Isi manajemem

31
Manajemen Penjasorkes dan Olahraga Hakikat Manajemen Dalam Pendidikan JasmaniOleh: KELOMPOK 1 KELAS :V D GUSTI BAGUS MAHA ARYASA 1316011087 I GUSTI AGUNG ADI ARIMBAWA 1316011112 I MADE SEMARAWIMA JULIARTHA 1316011118 JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI 1

Transcript of Isi manajemem

Page 1: Isi manajemem

Manajemen Penjasorkes dan Olahraga

“Hakikat Manajemen Dalam Pendidikan Jasmani”

Oleh: KELOMPOK 1

KELAS : V D

GUSTI BAGUS MAHA ARYASA 1316011087

I GUSTI AGUNG ADI ARIMBAWA 1316011112

I MADE SEMARAWIMA JULIARTHA 1316011118

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2016

1

Page 2: Isi manajemem

PRAKATA

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Hakikat Manajemen Dalam Pendidikan Jasmani” yang

mana judul tersebut merupakan materi pada Mata Kuliah Manajemen Penjasorkes

dan Olahraga dengan tepat waktu.

Proses penyusunan makalah ini tentunya tidak luput dari berbagai hambatan

dan tantangan, serta permasalahan yang dihadapi. Berkat rahmat Tuhan Yang

Maha Esa, kerjasama, bantuan, saran, dan kritik yang konstruktif dari berbagai

pihak, membantu penulis dalam menghadapi hambatan tersebut sehingga makalah

ini dapat diselesaikan tepat waktu serta penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak I Ketut Budaya Astra, S.Pd.,M.Or dan Bapak I Wayan

Sumertayasa, S.Pd.,M.Pd sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah

Manajemen Penjasorkes dan Olahraga yang telah memberikan

pengarahan serta bimbingan kepada penulis.

2. Teman –teman kelas VI D yang telah membantu dalam pengumpulan data

serta informasi dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

makalah ini. Sehingga, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

agar tercapainya tujuan kita bersama untuk memahami materi yang terdapat dalam

Mata Kuliah Manajemen Penjasorkes dan Olahraga serta dapat mengaplikasikan

pelajaran yang telah didapat dalam menjalankan profesinya sebagai guru

penjasorkes serta dikehidupan masyarakat. Dan semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat umumnya.

Singaraja, Maret 2016

i

Page 3: Isi manajemem

Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATA...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Definisi Manajemen (Definition of Management)....................................3

2.2 Klarifikasi Konsep.....................................................................................3

2.3 Proses Manajemen.....................................................................................4

2.4 Manajemen Ilmu dan Seni.........................................................................6

2.5 Kultur Organisasi......................................................................................8

2.6 Organisasi Olahraga................................................................................10

2.7 Masalah Manajemen dalam Penjas.........................................................11

2.8 Masalah Manajemen dalam Olahraga.....................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

3.1 Kesimpulan..............................................................................................15

3.2 Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Isi manajemem

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adapun bentuk kegiatan yang jika dilaksanakan secara terlembaga, yang

melibatkan sejumlah personal dan memanfaatkan sumber daya, maka unsur manajemen

memegang peranan penting. Kata kunci disini adalah manajemen dibutuhkan karena

kita selalu berhadapan dengan tantangan berupa kelangkaan sumber daya. Tidak ada

sumber daya yang berlebihan, lebih-lebih untuk kondisi penjas dan olahraga Indonesia.

Fungsi utama manajemen di sini adalah untuk mengoptimalkan efisiensi, sekaligus

efektifitas pembinaan. Kedua istilah ini terkait langsung dengan sasaran dan tujuan

pembinaan. Sangat besar peluang bahwa pembinaan itu berlangsung dalam keadaan

efesiensi yang rendah; jika bukan sebagai pemborosan.

Fungsi manajemen juga terkait dengan kesehatan organisasi. Organisasi yang sehat,

tercermin dari kultur dan produktivitasnya. Organisasi memiliki budaya yang menjadi

pondasi perilaku, dan budaya itu berakar, antara pada sistem nilai yang berlaku.

Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah atau lembaga

lainnya yang relatif dikembangkan dalam skala kecil, masalah manajemennya memang

seperti tidak begitu kompleks. Makin besar organisasi, makin kompleks kelangsungan

fungsi manajemennya. Konsep intinya adalah :

- Manajemen berfungsi untuk meningkatkan efesiensian efektivitas program

- Istilah manajemen dan administrasi diartikan sama, namun lebih disukai untuk

menggunakan istilah manajemen.

