Makalah+e Government
Embed Size (px)
description
Transcript of Makalah+e Government

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Keberadaan teknologi informasi menjadi salah satu faktor penting dalam pelaksanaan
reformasi sektor publik. Penerapan teknologi informasi dalam upaya meningkatkan kinerja
serta pelayanan pemerintah kepada masyarakat salah satunya terimplementasi dengan adanya
e-government dalam praktek pemerintahan. Inovasi pelayanan secara elektronik oleh
pemerintah, atau yang biasa disebut dengan e-government ini berkembang sangat pesat.
Banyak keuntungan yang diperoleh negara-negara yang telah menerapkan e-government ini.
Selain sebagai jalan untuk mempermudah akses pelayanan publik, e-government juga dapat
berfungsi untuk mengurangi celah-celah yang sering disalahgunakan atau dikorupsi. Salah
satu implementasi e-government yang dapat menutup celah tersebut adalah e-procurement. E-
procurement adalah sebuah istilah untuk menyebut metode elektronik yang digunakan dalam
tiap tahap proses pembelian dari indentifikasi persyaratan-persyaratan hingga pembayaran,
dan secara potensial manajemen kontrak (www.scottish-enterprise.com).
Inovasi pelayanan pengadaan barang dan jasa melalui e-procurement ini dilakukan karena
banyaknya kasus korupsi terkait dengan pengadaan tersebut. Di Indonesia sendiri, kasus
korupsi pengadaan barang dan jasa tergolong cukup tinggi. Menurut Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), proses pengadaan barang dan jasa rawan
penyimpangan atau korupsi (kpk.go.id, 2010). Dari 28.000 kasus korupsi yang ditangani
KPK, 80 persen di antaranya kasus pengadaan barang/jasa dan 90 persen di antaranya akibat
penunjukkan langsung (PL). Deputi Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), Himawan
Adinegoro, mengungkapkan bahwa dominasi kasus tindak korupsi adalah kasus pengadaan
barang dan jasa yang dilakukan secara manual dengan cara penunjukkan langsung (Tanjung,
2010).
Saat ini, e-Procurement merupakan salah satu pendekatan terbaik dalam mencegah
terjadinya korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dengan e-Procurement
peluang untuk kontak langsung antara penyedia barang/jasa dengan panitia pengadaan
menjadi semakin kecil, lebih transparan, lebih hemat waktu dan biaya serta dalam
pelaksanaannya mudah untuk melakukan pertanggung jawaban keuangan. Hal tersebut
1

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
dikarenakan sistem elektronik tersebut mendapatkan sertifikasi secara internasional (Jasin,
Zulaiha, Rachman, & Ariati, 2007).
Namun, implementasi e-procurement di Indonesia ini belum berjalan maksimal. Hal
ini terkjadi karena berbagai sebab. Salah satunya adalah belum adanya ketegasan tentang
peraturan hukum yang memayungi proses E-Procurement. Akibatnya belum ada standar baku
mengenai tata kelola proses E-Procurement baik dari segi rantai birokrasi, waktu,
penggunaan standar teknologi informasi, sumber daya manusia dan sebagainya. Lalu,
keharusan memilih barang dan jasa dengan harga terendah membuat banyak departemen/
instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, harus siap menerima barang dan jasa yang
tak sesuai standar (portal.pengadaannasional-bappenas.go.id, 2009).
Berbeda dengan Indonesia, Korea Selatan telah sukses menerapkan e-procurement ini.
Di Korea Selatan, e-procurement dikenal dengan Korea On-line E-Procurement System
(KONEPS). KONEPS ini mulai diterapkan sejak tahun 2002. Sistem KONEPS di Korea
sudah terintegrasi dengan baik, terbukti dengan banyaknya penghargaan internasional yang
diberikan kepada KONEPS. Tiga tahun sejak diterapkan, KONEPS telah mendapatkan
penghargaan the best practice in procurement by the U.N.
Melihat keberhasilan Korea Selatan menerapkan KONEPS tersebut, penulis merasa
perlu untuk membandingkan sistem e-procurement di Indonesia dengan KONEPS di Korea
Selatan. Perbandingan ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor keberhasilan
Korea Selatan dalam menerapkan KONEPS sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
Indonesia.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan E-Procurement di Indonesia dan Korea Selatan?
2. Apa saja kekurangan dan kelebihan E-Procurement di Indonesia dan Korea
Selatan?
III. Tujuan
1. Mengetahui perbandingan E-procurement Indonesia dan Korea Selatan dilihat dari analisis lembaga dan prosedurnya
2. Mengetahui kelemahan serta kelebihan dalam impelementasi e-procurement di masing-masing negara tersebut
2

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
BAB II
KERANGKA TEORI
II.1 E-Government
II.1.1 Definisi
e-Government secara umum dapat didefinisikan sebagai penerapan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kinerja dari fungsi dan layanan
pemerintah tradisional. Lebih spesifik lagi, e-government adalah ―penggunaan teknologi
digital untuk mentransformasi kegiatan-kegiatan pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan penyampaian layanan.1 Beberapa definisi yang
diajukan mengenai e-government.
Electronic (or e) government is the process of transformation of the relationships of
government with its constituents – the citizens, the businesses – and between its own organs,
through the use of the tools of Information and Communications Technology (ICT).2
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan e-Government sebagai berikut: “e-
Government refers to the use of information and communications technologies to improve the
efficiency, effectiveness, transparency and accountability of government.”3
Di sisi lain, UNDP (United Nation Development Programme) dalam suatu
kesempatan mendefinisikannya secara lebih sederhana, yaitu: e-Government adalah
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT- Information and Communication
Technology) oleh pihak pemerintahan.
Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank), mendefinisikannya
sebagai berikut: e-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(ICT) untuk mempromosikan pemerintahan yang lebih effisien dan penekanan biaya yang
efektif, kemudahan fasilitas layanan pemerintah serta memberikan akses informasi terhadap
masyarakat umum, dan membuat pemerintahan lebih bertanggung jawab kepada
masyarakat.
II.1.2 Prinsip-prinsip e-government
1 Forman, Mark, e-Government: Using IT to transform the effectiveness and efficiency of government (2005)2 Satyanarayana, 2004, e-Government: The Science of the Possible, New Delhi: Prentice Hall of India, hal. 13 http://www.egovernment-institute.com/main.php?go=l_definisi diakses pada 30 November 2011
3

