INOVASI LAYANAN TRANSAKSI E-GOVERNMENT PADA BIDANG ...
Transcript of INOVASI LAYANAN TRANSAKSI E-GOVERNMENT PADA BIDANG ...
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
569
INOVASI LAYANAN TRANSAKSI E-GOVERNMENT PADA
BIDANG PERIZINAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN
TERPADU KOTA MALANG
Agresi Indah Purnamasari1, Yossi Indra Wardani2, Della Aulia Hidayah3
Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Inovasi dalam pelayanan publik sangat dibutuhkan sebagai salah satu upaya menuju pelayanan
yang lebih baik atau good governanced dan juga untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat.
Inovasi layanan transaksi E-government pada bidang perizinan di kota Malang yang mempunyai
tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki pelayanan yang mudah, efisien, transparan dan
akuntabel serta mengantisipasi sistem antrian yang panjang hanya untuk mendapatkan suatu
pelayanan yang sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasannya dalam inovasi layanan
transaksi E-government dilakukan upaya dan kerjasama. Kemudian masih adanya beberapa faktor
penghambat tentunya disinilah tantangan terhadap pemerintah dalam terciptanya inovasi layanan
transaksi E-government sehingga terwujudnya good governance.
Kata Kunci : Pelayanan Publik, Inovasi, Transaksi, Electronic Government, Good Governance
ABSTRACT
Innovation in public service is needed as one of the efforts towards better service or good
governanced and also to meet the needs of the community. Innovation of E-Government
transaction services in licensing areas in Malang City that aims to improve and improve the
service that is easy, efficient, transparent and accountable and anticipates a long queue system
only for Have a simple service. The results of this research show that the innovation in E-
Government transaction service is done by efforts and cooperation. Then there are some obstacle
factors, this is the challenge to the government in the creation of E-Government transaction
service innovations so that the realization of good governance.
Keyword : Public Service, Inovation, Transaction, Electronic Government, Good Governance
PENDAHULUAN
Pelayanan publik pada hakikatnya merupakan sebuah pemenuhan hak-hak
kebutuhan dasar dari negara kepada masyarakatnya. Salah satu kebutuhan
mendasar dari masyarakat adalah kesehatan. Dalam pelayanan publik, pemerintah
diharapkan dapat memberikan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat.
Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas,
prosedur jelas, waktu ringkas, dan biaya pantas terus meningkat dari waktu ke
waktu. Tuntutan itu terus berkembang sesuai dengan kesadaran bahwa warga
negara berhak untuk mendapatkan pelayanan, dan pemerintah berkewajiban untuk
melayani. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, pelayanan publik tidak
terhindarkan dari masalah tersebut. Bagian pendahuluan berisi uraian tentang ruang
lingkup, rumusan masalah kajian literatur terdahulu (state of the art, telaah
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
570
pustaka), pernyataan kebaruan ilmiah dan permasalahan penelitian yang disertai
dengan tujuan artikel ilmiah.
Konsep inovasi dapat ditelusuri dalam tataran penyelenggaraan pemerintahan
yaitu pilihan publik yang memandang sistem pemberian pelayanan kepada publik
merupakan salah satu pusat perhatian dan menjadi nilai yang akan dimaksimalkan.
Inovasi dalam pemerintahan daerah mulai mendapat perhatian sejak lahirnya
otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian
diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi dasar setiap lembaga pemerintahan daerah
melakukan inovasi dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerahnya agar dapat
berjalan efektif dan efisien khususnya terkait pelayanan publik. Hal ini sesuai yang
diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai rujukan dalam memperbaiki
kinerjanya melalui inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Bahwasannya pada tahun 2003 yang berkaitan dengan e-Government,
presiden mengeluarkan INPRES Nomor 3 Tahuni 2003 tentang Kebijakan dani
Strategi Nasional dalam Pengembangan E-Government, Presiden
menginstruksikan kepada Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi atau Tinggi Negara, Panglima TNI,
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, JaksaiAgung Republik Indonesia,
Gubernur, Bupati/Walikota. Dengan terbitnya inpres pada tahun 2003 tersebut di
beritahukan kepada kepala daerahidi seluruh Indonesia, maka dalam hal ini yang
berkaitan dengan pemerintah kota Malang sendiri dalam memulai pelaksanaan
dalam meningkatkam e-Government yang dalam hal ini bertujuan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan yang dimana dalam ini tidak adanya
intervensi dari pegawai atau birokrat sebagai pelayan masyarakat dan juga tidak
memerlukan sitem antri lagi yang akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan
membuang-buang waktu yang dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada
masyarakat. Dalam penerapan e-Goverment sendiri mempunyai tujuan dapat
menciptakan good governance.
Dalam pemanfaatan tekonologi untuk sekarang ini yang semakin meningkat
yang dimana daat mempermudah masyarakat dapat mengakses berbgai macam
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
571
informasi secara update, hal tersebut, dapat mengurangi adanya korupsi dengan
cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik. Selain hal
tersebut, dengan di bukanya akses informasi dapat memperluas dan mempermudah
partisipasi publik dimana masyarakat diharapkan dapat terlibat aktif dalam
pengambilan keputusan/kebijakan oleh pemerintah. Penerapan e-Government
disini juga dapat diharapkan membantu memperbaiki kinerja dan efisiensi birokrasi
serta dapat membantu meningkatkan dalam perekonomian pada masyarakat.
Bahwasannya terdapat 3 pelayanan dari e-Government yang dibuat oleh
pemerintah kota Malang antara lain, Pelayanan pengaduan online, pelayanan data
dan Informasi melalui website, Pelayanan akses internet dalam e- Goverment di
kota Malang, juga diterapkan pada bidang perizinan melalui Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota Malang dapat mempermudah dalam memberikan
pelayanan publik daniinformasi pentingikepada masyarakat yang berupa prosedur
dan tata cara yang diperlukan masyarakat di kotaiMalang dalam mengurus
perizinan. Selain itu masyarakat untuk sekarang ini dipermudah setelah adanya e-
Goverment dapat mengakses seluruh informasi yang ada dalam bidang perizinan di
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang.
Namunidalam penerapan e-Government oleh pemerintah kota Malang dalam
bidang perizinan, masih terdapat beberapa faktor yang menjadi permasalahan atau
menjadi penghambat di kota Malang terkaitidengan e-Government yaitu masih
terdapat masyarakat yang melakukan pelanggaran dalam bidangiperizinan, terlihat
bahwa pembangunan di kota Malang sangat pesat, diantaranya pembangunan ruko,
apartmen, mini market, dan pengembangan perumahan yang sangat luas. Untuk
dapat mendirikan bangunan tersebut maka diperlukan izin, dalam hal perizinan
inilah yang sering dilanggar oleh masyarakat kota Malang. Banyak masyarakat
yang tidak mendapatkan izin tetapi tetap mendirikan bangunan dan juga banyak
yang menggunakan cara curang dalam mendapatkan izin untuk mendirikan
bangunan mereka.
Kemudian masih terdapat beberapa masyarakat di Kota Malang yang belum
mengetahui tentang layanan e-Government dan masih banyak masyarakat yang
belum memanfaatkan layanan tersebut. Namun permasalahan yang terjadi disini
adalah tidak hanya pada masyarakatnya saja, tetapi dimana website Badan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
572
Perizinan dalam layanan e-Governmenti tidak selalu memberikan informasi
terupdate (terbaru) dalam informasi yang akan di sampaikan kepada masyarakat.
