ISI Higiene
-
Upload
nuralifbahmid -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
Transcript of ISI Higiene
LAPORAN PRAKTIKUM
HYGIENE PANGAN
“UJI KUALITAS SUSU”
OLEH :
NAMA : SRI RAHAYU
NIM : O11110262
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susu adalah cairan berwarna putih, yang diperoleh dari pemerahan
sapi atau hewan mamalia lainnya yang sedang laktasi, yang dapat digunakan
sebagai pangan yang sehat serta tanpa dikurangi atau ditambah komponen –
komponennya..
Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi karena
mengandung hampir semua zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Susu
merupakan bahan pangan yang tersusun oleh lemak, protein, air, karbohidrat,
mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi yang tinggi dan seimbang.
Didalam susu juga terdapat sejumlah mikroba, baik mikroba yang patogen
maupun mikroba non patogen.
Susu merupakan produk yang sangat rentan terkontaminasi oleh
mikroba karena bentuknya cairan. Susu merupakan substrat yang baik untuk
pertumbuhan mikroba, karena kadar airnya tinggi, pH-nya netral dan kaya
akan zat makanan yang diperlukan oleh mikroba.
Kontaminasi pada susu dapat terjadi mulai dari saat pemerahan
sampai pada saat sebelum diolah, maka dipererlukan pengujian agar susu
layak untuk dikomsumsi oleh manusia dan dapat meminimalisir permasalahan
yang ditimbulkan oleh mikroba dalam susu tersebut.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pemeriksaan susu tersebut
meliputi keadaan susu dan susunan susu. Pemeriksan susu mencangkup uji
reduktase, uji derajat keasaman dan uji agar tuang dengan metode
pengenceran. Untuk pemeriksaan kualitas susunan atau komposisi susu yang
biasa dilakukan adalah pemeriksaan berat jenis.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui banyak sedikitnya mikroorganisme yang terdapat
dalam susu melalui uji reduktase
2. Untuk mengetahui banyak sedikitnya mikroorganisme yang terdapat
dalam susu melalui pertumbuhan koloni dari media agar.
3. Untuk mengetahui kualitas susunan atau komposisi susu dengan
pemeriksaan berat jenis susu.
4. Untuk mengetahui kualitas susunan atau komposisi susu dengan uji derajat
keasaman susu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan mammalia tidak
ditambah atau dikurangi suatu zat apa pun ke dalamnya dan diperoleh dari
pemerahan ternak yang sehat. Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) susu
segar No. 01-3141-1998 dijelaskan bahwa susu segar adalah susu murni yang
tidak mendapatkan perlakuan apapun kecuali proses pendinginan dan tanpa
mempengaruhi kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan untuk
proses penanganan selanjutnya maka susu segar harus memenuhi syarat-syarat
tertentu.
Susu merupakan produk yang sangat rentan terkontaminasi oleh
mikroorganisme karena bentuknya cairan. Susu merupakan substrat yang baik
untuk pertumbuhan mikroba, karena kadar airnya tinggi, pH-nya netral dan
kaya akan zat makanan yang diperlukan oleh mikroba.
Susu kedelai
Susu kedelai merupakan sumber utama penghasil susu berbahan nabati
yang mempunyai nilai gizi tinggi. Ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak
lain misalnya kerbau, kambing, kuda dan domba, akan tetapi dimasyarakat
saat ini mulai tertarik mengkonsumsi susu kedelai.
Komposisi susu kedelai hampir sama dengan susu sapi (Koswara
2006). Karena itu susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi.
Susu ini baik dikonsumsi oleh mereka yang alergi susu sapi, yaitu orang-orang
yang tidak punya atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya,
sehingga tidak mampu mencerna laktosa dalam susu sapi.
Susu kedelai merupakan bahan makanan yang diyakini mempunyai
gizi yang sempurna dan lengkap. Di dalamnya terkandung zat-zat yang
diperlukan untuk tubuh dalam perbandingan yang seimbang. Dengan
lengkapnya kandungan gizi yang ada, maka susu kedelai dapat dipakai sebagai
penyempurna makanan yang ada. Menurut Dwidjoseputra (1990) susu kedelai
merupakan bahan makanan sempurna yang di dalamnya mengandung nilai
gizi yang tinggi sehingga baik untuk dikonsumsi manusia. Tetapi dengan nilai
gizi yang tinggi tersebut susu kedelai merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan berbagai macam mikroorganisme, baik mikroorganisme yang
menguntungkan maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan
manusia.
