Isi Laporan New
-
Upload
rizkyansyah-alif-h -
Category
Documents
-
view
266 -
download
0
Transcript of Isi Laporan New
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu mata kuliah di D3 Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) ini adalah Teori dan Praktek Perautan yang diharapakan dapat
menunjang kemampuan mahasiswa dibidang produksi menggunakan proses
pemesinan konvensional. Dalam perkembangannya sesuai dengan kemajuan
teknologi, dalam pembuatan komponen logam menjadi produk dilakukan dengan
beberapa proses (proses penuangan/casting dan proses pembentukan/forming),
proses pemesinan sampai saat ini masih tetap merupakan proses yang paling
banyak digunakan (60% sampai 80%) didalam membuat suatu mesin yang
komplit.
Beberapa komponen yang berbahan logam proses pengerjaannya dilakukan
dengan proses pemesinan diantaranya traker bearing roda belakang mobil cherry
yakni traker yang digunakan untuk membuka bearing roda belakang dan
penguncinya pada mobil cherry. Beberapa orang menganggap traker ini tidak
penting, tetapi traker ini bertujuan untuk mempercepat bongkar pasang dan
menghindarkan kerusakan pada pengunci bearing.
Untuk membuat traker bearing roda belakang mobil cherry dapat dilakukan
dengan proses pemesinan antara lain menggunakan mesin bubut (lathe Machine)
dan mesin gurdi (Drilling Machine) dengan beberapa proses yang dilakukan
dengan kerja bangku serta mesin gergaji untuk pemotongan bahan yang akan
diproses. Dari kegiatan diatas kita dapat memadukan antara teori yang didapat di
kelas dengan hasil praktikum.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini, terdapat beberapa rumusan masalah yang
menjadi landasan permasalahan pada praktikum permesinan ini adalah sebagai
berikut:
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 1
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
1. Bagaimana urutan dalam proses pembuatan traker bearing roda
belakang mobil cherry ?
2. Berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses pengerjaan bagian –
bagian traker bearing roda belakang mobil cherry pada mesin bubut?
3. Berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses pengerjaan bagian –
bagian traker bearing roda belakang mobil cherry pada mesin drill?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari praktikum teknik perautan ini adalah :
1. Menerapkan teori teknik perautan yang telah diperoleh selama
perkuliahan.
2. Menganalisa teori dengan kenyataan yang ada pada kondisi sebenarnya
(kondisi lapangan).
3. Mengetahui serta dapat mengoperasi berbagai macam proses pemesinan
yang diantaranya adalah proses turning dan proses drilling
4. Dapat menarik kesimpulan (pemahaman) ketika mengoperasikan/
melakukan proses pemesinan terkait kendala / trouble yang dihadapi.
5. Dapat mengoperasikan mesin dengan baik dan benar.
6. Mendapatkan hasil proses permesinan sesuai dengan yang diinginkan.
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 2
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
BAB IIDASAR TEORI
2.1 Klasifikasi Proses Pemesinan
Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja menghasilkan geram dan
sementara itu permukaan benda kerja secara bertahap akan terbentuk menjadi
komponen yang dikehendaki. Pahat tersebut dipasangkan pada suatu jenis mesin
perkakas.
Gerak relatif pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua
macam komponen gerakan yaitu gerak potong (cutting movement) dan gerak
makan (feeding movement). Proses permesinan berdasarkan tujuan dan cara
pengerjaan atau mesin perkakas yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Sedangkan menurut jenis kombinasi dari gerak potong dan gerak makan maka
proses pemesinan dikelompokkan menjadi tujuh macam proses yang berlainan
seperti dalam Tabel 2.2.
Jenis Proses Mesin perkakas yang digunakan
1. Bubut (turning) Mesin bubut (lathe)2. Gurdi (drilling) Mesin gurdi ( drilling machine)3. Skrap (shaping,planing) Mesin skrap (shap machine)
Mesin skrap meja (planing machine) 4. Freis (milling) Mesin freis ( milling machine )5. Gergaji (sawing) Mesin gergaji (sawing machine)6. Koter/Pelebaran Lubang ( Boring) Mesin koter (boring machine)7. Parut (broaching)8.
