integumen

10
Sampai saat ini, penyakit kusta merupakan masalah yang serius dan memerlukan masalah yang serius dan memerlukan perhatian dari semua pihak, baik individu, masyarkat,, pelayanan kesehatan, maupun dari pemerintah. Adapun tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan penderita kusta, terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insedensi penyakit. Jenis pengobatan yang diberikan pada penderita kusta adalah sebagai berikut. 1. Tipe pausibasiler (PB). Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa: a. Rifempisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas. b. DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah . Pengobatan 6 dosis deselesaikan dalam 6-9 bulan. Setelah selesai, pasien dinyatakan RTF (release from treatment [berhenti munum obat kustal ]) meskipun secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO (1995), pasien tidak lagi dinyatakn RTF, melainkan dengan istilah completion of treatment cure dan pasien tidak lagi dalam pengawasan. 2. Tipe multibasiler (MB). Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa: a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas. b. Klofazimin 300 mg/bulan diminum di depan petugas, dilanjutkan dengan klofazimin 50 mg/hari diminum di rumah. c. DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah.

description

integumen

Transcript of integumen

Page 1: integumen

Sampai saat ini, penyakit kusta merupakan masalah yang serius dan memerlukan masalah yang

serius dan memerlukan perhatian dari semua pihak, baik individu, masyarkat,, pelayanan

kesehatan, maupun dari pemerintah. Adapun tujuan utama program pemberantasan kusta adalah

menyembuhkan penderita kusta, terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk

menurunkan insedensi penyakit. Jenis pengobatan yang diberikan pada penderita kusta adalah

sebagai berikut.

1. Tipe pausibasiler (PB). Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:

a. Rifempisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas.

b. DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah .

Pengobatan 6 dosis deselesaikan dalam 6-9 bulan. Setelah selesai, pasien dinyatakan RTF

(release from treatment [berhenti munum obat kustal ]) meskipun secara klinis lesinya masih

aktif. Menurut WHO (1995), pasien tidak lagi dinyatakn RTF, melainkan dengan istilah

completion of treatment cure dan pasien tidak lagi dalam pengawasan.

2. Tipe multibasiler (MB). Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:

a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas.

b. Klofazimin 300 mg/bulan diminum di depan petugas, dilanjutkan dengan klofazimin 50

mg/hari diminum di rumah.

c. DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah.

Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai

minum 24 dosis, pasien dinyatakan RFT, meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan

pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO (1998), pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis

yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien dinyatakan RTF.

Page 2: integumen

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Biodata. Kaji secara lengkap tentang umur; penyakit kusta dapat menyerang semua usia.

Jenis kelamin,; rasio pria dan wanita 2,3:1,0.paling sering terjadi pada daerah dengan social-

ekonomi, resiko trauma pekerjaan klien untuk mengetahui tingkat social- ekonomi, risiko

trauma pekerjaan, dan kemungkinan kontak dengan penderita kusta.

2. Keluhan utama. Pasien sering dating ke tempat pelayanan kesehatan dengan kelihan adanya

bercak putih yang tidak terasa, atau dating dengan keluhan kontraktur pada jari-jari.

3. Riwayat penyakit sekarang. Pada saat melakukan anamnesis pada pasien, kaji kapan lesi atau

kontaktur tersebut timbul, sudah berapa lama timbulnya, dan bagaimana proses perubahan

nya, baik warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada perubahan nya, baik warna kulit

maupun keluhan lainnya. Pada beberapa kasus, ditemukan keluhan, gatal, nyeri, panas, atau

rasa tebal. Kaji juga apakah klien pernah menjalani pemeriksaan laboratorium. Ini penting

untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit tertentu sebelumnya. Pernahkah

klien memakai obat kulit yang diolesi atau diminum? Pada beberapa kasus, reaksi obat juga

dapat menimbulkan perubahan warna kulit dan reaksi alergi yang lain. Perlu juga ditanyakan

apakah penyakit kusta, keluhan ini pertama kali dirasakan. Jika sudah pernah, obat apa yang

diminum? Teratur atau tidak?

4. Riwayat penyakit dahulu. Salah satu factor penyebab penyakit kusta adalah daya tahan tubuh

yang menurun. Akibatnya , M.leprae dapat masuk kedalam tubuh. Oleh karena itu, perlu

dikaji apakah riwayat penyakit kronis atau penyakit lain yang pernah diderita.

5. Riwayat penyakit keluarga. Penyakit kusta bukan penyakit turunan, tetapi jika anggota

keluarga atau tetangga menderita penyakit kusta, risiko tinggi tertular sangat mungkin terjadi.

Perlu dikaji apakah anggota keluarga lain yang menderita atau memiliki keluhan yang sama,

baik yang masih hidup maupun sudah meninggal.