Sehingga disini masyarakat kesulitan dalam mendapatkan informasi dan kurang
memahami prosedur terkait perizinan.
Tabel 1. Rata – Rata Kepuasan, Rata –Rata Harapan dan Indeks Kepuasan
Terhadap Layanan Perizinan
Unsur
Rata-rata
Harapan
Rata-rata
Kepuasan
Indek
s
Layanan Perijinan
Persyaratan Pelayanan 3.60 2.93 0.38
Prosedur Pelayanan 3.60 2.63 0.34
Waktu Pelayanan 3.67 2.37 0.31
Biaya/ tarif 3.63 2.90 0.38
Produk / hasil layanan 3.67 2.93 0.39
Kompetensi pelaksana 3.67 2.90 0.38
Perilaku pelaksana 3.67 2.57 0.34
Maklumat pelayanan 3.50 3.03 0.38
Penanganan pengaduan,
saran dan masukan
3.70
2.73
0.36
Rata-rata 3.63 2.78 3.27
Indeks 81.71
Sumber: Laporan Survey Kepuasaan Masyarakat Tahun 2015
BerdasarkaniTabel diatas bahwasannya diketahuiibahwa dalam Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap layanan perijinan di kota Malang sebesar
81,71 atau termasuk dalam kategori A (Sangat Baik). Nilai IKM tersebut
diperoleh dari nilai rata-rata kepuasan sebesar 2,78i dan nilai rata-rataiharapan
sebesar 3,63. Walaupun dalam indeks sudah masuk pada kategori SangatiBaik,
tetapi masih terdapat gap karena harapan masyarakat terhadap layanan
perijinan belum sepenuhnya terpenuhi.
Berdasarkanidariipemaparan lataribelakang diatas, rumusan masalah yang
akan diteliti dan dibahas dalam penelitianiini yaitu bagaimana inovasi dalam
layanan transaksiie-Government untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
573
pada bidang perizinan di kota Malang dan apa saja faktor penghambat
penyelenggaraan inovasi dalam layanan transaksi e-Government untuk
mewujukan pelayanan publik yang baik pada bidang perizinan di kota Malang.
Dimana didalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahuidan menganalisa
inovasi layanan transaksi e-Government dalam upaya mewujudkan pelayanan
publik yang baik khusunya pada bidang perizinan di Kota Malang dan
mengetahui apa saja faktor penghambat penyelenggaraan inovasi dalam layanan
transaksi e-Government untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik pada
bidang perizinan di kota Malang.
Gambar 1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang
(https://malangvoice.com/soal-izin-satu-pintu-bagian-hukum-masih-koreksi-perda)
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang Inovasi layanan transaksi E-Goverment pada bidang
perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang menggunakan
metode berupa pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif berupa
pengamatan dengan melihat, mencatat, mendeskripsikan, dan melaporkan kegiatan
dengan cara mengumpulkan dokumen berupa data, gambar, grafik, peta, hasil
wawancara dan jenis data lainnya yang berkaitan dengan pembuatan dan prosedur
dalam tentang Inovasi layanan transaksi E-Goverment pada bidang perizinan di
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang. Reduksi Data (Data Reduction),
Penyajian Data (Data Display).
Analisis data menggunakan Teknik Deskriptif, deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
574
melukiskan keadaan subyek dan objek penelitian seseorang, lembaga masyarakat
dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimanaadanya. Dimana dalam penulisan menggunakan seluruh data yang
dapat diperoleh dari studi literatur dan data dari lapangan yaitu berupa arsip-arsip
atau dokumen dari Instansi. Hasil wawancara kepada responden yang telah
ditentukan oleh penulis, selanjutnya penulis mendeskripsikan dan menganalisa
segala apa yang terjadi di Kota Malang mengenai layanan transaksi e-government
dalam bidang perizinan untuk mewujudkan Good Governance. Melihat aspek
permasalahan yang terjadi dalam penerapan layanan transaksi e-government.
Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa metodologi penelitian
kualitatifmerupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi yang
merupakan kombinasi dari teknik wawancara, observasi, dokumentasi. Dalam
menganalisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut
Miles dan Hubberman (dalam Sugiyono, 2011) yaitu pengumpulan data,
pengolahan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
KERANGKA TEORI ATAU TINJAUAN PUSTAKA
a. Organisasi
Pengertian Organisasi
Menurut Siagian dalam Sofyandi (2007) mengartikan organisasi sebagai
bentuk kerjasama secara formal antar dua orang atau lebih dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan, didalam organisasi tersebut juga terdapat pemimpin
atau atasan dan sebagaian yang lain disebut bawahan.
Struktur Organisasi
Menurut Suranto (2005) struktur organisasi adalah mengelompokkan dan
memfokuskan pembagian kerja serta menunjukkan hubungan aktivitas pekerjaanya
sampai batas tertentu juga menunjukkan tingkan spesialisasi kerja.
Faktor - Faktor Mempengaruhi Struktur Organisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur organisasi menurut Ernie (2006)
dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Strategi Organisasi, dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
575
2. Skala Organisasi, organisasi dapat dibedakan sesuai dengan skalannya.
3. Teknologi, faktor teknologi berkaitan dengan pekerjaan dilakukan, serta terkait
dengan penggunaan alat-alat bantu. Lingkungan yang menuntut organisasi
dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan tertentu.
b. Pengertian Pelayanan Publik
Pengertian pelayanan publik menurut Sinambela (2008, h.5) diartikan
sebagai setiap aktivitas pemerintah terhadap masyarakat dalam menjalani sebuah
kegiatan, dan hasilnya tidak selalu berbentuk barang tetapi juga jasa. Pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara publik.
c. Kualitas Pelayanan Publik
Pengertian mengenai kualitas pelayanan menurut pendapat Supranto (2001)
merupakan sifat dari penampilan produk atau kinerja yang merupakan bagian utama
dari strategi organisasi (perusahaan) dalam rangka meraih keunggulan yang
berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar (pemerintah) ataupun sebagai
strategi untuk terus berkembang. Konsep kualitas pelayanan harus bersifat
menyeluruh, dan memang belum sepenuhnya menjadi bagian dari organisasi
pemerintah, tidak terkecuali dalam penyediaan layanan/jasa pada masyarakat,
dimana pemerintah masih belum membudayakan nilai–nilai kualitas dalam
pelayanannya. Hal ini sering menyebabkan masyarakat mengeluhkan kualitas
layanan yang diberikan oleh pemerintah.
d. Efektivitas Pelayanan Publik
Pada prinsipnya efektivitas pelayanan publik merupakan segala usaha yang
ditempuh demi terwujudnya tujuan organisasi, meskipun dengan keterbatasan
sumber-sumber yang dimilikinya. Suatu pekerjaan dapat dikatakan efektif apabila
tujuan dan sasaran yang dicapai sesuai dengan rencana. Guna menjamin
efektivitasnya perlu ditekankan mengenai adanya pendelegasian atau pembagian
wewenang, tugas dan tanggung jawab secara transparan/jelas dan tegas. Sehingga
siapa melakukan apa dan bertanggung jawab kepada siapa secara tegas diatur. Oleh
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
576
karenanya efektivitas pelayanan publik menjadi prasyarat utama bagi pelaksanaan
proses pelayanan.
e. Ukuran Kualitas Pelayanan Publik
Menurut Sinambela (2008) pada dasarnya tujuan pelayanan publik adalah
memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan
prima yang tercermin dari :
Transparansi
Akuntabilitas
Kondisional
Partisipatif
Kesamaan hak
Keseimbangan hak dan kewajiban
Menurut Parasurahman dalam Agus Dwiyanto (2005), agar layanan dapat
memuaskan kepada orang/pelanggan atau sekelompok orang yang dilayani maka
harus diperhatikan beberapa persyaratan pokok yaitu:
1. Bukti langsung (tangibles), meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan,
personel dan media komunikasi.
