Infeksi Nosokomial

23
A. Pengertian Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).Selanjutnya, apabila suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnya Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2001). Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Soeparman, 2001). ‘Infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat – 1,4 juta infeksi

description

Bedah

Transcript of Infeksi Nosokomial

A.PengertianInfeksi NosokomialInfeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah 72 jam berada di tempat tersebut(Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik(Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003).Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).Selanjutnya, apabila suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnyaInfeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2001).Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Soeparman, 2001).Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawatHal-hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial : (Panjaitan, B, 1989)1.secara umum infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan penderita selama dirawat dirumah sakit.2.Infeksi nosokomial sukar diatasi karena sebagai penyebabnya adalah mikro organisme / bakteri yang sudah resisten terhadap anti biotika.3.Bila terjadi infeksi nosokomial, makaakan terjadi penderitaan yang berpanjangan serta pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang bertambah tinggi kadangkadang kualitas hidup penderita akan menurun.4.Infeksi nosokomial disamping berbahaya bagi penderita, jugaberbahaya bagi lingkungan baik selamadirawat dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit setelah berobat jalan.5.Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghembat biaya dan waktu yang terbuang.6.Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional, sehingga bila angka infeksi nosokomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin operasionalnya dipertimbangkan untuk dicabut oleh instansi yang berwenang

B.Batasan-Batasan Infeksi Nosokomial.Infeksi nosokomial disebut juga dengan Hospital acquired infection apabila memenuhi batasan / criteria sebagai berikut:1.Apabila padawaktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.2.Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalammasa inkubasi dari infeksi tersebut.3.Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat.4.Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.5.Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapiterbukti bahwa infeksi didapat penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai indeksi nosokomial.

C.Faktor-FaktoryangMempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial.Sesara umum factor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri atas 2 bagian besar, yaitu : (Roeshadi, D, 1991)1.Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh dan kondisikondisi lokal)2.Faktor eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkungan)

Untuk mudahnya bagaimana seorang pasien mendapat infeksi nosokomial selama dirawat di RS dapat diringkas sebagai berikut :1.Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri (auto infeksi)2.Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang merwat di RS3.Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui pasien-pasien yang dirawat ditempat / ruangan yang samadi RS tersebut.4.Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga pasien yang bekunjung kerumah sakit tersebut.5.Pasien mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan yang dipakai dirumah sakit tersebut.6.Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan makanan yang disediakan rumah sakit ataupun yang didapatnya dari luar rumah sakit.7.Disamping ke-6 cara-cara terjadinya infeksi nosokomial seperti yang dinyatakan diatas, maka faktor lingkungan tidak kalah penting sebagai factor penunjang untuk terjadinya infeksi nosokomial, faktor lingkungan tersebut adalahoAiroBahan yang harus di buang ( Disposial)oUdara

D.Penyebab Infeksi Nosokomial1.Agen infeksiPasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:karakteristik mikroorganisme,resistensi terhadap zat-zat antibiotika,tingkat virulensi,dan banyaknya materi infeksius.Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal, (Ducel, 2001).2.BakteriBakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya :Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangreneBakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.3.VirusBanyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan (Wenzel, 2002)4.Parasit dan jamurBeberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.5.Faktor alatDari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.

E.Proses Penularan Infeksi Nosokomial1.Langsungantara pasien dan personel yang merawat atau menjaga pasien2.Tidak langsung-obyek tidak bersemangat atau kondisi lemah-lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan (Sebagai contoh perawatan luka pasca operasi)-penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke udara (air borne)-Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau serangga yang membawa kuman

Selain itu penularan infeksi nosokomial yaitu1.Penularan secara kontakPenularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnyaperson to personpada penularan infeksi virus hepatitis A secarafecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.2.Penularan melaluiCommon VehiclePenularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jeniscommon vehicleadalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.3.Penularan melalui udara dan inhalasiPenularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan tuberculosis.4.Penularan dengan perantara vektorPenularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vector misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis, misalnyayersenia pestispada ginjal (flea).

INFEKSI NOSOKOMIAL

INFEKSI NOSOKOMIAL

F.Tanda dan gejala InfeksiDemambernapas cepat,kebingungan mental,tekanan darah rendah,urine outputmenurun,pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakitketika kencing dan darah dalam air senisel darah putihtinggiradang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan untuk batuk.infeksi : pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di sekitar bedah atau luka

G.Dampak Infeksi NosokomialInfeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :1.Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.2.Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.3.Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.

