Laporan Farkol 2 New

39
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 2 METABOLISME OBAT DISUSUN OLEH : GOLONGAN 2 A KELOMPOK 4 SWASTIKA D ARIASTI ( G1F013029 ) DEFI S SIAGIAN ( G1F013031 ) SITI RAHMATILLAH H ( G1F013033 ) ISROHATUN SYA’DIAH ( G1F013035 ) FIRRIZQI ADAM ( G1F013037 ) Tanggal praktikum : 14 April 2014 Nama Dosen Pembimbing : Hanif Nasiatul Baroroh, M. Sc., Apt Nama asisten : kak rahma dan Kak Galih JURUSAN FARMASI

description

Laporan praktikum p2 farkol

Transcript of Laporan Farkol 2 New

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGIPERCOBAAN 2METABOLISME OBAT

DISUSUN OLEH :GOLONGAN 2 A KELOMPOK 4SWASTIKA D ARIASTI( G1F013029 )DEFI S SIAGIAN( G1F013031 )SITI RAHMATILLAH H( G1F013033 )ISROHATUN SYADIAH( G1F013035 )FIRRIZQI ADAM ( G1F013037 )

Tanggal praktikum : 14 April 2014Nama Dosen Pembimbing : Hanif Nasiatul Baroroh, M. Sc., AptNama asisten : kak rahma dan Kak Galih

JURUSAN FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2014

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangJika senyawa makanan atau senyawa asing lainnya memasuki tubuh, maka di dalam tubuh akan terjadi reaksi metabolisme yang mengikat senyawa tersebut dan selanjutnya ikatan tersebut akan dilepas dengan berbagai proses alalmi. Prinsip yang sama juga berlaku bagi senyawa obat. Penolakan obat dengan cara peniadaan terjadi pada molekul dengan sifat fisika-kimia yang spesifik. Molekul yang akan dikeluarkan melalui paru-paru harus berbentuk gas, sedangkan untuk dibuang melalui air kemih, maka senyawa harus larut-air. Jika molekul tidak mempunyai gugus yang sesuai untuk ditiadakan maka molekul tesebut akan mengalami transformasi terlebih dahulu untuk selanjutnya dapat ditiadakan (Anonimus, 1993: 62).Metabolisme sering disebut sebagai biotransformasi dan merupakan suatu istilah yang menggambarkan metabolisme obat. Pada azasnya tiap obat merupakan zat asing yang tidak diinginkan dari badan dan badan berusaha merombak zat tersebut menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskresikan melalui ginajl, jadi reaksi biotransformasi merupakan peristiwa detoksikasi (Anief, 1990: 43).2. Tujuan Tujuan UmumMempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya Tujuan Khusus Dapat mempelajari Reaksi yang terjadi pada metabolisme obat Dapat mempelajari faktor yang mempengaruhi metabolisme obat Dapat mempelajari efek farmakologi dari metabolisme obat

