5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 1/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan tentunya dibutuhkan suatu cara untuk memantau
proses, kemajuan, mengukur sejauh mana siswa menguasai pelajaran yang telah
diajarkan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang
dimilikinya dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Cara untuk
mengukurnya dapat dilakukan dengan melakukan penilaian atau asesmen. Terdapat 2
(dua) jenis asesmen, yaitu asesmen objektif dan asesmen subjektif. Pada makalah iniakan dibahas tentang berbagai macam masalah yang berkaitan dengan asesmen
subjektif.
I.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan
dibahas dalam masalah ini, diantaranya :
1) Apa yang dimaksud dengan asesmen?
2) Apa yang dimaksud dengan asesmen yang bersifat subjektif ?
3) Macam – macam asesmen yang bersifat subjektif ?
4) Bagaimana cara pembuatan asesmen yang bersifat subjektif ?
5) Bagaimana cara pengoreksian jawaban soal yang bersifat subjektif ?
6) Apa kelebihan dan kekurangan asesmen yang bersifat subjektif ?
I.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1) Untuk mengetahui pengertian asesmen.
2) Untuk mengetahui pengertian asesmen yang bersifat subjektif.
3) Untuk mengetahui macam – macam asesmen yang bersifat subjektif.
4) Untuk mengetahui cara pembuatan asesmen yang bersifat subjektif.
5) Untuk mengetahui cara pengoreksian jawaban soal yang bersifat subjektif.
6) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan asesmen yang bersifat subjektif.
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 2/21
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asesmen
Menurut pendapat para ahli penegertian asesmen adalah sebagai berikut :
Robert M Smith (2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk
layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suaturancangan pembelajaran.
James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk
melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan
untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi
tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas
sesuai dengan kenyataan objektif.
Bomstein dan Kazdin (1985)
1. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
2. Memilih dan mendesain program treatmen
3. Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
4. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
Lidz (2003)
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang
meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan
kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari
Pengertian diatas adalah sebagai berikut :
Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun
suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan
pembelajaran secara tepat.
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 3/21
3
2.2. Pengertian Asesmen yang Bersifat Subjektif
Tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata – kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan,, dan sebagainya. Soal – soal bentuk esai biasanya jumlahnya
tidak banyak, hanya sekitar 5 – 10 buah dalam waktu kira – kira 90 s.d. 120 menit.
Soal – soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterpretasi, menghubungkan pengertian – pengertian yang telah dimiliki.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapatmengingat – ingat dan mengenal kembali, dan harus mempunyai daya kreativitas yang
tinggi.1
Tes bentuk esai digunakan apabila :
a. Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam bentuk tertulis.
b. Untuk telah dicapai.
c. Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.
2.3. Macam – macam Asesmen yang Bersifat Subjektif
Bentuk uraian digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit
diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik
untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-
katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya.Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya
sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Dilihat dari luas sempitnya materi
yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
uraian terbatas (restricted respon items) dan uraian bebas (extended respons items).
1Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 hlmn.
162
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 4/21
4
1. Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh:
a. Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer.
b. Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!
2. Uraian Bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
Contoh:
a. Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan dengan
singkat!
b. Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan?
Depdikbud menyebut kedua uraian tersebut dengan istilah lain, yaitu Bentuk
Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO). Kedua bentuk ini
sebenarnya merupakan bagian dari bentuk uraian terbatas, karena pengelompokan
tersebut hanya didasar pada pendekatan/cara pemberian skor. Perbedaan BUO dan
BUNO terletak pada kepastian pemberian skor. Pada soal BUO, kunci jawaban dan
pedoman penskorannya lebih pasti. Kunci jawaban disusun menjadi beberapa bagian
dan setiap bagian diberi skor, sedangkan pada soal BUNO, pedoman penskoran
dinyatakan dalam rentangan (0-4 atau 0-10), sehingga pemberian skor dapat
dipengaruhi oleh unsur subjektif. Untuk mengurangi unsur subjektivitas ini, guru
dapat melakukannya dengan cara membuat pedoman penskoran secara terperinci dan
jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama.
