INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

10
71 Interaksi Sosial Perempuan dan Laki-laki dalam Cerpen Para Pedansa Karya M. Shoim Anwar ... PENDAHULUAN Dewasa ini, dapat dilihat terjadinya per- campuran unsur-unsur kebudayaan sebagai pola kehidupan suatu masyarakat. Hal ini ter- jadi, akibat dari adanya alat komunikasi yang canggih dan modern, sehingga jarak tidak lagi merupakan halangan bagi terjadinya proses komunikasi. Lebih lanjut keterbukaan itu me- nyebabkan terjadinya pergeseran tata nilai suatu masyarakat atau bangsa. Demikian pula dengan perkembangan karya sastra terus INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM CERPEN PARA PEDANSA KARYA M. SHOIM ANWAR: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Ni Nyoman Tanjung Turaeni Balai Bahasa Bali Pos-el: [email protected] Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan relasi sosial antartokoh yang menjadi ciri khusus dalam cerpen Para Pedansa. Dengan melihat unsur instrinsik untuk mengungkap hubungan antartokoh perempuan dan laki-laki dan pandangan laki-laki dan perempuan terhadap kaumnya. Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra dan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan hubungan interaksi antartokoh laki-laki dan perempuan yang tercermin dalam cerpen tersebut. Hasil analisis dapat diketahui bahwa laki-laki cenderung memiliki kekuasaan atau kekuatan yang lebih dibandingkan perempuan, baik secara fisik, finansial. Hal itu terjadi akibat dari fakta sosial, sikap sosial dari kelompok sosial tertentu, serta kondisi masyarakat modern yang diwarnai proses sosial melalui kelas sosial yang terjadi akibat pengaruh globalisasi. Kata kunci: hubungan antartokoh, cerpen, dan sosiologi sastra Abstract This paper aims to reveal the social relation between the characters that characterize Para Pedansa short story. By looking at the intrinsic elements to reveal the interrelation of the characters between women and men and the views of men and women against them. The approach used is the sociology of literature and descriptive analysis method that describes the interaction relations between men and women are reflected in the short story. From the results of the analysis it can be seen that men tend to have more power or strength than women, both physically and financially. It occurs as a result of social facts, social attitudes of certain social groups, and the conditions of modern society characterized by social processes through social classes that occur due to the influence of globalization. Key words: character interrelations, short story, sociologu of leterature berkembang mengikuti arus globalisasi dan beragam budaya masyarakat pada zamannya. Akibat dari hal tersebut, terjadinya perubahan gejala-gejala sosial, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi dalam masyarakat dapat diungkapkan dan diimajinasikan dalam suatu karya sastra. Jelaslah bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain,

Transcript of INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

Page 1: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

71Interaksi Sosial Perempuan dan Laki-laki dalam Cerpen Para Pedansa Karya M. Shoim Anwar ...

PENDAHULUANDewasa ini, dapat dilihat terjadinya per-

campuran unsur-unsur kebudayaan sebagaipola kehidupan suatu masyarakat. Hal ini ter-jadi, akibat dari adanya alat komunikasi yangcanggih dan modern, sehingga jarak tidak lagimerupakan halangan bagi terjadinya proseskomunikasi. Lebih lanjut keterbukaan itu me-nyebabkan terjadinya pergeseran tata nilaisuatu masyarakat atau bangsa. Demikian puladengan perkembangan karya sastra terus

INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAMCERPEN PARA PEDANSA KARYA M. SHOIM ANWAR: KAJIAN

SOSIOLOGI SASTRA

Ni Nyoman Tanjung TuraeniBalai Bahasa Bali

Pos-el: [email protected]

AbstrakTulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan relasi sosial antartokoh yang menjadi ciri khususdalam cerpen Para Pedansa. Dengan melihat unsur instrinsik untuk mengungkap hubunganantartokoh perempuan dan laki-laki dan pandangan laki-laki dan perempuan terhadap kaumnya.Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra dan metode deskriptif analisis yaitumemaparkan hubungan interaksi antartokoh laki-laki dan perempuan yang tercermin dalam cerpentersebut. Hasil analisis dapat diketahui bahwa laki-laki cenderung memiliki kekuasaan ataukekuatan yang lebih dibandingkan perempuan, baik secara fisik, finansial. Hal itu terjadi akibatdari fakta sosial, sikap sosial dari kelompok sosial tertentu, serta kondisi masyarakat modern yangdiwarnai proses sosial melalui kelas sosial yang terjadi akibat pengaruh globalisasi.

Kata kunci: hubungan antartokoh, cerpen, dan sosiologi sastra

AbstractThis paper aims to reveal the social relation between the characters that characterize Para Pedansa short story.By looking at the intrinsic elements to reveal the interrelation of the characters between women and men and theviews of men and women against them. The approach used is the sociology of literature and descriptiveanalysis method that describes the interaction relations between men and women are reflected in the short story.From the results of the analysis it can be seen that men tend to have more power or strength than women, bothphysically and financially. It occurs as a result of social facts, social attitudes of certain social groups, and theconditions of modern society characterized by social processes through social classes that occur due to theinfluence of globalization.