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
1. Build services around citizens’ choices
2. Make government and its services more accessible
3. Facilitate social inclusion
4. Provide information responsibly
5. Use government resources effectively and efficiently
II.1.3 Peran e-government
e-Government adalah penggunaan teknologi informasi, khususnya internet, untuk
memberikan pelayanan publik yang lebih nyaman dan berorientasi pelanggan, biaya yang
efektif, dan sama sekali berbeda dan cara yang lebih baik. Ini mempengaruhi hubungan
pemeritah dengan warga negara, pebisnis, dan lembaga-lembaga publik lainnya serta proses
internal bisnis dan karyawan. Gerakan e-government didorong oleh kebutuhan pemerintah
untuk memotong biaya dan meningkatkan efisiensi, memenuhi harapan warga negara dan
meningkatkan hubungan warga, memfasilitasi pembangunan ekonomi, menyediakan sebuah
alat yang ampuh untuk menciptakan kembali pemerintah daerah. Hal ini mendorong
transformasi dari paradigma birokrasi tradisional, yang menekankan standardisasi,
departmentalization, dan efisiensi biaya operasional, dengan paradigma "e-government",
yang menekankan membangun jaringan terkoordinasi, kolaborasi eksternal, dan layanan
pelanggan.
II.1.4 Manfaat e-government
Satyanarayana (2004) menjelaskan manfaat dari skema implementasi e-government
pada berbagai stakeholders, yaitu manfaat e-government pada pemerintah, bisnis, masyarakat
dan industri Teknologi Informasi dan Komunikasi.
1. Manfaat e-government pada pemerintah
a) Law and policy making
b) Regulation
a. Better compliance due to stringent tracking and monitoring system
b. Better revenues
c. Better coordination between related regulatory agencies due to shared
database4

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
d. More transparency in enforcement of laws
e. Better compliance to law owing to simplification of procedures
c) Provision of service to constituents
a. Better image
b. Cost cutting
c. Better targeting of benefits
d. Control of corruption
2. Manfaat e-government pada masyarakat
Daya tarik e-government muncul dari janji penyediaan layanan yang efisien dan
nyaman untuk warga negara. Memberikan pelayanan pada warga dengan cara cara
konvensional membutuhkan biaya langsung dan biaya tidak langsung jauh lebih tinggi
daripada layanan secara elektronik. Selain penghematan biaya, bentuk keuntungan
lain bagi warga diantaranya:4
a) Meningkatkan transparansi yang juga akan mengurangi korupsi
b) Perencanaan pribadi yang lebih baik dan kerja profesional yang muncul dari
kepastian dalam berurusan dengan pemerintah
c) Kualitas hidup yang lebih baik sebagai dampak dari penggunaan TIK dalam
bidang seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan, kesejahteraan dan keuangan
d) Mudah mengakses informasi badan pemerintah dan programnya
e) Dapat memilih dari beberapa saluran penyampaian layanan
f) Fasilitas seperti satu jendela dan login tunggal akan menghapus kompleksitas
mengunjungi beberapa lembaga pemerintahatau situs web
3. Manfaat e-government pada bisnis
Bisnis juga mendapat sebagian besar manfaat yang disebutkan di atas, yaitu
mengurangi biaya, transparansi dan kenyamanan. Selain itu, ada beberapa manfaat
tambahan berbeda yang mereka peroleh dari inisiatif e-government yang dirancang
dengan baik. Manfaat itu adalah:
a) Meningkatkan kecepatan bisnis. Interaction with bureaucratic government is one
of impediments to the growth of industry and business. With the digitalization of
the G2B (Government to Business) interface, the velocity of business increases.4 Satyanarayana, hal 17
5

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
b) Mudah dalam berbisnis dengan pemerintah.
e-Procurement implemented in a few countries, not only creates transparency but
also enhances the ease of doing business with government. e-Procurement
provides a convenient internet-based medium for online registration of suppliers,
bidding for works and projects, and tracking the status of their award
4. Manfaat e-government pada industri Teknologi Informasi dan Komunikasi
The ICT industry is a special stakeholder in the government movement. If e-
government were to become a priority and a part of the vision of all democratic
governments, the biggest beneficiary would be the ICT industry, spanning across its
various segments such as software, hardware, networking, storage, security,
consultancy, IT education, training, and facilities management.
II.2 E-Procurement
II.2.1 Definisi
e-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya
dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas
teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang
diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).5
Beberapa definisi mengenai e-procurement, diantaranya
Bank Dunia menyebutkan sebuah definisi berlapis tiga dari e-procurement dari segi
pemerintahan (electronic Government Procurement, e-GP) dalam e-GP: World Bank Draft
Strategy (2003). Tingkat pertama menyatakan bahwa e-GP adalah penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pemerintahan-pemerintahan dalam
melaksanakan hubungan pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-
karya, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik. Definisi tingkat kedua dan
ketiga membuat perbedaan tipis antara e-tendering dengan e-purchasing.
Menurut Scottish Enterprise dalam e-Business Factsheet menyebut bahwa e-
procurement adalah sebuah istilah untuk menyebut metode elektronik yang digunakan dalam
5 http://forum.pengadaannasional-bappenas.go.id/index.php/e-procurement diakses pada 30 November 20116