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 5/21
5
Untuk mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu
metode per nomor (whole method ), metode per lembar (separated method ), dan
metode bersilang (cross method ).
a. Metode Per Nomor
Disini guru mengkoreksi hasil jawaban peserta didik untuk setiap nomor.
Misalnya, guru mengoreksi nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian
nomor dua untuk seluruh peserta didik, dan seterusnya. Kelebihan dari metode
ini adalah pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban peserta didik yang
lain, sedangkan kelemahannya adalah pelaksanaannya terlalu berat danmemakan waktu banyak.
b. Metode Per Lembar
Guru mengkoreksi setiap lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor satu
sampai nomor terakhir. Kelebihannya adalah relatif lebih mudah dan tidak
memakan banyak waktu, sedangkan kelemahannya adalah guru sering
memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang sama kualitasnya, atau
sebaliknya.
c. Metode Bersilang
Guru mengkoreksi jawaban peserta didik dengan jalan menukarkan hasil
koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain,
jika telah selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lalu dikoreksi kembali oleh
korektor yang lain. Kelebihannya adalah faktor subjektif dapat dikurangi,
sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan tenaga lebih
banyak.
Selain metode-metode tersebut, ada juga metode lain untuk mengoreksi
jawaban soal bentuk uraian, yaitu analytical method , sorting method , point
method dan rating method .
a. Analytical method , yaitu suatu cara untuk mengoreksi jawaban peserta
didik dan guru sudah menyiapkan sebuah model jawaban, kemudian
dianalisis menjadi beberapa langkah atau unsure yang terpisah, dan pada
setiap langkah disediakan skor-skor tertentu. Setelah salah satu model
jawaban tersusun, maka jawaban masing-masing peserta didik
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 6/21
6
dibandingkan dengan model jawaban tersebut, kemudian diberi skor sesuai
dengan tingkat kebenarannya.
b. Sorting method , yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk memberi
skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi menjadi unsur-
unsur. Jawaban-jawaban peserta didik harus dibaca secara keseluruhan.
c. Point method , yaitu setiap jawaban dibandingkan dengan jawaban ideal
yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan untuk
setiap jawaban akan bergantung pada derajat kepadanannya dengan kunci
jawaban. Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian terbatas,
karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu.
Rating method , yaitu setiap jawaban peserta didik ditetapkan dalam salah satu
kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban
tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan
menentukan berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban. Metode ini
sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian bebas.
2.4. Cara Pembuatan Asesmen yang Bersifat Subjektif
2.4.1. Mempersiapkan Tes Subjektif (Esai)2
Untuk menyusun soal – soal esai sebagai indikator – indikator dari pencapaian
siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari, beberapa ketentuan perlu
diperhatikan antara lain :
1. Pahami bahwa siswa tidak dapat menjawab soal terlalu banyak atau terlalu
panjang sehingga waktu tidak cukup.
Jumlah soal pada esai bergantung pada kompleksitas dan panjangnya jawaban
yang dikehendaki, tingkat kemampuan siswa, dan waktu yang tersedia untuk
mengerjakan tes tersebut. Soal – soal esai yang baik menuntut siswa
menganalisis soal itu dengan teliti, menentukan apa yang dituntut dan apa
yang tidak dituntut (oleh soal) dalam jawaban, memikirkan tentang cara
mengorganisasi jawaban yang paling cocok, kemudian menuliskan jawaban
2Ngalim Purwanto, Prinsip – prinsip dan TEknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2004, hlmn. 59
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 7/21
7
tersebut. Proses ini memakan waktu , makin kompleks suatu pertanyaan atau
soal, makin membutuhkan waktu yang lebih lama.
2. Jika beberapa soal esai akan diberikan, usahakan agar ada rentangan
kesukaran dan kompleksitasnya.
Kebanyakan tes yang dibuat guru bertujuan untuk membedakan tingkat
penguasaan dan pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
diajarkan. Jika semua soal itu sukar dan kompleks, siswa yang mempunyai
kemampuan yang kurang tidak akan dapat menjawab soal tersebut. Jika semua
soal mudah dan sederhana, kita akan memperoleh pengukuran yang tidak
memadai akan kemampuan siswa yang pandai. Dengan memberikan variasi
kesulitan dan kompleksitas soal, guru dapat memperoleh informasi tentang
siswa yang pandai maupun kurang pandai.