- Manajemen merupakan sebuah proses yang melibatkan aspek perencanaan

pengorganisasian, kepeminpinan, dan evaluasi.

Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai depinisi manajemen,

klasifikasi konsep, proses manajemen, manajemen Ilmu dan Seni, Kultur organisasi,

masalah manajemen dalam Penjas, masalah manajemen dalam Olahraga.

1

Page 5: Isi manajemem

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen?

2. Bagaimanakah klasifikasi konsep dari manajemen?

3. Bagaimanakah pelaksanaan proses manajemen?

4. Seperti apakah manajemen Ilmu dan Seni?

5. Apakah pengertian dari Kultur organisasi?

6. Bagaimanakah melaksanakan organisasi olahraga?

7. Apa sajakah masalah manajemen dalam Penjas

8. Bagaimanakah masalah manajemen dalam Olahraga?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukaakn diatas maka bertujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari manajemen.

2. Untuk mengetahui klasifikasi konsep dari manajemen.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan proses manajemen.

4. Untuk mengetahui seperti apa manajemen Ilmu dan Seni.

5. Untuk mengetahui dari kultur organisasi

6. Untuk mengetahui dan dapat melaksanakan organisasi olahraga

7. Untuk mengetahui masalah manajemen dalam Penjas

8. Untuk mengetahui masalah manajemen dalam olahraga.

2

Page 6: Isi manajemem

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Manajemen (Definition of Management)

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti

seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya manajemen dapat diartikan sebagai ilmu

dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efesien.

Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disitemisasi,

dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode

ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah manajemen. Metode

ilmiah pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya persoalan

2. Mendefinisikan persoalan.

3. Mengumpulkan fakta, data dan informasi.

4. Menyusun alternative penyelesaian.

5. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternative penyelesaian.

6. Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.

Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini

disebankan oleh kepemimpinan memerlukan karisma, stabilitas emosi, kewibawaan,

kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antar manusia yang semuanya itu banyak

ditentukan oleh bakat seseorang dan tidak dapat dipelajari.

2.2 Klarifikasi Konsep

Sesungguhnya tidak ada perbedaan pengertian yang tajam antara istilah administrasi

dan manajemen. Banyak para ahli memaparkan definisi dengan beberapa pengertian,

seperti dipaparkan oleh Robbins: “administrasi adalah proses yang universal mengenai

pelaksanaan aktivitas yang tuntas dan efisien oleh dan melalui orang lain.” Inti

pengertiannya adalah melalui peroses administrative dicapai pelaksanaan kegiatan

secara efesien dan mencapai tujuannya. Kegiatan itu dilaksanakan oleh orang lain, dan

melalui merekalah tujuan dapat dicapai.

3

Page 7: Isi manajemem

Berkaitan dengan definisi tersebut maka dapat dikatakan seseorang manajer adalah

orang yang berusaha untuk mencapai tujuan yang dapat dinyatakan dalam ukuran

jumlah (kuantitatif) yang berkaitan dengan mencapai tujuan suatu subsitem, dan arena

itu pula seseorang manajer juga berusaha mencapai tujuan non kuantitatif.

2.3 Proses Manajemen

Dari sudut pandang yang berbeda kita dapat merumuskan definisi administrasi

/manajemem yang berbeda dengan rumusan di atas Menurut Husdarta (2009:39)

manajemen itu, tidak lain adalah proses kelangsungan fungsi yang meliputi :

a. Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan lebih dulu tujuan yang ingin dicapai dan alat-alat

yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Perencanaan itau mencakup apa yang akan

dilakukan bagaimana melakukan, dan siapa yang akan melakukannya. Karena selalu ada

gap antara apa yang telah dicapai dan apa yang dituju, maka evaluasi dibutuhkan.

