ISI

21
  1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.  Latar Belakang Dalam dunia pendidikan tentunya dibutuhkan suatu cara untuk memantau proses, kemajuan, mengukur sejauh mana siswa menguasai pelajaran yang telah diajarkan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Cara untuk mengukurnya dapat dilakukan dengan melakukan penilaian atau asesmen. Terdapat 2 (dua) jenis asesmen, ya itu asesmen objektif dan as esmen subjektif. Pa da makalah ini akan dibahas tentang berbagai macam masalah yang berkaitan dengan asesmen subjektif. I.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam masalah ini, diantaranya : 1) Apa yang dimaksud dengan asesmen? 2) Apa yang dimaksud dengan asesmen yang bersifat subjektif ? 3) Macam  macam asesmen y ang bersifat s ubjektif ? 4) Bagaimana cara pembuatan ase smen yang bersifat subje ktif ? 5) Bagaimana cara pengoreksian jawaba n soal yang bersifat subjektif ? 6) Apa kelebihan dan kekurangan asesme n yang bersifat subjektif ? I.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini antara lain : 1) Untuk mengetahui pengertian asesmen. 2) Untuk mengetahui pengertian asesmen yang bersifat subjektif. 3) Untuk mengetahui macam  macam asesmen y ang bersifa t subjektif. 4) Untuk mengetahui cara pembuatan asesmen yang bersifat subjektif. 5) Untuk mengetahu i cara pengoreksian jawa ban soal yang bersifa t subjektif. 6) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan asesmen yang bersifat subjektif.

Transcript of ISI

Page 1: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 1/21

 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan tentunya dibutuhkan suatu cara untuk memantau

proses, kemajuan, mengukur sejauh mana siswa menguasai pelajaran yang telah

diajarkan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang

dimilikinya dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Cara untuk 

mengukurnya dapat dilakukan dengan melakukan penilaian atau asesmen. Terdapat 2

(dua) jenis asesmen, yaitu asesmen objektif dan asesmen subjektif. Pada makalah iniakan dibahas tentang berbagai macam masalah yang berkaitan dengan asesmen

subjektif.

I.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan

dibahas dalam masalah ini, diantaranya :

1)  Apa yang dimaksud dengan asesmen?

2)  Apa yang dimaksud dengan asesmen yang bersifat subjektif ?

3)  Macam – macam asesmen yang bersifat subjektif ?

4)  Bagaimana cara pembuatan asesmen yang bersifat subjektif ?

5)  Bagaimana cara pengoreksian jawaban soal yang bersifat subjektif ?

6)  Apa kelebihan dan kekurangan asesmen yang bersifat subjektif ?

I.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1)  Untuk mengetahui pengertian asesmen.

2)  Untuk mengetahui pengertian asesmen yang bersifat subjektif.

3)  Untuk mengetahui macam – macam asesmen yang bersifat subjektif.

4)  Untuk mengetahui cara pembuatan asesmen yang bersifat subjektif.

5)  Untuk mengetahui cara pengoreksian jawaban soal yang bersifat subjektif.

6)  Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan asesmen yang bersifat subjektif.

Page 2: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 2/21

 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Asesmen

Menurut pendapat para ahli penegertian asesmen adalah sebagai berikut :

Robert M Smith (2002)

“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui

kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk 

layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suaturancangan pembelajaran. 

James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis

“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk 

melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan

untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi

tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas

sesuai dengan kenyataan objektif.

Bomstein dan Kazdin (1985)

1.  Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi

2.  Memilih dan mendesain program treatmen

3.  Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.

4.  Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.

Lidz (2003)

Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang

meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan

kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari

Pengertian diatas adalah sebagai berikut :

Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun

suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan

pembelajaran secara tepat.

Page 3: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 3/21

 3

2.2.  Pengertian Asesmen yang Bersifat Subjektif 

Tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai

adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat

pembahasan atau uraian kata  – kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,

bandingkan, simpulkan,, dan sebagainya. Soal – soal bentuk esai biasanya jumlahnya

tidak banyak, hanya sekitar 5  – 10 buah dalam waktu kira  – kira 90 s.d. 120 menit.

Soal  –  soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,

menginterpretasi, menghubungkan pengertian  –  pengertian yang telah dimiliki.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapatmengingat – ingat dan mengenal kembali, dan harus mempunyai daya kreativitas yang

tinggi.1 

Tes bentuk esai digunakan apabila :

a.  Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam bentuk tertulis.

b.  Untuk telah dicapai.

c.  Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.