Key words: character interrelations, short story, sociologu of leterature

berkembang mengikuti arus globalisasi danberagam budaya masyarakat pada zamannya.Akibat dari hal tersebut, terjadinya perubahangejala-gejala sosial, politik, ekonomi danbudaya yang terjadi dalam masyarakat dapatdiungkapkan dan diimajinasikan dalam suatukarya sastra. Jelaslah bahwa sastra tidak dapatdipisahkan dari kehidupan sosial dan budayamasyarakat.

Karya sastra harus difungsikan samadengan aspek-aspek kebudayaan yang lain,

Page 2: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

72 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

maka salah satu cara adalah mengembalikankarya sastra ke tengah masyarakat, mema-haminya sebagai bagian yang tidak terpisah-kan dengan sistem komunikasi secara kese-luruhan. Beberapa pertimbangan karya sastramemiliki kaitan erat dengan masyarakat, bah-wa karya sastra ditulis oleh pengarang, dice-ritakan oleh tukang cerita, disalin oleh pe-nyalin, sedangkan ketiga sub tersebut adalahanggota masyarakat. Karya sastra hidup danberkembang dalam masyarakat, menyerapaspek-aspek kehidupan yang terjadi dalammasyarakat, yang pada gilirannya juga di-fungsikan oleh masyarakat dan medium karyasastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjammelalui kompetensi masyarakat, yang dengansendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan (Ratna, 2004:332—333)

Melalui tulisan ini dibahas hubunganantartokoh perempuan dan laki-laki dalamkelas sosial tertentu terhadap kedudukanperempuan dan laki-laki yang direpresen-tasikan dalam karya sastra. Perwujudanperempuan dan laki-laki pada masyarakatdalam karya sastra adalah realitas yang terjadidalam masyarakat akibat pengaruh globalisasi.

Cerpen Para Pedansa karya M. ShoimAnwar adalah cerpen yang melatarbelakangikehidupan para penikmat atau pecinta olahraga senam dansa. Cerpen tersebut menyirat-kan problematika kehidupan para perempuandan laki-laki dari kelas sosial tertentu yangsering terjadi akibat pergaulan bebas yangterjadi di masyarakat. Hubungan dari kelassosial tersebut dapat merubah cara pandangantara perempuan dan laki-laki terhadap pe-rempuan atau laki-laki lain, tidak saja sebagaiteman, tetapi sudah merambah hubunganseperti suami istri, dikarenakan adanya sebuahperjanjian antara perempuan dan laki-lakitelah membudaya dalam masyarakat, akibatdari perkembangan globalisasi, sehingga hu-bungan perempuan dan laki-laki seakan sudahdianggap biasa dan tidak ada batasnya.

Para Pedansa karya M. Shoim Anwaradalah salah satu contoh cerpen yang melatar-belakangi kehidupan para penikmat olah ragadansa. Cerpen tersebut menyiratkan problema-tika kehidupan para perempuan dan laki-lakidari kelas sosial tertentu yang sering dihadapidi tengah-tengah pergaulan bebas yang seringterjadi di masyarakat. Problematika tersebutmenjadi kajian utama hubungan relasi antaraperempuan dan laki-laki tidak saja sebagaiteman, tetapi sudah merambah hubunganseperti suami istri, dikarenakan adanya sebuahperjanjian antara perempuan dan laki-lakibenar-benar telah tampak dan membudayadalam masyarakat Indonesia saat ini.

Penelitian sebelumnya pernah dilakukanberjudul “Tokoh dan Penokohan dalam RomanPanglipur Wuyung” oleh Imam Budi Utomo.Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagianbesar tokoh dan penokohan dalam romanpanglipur wuyung memiliki tipologi yangsama, yakni menampilkan tokoh berwatakdatar (bersifat hitam putih), tampan cantik, me-ngusung tokoh hero, dan lain-lain yang me-rupakan tokoh ideal dengan penggambaranyang klise (Utomo, 2012:117). Dari hasilpenelitian yang pernah dilakukan, selainmembahas tokoh dan penokohan penelitian inilebih melihat pada hubungan relasi laki-lakidan perempuan yang terjadi antartokoh laki-laki dan perempuan, pandangan laki-laki danperempuan melihat laki-laki atau perempuanlain dalam cerpen tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam kajianini lebih melihat unsur internalnya. Salahsatunya adalah tokoh dan penokohan. Tokohadalah individu rekaan yang mengalami ber-bagai peristiwa dalam cerita. Sementara itupenokohan adalah pelukisan mengenai tokohcerita baik secara lahir maupun batin yangdapat berupa pandangan hidup, sikap, ke-yakinan, dan adat istiadat tokoh bersangkutan.Dan perwatakan tokoh dipilah menjadi dua,yakni watak datar (flat characterization) danwatak bulat (round characterization). Tokoh

Page 3: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

73Interaksi Sosial Perempuan dan Laki-laki dalam Cerpen Para Pedansa Karya M. Shoim Anwar ...

yang dikatakan berwatak datar jika tidakmengalami perkembangan (statis), sedangkandikatakan berwatak bulat jika mengalamiperkembangan (dinamis) (Wellek dan Werren,1993:288). Tulisan ini membahas tentang hu-bungan laki-laki dan perempuan terhadap laki-laki dan perempuan lain melalui unsur tokohdan penokohannya.