Mesin parut/mesin broc(broaching machine)
9. Gerinda (grinding) Mesin gerinda (grinding machine)10. Asah (honing) Mesin asah (honing mechine)11. Asah Halus (Lapping) Mesin asah halus (lapping machine)12. Asah Super Halus (Super
Finishing)Mesin asah super halus/mesin asah kaca (super/mirror finishing)
13. Kilap (poloshing dan buffing) Mesin pengkilap (polisher & buffer)
Tabel 2.1. Klasifikasi proses pemesinan menurut jenis mesin perkakas.
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 3
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Tabel 2.2. Klasifikasi proses pemesinan menurut gerakan relatif pahat terhadap benda kerja.
2.1.1 Perhitungan Waktu Pemotongan Benda Kerja
Dalam setiap perencanaan proses pemesinan terdapat lima elemen
dasar proses pemesinan yaitu :
1. Kecepatan potong (cutting speed) : V (m/min)
2. Kecepatan makan (feeding speed) : Vf (mm/min)
3. Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm)
4. Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min)
5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : Z (cm3/min)
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 4
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Elemen proses pemotongan tersebut dihitung berdasarkan dimensi
benda kerja atau pahat serta besaran dari mesin perkakas. Oleh sebab itu
rumus yang dipakai untuk menghitung setiap elemen proses pemesinan
dapat berbeda.
Pada setiap proses diperkenalkan dua sudut pahat yang penting
yaitu sudut potong utama (principal cutting edge angle) dan sudut geram
(rake angle). Kedua sudut tersebut berpengaruh antara lain pada
penampang geram, gaya pemotongan serta umur pahat.
2.1.2 Geometri Pahat
Baja perkakas yang biasanya untuk pahat bubut adalah jenis HSS.
Bahan untuk pahat selain HSS adalah pahat sisipan (insert) yang biasa
disebut carbida yang dibuat dengan cara proses metalurgi serbuk (powder
metallograri). Dibanding pahat insert, pahat HSS lebih murah dan dapat
diasah lagi.
Gambar 2.1 Geometri Pahat Mesin Bubut
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 5
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Beberapa jenis pahat dapat dibedakan menjadi dua yaitu pahat
kanan (right hand) dan pahat kiri (left hand). Perbedaan antara kedua jenis
pahat tersebut terletak pada lokasi mata potong utama. Pahat kanan
mempunyai mata potong utama yang sesuai dengan lokasi ibu jari tangan
kanan bila tapak kanan ditelungkupkan diatas pahat yang dimaksud
dengan sumbu pahat dan sumbu tapak tangan sejajr. Demikian pula halnya
dengan pahat kiri dimana lokasi mata potong utamanya sesuai dengan
lokasi ibu jari tangan kiri, seperti terlihat pada Gambar 2.1.yang diambil
dari contoh suatu pahat pada mesin bubut.
2.1.3 Cairan Pendingin
Cairan pendingin berfungsi untuk memperpanjang umur pahat,
menurunkan gaya potong dan memperhalus permukaan produk hasil
pemesinan. Selain itu cairan pendingin berfungsi sebagai
pembersih/pembawa geram, melindungi benda kerja dan komponen mesin
dari korosi.
Cairan pendingin perlu dipilih dengan seksama sesuai dengan jenis
pekerjaan. Cairan pedingin yang biasa dipakai dalam proses pemesinan
dapat dikategorikan dalam empat jenis utama yaitu :
1. Cairan Sintetik
Cairan yang jernih atau diwarnai yang merupakan larutan murni
atau larutan permukaan aktif. Larutan murni ini tidak bersifat
melumasi dan biasanya dipakai untuk sifat penyerapan panas yang
tinggi dan melindungi terhadap korosi.
2. Cairan Emulsi
Air yang mengandung partikel minyak ( 5 – 20 m) unsur
pengemulsi ditambahkan pada minyak yang kemudian dilarutkan
kedalam air. Penambahan jenis minyak jenuh atau unsur lain dapat
menaikkan daya lumas.