3. Dasar teoriMetabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Jumlah obat dalam tubuh dapat berkurang karena proses metabolisme dan ekskresi. Hati merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan efektif mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan mengalami reabsorpsi di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu, obat yang lipofil harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih polar supaya reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi. Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I merubah senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH, NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami proses perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi efek farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan detoksifikasi zat eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak menggunakan enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamine dan etanol. Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup polar setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan zat endogen seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam amino. Hasil reaksi konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi. Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan paling penting dalam ekskresi dan inaktifasi obat. Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH dan COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk dimetabolisme fase II. Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih dahulu sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme fase II terlebih dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001)Metabolisme obat terutama terjadi di hati,yakni di membran endoplasmic reticulum(mikrosom)dan di cytosol.Tempat metabolisme yang lain (ekstra hepatik) adalah:dinding usus,Ginjal,Paru,Darah,Otak dan Kulit,juga di lumen kolon(oleh flora usus).Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar (larut lemak) menjadi polar (larut air)agar dapat diekskresikan melalui ginjal atau empedu.dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif.Tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif(jika asalnya prodrug),kurang aktif,atau menjadi toksik.Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytocrome P450 (cyp)yang disebut juga enzim monooksigenase atau MFO (Mixed Fungtion Oxidase) dalam endoplasmic reticulum (mikrosom)hati.Interaksi dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim metabolisme,terutama enzim cyp.Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan.Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara langsung dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi secara langsung.(Mardjono,2007,hal 8)Proses metabolisme dapat mempengaruhi aktivitas biologis,masa kerja,dan toksisitas obat.Oleh karena itu pengetahuan tentang metabolisme obat penting dalam studi.suatu obat dapat menimbulkan suatu respon biologis dengan melalui dua jalur,yaitu: Obat aktif setelah masuk melalui peredaran darah,langsuns berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon biologis. Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah mengalami proses metabolisme menjadi obat aktif,berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon biologis(bioaktivasi)Secara umum tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat menjadi metabolit tidak aktif dan tidak toksik(bioinaktivasi atau detoksifikasi),mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan dari tubuh.Hasil metabolit obat bersifat lebih toksik dibanding dengan senyawa induk(biootoksifikasi)dan ada pula hasilmetabolit obat yang mempunyai efek farmakologis berbeda dengan senyawa induk.contoh:Iproniazid,suatu obat perangsang system syaraf pusat,dalam tubuh di metabolis menjadi isoniazid yang berkhasiat sebagai antituberkolosis.Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses kimiawi dan enzimatik sehingga menghasilkan lebih dari satu metabolit.Jumlah metabolit ditentukan oleh kadar dan aktivitas enzim yang berperan dalam proses metabolisme.Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas dan masa kerja obat.Kecepatan metabolisme ini kemungkinan berbeda-beda pada masing-masing individu.Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas dan memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan meningkatkan toksisitas obat.Kenaikan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas dan memperpendek masa kerja obat sehingga obat menjadi tidak efektif pada dosis normal.Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain:1. Faktor Genetik atau keturunanPerbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-kadang terjadi dalam system kehidupan.Hal ini menunjukkan bahwa factor genetic atau keturunan ikut berperan terhadap adanya perbedaan kecepatan metabolisme obat.2. Perbedaan spesies dan galurPada proses metabolisme obat,perubahan kimia yang terjadi pada spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda,tetapi kadang-kadang ada perbedan uang cukup besar pada reaksi metabolismenya.3. Perbedaan jenis kelaminPada spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan metabolisme obat4. Perbedaan umurBayi dalam kandungan atau bayi yang baru lahir jumlah enzim-enzim mikrosom hati yang diperlukan untuk memetabolisme obat relatif masih sedikit sehingga sangat peka terhadap obat.5. Penghambatan enzim metabolismeKadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama suatu senyawa yang menghambat kerja enzim-enzim metabolisme dapat meningkatkan intensitas efek obat,memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan juga meningkatkan efek samping dan toksisitas.6. Induksi enzim metabolismePemberian bersama-sama suatu senyawa dapat meningkatkan kecepatan metabolisme obat dan memperpendek masa kerja obat.Hal ini disebabkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah atau aktivitas enzim metabolisme dan bukan Karena permeablelitas mikrosom atau adanya reaksi penghambatan.Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-obat tertentuatau proses induksi enzim mempercepat proses metabolisme dan menurunkan kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek farmakologis obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih singkat.Induksi enzim juga mempengaruhi toksisitas beberapa obat karena dapat meningkatkan metabolisme dan metabolit reaktif.Tempat metabolisme obatPerubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan-jaringan dan organ-organ seperti hati,ginjal,paru dan saluran cerna.Hati merupakan organ tubuh tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung enzim-enzim metabolisme dibanding organ lain.Metabolisme obat di hati terjadi pada membrane reticulum endoplasma sel.Retikulum endoplasma terdiri dari dua tipe yang berbeda,baik bentuk maupun fungsinya.Tipe 1 mempunyai permukaan membran yang kasar,terdiri dari ribosom-ribosom yang tersusun secara khas dan berfungsi mengatur susunan genetik asam aminoyang diperlukan untuk sintesis protein.Tipe 2 mempunyai permukaan membran yang halus tidak mengandung ribosom.Kedua tipe ini merupakan tempat enzim-enzim yang diperlukan untuk metabolisme obat. Jalur umum metabolisme obat dan senyawa organik asing Reaksi metabolisme obat dan dan senyawa organic asing ada dua tahap yaitu: Reaksi fase I atau reaksi fungsionalisasiReaksi ini meliputi biotransformasi suatu obat menjadi metabolit yang lebih polar melalui pemasukan atau pembukaan (unmasking) suatu gugus fungsional (misalnya OH, -NH2, -SH) (Neal,2005). (Gordon dan Skett, 1991).Reaksi-reaksi yang termasuk dalam fase I antara lain:a) Reaksi OksidasiMerupakan reaksi yang paling umum terjadi. Reaksi ini terjadi pada berbagai molekul menurut proses khusus tergantung pada masing-masing struktur kimianya, yaitu reaksi hidroksilasi pada golongan alkil, aril, dan heterosiklik; reaksi oksidasi alkohol dan aldehid; reaksi pembentukan N-oksida dan sulfoksida; reaksi deaminasi oksidatif; pembukaan inti dan sebagainya (Anonim,1999).Reaksi oksidasi meliputi:- Hidroksilasi aromatic- Hidroksilasi alifatik- Dealkilasi- Desulfurasi- Dehalogenasi- Deaminasi oksidatifb) Reaksi Reduksi (reduksi aldehid, azo dan nitro)Reaksi ini kurang penting dibanding reaksi oksidasi. Reduksi terutama berperan pada nitrogen dan turunannya (azoik dan nitrat), kadang-kadang pada karbon. (Anonim, 1999).c) Reaksi Hidrolisis (deesterifikasi)Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis dari ester dan amida oleh enzim. Esterase yang terletak baik mikrosomal dan nonmikrosomal akan menghidrolisis obat yang mengandung gugus ester. Di hepar,lebih banyak terjadi reaksi hidrolisis dan terkonsentrasi, seperti hidrolisis peptidin oleh suatu enzim. Esterase non mikrosomal terdapat dalam darah dan beberapa jaringan (Anief,1995). Reaksi Fase II (Fase sintetik)Reaksi ini terjadi dalam hati dan melibatkan konjugasi suatu obat atau metabolit fase I nya dengan zat endogen. Konjugat yang dihasilkan hampir selalu kurang aktif dan merupakan molekul polar yang mudah diekskresi oleh ginjal (Neal, 2005).Metabolit dari reaksi fase satu memang lebih polar dari keadaan semula, tetapi masih belum cukup polar untuk dapat diekskresi oleh ginjal. Oleh karena itu, dibuat lebih polar lagi melalui reaksi fase II, konjugasi dengan senyawa endogen di dalam hati. Hasil akhir dari reaksi fase II biasanya sangat polar dan dapat segera diekskresikan. Reaksi fase II meliputi:1. Konjugasi dengan glukoronat (glukoronidasi)2. Konjugasi dengan sulfat (sulfatasi)3. Konjugasi dengan glutation (pembentukan asam merkapturat)4. Asilasi dan asetilasiReaksi terpenting dari fase ini adalah glukoronidasi, tidak terjadi secara spontan tetapi membutuhkan bentuk teraktivasi dari asam glukoronat yaitu asam glukoronat-uridin difosfat. Bentuk aktif ini dihubungkan dengan molekul aseptor oleh mikrosomal glukoronil transferase. (Lullman et al, 2000).Pada metabolisme obat,gambaran secara tepat system enzin yang bertanggungjawab terhadap proses oksidasi,reduksi,masih belum diketahui secara jelas.Secara umum diketahui bahwa sebagian besar reaksi metabolik akan melibatkan prpses oksidasi.Proses ini memerlukan enzim sebagai kofaktor,yaitu bentuk tereduksi dari nikotinamid-adenin-dinukleotida fosfat (NADPH) dan nikotinamid-adenin-dinukleotida (Siswandono,1995;hal 57-66).