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
tiap tahap proses pembelian dari indentifikasi persyaratan-persyaratan hingga pembayaran,
dan secara potensial manajemen kontrak.6
II.2.2 Manfaat e-procurement
Manfaat yang ditawarkan e-procurement meliputi:7
1. Pengurangan biaya pengadaan
Pengurangan dalam biaya dapat dicapai melalui proses yang efisien seperti perluasan
basis pemasok, negosiasi harga yang lebih baik, dan pemendekan siklus pengadaan,
sehingga mengurangi inventori.
2. Pelacakan transaksi yang mudah dan pembayaran terotomatisasi
Meminimalkan beberapa biaya pasca pembelian, sehingga menjamin kepuasan
pelanggan.
3. Kendali yang lebih baik
Melalui sarana-sarana pelaporan dan analisis yang mudah dan efektif, seseorang dapat
meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan laporan, memeriksa pembelian tidak
terkendali, dan menciptakan integrasi data yang utuh
4. Otomatisasi tugas-tugas repetitif
Jika beberapa pembelian yang dilakukan adalah teratur, sistem secara otomatis
menyetujui pembelian tersebut berdasarkan pada pembeli dan jumlah yang diminta
6 www.scottish-enterprise.com/publications/e-procurement.pdf diunduh pada 1 Desember 20117 http://www.icfaipress.org/Books/E-Procurement_overview.asp diakses pada 1 Desember 2011
7

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 E-Procurement di Indonesia
III.1.1 Lembaga yang Melaksanakan E-Procurement di Indonesia
Hingga tahun ini e-procurement di Indonesia sudah terlaksana selama 5 tahun (2008-
2011). E-Procurement di Indonesia dimulai pada tahun 2008 dengan keluarnya Keppres
nomor 80 tahun 2003 yang mengatur tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Secara
eksplisit keppres tersebut mengijinkan proses pengadaan melalui e-procurement.
Untuk mengakomodai e-procurement di Indonesia, pemerintah dengan berlandaskan
beberapa hal mendirikan lembaga yang mengakomodasi layanan pengadaan tersebut yang
dinamakan LPSE (Lembaga Pengadaan Secara Elektronik). LPSE sebenarnya merupakan
unit kerja yang dibentuk oleh Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN dan
Pemerintah Daerah untuk melayani Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang akan melaksanakan
pengadaan secara elektronik. Bagi ULP atau instansi yang tidak membentuk LPSE maka
dapat melaksanakan pengadaan secara elektronik dengan menjadi pengguna dari LPSE
terdekat.
Sumber: http://www.lkpp.go.id
Sejarah singkat
8

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dikembangkan oleh Pusat
Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/jasa – Bappenas pada tahun 2006 sesuai dengan
instruksi Presiden no 5 tahun 2004 tentan Percepatan Pemberantasan Korupsi. E-procurement
menjadi salah satu dari 7 flagship Dewan Teknologi Informasi Nasional (Detiknas) dan di
bawah koordinasi Bappenas. Pada tahun 2007 telah dilakukan pelelangan secara elektronik
melalui LPSE oleh Bappenas dan Departemen Pendidikan Nasional. Pada waktu itu baru
terdapat satu server LPSE yang berada di Jakarta dengan alamat www.pengadaannasional-
bappenas.go.id yang dikelola oleh Bappenas.
Pada bulan Desember 2007, Presiden mengeluarkan Keppres nomor 106 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Lembaga ini merupakan
‘pemekaran’ Pusat Pengadaan yang sebelumnya berada di Bappenas. Dengan adanya
Keppres ini, seluruh tugas menyangkut kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah
menjadi tanggung jawab LKPP, termasuk di dalamya pengembangan dan implementasi
electronic government procurement.
Peran LKPP adalah membantu pemerintah dalam menyusun dan merumuskan
strategi, penentuan kebijakan dan standar prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah,
termasuk pembinaan sumber daya manusia. LKPP juga diberi tugas untuk mengembangkan
sistem informasi serta melakukan pengawasan penyelenggaraan pengadaan barang/jasa
pemerintah secara elektronik. Selain itu, LKPP juga diberi tugas untuk melakukan bimbingan
teknis, advokasi dan bantuan hukum.
Pada tahun 2008, instansi pemerintah pusat dan daerah mulai menerapkan e-
procurement di pemerintahnya. Pada kuartal 2 tahun 2008, Departemen Keuangan
meluncurkan lelang e-proc perdana. Sementara itu, Departemen Pendidikan Nasional juga
meluncurkan lelang perdana melalui LPSE pada Desember 2008.
Pada tahun 2009, LPSE berkembang jauh lebih cepat dari sebelumnya. Hingga akhir 2009
tercatat:
9
Jumlah LPSE 34
Jumlah Instansi
Pengguna
47
Total Paket 1.722
Total Pagu 3,3 trilyun
Cakupan Provinsi 19