2.3.  Macam – macam Asesmen yang Bersifat Subjektif 

Bentuk uraian digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit

diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik 

untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-

katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya.Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya

sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Dilihat dari luas sempitnya materi

yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu

uraian terbatas (restricted respon items) dan uraian bebas (extended respons items).

1Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 hlmn.

162

Page 4: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 4/21

 4

1.  Uraian Terbatas

Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus

mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat

 jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting

yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah

ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.

Contoh:

a.  Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer.

b.  Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!

2.  Uraian Bebas

Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan

sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan

kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan

sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau

patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.

Contoh:

a.  Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan dengan

singkat!

b.  Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan?

Depdikbud menyebut kedua uraian tersebut dengan istilah lain, yaitu Bentuk 

Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO). Kedua bentuk ini

sebenarnya merupakan bagian dari bentuk uraian terbatas, karena pengelompokan

tersebut hanya didasar pada pendekatan/cara pemberian skor. Perbedaan BUO dan

BUNO terletak pada kepastian pemberian skor. Pada soal BUO, kunci jawaban dan

pedoman penskorannya lebih pasti. Kunci jawaban disusun menjadi beberapa bagian

dan setiap bagian diberi skor, sedangkan pada soal BUNO, pedoman penskoran

dinyatakan dalam rentangan (0-4 atau 0-10), sehingga pemberian skor dapat

dipengaruhi oleh unsur subjektif. Untuk mengurangi unsur subjektivitas ini, guru

dapat melakukannya dengan cara membuat pedoman penskoran secara terperinci dan

 jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama.

Page 5: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 5/21

 5

Untuk mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu

metode per nomor (whole method ), metode per lembar (separated method ), dan

metode bersilang (cross method ).

a.  Metode Per Nomor

Disini guru mengkoreksi hasil jawaban peserta didik untuk setiap nomor.

Misalnya, guru mengoreksi nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian

nomor dua untuk seluruh peserta didik, dan seterusnya. Kelebihan dari metode

ini adalah pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban peserta didik yang

lain, sedangkan kelemahannya adalah pelaksanaannya terlalu berat danmemakan waktu banyak.

b.  Metode Per Lembar

Guru mengkoreksi setiap lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor satu

sampai nomor terakhir. Kelebihannya adalah relatif lebih mudah dan tidak 

memakan banyak waktu, sedangkan kelemahannya adalah guru sering

memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang sama kualitasnya, atau

sebaliknya.

c.  Metode Bersilang

Guru mengkoreksi jawaban peserta didik dengan jalan menukarkan hasil

koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain,

 jika telah selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lalu dikoreksi kembali oleh

korektor yang lain. Kelebihannya adalah faktor subjektif dapat dikurangi,

sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan tenaga lebih

banyak.

Selain metode-metode tersebut, ada juga metode lain untuk mengoreksi

 jawaban soal bentuk uraian, yaitu analytical method , sorting method ,  point 

method dan rating method .

a.   Analytical method , yaitu suatu cara untuk mengoreksi jawaban peserta

didik dan guru sudah menyiapkan sebuah model jawaban, kemudian

dianalisis menjadi beberapa langkah atau unsure yang terpisah, dan pada

setiap langkah disediakan skor-skor tertentu. Setelah salah satu model

 jawaban tersusun, maka jawaban masing-masing peserta didik 

Page 6: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 6/21

 6

dibandingkan dengan model jawaban tersebut, kemudian diberi skor sesuai

dengan tingkat kebenarannya.

b.  Sorting method , yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk memberi

skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi menjadi unsur-

unsur. Jawaban-jawaban peserta didik harus dibaca secara keseluruhan.

c.  Point method , yaitu setiap jawaban dibandingkan dengan jawaban ideal

yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan untuk 

setiap jawaban akan bergantung pada derajat kepadanannya dengan kunci

 jawaban. Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian terbatas,

karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu.

 Rating method , yaitu setiap jawaban peserta didik ditetapkan dalam salah satu

kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban

tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan

menentukan berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban. Metode ini

sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian bebas.

2.4.  Cara Pembuatan Asesmen yang Bersifat Subjektif  

2.4.1.  Mempersiapkan Tes Subjektif (Esai)2 

Untuk menyusun soal – soal esai sebagai indikator – indikator dari pencapaian

siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari, beberapa ketentuan perlu

diperhatikan antara lain :

1.  Pahami bahwa siswa tidak dapat menjawab soal terlalu banyak atau terlalu

 panjang sehingga waktu tidak cukup.