BAB IIALAT DAN BAHAN

1. Alat Spuit injeksi ( 0,1- 2 ml )- Aquabidest jarum sonde- Fenobarbital Labu Ukur 10 ml- Hewan Coba (Tikus) Stopwatch- Kapas dan alkohol Timbangan Tikus Neraca analitik Alat-alat gelas2. Bahan Aquabidest Diazepam Induktor enzim : Fenobarbital 30 mg/ kg BB Inhibitor enzim : Simetidin dan Ciprofloxasin Hewan Coba ( Tikus)

BAB IIICARA KERJA

Peralatan

GolonganDisiapkan

Di bagi menjadi 4 kelompok

kelompok

masing-masing mendapat 3 tikus di timbang bobot tikus dilakukan perhitungan koversi dosis, pembuatan larutan stok dan volume pemberian obat

kelompok 4 kelompok 3 kelompok 2 Kelompok 1 diberi diazepam 10 - diberi fenobarbital 30 - diberi simetidin - diberi ciprofloxasinmg/ 70 kg BB i.p mg/70 kgBB i.p 200mg/70kgBB 500mg/70kg BB 15 menit diberi p.o, 15 menit p.o, 15 menit diazepam 10mg/70kg diberi diazepam diberi dizepam 10 BB i.p 10 mg/70kgBB mg/70 kg BB i.p i.p - Diamati onset dan durasi terjadinya hypnotis berdasarkan refleks balik badan dan jumlah jatuhnya dari rotarod (menit ke 15,30,60,90, dan 120) Dibandingkan efek yang terjadi akibat pengaruh pemberian obat bersama dengan indikatordan inhibitor enzim pemetabolisme

