SIKAP BAHASA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN … · bahasa Indonesia dan bahasa daerah; dan (3)...
Transcript of SIKAP BAHASA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN … · bahasa Indonesia dan bahasa daerah; dan (3)...
i
SIKAP BAHASA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
FKIP UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TERHADAP BAHASA INDONESIA DAN BAHASA DAERAH:
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Magister
Oleh:
NATALIA SULISTYANTI HARSANTI
NIM: 151232004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SEPTEMBER 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SIKAP BAHASA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
FKIP UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TERHADAP BAHASA INDONESIA DAN BAHASA DAERAH:
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tesis ini saya persembahkan untuk
Tuhan Yesus, Bunda Maria, Bapak dan Ibu,
Yaik, dan keluarga tercinta serta semua
orang yang mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Waktu Tuhan bukan waktu kita
Jangan sesali keadaannya
Percaya ada waktunya Tuhan
Tetap setia mengandalkan-Nya
Semua indah pada waktunya
-Waktu Tuhan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Harsanti, Natalia Sulistyanti. 2017. Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah: Kajian Sosiolinguistik. Tesis.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Magister, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan sikap bahasa
mahasiswa laki-laki FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa Indonesia dan bahasa daerah; (2) mendeskripsikan sikap bahasa
mahasiswa perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa Indonesia dan bahasa daerah; dan (3) mendeskripsikan perbedaan sikap
bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi yang
digunakan adalah mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
354 mahasiswa yang meliputi 101 mahasiswa laki-laki dan 253 mahasiswa
perempuan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional
random sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
dikembangkan dengan model skala Likert. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif dan uji-t dua sampel independen
yang dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS 22.
Hasil penelitian menunjukkan (1) sikap bahasa mahasiswa laki-laki
terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah memiliki kategori baik. (2) Sikap
bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah
memiliki kategori baik. (3) Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t
dua sampel independen, dalam penelitian ini Ho1 ditolak, yang berarti ada
perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
terhadap bahasa Indonesia. Perbedaan ini terletak pada aspek afeksi terhadap
bahasa Indonesia. Sementara itu, Ho2 diterima, yang berarti tidak ada perbedaan
sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap
bahasa daerah.
Kata Kunci: sikap bahasa, mahasiswa, bahasa Indonesia, bahasa daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Harsanti, Natalia Sulistyanti. 2017. Language Attitude of Male and Female
Students of FKIP Sanata Dharma University towards the Indonesian
and Local Languages: Sociolinguistics Studies. Thesis. Yogyakarta: The
Graduate School of the Indonesian Language and Literature Education
Study Programme, Faculty of Teachers’ Training and Education, Sanata
Dharma University.
The purpose of this research is (1) to describe the language attitude of
male students of FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta towards the
Indonesian language and regional languages; (2) to describe the language attitude
of female students of FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta towards the
Indonesian language and regional languages; and (3) to compare the language
attitude between male and female students of FKIP University Sanata Dharma
Yogyakarta.
The researcher applied quantitative method. The population of this study
was male and female students of FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta.
354 students of the faculty were taken as samples which consisted of 101 male
students and 253 female students. Proportional random sampling technique was
used to take the sample in this study. The instrument used in this study was a
Likert scale model questionnaire. Data analysis techniques used in this study were
descriptive statistical test and t-test with two independent samples. The IBM SPSS
22 software used in this step.
The results showed that (1) male students’ language attitudes toward
Indonesian language and local languages were categorized as good. (2) The
language attitude of female students towards Indonesian and regional languages
were also categorized as good. (3) Based on the hypothesis by t-test with two
independent samples, Ho1 in this research was rejected. It meant that there were
differences of the attitude towards Indonesian language between male and female
students. The difference was in the affection aspects on the Indonesian language.
Meanwhile, Ho2 was accepted. It was concluded that there was no difference of
the language attitude towards the local language between male and female
students.
Keywords: language attitude, students, Indonesian language, local language.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap Bahasa
Indonesia dan Bahasa Daerah: Kajian Sosiolinguistik”. Penyusunan tesis ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan tesis ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat,
motivasi, dorongan, dukungan, doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya
dari awal hingga akhir penulisan tesis ini. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister yang telah memberikan
motivasi kepada penulis selama menyelesaikan tesis.
3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. dan Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku
dosen pembimbing yang telah banyak mengorbankan waktu, pikiran,
kesabaran, tenaga dan motivasi selama membimbing penulis.
4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Magister yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan serta
wawasan kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Program Magister, sehingga penulis mempunyai bekal
menjadi pengajar yang cerdas, humanis dan profesional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum.,
dan Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si, selaku ahli yang
berkenan menguji validitas kisi-kisi dan kuesioner dalam penelitian ini.
6. Seluruh Kepala Program Studi di bawah naungan FKIP yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
7. Karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Magister yang telah membantu penulis dalam hal administratif
dalam rangka menyelesaikan tesis.
8. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku
penunjang selama penulis menyelesaikan tesis.
9. Teman-teman di S-1 FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
penulis untuk mengumpulkan data penelitian.
10. Orang tua saya tercinta, Y. Subaryanto dan Th. Sukarti yang telah
memberikan semangat, doa, cinta, bantuan, dan motivasi kepada penulis.
11. Kakak-kakakku, Robertus Sulistyo Hardanto, Christina Sulistyanti
Hardiningsih, Agustinus Sulistyo Hardono, Yoshepin Sulistyanti Hardani, dan
Yosse Daniel Rosha yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
12. Keponakan-keponakanku, Silvester Andre de Rosario, Maria Christha Dianing
Ratri Susetyo, Georgius Chandra Herfanda Nugraha yang telah menjadi
penyemangat dalam mengerjakan tesis.
13. Sahabat-sahabatku, Sofylia Melati, S.Pd., Dina Eka Pratiwi, S.Pd., Brigita
Yuni, S.Pd., dan Gusti Dinda Damarsasi, S.Pd., yang telah menjadi teman
diskusi, bertukar pikiran, dan saling memotivasi.
14. Vanio Praba, yang memberikan motivasi dan dukungan.
15. Keluarga Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program
Magister angkatan pertama yang banyak memberikan informasi, motivasi
serta dukungan kepada penulis.
16. Adik-adik angkatan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Magister yang banyak memberikan motivasi serta dukungan kepada
penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTO .............................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 8
1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
2.1 Sosiolinguistik .............................................................................................. 11
2.2 Bahasa .......................................................................................................... 13
2.2.1 Bahasa Indonesia ....................................................................................... 14
2.2.2 Bahasa Daerah ........................................................................................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.3 Sikap Bahasa ................................................................................................ 25
2.3.1 Indikator Sikap Bahasa ............................................................................. 32
2.4 Perbedaan Berbahasa Laki-laki dan Perempuan .......................................... 37
2.5 Pergeseran Bahasa ........................................................................................ 40
2.6 Pemertahanan Bahasa................................................................................... 45
2.7 Kondisi Kebahasaan di Universitas Sanata Dharma .................................... 46
2.8 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 48
2.9 Hipotesis ....................................................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 52
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................... 52
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 52
3.3 Variabel Penelitian ....................................................................................... 53
3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................... 54
3.5 Teknik Pengambilan Sampel........................................................................ 56
3.6 Instrumen Penelitian..................................................................................... 61
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian.................................................................... 63
3.7.1 Validitas Instrumen ................................................................................... 63
3.7.1.1 Validitas Internal .................................................................................... 63
3.7.1.2 Validitas Eksternal ................................................................................. 65
3.7.2 Uji Reliabilitas .......................................................................................... 74
3.8 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 76
3.9 Teknik Analisis Data .................................................................................... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 90
4.1 Deskripsi Data .............................................................................................. 90
4.1.1 Responden Penelitian ................................................................................ 90
4.1.2 Data Sikap Bahasa................................................................................... 100
4.2 Analisis Data .............................................................................................. 101
4.2.1 Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia............. 101
4.2.1.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia ....... 102
4.2.1.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia ......... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.2.1.3 Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia ......... 124
4.2.2 Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia ......... 132
4.2.2.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia .... 133
4.2.2.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia ...... 145
4.2.2.3 Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia ..... 157
4.2.3 Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah................. 165
4.2.3.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah ........... 165
4.2.3.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah ............. 177
4.2.3.3 Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah ............. 185
4.2.4 Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah ............. 192
4.2.4.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah ........ 193
4.2.4.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah .......... 204
4.2.4.3 Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah ......... 214
4.2.5 Pengujian Perbedaan Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
dan Perempuan terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah ............ 220
4.3 Pembahasan ................................................................................................ 233
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 260
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 260
5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 262
5.3 Saran ........................................................................................................... 263
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 264
LAMPIRAN ....................................................................................................... 269
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 346
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ..................................................................... 53
Tabel 3.2 Jumlah Populasi FKIP Universitas Sanata Dharma .............................. 55
Tabel 3.3 Jumlah Sampel yang Diambil pada Setiap Program Studi ................... 58
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan .......................... 60
Tabel 3.5 Harga T Butir Pernyataan tentang Sikap terhadap Bahasa Indonesia ... 69
Tabel 3.6 Harga T Butir Pernyataan tentang Sikap terhadap Bahasa Daerah ....... 70
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Validitas Pernyataan tentang Sikap
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................... 72
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas Pernyataan tentang Sikap
terhadap Bahasa Daerah ....................................................................... 74
Tabel 3.9 Uji Normalitas Data Kelompok Mahasiswa Laki-laki .......................... 78
Tabel 3.10 Uji Normalitas Data Kelompok Mahasiswa Perempuan .................... 79
Tabel 3.11 Skala Interval Setiap Butir Pernyataan ............................................... 81
Tabel 3.12 Skala Interval untuk Aspek Kognisi Bahasa Indonesia ...................... 82
Tabel 3.13 Skala Interval untuk Aspek Afeksi Bahasa Indonesia ........................ 83
Tabel 3.14 Skala Interval untuk Aspek Konasi Bahasa Indonesia ....................... 83
Tabel 3.15 Skala Interval untuk Aspek Kognisi Bahasa Daerah .......................... 84
Tabel 3.16 Skala Interval untuk Aspek Afeksi Bahasa Daerah ............................ 85
Tabel 3.17 Skala Interval untuk Aspek Konasi Bahasa Daerah............................ 85
Tabel 3.18 Skala Interval untuk Bahasa Indonesia ............................................... 86
Tabel 3.19 Skala Interval untuk Bahasa Daerah ................................................... 86
Tabel 4.1 Distribusi Daerah Asal Responden ....................................................... 93
Tabel 4.2 Distribusi Bahasa Daerah Responden .................................................. 95
Tabel 4.3 Distribusi B1 Responden ...................................................................... 99
Tabel 4.4 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Kognisi ............................................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.5 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Kognisi ............................................................... 107
Tabel 4.6 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa
Indonesia Berdasarkan Aspek Kognisi ............................................... 111
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................. 113
Tabel 4.8 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................. 114
Tabel 4.9 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................. 118
Tabel 4.10 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa
Indonesia Berdasarkan Aspek Afeksi ............................................... 122
Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 124
Tabel 4.12 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 125
Tabel 4.13 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 128
Tabel 4.14 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa
Indonesia Berdasarkan Aspek Konasi ............................................... 129
Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 130
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 131
Tabel 4.17 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Berdasarkan Aspek Kognisi .............................................................. 134
Tabel 4.18 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Kognisi .............................................................. 138
Tabel 4.19 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa
Indonesia Berdasarkan Aspek Kognisi ............................................. 143
Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 145
Tabel 4.21 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................ 146
Tabel 4.22 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................ 150
Tabel 4.23 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa
Indonesia Berdasarkan Aspek Afeksi ............................................... 155
Tabel 4.24 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 156
Tabel 4.25 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 158
Tabel 4.26 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 160
Tabel 4.27 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa
Indonesia Berdasarkan Aspek Konasi ............................................... 161
Tabel 4.28 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 162
Tabel 4.29 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Tabel 4.30 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Kognisi .............................................................. 166
Tabel 4.31 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Kognisi .............................................................. 169
Tabel 4.32 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa
Daerah Berdasarkan Aspek Kognisi ................................................. 175
Tabel 4.33 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 176
Tabel 4.34 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................ 177
Tabel 4.35 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................ 181
Tabel 4.36 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa
Daerah Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................... 184
Tabel 4.37 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 185
Tabel 4.38 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 186
Tabel 4.39 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 188
Tabel 4.40 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa
Daerah Berdasarkan Aspek Konasi ................................................... 189
Tabel 4.41 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Tabel 4.42 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 191
Tabel 4.43 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Kognisi .............................................................. 194
Tabel 4.44 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Kognisi .............................................................. 197
Tabel 4.45 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa
Daerah Berdasarkan Aspek Kognisi ................................................. 202
Tabel 4.46 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 204
Tabel 4.47 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................ 205
Tabel 4.48 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................................ 208
Tabel 4.49 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa
Daerah Berdasarkan Aspek Afeksi ................................................... 211
Tabel 4.50 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 212
Tabel 4.51 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 214
Tabel 4.52 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah
Berdasarkan Aspek Konasi ............................................................... 216
Tabel 4.53 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa
Daerah Berdasarkan Aspek Konasi ................................................... 217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Tabel 4.54 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 218
Tabel 4.55 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa daerah ..................................................................... 219
Tabel 4.56 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 222
Tabel 4.57 Uji T Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 223
Tabel 4.58 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 224
Tabel 4.59 Uji T Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 225
Tabel 4.60 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 226
Tabel 4.61 Uji T Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 227
Tabel 4.62 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 228
Tabel 4.63 Uji T Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia ................................................................ 229
Tabel 4.64 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 231
Tabel 4.65 Uji T Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Daerah .................................................................... 232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 49
Gambar 4.1 Komposisi Responden Mahasiswa Laki-laki
pada Setiap Angkatan Berdasarkan Program Studi ......................... 92
Gambar 4.2 Komposisi Responden Mahasiswa Perempuan
pada Setiap Angkatan Berdasarkan Program Studi ......................... 93
Gambar 4.3 Komposisi B1 Responden ................................................................. 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Kisi-kisi Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah ................................ 269
Lampiran 2 Kuesioner Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah .............................. 271
Lampiran 3 Surat Izin Validator ......................................................................... 277
Lampiran 4 Hasil Uji Validasi oleh Ahli ............................................................ 280
Lampiran 5 Pengantar Surat Izin Penelitian dari Prodi ....................................... 285
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Universitas .............................................. 286
Lampiran 7 Skor Ujicoba Butir Bahasa Indonesia .............................................. 287
Lampiran 8 Konversi Skor Ujicoba Butir Bahasa Indonesia .............................. 288
Lampiran 9 Harga T Butir Bahasa Indonesia ...................................................... 289
Lampiran 10 Skor Ujicoba Butir Bahasa Daerah ................................................ 290
Lampiran 11 Konversi Skor Ujicoba Kuesioner Butir Bahasa Daerah............... 291
Lampiran 12 Harga T Butir Bahasa Daerah ........................................................ 292
Lampiran 13 Deskriptif Statistik Uji Validitas Product Moment
Butir Bahasa Indonesia .................................................................. 293
Lampiran 14 Uji Reliabilitas Teknik Alpha Cronbach
Butir Bahasa Indonesia .................................................................. 294
Lampiran 15 Deskriptif Statistik Uji Validitas Product Moment
Butir Bahasa Daerah ...................................................................... 296
Lampiran 16 Uji Reliabilitas Teknik Alpha Cronbach Butir Bahasa Daerah ..... 297
Lampiran 17 Data Identitas Responden .............................................................. 299
Lampiran 18 Data Skor Mentah Butir-butir Pernyataan Bahasa Indonesia ........ 317
Lampiran 19 Data Skor Mentah Butir-butir Pernyataan Bahasa Daerah ............ 321
Lampiran 20 Data Sesudah Konversi Butir-butir Pernyataan
Bahasa Indonesia .......................................................................... 325
Lampiran 21 Data Sesudah Konversi Butir-butir Pernyataan Bahasa Daerah .... 329
Lampiran 22 Artikel Jurnal ................................................................................. 333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk karena memiliki
berbagai suku, agama, dan bahasa. Kemajemukan yang ada di dalam bangsa
Indonesia ini merupakan salah satu bentuk kekayaan Indonesia yang jarang
dimiliki oleh negara-negara lain. Terlebih lagi, setiap suku bangsa yang ada di
Indonesia memiliki adat istiadat dan kebudayaan tersendiri sebagai identitasnya.
Jelas, hal ini semakin menambah kekayaan yang ada di Indonesia.
Secara umum, mayoritas penduduk yang ada di Indonesia masih tetap
menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan hasil sensus BPS yang menyatakan bahwa 79,5 persen dari seluruh
populasi penduduk usia lima tahun ke atas berkomunikasi sehari-hari di rumah
tangga dengan menggunakan bahasa daerah, sebesar 19,9 persen menggunakan
bahasa Indonesia, dan sebesar 0,3 persen lainnya menggunakan bahasa asing
(BPS, 2011).
Persentase penduduk yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
sehari-hari setiap provinsi berkisar antara 8,2-99,3 persen, sedangkan pemakai
bahasa Indonesia pada masing-masing provinsi berkisar 0,7-90,7 persen.
Sementara itu, persentase penduduk menggunakan bahasa asing sehari-hari pada
setiap provinsi masih berkisar di bawah satu persen (BPS, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik di atas, memang tidak
mengherankan apabila mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan bahasa
daerah untuk berkomunikasi sehari-hari. Hal ini karena memang hampir sebagian
besar penduduk di Indonesia memiliki bahasa ibu atau bahasa pertama yang
berupa bahasa daerah. Sementara itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua
yang diperoleh sebagian besar penduduk di Indonesia.
Adanya penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari penduduk Indonesia ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia
merupakan penduduk yang bilingual, bahkan multilingual (Arba’i, 2015).
Menurut Chaer (2004:85), bilingual adalah orang yang dapat menggunakan dua
bahasa, sedangkan multilingual adalah orang yang mampu menggunakan lebih
dari dua bahasa. Alasan masyarakat Indonesia disebut sebagai masyarakat yang
multilingual adalah adanya kemungkinan bahwa bahasa daerah yang dikuasai
lebih dari satu atau mampu juga menguasai bahasa asing.
Kondisi masyarakat yang bilingual atau multilingual umumnya
menimbulkan persoalan tersendiri, antara lain kapan seorang penutur
menggunakan bahasa-bahasa yang dikuasainya secara bergantian dan sejauh mana
bahasa-bahasa tersebut saling mempengaruhi (Chaer dan Agustina, 2004:90). Hal
semacam ini dapat terlihat dalam interaksi sosial yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, yaitu interaksi intrakelompok etnik sendiri dan interaksi
antarkelompok dengan etnik yang berbeda. Kedua jenis interaksi ini akan
mempengaruhi pola penggunaan bahasa dan sikap bahasa masyarakat tersebut
(Siregar, dkk, 1998:5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kemampuan seseorang dalam menggunakan dua bahasa atau lebih
seringkali mempengaruhi sikap seseorang itu terhadap sebuah bahasa. Hal ini
karena setiap penutur tentu memiliki pengetahuan, pandangan, dan kecenderungan
tersendiri terhadap sebuah bahasa. Sikap seseorang terhadap sebuah bahasa dapat
dinyatakan dengan sikap negatif atau sikap positif (Purwanto dalam Wawan dan
Dewi, 2011). Sikap yang positif memiliki kecenderungan untuk mendekati,
menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Sementara itu, sikap negatif
memiliki kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak
menyukai objek tertentu.
Menurut Anderson (Chaer dan Agustina, 2004:151), sikap bahasa adalah
tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai
bahasa dan objek bahasa, yang memberikan kecenderungan kepada seseorang
untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya. Berkaitan dengan definisi
sikap bahasa tersebut, kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk, terutama
berkaitan dengan bahasanya, memungkinkan kelompok masyarakat atau seorang
penutur memiliki sikap tertentu, baik terhadap bahasa Indonesia maupun bahasa
daerah. Sikap bahasa yang muncul terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah
juga dapat berupa sikap negatif atau sikap positif.
Menurut Sugiyono dan Sasangka (dalam Winarti, 2015), seseorang
dianggap bersikap positif terhadap sebuah bahasa apabila orang itu mempunyai
kemampuan yang baik terhadap bahasa itu, mempunyai impresi yang baik, masih
menggunakan bahasa itu dalam berbagai ranah, dan mampu menurunkan
penggunaan bahasa itu kepada generasi di bawahnya. Hal ini berarti ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
seseorang memiliki sikap yang positif terhadap sebuah bahasa, seseorang itu
memiliki kemampuan yang baik dan mau menggunakan bahasa tersebut dalam
berbagai kesempatan.
Dalam masyarakat Indonesia yang bilingual atau multilingual, ada
kecenderungan bahwa sikap seorang penutur terhadap bahasa daerah lebih positif
apabila dibandingkan sikap penutur terhadap bahasa Indonesia atau bahkan
sebaliknya. Kenyataan seperti ini dapat dilihat dari berbagai penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti lainnya yang berkaitan dengan sikap bahasa. Tentu
saja, kondisi yang demikian, dapat menyebabkan semakin tersingkirnya suatu
bahasa dibandingkan dengan bahasa lainnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikatakan pula bahwa sikap bahasa
seorang penutur atau kelompok penutur juga berpengaruh terhadap adanya
pemertahanan bahasa atau pergeseran bahasa. Berdasarkan data dari Ethnologue
(2017), bahasa-bahasa yang hidup di wilayah Indonesia berjumlah 719. Namun,
saat ini hanya ada 707 bahasa yang masih hidup, sedangkan 12 bahasa sudah
punah. Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh pula, sebanyak 272 mengalami
masalah dan 76 bahasa terancam punah. Kondisi yang mengkhawatirkan ini tentu
dapat dicegah apabila setiap penutur bahasa memiliki sikap yang positif terhadap
bahasanya.
Dalam kegiatan berbahasa, tidak hanya sikap seorang penutur terhadap
suatu bahasa yang berbeda, tetapi juga seringkali terdapat perbedaan antara laki-
laki dan perempuan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Munjin (2008) dalam
penelitiannya. Menurut Munjin, perbedaan bahasa antara laki-laki dan perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tidak hanya terletak pada perbedaan suara, pemakaian gramatika, dan pemilihan
kata, tetapi juga pada cara penyampaiannya. Sementara itu, dalam penelitiannya,
Hidayat (2014) juga menyampaikan bahwa perempuan dan laki-laki
menggunakan bahasa Indonesia secara berbeda, baik dalam pembentukan kalimat
maupun dalam pilihan konjungsi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
perempuan dan laki-laki menggunakan bahasa yang berbeda.
Kondisi penduduk Indonesia yang majemuk ternyata tidak hanya terjadi
secara luas, tetapi kondisi yang demikian terjadi pula di Universitas Sanata
Dharma. Setiap tahunnya, ribuan mahasiswa dari berbagai daerah yang ada di
Indonesia datang ke Universitas Sanata Dharma untuk melanjutkan studi. Oleh
karena itu, kondisi mahasiswa Universitas Sanata Dharma bisa dikatakan menjadi
sangat majemuk. Mahasiswa dari berbagai suku dapat dijumpai dengan mudah di
Universitas Sanata Dharma, seperti suku Jawa, suku Dayak, suku Batak, suku
yang berasal dari daerah Papua, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kondisi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma multietnik dan
multibahasa.
Kondisi yang demikian, sebenarnya memungkinkan adanya pemilihan
penggunaan bahasa dalam situasi tertentu. Tentu saja, karena dalam ranah
universitas, penggunaan bahasa Indonesia akan lebih dianggap penting dan paling
sering dijumpai dalam kegiatan berbahasa mahasiswa. Kondisi yang demikian,
dapat menyebabkan adanya perubahan sikap bahasa mahasiswa terhadap bahasa
daerahnya. Namun, sayangnya, ada kecenderungan perubahan sikap lebih ke arah
yang negatif dibandingkan positif (Mbete, 2003:133). Sementara itu, saat ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dipungkiri bahasa asing juga sudah banyak digunakan oleh berbagai kalangan,
termasuk mahasiswa. Oleh karena itu, ada kemungkinan pula munculnya sikap
negatif mahasiswa terhadap bahasa Indonesia.
Pembahasan mengenai bahasa sangatlah luas, termasuk pula sikap bahasa.
Pertanyaan mengenai bahasa dan sikap bahasa yang hendak dikaji sangatlah
lumrah. Oleh karena itu, berkaitan dengan penelitian ini, yang hendak dikaji oleh
peneliti adalah sikap terhadap bahasa secara keseluruhan. Hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Thomas dan Wareing (2007:293), sikap terhadap bahasa secara
keseluruhan mengacu pada bahasa mana yang dianggap lebih cocok digunakan
untuk membicarakan topik tertentu daripada topik lain atau mana bahasa yang
dianggap lebih menyenangkan secara estetik daripada bahasa lain, atau sikap-
sikap lain terhadap bahasa dalam kaitannya dengan identitas sosial dan budaya
mereka. Situasi yang seperti ini umumnya terjadi dalam masyarakat yang
bilingual dan multilingual. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah: Kajian Sosiolinguistik”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada tiga rumusan masalah
dalam penelitian ini. Ketiga rumusan masalah itu adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah sikap bahasa mahasiswa laki-laki FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Bagaimanakah sikap bahasa mahasiswa perempuan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia dan daerah?
3. Adakah perbedaan antara sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan perempuan
FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap bahasa Indonesia dan daerah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada tiga tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini. Ketiga tujuan tersebut dirumuskan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan sikap bahasa mahasiswa laki-laki FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia dan daerah.
2. Mendeskripsikan sikap bahasa mahasiswa perempuan FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia dan daerah.
3. Mendeskripsikan perbedaan antara sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa
Indonesia dan daerah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan
penelitian ini, berupa manfaat teoretis dan manfaat praktis yang akan dipaparkan
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bidang ilmu
sosiolinguistik, terutama dalam penggunaan bahasa dan sikap bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mahasiswa terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Selain itu, penelitian
ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan
sikap bahasa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai alat evaluasi sikap
bahasa mahasiswa, baik terhadap bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.
Dengan mengetahui sikap bahasa mahasiswa tersebut diharapkan dapat
dilakukan upaya-upaya dalam rangka pengembangan dan pembinaan bahasa
daerah dan bahasa Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian dibatasi oleh peneliti karena
adanya beberapa keterbatasan. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah adanya
pembatasan fokus penelitian dan pembatasan populasi dalam penelitian. Fokus
penelitian ini adalah sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan perempuan FKIP
Universitas Sanata Dharma terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Namun,
pembatasan yang dilakukan berupa sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap bahasa Indonesia dan
bahasa daerah dalam lingkup kampus. Hal ini dilakukan agar fokus penelitian
menjadi lebih jelas. Sementara itu, yang menjadi populasi adalah mahasiswa S1
FKIP di Universitas Sanata Dharma angkatan 2014-2016. Pembatasan populasi ini
disebabkan oleh adanya asumsi bahwa mahasiswa dengan angkatan sebelumnya
sudah mengambil mata kuliah penulisan skripsi. Oleh karena itu, populasi dibatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pada mahasiswa dengan angkatan yang masih mengikuti kegiatan perkuliahan di
kelas.
1.6 Sistematika Penyajian
Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I memaparkan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
dan sistematika penyajian.
Bab II berisi kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian kajian teori, akan dipaparkan
berbagai teori yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sementara itu, pada bagian
kerangka berpikir, akan diuraikan alur kerangka berpikir peneliti terkait dengan
penelitian sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan perempuan di FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Bab III berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, tempat
dan waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
pengambilan sampel, instrumen penelitian, pengujian instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data penelitian.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini, akan
dipaparkan mengenai deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Pada bagian
deskripsi data, peneliti akan memaparkan dua hal, yaitu responden yang
digunakan dalam penelitian ini dan data mengenai sikap bahasa. Pada bagian
analisis data, peneliti akan memaparkan hasil analisis sikap bahasa mahasiswa laki
terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah, hasil analisis sikap bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah, dan analisis
perbedaan sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap
bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Sementara itu, pada bagian pembahasan,
peneliti akan membahas hasil penelitian secara keseluruhan yang akan dikaitkan
dengan teori dan hasil penelitian yang relevan.
Bab V merupakan bagian penutup. Dalam bab ini, peneliti akan
memaparkan kesimpulan secara keseluruhan dan penelitian ini dan keterbatasan
penelitian. Selain itu, peneliti juga akan memberikan saran kepada pihak-pihak
terkait dan peneliti selanjutnya yang akan meneliti sikap bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti akan membahas mengenai
sosiolinguistik, bahasa, sikap bahasa, perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan,
pergeseran bahasa, pemertahanan bahasa, dan kondisi kebahasaan di Universitas
Sanata Dharma. Hal-hal tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
2.1 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan salah satu ilmu interdisipliner. Dalam hal ini,
sosiolinguistik merupakan gabungan antara ilmu sosiologi dan linguistik (Chaer
dan Agustina, 2004:1). Berkaitan dengan hal ini, ada banyak ahli yang
mendefinisikan tentang sosiolinguistik. Menurut Sumarsono dan Partana (2002:1),
sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi
kemasyarakatan. Sementara itu, menurut Fishman (dalam Sumarsono, dan
Partana, 2002:2), sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang
berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup
pemakaian bahasa saja, tetapi juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa
dan pemakai bahasa.
Menurut Padmadewi, dkk. (2014:1), sosiolinguistik adalah ilmu yang
mempelajari tentang bahasa dan orang-orang yang memakai bahasa itu.
Sementara itu, menurut Chaer dan Agustina (2004:2), sosiolinguistik adalah
bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa itu di dalam suatu masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Menurut Nababan (1984:2), sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan
mengenai bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota
masyarakat. Masalah-masalah utama yang dikaji dalam sosiolinguistik adalah
mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan; menghubungkan faktor-
faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor
sosial dan budaya; dan mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa
dalam masyarakat. Sementara itu, topik-topik umum dalam pembahasan
sosiolinguistik adalah bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa; repertoar bahasa;
masyarakat bahasa; kedwibahasaan dan kegandabahasaan; fungsi kemasyarakatan
bahasa dan profil sosiolinguistik; penggunaan bahasa (etnografi berbahasa); sikap
bahasa; perencanaan bahasa; interaksi sosiolinguistik; dan bahasa serta
kebudayaan (Nababan, 1984:3).
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati
sebagai bahasa seperti dalam bidang linguistik umum, tetapi dilihat atau didekati
sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat (Chaer dan
Agustina, 2004:3). Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial
yang dipakai di dalam komunikasi. Hal ini karena masyarakat itu terdiri dari
individu-individu, masyarakat secara keseluruhan dan individu-individu itu saling
mempengaruhi dan saling bergantung. Bahasa sebagai milik masyarakat juga
tersimpan dalam diri masing-masing individu. Setiap individu dapat bertingkah
laku dalam wujud bahasa dan tingkah laku bahasa individual ini dapat
berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa yang lain (Sumarsono dan
Partana, 2002:19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari suatu bahasa yang dikaitkan
dengan penutur-penutur bahasa itu sebagai masyarakat. Berkaitan dengan
penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penelitian ini termasuk ke dalam kajian ilmu
sosiolinguistik. Hal ini karena penelitian ini mengkaji tentang sikap bahasa.
Menurut Nababan (1984:2), sikap bahasa termasuk ke dalam salah satu kajian
sosiolinguistik.
Topik tentang sikap bahasa dibahas dalam kaitannya dengan motivasi
belajar suatu bahasa, terlebih dalam belajar bahasa kedua, yaitu yang
dipergunakan secara umum dalam masyarakat, dan belajar bahasa asing. Sikap
bahasa juga berperan kuat dalam peralihan bahasa (language shift) dan usaha
mempertahankan serta membina suatu bahasa oleh penutur-penuturnya,
khususnya dalam perpindahan tempat (emigrasi atau transmigrasi) (Nababan,
1984:7).
2.2 Bahasa
Bangsa Indonesia memang dikenal sebagai salah satu bangsa yang
memiliki keragaman budaya dan bahasa. Selain bahasa Indonesia, bangsa
Indonesia juga memiliki ratusan bahasa daerah. Kondisi yang demikian dapat
membentuk masyarakat yang bilingual. Bahkan, dalam kondisi tertentu dapat
membentuk masyarakat yang multilingual. Dalam kondisi masyarakat yang
seperti ini, terdapat pola yang mampu menunjukkan kedudukan dan fungsi bahasa
dalam repertoar bahasa masyarakat tersebut. Di Indonesia, repertoar ini biasanya
terdiri dari bahasa Indonesia dan bahasa daerah, sehingga muncul adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
penggunaan bahasa pada ranah-ranah tertentu (Siregar, dkk, 1998:1). Oleh karena
itu, pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai bahasa Indonesia dan bahasa
daerah yang menjadi kajian dalam penelitian ini.
2.2.1 Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia dianggap sangat membantu dalam menyatukan pikiran
dan langkah seluruh masyarakat Indonesia sebagai sebuah bangsa (Ikram,
2009:8). Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia juga berfungsi untuk
mempersatukan berbagai suku yang ada di wilayah Indonesia. Setiap suku bangsa
yang menjunjung nilai adat dan bahasa daerahnya disatukan dan disamakan
derajatnya dalam bahasa Indonesia (Syahroni, dkk, 2013:9). Sejauh ini, bahasa
Indonesia memang telah terbukti menyatukan dan merekatkan bangsa Indonesia
yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa (Mbete, 2003:134).
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Indonesia dapat membantu
komunikasi dalam masyarakat yang memiliki latar belakang bahasa yang berbeda.
Bahasa Indonesia menjadi solusi bagi daerah-daerah yang masyarakatnya
memiliki keberagaman suku dan bahasa. Dengan adanya bahasa Indonesia tentu
tak menjadi soal untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berasal dari
berbagai suku di Indonesia. Hal ini tentu saja dapat membantu untuk menjaga
hubungan antarsuku yang ada di Indonesia, sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman (Syahroni, dkk, 2013:10).
Meskipun penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat
memang menunjukkan perkembangan yang semakin pesat dan semakin meluas,
nyatanya masih banyak masyarakat Indonesia memiliki mutu yang rendah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
hal penguasaan dan pemakaian bahasa Indonesia (Mbete, 2003:134). Tentu saja,
hal ini patut menjadi perhatian untuk pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia selanjutnya.
Kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki mutu rendah dalam hal
penguasaan dan pemakaian bahasa Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah kecenderungan hilangnya rasa bangga terhadap bahasa
Indonesia. Terlebih dalam perkembangan zaman yang semakin modern, muncul
kecenderungan bahwa masyarakat Indonesia merasa lebih senang, lebih
terhormat, dan merasa lebih intelek ketika berbicara menggunakan bahasa asing.
Banyak orang lebih senang menggunakan kata-kata dalam bahasa asing, meskipun
sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kondisi yang
demikian tentu saja menghambat perkembangan bahasa Indonesia (Marsudi,
2015:99).
Saat ini, ada kecenderungan pula bahwa para orang tua merasa lebih
senang dan lebih bangga ketika anak-anaknya lancar menggunakan bahasa Inggris
daripada bahasa Indonesia. Contoh lainnya adalah banyak pejabat pemerintah
yang lebih suka dan bangga ketika menggunakan bahasa campuran antara bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris untuk menyampaikan pendapatnya. Hal-hal
semacam ini menunjukkan bahwa pengajaran, pembinaan, dan pengembangan
bahasa Indonesia kurang berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia
yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Selain itu, kondisi yang demikian
juga menunjukkan bahwa bahasa Indonesia masih dianggap kurang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
prestise bagi masyarakat Indonesia dibandingkan dengan bahasa asing (Marsudi,
2015:95-96).
Kondisi bahasa Indonesia yang demikian juga terjadi dalam lingkup
akademis di perguruan tinggi. Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak cermat
dalam berbagai aspek kebahasaan mengindikasikan adanya kecenderungan
kurangnya rasa bangga dan rendahnya penguasaan dan pemakaian bahasa
Indonesia (Muti’ah, 2017:485). Kondisi yang demikian juga menyebabkan
kendala dalam pengembangan bahasa Indonesia. Menurut Suwardjono (dalam
Muti’ah, 2017:486), ada berbagai faktor yang diduga menjadi kendala dalam
pengembangan bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1. Sebagian besar orang dalam dunia akademik belajar bahasa Indonesia secara
alamiah dan lebih mengandalkan selera bahasa daripada penalaran bahasa.
2. Bahasa Indonesia harus bersaing dengan bahasa asing, terutama bahasa
Inggris.
3. Buku-buku referensi yang digunakan, terutama di perguruan tinggi, banyak
yang ditulis dalam bahasa Inggris, sehingga peserta didik dituntut untuk
menguasai bahasa Inggris.
4. Kalangan akademisi seringkali merasa tidak perlu untuk mempelajari bahasa
Indonesia.
5. Beberapa kalangan masyarakat, termasuk kalangan profesional, sering
bersikap sinis terhadap upaya pembinaan dan pengembangan bahasa.
6. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar belum menjadi suatu
kebanggaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Berbagai permasalahan dalam bahasa Indonesia di atas menunjukkan
bahwa memang ada indikasi bahwa sikap masyarakat terhadap bahasa Indonesia
belum dapat dikatakan positif. Penutur yang memiliki sikap positif terhadap
bahasa Indonesia akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, yakni bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang
berlaku. Selain itu juga, penutur yang memiliki sikap positif terhadap bahasa
Indonesia tentunya akan bangga dan setia terhadap bahasa Indonesia (Muti’ah,
2017:478).
Bahasa Indonesia tidak dapat dikatakan ada kemantapan kedudukan atau
fungsinya selama sikap penutur bahasa Indonesia terhadap bahasa Indonesia
belum positif. Kemantapan bahasa sangat bergantung pada sikap positif, sehingga
usaha pemantapan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia seharusnya dirintis
dari pembentukan sikap penutur bahasa Indonesia dengan menanamkan rasa
bangga, setia, hormat dan kesadaran terhadap bahasanya (Adisumarto, 1992:510).
Selain itu, pemeliharaan, pembinaan, dan pengembangan bahasa Indonesia pada
dasarnya bersentuhan langsung dengan sikap bahasa dan menjadi tanggung jawab
semua komponen bangsa. Pembinaan dan pengembangan bahasa akan berjalan
dengan baik apabila dilandasi dengan sikap positif (Muti’ah, 2017:483).
2.2.2 Bahasa Daerah
Bangsa Indonesia memang dikenal sebagai bangsa yang multikultur dan
multibahasa. Bangsa Indonesia memang memiliki satu bahasa nasional, yaitu
bahasa Indonesia. Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak
terlepas dari adanya bahasa-bahasa daerah yang menjadi penopang dari bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Indonesia itu sendiri. Namun, bahasa-bahasa daerah yang ada di seluruh Indonesia
memang tidak terdistribusi secara merata. Hal ini terlihat dari jumlah bahasa yang
justru semakin ke timur, semakin banyak pula jumlahnya (Ikram, dkk, 2009:49).
Seperti yang telah dipaparkan di awal, bangsa Indonesia memiliki sekitar
707 bahasa daerah yang masih hidup. Hal ini menunjukkan bahwa
keanekaragaman budaya dan bahasa yang ada memang sebaiknya dianggap
sebagai sebuah kekuatan bangsa. Semakin banyak bahasa yang dikuasai oleh
seorang penutur, semakin luas pula cakrawala penutur tersebut dalam memahami
kenyataan yang ada di dunia ini. Dengan demikian, memang dapat dikatakan
bahwa kondisi bangsa Indonesia yang majemuk sebenarnya dapat membantu
generasi bangsa untuk mendapatkan gambaran hidup yang lebih komprehensif
(Ikram, dkk, 2009:1).
Bahasa daerah merupakan salah satu bentuk kekayaan lokal bangsa
Indonesia. Bahasa daerah juga merupakan bagian dari budaya daerah yang
memiliki kedudukan tinggi dan merupakan kebudayaan nasional. Bahasa daerah
harus dilestarikan, dijaga, dilindungi dari kepunahan, dan difungsikan sebagai
pilar kebudayaan nasional. Dalam hal ini, bahasa daerah juga turut membentuk
identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultural (Santosa dan Jaruki,
2016:13). Oleh karena itu, sudah seharusnya bahasa daerah dipelihara oleh negara
karena dapat memajukan kebudayaan nasional Indonesia (Bawa, 2003:333).
Bahasa daerah yang dipelihara oleh pemiliknya seharusnya tetap dijadikan
sebagai jati diri dan sarana komunikasi utama dalam lingkup lokal oleh para
pemilik asli dan penutur asli bahasa daerah tersebut. Hal ini merupakan salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tuntutan budaya pada era global dengan tetap mempertahankan kepentingan
nasional dan lokal (Mbete, 2003:139). Apabila pemilik dan penutur asli bahasa
daerah sadar akan pentingnya fungsi bahasa daerah, memang perlu diupayakan
peningkatan mutu dan pemakaian bahasa daerah yang mencakup upaya
peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa daerah melalui jalur
formal (pendidikan dan pengajaran di sekolah) dan jalur informal dengan
memfungsikan bahasa daerah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Wahab,
2003:155). Dengan demikian, memang sudah menjadi tanggung jawab bersama
untuk memelihara dan mempertahankan bahasa daerah untuk menjaga kekayaan
bangsa Indonesia (Djamareng dan Jufriadi, 2016:80).
Pada kenyataannya, saat ini, tidak banyak bahasa daerah yang mampu
bertahan pada era globalisasi. Hal ini dapat terlihat dari jumlah penutur bahasa
daerah yang semakin lama semakin berkurang. Menurut Ikram, dkk. (2009:5),
faktor utama yang dianggap sebagai penyebabnya adalah terhambatnya proses
pewarisan bahasa ibu dari pihak orang tua ke pihak anak. Menurut Djamareng dan
Jufriadi (2016:80), fenomena yang terjadi sekarang ini adalah kebanyakan anak
sangat jarang yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibunya. Kondisi
ini terjadi karena orang tua tidak lagi menekankan penggunaan bahasa daerah di
lingkungan keluarga. Terlebih lagi, sebagian besar anak Indonesia yang tinggal di
kota-kota besar, yang berasal dari keluarga dwisuku, dan yang berpendidikan
relatif tinggi sudah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu (Mbete,
2003:133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Rahmawati (2015), saat ini
banyak keluarga yang tidak lagi menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa
komunikasi yang utama. Masyarakat cenderung lebih menggunakan bahasa
Indonesia daripada bahasa daerah dengan alasan bahasa Indonesia lebih
berprestise dan terlihat lebih modern. Sikap bahasa yang semacam ini umumnya
lebih ditunjukkan oleh generasi muda. Lunturnya rasa kebanggaan dan kesetiaan
terhadap bahasa daerah menyebabkan tidak adanya kemauan dan motivasi untuk
mempelajari bahasa daerah. Hal ini menyebabkan anak-anak muda tidak dapat
berbicara dalam bahasa daerah, terutama yang tinggal di daerah perkotaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Djamareng dan Jufriadi
(2016:89), meskipun sikap bahasa orang tua terhadap penggunaan bahasa Luwu
menunjukkan hasil yang positif, kondisi ini tidak mempengaruhi keinginan
mereka untuk menggunakan bahasa tersebut ketika berkomunikasi dengan anak-
anak mereka. Sebaliknya, para orang tua lebih banyak menggunakan bahasa
Indonesia ketika berkomunikasi dengan anak-anaknya. Alasan para orang tua
menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan anak-anaknya
karena dianggap lebih mudah dimengerti oleh anak dan anak sudah terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia. Terlebih lagi, ketika bergaul anak-anak itu
memang menggunakan bahasa Indonesia, meskipun ada dialek Palopo yang
digabungkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa sikap
positif orang tua tersebut tidak mendukung penggunaan bahasa daerah dalam
ranah keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Faktor selanjutnya adalah sikap bahasa masyarakat Indonesia terhadap
bahasa daerah itu sendiri. Sebagian orang menganggap bahwa bahasa daerah
merupakan bahasa yang kurang fleksibel atau kurang mengikuti perkembangan
zaman atau dianggap sebagai suatu keterbelakangan. Saat ini, banyak orang yang
kurang merasa bangga jika menggunakan bahasa daerah dengan anggapan bahwa
bahasa daerah merupakan bahasa nenek moyang yang kuno. Oleh karena itu,
mereka lebih memilih untuk menggunakan bahasa lain agar terlihat modern dan
berpendidikan (Rohulloh, 2017:696). Selain itu, mereka juga umumnya lebih
bangga menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa asing
dibandingkan berbicara dalam bahasa daerah, sehingga membuat bahasa daerah
mereka tidak lagi tertata (Muhammad, dkk, 2015).
Menurut Mbete (2003:137), saat ini banyak generasi muda yang
berpendidikan tinggi dan tingkat mobilitasnya tinggi sudah tidak mampu lagi
berbicara dan berdialog dalam bahasa daerah dengan generasi yang lebih tua.
Selain itu, banyak pula generasi muda yang merasa malu, tidak percaya, dan tidak
mampu lagi menggunakan bahasa daerahnya. Tentu saja, hal ini merupakan berita
yang tidak menggembirakan. Nyatanya, berdasarkan pemaparan tersebut, aspek
sikap benar-benar berpengaruh bagi keberlangsungan hidup suatu bahasa. Yang
disampaikan oleh Mbete di atas bahwa generasi muda merasa malu, tidak percaya,
dan tidak mampu lagi menggunakan bahasa daerahnya merujuk pada aspek sikap,
yaitu afektif, konatif, dan kognitif. Sayangnya, aspek sikap yang muncul dalam
hal ini adalah aspek negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Menurut Ikram, dkk. (2009:7), idealnya, seorang anak di Indonesia
menguasai tiga buah bahasa sekaligus, yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan
bahasa asing. Bahasa daerah merupakan pembentuk kepribadian dan penanda jati
diri. Bahasa Indonesia digunakan untuk berinteraksi pada tataran nasional di
segala bidang. Sementara itu, bahasa asing digunakan untuk berkiprah secara
profesional pada segala bidang di kalangan internasional. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa upaya pembinaan dan pengembangan, baik bahasa daerah,
bahasa Indonesia, maupun bahasa asing memang perlu dilakukan. Salah satunya
adalah melalui pembinaan dan pengembangan sikap para penuturnya terhadap
setiap bahasa tersebut.
Faktor lainnya adalah adanya demografi penduduk yang heterogen
sehingga menyebabkan penduduk lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi dengan berbagai suku yang ada (Djamareng dan Jufriadi,
2016:81). Dalam hal ini, umumnya suatu daerah yang memiliki struktur
masyarakat yang multietnis cenderung akan menggunakan satu bahasa (bahasa
nasional) sebagai alat interaksi di antara masyarakat yang berasal dari berbagai
macam suku sehingga mengurangi tingkat penggunaan bahasa daerah masing-
masing secara konstan. Dalam hal ini, bahasa Indonesia lebih banyak dipilih oleh
masyarakat yang heterogen karena adanya faktor kemudahan dalam
berkomunikasi (Muhammad, dkk, 2015).
Faktor migrasi juga turut mempengaruhi penggunaan bahasa daerah dalam
masyarakat. Umumnya, ketika suatu etnik pindah ke daerah yang baru, mereka
akan menjadi kelompok minoritas di tempat tersebut. Secara normal, mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dapat beradaptasi dengan kebiasaan masyarakat setempat agar mereka dapat
diterima menjadi bagian dari penduduk asli tersebut. Jika mereka dapat hidup
berdampingan dengan penduduk asli, tidak dapat dimungkiri bahwa mereka
secara tidak sadar akan mengadopsi bahasa yang dituturkan oleh penduduk lokal.
Sebagai akibat, di satu sisi mereka tetap menuturkan bahasa ibunya, sedangkan di
sisi lain mereka juga menuturkan bahasa lokal sebagai bahasa yang baru. Kondisi
yang demikian tidak dapat dihindari sebagai pengaruh adanya migrasi dan
akulturasi dua bahasa (Djamareng dan Jufriadi, 2016:81). Selain itu, karena
berbagai hal, seperti mobilitas dan faktor waktu, bisa membuat seorang penutur
mengalami krisis loyalitas dan menjadi lupa terhadap bahasa daerahnya sebagai
identitas asal (Muslihah, 2015:302).
Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap bahasa daerah yang justru
memperparah kondisi ini juga menjadi salah satu faktornya. Dari segi jalur
pendidikan, hanya sedikit bahasa daerah yang diajarkan di bangku-bangku
sekolah. Bahasa-bahasa daerah yang diajarkan di jenjang pendidikan formal
antara lain, bahasa Aceh dan Gayo di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam; bahasa
Batak (Toba, Angkola, Mandailing, Simalungun, Karo); bahasa Melayu di
Provinsi Sumatera Utara; bahasa Rejang di Provinsi Bengkulu; bahasa Lampung
di Provinsi Lampung; bahasa Sunda di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah;
dialek Cirebon dan Indramayu di Provinsi Jawa Barat; bahasa Jawa di Provinsi
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Provinsi Jawa Timur; bahasa
Madura di Jawa Timur; bahasa Dayak (Simpang dan Kanayatan) di Provinsi
Kalimantan Barat; bahasa Banjar dan bahasa Kutai di Provinsi Kalimantan Timur;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bahasa Tombulu, Tonsawang, dan Mongondow di Provinsi Sulawesi Utara;
bahasa Bugis, Makasar, Mandar, dan Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan; bahasa
Tolaki, Muna, dan Walio di Provinsi Sulawesi Tenggara; dan bahasa Bali di
Provinsi Bali. Sementara itu, bahasa-bahasa daerah kecil lainnya yang ada di
wilayah tersebut tidak diajarkan (Mbete, 2003:135).
Pengajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah tentunya sangat membantu
bahasa daerah dari ketertinggalan di tengah era globalisasi ini. Hal ini patut
dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi bahasa-bahasa yang punah dan
semakin terjepit oleh desakan bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Menurut Grossweiler (dalam Wahab, 2003:161), ada beberapa faktor yang
menyebabkan berkurangnya penggunaan bahasa daerah, yaitu adanya upaya
pemupukan rasa nasionalisme yang melupakan bahasa daerah. Selain itu, faktor-
faktor lainnya adalah orang tua mempunyai anggapan bahwa pendidikan bilingual
menjadi penghalang proses pendidikan anak; tidak ada lembaga daerah yang aktif
menanggulangi menurunnya bahasa daerah; program penerbitan buku dan kursus
bahasa daerah yang sulit didapat; belum ada usaha menyesuaikan bahasa daerah
dengan kebutuhan modern; tidak ada upaya para sesepuh yang mendorong
pemakaian bahasa daerah meski penggunaan bahasa daerah itu jelek; belum ada
upaya memupuk budaya multibahasa yang memberi kebebasan, bahkan peranan-
peranan bahasa daerah; dan belum tampak adanya jaringan kerja serta koordinasi
di antara sesama forum peduli perkembangan bahasa daerah. Tentu saja, faktor-
faktor di atas patut dipertimbangkan agar bahasa-bahasa daerah yang ada tetap
hidup di tengah-tengah masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Berdasarkan pemaparan di atas, memang apa yang dikatakan oleh Mbete
(2003:135) bahwa pembagian ranah antara bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan
bahasa asing memang sangat penting untuk dilakukan. Selain itu pula, pendapat
dari Wahab (2003:166) juga patut dipertimbangkan bahwa memang diperlukan
upaya peningkatan mutu dalam pemakaian bahasa daerah, baik sikap,
pengetahuan maupun keterampilan melalui jalur formal dan informal. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya yang sinergis antara pemerintah dan kelompok penutur,
agar bahasa-bahasa daerah yang ada tidak punah. Pemerintah juga perlu
menyiapkan wadah untuk membantu pemeliharaan bahasa-bahasa daerah tersebut
(Mbete, 2003:141).
2.3 Sikap Bahasa
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk.
Kemajemukan masyarakat Indonesia ini dapat dilihat dari berbagai aspek. Salah
satu aspek itu adalah bahasa. Kondisi bahasa yang ada di Indonesia sendiri sangat
beraneka ragam. Seperti yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang,
berdasarkan data dari BPS (2011), ada sekitar 707 jenis bahasa daerah yang ada di
wilayah Indonesia. Kondisi yang demikian memungkinkan penutur di Indonesia
menjadi seorang bilingual, bahkan multilingual. Kondisi bahasa yang beraneka
ragam ini sudah seharusnya menjadi kekuatan bagi masyarakat Indonesia. Karena
dengan beranekaragamnya bahasa yang ada di Indonesia, seorang penutur
memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan gambaran yang lebih
komprehensif tentang hidupnya (Ikram, dkk, 2009:1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Pada masyarakat yang bilingual atau multilingual ini, permasalahan yang
sering terjadi, antara lain kapan seorang penutur menggunakan bahasa yang
dikuasainya secara bergantian dan sejauh mana bahasa-bahasa yang dikuasainya
itu saling mempengaruhi (baik B1 ke B2 maupun sebaliknya). Permasalahan
kapan seorang penutur menggunakan bahasa yang dikuasainya secara bergantian
menyangkut masalah fungsi bahasa atau fungsi ragam bahasa tersebut. Hal ini
menyangkut masalah pokok dalam sosiolinguistik, yaitu siapa yang berbicara,
bahasa apa yang digunakan, kepada siapa, kapan, dan tujuannya apa. Sementara
itu, permasalahan sejauh mana bahasa-bahasa yang dikuasai itu saling
mempengaruhi menyangkut masalah kefasihan dalam menggunakan bahasa-
bahasa tersebut dan kesempatan untuk menggunakan bahasa-bahasa tersebut
(Chaer dan Agustina, 2004:90).
