Isi manajemem
Transcript of Isi manajemem
Manajemen Penjasorkes dan Olahraga
“Hakikat Manajemen Dalam Pendidikan Jasmani”
Oleh: KELOMPOK 1
KELAS : V D
GUSTI BAGUS MAHA ARYASA 1316011087
I GUSTI AGUNG ADI ARIMBAWA 1316011112
I MADE SEMARAWIMA JULIARTHA 1316011118
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
1
PRAKATA
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hakikat Manajemen Dalam Pendidikan Jasmani” yang
mana judul tersebut merupakan materi pada Mata Kuliah Manajemen Penjasorkes
dan Olahraga dengan tepat waktu.
Proses penyusunan makalah ini tentunya tidak luput dari berbagai hambatan
dan tantangan, serta permasalahan yang dihadapi. Berkat rahmat Tuhan Yang
Maha Esa, kerjasama, bantuan, saran, dan kritik yang konstruktif dari berbagai
pihak, membantu penulis dalam menghadapi hambatan tersebut sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat waktu serta penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak I Ketut Budaya Astra, S.Pd.,M.Or dan Bapak I Wayan
Sumertayasa, S.Pd.,M.Pd sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah
Manajemen Penjasorkes dan Olahraga yang telah memberikan
pengarahan serta bimbingan kepada penulis.
2. Teman –teman kelas VI D yang telah membantu dalam pengumpulan data
serta informasi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Sehingga, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
agar tercapainya tujuan kita bersama untuk memahami materi yang terdapat dalam
Mata Kuliah Manajemen Penjasorkes dan Olahraga serta dapat mengaplikasikan
pelajaran yang telah didapat dalam menjalankan profesinya sebagai guru
penjasorkes serta dikehidupan masyarakat. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat umumnya.
Singaraja, Maret 2016
i
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Manajemen (Definition of Management)....................................3
2.2 Klarifikasi Konsep.....................................................................................3
2.3 Proses Manajemen.....................................................................................4
2.4 Manajemen Ilmu dan Seni.........................................................................6
2.5 Kultur Organisasi......................................................................................8
2.6 Organisasi Olahraga................................................................................10
2.7 Masalah Manajemen dalam Penjas.........................................................11
2.8 Masalah Manajemen dalam Olahraga.....................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adapun bentuk kegiatan yang jika dilaksanakan secara terlembaga, yang
melibatkan sejumlah personal dan memanfaatkan sumber daya, maka unsur manajemen
memegang peranan penting. Kata kunci disini adalah manajemen dibutuhkan karena
kita selalu berhadapan dengan tantangan berupa kelangkaan sumber daya. Tidak ada
sumber daya yang berlebihan, lebih-lebih untuk kondisi penjas dan olahraga Indonesia.
Fungsi utama manajemen di sini adalah untuk mengoptimalkan efisiensi, sekaligus
efektifitas pembinaan. Kedua istilah ini terkait langsung dengan sasaran dan tujuan
pembinaan. Sangat besar peluang bahwa pembinaan itu berlangsung dalam keadaan
efesiensi yang rendah; jika bukan sebagai pemborosan.
Fungsi manajemen juga terkait dengan kesehatan organisasi. Organisasi yang sehat,
tercermin dari kultur dan produktivitasnya. Organisasi memiliki budaya yang menjadi
pondasi perilaku, dan budaya itu berakar, antara pada sistem nilai yang berlaku.
Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah atau lembaga
lainnya yang relatif dikembangkan dalam skala kecil, masalah manajemennya memang
seperti tidak begitu kompleks. Makin besar organisasi, makin kompleks kelangsungan
fungsi manajemennya. Konsep intinya adalah :
- Manajemen berfungsi untuk meningkatkan efesiensian efektivitas program
- Istilah manajemen dan administrasi diartikan sama, namun lebih disukai untuk
menggunakan istilah manajemen.
- Manajemen merupakan sebuah proses yang melibatkan aspek perencanaan
pengorganisasian, kepeminpinan, dan evaluasi.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai depinisi manajemen,
klasifikasi konsep, proses manajemen, manajemen Ilmu dan Seni, Kultur organisasi,
masalah manajemen dalam Penjas, masalah manajemen dalam Olahraga.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen?