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
(Sumber: http://lpse.blogdetik.com)
Yang cukup menarik, pengelola LPSE telah membentuk semacam komunitas mandiri.
Tahun 2009, LPSE Provinsi Jawa Barat dan LPSE DIY misalnya, berhasil mendirikan LPSE
kabupaten di provinsinya. LPSE juga memberikan bantuan sosialisasi dan training di provinsi
lain. Semua ini atas inisiatif dan koordinasi mereka sendiri. Ini merupakan efek berantai
implementasi LPSE. Adanya efek berantai dan komunitas LPSE ini akan sangat
mempercepat penyebaran LPSE ke seluruh instansi.
Pada tahun 2010, LKPP mengembangkan sistem Otoritas Sertifikat Digital (OSD)
bekerja sama dengan Lembaga Sandi Negara. Sistem ini merupakan perwujudan konsep
Publik Key Infrastruktur/Infrastruktur Kunci Publik/IKP. Pengembangan telah dimulai sejak
2009 dan diharapkan dapat diterapkan secara bertahap pada tahun 2010. Melalui penerapan
OSD ini, setiap penyedia barang/jasa akan memiliki satu sertifikat digital yang dapat
digunakan untuk melakukan pengamanan dokumen penawaran.
LKPP juga sedang merancang sistem e-purchasing seperti diamanatkan draf perpres
pengadaan barang/jasa. Sistem e-purchasing ini diharapkan dapat selesai segera setelah
Perpres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ditetapkan oleh Presiden.
Implementasi LPSE yang tersebar membawa konsekuensi bahwa setiap LPSE
independen satu dengan lainnya. Penyedia harus mendaftar di setiap LPSE untuk mengikuti
lelang di LPSE tersebut. Di Jakarta misalnya, seorang penyedia akan mendaftar dan
melakukan verifikasi di LPSE Kem. Keuangan, LPSE Kem. Pendidikan Nasional, LPSE
Kepolisian RI, dan LPSE Kem. Kesehatan. Pada tahun 2010 ini LKPP akan mengembangkan
sistem agregrasi melalui Inaproc yang memungkinkan penyedia cukup mendaftar &
verifikasi hanya di satu LPSE untuk dapat mengikuti lelang di seluruh LPSE. Implementasi
sistem agregrasi ini akan dilakukan secara bertahap dimulai dari LPSE Kota Yogyakarta dan
LPSE Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta.
10
(: http://lpse.blogdetik.com)

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Struktur Organisasi LPSE
Lembaga Pengadaan Secara Elektronik memiliki struktur organisasi sebagai berikut:
Struktur Organisasi LPSE
Sumber: http://lkpp.go.id/eproc/app?service=page/PublicStrukturOrganisasi
III.1.2 Prosedur Pelaksanaan E-Procurement di Indonesia
Layanan e-Procurement memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelayanan
elektronik lainnya, dimana inisiatif ini melibatkan banyak pihak yaitu diantaranya lembaga
pemerintah, panitia pengadaan, pejabat pembuat komitmen, penyedia barang/jasa, konsultan,
pajak, dan bank. Implementasi e-procurement ini dilakukan secara tersebar dan otonom.
Secara garis besar, prosedur pengadaan barang dan jasa secara on-line adalah sebagai
berikut:
a. Pendaftaran
Pendaftaran secara on-line
Pendaftaran secara on-line dapat dilakukan melalui http://www.pengadaannasional-
bappenas.go.id. Pada halaman utama SPSE tersebut, klik link mendaftar sebagai
penyedia barang/jasa. Lalu mengisi alamat email perusahaan pada kolom Alamat
email, kemudian unduh Formulir Pendaftaran dan Formulir Keikutsertaan.
Selanjutnya, cek email yang sudah didaftarkan untuk melihat konfirmasi dari sistem.
Klik link yang tercantum dalam email tersebut. lalu, akan tampil form pendaftaran 2
yang berisi data pribadi dan juga user serta password yang dapat digunakan untuk
masuk ke dalam aplikasi SPSE.
11

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Pendaftaran secara offline
Setelah melakukan proses pendaftaran secara online, calon penyedia melakukan
proses pendaftaran secara offline dengan datang langsung ke LPSE setempat.
Pendaftaran offline ini dilakukan oleh pimpinan perusahaan ataupun orang yang
dikuasakan. Pada pendaftaran offline ini dibutuhkan berkas pendukung yang harus
diserahkan ke kantor LPSE, yaitu:
KTP direksi/pemilik perusahaan/pejabat yang berwenang di perusahaan
(fotokopi);
NPWP (fotokopi);
Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP)/Surat Ijin Jasa Konstruksi (SIUJK)/ijin
usaha sesuai bidang masing-masing (fotokopi);
Tanda Daftar Perusahaan (fotokopi);
Formulir Pendaftaran (Form_Penyedia.xls) dan Formulir Keikutsertaan
(Formulir_Keikutsertaan.doc) yang telah diunduh, di-print dan diisi lengkap.
Berkas-berkas tersebut dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan diserahkan dengan
melampirkan berkas asli pada amplop yang berbeda. Dokumen tersebut akan
diperiksa oleh Verifikator dan dokumen yang asli akan dikembalikan. Jika sudah
lengkap dan sesuai, maka calon penyedia akan segera diberitahukan melalui email.
b. Login
Setelah mendaftar dan mendapat kode akses (user id dan password), Penyedia dapat login
ke dalam SPSE dengan memasukkan kode akses, kemudian tekan tombol login.
c. Isi Data Penyedia
Penyedia dapat mengisi form isian untuk data Penyedia mulai dari data umum, identitas
perusahaan, ijin usaha, akta, pemilik, pengurus, tenaga ahli, perlatan, pengalaman, neraca,
sampai dengan pajak. Pengisian ini dilakukan secara on-line.
d. Daftar Lelang
Penyedia dapat menentukan sendiri jenis lelang yang akan diikuti dengan cara mengisi:
Jenis Lelang, adalah jenis lelang yang akan diikuti. Pilih salah satu apakah Lelang
yang sesuai kualifikasi atau semua lelang yang akan diikuti;
Di Propinsi, adalah lokasi Propinsi lelang yang akan diikuti;
Di Kabupaten/Kota, adalah lokasi Kabupaten/Kota lelang yang akan diikuti.
e. Download Dokumen Lelang
Penyedia dapat mendownload dokumen lelang dengan cara:
12

