isi osteo

25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis (pengeroposan tulang) merupakan gangguan metabolic tulang dengan meningkatkan kecepatan resopsi tulang tetapi kecepatan pembentukannya berjalan lambat sehingga kehilangan massa tulang (Kowalak, 2011). Osteoporosis dapat dijumpai terbesar diseluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam Kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post menopause dan lebih dari 50% penduduk diatas umur 75-85 tahun. Dari pasien-pasien tersebut diatas, 1,5 juta mengalami fraktur setiap tahunnya, yang antara lain mengenai tulang femur bagian froksimal sebanyak 250.000 pasien dan fraktur vertebra menyerang 500.000 pasien. Fraktur panggul, merupakan keadaan yang paling berat pada pasien osteoporosis dan akan mengakibatkan kematian sebanyak 10-15% setiap tahunnya. Lebih dari 50% pasien fraktur panggul terancam mengalami ketergantungan (tidak dapat melakukan sesuatu) sehingga 25% diantaranya 1

description

oke

Transcript of isi osteo

Page 1: isi osteo

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoporosis (pengeroposan tulang) merupakan gangguan metabolic

tulang dengan meningkatkan kecepatan resopsi tulang tetapi kecepatan

pembentukannya berjalan lambat sehingga kehilangan massa tulang

(Kowalak, 2011).

Osteoporosis dapat dijumpai terbesar diseluruh dunia dan sampai saat

ini masih merupakan masalah dalam Kesehatan masyarakat terutama di

negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporis menyerang 20-25 juta

penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post menopause dan lebih dari 50%

penduduk diatas umur 75-85 tahun. Dari pasien-pasien tersebut diatas, 1,5

juta mengalami fraktur setiap tahunnya, yang antara lain mengenai tulang

femur bagian froksimal sebanyak 250.000 pasien dan fraktur vertebra

menyerang 500.000 pasien. Fraktur panggul, merupakan keadaan yang paling

berat pada pasien osteoporosis dan akan mengakibatkan kematian sebanyak

10-15% setiap tahunnya. Lebih dari 50% pasien fraktur panggul terancam

mengalami ketergantungan (tidak dapat melakukan sesuatu) sehingga 25%

diantaranya memerlukan bantuan perawat terlatih (Tjokronegoro, 2003).

Di Amerika Serikat biaya yang dikeluarkan untuk pasien-pasien sakit

panggul adalah 7-8 miliyar setiap tahun. Masyarakat atau populasi

osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia. Dia

Amerika Serikat hal ini terdapat pada kelompok usia diatas 85 tahun,

terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan

terhadap osteoporosis. Walaupun demikian proses terjadinya osteoporosis

sudah dimulai sejak umur 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin

cepat pada masa post menopause (Tjokronegoro, 2003).

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai osteoporosis dan asuhan

keperawatan dengan osteoporosis maka masalah osteoporosis dan asuhan

keperawatannya akan di bahas lebih lanjut pada makalah ini.

1

Page 2: isi osteo

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian dari Osteoporosis?

1.2.2 Apa Etiologi dari Osteoporosis?

1.2.3 Apa Manifestasi Klinis Dari Osteoporosis?

1.2.4 Bagaimana Patofisiologi dari Osteoporosis?

1.2.5 Bagaimana Pathway dari Osteoporosis?

1.2.6 Apa Masalah Keperawatan dari Osteoporosis?

1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medik dari Osteoporosis?

1.2.8 Apa Pemeriksaan Penunjang dari Osteoporosis?

1.2.9 Apa Komplikasi dari Osteoporosis?

1.2.10 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Osteoporosis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan memahami tentang konsep teori dan konsep

asuhan keperawatan dari osteoporosis.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tentang:

1. Apa pengertian dari osteoporosis

2. Apa etiologi dari osteoporosis

3. Apa manifestasi klinis dari osteoporosis

4. Bagaimana patofisiologi dari osteoporosis

5. Bagaimana pathway dari osteoporosis

6. Apa masalah keperawatan dari osteoporosis

7. Bagaimana penatalaksanaan medik dari osteoporosis

8. Apa pemeriksaan penunjang dari osteoporosis

9. Apa komplikasi dari osteoporosis

10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan osteoporosis

2

Page 3: isi osteo

BAB 2

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian

Osteoporosis (pengeroposan tulang) merupakan gangguan metabolic

tulang dengan meningkatkan kecepatan resopsi tulang tetapi kecepatan

pembentukannya berjalan lambat sehingga kehilangan massa tulang

(Kowalak, 2011).

Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan

jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau

mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal (Tjokronegoro, 2003).

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang

total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan

resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,

mengakibatkan penurunan massa tulang total (Smeltzer, 2001).

2.2 Etiologi

Menurut (Kowalak, 2011) penyebab osteoporosis primer tidak

diketahui, tetapi factor-faktor yang turut berkontribusi adalah:

1. Keseimbangan negative kalsium yang bersifat ringan tetapi sudah berjalan

lama akibat asupan kalsium dari makanan yang tidak adekuat (mungkin

merupakan factor kontribusi yang paling penting).

2. Fungsi gonad dan kelenjar adrenal yang menurun.

3. Gangguan metabolism protein akibat defisiensi relative atau progresif

hormone estrogen (estrogen menstimulasi aktivitas osteoblast dan

membatasi efek hormone paratiroid yang menstimulasi sel-sel osteoklas).

4. Gaya hidup kurang bergerak (sedentari).

3

Page 4: isi osteo

Menurut (Kowalak, 2011) ada banyak keadaan yang menyebabkan

osteoporosis sekunder dan keadaan tersebut meliputi:

1. Terapi yang lama preparat steroid atau heparin (heparin meningkatkan

resorpsi tulang dengan menghambat sintesis kolagen atau dengan

meningkatkan penguraian kolagen)

2. Imobilisasi total atau keadaan yang membuat tulang tidak terpakai (seperti

pada hemiplegia)

3. Alkoholisme

4. Malnutrisi

5. Malabsorpsi

6. Skorbut

7. Intoleransi laktosa

8. Gangguan endokrin, seperti hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, sindrom

chusing, diabetes mellitus (kadar kalsium dan fosfat didalam plasma

dipertahankan oleh system endokrin)

9. Osteogenesis imperfekta

10. Atropi sudeck (yang terbatas pada tangan dan kaki dan disertai serangan

kambuhan)

11. Obat-obatan (antacid yang mengandung alumunium, kostikosteroid,

antikonvulsan)

12. Kebiasaan merokok

2.3 Manifestasi Klinis

Menurut (Tjokronegoro, 2003) keluhan yang dapat dijumpai pada pasien

osteoporosis adalah:

a. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata

b. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak pasien

osteoporosis sampai dengan pada pasien bukan osteoporosis. Rasa sakit

oleh karena adanya kompresif fraktur pada vertebra pada umumnya

mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu nyeri timbul secar mendadak,

sakitnya hebat dan terlokalisasi pada daerah vertebra yang terserang; rasa

4

Page 5: isi osteo

sakit akan berkurang secara pelan-pelan apabila pasien istirahat ditempat

tidur dan akhirnya nyeri akan sangat minimal. Kadang-kadan nyeri

dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur) dan akan bertambah oleh

karena melakukan pekerjaan sehari-hari atau karena suatu pergerakan yang

salah. Untuk selanjutnya, rasa sakit ini berperan pula dalam proses

timbulnya osteoporosis, yaitu dengan adanya rasa sakit pasien akan sangat

mengurangi mobilitas. Mobilitas yang sangat berkurang akan

mengakibatkan terjadinya resorpsi tulang yang berlebihan dan hal ini akan

memperberat osteoporosis yang telah ada.

c. Fraktur pada pasien osteoporosis sering kali terjadi baik secara spontan

ataupun oleh karena adanya trauma minimal. Bagian-bagian tubuh yang

sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul, dan vertebra. Fraktur

vertebra sering terjadi pada vertebra Th 11-12 dan akan mengakibatkan

berkurangnya tinggi badan pasien. Adanya riwayat fraktur pada daerah

tersebut mengarah kecurigaan adanya osteoporosis, apalagi kalua disertai

dengan riwayat keluarga dengan osteoporosis.

d. Gejala klinis lainya yang sering ditemukan adalah menurunya tinggi

badan, hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang

asimtomatis pada vertebra.

2.4 Patofisiologi

Dalam keadaan normal pada tulang kerangka akan terjadi suatu proses

yang berjalan secara terus-menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu proses

resorpsi dan proses pemebentukan tulang (remodelling). Setiap perubahan

dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorpsi lebih besar dari

pada proses pembentukan tulang, maka akan trjadi pengurangan massa tulang

dan keadaan inilah yang kita jumpai pada osteoporosis.