Kondisi masyarakat yang bilingual atau multilingual semakin terlihat
bersamaan dengan adanya proses urbanisasi. Proses urbanisasi ini dapat memicu
adanya bilingualisme, tetapi di sisi lain juga dapat menyebabkan kehilangan
bahasa dan proses akulturasi (Siregar, dkk, 1998:3). Fenomena seperti ini
memungkinkan masyarakat atau seorang penutur memiliki sikap yang berbeda
terhadap suatu bahasa dan bahasa lainnya. Hal ini dapat terlihat dari perilaku
berbahasa masyarakat atau seorang penutur itu. Selain itu, kondisi yang demikian
menyebabkan adanya interaksi sosiolinguistik yang menonjol di tengah-tengah
masyarakat, yaitu interaksi dalam kelompok etnik sendiri dan interaksi dalam
kelompok etnik yang berbeda. Kedua jenis interaksi ini dengan sendirinya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
memberi kendala terhadap pola penggunaan bahasa dan sikap bahasa masyarakat
tersebut.
Anderson (dalam Chaer dan Agustina, 2004:151) membagi sikap atas dua
macam, yaitu sikap kebahasaan dan sikap nonkebahasaan, seperti sikap politik,
sikap sosial, sikap estetis, dan sikap keagamaan. Kedua jenis sikap ini dapat
menyangkut keyakinan atau kognisi mengenai bahasa. Oleh karena itu, menurut
Anderson, sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka
panjang, sebagian mengenai bahasa dan objek bahasa, yang memberikan
kecenderungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang
disenanginya. Namun, karena sikap itu sendiri dapat berupa sikap positif dan
negatif, sikap bahasa pun demikian.
Menurut Jendra (dalam Suandi, 2014:151), sikap bahasa adalah keadaan
jiwa atau perasaan seseorang terhadap bahasanya sendiri atau bahasa orang lain.
Sikap bahasa merupakan sikap penutur suatu bahasa terhadap bahasanya di tempat
asalnya, di lingkungan masyarakatnya sendiri, dan sikap terhadap bahasanya
ketika berinteraksi dengan orang lain baik di dalam maupun di luar daerah
masyarakat bahasanya. Sikap bahasa dapat diamati melalui perilaku berbahasa
atau perilaku tutur.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, telah dikatakan bahwa sikap terdiri
atas dua hal, yaitu sikap negatif dan sikap positif. Kondisi ini berlaku pula bagi
sikap bahasa. Dalam sikap bahasa pun kedua aspek ini muncul dalam kaitannya
dengan berbagai aspek linguistik. Menurut Thomas dan Wareing (2007:292),
berbagai jenis masalah linguistik yang muncul dapat berupa sikap terhadap bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
secara keseluruhan, sikap terhadap varian-varian bahasa, sikap terhadap praktik
wacana dan pilihan kata, sikap terhadap pengucapan dan aksen, atau terhadap apa
pun dalam bahasa yang dianggap berbeda, baru atau berubah.
Dalam sikap terhadap bahasa secara keseluruhan, Fasold (dalam Thomas
dan Wareing, 2007:292-293) telah menyajikan secara ringkas mengenai penelitian
sikap bahasa. Berkaitan dengan hal ini, sikap bahasa secara keseluruhan berupa
pandangan penutur bilingual atau multilingual terhadap bahasa mana yang
dianggap lebih cocok digunakan untuk membicarakan topik tertentu daripada
topik lain, atau mana bahasa yang dianggap lebih menyenangkan secara estetik
daripada bahasa lain, atau sikap-sikap lain terhadap bahasa dalam kaitannya
dengan identitas sosial dan budaya mereka.
Sikap bahasa menjadi salah satu faktor yang menentukan perkembangan
suatu bahasa (Muti’ah, 2017:478). Sikap bahasa juga berpengaruh signifikan
terhadap pemertahanan bahasa karena berkaitan erat dengan simbol identitas diri
atau etnis suatu kelompok masyarakat. Ketika sekelompok masyarakat sangat
menjunjung tinggi rasa kesukuannya, mereka cenderung menggunakan bahasa
daerahnya sebagai simbol identitas diri (Djamareng dan Jufriadi, 2016:89). Selain
itu, sikap bahasa juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
mempelajari sebuah bahasa.
Berkaitan dengan penelitian sikap bahasa, peneliti menemukan tiga
penelitian sejenis yang terkait dengan topik penelitian ini. Penelitian pertama
dilakukan oleh Sri Winarti (2015) yang berjudul “Sikap Bahasa Masyarakat di
Wilayah Perbatasan NTT: Penelitian Sikap Bahasa pada Desa Silawan, Provinsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Nusa Tenggara Timur”. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Yayuk Eny Rahayu
dan Ari Listyorini (2010) yang berjudul “Sikap Bahasa Wanita Karir dan
Implikasinya terhadap Pemertahanan Bahasa Jawa di Wilayah Yogyakarta”.
Sementara itu, penelitian yang ketiga dilakukan oleh Wiwiek Dwi Astuti (2007)
yang berjudul “Sikap Bahasa Mahasiswa dan Dosen terhadap Istilah Terjemahan
dan Istilah Serapan Bidang Ekonomi Hasil Mabbim”.
Penelitian yang dilakukan oleh Winarti mengkaji sikap bahasa masyarakat
perbatasan NTT, lebih tepatnya masyarakat di masyarakat di Desa Silawan,
Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu. Penelitian ini bertujuan mengetahui
sikap bahasa masyarakat di wilayah perbatasan tersebut terhadap bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menghubungkan ciri sosial
responden dengan pendapatnya terhadap sejumlah parameter sikap bahasa, baik
sikap terhadap bahasa Indonesia, bahasa daerah maupun bahasa asing. Metode
yang digunakan adalah metode survei. Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat
di wilayah perbatasan NTT mempunyai sikap yang lebih positif terhadap bahasa
daerah jika dibandingkan dengan sikap mereka terhadap bahasa Indonesia,
terlebih lagi sikap mereka terhadap bahasa asing. Ciri sosial penutur, seperti jenis
kelamin, tingkat usia, jenjang pendidikan, etnis pasangan, status perkawinan, dan
tempat tinggal mempunyai pengaruh terhadap sikap bahasa seseorang.
Dalam penelitiannya pula, Winarti (2015:224) berpendapat bahwa penutur
yang memiliki pasangan seetnis menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap
bahasa daerah daripada bahasa Indonesia. Sebaliknya, penutur yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pasangan yang tidak seetnis menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap
bahasa Indonesia dibandingkan sikapnya terhadap bahasa daerah.
Winarti (2015:225) juga berpendapat bahwa tempat tinggal dapat
menentukan sikap bahasa seseorang, baik terhadap bahasa Indonesia, bahasa
daerah maupun bahasa asing. Dalam hal ini, Winarti juga mengelompokkan
tempat tinggal menjadi dua, yaitu tempat tinggal yang sama dengan bahasa ibu
penutur dan tempat tinggal yang tidak sama dengan bahasa ibu penutur. Seseorang
dianggap tinggal di tempat yang sama dengan bahasa ibu penutur apabila ia
bertempat tinggal di daerah yang semua penduduknya atau mayoritas
penduduknya satu etnsi dengannya. Sementara itu, seseorang dianggap tinggal di
daerah yang tidak sama dengan bahasa ibu penutur apabila ia bertempat tinggal di
daerah yang dihuni oleh beragam etnis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2015) menunjukkan bahwa
indeks sikap terhadap bahasa Indonesia pada masyarakat yang tinggal di tempat
yang sama dengan bahasa ibunya lebih tinggi (0,711) jika dibandingkan dengan
masyarakat yang tinggal di tempat yang berbeda dengan bahasa ibunya (0,696).
Sementara itu, indeks sikap terhadap bahasa daerah pada masyarakat yang tinggal
di tempat yang berbeda dengan bahasa ibunya justru lebih tinggi (0,723) jika
dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di tempat yang sama dengan
bahasa ibunya (0,707).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Listiyorini (2010) didasari
oleh adanya fenomena pemakaian bahasa Jawa yang kian memprihatinkan.
Masyarakat Jawa, khususnya yang berdomisili di daerah perkotaan di wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Yogyakarta lebih banyak memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam
kegiatan berbahasa sehari-hari. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dan
kondisi masyarakat yang cenderung heterogen, sehingga penggunaan bahasa
Indonesia dianggap sebagai sebuah kebutuhan dan bersifat praktis. Alasan
pemilihan penutur wanita karier dalam penelitian adalah karena wanita cenderung
mengedepankan prestise dalam berbahasa dan wanita merupakan kunci pola asuh
bagi anak-anaknya, dalam hal ini yang berkaitan dengan pola asuh pewarisan atau
pengajaran bahasa, norma, dan perilaku. Selain itu, alasan pemilihan wanita karier
adalah wanita karier memiliki ruang lingkup pergaulan yang lebih luas dan
lingkungan kariernya menuntut pemakaian bahasa Indonesia. Penelitian ini
menggunakan penelitian survei. Subjek penelitiannya adalah wanita pekerja di
wilayah Yogyakarta yang berbahasa ibu bahasa Jawa.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007) bertujuan untuk melihat
sikap bahasa mahasiswa dan dosen terhadap istilah bahasa Indonesia. Subjek atau
responden penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan dosen Fakultas
Ekonomi di beberapa perguruan tinggi swasta di Jakarta. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian ini adalah sikap
di kalangan mahasiswa dan dosen terhadap istilah terjemahan dan serapan bidang
ekonomi hasil Mabbim yang dilihat dari variabel sosial, seperti jenis kelamin,
usia, pendidikan, pekerjaan, latar belakang bahasa ibu, dan lamanya menekuni
bidang ekonomi tidak menunjukkan perbedaan sikap. Artinya, antara kedua
kelompok responden tersebut mempunyai sikap positif terhadap istilah bahasa
Indonesia bidang ekonomi hasil Mabbim. Hal tersebut terbukti dengan nilai rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
di atas 1.500 yang menunjukkan adanya sikap positif terhadap bahasa Indonesia,
baik yang berupa terjemahan maupun yang berupa serapan.
2.3.1 Indikator Sikap Bahasa
Ada banyak faktor yang sangat berpengaruh terhadap kelestarian sebuah
bahasa. Salah satunya adalah sikap pemakai atau pemilik bahasa itu sendiri
(Rahmawati, 2015). Munculnya sikap positif dalam diri penutur tentu dapat
membantu suatu bahasa tetap terjaga. Selain itu, adanya sikap yang positif dapat
mempermudah seseorang untuk mempelajari suatu bahasa (Suhardi, 1996:10).
Pada dasarnya, sikap mengandung tiga indikator, yaitu kognisi, afeksi, dan
konasi. Maka dari itu, sikap bahasa pun juga mengandung ketiga indikator
tersebut. Selanjutnya, peneliti membuat subindikator dari setiap indikator
berdasarkan pemaparan para ahli mengenai ciri-ciri sikap bahasa.
Menurut Dittmar (dalam Suandi, 2014:152), sikap bahasa ditandai oleh
sejumlah ciri. Ciri-ciri itu antara lain pemilihan bahasa dalam masyarakat
multilingual, distribusi perbendaharaan bahasa, perbedaan-perbedaan dialektikal,
dan problema yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antarindividu.
Sementara itu, Garvin dan Mathiot (dalam Sumarsono dan Partana, 2002:365)
mengemukakan tiga ciri pokok sikap bahasa. Ciri-ciri itu berupa kesetiaan bahasa,
kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa.
Kesetiaan bahasa merupakan keinginan masyarakat pendukung bahasa itu
untuk memelihara dan mempertahankan bahasa itu. Bahkan, apabila perlu,
masyarakat pendukung bahasa itu akan mencegah dari pengaruh bahasa lain dan
mencegah adanya interferensi dari bahasa lain. Kesetiaan bahasa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengandung aspek mental dan emosi dapat menentukan bentuk tingkah laku yang
berbeda. Kesetiaan bahasa mendorong masyarakat penutur bahasa itu untuk
mempertahankan bahasanya. Kebanggaan bahasa mendorong masyarakat penutur
bahasa untuk menjadikan bahasanya sebagai penanda jati diri, identitas etniknya,
dan sekaligus membedakannya dari etnik lainnya. Sementara itu, kesadaran akan
adanya norma bahasa mendorong orang untuk menggunakan bahasanya dengan
cermat dan santun.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Dittmar, Jaruki dan Santosa (2016:8)
mengemukakan ciri-ciri atau indikator sikap bahasa, tetapi sudah
diimplementasikan dalam sikap positif terhadap bahasa. Sikap positif berbahasa
dapat diwujudkan melalui tiga hal, yaitu kesetiaan berbahasa, kebanggaan
berbahasa, dan kesadaran akan adanya norma (kaidah) berbahasa. Kesetiaan
berbahasa adalah suatu sikap untuk tetap berpegang teguh dalam memelihara,
menjaga, dan menggunakan bahasanya secara baik dan benar, serta berusaha
membina dan mengembangkan bahasanya dalam menghadapi berbagai tantangan
global dan mencegah pengaruh asing yang berlebihan. Dengan demikian, tentunya
kita akan setia dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Kebanggaan berbahasa adalah sikap yang memandang bahwa tiada cela
dalam bahasanya, merasa berbesar hati dan gagah dengan lebih mengutamakan
bahasanya daripada bahasa lainnya, dan menggunakan bahasanya dengan penuh
kebanggaan serta kesadaran sebagai jati diri bangsa Indonesia yang merdeka,
bersatu, dan berdaulat. Sementara itu, kesadaran terhadap kaidah bahasa adalah
sikap yang berpegang teguh untuk mematuhi norma, kriteria, kaidah atau hukum-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
hukum yang berlaku dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar, terutama
patuh untuk menggunakan kaidah bahasa Indonesia untuk ragam tulis dan baku,
serta mengangkat harga diri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
Sebaliknya, menurut Chaer dan Agustina (2004:152), jika ketiga ciri sikap
bahasa itu sudah menghilang atau sudah melemah dalam diri seorang penutur atau
kelompok penutur, dapat disebut sebagai sikap bahasa yang negatif. Tanda-tanda
munculnya sikap negatif terhadap sebuah bahasa, yaitu pertama, melemahnya rasa
kesetiaan seorang penutur terhadap bahasanya. Salah satu tanda yang muncul
adalah tidak adanya dorongan atau gairah untuk mempertahankan kemandirian
bahasanya. Kedua, seorang penutur atau kelompok penutur tidak mempunyai rasa
bangga terhadap bahasanya lagi dan mengalihkan rasa bangga tersebut terhadap
bahasa lainnya yang bukan miliknya. Berkaitan dengan hal ini, ada banyak faktor
yang bisa menyebabkan hilangnya rasa bangga terhadap bahasa sendiri dan
menumbuhkannya pada bahasa lainnya, antara lain faktor politik, ras, etnis,
gengsi, dan sebagainya. Ketiga, seorang penutur atau kelompok penutur tidak lagi
mempunyai kesadaran akan adanya norma bahasa. Umumnya, sikap ini akan
tampak dalam keseluruhan perilaku berbahasanya. Penutur merasa tidak perlu
menggunakan bahasa secara cermat, tertib, dan mengikuti kaidah yang berlaku.
Dalam hal ini, penutur sudah merasa cukup puas jika bahasa yang digunakannya
dapat dimengerti oleh lawan tuturnya. Selain itu, tidak adanya kesadaran terhadap
norma bahasa membuat penutur merasa malu dan kecewa jika bahasa yang
digunakannya kacau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Menurut Marsudi (2009:140), sikap positif terhadap suatu bahasa dapat
ditandai dengan sikap kesetiaan dan sikap kebanggaan. Sikap kesetiaan terlihat
jika seorang penutur lebih suka memakai bahasanya daripada bahasa lainnya dan
menjaga agar pengaruh bahasa lainnya tidak berlebihan. Kesetiaan terhadap suatu
bahasa juga merupakan suatu ketaatan yang menunjukkan rasa suka rela dan
bangga dalam menggunakan bahasanya sesuai dengan kaidah bahasa, sehingga
bahasa yang digunakan dapat digolongkan ke dalam bahasa yang baik dan benar.
Kesetiaan terhadap bahasanya ini bukan berarti benci terhadap bahasa lainnya.
Namun, penutur yang taat kaidah ini mengetahui kapan dan di mana
menggunakan bahasanya serta kapan dan di mana harus menggunakan bahasa
lainnya.
Kebanggaan terhadap suatu bahasa terlihat dari kesadaran bahwa
bahasanya mampu mengungkapkan konsep yang rumit dan dapat mengungkapkan
isi hati yang sehalus-halusnya. Selain itu, anggapan bahwa suatu bahasa cocok
untuk mencerminkan persepsi yang lebih tinggi, lebih modern, dan lebih terdidik
menunjukkan adanya sikap bangga terhadap bahasanya. Selain itu, sikap bangga
terhadap suatu bahasa juga menempatkan bahasa itu sebagai lambang jati diri
(Marsudi, 2009).
Sedikit berbeda dengan pendapat para ahli sebelumnya, Suandi
mengelompokkan sikap bahasa berdasarkan dua sisi yang bertolak belakang, yaitu
sikap positif dan sikap negatif. Menurut Suandi (2014:153), sikap positif bahasa
adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa dan situasi
kebahasaan. Hal-hal yang dapat menunjukkan sikap positif seseorang terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bahasanya, antara lain (1) memakai bahasa sesuai dengan kaidah dan situasi
kebahasaan; (2) memakai bahasa sendiri tanpa dicampur dengan bahasa asing; (3)
memakai bahasa sesuai dengan keperluan. Sikap bahasa yang positif hanya akan
tercermin apabila si pemakai mempunyai rasa setia untuk memelihara dan
mempertahankan bahasanya sebagai sarana untuk berkomunikasi. Sikap positif
terdapat pada seseorang yang mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya sebagai
penanda jati diri.
Sikap negatif bahasa dapat pula muncul dalam diri seorang pemakai
bahasa. Sikap negatif bahasa ditandai dengan sejumlah ciri, antara lain (1)
pemakai merasa acuh tak acuh terhadap pembinaan dan pelestarian bahasa; (2)
pemakai merasa tidak bangga ketika menggunakan bahasanya sebagai penanda
jati diri; dan (3) pemakai mudah beralih atau berpindah bahasa. Biasanya
peralihan bahasa ini terjadi kepada bahasa yang lebih bergengsi dan lebih
menjamin untuk memperoleh kesempatan di sektor modern dan semacamnya.
Sikap negatif bahasa terbentuk apabila orang yang sudah mengetahui atau
sudah diberi tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi tidak mau berusaha
memperbaikinya. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan
sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau
pendapat orang yang ahli, dan mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya.
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan
mengenai subindikator dari sikap bahasa, sebagai berikut. Pada indikator kognisi,
subindikator yang dibuat oleh peneliti adalah adanya anggapan bahwa suatu
bahasa tertentu mudah dipelajari, adanya keyakinan terhadap suatu bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tertentu, memiliki kemampuan yang baik ketika menggunakan bahasa tertentu,
memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahasa tertentu. Pada indikator afeksi,
subindikator yang dibuat oleh peneliti adalah adanya rasa percaya diri ketika
menggunakan bahasa tertentu, merasa bahwa bahasa yang digunakan dapat
menambah rasa keakraban antarpenutur, merasa bangga terhadap suatu bahasa
tertentu, bahasa itu merupakan penanda jati diri, bahasa penutur mampu
menunjukkan kemodernan, bahasa penutur mampu menunjukkan prestise, bahasa
penutur mampu menunjukkan kesopanan, penutur lebih suka menggunakan
bahasa tertentu, penutur merasa lebih tertarik untuk mempelajari bahasanya.
Sementara itu, pada indikator konasi, subindikator yang dibuat oleh peneliti
adalah penutur menggunakan bahasanya dalam berbagai kesempatan dan
bertanggung jawab untuk mengembangkan bahasanya.
2.4 Perbedaan Berbahasa Laki-laki dan Perempuan
Berdasarkan beberapa penelitian, laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan ketika berbahasa. Penelitian yang dilakukan Hidayat (2004) yang
berjudul Penulisan dan Gender menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penulis
laki-laki dan perempuan dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik dalam
pembentukan kalimat maupun dalam pilihan konjungsi. Dalam penelitian ini,
Hidayat menegaskan kembali penelitian terdahulu bahwa perempuan cenderung
lebih patuh pada kaidah, memiliki kosa kata ekstensif, berpikir lebih praktis, dan
menyukai variasi.
Perbedaan berbahasa antara laki-laki dan perempuan pun terlihat dari
penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah (2009) yang berjudul Aksen Feminitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Masyarakat Nelayan Jawa di Pesisir Rembang: Telaah Perbedaan Gender dalam
Penggunaan Bahasa. Dalam penelitian ini, Qomariyah mencoba memaparkan
hubungan antara bahasa dan gender dalam kaitannya dengan aksen bahasa. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan aksen antara laki-laki dan
perempuan. Aksen laki-laki cenderung lebih kasar dan terbuka dibandingkan
aksen perempuan. Akan tetapi, laki-laki tidak ingin meniru aksen yang dituturkan
perempuan. Mereka lebih cenderung untuk berbicara apa adanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sobara dan Ardiyani (2013) menggunakan
pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian itu adalah alat
perekam, lembar observasi, dan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman (1992).
Hasil dari penelitian ini adalah, berdasarkan nilai observasi dan angket yang
disebar, pada aspek kebanggaan bahasa kedua kelompok termasuk ke dalam
kategori baik. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang menunjukkan bahwa
responden perempuan mempunyai kebanggaan lebih dibandingkan dengan
kelompok laki-laki. Pada aspek kesetiaan bahasa, kedua kelompok responden
menunjukkan sikap yang sama-sama positif. Sementara itu, pada aspek kesadaran
akan norma berbahasa, mahasiswa laki-laki dan perempuan menunjukkan sikap
yang baik. Akan tetapi, mahasiswa perempuan cenderung lebih diam dan berhati-
hati dalam berkomunikasi, terutama dalam mencari pilihan kata yang tepat.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatina (2014) yang berjudul “Sikap Bahasa
Etnik Muna di Perantauan Sulawesi Tengah” pun menunjukkan adanya
perbedaan sikap bahasa antara laki-laki dan perempuan. Dalam penelitiannya itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Fatina meneliti sikap bahasa etnik Muna di perantauan Sulawesi Tengah terhadap
bahasa Muna dan bahasa Indonesia. Skala yang digunakan untuk mengukur sikap
bahasa etnik Muna pun adalah skala Likert. Selain itu, Fatina menelaah sikap
bahasa etnik Muna terhadap bahasa Muna dan bahasa Indonesia dari empat
kategori, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
Berdasarkan jenis kelamin, memang ada perbedaan sikap bahasa antara
laki-laki dan perempuan yang beretnik Muna terhadap bahasa Muna. Meskipun
demikian, keduanya menunjukkan adanya sikap yang positif. Jika dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fatina, perempuan yang beretnik Muna memiliki
sikap bahasa positif yang lebih tinggi daripada laki-laki yang beretnik Muna. Dari
sepuluh pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner, perempuan yang beretnik
Muna memperoleh nilai rata-rata antara 4,4 sampai dengan 4,5. Sementara itu,
laki-laki yang beretnik Muna memperoleh nilai rata-rata antara 4,2 sampai dengan
4,4.
Sikap bahasa antara laki-laki dan perempuan yang beretnik Muna terhadap
bahasa Indonesia juga menunjukkan adanya perbedaan, walaupun keduanya sama-
sama masih memiliki sikap bahasa yang positif. Selain itu, perbedaan sikap
bahasa di antara keduanya pun tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata yang diperoleh dari sepuluh pernyataan yang diberikan melalui
kuesioner. Pada sikap bahasa laki-laki yang beretnik Muna, nilai rata-rata yang
diperoleh adalah antara 3,5 sampai dengan 4,3. Sementara itu, pada sikap bahasa
perempuan yang beretnik Muna, nilai rata-rata yang diperoleh adalah antara 3,7
sampai dengan 4,4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2015) dengan judul “Sikap
Bahasa Masyarakat di Wilayah Perbatasan NTT: Penelitian Sikap Bahasa pada
Desa Silawan, Provinsi Nusa Tenggara Timur” juga menunjukkan adanya
perbedaan sikap bahasa antara laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Winarti, sikap bahasa penutur laki-laki lebih positif daripada sikap
bahasa penutur perempuan, baik terhadap bahasa Indonesia, bahasa daerah
maupun bahasa asing. Berkaitan dengan sikap terhadap bahasa Indonesia, indeks
sikap bahasa penutur laki-laki (0,750) lebih tinggi daripada indeks sikap bahasa
perempuan (0,677). Demikian pula halnya dengan sikap terhadap bahasa daerah.
Dalam hal ini, indeks sikap bahasa daerah penutur laki-laki (0,745) lebih tinggi
daripada indeks sikap bahasa daerah penutur perempuan (0,684).
Jika dilihat secara keseluruhan dan berurutan, penutur laki-laki lebih
mempunyai kesetiaan terhadap bahasa Indonesia, kemudian baru terhadap bahasa
daerah. Sementara itu, penutur perempuan lebih mempunyai kesetiaan terhadap
bahasa daerah, kemudian baru terhadap bahasa Indonesia.
2.5 Pergeseran Bahasa
Pada dasarnya, bahasa bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa bahasa akan
selalu berkembang. Perkembangan bahasa itu dapat berupa perubahan bahasa atau
pergeseran bahasa. Menurut Triyono (2014), pergeseran bahasa terjadi sebagai
akibat adanya faktor bilingualisme atau multilingualisme yang berkembang di
tengah masyarakat bahasa. Selain itu, keberagaman bahasa dalam masyarakat
bilingual atau multilingual dapat memunculkan adanya kontak bahasa yang
berpotensi menimbulkan adanya pergeseran bahasa (Mardikantoro, 2012:2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kondisi masyarakat yang bilingualisme dan multilingualisme memang memiliki
risiko terjadinya fenomena pergeseran bahasa.
Sebenarnya, ada banyak ahli yang mendefinisikan pergeseran bahasa.
Menurut Chaer dan Agustina (2004:142), pergeseran bahasa menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa
terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur
yang lain. Apabila seorang penutur atau sekelompok penutur pindah ke tempat
lain yang menggunakan bahasa lain dan bercampur dengan mereka, akan terjadi
adanya pergeseran bahasa. Untuk keperluan komunikasi, mau tidak mau
umumnya pendatang atau kelompok pendatang ini harus menyesuaikan diri
dengan “menanggalkan” bahasanya, lalu menggunakan bahasa penduduk
setempat.
Menurut Suandi (2014:97), pergeseran bahasa hanya akan terjadi kalau
suatu guyup menghendaki untuk menghilangkan identitasnya sebagai kelompok
sosiokultural yang dapat diidentifikasi sendiri demi identitas sebagai bagian dari
guyup lain. pergeseran bahasa menunjukkan adanya suatu bahasa yang benar-
benar ditinggalkan oleh komunitas penuturnya. Hal ini juga berarti bahwa anggota
kelompok bahasa secara kolektif lebih memilih menggunakan bahasa baru
daripada bahasa lama. Sementara itu, menurut Sumarsono dan Partana
(2002:231), pergeseran bahasa berarti suatu guyup (komunitas) meninggalkan
suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain. Bila pergeseran sudah
terjadi, para warga guyup itu secara kolektif memilih bahasa baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pergeseran bahasa adalah suatu kondisi di mana penutur atau sekelompok penutur
meninggalkan bahasanya untuk menggunakan bahasa lain. Dalam hal ini,
pergeseran bahasa menunjukkan adanya suatu bahasa yang benar-benar
ditinggalkan oleh penuturnya (Mardikantoro, 2012:206).
Menurut Sumarsono dan Partana (2002:235), ada beberapa faktor yang
menjadi pendorong adanya pergeseran bahasa. Pertama, alih generasi
(intergenerasi) yang menyangkut lebih dari satu generasi. Dalam hal ini, setiap
dwibahasawan mempunyai risiko bahasa yang satu hilang. Kedua, migrasi atau
perpindahan penduduk. Pada faktor ini, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi,
yaitu kelompok-kelompok kecil bermigrasi ke daerah atau negara lain yang tentu
saja menyebabkan bahasa mereka tidak berfungsi di daerah baru dan gelombang
besar penutur bahasa bermigrasi membanjiri sebuah wilayah kecil dengan sedikit
penduduk yang menyebabkan penduduk setempat terpecah dan bahasanya
tergeser.
Ketiga, faktor ekonomi. Salah satu faktor ekonomi adalah industrialisasi.
Dalam hal ini, kemajuan ekonomi kadang-kadang mengangkat posisi sebuah
bahasa menjadi bahasa yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Keempat, sekolah
sering juga dituding sebagai faktor penyebab bergesernya bahasa ibu siswa. Hal
ini karena sekolah biasa mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak, sehingga
menjadi seorang dwibahasawan. Padahal, kedwibahasaan memiliki risiko adanya
pergeseran bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Menurut Suandi (2014:99), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya pergeseran bahasa. Beberapa faktor tersebut, yaitu (1) faktor ekonomi,
sosial, dan politik; (2) faktor demografi; (3) sekolah; dan (4) migrasi. Pada faktor
ekonomi, sosial dan politik, masyarakat memandang adanya alasan penting untuk
mempelajari bahasa kedua dan mereka tidak memandang perlu untuk
mempertahankan bahasa etnisnya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan
ekonomi, status sosial atau kepentingan politik.
Pada faktor demografi, letak daerah baru yang jauh dari daerah asal bisa
menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran bahasa. Hal ini karena
kelompok-kelompok pendatang akan mengadakan asimilasi dengan penduduk
setempat agar mudah diterima oleh masyarakat setempat. Pada faktor sekolah,
sekolah sering dituding sebagai faktor penyebab bergesernya bahasa ibu murid.
Hal ini karena biasanya sekolah mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak,
sehingga anak menjadi dwibahasawan. Kondisi kedwibahasaan memungkinkan
munculnya risiko pergeseran bahasa. Sementara itu, pada faktor migrasi, ada dua
kemungkinan sebab yang terjadi, yaitu, pertama, kelompok-kelompok kecil
bermigrasi ke daerah atau negara lain yang menyebabkan bahasa mereka tidak
berfungsi di daerah baru. Kedua, gelombang besar penutur bahasa bermigrasi
membanjiri sebuah wilayah kecil dengan sedikit penduduk, sehingga
menyebabkan penduduk setempat terpecah dan bahasanya bergeser.
Bila seorang penutur atau sekelompok penutur pindah ke tempat lain yang
menggunakan bahasa lain dan bercampur dengan mereka, akan terjadilah
pergeseran bahasa. Kondisi tersebut terjadi dengan tujuan agar para pendatang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Salah satunya adalah dengan
menanggalkan bahasa pertama mereka dan menggunakan bahasa kedua, yakni
bahasa setempat (Suandi, 2014:104).
Saat ini, pergeseran bahasa banyak dialami oleh bahasa-bahasa daerah di
berbagai daerah (Djamareng dan Jufriadi, 2016:81). Gejala pergeseran bahasa
daerah itu juga ditunjukkan bukan saja berkurangnya minat generasi muda
mempelajari bahasa daerah sebagai identitas kedaerhannya, melainkan juga
meningkatnya kecenderungan orang tua yang berasal dari keluarga satu suku
untuk memilih bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi utama mereka di rumah
(Wilian, 2010:23).
Berdasarkan hasil penelitiannya, Djamareng dan Jufriadi (2016:81)
mengatakan faktor yang mempengaruhi pergeseran bahasa Luwu di Kota Palopo
adalah kondisi demografi. Dalam hal ini, kondisi demografi penduduk Kota
Palopo dapat dikatakan heterogen. Hal ini karena terdapat banyak suku yang
bertempat tinggal di daerah tersebut, baik sebagai penduduk permanen maupun
penduduk yang menetap sementara karena berbagai alasan. Suku-suku yang
terdapat di Kota Palopo adalah masyarakat asli Luwu, suku Bugis (Wajo, Bone,
Soppeng, Sidrap), suku Jawa, suku Bali, Sumatera, Flores, Nusa Tenggara,
Tionghoa, dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat Luwu di
Kota Palopo lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dengan berbagai suku yang ada, sehingga mereka jarang
menggunakan bahasa Luwu sebagai bahasa pengantar dalam berinteraksi di antara
sesama masyarakat Luwu, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2.6 Pemertahanan Bahasa
Faktor penutur bahasa menentukan keberadaan suatu bahasa di tengah-
tengah kehidupan mereka. Jika para penutur bahasa masih mempunyai
keloyalitasan yang tinggi terhadap bahasa ibunya, para penutur tersebut telah
dianggap mempertahankan bahasa ibunya. Namun sebaliknya, jika sikap yang
dimunculkan berupa sikap antipati atau kurang menghargai bahasa ibunya,
keberadaan bahasa ibu tersebut dimungkinkan mengalami pergeseran. Oleh
karena itu, memang diperlukan adanya pemupukan sikap bahasa yang positif,
sehingga memungkinkan adanya kondisi pemertahanan bahasa.
Menurut Suandi (2014:107), pemertahanan bahasa menyangkut masalah
sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa untuk tetap menggunakan bahasa
tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya. Pemertahanan bahasa juga dapat
didefinisikan sebagai upaya yang disengaja untuk mempertahankan penggunaan
bahasa tertentu di tengah ancaman bahasa yang lainnya. Oleh karena itu,
pemertahanan bahasa dimaksudkan untuk mewujudkan diversitas kultural,
memelihara identitas etnis, memungkinkan adaptabilitas sosial, menambah rasa
aman pada anak secara psikologis, dan meningkatkan kepekaan linguistis. Pada
dasarnya, pemertahanan bahasa dapat dilakukan dengan selalu menggunakan
bahasa yang dimiliki dan meneruskan pemakaian bahasa yang ada.
Pemertahanan bahasa, terutama bahasa daerah, saat ini dapat dianggap
masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian Sitorus (2014) yang mengkaji tentang
pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, dapat dikatakan bahwa pemertahanan bahasa
pada kelompok remaja dan kelompok dewasa masih kurang. Pada kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
remaja, pemertahanan bahasa di semua ranah (ranah rumah, luar rumah, ranah
gereja/masjid, dan ranah sekolah) sangat lemah. Sementara itu, pada kelompok
dewasa, pemertahanan bahasa Pakpak Dairi hanya bertahan pada ranah tertentu,
yaitu ranah gereja/masjid. Untuk ranah rumah, luar rumah, dan ranah pekerjaan,
bahasa Pakpak Dairi dianggap sudah tidak bertahan.
Pada bahasa tertentu, pemertahanan bahasa memang masih dapat dilihat.
Salah satu bahasa yang menunjukkan adanya pemertahanan bahasa adalah bahasa
Jawa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Winda dan
Aulia (2016). Berdasarkan hasil penelitiannya yang mengkaji tentang
pemertahanan bahasa Banjar Hulu di Kota Banjarmasin pada umur dewasa, dapat
dikatakan bahwa pemertahanan bahasa Banjar Hulu masih cukup tinggi. Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu lingkungan tempat tinggal yang
didominasi oleh orang-orang sesuku, orang tua yang berasal dari suku yang sama,
dan loyalitas bahasa yang dimiliki penutur masih cukup tinggi.
Upaya pemertahanan bahasa dapat dilakukan jika masing-masing penutur
memiliki sikap yang positif terhadap bahasanya. Sikap yang positif ini dapat
ditunjukkan apabila penutur memiliki rasa kesetiaan, kebanggaan, dan kesadaran
terhadap bahasanya. Hal ini dapat ditunjukkan salah satunya dengan selalu
menggunakan bahasa tersebut pada berbagai kesempatan (Sitorus, 2014:104).
2.7 Kondisi Kebahasaan di Universitas Sanata Dharma
Selain dikenal sebagai kota pariwisata, Daerah Istimewa Yogyakarta juga
dikenal sebagai kota pelajar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya universitas dan
institusi-institusi pendidikan yang ada di wilayah ini. Oleh karena itu, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
mengherankan apabila banyak pendatang dari berbagai daerah untuk melanjutkan
studi di berbagai universitas yang ada di Yogyakarta. Kondisi ini menyebabkan
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu wilayah yang memiliki
kemajemukan budaya dan bahasa.
Kondisi yang demikian, tampak pula terjadi di berbagai universitas. Salah
satunya adalah di Universitas Sanata Dharma. Setiap tahunnya, ada banyak
mahasiswa yang datang dari berbagai daerah diterima di Universitas Sanata
Dharma. Setiap mahasiswa pendatang itu umumnya membawa kebudayaan dan
bahasa yang menjadi ciri khasnya. Hal yang semacam ini menyebabkan
Universitas Sanata Dharma menjadi multietnik dan multibahasa.
Ketika berbicara dalam ranah akademik, tentu saja akan digunakan bahasa
Indonesia. Hal ini sesuai dengan peraturan mengenai bahasa Indonesia bahwa
bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Namun, ketika berinteraksi dengan teman, baik sesuku maupun tidak sesuku,
tentu terdapat faktor soal pemilihan bahasa yang akan digunakan. Dalam kondisi
masyarakat yang majemuk, persoalan tentang pemilihan bahasa bisa saja muncul.
Persoalan bahasa yang bisa saja muncul, antara lain bahasa manakah yang selalu
digunakan di dalam interaksi keluarga dan bahasa manakah yang akan digunakan
di dalam interaksi etnik sendiri. Selanjutnya, bahasa apakah yang akan digunakan
di dalam interaksi di antara etnik yang berbeda (Siregar, Isa, dan Husni, 1998:50).
Permasalahan-permasalahan yang demikian seringkali muncul di tengah
masyarakat yang bilingual, bahkan multilingual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Adanya situasi yang akademis dan kondisi bahasa yang beragam menjadi
alasan mahasiswa untuk memilih berkomunikasi dengan bahasa Indonesia,
terutama ketika berbicara dengan dosen, karyawan, dan teman yang tidak sesuku.
Hal ini dapat berakibat pada adanya perubahan sikap mahasiswa terhadap bahasa
daerah menuju ke arah yang negatif. Kondisi yang demikian pernah disampaikan
oleh Hamida (2012) melalui jurnalnya bahwa pengalaman ketika mengenyam
pendidikan di perguruan tinggi yang terdiri atas mahasiswa-mahasiswa dari
berbagai daerah membuat mahasiswa harus berbahasa Indonesia setiap saat. Oleh
karena itu, mereka berpikir bahwa bahasa daerah sudah menjadi tidak relevan lagi.
Penelitian yang dilakukan oleh Hamida di atas menunjukkan bahwa
umumnya sikap bahasa seorang penutur dapat berubah. Namun, berdasarkan
pernyataan itu pula, dapat dilihat bahwa perubahan sikap seorang penutur, terlebih
terhadap bahasa daerah, justru menunjukkan arah yang negatif. Hal ini juga
pernah diungkapkan oleh Mbete (2003:133) bahwa sebagian besar anak-anak
Indonesia yang tinggal di kota-kota besar, juga yang berasal dari keluarga
dwisuku, dan yang berpendidikan relatif tinggi sudah menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ibu. Tentu saja, hal ini memberikan dampak pula
terhadap perkembangan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
2.8 Kerangka Berpikir
Sikap bahasa yang positif pada masyarakat Indonesia tentu sangat
bermanfaat bagi pembinaan dan pengembangan, baik bagi bahasa Indonesia
maupun bahasa daerah. Sikap bahasa yang positif terlihat dari aspek kognisi,
afeksi, dan konasi. Selain itu juga dapat dilihat pada indikator-indikator sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
bahasa. Selain itu, berdasarkan pemaparan pada subbab sebelumnya, sikap bahasa
antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan memang terdapat
perbedaan.
Atas dasar pemaparan di atas, peneliti membuat kerangka berpikir dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berikut disajikan kerangka berpikir yang
dimaksud.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Aspek Kognisi, Aspek Afeksi, Aspek Konasi
Teori-teori Indikator Sikap Bahasa
Kisi-kisi dan Kuesioner
Bahasa Indonesia Bahasa Daerah
Mahasiswa
Laki-laki
Mahasiswa
Perempuan
Mahasiswa
Perempuan
Mahasiswa
Laki-laki
Perbedaan Sikap terhadap
Bahasa Indonesia
Perbedaan Sikap terhadap
Bahasa Daerah
Sikap Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2.9 Hipotesis
Menurut Siregar (2014:38), hipotesis merupakan jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji kebenarannya. Pada penelitian ini digunakan hipotesis
komparatif. Siregar (2014:39) menyatakan bahwa hipotesis komparatif adalah
hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang
bersifat membedakan atau membandingkan antara satu data dan data lainnya.
Penelitian yang berjudul Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah memiliki beberapa hipotesis. Berikut disajikan hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini.
1. Ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan mahasiswa perempuan FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia.
2. Ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan mahasiswa perempuan FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa daerah.
Hipotesis operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha1 : ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa Indonesia.
Ho1 : Tidak ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
terhadap bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Ha2 : ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa daerah.
Ho2 : Tidak ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
terhadap bahasa daerah.
Secara statistik, hipotesis tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Ha1 : μ1 ≠ μ2
Ho1 : μ1 = μ2
Ha2 : μ1 ≠ μ2
Ho2 : μ1 = μ2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kuantitatif.
Menurut Martono (2014:20), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka atau data yang berupa
kata-kata atau kalimat yang dikonversi menjadi data yang berbentuk angka. Data
yang berupa angka tersebut diolah dan dianalisis untuk mendapat suatu informasi
ilmiah. Dalam hal ini, penelitian kuantitatif menggunakan instrumen penelitian
dan analisis data yang bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditentukan.
Pendekatan kuantitatif dipilih karena dalam penelitian ini untuk mengukur
sikap bahasa mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma memang dibutuhkan
data angka-angka, yang berupa skor dari skala sikap. Skala sikap yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala sikap model Likert. Skor dari skala sikap itu
kemudian akan diolah dan dianalisis secara statistik untuk menguji hipotesis yang
telah ditentukan dalam penelitian ini.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan dilakukan di FKIP
Universitas Sanata Dharma. Hal ini dilakukan karena memang fokus dalam
penelitian adalah sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
yang ada di FKIP Universitas Sanata Dharma terkait dengan bahasa Indonesia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bahasa daerah dalam lingkup kampus. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Mei-Juni 2017.
3.3 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel adalah mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan FKIP di Universitas Sanata Dharma serta sikap
bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Martono (2014:59), variabel merupakan
konsep yang memiliki variasi atau memiliki lebih dari satu nilai. Berikut disajikan
operasionalisasi variabel dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Varibel Sikap Bahasa
Sikap
Bahasa
Indikator Pernyataan
Kognisi
Mudah mempelajari Bahasa Indonesia dan bahasa daerah
mudah dipelajari.
Keyakinan Memiliki keyakinan bahwa bahasa
Indonesia dan bahasa daerah mampu
bersaing dengan bahasa lainnya.
Memiliki
kemampuan
Memiliki kemampuan yang baik
(membaca, menulis, menyimak, berbicara)
dalam bahasa Indonesia dan bahasa
daerah.
Memiliki
pengetahuan
Memiliki pengetahuan yang baik
mengenai bahasa Indonesia dan bahasa
daerah
Afeksi
Kepercayaan diri Merasa percaya diri ketika berbahasa
Indonesia atau berbahasa daerah.
Keakraban Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat
menunjukkan keakraban.
Kebanggaan Merasa bangga terhadap Indonesia dan
bahasa daerah.
Penanda jati diri Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat
menunjukkan jati diri.
Kemodernan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat
menunjukkan kemodernan.
Prestise Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat
menunjukkan prestise.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kesopanan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat
menunjukkan kesopanan.
Suka menggunakan Lebih suka menggunakan bahasa
Indonesia atau bahasa daerah daripada
bahasa lainnya.
Tertarik untuk
mempelajari
Merasa tertarik untuk mempelajari bahasa
Indonesia dan bahasa daerah.
Konasi
Menggunakan Menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa daerah dalam berbagai
kesempatan.
Bertanggung jawab
untuk
mengembangkan
Bertanggung jawab untuk
mengembangkan bahasa Indonesia dan
bahasa daerah.
3.4 Populasi dan Sampel
Kasmadi dan Sunariah (2013:65) mendefinisikan populasi sebagai seluruh
data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang
sudah ditentukan. Sementara itu, menurut Indrawan dan Yaniawati (2014:93),
populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen yang akan ditarik
kesimpulannya.
Sugiyono (2012:80) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi
tidak hanya berkaitan dengan jumlah subjek atau objek yang dikaji, tetapi juga
seluruh karakteristik yang ada pada subjek atau objek itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Namun, populasi yang dipilih adalah mahasiswa FKIP
Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 sampai dengan angkatan 2016. Alasan
peneliti memilih populasi berdasarkan angkatan adalah mahasiswa angkatan 2014
sampai 2016 masih aktif mengikuti kegiatan perkuliahan reguler. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
demikian, memungkinkan peneliti untuk memperoleh data penelitian yang sesuai
dengan tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada bagian awal. Berikut ini
disajikan tabel jumlah populasi berdasarkan program studi dan angkatan yang ada
di FKIP Universitas Sanata Dharma.
Tabel 3.2 Jumlah Populasi FKIP Universitas Sanata Dharma
No. Program Studi Angkatan
Jumlah
Mahasiswa
Laki-laki
Jumlah
Mahasiswa
Perempuan
Jumlah
1. Pendidikan Bahasa Inggris
2014 47 128 175
2015 44 116 160
2016 48 101 149
2. Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia
2014 35 69 104
2015 35 55 90
2016 26 52 78
3. Pendidikan Akuntansi
2014 23 68 91
2015 28 62 90
2016 15 54 69
4. Pendidikan Biologi
2014 12 69 81
2015 18 83 101
2016 22 59 81
5. Pendidikan Ekonomi
2014 18 26 44
2015 14 37 51
2016 12 36 48
6. Pendidikan Fisika
2014 10 46 56
2015 8 38 46
2016 12 36 48
7. Pendidikan Matematika
2014 23 75 98
2015 24 72 96
2016 26 85 111
8. Pendidikan Sejarah
2014 31 17 48
2015 20 22 42
2016 31 29 60
9. Pendidikan Guru Sekolah
Dasar
2014 63 171 234
2015 61 199 260
2016 55 193 248
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
10. Bimbingan dan Konseling
2014 25 42 67
2015 22 55 77
2016 37 51 88
11. Pendidikan Agama Katolik
2014 17 22 39
2015 21 31 52
2016 16 46 62
TOTAL 899 2245 3144
Sugiyono (2012:81) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi itu. Sementara itu, menurut Martono
(2014:76), sampel adalah anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan
prosedur tertentu, sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Sampel yang
diambil oleh peneliti haruslah bersifat representatif. Artinya, sampel harus bisa
mewakili karakteristik yang ada pada populasi.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini, sampel dipilih melalui teknik proportional random
sampling. Pada teknik sampling ini, proporsi jumlah sampel yang akan diambil
sebanding untuk setiap strata. Sementara itu, teknik random mengacu kepada
pemilihan sampel pada setiap strata (Werang, 2015:104).
Dalam penelitian ini, ada sebelas program studi S1 di FKIP Universitas
Sanata Dharma. Program studi tersebut adalah Program Studi Bimbingan dan
Konseling (BK), Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik (IPPAK), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD),
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Program Studi Pendidikan Ekonomi (PE),
Program Studi Pendidikan Sejarah (PSej), Program Studi Pendidikan Fisika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(PFis), Program Studi Pendidikan Matematika (PMat), dan Program Studi
Pendidikan Biologi (PBio).
Dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampel yang diambil didasarkan
pada pedoman untuk menentukan jumlah sampel yang diajukan oleh Slovin
(Werang, 2015:98). Rumus penentuan jumlah sampel yang diajukan oleh Slovin
adalah sebagai berikut.
Keterangan:
n = jumlah sampel.
N = jumlah populasi.
e = perkiraan tingkat kesalahan dengan margin of error sebesar 5%.
Berdasarkan rumus yang diajukan Slovin di atas, jumlah sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah 354 responden. Perhitungannya adalah
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sampel proporsi digunakan oleh peneliti dengan alasan bahwa jumlah
subjek penelitian yang ada dalam setiap program studi dan angkatan tidak sama.
Oleh karena itu, penggunaan teknik pengambilan sampel ini dipilih agar
memperoleh sampel yang representatif (Arikunto, 2006:139). Berikut ini disajikan
rumus dan perhitungan pengambilan sampel berdasarkan kelompok program studi
dan angkatan.
Sampel kelompok =
Tabel 3.3 Jumlah Sampel yang Diambil pada Setiap Program Studi
No. Program Studi Angkatan Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Sampel
1. Pendidikan Bahasa Inggris
2014 175 20
2015 160 18
2016 149 17
2. Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia
2014 104 12
2015 90 10
2016 78 9
3. Pendidikan Akuntansi
2014 91 10
2015 90 10
2016 69 8
4. Pendidikan Biologi
2014 81 9
2015 101 11
2016 81 9
5. Pendidikan Ekonomi
2014 44 5
2015 51 6
2016 48 5
6. Pendidikan Fisika
2014 56 6
2015 46 5
2016 48 5
7. Pendidikan Matematika
2014 98 11
2015 96 11
2016 111 12
8. Pendidikan Sejarah
2014 48 5
2015 42 5
2016 60 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
9. Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2014 234 26
2015 260 30
2016 248 28
10. Pendidikan Bimbingan dan
Konseling
2014 67 8
2015 77 9
2016 88 10
11. Pendidikan Agama Katolik
2014 39 4
2015 52 6
2016 62 7
Total 3144 354
Selain menentukan jumlah sampel yang harus diambil pada setiap program
studi dan angkatan yang ada di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
peneliti juga menentukan jumlah sampel yang harus diambil berdasarkan jenis
kelamin. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan agar data penelitian yang
diperoleh cukup proporsional. Untuk menghitung jumlah sampel tersebut, peneliti
menggunakan rumus yang sama yang telah digunakan untuk menentukan jumlah
sampel yang harus diambil pada setiap program studi dan angkatan. Berikut
disajikan tabel mengenai jumlah sampel mahasiswa laki-laki dan perempuan yang
digunakan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
No. Program Studi Angkatan
Jumlah
Sampel Laki-
laki
Jumlah
Sampel
Perempuan
Jumlah
Sampel
1. Pendidikan Bahasa
Inggris
2014 5 15 20
2015 5 13 18
2016 5 12 17
2. Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia
2014 4 8 12
2015 4 6 10
2016 3 6 9
3. Pendidikan
Akuntansi
2014 3 7 10
2015 3 7 10
2016 2 6 8
4. Pendidikan Biologi
2014 1 8 9
2015 2 9 11
2016 2 7 9
5. Pendidikan
Ekonomi
2014 2 3 5
2015 2 4 6
2016 1 4 5
6. Pendidikan Fisika
2014 1 5 6
2015 1 4 5
2016 1 4 5
7. Pendidikan
Matematika
2014 3 8 11
2015 3 8 11
2016 3 9 12
8. Pendidikan Sejarah
2014 3 2 5
2015 2 3 5
2016 4 3 7
9. Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
2014 7 19 26
2015 7 23 30
2016 6 22 28
10.
Pendidikan
Bimbingan dan
Konseling
2014 3 5 8
2015 3 6 9
2016 4 6 10
11. Pendidikan Agama
Katolik
2014 2 2 4
2015 2 4 6
2016 2 5 7
Total 101 253 354
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Sampel acak juga digunakan dalam penelitian ini. Hal ini karena peneliti
ingin memberikan kesempatan yang sama kepada setiap subjek untuk dipilih
sebagai sampel. Penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pola undian. Langkah-langkah pengambilan sampel dalam
penelitian ini, yaitu (1) sampel penelitian dikelompokkan berdasarkan angkatan
dan program studi. (2) Nomor undian berupa nomor induk mahasiswa (NIM) dan
diundi berdasarkan setiap angkatan dari setiap program studi. (3) Nomor undian
dikeluarkan satu per satu sesuai dengan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, yaitu sebanyak 354 responden.