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Metode Pascakualifikasi Satu File
Klik link nama lelang pada halaman ”Home”. Lalu akan tampil halaman “Informasi
Lelang”. Klik link nama dokumen pada kolom ‘Dokumen Lelang’ lalu simpan dalam
folder yang diinginkan.
Metode Pascakualifikasi Dua File
Langkah untuk mengunduh dokumen lelang pada metode prakualifikasi dua file sama
dengan mengunduh dokumen lelang pada metode pascakualifikasi satu file. Hanya
saja pada metode prakualifikasi dua file, dokumen lelang yang diunduh terbagi
menjadi dua file, yaitu ‘Dokumen Prakualifikasi’ dan ‘Dokumen Lelang’.
f. Unggah Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Penawaran
g. Proses Lelang
Panitia membuka penawaran
Evaluasi
Pengumuman pemenang
h. Masa Sanggah
Peserta yang keberatan atas pemenang yang telah ditetapkan dapat melakukan
sanggahan ke pihak LPSE secara on-line.
III.2 E-Procurement di Korea Selatan
III.1.1 Lembaga yang Melaksanakan E-Procurement di Korea Selatan
Penerapan e-procurement di Korea Selatan didasari atas dua alasan. Pertama,
pengadaan pemerintah yang ditandai dengan kertas berorientasi prosedur, pekerjaan padat
karya, dan proses yang rumit. Hal tersebut tentu menyebabkan inefisiensi, transparansi
rendah dan kualitas layanan yang buruk. Kedua, lingkungan pengadaan yang telah berubah.
Kemajuan yang semakin cepat membuat transasksi komersial menjadi lebih mudah dilakukan
secara online, dan lebih menekankan pada layanan pelanggan dan bisnis transparansi
Sejarah Singkat
Lembaga yang mewadahi pelayanan e-procurement di Korea adalah Public
Procurement Service (PPS). Public Procurement Servise merupakan pusat procuring agency
di Korea Selatan. Layanan pengadaan umum (PPS) diciptakan pada tanggal 17 Januari 1949,
di bawah kantor Perdana Menteri dan saat ini memiliki 935 karyawan. Saat awal
13

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
pembentukannya, lembaga ini bernama Provisional Office of Foreign Supply (POFS) yang
bertanggung jawab dalam mengelola persediaan bantuan luar negeri.
POFS dikonsolidasikan dengan kantor pengadaan luar negeri (the Office of Foreign
Procurement), dan selanjutnya menjadi kantor pasokan asing. Kemudia pada tanggal 2
Oktober 1961, lembaga ini diperluas dari lembaga pengadaan procurement domestik menjadi
agen procuring pusat. Sejak saat itu, barang-barang yang diperlukan untuk malaksanakan
program-program pembangunan ekonomi pemerintah diperoleh dalam jumlah yang banyak
tanpa hambatan. Lembaga Ini juga telah menggunakan sumber daya keuangan yang terbatas
dengan cara yang efisien. Lembaga ini telah mendorong pertumbuhan ekonomi Korea dengan
waktu yang cepat dalam dekade terakhir.
Pada tahun 1967, PPS menambahkan fungsi baru yaitu menstabilkan pasokan dan
permintaan, serta harga bahan baku asing utama dan kebutuhan dasar. Dengan fungsi-fungsi
ini di tempat, PPS mampu untuk menstabilkan perekonomian nasional selama krisis sumber
daya internasional di akhir 1970-an dan selama krisis mata uang Asia 1997.
PPS ini merupakan tempat pembelian barang dan jasa, dan kontrak proyek-proyek
konstruksi untuk pusat dan pemerintah daerah yang bernilai lebih dari $42,000 dan proyek-
proyek konstruksi kontrak senilai lebih dari $2,5 juta. Apabila kontrak kurang dari jumlah ini
dilakukan secara independen oleh masing-masing organisasi publik.
Public Procurement Service (PPS) memilki peran sebagai berikut:
1. Pengadaan dalam negeri dan luar negeri
2. Kontrak untuk proyek-proyek pembangunan besar pemerintah.
3. Sebagai lembaga persediaan dan pasokan bahan baku
4. Lembaga koordinasi dan audit properti urusan pemerintah
5. Manajemen dan operasi KONEPS
Peran penting lain PPS adalah mengoperasikan sistem e-Procurement yang digunakan
oleh semua organisasi pemerintah. PPS telah menetapkan standar umum prosedur e-
Procurement, dan menyediakan informasi penting tentang pengadaan termasuk produk,
harga, pemasok dan pelanggan.
14

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Struktur Organisasi
Sumber: www.pps.go.kr
III.1.2 Prosedur Pelaksanaan E-Procurement di Korea Selatan
KONEPS merupakan sistem online yang memungkinkan pemrosesan yang nyaman
dan cepat untuk seluruh prosedur administratif terkait pengadaan publik, meliputi,
15