HASIL

BAB IVPERHITUNGAN DAN HASIL PERCOBAAN

Data Perhitungan1. IP (Diazepam) BB 100 gram Dosis Konversi = F. Konversi x Dosis (manusia)= 0,018 x 15 mg= 0,09 mg/ 200 gr tikus. Konsentrasi lar. stok = Dosis Konversi = 0,69 mg = 0,069 mg/ml V max 2x5 ml M1 x V1 = M2 x V22,5 X V1 = 0,009 X 50 V1 = 0,45 2,5 V1 = 0,18 ml add 50 ml. Volume Pemberian = BB Tikus x V. Maks 100 = 100 x x 5 ml = 2,5 ml 100#Ditunggu selama 15 menit2. (S. C) Subkutan (Fenobarbital + diazepam )Tikus II 160 mg) diazepam Dosis Konversi = F. Konversi x Dosis (manusia) = 0,018 x 15 mg = 0,09 mg/ 200 gr tikus. Konsentrasi lar. stok = Dosis Konversi = 0,69 mg = 0,069 mg/50 ml 2 x V max 2x5 ml Volume Pemberian = BB Tikus x V. Maks 100 = 160 x .5 ml = 4 ml secara peroral. 100 Fenobarbital Dosis Konversi = F. Konversi x Dosis (manusia) = 0,018 x 15 mg = 0,09 mg/ 200 gr tikus. Konsentrasi lar. stok = Dosis Konversi = 0,54 mg = 0,054 mg/25 ml 2 x V max 2x5 ml Berat yang diambil = kons. lar stok x Berat tablet Dosis manusia = 1,35 x 0,1285 = 0,0058 g add 25 ml. 30 ml Volume Pemberian = BB Tikus x V. Maks 100= 160 x .5 ml = 4 ml secara peroral. 100

3. Tikus III 120 mg (Diazepam + siproploksasin) Diazepam Dosis Konversi = F. Konversi x Dosis (manusia) = 0,018 x 15 mg = 0,09 mg/ 200 gr tikus. Konsentrasi lar. stok = Dosis Konversi = 0,69 mg = 0,069 mg/50 ml 2 x V max 2x5 ml Volume Pemberian = BB Tikus x V. Maks 100 = 120 x .5 ml = 3 ml secara Intra peritoneal. 100 Siprofloksasin Dosis Konversi = F. Konversi x Dosis (manusia)= 0,018 x 500 mg = 9 mg/ 200 gr tikus. Konsentrasi lar. stok = Dosis Konversi = 9 mg = 9mg/10 ml 2x V max 2x5 ml Berat yang diambil = kons. lar stok x Berat tablet Dosis manusia = 9 mg x 696 mg = 12,528mg add 10 ml. 500mg Volume Pemberian = BB Tikus x V. Maks 100 = 120 x . 5 = 3 ml secara peroral 100

