isi
Click here to load reader
-
Upload
muhamad-fanny-firmansyah -
Category
Documents
-
view
52 -
download
0
Transcript of isi
VISI, MISI, PARADIGMA, DAN TRILOGI PROFESI
A. Visi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang
secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan dan Konseling sebagai ilmu dan profesi harus mampu memberikan
sumbangan bagi dunia Pendidikan Nasional dan kehidupan masyarakat pada
umumnya. Visi BK tidak lagi dibatasi pada setting sekolah, melainkan
menjangkau bidang di luar sekolah yang memberikan nuansa dan corak pada
penyelenggaraan pendidikan yang lebih sensitif, antisipatif, proaktif dan responsif
terhadap perkembangan peserta didik dan warga masyarakat sehubungan dengan
pemikiran tersebut secara Institusional visi Bimbingan dan Konseling di arahkan
menjadi jurusan unggulan.
Visi pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik
berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
B. Misi Bimbingan dan Konseling
Misi Bimbingan dan Konseling yaitu menunjang perkembangan diri dan
kemandirian siswa agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa
secara efektif, kreatif dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa
1
depan karir dalam :
Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME.
Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan.
Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual.
Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, SQ dan EQ.
Pengaktualisasian diri secara optimal.
Dalam Pelaksanaannnya Bimbingan dan Konseling mempunyai beberapa misi
yang sangat penting., diantaranya sebagai berikut :
1. Misi Pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui
pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa
depan
2. Misi Pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan
kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
3. Misi Pengentasan Masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan
masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.
C. Paradigma Bimbingan Konseling
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam
bingkai budaya. Artinya pelayanan Konseling berdasarkan kaidah-kaidah ilmu
dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan
pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.
2
Pada intinya Paradigma bimbingan dan konseling meliputi hal berikut :
BK merupakan pelayanan psikopaedagogis dalam bingkai budaya
Indonesia dan religius.
Arah Bimbingan Konseling mengembangkan kompetensi siswa untuk
mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Membantu siswa agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang
mengganggu dan menghambat perkembangannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah salah satu bagian integral dari
pelayanan pendidikan di sekolah yang harus selalu dikembangkan. Untuk
efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu dilakukan
pendekatan individual, kelompok, dan klasikal secara terpadu. Untuk itulah
dukungan sarana dan prasarana serta pembinaan dari instansi terkait dipandang
sangat urgent guna mengubah paradigma bahwa layanan bimbingan dan konseling
tidak hanya mengatasi masalah saja, melainkan lebih pada optimalisasi potensi.
D. Trilogi Profesi Pendidik
Dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2 dan UU No.14 Tahun 2005
Pasal 1 Butir 4. dijelaskan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional”, dan
“profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi”
3
Dalam peraturan tersebut seorang pendidik dituntut untuk bekerja secara
profesional. Untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, ataupun
profesional dalam bidang apapun, seseorang harus menguasai dan memenuhi
ketiga komponen trilogi profesi, yaitu :
1). Komponen dasar keilmuan,
Komponen dasar keilmuan, memberikan landasan bagi calon tenaga
profesional dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
berkenaan dengan profesi yang dimaksud.
2). Komponen substansi profesi,
Komponen substansi profesi, membekali calon profesional apa yang menjadi
fokus dan objek praktis spesifik pekerjaan profesionalnya.
3). Komponen praktik profesi, sebagaimana gambar berikut :
Komponen praktik profesi
mengarahkan calon tenaga profesional untuk menyelenggarakan praktik
profesinya itu kepada sasaran pelayanan atau pelanggan secara tepat dan
berdaya guna. Penguasaan dan penyelenggaraan trilogi profesi secara mantap
merupakan jaminan bagi suksesnya penampilan profesi tersebut demi
kebahagiaan sasaran pelayanan. Penguasaan ketiga komponen profesi tersebut
diperoleh di dalam program pendidikan profesi dan pendidikan akademik
yang mendasarinya.
Dalam hal ini Konselor termasuk adalah pendidik (UU No.20 Tahun
2003 Pasal 1 Butir 6) , sebagai tenaga professional dituntut untuk menguasai
4
dan memenuhi trilogi profesi dalam bidang pendidikan, khususnya bidang
konseling, yaitu :
Komponen Dasar Keilmuan :Ilmu Pendidikan
Komponen Substansi Profesi :Proses pembelajaranterhadap pengembangan
diri/ pribadi individu melalui modus pelayanan konseling.