H.Pencegahan Terjadinya Infeksi NosokomialPembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. Disinfeksi yang dipakai adalah:oMempunyai kriteria membunuh kumanoMempunyai efek sebagai detergenoMempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.oTidak sulit digunakanoTidak mudah menguapoBukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasienoEfektifoTidak berbau, atau tidak berbau tak enak

1.Perbaiki Ketahanan TubuhDi dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.2.Ruangan IsolasiPenyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama.

Pencegahan Infeksi nosokomial yaitu dengan:1.Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.2.Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.3.Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, danvaksinasi.4.Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasi5.Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan menggunakan Standar kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :1.Cuci TanganoSetelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.oSegera setelah melepas sarung tangan.oDi antara sentuhan dengan pasien.2.Sarung TanganoBila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.oBila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.3.Masker, Kaca Mata, Masker MukaMengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.

4.Baju PelindungoLindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuhoCegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh5.KainoTangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendiroJangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien6.Peralatan Perawatan PasienoTangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkunganoCuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali7.Pembersihan LingkunganPerawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien8.Instrumen TajamoHindari memasang kembali penutup jarum bekasoHindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakaioHindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tanganoMasukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan9.Resusitasi PasienUsahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut10.Penempatan PasienTempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi

INFEKSI NOSOKOMIAL

INFEKSI NOSOKOMIAL

I.Program Pengendalian Infeksi Nosokomial Di RSDalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, antara lain:1.Adanya Sistem Surveilan Yang MantapSurveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan dilakukan terus menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian. Jadi tujuan dari surveilan adalah untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Perlu ditegaskan di sini bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh canggihnya per-alatan yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara benar (the proper nursing care). Dalam pelaksanaan surveilan ini, perawat sebagai petugas lapangan di garis paling depan, mempunyai peran yang sangat menentukan,2.Adanya Peraturan Yang Jelas Dan Tegas Serta Dapat Dilaksanakan, Dengan Tujuan Untuk Mengurangi Risiko Terjadinya InfeksiAdanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan, merupakan hal yang sangat penting adanya. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus dijalankan setelah dimengerti semua petugas; standar ini meliputi standar diagnosis (definisi kasus) ataupun standar pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini, peran perawat besar sekali.3.Adanya Program Pendidikan Yang Terus Menerus Bagi Semua Petugas Rumah Sakit Dengan Tujuan Mengembalikan Sikap Mental Yang Benar Dalam Merawat PenderitaKeberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang sempurna kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar dan mengajar yang terus menerus. Program pendidikan hendaknya tidak hanya ditekankan pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi kiranya juga aspek epidemiologi dari infeksi nosokomial ini. Jadi jelaslah bahwa dalam seluruh lini program pengendalian infeksi nosokomial, perawat mempunyai peran yang sangat menentukan. Sekali lagi ditekankan bahwa pengendalian infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh peralatan yang canggih (dengan harga yang mahal) ataupun dengan pemakaian antibiotika yang berlebihan (mahal dan bahaya resistensi), melainkan ditentukan oleh kesempurnaan setiap petugas dalam melaksanakan perawatan yang benar untuk penderitanya.

J.Yang Harus Diperhatikan Keluarga dan Pengunjung dalam PengendalianInfeksiNosokomial1.Mengerti dan memahami peraturan dari Rumah sakitTaatilah waktu berkunjungJangan terlalu lama menjenguk cukup 15-20 menit sajaPenunggu pasien cukup 1 orangJangan berkunjung jika anda sedang sakitJangan membawa anak dibawah usia 12 tahun2.Menjaga kebersihan dirilakukan cuci tangan sebelum dan setelah bertemu pasienjangan menyentuh luka, perban, area tusukan infuse, atau alat-alat lain yang digunakan untuk merawata pasienbantulah pasien untuk menjaga kebersihan dirinya3.Menjaga kebersihan lingkunganJangan menyimpan barang terlalu banyak di ruangan pasienJangan tidur di bed pasienJangan merokok diarea RS