TEORI DAN METODEKajian sosiologi seperti ditulis oleh Besse

Darmawati yang berjudul “Konfigurasi Heroikdalam Sastra Bugis: Suatu Pendekatan Sosio-logi Terhadap Elong Osong” dalam Atavisme,Jurnal Ilmiah Kajian Sastra. Volume 15 Nomor1, edisi Juni 2012, hlm 85-93). Balai Bahasa Pro-vinsi Jawa Timur. Dalam penelitian tersebut,ditemukan bahwa unsur heroik dalam sastraBugis dapat mewariskan konfigurasi heroikkepada generasi muda, yaitu berperang mela-wan musuh demi keutuhan negeri tercinta danmengutamakan keberanian pribadi dalammembela tanah air. Kedua konfigurasi heroiktersebut patut diteladani, dan sangat relevandengan kondisi masyarakat Bugis dewasa iniyang menghendaki lahirnya pemimpin-pemim-pin yang memiliki jiwa kepahlawanan tanpamengedepankan kepentingan pribadi.

Sehubungan dengan hal tersebut, pene-litian tersebut mengkaji sastra Bugis sebagaibahan kajian, dan bertolak dari kajian itu, yangmembedakan tulisan ini dengan penelitain se-belumnya yaitu mengkaji karya sastra modernyang berbentuk cerpen. Meskipun demikian,hasil penelitian tersebut sangat penting artinyadalam tulisan ini karena sama-sama membi-carakan sosiologis dalam karya sastra. Aspekutama yang dikaji dalam penelitian ini adalahinteraksi sosial antartokoh perempuan danlaki-laki yang ada dalam cerpen Para Pedansakarya M. Shoim Anwar, melalui karakter tokohdan penokohan dan hubungan antartokohyang membangun cerita tersebut.

Dalam mengungkapkan hubungan relasisosial dalam sebuah karya sastra, dibutuhkan

sebuah pendekatan yang mempertimbangkansegi-segi kemasyarakatan yang disebut sosio-logi sastra. Pendekatan sosiologi terhadapkarya melibatkan dua hal utama. Pertama pen-dekatan yang berdasarkan pada anggapanbahwa sastra merupakan cermin proses sosial-ekonomi. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakansastra; sastra dipandang berharga jika dihu-bungkan dengan faktor-frktor di luar sastra itusendiri. Kedua pendekatan yang mengutama-kan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Pen-dekatan ini merupakan analisis teks untukmengetahui strukturnya, kemudian diperguna-kan untuk memahami lebih dalam mengenaigejala sosial di luar sastra itu. Berdasarkan haltersebut, kajian ini lebih memfokuskan padaanalisis teks sastra lebih mengutamakan gejalasosial yang terjadi dalam teks karya itu sendiri.

Swingewood (dalam Faruk, 2003:1) men-difinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiahdan objektif mengenai manusia dalam masya-rakat, studi mengenai lembaga-lembaga danproses-proses sosial, agama, ekonomi, politikdan keluarga, yang sama-sama membentuk apayang disebut struktur sosial. Sosiologi dikata-kan memperoleh gambaran mengenai meka-nisme sosialisasi, proses belajar secara kulturalyang dengannya individu-individu dialokasi-kan pada dan menerima peranan-peranan ter-tentu dalam struktur sosial tersebut. Di sam-ping itu sosiologi juga berurusan dengan prosesperubahan sosial, baik yang terjadi secara ber-angsur-angsur maupun secara revolusioner,dengan akibat-akibat yang ditimbulkan olehperubahan tersebut.

Karya sastra menerima pengaruh darimasyarakat dan sekaligus mampu memberipengaruh terhadap masyarakat. Karya sastradikatakan sebagai cermin masyarakat, tetapitidak berarti struktur masyarakat secara kese-luruhan tergambar dalam sastra, yang tercer-min di dalamnya adalah terbatas gambaranmasalah masyarakat secara umum dan ditinjaudari sudut lingkungan tertentu yang terbatasdan berperan sebagai mikrokosmos sosial, se-

Page 4: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

74 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

perti lingkungan bangsawan, penguasa, gelan-dangan, kelas sosial, rakyat jelata, dan masalah-masalah sosial lainnya. Karya sastra sebagaigambaran masyarakat, bukan berarti karyasastra tersebut menggambarkan keseluruhanwarna dan rupa masyarakat yang ada padamasa tertentu dengan permasalahan tertentu,karena apa yang ada dalam masyarakat tidaksama persis dengan apa yang ada dalam karyasastra. Hal ini dapat diartikan, bahwa penga-laman yang diperoleh pembaca akan mem-bawa dampak sosial bagi pembacanya melaluipenafsiran-penafsirannya. Dengan demikiandapat dikatakan bahwa sosiologi sastra adalahsalah satu pendekatan untuk mengurai karyasastra yang mengupas masalah hubunganantara pengarang dengan masyarakat, hasilberupa karya sastra dengan masyarakat, danhubungan pengaruh karya sastra terhadappembaca. Namun kajian ini hanya membahasmengenai gambaran masyarakat melalui karyasastra mengenai kondisi suatu masyarakat.