Perencanaan selalu berawal dengan perumusan tujuan. Apa yang kita inginkan dari

hasil pembinaan Penjas dan olahraga? Tujuan itu dapat mencakup liputan yang luas,

seperti aspek ekonomi, layanan, dan dimensi sosial organisasi. Dalam konteks Penjas

misalnya, tentu tujuan program mengacu pada tujuan sekolah yang selaras dengan

tujuan pendidikan. Namun demikian, tentu ada pula tujuan yang bersifat kelembagaan

seperti untuk meningkatkan citra sekolah di masyarakat.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah menciptakan hubungan antara aktivitas yang akan

dikerjakan; personal yang akan melakukannya dan faktor fisik yang dibutuhkan. Untuk

mengkoordinasi sumber sumber yang tersedia, administrator mendesain sebuah struktur

formal dari tugas dan kewenangan yang akan mendorong tercapainya tujuan dengan

efisien dan efektif. Tujuan utama dari pengorganisarian itu adalah membagi

tugas/pekerjaan yang akan dilaksanakan, menentukan kelompok kerja menata jenjang

kesenangan, dan menyeimbangkan otoritas dan tanggung jawab. Organisasi itu sendiri

adalah sebuah pengertian abstrak yang mencerminkan himpunan sejumlah orang yang

bersepakat untuk bekerja sama dan memiliki komitmen untuk mencapai tujuan. Tujuan

itu, dicapai melalui gabungan kompetensi dan keahlian, gabungan dari pola hubungan

berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab. Kesemuanya ditata dalam satu jaringan,

4

Page 8: Isi manajemem

“siapa melaksanakan untuk tujuan apa”. Administrator berfungsi untuk mengendalikan

kesemuanya itu untuk, mencapai tujuan dengan menggunakan sumber yang tersedia

sehemat mungkin.

Organisasi itu, ibarat sebuah organisme atau tanaman. Mula-mula tumbuh dari

kecambah yang kemudian bertambah besar dan berkembang, hingga mencapai puncak

kematangan. Pada masa itu ia berubah, organisasi itu produktif, yang mampu

meaghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan. Nanti pada suatu masa ada saatnya

terjadi kemunduran. Seperti pohon, terjadi pelapukan. Organisasi itu sudah payah sakit-

sakitan dan tidak produktif lagi.

Fungsi administrator adalah untuk mempertahankan vitalitas organisasi, sebab

organisasi berpotensi mengalami kemunduran. Hal ini dilakukan, seperti melalui

peremajaan personal, peningkaian teknologi, dan penciptaan hubungan dengan

lingkungan sekitar. Peremajaan dan penyegaran itu merupakan upayauntuk

memperbaharui kemampuan organisasi.

Banyak organisasi olahraga yang merana perkembangannya, lambat mencapai

kematangan bahkan ada yang tidak tumbuh, setelah terbentuk kepengurusan, karena

beberapa sebab seperti tidak adanya program, kepemimpinan yang lemah, partisipasi

anggota yang longgar, di antaranya karena tidak ada komitmen untuk melaksanakan

tugas.

c. Kepemimpinan

Fungsi administrasi itu pada intinya adalah kepemimpinan. Dalam kepemimpinan

terkandung beberapa aspek penting yaitu membuat keputusan, mengarahkan,

membangkitkan motivasi. Jiwanya adalah berikan arahan, tuntunan dan pengendalian

terhadap perilaku personal anggota organisasi.

Pengalaman menunjukan, kepemimpinan yang dimaksud, menjadi kunci bagi

pencapaian keberhasilan; kepemimpinan yang lemah karena berbagai sebab seperti

rendah kompetensi dalam bidang yang ditangani, lemah dalam ketrampilan sosial dan

komunikasi, semuanya tidak akan membawa kemajuan bagi organisasinya. Banyak

program macet karena kepemimpinan yang lemah. Atmosfir pengajaran menjadi tidak

sehat dan kondusif karena kepemimpinan yang tidak sesuai.

5

Page 9: Isi manajemem

d. Evaluasi

Dalam kegiatan apapun akan selalu ada penyimpangan dan kesenjangan antara apa

yang direncanakan dan hasil yang diperoleh. Gap itu perlu ditelaah dan dicari

penyebabnya. Proses penentuan sebab dan faktor yang menimbulkan kesenjangan antara

rencana dan hasil, termasuk proses pelaksanaan, disebut dalam konteks pengelolaan

suatu program. Penyebab terjadinya kesenjangan itu bias karena faktor personal yang

kurang cakap, lemah dan motivasi dan atau memiliki sikap negative terhadap saatu

obiek. Semua kelemahan itu merupakan hambatan yang diantaranya dapat teriadi pada

penyelenggaraan pembaharuan. Keputusan inovatif itu memang berawal pada tingkat

pemimpin organisasi.

2.4 Manajemen Ilmu dan Seni

Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab

antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan,

karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini

dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini

lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk

prinsip-prinsip yang diwjudkan dalam bentuk suatu teori.

Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai

suatu tujuan diperlukan kerjasama dengan orang lain, nah bagaimana cara

memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan

manusia pada umumnya adalah managing (mengatur) untuk mengatur disini diperlukan

suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan

bersama. Manajemen sebagai ilmu adalah suatu akumulasi pengetahuan yang

disistemasi atau kesatuan pengetahuan yang terorganisir. Manajemen sebagai suatu ilmu

dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan terhadap keseluruhan dunia empiris, yaitu

dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang dapat diamati oleh indra

manusia.

Titik berat manajemen sebagai suatu ilmu terletak pada metode keilmuan. Yang

mengikat semua ilmu adalah metode ilmu yang dipergunakan untuk mensistemasi

seluruh pengetahuan yang sifatnya pragmatis.

6

Page 10: Isi manajemem

Goode dan Hat (1952:7) membatasi ilmu sebagai suatu cara menganalisis yang

mengijinkan para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk kausalitas

(sebab akibat), yaitu Apabila ... maka ...

Dalam hubungan itu diketengahkan bagaimana suatu kumpulan pengetahuan harus

disistemasi. Sebaliknya, apabila proposisi dimulai dengan kebenaran apriori maka

proposisi itu kehilangan sifat ilmiahnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ilmu itu harus bersifat rasional, empiris, umum dan

akumulatif.

Manajemen dikatakan sebagai ilmu karena memiliki karakteristik pokok seperti

ilmu. Dalam manajemen diaplikasikan langkah-langkah metode ilmiah tertentu.

a) Metode ilmiah dalam manajemen meliputi:

1. Observasi

2. Rumusan permasalahan

3. Akumulasi dan klasifikasi fakta tambahan yang baru

4. Generalisasi

5. Rumusan hipotesis

6. Pengujian dan verifikasi

Karena manajemen dikatakan sebagai suatu ilmu maka seorang manajer haruslah

memiliki sikap ilmiah sebagaimana para ilmuwan.

b) Sikap ilmiah yang harus dimiliki manajer:

1. Obyektif

2. Serba relatif

3. Skeptif

4. Kesabaran Intelektual

5. Kesederhanaan

6. Tidak memihak kepada etik

Sedangkan Manajemen sebagai seni yaitu manajemen dipandang sebagai keahlian,

kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan

teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara efektif

dan efisien untuk mencapai tujuan.

7

Page 11: Isi manajemem

Sifat manajemen sebagai seni:

1. Ahli

2. Mahir

3. Mampu

4. Terampil

Metode manajemen sebagai seni:

1. Studi

2. Observasi

3. Praktik lapangan

2.5 Kultur Organisasi

Sebagian para ahli seperti Stephen P. Robbins, Gary Dessler (1992) dalam

bukunya yang berjudul “Organizational Theory” (1990), memasukan budaya organisasi

kedalam teori organisasi. Sementara Budaya perusahaan merupakan aplikasi dari

budaya organisasi dan apabila diterapkan dilingkungan manajemen akan melahirkan

budaya manajemen. Budaya organisasi dengan budaya perusahan sering disaling

tukarkan sehingga terkadang dianggap sama, padahal berbeda dalam penerapannya.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita lebih memahami budaya dari sudut

sosiologi dan ilmu budaya, padahal ternyata ilmu budaya bisa mempengaruhi terhadap

perkembangan ilmu lainnya seperti ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).

Sehingga ada beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya

organisasi(organization culture) atau budaya kerja (work culture) ataupun biasa lebih

dikenal lebih spesifik lagi dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture).

Sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kultur pembelajaran

sekolah(school learning culture) atau Kultur akademis (Academic culture)

Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur

akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana

seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan

lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga

terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, ethos kerja yang

terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya

terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri

8

Page 12: Isi manajemem

maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan

sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.

Fungsi pimpinan sebagai pembentuk Kultur akademis diungkapkan oleh Peter,

Dobin dan Johnson (1996) bahwa :

“Para pimpinan sekolah khususnya dalam kapasitasnya menjalankan fungsinya sangat

berperan penting dalam dua hal yaitu : a). Mengkonsepsitualisasikan visi dan

perubahan dan b). Memiliki pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk

mengtransformasikan visi menjadi etos dan kultur akademis kedalam aksi riil”