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
pengajuan harga, kontrak, pembayaran, dan penyampaian produk. Informasi pengadaan,
meliputi penerimaan permintaan pembelian (purchase request) dan pengumuman pelelangan
kepada publik, pemenangan kontrak dan status kontrak, disediakan secara online, sehingga
menjamin keadilan dan transparansi dari seluruh transaksi. Sistem pengadaan elektronik ini
adalah sistem bidding online pertama di Republik Korea. Sistem ini digunakan oleh sekitar
770 lembaga dan institusi, 35.000 organisasi publik, dan 160.000 perusahaan (Agency, 2002).
Pelaksanaan KONEPS ini terpusat pada sati sistem yang dikelolah oleh PPS. Prosedur e-
procurement melalui KONEPS ini di bagi menjadi dua bagian, yaitu pengadaan untuk
masyarakat lokal dan pengadaan untuk masyarakat luar Korea Selatan. Jadi, peserta
pengadaan barang dan jasa tidak hanya bisa diikuti oleh masyarakat lokal Korea Selatan saja,
tetapi juga seluruh masyarakat di dunia. Pengadaan untuk masyarakat luar Korea Selatan ini
bertujuan untuk memperoleh barang-barang dari luar negeri yang dibutuhkan oleh
Pemerintah Korea Selatan.
Prosedur e-procurement untuk masyarakat Korea Selatan
a. Registrasi
Semua perusahaan yang ingin berpartisipasi pada penawaran yang telah diumumkan
PPS sebelumnya, diharuskan untuk melakukan registrasi hingga satu hari sebelum
penawaran dibuka.
b. Prosedur untuk pengadaan
- Purchase Request (PR)
PPS akan memeriksa Purchase Request (PR) dari perusahaan yang telah
melakukan registrasi sebelumnya serta memutuskan jenis dan metode kontrak
yang sesuai.
- Persiapan dokumentasi penawaran
Dokumen-dokumen terkait pengadaan barang dan jasa akan dipublish di pusat
informasi PPS sehingga dapat dilihat oleh peserta.
- Pengumuman Penawaran
Penawaran dibuka secara on-line melalui www.g2b.go.kr. Penawaran ini
dilakukan secara terbuka dengan tujuan memaksimalkan kompetisi penawaran.
- Penawaran Obligasi
Peserta menetapkan tawaran obligasi dengan PPS dengan jumlah tidak kurang dari
5% dari harga yang telah ditetapkan di dokumen penawaran.
- Pengajuan Penawaran
16

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Semua penawaran harus diserahkan ke PPS sebelum tanggal dan jam yang telah
ditentukan di undangan penawaran.
- Putusan Kontrak
Pemenang diberikan kepada peserta yang menawarkan harga terendah, tapi
berkualitas, serta bertanggung jawab sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dalam dokumen penawaran. Spesifikasi dan persyaratan dipilih yang
paling menguntungkan untuk pemerintah. Selanjutnya, akan ada pemberitahuan
tertulis kepada pemenang.
- Performance Bond
Pemenang harus menetapkan performance bond atau jaminan dengan jumlah tidak
kurang dari 10% dari jumlah kontrak.
- Tes dan Pemeriksaan
Setelah dilakukan tes dan pemeriksaan, pemenang penawaran dapat segera
memasok barang-barang yang dibutuhkan.
- Pembayaran
Pemenang dapat mengajukan permintaan untuk pembayaran dengan meyertakan
sertifikat penerimaan dan sertifikat pemeriksaan.
- Penutupan Kontrak
Kontrak akan ditutup ketika pemenang penawaran sudah melakukan
kewajibannya dan PPS telah memberikan pembayaran.
Prosedur e-procurement untuk masyarakat luar negeri
a. Purchase Request (PR)
Para entitas publik dapat melakukan permintaan pengadaan barang dari luar negeri
kepada PPS melalui KONEPS.
b. Mengajukan spesifikasi lelang
Setelah menerima PR< PPS mempersiapkan syarat-syarat kondisi dan spesifikasi
barang yang dibutuhkan ke dalam undangan penawaran. Undangan penawaran akan
di publish ke publik melalui KONEPS selama 7 hari. Masa 7 hari tersebut, PPS akan
menerima perusahan-perusahaan yang mendaftar –yang tentunya perusahaan yang
relevan dengan kebutuhan. Pengumuman terbuka ini untuk memastikan kesempatan
yang sama dan kompetisi yang adil. Lalu, PPS akan menyelesaikan dokumen tender
dan spesifikasi sesuai dengan hukum internasional dan praktek-praktek perdagangan.
17