Dengan mempertimbangkan bahwa ana-lisis sosiologi sastra adalah analisis karya sastradalam kaitannya dengan masyarakat, makamodel analisis yang dapat dilakukan menjaditiga macam yakni, (1) menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karyasastra itu sendiri, kemudian menghubung-kannya dengan kenyataan yang pernah terjadi.Pada umumnya disebut sebagai aspek eks-trinsik; (2) menganalisis masalah-masalah sosialdalam karya sastra, tetapi dengan cara mene-mukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek tertentu, dengan model hubungan yangbersifat dialektika; dan (3) menganalisis karyasastra dengan tujuan untuk memperoleh infor-masi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu.Dikaitkan dengan kajian yang akan dilakukan,model yang kedua dianggap relevan untuk me-nganalis, dengan pertimbangkan bahwa karyasastra bersifat aktif dan dinamis, dan dikaitkandengan ciri-ciri sosiologi, bahwa masyarakatlebih berperanan, karena masyarakat yangmengkondisikan karya sastra, bukan sebaliknya(lihat Ratna, 2004:339).

Data penelitian ini adalah kata, frase,klausa, dan kalimat dalam cerpen Para Pedansakarya M. Shoim Anwar yang dapat diabstrak-sikan sebagai interaksi hubungan antartokohlaki-laki dan perempuan, Objek penelitian ada-lah cerpen Para Pedansa karya M. Shoim Anwaryang dimuat dalam Jawa Pos, Minggu 30September 2001. Pembahasan peran antar-tokoh laki-laki dan perempuan, dengan alasanbahwa tokoh-tokoh tersebut sangat dinamisperkembangan perwatakannya dan sangatmenarik diungkapkan. Di samping itu, tokoh-tokoh tersebut memiliki karakter yang kuatmembangun cerita. Metode yang digunakanadalah metode deskriptif analisis dengan me-lihat unsur intenal karya yakni melalui unsurtokoh dan penokohannya dengan menghu-bungkan isi cerita dan cara penceritaan melaluiwacana-wacana yang disampaikan antar-tokoh. Langkah yang dilakukan dalam meng-kaji cerpen berdasarkan unsur internal denganmendeskripsikan wacana yang terkait denganpandangan tokoh laki-laki dan perempuan ter-hadap perempuan dan laki-laki lain yang ter-cermin dalam teks. Indentifikasi dilakukan me-lalui tokoh perempuan dan laki-laki, untuk me-mudahkan mengetahui perilaku serta wataktokoh perempuan dan laki-laki dari gambaranwacana-wacana, seperti ucapan tokoh dansikap tokoh. Kemudian langkah berikutnyamengamati ucapan, sikap, dan tindakan tokohlain, terutama tokoh laki-laki dan perempuanyang memiliki keterkaitan dengan tokoh perem-puan dan laki-laki lain yang sedang diamati.Langkah terakhir adalah mengamati hubunganrelasi antartokoh dilihat dari sikap, ucapan dantindakan tokoh melalui wacana dalam teks.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interaksi Sosial Perempuan dan Laki-laki da-lam Cerpen Para Pedansa Karya M. ShoimAnwar

Cerita rekaan pada dasarnya mengisahkanseseorang atau beberapa orang yang menjaditokoh. Sebagai subjek yang menggerakkan

Page 5: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

75Interaksi Sosial Perempuan dan Laki-laki dalam Cerpen Para Pedansa Karya M. Shoim Anwar ...

peristiwa-peristiwa cerita, tokoh dilengkapidengan watak atau karateristik tertentu. Wa-tak itulah yang menggerakkan tokoh untuk me-lakukan perbuatan tertentu sehingga ceritamenjadi hidup (Sujiman, 1991:16—23). Pe-nyajian watak, penciptaan citra, atau pelukis-an gambaran tentang seseorang yang ditam-pilkan sebagai tokoh cerita disebut penokohan(Jones, dalam Sujiman, 1991: 23). Dalam cerpenPara Pedansa karya M. Shoim Anwar dilihatbagaimana peran tokoh perempuan dan laki-laki melihat perempuan lain, dan bagaimanapandangan perempuan dan laki-laki melihatlaki-laki lain melalui tokoh dan penokohan.

Cerpen Para Pedansa menceritakan tentangdunia perempuan dan laki-laki sebagai patnerdalam berolah raga dansa. Patner teman se-jawat sebagai pasangan menari dan berolahtubuh. Dalam dunia dansa seorang patnertidak saja berfungsi sebagai teman menari,akan tetapi lebih dari itu dalam menari dansadiibaratkan pasangan suami istri, ketika menarimasing-masing pasangan harus saling me-mahami, dan bahkan anggapan sebagai pa-sangan suami istri kadang berlanjut sampai diluar patner berdansa. Sebagaimana yang di-lakukan tokoh Doni dan Mirna yang unjukkebolehan sebagai pasangan tetap yang mem-buat peserta yang lain terkagum dan berdiridari duduknya. Lain halnya dengan Elien yangbelum mendapat kesempatan bisa menjadipatner Doni. Elien adalah salah satu instrukturdansa dan menjadi perempuan simpananseorang hakim terkenal bernama Barli. Akantetapi ketika laki-laki tersebut mendapatkanimbalan lebih dari seorang pengusaha kayaraya yang tersandung perkara impor tembakaugelap dan pemalsuan merek, Barli pun tegamenyerahkan Elien kepada laki-laki tersebut.Perubahan terjadi sangat cepat, Elien punmemilih Lumban Jaya sebagai pasangannyadan sakaligus sebagai perempuan simpananlaki-laki tersebut. Akan tetapi dia pun masihmengharapkan Doni sebagai patnernya ber-dansa bagaimana pun caranya yaitu dengan