Hasil Percobaan

KELOMPOK IOnsetDurasiJumlah Jatuh

15306090120

Tikus I (Diazepam)101533323

Tikus II (Dia+Feno)1-6564-

Tikus III (Dia+ Simeti)5-554--

KELOMPOK IIOnsetDurasiJumlah Jatuh

15306090120

Tikus I (Diazepam)202042211

Tikus II (Dia+Feno)3010421--

Tikus III (Dia+ Cipro)1535522--

KELOMPOK IIIOnsetDurasiJumlah Jatuh

15306090120

Tikus I (Diazepam)>90>90352--

Tikus II (Dia+Feno)30404973-

Tikus III (Dia+ Simeti)6025-21--

KELOMPOK IVOnsetDurasiJumlah Jatuh

15306090120

Tikus I (Diazepam)106015321

Tikus II (Dia+Feno)3060243--

Tikus III (Dia+ Cipro)1545313--

BAB VPEMBAHASAN

Metabolisme merupakan proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses metabolisme molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekresikan melalui ginjal. Metabolisme obat adalah seluruh proses perubahan reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup setelah obat tersebut diabsorpsi. Metabolisme disebut juga biotransformasi. Namun, terdapat sedikit perbedaan yang metabolisme diartikan sebagai reaksi yang terjadi pada senyawa endogen seperti enzim dan hormon, sedangkan biotransformasi adalah reaksi kimia dalam tubuh sebagai respon terhadap senyawa eksogen atau xenobiotik seperti obat dan makanan. Reaksi biotransformasi dapat berupa oksidasi, hidrolisa dan konjugasi.Reaksi-reaksi selama proses metabolisme dibagi menjadi 2 yaitu reaksi fase I (reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis) : reaksi-reaksi enzimatik yang berperan dalam proses ini sebagian besar terjadi di hati. Mengalami hidroksilasi pada posisi para dengan bantuan enzim sitokrom450. Reaksi fase II (konjugasi glukoronida, asilasi, metilasi, pembentukan asam merkapturat, konjugasi sulfat).Praktikum kedua ini praktikan melakukan percobaan metabolisme obat kepada hewan percobaan yaitu mencit. Kelompok praktikan akan mendapat 3 ekor mencit, yang akan diberi obat yang berbeda dengan cara pemberian obat yang sama yaitu per oral. Obat yang diberikan untuk mencit pertama adalah Diazepam, untuk mencit kedua adalah Diazepam + Phenobarbital, dan untuk mencit ketiga adalah Diazepam + Simetidin.Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi data secara statistika. Pada percobaan ini, yang menjadi objek pengamatan adalah hilangnya efek sedatif hipnotik dari diazepam yang ditandai dengan kembalinya efek balik badan mencit setelah tertidur sebagai tanda telah terjadi metabolisme.Kerja suatu inhibitor yaitu berikatan dengan enzim sehingga ketika ada obat lain masuk obat tersebut tidak akan dimetabolisme, lalu obat akan terakumulasi dalam plasma dan akan menyebabkan efek toksik. Akibatnya durasi efek terapi yang lama dan bahkan kematian hewan uji. Secara garis besar kerja inhibitor yaitu menghambat metabolisme suatu obat.Kerja suatu inductor yaitu membantu meningkatkan enzim pemetabolisme, ketika ada obat lain yang masuk obat tersebut akan langsung dimetabolisme dan di ekskesikan sehingga mengurangi kadarnya dalam plasma dan diperoleh durasi obat yang pendek.Tujuan diberikan selang waktu 15 menit sebelum pemberian obat diazepam yaitu memberi waktu fenobarbital dan simitidin untukberikatan dengan enzim pemetabolisme. DiazepamDiazepam berlaku sebagai kontrol, sehingga diperoleh durasi yang lebih lama dibanding dengan pemberian fenobarbital dan diazepam. Tetapi pada hasil percobaan kami (kelompok 4) menghasikan durasi yg lebih lama dari pemberian fenobarbital dan diazepam, dikarenakan mencitnya stress. jadi hasil percobaan untuk pemberian obat diazepam yaitu untuk onset 10 menit, dan durasi 50 menit. Diazepam dan Fenobarbital.Fenobarbital merupakan induktor enzim jadi durasi hasil percobaannya yang didapat lebih cepat dari mencit 1 dan 3. Hal ini mungkin dikarenakan takaran obat yang salah, pemberian per oral yang tidak diserap menyeluruh/obat banyak yang keluar dari mulut mencit karena suntikannya tidak terlalu dalam, atau bisa dikarenakan mencitnya stress.dan mencit mengeluarkan darah dari mulut. jadi hasil hasil yang si peroleh untuk onset 30 menit, dan untuk durasinya 30 menit Diazepam dan CiprofloxasinCiprofloxasin merupakan inhibitor enzim yang dapat memperlama efek obat yang diberikan selanjutnya. Diharapkan dengan pemberian ciprofloxasin selang 15 menit dapat memberikan durasi yang lama dibanding mencit 1 dan 2, yaitu untuk onset 15 menit dan durasinya 30 menit. CARA KERJA Hewan coba yang digunakan pada praktikum ini adalah mencit. Penggunaan mencit sebagai hewan coba dikarenakan mencit relatif mudah dalam penggunaannya, ukuran yang relatif kecil, harganya yang relatif murah, jumlah peranakannya banyak banyak yaitu sekali melahirkan bisa mencapai 16-18 ekor. Selain itu, mencit memiliki sistem sirkulasi darah yang hampir sama dengan manusia serta tidak memiliki kemampuan untuk muntah, karena memiliki katup di lambung, sehingga banyak digunakan untuk penelitian obat.Percobaan ini diawali dengan penimbangan mencit dan diperoleh berat mencit pertama adalah 100 gram, berat mencit kedua adalah 200 gram dan berat mencit ke 3 adalah 120 gram. Penimbangan ini akan digunakan dalam perhitungan dosis dan volume pemberian obat pada mencit. Obat yang digunakan pada percobaan ini adalah fenobarbital, diazepam dan cprofloxasin. Fenobarbital adalah obat yang berfungsi sebagai antikonvulsan atau antiepilepsi yang berkhasiat mengurangi kejang dan epilepsi. Fenobarbital memiliki efek hipnotik dan sedative. Fenobarbital dapat meningkatkan kerja sitokrom p-450 serta meningkatkan kecepatan beberapa reaksi metabolisme. Monografi obat fenobarbital :Pemerian = hablur atau serbuk hablur; putih tidak berbau; rasa agak pahit. Kelarutan = sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat INTERAKSI OBAT FENOBARBITAL