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan dengan skala sikap model Likert. Skala Likert yang digunakan
adalah skala dalam bentuk checklist. Artinya, dalam pengisian kuesioner,
responden diminta untuk memberikan tanda checklist sesuai dengan keadaan yang
dialami oleh responden. Ada beberapa tahap yang digunakan untuk menyusun
kuesioner dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Membuat kisi-kisi kuesioner
Sebelum membuat kuesioner, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-
kisi kuesioner. Menurut Kasmadi dan Sunariah (2013:82), kisi-kisi merupakan
tabel ilustrasi sederhana dari perencanaan pembuatan perangkat uji sebagai
kerangka yang memberikan informasi dan bagian-bagian yang tersusun secara
sistematis. Hal ini dilakukan agar kuesioner yang nantinya dibuat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
membantu peneliti untuk memperoleh data yang diinginkan, sehingga tujuan
penelitian dapat tercapai. Kisi-kisi kuesioner yang dibuat oleh peneliti berupa
indikator-indikator sikap bahasa, yaitu afeksi, kognisi, dan konasi. Dari setiap
indikator itu, peneliti membuat subindikator dan pernyataan inti. Kisi-kisi
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian
lampiran.
2. Membuat kuesioner
Setelah membuat kisi-kisi, peneliti membuat kuesioner. Kuesioner
dalam peneliti ini dikembangkan dari indikator-indikator yang ada pada kisi-
kisi. Dalam kuesioner ini, responden diminta untuk memberi tanda centang
sesuai dengan pernyataan yang ada pada kolom jawaban. Pilihan jawaban
yang terdapat dalam kuesioner ini ada lima, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-
ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini, akan dilampirkan pada bagian lampiran.
3. Pemberian skor skala
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
sikap dengan kategori jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Setiap kategori jawaban yang
ada dalam kuesioner memiliki skor. Setiap pernyataan memiliki skor yang
berbeda dengan pernyataan lainnya. Pemberian skor skala dapat dilihat lebih
lanjut pada bagian pengujian instrumen dan analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengujian instrumen penelitian yang
berupa validitas instrumen dan reliabilitas instrumen. Pengujian ini dilakukan
dengan tujuan agar instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dipercaya dan mengukur apa yang memang seharusnya diukur. Berikut disajikan
pemaparan mengenai kedua hal tersebut.
3.7.1 Validitas Instrumen
Pengujian dilakukan melalui validitas eksternal dan validitas internal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012, 122-123) bahwa instrumen yang
valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Dalam validitas eksternal,
instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada. Berikut disajikan
data validasi yang digunakan oleh peneliti.
3.7.1.1 Validitas Internal
Terkait dengan penelitian ini, dalam validitas internal, peneliti memilih
untuk menggunakan validitas isi. Menurut Yusuf (2014:235), validitas isi
menekankan pada keabsahan instrumen yang disusun dan dikaitkan dengan
domain yang akan diukur. Oleh karena itu, validitas isi dapat digunakan dalam
penelitian ini untuk mengukur apakah instrumen berupa skala sikap yang telah
dibuat dapat mengukur sikap bahasa mahasiswa FKIP di Universitas Sanata
Dharma.
Pada penelitian ini, peneliti memilih tiga validator untuk memvalidasi
instrumen yang dibuat oleh peneliti, yang berupa kisi-kisi dan kuesioner tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan di FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Ketiga
validator tersebut adalah Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si,
Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., dan Dr. Paulus Ari Subagyo, M. Hum.
Berdasarkan hasil validasi dari ketiga validator tersebut, terdapat beberapa
hal yang harus diperbaiki, baik kisi-kisi maupun kuesioner yang telah dibuat oleh
peneliti. Beberapa masukan dari ketiga validator tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pernyataan nomor 20, 39, dan 40 perlu diperhatikan kembali agar tidak
menimbulkan perbedaan interpretasi.
2. Jumlah pernyataan negatif dan pernyataan positif yang ada di dalam kuesioner
hendaknya proporsional.
3. Pernyataan mengenai penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan
berkomunikasi sebaiknya tidak hanya dibuat komunikasi antarsuku, tetapi
juga antarpenutur dengan suku yang sama.
4. Penggunaan istilah pada kisi-kisi sebaiknya konsisten dan sesuai dengan teori
yang digunakan, yaitu kognisi, afeksi, dan konasi, bukan kesetiaan,
kebanggaan, dan kesadaran dalam berbahasa.
5. Dasar teori sangat diperlukan untuk menentukan indikator sikap bahasa.
6. Pada pernyataan nomor 62, sebaiknya penggunaan kata “universitas”
dihilangkan, sehingga yang berperan utama dalam pengembangan bahasa
daerah bukanlah universitas, melainkan mahasiswa.
Berdasarkan masukan dari para validator, peneliti memperbaiki kisi-kisi
dan kuesioner. Kisi-kisi dan kuesioner, baik yang sebelum direvisi maupun yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
sudah direvisi, tidak peneliti sajikan pada bagian ini. Kisi-kisi dan kuesioner
tersebut dapat dilihat pada bagian lampiran dalam penelitian ini.
3.7.1.2 Validitas Eksternal
Dalam penelitian ini, peneliti juga akan melakukan validitas eksternal
melalui uji coba instrumen. Uji coba instrumen dalam penelitian ini akan
dilakukan terhadap 57 responden. Pemilihan 57 responden sebagai ujicoba
instrumen ini berdasarkan pada pendapat Sapnas dan Zeller (dalam Williams, dkk,
2012:4) yang menyatakan bahwa sebanyak 50 responden sudah cukup memadai.
Namun, karena berbagai hal, peneliti memilih sejumlah 57 subjek ujicoba yang
akan digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, dalam uji coba ini responden
diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang
diujicobakan (Arikunto, 2006:226).
Subjek ujicoba yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara acak,
meskipun tetap meliputi keseluruhan program studi yang ada di FKIP Universitas
Sanata Dharma, yaitu sebanyak sebelas program studi. Persebaran jumlah subjek
ujicoba dalam setiap program studi tidak merata. Hal ini karena keterbatasan
waktu dan tenaga peneliti dalam melakukan ujicoba. Subjek ujicoba yang telah
digunakan dalam ujicoba instrumen tidak akan menjadi responden dalam
penelitian ini.
Setelah diperoleh data ujicoba, hasil ujicoba akan dianalisis per pernyataan
yang telah dibuat. Sebelum dilakukan analisis data, peneliti memisahkan
pernyataan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pernyataan yang berkaitan
dengan bahasa Indonesia (selanjutnya disebut sebagai kelompok pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
bahasa Indonesia) dan kelompok pernyataan yang berkaitan dengan bahasa daerah
(selanjutnya disebut sebagai kelompok pernyataan bahasa daerah). Dalam
kuesioner ini, kelompok pernyataan bahasa Indonesia terdapat pada pernyataan
nomor 1 sampai dengan nomor 38. Sementara itu, kelompok pernyataan bahasa
daerah terdapat pada pernyataan nomor 39 sampai dengan 68. Dengan demikian,
penghitungan yang dilakukan oleh peneliti pun secara terpisah. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti melakukan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menghitung harga f yang berupa frekuensi setiap jawaban.
2. Menghitung persentase frekuensi setiap jawaban dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
3. Menghitung persentil kumulatif.
4. Menghitung median atau midpoint dengan rumus sebagai berikut.
5. Hasil dari penghitungan midpoint dikonversikan ke dalam tabel harga z.
6. Untuk menghilangkan tanda negatif pada skala, harga z ini dikoreksi menjadi
Zc. Hal ini dilakukan dengan cara menambahkan harga mutlak Z terkecil
kepada masing-masing harga Z. Pada penelitian ini, untuk menghilangkan
tanda negatif pada skor konversi nilai z, skor yang diperoleh untuk kelompok
pernyataan bahasa daerah dan kelompok pernyataan bahasa Indonesia
ditambah 2,38.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
7. Dengan demikian, skor untuk setiap respons pada pernyataan akan diperoleh.
Langkah ini terus dilakukan sampai setiap respons pada setiap pernyataan
telah diperoleh.
8. Setelah memperoleh skor untuk setiap respons pada butir-butir pernyataan
yang telah dibuat, peneliti mengkonversi dari skor data awal menjadi skor
yang baru diperoleh.
Menurut Suryabrata, tiap pernyataan akan dianalisis berdasarkan distribusi
jawaban dan harga daya pembeda. Setelah melakukan penghitungan di atas,
peneliti juga melakukan tahap penghitungan untuk pengujian validitas. Untuk
pengujian validitas, peneliti melakukan uji validitas menurut Suryabrata dan uji
validitas product moment. Pengujian validitas menurut Suryabrata dilakukan
dengan menganalisis pernyataan berdasarkan distribusi jawaban dan harga daya
pembeda (2005:187). Berikut disajikan uji validitas menurut Suryabrata dan uji
validitas product moment.
1. Uji Validitas menurut Suryabrata
Untuk penentuan daya pembeda, peneliti melakukan penghitungan sebagai
berikut.
a. Berdasarkan skor total seluruh instrumen, subjek dikelompokkan menjadi
kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah. Proporsi setiap
kelompok, yaitu 27% untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah.
Dalam penelitian ini, karena jumlah subjek ujicoba sebanyak 57 orang,
proporsi untuk kelompok atas dan kelompok bawah berjumlah sebanyak 15
orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b. Daya pembeda pernyataan dihitung dengan rumus sebagai berikut.
√
Keterangan:
= rata-rata skor kelompok atas.
= rata-rata skor kelompok bawah.
= varians skor kelompok atas.
= varians skor kelompok bawah.
= jumlah subjek kelompok atas.
= jumlah subjek kelompok bawah.
Setelah melakukan analisis distribusi jawaban dan daya pembeda dengan
menggunakan rumus di atas, dilakukan seleksi pernyataan. Seleksi pernyataan ini
diawali dengan mengelompokkan pernyataan menjadi dua, yaitu pernyataan tidak
mendukung dan pernyataan tidak mendukung. Seleksi pernyataan ditentukan
berdasarkan taraf alpha yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu 0,05. Dengan
demikian, pernyataan yang memiliki harga t kurang dari 1,64 sebaiknya tidak
digunakan.
Pada subbab ini, peneliti hanya akan menyajikan hasil perhitungan harga t
yang diperoleh setelah seluruh langkah penghitungan dilakukan. Sementara itu,
untuk penghitungan dan hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti dapat
dilihat pada bagian lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
1) Hasil perhitungan harga t sikap bahasa mahasiswa terhadap bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil penghitungan skor pada butir pernyataan nomor 1-38,
peneliti memperoleh harga t untuk setiap butir pernyataan tersebut. Berikut
disajikan tabel harga t untuk butir pernyataan nomor 1-38.
Tabel 3.5 Harga T Butir Pernyataan tentang Sikap
terhadap Bahasa Indonesia
PERNYATAAN SKOR PERNYATAAN SKOR
P1 4.66877 P20 4.41800
P2 3.05431 P21 3.93030
P3 5.40124 P22 3.92532
P4 1.80308 P23 3.75224
P5 4.38003 P24 3.41837
P6 4.26589 P25 2.31509
P7 7.66702 P26 2.88397
P8 6.33002 P27 3.62990
P9 2.31294 P28 7.11438
P10 2.23648 P29 5.23362
P11 3.05040 P30 6.58193
P12 3.04829 P31 3.91544
P13 3.32020 P32 2.43376
P14 3.46167 P33 2.12142
P15 2.72784 P34 2.24776
P16 3.90711 P35 3.04829
P17 2.82562 P36 2.79679
P18 2.00875 P37 2.52380
P19 3.33964 P38 2.26050
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan seleksi pernyataan berdasarkan
taraf alpha yang dipilih. Peneliti memilih untuk menggunakan taraf alpha 0.01
dalam penelitian ini. Karena yang dilakukan merupakan tes satu arah, harga t
minimal adalah 1.75 (Suryabrata, 2005:192). Oleh karena itu, butir pernyataan
yang memiliki harga t kurang dari 1,75 sebaiknya tidak digunakan. Dilihat dari
tabel harga t di atas, setiap butir pernyataan memiliki harga t lebih dari 1,75.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Dengan demikian, instrumen berupa kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti
dapat dikatakan sudah valid.
2) Hasil perhitungan harga t sikap bahasa mahasiswa terhadap bahasa daerah
Berdasarkan hasil penghitungan skor pada butir pernyataan nomor 39-68,
peneliti memperoleh harga t untuk setiap butir pernyataan tersebut. Berikut
disajikan tabel harga t untuk butir pernyataan nomor 39-68.
Tabel 3.6 Harga T Butir Pernyataan tentang Sikap terhadap Bahasa Daerah
PERNYATAAN SKOR PERNYATAAN SKOR
P39 3.02791 P54 3.36509
P40 2.60293 P55 3.05332
P41 3.02072 P56 2.02328
P42 3.25597 P57 5.10686
P43 3.77976 P58 3.26410
P44 4.11523 P59 3.54904
P45 2.97202 P60 3.75137
P46 1.96852 P61 2.59243
P47 3.77976 P62 3.80202
P48 3.75612 P63 2.90333
P49 2.47886 P64 1.84060
P50 3.71912 P65 2.13863
P51 3.21668 P66 2.24625
P52 1.72441 P67 2.42342
P53 2.00087 P68 2.16088
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan seleksi pertanyaan berdasarkan
taraf alpha yang telah dipilih oleh peneliti. Peneliti memilih untuk menggunakan
taraf alpha yang sama untuk melakukan seleksi pada butir pernyataan untuk
bahasa Indonesia, yaitu taraf alpha 0,01. Berdasarkan tabel di atas, hampir seluruh
butir pernyataan memiliki harga t lebih dari 1,75. Namun, ada satu butir
pernyataan yang memiliki nilai harga t masih kurang dari 1,75, yaitu butir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pernyataan 52. Akan tetapi, butir pernyataan tersebut tetap peneliti gunakan
dengan alasan akan mengganggu validitas isi (Suryabrata, 2005:192). Dengan
demikian, seluruh butir kuesioner tetap digunakan oleh peneliti sebagai instrumen
pengumpulan data.
2. Uji Validitas Product Moment
Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan uji validitas product moment
melalui program SPSS. Program SPSS yang digunakan oleh peneliti dalam proses
penghitungan adalah SPSS 22. Pada bagian penghitungan ini, peneliti juga
mengelompokkan butir pernyataan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bahasa
Indonesia dan kelompok bahasa daerah. Namun, secara keseluruhan, tahapan yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut (Siregar, 2017:78).
a. Menjumlahkan skor jawaban.
b. Melakukan uji validitas pada setiap butir pernyataan.
c. Menghitung nilai r tabel. Hasil penghitungan r tabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
n = 57; α = 0,05
Dalam penelitian ini, nilai pada tabel product moment
adalah 0,266. Dengan demikian, butir pernyataan dikatakan valid, apabila
d. Menentukan nilai r hitung pada setiap butir pernyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Berdasarkan hasil pengujian validitas product moment pada program
SPSS, diperoleh hasil penghitungan r hitung. Berikut disajikan hasil penghitungan
uji validitas kedua kelompok butir pernyataan.
1) Kelompok Pernyataan tentang Bahasa Indonesia
Hasil uji validitas pada kelompok butir pernyataan tentang sikap terhadap
bahasa Indonesia menunjukkan semua butir pernyataan valid. Hal ini karena nilai
r hitung lebih besar daripada r tabel, yaitu 0,266. Namun, pada bagian ini, peneliti
hanya menyajikan hasil r hitung, sedangkan hasil keseluruhan uji validitas
terdapat pada bagian lampiran. Berikut disajikan rangkuman hasil uji validitas
yang telah dilakukan oleh peneliti.
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Validitas Pernyataan tentang Sikap
terhadap Bahasa Indonesia
PERNYATAAN R HITUNG R TABEL KETERANGAN
P1 0.556 0.266 Valid
P2 0.400 0.266 Valid
P3 0.708 0.266 Valid
P4 0.406 0.266 Valid
P5 0.664 0.266 Valid
P6 0.546 0.266 Valid
P7 0.716 0.266 Valid
P8 0.708 0.266 Valid
P9 0.316 0.266 Valid
P10 0.503 0.266 Valid
P11 0.549 0.266 Valid
P12 0.422 0.266 Valid
P13 0.570 0.266 Valid
P14 0.536 0.266 Valid
P15 0.444 0.266 Valid
P16 0.524 0.266 Valid
P17 0.450 0.266 Valid
P18 0.297 0.266 Valid
P19 0.463 0.266 Valid
P20 0.466 0.266 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
P21 0.622 0.266 Valid
P22 0.513 0.266 Valid
P23 0.513 0.266 Valid
P24 0.530 0.266 Valid
P25 0.427 0.266 Valid
P26 0.449 0.266 Valid
P27 0.603 0.266 Valid
P28 0.761 0.266 Valid
P29 0.636 0.266 Valid
P30 0.712 0.266 Valid
P31 0.524 0.266 Valid
P32 0.391 0.266 Valid
P33 0.384 0.266 Valid
P34 0.407 0.266 Valid
P35 0.536 0.266 Valid
P36 0.474 0.266 Valid
P37 0.443 0.266 Valid
P38 0.397 0.266 Valid
2) Kelompok Pernyataan tentang Bahasa daerah
Hasil uji validitas pada kelompok butir pernyataan tentang sikap terhadap
bahasa daerah menunjukkan semua butir pernyataan valid. Hal ini karena nilai r
hitung lebih besar daripada r tabel, yaitu 0,266. Namun, pada bagian ini, peneliti
hanya menyajikan rangkuma hasil uji validitas berupa hasil r hitung, sedangkan
hasil keseluruhan uji validitas terdapat pada bagian lampiran. Berikut disajikan
rangkuman hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas Pernyataan tentang Sikap
terhadap Bahasa Daerah
PERNYATAAN R HITUNG R TABEL KETERANGAN
P39 0.506 0.266 Valid
P40 0.355 0.266 Valid
P41 0.533 0.266 Valid
P42 0.503 0.266 Valid
P43 0.571 0.266 Valid
P44 0.559 0.266 Valid
P45 0.476 0.266 Valid
P46 0.319 0.266 Valid
P47 0.553 0.266 Valid
P48 0.543 0.266 Valid
P49 0.445 0.266 Valid
P50 0.552 0.266 Valid
P51 0.527 0.266 Valid
P52 0.290 0.266 Valid
P53 0.306 0.266 Valid
P54 0.481 0.266 Valid
P55 0.415 0.266 Valid
P56 0.355 0.266 Valid
P57 0.637 0.266 Valid
P58 0.375 0.266 Valid
P59 0.452 0.266 Valid
P60 0.572 0.266 Valid
P61 0.459 0.266 Valid
P62 0.607 0.266 Valid
P63 0.517 0.266 Valid
P64 0.419 0.266 Valid
P65 0.529 0.266 Valid
P66 0.339 0.266 Valid
P67 0.363 0.266 Valid
P68 0.418 0.266 Valid
3.7.2 Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan uji reliabilitas. Pengujian
reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten (Siregar, 2017:87). Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach. Teknik Alpha Cronbach digunakan
untuk menghitung reliabilitas suatu tes yang mengukur sikap atau perilaku
(Siregar, 2017:89). Ketika menggunakan teknik ini, suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila koefisien reliabilitas ( > 0,6.
Dalam melakukan pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan
program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas, nilai untuk kelompok
pernyataan sikap terhadap bahasa Indonesia adalah 0,744. Sementara itu, nilai
untuk kelompok pernyataan sikap terhadap bahasa daerah adalah 0,735. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah reliabel.
Setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada instrumen dalam
penelitian ini, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan instrumen dapat
digunakan untuk mengumpulkan data. Namun, peneliti melakukan beberapa
perubahan pada kuesioner, yaitu pengubahan skala dan pengubahan beberapa
istilah yang ada di dalam kuesioner. Pertama, pengubahan dari skala lima (sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) ke skala empat
(sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) dilakukan oleh peneliti
karena berdasarkan hasil uji coba banyak responden yang memilih untuk
menjawab ragu-ragu. Selain itu, hal ini sejalan pula dengan pendapat Widoyoko
(2015:106) yang menyata tentang kelebihan skala empat dibandingkan dengan
skala tiga atau lima. Dalam hal ini, skala empat tidak memungkinkan responden
untuk memilih “zona aman” dengan bersikap netral, cukup atau ragu-ragu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kedua, peneliti juga melakukan perubahan pada beberapa istilah. Istilah-
istilah yang diubah, yaitu kata “prestise” dan “bahasa yang pertama kali
dipelajari”. Berdasarkan hasil uji coba lapangan, kebanyakan responden kurang
memahami istilah yang dimaksud. Oleh karena itu, peneliti mengganti kedua
istilah tersebut menjadi “prestise (wibawa)” dan “bahasa yang pertama kali
dikuasai” dengan tujuan dapat lebih mudah dipahami oleh responden.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat untuk
mengumpulkan data. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada skala
sikap dengan model Likert. Untuk mengumpulkan data, penyebaran kuesioner
dilakukan kepada sampel yang akan diambil, yaitu sebanyak 354 responden.
Kuesioner akan diberikan kepada responden yang telah terpilih untuk menjadi
sampel penelitian.
Dalam penyebaran kuesioner, peneliti akan dibantu oleh beberapa orang,
sehingga mempercepat proses dalam pengumpulan data. Sementara itu, dalam
pengisian kuesioner, responden diminta untuk mengisi kuesioner sesuai dengan
keadaan yang dialami oleh responden. Untuk jawaban dalam kuesioner, responden
diminta untuk memberikan tanda checklist pada kolom yang menggambarkan
situasi dan keadaan responden.
3.9 Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, peneliti juga melakukan penghitungan dengan
cara yang sama ketika menghitung hasil ujicoba instrumen. Kemudian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
berdasarkan hasil penghitungan skor tersebut, peneliti menghitung skor rata-rata
kelompok mahasiswa laki-laki dan mahasiswa. Skor rata-rata tersebut digunakan
untuk mengetahui perbedaan kedua kelompok tersebut. Penghitungan ini
dilakukan dengan uji T. Uji T adalah uji beda untuk mengetahui apakah rata-rata
hitung antara dua kelompok sampel berbeda secara signifikan atau tidak. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua populasi yang didasarkan
atas rata-rata sampel. Berkaitan dengan penelitian ini, teknik analisis data
dilakukan untuk mengetahui perbedaan sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Secara keseluruhan, dalam menganalisis
data, peneliti akan menggunakan aplikasi SPSS.
1. Uji Normalitas
Sebelum melakukan uji t untuk melihat perbedaan sikap bahasa antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan
bahasa daerah, akan dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas
dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah data yang akan diuji berdistribusi
normal atau tidak (Siregar, 2017:153).
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil uji normalitas
berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner. Hasil uji normalitas akan
dipaparkan berdasarkan kelompok mahasiswa laki-laki dan kelompok mahasiswa
perempuan. Berikut disajikan hasil uji normalitas yang telah dilakukan oleh
peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
a. Uji Normalitas Data Kelompok Mahasiswa Laki-laki
Hasil uji normalitas diperoleh dari menghitung data respons kelompok
mahasiswa laki-laki dengan menggunakan metode Kolmogorov Smirnov pada
program IBM SPSS Statistic 22. Berkaitan dengan hal ini, hipotesis untuk uji
normalitas adalah sebagai berikut.
Ho = data berdistribusi normal.
Ha = data tidak berdistribusi normal.
Dalam hal ini, Ho diterima apabila Dhitung ≤ Dtabel, sedangkan Ho ditolak apabila
Dhitung > Dtabel. Berikut disajikan hasil pengujian normalitas yang dilakukan oleh
peneliti.
Tabel 3.9 Uji Normalitas Data Kelompok Mahasiswa Laki-laki
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TOTAL .072 101 .200* .992 101 .793
Berdasarkan data di atas, nilai Dhitung adalah 0,072, sedangkan nilai Dtabel
adalah 0,134. Nilai Dtabel diperoleh dengan rumus n-1, lalu menentukan tingkat
signifikansi dan melihat pada tabel uji kritis Kolmogorov Smirnov. Berdasarkan
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dhitung = 0,072 < Dtabel = 0,134, sehingga
Ho diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
Peneliti juga melakukan kriteria pengujian yang diambil berdasarkan nilai
probabilitas. Dalam hal ini, jika probabilitas (sig) > 0,05, Ho diterima, sedangkan
jika probabilitas (sig) < 0,05, Ho ditolak. Berdasarkan data di atas, nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
signifikansi adalah 0,2 dan α/2 = 0,05/2 = 0,025, sehingga nilai signifikansi 0,2 >
0,025 atau Ho diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Data Kelompok Mahasiswa Perempuan
Hasil uji normalitas diperoleh dari menghitung data respons kelompok
mahasiswa laki-laki dengan menggunakan metode Kolmogorov Smirnov pada
program IBM SPSS Statistic 22. Berkaitan dengan hal ini, hipotesis untuk uji
normalitas adalah sebagai berikut.
Ho = data berdistribusi normal.
Ha = data tidak berdistribusi normal.
Dalam hal ini, Ho diterima apabila Dhitung ≤ Dtabel, sedangkan Ho ditolak apabila
Dhitung > Dtabel. Berikut disajikan hasil pengujian normalitas terhadap data respons
kelompok mahasiswa perempuan yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 3.10 Uji Normalitas Data Kelompok Mahasiswa Perempuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
TOTAL .054 253 .076 .994 253 .352
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan data di atas, nilai Dhitung adalah 0,054, sedangkan nilai Dtabel
adalah 0,085. Nilai Dtabel diperoleh dengan penghitungan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
= 0,085
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dhitung = 0,072 < Dtabel =
0,134, sehingga Ho diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal.
Peneliti juga melakukan kriteria pengujian yang diambil berdasarkan nilai
probabilitas. Dalam hal ini, jika probabilitas (sig) > 0,05, Ho diterima, sedangkan
jika probabilitas (sig) < 0,05, Ho ditolak. Berdasarkan data di atas, nilai
signifikansi adalah 0,076 dan α/2 = 0,05/2 = 0,025, sehingga nilai signifikansi
0,076 > 0,025 atau Ho diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas di atas, dapat dikatakan bahwa
data kelompok mahasiswa laki-laki dan kelompok mahasiswa perempuan
berdistribusi normal. Dengan demikian, dalam penelitian ini dapat digunakan uji
statistik parametrik.
2. Penghitungan Skala Interval
Untuk melihat sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan, baik terhadap bahasa Indonesia maupun bahasa daerah, peneliti
menggunakan rata-rata skor yang diperoleh berdasarkan penghitungan, baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
penghitungan berdasarkan setiap aspek mapun penghitungan secara keseluruhan.
Hasil penghitungan rata-rata skor tersebut kemudian dimasukkan ke dalam skala
interval untuk mengetahui kategori yang diperoleh.
Untuk mendapatkan skala interval, digunakan rumus penghitungan dengan
mencari skor tertinggi, skor terendah, dan jumlah kelas (kategori sangat baik
sampai dengan kategori sangat tidak baik) untuk menemukan jarak interval
(Widoyoko, 2015:111). Berikut disajikan rumus yang digunakan untuk
menentukan jarak interval.
Jarak Interval =
Dalam penelitian ini, peneliti akan menghitung kategori sikap berdasarkan
setiap butir pernyataan, setiap aspek sikap bahasa, dan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, tentu skala interval pada ketiga hal tersebut berbeda-beda. Berikut
disajikan penghitungan untuk skala interval pada setiap butir pernyataan.
Skor tertinggi = 4
Skor terendah = 1
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 0,75
Tabel 3.11 Skala Interval Setiap Butir Pernyataan
Interval Skor Kategori
3,25 < X ≤ 4,00 Sangat Baik
2,50 < X ≤ 3,25 Baik
1,75 < X ≤ 2,50 Tidak Baik
1,00 ≤ X ≤ 1,75 Sangat Tidak Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Selain melakukan penghitungan skala interval berdasarkan setiap butir
pernyataan, peneliti juga melakukan penghitungan skala interval untuk aspek
kognisi, afeksi, dan konasi, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Berikut
disajikan hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti.
a. Penghitungan Skala Interval untuk Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan disajikan hasil penghitungan skala interval untuk
aspek kognisi, afeksi, dan konasi bahasa Indonesia. Penghitungan skala interval
untuk ketiga aspek tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik penghitungan
milik Widoyoko (2015:111). Berikut disajikan hasil penghitungan skala interval
untuk aspek kognisi bahasa Indonesia yang dilakukan oleh peneliti.
Skor tertinggi = 67
Skor terendah =29
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 9,5
Tabel 3.12 Skala Interval untuk Aspek Kognisi Bahasa Indonesia
Interval Skor Kategori
57,5 < X ≤ 67 Sangat Baik
48 < X ≤ 57,5 Baik
38,5 < X ≤ 48 Tidak Baik
29 ≤ X ≤ 38,5 Sangat Tidak Baik
Setelah melakukan penghitungan skala interval untuk aspek kognisi,
peneliti juga melakukan penghitungan skala interval untuk aspek afeksi. Berikut
disajikan hasil penghitungan skala interval untuk aspek afeksi bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Skor tertinggi = 64
Skor terendah = 34
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 7,5
Tabel 3.13 Skala Interval untuk Aspek Afeksi Bahasa Indonesia
Interval Skor Kategori
56,5 < X ≤ 64 Sangat Baik
49 < X ≤ 56,5 Baik
41,5 < X ≤ 49 Tidak Baik
34 ≤ X ≤ 41,5 Sangat Tidak Baik
Peneliti juga melakukan penghitungan skala interval untuk aspek konasi.
Berikut disajikan hasil penghitungan skala interval untuk aspek konasi bahasa
Indonesia yang dilakukan oleh peneliti.
Skor tertinggi = 20
Skor terendah = 11
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 2,25
Tabel 3.14 Skala Interval untuk Aspek Konasi Bahasa Indonesia
Interval Skor Kategori
17,75 < X ≤ 20 Sangat Baik
15,5 < X ≤ 17,75 Baik
13,25 < X ≤ 15,5 Tidak Baik
11 ≤ X ≤ 13,25 Sangat Tidak Baik
b. Penghitungan Skala Interval untuk Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penghitungan skala interval untuk
aspek kognisi, afeksi, dan konasi bahasa daerah. Sama seperti penghitungan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
skala interval terhadap ketiga aspek bahasa Indonesia, pada bagian ini peneliti
juga menggunakan teknik penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Berikut
disajikan hasil penghitungan skala interval untuk aspek kognisi bahasa daerah
yang dilakukan oleh peneliti.
Skor tertinggi = 57
Skor terendah = 21
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 9
Tabel 3.15 Skala Interval untuk Aspek Kognisi Bahasa Daerah
Interval Skor Kategori
48 < X ≤ 57 Sangat Baik
39 < X ≤ 48 Baik
30 < X ≤ 39 Tidak Baik
21 ≤ X ≤ 30 Sangat Tidak Baik
Selain melakukan penghitungan skala interval untuk aspek kognisi bahasa
daerah, peneliti juga melakukan penghitungan skala interval untuk aspek afeksi.
Cara penghitungan yang dilakukan pada aspek ini sama dengan cara penghitungan
untuk aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan skala interval untuk
aspek afeksi bahasa daerah yang dilakukan oleh peneliti.
Skor tertinggi = 44
Skor terendah = 10
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 8,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 3.16 Skala Interval untuk Aspek Afeksi Bahasa Daerah
Interval Skor Kategori
35,5 < X ≤ 44 Sangat Baik
27 < X ≤ 35,5 Baik
18,5 < X ≤ 27 Tidak Baik
10 ≤ X ≤ 18,5 Sangat Tidak Baik
Peneliti juga melakukan penghitungan skala interval untuk aspek konasi.
Berikut disajikan hasil penghitungan skala interval untuk aspek konasi bahasa
daerah yang dilakukan oleh peneliti.
Skor tertinggi = 12
Skor terendah = 4
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 2
Tabel 3.17 Skala Interval untuk Aspek Konasi Bahasa Daerah
Interval Skor Kategori
10 ≤ X ≤ 12 Sangat Baik
8 < X ≤ 10 Baik
6 < X ≤ 8 Tidak Baik
4 < X ≤ 6 Sangat Tidak Baik
c. Penghitungan Skala Interval secara Keseluruhan
Dalam penelitian ini, peneliti juga akan melihat sikap bahasa mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan secara keseluruhan terhadap bahasa Indonesia
dan bahasa daerah. Oleh karena itu, peneliti menghitung skala interval untuk
bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Berikut disajikan hasil penghitungan skala
interval untuk bahasa Indonesia yang dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Skor tertinggi = 149
Skor terendah = 84
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 16,25
Tabel 3.18 Skala Interval untuk Bahasa Indonesia
Interval Skor Kategori
132,75 < X ≤ 149 Sangat Baik
116,5 < X ≤ 132,75 Baik
100,25 < X ≤ 116,5 Tidak Baik
84 ≤ X ≤ 100,25 Sangat Tidak Baik
Selain melakukan penghitungan skala interval untuk bahasa Indonesia,
peneliti juga melakukan penghitungan skala interval untuk bahasa daerah. Berikut
disajikan hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti.
Skor tertinggi = 108
Skor terendah = 40
Jumlah kelas = 4 (sangat baik sampai dengan sangat tidak baik)
Jarak interval =
=
= 17
Tabel 3.19 Skala Interval untuk Bahasa Daerah
Interval Skor Kategori
91 < X ≤ 108 Sangat Baik
74 < X ≤ 91 Baik
57 < X ≤ 74 Tidak Baik
40 ≤ X ≤ 57 Sangat Tidak Baik
3. Melakukan Penghitungan Menggunakan Statistik Deskriptif
Tahap analisis yang dilakukan oleh peneliti selanjutnya adalah menghitung
frekuensi pada setiap butir pernyataan menggunakan statistik deskriptif pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
software IBM SPSS Statistic 22. Sebelum melakukan penghitungan, peneliti akan
membagi data yang diperoleh ke dalam beberapa kelompok. Pertama, peneliti
membagi data penelitian berdasarkan jenis kelamin. Kedua, setelah membagi data
berdasarkan jenis kelamin, peneliti membagi butir pernyataan yang ada
berdasarkan bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Ketiga, peneliti
mengelompokkan lagi butir-butir pernyataan yang ada berdasarkan aspek dalam
sikap bahasa, yaitu aspek kognisi, afeksi, dan konasi. Keempat, peneliti kemudian
membagi kelompok pernyataan berdasarkan butir pernyataan yang bersifat negatif
dan positif.
Setelah tahapan-tahapan di atas dilakukan, peneliti melakukan
penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir pernyataan. Dalam
penelitian ini, jawaban responden berupa skala empat, yaitu sangat setuju, setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk butir pernyataan negatif, konversi skor
untuk skala empat secara berturut-turut, yaitu 1, 2, 3, dan 4. Sementara itu, untuk
butir pernyataan positif, konversi skala empat secara berturut-turut, yaitu 4, 3, 2,
dan 1.
Peneliti juga melakukan penghitungan untuk total butir pernyataan
berdasarkan setiap aspek. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sikap
bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia
dan bahasa daerah berdasarkan setiap aspek sikap bahasa. Selain itu, peneliti juga
melakukan penghitungan total secara keseluruhan tentang bahasa Indonesia dan
bahasa daerah. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sikap bahasa
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
bahasa daerah. Setelah semua penghitungan dilakukan, peneliti memasukkan hasil
penghitungan rata-rata berdasarkan setiap aspek dan sikap bahasa secara
keseluruhan dalam skala interval yang telah dibuat. Dengan demikian, peneliti
dapat mengetahui kategori sikap yang dimiliki oleh mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
4. Melakukan Penghitungan Uji-t Dua Sampel Independen
Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
penghitungan uji-t dua sampel independen. Namun, sebelum melakukan
pengujian, peneliti juga melakukan analisis penghitungan menurut Suryabrata.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam hal ini sama seperti tahapan uji validitas
menurut Suryabrata. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui konversi
skor asli pada setiap skala (sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju).
Setelah memperoleh konversi skor asli, peneliti melakukan uji-t dua
sampel independen. Pengujian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
software IBM SPSS Statistic 22. Penghitungan uji-t dua sampel independen ini
dilakukan untuk menguji hipotesis dalam penelitian. Setelah itu, hasil pengujian
tersebut kemudian akan dianalisis oleh peneliti pada bagian pembahasan. Berikut
disajikan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini.
Ha1 : ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Ho1 : Tidak ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
terhadap bahasa Indonesia.
Ha2 : ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa daerah.
Ho2 : Tidak ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
terhadap bahasa daerah.
Secara statistik, hipotesis tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Ha1 : μ1 ≠ μ2
Ho1 : μ1 = μ2
Ha2 : μ1 ≠ μ2
Ho2 : μ1 = μ2
Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas adalah sebagai
berikut.
Jika probabilitas (sig) > 0,05, Ho diterima.
Jika probabilitas (sig) < 0,05, Ho ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai tiga hal, yaitu (1) deskripsi
data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan. Pada bagian deskripsi data, peneliti
akan memaparkan dua hal, yaitu responden yang digunakan dalam penelitian ini
dan data mengenai sikap bahasa yang diperoleh peneliti. Pada bagian analisis data,
peneliti akan memaparkan analisis sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap
bahasa Indonesia dan bahasa daerah, analisis sikap bahasa mahasiswa perempuan
terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah, dan analisis perbedaan sikap bahasa
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan
bahasa daerah. Sementara itu, pada bagian pembahasan, peneliti akan membahas
hasil penelitian secara keseluruhan yang akan dikaitkan dengan teori dan hasil
penelitian yang relevan. Berikut disajikan pemaparan mengenai ketiga hal
tersebut.
4.1 Deskripsi Data
Pada bagian deskripsi data ini, peneliti akan memaparkan dua hal, yaitu
responden yang digunakan dalam penelitian dan data mengenai sikap bahasa yang
diperoleh peneliti. Berikut disajikan pemaparan mengenai kedua hal tersebut.
4.1.1 Responden Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi responden adalah mahasiswa FKIP di
Universitas Sanata Dharma mulai dari angkatan tahun 2014 sampai dengan 2016.
Namun, tidak seluruh mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma angkatan 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sampai dengan 2016 menjadi responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini, dilakukan teknik sampling, sehingga terpilih sampel yang
menjadi responden dalam penelitian ini.
Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, peneliti juga membedakan
responden menjadi mahasiswa laki-laki dan perempuan, sehingga dalam
penentuan sampel, hal ini juga turut peneliti perhatikan. Selain itu, peneliti juga
membagi jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
jumlah mahasiswa yang ada pada setiap program studi di FKIP Universitas Sanata
Dharma. Dengan demikian, sampel yang diambil untuk menjadi responden dalam
penelitian ini lebih proporsional. Berikut disajikan data yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini.
1. Jumlah Responden pada Setiap Program Studi
Responden dalam penelitian ini berjumlah 354, yang meliputi 101
mahasiswa laki-laki dan 253 mahasiswa perempuan. Jumlah responden dalam
penelitian ini berbeda-beda pada setiap program studi sesuai kriteria jumlah
penarikan sampel yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Berikut disajikan
diagram jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Jumlah Responden Mahasiswa Laki-laki
Jumlah responden mahasiswa laki-laki secara keseluruhan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 101. Namun, jumlah responden pada setiap
program studi dan setiap angkatan berbeda-beda. Berikut disajikan diagram
jumlah responden mahasiswa laki-laki pada setiap angkatan berdasarkan program
studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
5
4
3
1
2
1
3 3
7
3
2
5
4
3
2 2
1
3
2
7
3
2
5
3
2 2
1 1
3
4
6
4
2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
PBI PBSI PAK PBIO PE PFIS PMAT PSEJ PGSD BK PAK
Angkatan 2014 Angkatan 2015 Angkatan 2016
Gambar 4.1 Komposisi Responden Mahasiswa Laki-laki
pada Setiap Angkatan berdasarkan Program Studi
b. Jumlah Responden Mahasiswa Perempuan
Jumlah responden mahasiswa perempuan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 253. Jumlah responden mahasiswa perempuan dari setiap
program studi dan pada setiap angkatan berbeda-beda sesuai dengan kriteria
jumlah sampel yang telah ditentukan. Berikut disajikan diagram jumlah responden
mahasiswa perempuan pada setiap angkatan berdasarkan program studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
15
87
8
3
5
8
2
19
5
2
13
67
9
4 4
8
3
23
6
4
12
6 67
4 4
9
3
22
65
0
5
10
15
20
25
PBI PBSI PAK PBIO PE PFIS PMAT PSEJ PGSD BK PAK
Angkatan 2014 Angkatan 2015 Angkatan 2016
Gambar 4.2 Komposisi Responden Mahasiswa Perempuan
pada Setiap Angkatan berdasarkan Program Studi
2. Jumlah Responden berdasarkan Daerah Asal
Dalam penelitian ini, penentuan sampel dilakukan secara acak. Berkaitan
dengan hal ini, daerah asal dari para responden pun bersifat variatif. Berdasarkan
data dari hasil penyebaran kuesioner, responden dalam penelitian ini berasal dari
berbagai daerah di Indonesia. Berikut disajikan data daerah asal dari para
responden.
Tabel 4.1 Distribusi Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Frekuensi Daerah
Asal
Frekuensi Daerah Asal Frekuensi Daerah
Asal
Frekuensi
Tidak
Menjawab 1
Jawa Barat 2
Lubuklinggau 1
Sikka,
Wardoik 1
Adonara 1
Jawa
Tengah 4
Magelang 11
Sintang 5
Ambon 1 Jawa Timur 1 Makassar 1 Sleman 11
Atambua 7 Jayapura 2 Maluku 2 Solo 3
Bajawa 2 Jember 2 Manado 2 Sorong 3
Bali 2 Jepara 1 Manggarai 8 Sragen 1
Bandar
Lampung 1
Kalasan 1
Manokwari 1
Sukabumi 2
Bandung 2
Kalbar 12
Medan 9
Sulawesi
Selatan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Bangka
Belitung 3
Kalimantan 1
Mentawai 4
Sulsel 1
Bantul 8 Kalteng 1 Merauke 1 Sumba 3
Banyuwangi 1 Kaltim 5 Muntilan 2 Sumsel 2
Batam 2
Kapuas
Hulu 3
Nias 6
Sumut 1
Bekasi 5 Karawang 2 NTT 8 Surabaya 1
Bengkulu 2 Kebumen 2 Padang 2 Tangerang 5
Betano
Sesurai 1
Ketapang 3
Palembang 4
Tapanuli 1
Bogor 2 Klaten 18 Papua 3 Temanggung 3
Brebes 1 Kulonprogo 8 Purwokerto 2 Toraja 3
Cilacap 6 Kuningan 1 Purworejo 2 Wonosari 1
Cilegon 2 Kupang 2 Riau 3 Wonosobo 3
Ende 1 Kutai 2 Sangatta 2 Yogyakarta 55
Flores 8 Kutoarjo 1 Sanggau 1
Gunung
Kidul 4
Lampung 15
Sekadau 1
Jakarta 1 Larantuka 2 Semarang 1
Jambi 3 Lembata 4 Serang 1
Jawa 6 Lombok 1 Serui 1
3. Jumlah Responden berdasarkan Bahasa Daerah
Dalam penelitian ini, responden berasal dari berbagai daerah di Indonesia,
sehingga memungkinkan para responden memiliki bahasa daerah yang berbeda-
beda. Bahasa daerah setiap responden diketahui oleh peneliti berdasarkan data
identitas yang telah diisi oleh responden ketika mengisi kuesioner. Berdasarkan
data dari kuesioner pula, peneliti melihat bahwa ada banyak responden yang
menguasai lebih dari satu bahasa daerah. Berikut disajikan data mengenai bahasa
daerah dari para responden dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel 4.2 Distribusi Bahasa Daerah Responden
Bahasa Daerah Frekuensi Bahasa Daerah Frekuensi
Tidak Menjawab 8 Jawa (Surabaya) 1
Jawa, Sunda 1 Jawa Krama, Jawa Ngoko 1
Adonara, Lamaholot 1 Jawa Ngapak 1
Akai, Aok, Pedih, Anang, Piak,
Kituk 1
Jawa Ngapak, Dayak, Banjar 1
Ambon 1 Jawa Ngoko 2
Ambon, Muyu 1 Jawa Ngoko, Jawa Krama 5
Bahau, Benuag, Kutai, Banjar 1 Jawa, Bangka 1
Bajawa 1 Jawa, Banjar 1
Bali 1 Jawa, Banjar, Dayak 1
Bali, Makassar 1 Jawa, Banyumasan 3
Bali, Palembang, Jawa 1 Jawa, Batak 5
Bangka 1 Jawa, Batak, Bengkulu 1
Banjar 1 Jawa, Komering 2
Banyumasan 1 Jawa, Lampung 6
Basawo, Maumere 1 Jawa, Madura 1
Batak 6 Jawa, Madura, Osing 1
Batak Karo 2 Jawa, Melayu 1
Batak Karo, Batak Toba 1 Jawa, Ngapak 2
Batak Toba 1 Jawa, Osing, Madura 1
Batak, Bangka, Melayu 1 Jawa, Sunda 9
Batak, Banjar, Jawa 1 Jawa, Sunda, Betawi 1
Batak, Melayu 1 Jawa, Sunda, Melayu, Tagalog 1
Batak, Melayu, Jawa 1 Jawa, Tetun 1
Batak, Simalungun 1 Kei, Ambon 1
Betawi, Sunda, Jawa 1 Kei, Jawa, Papua 1
Biak, Merauke 1 Kei, Papua 1
Boawae 1 Kodi 1
Dawan 3
Kutai, Dayak, Banjar, NTT, Jawa,
Bugis 1
Dayak 4 Lamaholot 3
Dayak Embaloh, Dayak Iban,
Melayu Sarawak, Dayak Taman 1
Lamaholot, Atadei 1
Dayak Hulu Sekadau, Dayak
Karabat, Dayak Taman 1
Lamaholot, Lamalera 1
Dayak Iban 1
Lampung, Jawa, Jawa Ngapak,
Sunda, Batak 1
Dayak Iban, Melayu 1 Larantuka 1
Dayak Kantu'k, Dayak Iban 1 Linggau 1
Dayak Kayong, Dayak Tumbang
Titi, Dayak Serengkah, Dayak
Kebuai, Dayak Sungai Ingin,
Melayu
1
Lio
1
Dayak Lebang, Dayak Desa,
Melayu 1
Lio, Lamaholot 1
Dayak Lebang, Dayak Desa,
Melayu, Jawa, Madura 1
Lio, Sikka 2
Dayak Linoh, Dayak Keninjal 1 Maluku 1
Dayak Maanyan, Banjar 1 Manado, Sangihe 1
Dayak Soheng, Dayak Bahau, 1 Manggarai 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Dayak Bukot, Dayak Seputan,
Dayak Kaya'an
Dayak Suhaid, Dayak Iban 1
Manggarai Timur, Ruteng,
Muting 1
Dayak Tunjung, Dayak Bahau,
Dayak Kutai 1
Manokwari (Atam) 1
Dayak, Jawa 2 Melayu 2
Dayak, Jawa, Melayu 1 Melayu, Dayak 1
Dayak, Melayu 2 Melayu, Dayak Taman 1
Desa, Sebaruk, Kantuk, Melayu,
Kanaytn, Iban 1
Melayu, Jawa, Komering 1
Ende 2 Melayu, Minang, Batak 1
Hulu 1 Melayu, Minang, Jawa, Batak 1
Jambi 1 Mentawai 1
Jawa 147 Mentawai, Minang 2
Mentawai, Minang, Batak 1 Sasak 1
Minang 1 Sumba 2
Minang, Jawa, Mentawai, Nias,
Batak 1
Sunda 5
Nagekeo 1 Sunda, Betawi 1
Nageteo, Ngada (Bajawa), Mbay 1 Tetuh Teri, Dawah, Marae 1
Ngada 1 Tetun 4
Ngoko, Ngoko Alus, Krama Alus,
Krama Inggil 1
Tetun, Fehan, Timor Portu,
Bunak, Dawan 1
Nias 6 Tetun, Kemak 2
Palembang 1 Tetun, Lembata 1
Papua 2 Tetun, Mambae, Bunak 1
Ribun, Kidoh, Ahe, Melayu 1 Tetun, Timor, Maumere 1
Tombulu, Tomohon 1 Toraja, Makassar
Toraja 5 Tou, Rus, Telo, Pa, Wawe Mena 1
Tunjung, Benuaq, Kenyah, Bahau,
Aauheng, Melayu
1
4. Jumlah Responden berdasarkan B1
Berdasarkan data dari kuesioner yang telah dikumpulkan, peneliti juga
memperoleh data mengenai bahasa yang pertama kali dikuasai (B1) oleh
responden. Berikut disajikan data yang dimaksud oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Gambar 4.3 Komposisi B1 Responden
Dalam hal komposisi bahasa yang pertama kali dikuasai oleh responden,
peneliti membagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok bahasa Indonesia dan
kelompok bahasa daerah. Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat sebanyak 120
responden, yang meliputi jumlah mahasiswa laki-laki sebanyak 24 dan jumlah
mahasiswa perempuan sebanyak 96, mengaku bahwa bahasa yang pertama
dikuasai adalah bahasa Indonesia. Sementara itu, sebanyak 227 responden, yang
meliputi jumlah mahasiswa laki-laki sebanyak 74 dan jumlah mahasiswa
perempuan sebanyak 153, mengaku bahwa bahasa yang pertama kali dikuasai
adalah bahasa daerah. Namun, ada pula satu responden yang mengaku bahwa
bahasa yang pertama dikuasai adalah bahasa asing (bahasa Malaysia). Selain itu,
ada 6 responden, yang meliputi 3 mahasiswa laki-laki dan 3 mahasiswa
perempuan, tidak menyebutkan bahasa yang pertama kali dikuasainya.
120
227
Komposisi B1 Responden
Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah
Laki-laki 24 Perempuan 96
Laki-laki 74 Perempuan 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Pada bahasa yang pertama kali dikuasai oleh responden berupa bahasa
Indonesia, sebanyak 37 responden, yang meliputi jumlah mahasiswa laki-laki
sebanyak 11 dan jumlah mahasiswa perempuan sebanyak 26, mengaku memiliki
orang tua yang berbeda suku. Sementara itu, sebanyak 82 responden, yang
meliputi jumlah mahasiswa laki-laki sebanyak 13 dan jumlah mahasiswa
perempuan sebanyak 69, mengaku memiliki orang tua yang berasal dari suku
yang sama.
Untuk responden yang memiliki orang tua yang berasal dari suku yang
sama, sebanyak 43 responden, yang meliputi jumlah responden mahasiswa laki-
laki sebanyak 5 dan jumlah responden mahasiswa perempuan sebanyak 38,
mengaku memiliki tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat bahasa daerah
kedua orang tuanya. Sementara itu, sebanyak 39 responden, yang meliputi jumlah
responden mahasiswa laki-laki sebanyak 8 dan jumlah responden mahasiswa
perempuan sebanyak 31, mengaku memiliki tempat tinggal yang sama dengan
bahasa daerah kedua orang tuanya.
Pada bahasa yang pertama kali dikuasai oleh responden berupa bahasa
daerah, sebanyak 43 responden, yang meliputi jumlah mahasiswa laki-laki
sebanyak 9 dan jumlah mahasiswa perempuan sebanyak 34, mengaku memiliki
orang tua yang berbeda suku. Dalam hal ini, pilihan bahasa yang diajarkan oleh
orang tua kepada responden meliputi bahasa sang ayah, bahasa sang ibu, atau
bahasa daerah tempat mereka tinggal.
Tidak hanya berasal dari orang tua yang berbeda suku, sebanyak 184
responden, yang meliputi jumlah mahasiswa laki-laki sebanyak 65 dan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
mahasiswa perempuan sebanyak 119, mengaku memiliki orang tua yang berasal
dari suku yang sama. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti juga melihat
bahwa responden yang berasal dari orang tua yang bersuku sama dan bertempat
tinggal di tempat bahasa daerah itu berasal, cenderung memiliki bahasa daerah
yang sama dengan kedua orang tuanya. Namun, berdasarkan data responden yang
diperoleh, sebanyak 14 responden mengaku menguasai bahasa daerah orang tua
mereka, meskipun tempat tinggal mereka cukup jauh dari tempat bahasa daerah
kedua orang tuanya berasal. Sementara itu, sebanyak 4 responden mengaku tidak
menguasai bahasa daerah kedua orang tuanya, tetapi justru menguasai bahasa
daerah di tempat tinggal mereka sekarang.
Dalam penelitian ini, peneliti juga memperoleh data bahasa yang pertama
kali dikuasai oleh responden. Berikut disajikan distribusi data B1 responden
dalam penelitian ini.