Jumlah soal pada esai bergantung pada kompleksitas dan panjangnya jawaban

yang dikehendaki, tingkat kemampuan siswa, dan waktu yang tersedia untuk 

mengerjakan tes tersebut. Soal  –  soal esai yang baik menuntut siswa

menganalisis soal itu dengan teliti, menentukan apa yang dituntut dan apa

yang tidak dituntut (oleh soal) dalam jawaban, memikirkan tentang cara

mengorganisasi jawaban yang paling cocok, kemudian menuliskan jawaban

2Ngalim Purwanto, Prinsip – prinsip dan TEknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya,2004, hlmn. 59

Page 7: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 7/21

 7

tersebut. Proses ini memakan waktu , makin kompleks suatu pertanyaan atau

soal, makin membutuhkan waktu yang lebih lama.

2.   Jika beberapa soal esai akan diberikan, usahakan agar ada rentangan

kesukaran dan kompleksitasnya.

Kebanyakan tes yang dibuat guru bertujuan untuk membedakan tingkat

penguasaan dan pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah

diajarkan. Jika semua soal itu sukar dan kompleks, siswa yang mempunyai

kemampuan yang kurang tidak akan dapat menjawab soal tersebut. Jika semua

soal mudah dan sederhana, kita akan memperoleh pengukuran yang tidak 

memadai akan kemampuan siswa yang pandai. Dengan memberikan variasi

kesulitan dan kompleksitas soal, guru dapat memperoleh informasi tentang

siswa yang pandai maupun kurang pandai.

3.  Tes yang diberikan terdiri dari soal – soal yang sama.

Jika suatu tes esai digunakan untuk menilai pencapaian tujuan  –  tujuan suatu

progam umum dari pengajaran, tiap siswa dituntut untuk menjawab

pertanyaan  –  pertanyaan yang sama. Memberikan suatu pilihan soal atau

pertanyaan akan mengurangi dasar umum (common basis),atas kemampuan

individu yang berbeda-beda. 

4.  Tulislah seperangkat petunjuk umum bagi tes tersebut.

Pada kebanyakan tes esai yang diberikan di kelas, petunjuk pengerjaan soal

hanya dengan kata  –   kata “ Jawablah pertanyaan –  pertanyaan berikut!”.

Pernyataan tersebut tidaklah memadai sebagai petunjuk siswa dalam

mengerjakan soal. Petunjuk yang baik hendaknya mencakup hal – hal berikut :

a.  Rencana umum yang harus digunakan siswa dalam mengerjakan tes itu.

b.  Bagaimana bentuk jawaban jawaban itu harus ditulis (secara garis besar)

c.  Kriteria umum yang akan digunakan dalam menilai jawaban  –  jawaban

tersebut, dan

d.  Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersenut.

5.  Specify the point for each question on the test (spesifikasi point untuk setiap

 pertanyaan pada tes)

Jika lebih dari satu soal esai digunakan pada suatu tes, atau jika soal esaidikombinasikan dengan soal objektif, guru harus menjelaskan kepada siswa

Page 8: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 8/21

 8

titik berat ( point value) soal  –  soal itu, dengan begitu siswa dapat

memperkirakan kompleksitas relative dari soal  –  soal itu sehingga

memungkinkan siswa untuk mengalokasikan waktunya secara lebih bijaksana.

2.4.2.  Cara Menyusun Soal  – soal Essay 

Kutipan yang diambil dari buku “ Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi

 pengajran” yang ditulis oleh Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, untuk menyusun soal-

soal essay perlu diperhatikan saran-saran berikut ini :

1.  Sebelum memulai menulis soal yang dimaksud, hendaknya jelas dalam pikiran

kita proses mental manakah yang kita harapkan dari murid untuk menjawab

soal tersebut.

2.  Gunakanlah bahan-bahan atau himpunan bahan-bahan dalam menyusun soal-

soal essay tersebut.

3.  Mulailah pertanyaan atau soal itu dengan kata-kata seperti : “Bandingkan”,

“berilah alasan”, “Berilah contoh-contoh yang sesuai”, “Terangkan

 bagaimana…”, “Jelaskan/ramalkan apa yang akan terjadi jika….”, dan

“Jelaskan bagaimana pendapat anda..” 

4.  Tulislah pertanyaan atau soal essay itu sedemikian rupa sehingga tugas apa

yang harus dilakukan siswa jelas dan tidak mempunyai arti ganda bagi setiap

murid.

5.  Soal essay berhubungan dengan hal-hal yang merupakan “controversial issue”

dalam masyarakat.