Komposisi kimia susu kedelai yang lengkap seperti lemak, laktosa,
protein, dan lain-lainnya memungkinkan adanya anggapan bahwa susu kedelai
berperan sebagai medium yang baik bagi pertumbuhan mikrobia merugikan.
Susu kedelai yang dihasilkan baru terjadi kontaminasi oleh mikroba. Oleh
karena itu, susu kedelai yang diperoleh sesudah proses pengolahan
dikwatirkan mengandung sejumlah bakteri pencemar yang macam dan
jumlahnya tergantung pada lingkungan, patologi sanitasi lingkungan dan alat
serta bahan pengolah lainnya yang berhubungan dengan pengumpulan,
penyimpanan dan transportasi susu.
Macam dan jumlah bakteri akan berbeda dari kelompok susu yang
berbeda. Menurut SNI 01-3830-1995, jumlah cemaran bakteri total sekitar 1 X
106 CFU/ml. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada air
susu kedelai yang benar-benar bersih dari kontaminasi mikroorganisme
setelah proses pembuatannya, tetapi air susu kedelai yang terdapat di dalam
kemasan yang hiegenis dan dikemas secara vacum masih dapat dikatakan
steril atau bebas bakteri. Kontaminasi mikroorganisme di dalam air susu
kedelai dapat diperoleh dari penggunaan alat-alat pemprosesan yang kotor,
kotoran di sekitar wadah pengolahan dan dapat juga berasal dari bahan baku
yang tidak hiegenes serta debu atau faktor lain yang menyebabkan terjadinya
kontaminasi terhadap air susu kedelai tersebut.
Kandungan bakteri akibat kontaminasi akan bertambah sejalan dengan
pertambahan waktu. Kandungan bakteri tersebut di dalam susu kedelai kurang
dari 1.000 bakteri tiap ml dan selama produksi akan diperoleh lebih dari
1.000.000 bakteri / ml air susu kedelai (Robinson, 1990). Adanya kontaminasi
tersebut menyebabkan kerusakan pada kualitas susu kedelai sehingga tidak
layak untuk dikonsumsi.
Untuk mendapatkan susu kedelai yang memenuhi standart kesehatan,
maka digunakan berbagai cara agar susu kedelai yang dihasilkan bebas dari
kontaminasi bakteri seminimal mungkin. Pertumbuhan bakteri dapat dihambat
atau dimatikan dengan pemberian bahan-bahan kimia atau dengan perlakuan
secara fisik (Eckles,1931). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu
dilakukan pemeriksaan jumlah total bakteri pada susu kedelai yang
dipasarkan.
2.2 Uji Reduktase
Kualitas susu salah satunya dilihat dari kualitas mikrobiologisnya.
Susu merupakan media pertumbuhan yang tepat untuk organisme perusak
yang umum. Perubahan yang tidak dikehendaki dalam susu dipengaruhi oleh
pertumbuhan mikroba dan metabolismenya. Susu rusak diakibatkan
olehmikrorganisme yang dapat merombak senyawa di dalam susu. Misalnya
bakteri asam laktat yangmerombak laktosa dalam susu menjadi asam laktat
sehingga susu menjadi basi.
Salah satu pengujian mikrobiologi susu adalah dengan uji biru metilen
(methylene blue test). Uji ini dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri
dalam susu dengan mengamati waktu yang dibutuhkanoleh bakteri untuk
melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan zat warna biru
metilen. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya
perubahan warna.
2.3 Uji Agar Tuang
Uji agar tuang (plate Count Test) dimaksudkan untuk menunjukkan
jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam susu dengan metode hitungan
cawan. Jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhi pada medium agar,
maka sel miroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.
Jumlah bakteri dalam susu dapat ditentukan dengan metode standart
Plate Test (PCT). Media pertumbuhan untuk bakteri yang digunakan adalah
Plate Count Agar (PCA) dengan inkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam.
Perhitungannya dengan menghitung koloni yang tumbuh dalam satuan clony
forming unit/ml. jumlah bakteri diperkirakan dengan mengalikan jumlah
koloni yang tumbuh dengan pengencernya
Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan
metode pengenceran. Cara ini yang paling umum digunakan untuk
perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya ialah membuat suatu seri pengenceran
bahan dengan kelipatan 10. Pengenceran sel dapat membantu untuk
memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun
pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan
jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1990).
Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk
pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah
terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm
permukaan. Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga
semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit
jumlah mikrobia. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah
mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu
akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).
