Isi

9
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebelum datangnya bangsa penjajah, memiliki sebuah peraturan yang tertuang dalam hukum adat. Hukum adat tersebut berupa hukum tidak tertulis. Namun setelah datangnya bangsa Belanda dan Jepang, terdapat beberapa perubahan terhadap hukum adat yang berlaku pada masyarakat sebelumnya. Diantaranya seperti perubahan terhadap politik hukum adat. Sehingga perhatian hukum adat bermanifestasi kedalam antara lain lahirnya suatu ilmu hukum adat dan pelaksanaan suatu politik hukum adat. Karya politik tersebut berupa perundang-undangan mengenai hukum adat. Dan kemudian sejarah politik hukum adat dapat terbagi atas periode sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan. Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai “PERKEMBANGAN SEJARAH POLITIK HUKUM ADAT SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN”. b. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menarik suatu permasalahan, yaitu: 1. Bagaimanakah perkembangan sejarah politik hukum adat sebelum dan sesudah kemerdekaan? c. Tujuan Penulisan 1

Transcript of Isi

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sebelum datangnya bangsa penjajah, memiliki sebuah peraturan

yang tertuang dalam hukum adat. Hukum adat tersebut berupa hukum tidak tertulis.

Namun setelah datangnya bangsa Belanda dan Jepang, terdapat beberapa perubahan

terhadap hukum adat yang berlaku pada masyarakat sebelumnya. Diantaranya seperti

perubahan terhadap politik hukum adat. Sehingga perhatian hukum adat bermanifestasi

kedalam antara lain lahirnya suatu ilmu hukum adat dan pelaksanaan suatu politik hukum

adat.

Karya politik tersebut berupa perundang-undangan mengenai hukum adat. Dan

kemudian sejarah politik hukum adat dapat terbagi atas periode sebelum kemerdekaan

dan sesudah kemerdekaan. Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai

“PERKEMBANGAN SEJARAH POLITIK HUKUM ADAT SEBELUM DAN

SESUDAH KEMERDEKAAN”.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menarik suatu permasalahan, yaitu:

1. Bagaimanakah perkembangan sejarah politik hukum adat sebelum dan

sesudah kemerdekaan?

c. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan yaitu:

1. Untuk mengetahui sejauh mana proses pembentukkan sejarah politik

hukum adat sebelum dan sesudah kemerdekaan.

d. Manfaat Penulisan

1. Agar dapat bermanfaat terhadap pengembangan materi hukum adat.

1

Page 2: Isi

BAB II

PEMBAHASAN

a. Sejarah Politik Hukum Adat Sebelum Kemerdekaan

Masa Kompeni (V.O.C. 1596 – 1808)

Pada masa ini VOC dapat dikatakan bermuka dua, yaitu Pengusaha, khususnya

pedagang dan Badan Pemerintah dengan hak mengatur susunan rumah tangga beserta

pengurusnya sendiri, sifat pertama itulah yang terutama menentukan sikap VOC terhadap

hukum adat. Di pusat pemerintahan dinyatakan berlaku satu stelsel hukum untuk semua

orang dari golongan bangsa manapun, yaitu hukum Belanda. Baik hukum tatanegara,

hukum privat maupun hukum pidana. Diluar wilayah itu adat pribumi tidak diindakan

sama sekali.

Keadaan tersebut menggambarkan prinsip yang hendak dipertahankan oleh VOC

yaitu di wilayah yang dikuasai VOC harus berlaku hukum VOC, baik bagi orang VOC

sendiri maupun orang Indonesia dan orang Asia lainnya yang berada di wilayah yang

bersangkutan.

Masa Pemerintahan Daendels (1808 – 1811)

Pada masa Daendels, VOC dibubarkan dan kemudian dibentuk Dewan Asia yang

memiliki tugas sebagai berikut:

1. politik pemerintahan akan dilakuka terlepas dari perhitungan komersil

2. akan diadakan perubahan-perubahan utnuk memperbaiki nasib tanah jajahan

beserta penduduknya.