6.  Usahakan agar soal essay yang kita susun itu benar-benar dapat menimbulkan

perilaku yang kita kehendaki untuk dilakukan oleh siswa.

7.  Sesuaikan panjang-pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat

kematangan siswa.

2.5  Metode Pengoreksian Jawaban Soal yang Bersifat Subjektif  

Menurut Gronlund, N.E (1982), aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes

essay sehingga menghasilkan soal essay dengan kualitas yang tinggi adalah sebagai

berikut : 

Page 9: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 9/21

 9

1.  Gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks.

Sebagian besar pemerolehan hasil belajar diukur dengan menggunakan

pertanyaan essay. Hasil-hasil tersebut biasanya dapat diukur secara efektif dengan

item objektif, yang masalahnya disampling dan diskor melalui pertanyaan essay.

Hal itu mungkin terdapat pengecualian, seperti ketika menyediakan jawaban

sebagai hasil belajar, namun untuk mengukur prestasi belajar pertanyaan essay

hendaknya dapat diukur kehandalannya (reliable) tanpa adanya compensating

benefits. 

Pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran,

tes objektif maupun tes essay masih tetap digunakan. Meskipun tes objektif 

memiliki prioritas, tes essay juga memiliki prioritas dimana menuntut siswa untuk 

memberikan alasan, menjelaskan hubungan, mendeskripsikan data, merumuskan

kesimpulan, atau memberikan langkah-langkah jawaban yang tepat. Dimana

memberikan jawaban merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu

pertanyaan restricted-response dikonstruksi dengan benar sehingga menghasilkan

pertanyaan yang tepat.

Pada tingkat sintesis dan evaluasi dalam pembelajaran, tes objektif 

maupun tes restricted-response memiliki nilai batas. Tes-tes ini dapat digunakan

untuk mengukur beberapa aspek tertentu dari proses total dalam pembelajaran,

namun menghasilkan karya yang lengkap (seperti rencana dalam operasi) atau

evaluasi keseluruhan suatu karya (misalnya, evaluasi dari sebuah novel maupun

dari suatu eksperimen) memerlukan penggunaan pertanyaan extended-response.

2.  Hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil

belajar yang diukur. 

Pertanyaan essay tidak dapat mengukur hasil belajar secara kompleks

kecuali jika pertanyaan essay telah dikonstruksi secara hati-hati untuk hal itu.

Setiap pertanyaan sebaiknya dirancang secara spesifik untuk mengukur satu atau

lebih hasil yang didefinisikan dengan baik (well-difined). Dengan demikian,

tempat untuk memulai, sama halnya seperti pada item objektif, yaitu dengan

deskripsi yang tepat performance yang diukur. Hal ini sangat berguna untuk 

Page 10: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 10/21

 10

membantu menentukan isi maupun bentuk dari item dan membantu dalam

pembentukan suku kata (phrasing) dalam pertanyaan itu.

Item restricted-response dihubungkan dengan hasil belajar yang

spesifik karena hal tersebut terstruktur dengan baik. Tanggapan dari beberapa

siswa juga sangat diperlukan guna memungkinkan pengambilan suku kata (phrase)

dalam pertanyaan sehingga maksudnya dapat dipahami dengan jelas oleh siswa.

Item extended-response, memerlukan kebebasan yang lebih besar dari respon dan

biasanya melibatkan sejumlah hasil pembelajaran. Hal ini membuat lebih sulit

untuk menghubungkan pertanyaan dengan hasil yang diharapkan dan menyatakan

inti dari jawaban yang diinginkan melalui ungkapan pertanyaan. Jika tugas yang

sulit diberikan dalam pertanyaan, maka kebebasan siswa untuk memilih, mengatur,

dan menjawab pertanyaan cenderung tidak dihiraukan oleh mereka. Salah satu

alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menunjukkan kepada siswa

kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi jawabannya. Sebagai contoh,

 pernyataan seperti: “jawaban Anda akan dievaluasi dalam hal kelengkapan

 jawabannya, relevansi dari argumennya, kesesuaian dengan contoh, dan

keterampilan yang digunakan”. 

Hal ini menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa tanpa

membatasi kebebasan mereka, dan membuat item lebih mudah berhubungan

dengan hasil belajar yang didefinisikan secara jelas.