2.4 Uji Berat Jenis
Berat jenis suatu bahan adalah perbandingan antara berat bahan
tersebut dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Berdasarkan
batasan ini, maka berat jenis tidak bersatuan. Berat jenis susu rata – rata
1,0320. Berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar padatan total dan bahan
padatan tanpa lemak. Kadar padatan total susu diketahui jika diketahui berat
jenis dan kadar lemaknya.
Berat jenis susu biasanya ditentukan dengan menggunakan
laktodensimeter atau laktometer. Lamtodensimeter adalah hidrometer dimana
skalanya sudah disesuaikan dengan berat jenis susu. Prinsip kerja alat ini
mengikuti hukum archimides yaitu jika suatu benda dicelupkan ke dalam
suatu cairan, maka benda tersebut akan mendapat tekanan keatas sesuai
dengan berat volume cairan yang dipindahkan( diisi). Jika laktometer
dicelupkan dalam susu yang rendah berat jenisnya, maka laktometer akan
tenggelam lebih dalam jika dibandingkan jika laktodensimeter tersebut
dicelupkan ke dalam susu yang berat jenisnya tinggi. Berat jenis susu yang
dipersyaratkan dalam SNI 01-3141-1998 adalah minimal 1,0280 sehingga
dapat diketahui bahwa susu tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI
01-3141-1998.
2.5 Uji Derajat Keasaman (pH)
Susu segar mempunyai sifat amfoter dapat bersifat asam dan basa
sekaligus. Keasaman pada susu terutama disebabkan oleh kandungan asam
laktat yang berasal dari perombakan laktosa menjadi asam laktat oleh aktvitas
bakteri.
Nilai pH merupakan cerminan jumlah ion H+ dari asam didalam susu
yang diakibatkan oleh pertumbuhan mikroba. Tujuan dari uji pH adalah
mengetahui tingkat keasaman susu sehingga dapat diperkirakan tingkat
kualitas dan keamanan susu untuk dikonsumsi.
Cara praktis uji pH yang Bering digunakan yaitu dengan menggunakan
pH meter elektrik. Pada prinsipnya berbagai macam (merk) pH meter dapat
digunakan. Sebagai kontrol digunakan larutan bufer (pH 4 dan 7) dan/atau
akuades (pH 7). Susu yang baik mempunyai pH sekitar 6,3-6,8.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Maret 2013
Waktu : Pukul 13.00 – 15.30 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
Beker
Labu erlenmeyer
Tabung reaksi
Tabung uji reduktase
Gelas ukur
Cawan petri
Pipet pasteur
Pipet tetes
Pipet ukur
Rak tabung reaksi
Bunsen
pH meter elektronis
Laktodensimeter
inkubator
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
Susu kedelai
Metilen blue
Agar
Aquades
3.3 Metode Kerja
a. Uji reduktase
Adapun langkah-langkah dalam pengujian reduktase antara lain sebagai
berikut:
1. Sebanyak 100 ml susu kedelai dituang kedalam labu erlenmeyer
2. Ambil susu kedelai dengan menggunakan pipet ukur yang telah difiksasi
sebanyak 9 ml kemudian masukkan ke dalam tabung uji reduktase.
3. Ambil metilen blue dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 1 ml
kemudian masukkan kedalam tabung uji reduktase yang sudah berisi
susu kedelai 9 ml.
4. Tutup rapat tabung tersebut kemudian homogenkan cairan dalam tabung
dengan membolakbalikkan tabung dengan tangan.
5. Setelah homogen akan tampak cairan yang brwarna biru muda.
Kemudian tabung tersebut di masukkan ke dalam incubator 37oC.
6. Setelah 20 menit amati perubahan warna. amati setiap perubahan warna
yang terjadi tiap selang 10 menit.
b. Uji Agar Tuang
Adapun langkah-langkah dalam pengujian agar tuang antara lain sebagai
berikut :
1. Lakukan pengenceran susu murni sebnyak 10.000 kali.
2. Masukkan susu murni dengan menggunakan pipet pasteur sebanyak 5
ml ke dalam tabung reaksi 1.
3. Masukkan aquades dengan menggunakan pipet pasteur sebanyak 4,5 ml
kedalam tabung reaksi 2 kemudian tambahkan 0,5 ml susu murni dari
tabung reaksi 1, setelah itu homogenkan.
4. Masukkan aquades dengan menggunakan pipet pasteur sebanyak 4,5 ml
kedalam tabung reaksi 3 kemudian tambahkan 0,5 ml susu murni dari
tabung reaksi 2, setelah itu homogenkan.
