integumen 1

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit atau integumen dapat terserang penyakit. Penyakit kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala usia. Infeksi pada kulit dapat terjadi salah satunya karena infeksi bakteri. Sebagian besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk menunjukkan efek. Masalahnya menjadi lebih mencemaskan jika penyakit tidak merespon terhadap pengobatan. Tidak banyak statistik yang membuktikan bahwa frekuensi yang tepat dari penyakit kulit, namun kesan umum sekitar 10-20 persen pasien mencari nasehat medis jika menderita penyakit pada kulit. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Dermatitis? 2. Apa etiologi dari Dermatitis? 3. Apa saja macam Dermatitis? 4. Bagaimana patofisiologi dari Dermatitis? 5. Bagaimana penatalaksanaan jenis-jenis infeksi pada kulit?

Transcript of integumen 1

Page 1: integumen 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit atau integumen dapat terserang penyakit. Penyakit kulit adalah

penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala

usia. Infeksi pada kulit dapat terjadi salah satunya karena infeksi bakteri.

Sebagian besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk

menunjukkan efek. Masalahnya menjadi lebih mencemaskan jika penyakit

tidak merespon terhadap pengobatan. Tidak banyak statistik yang

membuktikan bahwa frekuensi yang tepat dari penyakit kulit, namun kesan

umum sekitar 10-20 persen pasien mencari nasehat medis jika menderita

penyakit pada kulit.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Dermatitis?

2. Apa etiologi dari Dermatitis?

3. Apa saja macam Dermatitis?

4. Bagaimana patofisiologi dari Dermatitis?

5. Bagaimana penatalaksanaan jenis-jenis infeksi pada kulit?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi Dermatitis.

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi

Dermatitis.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patofisiologi

Dermatitis.

4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan

jenis-jenis infeksi pada kulit.

5.

Page 2: integumen 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan

kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema, papul,

vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005) Dermatitis adalah

radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar

matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia.

(812 Resep U/ Mengobati 236 Penyakit Oleh H. Arief Hariana:Hml 136)

Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang

mengalami peradangan.

Infeksi kulit merupakan proses invasif oleh organisme dan

berproliferasi  di dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter &

Perry, 2005). Infeksi pada kulit dapat ditimbulkan salah satumya karena

bakteri.

Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder. Pada kedua

keadan ini, beberapa jenis mikroorganisme dapat terlibat, misalnya

Staphylococcus aureus atau streptokus grup A.

B. Etiologi

Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar

merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein,

bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.

Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik

untuk bereaksi. Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen),

misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar

Page 3: integumen 1

dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari

dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi

dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya

memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan

meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada

strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri

yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada

kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas

saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan

tubuhnya tidak bagus.

Terdapat berbagai macam bakteri yang dapat menyebabkan penyakit

pada tubuh manusia. Infeksi bakteri dapat ditularkan melalui udara, air,

tanah, makanan, cairan  dan jaringan tubuh serta benda mati. Bakteri

patogen memiliki kemampuan untuk menularkan, melekat dan menginvasi

ke sel inang, toksikasi, serta mampu mengelabuhi sistem imun, beberapa

memiliki gejala dan beberpa lagi asimptomatik.

Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi antara lain.

1.      Infeksi Bakteri Streptokokus

Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa infeksi, salah

satunya selulitis. Sellulitis adalah infeksi bakteri serius pada kulit

yang umum terjadi. Cellulitis muncul sebagai daerah bengkak merah

pada kulit yang terasa panas dan lunak, dan dapat menyebar cepat.

Kulit pada kaki bagian bawah yang paling sering terkena, meskipun

cellulitis dapat terjadi di manapun pada bagian tubuh atau wajah.

Sellulitis dapat hanya mempengaruhi permukaan kulit atau, juga

dapat mempengaruhi jaringan di bawah kulit dan dapat menyebar ke

kelenjar getah bening dan aliran darah. Jika tidak diobati, infeksi

dapat menyebar cepat. Oleh karena itu, maka penting untuk mencari

perawatan medis segera jika gejala cellulitis terjadi. Sellulitis terjadi

Page 4: integumen 1

ketika satu atau lebih jenis bakteri masuk melalui celah di kulit. Dua

jenis bakteri yang paling umum penyebab cellulitis adalah

streptococcus dan staphylococcus. Kejadian infeksi staphylococcus

yang lebih serius disebut methicillin resistant Staphylococcus aureus

(MRSA). Meskipun selulitis dapat terjadi di manapun pada tubuh,

lokasi yang paling umum adalah kaki bagian bawah. Daerah kulit

yang sering terganggu, seperti bagian yang pernah menjalani operasi

terakhir, luka, luka tusuk, maag, atau dermatitis. Karena pada bagian

tersebut merupakan daerah yang paling mungkin bagi bakteri untuk

masuk. Beberapa jenis gigitan serangga atau laba-laba juga dapat

menularkan bakteri. Daerah kering, kulit terkelupas juga dapat

menjadi titik masuk bagi bakteri.