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
c. Publikasi Undangan Penawaran
d. Registrasi
Untuk para calon peserta dapat mendaftar maksimal sehari sebelum mengirimkan
tawaran mereka. Untuk peserta dari luar negeri diperbolehkan untuk registrasi
melebihi batas waktu, asalkan pendaftaran selesai sebelum masuk padatahap kontrak.
Kegagalan mendaftar akan mengakibatkan penolakan penawaran. Untuk masyarakat
luar negeri, mereka adalah produsen asli. Pemohon tersebut harus melampirkan
formulir pendaftaran atau sertifikat dari kantor untuk bukti. Dokumen-dokumen
lampiran tersebut dianggap berlaku apabila dikeluarkan oleh otoritas publik yang
relevan di negara pemohon.
e. Deposit Penawaran
Pada prinsipnya, deposit penawaran dibebaskan dengan pengajuan Memorandum of
Bid Bond Payment. Namun, dalam kasus dimana deposit penawarn diperlukan,
penawar harus melakukan deposit dengan jumlah tidak kurang dari 5% dari total
harga penawaran.
f. Pengajuan Penawaran
Semua penawaran harus disiapkan dalam bahasa inggris dan diajukan di tempat yang
ditunjuk pada tanggal dan jam (waktu standar Korea Selatan) yang telah ditentukan.
Metode pengiriman penawaran telah ditentukan dalam undangan penawaran.
Penawaran yang tiba setelah tenggat waktu tidak akan diterima. Penawaran ini harus
disiapkan dengan menggunakan formulir yang disediakan oleh PPS.
g. Pembukaan Penawaran
Tawaran akan dibuka secara on-line melalui KONEPS.
h. Teknik Pemeriksaan atas Penawaran
Pemeriksaan pada dasarnya dilakukan oleh entitas publik yang melakukan permintaan
pengadaan barang sebelumnya ke PPS. Namun, pemeriksaan ini juga dapat dilakukan
oleh entitas publik bersama dengan PPS. Teknik pemeriksaan ini akan menghasilkan
tiga keputusan, yaitu diterima, dapat diterima, dan ditolak.
i. Putusan Kontrak
Pemenang diberikan kepada peserta yang menawarkan harga terendah, tapi
berkualitas, serta bertanggung jawab sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan
dalam dokumen penawaran. Spesifikasi dan persyaratan dipilih yang paling
18

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
menguntungkan untuk pemerintah Korea Selatan. Selanjutnya, akan ada
pemberitahuan tertulis kepada pemenang sebagai tanda bahwa kontrak mulai berlaku.
j. Penerbitan Letter of Credit
Setelah kontrak dibuat, PPS akan menerbitkan letter of credit melalui bank di Korea
Selatan. Penerbitan ini tidak dapat ditarik kembali dan tidak dapat dipindahtangankan.
Kemudian, pihak bank akan memberitahu mengenai penerbilan letter of credit ini.
k. Deposit Performance Bond
Setelah ada pemberitahuan dari bank tentang penerbilan letter of credit, kontraktor
atau pemasok harus melakukan deposit performance bond dengan jumlah yang tidak
kurang dari 10% dari jumlah kontrak. Performance bond ini akan dirilis oleh PPS
setelah kontrak berakhir atau kadaluwarsa.
l. Tes dan pemeriksaan
PPS akan menentukan pihak yang berhak untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kontraktor.
m. Pengiriman
Kontraktor atau pemasok melaksanakan kewajiban sesuai dengan kontrak dan letter of
credit. Pengiriman harus dilakukan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan. Jika
pemasok gagal memenuhi kontrak, maka performance bond akan disita. Selain itu,
apabila terdapat kerusakan atau spesifikasi barang yang berbeda, maka PPS berhak
melakukan permintaan penggantian atau kompensasi secara tunai dari pihak pemasok.
n. Prosedur Kargo Barang-barang Impor
- Shipping Advice
Shipping advice akan mencakup nomor kontrak, nomor letter of credit, deskripsi
dari barang yang akan dikirim, dan nomor B/L.
- Pengiriman
Ketika kargo tiba dipelabuhan, pihak PPS bertugas untuk membongkar kargo
tersebut. Selanjutnya PPS juga melakukan pengurusan bea cukai, dan kemudian
menyerahkan barang-barang tersebut ke entitas publik yang melakukan
permintaan pengadaan barang ke PPS.
Aapabila terdapat kerusakan atau spesifikasi barang yang berbeda, maka PPS
berhak melakukan permintaan penggantian atau kompensasi secara tunai dari
pihak pemasok
o. Pemeriksaan Dokumen Pengiriman
19

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Jika terdapat doukumen yang tidak lengkap atau terdapat perbedaan dokumen, maka
PPS dapat mengirimkan klaim terhadap pemasok.
p. Pembayaran untuk Barang-barang yang Telah Dikirim
Pembayaran dilakukan oleh bank yang menerbitkan letter of credit, dan dilakukan
setelah pemasok menyelesaikan pengiriman.
q. Penutupan Kontrak
Kontrak akan ditutup ketika pemenang penawaran sudah melakukan kewajibannya
dan PPS telah memberikan pembayaran. Selanjutnya PPS akan memerintahkan bank
untuk menutup letter of credit dan melepaskan performance bond ke pemasok.
III.3 Analisis Perbandingan E-procurement di Indonesia dan Korea Selatan
Pada dasarnya, implementasi e-procurement memerlukan komitmen dari berbagai
pihak yang menjalankannya. Korea Selatan memiliki komitmen yang lebih besar daripada
Indonesia dalam menjalankan e-procurement ini. Hal ini terlihat dari lembaga yang
mengelola e-procurement di Korea Selatan, yaitu PPS. Lembaga e-procurement di Korea
telah menunjukan akuntabilitas kinerjanya kepada publik. Seperti pada transparansi yang
dilakukan oleh lembaga PPS yang membuat publik semakin percaya akan kinerjanya sebagai
lembaga e-procurement. Lembaga ini juga mendapat dukungan sepenuhnya dari pimpinan .
Lain halnya di Indonesia, yang ada hanyalah transparansi semu. Hal ini ini dipengaruhi
kurangnya dukungan dari pimpinan. Dalam hal ini pimpinan berperan sebagai kekuatan
politis yang dapat mencegah tindakan korupsi. Akibat dukungan lemah ini, implementasi
LPSE tidak dilakukan dengan sepenuh hati sehingga kinerjanya pun masih belum melihatkan
keberhasilan yang signifikan dibandingkan dengan lembaga e-procurement di Korea.
Hal-hal berikut ini menjadikan implementasi eprocurement, khususnya LPSE di
Indonesia, menjadi kasus yang menarik dan mungkin tidak ada duanya di dunia:
1. Undang-undang otonomi daerah.
UU ini membawa implikasi bahwa setiap daerah (kabupaten/kota/provinsi) menjadi
wilayah otonom yang memiliki kewenangan sangat luas. Untuk pengadaan
barang/jasa PPK di setiap instansi memiliki kewenangan penuh dalam hal proses
pengadaan dan tidak dapat diintervensi oleh pemerintah pusat.
2. Indonesia negara kepulauan dengan infrastruktur telekomunikasi yang sangat tidak
merata.
Di Jakarta saja, tidak semua tempat memiliki akses internet; apalagi di luar Pulau
20