2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap, cepat dan antusias.
4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,
profesional dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, sehingga
pelanggan merasa lebih bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
5. Empathy, kedekatan dan kemudahan untuk mencapai sarana layanan dan
melakukan hubungan, ramah tamah, komunikasi yang baik, perhatian pribadi
dan memahami kebutuhan para pelanggan.
f. Efektivitas
Pengertian Efektivitas
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
577
Menurut Sedamaryanti (2009) mengartikan efektivitas sebagai ukuran yang
memberikan gambaran tentang seberpa jauh target yang telah dicapai, yang
berorientasi kepada keluaran dan masalah penggunaan masukan kurang menjadi
perhatian utama, sedangkan menurut Yamit (2003) mengartikan efektivitas sebagai
ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara
kualitas maupun waktu yang berorientasi pada keluaran yang dihasilkan.
g. Ukuran Efektivitas
Menurut Sedamaryanti (2009, h.60) ukuran efektivitas dibagi menjadi 4
ukuran, yaitu sebagai berikut:
1. Input
2. Proses Produksi
3. Output
4. Input
Menurut Susanto (2007, h.23) input merupakan suatu yang masuk kedalam
sistem, yang mana input tersebut sebagai dasar dari suatu yang akan diwujudkan
atau dilaksanakan berdasarkan apa yang direncanakan. Proses produksi menurut
pendapat Sutanta (2003, h.5) yaitu komponen sistem yang mempunyai peran utama
mengolah masukan agar menghasilkan keluaran yang berguna bagi pemakainnya.
Output merupakan unsur-unsur yang memiliki berbagai macam bentuk keluaran
yang dihasilkan oleh komponen pengolahan. Pengertian produktivitas sendiri
menurut Sedamaryanti (2009, h.58) merupakan suatu ukuran atas penggunaan
sumber daya dalam organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran
yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan.
h. E-Government
E-Government menurut Wyld dalam Akadun (2009, h.131) merupakan
suatu pemerosesan teknologi informasi yang digunakan pemerintah untuk
mengkomunikasikan, menyebarkan atau mengumpulkan informasi sebagai
fasilitas transaksi dan perizinan untuk suatu tujuan.
Menurut Indrajit (2002, h.11-13) pembuatan visi e-Government yang baik
akan berlandaskan pada 4 prinsip, yaitu:
1. Fokus pada perbaikan pelayanan pemerintah kepada masayrakat.
2. Membangun lingkungan yang kompetitif.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
578
3. Memberikan penghargaan terhadap inovasi dan memberikan ruang
kesempatan bagi kesalahan.
4. Tekankan pada pencapaian efisiensi.
Jenis – Jenis Pelayanan e-Government
Menurut Indrajit (2006, h.30-32) jenis-jenis e-Governmentdibagi menjadi 3
kelas utama, yaitu:
1. Publikasi, menurut Indrajit merupakan komunikasi satu melalaui internet.
2. Interkasi, menurut Indrajit adanya interaksi oleh pemerintah dengan mereka
yang berkepentingan.
3. Transaksi, menurut Indrajit merupakan interaksi dua arah yang didalamnya
terdapat transaksi yang berhubungan dengan uang dari satu pihak lainya (tidak
gratis).
Manfaat e-Government
Menurut Al Gore dan Tony Blair dalam Indrajit (2002, h.5) manfaat dari e-
Government yaitu berupa:
1. Memperbaiki kinerja suatu pelayanan pemerintah kepada stakeholdernya.
2. Meningkatkan transparansi, control dan akuntabillitas.
3. Mengurangi biaya administrasi, relasi dan intraksi.
4. Memberikan peluang untuk mendapatkan sumber-sumber penghasilan baru.
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat up to date.
6. Memberdayakan masyarakat dan pihakpihak lain yang ikut andil dalam
pembuatan kebijakan publik secara merata dan demokratis.
Unsur dan Faktor Penerapan e-Government
Unsur-unsur penerapan menurut Wahab (1990, 45) meliputi:
1. Adanya program yang dilaksanakan.
2. Adanya kelompok target.
3. Adanya pelaksanaan.
Penerapan menurut penjelasan di atas mempunyai unsur penting yaitu
program, target dan pelaksanaan dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan. Untuk
kegagalan sebuah program eGovernment menurut Azis dalam Kumorotomo (2009,
h.7) dibagi menjadi 3 permasalahan, yaitu:
1. Masalah Budaya.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
579
2. Resistensi dan penolakan.
3. Kurangnya kesadaran pada manfaat dan penghargaan terhadap teknologi.
4. Keengganan berbagi data dan informasi..
i. Masalah Kepemimpinan
Terjadi konflik kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah.
1. Belum tersosialisasikan peraturan dan belum merata penerapan.
2. Anggaran dalam pengembangan eGovernmen sistem dalam APBN/ APBD
belum menjadi prioritas.
3. Masalah Infrastruktur
4. Adanya ketimpangan digital.
5. Ketersediaan infrastruktur masih terpusat di kota-kota besar.
6. Ketidaktetatapan peraturan dalam sistem pelayanan publik di Indonesia .
7. Untuk meminimaliris permasalahan penerapan e-Governmentdiatas, faktor
yang harus
Bagi makalah yang menggunakan data sekunder atau studi literature adalah
menggunakan studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk memahami tentang
apa yang menjadi fokus penulisan. Sedangkan kerangka teori adalah teori yang
digunakan dalam makalah ini. Teori menjadi sangat berguna untuk membantu
menganalisis dan menjawab fenomena yang sedang di teliti. Teori adalah analisis
data untuk menjawab rumusan masalah yang dituangkan dalam hasil atau
pembahasan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berbicara mengenai pemerintahan, bahwasannya pandangan terkait
pemerintahan merupakan bentuk suatu usaha agar pemerintahan dalam melayani
masyarakat menjadi lebih baik sesuai dengan harapan masyarakat. Apalagi
sekarang ini kita masuk pada era Pemerintahan yang terdesentralisasi dan memiliki
semangat entrepreneur. Dimana usaha dalam memperbaiki kualitas pelayanan
pemerintah yaitu dengan melakukan perubahan atau perombakan orientasi
pelayanan. Maka adanya perbaikan kualitas pelayanan publik sangat diperlukan
untuk mewujudkan pemerintahan yang baik atau good governance. Tentunya dalam
memperbaiki kualitas pelayanan publik, pelaksanaanya harus dilakukan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
580
menyeluruh dan terintegrasi, dimana dalam proses pembenahan ini juga diperlukan
manajemen yang tepat baik secara internal maupun eksternal.