3. Cairan Semi Sintetik
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 6
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Merupakan perpaduan antara jenis cairan emulsi dan sintetik yang
mempunyai kandungan minyak lebih sedikit, kandungan
pengemulsi lebih banyak.
4. Minyak (cutting oil)
Minyak yang berasal dari salah satu atau kombinasi dari minyak
bumi, minyak binatang, minyak ikan atau minyak nabati.
Viskositasnya dapat bermacam-macam dari yang encer sampai
dengan yang kental tergantung dari pemakaian.
Cara yang biasa dipakai untuk mengefektifkan pemakaian cairan
pendingin antara lain :
1. Manual
Bila mesin pekakas tak dilengkapi dengan sistem cairan pendingin.
Biasanya operator memakai kuas untuk memerciki pahat dengan
minyak pendingin
2. Dikucurkan/dibanjirkan
Sistem pendingin yang tediri atas pompa , saluran, nozel dan
tangki, yang dimiliki hampir oleh semua mesin perkakas. Satu atau
beberapa nozel dengan selang fleksibel diatur sehingga cairan
pendingin disemprotkan pada bidang aktif pemotongan.
3. Ditekan lewat saluran pada pahat
Cairan pendingin dialirkan dengan tekanan tinggi melewati saluran
pada pahat.
4. Dikabutkan
Cairan pendingin disemprotkan berupa kabut. Partikel cairan
sintetik, semi sintetik atau emulsi disemprotkan melalui aspirator
yang bekerja dengan prinsip seperti semprotan nyamuk.Cairan
dalam tabung akan naik melalui pipa berdiameter kecil, karena
daya vakum akibat aliran udara diujung atas pipa, dan menjadi
kabut yang menyemprot keluar.
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 7
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
2.2Proses Pemesinan dengan Mesin Bubut (Lathe Machine)
Mesin bubut adalah mesin yang dapat digunakan untuk berbagai proses
permesinan seperti pemotongan, pengeboran, pengerjaan tepi, pembuatan ulir,
pembuatan tirus dan lain sebagainya. Kecepatan putaran mesin bubut ditentukan
berdasarkan kecepatan potong dan diameter benda kerja yang dibubut. Supaya
pengoperasian mesin bubut dapat efisien, operator harus memperhitungkan
pemilihan kecepatan potong, pengumpanan (feeding) dan kedalaman pemotongan,
banyaknya waktu yang hilang pada proses pembubutan disebabkan pemilihan
kecepatan potong dan pemakanan yang tidak tepat. Berikut adalah gambar dari
suatu mesin bubut :
Gambar 2.2 masin bubut ( lathe )
Bagian utama mesin bubut (lathe machine) :
Head Stock : tempat mekanisme mesin bubut diantaranya mekanis
kecepatan penggerak , pemilih kecepatan sumbu
mesin , saklar motor , saklar power , sumbu utama
mesin bubut , kopling ,dan pemilih tingkat hubungan
kecepatan.
Spindel : Bagian yang meneruskan putaran mesin ke benda kerja,
sehingga benda kerja dapat berputar, serta tempat
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 8
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
melekatkannya benda kerja. Pada spindle terdapat
chuck yang berfungsi sebagai pemegang benda kerja.
Tail Stock : Bagian belakang (ekor) mesin bubut untuk menunjang
ujung benda kerja dengan perantara dead center yang
dilekatkan pada tail stock spindle. Tail Stock Spindel
adalah tempat melekatkannya dead center (Untuk
menunjang ujung benda kerja, dead center ini tidak
berputar bersama-sama benda kerja). Disamping itu
dapat juga untuk meletakkan drill chuck untuk drilling
menggunakan mesin bubut.
Bed : Bagian yang menunjang head stock, carriage, tail stock
dan komponen-komponen mesin lainnya. sedangkan
bagian atas dari bed disebut ways.
Carriage : Bagian yang dapat bergeser dengan arah longitudinal.
Cross Slide : Apabila bagian yang melintang sumbu mesin bubut
terletak diatas carriage untuk mengadakan gerakan
pemakanan melintang (cross feed).
Compound Rest : Tempat melekatnya tool post.
Tool Post : Tempat melekatnya pahat (cutting tool).