K.Contoh Infeksi Nosokomial1.Infeksi Luka Operasi (ILO)Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :oKeluar cairan purulen dari drain organ dalamoDidapat isolasi bakteri dari organ dalamoDitemukan absesoDinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.oPencegahan ILO harus dilakukan, karena jika tidak, akan mengakibakan semakin lamanya rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko kecacatan dan kematian, dan dapat mengakibatkan tuntutan pasien. Pencegahan itu sendiri harus dilakukan oleh pasien, dokter dan timnya, perawat kamar operasi, perawat ruangan, dan oleh nosocomial infection control team.2.Infeksi Saluran Kencing (ISK )Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi di saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra).Bakteri utama penyebab ISK adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu oleh batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat menimbulkan batu.Mikroorganisme lain yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK pada laki-laki maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan sistem reproduksi. Berbeda dengan E coli, kedua bakteri itu dapat ditularkan secara seksual sehingga penanganannya harus bersamaan pada suami dan istri.GejalaPenderita ISK mungkin mengeluhkan hal-hal berikut:oSakit pada saat atau setelah kencingoAnyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar)oWarna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darahoNyeri pada pinggangoDemam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)3.BakterimiaBakteremia adalah keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah secara sementara, hilang timbul atau menetap. Bakteremia merupakan infeksi sistemik yang berbahaya karena dapat berlanjut menjadi sepsis yang angka kematiannya cukup tinggi. Faktor risiko terjadinya bakteremia pada orang dewasa antara lain lama perawatan di rumah sakit, tingkat keparahan penyakit, komorbiditas, tindakan invasif, terapi antibiotika yang tidak tepat, terapi imunosupresan, dan penggunaan steroid.GejalaBakteremia yang bersifat sementara jarang menyebabkan gejala karena tubuh biasanya dapat membasmi sejumlah kecil bakteri dengan segera. Jika telah terjadi sepsis, maka akan timbul gejala-gejala berikut:oDemam atau hipotermia (penurunan suhu tubuh)oHiperventilasioMenggigiloKulit teraba hangatoRuam kulitoTakikardi (peningkatan denyut jantung)oMengigau atau linglungoPenurunan produksi air kemih.4.Infeksi Saluran Napas (ISN)Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.Keadaan rumah sakit yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas maupun bawah. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.

INFEKSI NOSOKOMIAL

INFEKSI NOSOKOMIAL

L.Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar1.DefinisiCuci TanganCuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen et al, 2004)Cuci tangan adalah teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Perry dan Potter, 2005).Mencuci tangan merupakan suatu kegiatan membersihkan tangan dari berbagai kuman penyakit. Tetapi banyak orang yang menyepelekan hal ini. Padahal dengan mencuci tangan dapat terhindar dari berbagai penularan penyakit karena kita mengerjakan segala macam pekerjaan menggunakan tangan kita sehingga sangat beresiko kuman masuk ke tubuh kita melalui tangan ketika kita makan.2.Tujuan cuci tanganMengangkat mikroorganisme yang ada di tanganMencegah infeksi silang (cross infection)Menjaga kondisi sterilMelindungi diri dan pasien dari infeksiMemberikan perasaan dsegar dan bersih3.Langkah cuci tangan yang baik dan benarMenggunakan Sabun dan Air ( 12 langkah)1)Basuh tangan dengan air2)Tuangkan sabun secukupnya3)Ratakan dengan kedua telapak tangan4)Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya5)Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari6)Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci7)Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya8)Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.9)Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan sebaliknya10)Bilas kedua kedua tangan dengan air11)Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering12)Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran13)Tangan anda kini sudah bersihCuci Tangan Efektif ( 7 langkah)1)Basahi atau croot kan sabun ke telapak usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak tangan.2)Gosok masing- masing pungung tangan secara bergantian.3)Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari.4)Gosokan ujung jari (buku-buku)dengan mengatupkan jari tangan kanan terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian,5)gosok dan putar ibu jari secara bergantian6)gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian7)terakhir, menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara diputar dengan telapak tangan bergantian8)tangan anda kini telah bersih