Terkait perbaikan kualitas pelayanan publik, bahwasannya
manajemen pemerintah menggunakan manajemen public, yang mana disini
Manajemen publik focus manajemen publik berada di dalam internal organisasi
sektor publik yang artinya, bagaimana pemerintah mengatur organisasi sektor
public agar bekerja dengan optimal sehingga mencapai tujuan, namun juga tidak
mengabaikan eksternal organisasi sektor publik yang selalu berpengaruh terhadap
kebijakan publik dan intervensi politik. Dewasa ini pelayanan publik menjadi tugas
dan tanggung jawab pemerintah daerah, sehingga kualitas pelayanan publik saat ini
menjadi sorotan utama.
Pelayanan publik saat ini memang menjadi topik yang menarik untuk di
bahas dan didalami. Dimana pelayanan publik merupakan usaha dalam memenuhi
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara dan negara
didirikan oleh publik dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Bahwasannya tujuan pelayanan publik adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat sebagai pengguna layanan merasa
puas. Kepuasaan masyarakat dapat dicapai apabila suatu pelayanan dirasa
berkualitas. Dimana bentuk dari pelayanan yang berkualitas salah satunya adalah
adanya transparansi dalam pelayanan tersebut. Transparansi disini berarti suatu
pelayanan yang diberikan haruslah bersifat terbuka, mudah serta dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti. Selain transparansi, pelayanan publik harus memiliki Akuntabilitas
yakni dimana pelayanan yang diberikan harus dapat dipertanggung jawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan efektivitas dan efisiensi suatu pelayanan, bahwasannya
dalam pelayanan tersebut haruslah kondisional. Kondisional artinya pelayanan
yang diberikan sesuai kondisi dan kemampuan pemberi pelayanan tersebut namun
tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas. Selain kondisional, pelayanan
haruslah bersifat partisipatif, dimana dalam pelayanan ini masyarakat ikut
berpartisipasi dalam memberikan aspirasi, namun pemerintah juga tidak kebutuhan
dan harapan masyarakat. Dimana dalam prinsip – prinsip tersebut haruslah terdapat
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
581
kesamaan hak, yang artinya, tidak ada diskriminasi dilihat dari aspek apapun
termasuk suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain. Akibatnya adalah
akan terjadi keseimbangan hak dan kewajiban, artinya pelayanan tersebut telah
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima layanan public.
Dengan melihat berbagai permasalahan yang dihadpi masyarakat terhadap
kualitas pelayanan publik khususnya pada bidang perizinan, pemerintah kota
Malang membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T). Dimana tujuan
daripada dibentuknya BP2T adalah untuk memperbaiki iklim investasi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan perhatian terhadap usaha
mikro, kecil dan menengah. Dalam hal ini pemerintah juga tidak bisa tergesa – gesa
dalam menjalankan pelayanan public maka dari itu ada beberapa upaya yang
dilkukan pusat (BKPM) dalam rangka perbaikan kualitas perizinan yaitu dengan
endorong terciptanya kebijakan dan kepastian hukum melalui peraturan terkait
penanaman perizinan. Kemudian memberikan kemudahan khusunya pelayanan
perizinan baik ditingkat pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota.Selanjutnya
adalah melakukan pengembangan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) serta disediakannya online tracking system.
Jenis perizinan yang telah dapat dilayani melalui SPIPISE adalah yaitu Izin Prinsip,
Izin Usaha dan Surat Persetujuan Pembebasan Bea Masuk Barang Modal dan
Bahan Baku.
Berbicara tentang SPIPISE bahwasannya terdapat sub system informasi
penanaman modal, dimana dalam sub system ini terdapat berbagai informasi terkait
penanaman modal, investasi, kebijakan peraturan perundang – undangan serta tata
cara pengajuan perizinan. pelayanan penanaman modal, dan sub sistem pendukung
pelayanan perizinan. Selanjutnya ada sub system pelayanan penanaman modal,
dimana dalam sub sistem ini terdapat aplikasi layanan yang sudah electronic atau
online. kemudia agar suatu pelayanan dapat dikatakan transparansi dalam proses
perizinan, SPIPISE menyediakan tracking system yang memungkinkan penanam
modal memantau proses penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan
penanaman modal.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
582
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019
menetapkan tantangan utama pembangunan yang terkait dengan penanaman modal
dapat dikelompokkan atas:
1. Pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien;
2. Pertumbuhan ekonomi;
3. Percepatan pemerataan pembangunan antar wilayah; serta
4. Percepatan pembangunan kelautan.
Terkait pada RPJMN tersebut bahwasannya adapun tantangan dalam
melaksanakan pelayanan dan tatakelola pemerintahan yang baik, tantangan pertama
dalam pelayanan dan tatakelola pemerintahan yang efektif dan efisien adalah
meningkatkan integritas dan mewujudkan akuntabilitas, efektifitas, serta efisiensi
dari birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan publik terkait perizinan secara utuh di tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Bahwasannya BP2T dibentuk untuk memberikan kemudahan
masyarakat khusunya dalam mendapatkan pelayanan perizinan dan nonperizinan
baik usaha maupun pelayanan penanaman modal
Kebijakan - kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan penanaman
modal diharapkan dapat menjawab keresahan masyarakat terkait perizinan baik
dalam proses maupun pelayanannya. Dimana upaya untuk meningkatkan perizinan
dan penanaman modal secara keseluruhan sangat diperlukan untuk mendukung
pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kemudian diharapkan
upaya ini dapat membantu membalikkan kecenderungan perlambatan pertumbuhan
ekonomi dan penanaman modal yang saat ini terjadi.
Bahwasannya rincian arah kebijakan dan strategi yang akan ditempuh
adalah memberikan kemudahan, kepastian, dan transparansi proses pelayanan
perizinan dan nonperizinan penanaman modal, melalui pembentukan penguatan
kelembagaan PTSP Pusat melalui pelimpahan atau pendelegasian kewenangan
perizinan dan nonperizinan dari Kementerian/Lembaga kepada BKPM atau
menempatkan pejabat penghubung (Liaison Officer/LO) Kementerian/Lembaga di
BKPM. Kemudian adanya penyederhanaan maupun standarisasi prosedur dan
penyelenggaraan proses perizinan paralel untuk mempersingkat waktu. Hal ini
nantinya akan menjawab keresahan masyarakat terkait lamanya proses perizinan.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
583
Selanjutnya melakukan penguatan Investment Relation Unit bahwasannya dalam
rangka meningkatkan layanan pengaduan permasalahan perizinan. Serta melakukan
peningkatan kapasitas aparatur BP2T. Kemudian merubah mindset aparatur
menjadi problem solver dan lebih tanggap dalam melayani masyarakat. Dan
pemanfaatan SPIPISE yang mana untuk melayanani masyarakat khusunya pada
bidang perizinan online. Mendorong penguatan kelembagaan dan sumber daya
manusia PTSP di daerah, antara lain melalui: Penilaian kualifikasi PTSP
1. Melakukan sosialisasi dan pendalaman terkait tata cara perizinan maupun
kebijakan kebijakan terkait perizinan
2. Melakukan peningkatkan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri
dalam pembinaan BP2T di Daerah.