Kemungkinan tanda dan gejala cellulitis meliputi:

1.      Kemerahan

2.      Bengkak

3.      Lunak

4.      Nyeri

5.      Hangat

6.      Demam

Perubahan pada kulit mungkin disertai dengan demam. Seiring

berjalannya waktu, daerah kemerahan cenderung untuk meluas.

Bintik-bintik merah kecil mungkin muncul di atas kulit yang

memerah.

2.      Infeksi Haemophilus Influenzae

Bakteri ini merupakan penyebab penting selulitis superfisial

sekunder pada anak yang sering berhubungan dengan otitis media

ipsilateral.

3.      Infeksi Bakteri Stafilokokus

a.       Folikulitis

Infeksi pada bagian superfisial dari folikel rambut

oleh Staphylococcus aureus menimbulkan pustula kecil

Page 5: integumen 1

dengan dasar yang kemerahan pada tengah – tengah folikel.

Sering terlihat pada daerah dagu laki-laki yang mencukur

janggutnya dan pada tungkai wanita.

b.      Furunkel (bisul)

Merupakan inflamasi kulit akut yang timbul dalam

satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan

dermis sekitarnya. Lebih sering terjadi pada daerah yang

mengalami iritasi, seperti: posterior leher, aksila atau pantat

(gluteus). Infeksi dalam folikel rambut yang disebabkan oleh

S. Aureus. Manifestasinya berupa timbul abses yang nyeri

pada tempat infeksi dan sesudah beberapa hari terjadi

fluktuasi dan titik-titik yang merupakan pusat pustula. Begitu

inti di bagian tengah nekrosis hancur, lesi akan menghilang

secara bertahap.

c.       Karbunkel

Merupakan abses pada kulit dan jaringan subkutan

yang menggambarkan perluasaan sebuah furunkel yang telah

menginvasi beberapa buah folikel rambut. Karbunkel paling

sering ditemukan pada daerah yang kulitnya tebal dan tidak

elastis. Infeksi yang dalam oleh S. Aureus pada sekelompok

folikel rambut yang berdekatan. Manifestasi awal yang

muncul adalah lesi berbentuk kubah yang lunak serta

kemerahan, setelah beberapa hari terjadi supurasi dan nanah

keluar dari muara- muara folikel.

d.      Impetigo

Infeksi superfisial yang menular yang mempunyai

dua bentuk klinis, yaitu nonbulosa dan bolusa. Impetigo

disebabkan oleh Streptokokus dan S. Aureus. Manifestasinya

berupa lesi yang dapat timbul dimana saja. Pada impetigo

nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil, kemudian pecah

dengan memperluas daerah eksudasi dan terbentuk krusta

Page 6: integumen 1

yang akan lepas dan meninggalkan daerah kemerahan.

Sedangkan pada impetigo bulosa timbul lepuhan – lepuhan

besar dan superfisial. Ketika lepuhan besar tersebut pecah

akan terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan stratum

korneum pada bagian tepi lesi akan mengelupas kembali.

C. Macam – macam dermatitis

1. Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang

disertai dengan adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena

kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan

pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu

seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi

dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan

mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung

dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun

cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa

karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

Klasifikasi dermatitis kontak berdasarkan penyebabnya ada 2 jenis yaitu

a. Dermatitis kontak toksik

b. Dermatitis kontak alergik

c. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang

mempunyai riwayat atopi. Atopi adalah penyakit aneh ataupun

hipersensivitas abnormal untuk melawan factor-faktor lingkungan, dijumpai

pada penderita maupun keluarganya tanpa sensitasi yang jelas sebelumnya.

(Coca and Cooke, 1923)

Page 7: integumen 1

Dermatitis atopic ditandai dengan reaksi berlebihan terhadap rangsangan

dari lingkungan sekitarnya seperti bahan iritan dan alergen, dan adanya

kecenderungan untuk memproduksi IgE. Dengan indikasi dan gejala antara

lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di

lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan

seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki

asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau

berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

2. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada

daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis dan muka, kronik

dan superficial. Etiologinya belum diketahui secara pasti. Pada umumnya

didapati aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan.

Menurut daerah lesi, dermatitis seboroik dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Seboroik Kepala

Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna

kekuningan sehingga rambut saling lengket, kadang dijumpai krusta yang

disebut Pityriasis Oleosa. Seboroik ini akan menyebabkan rambut rontok

dan rasa gatal.

b. Seboroik Muka

Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu, dll. Terdapat macula

eritema yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuningan.

c. Seboroik Badan dan Sela-sela

Dijumpai ruam  berbentuk macula eritema yang pada permukaannya ada

skuama berminyak berwarna kekuningan.