Alkohol : Meningkatkan efek sedatif. ;Antiaritmia : Metabolisme disopiramid dan kinidin ditingkatkan (kadar plasma diturunkan);Antibakteri : Metabolisme kloramfenikol, doksisiklin, dan metronidazol dipercepat (efek berkurang).;Antikoagulan : metabolisme nikumalon dan warfarin dipercepat (mengurangi efek antikoagulan). ;Antidepresan : antagonisme efek antikonvulsan (ambang kejang menurun); metabolisme mianserin dan trisiklik dipercepat (menurunkan kadar plasma). ;Antiepileptika : pemberian bersama dengan fenobarbital dapat meningkatkan toksisitas tanpa disertai peningkatan efek antiepileptik; disamping itu interaksi dapat menyulitkan pemantauan terhadap pengobatan; ;interaksi termasuk peningkatan efek, peningkatan sedasi, dan penurunan kadar plasma. ;Antijamur : fenobarbital mempercepat metabolisme griseofulvin (mengurangi efek). ;Antipsikotik : antagonisme efek antikonvulsan (ambang kejang diturunkan). ;Antagonis-Kalsium : efek diltiazem, felodipin, isradipin, verapamil,dan mungkin nikardipin dan nifedipin dikurangi.;likosida jantung : hanya metabolisme digitoksin yang dipercepat (mengurangi efek). ;Kortikosteroida : metabolisme kortikosteroid dipercepat (menurunkan efek). ;Siklosporin : metabolism siklosporin dipercepat (mengurangi efek). ;Antagonisme hormon : metabolisme toremifen mungkin dipercepat.;Estrogen dan Progestogen : metabolisme gestrinon, tibolon, dan kontrasepsi oral dipercepat (menurunkan efek kontraseptif).;Teofilin : metabolisme teofilin dipercepat (mengurangi efek). ;Tiroksin : metabolisme tiroksin dipercepat (dapat meningkatkan kebutuhan akan tiroksin pada hipotiroidisme).;Vitamin : kebutuhan akan vitamin D mungkin meningkatDiazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. Diazepam fungsinya Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala anestesi. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma;. Digunakan juga untuk meringankan gejala-gejala pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi. Mekanisme kerjanya yaitu Berikatan dengan reseptor stereospesifik benzodiazepin pada saraf GABA post-sinaps di beberapa tempat dalam sistem saraf pusat, termasuk sistem limbik, susunan retikular. Menambah efek penghambat GABA pada hasil eksitabilitas saraf ;dengan meningkatkan permeabilitas membran saraf terhadap ion klorin. Pertukaran ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi dan stabilisasi. Interaksi obatnya yaitu Penggunaan bersama obat-obat depresan Susunan Syaraf Pusat atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan. Cimetidin dan Omeprazol mengurangi bersihan benzo-diazepin. Rifampisin dapat meningkatkan bersihan benzodiazepin.Monografi obat Diazepam :Diazepam mengandung tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101,0% C16H13CIN2O dihtung terhadap zat yang telah di keringkan.Pemerian = Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir tidak berba, rasa mula-mula tidak mempunyai ras, kemudian pahit.Kelarutan = Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalalm etanol ( 96%) P, mudah larutt dalalm kloroform P.Ciprofloksasin merupakan anti infeksi sintetik golongan kinolon yang menghambat DNA-girase. Tidak menunjukkan resistensi paralel terhadap antibiotika lain yang tidak termasuk dalam golongan karboksilat. Efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibiotika lain misalnya aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan tetrasiklin. Siprofloksasin efektif terhadap bakteri gram negatif dan gram- positif.Ciprofloxacin tereliminasi terutama oleh ekskresi ginjal, namun obat ini juga dimetabolisme dan sebagian dibersihkan melalui sistem empedu dari hati dan melalui usus. Jalur-jalur alternatif eliminasi obat muncul untuk mengkompensasi penurunan ekskresi ginjal pada pasien dengan gangguan ginjal. Meski demikian, beberapa modifikasi dosis dianjurkan, terutama untuk pasien dengan disfungsi ginjal berat. Ciprofloxasin digunakakn untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap ciprofloxacin, antara lain pada : Saluran kemih termasuk prostatitis, Uretritis dan serpisitis gonore, Saluran cerna, termasuk demam thyfoid dan parathyfoid, Saluran nafas, kecuali pneumonia dan streptococus, Kulit dan jaringan lunak, Tulang dan sendi. Efek Farmakologi = Ciprofloxacin (1-cyclopropyl-6-fluoro-1,4-dihydro-4-oxo-7-(-1-piperazinyl-3-quinolone carboxylic acid) merupakan salah satu obat sintetik derivat quinolone. mekanisme kerjanya adalah menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri, bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. Ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna, bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. metabolismenya dihati dan diekskresi terutama melalui urine.