Tabel 4.3 Distribusi B1 Responden
B1 Frekuensi B1 Frekuensi B1 Frekuensi B1 Frekuensi
Tidak
Menjawab 6
Dayak Hulu
Sekadau 1
Lamaholot 4
Palembang 1
Ambon 1 Dayak Iban 2 Linggau 1 Papua 1
Bajawa 2 Dayak Lebang 2 Lio 3 Ribun 1
Bali 2 Dayak Soheng 1 Malaysia 1 Sasak 1
Banjar 1 Desa 1 Maluku 1 Sikka 1
Batak 5 Ende 1 Manado 1 Sumba 1
Batak Karo 3 Hulu 1 Manggarai 8 Sunda 3
Batak Toba 1
Indonesia 119
Manokwari
(Atam) 1
Tetun 6
Bengkulu 1
Indonesia
+Inggris 1
Mbay 1
Timor 1
Betawi 1 Jawa 116 Melayu 4 Timor Leste 1
Biak 1
Jawa
Banyumasan 1
Mentawai 3
Tomohon 1
Boawae 1 Jawa Ngapak 1 Minang 1 Toraja 4
Dawan 1 Jawa Ngoko 8 Nagekeo 1 Tunjung 1
Dayak 9 Kei 1 Ngada 1 Wawe Mena 1
Dayak
Embaloh 1
Kodi 1
Nias 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4.1.2 Data Sikap Bahasa
Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data kuantitatif ini
diperoleh dari respons atau jawaban responden terhadap setiap butir pernyataan
dari kuesioner yang disebar oleh peneliti. Butir pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner berjumlah 68 pernyataan. Butir-butir pernyataan itu dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia dan butir-butir
pernyataan tentang bahasa daerah. Pilihan jawaban atau respons responden yang
terdapat dalam kuesioner berupa respons sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Dalam hal ini, setiap respons memiliki skor tersendiri.
Dalam penelitian ini, data skor yang berasal dari kuesioner yang telah diisi
oleh responden merupakan data mentah. Data mentah digunakan oleh peneliti
untuk menghitung frekuensi respons responden mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Sementara
itu, untuk memperoleh skor pada setiap respons yang sesungguhnya, dilakukan
penghitungan pada setiap butir pernyataan terlebih dahulu. Dengan demikian,
setiap skala yang berupa sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju
memiliki skor yang mungkin berbeda pada setiap butir pernyataan. Data yang
telah diolah tersebut digunakan untuk menghitung rata-rata jawaban responden
pada setiap butir pernyataan, menentukan sikap responden pada setiap aspek sikap
bahasa, menentukan sikap responden secara keseluruhan, dan menguji hipotesis
dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini pula, data yang diperoleh akan dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, aspek sikap bahasa, dan pernyataan yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
positif maupun negatif. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk membantu peneliti
dalam mengolah data.
4.2 Analisis Data
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai analisis data. Subbab ini berisi
enam hal, yaitu (1) sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia,
(2) sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia, (3) sikap
bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah, (4) sikap bahasa mahasiswa
perempuan terhadap bahasa daerah, (5) perbedaan sikap bahasa mahasiswa laki-
laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia, dan (6) perbedaan
sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan perempuan terhadap bahasa daerah. Berikut
disajikan pemaparan mengenai keenam hal tersebut.
4.2.1 Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil analisis sikap bahasa
mahasiswa laki-laki di FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap bahasa
Indonesia. Analisis dilakukan dengan menghitung frekuensi yang berupa respons
mahasiswa laki-laki FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap butir pernyataan
mengenai bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, butir pernyataan mengenai
bahasa Indonesia terdapat pada nomor 1 sampai dengan 38. Butir-butir itu akan
dikelompokkan pula berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek kognisi, aspek afeksi,
dan aspek konasi sesuai dengan aspek yang terdapat dalam sikap bahasa. Berikut
disajikan hasil penghitungan frekuensi terhadap butir-butir pernyataan mengenai
bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.2.1.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek kognisi mahasiswa laki-
laki terhadap bahasa Indonesia. Untuk melihat aspek kognisi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek kognisi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat positif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan
dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut
disajikan hasil penghitungan tersebut.
Tabel 4.4 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P10 53 52,5% 43 42,6% 4 4% 1 1% 101 100%
P11 62 61,4% 33 32,7% 6 5,9% 0 0% 101 100%
P12 33 32,7% 48 47,5% 19 18,8% 1 1% 101 100%
P17 31 30,7% 58 57,4% 10 9,9% 2 2% 101 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
P19 39 38,6% 50 49,5% 9 8,9% 2 2% 100 99%
P32 14 13,9% 51 50,5% 34 33,7% 2 2% 101 100%
P33 7 6,9% 57 56,4% 33 32,7% 4 4% 101 100%
P35 16 15,8% 51 50,5% 31 30,7% 2 2% 100 99%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 19 dan 35.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 10
yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang baik mengenai bahasa Indonesia
(lisan dan tulisan) dapat membantu saya untuk menyelesaikan kuliah”, sebanyak
53 responden atau 52,5% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 43
responden atau 42,6% responden menjawab setuju. Sebanyak 4 responden atau
4% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, 1 responden atau 1%
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (95,1%) menyetujui bahwa
pengetahuan yang baik mengenai bahasa Indonesia (lisan dan tulisan) dapat
membantu responden untuk menyelesaikan kuliah.
Pada pernyataan 11 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang baik
tentang bahasa Indonesia (lisan dan tulisan) nantinya dapat membantu saya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
memperoleh pekerjaan”, sebanyak 62 responden atau 61,4% responden menjawab
sangat setuju. Sebanyak 33 responden atau 32,7% responden menjawab setuju.
Sebanyak 6 responden atau 5,9% responden menjawab tidak setuju. Sementara
itu, tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian,
dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (94,1%)
menyetujui bahwa pengetahuan yang baik mengenai bahasa Indonesia (lisan dan
tulisan) nantinya dapat membantu responden untuk memperoleh pekerjaan.
Pada pernyataan 12 yang berupa “Menurut saya, bahasa Indonesia lebih
mudah dipelajari daripada bahasa lainnya”, sebanyak 33 responden atau 32,7%
responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 48 responden atau 47,5% responden
menjawab setuju. Sebanyak 19 responden atau 18,8% responden menjawab tidak
setuju. Sementara itu, 1 responden atau 1% responden menjawab sangat tidak
setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
laki-laki (80,2%) menyetujui bahwa bahasa Indonesia lebih mudah dipelajari
daripada bahasa lainnya.
Pada pernyataan 17 yang berupa “Bagi saya, cukup mudah menyampaikan
gagasan/ide/pendapat dengan baik saat mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam
bahasa Indonesia”, sebanyak 31 responden atau 30,7% responden menjawab
sangat setuju. Sebanyak 58 responden atau 57,4% responden menjawab setuju.
Sebanyak 10 responden atau 9,9% responden menjawab tidak setuju. Sementara
itu, sebanyak 2 responden atau 2% responden menjawab sangat tidak setuju.
Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
(88,1%) menyetujui bahwa cukup mudah menyampaikan gagasan/ide/pendapat
dengan baik saat mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan 19 yang berupa “Menurut saya, bahasa Indonesia mampu
bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini”, sebanyak 39 responden
atau 38,6% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 50 responden atau
49,5% responden menjawab setuju. Sebanyak 2 responden atau 2% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, 1 responden atau 1% responden menjawab
sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (88,1%) menyetujui bahwa bahasa Indonesia
mampu bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini.
Pada pernyataan nomor 32 yang berupa “Saya sangat menguasai adanya
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 14 responden
atau 13,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 51 responden atau
50,5% responden menjawab setuju. Sebanyak 34 atau 33,7% responden menjawab
tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 2 responden atau 2% responden menjawab
sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (64,4%) menguasai kaidah-kaidah yang berlaku
dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 33 yang berupa “Saya sangat sedikit melakukan
kesalahan ejaan pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah”, sebanyak 7 responden
atau 6,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 57 responden atau 56,4%
responden menjawab setuju. Sebanyak 33 responden atau 32,7% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 4 responden atau 4% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian
responden mahaiswa laki-laki (63,3%) mengaku sangat sedikit melakukan
kesalahan ejaan pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Pada pernyataan nomor 35 yang berupa “Saya tidak kesulitan membuat
kalimat ketika sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam bahasa Indonesia
yang baik dan benar”, sebanyak 16 responden atau 15,8% responden menjawab
sangat setuju. Sebanyak 51 responden atau 50,5% responden menjawab setuju.
Sebanyak 31 responden atau 30,7% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 2
responden atau 2% responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada
satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa sebagian responden mahasiswa laki-laki (66,3%) mengaku
tidak kesulitan dalam membuat kalimat ketika sedang mengerjakan tugas-tugas
kuliah dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat negatif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan
dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut
disajikan hasil penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Tabel 4.5 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P9 5 5% 35 34,7% 50 49,5% 11 10,9% 101 100%
P13 6 5,9% 13 12,9% 58 57,4% 23 22,8% 100 99%
P14 5 5% 11 10,9% 61 60,4% 24 23,8% 101 100%
P15 4 4% 13 12,9% 60 59,4% 24 23,8% 101 100%
P16 5 5% 14 13,9% 58 57,4% 24 23,8% 101 100%
P18 8 7,9% 17 16,8% 50 49,5% 26 25,7% 101 100%
P20 8 7,9% 34 33,7% 40 39,6% 19 18,8% 101 100%
P34 7 6,9% 40 39,6% 47 46,5% 7 6,9% 101 100%
P36 13 12,9% 43 42,6% 42 41,6% 3 3% 101 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, dapat dilihat pula bahwa ada responden yang tidak menjawab
butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner, yaitu butir 13.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 9
yang berupa “Pengetahuan saya mengenai kosakata dalam bahasa Indonesia tidak
cukup banyak”, sebanyak 11 responden atau 10,9% responden menjawab sangat
tidak setuju. Sebanyak 50 responden atau 49,5% responden menjawab tidak
setuju. Sebanyak 35 atau 34,7% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 5 responden atau 5% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden mahasiswa laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
(60,4%) mengaku memiliki cukup banyak pengetahuan mengenai kosakata dalam
bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 13 yang berupa “Saya tidak bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berbicara di depan kelas dalam bahasa Indonesia”,
sebanyak 23 responden atau 22,8% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sebanyak 58 responden atau 57,4% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak
13 responden atau 12,9% responden menjawab setuju. Sebanyak 6 responden atau
5,9% responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden
yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (80,2%) bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berbicara di depan kelas dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 14 yang berupa “Saya tidak bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berdiskusi dengan teman di kelas dalam bahasa
Indonesia”, sebanyak 24 responden atau 23,8% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 61 responden atau 60,4% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 11 responden atau 10,9% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 5 responden atau 5% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden mahasiswa laki-laki
(84,2%) mengaku bisa menyampaikan pendapat dengan baik ketika berbicara di
depan kelas dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 15 yang berupa “Saya tidak bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berbicara pada rapat organisasi/forum kepanitian di
kampus dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 24 responden atau 23,8% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 60 responden atau 59,4% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 13 responden atau 12,9% responden menjawab
setuju. Sementara itu, sebanyak 4 responden atau 4% responden menjawab sangat
setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
mahasiswa laki-laki (83,2%) mengaku bisa menyampaikan pendapat dengan baik
ketika berbicara pada saat rapat organisasi/forum kepanitian di kampus dalam
bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 16 yang berupa “Saya merasa kesulitan
menyampaikan pertanyaan/pernyataan dengan baik dalam bahasa Indonesia ketika
berbicara pada forum diskusi di kelas”, sebanyak 24 responden atau 23,8%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 58 responden atau 57,4%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 14 responden atau 13,9% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 5 responden atau 5% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (81,2%) mengaku tidak merasa kesulitan untuk
menyampaikan pertanyaan/pernyataan dengan baik dalam bahasa Indonesia ketika
berbicara pada forum diskusi di kelas.
Pada pernyataan nomor 18 yang berupa “Bagi saya tidak mudah untuk
memahami buku-buku perkuliahan dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 26
responden atau 25,7% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 50
responden atau 49,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 17 responden
atau 16,8% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 8 responden
atau 7,9% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
bahwa sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (75,2%) mengaku cukup
mudah untuk memahami buku-buku perkuliahan dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 20 yang berupa “Menurut saya, lama-kelamaan
bahasa Indonesia dapat tergantikan dengan bahasa lainnya”, sebanyak 19
responden atau 18,8% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 40
responden atau 39,6% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 34 responden
atau 33,7% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 8 responden
atau 7,9% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (58,4%) meyakini bahwa
bahasa Indonesia tidak dapat tergantikan dengan bahasa lainnya.
Pada pernyataan nomor 34 yang berupa “Pada saat mengerjakan tugas-
tugas kuliah, saya banyak menggunakan kata-kata yang tidak baku dalam bahasa
Indonesia”, sebanyak 7 responden atau 6,9% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 47 responden atau 46,5% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 40 responden atau 39,6% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 7 responden atau 6,9% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikan dapat dikatakan bahwa sebagian responden mahasiswa laki-laki (53,4%)
mengaku menggunakan kata-kata yang baku dalam bahasa Indonesia pada saat
mengerjakan tugas-tugas kuliah, sedangkan sebagian responden mahasiswa laki-
laki yang lain (46,5%) mengaku banyak menggunakan kata-kata yang tidak baku
dalam bahasa Indonesia pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Pada pernyataan nomor 36 yang berupa “Ketika berbicara di depan kelas
(presentasi, mengajukan pertanyaan, dan sebagainya), saya sering menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
kata-kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 3 responden atau
3% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 42 responden atau 41,6%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 43 responden atau 42,6% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 13 responden atau 12,9% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (55,5%) mengaku tidak sering menggunakan kata-
kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia ketika sedang berbicara di depan
kelas (presentasi, mengajukan pertanyaan, dan sebagainya).
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
dalam aspek kognisi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah
dibuat. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki
oleh responden mahasiswa laki-laki pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.6 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Kognisi
Butir Pernyataan Skor Rata-rata Kategori
P9 2,663 Baik
P10 3,465 Sangat Baik
P11 3,554 Sangat Baik
P12 3,119 Baik
P13 2,950 Baik
P14 3,030 Baik
P15 3,030 Baik
P16 3 Baik
P17 3,168 Baik
P18 2,931 Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
P19 3,228 Baik
P20 2,693 Baik
P32 2,762 Baik
P33 2,663 Baik
P34 2,535 Baik
P35 2,782 Baik
P36 2,772 Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek kognisi adalah baik dan sangat baik. Pada butir pernyataan
nomor 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 32, 33, 34, 35, dan 36, skor rata-rata
yang diperoleh mahasiswa laki-laki secara berturut-turut adalah 2,663; 3,119;
2,950; 3,030; 3,030; 3; 3,168; 2,931; 3,228; 2,693; 2;762; 2,663; 2,535; 2,782; dan
2,772. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor-skor
tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Sementara itu, pada butir pernyataan
nomor 10 dan 11, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki adalah 3,465
dan 3,554. Jika dikonversikan ke dalam skala interval, skor tersebut termasuk ke
dalam kategori sangat baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa Indonesia berdasarkan aspek kognisi. Hal ini dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa
Indonesia berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
telah dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 49.921
Std. Deviation 6.0822
Minimum 29.0
Maximum 65.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa laki-laki dari butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
berdasarkan aspek kognisi adalah 65, sedangkan skor terendah yang diperoleh
mahasiswa laki-laki adalah 29. Sementara itu, rata-rata yang didapat mahasiswa
laki-laki adalah 49,921 dengan standar deviasi sebesar 6,0822. Jika dikonversi
pada skala interval yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam
interval 48-57,5 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek
kognisi adalah baik.
4.2.1.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek afeksi mahasiswa laki-
laki terhadap bahasa Indonesia. Untuk melihat aspek afeksi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek afeksi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat positif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.8 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P7 63 62,4% 29 28,7% 8 7,9% 0 0% 100 99%
P8 55 54,5% 38 37,6% 8 7,9% 0 0% 101 100%
P23 29 28,7% 42 41,6% 27 26,7% 3 3% 101 100%
P26 17 16,8% 51 50,5% 28 27,7% 4 4% 100 99%
P27 48 47,5% 44 43,6% 8 7,9% 1 1% 101 100%
P28 55 54,5% 45 44,6% 1 1% 0 0% 101 100%
P29 31 30,7% 64 63,4% 6 5,9% 0 0% 101 100%
P30 39 38,6% 54 53,5% 8 7,9% 0 0% 101 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 7 dan 26.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 7
yang berupa “Ketika berbicara dalam forum kepanitiaan di kampus, saya lebih
senang menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 63 responden atau 62,4%
responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 29 responden atau 28,7% responden
menjawab setuju. Sebanyak 8 responden atau 7,9% responden menjawab tidak
setuju. Sementara itu, tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju.
Namun, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan
demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (91,1%)
menyetujui bahwa ketika berbicara dalam forum kepanitiaan di kampus,
responden lebih senang menggunakan bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 8 yang berupa “Ketika memberikan informasi di
grup kelas melalui aplikasi chatting, saya lebih senang menggunakan bahasa
Indonesia”, sebanyak 55 responden atau 54,5% responden menjawab sangat
setuju. Sebanyak 38 responden atau 37,6% responden menjawab setuju. Sebanyak
8 responden atau 7,9% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, tidak ada
responden yang menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (92,1%) menyetujui bahwa ketika
memberikan informasi di grup kelas melalui aplikasi chatting, responden lebih
senang menggunakan bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Pada pernyataan 23 yang berupa “Saya merasa bahasa Indonesia lebih
dapat menunjukkan kesopanan daripada bahasa lainnya”, sebanyak 29 responden
atau 28,7% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 42 responden atau
41,6% responden menjawab setuju. Sebanyak 27 responden atau 26,7% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 3 responden atau 3% responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (70,3%) menyetujui bahwa bahasa Indonesia lebih
dapat menunjukkan kesopanan daripada bahasa lainnya.
Pada pernyataan 26 yang berupa “bahasa Indonesia lebih dapat
menunjukkan prestise (wibawa) daripada bahasa asing”, sebanyak 17 responden
atau 16,8% responden menjawab setuju. Sebanyak 51 responden atau 50,5%
responden menjawab setuju. Sebanyak 28 responden atau 27,7% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 4 responden atau 4% responden menjawab
sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir
pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa laki-laki (67,3%) menyetujui bahwa bahasa Indonesia lebih dapat
menunjukkan prestise (wibawa) daripada bahasa asing.
Pada pernyataan 27 yang berupa “Saya merasa bangga bahwa bahasa
Indonesia sudah dijadikan sebagai bahasa kedua di beberapa negara”, sebanyak 48
responden atau 47,5% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 44 responden
atau 43,6% responden menjawab setuju. Sebanyak 8 responden atau 7,9%
responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, 1 responden atau 1% responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
responden mahasiswa laki-laki (91,1%) merasa bangga bahwa bahasa Indonesia
sudah dijadikan sebagai bahasa kedua di beberapa negara.
Pada pernyataan 28 yang berupa “Saya merasa bangga ketika mengetahui
bahwa banyak penutur asing yang ingin belajar bahasa Indonesia”, sebanyak 55
responden atau 54,5% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 45 responden
atau 44,6% responden menjawab setuju. Sebanyak 1 responden atau 1%
responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, tidak ada responden yang
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh
responden mahasiswa laki-laki (99,1%) merasa banggat ketika mengetahui bahwa
banyak penutur asing yang ingin belajar bahasa Indonesia.
Pada pernyataan 29 yang berupa “Bahasa Indonesia dapat menunjukkan
kemodernan”, sebanyak 31 responden atau 30,7% responden menjawab sangat
setuju. Sebanyak 64 responden atau 63,4% responden menjawab setuju. Sebanyak
6 responden atau 5,9% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, tidak ada
responden yang menjawab tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (94,1%) menyetujui bahwa bahasa
Indonesia dapat menunjukkan kemodernan.
Pada pernyataan nomor 30 yang berupa “Saya merasa lebih percaya diri
ketika berbicara di kampus dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 39 responden atau
38,6% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 54 responden atau 53,5%
responden menjawab setuju. Sebanya 8 responden atau 7,9% responden menjawab
tidak setuju. Sementara itu, tidak ada responden yang menjawab sangat tidak
setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
laki-laki (92,1%) merasa lebih percaya diri ketika berbicara di kampus dalam
bahasa Indonesia.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat negatif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.9 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P2 4 4% 13 12,9% 50 49,5% 32 31,7% 99 98%
P4 7 6,9% 36 35,6% 41 40,6% 17 16,8% 101 100%
P6 5 5% 6 5,9% 49 48,5% 41 40,6% 101 100%
P22 6 5,9% 8 7,9% 61 60,4% 25 24,8% 100 99%
P25 2 2% 5 5% 55 54,5% 39 38,6% 101 100%
P31 3 3% 11 10,9% 47 46,5% 39 38,6% 100 99%
P37 7 6,9% 18 17,8% 54 53,5% 22 21,8% 101 100%
P38 7 6,9% 54 53,5% 33 32,7% 7 6,9% 101 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 2, 22, dan 31.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 2
yang berupa “Ketika berbicara dengan teman di kampus yang berbeda suku, saya
sebenarnya kurang senang jika menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 32
responden atau 31,7% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 50
responden atau 49,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 13 responden
atau 12,9% responden menjawab setuju. Sebanyak 4 responden atau 4%
responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada dua responden yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (81,2%) lebih senang menggunakan
bahasa Indonesia ketika berbicara dengan teman di kampus yang berbeda suku.
Pada butir pernyataan nomor 4 yang berupa “Ketika berbicara dengan
teman yang sesuku di kampus, sebenarnya saya tidak senang jika menggunakan
bahasa Indonesia”, sebanyak 17 responden atau 16,8% responden menjawab
sangat tidak setuju. Sebanyak 41 responden atau 40,6% responden menjawab
tidak setuju. Sebanyak 36 responden atau 35,6% responden menjawab setuju.
Sementara itu, sebanyak 7 responden atau 6.9% responden menjawab sangat
setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
mahasiswa laki-laki (57,4%) senang menggunakan bahasa Indonesia ketika
berbicara dengan teman yang sesuku di kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pada pernyataan nomor 6 yang berupa “Ketika berbicara dalam rapat
organisasi di kampus, saya sebenarnya tidak senang jika menggunakan bahasa
Indonesia”, sebanyak 41 responden atau 40,6% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 49 atau 48,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 6
responden atau 5,9% responden menjawab setuju. Sebanyak 5 responden atau 5%
responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (89,1%) senang menggunakan
bahasa Indonesia ketika berbicara dalam rapat organisasi di kampus.
Pada pernyataan nomor 22 yang berupa “Saya tidak merasa lebih akrab
dengan teman di kampus ketika berbicara dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 25
responden atau 24,8% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 61
responden atau 60,4% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 8 responden
atau 7,9% responden menjawab setuju. Sebanyak 6 responden atau 5,9%
responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (85,2%) mengaku tetap merasa
akrab dengan teman di kampus ketika berbicara dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 25 yang berupa “Sebenarnya saya merasa kurang
bangga ketika menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan di
kampus”, sebanyak 39 responden atau 38,6% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 55 responden atau 54,5% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 5 responden atau 5% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 2 responden atau 2% responden menjawab sangat setuju. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki
(93,1%) mengaku cukup bangga ketika menggunakan bahasa Indonesia dalam
berbagai kesempatan di kampus.
Pada pernyataan nomor 31 yang berupa “Bahasa Indonesia tidak dapat
melambangkan jati diri saya”, sebanyak 39 responden atau 38,6% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 47 responden atau 46,5% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 11 responden atau 10,9% responden menjawab
setuju. Sebanyak 3 responden atau 3% responden menjawab sangat setuju.
Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden mahasiswa
laki-laki (85,1%) mengaku bahasa Indonesia dapat melambangkan jati dirinya.
Pada pernyataan nomor 37 yang berupa “Saya merasa tidak tertarik untuk
mempelajari bahasa Indonesia lebih dalam”, sebanyak 22 responden atau 21,8%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 54 responden atau 53,5%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 18 responden atau 17,8% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 7 responden atau 6,9% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (75,3%) mengaku merasa tertarik untuk
mempelajari bahasa Indonesia lebih dalam.
Pada pernyataan nomor 38 yang berupa “Secara keseluruhan, kemampuan
berbahasa Indonesia saya masih sangat kurang”, sebanyak 7 responden atau 6,9%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 33 responden atau 32,7%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 54 responden atau 53,5% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 7 responden atau 6,9% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian
responden mahasiswa laki-laki (60,4%) mengaku memiliki kemampuan berbahasa
Indonesia yang masih sangat kurang.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
berdasarkan aspek afeksi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah
dibuat. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki
oleh responden mahasiswa laki-laki pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia berdasarkan aspek afeksi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.10 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Afeksi
Butir Pernyataan Skor Rata-rata Kategori
P2 3,050 Baik
P4 2,673 Baik
P6 3,248 Baik
P7 3,515 Sangat Baik
P8 3,465 Baik
P22 3,020 Baik
P23 2,960 Baik
P25 3,297 Sangat Baik
P26 2,782 Baik
P27 3,376 Sangat Baik
P28 3,535 Sangat Baik
P29 3,248 Baik
P30 3,307 Sangat Baik
P31 3,188 Baik
P37 2,901 Baik
P38 2,396 Tidak Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek afeksi adalah sangat baik, baik, dan tidak baik. Pada butir
7, 8, 25, 27, 28, dan 30, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki secara
berturut-turut adalah 3,515; 3,465; 3,297; 3,376; 3,535; dan 3,307. Jika
dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor-skor tersebut
termasuk ke dalam kategori sangat baik. Pada butir pernyataan nomor 2, 4, 6, 22,
23, 26, 29, 31, dan 37, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki secara
berturut-turut adalah 3,050; 2,673; 3,248; 3,020; 2,960; 2,782; 3,248; 3,188; dan
2,901. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut
termasuk ke dalam kategori baik. Sementara itu, pada butir pernyataan nomor 38,
skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki adalah 2,396. Jika
dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa Indonesia berdasarkan aspek afeksi. Hal ini dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia
berdasarkan aspek afeksi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang telah
dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 49.960
Std. Deviation 5.4679
Minimum 34.0
Maximum 61.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa laki-laki dari butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
berdasarkan aspek afeksi adalah 61, sedangkan skor terendah yang diperoleh
mahasiswa laki-laki adalah 34. Sementara itu, rata-rata skor yang didapat adalah
49,960 dengan standar deviasi sebesar 5,4679. Jika dikonversi pada skala interval
yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 49-56,5
dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa
mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek afeksi adalah
baik.
4.2.1.3 Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek konasi mahasiswa laki-
laki terhadap bahasa Indonesia. Untuk melihat aspek konasi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek konasi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat positif berdasarkan aspek konasi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.12 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P1 76 75,2% 24 23,8% 1 1% 0 0% 101 100%
P3 47 46,5% 50 49,5% 3 3% 0 0% 100 99%
P5 58 57,4% 40 39,6% 3 3% 0 0% 101 100%
P21 44 43,6% 49 48,5% 5 5% 3 3% 101 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
responden yang tidak menjawab butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner,
yaitu butir pernyataan nomor 3.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 1
yang berupa “Ketika berbicara dengan dosen di kampus, saya memilih untuk
menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 76 responden atau 75,2% responden
menjawab sangat setuju. Sebanyak 24 responden atau 23,8% responden menjawab
setuju dan 1 responden atau 1% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu,
ada pula satu responden yang tidak menjawab atau merespons butir pernyataan
nomor satu ini. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden
mahasiswa laki-laki (99%) menyetujui bahwa ketika berbicara dengan dosen,
responden memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 3 yang berupa “Ketika berbicara dengan kakak
atau adik tingkat yang berbeda suku, saya memilih untuk menggunakan bahasa
Indonesia”, sebanyak 47 responden atau 46,5% responden menjawab sangat
setuju. Sebanyak 50 responden atau 49,5% responden menjawab setuju. Sebanyak
3 responden atau 3% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, tidak ada
responden yang menjawab untuk skala sangat tidak setuju. Namun, ada satu
responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat
dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (96%) menyetujui
bahwa ketika berbicara dengan kakak atau adik tingkat yang berbeda suku,
responden memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Pada pertanyaan nomor 5 yang berupa “Ketika berbicara dengan staf di
kampus, saya menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 58 responden atau
57,4% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 40 responden atau 39,6%
responden menjawab setuju. Sebanyak 3 responden atau 3% responden menjawab
tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden
mahasiswa laki-laki (97%) menyetujui bahwa ketika berbicara dengan staf di
kampus, responden menggunakan bahasa Indonesia.
Pada pernyataan 21 yang berupa “Sebagai calon guru, saya bersedia untuk
membantu pengembangan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang lebih
maju”, sebanyak 44 responden atau 43,6% responden menjawab sangat setuju.
Sebanyak 49 responden atau 48,5% responden menjawab setuju. Sebanyak 5
responden atau 5% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 3
responden atau 3% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (92,1%)
menyetujui untuk membantu pengembangan bahasa Indonesia agar menjadi
bahasa yang lebih maju.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat negatif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Tabel 4.13 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P24 1 1% 4 4% 52 51,5% 41 40,6% 98 97%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa pernyataan yang terdapat pada
kuesioner, yaitu butir nomor 24.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 24
yang berupa “Pengembangan terhadap bahasa Indonesia tidak perlu lagi
dilakukan”, sebanyak 41 responden atau 40,6% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 52 responden atau 51,5% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 4 responden atau 4% responden menjawab setuju. Sebanyak 1
responden atau 1% responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada tiga
responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat
dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki (92,1%) berpendapat
bahwa pengembangan terhadap bahasa Indonesia tetap perlu dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
dalam aspek konasi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat.
Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh
responden mahasiswa laki-laki pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia berdasarkan aspek konasi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.14 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Konasi
Butir Pernyataan Nilai Rata-rata Kategori
P1 3,743 Sangat Baik
P3 3,406 Sangat Baik
P5 3,545 Sangat Baik
P21 3,327 Sangat Baik
P24 3,257 Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek konasi adalah sangat baik. Pada butir pernyataan 1, 3, 5,
21, dan 24, skor yang diperoleh secara berturut-turut adalah 3,743; 3,406; 3,545;
3,327, dan 3,257. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat,
skor-skor tersebut termasuk ke dalam kategori sangat baik.
Selain menghitung berdasarkan setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa Indonesia berdasarkan pada aspek konasi. Hal itu dilakukan oleh
peneliti untuk melihat sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Indonesia berdasarkan aspek konasi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 17.277
Std. Deviation 1.9448
Minimum 12.0
Maximum 20.0
Berdasarkan data di atas, skor tertinggi yang diperoleh mahasiswa laki-laki
dari butir pernyataan tentang bahasa Indonesia berdasarkan aspek konasi adalah
20, sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 12. Sementara itu, rata-rata
yang didapat oleh mahasiswa laki-laki adalah 17,277. Jika dikonversi pada skala
interval yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 15,5-
17,75 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap
bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek konasi
adalah baik.
Secara keseluruhan, peneliti juga menghitung respons mahasiswa laki-laki
terhadap bahasa Indonesia. Penghitungan ini dilakukan oleh peneliti dengan
tujuan untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa
Indonesia. Berikut disajikan hasil penghitungan respons mahasiswa laki-laki
terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 117.158
Std. Error of Mean 1.1429
Median 116.000
Mode 112.0
Std. Deviation 11.4863
Variance 131.935
Skewness -.042
Std. Error of
Skewness .240
Kurtosis -.378
Std. Error of
Kurtosis .476
Range 58.0
Minimum 88.0
Maximum 146.0
Sum 11833.0
Percentiles 25 109.000
50 116.000
75 127.000
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah data yang valid
sebanyak 101 dan tidak ada data yang hilang. Selanjutnya, ukuran Skewness
adalah -0,042 dan standar error of Skewness adalah 0,24, sehingga rasio Skewness
adalah -0,175. Angka tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai Skewness dan
standar error of Skewness. Sementara itu, ukuran Kurtosis adalah -0,378 dan
standar error of Kurtosis adalah 0,476, sehingga rasio Kurtosis adalah -0,476.
Dengan demikian, dapat dikatakan data distribusi respons mahasiswa laki-laki
terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia adalah normal. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
karena rasio Skewness dan Kurtosis berada di antara -2 sampai dengan +2
(Santoso, 2014: 45).
Pada tabel di atas, dapat dilihat total skor yang diperoleh responden laki-
laki pada butir-butir pernyataan terhadap bahasa Indonesia. Total skor minimum
yang diperoleh mahasiswa laki-laki dari butir-butir pernyataan terhadap bahasa
Indonesia adalah 88. Sementara itu, total skor maksimal yang diperoleh adalah
146.
Berdasarkan data di atas pula, median pada rata-rata total skor adalah 116
dengan standar deviasi 11,4863 dan varians 131,935. Rata-rata total skor yang
diperoleh responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang
bahasa Indonesia adalah 117,158. Skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam
interval skor 116,5-132,75 yang memiliki kategori baik. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia
adalah baik.
4.2.2 Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil analisis sikap bahasa
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap bahasa
Indonesia. Analisis dilakukan dengan menghitung frekuensi yang berupa respons
mahasiswa perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap butir
pernyataan mengenai bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, butir pernyataan
mengenai bahasa Indonesia terdapat pada nomor 1 sampai dengan 38. Butir-butir
itu akan dikelompokkan pula berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek kognisi, aspek
afeksi, dan aspek konasi sesuai dengan aspek yang terdapat dalam sikap bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Berikut disajikan hasil penghitungan frekuensi terhadap butir-butir pernyataan
mengenai bahasa Indonesia.
4.2.2.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek kognisi mahasiswa
perempuan terhadap bahasa Indonesia. Untuk melihat aspek kognisi tersebut,
peneliti melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek kognisi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat positif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan
dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut
disajikan hasil penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Tabel 4.17 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P10 134 53% 108 42,7% 10 4% 1 0,4% 253 100%
P11 140 55,3% 104 41,1% 6 2,4% 2 0,8% 252 99,6%
P12 87 34,4% 131 51,8% 31 12,3% 4 1,6% 253 100%
P17 78 30,8% 154 60,9% 19 7,5% 1 0,4% 252 99,6%
P19 78 30,8% 147 58,1% 24 9,5% 2 0,8% 251 99,2%
P32 21 8,3% 128 50,6% 97 38,3% 5 2% 251 99,2%
P33 14 5,5% 132 52,2% 100 39,5% 7 2,8% 253 100%
P35 31 12,3% 147 58,1% 74 29,2% 1 0,4% 253 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden mahasiswa perempuan yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan
yang terdapat pada kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 11, 17, 19,
dan 32.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 10
yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang baik tentang bahasa Indonesia
(lisan dan tulisan) dapat membantu saya untuk menyelesaikan kuliah”, sebanyak
134 responden atau 53% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 108
responden atau 42,7% responden menjawab setuju. Sebanyak 10 responden atau
4% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 1 responden atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
0,4% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (95,7%) menyetujui bahwa
pengetahuan yang baik tentang bahasa Indonesia (lisan dan tulisan) dapat
membantu responden untuk menyelesaikan kuliah.
Pada pernyataan nomor 11 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang
baik tentang bahasa Indonesia (lisan dan tulisan) nantinya dapat membantu saya
untuk memperoleh pekerjaan”, sebanyak 140 responden atau 55,3% responden
menjawab sangat setuju. Sebanyak 104 responden atau 41,1% responden
menjawab setuju. Sebanyak 6 responden atau 2,4% responden menjawab tidak
setuju. Sebanyak 2 responden atau 0,8% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa
perempuan (96,4%) menyetujui bahwa pengetahuan yang baik tentang bahasa
Indonesia nantinya dapat membantu responden untuk memperoleh pekerjaan.
Pada pernyataan nomor 12 yang berupa “Menurut saya, bahasa Indonesia
lebih mudah dipelajari daripada bahasa lainnya”, sebanyak 87 responden atau
34,4% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 131 responden atau 51,8%
responden menjawab setuju. Sebanyak 31 responden atau 12,3% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 4 responden atau 1,6% responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa perempuan (86,2%) mengaku bahwa bahasa Indonesia lebih
mudah dipelajari daripada bahasa lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Pada pernyataan nomor 17 yang berupa “Bagi saya, cukup mudah
menyampaikan gagasan/ide/pendapat dengan baik saat mengerjakan tugas-tugas
kuliah dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 78 responden atau 30,8% responden
menjawab sangat setuju. Sebanyak 154 responden atau 60,9% responden
menjawab setuju. Sebanyak 19 responden atau 7,5% responden menjawab tidak
setuju. Sebanyak 1 responden atau 0,4% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden mahasiswa
perempuan (91,7%) mengaku cukup mudah menyampaikan gagasan/ide/pendapat
dengan baik saat mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 19 yang berupa “Menurut saya, bahasa Indonesia
mampu bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini”, sebanyak 78
responden atau 30,8% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 147
responden atau 58,1% responden menjawab setuju. Sebanyak 24 responden atau
9,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 2 responden atau 0,8%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada dua responden yang
tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian
besar responden mahasiswa perempuan (88,9%) menyetujui bahwa bahasa
Indonesia mampu bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini.
Pada pernyataan nomor 32 yang berupa “Saya sangat menguasai adanya
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 21 responden
atau 8,3% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 128 responden atau
50,6% responden menjawab setuju. Sebanyak 97 responden atau 38,3% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
menjawab tidak setuju. Sebanyak 5 responden atau 2% responden menjawab
sangat tidak setuju. Sementara itu, ada dua orang responden yang tidak menjawab
butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian
responden mahasiswa perempuan (58,9%) mengaku sangat menguasai adanya
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 33 yang berupa “Saya sangat sedikit melakukan
kesalahan ejaan pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah”, sebanyak 14
responden atau 5,5% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 132 responden
atau 52,2% responden menjawab setuju. Sebanyak 100 responden atau 39,5%
responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 7 responden atau 2,8%
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian responden mahasiswa perempuan (55,7%) mengaku sangat sedikit
melakukan kesalahan ejaan pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah, sedangkan
sebagian responden mahasiswa perempuan yang lain (42,3%) mengaku
melakukan kesalahan ejaan pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Pada pernyataan nomor 35 yang berupa “Saya tidak kesulitan membuat
kalimat ketika sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam bahasa Indonesia
yang baik dan benar”, sebanyak 31 responden atau 12,3% responden menjawab
sangat setuju. Sebanyak 147 responden atau 58,1% responden menjawab setuju.
Sebanyak 74 responden atau 29,2% responden menjawab tidak setuju. Sementara
itu, sebanyak 1 responden atau 0,4% responden menjawab sangat tidak setuju.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden mahasiswa
perempuan (70,4%) mengaku tidak mengalami kesulitan untuk membuat kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
ketika sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat negatif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan
dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut
disajikan hasil penghitungan tersebut.
Tabel 4.18 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P9 3 1,2% 61 24,1% 141 55,7% 46 18,2% 251 99,2%
P13 5 2% 22 8,7% 167 66% 58 22,9% 252 99,6%
P14 3 1,2% 20 7,9% 171 67,6% 59 23,3% 253 100%
P15 2 0,8% 24 9,5% 165 65,2% 62 24,5% 253 100%
P16 6 2,4% 27 10,7% 163 64,4% 57 22,5% 253 100%
P18 6 2,4% 36 14,2% 150 59,3% 60 23,7% 252 99,6%
P20 16 6,3% 94 37,2% 107 42,3% 35 13,8 252 99,6%
P34 12 4,7% 92 36,4% 128 50,6% 21 8,3% 253 100%
P36 12 4,7% 138 54,5% 89 35,2% 13 5,1% 252 99,6%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 9, 13, 18, 20, dan 36.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 9
yang berupa “Pengetahuan saya mengenai kosakata dalam bahasa Indonesia tidak
cukup banyak”, sebanyak 46 responden atau 18,2% responden menjawab sangat
tidak setuju. Sebanyak 141 responden atau 55,7% responden menjawab tidak
setuju. Sebanyak 61 responden atau 24,1% responden menjawab setuju. Sebanyak
3 responden atau 1,2% responden menjawab sangat setuju. Sementara, ada dua
responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat
dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan (73,9%) mengaku
memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai kosakata dalam bahasa
Indonesia.
Pada pernyataan nomor 13 yang berupa “Saya tidak bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berbicara di depan kelas dalam bahasa Indonesia”,
sebanyak 58 responden atau 22,9% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sebanyak 167 responden atau 66% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak
22 responden atau 8,7% responden menjawab setuju. Sebanyak 5 responden atau
2% responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden yang
tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian
besar responden mahasiswa perempuan (88,9%) mengaku bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berbicara di depan kelas dalam bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Pada pernyataan nomor 14 yang berupa “Saya tidak bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berdiskusi dengan teman di kelas dalam bahasa
Indonesia”, sebanyak 59 responden atau 23,3% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 171 responden atau 67,6% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 20 responden atau 7,9% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 3 responden atau 1,2% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden mahasiswa
perempuan (90,9%) mengaku bisa menyampaikan pendapat dengan baik ketika
berdiskusi dengan teman di kelas dalam bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 15 yang berupa “Saya tidak bisa menyampaikan
pendapat dengan baik ketika berbicara pada rapat organisasi/forum kepanitiaan di
kampus dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 62 responden atau 24,5% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 165 responden atau 65,2% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 24 responden atau 9,5% responden menjawab
setuju. Sementara itu, sebanyak 2 responden atau 0,8% responden menjawab
sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
mahasiswa perempuan (89,7%) mengaku bisa menyampaikan pendapat dengan
baik ketika berbicara pada rapat organisasi/forum kepanitiaan di kampus dalam
bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 16 yang berupa “Saya merasa kesulitan
menyampaikan pertanyaan/pernyataan dengan baik dalam bahasa Indonesia ketika
berbicara pada forum diskusi di kelas”, sebanyak 57 responden atau 22,5%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 163 responden atau 64,4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 27 responden atau 10,7% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 6 responden atau 2,4% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden mahasiswa perempuan (86,9%) mengaku tidak kesulitan
menyampaikan pertanyaan/pernyataan dengan baik dalam bahasa Indonesia ketika
berbicara pada forum diskusi di kelas.
Pada pernyataan nomor 18 yang berupa “Bagi saya tidak mudah untuk
memahami buku-buku perkuliahan dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 60
responden atau 23,7% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 150
responden atau 59,3% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 36 responden
atau 14,2% responden menjawab setuju. Sebanyak 6 responden atau 2,4%
responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar responden mahasiswa perempuan (83%) mengaku cukup mudah
memahami buku-buku perkuliahan dalam bahasa Indonesia.
Pada butir pernyataan nomor 20 yang berupa “Menurut saya, lama-
kelamaan bahasa Indonesia dapat tergantikan dengan bahasa lainnya”, sebanyak
35 responden atau 13,8% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 107
responden atau 42,3% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 94 responden
atau 37,2% responden menjawab setuju. Sebanyak 16 atau 6,3% responden
menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab
butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian responden
mahasiswa perempuan (56,1%) meyakini bahwa bahasa Indonesia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
tergantikan dengan bahasa lainnya, sedangkan sebagian responden mahasiswa
perempuan yang lain (43,5%) menyetujui bahwa lama-kelamaan bahasa Indonesia
dapat tergantikan dengan bahasa lainnya.
Pada pernyataan nomor 34 yang berupa “Pada saat mengerjakan tugas-
tugas kuliah, saya banyak menggunakan kata-kata yang tidak baku dalam bahasa
Indonesia”, sebanyak 21 responden atau 8,3% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 128 responden atau 50,6% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 92 responden atau 36,4% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 12 responden atau 4,7% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan
(58,9%) mengaku menggunakan kata-kata yang baku dalam bahasa Indonesia
ketika mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Pada pernyataan nomor 36 yang berupa “Ketika berbicara di depan kelas
(presentasi, mengajukan pertanyaan, dan sebagainya), saya sering menggunakan
kata-kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 13 responden atau
5,1% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 89 responden atau
35,2% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 138 responden atau 54,5%
responden menjawab setuju. Sebanyak 12 responden atau 4,7% responden
menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab
butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian responden
mahasiswa perempuan (40,3%) mengaku tidak sering menggunakan kata-kata
yang tidak baku dalam bahasa Indonesia ketika berbicara di depan kelas
(presentasi, mengajukan pertanyaan, dan sebagainya. Namun, sebagian responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
mahasiswa perempuan yang lain (59,2%) mengaku sering menggunakan kata-kata
yang tidak baku dalam bahasa Indonesia ketika berbicara di depan kelas
(presentasi, mengajukan pertanyaan, dan sebagainya).
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
dalam aspek kognisi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah
dibuat. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki
oleh responden mahasiswa perempuan pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.19 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Kognisi
Butir Pernyataan Nilai Rata-rata Kategori
P9 2,893 Baik
P10 3,482 Sangat Baik
P11 3,502 Sangat Baik
P12 3,190 Baik
P13 3,091 Baik
P14 3,130 Baik
P15 3,134 Baik
P16 3,071 Baik
P17 3,213 Baik
P18 3,036 Baik
P19 3,174 Baik
P20 2,628 Baik
P32 2,636 Baik
P33 2,605 Baik
P34 2,625 Baik
P35 2,822 Baik
P36 2,399 Tidak Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia berdasarkan setiap
butir pernyataan pada aspek kognisi adalah sangat baik, baik, dan tidak baik. Pada
butir pernyataan nomor 10 dan 11, skor rata-rata yang diperoleh adalah 3,482 dan
3,502. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut
termasuk ke dalam kategori sangat baik. Pada butir pernyataan nomor 9, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 32, 33, 34, dan 35, skor rata-rata yang diperoleh
mahasiswa perempuan secara berturut-turut adalah 2,893; 3,190; 3,091; 3,130;
3,134; 3,071; 3,213; 3,036; 3,174; 2,68; 2,636; 2,605; 2,625; dan 2,822. Jika
dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut termasuk ke
dalam kategori baik. Sementara itu, pada butir pernyataan nomor 36, skor rata-rata
yang diperoleh mahasiswa perempuan adalah 2,399. Jika dikonversikan ke dalam
skala interval yang telah dibuat, skor tersebut termasuk ke dalam kategori tidak
baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa Indonesia berdasarkan aspek kognisi. Hal ini dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa
Indonesia berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
telah dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 50.632
Std.
Deviation 5.5858
Range 30.0
Minimum 37.0
Maximum 67.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa perempuan dari butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
berdasarkan aspek kognisi adalah 67, sedangkan skor terendah yang diperoleh
mahasiswa perempuan adalah 37. Sementara itu, rata-rata skor yang didapat oleh
mahasiswa perempuan adalah 50,632 dengan standar deviasi sebesar 5,5858. Jika
dikonversi pada skala interval yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk
ke dalam interval 49-56,5 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia
berdasarkan aspek kognisi adalah baik.
4.2.2.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek afeksi mahasiswa
perempuan terhadap bahasa Indonesia. Untuk melihat aspek afeksi tersebut,
peneliti melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek afeksi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat positif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.21 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P7 150 59,3% 96 37,9% 6 2,4% 0 0% 252 99,6%
P8 124 49% 115 45,5% 12 4,7% 1 0,4% 252 99,6%
P23 78 30,8% 127 50,2% 43 17% 4 1,6% 252 99,6%
P26 53 20,9% 127 50,2% 65 25,7% 8 3,2% 253 100%
P27 116 45,8% 133 52,6% 4 1,6% 0 0% 253 100%
P28 145 57,3% 105 41,5% 3 1,2% 0 0% 253 100%
P29 82 32,4% 150 59,3% 18 7,1% 0 0% 250 98,8%
P30 92 36,4% 132 52,2% 27 10,7% 2 0,8% 253 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 7, 8, 11, 23, dan 29.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 7
yang berupa “Ketika berbicara dalam forum kepanitiaan di kampus, saya lebih
senang menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 150 responden atau 59,3%
responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 96 responden atau 37,9% responden
menjawab setuju. Sebanyak 6 responden atau 2,4% responden menjawab tidak
setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan
ini. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa
perempuan (97,2%) mengaku lebih senang menggunakan bahasa Indonesia ketika
berbicara dalam forum kepanitiaan di kampus.
Pada pernyataan nomor 8 yang berupa “Ketika memberikan informasi di
grup kelas melalui aplikasi chatting, saya lebih senang menggunakan bahasa
Indonesia”, sebanyak 124 responden atau 49% responden menjawab sangat setuju.
Sebanyak 115 responden atau 45,5% responden menjawab setuju. Sebanyak 12
responden atau 4,7% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 1 responden
atau 0,4% responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu
responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat
dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (94,5%) mengaku
lebih senang menggunakan bahasa Indonesia ketika memberikan informasi di
grup kelas melalui aplikasi chatting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Pada pernyataan nomor 23 yang berupa “Saya merasa bahasa Indonesia
lebih dapat menunjukkan kesopanan daripada bahasa lainnya”, sebanyak 78
responden atau 30,8% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 127
responden atau 50,2 responden menjawab setuju. Sebanyak 43 responden atau
17% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 4 responden atau 1,6%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang
tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian
besar responden mahasiswa perempuan (81%) mengaku bahwa bahasa Indonesia
lebih dapat menunjukkan kesopanan daripada bahasa lainnya.
Pada pernyataan nomor 26 yang berupa “Bahasa Indonesia lebih dapat
menunjukkan prestise (wibawa) daripada bahasa asing”, sebanyak 53 responden
atau 20,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 127 responden atau
50,2% responden menjawab setuju. Sebanyak 65 responden atau 25,7% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 8 responden atau 3,2% responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa perempuan (71,1%) menyetujui bahwa bahasa Indonesia
lebih dapat menunjukkan prestise (wibawa) daripada bahasa asing.
Pada pernyataan nomor 27 yang berupa “Saya merasa bangga bahwa
bahasa Indonesia sudah dijadikan bahasa kedua di beberapa negara”, sebanyak
116 responden atau 45,8% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 133
responden atau 52,6% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 4
responden atau 1,6% responden menjawab tidak setuju. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (98,4%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
merasa bangga bahwa bahasa Indonesia sudah dijadikan sebagai bahasa kedua di
beberapa negara.
Pada pernyataan nomor 28 yang berupa “Saya merasa bangga ketika
mengetahui bahwa banyak penutur asing yang ingin belajar bahasa Indonesia”,
sebanyak 145 responden atau 57,3% responden menjawab sangat setuju.
Sebanyak 105 responden atau 41,5% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 3 responden atau 1,2% responden menjawab tidak setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden mahasiswa
perempuan (98,8%) merasa bangga ketika mengetahui bahwa banyak penutur
asing yang ingin belajar bahasa Indonesia.
Pada pernyataan nomor 29 yang berupa “Bahasa Indonesia dapat
menunjukkan kemodernan”, sebanyak 82 responden atau 32,4% responden
menjawab sangat setuju. Sebanyak 150 responden atau 59,3% responden
menjawab setuju. Sebanyak 18 responden atau 7,1% responden menjawab tidak
setuju. Sementara itu, ada tiga responden yang tidak menjawab butir pernyataan
ini. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa
perempuan (91,7%) menyetujui bahwa bahasa Indonesia dapat menunjukkan
kemodernan.
Pada pernyataan nomor 30 yang berupa “Saya merasa lebih percaya diri
ketika berbicara di kampus dalam bahasa Indonesia”, sebanyak 92 responden atau
36,4% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 132 responden atau 52,2
responden menjawab setuju. Sebanyak 27 responden atau 10,7% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 2 responden atau 0,8% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa perempuan (88,6%) merasa lebih percaya diri ketika
berbicara di kampus dalam bahasa Indonesia.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat negatif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.22 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P2 3 1,2% 16 6,3% 143 56,5% 91 36% 253 100%
P4 16 6,3% 68 26,9% 134 53% 35 13,8% 253 100%
P6 4 1,6% 3 1,2% 146 57,7% 99 39,1% 252 99,6%
P22 8 3,2% 34 13,4% 150 59,3% 61 24,1% 253 100%
P25 4 1,6% 9 3,6% 117 46,2% 123 48,6% 253 100%
P31 7 2,8% 20 7,9% 131 51,8% 95 37,5% 253 100%
P37 12 4,7% 27 10,7% 133 52,6% 80 31,6% 252 99,6%
P38 16 6,3% 105 41,5% 118 46,6% 13 5,1% 252 99,6%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 6, 37, dan 38.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 2
yang berupa “Ketika berbicara dengan teman di kampus yang berbeda suku, saya
sebenarnya kurang senang jika menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 91
responden atau 36% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 143
responden atau 56,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 16 responden
atau 6,3% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 3 responden atau
1,2% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (92,5%) lebih senang
menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan teman di kampus yang
berbeda suku.