menjelek-jelekan Mirna yang selama ini men-jadi pasangan Doni. Akan tetapi Doni lebihmemilih Mirna sebagai patnernya. Hal itulahterjadi perselisihan antara Mirna dan Elien.Sehingga menimbulkan kecemburuan antaraElien dan Mirna dengan mencari kelemahanmasing-masing. Dan akhirnya mereka memilihpasangannya masing-masing dan saling meng-untungkan satu sama lain, diberi dan memberiimbalan. Lebih lanjut berikut akan diuraikanbagaimana hubungan laki-laki dan perempuanmelalui peran antartokoh yang menggerakkancerita tersebut.

Hubungan Perempuan dan Laki-Laki Ter-hadap Perempuan Lain dalam Cerpen ParaPedansa

Hubungan perempuan dan laki-laki ter-hadap perempuan lain dalam cerpen ParaPedansa menunjukkan adanya persaingandalam mencari perhatian terhadap laki-lakiyang bukan pasangannya, dalam hal ini bukansuaminya. Hal itu dapat dilihat dari percakap-an Elien dan Doni membicarakan perempuanlain yaitu Mirna yang sedang berpasangandengan Barli yang sebelumnya menjadi pa-sangan dansa Elien juga bahkan pernah men-jadi perempuan simpanannya. Hal ini terlihatpada kutipan berikut.

Di pojok ruang, Elien membuka tasnyadan mengeluarkan selembar koran yangterlipat. Diberikan koran itu kepada Doniyang ada sedari tadi berada di dekatnya.

“Baca ini!” katanya sambil menudingke judul berita.

Koran memberitakan bahwa suami Mirnadan juga para anggota parlemen yang laindibebaskan dari segala jeratan hukum.Ternyata yang bertindak sebagai hakimadalah Barli.

“Ngerti kan?” Elien menuding ke arena,Doni pun manggut-manggut.

“Dia seorang hakim. “Elien melanjut-kan, “Tak ada yang tidak mungkin bagidia, apalagi soal patner.

Page 6: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

76 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

Elien dan Doni terdiam beberapa saat.Sepertinya mereka tengah terlibat dalampergolakan batin masing-masing (JawaPos, Minggu 30 September 2001).

Kutipan di atas mencerminkan rasa ke-tidaksukaan yang ditunjukkan Elien terhadapMirna melalui percakapannya dengan Donitentang keburukan Mirna dan bagaimanakondisi rumah tangganya. Hal itu dilakukanuntuk menarik simpati Doni supaya bisa men-jadi patnernya baik dalam kegiatan berdansamaupun dalam situasi yang lainnya. Lainhalnya dengan Doni. Sebagai laki-laki dia me-nunjukkan sikap diam menanggapi pembi-caraan Elien tentang kehidupan rumah tanggaMirna, padahal secara tidak langsung Donisudah mengetahui sebelum Elien menunjukkanberita di koran tentang suami Mirna. Sebagai-mana terlihat dalam kutipan berikut.

Telepon dalam tas Mirna berdering. Perem-puan itu segera mengambil dan membawanyamejauh. Pembicaraan terjadi beberapa saat.

“Ada telepon dari rumah, “katanyakemudian.

“Terus?” doni mengangkat kepalanya.“Aku disuuh pulang.”Ada rasa cemas melintas pada wajah

Doni. Guratan-guratan di wajahnya men-jadi lebih kentara, baru pukul sepuluh ma-lam, tapi Mirna akan segera pulang. Pada-hal biasanya sampai tengah malam.Doni menarik nafas panjang

“Aku antar?”“Jangan, Aku naik taksi saja.”Doni berpikir, mungkin Mirna ditelepon

suaminya yang anggota parlemen itu.Beberapa hari terakhir ini, Mirna seringmengeluh, suaminya sedang menghadapigugatan masyarakat karena dituduh me-nyelewengkan anggaran (Jawa Pos, Minggu30 September 2001, hal. 4).

Kutipan di atas menunjukkan hubunganDoni dengan Mirna sudah berjalan cukup lamasebelum Doni dekat dengan Elien. Antara Donidan Mirna sudah menjadi patner ketika mereka

berdansa. Doni lebih tahu sebelum dia me-ngenal Elien. Akan tetapi Doni tidak mence-ritakan hal itu kepada Mirna, dia hanya ber-sikap diam, tenang dan santai, ketika Elienmembicarakan tentang kehidupan keluargaMirna. Hubungan relasi yang terjadi antaraDoni dan Mirna merupakan hubungan yangsudah berpola dan saling menjaga hubunganmereka selalu tetap langgeng, walaupun di-antara mereka sudah berkeluarga.

