mengauskultasi suara napas sambil memperhatikan area penurunan/tidak adanya ventilasi, dan adanya suara napas tambahan2. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola napas3. Mendiskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-sumber komunitas4. Menginstruksikan untuk memberitahu perawat saat terjadi ketidakefektifan pola napas5. Memberikan obat bronkodilator sesuai kebutuhan pasien6. Menghubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian

Respon: S : Klien mengatakan masih sesak napasO : Ada penurunan ventilasi tetapi berkurangS : Keluarga mengatakan akan mencari tahu lebih lanjutS : Klien mengatakan berkeinginan perawatan di rumahO : Gejala resiko komplikasi menurunS: Klien/keluarga akan melakukannyaS : Klien mengatakan lebih legaO : Dapat bernapas dengan nyamanO : Irama dan upaya napas stabil, kedalaman cukup, pergerakan dada simetris dan penggunaan otot bantu minimal, suara dengkur terulang beberapa kali, kegelisahan berkurang, dan ada penurunan ventilasi berkurangDx 1 : Hari, Tanggal: Selasa, 24/12/ 2013Jam: 11.00Implementasi:1. Mengkonsultasikan dengan ahli terapi untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanik2. Melaporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, nilai GDA, sputum, dan sebagainyaRespon:O : Ventilator mekanik akan adekuat bila sesuai kemampuan pengembangan paruO : Kegelisahan menurun, pola napas lebih tenangDx 1 : Hari, Tanggal: Selasa, 24/12/ 2013Jam: 17.01Implementasi:1. Membantu pasien menggunakan spirometer insertif2. Mengatur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan3. Mensinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi

Respon:O :...atmS : Klien mengatakan lebih legaO : Klien nyaman dengan posisi fowlerS : Klien mengatakan bisa bernapas tenangO : Kecepatan ventilasi dan pola pernapasan stabilDx 2 : Hari, Tanggal: Selasa, 24/12/ 2013Jam 11.00Implementasi:1. Memantau fungsi facemaker2. Memantau pengisian ulang kapiler, denyut perifer, suhu (oral), dan warna ekstrimitas3. Memantau asupan dan haluaran, haluaran urine, dan berat badan, jika perlu4. Mengauskultasi suara paru terhadap bunyi krackle atau suara napas tambahan lainnyaRespon:O : Facemaker terpasang benar dan oksigen berjalan lancarO : Warna ekstrimitas pucat, denyut nadi : 115 x /mnt, suhu : 36,50celsiusO : Asupan rendah garam, 1,25 /hari, dan BB :67 KgO : Adanya suara kardiDx 2 :Hari, Tanggal: Selasa, 24/12/ 2013Jam : 17.33Implementasi:1. Memantau dan mendokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi2. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula atau sungkup3. Memasang kateter urin, bila perlu4. Mengatur posisipasienuntukmengoptimalkanpernapasan ke semi fowler

Respon:O : HR: 69-71x/mnt, irama tak stabil dan denyut nadi : 115 x /mntS : Klien mengatakan mengerti dan pahamS : Klien mengatakan lemas dan tak berdayaO : Hanya bisa berbaring di tempat tidurS : Klien mengatakan lebih legaO : Pengembangan dada lebih stabilDx 1 :Hari, Tanggal: Rabu, 25/12/ 2013Jam : 07.07Implementasi:1. Menginstruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran.2. Mengajarkanpenggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping3. Mengajarkan kebutuhan untuk menimbang BB setiap hari4. Meminimalkan atau menghilangkan stressor lingkunganRespon:S : Keluarga klien mengatakan akan melakukannyaO : Laporan BB/2 hari dari klienO : Lingkungan lebih tenang dan kondusifDx 1 :Hari, Tanggal : Rabu, 25/12/ 2013Jam: 08.00Implementasi:1. Menginstruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik.2. Melakukan perujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk tindak-lanjut, jika diperlukan3. Mempertimbangkan perujukan ke petugas sosal, manajer kasus, atau layanan kesehatan di rumah4. Melakukan perujukan ke pusat rehabilitasi jantung, jika perluRespon:S : Keluarga klien mengatakan akan melakukannyaO : Keluarga membuat perencanaan perawatan di rumah bersama perawatS : Keluarga pasien mengatakan akan meminta perawat melakukan perawatan di rumahS : Klien mengatakan terus minta pulangO : Keadaan pasien hampir tak lemas, frekuensi suara krackle dan suara kardi menurun, HR: 70-71x/mnt, irama mulai stabil dan denyut nadi : 97 x /mntS : Keluarga pasien mengatakan akan segera melakukannyaG. EvaluasiSelasa, 24/12/2013Jam : 14.00S : Klien mengatakan napas lebih lega meskipun terkadang masih sesakO : Pengembangan dada lebih stabil dengan penggunan otot bantu minimalA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, 5, 11, 12, dan 14

Rabu, 25/12/2013Jam : 14.00S : Klien mengatakan sudah tak terlalu lemas dan ingin cepat pulangO : Pucat ekstrimitas menurun, dalam posisi semi fowler pengembangan dada lebih stabil, lebih bisa melakukan perawatan diri bersama keluarga dan/atau perawat, frekuensi kardi menurun, HR:70-71x/mnt, irama jantung mulai dan menunjukan kestabilan, dan nadi 79x/mntA: Masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,14,16,17

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanOsteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit) ( Smeltzer. 2001: 2339 ).Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan terjadinya osteomalasia.Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak berjalan seperti bebek atau cara berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha . Penyakit lanjut menyebabkan tungkaiterjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya.

4.2 SaranDiharapkan mahasiswa mahasiswi dapat mengetahui dan memahami tentang Osteomalasia sehingga dapat berguna, bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahui lebih luas lagi khusus untuk mahasiswa mahasiswi kesehatan di STIKES Eka Harap Palangka Raya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan acuan dalam pemberiaan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C.Suzanne, Brenda G. Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3.Jakarta: EGC.Surantum, Heryati dkk,2006.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. Sylvia A. Price & Lorraine M.W.2006.Patofisiologi konsep klinis dan proses-proses penyakit.Jakarta: EGC

25