Pada pernyataan nomor 4 yang berupa “Ketika berbicara dengan teman
yang sesuku di kampus, sebenarnya saya tidak senang jika menggunakan bahasa
Indonesia”, sebanyak 35 responden atau 13,8% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 134 responden atau 53% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 68 responden atau 26,9% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 16 responden atau 6,3% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian responden mahasiswa perempuan (66,8%)
lebih senang menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan teman yang
sesuku di kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Pada pernyataan nomor 6 yang berupa “Ketika berbicara dalam rapat
organisasi di kampus, saya sebenarnya tidak senang jika menggunakan bahasa
Indonesia”, sebanyak 99 responden atau 39,1% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 146 responden atau 57,7% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 3 responden atau 1,2% responden menjawab setuju. Sebanyak 4
responden atau 1,6% responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu
responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat
dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (96,8%) mengaku
senang menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dalam rapat organisasi di
kampus.
Pada butir pernyataan nomor 22 yang berupa “Saya tidak merasa lebih
akrab dengan teman di kampus ketika berbicara dalam bahasa Indonesia”,
sebanyak 61 responden atau 24,1% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sebanyak 150 responden atau 59,3% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak
34 responden atau 13,4% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 8
responden atau 3,2% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat
dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan (83,4%) tetap dapat
merasa lebih akrab dengan teman di kampus ketika berbicara dalam bahasa
Indonesia.
Pada pernyataan nomor 25 yang berupa “Sebenarnya, saya merasa kurang
bangga ketika menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan di
kampus”, sebanyak 123 responden atau 48,6% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 117 responden atau 46,2% responden menjawab tidak setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Sebanyak 9 responden atau 3,6% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 4 responden atau 1,6% responden sangat setuju. Dengan demikian,
dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (94,8%)
mengaku merasa bangga ketika menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai
kesempatan di kampus.
Pada pernyataan nomor 31 yang berupa “Bahasa Indonesia tidak dapat
melambangkan jati diri saya”, sebanyak 95 responden atau 37,5% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 131 responden atau 51,8% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 20 responden atau 7,9% responden menjawab
setuju. Sementara itu, sebanyak 7 responden atau 2,8% responden menjawab
sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian responden mahasiswa
perempuan (89,3%) mengaku bahwa bahasa Indonesia dapat melambangkan jati
dirinya.
Pada pernyataan nomor 37 yang berupa “Saya merasa tidak tertarik untuk
mempelajari bahasa Indonesia lebih dalam”, sebanyak 80 responden atau 31,6%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 133 responden atau 52,6%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 27 responden atau 10,7% responden
menjawab setuju. Sebanyak 12 responden atau atau 4,7% responden menjawab
sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir
pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa perempuan (84,2%) mengaku merasa tertarik untuk mempelajari
bahasa Indonesia lebih dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Pada pernyataan nomor 38 yang berupa “Secara keseluruhan, kemampuan
berbahasa Indonesia saya masih sangat kurang”, sebanyak 13 responden atau
5,1% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 118 responden atau
46,6% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 105 responden atau 41,5%
responden menjawab setuju. Sebanyak 16 responden atau 6,3% responden
menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab
butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian responden
mahasiswa perempuan (51,7%) mengaku memiliki kemampuan berbahasa
Indonesia yang cukup, sedangkan sebagian responden mahasiswa perempuan
yang lain (47,8%) mengaku bahwa kemampuan berbahasa Indonesianya masih
sangat kurang.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
dalam aspek afeksi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat.
Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh
responden mahasiswa perempuan pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia berdasarkan aspek afeksi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Tabel 4.23 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Afeksi
Butir Pernyataan Nilai Rata-rata Kategori
P2 3,273 Sangat Baik
P4 2,743 Baik
P6 3,336 Sangat Baik
P7 3,557 Sangat Baik
P8 3,423 Sangat Baik
P22 3,043 Baik
P23 3,095 Baik
P25 3,419 Sangat Baik
P26 2,889 Baik
P27 3,443 Sangat Baik
P28 3,561 Sangat Baik
P29 3,217 Baik
P30 3,241 Baik
P31 3,241 Baik
P37 3,103 Baik
P38 2,498 Tidak Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia berdasarkan setiap
butir pernyataan pada aspek afeksi adalah sangat baik, baik, dan tidak baik. Pada
butir pernyataan nomor 2, 6, 7, 8, 25, 27, dan 28, skor rata-rata yang diperoleh
mahasiswa perempuan adalah 3,273; 3,336; 3,557; 3,423; 3,419; 3,443; dan 3,561.
Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut
termasuk ke dalam kategori sangat baik. Pada butir pernyataan nomor 4, 22, 23,
26, 29, 30, 31, dan 37, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan secara
berturut-turut adalah 2,743; 3,043; 3,095; 2,889; 3,217; 3,241; 3,241; dan 3,103.
Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut
termasuk ke dalam kategori baik. Sementara itu, pada butir pernyataan nomor 38,
skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan adalah 2,498. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut termasuk ke
dalam kategori tidak baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa Indonesia berdasarkan aspek afeksi. Hal ini dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui sikap yang dimiliki oleh responden mahasiswa perempuan
terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek afeksi. Berikut disajikan hasil
penghitungan yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.24 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 51.083
Std.
Deviation 5.5123
Minimum 34.0
Maximum 64.0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang
diperoleh responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pertanyaan
tentang bahasa Indonesia berdasarkan aspek afeksi adalah 68, sedangkan skor
terendahnya adalah 34. Sementara itu, rata-rata yang diperoleh responden
mahasiswa perempuan adalah 51,083 dengan standar deviasi sebesar 5,5123. Jika
dikonversi pada skala interval yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk
ke dalam interval 49-56,5 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia
berdasarkan aspek afeksi adalah baik.
4.2.2.3 Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek konasi mahasiswa
perempuan terhadap bahasa Indonesia. Untuk melihat aspek konasi tersebut,
peneliti melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek afeksi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat positif berdasarkan aspek konasi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Tabel 4.25 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P1 190 75,1% 60 23,7% 2 0,8% 1 0,4% 253 100%
P3 145 57,3% 100 39,5% 7 2,8% 1 0,4% 253 100%
P5 163 64,4% 88 34,8% 2 0,8% 0 0% 253 100%
P21 115 45,5% 132 52,2% 5 2% 0 0% 252 99,6%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner,
yaitu butir nomor 21.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada butir pernyataan
nomor 1 yang berupa “Ketika berbicara dengan dosen di kampus, saya memilih
untuk menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 190 responden atau 75,1%
responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 60 responden atau 23,7% responden
menjawab setuju. Sebanyak 2 responden atau 0,8% responden menjawab tidak
setuju. Sementara itu, sebanyak 1 responden atau 0,4% responden menjawab
sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden
mahasiswa perempuan (98,8%) memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia
ketika berbicara dengan dosen di kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Pada pernyataan nomor 3 yang berupa “Ketika berbicara dengan kakak
atau adik tingkat yang berbeda suku, saya memilih untuk menggunakan bahasa
Indonesia”, sebanyak 145 responden atau 57,3% responden menjawab sangat
setuju. Sebanyak 100 responden atau 39,5% responden menjawab setuju.
Sebanyak 7 responden atau 2,8% responden menjawab tidak setuju. Sementara
itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan
demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa perempuan
(96,8%) memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan
kakak atau adik tingkat.
Pada pernyataan nomor 5 yang berupa “Ketika berbicara dengan staf di
kampus, saya menggunakan bahasa Indonesia”, sebanyak 163 responden atau
64,4% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 88 responden atau 34,8%
responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 2 responden atau 0,8%
responden menjawab tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir
seluruh responden mahasiswa perempuan (99,2%) memilih untuk menggunakan
bahasa Indonesia ketika berbicara dengan staf di kampus.
Pada butir pernyataan nomor 21 yang berupa “Sebagai calon guru, saya
bersedia untuk membantu pengembangan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa
yang lebih maju”, sebanyak 115 responden atau 45,5% responden menjawab
sangat setuju. Sebanyak 132 responden atau 52,2% responden menjawab setuju.
Sebanyak 5 responden atau 2% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu,
ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian,
dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (97,7%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
bersedia untuk membantu pengembangan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa
yang lebih maju.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia yang bersifat negatif berdasarkan aspek konasi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.26 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P24 4 1,6% 8 3,2% 147 58,1% 94 37,2% 253 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 24
yang berupa “Pengembangan terhadap bahasa Indonesia tidak perlu lagi
dilakukan”, sebanyak 94 responden atau 37,2% responden menjawab sangat tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
setuju. Sebanyak 147 responden atau 58,1% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 8 responden atau 3,2% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 4 responden atau 1,6% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa perempuan
(95,3%) menganggap bahwa pengembangan terhadap bahasa Indonesia tetap
diperlukan.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa Indonesia
dalam aspek konasi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat.
Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh
responden mahasiswa perempuan pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
Indonesia berdasarkan aspek konasi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.27 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia berdasarkan Aspek Konasi
Butir Pernyataan Skor Rata-rata Kategori
P1 3,735 Sangat Baik
P3 3,534 Sangat Baik
P5 3,636 Sangat Baik
P21 3,423 Sangat Baik
P24 3,308 Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia berdasarkan setiap
butir pernyataan pada aspek konasi adalah sangat baik. Pada butir pernyataan
nomor 1, 3, 5, 21, dan 24, nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
secara berurutan adalah 3,735; 3,534; 3,636; 3,423; dan 3,308. Jika dikonversi ke
dalam skala interval yang telah dibuat, skor-skor tersebut merujuk pada kategori
sangat baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir tentang bahasa
Indonesia berdasarkan aspek konasi. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia
berdasarkan aspek konasi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang telah
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.28 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 17.636
Std.
Deviation 1.8393
Minimum 11.0
Maximum 20.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek konasi
adalah 20, sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 11. Sementara itu, rata-
rata skor yang didapat oleh mahasiswa perempuan adalah 17,636 dengan standar
deviasi sebesar 1,8393. Jika dikonversi pada skala interval yang telah dibuat, skor
rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 15,5-17,75 dengan kategori baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa perempuan
terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek konasi adalah baik.
Secara keseluruhan, peneliti juga menghitung respons mahasiswa
perempuan terhadap bahasa Indonesia. Tujuan dilakukannya penghitungan ini
adalah untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa
Indonesia. Berikut disajikan hasil penghitungan respons mahasiswa perempuan
terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia.
Tabel 4.29 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 119.352
Std. Error of Mean .7190
Median 119.000
Mode 113.0
Std. Deviation 11.4361
Variance 130.784
Skewness .221
Std. Error of Skewness .153
Kurtosis -.148
Std. Error of Kurtosis .305
Range 65.0
Minimum 84.0
Maximum 149.0
Sum 30196.0
Percentiles 25 111.000
50 119.000
75 127.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah data yang valid
sebanyak 253 dan tidak ada data yang hilang. Selanjutnya, ukuran Skewness
adalah 0,221 dan standar error of Skewness adalah 0,153, sehingga rasio
Skewness adalah 1,4. Angka tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai
Skewness dan standar error of Skewness. Sementara itu, ukuran Kurtosis adalah -
0,148 dan standar error of Kurtosis adalah 0,305, sehingga rasio Kurtosis adalah -
0,485. Dengan demikian, dapat dikatakan data distribusi respons mahasiswa
perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia adalah
normal. Hal ini karena rasio Skewness dan Kurtosis berada di antara -2 sampai
dengan +2 (Santoso, 2014: 45).
Pada tabel di atas, juga dapat dilihat total skor yang diperoleh responden
mahasiswa perempuan pada butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia.
Total skor minimum yang diperoleh mahasiswa perempuan dari butir-butir
pernyataan terhadap bahasa Indonesia adalah 84. Sementara itu, total skor
maksimal yang diperoleh adalah 149.
Berdasarkan data di atas, median pada rata-rata total skor adalah 119
dengan standar deviasi 11,4361 dan varians 130,784. Rata-rata total skor yang
diperoleh responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa Indonesia adalah 119,352 dengan standar eror 0,7190. Jika dilihat
pada tabel interval skor yang telah dibuat berdasarkan perhitungan Widoyoko
(2015,111), skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval skor 116,5-132,75
yang memiliki kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap
bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia adalah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
4.2.3 Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil analisis sikap bahasa
mahasiswa laki-laki di FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap bahasa daerah.
Analisis dilakukan dengan menghitung frekuensi yang berupa respons mahasiswa
laki-laki FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap butir pernyataan mengenai
bahasa daerah. Dalam penelitian ini, butir pernyataan mengenai bahasa daerah
terdapat pada nomor 39 sampai dengan 68. Butir-butir itu akan dikelompokkan
pula berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek kognisi, aspek afeksi, dan aspek konasi
sesuai dengan aspek yang terdapat dalam sikap bahasa. Berikut disajikan hasil
penghitungan frekuensi terhadap butir-butir pernyataan mengenai bahasa daerah.
4.2.3.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek kognisi mahasiswa laki-
laki terhadap bahasa daerah. Untuk melihat aspek kognisi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek kognisi
yang dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat positif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.30 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P47 9 8,9% 32 31,7% 50 49,5% 10 9,9% 101 100%
P48 12 11,9% 24 23,8% 57 56,4% 8 7,9% 101 100%
P49 7 6,9% 26 25,7% 55 54,5% 12 11,9% 100 99%
P50 7 6,9% 37 36,6% 45 44,6% 12 11,9% 101 100%
P51 8 7,9% 22 21,8% 57 56,4% 14 13,9% 101 100%
P52 12 11,9% 43 42,6% 40 39,6% 6 5,9% 101
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner,
yaitu butir pernyataan nomor 49.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 47
yang berupa “Saya merasa lebih mudah menyampaikan pendapat dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
ketika sedang berbicara dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 9 responden atau
8,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 32 responden atau 31,7%
responden menjawab setuju. Sebanyak 50 responden atau 49,5% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 10 responden atau 9,9%
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian responden mahasiswa laki-laki (59,4%) mengaku merasa tidak mudah
menyampaikan pendapat dengan baik ketika sedang berbicara dalam bahasa
daerahnya, sedangkan sebagian responden mahasiswa laki-laki yang lain (40,6%)
mengaku merasa lebih mudah menyampaikan pendapat dengan baik ketika sedang
berbicara dalam bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 48 yang berupa “Saya merasa lebih mudah
menyampaikan pertanyaan dengan baik ketika sedang berbicara dalam bahasa
daerah saya”, sebanyak 12 responden atau 11,9% responden menjawab sangat
setuju. Sebanyak 24 responden atau 23,8% responden menjawab setuju. Sebanyak
57 atau 56,4% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 8
responden atau 7,9% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian,
dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (64,3%) mengaku
tidak mudah menyampaikan pertanyaan dengan baik ketika sedang berbicara
dalam bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 49 yang berupa “Saya merasa lebih mudah
menyampaikan gagasan/ide/pendapat dengan baik ketika sedang menulis dalam
bahasa daerah saya”, sebanyak 7 responden atau 6,9% responden menjawab
sangat setuju. Sebanyak 26 responden atau 25,7% responden menjawab setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Sebanyak 55 responden atau 54,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak
12 responden atau 11,9% responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu,
ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian,
dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (66,4%) mengaku
bahwa tidak mudah menyampaikan gagasan/ide/pendapat dengan baik ketika
sedang menulis dalam bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 50 yang berupa “Saya lebih mudah menangkap
penjelasan dari seseorang yang berbicara dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 7
responden atau 6,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 37 responden
atau 36,6% responden menjawab setuju. Sebanyak 45 responden atau 44,6%
responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 12 responden atau
11,9% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat
dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (56,5%) mengaku tidak
mudah menangkap penjelasan dari seseorang yang berbicara dalam bahasa
daerahnya.
Pada pernyataan nomor 51 yang berupa “Ketika membaca, saya merasa
lebih mudah memahami teks dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 8 responden
atau 7,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 22 responden atau 21,8%
responden menjawab setuju. Sebanyak 57 responden atau 56,4% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 14 responden atau 13,9%
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (70,3%) mengaku bahwa tidak
mudah untuk memahami teks dalam bahasa daerahnya ketika membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Pada pernyataan nomor 52 yang berupa “Pengetahuan saya mengenai
kosakata dalam bahasa daerah saya cukup banyak”, sebanyak 12 responden atau
11,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 43 responden atau 42,6%
responden menjawab setuju. Sebanyak 40 responden atau 39,6% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 6 responden atau 5,9% responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (54,5%) mengaku bahwa pengetahuan mengenai
kosakata dalam bahasa daerahnya cukup banyak.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat negatif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.31 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P46 5 5% 15 14,9% 55 54,5% 26 25,7% 101 100%
P53 19 18,8% 34 33,7% 33 32,7% 15 14,9% 101 100%
P54 11 10,9% 19 18,8% 57 56,4% 14 13,9% 101 100%
P55 5 5% 12 11,9% 49 48,5% 35 34,7% 101 100%
P56 9 8,9% 26 25,7% 42 41,6% 22 21,8% 99 98%
P57 9 8,9% 22 21,8% 48 47,5% 21 20,8% 100 99%
P58 8 7,9% 40 39,6% 39 38,6% 14 13,9% 101 100%
P65 14 13,9% 46 45,5% 34 33,7% 7 6,9% 101 100%
P66 29 28,7% 56 55,4% 15 14,9% 1 1% 101 100%
P67 12 11,9% 43 42,6% 36 35,6% 10 9,9% 101 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 56 dan 57.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 46
yang berupa “Saya tidak lancar menggunakan bahasa daerah saya”, sebanyak 26
responden atau 25,7% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 55
responden atau 54,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 15 responden
atau 14,9% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 5 responden
atau 5% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (80,2%) mengaku lancar
menggunakan bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 53 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang
baik mengenai bahasa daerah (lisan dan tulisan) tidak dapat menunjukkan tingkat
pendidikan seseorang”, sebanyak 15 orang responden atau 14,9% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 33 responden atau 32,7% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 34 responden atau 33,7% responden menjawab
setuju. Sementara itu, sebanyak 19 responden atau 18,8% responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian responden mahasiswa
laki-laki (47,6%) berpendapat bahwa pengetahuan yang baik mengenai bahasa
daerah (lisan dan tulisan) dapat menunjukkan tingkat pendidikan seseorang,
sedangkan sebagian responden mahasiswa laki-laki yang lainnya (52,5%)
berpendapat sebaliknya, yaitu bahwa pengetahuan yang baik mengenai bahasa
daerah (lisan dan tulisan) tidak dapat menunjukkan tingkat pendidikan seseorang.
Pada pernyataan nomor 54 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang
baik mengenai bahasa daerah (lisan dan tulisan) tidak dapat membantu saya untuk
memperoleh pekerjaan yang baik nantinya”, sebanyak 14 responden atau 13,9%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 57 responden atau 56,4%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 19 responden atau 18,8% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 11 responden atau 10,9% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (70,3%) berpendapat bahwa pengetahuan yang
baik mengenai bahasa daerah (lisan dan tulisan) dapat membantunya untuk
memperoleh pekerjaan yang baik nantinya.
Pada pernyataan nomor 55 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan
mengenai bahasa daerah sudah tidak diperlukan, karena sudah ada bahasa
Indonesia dan bahasa asing”, sebanyak 35 responden atau 34,7% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 49 responden atau 48,5% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 12 responden atau 11,9% responden menjawab
setuju. Sementara itu, sebanyak 5 responden atau 5% responden menjawab sangat
setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
laki-laki (83,2%) berpendapat pengetahuan mengenai bahasa daerah tetap
diperlukan, walaupun sudah ada bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Pada pernyataan nomor 56 yang berupa “Menurut saya, bahasa daerah
sangat sulit dipelajari”, sebanyak 22 responden atau 21,8% responden menjawab
sangat tidak setuju. Sebanyak 42 responden atau 41,6% responden menjawab
tidak setuju. Sebanyak 26 responden atau 25,7% responden menjawab setuju.
Sebanyak 9 responden atau 8,9% responden menjawab sangat setuju. Sementara
itu, ada dua responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (63,4%)
mengaku bahwa bahasa daerah mudah dipelajari.
Pada pernyataan nomor 57 yang berupa “Menurut saya, bahasa daerah
tidak mampu bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini”, sebanyak 21
responden atau 20,8% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 48
responden atau 47,5% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 22 responden
atau 21,8% responden menjawab setuju. Sebanyak 9 responden atau 8,9%
responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu orang yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (68,3%) berpendapat bahwa bahasa daerah tetap
mampu bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini.
Pada pernyataan 58 yang berupa “Menurut saya, bahasa daerah dapat
terganti dengan bahasa lainnya”, Sebanyak 14 responden atau 13,9% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 39 responden atau 38,6% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 40 responden atau 39,6% responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
setuju. Sementara itu, sebanyak 8 responden atau 7,9% responden menjawab
sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian responden mahasiswa
laki-laki (52,5%) berpendapat bahwa bahasa daerah tidak dapat tergantikan
dengan bahasa lainnya, sedangkan sebagian responden mahasiswa laki-laki yang
lain (47,5%) berpendapat bahwa bahasa daerah dapat tergantikan dengan bahasa
lainnya.
Pada pernyataan nomor 65 yang berupa “Saya kurang menguasai adanya
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 7 responden
atau 6,9% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 34 responden atau
33,7% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 46 atau 45,5% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 14 responden atau 13,9% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (59,4%) mengaku kurang menguasai adanya
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa daerahnya, sedangkan sebagian
responden mahasiswa laki-laki yang lain (40,6%) mengaku menguasai adanya
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 66 yang berupa “Ketika berbicara menggunakan
bahasa daerah, saya sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia”,
sebanyak 1 responden atau 1% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sebanyak 15 responden atau 14,9% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak
56 responden atau 55,4% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 29
responden atau 28,7% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian,
dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (84,1%) mengaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia ketika berbicara
menggunakan bahasa daerah.
Pada pernyataan nomor 67 yang berupa “Ketika sedang berbicara dalam
bahasa daerah, saya sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa asing juga”,
sebanyak 10 responden atau 9,9% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sebanyak 36 responden atau 35,6% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak
43 atau 42,6% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 12 responden
atau 11,9% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian responden mahasiswa laki-laki (45,5%) mengaku tidak sering
memasukkan istilah-istilah dalam bahasa asing ketika sedang berbicara dalam
bahasa daerah, sedangkan sebagian responden mahasiswa laki-laki yang lain
(54,5%) mengaku sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa asing ketika
sedang berbicara dalam bahasa daerah.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah dalam
aspek kognisi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat. Hal
ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh
responden mahasiswa laki-laki pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah
berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang dilakukan
oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Tabel 4.32 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Kognisi
Butir Pernyataan Skor Rata-rata Kategori
P46 3,010 Baik
P47 2,396 Tidak Baik
P48 2,396 Tidak Baik
P49 2,257 Tidak Baik
P50 2,386 Tidak Baik
P51 2,238 Tidak Baik
P52 2,604 Baik
P53 2,436 Tidak Baik
P54 2,733 Baik
P55 3,129 Baik
P56 2,723 Baik
P57 2,782 Baik
P58 2,584 Baik
P65 2,337 Tidak Baik
P66 1,881 Tidak Baik
P67 2,436 Tidak Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek kognisi adalah baik dan tidak baik. Pada butir pernyataan
nomor 46, 52, 54, 55, 56, 57, dan 58, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa
laki-laki secara berturut-turut adalah 3,010; 2,604; 2,733; 3,129; 2,723; 2,782; dan
2,584. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor tersebut
termasuk ke dalam kategori baik. Sementara itu, pada butir pernyataan nomor 47,
48, 49, 50, 51, 53, 65, 66, dan 67, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-
laki secara berturut adalah 2,396; 2,396; 2,257; 2,386; 2,238; 2,436: 2,337; 1,881;
dan 2,436. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat, skor
tersebut termasuk ke dalam kategori tidak baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa daerah berdasarkan aspek kognisi. Hal ini dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah
berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang telah
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.33 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 40.327
Std.
Deviation 5.6870
Minimum 21.0
Maximum 57.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa laki-laki dari butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah berdasarkan
aspek kognisi adalah 57, sedangkan skor terendah yang diperoleh mahasiswa laki-
laki adalah 21. Sementara itu, rata-rata skor yang didapat oleh mahasiswa laki-laki
adalah 40,327 dengan standar deviasi sebesar 5,6870. Jika dikonversi pada skala
interval yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 39-
48 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa
mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah berdasarkan aspek kognisi adalah
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
4.2.3.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek afeksi mahasiswa laki-
laki terhadap bahasa daerah. Untuk melihat aspek afeksi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek afeksi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat positif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.34 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P39 31 30,7% 43 42,6% 21 20,8% 6 5,9% 101 100%
P41 32 31,7% 38 37,6% 26 25,7% 4 4% 100 99%
P42 42 41,6% 37 36,6% 20 19,8% 1 1% 100 99%
P60 23 22,8% 52 51,5% 20 19,8% 5 5% 100 99%
P64 30 29,7% 51 50,5% 15 14,9% 5 5% 101 100%
P68 25 24,8% 57 56,4% 15 14,9% 4 4% 101 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 41, 42, dan 60.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 39
yang berupa “Ketika berdiskusi dengan teman yang berasal dari suku yang sama,
saya lebih senang menggunakan bahasa daerah”, sebanyak 31 responden atau
30,7% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 43 responden atau 42,6%
responden menjawab setuju. Sebanyak 21 responden atau 20,8% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 6 responden atau 5,9% responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (73,3%) mengaku lebih senang menggunakan
bahasa daerah ketika berdiskusi dengan teman yang berasal dari suku yang sama.
Pada pernyataan nomor 41 yang berupa “Ketika berbicara dengan teman
yang berasal dari suku yang sama di kampus, saya lebih senang menggunakan
bahasa daerah”, sebanyak 32 responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 38
responden menjawab setuju. Sebanyak 26 responden atau 25,7% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 4 responden atau 4% responden menjawab
sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa laki-laki (69,3%) mengaku lebih senang menggunakan bahasa daerah
ketika berbicara dengan teman yang berasal dari suku yang sama di kampus.
Pada pernyataan nomor 42 yang berupa “Saya merasa lebih akrab ketika
saya berbicara dengan teman sesuku menggunakan bahasa daerah saya”, sebanyak
42 responden atau 41,6% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 37
responden atau 36,6% responden menjawab setuju. Sebanyak 20 atau 19,8%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 1 responden atau 1% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (78,2%) mengaku merasa lebih akrab ketika
berbicara dengan teman sesuku menggunakan bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 60 yang berupa “Saya merasa bangga ketika
menggunakan bahasa daerah saya dalam berbagai kesempatan di kampus”,
sebanyak 23 responden atau 22,8% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak
52 responden atau 51,5% responden menjawab setuju. Sebanyak 20 responden
atau 19,8% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 5 responden atau 5%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang
tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian
besar responden mahasiswa laki-laki (74,3%) mengaku merasa bangga ketika
menggunakan bahasa daerahnya dalam berbagai kesempatan di kampus.
Pada pernyataan nomor 64 yang berupa “Bahasa daerah saya dapat
melambangkan jati diri saya”, sebanyak 30 responden atau 29,7% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
menjawab sangat setuju. Sebanyak 51 responden atau 50,5% responden menjawab
setuju. Sebanyak 15 responden atau 14,9% responden menjawab tidak setuju.
Sementara itu, sebanyak 5 atau 5% responden menjawab sangat tidak setuju.
Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki
(80,2%) mengaku bahwa bahasa daerah dapat melambangkan jati dirinya.
Pada pernyataan nomor 68 yang berupa “Saya merasa tertarik untuk
mempelajari bahasa daerah saya lebih dalam”, sebanyak 25 responden atau 24,8%
responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 57 atau 56,4% responden menjawab
setuju. Sebanyak 15 responden atau 14,9% responden menjawab tidak setuju.
Sementara itu, sebanyak 4 responden atau 4% responden menjawab sangat tidak
setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
laki-laki (81,2%) mengaku bahwa merasa tertarik untuk mempelajari bahasa
daerahnya lebih dalam.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat negatif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Tabel 4.35 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P43 11 10,9% 18 17,8% 51 50,5% 21 20,8% 101 100%
P44 14 13,9% 22 21,8% 54 53,5% 11 10,9% 101 100%
P61 8 7,9% 14 13,9% 58 57,4% 21 20,8% 101 100%
P62 6 5,9% 19 18,8% 57 56,4% 19 18,8% 101 100%
P63 5 5% 14 13,9% 55 54,5% 25 24,8% 99 98%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner,
yaitu butir pernyataan nomor 63.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 43
yang berupa “Penggunaan bahasa daerah di kampus tidak dapat menunjukkan
kesopanan”, sebanyak 21 responden atau 20,8% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 51 responden atau 50,5% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 18 responden atau 17,8% responden menjawab setuju. Sementara itu,
sebanyak 11 responden atau 10,9% responden menjawab sangat setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (71,3%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
menganggap bahwa penggunaan bahasa daerah di kampus tetap dapat
menunjukkan kesopanan.
Pada pernyataan nomor 44 yang berupa “Ketika menyampaikan sesuatu di
dalam grup kelas melalui aplikasi chatting, saya merasa tidak senang jika ada
yang menggunakan bahasa daerah”, sebanyak 11 responden atau 10,9% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 54 responden atau 53,5% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 22 responden atau 21,8% responden menjawab
setuju. Sementara itu, sebanyak 14 responden atau 13,9% responden menjawab
sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa laki-laki (64,4%) tidak menyetujui pernyataan bahwa responden
merasa tidak senang jika ada yang menggunakan bahasa daerah ketika
menyampaikan sesuatu di dalam grup kelas melalui aplikasi chatting.
Pada pernyataan nomor 61 yang berupa “Bahasa daerah tidak dapat
menunjukkan prestise (wibawa) seseorang”, sebanyak 21 responden atau 20,8%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 58 responden atau 57,4%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 14 responden atau 13,9% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 8 responden atau 7,9% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (78,2%) berpendapat bahwa bahasa daerah dapat
menunjukkan prestise (wibawa) seseorang.
Pada pernyataan nomor 62 yang berupa “Bahasa daerah tidak dapat
menunjukkan kemodernan”, sebanyak 19 responden atau 18,8% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 57 responden atau 56,4% responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
menjawab tidak setuju. Sebanyak 19 responden atau 18,8% responden menjawab
setuju. Sementara itu, sebanyak 6 responden atau 5,9% responden menjawab
sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa laki-laki (75,2%) berpendapat bahwa bahasa daerah dapat
menunjukkan kemodernan.
Pada pernyataan nomor 63 yang berupa “Saya merasa tidak percaya diri
ketika berbicara dalam bahasa daerah”, sebanyak 25 responden atau 24,8%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 55 responden atau 54,5%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 14 responden atau 13,9% responden
menjawab setuju. Sebanyak 5 responden atau 5% responden menjawab sangat
tidak setuju. Sementara itu, ada dua responden yang tidak menjawab butir
pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa laki-laki (79,3%) mengaku merasa percaya diri ketika berbicara dalam
bahasa daerah.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah dalam
aspek afeksi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat. Hal ini
dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh responden
mahasiswa laki-laki pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah
berdasarkan aspek afeksi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang dilakukan
oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Tabel 4.36 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Afeksi
Butir Pernyataan Nilai Rata-rata Kategori
P39 2,980 Baik
P41 2,950 Baik
P42 3,168 Baik
P43 2,812 Baik
P44 2,614 Baik
P60 2,901 Baik
P61 2,911 Baik
P62 2,881 Baik
P63 2,950 Baik
P64 3,050 Baik
P68 3,020 Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek afeksi adalah baik. Dalam hal ini, semua butir pernyataan
menunjukkan rentang interval antara 2,50 sampai dengan 3,25. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah
berdasarkan pada aspek afeksi adalah baik.
Selain menghitung berdasarkan setiap butir pernyataan berdasarkan pada
aspek afeksi, peneliti juga melakukan penghitungan secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa laki-laki
terhadap bahasa daerah berdasarkan pada aspek afeksi. Beriku disajikan
penghitungan yang dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Tabel 4.37 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 32.238
Std.
Deviation 4.9642
Minimum 20.0
Maximum 44.0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang
diperoleh mahasiswa laki-laki dari butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah
berdasarkan aspek afeksi adalah 44, sedangkan skor terendah yang diperoleh
adalah 20. Sementara itu, rata-rata skor yang diperoleh adalah 32,238 dengan
standar deviasi sebesar 4,964. Jika dikonversi pada skala interval yang telah
dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 27-35,5 dengan kategori
baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa laki-laki
terhadap bahasa daerah berdasarkan aspek afeksi adalah baik.
4.2.3.3 Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek konasi mahasiswa laki-
laki terhadap bahasa daerah. Untuk melihat aspek konasi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek afeksi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat positif berdasarkan aspek konasi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.38 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daeraasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P40 8 7,9% 20 19,8% 54 53,5% 19 18,8% 101 100%
P59 25 24,8% 66 65,3% 9 8,9% 1 1% 101 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101
responden.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 40
yang berupa “Ketika berbicara dengan dosen di kampus yang berasal dari suku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
yang sama, saya lebih memilih untuk menggunakan bahasa daerah”, sebanyak 8
responden atau 7,9% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 20 responden
atau 19,8% responden menjawab setuju. Sebanyak 54 responden atau 53,5%
responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 19 responden atau
18,8% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat
dikatakan sebagian besar responden mahasiswa laki-laki (72,3%) tidak
menggunakan bahasa daerah ketika berbicara dengan dosen di kampus meskipun
berasal dari suku yang sama.
Pada pernyataan nomor 59 yang berupa “Sebagai generasi penerus, saya
bersedia untuk membantu pengembangan bahasa daerah agar tidak ketinggalan
dengan bahasa-bahasa lainnya”, sebanyak 25 responden atau 24,8% responden
menjawab sangat setuju. Sebanyak 66 responden atau 65,3% responden menjawab
setuju. Sebanyak 9 responden atau 8,9% responden menjawab tidak setuju.
Sementara itu, sebanyak 1 atau 1% responden menjawab sangat tidak setuju.
Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa laki-laki
(90,1%) mengaku bersedia untuk membantu pengembangan bahasa daerah agar
tidak ketinggalan dengan bahasa-bahasa lainnya.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat negatif berdasarkan aspek konasi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Tabel 4.39 Frekuensi Respons Mahasiswa Laki-laki terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P45 17 16,8% 41 40,6% 35 34,7% 8 7,9% 101 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir pernyataan tersebut
bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan bahwa
responden mahasiswa laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 101 responden.
Pada pernyataan nomor 45 yang berupa “Lama-kelamaan, saya semakin jarang
menggunakan bahasa daerah saya, terlebih saat di kampus”, sebanyak 8 responden
atau 7,9% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 35 responden atau
34,7% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 41 atau 40,6% responden
menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 17 responden atau 16,8% responden
menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa laki-laki (67,4%) mengaku semakin jarang menggunakan
bahasa daerahnya, terlebih saat responden berada di kampus.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah dalam
aspek kognisi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat. Hal
ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh
responden mahasiswa laki-laki pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang dilakukan
oleh peneliti.
Tabel 4.40 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Konasi
Butir Pernyataan Skor Rata-rata Kategori
P40 2,168 Tidak Baik
P45 2,337 Tidak Baik
P59 3,139 Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek konasi adalah baik. Pada butir pernyataan nomor 40, 45,
dan 59, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki secara berurutan adalah
2,901, 2,337, dan 3,139. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah
dibuat, skor tersebut termasuk ke dalam kategori baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa Indonesia berdasarkan aspek konasi. Hal ini dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa
daerah berdasarkan aspek konasi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang telah
dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Tabel 4.41 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 7.644
Std.
Deviation 1.4324
Minimum 4.0
Maximum 12.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa laki-laki dari butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah berdasarkan
aspek konasi adalah 12, sedangkan skor terendah yang diperoleh mahasiswa laki-
laki adalah 4. Sementara itu, rata-rata skor yang didapat adalah 7,644 dengan
standar deviasi sebesar 1,4324. Jika dikonversi pada skala interval yang telah
dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 6-8 dengan kategori
tidak baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa
laki-laki terhadap bahasa daerah berdasarkan aspek konasi adalah tidak baik.
Secara keseluruhan, peneliti juga menghitung respons mahasiswa laki-laki
terhadap daerah. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sikap bahasa
mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah. Berikut disajikan hasil penghitungan
respons mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Tabel 4.42 Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 101
Missing 0
Mean 80.208
Std. Error of Mean .9964
Median 80.000
Mode 78.0a
Std. Deviation 10.0133
Variance 100.266
Skewness -.039
Std. Error of
Skewness .240
Kurtosis .717
Std. Error of
Kurtosis .476
Range 56.0
Minimum 51.0
Maximum 107.0
Sum 8101.0
Percentiles 25 74.000
50 80.000
75 86.000
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah data yang valid
sebanyak 101 dan tidak ada data yang hilang. Selanjutnya, ukuran Skewness
adalah -0,039 dan standar error of Skewness adalah 0,24, sehingga rasio Skewness
adalah -0,163. Angka tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai Skewness dan
standar error of Skewness. Sementara itu, ukuran Kurtosis adalah 0,717 dan
standar error of Kurtosis adalah 0,476, sehingga rasio Kurtosis adalah 1,5. Dengan
demikian, dapat dikatakan data distribusi respons mahasiswa laki-laki terhadap
butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah adalah normal. Hal ini karena rasio
Skewness berada di antara -2 sampai dengan +2 (Santoso, 2014: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Pada tabel di atas, juga dapat dilihat total skor yang diperoleh responden
mahasiswa laki-laki pada butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah. Total skor
minimum yang diperoleh mahasiswa laki-laki dari butir-butir pernyataan terhadap
bahasa daerah adalah 51. Sementara itu, total skor maksimal yang diperoleh
adalah 107.
Berdasarkan data di atas, median pada rata-rata total skor adalah 80
dengan standar deviasi 10,013 dan varians 100,266. Sementara itu, rata-rata total
skor yang diperoleh responden mahasiswa laki-laki terhadap butir-butir
pernyataan tentang bahasa daerah adalah 80,208 dengan standar eror 0,9964. Jika
rata-rata skor tersebut dikonversikan ke dalam tabel interval skor berdasarkan
perhitungan milik Widoyoko (2015:111), skor rata-rata tersebut termasuk ke
dalam interval 74-91 yang memiliki kategori baik. Dengan demikian, dapat
dikatakan sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah adalah baik.
4.2.4 Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil analisis sikap bahasa
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap bahasa
daerah. Analisis dilakukan dengan menghitung frekuensi yang berupa respons
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap butir
pernyataan mengenai bahasa daerah. Dalam penelitian ini, butir pernyataan
mengenai bahasa daerah terdapat pada nomor 39 sampai dengan 68. Butir-butir itu
akan dikelompokkan pula berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek kognisi, aspek
afeksi, dan aspek konasi sesuai dengan aspek yang terdapat dalam sikap bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Berikut disajikan hasil penghitungan frekuensi terhadap butir-butir pernyataan
mengenai bahasa daerah.
4.2.4.1 Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek kognisi mahasiswa
perempuan terhadap bahasa daerah. Untuk melihat aspek kognisi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek kognisi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat positif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Tabel 4.43 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P47 14 5,5% 63 24,9% 157 62,1% 19 7,5% 253 100%
P48 10 4% 60 23,7% 161 63,6% 22 8,7% 253 100%
P49 9 3,6% 42 16,6% 179 70,8% 23 9,1% 253 100%
P50 9 3,6% 89 35,2% 132 55,2% 23 9,1% 253 100%
P51 8 3,2% 32 12,6% 183 72,3% 30 11,9% 253 100%
P52 18 7,1% 113 44,7% 109 43,1% 13 5,1% 253 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 47
yang berupa “Saya merasa lebih mudah menyampaikan pendapat dengan baik
ketika sedang berbicara dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 14 responden atau
5,5% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 63 responden atau 24,9%
responden menjawab setuju. Sebanyak 157 responden atau 62,1% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 19 responden atau 7,5%
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian besar responden mahasiswa perempuan (69,6%) mengaku tidak mudah
menyampaikan pendapat dengan baik ketika sedang berbicara dalam bahasa
daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Pada pernyataan nomor 48 yang berupa “Saya merasa lebih mudah
menyampaikan pertanyaan dengan baik ketika sedang berbicara dalam bahasa
daerah saya”, sebanyak 10 responden atau 4% responden menjawab sangat setuju.
Sebanyak 60 responden atau 23,7% responden menjawab setuju. Sebanyak 161
responden atau 63,6% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak
22 responden atau 8,7% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan
(72,3%) mengaku tidak mudah menyampaikan pertanyaan dengan baik ketika
sedang berbicara dalam bahasa daerahnya.
Pada pertanyaan nomor 49 yang berupa “Saya merasa lebih mudah
menyampaikan gagasan/ide/pendapat dengan baik ketika sedang menulis dalam
bahasa daerah saya”, sebanyak 9 responden atau 3,6% responden menjawab
sangat setuju. Sebanyak 42 responden atau 16,6% responden menjawab setuju.
Sebanyak 179 responden atau 70,8% responden menjawab tidak setuju. Sementara
itu, sebanyak 23 responden atau 9,1% responden menjawab sangat tidak setuju.
Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
perempuan (79,9%) mengaku tidak mudah menyampaikan gagasan/ide/pendapat
dengan baik ketika sedang menulis dalam bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 50 yang berupa “Saya lebih mudah menangkap
penjelasan dari seseorang yang berbicara dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 9
responden atau 3,6% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 89 responden
atau 35,3% responden menjawab setuju. Sebanyak 132 responden atau 52,2%
responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 23 responden atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
9,1% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian besar responden mahasiswa perempuan (61,3%) mengaku tidak mudah
juga menangkap penjelasan dari seseorang yang berbicara dalam bahasa
daerahnya.
Pada pernyataan nomor 51 yang berupa “Ketika membaca, saya merasa
lebih mudah memahami teks dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 8 responden
atau 3,2% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 32 responden atau 12,6%
responden menjawab setuju. Sebanyak 183 responden atau 72,3% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 30 responden atau 11,9%
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (84,2%) mengaku tidak mudah
memahami teks dalam bahasa daerahnya ketika membaca.
Pada pernyataan nomor 52 yang berupa “Pengetahuan saya mengenai
kosakata dalam bahasa daerah cukup banyak”, sebanyak 18 responden atau 7,1%
responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 113 responden atau 44,7%
responden menjawab setuju. Sebanyak 109 responden atau 43,1% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 13 responden atau 5,1%
responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian responden mahasiswa perempuan (51,8%) mengaku memiliki
pengetahuan yang cukup banyak mengenai bahasa daerahnya, sedangkan sebagian
responden yang lain mahasiswa perempuan (48,2%) mengaku tidak memiliki
pengetahuan yang cukup banyak mengenai bahasa daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat negatif berdasarkan aspek kognisi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.44 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Kognisi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P46 16 6,3% 59 23,3% 131 51,8% 44 17,4% 250 98,8%
P53 15 5,9% 97 38,3% 106 41,9% 33 13% 251 99,2%
P54 12 4,7% 72 28,5% 144 56,9% 24 9,5% 252 99,6%
P55 4 1,6% 26 10,3% 149 58,9% 73 28,9% 252 99,6%
P56 9 3,6% 83 32,8% 132 52,2% 27 10,7% 251 99,2%
P57 4 1,6% 54 21,3% 166 65,6% 27 10,7% 251 99,2%
P58 8 3,2% 80 31,6% 138 54,5% 26 10,3% 252 99,6%
P65 21 8,3% 129 51% 93 36,8% 7 2,8% 250 98,8%
P66 48 19% 185 73,1% 17 6,7% 2 0,8% 252 99,6%
P67 22 8,7% 117 46,2% 103 40,7% 10 4% 252 99,6%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 46, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 65, 66,
dan 67.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 46
yang berupa “Saya tidak lancar menggunakan bahasa daerah saya”, sebanyak 44
responden atau 17,4% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 131
responden atau 51,8% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 59 responden
atau 23,3% responden menjawab setuju. Sebanyak 16 responden atau 6,3%
responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada tiga responden yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa perempuan (69,2%) mengaku lancar dalam menggunakan
bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 53 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang
baik mengenai bahasa daerah (lisan dan tulisan) tidak dapat menunjukkan tingkat
pendidikan seseorang”, sebanyak 33 responden atau 13% responden menjawab
sangat tidak setuju. Sebanyak 106 responden atau 41,9% responden menjawab
tidak setuju. Sebanyak 97 responden atau 38,3% responden menjawab setuju.
Sebanyak 15 responden atau 5,9% responden menjawab sangat setuju. Sementara
itu, ada dua responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian responden mahasiswa perempuan (54,9%)
berpendapat bahwa pengetahuan yang baik mengenai bahasa daerah (lisan dan
tulisan) dapat menunjukkan tingkat pendidikan seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Pada pernyataan nomor 54 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan yang
baik mengenai bahasa daerah (lisan dan tulisan) tidak dapat membantu saya untuk
memperoleh pekerjaan yang baik nantinya”, sebanyak 24 responden atau 9,5%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 144 responden atau 56,9%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 72 responden atau 28,5% responden
menjawab setuju. Sebanyak 12 responden atau 4,7% responden menjawab sangat
tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir
pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa perempuan (66,4%) berpendapat bahwa pengetahuan yang baik
mengenai bahasa daerah (lisan dan tulisan) dapat membantunya untuk
memperoleh pekerjaan yang baik nantinya.
Pada pernyataan nomor 55 yang berupa “Menurut saya, pengetahuan
mengenai bahasa daerah sudah tidak diperlukan, karena sudah ada bahasa
Indonesia dan bahasa asing”, sebanyak 73 responden atau 28,9% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 149 responden atau 58,9% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 26 responden atau 10,3% responden menjawab
setuju. Sebanyak 4 responden atau 1,6% responden menjawab sangat setuju.
Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
perempuan (87,8%) berpendapat bahwa pengetahuan mengenai bahasa daerah
tetap diperlukan meskipun sudah ada bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Pada pernyataan nomor 56 yang berupa “Menurut saya, bahasa daerah
sangat sulit dipelajari”, sebanyak 27 responden atau 10,7% responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
sangat tidak setuju. Sebanyak 132 responden atau 52,2% responden menjawab
tidak setuju. Sebanyak 83 responden atau 32,8% responden menjawab setuju.
Sebanyak 9 responden atau 3,6% responden menjawab sangat setuju. Sementara
itu, ada dua responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan
(62,9%) berpendapat bahwa bahasa daerah cukup mudah dipelajari.
Pada pernyataan nomor 57 yang berupa “Menurut saya, bahasa daerah
tidak mampu bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini”, sebanyak 27
responden atau 10,7% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 166
responden atau 65,6% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 54 responden
atau 21,3% responden menjawab setuju. Sebanyak 4 responden atau 1,6%
responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada dua responden yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa perempuan (76,3%) berpendapat bahwa bahasa daerah
mampu bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini.
Pada pernyataan nomor 58 yang berupa “Menurut saya, bahasa daerah
dapat terganti dengan bahasa lainnya”, sebanyak 26 responden atau 10,3%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 138 responden atau 54,5%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 80 responden atau 31,6% responden
menjawab setuju. Sebanyak 8 responden atau 3,2% responden menjawab sangat
setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan
ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
perempuan (64,8%) berpendapat bahwa bahasa daerah tidak dapat tergantikan
dengan bahasa lainnya.
Pada pernyataan nomor 65 yang berupa “Saya kurang menguasai adanya
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa daerah saya”, sebanyak 7 responden
atau 2,8% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 93 responden atau
36,8% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 129 responden atau 51%
responden menjawab setuju. Sebanyak 21 responden atau 8,3% responden
menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada tiga responden yang tidak menjawab
butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa perempuan (59,3%) mengaku kurang menguasai adanya kaidah-kaidah
yang berlaku dalam bahasa daerahnya.
Pada pernyataan nomor 66 yang berupa “Ketika berbicara menggunakan
bahasa daerah, saya sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia
juga”, sebanyak 2 responden atau 0,8% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sebanyak 17 responden atau 6,7% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak
185 responden atau 73,1% responden menjawab setuju. Sebanyak 48 responden
atau 19% responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu responden
yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan
hampir seluruh responden mahasiswa perempuan (92,1%) mengaku sering
memasukkan istilah-istilah asing dalam bahasa Indonesia ketika berbicara
menggunakan bahasa daerah.
Pada pernyataan nomor 67 yang berupa “Ketika sedang berbicara
menggunakan bahasa daerah, saya sering memasukkan istilah-istilah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
bahasa asing juga”, sebanyak 10 responden atau 4% responden menjawab sangat
tidak setuju. Sebanyak 103 responden atau 40,7% responden menjawab tidak
setuju. Sebanyak 117 responden atau 46,2% responden menjawab setuju.
Sebanyak 22 responden atau 8,7% responden menjawab sangat setuju. Sementara
itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan
demikian, dapat dikatakan sebagian responden mahasiswa perempuan (54,9%)
mengaku sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa asing ketika sedang
berbicara dalam bahasa daerah.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah dalam
aspek kognisi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat. Hal
ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh
responden mahasiswa perempuan pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
daerah berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.45 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Kognisi
Butir Pernyataan Nilai Rata-rata Kategori
P46 2,779 Baik
P47 2,285 Tidak Baik
P48 2,229 Tidak Baik
P49 2,146 Tidak Baik
P50 2,332 Tidak Baik
P51 2,071 Tidak Baik
P52 2,538 Baik
P53 2,605 Baik
P54 2,704 Baik
P55 3,142 Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
P56 2,684 Baik
P57 2,838 Baik
P58 2,711 Baik
P65 2,316 Tidak Baik
P66 1,885 Tidak Baik
P67 2,391 Tidak Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek kognisi adalah baik dan tidak baik. Pada, butir pernyataan
nomor 46, 52, 53, 54, 55, 56, 57, dan 58, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa
perempuan secara berturut-turut adalah 2,779; 2,538; 2,605; 2,704; 3,142; 2,684;
2,838; dan 2,711. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat,
skor-skor tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Sementara itu, pada butir
pernyataan nomor 47, 48, 49, 50, 51, 65, 66, dan 67, skor rata-rata yang diperoleh
mahasiswa perempuan secara berturut-turut adalah 2,285; 2,229; 2,146; 2,332;
2,071; 2,316; 1,885, dan 2,391. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang
telah dibuat, skor tersebut termasuk ke dalam kategori tidak baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa daerah berdasarkan aspek kognisi. Hal ini dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah
berdasarkan aspek kognisi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang telah
dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
Tabel 4.46 Hasil Uji Statistik Aspek Kognisi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 39.656
Std. Deviation 5.0376
Minimum 23.0
Maximum 57.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa perempuan dari butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah
berdasarkan aspek kognisi adalah 57, sedangkan skor terendah yang diperoleh
mahasiswa perempuan adalah 23. Sementara itu, rata-rata skor yang didapat
adalah 39,656 dengan standar deviasi sebesar 5,0376. Jika dikonversi pada skala
interval yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 39-
48 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa
mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek kognisi
adalah baik.
4.2.4.2 Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek afeksi mahasiswa
perempuan terhadap bahasa daerah. Untuk melihat aspek afeksi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek afeksi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat positif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.47 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P39 41 16,2% 123 48,6% 79 31,2% 10 4% 253 100%
P41 41 16,2% 122 48,2% 71 28,1% 19 7,5% 253 100%
P42 52 20,6% 147 58,1% 47 18,6% 7 2,8% 253 100%
P60 27 10,7% 165 65,2% 53 20,9% 6 2,4% 251 99,2%
P64 49 19,4% 147 58,1% 51 20,2% 3 1,2% 250 98,8%
P68 48 19% 166 65,6% 34 13,4% 4 1,6% 252 99,6%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 60, 64, dan 68.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 39
yang berupa “Ketika berdiskusi dengan teman yang berasal dari suku yang sama,
saya lebih senang menggunakan bahasa daerah”, sebanyak 41 responden atau
16,2% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 123 responden atau 48,6%
responden menjawab setuju. Sebanyak 79 responden atau 31,2% responden
menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 10 responden atau 4% responden
menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
responden mahasiswa perempuan (64,8%) mengaku lebih senang menggunakan
bahasa daerah ketika berdiskusi dengan teman yang berasal dari suku yang sama.
Pada pernyataan nomor 41 yang berupa “Ketika berbicara dengan teman
yang berasal dari suku yang sama di kampus, saya lebih senang menggunakan
bahasa daerah”, sebanyak 41 responden atau 16,2% responden menjawab sangat
setuju. Sebanyak 122 responden atau 48,2% responden menjawab setuju.
Sebanyak 71 responden atau 28,1 responden menjawab tidak setuju. Sementara
itu, sebanyak 19 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian,
dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan (64,4%)
mengaku lebih senang menggunakan bahasa daerah ketika berbicara dengan
teman yang berasal dari suku yang sama di kampus.
Pada pernyataan nomor 42 yang berupa “Saya merasa lebih akrab ketika
saya berbicara dengan teman sesuku menggunakan bahasa daerah saya”, sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
52 responden atau 20,6% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 147
responden atau 58,1% responden menjawab setuju. Sebanyak 47 responden atau
18,6% responden menjawab tidak setuju. Sementara itu, sebanyak 7 responden
atau 2,8% responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat
dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan (78,7%) mengaku
merasa lebih akrab dengan teman sesuku ketika berbicara menggunakan bahasa
daerah.