3.  Rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan.

Ungkapan sebuah pertanyaan essay sehingga diperoleh respon yang

diinginkan bukanlah hal yang mudah. Memilih kalimat yang tepat dan hati-hati dan

mengulang pertanyaan dengan respon yang diinginkan dalam pikiran akan

membantu memperjelas tugas siswa. Karena pertanyaan essay ini digunakan untuk 

mengukur hasil belajar yang kompleks, maka sebaiknya menghindari pertanyaan

yang diawali dengan kata-kata seperti: ”siapa”, “apa”, “kapan”, “dimana”, “nama”,

dan “daftar”. Istilah-istilah ini cenderung untuk membatasi respon pada hasil

pengetahuan. Pertanyaan essay yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yangkompleks ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: “mengapa”,

Page 11: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 11/21

 11

“gambarkan”, “jelaskan”, “bandingkan”, “hubungkan”, “bedakan”, tafsirkan”,

analisa”, “kritik”, dan “evaluasi”. Istilah-istilah khusus yang digunakan tentu saja

sebagian besar ditentukan oleh perilaku spesifik yang dijelaskan dalam hasil

belajar yang diukur.

Tidak ada cara yang lebih baik untuk memeriksa ungkapan sebuah

pertanyaan essay daripada membuat model jawaban, atau setidaknya merumuskan

 jawaban dari suatu pertanyaan. Hal ini akan membantu pembuat tes untuk 

mendeteksi ambiguitas dalam pertanyaan, membantu dalam memperkirakan waktu

yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan jawaban yang memuaskan,

dan memberikan garis-garis besar pada proses mental yang diperlukan. Prosedur

ini dapat dikerjakan dengan mudah dalam item restricted-response, jawaban yang

lebih terbatas dan lebih mudah dipahami. Dengan bentuk extended-response

memungkinkan memerlukan satu atau lebih rekan untuk membaca bentuk dan

ruang lingkup jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

4.  Hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang

memerlukan itu.

Dalam tes prestasi belajar, yang terbaik adalah semua siswa manjawab

pertanyaan yang sama. Jika mereka dibolehkan untuk menjawab hanya sebagian

dari pertanyaan-pertanyaan itu, hingga tiga perlimanya, maka jawaban mereka

tidak dapat dievaluasi secara komparatif. Demikian juga, karena siswa akan

cenderung memilih pertanyaan-pertanyaan mereka yang paling siap untuk dijawab,

tanggapan mereka atas pertanyaan yang diberikan menunjukkan sampel dari

prestasi mereka bahwa kurang representatif terhadap pertanyaan opsional yang

diperoleh. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu keterbatasan dari

tes essay adalah menyediakan sampling yang terbatas dan tidak representasional.

Memberikan siswa pertanyaan pilihan hanya mempersulit masalah sampling lebih

lanjut dan menghasilkan penyimpangan (distortion) yang lebih besar dalam hasil

tes.

Dalam beberapa situasi penggunaan pertanyaan opsional mungkin

masih dapat dipertahankan. Sebagai contoh, jika pertanyaan essay digunakan untuk mengukur keterampilan menulis saja, maka beberapa pilihan topik untuk ditulis

Page 12: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 12/21

 12

mungkin diperlukan sekali. Hal ini juga terjadi jika pertanyaan essay digunakan

untuk mengukur beberapa aspek dari kreativitas, atau jika siswa telah mempunyai

kepentingan individual melalui studi independen. Kemampuan untuk mengatur,

mengintegrasikan, dan mengekpresikan ide-ide ditentukan dengan melibatkan

kompleksitas isi.

5.  Sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada

setiap pertanyaan.

Karena pertanyaan essay paling sering dirancang untuk mengukur

keterampilan dan kemampuan intelektual, maka diperlukan waktu untuk berpikir

maupun menulis. Dengan demikian batas waktu yang cukup tentu diperlukan.

Sebagai contoh, daripada mengharapkan beberapa orang siswa untuk menjawab

pertanyaan essay selama satu periode kelas, lebih baik siswa difokuskan pada satu

atau dua pertanyaan saja. Hal itu nampaknya menyebabkan kecenderungan bagi

guru untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan begitu banyak dalam tes essay

tunggal bahwa skor tertinggi adalah mengukur dari kecepatan menulis yang

menunjukkan prestasi siswa. Ini mungkin merupakan suatu usaha untuk mengatasi

masalah pengambilan sampel secara terbatas, namun hal ini cenderung menjadi

solusi yang tidak diinginkan. Dalam mengukur prestasi belajar yang kompleks,

tampaknya lebih baik untuk menggunakan pertanyaan yang lebih sedikit dan

meningkatkan sampel dengan pengujian yang lebih sering.