Dalam massa pertumbuhan tulang sesudah terjadi penutupan epifisis,

pertumbuhan tulang secara longitudinal akan terhenti dan pada saat ini

pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan periode

konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang

5

Page 6: isi osteo

atau penurunan anporositas tulang bagian korteks. Pada proses konsolidasi

secara maksimal akan dicapai pada usia kurang lebih antara 30-50 tahun

untuk tulang bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih

dini pada tulang bagian trabekula. Sesudah usia 40-45 tahun baik wanit

mupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks 0,3-0,5% stiap

tahun, sedangkan tulang trabekula akan mengalami proses serupa pada usia

lebih muda. Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang

dengan mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan

bagian korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang

tersebut tampak normal. Tittik kritis proses ini akan tercapai apabila massa

tualang yang hilang tersebut sedemikian berat sehingga tulang yang

bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan

terjadinya fraktur. Sat inilah merupakan masalah bagi para klinis. Bagian-

bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus ini adalah vertebra,

paha bagian proksimal dan radius bagian distal.

Osteoporosis dapat terjadi oleh karena barbagai sebab, akan tetapi

yang paling sering dan paling banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh

karena bertambahnya usia (Tjokronegoro, 2003).

6

Page 7: isi osteo

2.5 Pathway

7

Page 8: isi osteo

2.6 Masalah Keperawatan

1. Nyeri

2. Konstipasi

3. Resiko cedera

4. Kurang pengetahuan

2.7 Penatalaksanaan Medik

Penanganan untuk mengendalikan kehilangan massa tulang,

mencegah fraktur, dan mengontrol rasa nyeri dapat meliputi:

1. Fisioterapi yang menekankan latihan serta aktivitas dilakukan secara

perlahan dan latihan fisik yang bersifat menggangkat beban moderat serta

teratur untuk memperlambat kehilangan massa tulang dan kalau mungkin

membalikan proses demineralisasi (stress mekanis yang ditimbulkan oleh

latihan fisik akan mestimulasi pembentukan tulang)

2. Pemakaian alat penyangga, seperti back brace

3. Pembedahan jika ada indikasi untuk mengatasi fraktur patologis

4. Terapi sulih hormone dengan ekstrogen serta progesterone untuk

memperlambat kehilangan massa tulang dan mencegah fraktur.

5. Obat analgesic dan pemanasan local untuk meredakan rasa nyeri.

Pengobatan lain meliputi:

1. Suplemen kalsium dan vit D untuk mendukung metabolism tulang yang

normal.

2. Kalsitonin (calcimar) untuk mengurangi resorpsi tulang dan

memperlambat penurunan massa tulang.

3. Bisofonat, seperti etidronat (didronel), untuk meningkatkan densitas tulang

dan menggembalikan massa tulang yang hilang.

4. Fluoride seperti alendronate (fosamax), untuk menstimulasi pembentukan

tulang; pemakaian obat ini memerlukan kewaspadaan yang ketat dan dapat

menyebabkan gangguan lambung

8

Page 9: isi osteo

5. Vit C, kalsium dan protein untuk mendukung metabolism skeletal (melalui

diit seimbang yang kaya nutrien)

Tindakan lain meliputi:

1. Mobilisasi dini pasca bedah atau pasca trauma

2. Pengurangan konsumsi alkohol dan pemakaian tembakau

3. Observasi yang ketat untuk mengamati tanda-tanda malabsorpsi (feses

berlemak, diare kronik)

4. Terapi yang segera dan efektif terhadap gangguan yang mendasari (untuk

mencegah osteoporosis sekunder) (Kowalak, 2011).

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium (Tjokronegoro, 2003).

Pemeriksaan lab terutama ditunjukan untuk mengetahui secara tidak

langsung adanya resopsi tulang (gangguan terhadap keseimbangan antara

resorpsi dan pembentukan tulang). Pemeriksaan untuk mengetahui adanya

resorpsi tulang secara tidak langsung, antara lain adalah:

a. Mengukur kadar kalsium dalam air kemih puasa dibagi dengan

kreatinin; perlu diingat bahwa adanya ganguan absorpsi kalsium dalam

intestine akan berakibat pengeluaran kalsium dalam air kemih pun

sangat rendah.

b. Mengukur kadar hidroksi-prolin dalam air kemih puasa bagi dengan

kreatin. Hidroksipolin dalam air dipakai sebagai indicator adanya

resorpsi tulang, akan tetapi hidroksipolin dalam air kemih akan

dijumpai pula pada orang dengan diit tinggi protein. Jadi pemeriksaan

ini spesifisitas serta sensitivitasnya rendah.