Pada pernyataan nomor 60 yang berupa “Saya merasa bangga ketika
menggunakan bahasa daerah saya dalam berbagai kesempatan di kampus”,
sebanyak 27 responden atau 10,7% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak
165 responden atau 65,2% responden menjawab setuju. Sebanyak 53 responden
atau 20,9% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 6 responden atau 2,4%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada dua responden yang
tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian
besar responden mahasiswa perempuan (75,7%) mengaku merasa bangga ketika
menggunakan bahasa daerahnya dalam berbagai kesempatan di kampus.
Pada pernyataan nomor 64 yang berupa “Bahasa daerah saya dapat
melambangkan jati diri saya”, sebanyak 49 responden atau 19,4% responden
menjawab sangat setuju. Sebanyak 147 responden atau 58,1% responden
menjawab setuju. Sebanyak 51 responden atau 20,2% responden menjawab tidak
setuju. Sebanyak 3 responden atau 1,2% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sementara itu, sebanyak tiga responden tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
perempuan (77,5%) mengaku bahwa bahasa daerahnya dapat melambangkan jati
diri responden.
Pada pernyataan nomor 68 yang berupa “Saya merasa tertarik untuk
mempelajari bahasa daerah saya lebih dalam”, sebanyak 48 responden atau 19%
responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 166 responden atau 65,6%
responden menjawab setuju. Sebanyak 34 responden atau 13,4% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 4 responden atau 1,6% responden menjawab
sangat tidak setuju. Sementara itu, sebanyak satu responden tidak menjawab butir
pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa perempuan (84,6%) mengaku merasa tertarik untuk mempelajari
bahasa daerahnya lebih dalam.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat negatif berdasarkan aspek afeksi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.48 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Afeksi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P43 6 2,4% 63 24,9% 150 59,3% 33 13% 252 99,6%
P44 26 10,3% 75 29,6% 131 51,8% 20 7,9% 252 99,6%
P61 5 2% 39 15,4% 173 68,4% 35 13,8% 252 99,6%
P62 1 0,4% 44 17,4% 175 69,2% 31 12,3% 251 99,2%
P63 3 1,2% 47 18,6% 162 64% 39 15,4% 251 99,2%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 43, 44, 61, 62, dan 63.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 43
yang berupa “Penggunaan bahasa daerah di kampus tidak dapat menunjukkan
kesopanan”, sebanyak 33 responden atau 13% responden menjawab sangat tidak
setuju. Sebanyak 150 responden atau 59,3% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 63 responden atau 24,9% responden menjawab setuju. Sebanyak 6
responden atau 2,4% responden menjawab sangat setuju. Sementara itu, ada satu
responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat
dikatakan sebagian besar responden mahasiswa perempuan (72,3%) beranggapan
bahwa penggunaan bahasa daerah di kampus juga dapat menunjukkan kesopanan.
Pada pernyataan nomor 44 yang berupa “Ketika menyampaikan sesuatu di
dalam grup kelas melalui aplikasi chatting, saya merasa tidak senang jika ada
yang menggunakan bahasa daerah”, sebanyak 20 responden atau 7,9% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 131 responden atau 51,8% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 75 responden atau 29,6% responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
setuju. Sebanyak 26 responden atau 10,3% responden menjawab sangat setuju.
Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
perempuan (59,7%) mengaku tidak masalah jika ada yang menggunakan bahasa
daerah ketika menyampaikan sesuatu di dalam grup kelas melalui aplikasi
chatting.
Pada pernyataan nomor 61 yang berupa “Bahasa daerah tidak dapat
menunjukkan prestise (wibawa) seseorang”, sebanyak 35 responden atau 13,8%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 173 responden atau 68,4%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 39 responden atau 15,4% responden
menjawab setuju. Sebanyak 5 responden atau 2% responden menjawab sangat
tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir
pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden
mahasiswa perempuan (82,2%) berpendapat bahwa bahasa daerah dapat
menunjukkan prestise (wibawa) seseorang.
Pada pernyataan nomor 62 yang berupa “Bahasa daerah tidak dapat
menunjukkan kemodernan”, sebanyak 31 responden atau 12,3% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 175 responden atau 69,2% responden
menjawab tidak setuju. Sebanyak 44 responden atau 17,4% responden menjawab
setuju. Sebanyak 1 responden atau 0,4% responden menjawab sangat setuju.
Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
perempuan (81,5%) berpendapat bahwa bahasa daerah tetap dapat menunjukkan
kemodernan.
Pada pernyataan nomor 63 yang berupa “Saya merasa tidak percaya diri
ketika berbicara dalam bahasa daerah”, sebanyak 39 responden atau 15,4%
responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 162 responden atau 64%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 47 responden atau 18,6% responden
menjawab setuju. Sebanyak 3 responden atau 1,2% responden menjawab sangat
setuju. Sementara itu, ada dua responden yang tidak menjawab butir pernyataan
ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar responden mahasiswa
perempuan (79,4%) mengaku merasa percaya diri ketika berbicara dalam bahasa
daerah.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah dalam
aspek afeksi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat. Hal ini
dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh responden
mahasiswa perempuan pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah
berdasarkan aspek afeksi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang dilakukan
oleh peneliti.
Tabel 4.49 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Afeksi
Butir Pernyataan Nilai Rata-rata Kategori
P39 2,771 Baik
P41 2,731 Baik
P42 2,964 Baik
P43 2,882 Baik
P44 2,565 Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
P60 2,826 Baik
P61 2,933 Baik
P62 2,917 Baik
P63 2,921 Baik
P64 2,933 Baik
P68 3,012 Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek afeksi adalah baik. Hal ini karena seluruh butir pernyataan
di atas menunjukkan kategori skala baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan pada butir-butir pernyataan tentang
bahasa Indonesia berdasarkan aspek afeksi. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk
melihat sikap responden mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia
berdasarkan aspek afeksi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang dilakukan
oleh peneliti.
Tabel 4.50 Hasil Uji Statistik Aspek Afeksi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 31.395
Std.
Deviation 4.3088
Range 33.0
Minimum 10.0
Maximum 43.0
Berdasarkan tabel di atas, skor tertinggi yang diperoleh mahasiswa
perempuan dari butir-butir pernyataan tentang bahasa Indonesia berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
aspek afeksi adalah 43, sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 10.
Sementara itu, rata-rata skor yang didapat adalah 31,395. Jika dikonversi pada
skala interval yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval
27-35,5 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap
bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah berdasarkan aspek afeksi
adalah baik.
4.2.4.3 Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai aspek konasi mahasiswa
perempuan terhadap bahasa daerah. Untuk melihat aspek konasi tersebut, peneliti
melakukan penghitungan frekuensi jawaban responden pada setiap butir
pernyataan, menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan, dan mengonversi
nilai rata-rata pada skala konversi yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
penghitungan milik Widoyoko (2015:111). Selain itu, karena dalam kuesioner
yang telah dibuat terdapat butir pernyataan yang bersifat positif dan negatif, pada
bagian ini analisis frekuensi kedua kelompok butir pernyataan tersebut juga akan
disajikan secara terpisah. Berikut disajikan hasil analisis terhadap aspek konasi
yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Butir Pernyataan Positif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat positif berdasarkan aspek konasi. Penghitungan dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
Tabel 4.51 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Positif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
4 3 2 1
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P40 7 2,8% 25 9,9% 164 64,8% 56 22,1% 252 99,6%
P59 64 25,3% 167 66% 19 7,5% 2 0,8% 252 99,6%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat tidak setuju, skor 2
merujuk pada skala tidak setuju, skor 3 merujuk pada skala setuju, sedangkan skor
4 merujuk pada skala sangat setuju. Tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden. Namun, pada tabel frekuensi di atas, juga dapat dilihat bahwa ada
responden yang tidak menjawab beberapa butir pernyataan yang terdapat pada
kuesioner. Beberapa butir pernyataan itu adalah 40 dan 59.
Berdasarkan tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi jawaban
setiap skala pada setiap butir pernyataan berbeda-beda. Pada pernyataan nomor 40
yang berupa “Ketika berbicara dengan dosen di kampus yang berasal dari suku
yang sama, saya lebih memilih untuk menggunakan bahasa daerah”, sebanyak 7
responden atau 2,8% responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 25 responden
atau 9,9% responden menjawab setuju. Sebanyak 164 responden atau 64,8%
responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 56 responden atau 22,1% responden
menjawab sangat tidak setuju. Sementara itu, ada satu responden yang tidak
menjawab butir pernyataan ini. Dengan demikian, dapat dikatakan sebagian besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
responden mahasiswa perempuan (86,9%) mengaku tidak memilih untuk
menggunakan bahasa daerah ketika berbicara dengan dosen di kampus, walaupun
berasal dari suku yang sama.
Pada pernyataan nomor 59 yang berupa “Sebagai generasi penerus, saya
bersedia untuk membantu pengembangan bahasa daerah agar tidak ketinggalan
dengan bahasa-bahasa lainnya”, sebanyak 64 responden atau 25,3% responden
menjawab sangat setuju. Sebanyak 167 responden atau 66% responden menjawab
setuju. Sebanyak 19 responden atau 7,5% responden menjawab tidak setuju.
Sebanyak 2 responden atau 0,8% responden menjawab sangat tidak setuju.
Sementara itu, ada satu responden yang tidak menjawab butir pernyataan ini.
Dengan demikian, dapat dikatakan hampir seluruh responden mahasiswa
perempuan (91,3%) mengaku bersedia membantu pengembangan bahasa daerah
agar tidak ketinggalan dengan bahasa-bahasa lainnya.
2. Analisis Butir Pernyataan Negatif
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penghitungan frekuensi respons
responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa
daerah yang bersifat negatif berdasarkan aspek konasi. Penghitungan dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Berikut disajikan hasil
penghitungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
Tabel 4.52 Frekuensi Respons Mahasiswa Perempuan terhadap Butir
Pernyataan Negatif tentang Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Konasi
Butir
Pernyataan
Skala Total
1 2 3 4
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
P45 24 9,5% 122 48,2% 90 35,6% 17 6,7% 253 100%
Pada tabel di atas, skor 1 merujuk pada skala sangat setuju, skor 2 merujuk
pada skala setuju, skor 3 merujuk pada skala tidak setuju, sedangkan skor 4
merujuk pada skala sangat tidak setuju. Hal ini karena butir-butir pernyataan
tersebut bersifat negatif. Selain itu, tabel frekuensi di atas juga menunjukkan
bahwa responden mahasiswa perempuan dalam penelitian ini berjumlah 253
responden.
Pada pernyataan nomor 45 yang berupa “Lama-kelamaan saya semakin
jarang menggunakan bahasa daerah saya, terlebih saat di kampus”, sebanyak 17
responden atau 6,7% responden menjawab sangat tidak setuju. Sebanyak 90
responden atau 35,6% responden menjawab tidak setuju. Sebanyak 122 responden
atau 48,2% responden menjawab setuju. Sementara itu, sebanyak 24 responden
atau 9,5% responden menjawab sangat setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan
sebagian responden mahasiswa perempuan (57,7%) mengaku semakin jarang
menggunakan bahasa daerahnya, terlebih saat di kampus.
Berdasarkan penghitungan frekuensi di atas, peneliti melakukan
penghitungan rata-rata pada setiap butir pernyataan tentang bahasa daerah dalam
aspek konasi dan melakukan konversi pada skala interval yang telah dibuat. Hal
ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat kategori sikap yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
responden mahasiswa perempuan pada setiap butir pernyataan tentang bahasa
daerah berdasarkan aspek konasi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.53 Kategori Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah berdasarkan Aspek Konasi
Butir Pernyataan Skor Rata-rata Kategori
P40 1,925 Tidak Baik
P45 2,395 Tidak Baik
P59 3,150 Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kategori yang dimiliki
responden mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah berdasarkan setiap butir
pernyataan pada aspek konasi adalah baik dan tidak baik. Pada butir pernyataan
nomor 59, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan secara berturut-
turut adalah 3,150. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah dibuat,
skor-skor tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Sementara itu, pada butir
pernyataan nomor 40 dan 45, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan
adalah 1,925 dan 2,395. Jika dikonversikan ke dalam skala interval yang telah
dibuat, skor tersebut termasuk ke dalam kategori tidak baik.
Selain melakukan penghitungan pada setiap butir pernyataan, peneliti juga
melakukan penghitungan secara keseluruhan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa daerah berdasarkan aspek konasi. Hal ini dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah
berdasarkan aspek konasi. Berikut disajikan hasil penghitungan yang dilakukan
oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Tabel 4.54 Hasil Uji Statistik Aspek Konasi Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 7.470
Std. Deviation 1.1633
Minimum 4.0
Maximum 11.0
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh
mahasiswa perempuan dari butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah
berdasarkan aspek konasi adalah 11, sedangkan skor terendah yang diperoleh
mahasiswa perempuan adalah 4. Sementara itu, rata-rata skor yang didapat adalah
7,470 dengan standar deviasi sebesar 1,1633. Jika dikonversi pada skala interval
yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 6-8 dengan
kategori tidak baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa
mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah berdasarkan aspek konasi adalah
tidak baik.
Secara keseluruhan, peneliti juga menghitung respons mahasiswa
perempuan terhadap daerah. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah. Berikut disajikan
hasil penghitungan respons mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
Tabel 4.55 Hasil Uji Statistik Sikap Bahasa Mahasiswa Perempuan
terhadap Bahasa Daerah
TOTAL
N Valid 253
Missing 0
Mean 78.522
Std. Error of Mean .5619
Median 78.000
Mode 81.0
Std. Deviation 8.9383
Variance 79.893
Skewness .068
Std. Error of
Skewness .153
Kurtosis 2.432
Std. Error of
Kurtosis .305
Range 68.0
Minimum 40.0
Maximum 108.0
Sum 19866.0
Percentiles 25 73.000
50 78.000
75 83.000
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah data yang valid
sebanyak 253 dan tidak ada data yang hilang. Selanjutnya, ukuran Skewness
adalah 0,068 dan standar error of Skewness adalah 0,153, sehingga rasio
Skewness adalah 0,44. Angka tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai
Skewness dan standar error of Skewness. Sementara itu, ukuran Kurtosis adalah
3,432 dan standar error of Kurtosis adalah 0,305, sehingga rasio Kurtosis adalah
7,97. Dengan demikian, dapat dikatakan data distribusi respons mahasiswa
perempuan terhadap butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah adalah normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
berdasarkan rasio Skewness. Hal ini karena rasio Skewness berada di antara -2
sampai dengan +2 (Santoso, 2014:5).
Pada tabel di atas juga dapat dilihat total skor yang diperoleh responden
mahasiswa perempuan pada butir-butir pernyataan tentang bahasa daerah. Total
skor minimum yang diperoleh mahasiswa perempuan dari butir-butir pernyataan
terhadap bahasa daerah adalah 39. Sementara itu, total skor maksimal yang
diperoleh adalah 109.
Berdasarkan data di atas pula, median pada rata-rata total skor adalah 84
dengan standar deviasi 8,79 dan varians 77,376. Rata-rata total skor yang
diperoleh responden mahasiswa perempuan terhadap butir-butir pernyataan
tentang bahasa daerah adalah 83,403 dengan standar eror 0,5530. Jika
dikonversikan pada tabel konversi yang telah dibuat berdasarkan perhitungan
Widoyoko (2015,11), skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam interval 74,2-91,7
yang berarti baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa
mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah adalah baik.
4.2.5 Pengujian Perbedaan Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah
Selain melakukan penghitungan statistic deskriptif untuk mendapat nilai
frekuensi yang diperoleh pada setiap butir pernyataan dan rata-rata respons
mahasiswa laki serta mahasiswa perempuan, peneliti juga melakukan analisis
komparatif. Analisis komparatif atau analisis perbedaan adalah suatu analisis yang
digunakan untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel (data) atau lebih
(Siregar, 2017:234).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
Analisis komparatif yang digunakan adalah analisis komparatif untuk dua
sampel. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji-t dua sampel dengan
menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistic 22. Penggunaan uji-t dua
sampel ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat apakah ada perbedaan sikap
bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, baik terhadap
bahasa Indonesia maupun daerah. Berikut akan disajikan hasil penghitungan
menggunakan uji-t dua sampel yang dilakukan oleh peneliti.
1. Pengujian Perbedaan Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Mahasiswa
Perempuan terhadap Bahasa Indonesia
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil pengujian perbedaan sikap bahasa
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia yang
dilakukan dengan uji-t dua sampel pada software IBM SPSS Statistic 22. Namun,
sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu hipotesis dalam penelitian ini
mengenai sikap bahasa mahasiswa laki dan mahasiswa perempuan terhadap
bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
Ha1 : ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa Indonesia.
Ho1 : Tidak ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
terhadap bahasa Indonesia.
Secara statistik, hipotesis tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Ha1 : μ1 ≠ μ2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
Ho1 : μ1 = μ2
Kriteria pengujian dalam penelitian dilakukan dengan melihat angka
probabilitas. Jika probabilitas (sig) > 0,05, Ho diterima. Sementara itu, jika
probabilitas (sig) < 0,05, Ho ditolak. Berikut disajikan hasil pengujian yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.56 Statisik Sikap Bahasa Mahasiswa terhadap Bahasa Indonesia
Group Statistics
JENIS KELAMIN N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
TOTAL L 101 105.812 12.1678 1.2107
P 253 108.289 11.8248 .7434
Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden dalam penelitian ini adalah
sebanyak 354, yang meliputi jumlah responden laki-laki sebanyak 101 dan jumlah
responden mahasiswa perempuan sebanyak 253. Rata-rata skor responden laki-
laki adalah 105,812 dengan standar deviasi sebesar 12,1678, sedangkan rata-rata
skor responden perempuan adalah 108,289 dengan standar deviasi sebesar
11,8248. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa responden perempuan memiliki
rata-rata skor yang lebih tinggi daripada laki-laki. Perbedaan rata-rata skor antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, yaitu sebesar 2,477.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
Tabel 4.57 Uji T Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
TOTAL Equal
variances
assumed .216 .642 -1.765 352 .078 -2.4767 1.4034 -5.2367 .2834
Equal
variances
not
assumed
-1.743 179.494 .083 -2.4767 1.4208 -5.2802 .3269
Berdasarkan tabel uji sampel independen di atas, nilai signifikansi adalah
0,642. Karena nilai signifikansi 0,642 yang berarti lebih besar daripada 0,05,
dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan varians data sikap bahasa antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Artinya, data dalam penelitian ini bersifat
homogen. Dengan demikian, karena data bersifat homogen, peneliti menggunakan
data yang ada pada lajur equal variance assumed.
Dalam pengujian tentang bahasa Indonesia ini, harga t yang diperoleh
adalah -1,765 dengan signifikansi (2 tailed) atau p-value = 0,078/2 = 0,039. Hal
ini berarti bahwa 0,039 < 0,05 atau Ho1 ditolak. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa
Indonesia. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa sikap bahasa mahasiswa
perempuan terhadap bahasa Indonesia lebih tinggi atau positif jika dibandingkan
dengan sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
Untuk melihat letak perbedaan sikap terhadap bahasa Indonesia antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, peneliti kemudian melakukan
penghitungan berdasarkan pada setiap aspek. Dalam hal ini, aspek yang dimaksud
adalah aspek kognisi, aspek afeksi, dan aspek konasi. Berikut disajikan hasil
penghitungan yang telah dilakukan.
(1) Aspek Kognisi
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil penghitungan
menggunakan uji-t dua sampel independen terhadap aspek kognisi tentang bahasa
Indonesia. Dalam hal ini, hipotesis yang digunakan adalah sama dengan hipotesis
sikap terhadap bahasa Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Berikut disajikan hasil penghitungan tersebut.
Tabel 4.58 Statisik Aspek Kognisi Mahasiswa terhadap Bahasa Indonesia
Group Statistics
JENIS
KELAMIN N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
TOTAL L 101 47.921 6.3792 .6347
P 253 48.838 5.7956 .3644
Berdasarkan tabel di atas, penghitungan dilakukan dengan jumlah
responden mahasiswa laki-laki sebanyak 101, sedangkan jumlah responden
mahasiswa perempuan sebanyak 253. Rata-rata skor responden mahasiswa laki
adalah 47,921 dengan standar deviasi 6,3792, sedangkan rata-rata skor responden
mahasiswa perempuan adalah 48,838 dengan standar deviasi 5,7956. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa responden mahasiswa perempuan memiliki rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
skor yang lebih tinggi daripada responden mahasiswa laki-laki. Perbedaan rata-
rata skor antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan adalah 0,917.
Tabel 4.59 Uji T Aspek Kognisi Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
TOTAL Equal
variances
assumed .874 .351 -1.306 352 .192 -.9172 .7023 -2.2985 .4642
Equal
variances
not
assumed
-1.253 169.458 .212 -.9172 .7319 -2.3620 .5277
Berdasarkan tabel uji sampel independen di atas, nilai signifikansi adalah
0,351. Karena nilai signifikansi 0,351 lebih besar dari 0,05, dapat dikatakan
bahwa tidak ada perbedaan varians data sikap terhadap bahasa Indonesia antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Artinya, data dalam penelitian ini
bersifat homogen. Dengan demikian, karena data bersifat homogen, peneliti
menggunakan data yang ada pada lajur equal variance assumed.
Dalam pengujian data sikap terhadap bahasa Indonesia ini, harga t yang
diperoleh adalah -1,306 dengan signifikansi (2 tailed) atau p-value = 0,192/2 =
0,096. Hal ini berarti bahwa 0,096 > 0,05 atau Ho1 diterima. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan berdasarkan pada aspek
kognisi.
(2) Aspek Afeksi
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil penghitungan
menggunakan uji-t dua sampel independen terhadap aspek afeksi tentang bahasa
Indonesia. Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis sikap terhadap bahasa
Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Berikut
disajikan hasil penghitungan yang telah dilakukan.
Tabel 4.60 Statisik Aspek Afeksi Mahasiswa terhadap Bahasa Indonesia
Group Statistics
JENIS
KELAMIN N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
TOTAL L 101 41.941 5.5513 .5524
P 253 43.095 5.5911 .3515
Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden mahasiswa laki-laki adalah
101, sedangkan jumlah responden mahasiswa perempuan adalah 253. Rata-rata
skor mahasiswa laki-laki adalah 41,941 dengan standar deviasi sebesar 5,5513,
sedangkan rata-rata skor mahasiswa perempuan adalah 43,095 dengan standar
deviasi sebesar 5,5911. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa
perempuan memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki.
Perbedaan rata-rata skor antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan,
yaitu sebesar 1,154.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Tabel 4.61 Uji T Aspek Afeksi Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
TOT
AL
Equal
variances
assumed .197 .658
-
1.758 352 .080 -1.1543 .6568
-
2.4459 .1374
Equal
variances
not
assumed
-
1.763
185.33
2 .080 -1.1543 .6547
-
2.4460 .1374
Berdasarkan tabel uji sampel independen di atas, nilai signifikansi adalah
0,658. Karena nilai signifikansi 0,658 lebih besar daripada 0,05, dapat dikatakan
bahwa tidak ada perbedaan varians data sikap terhadap bahasa Indonesia antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan berdasarkan aspek afeksi. Hal ini
juga berarti bahwa data dalam penelitian ini bersifat homogen. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan data yang ada pada lajur equal variances assumed.
Dalam pengujian data sikap terhadap bahasa Indonesia berdasarkan pada
aspek afeksi ini, harga t yang diperoleh adalah -1,758 dengan signifikansi (2
tailed) atau p-value = 0,080/2 = 0,04. Hal ini berarti bahwa 0,04 < 0,05 atau Ho1
ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan sikap terhadap
bahasa Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
berdasarkan aspek afeksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
(3) Aspek Konasi
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil penghitungan
menggunakan uji-t dua sampel independen terhadap aspek konasi tentang bahasa
Indonesia. Dalam hal ini, hipotesis yang digunakan adalah sama dengan hipotesis
sikap terhadap bahasa Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Berikut disajikan hasil penghitungan tersebut.
Tabel 4.62 Statisik Aspek Konasi Mahasiswa terhadap Bahasa Indonesia
Group Statistics
JENIS KELAMIN N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
TOTAL L 101 15.950 2.2556 .2244
P 253 16.356 2.1325 .1341
Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden mahasiswa laki-laki adalah
sebanyak 101, sedangkan jumlah responden mahasiswa perempuan adalah
sebanyak 253. Rata-rata skor yang diperoleh mahasiswa laki-laki adalah 15,95
dengan standar deviasi sebesar 2,2556, sedangkan rata-rata skor yang diperoleh
mahasiswa perempuan adalah 16,356 dengan standar deviasi sebesar 2,1325. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa perempuan memiliki rata-rata skor
yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki. Perbedaan rata-rata skor antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, yaitu sebesar 0,406.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
Tabel 4.63 Uji T Aspek Konasi Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Indonesia
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
TOTAL Equal
variance
s
assumed
.555 .457 -1.588 352 .113 -.4052 .2552 -.9071 .0967
Equal
variance
s not
assumed
-1.550 175.246 .123 -.4052 .2614 -.9212 .1107
Berdasarkan tabel sampel uji independen terhadap aspek konasi tentang
bahasa Indonesia di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah 0,457.
Karena nilai signifikansi 0,457 yang berarti lebih besar daripada 0,05, dapat
dikatakan bahwa tidak ada perbedaan varians data sikap terhadap bahasa
Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan berdasarkan
aspek konasi. Hal ini juga berarti bahwa data dalam penelitian ini bersifat
homogen. Oleh karena itu, peneliti menggunakan data yang ada pada lajur equal
variances assumed.
Dalam pengujian data sikap terhadap bahasa Indonesia berdasarkan aspek
konasi ini, harga t yang diperoleh adalah -1,588 dengan signifikansi (2 tailed) atau
p-value = 0,113/2 = 0,0565. Hal ini berarti bahwa 0,0565 > 0,05 atau Ho1
diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
terhadap bahasa Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
berdasarkan aspek konasi.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa memang ada perbedaan
sikap terhadap bahasa Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan. Perbedaan itu terletak pada aspek afeksi terhadap bahasa Indonesia.
Dalam hal ini, mahasiswa perempuan memiliki nilai afeksi terhadap bahasa
Indonesia yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki.
2. Pengujian Perbedaan Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Mahasiswa
Perempuan terhadap Bahasa Daerah
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil pengujian perbedaan sikap bahasa
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah yang juga
dilakukan dengan uji-t dua sampel pada software IBM SPSS Statistic 22. Namun,
sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu hipotesis dalam penelitian ini
mengenai sikap bahasa mahasiswa laki dan mahasiswa perempuan terhadap
bahasa daerah, yaitu sebagai berikut.
Ha2 : ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap
bahasa daerah.
Ho2 : Tidak ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
terhadap bahasa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Secara statistik, hipotesis tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Ha2 : μ1 ≠ μ2
Ho2 : μ1 = μ2
Kriteria pengujian dalam penelitian dilakukan dengan melihat angka
probabilitas. Jika probabilitas (sig) > 0,05, Ho diterima. Sementara itu, jika
probabilitas (sig) < 0,05, Ho ditolak. Berikut disajikan hasil pengujian yang
dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.64 Statisik Sikap Bahasa Mahasiswa terhadap Bahasa Daerah
Group Statistics
JENIS
KELAMIN N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
TOTAL L 101 84.673 9.7735 .9725
P 253 83.403 8.7964 .5530
Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden dalam penelitian ini adalah
sebanyak 354, yang meliputi jumlah responden laki-laki sebanyak 101 dan jumlah
responden mahasiswa perempuan sebanyak 253. Rata-rata skor responden laki-
laki adalah 84,673 dengan standar deviasi sebesar 9,7735, sedangkan rata-rata
skor responden perempuan adalah 83,403 dengan standar deviasi sebesar 83,7964.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa responden laki-laki memiliki rata-rata
skor tentang bahasa daerah yang sedikit lebih tinggi daripada perempuan.
Perbedaan rata-rata skor antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan,
yaitu sebesar 1,27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
Tabel 4.65 Uji T Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
terhadap Bahasa Daerah
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
TOTAL Equal
variances
assumed 2.367 .125 1.188 352 .236 1.2701 1.0693 -.8329 3.3731
Equal
variances
not
assumed
1.135 168.154 .258 1.2701 1.1187 -.9385 3.4787
Berdasarkan tabel uji sampel independen di atas, nilai signifikansi adalah
0,125. Karena nilai signifikansi 0,125 yang berarti lebih besar daripada 0,05,
dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan varians data sikap bahasa antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan terhadap bahasa daerah. Artinya, data dalam
penelitian ini bersifat homogen. Dengan demikian, karena data bersifat homogen,
peneliti menggunakan data yang ada pada lajur equal variance assumed.
Dalam pengujian tentang bahasa daerah ini, harga t yang diperoleh adalah
1,188 dengan signifikansi (2 tailed) atau p-value = 0,236/2 = 0,118. Hal ini berarti
bahwa 0,118 > 0,05 atau Ho1 diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
tidak ada perbedaan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap bahasa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data pada subbab sebelumnya, secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia adalah baik. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki, yaitu sebesar
117,158, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan, yaitu
sebesar 119,352. Apabila dikonversi pada skala interval sikap terhadap bahasa
Indonesia yang telah dibuat, skor rata-rata tersebut termasuk ke dalam kategori
baik.
Pada aspek kognisi, secara keseluruhan mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh keduanya. Pada
mahasiswa laki-laki, rata-rata skor yang diperoleh adalah 49,921. Sementara itu,
pada mahasiswa perempuan, rata-rata skor yang diperoleh adalah 50,632. Jika
dikonversikan pada skala interval yang telah dibuat, memang kedua rata-rata
tersebut termasuk ke dalam kategori baik.
Sikap positif mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap
bahasa Indonesia berdasarkan aspek kognisi dapat terlihat dari respons keduanya
terhadap butir-butir pernyataan 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 32, 33, 34,
dan 35. Dalam hal ini, butir-butir pernyataan nomor 13, 14, 15, 16, 17, 18, 32, 33,
34, dan 35 menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
memiliki sikap bahasa yang dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penghitungan respons responden bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
mahasiswa perempuan mengaku memiliki kemampuan yang baik dalam
berbahasa Indonesia. Kemampuan itu meliputi mampu menyampaikan pendapat
dengan baik dalam bahasa Indonesia, mampu memahami teks dalam bahasa
Indonesia, dan menguasai adanya kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Kemampuan yang baik mengenai bahasa Indonesia tentu saja dapat
menjadi indikasi adanya sikap bahasa yang positif. Dengan memiliki kemampuan
yang baik mengenai bahasa Indonesia, diharapkan mahasiswa dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan cermat dan santun serta sesuai dengan kaidah yang
berlaku (Jaruki dan Santoso, 2016:8).
Butir-butir pernyataan nomor 19 dan 20 menunjukkan bahwa mahasiswa
laki dan mahasiswa perempuan memiliki keyakinan yang positif terhadap bahasa
Indonesia. Keyakinan itu berupa bahasa Indonesia mampu bersaing dengan
bahasa lainnya di era globalisasi ini dan tidak dapat tergantikan dengan bahasa
lainnya. Hal ini juga menunjukkan adanya rasa setia terhadap bahasa Indonesia.
Seorang penutur dapat dikatakan memiliki rasa setia terhadap bahasa Indonesia
apabila penutur memelihara dan mempertahankan bahasanya sebagai sarana untuk
berkomunikasi (Suandi, 2014:153). Berkaitan dengan hal ini, mahasiswa laki-laki
memiliki keyakinan bahwa bahasa Indonesia tidak tergantikan dengan bahasa
lainnya. Keyakinan ini muncul karena adanya sikap ingin mempertahankan
bahasanya, sehingga sikap bahasa mahasiswa laki-laki pada butir pernyataan
dapat dikatakan menunjukkan sikap yang positif.
Butir pernyataan nomor 12 menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan memiliki sikap yang baik terhadap bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Dalam hal ini, mahasiswa laki dan mahasiswa perempuan mengaku bahwa bahasa
Indonesia lebih mudah dipelajari daripada bahasa lainnya. Kondisi yang demikian
menunjukkan adanya sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini sesuai
dengan pendapat Apriliani, dkk (2016:74-75) yang mengatakan bahwa penentu
keberhasilan dalam mempelajari sebuah bahasa adalah sikap bahasa. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki sikap yang positif terhadap
bahasa Indonesia tentu akan lebih mudah mempelajari bahasa Indonesia.
Butir pernyataan nomor 9 menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan memiliki sikap yang baik terhadap bahasa Indonesia.
Dalam hal ini, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan beranggapan
bahwa pengetahuannya mengenai bahasa Indonesia cukup banyak. Sementara itu,
butir pernyataan nomor 10 dan 11 menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan memiliki sikap yang sangat baik terhadap bahasa
Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan beranggapan bahwa memiliki pengetahuan yang baik mengenai
bahasa Indonesia dapat membantunya untuk menyelesaikan kuliah dan
memperoleh pekerjaan yang baik. Kondisi yang semacam ini umumnya
menyebabkan seorang penutur untuk mempertahankan bahasanya karena
dianggap dapat menjamin untuk memperoleh kesempatan di sektor modern dan
semacamnya (Suandi, 2014:153).
Meskipun menunjukkan adanya indikasi sikap yang positif, ada beberapa
hal yang patut juga menjadi perhatian. Hal ini karena berdasarkan tabel 4.6 ( tabel
kategori sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
aspek kognisi) terdapat rata-rata pada setiap butir pernyataan yang mendekati
batas bawah interval kategori baik, yaitu 2,50. Butir-butir pernyataan tersebut
adalah butir pernyataan nomor 9, 20, 32, 33, 34, 35, dan 36. Sementara itu,
berdasarkan tabel 4.19 (tabel sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa
Indonesia berdasarkan aspek kognisi), skor rata-rata yang mendekati batas bawah
interval kategori baik (2,50), yaitu butir pernyataan nomor 20, 32, 33, 34, dan 35.
Selain itu, pada butir pernyataan nomor 36, mahasiswa perempuan memiliki sikap
yang tidak baik terhadap bahasa Indonesia.
Pada butir pernyataan nomor 9, hanya 60,4% mahasiswa laki-laki yang
mengaku memiliki cukup banyak pengetahuan mengenai bahasa Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa hampir sebagian mahasiswa laki-laki memiliki
pengetahuan yang masih kurang mengenai bahasa Indonesia. Tentu saja, hal ini
menunjukkan adanya indikasi sikap yang kurang positif terhadap bahasa
Indonesia. Indikasi sikap yang muncul adalah kurangnya rasa kesadaran dalam
diri mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia. Seharusnya, apabila memiliki
pengetahuan yang masih kurang mengenai bahasa Indonesia, mahasiswa tersebut
seharusnya mengupayakan perbaikan terhadap bahasanya, sehingga memiliki
pengetahuan yang baik (Suandi, 2014:153).
Pada butir pernyataan nomor 20, hanya 58,4% mahasiswa laki-laki dan
56,1% mahasiswa perempuan yang memiliki keyakinan bahwa bahasa Indonesia
tidak dapat tergantikan dengan bahasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian mahasiswa laki-laki dan sebagian mahasiswa perempuan memiliki
keyakinan yang rendah terhadap bahasa Indonesia. Sikap yang seperti ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
menunjukkan lemahnya rasa kesetiaan terhadap bahasa Indonesia dalam diri
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Lemahnya rasa kesetiaan
terhadap bahasa Indonesia dapat diidentifikasi sebagai tanda-tanda munculnya
sikap negatif terhadap bahasa Indonesia (Chaer dan Agustina, 2014:152).
Pada butir pernyataan nomor 32, hanya 64,4% mahasiswa laki-laki dan
58,9% mahasiswa perempuan yang mengaku menguasai kaidah-kaidah yang
berlaku dalam bahasa Indonesia. Pada butir pernyataan nomor 33, hanya 63,3%
mahasiswa laki-laki dan 55,7% mahasiswa perempuan yang mengaku sangat
sedikit melakukan kesalahan ejaan pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Pada butir pernyataan nomor 34, hanya 53,4% mahasiswa laki-laki dan 58,9%
mahasiswa perempuan yang mengaku menggunakan kata-kata yang baku dalam
bahasa Indonesia pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah. Pada butir pernyataan
nomor 35, hanya 66,3% mahasiswa laki-laki yang mengaku tidak kesulitan dalam
membuat kalimat ketika sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Sementara itu, pada butir pernyataan nomor 36,
hanya 44,6% mahasiswa laki-laki dan 59,2% mahasiswa perempuan yang
mengaku tidak sering menggunakan kata-kata yang tidak baku dalam bahasa
Indonesia ketika berbicara di depan kelas (presentasi, mengajukan pertanyaan, dan
sebagainya).
Kondisi di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan tidak menguasai kaidah-kaidah yang berlaku dalam
bahasa Indonesia. Kondisi yang demikian mengindikasikan kurangnya rasa
kesadaran terhadap norma bahasa yang berlaku. Sikap yang semacam ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
diidentifikasi sebagai sikap yang negatif terhadap bahasa Indonesia (Chaer dan
Agustina, 2004:152). Padahal, sebagai pemilik bahasa Indonesia, seharusnya
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan bisa menggunakan bahasa
Indonesia dengan cermat dan santun serta mengikuti kaidah yang berlaku (Chaer
dan Agustina, 2004:152). Marsudi (2015:101) juga berpendapat bahwa penutur
yang memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia akan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Pada aspek afeksi, secara keseluruhan mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan sudah menunjukkan adanya sikap yang positif terhadap bahasa
Indonesia. Hal ini terlihat dari skor rata-rata yang diperoleh keduanya. Pada
mahasiswa laki-laki, skor rata-rata yang diperoleh adalah 49,960. Sementara itu,
pada mahasiswa perempuan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 51,083. Apabila
dikonversikan pada skala interval yang telah dibuat, kedua skor rata-rata tersebut
termasuk ke dalam kategori sikap yang sangat baik.
Sikap positif mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap
bahasa Indonesia berdasarkan aspek afeksi dapat terlihat dari respons keduanya
terhadap butir-butir pernyataan 22, 23, 26, 29, 31, dan 37. Dalam hal ini, butir-
butir pernyataan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan memiliki sikap yang dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penghitungan respons responden bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan berpendapat bahasa Indonesia dapat menunjukkan kesopanan, prestise
(wibawa), kemodernan, dan jati dirinya. Selain itu, mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan juga merasa tertarik untuk mempelajari bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
lebih dalam dan tetap merasa akrab dengan teman, meskipun berbicara dalam
bahasa Indonesia.
Kondisi yang demikian jelas menunjukkan adanya sikap yang positif
dalam diri mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Dengan menganggap
bahwa bahasa Indonesia merupakan jati dirinya, penutur akan menganggap bahasa
Indonesia melekat dengannya dan tidak dapat tergantikan dengan bahasa lainnya
(Marsudi, 2009:135). Penutur akan selalu menggunakan bahasanya secara terus-
menerus. Terlebih dengan memandang bahasa bahasa Indonesia dapat
menunjukkan prestise dan modernitas, tentu mahasiswa akan merasa bangga
ketika menggunakan bahasa Indonesia. Adanya rasa bangga dan menganggap
bahasa Indonesia sebagai jati diri jelas menunjukkan adanya sikap yang positif
terhadap bahasa Indonesia (Suandi, 2014:153).
Pada aspek ini pula, ada beberapa butir pernyataan yang menunjukkan
bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan memiliki sikap yang sangat
baik terhadap bahasa Indonesia. Pada mahasiswa perempuan, butir-butir
pernyataan yang menunjukkan adanya sikap yang sangat baik terhadap bahasa
Indonesia adalah butir pernyataan nomor 2, 6, 7, 8, 25, 27, dan 28. Sementara itu,
pada mahasiswa laki-laki, butir-butir pernyataan yang menunjukkan adanya sikap
yang sangat baik terhadap bahasa Indonesia adalah butir pernyataan nomor 7, 8,
25, 27, 28, dan 30.
Pada butir 2 dan 6, mahasiswa perempuan mengaku senang menggunakan
bahasa Indonesia, seperti ketika berbicara dengan teman di kampus, berbicara
dalam rapat organisasi dan forum kepanitian di kampus. Pada butir 7 dan 8,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan mengaku senang menggunakan
bahasa Indonesia ketika berbicara dalam rapat organisasi di kampus dan ketika
menyampaikan sesuatu melalui aplikasi chatting. Sementara itu, berdasarkan butir
pernyataan nomor 25, 27, dan 28, mahasiswa perempuan dan mahasiswa laki-laki
juga sudah memiliki rasa bangga terhadap bahasa Indonesia.
Sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan yang senang
menggunakan bahasa Indonesia menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut
memiliki rasa kesetiaan terhadap bahasa Indonesia. Sikap yang demikian tentu
saja menunjukkan adanya sikap yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Marsudi (2009:140) bahwa untuk menyatakan sikap positif
salah satunya dapat dilakukan dengan memiliki rasa kesetiaan terhadap bahasa
Indonesia. Sikap kesetiaan terhadap bahasa Indonesia ini terlihat jika penutur atau
masyarakat penutur lebih suka menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa memang mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
memiliki sikap yang baik berdasarkan butir pernyataan tersebut.
Selain menunjukkan adanya sikap yang sangat baik dan baik terhadap
bahasa Indonesia, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan juga
menunjukkan adanya sikap yang tidak baik terhadap bahasa Indonesia. Hal ini
terlihat dari jawaban mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap
butir pernyataan nomor 38. Pada butir pernyataan tersebut, mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan mengaku bahwa secara keseluruhan kemampuan
berbahasa Indonesianya masih kurang. Skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa
laki-laki pada butir pernyataan ini adalah 2,396, sedangkan skor rata-rata yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
diperoleh mahasiswa perempuan adalah 2,498. Kedua skor tersebut menunjukkan
pada kategori yang tidak baik.
Kondisi yang demikian menunjukkan kurangnya rasa kesadaran terhadap
bahasa Indonesia. Kesadaran yang dimaksud dalam hal ini adalah untuk
menggunakan bahasa dengan cermat dan santun sesuai dengan kaidah yang
berlaku (Jaruki dan Santosa, 2016:8). Kesadaran berbahasa seharusnya tidak
hanya sampai mengetahui bahwa kemampuan dalam berbahasanya masih kurang,
tetapi juga harus sampai pada upaya/tindakan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam berbahasa Indonesia (Suandi, 2014:153).
Pada aspek konasi, secara keseluruhan mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh keduanya. Pada mahasiswa laki-
laki, rata-rata skor yang diperoleh adalah 17,277. Sementara itu, pada mahasiswa
perempuan, rata-rata skor yang diperoleh adalah 17,636. Jika dikonversikan pada
skala interval yang telah dibuat, memang kedua rata-rata tersebut termasuk ke
dalam kategori baik.
Sikap positif mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap
bahasa Indonesia berdasarkan aspek konasi dapat terlihat dari respons keduanya
terhadap butir-butir pernyataan 1, 3, 5, 21, dan 24. Dalam hal ini, butir-butir
pernyataan nomor 1, 3, 5, 21, dan 24 menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan memiliki sikap yang dapat dikatakan sangat baik. Hal
ini dapat dilihat dari hasil penghitungan respons responden bahwa sebagian besar
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan mengaku memilih untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan dosen, staf, dan teman
yang berbeda suku ketika di kampus.
Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan memiliki sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia.
Dalam hal ini, ketika berada di kampus, terlebih ketika berbicara dengan dosen
dan staf di kampus, memang sebaiknya mahasiswa menggunakan bahasa
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan situasi kebahasaan.
Menurut Suandi (2014:153), sikap yang demikian menandakan adanya sikap
positif terhadap bahasa Indonesia.
Mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan juga menganggap bahwa
pengembangan terhadap bahasa Indonesia tetap perlu dilakukan. Dalam hal ini
pula, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan bersedia untuk membantu
pengembangan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang lebih maju. Menurut
Suandi (2014:153), sikap yang demikian menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan memiliki sikap yang positif. Hal ini karena mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan memiliki kepedulian terhadap pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia. Pengembangan terhadap bahasa Indonesia akan
berjalan dengan baik apabila dilandasi dengan sikap yang positif (Muti’ah,
2017:483).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan
sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa
Indonesia memiliki kategori baik. Namun, memang ada beberapa poin dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan yang perlu
ditingkatkan. Jika dilihat dari data yang diperoleh, hal-hal yang perlu ditingkatkan
adalah pengetahuan dan kemampuan terhadap bahasa Indonesia.
Dalam hal pengetahuan dan kemampuan berbahasa Indonesia, sebagian
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan mengaku kurang memiliki
pengetahuan mengenai bahasa Indonesia dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
bahasa Indonesia. Hal ini ditandai pula dengan pernyataan sebagian mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan. Pada pernyataan itu, mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan mengaku masih banyak melakukan kesalahan ejaan dan
menggunakan kata-kata yang tidak baku, baik ketika menulis maupun berbicara
dalam forum di kelas.
Melihat kondisi yang demikian, tentu saja diperlukan adanya upaya-upaya
untuk meningkatkan sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
berdasarkan indikator tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pembinaan bahasa
Indonesia bagi mahasiswa dalam lingkup kampus. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan pembinaan bahasa adalah upaya peningkatan mutu penggunaan bahasa
Indonesia (Paryono, 2013).
Pembinaan bahasa dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan mahasiswa terhadap bahasa Indonesia. Pengetahuan dan kemampuan
berbahasa Indonesia yang rendah dapat menyebabkan mahasiswa kesulitan untuk
mengaktualisasikan pikiran, gagasan, pengalaman dan pengetahuannya dalam
dunia ilmu pengetahuan. Aktualisasi gagasan, pikiran, pengalaman, pengetahuan
itu umumnya disampaikan dalam bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian, pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
dasarnya, mau tidak mau, mahasiswa harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan berbahasa yang baik (Hani’ah, 2015:435).
Menurut Hani’ah (2015:437), kemampuan berbahasa mengacu pada
kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi
sehari-hari. Dalam lingkup perguruan tinggi, pembinaan terhadap kemampuan
berbahasa Indonesia dapat ditingkatkan dengan pembiasaan-pembiasaan untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah
yang berlaku.
Upaya ini tentu tidak hanya melibatkan mahasiswa, tetapi juga para dosen.
Pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi sebaiknya diarahkan pada
pencapaian kemahiran bahasa Indonesia. Selain itu, dalam proses pembelajaran,
dosen dan mahasiswa bersama-sama melakukan penguatan jati diri bahasa
Indonesia yang tercermin dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dengan demikian, dosen dan mahasiswa dapat menekan dan meminimalisir
pengaruh buruk yang akan merusak eksistensi bahasa Indonesia (Hani’ah,
2015:437).
Upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan uji
kemahiran berbahasa Indonesia (UKBI). UKBI merupakan tes standar untuk
mengetahui kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia, baik penutur jati
maupun penutur asing. Dalam hal ini, jika mahasiswa ikut serta dalam UKBI,
mahasiswa dapat mengetahui pengetahuan dan kemampuannya dalam berbahasa
Indonesia. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat melakukan evaluasi,
sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
Berdasarkan hasil analisis data pada subbab sebelumnya, secara
keseluruhan memang dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah memiliki kategori yang baik.
Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata sikap terhadap bahasa Indonesia yang
diperoleh mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Pada mahasiswa laki-
laki, skor rata-rata yang diperoleh adalah 80,208. Sementara itu, pada mahasiswa
perempuan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 83,403. Jika dikonversikan pada
skala interval bahasa daerah yang telah dibuat, kedua skor tersebut memiliki
kategori yang baik.
Pada aspek kognisi, secara keseluruhan mahasiswa laki-laki-laki dan
mahasiswa perempuan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bahasa daerah.
Hal ini terlihat dari skor rata-rata yang diperoleh keduanya. Pada mahasiswa laki-
laki, skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 40,327. Sementara itu, pada
mahasiswa perempuan, skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 39,656. Jika
dikonversikan ke dalam skala interval untuk aspek kognisi bahasa daerah, skor
rata-rata yang diperoleh keduanya memiliki kategori sikap yang baik.
Sikap positif mahasiswa laki-laki terhadap bahasa daerah dapat dilihat
pada butir-butir pernyataan nomor 46, 52, 54, 55, 56, 57, dan 58. Sementara itu,
sikap positif mahasiswa perempuan dapat dilihat pada butir-butir pernyataan
nomor 46, 52, 53, 54, 55, 56, 57, dan 58. Berdasarkan butir-butir 46, 52, dan 56,
dapat dikatakan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan lancar
dalam menggunakan bahasa daerahnya, memiliki pengetahuan yang cukup banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
mengenai kosakata dalam bahasa daerahnya, dan menganggap bahasa daerah
tidak sulit untuk dipelajari.
Kondisi bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan yang
mampu menggunakan bahasa daerahnya dan memiliki pengetahuan yang cukup
banyak mengenai kosakata dalam bahasa daerahnya secara tidak langsung
menunjukkan adanya rasa kesetiaan terhadap bahasa daerahnya. Kelancaran
dalam menggunakan bahasa daerah menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan sering menggunakan atau terbiasa menggunakan bahasa
daerahnya, sehingga tentu memiliki kecenderungan untuk memelihara bahasa
daerahnya. Sikap kesetiaan terhadap bahasa daerah yang demikian dapat
dikatakan sebagai sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia (Jaruki dan
Santosa, 2016:8).
Pada butir-butir pernyataan nomor 54 dan 55, mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan menganggap bahwa pengetahuan yang baik mengenai
bahasa daerah (lisan dan tulisan) dapat membantunya untuk memperoleh
pekerjaan nantinya dan pengetahuan mengenai bahasa daerah tetap diperlukan
meskipun sudah ada bahasa Indonesia dan bahasa asing. Selain itu, pada butir-
butir pernyataan nomor 57 dan 58, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
beranggapan bahwa bahasa daerah tidak dapat terganti dengan bahasa lainnya dan
mampu bersaing di era globalisasi ini.
Sikap yang demikian menunjukkan adanya sikap yang positif terhadap
bahasa daerah. Dalam hal ini mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
masih menganggap perlu keberadaan bahasa daerah. Tentu saja, hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
mengindikasikan adanya rasa setia terhadap bahasa daerah. Selain itu, mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan juga menganggap bahwa bahasa daerah dapat
membantunya untuk memperoleh pekerjaan. Dengan menganggap bahasa daerah
penting, mahasiswa cenderung akan terus mempertahankan bahasanya dan
menggunakan secara terus-menerus. Hal ini menunjukkan adanya rasa setiap
terhadap bahasa daerah (Chaer dan Agustina, 2004:152).
Selain menunjukkan adanya indikasi sikap yang positif, mahasiswa laki-
laki dan mahasiswa perempuan juga menunjukkan adanya indikasi sikap terhadap
bahasa daerah ke arah yang negatif. Hal ini dapat dilihat dari respons responden
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan yang menunjukkan skala yang
tidak baik pada butir-butir pernyataan nomor 47, 48, 49, 50, 51, 53, 65, 66, dan
67. Pada butir pernyataan nomor 47, 48, 49, 50, dan 51, mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan mengaku tidak mudah untuk menyampaikan pendapat dan
pertanyaan ketika sedang berbicara serta gagasan/ide/pendapat ketika menulis
dalam bahasa daerah. Mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan juga
mengaku tidak mudah menangkap penjelasan dari seseorang yang berbicara dalam
bahasa daerahnya. Selain itu, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan juga
merasa tidak mudah untuk memahami teks dalam bahasa daerahnya.
Kondisi yang demikian menunjukkan indikasi rendahnya kemampuan
berbahasa daerah yang dimiliki oleh mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan. Hal ini secara tidak langsung juga menunjukkan adanya indikasi
hilangnya jati diri mahasiswa perempuan dan mahasiswa laki dalam hal bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
daerah. Tentu saja, hal ini juga menunjukkan indikasi adanya sikap yang kurang
positif terhadap bahasa Indonesia (Suandi, 2014:153).
Pada butir pernyataan nomor 65, 66, dan 67, mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan mengaku kurang menguasai adanya kaidah-kaidah yang
berlaku dalam bahasa daerahnya. Selain itu, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan juga mengaku sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa
Indonesia dan bahasa asing ketika sedang berbicara menggunakan bahasa daerah.
Sikap yang demikian menunjukkan adanya indikasi sikap yang negatif
terhadap bahasa daerah. Hal ini karena mahasiswa, baik laki-laki maupun
perempuan, sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia dan bahasa
asing ketika sedang berbicara menggunakan bahasa daerah. Padahal, menurut
Suandi (2014:153), seseorang yang memiliki sikap yang positif adalah seseorang
yang menggunakan bahasanya sendiri tanpa dicampur dengan bahasa lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa memang sikap bahasa
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia pada
butir pernyataan ini adalah tidak baik.