3. Tes yang diberikan terdiri dari soal – soal yang sama.
Jika suatu tes esai digunakan untuk menilai pencapaian tujuan – tujuan suatu
progam umum dari pengajaran, tiap siswa dituntut untuk menjawab
pertanyaan – pertanyaan yang sama. Memberikan suatu pilihan soal atau
pertanyaan akan mengurangi dasar umum (common basis),atas kemampuan
individu yang berbeda-beda.
4. Tulislah seperangkat petunjuk umum bagi tes tersebut.
Pada kebanyakan tes esai yang diberikan di kelas, petunjuk pengerjaan soal
hanya dengan kata – kata “ Jawablah pertanyaan – pertanyaan berikut!”.
Pernyataan tersebut tidaklah memadai sebagai petunjuk siswa dalam
mengerjakan soal. Petunjuk yang baik hendaknya mencakup hal – hal berikut :
a. Rencana umum yang harus digunakan siswa dalam mengerjakan tes itu.
b. Bagaimana bentuk jawaban jawaban itu harus ditulis (secara garis besar)
c. Kriteria umum yang akan digunakan dalam menilai jawaban – jawaban
tersebut, dan
d. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersenut.
5. Specify the point for each question on the test (spesifikasi point untuk setiap
pertanyaan pada tes)
Jika lebih dari satu soal esai digunakan pada suatu tes, atau jika soal esaidikombinasikan dengan soal objektif, guru harus menjelaskan kepada siswa
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 8/21
8
titik berat ( point value) soal – soal itu, dengan begitu siswa dapat
memperkirakan kompleksitas relative dari soal – soal itu sehingga
memungkinkan siswa untuk mengalokasikan waktunya secara lebih bijaksana.
2.4.2. Cara Menyusun Soal – soal Essay
Kutipan yang diambil dari buku “ Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi
pengajran” yang ditulis oleh Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, untuk menyusun soal-
soal essay perlu diperhatikan saran-saran berikut ini :
1. Sebelum memulai menulis soal yang dimaksud, hendaknya jelas dalam pikiran
kita proses mental manakah yang kita harapkan dari murid untuk menjawab
soal tersebut.
2. Gunakanlah bahan-bahan atau himpunan bahan-bahan dalam menyusun soal-
soal essay tersebut.
3. Mulailah pertanyaan atau soal itu dengan kata-kata seperti : “Bandingkan”,
“berilah alasan”, “Berilah contoh-contoh yang sesuai”, “Terangkan
bagaimana…”, “Jelaskan/ramalkan apa yang akan terjadi jika….”, dan
“Jelaskan bagaimana pendapat anda..”
4. Tulislah pertanyaan atau soal essay itu sedemikian rupa sehingga tugas apa
yang harus dilakukan siswa jelas dan tidak mempunyai arti ganda bagi setiap
murid.
5. Soal essay berhubungan dengan hal-hal yang merupakan “controversial issue”
dalam masyarakat.
6. Usahakan agar soal essay yang kita susun itu benar-benar dapat menimbulkan
perilaku yang kita kehendaki untuk dilakukan oleh siswa.
7. Sesuaikan panjang-pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat
kematangan siswa.
2.5 Metode Pengoreksian Jawaban Soal yang Bersifat Subjektif
Menurut Gronlund, N.E (1982), aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes
essay sehingga menghasilkan soal essay dengan kualitas yang tinggi adalah sebagai
berikut :
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 9/21
9
1. Gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks.
Sebagian besar pemerolehan hasil belajar diukur dengan menggunakan
pertanyaan essay. Hasil-hasil tersebut biasanya dapat diukur secara efektif dengan
item objektif, yang masalahnya disampling dan diskor melalui pertanyaan essay.
Hal itu mungkin terdapat pengecualian, seperti ketika menyediakan jawaban
sebagai hasil belajar, namun untuk mengukur prestasi belajar pertanyaan essay
hendaknya dapat diukur kehandalannya (reliable) tanpa adanya compensating
benefits.
Pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran,
tes objektif maupun tes essay masih tetap digunakan. Meskipun tes objektif
memiliki prioritas, tes essay juga memiliki prioritas dimana menuntut siswa untuk
memberikan alasan, menjelaskan hubungan, mendeskripsikan data, merumuskan
kesimpulan, atau memberikan langkah-langkah jawaban yang tepat. Dimana
memberikan jawaban merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu
pertanyaan restricted-response dikonstruksi dengan benar sehingga menghasilkan
pertanyaan yang tepat.
Pada tingkat sintesis dan evaluasi dalam pembelajaran, tes objektif
maupun tes restricted-response memiliki nilai batas. Tes-tes ini dapat digunakan
untuk mengukur beberapa aspek tertentu dari proses total dalam pembelajaran,
namun menghasilkan karya yang lengkap (seperti rencana dalam operasi) atau
evaluasi keseluruhan suatu karya (misalnya, evaluasi dari sebuah novel maupun
dari suatu eksperimen) memerlukan penggunaan pertanyaan extended-response.
2. Hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil
belajar yang diukur.
Pertanyaan essay tidak dapat mengukur hasil belajar secara kompleks
kecuali jika pertanyaan essay telah dikonstruksi secara hati-hati untuk hal itu.
Setiap pertanyaan sebaiknya dirancang secara spesifik untuk mengukur satu atau
lebih hasil yang didefinisikan dengan baik (well-difined). Dengan demikian,
tempat untuk memulai, sama halnya seperti pada item objektif, yaitu dengan
deskripsi yang tepat performance yang diukur. Hal ini sangat berguna untuk
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 10/21
10
membantu menentukan isi maupun bentuk dari item dan membantu dalam
pembentukan suku kata (phrasing) dalam pertanyaan itu.
Item restricted-response dihubungkan dengan hasil belajar yang
spesifik karena hal tersebut terstruktur dengan baik. Tanggapan dari beberapa
siswa juga sangat diperlukan guna memungkinkan pengambilan suku kata (phrase)
dalam pertanyaan sehingga maksudnya dapat dipahami dengan jelas oleh siswa.
Item extended-response, memerlukan kebebasan yang lebih besar dari respon dan
biasanya melibatkan sejumlah hasil pembelajaran. Hal ini membuat lebih sulit
untuk menghubungkan pertanyaan dengan hasil yang diharapkan dan menyatakan
inti dari jawaban yang diinginkan melalui ungkapan pertanyaan. Jika tugas yang
sulit diberikan dalam pertanyaan, maka kebebasan siswa untuk memilih, mengatur,
dan menjawab pertanyaan cenderung tidak dihiraukan oleh mereka. Salah satu
alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menunjukkan kepada siswa
kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi jawabannya. Sebagai contoh,
pernyataan seperti: “jawaban Anda akan dievaluasi dalam hal kelengkapan
jawabannya, relevansi dari argumennya, kesesuaian dengan contoh, dan
keterampilan yang digunakan”.
Hal ini menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa tanpa
membatasi kebebasan mereka, dan membuat item lebih mudah berhubungan
dengan hasil belajar yang didefinisikan secara jelas.
3. Rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan.
Ungkapan sebuah pertanyaan essay sehingga diperoleh respon yang
diinginkan bukanlah hal yang mudah. Memilih kalimat yang tepat dan hati-hati dan
mengulang pertanyaan dengan respon yang diinginkan dalam pikiran akan
membantu memperjelas tugas siswa. Karena pertanyaan essay ini digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang kompleks, maka sebaiknya menghindari pertanyaan
yang diawali dengan kata-kata seperti: ”siapa”, “apa”, “kapan”, “dimana”, “nama”,
dan “daftar”. Istilah-istilah ini cenderung untuk membatasi respon pada hasil
pengetahuan. Pertanyaan essay yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yangkompleks ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: “mengapa”,
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 11/21
11
“gambarkan”, “jelaskan”, “bandingkan”, “hubungkan”, “bedakan”, tafsirkan”,
analisa”, “kritik”, dan “evaluasi”. Istilah-istilah khusus yang digunakan tentu saja
sebagian besar ditentukan oleh perilaku spesifik yang dijelaskan dalam hasil
belajar yang diukur.