3. Pelaksanaan perizinan penanaman modal secara utuh melalui BP2T Pusat juga
beserta proses penyederhanaan perizinan dilakukan secara bertahap mulai dari
sektor prioritas. Kemudian adapun penguatan kelembagaan BP2T di daerah
dimulai dari wilayah yang sangat potensial dan strategis.
Adapun bahwasanya pengembangan SPIPISE untuk mendukung
penyelenggaraan BP2T di Pusat dan Daerah yang mudah, cepat, murah dan
transparan yakni dengan mengembangkan aplikasi elektronik pelayanan perizinan
dan nonperizinan yang dilimpahkan atau didelegasikan kepada BP2T, melakukan
pengembangan sistem pertukaran data untuk mengintegrasikan sistem informasi
pelayanan perizinan dan nonperizinan Kementerian/Lembaga dengan SPIPISE,
kemudian melakukan pengembangan dan pemanfaatan online tracking system
dalam proses perizinan dan nonperizinan untuk BP2T daerah, serta dashboard
informasi kinerja PTSP yang dapat diakses Menteri/Pimpinan Lembaga dan
Presiden, dan melakukan validasi dan pengolahan data untuk meningkatkan akurasi
dan pemanfaatan data penanaman modal untuk perencanaan, monitoring,
perumusan kebijakan dan pelayananperizinan maupun penanaman modal.
Jika berbicara e-Government, e-Government sendiri merupakan sebuah
pinovasi sistem pemerintahan yang identik pada kekuatan teknologi digitalisasi, di
mana semua dapat dikendalikan dalam suatu sistem mulai dari pekerjaan
administrasi, pelayanan terhadap masyarakat, pengawasan dan pengendalian
sumber daya milik organisasi yang bersangkutan, keuangan, pajak, retribusi,
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
584
karyawan dan sebagainya. E-Government merupakan salah satu inovasi yang selalu
dikaitkan dengan revolusi industri 4.0 yang diharapkan mampu meningkatkan
pelayanan publik yang berbasis pada pemnfaatan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga layanan publik menjadi lebih transparan, akuntabel, efektif
dan efisien.
E-Government dimaknai berbeda – beda pada beragam maupun masing
masing individu. Hal ini disebabkan karena berbagai hal yaitu, walaupun sebagai
sebuah konsep E-Government memiliki prinsip – prinsip dasar yang universal,
namun karena setiap negara memiliki dalam implementasi atau penerapannya
berbeda - berbeda, maka definisi dari ruang lingkup E-Government pun menjadi
beraneka ragam, kemudian dalam implementasi aplikasi E-Government sangatlah
lebar mengingat sedemikian banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah
sebuah negara yang berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai
jenis interaksi dan transaksi, yang mana pengertian dan penerapan E-Government
di sebuah negara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi internal baik secara makro
maupun mikro dari negara yang bersangkutan, sehingga pemahamannya teramat
sangat ditentukan oleh sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, kondisi
ekonomi, dari negara yang bersangkutan dan Visi, misi, strategi pembangunan
sebuah negara yang memiliki khas tersendiri mengakibatkan terjadinya beragam
pendekatan didalam proses pengembangan bangsa sehingga berpengaruh terhadap
penyusunan prioritas pengembangan bangsa.
Selain itu, untuk melaksanakan maksud tersebut pengembangan E-
government diarahkan untuk mencapai empat tujuan menurut Inpres RI No.3 Tahun
2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government,
yaitu:
1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki
kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat
terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh
sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan
perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan
menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
585
3. Pembentukanmekanisme dan saluran komunikasi dengan lembagalembaga
negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.
4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien
serta berdampak pada kelancaran transaksi dan layanan antar lembaga
pemerintah dan pemerintah daerah otonom.
Sementara, adapun kelemahan dari layanan transaksi e-Government
diantaranya terkait pelayanan yang diberikan melalui situs pemerintahan tersebut,
belum ditunjang oleh sistem manajemen dan proses kerja yang efektif
karenaberhubungan dengan kesiapan peraturan, prosedur dan keterbatasan sumber
daya manusia terkait penggunaan teknologi maupun dalam sumber daya aparatur
sangat dalam sistem manajemen dan proses kerja pemerintah, kemudian belum
mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang dialokasikan untuk
pengembangan transaksi elektronik untuk kepentingan publik masingmasing
institusi, inisiatif-inisiatif tersebut merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri
dengan demikian sejumlah faktor seperti standardisasi, keamanan informasi,
otentikasi dan berbagai aplikasi dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar
situs secraa andal, aman, dan terpercaya untuk mengintegrasikan system
Meskipun e-Government telah diterapkan oleh pemerintah kota Malang
dalam bidang perizinan terdapat 3 faktor yang menjadi permasalahan di kota
Malang terkait dengan e-Government yaitu :
1. Sebagian besar masyarakat kota Malang masih banyak yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dalam bidang perizinan , apalagi saat
ini pembangunan yang terjadi di kota Malang amatlah pesat hal tersebut
diwujudkan dengan maraknya pembangunan berbagai fasilitas diantaranya
pembangunan rumah toko (ruko), mini market, apartemen, renovasi
rumah,serta pengembangan perumahan. Untuk dapat melaksanakan
pembangunan tersebut maka diperlukan suatu Izin hal inilah yang seringkali
dilanggar oleh masyarakat kota Malang banyak diantara mereka tidak memiliki
izin terhadap bangunan maupun usahanya. Sebagai contoh kasus yang terjadi
di kota Malang yaitu selama tahun 2009 pelanggaran terhadap izin gangguan
atau izin (HO) dan izin usaha menempati urutan teratas dalam per-bulannya
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
586
pelanggaran terhadap izin tersebut mencapai sekitar 22 kasus. Sehubungan
dengan ini,
2. Sebagian besar masyarakat Kota Malang khusunya masyarakat pelosok atau
pedesaan masih banyak yang belum mengetahui apakah layanan e-Government
itu, sehingga belum banyak yang memanfaatkan layanan tersebut.
3. Kemudian seringkali website terkait perizinan sulit untuk diakses atau error.
Dimana ha ini tentunya memnghambat proses perizinan dan keberhasilan
maupun kesiapan inivasi layanan e-government.
Layanan Transaksi E-Government Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota Malang
Sebagai salah satu upaya dalam memberikan pelayanan pada transaksi e-
Goverment maka BP2T mempunyai inovasi terobosan baru yang pertama ialah
Sistem Informasi Manajamen BP2T- Online. Sehingga yang diharapkan dengan
adanya terobosan inovasi baru ini menggunakan platform berbasis online dengan
teknologi ini dapat membantu kegiatan pelayanan perizinan yang aman dan terpadu.
Dengan menggunakan sistem online atau yang disebut (PTSP) dapat memberikan
kemudahan dakam melakukan transakasi pembayaran penerbitan SK, sehingga
inovasi baru dengan sistem berbasis online seperti ini secara mutu dapat
memberikan kepuasan pada masyarakat dalam mengurus perizinan dengan mudah,
aman dan akurat tentunya. Dengan menggunakan PTSP-Online kemudahan yang
didapat hanya dengan menyambungkan koneksi pada internet sudah bisa
mengoperasikan untuk melakukan proses perizinan online melalui media PC
maupun laptop juga bisa. Dan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengakses
yaitu browser semisal Mozila Firefox atau Windows Internet Explore/.