Kemudian Dasar peradilan bagi orang Indonesia ditentukan dalam Pasal 86 dari Charter

(peraturan pemerintah) untuk harta kekayaan di Asia yang disahkan oleh Pemerintah

Republik (Belanda) pada 27 September 1804. yang menyebutkan bahwa pemberlakuan

hukum adat kepada orang Bumi Putera dan menghindari tindakan-tindakan yang

sewenang-wenang

Masa Pemerintahan Raffles (1811 – 1816)

Raffles termasuk salah seorang perintis penemuan huku adat, bersama-sama dengan

Marsden dan Crawfurd. Sejak menjadi petugas Kompeni Hindia Timur Inggris di Pulau

Pinang. Pada Masa Raffles terbentuk sebuah Agen Politik yang bertugas mengumpulkan

2

Page 3: Isi

informasi yang berguna mengenai watak penduduk, sumber kemakmuran dan kadar

pengaruh kekuasaan Belanda dan membentangkan jarring-jaring intrigue/helat dan

mendesas-desuskan isu yang menimbulkan keonaran di seluruh Nusantara.

Yang terpenting dalam pemerintahan Raffles ialah usulnya mengenai yaitu:

1. agar pemerintah Inggris menempuh politik lunak, murah hati dan menciptakan

suasana damai dengan anak negeri, agar mereka tertambat hatinya kepada

pemerintah Inggris

2. Supaya pengaruh Inggris ditingkatkan di kepulauan ini, sehingga kedudukannya

makin kuat, juga kalau jajahan Belanda ini harus dikembalikan sesudah

perdamaian Eropa tercapai.

Masa 1816 – 1848

Pada pertengahan tahun 1816, terjadi peralihan kekuasaan atas Indonesia dari

pemerintah Inggris kepada pemerintah Belanda (Komisaris-Jendaral). Dalam masa ini

diberlakukannya peraturan yang unfikasinya berkriterium hukum Belanda dan juga

peraturan Provinsional atau Sementara. Lebih singkatnya, permberlakuan hukum adat,

jadi kemungkinan orang Eropa juga dapat diterapkan. Namun bukan berarti hukum adat

dapat dikatakan sederajat dengan hukum barat, sebab kesadaran dan penghargaan

tersebut sukar dibayangkan dalam alam pikiran Komisaris-Jendral.

Masa 1848 – 1928

Pada masa ini disebut juga sebagai tahun bersejarah karena penguasa Hindia Belanda

mulai menyadari bahwa asas unifikasi hukum telah mulai nampak dalam sejarah politik

hukum Belanda dengan mengedepankan huku adat.

Dengan merencanakan peraturan perundang-undangan diantaranya:

1. Ketentuan Umum tentang perundang-undangan bagi Hindia Belanda

2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata untuk Hindia Belanda

3. Kitab Undang-undang Hukum Dagang untuk Hindia Belanda

4. Peraturan tentang Organisasi Pengadilan dan Kebijaksanaan Kehakiman di Hindia

Belanda

Namun tahun 1927 Belanda mengubah haluannya, dengan menolak konsepsi

unifikasi hukum dan menyangsikan apakah sudah saatnya untuk menuangkan materi

huku perdata bagi rakyat Indonesia dalam bentuk perundang-undangan. Sehingga

3

Page 4: Isi

Pemerintah Hindia Belanda membuat suatu kodifikasi huku bagi orang Indonesia asli

yang sedapatnya didasarkan pada asas-asas hukum Eropa. Akan tetapi bila hukum adat

tersebut belum dapat ditinggalkan atau diganti dengan huku lain, maka hukum adat tetap

akan dipertahankan. Hal ini dilakukan oleh Van Vollenhoven di Nederland dan Ter Haar

di Indonesia, yang hendak melindungi dan memperkembangkan hukum adat.