5. Masukkan aquades dengan menggunakan pipet pasteur sebanyak 4,5 ml
kedalam tabung reaksi 4 kemudian tambahkan 0,5 ml susu murni dari
tabung reaksi 3, setelah itu homogenkan.
6. Masukkan aquades dengan menggunakan pipet pasteur sebanyak 4,5 ml
kedalam tabung reaksi 5 kemudian tambahkan 0,5 ml susu murni dari
tabung reaksi 4, setelah itu homogenkan.
7. Pengenceran yang terdapat pada tabung 2 sama dengan 10 kali, tabung
3 sama dengan 100 kali, tabung 4 sama dengan 1000 kali dan tabung 5
sama dengan 10000 kali.
Pengenceran susu yang telah dibuat akan ditumbuhkan dalam medium agar
tuang. Adapun langkah langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Ambil susu dengan pengenceran 10 kali menggunakan pipet tetes
sebanyak 1ml kemudian tuang ke dalam cawan petri, selanjutnya tuang
agar kedalam cawan tadi hingga menutupi semua permukaan cawan ± 20
ml.
2. Lakukan hal yang sama pada pengenceran 100 kali, 1000 kali dan 10000
kali.
3. Setelah kesemua pengenceran telah dibuat agar tuang, kemudian
dihomogenkan dengan membuat gerakan membentuk angka 8.
4. diamkan selama beberapa menit hingga agar tersebut membeku.
5. Setelah ± 24 jam amati dan hitung jumlah pertumbuhan koloni pada cawan
tersebut.
c. Uji Berat JenisAdapun langkah-langkah dalam pengujian berat jenis susu antara lain
sebagai berikut:
1. Tuang susu kedelai kedalam gelas ukur sebanyak 60ml tanpa
menimbulkan buih
2. celupkan laktodensimeter secara perlahan-lahan ke dalam gelas ukur
3. Tunggu sampai laktodensimeter diam.
4. Baca dan catat skala berat jenis susu.
d. Uji Derajat Keasaman (pH)
Adapun langkah-langkah dalam pengujian derajat kesaman susu antara
lain sebagai berikut:
1. Bersihkan katoda indikator pada pH meter elektronis dengan
menggunakan aquades sehingga pH netral.
2. bersihkan dengan tissue
3. Tuang susu murni ke dalam beker sebanyak 100 ml
4. Aktifkan pH meter elektronis, kemudian masukkan ke dalam beker
yang telah di isi susu.
5. Amati dan catat nilai pH yang ditunjukkan oleh pH meter elektronis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel : Susu kedelai
Uji reduktase : Tidak terjadi perubahan warna pada susu
Uji agar tuang : pengenceran 10-1 =
Pengenceran 10-2 =
Pengenceran 10-3 =
Pengenceran 10-4 =
Uji berat jenis : 1.0213
Uji derajat Keasaman : 6,47
4.2 Pembahasan
a. Uji reduktase
Prinsip dari uji reduktase adalah kerja enzim reduktase dalam
mereduksi zat warna biru dari MB (Methylen Blue) menjadi larutan tak
berwarna.
Tujuan uji reduktase adalah untuk memprediksi jumlah mikroba
didalam susu, sehingga kualitas susu dapat ditentukan. Pada prinsipnya
mikroba didalam susu menghasilkan enzim reduktase yang dapat
mereduksi zat warna biru. dari "methylen blue" (MB) menjadi tak
berwarna. Apabila kedalam susu dimasukkan sejumlah tertentu MB, maka
susu tersebut berwarna biru dan dalam waktu tertentu warna biru tersebut
berangsur-angsur hilang. Lama waktu hilangnya warna biru atau waktu
reduksi menunjukkan banyak sedikitnya jumlah mikroba didalam susu.
Semakin banyak mikroba berarti semakin banyak pula enzim reduktase
yang dapat mereduksi warna biru MB, sehingga waktu reduksi menjadi
pendek dan demikian pula sebaliknya.
Pada percobaan yang telah dilakukan, setelah menginkubasi pada
suhu 37oC dengan inkubator tidak terjadi perubahan warna pada susu yang
telah ditambahkan methilen blue dalam rentang waktu 20 menit. Hal ini
menunjukkan bahwa susu tersebut tergolong kategori sedang karena tidak
segera mereduksi zat warna dari methylen blue yang telah ditambahkan.
b. Uji Agar Tuang
Uji ini menggunakan cara pengenceran. Cara ini yang paling umum
digunakan untuk perhitungan jumlah mikrobia. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa pada pengenceran 10-1 koloni berjumlah….., dan pada
pengenceran 10-2 koloni berjumlah …. , pada pengenceran 10-3 koloni
berjumlah, pada pengenceran 10-4 koloni berjumlah . hasil tersebut sesuai
dengan prinsip pengenceran yaitu menurunkan jumlah sehingga semakin
banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit jumlah
mikrobia. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel
mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan.
c. Uji Berat Jenis
Berat jenis atau berat jenis merupakan perbandingan berat dari
sejumlah volume susu yang dapat mencerminkan kemurnian susu tersebut.