Tahap selanjutnya adalah perhitungan obat dan larutan stok serta volume pemberian maksimal untuk masing- masing mencit. Larutan stok ynag dibuat harus diencerkan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memperkecil konsentrasi kedua obat, sebab konsentrasi obat yang digunakan merupakan dosis obat untuk manusia, sedangkan yang akan diberikan obat pada percobaan kali ini adalah mencit, sehingga kadar obat harus dikurangi mengikuti dosis mencit. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aqua pro injeksi. Digunakan aqua pro injeksi karena aqua pro injeksi merupakan suatu bahan yang dapat larut dalam jaringan lemak di dalam tubuh hewan sehingga dapat mengurangi rasa perih ketika cairan di suntikkan di dalam tubuh mencit. Disamping itu, aqua pro injeksi merupakan air yang dijernihkan dengan cara destilasi atau dengan reserve osmosis sehingga bebas pirogen, steril, sehingga dapat mencegah kontaminasi pada sediaan, zat aktif dalam fenobarbital dapat larut dalam aqua pro injeksi.Kemudian larutan obat Diazepam diinjeksikan pada mencit I secara intraperitonial dengan volume pemberian yaitu 2,5 ml. Mencit kedua diberikan obat fenobarbital secara peroral dengan volume pemberian yaitu 4 ml. setelah waktunya berselang 5 menit, kemudian disuntikkan pada mencit yang sama dengan obat diazepam secara intraperitonial sesuai volume pemberiannya yaitu 4 ml. Setelah obat diinjeksikan pada mencit 2, langsung dihitung onset dan durasinya. Mencit ketiga diberikan obat cirofloxasin secara peroral dengan volume pemberian yaitu 3 ml. Kemudian selang 5 menit diberikan obat diazepam secara intraperitonial dengan volume pemberian yaitu 3 ml. Tujuan dibedakannya obat yang diberikan peroral dengan yang diinjeksikan pada ketiga mencit tersebut adalah untuk melihat pengaruh pemberian obat- obat tertentu yang diinteraksikan dengan antagonisnya terhadap metabolisme obat di dalam tubuh dengan menghitung onset dan durasinya.Percobaan ini digunakan obat dengan bentuk sediaan injeksidan peroral dengan beberapa pertimbangan diantaranya obat dalam bentuk larutan lebih mudah dan lebih cepat diabsorpsi serta dimetabolisme oleh tubuh yang menjadikannya cepat berefek, sehingga dapat mengefisienkan waktu praktikum.Setelah dilakukan penghitungan onset dan durasinya,pada mencit pertama dengan pemberian obat diazepam memiliki onset 10 menit dan durasinya 50 meni, sedangkan pada mencit kedua dengan pemberian obat fenobarbital yang dikombinasikan dengan obat diazepam memiliki onset 30 menit dengan durasi selama 30 menit dan mencit ketiga dengan pemberian obat ciprofloxasin yang dikombinasikan dengan obat diazepam memiliki onset 15 menit dan durasinya 30 menit. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa pemberian obat ranitidin yang dikombinasikan dengan obat fenobarbital dapat mempercepat onset obat dan memperpendek masa obat berefek. Hal tersebut disebabkan karena obat ciprofloxasin menghambat aktivitas enzim sitokrom P-450 yang merupakan enzim yang berperan dalam proses metabolisme fenobarbital. Terhambatnya aktivitas enzim tersebut menyebabkan metabolisme obat diazepam terganggu sehingga efek terapeutik yang dihasilkanpun kurang optimal. Jadi, hasil pengamatan praktikum ini sesuai dengan literatur yang ada, yaitu obat- obatan yang memiliki kemampuan menghambat ( inhibitor ) akan mempercepat eliminasi obat- obat lain sehingga kadar obat dalam darah lebih cepat hilang.

BAB VIKESIMPULAN

1. Metabolisme merupakan proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim.2. Penggunaan induktor ataupun inhibitor enzim dapat mempengaruhi proses metabolisme3. Tujuan pemberian obat selang waktu 5 menit, agar obat dapat berikatan dengan enzim pemetabolisme.4. Fenobarbital sebagai Induktor, untuk mempercepat proses metabolisme5. Simetidin sebagai inhibitor untuk memperpanjang fase obat dalam tubuh, sehingga memperoleh durasi obat yang lama.6. Mencit 1 (obat diazepam) memperoleh waktu yaitu untuk onset 10 menit dan untuk durasi 50 menit.7. Mencit 2 (obat Fenobarbital + diazepam) yaitu untuk onset 30 menit, dan untuk durasinya 30 menit.8. Mencit 3 (obat ciprofloxasin + diazepam) yaitu untuk onset 15 menit dan untuk durasinya 30 menit.Hasil percobaan belum sesuai dengan teoritisnya ( durasi induktor + diazepam diazepam inhibitor + diazepam ), yaitu durasi penggunaan induktor + diazepam mempunyai durasi lebih singkat dibanding penggunaan diazepam saja dan penggunaan inhibitor + diazepam mempunyai durasi yang paling lama.Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian obat bersamaan pemberian induktor atau inhibitor dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme obat denag mempengaruhi aktivitas enzim metabolisme. Induktor mempercepat kerja dari enzim metabolisme sehingga memberikan durasi lebih cepat. Inhibitor menghambat kerja dari enzim pemetabolisme sehingga durasinya lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 1995, Perjalanan Dan Nasib Obat Dalam Badan, Gadjah Mada Univ Press.Anonim, 1999, Majalah Farmasi Indonesia Vol 10 No 04, Mandiri Jaya Offset, Yogyakarata.Ganiswara, Sulistia G (Ed), 2008, Farmakologi dan Terapi, Edisi Revisi V, Balai Penerbit Falkultas, Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.Gibson, G.Gordon Dan Paul Skett, 1991, Pengantar Metabolisme Obat, UI Presss, Jakarta.Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.La Du, BR, Mandel, H.G. dan Way, E.L,1971, Fundamentals of drug Metabolism and drug Dispositin. The Williamns & Wilkins company, Baltimore, pp 149-578.Lullman, Heinz, et al, 2000, Color Atlas of Pharmacology, second edition revised and expanded, Thieme, New York.Neal, M.J, 2005, At A Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Erlangga, JakartaMardjono, Mahar, 2007, Farmakologi dan Terapi, Jakarta; Universitas Indonesia Press.Mycek, Mary J, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2, Widya Medika, Jakarta. Siswandono, Soekardjo, 1995, Kimia Medisinal, Surabaya; Airlangga University Press.