Tidak ada cara yang lebih baik untuk memeriksa ungkapan sebuah
pertanyaan essay daripada membuat model jawaban, atau setidaknya merumuskan
jawaban dari suatu pertanyaan. Hal ini akan membantu pembuat tes untuk
mendeteksi ambiguitas dalam pertanyaan, membantu dalam memperkirakan waktu
yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan jawaban yang memuaskan,
dan memberikan garis-garis besar pada proses mental yang diperlukan. Prosedur
ini dapat dikerjakan dengan mudah dalam item restricted-response, jawaban yang
lebih terbatas dan lebih mudah dipahami. Dengan bentuk extended-response
memungkinkan memerlukan satu atau lebih rekan untuk membaca bentuk dan
ruang lingkup jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
4. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang
memerlukan itu.
Dalam tes prestasi belajar, yang terbaik adalah semua siswa manjawab
pertanyaan yang sama. Jika mereka dibolehkan untuk menjawab hanya sebagian
dari pertanyaan-pertanyaan itu, hingga tiga perlimanya, maka jawaban mereka
tidak dapat dievaluasi secara komparatif. Demikian juga, karena siswa akan
cenderung memilih pertanyaan-pertanyaan mereka yang paling siap untuk dijawab,
tanggapan mereka atas pertanyaan yang diberikan menunjukkan sampel dari
prestasi mereka bahwa kurang representatif terhadap pertanyaan opsional yang
diperoleh. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu keterbatasan dari
tes essay adalah menyediakan sampling yang terbatas dan tidak representasional.
Memberikan siswa pertanyaan pilihan hanya mempersulit masalah sampling lebih
lanjut dan menghasilkan penyimpangan (distortion) yang lebih besar dalam hasil
tes.
Dalam beberapa situasi penggunaan pertanyaan opsional mungkin
masih dapat dipertahankan. Sebagai contoh, jika pertanyaan essay digunakan untuk mengukur keterampilan menulis saja, maka beberapa pilihan topik untuk ditulis
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 12/21
12
mungkin diperlukan sekali. Hal ini juga terjadi jika pertanyaan essay digunakan
untuk mengukur beberapa aspek dari kreativitas, atau jika siswa telah mempunyai
kepentingan individual melalui studi independen. Kemampuan untuk mengatur,
mengintegrasikan, dan mengekpresikan ide-ide ditentukan dengan melibatkan
kompleksitas isi.
5. Sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada
setiap pertanyaan.
Karena pertanyaan essay paling sering dirancang untuk mengukur
keterampilan dan kemampuan intelektual, maka diperlukan waktu untuk berpikir
maupun menulis. Dengan demikian batas waktu yang cukup tentu diperlukan.
Sebagai contoh, daripada mengharapkan beberapa orang siswa untuk menjawab
pertanyaan essay selama satu periode kelas, lebih baik siswa difokuskan pada satu
atau dua pertanyaan saja. Hal itu nampaknya menyebabkan kecenderungan bagi
guru untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan begitu banyak dalam tes essay
tunggal bahwa skor tertinggi adalah mengukur dari kecepatan menulis yang
menunjukkan prestasi siswa. Ini mungkin merupakan suatu usaha untuk mengatasi
masalah pengambilan sampel secara terbatas, namun hal ini cenderung menjadi
solusi yang tidak diinginkan. Dalam mengukur prestasi belajar yang kompleks,
tampaknya lebih baik untuk menggunakan pertanyaan yang lebih sedikit dan
meningkatkan sampel dengan pengujian yang lebih sering.
Menginformasikan kepada siswa mengenai banyaknya waktu yang
diperlukan untuk menjawab setiap pertanyaan akan membantu mereka dalam
menggunakan waktu yang diberikan secara lebih efisien, secara ideal, dan juga
akan memberikan sampel yang lebih memadai terhadap prestasi mereka. Jika
panjang jawabannya tidak didefinisikan dengan jelas dari pertanyaan yang
diberikan, seperti pada pertanyaan extended-response, mungkin diperlukan juga
informasi mengenai batas halamannya.