Berat jenis susu yang normal adalah sebesar 1,0260-1,0280. Apabila bobot
jenis susu lebih rendah dari nilai tersebut maka menunjukkan adanya
penambahan air kedalam susu. Sebaliknya bila bobot jenis lebih besar dari
standar berarti ada kemungkinan penambahan suatu bahan padat kedalam
susu.
Berat jenis susu biasanya ditentukan dengan menggunakan
lactometer. Lactometer adalah hydrometer dimana skalnya sudah
disesuaikan dengan berat jenis susu. Prinsip kerja dari alat ini dalam
cairan, maka benda tersebut akan mendapat tekanan keatas sesuai sengan
berat volume cairan yang dipindahkan (diisi). Jika lactometer dicelupkan
dalam susu yang rendah berat jenisnya, maka lactometer akan tenggelam
lebih dalam dibandingkan jika lactometer tersebut dicelupkan dalam susu
yang berat jenisnya tinggi.
Semakin besar berat jenis pada susu adalah semakin bagus karena
komposisi atau kandungan dari susu tersebut masih pekat dan kadar air
dalam susu adalah kecil, sedangkan semakin banyak lemak pada susu
maka semakin rendah berat jenis-nya, semakin banyak persentase bahan
padat bukan lemak, maka semakin berat susu tersebut.
Setelah dilakukan pengujian berat jenis susu, didapatkan hasil
bahwa berat jenis susu 1,021 g/v. Berat jenis susu yang dipersyaratkan
dalam SNI 01-3141-1998 adalah minimal 1,0280 sehingga dapat diketahui
bahwa susu tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 01-3141-
1998. BJ yang lebih kecil disebabkan oleh perubahan kondisi lemak dan
adanya gas yang timbul didalam air susu. Selain itu juga disebabkan oleh
karena susu umurnya sudah lama dan disimpan dalam freezer dalam
keadaan terbuka sehingga uap air masuk ke dalam susu.
d. Uji Derajat Keasaman (pH)
Tujuan dari uji pH adalah mengetahui tingkat keasaman susu
sehingga dapat diperkirakan tingkat kualitas dan keamanan susu untuk
dikonsumsi. Susu Hasil yang diperoleh dari praktikum ini pH susu adalah
6,47. Sedangkan pH ideal susu umumnya 6,5-6,7. Apabila pH susu
dibawah 6,5 hal tersebut mengindikasikan kemungkinan susu telah rusak
oleh adanya bakteri.
BAB V
KESIMPULAN
kualitas susu dapat dilihat dari sifat-sifat yang meliputi sifat fisik, kimiawi,
dan mikrobiologi yang dapat di uji dengan beberapa cara seperti uji reduktase, uji
berat jenis, uji agar tuang dan uji derajat keasaman.
Dari hasil pengujian didapat hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna
pada susu yang telah dicampur denganmethylen blue. berat jenis pada sampel susu
segar sebesar 1.0213. Hasil tersebut tidak memenuhi syarat yang ditunjukkan SNI
(min 1.0280). Berat jenis yang rendah ini menunjukkan susu yang dianalisa
mengandung banyak lemak. Sedangkan Dari hasil analisa didapat hasil derajat
keasama sampel susu kedelai sebesar 6,47, hasil ini menunjukkan bahwa susu
tersebut kemungkinan telah rusak oleh bakteri karena tidak sesuai dengan ph ideal
yaitu 6,5-6,7.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Uji Kualitas Susu .http://petramas.blogspot.com/2012/01/uji-kualitas-
susu.html (diakses tanggal 5 april 2013)
Anonimous, 2003. Mikrobiologi di Indonesia. Kumpulan Makalah Kongres
Nasional Mikrobiologi. Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1992. SNI 01-3141-1992 tentang Syarat Mutu
Susu Segar. Dewan Standarisasi Nasional-DSN, Jakarta.
Suwardana, Wayan. 2009. Higiene Makanan Kajian Teori dan Prinsip Dasar.
Udayana University Press. Denpasar
LAMPI RAN FOT O