Sebagai makhluk sosial dan individu dalammemenuhi kebutuhan hidupnya manusiaberusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, dantidak mampu berusaha atau berdiri sendiritanpa bantuan orang lain dan merupakan hu-bungan timbal balik antarindividu yang satudengan yang lain, saling mempengaruhi dandidasarkan pada kesadaran untuk saling me-nolong. Dalam hal ini hubungan relasi yangterjadi antara Mirna dan Doni adalah hubung-an relasi berbentuk kerja sama serta prosesinteraksi yang saling menguntungkan danmampu menempatkan diri dalam pola berpikirorang lain.

Di samping itu pandangan Doni terhadapperempuan lain tidak sama perlakuannya se-bagaimana dia memperlakukan Mirna ketikamereka berdansa. Walaupun perempuan ter-sebut sangat berjasa atas keberadaannya yangsudah mengajak dan memberi dia jalan danbisa mahir dalam berdansa. Hal ini terlihat da-lam kutipan berikut.

Doni mendekat. Nafasnya masih belumpulih benar. Sambil berancang-ancangduduk, dia merogoh saku celana kirinyauntuk mengambil sapu tangan. Lelaki ituseera mengusap wajah dan lehernya.Percakapan antara Barli, Mirna dan Doniterjadi beberapa saat. Barli terus beranjakdari kursinya. Dia berjalan ke arah ber-tender. Mungkin minta minum.

“Di sini bukan Amerika, “Kata Doni.”Belum waktunya change partner sudahngrebut. Di Amerika saja juga pakai etika.”

Page 7: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

77Interaksi Sosial Perempuan dan Laki-laki dalam Cerpen Para Pedansa Karya M. Shoim Anwar ...

Mirna tersenyum kecut. Dia mengertibahwa pembicaraan itu ditujukan pada BuTini.

“Dia merasa, yang ngajak kamu les keElien kan dia,” kata Mirna.

“Memang dia yang mengeluarkanbiaya. Tapi dia tidak bisa menguasai sayaseperti itu. saya ingin maju. Ingin menjadipelatih dansa yang berprestasi.” (JawaPos, Minggu 30 September 2001, hal. 4).

Kutipan tersebut menunjukkan terjadinyainteraksi atau hubungan sosial yang menim-bulkan rasa tidak nyaman dan perasaan egois-me dari Doni menanggapi sikap dari Bu Riniyang tiba-tiba nyelonong menggantikan posisiMirna. Walaupun perempuan itu sangat ber-jasa terhadap Doni. Berkat Bu Rini lah Donibisa menjadi seorang pedansa yang profesional.Lain hal nya pandangan Mirna terhadap BuRini. Sebagai seorang perempuan, dan patnerDoni, Mirna bersikap bijak menanggapi tin-dakan Bu Rini terhadap Doni secara etika halitu tidak pantas dilakukan walaupun dia yangmengajak dan membiayai Doni untuk terjunke dunia dansa.

Hubungan Perempuan dan Laki-Laki TerhadapLaki-laki Lain dalam Cerpen Para Pedansa

Perempuan membangun sebuah idiologiyang mencoba “menolak keberadaan kodratbagi perempuan”. Sementara itu, idiologi domi-nan di Indonesia pada umumnya adalah “wa-nita sudah lahir dengan kodratnya”, yaknisebagai ibu rumah tangga yang menjalankanperan-peran domestik, makhluk yang secarakodrat sebagai manusia kelas dua, makhlukyang secara kodrat menjalankan fungsi sebagaiobjek, dan sebagainya (Santoso, 2011, hlm. 77).Dalam kata lain mengatasi kodratnya, mem-berikan peneguhan bahwa menjadi wanitapada hakikatnya sama menjadi pria. Ia mestidipandang sebagai manusia, bukan karenamemiliki jenis kelamin tertentu yang sudahterkontruksi oleh faktor-faktor sosial-budaya.Bahkan perempuan memperjuangkan sebuah

konsep bahwa harkat dan martabat perem-puan adalah hasil konstruksi sosial.

Sebagaimana halnya dalam cerpen ParaPedansa, tanggapan Elein terhadap laki-lakimemperlakukan perempuan yang seakan-akanmakhluk yang tidak bisa berbuat. Sebagaiperempuan, Elein tidak menerima perlakuanlaki-laki yang dengan mudah melepasnya demisebuah hubungan bisnis. Hal ini terlihat dalamkutipan berikut.

“Saya ingin menjadikan Elien sebagaipartner,” kata Lumban Jaya pada suatuacara dansa.

“Kalau di mau ndak masalah, “JawabBarli ringan.

Elien, yang saat itu berada di sampingmereka menjadi terkejut. Perempuan itumerasa disepelekan, tidak dibutuhkan, dantidak dilindungi oleh Barli. Bagaimanamungkin, hanya dengan perkataan sepertiitu seorang pasangan, yang bahkan sudahhidup serumah, diserahkan begitu sajakepada laki-laki lain.

“Ini pelecehan. Kalau you menyerahkanaku pada Pak Lumban Jaya, maka aku punakan menyerahkan segala yang ada padadiriku kepadanya.”

(Jawa Pos, Minggu 30 September 2001,hal. 4).