TUGAS

1. Sebutkan senyawa penghambat dan penginduksi enzim yg berperan dalam metabolisme obat? jawab : Penghambat enzim: Dikumarol, kloramfenikol, sulfonamida & fenilbutazon dapat menghambat enzim yg memetabolisme tolbutamid & klorpopamid, sehingga meningkatkan respons glikemi. Dikumarol, kloramfenikol & isoniazid dapat menghambat enzim metabolisme dari fenitoin, sulfonamida, sikloserin & para amino salisilat, sehingga kadar Obat dalam serum darah meningkat dan toksisitasnya meningkat pula. Fenilbutazon, secara stereoselektif dpt menghambat metabolism (s)-warfarin, sehingga meningkatkan aktivitas antikoagulannya (hipoprotombonemi). Bila luka terjadi pendarahan yg hebat Penginduksi enzim: Fenobarbital, dpr menginduksi enzim mikrosom sehingga meningkatkan metabolisme warfarin & menurunkan efek antikoagulannya. Rokok contain polisiklik aromatik hidrokarbon, warfarin harus disesuaikan (diperbesar) seperti benzo(a)piren, yg dpt menginduksi enzim mikrosom, yaitu sitokrom P-450, sehingga meninkatkan oksidasi dari beberapa Obat seperti teofilin, fenasetin, pentazosin & propoksifen. Fenobarbital, dpt meningkatkan kecepatan metabolisme griseofulvin, kumarin, fenitoin, hidrokortison, testosteron, bilirubin, asetaminofen & Obat kontrasepsi oral Fenitoin, dpt meningkatkan kecepatan metabolisme kortisol, nortriptilin, & Obat kontrasepsi oral Fenilbutazon, dpt meningkatkan kecepatan metabolisme aminopirin & kortisol

2. Jelaskan mekanisme induksi dan inhibisi enzim?Jawab :a. Mekanisme induksi, berdasarkan enzim yang diinduksi: Induktor jenis fenobarbital akan menaikkan proliferasi RE dan dengan demikian bekerja menaikkan dengan jelas bobot hati. Induksi terutama pada sitokrom P450, dan juga pada glukuronil transferase, glutation transferase, dan epoksida hidrolase. Induksi yang terjadi relatif cepat dalam waktu beberapa hari. Induktor metilkolantren yang termasuk disini khususnya, karbohidrat aromatik (misalnya benzpiren, metilkolatren, triklordibenodioksin, fenantren) dan beberapa herbisida, terutama meningkatkan kerja sitokrom P450 dan sintetis glukuronil transferase. Proliferasi RE dan dengan demikian kenaikan bobot hati hanya sedkit.Sebagai akibat dari induksi enzim, maka kapasitas penguraian meningkat, sehingga laju metabolisme meningkat. Apabila induktor dihentikan, kapasitas penguraian dalam waktu beberapa minggu menurun hingga pada tingkat asalnya b. Mekanisme inhibisi:Pada penambahan inhibitor enzim terjadi pula mekanisme inhibisi enzim dengan cara sebagai berikut. Bahan obat yang menyebabkan penurunan sintesis atau menaikkan penguraian enzim RE atau antara 2 obat atau beberapa obat terdapat persaingan tempat ikatan pada enzim. Akibatnya, terjadi penghambatan penguraian secara kompetitif sehingga laju metabolisme menurun. 3. Jelaskan hubungan antara induksi dan inhibisi enzim dengan efek farmakologi dan toksisitasnya?Jawab :a.Hubungan induksi dengan efek farmakologi:Induksi berarti peningkatan sintesis enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan, akibatnya diperlukan peningkatan dosis obat tersebut, berarti terjadi toleransi farmakokinetikkarena melibatkan sintesis enzim maka diperlukan waktu beberapa hari (3 hari sampai1 minggu) sebelum dicapai efek yang maksimal.b. Hubungan inhibisi dengan efek farmakologi:Inhibisi berarti hambatan terjadi langsung, dengan akibat peningkatan kadar obat yang menjadi substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi secara langsung untuk mencegah terjadi terjadinya toksisitas, diperlukan penurunan dosis obat yang bersangkutan atau bahkan tidak boleh diberikan bersama penghambatnya (kontra indikasi) jika akibatnya membahayakan. Hambatan pada umumnya bersifat kompetitif (karena merupakan substrat dari enzim yang sama), tetapi juga dapat bersifat non kompetitif (bukan substrat dari enzim yang bersangkutan atau ikatannya irreversibel).