DEFINISIInfeksi nosokomialatau yang dalam bahasa inggris disebuthealth care-associated infectionsadalah infeksi yang didapat seseorang saat mereka mendapat perawatan untuk penyakit di luar infeksi tersebut. Infeksi nosokomial dapat diperoleh di manapun, seperti rawat inap rumah sakit, rawat jalan, fasilitas cuci darah utnuk penderitagagal ginjal, pusat rehabilitasi, kamar operasi, dan perawatan di rumah.Infeksi nosokomial merupakan penyakit serius yang banyak terjadi. Sebagian besar kasus infeksi nosokomial atau sekitar 60% merupakan infeksi peredaran darah yang didapat lewat kateter pembuluh darah, infeksi saluran kemih melalui kateter urin, dan infeksi jaringan paru-paru akibat penggunaan ventilator. Diperkirakan sekitar 1 dari 20 pasien yang di rawat di rumah sakit mendapat infeksi nosokomial. Angka kematian yang disebabkan oleh infeksi nosokomial cukup besar.PENYEBABInfeksi nosokomial disebabkan oleh agen-agen penyebab infeksi yang umum seperti bakteri, virus, dan jamur. Agen penyebab infeksi pada infeksi nosokomial berasal dari tubuh opasien sendiri. Dalam keadaan normal, agen infeksi inti tidak membahayakan. Infeksi muncul saat pertahanan tubuh menurun atau penggunaan obat atau prosedur medis tertentu. Selain dari tubuh pasien, agen infeksi juga bisa berasal dari lingkungan rumah sakit atau dari pasien lain dengan penyakit infeksi tersebut.Pelayan kesehatan saat ini banyak menggunakan alat-alat dan tindakaninvasive(memasuki tubuh pasien) untuk merwat dan membantu penyembuhan pasien. Infeksi nosokomial dapat berkaitan dengan alat-alat tersebut sepertikateterdanventilator(alat bantu pernafasan). Infeksi nosokomial yang terdjadi antara lain infeksi peredaran darah yang didapat lewat kateter pembuluh darah sentral, infeksi saluran kemih melalui kateter urin, dan infeksi jaringan paru-paru akibat penggunaan ventilator. Infeksi nosokomial dapat juga terjadi pada luka operasi. BakteriClostridium defficiledapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan melalui tangan yang terkontaminasi dan tidak dibersihkan. Penggunaan antibiotik secara sembarangan dapat mematikan bakteri baik di dalam saluran pencernaan dan menimbulkan infeksiClostridium defficile.Kateter pembuluh darah sentral merupaka selang dimasukan ke dalam pembuluh darah besar, seperti di leher, dada, atau paha. Penggunaan selang ini dapat bertahan jangka panjang hingga minggu dan bulan. Pemasanagn kateter pembukluh darah sentral bertujuan untuk memberikan perngobtaan, memberikan nuttrisi dan cairan, serta utnuk beberapa tes medis tertentu.Kateter urin adalah selang yang dimasukan ke dalam kandung kemih melalui uretra (saluran keluar air urin). Umumnya kateter urin digunakan pada kasus kesulitan untuk berkemih. Infeksi terjadi akibat agen infeksi (paling sering bakteri) masuk ke saluran kemih melalui kateter.Ventilator meryupakan suatu mesin yang diperuntukan untuk membantu pasien dalam bernafas dengan memberikan oksigen melalui selang yang dimasukan ke dalam mulut atau hidung. Ventilator digunakan pada pasien dengan sakit berat atau selama dan setelah operasi. Infeksi dapat terjadi apabila agen infeksi masuk ke dalam paru-paru melalui selang.Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial antara lain:Berhubungan dengan status kesehatan pasien Usia lanjut Malnutrisi(kekurangan gizi) Alkoholisme (kecanduan alcohol) Perokok Penyakit kronis, seperti penyakit paru kronis, kanker Diabetes mellitus(penyakit kencing manis)Berhubungan dengan proses akut Operasi Trauma Luka bakarBerhubungan dengan tindakan invasive (tindakan yang memasuki tubuh pasien) Intubasi trakeal(memasukan selang ke dalam organ trakea utnuk membantu pernafasan) Pemasangan kateter pada pembuluh darah sentral Pemasangan kateter urin (ke dalam kandung kemih untuk pasien dengan gangguan berkemih) Cuci darah Tindakan invasif lainnyaBerhubungan dengan pengobatan Transfuse darah Pengobatanimunosupresi(penekanan sistem daya tahan tubuh) Penggunaan antibiotik yang sembarangan dapat mengakibatkan bakteri menjadi ressten atau kebal terhadap antibiotik tersebut dan menghilangkan bakteri baik di dalam tubuh Posisi berbaring yang terlalu lama Nutrisiparenteral(nutrisi yang diberikan melalui pembuluh darah) Lamanya perawatan di rumah sakit atau pelayanan medis lainGEJALAInfeksi nosokomial dapat menyerang organ yang berbeda pada setiap orang. Beberapa kasus infeksi nosokomial menyerang sistem tubuh tertentu, seperti saluran kemih, infeksi seluruh tubuh melalui peredaran darah, paru-paru, luka operasi, kulit, dan saluran pencernaan.Gejala yang timbul pda infeksi saluran kemih akibat pemakaian kateter urin beragam tergantung kuman penyebab infeksi tersebut. Gejala yang umum terjadi adalah nyeri atau rasa terbakar saat berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat, rasa nyeri atau terbakar pada perut bagian bawah, dan demam.Infeksi nosokomial yang menyerang paru-paaru banyak disebbakn karena penggunaan ventilator atau alat-alat yang dimasukan melalui hidung, atau mulut. Gejala yang timbul antara lain batuk, adanya dahak, dan sesak nafas. Agen penyebab infeksi dapat juga menyerang luka operasi atau kulit. Gejala yang timbul pada infeksi