Gear box : Kotak gigi yang didalamnya terdapat susunan roda gigi
untuk mengatur kecepatan putar benda dan mengatur
kecepatan putaran poros – poros pengantar.
Feed rod : Poros yang digunakan ketika melakukan meraut rata
benda kerja.
Lead screw : Poros yang digunakan ketika membuat ulir dengan
mesin bubut.
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung dengan
menggunakan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar 2.3
Kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut :
Benda Kerja : d = diameter mula ; mm,
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 9
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
d = diameter akhir ; mm
= panjang pemesinan ; mm
Pahat : k = sudut potong utama ; °,
= sudut geram ; °,
Mesin bubut ; a = kedalaman potong ; mm.
A = ; mm
f = gerak makan ; mm/(r)
n = putaran poros utama(benda kerja) ; (r)/min
Elemen dasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus
berikut :
1. Kecepatan potong :
v = ; m/min
dimana, d = diameter rata-rata , yaitu ,
d = (d + d )/2 - d ; mm
2. Kecepatan makan : v = f.n ; mm/min
3. waktu pemotongan : t = / v ; min
4. Kecepatan pengahasilan geram : Z = A.V
dimana penampang geram sebelum terpotong A = f.a : mm
maka z = f . a . v ; cm / min
Gambar 2.3 Lingkaran Merchant (Lingkaran Gaya Pemotongan)
2.3Proses Pemesinan dengan Mesin Gurdi (Drilling Machine)
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 10
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Proses pemesinan yang dilakukan dengan mesin gurdi yaitu pengerjaan
pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang
bulat pada material logam maupun non logam yang masih pejal (drilling) atau
material yang sudah berlubang (boring). Perbedaan proses drilling dan boring
dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini :
Drilling BoringAlat potong mata bor (twist drill) pahat ISO 8/9Material awal Belum ada lubang (pejal) Harus sudah berlubangUkuran lubang Sama dengan ukuran mata bor Lebih besar dan dapat
diaturAlat pencekam Drill chuck, sleeve Boring head
Tabel 2.3. Perbedaan Proses Drilling dan Boring.
Proses gurdi merupakan proses pemesinan yang paling sering digunakan
setelah proses bubut karena hampir semua komponen dan produk pemesinan
mempunyai lubang. Gerak makan dan gerak potong pada proses gurdi dilakukan
oleh pahat potong. Pahat gurdi mempunyai dua mata potong dan melakukan gerak
potong karena diputar oleh spindle mesin gurdi.
Gamabar 2.4 Mesin Gurdi
Putaran mesin dan gerak makan dapat dipilih dari beberapa tingkatan
putaran dan gerak makan yang tersedia pada mesin. Untuk jenis mesin gurdi yang
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 11
Drill Chuck
Meja
Landasan
Tiang utama
Lengan penekan
Motor
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
kecil (mesin gurdi bangku) gerak makan tersebut tidak dapat dipastikan karena
tergantung pada kekuatan tangan untuk menekan lengan poros utama.
Gambar 2.5 Proses Gurdi
Dari gambar 2.4 dapat diturunkan rumus untuk beberapa elemen pada
proses gurdi :
Benda Kerja : = panjang pemesinan ; mm,
Pahat : d = diameter gurdi ; mm,
k = sudut potong utama ; °,
= ½ sudut ujung (point angle),
Mesin gurdi : n = putaran poros utama (benda kerja)
; (r)/min,
v = kecepatan makan ; mm/min,
Elemen dasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus berikut :
1. Kecepatan potong :
v = ; m/min
2. Gerak makan permata potong : = v / ( ) ; z = ?; mm/(r)
3. Kedalaman potong : = ; mm,
4. waktu pemotongan : t = / v ; min
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 12
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
dimana = + + ; mm, ≥ (d/2) / tan k ; mm,
5. Kecepatan pengahasilan geram :
Z = ; cm3/min.
Proses pembentukan geram dengan cara pemesinan berlangsung dengan
cara pertemuan dua jenis material. Untuk menjamin kelangsungan proses ini maka
jelas diperlukan material pahat yang lebih unggul daripada material benda kerja.