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya pembentukan tulang adalah:

a. Mengukur kadar fosfatase alkali serum fosfatase; fosfatase alkali

diproduksi oleh osteoblas, jadi hal ini dapat dipakai sebagai indicator

adanya pembentukan tulang, akan tetapi fosfatase alkali juga dibentuk

9

Page 10: isi osteo

oleh jaringan lain. Agar pemeriksaan ini mempunyai arti yang spesifik,

perlu adanya pemeriksaan bone spesifik assay.

b. Mengukur bone-Gla- protein plasma (osteokalsin). Osteoklasin

disekresi hanya oleh osteoblas, jadi pemeriksaan ini dapat dipakai

sebagai indicator adanya pembentukan osteoid yang bertambah

2. Pemeriksaan Diagnostik (Kowalak, 2011).

1. Dual- atau single-photon absorptiometry untuk mengukur massa

tulang dalam ekstermitas, pangkal paha dan tulang belakang

2. Foto Rontgen yang memperlihatkan degenerasi yang khas pada

vertebra thorakal bawah dan vertebra lumbal (korpus vertebra dapat

dilihat rata dan tampak lebih padat dari pada keadaan normal;

kehilangan mineral tulang akan terlihat hanya pada stadium lanjut)

3. Pemeriksaan CT-scan untuk mengkaji kehilangan massa tulang

belakang.

4. Kadar kalsium, fosfor, serta alkali, fosfatase serum yang normal, dan

mungkin kenaikan kadar hormone paratiroid.

5. Biopsy tulang yang memperlihatkan tulang yang tipis dan porous

tetapi bisa juga jaringan tulang tersebut masih terlihat normal.

2.9 Komplikasi

Menurut (Kowalak, 2011) komplikasi osteoporosis yang mungkin meliputi:

1. Fraktur spontan ketika tulang kehilangan densitasnya dan menjadi rapuh

serta lemah

2. Syok, perdarahan atau emboli lemak (komplikasi fraktur yang fatal)

10

Page 11: isi osteo

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Nama, Umur (> 45 tahun), Jenis kelamin (wanita > pria), Alamat,

Pekerjaan, Suku/bangsa (Kaukasia)

2. Riwayat Penyakit

- Keluhan Utama : Nyeri dengan atau tanpa adanya

fraktur yang nyata.

- Riwayat Penyakit Sekarang : Keluhan yang dapat dijumpai pada

pasien osteopororsis adalah nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur

yang nyata, konstipasi atau gangguan citra diri.

- Riwayat Penyakit Dahulu : Menanyakan apakah pasien pernah

mengalami fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola

latihan, awitan menopause, penggunaan kortikosteroid selain asupan

alkohol, rokok dan kafein.

- Riwayat Penyakit Keluarga : Menanyakan apakah keluarga ada

yang mengalami penyakit yang serupa

3. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum : composmentis

- Pemeriksaan Fisik (Review Of System)

B1 (Breathing)

Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang

belakang

Palpasi: traktil premitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi:

Cuaca resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi: pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronchi

11

Page 12: isi osteo

B2 (Blood)

Pengisian kapiler kurang dari satu detik sering terjadi keringat dingin

dan pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan

pembulu darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.

B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, pada kasus yang lebih parah klien

dapat mengeluh pusing dan gelisahj

B4 (Bladder)

Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system

perkemihan

B5 (Bowel)

Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eliminasi namun perlu

dikaji juga frekuensi, konstistensi, warna serta bau feses. Biasanya

juga bisa terjadi konstipasi apabila terjadi akibat inaktivitas.

B6 (Bone)

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien

osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s

hump) dan penurunan tinggi badan. Adanya perubahan gaya berjalan,

deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi

fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

4. Pola Kebiasaan

Aktivitas/Istirahat

Tanda  : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari

pembengkakan jaringan, nyeri).

Sirkulasi

Tanda  : Hipretensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons

terhadap nyeri/ ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).