KomponenPraktik Profesi : Penyelenggaraan proses pembelajaran terhadap
sasaran pelayanan melalui modus pelayanan konseling.
Komponen Profesi Konselor
1. Ilmu Pendidikan
Konselor diwajibkan menguasai ilmu pendidikan sebagai dasar
dari keseluruhan kinerja profesionalnya dalam bidang pelayanan
konseling, karena konselor digolongkan ke dalam kualifikasi
pendidik; dan oleh karenanya pula kualifikasi akademik seorang
konselor pertama-tama adalah Sarjana Pendidikan.
Atas dasar keilmuan inilah konselor akan menguasai dengan
baik kaidah-kaidah keilmuan pendidikan sebagai dasar dalam
memahami peserta didik (sebagai sasaran pelayanan konseling)
dan memahami seluk beluk proses pembelajaran yang akan
dijalani peserta didik melalui modus pelayanan konseling. Dalam
hal ini proses konseling tidak lain adalah proses pembelajaran
yang dijalani oleh sasaran layanan bersama konselornya. Dalam arti
yang demikian pulalah, konselor sebagai pendidik diberi label juga
sebagai agen pembelajaran.
5
2. Substansi Profesi Konseling
Di atas kaidah-kaidah ilmu pendidikan itu konselor
membangun substansi profesi konseling yang meliputi objek
praktis spesifik profesi konseling, pendekatan, dan teknologi
pelayanan, pengelolaan dan evaluasi, serta kaidah-kaidah
pendukung yang diambil dari bidang keilmuan lain. Semua
subtansi tersebut menjadi isi dan sekaligus fokus pelayanan konseling.
Secara keseluruhan substansi tersebut sebagai modus pelayanan
konseling.
Objek praktis spesifik yang menjadi fokus pelayanan
konseling adalah kehidupan efektif sehari-hari (KES). Dalam hal
ini, sasaran pelayanan konseling adalah kondisi KES yang
dikehendaki untuk dikembangkan dan kondisi kehidupan efektif
sehari-hari yang terganggu (KES-T). Dengan demikian, pelayanan
konseling pada dasarnya adalah upaya pelayanan dalam
pengembangan KES dan penanganan KES-T.
Berkenaan dengan pendekatan dan teknologi, pengelolaan
dan evaluasi pelayan konseling, konselor wajib menguasai berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukungnya dengan landasan teori,
acuan praksis, standar prosedur operasional (SPO), serta
implementasinya dalam praktik konseling. Pendekatan dan teknologi,
pengelolaan dan evaluasi pelayanan itu perlu didukung oleh
kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi seperti psikologi, sosiologi,
teknologi- informasi-komunikasi sebagai “alat” untuk lebih
menepatgunakan dan mendayagunakan pelayanan konseling.
3. Praktik Pelayanan Konseling
Praktik pelayanan konseling terhadap sasaran pelayanan
merupakan puncak dari keberadaan bidang konseling pada setting
6
tertentu. Mutu pelayanan konseling diukur dari penampilan paktik
pelayanan oleh konselor terhadap sasaran pelayanan. Pada setting
satuan pendidikan misalnya, mutu kinerja konselor di sekolah/
madrasah dihitung dari penampilannya dalam praktik pelayanan
konseling terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya.
Penguasaan konselor atas materi ketiga komponen trilogi
profesi konseling tersebut diperolah dari studi pada program
bidang konseling tingkat sarjana (S-1)ditambah dengan pendidikan
profesi konselor (PPK). Seluruh materi tersebut dipadukan dalam
bentuk praktik pelayanan konseling melalui persiapan yang
matang berupa berbagai program pelayanan sesuai dengan kebutuhan
sasaran pelayanan.
Referensi :
Mugiarso, Heru, dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES
Press.
http://www.blogger.com/feeds/8084972279304784542/posts/default
http://sarkomkar.blogspot.com/2009/02/visimisi-tujuan-dan-bidang-kajian.html
http://winithepooh.multiply.com/journal/item/7
7
8