Pada geometri pahat gurdi terdapat beberapa bagian pahat antara lain :
Elemen Pahat
1. Badan (body), adalah bagian pahat yang dibentuk untuk mata
potong atau tempat untuk sisipan pahat.
2. Pemegang/ gagang (Shank), adalah bagian pahat yang dipasangkan
pada mesin perkakas. Bila bagian ini tidak ada, maka fungsinya
diganti oleh lubang pahat.
3. Sumbu pahat (Tool Axis), adalah garis maya yang digunakan untuk
mendefinisikan geometri pahat. Umumnya merupakan garis tengah
dari pemegang.
Bidang Pahat, merupakan permukaan aktif pahat. Setiap pahat
mempunyai bidang aktif sesuai dengan jumlah mata potongnya
(tunggal atau jamak). Tiga bidang aktif dari pahat adalah :
1. Bidang Geram (Aγ , Face), adalah bidang tempat geram mengalir.
2. Bidang utama/ Mayor (Aa , Principal Mayor Flank), adalah bidang
yang menghadap permukaan transient dari benda kerja.
3. Bidang Bantu/ Minor (Aa' , Auxiliary Minor Falank), adalah
bidang yang menghadap permukaan terpotong dari benda kerja.
Mata potong, merupakan tepi dari bidang geram yang aktif
memotong. Ada dua jenis mata potong, yaitu :
1. Mata Potong Utama/ Mayor (S, Principal Mayor Cutting Edge),
adalah garis perpotongan antara bidang geram (Aγ ) dengan bidang
utama (Aa ).
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 13
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
2. Mata potong Bantu/ Minor (S' , Auxilliary Minor Cutting Edge),
adalah garis perpotongan antara bidang geram (Aγ ) dengan bidang
bantu (Aa').
2.4Proses Pemesinan dengan Mesin Sk
Gambar 2.6 Bagian – Bagian Pahat Gurdi
BAB III PROSES PEMBUATAN BENDA KERJA
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 14
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
3.1 Alat Dan Bahan
Alat yang diperlukan :
Mesin Gergaji
Mesin Bubut
Mesin Drilling
Pahat HSS
Jangka sorong
Cairan pendingin
Bahan atau material benda kerja
Benda kerja / material yang digunakan adalah
1. 2 Besi yang berbentuk plat. Dengan dimensi 693 mm X 79 mm dengan tebal 8 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 1
Gambar 3.1 Benda Kerja 1
2. Besi yang berbentuk plat. Dengan dimensi 211 mm X 60 mm dengan tebal 40 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 2
Gambar 3.2 Benda Kerja 2
3. Besi yang berbentuk silinder. Dengan diameter 20 mm dan panjang 300 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 3
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 15
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Gambar 3.3 Benda Kerja 3
4. Besi yang berbentuk silinder. Dengan diameter 30 mm dan panjang 250 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 4
Gambar 3.4 Benda Kerja 4
5. 2 buah besi yang berbentuk silinder dengan diameter 30 dan panjang 50 mm. Yang selanjutnya disebut benda kerja 5
Gambar 3.5 Benda Kerja 5
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 16
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
3.2 Prosedur Pembuatan Benda Kerja
Prosedur percobaan pada praktikum teknik perautan ini adalah :
1. Mempersiapkan bahan yang akan kita kerjakan dengan mengukur
panjang dan diameter yang sesuai yang direncanakan.
2. Melakukan pemotongan benda kerja.
3. Mempersiapkan mesin yang akan digunakan untuk mengerjakan.
4. Memeriksa mesin yang akan dipakai.
5. Memasang benda kerja pada mesin dan mengatur pahat sesuai
dengan kebutuhan.
Melakukan proses pengerjaan:
3.3 Proses Pengerjaan
Benda 1
NO Gambar Proses Pengerjaan Keterangan1. Benda kerja 1 di bentuk sesuai
dimensi gambar disamping dengan mesin milling.