Takikardia (respons stress, hipovolemia)

Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cidera, pengisian kapiler

lambat, pucat pada bagian yang terkena.

12

Page 13: isi osteo

Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera.

Neurosensori

Gejala  : Hilang gerakan/sensasi, spasme otot, Kebas/kesemutan

(parestesis)

Tanda  : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.

Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain)

Nyeri/Kenyamanan

Gejala  : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada

imoilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme/kram otot

(setelah imobilisasi).

Keamanan

Tanda  : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan

warna. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-

tiba).

3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut (Smeltzer, 2001) diagnosa keperawatan pada osteoporosis sebagai

berikut:

1. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

2. Risiko terhadap cedera : fraktur yang berhubngan dengan tulang

osteoporotic

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan

program terapi

3.3 Rencana Keperawatan (Smeltzer, 2001)

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam

1. Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri

1. Untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien

13

Page 14: isi osteo

diharap nyeri berkurang / hilangKH :- Ekpresi wajah

rileks- Redanya nyeri

saat beristirahat (skala 0-3)

- Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur

2. Anjurkan klien teknik relaksasi otot dengan fleksi lutut

3. Lakukan kompres panas intermiten dan pijatan punggung

4. Edukasi pasien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit, hindari gerakan memuntir

5. Kolaborasi pemberian opioid oral dan selanjutnya analgesic non-opioid

2. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot

3. Kompres panas dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot

4. Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan resiko cedera

5. Opiod oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah Beberapa hari, analgesic no-opioid dapat meredahkan nyeri

2 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3X24 jam diharap tidak terjadi cedera.KH :- Mempertahank

an postur yang bagus

- Mempergunakan mekanika tubuh yang baik

- Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

- Menjalankan latihan

1. Anjurkan aktifitas fisik secara teratur

2. Ajarkan latihan isometric

3. Edukasi untuk tidak membungkuk mendadak, melenggok, dan mengangkat beban lama

4. Kolaborasikan

1. Aktivitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif

2. Latihan isometik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh

3. Membungkuk mendadak, melenggok, dan mengangkat beban lama dapat memperparah defermitas tulang

4. Untuk

14

Page 15: isi osteo

pembebanan berat badan

- Istirahat dengan berbaring Beberapa kali sehari

- Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah

aktivitas pembebanan berat badan harian, sebaiknya diluar rumah dibawah sinar matahari

memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharap pasien/keluarga dapat mengetahui tentang penyakitnyaKH :- Menyebutkan

hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang

- Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi

- Meningkatkan tingkat latihan

- Gunakan terapi hormone yang diresepkan

- Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran

1. Kaji tingakat pengetahuan pasien tentang osteoporosis

2. Timbang BB secara teratur dan modifikasi gaya hidup

3. Anjurkan dan ajarkan cara aktivitas fisik sesuai kemampuan

4. Kolaborasi dengan menekankan pemberian vitamin D, sinar matahari.

1. Dengan mengetahui pengetahuan klien membantu untuk mengambil tindakan selanjutnya

2. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang

3. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis

4. Kebutuhan kalsium, Vitamin D, terpapar sinar matahari pagi yang memadahi dapat meminimalkan efek osteoporosis

15

Page 16: isi osteo

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Osteoporosis (pengeroposan tulang) merupakan gangguan metabolic tulang

dengan meningkatkan kecepatan resopsi tulang tetapi kecepatan pembentukannya

berjalan lambat sehingga kehilangan massa tulang.

Osteoporosis dibedakan menjadi dua berdasarkan penyebabnya ada yang

primer dan sekunder. Penyebab osteoporosis primer disebabkan oleh

keseimbangan negative kalsium, fungsi gonad dan kelenjar adrenal yang menurun,

gangguan metabolism protein dan gaya hidup kurang bergerak (sedentari).

Sedangakan penyebab osteoporosis sekunder disebabkan oleh terapi yang lama

preparat steroid atau heparin, mobilisasi total, alkoholisme dan lain-lain.

Walaupun osteoporosis paling sering ditemukan pada wanita, pria juga

berisiko untuk mengalami osteoporosis.

4.2 Saran

Dalam pembuatan konsep asuhan keperawatan ini penulis sadar bahwa

makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam

pembuatan konsep asuhan keperawatan selanjutnya akan lebih baik lagi.

16