Page 8: integumen 1

3. Dermatitis Statis

Dermatitis Statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan

darah vena di tungkai bawah, hal ini terjadi karena adanya gangguan katub

vena sehinggatekanan kapiler meingkat dan terjadi kerusakan kapiler yang

menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena kapiler

rusak. Selanjutnya timbul statis yang irreversible. Jaringan akhirnya

dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk

hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan

muncul bintik-bintik hitam. Terjadi anoksia jaringan dan kematian jaringan.

Timbul rasa gatal. Jika digaruk timbul skuama, hiperpigmentasi, dan erosi.

Bila tidak ditangani akan terjadi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus yang

disebut ulkus varikosus.

4. Dermatitis numuler

Dermatitis numuler adalah dermatitis yang bentuk lesinya bulat seperti uang

logam. Etiologinya belum diketahui secara pasti. Tetapi sensitivitas

berperan terhadap perluasan lesi.

5. Neurodermatitis Sirkumskripta

Atau disebut juga liken simpleks kronik merupakan suatu jenis dermatitis 

dengan penebalan kulit dari jaringan tanduk (likenifikasi) karena garukan

atau gosokan yang berulang. Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi

ada yang menghubungkan dengan ketegangan jiwa.

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan

garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang

kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai

ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)

Page 9: integumen 1

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,

datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul

saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga

iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.

Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan

bagian belakang dari leher.

D. Patofisiologi

1. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas

tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase

sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen

dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberikan respon,

memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang

dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klini. Pada fase

induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan

berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen

ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,

kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit,

sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang

telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening

regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor

yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut

masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid,

tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di

seluruh kulit tubuh. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten

yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan

limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala

klinis.

Page 10: integumen 1

2. Dermatitis Atopic

Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting

yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat

kemotaktis dan emnekan produksi sel T.  Sel mast meningkat pada lesi

dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan

histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa.

Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin

karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.

Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara

berlebihan diturunkan secara genetik

3. Neurodermatitis

Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler,

dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas

relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh

4. Dermatitis Statis

Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang

dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan

intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa

berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk.

Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula

tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan

erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga

kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam

5. Dermatitis Seboroik

Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama

kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar

Page 11: integumen 1

bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga,

lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan

skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff

dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.

E. Penatalaksanaan

Jenis Infeksi Penatalaksanaan

Impetigo

Topikal : membersihkan lesi dengan antiseptic. Bila lesi basah, lesi

dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000. Bila lesi

kering, olesi dengan salep yang mengandung mupirosin 2%. Antibiotik

topikal lain yang dapat dipakai adalah asam fusidat dan gentamisin

Sistemik : obat pilihan ialah penisilin V per oral. Dapat juga diberikan

irtromisin, amoksisilin, atau sefalosporin.

Impetigo

Bulosa

Topikal : sama dengan penatalaksanaan pada impetigo.

Sistemik : oral

Kloksasilin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis.

Dikloksasilin 25-50 mg/kgBB/hari

Floksasilin.

Folikulitis

Topikal : membersihkan lesi dengan air dan desinfektan. Memberikan

salep atau krim antiniotika.

Sistemik : antibiotik per oral misal ertromisin, klindamisin atau

sefaloseforin.

Furunkel dan

Karbunkel

Lesi permulaan yang belum berfluktuasi dan belum bermata dikompres

panas dan diberi antibiotik oral (penisilin).

Jika lesi telah matang dan bermata dilakukan insisi dan drainase.

Antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah basitrasin, neomisin,

asam fusidat atau muipirosin.

Selulitis

Topikal : jika lesi basah, kompres dengan permanganas kalikus. Jika

kering, olesi krim antibiotik.

Sistemik : berikan antibiotik per oral

Page 12: integumen 1

BAB III

Page 13: integumen 1

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik

namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi kulit

dapat disebabkab karena bakteri, yang mana bakteri sendiri terdiri dari

beberapa janis. Infeksi bakteri terdiri dari impetigo, folikulitis, furunkel, dan

karbunakel. Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada penyebabnya

infeksi itu sendiri. Masing-masing penyakit akibat infeksi bakteri juga

memiliki penatalaksanaan tersendiri. Penyakit kulit akibat infeksi bakteri

harus benar-benar diwaspadai, karena penyakit-penyakit tersebut dapat

menyebabkan komplikasi penyakit pada tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: integumen 1

Jennifer P. Kowalak, William Welsh, Brenna Mayer. 2003. Buku Ajar

Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis

proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

kelamin. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia,1993