Tc =
L= 673S’= 40
Jadi,
Tc =
=
= 16.82 menit
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 17
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
2. Benda kerja kemudian dibor dengan diameter 20 mm dengan mesin drilling.
Tc =
L= 8 mmS= 0.28 mm/rotationn=413 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.069 menit
3. Setelah diperoleh ukuran yang diinginkan kemudian benda kerja di gerinda untuk mendapatkan dimensi yang tepat.
Tc=20 menit
Total waktu pengerjaanTc = 36.89 menit x 2Tc = 73.78 menit
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 18
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Benda 2
NO Gambar Proses Pengerjaan Keterangan1. Benda kerja 2 di bentuk sesuai
dimensi gambar disamping dengan mesin milling.
Tc =
L= 42.4S’= 40
Jadi,
Tc =
=
= 1.06 menit Tc = 1.06 menit x 2Tc = 2.12 menit
2. lalu di bentuk sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin milling.
Tc =
L= 60S’= 50
Jadi,
Tc =
=
= 1.2 menitTc = 1.2 menit x 2 x 4Tc = 9.6 menit
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 19
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
3. Lalu dilanjutkan dengan proses membuat 2 lubang dengan diameter 20mm sesuai dengan ukuran pada gambar disamping.
Tc =
L= 30 mmS= 0.28 mm/rotationn=413 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.259 menitTc = 0.259 menit x 2Tc = 0.518 menit
4. Lalu dilanjutkan dengan proses membuat lubang dengan diameter 30mm sesuai dengan ukuran pada gambar disamping dengan menggunakan mesin drilling.
Tc =
L= 40 mmS= 0.34 mm/rotationn=340 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.346 menit
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 20
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
5 Lalu dilanjutkan dengan proses membuat ulir pada lubang dengan diameter 30mm sesuai dengan ukuran pada gambar disamping dengan menggunakan mesin bubut.
Tc =
L = 40 mmf= 0.5 mm/rotationn=340 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.82 menitTotal waktu pengerjaan Tc = 6.204 menit
Benda 3
NO Gambar Proses Pengerjaan Keterangan1. Benda kerja 3 di lubangi sesuai
dimensi gambar disamping dengan mesin drilling.
Tc =
L= 10 mmS= 0.15 mm/rotationn=318 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.2 menit
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 21
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
2 Lalu dilanjutkan dengan proses membuat ulir pada lubang dengan diameter 10mm sesuai dengan ukuran pada gambar disamping.
Tc =
L = 10 mmf= 0.5 mm/rotationn=340 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.23 menitTotal waktu pengerjaan Tc = 0.43 menit
Benda 4
NO Gambar Proses Pengerjaan Keterangan1 Benda kerja 4 di kurangi
diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin bubut. Diawali dengan proses roughing
Tc =
L= 250 mmf= 1 mm/rotationn=245 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 1,02 menit
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 22
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
2 Benda kerja 4 di kurangi diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin bubut. Dengan proses finishing.
Tc =
L= 250 mmf= 0.5 mm/rotationn=270 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 1.85 menit 3 Benda kerja kemudian di raut
hingga membentuk profil ulir dengan menggunakan mesin bubut
Tc =
L = 250 mmf= 0.5 mm/rotationn=347 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 5.76 menitTotal waktu pengerjaan Tc = 8.63 menit
Benda 5
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 23
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
NO Gambar Proses Pengerjaan Keterangan1. Benda kerja 5 di kurangi
diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin bubut. Dilakukan proses finishing
Tc =
L= 60 mmf= 1 mm/rotationn=270 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.2 menit2 Benda kerja 5 di kurangi
diameternya sesuai dimensi gambar disamping dengan mesin bubut. Dilakukan proses finishing
Tc =
L= 60 mmf= 0.5 mm/rotationn=333rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.09 menit3 Benda kerja kemudian di raut
hingga membentuk profil ulir dengan menggunakan mesin bubut
Tc =
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 24
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
L = 20 mmf= 0.5 mm/rotationn=347 rpm
Jadi,
Tc =
=
= 0.46 menit
Total waktu pengerjaanTc = 0.75 menit X 2Tc = 1.5 menit
NO Benda Kerja Waktu Pengerjaan1. Benda Kerja 1 73.78 menit2. Benda Kerja 2 6.204 menit3. Benda Kerja 3 0.43 menit4. Benda Kerja 4 8.63 menit5. Benda Kerja 5 1.5 menit
Total waktu pengerjaan keseluruhan Tc = 90.544 menit
3. 4 Hasil Praktikum
Lembar Pemeriksaan Kualitas Benda Kerja1-1
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 25
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
NO. Requested Actual NO. Requested Actual1. 693 mm 5. R 102. 40 mm 6. 20 mm3. R 10 7. 1X81°4. 79 mm 8.