Kutipan tersebut melukiskan hubunganantara Elien sebagai perempuan dan Barlisebagai laki-laki. Bentuk hubungan tersebutterjadi berdasarkan status dan kedudukansosial masing-masing individu sesuai denganperanannya (hak dan kewajiban yang melekatdengan statusnya). Sifat relasi atau hubunganyang terjadi dalam kutipan di atas adalahhubungan pertukaran jasa yaitu pertukaranekonomi dan sosial. Hubungan itu terjadi bu-kan demi hubungan itu sendiri, tetapi padaprinsipnya diperoleh dari setiap pasangan per-tukaran. (saya memberi, saudara harus mem-beri saya). Kedua belah pihak sama-sama me-ngeluarkan biaya dan mengharapkan imbal-an yang menguntungkan dalam setiap hu-bungan. Hal itu dapat dilihat dari hubungan

Page 8: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

78 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

antara Elien dan Barli merupakan hubungansama-sama menguntungkan satu sama lain.Elien dapat menikmati hidup dengan ke-mewahan dari pemberian Barli, sedangkanBarli dapat diuntungkan dengan kesediaanElien menjadi simpanannya. Hubungan sepertiini pada umumnya tidak menimbulkan konflikyang berkepanjangan dan membahayakan,karena relasi sosial semacam itu tidak berlang-sung lama. Hal itu terlihat setelah Barli merasa-kan diuntungkan oleh Lamban Jaya, dia punbersedia melepas Elien untuk Lamban Jaya,padahal diantara mereka sudah hidup se-rumah.

Sebagai perempuan yang sudah menda-patkan fasilitas yang diinginkannya, Elienmerasa adanya ketidakdilan dan pelecehan ter-hadap dirinya. Hal itu terlihat, ketika Barli me-rasa diuntungkan oleh Lamban Jaya, denganmudahnya dia menyerahkan Elien kepadaLamban Jaya, padahal di antara mereka sudahtinggal serumah. Sebagaimana terlihat padakutipan berikut.

“Ini pelecehan. Kalau you menyerahkanaku pada Pak Lumban Jaya, maka aku punakan menyerahkan segala yang ada padadiriku kepadanya.”

“No Problem!”Perubahan terjadi dengan cepat. Elien

akhirnya benar-benar menjatuhkan diri-nya ke pelukan Lumban Jaya. SementaraBarli meminta kembali harta-harta yangpernah diberikan kepada perempuan itu.Elien tidak keberatan. Toh dia kini sudahmendapatkan dari Lumban Jaya, jauh lebihbanyak: rumah, perabotan istimewa, sertaberganti-ganti mobil mewah. Elien jugamasih diperbolehkan untuk mengajar dan-sa. Sementara Lumban jaya sendiri lebihbanyak tinggal bersama anak dan istrinya(Jawa Pos, Minggu 30 September 2001,hal. 4).

Kutipan tersebut mencerminkan pandang-an laki-laki menilai perempuan hanya ketikaperempuan itu menguntungkannya, dan ketikatidak diperlukan lagi laki-laki tidak menghirau-

kannya lagi, bahkan ditawarkan atau mena-warkan kepada laki-laki lain yang lebih meng-untungkannya. Hal itu terjadi pada ketikaLumban Jaya meminta Elien untuk menjadipatnernya kepada Barli. Di sini relasi antarakedua laki-laki tersebut mendapatkan keun-tungan dari Elien yaitu menjadi perempuansimpanan mereka. Akan tetapi sebagai perem-puan Elien merasa diremehkan dilempar kesana ke mari hanya untuk menemani merekakapan pun. Di sisi lain dibalik itu Elien jugamenikmati apa yang dia jalani bahkan men-dapat imbalan sesuai keinginannya.

Hubungan atau proses sosial yang terjadidi atas, lebih mengarah kepada hubungan per-pecahan atau proses sosial menceraikan danlebih mengarah pada nilai-nilai negatif atauasosial seperti kebencian, permusuhan, egois-me, kesombongan, pertentangan, perpecahan.Dari hubungan tersebut, terlihat dalam kutipandi atas mengarah pada nilai kebencian Elienterhadap Barli dan dengan mengembalikansemua benda pemberian Barli. Dan nilai ke-sombongan dan keegoisan terjadi dapat dilihatdari tokoh laki-laki yaitu Barli dan LumbanJaya. Kesombongan dan rasa ego tersebutdapat muncul, karena merasa diri kaya dandapat membeli atau menginginkan apa saja bisadibeli dari kekayaan yang dia miliki. Keegoisanlaki-laki tersebut, terlihat dari cara dia mem-perlakukan dan tidak menghargai perempuan,karena semua dinilai dengan uang, sehinggadia menganggap tidak masalah dan bahkantidak dianggap sebuah masalah.

Di samping itu hubungan laki-laki terhadaplaki-laki lain, tetap terjadinya persaingan untukdapat dikatakan masih memiliki kekuatan dankekuasaan di hadapan perempuan, denganmenunjukkan kelemahan teman sejawatnya.Sebagaimana terlihat pada kutipan berikut.