Menginformasikan kepada siswa mengenai banyaknya waktu yang

diperlukan untuk menjawab setiap pertanyaan akan membantu mereka dalam

menggunakan waktu yang diberikan secara lebih efisien, secara ideal, dan juga

akan memberikan sampel yang lebih memadai terhadap prestasi mereka. Jika

panjang jawabannya tidak didefinisikan dengan jelas dari pertanyaan yang

diberikan, seperti pada pertanyaan extended-response, mungkin diperlukan juga

informasi mengenai batas halamannya.

Sementara menurut Sukardi, H.M (2009), untuk meningkatkan mutu

pertanyaan essay sebagai alat pengukur hasil belajar yang kompleks, memerlukandua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator. Kedua hal tersebut

Page 13: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 13/21

 13

yaitu (1) bagaimana mengkonstruksi pertanyaan essay yang mengukur perilaku

yang direncencanakan, dan (2) bagaimana menskor jawaban yang diperoleh dari

siswa. Untuk mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa

cara seperti berikut:

1.  Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi

pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes

objektif.

Ada beberapa faktor penting dalam kegiatan pembelajaran yang hanya

bisa diungkap oleh tes essay, antara lain: pembelajaran yang kompleks,

organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban, dan ekspresi penuangan ide

dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban soal. Hal ini menjadikan tes

essay tetap menjadi pilihan para guru atau para evaluator.

2.  Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap

perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar.

Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay

perlu tetap mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak 

mengarah pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan lebih dahulu.

3.  Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan

kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat

menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik,

seperti terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan

dan sebagainya.

4.  Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa

dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide

sesuai dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut

hendaknya didasarkan pada tingkat kesulitan setiap pertanyaan.

5.  Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya

menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya

Page 14: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 14/21

 14

terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih

empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan

pilihan dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas tes essay yang direncanakan.

2.6  Upaya Meningkatkan Objektivitas Penilaian dalam Tes Essay 

Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk 

meminimalkan subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman standar

penilaian dari siswa yang satu ke siswa yang lainnya, yaitu sebagai berikut:

1.  Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar

yang sedang diukur.Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh bukti

yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah tercapai. Dengan

demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil pembelajaran harus sesuai

dengan panduan baik dalam mengkontruksi pertanyaan maupun mengevaluasi

 jawaban. Jika suatu pertanyaan dirancang untuk mengukur “kemampuan untuk 

menjelaskan hubungan sebab-akibat”, misalnya jawabannya harus dievaluasi

dalam hal bagaimana siswa dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu

yang disajikan dalam pertanyaan, maka semua faktor-faktor lain, seperti

informasi faktual yang menarik tapi asing, gaya menulis, dan kesalahan dalam

mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan (sejauh mungkin) selama evaluasi.

Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja maupun menulis mungkin

memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya tidak diperbolehkan

karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang mewakili pencapaian

tingkat prestasi dari hasil pembelajaran yang dimaksudkan.

2.  Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response questions),

berilah skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban

(pedoman jawaban) sebagai petunjuk.

Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya disiapkan

adalah mungkin dengan item restricted-response karena keterbatasan pada

 jawabannya. Prosedur ini melibatkan penulisan suatu model jawaban untuk 

setiap pertanyaan dan menentukan jumlah point-point yang akan diperlukan

untuk itu dan untuk bagian-bagian di dalamnya. Distribusi point-point dalam

Page 15: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 15/21

 15

 jawaban tentu saja harus mempertimbangkan semua unit scorable yang ditandai

dalam hasil pembelajaran yang diukur. Misalnya, point-point dapat diberikan

pada relevansi contoh yang digunakan dan struktur jawabannya, serta isi dari

 jawaban: jika hal ini merupakan aspek yang sah dalam hasil belajar.

3.  Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response questions),

skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman

penskoran.

Item-item extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas

sehingga sering kali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya.Oleh karena itu, biasanya guru atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan

menimbang-nimbang kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya, jadi bukan menskor point demi point dengan kunci

 jawaban. Kriteria untuk menilai kualitas dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat

pertanyaan dan demikian juga oleh hasil pembelajaran yang diukur. Jika para

siswa diminta untuk “menjelaskan rencana lengkap dari tes prestasi belajar”,

misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1) kelengkapan rencana

(misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan dari perencanaan

yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2) kejelasan dan akurasi dengan

setiap langkah yang telah dijelaskan, (3) kecukupan pembenaran untuk setiap

langkah, dan (4) tingkat keterpaduan dari bagian-bagian rencana.

Biasanya kriteria untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk 

mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu ke dalam lima tingkat, yang

selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan E.

Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh dengan

membaca jawaban dua kali untuk setiap pertanyaan. Selama membaca bacaan

pertama, tulisan harus disortir secara tentatif menjadi lima tumpukan, mulai dari

kualitas yang tinggi ke rendah atau sebaliknya. Pembacaan kedua dapat

mencapai tujuan memeriksa keseragaman jawaban di setiap tumpukan dan

membuat sebuah perubahan penting dalam menilai.

Page 16: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 16/21

 16

4.  Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum

melanjutkan ke pertanyaan berikutnya.

Menskor atau menilai tes essay dengan pertanyaan demi pertanyaan, lebih

baik daripada siswa demi siswa, hal ini memungkinkan untuk mempertahankan

standar keseragaman dalam menilai jawaban untuk setiap pertanyaan. Prosedur

ini juga membantu untuk menghindari halo effect dalam menilai. Manfaatnya

adalah agar guru dapat membandingkan jawaban-jawaban siswa dalam tingkat-

tingkat yang lebih tepat, dan agar guru hanya berpegang pada satu daftar angka

guna menjamin ketepatan dalam menilai.

5.  Evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis.Hal ini merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama

menskor. Jawaban-jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk tertulis,

bukan dalam bentuk apa yang diketahui penulis dari kontak langsung dengan

siswa. Cara terbaik untuk mencegah pembiasan dalam penilaian adalah

mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui identitas penulis. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara menginformasikan kepada siswa untuk menuliskan

namanya dibelakang kertas jawabannya atau dengan menggunakan kode nomor

sebagai pengganti nama.

6.  Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui

masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.

Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan scoring terhadap jawaban-

 jawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap

penskoran, tetapi sewaktu-waktu saja, misalnya jika diperlukan untuk memilih

siswa-siswa yang akan dicalonkan untuk mengikuti latihan tertentu atau untuk 

memilih juara sekolah.

Sementara, menurut Azhar, L. M (1991), terdapat beberapa upaya untuk 

meningkatkan objektivitas penilaian dalam tes essay yaitu sebagai berikut:

1.  Baca beberapa lembar jawaban yang diambil secara acak (random)

sebagai gambaran umum sebelum mulai memberikan penilaian.

2.  Usahakan tidak melihat nama testi. Bila perlu digunting dan diberi kode

seperti pada saat memeriksa tes Ebtanas.

3.  Jangan memberi skor dipengaruhi oleh tulisan yang baik/buruk.

Page 17: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 17/21

 17

4.  Periksalah nomor yang sama untuk seluruh testi baru ke nomor

berikutnya.

5.  Buatlah pedoman penilaian sebelumnya (terlebih-lebih untuk tes essay

yang diperiksa lebih dari seorang) hingga skor yang diberikan relatif 

sama.

6.  Buat pula kunci jawaban yang memuat hal-hal pokok yang harus ada

dalam masing-masing jawaban.

7.  Bila tes essay disatukan dengan tes objektif maka tes essay dapat

dikategorikan “sukar” dalam merancang kisi-kisi untuk tingkat kesukaran

soal tetapi bila seluruh tes adalah tes essay soal dapat dibagai menjadi 3atau 5 tingkatan. Dengan demikian untuk yang terbagi menjadi 3

tingkatan akan terdapat soal-soal yang mudah (md), sedang (sd), dan

sukar (sk). Demikian juga untuk yang terbagi menjadi 5 tingkatan akan

terdapat soal-soal yang lebih mudah (lmd), mudah (md), sedang (sd),

sukar (sk) dan lebih sukar (lsk).

Menggunakan metode berikut dalam menskor tes essay, antara lain:

a.  Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban berdasarkan

tahapan tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan skor tertentu. Misalnya:

¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan

benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.

b.  Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap

keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan

 jawaban yang ada. Misalnya jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang

sekali. Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9  – 10; 7 – 8; 5  – 6; 3  – 4; dan 1 – 2

dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.

c.  Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor demi nomor

bagi seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat yang paling baik hingga ke

yang paling buruk lalu dilakukan pemberian skor. Misalnya yang paling baik diberikan

skor 10; baik diberikan skor 8; cukup diberikan skor 6; sedang diberikan skor 4; dan

kurang diberikan skor 2 untuk setiap item tes.

d.  Metode pembobotan (weight system): yakni dengan memberikan perbandingan bobot

skor dari setiap item tes berdasarkan tingkat kesukaran (difficulty index) soal.