Pola pembiasaan dalam sebuah budaya sebagai sebuah nilai yang diakuinya bisa

membentuk sebuah pola prilaku dalam hal ini Ferdinand Tonnies membagi kebiasaan

kedalam beberapa pengertian antara lain :

a) Kebiasaan sebagai suatu kenyataan objektif sehari-hari yang merupakan sebuah

kelajiman baik dalam sikap maupun dalam penampilan sehari-hari. Seorang pendidik

sebagai profesionalis biasa berpenampilan rapi, berdasi dan berkemeja dan bersikap

formal, sangat lain dengan melihat penampilan dosen institut seni yang melawan

patokan formal yang berlaku didunia pendidikan dengan berpakaian kaos dan

berambut panjang.

b) Kebiasaan sebagai Kaidah yang diciptakan dirinya sendiri yaitu kebiasaan yang lahir

dari diri pendidik itu sendiri yang kemudian menjadi ciri khas yang membedakan

dengan yang lainnya.

c) Kebiasaan sebagai perwujudan kemauan untuk berbuat sesuatu yaitu kebiasaan yang

lahir dari motivasi dan inisatif yang mencerminkan adanya prestasi pribadi.

Membahas budaya, jelas tidak bisa lepas dari pengertian organisasi itu sendiri.

Sehingga dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran

(output) serta bisa juga dilihat sebagai living organism yang memiliki tubuh dan

kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an

organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran)

memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan

system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.

Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya

organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya

9

Page 13: Isi manajemem

akademis. Untuk lebih menyesuaikan dengan spesifikasi penelitian penulis

mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah budaya akademis.

2.6 Organisasi Olahraga

Kegiatan olahraga, Menurut Harold M. Barrow ( Dalam: Freeman, 2001) termasuk

juga penjas yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan

manajemen yang baik. Kegiatan olahraga semakin berkembang dalam corak yang

semakin beragam. Aneka motif mulai tumbuh sesuai pula dengan kebutuhan manusia

dalam kaitannya dengan olahraga. Ada motif yang bertujuan hanya untuk memenuhi

dorongan berafiliasi atau memperoleh pergaulan yang luas, dan ada pula motif untuk

memperoleh kekuasaan, dan masih banyak lagi motif lainnya.

Keseluruhan kegiatan yang semakin kompleks itu, memerlukan manajemen.

Mengapa di katakan kompleks? Hal ini karena dalam kegiatan itu terdapat sejumlah

faktor yang harus di kelola. Kegiatannya melibatkan beberapa komponen meliputi:

1. Tujuan: termasuk prioritas

2. Manajemen: termasuk kordinasi

3. Fasilitas: tempat “ merumahkan atau menyelenggarakan kegiatan”

4. Sumber belajar: sumber pendukung bagi kelangsungan program

5. Program: pengalaman belajar harus di sediakan

6. Pelatih/ Guru: berfungsi sebagai fasilitator dan manajer perilaku.

7. Siswa/ atlet: subjek yang menjadi prilaku dan sekaligus mengalami pemberian

pengalaman belajar.

8. Kendali mutu: berkaitan dengan evaluasi dan riset.

9. Supervisi: pengendalian mutu dan terkait pula dengan unsur leatding.

10. Biaya: konsekuensi logis dari semua kebutuhan.

Organisasi olahraga, lebih-lebih pendidikan jasmani dihadapkan dengan

kekurangan yang kronis, berupa ketiadaan infrastruktur, lemahnya dukungan, kecilnya

dana yang disediakan, dan kesulitan lain untuk menumbuhkan programnya, dalam

situasi seperti itu, kemampuan manajerial sangat dibutuhkan yang intinya adalah

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, dan terkait pula dengan kompetensi manajer

beserta personalnya.

10

Page 14: Isi manajemem

Organisasi ini menjadi kian kompleks bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan

sekitarnya. Organisasi itu tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi dengan

lingkungannya. Lingkungan berpotensi untuk mempengaruhi pertumbuhan organisasi.

Sebaliknya, sejauh mana organisasi dapat menyerap dukungan dan energi dari

lingkungannya akan mempengaruhi kesuburan pertumbuhannya. Itulah sebabnya, akhir-

akhir ini muncul gagasan dalam konsep ”sekolah terbuka” yang inti nya bahwa sekolah

harus membuka diri untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sekitar.

Kelangkaan sumber akan dapat diatasi dengan pendekatan ini. Guru penjas dapat

dibantu oleh pelatih dari luar yang memiliki kelebihan dalam kemampuan melatih.

Mungkin pelatih itu adalah orang tua siswa antara pelatih profesional dari club olahraga

tertentu.