Masa 1928 – 1945

Dalam karangannya “Setengah Jalan Politik Huku Adat Baru”, Ter Haar

menggambarkan hasil perundang-undangan di lapangan hukum adat sebagai berikut:

1. Peradilan Adat diperintah langsung dengan Ordonansi (S. 1932 – 80) dan

pelaksanaannya dibuat oleh Residen setempat

2. Peradilan Swapraja diberi beberapa aturan dasar Zelfbestuursregelen 1938 (S.

1938 – 529)

3. Hakim Desa diberi pengakuan undang-undang (S. 1935 – 102) Pasal 3a kedalam

R.O.

b. Sejarah Politik Hukum Adat Sesudah Kemerdekaan

Masa 1945 sampai Sekarang

1. Konsepsi Soepomo (1947 – 1952)

Soepomo menganjurkan suatu herorientasi dalam politik hukum kejurusan sebaliknya

daripada herorientasi tahun 1927. Kemudian Ia agak berubah pendapatnya. Unifikasi

tidak begitu diutamakan. Pasal 25/2 UDS belum mengijinkan adanya unifikasi.

Untuk sementara waktu perbedaan dalam kebutuhan sosial dan hukum harus

diperhatikan. Kebutuhan sosial itu meliputi juga hal-hal yang berhubungan dengan

hukum harta kekayaan orang Indonesia asli. Unifikasi baru dapat diadakan bila sudah

ada persamaan keadaan dan kebutuhan.

2. Konsepsi Hazairin (1950)

Hazairin menegaskan pentingnya hukum Eropa dalam proses modernisasi masyarakat

dalam segala segi. Hukum Eropa yang berlaku di Negara Indonesia harus dipandang

sebagai huku nasional.

4

Page 5: Isi

Proses asimilasi kea rah kebudayaan dan teknik Barat tidak dapat dihindarkan lagi.

Namun diberikan peranan lebih besar kepada hukum adat. Serta Hukum Eropa dan

Hukum adat akan dipertautkan.

Dalam kurun waktu 1945 – 1950, tata susunan Hukum Nasional seperti yang tersurat

dan tersirat dalam UUD 1945 berserta pembukaan dan penjelasannya itu tidak banyak

memperoleh tanggapan dari kalangan ilmu hukum. Di dalam revolusi fisik hal itu kiranya

dapat dipahami. Suatu hal yang patut diperhatikan ialah bahwa di masa perjuangan fisik,

lembaga dan asas hukum Hukum Adat banyak dimanfaatkan untuk mengamankan

aktivitas perjuangan, baik dalam perjuangan kemerdekaan maupun dalam bidang

ketatanegaraan dan pemerintahan.

5

Page 6: Isi

BAB III

PENUTUP

a. Simpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses

pembentukkan sejarah politik hukum adat dapat dilihat dari beberapa periode yang

diantaranya :

1. Periode Sebelum Kemerdekaan, yaitu :

a. Masa Kompeni (VOC 1596 – 1808)

b. Masa Pemerintahan Daendels (1808 – 1811)

c. Masa Pemerintahan Raffles ( 1811 – 1816)

d. Masa 1816 - 1848

e. Masa 1848 – 1928

f. Masa 1928 - 1945

2. Periode Sesudah Kemerdekaan (1945 – sekarang)

b. Saran

Bertolak dari kesimpulan yang penulis kemukakan, maka penulis memberi saran

sebagai berikut :

1. Dalam perkembangannya sejarah politik hukum adat di Indonesia masih

didominasi adanya hukum dari pemerintah penjajah. Oleh karenanya hendaknya

pemerintah Indonesia membuatkan suatu hukum asli bangsa Indonesia dengan

merunut kepada norma-norma yang ada pada masyarakat Indonesia yaitu dengan

melihat hukum adat di daerahnya masing-masing

2. Namun apabila hal tersebut agaknya sulit diwujudkan, dapat diberikan alternatif

yaitu jika ada sengketa mengenai masyarakat adapt maka pemerintah selain

memberlakukan hukum positif yang ada juga sebaiknya merunut dari hukum adat

yang bersangkutan.

6