Sesi Latin ternyata telah usai. Kini bergantike ballroom. Irama waltz sudah terdengar. Adaempat pasang yang sudah mulai berlaga dilantai dansa. Pasangan Lumban Jaya dan Elienjuga ikut turun. Pada sesi Eropa ini para

Page 9: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

79Interaksi Sosial Perempuan dan Laki-laki dalam Cerpen Para Pedansa Karya M. Shoim Anwar ...

pedansa tampak terus berjalan mengitariruang.

“Pak Lumban Jaya turun,” kata Mirna.“Dia sudah tak layak dansa, “Barli

menanggapi, “perutnya sudah terlalugendut kayak drum. Dilihat potongannyasaja sudah tak menarik. Langkahnya kayakdiseret. Paling-paling dia hanya beranituru pada waltz dan slow fox. Nafasnyasudah ngos-ngosan. Dia tak akan beraniturun pada viem waltz, tango, apalagiquick step (Jawa Pos, Minggu 30 Septem-ber 2001, hal. 4).

Kutipan tersebut menyiratkan persainganyang tidak kentara antara Barli dan LumbanJaya. Kedua laki-laki ini ingin menunjukkankemenangan dan kekuasaannya di hadapanperempuan. Lumban Jaya merasa menangdengan mendapat Elien sebagai guru danpelatih dansa dari Barli, sedangkan Barli inginmendapatkan perhatian dan kemenanganya didepan Mirna dengan menunjukkan kejelekandan kelemahan Lumban Jaya dengan menga-takan Dia sudah tak layak dansa, perutnya sudahterlalu gendut kayak drum, dilihat potongannyasaja sudah tak menarik, langkahnya kayak diseret.

Hubungan yang terjadi antara kedua pa-sangan tersebut adalah hubungan salling me-nguntungkan satu sama lainnya denganorientasi yang berbeda. Baik dari pihak laki-laki (Barli dan Lumban Jaya) dan dari pihakperempuan (Mirna dan Elien). Saling meng-untungkan yang dimaksud adalah LumbanJaya dapat memiliki Elien si pelatih dansa dansekaligus menjadi perempuan simpanan Lum-ban Jaya, sedangkan Elien mendapat fasilitasmewah dan sekaligus mengangkat derajatnyasebagai pelatih dansa walaupun dia menjadiistri simpanan, dan menunjukkan kepada Barlibahwa masih ada yang mau menjadi patner-nya seperti Lumban Jaya walaupun dia tidaksehebat Barli. Di sisi lain Mirna dan Barli inginmencari perhatian dan ingin mendapat keun-tungan dari pancingan perhatian terhadap pa-sangan Lumban Jaya dan Elien. Barli ingin

menjadikan Mirna sebagai pasangannya se-telah menyerahkan Elien kepada Lumban Jaya,sedangkan Mirna menginginkan Barli sebagaipasangannya agar dia dibantu membebaskansuaminya dari jeratan hukum karena kasuspenyelewengan uang negara.

PENUTUPBerdasarkan hasil pembahasan yaitu aspek

internal cerpen Para Pedansa mengungkappermasalahan tokoh dan penokohan dalamtulisan ini. Kesatuan unsur-unsur internal da-lam cerpen tersebut memperlihatkan kesatuanyang utuh dan saling keterkaitan, sehinggadapat menemukan perkembangan tokoh danpenokohan bersifat dinamis atau dapat dikata-kan perkembangan watak dari tokoh-tokoh ter-sebut bersifat bulat. Masing-masing tokoh me-megang peranan dalam membangun cerita.Bentuk hubungan antartokoh berdasarkanstatus dan kedudukan sosial masing-masingindividu sesuai dengan peranannya (hak dankewajiban yang melekat dengan statusnya).Sifat hubungan yang terjadi dalam pertukaranjasa yaitu bukan demi hubungan itu sendiri,tetapi pada prinsipnya diperoleh dari setiappasangan pertukaran. (saya memberi, saudaraharus memberi saya). Kedua belah pihak sama-sama mengeluarkan biaya dan mengharapkanimbalan yang menguntungkan dari setiaphubungan.

DAFTAR PUSTAKAAnwar, M. Shoim. Para Pedansa, dimuat dalam

Jawa Pos, Minggu 30 September 2001, hal.4).

Faruk. 2003. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogya-karta: Pustaka Pelajar.

Utomo, Imam Budi (2012). Tokoh dan Penokohandalam Roman Panglipur Wuyung, dalamAtavisme Jurnal Ilmiah Kajian Sastra15(1), 117-124.

Ratna, I Nyoman Kuta. 2004. Teori, Metode, danTeknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Page 10: INTERAKSI SOSIAL PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PARA ...

80 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

Santoso, Anang. 2011. Bahasa Perempuan,Sebuah Potret Ideologi Perjuangan. Jakarta:Bumi Aksara.

Sudjiman, Panuti.1991. Memahami CeritaRekaan. Cet.II. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. TeoriKesusastraan. Diterjemahkan oleh MelaniBudianta. Jakarta: Gramedia.

https://argorekmomenoreh.wordpress.com/2013/12/28/analisis-sosiologi-sastra-dalam-novel-perempuan-jogja-karya-ach mad-m unif-ka j ian -sos iologi -2/(diakses 11 okt 2016, pkl 15.00)