Dan yang kedua website BP2T Pada tahun 2006, Dinas Perizinan
membangun website perizinan dibawah portal kota Malang. Laman website BP2T
yang dapat di akses adalah www.perijinan.malangkota.go.id ataupun dapat juga
diakses melalui website kota Malang www.malangkota.go.id dengan klik
“perijinan online” selanjutnya akan masuk pada web perizinan. Pilihan Fasilitas-
fasilitas yang ada di dalam website :
a. Informasi Perizinan :
1) Persyaratan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
587
2) Mekanisme
3) Waktu penyelesaian dan biaya
4) Download formulir
5) Pengajuan izin online
6) Simulasi penghitungan retribusi IMB dan IG/HO
7) Proses dalam pengaduan secara online akan dapat di tindak lanjuti sesusai
dengan aturan ketentuan yang ada maka akan segera di proses.
8) Validasi data dari pemohon
9) Data statistik dari perkembangan
Pada poin yang ke ketiga terkait Informasi Perizinan Touchscreen atau
menggunakan teknologi media online untuk lebih mudah dan efisen saat meng entry
data,dimana menjadi salah satu media informasi yang digunakan oleh BP2T adalah
komputer touchscreen atau layar sentuh. Masyarakat dapat mencari informasi
mengenai persyaratan, mekanisme, masa berlaku dan biaya retribusi. Disamping itu
terdapat program simulasi penghitungan biaya retribusi IMB dan Izin Gangguan.
Sistem yang bekerja yaitu pda Komputer touchscreen juga akan terhubung dengan
SIM PTSP-Online, sehingga masyarakat dapat melakukan pengecekan sejauh mana
proses izin yang diajukan. Best poin yaitu fasilitas yang terhubung dengan
komputer touchscreen adalah multimedia informasi.
Sehubungan dengan berbagai upaya dan factor diatas terkait e-Government,
tentunya tidak mungkin jika kinerja kualitas pelayanan public terutama di bidang
penanaman modal hanya stagnan disitu saja. Seiring berkembangnya era revolusi,
saat ini Indonesia masuk dalam era revolusi industri 4.0. yang dimana pada era yang
baru ini lebih mengedepankan jasa robot dibanding jasa manusia karena untuk
memangkas waktu.
Indonesia saat ini disebut revolusi industri 4.0 sebagai perubahan
fundamental pada bidang industri yang telah masuk pada era baru. Secara bahasa
sederhananya revolusi industri 4.0 yang dapat dimaksud dengan perkembangan
teknolgi pabrik. Sehingga dalam revolusi industri 4.0 ini peran atau kontribusi
manusia tidak lagi mendominasi karena pada prinsipnya yang sangat dominan yaitu
mesin-mesin yang serba cepat robotik mampu bekerja lebih cepat apabila
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
588
dibandingkan dengan tenaga manusia, secara kuantitas da kualitisa akan lebih
unggul pada mesin-mesin robotik yang serba cepat.
Teknologi menghasilkan inovasi disruptif, yang mengganggu kemapanan.
Disrupsi, yang disebut Rhenald Kasali bukan sekedar fenomena hari ini (today),
melainkan fenomena "hari esok" (the future) yang dibawa oleh para pembaharu ke
saat ini, hari ini (the present) tidak memberi helaan nafas yang panjang bagi suatu
pemerintahan untuk punya cukup waktu memikirkan kebijakan yang antisipatif.
Perkembangan peradabab Revolusi Industri 4.0 menyebabkan terjadinya fenomena
disrupsi, dengan didukung kemajuan teknologi juga telah menyebabkankan
terjadinya kondisi transisi revolusi teknologi yang secara fundamental dalam
kehidupan kita sehigga akan terjadi perubahan secara signifikan.
Transformasi organisasi pemerintah menjadi sebuah konsep yang harus
terus diupayakan oleh pemerintah sebagai alat bagi aparat pemerintah agar lebih
responsif terhadap perubahan. Adanya dampak dari revolusi industri 4.0 salah
satunya adalah otomatisasi dan adanya pengurangan jumlah tenaga kerja manusia
dalam proses produksi. Hal ini tercatat oleh Klaus Schwab, Industri IT di Lembah
Silicon tahun 2014 dimana menghasilkan pendapatan sebesar AS$1,09 triliun
hanya dengan mempekerjakan 137,000 orang.
Konsekuensi dari perkembangan pada era Revolusi Industri 4.0 adalah
meningkatnya tuntutan akuntabilitas dan transparansi dari organisasi pemerintah
serta responsif yang tinggi dancepat, sehingga membawa pada perubahan
paradigma desain organisasi.Revolusi industri 4.0 digadang-gadang mampu
memberikan manfaat pada peningkatan produktivitas di berbagai industri seperti
petrokimia, otomotif, semen, makanan dan minuman, serta yang lainnya. Tak heran
jika gelombang revolusi industri 4.0 ini dinilai lebih unggul dibanding sebelumnya.
Beberapa keunggulannya antara lain sebagai berikut:
1. Mampu meningkatkan taraf hidup
Seiring dengan peningkatan produktivitas, revolusi industri 4.0 mampu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh belahan dunia. Peningkatan
produktivitas dapat menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di dunia. Artinya,
tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan mengalami kenaikan sehingga
kemampuan masyarakat untuk mengakses kesehatan naupun transaksi akan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
589
semakin baik. Secara lebih lanjut, hal ini akan berpengaruh pada meningkatnya usia
harapan hidup.
2. Teknologi dalam genggaman
Revolusi industri 4.0 yang mencakup internet untuk segala sesuatuny saat ini
telah terwujud dalam sebuah benda yang dinamai ponsel pintar (smartphone).
Sebuah smartphone ini dapat dipasangi dengan berbagai aplikasi yang
memungkinkan pengguna untuk mengelola investasi, mengatur keuangan,
mengakses beberapa website, memesan taksi, ojek, bahkan makanan, membeli tiket
pesawat, mengatur perjalanan, main game, dan lain sebagainya. Semua itu bisa
dilakukan dengan mudah dan cepat melalui satu perangkat teknologi, sebab seluruh
data untuk mengakses hal tersebut telah tersimpan di awan (cloud computing). Kini
ponsel bukan hanya sekadar berfungsi sebagai perangkat komunikasi dan mengirim
pesan singkat saja, tetapi sudah mencakup berbagai kebutuhan. Tak heran jika
kecanggihan dan kemudahan teknologi seolah berada dalam genggaman.
Meski dianggap mampu memberikan manfaat besar bagi peradaban manusia,
namun revolusi industri 4.0 tetap saja memiliki celah yang menjadi kelemahannya.
Beberapa kelemahan atau sisi negatif dari revolusi industri gelombang keempat ini.
3. Mempersempit lapangan kerja
Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan teknik otomatisi, komputer, dan
jaringan internet untuk meningkatkan produktivitas di bidang industri. Artinya,
proses produksi dalam industri lebih banyak dijalankan oleh mesin-mesin atau
robot yang dinilai lebih produktif dan efisien. Contohnya saja dalam industri
makanan di Jepang, banyak pengusaha yang menggunakan robot untuk
memproduksi sushi dengan berbagai topping. Tidak hanya itu, bahkan banyak
restoran yang menggunakan robot untuk melayani para customernya. Dengan
demikian, tenaga kerja manusia harus bersaing dengan robot, sehingga lapangan
kerja untuk tenaga kerja manusia semakin sempit.