Pada aspek afeksi, secara keseluruhan mahasiswa laki-laki-laki dan
mahasiswa perempuan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bahasa daerah.
Hal ini terlihat dari skor rata-rata yang diperoleh keduanya. Pada mahasiswa laki-
laki, skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 32,238. Sementara itu, pada
mahasiswa perempuan, skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 31,395. Jika
dikonversikan ke dalam skala interval untuk aspek afeksi bahasa daerah, skor rata-
rata yang diperoleh keduanya memiliki kategori sikap yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
Secara keseluruhan, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
memang menunjukkan adanya indikasi sikap yang positif terhadap bahasa daerah
berdasarkan aspek afeksi. Hal ini dilihat dari respons mahasiswa laki-laki terhadap
butir-butir pernyataan pada aspek afeksi, yaitu butir pernyataan nomor 39, 41, 42,
43, 44, 60, 61, 62, 63, 64, dan 68. Semua butir pernyataan tersebut, baik laki-laki
maupun perempuan, memiliki skor rata-rata di atas 2,50, sehingga jika
dikonversikan ke dalam skala interval untuk aspek afeksi memang memiliki
kategori baik.
Pada butir-butir pernyataan nomor 39, 41, 42, dan 43, mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan mengaku senang menggunakan bahasa daerah ketika
berdiskusi dan berbicara dengan teman sesuku di kampus. Selain itu, mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan juga mengaku merasa lebih akrab ketika
berbicara dengan teman menggunakan bahasa daerah. Mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan juga menganggap bahwa penggunaan bahasa daerah di
kampus tetap dapat menunjukkan kesopanan. Sikap yang demikian menunjukkan
adanya sikap yang positif terhadap bahasa daerah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Marsudi (2009) bahwa anggapan terhadap suatu bahasa yang mencerminkan
persepsi yang lebih tinggi, lebih modern, dan lebih terdidik menunjukkan adanya
sikap bangga terhadap bahasa tersebut.
Pada butir pernyataan nomor 60 dan 63, mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan mengaku merasa bangga dan percaya diri menggunakan
bahasa daerah ketika sedang berada di kampus. Berkaitan dengan hal ini, dapat
dikatakan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
menunjukkan adanya sikap yang positif terhadap bahasa daerah berdasarkan butir-
butir pernyataan tersebut. Pada bagian ini, sikap positif yang dimiliki oleh
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan adalah adanya rasa kebanggaan
terhadap bahasa daerah. Rasa kebanggaan ini terlihat dari mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan yang merasa percaya diri dan bangga ketika menggunakan
bahasa daerah meskipun dalam lingkup kampus. Sikap yang demikian dapat
dikatakan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia (Jaruki dan Santosa,
2016:8).
Pada butir pernyataan nomor 53, 61, 62, dan 64, mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan mengaku bahwa bahasa daerah dapat menunjukkan
prestise (wibawa), kemodernan, tingkat pendidikan serta menganggap bahasa
daerah dapat melambangkan jati diri mereka. Anggapan yang demikian tentu
menunjukkan adanya sikap yang positif terhadap bahasa daerah. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang disampaikan oleh Marsudi (2009) bahwa anggapan suatu
bahasa cocok untuk mencerinkan persepsi yang lebih tinggi, lebih modern, dan
lebih terdidik menunjukkan adanya sikap bangga terhadap bahasanya. Selain itu,
berdasarkan hasil analisis data, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan
juga menganggap bahwa bahasa daerah dapat melambangkan jati diri mereka. Hal
ini juga menunjukkan adanya sikap positif terhadap bahasa daerah dalam diri
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, terutama sikap bangga karena
mahasiswa sudah menempatkan bahasanya sebagai lambang jati diri (Marsudi,
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
Pada butir pernyataan nomor 68, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan mengaku merasa tertarik untuk mempelajari bahasa daerah mereka
lebih dalam. Sikap yang semacam ini tentunya sangat baik terutama bagi
keberadaan bahasa daerah. Dengan merasa tertarik untuk mempelajari bahasa
daerah lebih dalam, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan memiliki rasa bangga dan rasa setia terhadap bahasa
daerah (Rahmawati, 2015). Namun, memang akan lebih baik jika mahasiswa laki-
laki dan mahasiswa perempuan pun benar-benar mempelajari lebih dalam lagi
bahasa daerahnya.
Meskipun menunjukkan adanya sikap yang positif dari segi aspek afeksi,
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan juga menunjukkan adanya
indikasi ke arah yang negatif. Hal ini dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan yang mendekati batas bawah
interval kategori baik. Untuk mahasiswa laki-laki, butir pernyataan yang memiliki
skor rata-rata mendekati batas bawah interval adalah butir pernyataan nomor 44
dengan skor rata-rata sebesar 2,644. Sementara itu, untuk mahasiswa perempuan,
butir pernyataan yang memiliki skor rata-rata mendekati batas bawah interval
adalah butir pernyataan nomor 39, 41, dan 44 dengan skor rata-rata secara
berturut-turut sebesar 2,771; 2,731; dan 2,565.
Pada butir pernyataan nomor 39, hanya 64,8% mahasiswa perempuan yang
mengaku senang menggunakan bahasa daerah ketika berdiskusi dengan teman
yang berasal dari suku yang sama. Pada butir pernyataan nomor 41, hanya 64,4%
mahasiswa perempuan yang mengaku senang menggunakan bahasa daerah ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
berbicara dengan teman yang berasal dari suku yang sama di kampus. Sementara
itu, pada butir pernyataan nomor 44, hanya 59,7% mahasiswa perempuan dan
64,4% mahasiswa laki-laki yang merasa senang menggunakan bahasa daerah
ketika menyampaikan sesuatu dalam grup kelas. Jika dilihat, hampir sebagian
mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengaku tidak senang
menggunakan bahasa daerah. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa ada
indikasi munculnya sikap negatif terhadap bahasa daerah di tengah-tengah
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan.
Pada aspek konasi, baik mahasiswa laki-laki maupun mahasiswa
perempuan menunjukkan adanya indikasi sikap ke arah yang negatif. Dalam hal
ini, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan semakin jarang menggunakan
bahasa daerahnya. Sikap yang semacam ini menunjukkan pula melemahnya rasa
kesetiaan seorang penutur terhadap bahasanya. Menurut Chaer dan Agustina
(2004:152), kondisi ini menunjukkan adanya tanda-tanda sikap yang negatif.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa secara
keseluruhan, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan memiliki sikap yang
baik terhadap bahasa daerah mereka. Namun, memang ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan terkait dengan sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah. Hal-hal tersebut adalah, pertama,
sebagian besar mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan mengaku bahwa
kemampuan berbahasa daerah yang mereka miliki masih kurang, terutama dalam
hal kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa daerahnya. Kedua, mahasiswa laki-
laki dan mahasiswa perempuan mengaku semakin jarang menggunakan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
daerah mereka. Ketiga, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan mengaku
sering memasukkan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing
ketika berbicara menggunakan bahasa daerah. Ketiga hal tersebut dapat dikatakan
sebagai adanya indikasi sikap terhadap bahasa daerah ke arah yang negatif.
Mahasiswa yang kurang mampu dalam menggunakan bahasa daerah dan
adanya kenyataan bahwa mahasiswa semakin jarang menggunakan bahasa
daerahnya, selain menunjukkan adanya sikap yang negatif terhadap bahasa
Indonesia juga menunjukkan adanya gejala pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa
berarti bahwa suatu guyup (komunitas) meninggalkan suatu bahasanya untuk
menggunakan bahasa lainnya (Sumarsono dan Partana, 2002:231).
Ada berbagai faktor yang menyebabkan munculnya indikasi sikap negatif
terhadap bahasa daerah dan terjadinya pergeseran bahasa. Faktor yang pertama
adalah terhambatnya proses pewarisan bahasa ibu dari pihak orang tua ke pihak
anak (Ikram dkk, 2009:5). Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, sebanyak 120
mahasiswa mengaku memiliki bahasa pertama berupa bahasa Indonesia. Jumlah
tersebut meliputi 24 mahasiswa laki-laki dan 96 mahasiswa perempuan.
Berdasarkan jumlah 120 mahasiswa tersebut, sebanyak 37 mahasiswa
memiliki orang tua yang berbeda suku. Dengan kondisi yang demikian, sangat
memungkinkan bahwa orang tua lebih memilih untuk mengajarkan bahasa
Indonesia kepada sang anak. Dalam hal ini, adanya perbedaan suku juga
mengindikasikan pula adanya perbedaan bahasa. Penentuan bahasa yang akan
digunakan atau diwariskan kepada sang anak merupakan persoalan yang cukup
sulit bagi pasangan yang berasal dari suku yang berbeda (Hamida, 2012:255).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
Oleh karena itu, para orang tua merasa lebih mudah dan terbantu untuk
berkomunikasi dengan anak ketika mengajarkan bahasa Indonesia. Namun,
kondisi ini juga menunjukkan bahwa orang tua tidak lagi menekankan
penggunaan bahasa daerah. Sikap yang demikian tentu menunjukkan adanya sikap
yang negatif (Djamareng dan Jufriadi, 2016:80).
Selain 37 mahasiswa di atas, sebanyak 43 mahasiswa juga memiliki
bahasa pertama berupa bahasa Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh,
mahasiswa-mahasiswa tersebut memiliki orang tua yang keduanya bersuku sama.
Namun, mereka berasal dari daerah yang cukup jauh dari tempat bahasa daerah
orang tuanya. Kondisi yang demikian juga memungkinkan orang tua untuk lebih
mengajarkan bahasa Indonesia kepada sang anak. Ada kemungkinan hal ini
dilakukan oleh para orang tua dengan alasan agar anak dapat dengan mudah
beradaptasi dengan lingkungan di tempat mereka tinggal (Budhiono, 2009:225).
Keadaan yang demikian menunjukkan berkurangnya penggunaan bahasa
daerah, bahkan dalam lingkup keluarga. Hal ini tentu membawa pengaruh pada
keberadaan dan keberlangsungan bahasa daerah (Budhiono, 2009:205). Selain itu,
hal tersebut juga menunjukkan adanya indikasi sikap yang negatif terhadap bahasa
daerah di antara para penuturnya.
Terhambatnya proses pewarisan bahasa ibu dari pihak orang tua ke pihak
anak juga terlihat dari 39 mahasiswa dalam penelitian ini. Sebanyak 39
mahasiswa tersebut mengaku memiliki orang tua yang bersuku sama dan tinggal
di tempat yang sama di mana bahasa daerah itu hidup. Namun, bahasa pertama
mahasiswa-mahasiswa tersebut justru bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Kondisi yang demikian, selain menunjukkan adanya sikap negatif terhadap
bahasa daerah, juga menunjukkan adanya gejala pergeseran bahasa. Menurut
Chaer dan Agustina (2004:142), pergeseran bahasa menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau kelompok penutur yang bisa terjadi
sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lainnya.
Dalam hal ini, pergeseran bahasa yang terjadi adalah adalah pergeseran dari
penggunaan bahasa daerah ke dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Faktor lainnya adalah adanya migrasi. Dalam hal ini, migrasi yang
dimaksud adalah perpindahan penutur (kelompok penutur) dari daerah tempat
bahasa daerahnya berasal ke daerah lainnya yang memiliki bahasa daerah yang
berbeda. Mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari luar daerah Yogyakarta, bahkan
yang berasal dari luar Pulau Jawa, tentu harus melakukan berbagai adaptasi. Salah
satunya adalah adaptasi bahasa. Sebagai akibatnya, di satu sisi mereka tetap
menuturkan bahasa ibunya, di sisi lain mereka juga menuturkan bahasa lokal
sebagai bahasa yang baru (Djamareng dan Jufriadi, 2016:81). Karena berbagai
hal, seperti mobilitas dan waktu, bisa membuat seorang penutur mengalami krisis
loyalitas dan menjadi lupa terhadap identitas asal. Hal ini sudah mulai ditunjukkan
dengan adanya keadaan bahwa saat ini mahasiswa semakin jarang menggunakan
bahasa daerah mereka.
Faktor-faktor di atas mungkin yang menjadi penyebab kemampuan
berbahasa daerah yang dimiliki oleh mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan kurang baik. Tentu saja, hal ini turut menjadi perhatian. Jika dibiarkan
terus-menerus bukannya tidak mungkin bahwa bahasa daerah akan semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
ditinggalkan oleh penuturnya, sehingga memicu terjadinya pergeseran bahasa.
Selain itu, hal ini juga menunjukkan tanda-tanda munculnya sikap negatif dalam
diri masyarakat terhadap bahasa daerah. Oleh karena itu, diperlukan adanya
upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa daerah dan penggunaan
bahasa daerah sebagai upaya pemertahanan bahasa.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah, pertama, keluarga-keluarga
didorong untuk tetap menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama bagi
anak-anaknya. Hal ini karena orang tua memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap penguasaan bahasa pertama bagi seorang anak (Djamareng dan Jufriadi,
2016:91). Bagi orang tua yang berasal dari suku yang berbeda, konsep pengajaran
satu orang tua satu bahasa dapat dijadikan sebagai alternatif untuk penguasaan
bahasa anak. Jika ibu mengajarkan bahasa daerah dan ayah mengajarkan bahasa
Indonesia serta hal tersebut dilakukan secara konsisten, anak akan menguasai
kedua bahasa itu dengan kualitas yang setara atau hampir sama (Hamida,
2012:255).
Kedua, bahasa dan budaya daerah dijadikan sebagai mata pelajaran
muatan lokal mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan atas. Dalam
hal ini memang dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk
melakukan usaha-usaha yang berkaitan dengan pemertahanan bahasa daerah dan
pelestarian budaya (Djamareng dan Jufriadi, 2016:80). Hal ini karena selama ini
hanya sedikit bahasa daerah yang diajarkan di bangku-bangku sekolah.
Pengajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah tentunya sangat membantu bahasa
daerah dari ketertinggalan di tengah era globasisasi ini. Hal ini patut dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
sebagai upaya untuk mengurangi bahasa-bahasa yang punah oleh desakan bahasa
Indonesia dan bahasa asing.
Berdasarkan hasil analisis data pada subbab sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa memang ada perbedaan sikap terhadap bahasa Indonesia antara mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma. Skor
rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia adalah
105,812. Sementara itu, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan
adalah sebesar 108,289. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa
perempuan memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki.
Namun demikian, memang berdasarkan pada hasil penghitungan, dapat dikatakan
juga bahwa keduanya memiliki sikap terhadap bahasa Indonesia yang sama-sama
berkategori baik (positif).
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
memang ada perbedaan sikap antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta meskipun keduanya
sama-sama menunjukkan adanya sikap yang positif. Dalam hal ini, mahasiswa
perempuan memiliki sikap positif yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa laki-
laki. Hal ini serupa dengan yang ditemukan oleh Fatina (2014). Dalam
penelitiannya itu, Fatina juga menemukan bahwa ada perbedaan sikap bahasa
antara laki-laki dan perempuan yang beretnik Muna terhadap bahasa Indonesia.
Meskipun keduanya menunjukkan adanya sikap yang positif, ternyata perempuan
memiliki sikap yang lebih positif dibandingkan laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
Untuk melihat letak perbedaan sikap terhadap bahasa Indonesia antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, peneliti juga sudah melakukan
penghitungan pada aspek kognisi, afeksi, dan konasi terhadap bahasa Indonesia.
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa perbedaan tersebut terletak pada aspek
afeksi. Pada aspek afeksi, skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa perempuan
adalah 43,095, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki
adalah 41,941. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa perempuan
memiliki skor yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki. Sementara itu,
kedua aspek lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan sikap terhadap bahasa
Indonesia antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan.
Jika dilihat berdasarkan aspek afeksi, mahasiswa perempuan memang
sudah memiliki sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari
sebagian besar responden, bahkan hampir seluruh responden, menganggap bahwa
bahasa Indonesia dapat menunjukkan kesopanan daripada bahasa lainnya, bahasa
Indonesia lebih dapat menunjukkan prestise daripada bahasa asing, ada rasa
bangga bahwa bahasa Indonesia sudah banyak dipelajari oleh orang asing dan
sudah menjadi bahasa kedua di beberapa negara, bahasa Indonesia dapat
menunjukkan kemodernan, dan responden juga mengaku lebih percaya diri ketika
menggunakan bahasa Indonesia.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan
memiliki afeksi yang lebih tinggi terhadap bahasa Indonesia daripada mahasiswa
laki-laki hampir serupa yang ditemukan oleh Sobara dan Ardiyani (2013). Dalam
penelitiannya itu, Sobara dan Ardiyani menemukan bahasa mahasiswa perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
mempunyai kebanggaan yang lebih tinggi terhadap bahasa Indonesia daripada
mahasiswa laki-laki. Jika dilihat, aspek kebanggaan itu dapat dikatakan termasuk
ke dalam aspek afeksi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini
juga mengonfirmasi hasil temuan Sobara dan Ardiyani bahwa mahasiswa
perempuan memiliki afeksi yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa laki-laki.
Berbeda dengan sikap bahasa antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan terhadap bahasa Indonesia yang menunjukkan adanya perbedaan,
sikap terhadap bahasa daerah antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan tidak menunjukkan adanya perbedaan. Berdasarkan hasil pengujian,
skor rata-rata mahasiswa laki-laki adalah 84,673, sedangkan skor rata-rata
mahasiswa perempuan adalah 83,403. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata skor tentang bahasa daerah yang sedikit
lebih tinggi daripada perempuan. Namun, secara keseluruhan, keduanya sama-
sama menunjukkan adanya sikap yang positif pada setiap aspek, yaitu aspek
kognisi, afeksi, dan konasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, baik sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia maupun bahasa daerah,
memang perlu dilakukan upaya untuk menumbukan sikap yang positif terhadap
kedua bahasa tersebut. Hal ini dilakukan agar semakin tercipta dan meningkatnya
sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah di antara
penuturnya. Perilaku menjaga, mempertahankan, dan mengembangkan bahasa
Indonesia dan bahasa daerah dapat tumbuh karena penutur memiliki sikap yang
positif yang muncul dalam diri penutur (Marsudi, 2015:97).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini, akan diuraikan tiga hal, yaitu (1) kesimpulan, (2)
keterbatasan penelitian, dan (3) saran. Ketiga hal tersebut akan dipaparkan sebagai
berikut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, peneliti menarik
kesimpulan dalam penelitian ini. Berikut disajikan kesimpulan tersebut.
1. Sikap bahasa mahasiswa laki-laki terhadap bahasa Indonesia dan bahasa
daerah dapat dikategorikan sebagai sikap bahasa yang baik. Skor rata-rata
yang diperoleh mahasiswa laki-laki untuk sikap terhadap bahasa Indonesia
adalah 117,158, sedangkan untuk sikap terhadap bahasa daerah adalah 80,208.
Berdasarkan setiap aspek sikap bahasa, pada bahasa Indonesia, mahasiswa
laki-laki sudah menunjukkan adanya sikap bahasa yang baik. Hal ini terlihat
dari skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa laki-laki pada setiap aspek, yaitu
sebesar 49,921 untuk aspek kognisi, sebesar 49,960 untuk aspek afeksi, dan
sebesar 17,277 untuk aspek konasi. Jika dikonversikan pada skala interval
yang telah dibuat pada setiap aspek, skor rata-rata tersebut memiliki kategori
baik. Sementara itu, untuk bahasa daerah, skor rata-rata mahasiswa laki-laki
pada setiap aspek, yaitu sebesar 40,327 untuk aspek kognisi, sebesar 32,238
untuk aspek afeksi, dan sebesar 7,644 untuk aspek konasi. Jika dikonversikan
pada skala interval yang telah dibuat pada setiap aspek, skor rata-rata untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
aspek kognisi dan aspek afeksi tersebut memiliki kategori baik, sedangkan
aspek konasi memiliki kategori tidak baik.
2. Sikap bahasa mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa
daerah dapat dikategorikan sebagai sikap bahasa yang baik. Skor rata-rata
yang diperoleh mahasiswa perempuan untuk sikap terhadap bahasa Indonesia
adalah 119,352, sedangkan untuk bahasa daerah adalah 78,522. Berdasarkan
setiap aspek sikap bahasa, pada bahasa Indonesia, mahasiswa perempuan juga
sudah menunjukkan adanya sikap yang baik. Hal ini terlihat dari skor rata-rata
yang diperoleh mahasiswa perempuan pada setiap aspek, yaitu sebesar 50,632
untuk aspek kognisi, sebesar 51,083 untuk aspek afeksi, dan sebesar 17,636
untuk aspek konasi. Jika dikonversikan pada skala interval yang telah dibuat
pada setiap aspek, skor rata-rata tersebut memiliki kategori baik. Sementara
itu, untuk bahasa daerah, skor rata-rata mahasiswa perempuan berdasarkan
setiap aspek, yaitu sebesar 39,656 untuk aspek kognisi, sebesar 31,395 untuk
aspek afeksi, dan sebesar 7,470 untuk aspek konasi. Jika dikonversikan pada
skala interval yang telah dibuat pada setiap aspek, skor rata-rata untuk aspek
kognisi dan aspek afeksi tersebut memiliki kategori baik, sedangkan aspek
konasi memiliki kategori tidak baik.
3. Berdasarkan hasil uji-t dua sampel, ada perbedaan sikap bahasa antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia.
Perbedaan sikap terhadap bahasa Indonesia itu terletak pada aspek afeksi.
Dalam hal ini, mahasiswa perempuan memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi
daripada mahasiswa laki-laki, sehingga dapat dikatakan mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
perempuan memiliki sikap yang lebih positif terhadap bahasa Indonesia
berdasarkan aspek kognisi dibandingkan mahasiswa laki-laki. Sementara itu,
untuk, berdasarkan uji-t dua sampel, tidak ada perbedaan sikap bahasa antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa daerah.
Keduanya sama-sama menunjukkan adanya sikap yang positif.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa kekurangan.
Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Penelitian ini hanya terbatas pada lingkup FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan pada lingkup kampus.
3. Penelitian ini tidak sampai membahas sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah berdasarkan suku-
suku.
4. Penelitian ini tidak sampai membahas sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah pada setiap program
studi.
5. Pada penelitian ini, aspek konasi kurang banyak mendapat perhatian dari
peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
5.3 Saran
Setelah melakukan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat diberikan
oleh peneliti. Adapun saran-saran tersebut dipaparkan sebagai berikut.
1. Upaya pembinaan dan pengembangan baik terhadap bahasa Indonesia maupun
bahasa daerah tetap perlu dilakukan. Hal ini agar bahasa-bahasa tersebut tidak
tergantikan dengan bahasa lainnya dan sebagai upaya menjaga jati diri bangsa
Indonesia dan budaya lokal Indonesia.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian pada ruang lingkup
yang lebih luas (tidak hanya terbatas pada fakultas).
3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian mengenai sikap
bahasa yang tidak hanya terbatas pada lingkup kampus, tetapi lebih luas lagi.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya memperhatikan pula sikap bahasa
berdasarkan suku-suku yang ada atau berdasarkan bahasa daerah.
5. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya memperhatikan pula adanya aspek
konasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
DAFTAR PUSTAKA
Apriliani, Rian dkk. 2016. “Hubungan antara Pemahaman Unsur Kebahasaan dan
Sikap terhadap Bahasa Indonesia dengan Kompetensi Menulis Karya
Ilmiah Mahasiswa”. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Vol. 1 No. 1, Juni
2016.
Arba’i, Sigit. (1996). “Pemertahanan Bahasa Daerah oleh Mahasiswa Asal
Sulawesi Tenggara di Yogyakarta”. Jurnal. Kongres II Bahasa-bahasa
Daerah Sulawesi Tenggara 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, Wiwiek Dwi. (2007). “Sikap Bahasa Mahasiswa dan Dosen terhadap
Istilah Terjemahan dan Istilah Serapan Bidang Ekonomi Hasil Mabbim”.
Jurnal. Humaniora.
Atkinson, Rita L dkk. (2010). Pengantar Psikologi. Tangerang: Interaksara.
Azwar, Saifuddin. (1988). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Liberty.
Badan Pusat Statistik. (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan
Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010.
Jakarta: BPS.
Budhiono, R. Herry. (2009). “Bahasa Ibu (Bahasa Daerah) di Palangkaraya:
Pergeseran dan Pemertahanannya”. Jurnal Adabiyyat. Vol. 8 No. 1, Juni
2009.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djamareng, Jumharia dan Jufriadi. (2016). “Pengaruh Sikap dan Peran Orang Tua
terhadap Pergeseran Bahasa Luwu di Kalangan Anak-anak pada
Masyarakat Luwu Kota Palopo”. Jurnal PALITA: Journal of Social-Religi
Research. April 2016, Vol. 1, No. 1.
Ethnologue. (2017). Ethnologue Languages of the World. [online]. Tersedia
https://www.ethnologue.com/country/ID [9 Oktober 2017].
Fatina, Siti. (2015). “Sikap Bahasa Etnik Muna di Perantauan Sulawesi Tengah”.
Jurnal. Kongres II Bahasa-bahasa Daerah Sulawesi Tenggara 2014.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerungan, W. A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Hamida, Layli. (2012). “Revivalisme Ideologi Bahasa dalam Rangka
Pemertahanan Bahasa dan Identitas Budaya Lokal”. Jurnal. Seminar
Internasional. Mataram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
Hani’ah. (2015). “Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi sebagai
Penguatan Jati Diri Bahasa Indonesia dalam Konteks Masyarakat Ekonomi
ASEAN”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Volume 17 No. 1.
Hidayat, Rahayu Surtiati. (2004). “Penulisan dan Gender”. Jurnal. Sosial
Humaniora.
Ikram, Achadiati, dkk. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia: Bahasa, Sastra,
dan Aksara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati. (2014). Metodologi Penelitian:
Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan,
dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kasmadi dan Nia Siti Sunariah. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Lauder, Multamia R. M. T. 2004. Optimalisasi Bahasa Indonesia Berbasis
Korpus Linguistik. Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra
Indonesia. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah.
Mardikantoro, Hari Bakti. (2012). “Bentuk Pergeseran Bahasa Jawa Masyarakat
Samin dalam Ranah Keluarga”. Jurnal Litera. Oktober 2012, Volume 11,
Nomor 2.
Marsudi, Siti Zahrok. 2015. “Kesetiaan Berbahasa Indonesia Dipertanyakan di
Era Globalisasi”. Jurnal Sosial Humaniora. Vol. 8 No. 1, Juni 2015.
Martono, Nanang. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Mbete, Aron Meko. (2003). “Pemekaran Fungsi Bahasa Daerah Demi Ketahanan
Budaya Bangsa”. Jurnal. Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
McEwan, Elaine K. (2014). 10 Karakter yang Harus Dimiliki Guru yang Sangat
Efektif. Jakarta: Indeks.
Muhammad, Zulfikar. (2015). “Peranan Komunikasi Keluarga dalam Usaha
Pelestarian Bahasa Daerah Kota Tidore Kepulauan”. Jurnal “Acta Diurna”.
Vol. 4 No. 5.
Mulyasa. (2014). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Munjin. (2008). “Ekspresi Bahasa dan Gender: Sebuah Kajian Sosiolinguistik”.
Jurnal. Jurnal Studi Gender dan Anak.
Muslihah, Nur Nisai. (2015). “Menumbuhkan Sikap Positif terhadap Bahasa
Indonesia melalui Pemahaman Makna Sumpah Pemuda”. Jurnal Prosiding
Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
Muti’ah, Arju. (2017). “Pengembangan Sikap Bahasa Melalui Pendidikan Formal:
Respon terhadap Peminatan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing”.
Jurnal Seminar Nasional: Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks
Global. PBSI FKIP Universitas Jember.
Nababan. (1984). Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Paryono, Yani. (2013). “Peranan Strategis Media Massa dalam Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Indonesia”. Jurnal Madah Volume 14 Nomor 2
Tahun 2013.
Qomariyah, U’um. (2009). “Aksen Feminitas Masyarakat Nelayan Jawa di Pesisir
Rembang: Telaah Perbedaan Gender dalam Penggunaan Bahasa”. Jurnal.
Lingua. Universitas Negeri Semarang.
Rahayu, Yayuk Eny dan Ari Listyorini. (2010). “Sikap Bahasa Wanita Karir dan
Implikasinya terhadap Pemertahanan Bahasa Jawa di Wilayah
Yogyakarta”. Jurnal. Litera.
Rahmawati. (2015). “Peran Tradisi Lisan Katoba dalam Pemertahanan Bahasa
Daerah Muna”. Jurnal. Kongres II Bahasa-bahasa Daerah Sulawesi
Tenggara 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rohulloh, Ratu. (2017). “Pengaruh Perilaku Bahasa dalam Masyarakat terhadap
Mutu Pendidikan dan Perkembangan Sikap/Karakter pada Anak Usia
Dini”. Jurnal. Education and Language International Conference
Proceedings Center for International Language Development of Unissula,
Mei 2017.
Santosa, Puji dan Muhammad Jaruki. (2016). Mahir Berbahasa Indonesia: Baik,
Benar, dan Santun. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito W dan Eko A. Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sarwono, Sarlito W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Setyaningsih, Nina. 2010. Pemertahanan Bahasa Jawa Samin di Kabupaten
Blora.
Setyawan, Aan. 2011. “Bahasa Daerah dalam Perspektif Kebudayaan dan
Sosiolinguitik: Peran dan Pengaruhnya dalam Pergeseran dan
Pemertahanan Bahasa”. Jurnal Seminar Internasional “Language
Maintenance and Shift”. Universitas Diponegoro, 2 Juli 2011.
Siregar, Bahren Umar, dkk. (1998). Pemertahanan Bahasa dan Sikap Bahasa:
Kasus Masyarakat Bilingual di Medan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Siregar, Syofian. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
____________. (2017). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
Sitorus, Nurhayati. (2014). “Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten
Dairi”. Jurnal Kajian Linguistik. Agustus 2014, No. 2.
Sobara, Iwa dan Dewi Kartika Ardiyani. (2013). “Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-
laki dan Perempuan di Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang”.
Jurnal. Universitas Negeri Malang: Bahasa dan Seni.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Suandi, I Nengah. (2014). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suhardi, Basuki. (1996). Sikap Bahasa. Depok: Fakultas Sastra Universitas
Indonesia.
______________. (2002). Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Jakarta: Obor.
Suharsaputra, Uhar. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan
Tindakan. Bandung: Refika Aditama.
Suryabrata, Sumadi. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:
Andi Offset.
Syahroni, Ngalimun, dkk. 2013. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Thomas, Linda dan Shan Wareing. (2007). Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Triyono, Sulis. (2006). “Pembahasan Hasil Penelitian: Pergeseran Bahasa Daerah
Akibat Kontak Bahasa melalui Pembauran”. Jurnal Litera. Januari 2006,
Volume 5, Nomor 1.
Wade, Carole dan Carol Travis. (2007). Psikologi. Edisi kesembilan. Jakarta:
Erlangga.
Wahab, Abdul. (2003). “Masa Depan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah”. Jurnal.
Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).Yogyakarta: Andi.
Wawan, A. dan Dewi M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Werang, Basilius Redan. (2015). Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Calpulis.
Widoyoko, S. Eko Putro. (2015). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wilian, Sudirman. (2010). “Pemertahanan Bahasa dan Kestabilan Kedwibahasaan
pada Penutur Bahasa Sasak di Lombok”. Jurnal Linguistik Indonesia.
Februari 2010, No. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
Williams, Brett, dkk. (2012). Exploratory Factor Analysis: A Five-Step Guide for
Novices. Journal of Emergency Primary Health Care. Vol. 8 Issue 3.
Australia.
Winarti, Sri. (2015). “Sikap Bahasa Masyarakat di Wilayah Perbatasan NTT:
Penelitian Sikap Bahasa pada Desa Silawan, Provinsi Nusa Tenggara
Timur”. Jurnal Metalingua. Vol. 13 No 2.
Winda, Novia dan Siti Aulia. (2016). “Pemertahanan Bahasa Banjar Hulu di Kota
Banjarmasin pada Umur Dewasa (Ranah Pemerintahan, Ranah Transaksi,
dan Ranah Tetangga)”. Jurnal Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya. Oktober 2016, Vol. 1, No 2.
Yusuf, Muri. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedia Grup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
LAMPIRAN 1 KISI-KISI SIKAP BAHASA MAHASISWA LAKI-LAKI
DAN PEREMPUAN TERHADAP BAHASA INDONESIA DAN BAHASA
DAERAH
Sikap
Bahasa
Indikator Pernyataan + -
Kognisi
Mudah
mempelajari
Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
mudah dipelajari.
12 56
Keyakinan Memiliki
keyakinan bahwa
bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
mampu bersaing
dengan bahasa
lainnya.
19 20, 57, 58
Memiliki
kemampuan
Memiliki
kemampuan yang
baik (membaca,
menulis,
menyimak,
berbicara) dalam
bahasa Indonesia
dan bahasa
daerah.
17, 32, 33,
35, 47, 48,
49, 50, 51
13, 14, 15,
16 18, 34,
36, 46, 65,
66, 67
Memiliki
pengetahuan
Memiliki
pengetahuan yang
baik mengenai
bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
10, 11, 52 9, 53, 54,55
Afeksi
Kepercayaan
diri
Merasa percaya
diri ketika
berbahasa
Indonesia atau
berbahasa daerah.
30 63
Keakraban Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
dapat
menunjukkan
keakraban.
42 22
Kebanggaan Merasa bangga
terhadap
Indonesia dan
bahasa daerah.
27, 28, 60 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
Penanda jati diri Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
dapat
menunjukkan jati
diri.
64 31
Afeksi
Kemodernan Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
dapat
menunjukkan
kemodernan.
29 62
Prestise Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
dapat
menunjukkan
prestise.
26 61
Kesopanan Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah
dapat
menunjukkan
kesopanan.
23 43
Suka
menggunakan
Lebih suka
menggunakan
bahasa Indonesia
atau bahasa
daerah daripada
bahasa lainnya.
7, 8, 39, 41 2, 4, 6, 44
Tertarik untuk
mempelajari
Merasa tertarik
untuk
mempelajari
bahasa Indonesia
dan bahasa
daerah.
68 37, 38
Konasi
Menggunakan Menggunakan
bahasa Indonesia
atau bahasa
daerah dalam
berbagai
kesempatan.
1, 3, 5, 40 45
Bertanggung
jawab untuk
mengembangkan
Bertanggung
jawab untuk
mengembangkan
bahasa Indonesia
dan bahasa
daerah.
21. 59 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
LAMPIRAN 2 KUESIONER SIKAP BAHASA MAHASISWA LAKI-LAKI
DAN PEREMPUAN TERHADAP BAHASA INDONESIA DAN BAHASA
DAERAH
Penelitian ini berusaha mengkaji sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan yang ada di FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap
bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam lingkup kampus. Selain itu, penelitian
ini juga berusaha mengkaji apakah ada perbedaan sikap bahasa mahasiswa laki-
laki dan mahasiswa perempuan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah
dalam lingkup kampus. Oleh karena itu, peneliti meminta kesediaan responden
untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Terima
kasih.
Petunjuk:
Isilah form berikut sesuai dengan identitas diri Anda!
Nama :
Prodi/Angkatan/NIM :
Jenis Kelamin :
Umur :
Tempat Lahir :
Suku Ayah :
Suku Ibu :
Daerah Asal Anda :
Status Domisili : kos/tidak kos (coret yang tidak perlu)
Alamat Domisili :
Bahasa Daerah Anda : 1)
2)
3)
4)
5)
6)
Bahasa yang Pertama Kali Dikuasai :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
Petunjuk:
Berilah tanda cek (v) pada kolom skala sikap yang paling sesuai dengan kondisi
yang Anda alami!
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan
Skala
SS S TS STS
1 Ketika berbicara dengan dosen di kampus, saya
memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia.
2 Ketika berbicara dengan teman di kampus yang
berbeda suku, saya sebenarnya kurang senang jika
menggunakan bahasa Indonesia.
3 Ketika berbicara dengan kakak atau adik tingkat
yang berbeda suku, saya memilih untuk
menggunakan bahasa Indonesia.
4 Ketika berbicara dengan teman yang sesuku di
kampus, sebenarnya saya tidak senang jika
menggunakan bahasa Indonesia.
5 Ketika berbicara dengan staf di kampus, saya
menggunakan bahasa Indonesia.
6 Ketika berbicara dalam rapat organisasi di kampus,
saya sebenarnya tidak senang jika menggunakan
bahasa Indonesia.
7 Ketika berbicara dalam forum kepanitiaan di
kampus, saya lebih senang menggunakan bahasa
Indonesia.
8 Ketika memberikan informasi di grup kelas melalui
aplikasi chatting, saya lebih senang menggunakan
bahasa Indonesia.
9 Pengetahuan saya mengenai kosakata dalam bahasa
Indonesia tidak cukup banyak.
10 Menurut saya, pengetahuan yang baik tentang
bahasa Indonesia (lisan dan tulisan) dapat membantu
saya untuk menyelesaikan kuliah.
11 Menurut saya, pengetahuan yang baik tentang
bahasa Indonesia (lisan dan tulisan) nantinya dapat
membantu saya untuk memperoleh pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
No. Pernyataan
Skala
SS S TS STS
12 Menurut saya, bahasa Indonesia lebih mudah
dipelajari daripada bahasa lainnya.
13 Saya tidak bisa menyampaikan pendapat dengan
baik ketika berbicara di depan kelas dalam bahasa
Indonesia.
14 Saya tidak bisa menyampaikan pendapat dengan
baik ketika berdiskusi dengan teman di kelas
dalam bahasa Indonesia.
15 Saya tidak bisa menyampaikan pendapat dengan
baik ketika berbicara pada rapat organisasi/forum
kepanitiaan di kampus dalam bahasa Indonesia.
16 Saya merasa kesulitan menyampaikan
pertanyaan/pernyataan dengan baik dalam bahasa
Indonesia ketika berbicara pada forum diskusi di
kelas.
17 Bagi saya, cukup mudah menyampaikan
gagasan/ide/pendapat dengan baik saat
mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam bahasa
Indonesia.
18 Bagi saya tidak mudah untuk memahami buku-
buku perkuliahan dalam bahasa Indonesia.
19 Menurut saya, bahasa Indonesia mampu bersaing
dengan bahasa lainnya di era globalisasi ini.
20 Menurut saya, lama-kelamaan bahasa Indonesia
dapat tergantikan dengan bahasa lainnya.
21 Sebagai calon guru, saya bersedia untuk
membantu pengembangan bahasa Indonesia agar
menjadi bahasa yang lebih maju.
22 Saya tidak merasa lebih akrab dengan teman di
kampus ketika berbicara dalam bahasa Indonesia.
23 Saya merasa bahasa Indonesia lebih dapat
menunjukkan kesopanan daripada bahasa lainnya.
24 Pengembangan terhadap bahasa Indonesia tidak
perlu lagi dilakukan.
25 Sebenarnya, saya merasa kurang bangga ketika
menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai
kesempatan di kampus.
26 Bahasa Indonesia lebih dapat menunjukkan
prestise (wibawa) daripada bahasa asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
274
No. Pernyataan
Skala
SS S TS STS
27 Saya merasa bangga bahwa bahasa Indonesia sudah
dijadikan sebagai bahasa kedua di beberapa negara.
28 Saya merasa bangga ketika mengetahui bahwa
banyak penutur asing yang ingin belajar bahasa
Indonesia.
29 Bahasa Indonesia dapat menunjukkan kemodernan.
30 Saya merasa lebih percaya diri ketika berbicara di
kampus dalam bahasa Indonesia.
31 Bahasa Indonesia tidak dapat melambangkan jati
diri saya.
32 Saya sangat menguasai adanya kaidah-kaidah yang
berlaku dalam bahasa Indonesia.
33 Saya sangat sedikit melakukan kesalahan ejaan
pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah.
34 Pada saat mengerjakan tugas-tugas kuliah, saya
banyak menggunakan kata-kata yang tidak baku
dalam bahasa Indonesia.
35 Saya tidak kesulitan membuat kalimat ketika
sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
36 Ketika berbicara di depan kelas (presentasi,
mengajukan pertanyaan, dan sebagainya), saya
sering menggunakan kata-kata yang tidak baku
dalam bahasa Indonesia.
37 Saya merasa tidak tertarik untuk mempelajari
bahasa Indonesia lebih dalam.
38 Secara keseluruhan, kemampuan berbahasa
Indonesia masih sangat kurang.
39 Ketika berdiskusi dengan teman yang berasal dari
suku yang sama, saya lebih senang menggunakan
bahasa daerah.
40 Ketika berbicara dengan dosen di kampus yang
berasal dari suku yang sama, saya lebih memilih
untuk menggunakan bahasa daerah.
41 Ketika berbicara dengan teman yang berasal dari
suku yang sama di kampus, saya lebih senang
menggunakan bahasa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
275
No. Pernyataan
Skala
SS S TS STS
42 Saya merasa lebih akrab ketika saya berbicara
dengan teman sesuku menggunakan bahasa daerah
saya.
43 Penggunaan bahasa daerah di kampus tidak dapat
menunjukkan kesopanan.
44 Ketika menyampaikan sesuatu di dalam grup kelas
melalui aplikasi chatting, saya merasa tidak senang
jika ada yang menggunakan bahasa daerah.
45 Lama-kelamaan saya semakin jarang menggunakan
bahasa daerah saya, terlebih saat di kampus.
46 Saya tidak lancar menggunakan bahasa daerah
saya.
47 Saya merasa lebih mudah menyampaikan pendapat
dengan baik ketika sedang berbicara dalam bahasa
daerah.
48 Saya merasa lebih mudah menyampaikan
pertanyaan dengan baik ketika sedang berbicara
dalam bahasa daerah saya
49 Saya merasa lebih mudah menyampaikan
gagasan/ide/pendapat dengan baik ketika sedang
menulis dalam bahasa daerah saya.
50 Saya lebih mudah menangkap penjelasan dari
seseorang yang berbicara dalam bahasa daerah
saya.
51 Ketika membaca, saya merasa lebih mudah
memahami teks dalam bahasa daerah saya.
52 Pengetahuan saya mengenai kosakata dalam bahasa
daerah saya cukup banyak.
53 Menurut saya, pengetahuan yang baik mengenai
bahasa daerah (lisan dan tulisan) tidak dapat
menunjukkan tingkat pendidikan seseorang.
54 Menurut saya, pengetahuan yang baik mengenai
bahasa daerah (lisan dan tulisan) tidak dapat
membantu saya untuk memperoleh pekerjaan yang
baik nantinya.
55 Menurut saya, pengetahuan mengenai bahasa
daerah sudah tidak diperlukan, karena sudah ada
bahasa Indonesia dan bahasa asing.
56 Menurut saya, bahasa daerah sangat sulit dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
276
No. Pernyataan
Skala
SS S TS STS
57 Menurut saya, bahasa daerah tidak mampu
bersaing dengan bahasa lainnya di era globalisasi
ini.
58 Menurut saya, bahasa daerah dapat terganti dengan
bahasa lainnya.
59 Sebagai generasi penerus, saya bersedia untuk
membantu pengembangan bahasa daerah agar
tidak ketinggalan dengan bahasa-bahasa lainnya.
60 Saya merasa bangga ketika menggunakan bahasa
daerah saya dalam berbagai kesempatan di
kampus.
61 Bahasa daerah tidak dapat menunjukkan prestise
(wibawa) seseorang.
62 Bahasa daerah tidak dapat menunjukkan
kemodernan.
63 Saya merasa tidak percaya diri ketika berbicara
dalam bahasa daerah.
64 Bahasa daerah saya dapat melambangkan jati diri
saya.
65 Saya kurang menguasai adanya kaidah-kaidah
yang berlaku dalam bahasa daerah saya.
66 Ketika berbicara menggunakan bahasa daerah,
saya sering memasukkan istilah-istilah dalam
bahasa Indonesia juga.
67 Ketika sedang berbicara menggunakan bahasa
daerah, saya sering memasukkan istilah-istilah
dalam bahasa asing juga.
68 Saya merasa tertarik untuk mempelajari bahasa
daerah saya lebih dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
277
LAMPIRAN 3 SURAT IZIN VALIDATOR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
279
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280
LAMPIRAN 4 HASIL UJI VALIDASI OLEH AHLI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
283
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
285
LAMPIRAN 5 PENGANTAR SURAT IZIN PENELITIAN DARI PRODI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
LAMPIRAN 6 SURAT IZIN PENELITIAN DARI UNIVERSITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
287
LAMPIRAN 7 SKOR UJICOBA BUTIR BAHASA INDONESIA
184169 170 164 161 164 169 165 163 158 161
154 154 152 152 150 150 150 150 148 151 150 144 144 142 147 144 144 140 144
0
50
100
150
200
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
SKOR UJI COBA R1-R30
144 141136 137 137 136 134
139131 131 130 133
125 124 123 120 123 119125
119 119114 115 111
105 108 108 107
0
20
40
60
80
100
120
140
160
R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57
SKOR UJI COBA R31-R57
Keterangan:
RU= responden ujicoba (Misal: RU1 berarti responden 1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
288
LAMPIRAN 8 KONVERSI SKOR UJICOBA BUTIR BAHASA INDONESIA
115107 110
103 106 104 105 102 101 97103 100 100
94 95 96 97 95 92 92 96 9690
8590 92 90 89 88 90
0
20
40
60
80
100
120
140
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
KONVERSI SKOR UJICOBA BAHASA INDONESIA R1-R30
8882
7986
83 81
88
80 79 7882
73 73 7369
7467
7369 68
65 67
58 57 58 60 59
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57
KONVERSI SKOR UJICOBA R31-R57
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden 1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
289
LAMPIRAN 9 HARGA T BUTIR BAHASA INDONESIA
PERNYATAAN SKOR PERNYATAAN SKOR
P1 4.66877 P20 4.41800
P2 3.05431 P21 3.93030
P3 5.40124 P22 3.92532
P4 1.80308 P23 3.75224
P5 4.38003 P24 3.41837
P6 4.26589 P25 2.31509
P7 7.66702 P26 2.88397
P8 6.33002 P27 3.62990
P9 2.31294 P28 7.11438
P10 2.23648 P29 5.23362
P11 3.05040 P30 6.58193
P12 3.04829 P31 3.91544
P13 3.32020 P32 2.43376
P14 3.46167 P33 2.12142
P15 2.72784 P34 2.24776
P16 3.90711 P35 3.04829
P17 2.82562 P36 2.79679
P18 2.00875 P37 2.52380
P19 3.33964 P38 2.26050
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
290
LAMPIRAN 10 SKOR UJICOBA BUTIR BAHASA DAERAH
119 123114 111 112 110
105110
105 104 104 107102 103 99 99 99 99 98 98 96 96 95 95 95 94 93 93 93 92
0
20
40
60
80
100
120
140
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
SKOR UJICOBA R1-R30
92 92 90 90 89 89 89 88 88 87 8784
81 83 8380 80
7477
7074 74 73
67 65 63
43
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57
SKOR UJICOBA R31-R57
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden 1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
291
LAMPIRAN 11 KONVERSI SKOR UJICOBA KUESIONER BUTIR BAHASA DAERAH
81 83 81 80 82 8175
81
7477 77 76
73 72 73 73 73 72 71 69 71 72 71 7369 70
6469 67 67
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
KONVERSI SKOR UJICOBA R1-R30
67 6865 63
66 6663 62 64 64 66
6057
60 6257 57
54 55
4854 54 53 51 50
45
27
0
10
20
30
40
50
60
70
80
R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57
KONVERSI SKOR UJICOBA R31-R57
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden 1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
292
LAMPIRAN 12 HARGA T BUTIR BAHASA DAERAH
PERNYATAAN SKOR PERNYATAAN SKOR
P39 3.02791 P54 3.36509
P40 2.60293 P55 3.05332
P41 3.02072 P56 2.02328
P42 3.25597 P57 5.10686
P43 3.77976 P58 3.26410
P44 4.11523 P59 3.54904
P45 2.97202 P60 3.75137
P46 1.96852 P61 2.59243
P47 3.77976 P62 3.80202
P48 3.75612 P63 2.90333
P49 2.47886 P64 1.84060
P50 3.71912 P65 2.13863
P51 3.21668 P66 2.24625
P52 1.72441 P67 2.42342
P53 2.00087 P68 2.16088
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
LAMPIRAN 13 DESKRIPTIF STATISTIK UJI VALIDITAS PRODUCT
MOMENT BUTIR BAHASA INDONESIA
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
P1 2.421 .8006 57
P2 2.035 .7784 57
P3 2.105 .8169 57
P4 1.965 .6537 57
P5 2.298 .7311 57
P6 2.211 .6192 57
P7 2.228 .8241 57
P8 2.018 .7674 57
P9 2.070 .8422 57
P10 2.333 .6637 57
P11 2.333 .7400 57
P12 2.404 .7285 57
P13 2.421 .7547 57
P14 2.351 .7674 57
P15 2.439 .8241 57
P16 2.351 .8127 57
P17 2.123 .5369 57
P18 2.439 .7563 57
P19 2.018 .7674 57
P20 2.123 .8466 57
P21 2.211 .7255 57
P22 2.333 .7638 57
P23 2.456 .7808 57
P24 1.912 .7387 57
P25 2.684 .7358 57
P26 2.333 .6901 57
P27 2.193 .8115 57
P28 2.368 .7707 57
P29 1.965 .9056 57
P30 1.982 .8127 57
P31 2.439 .9067 57
P32 2.228 .6551 57
P33 2.123 .7576 57
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
P34 2.421 .7058 57
P35 2.368 .6977 57
P36 2.474 .7098 57
P37 2.316 .8272 57
P38 2.281 .5902 57
TOTAL 85.772 14.8300 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
294
LAMPIRAN 14 UJI RELIABILITAS TEKNIK ALPHA CRONBACH
BUTIR BAHASA INDONESIA
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 57 100.0
Excludeda 0 0.0
Total 57 100.0
a. Listwise deletion based on
all variables in the procedure.