Misalnya untuk soal mudah dengan bobot 2, sedang 3, sukar 4 dan sebagainya. Untuk 

Page 18: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 18/21

 18

lebih jelasnya perhatikan contoh Sa (skor akhir) untuk siswa A dan siswa B yang

mengikuti tes essay dengan 5 item tes berikut:

Keterangan:

No : nomor soal

TK : tingkat kesukaran soal

n : skor setiap soal

W : weight/bobot skor

n × W : skor kali bobot

Sa : skor akhir

Rumus Sa =Dari contoh di atas, ternyata antara siswa A dan B dengan (n) yang sama yakni 35

ternyata (Sa) berbeda setelah dibobotkan yakni siswa A memperoleh skor 7,47 dan

siswa B memperoleh skor 6,93.

Sementara, menurut Sukardi, H.M (2009), pemberian skor pada tes essay

dapat dikatakan mudah dan juga dapat dikatakan sulit. Dikatakan mudah, karena setiap

guru pasti merasa bisa memberikan skor jawaban para siswanya termasuk penggunaan

 jawaban yang berasal dari tes essay, karena dalam pemberian skor pada tes essay tidak 

ada eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya dikatakan sulit,

karena banyak faktor selalu muncul yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektivitas,

pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara guru dengan para siswa selama dalam

proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi faktor-faktor di atas, berikut

beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan para guru, antara lain:

1.  Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi

penting yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian.

2.  Menentukan skor dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan,

kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jawaban.

3.  Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan

kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata.

4.  Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum lanjut ke

pertanyaan berikutnya.

5.  Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke

dalam 3 – 5 tumpukan dengan memperhatikan ranking dari yang tertinggi sampai

Page 19: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 19/21

 19

terendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada

atas dasar skor yang dicapai.

6.  Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siswa

penjawabnya.

7.  Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan

yang dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan.

Pernyataan diatas adalah kutipan dari blog Benny Metika tentang mengkonstruksi tes

essay. 

2.7  Kelebihan dan Kekurangan Asesmen yang Bersifat Subjektif  

Kelebihan – kelebihan asesmen yang bersifat subjektif, antara lain :

  Mudah disiapkan dan disusun.

  Tidak member banyak kesempata untuk berspekulasi atau untung – untungan.

  Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun

dalam bentuk kalimat yang baik.

  Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan

gaya bahasa dan caranya sendiri.

  Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.

Kelemahan – kelemahan asesmen yang bersifat subjektif, antara lain :

  Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi  – segi mana

sari pengetahuan siswa yang betul – betul telah dikuasai.

  Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh materi bahan pelajaran yang

diteskan karena soal yang diberikan terbatas.

  Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsure – unsure subjektif.

  Pemeriksaannya lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan.

  Waktu untuk koreksinya lebih lama dan tidak dapat diwakilkan oleh orang

lain.

Page 20: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 20/21

 20

BAB III 

PENUTUP

3.1.  Kesimpulan

Asesmen adalah suatu penilaian yang terhadap suatu objek - dalam hal ini

adalah siswa -, untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya serta yang

dibutuhkannya, untuk merancang suatu pembelajaran. Asesmen subjektif adalah

penilaian yang dilakukan secara sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya. 

Sebagai contoh asesmen subjektif adalah tes essay atau uraian. Tes bentuk esai

adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat

pembahasan atau uraian kata  – kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,

bandingkan, simpulkan,, dan sebagainya. 

Ada dua jenis asesmen subjektif, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas. Cara

membuat asemen negatif adalah yang  pertama, mempersiapkan tes subjektif. Kedua,

menyusun soal-soal essay. 

Page 21: ISI

5/16/2018 ISI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 21/21

 21

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, Drs, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

2009

Ngalim Purwanto, Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT

Remaja Rosdakarya,2004

Purwanto, Ngalim Drs. M. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. PT remaja

rosdakarya. Bandung.2004

Suharsimi Arikunto, Dasar  – dasar Evaluasi pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi

Aksara, 2009

http://benny-metika.blogspot.com/2011/08/mengkonstruksi-tes-essay.html

http://mawardis3ip.staff.fkip.uns.ac.id/2011/12/14/asesmen-proses-dan-hasil-belajar-

2/ 

http://manggamudaku.wordpress.com/2010/11/25/jenis-jenis-asesment/ 

http://secoretmimpi.blogspot.com/2010/01/makalah-psikologi-pendidikan-

assesmen.html

http://wiki.bestlagu.com/education/174393-pengertian-asseasmen-bentuk-assesmen-

dan-langkah-penerapan-assesmen.html