4. Hilangnya privasi
Penyebaran data pribadi dalam bentuk digital yang semakin mudah
menyebabkan hilangnya privasi. Pengguna aplikasi smartphone tak lagi memiliki
tempat yang aman untuk menyimpan data pribadinya. Sehingga ruang untuk
menyimpan privasi tidak lagi menjadi sebuah hal yang rahasia. Sementara pada
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
590
realitanya, inovasi – inovasi baru telah diciptakan oleh pemerintah Kota Malang
pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu guna menunjang
laju perkembangan pelayanan public yang prima. Selain itu, inovasi yang di
munculkan terkait revolusi industry juga bermanfaat untuk mendukung adanya
good governance. Ketika inovasi tersebut mampu berdaya saing dalam skala global
maka good governance lambat laun semakin maju.
Gambar 2. Realisasi Pemerintah Kota Malang dalam Menyelenggarakan Pemerintahan di
Era Revolusi Industry 4.0.
Bisa diperhatikan bahwa dari gambar diatas adalah sebuah website resmi
dari pemerintah kota malang bidang penanaman modal yang sudah diterapkan guna
mempermudah masyarakat melakukan pelayanan perizinan tidak perlu bersusah
payah dalam mengaksesnya. Sudah tampak dari website tersebut fitur – fitur yang
ada sudah hampir semuanya dicantumkan. Tidak hanya itu kurang lebih ada 15 jenis
pelayanan perizinan yang sudah disediakan oleh pemerintah kota malang.
Gambar 3. Jenis Perizinan Pemerintah Kota Malang
Tidak hanya dalam aspek tersebut, pemerintah kota malang juga
menerapkan inovasi terbaru dimana inovasi tersebut digadang – gadang mampu
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
591
memangkas waktu dalam pelayanan dan cepat terselesaikan. Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Malang bertekad meningkatkan pelayanan
perijinan dengan beragam program inovasi dengan mudah, cepat dan akurat. Tujuan
mereka untuk memberikan kemudahan dan kepuasan kepada pemohon yang
mengurus perijinan. Tak hanya mengurus perijinan saja, mereka juga membuat
program unggulan menerbitkan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) hanya 15 menit,
drafter gambar gratis, dan mobil keliling antar kecamatan.Selain itu, berkas
persyaratan IMB harus sudah masuk di Kantor BP2T Kota Malang terlebih
dahulu. Kemudian, lanjut bagi masyarakat kurang mampu ingin mengurus ijin
mendirikan bangunan, tapi bingung dengan desain gambar bangunan, pihaknya
sudah menyiapkan petugas khusus membuat gambar drafter bangunan secara gratis.
Tak hanya melayani mengurus IMB secepat 15 menit dan gambar drafter
bangunan gratis saja, pihaknya juga rutin menggencarkan sosialisasi program
perijinan melalui mobil keliling. Mobil keliling fungsinya untuk memberikan
informasi, pengaduan, pelayanan perizinan. Operasionalnya mulai jam kerja pagi
sampai sore dan lokasinya menyebar ke kecamatan. Ketika hari libur melayani di
Mall dan terminal. Program itu menurutnya ingin menyuguhkan pelayanan
perijinan kepada masyarakat secara mudah cepat dan cermat. Artinya cepat dalam
menyelesaikan ijin sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) dan cermat dalam
mempertanggungjawaban kepastian hukumnya.
Dalam era revolusi industry 4.0 tentu pemerintah juga masih merasa dilema.
Birokrasi masih kesulitan untuk bisa mengikuti langkah milenial yang kian hari
melaju kencang dan lebih kencang lagi. Sebab, birokrasi masih muncul dengan
rumit di meja-meja yang terpisah oleh fungsi. Citra akan alur yang panjang,
lamanya waktu, dan kelambanan masih melekat pada birokrasi yang ada di kantor-
kantor pemerintah. Sehingga, apa yang sering kita sebut sebagai reformasi birokrasi
harus terus disuarakan. Isu yang jarang dibahas, apalagi oleh masyarakat sipil.
Pembahasan itu bisa dimulai, salah satunya lewat apa yang disuarakan
Schwab (2015) bahwa: "I can't imagine a topic more important than the relationship
between government and innovation." Hadirnya inovasi dalam birokrasi lebih
banyak disebabkan bagaimana cara pemerintah memperlakukan teknologi, semisal
teknologi digital. Hubungan antara teknologi, inovasi, dan sektor publik jadi
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
592
niscaya. Sayangnya, inovasi itu secara tidak sengaja tak diperbolehkan ada oleh
pola pikir dan sejumlah aturan dalam birokrasi itu sendiri. Seperti, aparaturnya yang
tak suka bersentuhan atau tak menjadikan internet sebagai suatu kebutuhan sehari-
hari.
Minimnya inovasi pun dikarenakan aparatur yang keliru dalam mengartikan
semangat kewirausahaan (entrepreneurship spirit) dalam sektor publik. Pola pikir
bahwa tugas aparatur bukan mencari keuntungan seperti pada sektor privat memang
benar. Tetapi, semangat kewirausahaan itu dimaksudkan supaya, misalnya menurut
Osborne dan Gaebler (2003) dalam bukunya Reinventing Government: How the
Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector, hadirnya inovasi dalam
memberikan pelayanan dengan kualitas prima. Perlunya persaingan di dalam
pemberian pelayanan. Setidaknya masyarakat berhenti mengeluh saat mengurusi
segala hal yang cuma bisa diberi oleh pemerintah: perizinan dan non-perizinan.
Sulit rasanya bagi pemerintah untuk bisa dengan prima melayani bila
aparaturnya masih memiliki pola pikir yang bukan tak ramah, tetapi memunggungi
internet karena tak mengerti manfaat dari internet. Tak mengerti itu bukan pula
sebab tak mau, namun tak mampu karena sebagian dari mereka lahir dan tumbuh
di zaman yang belum mengenal internet. Jadi ada kecanggungan kolektif dari
aparatur birokrasi terhadap teknologi digital.Semakin banyak tantangan dalam
setiap sisi. Baik dalam dunia kerja, kehidupan sehari – hari ataupun dunia
pendidikan.
Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi ataupun individu sangat
dibutuhkan untukmembawa organisasi atau individu kepada tujuan yang telah
ditetapkan. Berbagai gaya kepepimpinan akan mewarnai perilaku seorang
pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Karakteristik generasi Y mendorong tren
dimana anak muda sekarang lebih selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai,
dan hal ini tidak lepas dari sikap kepemimpinan yang mereka miliki. Tahun 2020
hingga tahun 2030 diprediksi bahwa Indonesia akan mencapai puncak populasi usia
produktif sebesar 70% dari total penduduk Indonesia (Sebastian, Amran dan Youth
Lab, 2016).
Hal ini bisa menjadi keuntungan untuk perekonomian dan kemajuan
Indonesia apabila generasi millenial sebagai generasi dengan jumlah yang besar
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
593
dapat dikelola dengan baik. Terlebih mereka memiliki leadership yang baik
sehingga mampu mengelola individu mereka sendiri ataupun sekala perusahaan
atau organisasi. Penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimana leadership dari
generasi (Y) di Indonesia.