Reliability
Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.744 39
Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation
N of
Items
171.544 879.717 29.6600 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
295
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation N
P1 2.421 .8006 57
P2 2.035 .7784 57
P3 2.105 .8169 57
P4 1.965 .6537 57
P5 2.298 .7311 57
P6 2.211 .6192 57
P7 2.228 .8241 57
P8 2.018 .7674 57
P9 2.070 .8422 57
P10 2.333 .6637 57
P11 2.333 .7400 57
P12 2.404 .7285 57
P13 2.421 .7547 57
P14 2.351 .7674 57
P15 2.439 .8241 57
P16 2.351 .8127 57
P17 2.123 .5369 57
P18 2.439 .7563 57
P19 2.018 .7674 57
P20 2.123 .8466 57
P21 2.211 .7255 57
P22 2.333 .7638 57
P23 2.456 .7808 57
P24 1.912 .7387 57
P25 2.684 .7358 57
P26 2.333 .6901 57
P27 2.193 .8115 57
P28 2.368 .7707 57
P29 1.965 .9056 57
P30 1.982 .8127 57
P31 2.439 .9067 57
P32 2.228 .6551 57
P33 2.123 .7576 57
P34 2.421 .7058 57
P35 2.368 .6977 57
P36 2.474 .7098 57
P37 2.316 .8272 57
P38 2.281 .5902 57
TOTAL 85.772 14.8300 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
296
LAMPIRAN 15 DESKRIPTIF STATISTIK UJI VALIDITAS PRODUCT
MOMENT BUTIR BAHASA DAERAH
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
P39 1.912 .7625 57
P40 2.123 .8675 57
P41 2.000 .7792 57
P42 2.105 .6991 57
P43 2.316 .7828 57
P44 2.298 .7311 57
P45 2.175 .6303 57
P46 2.263 .6689 57
P47 1.719 .8184 57
P48 2.421 .6532 57
P49 2.404 .7526 57
P50 2.298 .6805 57
P51 2.474 .6841 57
P52 2.070 .9231 57
P53 2.246 .6623 57
P54 2.053 .8328 57
P55 2.105 .9197 57
P56 2.088 .8080 57
P57 2.193 .7892 57
P58 2.316 .8053 57
P59 1.860 .7892 57
P60 2.263 .8562 57
P61 2.158 .8822 57
P62 2.281 .8609 57
P63 2.281 .9015 57
P64 2.439 .8455 57
P65 2.544 .7089 57
P66 1.965 .5658 57
P67 2.316 .6855 57
P68 2.544 .6832 57
TOTAL 66.228 10.7488 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
297
LAMPIRAN 16 UJI RELIABILITAS TEKNIK ALPHA CRONBACH
BUTIR BAHASA DAERAH
N %
Cases Valid 57 100.0
Excludeda 0 0.0
Total 57 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability
Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.735 31
Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation
N of
Items
132.456 462.145 21.4976 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
298
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation N
P39 1.912 .7625 57
P40 2.123 .8675 57
P41 2.000 .7792 57
P42 2.105 .6991 57
P43 2.316 .7828 57
P44 2.298 .7311 57
P45 2.175 .6303 57
P46 2.263 .6689 57
P47 1.719 .8184 57
P48 2.421 .6532 57
P49 2.404 .7526 57
P50 2.298 .6805 57
P51 2.474 .6841 57
P52 2.070 .9231 57
P53 2.246 .6623 57
P54 2.053 .8328 57
P55 2.105 .9197 57
P56 2.088 .8080 57
P57 2.193 .7892 57
P58 2.316 .8053 57
P59 1.860 .7892 57
P60 2.263 .8562 57
P61 2.158 .8822 57
P62 2.281 .8609 57
P63 2.281 .9015 57
P64 2.439 .8455 57
P65 2.544 .7089 57
P66 1.965 .5658 57
P67 2.316 .6855 57
P68 2.544 .6832 57
TOTAL 66.228 10.7488 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
299
LAMPIRAN 17 DATA IDENTITAS RESPONDEN
Responden Prodi Angkatan Jenis
Kelamin
Tempat
Kelahiran Suku Ayah Suku Ibu Daerah Asal Bahasa Daerah B1
1 PE 2016 Laki-laki Surabaya Kei, Maluku
Tenggara Jawa
Kei, Jawa, Papua Indonesia
2 PSEJ 2014 Laki-laki Muting Manggarai Manggarai NTT
Manggarai
Timur, Ruteng,
Muting
Manggarai
3 PSEJ 2016 Laki-laki Hilimbowo Nias Nias Nias Barat Nias Nias
4 PAK 2015 Laki-laki Eban Ende Ende Ende Lio, Sikka Sikka
5 PBI 2015 Laki-laki Sleman Jawa Batak Yogyakarta Jawa Jawa
6 BK 2014 Laki-laki Kupang Timor
(Dawan) Timor (Dawan)
Ketamenanu,
Ntt Dawan Indonesia
7 PBI 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Ngoko,
Jawa Krama Jawa Ngoko
8 BK 2014 Laki-laki Bantul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
9 IPPAK 2014 Laki-laki Yogyakarta Jawa Jawa Bantul Jawa Jawa
10 PFIS 2014 Laki-laki Lakhene Nias Nias Nias Nias Nias
11 PAK 2015 Laki-laki Witihama Watoway
(Flores) Kurman (Flores) Flores Timur
Adonara,
Lamaholot Lamaholot
12 PBSI 2015 Laki-laki Suralaga,
Lombok Timur Sasak Sasak Lombok Sasak Sasak
13 PAK 2016 Laki-laki Karawang Jawa Jawa Karawang Sunda, Jawa Sunda
14 PBI 2014 Laki-laki
Jawa,
Tionghoa Jawa, Tionghoa Purworejo Jawa Indonesia
15 PSEJ 2016 Laki-laki
Belian
Sunsang,
Kalbar
Dayak Dayak Ketapang Dayak Dayak
16 PMAT 2015 Laki-laki Pusat Damai Dayak Dayak Kalbar Ribun, Kidoh,
Ahe, Melayu Dayak Ribun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
300
17 BK 2016 Laki-laki Bantul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
18 IPPAK 2016 Laki-laki Gunung Kidul Jawa Jawa Tangerang,
Banten Jawa, Sunda Jawa
19 PGSD 2016 Laki-laki Pringsewu,
Lampung Jawa Jawa Lampung Jawa Jawa
20 PSEJ 2015 Laki-laki Medan Nias Nias Nias Nias Nias
21 PAK 2015 Laki-laki Kebumen Jawa Jawa Yogyakarta Jawa
22 PGSD 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
23 PMAT 2016 Laki-laki Betun Timor Timor Ntt Tetun Tetun
24 BK 2015 Laki-laki Boawae
Boawae, Flores Boawae Boawae
25 PSEJ 2015 Laki-laki Bancau Tetun Tetun Atambua
Tetun, Fehan,
Timor Portu,
Bunak, Dawan
Tetun
26 PMAT 2015 Laki-laki Purwokerto Jawa Jawa Cilacap Jawa Ngoko,
Jawa Krama
Jawa
Banyumasan
27 PGSD 2016 Laki-laki Sioban,
Mentawai Sarereiket Tasirileleu
Mentawai,
Sumbar
Mentawai,
Minang, Batak Mentawai
28 PMAT 2014 Laki-laki Belingu Batak Batak Pangkalpinang,
Bangka Belitung
Batak, Bangka,
Melayu Indonesia
29 PGSD 2016 Laki-laki Temau, Kalbar Dayak
Embaloh Dayak Embaloh
Kapuas Hulu,
Kalbar
Dayak Embaloh,
Dayak Iban,
Melayu Sarawak,
Dayak Taman
Dayak
Embaloh
30 PSEJ 2014 Laki-laki Tarutung Batak Batak Taratung,
Tapanuli Utara Batak Batak
31 PMAT 2014 Laki-laki Ongalereng,
Solor, Ntt Moron Sogen
Ongalereng,
Solor, Ntt Lamaholot Lamaholot
32 PAK 2014 Laki-laki Manokwari Myobo
(Papua)
Biak-Numfor
(Papua) Serui
Manokwari
(Atam)
Manokwari
(Atam)
33 PBIO 2015 Laki-laki Dasah Suling Dayak Soheng Dayak Bahau Kaltim Dayak Soheng,
Dayak Bahau,
Dayak
Soheng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
301
Dayak Bukot,
Dayak Seputan,
Dayak Kaya'an
34 PGSD 2016 Laki-laki Pontianak Dayak Dayak Sintang, Kalbar
Desa, Sebaruk,
Kantuk, Melayu,
Kanaytn, Iban
Desa
35 PBI 2016 Laki-laki Yogyakarta China China Yogyakarta Jawa, Ngapak Indonesia
36 PBI 2016 Laki-laki Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Indonesia
37 PMAT 2015 Laki-laki Banjarnegara Jawa Jawa Banjarnegara Jawa Indonesia
38 PBI 2015 Laki-laki Timor-Timur Batak Jawa Yogyakarta Jawa, Batak Indonesia
39 PE 2014 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Minggir, Sleman Jawa Jawa
40 PAK 2014 Laki-laki Bayur Dayak Dayak Sintang, Kalbar Dayak Dayak
41 BK 2014 Laki-laki Pangkal Pinang Jawa Jawa Pangkal Pinang Jawa, Bangka Indonesia
42 BK 2016 Laki-laki Tudus Timor Timor Atambua Tetuh Teri,
Dawah, Marae Indonesia
43 PGSD 2014 Laki-laki Gunung Kidul Jawa Jawa Gunung Kidul Jawa Jawa
44 PSEJ 2014 Laki-laki Bukit Tinggi Nias Nias Nias Nias Nias
45 PBSI 2014 Laki-laki Bantul Jawa Jawa Bantul Jawa Jawa
46 BK 2015 Laki-laki Kupang Lembata Maumere Lembata Tou, Rus, Telo,
Pa, Wawe Mena Wawe Mena
47 PSEJ 2016 Laki-laki Jember Jawa Jawa Jember Jawa, Madura,
Osing Jawa
48 PBSI 2014 Laki-laki Surakarta Jawa Jawa Solo Jawa Jawa Ngoko
49 PSEJ 2016 Laki-laki Jember Batak Jawa Jember Jawa Indonesia
50 PGSD 2016 Laki-laki Singkawang,
Kalbar Dayak Batak Kalbar Melayu, Dayak Indonesia
51 PBI 2016 Laki-laki Klaten Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
52 PE 2014 Laki-laki Manggarai,
Flores Rodo Nawang Manggarai Manggarai Manggarai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
302
53 PBIO 2014 Laki-laki Pemetung
Basuki Ogan Jawa Palembang Jawa, Komering Jawa
54 PBSI 2015 Laki-laki Yogyakarta Jawa Jawa Sleman Jawa Ngoko,
Jawa Krama Jawa Ngoko
55 PMAT 2016 Laki-laki Halilulik, Belu,
Ntt Nelemataus Sigobere Atambua Tetun, Kemak
56 PBIO 2016 Laki-laki Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Ngoko,
Jawa Krama Jawa Ngoko
57 PGSD 2014 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa, Sunda,
Melayu, Tagalog Indonesia
58 PFIS 2015 Laki-laki Banyuwangi Jawa Jawa Banyuwangi Jawa, Osing,
Madura Jawa
59 BK 2015 Laki-laki Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
60 BK 2016 Laki-laki Atambua, Belu Ende Lembata Atambua Tetun, Lembata Indonesia
61 PBIO 2015 Laki-laki Ende, Flores Ende Ende Ende Ende Ende
62 PGSD 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Sleman Jawa Jawa
63 PBI 2014 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
64 PBI 2014 Laki-laki Yogyakarta Jawa Jawa Sedayu Jawa Indonesia
65 PBI 2016 Laki-laki Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
66 PE 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Sleman Jawa Jawa
67 PBSI 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
68 PMAT 2016 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
69 BK 2016 Laki-laki Buk Timor Timor Kaltim Dawan
70 PGSD 2015 Laki-laki Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
71 PBSI 2016 Laki-laki Wonosobo Jawa Jawa Wonosobo Jawa Jawa
72 PAK 2014 Laki-laki Sleman Jawa Sunda Yogyakarta Jawa Indonesia
73 PBI 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
74 PFIS 2016 Laki-laki Papua Maluku Muyu, Papua Papua Ambon, Muyu Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
303
75 PBIO 2016 Laki-laki Tanjung
Karang Jawa Jawa Lampung Jawa, Lampung Indonesia
76 IPPAK 2015 Laki-laki Padang Jawa Jawa Padang
Minang, Jawa,
Mentawai, Nias,
Batak
Jawa
77 PGSD 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Sleman Jawa Jawa
78 PBI 2014 Laki-laki Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
79 PE 2015 Laki-laki Bandung Sunda Jawa Bandung Sunda, Jawa Indonesia
80 PGSD 2015 Laki-laki Purworejo Jawa Jawa Purworejo Jawa Jawa
81 PBI 2015 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
82 PBSI 2014 Laki-laki Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Jawa
83 PBSI 2014 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Godean Jawa Jawa
84 PBSI 2016 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
85 PMAT 2014 Laki-laki Bingkului Dayak Dayak Bingkului,
Sintang, Kalbar
Dayak Lebang,
Dayak Desa,
Melayu, Jawa,
Madura
Dayak
Lebang
86 PBSI 2015 Laki-laki Bekasi Jawa Jawa Bekasi Jawa Indonesia
87 PGSD 2014 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Sleman Jawa Jawa
88 IPPAK 2015 Laki-laki Tanjung
Morawa Jawa Batak Toba Medan, Sumut Jawa, Batak Indonesia
89 IPPAK 2016 Laki-laki Sidoreno Jawa Jawa Bantul Jawa Jawa
90 PGSD 2015 Laki-laki Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Ngoko Jawa Ngoko
91 PGSD 2016 Laki-laki Temanggung Jawa Jawa Temanggung Jawa Jawa
92 PBSI 2016 Laki-laki Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Jawa
93 IPPAK 2014 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
94 PGSD 2014 Laki-laki Bukit Murau,
Jambi Jawa Jawa Jambi Jawa, Melayu Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
304
95 PGSD 2014 Laki-laki Sleman Jawa Jawa Sleman Jawa Ngoko,
Jawa Krama Jawa
96 PGSD 2015 Laki-laki Parraman Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
97 PGSD 2014 Laki-laki Magelang Jawa Jawa Magelang Jawa Jawa
98 PBI 2014 Laki-laki Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
99 PBI 2016 Laki-laki Pasuruan Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
100 PAK 2016 Laki-laki Yogyakarta Manado Jawa (Surabaya) Yogyakarta Jawa Indonesia
101 PGSD 2014 Laki-laki Waykanan Jawa Jawa Lampung
Lampung, Jawa,
Jawa Ngapak,
Sunda, Batak
Jawa
102 PAK 2016 Perempuan Malaysia Daton Hurint Larantuka Larantuka Indonesia
103 PGSD 2015 Perempuan Bantul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
104 IPPAK 2016 Perempuan Samarinda Toraja Toraja Sangatta, Kaltim Toraja Indonesia
105 PBSI 2014 Perempuan Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Indonesia
106 PBIO 2016 Perempuan Samarinda Benuag Bahau Kutai Barat Bahau, Benuag,
Kutai, Banjar Indonesia
107 PSEJ 2015 Perempuan Ambon, P.
Saparua Ambon Ambon Ambon Ambon Ambon
108 PBSI 2015 Perempuan Cancar, Ntt Manggarai Manggarai Manggarai, Ntt Manggarai Indonesia
109 PGSD 2015 Perempuan Jakarta Jakarta Jawa Jawa Jawa Indonesia
110 PE 2014 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
111 PBIO 2016 Perempuan Pekanbaru,
Riau Batak Batak Riau
Melayu, Minang,
Batak Indonesia
112 PAK 2014 Perempuan Sirombu, Nias
Barat Nias Nias Nias Nias Nias
113 PFIS 2015 Perempuan Bajawa Gero Gero Bajawa, Flores,
Ntt Bajawa Bajawa
114 PBIO 2014 Perempuan Ungaran,
Semarang Jawa Jawa Jateng Jawa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305
115 PAK 2016 Perempuan Pringsewu Jawa Jawa Lampung Jawa, Lampung Indonesia
116 PGSD 2016 Perempuan Tugumulyo Bali Bali Palembang Bali, Palembang,
Jawa Bali
117 PSEJ 2016 Perempuan Nias Nias Nias Nias Barat Nias Nias
118 PBSI 2015 Perempuan Batam Batak Batak Medan Batak,
Simalungun Batak
119 PGSD 2014 Perempuan Bekasi Jawa Jawa Klaten Jawa Indonesia
120 PBI 2016 Perempuan Merauke Kel (Maluku) Jawa Merauke
Indonesia
121 PMAT 2014 Perempuan Putussibau Melayu Melayu-Dayak Putussibau,
Kalbar Hulu Hulu
122 PBIO 2016 Perempuan Lubuklinggau Jawa Jawa Sumatera
Selatan Linggau Linggau
123 PBI 2014 Perempuan Kotabumi Jawa Jawa Lampung Jawa Indonesia
124 PBI 2016 Perempuan Flores Flores Flores Papua Lio, Lamaholot Lio
125 PFIS 2014 Perempuan Bajawa Bajawa Maumere Bajawa Basawo,
Maumere Bajawa
126 PBSI 2014 Perempuan Ruteng,
Manggarai Manggarai Manggarai Manggarai, Ntt Manggarai Indonesia
127 PMAT 2014 Perempuan Klaten Jawa Jawa Bekasi Jawa Indonesia
128 IPPAK 2015 Perempuan Medan Jawa Jawa Bogor Sunda, Jawa Indonesia
129 IPPAK 2016 Perempuan Samarinda Ende Lio Ende Lio Sangatta, Kaltim Ende Indonesia
130 PGSD 2014 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
131 PBIO 2015 Perempuan Samarinda Flores Flores Kutai
Kutai, Dayak,
Banjar, Ntt, Jawa,
Bugis
Indonesia
132 PAK 2014 Perempuan Gunung Kidul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
133 PBSI 2014 Perempuan Jentawang Dayak Dayak Sintang, Kalbar Dayak Iban,
Melayu Dayak Iban
134 PGSD 2014 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
306
135 PGSD 2016 Perempuan Medan Batak Batak Medan Batak Toba Batak Toba
136 PGSD 2016 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
137 PFIS 2015 Perempuan Lewoleba,
Lembata Baran Beniwhaq
Lewoleba,
Lembata
Lamaholot,
Lamalera Indonesia
138 PFIS 2016 Perempuan Wolowiro,
Sikka, Flores
Sikka,
Karwayu
Wolowiro Mbira
Ria Sikka, Wardoik Lio, Sikka Lio
139 PBIO 2014 Perempuan Langgur Kei Kei Kei, Maluku Kei, Ambon Kei
140 PMAT 2016 Perempuan Gunung Kidul Jawa Jawa Cilacap Jawa, Ngapak Indonesia
141 PBIO 2016 Perempuan Sorowako,
Sulsel Toraja Toraja
Sorowako,
Sulsel Toraja Toraja
142 PAK 2016 Perempuan Ruteng,
Manggarai Ende Lio Manggarai Manggarai Manggarai Manggarai
143 PGSD 2014 Perempuan Magelang Jawa Jawa Magelang
Ngoko, Ngoko
Alus, Krama
Alus, Krama
Inggil
Jawa Ngoko
144 PBSI 2014 Perempuan Manggarai Manggarai Manggarai Manggarai, Ntt Manggarai Manggarai
145 PMAT 2015 Perempuan Muara Teweh Batak Batak Kalimantan Banjar Indonesia
146 PMAT 2016 Perempuan Surakarta Jawa Jawa Jawa Jawa Indonesia
147 PMAT 2016 Perempuan Magelang Jawa Jawa Jawa Jawa Indonesia
148 PAK 2016 Perempuan Ruteng,
Manggarai Manggarai Manggarai Indonesia
149 PGSD 2015 Perempuan Baturaja Jawa Jawa Sumsel Jawa Indonesia
150 PGSD 2015 Perempuan Padang Jawa Jawa Padang Minang Indonesia
151 PBI 2015 Perempuan Gunung Kidul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
152 PSEJ 2016 Perempuan Salappak Sabailatti,
Mentawai
Satoinong,
Mentawai Mentawai
Mentawai,
Minang Mentawai
153 PBSI 2015 Perempuan Barong
Tongkok Dayak Bahau Dayak Tunjung Kaltim
Dayak Tunjung,
Dayak Bahau,
Dayak Kutai
Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
307
154 PBI 2014 Perempuan Bantul Jawa Jawa Bantul Jawa Jawa
155 BK 2015 Perempuan Yogyakarta Flores Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
156 BK 2016 Perempuan Cibinong,
Bogor Jawa Jawa Cibinong, Bogor Sunda, Jawa Jawa
157 PBIO 2015 Perempuan Probolinggo Jawa (Jogja) Jawa (Jogja) Jawa Timur Jawa, Madura Indonesia
158 IPPAK 2016 Perempuan Lampung Jawa Jawa Lampung Jawa Indonesia
159 PGSD 2015 Perempuan Bantul Jawa Jawa Bantul Jawa Jawa
160 PBSI 2016 Perempuan Wejang Raci Polor Lenang Manggarai
Timur Manggarai Manggarai
161 PMAT 2014 Perempuan Jepara Jawa Jawa Jepara Jawa Indonesia
162 PBIO 2015 Perempuan Kabanjahe Batak Karo Batak Karo Tanah Karo,
Medan Batak Karo Batak Karo
163 PBI 2014 Perempuan Sragen Jawa Jawa Sragen Jawa, Banjar,
Dayak Jawa
164 PFIS 2014 Perempuan Malaysia Flores Timur Flores Timur Adonara, Ntt Lamaholot Malaysia
165 PMAT 2014 Perempuan Sukabumi Jawa Sunda Sukabumi, Jawa
Barat Sunda Indonesia
166 BK 2014 Perempuan Jayapura Papua Papua Jayapura Papua Indonesia
167 BK 2014 Perempuan Serang Jawa Jawa Cilegon, Banten Sunda Indonesia
168 PGSD 2014 Perempuan Gunung Kidul Jawa Jawa Gunung Kidul Jawa Jawa
169 PGSD 2016 Perempuan Bantul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
170 PGSD 2016 Perempuan Gunung Kidul Jawa Jawa Gunung Kidul Jawa Jawa
171 PGSD 2016 Perempuan Bekasi Jawa Jawa Bekasi
Indonesia
172 PBI 2016 Perempuan Tanah Grogot Batak Batak Kaltim Batak, Banjar,
Jawa Indonesia
173 PSEJ 2015 Perempuan Mataloko,
Flores Bajawa Bajawa Ntt Ngada Ngada
174 PBIO 2014 Perempuan Lodoblolong Nuban Making Lembata Lamaholot,
Atadei Lamaholot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
308
175 PAK 2014 Perempuan Sintang, Kalbar Dayak Dayak Sintang, Kalbar
Akai, Aok, Pedih,
Anang, Piak,
Kituk
Dayak
176 PAK 2015 Perempuan Aek Kanupan Batak Batak Medan
177 PAK 2015 Perempuan Kalirejo,
Lampung Jawa Jawa Lampung Jawa Jawa
178 PBI 2016 Perempuan Gunung Kidul Jawa Jawa Gunung Kidul Jawa Indonesia
179 PMAT 2014 Perempuan Sintang Dayak Lebang
Nado
Dayak Lebang
Nado Sintang, Kalbar
Dayak Lebang,
Dayak Desa,
Melayu
Dayak
Lebang
180 BK 2014 Perempuan Duri Batak Batak Riau Batak, Melayu,
Jawa Indonesia
181 PBIO 2015 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
182 PBIO 2015 Perempuan Kanuruan Toraja Toraja Toraja Toraja Toraja
183 PAK 2014 Perempuan Flores Flores Flores Nogeteo, Flores Nageteo, Ngada
(Bajawa), Mbay Mbay
184 PGSD 2014 Perempuan Sukoharjo Jawa Jawa Lampung Jawa, Lampung Jawa
185 PBI 2016 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Indonesia
186 PSEJ 2015 Perempuan Wonogiri Jawa Jawa Tangerang Jawa, Sunda Indonesia
187 PMAT 2016 Perempuan Batam Batak Batak Batam Batak, Melayu Indonesia
188 BK 2016 Perempuan
Batak Batak Cilegon, Banten Batak Indonesia
189 BK 2016 Perempuan Sorong Flores,
Lembata Jawa (Surabaya)
Sorong, Papua
Barat Jawa Indonesia
190 PBIO 2016 Perempuan Manado Bali Sangihe Manado Manado, Sangihe Manado
191 PGSD 2014 Perempuan Cilacap Jawa Jawa Cilacap Jawa Ngapak Jawa Ngapak
192 PGSD 2016 Perempuan Lerek Namang Namang Lembata, Ntt
Indonesia
193 PFIS 2015 Perempuan Biak, Papua Toraja, Sulsel Toraja, Sulsel Toraja, Sulsel Toraja Indonesia
194 PMAT 2015 Perempuan Cilacap Jawa Jawa Cilacap Jawa,
Banyumasan Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
309
195 PMAT 2016 Perempuan Kupang Lekibein
(Atambua) Sikka (Maumere) Kupang
Tetun, Timor,
Maumere Timor
196 BK 2016 Perempuan Tangerang Jawa Batak Tangerang Batak, Jawa Batak
197 PBIO 2014 Perempuan Semarang Jawa Jawa Semarang Jawa Jawa
198 PBI 2016 Perempuan Kotabumi Batak Batak Lampung Batak Indonesia
199 PE 2015 Perempuan Bandar
Lampung Jawa Jawa
Bandar
Lampung Jawa, Lampung Indonesia
200 PMAT 2016 Perempuan Sleman Jawa Jawa Bekasi Jawa, Sunda Indonesia
201 BK 2015 Perempuan Nagori Batak Batak Medan Batak Batak
202 PBIO 2015 Perempuan Tasikmalaya Jawa Jawa Jawa Barat Sunda, Jawa Indonesia
203 PAK 2015 Perempuan Parindu Batak Batak Sumut Jawa, Banjar Indonesia
204 PGSD 2014 Perempuan Bengkulu Jawa Jawa Bengkulu Jawa Jawa
205 PGSD 2015 Perempuan Lampung Jawa Jawa Lampung Jawa Indonesia
206 PGSD 2016 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
207 PE 2016 Perempuan Ende Ende Lio Ende Lio Ende, Flores Lio Lio
208 PE 2016 Perempuan Fakfak Batak Batak Medan Batak Indonesia
209 PSEJ 2014 Perempuan Randu Dayak Dayak Kalbar Dayak, Melayu Dayak
210 PMAT 2015 Perempuan Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Jawa
211 PBIO 2014 Perempuan Sorong, Papua
Barat Batak Jawa
Sorong, Papua
Barat Batak, Jawa Indonesia
212 PBIO 2015 Perempuan Empurang Dayak Hulu
Sekadau Dayak Jangkang Sekadau
Dayak Hulu
Sekadau, Dayak
Karabat, Dayak
Taman
Dayak Hulu
Sekadau
213 PAK 2015 Perempuan Manola Sumba Sumba Sumba Barat
Daya Sumba Indonesia
214 PAK 2016 Perempuan Karawang Dayak Kalbar Sunda Karawang Sunda Indonesia
215 PGSD 2014 Perempuan Kendal Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
310
216 PGSD 2014 Perempuan Sandai Jawa Dayak Kayong Sandai, Kalbar
Dayak Kayong,
Dayak Tumbang
Titi, Dayak
Serengkah,
Dayak Kebuai,
Dayak Sungai
Ingin, Melayu
Melayu
217 PGSD 2015 Perempuan Kulonprogo Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
218 PGSD 2016 Perempuan Sumba Barat
Daya Kodi Kodi
Sumba Barat
Daya Kodi Kodi
219 PBI 2015 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
220 PSEJ 2016 Perempuan Waikabubak Flores,
Manggari Weekelo, Sumba Sumba, Ntt Manggarai Manggarai
221 PBSI 2014 Perempuan Manggarai, Ntt Ramut Lembar Ruteng, Flores Manggarai Manggarai
222 PBSI 2015 Perempuan Bantul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
223 PBSI 2016 Perempuan Nanga Merakai,
Sintang, Kalbar Dayak Iban Dayak Iban Kalbar Dayak Iban Dayak Iban
224 PGSD 2014 Perempuan Lampung Jawa Jawa Lampung Jawa Jawa
225 PGSD 2015 Perempuan Bantul Jawa Jawa Bantul Jawa Jawa
226 PBI 2014 Perempuan Bantul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
227 PE 2015 Perempuan Kuningan Sunda Sunda Kuningan Sunda Sunda
228 PSEJ 2014 Perempuan Wonosobo Jawa Jawa Wonosobo Jawa Jawa
229 PBSI 2015 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Indonesia
230 BK 2016 Perempuan Rantepao Toraja Toraja Sulawesi Selatan Toraja Toraja
231 IPPAK 2014 Perempuan Cilacap Cilacap Jawa Jawa Jawa Indonesia
232 PGSD 2014 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
233 PGSD 2016 Perempuan Lurasik Timor Timor Ntt Dawan Dawan
234 PGSD 2016 Perempuan Kotabumi Jawa Jawa Lampung Jawa, Lampung Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
311
235 PE 2015 Perempuan Wekmutis Lahoan
Beiraek Lahoan Beiraek Atambua, Ntt Tetun Tetun
236 PBSI 2014 Perempuan Gunung Kidul Jawa Jawa Wonosari Jawa Jawa
237 BK 2014 Perempuan Brastagi Batak Karo Batak Karo Brastagi, Medan Batak Karo,
Batak Toba Batak Karo
238 PBIO 2014 Perempuan
Maluku
Tenggara Sulawesi Papua Kei, Papua Papua
239 PGSD 2015 Perempuan Tugu Mulyo,
Oki, Sumsel Melayu Jawa Palembang
Melayu, Jawa,
Komering Melayu
240 PGSD 2016 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
241 PFIS 2016 Perempuan Sorong Gorontalo Jawa Jayapura Jawa Indonesia
242 PBSI 2014 Perempuan Waikabubak Sumba Sumba Ntt Sumba Sumba
243 PMAT 2015 Perempuan Blora Jawa Jawa Tangerang Jawa, Sunda,
Betawi
244 PBIO 2014 Perempuan Batang Jawa Jawa Batang, Jateng Jawa Jawa
245 IPPAK 2016 Perempuan Klaten Flores Jawa Klaten Jawa Jawa
246 PAK 2014 Perempuan Lubuklinggau,
Sumsel Jawa Jawa
Lubuklinggau,
Sumsel Palembang Palembang
247 PGSD 2016 Perempuan Limu Savereake Saroromanggeak Mentawai,
Sumbar Mentawai Mentawai
248 PGSD 2016 Perempuan Medan Batak Batak Brebes, Jateng Jawa, Batak Batak
249 PBSI 2016 Perempuan Kupang Bali Flores Kupang, Ntt Jawa Indonesia
250 PAK 2014 Perempuan Kendari,
Sulteng Jawa
Jawa, Timor,
Toraja Makassar, Sulsel
Indonesia
251 PGSD 2014 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
252 PGSD 2014 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
253 PGSD 2015 Perempuan Tanjung Sakti Jawa Jawa Lampung Jawa, Lampung Jawa
254 PBI 2016 Perempuan Sukabumi Jawa (Yogya) Tionghoa-Betawi Sukabumi Sunda, Betawi Betawi
255 PBI 2016 Perempuan Jakarta Jawa Jawa Jakarta
Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
312
256 PFIS 2014 Perempuan Balibo Timor Timor Atambua, Belu,
Ntt Tetun, Kemak Tetun
257 PBSI 2016 Perempuan Manggarai Manggarai Melayu Manggarai, Ntt Manggarai Indonesia
258 PMAT 2014 Perempuan Sleman Jawa Jawa Bantul Jawa Indonesia
259 PGSD 2014 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
260 PGSD 2016 Perempuan Kebumen Jawa Jawa Kebumen Jawa Ngoko Jawa Ngoko
261 PGSD 2016 Perempuan Ketapang,
Kalbar Dayak Dayak
Ketapang,
Kalbar Dayak, Melayu Dayak
262 PBI 2015 Perempuan Surakarta Tionghoa Jawa Solo Jawa Indonesia
263 PFIS 2015 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
264 PBSI 2016 Perempuan Kemangai Dayak
Ud'danum Dayak Ud'danum Kalbar Dayak Dayak
265 PMAT 2015 Perempuan Purwokerto Jawa Jawa Purwokerto Banyumasan Indonesia
266 BK 2015 Perempuan Sleman Jawa Jawa Magelang Jawa Jawa
267 PBIO 2015 Perempuan Tim-Tim Jawa Jawa Jawa Tengah Jawa, Dayak Indonesia
268 PBIO 2015 Perempuan Pulau Majang Ntt Dayak Taman Kapuas Hulu,
Kalbar
Melayu, Dayak
Taman Melayu
269 IPPAK 2015 Perempuan Temanggung Jawa Jawa Temanggung Jawa Jawa
270 IPPAK 2016 Perempuan Lampung Batak Batak Lampung
Indonesia
271 PGSD 2015 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
272 PGSD 2015 Perempuan Sleman Jawa Jawa Sleman Jawa Jawa
273 PGSD 2015 Perempuan Sleman Jawa Jawa Sleman Jawa Jawa
274 PBI 2014 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
275 PBI 2014 Perempuan Ketapang,
Kalbar Sunda Melayu
Ketapang,
Kalbar Melayu Melayu
276 PBI 2015 Perempuan Dili Jawa Ntt Yogyakarta Jawa, Tetun Indonesia
277 PE 2014 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
313
278 PMAT 2015 Perempuan Dili Jawa Jawa Magelang Jawa Jawa
279 PMAT 2016 Perempuan Lombok Barat Bali Makassar Bali Bali, Makassar Indonesia
280 PMAT 2016 Perempuan Bantul Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
281 PMAT 2016 Perempuan Denpasar Bali Bali Badung, Bali Bali Bali
282 PBIO 2016 Perempuan Batu Nanta Dayak Dayak Siutang, Kalbar Dayak Kantu'k,
Dayak Iban Indonesia
283 IPPAK 2015 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
284 PAK 2015 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
285 PGSD 2015 Perempuan Magelang Jawa Jawa Magelang Jawa Jawa
286 PGSD 2016 Perempuan Sleman Jawa Jawa Kalasan Jawa Jawa
287 PBI 2014 Perempuan Kebumen Jawa Banjar Kebumen Jawa Ngapak,
Dayak, Banjar Indonesia
288 BK 2014 Perempuan Bekasi Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
289 BK 2015 Perempuan Desa Suka Batak Karo Batak Karo Tanah Karo Batak Karo Batak Karo
290 PGSD 2015 Perempuan Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Jawa
291 PGSD 2015 Perempuan Haitimuk
Atambua Tetun Tetun
292 PFIS 2016 Perempuan Sikakap Batak Mentawai Mentawai Mentawai,
Minang Minang
293 PMAT 2015 Perempuan Cilacap Jawa Jawa Cilacap Jawa,
Banyumasan Indonesia
294 PGSD 2016 Perempuan Klaten Jawa Sulawesi Klaten Jawa Jawa
295 PBI 2014 Perempuan Batang Jawa Jawa Batang, Jateng Jawa Jawa
296 PBI 2015 Perempuan Cilacap Jawa Jawa Cilacap Jawa Indonesia
297 PBI 2016 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
298 PE 2014 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
299 PAK 2014 Perempuan Bandung Jawa Sunda Bandung Jawa, Sunda Indonesia
300 PAK 2015 Perempuan Magelang Jawa Jawa Magelang Jawa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
314
301 PGSD 2014 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
302 PGSD 2014 Perempuan Magelang Jawa Jawa Dukun,
Magelang Jawa Jawa
303 PGSD 2015 Perempuan Magelang Flores Jawa Magelang Jawa Indonesia
304 PBI 2014 Perempuan Bekasi Flores Jawa Bekasi Betawi, Sunda,
Jawa Indonesia
305 PBI 2015 Perempuan Magelang Jawa Jawa Grabag,
Magelang Jawa Jawa
306 PBI 2015 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
307 PFIS 2014 Perempuan Klaten Jawa Jawa Klaten Jawa Jawa
308 PE 2015 Perempuan
Ritan Waton Larantuka, Ntt Lamaholot Lamaholot
309 PE 2016 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta
Indonesia
310 PE 2016 Perempuan Kewapante, Ntt Nangaroro Kotakeo Nagekeo, Flores Nagekeo Nagekeo
311 PBSI 2015 Perempuan Bantul Jawa Jawa Bantul Jawa Jawa
312 PMAT 2014 Perempuan Kotabaru Flores Dayak Keninjal Kalbar Dayak Linoh,
Dayak Keninjal Indonesia
313 IPPAK 2014 Perempuan Duri Batak Batak Riau Melayu, Minang,
Jawa, Batak Indonesia
314 PGSD 2014 Perempuan Purworejo Jawa Jawa Kutoarjo Jawa Jawa
315 PGSD 2014 Perempuan Magelang Jawa Jawa Magelang Jawa Jawa
316 PGSD 2015 Perempuan Kulonprogo Jawa Jawa Kulonprogo Jawa Jawa
317 PGSD 2015 Perempuan Sarko Jawa Jawa Jambi Jambi Indonesia
318 PGSD 2015 Perempuan Temanggung Jawa Jawa Temanggung Jawa Jawa
319 PGSD 2015 Perempuan Sleman Jawa Jawa Moyudan,
Sleman Jawa Jawa
320 PGSD 2016 Perempuan Sejiram Dayak Dayak Kalbar Dayak Suhaid,
Dayak Iban Dayak
321 PGSD 2016 Perempuan Batam Batak Batak Batam Batak Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
315
322 PBI 2014 Perempuan Magelang Cina Jawa Magelang Jawa Jawa
323 PBSI 2016 Perempuan Flores Manggarai Manggarai Flores Manggarai Manggarai
324 PBI 2015 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
325 PBSI 2014 Perempuan Pontianak Dayak Dayak Kapuas Hulu,
Kalbar Dayak Dayak
326 PMAT 2014 Perempuan Banyumas Jawa Jawa Purwokerto Jawa,
Banyumasan Jawa
327 PAK 2015 Perempuan Sleman Cina Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
328 PGSD 2015 Perempuan Lempuing Jawa Jawa Palembang Jawa, Komering Jawa
329 PBI 2014 Perempuan Magelang Jawa Jawa Muntilan Jawa Jawa
330 PBI 2014 Perempuan Surabaya Jawa Jawa Surabaya Jawa (Surabaya) Indonesia
331 PBI 2015 Perempuan Bengkulu Jawa Jawa Bengkulu Jawa, Batak,
Bengkulu Bengkulu
332 PFIS 2016 Perempuan Biak, Papua Muyu
(Merauke) Biak Manokwari Biak, Merauke Biak
333 BK 2015 Perempuan Serang Batak Jawa Serang Jawa, Sunda Indonesia
334 BK 2016 Perempuan Pangkal Niur Jawa Melayu Bangka Belitung Bangka
335 PBI 2014 Perempuan Magelang Jawa Jawa Muntilan Jawa Krama,
Jawa Ngoko Jawa Ngoko
336 PBI 2015 Perempuan Yogyakarta Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Indonesia
337 PBI 2015 Perempuan Sleman Jawa Jawa Yogyakarta Jawa Jawa
338 PFIS 2014 Perempuan Tomohon,
Sulut Minahasa Minahasa
Tomohon,
Manado
Tombulu,
Tomohon Tomohon
339 PGSD 2016 Perempuan Jambi Jawa Jawa Jambi Melayu Indonesia
340 PBI 2016 Perempuan Bangkok Dayak
Tunjung Dayak Benuaq Kaltim
Tunjung, Benuaq,
Kenyah, Bahau,
Aauheng, Melayu
Tunjung
341 PBI 2015 Perempuan Sanggau,
Kalbar Jawa Dayak Kalbar
Dayak, Jawa,
Melayu Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
316
342 BK 2015 Perempuan Timor Leste Betano Same Betano Sesurai Tetum, Mambae,
Bunak Timor Leste
343 PBIO 2014 Perempuan
Minahasa Halmahera Maluku Utara Maluku Maluku
344 PBI 2016 Perempuan Banjarmasin Dayak
Maanyan Ambon Kalteng
Dayak Maanyan,
Banjar Banjar
345 PGSD 2015 Perempuan Wonosobo Jawa Jawa Wonosobo Jawa Jawa
346 PMAT 2015 Perempuan Baradatu,
Lampung Jawa Jawa
Lampung
Tengah Jawa Indonesia
347 PBI 2016 Perempuan Kuningan Sunda Sunda Jawa Barat Sunda Sunda
348 PBIO 2016 Perempuan Sorong, Papua
Barat Papua (Moi) Jawa Sorong Papua Indonesia
349 PAK 2016 Perempuan Sukabitetek Dawan Tetun Ntt Tetun Tetun
350 PBI 2014 Perempuan Sanggau,
Kalbar Jawa Dayak Sanggau Dayak, Jawa Dayak
351 IPPAK 2015 Perempuan B. Tabang Toraja Toraja Toraja Toraja, Makassar Toraja
352 PGSD 2016 Perempuan Solo Jawa Jawa Solo Jawa Jawa
353 PBI 2014 Perempuan Tangerang Jawa Jawa Tangerang Jawa Indonesia
354 PBI 2015 Perempuan Yogyakarta Jawa Cina Yogyakarta Jawa Indonesia
+Inggris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
317
LAMPIRAN 18 DATA SKOR MENTAH BUTIR-BUTIR PERNYATAAN TENTANG BAHASA INDONESIA
146141 137 136 135 134 134 133 132 132 131 131 130 130 130 130 129 129 129 129 128 128 128 127 127 127 126 126 125 125 125 124 123 123 123 123 123 122 122 121 120 119 119 119 119 118 118 118 117 116
0
20
40
60
80
100
120
140
160
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50
SKOR R1-R50
116 116 115 115 115 114 114 114 113 113 113 113 112 112 112 112 112 112 111 111 111 110 110 110 109 109 109 109 109 108 108 108 108 107 107 106 105 104 104 104 104 104 102 102 100 97 95 95 95 9488
0
20
40
60
80
100
120
140
SKOR R51-101
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
318
149 149147
145143 143 143 142 142 141 140 140 139 139 139 139 139 138 138 138
136 136 136 136 136 136 135 135 135 134 134 134 133 133 133 133 133 132 132 131 131 131 131 131 131 131 130 130 130
120
125
130
135
140
145
150
155
SKOR R102-R150
130 130 130129
128 128 128 128 128 128 128127 127 127 127
126 126 126 126 126 126 126 126125 125 125 125 125 125
124 124 124 124 124 124 124 124123 123 123 123 123 123 123 123
122 122 122 122 122
118
120
122
124
126
128
130
132
SKOR R151-R200
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
319
121 121 121 121 121 121 121 121 121 121
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
119 119 119 119 119 119
118 118 118 118 118 118 118
117 117 117 117 117 117 117
116 116 116 116 116 116
115
112
114
116
118
120
122
SKOR R201-R250
115 115 115 115 115 115 115 115
114 114 114 114 114 114 114
113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113
112 112 112 112 112 112
111 111 111 111 111 111
110 110 110 110 110
109 109
106
108
110
112
114
116
SKOR R251-R300
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
320
109 109 109 109 109 109 109 109 109 109 109 109 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108 107 107 107 106 106 106 106 106 106 105 105 105 105 105 105 104 104 103 102 102 102 101 101 100 99 99 99 96 93 9384
0
20
40
60
80
100
120
SKOR R301-R354
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
321
LAMPIRAN 19 DATA SKOR MENTAH BUTIR-BUTIR PERNYATAAN BAHASA DAERAH
107 104 102 100 100 97 96 94 93 92 92 91 90 90 89 89 89 89 89 88 87 87 87 86 86 86 86 86 86 86 85 85 84 84 84 84 83 83 83 83 82 82 82 82 82 82 82 81 81 81
0
20
40
60
80
100
120
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50
SKOR BAHASA DAERAH R1-R50
80 80 80 80 79 79 78 78 78 78 78 78 78 77 77 76 76 76 76 76 75 75 75 75 74 74 74 74 74 72 72 72 72 72 72 71 71 70 70 69 69 68 67 66 66 65 63 63 6053 51
0
20
40
60
80
100
SKOR BAHASA DAERAH R51-R101
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
322
108 107 105 105 103 102 100 97 97 96 95 94 93 93 92 92 91 91 90 90 90 90 90 90 89 88 88 88 88 88 88 88 87 87 87 87 86 86 86 86 86 85 85 85 85 85 84 84 84
0
20
40
60
80
100
120
SKOR BAHASA DAERAH R102-R150
84 84 84 84 84 84 84
83 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83 83
82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81
79
80
81
82
83
84
85
R151 R152 R153 R154 R155 R156 R157 R158 R159 R160 R161 R162 R163 R164 R165 R166 R167 R168 R169 R170 R171 R172 R173 R174 R175 R176 R177 R178 R179 R180 R181 R182 R183 R184 R185 R186 R187 R188 R189 R190 R191 R192 R193 R194 R195 R196 R197 R198 R199 R200
SKOR BAHASA DAERAH R151-R200
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
323
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79
78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78
77 77 77 77 77 77 77
75
76
77
78
79
80
81
R201 R202 R203 R204 R205 R206 R207 R208 R209 R210 R211 R212 R213 R214 R215 R216 R217 R218 R219 R220 R221 R222 R223 R224 R225 R226 R227 R228 R229 R230 R231 R232 R233 R234 R235 R236 R237 R238 R239 R240 R241 R242 R243 R244 R245 R246 R247 R248 R249 R250
SKOR BAHASA DAERAH R201-R250
77 77
76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
74 74 74 74 74 74 74
73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73
71
72
73
74
75
76
77
78
SKOR BAHASA DAERAH R251-R300
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
324
73 73 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 71 71 71 71 71 71 71 71 71 70 70 70 70 69 69 69 69 69 68 68 68 68 67 67 67 67 66 66 65 64 64 63 61 61 61 60 59 58 5649
40
0
20
40
60
80
SKOR BAHASA DAERAH R300-R354
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
325
LAMPIRAN 20 DATA SESUDAH KONVERSI BUTIR-BUTIR PENYATAAN BAHASA INDONESIA
135 131 127 125 123 123 122 122 122 121 121 120 119 119 119 119 118 118 118 117 117 116 116 117 117 116 116 115 115 114 114 114 114 111 112 113 113 111 111 110 108 107 108 107 108 104 107 107 106 104
0
50
100
150
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50
KONVERSI SKOR BAHASA INDONESIA R1-R50
105 106 103 105 104 103 103 102 101 102 103 101 102 101 101 101 98 102 99 101 101 100 98 98 98 99 98 99 99 96 98 97 97 94 95 95 94 91 92 91 92 92 90 87 86 82 7986 82 77 74
0
20
40
60
80
100
120
R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R91 R92 R93 R94 R95 R96 R97 R98 R99 R100 R101
KONVERSI SKOR BAHASA INDONESIA R51-R101
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
326
138 138 137134
132 133 133131 131 130 129 129 128 128 129 129 129
127 127 127125 125 126 125 125 124 125 125 125
123 123 122 121 122 123120
122 121 121 120 120 121 121 121119 120 120 120 119
105
110
115
120
125
130
135
140
R102 R103 R104 R105 R106 R107 R108 R109 R110 R111 R112 R113 R114 R115 R116 R117 R118 R119 R120 R121 R122 R123 R124 R125 R126 R127 R128 R129 R130 R131 R132 R133 R134 R135 R136 R137 R138 R139 R140 R141 R142 R143 R144 R145 R146 R147 R148 R149 R150
KONVERSI SKOR BAHASA INDONESIA R100-R150
120 120119
118 118117 117
115
117118
117116 116
117116 116
115116
115116
114
116 116
114115
114113
115
113112 112
113112
114 114 114113
111112 112
111
113112
113112 112
110
112 112 112
104
106
108
110
112
114
116
118
120
122
R151 R152 R153 R154 R155 R156 R157 R158 R159 R160 R161 R162 R163 R164 R165 R166 R167 R168 R169 R170 R171 R172 R173 R174 R175 R176 R177 R178 R179 R180 R181 R182 R183 R184 R185 R186 R187 R188 R189 R190 R191 R192 R193 R194 R195 R196 R197 R198 R199 R200
KONVERSI SKOR BAHASA INDONESIA R151-R200
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
327
110111 111
108
111110 110
111112
111110
109110
109110
107108
110109
107
109 109110
108 108109
107108 108
107
104105
107108
107108 108
107106
104
107106 106
105104
105104 104
106
103
98
100
102
104
106
108
110
112
114
R201 R202 R203 R204 R205 R206 R207 R208 R209 R210 R211 R212 R213 R214 R215 R216 R217 R218 R219 R220 R221 R222 R223 R224 R225 R226 R227 R228 R229 R230 R231 R232 R233 R234 R235 R236 R237 R238 R239 R240 R241 R242 R243 R244 R245 R246 R247 R248 R249 R250
KONVERSI SKOR BAHASA INDONESIA R201-R250
104 104105 105 105
104 104 104103
102
104105
104103
104
102
100
103
101 101102
101
103 103 103
101
103102
103 103 103
101100
101102
100
102
100 100101
100 100101
9899 99 99
97
9998
92
94
96
98
100
102
104
106
R251 R252 R253 R254 R255 R256 R257 R258 R259 R260 R261 R262 R263 R264 R265 R266 R267 R268 R269 R270 R271 R272 R273 R274 R275 R276 R277 R278 R279 R280 R281 R282 R283 R284 R285 R286 R287 R288 R289 R290 R291 R292 R293 R294 R295 R296 R297 R298 R299 R300
KONVERSI SKOR BAHASA INDONESIA R251-R300
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
328
98 99 98 98 95 96 98 99 97 97 95 99 96 94 96 98 97 98 97 97 98 96 96 94 95 96 95 94 9691 94 96 94 92 94 92 93 94 92 94 91 89 90 88 89 89 89 86 86 86 82 81 80
71
0
20
40
60
80
100
120
R301 R302 R303 R304 R305 R306 R307 R308 R309 R310 R311 R312 R313 R314 R315 R316 R317 R318 R319 R320 R321 R322 R323 R324 R325 R326 R327 R328 R329 R330 R331 R332 R333 R334 R335 R336 R337 R338 R339 R340 R341 R342 R343 R344 R345 R346 R347 R348 R349 R350 R351 R352 R353 R354
KONVERSI SKOR BAHASA INDONESIA R301-R354
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
329
LAMPIRAN 21 DATA SESUDAH KONVERSI BUTIR-BUTIR PENYATAAN BAHASA DAERAH
108 106 106101 103
99 99 98 97 97 95 9296 93 92 92 93 90 92 95
89 91 91 92 91 88 89 89 90 91 90 89 90 87 88 89 90 90 8884
88 86 87 88 88 89 86 8882
87
0
20
40
60
80
100
120
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50
KONVERSI SKOR BAHASA DAERAH R1-R50
85 8287
83 86 8578
84 85 85 83 82 85 8378 80 83 82 79 80 78
82 80 80 81 79 81 80 80 79 79 79 77 79 77 76 77 7569 72 75 74 72 72 72 69
6468 67
53 52
0
20
40
60
80
100
R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R91 R92 R93 R94 R95 R96 R97 R98 R99 R100 R101
KONVERSI SKOR BAHASA DAERAH R51-R101
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
330
109 108 108104 106 105 102
98 99 99 97 98 96 96 96 95 95 96 93 92 94 95 94 94 93 92 93 93 91 94 91 91 89 88 91 89 90 91 89 89 90 87 90 89 90 90 88 8983
0
20
40
60
80
100
120
R102 R103 R104 R105 R106 R107 R108 R109 R110 R111 R112 R113 R114 R115 R116 R117 R118 R119 R120 R121 R122 R123 R124 R125 R126 R127 R128 R129 R130 R131 R132 R133 R134 R135 R136 R137 R138 R139 R140 R141 R142 R143 R144 R145 R146 R147 R148 R149 R150
KONVERSI SKOR BAHASA DAERAH R102-150
88 8887
9190 90 90
89
87
89
86
90
88
86
88
9089
87
8988
87 87
83
8788
89
87
84
87
82
88
8687
8887
8887 87
8485
8788
87 87 87 87
8586 86
87
75
80
85
90
95
R151 R152 R153 R154 R155 R156 R157 R158 R159 R160 R161 R162 R163 R164 R165 R166 R167 R168 R169 R170 R171 R172 R173 R174 R175 R176 R177 R178 R179 R180 R181 R182 R183 R184 R185 R186 R187 R188 R189 R190 R191 R192 R193 R194 R195 R196 R197 R198 R199 R200
KONVERSI SKOR BAHASA DAERAH R151-200
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
331
87
85
8786
8786
8786
87 8786 86 86
8384
85 8586
83
85
8283
84
8283
85 85
82
85
81
84 8483
84 84
80
8382
85 85 85 85 8584 84 84
82
84
82
79
74
76
78
80
82
84
86
88
R201 R202 R203 R204 R205 R206 R207 R208 R209 R210 R211 R212 R213 R214 R215 R216 R217 R218 R219 R220 R221 R222 R223 R224 R225 R226 R227 R228 R229 R230 R231 R232 R233 R234 R235 R236 R237 R238 R239 R240 R241 R242 R243 R244 R245 R246 R247 R248 R249 R250
KONVERSI SKOR BAHASA DAERAH R201-R250
81
84
8283
78
82 82
80
82 82 8283
82 8281
8281
82 82
80
78
82
78
81 81
79
82
79
81
78
8081
80
78
80
75
80 80
74
78
76
8079 79 79 79
78
7677
74
65
70
75
80
85
R251 R252 R253 R254 R255 R256 R257 R258 R259 R260 R261 R262 R263 R264 R265 R266 R267 R268 R269 R270 R271 R272 R273 R274 R275 R276 R277 R278 R279 R280 R281 R282 R283 R284 R285 R286 R287 R288 R289 R290 R291 R292 R293 R294 R295 R296 R297 R298 R299 R300
KONVERSI SKOR BAHASA DAERAH R251-R300
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
332
78 80 79 77 79 79 77 78 78 78 79 79 7976 78 78 78
7278 78 78 78 76 75 76 77 76 74 75 76 76 75 74 75 75
68 68 69 70 6973 72
6670
64 6663
67
6065
58 57
50
39
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
R301 R302 R303 R304 R305 R306 R307 R308 R309 R310 R311 R312 R313 R314 R315 R316 R317 R318 R319 R320 R321 R322 R323 R324 R325 R326 R327 R328 R329 R330 R331 R332 R333 R334 R335 R336 R337 R338 R339 R340 R341 R342 R343 R344 R345 R346 R347 R348 R349 R350 R351 R352 R353 R354
KONVERSI SKOR BAHASA DAERAH R301-R354
Keterangan:
R= responden, (Misal: R1 berarti responden ke-1 dan R31 berarti responden ke-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
333
BIODATA PENULIS
Natalia Sulistyanti Harsanti lahir pada tanggal 29 Desember
1992 di Kotabumi, Lampung Utara. Penulis memulai
pendidikan di TK Xaverius Kotabumi pada tahun 1997 dan
selesai pada tahun 1998. Kemudian, penulis bersekolah di
SD Xaverius Kotabumi dan selesai pada tahun 2004. Setelah
lulus SD, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Xaverius Kotabumi dan selesai
pada tahun 2007. Pendidikan SMA diselesaikan pada tahun 2010 di SMA
Xaverius Pringsewu. Pada tahun itu juga, penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas dan Ilmu Pendidikan (FKIP),
Jurusan Pendidikan bahasa dan Seni, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Lulus pada tahun 2015 dengan skripsi Pemakaian Kalimat Efektif dalam Skripsi
Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Lulusan Tahun 2012/2013 sebagai Wahana Pemartabatan Bahasa. Pada tahun
yang sama, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Program Magister Universitas Sanata Dharma dan lulus pada
tahun 2017 dengan tesis yang berjudul Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI