integumen 1
-
Upload
gangga-dwija -
Category
Documents
-
view
240 -
download
10
Transcript of integumen 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit atau integumen dapat terserang penyakit. Penyakit kulit adalah
penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala
usia. Infeksi pada kulit dapat terjadi salah satunya karena infeksi bakteri.
Sebagian besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk
menunjukkan efek. Masalahnya menjadi lebih mencemaskan jika penyakit
tidak merespon terhadap pengobatan. Tidak banyak statistik yang
membuktikan bahwa frekuensi yang tepat dari penyakit kulit, namun kesan
umum sekitar 10-20 persen pasien mencari nasehat medis jika menderita
penyakit pada kulit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Dermatitis?
2. Apa etiologi dari Dermatitis?
3. Apa saja macam Dermatitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Dermatitis?
5. Bagaimana penatalaksanaan jenis-jenis infeksi pada kulit?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi Dermatitis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi
Dermatitis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patofisiologi
Dermatitis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan
jenis-jenis infeksi pada kulit.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005) Dermatitis adalah
radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar
matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia.
(812 Resep U/ Mengobati 236 Penyakit Oleh H. Arief Hariana:Hml 136)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan.
Infeksi kulit merupakan proses invasif oleh organisme dan
berproliferasi di dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter &
Perry, 2005). Infeksi pada kulit dapat ditimbulkan salah satumya karena
bakteri.
Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder. Pada kedua
keadan ini, beberapa jenis mikroorganisme dapat terlibat, misalnya
Staphylococcus aureus atau streptokus grup A.
B. Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein,
bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik
untuk bereaksi. Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen),
misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar
dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari
dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi
dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan
meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada
strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri
yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas
saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus.
Terdapat berbagai macam bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
pada tubuh manusia. Infeksi bakteri dapat ditularkan melalui udara, air,
tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh serta benda mati. Bakteri
patogen memiliki kemampuan untuk menularkan, melekat dan menginvasi
ke sel inang, toksikasi, serta mampu mengelabuhi sistem imun, beberapa
memiliki gejala dan beberpa lagi asimptomatik.
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi antara lain.
1. Infeksi Bakteri Streptokokus
Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa infeksi, salah
satunya selulitis. Sellulitis adalah infeksi bakteri serius pada kulit
yang umum terjadi. Cellulitis muncul sebagai daerah bengkak merah
pada kulit yang terasa panas dan lunak, dan dapat menyebar cepat.
Kulit pada kaki bagian bawah yang paling sering terkena, meskipun
cellulitis dapat terjadi di manapun pada bagian tubuh atau wajah.
Sellulitis dapat hanya mempengaruhi permukaan kulit atau, juga
dapat mempengaruhi jaringan di bawah kulit dan dapat menyebar ke
kelenjar getah bening dan aliran darah. Jika tidak diobati, infeksi
dapat menyebar cepat. Oleh karena itu, maka penting untuk mencari
perawatan medis segera jika gejala cellulitis terjadi. Sellulitis terjadi
ketika satu atau lebih jenis bakteri masuk melalui celah di kulit. Dua
jenis bakteri yang paling umum penyebab cellulitis adalah
streptococcus dan staphylococcus. Kejadian infeksi staphylococcus
yang lebih serius disebut methicillin resistant Staphylococcus aureus
(MRSA). Meskipun selulitis dapat terjadi di manapun pada tubuh,
lokasi yang paling umum adalah kaki bagian bawah. Daerah kulit
yang sering terganggu, seperti bagian yang pernah menjalani operasi
terakhir, luka, luka tusuk, maag, atau dermatitis. Karena pada bagian
tersebut merupakan daerah yang paling mungkin bagi bakteri untuk
masuk. Beberapa jenis gigitan serangga atau laba-laba juga dapat
menularkan bakteri. Daerah kering, kulit terkelupas juga dapat
menjadi titik masuk bagi bakteri.
Kemungkinan tanda dan gejala cellulitis meliputi:
1. Kemerahan
2. Bengkak
3. Lunak
4. Nyeri
5. Hangat
6. Demam
Perubahan pada kulit mungkin disertai dengan demam. Seiring
berjalannya waktu, daerah kemerahan cenderung untuk meluas.
Bintik-bintik merah kecil mungkin muncul di atas kulit yang
memerah.
2. Infeksi Haemophilus Influenzae
Bakteri ini merupakan penyebab penting selulitis superfisial
sekunder pada anak yang sering berhubungan dengan otitis media
ipsilateral.
3. Infeksi Bakteri Stafilokokus
a. Folikulitis
Infeksi pada bagian superfisial dari folikel rambut
oleh Staphylococcus aureus menimbulkan pustula kecil
dengan dasar yang kemerahan pada tengah – tengah folikel.
Sering terlihat pada daerah dagu laki-laki yang mencukur
janggutnya dan pada tungkai wanita.
b. Furunkel (bisul)
Merupakan inflamasi kulit akut yang timbul dalam
satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan
dermis sekitarnya. Lebih sering terjadi pada daerah yang
mengalami iritasi, seperti: posterior leher, aksila atau pantat
(gluteus). Infeksi dalam folikel rambut yang disebabkan oleh
S. Aureus. Manifestasinya berupa timbul abses yang nyeri
pada tempat infeksi dan sesudah beberapa hari terjadi
fluktuasi dan titik-titik yang merupakan pusat pustula. Begitu
inti di bagian tengah nekrosis hancur, lesi akan menghilang
secara bertahap.
c. Karbunkel
Merupakan abses pada kulit dan jaringan subkutan
yang menggambarkan perluasaan sebuah furunkel yang telah
menginvasi beberapa buah folikel rambut. Karbunkel paling
sering ditemukan pada daerah yang kulitnya tebal dan tidak
elastis. Infeksi yang dalam oleh S. Aureus pada sekelompok
folikel rambut yang berdekatan. Manifestasi awal yang
muncul adalah lesi berbentuk kubah yang lunak serta
kemerahan, setelah beberapa hari terjadi supurasi dan nanah
keluar dari muara- muara folikel.
d. Impetigo
Infeksi superfisial yang menular yang mempunyai
dua bentuk klinis, yaitu nonbulosa dan bolusa. Impetigo
disebabkan oleh Streptokokus dan S. Aureus. Manifestasinya
berupa lesi yang dapat timbul dimana saja. Pada impetigo
nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil, kemudian pecah
dengan memperluas daerah eksudasi dan terbentuk krusta
yang akan lepas dan meninggalkan daerah kemerahan.
Sedangkan pada impetigo bulosa timbul lepuhan – lepuhan
besar dan superfisial. Ketika lepuhan besar tersebut pecah
akan terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan stratum
korneum pada bagian tepi lesi akan mengelupas kembali.
C. Macam – macam dermatitis
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang
disertai dengan adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena
kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan
pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi
dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan
mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung
dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa
karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
Klasifikasi dermatitis kontak berdasarkan penyebabnya ada 2 jenis yaitu
a. Dermatitis kontak toksik
b. Dermatitis kontak alergik
c. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang
mempunyai riwayat atopi. Atopi adalah penyakit aneh ataupun
hipersensivitas abnormal untuk melawan factor-faktor lingkungan, dijumpai
pada penderita maupun keluarganya tanpa sensitasi yang jelas sebelumnya.
(Coca and Cooke, 1923)
Dermatitis atopic ditandai dengan reaksi berlebihan terhadap rangsangan
dari lingkungan sekitarnya seperti bahan iritan dan alergen, dan adanya
kecenderungan untuk memproduksi IgE. Dengan indikasi dan gejala antara
lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di
lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan
seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki
asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau
berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
2. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada
daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis dan muka, kronik
dan superficial. Etiologinya belum diketahui secara pasti. Pada umumnya
didapati aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan.
Menurut daerah lesi, dermatitis seboroik dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Seboroik Kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna
kekuningan sehingga rambut saling lengket, kadang dijumpai krusta yang
disebut Pityriasis Oleosa. Seboroik ini akan menyebabkan rambut rontok
dan rasa gatal.
b. Seboroik Muka
Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu, dll. Terdapat macula
eritema yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuningan.
c. Seboroik Badan dan Sela-sela
Dijumpai ruam berbentuk macula eritema yang pada permukaannya ada
skuama berminyak berwarna kekuningan.
3. Dermatitis Statis
Dermatitis Statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan
darah vena di tungkai bawah, hal ini terjadi karena adanya gangguan katub
vena sehinggatekanan kapiler meingkat dan terjadi kerusakan kapiler yang
menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena kapiler
rusak. Selanjutnya timbul statis yang irreversible. Jaringan akhirnya
dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk
hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan
muncul bintik-bintik hitam. Terjadi anoksia jaringan dan kematian jaringan.
Timbul rasa gatal. Jika digaruk timbul skuama, hiperpigmentasi, dan erosi.
Bila tidak ditangani akan terjadi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus yang
disebut ulkus varikosus.
4. Dermatitis numuler
Dermatitis numuler adalah dermatitis yang bentuk lesinya bulat seperti uang
logam. Etiologinya belum diketahui secara pasti. Tetapi sensitivitas
berperan terhadap perluasan lesi.
5. Neurodermatitis Sirkumskripta
Atau disebut juga liken simpleks kronik merupakan suatu jenis dermatitis
dengan penebalan kulit dari jaringan tanduk (likenifikasi) karena garukan
atau gosokan yang berulang. Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi
ada yang menghubungkan dengan ketegangan jiwa.
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang
kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,
datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul
saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga
iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.
Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan
bagian belakang dari leher.
D. Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas
tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase
sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen
dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberikan respon,
memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klini. Pada fase
induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen
ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,
kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit,
sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang
telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening
regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor
yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut
masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid,
tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten
yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan
limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala
klinis.
2. Dermatitis Atopic
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting
yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat
kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi
dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan
histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa.
Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin
karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara
berlebihan diturunkan secara genetik
3. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler,
dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas
relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang
dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan
intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa
berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk.
Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula
tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan
erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga
kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seboroik
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama
kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar
bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga,
lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan
skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff
dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
E. Penatalaksanaan
Jenis Infeksi Penatalaksanaan
Impetigo
Topikal : membersihkan lesi dengan antiseptic. Bila lesi basah, lesi
dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000. Bila lesi
kering, olesi dengan salep yang mengandung mupirosin 2%. Antibiotik
topikal lain yang dapat dipakai adalah asam fusidat dan gentamisin
Sistemik : obat pilihan ialah penisilin V per oral. Dapat juga diberikan
irtromisin, amoksisilin, atau sefalosporin.
Impetigo
Bulosa
Topikal : sama dengan penatalaksanaan pada impetigo.
Sistemik : oral
Kloksasilin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis.
Dikloksasilin 25-50 mg/kgBB/hari
Floksasilin.
Folikulitis
Topikal : membersihkan lesi dengan air dan desinfektan. Memberikan
salep atau krim antiniotika.
Sistemik : antibiotik per oral misal ertromisin, klindamisin atau
sefaloseforin.
Furunkel dan
Karbunkel
Lesi permulaan yang belum berfluktuasi dan belum bermata dikompres
panas dan diberi antibiotik oral (penisilin).
Jika lesi telah matang dan bermata dilakukan insisi dan drainase.
Antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah basitrasin, neomisin,
asam fusidat atau muipirosin.
Selulitis
Topikal : jika lesi basah, kompres dengan permanganas kalikus. Jika
kering, olesi krim antibiotik.
Sistemik : berikan antibiotik per oral
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik
namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi kulit
dapat disebabkab karena bakteri, yang mana bakteri sendiri terdiri dari
beberapa janis. Infeksi bakteri terdiri dari impetigo, folikulitis, furunkel, dan
karbunakel. Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada penyebabnya
infeksi itu sendiri. Masing-masing penyakit akibat infeksi bakteri juga
memiliki penatalaksanaan tersendiri. Penyakit kulit akibat infeksi bakteri
harus benar-benar diwaspadai, karena penyakit-penyakit tersebut dapat
menyebabkan komplikasi penyakit pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Jennifer P. Kowalak, William Welsh, Brenna Mayer. 2003. Buku Ajar
Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
kelamin. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,1993