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
Jawa. Implementasi eprocurement terpusat seperti Korea (Koneps), Italia (CONSIP),
maupun Singapura tidak akan bisa diterapkan di negara kita. Sistem eprocurement
harus didistribusikan dan dikelola masing-masing instansi.
3. Kondisi geografis, sosial, dan ekonomi yang beragam
Indonesia memiliki ratusan suku bangsa, ribuan pulau, ratusan kabupaten/kota, dan
beragam budaya. Sesuatu yang baru, apalagi mengubah kondisi yang telah ada,
seringkali menjadi hambatan besar. Sebagai contoh, di daerah tertentu ada harapan
agar pengusaha lokal selalu menang dalam tender menjadi salah satu penolakan
eprocurement. Pada lelang secara konvensional pun, seringkali ada usaha-usaha
mencegah peserta dari daerah lain mengikuti tender. Usaha ini bahkan dilakukan
dengan cara kekerasan (melakukan sweeping di pelabuhan misalnya). Ada kabupaten
yang letaknya 1 hari perjalanan laut dari ibu kota provinsi. Tidak ada vendor yang
berdomisili di sana yang dapat menyediakan barang/jasa.
Pemerintah Korea Selatan telah memberlakukan kewajiban penggunaan e-
procurement untuk setiap pengadaan barang/jasa baik untuk bisnis, industri maupun
pemerintah sendiri. Lain halnya di Indonesia. Meskipun pemerintah tidak/belum mewajibkan
penerapan eprocurement, namun jumlah instansi yang menerapkan eprocurement terus
bertambah. Kami di LKPP yang mengembangkan LPSE terus menerima permintaan
implementasi sistem. Dari sekian banyak permintaan tersebut tidak semua dapat berjalan
dengan lancar hingga mencapai tender perdana. Beberapa tahap yang harus dilalui sebelum
tender perdana antara lain: terbentuknya tim implementasi, regulasi dari kepala daerah,
training, dan sosialisasi (penyedia dan pengguna jasa).
Dalam mengimplementasikan e-procurement di indonesia, terdapat berbagai kendala
muncul dalam implementasi ini antara lain, kurang komitmen oleh pimpinan tertinggi
maupun jajaran di tingkat menengah, hal ini tentu mangakibatkan kurangnya dukungan
politis yang mengakibatkan tindakan korupsi. Kemudia, tantangan dari panitia maupun
penyedia dan bahkan dari legislatif, infrastruktur yang sangat terbatas, seperti mahalnya biaya
internet.
Proses atau prosedur masyarakat untuk mengakses layanan e-procurement di Korea
Selatan ini lebih mudah karena sistemnya terintegrasi atau terpusat. Berbeda dengan di
Indonesia yang dilakukan secara tersebar dan otonom. Kelebihan dari sistem KONEPS yang
21

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
terintegrasi ini salah satunya adalah lebih menghemat biaya infrastruktur e-procurement.
Selain itu, hal ini memudahkan pula bagi masyarakat yang ingin mengikuti tender pengadaan
barang dan jasa karena informasi penawaran terintegrasi. Lain halnya prosedur di Indonesia
yang membuat masyarakat terlebih dahulu mencari penawaran yang ditawarkan. Seperti
pada gambar berikut ini.
Gambar III.1
Halaman Umum pada Tab Menu Data Penyedia
Sumber: www.pengadaannasional-bappenas.go.id
Proses ini menjadi tidak praktis karena masyarakat tidak dapat mengetahui
penawaran-penawaran yang dibuka dengan mudah. Selain itu, layanan e-procurement di
Korea Selatan mencakup dalam dan luar negeri. Hal ini tentu saja menjadi keuntungan bagi
pemerintah Korea Selatan karena bisa mendapatkan barang yang lebih berkualitas dari dalam
maupun luar negeri. Perusahaan-perusahaan dari dalam negeri pun menjadi lebih kompetitif
dan dapat bersaing dengan perusahaan luar negeri.
22

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulam
IV.2. Saran
23

Perbandingan E-Procurement Indonesia dan Korea Selatan
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Forman, Mark, e-Government: Using IT to transform the effectiveness and efficiency of
government (2005)
Satyanarayana, 2004, e-Government: The Science of the Possible, New Delhi: Prentice Hall
of India, hal. 1
Satyanarayana, , 2004, e-Government: The Science of the Possible, New Delhi: Prentice Hall
of India,hal 17
Internet:
http://forum.pengadaannasional-bappenas.go.id/index.php/e-procurement diakses pada 30
November 2011
www.scottish-enterprise.com/publications/e-procurement.pdf diunduh pada 1 Desember 2011
http://www.icfaipress.org/Books/E-Procurement_overview.asp diakses pada 1 Desember
2011
http://www.egovernment-institute.com/main.php?go=l_definisi diakses pada 30 November
2011
24