ini adalah kemerahan, bengkak, nyeri, demam dan disertai adanya nanah pada luka tersebut. Infeksi nosokomial pada saluran pencernaan akan nmenimbulkan gejaladiare, mual, muntah, dan nyeri perut.Pemakaian alat-alat kesehatan yang melalui pembuluh darah dapat menyebabkan infeksi yang menyebar melalui peredaran darah. Bila ada agen infeksi yang menyebar di peredaran darah maka dinakansepsis. Gejala-gejela pada sepsis antara lain suhu tubuh yang tidak stabil (tinggi atau rendah), denyut jantung yang cepat melebihi normal, laju pernafasan yang meningkat, dan peningkatan sel darah putih pada pemeriksaan darah. Sepsis dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengakibatkan syok. Bila berlanjut, infeksi dapat menyebabkan kegagalan organ dalam tubuh (baik hanya 1 organ atau beberapa organ) dan kematian.Sepsistidak hanya melalui alat-alat yang masuk ke pembuluh darah namun juga melalui infeksi di bagia tubuh tertentu yang menyebar ke seluruh tubuh, missal infeksi paru atau infeksi saluran kemih.PENGOBATANDengan pengobatan yang baik, sebagian besar pasien dengan infeksi nosokomial dapat sembuh dari infeksi tersebut tanpa masalah. Namun, infeksi nososkomial membuat pasien tinggal lebih lama di rumah sakit, dan pada kasus yang berat dapat menyebabkan penyakit yang berkepanjangan, kecacatan, dan bahkan kematian.Beberapa infeksi nosokomial dapat dicegah. Penerapan kebersihan yang baik, penggunaan antibiotik yang benar dan hati-hati, dan peningkatan kualitas teknik dan alat-alat dapat menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial. Beberapa tindakan sederhana yang dapat dilakukan utnuk mencegah infeksi nosokomial: Memperhatikan kebersihan dengan membersihkan tangan menggunakan air dan sabun Menggunakan alat proteksi seperti sarung tangan dan celemek utnuk mencegah kulit dan pakaian terkontaminasi Tidak memaksakan meminta antibiotik setiap kali memeriksakan diri atau berobat ke dokter. Karena beberapa penyakit disebabkan virus, sehingga antibiotik (untuk penyakit bakteri) tidak berguna. Sebaliknya antibiotik malah dapat membuat bakteri di dalam tubuh menjadi resisten atau kebal. Bila mendapatkan antibiotik, gunakan secara benar dan baik sesuai petunjuk dokter dan jangn sampai ada dosis yang terlewat. Tidak menyimpan antiobiotik untuk di kemudian hari Tidak menggunakan antibiotik milik orang lain. Belum tentu penyakit Anda cocok dengan antibiotik tersebut dan dapt membahayakn Anda.Risiko infeksi saluran kemih dapat diturunkan bila kateter urin digunakan hanya bila diperlukan dan dilepas sesegera mungkin. Pemasangan kateter urin harus didahului dengan tindakan aseptik (mematikan kuman utnuk mencegah infeksi) dan menjaga alat yang digunakan tetap steril (bebas dari kuman). Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pasien utnuk mencegah infeksi saluran kemih akibat kateter urin adalah: Memahami fungsi kateter dan menanyakan apakah masih diperlukan Mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh kateter Mengatur posisi kantung urin agar selalu dibawah kandung kemih Tidak menarik-narik selang kateter Tidak memutar atau melipat selang kateterUntuk infeksi pada luka operasi, beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah adalah: Membersihkan tangan dan lengan sampai siku sebelum operasi Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah merawat pasien Menggunakan alat pelindung sepeerti sarung tangan, penutup rambut, dan masker saat operasi Memberikan antibiotik pencegahan sebelum operasi dimulai Membersihkan kulit lokasi yang dioperasi pada pasien.Beberapa tindakan yang dilakukan oleh pasien dalam mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi adalah:Sebelum operasi Memberitahu dokter masalah kesehatan yang Anda miliki, seperti alergi, diabetes, dan penyakit lain Berhenti merokok Tidak bercukur pada daerah yang akan dioperasi karena bercukur dapat menyebabkan iritasi dan mempermudah terjadinya infeksiSetelah operasi Keluarga dan teman yang berkunjung tidak menyentuk luka operasi Keluarga dan teman yang berkunjung mencuci tangan sebelum dan setelah mengunjungi Anda Memahami cara mejaga dan merawat luka operasi sebelum Anda keluar dari rumah sakit Membersihkan tangan sebelum dan sesudah mebersihkan luka operasi Mengingatkan petugas kesehatan utnuk membersihkan tangan mereka bila mereka tidak melakukannya saat merawat luka operasi Bila timbul gejala kemerahan atau nyeri, segera berobat ke dokterUntuk mencegah terjadinya infeksi paru akibat pemakaian ventilator, petugas kesehatan dapat melakukan hal berikut: Mempossisikan kepala pasien dinaikan 30 atau 45, kecuali ada larangan tertentu terkait kondisi pasien Bila pasien dapat bernafas sendiri, segera lepas ventilator Membersihkan tangan sebelum dan sesudah menyentuk selang ventilator Membersihakna bagaian dalam mulut pasien secara teratur Membersihkan atau mengganti alat-alat sebelum digunakan pada pasien lainTindakan yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga pasien dal;am mencegah infeksi paru-paru, antara lain: Berhenti merokok, karena merokok meniongkatkan risiko infeksi Mengingatkan petugas kesehatan utnuk membersihkan tangan mereka bila mereka tidak melakukannya.