6. Riwayat pesikosial. Kusta terkenal sebagai penyakit yang menakutkan dan menjijikkan. Ini

disebabkan adanya deformitas atau kecacatan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, perlu dikaji

bagaimana konsep diri klien dan respons masyarakat disekitar klien.

Page 3: integumen

7. Kebiasaan sehari hari. Pada saat melakukan anamnesis tentang pola kebiasaan sehari hari,

perawat perlu mengkaji status gizi, pola makan/nutrisi klien. Hal ini sangat penting karena

faktor gizi berkaitan erat dengan system imun. Apabila menjalankan kegiatan segari hari

dapat terganggu. Di samping itu, perlu dikaji aktivitas yang dilakukan klien sehari hari. Hal

ini berkaitan dengan kemungkinan terjadi cedera akibat anestesia.

8. Pemeriksaan fisik. Seperti pada kasus yang lain , pemeriksaan fisik harus dilakukan secara

menyeluruh tidak hanya terbatas pada lesi saja . kelenjar regional juga harus diperiksa karena

pada penderita kusta dapat pula ditemukan adanya pembesaran beberapa kelenjar limfe .

pemeriksaan sederhana menggunakan jarum ,kapas,tabung reaksi (masing masing dengan air

panas dan es), pensil tinta ,dansebagainya .inspeksi dilakukan untuk menetapkanruam yang

ada pada kulit .biasanya,dapat ditemukan adanya makula hipipogmentasi /hiperpigmentasi

dan eritematosa dengan permukaan yang kasar atau licin dengan batas yang kurang jelas atau

jelas ,bergantung pada tipe tuberkuloid ,dapat ditemukan gangguan kulit yang disertai dengan

penebalan serabut saraf ,nyeri tekan akibat peradaangan atau reaksi fibrosis, anhidrasi, dan

kerontokan rambut (sering dijumpai pada rambut alis dan bulu mata). Pada kusta tipe

lepromatus, dijumpai hidung pelana dan wajah singa (leoning face). Selain itu, ada pula

kelainan otot tanpa berupa atrofi disuse otot yang ditandai dengan kelumpuhan oto-otot,

diikuti kekakuan sendi atau kontraktur sehingga terjadi clow hand, drop foot, dan drop hand.

Kelainan pada tulang dapat berupa osteomyelitis dan resorbsi tulang yang mengakibatkan

pemendekan dan kerusakan tulang (ujung bengkok), terutamajari-jari tangan dan kaki. Pada

penderita kusta, dapat juga ditemukan kelianan pada mata akibat kemampuan m.orbicularis

oculi sehingga terjadi lagopthalmus atau mata tidak dapat dipejamkan. Akibatnya, mata

menjadi kering dan berlanjut pada keratitis, ilkus kornea, iritis, iridoksilitik, dan berakhir

pada kebutaan. Pada testis dapat terjadi atrofi yang mengakibatkan ginekomastia. Kecacatan

yang sering diderita oleh penderita kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepid an

neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta, juga cedera akibat anesthesia.

Pada palpasi, ditemukan penebalan serabut saraf, makula anestetika pada tipe T, dan

makula non-anestetika pada tipe L, serta permukaan lesi yang kering dan kasar. Selanjutnya,

kita bisa melakukan pemeriksaan sederhana untuk menunjang kepastian diagnosis penyakit

kusta dan juga untuk mengetahui ada atau tidaknya anesthesia pada lesi yang kita curigai

melalui beberapa pengujian.

Page 4: integumen

a. Uji kulit. Uji ini paling sering dilakukan dan caranya mudah sehingga semua petugas

kesehatan dapat melakukannya. Telebih dahulu penderita diberi tahu dan dijelaskan

tentang prosedur pengujian yang akan dilakukan secara jelas. Penggunaan jarum untuk

mengetahui rasa nyeri dilakukan dengan meminta klien menyebutkan tempat mana yang

lebih sakit atau lebih terasa. Kita dapat pula menggunakan kapas atau bulu ayam untuk

mengetahui sensasi raba. Jika masih belum jelas, kita lakukan pengujian terhadap sensasi

suhu, yaitu panas dan dingin, dengan menggunakan 2 tabung rekasi yang disentuhkan

secara bergantian dengan catatan penderita tidak melihat pada waktu pengujian dilakukan

dan menyebutkan rasa apa yang dirasakan.

b. Uji keringat. Pada penderita kusta, ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar

keringat. Uji ini dilakukan dengan cara menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari

beberapa cm diluar lesi melewati permukaan lesi dan keluar batas lesi. Hasilnya, pada

bagian luar lesi goresan pensil akan mengembang berwarna ungu, sedangkan didaerah

lesi tidak.

c. Uji Lepromin. Ini dilakukan untuk menentukan diagnosisdan klasifikasi penyakit kusta.