Ketiadaan sapras olahraga mugkin dapat di atasi dengan bantuan dari pihak luar

yang meminjamkan infrastruktur itu kepada sekolah, atau dengan memungut biaya sewa

sedini mungkin.

2.7 Masalah Manajemen dalam Penjas

Status penjas di lembaga pendidikan formal memang masih memerlukan

pemberdayaan dalam pengertian, bidang study yang menjadi wahana pendidikan itu,

harus di kembangkan. Sementara ini semua insan pendidikan menyadari setatus penjas

yang masih di angap sebagai pelengkap bagi bidang study lain nya. Suara keluhan guru

penjas tidak henti-hentinya mereka kemukakan dalam berbagai kesempatan, namun

pemecahan masalah nya tak kunjung tuntas. Mengapa?

Persoalan tersebut terkait langsung dengan tataran atas pada tingkat kebijakan,

dengan catatan, bahwa bidang study itu belum termasuk prioritas. Hal ini tidak lepas

dari kebijakan nasional pendidikan yang sementara ini masih memberikan prioritas pada

bidang study IPA, di hubungkan dengan upaya bangsa indonesia untuk memajukan

bidang IPTEK. Nasip kelompok bidang study bidang IPS, sebenarnya tidak begitu jauh

dari bidang study penjas, walaupun kita sebagai insan penjas dan olahraga, mengkelaim

bahwa bidang study penjas adalah yang paling unik. Sebab bidang study itu, satu-

satunya bidang study yang mengurus soal jasmaniah namun secara langsung

mengintervensi pendidikan secara menyeluruh.

11

Page 15: Isi manajemem

Dengan tidak memandang remeh apa yang telah di kerjakan oleh para guru yang

dengan sepenuh hati dan kegigihan mengatasi berbagai masalah dan tantangan,

tanpanya dimensi kemampuan manajerial dalam penjas harus di tingkatkan hal ini perlu

di tata lebih lanjut, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan.

Kelemahan yang tanpak adalah bahwa seluruh kegiatan itu seolah-olah imun dari

sentuhan kreatifitas guru di sebabkan oleh pertama, struktur dan isi kurikulum yang

sangat monolitik, merukuj pada kurikulum nasional.

Dalam keadaan status dan kondisi penjas yang masih lemah maka pembinaan nya

memadukan dukungan. Kepemimpinan guru penjas sangat di butuhkan untuk mampu

membangkitkan dukungan dari warga masyarakat sekolah termasuk kepala sekolah dan

guru lain nya, serta warga masyarakat pada umumnya seperti organisasi induk olahraga

dan orang tua sisiwa. Kepemimpinan itu juga yang ikut menciptakan atmosfer baru

yang memngangkat citra penjas sebagai bidang study yang dapat di andalkan untuk

mendidik.

2.8 Masalah Manajemen dalam Olahraga

Masalah dalam pembinaan olahraga jauh lebih kompleks kecendrungan di

Indonesia hingga akhir-akhir ini tetap menunjkkan orientasi pada pembinaan olahraga

kompetitif untuk berkompetitif untuk berprestasi, namun sayang, tidak didukung oleh

pondasi yang kuat. Penjas merupakan subsistem pembinaan keolahragaan nasional dan

kekuatan keolahragaan nasional akan terjamin jika dapat di ciptakan pembinaan

bersinambung, yang berawal dari pembinaan sikap, kecintaan, dan partisipasi aktif

secara meluas. Keadaan demikian dapat di capai dalam penjas. Namun, isu sentral

adalah antara penjas dan pembinaan olahraga kompetitif tidak terjalin kerjasama yang

erat.

Bagaimanapun peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia

Indonesia, pengembangan struktur perekonomian Nasional yang tangguh, dan

pemantapan kinerja pemerintah daerah membutuhkan dukungan aparatur yang sehat dan

juga pelaksanaan program-program pembangunan tersebut dilakukan secara merata,

sistematis dan terpadu untuk seluruh lapiasan masyarakat. Dengan hal itu ada dua hal

yang dapat menimbulkan masalah manajemen dalam olahraga diantaranya sebagai

berikut :

12

Page 16: Isi manajemem

8.1.1 Permasalahan dan Tantangan

Berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan olahraga

dewasa ini, secara umum dapat dikelompokkan menjadi hal utama, dalam kaitannya

dengan bidang pendidikan jasmani olahraga itu sendiri. Sejalan dengan kebijakan

nasional yang akan ditempuh dibidang olahraga, maka permasalahan akan dirumuskan

dalam kaitannya dengan empat (4) tema utama program pembangunan olahraga

nasional yang tertuang di dalam propenas, adalah sebagai berikut: Pertama,

permasalahan dalam kaitannya dengan pengembangan dan keserasian kebijakan

olahraga. Kedua, permasalahannya dalam kaitannya dengan memasyarakatkan olahraga

dan kesehgaran jasmani. Ketiga, permasalahannya dalam kaitannya dengan pemanduan

bakat dan pembinaan olahraga. Keempat, permasalahannya dalam kaitannya dengan

prestasi olahraga. Masalah paling kritis dalam pembangunan olahraga nasional dewasa

ini adalah ketidak mampuan seluruh instansi keolahragaan untuk melaksanakan upaya

pembinaan yang berlandaskan pada sebuah sistem manajemen yang mantap, yang

ditandai dengan adanya interkoneksitas dan keterpaduan segenap unsur terkait secara

nasional.

Selama ini, perumusan dan pelaksanaan kebijakan olahraga bersifat semi-

independen yang dilaksanakan melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai

wakil pemerintah, dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), beserta induk-

induk olahraga yang ada sebagai unsur masyarakat. Di sisi lain kinerja dari kedua

institusi tersebut terbukti memang belum mampu mewujudkan adanya keserasian dalam

penerapan kebijakan dibidang keolahragaan, yang pada akhirnya berujung pada

lemahnya proses pembinaan dan tidak tercapainya target-terget yang diharapkan dalam

pembinaan keolahragaan nasional. Sejalan dengan desentralisasi pembangunan, titik

berat pelaksanaan pembangunan olahraga, tidak hanya bergeser dari pemerintah pusat

ke pemerintah daerah, tetapi juga harus lebih mengarah pada pemberdayaan dan

pembangkitan partisipasi masyarakat, sementara pemerintah lebih bergerak sebagai

fasilitator dan motivator.

Dengan mempertimbangkan permasalahan-permasalahan diatas maka tantangan

pembangunan olahraga adalah : Peratama, bagaimana mengupayakan langkah-langkah

untuk terciptanya system kordinasi. Kedua, bagaimana mendorong partisipasi aktif

masyarakat agar lebih peduli dengan kegiatan olahraga.

13

Page 17: Isi manajemem

8.1.2 Pemberdayaan Masyarakat

Olahraga telah lama menjadi instrumen pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.

Peran ini bukan hanya diperlihatkan dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) yang

terkesan heroik tetapi juga diperlihatkan dalam berbagai even olahraga yang digelar

sebelamnya. Kini, lingkungan strategis olahraga telah berubah. Tantangan yang

dihadapi bangsa-bangsa bukan melepaskan diri dari belenggu kolonialisme, tetapi

memacu persaingan dan mengejar kesetaraan dalam hubungan antarbangsa. Dalam

lingkup global, terjadi peningkatan kesadaran akan saling ketergantungan antar bangsa

melalui difusi kultur olahraga. Dalam konteks ini, permasalahan sistem keolahragaan

nasional tidak terlepas dari tekanan politik, ekonomi. dan budaya global.

Kita tak akan bergeser dari komitmen lama untuk menempatkan olahraga sebagai

bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian. elahraga ditempatkan bukan

sekadar merespons tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya, tetapi ikut

bertanggung jawab untuk memberikan arah perubahan yang diharapkan, keteguhan

terhadap komitmen tersebut didukung oleh begitu banyak fikta dan pengalaman bahwa

olahraga yang dikelola dan dibina dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat

bagi warga masyarakat. Seperangkat nilai dan manfaat dari aspek sosial. kesehatan,

ekonomi, psikologis dan pedagogis merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim

bahwa olah raga merupakan instrumen yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan

yang seimbang antara material, mental, dan spiritual.

14

Page 18: Isi manajemem

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti

seni melaksanakan dan mengatur. Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan

pengetahuan yang disitemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Metode ilmiah

pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai berikut: 1) Mengetahui adanya

persoalan, 2) Mendefinisikan persoalan, 3) Mengumpulkan fakta, data dan informasi, 4)

Menyusun alternative penyelesaian, 5) Mengambil keputusan dengan memilih salah

satu alternative penyelesaian, 6) Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.

Tidak ada perbedaan pengertian yang tajam antara istilah administrasi dan

manajemen. Robbins mengatakan : “administrasi adalah peruses yang universal

mengenai pelaksanaan aktivitas yang tuntas dan efisien oleh dan melalui orang lain.”

Berkaitan dengan definisi tersebut maka dapat dikatakan seseorang manajer adalah

orang yang berusaha untuk mencapai tujuan yang dapat dinyatakan dalam ukuran

jumlah (kuantitatif) yang berkaitan dengan mencapai tujuan suatu subsitem, dank arena

itu pula seseorang manajer juga berusaha mencapai tujuan non kuantitatif.

Dari sudut pandang yang berbeda kita dapat merumuskan definisi administrasi

/manajemem yang berbeda dengan rumusan di atas Menurut Husdarta (2009:39)

manajemen itu, tidak lain adalah proses kelangsungan fungsi yang meliputi : 1)

Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Kepemimpinan, 4) Evaluasi.

Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab

antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan,

karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Sedang

manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai suatu

tujuan diperlukan kerjasama dengan orang lain, disini diperlukan suatu seni, bagaimana

orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur

akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana

seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan

lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga

15

Page 19: Isi manajemem

terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, ethos kerja yang

terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya

terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri

maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan

sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.

Kegiatan olahraga, Menurut Harold M. Barrow ( Dalam: Freeman, 2001) termasuk

juga penjas yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan

manajemen yang baik. Keseluruhan kegiatan yang semakin kompleks itu, memerlukan

manajemen. Ada beberapa komponen manajemen meliputi: 1) Tujuan: termasuk

prioritas, 2) Manajemen: termasuk kordinasi, 3) Fasilitas: tempat “ merumahkan atau

menyelenggarakan kegiatan,” 4) Sumber belajar: sumber pendukung bagi kelangsungan

program, 5) Program: pengalaman belajar harus di sediakan, 6) Pelatih/ Guru: berfungsi

sebagai fasilitator dan manajer perilaku, 7) Siswa/ atlet: subjek yang menjadi prilaku

dan sekaligus mengalami pemberian pengalaman belajar, 8) Kendali mutu: berkaitan

dengan evaluasi dan riset., 9) Supervisi: pengendalian mutu dan terkait pula dengan

unsur leatding, 10) Biaya: konsekuensi logis dari semua kebutuhan.

Status penjas di lembaga pendidikan formal memang masih memerlukan

pemberdayaan dalam pengertian, bidang study yang menjadi wahana pendidikan itu,

harus di kembangkan. Kepemimpinan guru penjas sangat di butuhkan untuk mampu

membangkitkan dukungan dari warga masyarakat sekolah termasuk kepala sekolah dan

guru lain nya, serta warga masyarakat pada umumnya seperti organisasi induk olahraga

dan orang tua siswa.

Masalah dalam pembinaan olahraga jauh lebih kompleks kecendrungan di Indonesia

hingga akhir-akhir ini tetap menunjkkan orientasi pada pembinaan olahraga kompetitif

untuk berkompetitif untuk berprestasi, namun sayang, tidak di dukung oleh pondasi

yang kuat.

3.2 Saran

Diharapkan dengan bantuan disiplin ilmu manajemen tekanan-tekanan itu berbalik

arah, malah berdampak pada muncul mutualisma dari interaksi yang terjalin. Dengan

kita mengerti tentang manajemen diharapkan pula menumbuhkan citra pendidikan

jasmani dan olahraga semakin positif pula.

16

Page 20: Isi manajemem

17

Page 21: Isi manajemem

DAFTAR PUSTAKA

Husdarta. 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta

Semarayasa. 2014. Manajemen Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press

Ar Razi. 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani. Tersedia pada

http://pendidikanjasmani001.blogspot.co.id/2012/11/bab-i-pendahuluan-

a_10.html (diakses tanggal 1 Maret 2016)

Sulipan. 2009. Budaya Organisasi. Tersedia pada:

https://sulipan.wordpress.com/2009/10/03/budaya-organisasi/ (diakses

tanggal 1 Maret 2016)

Firman Faturozi. 2012. Definisi Manajemen, Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni ,

Tingkatan Manajemen & Manajer dan Fungsi Manajemen. Tersedia pada:

http://faturrozifirman.blogspot.co.id/2012/01/definisi-manajemen-

manajemen-sebagai.html (diakses tanggal 1 Maret 2016)

Moh Arif Widarto. 2013. Manajemen sebagai Ilmu dan Seni. Tersedeia pada:

http://teorimanajemenmutakhir.blogspot.co.id/2013/09/manajemen-sebagai-

ilmu-dan-seni.html (diakses tanggal 1 Maret 2016)

18