Inovasi Jagung Sebagai Biomass
-
Upload
icha-an-nisa -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Inovasi Jagung Sebagai Biomass
TUGAS KAPITA SELEKTA DAN INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN
JAGUNG TONGKOL SEBAGAI PENGHASIL ENERGI BIOMASSA
NURUL MASYIAH RANI
D121122253
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
Kebutuhan energi bagi penduduk dunia terus meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk, perkembangan industri, peningkatan sarana transportasi, serta beragam
peningkatan kebutuhan terhadap kenyamanan dan gaya hidup manusia yang membutuhkan
energi. Pemenuhan terhadap energi itu sebagian besar berasal dari energi fosil, seperti minyak
dan gas bumi serta batubara. Akibatnya, terjadi kelangkaan sumber energi tersebut, bahkan jika
pun ada sumbernya harus dibayar mahal dengan mengorbankan kepentingan fungsi dan
pelayanan lingkungan dengan investasi peralatan dan biaya operasional yang sangat mahal.
Fungsi lingkungan yang harus dikorbankan jika mengeksplorasi sumber minyak dan gas adalah
kehilangan fungsi hutan, pencemaran sungai dan laut, terganggunya mata rantai kehidupan dan
sebagainya. Pada sisi lain tapi kasus yang sama, peningkatan investasi dan biaya operasional
akan berdampak pada harga dan gas yang semakin tinggi.
Berdasarkan masalah-masalah di atas maka dikembangkanlah inovasi energi biomassa
yang berbahan dasar jagung. Dimana jagung ini mampu menghasilkan etanol sehingga disebut
juga sebagai bioethanol. Etanol adalah hasil fermentasi bahan sebelum diolah lebih lanjut
menjadi bioetanol pengganti premium. Jagung berpotensi memproduksi etanol lebih baik
lantaran rendemennya paling tinggi, 55%. Biaya produksinya pun murah. Untuk menghasilkan
satu liter etanol cuma diperlukan 2,5 kg jagung seharga Rp1.000/kg. Proses fermentasinya
membutuhkan uap air 3,8 kg seharga Rp304 dan listrik 0,2 kwh (Rp200). Jika harga pekerja
dihitung Rp300 per liter, maka biaya produksi etanol per liter hanya Rp3.304.
Menurut Andy Gumala, ASEAN business manager PT DuPont, jika etanol diproyeksikan
menggantikan 10% konsumsi BBM dalam negeri saat ini, maka dibutuhkan 14,4-juta ton jagung
atau setara 3-juta hektar lahan jagung. Investasi jagung relatif rendah ketimbang tanaman lain,
hanya Rp3-juta/ha. Bandingkan dengan jarak sebagai bahan biodiesel yang membutuhkan
investasi Rp8-juta-Rp9-juta/ha. Konsumsi jagung dewasa ini diutamakan untuk konsumsi
manusia dan pakan ternak.
Menurut Karin O Hgren dari Departemen Teknik Kimia, Lund University, Swedia, tak
hanya pati jagung yang berfungsi menjadi bahan baku bioetanol. Kulit jagung atau klobot dapat
dijadikan bahan utama bioetanol. Klobot mengandung 2 jenis gula yaitu glukosa dan silosa yang
diperoleh dengan merebus awal lalu dihidrolisis. Selanjutnya biarkan ragi roti Saccharomyces
cerevisiae bekerja. Hasilnya, 20% etanol.
Jagung yang kaya serat cuma salah satu bahan bioetanol. Menurut Dr Tatang H
Soerawidjaja dari Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, ada 3 kelompok bahan baku etanol
alami yaitu nira bergula, pati, dan bahan serat alias lignoselulosa. Semua bahan baku etanol itu
mudah didapatkan dan dikembangkan di Indonesia karena negara ini memiliki lahan luas dan
subur.
Daftar Pustaka
Pangganti,Esdi.2010.Bahan Bakar Alternatif.https://esdikimia.wordpress.com/2010/10/
26/bahan-bakar-alternatif/
Demautes,lauren.2013. What are the differences between Biofuel, Bioethanol, Biodiesel, and Biogas.http://thesustainabilitycooperative.net/2013/12/26/the-difference-between-biofuel-bioethanol-biodiesel-and-biogas/
Lianto,laura dkk.2012.LAPORAN PENELITIAN PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG MENJADI BIOETANOL SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN DENGAN MENGGUNAKAN Sacharomyces cereviseae.http://www.slides
hare.net/laura79025648/bioetanol-dari-tongkol-jagung