Tipe I, T, dan BT: uji lepromin positif. Tipe BB, BL, LL: uji lepromin negative.

9. Pemeriksaan penunjang. M. leprae merupakan bakteri berbentuk batang, dapat dibuktikan

melalui pemeriksaan kerokan jaringan atau sediaan apus (smear). Setelah dicat dengan Zichl

Nielsen, sediaan selanjutnya dilihat dibawah mikroskop biasa dengan lensa objektif 100x.

cara pengambilan sediaan adalah sebagai beikut:

a. Beri penjelasan pada penderita tentang tindakan yang akan dilakukan.

b. Korek sptum nasi dengan oese untuk mendapatkan secret hidung (tindakan ini sudah

jarang dilakukan karena tidak nyaman buat penderita).

c. Kerokan dihasilkan dengan membuat irisan dangkal dengan scalpel pada cuping telinga

yang sebelumnya didesinfeksi dengan kapas alcohol kemudian dijepit dengan jari

sehingga pucat.

d. Kerokan yang dihasilkan setelah mengadakan irisan dangkal dengan scalpel pada lesi

(makula) yang sebelumnya dijepit dengan pinset sampai pucat.

e. Luka sayatan cukup ditekan dengan kapas steril yang kering untuk menghentikan

pendarahan.

Page 5: integumen

Hasil yang dilihat pada mikroskop adalah bentuk kanan solid (utuh), fragmented

(segmented), atau granulated. Struktur kuman dan kepadatan (densitas) kuman dinyatakan

dengan indeks bakteri yang dalam hal ini dinyatakan dengan +1 sampai +6. Daya tular

dinyatakan dengan indeks morfologi dengan menggunakan presentase.

Diagnosis dan Intervensi

Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien ini adalah:

1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan adanya lesi pada kulit, perubahan

bentuk wajah, kerontokan rambut.

2. Resiko cedera yang berhubungan dengan anesthesia atau hilang rasa akibat neuritis

3. Penatalaksanaan program terapeutik: ketidakefektifan, yang berhubungan dengan

rumitnya program pengobatan

4. Gangguan presepsi pengelihatan yang berhubungan dengan kelumpuhan m.orbicularis

5. Gangguan peran yang berhubungan dengan terbatasnya aktivitas sebagai dampak dari

mutilasi absorpsi tulang/otot

DK: kemungkinan cedera yang berhubungan dengan anesthesia atau hilang rasa akibat

neuritits

Hasil yang diharapkan:

1. Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko cedera pada

dirinya.

2. Klien dapat menjelaskan tujuan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.

Rencana keperawatan:

1. Beri penjelasan pada kiln dan keluarga tentang penyebab ansietas atau hilang rasa serta

akibat yang ditimbulkannya.

2. Kaji faktor-faktor penyebab atau pendukung terjadinya cedera.

3. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab jika mungkin.

4. Ajari cara-cara pencegahan:

a. Gunakan selalu alas kaki

b. Jika merokok, gunakan pipa rokok dan jangan merokok sambil tiduran

c. Kaji suhu air mandi, jika mandi menggunakan air panas, dengan thermometer air

mandi

Page 6: integumen

d. Gunakan pelindung tangan saat mengangkat barang dari kompor

e. Jangan menggunakan baju panjang ketika sedang memasak.

f. Hati-hati dan waspada selalu jika beraktivitas di dapur

5. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan dirumah

DK: Penatalaksanaan aturan teapeutik: ketidakefektifan, yang berhubungan dengan ruminya

program pengobatan

Hasil yang diharapkan:

1. Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang perilaku hidup sehat yang

diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhannya, serta mencegah kekambuhan

atau komplikasi yang ditimbulkan

2. Klien/keluarga dapat menjelaskan prses terjadinya penyakit, penyebab dan faktor yang

mendukung gejala, dan peraturan untuk mengontrol penyakit.

Rencana keperawatan:

1. Identifikasi faktor penyebab ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.

a. Kurang percaya

b. Kurang pengetahuan

c. Kurangnya sumber-sumber pendukung

2. Bina hubungan saling percaya dengan klien/keluarga

3. Jelaskan tentang penyebab penyakit, proses penyakit, dan resiko yang terjadi jika diobtati

4. Beri penyuluhan tentang perawatan penderita kusta sebelum pengobatan, selama

pengobatan, dan setelah pengobatan.

a. Perlunya pengobatan yang teratur

b. Cara makan obat

c. Lama pengobatan

d. Hal-hal yang dapat timbul selama pengobatan, antara lain efek samping obat dan

reaksi yang ditimbulkan.

e. Program tindak lanjut setelah RFT

f. Perawatan luka dirumah

g. Pentingnya gizi/nutrisi

Page 7: integumen

h. Perubahan gaya hidup/ aktivitas