2. Bagaimanakah klasifikasi konsep dari manajemen?
3. Bagaimanakah pelaksanaan proses manajemen?
4. Seperti apakah manajemen Ilmu dan Seni?
5. Apakah pengertian dari Kultur organisasi?
6. Bagaimanakah melaksanakan organisasi olahraga?
7. Apa sajakah masalah manajemen dalam Penjas
8. Bagaimanakah masalah manajemen dalam Olahraga?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukaakn diatas maka bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari manajemen.
2. Untuk mengetahui klasifikasi konsep dari manajemen.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan proses manajemen.
4. Untuk mengetahui seperti apa manajemen Ilmu dan Seni.
5. Untuk mengetahui dari kultur organisasi
6. Untuk mengetahui dan dapat melaksanakan organisasi olahraga
7. Untuk mengetahui masalah manajemen dalam Penjas
8. Untuk mengetahui masalah manajemen dalam olahraga.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manajemen (Definition of Management)
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya manajemen dapat diartikan sebagai ilmu
dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disitemisasi,
dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode
ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah manajemen. Metode
ilmiah pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengetahui adanya persoalan
2. Mendefinisikan persoalan.
3. Mengumpulkan fakta, data dan informasi.
4. Menyusun alternative penyelesaian.
5. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternative penyelesaian.
6. Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.
Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini
disebankan oleh kepemimpinan memerlukan karisma, stabilitas emosi, kewibawaan,
kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antar manusia yang semuanya itu banyak
ditentukan oleh bakat seseorang dan tidak dapat dipelajari.
2.2 Klarifikasi Konsep
Sesungguhnya tidak ada perbedaan pengertian yang tajam antara istilah administrasi
dan manajemen. Banyak para ahli memaparkan definisi dengan beberapa pengertian,
seperti dipaparkan oleh Robbins: “administrasi adalah proses yang universal mengenai
pelaksanaan aktivitas yang tuntas dan efisien oleh dan melalui orang lain.” Inti
pengertiannya adalah melalui peroses administrative dicapai pelaksanaan kegiatan
secara efesien dan mencapai tujuannya. Kegiatan itu dilaksanakan oleh orang lain, dan
melalui merekalah tujuan dapat dicapai.
3
Berkaitan dengan definisi tersebut maka dapat dikatakan seseorang manajer adalah
orang yang berusaha untuk mencapai tujuan yang dapat dinyatakan dalam ukuran
jumlah (kuantitatif) yang berkaitan dengan mencapai tujuan suatu subsitem, dan arena
itu pula seseorang manajer juga berusaha mencapai tujuan non kuantitatif.
2.3 Proses Manajemen
Dari sudut pandang yang berbeda kita dapat merumuskan definisi administrasi
/manajemem yang berbeda dengan rumusan di atas Menurut Husdarta (2009:39)
manajemen itu, tidak lain adalah proses kelangsungan fungsi yang meliputi :
a. Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan lebih dulu tujuan yang ingin dicapai dan alat-alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Perencanaan itau mencakup apa yang akan
dilakukan bagaimana melakukan, dan siapa yang akan melakukannya. Karena selalu ada
gap antara apa yang telah dicapai dan apa yang dituju, maka evaluasi dibutuhkan.
Perencanaan selalu berawal dengan perumusan tujuan. Apa yang kita inginkan dari
hasil pembinaan Penjas dan olahraga? Tujuan itu dapat mencakup liputan yang luas,
seperti aspek ekonomi, layanan, dan dimensi sosial organisasi. Dalam konteks Penjas
misalnya, tentu tujuan program mengacu pada tujuan sekolah yang selaras dengan
tujuan pendidikan. Namun demikian, tentu ada pula tujuan yang bersifat kelembagaan
seperti untuk meningkatkan citra sekolah di masyarakat.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah menciptakan hubungan antara aktivitas yang akan
dikerjakan; personal yang akan melakukannya dan faktor fisik yang dibutuhkan. Untuk
mengkoordinasi sumber sumber yang tersedia, administrator mendesain sebuah struktur
formal dari tugas dan kewenangan yang akan mendorong tercapainya tujuan dengan
efisien dan efektif. Tujuan utama dari pengorganisarian itu adalah membagi
tugas/pekerjaan yang akan dilaksanakan, menentukan kelompok kerja menata jenjang
kesenangan, dan menyeimbangkan otoritas dan tanggung jawab. Organisasi itu sendiri
adalah sebuah pengertian abstrak yang mencerminkan himpunan sejumlah orang yang
bersepakat untuk bekerja sama dan memiliki komitmen untuk mencapai tujuan. Tujuan
itu, dicapai melalui gabungan kompetensi dan keahlian, gabungan dari pola hubungan
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab. Kesemuanya ditata dalam satu jaringan,
4
“siapa melaksanakan untuk tujuan apa”. Administrator berfungsi untuk mengendalikan
kesemuanya itu untuk, mencapai tujuan dengan menggunakan sumber yang tersedia
sehemat mungkin.
Organisasi itu, ibarat sebuah organisme atau tanaman. Mula-mula tumbuh dari
kecambah yang kemudian bertambah besar dan berkembang, hingga mencapai puncak
kematangan. Pada masa itu ia berubah, organisasi itu produktif, yang mampu
meaghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan. Nanti pada suatu masa ada saatnya
terjadi kemunduran. Seperti pohon, terjadi pelapukan. Organisasi itu sudah payah sakit-
sakitan dan tidak produktif lagi.
Fungsi administrator adalah untuk mempertahankan vitalitas organisasi, sebab
organisasi berpotensi mengalami kemunduran. Hal ini dilakukan, seperti melalui
peremajaan personal, peningkaian teknologi, dan penciptaan hubungan dengan
lingkungan sekitar. Peremajaan dan penyegaran itu merupakan upayauntuk
memperbaharui kemampuan organisasi.
Banyak organisasi olahraga yang merana perkembangannya, lambat mencapai
kematangan bahkan ada yang tidak tumbuh, setelah terbentuk kepengurusan, karena
beberapa sebab seperti tidak adanya program, kepemimpinan yang lemah, partisipasi
anggota yang longgar, di antaranya karena tidak ada komitmen untuk melaksanakan
tugas.
c. Kepemimpinan
Fungsi administrasi itu pada intinya adalah kepemimpinan. Dalam kepemimpinan
terkandung beberapa aspek penting yaitu membuat keputusan, mengarahkan,
membangkitkan motivasi. Jiwanya adalah berikan arahan, tuntunan dan pengendalian
terhadap perilaku personal anggota organisasi.
Pengalaman menunjukan, kepemimpinan yang dimaksud, menjadi kunci bagi
pencapaian keberhasilan; kepemimpinan yang lemah karena berbagai sebab seperti
rendah kompetensi dalam bidang yang ditangani, lemah dalam ketrampilan sosial dan
komunikasi, semuanya tidak akan membawa kemajuan bagi organisasinya. Banyak
program macet karena kepemimpinan yang lemah. Atmosfir pengajaran menjadi tidak
sehat dan kondusif karena kepemimpinan yang tidak sesuai.
5
d. Evaluasi
Dalam kegiatan apapun akan selalu ada penyimpangan dan kesenjangan antara apa
yang direncanakan dan hasil yang diperoleh. Gap itu perlu ditelaah dan dicari
penyebabnya. Proses penentuan sebab dan faktor yang menimbulkan kesenjangan antara
rencana dan hasil, termasuk proses pelaksanaan, disebut dalam konteks pengelolaan
suatu program. Penyebab terjadinya kesenjangan itu bias karena faktor personal yang
kurang cakap, lemah dan motivasi dan atau memiliki sikap negative terhadap saatu
obiek. Semua kelemahan itu merupakan hambatan yang diantaranya dapat teriadi pada
penyelenggaraan pembaharuan. Keputusan inovatif itu memang berawal pada tingkat
pemimpin organisasi.
2.4 Manajemen Ilmu dan Seni
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab
antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan,
karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini
dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini
lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk
prinsip-prinsip yang diwjudkan dalam bentuk suatu teori.
Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai
suatu tujuan diperlukan kerjasama dengan orang lain, nah bagaimana cara
memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan
manusia pada umumnya adalah managing (mengatur) untuk mengatur disini diperlukan
suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan
bersama. Manajemen sebagai ilmu adalah suatu akumulasi pengetahuan yang
disistemasi atau kesatuan pengetahuan yang terorganisir. Manajemen sebagai suatu ilmu
dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan terhadap keseluruhan dunia empiris, yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang dapat diamati oleh indra
manusia.
Titik berat manajemen sebagai suatu ilmu terletak pada metode keilmuan. Yang
mengikat semua ilmu adalah metode ilmu yang dipergunakan untuk mensistemasi
seluruh pengetahuan yang sifatnya pragmatis.
6
Goode dan Hat (1952:7) membatasi ilmu sebagai suatu cara menganalisis yang
mengijinkan para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk kausalitas
(sebab akibat), yaitu Apabila ... maka ...
Dalam hubungan itu diketengahkan bagaimana suatu kumpulan pengetahuan harus
disistemasi. Sebaliknya, apabila proposisi dimulai dengan kebenaran apriori maka
proposisi itu kehilangan sifat ilmiahnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, ilmu itu harus bersifat rasional, empiris, umum dan
akumulatif.
Manajemen dikatakan sebagai ilmu karena memiliki karakteristik pokok seperti
ilmu. Dalam manajemen diaplikasikan langkah-langkah metode ilmiah tertentu.
a) Metode ilmiah dalam manajemen meliputi:
1. Observasi
2. Rumusan permasalahan
3. Akumulasi dan klasifikasi fakta tambahan yang baru
4. Generalisasi
5. Rumusan hipotesis
6. Pengujian dan verifikasi
Karena manajemen dikatakan sebagai suatu ilmu maka seorang manajer haruslah
memiliki sikap ilmiah sebagaimana para ilmuwan.
b) Sikap ilmiah yang harus dimiliki manajer:
1. Obyektif
2. Serba relatif
3. Skeptif
4. Kesabaran Intelektual
5. Kesederhanaan
6. Tidak memihak kepada etik
Sedangkan Manajemen sebagai seni yaitu manajemen dipandang sebagai keahlian,
kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan
teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan.
7
Sifat manajemen sebagai seni:
1. Ahli
2. Mahir
3. Mampu
4. Terampil
Metode manajemen sebagai seni:
1. Studi
2. Observasi
3. Praktik lapangan
2.5 Kultur Organisasi
Sebagian para ahli seperti Stephen P. Robbins, Gary Dessler (1992) dalam
bukunya yang berjudul “Organizational Theory” (1990), memasukan budaya organisasi
kedalam teori organisasi. Sementara Budaya perusahaan merupakan aplikasi dari
budaya organisasi dan apabila diterapkan dilingkungan manajemen akan melahirkan
budaya manajemen. Budaya organisasi dengan budaya perusahan sering disaling
tukarkan sehingga terkadang dianggap sama, padahal berbeda dalam penerapannya.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita lebih memahami budaya dari sudut
sosiologi dan ilmu budaya, padahal ternyata ilmu budaya bisa mempengaruhi terhadap
perkembangan ilmu lainnya seperti ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Sehingga ada beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya
organisasi(organization culture) atau budaya kerja (work culture) ataupun biasa lebih
dikenal lebih spesifik lagi dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture).
Sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kultur pembelajaran
sekolah(school learning culture) atau Kultur akademis (Academic culture)
Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur
akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana
seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan
lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga
terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, ethos kerja yang
terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya
terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri
8
maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan
sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.
Fungsi pimpinan sebagai pembentuk Kultur akademis diungkapkan oleh Peter,
Dobin dan Johnson (1996) bahwa :
“Para pimpinan sekolah khususnya dalam kapasitasnya menjalankan fungsinya sangat
berperan penting dalam dua hal yaitu : a). Mengkonsepsitualisasikan visi dan
perubahan dan b). Memiliki pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk
mengtransformasikan visi menjadi etos dan kultur akademis kedalam aksi riil”
Pola pembiasaan dalam sebuah budaya sebagai sebuah nilai yang diakuinya bisa
membentuk sebuah pola prilaku dalam hal ini Ferdinand Tonnies membagi kebiasaan
kedalam beberapa pengertian antara lain :
a) Kebiasaan sebagai suatu kenyataan objektif sehari-hari yang merupakan sebuah
kelajiman baik dalam sikap maupun dalam penampilan sehari-hari. Seorang pendidik
sebagai profesionalis biasa berpenampilan rapi, berdasi dan berkemeja dan bersikap
formal, sangat lain dengan melihat penampilan dosen institut seni yang melawan
patokan formal yang berlaku didunia pendidikan dengan berpakaian kaos dan
berambut panjang.
b) Kebiasaan sebagai Kaidah yang diciptakan dirinya sendiri yaitu kebiasaan yang lahir
dari diri pendidik itu sendiri yang kemudian menjadi ciri khas yang membedakan
dengan yang lainnya.
c) Kebiasaan sebagai perwujudan kemauan untuk berbuat sesuatu yaitu kebiasaan yang
lahir dari motivasi dan inisatif yang mencerminkan adanya prestasi pribadi.
Membahas budaya, jelas tidak bisa lepas dari pengertian organisasi itu sendiri.
Sehingga dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran
(output) serta bisa juga dilihat sebagai living organism yang memiliki tubuh dan
kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an
organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran)
memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan
system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.
Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya
organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya
9
akademis. Untuk lebih menyesuaikan dengan spesifikasi penelitian penulis
mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah budaya akademis.
2.6 Organisasi Olahraga
Kegiatan olahraga, Menurut Harold M. Barrow ( Dalam: Freeman, 2001) termasuk
juga penjas yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan
manajemen yang baik. Kegiatan olahraga semakin berkembang dalam corak yang
semakin beragam. Aneka motif mulai tumbuh sesuai pula dengan kebutuhan manusia
dalam kaitannya dengan olahraga. Ada motif yang bertujuan hanya untuk memenuhi
dorongan berafiliasi atau memperoleh pergaulan yang luas, dan ada pula motif untuk
memperoleh kekuasaan, dan masih banyak lagi motif lainnya.
Keseluruhan kegiatan yang semakin kompleks itu, memerlukan manajemen.
Mengapa di katakan kompleks? Hal ini karena dalam kegiatan itu terdapat sejumlah
faktor yang harus di kelola. Kegiatannya melibatkan beberapa komponen meliputi:
1. Tujuan: termasuk prioritas
2. Manajemen: termasuk kordinasi
3. Fasilitas: tempat “ merumahkan atau menyelenggarakan kegiatan”
4. Sumber belajar: sumber pendukung bagi kelangsungan program
5. Program: pengalaman belajar harus di sediakan
6. Pelatih/ Guru: berfungsi sebagai fasilitator dan manajer perilaku.
7. Siswa/ atlet: subjek yang menjadi prilaku dan sekaligus mengalami pemberian
pengalaman belajar.
8. Kendali mutu: berkaitan dengan evaluasi dan riset.
9. Supervisi: pengendalian mutu dan terkait pula dengan unsur leatding.
10. Biaya: konsekuensi logis dari semua kebutuhan.
Organisasi olahraga, lebih-lebih pendidikan jasmani dihadapkan dengan
kekurangan yang kronis, berupa ketiadaan infrastruktur, lemahnya dukungan, kecilnya
dana yang disediakan, dan kesulitan lain untuk menumbuhkan programnya, dalam
situasi seperti itu, kemampuan manajerial sangat dibutuhkan yang intinya adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, dan terkait pula dengan kompetensi manajer
beserta personalnya.
10
Organisasi ini menjadi kian kompleks bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan
sekitarnya. Organisasi itu tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi dengan
lingkungannya. Lingkungan berpotensi untuk mempengaruhi pertumbuhan organisasi.
Sebaliknya, sejauh mana organisasi dapat menyerap dukungan dan energi dari
lingkungannya akan mempengaruhi kesuburan pertumbuhannya. Itulah sebabnya, akhir-
akhir ini muncul gagasan dalam konsep ”sekolah terbuka” yang inti nya bahwa sekolah
harus membuka diri untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sekitar.
Kelangkaan sumber akan dapat diatasi dengan pendekatan ini. Guru penjas dapat
dibantu oleh pelatih dari luar yang memiliki kelebihan dalam kemampuan melatih.
Mungkin pelatih itu adalah orang tua siswa antara pelatih profesional dari club olahraga
tertentu.
Ketiadaan sapras olahraga mugkin dapat di atasi dengan bantuan dari pihak luar
yang meminjamkan infrastruktur itu kepada sekolah, atau dengan memungut biaya sewa
sedini mungkin.
2.7 Masalah Manajemen dalam Penjas
Status penjas di lembaga pendidikan formal memang masih memerlukan
pemberdayaan dalam pengertian, bidang study yang menjadi wahana pendidikan itu,
harus di kembangkan. Sementara ini semua insan pendidikan menyadari setatus penjas
yang masih di angap sebagai pelengkap bagi bidang study lain nya. Suara keluhan guru
penjas tidak henti-hentinya mereka kemukakan dalam berbagai kesempatan, namun
pemecahan masalah nya tak kunjung tuntas. Mengapa?
Persoalan tersebut terkait langsung dengan tataran atas pada tingkat kebijakan,
dengan catatan, bahwa bidang study itu belum termasuk prioritas. Hal ini tidak lepas
dari kebijakan nasional pendidikan yang sementara ini masih memberikan prioritas pada
bidang study IPA, di hubungkan dengan upaya bangsa indonesia untuk memajukan
bidang IPTEK. Nasip kelompok bidang study bidang IPS, sebenarnya tidak begitu jauh
dari bidang study penjas, walaupun kita sebagai insan penjas dan olahraga, mengkelaim
bahwa bidang study penjas adalah yang paling unik. Sebab bidang study itu, satu-
satunya bidang study yang mengurus soal jasmaniah namun secara langsung
mengintervensi pendidikan secara menyeluruh.
11
Dengan tidak memandang remeh apa yang telah di kerjakan oleh para guru yang
dengan sepenuh hati dan kegigihan mengatasi berbagai masalah dan tantangan,
tanpanya dimensi kemampuan manajerial dalam penjas harus di tingkatkan hal ini perlu
di tata lebih lanjut, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan.
Kelemahan yang tanpak adalah bahwa seluruh kegiatan itu seolah-olah imun dari
sentuhan kreatifitas guru di sebabkan oleh pertama, struktur dan isi kurikulum yang
sangat monolitik, merukuj pada kurikulum nasional.
Dalam keadaan status dan kondisi penjas yang masih lemah maka pembinaan nya
memadukan dukungan. Kepemimpinan guru penjas sangat di butuhkan untuk mampu
membangkitkan dukungan dari warga masyarakat sekolah termasuk kepala sekolah dan
guru lain nya, serta warga masyarakat pada umumnya seperti organisasi induk olahraga
dan orang tua sisiwa. Kepemimpinan itu juga yang ikut menciptakan atmosfer baru
yang memngangkat citra penjas sebagai bidang study yang dapat di andalkan untuk
mendidik.
2.8 Masalah Manajemen dalam Olahraga
Masalah dalam pembinaan olahraga jauh lebih kompleks kecendrungan di
Indonesia hingga akhir-akhir ini tetap menunjkkan orientasi pada pembinaan olahraga
kompetitif untuk berkompetitif untuk berprestasi, namun sayang, tidak didukung oleh
pondasi yang kuat. Penjas merupakan subsistem pembinaan keolahragaan nasional dan
kekuatan keolahragaan nasional akan terjamin jika dapat di ciptakan pembinaan
bersinambung, yang berawal dari pembinaan sikap, kecintaan, dan partisipasi aktif
secara meluas. Keadaan demikian dapat di capai dalam penjas. Namun, isu sentral
adalah antara penjas dan pembinaan olahraga kompetitif tidak terjalin kerjasama yang
erat.
Bagaimanapun peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
Indonesia, pengembangan struktur perekonomian Nasional yang tangguh, dan
pemantapan kinerja pemerintah daerah membutuhkan dukungan aparatur yang sehat dan
juga pelaksanaan program-program pembangunan tersebut dilakukan secara merata,
sistematis dan terpadu untuk seluruh lapiasan masyarakat. Dengan hal itu ada dua hal
yang dapat menimbulkan masalah manajemen dalam olahraga diantaranya sebagai
berikut :
12
8.1.1 Permasalahan dan Tantangan
Berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan olahraga
dewasa ini, secara umum dapat dikelompokkan menjadi hal utama, dalam kaitannya
dengan bidang pendidikan jasmani olahraga itu sendiri. Sejalan dengan kebijakan
nasional yang akan ditempuh dibidang olahraga, maka permasalahan akan dirumuskan
dalam kaitannya dengan empat (4) tema utama program pembangunan olahraga
nasional yang tertuang di dalam propenas, adalah sebagai berikut: Pertama,
permasalahan dalam kaitannya dengan pengembangan dan keserasian kebijakan
olahraga. Kedua, permasalahannya dalam kaitannya dengan memasyarakatkan olahraga
dan kesehgaran jasmani. Ketiga, permasalahannya dalam kaitannya dengan pemanduan
bakat dan pembinaan olahraga. Keempat, permasalahannya dalam kaitannya dengan
prestasi olahraga. Masalah paling kritis dalam pembangunan olahraga nasional dewasa
ini adalah ketidak mampuan seluruh instansi keolahragaan untuk melaksanakan upaya
pembinaan yang berlandaskan pada sebuah sistem manajemen yang mantap, yang
ditandai dengan adanya interkoneksitas dan keterpaduan segenap unsur terkait secara
nasional.
Selama ini, perumusan dan pelaksanaan kebijakan olahraga bersifat semi-
independen yang dilaksanakan melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai
wakil pemerintah, dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), beserta induk-
induk olahraga yang ada sebagai unsur masyarakat. Di sisi lain kinerja dari kedua
institusi tersebut terbukti memang belum mampu mewujudkan adanya keserasian dalam
penerapan kebijakan dibidang keolahragaan, yang pada akhirnya berujung pada
lemahnya proses pembinaan dan tidak tercapainya target-terget yang diharapkan dalam
pembinaan keolahragaan nasional. Sejalan dengan desentralisasi pembangunan, titik
berat pelaksanaan pembangunan olahraga, tidak hanya bergeser dari pemerintah pusat
ke pemerintah daerah, tetapi juga harus lebih mengarah pada pemberdayaan dan
pembangkitan partisipasi masyarakat, sementara pemerintah lebih bergerak sebagai
fasilitator dan motivator.
Dengan mempertimbangkan permasalahan-permasalahan diatas maka tantangan
pembangunan olahraga adalah : Peratama, bagaimana mengupayakan langkah-langkah
untuk terciptanya system kordinasi. Kedua, bagaimana mendorong partisipasi aktif
masyarakat agar lebih peduli dengan kegiatan olahraga.
13
8.1.2 Pemberdayaan Masyarakat
Olahraga telah lama menjadi instrumen pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
Peran ini bukan hanya diperlihatkan dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) yang
terkesan heroik tetapi juga diperlihatkan dalam berbagai even olahraga yang digelar
sebelamnya. Kini, lingkungan strategis olahraga telah berubah. Tantangan yang
dihadapi bangsa-bangsa bukan melepaskan diri dari belenggu kolonialisme, tetapi
memacu persaingan dan mengejar kesetaraan dalam hubungan antarbangsa. Dalam
lingkup global, terjadi peningkatan kesadaran akan saling ketergantungan antar bangsa
melalui difusi kultur olahraga. Dalam konteks ini, permasalahan sistem keolahragaan
nasional tidak terlepas dari tekanan politik, ekonomi. dan budaya global.
Kita tak akan bergeser dari komitmen lama untuk menempatkan olahraga sebagai
bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian. elahraga ditempatkan bukan
sekadar merespons tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya, tetapi ikut
bertanggung jawab untuk memberikan arah perubahan yang diharapkan, keteguhan
terhadap komitmen tersebut didukung oleh begitu banyak fikta dan pengalaman bahwa
olahraga yang dikelola dan dibina dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat
bagi warga masyarakat. Seperangkat nilai dan manfaat dari aspek sosial. kesehatan,
ekonomi, psikologis dan pedagogis merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim
bahwa olah raga merupakan instrumen yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan
yang seimbang antara material, mental, dan spiritual.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang disitemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Metode ilmiah
pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai berikut: 1) Mengetahui adanya
persoalan, 2) Mendefinisikan persoalan, 3) Mengumpulkan fakta, data dan informasi, 4)
Menyusun alternative penyelesaian, 5) Mengambil keputusan dengan memilih salah
satu alternative penyelesaian, 6) Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.
Tidak ada perbedaan pengertian yang tajam antara istilah administrasi dan
manajemen. Robbins mengatakan : “administrasi adalah peruses yang universal
mengenai pelaksanaan aktivitas yang tuntas dan efisien oleh dan melalui orang lain.”
Berkaitan dengan definisi tersebut maka dapat dikatakan seseorang manajer adalah
orang yang berusaha untuk mencapai tujuan yang dapat dinyatakan dalam ukuran
jumlah (kuantitatif) yang berkaitan dengan mencapai tujuan suatu subsitem, dank arena
itu pula seseorang manajer juga berusaha mencapai tujuan non kuantitatif.
Dari sudut pandang yang berbeda kita dapat merumuskan definisi administrasi
/manajemem yang berbeda dengan rumusan di atas Menurut Husdarta (2009:39)
manajemen itu, tidak lain adalah proses kelangsungan fungsi yang meliputi : 1)
Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Kepemimpinan, 4) Evaluasi.
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab
antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan,
karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Sedang
manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai suatu
tujuan diperlukan kerjasama dengan orang lain, disini diperlukan suatu seni, bagaimana
orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur
akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana
seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan
lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga
15
terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, ethos kerja yang
terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya
terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri
maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan
sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.
Kegiatan olahraga, Menurut Harold M. Barrow ( Dalam: Freeman, 2001) termasuk
juga penjas yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan
manajemen yang baik. Keseluruhan kegiatan yang semakin kompleks itu, memerlukan
manajemen. Ada beberapa komponen manajemen meliputi: 1) Tujuan: termasuk
prioritas, 2) Manajemen: termasuk kordinasi, 3) Fasilitas: tempat “ merumahkan atau
menyelenggarakan kegiatan,” 4) Sumber belajar: sumber pendukung bagi kelangsungan
program, 5) Program: pengalaman belajar harus di sediakan, 6) Pelatih/ Guru: berfungsi
sebagai fasilitator dan manajer perilaku, 7) Siswa/ atlet: subjek yang menjadi prilaku
dan sekaligus mengalami pemberian pengalaman belajar, 8) Kendali mutu: berkaitan
dengan evaluasi dan riset., 9) Supervisi: pengendalian mutu dan terkait pula dengan
unsur leatding, 10) Biaya: konsekuensi logis dari semua kebutuhan.
Status penjas di lembaga pendidikan formal memang masih memerlukan
pemberdayaan dalam pengertian, bidang study yang menjadi wahana pendidikan itu,
harus di kembangkan. Kepemimpinan guru penjas sangat di butuhkan untuk mampu
membangkitkan dukungan dari warga masyarakat sekolah termasuk kepala sekolah dan
guru lain nya, serta warga masyarakat pada umumnya seperti organisasi induk olahraga
dan orang tua siswa.
Masalah dalam pembinaan olahraga jauh lebih kompleks kecendrungan di Indonesia
hingga akhir-akhir ini tetap menunjkkan orientasi pada pembinaan olahraga kompetitif
untuk berkompetitif untuk berprestasi, namun sayang, tidak di dukung oleh pondasi
yang kuat.
3.2 Saran
Diharapkan dengan bantuan disiplin ilmu manajemen tekanan-tekanan itu berbalik
arah, malah berdampak pada muncul mutualisma dari interaksi yang terjalin. Dengan
kita mengerti tentang manajemen diharapkan pula menumbuhkan citra pendidikan
jasmani dan olahraga semakin positif pula.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Husdarta. 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta
Semarayasa. 2014. Manajemen Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press
Ar Razi. 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani. Tersedia pada
http://pendidikanjasmani001.blogspot.co.id/2012/11/bab-i-pendahuluan-
a_10.html (diakses tanggal 1 Maret 2016)
Sulipan. 2009. Budaya Organisasi. Tersedia pada:
https://sulipan.wordpress.com/2009/10/03/budaya-organisasi/ (diakses
tanggal 1 Maret 2016)
Firman Faturozi. 2012. Definisi Manajemen, Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni ,
Tingkatan Manajemen & Manajer dan Fungsi Manajemen. Tersedia pada:
http://faturrozifirman.blogspot.co.id/2012/01/definisi-manajemen-
manajemen-sebagai.html (diakses tanggal 1 Maret 2016)
Moh Arif Widarto. 2013. Manajemen sebagai Ilmu dan Seni. Tersedeia pada:
http://teorimanajemenmutakhir.blogspot.co.id/2013/09/manajemen-sebagai-
ilmu-dan-seni.html (diakses tanggal 1 Maret 2016)
18