Sementara menurut Sukardi, H.M (2009), untuk meningkatkan mutu
pertanyaan essay sebagai alat pengukur hasil belajar yang kompleks, memerlukandua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator. Kedua hal tersebut
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 13/21
13
yaitu (1) bagaimana mengkonstruksi pertanyaan essay yang mengukur perilaku
yang direncencanakan, dan (2) bagaimana menskor jawaban yang diperoleh dari
siswa. Untuk mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa
cara seperti berikut:
1. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi
pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes
objektif.
Ada beberapa faktor penting dalam kegiatan pembelajaran yang hanya
bisa diungkap oleh tes essay, antara lain: pembelajaran yang kompleks,
organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban, dan ekspresi penuangan ide
dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban soal. Hal ini menjadikan tes
essay tetap menjadi pilihan para guru atau para evaluator.
2. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap
perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar.
Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay
perlu tetap mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak
mengarah pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan lebih dahulu.
3. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan
kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat
menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik,
seperti terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan
dan sebagainya.
4. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa
dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide
sesuai dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut
hendaknya didasarkan pada tingkat kesulitan setiap pertanyaan.
5. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya
menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 14/21
14
terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih
empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan
pilihan dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas tes essay yang direncanakan.
2.6 Upaya Meningkatkan Objektivitas Penilaian dalam Tes Essay
Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk
meminimalkan subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman standar
penilaian dari siswa yang satu ke siswa yang lainnya, yaitu sebagai berikut:
1. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar
yang sedang diukur.Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh bukti
yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah tercapai. Dengan
demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil pembelajaran harus sesuai
dengan panduan baik dalam mengkontruksi pertanyaan maupun mengevaluasi
jawaban. Jika suatu pertanyaan dirancang untuk mengukur “kemampuan untuk
menjelaskan hubungan sebab-akibat”, misalnya jawabannya harus dievaluasi
dalam hal bagaimana siswa dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu
yang disajikan dalam pertanyaan, maka semua faktor-faktor lain, seperti
informasi faktual yang menarik tapi asing, gaya menulis, dan kesalahan dalam
mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan (sejauh mungkin) selama evaluasi.
Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja maupun menulis mungkin
memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya tidak diperbolehkan
karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang mewakili pencapaian
tingkat prestasi dari hasil pembelajaran yang dimaksudkan.
2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response questions),
berilah skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban
(pedoman jawaban) sebagai petunjuk.
Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya disiapkan
adalah mungkin dengan item restricted-response karena keterbatasan pada
jawabannya. Prosedur ini melibatkan penulisan suatu model jawaban untuk
setiap pertanyaan dan menentukan jumlah point-point yang akan diperlukan
untuk itu dan untuk bagian-bagian di dalamnya. Distribusi point-point dalam
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 15/21
15
jawaban tentu saja harus mempertimbangkan semua unit scorable yang ditandai
dalam hasil pembelajaran yang diukur. Misalnya, point-point dapat diberikan
pada relevansi contoh yang digunakan dan struktur jawabannya, serta isi dari
jawaban: jika hal ini merupakan aspek yang sah dalam hasil belajar.
3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response questions),
skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman
penskoran.
Item-item extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas
sehingga sering kali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya.Oleh karena itu, biasanya guru atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan
menimbang-nimbang kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya, jadi bukan menskor point demi point dengan kunci
jawaban. Kriteria untuk menilai kualitas dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat
pertanyaan dan demikian juga oleh hasil pembelajaran yang diukur. Jika para
siswa diminta untuk “menjelaskan rencana lengkap dari tes prestasi belajar”,
misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1) kelengkapan rencana
(misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan dari perencanaan
yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2) kejelasan dan akurasi dengan
setiap langkah yang telah dijelaskan, (3) kecukupan pembenaran untuk setiap
langkah, dan (4) tingkat keterpaduan dari bagian-bagian rencana.
Biasanya kriteria untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk
mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu ke dalam lima tingkat, yang
selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan E.
Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh dengan
membaca jawaban dua kali untuk setiap pertanyaan. Selama membaca bacaan
pertama, tulisan harus disortir secara tentatif menjadi lima tumpukan, mulai dari
kualitas yang tinggi ke rendah atau sebaliknya. Pembacaan kedua dapat
mencapai tujuan memeriksa keseragaman jawaban di setiap tumpukan dan
membuat sebuah perubahan penting dalam menilai.
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 16/21
16
4. Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum
melanjutkan ke pertanyaan berikutnya.
Menskor atau menilai tes essay dengan pertanyaan demi pertanyaan, lebih
baik daripada siswa demi siswa, hal ini memungkinkan untuk mempertahankan
standar keseragaman dalam menilai jawaban untuk setiap pertanyaan. Prosedur
ini juga membantu untuk menghindari halo effect dalam menilai. Manfaatnya
adalah agar guru dapat membandingkan jawaban-jawaban siswa dalam tingkat-
tingkat yang lebih tepat, dan agar guru hanya berpegang pada satu daftar angka
guna menjamin ketepatan dalam menilai.
5. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis.Hal ini merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama
menskor. Jawaban-jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk tertulis,
bukan dalam bentuk apa yang diketahui penulis dari kontak langsung dengan
siswa. Cara terbaik untuk mencegah pembiasan dalam penilaian adalah
mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui identitas penulis. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menginformasikan kepada siswa untuk menuliskan
namanya dibelakang kertas jawabannya atau dengan menggunakan kode nomor
sebagai pengganti nama.
6. Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui
masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.
Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan scoring terhadap jawaban-
jawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap
penskoran, tetapi sewaktu-waktu saja, misalnya jika diperlukan untuk memilih
siswa-siswa yang akan dicalonkan untuk mengikuti latihan tertentu atau untuk
memilih juara sekolah.
Sementara, menurut Azhar, L. M (1991), terdapat beberapa upaya untuk
meningkatkan objektivitas penilaian dalam tes essay yaitu sebagai berikut:
1. Baca beberapa lembar jawaban yang diambil secara acak (random)
sebagai gambaran umum sebelum mulai memberikan penilaian.
2. Usahakan tidak melihat nama testi. Bila perlu digunting dan diberi kode
seperti pada saat memeriksa tes Ebtanas.
3. Jangan memberi skor dipengaruhi oleh tulisan yang baik/buruk.
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 17/21
17
4. Periksalah nomor yang sama untuk seluruh testi baru ke nomor
berikutnya.
5. Buatlah pedoman penilaian sebelumnya (terlebih-lebih untuk tes essay
yang diperiksa lebih dari seorang) hingga skor yang diberikan relatif
sama.
6. Buat pula kunci jawaban yang memuat hal-hal pokok yang harus ada
dalam masing-masing jawaban.
7. Bila tes essay disatukan dengan tes objektif maka tes essay dapat
dikategorikan “sukar” dalam merancang kisi-kisi untuk tingkat kesukaran
soal tetapi bila seluruh tes adalah tes essay soal dapat dibagai menjadi 3atau 5 tingkatan. Dengan demikian untuk yang terbagi menjadi 3
tingkatan akan terdapat soal-soal yang mudah (md), sedang (sd), dan
sukar (sk). Demikian juga untuk yang terbagi menjadi 5 tingkatan akan
terdapat soal-soal yang lebih mudah (lmd), mudah (md), sedang (sd),
sukar (sk) dan lebih sukar (lsk).
Menggunakan metode berikut dalam menskor tes essay, antara lain:
a. Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban berdasarkan
tahapan tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan skor tertentu. Misalnya:
¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan
benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.
b. Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap
keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan
jawaban yang ada. Misalnya jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang
sekali. Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1 – 2
dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.
c. Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor demi nomor
bagi seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat yang paling baik hingga ke
yang paling buruk lalu dilakukan pemberian skor. Misalnya yang paling baik diberikan
skor 10; baik diberikan skor 8; cukup diberikan skor 6; sedang diberikan skor 4; dan
kurang diberikan skor 2 untuk setiap item tes.
d. Metode pembobotan (weight system): yakni dengan memberikan perbandingan bobot
skor dari setiap item tes berdasarkan tingkat kesukaran (difficulty index) soal.
Misalnya untuk soal mudah dengan bobot 2, sedang 3, sukar 4 dan sebagainya. Untuk
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 18/21
18
lebih jelasnya perhatikan contoh Sa (skor akhir) untuk siswa A dan siswa B yang
mengikuti tes essay dengan 5 item tes berikut:
Keterangan:
No : nomor soal
TK : tingkat kesukaran soal
n : skor setiap soal
W : weight/bobot skor
n × W : skor kali bobot
Sa : skor akhir
Rumus Sa =Dari contoh di atas, ternyata antara siswa A dan B dengan (n) yang sama yakni 35
ternyata (Sa) berbeda setelah dibobotkan yakni siswa A memperoleh skor 7,47 dan
siswa B memperoleh skor 6,93.
Sementara, menurut Sukardi, H.M (2009), pemberian skor pada tes essay
dapat dikatakan mudah dan juga dapat dikatakan sulit. Dikatakan mudah, karena setiap
guru pasti merasa bisa memberikan skor jawaban para siswanya termasuk penggunaan
jawaban yang berasal dari tes essay, karena dalam pemberian skor pada tes essay tidak
ada eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya dikatakan sulit,
karena banyak faktor selalu muncul yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektivitas,
pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara guru dengan para siswa selama dalam
proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi faktor-faktor di atas, berikut
beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan para guru, antara lain:
1. Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi
penting yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian.
2. Menentukan skor dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan,
kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jawaban.
3. Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan
kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata.
4. Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum lanjut ke
pertanyaan berikutnya.
5. Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke
dalam 3 – 5 tumpukan dengan memperhatikan ranking dari yang tertinggi sampai
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 19/21
19
terendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada
atas dasar skor yang dicapai.
6. Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siswa
penjawabnya.
7. Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan
yang dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan.
Pernyataan diatas adalah kutipan dari blog Benny Metika tentang mengkonstruksi tes
essay.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Asesmen yang Bersifat Subjektif
Kelebihan – kelebihan asesmen yang bersifat subjektif, antara lain :
Mudah disiapkan dan disusun.
Tidak member banyak kesempata untuk berspekulasi atau untung – untungan.
Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalam bentuk kalimat yang baik.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan
gaya bahasa dan caranya sendiri.
Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
Kelemahan – kelemahan asesmen yang bersifat subjektif, antara lain :
Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi – segi mana
sari pengetahuan siswa yang betul – betul telah dikuasai.
Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh materi bahan pelajaran yang
diteskan karena soal yang diberikan terbatas.
Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsure – unsure subjektif.
Pemeriksaannya lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan.
Waktu untuk koreksinya lebih lama dan tidak dapat diwakilkan oleh orang
lain.
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 20/21
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asesmen adalah suatu penilaian yang terhadap suatu objek - dalam hal ini
adalah siswa -, untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya serta yang
dibutuhkannya, untuk merancang suatu pembelajaran. Asesmen subjektif adalah
penilaian yang dilakukan secara sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya.
Sebagai contoh asesmen subjektif adalah tes essay atau uraian. Tes bentuk esai
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata – kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan,, dan sebagainya.
Ada dua jenis asesmen subjektif, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas. Cara
membuat asemen negatif adalah yang pertama, mempersiapkan tes subjektif. Kedua,
menyusun soal-soal essay.
5/16/2018 ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi557200eb4979599169a0581d 21/21
21
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Drs, M.Pd. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
2009
Ngalim Purwanto, Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya,2004
Purwanto, Ngalim Drs. M. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. PT remaja
rosdakarya. Bandung.2004
Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009
http://benny-metika.blogspot.com/2011/08/mengkonstruksi-tes-essay.html
http://mawardis3ip.staff.fkip.uns.ac.id/2011/12/14/asesmen-proses-dan-hasil-belajar-
2/
http://manggamudaku.wordpress.com/2010/11/25/jenis-jenis-asesment/
http://secoretmimpi.blogspot.com/2010/01/makalah-psikologi-pendidikan-
assesmen.html
http://wiki.bestlagu.com/education/174393-pengertian-asseasmen-bentuk-assesmen-
dan-langkah-penerapan-assesmen.html
Top Related