Era 4.0, di mana segala aspek menggunakan basis internet (internet of thing/
IoT), serta cloud system, menjadi hal paten bagi generasi milenial yang ada di
birokrasi. Pada realitanya, salah satu pilar utama munculnya pemerintahan berkelas
dunia ada pada penerapan E-Government. Apabila penerapan E-Government
dipantau ekfektif, maka pergeseran revolusi industry dari era 3.0 ke 4.0 akan lebih
cepat terjadi. Namun, bila melihat dari data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB )
saat memaparkan peringkat EGDI (E-Government Development Index )
berdasarkan survei tahun 2016, Indonesia memperoleh peringkat ke-116 EGDI.
Peringkat tersebut turun 10 tingkat dibanding tahun 2014 yang menduduki
peringkat ke-106. Kondisi tersebut jelas masih jauh berada di bawah negara-negara
tetangga seperti Malaysia (peringkat ke-60) dan Filipina (peringkat ke-71), yang
artinya sektor publik di Indonesia harus lebih bekerja keras membangun sistem e-
government. Masih belum banyaknya aparatur yang tidak kompeten di bidang
teknologi dan informatika harus menjadi catatan penting para pengambil kebijakan,
baik di pusat dan daerah.
KESIMPULAN
Revolusi Industri 4.0 pada hakikatnya memberikan kesempatan besar dalam
mengaktualisasikan fungsi dan peranan organisasi pemerintah dalam menjalankan
tugas- tugasnya, perkembangan IT yang cepat dapat menjadi peluang dalam
percepatan penerapan E-government, dimana sebagai digitalisasi data dan
informasi seperti E-Budgeting (Perhitungan), E-Project planning(Perencanaan
Proyek ), system delivery, penatausahaan, E-Controlling, E-Reporting hingga E-
Monev serta apllikasi lainnya.
Transformasi birokrasi mengarah ke E-Government pada era revolusi
industri 4.0, dilakukan dengan merubah desain birokrasi pemerintah yang lebih
kondusif guna mengembangkan inovasi dan membangun kolaborasi serta sinergitas
didahului dengan mengembangkan gaya kepemimpinan transformasi yang visioner
terukur pada berbagai standart kepemimpinan sehingga dapat memastikan inovasi
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
594
yang dikembangkan memberikan nilai plus pada kualitas pelayanan,
menyelaraskan visi dan lingkungan internal yang diimbangin dengan kemampuan
untuk memberikan respon terhadap perubahan lingkungan eksternal yang bergerak
kondusif dalam era revolusi industri 4.0.
Dalam pengoptimalisasian layanan transaksi E-Government, dilakukan
berbagai upaya dan kerjasama antara BP2T dan Diskominfo Kota Malang.
Diantaranya aktivitas pengembangan Sistem Informasi Manajemen PTSP-Online,
website BP2T, Perizinan keliling, Pemasangan jaringan internet gratis di berbagai
kelurahan di Kota Malang, Sosialisasi kelompok informasi masyarakat ( KIM ) di
Kota Malang,Berbagai pelatihan e-government untuk masyarakat kota Malang
maupun SKPD di Kota Malang,Program KANTAYA (Kantor Maya),Kerjasama
antara pemerintah dengan private sector dalam mengembangkan layanan transaksi
e-government, serta penyusunan suatu RENSTRA (Rencana Strategi) mencakup
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang disusun sejak tahun 2009-2013
melalui Roadmap.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, A. (2017). Peran Badan Penanaman Modal Dalam Meningkatkan
Pelayanan Perijinan Tentang Investasi Pariwisata Di Kota Batu. JISIP:
Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 6(2).
Basuki, J. (2019). Ekologi Administrasi Publik Di Indonesia Dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0: Perspektif Kebijakan Publik. Public Inspiration, 3(2),
57-69.
Fitria, Y., Prakoso, C. T., & Apriani, F. (2019). Inovasi Smart Card “Syaharie
Jaang” Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Di Dinas
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Dpmptsp) Kota
Samarinda.
Hadi, Krishno, Asworo, Listiana, Taqwa, Iradhad. (2020). “Inovasi Dialogis:
Menuju Transformasi Pelayanan Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem
Pelayanan Malang Online). Journal of Government and Civil Society,
4(1),115–129, DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jgcs.v4i1.2438
Hastuti, I. W., & Sulandari, S. (2018). Analisis Inovasi Pelayanan Perizinan Jemput
Bola Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
595
(Dpmptsp) Kabupaten Semarang. Journal of Public Policy and Management
Review, 7(4), 43-61.
Kartini, I. A. N. (2018). Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat (Ikm) Terhadap
Pelayanan Publik Pada Upt Pelayanan Perizinan Terpadu (P2t) Badan
Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur Periode Oktober-Desember
2015. Media Mahardhika, 16(3), 356-370.
Kurniawan, A. D. (2015). INOVASI PELAYANAN PUBLIK (Studi Deskriptif
Tentang Inovasi Pelayanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Di Badan
Penanaman Modal Dan Perizinan Kabupaten Lamongan). Jurnal Kebijakan
dan Manajemen Publik, 3, 170-171.
Lutfiana, N., & Larasati, E. (2019). Inovasi Sistem Informasi Tenaga Kesehatan
(Sinakes) Online Pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Semarang. Journal of Public Policy and Management
Review, 8(2), 32-51.
Muharam, R. S. (2019). Inovasi Pelayanan Publik Dalam Menghadapi Era
Revolusi Industri 4.0 Di Kota Bandung. Decision: Jurnal Administrasi
Publik, 1(01), 39-47.
Nurmandi, Achmad. dkk. 2018. Pelayanan Sektor Publik. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Rahadian, A. H. (2019). Revitalisasi Birokrasi Melalui Transformasi Birokrasi
Menuju E-Governance Pada Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar
STIAMI (Vol. 6, No. 1, pp. 85-94).
Rahaju, T. (2018). Analisis Kesiapan Inovasi Layanan Sistem Informasi
Manajemen Dan Pelayanan Perizinan Elektronik (Simppel) Di Dinas
Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja
Kabupaten Tuban. Publika, 6(5).
Rahmi Hidayah, Nadiyah, & Farid Maruf, Muhammad. (2018). Efektivitas
Penerapan Layanan Sistem Informasi Tanda Tangan Elektronik (Sittek) Di
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Dpmptsp)
Kabupaten Sidoarjo. Publika, 6(6).
Ridirio, S. N. (2019). Hubungan Kualitas Pelayanan Publik Dengan Kepuasan
Masyarakat Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Dinas
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
596
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja Kota
Batu. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 8(2), 166-172.
Riyanto, J. (2018). Perancangan Aplikasi Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan
Pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Padang Panjang Berbasis Web.
Wismanu, R. E., Nuh, M., Widodo, N., & Aziz, N. A. (2019). Model Inovasi
Pemerintah Daerah Bidang Pelayanan Perizinan dalam Mewujudkan
Smart City (Studi Pendekatan Sistem Dinamik Pada Pemerintah Kabupaten
Sragen). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, 4(4).
Yuningsih, R. (2016). Kualitas Pelayanan Publik Di Kantor Perwakilan
Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli Di Kota Palu. Katalogis, 4(8).