Lembar Pemeriksaan Kualitas Benda Kerja1-2
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 26
MATERIALDIMENSI TOTAL
: ST.45: 693 X 79 X 8mm
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
NO. Requested Actual NO. Requested Actual1. 693 mm 5. R 102. 40 mm 6. 20 mm3. R 10 7. 1X81°4. 79 mm 8.
Lembar Pemeriksaan Kualitas Benda Kerja 2
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 27
MATERIALDIMENSI TOTAL
: ST.45: 693 X 79 X 8mm
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
NO. Requested Actual NO. Requested Actual1. 211 mm 5. 151mm2. 40 mm 6. 2 x Ø 203. R 15 7. 30 mm4. 60 mm 8. 20 mm
Lembar Pemeriksaan Kualitas Benda Kerja 3
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 28
MATERIALDIMENSI TOTAL
: ST.45: 211 X 60 X 40mm
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
NO. Requested Actual NO. Requested Actual1. Ø 20 3. R 52. 300 mm 4. 10 mm
Lembar Pemeriksaan Kualitas Benda Kerja 4
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 29
MATERIALDIMENSI TOTAL
: ST.45: Ø 20 X 300 mm
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
NO. Requested Actual NO. Requested Actual1. Ø 30 3. Ø 102. 240 mm 4. 10 mm
Lembar Pemeriksaan Kualitas Benda Kerja 5-1
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 30
MATERIALDIMENSI TOTAL
: ST.45: Ø 30 X 250mm
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
NO. Requested Actual NO. Requested Actual1. Ø 30 3. Ø 202. 10 mm 4. 20 mm
Lembar Pemeriksaan Kualitas Benda Kerja 5-2
NO. Requested Actual NO. Requested Actual1. Ø 30 3. Ø 202. 10 mm 4. 20 mm
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 31
MATERIALDIMENSI TOTAL
: ST.45: Ø 30 X 60mm
MATERIALDIMENSI TOTAL
: ST.45: Ø 30 X 60mm
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum
Dari hasil praktikum teknik perautan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa penggunaan mesin perkakas, langkah penting yang harus kita
perhatikanadalah :
1. Menentukan putaran mesin.
Maksudnya putaran mesin nanti mempunyai hubungan yang
kompeten dalam proses turning yaitu parameter pemotongan seperti
kecepatan potong, kecepatan makan, hal tersebut mempunyai dampak
pengaruh pada kehalusan hasil material yang diinginkan, waktu yang
dipergunakan untuk produksi.
2. Menentukan kedalaman potong.
Maksudnya kedalaman potong ini mempunyai pengaruh pada
gaya yang diterima oleh pahat hal itu tentu akan menimbulkan
dampak terhadap umur suatu pahat dan waktu pengerjaan suatu
barang.
3. Menentukan gerak makan.
Maksudnya dengan menentukan gerak makan nantinya dapat
diatur waktu porses pengerjaan, kehalusan permukaan material.
Dibawah ini adalah gambar hasil akhir benda kerja.
4. Menentukan posisi pahat pada benda kerja.
Maksudnya dengan menentukan posisi pahat, baik itu ketinggian
maupun jarak, akan mempengaruhi dari hasil pengerjaan benda kerja
kita dan juga menentukan keselamatan kerja.
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 32
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
Daftar pustaka
Rochim. T Teori dan Teknologi Proses Pemesinan
Husodo. N Diktat Teknologi Mekanik I D3 Mesin FTI-ITS
Husodo. N Diktat Teknologi Mekanik II D3 Mesin FTI-ITS
Gerling, H All about Maching Tools
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 33
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 34
Laporan Praktikum Teori & Praktek Perautan
D3 TEKNIK MESIN FTI – ITS 1