Infeksi Nosokomial, Penyebab Dan PencegahannyaOctober 22, 2012 |belum ada komentarDoktersehat.com Infeksi Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan di rumah sakit. Jenis yang paling sering adalah infeksi luka bedah dan infeksi saluran kemih dan saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia). Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah dan ortopedi serta pelayanan obstetri (seksio sesarea). Tingkat paling tinggi dialami oleh pasien usia lanjut, mereka yang mengalami penurunan kekebalan tubuh (HIV/AIDS, pengguna produk tembakau, penggunaan kortikosteroid kronis), TB yang resisten terhadap berbagai obat dan mereka yang menderita penyakit bawaan yang parahSebagaimana jenis infeksi penyakit lainnya, infeksi nosokomial biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika barier alamiah terhadap invasi mikroba terganggu. Terdapat beberapa jenis barier alamiah terjadinya infeksi penyakit. Sebagaimana diketahui, kulit, membran mukosa, saluran gastrointestinal, saluran kencing, dan saluran nafas atas berfungsi sebagai barier alamiah terhadap infeksi.Menurut Setyawati, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain :PENYEBABPenyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :1. Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.2. Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan laboratorium.3. Standar dan praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan pelayanan transfusi4. Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang membuat cairan sendiri5. Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebih atau salah6. Berat penyakit yang dideritaPENCEGAHANTerdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih, pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.-